Menu Close

Bagaimana sampah plastik membunuh terumbu karang

Sampah plastik tidak hanya berbahaya bagi hewan laut, seperti penyu dan paus, tapi juga terumbu karang. Sejatinya, perlindungan laut bukan sekadar luasan wilayah yang dilindungi, namun juga tindakan nyata.

Pencemaran laut di Indonesia, terutama akibat sampah plastik, sering kali menjadi konten viral di media sosial. Mungkin Anda masih ingat video penyu yang tersangkut jaring, atau paus mati dengan perut penuh plastik?

Tapi di sisi lain, belum begitu banyak konten yang mengangkat soal dampak sampah plastik terhadap terumbu karang—hewan laut yang memiliki peran penting tidak hanya bagi hewan laut lainnya, tapi juga manusia.

Terumbu karang adalah tempat berlindung dan berkembang biak bagi setidaknya 25% spesies laut di dunia. Ia juga berperan dalam mengurangi polusi lautan. Sayangnya, perhatian masih sedikit diberikan kepada hewan yang terdiri dari karang lunak dan keras ini.

Dalam penelitian yang dipublikasikan di majalah Science tahun 2018, Jamaluddin Jompa, peneliti terumbu karang dari Universitas Hasanuddin, Makassar, dan peneliti lainnya mengungkapkan bahwa terumbu karang yang tertutup oleh plastik dapat mati karena tidak mendapatkan sinar matahari untuk tumbuh.

Tidak hanya itu, karang lainnya bisa terinfeksi oleh karang yang mati akibat plastik tersebut.

Selain pemutihan (bleaching), penyakit karang yang paling sering dijumpai, menurut Jompa, adalah sabuk hitam (black band disease) dan sabuk putih (white band disease).

Jompa mengatakan pemerintah Indonesia sudah memiliki upaya perlindungan ekosistem laut, yaitu dengan menetapkan area perlindungan laut atau dikenal sebagai marine protected areas (MPAs), yang kini seluas sekitar 20 juta hektare.

Sayangnya, jumlah area yang dilindungi belum sebanding dengan hasilnya. Hal ini disebabkan oleh adanya pemisahan kewenangan di pemerintahan berdasarkan UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Konsekuensinya, pemerintah kabupaten belum bisa maksimal mengelola area laut karena keterbatasan sumber daya manusia.

Laporan terbaru dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tentang lautan dan kriosfer, sebuah badan berisikan para ilmuwan iklim dari seluruh dunia di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa, menyatakan memanasnya Bumi akibat kegiatan manusia membuat es di lautan meleleh lebih cepat dari yang diperkirakan.

Perlindungan laut, terutama terumbu karang, menjadi sangat penting dilakukan. Apalagi karena manusia yang membutuhkan laut, bukan sebaliknya.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,400 academics and researchers from 4,942 institutions.

Register now