Menu Close
Keluarga para korban Bom Bali 2002 berpelukan dalam peringatan 10 tahun serangan mematikan yang membunuh orang-orang terdekat mereka di Bali tahun 2012. Serangan teroris di Kuta, Bali membunuh 202 orang, 88 di antara mereka adalah warga negara Australia. Made Nagi/EPA

17 tahun sejak kejadian 9/11, mengapa Al-Qaeda masih kuat?

Tujuh belas tahun lalu, pada tanggal 11 September, 2001, Al-Qaeda melancarkan serangan teroris paling destruktif sepanjang sejarah.

Serangan balasan dari Amerika Serikat tidak tanggung-tanggung. Sepertiga dari pimpinan Al-Qaeda tewas atau tertangkap setahun setelahnya. Kelompok tersebut kehilangan markasnya di Afghanistan, termasuk infrastruktur pelatihan yang ekstensif dan anggota-anggota yang tersisa kabur atau bersembunyi. Meskipun membutuhkan waktu hampir 10 tahun, AS pun akhirnya berhasil menghabisi pendiri Al-Qaeda, Osama bin Laden. Sekarang, sejak 2014, Al-Qaeda berada di bawah bayang-bayang sekutunya, Al-Qaeda Irak yang sekarang menamai dirinya Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Dengan kata lain, seharusnya Al-Qaeda tidak bertahan selama 17 tahun sejak kejadian 9/11, namun nyatanya mereka masih ada. Mengapa?

Ikatan yang Mengikat

Kemampuan Al-Qaeda untuk bertahan sebagian besar berkat kemampuannya untuk membangun dan mempertahankan hubungan jangka panjang yang tahan banting di bawah tekanan.

Dalam buku saya, Mengapa Kelompok Teroris Membangun Persekutuan Internasional (“Why Terrorist Groups Form International Alliances”), saya mengamati alasan mengapa beberapa kelompok seperti Al-Qaeda dan ISIS menjadi mitra-mitra yang diinginkan serta dan berhasil dalam membangun jaringan persekutuan.

Memahami aliansi antarkelompok teroris penting karena organisasi teroris yang memiliki sekutu itu lebih mematikan, bertahan lebih lama dan cenderung akan mencari senjata-senjata pemusnah massal. Meskipun kemitraan antarorganisasi teroris seringkali memiliki beragam tantangan dan AS selama lebih dari satu dekade berusaha memutus ikatan-ikatan aliansi Al-Qaeda, faktanya tetap menunjukkan bahwa upaya-upaya melawan terorisme semacam itu telah gagal.

Para sekutu Al-Qaeda-lah yang membantu kelompok tersebut bertahan dari serangan balasan AS pasca 9/11. Kelompok Taliban Afgan mendampingi Al-Qaeda setelah serangan tersebut dan menolak untuk menyerahkan bin Laden, suatu keputusan yang mencetuskan keputusan AS untuk menyerbu Afganistan. Al-Qaeda pun melarikan diri dan beralih ke rekanannya di Pakistan untuk menyembunyikan anggota-anggotanya dan menghukum pemerintah Pakistan karena menyerah di bawah desakan AS untuk menindak keras kelompok tersebut.

Seorang perempuan sedang berdoa di lokasi ledakan Bom Bali. REUTERS/Darren Whiteside

Kemitraan dengan organisasi teroris lain juga telah membantu Al-Qaeda untuk terus melancarkan aksi teror. Pada bulan Oktober 2002, sekutu Al-Qaeda di Asia Tenggara, Jemaah Islamiyah secara brutal memperingati satu tahun kejadian 9/11 dengan meledakkan bom di klub malam dan bar di Bali yang menewaskan 200 jiwa dan melukai 200 orang lainnya.

Dan persekutuan dengan jaringan teroris lainnya yang memungkinkan Al-Qaeda untuk bertahan. Dengan “prestise” yang didapatkan dari serangan 9/11, Al-Qaeda telah berhasil menjalin afiliasi dengan kelompok-kelompok lain yang menggunakan nama Al-Qaeda serta berikrar setia pada bin Laden.

Sekutu pertama dan terkenal yang terafiliasi dengan Al-Qaeda adalah Al-Qaeda di Irak. Al-Qaeda di Irak terbentuk pada tahun 2004 oleh jihadis dari Jordan, Abu Musab al-Zarqai. Dengan menggunakan kedudukan yang ia dapatkan dari keterlibatannya dalam pemberontakan di Irak, Zarqai pun berhasil mendapatkan organisasi kedua yang terafiliasi dengan Al-Qaeda pada tahun 2006, Al-Qaeda di Maghreb Islam. Lalu pada tahun 2009, Al-Qaeda menetapkan bahwa cabang-cabangnya di Yaman dan Arab Saudi sebagai Al-Qaeda di Semenanjung Arab. Jaringan sekutunya yang tersebar di seluruh Timur Tengah meningkatkan citra kekuatan Al-Qaeda meskipun AS telah melangsungkan perang melawan terorisme.

A lower profile

Osama bin Laden duduk bersama dengan penasihat, Ayman al-Zawahri pada tanggal 10 November, 2001. Reuters/Hamid Mir

Meskipun Al-Qaeda masih mencari kelompok-kelompok sekutu, sejak tahun 2010, mereka mulai mengubah beberapa aspek dari hubungan tersebut.

Al-Qaeda menjalin kemitraan dengan al-Shabaab di Somalia tapi tidak secara langsung mengumumkannya atau meminta al-Shabaab untuk mengganti namanya. Bin Laden membenarkan keputusan untuk membentuk aliansi yang tidak begitu kentara tersebut untuk menghadapi tekanan yang terus meningkat dan mencegah hilangnya pendanaan dari Semenanjung Arab. Secara pribadi ia telah menyatakan keprihatinannya bahwa nama Al-Qaida telah “mengurangi rasa umat Islam bahwa kita adalah milik mereka dan memungkinkan musuh-musuh kita untuk menipu bahwa mereka sebenarnya tidak sedang berperang melawan Islam.” Wakil bin Laden, Ayman al-Zawahuru melihat keputusan bin Laden tersebut sebagai bentuk respons pemimpin al-Qaeda kepada kekhawatiran beberapa anggota tentang “membengkaknya ukuran dan pertumbuhan al-Qaeda.” Setelah tewasnya bin Laden, Ayman al-Zawahiri lalu mengumumkan bahwa mereka telah berkongsi dengan al-Shabaab meskipun al-Shabaab masih belum mengadopsi nama Al-Qaeda.

Daya tahan mitra-mitra Al-Qaeda telah membantunya tetap menjadi sebuah ancaman meski setelah kehilangan pendirinya pada tahun 2011 serta naiknya pengganti yang jauh dari cakap. Naiknya Zawahiri sebagai pimpinan kelompok Al-Qaeda adalah hasil aliansi antara kelompok aslinya dari Mesir, al-Jihad dengan Al-Qaeda. Perkongsian tersebut memuncak dengan peleburan kedua kelompok tersebut pada tahun 2001 dan dijadikannya Zawahiri wakil serta penerus bin Laden.

Zawahiri tidak memiliki wibawa maupun kecerdikan diplomatik yang dimiliki bin Laden, dan kekurangannya tampak dalam hubungannya dengan sekutu-sekutu Al-Qaeda. Penanganan Zawahiri yang buruk atas perseteruan antara kelompok jihadi Al-Nusra di Suriah dan organisasi induknya, ISIS– yang sebelumnya dikenal sebagai Al-Qaeda di Irak namun sekarang telah berganti nama menjadi ISIS– menyebabkan pecahnya perkongsian Al-Qaeda dengan organisasi afiliasinya di Irak.

Zawahiri juga mengalami kesulitan mengelola hubungan yang baik dengan sekutu Al-Qaeda di Suriah, suatu kelompok yang mencetuskan konflik antara ISIS dan Al-Qaeda. Al-Nusra mengubah namanya sebagai suatu upaya untuk mendapatkan lebih banyak legitimasi dalam konflik di Suriah dengan mengumumkan bahwa mereka telah menjauhkan diri dari Al-Qaeda, sehingga hanya ada bagian kecil dalam kelompok tersebut yang masih bersekutu dengan Al-Qaeda.

Al-Qaeda lalu mengorganisir suatu cabang baru, Al-Qaeda di subbenua India pada tahun 2014. Cabang di Asia Selatan tersebut mencerminkan keberhasilan al-Qaeda dalam memperluas basisnya yang utamanya berada di Arab, khususnya di Pakistan, dan memungkinkan kelompok tersebut untuk melebarkan ruang lingkup kegiatannya di Afganistan, Pakistan, India dan Bangladesh.

Kebanyakan dari hubungan aliansi Al-Qaeda telah membuktikan bahwa mereka tahan banting meskipun mitra-mitra al-Qaeda mempunyai alasan yang berlimpah untuk memutus hubungan, seperti meningkatnya serangan antiterorisme yang melekat pada kelompok yang terafiliasi dengan Al-Qaeda; terbunuhnya pemimpinnya yang karismatik; dan upaya ISIS untuk merayu para anggota perkongsian Al-Qaeda. Bahkan kelompok Taliban di Afganistan belum memutus hubungannya dengan Al-Qaeda meskipun keputusan tersebut dapat saja menghapus salah satu alasan utama AS untuk tidak pernah mundur dari “perang abadi” mereka di Afganistan.

Masih ada satu jalan lagi bagi AS untuk mencederai hubungan persekutuan Al-Qaeda; Al-Qaeda memiliki pemimpin yang lemah dan saingan yang berat. Namun kesempatan tersebut bisa menghilang dengan kemampuan ISIS untuk beradaptasi dengan kekalahan-kekalahan yang telah mereka alami dan kesiapan al-Qaida untuk bangkit kembali dengan putra bin Laden sebagai pemimpin masa depan yang lebih inspiratif.

Catatan Editor: Artikel ini telah diperbarui. Versi pertama dirilis pada 10 September, 2017.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,400 academics and researchers from 4,942 institutions.

Register now