tag:theconversation.com,2011:/au/topics/gender-dan-seksualitas-42449/articlesGender dan seksualitas – The Conversation2023-10-04T02:32:32Ztag:theconversation.com,2011:article/2145382023-10-04T02:32:32Z2023-10-04T02:32:32Z4 fakta orgasme perempuan dari para peneliti<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/550731/original/file-20201202-13-1dpaxbc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=1%2C1%2C997%2C682&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/orgasm-feeling-intense-sexual-pleasure-that-1058194922">Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Lagu Cardi B <a href="https://www.youtube.com/watch?v=hsm4poTWjMs">WAP</a> dan acara Netflix <a href="https://www.netflix.com/au/title/80197526">Sex Education</a> menempatkan orgasme perempuan di posisi sentral dalam budaya populer.</p>
<p>Tapi orgasme perempuan juga merupakan subjek penelitian akademis yang serius.</p>
<p>Berikut ini adalah cuplikan dari apa yang dikatakan oleh penelitian tentang orgasme perempuan, apa yang tidak kita ketahui, dan apa yang ingin diketahui oleh para peneliti.</p>
<h2>1. Ketika perempuan orgasme, apa yang sebenarnya terjadi?</h2>
<p>Ketika perempuan orgasme, otot-otot dasar panggul mereka <a href="https://link.springer.com/article/10.1007%2FBF01541570">berkontraksi</a> secara berirama dan tanpa terencana. Kontraksi ini dianggap membantu memindahkan darah keluar dari jaringan klitoris dan vulva yang sedang ereksi, sehingga memungkinkan mereka untuk kembali ke kondisi lembek seperti biasanya.</p>
<p>Selama mengalami gairah seksual dan orgasme, detak jantung, laju pernapasan, dan tekanan darah perempuan juga <a href="https://journals.lww.com/bpmonitoring/Fulltext/2008/08000/Changes_of_blood_pressure_and_heart_rate_during.5.aspx">meningkat</a>.</p>
<p>Kadar <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3183515/">oksitosin</a>, yang dikenal sebagai “hormon cinta”, meningkat selama gairah seksual berlangsung dan diperkirakan mencapai puncaknya selama orgasme.</p>
<p>Pada kondisi ini, area otak yang terkait dengan <a href="https://www.tandfonline.com/doi/pdf/10.1080/14681994.2011.651452">dopamin</a>, “hormon bahagia”, aktif baik pada laki-laki dan perempuan.</p>
<p>Dan pada perempuan, area-area lain di otak pun <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5675825/">diaktifkan</a> lebih jauh selama gairah seksual dan memuncak dengan orgasme. Ini termasuk yang terkait dengan emosi, integrasi informasi sensorik dan emosi, pemikiran tingkat tinggi, dan area motorik yang terkait dengan otot-otot dasar panggul. </p>
<p>Bagian “girus sudut kanan” dari otak, misalnya, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5675825/">bisa jadi berkaitann dengan</a> perubahan kesadaran yang menurut beberapa perempuan mereka alami ketika orgasme.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/health-check-does-the-g-spot-exist-56491">Health Check: does the 'G-spot' exist?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Yang lebih sulit untuk ditentukan adalah bagaimana tubuh dan otak berhubungan. Kita tahu bahwa frekuensi dan intensitas orgasme perempuan bergantung pada berbagai <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5087699/#:%7E:text=Faktor-faktor%20ini%20dan%20kemampuan%20termasuk,orgasme%20lebih%20dari%20kemampuan%20mereka%20sendiri">faktor psikososial</a> yang kompleks, termasuk hasrat seksual, harga diri, keterbukaan komunikasi seksual dengan pasangannya, dan kesehatan mental secara umum.</p>
<h2>2. Tidak semua perempuan orgasme. Apakah itu masalah?</h2>
<p>Orgasme bukanlah masalah besar bagi semua perempuan, dan itu sepenuhnya normal. </p>
<p>Dan <a href="https://www.aihw.gov.au/reports/men-women/female-health/contents/how-healthy/sexual-health">21% perempuan Australia</a> berusia 20-64 tahun mengatakan bahwa mereka tidak dapat mencapai klimaks. Dari sudut pandang biologis yang sederhana, anorgasmia (ketidakmampuan untuk orgasme meskipun ada rangsangan seksual yang memadai) juga tidak menjadi masalah. Namun, perempuan dengan anorgasmia <a href="https://www.tandfonline.com/doi/pdf/10.1080/14681994.2011.649691">sering melaporkan</a> rasa malu, ketidakmampuan, kecemasan, kesusahan, dan perasaan tak terhubung (<em>detachment</em>) seputar hubungan seksual dan orgasme.</p>
<p>Emosi negatif ini mungkin terkait dengan <a href="https://books.google.com.au/books/about/O_the_Intimate_History_of_the_Orgasm.html?id=bHY_u_GYyRoC&redir_esc=y">sejarah panjang</a> penindasan, dan sekarang perayaan, terhadap kenikmatan seksual yang dirasakan perempuan. </p>
<p>Bagi banyak perempuan, orgasme mewakili pemberdayaan. Oleh karenanya, anorgasmia dapat membuat perempuan merasa seolah-olah ada yang salah dengan dirinya. Beberapa orang mungkin memalsukan orgasme, yang menurut laporan sekitar <a href="https://www.tandfonline.com/doi/pdf/10.1080/00224490903171794">dua pertiga</a> melakukannya. Hal ini biasanya untuk membuat mereka merasa lebih baik, atau untuk membuat pasangan mereka merasa lebih baik.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/AxqYgjAftc8?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Banyak perempuan mengatakan bahwa mereka memalsukan orgasme mereka, seperti yang digambarkan dalam film klasik ‘When Harry Met Sally’.</span></figcaption>
</figure>
<p><a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/0092623X.2017.1346530?src=recsys&journalCode=usmt20">Lebih dari 80% perempuan</a> tidak akan orgasme dari stimulasi vagina saja. Jadi, jika anorgasmia merupakan masalah, mencoba berbagai jenis stimulasi mungkin dapat membantu, terutama stimulasi klitoris.</p>
<p>Ketika anorgasmia mengarah pada perasaan negatif atau menghalangi pembentukan atau mempertahankan hubungan seksual yang sehat, maka hal itu menjadi masalah. Namun, beberapa <a href="https://omgyes.com">situs web</a>, “<a href="https://www.psychologytoday.com/au/blog/stepmonster/201808/what-sextech-is-and-why-it-matters">sextech</a>” (teknologi yang bertujuan untuk meningkatkan pengalaman seksual perempuan), dan <a href="https://societyaustraliansexologists.org.au/">tenaga kesehatan</a> yang berdedikasi dapat membantu.</p>
<h2>3. Bisakah seseorang mengalami orgasme yang berlebihan?</h2>
<p>Tidak! Meskipun sebuah <a href="https://www.victoriamilan.com/blog/8-out-of-10-women-experience-multiple-orgasms-regularly/">survei</a> yang dilakukan oleh sebuah situs kencan online menunjukkan bahwa 77% perempuan pernah mengalami orgasme berkali-kali, penelitian akademis menunjukkan bahwa angkanya jauh lebih rendah, <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/00224499.2020.1743224">sekitar 14%</a>. </p>
<p>Beberapa perempuan yang mengalami orgasme berulang kali <a href="https://www.tandfonline.com/doi/pdf/10.1080/00224499.2020.1743224">melaporkan</a> orgasme kedua mereka sebagai yang terkuat, tetapi orgasme setelahnya menjadi kurang intens.</p>
<p>Pastikan agar memiliki pelumas yang cukup untuk bertahan lama, karena stimulasi yang berkepanjangan tanpa pelumas yang cukup dapat menyebabkan <a href="https://www.tandfonline.com/doi/pdf/10.1080/00926230590475206">rasa sakit</a>. </p>
<p>Sekitar <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/pdf/10.1111/j.1743-6109.2009.01318.x">50% perempuan</a> dalam sebuah penelitian mengatakan bahwa mereka menggunakan vibrator untuk mencapai orgasme (atau beberapa kali orgasme). Beberapa orang mengatakan bahwa vibrator dapat menurunkan sensitivitas klitoris, sehingga membuat perempuan lebih sulit untuk orgasme melalui rangsangan klitoris yang tidak melibatkan getaran. Namun, sebagian besar penelitian menemukan bahwa <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/pdf/10.1111/j.1743-6109.2009.01318.x">desensitisasi</a> bersifat ringan dan sementara.</p>
<h2>4. Apa gunanya orgasme?</h2>
<p>Para evolusionis cenderung mengambil <a href="https://www.hup.harvard.edu/catalog.php?isbn=9780674022461">tiga pandangan</a> tentang mengapa orgasme perempuan berevolusi: untuk meningkatkan keberhasilan reproduksi; untuk meningkatkan ikatan pasangan antara perempuan dan pasangan seksual mereka; atau yang saya anggap paling mungkin, adalah bahwa orgasme perempuan sama sekali tidak memiliki tujuan evolusioner. Orgasme hanyalah produk sampingan dari evolusi, yang ada karena alat kelamin pria dan perempuan berkembang dengan cara yang sama seperti embrio, dan baru mulai berdiferensiasi pada usia kehamilan sekitar enam minggu.</p>
<p>Hanya karena orgasme perempuan tidak memiliki tujuan evolusioner, bukan berarti orgasme perempuan tidak penting. Orgasme perempuan <a href="https://books.google.com.au/books/about/Come_as_You_Are.html?id=i6Z-BAAAQBAJ">adalah penting</a> karena bagi banyak perempuan, orgasme berkontribusi pada hubungan yang sehat dan kesejahteraan seksual mereka.</p>
<h2>Apa yang belum diketahui?</h2>
<p>Untuk waktu yang lama, kita mengasumsikan detail tentang orgasme perempuan berdasarkan pada orgasme pria. Dan baru <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S174360951533294X">sejak 2011</a> kita dapat memetakan apa yang terjadi di otak perempuan ketika mengalami rangsangan seksual. Jadi, ada banyak hal tentang otak perempuan selama orgasme yang belum kita jelajahi.</p>
<p>Kita baru saja mengetahui tentang ukuran dan fungsi sebenarnya dari <a href="https://theconversation.com/why-the-clitoris-doesnt-get-the-attention-it-deserves-and-why-this-matters-53157">klitoris</a>. Kita juga masih memperdebatkan apakah <a href="https://theconversation.com/health-check-does-the-g-spot-exist-56491">G-spot</a> itu ada.</p>
<p>Seksualitas, keinginan, kesukaan, dan ketidaksukaan perempuan juga sangat bervariasi. Dan dalam artikel ini, kami hanya membahas dan menyertakan penelitian dengan perempuan berkelamin cis, yaitu orang-orang yang identitas dan ekspresi gendernya sesuai dengan jenis kelamin mereka saat lahir.</p>
<p>Jadi, kita juga membutuhkan lebih banyak penelitian dengan orang-orang yang memiliki gender yang beragam untuk lebih memahami kompleksitas dan keragaman orgasme dan seksualitas.</p>
<p>Apakah sains dapat menjelaskan semua perbedaan dalam kompleksitas manusia ini masih harus dilihat.</p>
<hr>
<p><em>Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/214538/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Jane Chalmers tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Apa yang dikatakan oleh penelitian tentang orgasme perempuan? Inilah 4 fakta dari temuan para peneliti yang perlu diketahui soal orgasme perempuan.Jane Chalmers, Senior Lecturer in Pain Sciences, University of South AustraliaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1955582022-12-02T03:59:50Z2022-12-02T03:59:50ZRiset: LGBTIQ+ Indonesia menghadapi kesulitan mengakses layanan kesehatan selama pandemi COVID-19<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/498455/original/file-20221201-6286-fuusx4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Vaksin COVID seharusnya tersedia untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, seksualitas, dan kelas. </span> <span class="attribution"><span class="source">ANTARA FOTO/Agha Yuninda/wsj/aww</span></span></figcaption></figure><p>Para individu lesbian, gay, biseksual, transgender, interseks, dan queer (LGBTIQ+) di Indonesia terpengaruh diskriminasi dan intoleransi berlapis selama pandemi COVID-19.</p>
<p>Penderitaan mereka bertambah karena kesulitan mendapatkan KTP, kehilangan pekerjaan atau berpenghasilan lebih rendah dari sebelum krisis. Mereka juga menghadapi kesulitan mendapatkan hak perawatan kesehatan yang sama yang dinikmati oleh penduduk lainnya.</p>
<p>Penelitian kualitatif saya, yang dilakukan pada awal tahun 2022 dan baru-baru ini <a href="https://www.wfd.org/sites/default/files/2022-11/the_impact_on_covid-19_on_lgbt_individuals_in_indonesia_nigeria_and_sri_lanaka_0.pdf">dipublikasikan</a>, menunjukkan bahwa orang-orang LGBT+ di Indonesia pernah mengalami hambatan signifikan untuk mengakses layanan kesehatan, obat-obatan, dan vaksin COVID-19 selama pandemi.</p>
<p>Studi saya melibatkan empat sesi <a href="http://qualquant.org/wp-content/uploads/cda/Borgatti%201994%20Cultural%20Domain%20Analysis.pdf">analisis domain budaya (CDA)</a> dengan pakar kesehatan Indonesia dan aktivis LGBT+. CDA adalah metode berdasarkan eksplorasi bagaimana orang memikirkan daftar hal-hal yang terkait satu sama lain (seperti tantangan dan fasilitator yang mempengaruhi akses layanan kesehatan). Selain itu, saya memfasilitasi diskusi kelompok fokus (FGD) dengan peserta yang sama dan tambahan partisipan lainnya.</p>
<h2>Akses ke layanan kesehatan</h2>
<p>Penelitian saya tersebut menemukan bagaimana pandemi telah menyebabkan ruang perawatan kesehatan yang aman yang menargetkan individu LGBT+ menghentikan sementara layanan mereka atau menghilang sepenuhnya. </p>
<p>Selain itu, pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) oleh pemerintah Indonesia membatasi mobilitas warga negara, yang mempersulit minoritas gender dan seksual untuk mengakses layanan kesehatan di tengah pembatasan mobilitas.</p>
<p>Klinik kesehatan masyarakat yang dikenal sebagai Puskesmas kewalahan dengan jumlah pasien, yang mengganggu layanan infeksi menular seksual (IMS). Beberapa klinik ini, yang menawarkan pemeriksaan IMS gratis sebelum COVID, berhenti melakukannya dan meminta pasien untuk menemui dokter hanya jika mereka menunjukkan gejala.</p>
<p>Selama diskusi kelompok terarah, seorang peserta menjelaskan bagaimana Puskesmas yang sebelumnya menawarkan tes HIV cepat, dan penyediaan kondom dan pelumas tidak dapat lagi diberikan di “hotspot”, tempat laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL) biasa bertemu langsung. Seperti yang dijelaskan oleh seorang aktivis, “orang tidak diizinkan untuk berkumpul, dan itu sulit untuk pemeriksaan HIV dan mendorong orang untuk melakukan pemeriksaan penyakit infeksi menular seksual. Semuanya telah online, dan staf kami telah menggunakan aplikasi gay sekarang untuk menjangkau klien kami.”</p>
<p>Di tengah krisis ini, kita juga harus merefleksikan implikasi kelas dari mengakses layanan kesehatan, karena individu LGBT+ dari latar belakang sosial ekonomi yang lebih rendah paling terpengaruh oleh tidak adanya layanan penjangkauan langsung.</p>
<p>Sistem kesehatan nasional berbasis keluarga di Indonesia juga berdampak pada akses masyarakat LGBT+ terhadap layanan kesehatan. Seperti yang dikatakan seorang ahli kesehatan, “ada penjaga gerbang seperti orang tua, karena skema asuransi kesehatan nasional berbasis keluarga, jadi kartu asuransi Anda terkait dengan keluarga Anda, dan anak muda queer harus melalui orang tua mereka untuk mengakses layanan kesehatan, yang menimbulkan masalah ketika menjelaskan mengapa mereka ingin ke dokter”.</p>
<h2>Akses ke obat-obatan dan vaksin COVID-19</h2>
<p>Akses ke obat-obatan merupakan tantangan bagi banyak orang LGBT+. Aktivis di Bali, Jakarta, dan Yogyakarta menggambarkan bagaimana beberapa orang yang hidup dengan HIV tidak dapat mengakses rejimen obat antiretroviral mereka karena kekurangan. Ini berarti mereka diberi terapi kombinasi lain yang berbeda dari yang mereka gunakan sebelum pandemi.</p>
<p>Seperti yang dikatakan seorang aktivis, “orang-orang harus mengubah jenis pengobatan mereka menjadi sesuatu yang baru, dan mereka berubah dari merasa baik-baik saja menjadi mengalami efek samping”.</p>
<p>Orang LGBT+ telah memenuhi syarat untuk menerima vaksin COVID, tapi diskriminasi, masalah aksesibilitas (seperti masalah transportasi ke pusat vaksinasi) dan misinformasi telah muncul sebagai tantangan.</p>
<p>Di Indonesia, kelompok LGBT+ juga mengalami kesulitan akses vaksin karena kendala transportasi dan karena tidak memiliki kartu tanda penduduk (KTP). Hal ini menyebabkan beberapa badan amal mendukung perempuan transgender dan tunawisma untuk mendapatkannya.</p>
<p>Misalnya, badan amal Kebaya di Yogyakarta mendukung waria untuk mencapai pusat vaksinasi dengan membayar transportasi. Tidak bisa mendapatkan vaksin berarti mengurangi mobilitas minoritas seksual dan gender. Seperti yang dijelaskan oleh seorang aktivis Indonesia, “Kalau tidak punya vaksin, tidak bisa ke mana-mana, tidak bisa masuk ke gedung pemerintahan; kita punya aplikasi, dan sebuah tantangan lagi kalau tidak punya <em>smartphone</em>”.</p>
<h2>Hentikan diskriminasi</h2>
<p>Di Indonesia, pandemi COVID-19 secara tidak proporsional berdampak pada individu LGBT+, khususnya mereka yang hidup dengan HIV, pekerja seks, individu transgender, dan mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan.</p>
<p>Hal ini terutama dirasakan dalam kaitannya dengan layanan kesehatan, yang sulit diakses oleh mereka yang berasal dari latar belakang sosial ekonomi rendah.</p>
<p>Indonesia memiliki kewajiban hak asasi manusia (HAM) internasional yang berlaku sama bagi kelompok LGBT+ dan memberikan panduan untuk melindungi dan memenuhi hak-hak tersebut bagi semua warga negara. Indonesia meratifikasi <a href="https://tbinternet.ohchr.org/_layouts/15/TreatyBodyExternal/Treaty.aspx?CountryID=%2080&Lang=EN">Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik pada 2005 dan Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya pada 2006</a>, dan merupakan negara pihak Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (CEDAW).</p>
<p>Meski meratifikasi konvensi semacam itu, <a href="https://theconversation.com/onslaughts-against-gays-and-lesbians-challenge-indonesias-lgbt-rights-movement-54639">sejak 2016</a>, kepanikan moral telah menggambarkan orang-orang LGBT+ di Indonesia sebagai mengancam prinsip-prinsip moral bangsa.</p>
<p>Sikap diskriminatif dan sulitnya memperoleh KTP membuat sulitnya mendapatkan perawatan. Hal ini menunjukkan perlunya segera menerapkan pendekatan berbasis HAM untuk lebih memahami kebutuhan populasi LGBT+ dan melindungi hak-hak mereka sebagai manusia.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/195558/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Diego Garcia Rodriguez menerima dana dari Wesminster Foundation for Democracy untuk riset ini.</span></em></p>Pandemi COVID-19 secara tidak proporsional berdampak pada individu LGBT+, khususnya mereka yang hidup dengan HIV, pekerja seks, individu transgender, dan mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan.Diego Garcia Rodriguez, Lecturer in Global Health, Brighton and Sussex Medical SchoolLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/850012017-10-17T10:43:00Z2017-10-17T10:43:00ZHugh Hefner, ‘Playboy’, dan menjadi laki-laki di era Perang Dingin<p>Setelah Hugh Hefner, pendiri majalah <em>Playboy</em>, pergi selamanya pada usia 91 tahun, pada 27 September 2017, <a href="https://www.theguardian.com/media/2017/sep/28/hugh-hefner-founder-of-playboy-magazine-dies-aged-91">banyak orang langsung membahas</a> warisan rumit majalah itu dan sang laki-laki pendirinya. </p>
<p><a href="https://www.vanityfair.com/news/2011/05/playboy-clubs-201105">Di masa sekarang ia lebih banyak dikaitkan</a> dengan kumpulan para kekasih muda nan cantik dan pesta-pesta terkenal di mansion Playboy, sehingga gampang saja bagi kita untuk melihat Hefner semata-mata sebagai penghalang abadi dalam perjuangan kesetaraan gender. Namun, hal itu hanya akan mengesampingkan dampak Hefner dan <em>Playboy</em> yang signifikan pada budaya, terutama selama 1950-an di bawah bayang-bayang kecemasan Perang Dingin.</p>
<p>Lahir pada 9 April 1926 di Chicago, Illinois, masuknya Hefner ke dunia jurnalistik bermula saat ia remaja dan menulis untuk majalah militer selama Perang Dunia II. Setelah lulus dari University of Illinois, ia mulai bekerja sebagai <em>copy-editor</em> untuk majalah pria <em>Esquire</em>, hingga perselisihan tentang upah mendorongnya untuk meninggalkan majalah tersebut pada 1952.</p>
<p>Dia menggadaikan rumahnya dan meminjam uang dari ibunya untuk meluncurkan <em>Playboy</em> pada 1953. Edisi pertama, yang terkenal dengan penampilan Marilyn Monroe di dua halaman tengah majalah, menunjukkan keterlibatan eksplisit majalah ini dengan seks, hura-hura, dan konsumerisme. Dengan melakukan hal itu, majalah dewasa ini menantang gagasan maskulinitas yang berkisar pada keluarga inti. Gagasan itu tertanam di masyarakat pada tahun-tahun awal Perang Dingin Amerika.</p>
<h2>Laki-laki baru</h2>
<p>Keluarga inti—seorang ibu, ayah, dan anak-anak—dipandang penting sebagai penangkal komunisme di tahun-tahun setelah Perang Dunia II. Pengaturan ini bergantung kepada peran spesifik bagi perempuan dan laki-laki untuk memperkokoh kekuatan keluarga dan, dengan demikian, keamanan negara.</p>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/187951/original/file-20170928-1476-1kibkhs.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/187951/original/file-20170928-1476-1kibkhs.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/187951/original/file-20170928-1476-1kibkhs.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=828&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/187951/original/file-20170928-1476-1kibkhs.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=828&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/187951/original/file-20170928-1476-1kibkhs.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=828&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/187951/original/file-20170928-1476-1kibkhs.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1040&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/187951/original/file-20170928-1476-1kibkhs.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1040&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/187951/original/file-20170928-1476-1kibkhs.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1040&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Sampul pertama Playboy pada 1953.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://en.wikipedia.org/wiki/Playboy">Wikimedia</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Bagi laki-laki Amerika yang kembali dari perang, menjadi orang yang “benar” berarti menikah, menjadi ayah, dan mencari nafkah untuk keluarga. Perempuan kala itu mengendalikan ruang domestik. Mereka yang gagal melakukannya berarti, seperti dikatakan cendekiawan <a href="https://books.google.com.au/books/about/The_Hearts_of_Men.html?id=3SBFAAAAYAAJ&redir_esc=y">Barbara Ehrenreich</a>, “bukan orang dewasa… Seseorang yang dengan sengaja menyimpang dihakimi sebagai ‘kurang jantan’.”</p>
<p><em>Playboy</em> saat itu berani meretas ekspektasi kejantanan ini. Alih-alih membatasi maskulinitas di seputaran orang-orang suburban Amerika yang mengalami musim galau pascaperang, Playboy menawarkan model kejantanan versi intelek, menyenangkan, seksi dan, yang terpenting, berdiri berseberangan dengan gagasan pernikahan.</p>
<hr>
<p><em><strong>Baca juga:</strong> <a href="https://theconversation.com/antara-dove-kecantikan-sejati-dan-sejarah-produk-pemutih-kulit-yang-rasis-85581">Antara Dove, kecantikan sejati, dan sejarah produk pemutih kulit yang rasis</a></em></p>
<hr>
<p>Model ini sudah pasti diilhami oleh kegelisahan Hefner sendiri. Menikah dengan Mildred “Millie” Williams pada 1949, dia sudah merasakan monotonnya kehidupan di suburban. Penanda konvensional dari kejantanan-istri yang cantik, sukses dalam karier, dan rumah yang keren-membikin Hefner, menurut penulis biografinya, <a href="https://books.google.com.au/books/about/Bunny.html?id=vhtlAAAAMAAJ&redir_esc=y">Russell Miller</a>, “bosan tak terkira”. Mereka bercerai pada 1959.</p>
<p>Hefner, melalui kehidupan pribadinya dan melalui <em>Playboy</em>, mengubah rumah dari wilayah perempuan menjadi ekspresi kecanggihan seorang laki-laki dan “kepribadian simpatik”. Laki-laki model ini mungkin seseorang yang tertarik kepada seni, film, dan sastra asing (majalah ini terkenal dan diingat karena menerbitkan karya para penulis seperti Ray Bradbury dan Jack Kerouac), dan menikmati masa bujangan dengan penuh semangat dan menjauh dari pernikahan dan keluarga.</p>
<p>Sebaliknya, majalah <a href="http://www-tandfonline-com.simsrad.net.ocs.mq.edu.au/doi/abs/10.1080/14443058.2014.1001422"><em>Man</em></a>, terbitan berkala Australia di masa yang sama, merupakan tempat bagi laki-laki untuk memimpikan sebuah kehidupan di luar pernikahan, namun akhirnya menerima takdir mereka. <em>Playboy</em>, yang dikenal dengan simbol kelinci berdasi kupu-kupu itu, menolak konsep ini.</p>
<h2>Hefner dan perempuan</h2>
<p>Tentu saja, sikap <em>Playboy</em> terhadap perempuan sudah sepatutnya diingat sebagai, paling tidak, problematis. Tahun-tahun awal majalah tersebut menggambarkan perempuan Amerika sebagai orang yang mengancam kejantanan, materialistis, dan terobsesi memanipulasi laki-laki untuk menikah. Gambaran semacam itu tentu menyinggung, tapi ia berkait erat dengan ketidakpastian dan ketegangan yang beredar dalam lanskap budaya AS pascaperang.</p>
<p>Menurut sejarawan <a href="http://www.press.uchicago.edu/ucp/books/book/chicago/B/bo11119486.html">Carrie Pitzulo</a>, menunjuk bahwa Playboy seksis bukanlah hal baru. Memang di tahun-tahun terakhirnya, dikelilingi oleh kerumunan gadis-gadis muda yang menarik, Hefner sepertinya menganut gaya hidup yang disarankan oleh <em>Playboy</em> ke tingkat yang hampir parodi. Baru-baru ini, sikap <em>Playboy</em> terhadap perempuan ditunjukkan oleh <a href="https://theconversation.com/playboy-magazines-return-to-nudity-is-a-naked-bid-to-cover-up-its-irrelevance-73179">hubungan yang <em>on-off</em> dengan ketelanjangan</a>.</p>
<p>Namun, kita mungkin dapat juga melihat dari sisi tahun-tahun awal <em>Playboy</em> yang menunjukkan bahwa maskulinitas pada era 1950-an lebih kompleks daripada kenangan populer yang kita ketahui, dan tentang pergolakan budaya yang dimunculkan oleh Hefner dan publikasi ikoniknya: <em>Playboy</em>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/85001/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Chelsea Barnett tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Hugh Hefner, pendiri majalah Playboy, meninggal pada usia 91. Banyak yang menunjukkan hubungan problematik Playboy dengan perempuan tetapi Playboy justru tantangan bagi laki-laki di era Perang Dingin.Chelsea Barnett, Historian, Macquarie UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/848202017-10-04T10:15:22Z2017-10-04T10:15:22ZJumlah laki-laki melebihi perempuan di bidang teknologi. Apakah ini bawaan biologis?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/188732/original/file-20171004-6700-d7rjvo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Siapa yang hilang dari gambar ini?</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/lws/3263880963">Lawrence Sinclair</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nd/4.0/">CC BY-ND</a></span></figcaption></figure><p>Sudah bukan rahasia bahwa <a href="https://techcrunch.com/tag/diversity-report/">Silicon Valley mempekerjakan </a>lebih <a href="http://money.cnn.com/interactive/technology/tech-diversity-data/">banyak laki-laki ketimbang perempuan</a> di pekerjaan <a href="https://www.eeoc.gov/eeoc/statistics/reports/hightech/">teknologi</a>. Tetapi belum ada kesepakatan tentang mengapa ini terjadi.</p>
<p>Baru-baru ini, <a href="https://motherboard.vice.com/en_us/article/evzjww/here-are-the-citations-for-the-anti-diversity-manifesto-circulating-at-google">memo anti-keragaman </a>yang disampaikan oleh mantan insinyur Google membuat topik ini menjadi sorotan hangat. Sang insinyur berpendapat ada beberapa cara untuk menjelaskan ketimpangan gender di bidang teknologi yang tidak berdasar pada bias dan diskriminasi, dan secara khusus ia merujuk kepada perbedaan biologis antar jenis kelamin. </p>
<p>Coba kesampingkan dulu dampak dari pernyataan orang ini terhadap isu kesetaraan gender di bidang teknologi. Sekarang mari kita lihat apakah kesimpulan dia bisa menggambarkan apa yang diketahui para peneliti mengenai sisi sains dari jenis kelamin dan gender?</p>
<p>Sebagai ilmuwan sosial yang sudah berpengalaman menggelar riset psikologi tentang seks dan gender selama hampir 50 tahun, saya setuju bahwa bawaan biologis antar jenis kelamin mungkin merupakan sebagian alasan mengapa jumlah perempuan di jajaran pekerja teknologi di Silicon Valley lebih sedikit dibanding laki-laki. Tapi jalan yang menghubungkan bawaan biologis dan pekerjaan panjang dan berliku sehingga relevansi dari penyebab non-biologis tidak bisa dikesampingkan. Berikut ini adalah apa yang diungkap oleh berbagai riset tentang ini. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/182138/original/file-20170815-21358-10smx34.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/182138/original/file-20170815-21358-10smx34.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/182138/original/file-20170815-21358-10smx34.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/182138/original/file-20170815-21358-10smx34.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/182138/original/file-20170815-21358-10smx34.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/182138/original/file-20170815-21358-10smx34.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/182138/original/file-20170815-21358-10smx34.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/182138/original/file-20170815-21358-10smx34.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Apakah anak perempuan ini secara alamiah suka komputer?</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/zorgnetwerknederland/9423176668">Micah Sittig</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Apakah perempuan terlahir kurang cocok dengan teknologi?</h2>
<p>Tidak ada bukti sebab akibat langsung yang menunjukkan bawaan biologis menyebabkan kurangnya perempuan dalam pekerjaan teknologi. Tapi banyak, bahkan sebagian besar psikolog, memercayai gagasan umum bahwa <a href="https://doi.org/10.1002/jnr.23832">tingkat hormon pada masa sebelum kelahiran dan awal pasca kelahiran</a> seperti testosteron dan androgen (keduanya terkait dengan jenis kelamin laki-laki) <a href="https://doi.org/10.1186/s13293-015-0022-1">mempengaruhi psikologi manusia</a>. Dalam tubuh manusia, testosteron biasanya meningkat pada anak laki-laki dari sekitar minggu ke delapan sampai 24 masa kehamilan dan juga pada awal perkembangan pasca kelahiran.</p>
<p>Pembatasan etis jelas menghalangi eksperimen pada janin manusia dan bayi untuk memahami efek dari paparan laki-laki yang lebih besar terhadap testosteron. Sebagai gantinya, peneliti mempelajari individu yang terpapar lingkungan hormonal yang <a href="https://doi.org/10.1023/A:1022492106974">abnormal</a> karena kondisi <a href="https://doi.org/10.1016/j.yhbeh.2007.05.015">genetik yang tidak biasa</a> atau obat aktif hormonal yang <a href="https://doi.org/10.1007/s10508-016-0923-z">diresepkan untuk perempuan hamil</a>. </p>
<p>Studi-studi mengenai ini menunjukkan bahwa paparan hormon androgen di masa pembentukan memang memiliki efek maskulin terhadap preferensi dan perilaku bermain remaja putri, agresi, orientasi seksual dan identitas gender, dan <a href="https://doi.org/10.1016/j.psyneuen.2015.01.022">ada kemungkinan pada kemampuan spasial</a> serta tingkat respons terhadap informasi <a href="https://doi.org/10.1098/rstb.2015.0125">perilaku tertentu yang menurut budaya adalah sifat perempuan.</a></p>
<p>Paparan hormonal awal hanya satu bagian dari proses biologis kompleks yang <a href="https://doi.org/10.1002/jnr.23884">berkontribusi terhadap perbedaan jenis kelamin</a>. Didorong oleh pesan langsung dan tidak langsung dari kromosom X dan Y, efek dari proses ini terhadap psikologi manusia sebagian besar belum diketahui mengingat bidang sains yang relevan dengan ini masih baru.</p>
<p>Studi lain menjawab pertanyaan bakat alam vs. pengasuhan dengan membandingkan perilaku anak laki-laki dan perempuan yang masih sangat muda yang masih belum terpengaruh oleh tatanan sosial.</p>
<p><a href="https://doi.org/10.1037/0033-2909.132.1.33">Tanda-tanda perbedaan berdasar jenis kelamin muncul di awal terutama </a> pada <a href="https://doi.org/10.1111/j.1750-8606.2012.00254.x">dimensi temperamen</a>. Salah satu dimensi tersebut adalah apa yang oleh psikolog disebut “<em>surgency</em>”. Ini lebih kelihatan di anak laki-laki dan bermanifestasi dalam aktivitas motorik, sikap impulsif, dan kecenderungan mencari kesenangan dari aktivitas dengan intensitas tinggi. </p>
<p>Dimensi lainnya adalah dalam apa yang kita sebut “<em>effortful control</em>” kendali penuh upaya, yang lebih tampak di anak perempuan dan muncul dalam bentuk kemampuan mengatur diri, kemampuan konsentrasi yang lebih lama, juga kemampuan untuk fokus dan bergeser fokus, serta menahan diri dari hal-hal yang merugikan diri sendiri. Aspek temperamen ini juga mencakup kepekaan dan pengalaman persepsi yang lebih baik dari melakukan aktivitas berintensitas rendah.</p>
<p>Penelitian tentang temperamen ini menunjukkan bahwa alam menanamkan beberapa perbedaan jenis kelamin psikologis. Tapi para ilmuwan tidak sepenuhnya memahami jalur dari aspek temperamen anak menuju kepribadian dan kemampuan orang dewasa.</p>
<h2>Adakah pemisahan gender pada ciri-ciri teknologi?</h2>
<p>Pendekatan lain berkait isu perempuan di bidang teknologi melibatkan perbandingan jenis kelamin dengan sifat-sifat yang dianggap paling relevan dengan partisipasi di bidang teknologi. Dalam kasus ini, tidak masalah apakah sifat-sifat ini bawaan atau terbentuk dari pengasuhan. Yang paling lazim disebut termasuk kemampuan matematis dan spasial.</p>
<p>Di Amerika Serikat <a href="https://doi.org/10.1002/j.2333-8504.1971.tb00807.x">dahulu kemampuan matematis rata-rata anak laki-laki cenderung lebih tinggi</a> tapi <a href="https://doi.org/10.1126/science.1160364">sekarang tidak lagi dan sudah seimbang</a>. Dahulu juga jumlah anak laki-laki lebih banyak dalam hal meraih skor tertinggi di tes matematika yang sulit tetapi jumlah laki-laki <a href="https://doi.org/10.1016/j.intell.2016.09.003">telah menurun</a>. </p>
<p>Namun, laki-laki cenderung memperoleh nilai <a href="https://doi.org/10.1016/j.tics.2013.10.011">lebih tinggi pada sebagian besar tes kemampuan spasial</a>, terutama tes yang secara mental <a href="https://doi.org/10.1007/s10648-012-9215-x">memutar objek tiga dimensi</a>, dan keterampilan ini tampaknya penting di <a href="http://dx.doi.org/10.1037/a0016127">bidang STEM (sains, teknologi, teknik, dan matematika)</a>.</p>
<p>Tentu saja orang memilih pekerjaan berdasarkan minat dan kemampuan mereka. Jadi perbedaan jenis kelamin yang besar berkait minat yang berorientasi pada orang vs. berorientasi pada benda patut dipertimbangkan.</p>
<p><a href="https://dx.doi.org/10.1037/a0017364">Penelitian menunjukkan bahwa</a>, secara umum, perempuan lebih tertarik pada orang dibandingkan dengan laki-laki, yang lebih tertarik pada benda. Sepanjang pekerjaan teknologi lebih berkenaan dengan benda ketimbang orang, maka laki-laki rata-rata akan <a href="https://doi.org/10.1016/j.jvb.2015.09.007">lebih tertarik kepada pekerjaan itu.</a> </p>
<p>Misalnya, posisi seperti insinyur sistem komputer dan arsitek jaringan dan basis data memerlukan pengetahuan luas tentang elektronik, matematika, prinsip perekayasaan, dan sistem telekomunikasi. Untuk beprestasi dalam pekerjaan semacam itu tidak membutuhkan kualitas seperti kepekaan sosial dan kecerdasan emosional seperti pekerjaan di, misalnya, bidang pendidikan anak usia dini dan pemasaran barang ritel.</p>
<hr>
<p><em><strong>Baca juga:</strong> <a href="https://theconversation.com/kemampuan-memahami-orang-lebih-dituntut-dunia-kerja-ketimbang-keterampilan-stem-87867">Kemampuan memahami orang lebih dituntut dunia kerja ketimbang keterampilan STEM</a></em></p>
<hr>
<p>Perempuan dan laki-laki juga cenderung berbeda dalam hal tujuan hidup. Perempuan menempatkan prioritas lebih tinggi untuk <a href="https://doi.org/10.1177/1088868316642141">bekerja dengan dan membantu orang lain</a>. Pekerjaan di STEM pada umumnya dipandang tidak menyediakan banyak kesempatan untuk memuaskan tujuan hidup ini. </p>
<p>Tapi teknologi memang menawarkan spesialisasi yang memprioritaskan tujuan sosial dan komunitas (seperti merancang sistem perawatan kesehatan) atau menghargai keterampilan sosial (misalnya, mengoptimalkan interaksi orang dengan mesin dan informasi). Posisi seperti itu mungkin <a href="https://dx.doi.org/10.1037/a0025199">rata-rata relatif menarik bagi perempuan</a>. Secara umum, <a href="https://doi.org/10.1371/journal.pone.0057988">perempuan mempunyai kemampuan lebih dalam membaca</a> dan <a href="http://dx.doi.org/10.1080/00221325.2015.1036833">menulis</a> serta <a href="http://dx.doi.org/10.1037/a0017286">keterampilan sosial</a> dan ini akan menguntungkan mereka dalam banyak pekerjaan.</p>
<p>Tetapi hampir semua perbedaan jenis kelamin tumpang tindih antara perempuan dan laki-laki. Misalnya, meski perbedaan jenis kelamin cukup besar dalam hal tinggi badan rata-rata, beberapa perempuan lebih tinggi dari kebanyakan laki-laki dan beberapa laki-laki lebih pendek daripada kebanyakan perempuan. </p>
<p>Meski perbedaan psikologis berdasar jenis kelamin secara statistik lebih kecil daripada perbedaan tinggi ini, beberapa perbedaan yang paling relevan dengan teknologi cukup penting, terutama minat terhadap orang versus minat terhadap benda dan kemampuan spasial dalam hal rotasi mental.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/182136/original/file-20170815-26751-uke216.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/182136/original/file-20170815-26751-uke216.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/182136/original/file-20170815-26751-uke216.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/182136/original/file-20170815-26751-uke216.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/182136/original/file-20170815-26751-uke216.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/182136/original/file-20170815-26751-uke216.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/182136/original/file-20170815-26751-uke216.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/182136/original/file-20170815-26751-uke216.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Silicon Valley dituding memelihara budaya ‘brogrammer’ atau budaya laki-laki di kalangan programernya, yang bisa membuat perempuan merasa tidak diterima.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/zorgnetwerknederland/9423176668">Zorgnetwerk Nederland</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/">CC BY-NC-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Jika bukan biologi, lalu apa penyebabnya?</h2>
<p>Mengingat tidak adanya bukti yang jelas bahwa kemampuan dan minat yang berkaitan dengan teknologi terutama berasal dari biologi, ada banyak ruang untuk mempertimbangkan pola pergaulan dan stereotip gender.</p>
<p>Manusia dilahirkan belum berkembang, maka orang tua dan orang lain mengajarkan berbagai kode-kode sosial yang umumnya dimaksudkan untuk membentuk kepribadian dan keterampilan yang mereka pikir akan membantu keturunan mereka menjalani hidup mereka di masa depan. </p>
<p>Pengasuh cenderung <a href="https://dx.doi.org/10.1037/0033-2909.109.2.267">mempromosikan kegiatan dan minat khas jenis kelamin tertentu kepada anak-anak</a>—boneka untuk anak perempuan, truk mainan untuk anak laki-laki. Sosialisasi konvensional dapat <a href="https://doi.org/10.1111/cdev.12569">membuat anak-anak memilih</a> pilihan karier konvensional.</p>
<p>Bahkan <a href="https://doi.org/10.1068/p3331">anak-anak yang masih kecil</a> pun membentuk <a href="https://doi.org/10.1016/0163-6383(94)90037-X">stereotip gender</a> karena <a href="https://dx.doi.org/10.1037/a0037215">mereka mengamati perempuan dan laki-laki</a> yang memberlakukan pembagian kerja di masyarakat mereka. <a href="http://www.jstor.org/stable/1128709">Mereka secara otomatis belajar tentang gender </a> dari apa yang orang dewasa lakukan di rumah dan di tempat kerja. </p>
<p>Akhirnya, untuk menjelaskan perbedaan yang mereka lihat pada apa yang dilakukan laki-laki dan perempuan dan bagaimana mereka melakukannya, anak-anak menarik kesimpulan bahwa jenis kelamin sampai batas tertentu memiliki sifat dasar yang berbeda. Pemisah menyampaikan pesan bahwa <a href="https://doi.org/10.1006/drev.1993.1007">laki-laki dan perempuan memiliki atribut yang berbeda.</a></p>
<p><a href="https://doi.org/10.1111/1471-6402.t01-1-00066">Stereotip gender ini biasanya mencakup</a> keyakinan bahwa perempuan lebih hangat dan perhatian pada orang lain, yang oleh psikolog disebut komunal. Stereotip juga menunjukkan bahwa laki-laki memiliki lebih bersifat tegas dan dominan, yang oleh psikolog disebut agen.</p>
<p><a href="https://doi.org/10.1177/0146167200262001">Stereotip ini dibagi</a> dalam budaya dan membentuk identitas gender individu serta norma masyarakat tentang perilaku perempuan dan laki-laki yang cocok.</p>
<p>Stereotip gender menyediakan tempat bagi prasangka dan diskriminasi yang ditujukan kepada mereka yang menyimpang dari norma gender. Jika, misalnya, orang menerima stereotip bahwa perempuan bersikap hangat dan emosional namun tidak tangguh dan rasional, <a href="https://doi.org/10.1093/oxfordhb/9780199363643.013.7">perekrut karyawan</a> dapat menutup perempuan dari banyak pekerjaan teknologi dan perekayasaan, bahkan perempuan yang tidak khas jenis kelamin mereka.</p>
<p>Selain itu, perempuan berbakat dalam teknologi mungkin goyah jika mereka sendiri <a href="https://doi.org/10.1002/j.2161-0045.2014.00075.x">menginternalisasi stereotip masyarakat </a>tentang <a href="https://doi.org/10.1007/s11162-015-9375-x">inferioritas perempuan dalam atribut yang cocok untuk teknologi</a>. Juga, <a href="http://dx.doi.org/10.1037/a0012702">kecemasan perempuan bahwa mereka mengonfirmasi</a> stereotip negatif ini dapat <a href="https://doi.org/10.4135/9781446269930.n26">menurunkan kinerja aktual mereka.</a></p>
<p>Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa penelitian mengungkap <a href="https://books.google.com/books?hl=en&lr=&id=xPCQM6g7CQ0C&oi=fnd&pg=PA1&ots=XKHVbPVdIO&sig=L2ZncU0XyBEph7ujaLq4usXSmTY#v=onepage&q&f=false">bukti bahwa perempuan umumnya</a> harus memenuhi standar yang lebih tinggi untuk mendapatkan pekerjaan dan pengakuan di bidang yang berbudaya maskulin dan didominasi laki-laki. Namun, ada beberapa bukti baru-baru ini bahwa <a href="https://doi.org/10.17226/12062">perempuan lebih berpeluang direkrut di institusi penelitian bidang STEM</a> di Amerika Serikat.</p>
<p>Perempuan berkualifikasi yang melamar posisi di sana lebih berpeluang untuk diwawancarai dan menerima tawaran daripada kandidat laki-laki. <a href="https://theconversation.com/women-preferred-for-stem-professorships-as-long-as-theyre-equal-to-or-better-than-male-candidates-49411">Simulasi eksperimental perekrutan</a> fakultas STEM menghasilkan temuan serupa.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/182140/original/file-20170815-28398-au0sfi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/182140/original/file-20170815-28398-au0sfi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/182140/original/file-20170815-28398-au0sfi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/182140/original/file-20170815-28398-au0sfi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/182140/original/file-20170815-28398-au0sfi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/182140/original/file-20170815-28398-au0sfi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/182140/original/file-20170815-28398-au0sfi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/182140/original/file-20170815-28398-au0sfi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Setiap karier bergantung pada pelatihan dan pendidikan yang mengembangkan minat dan bakat bawaan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/24929786@N02/2367468669">Todd Ludwig</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/">CC BY-NC-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Mengapa bukan bawaan dan pengasuhan?</h2>
<p>Banyak pakar membuat kesalahan dengan mengasumsikan bahwa bukti ilmiah yang mendukung penyebab sosial budaya bagi kelangkaan perempuan dalam teknologi membuat penyebab biologis tidak valid, atau sebaliknya. Asumsi ini terlalu sederhana karena perilaku manusia yang paling kompleks mencerminkan beberapa campuran bakat bawaan dan pengasuhan.</p>
<p>Dan wacana tersebut selanjutnya dikompromikan karena <a href="https://www.nytimes.com/2017/08/08/technology/the-culture-wars-have-come-to-silicon-valley.html?_r=0">debat menjadi</a> lebih <a href="https://www.washingtonpost.com/opinions/the-google-memo-isnt-the-interesting-part-of-the-story/2017/08/11/de3f8876-7ecb-11e7-9d08-b79f191668ed_story.html">dipolitisasi</a>. Berdebat untuk alasan sosiokultural tampaknya sikap yang lebih progresif dan benar secara politis saat ini. Berdebat untuk penyebab biologis tampak seperti posisi yang lebih konservatif dan reaksioner. Terlibat dalam perang ideologis malah akan mengalihkan perhatian dari memikirkan <a href="https://doi.org/10.1177/2372732214549471">perubahan apa dalam praktik dan budaya organisasi</a> yang akan <a href="https://www.nytimes.com/2017/08/15/opinion/silicon-valley-women-hiring-diversity.html">mendorong masuknya perempuan di bidang teknologi </a> dan tenaga kerja ilmiah pada umumnya.</p>
<p>Mempolitisasi perdebatan semacam itu mengancam kemajuan ilmiah dan tidak membantu mengungkap apakah sebuah organisasi adil dan beragam dan bagaimana mendorongnya agar demikian. Sayangnya, maksud baik organisasi untuk <a href="https://theconversation.com/tech-companies-spend-big-money-on-bias-training-but-it-hasnt-improved-diversity-numbers-44411">mempromosikan keragaman dan inklusi</a> tidak efektif, seringkali karena terlalu <a href="https://doi.org/10.1177/0003122415596416">memaksakan dan membatasi otonomi manajer</a>. Kemarahan dalam “memo anti keragaman” James Damore menunjukkan bahwa Google mungkin perlu mengevaluasi inisiatif keragamannya.</p>
<p>Bagaimanapun, baik sains yang berorientasi bawaan atau pengasuhan tidak dapat sepenuhnya menjelaskan jumlah perempuan yang lebih sedikit dalam pekerjaan teknologi. Sikap yang koheren dan berpikiran terbuka bisa menerima kemungkinan baik pengaruh biologis maupun sosial terhadap minat dan kompetensi karier.</p>
<p>Terlepas dari apakah bakat atau pengasuhan lebih kuat untuk menjelaskan kurangnya jumlah perempuan dalam karier teknologi, orang harus waspada terhadap tindakan berdasarkan asumsi biner gender. Lebih masuk akal untuk memperlakukan individu dari kedua jenis kelamin dengan memposisikan mereka pada rentang kemampuan maskulin dan feminin yang luas dan beragam.</p>
<p>Memperlakukan orang sebagai individu dan bukan sekadar stereotip mereka sebagai laki-laki atau perempuan itu sulit, mengingat penilaian stereotip otomatis muncul di diri kita. Tapi bekerja menuju tujuan ini akan mendorong kesetaraan dan keragaman di bidang teknologi dan sektor ekonomi lainnya.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/84820/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Alice H. Eagly tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Apakah bawaan biologis berdasar jenis kelamin bisa menjelaskan mengapa lebih banyak laki-laki di Silicon Valley?Alice H. Eagly, Professor of Psychology; Faculty Fellow Institute for Policy Research; Professor of Management and Organizations, Northwestern UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/831132017-09-05T07:24:26Z2017-09-05T07:24:26ZPerempuan juga kena serangan jantung, tapi gejalanya kerap disalahartikan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/183634/original/file-20170828-1557-1opu76z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pentingnya kesehatan jantung perempuan selama bertahun-tahun diabaikan.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/tacitrequiem/2967264518/in/photolist-5wd1n5-C9eu3d-bio5FZ-e58Suq-bip4NB-dGJTAr-bio4EF-7St6x3-oyMwQR-893NSN-9VGtLU-4a2MRq-bioE3v-4ES4kU-aEQSYd-bRvU7D-bnsWZc-8Uciid-R7jQS5-aEQTFb-8vLPAy-7BcZkK-7BcZpB-7PRkaq-dHeJpy-am4Txp-bmSaa6-8vHiKe-am7ax3-yEzNe-7yfhnj-8vHKA8-88biBa-GFkbKX-o2uQpi-ea6FRt-o2EYKs-7BgP8m-aELZHr-7BgPgh-gnr2d9-8kvuo2-am79UG-o4Arhp-3grbg-8jYvKn-7bD8L1-8KGG38-nKityM-nzcBBA/">tacit requiem (joanneQEscober )/Flickr</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span></figcaption></figure><p>Serangan jantung <a href="https://www.world-heart-federation.org/resources/women-cvd-facts-tips/">membunuh 3,3 juta</a> perempuan di dunia setiap tahun dan banyak perempuan meninggal akibat penyakit lain yang terkait jantung. Di <a href="https://www.cdc.gov/dhdsp/data_statistics/fact_sheets/fs_women_heart.htm">Amerika Serikat</a>, hampir 290 ribu perempuan meninggal akibat penyakit jantung di 2013—atau satu dari empat kematian perempuan.</p>
<p>Sementara itu di Australia, sebuah <a href="http://mmihr.acu.edu.au/2016/10/cardiovascular-disease-the-3bn-hidden-killer-of-australian-women/">laporan baru-baru ini</a> menemukan lebih dari 31 ribu perempuan meninggal karena penyakit jantung setiap tahun, jauh lebih banyak daripada 12 ribu perempuan yang meninggal akibat kanker jenis yang paling lazim, seperti kanker payudara.</p>
<p>Bagaimana dengan Indonesia? Data Kementerian Kesehatan di tahun 2013 memperkirakan <a href="https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0ahUKEwjIm6zNl_rVAhUIgI8KHR8yAXUQFgglMAA&url=http%3A%2F%2Fwww.depkes.go.id%2Fdownload.php%3Ffile%3Ddownload%2Fpusdatin%2Finfodatin%2Finfodatin-jantung.pdf&usg=AFQjCNFBqImaIpNO-5uWR7gv5O8QWgd3cA">lebih banyak perempuan</a> didiagnosis dokter memiliki masalah jantung ketimbang laki-laki. Masalah jantung adalah penyakit jantung koroner, gagal jantung, dan stroke. Estimasinya ada 1,22 juta perempuan dibanding 1,07 juta laki-laki.</p>
<p>Meski lebih banyak laki-laki daripada perempuan yang <a href="http://www.sbs.com.au/topics/life/health/article/2016/06/01/matters-heart">masuk rumah sakit di Australia</a> tiap tahunnya karena penyakit jantung, jumlah yang meninggal antara kedua jenis kelamin sama saja. Ini karena penyakit jantung <a href="https://www.heartresearch.com.au/heart-disease/women-and-heart-disease/">kurang dikenali di kalangan perempuan</a> ketimbang laki-laki akibat dari gejalanya yang tidak lazim dan fakta bahwa lebih kecil kemungkinan bagi perempuan untuk segera mencari bantuan medis. </p>
<p>Suatu <a href="http://www.georgeinstitute.org/media-releases/disadvantaged-women-at-greater-risk-of-heart-disease-than-men-0">studi baru di Australia</a> juga menemukan bahwa perempuan dari kalangan ekonomi bawah memiliki kemungkinan 25 persen lebih besar untuk mendapatkan serangan jantung dibanding laki-laki dari latar belakang sosial ekonomi yang sama.</p>
<p>Selama bertahun-tahun, pentingnya kesehatan jantung perempuan tidak muncul ke permukaan. Hal ini baru mulai muncul di dasawarsa terakhir. Di tahun 1997, hanya 30 persen dari <a href="http://circoutcomes.ahajournals.org/content/circcvoq/early/2010/02/10/CIRCOUTCOMES.109.915538.full.pdf">perempuan Amerika yang disurvei</a> yang sadar bahwa penyakit kardiovaskular (termasuk penyakit jantung dan stroke) adalah penyebab utama kematian perempuan. Meski ada berbagai kampanye media mengenai ini, angka tersebut naik hanya ke 50 persen di tahun 2009.</p>
<h2>Gejalanya beda</h2>
<p>Baik jenis kelamin (seks) dan gender harus dipertimbangkan ketika mendiskusikan penyakit jantung pada perempuan. Meski dua istilah ini kerap dipakai bergantian, ternyata ada <a href="https://www.mja.com.au/journal/2016/205/8/global-womens-health-issues-sex-and-gender-matter">perbedaan penting</a> antara keduanya. Jenis kelamin merujuk pada sifat-sifat organ tubuh, sedangkan gender menentukan peran, perilaku, dan ekspektasi yang ditentukan secara sosial.</p>
<p>Baru sekarang inilah kita mulai memahami perbedaan berdasar jenis kelamin dan gender pada perempuan dengan penyakit kardiovaskular, karena untuk bertahun-tahun lamanya perempuan tidak diikutkan dalam percobaan klinis. Faktor yang meningkatkan risiko penyakit jantung, juga <a href="http://circ.ahajournals.org/content/133/9/916.full#sec-51">cara-cara penyakit tersebut termanifestasi</a>, bisa berbeda antara perempuan dan laki-laki.</p>
<p>Faktor risiko yang umum di kedua jenis kelamin antara lain kolesterol tinggi, merokok, obesitas, ketiadaan aktivitas fisik. Tapi diabetes akibat kehamilan, melahirkan prematur, darah tinggi di masa kehamilan, dan efek dari perawatan kanker payudara adalah faktor khas yang terjadi pada perempuan.</p>
<p>Memiliki masalah autoimun juga bisa meningkatkan risiko penyakit jantung. Dan karena <a href="http://theconversation.com/man-flu-is-real-but-women-get-more-autoimmune-diseases-and-allergies-77248">lebih banyak perempuan daripada laki-laki</a> yang punya masalah autoimun, maka faktor ini lebih <a href="http://circres.ahajournals.org/content/118/8/1273.short#sec-8">relevan bagi perempuan</a>.</p>
<p>Sama halnya dengan penyakit mental seperti depresi dan gangguan stres pascatrauma (PTSD) yang lebih lazim ditemukan pada perempuan. Para peneliti sekarang ini <a href="http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0149763416300574">semakin tertarik</a> pada kaitan antara faktor psikologis dan penyakit jantung, terutama pada perempuan.</p>
<p>Semakin cepat serangan jantung ditangani setelah terjadi, semakin kecil pula kemungkinan otot jantung tergerus dan kemudian risiko kematian dan cacat semakin kecil kemungkinannya. Baik bagi laki-laki maupun perempuan, gejala penyakit jantung yang paling umum adalah sakit dada. Tapi perempuan bisa mengalami <a href="http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/HeartAttack/WarningSignsofaHeartAttack/Heart-Attack-Symptoms-in-Women_UCM_436448_Article.jsp#.WYKhGtOGOjg">gejala yang tidak biasa</a> seperti napas pendek-pendek, lemas, kecapaian, dan mual. Perempuan juga bisa saja merasakan gejala yang berkaitan dengan dada tapi di tempat yang berbeda dengan laki-laki seperti di leher, rahang, dan punggung.</p>
<hr>
<p><em><strong>Baca juga:</strong> <a href="https://theconversation.com/agar-tidak-mati-akibat-kelamaan-duduk-86410">Agar tidak mati akibat kelamaan duduk</a></em></p>
<hr>
<p>Gejala-gejala yang tidak biasa di kalangan perempuan terkadang mengarah pada <a href="https://www.theatlantic.com/health/archive/2015/10/heart-disease-women/412495/">salah diagnosis serangan jantung</a>. Alasan dari gejala yang berbeda adalah penyakit jantung di <a href="http://circres.ahajournals.org/content/118/8/1273.short#sec-8">kalangan perempuan</a> memiliki pola yang tidak terlalu menghalangi arteri koroner (pembuluh yang menyediakan darah ke jantung). </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/180821/original/file-20170803-6912-pogdrk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/180821/original/file-20170803-6912-pogdrk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/180821/original/file-20170803-6912-pogdrk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/180821/original/file-20170803-6912-pogdrk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/180821/original/file-20170803-6912-pogdrk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/180821/original/file-20170803-6912-pogdrk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/180821/original/file-20170803-6912-pogdrk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/180821/original/file-20170803-6912-pogdrk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Gejala serangan jantung di kalangan perempuan tidak seperti yang bisa pada laki-laki, termasuk napas pendek dan kelelahan.</span>
<span class="attribution"><span class="source">from shutterstock.com</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Perempuan lebih sering didiagnosis saat usia lebih tua</h2>
<p>Gagal jantung terjadi ketika jantung tidak memompa darah yang cukup untuk tubuh dan biasanya muncul dalam bentuk kelelahan dan sulit bernapas. Gagal jantung di perempuan biasanya muncul pada umur yang lebih tua.</p>
<p>Perempuan juga <a href="http://circres.ahajournals.org/content/118/8/1273.full#sec-35">dua kali lipat lebih mungkin</a> daripada laki-laki untuk mengalami tipe gagal jantung yang dikenal sebagai “<em>heart failure with preserved ejection fraction</em>” atau HFpEF. Kondisi ini dikaitkan dengan tingginya angka kematian dan kualitas hidup yang berkurang. Tekanan darah tinggi adalah faktor risiko yang dominan: 80-90 persen pasien dengan HFpEF <a href="http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0735109711005110">memiliki tekanan darah tinggi</a>. </p>
<p>Sampai hari ini tidak ada penanganan yang pasti untuk HFpEF, meski uji klinis terus berlangsung.</p>
<p>Perempuan secara umum <a href="http://circres.ahajournals.org/content/118/8/1273.short">10 tahun lebih tua</a> ketika mengalami kejadian jantung pertama mereka. Maka besar kemungkinan mereka sudah punya kondisi lain, seperti arthritis dan diabetes, yang biasanya membuat mereka mendapatkan hasil akhir yang lebih buruk.</p>
<p>Perempuan berusia tua juga <a href="http://online.liebertpub.com/doi/abs/10.1089/jwh.2007.0386">banyak yang hidup sendirian</a>, karena <a href="http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/07399332.2011.610539">lebih banyak perempuan</a> ditinggal mati pasangan ketimbang laki-laki. Mereka juga kemungkinan hidup dengan sumber keuangan yang berkurang sementara kebutuhan akan dukungan di kehidupan sehari-hari lebih tinggi. Akibatnya mungkin saja mereka tidak bisa pergi menemui dokter atau mendapatkan resep obat.</p>
<p>Situasi-situasi yang mengelilingi perempuan saat mereka didiagnosis dengan masalah kardiovaskular membatasi mereka untuk olahraga yang cukup. Padahal, olahraga itu penting untuk mengoptimalkan fungsi jantung dan mendorong fungsi jasmani untuk penuaan yang sehat. Perempuan usia lanjut perlu diberi mekanisme terstruktur yang mendorong mereka aktif secara fisik.</p>
<p>Program rawat jalan seperti rehabilitasi jantung, yang melibatkan berbagai disiplin ilmu termasuk perawat, dokter, pakar diet, spesialis <a href="https://www.slideshare.net/mochammadyunus52/exercise-physiology-37229546">fisiologi olahraga</a>, dan <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Terapi_okupasi">terapis okupasi</a>, <a href="http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0735109715071193">mengurangi kematian dini</a> dan dipromosikan dalam panduan praktik klinis di <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5013580/">seluruh dunia</a>. Program ini menangani faktor risiko dan mengajari orang bagaimana mengelola penyakit mereka. </p>
<p>Awalnya program ini dianjurkan terutama bagi pasien serangan jantung atau yang baru saja mengalami bedah <em>bypass</em> jantung, tetapi program ini <a href="http://www.acc.org/latest-in-cardiology/articles/2015/10/13/08/57/cardiac-rehabilitation-for-heart-failure">semakin banyak dianjurkan</a> bagi mereka yang mengalami gagal jantung. Sayangnya, informasi yang tersedia menunjukkan bahwa di AS laki-laki <a href="http://circres.ahajournals.org/content/118/8/1273.full#sec-38">sepertiga lebih mungkin</a> mendaftarkan diri ke program tersebut dibandingkan perempuan. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/180824/original/file-20170803-18749-1oa24gf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/180824/original/file-20170803-18749-1oa24gf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/180824/original/file-20170803-18749-1oa24gf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/180824/original/file-20170803-18749-1oa24gf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/180824/original/file-20170803-18749-1oa24gf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/180824/original/file-20170803-18749-1oa24gf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/180824/original/file-20170803-18749-1oa24gf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/180824/original/file-20170803-18749-1oa24gf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Perempuan usia lanjut lebih tinggi kemungkinannya hidup sendiri karena lebih banyak perempuan ditinggal mati pasangannya.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/search/elderly?photo=VyarWMe4C2A">Foto oleh Fabrizio Verrecchia dari Unsplash</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Alasannya bisa beragam. Pola rujukan dan tenaga kesehatan mempengaruhi partisipasi dalam program semacam ini. Tetapi kami juga mendapati bahkan ketika <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18240989">perempuan dirujuk ke program</a>, mereka sering tidak datang. Alasannya karena keterbatasan transportasi, kurangnya kemampuan berolahraga serta adanya tanggung jawab mengurus keluarga.</p>
<p>Ini adalah contoh lain mengapa strategi yang berfokus pada gender harus dikembangkan untuk mengurangi angka kematian akibat penyakit jantung di kalangan perempuan.</p>
<h2>Membantu perempuan mengambil kendali</h2>
<p>Memperbaiki kisah akhir dari kasus jantung pada perempuan tidak hanya membutuhkan perubahan pengetahuan, sikap, dan keyakinan di kalangan tenaga kesehatan, tetapi yang lebih penting adalah di antara perempuan sendiri.</p>
<p>Langkah pertama bagi perempuan untuk memperkecil risiko adalah mendorong mereka mengedepankan kesehatan mereka sendiri dengan meningkatkan pengetahuan tentang faktor risiko dan gejala yang khas perempuan. Ada juga faktor gaya hidup yang penting dipertimbangkan, seperti:</p>
<ul>
<li>Berkonsultasi dengan tenaga kesehatan mengenai perlu tidaknya pemeriksaan kardiovaskular berdasarkan sejarah keluarga dan faktor risiko</li>
<li>Menghindari merokok dan mencari bantuan jika Anda perokok</li>
<li>Membuat rencana olahraga dan penanganan stres serta depresi</li>
<li>Berdiet sehat yang rendah lemak jenuh dan tinggi serat serta hindari makanan olahan pabrik (<em>processed food</em>)</li>
</ul>
<h2>Masa depan</h2>
<p>Kita telah mengalami kemajuan dalam hal mengakui perbedaan gender dan jenis kelamin terkait penyakit jantung, tetapi masih banyak pertanyaan tak terjawab, khususnya tentang perempuan dari kelompok minoritas. <a href="https://www.mja.com.au/journal/2016/205/8/global-womens-health-issues-sex-and-gender-matter">Kuota wajib untuk memasukkan perempuan dalam uji klinis</a> lumayan membantu, tetapi tetap saja perempuan tak terwakili dengan baik dalam uji klinis dan kita juga kekurangan riset soal kebutuhan spesifik perempuan. </p>
<p>Perempuan memang hidup lebih lama, tapi kerap dengan <a href="http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/07399332.2011.610539">kondisi cacat</a>, sehingga berakibat buruk pada masyarakat. Maka jadi menyenangkan melihat terbitnya panduan praktik klinis baik untuk pencegahan dasar <a href="http://circ.ahajournals.org/content/circulationaha/123/11/1243.full.pdf">penyakit kardiovaskular</a> maupun untuk <a href="http://circ.ahajournals.org/content/early/2016/01/25/CIR.0000000000000351">serangan jantung</a> yang khusus untuk perempuan. </p>
<p>Selain mengawasi faktor biologis seperti tekanan darah, berat badan, gula darah, dan kolesterol, perempuan juga perlu menangani faktor psikologis dan sosial, seperti stres dan depresi. Kita perlu mengembangkan program perawatan kesehatan menggunakan pendekatan berdasar gender untuk meningkatkan kesadaran mengenai penyakit jantung sebagai isu kesehatan perempuan, yang akan memperbaiki hasil akhirnya pada perempuan.</p>
<hr>
<p><em>Data Kementerian Kesehatan Indonesia ditambahkan ke versi ini atas seizin penulis.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/83113/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Patricia Davidson menerima dana dari Heart Foundation, National Health and Medical Research Council, Australian Research Council, dan National Institutes for Health.</span></em></p>Penyakit jantung lama dianggap penyakitnya laki-laki. Ketidaktahuan kita mengenai dampaknya pada perempuan menyebabkan hasil yang berbeda antara perempuan dan laki-laki yang mengalami hal yang sama.Patricia Davidson, Professor and Dean, School of Nursing, Johns Hopkins UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.