Menu Close

Alergi makanan: Anda perlu tahu tentang peran kulit

David Lee/Flickr, CC BY-SA

Alergi makanan meningkat di seluruh dunia, mulai dari sedikit rasa tidak nyaman hingga kemungkinan kematian mendadak, dan mengarah pada kemungkinan epidemi alergi“. Bentuk reaksi alergi paling parah–anafilaksis–dapat terjadi berulang kali atau tanpa peringatan. Alasan peningkatan alergi sangat kompleks, tapi kulit sekarang diakui memainkan peran penting sebagai penjaga gerbang sistem kekebalan tubuh.

Kulit manusia adalah penghalang yang bersifat melindungi. Kulit berfungsi sebagai penutup yang dinamis, memastikan cairan esensial (termasuk air, protein, dan mineral) tetap berada di dalam sementara zat-zat yang merusak tetap berada di luar. Penghalang kulit bersifat struktural–seperti sebuah dinding bata–tapi juga hidup dan aktif, terus-menerus merasakan dan merespons lingkungan eksternal. Penghalang ini terdiri dari beberapa lapisan sel manusia yang saling berhubungan, ditambah banyak mikroba, organisme kecil yang hidup di permukaan kulit yang sehat.

Kulit membentuk lapisan pada permukaan luar tubuh yang menyatu tanpa batas dengan lapisan mulut dan usus. Sel-sel manusia biasanya terpapar makanan melalui saluran mulut, tapi tubuh juga bisa terpapar makanan di permukaan kulit.

Sistem kekebalan tubuh, sel dan jaringan yang bekerja bersama untuk mempertahankan tubuh terhadap virus, bakteri, dan zat asing yang berpotensi berbahaya, dapat bereaksi sangat berbeda ketika makanan pertama kali ditemukan melalui kulit alih-alih melalui mulut. Ini karena kulit yang "bocor” dapat membingungkan kapasitas sistem kekebalan untuk mengenali zat yang tidak berbahaya.

Tikus dan manusia

Tikus yang terpapar putih telur atau kacang melalui kulit telah terbukti mengembangkan reaksi alergi atau anafilaksis terhadap makanan ini ketika dimakan. Alergi makanan manusia dapat berkembang dengan cara yang sama.

Ketika makanan dikonsumsi, kita biasanya mengembangkan toleransi, artinya tidak ada reaksi kekebalan yang terjadi. Tapi ketika kulit bocor karena gen-gen yang salah atau ketika kulit rusak oleh suatu kondisi seperti eksim, alergen makanan dapat masuk. Ini merangsang sel-sel kekebalan di kulit, yang melepaskan sinyal serangan kimia. Kemudian pada saat tubuh bertemu dengan makanan tertentu, sel-sel telah siap untuk menghasilkan reaksi alergi.

“Kebocoran” kulit bayi segera setelah lahir (diukur dengan seberapa banyak air menguap dari permukaan) dapat memprediksi risiko mereka alergi makanan pada usia dua tahun. Dan riset terbaru telah menunjukkan bahwa orang dengan alergi makanan memiliki bukti molekuler bahwa kulit mereka bocor dan siap untuk bereaksi, bahkan jika kulit terlihat normal.

Pengobatan dan pencegahan

Dalam suatu situasi darurat, alergi makanan diobati dengan obat yang menangkal masalah paling berbahaya dari respons anafilaksis: tekanan darah rendah dan jalan napas yang terhalang. Adrenaline (diberikan di luar rumah sakit dengan “pena” injektor otomatis) menyebabkan pembuluh darah terjepit erat-untuk menjaga tekanan darah–sementara obat-obat bronkodilator menyebabkan saluran udara terbuka.

Pengobatan steroid dapat mengurangi efek berbahaya dari respon imun yang terlalu aktif. Jadi kortikosteroid juga digunakan untuk membatasi produksi sinyal inflamasi di darah dan ke seluruh tubuh.

Orang tua dan wali sering bertanya apa yang bisa mereka lakukan untuk membantu mencegah perkembangan alergi makanan, terutama jika ada riwayat alergi dalam keluarga. Riset The Enquiring About Tolerance atau “EAT” menunjukkan bahwa pengenalan kacang tanah dan telur ke dalam makanan bayi dari usia tiga bulan dapat mengurangi kemungkinan mengembangkan alergi terhadap makanan ini. Efek perlindungan masih kurang jelas dengan makanan umum lainnya seperti susu, ikan, gandum, dan wijen. Ini mungkin karena jumlah yang lebih kecil dari makanan ini dikonsumsi.

Kondisi kulit seperti eksim yang merusak permukaan kulit sering dikaitkan dengan alergi makanan. Shutterstock

Penelitian lain yang sedang berjalan bertujuan untuk menentukan apakah penggunaan pelembab (dikenal sebagai emolien) pada bayi dapat meningkatkan penghalang kulit untuk membantu mencegah eksim dan alergi makanan. Hasilnya ditunggu-tunggu, tapi penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mengklarifikasi jika-dan bagaimana-alergi makanan dapat dicegah.

Sementara itu, panduan pemerintah Inggris terus menyarankan bahwa bayi harus secara ekslusif disusui hingga usia enam bulan. Meskipun tidak diketahui apakah menyusui melindungi terhadap alergi makanan, jelas bahwa ASI dapat memberikan banyak manfaat kesehatan bagi bayi dan ibu.

Beberapa orang sembuh dari alergi makanan mereka, tapi bagi beberapa orang lain alergi terus menjadi beban seumur hidup. Mereka harus menghindari bahan makanan yang menyebabkan alergi. Upaya untuk mencegah paparan yang tidak disengaja dapat gagal seperti dalam kasus remaja Natasha Ednan-Laperouse yang memiliki alergi wijen dan meninggal karena serangan jantung setelah dia makan sepotong roti baguette yang dia tidak tahu mengandung biji wijen.

Sementara paparan makanan yang tidak disengaja bisa sangat berbahaya, immunoterapi - aplikasi bahan-bahan makanan yang disengaja ke permukaan yang sehat kulit - sedang diuji dalam uji klinis untuk pengobatan alergi kacang dan susu.

Pemahaman yang lebih besar tentang penyebab alergi akan menawarkan kesempatan untuk mengembangkan perawatan baru. Dan kulit kita sendiri dapat memberikan rute pencegahan serta pengobatan untuk reaksi yang mengancam jiwa.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,300 academics and researchers from 4,941 institutions.

Register now