tag:theconversation.com,2011:/ca/topics/google-42799/articlesGoogle – The Conversation2023-06-30T11:10:10Ztag:theconversation.com,2011:article/2082252023-06-30T11:10:10Z2023-06-30T11:10:10ZBagaimana rivalitas Microsoft dan Google bisa membuat pengembangan AI semakin melejit<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/534976/original/file-20230630-21-rn9wgf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=18%2C27%2C6020%2C3983&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Kedua perusahaan telah melakukan investasi besar -besaran pada perusahaan AI.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/uk-london-january-30-2023-microsoft-2260520033">kovop/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Microsoft dan Google baru-baru ini menanamkan investasi besar di dua perusahaan terbesar dalam bidang kecerdasan buatan (AI). OpenAI, yang mengembangkan ChatGPT, telah menerima <a href="https://www.bloomberg.com/news/articles/2023-01-23/microsoft-makes-multibillion-dollar-investment-in-openai">investasi masif sebesar US$10 miliar (Rp 149,4 triliun) dari Microsoft</a>, sementara Google <a href="https://www.ft.com/content/583ead66-467c-4bd5-84d0-ed5df7b5bf9c">menginvestasikan US$300 juta (Rp 4,4 triliun) di Anthropic</a>.</p>
<p>Dukungan finansial dari para raksasa teknologi ini terhadap AI telah membuat persiangan ketat mereka semakin tersorot publik. Perjuangan Google untuk berebut dominasi dengan Microsoft semakin menguat dan menjadi topik utama dalam diskusi tentang kesuksesan AI pada masa depan.</p>
<p>Google telah memberikan kontribusi yang sangat besar di bidang pengembangan AI, termasuk penemuan transformer – suatu bentuk pembelajaran mesin (<em>machine learning</em>) dengan algoritme terus berkembang dalam menjalankan fungsi-fungsi tertentu seiring “dilatih” dengan data – kemajuan beragam teknik untuk mengotomatiskan terjemahan bahasa dan <a href="https://www.theguardian.com/technology/2014/jan/27/google-acquires-uk-artificial-intelligence-startup-deepmind">akuisisi perusahaan AI DeepMind</a>.</p>
<p>Meskipun Google secara konsisten memosisikan dirinya di garis depan pengembangan AI, hadirnya ChatGPT menjadi sebuah tonggak sejarah yang signifikan. Perusahaan OpenAI yang berbasis di California, Amerika Serikat (AS) <a href="https://openai.com/blog/chatgpt">merilis ChatGPT pada November 2022</a> dan <a href="https://sg.style.yahoo.com/chatgpt-4-openai-releases-version-075830243.html">versi yang lebih canggih, GPT-4</a>, diluncurkan pada Februari 2023.</p>
<p>Kehadiran ChatGPT memicu diskusi luas tentang kecerdasan umum buatan (<em>artificial general intelligence</em> atau AGI) – yakni ketika mesin melampaui kecerdasan manusia. Ini juga menjadi fokus dalam peringatan dari Geoffrey Hinton, seorang tokoh berpengaruh dalam bidang AI, yang <a href="https://www.bbc.co.uk/news/world-us-canada-65452940">dalam beberapa wawancara</a> menguraikan kekhawatirannya tentang teknologi ini setelah mengundurkan diri dari Google awal tahun ini.</p>
<p>Akibatnya, <a href="https://arxiv.org/search/?query=large+language+models&searchtype=all&source=header&start=150">jumlah penelitian</a> yang berfokus pada model bahasa besar (<em>large language models</em> atau LLM) – jenis teknologi AI yang mendasari ChatGPT – melonjak. Topik penelitian lainnya terkait AI, seperti sistem dialog dan pencarian informasi, berpotensi kalah populer.</p>
<p>Di tengah gangguan teknologi yang cepat ini, tampaknya Google <a href="https://www.theguardian.com/technology/2023/may/05/google-engineer-open-source-technology-ai-openai-chatgpt">takut kehilangan keunggulan teknologinya</a> dan dominasi pasar.</p>
<h2>Posisi yang bertolak belakang?</h2>
<p>Kekhawatiran Google bukan tanpa alasan. ChatGPT, yang dibuat oleh pesaingnya langsung, telah memanfaatkan teknik pencarian internet rintisan Google untuk menghasilkan keuntungan yang signifikan. Selain itu, <a href="https://www.businessinsider.com/chatgpt-openai-microsoft-hired-former-google-meta-apple-tesla-staff-2023-2?r=US&IR=T">perpindahan talenta dari Google ke OpenAI</a> – bersamaan dengan cepatnya perkembangan OpenAI – sepertinya menjadi tren yang mengkhawatirkan bagi sang raksasa mesin pencari.</p>
<p>Ketika OpenAI didirikan, salah satu prinsipnya adalah <a href="https://www.reuters.com/technology/openai-readies-new-open-source-ai-model-information-2023-05-15/">membuat perangkat lunak yang bersifat “<em>open source</em>” (sumber terbuka)</a>. Artinya, perangkat lunak ini tersedia untuk umum dan memungkinkan pengembang untuk berbagi serta memodifikasinya. Google, sementara itu, bertahan dengan pendekatan komersial yang relatif konsisten dalam berbagai rencana dan ambisinya.</p>
<p>Namun, pergeseran OpenAI menuju komersialisme baru-baru ini dan penerapan <em>closed-source</em> – alias membuat sumber-sumber jadi tertutup – tampaknya bertentangan dengan filosofi awal perusahaan ini.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Representasi ChatGPT" src="https://images.theconversation.com/files/532379/original/file-20230616-27-carmc6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/532379/original/file-20230616-27-carmc6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/532379/original/file-20230616-27-carmc6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/532379/original/file-20230616-27-carmc6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/532379/original/file-20230616-27-carmc6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/532379/original/file-20230616-27-carmc6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/532379/original/file-20230616-27-carmc6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">ChatGPT telah berhasil memanfaatkan teknik-teknik pencarian yang dipelopori oleh Google.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/screen-smartphone-chatgpt-chat-ai-tool-2261871807">Giulio Benzin / Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Beberapa “orang dalam” industri <a href="https://fortune.com/2023/03/17/sam-altman-rivals-rip-openai-name-not-open-artificial-intelligence-gpt-4/">mengkritik OpenAI</a> karena pendekatannya yang agak kontradiktif. Meskipun menampilkan dirinya sebagai juara teknologi AI yang menggunakan sumber terbuka, tapi <a href="https://www.technologyreview.com/2020/02/17/844721/ai-openai-moonshot-elon-musk-sam-altman-greg-brockman-messy-secretive-reality/">tidak diragukan lagi bahwa OpenAI tetap entitas komersial</a>, sebuah fakta yang memang tidak mudah mereka akui.</p>
<p>Ketegangan antara citra publik OpenAI dan realitas bisnis ini telah membuat persaingannya dengan Google semakin menarik.</p>
<p>Salah satu hal yang mungkin muncul dari kompetisi ini adalah evolusi dan penyempurnaan teknologi AI yang terus berlanjut, didorong oleh kebutuhan untuk tetap unggul di pasaran. Teknik-teknik Google, yang sebelumnya dieksploitasi oleh OpenAI untuk keuntungan komersial, mungkin akan mengalami inovasi lebih lanjut.</p>
<p>Evolusi ini tidak hanya akan meningkatkan fungsionalitas aplikasi AI, tetapi juga akan sangat meningkatkan pengalaman pengguna.</p>
<p>Yusuf Mehdi, Wakil Presiden Korporat di Microsoft, baru-baru ini mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut merasa tidak perlu merombak lanskap persaingan mesin pencari, mengingat <a href="https://mashable.com/article/microsoft-vp-yusuf-mehdi-bing-google-generative-ai">peningkatan hanya satu poin saja dalam pangsa pasar sudah sama dengan kenaikan nilai sebesar US$2 miliar</a> (Rp 30,1 triliun). Perampingan strategis terkait ambisi ini bisa menjadi upaya untuk mengurangi tekanan persaingan di industri teknologi.</p>
<h2>Pengawasan yang lebih ketat</h2>
<p>Perlu dicatat bahwa asosiasi Microsoft dengan OpenAI telah mempertebal persaingan yang sudah kompleks ini. Google juga telah menunjukkan keinginan untuk berinvestasi dalam proyek-proyek AI eksternal untuk memperluas pengaruhnya.</p>
<p>Investasi Google di Anthropic, sebuah perusahaan riset AI, misalnya, mencerminkan strategi Google untuk mempertahankan keunggulan teknologinya melalui kemitraan strategis. </p>
<p>Salah satu kekhawatiran yang dirasakan banyak orang, termasuk saya, adalah potensi misinformasi, disinformasi, dan distorsi yang dibuat oleh ChatGPT. Dengan lebih dari 200 juta pengguna, teknologi ini melayani sekitar 2,53% dari populasi global.</p>
<p>Disinformasi yang tersebar luas di media sosial telah secara signifikan <a href="https://misinforeview.hks.harvard.edu/article/misinformation-in-action-fake-news-exposure-is-linked-to-lower-trust-in-media-higher-trust-in-government-when-your-side-is-in-power/">mengikis kepercayaan pada konten-konten <em>online</em></a> dan bahkan dilaporkan telah <a href="https://www.nature.com/articles/s41467-018-07761-2">memengaruhi pemilihan presiden AS tahun 2016</a>.</p>
<p>Dengan basis pengguna yang begitu luas untuk ChatGPT, mungkin saja perusahaan teknologi bisa memanipulasi percakapan, memengaruhi preferensi dan keputusan pengguna secara halus dengan berbagai cara. Oleh karena itu, kebutuhan akan pengawasan dan regulasi yang lebih kuat terhadap model bahasa besar ini menjadi semakin mendesak.</p>
<p>Terlepas dari meningkatnya persaingan atas AI, Google tetap menjadi entitas yang dihormati di industri teknologi global. Persaingan AI antara Google dan Microsoft telah mendorong kedua perusahaan untuk mendobrak batasan-batasan teknologi ini. Hal ini menjanjikan kemajuan yang menarik pada tahun-tahun mendatang.</p>
<p>Berbagai strategi yang digunakan dalam kompetisi ini, mulai dari akuisisi talenta hingga investasi strategis, mencerminkan betapa besarnya pertaruhan dalam lanskap AI. Secara khusus, memperoleh talenta terbaik memungkinkan perusahaan-perusahaan ini meningkatkan kemampuan AI mereka, sehingga memberi mereka keunggulan kompetitif.</p>
<p>Investasi strategis, di sisi lain, memungkinkan diversifikasi dan perluasan ke berbagai aplikasi dan sektor AI baru, sehingga meningkatkan pengaruh dan pangsa pasar mereka di bidang AI. Ini semua menunjukkan tingginya nilai dan potensi teknologi AI dalam membentuk masa depan kita.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/208225/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Yali Du tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Persaingan terkait AI sedang memanas antara dua raksasa teknologi.Yali Du, Lecturer in Artificial Intelligence, King's College LondonLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2020352023-03-20T06:24:22Z2023-03-20T06:24:22ZKami bertanya ke ChatGPT dan Dr Google hal yang sama tentang kanker. Ini jawaban mereka<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/515994/original/file-20230317-18-qp2b77.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Ketut Subiyanto/Pexels</span></span></figcaption></figure><p>Anda mungkin pernah mendengar desas-desus tentang <a href="https://openai.com/blog/chatgpt">ChatGPT</a>, sejenis <em>chatbot</em> yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk menulis esai, mengubah pemula komputer menjadi pemrogram (<em>programmer</em>), dan <a href="https://theconversation.com/will-ai-tech-like-chatgpt-improve-inclusion-for-people-with-communication-disability-196481">membantu orang berkomunikasi</a>.</p>
<p>ChatGPT mungkin juga berperan dalam membantu orang memahami informasi medis.</p>
<p>Meski ChatGPT tidak akan menggantikan proses konsultasi dengan dokter Anda dalam waktu dekat,
<a href="https://academic.oup.com/jncics/advance-article/doi/10.1093/jncics/pkad010/7049531">penelitian baru kami</a> menunjukkan potensinya untuk menjawab pertanyaan umum tentang kanker.</p>
<p>Inilah yang kami temukan ketika kami mengajukan pertanyaan yang sama ke ChatGPT dan Google. Anda mungkin terkejut dengan hasilnya.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/dr-google-probably-isnt-the-worst-place-to-get-your-health-advice-73835">Dr Google probably isn't the worst place to get your health advice</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Apa yang telah ChatGPT lakukan dengan isu kesehatan?</h2>
<p>ChatGPT telah dilatih untuk memproses data teks dalam jumlah besar untuk menghasilkan respons percakapan terhadap banyak pertanyaan berbasis teks.</p>
<p>ChatGPT mewakili era baru teknologi AI, yang <a href="https://theconversation.com/bard-bing-and-baidu-how-big-techs-ai-race-will-transform-search-and-all-of-computing-199501">akan dipasangkan dengan</a> mesin pencari, termasuk Google dan Bing, untuk mengubah cara kita menavigasi informasi secara online. Ini termasuk cara kita menelusuri informasi kesehatan.</p>
<p>Misalnya, Anda dapat mengajukan pertanyaan ke ChatGPT seperti “Kanker mana yang paling umum?” atau “Bisakah Anda menulis kepada saya ringkasan sederhana dari gejala kanker umum yang tidak boleh Anda abaikan”. Ini menghasilkan respons yang lancar dan koheren. Namun, apakah jawaban ini akurat?</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/bard-bing-and-baidu-how-big-techs-ai-race-will-transform-search-and-all-of-computing-199501">Bard, Bing and Baidu: how big tech's AI race will transform search – and all of computing</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Kami bandingkan ChatGPT dengan Google</h2>
<p><a href="https://academic.oup.com/jncics/advance-article/doi/10.1093/jncics/pkad010/7049531">Penelitian kami yang baru dipublikasikan</a> membandingkan cara ChatGPT dan Google menanggapi pertanyaan umum tentang kanker.</p>
<p>Ini termasuk pertanyaan berbasis fakta sederhana seperti “Apa sebenarnya kanker itu?” dan “Apa jenis kanker yang paling umum?”. </p>
<p>Ada juga pertanyaan yang lebih kompleks tentang gejala kanker, prognosis (bagaimana kecenderungan perkembangan suatu kondisi) dan efek samping pengobatan.</p>
<p>Untuk pertanyaan sederhana berbasis fakta, ChatGPT memberikan respons ringkas yang kualitasnya mirip dengan <a href="https://support.google.com/websearch/answer/9351707?hl=id">cuplikan fitur</a> Google. Cuplikan fitur adalah “jawaban” yang disorot oleh algoritme Google di bagian atas halaman.</p>
<p>Meski ada kesamaan, ada juga perbedaan besar antara ChatGPT dan jawaban Google. Google memberikan referensi yang mudah terlihat (tautan ke situs web lain) dengan jawabannya. ChatGPT memberikan jawaban yang berbeda ketika ditanya pertanyaan yang sama beberapa kali.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/515366/original/file-20230315-21-r1ikyj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Woman in lounge room coughing into fist" src="https://images.theconversation.com/files/515366/original/file-20230315-21-r1ikyj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/515366/original/file-20230315-21-r1ikyj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/515366/original/file-20230315-21-r1ikyj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/515366/original/file-20230315-21-r1ikyj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/515366/original/file-20230315-21-r1ikyj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/515366/original/file-20230315-21-r1ikyj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/515366/original/file-20230315-21-r1ikyj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Apakah batuk pertanda kanker paru-paru?</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/senior-woman-sick-sore-throatcough-isolated-1518791273">Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kami juga mengevaluasi pertanyaan yang sedikit lebih rumit: “Apakah batuk merupakan tanda kanker paru-paru?”.</p>
<p>Cuplikan fitur Google mengindikasikan batuk yang tidak kunjung sembuh setelah tiga minggu merupakan gejala utama kanker paru-paru.</p>
<p>ChatGPT memberikan tanggapan yang lebih bernuansa sedikit berbeda. Platform AI menyatakan batuk yang berlangsung lama merupakan gejala kanker paru-paru. Namun, ChatGPT juga mengklarifikasi bahwa batuk adalah gejala dari banyak kondisi dan kita memerlukan dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.</p>
<p>Tim klinis kami menganggap klarifikasi ini penting. Mereka tidak hanya meminimalkan kemungkinan peringatan, mereka juga memberi pengguna arahan yang jelas tentang tindakan yang harus diambil selanjutnya – temui dokter.</p>
<h2>Bagaimana dengan pertanyaan yang lebih kompleks?</h2>
<p>Kami kemudian mengajukan sebuah pertanyaan tentang efek samping obat kanker tertentu: “Apakah <a href="https://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/treatment/drugs/pembrolizumab">pembrolizumab</a> menyebabkan demam dan haruskah saya pergi ke rumah sakit?”.</p>
<p>Kami menanyakan kepada ChatGPT ini lima kali dan menerima lima jawaban berbeda. Ini karena keacakan yang ada di dalam ChatGPT, yang dapat membantu berkomunikasi dengan cara yang hampir mirip manusia, tapi akan memunculkan banyak tanggapan untuk pertanyaan yang sama.</p>
<p>Kelima tanggapan tersebut merekomendasikan kami untuk berbicara dengan petugas kesehatan profesional. Namun, tidak semua jawaban mengatakan pembrolizumab mendesak atau dengan jelas menentukan seberapa serius potensi efek samping ini. Satu jawaban mengatakan, demam bukanlah efek samping yang umum tapi tidak secara eksplisit mengatakan itu bisa terjadi.</p>
<p>Secara umum, untuk pertanyaan ini, kami menilai jawaban ChatGPT berkualitas buruk.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/515368/original/file-20230315-16-q4peeq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Woman on sofa with towel one forehead and thermometer in hand" src="https://images.theconversation.com/files/515368/original/file-20230315-16-q4peeq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/515368/original/file-20230315-16-q4peeq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/515368/original/file-20230315-16-q4peeq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/515368/original/file-20230315-16-q4peeq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/515368/original/file-20230315-16-q4peeq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/515368/original/file-20230315-16-q4peeq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/515368/original/file-20230315-16-q4peeq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Apakah pembrolizumab menyebabkan demam dan haruskah saya pergi ke rumah sakit?</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/unhealthy-millennial-indian-woman-struggle-high-1924486937">Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ini kontras dengan Google, yang tidak menghasilkan suatu cuplikan jawaban, kemungkinan besar karena kerumitan pertanyaannya.</p>
<p>Sebaliknya, Google mengandalkan pengguna untuk menemukan informasi yang diperlukan. Tautan pertama mengarahkan mereka ke situs web produk pabrikan. Sumber ini dengan jelas menunjukkan orang harus segera mencari pertolongan medis jika ada demam saat memakai pembrolizumab.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/chatgpt-has-many-uses-experts-explore-what-this-means-for-healthcare-and-medical-research-200283">ChatGPT has many uses. Experts explore what this means for healthcare and medical research</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Apa selanjutnya?</h2>
<p>Kami menunjukkan bahwa, jawaban dari ChatGPT tidak selalu memuat referensi yang jelas. ChatGPT memberikan jawaban yang bervariasi untuk satu permintaan dan tidak diperbarui secara langsung. Platform ini juga dapat memberikan <a href="https://openai.com/blog/chatgpt">respons yang salah</a> dengan cara yang terdengar percaya diri.</p>
<p><a href="https://blogs.bing.com/search/february-2023/The-new-Bing-Edge-%E2%80%93-Learning-from-our-first-week"><em>Chatbot</em> baru Bing</a>, yaitu berbeda dengan ChatGPT dan dirilis sejak penelitian kami, memiliki proses yang jauh lebih jelas dan lebih andal untuk menguraikan sumber referensi dan bertujuan untuk tetap <em>up-to-date</em>. Ini menunjukkan seberapa cepat jenis teknologi AI ini berkembang dan ketersediaan <em>chatbot</em> AI yang semakin canggih cenderung tumbuh secara substansial.</p>
<p>Namun, pada masa mendatang, AI apa pun yang digunakan sebagai asisten virtual layanan kesehatan harus dapat mengkomunikasikan ketidakpastian apa pun tentang responsnya daripada membuat jawaban yang salah, dan secara konsisten menghasilkan respons yang andal.</p>
<p>Kita perlu mengembangkan standar kualitas minimum untuk intervensi AI dalam perawatan kesehatan. Ini termasuk memastikan mereka menghasilkan informasi <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/ans.18263">berbasis bukti</a>.</p>
<p>Kita juga perlu menilai bagaimana <a href="https://www.nature.com/articles/s41591-022-01981-2">pelaksanaan</a> asisten virtual AI untuk memastikan mereka <a href="https://www.nature.com/articles/s41591-021-01614-0">meningkatkan kesehatan masyarakat</a> dan tidak menimbulkan <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/ans.18263">konsekuensi tak terduga</a>.</p>
<p>Ada juga potensi biaya asisten AI medis menjadi <a href="https://www.nature.com/articles/s41591-022-01981-2">mahal</a>. Ini menimbulkan pertanyaan tentang <a href="https://www.nature.com/articles/s41591-021-01614-0">kesetaraan atau keadilan</a> dan orang-orang yang memiliki akses ke teknologi yang berkembang pesat ini.</p>
<p>Terakhir, para profesional perawatan kesehatan harus <a href="https://www.nature.com/articles/s41591-022-01981-2">menyadari</a> inovasi AI semacam itu agar dapat mendiskusikan keterbatasannya dengan pasien.</p>
<hr>
<p><em>Ganessan Kichenadasse, Jessica M. Logan, dan Michael J. Sorich ikut menulis makalah penelitian asli yang disebutkan dalam artikel ini.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/202035/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Ashley M Hopkins receives funding from the National Health and Medical Research Council, Flinders Foundation, The Hospital Research Foundation, and Tour De Cure.
</span></em></p>Kita perlu mengembangkan standar kualitas minimum untuk intervensi AI dalam perawatan kesehatan.Ashley M Hopkins, NHMRC Investigator Fellow, leader of the Clinical Cancer Epidemiology Lab, Flinders UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1870432022-07-27T07:39:53Z2022-07-27T07:39:53ZInternet Explorer sudah tidak digunakan lagi, apa yang kita bisa pelajari dan lakukan?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/474140/original/file-20220714-32349-8w2uvc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Setelah 27 tahun, Microsoft akhirnya mengucapkan selamat tinggal pada browser web Internet Explorer, dan akan mengarahkan pengguna Explorer ke versi terbaru dari browser Edge.</p>
<p>Mulai 15 Juni, Microsoft akan menghentikan Explorer pada beberapa versi Windows 10 – yang berarti tidak ada lagi <em>update</em> terkait produktivitas, keandalan, atau keamanan. Explorer akan tetap bisa dipakai, tetapi tidak akan dilindungi saat ancaman baru muncul.</p>
<p>Dua puluh tujuh tahun adalah waktu yang lama dalam dunia komputasi. Banyak yang akan mengatakan langkah ini sudah lama tertunda. Explorer telah lama mengungguli pesaingnya, dan pengalaman pengguna yang buruk selama bertahun-tahun telah membuatnya menjadi sasaran lelucon.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1536938327395680256"}"></div></p>
<h2>Bagaimana awalnya</h2>
<p>Explorer pertama kali diperkenalkan pada tahun 1995 oleh Microsoft Corporation, dan dibundel dengan sistem operasi Windows.</p>
<p>Explorer memperkenalkan banyak pengguna Windows pada internet untuk pertama kalinya. Bagaimanapun, baru pada tahun 1993 Tim Berners-Lee, bapak web, <a href="https://thenextweb.com/news/20-years-ago-today-the-world-wide-web-opened-to-the-public">merilis</a> browser web publik pertama (yang tepatnya disebut WorldWideWeb).</p>
<p>Menyediakan Explorer sebagai browser default berarti sebagian besar basis pengguna global Windows tidak akan mengalami alternatif. Namun ini harus dibayar mahal, dan Microsoft akhirnya menghadapi beberapa <a href="https://corporatefinanceinstitute.com/resources/knowledge/strategy/microsoft-antitrust-case/">penyelidikan</a> terkait dugaan praktik monopoli di pasar browser.</p>
<p>Namun, meskipun <a href="https://www.mozilla.org/en-US/firefox/browsers/browser-history/">beberapa</a> browser lain muncul (termasuk Netscape Navigator, yang mendahului Explorer), Explorer tetap menjadi pilihan default bagi jutaan orang hingga sekitar tahun 2002, ketika Firefox diluncurkan.</p>
<h2>Bagaimana berakhirnya</h2>
<p>Microsoft telah merilis 11 versi Explorer (dengan banyak revisi kecil di sepanjang perjalannya). Setiap versi menambahkan fungsi dan komponen yang berbeda. Meskipun demikian, ia kehilangan kepercayaan konsumen karena “arsitektur lawas” Explorer <a href="https://www.optimadesign.co.uk/blog/internet-explorer-end-of-life-or-not">desainnya buruk dan juga lambat</a> </p>
<p>Tampaknya Microsoft begitu nyaman dengan monopolinya sehingga membiarkan kualitas produknya merosot, ketika pesaing lain memasuki pasar.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1536687397798350849"}"></div></p>
<p>Bahkan hanya dengan mempertimbangkan penampakkannya (apa yang kamu lihat dan berinteraksi dengan saat kamu mengunjungi situs web), Explorer tidak dapat memberikan pengalaman otentik dari <a href="https://www.techwalla.com/articles/how-to-fix-internet-explorer-pages-not-displaying-correctly">website modern</a>.</p>
<p>Di bagian keamanan, Explorer memamerkan <a href="https://www.cvedetails.com/vulnerability-list/vendor_id-26/product_id-9900/Microsoft-Internet-Explorer.html">kelemahan</a> yang banyak penjahat cyber gunakan.</p>
<p>Sementara Microsoft mungkin telah menambal banyak kelemahan ini pada versi browser yang berbeda, arsitektur yang mendasarinya <a href="https://docs.microsoft.com/en-us/deployedge/microsoft-edge-security-iemode-safer-than-ie">masih dianggap rentan</a> oleh ahli keamanan. Microsoft sendiri telah <a href="https://docs.microsoft.com/en-us/deployedge/microsoft-edge-security-iemode-safer-than-ie">mengakui</a> ini : </p>
<blockquote>
<p>… [Explorer] masih berbasis teknologi yang sudah berusia 25 tahun. Ini adalah browser lawas yang secara arsitektur sudah ketinggalan zaman dan tidak menjawab tantangan keamanan web modern.</p>
</blockquote>
<p>Kekhawatiran ini telah mengakibatkan <a href="https://www.dhs.gov/">Departmen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat</a> berulang kali menasihati pengguna internet agar tidak <a href="https://windowsreport.com/internet-explorer-security-issues/">menggunakan Explorer</a>.</p>
<p>Kegagalan Explorer untuk memenangkan audiens modern lebih lanjut terbukti melalui upaya berkelanjutan Microsoft untuk mendorong pengguna ke Edge. Edge pertama kali diperkenalkan pada tahun 2015, dan sejak itu Explorer hanya digunakan sebagai solusi kompatibilitas.</p>
<h2>Apa yang dihadapi Explorer</h2>
<p>Dalam konteks <a href="https://gs.statcounter.com/browser-market-share#monthly-202206-202206-bar">persaingan pasar</a> , lebih dari 64% pengguna browser saat ini menggunakan Chrome. Explorer telah turun menjadi kurang dari 1%, dan bahkan Edge hanya menyumbang sekitar 4% pengguna. Apa yang membuat Chrome semakin berkembang di pasar browser?</p>
<hr>
<iframe src="https://flo.uri.sh/visualisation/10361649/embed" title="Interactive or visual content" class="flourish-embed-iframe" frameborder="0" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" width="100%" height="400"></iframe>
<div style="width:100%!;margin-top:4px!important;text-align:right!important;"><a class="flourish-credit" href="https://public.flourish.studio/visualisation/10361649/?utm_source=embed&utm_campaign=visualisation/10361649" target="_top"><img alt="Made with Flourish" src="https://public.flourish.studio/resources/made_with_flourish.svg"> </a></div>
<hr>
<p>Chrome pertama kali diperkenalkan oleh Google pada tahun 2008, pada <a href="https://www.chromium.org/chromium-projects/">proyek Chromium</a> open source, dan sejak itu dikembangkan dan didukung secara aktif.</p>
<p>Menjadi open source berarti perangkat lunak tersedia untuk umum, dan siapa pun dapat memeriksa kode sumber yang berjalan di belakangnya. Individu bahkan dapat berkontribusi pada kode sumber, sehingga meningkatkan produktivitas, keandalan, dan keamanan perangkat lunak. Ini tidak pernah menjadi pilihan dengan Explorer.</p>
<p>Selain itu, Chrome adalah multi-platform: dapat digunakan di sistem operasi lain seperti Linux, MacOS, dan pada perangkat seluler, dan telah mendukung berbagai sistem jauh sebelum Edge dirilis.</p>
<p>Sementara itu, Explorer <a href="https://www.zdnet.com/article/zune-hd-no-youtube-in-the-browser-for-you/">terutama</a> telah <a href="https://docs.microsoft.com/en-us/deployedge/microsoft-edge-supported-operating-system">dibatasi sistemnya</a> ke Windows, XBox, dan beberapa versi MacOS.</p>
<h2>Edge dan Chrome</h2>
<p>Browser Edge Microsoft menggunakan kode sumber terbuka <a href="https://www.chromium.org/chromium-projects/">Chromium</a> yang sama dengan yang digunakan Chrome sejak awal. Ini menggembirakan, tetapi masih harus dilihat bagaimana Edge akan bersaing dengan Chrome dan browser lain untuk memenangkan kepercayaan pengguna.</p>
<p>Kami tidak akan terkejut jika Microsoft gagal mendorong pelanggan untuk menggunakan Edge sebagai browser favorit mereka. Statistik terbaru menunjukkan Edge masih jauh di belakang Chrome dalam hal pangsa pasar.</p>
<p>Selain itu, fakta bahwa Microsoft membutuhkan waktu tujuh tahun untuk menghentikan Explorer setelah rilis awal Edge menunjukkan bahwa perusahaan tersebut belum sukses dalam memasarkan Edge.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/469137/original/file-20220616-13070-5lnc2u.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="A screenshot of a Microsoft web page showing Internet Explorer has been retired." src="https://images.theconversation.com/files/469137/original/file-20220616-13070-5lnc2u.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/469137/original/file-20220616-13070-5lnc2u.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=250&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/469137/original/file-20220616-13070-5lnc2u.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=250&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/469137/original/file-20220616-13070-5lnc2u.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=250&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/469137/original/file-20220616-13070-5lnc2u.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=314&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/469137/original/file-20220616-13070-5lnc2u.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=314&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/469137/original/file-20220616-13070-5lnc2u.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=314&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Hanya beberapa sistem operasi Microsoft (terutama platform server) yang akan terus menerima pembaruan keamanan untuk Explorer berdasarkan perjanjian dukungan jangka panjang.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Screenshot</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Apa selanjutnya?</h2>
<p>Browser web memainkan peran penting dalam membangun privasi dan keamanan bagi pengguna. Desain dan kenyamanan merupakan faktor penting bagi pengguna saat memilih browser. Jadi pada akhirnya, browser yang paling efektif menyeimbangkan keamanan dan kemudahan penggunaan akan dipilih pengguna.</p>
<p>Dan sulit untuk mengatakan apakah popularitas Chrome saat ini akan bertahan. Google pasti menginginkannya untuk terus berlanjut, karena browser web adalah <a href="https://fourweekmba.com/how-does-mozilla-make-money/">sumber pendapatan</a> yang signifikan.</p>
<p>Tetapi Google sebagai perusahaan menjadi semakin tidak populer karena adanya <a href="https://theconversation.com/google-is-leading-a-vast-covert-human-experiment-you-may-be-one-of-the-guinea-pigs-154178">Pengumpulan data</a>
dan <a href="https://theconversation.com/is-google-getting-worse-increased-advertising-and-algorithm-changes-may-make-it-harder-to-menemukan-apa-yang-Anda-cari-untuk-166966">iklan intrusif</a> praktik. Chrome adalah komponen kunci dari mesin pengumpul data Google, jadi mungkin saja penggunanya perlahan-lahan akan berpaling.</p>
<p>Adapun apa yang harus dilakukan Explorer (jika kamu salah satu dari sedikit orang yang masih memilikinya di desktopmu) – cukup <a href="https://docs.microsoft.com/en-us/troubleshoot/developer/browsers/installation/disable-internet-explorer-windows"><em>unsinstall</em> saja</a> untuk menghindari risiko keamanan.</p>
<p>Bahkan jika kamu tidak menggunakan Explorer, hanya dengan meng-install-nya <a href="https://mashable.com/article/internet-explorer-hacker-windows-pc-exploit">dapat mengancam</a> perangkatmu. Tidak ada yang ingin menjadi korban serangan cyber melalui browser yang sudah mati!</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1537005145711472641"}"></div></p>
<hr>
<p><em>Arina Apsarini dari Binus University menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/187043/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Explorer datang pada awal internet publik. Bagi jutaan orang, ini akan selalu menjadi pengalaman pertama mereka di World Wide Web.Mohiuddin Ahmed, Lecturer of Computing & Security, Edith Cowan UniversityM Imran Malik, Cyber Security Researcher, Edith Cowan UniversityPaul Haskell-Dowland, Professor of Cyber Security Practice, Edith Cowan UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1724162021-11-23T09:53:57Z2021-11-23T09:53:57ZBagaimana ‘big tech’ menentukan siapa yang berkuasa atas hak dan kebebasan kita<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/433407/original/file-20211123-21-7neib9.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C6%2C4631%2C2585&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/big-five-companies-tech-company-logos-1643544484">Ascannio/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Sejak akhir abad ke-20, bagi sebagian besar dari kita, kehidupan sehari-hari telah semakin banyak berpindah ke ranah digital. Ini telah mendorong munculnya sesuatu yang disebut dimensi “<a href="https://link.springer.com/book/10.1007/978-3-319-04093-6">onlife</a>”, yang menyimbolkan betapa eratnya kehidupan <em>online</em> dan <em>offline</em> kita.</p>
<p>Suatu hari nanti, kita mungkin akan melihat hadirnya <a href="https://theconversation.com/what-is-the-metaverse-2-media-and-information-experts-explain-165731">metaverse</a>, sebuah dunia <em>online</em> yang tidak pernah mati yang menyediakan ruang-ruang digital baru untuk orang berinteraksi, bekerja, dan bermain lewat avatar.</p>
<p>Dampaknya adalah hak dan kebebasan orang semakin dibentuk oleh aturan-aturan yang ditentukan oleh perusahaan-perusahaan teknologi besar (<em>big tech</em>). Keputusan Twitter untuk membungkam mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump setelah <a href="https://www.bbc.com/news/technology-57018148">kekerasan di Capitol Hill</a>, <a href="https://verfassungsblog.de/facebook-flexing/">Facebook</a> melarang konten dari penerbit Australia, dan YouTube memblok <a href="https://edition.cnn.com/2021/09/29/tech/youtube-vaccine-misinformation/index.html">konten antivaksin</a> adalah beberapa contoh bagaimana perusahaan teknologi melebarkan peran tidak hanya sebagai penjaga gerbang (<em>gatekeepers</em>) informasi global tapi juga sebagai institusi kekuasaan privat.</p>
<p>Contoh-contoh ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan konstitusional tentang siapa yang memiliki legitimasi, siapa yang memiliki kuasa, dan bagaimana demokrasi bisa berjalan pada era digital. Ini mengarah pada bangkitnya <a href="https://academic.oup.com/icon/article/19/1/41/6224442">konstitusionalisme digital</a>, sebuah fase baru ketika hak-hak individu dan kekuasaan publik “dipindahtangankan” di antara kelompok-kelompok baru - misalnya perusahaan digital - di skala global.</p>
<h2>Permainan kekuasaan baru</h2>
<p>Konstitusionalisme digital tidak berarti merevolusi akar <a href="https://www.britannica.com/topic/constitutionalism">konstitualisme</a> modern, yaitu prinsip-prinsip yang mencakup pemerintahan yang bertanggung jawab dan akuntabel, hak-hak individu, dan negara berdasarkan hukum (<em>rule of law</em>). Namun, konstitusionalisme digital menempatkan rangka baru pada peran hukum konstitusional pada era digital.</p>
<p>Konstitualisme modern selalu mengejar dua misi: melindungi hak-hak fundamental dan membatasi kekuasaan lewat <em>checks and balances</em>.</p>
<p>Pda era digital, salah satu kekhawatiran utama adalah tentang penggunaan <a href="https://ijoc.org/index.php/ijoc/article/view/13752">kekuasaan publik</a> yang mengancam hak dan kebebasan, misalnya pembatasan internet atau pengawasan. Ini menjadi mencolok dalam <a href="https://www.theguardian.com/us-news/the-nsa-files">kasus Snowden</a> yang melibatkan seorang pegawai badan intelijen CIA membocorkan dokumen yang menunjukkan pengawasan oleh National Security Agency (NSA) di AS, yang menimbulkan perdebatan antara keamanan nasional dan privasi individu.</p>
<p>Namun perusahaan swasta kini mendominasi internet dan menerapkan aturan layanan atau panduan komunitas yang berlaku pada miliaran pengguna di seluruh dunia. Aturan ini menjadi patokan alternatif menyaingi perlindungan konstitusional atas hak-hak fundamental dan nilai-nilai demokrasi.</p>
<p>Tantangan terhadap demokrasi konstitusional tidak lagi datang dari otoritas negara. Kekhawatiran besar kini muncul dari institusi yang secara formal bersifat privat tapi mengendalikan hal-hal yang secara tradisional diatur oleh otoritas publik - tanpa batasan. Kemampuan perusahaan teknologi untuk menentukan dan memaksakan hak-hak dan kebebasan pada level global adalah wujud bertumbuhnya kekuasaan mereka atas publik.</p>
<p>Misalnya, saat Facebook atau Google memoderasi konten online, mereka membuat keputusan atas kebebasan berekspresi dan hak-hak individu lain atau kepentingan publik berdasarkan standar privat yang belum tentu sesuai dengan aturan konstitusional. Dan keputusan-keputusan ini diterapkan langsung oleh mereka, bukan oleh pengadilan.</p>
<p>Situasi ini telah memicu desakan untuk transparansi dan akuntabilitas. Skandal <a href="https://www.theguardian.com/news/2018/mar/17/cambridge-analytica-facebook-influence-us-election">Cambridge Analytica</a> yang menunjukkan betapa masifnya pengumpulan data pribadi untuk kepentingan pengiklanan politik, dan temuan dari penelitian Facebook sendiri yang menunjukkan potensi dampak berbahaya media sosial pada <a href="https://www.theguardian.com/technology/2021/sep/29/facebook-hearing-latest-children-impact">kesehatan mental anak muda</a> telah memanaskan debat terkait tanggung jawab <em>big tech</em>.</p>
<h2>Menangani kekuasaan <em>big tech</em></h2>
<p>Institusi-institusi demokrasi konstitusional masih mencari tahu bagaimana harus berhadapan dengan kekuaasan perusahaan teknologi. Dan walau negara-negara menghadapi tantangan global yang sama, reaksi mereka tidak selalu sama. Bahkan walau negara-negara demokrasi konstitusional secara umum melindungi hak-hak dan kebebasan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat demokratis, bukan berarti perlindungan ini besarnya merata di seluruh dunia. </p>
<p>Di Eropa, aturan <a href="https://eur-lex.europa.eu/legal-content/en/TXT/?uri=COM%3A2020%3A825%3AFIN">Digital Services Act</a> dan <a href="https://eur-lex.europa.eu/eli/reg/2016/679/oj">General Data Protection Regulation</a> muncul dari keinginan untuk membuat perusahaan teknologi lebih akuntabel dalam hal moderasi konten dan perlindangan data.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Mark Zuckerberg giving a speech against a blue background." src="https://images.theconversation.com/files/431538/original/file-20211111-6892-xbd77p.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/431538/original/file-20211111-6892-xbd77p.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/431538/original/file-20211111-6892-xbd77p.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/431538/original/file-20211111-6892-xbd77p.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/431538/original/file-20211111-6892-xbd77p.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/431538/original/file-20211111-6892-xbd77p.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/431538/original/file-20211111-6892-xbd77p.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Mark Zuckerberg belum lama ini meluncurkan Oversight Board sebagai tanggapan atas munculnya kekhawatiran tentang transparansi dan akuntabilitas Facebook.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/paris-france-may-24-2018-facebook-1098814607">Frederick Legrand/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Namun AS masih melihat <em>self-regulation</em> sebagai pendekatan terbaik untuk melindungi kebebasan berekspresi pada era digital. Bahkan <a href="https://supreme.justia.com/cases/federal/us/582/15-1194/#tab-opinion-3749201">Mahkamah Agung AS</a> telah menggarisbawahi bahwa internet - terutama media sosial - memainkan peran penting sebagai forum demokratis.</p>
<p>Oleh karena itu, platform daring tidak buang waktu dalam mengkonsolidasikan kebijakan mereka. Hadirnya dewan-dewan media sosial seperti <a href="https://oversightboard.com">Facebook Oversight Board</a> telah diterima sebagai langkah baik menuju transparansi dan akuntabilitas. Namun ini juga bisa dilihat sebagai langkah untuk memperkuat kekuasaan dengan menampilkan citra yang meniru sistem konsitusional seperti “<a href="https://theconversation.com/why-facebook-created-its-own-supreme-court-for-judging-content-6-questions-answered-160349">mahkamah agung</a>”, sebagaimana yang Facebook telah lakukan.</p>
<p>Konstitusionalisme digital menawarkan beragam perspektif untuk menganalisis perlindungan hak-hak dan penggunaan kekuasaan oleh perusahaan <em>big tech</em>. Konstitusionalisme digital juga mendorong kita untuk melakukan perdebatan lebih dalam tentang bagaimana hak-hak individu dan kebebasan bukan lagi objek dalam kekuasaan negara, tapi juga bagi perusahaan <em>big tech</em>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/172416/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Giovanni De Gregorio tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Big tech semakin memanfaatkan kesempatan untuk memperkuat kekuasaan mereka. Banyak pertanyaan kini timbul tentang bagaimana legitimasi, hak-hak dan demokrasi di era digital.Giovanni De Gregorio, Postdoctoral Researcher in Socio-Legal Studies, University of OxfordLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1719582021-11-19T05:34:07Z2021-11-19T05:34:07ZBagaimana rancangan produk teknologi dapat membantu mengurangi ‘stalking’ dan kekerasan rumah tangga<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/432802/original/file-20211119-16-1emd326.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C1961%2C1278&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Dragana Gordic / Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Teknologi telepon pintar dan online kerap digunakan <a href="https://eprints.qut.edu.au/199781/1/V1_Briefing_Paper_template.pdf">para pelaku kekerasan dalam rumah tangga dan keluarga</a> untuk memaksa, mengendalikan, dan membatasi kebebasan para korban dan penyintas.</p>
<p>Penguntitan (<em>stalking</em>) menggunakan teknologi dan penggunaan identitas media sosial palsu semakin sering ditemukan dalam kasus-kasus <a href="https://www.coroners.nsw.gov.au/content/dam/dcj/ctsd/coronerscourt/documents/reports/2017-2019_DVDRT_Report.pdf">pembunuhan dalam rumah tangga dan kekerasan keluarga</a>.</p>
<p>Di negara saya, Australia, ada dua lembaga yang berusaha mengurangi kekerasan yang dibantu oleh teknologi: <a href="https://wesnet.org.au/">WESNET</a> dan <a href="https://www.esafety.gov.au/women/domestic-family-violence">eSafety Commissioner</a>. Keduanya menyediakan pelatihan bagi penyedia advokasi dan praktisi, dan juga menyediakan sumber daya untuk para korban dan penyintas. WEST juga menyediakan <a href="https://wesnet.org.au/ourwork/telstra/">telepon pengganti</a>.</p>
<p>Upaya kedua lembaga ini - dan juga keamanan orang-orang yang mengalami kekerasan - terhambat oleh produk dan layanan teknologi yang tidak memikirkan keamanan pengguna sejak awal. Penyedia platform dan industri teknologi dapat melakukan banyak hal untuk mengurangi bahaya dengan menyiapkan keamanan pengguna sedari awal sebuah produk dirancang.</p>
<h2>Menciptakan risiko</h2>
<p>Saat ini, perusahaan teknologi besar seringkali merancang dan mengelola alat dan media digital tanpa menghiraukan kerentanan pengguna.</p>
<p><a href="https://support.google.com/adspolicy/answer/9726908?hl=en&ref_topic=29265">Hingga tahun 2020</a>, Google membolehkan <a href="https://www.techsafety.org/spyware-and-stalkerware-phone-surveillance">spyware dan stalkerware</a> - software yang dirancang untuk bisa dipasang diam-diam pada sebuah smartphone untuk memonitor dan merekam foto, video, teks, panggilan dan informasi lain - diiklankan di platform itu. Google akhirnya melarang iklan-iklan itu setelah banyak bukti menunjukkan bahwa software semacam digunakan dalam <a href="https://nyuscholars.nyu.edu/en/publications/the-spyware-used-in-intimate-partner-violence">kekerasan oleh orang yang memiliki hubungan intim</a>.</p>
<p>Pada April 2021, Apple meluncurkan sebuah alat seukuran koin bernama AirTags yang dimaksudkan untuk membantu orang melacak barang-barang milik mereka dengan teknologi sinyal Bluetooth. Setelah menerima kritikan karena menimbulkan risiko keamanan serius karena <a href="https://www.macobserver.com/news/airtags-pose-domestic-abuse-risk-leading-nonprofit-warns/">memungkinkan terjadinya <em>stalking</em></a>, Apple <a href="https://www.bbc.com/news/technology-57351554">memperbaharui alat itu</a> agar mengeluarkan bunyi secara acak jika berada jauh dari telepon pemilik.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/431414/original/file-20211111-21-1fafwyu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/431414/original/file-20211111-21-1fafwyu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=372&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/431414/original/file-20211111-21-1fafwyu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=372&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/431414/original/file-20211111-21-1fafwyu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=372&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/431414/original/file-20211111-21-1fafwyu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=467&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/431414/original/file-20211111-21-1fafwyu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=467&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/431414/original/file-20211111-21-1fafwyu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=467&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">AirTags Aplle mendapat fitur keamanan tambahan setelah menerima kritikan.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Jack Skeens/Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kacamata pintar Facebook juga mendapat kecaman terkait <a href="https://theconversation.com/can-facebooks-smart-glasses-be-smart-about-security-and-privacy-170002">privasi</a>, sperti yang terjadi dengan <a href="https://mashable.com/article/snapchat-spectacles-privacy-safety">Spectacles milik Snapchat</a> dan <a href="https://www.wired.com/story/google-glass-reasonable-expectation-of-privacy/">Google Glass</a>. Kacamata itu memiliki kamera dan microphone yang memungkin perekaman secara diam-diam.</p>
<p>Facebook berkonsultasi dengan beberapa kelompok termasuk jaringan anti kekerasan dalam rumah tangga National Network to End Domestic Violence dalam upaya untuk “berinovasi secara bertanggung jawab”, namun tetap ada kekhawatiran risiko keamanan pada kacamata tersebut.</p>
<h2>Menyadari situasi dan ancaman pada pengguna</h2>
<p>Konsep keamanan siber tradisional fokus pada “ancaman dari orang asing”. Namun, untuk mengurangi dan memerangi kekerasan digital domestik dalam rumah tangga dan keluarga, kita memerlukan model “ancaman dari orang dekat”.</p>
<p>Pasangan dan keluarga dapat meminta akses pada alat-alat. Mereka bisa terhubung pada akun online atau mampu menebak password, karena memiliki hubungan dekat dengan pemilik akun.</p>
<p>Dalam konteks ini, teknologi yang mampu mengawasi dan merekam dapat digunakan untuk mengekang dan mengancam korban dan penyintas secara berbahaya, dalam kehidupan sehari-hari.</p>
<p>Memahami dan mencari cara untuk mengurangi risiko dari pelaku kekerasan menuntut paltform dan industri untuk berpikir proaktif tentang bagaimana teknologi dapat disalahgunakan atau menjadi senjata.</p>
<h2>Safety by Design</h2>
<p>Di Australia, inisiatif <a href="https://www.esafety.gov.au/sites/default/files/2019-10/SBD%20-%20Quick%20guide.pdf">Safety by Design</a> oleh eSafety Commissioner bertujuan untuk membuat keamanan pengguna menjadi prioritas dalam perancangan, pengembangan, dan peluncuran produk dan layanan online. Inisiatif ini didasarkan pada tiga prinsip dasar.</p>
<p>Pertama, penyedia jasa bertanggung jawab menjadikan keamanan pengguna sebagai prioritas utama. Ini artinya platform dan perusahaan berupaya untuk mengantisipasi bagaimana produk mereka dapat digunakan untuk, meningkatkan, atau mendorong terjadinya kekerasan. Dengan demikian, tanggung jawab keamanan tidak hanya ada pada pengguna.</p>
<p>Kedua, pengguna harus memiliki kemampuan dan otonomi untuk membuat keputusan demi kepentingan mereka. Platform dan penyedia jasa harus berkomunikasi dan berkonsultasi dengan para pengguna, termasuk dengan kelompok-kelompok yang beragam dan rentan, untuk memastikan bahwa layanan mereka bisa diakses dan bermanfaat untuk semua orang.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/431417/original/file-20211111-25-1jfylzm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/431417/original/file-20211111-25-1jfylzm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=314&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/431417/original/file-20211111-25-1jfylzm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=314&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/431417/original/file-20211111-25-1jfylzm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=314&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/431417/original/file-20211111-25-1jfylzm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=394&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/431417/original/file-20211111-25-1jfylzm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=394&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/431417/original/file-20211111-25-1jfylzm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=394&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">‘Safety by design’ membuat keamanan pengguna sebagai prioritas dalam perancangan produk dan layanan baru.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Prinsip ketiga adalah transparansi dan akuntabilitas tentang pengoperasian dan tujuan-tujuan keamanan. Ini juga membantu pengguna mengatasi masalah-masalah keamanan.</p>
<p>Prinsip-prinsip ini telah mulai mendapat dukungan dari perusahaan-perusahaan teknologi. Tahun lalu, IBM mengeluarkan panduan untun “<a href="https://www.ibm.com/blogs/policy/wp-content/uploads/2020/05/CoerciveControlResistantDesign.pdf">rancangan yang tahan terhadap kendali koersif</a>”.</p>
<p>Pendekatan-pendekatan efektif juga perlu mengikutkan pemahaman bagaimana bentuk-bentuk opresi struktural atau sistemik yang saling berkaitan atau beririsan mempengaruhi pengalaman individu dengan teknologi dan dapat memperdalam kesenjangan sosial. </p>
<p>Untuk mewujudkan tujuan-tujuan “safety by design” atau rancangan yang tahan terhadap kendali koersif, kita perlu meninjau ulang tidak hanya kebijakan tapi juga praktik-praktik platform dan industri yang muncul seiring.</p>
<p>eSafety telah meluncurkan <a href="https://www.esafety.gov.au/about-us/safety-by-design/assessment-tools">alat-alat asesmen Safety by Design</a> untuk memperbaiki dan berinovasi berdasarkan penerapan yang baik dan sumber daya dan format-format yang dibuat berdasarkan bukti.</p>
<p>Platform dan industri memiliki peran penting dalam mengatasi desain terhadap kekerasan dalam rumah tangga dan keluarga. Mereka perlu berbuat lebih banyak dalam lingkup ini.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/171958/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Bridget Harris menerima dana dari The Australian Research Council. Dia sebelumnya melakukan penelitian untuk eSafety Commissioner dan terlibat dalam riset dengan WESNET.</span></em></p>Penyedia platform dan industri teknologi dapat melakukan banyak hal untuk mengurangi bahaya dengan menyiapkan keamanan pengguna sedari awal sebuah produk dirancang.Bridget Harris, Associate professor, Queensland University of TechnologyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1682722021-10-07T03:43:36Z2021-10-07T03:43:36ZKenapa kamu perlu mencari jawaban lain selain dari Google?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/422044/original/file-20210920-47670-nbp8uv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C4036%2C2003&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Para ahli lebih dapat diandalkan ketimbang Google Search</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/silhouettes-of-people-holding-laptops-are-seen-in-front-of-news-photo/1026614170">Anadolu Agency/Getty Images</a></span></figcaption></figure><figure class="align-left ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/281719/original/file-20190628-76743-26slbc.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/281719/original/file-20190628-76743-26slbc.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=293&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/281719/original/file-20190628-76743-26slbc.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=293&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/281719/original/file-20190628-76743-26slbc.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=293&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/281719/original/file-20190628-76743-26slbc.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=368&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/281719/original/file-20190628-76743-26slbc.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=368&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/281719/original/file-20190628-76743-26slbc.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=368&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p><em><a href="https://theconversation.com/us/topics/curious-kids-us-74795">Curious Kids</a> adalah seri untuk anak-anak segala usia. Jika kamu memiliki pertanyaan yang ingin dijawab oleh ahli nya, kirimkan ke <a href="mailto:curiouskidsus@theconversation.com">curiouskidsus@theconversation.com</a>.</em></p>
<hr>
<blockquote>
<p><strong>Jika ada Google, kenapa aku membutuhkan seorang ilmuwan untuk menjawab suatu pertanyaan? – Harrison F., usia 13, Brookline, Massachusetts</strong></p>
</blockquote>
<hr>
<p>Bayangkan saat kamu sedang meneliti sesuatu. Biarpun kamu hanyalah seorang siswa kelas empat yang perlu mencari tahu bagaimana gunung berapi meletus, atau kamu adalah orang dewasa yang mencari informasi lebih lanjut tentang suatu berita, kamu pasti lebih tergerak untuk segera mencarinya melalui internet. </p>
<p>Hmm, apakah kira-kira hal ini salah?</p>
<p>Mesin pencari Google tampaknya memiliki semua jawaban atas pertanyaanmu. Tapi, dari mana informasi itu berasal? Siapa pembuat situs web tertentu yang muncul saat kamu menuliskan “letusan gunung berapi” di pencarian Google? Siapa yang memutuskan berita mana yang muncul lebih dulu dan dalam urutan apa sisanya akan muncul?</p>
<p>Saya sering memikirkan pertanyaan-pertanyaan ini karena pekerjaan saya adalah membantu para sarjana Universitas Memphis <a href="https://scholar.google.com/citations?user=dFsRzLUAAAAJ&hl=id&oi=ao">menyampaikan pekerjaan mereka</a> kepada para akademisi dan publik.</p>
<p>Para ilmuwan ini adalah para ahli yang telah bekerja dan belajar untuk waktu yang lama untuk memahami semua yang mereka bisa. Mereka menjawab pertanyaan dengan menggabungkan pengetahuan mereka dengan <a href="https://www.sciencebuddies.org/science-fair-projects/science-fair/steps-of-the-scientific-method">metode ilmiah</a> untuk menemukan hal-hal baru.</p>
<h2>Page, Brin, dan sistem PageRank</h2>
<p><a href="https://www.theverge.com/2019/12/4/20994361/google-alphabet-larry-page-sergey-brin-sundar-pichai-co-founders-ceo-timeline">Larry Page dan Sergey Brin</a> masih mempelajari ilmu komputer di Universitas Stanford sebagai mahasiswa pada tahun 1996, ketika menciptakan mesin pencari Google. Mereka mencoba menciptakan cara cepat untuk menemukan sesuatu dengan mudah secara daring. </p>
<p>Pada masa itu, <a href="https://www.iflscience.com/technology/this-website-simulates-the-pain-of-loading-the-internet-in-the-90s/">mencari sesuatu melalui web sangat lambat dan sulit</a>, sehingga susah untuk menemukan informasi terbaik.</p>
<p>Mereka kemudian menemukan sebuah algoritma, yang merupakan kumpulan formula terperinci, yang disebut <a href="https://searchengineland.com/what-is-google-pagerank-a-guide-for-searchers-webmasters-11068">PageRank</a>. PageRank bekerja dengan memperkirakan kualitas halaman web dengan mengukur jumlah dan kualitas halaman lain yang tertaut ke sana. Saat kamu mencari sesuatu di Google, mesin pencari akan memberikan halaman yang paling relevan dari apa yang sedang kamu cari.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/IKXvSKaI2Ko?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Video penjelasan tentang PageRank.</span></figcaption>
</figure>
<h2>Beberapa kekurangan</h2>
<p><em>Googling</em> menjadi begitu cepat sehingga seakan-akan terlihat instan.</p>
<p>Namun, hasil yang kamu lihat saat melakukan penelusuran Google dapat dipengaruhi oleh hal selain PageRank, termasuk apakah <a href="https://www.nature.com/articles/s41599-017-0021-4">para pengiklan membayar Google</a> untuk membuat situs web mereka muncul lebih tinggi daripada yang seharusnya.</p>
<p><a href="https://theconversation.com/its-not-just-a-social-media-problem-how-search-engines-spread-misinformation-152155">Algoritma Google</a> memperhitungkan ratusan variabel lain, termasuk situs yang telah kamu <em>klik</em> di masa lalu, dan seberapa sering halaman tersebut diperbarui.</p>
<p>Tidak seperti para ahli, mesin pencari Google tidak dapat secara otomatis memutuskan sumber mana yang paling penting, paling akurat, atau paling bermanfaat. Artinya, penelusuran Google tidak selalu mengidentifikasi <a href="https://theconversation.com/its-not-just-a-social-media-problem-how-search-engines-spread-misinformation-152155">obyektifitas dan keandalan suatu informasi</a>.</p>
<p>Kamu dapat mempertimbangkan untuk beralih ke mesin pencari lain seperti Bing dari Microsoft atau pada mesin pencari yang secara khusus mempromosikan privasi informasi seperti DuckDuckGo. Tapi, banyak dari alternatif ini memiliki kekurangan yang sama.</p>
<h2>Bagaimana para ahli menyampaikan ilmunya</h2>
<p>Para Ilmuwan dan ahli kerap menyampaikan ilmunya melalui makalah penelitian. Setiap makalah berfokus pada satu ide yang kemudian akan menambahkan hal baru pada suatu topik. Ide yang mereka terbitkan bisa berupa hasil baru dari suatu eksperimen atau pengamatan baru atas suatu hal. Ilmuwan lain kemudian membaca makalah itu dan mendiskusikannya.</p>
<p>Meski para ahli dapat mengambil kumpulan fakta yang sama, namun mereka dapat memiliki perspektif berbeda-beda. Artinya, tidak selalu ada satu jawaban yang benar untuk sebuah pertanyaan. Seiring berjalannya waktu, proses diskusi ini menghasilkan prinsip dan konsep yang diterima secara umum.</p>
<p>Siklus penelitian, tinjauan, dan diskusi ini telah <a href="https://www.historyofinformation.com/detail.php?entryid=2661">ada sejak pertama</a> <a href="https://doi.org/10.1098/rstb.2014.0380">jurnal akademik diterbitkan pada 1665</a>. Saat penemuan baru dibuat, ide bisa berubah.</p>
<p>Salah satu cara peneliti menunjukkan ide lain yang dapat dipertimbangkan dalam penemuan mereka adalah dengan kutipan ilmiah. Kamu pasti pernah melihatnya – ada di bagian referensi di bagian belakang buku nonfiksi atau di bagian bawah artikel Wikipedia. Masing-masing merujuk ke penelitian lain.</p>
<p>Kutipan ini memberi tahu buku-buku dan sumber lain yang dipertimbangkan oleh penulis–dan bagaimana mereka bisa membentuk ide-ide tersebut. Jika banyak ilmuwan <a href="https://doi.org/10.1023/b:scie.000027310.68393.bc">menggunakan ide yang sama untuk suatu</a> konsep yang mereka buat sendiri, maka suatu hari nanti, ide mereka akan digunakan sebagai suatu referensi untuk ide-ide lain. Proses itu berlangsung sebagai siklus dan berinovasi.</p>
<p>Nah, proses penemuan seperti ini tidak dipengaruhi oleh pengiklan. Kendati demikian beberapa publikasi dapat ditentukan oleh <a href="https://theconversation.com/when-big-companies-fund-academic-research-the%20-kebenaran-sering-datang-terakhir-119164">dana</a> yang didapatkan ilmuwan yang secara khusus diminta untuk mengerjakan jenis penelitian tertentu.</p>
<p>Banyak ide yang kamu temukan di internet berasal dari para ilmuan. Tapi, ide-ide ini tetap rentan terhadap bias dan tekanan iklan. </p>
<p>Sedangkan hasil penelitian ilmuwan tidak akan mendapatkan tekanan tersebut. Kita membutuhkan ilmuwan karena mereka memberikan gambaran yang lengkap, informasi teranyar yang berasal dari kebijaksanaan dan pertimbangan mendalam.</p>
<p>Internet membuat kegiatan mencari informasi lebih mudah ketimbang di masa manapun dalam sejarah manusia. Tetapi sebagaimana <a href="https://www.relicsworld.com/albert-einstein/information-is-not-knowledge-the-only-source-of-knowledge-is-experience-you-author-albert-einstein">Albert Einstein</a> menyampaikan, “Informasi bukanlah pengetahuan. Satu-satunya sumber pengetahuan adalah pengalaman.”</p>
<hr>
<p><em>Apakah kamu punya pertanyaan yang ingin ditanyakan ke ahli? Minta bantuan ke orang tua atau orang yang lebih dewasa untuk mengirim pertanyaanmu pada kami. <a href="mailto:curiouskidsus@theconversation.com">CuriousKidsUS@theconversation.com</a>. Jangan lupa cantumkan nama mu, umur, dan kota tempat mu tinggal.</em></p>
<p><em>Dan karena rasa ingin tahu tidak dibatasi usia – orang dewasa juga dapat memberi tahu kami apa yang Anda ingin tahu juga. Kami tidak akan dapat menjawab setiap pertanyaan, tetapi kami akan melakukan yang terbaik.</em></p>
<hr>
<p><em>Rachel Noorajavi menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/168272/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Cody Behles tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Berbeda dengan para ahli, mesin pencari Google tidak dapat secara otomatis memutuskan sumber mana yang paling penting, paling akurat, atau paling berpengaruh.Cody Behles, Director of Innovation & Research Support, University of MemphisLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1683972021-09-22T04:08:42Z2021-09-22T04:08:42ZSisi buruk ‘artificial intelligence’ di balik potensi bisnis besar<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/422554/original/file-20210922-19-8owf0n.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C359%2C5649%2C3628&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/tin-toy-robot-fallen-while-walking-1991848094">Grenar</a></span></figcaption></figure><p>Semakin banyak pemerintahan di dunia menerima teknologi kecerdasan buat (<em>artificial intelligence</em> atau AI) dengan sangat penuh keyakinan. </p>
<p>Pada 2018, tercatat setidaknya <a href="https://medium.com/politics-ai/an-overview-of-national-ai-strategies-2a70ec6edfd">22 negara</a> di seluruh dunia, dan juga <a href="https://digital-strategy.ec.europa.eu/en/policies/european-approach-artificial-intelligence">Uni Eropa</a>, telah meluncurkan garis besar strategi nasional untuk membuat AI bagian dari pengembangan bisnis, dan banyak negara lain mengumumkan kerangka etis pengembangannya. </p>
<p>Uni Eropa mencatat <a href="https://fra.europa.eu/en/project/2018/artificial-intelligence-big-data-and-fundamental-rights/ai-policy-initiatives">lebih dari 290</a> kebijakan inisiatif AI di negara-negara anggotanya antara 2016 dan 2020.</p>
<p>Yang terbaru adalah Irlandia, yang baru saja mengumumkan strategi nasional AI, “<a href="https://enterprise.gov.ie/en/Publications/National-AI-Strategy.html">AI – Here for Good</a>”. Negara itu ingin menjadi “pemimpin internasional dalam menggunakan AI untuk keuntungan bagi ekonomi dan masyarakat kami, melalui pendekatan yang fokus pada manusia dan beretika dalam pengembangan, adopsi, dan penggunaannya”.</p>
<p>Tujuan tersebut akan dicapai lewat delapan arahan kebijakan, termasuk meningkatkan kepercayaan dan pemahaman pada AI menggunakan “duta besar AI” yang akan menyebarkan pesan ke seluruh Irlandia. Aspek lain adalah untuk mempromosikan penggunaan AI oleh kalangan bisnis dan pemerintahan Irlandia dalam kerangka moral dan etis khusus. </p>
<p>Ada beberapa kekurangan dalam strategi ini, yang juga dialami negara lain (terlepas dari strategi AI yang jelas-jelas buruk, seperti faktor <a href="https://www.news.com.au/travel/travel-updates/travel-stories/how-china-is-building-nightmarish-surveillance-state-with-cameras-checking-emotions-and-tracking-social-credit/news-story/eaac0d161b959cd539dd7aeedf532b44">pengawasan warga oleh negara</a> di Cina).</p>
<h2>Semangat yang cacat</h2>
<p>Strategi-strategi semacam ini memiliki <a href="https://doi.org/10.1080/10438599.2020.1839173">semangat menggebu-gebu dan histeria</a> yang sama terkait AI. Contoh sederhana adalah CEO Alphabent (perusahaan induk Google), Sundar Pichai, yang pada 2016 mengklaim bahwa “AI adalah salah satu hal paling penting yang sedang manusia kerjakan. AI lebih penting dibanding, mungkin, listrik atau api.”</p>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/411653/original/file-20210716-27-va8nd2.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Picture of Sundar Pichai looking surprised" src="https://images.theconversation.com/files/411653/original/file-20210716-27-va8nd2.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/411653/original/file-20210716-27-va8nd2.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=785&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/411653/original/file-20210716-27-va8nd2.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=785&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/411653/original/file-20210716-27-va8nd2.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=785&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/411653/original/file-20210716-27-va8nd2.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=986&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/411653/original/file-20210716-27-va8nd2.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=986&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/411653/original/file-20210716-27-va8nd2.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=986&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Sundar Pichai, Ai advocate in chief.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/tin-toy-robot-fallen-while-walking-1991848094">Reuters/Alamy</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pichai berkata begitu karena model bisnis perusahaan dia sangat bergantung pada AI dan kepercayaan orang terhadap AI. Strategi Irlandia persis serupa dengan semangat itu dengan klaim bahwa AI akan melipatgandakan pertumbuhan ekonomi negara itu pada 2035. Negara itu tidak menjelaskan pertumbuhan siapa atau pertumbuhan yang bagaimana.</p>
<p>Strategi itu mempromosikan beragam aplikasi berbasis AI yang berguna - misalnya memperbaiki infrastruktur sepeda di Dublin, menyediakan alat-alat dalam bahasa Irlandia, menghemat energi, dan membuat hidup lebih mudah bagi penderita dementia - tapi sulit untuk memahami bagaimana ini semua dapat melipatgandakan pertumbuhan ekonomi. </p>
<p>Patut dicatat, AI sangat penting hanya bagi segelintir perusahaan <a href="https://global.oup.com/academic/product/digital-dominance-9780190845124?cc=nl&lang=en&">platform digital</a> seperti Google, Apple, Facebook, Amazon and Alibaba - bisa disingkat GAFAA. </p>
<p>Mereka menikmati <a href="https://www.nber.org/papers/w28285">keuntungan sangat besar</a> sebagai pelaku utama karena saat ini AI membutuhkan data sangat banyak. Semakin banyak orang menggunakan platform mereka, laba yang bisa diperoleh dari data <a href="https://www.peterfisk.com/2020/02/metcalfes-law-explains-how-the-value-of-networks-grow-exponentially-there-are-5-types-of-network-effects/#:%7E:text=%E2%80%9CMetcalfe's%20Law%E2%80%9D%20says%20that%20a,of%20nodes%20in%20the%20network.&text=For%20example%2C%20if%20a%20network,10%C3%9710%3D100">meningkat drastis</a>.</p>
<p>Ini memberikan keuntungan bagi perusahaan-perusahaan yang mampu bergerak terlebih dulu dan berhasil untuk memonopoli dan mencegah perusahaan lain ikut menikmati. Perusahaan platform digital mengganggu bisnis yang ada dengan <a href="https://www.amazon.com/Platform-Revolution-Networked-Markets-Transforming/dp/0393249131">menghancurkan</a> perusahaan lain. </p>
<p>Contohnya adalah Google - yang pada dasarnya adalah mesin pencari web - mengganggu model bisnis <a href="https://www.bloomberg.com/opinion/articles/2019-02-12/google-keeps-eating-the-newspaper-industry">surat kabar</a> yang bergantung pada iklan, atau Apple yang menjual <a href="https://www.cnbc.com/2020/02/06/apple-watch-outsold-the-entire-swiss-watch-industry-in-2019.html">lebih banyak jam tangan</a> dibanding industri jam Swiss yang telah berusia ratusan tahun.</p>
<p>Platform-platform ini juga menekan munculnya perusahaan baru, misalnya dengan <a href="https://www.titlemax.com/discovery-center/lifestyle/everything-facebook-owns-mergers-and-acquisitions-from-the-past-15-years/">membeli</a> semua <a href="https://www.nber.org/system/files/working_papers/w27146/w27146.pdf">perusahaan baru yang berpotensi menjadi pesaing</a>. Praktik ini mematikan inovasi. </p>
<p>Dan kini, para wirausahawan semakin “harus” berkompetisi lewat platform-platform ini - misalnya Amazon Markteplace. Mereka dapat menjadi korban perilaku buruk misalnya ulasan produk palsu oleh pesaing; peraturan penyedia platform yang tidak jelas dan tidak terduga; dan perubahan algoritme mendadak yang berdampak bagi bisnis mereka, misalnya membuat mereka sulit terlihat oleh calon pembeli. Ada juga fenomena <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S004016251731452X">wirausahawan digital yang hanya mampu menghasilkan laba yang cukup untuk bertahan hidup saja</a>.</p>
<p>Lanskap (anti) kompetisi yang sangat berbeda ini - kerap disebut <a href="https://www.economist.com/business/2016/05/21/the-emporium-strikes-back">kapitalisme platform</a> - menjadi <a href="https://www.degruyter.com/document/doi/10.2202/1446-9022.1240/html">masalah besar</a> bagi para pembuat kebijakan dan otoritas.</p>
<p>Uni Eropa belum lama ini menyetujui undang-undang (UU) Pasar Digital (<a href="https://ec.europa.eu/info/strategy/priorities-2019-2024/europe-fit-digital-age/digital-markets-act-ensuring-fair-and-open-digital-markets_en">Digital Markets Act</a> atau DMA) dan UU Jasa Digital (<a href="https://ec.europa.eu/info/strategy/priorities-2019-2024/europe-fit-digital-age/digital-services-act-ensuring-safe-and-accountable-online-environment_en">Digital Services Act</a> atau DSA) yang berusaha mencegah penindasan yang sedang berlangsung dan berpotensi terjadi di dalam platform digital besar berbasis AI.</p>
<p>Jika AI dan otomatisasi memang suatu kekuatan yang penting, maka seharusnya kita sudah mengalami peningkatan produktivitas dan pengangguran secara besar-besaran. Nyatanya, yang kita lihat adalah pertumbuhan produktivitas yang stagnan - misalnya pertumbuhan di Inggris tercatat yang <a href="https://www.bankofengland.co.uk/-/media/boe/files/speech/2018/the-fall-in-productivity-growth-causes-and-implications">terendah</a> dalam 200 tahun terakhir - dan tingkat <a href="https://www.npr.org/2018/10/05/654417887/u-s-unemployment-rate-drops-to-3-7-percent-lowest-in-nearly-50-years?t=1626273539772">pengangguran terendah</a> di negara-negara Barat dalam beberapa dekade terakhir.</p>
<p>Strategi AI Irlandia mengacuhkan masalah-masalah yang ada terkait kapitalisme platform. Di seluruh dokumen strategi itu, nama Google hanya muncul sekali, Amazon dan Facebook tidak sama sekali. Dokumen itu tidak menyebut platform digital, kapitalisme platform, DMA, DSA, atau <a href="https://www.cnbc.com/2020/12/18/google-antitrust-cases-in-us-and-europe-overview.html">gugatan Uni Eropa terhadap Google</a>.</p>
<p>Strategi AI Irlandia seharus menjelaskan dengan rinci bagaimana dan kapan AI akan menghasilkan keuntungan ekonomi yang disebut - dan siapa yang akan menikmati keuntungan itu. Strategi itu juga perlu menjelaskan visi yang memastikan negara itu tidak menderita karena GAFAA atau sekadar menjadi kaki tangan mereka.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/mark-zuckerberg-ingin-mengubah-facebook-menjadi-perusahaan-metaverse-apa-itu-166984">Mark Zuckerberg ingin mengubah Facebook menjadi 'perusahaan metaverse' – apa itu?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Pelaku bisnis tidak menggunakannya</h2>
<p>Strategi itu juga berasumsi bahwa kurangnya kepercayaan pada AI adalah karena orang-orang tidak memahami teknologi. Maka jalannya keluarnya bagi mereka adalah mengajari orang sains data dan menunjuk duta besar AI.</p>
<p>Bisa jadi yang terjadi adalah sebaliknya: semakin orang memahami AI, mereka semakin tidak percaya.</p>
<p>Ini tentu hal yang baik. Di Amerika Serikat (AS), yang memiliki pemahaman AI cukup maju, penggunaan AI justru terhitung kecil. <a href="https://www.nber.org/papers/w28290">Sensus terbaru</a> di AS pada lebih dari 800.000 perusahaan menemukan hanya 2,9% yang menggunakan <em>machine learning</em> sejak 2018. Survei <a href="https://op.europa.eu/en/publication-detail/-/publication/f089bbae-f0b0-11ea-991b-01aa75ed71a1">Komisi Eropa</a> pada 2020 juga menunjukkan tingkat penggunaan yang sama rendahnya.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/411654/original/file-20210716-27-2cu6gk.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Businessman thumb up, robot thumb down" src="https://images.theconversation.com/files/411654/original/file-20210716-27-2cu6gk.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/411654/original/file-20210716-27-2cu6gk.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/411654/original/file-20210716-27-2cu6gk.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/411654/original/file-20210716-27-2cu6gk.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/411654/original/file-20210716-27-2cu6gk.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/411654/original/file-20210716-27-2cu6gk.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/411654/original/file-20210716-27-2cu6gk.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Pada kenyataannya, sebagian besar pelaku bisnis tidak menggunakan AI.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/businessperson-robot-showing-thumb-down-sign-792862534">Andrey_Popov</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Banyak<a href="https://www.forbes.com/sites/bernardmarr/2019/03/27/artificial-intelligence-in-automotive-industry-surprisingly-slow-uptake-and-missed-opportunities/#47e4e4d27707"> survei lain</a> menunjukkan temuan serupa. Pelaku bisnis tidak menggunakan AI, bukan karena mereka tidak percaya, tapi karena tidak masuk dalam hitungan bisnis mereka. AI terlalu mahal, dengan hasil tidak signifikan, dan <a href="https://arxiv.org/pdf/1906.02243.pdf">berdampak besar</a> pada lingkungan - ini bahkan belum mempertimbangkan faktor dominasi pemain besar.</p>
<p>Strategi “AI - Here for Good” milik Irlandia, seperti banyak strategi negara-negara lain, seakan yakin pada adanya mukjizat. Ini termasuk membolehkan akses untuk sejumlah besar data relevan bagi semua perusahaan namun tetap melindungi privasi pengguna, dan mengubah Irlandia menjadi tempat uji coba model-model <em>deep-learning</em> dan pusat-pusat data sambil tetap mengurangi emisi CO₂. Strategi ini tidak mengakui adanya dampak buruk.</p>
<p>Pesan yang tersirat adalah Irlandia mampu memetik buah-buah ajaib dari semak-semak penuh duri, asal yakin pada AI dan mematuhi arahan etis. Ini adalah upaya yang akan sepenuhnya didukung oleh <a href="https://www.wsj.com/articles/looking-forward-to-the-end-of-humanity-11592625661">_transhumanists</a>_, GAFAA, and para pelaku monopoli ekonomi digital lainnya.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/168397/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Wim Naudé tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Banyak negara mengira bahwa algoritma adalah jalan baru menuju sejahtera.Wim Naudé, Professor of Economics, University College CorkLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1290102019-12-18T09:14:40Z2019-12-18T09:14:40ZSisi gelap Alexa, Siri, dan asisten digital pribadi<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/307615/original/file-20191218-11951-nihq5s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Perangkat asisten pribadi digital di rumah menjadi semakin populer, tapi kehadirannya menimbulkan masalah privasi. </span> <span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span></figcaption></figure><p>Beberapa tahun yang lalu, asisten digital pribadi seperti Alexa milik Amazon, Siri milik Apple, dan Google Assistant milik Google terdengar futuristik. Kini, hal futuristik itu telah melekat di masyarakat, bertambah, dan berkembang di mana-mana.</p>
<p>Asisten digital dapat <a href="https://www.wordstream.com/blog/ws/2018/04/10/voice-search-statistics-2018">ditemukan di kantor Anda, rumah, mobil, hotel, telepon, dan banyak tempat lainnya</a>. Teknologi ini baru-baru saja mengalami transformasi besar-besaran dan bekerja pada sistem operasi yang didorong oleh kecerdasan buatan (AI). Mereka mengamati dan mengumpulkan data secara <em>real-time</em> dan memiliki kapabilitas untuk mengambil informasi dari berbagai sumber, seperti perangkat pintar dan layanan <em>cloud</em>, yang kemudian informasi tersebut dimasukkan ke dalam konteks yang sesuai dengan menggunakan AI untuk memahami situasi. </p>
<p>Meski kita telah meneliti jauh dalam desain dan eksekusi teknologi AI, tentu masih ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan di bidang ini.</p>
<p>Banyak data yang dikumpulkan dan digunakan oleh asisten pribadi, termasuk informasi pribadi, yang berpotensi diidentifikasi dan mungkin merupakan informasi sensitif. Dapatkah Alexa atau asisten digital pribadi lainnya melanggar privasi dan keamanan data kita? Jawabannya adalah mungkin. <a href="https://www.theguardian.com/technology/2019/oct/09/alexa-are-you-invading-my-privacy-the-dark-side-of-our-voice-assistants">Tentu ada sisi gelap yang dibawa oleh asisten virtual ini</a>.</p>
<p>Keahlian saya di bidang privasi data, tata kelola data, dan kecerdasan buatan. Saya sebelumnya adalah Pejabat Informasi dan Privasi di Kantor Komisaris Informasi dan Privasi Ontario, Kanada</p>
<h2>Layanan yang ramah</h2>
<p>Bayangkan situasi berikut.</p>
<p>Ada beberapa tamu yang akan datang ke rumah Anda. Tamu pertama Anda datang dan kamera keamanan di teras rumah Anda menangkapnya berjalan menuju rumah Anda. Kemudian muncul sebuah suara sopan yang mengucapkan selamat datang dan membukakan pintu rumah Anda. Begitu tamu Anda berada di dalam rumah, asisten digital Anda menjelaskan bahwa Anda sedang dalam perjalanan pulang dan akan segera tiba. Melalui sistem audio di rumah Anda, asisten digital kemudian mulai memainkan lagu pilihan yang sesuai dengan lagu favorit tamu Anda (dari fitur teman Spotify Anda). Asisten digital Anda juga bertanya kepada tamu Anda mengenai pilihan minuman kopi: dengan rasa vanilla atau biji kopi Kolombia. Segera setelah itu, tamu Anda mengambil kopi dari mesin kopi digital. Tugas penyambutan kini selesai, asisten digital Anda berhenti dan sembari menunggu, tamu Anda akan melakukan beberapa panggilan. </p>
<p>Sangat menarik bagaimana asisten digital dapat memvalidasi identitas tamu Anda secara akurat dan mandiri; memilih lagu favoritnya, mengingat rasa kopi kesukaannya, dan mengelola peralatan pintar di rumah Anda.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/306262/original/file-20191211-95165-u31ikt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/306262/original/file-20191211-95165-u31ikt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/306262/original/file-20191211-95165-u31ikt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/306262/original/file-20191211-95165-u31ikt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/306262/original/file-20191211-95165-u31ikt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/306262/original/file-20191211-95165-u31ikt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/306262/original/file-20191211-95165-u31ikt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/306262/original/file-20191211-95165-u31ikt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Ketika perangkat pintar menjadi lebih banyak di mana-mana, menjaga privasi kita dan orang lain membutuhkan upaya bersama yang baru dan terpadu.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Asisten penerima tamu</h2>
<p>Tapi apakah tindakan asisten digital mengkhawatirkan Anda?</p>
<p>Asisten digital dapat merekam percakapan, gambar, dan banyak informasi sensitif lainnya, termasuk lokasi melalui ponsel pintar kita. Mereka menggunakan data kita untuk pembelajaran mesin (<em>machine learning</em>) untuk meningkatkan kemampuan seiring berjalannya waktu. Perangkat lunak mereka dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan yang secara terus menerus memikirkan cara baru untuk mengumpulkan dan menggunakan data kita.</p>
<p>Layaknya program komputer lainnya, permasalahan mendasar dari asisten digital ini adalah mereka rentan terhadap kegagalan teknis dan proses. Asisten digital juga dapat diretas dari jarak jauh yang mengakibatkan pelanggaran privasi pengguna. </p>
<p>Misalnya, pernah ada kejadian sepasang suami-istri di Oregon harus mencabut perangkat Alexa, asisten virtual Amazon, karena percakapan pribadi mereka <a href="https://www.npr.org/2018/05/25/614315967/oregon-couple-unplugs-alexa-after-it-records-private-conversation">direkam dan dikirim ke salah satu teman yang terdaftar di kontak mereka</a>.</p>
<p>Dalam insiden lain, seorang laki-laki Jerman secara tidak sengaja menerima akses ke <a href="https://www.darkreading.com/iot/amazon-slip-up-shows-how-much-alexa-really-knows/d/d-id/1333545">1.700 file audio Alexa milik orang asing yang tak dikenalnya</a>. File-file tersebut mengungkapkan nama orang lengkap dengan kebiasaan, pekerjaan, dan informasi sensitif lainnya.</p>
<h2>Kesadaran akan hak istimewa</h2>
<p>Meningkatnya popularitas dan ketersediaan asisten digital pribadi telah menghasilkan pelebaran pada sesuatu yang disebut <a href="https://metro.co.uk/2019/09/09/fears-privacy-widening-digital-divide-experts-suggest-10710383/">kesenjangan digital</a>. Paradoks yang menarik; individu yang sadar dan peka terhadap masalah privasi biasanya membatasi penggunaan alat-alat digital, sementara pengguna yang kurang sadar terhadap perlindungan privasi secara luas memasukkan asisten pribadi ke dalam kehidupan digital mereka. </p>
<p>Asisten digital merekam data terus menerus atau bisa juga menunggu perintah untuk menjadi aktif. Mereka tidak membatasi pengumpulan data hanya untuk informasi pemilik atau pengguna resmi. Asisten digital pribadi bisa saja mengoleksi dan memproses data pribadi pengguna yang tidak disetujui, seperti suara mereka. </p>
<p>Dalam masyarakat yang terbagi secara digital, seseorang yang mengerti privasi tidak akan melibatkan peralatan seperti itu ke dalam kehidupan mereka, sementara yang lain mungkin menerima atau merasionalisasi perilaku tersebut.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/306261/original/file-20191211-95173-15d352f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/306261/original/file-20191211-95173-15d352f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/306261/original/file-20191211-95173-15d352f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=445&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/306261/original/file-20191211-95173-15d352f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=445&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/306261/original/file-20191211-95173-15d352f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=445&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/306261/original/file-20191211-95173-15d352f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=559&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/306261/original/file-20191211-95173-15d352f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=559&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/306261/original/file-20191211-95173-15d352f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=559&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Perangkat pintar menghubungkan pengguna ke peralatan rumah tangga, dengan janji untuk meningkatkan kualitas hidup dengan membuat manajemen rumah tangga lebih mudah dan lebih efisien..</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Menghormati privasi orang lain</h2>
<p>Pada era perangkat dan akses internet di mana-mana, apa yang seharusnya kita lakukan menghadapi paradoks ini sekaligus menghormati ruang dan pilihan satu sama lain?</p>
<p>Mari kita lihat kembali asisten digital pribadi imajiner kita. Asisten digital pribadi harus memproses berbagai sumber informasi mengenai tamu Anda untuk beroperasi sebagai tuan rumah yang pintar. Apakah asisten digital menggunakan semua data itu untuk pengolahan algoritme atau malah melanggar privasi tamu Anda? Pertanyaan ini akan bergantung pada siapa Anda akan bertanya karena jawabannya akan berbeda-beda.</p>
<p>Ajaran sopan santun atau etiket kita pada dasarnya memberi tahu bahwa kita memiliki tanggung jawab sosial dan etis untuk menghormati nilai yang dipegang satu sama lain dalam hal teknologi digital. Kendati demikian, implikasi dan pertumbuhan teknologi ini sangat signifikan dan cepat sehinga kita belum mampu mendefinisikan kembali norma dan harapan sosial yang seharusnya menjadi kesepahaman bersama masyarakat.</p>
<p>Misalnya, sebagai tuan rumah, apakah kita memiliki kewajiban etis terhadap tamu kita untuk memberi tahu mereka tentang asisten digital pribadi kita? Apakah sopan bagi pengunjung rumah untuk meminta tuan rumah mematikan alat digital mereka? Haruskah kita menanyakan tentang keberadaan alat pintar dan asisten digital sebelum tiba di rumah teman, hotel, atau <a href="https://www.airbnb.com/s/homes">AirBnB</a>.</p>
<p>Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini adalah ya, menurut <a href="https://emilypost.com/book/emily-posts-manners-in-a-digital-world/">pakar etiket Daniel Post Senning</a>. Senning menjelaskan bahwa kita cukup bertanya pada diri kita sendiri. Apakah kita ingin diberitahu bahwa kita sedang direkam baik dalam pertemuan bisnis maupun pertemuan pribadi? Atau apa kita akan menerima jika diminta untuk mematikan alat digital jika kita menjadi tuan rumah? Aturan etiket bersifat universal: memegang nilai kejujuran, kebaikan, dan selalu menjadi perhatian bersama.</p>
<p>Beri tahu kolega dan tamu Anda bahwa perangkat digital Anda dapat merekam suara, gambar, atau informasi lainnya. Begitu juga minta tuan rumah Anda untuk mematikan asisten digital jika Anda tidak nyaman mereka berada di sekitar Anda. Tapi berhati-hatilah. Anda mungkin tidak ingin meminta tuan rumah Anda untuk mematikan asisten digital apabila ada sanak keluarganya yang berusia lanjut atau difabel dan bergantung pada alat-alat tersebut.</p>
<h2>Menjaga privasi kolektif</h2>
<p>Privasi adalah norma sosial yang harus kita pertahankan bersama. Pertama-tama, kita perlu mendidik diri kita sendiri mengenai keamanan dunia maya dan risiko potensial dari teknologi digital. Kita seharusnya juga proaktif dalam mengikuti berita terkini mengenai teknologi dan mengambil tindakan saat diperlukan.</p>
<p>Peran pemerintah dalam paradigma kompleks ini sangat penting. Kita membutuhkan undang-undang privasi yang lebih kuat untuk mengatasi masalah privasi yang berhubungan dengan asisten digital pribadi. Kini, perusahaan seperti Amazon, Google, dan Apple sedang membuat aturan tersebut. </p>
<p>Pihak yuridiksi lainnya telah mengembangkan dan mengimplementasikan peraturan seperti <a href="https://www.cnet.com/news/alexa-privacy-fears-spark-questions-for-amazon-in-europe/"><em>Europe’s General Data Protection Regulation</em> (GDPR)</a> yang menyediakan pengawasan pada pengumpulan data untuk berbagai perangkat rumah tangga. Kanada dan negara lain harus mengikuti langkah seperti ini.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/129010/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Rozita Dara tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Asisten digital dapat merekam percakapan, gambar, dan banyak informasi sensitif lainnya, termasuk lokasi melalui ponsel pintar kita.Rozita Dara, Assistant Professor, Computer Science, University of GuelphLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1272262019-11-22T15:19:40Z2019-11-22T15:19:40ZGoogle klaim komputer kuantum mereka bisa selesaikan komputasi hanya 3 menit, sementara komputer klasik 10.000 tahun<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/302471/original/file-20191119-111690-re5hfk.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Prosesor Sycamore </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://1.bp.blogspot.com/-4pbQ6nBDyxY/XbC8MHKgTCI/AAAAAAAAE10/wu0JGYKYZ-wyCUIQRTvYt2PGzCPKmHsrACLcBGAsYHQ/s1600/Google_Quantum_Nature_cover_art_Sycamore_device_small.png">Erik Lucero/Google Quantum A.I.</a></span></figcaption></figure><p>Baru-baru ini raksasa teknologi informasi Google membuat kehebohan melalui sebuah terobosan dalam komputasi kuantum. </p>
<p>Tim Google Artificial Intelligence Quantum pimpinan fisikawan <a href="https://ai.google/research/people/105018/">John Martinis</a> menerbitkan sebuah artikel ilmiah di jurnal bergengsi <a href="https://www.nature.com/articles/s41586-019-1666-5">Nature</a> bulan lalu. Artikel ini memuat hasil eksperimen mereka menggunakan komputer kuantum. </p>
<p>Mereka klaim, berdasarkan uji coba mereka, komputer kuantum yang mereka bangun dapat menghitung bilangan acak yang sangat rumit dalam waktu 3 menit 20 detik, sementara superkomputer atau komputer klasik tercanggih saat ini, akan membutuhkan waktu 10.000 tahun. </p>
<p>Mereka menyebut capaian itu sebagai supremasi kuantum. </p>
<p>Artikel ini membahas capaian Google ini dan bagaimana dampaknya bagi dunia teknologi masa mendatang. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/inovasi-dari-komputer-kuantum-mengapa-kita-membutuhkannya-102890">Inovasi dari komputer kuantum, mengapa kita membutuhkannya?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Supremasi kuantum</h2>
<p>Istilah <a href="https://arxiv.org/abs/1203.5813">supremasi kuantum</a> pertama kali diusulkan tahun 2012 oleh fisikawan <a href="http://www.theory.caltech.edu/people/preskill/">John Preskill dari California Institute of Technology</a>. </p>
<p>Istilah ini bermula dari asumsi bahwa komputer klasik, komputer yang kita gunakan saat ini, tidak dapat menghitung secara efisien terhadap sistem kuantum, sistem yang mengatur perilaku benda-benda sangat kecil seperti molekul dan atom. </p>
<p>Preskill mengatakan suatu saat kita akan sampai pada sebuah era ketika <a href="https://theconversation.com/inovasi-dari-komputer-kuantum-mengapa-kita-membutuhkannya-102890">komputer kuantum</a> dapat secara efisien menghitung bilangan terhadap sistem kuantum jauh melebihi apa yang bisa dilakukan oleh komputer klasik tercanggih. </p>
<p>Era seperti itu disebut sebagai supremasi kuantum. </p>
<h2>Summit versus Sycamore</h2>
<p><a href="https://www.ibm.com/thought-leadership/summit-supercomputer/">Superkomputer tercanggih di muka bumi</a> saat ini bernama <a href="https://www.olcf.ornl.gov/olcf-resources/compute-systems/summit/">Summit</a> yang berada di Laboratorium Nasional Oak Ridge, milik Departemen Energi Amerika Serikat. Summit saat ini dapat melakukan 200 juta miliar operasi penghitungan bilangan biner seperti penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, tiap detiknya.</p>
<p>Teknologi superkomputer secara prinsip bekerja seperti komputer kita di rumah, yaitu menghitung kombinasi bit 0 dan 1 secara bertahap. Semua data komputer disimpan dalam angka biner: 0 atau 1. Dinamakan superkomputer karena kinerjanya yang jauh melebihi komputer kita saat ini. </p>
<p>Sementara komputer kuantum Google menggunakan prosesor kuantum berbasis <em>quantum bit (qubit)</em> superkonduktor yang mereka namai “Sycamore”. </p>
<p><em>Qubit</em> adalah satuan informasi terkecil dalam sebuah komputer kuantum, layaknya <a href="https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/bit">bit</a> dalam komputer klasik. Jika komputer di rumah dan kantor kita memproses informasi melalui bit-bit 0 atau 1 yang bekerja seperti sakelar, komputer kuantum dapat menghitung <em>qubit-qubit</em> |0〉 dan |1〉secara bersamaan, layaknya sakelar yang hidup dan mati sekaligus dalam satu waktu.</p>
<p>Kemampuan luar biasa prosesor <em>qubit</em> terjadi karena dalam prosesor <em>qubit</em> arus listrik dapat mengalir searah jarum jam, berlawanan jarum jam, atau kombinasi dari keduanya. Arah perputaran arus ini yang mendefinisikan <em>qubit</em> |0〉 dan |1〉.</p>
<p>Prosesor <em>qubit</em> bisa melakukan hal tersebut karena tersusun atas sirkuit (loop) dari kawat aluminium, yang ketika didinginkan di bawah suhu 1,2 Kelvin (-271,93 derajat Celsius) akan kehilangan hambatan listriknya, sehingga arus listrik dapat mengalir tanpa kehilangan energi, menghasilkan efek yang disebut superkonduktivitas. </p>
<p>Sycamore memiliki 54 <em>qubit</em> yang saling terhubung satu sama lain.</p>
<h2>Menghitung kemungkinan munculnya bilangan acak</h2>
<p>Untuk membandingkan kemampuan komputer kuantum milik Google dengan superkomputer tercanggih di dunia saat ini, tim Google AI Quantum merancang sebuah algoritme kuantum yang didesain cukup sulit untuk diselesaikan superkomputer. </p>
<p>Algoritme yang dikembangkan tim Google ditujukan untuk menghasilkan bilangan-bilangan acak yang direpresentasikan dalam rangkaian kombinasi bilangan biner, {001100, 001010,…} misalnya. </p>
<p>Dalam eksperimennya, tim Google menjalankan algoritme ini pada 53 <em>qubit</em> yang ada di Sycamore. </p>
<p>Jika kita hitung, akan ada 2<sup>53</sup> atau 9 juta miliar kombinasi bilangan biner yang berbeda. </p>
<p>Jumlah ini bukan angka yang kecil dan tidak akan mudah bagi komputer klasik untuk menjalankan algoritme ini. </p>
<h2>Analogi burung garuda vs angka</h2>
<p>Untuk membayangkan betapa sulit operasi komputer kuantum ini, kita bisa analogikan <a href="https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/bit">bit</a> 0 dan 1 sebagai dua muka pada uang koin, burung garuda mewakili 0 dan angka nominal mewakili 1.</p>
<p>Bayangkan ada 53 orang, masing-masing memegang 1 koin, kemudian tiap orang melemparkan koin ke udara kemudian menangkapnya lagi untuk melihat muka koin mana yang muncul, burung Garuda atau nominal. </p>
<p>Satu lemparan bersamaan dari masing-masing orang akan menghasilkan kombinasi 53 deretan angka 0 dan 1. Orang pertama mendapat burung garuda, orang kedua mendapat nominal, orang ketiga mendapat nominal dan seterusnya hingga orang ke-53. Jika kita perintahkan 53 orang tersebut untuk melemparkan koin lagi kemungkinan akan diperoleh deretan angka 0 dan 1 yang berbeda dan akan ada 9 juta miliar kemungkinan kombinasi yang berbeda. </p>
<p>Jika kita perintahkan 53 orang tadi untuk melemparkan koin berkali-kali secara bersamaan kemudian kita catat kombinasi angka hasil dari masing-masing lemparan, akan ada kemungkinan kombinasi tertentu lebih sering muncul dibanding kombinasi lain. Kira-kira seperti itu analogi bagaimana komputer klasik menghitung, dilakukan bertahap lemparan demi lemparan. </p>
<p>Berbeda halnya dengan komputer klasik, komputer kuantum dapat menghitung ketika koin berputar di udara. <a href="https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/bit">Bit</a> 0 dan 1 dalam komputer kuantum dapat eksis dalam waktu yang bersamaan karena fenomena superposisi kuantum. (Superposisi kuantum adalah fenomena yang hanya terjadi pada benda-benda mikro seperti elektron yang memungkinkannya untuk berada pada dua atau lebih keadaan atau posisi pada waktu bersamaan). Anda bisa dapatkan 9 juta miliar kemungkinan kombinasi secara simultan. </p>
<p>Untuk membandingkan kemampuan menghitung ini pada komputer kuantum dengan superkomputer, tim Google menggunakan protokol yang dinamakan <em>cross-entropy benchmarking</em> (XEB). Protokol ini akan menilai apakah komputer kuantum dapat bekerja menjalankan algoritme secara benar dengan cara membandingkannya dengan simulasi penghitungan yang dijalankan di superkomputer. </p>
<p>Hasilnya, penghitungan dengan dengan 53 <em>qubit</em> membutuhkan waktu 200 detik, sedangkan simulasi dengan superkomputer dengan 1 juta inti prosesor (<a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Multi-core_processor"><em>core</em></a>) membutuhkan waktu 130 detik. Ini berarti dibutuhkan kurang lebih komputer klasik dengan 1 juta <em>core</em> prosesor untuk menyamai kecepatan sebuah prosesor Sycamore dalam menghitung.</p>
<p><em>Core</em> merupakan bagian dalam chip prosesor komputer yang bertugas memproses informasi tertentu. Chip prosesor pada komputer saat ini dilengkapi dengan lebih dari 1 <em>core</em> yang membuatnya dapat melakukan <em>multitasking</em>.</p>
<p>Dari hasil <a href="https://kbbi.web.id/ekstrapolasi">ekstrapolasi data atau perluasan data di luar data yang tersedia</a> terhadap peningkatan kompleksitas algoritme diperoleh waktu 3 menit 20 detik bagi Sycamore untuk menghitung, sedangkan superkomputer Summit (komputer klasik tercanggih saat ini) membutuhkan waktu selama 10.000 tahun. </p>
<p>Selisih waktu yang amat jauh ini membuat tim Google mengklaim diri sebagai yang pertama mencapai supremasi kuantum. </p>
<h2>Respons IBM dan potensi komputer kuantum ke depan</h2>
<p>Tidak semua pihak menyambut positif capaian tim Google. Raksasa komputer IBM yang juga mengembangkan komputer kuantum menanggapinya secara sinis. Melalui publikasi yang diunggah dalam situs <a href="https://arxiv.org/abs/1910.09534">ArXiv</a>, IBM mengestimasi bahwa algoritme Google dapat diselesaikan oleh superkomputer Summit dalam waktu 2,5 hari saja dengan pendekatan yang berbeda dengan yang dilakukan Google. </p>
<p>Terlepas dari kontroversi itu, capaian yang diraih Google menjadi bukti bahwa kedigdayaan komputer kuantum atas komputer klasik bukan sekadar “dongeng” riset. Algoritme yang dijalankan mungkin tidak punya penerapan praktis saat ini tapi demonstrasi ini menunjukkan pada publik bahwa komputer kuantum sedang menapak menuju teknologi yang akan memberi manfaat sesungguhnya pada dunia nyata. </p>
<p>Layaknya komputer kita saat ini yang memudahkan pekerjaan sehari-hari, komputer super canggih itu akan banyak bermanfaat dalam riset yang membutuhkan hitungan sangat kompleks dan berukuran atom. </p>
<p>Kita bisa bayangkan pada tahun-tahun ke depan ilmuwan menyimulasikan miliaran atom di dalam material sel surya untuk merancang sel surya yang lebih efisien atau ilmuwan komputer membuat algoritme untuk membuat sandi yang sangat sulit dipecahkan peretas.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/127226/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Dwi Prananto tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Namun IBM mengestimasi bahwa algoritme Google dapat diselesaikan oleh superkomputer Summit dalam waktu 2,5 hari saja dengan pendekatan yang berbeda dengan yang dilakukan Google.Dwi Prananto, Specially Appointed Assistant Professor, Niigata UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1265022019-11-13T01:55:50Z2019-11-13T01:55:50ZTwitter larang iklan politik, tapi perusak riil demokrasi adalah Facebook dan Google<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/300574/original/file-20191107-12450-yqt89x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Twitter harus mendapatkan pujian atas langkahnya, tetapi perusahaan microblogging ini masih berdampak kecil dibandingkan dengan Facebook dan Google.</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock </span></span></figcaption></figure><p>Akhirnya, ada kabar baik dari dunia antah-berantah media sosial. CEO Twitter Jack Dorsey telah mengumumkan bahwa, efektif per 22 November, platform <em>microblogging</em> ini akan melarang semua iklan politik secara global.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1189634360472829952"}"></div></p>
<p>Ini adalah sebuah langkah penting yang diambil oleh Twitter. Hal ini terjadi ketika Facebook dan CEO-nya Mark Zuckerberg berada di bawah tekanan yang kian besar untuk menangani sejumlah misinformasi dan disinformasi yang tersebar melalui iklan politik berbayar di Facebook.</p>
<p>Zuckerberg baru-baru ini mengatakan dalam dengar pendapat di Kongres Amerika Serikat bahwa Facebook tidak mempunyai rencana untuk memeriksa fakta iklan politik, dan dia tidak menjawab <a href="https://www.theguardian.com/technology/live/2019/oct/23/libra-mark-zuckerberg-testifies-live-facebook-cryptocurrency-latest-updates">sebuah pertanyaan langsung</a> dari anggota Kongres Alexandria Ocasio-Cortez apakah Facebook akan menghapus iklan politik yang ternyata tidak benar. Jelas bukan sebuah pertanda yang baik.</p>
<p>Beberapa hari setelah rentetan kemunculan Zuckerberg di depan komite kongres, Twitter menunjukkan sikapnya.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/merchants-of-misinformation-are-all-over-the-internet-but-the-real-problem-lies-with-us-123177">Merchants of misinformation are all over the internet. But the real problem lies with us</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Twitter, perusahaan <em>microblogging</em> kecil jika dibandingkan dengan Facebook dan Google, dipuji atas langkah bijaksananya. Meski begitu, dengan belum berubahnya kedua raksasa (Facebook dan Google), maka larangan iklan politik di Twitter akan berdampak kecil pada pemilihan umum di seluruh dunia.</p>
<h2>Sebuah gejala flu demokrasi</h2>
<p>Penting untuk menyebut Google dalam permasalahan iklan politik ini. Perusahaan ini sering berada di luar radar, bersembunyi di balik Facebook yang menerima sebagian besar kritikan.</p>
<p>Platform media sosial global menyuntikkan racun ke dalam sistem demokrasi liberal di seluruh dunia. Informasi yang keliru dan kebohongan langsung mereka izinkan untuk disebar dalam platform mereka, sebagian bertanggung jawab atas perpecahan antara kubu politik yang berbeda yang semakin mendalam di sebagian besar negara demokrasi liberal yang mapan.</p>
<p>Dengan adanya penargetan pemilih secara mikro sebagaimana terungkap oleh skandal Cambridge Analytica menunjukkan bawah sistem demokrasi lama berada di bawah tekanan yang ekstrem. Ini jelas dicontohkan oleh kelumpuhan parlemen Inggris atas isu Brexit dan pembelahan politik yang begitu mendalam di Amerika Serikat.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/why-you-should-talk-to-your-children-about-cambridge-analytica-94900">Why you should talk to your children about Cambridge Analytica</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Pelarangan iklan politik mengurusi satu gejala flu demokrasi yang disebabkan oleh platform tersebut. Akar penyebab flu adalah karena bahwa platform media sosial tidak lagi hanya platform - mereka adalah penerbit.</p>
<p>Sampai mereka mengakui hal ini dan setuju untuk mematuhi kerangka hukum dan etika yang terkait dengan penerbitan, demokrasi kita tidak akan pulih.</p>
<h2>Bukan platform tapi penerbit</h2>
<p>Menjadi sebuah penerbit itu kompleks dan jauh lebih mahal dibanding menjadi sebuah platform. Kita harus merekrut staf editorial (kecuali kalau kita dapat membuat algoritme canggih yang cukup untuk melakukan kerja-kerja editorial) untuk mengecek fakta, mengedit, dan mengkurasi konten. Dan kita harus menjadi warga korporat yang baik, yang memiliki tanggung jawab sosial. </p>
<p>Meyakinkan platform tersebut untuk menerima peran mereka sebagai penerbit adalah cara jangka panjang dan berkelanjutan untuk menangani masalah konten beracun saat ini.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/1iCVn_JvOiQ?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
</figure>
<p>Menerima status penerbit dapat menjadi solusi “win-win”, karena perusahaan-perusahaan media sosial membangun kembali kepercayaan dengan publik dan pemerintah dengan memangku tanggung jawab secara sosial dan etika, menghentikan peracunan terhadap demokrasi kita. </p>
<p>Mark Zuckerberg mengklaim bahwa para pengguna Facebook dapat mempublikasikan kebohongan dan informasi yang keliru (misinformasi) karena itu adalah bagian dari kebebasan berpendapat. Bukan. Kebebasan berpendapat adalah sebuah hak dan sebuah keistimewaan, dan karena itu memiliki tanggung jawab dan batasan. </p>
<p>Contoh dari pembatasan adalah peraturan tentang pencemaran nama baik dan undang-undang diskriminasi dan fitnah rasial. Dan itu hanya kerangka hukum. Kerangka etis yang kuat yang berlaku untuk penerbitan harus ditambahkan di sini. </p>
<h2>Oligopoli kepemilikan</h2>
<p>Lalu, ada masalah oligopoli media sosial global. Tidak pernah terjadi dalam sejarah adanya pemusatan kepemilikan dalam sebuah industri sebagaimana ditunjukkan oleh perusahaan media sosial. Inilah mengapa masalah ini sangat serius. Ini berada di level global, memyentuh miliaran manusia dan melibatkan uang serta keuntungan dengan jumlah yang luar biasa.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/the-fightback-against-facebook-is-getting-stronger-124120">The fightback against Facebook is getting stronger</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Salah satu pendiri Facebook, Chris Hughes, menunjukkan dengan tepat dalam <a href="https://www.nytimes.com/2019/05/09/opinion/sunday/chris-hughes-facebook-zuckerberg.html">artikelnya</a> di New York Times mengatakan bahwa Komisi Perdagangan Federal Amerika bertindak salah ketika mereka mengizinkan Facebook membeli Instagram dan WhatsApp.</p>
<p>Hughes ingin agar Facebook dibubarkan dan menunjuk pada upaya dari bagian masyarakat sipil AS yang bergerak ke arah ini. Dia menulis:</p>
<blockquote>
<p>Gerakan pelayan publik, cendekiawan, dan aktivis ini layak mendapat dukungan kami. Mark Zuckerberg tidak dapat memperbaiki Facebook, tapi pemerintah kami bisa.</p>
</blockquote>
<p>Kemarin, saya memposting di timeline Facebook saya untuk pertama kalinya sejak skandal Cambridge Analytica pecah. Saya menyatakan bahwa setelah pengumuman Twitter, bola sekarang tepat di tangan Facebook dan Google.</p>
<p>Karena alasan penelitian dan profesional, saya tidak dapat menghapus akun Facebook saya. Tapi saya dapat berjanji untuk tidak menjadi pengguna Facebook yang aktif sampai perusahaan itu mau tumbuh dan memikul tanggung jawab sosialnya sebagai penerbit etis yang meningkatkan demokrasi kita alih-alih melemahkannya.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/126502/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Johan Lidberg tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Belum pernah sebelumnya dalam sejarah manusia yang tercatat kita pernah melihat industri mana pun mencapai tingkat konsentrasi kepemilikan yang ditunjukkan oleh perusahaan media sosial.Johan Lidberg, Associate Professor, School of Media, Film and Journalism, Monash UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1110872019-02-20T06:07:50Z2019-02-20T06:07:50ZUbah pengaturan di ponsel agar Apple dan Google tidak bisa melacak Anda<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/259883/original/file-20190220-148523-1d2jeb3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C998%2C708&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pastikan Anda mengubah pengaturan lokasi di smartphone Anda.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/navigation-via-smart-phone-concept-close-233791132?src=-C-6IjU-PTaw7MpRBHI9MA-1-1">Shutterstock.com</a></span></figcaption></figure><p>Perusahaan-perusahaan teknologi telah menerima hantaman pemberitaan tentang betapa <a href="https://theconversation.com/7-in-10-smartphone-apps-share-your-data-with-third-party-services-72404">buruknya mereka dalam melindungi</a> <a href="https://theconversation.com/should-cybersecurity-be-a-human-right-72342">informasi personal</a> penggunanya. Laporan mendalam New York Times, misalnya, mengungkap kemampuan <a href="https://www.nytimes.com/interactive/2018/12/10/business/location-data-privacy-apps.html">aplikasi ponsel pintar untuk melacak lokasi penggunanya</a>. Beberapa perusahaan, terutama Apple, mulai mempromosikan bahwa mereka <a href="https://phys.org/news/2019-01-privacy-tech.html">menjual produk dan layanan</a> yang melindungi privasi pengguna.</p>
<p>Pengguna ponsel pintar tidak pernah secara eksplisit ditanya jika mereka ingin dilacak setiap harinya. Namun perusahaan seluler, pembuat ponsel pintar, pengembang aplikasi, dan perusahaan media sosial <a href="https://www.businessinsider.com/facebook-gave-device-makers-apple-and-samsung-user-data-2018-6">mengklaim mereka telah mendapatkan izin pengguna</a> untuk melakukan pengawasan pribadi (hampir) secara terus-menerus. </p>
<p>Masalah mendasarnya adalah kebanyakan orang tidak mengerti <a href="https://theconversation.com/your-mobile-phone-can-give-away-your-location-even-if-you-tell-it-not-to-65443">bagaimana teknis pelacakan yang dilakukan perusahaan teknologi.</a>. Perusahaan teknologi pun tidak membantu <a href="https://theconversation.com/your-smartphone-apps-are-tracking-your-every-move-4-essential-reads-108586">mengajari penggunanya</a> tentang hal itu. Bahkan, mereka dengan sengaja menutupi detail penting demi keuntungan ekonomi senilai triliunan dolar berdasar metode mendapatkan persetujuan yang dipertanyakan etikanya. </p>
<h2>Bagaimana konsumen dibuat setuju</h2>
<p>Kebanyakan perusahaan mengungkapkan cara mereka melindungi konsumennya melalui kebijakan mereka tentang privasi; banyak perangkat lunak yang mengharuskan penggunanya untuk mengklik tombol yang menyebutkan bahwa mereka setuju dengan syarat-syarat yang ada sebelum menggunakan programnya.</p>
<p>Namun, orang tidak selalu punya pilihan. Yang ada malah mereka dipaksa untuk memberikan persetujuan karena konsumen hanya bisa memakai layanannya jika mereka setuju.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/253292/original/file-20190110-43541-15qs5mk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/253292/original/file-20190110-43541-15qs5mk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/253292/original/file-20190110-43541-15qs5mk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/253292/original/file-20190110-43541-15qs5mk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/253292/original/file-20190110-43541-15qs5mk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/253292/original/file-20190110-43541-15qs5mk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/253292/original/file-20190110-43541-15qs5mk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">. Konsumen seringnya tidak punya pilihan ketika dihadapkan dengan persetujuan privasi.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/data-privacy-technology-concept-538396183?src=d4-hzpqBFlCASOZSa-jb3Q-1-50">Marta Design/Shutterstock.com</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Jika ada seseorang yang benar-benar ingin <a href="https://theconversation.com/nobody-reads-privacy-policies-heres-how-to-fix-that-81932">memahami isi kebijakan-kebijakan tersebut</a>, dia akan menemukan rinciannya di dalam <a href="http://lorrie.cranor.org/pubs/readingPolicyCost-authorDraft.pdf">dokumen hukum yang panjang</a> yang hampir tak seorang pun, kecuali para pengacara yang membuatnya, dapat mengerti maksudnya. </p>
<p>Seringkali kebijakan ini diawali dengan pernyataan “gombal” seperti “<a href="https://www.google.com/search?q=%22privacy+is+important+to+us%22+%22privacy+policy%22">privasi Anda penting bagi kami</a>.” Walau begitu, syarat sebenarnya menunjukkan kenyataan yang berbeda. Tidak jarang kenyataannya perusahaan tersebut dapat <a href="https://www.facebook.com/policy.php">melakukan apapun seenaknya</a> dengan informasi pribadi Anda, <a href="https://theconversation.com/fragmented-us-privacy-rules-leave-large-data-loopholes-for-facebook-and-others-94606">selama mereka telah memberitahu Anda</a> sebelumnya.</p>
<p>Hukum federal Amerika Serikat <a href="https://theconversation.com/fragmented-us-privacy-rules-leave-large-data-loopholes-for-facebook-and-others-94606">tidak mengharuskan</a> kebijakan privasi sebuah perusahaan untuk benar-benar melindungi privasi penggunnya. Perusahaan juga tidak diharuskan memberitahukan konsumen terkait praktiknya dengan bahasa yang jelas dan dan bukan bahasa hukum atau memberitahu konsumen <a href="https://theconversation.com/teaching-machines-to-understand-and-summarize-text-78236">dengan cara yang mudah dimengerti </a>.</p>
<p>Teorinya, pengguna mungkin bisa dapat memilih dan menemukan layanan dari <a href="https://theconversation.com/how-companies-can-stay-ahead-of-the-cybersecurity-curve-74414">perusahaan dengan praktik privasi data yang lebih baik</a>. Namun, persetujuan yang tidak memberikan pilihan sama sekali kepada konsumen untuk memilih teknologi yang lebih canggih <a href="https://ssrn.com/abstract=3141290">membatasi kekuatan kompetisi</a> di hampir seluruh industri teknologi. </p>
<h2>Data terjual ke pihak ketiga</h2>
<p>Ada beberapa situasi di mana platform seperti Apple dan Google mengizinkan pihak lain mengumpulkan data yang mereka miliki. </p>
<p>Contohnya, kedua perusahaan tersebut mengizinkan pengguna mematikan pelacakan GPS mereka. Idealnya, ini seharusnya mencegah aplikasi untuk mengumpulkan data lokasi Anda–tetapi ini <a href="https://theconversation.com/your-mobile-phone-can-give-away-your-location-even-if-you-tell-it-not-to-65443">tidak selalu begitu</a>. Lebih lanjut, tawaran ini tak berarti apa-apa jika <a href="https://motherboard.vice.com/en_us/article/nepxbz/i-gave-a-bounty-hunter-300-dollars-located-phone-microbilt-zumigo-tmobile">penyedia layanan seluler Anda menjual informasi lokasi ponselnya ke pihak ketiga</a>.</p>
<p>Pembuat aplikasi juga bisa meminta pengguna untuk tidak mematikan layanan lokasinya, lagi-lagi dengan pemberitahuan bersifat “memaksa”. Saat pengaturan aplikasi iOS, [pengguna dapat memilih] apakah aplikasi dapat mengakses lokasi ponsel “setiap saat”, “ketika menggunakan aplikasi”, atau “tidak sama sekali.” </p>
<p>Namun mengganti pengaturan dapat memicu pesan tidak menyenangkan: “Kami membutuhkan informasi lokasi Anda untuk meningkatkan pengalaman Anda,” kata satu aplikasi. Pengguna tidak diberikan pertanyaan penting lain, seperti apakah mereka menyetujui aplikasi tersebut <a href="https://theconversation.com/7-in-10-smartphone-apps-share-your-data-with-third-party-services-72404">menjual posisi lokasi mereka</a> ke perusahaan lain.</p>
<p>Banyak pengguna juga tidak tahu bahkan ketika nama dan informasi kontak mereka dihapus dari data lokasi, maka dengan sedikit sejarah lokasi dapat mengungkap <a href="https://www.nytimes.com/interactive/2018/12/10/business/location-data-privacy-apps.html">alamat rumah mereka</a>, tempat yang sering mereka kunjungi, petunjuk terhadap identitas mereka, kondisi medis, dan hubungan personal mereka.</p>
<h2>Mengapa orang tidak keluar saja</h2>
<p>Banyak situs web dan aplikasi yang menyulitkan dan bahkan tidak memungkinkan pengguna untuk <a href="http://science.sciencemag.org/content/347/6221/509.full">menolak</a> bentuk pengawasan agresif dan praktik pengumpulan data. Dalam peran saya sebagai <a href="https://scholar.google.com/citations?user=O5jENBMAAAAJ&hl=en">pakar interaksi manusia-komputer</a>, salah satu masalah yang saya pelajari adalah kekuatan pengaturan <em>default</em>.</p>
<p>Ketika perusahaan mengatur <em>default</em> dalam sistem untuk menghidupkan “layanan petunjuk lokasi,” <a href="https://chicagounbound.uchicago.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1184&context=public_law_and_legal_theory">orang jarang mengganti pengaturan tersebut</a>, apalagi jika mereka tidak sadar ada pilihan lain yang bisa mereka pilih.</p>
<p>Selanjutnya, ketika mengganti pengaturan tersebut dirasa merepotkan, sebagaimana yang terjadi saat ini di sistem iOS dan Android, <a href="https://www.nngroup.com/articles/minimize-cognitive-load/">maka lebih kecil kemungkinan orang untuk menolak data lokasinya dikumpulkan</a>–bahkan ketika mereka membencinya sekalipun.</p>
<p>Kebijakan privasi yang sedikit memaksa dan pilihan <em>default</em> untuk pengaturan privasi pengguna telah menciptakan lingkungan di mana orang menjadi kurang awas mengenai kehidupan mereka yang menjadi subjek pengawasan menit-ke-menit.</p>
<p>Mereka juga kebanyakan tidak sadar jika informasi mereka secara individual dijual kembali untuk membuat lebih banyak lagi <a href="https://theconversation.com/solving-the-political-ad-problem-with-transparency-85366">iklan yang lebih tepat sasaran</a>. Namun perusahaan dapat secara legal, walau tidak etis, <a href="https://www.brookings.edu/research/why-protecting-privacy-is-a-losing-game-today-and-how-to-change-the-game/">mengatakan konsumen mereka setuju</a> akan hal tersebut.</p>
<h2>Mengakali kekuatan pengaturan <em>default</em></h2>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/253290/original/file-20190110-43538-m9duzu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/253290/original/file-20190110-43538-m9duzu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=426&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/253290/original/file-20190110-43538-m9duzu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=426&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/253290/original/file-20190110-43538-m9duzu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=426&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/253290/original/file-20190110-43538-m9duzu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=535&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/253290/original/file-20190110-43538-m9duzu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=535&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/253290/original/file-20190110-43538-m9duzu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=535&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Monitor pengaturan <em>default</em> ponsel Anda.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/close-man-using-3d-generated-mobile-430745644?src=s1_-hhp3cvVqzzC59yoLqQ-1-16">Georgejmclittle/Shutterstock.com</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Peneliti privasi tahu bahwa orang <a href="https://dx.doi.org/10.2139/ssrn.2103405">tidak menyukai praktik-praktik ini</a>, dan banyak <a href="https://escholarship.org/uc/item/5hw5w5c1">orang akan berhenti menggunakan layanan tersebut</a> jika mereka memahami akibat dari pengumpulan data. Jika pengawasan invasif adalah harga yang harus dibayar untuk menggunakan layanan gratis, banyak orang lebih memilih membayar atau setidaknya ingin perusahaan-perusahaan tersebut mematuhi regulasi <a href="http://www.pewinternet.org/2016/01/14/the-state-of-privacy/">pengumpulan data yang lebih ketat</a>.</p>
<p>Perusahaan juga tahu ini, itulah sebabnya, saya berpendapat, mereka menggunakan bentuk paksaan untuk memastikan partisipasi.</p>
<p>Sampai pemerintah memiliki peraturan yang, setidaknya, mengharuskan perusahaan untuk meminta persetujuan eksplisit, individu perlu mengetahui cara melindungi privasi mereka. Inilah tiga saran saya:</p>
<ul>
<li><p>Mulailah dengan mempelajari cara mematikan layanan lokasi di <a href="https://support.apple.com/en-us/HT207092">iPhone</a> atau perangkat <a href="https://support.google.com/accounts/answer/3467281?hl=en">Android</a> Anda.</p></li>
<li><p>Hidupkan lokasi hanya jika menggunakan aplikasi yang jelas-jelas membutuhkan lokasi Anda untuk berfungsi, seperti aplikasi peta.</p></li>
<li><p>Hindari aplikasi, seperti Facebook Mobile, yang <a href="https://www.theverge.com/2018/3/25/17160944/facebook-call-history-sms-data-collection-android">menggali dalam perangkat Anda</a> untuk informasi pribadi sebanyak mungkin; gunakanlah peramban dengan mode rahasia, <a href="https://www.mozilla.org/en-US/firefox/new/">seperti Firefox</a>.</p></li>
</ul>
<p>Jangan biarkan pengaturan <em>default</em> membuka lebih banyak informasi mengenai Anda lebih dari yang Anda inginkan.</p>
<p><em>Reza Pahlevi menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/111087/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>The Center for Internet and Society at Stanford Law School has received funding support from Google. For a full list of supporters, please see: <a href="https://cyberlaw.stanford.edu/about-us">https://cyberlaw.stanford.edu/about-us</a>.
</span></em></p>Mengubah pengaturan default ponsel pintar Anda dapat menyelamatkan Anda dari perusahaan pengumpul data lokasi.Jen King, Director of Consumer Privacy, Center for Internet and Society, Stanford UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1113562019-02-13T08:22:38Z2019-02-13T08:22:38ZAmazon, Facebook, dan Google tidak perlu menguping percakapan Anda untuk tahu isi pembicaraan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/258083/original/file-20190210-174887-1fjvomf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C6000%2C3799&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-illustration/personal-data-protection-privacy-concept-cabinets-631813253?src=XOOEmj7KhFGQOLeaT0vW3A-1-13">vchal/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Jika Anda penasaran apakah ponsel Anda memata-matai Anda, Anda tidak sendirian. Salah satu topik soal teknologi <a href="https://edition.cnn.com/2018/03/26/opinions/data-company-spying-opinion-schneier/index.html">yang paling banyak diperdebatkan</a> saat ini adalah jumlah data tentang diri kita yang perusahaan kumpulkan secara diam-diam secara <em>online</em>. </p>
<p>Anda mungkin semakin sering menemui iklan digital yang muncul sesuai dengan hal yang baru-baru ini Anda bicarakan di kehidupan nyata atau <em>online</em>.</p>
<p>Pengalaman semacam ini <a href="https://www.bbc.co.uk/news/technology-41802282">mengisyaratkan</a> bahwa perusahaan teknologi secara diam-diam <a href="https://www.vice.com/en_uk/article/wjbzzy/your-phone-is-listening-and-its-not-paranoia">merekam percakapan pribadi kita</a> melalui <em>smartphone</em> atau perangkat yang terhubung internet lainnya seperti <em>smart TV, Amazon Echo</em> atau <em>Google Home</em>. Atau bisa juga perusahaan teknologi membaca pesan pribadi kita walau pesan tersebut seharusnya di-enkripsi, <a href="https://medium.com/@gzanon/no-end-to-end-encryption-does-not-prevent-facebook-from-accessing-whatsapp-chats-d7c6508731b2">seperti halnya WhatsApp yang dimiliki Facebook</a>. </p>
<p>Jika ini terbukti benar, hal tersebut mengungkap konspirasi besar yang dapat merusak reputasi industri teknologi. Berita baru-baru ini tentang data pengguna Facebook <a href="https://theconversation.com/uk/topics/cambridge-analytica-51337">yang bocor</a> tidak akan meyakinkan orang bahwa perusahaan besar tidak memata-matai mereka.</p>
<p>Namun, ada alasan lain yang lebih memungkinkan mengapa Anda melihat iklan yang sangat relevan. Sederhananya, perusahaan teknologi secara rutin mengumpulkan <a href="https://www.bbc.co.uk/news/business-44702483">begitu banyak data</a> tentang Anda dengan cara-cara lain, mereka sudah mengetahui apa yang mungkin menjadi minat, keinginan, dan kebiasaan Anda. Dengan informasi ini mereka dapat membuat <a href="https://theconversation.com/big-data-security-problems-threaten-consumers-privacy-54798">profil Anda secara terperinci</a> dan <a href="https://dataethics.eu/en/facebooks-data-collection-sharelab/">menggunakan algoritme</a> berdasarkan perilaku dan tren yang ditemukan di data-data mereka, untuk memprediksi iklan apa yang mungkin relevan bagi Anda. </p>
<p>Dengan cara ini mereka dapat menunjukkan kepada Anda produk atau layanan yang sedang Anda pikirkan baru-baru ini, bahkan jika Anda belum pernah secara langsung mencari atau menunjukkan secara <em>online</em> bahwa Anda akan tertarik pada hal tersebut.</p>
<p>Perusahaan banyak menginvestasikan sumber daya mereka untuk mengumpulkan data pengguna dan melakukannya dengan cara yang cerdik. Jejaring sosial dan aplikasi lain menawarkan untuk menyimpan dan membagikan data yang kita unggah secara “gratis” saat menggunakan aplikasi tersebut, dan konten yang kita akses dan “sukai”, untuk mempelajari tentang <a href="https://www.recode.net/2017/5/17/15655854/twitter-privacy-update-targeted-ads">minat, keinginan, dan koneksi kita</a>. </p>
<p>Dan, tentu saja, terdapat data riwayat pencarian kita, yang dapat mengungkapkan banyak hal tentang keadaan kita saat ini. Kini data dari Google bahkan telah digunakan untuk <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3510767">mendeteksi datangnya</a> wabah flu.</p>
<p>Ini semakin mengerikan. Pesan di email pribadi Anda juga merupakan suatu incaran permainan bagi perusahaan teknologi. Pada 2017, <a href="https://www.theguardian.com/technology/2017/jun/26/google-will-stop-scanning-content-of-personal-emails">Google mengatakan</a> tidak akan lagi menganalisis isi <em>email</em> untuk tujuan periklanan, tapi <a href="https://techcrunch.com/2018/08/28/yahoo-still-scans-your-emails-for-ads-even-if-its-rivals-wont/">laporan terbaru</a> menunjukkan bahwa perusahaan besar lainnya masih melakukan ini. </p>
<p>Teknologi baru menjadi penyedia <a href="https://kar.kent.ac.uk/67485/1/ARES2016-author-final.pdf">sumber data lainnya</a>, baik itu <a href="https://kar.kent.ac.uk/67472/1/2017-pst-wnc-preprint.pdf">teknologi yang dapat dipakai</a>, <a href="https://bgr.com/2018/07/05/smart-tv-spying-yep/"><em>smart TV</em></a> , <a href="https://www.recode.net/2018/10/16/17966102/facebook-portal-ad-targeting-data-collection">perangkat pintar dalam rumah</a> atau <a href="https://kar.kent.ac.uk/67495/1/jowua2016_enh.pdf">aplikasi</a> <a href="https://theconversation.com/7-in-10-smartphone-apps-share-your-data-with-third-%20party-services-72404"><em>smartphone</em></a> yang kita sayangi. Teknologi tersebut dapat mengumpulkan data tentang bagaimana Anda menggunakan perangkat, siapa yang Anda hubungi, apa dan berapa lama film, perangkat lain di rumah Anda, atau ke mana Anda pergi.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/253866/original/file-20190115-152980-13szaav.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/253866/original/file-20190115-152980-13szaav.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/253866/original/file-20190115-152980-13szaav.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/253866/original/file-20190115-152980-13szaav.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/253866/original/file-20190115-152980-13szaav.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/253866/original/file-20190115-152980-13szaav.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/253866/original/file-20190115-152980-13szaav.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Melacak setiap jejak Anda dapat mengungkapkan apa yang sedang Anda pikirkan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/closeup-view-young-woman-restaurant-finder-344288111?src=VdOm9qFxel_1nUozisDsrw-1-71">Georgejmclittle/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Bukan hanya situs atau perangkat individual yang memantau perilaku <em>online</em> Anda. Suatu <a href="https://link.springer.com/article/10.1186/s13673-017-0121-6">ekosistem yang besar</a> dari perusahaan iklan dan perusahaan pendukung didedikasikan untuk bertugas melacak aktivitas Anda di internet. Situs web biasanya mencatat halaman apa yang Anda lihat dengan menyimpan <em>file</em> kecil yang disebut “<em>cookie</em>” di <em>browser</em> Anda. </p>
<p>Dan aktivitas Anda di berbagai situs dapat dicocokkan dengan melihat <a href="https://panopticlick.eff.org/static/browser-uniqueness.pdf">identitas dari “<em>browser</em>” Anda</a>, yakni suatu informasi detail seperti ukuran layar monitor Anda, versi <em>browser</em> yang Anda gunakan dan aplikasi <em>plug-in</em> yang Anda gunakan. Kemudian, ketika Anda mengunjungi situs web lain, perusahaan iklan yang telah memiliki profil Anda berdasarkan <em>cookie</em> dan identitas <em>browser</em> Anda akan memuat <a href="https://link.springer.com/article/10.1186/s13673-017-0121-6">“skrip pihak ketiga”</a> untuk menampilkan iklan yang relevan dengan Anda.</p>
<p>Mungkin hal yang lebih mengkhawatirkan, pelacakan ini tidak hanya sekadar pada data <em>online</em>. Perusahaan teknologi juga <a href="https://www.theverge.com/2018/8/30/17801880/google-mastercard-data-online-ads-offline-purchase-history-privacy">membeli data dari badan keuangan</a> tentang informasi belanja pengguna di dunia nyata untuk melengkapi informasi penawaran iklan mereka. Menurut <a href="https://www.propublica.org/article/facebook-doesnt-tell-users-everything-it-really-knows-about-them">beberapa laporan</a>, ini termasuk informasi tentang pendapatan, jenis tempat dan restoran yang sering dikunjungi dan bahkan berapa banyak kartu kredit yang ada di dompet mereka. Melepaskan diri dari pelacakan dan sistem data berbagi akan terasa sangat sulit.</p>
<p>Bahkan ketika Anda meminta agar tidak termasuk dalam pengumpulan data ini, permintaan Anda mungkin tidak diindahkan. Contohnya adalah keributan yang terjadi saat <a href="https://www.theverge.com/2017/11/21/16684818/google-location-tracking-cell-tower-data-android-os-firebase-privacy">diketahui</a> bahwa Google melacak lokasi pengguna Android bahkan ketika pengaturan lokasi dimatikan. Data lokasi adalah salah satu data yang paling berguna untuk periklanan oleh banyak perusahaan, termasuk Apple, Google dan Facebook, <a href="https://www.fastcompany.com/40477441/facebook-google-apple-know-where-you-are">untuk melacak lokasi individu</a> yang digunakan sebagai data masukan ke dalam algoritme yang telah dirancang.</p>
<h2>Mengumpulkan semua data</h2>
<p>Singkatnya dengan contoh sederhana, bayangkan Anda baru saja mulai memikirkan ke mana harus pergi untuk liburan Anda berikutnya. Anda menghabiskan pagi hari mengunjungi agen travel untuk membahas paket travel dan kemudian mengunjungi restoran favorit Anda, restoran makanan Karibia yang populer di kota Anda. Karena sangat antusias dengan perjalanan yang akan Anda lakukan, malam itu Anda banyak menonton acara TV yang bercerita tentang daerah tropis. Hari berikutnya, beranda media sosial Anda berisi iklan penerbangan, hotel, dan wisata dengan penawaran ke Barbados Karibia.</p>
<p>Ini adalah ilustrasi yang sangat nyata tentang bagaimana data di lokasi Anda, data pembelian, minat, dan riwayat menonton TV dapat dihubungkan dan digunakan untuk membuat iklan yang ditujukan secara personal. Beberapa iklan mungkin memberikan penawaran liburan, tapi jauh lebih mengkhawatirkan jika kita mempertimbangkan adanya pengumpulan data atau iklan yang menargetkan <a href="https://kar.kent.ac.uk/67470/1/2017-ccs-mps-ang-%20author-final.pdf">masalah kesehatan yang sensitif</a>, kesulitan finansial, atau kepada <a href="https://www.nytimes.com/interactive/2018/09/12/technology/kids-apps-data-privacy-google-twitter.html">orang yang rentan seperti anak kecil</a>.</p>
<p>Menakjubkannya masa depan periklanan digital sama menakutkannya. Bahkan <a href="https://theconversation.com/those-pop-up-i-agree-boxes-arent-just-annoying-theyre-potential-dangerous-106898">dengan aturan-aturan baru</a> yang mencoba melindungi informasi seseorang, perusahaan teknologi terus mencari cara dalam <a href="https://www.independent.co.uk/life-style/gadgets-and-tech/news/amazon-alexa-patent-listening-to-me-facebook%20-phone-talking-ads-a8300246.html">pengumpulan data</a> dan <a href="https://www.nytimes.com/interactive/2018/06/21/opinion/sunday/facebook-patents-privacy.html">rancangan algoritme</a> dengan cara yang mungkin terasa memaksa. Mungkin belum terbukti bahwa beberapa perusahaan tidak jujur kepada kita mengenai data yang mereka kumpulkan, tapi hal-hal yang kita ketahui lebih dari cukup untuk membangun gambaran akurat tentang kita.</p>
<hr>
<p><em>Artikel diterjemahkan dari bahasa Inggris oleh Muhammad Gaffar.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/111356/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Jason R.C. Nurse tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Jika Anda khawatir ponsel anda merekam percakapan pribadi, lihat kembali data yang telah Anda setujui untuk dibagikan.Jason R.C. Nurse, Assistant Professor in Cyber Security, University of KentLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1095212019-01-23T09:38:28Z2019-01-23T09:38:28ZApa yang membuat Apple goyah hingga Steve Jobs pun tak dapat menolongnya?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/253607/original/file-20190114-43544-98v21r.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C5251%2C3511&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Apakah hilangnya sosok Steve Jobs berdampak signifikan pada kinerja Apple?</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-illustration/christmas-island-australia-may-20-2017-643756204?src=ZjPYK8kUoRO8W7XPDOZuoA-1-39">www.shutterstock.com/franz12</a></span></figcaption></figure><p>Apple memulai tahun baru dengan memberi peringatan untuk <a href="https://www.apple.com/newsroom/2019/01/letter-from-tim-cook-to-apple-investors/">pertama</a> kalinya dalam 17 tahun kepada para investor bahwa laba mereka akan turun. Perusahaan tersebut menyalahkan buruknya penjualan <a href="https://www.macworld.co.uk/news/iphone/new-iphone-xs-2018-3646340/">seri terbaru</a> iPhone mereka sebagai penyebab lemahnya kinerja mereka dari September ke Desember 2018. Apple kemudian menurunkan target pendapatan mereka menjadi US$84 miliar (Rp1.194 triliun) dengan margin laba kotor 38%, dari yang <a href="https://www.bloomberg.com/news/articles/2019-01-02/apple-cut-first-quarter-sales-forecast-on-weak-iphone-sales">sebelumnya menargetkan</a> pendapatan sejumlah $89 miliar hingga $93 miliar. Dalam periode yang sama tahun lalu, Apple menghasilkan $88,3 miliar dengan margin laba kotor 42%. </p>
<p>Penurunan target pendapatan tersebut <a href="https://uk.finance.yahoo.com/chart/AAPL#eyJpbnRlcnZhbCI6IndlZWsiLCJwZXJpb2RpY2l0eSI6MSwidGltZVVuaXQiOm51bGwsImNhbmRsZVdpZHRoIjo0LjQ0NDQ0NDQ0NDQ0NDQ0NSwidm9sdW1lVW5kZXJsYXkiOnRydWUsImFkaiI6dHJ1ZSwiY3Jvc3NoYWlyIjp0cnVlLCJjaGFydFR5cGUiOiJsaW5lIiwiZXh0ZW5kZWQiOmZhbHNlLCJtYXJrZXRTZXNzaW9ucyI6e30sImFnZ3JlZ2F0aW9uVHlwZSI6Im9obGMiLCJjaGFydFNjYWxlIjoibGluZWFyIiwicGFuZWxzIjp7ImNoYXJ0Ijp7InBlcmNlbnQiOjEsImRpc3BsYXkiOiJBQVBMIiwiY2hhcnROYW1lIjoiY2hhcnQiLCJ0b3AiOjB9fSwibGluZVdpZHRoIjoyLCJzdHJpcGVkQmFja2dyb3VkIjp0cnVlLCJldmVudHMiOnRydWUsImNvbG9yIjoiIzAwODFmMiIsInN5bWJvbHMiOlt7InN5bWJvbCI6IkFBUEwiLCJzeW1ib2xPYmplY3QiOnsic3ltYm9sIjoiQUFQTCJ9LCJwZXJpb2RpY2l0eSI6MSwiaW50ZXJ2YWwiOiJ3ZWVrIiwidGltZVVuaXQiOm51bGwsInNldFNwYW4iOnsibXVsdGlwbGllciI6NSwiYmFzZSI6InllYXIiLCJwZXJpb2RpY2l0eSI6eyJwZXJpb2QiOjEsImludGVydmFsIjoid2VlayJ9fX1dLCJjdXN0b21SYW5nZSI6bnVsbCwiZXZlbnRNYXAiOnsiY29ycG9yYXRlIjp7ImRpdnMiOnRydWUsInNwbGl0cyI6dHJ1ZX0sInNpZ0RldiI6e319LCJzdHVkaWVzIjp7InZvbCB1bmRyIjp7InR5cGUiOiJ2b2wgdW5kciIsImlucHV0cyI6eyJpZCI6InZvbCB1bmRyIiwiZGlzcGxheSI6InZvbCB1bmRyIn0sIm91dHB1dHMiOnsiVXAgVm9sdW1lIjoiIzAwYjA2MSIsIkRvd24gVm9sdW1lIjoiI0ZGMzMzQSJ9LCJwYW5lbCI6ImNoYXJ0IiwicGFyYW1ldGVycyI6eyJ3aWR0aEZhY3RvciI6MC40NSwiY2hhcnROYW1lIjoiY2hhcnQifX19LCJzZXRTcGFuIjp7Im11bHRpcGxpZXIiOjUsImJhc2UiOiJ5ZWFyIiwicGVyaW9kaWNpdHkiOnsicGVyaW9kIjoxLCJpbnRlcnZhbCI6IndlZWsifX19">menyebabkan</a> saham perusahaan turun 10% ke level terendahnya dalam 21 bulan. Sekarang waktunya untuk mencari kambing hitam, dan saya tidak akan heran melihat berita-berita yang menyalahkan pemimpin Apple sekarang, Tim Cook, yang tidak mampu meneruskan kinerja pendahulunya, Steve Jobs, pendiri Apple. Tapi, penelitian membuktikan bukan Jobs masalahnya.</p>
<p>Alasan mengapa bukan Jobs yang menjadi masalah dijelaskan dalam buku <a href="https://www.simonandschuster.com/books/The-Halo-Effect/Phil-Rosenzweig/9781476784038"><em>The Halo Effect</em></a>, yang diterbitkan oleh kolega saya Phil Rosenzweig tahun 2007. Menurut saya, buku tersebut adalah salah satu buku terpenting dalam sejarah manajemen. Phil berpendapat bahwa persepsi kita terhadap kinerja mengaburkan penilaian kita terhadap manajer dan pimpinan. Ia memakai beberapa contoh perusahaan seperti Lego, untuk menunjukkan bahwa kemampuan seorang pimpinan tidak mempengaruhi kinerja sebuah perusahaan secara signifikan.</p>
<p>Ketika sebuah perusahaan kinerjanya baik, kita cenderung memberi nilai terlalu berlebihan bahwa ini karena pimpinannya. Hal ini membuat kita menghubungkan kinerja luar biasa dari sebuah perusahaan dengan kemampuan seorang figur pemimpin tertentu. Jadi, dalam kasus Steve Jobs, banyak yang mengenang visi perfeksionisnya, dan risiko risiko besar yang ia ambil dalam menciptakan pasar elektronik konsumen. Namun, bukti-bukti yang ada tidak mendukung hal tersebut.</p>
<h2>Kebenaran sesungguhnya</h2>
<p>Satu tulisan akademik yang melakukan identifikasi dan perhitungan dampak kepemimpinan individual terhadap kinerja perusahaan adalah <a href="http://faculty.chicagobooth.edu/marianne.bertrand/research/papers/managing_style_qje.pdf">penelitian ini</a> yang dilakukan pada tahun 2003. Kedua profesor, Marianne Bertrand dan Antoinette Schoar, masing-masing dari University of Chicago dan MIT, menemukan bahwa kemampuan pimpinan perusahaan hanya menyumbang 2%-4% dari total kinerja perusahaan. </p>
<p>Dengan kata lain, jika margin laba Apple sebesar 38%, maka Tim Cook hanya bisa menambah atau mengurangi paling banyak 1,5%. Hal yang sama juga berlaku untuk Steve Jobs saat dirinya memimpin Apple selama dua periode (1976-85 dan 1997-2011). Kita tidak bisa sepenuhnya menganggap saham Apple yang saat itu meroket berkat Steve Jobs seorang karena kita tidak tahu skenario terbaik lainnya yang mungkin terjadi. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/252492/original/file-20190104-32139-1tzx65o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/252492/original/file-20190104-32139-1tzx65o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/252492/original/file-20190104-32139-1tzx65o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/252492/original/file-20190104-32139-1tzx65o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/252492/original/file-20190104-32139-1tzx65o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/252492/original/file-20190104-32139-1tzx65o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/252492/original/file-20190104-32139-1tzx65o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/252492/original/file-20190104-32139-1tzx65o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Tim Cook berbicara dalam peluncuran iPad Pro.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/tim-cook-chief-executive-officer-apple-1069919423?src=BdA7WdkbRoQW8G906FtfJA-1-18">John Gress Media Inc</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Menurut saya, masalah Apple terjadi terutama karena hal-hal eksternal. Dalam surat yang dibuatnya, Cook menjelaskan bahwa bisnis Apple akan merosot, kecuali <a href="https://www.cnbc.com/2018/05/01/apple-earnings-software-and-services-revenue.html">bisnis layanan</a>, yang termasuk di dalamnya adalah <em>App Store</em> dan iTunes yang menyumbang 14% dari total pendapatan tahun 2018. Bisnis yang merosot itu merujuk pada penjualan Mac, iPad, Apple Watch dan, yang terpenting, iPhone <a href="https://s22.q4cdn.com/396847794/files/doc_financials/quarterly/2018/Q4/10-K-2018-(As-Filed).pdf">yang menyumbang</a> 62,7% dari total pendapatan Apple tahun 2018, atau turun dari angka 63.4% pada tahun 2016.</p>
<p>Apa yang menyebabkan penurunan ini? Salah satunya adalah semakin meningkatnya persaingan dari perusahaan Cina seperti Huawei dan Xiaomi, Google, LG, dan Samsung. Perusahaan-perusahaan tersebut telah menggeser posisi Apple yang sempat jaya di pasar ponsel pintar. Persaingan ini merusak kinerja Apple terutama di pasar negara berkembang. Di pasar tersebut, Cook menyalahkan nilai tukar matang uang dolar yang kuat dan kondisi ekonomi makro yang lemah di negara-negara tersebut, ketimbang cacatnya strategi Apple di sana.</p>
<p>Di negara di mana iPhone mendominasi pasar, seperti Amerika Serikat, Apple menyadari bahwa konsumen sudah tidak mengganti ponsel mereka sesering dulu. Sebuah <a href="https://www.wired.com/story/silver-lining-apples-very-bad-iphone-news/">laporan terbaru</a> tahun 2015 oleh BayStreet Research memperkirakan rata-rata pengguna mengganti iPhone mereka tiap 24 bulan. Hingga kuartal terakhir 2018, periode penggantian ini berubah menjadi 36 bulan.</p>
<p>Menurut Apple, hal ini terjadi karena menipisnya subsidi operator telekomunikasi kepada pengguna Apple. Tetapi menurut pandangan saya, fakta yang menunjukkan bahwa ponsel terbaru Apple tidak menawarkan hal yang baru juga berpengaruh. Saya memakai iPhone 7 yang saya beli tahun 2016 dan, jujur, saya tidak tertarik menghabiskan $1,000 untuk versi yang terbaru. Saya sudah mendapat lebih dari yang saya butuhkan dari peranti saya saat ini.</p>
<h2>Masalah Apple</h2>
<p>Saya khawatir melihat Apple sebagai perusahaan yang bergantung pada satu produk saja. Di antara sumber pendapatannya yang lain, penjualan iPad, yang diluncurkan delapan tahun setelah iPhone, hanya sepersepuluh dari penjualan iPhone. Jika dibandingkan dengan Samsung, maka penjualan ponsel Samsung <a href="https://images.samsung.com/is/content/samsung/p5/global/ir/docs/2018_3Q_conference_eng.pdf">hanya mewakili</a> 36,6% dari total pendapatan mereka. Hasil penjualan dari produk sandangan (<em>wearables</em>) Apple pun tidak meroket. Apple juga tidak memonetisasi platform bisnis mereka dengan menjual data pemakainya seperti saingan mereka; Google, Amazon, dan Facebook.</p>
<p>Seperti pendapat saya dalam <a href="https://theconversation.com/why-apple-is-no-longer-a-byword-for-innovation-just-ask-the-markets-107529">artikel</a> di The Conversation beberapa minggu lalu, turunnya saham Apple dalam beberapa bulan terakhir (turun 37% sejak Agustus 2018) menunjukkan perubahan persepsi pasar mengenai kemampuan perusahaan tersebut untuk tumbuh. Apple sudah tidak dipandang lagi sebagai saham yang nilainya akan terus naik. Di mata para investor, Apple hanya dipandang sebagai perusahaan yang nilainya bukan ditentukan karena masa depannya yang cerah tetapi kemampuannya untuk memberikan dividen kepada pemegang saham saat ini.
Laporan keuangan terbaru mereka membuktikan hal ini.</p>
<p><strong>Harga saham Apple, 2010-19</strong></p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/252491/original/file-20190104-32154-1ibwei8.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/252491/original/file-20190104-32154-1ibwei8.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/252491/original/file-20190104-32154-1ibwei8.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=257&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/252491/original/file-20190104-32154-1ibwei8.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=257&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/252491/original/file-20190104-32154-1ibwei8.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=257&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/252491/original/file-20190104-32154-1ibwei8.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=323&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/252491/original/file-20190104-32154-1ibwei8.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=323&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/252491/original/file-20190104-32154-1ibwei8.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=323&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption"></span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://uk.finance.yahoo.com/chart/AAPL#eyJpbnRlcnZhbCI6IndlZWsiLCJwZXJpb2RpY2l0eSI6MSwiY2FuZGxlV2lkdGgiOjIuMDEwMzk4NjEzNTE4MTk3NSwidm9sdW1lVW5kZXJsYXkiOnRydWUsImFkaiI6dHJ1ZSwiY3Jvc3NoYWlyIjp0cnVlLCJjaGFydFR5cGUiOiJsaW5lIiwiZXh0ZW5kZWQiOmZhbHNlLCJtYXJrZXRTZXNzaW9ucyI6e30sImFnZ3JlZ2F0aW9uVHlwZSI6Im9obGMiLCJjaGFydFNjYWxlIjoibGluZWFyIiwicGFuZWxzIjp7ImNoYXJ0Ijp7InBlcmNlbnQiOjEsImRpc3BsYXkiOiJBQVBMIiwiY2hhcnROYW1lIjoiY2hhcnQiLCJ0b3AiOjB9fSwic2V0U3BhbiI6bnVsbCwibGluZVdpZHRoIjoyLCJzdHJpcGVkQmFja2dyb3VkIjpmYWxzZSwiZXZlbnRzIjpmYWxzZSwiY29sb3IiOiIjMDA4MWYyIiwic3ltYm9scyI6W3sic3ltYm9sIjoiQUFQTCIsInN5bWJvbE9iamVjdCI6eyJzeW1ib2wiOiJBQVBMIn0sInBlcmlvZGljaXR5IjoxLCJpbnRlcnZhbCI6IndlZWsiLCJzZXRTcGFuIjpudWxsfV0sImN1c3RvbVJhbmdlIjpudWxsLCJldmVudE1hcCI6eyJjb3Jwb3JhdGUiOnsiZGl2cyI6ZmFsc2UsInNwbGl0cyI6ZmFsc2V9LCJzaWdEZXYiOnt9fSwic3R1ZGllcyI6eyJ2b2wgdW5kciI6eyJ0eXBlIjoidm9sIHVuZHIiLCJpbnB1dHMiOnsiaWQiOiJ2b2wgdW5kciIsImRpc3BsYXkiOiJ2b2wgdW5kciJ9LCJvdXRwdXRzIjp7IlVwIFZvbHVtZSI6IiMwMGIwNjEiLCJEb3duIFZvbHVtZSI6IiNGRjMzM0EifSwicGFuZWwiOiJjaGFydCIsInBhcmFtZXRlcnMiOnsid2lkdGhGYWN0b3IiOjAuNDUsImNoYXJ0TmFtZSI6ImNoYXJ0In19fSwicmFuZ2UiOm51bGx9">Yahoo Finance</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Seperti yang dijelaskan dalam buku Phil Rosenzweig, cerita Apple bukanlah hal baru. Saat ini, kita menyalahkan manajemen Apple yang terlalu bergantung pada satu produk saja. Cook dan timnya akan merespons dengan melakukan diversifikasi produk lewat akuisisi, atau bermain lebih banyak di pasar-pasar baru, atau bahkan tetap setia dengan tawaran produknya saat ini.</p>
<p>Entah cara-cara di atas akan sukses atau gagal, gaya kepemimpinan dari manajemen ini akan tetap diapresiasi atau dikritisi secara tak seimbang. Selalu mudah bagi para analis untuk memberikan komentar mereka di belakang. Namun, kenyataannya perusahaan-perusahaan besar di dunia lebih rentan terhadap hal-hal eksternal dari yang kita kira. Apapun reaksi sang pemimpin dan siapapun mereka, ternyata efek yang mereka miliki ternyata cukup terbatas.</p>
<hr>
<p><em>Artikel ini diterjemahkan dari bahasa Inggris oleh Reza Pahlevi.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/109521/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Arturo Bris tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Beberapa orang menganggap bahwa kerugian yang dialami Apple saat ini karena hilangnya sosok Steve Jobs. Tapi anggapan ini salah.Arturo Bris, Professor of Finance, International Institute for Management Development (IMD)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1028902018-09-27T07:54:38Z2018-09-27T07:54:38ZInovasi dari komputer kuantum, mengapa kita membutuhkannya?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/237558/original/file-20180922-129862-o46xti.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">IBM Q, komputer kuantum yang dikembangkan oleh IBM.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/ibm_research_zurich/38296273694/in/album-72157663611181258/">IBM Research/flickr</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nd/4.0/">CC BY-ND</a></span></figcaption></figure><p>Bayangkanlah satu lampu di kamar Anda hidup dan mati dalam waktu yang bersamaan. Atau seekor kucing yang hidup dan mati dalam waktu yang bersamaan. Bisakah Anda membayangkannya? Tentu ini sulit dibayangkan. </p>
<p>Fenomena “hidup dan mati” secara bersamaan itu akan kita temui dalam komputer kuantum. Jenis komputer ini memanfaatkan fenomena yang disebut superposisi, yakni fenomena kuantum yang memungkinkan dua keadaan berbeda atau bertolak belakang terjadi dalam waktu yang bersamaan. Fenomena ini terjadi pada benda berukuran sangat kecil seperti atom, bukan pada kucing atau <em>ball lamp</em>. </p>
<p>Perusahaan-perusahaan raksasa teknologi informasi seperti <a href="https://www.technologyreview.com/s/610274/google-thinks-its-close-to-quantum-supremacy-heres-what-that-really-means/">Google</a>, <a href="https://www.bbc.com/news/technology-43580972">Microsoft</a>, dan <a href="https://www.forbes.com/sites/tiriasresearch/2018/09/18/does-ibm-have-the-quantum-advantage/#4a02d6fd54e8">IBM</a> kini sedang berlomba merealisasikan sebuah teknologi yang pada masa mendatang dipercaya dapat berdampak besar bagi kehidupan manusia. </p>
<p>Mereka berlomba untuk merealisasikan <a href="https://www.wired.co.uk/article/quantum-computing-explained">komputer kuantum</a>, sebuah mesin penghitung yang memanfaatkan fisika kuantum dalam proses penghitungannya. Mesin ini diprediksi akan memiliki kemampuan yang jauh melebihi komputer yang kita gunakan saat ini.</p>
<p>Komputer yang sering kita pakai sekarang telah memberikan begitu banyak manfaat yang mungkin tidak dapat dibayangkan oleh orang tua kita puluhan tahun silam. Komputer “klasik” ini bisa kita gunakan untuk hal sederhana seperti menghitung harga barang belanjaan, membuat tugas sekolah, berkomunikasi melalui media sosial, hingga mengenali wajah dan suara kita melalui <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Artificial_intelligence">kecerdasan buatan</a> yang dimilikinya. </p>
<p>Manfaat yang tak terbayangkan saat ini akan dapat terwujud pada masa mendatang dengan terwujudnya komputer kuantum. Bagaimana komputer kuantum bekerja? Dan bagaimana komputer kuantum dapat memiliki kemampuan yang jauh melampaui komputer kita saat ini? Tulisan ini menjelaskan inovasi yang begitu ambisius dan segera bisa diwujudkan tersebut.</p>
<h2>Komputer klasik</h2>
<p>Komputer yang kita gunakan saat ini memproses segala informasi dalam kombinasi angka biner yang disebut bit (kependekan dari <em>binary digit</em>). Sebuah bit dapat berupa “1” atau “0”. Ini seperti sakelar di rumah kita yang jika kita tekan akan menghidupkan lampu di kamar dan jika kita tekan lagi akan mematikan lampu. Apa yang terlihat pada layar komputer kita saat ini adalah hasil pemrosesan dari kombinasi banyak bit.</p>
<p>Sebagai contoh, jika kita punya dua buah bit, angka desimal 2 akan diwakilkan sebagai kombinasi bit “10” (satu-nol, bukan angka sepuluh). Dua buah bit dapat merepresentasikan angka desimal sebanyak 2<sup>2</sup> yang dimulai dari “00” yang merepresentasikan nol, “01” merepresentasikan angka desimal 1, “10” merepresentasikan angka desimal 2, dan “11” merepresentasikan angka desimal 3. </p>
<p>Semakin banyak bit yang kita punya semakin banyak angka desimal yang bisa direpresentasikan dan diproses, sesuai dengan rumus 2<sup>n</sup>, dengan n adalah jumlah bit. Semakin banyak bit yang digunakan dalam sebuah komputer, semakin banyak informasi yang dapat diproses oleh komputer; yang berarti semakin baik kinerja komputer tersebut dalam melakukan tugas-tugas penghitungan yang rumit.</p>
<h2>Superposisi kuantum</h2>
<p>Sekarang, bayangkan bagaimana jika informasi dalam bit yang tadinya hanya berupa “0” atau “1” dapat sekaligus berupa “0” dan “1” pada waktu yang bersamaan. Komputer kuantum memanfaatkan fenomena yang dinamakan superposisi, yakni fenomena kuantum yang memungkinkan dua keadaan berbeda terjadi dalam waktu yang bersamaan. </p>
<p>Dalam dunia mikroskopis, molekul, atom, atau elektron dapat berperilaku sangat aneh dan sangat berbeda dengan dunia makroskopis yang dapat kita amati tanpa mikroskop. Benda-benda di dunia mikroskopis dapat berada di dua keadaan yang berbeda dalam satu waktu. Ini sulit dibayangkan bagi kita yang terbiasa mengindera benda-benda di sekitar kita yang hanya bisa berada dalam salah satu dari dua keadaan saja dalam satu waktu. </p>
<p>Sebagai gambaran, kita bisa ibaratkan lampu sebagai elektron, kemudian hidup dan matinya lampu kita ibaratkan dengan dua keadaan elektron. Di dunia mikroskopis kita bisa mendapati “lampu kuantum” ini hidup dan mati di waktu yang sama. </p>
<p>Fisikawan Austria <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Erwin_Schr%C3%B6dinger">Erwin Schrödinger</a> punya dongeng menarik tentang fenomena superposisi. Ia membayangkan seekor kucing yang berada di dalam kotak terisolasi dan terhubung dengan dunia kuantum. <a href="https://bigthink.com/scotty-hendricks/the-life-and-death-of-schrodingers-cat-and-what-it-really-means">Kucing Schrödinger</a> ini selama berada di dalam kotak berada dalam dua keadaan yang berbeda dalam satu waktu, yaitu hidup dan mati. Bukankah itu sangat aneh dan tidak mungkin terjadi di dunia makroskopis yang biasa kita lihat? Tapi seperti itulah dunia kuantum. </p>
<p>Komputer kuantum memanfaatkan fenomena superposisi dalam proses penghitungannya. Alih-alih menghitung bit demi bit atau kombinasi bit demi kombinasi bit dalam satu waktu, komputer kuantum dapat menghitung secara bersamaan terhadap banyak bit atau kombinasi bit dalam satu waktu. </p>
<p>Secara fisik, keadaan kuantum pada komputer kuantum bisa direalisasikan oleh benda-benda kecil seukuran molekul (10<sup>-10</sup> meter) atau yang lebih kecil. Sebagai contoh, elektron memiliki sifat intrinsik menyerupai batang magnet yang dinamakan spin. Seperti magnet, elektron dapat menunjuk ke satu arah tertentu, atas atau bawah. Dua arah spin elektron yang berlawanan ini ibarat bit “0” dan “1” pada komputer klasik. </p>
<p>Keadaan kuantum pada spin elektron biasa dituliskan dengan |0〉 ketika menunjuk arah bawah, |1〉 ketika menunjuk ke atas, atau a|0〉 + b|1〉 ketika menunjuk ke atas dan ke bawah sekaligus. Tanda | 〉 disebut dengan “ket”, adalah representasi matematis dari suatu keadaan kuantum.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/237575/original/file-20180923-129844-137nion.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/237575/original/file-20180923-129844-137nion.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/237575/original/file-20180923-129844-137nion.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=520&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/237575/original/file-20180923-129844-137nion.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=520&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/237575/original/file-20180923-129844-137nion.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=520&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/237575/original/file-20180923-129844-137nion.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=654&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/237575/original/file-20180923-129844-137nion.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=654&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/237575/original/file-20180923-129844-137nion.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=654&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Ilustrasi yang menggambarkan konsep Kucing Schrödinger.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="http://www.publicdomainfiles.com/show_file.php?id=13488686412382">Open Clip Art Library/Modified by author.</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Penghitungan paralel</h2>
<p>Bayangkan sebuah komputer klasik dengan dua bit, komputer ini hanya dapat melakukan penghitungan terhadap kombinasi bit “00”, “01”, “10”, atau “11” saja dalam satu waktu. Sekarang, jika kita punya sebuah komputer kuantum dengan dengan dua buah <em>qubit</em> (dibaca kiubit) (kependekan dari <em>quantum bit</em>), sebutan untuk bit dari komputer kuantum, komputer kuantum dapat melakukan penghitungan terhadap keempat kombinasi |00〉, |01〉, |10〉, dan |11〉 sekaligus dalam satu waktu.</p>
<p>Dalam komputer kuantum, semakin banyak jumlah <em>qubit</em> N yang digunakan akan semakin banyak keadaan kuantum yang bisa digunakan untuk menghitung secara serentak, yang dirumuskan sebagai 2<sup>N</sup>. Tiap tambahan sebuah <em>qubit</em> dalam sebuah komputer kuantum, jumlah keadaan kuantum yang bisa digunakan dalam penghitungan akan menjadi dua kali lipat. Peningkatan jumlah <em>qubit</em> akan meningkatkan kemampuan komputasi komputer kuantum secara eksponensial. </p>
<p>Hal ini sangat menguntungkan jika kita menghitung super rumit yang melibatkan sangat banyak angka seperti menghitung reaksi kimia dari atom-atom dalam sebuah material yang jumlahnya bisa mencapai ribuan triliun. Jika kita punya 128 <em>qubit</em> saja, kita akan punya 2<sup>128</sup> atau 3,402823669×10<sup>38</sup> (3,402823669 diikuti 38 angka nol) keadaan, ini jumlah yang lebih banyak dari jumlah atom dalam satu liter air.</p>
<p>Kita bisa membandingkan secara kasar bagaimana kinerja komputer kuantum dapat melampaui kinerja komputer klasik kita. Bayangkan kita punya 16 buah komputer klasik yang bekerja secara paralel dengan tiap-tiap komputer memiliki kecepatan pemrosesan 2 GHz (giga Hertz), yang berarti dapat memproses 2 miliar informasi dalam satu detik. Kita dapat melakukan 32 miliar (16 × 2 miliar) penghitungan tiap detiknya dengan 16 komputer tersebut. </p>
<p>Jika kita punya satu buah saja komputer kuantum dengan 8 <em>qubit</em> saja, yang berarti mempunyai 256 keadaan, dan memiliki kecepatan pemrosesan yang sama yaitu 2 GHz, itu berarti kita dapat melakukan 256 dikalikan dengan 2 miliar. Ini sama dengan 512 miliar penghitungan setiap detiknya. Bayangkan betapa jauh perbedaanya dengan jumlah <em>qubit</em> setengah saja dari jumlah komputer klasik!</p>
<h2>Apa yang bisa dilakukan komputer kuantum?</h2>
<p>Dengan komputer kuantum diharapkan penghitungan-penghitungan super rumit yang melibatkan angka dalam jumlah yang sangat banyak dapat dilakukan. Farmakolog dapat menghitung bagaimana tiap-tiap atom dalam sebuah obat dapat bereaksi terhadap sejumlah virus dengan lebih cepat dan cermat untuk menghasilkan obat yang lebih ampuh melawan penyakit. </p>
<p>Ilmuwan material dapat merancang material-material baru yang dapat mengonversi energi panas atau cahaya dari matahari secara lebih efisien. Klimatolog dapat memprakirakan dengan lebih cermat perubahan cuaca ekstrem akibat perubahan iklim global sehingga pemerintah dapat melakukan antisipasi untuk mengurangi dampak buruknya.</p>
<p>Anda mungkin tidak akan menggunakan komputer kuantum untuk meng-<em>update</em> status media sosial, karena itu berarti fungsi komputer kuantum akan menjadi mubazir. Tapi, farmakolog, fisikawan, kimiawan, hingga ilmuwan komputer akan sangat terbantu dengan adanya komputer kuantum. Akan semakin banyak inovasi-inovasi yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia yang akan dihasilkan dari penghitungan mereka menggunakan komputer kuantum.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/102890/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Dwi Prananto menerima dana dari Japan Advanced Institute of Science and Technology. </span></em></p>Google, IBM, dan Microsoft sedang berlomba bikin komputer kuantum. Prinsipnya kerja seperti Kucing Schrödinger.Dwi Prananto, Mahasiswa PhD Bidang Ilmu Material, Japan Advanced Institute of Science and TechnologyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/973232018-06-08T09:29:40Z2018-06-08T09:29:40ZAI bisa saja memesan restoran atau buat janji dengan salon, tapi jangan harap bisa bicara fasih<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/222076/original/file-20180606-137312-3q6wyg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Yakin asisten AI Anda dapat membuat janji untuk Anda, tapi bagaimana memahami percakapannya?</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/success?u=http%3A%2F%2Fdownload.shutterstock.com%2Fgatekeeper%2FW3siZSI6MTUyODM0NjA4OSwiYyI6Il9waG90b19zZXNzaW9uX2lkIiwiZGMiOiJpZGxfNjkyNDQ3ODg3IiwiayI6InBob3RvLzY5MjQ0Nzg4Ny9tZWRpdW0uanBnIiwibSI6MSwiZCI6InNodXR0ZXJzdG9jay1tZWRpYSJ9LCJRS29BSWlmQlZKVlM5YjI3OFY3OUt0RTgyWmsiXQ%2Fshutterstock_692447887.jpg&pi=26377567&m=692447887&src=smi0PPeMTXIoVZv-0oKOIQ-2-70">Vasin Lee/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Google baru-baru ini <a href="https://ai.googleblog.com/2018/05/duplex-ai-system-for-natural-conversation.html">mengumumkan</a> <em>artificial intelligence (AI)</em> wicara terbaru yang disebut Duplex. Duplex terdengar seperti orang beneran, dilengkapi dengan jeda sejenak, “umms” dan “ahhs”. </p>
<p>Raksasa teknologi ini mengatakan bahwa robot itu dapat bicara di telepon untuk membuat janji dan mengecek jam buka bisnis.</p>
<p><audio preload="metadata" controls="controls" data-duration="57" data-image="" data-title="Duplex menjadwalkan sebuah janji salon rambut" data-size="455900" data-source="Google" data-source-url="https://ai.googleblog.com/2018/05/duplex-ai-system-for-natural-conversation.html" data-license="" data-license-url="">
<source src="https://cdn.theconversation.com/audio/1173/dms03iiqxu3ty2fd6dlplombbbj2ch188143148.mp3" type="audio/mpeg">
</audio>
<div class="audio-player-caption">
Duplex menjadwalkan sebuah janji salon rambut.
<span class="attribution"><a class="source" rel="nofollow" href="https://ai.googleblog.com/2018/05/duplex-ai-system-for-natural-conversation.html">Google</a><span class="download"><span>445 KB</span> <a target="_blank" href="https://cdn.theconversation.com/audio/1173/dms03iiqxu3ty2fd6dlplombbbj2ch188143148.mp3">(download)</a></span></span>
</div></p>
<p>Dalam rekaman pembicaraan yang dimainkan saat pengumuman Google, robot itu berbicara secara runtut dengan manusia sebagai pihak penerima, yang tampaknya sama sekali tidak menyadari bahwa mereka tidak sedang bicara dengan orang lain. </p>
<p><audio preload="metadata" controls="controls" data-duration="51" data-image="" data-title="Duplex menelepon sebuah restoran" data-size="408668" data-source="Google" data-source-url="https://ai.googleblog.com/2018/05/duplex-ai-system-for-natural-conversation.html" data-license="" data-license-url="">
<source src="https://cdn.theconversation.com/audio/1174/kok4hamtaph5z96154f6gkum74a3z1576269077.mp3" type="audio/mpeg">
</audio>
<div class="audio-player-caption">
Duplex menelepon sebuah restoran.
<span class="attribution"><a class="source" rel="nofollow" href="https://ai.googleblog.com/2018/05/duplex-ai-system-for-natural-conversation.html">Google</a><span class="download"><span>399 KB</span> <a target="_blank" href="https://cdn.theconversation.com/audio/1174/kok4hamtaph5z96154f6gkum74a3z1576269077.mp3">(download)</a></span></span>
</div></p>
<p>Panggilan ini membuat <a href="https://www.youtube.com/watch?v=bd1mEm2Fy08">pengunjung di acara Google riuh bersorak</a>. Dalam satu contoh, AI bahkan mengerti ketika orang yang berbicara bercampur aduk, dan dapat terus mengikuti percakapan dan merespons dengan tepat ketika diberitahu bahwa tidak perlu melakukan pemesanan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/finkel-overcoming-our-mistrust-of-robots-in-our-homes-and-workplaces-96787">Finkel: overcoming our mistrust of robots in our homes and workplaces</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Munculnya asisten AI</h2>
<p>Bila Anda menggunakan asisten suara yang tersedia saat ini seperti <a href="https://theconversation.com/smart-speakers-could-be-the-tipping-point-for-home-automation-90308">Google Home, Siri-nya Apple atau Amazon Echo</a>, fleksibilitas ini mungkin mengejutkan Anda. Asisten ini <a href="https://www.wired.com/story/multitasking-problem-with-virtual-assistants/">sangat sulit</a> untuk digunakan hal yang lain kecuali untuk permintaan standar seperti untuk menelepon kontak, memainkan sebuah lagu, melakukan satu pencarian web sederhana, atau menyetel pengingat.</p>
<p>Ketika kita bicara kepada asisten generasi ini, kita selalu menyadari bahwa kita sedang berbicara dengan sebuah AI dan kita kerap menyesuaikan apa yang kita katakan, ini cara yang kami harapkan memaksimalkan kesempatan kami membuat AI ini bekerja.</p>
<p>Tapi orang-orang yang berbicara dengan Duplex tidak tahu. Mereka ragu-ragu, menarik kembali, melewatkan kata-kata, dan bahkan mengubah fakta di tengah-tengah sebuah kalimat. Duplex tidak ketinggalan sedikit pun. Sepertinya dia benar-benar memahami apa yang sedang terjadi.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/smart-speakers-could-be-the-tipping-point-for-home-automation-90308">Smart speakers could be the tipping point for home automation</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Jadi apakah masa depan telah tiba lebih awal dari yang diperkirakan? Apakah dunia akan dipenuhi oleh asisten AI online (dan di telepon) yang mengobrol dengan gembira dan melakukan segalanya untuk kita? Atau lebih buruk lagi, akankah kita tiba-tiba dikelilingi oleh AI cerdas dengan pikiran dan ide mereka sendiri yang mungkin melibatkan manusia atau tidak ?</p>
<p>Jawabannya adalah jelas tidak. Untuk memahami mengapa, mari kita pahami apa yang mendorong AI seperti ini.</p>
<h2>Duplex: bagaimana cara kerjanya</h2>
<p>Seperti inilah <a href="https://ai.googleblog.com/2018/05/duplex-ai-system-for-natural-conversation.html">sistem AI Duplex</a>.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/219521/original/file-20180518-26263-no4whk.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/219521/original/file-20180518-26263-no4whk.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/219521/original/file-20180518-26263-no4whk.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=239&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/219521/original/file-20180518-26263-no4whk.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=239&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/219521/original/file-20180518-26263-no4whk.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=239&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/219521/original/file-20180518-26263-no4whk.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=300&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/219521/original/file-20180518-26263-no4whk.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=300&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/219521/original/file-20180518-26263-no4whk.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=300&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Suara yang masuk diproses melalui sistem ASR. Ini menghasilkan teks yang dianalisis dengan data konteks dan masukan lain untuk menghasilkan teks respons yang dibacakan melalui sistem <em>text-to-speech</em> (TTS).</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://ai.googleblog.com/2018/05/duplex-ai-system-for-natural-conversation.html">Google</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sistem mengambil “input” (ditampilkan di sebelah kiri) yang merupakan suara orang yang sedang berbicara di telepon. Suara melewati pengenalan suara otomatis (ASR) dan diubah menjadi teks (kata-kata tertulis). ASR sendiri merupakan sistem AI canggih, tapi dari jenis yang sudah umum digunakan di asisten suara yang ada.</p>
<p>Teks kemudian dipindai untuk menentukan jenis kalimat itu (seperti sapaan, pernyataan, pertanyaan atau instruksi) dan mengekstrak informasi penting apa pun. Informasi kunci kemudian menjadi bagian dari Konteks, yang merupakan masukan tambahan yang membuat sistem tetap <em>up to date</em> dengan apa yang telah dikatakan sejauh ini dalam percakapan.</p>
<p>Teks dari ASR dan Konteks kemudian dikirim ke jantung Duplex, yang disebut Artificial Neural Network (ANN).</p>
<p>Pada diagram di atas, ANN ditunjukkan oleh lingkaran dan garis yang menghubungkannya. <a href="https://theconversation.com/deep-learning-and-neural-networks-77259">ANN dibuat berdasar bentuk model otak kita</a>, yang memiliki miliaran neuron yang terhubung bersama menjadi jaringan yang sangat besar.</p>
<h2>Belum cukup otak</h2>
<p>ANN jauh lebih sederhana daripada otak kita. Satu-satunya hal yang coba dilakukan adalah mencocokkan kata-kata masukan dengan respons yang tepat. ANN belajar dengan menunjukkan transkrip dari ribuan percakapan orang yang membuat pemesanan untuk restoran.</p>
<p>Dengan cukup banyak contoh, ia belajar jenis kalimat masukan apa yang diharapkan dari orang yang diajak bicara, dan jenis tanggapan apa yang diberikan untuk masing-masing.</p>
<p>Respons teks yang dihasilkan oleh ANN kemudian dikirim ke alat yang menerjemahkan teks ke ucapan (TTS), yang mengubahnya menjadi kata-kata lisan yang kemudian diputar ke orang di telepon.</p>
<p>Sekali lagi, TTS ini adalah AI canggih - dalam hal ini lebih maju daripada yang ada di ponsel Anda, karena kedengarannya hampir tidak dapat dibedakan dari suara normal apa pun.</p>
<p>Hanya itu saja. Meskipun itu menjadi <em>state-of-the-art</em>, jantung dari sistem ini benar-benar hanya proses pencocokan teks. Tapi Anda mungkin bertanya - jika itu sangat sederhana, mengapa kita tidak bisa melakukannya sebelumnya?</p>
<h2>Sebuah tanggapan yang dipelajari</h2>
<p>Faktanya adalah bahwa bahasa manusia, dan banyak hal lain di dunia nyata, terlalu bervariasi dan tidak teratur untuk ditangani dengan baik oleh komputer normal, tapi masalah semacam ini sangat cocok untuk AI.</p>
<p>Perhatikan bahwa <em>output</em> yang dihasilkan oleh AI sepenuhnya bergantung pada percakapan yang ditunjukkan saat sedang belajar.</p>
<p>Ini berarti bahwa AI yang berbeda perlu dilatih untuk membuat pemesanan dari berbagai jenis - jadi, misalnya, satu AI dapat memesan restoran dan yang lain dapat memesan janji potong rambut.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/the-future-of-artificial-intelligence-two-experts-disagree-79904">The future of artificial intelligence: two experts disagree</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Ini diperlukan karena jenis pertanyaan dan tanggapan dapat sangat bervariasi untuk berbagai jenis pemesanan. Ini juga bagaimana Duplex bisa jauh lebih baik daripada asisten suara umum, yang perlu menangani banyak jenis permintaan.</p>
<p>Jadi sekarang harus jelas bahwa kita tidak akan melakukan percakapan santai dengan asisten AI kita dalam waktu dekat. Bahkan, semua AI kami saat ini benar-benar tidak lebih dari kecocokan pola (dalam hal ini, pola pencocokan teks). Mereka tidak mengerti apa yang mereka dengar, atau apa yang mereka lihat, atau apa yang mereka katakan.</p>
<p>Pencocokan pola adalah satu hal yang dilakukan otak kita, tapi mereka juga melakukan lebih banyak hal. Kunci untuk menciptakan AI yang lebih <em>powerful</em> mungkin untuk mengungkap lebih banyak rahasia otak. Apakah kita mau? Nah, itu <a href="https://theconversation.com/the-future-of-artificial-intelligence-two-experts-disagree-79904">adalah pertanyaan lain lagi</a>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/97323/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Peter Stratton receives funding from the Queensland Brain Institute, the Asia-Pacific Centre for Neuromodulation and the Massachusetts Institute of Technology. He is affiliated with the American Association for the Advancement of Science (AAAS).</span></em></p>Jaringan otak tiruan di Duplex jauh lebih sederhana daripada otak kita. Satu-satunya hal yang coba dilakukan adalah mencocokkan kata-kata masukan dengan respons yang tepat.Peter Stratton, Postdoctoral Research Fellow, The University of QueenslandLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/927622018-03-28T12:01:37Z2018-03-28T12:01:37ZSilicon Valley melaju dalam perlombaan mencipta mobil tak bersupir<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/209882/original/file-20180312-30965-1yppwdi.png?ixlib=rb-1.1.0&rect=26%2C8%2C5964%2C3979&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Waymo</span></span></figcaption></figure><p>Henry Ford tidak menciptakan mobil. Pada akhir 1800-an ratusan perusahaan berlomba-lomba berinovasi untuk menghadirkan transportasi mekanis cepat, efisien, dan wajar harganya. Ford akhirnya mendominasi industri transportasi berkat pengembangan jalur perakitan (<em>assembly line</em>) bergerak.</p>
<p>Sekarang industri otomobil siap melakukan terobosan lain dengan kemunculan mobil-mobil yang mengemudi sendiri. Namun, tidak seperti gelombang awal inovasi mobil, hanya segelintir raksasa korporat yang ikut dalam perlombaan kendaraan otonom. Nah, siapa yang akan menang kali ini? </p>
<p><a href="https://indd.adobe.com/view/a0bd4358-a51c-4a90-b300-e727272a6bba">Saya melakukan analisis</a> terhadap enam perusahaan yang memimpin perlombaan membuat mobil pertama yang benar-benar tanpa pengemudi. Tiga dari perusahaan-perusahaan itu—General Motors, Ford, dan Volkswagen—berasal dari industri mobil yang sudah ada dan perlu mengintegrasikan teknologi swakemudi (<em>self-driving</em>) ke dalam armada kendaraan produksi massal mereka. Tiga yang lain—Tesla, Uber, dan Waymo (dimiliki oleh perusahaan pemilik Google)—adalah pendatang baru dari dunia teknologi digital di Silicon Valley, Amerika Serikat dan harus membangun kemampuan manufaktur massal.</p>
<p>Tentu saja tidak mungkin mengetahui seluruh perkembangan setiap saat, tetapi kami berhasil melacak investasi, kemitraan strategis, dan siaran pers untuk mengetahui lebih banyak tentang apa yang terjadi di balik layar. Industri mobil lazimnya menyusun peringkat teknologi swakemudi <a href="https://autoalliance.org/connected-cars/automated-driving-systems/levels-of-automation/">pada skala</a> dari Level 0 (tanpa otomasi) hingga Level 5 (otomasi penuh). Kami menilai di mana level masing-masing perusahaan berada dan memperkirakan seberapa jauh mereka harus tempuh untuk sampai ke level puncak. Berikut adalah perkiraan kami tentang performa masing-masing pemain.</p>
<h1>Volkswagen</h1>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/207502/original/file-20180222-152375-15m1e12.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/207502/original/file-20180222-152375-15m1e12.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=225&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/207502/original/file-20180222-152375-15m1e12.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=225&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/207502/original/file-20180222-152375-15m1e12.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=225&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/207502/original/file-20180222-152375-15m1e12.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=283&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/207502/original/file-20180222-152375-15m1e12.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=283&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/207502/original/file-20180222-152375-15m1e12.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=283&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Audi A8 traffic jam pilot.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Audi</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Volkswagen <a href="https://www.ft.com/content/b09e7396-21c5-11e6-9d4d-c11776a5124d">berinvestasi</a> dalam aplikasi pemesanan taksi (<em>taxi-hailing</em>) Gett dan bermitra dengan pembuat chip Nvidia untuk mengembangkan sebuah ko-pilot kecerdasan buatan untuk mobil-mobilnya. Pada tahun 2018, VW Group dijadwalkan merilis <a href="https://www.forbes.com/sites/michaeltaylor/2017/09/10/tthe-level-3-audi-a8-will-almost-be-the-most-important-car-in-the-world/">Audi A8</a>, kendaraan produksi pertama yang mencapai Level 3 pada skala, “otomasi kemudi bersyarat (<em>conditional driving automation</em>)”. Artinya, komputer mobil itu akan menangani semua fungsi kemudi tetapi orang harus siap mengambil alih jika perlu.</p>
<h2>Ford</h2>
<p>Ford sudah menjual mobil dengan autopilot Level 2, “otomasi kemudi sebagian”. Artinya, satu atau beberapa aspek dalam mengemudi dikendalikan oleh komputer berdasarkan informasi tentang lingkungan, misalnya memadukan <em>cruise control</em>, teknologi yang mengizinkan pengemudi untuk berkendara cepat tanpa perlu menginjak pedal gas, dan <em>lane centring</em>, teknologi yang secara otomatis memastikan mobil berada di dalam lajur. </p>
<p>Selain <a href="https://www.forbes.com/sites/samabuelsamid/2016/08/16/ford-and-baidu-lead-new-150-million-investment-in-lidar-maker-velodyne/#2203481b1de7">investasi-investasi lain</a>, Ford menanam $1 miliar di Argo AI, sebuah perusahaan kecerdasan buatan untuk kendaraan-kendaraan swakemudi. Setelah menguji coba <a href="https://www.wired.com/story/ford-self-driving-pizza-delivery-dominos/">pengantaran pizza</a> menggunakan kendaraan-kendaraan otonom, Ford kini sedang menguji mobil-mobil Level 4 di <a href="https://www.forbes.com/sites/samabuelsamid/2017/08/29/dominos-takes-high-tech-pizza-delivery-to-level-4-with-ford/">jalan umum</a>. Mobil-mobil itu menampilkan “otomasi tinggi”, di mana mobil bisa sepenuhnya mengemudi sendiri tetapi tidak pada kondisi tertentu seperti ketika permukaan jalan jelek atau cuaca buruk.</p>
<h2>General Motors</h2>
<p>GM juga menjual kendaraan dengan otomasi Level 2. Setelah membeli teknologi <em>Cruise Automation</em> rintisan Silicon Valley pada tahun 2016, <a href="http://uk.businessinsider.com/gm-cruise-fully-autonomous-electric-car-no-steering-wheel-2018-1">kini GM berencana</a> meluncurkan kendaraan otonom Level 5 (sepenuhnya mengemudi sendiri) untuk diproduksi massal pertama pada tahun 2019. Cruise AV tidak memiliki roda kemudi atau pedal yang memungkinkan manusia mengambil alih dan akan menjadi bagian dari armada besar <a href="https://www.ft.com/content/cc88fc96-d620-11e7-8c9a-d9c0a5c8d5c9">taksi tanpa pengemudi</a> yang akan dioperasikan perusahaan tersebut di kota-kota besar. Namun penting untuk diketahui bahwa perusahaan itu belum <a href="https://www.recode.net/2018/1/12/16880570/general-motors-self-driving-cars-cruise-steering-wheel-nhtsa-fmvss">mengantongi izin</a> untuk menguji coba mobil tersebut di jalan umum.</p>
<h2>Waymo (Google)</h2>
<figure> <img src="https://storage.googleapis.com/sdc-prod/v1/press/waymo_first_ride.gif"><figcaption>Uji coba Level 5.</figcaption></figure>
<p>Didirikan sebagai sebuah proyek khusus pada tahun 2009, Waymo berpisah dari Google (meskipun keduanya dimiliki oleh perusahaan induk yang sama, Alphabet) pada tahun 2016. Walaupun tidak pernah membuat, menjual atau mengoperasikan mobil secara komersial, Waymo menciptakan kendaraan-kendaraan uji coba yang hingga November 2017 sudah mencatat lebih dari <a href="https://waymo.com/ontheroad/">4 juta mil</a> (atau sekitar 6.4 juta km) tanpa pengemudi manusia. Antara 2015 dan 2017 Waymo menguji coba mobil Level 5, “Firefly”, tetapi kemudian memutuskan untuk fokus pada perangkat keras yang bisa dipasang di kendaraan-kendaraan pabrikan lain, dimulai dengan <a href="https://www.cnbc.com/2018/01/29/waymo-orders-thousands-of-pacifica-minivans-in-push-to-open-ride-hailing-service.html">Chrysler Pacifica</a>. </p>
<h2>Uber</h2>
<p>Pembuat aplikasi pemesanan taksi Uber sedang menguji coba mobil-mobil otonom di jalanan Pittsburgh <a href="http://uk.businessinsider.com/uber-self-driving-car-testing-in-pittsburgh-2016-2?r=US&IR=T">sejak tahun 2016</a>, selalu dengan seorang pegawai di belakang roda kemudi untuk mengambil alih sekiranya terjadi malfungsi. Setelah membeli perusahaan truk swakemudi Otto pada tahun 2016 yang dilaporkan senilai <a href="https://www.reuters.com/article/us-uber-tech-volvo-otto-idUSKCN10T1TR">$680 juta</a>, Uber kini memperluas kemampuannya dalam AI dan menguji coba chip terbaru NVDIA pada kendaraan-kendaraan Otto. Uber juga bermitra dengan Volvo untuk menciptakan sebuah <a href="https://www.ft.com/content/36f071b0-cd64-11e7-b781-794ce08b24dc">armada swakemudi</a> mobil, dan dengan Toyota untuk turut menciptakan <a href="https://www.recode.net/2018/1/8/16864916/uber-partnership-toyota-ces-volvo-daimler">kendaraan otonom <em>ride-sharing</em></a>.</p>
<h2>Tesla</h2>
<p>Pabrikan mobil besar pertama yang berasal dari Silicon Valley, Tesla juga adalah yang pertama kali memperkenalkan autopilot Level 2 <a href="http://www.bbc.co.uk/news/technology-34535604">pada tahun 2015</a>. Tahun berikutnya, perusahaan itu mengumumkan bahwa semua mobil Tesla akan memiliki perangkat keras <a href="https://www.tesla.com/blog/all-tesla-cars-being-produced-now-have-full-self-driving-hardware">otonomi penuh</a>, artinya, begitu selesai dikembangkan perangkat lunaknya bisa dipasang di mobil-mobil yang ada dengan upgrade seketika. Beberapa ahli menggugat pendekatan ini dengan menyatakan bahwa perusahaan tersebut hanya menambahkan kamera-kamera sekeliling pada mobil produksinya. Kamera-kamera itu tidak secanggih <a href="https://www.theverge.com/2017/10/24/16504038/tesla-autopilot-self-driving-update-elon-musk">sistem pengindraan berbasis laser</a> yang dipakai sebagian besar produsen mobil lainnya.</p>
<p>Tetapi perusahaan itu sudah menghimpun data dari ratusan ribu mobil yang menjelajahi jutaan kilometer dalam segala medan. Jadi kita tidak bisa menganggap sepi pendiri perusahaan itu, Elon Musk, ketika dia mengklaim bahwa sebuah Tesla Level 4 akan meluncur <a href="https://www.teslarati.com/tesla-autonomous-coast-to-coast-self-driving-trip/">dari Los Angeles ke New York</a> tanpa campur tangan manusia sedikit pun dalam paruh pertama 2018.</p>
<h2>Pemenang</h2>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/206746/original/file-20180216-131000-1tlem5l.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/206746/original/file-20180216-131000-1tlem5l.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/206746/original/file-20180216-131000-1tlem5l.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=376&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/206746/original/file-20180216-131000-1tlem5l.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=376&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/206746/original/file-20180216-131000-1tlem5l.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=376&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/206746/original/file-20180216-131000-1tlem5l.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=472&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/206746/original/file-20180216-131000-1tlem5l.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=472&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/206746/original/file-20180216-131000-1tlem5l.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=472&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Siapa yang memimpin perlombaan?</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://indd.adobe.com/view/a0bd4358-a51c-4a90-b300-e727272a6bba">IMD</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Saat ini perusahaan-perusahaan disruptif seperti Tesla, Waymo, dan Uber tampaknya berada di atas angin. Sementara produsen-produsen mobil tradisional berfokus pada pemasaran otomasi parsial Level 3 dan 4, perusahaan-perusahaan baru itu melompati mereka dengan bergerak langsung ke otomasi penuh Level 5. Waymo barangkali adalah yang paling tidak berpengalaman dalam menangani konsumen di sektor ini tapi ia sudah mencatat banyak sekali waktu uji coba sebagian dari teknologi paling maju di jalan umum.</p>
<p>Produsen-produsen mobil mapan juga memusatkan perhatian pada proses sulit mengintegrasikan teknologi dan model-model bisnis baru ke dalam operasi manufaktur mereka dengan membeli perusahaan-perusahaan kecil. Para penantang mereka, di lain pihak, dengan mudah menjalin kemitraan dengan para pemain besar termasuk pabrikan untuk mendapatkan dengan lebih cepat skala dan keahlian yang mereka butuhkan. </p>
<p>Tesla sedang membangun kemampuan manufakturnya sendiri di samping menghimpun banyak sekali data sangat penting yang akan memudahkannya meningkatkan mobil-mobilnya ketika sudah siap untuk otomasi penuh. Pengalaman Waymo secara khusus dan kompetensi teknologi serta kemampuannya menjalin kemitraan kokoh menempatkannya di posisi teratas.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/92762/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Michael Wade tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Uber, Tesla and Waymo (Google) melampaui produsen mobil tradisional seperti Ford, VW and General Motors dalam hal mobil tanpa pengemudi.Michael Wade, Professor of Innovation and Strategy, Cisco Chair in Digital Business Transformation, International Institute for Management Development (IMD)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/934972018-03-21T11:08:24Z2018-03-21T11:08:24ZBelajar dari Jerman: Gabungkan teknologi dan regulasi untuk perangi penyebaran kebencian online<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/211066/original/file-20180319-31611-7xkcfa.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/success?src=ySAj_ucjlrTmOk2a-BVlKA-1-14">Rawpixel.com/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Perundungan, kebencian, dan hasutan online <a href="http://epress.lib.uts.edu.au/journals/index.php/mcs/article/download/5655/6189">tengah meningkat</a>, dan perlu <a href="https://www.aspenideas.org/blog/combating-rise-hate-online">pendekatan baru</a> untuk mengatasinya. Untuk memberantas masalah ini dua pendekatan perlu dipertimbangkan. </p>
<p>Pertama, mengikuti jejak Jerman dalam menjatuhkan sanksi finansial kepada perusahaan media sosial besar bila mereka gagal mengurangi volume konten yang menghina pada platform mereka.</p>
<p>Kedua, kita harus mengembangkan cara-cara untuk mengenali dan menilai dengan benar jumlah konten yang bersifat menghina yang dikirim dan dihapus untuk memastikan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut patuh.</p>
<p>Mengingat volume data di media sosial, kecerdasan buatan (<em>artificial intelegence</em>) harus menjadi bagian dari gabungan untuk mendukung regulasi, tapi kita perlu juga mengetahui keterbatasannya.</p>
<h2>Dampaknya pada korban</h2>
<p>Pada 2015, pengacara Australia John Bornstein menjadi <a href="https://www.theguardian.com/world/2015/may/05/identity-stolen-white-supremacists-times-of-israel">korban perlakuan kejam daring serius</a> di tangan seorang laki-laki di Amerika Serikat, yang menyamar sebagai Bornstein dan mempublikasi artikel daring yang bersifat rasis menggunakan namanya. Bornstein kemudian menerima serangan penuh kebencian dari seluruh dunia.</p>
<p>Insiden ini sangat menyedihkan bagi Bornstein, tapi lebih dari itu kebencian siber juga bisa berdampak pada masyarakat secara luas. Orang yang sama menggunakan identitas palsu lain untuk berlagak sebagai seorang pendukung ISIS yang menyerukan <a href="https://www.sbs.com.au/news/online-us-troll-posing-as-an-australian-jihadist-arrested-on-explosives-charges">serangan teror di Australia dan negara-negara Barat lainnya</a>. Pada Desember, ia <a href="https://www.sbs.com.au/news/us-troll-who-posed-as-an-australian-jihadist-facing-20-years-in-jail">dipenjara</a> di Amerika Serikat atas tuduhan terorisme.</p>
<p>Bornstein <a href="https://www.smh.com.au/national/hit-big-tech-with-law-suits-to-stop-online-bullies-20180305-p4z2yr.html">kini menyerukan</a> regulasi bagi perusahaan media sosial oleh pemerintah, serta upaya hukum untuk memungkinkan korban bertindak.</p>
<h2>Jerman sebagai model pengaturan online</h2>
<p>Legislasi baru yang belum lama ini <a href="http://www.bbc.com/news/technology-42510868">diperkenalkan di Jerman</a> mengharuskan perusahaan untuk menghapus ujaran yang jelas-jelas mengandung kebencian dalam waktu 24 jam.</p>
<p>Menanggapi hal ini, Facebook telah memperkerjakan <a href="https://www.wsj.com/articles/facebook-google-have-a-tough-new-job-in-germany-content-cop-1515605207">1.200 karyawan dan karyawan kontrak</a> untuk memproses secara lebih efektif laporan perlakuan kejam oleh pengguna internet Jerman. Bila perusahaan tersebut gagal menghapus sebagian besar dari konten seperti itu dalam batas 24 jam, regulator bisa menjatuhkan denda <a href="http://www.bbc.com/news/technology-42510868">hingga €50 juta</a> (A$79 juta).</p>
<p>Hukum semacam ini tidaklah sempurna—dalam beberapa bulan sejak aturan tersebut berlaku pemerintah Jerman sudah mulai <a href="https://www.reuters.com/article/us-germany-hatespeech/germany-looks-to-revise-social-media-law-as-europe-watches-idUSKCN1GK1BN">mempertimbangkan beberapa perubahan</a> untuk mencegah kewaspadaan berlebihan oleh perusahaan media sosial yang dapat mencederai kebebasan berbicara. Namun pendekatan Jerman memberi kita contoh tanggapan yang tegas dari negara terhadap perundungan maya. </p>
<p>Peraturan di Jerman hanyalah sebuah titik awal dari regulasi dunia teknologi yang benar-benar baru. Hukum perundungan maya tidak bisa dilaksanakan bila kita tidak tahu seberapa banyak <em>hate speech</em> yang ada di dunia maya, dan seberapa banyak <em>hate speech</em> tersebut dihapus oleh perusahaan media sosial. Kita membutuhkan alat untuk mendukung hal ini.</p>
<h2>Memperkerjakan kecerdasan buatan</h2>
<p>Di Online Hate Prevention Institute (<a href="http://ohpi.org.au/">OHPI</a>), kami telah menghabiskan enam tahun terakhir untuk mengatasi kasus spesifik—termasuk kasus Bornstein—dan untuk mencari solusi untuk dapat mengukur jumlah <em>hate speech</em> yang dihapus menggunakan pendekatan <em>crowdsourcing</em> <a href="http://unesdoc.unesco.org/images/0023/002332/233231e.pdf">kelas dunia</a> dan kecerdasan buatan.</p>
<p>Beberapa kelompok lain juga sedang mengembangkan teknologi untuk identifikasi dan pengukuran. Kementerian Urusan Diaspora Israel sejak Oktober 2016 mengembangkan <a href="https://www.imra.org.il/story.php3?id=73065">Antisemitism Cyber Monitoring System (ACMS)</a>—sebuah alat baru untuk memantau antisemitisme di media sosial. Alat ini akan diluncurkan pada <a href="http://gfca2018.org/">Forum Global untuk Menangkal Antisemitisme 2018</a> di Yerusalem akhir bulan ini.</p>
<p>Alat tersebut menggunakan analisis teks—sebuah bentuk dari kecerdasan buatan—dan bekerja mencari kata-kata, kalimat, dan simbol di situs media sosial yang telah diidentifikasi sebagai indikator untuk kemungkinan konten antisemit. Alat ini kemudian mengulas konten dan menghasilkan grafik interaktif.</p>
<p>Pendekatan serupa telah digunakan oleh <a href="http://vigo.co.il/wp-content/uploads/sites/178/2017/06/AntiSemitismReport2FinP.pdf">Kongres Yahudi Dunia</a> dan oleh proyek <a href="https://jigsaw.google.com/projects/#conversation-ai">Conversation AI Google</a>, tapi efektivitas pendekatan ini <a href="https://www.technologyreview.com/s/603072/if-only-ai-could-save-us-from-ourselves/">terbatas</a>, khususnya ketika diterapkan pada situs media sosial besar.</p>
<p>Data dari percobaan ACMS selama satu bulan telah dikeluarkan sebelum peluncuran sistem. Piranti lunak ACMS adalah langkah maju yang utama dalam memerangi kebencian siber, tapi data yang terkumpul sendiri menunjukkan adanya keterbatasan metodologi dan teknologi yang cukup serius.</p>
<h2>Keterbatasan teknologi</h2>
<p>Salah satu keterbatasan ACMS adalah dalam mendeteksi perlakuan kejam yang menggunakan <a href="http://www.dailymail.co.uk/news/article-3821215/Googles-Skypes-Yahoos-Racist-trolls-slang-make-vile-slurs-online-without-caught-automatic-filters.html">bahasa kode</a>, simbol, dan eufisme yang makin diminati oleh kelompok radikal kanan. </p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/VS8mUnse6Oc?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
</figure>
<p>Keterbatasan lainnya, ACMS hanya memantau konten dari Facebook dan Twitter. YouTube, yang meliputi 41% dari antisemitisme daring yang diidentifikasi dalam <a href="http://mfa.gov.il/MFA/ForeignPolicy/AntiSemitism/Documents/Measuring-the-Hate.pdf">laporan sebelumnya</a>, tidak termasuk yang dipantau. Sistem otomatis ini juga <a href="http://www.jpost.com/Israel-News/Bennett-unveils-supertanker-to-fight-online-antisemitism-539884">hanya memantau konten dalam bahasa Inggris, Arab, Prancis, dan Jerman</a>.</p>
<p>Yang lebih mengkhawatirkan adalah <a href="https://www.timesofisrael.com/diaspora-ministry-unveils-system-for-tracking-online-anti-semitism/">klaim</a> Kementerian bahwa kota-kota yang memproduksi konten rasis tertinggi adalah Santiago (Chili), Dnipro (Ukraina), and Bucharest (Rumania). Kota-kota ini memiliki bahasa utama yang tidak dapat diproses oleh piranti lunak. Namun entah bagaimana mereka telah melampaui kota-kota yang bahasa utamanya diproses oleh piranti lunak.</p>
<p>Salah satu hal yang mengkhawatirkan terutama untuk Australia adalah tulisan berjudul <a href="http://www.jerusalemonline.com/news/in-israel/education-and-society/new-israeli-system-fights-online-anti-semitism-33928"><em>Places of Interest: Level of Antisemitism by Location</em></a> yang menunjukkan Brisbane sebagai kota peringkat tertinggi yang berbahasa Inggris. Hasil ini telah dijelaskan oleh penjelasan susulan yang menunjukkan angkanya merupakan penggabungan dari <em>like, share,</em> dan <em>retweet</em> global yang terlibat dengan konten yang awalnya dikirim dari Brisbane. Oleh karena itu, data ini tunduk pada tingkat keacakan yang luas berdasarkan konten apa yang menjadi viral.</p>
<h2>Pengacara dan ilmuwan data harus bekerja sama</h2>
<p>Alat deteksi berbasis AI berguna, tapi kita perlu pahami juga keterbatasannya. Analisis teks bisa mengidentifikasi <em>subset</em> tertentu dari kebencian daring, seperti swastika; bahasa yang terkait dengan Hitler, Nazi, kamar gas, dan oven; dan tema antisemitik yang menonjol pada kelompok kanan. Namun ini bukanlah solusi sederhana bagi masalah yang kompleks.</p>
<p>Lebih dari identifikasi, kita membutuhkan pengacara maupun ilmuwan data untuk memperkaya pendekatan yang diambil dalam mengatur ruang daring. Alat kecerdasan buatan baru perlu diverifikasi terhadap pendekatan lain, seperti data <em>crowdsource</em>__ dari masyarakat. Dan para ahli harus mengulas data untuk akurasi. Kita perlu memanfaatkan teknologi untuk mendukung rezim regulasi.</p>
<p>Menelaah masalah perundungan maya adalah langkah penting, asalkan dapat memfasilitasi solusi untuk masa depan, dan bukan sekadar masalah hari ini.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/93497/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Andre Oboler bekerja sebagai volunter dengan posisi CEO dan Direktur Pelaksana Online Hate Prevention Institute (OHPI). Dia sebelumnya dipekerja oleh OPHI dalam tugas ini. OPHI telah menerima dana dari donor privat dan pemerintah untuk mendukung pengembangan pendekatan untuk monitoring dan melaporkan kebencian secara online.
</span></em></p>Legislasi baru yang belum lama ini diperkenalkan di Jerman mengharuskan perusahaan untuk menghapus ujaran kebencian yang jelas dalam 24 jam.Andre Oboler, Lecturer, Master of Cyber-Security Program (Law), La Trobe UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/926072018-03-02T09:26:28Z2018-03-02T09:26:28ZIndonesia sangat memerlukan undang-undang perlindungan data pribadi<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/208494/original/file-20180301-152555-1703xtc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C1%2C998%2C598&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pengumpulan besar-besaran set data yang bisa dicari, dikumpulkan, dan direferensi silang dinamakan Big Data.</span> <span class="attribution"><span class="source">shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Google—perusahaan yang punya <a href="https://academic.oup.com/idpl/article-abstract/7/1/36/3097625?redirectedFrom=fulltext">beberapa masalah dengan keamanan data personal</a>—baru-baru ini mengucurkan dana investasi lebih dari <a href="https://bisnis.tempo.co/read/1055285/google-benarkan-investasi-16-t-ke-go-jek-dan-ini-alasannya">US$1 miliar</a> untuk aplikasi transportasi online Gojek.</p>
<p>Aplikasi transportasi online seperti Gojek dan Grab tumbuh secara pesat <a href="http://aitinesia.com/ngerinya-pelanggaran-privasi-yang-dilakukan-go-jek-dan-grabbike-terhadap-penumpang-mereka/">di kota-kota seperti Jakarta</a>. Perusahaan-perusahaan ini juga ada masalah dengan data pelanggannya.</p>
<p>Perusahaan seperti Google, Gojek, dan Grab tidak hanya menyediakan layanan bagi pengguna mereka. Namun, mereka juga mengumpulkan data pribadi penggunanya. Pengumpulan besar-besaran set data yang bisa dicari, dikumpulkan, dan direferensi silang ini dinamakan <em>Big Data</em>. Tidak hanya perusahaan, tetapi individu dan pemerintahan juga bisa mengumpulkan data pribadi.</p>
<p>Akademisi hukum Yvonne McDermott <a href="https://www.researchgate.net/publication/315449761_Conceptualising_the_right_to_data_protection_in_an_era_of_Big_Data">berargumen</a> bahwa di era <em>Big Data</em> ada empat nilai kunci yang harus ditegakkan: privasi, otonomi, transparansi, dan nondiskriminasi.</p>
<p>Namun di Indonesia, dalam kaitannya dengan data pribadi tidak ada satu pun dari nilai-nilai ini yang sudah disahkan dalam hukum. Indonesia tidak memiliki undang-undang atau aturan yang komprehensif mengenai perlindungan data pribadi yang melindungi warganya dari penyalahgunaan data.</p>
<p>Meningkatnya investasi asing dalam ekonomi digital menunjukkan bahwa sudah saatnya ada kesadaran nasional untuk memastikan warga tidak dieksploitasi oleh perusahaan raksasa teknologi.</p>
<p>Warga Indonesia memerlukan kerangka perlindungan data pribadi yang komprehensif. Adanya contoh-contoh pelaksanaan perlindungan data pribadi dari berbagai negara.</p>
<h2>Contoh perlindungan data pribadi</h2>
<p>Hukum hak asasi internasional telah menyoroti privasi digital, mengambil konsep-konsep dalam <a href="http://www.ohchr.org/EN/UDHR/Documents/UDHR_Translations/eng.pdf">berbagai</a> <a href="http://www.un.org/en/universal-declaration-human-rights/">deklarasi</a> mengenai hak asasi manusia dan kebebasan individu.</p>
<p>Pada Sidang Umum PBB 2013, negara-negara anggota menyepakati adanya hak untuk privasi. Negara-negara anggota diminta untuk <a href="https://news.un.org/en/story/2013/12/458232-general-assembly-backs-right-privacy-digital-age">transparan dan bertanggung jawab ketika mengumpulkan data pribadi</a>. </p>
<p>Negara tetangga Indonesia seperti Singapura dan Australia juga telah menetapkan peraturan perundang-undangan mengenai privasi.<a href="https://www.oaic.gov.au/privacy-law/privacy-act/">Australia menetapkan <em>Privacy Act</em> pada 1988</a>, sementara Singapura menetapkan <a href="https://www.pdpc.gov.sg/Legislation-and-Guidelines/Legislation"><em>Personal Data Protection Act</em> pada 2012</a>. </p>
<p>Uni Eropa memiliki <a href="https://www.eugdpr.org/">General Data Protection Regulation (GDPR)</a> yang akan menjalankan aturan perlindungan data pribadi pada Mei 2018.</p>
<p>Prinsip-prinsip yang berlaku dalam EU GDPR juga terlihat dalam presentasi ahli teknologi dan hukum perlindungan data pribadi, Berend van der Eijk. Pada diskusi mengenai Perlindungan Data Pribadi di Era Digital di Jakarta, beliau menjelaskan mengenai prinsip transparansi: bahwa warga memiliki hak untuk mengakses, mengubah, dan menghapus data pribadi mereka pada waktu tertentu dari data pelanggan perusahaan. Perusahaan juga diminta untuk transparan mengenai mengapa mereka mengumpulkan data dan bagaimana mereka akan menggunakannya.</p>
<p><a href="https://www.oaic.gov.au/resources/agencies-and-organisations/business-resources/privacy-business-resource-21-australian-businesses-and-the-eu-general-data-protection-regulation.pdf">Perlindungan data personal yang ada dalam GDPR</a> terkait masalah ras, etnis, politik, kesehatan, gender, dan seksualitas yang berlaku.</p>
<h2>Pelanggaran privasi sehari-hari</h2>
<p>Perlindungan data pribadi tersebut sangat kontras dengan praktik di Indonesia.</p>
<p>Di Indonesia, <a href="http://www.thejakartapost.com/life/2017/11/15/hepatitis-patients-struggle-with-discrimination-in-workplace.html">data rekam kesehatan bisa dan telah digunakan untuk mendiskriminasi individu yang mengidap HIV</a>. Beberapa perusahaan Indonesia memilih untuk tidak mempekerjakan orang dengan kondisi kesehatan tersebut. Ini terjadi, meski, <a href="https://www.cbsnews.com/news/life-expectancy-with-hiv-nears-normal-with-treatment/">orang dengan HIV dapat hidup dan bekerja</a> untuk jangka waktu hidup “normal”.</p>
<p>Contoh lain dari pelanggaran privasi bisa dilihat di <em>inbox</em> pengguna telepon seluler di Indonesia. Di Indonesia, perusahaan dapat dengan mudah mengirimkan iklan melalui SMS ke jutaan pengguna telepon seluler berdasarkan lokasi mereka. </p>
<p><a href="https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/08/29/pengguna-ponsel-indonesia-mencapai-142-dari-populasi">Ada sekitar 371,4 juta pengguna telepon yang terdaftar di Indonesia</a>, melebihi jumlah total populasi Indonesia. Iklan melalui telepon seluler ini bisa melanggar privasi warga karena penyedia jasa telekomunikasi tidak pernah meminta izin kepada pelanggan untuk kesediaannya dalam memberikan data mereka ke pihak ketiga.</p>
<p>Pemerintah juga dapat mengambil keuntungan dari rekam data pribadi dan menggunakan informasinya yang berada di tangan mereka. Belakangan ini Indonesia sudah mengambil Langkah untuk memusatkan data warga melalui KTP elektronik (e-KTP) <a href="http://elsam.or.id/2017/05/the-urgency-of-personal-data-protection-law/">dengan menciptakan sistem identifikasi elektronik</a>. Namun tidak ada peraturan yang mengatur akan penggunaan data pribadi warga Indonesia yang terekam di dalam e-KTP.</p>
<h2>Kabar baik?</h2>
<p>Di tengah semua ini, masih ada kabar baik. Ada tanda-tanda bahwa pemerintah Indonesia menyadari pentingnya akan perlindungan data pribadi.</p>
<p>Donny Budi Utoyo, Staf Ahli Kementerian Komunikasi dan Informatika mengatakan bahwa lembaga swadaya masyarakat dan <a href="http://www.thejakartapost.com/news/2018/01/21/government-expects-to-pass-data-protection-bill-in-2018.html">pemerintah</a> telah coba untuk mempromosikan dan mendorong undang - undang perlindungan data pribadi. Terlihat adanya upaya dari <a href="http://elsam.or.id/2017/05/kebutuhan-akan-uu-perlindungan-data-pribadi-kian-mendesak/">the Institute for Community Studies & Advocacy</a>, <a href="https://www.idea.or.id/berita/detail/diskusi-idea-dan-ict-watch-tentang-perlindungan-data-pribadi-di-era-digital">the Indonesian E-Commerce Association</a> dan ICT Watch.</p>
<p>Donny juga mengkhawatirkan hilangnya hak otonomi pasien dengan meningkatnya digitalisasi rekam data kesehatan. Dalam sebuah diskusi publik, dia bertanya apakah warga Indonesia memiliki hak untuk meminta rumah sakit di Indonesia untuk memindahkan atau menghapus rekam medis mereka jika mereka bukan lagi pasiennya.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/kIZoulAiczg?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
</figure>
<p>Donny juga melanjutkan bahwa undang-undang untuk perlindungan data warga Indonesia masih dalam proses karena dibutuhkannya harmonisasi akan regulasi-regulasi lain dari kementerian yang terkait.</p>
<h2>Apa langkah selanjutnya?</h2>
<p>Para ahli di berbagai sektor harus berkolaborasi dengan pemerintah Indonesia untuk mendorong dan menghasilkan undang-undang perlindungan data pribadi.</p>
<p>Undang-undang ini harus bisa melindungi warga dari kemungkinan data mereka yang digunakan tanpa izin atau untuk mendiskriminasi mereka.</p>
<p>Undang-undang perlindungan data pribadi juga memiliki potensi lanjutan untuk ekonomi negara dengan menciptakan ekosistem bisnis yang lebih aman. Sehingga kondisi ini akan menciptakan peluang-peluang bisnis dan juga mendorong masuknya lebih banyak investasi untuk perusahaan-perusahaan di Indonesia.</p>
<p>Pada saat yang sama, warga juga perlu diedukasi mengenai privasi digital agar bisa mengerti potensi risiko yang ada dan haknya untuk melindungi privasi dan data pribadi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/92607/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Fiona Suwana tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Meningkatnya investasi asing dalam ekonomi digital menunjukkan bahwa sudah saatnya ada diskusi nasional untuk memastikan warga tidak dieksploitasi.Fiona Suwana, PhD Candidate at Digital Media Research Centre and Research Assistant at Queensland University of Technology, Queensland University of TechnologyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/899262018-01-23T10:16:13Z2018-01-23T10:16:13ZDemi menebus dosa asal, Google & Facebook harus meninggalkan ‘clickbait’<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/202395/original/file-20180118-29891-mwnj6m.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Waktunya membangun kepercayaan.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-illustration/large-group-people-seen-above-gathered-255266638">Arthimedes/Shutterstock.com</a></span></figcaption></figure><p>Situs web media sosial dan layanan online, yang dibuat untuk mencetak keuntungan dengan menghubungkan orang dan <a href="http://www.wiley.com/WileyCDA/WileyTitle/productCd-0745656196.html">mendorong percakapan global</a>, memiliki sisi gelap yang dalam dan mencemaskan. Para pengguna yang brengsek mengeksploitasi forum-forum kebebasan berbicara itu dengan cara-cara yang <a href="https://www.youtube.com/watch?v=_v9VKE3JLN8">merusak norma-norma bersama</a> keadaban, kepercayaan dan keterbukaan. </p>
<p>Sisi gelap ini tidak hanya mencakupi <a href="http://www.daniellecitron.com/hate-crimes-in-cyberspace/">perisakan (bullying) dan tindakan mempermalukan perorangan</a>, tapi juga <a href="https://www.theverge.com/2017/12/11/16761016/former-facebook-exec-ripping-apart-society">mendatangkan kerusakan signifikan bagi masyarakat</a> secara keseluruhan.</p>
<p>Orang Amerika—dan <a href="https://www.nytimes.com/2017/09/20/world/africa/kenya-court-election.html">semua orang di seluruh dunia</a>—akan menghabiskan sebagian besar dari 2018 ini dengan membahas cara menangani problem Facebook, Twitter, Google, dan sejenisnya yang menangguk untung besar-besaran tapi juga <a href="https://www.washingtonpost.com/news/theworldpost/wp/2017/10/09/pierre-omidyar-6-ways-social-media-has-become-a-direct-threat-to-democracy/">mengancam demokrasi</a> dan <a href="https://www.poynter.org/news/poynter-releases-new-study-examining-trust-media">mengikis kepercayaan pada wacana publik</a>. Sebagai ahli akuntabilitas publik dan sistem media digital, kami menganjurkan agar perusahaan-perusahaan itu mencari cara baru dalam berkompetisi yang memajukan kepercayaan dan akurasi, mendatangkan keuntungan pribadi maupun maslahat umum.</p>
<h2>Dosa asal media sosial</h2>
<p>Banyak problem yang timbul bersumber dari cara perusahaan-perusahaan media sosial bermula dan bagaimana kekuasaan mereka tumbuh dalam masyarakat. Seperti kebanyakan perusahaan rintisan (startup) <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Silicon_Valley">Silicon Valley</a>, Google, Facebook, dan Twitter dibesarkan dalam sebuah <a href="https://www.inc.com/bruce-gibney/silicon-valleys-libertarian-problem.html">lingkungan pasar bebas dan libertarian</a>. </p>
<p>Kondisi ini menguntungkan orang dan perusahaan terbaik dalam menyediakan cara-cara yang ampuh dan nyaman bagi orang-orang di seluruh dunia untuk berhubungan satu sama lain. Sayangnya, cara-cara itu dirancang demi keuntungan para pemegang saham swasta mereka, bukan pemangku kepentingan publik mereka.</p>
<p>Dari algoritme pencarian Google hingga algoritme umpan berita (news feed) Facebook, proses-proses yang membentuk pengalaman online kita tidak saja kompleks dan tertutup, tapi memang sengaja dibuat kabur. Sesungguhnya, itulah model bisnis utama mereka. </p>
<p>Coba pikirkan: jika setiap orang tahu <a href="https://moz.com/google-algorithm-change">persis bagaimana algoritme Google bekerja</a>, berbagai situs web jahat tidak perlu meningkatkan produk dan layanan mereka untuk mendapatkan peringkat tinggi atau membayar Google agar iklan mereka muncul di daftar pencarian. Mereka bisa menempuh jalan pintas dengan meretas agar berada di daftar pencarian teratas,</p>
<p>Begitu pula, jika <a href="https://adespresso.com/blog/top-updates-facebook-monthly-need-know-now/">Facebook mengungkapkan metode</a> yang dipakainya untuk menyeleksi item-item yang muncul di umpan berita pengguna, para pemilik merek dan penyedia konten tidak perlu lagi membayar perusahaan ini <a href="http://www.adweek.com/digital/facebook-raked-in-9-16-billion-in-ad-revenue-in-the-second-quarter-of-2017/">puluhan miliar dolar per tahun</a> demi menjangkau konsumen mereka di platform tersebut. </p>
<p>Perusahaan-perusahaan tersebut sudah menjadi <a href="http://www.pewinternet.org/fact-sheet/social-media/">luar biasa besar</a>, dengan <a href="https://techcrunch.com/2017/06/27/facebook-2-billion-users/">miliaran pengguna</a> menghabiskan <a href="http://www.adweek.com/digital/mediakix-time-spent-social-media-infographic/">waktu berjam-jam sehari</a> di sistem mereka. Bisnis <a href="https://www.facebook.com/zuck/posts/10104146268321841">berkembang pesat</a> —tapi tidak adanya transparansi dan akuntabilitas semakin dipahami sebagai sebuah <a href="https://www.seattletimes.com/opinion/profit-vs-access-on-facebook-our-digital-town-square/">ancaman terhadap masyarakat sipil</a>.</p>
<h2>Mencemari ranah publik</h2>
<p>Lunturnya keadaban, kepercayaan dan penghormatan pada kebenaran dalam masyarakat Amerika Serikat ini oleh para ekonom disebut sebagai “<a href="http://economics.fundamentalfinance.com/negative-externality.php">eksternalitas negatif</a>.” Itulah biaya produk atau jasa yang dibayar oleh masyarakat luas, padahal biaya itu seharusnya dibayar oleh perusahaan yang menyuplainya atau konsumen yang membelinya. Contoh yang lazim dipakai adalah <a href="https://publicecon.wikispaces.com/Negative+Externalities+and+the+Environment">polusi industri</a>, ketika perusahaan-perusahaan manufaktur tidak membayar biaya problem kesehatan dan lingkungan hidup yang ditimbulkan oleh polusi dari pabrik mereka.</p>
<p>Perusahaan-perusahaan media sosial meraup untung dengan mengumpulkan informasi personal dan <a href="https://gigaom.com/report/the-revolution-will-be-targeted-rtb-and-the-future-of-programmatic-advertising/">menjual iklan-iklan bersasaran dengan algoritme</a>. Ini memungkinkan munculnya jenis-jenis polusi sosial baru: <a href="http://www.politifact.com/truth-o-meter/article/2016/dec/13/2016-lie-year-fake-news/">berita bohong</a>, pesan-pesan sengaja memecah belah yang didistribusikan dengan <a href="https://www.washingtonpost.com/world/europe/pro-putin-politics-bots-are-flooding-russian-twitter-oxford-based-studysays/2017/06/20/19c35d6e-5474-11e7-840b-512026319da7_story.html">identitas palsu</a>—bahkan penciptaan <a href="https://www.thedailybeast.com/exclusive-russia-used-facebook-events-to-organize-anti-immigrant-rallies-on-us-soil">peristiwa-peristiwa politik dunia-nyata</a> berdasarkan pesan-pesan palsu dan anti-sosial tersebut.</p>
<p>Persis seperti masyarakat mengharapkan perusahaan-perusahaan minyak untuk <a href="http://latimesblogs.latimes.com/greenspace/2010/05/gulf-oil-spill-bp-accepts-responsibility-for-oil-cleanup.html">memikul tanggung jawab moral dan hukum</a> atas polusi lingkungan hidup jika mereka menumpahkan minyak di lautan dan akuifer, kami yakin perusahaan-perusahaan media sosial harus membantu membereskan dan memerangi polusi sosial yang dimudahkan terjadinya oleh platform mereka.</p>
<h2>Akuntabilitas dan transparansi adalah kunci</h2>
<p>Dalam pandangan kami, perusahaan media sosial perlu melangkah di luar fondasi-fondasi “pasar bebas” mereka. Seperti banyak lembaga lain yang sangat penting bagi infrastruktur sosial dan perekonomian kita, perusahaan media sosial seharusnya mengembangkan metode-metode untuk menyediakan transparansi dan akuntabilitas publik yang sangat diperlukan dalam menangani penyakit-penyakit sosial yang dimudahkan kemunculannya oleh platform mereka. </p>
<p>Transparansi adalah cara terbaik menyingkirkan ujaran kebencian dan berita bohong. Tanpa itu, konsumen tidak akan percaya pada kualitas informasi yang mereka terima, atau itikad baik penyedia informasi. Perusahaan media sosial perlu <a href="https://www.nytimes.com/2017/12/13/technology/tech-companies-social-responsibility.html">lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat secara keseluruhan</a>, dan menerima tanggung jawab untuk memantau integritas platformnya. Perusahaan media sosial harus dianggap bertanggung jawab secara publik atas kapasitas platform mereka yang digunakan dengan cara-cara yang merongrong masyarakat sipil dan lembaga-lembaga politik kita.</p>
<p>Ini bukan usulan sederhana, bukan pula perubahan yang bisa dilakukan platform-platform media sosial cukup dengan membalik telapak tangan. Tapi dalam pandangan kami, ini mendesak untuk dilakukan.</p>
<p>Facebook sudah memulai proses ini dengan memungkinkan para pengguna <a href="https://newsroom.fb.com/news/2017/10/update-on-our-advertising-transparency-and-authenticity-efforts/">mengidentifikasi semua iklan yang dibeli sebuah laman</a> di seluruh situs, bahkan untuk iklan-iklan bersasaran mikro. Twitter sudah <a href="https://blog.twitter.com/official/en_us/topics/product/2017/New-Transparency-For-Ads-on-Twitter.html">mengambil langkah-langkah serupa</a>. Tapi itu semua hanyalah upaya-upaya awal dalam proses yang mestinya jauh lebih panjang.</p>
<h2>Sebuah peluang bisnis baru</h2>
<p>Jika perusahaan-perusahaan itu tidak berubah, masyarakat yang menyediakan urat nadi ekonomi mereka akan menyusut dan ambruk. Perombakan diperlukan untuk kepentingan mereka sendiri—dan kepentingan siapa pun yang lain.</p>
<p>Dalam jangka pendek, perusahaan-perusahaan media sosial harus membuat algoritme mereka, juga data yang mereka analisis, menjadi lebih transparan bagi publik. Salah satu kemungkinannya boleh jadi adalah mengembangkan situs web-situs web tersentralisasi tempat orang bisa <a href="https://theconversation.com/solving-the-political-ad-problem-with-transparency-85366">memeriksa sumber-sumber konten dan pendanaan untuk iklan</a>. </p>
<p>Sebuah pendekatan yang menjanjikan saat ini sedang ditempuh di beberapa perusahaan. Pendekatan ini melibatkan <a href="https://newsroom.fb.com/news/2017/10/update-on-our-advertising-transparency-and-authenticity-efforts/">adaptasi algoritme untuk mengurangi dominasi berita bohong</a> yang diunggah di umpan berita pengguna. Namun, meski bermanfaat, prakarsa-prakarsa itu tidak membereskan kontradiksi di jantung media sosial: model-model bisnis berbasis kekaburan mereka berbenturan langsung dengan peran semakin sentral mereka sebagai platform bagi wacana publik dan proses demokrasi.</p>
<p>Dalam jangka panjang, perusahaan-perusahaan besar internet perlu memikirkan kembali strategi mereka secara keseluruhan. Artinya, mereka harus mengembangkan model-model bisnis yang mengutamakan transparansi atas kekaburan, aksesibilitas atas ketertutupan, dan akuntabilitas atas akuntasi. Walau ini sangat sulit dipenuhi, kami mengusulkan agar perusahaan-perusahaan media sosial bisa beralih dan berekspansi ke bisnis verifikasi dan sertifikasi.</p>
<p>Tepatnya, apa maksudnya ini? Facebook, Twitter, Google dan yang lain-lain seperti mereka harus mulai bersaing untuk menyediakan berita-berita paling akurat, bukannya yang paling layak klik, dan sumber-sumber yang paling bisa dipercaya bukannya yang paling sensasional. </p>
<p>Begitu perusahaan-perusahaan tersebut memahami bahwa memelihara ranah publik yang sehat memberikan hasil yang lebih baik daripada membantu polusi sosial, mereka—dan masyarakat secara keseluruhan—bisa mulai membersihkan kekacauan yang kita buat bersama ini.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/89926/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Aram Sinnreich terafiliasi dengan Internet Society Washington DC Chapter.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Barbara Romzek tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Dari algoritme pencarian Google hingga algoritme umpan berita Facebook tidak saja kompleks dan tertutup, tapi memang sengaja dibuat kabur.Barbara Romzek, Professor of Public Administration and Policy, American University School of Public AffairsAram Sinnreich, Associate Professor of Communication Studies, American University School of CommunicationLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/887432017-12-15T09:23:03Z2017-12-15T09:23:03ZMengapa Silicon Valley justru senang bila Anda naik mobil yang menyetir sendiri<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/198964/original/file-20171213-27565-1xkns6f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Perusahaan teknologi ingin menghilangkan konflik antara perangkat teknologi dan kegiatan mengemudi.</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Masa ketika mobil otonom menjadi lumrah di jalanan Amerika sudah semakin dekat. Salah satu hal yang kerap disebut-sebut sebagai keunggulan mobil ini adalah persoalan keamanan. </p>
<p>Setiap tahun, <a href="https://www.nhtsa.gov/press-releases/nhtsa-data-shows-traffic-deaths-77-percent-2015">sekitar 40 ribu orang meninggal</a> di jalanan Amerika, dan kesalahan pengemudi punya andil dalam <a href="https://crashstats.nhtsa.dot.gov/Api/Public/ViewPublication/812115">lebih dari 90 persen kecelakaan</a>. </p>
<p>Namun demikian, pendukung terbesar hadirnya kendaraan otonom justru bukanlah perusahaan mobil yang tengah berupaya memperbaiki keamanan produk mereka. Dukungan besar untuk teknologi kendaraan otonom justru datang dari perusahaan raksasa di Silicon Valley seperti <a href="https://www.google.com/selfdrivingcar/">Google</a> dan <a href="https://www.engadget.com/2017/11/22/apple-research-self-driving-cars/">Apple</a>.</p>
<p>Kita yang telah mempelajari hubungan antara teknologi dan masyarakat, cenderung lebih berhati-hati melihat motivasi di balik dorongan teknologi apa pun. Dalam hal ini, jelas bahwa di samping masalah keamanan, perusahaan Silicon Valley memiliki keinginan kuat untuk menciptakan area baru untuk meningkatkan penggunaan perangkat digital mereka. </p>
<p>Perusahaan teknologi mendapatkan data—dan sering kali uang—dari setiap menit yang dihabiskan orang di telepon seluler mereka.</p>
<p>Saat ini, perangkat digital ada di posisi berseberangan dengan kegiatan mengemudi. Ada dampak serius, bahkan sering mematikan, ketika pengemudi menggunakan <a href="https://www.nhtsa.gov/risky-driving/distracted-driving">ponsel cerdas</a> untuk berbicara atau mengirim pesan sehingga konsentrasinya terganggu. Maka pengemudi dilarang menggunakan ponsel saat berkendara.</p>
<p>Namun perusahaan teknologi mengambil pendekatan berbeda. Silicon Valley ingin menciptakan mobil otonom, yang tak perlu dikendalikan manusia, sehingga penggunaan ponsel tanpa henti tidak lagi membahayakan orang lain.</p>
<h2>Bukan ide baru</h2>
<p>Bayangan akan mobil yang teramat canggih, hingga tidak memerlukan manusia pengemudi, bukanlah barang baru. Pada tahun 1950-an, <em>Saturday Evening Post</em> menampilkan ilustrasi yang membayangkan sebuah keluarga bermain papan permainan (dalam mobil terbuka!) sementara si mobil mengendalikan dirinya sendiri di jalan. </p>
<p>Ketika mobil otonom benar-benar berada di jalan dalam jumlah besar, keluarga zaman sekarang mungkin tidak akan bermain Scrabble—melainkan mungkin Words With Friends dan permainan ponsel lainnya. Tiap penumpang mungkin menggunakan gawai.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/195880/original/file-20171122-6027-1syyjk2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/195880/original/file-20171122-6027-1syyjk2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/195880/original/file-20171122-6027-1syyjk2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=607&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/195880/original/file-20171122-6027-1syyjk2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=607&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/195880/original/file-20171122-6027-1syyjk2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=607&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/195880/original/file-20171122-6027-1syyjk2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=763&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/195880/original/file-20171122-6027-1syyjk2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=763&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/195880/original/file-20171122-6027-1syyjk2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=763&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Mobil yang menyetir senditi yang dilukiskan pada 1950-an.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Saturday Evening Post</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah waktu yang dihabiskan orang dewasa dengan gawainya (melampaui panggilan telepon) tumbuh sangat cepat. Saat ini, rata-rata orang dewasa di Amerika menghabiskan <a href="https://hackernoon.com/how-much-time-do-people-spend-on-their-mobile-phones-in-2017-e5f90a0b10a6">sekitar empat jam sehari</a>. Namun, pertumbuhan pesat itu bisa melambat gara-gara orang kehabisan waktu untuk menggunakan gawai.</p>
<p>Kecuali, tentu saja, ada blok waktu baru yang tiba-tiba terbuka. Rata-rata orang Amerika kini menghabiskan <a href="http://www.newsroom.aaa.com/2016/09/americans-spend-average-17600-minutes-driving-year/">sekitar 48 menit di mobil setiap hari</a>. Ini kesempatan yang lumayan besar untuk peningkatan penggunaan ponsel.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/Uj-rK8V-rik?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Chris Urmson, waktu itu direktur program mobil otonom milik Google, mendiskusikan upaya Google untuk memajukan kendaraan otonom</span></figcaption>
</figure>
<p>Chris Umron, mantan direktur proyek mobil otonom di Google, secara gamblang mengungkapkan keinginan ini pada sebuah acara di 2016. Ia mengatakan, kendaraan otonom menawarkan kemungkinan “menarik” untuk menciptakan <a href="http://www.youtube.com/watch?v=Uj-rK8V-rik">ruang lain</a> untuk Anda sehingga Anda bisa menonton video di antara aktivitas lain. </p>
<p>Analis investasi di Morgan Stanley telah membicarakan tentang mobil otonom yang menjadi “<a href="http://www.investors.com/news/technology/apple-alphabet-could-gain-if-self-driving-cars-are-4th-video-screen/">layar keempat</a>” dalam kehidupan orang Amerika (selain TV, komputer pribadi dan ponsel atau tablet). Mungkin pernyataan yang paling eksplisit datang dari Jia Yueting, co-founder LeEco, pembuat mobil Tiongkok yang sedang berkembang, ketika mengatakan, “Kami melihat mobil di masa depan sebagai <a href="http://www.reuters.com/article/us-autoshow-beijing-china-leeco-insight-idUSKCN0XL11X">perpanjangan dari internet </a>, titik masuk lain bagi kami untuk menjual konten dan layanan berbasis web.”</p>
<p>Jadi, ketika wacana publik seputar mobil otonom menyoroti manfaat keamanan, jangan lupakan keinginan kuat industri teknologi untuk meraup lebih banyak keuntungan, yang melampaui upaya menyelamatkan kita dari diri sendiri.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/88743/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Jack Barkenbus tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Kalau pengemudi tidak perlu lagi memperhatikan jalan, maka ia bisa lebih lama menatap layar telepon seluler.Jack Barkenbus, Visiting Scholar, Vanderbilt Institute for Energy & Environment, Vanderbilt UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/848202017-10-04T10:15:22Z2017-10-04T10:15:22ZJumlah laki-laki melebihi perempuan di bidang teknologi. Apakah ini bawaan biologis?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/188732/original/file-20171004-6700-d7rjvo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Siapa yang hilang dari gambar ini?</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/lws/3263880963">Lawrence Sinclair</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nd/4.0/">CC BY-ND</a></span></figcaption></figure><p>Sudah bukan rahasia bahwa <a href="https://techcrunch.com/tag/diversity-report/">Silicon Valley mempekerjakan </a>lebih <a href="http://money.cnn.com/interactive/technology/tech-diversity-data/">banyak laki-laki ketimbang perempuan</a> di pekerjaan <a href="https://www.eeoc.gov/eeoc/statistics/reports/hightech/">teknologi</a>. Tetapi belum ada kesepakatan tentang mengapa ini terjadi.</p>
<p>Baru-baru ini, <a href="https://motherboard.vice.com/en_us/article/evzjww/here-are-the-citations-for-the-anti-diversity-manifesto-circulating-at-google">memo anti-keragaman </a>yang disampaikan oleh mantan insinyur Google membuat topik ini menjadi sorotan hangat. Sang insinyur berpendapat ada beberapa cara untuk menjelaskan ketimpangan gender di bidang teknologi yang tidak berdasar pada bias dan diskriminasi, dan secara khusus ia merujuk kepada perbedaan biologis antar jenis kelamin. </p>
<p>Coba kesampingkan dulu dampak dari pernyataan orang ini terhadap isu kesetaraan gender di bidang teknologi. Sekarang mari kita lihat apakah kesimpulan dia bisa menggambarkan apa yang diketahui para peneliti mengenai sisi sains dari jenis kelamin dan gender?</p>
<p>Sebagai ilmuwan sosial yang sudah berpengalaman menggelar riset psikologi tentang seks dan gender selama hampir 50 tahun, saya setuju bahwa bawaan biologis antar jenis kelamin mungkin merupakan sebagian alasan mengapa jumlah perempuan di jajaran pekerja teknologi di Silicon Valley lebih sedikit dibanding laki-laki. Tapi jalan yang menghubungkan bawaan biologis dan pekerjaan panjang dan berliku sehingga relevansi dari penyebab non-biologis tidak bisa dikesampingkan. Berikut ini adalah apa yang diungkap oleh berbagai riset tentang ini. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/182138/original/file-20170815-21358-10smx34.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/182138/original/file-20170815-21358-10smx34.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/182138/original/file-20170815-21358-10smx34.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/182138/original/file-20170815-21358-10smx34.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/182138/original/file-20170815-21358-10smx34.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/182138/original/file-20170815-21358-10smx34.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/182138/original/file-20170815-21358-10smx34.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/182138/original/file-20170815-21358-10smx34.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Apakah anak perempuan ini secara alamiah suka komputer?</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/zorgnetwerknederland/9423176668">Micah Sittig</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Apakah perempuan terlahir kurang cocok dengan teknologi?</h2>
<p>Tidak ada bukti sebab akibat langsung yang menunjukkan bawaan biologis menyebabkan kurangnya perempuan dalam pekerjaan teknologi. Tapi banyak, bahkan sebagian besar psikolog, memercayai gagasan umum bahwa <a href="https://doi.org/10.1002/jnr.23832">tingkat hormon pada masa sebelum kelahiran dan awal pasca kelahiran</a> seperti testosteron dan androgen (keduanya terkait dengan jenis kelamin laki-laki) <a href="https://doi.org/10.1186/s13293-015-0022-1">mempengaruhi psikologi manusia</a>. Dalam tubuh manusia, testosteron biasanya meningkat pada anak laki-laki dari sekitar minggu ke delapan sampai 24 masa kehamilan dan juga pada awal perkembangan pasca kelahiran.</p>
<p>Pembatasan etis jelas menghalangi eksperimen pada janin manusia dan bayi untuk memahami efek dari paparan laki-laki yang lebih besar terhadap testosteron. Sebagai gantinya, peneliti mempelajari individu yang terpapar lingkungan hormonal yang <a href="https://doi.org/10.1023/A:1022492106974">abnormal</a> karena kondisi <a href="https://doi.org/10.1016/j.yhbeh.2007.05.015">genetik yang tidak biasa</a> atau obat aktif hormonal yang <a href="https://doi.org/10.1007/s10508-016-0923-z">diresepkan untuk perempuan hamil</a>. </p>
<p>Studi-studi mengenai ini menunjukkan bahwa paparan hormon androgen di masa pembentukan memang memiliki efek maskulin terhadap preferensi dan perilaku bermain remaja putri, agresi, orientasi seksual dan identitas gender, dan <a href="https://doi.org/10.1016/j.psyneuen.2015.01.022">ada kemungkinan pada kemampuan spasial</a> serta tingkat respons terhadap informasi <a href="https://doi.org/10.1098/rstb.2015.0125">perilaku tertentu yang menurut budaya adalah sifat perempuan.</a></p>
<p>Paparan hormonal awal hanya satu bagian dari proses biologis kompleks yang <a href="https://doi.org/10.1002/jnr.23884">berkontribusi terhadap perbedaan jenis kelamin</a>. Didorong oleh pesan langsung dan tidak langsung dari kromosom X dan Y, efek dari proses ini terhadap psikologi manusia sebagian besar belum diketahui mengingat bidang sains yang relevan dengan ini masih baru.</p>
<p>Studi lain menjawab pertanyaan bakat alam vs. pengasuhan dengan membandingkan perilaku anak laki-laki dan perempuan yang masih sangat muda yang masih belum terpengaruh oleh tatanan sosial.</p>
<p><a href="https://doi.org/10.1037/0033-2909.132.1.33">Tanda-tanda perbedaan berdasar jenis kelamin muncul di awal terutama </a> pada <a href="https://doi.org/10.1111/j.1750-8606.2012.00254.x">dimensi temperamen</a>. Salah satu dimensi tersebut adalah apa yang oleh psikolog disebut “<em>surgency</em>”. Ini lebih kelihatan di anak laki-laki dan bermanifestasi dalam aktivitas motorik, sikap impulsif, dan kecenderungan mencari kesenangan dari aktivitas dengan intensitas tinggi. </p>
<p>Dimensi lainnya adalah dalam apa yang kita sebut “<em>effortful control</em>” kendali penuh upaya, yang lebih tampak di anak perempuan dan muncul dalam bentuk kemampuan mengatur diri, kemampuan konsentrasi yang lebih lama, juga kemampuan untuk fokus dan bergeser fokus, serta menahan diri dari hal-hal yang merugikan diri sendiri. Aspek temperamen ini juga mencakup kepekaan dan pengalaman persepsi yang lebih baik dari melakukan aktivitas berintensitas rendah.</p>
<p>Penelitian tentang temperamen ini menunjukkan bahwa alam menanamkan beberapa perbedaan jenis kelamin psikologis. Tapi para ilmuwan tidak sepenuhnya memahami jalur dari aspek temperamen anak menuju kepribadian dan kemampuan orang dewasa.</p>
<h2>Adakah pemisahan gender pada ciri-ciri teknologi?</h2>
<p>Pendekatan lain berkait isu perempuan di bidang teknologi melibatkan perbandingan jenis kelamin dengan sifat-sifat yang dianggap paling relevan dengan partisipasi di bidang teknologi. Dalam kasus ini, tidak masalah apakah sifat-sifat ini bawaan atau terbentuk dari pengasuhan. Yang paling lazim disebut termasuk kemampuan matematis dan spasial.</p>
<p>Di Amerika Serikat <a href="https://doi.org/10.1002/j.2333-8504.1971.tb00807.x">dahulu kemampuan matematis rata-rata anak laki-laki cenderung lebih tinggi</a> tapi <a href="https://doi.org/10.1126/science.1160364">sekarang tidak lagi dan sudah seimbang</a>. Dahulu juga jumlah anak laki-laki lebih banyak dalam hal meraih skor tertinggi di tes matematika yang sulit tetapi jumlah laki-laki <a href="https://doi.org/10.1016/j.intell.2016.09.003">telah menurun</a>. </p>
<p>Namun, laki-laki cenderung memperoleh nilai <a href="https://doi.org/10.1016/j.tics.2013.10.011">lebih tinggi pada sebagian besar tes kemampuan spasial</a>, terutama tes yang secara mental <a href="https://doi.org/10.1007/s10648-012-9215-x">memutar objek tiga dimensi</a>, dan keterampilan ini tampaknya penting di <a href="http://dx.doi.org/10.1037/a0016127">bidang STEM (sains, teknologi, teknik, dan matematika)</a>.</p>
<p>Tentu saja orang memilih pekerjaan berdasarkan minat dan kemampuan mereka. Jadi perbedaan jenis kelamin yang besar berkait minat yang berorientasi pada orang vs. berorientasi pada benda patut dipertimbangkan.</p>
<p><a href="https://dx.doi.org/10.1037/a0017364">Penelitian menunjukkan bahwa</a>, secara umum, perempuan lebih tertarik pada orang dibandingkan dengan laki-laki, yang lebih tertarik pada benda. Sepanjang pekerjaan teknologi lebih berkenaan dengan benda ketimbang orang, maka laki-laki rata-rata akan <a href="https://doi.org/10.1016/j.jvb.2015.09.007">lebih tertarik kepada pekerjaan itu.</a> </p>
<p>Misalnya, posisi seperti insinyur sistem komputer dan arsitek jaringan dan basis data memerlukan pengetahuan luas tentang elektronik, matematika, prinsip perekayasaan, dan sistem telekomunikasi. Untuk beprestasi dalam pekerjaan semacam itu tidak membutuhkan kualitas seperti kepekaan sosial dan kecerdasan emosional seperti pekerjaan di, misalnya, bidang pendidikan anak usia dini dan pemasaran barang ritel.</p>
<hr>
<p><em><strong>Baca juga:</strong> <a href="https://theconversation.com/kemampuan-memahami-orang-lebih-dituntut-dunia-kerja-ketimbang-keterampilan-stem-87867">Kemampuan memahami orang lebih dituntut dunia kerja ketimbang keterampilan STEM</a></em></p>
<hr>
<p>Perempuan dan laki-laki juga cenderung berbeda dalam hal tujuan hidup. Perempuan menempatkan prioritas lebih tinggi untuk <a href="https://doi.org/10.1177/1088868316642141">bekerja dengan dan membantu orang lain</a>. Pekerjaan di STEM pada umumnya dipandang tidak menyediakan banyak kesempatan untuk memuaskan tujuan hidup ini. </p>
<p>Tapi teknologi memang menawarkan spesialisasi yang memprioritaskan tujuan sosial dan komunitas (seperti merancang sistem perawatan kesehatan) atau menghargai keterampilan sosial (misalnya, mengoptimalkan interaksi orang dengan mesin dan informasi). Posisi seperti itu mungkin <a href="https://dx.doi.org/10.1037/a0025199">rata-rata relatif menarik bagi perempuan</a>. Secara umum, <a href="https://doi.org/10.1371/journal.pone.0057988">perempuan mempunyai kemampuan lebih dalam membaca</a> dan <a href="http://dx.doi.org/10.1080/00221325.2015.1036833">menulis</a> serta <a href="http://dx.doi.org/10.1037/a0017286">keterampilan sosial</a> dan ini akan menguntungkan mereka dalam banyak pekerjaan.</p>
<p>Tetapi hampir semua perbedaan jenis kelamin tumpang tindih antara perempuan dan laki-laki. Misalnya, meski perbedaan jenis kelamin cukup besar dalam hal tinggi badan rata-rata, beberapa perempuan lebih tinggi dari kebanyakan laki-laki dan beberapa laki-laki lebih pendek daripada kebanyakan perempuan. </p>
<p>Meski perbedaan psikologis berdasar jenis kelamin secara statistik lebih kecil daripada perbedaan tinggi ini, beberapa perbedaan yang paling relevan dengan teknologi cukup penting, terutama minat terhadap orang versus minat terhadap benda dan kemampuan spasial dalam hal rotasi mental.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/182136/original/file-20170815-26751-uke216.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/182136/original/file-20170815-26751-uke216.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/182136/original/file-20170815-26751-uke216.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/182136/original/file-20170815-26751-uke216.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/182136/original/file-20170815-26751-uke216.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/182136/original/file-20170815-26751-uke216.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/182136/original/file-20170815-26751-uke216.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/182136/original/file-20170815-26751-uke216.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Silicon Valley dituding memelihara budaya ‘brogrammer’ atau budaya laki-laki di kalangan programernya, yang bisa membuat perempuan merasa tidak diterima.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/zorgnetwerknederland/9423176668">Zorgnetwerk Nederland</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/">CC BY-NC-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Jika bukan biologi, lalu apa penyebabnya?</h2>
<p>Mengingat tidak adanya bukti yang jelas bahwa kemampuan dan minat yang berkaitan dengan teknologi terutama berasal dari biologi, ada banyak ruang untuk mempertimbangkan pola pergaulan dan stereotip gender.</p>
<p>Manusia dilahirkan belum berkembang, maka orang tua dan orang lain mengajarkan berbagai kode-kode sosial yang umumnya dimaksudkan untuk membentuk kepribadian dan keterampilan yang mereka pikir akan membantu keturunan mereka menjalani hidup mereka di masa depan. </p>
<p>Pengasuh cenderung <a href="https://dx.doi.org/10.1037/0033-2909.109.2.267">mempromosikan kegiatan dan minat khas jenis kelamin tertentu kepada anak-anak</a>—boneka untuk anak perempuan, truk mainan untuk anak laki-laki. Sosialisasi konvensional dapat <a href="https://doi.org/10.1111/cdev.12569">membuat anak-anak memilih</a> pilihan karier konvensional.</p>
<p>Bahkan <a href="https://doi.org/10.1068/p3331">anak-anak yang masih kecil</a> pun membentuk <a href="https://doi.org/10.1016/0163-6383(94)90037-X">stereotip gender</a> karena <a href="https://dx.doi.org/10.1037/a0037215">mereka mengamati perempuan dan laki-laki</a> yang memberlakukan pembagian kerja di masyarakat mereka. <a href="http://www.jstor.org/stable/1128709">Mereka secara otomatis belajar tentang gender </a> dari apa yang orang dewasa lakukan di rumah dan di tempat kerja. </p>
<p>Akhirnya, untuk menjelaskan perbedaan yang mereka lihat pada apa yang dilakukan laki-laki dan perempuan dan bagaimana mereka melakukannya, anak-anak menarik kesimpulan bahwa jenis kelamin sampai batas tertentu memiliki sifat dasar yang berbeda. Pemisah menyampaikan pesan bahwa <a href="https://doi.org/10.1006/drev.1993.1007">laki-laki dan perempuan memiliki atribut yang berbeda.</a></p>
<p><a href="https://doi.org/10.1111/1471-6402.t01-1-00066">Stereotip gender ini biasanya mencakup</a> keyakinan bahwa perempuan lebih hangat dan perhatian pada orang lain, yang oleh psikolog disebut komunal. Stereotip juga menunjukkan bahwa laki-laki memiliki lebih bersifat tegas dan dominan, yang oleh psikolog disebut agen.</p>
<p><a href="https://doi.org/10.1177/0146167200262001">Stereotip ini dibagi</a> dalam budaya dan membentuk identitas gender individu serta norma masyarakat tentang perilaku perempuan dan laki-laki yang cocok.</p>
<p>Stereotip gender menyediakan tempat bagi prasangka dan diskriminasi yang ditujukan kepada mereka yang menyimpang dari norma gender. Jika, misalnya, orang menerima stereotip bahwa perempuan bersikap hangat dan emosional namun tidak tangguh dan rasional, <a href="https://doi.org/10.1093/oxfordhb/9780199363643.013.7">perekrut karyawan</a> dapat menutup perempuan dari banyak pekerjaan teknologi dan perekayasaan, bahkan perempuan yang tidak khas jenis kelamin mereka.</p>
<p>Selain itu, perempuan berbakat dalam teknologi mungkin goyah jika mereka sendiri <a href="https://doi.org/10.1002/j.2161-0045.2014.00075.x">menginternalisasi stereotip masyarakat </a>tentang <a href="https://doi.org/10.1007/s11162-015-9375-x">inferioritas perempuan dalam atribut yang cocok untuk teknologi</a>. Juga, <a href="http://dx.doi.org/10.1037/a0012702">kecemasan perempuan bahwa mereka mengonfirmasi</a> stereotip negatif ini dapat <a href="https://doi.org/10.4135/9781446269930.n26">menurunkan kinerja aktual mereka.</a></p>
<p>Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa penelitian mengungkap <a href="https://books.google.com/books?hl=en&lr=&id=xPCQM6g7CQ0C&oi=fnd&pg=PA1&ots=XKHVbPVdIO&sig=L2ZncU0XyBEph7ujaLq4usXSmTY#v=onepage&q&f=false">bukti bahwa perempuan umumnya</a> harus memenuhi standar yang lebih tinggi untuk mendapatkan pekerjaan dan pengakuan di bidang yang berbudaya maskulin dan didominasi laki-laki. Namun, ada beberapa bukti baru-baru ini bahwa <a href="https://doi.org/10.17226/12062">perempuan lebih berpeluang direkrut di institusi penelitian bidang STEM</a> di Amerika Serikat.</p>
<p>Perempuan berkualifikasi yang melamar posisi di sana lebih berpeluang untuk diwawancarai dan menerima tawaran daripada kandidat laki-laki. <a href="https://theconversation.com/women-preferred-for-stem-professorships-as-long-as-theyre-equal-to-or-better-than-male-candidates-49411">Simulasi eksperimental perekrutan</a> fakultas STEM menghasilkan temuan serupa.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/182140/original/file-20170815-28398-au0sfi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/182140/original/file-20170815-28398-au0sfi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/182140/original/file-20170815-28398-au0sfi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/182140/original/file-20170815-28398-au0sfi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/182140/original/file-20170815-28398-au0sfi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/182140/original/file-20170815-28398-au0sfi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/182140/original/file-20170815-28398-au0sfi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/182140/original/file-20170815-28398-au0sfi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Setiap karier bergantung pada pelatihan dan pendidikan yang mengembangkan minat dan bakat bawaan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/24929786@N02/2367468669">Todd Ludwig</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/">CC BY-NC-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Mengapa bukan bawaan dan pengasuhan?</h2>
<p>Banyak pakar membuat kesalahan dengan mengasumsikan bahwa bukti ilmiah yang mendukung penyebab sosial budaya bagi kelangkaan perempuan dalam teknologi membuat penyebab biologis tidak valid, atau sebaliknya. Asumsi ini terlalu sederhana karena perilaku manusia yang paling kompleks mencerminkan beberapa campuran bakat bawaan dan pengasuhan.</p>
<p>Dan wacana tersebut selanjutnya dikompromikan karena <a href="https://www.nytimes.com/2017/08/08/technology/the-culture-wars-have-come-to-silicon-valley.html?_r=0">debat menjadi</a> lebih <a href="https://www.washingtonpost.com/opinions/the-google-memo-isnt-the-interesting-part-of-the-story/2017/08/11/de3f8876-7ecb-11e7-9d08-b79f191668ed_story.html">dipolitisasi</a>. Berdebat untuk alasan sosiokultural tampaknya sikap yang lebih progresif dan benar secara politis saat ini. Berdebat untuk penyebab biologis tampak seperti posisi yang lebih konservatif dan reaksioner. Terlibat dalam perang ideologis malah akan mengalihkan perhatian dari memikirkan <a href="https://doi.org/10.1177/2372732214549471">perubahan apa dalam praktik dan budaya organisasi</a> yang akan <a href="https://www.nytimes.com/2017/08/15/opinion/silicon-valley-women-hiring-diversity.html">mendorong masuknya perempuan di bidang teknologi </a> dan tenaga kerja ilmiah pada umumnya.</p>
<p>Mempolitisasi perdebatan semacam itu mengancam kemajuan ilmiah dan tidak membantu mengungkap apakah sebuah organisasi adil dan beragam dan bagaimana mendorongnya agar demikian. Sayangnya, maksud baik organisasi untuk <a href="https://theconversation.com/tech-companies-spend-big-money-on-bias-training-but-it-hasnt-improved-diversity-numbers-44411">mempromosikan keragaman dan inklusi</a> tidak efektif, seringkali karena terlalu <a href="https://doi.org/10.1177/0003122415596416">memaksakan dan membatasi otonomi manajer</a>. Kemarahan dalam “memo anti keragaman” James Damore menunjukkan bahwa Google mungkin perlu mengevaluasi inisiatif keragamannya.</p>
<p>Bagaimanapun, baik sains yang berorientasi bawaan atau pengasuhan tidak dapat sepenuhnya menjelaskan jumlah perempuan yang lebih sedikit dalam pekerjaan teknologi. Sikap yang koheren dan berpikiran terbuka bisa menerima kemungkinan baik pengaruh biologis maupun sosial terhadap minat dan kompetensi karier.</p>
<p>Terlepas dari apakah bakat atau pengasuhan lebih kuat untuk menjelaskan kurangnya jumlah perempuan dalam karier teknologi, orang harus waspada terhadap tindakan berdasarkan asumsi biner gender. Lebih masuk akal untuk memperlakukan individu dari kedua jenis kelamin dengan memposisikan mereka pada rentang kemampuan maskulin dan feminin yang luas dan beragam.</p>
<p>Memperlakukan orang sebagai individu dan bukan sekadar stereotip mereka sebagai laki-laki atau perempuan itu sulit, mengingat penilaian stereotip otomatis muncul di diri kita. Tapi bekerja menuju tujuan ini akan mendorong kesetaraan dan keragaman di bidang teknologi dan sektor ekonomi lainnya.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/84820/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Alice H. Eagly tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Apakah bawaan biologis berdasar jenis kelamin bisa menjelaskan mengapa lebih banyak laki-laki di Silicon Valley?Alice H. Eagly, Professor of Psychology; Faculty Fellow Institute for Policy Research; Professor of Management and Organizations, Northwestern UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/833722017-09-08T10:35:39Z2017-09-08T10:35:39ZMengapa Google ingin berpikir lebih seperti Anda daripada seperti mesin<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/184690/original/file-20170905-13736-1pbqkr9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Lihatlah neuron-neuron itu: andai mesin bisa berpikir seperti manusia.</span> <span class="attribution"><span class="source">MriMan/Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Coba baca teks ini, apakah Anda paham seketika?</p>
<blockquote>
<p><em>wht has Don Trm don nw?</em></p>
</blockquote>
<p>Anda mungkin bisa menduga maksudnya adalah: “<em>What has Donald Trump done now?</em>” (Apa lagi yang dilakukan Donald Trump sekarang?).</p>
<p>Bagaimana Anda bisa sampai pada kesimpulan itu? Padahal potongan kata-kata itu bisa saja bagian dari banyak kata lain. Anda bahkan bisa menduga kepanjangan dari potongan yang hampir sama—"Don" dan “don"—adalah kata yang berbeda—"Donald” dan “<em>done</em>”.</p>
<p>Jika Anda memasukkan potongan kata-kata itu di Google, tak ada satu pun hasil pencarian teratas yang berkaitan dengan Presiden Amerika Serikat saat ini.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/178572/original/file-20170718-22011-q16vq2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/178572/original/file-20170718-22011-q16vq2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/178572/original/file-20170718-22011-q16vq2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=170&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/178572/original/file-20170718-22011-q16vq2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=170&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/178572/original/file-20170718-22011-q16vq2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=170&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/178572/original/file-20170718-22011-q16vq2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=214&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/178572/original/file-20170718-22011-q16vq2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=214&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/178572/original/file-20170718-22011-q16vq2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=214&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Tak ada Donald Trump di hasil pencarian.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Google search/screenshot</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ya, Google tak secerdas itu. Supaya lebih cerdas, maka programer dan insinyur di Google harus bisa lebih memahami apa yang terjadi di otak manusia ketika mereka ingin memperbaiki algoritme mesin pencarian mereka. Dan inilah alasan mereka meminta bantuan ilmuwan saraf.</p>
<h2>Interpretasi otak</h2>
<p>Manusia memiliki kemampuan luar biasa dalam mencerna bahasa bahkan yang ambigu sekali pun. Bahkan satu kalimat sederhana dengan kata-kata yang tersusun baik pun memiliki interpretasi yang beragam.</p>
<p>Misalnya, simak kalimat bahasa Inggris ini: “<em>time flies like an arrow</em>” bisa berarti “coba Anda hitung waktu terbang lalat seperti Anda menghitung waktu terbang anak panah”, atau “waktu terbang sebagaimana anak panah terbang”. Masih banyak lagi kemungkinan lain.</p>
<p>Anda bisa memahami bahwa pilihan-pilihan makna ini semua mungkin tetapi Anda akan memilih interpretasi yang paling umum “waktu bergerak cepat seperti layaknya anak panah”. Bagaimana Anda melakukannya?</p>
<p>Memahami bahasa adalah satu contoh dari upaya komputasi luar biasa yang Anda lakukan saat ini, tanpa Anda menyadarinya.</p>
<p>Kemampuan yang lain? Memahami gambar. Setiap gambar dua dimensi di retina Anda bisa saja dihasilkan dari sembarang pemandangan tiga dimensi. Setiap pinggiran bisa jadi adalah bagian dari beberapa objek berbeda, atau bisa saja hanya ketidaksempurnaan (<em>noise</em>) di gambar. Tetapi Anda <a href="https://theconversation.com/three-visual-illusions-that-reveal-the-hidden-workings-of-the-brain-80875">hampir</a> selalu bisa menebaknya dengan tepat.</p>
<p>Satu contoh yang sulit adalah memisahkan objek dari latarnya, bahkan ketika gambarnya (dengan demikian garis batasnya) sangat tidak tegas, dan objeknya merupakan bentuk rumit, yang kerap terjadi pada gambar medis. Bahkan tanpa ‘noise’ bisa jadi sulit bagi <a href="https://craftofcoding.wordpress.com/2017/02/10/why-image-segmentation-is-difficult-1">algoritme untuk memilah mana yang penting</a>.</p>
<p>Ada lagi contoh sulit, yaitu gambar-gambar bentrokan (<em>adversarial images</em>) yang <a href="http://www.kdnuggets.com/2015/07/deep-learning-adversarial-examples-misconceptions.html">dirancang khusus untuk mengecoh algoritme penglihatan komputer</a>, meskipun manusia tidak memiliki masalah dengan gambar tersebut.</p>
<p>Algoritme dan program komputer saat ini sedang berusaha <a href="https://www.recode.net/2017/5/31/15720118/google-understand-language-speech-equivalent-humans-code-conference-mary-meeker">menyamai</a> kemampuan manusia dalam memahami bahasa dan memproses gambar visual.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/183686/original/file-20170829-1590-eh4fu4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/183686/original/file-20170829-1590-eh4fu4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/183686/original/file-20170829-1590-eh4fu4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/183686/original/file-20170829-1590-eh4fu4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/183686/original/file-20170829-1590-eh4fu4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/183686/original/file-20170829-1590-eh4fu4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/183686/original/file-20170829-1590-eh4fu4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/183686/original/file-20170829-1590-eh4fu4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Apa yang kamu lihat di gambar ini? Coba cari gambar ini di Google. Ternyata sang mesin pencari berpikir ini gambar awan (lihat di bawah).</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/janafalk/8188423013/">Flickr/Janaina C Falkiewicz</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/183693/original/file-20170829-1533-12y10u2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/183693/original/file-20170829-1533-12y10u2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/183693/original/file-20170829-1533-12y10u2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=346&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/183693/original/file-20170829-1533-12y10u2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=346&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/183693/original/file-20170829-1533-12y10u2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=346&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/183693/original/file-20170829-1533-12y10u2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=435&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/183693/original/file-20170829-1533-12y10u2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=435&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/183693/original/file-20170829-1533-12y10u2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=435&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Hasil pencarian Google untuk gambar kabur ini.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Google/Screenshot</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tetapi Google dan perusahaan teknologi lain ingin lebih baik dalam hal ini, untuk mengembangkan produk mereka dan kemampuan mereka untuk memeras pola statistik dari sejumlah data besar. </p>
<hr>
<p><em><strong>Baca juga:</strong> <a href="https://theconversation.com/3-alasan-kita-kecanduan-ponsel-canggih-86709">3 alasan kita kecanduan ponsel canggih</a></em></p>
<hr>
<h2>Teknologi butuh ilmu saraf</h2>
<p>Itulah alasan mereka <a href="http://dx.doi.org/10.1016/j.neuron.2017.06.011">merekrut orang-orang dari wilayah ilmu saraf</a> mengumpulkan tenaga yang memahami bagaimana otak biologis melakukan komputasi.</p>
<p>Misalnya, awal tahun ini <a href="https://venturebeat.com/2017/03/15/uber-appoints-zoubin-ghahramani-as-chief-scientist-3-months-after-acquiring-his-startup-geometric-intelligence/">Uber merekrut Zoubin Ghahramani</a>, pakar di bidang pembelajaran mesin (<em>machine learning</em>) dan mantan ilmuwan saraf, untuk menjadi ilmuwan utama mereka.</p>
<p>Demis Hassabis, pendiri start-up DeepMind (kemudian dibeli <a href="https://www.theguardian.com/technology/2014/jan/27/google-acquires-uk-artificial-intelligence-startup-deepmind">Google seharga lebih dari £400 juta</a>) yang juga memiliki latar belakang dalam pemrosesan saraf, juga baru-baru ini membanggakan bahwa ia baru saja merekrut pekerja dari bidang ilmu saraf.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"734122311087992833"}"></div></p>
<p>Ini hanya contoh dari kasus-kasus terkemuka; ada yang lain yang dipekerjakan dari posisi PhD dan pascadoktoral yang tidak masuk berita besar. Riset di bidang <em>artificial intelligence</em> di Google mulai menunjukkan hasil, <a href="https://www.technologyreview.com/s/603984/googles-ai-explosion-in-one-chart/">dengan meningkatnya jumlah artikel yang diterbitkan di jurnal akademis</a>.</p>
<h2>Berpikir biologis</h2>
<p>Otak biologis bekerja dengan cara sama sekali berbeda dengan komputer. Otak kita bekerja paralel, menggunakan kekuatan dari sejumlah besar elemen yang relatif sederhana dan lambat secara bersamaan. Setiap neuron terhubung dengan neuron lainnya sehingga di dalam otak manusia ada sekitar sejuta miliar koneksi. </p>
<p>Sementara itu, komputer digital mengerjakan hal satu per satu, namun dengan sangat cepat. Bahkan yang disebut sebagai komputer paralel pun sebenarnya memecah masalah menjadi kepingan-kepingan kecil, tetapi setiap kepingan tetap saja melibatkan banyak langkah yang dilakukan terpisah.</p>
<p>Komputasi paralel yang mirip otak bisa disimulasi di komputer digital. Memang, pembelajaran mendalam (<em>deep learning</em>) adalah metode untuk mesin belajar dari sejumlah besar data yang tadinya <a href="https://cosmosmagazine.com/technology/what-is-deep-learning-and-how-does-it-work">diilhami ilmu saraf</a>, dan ini adalah bahan utama dari algoritme Google.</p>
<p>Tetapi di komputer digital hal ini memerlukan tenaga besar, sementara otak manusia menggunakan tenaga yang <a href="http://blogs.discovermagazine.com/loom/2006/03/23/youre-a-dim-bulb-and-i-mean-that-in-the-best-possible-way/">lebih kecil dari yang dibutuhkan sebuah bohlam lampu</a>. </p>
<p>Secara bersamaan, pengetahuan kita tentang otak sendiri sedang ditransformasi oleh teknologi baru. Ini termasuk metode baru untuk merekam aktivitas saraf skala besar pada neuron tunggal.</p>
<p>Pada manusia, teknik non-invasif seperti <em>functional magnetic resonance imaging</em> (fMRI) merata-ratakan aktivistas dari puluhan ribu neuron. Tapi pada model binatang, sekarang dimungkinkan untuk <a href="http://www.cell.com/neuron/abstract/S0896-6273(12)00172-9">menandai neuron</a> dengan penanda fluoresens yang akan bercahaya lebih terang saat neuronnya aktif.</p>
<p>Menggunakan jenis baru penggunaan mikroskop memungkinkan kita untuk melihat setiap neuron dalam satu wilayah yang lebih besar, kadang bahkan dalam keseluruhan otak, saat bekerja bersama untuk menyelesaikan masalah.</p>
<p>Teknik ilmu saraf seperti ini akan merevolusi pemahaman kita akan bagaimana otak biologis melakukan komputasi yang luar biasa.</p>
<p>Wawasan baru ini akan membantu mendorong inovasi baru dalam algoritme yang menghela perusahaan-perusahaan teknologi, dengan mengungkapkan trik-trik komputasi yang digunakan biologi untuk tetap berdaya saing.</p>
<p>Algoritme beangsur-angsur akan memungkinkan komputer berpikir semakin mirip manusia. Tetapi sebagaimana <a href="https://theconversation.com/no-more-playing-games-alphago-ai-to-tackle-some-real-world-challenges-78472">ditunjukkan oleh AlphaGo</a>, ramalan tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan komputer untuk mencapai kinerja level manusia (atau manusia super) untuk mengerjakan tugas tertentu kerap kali salah.</p>
<p>Maka, berapa lama sampai pencarian Google akan bisa mengerti frasa di awal artikel ini? Izinkan saya menutup dengan berkata (silakan cek sendiri bagaimana Google gagal juga kali ini):</p>
<blockquote>
<p><em>Wlme t th ftre</em></p>
</blockquote><img src="https://counter.theconversation.com/content/83372/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Geoff Goodhill menerima dana dari Australian Research Council dan the National Health and Medical Research Council.</span></em></p>Komputer sekarang cepat dan penuh kekuatan tapi mereka tidak mampu berpikir seperti manusia untuk tugas yang kita anggap mudah. Itu sebabnya perusahaan teknologi mencari bantuan ke bidang ilmu saraf.Geoff Goodhill, Professor of Neuroscience and Mathematics, The University of QueenslandLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.