Menu Close

Apakah Anda ahli soal kucing? Ini cara membaca raut muka kucing

Seekor kucing mampu menampilkan berbagai macam emosi melalui raut muka dan bahasa tubuhnya. (Shutterstock)

Kucing adalah binatang peliharaan yang populer: diperkirakan ada 200 juta ekor kucing peliharaan di seluruh dunia. Ada lebih banyak kucing yang dipelihara daripada anjing.

Sekitar 38 persen rumah di Kanada memelihara kucing, 25,4 persen di Amerika Serikat, dan 25 persen di Eropa.

Kucing juga sepertinya sumber hiburan yang bagus. Ada dua juta video kucing di YouTube dan jumlahnya terus bertambah, serta entah berapa banyak kucing yang terkenal di internet, seperti Grumpy Cat dan Lil Bub, yang masing-masing memiliki jutaan pengikut di akun media sosial mereka.

Meski sedemikian populer, siapa pun yang pernah menghabiskan waktu bersama seekor kucing pasti tahu, membaca perilaku kucing bukan hal yang mudah. Satu waktu mereka mencari perhatian Anda dan tak lama kemudian mereka bisa menyerang Anda tanpa memberikan peringatan sebelumnya. Ini lantas menimbulkan pertanyaan: apakah kucing memang brengsek atau mereka hanya salah dimengerti?

Bahasa tubuh kucing

Kucing bisa saja tampak misterius, tapi perilaku mereka dapat membantu kita memahami bagaimana mereka merasa. Posisi tubuh, kepala, telinga, dan ekor kucing adalah penandanya.

Kucing yang merasa gelisah atau takut cenderung mendekam ke tanah, melengkungkan punggungnya ke atas, menurunkan kepala, dan meluruskan telinga.

Kucing yang gelisah atau takut bisa juga memundurkan langkahnya, bersembunyi, membuat bulunya berdiri tegak (piloerection), menggeram, menyerang (termasuk kemungkinan menggunakan kukunya) atau menggigit.

Sementara kucing yang merasa senang biasanya mendekati Anda dengan ekornya berdiri, tubuh dan kepalanya dalam posisi netral, dan telinga yang dimajukan. Ketika beristirahat, mereka menyembunyikan kukunya atau berbaring sembari menyelonjorkan kakinya.

Emosi kucing dapat ditafsirkan melalui perilakunya. (Lili Chin), CC BY

Raut muka juga dapat dijadikan indikator perasaan kucing. Peneliti menemukan bahwa orang-orang tertentu dapat dengan mudah membedakan gambar kucing yang merasakan sakit dari kucing yang tidak merasakan sakit. Meskipun demikian, berbagai raut muka kucing, termasuk saat berada dalam situasi positif, belum banyak ditelusuri lebih lanjut.

Kebanyakan orang tidak pandai membaca raut muka kucing

Sebagai peneliti pascasarjana yang mengkaji biologi hewan yang terdomestikasi, saya menjalankan sebuah penelitian secara daring dengan cara peserta diberikan klip-klip video kucing dalam berbagai situasi. Dalam situasi positif, kucing mendekati, misalnya, pemiliknya untuk meminta makan. Sementara dalam situasi negatif, kucing cenderung berperilaku menghindar, misalnya menjauhi orang yang tidak dikenalnya.

Video-video telah dipilih berdasarkan kriteria perilaku yang telah ditetapkan dan disunting sehingga hanya menunjukkan wajah kucing, menghapus segala kemungkinan yang dapat menunjukkan bahasa tubuh dan keberadaannya.

Lebih dari 6.300 orang dari 85 negara menentukan apakah kucing dalam masing-masing video merasa positif atau negatif. Secara rata-rata, identifikasi ekspresi kucing yang benar mencapai 59 persen. Meski hasil ini lebih baik daripada jika mereka hanya menebak, hal ini menunjukkan banyak orang kesulitan membaca raut muka kucing.

Pawang kucing

Meski kebanyakan orang buruk dalam membaca raut muka kucing, satu subset kecil responden (13 persen) cukup mahir melakukannya, dengan berhasil mendapatkan 15 poin atau lebih dari maksimal 20 poin. Mereka biasanya perempuan.

Hal ini tidak mengejutkan karena penelitian menemukan bahwa perempuan secara umum lebih baik menafsirkan petunjuk emosional non-verbal; ini dapat dilihat dari penelitian serupa yang dilakukan dengan anjing dan bayi manusia.

Saya menemukan bahwa “pawang kucing” juga cenderung memiliki pengalaman kerja sebagai dokter hewan atau pekerja paraveteriner (mantri hewan). Orang-orang yang bekerja di bidang ini berhadapan dengan banyak kucing setiap harinya dan harus belajar menafsirkan perilaku mereka agar dapat mendiagnosis dan menghindari cedera.

Secara mengejutkan (atau tidak, tergantung pada pengalaman pribadi Anda sebagai pemilik kucing), pemilik kucing tidak lebih baik dalam membaca raut muka kucing daripada mereka yang tidak pernah memelihara kucing. Hal ini dapat disebabkan oleh pemilik kucing yang belajar lika-liku kucing peliharaannya melalui interaksi yang terus-menerus, tapi kemungkinan tidak dapat mengandalkan pengalaman yang beragam tersebut saat berhadapan dengan kucing-kucing yang tidak dikenali dengan baik.

Dampak pada kesejahteraan hewan

Penelitian saya menunjukkan bahwa kucing menunjukkan raut muka yang berbeda dan raut muka tersebut dipengaruhi oleh perasaan mereka, baik positif maupun negatif.

Kemampuan membaca dan menafsirkan raut muka yang berbeda-beda ini dapat membantu memastikan kucing-kucing mendapatkan perawatan yang diperlukan. Misalnya, raut muka dapat menunjukkan kapan seekor kucing merasakan sakit dan memerlukan penanganan lanjut. Kemampuan membaca ini juga dapat meningkatkan hubungan antara pemilik kucing dengan kucingnya, berkat pemahaman yang lebih baik akan apa yang si kucing rasakan.

Meski banyak yang kesulitan membaca raut muka kucing, beberapa orang mampu melakukannya dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa menafsirkan raut muka kucing adalah keahlian yang dapat ditingkatkan dengan latihan dan pengalaman.

Dapatkah Anda menjadi pawang kucing? Anda dapat mengetes kemampuan Anda membaca kucing dengan mencoba kuis interaktif berikut ini.

Bram Adimas Wasito menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,400 academics and researchers from 4,942 institutions.

Register now