tag:theconversation.com,2011:/ca/topics/keanekaragaman-hayati-44176/articlesKeanekaragaman hayati – The Conversation2023-09-12T07:38:51Ztag:theconversation.com,2011:article/2128732023-09-12T07:38:51Z2023-09-12T07:38:51ZApakah ada kehidupan di dalam laut yang belum ditemukan?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/546301/original/file-20230602-17-k2m7hu.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&rect=6%2C2%2C1502%2C1002&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Ikan peri terselubung mawar, ikan karang kecil yang ditemukan pada tahun 2022.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Cirrhilabrus_finifenmaa_underwater_photograph_from_Rasdhoo_Atoll,_Maldives_-_Oo_654790.jpg">Luiz A. Rocha/Wikimedia Commons</a></span></figcaption></figure><blockquote>
<p><strong>Apakah ada kehidupan di dalam laut yang belum ditemukan? - Haven W., usia 12 tahun, McKinney, Texas</strong></p>
</blockquote>
<hr>
<p>Bayangkan jika kamu pergi ke suatu tempat di Bumi yang belum pernah dikunjungi oleh siapa pun. Ada banyak lokasi seperti itu di lautan, yang meliputi <a href="https://www.usgs.gov/special-topics/water-science-school/science/how-much-water-there-earth">lebih dari 70% planet kita</a>. </p>
<p>Di lautan, makhluk hidup di berbagai kedalaman yang berbeda, seperti halnya hewan dan burung yang hidup di ketinggian yang berbeda di hutan. Setiap bentuk kehidupan laut harus menemukan cara untuk mengumpulkan makanan, bereproduksi, dan berkontribusi pada komunitas ekologi. </p>
<p>Di banyak area, lautan memiliki kedalaman <a href="https://theconversation.com/how-deep-is-the-ocean-121168">ribuan meter di banyak area</a> dan menawarkan jutaan kesempatan bagi kehidupan untuk berkembang. Para ahli biologi tidak mengetahui berapa banyak spesies yang hidup di lautan, tapi mereka memperkirakan <a href="https://oceanservice.noaa.gov/facts/ocean-species.html">kurang dari 10% yang telah dideskripsikan</a>. </p>
<p><div data-react-class="InstagramEmbed" data-react-props="{"url":"https://www.instagram.com/p/CszRZcWPjHH/?utm_source=ig_web_copy_link\u0026igshid=MzRlODBiNWFlZA==","accessToken":"127105130696839|b4b75090c9688d81dfd245afe6052f20"}"></div></p>
<h2>Perokok hitam dan putih</h2>
<p>Lima puluh tahun yang lalu, tidak ada yang membayangkan bahwa seluruh komunitas biologis tumbuh subur dalam kegelapan yang ekstrem di bawah tekanan yang sangat kuat dari laut dalam. Kemudian mereka menemukannya, di titik-titik yang disebut <a href="https://oceanservice.noaa.gov/facts/vents.html">ventilasi hidrotermal</a> - pertama dengan kamera bawah air dan termometer, kemudian dengan mengirimkan manusia ke bawah dengan menggunakan <a href="https://www.whoi.edu/what-we-do/explore/underwater-vehicles/hov-alvin/">Alvin, kendaraan bawah air</a>. </p>
<p>Para peneliti menemukan titik-titik di mana air panas menyembur ke atas melalui celah-celah di dasar laut, seperti geyser di darat. Beberapa airnya panasnya mencapai 750 derajat Fahrenheit (400 derajat Celcius) - lebih dari dua kali lebih panas dari oven saat kamu memanggang kue. Air itu pun penuh dengan mineral terlarut. </p>
<p>Ketika air panas tumpah ke dasar laut, di mana air di sekitarnya jauh lebih dingin–sekitar 2° C–air panas akan cepat mendingin. Mineral-mineral tersebut lalu mengeras menjadi tumpukan yang tampak seperti cerobong asap. Beberapa di antaranya setinggi puluhan atau ratusan kaki.</p>
<p>Bahkan di zona yang dingin dan gelap ini, ventilasi laut merupakan rumah bagi semua jenis organisme hidup, termasuk cacing tabung raksasa, kerang, kepiting, dan spesies lainnya. Sinar matahari tidak mencapai cukup dalam di lautan untuk menjadi sumber energi bagi komunitas ini seperti halnya ekosistem di darat. Sebaliknya, ekosistem yang kompleks ini hidup dari <a href="https://oceanexplorer.noaa.gov/facts/photochemo.html">kemosintesis</a> - energi dari reaksi kimia antara bakteri dan air. </p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/JtV-FP212Uc?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Ahli biologi laut dalam, Shannon Johnson, menggambarkan ventilasi hidrotermal dan beberapa makhluk yang hidup di sekitarnya.</span></figcaption>
</figure>
<p>Bakteri yang hidup di dalam ventilasi laut menggunakan bahan kimia seperti hidrogen sulfida sebagai energi untuk membuat karbohidrat. Kemudian organisme yang lebih besar memakan bakteri dan makhluk yang mereka beri makan. Mereka lalu dimakan oleh makhluk yang lebih besar lagi, sehingga terciptalah rantai makanan.</p>
<p>Para ilmuwan pertama kali menemukan “asap putih” - ventilasi bawah air di mana air yang sangat panas mengendapkan mineral berwarna terang, terbuat dari kalsium dan silikon - di sebelah timur laut <a href="https://oceanservice.noaa.gov/facts/vents.html">Kepulauan Galapagos pada 1977</a>. Kemudian, pada 1979, mereka menemukan “asap hitam”, yang terbuat dari mineral yang lebih gelap dan kaya akan logam seperti besi sulfida, <a href="https://www.whoi.edu/feature/history-hydrothermal-vents/discovery/1979-2.html">di perairan ujung selatan Baja Meksiko</a>.</p>
<p>Saya tengah bekerja di Wood Hole Oceanographic Institution, yang merancang dan membangun robot bawah laut Alvin, ketika perokok hitam ditemukan. Air di sekitar ventilasi laut sangat panas sehingga ujung plastik pada termometer eksternal Alvin meleleh. Kami khawatir akan keselamatan para peneliti dan pilot di Alvin karena plastik tebal pada lubang intip memiliki komposisi yang sama dengan ujung termometer. </p>
<p>Untungnya, Alvin didesain dengan baik, dan semua orang selamat. Bahkan, Alvin telah diperbarui berkali-kali; para ilmuwan masih menggunakannya untuk menjelajahi bagian dalam lautan.</p>
<p><div data-react-class="InstagramEmbed" data-react-props="{"url":"https://www.instagram.com/p/Bti1AbFnFuD/?utm_source=ig_web_copy_link\u0026igshid=MzRlODBiNWFlZA==","accessToken":"127105130696839|b4b75090c9688d81dfd245afe6052f20"}"></div></p>
<h2>Kepiting berbulu dan cacing bercahaya</h2>
<p>Setiap tahun, para ilmuwan menemukan spesies laut baru. Beberapa berenang di air yang dalam atau merangkak dan menggeliat di dekat atau di dasar laut. Beberapa spesies, seperti bakteri yang tumbuh lambat yang menghuni kerak laut dalam, nyaris tidak bergerak sama sekali. </p>
<p>Hanya dalam dua tahun terakhir, para peneliti telah menemukan lusinan spesies baru di lautan. Misalnya, ada <a href="https://marinespecies.org/aphia.php?p=image&tid=1579238&pic=159908">kepiting spons “berbulu” (<em>Lamarckdromia beagle</em>)</a>, yang menghiasi cangkangnya dengan spons, mungkin sebagai kamuflase dari predator.</p>
<p>Penemuan mencolok lainnya, <a href="https://www.calacademy.org/press/releases/stunning-new-to-science-fairy-wrasse-is-first-ever-fish-described-by-a-maldivian">Rose-veiled fairy wrasse (<em>Cirrhilabrus finifenmaa</em>)</a>, adalah ikan karang berwarna merah muda yang menakjubkan dari Maladewa, sebuah negara kepulauan di Samudra Hindia.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1637242518550061056"}"></div></p>
<p>Di Australia, para ilmuwan telah berspekulasi selama bertahun-tahun tentang asal-usul kasus telur hiu yang tidak biasa di <a href="https://www.csiro.au/en/about/facilities-collections/collections/anfc">Koleksi Ikan Nasional</a> negara mereka. Pada Mei 2023, mereka mengidentifikasi spesies hiu baru yang menghasilkan telur tersebut: <a href="https://shark-references.com/species/view/Apristurus-ovicorrugatus">hiu hantu atau hiu setan (<em>Apristurus ovicorrugatus</em>)</a>, yang dinamai karena matanya memiliki <a href="https://www.cbsnews.com/news/scientists-identify-new-species-of-demon-catshark-with-white-shiny-irises/">iris putih sehingga tampak menyeramkan</a>.</p>
<p>Tiga spesies baru yang paling menarik adalah <a href="https://www.popsci.com/environment/bioluminescent-sea-worm-species-japan/">cacing laut <em>bioluminescent</em></a> yang memancarkan cahaya ungu kebiruan. Para peneliti yang menemukan cacing tersebut di perairan dangkal dekat Jepang menamai salah satunya <em>Polycirrus Ikeguchi</em>, sesuai dengan nama ahli biologi kelautan Jepang yang terkenal bernama Shinichiro Ikeguchi. </p>
<p>Mereka menamai dua ekor lainnya <em>Polycirrus aoandon</em>, yang berarti “hantu lentera biru”, dan <em>Polycirrus onibi</em>, yang berarti “setan api”. Kedua nama tersebut merujuk pada roh dalam cerita rakyat Jepang.</p>
<p>Kamu dapat mengikuti penemuan-penemuan baru saat mereka dimasukkan ke dalam <a href="https://www.marinespecies.org/">Daftar Spesies Laut Dunia</a>. Dengan 90% kehidupan laut yang masih harus dideskripsikan, akan ada banyak penemuan baru yang dirilis di masa depan. </p>
<hr>
<p><em>Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/212873/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Suzanne OConnell tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Mulai dari kepiting berbulu yang mengenakan topi spons laut hingga cacing yang bersinar dalam gelap, para ilmuwan terus menemukan bentuk kehidupan baru yang menakjubkan di lautan.Suzanne OConnell, Harold T. Stearns Professor of Earth Science, Wesleyan UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2036852023-06-19T04:09:18Z2023-06-19T04:09:18ZBerburu kekayaan alam Indonesia dari udara dengan ‘airborne DNA’<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/532134/original/file-20230615-23-9kh7dd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Burung cendrawasih atau bird of paradise, spesies endemik Papua.</span> <span class="attribution"><span class="source">(Ryan Boedi/Shutterstock)</span></span></figcaption></figure><p>Indonesia adalah negara megabiodiversitas alias memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa banyak. Meski demikian, <a href="https://www.antaranews.com/berita/2671689/brin-keanekaragaman-hayati-indonesia-diperkirakan-terungkap-10-persen">sejauh ini baru 10%</a> kekayaan yang terungkap. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan: butuh waktu berapa lama untuk mengungkap seluruhnya? </p>
<p>Di sinilah peran teknologi berguna untuk mempercepat usaha dalam menjawab pertanyaan tersebut. Pemahaman terhadap biodiversitas akan membantu kita mengenali siklus alam lebih dan mengambil manfaat untuk kehidupan manusia. </p>
<p>Titik terang atas jawaban tersebut mulai terlihat. Belum lama ini, sebuah terobosan bidang ilmu genetika molekuler bernama <a href="https://www.cell.com/trends/ecology-evolution/fulltext/S0169-5347%2822%2900286-5"><em>airborne deoxyribonucleic acid (DNA)</em></a> membuka jalan bagi peneliti untuk mempercepat pemahaman kita terkait keanekaragaman hayati. <em>Airborne DNA</em> adalah teknik pengambilan DNA dari partikel udara di suatu lingkungan yang membawa jejak makhluk hidup.</p>
<h2>Apa itu Airborne DNA? Bagaimana cara kerjanya?</h2>
<p>Organisme dapat melepaskan material dan partikel organik yang mengandung DNA ke udara melalui pernapasan, ekskresi (pelepasan sisa-sisa metabolisme), atau sel kulit mati yang terkelupas (pada manusia dan hewan). DNA juga terdapat di serbuk seperti polen pada tumbuhan. DNA ini bersifat bioaerosol alias melayang bersama partikel udara.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/531074/original/file-20230609-686-iblgu4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/531074/original/file-20230609-686-iblgu4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/531074/original/file-20230609-686-iblgu4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/531074/original/file-20230609-686-iblgu4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/531074/original/file-20230609-686-iblgu4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/531074/original/file-20230609-686-iblgu4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/531074/original/file-20230609-686-iblgu4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Dr. Christina Lynggaard dan Associate Prof Kristine Bohmann dari University of Copenhagen melalukan koleksi sampel udara.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Christian Bendix/York University)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kita dapat memperoleh dan mengoleksi <em>airborne DNA</em> dari sumber-sumber di atas. Caranya dengan menyedot udara di lokasi yang diinginkan. Udara yang terisap kemudian akan disaring dengan filter khusus untuk mendapatkan material genetik yang menempel pada filter. </p>
<p>Setelah penyaringan, tahap selanjutnya adalah proses ekstraksi DNA dari filter udara. Namun, karena kuantitas DNA di udara sangat sedikit, kita memerlukan penggandaan dan perbanyakan kuantitas DNA menggunakan teknik PCR (<em>polymeraise chain reaction</em>).</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="DNA di udara" src="https://images.theconversation.com/files/531067/original/file-20230609-22-z6x2uq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/531067/original/file-20230609-22-z6x2uq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=534&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/531067/original/file-20230609-22-z6x2uq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=534&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/531067/original/file-20230609-22-z6x2uq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=534&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/531067/original/file-20230609-22-z6x2uq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=670&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/531067/original/file-20230609-22-z6x2uq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=670&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/531067/original/file-20230609-22-z6x2uq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=670&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Ilustrasi airborne DNA.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Bohman dan Lynggaard)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tahap terakhir adalah pembacaan runutan sekuens DNA dengan menggunakan <em>Next Generation Sequencing</em> (NGS).</p>
<p>Melalui proses bioinformatika, kita dapat membaca informasi genetik dari sampel. Caranya dengan mencocokkan runutan sekuens DNA dengan referensi genetik yang tersedia. </p>
<p>Proses ini bisa diibaratkan seperti pencarian pelaku kejahatan oleh polisi dengan mencocokkan sidik jari (sekuens DNA) yang ada di tempat kejadian (udara) untuk mengidentifikasi tersangka maupun korban (tumbuhan maupun hewan).</p>
<p>Salah satu contoh referensi, misalnya, adalah <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/genbank/">Bank Genetika (GenBank)</a> yang dikelola oleh National Center for Biotechnology Information (NCBI), Amerika Serikat.</p>
<h2>Studi yang telah dilakukan</h2>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/531072/original/file-20230609-15-teu77l.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/531072/original/file-20230609-15-teu77l.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=314&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/531072/original/file-20230609-15-teu77l.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=314&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/531072/original/file-20230609-15-teu77l.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=314&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/531072/original/file-20230609-15-teu77l.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=395&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/531072/original/file-20230609-15-teu77l.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=395&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/531072/original/file-20230609-15-teu77l.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=395&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Ragam jenis hewan yang terdeteksi di Kebun Binatang Kopenhagen di Denmark.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Penelitian Lynggaard 2022)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Dalam dua studi terbaru yang diterbitkan di jurnal bereputasi Current Biology, para peneliti membuktikan <em>airborne DNA</em> bisa digunakan untuk menjelajahi keanekaragaman hewan di <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0960982221016900">Kebun Binatang Copenhagen di Kanada</a> dan <a href="https://www.cell.com/current-biology/pdfExtended/S0960-9822(21)01650-X">Kebun Binatang Hamerton di Inggris.</a> Sampel udara diambil dari lingkungan sekitar kebun binatang.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/531070/original/file-20230609-29-o2hiep.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/531070/original/file-20230609-29-o2hiep.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=447&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/531070/original/file-20230609-29-o2hiep.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=447&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/531070/original/file-20230609-29-o2hiep.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=447&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/531070/original/file-20230609-29-o2hiep.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=562&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/531070/original/file-20230609-29-o2hiep.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=562&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/531070/original/file-20230609-29-o2hiep.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=562&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Aneka jenis hewan yang terdeteksi dengan metode DNA di Kebun Binatang Hamerton di Inggris.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Penelitian Clarke 2022)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Hasilnya, berbagai jenis hewan yang ada di dalam kebun binatang, termasuk yang berada di dalam bangunan atau jauh dari tempat pengambilan sampel, dapat terdeteksi dengan akurat. Metode ini juga sebelumnya telah berhasil digunakan Johnson dan tim dari Universitas Texas Tech untuk <a href="https://bmcecolevol.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12862-021-01947-x?utm_campaign=related_content&utm_source=ECOEVO&utm_medium=communities">studi tumbuhan.</a> </p>
<p>Selain studi keanekaragaman jenis, <em>airborne DNA</em> juga bisa digunakan dalam <a href="https://bmcecolevol.biomedcentral.com/counter/pdf/10.1186/s12862-021-01947-x.pdf">studi pemantauan <em>invasive alien spesies</em> (IAS)</a> – spesies asing yang mengancam keberadaan spesies asli.
Kita juga bisa memantau <a href="https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fenvs.2020.563431/full">pengaruh perubahan lingkungan terhadap tumbuhan.</a> Metode ini juga diprediksi bisa digunakan untuk melihat pengaruh lingkungan yang berubah seperti <em>climate change</em> terhadap hewan. </p>
<h2>Manfaat <em>airborne DNA</em> dan tantangan di Indonesia</h2>
<p>Saat ini, teknik konvensional pemantauan hewan seperti kamera tersembunyi (<em>camera trap</em>) atau pun bioakustik (analisis suara) memiliki keterbatasan karena sangat bergantung pada kehadiran fisik hewan atau berada di daerah yang sulit dijangkau. Terlebih di Indonesia, negara dengan wilayah yang luas dan ekosistem yang beragam.</p>
<p>Teknik eksplorasi <em>airborne DNA</em> dapat mengatasi beberapa keterbatasan tersebut.</p>
<p>Kendati demikian, teknik ini masih memiliki beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan sebelum diterapkan di tanah air. Salah satunya adalah keterbatasan basis data genetik hewan Indonesia. </p>
<p>Basis data diperlukan untuk menjadi referensi peneliti saat membaca urutan <em>airborne DNA</em>. Sayangnya, referensi <em>database</em> genetik hewan Indonesia belum tersedia secara lengkap. Oleh karena itu, diperlukan upaya gotong-royong untuk memperluas dan memperkaya basis data genetika satwa Indonesia (termasuk tumbuhan) agar eksplorasi DNA di udara lebih optimal.</p>
<p>Upaya gotong-royong dapat melibatkan pengumpulan dan analisis sampel <em>airborne DNA</em> dari berbagai lokasi di seluruh Indonesia. Peneliti, lembaga riset, universitas, pemerintah, dan masyarakat dapat berfokus pada daerah-daerah dengan keanekaragaman hayati yang tinggi dan spesies langka atau sulit diamati.</p>
<p>Penerapan teknologi <em>airborne DNA</em> dapat mempercepat pemahaman dan pemantauan keanekaragaman hewan di Indonesia. Harapannya, teknologi tersebut dapat berkontribusi dalam upaya konservasi, perlindungan spesies terancam, dan pengelolaan kekayaan alam yang berkelanjutan bagi generasi mendatang.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/203685/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Fajrin Shidiq tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Airborne DNA memungkinkan peneliti untuk mengetahui keberadaan satwa terancam yang sulit dijumpai melalui DNA yang ditinggalkannya di udara.Fajrin Shidiq, Peneliti Ahli Pertama, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1999732023-02-15T04:46:37Z2023-02-15T04:46:37ZRiset: panel surya di lahan pertanian cocok menjadi habitat satwa liar<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/510255/original/file-20230215-18-yybfg2.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Shutterstock</span> </figcaption></figure><p><a href="https://theconversation.com/topics/transisi-energi-125327">Transisi energi terbarukan</a> di Australia memicu pembangunan belasan proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berskala besar. Meski tren ini mengurangi ketergantungan Negeri Kangguru terhadap bahan bakar fossil, pembangunan PLTS juga menambah kebutuhan lahan untuk memasang panel surya.</p>
<p>Tren yang sama juga terjadi di Indonesia yang mulai menggenjot <a href="https://www.republika.co.id/berita/qxmfsz383/tiga-proyek-besar-plts-akan-dikembangkan-di-indonesia">pembangunan PLTS berskala besar.</a> </p>
<p>Proyek PLTS sebagian besar berlokasi di kawasan perdesaan. Sejumlah pihak <a href="https://www.abc.net.au/news/2022-03-23/solar-farms-conflict-with-agricutural-land-use-/100920184">mengkhawatirkan</a> pemakaian lahan untuk PLTS berpotensi menggerus produksi pertanian maupun mengganggu habitat kehidupan liar.</p>
<p>Sebenarnya ada cara untuk memperluas infrastruktur PLTS tanpa mengganggu manusia ataupun makhluk lainnya. Misalnya, <a href="https://theconversation.com/farmers-shouldnt-have-to-compete-with-solar-companies-for-land-we-need-better-policies-so-everyone-can-benefit-173333">adanya proyek</a> <a href="https://www.weforum.org/agenda/2022/07/agrivoltaic-farming-solar-energy/">PLTS agrivoltaik</a>“ yang beroperasi <a href="https://www.mdpi.com/2071-1050/13/14/7846">di antara tanaman pertanian</a> ataupun hewan ternak.</p>
<p>Lantas, bagaimana konsep PLTS <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/aec.13289">konservoltaik</a> – kombinasi upaya konservasi biodiversitas dengan energi surya?</p>
<p>Riset terbaru saya menelaah apakah PLTS dapat digunakan untuk menyokong pelestarian spesies asli di suatu daerah. Hasilnya, saya menemukan panel surya justru menjadi habitat yang berguna bagi kehidupan liar, sekaligus bermanfaat bagi kesuburan tanah dan petani.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="manfaat panel surya" src="https://images.theconversation.com/files/507775/original/file-20230202-5481-nxfh9e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/507775/original/file-20230202-5481-nxfh9e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=325&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/507775/original/file-20230202-5481-nxfh9e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=325&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/507775/original/file-20230202-5481-nxfh9e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=325&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/507775/original/file-20230202-5481-nxfh9e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=409&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/507775/original/file-20230202-5481-nxfh9e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=409&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/507775/original/file-20230202-5481-nxfh9e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=409&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">‘Agrivoltaik.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Rumah baru</h2>
<p>Bentang alam liar kita terus berkurang. Di Australia, kawasan lindung seperti taman nasional <a href="https://soe.dcceew.gov.au/land/graphs-maps-and-tables?keys=land+use">hanya mencakup 9% dari total luas wilayah</a>. </p>
<p>Sementara, di Indonesia, jumlah kawasan lindung di daratan hanya <a href="https://www.cbd.int/pa/doc/dossiers/indonesia-abt11-country-dossier2021.pdf">setara 12,2% dari keseluruhan luas wilayah</a>.</p>
<p>Banyak pepohonan di kawasan peternakan yang ditebangi menjadi padang rumput untuk hewan ternak. Artinya, satwa liar yang bergantung pada pohon-pohon mengalami kehilangan sebagian besar habitatnya. </p>
<p>Karena itulah, kita harus menyediakan tempat baru supaya satwa liar dapat mencari makan, beristirahat, berlindung, maupun berkembang biak.</p>
<p>Penelitian saya menelaah apakah kawasan PLTS yang berada di lahan pertanian ataupun peternakan dapat juga digunakan sebagai habitat satwa liar. Saya melakukan survei dan penyelidikan menggunakan <em>camera trap</em> (kamera tersembunyi) untuk mengenali tanaman dan hewan-hewan yang berada di sela-sela panel surya. Saya juga mencatat berapa lama waktu yang mereka butuhkan untuk berkoloni, serta langkah yang perlu dilakukan untuk menyokong mereka.</p>
<p>Hasil riset saya juga mencoba memunculkan istilah baru untuk penggunaan lahan berganda ini: konservoltaik. Saya juga menyitir penelitian lainnya yang menyimpulkan manfaat PLTS bagi konservasi. Tentu saja kita juga masih membutuhkan penelitian lanjutan soal ini.</p>
<p>Struktur tiga dimensi dari panel surya (berikut penopangnya) menambah kekayaan struktur di suatu bentang lahan pertanian. Pembangkit ini juga berfungsi sebagai tempat satwa berlindung dari pemangsa, seperti layaknya <a href="https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fmars.2020.00282/full">terumbu artifisial</a> di danau maupun lautan. Panel surya juga bisa menjadi tempat yang pas untuk menjadi tempat tinggal hewan.</p>
<p>Infrastruktur PLTS turut menciptakan mozaik sinar matahari maupun bayangan. Kondisi ini <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0038092X21008562">memungkinkan area sekitar PLTS menjadi habitat mikro</a> bagi tumbuhan maupun hewan. </p>
<p><a href="https://helapco.gr/wp-content/uploads/Solar_Farms_Biodiversity_Study.pdf">Studi yang dilakukan di Eropa</a> menunjukkan PLTS berskala besar dapat menambah keanekaragaman hayati dan jumlah tanaman, rumput, kupu-kupu, lebah, maupun burung.</p>
<p>Vegetasi yang tumbuh di antara panel surya juga berfungsi menjadi <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1364032121003531?via=ihub#fig3">jalur perjalanan satwa</a>, tempat berkembang biak, sekaligus berlindung bagi satwa liar.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/indonesia-bisa-panen-listrik-besar-besaran-dari-10-miliar-panel-surya-berikut-tempat-ideal-untuk-memasangnya-168812">Indonesia bisa panen listrik besar-besaran dari 10 miliar panel surya, berikut tempat ideal untuk memasangnya</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<figure class="align-center ">
<img alt="kupu-kupu di tanaman di depan panel surya" src="https://images.theconversation.com/files/507748/original/file-20230201-20-nxfh9e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/507748/original/file-20230201-20-nxfh9e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/507748/original/file-20230201-20-nxfh9e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/507748/original/file-20230201-20-nxfh9e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/507748/original/file-20230201-20-nxfh9e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/507748/original/file-20230201-20-nxfh9e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/507748/original/file-20230201-20-nxfh9e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Penelitian menunjukkan susunan surya dapat meningkatkan keberadaan penyerbuk seperti kupu-kupu.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Pengelolaan yang baik adalah kuncinya</h2>
<p><a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1364032121003531?via=ihub#fig3">Studi saya turut merekomendasikan</a> strategi pengelolaan untuk mengoptimalkan keuntungan panel surya bagi kehidupan liar.</p>
<p>Pengelola lahan harus menyediakan beragam spesies tanaman berbunga untuk merangsang datangnya serangga penyerbuk (polinator). Rumput-rumput yang tumbuh di antara panel surya juga sebaiknya tidak sering-sering dipangkas ataupun terlalu pendek. </p>
<p>Serangga penyerbuk lebih menyukai vegetasi yang tinggi untuk mencari makan. Jangan pula terlalu tinggi supaya tidak menghalangi panel surya menyerap sinar matahari.</p>
<p>Jika memungkinkan, kurangilah penggunaan herbisida ataupun bahan kimia lainnya. PLTS juga harus terhubung dengan kawasan vegetasi lainnya, seperti tanaman pagar atau jajaran pohon. Tujuannya agar satwa liar bisa berpindah-pindah dari area PLTS ke habitat lainnya.<br>
Pengelola lahan yang menggabungkan PLTS dengan habitat kehidupan liar juga bisa mengambil sejumlah keuntungan. Mereka bisa meraup pendapatan dari perolehan kredit lingkungan melalui proyek penyerapan karbon dan peningkatan biodiversitas.</p>
<p>Pemilik lahan juga bisa meningkatkan kesuburan tanahnya dengan penambahan jumlah serangga penyerbuk. Mereka juga bisa menyediakan habitat bagi burung melalui kotak sarang ataupun tiang bertengger guna mengontrol populasi serangga.</p>
<p>Kendati begitu, kita membutuhkan lebih banyak studi untuk memahami berbagai potensi PLTS konservoltaik ini.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="katak kecil di tangan manusia di depan panel surya" src="https://images.theconversation.com/files/507749/original/file-20230201-20-eoke8k.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/507749/original/file-20230201-20-eoke8k.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/507749/original/file-20230201-20-eoke8k.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/507749/original/file-20230201-20-eoke8k.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/507749/original/file-20230201-20-eoke8k.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/507749/original/file-20230201-20-eoke8k.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/507749/original/file-20230201-20-eoke8k.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Strategi manajemen peternakan dapat memaksimalkan manfaat peternakan surya untuk satwa liar.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Eric Nordberg</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Langkah ke depan</h2>
<p>Kita sudah mengetahui manfaat energi terbarukan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Kini, kita membutuhkan lebih banyak penelitian untuk melihat manfaat PLTS terhadap kehidupan liar. </p>
<p>Kita juga kekurangan riset dalam hal cara penempatan, konfigurasi, dan pengelolaan PLTS terbaik untuk menggenjot biodiversitas. Kolaborasi antara industri, pengelola lahan, dan para ahli diperlukan supaya produksi energi bersih dan konservasi bisa berjalan beriringan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/energi-surya-adalah-raja-listrik-namun-pelaksanaannya-butuh-lebih-banyak-insentif-166902">Energi surya adalah ‘raja listrik’, namun pelaksanaannya butuh lebih banyak insentif</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<img src="https://counter.theconversation.com/content/199973/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Eric Nordberg tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Panel surya bisa jadi tempat yang cocok untuk satwa-satwa beristirahat, berlindung, dan berkembang biak – berpotensi menambah kesuburan lahan yang bermanfaat bagi petani.Eric Nordberg, Senior Lecturer (Applied Ecology and Landscape Management), University of New EnglandLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1971222023-01-04T03:20:48Z2023-01-04T03:20:48ZMandat COP15: Mengapa target perluasan kawasan lindung minimal 30% harus melibatkan swasta dan penduduk<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/502809/original/file-20230102-70075-2so5gq.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&rect=5%2C53%2C1145%2C686&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">KKP</span></span></figcaption></figure><p>Akhir tahun lalu, Konferensi Biodiversitas ke-15 Perserikatan Bangsa Bangsa (COP15) menyepakati <a href="https://www.cbd.int/article/cop15-cbd-press-release-final-19dec2022">Kerangka Kerja Biodiversitas Kunming-Montreal 2022</a> yang memuat 4 tujuan dan 23 target pelestarian keanekaragaman hayati di muka bumi. </p>
<p>Salah satu target yang cukup kontroversial adalah penetapan kawasan lindung (<em>protected areas</em>) minimum 30% masing-masing dari total wilayah daratan, perairan darat, laut dan pesisir di setiap negara pada 2030.</p>
<p>Indonesia, sebagai salah satu negara peserta, juga harus memenuhi target tersebut. Namun, pemerintah memberi catatan bahwa negara maju harus membantu pembiayaannya lantaran <a href="https://www.menlhk.go.id/site/single_post/5190/indonesia-minta-negara-maju-wujudkan-perlindungan-keanekaragaman-hayati-di-cop-15-cbd">ongkos penetapan kawasan lindung</a> amat besar, sekitar US$ 700 miliar (sekitar Rp 10.914 triliun).</p>
<p>Sejauh ini, <a href="https://www.cbd.int/pa/doc/dossiers/indonesia-abt11-country-dossier2021.pdf">kawasan lindung di daratan Indonesia</a> mencapai 12,2% dari total luas daratan. Angka ini bisa lebih besar – mungkin melebihi 30% – apabila dihitung dengan Kawasan Hutan yang dikenakan kebijakan moratorium perkebunan.</p>
<p>Pekerjaan rumah sebetulnya ada di lautan. Per 2021, baru sekitar <a href="https://www.cbd.int/pa/doc/dossiers/indonesia-abt11-country-dossier2021.pdf">3,1% dari total luas lautan yang berstatus kawasan lindung.</a> Kementerian Kelautan dan Perikanan menargetkan <a href="https://www.menlhk.go.id/site/single_post/5190/indonesia-minta-negara-maju-wujudkan-perlindungan-keanekaragaman-hayati-di-cop-15-cbd">perluasan kawasan lindung laut</a> hingga 30% baru tercapai pada 2045.</p>
<p>Tujuan dan target baru yang disepakati dalam COP15 lalu semestinya menjadi pemantik bagi pemerintah Indonesia untuk mengubah cara pandang pengelolaan kawasan lindung. Salah satunya adalah perubahan paradigma bahwa konservasi adalah urusan pemerintah semata.</p>
<p>Padahal, biodiversitas – terkait dengan seluruh makhluk hidup di muka bumi – adalah hajat hidup orang banyak, bahkan melampaui batas-batas negara. Berangkat dari pandangan ini, pemerintah harus menggerakkan seluruh elemen masyarakat untuk turut andil dalam pelestarian keanekaragaman hayati sesuai tujuan global yang telah disepakati.</p>
<h2>Menggerakkan partisipasi</h2>
<p><a href="https://doi.org/10.1093/biosci/bit033">Paradigma lama</a> memuat urusan pelestarian biodiversitas melalui penetapan kawasan lindung yang tidak boleh dirambah siapapun. Namun, selain sudah usang, pandangan ini justru memicu sejumlah masalah sosial – misalnya eksklusi masyarakat tradisional yang hidup di suatu kawasan lindung. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/502810/original/file-20230102-20-1t3e37.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/502810/original/file-20230102-20-1t3e37.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=398&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/502810/original/file-20230102-20-1t3e37.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=398&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/502810/original/file-20230102-20-1t3e37.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=398&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/502810/original/file-20230102-20-1t3e37.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=500&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/502810/original/file-20230102-20-1t3e37.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=500&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/502810/original/file-20230102-20-1t3e37.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=500&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Hutan bakau di Kabupaten Demak, Jawa Tengah.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Budi Masdar/Wikimedia Commons</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sedangkan pandangan baru merekomendasikan kawasan lindung yang memuat sejumlah area-area dengan peruntukan tertentu agar lebih inklusif serta mengakomodasi kepentingan sosial, ekonomi, dan ekologi yang lebih luas. </p>
<p>Di dalam kawasan lindung, ada area tertentu yang dikhususkan untuk perlindungan spesies. Namun, ada juga area-area khusus mulai dari perikanan tradisional di lautan, bahkan pertambangan (dengan standar operasional yang amat ketat) di daratan. </p>
<p>Hal ini diperkuat dengan Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) sejak 2008 memiliki <a href="https://portals.iucn.org/library/sites/library/files/documents/pag-021.pdf">panduan penetapan kawasan lindung</a> untuk mengharmoniskan konservasi dengan masyarakat. </p>
<p>Salah satu contohnya di Taman Nasional Gede Pangrango dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak di Jawa Barat. Kawasan lindung ini adalah sumber air bagi jutaan warga Jabodetabek. Pengelola kawasan ini semestinya menghitung jasa ekosistem yang timbul karena pemanfaatan air tersebut, lalu memungut bayaran dari korporasi yang menyedot airnya. Nantinya dana tersebut dapat digunakan kembali untuk aktivitas konservasi di taman nasional.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/ketimbang-menjadi-tambak-udang-pelestarian-mangrove-jauh-lebih-menguntungkan-warga-setempat-172630">Ketimbang menjadi tambak udang, pelestarian mangrove jauh lebih menguntungkan warga setempat</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Aktivitas ekowisata juga menjadi sektor usaha berkelanjutan yang menjanjikan. Pemerintah dapat melibatkan masyarakat dan pihak swasta untuk mengelola area tertentu dalam kawasan lindung untuk menjaga kelestariannya, sekaligus menjadi pengungkit aktivitas ekonomi di sekitarnya.</p>
<p>Di Indonesia, ada praktik ekowisata bersama warga sekitar Taman Nasional Gunung Leuser di Kabupaten Tangkahan, Sumatra Utara. Di Tangkahan, warga desa memanfaatkan <a href="https://travel.kompas.com/read/2017/09/28/103400427/ekowisata-tangkahan-raup-pendapatan-rp-12-miliar-per-tahun">sekitar 17.500 hektare kawasan taman nasional</a> untuk menjadi kawasan wisata alam liar.</p>
<p>Contoh lainnya dapat dilihat di Hawaii yang memiliki <a href="https://www.nationalgeographic.com/science/article/obama-creates-world-s-largest-park-off-hawaii">kawasan lindung laut seluas 150 juta ha sejak 2016.</a> Di kawasan ini, pemerintah Amerika Serikat masih membolehkan aktivitas perikanan tradisional dan pariwisata. </p>
<h2>Berakar dari riset</h2>
<p>Karena mengakomodasi berbagai fungsi, pengelolaan kawasan lindung yang inklusif mungkin akan lebih rumit ketimbang sekadar memasang ‘pagar-pagar’ di kawasan lindung.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/502811/original/file-20230102-19-38d3f6.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/502811/original/file-20230102-19-38d3f6.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/502811/original/file-20230102-19-38d3f6.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/502811/original/file-20230102-19-38d3f6.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/502811/original/file-20230102-19-38d3f6.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/502811/original/file-20230102-19-38d3f6.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/502811/original/file-20230102-19-38d3f6.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Aktivitas penelitian di Pusat Penelitian Orangutan Kalimantan di Balikpapan, Kalimantan Timur.</span>
<span class="attribution"><span class="source">KLHK</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Untuk itu, pemerintah membutuhkan panduan-panduan yang berbasiskan bukti ilmiah untuk meredam risiko kerusakan ataupun konflik yang ada di kemudian hari.</p>
<p>Hal pertama yang harus dilakukan adalah melakukan <em>gap analysis</em> atau analisis ketimpangan. Berapa banyak perluasan kawasan lindung yang dibutuhkan di darat dan laut untuk memenuhi target COP15?</p>
<p>Berikutnya, pemerintah harus melakukan riset untuk mengidentifikasi daerah-daerah potensial untuk menjadi kawasan lindung. Penelitian lanjutan juga dibutuhkan untuk mengenali area-area yang penting untuk kelangsungan populasi suatu spesies, ataupun aktivitas manusia seperti pariwisata, kehutanan, perikanan, dan lainnya.</p>
<p>Kawasan lindung ini juga dapat mencakup ruang hidup bagi masyarakat adat. Namun, pengelolaan area ini perlu diawasi. Jangan sampai kearifan adat tercemar oleh pengaruh pihak-pihak luar yang hanya ingin mengeksploitasi area tersebut. Harus ada mekanisme <em>reward and punishment</em> untuk menjaga kelangsungan wilayah adat.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/upaya-melegalkan-hutan-adat-papua-antara-semangat-masyarakat-dan-hambatan-regulasi-176262">Upaya melegalkan hutan adat Papua: antara semangat masyarakat dan hambatan regulasi</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Perubahan regulasi</h2>
<p>Peraturan di Indonesia masih belum mengakomodasi kebijakan kawasan lindung yang inklusif, misalnya <a href="https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/602.pdf">Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya</a>. Aturan ini sudah berusia lebih dari tiga dekade, sehingga membutuhkan perubahan-perubahan.</p>
<p>Sejak beberapa tahun lalu, DPR mulai merencanakan perubahan ini. Demi pemenuhan target COP15, perubahan UU No. 5 Tahun 1990 harus menjadi proyek prioritas, terutama perlunya memasukkan kebijakan kawasan lindung yang multiguna.</p>
<p>Tak hanya di tingkat pusat, pakar-pakar konservasi juga harus bergerak ke pemerintah daerah. Harapannya, kebijakan konservasi lebih menekankan tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah pusat.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/197122/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Jatna Supriatna tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Pandangan baru merekomendasikan kawasan lindung lebih inklusif serta mengakomodasi kepentingan sosial, ekonomi, dan ekologi yang lebih luas.Jatna Supriatna, Professor of Conservation Biology, Universitas IndonesiaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1970302022-12-23T02:10:32Z2022-12-23T02:10:32ZSetelah COP15, ini 5 langkah terbaik untuk memulihkan biodiversitas bumi<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/502528/original/file-20221222-21-4wi4x1.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">file pj jb</span> </figcaption></figure><p>Hampir 200 negara telah <a href="https://www.bbc.co.uk/news/science-environment-64019324">berkomitmen</a> untuk hidup lebih selaras dengan alam pada 2040 demi meredam dan memulihkan angka kehilangan makhluk hidup di Bumi sejak era dinosaurus.</p>
<p>Komitmen ini menghasilkan <a href="https://www.cbd.int/doc/c/e6d3/cd1d/daf663719a03902a9b116c34/cop-15-l-25-en.pdf">Perjanjian Kunming-Montreal</a> – belum mengikat secara hukum – yang mewajibkan para peserta untuk melaporkan kemajuan pemenuhan sejumlah komitmen. Dua di antaranya adalah melindungi 30% permukaan Bumi pada 2030 dan merestorasi habitat yang rusak.</p>
<p>Kesepakatan yang diteken dalam Konferensi Biodiversitas Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) ke-15 (COP15) ini memang tak membuat girang semua negara, atau cukup diyakinkan untuk menghindari kepunahan massal. Namun setidaknya, penelitian sudah mengungkapkan berbagai pilihan terbaik untuk memulihkan dan memperkuat biodiversitas – berbagai jenis makhluk hidup mulai dari mikroba hingga paus.</p>
<p>Berikut ini pilihan-pilihan langkahnya:</p>
<h2>1. Pemangkasan subsidi</h2>
<p>Langkah pertama yang harus dilakukan oleh negara-negara adalah berhenti membiayai perusakan ekosistem. Pakta Montreal mengamanatkan kita untuk memangkas subsidi bagi praktik-praktik yang berbahaya bagi lingkungan, setidaknya hingga senilai US$ US$ 500 miliar (Rp 7.792 triliun) per tahun pada 2030.</p>
<p>Studi yang terbit pada 2020 menunjukkan bahwa pengakhiran subsidi bahan bakar dan perawatan kapal <a href="https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fmars.2020.00523/full">dapat mengurangi penangkapan ikan berlebihan</a>. Penangkapan yang berkurang dapat menambah jumlah ikan di laut, sekaligus meningkatkan peluang penangkapan ikan serta mengurangi perjalanan armada perikanan lainnya. Harapannya, keuntungan sektor perikanan dunia dapat bertambah. Emisinya pun dapat berkurang.</p>
<p>Penghapusan kebijakan yang menyokong eksploitasi berlebihan di segala sektor industri – perikanan, pertanian, kehutanan, dan tentu saja energi fosil – adalah cara yang paling memungkinkan untuk melestarikan keragaman hayati kita.</p>
<h2>2. Melindungi laut lepas</h2>
<p>Hampir separuh muka bumi ini tidak dimiliki oleh negara manapun, misalnya laut lepas.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/502153/original/file-20221220-22-q8azuu.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/502153/original/file-20221220-22-q8azuu.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/502153/original/file-20221220-22-q8azuu.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=300&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/502153/original/file-20221220-22-q8azuu.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=300&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/502153/original/file-20221220-22-q8azuu.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=300&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/502153/original/file-20221220-22-q8azuu.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=377&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/502153/original/file-20221220-22-q8azuu.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=377&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/502153/original/file-20221220-22-q8azuu.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=377&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Sebagian besar lautan di dunia tidak dimiliki oleh siapa pun. (biru muda = zona ekonomi eksklusif; biru tua = tinggi laut)</span>
<span class="attribution"><span class="source">B1mbo / wiki (data: VLIZ)</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Di Zona Mesopelagik laut (kedalaman 200-1000 meter di bawah permukaan laut), ikan-ikan dan udang kecil kerap naik ke atas permukaan untuk mencari makan pada malam hari, lalu mencernanya dan beristirahat pada pagi hari. Aktivitas ini termasuk dalam siklus biologis lautan yang menyerap karbon dari permukaan ke dasar laut. Karena karbon tidak terangkat ke atmosfer, proses ini turut meredam perubahan iklim.</p>
<p>Nah, jumlah ikan yang menghuni laut lepas jauh lebih banyak dari yang sudah ditangkap habis-habisan di laut seluruh negara. Meski belum banyak dieksploitasi, laut lepas maupun kawasan terpencil lainnya di sekitar Antartika membutuhkan <a href="https://www.nature.com/articles/d41586-018-07183-6">kesepakatan internasional yang mengikat</a>. </p>
<p>Harapannya, kita dapat melestarikan keragaman mereka, sekaligus menjaga siklus karbon dan stabilitas iklim lautan yang bermanfaat bagi seluruh makhluk hidup.</p>
<h2>3. Larangan praktik tebang-habis dan pukat dasar laut</h2>
<p>Metode-metode pengerukan sumber daya alam tertentu, seperti praktik tebang habis seluruh pohon dan pukat dasar laut (melempar jaring besar yang nyaris menyentuh dasar laut atau <em>bottom trawling</em>) harus ditinggalkan karena merusak biodiversitas.</p>
<p>Praktik tebang pilih mengakibatkan kehilangan organisme dalam jumlah besar. Kondisi ini tidak akan kembali, setidaknya ratusan tahun lagi, terutama di kawasan dataran tinggi – apabila hutan telah pulih. Banyak spesies yang terlanjur beradaptasi untuk hidup di suatu hutan belantara harus mati lantaran praktik ini.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/502152/original/file-20221220-6053-8riogv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Bidikan udara hutan hujan dan lahan gundul" src="https://images.theconversation.com/files/502152/original/file-20221220-6053-8riogv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/502152/original/file-20221220-6053-8riogv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/502152/original/file-20221220-6053-8riogv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/502152/original/file-20221220-6053-8riogv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/502152/original/file-20221220-6053-8riogv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/502152/original/file-20221220-6053-8riogv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/502152/original/file-20221220-6053-8riogv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Buruk bagi keanekaragaman hayati.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Richard Whitcombe / shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sedangkan praktik <em>bottom trawling</em> menjaring ikan dan karang tanpa mengenal jenis. Praktik ini merusak, dan bahkan melumat satwa-satwa perairan yang hidup di dasar laut, misalnya beberapa jenis karang ataupun oyster.</p>
<p>Praktik ini juga mengangkat endapan ke perairan di atasnya. Sedimen yang seharusnya terkunci di dasar laut akan terangkat dan <a href="https://www.nature.com/articles/s41586-021-03371-z">melepaskan gas rumah kaca</a>. Dasar laut yang sudah terobok-obok jaring akan terlihat seperti area yang mati, atau setidaknya hanya dihuni sedikit ragam spesies. Keramaian ekosistem area tersebut menjadi jauh berkurang.</p>
<h2>4. Memberdayakan masyarakat adat</h2>
<p>Masyarakat adat merupakan penjaga dari sekian banyak ekosistem yang terawat dengan baik di seluruh dunia. Usaha mereka untuk melestarikan ruang hidup di darat maupun perairan, dan cara-cara mereka memanfaatkan ekosistem serta biodiversitas kerap menjadi alasan utama tempat-tempat tersebut masih bertahan.</p>
<p>Banyak contoh-contoh yang memperkuat hal ini. Misalnya, <a href="https://www.science.org/doi/full/10.1126/sciadv.abn2927">primata-primata lebih banyak ditemukan di kawasan-kawasan adat</a> dibandingkan area di sekitarnya.</p>
<h2>5. Jangan ada lagi target produksi</h2>
<p>Perlindungan biodiversitas juga harus ditopang oleh perubahan pengelolaan cara kerja. Pasalnya, cara kerja ini kerap kali didasarkan pada asumsi yang tidak realistis.</p>
<p>Salah satu contohnya adalah target penangkapan maksimum yang berkelanjutan (<em>maximum sustainable yield</em> atau MSY) yang dikembangkan pada pertengahan abad 20. MSY berarti pengambilan tangkapan terbanyak dari ikan-ikan yang ada, tanpa mengurangi potensi stok di masa depan. Target serupa juga diterapkan di sektor kehutanan, yang dilandasi lebih banyak pertimbangan ekonomi.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/502151/original/file-20221220-12-i0dd8o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Perahu nelayan dengan banyak burung camar" src="https://images.theconversation.com/files/502151/original/file-20221220-12-i0dd8o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/502151/original/file-20221220-12-i0dd8o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/502151/original/file-20221220-12-i0dd8o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/502151/original/file-20221220-12-i0dd8o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/502151/original/file-20221220-12-i0dd8o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/502151/original/file-20221220-12-i0dd8o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/502151/original/file-20221220-12-i0dd8o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Memancing ikan hering di dekat Norwegia.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Alessandro De Maddalena / shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pada beberapa dekade berikutnya, cara kerja seperti itu <a href="https://cpb-us-e1.wpmucdn.com/sites.ucsc.edu/dist/9/678/files/2018/09/Larkin-1977.-Transactions-American-Fish-Soc_An-Epitaph-for-the-Concept-of-Maximum-Sustained-Yield-1rnsupk.pdf">banyak dikritik</a> karena terlalu menggampangkan proses alam. Misalnya, suatu spesies kerap kali terdiri dari beberapa kantong populasi lokal yang hidup terpisah dan bereproduksi hanya satu sama lain. Sayangnya, beberapa populasi ini masih dapat ditangkap secara berlebihan apabila suatu target produksi diterapkan untuk populasi spesies tersebut secara keseluruhan. </p>
<p>Pada abad ini, gagasan <em>maximum sustainable yield</em> kembali mengemuka, dimaksudkan untuk meredam praktik perikanan yang berlebihan.</p>
<p>Salah satu contohnya adalah pada ikan hering. Spesies ini terdiri dari <a href="https://elifesciences.org/articles/61076">kantong-kantong populasi yang berbeda</a> tersebar di sepanjang kawasan Atlantik Utara yang sangat luas. Namun tetap saja, target penangkapan maksimum ini ditetapkan untuk seluruh populasi herring di kawasan tersebut.</p>
<p>Di Laut Baltik, pemerintah Swedia – dalam rangka kebijakan ekonomi neoliberal mereka – memberikan hak penangkapan kepada pemilik kapal-kapal besar untuk mengefektifkan armada perikanan. Akibatnya, stok hering saat ini menurun, sehingga keragaman genetik spesies hering lokal perlahan-lahan menyusut.</p>
<p>Ketimbang menetapkan target yang sulit dipahami, penyusunan strategi yang tangguh disertai pengelolaan stok ikan maupun hutan yang memadai bisa lebih mempertahankan biodiversitas dan meredam perubahan iklim. Kita bisa menerapkan kuota penangkapan ikan yang lebih rendah.</p>
<p>Cara lainnya adalah perubahan sektor perikanan, dari berbasis industri, ke perikanan berbasis lokal dengan kapal-kapal yang lebih kecil.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/197030/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Henrik Svedäng tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Konferensi Biodiversitas PBB (COP15) di Montreal, Kanada, sudah berakhir. Berikut ini langkah selanjutnya yang perlu dilakukan.Henrik Svedäng, Researcher, Marine Ecology, Stockholm UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1962342022-12-09T02:24:16Z2022-12-09T02:24:16ZCOP15: tiga visi pelestarian alam yang dibahas dalam konferensi biodiversitas PBB<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/499768/original/file-20221208-6303-4pofku.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Kurif Afshen/Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Meski gema dari konferensi perubahan iklim di Mesir belum berakhir, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sudah memulai pertemuan lainnya di Montreal, Kanada. Konferensi biodiversitas yang bernama COP15 tersebut turut mengumpulkan para pemimpin dunia untuk membicarakan target baru demi melestarikan keanekaragaman hayati di muka bumi.</p>
<p>Biodiversitas terkait dengan segala macam bentuk kehidupan, mulai dari mahluk mikroskopis seperti virus, bakteri, dan jamur, hingga yang sebesar paus. Sejauh ini, angka kehilangan biodiversitas di dunia terus naik.</p>
<p>Pada 2010, pemimpin dunia menyepakati 20 Target Aichi untuk mengatasi persoalan tersebut. Dua di antaranya adalah meredam tren kehilangan keanekaragaman hayati hingga separuhnya dan memperluas perlindungan habitat di darat maupun laut pada 2020.</p>
<p>Sayangnya, tak ada satupun dari 20 target yang tercapai. </p>
<p>Sebuah <a href="https://ipbes.net/global-assessment">asesmen global</a> yang terbit pada 2019 menunjukkan bahwa penurunan luas habitat alami bagi seluruh biodiversitas menyentuh laju yang terparah dalam sejarah umat manusia. Berbagai tekanan yang ada seperti perubahan iklim, perusakan habitat, dan pencemaran terus mendorong spesies-spesies menuju kepunahan.</p>
<p>Hasil asesmen ini menunjukkan bahwa, untuk meredam kehancuran biodiversitas, dunia membutuhkan perubahan mendasar terkait cara kerja umat manusia, hubungan antarmanusia, maupun manusia dengan alam.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/gelombang-kepunahan-massal-keenam-bagaimana-pariwisata-indonesia-berpotensi-meredamnya-192586">Gelombang kepunahan massal keenam: bagaimana pariwisata Indonesia berpotensi meredamnya</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Banyak pihak merasa lega karena COP15 berhasil terselenggara. Sebab, acara ini sempat tertunda dua tahun karena pandemi dan kesukaran negosiasi lokasi acara dengan Cina sebagai tuan rumah konferensi.</p>
<p>Namun, konferensi yang hanya berlangsung dua pekan ini akan membahas begitu banyak hal yang sempat tertunda. Tujuan besarnya adalah persetujuan kerangka kerja biodiversitas global, yakni rencana bagaimana negara-negara bisa menekan angka kehilangan biodiversitas sekaligus memastikan umat manusia bisa hidup selaras dengan alam pada 2050.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Tanah kosong yang dipenuhi dahan dan tunggul pohon dengan hutan tropis di kejauhan." src="https://images.theconversation.com/files/499264/original/file-20221206-5419-zf8fph.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/499264/original/file-20221206-5419-zf8fph.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/499264/original/file-20221206-5419-zf8fph.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/499264/original/file-20221206-5419-zf8fph.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/499264/original/file-20221206-5419-zf8fph.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/499264/original/file-20221206-5419-zf8fph.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/499264/original/file-20221206-5419-zf8fph.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Deforestasi di Amazon Brasil memecahkan rekor pada paruh pertama tahun 2022.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/amazon-rainforest-illegal-deforestation-landscape-view-1955207212">Paralaxis/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>30% pada 2030</h2>
<p>Salah satu perdebatan yang mendominasi diskusi selama ini adalah terkait dengan berapa banyak area darat dan laut yang akan dikhususkan bagi konservasi. Berdasarkan dokumen yang ada saat ini, jumlahnya sekitar 30% dari total luas masing-masing darat dan laut pada 2030 mendatang (dikenal dengan istilah 30x30).</p>
<p>Sejumlah ilmuwan menganggap target ini masih belum cukup, dan menganggap bahwa <a href="https://theconversation.com/orangutans-could-half-earth-conservation-save-the-red-ape-192529">penyediaan separuh bumi untuk kawasan konservasi</a> adalah jumlah yang ideal.</p>
<p>Sementara, pihak lannya justru khawatir karena gagasan itu <a href="https://theconversation.com/american-environmentalisms-racist-roots-have-shaped-global-thinking-about-conservation-143783">telah gagal</a> menghidupkan kembali kehidupan liar. Gagasan itu diterapkan dengan mengusir orang-orang, bahkan membangun dinding untuk mengamankan kawasan konservasi.</p>
<p>Para perunding akan berdebat apakah pemenuhan target 30% harus berlaku bagi setiap negara, atau secara global. Jika berlaku bagi setiap negara, maka pemerintah memiliki kewajiban menyediakan 30% wilayahnya untuk kawasan konservasi. Sementara, jika target itu berlaku secara global, maka perlindungannya akan berfokus pada kawasan yang penting (seperti hutan hujan tropis), tapi tetap mewajibkan negara-negara pemilik kawasan alami yang luas (mayoritas di negara berkembang) untuk menanggung aksi konservasi lebih besar.</p>
<p>Banyak negara-negara berpendapatan rendah merasa bahwa opsi kedua akan menghentikan pembangunan ekonomi mereka. Ada pula suara <a href="https://www.survivalinternational.org/news/12570">keberatan</a> tentang bagaimana level perlindungan di suatu kawasan konservasi, serta bagaimana pengakuan hak-hak penduduk yang berada di dalamnya. Sebab, rencana ini akan mewajibkan penambahan luas kawasan konservasi di darat hingga dua kali lipat, dan mungkin sepuluh kali lipat di lautan.</p>
<p>Penambahan luas area ini bisa mendepak masyarakat adat ataupun komunitas setempat yang hidup dari aktivitas kehutanan, berladang, ataupun mencari ikan di suatu kawasan konservasi. </p>
<h2>Kurangi emisi, kurangi daging, kurangi sampah</h2>
<p>Ketimbang berkonsentrasi terhadap luas area yang diperuntukkan bagi alam, <a href="https://www.pbl.nl/en/publications/exploring-nature-positive-pathways">studi terbaru</a> menekankan pentingnya mengatasi sebab-sebab kepunahan dan kehilangan habitat. Misalnya adalah emisi gas rumah kaca, konsumsi daging, dan polusi plastik.</p>
<p>Upaya ini akan mengalihkan perhatian kita dari alam, ke tempat di mana perusakan-perusakan alam dilanggengkan: ruang rapat, bursa saham, kantor perencanaan wilayah, dan supermarket.</p>
<p>Kerangka kerja yang sedang dibahas saat ini juga memuat sejumlah target yang akan membatasi penghancuran. Misalnya, penghapusan kebijakan subsidi yang mengubah hutan menjadi ladang peternakan sapi, hingga memangkas sampah makanan. </p>
<p>Kendati begitu, target ini gagal mencapai momentum karena tertutupi tujuan 30x30 yang begitu menarik perhatian.</p>
<p>Selain itu, upaya mengubah masyarakat dan perekonomian juga berpotensi memancing lebih banyak perdebatan serta menuntut lebih banyak dari negara-negara kaya – yang memegang kendali lebih besar atas faktor-faktor penyebab hilangnya biodiversitas.</p>
<h2>Melindungi jasa ekosistem</h2>
<p><a href="https://www.nature.com/articles/s41559-022-01934-5">Pendekatan lainnya</a> juga bisa berkontribusi melindungi jasa-jasa yang dihasilkan ekosistem, misalnya perlindungan dari banjir, bahan bakar kayu, pengendalian iklim, dan persediaan makanan.</p>
<p>Pendekatan lain ini akan mengidentifikasi aset-aset alamiah (lahan basah seperti kawasan gambut, hutan, terumbu karang, dan mangrove) yang harus dilestarikan supaya bisa bermanfaat bagi manusia. </p>
<p>Ini berarti melindungi alam sedekat mungkin dengan tempat-tempat yang paling mengandalkannya. Bayangkan, tempat tinggal sekitar 6,1 miliar penduduk hanya berjarak satu jam dari tempat-tempat tersebut.</p>
<h2>COP yang berhasil atau gagal?</h2>
<p>Meski semua partisipan konferensi di Montreal sepakat akan perlunya terobosan, ada sejumlah ide tentang bagaimana mewujudkan perlindungan biodiversitas.</p>
<p>Bagi banyak pakar konservasi berpengalaman, COP dikatakan berhasil apabila terdapat target yang lebih ketat untuk melindungi dan memulihkan alam, penambahan luas kawasan konservasi, serta pendanaan maupun sumber daya lainnya untuk memastikan target terlaksana.</p>
<p>Sektor bisnis, investor, pemerintah kota maupun daerah termasuk masyarakat di dalamnya menginginkan sebuah kesepakatan yang menggerakkan seluruh lapisan masyarakat. Sejumlah perusahaan sudah meminta agar seluruh sektor bisnis <a href="https://www.businessfornature.org/make-it-mandatory-campaign">diwajibkan untuk melaporkan</a> dampak aktivitasnya selama ini terhadap kelestarian alam. <a href="https://citieswithnature.org/">Pemerintah-pemerintah kota</a> maupun <a href="https://regionswithnature.org/">daerah</a> memiliki komitmen tersendiri dan meminta COP15 untuk <a href="https://subnationaladvocacyfornature.org/resource/support-for-new-cities-plan-for-biodiversity-for-the-next-decade/">masukkan peran mereka</a> dalam pemenuhan target konservasi biodiversitas nasional.</p>
<p>Upaya kolektif tersebut dapat membantu pengarusutamaan aspek pelestarian dan restorasi alam dalam perkembangan ekonomi maupun masyarakat. Langkah ini juga mengingatkan umat manusia bahwa aspek penting pelestarian alam tidak bisa ditemukan begitu saja di dalam pagar kawasan konservasi. Terbukti, semakin banyak pihak antusias seputar solusi berbasis alam untuk mengatasi perubahan iklim.</p>
<p>Konferensi iklim COP27 yang diadakan di Mesir juga memperkuat pentingnya solusi tersebut, misalnya dengan pemulihan kawasan gambut ataupun padang lamun. Aksi-aksi ini berupaya mengatasi <a href="https://theconversation.com/four-ways-to-tackle-the-climate-and-biodiversity-crises-simultaneously-162631">krisis iklim sekaligus biodiversitas</a> dengan menambah ruang bagi kehidupan liar dan menyerap karbon dari atmosfer. </p>
<p><a href="https://una.city/">Pemerintah-pemerintah kota</a>, pelaku bisnis, dan investor menganggap langkah ini sebagai kesempatan untuk mencapai <a href="https://www.wemeanbusinesscoalition.org/nature-based-solutions-for-a-net-zero-and-nature-positive-future/">sejumlah target pembangunan berkelanjutan</a> dalam satu sapuan.</p>
<p>Beberapa ahli konservasi mengkhawatirkan solusi ini hanyalah <em>greenwashing</em> (kampanye pencitraan hijau) dan memungkinkan eksploitasi masyarakat dan kaum adat. Namun, pakar lainnya berpendapat bahwa dengan perlindungan yang tepat, ketakutan ini dapat <a href="https://www.naturebasedsolutionsinitiative.org/news/science-paper-harnessing-the-potential-of-nature-based-solutions-for-mitigating-and-adapting-to-climate-change/">diatasi</a>. </p>
<p>Dengan banyaknya hal yang dipertaruhkan dalam mengakomodasi berbagai kepentingan, COP15 berisiko tak menghasilkan apa-apa.</p>
<hr><img src="https://counter.theconversation.com/content/196234/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Harriet Bulkeley telah menerima dana dari program penelitian Komisi Eropa Horizon 2020 dan Dewan Riset Ekonomi dan Sosial. Dia menasihati Komisi Eropa, Bank Dunia, CitiesWithNature, dan Science Based Targets Network tentang isu-isu yang diangkat dalam artikel ini dan merupakan anggota kelompok net zero group Royal Academy of Engineers National Engineering Policy Center.</span></em></p>Para perunding berharap bisa menempatkan umat manusia untuk hidup selaras dengan alam pada 2050.Harriet Bulkeley, Professor of Geography, Durham UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1955412022-12-04T11:16:16Z2022-12-04T11:16:16ZCurious Kids: Mengapa alam menciptakan pola?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/497759/original/file-20221128-20973-2waf7b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Giant's Causeway di Irlandia Utara menampilkan sekitar 40.000 kolom basal poligonal terbuka dengan bagian horizontal yang sempurna.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/photo/the-unesco-world-heritage-site-giants-causeway-in-royalty-free-image/1311800218?adppopup=true">Chris Hill/Photodisc via Getty Images</a></span></figcaption></figure><hr>
<blockquote>
<p><strong>Mengapa alam selalu menciptakan pola? – Saloni G., umur 16, Alwar, Rajasthan, India</strong></p>
</blockquote>
<hr>
<p>Alasan pola sering muncul di alam dapat dijelaskan dengan sederhana. Proses fisika atau kimia dasar yang sama terjadi pada banyak zat dan organisme berpola pada proses pembentukannya. Pola rumit yang terjadi di alam, baik pada tumbuhan, hewan, atau batu, buih, dan kristal es, berasal dari fenomena pada tingkat atom dan molekul.</p>
<p>Pola di alam dapat dideskripsikan sebagai susunan bentuk atau warna yang berulang secara teratur. Beberapa contoh yang paling mencolok adalah susunan batu heksagonal di Giant’s Causeway di Irlandia Utara, susunan bunga fraktal yang indah pada tanaman brokoli Romanesco, serta garis-garis dan bintik-bintik warna-warni pada ikan-ikan tropis.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/477244/original/file-20220802-12076-qc0cix.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Gambar tanaman brokoli Romanesco dari dekat yang menunjukkan pola fraktal pada kuncup" src="https://images.theconversation.com/files/477244/original/file-20220802-12076-qc0cix.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/477244/original/file-20220802-12076-qc0cix.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/477244/original/file-20220802-12076-qc0cix.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/477244/original/file-20220802-12076-qc0cix.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/477244/original/file-20220802-12076-qc0cix.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/477244/original/file-20220802-12076-qc0cix.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/477244/original/file-20220802-12076-qc0cix.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Setiap kuncup sekelompok tanaman brokoli Romanesco terdiri dari serangkaian kuncup lebih kecil yang disusun dalam pola spiral yang konsisten.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/photo/romanesco-close-up-royalty-free-image/79560931?adppopup=true">Creativ Studio Heinemann/Westend61 via Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pola-pola seperti ini mulai terbentuk dalam skala kecil ketika material mengalami proses seperti pengeringan, pembekuan, kerutan, difusi, dan reaksi. Perubahan tersebut kemudian memunculkan pola kompleks dalam skala yang lebih besar seperti yang dapat kita lihat sekarang.</p>
<h2>Pola pada es dan batu</h2>
<p>Coba kamu bayangkan kristal beku halus yang ada di kaca jendela pada hari yang dingin. Apa yang menciptakan pola itu?</p>
<p>Saat air membeku, molekul-molekulnya mulai bersatu membentuk kelompok. Molekul air memiliki bengkokan tertentu yang menyebabkannya menumpuk menjadi kelompok yang berbentuk segi enam saat membeku.</p>
<p>Saat kluster berkembang, banyak <a href="https://doi.org/10.1088/0034-4885/68/4/R03">faktor lain, termasuk kelembapan dan suhu</a>, mulai memengaruhi bentuk keseluruhannya. Misalnya, saat air membeku di kaca jendela, pola kecil yang tidak sempurna dan acak pada permukaan kaca tersebut akan menyebabkan penumpukan dan menciptakan pola yang lebih besar.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/477252/original/file-20220802-14-5kue1b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Embun beku pada jendela tua." src="https://images.theconversation.com/files/477252/original/file-20220802-14-5kue1b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/477252/original/file-20220802-14-5kue1b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/477252/original/file-20220802-14-5kue1b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/477252/original/file-20220802-14-5kue1b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/477252/original/file-20220802-14-5kue1b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/477252/original/file-20220802-14-5kue1b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/477252/original/file-20220802-14-5kue1b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Kristal es pada jendela tua di Norwegia.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/photo/frost-on-a-old-window-royalty-free-image/1191072525?adppopup=true">Baac3nes/Moment via Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Proses penumpukan molekul yang sama ini berperan pada pembentukan variasi bentuk kepingan salju yang mencolok.</p>
<p>Bagaimana dengan pola kolom basal yang menakjubkan di Giant’s Causeway? Struktur batu ini terbentuk 50 juta hingga 60 juta tahun yang lalu saat lava – cairan berbatu panas dari bawah tanah – naik ke permukaan bumi dan mulai kehilangan suhu panasnya. Pendinginan pada lava menyebabkan lapisan atas basal berkontraksi. Lapisan yang lebih dalam dan panas menahan tarikan ini, sehingga menciptakan retakan di lapisan atas.</p>
<p>Saat lava mendingin, retakan menyebar semakin dalam ke bebatuan. Kualitas molekuler tertentu dari basalt, serta <a href="https://doi.org/10.1063/PT.3.2584">ilmu fisika dasar tentang proses pecahnya material</a> – hukum fisika universal untuk semua zat di Bumi – menyebabkan retakan-retakan tersebut bertemu satu sama lain pada sudut tertentu untuk membuat segi enam, seperti molekul air yang menumpuk.</p>
<p>Pada akhirnya, basal yang mendingin pecah menjadi kolom batu berbentuk segi enam yang tetap menciptakan pola yang mengesankan jutaan tahun kemudian.</p>
<h2>Pola pada hewan</h2>
<p>Pembentukan pola kompleks pada makhluk hidup juga dimulai dengan mekanisme sederhana pada tingkat molekuler. Salah satu proses pembuatan pola yang penting melibatkan <a href="https://doi.org/10.1098/rstb.2014.0218">cara bahan kimia yang menyebar bereaksi satu sama lain</a>.</p>
<p>Bayangkan tetesan pewarna makanan yang menyebar dalam segelas air – inilah yang disebut difusi.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/478598/original/file-20220810-7093-ifsy3x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Tetesan pewarna biru menyebar dalam air." src="https://images.theconversation.com/files/478598/original/file-20220810-7093-ifsy3x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/478598/original/file-20220810-7093-ifsy3x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=375&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/478598/original/file-20220810-7093-ifsy3x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=375&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/478598/original/file-20220810-7093-ifsy3x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=375&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/478598/original/file-20220810-7093-ifsy3x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=471&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/478598/original/file-20220810-7093-ifsy3x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=471&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/478598/original/file-20220810-7093-ifsy3x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=471&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Tetesan pewarna biru pada berbagai tahap difusi dalam air.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/photo/diffusion-in-water-royalty-free-image/460717093?adppopup=true">Science Photo Library via Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pada tahun 1952, ahli matematika Inggris Alan Turing menunjukkan bahwa penyebaran bahan kimia seperti ini di dalam bahan kimia lain dapat menyebabkan <a href="https://doi.org/10.1038/s42254-022-00486-8">pembentukan semua jenis pola</a> di alam .</p>
<p>Para ilmuwan telah membuktikan bahwa proses ini mereproduksi pola bintik macan tutul, pola belang-belang zebra, dan banyak ciri pada hewan lainnya.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/477259/original/file-20220802-10039-40ywgd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Harimau bengal betina liar yang berkeliaran – garis-garisnya menyatu dengan tumbuh-tumbuhan di sekelilingnya." src="https://images.theconversation.com/files/477259/original/file-20220802-10039-40ywgd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/477259/original/file-20220802-10039-40ywgd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/477259/original/file-20220802-10039-40ywgd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/477259/original/file-20220802-10039-40ywgd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/477259/original/file-20220802-10039-40ywgd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/477259/original/file-20220802-10039-40ywgd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/477259/original/file-20220802-10039-40ywgd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Belang-belang harimau yang dapat membantunya berbaur dengan lingkungan sekitarnya akan memungkinkan mereka untuk bersembunyi dari mangsa.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/photo/wild-royal-bengal-female-tiger-on-prowl-for-royalty-free-image/1366964135?adppopup=true">Sourabh Bharti/iStock via Getty Images Plus</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Apa yang membuat ciri-ciri ini konsisten dari generasi ke generasi? Saat spesies hewan berevolusi, reaksi kimia berevolusi secara bersamaan dan menjadi bagian dari kode genetik mereka. Ini terjadi mungkin karena ciri-ciri mereka membantu hewan bertahan hidup. Sebagai contoh, pola belang membantu harimau menyamarkan diri mereka saat berburu di hutan atau padang rumput. Ini memudahkan mereka untuk mengejutkan dan menangkap mangsanya.</p>
<p>Namun, para ilmuwan masih terus meneliti rincian bahan kimia tertentu yang terlibat dalam proses-proses ini.</p>
<p>Para ilmuwan terkadang tidak mengetahui kegunaan dari suatu pola, dan bahkan bisa jadi suatu pola tidak memiliki kegunaan apapun. Proses molekuler yang cukup sederhana mungkin menghasilkan pola secara kebetulan.</p>
<p>Misalnya, dalam pekerjaan tim riset saya yang mempelajari butiran serbuk sari tanaman, kami <a href="https://doi.org/10.1016/j.cell.2019.01.014">melihat berbagai macam pola</a>, termasuk pola runcing, garis, dan banyak lagi.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/479983/original/file-20220818-546-47zyn2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Gambar mikroskop elektron pemindaian berwarna dari serbuk sari dari berbagai tanaman umum" src="https://images.theconversation.com/files/479983/original/file-20220818-546-47zyn2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/479983/original/file-20220818-546-47zyn2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=457&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/479983/original/file-20220818-546-47zyn2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=457&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/479983/original/file-20220818-546-47zyn2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=457&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/479983/original/file-20220818-546-47zyn2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=574&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/479983/original/file-20220818-546-47zyn2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=574&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/479983/original/file-20220818-546-47zyn2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=574&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Butir serbuk sari dari berbagai tanaman umum seperti bunga matahari, tanaman <em>morning glory</em>, <em>hollyhock</em>, lily oriental, <em>evening primrose</em>, dan biji kasturi – diperbesar 500 kali dan diwarnai dalam gambar ini – menampilkan pola yang rumit.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://en.wikipedia.org/wiki/Pollen#/media/File:Misc_pollen_colorized.jpg">Dartmouth Electron Microscope Facility</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kami belum mengerti mengapa sebuah tanaman dapat menghasilkan suatu pola serbuk sari tertentu yang berbeda dari tanaman-tanaman lain. Apapun kegunaan yang dimiliki pola ini dan pola lainnya di alam, keragaman, kompleksitas, dan keteraturannya sangatlah mengagumkan.</p>
<hr>
<p><em>Apakah kamu punya pertanyaan yang ingin dikembangkan ke ahli? Minta bantuan ke orang tua atau orang yang lebih dewasa untuk mengirim pertanyaanmu pada kami.</em>
<em>Ketika mengirimkan pertanyaan, pastikan kamu sudah memasukkan nama pendek, umur, dan kota tempat tinggal. Kamu bisa:</em></p>
<ul>
<li><p><em>mengirimkan email <a href="mailto:curiouskids@theconversation.com">redaksi@theconversation.com</a></em></p></li>
<li><p><em>tweet ke kami <a href="https://twitter.com/ConversationIDN">@conversationIDN</a> dengan tagar #curiouskids</em></p></li>
<li><p><em>DM melalui Instagram <a href="https://www.instagram.com/conversationIDN/">@conversationIDN</a></em></p></li>
</ul>
<hr>
<p><em>Zalfa Imani Trijatna dari Universitas Indonesia menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/195541/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Maxim Lavrentovich menerima dana dari National Science Foundation.</span></em></p>Alam mulai membentuk pola pada tingkat molekuler – dan terkadang tumbuh menjadi ukuran yang sangat besar.Maxim Lavrentovich, Assistant Professor of Theoretical Biophysics, University of TennesseeLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1834382022-05-21T11:10:58Z2022-05-21T11:10:58ZYang terlupakan: peran penting jamur menjadi penopang kehidupan di bumi<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/464190/original/file-20220519-16-flp2sf.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Para pengurai di tempat kerjanya: Jamur rak memakan batang kayu yang membusuk. </span> <span class="attribution"><span class="source">(Craig Joiner/Loop Images/Universal Images Group melalui Getty Images)</span></span></figcaption></figure><p>Keanekaragaman hayati bumi kita berada di ujung tanduk. Data <a href="https://www.iucn.org/about#how">Uni Internasional untuk Konservasi Alam (International Union for the Conservation of Nature atau IUCN)</a> melaporkan kelangsungan sekitar 26% mamalia, 14% burung, and 41% amfibi di seluruh dunia <a href="https://doi.org/10.1038/d41586-021-02088-3">dalam bahaya</a> lantaran ulah manusia seperti pembangunan besar-besaran ataupun perubahan iklim.</p>
<p>Hal serupa juga terjadi bagi mahluk lainnya. Sayang, kondisi mereka sulit diukur maupun dinilai. Sejumlah ilmuwan telah memperingatkan <a href="https://doi.org/10.1016/j.biocon.2019.01.020">kematian massal serangga</a>, meski pakar lainnya menyatakan <a href="https://theconversation.com/insect-apocalypse-not-so-fast-at-least-in-north-america-141107">hal tersebut belum terbukti</a>. </p>
<p>Ada pula kelompok jamur (fungi), mikroba yang kerap terabaikan. Jumlahnya mencapai <a href="https://www.iucn.org/news/species-survival-commission/202108/rewild-and-iucn-ssc-become-first-global-organizations-call-recognition-fungi-one-three-kingdoms-life-critical-protecting-and-restoring-earth">2 juta hingga 4 juta spesies</a>. Dari angka tersebut, baru sekitar 150 ribu jamur yang tercatat dalam klasifikasi dan deskripsi ilmiah.</p>
<p>Padahal, jika Anda menikmati <a href="https://food.onehowto.com/article/which-foods-are-made-thanks-to-fungi-4398.html">roti, tempe, ataupun kecap</a>, dan pernah mengkonsumsi <a href="https://doi.org/10.1371/journal.ppat.1003950">penisilin atau obat imunosupresan</a>, berterimakasihlah kepada jamur yang berperan penting dalam produk-produk tersebut.</p>
<p>Selain untuk kebutuhan ragi dan jamur kancing, kebanyakan jamur tersembunyi dan menyebar di tempat yang gelap nan lembab. Para ilmuwan sepakat bahwa jamur termasuk <a href="https://www.iucn.org/news/species-survival-commission/202108/rewild-and-iucn-ssc-become-first-global-organizations-call-recognition-fungi-one-three-kingdoms-life-critical-protecting-and-restoring-earth">organisme berharga yang penting dilindungi bagi kelangsungan biodiversitas di bumi</a>. </p>
<p>Sebagai pakar <a href="https://www.bls.gov/careeroutlook/2019/youre-a-what/mycologist.htm">ilmu jamur (mycologist)</a> yang berkutat pada urusan konservasi dan mempelajari <a href="https://scholar.google.com/citations?view_op=list_works&hl=en&hl=en&user=aWT8ircAAAAJ">interaksi jamur</a> dengan organisme seperti <a href="https://scholar.google.com/citations?hl=en&user=frEPl6IAAAAJ">kaki seribu, tumbuhan,</a>, <a href="https://scholar.google.com/citations?user=9d60brMAAAAJ&hl=en&oi=ao">nyamuk</a> dan <a href="https://www.si.edu/spotlight/buginfo/true-bugs">serangga</a>, kami mededikasikan hidup kami untuk mempelajari peran krusial para jamur di dunia. </p>
<p>Interaksi mahluk-mahluk di atas bisa menguntungkan, berbahaya, ataupun netral saja bagi mahluk yang menjadi ‘mitra’ jamur. Namun, hal yang penting dicatat adalah, tanpa peran jamur yang mengurai sisa-sisa organisme yang mati dan mengolah nutrisinya, tidak akan ada kehidupan di bumi. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/458924/original/file-20220420-25-acpci7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="A bright red ball with protruding orange spikes clings to an evergreen branch." src="https://images.theconversation.com/files/458924/original/file-20220420-25-acpci7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/458924/original/file-20220420-25-acpci7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=394&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/458924/original/file-20220420-25-acpci7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=394&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/458924/original/file-20220420-25-acpci7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=394&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/458924/original/file-20220420-25-acpci7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=495&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/458924/original/file-20220420-25-acpci7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=495&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/458924/original/file-20220420-25-acpci7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=495&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Empedu jamur di pohon eastern red cedar, diproduksi oleh jamur karat <em>Gymnosporangium juniperi-virginianae.</em></span>
<span class="attribution"><span class="source">Matt Kasson</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nd/4.0/">CC BY-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Ekosistem yang sehat membutuhkan jamur</h2>
<p>Dunia jamur yang luar biasa terdiri dari beraneka ragam kelompok seperti <a href="https://www.britannica.com/science/shelf-fungus">jamur ambalan</a>, <a href="https://www.britannica.com/science/mold-fungus">jamur kapang – umumnya tumbuh di makanan yang basi (molds)</a> dan <a href="https://www.britannica.com/science/yeast-fungus">jamur ragi</a> hingga <a href="https://www.britannica.com/science/mushroom">cendawan</a> dan lainnya. </p>
<p>Meski kerap dijual di etalase sayuran ataupun tukang sayur, jamur <a href="https://asm.org/Articles/2021/January/Three-Reasons-Fungi-Are-Not-Plants">bukanlah tumbuhan</a>. </p>
<p>Faktanya, kekerabatan jamur justru lebih dekat dengan dunia hewan. Hanya satu fitur unik jamur yang menjadi pembeda. Jamur tumbuh dengan tunasnya dan kerap bercabang seperti jajaran benang. </p>
<p>Jamur mengandalkan <a href="https://study.com/academy/lesson/what-are-spores-definition-types-quiz.html">spora untuk reproduksi</a>. Spora ini bisa langsung tumbuh menyebar ataupun tidur sementara (<em>dormant</em>). </p>
<p>Jamur pun tak melahap makanannya secara langsung. Mereka melepaskan enzim ke makanannya untuk diuraikan. Hasil penguraian yang berupa gula kemudian diserap ke tubuhnya. Karena jenisnya yang begitu beragam, banyak pula jamur yang saling memakan satu sama lainnya.</p>
<p>Di seluruh dunia, jamur memiliki peran ekologi yang sangat penting. Beberapa jamur bahkan menjadi ‘mitra strategis’ bagi akar beberapa jenis tumbuhan sejak <a href="http://dx.doi.org/10.1126/science.289.5486.1920">ratusan juta tahun silam</a>. Jenis jamur lainnya menguraikan <a href="https://sciencing.com/fungi-contribute-ecosystem-21989.html">sisa-sisa tanaman dan hewan</a> lalu mengembalikan nutrisinya ke tanah supaya bisa diserap kembali oleh organisme lainnya.</p>
<p>Jamur juga termasuk dari sedikit organisme yang bisa menguraikan lignin, salah satu komponen kayu yang mengeraskan pohon. Tanpa jamur, hutan kita akan dipenuhi sisa-sisa kayu yang berserakan lantaran tak bisa terurai di tanah.</p>
<p>Beberapa jenis serangga turut membangun hubungan yang saling menguntungkan dengan jamur. Misalnya, <a href="https://entomologytoday.org/2016/08/02/beetle-farmers-2-0-a-super-symbiont-fungus-supports-a-complex-beetle-society/?msclkid=32065077d13111ecb1e73a7a80c541c6">kumbang ambrosia</a> yang menyerap nutrisi dari jamur <em>Flavodon ambrosius</em> yang tumbuh di pohon-pohon. Kumbang ambrosius hidup dan berkoloni berkat jamur ini, sekaligus menghambat pertumbuhan jamur pemakan kayu lainnya yang menjadi pesaing jamur flavodon.</p>
<p>Hubungan serupa juga berlangsung antara <a href="https://www.sciencefocus.com/nature/leaf-cutter-ants-fungi/">semut pemotong daun</a>, sang ‘pebudi daya’ cendawan jenis <em>Leucoagaricus gongylophorus</em> yang tumbuh dari potongan daun dan sisa-sisa tanaman yang dikumpulkan para semut. Jamur ini kemudian dimanfaatkan menjadi makanan semut tersebut.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/-XuPtW8lBCM?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Semut pemotong daun dan jamur memiliki hubungan simbiosis kompleks yang telah ada selama jutaan tahun.</span></figcaption>
</figure>
<h2>Dunia jamur yang belum tersingkap</h2>
<p>Sejauh ini, lantaran keterbatasan pengetahuan, para ilmuwan baru berhasil mengungkap sebagian manfaat dan peran penting dunia jamur bagi ekosistem. Upaya ini sama sulitnya ketika kita mencoba menyusun 4 juta kepingan <em>jigsaw puzzle</em> (teka-teki gambar) dengan hanya bermodalkan 3-5% kepingan.</p>
<p>Para ahli jamur masih berjuang menggambarkan keanekaragaman jamur di bumi. Secara bersamaan, kami juga berupaya menganalisis status keberadaan serta melacak angka kehilangannya.</p>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/458890/original/file-20220420-19-x7363r.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="A green shelf-like fungus extends from the base of a fir tree." src="https://images.theconversation.com/files/458890/original/file-20220420-19-x7363r.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/458890/original/file-20220420-19-x7363r.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=800&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/458890/original/file-20220420-19-x7363r.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=800&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/458890/original/file-20220420-19-x7363r.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=800&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/458890/original/file-20220420-19-x7363r.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1005&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/458890/original/file-20220420-19-x7363r.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1005&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/458890/original/file-20220420-19-x7363r.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1005&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Jamur <em>Bridgeoporus nobilissimus</em>, umumnya dikenal sebagai polipori mulia, berasal dari Pacific Northwest, di mana ia dapat mencapai ukuran hingga 290 pon (130 kilogram). Jamur ini berstatus ‘Critically Endangered’di Daftar Merah IUCN.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Chael Thomas</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nd/4.0/">CC BY-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Hingga saat ini, <a href="https://www.iucnredlist.org/">Daftar Merah IUCN yang berisikan daftar status keberadaan spesies </a> baru memasukkan 551 spesies jamur. Bandingkan dengan jumlah tumbuhan (58,343 spesies) and serangga (12,100 spesies). </p>
<p>Sekitar 60% dari jamur yang terdaftar termasuk dalam jenis jamur <em>gilled</em> ataupun <em>lichenized fungi</em> (yang memiliki struktur seperti lumut). Jenis ini belum mewakili luasnya keberagaman dunia jamur.</p>
<p>Jika kita bertanya seputar bagaimana bentuk jamur, kebanyakan orang mungkin akan menjelaskannya seperti jamur yang berbentuk seperti payung (<em>mushroom</em>). </p>
<p>Jawaban ini hanya sebagian benar. Sebab, <em>mushroom</em> hanyalah <a href="https://theconversation.com/stinkhorns-truffles-smuts-the-amazing-diversity-and-possible-decline-of-mushrooms-and-other-fungi-85158">bagian pembuahan atau struktur reproduksi</a> yang hanya dimiliki sebagian kelompok jamur. Mayoritas kelompok lainnya tidak memiliki bagian tersebut (atau setidaknya tidak kelihatan secara kasat mata) sehingga kerap terabaikan.</p>
<p>Banyak orang juga melihat jamur sebagai sesuatu yang <a href="https://tcpermaculture.com/site/2013/07/01/fighting-fungophobia-or-mycophobia-the-fear-of-mushrooms/">menakutkan atau menjijikkan</a>. Saat ini, meski anggapan positif tentang jamur sudah bercendawan, spesies yang menyebabkan penyakit seperti jamur chytrid dalam <a href="https://www.nytimes.com/2019/03/28/science/frogs-fungus-bd.html">amfibi</a> dan jamur penyebab penyakit hidung putih di <a href="https://www.washingtonpost.com/climate-environment/2022/03/22/disease-more-lethal-than-covid-19-has-nearly-wiped-out-northern-long-eared-bats/">kelelawar</a> justru lebih banyak disorot ketimbang jutaan spesies jamur lainnya <a href="https://www.nytimes.com/2021/11/28/science/fungus-wildfire-charcoal.html">yang bermanfaat dan penting bagi kelestarian lingkungan kita.</a></p>
<h2>Pentingnya melestarikan jamur</h2>
<p>Meski pengetahuan kita soal jamur masih terbatas, semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa <a href="https://microbiologysociety.org/publication/past-issues/life-on-a-changing-planet/article/impact-of-climate-change-on-fungi.html">perubahan iklim</a> turut mengancam kelangsungan mereka. Situasi ini sama bahayanya dibandingkan organisme lainnya seperti tumbuhan, hewan, maupun mikroba.</p>
<p>Polusi, kekeringan, kebakaran, maupun gangguan lainnya berkontribusi pada kehilangan spesies jamur-jamur yang berharga.</p>
<p>Situasi tersebut tak hanya terjadi di daratan. Studi terbaru tentang <a href="https://freshwaterblog.net/2022/05/11/forgotten-conservation-targets-the-hidden-world-of-aquatic-fungi/">jamur perairan</a>, yang berperan penting <a href="https://doi.org/10.3389/fenvs.2018.00105">di kawasan sungai, danau,</a> <a href="https://doi.org/10.1016/j.cub.2019.02.009">maupun lautan</a>, menunjukkan baru secuil upaya yang kita lakukan untuk kelestarian mereka.</p>
<p>Rasanya sukar untuk mengajak orang-orang untuk peduli tentang sesuatu yang tidak mereka ketahui ataupun pahami. Sulit juga untuk membangun program konservasi yang efektif bagi organisme yang masih misterius, bahkan bagi para ilmuwan.</p>
<p>Untungnya, ada orang-orang pemerhati jamur yang mencoba membangun upaya pelestarian ini. Ada sejumlah <a href="https://ffungi.org/eng/">organisasi nonpemerintah</a> dan lembaga nirlaba lainnya yang mengadvokasi persoalan jamur. Lembaga ini terhubung dalam jaringan <a href="https://www.iucn.org/commissions/species-survival-commission/about/ssc-committees/fungal-conservation-committee">IUCN Fungal Conservation Committee</a>, yang mengkoordinasi berbagai inisiatif penyelamatan jamur di seluruh dunia.</p>
<p>Sejak dua tahun belakangan, kami melihat perhatian publik seputar jamur sudah meningkat. Misalnya dari <a href="https://www.theguardian.com/lifeandstyle/2022/feb/27/fungi-farming-how-to-grow-your-own-mushrooms">paket peralatan dan pelatihan budi daya jamur rumahan</a> untuk meningkatkan <a href="https://www.wvmushroomclub.net/join-us">partisipasi masyarakat seputar jamur</a>. Kami berharap gerakan ini dapat bermanfaat bagi para jamur dan habitatnya, termasuk bagi orang-orang yang mempelajari serta menjaganya. </p>
<p>Gerakan ini dapat dikatakan sukses salah satunya ketika orang-orang tak lagi bertanya apakah jamur ini beracun atau tidak, melainkan apakah jamur ini patut dilestarikan.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/8tGXFZmndCY?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Penikmat alam asal Australia, Steve Axford, memotret jamur di hutan hujan Australia, membantu para ilmuwan mendokumentasikan spesies yang sebelumnya tidak diketahui.</span></figcaption>
</figure>
<p>Delegasi dari mayoritas negara-negara di dunia akan berkumpul di Cina pada musim gugur nanti untuk <a href="https://www.cbd.int/meetings/COP-15">pertemuan penting seputar perlindungan biodiversitas</a>. Tujuan acara ini adalah untuk menyusun panduan global dalam pelestarian kehidupan di bumi untuk jangka panjang.</p>
<p>Para ahli jamur menginginkan panduan ini juga mencakup rencana perlindungan <a href="https://www.science.org/doi/10.1126/science.abj5479.">jamur</a>, <a href="https://www.science.org/doi/10.1126/science.abk1312">termasuk juga ragi dan jamur kapang</a>.</p>
<p>Bagi Anda yang tertarik untuk mengetahui dunia jamur dapat mengakses platform sains warga, seperti <a href="https://www.inaturalist.org/observations?place_id=any&subview=map&taxon_id=47170">iNaturalist</a>, untuk mendapatkan pengetahuan ataupun melaporkan hasil observasi pribadinya. <a href="https://wpamushroomclub.org/">Klub mycology (pemerhati jamur)</a> juga bisa menjadi sarana yang bagus untuk <a href="https://www.modern-forager.com/sustainable-mushroom-picking">menemukan maupun memanfaatkan jamur secara bertanggung jawab</a>, misalnya menghindari pengambilan yang berlebihan ataupun tidak merusak habitat mereka.</p>
<p>Jamur telah menjadi bagian yang penting dari jaringan dan keterikatan kita dengan mahluk hidup lainnya. Mereka menjadi pengangkut nutrisi, sumber daya, dan informasi ke segala arah: di kedalaman tanah, perairan, maupun antar-organisme. Bagi manusia, jamur dapat menjadi pelajaran tentang pentingnya keterhubungan dan kerja sama – sifat-sifat yang berharga dalam fase genting kehidupan di Bumi ini.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/183438/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Matt Kasson menerima dana dari National Science Foundation, The National Geographic Society, dan Departemen Pertanian AS.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Brian Lovett dan Patricia Kaishian tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Jamur menopang kehidupan di Bumi, tetapi jauh lebih sedikit dikatalogkan dan dipahami. Tiga ilmuwan menyerukan untuk memasukkan jamur dalam strategi konservasi dan kebijakan lingkungan.Matt Kasson, Associate Professor of Mycology and Plant Pathology, West Virginia UniversityBrian Lovett, Postdoctoral Researcher in Mycology, West Virginia UniversityPatricia Kaishian, Visiting Assistant Professor of Biology, Bard CollegeLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1620142021-06-03T14:53:29Z2021-06-03T14:53:29ZGugatan hukum atas kebun binatang di Sumatra Utara angin segar melawan perdagangan satwa liar secara global<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/403993/original/file-20210602-24-1f30tvi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C18%2C4001%2C2824&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Komodo dipertontonkan secara ilegal di kebun binatang. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/komodo-dragon-largest-lizard-world-walks-116793451">Anna Kucherova/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Baru-baru ini, lembaga swadaya masyakarat (LSM) Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) mengajukan sebuah gugatan hukum yang memiliki dampak global. </p>
<p>Organisasi ini menggugat kebun binatang mini milik PT Nuansa Alam Nusantara di Padang Lawas Utara, Sumatra Utara, yang memamerkan <a href="https://www.iucnredlist.org/">spesies langka</a> <a href="https://www.mongabay.co.id/2019/09/10/mabes-polri-bredel-kebun-binatang-diduga-ilegal-di-padang-lawas-utara/">secara ilegal</a> , termasuk komodo dan <a href="https://www.worldwildlife.org/species/orangutan">orang utan Sumatra</a>.</p>
<p>Perdagangan ilegal satwa liar merupakan industri bernilai miliaran dolar yang mengancam keberadaan spesies secara global, <a href="https://www.esa.org/esablog/2016/11/17/what-is-illegal-wildlife-trade/?utm_source=feedburner&utm_medium=feed&utm_campaign=Umpan%3A%20Ecotone%20%28EcoTone%29">mulai dari gajah hingga anggrek</a>. </p>
<p>Pada kasus ini, tumbuhan, satwa dan jamur dari alam dijual secara ilegal ke seluruh penjuru dunia, baik sebagai atraksi di kebun binatang, hewan peliharaan, untuk makanan, suvenir atau sebagai obat.</p>
<p>Para pelaku kejahatan perdagangan ilegal satwa liar biasanya akan diadili secara pidana, , di mana pengadilan menjatuhkan denda atau hukuman penjara untuk memberikan efek jera kepada pelaku dan calon pelaku. </p>
<p>Namun, dalam kasus ini, para aktivis lingkungan justru mengajukan gugatan perdata, yang menuntut pengelola kebun binatang memulihkan kerugian akibat mempertontonkan satwa-satwa langka tersebut secara ilegal. </p>
<p>Dalam siaran pers <a href="http://walhisumut.org/2021/04/13/walhi-north-sumatra-files-lawsuit-against-pt-nuansa-alam-nusantara-for-illegally-keeping-animals-in-a-zoo-without-permits/">gugatan hukum mereka</a>, WALHI Sumatra Utara (WALHI Sumut) dan LBH Medan (Lembaga Bantuan Hukum di kota Medan) menggugat biaya perawatan 1 orang utan Sumatra yang disita dari kebun binatang dan biaya monitoring habitat untuk memastikan pemulihan populasi spesies orang utan di alam liar. </p>
<p>Tuntutan mereka mencapai nilai hampir Rp 1 miliar rupiah. </p>
<p>Hal ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sanksi pidana untuk kejahatan perdagangan satwa liar di Indonesia yang hanya sekitar <a href="https://osf.io/preprints/socarxiv/s4x8c/">Rp 50 juta</a>. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Orang utan menjulurkan jari keluar dari kandang." src="https://images.theconversation.com/files/403333/original/file-20210528-23-1wrgr4n.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/403333/original/file-20210528-23-1wrgr4n.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/403333/original/file-20210528-23-1wrgr4n.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/403333/original/file-20210528-23-1wrgr4n.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/403333/original/file-20210528-23-1wrgr4n.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/403333/original/file-20210528-23-1wrgr4n.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/403333/original/file-20210528-23-1wrgr4n.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Salah satu orang utan yang disita dari kebun binatang itu pada 2019.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Walhi Sumatra Utara</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Para aktivis lingkungan juga meminta pengelola kebun binatang untuk meminta maaf secara terbuka dan menggelar pameran pendidikan yang menjelaskan tentang perdagangan ilegal satwa liar dan kerugian bagi alam dan manusia. </p>
<p>Sayangnya, strategi hukum semacam ini yang bertujuan untuk memulihkan kerugian lingkungan, alih-alih menghukum pelaku, <a href="https://osf.io/preprints/socarxiv/s4x8c/">tidak terlalu mendapatkan perhatian</a> dari para konservasionis di banyak negara. </p>
<p>Gugatan terhadap kebun binatang di Indonesia dapat menjadi pendekatan hukum baru untuk melindungi satwa liar yang terancam punah.</p>
<h2>Belajar dari sejarah</h2>
<p>Gugatan terhadap kebun binatang ini sama pentingnya dengan kasus pencemaran atau kerusakan lingkungan lainnya, misalnya tumpahan minyak Exxon Valdez di Alaska pada 1989 dan Deepwater Horizon di Teluk Meksiko, di mana pemerintah dan warga negara menuntut pertanggungjawaban (dalam hal ini, perusahaan minyak) untuk membersihkan tumpahan minyak, memberikan kompensasi kepada korban, dan memulihkan habitat yang terdampak. </p>
<p>Hal ini juga mirip dengan <a href="https://theconversation.com/directors-are-in-the-crosshairs-of-corporate-climate-litigation-117737">gugatan hukum terkait perubahan iklim</a>, yang menuntut perusahaan minyak dan gas terbesar di dunia membayar pembuatan <a href="https://www.ft.com/content/d5fbeae4-869c-11e9-97ea-05ac2431f453">tembok laut</a>, dan tindakan mitigasi perubahan iklim lainnya. </p>
<p>Pendekatan hukum yang serupa belum menjadi bagian utama dalam strategi penegakan hukum bidang konservasi. </p>
<p>Tetapi, bersama dengan <a href="http://conservation-litigation.org/"><em>Conservation Litigation</em></a>, sebuah proyek yang dipimpin oleh para konservasionis dan pengacara, kami bekerja untuk mengajukan gugatan hukum sejenis ini secara global.</p>
<p>Banyak negara sudah memiliki peraturan yang mengakomodasi gugatan hukum ini, termasuk di kawasan dengan keanekaragaman hayati tinggi, seperti Meksiko, Republik Demokratik Kongo, dan Indonesia.</p>
<p><a href="https://www.jus.uio.no/lm/environmental.development.rio.declaration.1992/13.html">Konvensi PBB di Rio De Janeiro tahun 1992</a> bahkan meminta negara-negara untuk “menyusun hukum nasional mengenai kompensasi bagi korban pencemaran dan kerusakan lingkungan lainnya”.</p>
<p>Meski sudah ada undang-undang yang mewajibkan pelanggar untuk memulihkan kerusakan lingkungan, kasus gugatan terhadap kebun binatang di Indonesia menjadi unik karena pertama kali diterapkan untuk kejahatan terhadap satwa liar.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/MjMw9Z5rRrE?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Pongo the Stolen Orangutan: How Law Can Heal (Indonesian Version)</span></figcaption>
</figure>
<p>Kasus ini dapat memengaruhi pandangan dan kebijakan publik terkait keanekaragaman hayati. </p>
<p>Hal ini merupakan manfaat penting dari gugatan hukum, seperti yang terjadi pada gugatan hukum terhadap <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/j.1747-4469.1998.tb00037.x">perusahaan tembakau</a> dan <a href="https://theconversation.com/shouldnt-there-be-a-law-against-reckless-opioid-sales-turns-out-there-is-121021">produsen opioid</a>. </p>
<p>Selama bertahun-tahun, gugatan ini telah menghasilkan kompensasi untuk biaya perawatan kesehatan, pengakuan bersalah kepada publik dari para eksekutif perusahaan <a href="https://www.nytimes.com/2017/11/24/opinion/cigarettes-tobacco-ads-smoking%20-death.html">dan iklan korektif</a> untuk mengklarifikasi kesalahan informasi sebelumnya. </p>
<p>Kasus-kasus ini tidak hanya menguntungkan korban individu, tetapi juga membantu mengubah sikap dan kebijakan kesehatan masyarakat dan praktik perusahaan.</p>
<p>Gugatan terhadap kebun binatang ini bisa mencapai hasil serupa dengan meminta korporasi bertanggungjawab atas kerugian lingkungan yang terjadi akibat keterlibatannya dalam perdagangan ilegal satwa liar.</p>
<p>Dengan meminta permintaan maaf kepada publik dan dukungan untuk program pendidikan, gugatan tidak hanya memulihkan kerugian lingkungan terhadap individu satwa dan spesiesnya, tetapi juga membentuk persepsi dan kebijakan publik.</p>
<p>Hal penting lainnya adalah kasus ini diajukan oleh LSM lingkungan, bukan pemerintah. </p>
<p>Pada penegakan hukum pidana, dakwaan dan tuntutan hanya bisa diajukan pemerintah, LSM lingkungan tidak bisa mengajukan tuntutan pidana tersebut kepada para pelaku kejahatan. </p>
<p>Sementara itu, gugatan perdata memberikan ruang lebih luas bagi masyarakat dan organisasi lingkungan untuk berpartisipasi dalam menuntut pemulihan lingkungan. </p>
<p>Banyak negara membolehkan warga negara dan kelompok masyarakat sipil mengajukan gugatan perdata atas kerusakan lingkungan, hal ini memperluas potensi tindakan konservasi publik.</p>
<p>Sayangnya, jenis gugatan seperti ini sering terhambat oleh kesulitan membayar pengacara, korupsi dalam sistem hukum dan <a href="https://www.globalwitness.org/en/campaigns/environmental-activists/defending-tomorrow/">intimidasi terhadap aktivis</a>.</p>
<p>Dengan lebih dari <a href="https://www.nature.com/articles/d41586-019-01448-4#:%7E:text=Landmark%20United%20Nations%2Dbacked%20report,biggest%20threats%20to%%2020Earth's%20ecosystems.&text=Up%20to%20one%20million%20plant,the%20state%20of%20global%20ecosystems.">satu juta spesies</a> menghadapi kepunahan, penting untuk mengenali dan mendukung kasus langka seperti ini yang menguji cara baru melindungi spesies terancam dan rentan di planet ini.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/162014/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Jacob Phelps menerima dana dari pemerintah Inggris melalui Illegal Wildlife Trade Challenge Fund.</span></em></p>Tuntutan hukum ini mirip dengan upaya legal melawan kerusakan yang ditimbulkan oleh perusahaan tembakau.Jacob Phelps, Senior Lecturer in Conservation Governance, Lancaster UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1588322021-04-16T07:54:50Z2021-04-16T07:54:50ZMakhluk laut di ekuator berpindah ke tempat yang lebih dingin. Sejarah tunjukkan ini bisa berujung pada kepunahan massal<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/395203/original/file-20210415-23-1ozzlgp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=5%2C5%2C3355%2C2348&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Perairan tropis di kawasan ekuator terkenal dengan keragaman kehidupan laut di Bumi, memiliki terumbu karang berwarna-warni dan ikan tuna, penyu laut, pari manta dan hiu paus.</p>
<p>Jumlah spesies laut secara alami akan berkurang di wilayah yang semakin dekat ke kutub-kutub. </p>
<p>Para ahli ekologi sebelumnya berasumsi bahwa pola global ini akan tetap stabil selama beberapa abad. Sekarang, asumsi ini sudah berubah. </p>
<p><a href="https://www.pnas.org/content/118/15/e2015094118">Studi terbaru kami</a> menemukan bahwa lautan di sekitar ekuator telah menjadi terlalu panas bagi spesies untuk bertahan hidup. Ini akibat pemanasan global. </p>
<p>Singkatnya, pola global kini berubah sangat cepat.</p>
<p>Dan, ketika spesies berpindah ke perairan dingin, menuju kutub, maka akan ada dampak besar bagi ekosistem laut dan mata pencaharian manusia. </p>
<p>Ketika hal serupa terjadi sekitar 252 juta tahun lalu, setidaknya 90% dari semua spesies laut mati.</p>
<h2>Kekayaan spesies dalam bahaya</h2>
<p>Pola global ini, di mana jumlah spesies sedikit di area kutub dan lebih banyak di area ekuator, menghasilkan gradien kekayaan spesies yang berbentuk menyerupai lonceng. </p>
<p>Kami meneliti catatan distribusi dari hampir 50.000 spesies laut dari tahun 1955 dan menemukan ada penurunan yang cukup tajam. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/393752/original/file-20210407-19-cqd2db.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Grafik dengan 3 garis yang saling beririsan, masing-masing mewakili dekade yang berbeda. Ini menunjukkan antara tahun 1955 dan 1974, kurva hampir rata di bagian atas. Untuk garis 1975-1994 dan 1995-2015, penurunan terlihat lebih dalam, dengan puncak pada setiap sisi di bagian tengah." src="https://images.theconversation.com/files/393752/original/file-20210407-19-cqd2db.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/393752/original/file-20210407-19-cqd2db.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/393752/original/file-20210407-19-cqd2db.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/393752/original/file-20210407-19-cqd2db.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/393752/original/file-20210407-19-cqd2db.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/393752/original/file-20210407-19-cqd2db.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/393752/original/file-20210407-19-cqd2db.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Apabila kita lihat setiap garis pada grafik ini, bisa terlihat penurunan dalam untuk kekayaan spesies antara 1955 dan 1974. Ini semakin mendalam pada beberapa dekade selanjutnya.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Anthony Richardson</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Jadi, saat lautan menghangat, para penghuni laut mencari suhu yang mereka inginkan dengan cara berenang ke arah kutub. </p>
<p>Meskipun pemanasan di ekuator sebesar 0.6°C selama 50 tahun terakhir masih relatif rendah, <a href="https://science.sciencemag.org/content/334/6056/652">spesies tropis harus berpindah</a> untuk menjaga suhu tubuh mereka. </p>
<p>Saat pemanasan laut meningkat selama beberapa dekade karena perubahan iklim, penurunan di sekitar ekuator semakin tajam. </p>
<p><a href="https://www.nature.com/articles/nclimate2769">Kami memprediksi</a> perubahan semacam ini sekitar 5 tahun lalu menggunakan pendekatan modeling, dan kini kami sudah memiliki bukti hasil observasi. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/the-ocean-is-becoming-more-stable-heres-why-that-might-not-be-a-good-thing-157911">The ocean is becoming more stable – here's why that might not be a good thing</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Untuk setiap 10 grup spesies utama yang kami pelajari, termasuk ikan pelagis, ikan karang dan moluska, yang hidup di perairan atau dasar laut, jumlah mereka tetap atau sedikit menurun pada wilayah dengan suhu permukaan laut tahunan rata-rata di atas 20°C.</p>
<p>Saat ini, kekayaan spesies terbesar berada di belahan bumi utara pada garis lintang sekitar 30°LU (lepas pantai Cina bagian selatan dan Meksiko) dan di selatan sekitar 20°LS (lepas pantai Australia bagian selatan dan Brasil bagian selatan). </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="gerombolan ikan tuna." src="https://images.theconversation.com/files/393937/original/file-20210408-13-1cvlkq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/393937/original/file-20210408-13-1cvlkq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/393937/original/file-20210408-13-1cvlkq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/393937/original/file-20210408-13-1cvlkq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/393937/original/file-20210408-13-1cvlkq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/393937/original/file-20210408-13-1cvlkq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/393937/original/file-20210408-13-1cvlkq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Perairan tropis di ekuatorial terkenal memiliki keragaman kehidupan lautan, termasuk ikan tuna.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Sudah pernah terjadi</h2>
<p>Kita seharusnya tidak terkejut bahwa keanekaragaman hayati global akan bereaksi terhadap pemanasan global. </p>
<p>Ini sudah pernah terjadi sebelumnya dan memiliki akibat yang dramatis. </p>
<p><strong>252 juta tahun lalu…</strong></p>
<p>Pada akhir periode Permian, sekitar 252 juta tahun lalu, suhu global menghangat hingga 10°C selama 30.000-60.000 tahun sebagai hasil dari emisi gas rumah kaca akibat letusan gunung api di Siberia. </p>
<p><a href="https://www.pnas.org/content/117/30/17578">Sebuah studi pada tahun 2020</a> dari fosil yang ditemukan masa itu menunjukkan puncak keanekaragaman hayati di kawasan ekuator mendatar dan tersebar. Pada masa ini, pengaturan ulang besar-besaran pada biodiversitas global menyebabkan sehingga 90% dari spesies laut mati. </p>
<p><strong>125.000 tahun lalu…</strong></p>
<p><a href="https://www.pnas.org/content/109/52/21378">Studi tahun 2012 menunjukkan</a> selama pemanasan yang cepat sekitar 125.000 tahun lalu, ada perubahan yang mirip dari terumbu karang yang menjauhi daerah tropis, seperti terdokumentasikan pada catatan fosil. </p>
<p>Hasil ini merupakan pola yang sama dengan yang kami gambarkan, meski pun tidak ada hubungan dengan kepunahan massal. </p>
<p>Penulis dari studi tersebut menyebutkan bahwa hasil mereka mungkin meramalkan dampak dari pemanasan global saat ini, memperingatkan adanya kepunahan massal di masa depan ketika spesies berpindah ke daerah subtropis, di mana mereka harus berjuang untuk hidup dan beradaptasi. </p>
<p><strong>Masa kini…</strong></p>
<p><a href="https://www.pnas.org/content/117/23/12891">Sepanjang zaman es yang terakhir</a>, yang berakhir sekitar 15.000 tahun lalu, keragaman foram (sejenis cangkang keras dan plankton bersel satu) meningkat di kawasan ekuator dan menurun drastis kemudian.<br>
Ini penting karena plankton adalah spesies kunci dalam jaring makanan. </p>
<p>Studi kami menunjukkan bahwa penurunan tajam pada beberapa dekade belakangan akibat perubahan iklim dari kegiatan manusia. </p>
<h2>Dampak yang besar</h2>
<p>Kehilangan spesies di ekosistem tropis berarti resiliensi ekologis atas perubahan lingkungan telah menurun, sehingga mengancam keberlanjutan ekosistem. </p>
<p>Kekayaan spesies di ekosistem subtropis justru meningkat. </p>
<p>Ini berarti akan ada spesies invasif, interaksi antara predator dan mangsa yang baru, dan hubungan kompetisi yang baru. </p>
<p>Misalnya, <a href="https://www.abc.net.au/news/2019-09-13/sydney-growing-own-coral-reef-with-help-from-tropical-fish/11466192">ikan tropis</a> yang memasuki area iklim baru akan berkompetisi dengan spesies setempat untuk makanan dan habitat. </p>
<p>Ini bisa menghasilkan runtuhnya ekosistem, seperti yang kita lihat di pergantian antara periode Permian dan Triassic, di mana spesies punah dan pasokan ekosistem (persediaan makanan) berubah permanen. </p>
<p>Perubahan yang kami gambarkan juga akan memiliki dampak besar bagi mata pencaharian manusia. </p>
<p>Sebagai contoh, negara-negara kepulauan tropis bergantung kepada pemasukan dari armada pemancingan tuna dengan menjual izin di perairan mereka. </p>
<p>Spesies tuna dengan mobilitas tinggi sangat mungkin berpindah cepat ke wilayah subtropis, melampaui batas-batas negara. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/tropical-fisheries-does-limiting-international-trade-protect-local-people-and-marine-life-133403">Tropical fisheries: does limiting international trade protect local people and marine life?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Sama halnya dengan ikan karang yang penting bagi nelayan artisanal, dan megafauna dengan mobilitas tinggi seperti hiu paus, pari manta dan penyu laut yang menjadi pendukung wisata, akan berpindah ke daerah subtropis. </p>
<p>Pergerakan ikan komersial dan artisanal serta megafauna dapat memberikan hambatan bagi kemampuan negara-negara tropis untuk memenuhi target <a href="https://sdgs.un.org/goals">Tujuan Pembangunan Berkelanjutan</a> terkait kelaparan dan kehidupan laut. </p>
<h2>Apa yang bisa kita lakukan?</h2>
<p>Salah satu cara sudah tercantum dalam Perjanjian Iklim Paris dan ini melibatkan penurunan emisi secara agresif. </p>
<p>Ada pula cara-cara lain yang juga muncul yang bisa menjaga biodiversitas dan meminimalkan dampak terburuk dari perpindahan menjauhi ekuator. </p>
<p>Saat ini baru 2,7% laut yang mendapatkan <a href="https://mpatlas.org">perlindungan secara penuh</a>. </p>
<p>Ini masih jauh dari target 10% pada tahun 2020 di bawah Konvensi PBB untuk Keanekaragaman Hayati. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/393915/original/file-20210408-19-46u3s8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Pari manta dengan ikan lainnya" src="https://images.theconversation.com/files/393915/original/file-20210408-19-46u3s8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/393915/original/file-20210408-19-46u3s8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/393915/original/file-20210408-19-46u3s8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/393915/original/file-20210408-19-46u3s8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/393915/original/file-20210408-19-46u3s8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/393915/original/file-20210408-19-46u3s8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/393915/original/file-20210408-19-46u3s8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Pari manta dan megafauna lainnya meninggalkan ekuator akan memiliki dampak besar bagi pariwisata.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Namun, <a href="https://www.gov.uk/government/topical-events/global-ocean-alliance-30by30-initiative/about#global-ocean-alliance-members">41 negara</a> sedang mendorong target baru untuk melindungi 30% dari kawasan lautan pada tahun 2030. </p>
<p>Target “30 by 30” ini bisa melarang pertambangan dasar laut dan perikanan di kawasan lindung yang bisa menghancurkan habitat dan melepaskan karbon dioksida sama seperti <a href="https://www.nature.com/articles/s41586-021-03371-z">dunia penerbangan global</a>. </p>
<p>Langkah-langkah ini bisa menghilangkan tekanan terhadap keanekaragaman hayati dan mendorong resiliensi ekologis. </p>
<p>Merancang kawasan lindung yang sadar iklim juga bisa melindungi biodiversitas dari perubahan di masa depan. </p>
<p>Misalnya, kawasan lindung untuk kehidupan laut bisa berada di tempat pengungsian di mana iklim lebih stabil di masa depan. </p>
<p>Kita memiliki bukti bahwa perubahan iklim memengaruhi pola global terkuat di ekologi. Sehingga, kita tidak boleh menunda aksi-aksi mitigasi. </p>
<figure class="align-right ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p><strong><em>Tulisan ini bagian dari <a href="https://theconversation.com/uk/topics/oceans-21-96784">Oceans 21</a></em></strong>
<br><em>Serial kami terkait lautan global yang dibuka dengan <a href="https://oceans21.netlify.app">5 profil samudra</a>. Nantikan artikel-artikel baru terkait keadaan laut dunia menjelang konferensi iklim PBB berikutnya, C0P26. Serial ini merupakan persembahan dari jaringan internasional The Conversation.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/158832/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Anthony Richardson menerima dana dari Australian Research Council. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Chhaya Chaudhary bekerja untuk Goethe University, Frankfurt am Main, Jerman. Saat menjalani studi PhD (2014- 2019), ia menerima sebagian dana dari European Marine Observation Data Network (EMODnet) Biology didanai dari Direktorat Komisi Eropa - Direktorat Jendral untuk Maritim dan Perikanan (DG MARE) dan menerima U21 Doctoral Mobility Scholarship dari Universitas Auckland, tahun 2016.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>David Schoeman menerima dana dari Australian Research Council.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Mark John Costello tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Perubahan iklim telah membuat lautan tropis terlalu panas bagi beberapa spesies. Ketika berpindah ke arah kutub, akan berdampak besar bagi ekosistem dan mata pencaharian manusia.Anthony Richardson, Professor, The University of QueenslandChhaya Chaudhary, University of Auckland, Waipapa Taumata RauDavid Schoeman, Professor of Global-Change Ecology, University of the Sunshine CoastMark John Costello, Professor, University of Auckland, Waipapa Taumata RauLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1582232021-04-15T10:19:23Z2021-04-15T10:19:23ZMenyoal film dokumenter Seaspiracy, perikanan berkelanjutan masih ada<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/394724/original/file-20210413-23-1sm65a.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=8%2C8%2C1908%2C1299&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://pixabay.com/photos/fish-underwater-corals-sea-ocean-378286/">pixabay</a></span></figcaption></figure><blockquote>
<p><em>Idenya bukan menghentikan penangkapan ikan, namun melakukan lebih banyak perikanan berkelanjutan.</em> <em>(Karmenu Vella, 2021)</em>. </p>
</blockquote>
<p>Saya menonton <em><a href="https://www.netflix.com/id-en/title/81014008">Seaspiracy</a></em>, film dokumenter terbaru keluaran Netflix, hingga tiga kali dan masih tercengang melihat penggambaran kondisi lautan global saat ini, terutama terkait industri perikanan tangkap.</p>
<p>Berawal dari membahas soal sampah plastik, sutradara dan aktivis asal Inggris Ali Tabrizi mengarahkan kamera ke beberapa isu kelautan global yang sangat kelam. </p>
<p>Ali mewawancarai berbagai kalangan, mulai dari industri, pemerintah, peneliti, akademisi, korban perbudakan, hingga lembaga-lembaga yang memiliki perhatian terhadap isu pengelolaan laut. </p>
<p>Hasilnya, dokumenter ini memperlihatkan gambaran kelam pembantaian satwa laut (paus, ikan hiu, dan lumba-lumba) hingga bagaimana industri perikanan berkutat dengan praktik penangkapan yang ilegal, tidak dilaporkan dan melanggar aturan (<em>illegal, unreported, and unregulated fishing</em> atau IUU) dan perbudakan. </p>
<p>Tidak menyangkal bahwa hal-hal tersebut merupakan isu yang serius, namun sebagai peneliti kelautan, saya ingin menggarisbawahi pernyataan “perikanan berkelanjutan tidak ada” sebagai kesimpulan terburu-buru dan tidak berdasarkan data dan fakta. </p>
<h2><em>Sustainable fisheries</em> itu ada</h2>
<p>Ali wawancarai peneliti kelautan <a href="https://time.com/collection/firsts/4898567/sylvia-earle-firsts/">Sylvia Earle</a>, Paul Watson, pendiri NGO internasional, <a href="https://seashepherd.org/">Sea Shepherd Conservation Society</a>, hingga Karmenu Vella, mantan anggota Komisi Eropa untuk Urusan Lingkungan Hidup, Maritim dan Perikanan, untuk mendefinisikan apa itu “<em>sustainable fisheries</em>”. </p>
<p>Secara eksplisit, ia menyimpulkan bahwa jargon “perikanan berkelanjutan” sebenarnya tidak ada karena tidak ada yang sepakat dengan definisi tersebut. </p>
<p>Sebagai peneliti kelautan, saya berargumen bahwa analogi bank, yang dipakai oleh Karmenu Vella dalam dokumenter tersebut, sudah menjelaskan <em>sustainable fishing</em> dengan baik.</p>
<p>Kita ibaratkan ikan sebagai kapital (uang) yang disimpan di laut (bank). Apabila kita membiarkan ikan ini bertumbuh akan menghasilkan kelebihan (bunga), maka manusia bisa memanfaatkan “bunga” (menangkap ikan). Akhirnya, kita tidak menyentuh kapital awal dan tetap sebagai simpanan (sumber daya ikan di lautan). </p>
<p>Singkatnya, praktik <em>sustainable fisheries</em> yang tepat adalah mengambil kelebihan ikan yang ada, bukan mengeruk semua ikan yang bisa ditangkap. </p>
<p>Banyak negara di dunia, termasuk Indonesia, sebenarnya sudah menjalankan konsep pengelolaan perikanan berkelanjutan. </p>
<p>Kebijakan pengelolaan ini berbasis <a href="http://www.fao.org/3/w5449e/w5449e10.pdf"><em>Maximum Sustainable Yield</em> (MSY)</a> atau hasil tangkapan maksimal, yang merupakan adaptasi dari <a href="http://www.fao.org/3/W6914E/W6914E02.htm">Model Biologi Surplus Produksi Schaefer dan Fox</a>. </p>
<p>Model ini digunakan untuk menentukan nilai tangkapan maksimum yang tidak menimbulkan penurunan stok (<em>sustainable</em>). </p>
<p>Namun, sejak 1977, ilmuwan perikanan Peter Anthony Larkin menulis artikel bahwa model berbasiskan MSY ini memiliki <a href="https://www.researchgate.net/publication/261655071_An_Epitaph_for_the_Concept_of_Maximum_Sustained_Yield">banyak kelemahan</a>. </p>
<p>Model ini memiliki kelemahan antara lain menempatkan populasi pada risiko yang terlalu besar, tidak memperhitungkan variabilitas spasial dalam produktivitas, tidak memperhitungkan spesies selain fokus perikanan, dan hanya mempertimbangkan manfaat, bukan biaya. </p>
<p>Dalam <a href="http://sdgcenter.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/Orasi-Prof.-Zuzy-Anna-23112019.pdf">orasi tahun 2019</a>, saya berargumen bahwa praktiknya seringkali tidak operasional karena tidak dibarengi dengan pembatasan kuota penangkapan untuk setiap kapal penangkap ikan. </p>
<p>Bahkan, meski ada penetapan kuota, peraturan standardisasi lain dan sertifikasi perikanan tangkap dari <em><a href="https://www.msc.org/">Marine Stewardship Council</a></em> (MSC), organisasi internasional yang memberikan sertifikasi untuk perikanan berkelanjutan, seperti terungkap dalam <em>Seaspiracy</em>, pelanggaran-pelanggaran masih bisa terjadi. </p>
<p>Siapa yang bisa terus menerus mengontrol kegiatan penangkapan di laut lepas. </p>
<p>Industri perikanan tangkap sangat kompleks. Area kerjanya meliputi kawasan perairan yang luas dan jauh, antarnegara, dengan komoditas yang sangat banyak, sehingga pengawasan dan kontrol sangat berat dan memerlukan biaya besar. </p>
<p>Saya menganalogikan ini dengan pepatah dari <em>Muprhy’s Law</em> (Hukum Murphy) “<em><a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Murphy%27s_law">if anything can go wrong, it will</a></em>”, bahwa sekeras apa pun upaya kita untuk mencegah kesalahan, tetap masih bisa salah. </p>
<p>Meski demikian, kelemahan-kelemahan dalam pengawasan, misalnya, seharusnya tidak menghilangkan harapan bahwa perikanan berkelanjutan bisa terwujud. </p>
<p>Ketidakpercayaan terhadap perikanan berkelanjutan mungkin lebih karena kita mengetahui sifat keserakahan manusia. </p>
<h2>Padukan biologi dan ekonomi melalui model bioekonomi</h2>
<p>Salah satu penyebab kegagalan dari perikanan berkelanjutan adalah terlalu mengandalkan pada perhitungan hasil tangkapan maksimal (MSY).</p>
<p>Sebenarnya, ada pengembangan rejim pengelolaan yang lebih menghasilkan perikanan yang lebih rasional (efisien dan optimal), yaitu dengan menggunakan model bioekonomi. </p>
<p><a href="http://sdgcenter.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/Orasi-Prof.-Zuzy-Anna-23112019.pdf">Model ini</a> mengintegrasikan sisi biologi dan ekonomi, yang dapat memberikan nilai ekonomi yang lebih optimal dan perikanan yang berkelanjutan. </p>
<p>Dengan menggunakan konsep <em>Maximum Economic Yield</em> (MEY), atau hasil ekonomi maksimal, maka industri perikanan tangkap yang rasional dapat terealisasi. </p>
<p>Kondisi ini mengupayakan input perikanan tangkap (jumlah kapal, GT, alat tangkap, nelayan) lebih efisien dan mendapatkan rente (total pendapatan setelah dikurangi biaya) maksimum. </p>
<p>Harapannya, kondisi stok ikan di laut akan lebih terjaga. </p>
<p>Sayangnya, model analisis ini masih jarang digunakan di negara-negara berkembang seperti Indonesia karena masih fokus pada penyerapan tenaga kerja yang tinggi.</p>
<p>Pengelolaan perikanan berkelanjutan juga harus mengatur kapasitas perikanan berbasis alat tangkap, waktu dan area penangkapan untuk mengurangi kerusakan sumber daya laut dan penurunan stok (deplesi) sumber daya ikan. </p>
<p>Kuncinya adalah pengawasan yang ketat dan sanksi yang berat bagi pelanggaran. </p>
<h2>Pro dan kontra <em>Seaspiracy</em></h2>
<p>Pada akhir film, <em>Seaspiracy</em> memberikan “solusi untuk menyelamatkan lautan”. </p>
<p>Caranya, pemerintah menerapkan <em>no take zone</em> (kawasan tidak boleh menangkap ikan), menghentikan subsidi perikanan yang merugikan, dan menghindari makan ikan laut. </p>
<p>Saya setuju bahwa pemerintah harus tegas menerapkan kawasan perairan yang tidak membolehkan aktivitas memancing sama sekali.</p>
<p>Ini sejalan dengan visi global “<a href="https://www.gov.uk/government/topical-events/global-ocean-alliance-30by30-initiative/about">30 by 30</a>”, inisiatif informal perlindungan laut global seluas 30% pada 2030, yang lahir saat <a href="https://www.iucn.org/theme/forests/events/past-events/iucn-congress-2016#:%7E:text=IUCN%20World%20Conservation%20Congress%20in%20Hawaii%2C%201%2D10%20September%202016.&text=This%20September%2C%20an%20estimated%2010%2C000,the%20IUCN%20World%20Conservation%20Conference.">Kongres Konservasi Dunia 2016</a> di Hawaii, AS. </p>
<p>Walau pembangunan kawasan konservasi laut di Indonesia telah mencapai luasan <a href="https://kkp.go.id/djprl/kkhl/artikel/27156-tahun-2021-kkp-targetkan-penetapan-800-ribu-hektar-kawasan-konservasi-perairan">24,11 juta hektare</a>, penangkapan ikan di kawasan zona inti konservasi laut masih marak terjadi. </p>
<p>Kedua, saya setuju bahwa pemerintah harus menghapuskan subsidi perikanan yang merusak, misalnya bahan bakar fosil (solar). </p>
<p><a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0308597X19303677">Sebuah penelitian tahun 2019</a> menyebutkan subsidi global perikanan laut yang dianggap merusak mencapai 22 miliar dolar (Rp321 triliun) setiap tahun. </p>
<p>Subsidi ini juga mendorong terjadinya <a href="https://oceanpanel.org/sites/default/files/2020-10/Ocean%20Finance%20Full%20Paper.pdf">kapasitas berlebih yang menyebabkan tangkapan berlebih</a>.</p>
<p>Terakhir, saya tidak sependapat dengan ajakan film ini untuk tidak memakan ikan laut karena makanan laut penting sebagai sumber protein dan pendapatan, terutama bagi banyak negara miskin dan berkembang.</p>
<p>Hasil investigasi <em>Seaspiracy</em> bisa menunjukkan bahwa kerusakan laut lebih banyak disebabkan oleh industri perikanan tangkap, termasuk sampah plastik dari jaring penangkap ikan. </p>
<p>Jadi, bukan semata-mata akibat sampah sedotan plastik (yang diklaim hanya berkontribusi 0,03% dari timbulan sampah lautan global). </p>
<p>Banyak klaim dari film dokumenter ini masih harus perlu diuji kembali dengan riset dan investigasi lebih jauh.</p>
<p>Bagaimana pun, dokumenter ini setidaknya membuka mata kita bahwa ada yang serius dengan pengelolaan laut kita. </p>
<hr>
<p><em>Catatan dari penulis : kawasan konservasi laut Indonesia mencapai <a href="https://kkp.go.id/djprl/kkhl/artikel/27156-tahun-2021-kkp-targetkan-penetapan-800-ribu-hektar-kawasan-konservasi-perairan">24,11 juta hektare</a> berdasarkan data KKP per tanggal 8 Februari 2021. Tahun ini, KKP menargetkan luas kawasan konservasi perairan menjadi 24,6 juta hektare.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/158223/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Zuzy Anna juga merupakan Director SDGs Center UNPAD,</span></em></p>Seaspiracy memang menunjukkan persoalan serius kelautan global, seperti eksploitasi perikanan tangkap dan perbudakan. Namun, perikanan berkelanjutan bukan mitos.Zuzy Anna, Professor, Faculty of Fisheries and Marine Science; Director SDGs Center UNPAD, Universitas PadjadjaranLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1550512021-04-13T07:11:10Z2021-04-13T07:11:10ZTiga alasan kenapa pemerintah Indonesia harus melindungi hiu berjalan “kalabia” Papua<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/394434/original/file-20210412-19-wrq050.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Hiu berjalan Halmahera ini sudah mendapatkan status "Hampir Terancam" tahun 2020. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Hemiscyllium_halmahera.jpg">Mark Erdmann, California Academy of Science/wikipedia</a></span></figcaption></figure><p>Awal Desember 2020, Badan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) memperbarui status 3 dari 6 <a href="https://www.iucnredlist.org/species/195436/124542275">spesies hiu berjalan (<em>walking shark</em>)</a> langka dan endemik di wilayah timur Indonesia. </p>
<p>Status <a href="https://www.iucnredlist.org/species/176486052/176486116"><em>Hemiscyllium halmahera</em></a> atau hiu berjalan Halmahera berubah dari “belum ada data” (<em>not evaluated</em>) menjadi “hampir terancam” (<em>near threatened</em>). </p>
<p>Sementara, dua spesies hiu berjalan lainnya, yaitu <a href="https://www.iucnredlist.org/species/195437/124542411"><em>Hemiscyllium henryi</em></a> (hiu berjalan Teluk Triton Kaimana) dan <a href="https://www.iucnredlist.org/species/195436/124542275"><em>Hemiscyllium galei</em></a> (hiu berjalan Teluk Cenderawasih) menjadi “terancam” (<em>vulnerable</em>) pada 2020 dari sebelumnya “kurang data” (<em>data deficient</em>) pada 2012.</p>
<p><a href="https://www.iucn.org">IUCN</a> sudah mendata status kerentanan satwa dan tumbuhan sejak 1964 yang dikenal sebagai <em><a href="https://www.iucnredlist.org">IUCN Red List</a></em>. </p>
<p>Meski masih ada beberapa tahapan sebelum status “kepunahan” terjadi, status “hampir terancam” dan “rentan” ini memberikan gambaran umum bahwa populasi spesies hiu berjalan di Indonesia tidak aman di habitat asli mereka.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/392471/original/file-20210330-15-yz3v0r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/392471/original/file-20210330-15-yz3v0r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=162&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/392471/original/file-20210330-15-yz3v0r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=162&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/392471/original/file-20210330-15-yz3v0r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=162&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/392471/original/file-20210330-15-yz3v0r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=204&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/392471/original/file-20210330-15-yz3v0r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=204&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/392471/original/file-20210330-15-yz3v0r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=204&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Sembilan kategori dari IUCN Red List.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.iucn.org/resources/conservation-tools/iucn-red-list-threatened-species">Photo: The IUCN Red List of Threatened Species</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Hal ini juga dipicu bahwa ukuran populasi hiu berjalan kecil dan cenderung sedikit di alam dan hanya tersebar pada daerah yang relatif terbatas.</p>
<p>Sebagai peneliti biologi laut, saya berargumen bahwa spesies hiu berjalan ini harus mendapatkan perlindungan dari pemerintah Indonesia. Ini alasannya. </p>
<h2>1) Menjaga keseimbangan ekologi laut</h2>
<p>Kelompok hiu berjalan merupakan hasil evolusi 400 juta tahun silam dari kelompok (<em>clade</em>) ikan bertulang belakang, <a href="http://species-identification.org/species.php?species_group=sharks&id=6&menuentry=groepen"><em>Elasmobranchii</em></a>.</p>
<p>Sama halnya dengan hiu martil karena bentuk kepala yang unik seperti martil, maka nama “hiu berjalan” disematkan karena spesies ini bergerak dengan sirip di dasar laut seakan-akan sedang berjalan. </p>
<p>Namun, di Papua, khususnya Raja Ampat, masyarakat setempat menyebut hiu berjalan ini sebagai “kalabia”. </p>
<p>Di Indonesia, setidaknya tercatat 6 spesies hiu berjalan yang biasanya ditemukan terbatas di sekitar perairan Maluku (Kepulauan Aru), Maluku Utara (Halmahera), Papua (Teluk Cenderawasih Nabire dan Depapre) dan Papua Barat (kawasan Raja Ampat, Teluk Cenderawasih-Wondama, Manokwari, Fak-fak dan Kaimana). </p>
<p>Tiga hiu berjalan lainnya adalah <a href="https://www.iucnredlist.org/species/199932/124548294"><em>Hemiscyllium freycineti</em></a> atau hiu karpet berbintik Raja Ampat dengan status “hampir terancam”, <a href="https://www.iucnredlist.org/species/41820/68625409"><em>Hemiscyllium trispeculare</em></a> dengan status “risiko rendah” (<em>least concern</em>) dan <a href="https://www.iucnredlist.org/species/41819/124419235"><em>Hemiscyllium strahani</em></a> dengan status “rentan” (<em>vulnerable</em>). </p>
<p>Hiu berjalan berukuran relatif kecil, dengan panjang kurang dari 120 cm atau sekitar 2 langkah kaki orang dewasa. </p>
<p>Kalabia biasa ditemukan di perairan dangkal di daerah pesisir Indo-Pasifik. Ia aktif pada malam hari untuk mencari makan hingga daerah pasang surut dan menemukan pasangan.</p>
<p>Sebagai top predator, peran hiu adalah memangsa ikan-ikan kecil dan krustasea (seperti udang dan kepiting) lain, terutama yang lemah dan sakit, untuk mengatur dan menjaga keseimbangan ekosistem lautan.</p>
<p>Apabila predator utama ini berkurang bahkan hilang, maka ekosistem perairan akan terganggu karena tidak ada pemangsa yang membantu menstabilkan populasi. </p>
<h2>2) Cegah perburuan hiu</h2>
<p>Indonesia masih menjadi salah satu pemasok daging, sirip, dan tulang hiu terbesar di dunia dengan kontribusi sekitar <a href="https://www.antaranews.com/berita/651221/kkp-indonesia-ekspor-3800-ton-daging-hiu-per-bulan">3.800 ton daging per bulan pada 2017</a>. </p>
<p>Pemanenan hiu itu bisa terjadi karena perairan Indonesia didiami oleh setidaknya <a href="http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/dokumen/finish/47-buku-cetakan-2013/529-buku-pengenalan-jenis-jenis-hiu-indonesia">116 jenis spesies hiu di dunia</a>, dan beberapa jenis merupakan spesies yang rentan, seperti kalabia.</p>
<p>Sayangnya, untuk skala nasional, baru beberapa jenis hiu dan pari yang sepenuhnya dilindungi dan tidak boleh ditangkap sama sekali, seperti <a href="https://kkp.go.id/djprl/kkhl/artikel/3303-kkp-tetapkan-hiu-paus-rhincodon-typus-sebagai-ikan-yang-dilindungi">hiu paus (<em>Rhincodon typus</em>)</a> karena status kurangnya data. </p>
<p>Lebih lanjut, hingga kini, belum ada instrumen dan penetapan insentif di Indonesia dalam mendorong <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/faf.12273">penangkapan ikan secara berkelanjutan</a>, termasuk hiu dan pari sehingga ancaman eksploitasi sangat tinggi. </p>
<p>Dengan status terbaru kalabia dari IUCN, kini pemerintah Indonesia sudah memiliki landasan kuat agar spesies ini mendapatkan status perlindungan penuh dan sekaligus menghindari eksploitasi berlebihan. </p>
<p>Pemerintah bisa menggunakan kajian yang sudah dilakukan oleh IUCN, sebagai otoritas penelitian global, saat menetapkan status kalabia untuk mulai rencana melindungi spesies ini. </p>
<p>Selain perburuan, kalabia juga menghadapi tekanan tidak langsung mulai dari pembangunan kawasan pesisir hingga pemanasan global, mirip seperti satwa laut lainnya. </p>
<h2>3) Ikon konservasi Raja Ampat</h2>
<p>Kalabia telah menjadi salah satu ikon konservasi di kawasan Raja Ampat, Papua Barat, karena telah disematkan menjadi nama kapal edukasi tentang sumber daya hayati laut. </p>
<p>Kapal Kalabia ini sudah menjangkau puluhan kampung di Raja Ampat dan menyampaikan informasi serta edukasi tentang kekayaan dan perlindungan sumber daya hayati laut. </p>
<p>Saya mengusulkan agar pemerintah bisa menggunakan status ikon ini untuk mengupayakan alternatif pemanfaatan ekonomi atas kalabia, tidak hanya sekadar hewan buruan. </p>
<p>Sebagai contoh, pemerintah daerah atau pusat bisa mengadopsi konsep pariwisata berkelanjutan atau <a href="https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/32377091/konsep_ekowisata.pdf?1385142455=&response-content-disposition=inline%3B+filename%3DEkowisata_PENGERTIAN_DAN_KONSEP_DASAR_EK.pdf&Expires=1613808738&Signature=ACD7hMITy%7EGYaA0MvcGvRQmvVLoj8OAGsQkvJ8PDsCEkUzFJPvGSl0HBZ1%7EQauTFRHNlTNRRNAzigSu0HuuXUmLDKjKHDaTBcO1SEM23BZzVNuJuQES3jx5Yikiri4zD7Dkpni4UVhIxwFLOJOoj7J5Q3-cVnjZ6Misq5zJb8aFgrLyFBo9VoxoqZVFEZo00hOBogApwn0d93K8zfTUGduuyN48jhTBXP-54p0tof6lgH2pAgp%7EU2ZeKnzmRo0YgSXI7CTwcp970FTs%7EX7u4mZ%7EvGgg8zxdrE0ALpUF7%7EaAirBZrkhyS290bIrqhyRNSDcjA8NdwnflKU8Uq%7Ej88LA__&Key-Pair-Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA">ekowisata</a> sebagai jalan tengah antara konservasi dan pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat. </p>
<p>Apabila <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0308597X17307807">dihitung secara ekonomi</a>, pendapatan masyarakat melalui kegiatan pengamatan satwa liar, atau wisata fotografi non-konsumtif, memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan penggunaan konsumtif atau pemanenan satwa liar. </p>
<p>Artinya, kita lebih baik menggunakan konsep ekowisata, dengan hanya mengamati satwa ini karena berperan sebagai penyedia jasa lingkungan. </p>
<p>Perbandingan ini banyak digunakan untuk meyakinkan masyarakat dan para pembuat keputusan untuk menerapkan prinsip-prinsip konservasi. </p>
<p>Di samping itu, objek pariwisata sangat bergantung pada keasrian alam, ekosistem, dan biota unik sehingga kita (baik masyarakat dan pemerintah) akhirnya <a href="https://doi.org/10.1017/S0376892900017707">harus menjaga dan melindungi dengan baik</a> agar terus memberikan manfaat. </p>
<p>Di sisi lain, pemerintah dan masyarakat setempat bisa memanfaatkan nilai ekonomi dari aspek ekowisata ini untuk mendukung operasional konservasi, misalnya pengelolaan, penegakan hukum, dan penjagaan kawasan serta biota. </p>
<p>Status baru ini bukan berita yang menggembirakan bagi dunia konservasi satwa di Indonesia. </p>
<p>Namun, ini bisa menjadi langkah penting bagi pemerintah untuk melindungi kalabia secara nasional.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/155051/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Ricardo Tapilatu adalah anggota 'Dewan Pakar' pada lembaga Pusat Kajian Perencanaan dan Analisis Kebijakan Kelautan dan Perikanan. Lembaga ini merupakan alumni perikanan dan kelautan dari berbagai universitas di Indonesia dan para peneliti independen/NGO. Ricardo juga anggota Analisis Papua Strategis (APS) terkait pembangunan di Tanah Papua.</span></em></p>Keterbaruan status kalabia, spesies hiu berjalan endemik Indonesia, seharusnya bisa mendorong perlindungan penuh bagi spesies ini,Ricardo Tapilatu, Guru Besar bidang Biologi Laut, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Universitas PapuaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1559932021-03-05T10:33:25Z2021-03-05T10:33:25ZTanya-Jawab : Mengapa puluhan paus pilot bisa terdampar di Madura<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/387692/original/file-20210304-13-1xalu7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C7348%2C4374&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Globicephala macrorhynchus atau paus pilot sirip pendek.</span> <span class="attribution"><span class="source">wikimedia commons/cayambe</span></span></figcaption></figure><p>Setidaknya 52 paus pilot sirip pendek atau <em>short finned pilot whales</em> (<em>Globicephala macrorhynchus</em>) terdampar di Pantai Desa Patereman, Kecamatan Modung, Bangkalan, Jawa Timur, pertengahan Februari lalu. </p>
<p>Hanya <a href="https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20210219162414-199-608495/mengenal-paus-pilot-yang-terdampar-massal-di-madura">tiga ekor saja yang bertahan hidup dan berhasil dievakuasi kembali ke laut</a>, sementara sisanya dikuburkan di pantai.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Pria memeriksa 3 individu paus pilot yang mati di pinggir pantai." src="https://images.theconversation.com/files/387515/original/file-20210303-20-qz9z0x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/387515/original/file-20210303-20-qz9z0x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/387515/original/file-20210303-20-qz9z0x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/387515/original/file-20210303-20-qz9z0x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/387515/original/file-20210303-20-qz9z0x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/387515/original/file-20210303-20-qz9z0x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/387515/original/file-20210303-20-qz9z0x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Petugas memeriksa kondisi Paus Pilot Sirip Pendek (Globicephala macrorhynchus) yang mati saat terdampar di Pantai Modung, Bangkalan, Jawa Timur, Sabtu (20/2/2021).</span>
<span class="attribution"><span class="source">ANTARA FOTO/Zabur Karuru/rwa.</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ini bukan kali pertama satwa laut, baik paus, hiu, hingga lumba-lumba, terdampar di wilayah pantai Indonesia. Baru-baru ini, <a href="https://www.ndtv.com/world-news/dozens-of-whales-strand-at-notorious-new-zealand-bay-2375768">49 individu paus pilot sirip panjang</a> terdampar di pantai Selandia Baru. </p>
<p>Bisa dibilang, fenomena terdamparnya satwa laut adalah fenomena global dan tidak hanya terjadi di Indonesia.</p>
<p>Berikut wawancara dengan Sekar Mira, peneliti mamalia laut, Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang kasus ini : </p>
<p><strong>Apa arti terdamparnya Paus Pilot yang kemarin itu? Apakah ini mengancam kelestarian mereka?</strong> </p>
<p>Nama ilmiah dari paus pilot yang terdampar kemarin adalah <em>Globicephala macrorhynchus</em> atau <em>short finned pilot whales</em>. </p>
<p>Status spesies ini terdapat dalam dalam <em>IUCN Redlist</em>, sebuah daftar yang dikeluarkan oleh IUCN (<em>International Union for Conservation for Nature</em>) terkait status flora dan fauna di seluruh dunia, adalah <em>Least Concern</em> (Tidak Mengkhawatirkan), pada tahun 2018. </p>
<p><em>Least concern</em> artinya sudah diketahui ada ancaman, yaitu, perburuan yang terjadi di Jepang, tetapi belum ada bukti penurunan populasi sehingga masih masuk ke tidak mengkhawatirkan.</p>
<p>Sebelumnya, pada tahun 2011, status paus pilot sirip pendek ini adalah <em>Data Deficient</em> (Kurang Data), karena data terkait populasi masih sangat kurang. </p>
<p>Meskipun tren penurunan populasi tidak terdeteksi karena minimnya data, namun terdamparnya paus pilot, yang merupakan ciri mereka yang hidup berkelompok, dan perburuan tradisional di Jepang dicurigai dapat menurunkan populasi, setidaknya di perairan <a href="https://www.iucnredlist.org/species/9249/50355227">Jepang</a>. </p>
<p><strong>Apa keistimewaan paus pilot?</strong> </p>
<p>Mereka hidup berkelompok dalam jumlah besar, dari puluhan hingga ratusan ekor dan memiliki keterikatan sosial yang tinggi. </p>
<p>Kelompoknya adalah kelompok matriarkal yang dipimpin oleh betina dewasa. </p>
<p>Mereka juga melakukan pergerakan mengikuti pemimpin kelompoknya (<em>the pilot</em>), sehingga jika terjadi sesuatu pada pemimpinnya mereka dapat terdampar bersamaan dan mungkin akan terjadi beberapa kelompok, seperti pada kejadian <a href="https://regional.kompas.com/read/2016/06/15/21545291/puluhan.paus.terdampar.di.perairan.probolinggo">di Sidoarjo pada tahun 2016</a>. </p>
<p><strong>Apakah ini kejadian paus terdampar yang pertama kali untuk tahun 2021?</strong> <strong>Bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, apakah ada tren peningkatan?</strong></p>
<p>Tidak. Kejadian paus pilot terdampar sudah terjadi beberapa kali di Indonesia. </p>
<p>Sejak tahun 1996, <em><a href="http://www.whalestrandingindonesia.com">Whale Stranding Indonesia</a></em>, lembaga nirlaba yang mencatat kasus keterdamparan pada cetacean (paus dan lumba-lumba), telah mencatat 27 kasus terdamparnya spesies paus pilot ini. </p>
<p>Sampai saat ini, dari 27 kejadian tersebut, angka tertinggi jumlah individu adalah <a href="http://www.whalestrandingindonesia.com/map-beta.html">93 paus pilot terdampar di Donggala, Sulawesi Tengah, pada tahun 2006</a>. Sehingga, tidak dapat dikatakan ada tren peningkatan jumlah yang signifikan. </p>
<p>Bulan Februari 2021 ini, memang saya mencatat banyak kejadian terdampar pada waktu berdekatan, seperti lebih dari <a href="https://www.theguardian.com/us-news/2021/feb/17/texas-winter-storm-sea-turtles-cold-stunned">3.500 individu penyu laut</a> terdampar di Texas, Amerika Serikat, <a href="https://www.sfgate.com/bayarea/article/pygmy-sperm-whale-California-dead-beached-15970250.php">satu individu paus sperma kerdil (<em>Pygmy sperm whale</em>)</a> di California, Amerika Serikat, <a href="https://www.bbc.com/news/world-africa-56181298">100 individu lumba-lumba</a> di Mozambik, dan baru-baru ini <a href="https://www.ndtv.com/world-news/dozens-of-whales-strand-at-notorious-new-zealand-bay-2375768">49 individu paus pilot sirip panjang</a> di Selandia Baru. </p>
<p>Sehingga, bisa dibilang bulan Februari ada fenomena global terdamparnya satwa laut, tidak saja di Indonesia.</p>
<p><strong>Apa ada penjelasan kenapa mereka terdampar di Bangkalan, Jawa Timur?</strong> </p>
<p>Kejadian terdamparnya satwa dapat menjadi jendela bagi kita untuk mengetahui adanya gangguan atau kondisi yang tidak kondusif di perairan. Sangat banyak kemungkinan penyebabnya.</p>
<p>Penyebabnya yang bersifat individual, seperti penyakit, mungkin dapat sedikit kita kesampingkan karena ternyata bulan Februari terjadi banyak kasus keterdamparan lintas wilayah dan spesies, artinya tidak terjadi di satu tempat dan tidak hanya satu jenis mamalia laut, bahkan penyu laut pun terdampak. </p>
<p>Ini mungkin berhubungan dengan kondisi cuaca ekstrem yang diprediksi oleh BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika), berupa gelombang tinggi 2 hingga 4,5 meter dan <a href="https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20201214113942-199-581764/efek-ledakan-badai-matahari-ke-bumi-aurora-dan-ganggu-radio">badai Matahari</a> yang dapat mengganggu medan magnet bumi. </p>
<p>Jadi, bisa dimengerti jika navigasi para mamalia laut terganggu karena ada perubahan pada medan magnet bumi yang dipengaruhi badai matahari. </p>
<p>Saat navigasi terganggu, maka kawanan paus pilot ini dihantam gelombang besar yang terus membuat mereka terdampar. </p>
<p>Selain itu, untuk kasus di Madura, teman-teman relawan yang berada di lokasi mengatakan adanya fenomena air terlihat kemerahan. </p>
<p>Ini menimbulkan potensi penyebab yang lain, yaitu adanya <a href="https://oceanservice.noaa.gov/hazards/hab/">HAB (<em>Harmful Algae Bloom</em>)</a> dari spesies microalgae yang memiliki toksin atau racun. </p>
<p>Namun, hal ini tentu harus dibuktikan dengan pemeriksaan sampel air di lokasi dan pengambilan sampel dari tubuh paus yang terdampar untuk studi lanjut. </p>
<p><strong>Terkait penanganan satwa laut yang terdampar, apakah ada prosedur seandainya masyarakat mendapati ada paus atau satwa laut lainnya yang terdampar?</strong> </p>
<p>Langkah awal adalah memberi laporan kepada pihak yang berwenang seperti POLAIR (polisi air) dan dinas perikanan setempat.</p>
<p>Saat petugas belum datang, mereka dapat membantu untuk memposisikan tubuh satwa ke posisi normal, di mana mereka dapat bernapas dengan baik. Perhatikan agar lubang napas menghadap ke atas dan tidak terhalang kotoran. </p>
<p>Kemudian, untuk menjaga kelembaban kulit satwa, basahi kulit satwa dengan air dengan tetap melindungi mata dan lubang napas dari air, dan memberikan bantuan menggiring ke laut bagi yang masih hidup.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/387518/original/file-20210303-19-n8ffli.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/387518/original/file-20210303-19-n8ffli.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/387518/original/file-20210303-19-n8ffli.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/387518/original/file-20210303-19-n8ffli.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/387518/original/file-20210303-19-n8ffli.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/387518/original/file-20210303-19-n8ffli.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/387518/original/file-20210303-19-n8ffli.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Warga setempat menarik Paus Pilot Sirip Pendek (Globicephala macrorhynchus) yang terdampar di Pantai Modung, Bangkalan, Jawa Timur, kembali ke lautan.</span>
<span class="attribution"><span class="source">ANTARA FOTO/Zabur Karuru/hp.</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Hingga saat ini, pemerintah pusat sudah melakukan lebih dari 100 pelatihan <a href="https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:zxqaXl_h3g4J:https://kkp.go.id/djprl/artikel/10252-pedoman-penanganan-mamalia-laut-terdampar-di-indonesia+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=nl">penanganan satwa laut yang terdampar</a> di berbagai daerah. </p>
<p>Namun, tentu saja kejadian tiba-tiba ini harus terus diantisipasi dengan membangun sistem untuk menangani kasus satwa terdampar.</p>
<p>Untuk satwa yang sudah mati, jika kondisi masih segar (kode 2) sebaiknya diserahkan kepada lembaga penelitian untuk studi lanjut paska kematian. </p>
<p>Jika hal ini tidak dimungkinkan, dapat dibantu dengan pencatatan dan pengukuran serta pengambilan sampel untuk studi lanjut.</p>
<p>Sedangkan, penanganan bangkai sendiri secara ringkas dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu: dikubur, ditenggelamkan atau dibakar. </p>
<p>Penanganan terhadap bangkai perlu dilakukan untuk menghindari <em>zoonosis</em> atau penyebaran penyakit kepada manusia.</p>
<hr><img src="https://counter.theconversation.com/content/155993/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Kasus keterdamparan paus pilot di Bangkalan, Madura, bukan kali pertama di Indonesia. Bahkan, beberapa kali dilaporkan satwa laut terdampar ke pantai di penjuru dunia.Fidelis Eka Satriastanti, Editor Lingkungan HidupLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1563792021-03-03T08:43:55Z2021-03-03T08:43:55ZSatu Tahun Pandemi: bagaimana COVID-19 membawa kutukan dan berkah bagi lingkungan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/387448/original/file-20210303-23-1vz6whc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C1917%2C1080&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">pixabay</span></span></figcaption></figure><p>Setahun berlalu, COVID-19 masih mengancam kesehatan, membatasi pergerakan, dan mengubah seluruh aspek kehidupan manusia di Bumi.</p>
<p>Bagi lingkungan, virus ini bagai pisau bermata dua. </p>
<p>Di satu sisi, ia menunjukkan persoalan pelik kehidupan satwa liar dan tata guna lahan. Di sisi lain, virus yang memaksa manusia membatasi pergerakan sosial dan fisik ini sedikit “memberikan napas” bagi Bumi untuk memulihkan diri. </p>
<p>Berikut beberapa hal yang menjadi sorotan di sektor lingkungan hidup, baik nasional maupun global : </p>
<h2>Akibat ulah manusia</h2>
<p>Hingga kini, para peneliti di dunia belum benar-benar memastikan penyebab utama dari virus corona. </p>
<p>Namun, ada kemungkinan bahwa penyebaran virus berasal dari satwa liar (<a href="https://www.cdc.gov/onehealth/basics/zoonotic-diseases.html">zoonosis</a>), seperti <a href="https://www.bbc.com/news/science-environment-55998157">kelelawar</a> yang akhirnya sampai kepada manusia. </p>
<p>Dalam perkembangannya, para peneliti menunjukkan bahwa virus yang berasal dari hewan liar terjadi akibat <a href="https://theconversation.com/semakin-banyak-kita-membabat-hutan-semakin-tinggi-risiko-muncul-penyakit-baru-bagi-manusia-135041">perambahan habitat satwa dan praktik pertanian tidak ramah lingkungan</a>. </p>
<p>Praktik-praktik tidak ramah lingkungan tersebut meningkatkan <a href="https://news.stanford.edu/2020/04/08/understanding-spread-disease-animals-human/">risiko satwa liar terpapar virus</a>, dan akhirnya menimbulkan penyakit baru bagi manusia, seperti misalnya, <a href="https://www.who.int/csr/don/13-june-2019-ebola-uganda/en/">virus Ebola</a> dan <a href="https://www.who.int/csr/don/25-october-2017-marburg-uganda/en/">virus Marburg</a> yang sempat mewabah di Uganda, serta yang terbaru SARS-CoV-2 atau virus corona. </p>
<p>Akibat penyebaran tidak terkendali, manusia akhirnya menularkan virus COVID-19 ini kepada <a href="https://www.thejakartapost.com/news/2021/02/08/seoul-launches-covid-tests-for-pets-.html">hewan peliharaan</a> (kucing dan anjing), lalu kepada <a href="https://www.nytimes.com/2020/12/15/science/covid-wild-mink-utah.html">satwa di alam liar</a> dan kebun binatang, seperti <a href="https://www.nationalgeographic.com/animals/article/tiger-coronavirus-covid19-positive-test-bronx-zoo">harimau</a> dan <a href="https://zoo.sandiegozoo.org/pressroom/news-releases/gorilla-troop-san-diego-zoo-safari-park-test-positive-covid-19">gorila</a>. </p>
<p><a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0048969720368777#!">Penelitian terbaru dari Universitas Dalhousie, Kanada</a>, bahkan sudah memperingatkan bahwa buruknya tata kelola limbah cair yang tercemar oleh SARS-CoV-2 bisa menginfeksi satwa laut yang langka, seperti paus, lumba-lumba, anjing laut, dugong, hingga beruang kutub.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/apakah-covid-19-menginfeksi-hewan-liar-ini-temuan-ahli-154941">Apakah COVID-19 menginfeksi hewan liar? Ini temuan ahli</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Emisi karbon dioksida masih meningkat</h2>
<p>Awal pemberlakuan kebijakan untuk menjaga jarak fisik di Indonesia, seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), memang sempat membuat langit lebih bersih dan udara lebih segar, terutama terlihat di daerah perkotaan, seperti DKI Jakarta. </p>
<p>Namun, peneliti menyatakan bahwa penurunan polusi udara <a href="https://theconversation.com/meski-langit-terlihat-bersih-semasa-pandemi-emisi-gas-rumah-kaca-tetap-meningkat-140946">tidak membuat emisi karbon dioksida</a>, salah satu pemicu perubahan iklim, turun.</p>
<p>Bulan Mei 2020, pusat pengamatan emisi <a href="https://research.noaa.gov">Mauna Loa Observatory di Hawai'i, Amerika Serikat</a>, mencatat ada peningkatan level karbon dioksida sebesar 2,4 bagian per sejuta (ppm), hingga total menjadi <a href="https://research.noaa.gov/article/ArtMID/587/ArticleID/2636/Rise-of-carbon-dioxide-unabated">417,1 ppm</a>.</p>
<p>Artinya, pandemi tidak serta-merta menurunkan emisi karbon dioksida. </p>
<p>Perkembangan terbaru, Badan Energi Internasional atau (<em><a href="https://www.iea.org">International Energy Agency</a></em>) telah merilis laporan terbaru emisi global dan COVID-19 menyatakan bahwa emisi karbon dioksida (CO2) dari sektor energi <a href="https://www.iea.org/news/after-steep-drop-in-early-2020-global-carbon-dioxide-emissions-have-rebounded-strongly">meningkat 2%, atau 60 juta ton, pada Desember 2020</a>, dibandingkan pada bulan sama di tahun 2019. </p>
<p>Hal ini disebabkan oleh karena kebijakan yang lebih mengutamakan pertumbuhan ekonomi selama pandemi sehingga mengesampingkan pelaksanaan kebijakan energi bersih di berbagai negara. </p>
<p>Alih-alih mengedepankan kebijakan energi bersih, pemerintah Indonesia justru menerbitkan Undang-Undang (UU) Cipta Kerja, pada Oktober 2020, yang melemahkan perlindungan lingkungan, terutama dengan <a href="https://theconversation.com/ahli-penghapusan-amdal-hanya-akan-tambah-beban-pemerintah-dan-pelaku-usaha-128916">menyederhanakan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) hingga izin lingkungan</a>, demi kemudahan investor. </p>
<p><a href="https://theconversation.com/panel-ahli-uu-cipta-kerja-tak-jamin-investor-datang-ke-indonesia-lingkungan-berpotensi-makin-rusak-147561">Para ahli hukum lingkungan</a> menegaskan bahwa lingkungan yang rusak dan wabah pandemi yang masih terjadi justru tidak akan mengundang keamanan dan kenyamanan untuk berinvestasi di Indonesia. </p>
<p>Lebih lanjut, pemerintah Indonesia juga <a href="https://www.antaranews.com/berita/1930776/indonesia-tidak-ubah-target-emisi-dalam-pembaruan-ndc">tidak menunjukkan ambisi tinggi untuk menurunkan emisi nasional</a>. </p>
<p>Tahun 2009, pemerintah Indonesia menargetkan <a href="http://ditjenppi.menlhk.go.id/berita-ppi/3150-kontribusi-penurunan-emisi-grk-nasional,-menuju-ndc-2030.html">penurunan emisi 29% (dengan usaha sendiri) dan 41% (dengan bantuan internasional) hingga tahun 2030</a>.</p>
<p>Di bawah pemerintahan Joko “Jokowi” Widodo, target ini hanya meningkat 3% menjadi 29% dengan upaya sendiri dan 41% dengan bantuan dana internasional hingga tahun 2030, yang diumumkan pada tahun 2016 lalu. </p>
<p>Hingga 2020, tidak ada perubahan target emisi dari Indonesia. </p>
<p><a href="https://theconversation.com/tiga-kerugian-indonesia-bila-tidak-meningkatkan-target-penurunan-emisi-153097">Hal ini sangat disayangkan</a> karena Indonesia merupakan salah satu negara <a href="https://www.wri.org/blog/2020/12/interactive-chart-top-emitters">penghasil emisi terbesar di dunia</a>. </p>
<h2>Masa pemulihan</h2>
<p>Selama pandemi, jeda atas aktivitas manusia ternyata memberikan <a href="https://theconversation.com/bagaimana-laut-menyembuhkan-dirinya-sendiri-selama-pandemi-141886">kesempatan laut untuk memulihkan diri</a>. </p>
<p>Sebagai contoh, <a href="http://pusriskel.litbang.kkp.go.id/index.php/en/home/2211-kata-peneliti-qwidodo-pranowoq-soal-paus-pembunuh-di-anambas-langka">paus pembunuh atau Orca (<em>Orcinus Orca</em>) terlihat di Anambas, Kepulauan Riau</a>, aktivitas pelayaran manusia berkurang selama pandemi. </p>
<p>Kedua, proses pengasaman laut yang berbahaya bagi terumbu karang (<em>coral bleaching</em>) <a href="https://www.nature.com/articles/s41558-020-0797-x">semakin berkurang</a>. </p>
<p>Terumbu karang sangat penting bagi spesies laut karena menjadi pusat aktivitas berkembang biak and pencarian makan. </p>
<p>Meski harus melakukan berbagai penelitian lanjutan, namun berkurangnya kegiatan manusia selama pandemi ternyata bisa sedikitnya memberikan kesempatan bagi habitat laut untuk memulihkan diri secara alami.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/pembatasan-fisik-akibat-pandemi-turunkan-polutan-udara-bebaskan-gerak-satwa-dan-tumbuhan-136511">Pembatasan fisik akibat pandemi turunkan polutan udara, bebaskan gerak satwa dan tumbuhan</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Pentingnya berada di alam selama pandemi</h2>
<p>Adanya pembatasan aktivitas manusia berbulan-bulan lamanya dan ketidakpastian akan kapan pandemi berakhir berujung kepada kelelahan psikologis atau disebut sebagai <a href="https://theconversation.com/sick-of-covid-19-heres-why-you-might-have-pandemic-fatigue-148294"><em>pandemic fatigue</em></a> bagi manusia. </p>
<p>Para peneliti mulai mengemukakan <a href="https://theconversation.com/ini-pentingnya-ruang-terbuka-hijau-bagi-masyarakat-perkotaan-saat-pandemi-143903">konsep ruang terbuka hijau (RTH)</a>, berupa taman kota, jalur hijau di sepanjang jalan, hingga areal di sepanjang sungai, menjadi sarana bagi manusia untuk melarikan diri dari kepenatan selama pandemi. </p>
<p><a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0203000">Riset</a> mengungkapkan bahwa interaksi manusia dengan alam sekitarnya bisa menimbulkan perasaan nyaman sehingga membuat kesehatan mental membaik.</p>
<p>Berdasarkan <a href="https://jdih.setkab.go.id/PUUdoc/176105/Perpres_60_Tahun_2020.pdf">peraturan</a>, idealnya, ruang terbuka hijau mencakup 30% dari luas suatu daerah. Namun, banyak kota di Indonesia belum sepenuhnya bisa mencapai angka ideal ini. </p>
<p><a href="https://theconversation.com/ini-pentingnya-ruang-terbuka-hijau-bagi-masyarakat-perkotaan-saat-pandemi-143903">Ada beberapa siasat</a> untuk mendapatkan manfaat dari ruang terbuka hijau ini, seperti berkebun di atap (taman atap), membangun taman vertikal, hingga taman gantung. </p>
<h2>Tantangan sampah</h2>
<p>Masalah lainnya adalah sampah. </p>
<p>Bank Pembangunan Asia memprediksi bahwa DKI Jakarta bisa menghasilkan tambahan <a href="https://www.eco-business.com/news/adb-coronavirus-could-leave-major-southeast-asian-cities-with-1000-extra-tonnes-of-medical-waste-per-day/">12.720 ton limbah medis</a> berupa sarung tangan, baju Alat Pelindung Diri(APD), masker, dan kantong infus selama 60 hari selama pandemi.</p>
<p>Jumlah sampah media yang meningkat menambah beban <a href="https://theconversation.com/empat-cara-mengelola-limbah-masker-dan-apd-selama-pandemi-covid-19-mana-yang-lebih-efektif-135956">penanganan sampah</a>, baik nasional dan global, yang saat ini masih belum teratasi. </p>
<p>Dalam 4 tahun, para peneliti memprediksikan sampah berbahan plastik di lautan akan mencapai setidaknya <a href="https://www.iswa.org/fileadmin/user_upload/Calendar_2011_03_AMERICANA/Science-2015-Jambeck-768-71__2_.pdf">250 juta ton</a>. </p>
<p>Pemerintah Indonesia sendiri sudah berkomitmen untuk mengurangi sampah plastik laut <a href="https://globalplasticaction.org/wp-content/uploads/NPAP-Indonesia-Multistakeholder-Action-Plan_April-2020.pdf">sebesar 70% selama periode 2018-2025</a>.</p>
<p>Hingga kini, belum ada data resmi dari pemerintah Indonesia kepada publik sudah sejauh mana target ini bisa atau sudah tercapai. </p>
<p>Pandemi menunjukkan bagaimana persoalan lingkungan menjadi semakin mendesak dan perlu ada komitmen serta penerapan yang serius untuk menyelamatkan manusia dari dampak krisis iklim yang kini sedang terjadi. </p>
<hr><img src="https://counter.theconversation.com/content/156379/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Pandemi berimbas baik dan buruk bagi lingkungan hidup, untuk Indonesia dan global.Fidelis Eka Satriastanti, Editor Lingkungan HidupLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1559592021-03-03T07:36:30Z2021-03-03T07:36:30ZRatusan spesies ikan, termasuk yang banyak dimakan manusia, memakan plastik<p>Triliunan <a href="https://theconversation.com/far-more-microplastics-floating-in-oceans-than-thought-51974">partikel plastik yang nyaris tak terlihat</a>, baik di permukaan hingga <a href="https://doi.org/10.1038/s41598-019-44117-2">lautan dalam</a>, mengapung di lautan dunia.</p>
<p>Partikel plastik yang disebut sebagai mikroplastik ini terbentuk ketika plastik besar, seperti kantong belanja dan pembungkus makanan, terurai.</p>
<p>Para peneliti khawatir dengan mikroplastik karena ukuran yang sangat kecil, tersebar luas dan mudah dikonsumsi oleh satwa liar, baik <a href="https://theconversation.com/bait-and-switch-anchovies-eat-plastic-because-it-smells-like-prey-81607">sengaja atau tidak sengaja</a>. </p>
<p>Kami mempelajari <a href="https://scholar.google.com/citations?user=uo1sSBwAAAAJ&hl=en">ilmu kelautan</a> dan <a href="https://scholar.google.com/citations?user=8Gb9COIAAAAJ&hl=en">perilaku satwa</a>, serta ingin memahami seberapa besar masalah ini. </p>
<p>Dalam studi yang baru diterbitkan yang kami lakukan dengan ahli ekologi <a href="https://scholar.google.com/citations?user=mI9gJxIAAAAJ&hl=en">Elliot Hazen</a>, kami mempelajari bagaimana ikan laut, termasuk spesies yang dikonsumsi oleh manusia - menelan partikel dalam berbagai ukuran. </p>
<p>Sejauh ini, kami menemukan setidaknya <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/gcb.15533">386 spesies ikan laut</a>, termasuk 210 spesies komersial menelan serpihan plastik. </p>
<p>Namun, angka ini semakin meningkat. </p>
<p>Kami memperkirakan ini disebabkan oleh metode untuk mendeteksi mikroplastik berkembang dan polusi plastik di lautan meningkat. </p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/LiH3f6AKFbc?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Para peneliti di Akuarium Monterey Bay, California, telah menemukan mikroplastik dari permukaan hingga dasar laut, dikonsumsi oleh berbagai makhluk laut.</span></figcaption>
</figure>
<h2>Memecahkan teka-teki plastik</h2>
<p>Satwa liar memakan plastik bukan hal yang baru. </p>
<p>Masalah ini mencuat pertama kali saat ada observasi atas <a href="https://doi.org/10.2307/4083505">perut seekor burung laut pada 1969</a>. </p>
<p>Tiga tahun kemudian, para peneliti melaporkan bahwa ikan di lepas pantai selatan New England <a href="http://dx.doi.org/10.1126/science.178.4062.749">menelan plastik kecil</a>.</p>
<p>Sejak itu, lebih dari 100 makalah ilmiah telah menemukan konsumsi plastik terjadi pada berbagai macam spesies ikan. </p>
<p>Namun, setiap studi hanya berperan sebagai bagian kecil dari teka-teki yang sangat penting. </p>
<p>Untuk melihat masalah ini lebih jelas, kami harus menyusun bagian-bagian tersebut. </p>
<hr>
<figure class="align-right ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p><strong><em>Tulisan ini bagian dari <a href="https://theconversation.com/uk/topics/oceans-21-96784">Oceans 21</a></em></strong>
<br><em>Serial kami terkait lautan global yang dibuka dengan <a href="https://oceans21.netlify.app">5 profil samudra</a>. Nantikan artikel-artikel baru terkait keadaan laut dunia menjelang konferensi iklim PBB berikutnya, C0P26. Serial ini merupakan persembahan dari jaringan internasional The Conversation.</em> </p>
<hr>
<p>Kami telah membuat basis data tentang konsumsi plastik oleh ikan laut, dari makalah ilmiah yang terbit dari tahun 1972 hingga 2019. </p>
<p>Kami mengumpulkan berbagai informasi dari setiap makalah, termasuk spesies ikan yang diteliti, jumlah ikan yang memakan plastik, dan kapan mereka ditangkap. </p>
<p>Kami juga mempelajari lokasi ikan-ikan ini ditemukan karena ada beberapa kawasan dengan polusi plastik lebih banyak ketimbang daerah lain. </p>
<p>Kami mengidentifikasi makanan, habitat, dan perilaku memakan, misalnya apakah memakan ikan lain atau merumput alga, bagi setiap spesies di data tersebut. </p>
<p>Dengan menganalisis data ini secara keseluruhan, kami ingin memahami tidak hanya berapa banyak ikan yang memakan plastik, tetapi juga faktor lain yang menyebabkan ikan-ikan ini memakan plastik. </p>
<p>Trend yang kami temukan mengejutkan dan mengkhawatirkan. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/383117/original/file-20210208-17-6vwa8h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Kantong plastik mengapung di permukaan air." src="https://images.theconversation.com/files/383117/original/file-20210208-17-6vwa8h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/383117/original/file-20210208-17-6vwa8h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/383117/original/file-20210208-17-6vwa8h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/383117/original/file-20210208-17-6vwa8h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/383117/original/file-20210208-17-6vwa8h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/383117/original/file-20210208-17-6vwa8h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/383117/original/file-20210208-17-6vwa8h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Hiu macan tutul berenang melewati plastik di perairan dangkal California selatan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.ralphpace.com">Ralph Pace</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nd/4.0/">CC BY-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Masalah global</h2>
<p>Penelitian kami menemukan bahwa ikan laut di seluruh dunia menelan plastik. </p>
<p>Menurut 129 makalah ilmiah di basis data kami, peneliti melakukan studi terhadap 555 spesies ikan di seluruh dunia. </p>
<p>Kami menjadi khawatir karena menemukan lebih dari dua pertiga spesies tersebut telah memakan plastik.</p>
<p>Salah satu hal penting diperhatikan adalah tidak semua studi ini terkait mikroplastik. </p>
<p>Hal ini kemungkinan karena menemukan mikroplastik memerlukan peralatan khusus, seperti mikroskop atau menggunakan teknik yang lebih kompleks. </p>
<p>Namun, ketika para peneliti memang mencari mikroplastik, mereka menemukan 5 kali lebih banyak plastik pada setiap ikan daripada saat meneliti plastik yang lebih besar. </p>
<p>Studi yang bisa mendeteksi ancaman yang sebelumnya tidak terlihat ini mengungkapkan bahwa konsumsi plastik lebih tinggi daripada yang kami kira pada awalnya.</p>
<p>Tinjauan kami selama 4 tahun penelitian mengindikasikan bahwa ikan yang mengkonsumsi plastik sedang meningkat. </p>
<p><a href="http://www.gesamp.org/publications/microplastics-in-the-marine-environment-part-2">Penilaian internasional dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 2016</a> menunjukkan jumlah spesies ikan laut dengan plastik telah bertambah 4 kali lipat.</p>
<p>Dalam satu dekade terakhir, proporsi ikan yang memakan plastik telah bertambah 2 kali lipat pada semua spesies. </p>
<p>Studi yang terbit pada 2010-2013 menemukan bahwa rata-rata 15% ikan sampel mengandung plastik; dalam studi 2017-2019, jumlah tersebut menjadi 33%.</p>
<p>Kami melihat ada dua alasan mengapa tren ini terjadi. </p>
<p>Pertama, teknik ilmiah untuk mendeteksi mikroplastik telah berkembang selama 5 tahun terakhir. </p>
<p>Banyak studi awal yang kami tinjau mungkin belum menemukan mikroplastik karena para peneliti tidak bisa melihatnya. </p>
<p>Kedua, ada kemungkinan bahwa ikan memang memakan lebih banyak plastik dari ke waktu karena polusi plastik laut meningkat <a href="http://dx.doi.org/10.1126/science.aba9475">secara global</a>. </p>
<p>Jika ini benar, kami memperkirakan bahwa situasi akan memburuk. </p>
<p>Beberapa studi kuantifikasi sampah plastik memproyeksikan jumlah sampah polusi di laut akan <a href="http://dx.doi.org/10.1126/science.aba3656">terus meningkat</a> selama <a href="http://dx.doi.org/%2010.1126/sciadv.1700782">beberapa dekade selanjutnya</a>.</p>
<p><iframe id="vmUzZ" class="tc-infographic-datawrapper" src="https://datawrapper.dwcdn.net/vmUzZ/3/" height="400px" width="100%" style="border: none" frameborder="0"></iframe></p>
<h2>Faktor-faktor risiko</h2>
<p>Meskipun temuan kami mungkin memperlihatkan bahwa ikan di lautan telah banyak tertutupi oleh plastik hingga ke insang mereka, situasi ini sebenarnya lebih kompleks. </p>
<p>Dalam tinjauan kami, hampir sepertiga spesies yang diteliti tidak ditemukan telah menelan plastik. </p>
<p>Dan, walaupun studi memang melaporkan konsumsi plastik, para peneliti tidak menemukan plastik dalam setiap ikan. </p>
<p>Pada seluruh studi dan spesies, sekitar satu dari 4 ikan mengandung plastik, sebagian kecil yang tampaknya bertambah seiring dengan waktu. </p>
<p>Ikan yang memang memakan plastik biasanya hanya mengandung satu atau dua serpihan di dalam perut mereka. </p>
<p>Dalam pandangan kami, hal ini mengindikasikan bahwa konsumsi plastik oleh ikan mungkin menyebar luas, tetapi tidak bisa dikatakan terjadi secara universal. </p>
<p>Tidak juga terjadi secara acak. </p>
<p>Kebalikannya, kami bisa memprediksi spesies mana yang lebih mungkin memakan plastik berdasarkan lingkungan, habitat, dan perilaku makan mereka.</p>
<p>Sebagai contoh, ikan-ikan seperti hiu, kerapu, dan tuna yang memburu ikan lain atau makhluk laut sebagai makanan lebih mungkin memakan plastik. </p>
<p>Konsekuensinya, spesies yang berposisi lebih tinggi dalam rantai makanan lebih mengalami risiko yang besar.</p>
<p>Kami tidak terkejut bahwa jumlah plastik yang dimakan ikan juga tampaknya bergantung pada berapa banyak plastik yang ada di lingkungan mereka. </p>
<p>Spesies yang hidup di wilayah laut yang diketahui mengandung polusi plastik, seperti Laut Mediterania dan pantai Asia Timur, ditemukan dengan kandungan plastik yang lebih dalam perut mereka.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1339067730306031618"}"></div></p>
<h2>Dampak penggunaan plastik</h2>
<p>Ini bukan hanya menyangkut masalah konservasi kehidupan liar. </p>
<p>Para peneliti tidak tahu banyak tentang dampak memakan plastik pada ikan atau manusia. </p>
<p>Namun, terdapat bukti bahwa mikroplastik dan potongan yang lebih kecil yang disebut <a href="https://doi.org/10.1038/s41565-019-0437-7">nanoplastik</a> bisa berpindah dari perut ikan ke <a href="https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2019.134625">jaringan otot ikan</a>, bagian yang biasanya dimakan manusia. </p>
<p>Temuan kami menyoroti perlunya studi untuk menganalisis seberapa seringnya plastik berpindah dari ikan ke manusia dan dampak yang mungkin terjadi pada badan manusia. </p>
<p>Tinjauan kami adalah langkah menuju pemahaman masalah global terkait polusi plastik laut. </p>
<p>Lebih dari 20.000 spesies ikan laut, hanya sekitar 2% yang telah diuji terkait konsumsi plastik. </p>
<p>Dan, banyak bagian laut yang masih tersisa untuk diteliti. </p>
<p>Terlepas dari itu, apa yang menjadi jelas bagi kita adalah <em>“out of sight, out of mind”</em> bukanlah respons yang efektif dalam menghadapi polusi laut, terutama ketika polusi ini hadir di atas piring kita.</p>
<hr>
<p><em>Ignatius Raditya menerjemahkan ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/155959/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Alexandara Mcinturf memiliki aflisiasi dengan The Ethogram (<a href="https://theethogram.com/">https://theethogram.com/</a>).</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Matthew Savoca menerima dana dari National Geographic Society dan National Science Foundation.</span></em></p>As more and more plastic trash permeates the Semakin banyak sampah plastik di lautan, serpihan plastik masuk ke dalam ikan dan kerang - dan berpotensi juga masuk ke manusiaAlexandra McInturf, PhD Candidate in Animal Behavior, University of California, DavisMatthew Savoca, Postdoctoral researcher, Stanford UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1549412021-02-11T05:08:09Z2021-02-11T05:08:09ZApakah COVID-19 menginfeksi hewan liar? Ini temuan ahli<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/383231/original/file-20210209-13-7c2i8n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=20%2C6%2C4550%2C3045&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Seekor cerpelai di Utah adalah hewan liar pertama di AS dengan terinfeksi COVID-19.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://es.wikipedia.org/wiki/Neovison_vison#/media/Archivo:American_mink_geograph.co.uk_2083077.jpg">Peter Trimming via Wikipedia</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span></figcaption></figure><p>Selama pandemi COVID-19, para peneliti telah menemukan infeksi virus corona pada hewan peliharaan <a href="https://www.aphis.usda.gov/animal_health/one_health/downloads/sars-cov2-in-animals.pdf">anjing dan kucing</a> dan beberapa binatang di kebun binatang, termasuk <a href="https://dx.doi.org/10.1128%2FmBio.02220-20">kucing besar</a> dan <a href="https://zoo.sandiegozoo.org/pressroom/news-releases/gorilla-troop-san-diego-zoo-safari-park-test-positive-covid-19">gorila</a>. </p>
<p>Infeksi ini bahkan terjadi walaupun staf menggunakan <a href="https://www.zooknoxville.org/wp-content/uploads/2020/10/028-Zoo-Knoxville-Tiger-Tests-Positive-for-SARS-CoV-2-.pdf?_ga=2.16313462.1707933573.1604353641-1319189766.1604071942">alat perlindungan diri</a> (APD). </p>
<p>Bulan Desember, Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) mengonfirmasi kasus pertama <a href="https://www.nytimes.com/2020/12/15/science/covid-wild-mink-utah.html">binatang liar terinfeksi SARS-CoV-2</a>, virus yang menyebabkan wabah COVID-19. </p>
<p>Para peneliti menemukan cerpelai liar yang terinfeksi virus di Utah, AS, dekat peternakan cerpelai yang sudah terjangkit virus COVID-19. </p>
<p>Apakah manusia menularkan virus ini ke hewan liar? Jika benar, apa artinya ini bagi binatang liar dan manusia?</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/378920/original/file-20210114-17-1paq4i9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Seekor anjing menjilati muka anak perempuan." src="https://images.theconversation.com/files/378920/original/file-20210114-17-1paq4i9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/378920/original/file-20210114-17-1paq4i9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/378920/original/file-20210114-17-1paq4i9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/378920/original/file-20210114-17-1paq4i9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/378920/original/file-20210114-17-1paq4i9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/378920/original/file-20210114-17-1paq4i9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/378920/original/file-20210114-17-1paq4i9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Biasanya, virus memerlukan kontak yang sangat dekat untuk berpindah spesies.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/photo/young-girl-with-dog-in-snowy-landscape-dog-licking-royalty-free-image/926873654?adppopup=true">Jenn Austin-Driver/Image Source via Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Cara virus berpindah antar spesies</h2>
<p>Kami adalah <a href="https://scholar.google.com/citations?hl=en&user=iAQr9XwAAAAJ">dua ilmuwan</a> yang mempelajari <a href="https://scholar.google.com/citations?hl=en&user=pgjLWAEAAAAJ">virus di kehidupan liar</a> dan sekarang <a href="https://sites.tufts.edu/CoVERS">meneliti</a> potensi transmisi SARS-CoV-2 dari manusia ke binatang peliharaan dan hewan liar.</p>
<p>Ketika virus berpindah dari satu spesies ke spesies lain, ilmuwan menyebutnya sebagai <em>spillover</em>. Untungnya, <a href="https://doi.org/10.1038/nrmicro.2017.45">ini tidak mudah terjadi</a>.</p>
<p>Untuk bisa menginfeksi spesies baru, suatu virus harus terikat pada protein sel dan masuk ke dalam sel, tanpa terhalang oleh sistem imun. </p>
<p>Setelah itu, virus ini akan menghindari <a href="https://doi.org/10.1016/j.coviro.2011.07.002">antibodi dan penyerang antivirus lainnya</a> dan mereplikasi diri dengan tingkat yang cukup tinggi untuk bisa menular ke binatang berikutnya.</p>
<p>Ini biasanya berarti bahwa semakin dekat kekerabatan antara dua spesies tersebut, semakin besar kemungkinan mereka terjangkit virus yang sama. </p>
<p>Simpanse, spesies yang memiliki kekerabatan paling dekat dengan manusia, <a href="https://www.sciencemag.org/news/2020/05/primatologists-work-keep-great-apes-safe-coronavirus">bisa tertular dan sakit oleh banyak virus dari manusia</a>. </p>
<p>Awal bulan ini, dokter hewan di Kebun Binatang San Diego, AS, mengumumkan bahwa <a href="https://zoo.sandiegozoo.org/pressroom/news-releases/gorilla-troop-san-diego-zoo-safari-park-test-positive-covid-19">kawanan gorila di kebun binatang tersebut terinfeksi oleh SARS-CoV-2</a>. </p>
<p>Ini mengindikasikan ada kemungkinan virus ini berpindah dari manusia ke relatif terdekat. </p>
<p>Beberapa virus cenderung menetap di satu spesies atau spesies yang berkerabat dekat, sedangkan virus lain tampaknya lebih mampu berpindah ke banyak spesies. </p>
<p>Influenza, contohnya, bisa menginfeksi <a href="https://www.cdc.gov/flu/other/index.html">berbagai jenis hewan, dari burung gereja hingga paus</a>. Virus corona diketahui <a href="https://dx.doi.org/10.1038%2Fs41579-018-0118-9">biasanya menular ke antar spesies</a>.</p>
<p>Penting untuk bisa mengetahui berapa banyak dan spesies mana bisa terinfeksi SARS-CoV-2, serta spesies mana saja menyebarkan virus ini. </p>
<h2>Mencari COVID-19 di kehidupan liar</h2>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/378873/original/file-20210114-23-gwnpbt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Dokter hewan memberi makan kelelawar dari botol." src="https://images.theconversation.com/files/378873/original/file-20210114-23-gwnpbt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/378873/original/file-20210114-23-gwnpbt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/378873/original/file-20210114-23-gwnpbt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/378873/original/file-20210114-23-gwnpbt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/378873/original/file-20210114-23-gwnpbt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/378873/original/file-20210114-23-gwnpbt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/378873/original/file-20210114-23-gwnpbt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Dokter hewan di kehidupan liar sudah terkondisikan untuk mencari tanda-tanda infeksi virus corona pada binatang liar.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/photo/baby-bat-drinking-bottle-royalty-free-image/1210674530?adppopup=true">F.J. Jimenez/Moment via Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Untuk <em>spillover</em> SARS-CoV-2 dari manusia-ke-binatang liar bisa terjadi, seekor hewan harus terpapar virus dengan dosis tinggi dan terinfeksi. </p>
<p>Situasi dengan risiko tinggi adalah ketika kontak langsung dengan manusia, seperti <a href="https://www.nytimes.com/2020/08/01/science/Covid-bats.html">dokter hewan yang merawat hewan yang cidera</a>. </p>
<p>Kontak antara orang sakit dan hewan peliharaan atau hewan ternak juga menyebabkan risiko. Ini terjadi karena binatang domestik bisa berperan sebagai perantara virus, menularkan ke binatang liar.</p>
<p>Cara lain COVID-19 bisa menular dari manusia ke binatang adalah melalui infeksi tidak langsung, <a href="https://www.smithsonianmag.com/smart-news/can-marine-mammals-catch-covid-19-new-study-says-its-possible-180976471/">seperti melalui air limbah</a>. </p>
<p>COVID-19 dan patogen lainnya bisa dideteksi dalam air limbah, yang kebanyakan dibiarkan dan dibuang ke lingkungan, membahayakan bagi binatang liar seperti mamalia laut. </p>
<p>Ini diduga penyebab <a href="https://doi.org/10.1371/journal.pone.0062259">gajah laut di California terinfeksi influenza H1N1</a> ketika pandemi flu babi tahun 2009.</p>
<p>Untuk mempelajari apakah telah terjadi <em>spillover</em> SARS-CoV 2, tim kami di Universitas Tufts bermitra dengan para dokter hewan dan penjaga suaka alam berlisensi di AS untuk mengambil sampel dan melakukan tes terhadap hewan yang mereka jaga. </p>
<p>Melalui projek ini, kami telah menguji hampir 300 hewan liar dari sedikitnya 20 spesies. </p>
<p>Sejauh ini, dari kelelawar ke anjing laut ke anjing hutan, tidak ada yang menunjukkan COVID-19 melalui swab atau uji coba antibodi. </p>
<p>Para peneliti lain telah meluncurkan monitoring pada hewan liar di beberapa tempat di mana hewan dalam penangkaran telah terinfeksi. </p>
<p>Konfirmasi infeksi pertama terdapat pada cerpelai liar yang ditemukan <a href="https://promedmail.org/promed-post/?id=8015608">di dekat peternakan cerpelai yang terinfeksi</a>. </p>
<p>Masih belum jelas bagaimana cerpelai liar ini bisa terkena virus corona, tetapi kepadatan tinggi dari cerpelai yang terinfeksi dan penularan berpotensi dari mereka membuat lokasi ini berisiko tinggi. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/379075/original/file-20210115-19-1wi7axu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Foto gorila muda dengan gorila dewasa di alam liar." src="https://images.theconversation.com/files/379075/original/file-20210115-19-1wi7axu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/379075/original/file-20210115-19-1wi7axu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/379075/original/file-20210115-19-1wi7axu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/379075/original/file-20210115-19-1wi7axu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/379075/original/file-20210115-19-1wi7axu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/379075/original/file-20210115-19-1wi7axu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/379075/original/file-20210115-19-1wi7axu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Gorila pernah terinfeksi oleh virus manusia di masa lalu dan sekarang rentan terhadap virus corona.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Mountain_gorilla_(Gorilla_beringei_beringei)_11.jpg">Thomas Fuhrmann via Wikimedia Commons</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Buruk bagi hewan, buruk bagi manusia</h2>
<p>Ketika suatu virus menginfeksi spesies baru, virus itu kadang bermutasi, beradaptasi, mereplikasi, dan menular dengan lebih efisien ke hewan baru. </p>
<p>Ini disebut sebagai adaptasi inang. Ketika suatu virus berpindah ke inang baru dan mulai beradaptasi, hasilnya tidak bisa diprediksi.</p>
<p>Akhir tahun 2020, ketika SARS-CoV-2 menular ke cerpelai ternak di Denmark, <a href="https://www.who.int/csr/don/03-december-2020-mink-associated-sars-cov2-denmark/en/">virus itu perlu mengalami mutasi yang tidak umum pada manusia</a>. </p>
<p>Beberapa dari mutasi ini terjadi pada bagian virus yang dirancang untuk dikenali oleh vaksin. </p>
<p>Dan, ini tidak hanya terjadi sekali. Mutasi-mutasi ini <a href="https://doi.org/10.1126/science.abe5901">muncul sendiri pada peternakan cerpelai berkali-kali</a>. </p>
<p>Meskipun belum jelas apakah ada dampak mutasi ini pada penyakit manusia atau vaksin, ini adalah tanda adaptasi inang yang memungkinkan varian dari virus untuk bertahan dan muncul kembali dari inang hewan di masa depan. </p>
<p>Risiko lainnya adalah SARS-CoV-2 bisa menyebabkan penyakit pada hewan. </p>
<p>Para ahli ekologi terutama sangat khawatir tentang spesies langka, seperti <a href="https://www.aaha.org/publications/newstat/articles/2020-12/endangered-black-footed-ferret-gets-experimental-covid-19-vaccine-in-colorado/">musang berkaki hitam</a>, yang berkerabat dekat dengan cerpelai dan dianggap sangat rentan dengan virus tersebut.</p>
<p><em>Spillover</em> manusia-ke-hewan liar pernah terjadi. </p>
<p>Akhir abad ke-20, virus Ebola berpindah dari manusia ke kera besar dan berakibat <a href="https://doi.org/10.1038/543S56a">parah bagi hewan-hewan langka</a>. </p>
<p>Saat ini, virus pernapasan manusia telah <a href="https://doi.org/10.1007/s10393-020-01506-8">terdeteksi pada populasi gorila gunung yang langka</a> dan sudah menyebabkan kematian.</p>
<p>Namun, risiko terbesar bagi manusia adalah <em>spillover</em> bisa berujung pada virus corona menciptakan reservoir pada hewan dan wilayah baru. </p>
<p>Ini menjadi kesempatan penyebaran jenis COVID-19 baru ke manusia di masa depan. </p>
<p>Bulan ini, para peneliti mempublikasikan makalah yang menunjukkan bahwa ini telah terjadi dalam skala kecil dengan penularan <a href="https://doi.org/10.1126/science.abe5901">manusia-ke-cerpelai-ke-manusia di peternakan cerpelai</a> di Denmark.</p>
<p>Meski tim kami tidak menemukan bukti COVID-19 pada hewan liar di AS saat ini, kami menemukan bukti adanya <em>spillover</em> pada anjing dan kucing, serta hewan di kebun binatang. </p>
<p>Penemuan cerpelai liar yang terinfeksi mengonfirmasi ketakutan kami. </p>
<p>Menemukan hewan liar pertama yang terindeksi COVID-19 secara alami itu mengkhawatirkan, tetapi sayangnya, kejadian ini bukannya tak terduga.</p>
<hr>
<p><em>Ignatius Raditya menerjemahkan ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/154941/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Jonathan Runstadler menerima dana dari NIH/NIAID.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Kaitlin Sawatzki menerima dana dari NIH/NIAID.</span></em></p>COVID-19 telah ditemukan pada hewan peliharaan, di kebun binatang dan cerpelai liar di Utah. Mengawasi COVID-19 pada binatang liar penting bagi hewan dan manusia, keduanya berisiko tertular virus.Jonathan Runstadler, Professor of Infectious Disease and Global Health, Cummings School of Veterinary Medicine, Tufts UniversityKaitlin Sawatzki, Postdoctoral Infectious Disease Researcher, Tufts UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1497432020-11-18T02:32:38Z2020-11-18T02:32:38ZProfesor Jatna Supriatna: dedikasikan diri untuk hayati melalui riset<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/369967/original/file-20201118-17-eekdre.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C2995%2C2061&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Profesor Jatna Supriatna ketika menjadi pembicara di salah satu sesi diskusi panel di Paviliun Indonesia pada Konferensi Perubahan Iklim (COP/UNFCC) ke-23 Fiji di Bonn, Jerman</span> <span class="attribution"><span class="source">ANTARA FOTO/Saptono/Kye/17</span></span></figcaption></figure><p>Profesor Jatna Supriatna adalah peneliti dan dosen biologi di <a href="https://www.sci.ui.ac.id/staf-pengajar-biologi/">Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Indonesia</a> yang sudah berkecimpung dalam bidang ini selama 42 tahun dan kecintaannya pada alam bukan sekedar slogan, tapi juga tindakan. </p>
<p>Profesor Jatna sangat aktif berkecimpung di dunia riset dan penelitiannya banyak mendapat pengakuan dari kalangan akademisi di tingkat global. </p>
<p>Juli lalu, Profesor Jatna baru merilis risetnya untuk jurnal lingkungan internasional <a href="https://www.researchgate.net/publication/343331218_Deforestation_on_the_Indonesian_island_of_Sulawesi_and_the_loss_of_primate_habitat/link/5f43c444a6fdcccc43f584ac/download"><em>Global Ecology and Conservation</em></a>_ tentang laju deforestasi di Pulau Sulawesi yang mengancam habitat primata endemik kawasan itu. </p>
<p>Dari riset ini, perkebunan kelapa sawit jadi salah satu pihak yang bertanggung jawab terhadap kencangnya laju deforestasi. </p>
<p>“Kita menyadari bahwa kita ini tinggal di negara yang kaya akan keanekaragaman hayati sehingga tidak merasa ingin mencari tahu kekayaan itu dan memanfaatkannya dengan bertanggung jawab. Kita seperti dilanda <em>environmental curse</em> [kutukan sumber daya lingkungan],” kata Profesor Jatna merujuk pada Indonesia yang semakin tidak peduli dan bertindak eksploitatif pada kekayaan alam yang dimilikinya. </p>
<p>Karena dedikasinya pada alam dan keanekaragaman hayati, namanya pun sering kali disematkan sebagai nama spesies temuan baru pada hewan Tarsius, seperti <em><a href="https://www.mongabay.co.id/2017/05/06/dua-spesies-tarsius-baru-yang-menginspirasi-yoda-ditemukan-di-sulawesi/">Tarsius Supriatnai</a></em>, <em><a href="https://theconversation.com/jatna-supriatna-naturalis-yang-blusukan-di-pedalaman-sulawesi-102194">Draco supriatnai</a></em> yang berasal dari Kepulauan Togian, Sulawesi (2007) dan <em><a href="https://www.mongabay.co.id/2020/06/01/cyrtodactylus-jatnai-spesies-baru-di-taman-nasional-bali-barat/">Cyrtodactylus jatnai</a></em> yang merupakan reptil endemik di daerah Bali sebelah barat. </p>
<p>Lebih lanjut, paling tidak ada tiga kelompok hewan [takson] yang ditemukan Profesor Jatna, yaitu tokek <a href="https://reptile-database.reptarium.cz/species?genus=Gekko&species=iskandari"><em>Gekko iskandari</em></a> (2000), <a href="https://www.researchgate.net/publication/238446935_Tarsius_tumpara_A_New_Tarsier_Species_from_Siau_Island_North_Sulawesi">Tarius tumpara</a> (2008) dan jenis ular <a href="https://scholar.ui.ac.id/en/publications/description-of-a-second-species-of-the-genus-rabdion-dum%C3%A9ril-bibr">Rabdion grovesi</a> (2015) yang hanya ada di wilayah Sulawesi. </p>
<p>Atas semua dedikasinya untuk alam ia meraih berbagai penghargaan. Mulai dari <em><a href="https://landscape.id/person/jatna-supriatna">Officer of the Most Excellence Order of Golden Ark</a></em> dari Kerajaan Belanda pada 1999 dan <em><a href="https://www.habibiecenter.or.id/habibie-award">Habibie Award</a></em> pada 2008. </p>
<p>Profesor Jatna
juga mendapatkan penganugerahan <em><a href="https://www.ui.ac.id/konsisten-di-bidang-konservasi-jatna-supriatna-raih-penghargaan/">Lifetime Achievement Award and Leadership on Biodiversity Conservation</a></em>, penghargaan perlindungan keanekaragamaman hayati di Bali pada 2017 dari <a href="https://www.conservation.org">Organisasi Konservasi Internasional</a>.</p>
<h2>Manis-pahit dedikasi</h2>
<p>Di kalangan peneliti, Jatna ibarat seorang begawan. Sejak 1975, ia mendedikasikan diri menyusuri pedalaman dan hutan nusantara. Hampir seluruh hutan di Indonesia sudah dijelajahinya, tidak dalam waktu singkat namun bisa berbilang bulan, bahkan tahun. </p>
<p>“Menyenangkan sekali ya kalau sudah masuk hutan, kalau kembali ke kota itu malah jadi bingung. Karena kalau di hutan kan aman saja,” kata Jatna. </p>
<p>Tentu saja banyak sekali momen tak terlupakan, dari terjangkit malaria dan merayakan Lebaran di rumah sakit karena malaria di Kalimantan Tengah. Di Papua, dia juga terkena malaria. </p>
<p>“Jenisnya macam-macam pula itu. Tapi itu risiko ya, keluar masuk hutan atau kerja peneliti,” ujar Jatna. </p>
<p>Dalam perjalanannya, berinteraksi dengan suku-suku asli yang tinggal di pedalaman juga bukan hal baru, itu adalah bagian dari kerinduannya menjelajah daerah yang jauh, belum tersentuh pembangunan. </p>
<p>Dia jatuh cinta dengan Mentawai yang adatnya kental dengan narasi menjaga dan melestarikan lingkungan hidup dengan cara mereka. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/369968/original/file-20201118-23-1qk6eqx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/369968/original/file-20201118-23-1qk6eqx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/369968/original/file-20201118-23-1qk6eqx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/369968/original/file-20201118-23-1qk6eqx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/369968/original/file-20201118-23-1qk6eqx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/369968/original/file-20201118-23-1qk6eqx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/369968/original/file-20201118-23-1qk6eqx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Profesor Jatna Supriatna ketika dalam salah satu ekspedisinya di Flores, Nusa Tenggara Timur.</span>
<span class="attribution"><span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>“Mereka itu kalau menebang satu pohon, harus menanam dua pohon sebagai gantinya. Lalu mereka juga memanah monyet, <em>nah</em> dulu asumsinya kan oleh peneliti Barat kalau terus-terusan seperti ini, lama-lama monyet akan punah. Setelah kita teliti, ternyata tidak mungkin karena buat suku asli, berburu itu ada masanya, alatnya pun hanya panah,” tutur Jatna.</p>
<p>“Dan kalau kita lihat tengkorak-tengkorak yang dipajang rumah adat mereka, sebenarnya itu monyet-monyet yang sudah tua. Jadi ada kearifan lokal yang secara turun-temurun bahwa sebenarnya mereka meremajakan primata itu.” </p>
<p>Hampir di setiap perjalanannya, Jatna menangkap dan mempelajari secara utuh kekayaan ragam hayati, budaya dan manusia yang ada di dalamnya. Meski demikian, bahasa bukan kendala. </p>
<p>“Rata-rata mereka bisa berbahasa Indonesia walaupun patah-patah. Kalau tidak, kita pakai bahasa isyarat.” </p>
<h2>Menyenangi, jadi ‘kebablasan’</h2>
<p>Lahir di Bali pada 7 September 1951, Jatna menghabiskan masa kecilnya berpindah-pindah kota karena mengikuti orangtua. Sejak usia dini dia sudah melihat banyak bahasa, budaya dan orang dengan berbagai keunikannya. </p>
<p>“Saya anak tentara, jadi kami sering berpindah-pindah. Lahir di Bali, lalu ke Lombok, Sulawesi sampai SD [Sekolah Dasar], di Jawa Barat di Banjar perbatasan waktu SMP [Sekolah Menengah Pertama], lalu SMA [Sekolah Menengah Atas] di Tasikmalaya. Hidup saya menarik.” </p>
<p>Orang tuanya mengenalkan Jatna – dan kesepuluh saudaranya – pada banyak kegiatan luar ruang seperti berkemah, menelusuri kawasan hutan, juga bermain ke pantai. </p>
<p>“Waktu SMA kita naik gunung Galunggung di Tasik[malaya]. Ayah saya kebetulan punya kebun di gunung itu. Saya jadi menyenangi alam, akhirnya jadi kebablasan,” kata Jatna. </p>
<p>Selain ayahnya, ternyata Karl May adalah sosok yang berpengaruh besar dalam pilihan hidup Jatna. Lewat tokoh rekaannya, Old Shatterhand dan kepala suku Indian Mescalero Apache Winnetou, penulis Jerman ini membawa Jatna muda ikut merasakan berpetualang di kehidupan padang rumput Amerika pada abad ke-18. </p>
<p>“Pas ke Amerika, saya sebetulnya diterima di New Haven dan Michigan tetapi saya tidak ambil. Saya cari sekolah di kota yang ada orang Indiannya, di <em>New Mexico University</em>. Suku Apache itu lokasinya 30 kilo meter dari tempat kuliah saya. Itu termasuk mengapa saya mengambil antropologi. Saya sampai diadopsi suku Indian di situ,” katanya.</p>
<p>Di balik kehebatan sosok Jatna, kerendahan hatinya tampak dari cara dia menghargai dan menghormati peran serta interaksinya dengan penduduk asli di pedalaman.</p>
<p>“<em>At the end</em> [pada akhirnya] , saya menikmati Indonesia, begitu indah, begitu bervariasi,” ujarnya.</p>
<p>Dia juga memuji kearifan penduduk lokal Indonesia.</p>
<p>“Kalau ingin tahu tentang monyet, tentang <em>biodiversity</em> [keanekaragaman hayati], kita tanya penduduk, mereka lebih tahu dibandingkan kita tanya ke pejabat atau peneliti,” kata Jatna.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/149743/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Profesor Jatna sangat aktif berkecimpung di dunia riset dan penelitiannya banyak mendapat pengakuan dari kalangan akademisi di tingkat global.Ika Krismantari, Chief Editor/Content DirectorWiliam Reynold, EditorEmmy Fitri, Contributing EditorLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1401732020-11-11T09:24:41Z2020-11-11T09:24:41ZBagaimana makhluk hidup bisa menjadi sumber daya listrik terbarukan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/367224/original/file-20201103-17-19oev4q.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C1%2C1270%2C956&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Penelitian penulis dan tim mahasiswa tentang pengolahan limbah cair kelapa sawit sekaligus produksi listrik terbarukan menggunakan microbial fuel cells di Fakultas Teknobiologi Unika Atma Jaya</span> <span class="attribution"><span class="license">Author provided</span></span></figcaption></figure><p>Listrik tidak hanya dihasilkan oleh tenaga air, angin, surya, atau uap, tapi makhluk hidup juga.</p>
<p>Lebih dari satu abad yang lalu, <a href="https://royalsocietypublishing.org/doi/pdf/10.1098/rspb.1911.0073">ilmuwan</a> sudah mulai mengamati kemampuan beberapa mikroorganisme (<a href="https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/mikroorganisme">makhluk hidup sederhana yang tersusun dari satu atau beberapa sel berukuran kecil sehingga hanya dapat dilihat dengan mikroskop</a>) untuk menghasilkan listrik dari aktivitas vital alami mereka.</p>
<p>Perubahan materi organik menjadi energi listrik dengan bantuan mikroorganisme ini terjadi dalam <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s00253-009-2357-1">sistem bioelektrokimia</a>. </p>
<p>Melalui sistem ini, mikroorganisme, seperti bakteri, bisa menghasilkan listrik dan berpotensi sebagai sumber energi terbarukan.</p>
<h2>Menghasilkan listrik dari mikroorganisme</h2>
<p>Salah satu sistem bioelektrokimia yang paling dikenal adalah <a href="https://pubs.acs.org/doi/abs/10.1021/es0605016"><em>Microbial Fuel Cells</em></a> (MFC). </p>
<p>Secara umum, MFC mempunyai satu ruang anoda (elektroda negatif) dan satu ruang katoda (elektroda positif), dengan mekanisme kerja menyerupai baterai.</p>
<p>Dalam MFC, mikroorganisme membantu penguraian materi organik atau anorganik (disebut sebagai substrat) dalam ruang anoda. </p>
<p>Dari hasil penguraian tersebut, elektron dihasilkan dan mengalir dari anoda ke katoda melalui bahan konduktif, seperti kawat tembaga, sehingga arus listrik dapat dihasilkan.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/362499/original/file-20201008-16-6bd8gc.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/362499/original/file-20201008-16-6bd8gc.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=545&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/362499/original/file-20201008-16-6bd8gc.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=545&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/362499/original/file-20201008-16-6bd8gc.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=545&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/362499/original/file-20201008-16-6bd8gc.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=684&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/362499/original/file-20201008-16-6bd8gc.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=684&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/362499/original/file-20201008-16-6bd8gc.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=684&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Prinsip kerja <em>Microbial Fuel Cells</em> (MFC) secara umum (Diadaptasi dari: publikasi penelitian Prof. Bruce Ernest Logan dkk. dari The Pennsylvania State University tahun 2006)</span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Sumber energi terbarukan</h2>
<p>Hingga saat ini, MFC banyak diteliti untuk produksi energi listrik terbarukan dan pengolahan limbah dalam skala besar dan <a href="https://www.prnewswire.com/news-releases/microbial-fuel-cells-mfcs-markets-to-2026-huge-demand-from-wastewater-treatment-applications-300904487.html">komersial</a> di beberapa negara. </p>
<p>Misalnya, untuk <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0960852415008123?via%3Dihub">pengolahan limbah pabrik bir di kota Harbin</a>, Cina, atau <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0306261920311776">pengolahan air danau</a> di Icapuí, Brazil. </p>
<p>Sistem MFC dapat memenuhi kebutuhan listrik untuk kedua proses tersebut sehingga tidak diperlukan lagi suplai listrik dari luar. </p>
<p>Ini tentunya berarti menghemat biaya penyediaan energi listrik.</p>
<p>Beberapa perusahaan teknologi juga mengaplikasikan MFC untuk pengolahan limbah skala komersial seperti <em>EcoVolt</em> produksi <a href="https://cambrianinnovation.com/products/">Cambrian Innovation Inc.</a> dan <em>VIVA MFC</em> buatan <a href="https://www.microrganictech.com/viva">MICROrganic Technologies</a> di Amerika Serikat.</p>
<p>Di Kanada, <a href="http://prongineer.com/recover-energy/microbial-fuel-cell">Prongineer</a>, perusahaan pengolahan air limbah menawarkan teknologi MFC dan <a href="https://www.plant-e.com/en/home/">Plant-e</a> di Belanda menggunakan <a href="https://www.youtube.com/watch?v=4pC9NLWlDQU"><em>Plant Microbial Fuel Cells</em></a> (PMFC), integrasi MFC dengan tanaman, untuk energi listrik terbarukan.</p>
<p>Teknologi MFC bahkan diadopsi oleh <a href="https://www.nasa.gov/centers/ames/cct/office/cif/2011-winners/hogan-flynn">NASA (<em>National Aeronautics and Space Administration</em>)</a> sejak tahun 2006. </p>
<p>Pada tahun 2011, <a href="https://spinoff.nasa.gov/Spinoff2019/ee_1.html">NASA</a> bekerja sama dengan Cambrian Innovation Inc. untuk mengembangkan MFC yang dapat mengubah karbon dioksida dari udara di dalam pesawat luar angkasa menjadi oksigen, air, dan gas metana.</p>
<p>Di samping berbagai kemajuan tersebut, penelitian lebih lanjut tetap diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas MFC, terutama dalam skala komersial. </p>
<h2>Jenis mikroorganisme yang tepat</h2>
<p>Salah satu faktor yang paling banyak berpengaruh terhadap kinerja sistem MFC adalah jenis mikroorganisme yang digunakan. </p>
<p>Kelompok mikroorganisme yang dapat mentransferkan elektron dari sel mereka ke elektroda disebut sebagai mikroorganisme <a href="https://www.nature.com/articles/nrmicro2113">eksoelektrogenik</a>. </p>
<p>Dua genus bakteri eksoelektrogenik yang paling banyak diteliti untuk MFC adalah <a href="https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fenvs.2020.00044/full"><em>Geobacter</em> dan <em>Shewanella</em></a>. </p>
<p>Sebagai contoh, spesies <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/19487117/"><em>Geobacter sulfurreducens</em> KN400</a> mampu menghasilkan listrik sebesar 3,9 Watt per meter persegi luas anoda. </p>
<p>Sementara itu, spesies <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28110139/"><em>Shewanella putrefaciens</em></a> dapat memproduksi listrik hingga 4,4 Watt per meter persegi luas anoda. </p>
<p>Stasiun luar angkasa NASA menggunakan <a href="https://spinoff.nasa.gov/Spinoff2019/ee_1.html">bakteri <em>Shewanella oneidensis</em> dalam sebuah studi MFC</a> pada bulan Februari 2019.</p>
<p>Beberapa jenis mikroorganisme lainnya seperti <a href="https://www.nature.com/articles/s41579-019-0173-x?platform=hootsuite"><em>Rhodopseudomonas palustris</em> DX1, <em>Candida melibiosica</em>, <em>Saccharomyces cerevisiae</em>, bahkan <em>Escherichia coli</em> DH5α</a> juga diketahui menunjukkan kemampuan yang baik sebagai bakteri eksoelektrogenik. </p>
<p>Penelitian Krishna Katuri di National University of Ireland Galway, Irlandia, dan rekan-rekannya dari King Abdullah University of Science and Technology, Saudi Arabia, menemukan spesies <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0043135420308204"><em>Desulfuromonas acetexigens</em></a> sebagai bakteri eksoelektrogenik baru. </p>
<p>Bakteri eksoelektrogenik dapat diperoleh dari <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0043135420308204">berbagai lingkungan</a>, seperti air limbah, kompos, kotoran ternak, tanah, endapan sungai atau danau, rawa, bahkan ekosistem laut.</p>
<p>Contohnya, para <a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0169955">peneliti dari University of Buenos Aires</a> yang menemukan bakteri <em>Dietzia sp. RNV-4</em> dari endapan tepi sungai Río de la Plata di Argentina. Bakteri ini ternyata memiliki kinerja yang baik dalam sistem MFC. </p>
<h2>Potensi Indonesia</h2>
<p><a href="https://www.kompas.com/skola/read/2020/09/01/193500669/keanekaragaman-hayati-indonesia?page=all">Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi</a>, termasuk mikroorganisme. </p>
<p>Sayangnya, baru ada sekitar <a href="https://litbang.kemendagri.go.id/website/riset-mikrobia-perlu-didorong/">10% mikroorganisme asal Indonesia yang teridentifikasi</a> sehingga <a href="https://suaramerdekasolo.com/2019/08/29/keanekaragaman-mikroorganisme-belum-memperoleh-perhatian/">potensi ini</a> belum dimanfaatkan secara optimal.</p>
<p>Salah satu faktor penghambat adalah kurangnya kesinambungan penelitian terkait mikroorganisme di Indonesia. </p>
<p>Selain itu, kegiatan pengembangan dan aplikasi penelitian masih kurang sinergis antara akademisi, peneliti, dan industri. </p>
<p>Padahal, dari segi potensi dan berdasarkan hasil penelitian yang sudah ada, mikroorganisme ternyata dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik terbarukan di Indonesia.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/362500/original/file-20201008-24-1jvu8kd.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/362500/original/file-20201008-24-1jvu8kd.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=222&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/362500/original/file-20201008-24-1jvu8kd.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=222&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/362500/original/file-20201008-24-1jvu8kd.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=222&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/362500/original/file-20201008-24-1jvu8kd.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=280&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/362500/original/file-20201008-24-1jvu8kd.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=280&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/362500/original/file-20201008-24-1jvu8kd.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=280&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">24 unit <em>Microbial Fuel Cells</em> (MFC) penyusun EcoBot-IV (kiri) dan pengisian daya ponsel Samsung GT-E2121B oleh MFC (kanan) (Sumber: publikasi penelitian Prof. Ioannis Andrea Ieropoulos dkk. dari Bristol BioEnergy Centre tahun 2013)</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Di Indonesia, penelitian seputar sistem bioelektrokimia sudah mulai banyak dilakukan, seperti penelitian MFC <a href="https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/277/1/012008/pdf">untuk pengolahan air limbah pabrik tahu</a>, <a href="https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/366/1/012034/pdf">pengolahan limbah sisa makanan</a>, <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/15567036.2019.1668085">pengolahan limbah cair industri tapioka</a>, hingga PMFC untuk produksi listrik dari <a href="https://www.mdpi.com/1424-8220/19/21/4647">lahan persawahan padi di Kalimantan Barat</a>. </p>
<p>Namun, dari semua penelitian sistem bioelektrokimia di Indonesia, belum ada yang siap diimplementasikan dalam skala besar di kehidupan nyata.</p>
<p>Melihat hasil-hasil penelitian dan aplikasi yang sudah dilakukan oleh negara-negara lain, mikroorganisme merupakan salah satu sumber alternatif energi listrik terbarukan yang sangat berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia. </p>
<p>Tentu saja, pengembangan teknologi ini membutuhkan dukungan dan sinergisme berbagai pihak, mulai dari akademisi, peneliti, industri, hingga pemerintah. </p>
<p>Apabila teknologi ini berhasil diimplementasikan, masalah penyediaan listrik terutama di daerah terpencil Indonesia diharapkan dapat teratasi, dan eksploitasi bahan bakar fosil untuk energi listrik dapat dikurangi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/140173/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Renna Eliana Warjoto menerima dana penelitian terkait sistem bioelektrokimia dari Unika Atma Jaya pada tahun 2020.. </span></em></p>Penelitian penulis dan tim mahasiswa tentang pengolahan limbah cair kelapa sawit sekaligus produksi listrik terbarukan menggunakan microbial fuel cells di Fakultas Teknobiologi Unika Atma Jaya.Renna Eliana Warjoto, Lecturer at Faculty of Biotechnology, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1487252020-10-26T09:41:25Z2020-10-26T09:41:25ZPerkiraan kami, ada hingga 14 juta ton mikroplastik di dasar laut - lebih buruk dari yang kami duga<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/365158/original/file-20201023-23-kwuhj0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Tampaknya, tidak ada satu pun tempat yang bebas dari polusi plastik: plastik telah dilaporkan berada di <a href="https://www.nationalgeographic.com/science/2019/10/remote-arctic-contains-more-plastic-than-most-places-on-earth/">samudra Arktik</a>, di <a href="https://www.theguardian.com/world/2020/apr/22/microplastics-found-for-first-time-in-antarctic-ice-where-krill-source-food">es laut sekitar Antartika</a>, dan bahkan di lautan terdalam di dunia, <a href="https://www.nationalgeographic.com/news/2018/05/plastic-bag-mariana-trench-pollution-science-spd/">Palung Mariana</a>. </p>
<p>Namun, masalah ini sebenarnya seberapa buruk? <a href="https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fmars.2020.576170/abstract">Penelitian terbaru kami</a> menghasilkan perkiraan global pertama terhadap jumlah mikroplastik di dasar laut - kami memperkirakan terdapat 8-14 ton mikroplastik.</p>
<p>Jumlah ini <a href="https://doi.org/10.1371/journal.pone.0111913">35 kali lipat</a> dari perkiraan berat polusi plastik di permukaan laut.</p>
<p>Lebih buruk lagi, produksi plastik dan polusi diperkirakan <a href="https://research.csiro.au/marinedebris/oceans-plastic-increasing-in-line-with-global-production/">meningkat pada tahun-tahun ke dapan</a>, walau ada peningkatan perhatian media, pemerintah, dan sainstik pada polusi plastik yang merusak ekosistem laut, binatang liar, dan kesehatan manusia.</p>
<p>Penemuan-penemuan ini adalah satu alarm dari sekian peringatan sebelumnya. </p>
<p>Saat plastik yang kita gunakan di kehidupan sehari-hari telah mencapai laut yang paling dalam, menjadi lebih penting lagi bagi kita untuk menemukan cara untuk membersihkan kerusakan yang kita buat <em>sebelum</em> plastik mencapai laut, atau berhenti menghasilkan begitu banyak plastik sejak awal.</p>
<h2>Pecahan dari plastik yang lebih besar</h2>
<p>Perkiraan kami terhadap mikroplastik di dasar laut menunjukkan angka yang besar, tapi angka tersebut sebenarnya hanyalah sebagian kecil dari jumlah total plastik yang dibuang ke laut. </p>
<p>Terdapat <a href="https://theconversation.com/eight-million-tonnes-of-plastic-are-going-into-the-ocean-each-year-37521">4-8 juta ton</a> plastik yang diperkirakan dibuang ke laut pada setiap tahun.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/eight-million-tonnes-of-plastic-are-going-into-the-ocean-each-year-37521">Eight million tonnes of plastic are going into the ocean each year</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Sebagian besar plastik yang dibuang ke laut kemungkinan besar berakhir di pantai, bukan mengapung di atas permukaan laut atau di dasar laut. Faktanya, <a href="https://blog.csiro.au/the-oceans-are-full-of-our-plastic-heres-what-we-can-do-about-it/">tiga dari empat sampah</a> yang ditemukan di garis pantai Australia adalah plastik.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/361544/original/file-20201005-16-tely53.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="A dead albatross with plastic in its stomach from Midway Atoll" src="https://images.theconversation.com/files/361544/original/file-20201005-16-tely53.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/361544/original/file-20201005-16-tely53.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=405&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/361544/original/file-20201005-16-tely53.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=405&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/361544/original/file-20201005-16-tely53.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=405&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/361544/original/file-20201005-16-tely53.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=509&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/361544/original/file-20201005-16-tely53.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=509&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/361544/original/file-20201005-16-tely53.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=509&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Plastik termasuk sikat gigi, pemantik rokok, tutup botol, dan pecahan plastik keras lainnya ditemukan pada perut hewan-hewan laut.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Britta Denise Hardesty</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pecahan plastik yang lebih besar yang berada lama di laut bisa pecah menjadi lebih kecil karena pelapukan dan energi mekanis, seperti gelombang laut. Seiring berjalannya waktu, plastik ini pecah menjadi mikroplastik, pecahan dengan diameter lebih kecil dari 5 milimeter.</p>
<p>Ukuran yang kecil ini berpotensi menyebabkan mikroplastik dimakan makhluk hidup di laut, mulai dari plankton, krustasea, hingga ikan. </p>
<p>Ketika mikroplastik masuk ke rantai makanan laut di tingkat rendah, mikroplastik bisa <a href="https://theconversation.com/how-microplastics-make-their-way-up-the-ocean-food-chain-into-fish-69148">berpengaruh pada seluruh rantai makanan</a> karena spesies yang besar memakan spesies yang lebih kecil. </p>
<p>Namun, situasi di dasar laut terkait masalah ini belum banyak diteliti. Walaupun plastik, termasuk mikroplastik, telah ditemukan di sedimen laut dalam di seluruh lautan di dunia, jumlah sampelnya kecil dan jarang ditemukan. </p>
<p>Di sinilah hasil penelitian kami berperan. </p>
<h2>Mengumpulkan sampel di <em>Great Australian Bight</em></h2>
<p>Kami mengumpulkan sampel menggunakan kapal selam robotik di kedalaman laut tertentu, dari 1.655 hingga 3.062 meter di bawah permukaan, di <em>Great Australian Bight</em>, sekitar 360 kilometer dari pantai Australia Selatan. </p>
<p>Kapal selam itu mengumpulkan 51 sampel pasir dan sedimen dari dasar laut dan kami menganalisisnya di laboratorium.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/358755/original/file-20200918-18-42vivc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/358755/original/file-20200918-18-42vivc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/358755/original/file-20200918-18-42vivc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/358755/original/file-20200918-18-42vivc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/358755/original/file-20200918-18-42vivc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/358755/original/file-20200918-18-42vivc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=425&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/358755/original/file-20200918-18-42vivc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=425&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/358755/original/file-20200918-18-42vivc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=425&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Pengambilan sampel di sedimen dasar laut menggunakan robot di bawah air.</span>
<span class="attribution"><span class="source">CSIRO</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kami mengeringkan sampel sedimen, dan menemukan antara 0 hingga 13,6 partikel plastik per gram. Jumlah ini adalah 25 kali mikroplastik dari <a href="https://doi.org/10.1098/rsos.140317">studi laut dalam</a> sebelumnya. </p>
<p>Dan jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan studi di wilayah lain, termasuk di Arktik dan <a href="https://mri.lipi.go.id/index.php/MRI/article/view/99">Laut India</a>.</p>
<p>Walaupun studi kami berfokus pada satu wilayah, kami bisa memperbesar skalanya untuk menghitung perkiraan mikroplastik yang berada di dasar laut secara global.</p>
<p>Menggunakan ukuran perkiraan dari keseluruhan laut - 361.132.000 kilometer persegi - dan jumlah rata-rata dan ukuran partikel pada sampel sedimen kami, kami menentukan total berat mikroplastik di seluruh dunia berjumlah 8,4 hingga 14,4 juta ton. Jumlah ini mempertimbangkan berat mikroplastik yang terdapat pada individu. </p>
<h2>Bagaimana plastik bisa sampai ke sana?</h2>
<p>Penting untuk dicatat bahwa karena lokasi penelitian kami terpencil, jauh dari pusat populasi urban, maka hasil perhitungan kami adalah perkiraan yang konservatif. </p>
<p>Walaupun demikian, kami terkejut melihat betapa besarnya muatan mikroplastik di sana. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/361532/original/file-20201005-20-7i0ow6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Plastic waste floating in the ocean" src="https://images.theconversation.com/files/361532/original/file-20201005-20-7i0ow6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/361532/original/file-20201005-20-7i0ow6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=386&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/361532/original/file-20201005-20-7i0ow6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=386&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/361532/original/file-20201005-20-7i0ow6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=386&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/361532/original/file-20201005-20-7i0ow6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=485&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/361532/original/file-20201005-20-7i0ow6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=485&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/361532/original/file-20201005-20-7i0ow6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=485&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Plastik ada di dasar area permukaan laut yang memiliki sampah terapung.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Belum banyak studi meyakinkan yang menjelaskan bagaimana mikroplastik bisa berada di suatu wilayah.</p>
<p>Pecahan plastik yang lebih besar yang pecah menjadi pecahan yang lebih kecil bisa tenggelam ke dasar laut, dan arus laut dan pergerakan alami sedimen di sepanjang landas kontinen bisa menggerakkan mikroplastik dalam jumlah besar. </p>
<p>Namun, tidak semua plastik tenggelam. <a href="https://esajournals.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1002/fee.1297">Studi pada 2016</a> menunjukkan bahwa interaksi dengan organisme laut adalah salah satu cara pergerakan lain yang memungkinkan.</p>
<p>Ilmuwan di Amerika Serikat telah menemukan bahwa <a href="https://eportfolios.macaulay.cuny.edu/branco2014/files/2014/08/Zettler-2013-Plastisphere.pdf">komunitas mikroba</a>, seperti bakteria, bisa menghuni “<a href="https://ocean.si.edu/ocean-life/plastisphere-new-marine-ecosystem">plastisphere</a>” laut - sebutan untuk ekosistem yang berada di lingkungan plastik. </p>
<p>Mikroba-mikroba ini membuat plastik menjadi berat sehingga plastik tidak lagi mengapung. Kami juga mengetahui bahwa kerang dan invertebrata lainnya mungkin tinggal di plastik yang mengapung, membuatnya jadi berat dan kemudian tenggelam.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/plastic-pollution-creates-new-oceanic-microbe-ecosystem-15609">Plastic pollution creates new oceanic microbe ecosystem</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Jenis sampah juga akan menentukan apakah sampah tersebut akan <a href="https://blog.csiro.au/marine-debris-on-land-vs-seafloor/">hanyut ke pantai atau tenggelam ke dasar laut</a>. </p>
<p>Sebagai contoh, pada studi sebelumnya, kami menemukan puntung rokok, pecahan plastik, tutup botol, dan bungkus makanan yang sering ditemukan di daratan, tapi jarang di dasar laut. Sementara itu, alat penjerat seperti tali kail, tali, dan bungkus plastik lebih sering ditemukan di dasar laut. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/361545/original/file-20201005-18-1bzt0ds.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Microplastics at the water's edge" src="https://images.theconversation.com/files/361545/original/file-20201005-18-1bzt0ds.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/361545/original/file-20201005-18-1bzt0ds.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/361545/original/file-20201005-18-1bzt0ds.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/361545/original/file-20201005-18-1bzt0ds.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/361545/original/file-20201005-18-1bzt0ds.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/361545/original/file-20201005-18-1bzt0ds.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/361545/original/file-20201005-18-1bzt0ds.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Kami terkejut dengan betapa besar kandungan mikroplastik di lokasi terpencil.</span>
<span class="attribution"><span class="source">CSIRO</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Menariknya, pada studi kami yang terbaru, kami juga menemukan jumlah pecahan plastik di dasar laut yang secara umum lebih tinggi jika di permukaannya terdapat sampah mengapung. </p>
<p>Hal ini menunjukkan bahwa jika ada area bersampah di suatu permukaan laut mungkin juga berarti ada area bersampah di dasarnya.</p>
<p>Masih belum jelas sebabnya, tapi hal ini mungkin terjadi karena kondisi geologis dan fisik dasar laut, atau karena arus lokal, angin dan gelombang menciptakan zona akumulasi di permukaan laut dan dasar laut di dekatnya. </p>
<h2>Berhenti menggunakan begitu banyak plastik</h2>
<p>Kita tahu ada begitu banyak plastik yang tenggelam ke dasar laut; ini fakta tambahan yang penting dalam pemahaman kita terkait krisis polusi plastik. </p>
<p>Namun, membendung arus polusi plastik dimulai dari individu, komunitas, dan pemerintah - kita memiliki peran kita masing-masing. </p>
<p>Menggunakan ulang, tidak menggunakan, dan daur ulang adalah cara awal yang baik untuk memulai. </p>
<p>Cari alternatif dan dukung program <a href="https://www.cleanupaustraliaday.org.au/">peduli lingkungan</a>, untuk menyetop sampah plastik memasuki lingkungan kita sejak awal, memastikan plastik tidak tertanam di lautan kita yang begitu berharga.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/the-oceans-are-full-of-our-plastic-heres-what-we-can-do-about-it-31460">The oceans are full of our plastic – here's what we can do about it</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<hr>
<p><em>Ignatius Raditya Nugraha menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/148725/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Britta Denise Hardesty menerima dana dari organisasi filantropi, United Nations Environment dan CSIRO untuk penelitian terkait plastik. Dia juga menerima dana dari Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia terkait pekerjaan pemantauan, kontrol, dan pengawasan laut.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Chris Wilcox menerima dana dari Pemerintah Australia dan organisasi filantropi untuk penelitian terkait sampah laut. Dia menerima dana dari FAOdan Pemerintah Australia untuk penelitian terkait penangkapan ikan ilegal dan pemantauan perikanan. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Justine Barrett tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Jumlah ini 35 kali lebih besar dibanding perkiraan berat polusi plastik di permukaan laut.Britta Denise Hardesty, Principal Research Scientist, Oceans and Atmosphere Flagship, CSIROChris Wilcox, Senior Principal Research Scientist, CSIROJustine Barrett, Research assistant, CSIROLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1477492020-10-13T06:53:32Z2020-10-13T06:53:32ZBagaimana pilihan pangan kita menghancurkan hutan dan mendekatkan kita dengan virus<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/362372/original/file-20201008-20-ed9mv1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=16%2C0%2C5439%2C3042&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Sebuah ladang kelapa sawit di Malaysia</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock/Stockcreations</span></span></figcaption></figure><p>Jumlah populasi global yang meningkat 2 kali lipat menjadi 7,8 milyar dalam waktu kurang lebih 50 tahun telah mendorong industri agrikultur meningkatkan produksi pertanian dan peternakan untuk kebutuhan pangan manusia. </p>
<p>Dampak negatif yang ditimbulkan adalah <a href="https://doi.org/10.1007/s10980-020-01012-w">penyederhanaan sistem ekologis</a> yang ekstrem, yaitu mengubah lanskap yang kompleks dengan fungsi berbeda-beda menjadi monokultur. </p>
<p>Dibandingkan peternakan sapi dan perkebunan kelapa sawit, industri agrikultur merupakan <a href="https://psmag.com/environment/whats-driving-global-deforestation">pendorong deforestitasi</a> yang besar, terutama di wilayah tropis. </p>
<p>Ketika aktivitas agrikultur semakin meluas dan <a href="https://doi.org/10.1016/j.gfs.2019.07.002">meningkat</a>, maka ekosistem akan kehilangan <a href="http://www.fao.org/news/story/en/item/1180463/icode/">tumbuhan, binatang liar, dan keanekaragaman hayati lainnya</a>. </p>
<p><a href="https://www.doi.org/10.1126/science.aau3445">Transformasi lanskap hutan secara permanen</a> demi tanaman komoditas mendorong lebih dari seperempat dari total deforestasi global.</p>
<p>Tanaman komoditas ini termasuk kacang kedelai, kelapa sawit, daging sapi, kopi, kakao, gula, dan bahan utama lainnya untuk memenuhi pola makan manusia yang semakin disederhanakan dan banyak melibatkan <a href="https://www.theguardian.com/food/2020/feb/13/how-ultra-processed-food-took-over-your-shopping-basket-brazil-carlos-monteiro">olahan</a>. </p>
<p>Erosi batas hutan juga meningkatkan kerentanan kita terhadap <a href="https://ipbes.net/covid19stimulus">penyakit menular</a>, seperti <a href="https://doi.org/10.1038/s41598-017-14727-9">Ebola</a>, <a href="https://doi.org/10.1016/j.ecolecon.2018.08.005">malaria</a>, dan <a href="https://doi.org/10.1038/s41586-020-2562-8">penyakit zoonosis</a> lainnya. </p>
<p><a href="https://doi.org/10.1177%2F0030727020931122">Insiden <em>spillover</em> (penyebaran) akan lebih sedikit terjadi</a> jika tidak ada penjarahan hutan oleh manusia. </p>
<p>Kita juga harus mengevaluasi <a href="https://www.cifor.org/publications/pdf_files/articles/ABahar2001.pdf">sistem makanan global</a>: apakah sistem tersebut berperan dalam kerusakan hutan dan hilangnya <a href="https://doi.org/10.1007/s10980-020-01092-8">keanekaragaman hayati</a> dan berisiko bagi nyawa manusia? </p>
<h2>Apa yang kita makan?</h2>
<p>Jenis makanan berkaitan dengang hilangnya keragaman hayati cenderung <a href="http://www.fao.org/3/a-i7846e.pdf">tidak sehat</a>. </p>
<p>Lima puluh tahun telah berlalu sejak manusia melakukan <a href="https://doi.org/10.1073/pnas.0912953109">Revolusi Hijau</a>, yaitu transisi ke produk pangan bergantung pada sejumlah spesies tanaman dan hewan ternak tertentu. </p>
<p>Namun, hingga kini, sekitar 800 juta orang masih kekurangan makanan harian; satu dari 3 orang kekurangan gizi; dan 2 miliar orang masih kekurangan mikronutrien tertentu dan menderita dampak kesehatan, seperti <em>stunting</em> atau <em>wasting</em>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Pembukaan hutan untuk agrikultu." src="https://images.theconversation.com/files/353908/original/file-20200820-20-4t5bzv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/353908/original/file-20200820-20-4t5bzv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=402&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/353908/original/file-20200820-20-4t5bzv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=402&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/353908/original/file-20200820-20-4t5bzv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=402&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/353908/original/file-20200820-20-4t5bzv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=505&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/353908/original/file-20200820-20-4t5bzv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=505&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/353908/original/file-20200820-20-4t5bzv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=505&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Ladang kacang kedelai yang besar di dalam hutan di Brazil.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p><a href="https://ora.ox.ac.uk/objects/uuid:25c20aa7-88b3-4457-9e4d-8ffbf57fc943/download_file?safe_filename=Campbell%2Bet%2Bal%2B2017%2BAgriculture%2Bproduction%2Bas%2Ba%2Bmajor%2Bdriver%2Bof%2Bthe%2BEarth%2Bsystem.pdf&file_format=application%2Fpdf&type_of_work=Journal+article">Dampak lingkungan</a> dari sistem agrikultur kita sangat besar. </p>
<p>Sektor agrikultur bertanggung jawab atas <a href="https://www.doi.org/10.1038/nature.2012.11708">30% emisi gas rumah kaca</a>, erosi tanah, penggunaan air secara berlebihan, hilangnya polinator yang penting dan munculnya polusi kimia, serta dampak lainnya.</p>
<p>Ini mendesak <a href="https://doi.org/10.5751/ES-09595-220408">kapasitas planet</a> kita lebih jauh lagi. </p>
<p>Singkatnya, agrikultur modern gagal mempertahankan kesejahteraan manusia dan sumber ekologis yang diandalkan. Meningkatnya penyakit menular terkait erat dengan hilangnya keragaman hayati yang terjadi saat ini. </p>
<h2>Deforestasi dan penyakit</h2>
<p>Tidak banyak virus yang mengakibatkan respons global seperti virus SARS-CoV-2 penyebab pandemi saat ini.</p>
<p>Namun, <a href="https://dx.doi.org/10.3389%2Ffmicb.2018.00702">dalam 20 tahun terakhir</a>, manusia telah menghadapi SARS, MERS, H1N1, Chikungunya, Zika, dan wabah-wabah ebola lokal.</p>
<p>Semua penyakit ini adalah penyakit zoonosis dan setidaknya salah satunya, Ebola, berkaitan dengan deforestasi. </p>
<p>Peternakan skala besar pada hewan ternak yang memiliki genetik yang sama di dekat hutan bisa <a href="https://www.independent.co.uk/environment/coronavirus-meat-animal-farming-pandemic-disease-wet-markets-a9505626.html">menyediakan jalur bagi patogen</a> untuk bermutasi dan berpindah ke manusia. </p>
<p>Hilangnya hutan dan perubahan lanskap mendekatkan manusia dengan kehidupan liar, meningkatkan <a href="https://doi.org/10.1098/rspb.2019.2736">penyebaran penyakit menular</a>.</p>
<p>Sekitar <a href="https://www.doi.org/10.1126/sciadv.1500052">70% kawasan hutan global hanya berjarak 1 kilometer dari tepi hutan</a>, sebuah statistik yang mengilustrasikan masalah yang terjadi. Kita sedang menghancurkan penyangga kritis yang disediakan oleh hutan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/smaller-farmers-fields-can-reduce-biodiversity-loss-and-increase-wild-plants-birds-beetles-and-bats-139015">Smaller farmer's fields can reduce biodiversity loss and increase wild plants, birds, beetles and bats</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Zoonosis lebih sering terjadi pada sistem yang disederhanakan dengan tingkat keanekaragaman hayati yang rendah. </p>
<p>Sebaliknya, keanekaragaman hayati tinggi mengurangi risiko <em>spillover</em> ke populasi manusia. </p>
<p>Hal ini membentuk kontrol alami yang disebut sebagai “<em>dilution effect</em>” dan menggambarkan bagaimana keanekaragaman hayati merupakan mekanisme pengaturan yang penting. </p>
<p>Pandemi <a href="https://news.mongabay.com/2020/07/covid-19-lockdown-precipitates-deforestation-across-asia-and-south-america/">meningkatkan tekanan yang lebih besar pada hutan</a>. </p>
<p>Pemutusan hubungan kerja yang meningkat, kemiskinan dan kerentanan pangan di daerah urban <a href="https://doi.org/10.1016/j.arcmed.2020.06.003">memaksa migrasi internal</a>, banyak orang kembali pulang ke kampung halaman, terutama di daerah tropis. </p>
<p>Tren ini dipastikan akan meningkatkan permintaan akan sumber daya hutan untuk kayu bakar, kayu, dan konversi ke agrikultur skala kecil. </p>
<h2>Pasar basah di bawah pengawasan</h2>
<p>Hubungan antara zoonosis dan kehidupan liar menghasilkan <a href="https://www.worldwildlife.org/stories/why-we-must-close-high-risk-wildlife-markets">banyak seruan</a> selama pandemi untuk melarang pemburuan dan penjualan daging hewan liar dan bentuk lainnya sebagai sumber makanan.</p>
<p>Ini mungkin <a href="https://theconversation.com/banning-bushmeat-could-make-it-harder-to-stop-future-pandemics-138735/">reaksi tergesa-gesa</a>: daging binatan liar adalah <a href="https://forestsnews.cifor.org/64855/covid-19-led-ban-on-wild-meat-could-take-protein-off-the-table-for-millions-of-forest-dwellers?">sumber utama</a> bagi berjuta-juta orang di pedesaan, terutama yang tidak memiliki alternatif sumber pangan. </p>
<p>Bagi penduduk urban, posisi daging binatang liar tidak begitu genting. Mereka memiliki sumber protein alternatif dan bagi mereka daging binatang liar adalah barang “mewah”.</p>
<p>Pasar di daerah urban yang menjual daging hewan liar meningkatkan risiko penyebaran zoonosis, tapi tidak semua pasar basah. </p>
<p>Banyak pasar basah di dunia yang tidak menjual produk binatang liar dan pasar ini <a href="https://doi.org/10.1007/s10460-019-09987-2">penting untuk menjami ketersediaan pangan dan nutrisi serta mata pencaharian</a> bagi ratusan juta orang.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Pembeli dan penjual di pasar terbuka, dekat dengan buah-buahan dan sayuran." src="https://images.theconversation.com/files/353904/original/file-20200820-18-12tkksx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/353904/original/file-20200820-18-12tkksx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/353904/original/file-20200820-18-12tkksx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/353904/original/file-20200820-18-12tkksx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/353904/original/file-20200820-18-12tkksx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/353904/original/file-20200820-18-12tkksx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/353904/original/file-20200820-18-12tkksx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Penjual di pasar menjual sayuran di pasar basah di Bangkok, Thailand.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(AP Photo/ Gemunu Amarasinghe)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sebelum pandemi COVID-19, agensi internasional, termasuk Komite Ketahanan Pangan Dunia, <a href="https://doi.org/10.1016/S0140-6736(15)60901-1">mencemaskan</a> keberlangsungan jangka panjang dari sistem makanan kita yang sekarang: bisakah sistem itu menyediakan pola makan yang beragam dan kaya nutrisi sekaligus mempertahankan keberlangsungan lingkungan dan keanekaragaman lanskap? </p>
<p>Pandemi ini memperlihatkan <a href="https://www.theguardian.com/environment/2020/mar/18/tip-of-the-iceberg-is-our-destruction-of-nature-responsible-for-covid-19-aoe">kekurangan utama</a> di pengelolaan lingkungan hidup. </p>
<p>Kita harus memanfaatkan hubungan hutan dan sistem makanan dengan lebih efektif bila ingin menghindari krisis lain di masa depan. </p>
<p>Integrasi hutan, <em>agroforest</em> (penggabungan pohon ke dalam sistem agrikultur) dengan <a href="https://ecoagriculture.org/blog/how-to-reimagine-our-food-systems-for-a-post-covid-world-taking-a-landscape-perspective">skala lanskap lebih luas</a>, melihat kembali pemisahan institusi, ekonomi, politik, dan spasial antara hutan dan agrikultur, bisa memberikan kunci untuk masa depan yang lebih berkelanjutan, memiliki ketahanan pangan, dan lebih sehat.</p>
<hr>
<p><em>Ignatius Raditya Nugraha menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p>
<hr>
<p><em>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/147749/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Terry Sunderland currently menerima dana dari Menteri Perlindungan Alam Jerman dan Keamanan Nuklir. </span></em></p>Hutan merupakan penyangga yang esensial di antara manusia dan kehidupan liar — dan virus yang mereka bawa. Agrikultur global menghancurkan hutan, merusak biodiversitas, dan membahayakan manusia.Terry Sunderland, Professor in the Faculty of Forestry, University of British ColumbiaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1432142020-08-05T05:07:06Z2020-08-05T05:07:06ZBagaimana memperbaiki hubungan kita dengan alam usai coronavirus<p>Di tengah krisis coronavirus, banyak dari kita kembali ke alam untuk meringankan stres, meningkatkan kesehatan mental, dan tetap aktif secara jasmani. </p>
<p>Walaupun demikian, interaksi manusia dengan alam dan ekosistem berkontribusi pada terjadinya pandemi ini. Jadi, apa pelajaran yang dapat kita ambil dari sini?</p>
<p>Tindakan manusia telah mengubah planet kita, dari darat hingga laut, dan telah menyebabkan hilangnya ekosistem.</p>
<p>Ada bukti kuat bahwa munculnya penyakit zoonosis -penyakit yang berpindah antara hewan- berhubungan dengan perubahan ekosistem dan campur tangan manusia terhadap habitat alam liar.</p>
<p><a href="https://wedocs.unep.org/bitstream/handle/20.500.11822/7664/Frontiers_2016.pdf?sequence=1&isAllowed=y">Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)</a> baru-baru ini menghubungkan degradasi lingkungan dengan munculnya pandemi. </p>
<p>Ada 2 penjelasan bagaimana perilaku manusia terhadap lingkungan meningkatkan ancaman wabah seperti coronavirus.</p>
<p>Pertama, pertumbuhan pemukiman dan pembukaan lahan untuk pertanian menambah jumlah wilayah transisi dari ekosistem yang berbeda.</p>
<p>Hasilnya, spesies dari habitat berbeda bercampur dan berinteraksi dengan satu sama lain dengan cara-cara baru. </p>
<p>Kontak baru ini memberikan kesempatan baru bagi penyakit untuk <a href="https://www.pnas.org/content/110/21/8399#ref-31">berpindah antarspesies, seperti yang terjadi dengan coronavirus</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/343965/original/file-20200625-33546-k4zao5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/343965/original/file-20200625-33546-k4zao5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/343965/original/file-20200625-33546-k4zao5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/343965/original/file-20200625-33546-k4zao5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/343965/original/file-20200625-33546-k4zao5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/343965/original/file-20200625-33546-k4zao5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/343965/original/file-20200625-33546-k4zao5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Ekspansi manusia ke habitat liar meningkatkan ancaman penyakit baru, seperti coronavirus.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/aerial-view-on-cultivated-land-suburbs-120882019">huyangshu/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kedua, pemicu penyakit zoonosis adalah hilangnya keanekaragaman hayati.</p>
<p>Penurunan keanekaragaman hayati mendorong hewan pembawa dan penyebar patogen menular (vektor penyakit) untuk memangsa vertebrata ketimbang spesies lain yang tidak lagi berlimpah.</p>
<p>Spesies lain tersebut akhirnya menjadi tempat penampungan utama dari patogen.</p>
<p>Contohnya, meningkatnya risiko penyakit Lyme bagi warga yang tinggal di Amerika Utara.</p>
<p>Fragmentasi hutan dapat menyebabkan turunnya keberagaman vertebrata dan meningkatkan keberlimpahan beberapa spesies umum, seperti tikus putih.</p>
<p>Spesies ini kemudian menjadi <a href="https://www.clinicalmicrobiologyandinfection.com/action/showPdf?pii=S1198-743X%2814%2960412-2">penampung utama bagi bakteri yang menyebabkan penyakit Lyme</a>.</p>
<p>Di sisi lain, keanekaragaman hayati yang tinggi dapat <a href="https://www.clinicalmicrobiologyandinfection.com/article/S1198-743X(14)60412-2/fulltext">mengurangi risiko</a> bagi kesehatan manusia. </p>
<p>Dasar mekanisme ini disebut sebagai “efek pengenceran” (<em>the dillution effect</em>). </p>
<p>Mekanisme ini mengurangi kepadatan relatif hewan yang berperan sebagai penampung alami bagi patogen dan kepadatan populasi vektor patogen (seperti kutu).</p>
<p>Artinya, pertemuan antara vektor dan hewan yang terinfeksi penyakit berkurang.</p>
<h2>Manfaat dari alam</h2>
<p>Dari perspektif kesehatan mental, kontak manusia dengan lingkungan merupakan salah satu bagian penting dalam merespons wabah. </p>
<p>Ada orang yang cukup beruntung tinggal di daerah yang masih memungkinkan untuk kegiatan luar ruangan, seperti jalan kaki, olahraga, dan menikmati keindahan sungai, ruang terbuka hijau dan hutan kota, sambil mematuhi peraturan jaga jarak dan jumlah kelompok.</p>
<p>Selama wabah, kita tidak bisa menghiraukan adanya kebutuhan-kebutuhan tersebut demi kesehatan diri. </p>
<p>Sains telah lama membuktikan bahwa akses ke ruang hijau kota seperti taman dan danau <a href="http://www.euro.who.int/__data/assets/pdf_file/0005/321971/Urban-green-spaces-and-health-review-evidence.pdf?ua=1">mempunyai dampak positif bagi kesehatan</a>. </p>
<p>Hal ini disebabkan oleh kualitas udara yang lebih baik, kegiatan fisik, solidaritas sosial, dan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/24387090/">mengurangi stres</a>. </p>
<p>Bukti lain juga menunjukkan interaksi dengan alam membantu kita <a href="https://link.springer.com/chapter/10.1007%2F978-90-481-9947-1_5">pulih lebih baik dari stres</a>. </p>
<p>Menghijaukan kota tidak hanya mendukung kesehatan manusia, namun juga mendatangkan manfaat lain.</p>
<p>Penghijauan menguntungkan secara <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877343515000433">ekonomi</a>, membantu mengurangi efek <a href="https://doi.org/10.2148/benv.33.1.115">pulau panas di perkotaan</a> atau <em>heat island effect</em> saat peningkatan suhu esktrem, dan <a href="https://doi.org/10.1016/j.landurbplan.2008.10.021">memperbaiki kualitas udara</a>. </p>
<p>Area hijau juga dapat membantu mengurangi risiko banjir karena air banyak terserap oleh lahan dan akhirnya mengurangi jumlah air berlebih saat hujan deras. </p>
<p>Terakhir, kota hijau dapat membuat habitat baru bagi <a href="https://doi.org/10.2148/benv.33.1.115">spesies tanaman dan hewan</a>.</p>
<h2>Apa yang bisa kita lakukan ke depan</h2>
<p>Harapan saya, pandemi coronavirus bisa mendesak aksi untuk mengatasi pemicu wabah ini, seperti degradasi ekosistem dan kehilangan keanekaragaman hayati. </p>
<p>Tantangan besar adalah untuk menjaga lingkungan terutama saat krisis iklim terjadi dengan cepat. </p>
<p>Hal ini bisa membuat orang merasa kewalahan dan merasa tidak bisa berkontribusi untuk perubahan. </p>
<p>Namun, pengalaman saat ini juga memperlihatkan kesempatan unik untuk keluar dari pandemi ini dan menjalin hubungan lebih baik dengan alam. </p>
<p>Setelah pandemi berakhir, kita harus tetap mengakui dan mendorong pentingnya keberadaan ruang terbuka hijau. </p>
<p>Apabila dikelola dengan tepat, ini bisa mendorong aksi komunitas untuk menjaga ekosistem dari kerusakan akibat tindakan manusia.</p>
<p>Di masa depan, pengembangan kota perlu memprioritaskan ruang hijau yang ada dan membangun ruang hijau yang baru dalam batas kota.</p>
<p>Ruang hijau dalam kota mendukung upaya menjadi sehat tanpa mengurangi keanekaragaman hayati wilayah lain. </p>
<p>Merasakan alam di luar wilayah kota akan tetap jadi hal yang penting untuk menjaga kesehatan manusia. </p>
<p>Tapi, ini mungkin dapat dirasakan dalam jangka panjang jika kita dapat menemukan keseimbangan yang sehat antara penggunaan sumber daya dan perlindungan alam.</p>
<p>Penegakan dan penguatan peraturan untuk melindungi atau mengembalikan wilayah keanekaragaman hayati juga vital.</p>
<p>Biaya pengelolaan kawasan untuk konservasi dan rekreasi keanekaragaman hayati akan lebih mudah dikomunikasikan jika berbagai manfaat menjadi pertimbangan, termasuk kontribusi mereka terhadap kesehatan manusia.</p>
<p>Strategi hijau yang membantu kita bangkit kembali setelah coronavirus dapat menunjang perkembangan berkelanjutan dalam banyak hal. </p>
<p>Ini penting tidak hanya untuk kesehatan fisik dan mental, namun juga untuk memastikan capaian global seperti memerangi perubahan iklim dan mengurangi risiko bencana alam. </p>
<hr>
<p><em>Nadila Taufana Sahara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p>
<hr>
<p><em>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/143214/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Zita Sebesvari menerima dana dari German Federal Ministry of Education and Research (BMBF), UK Research and Innovation (UKRI). </span></em></p>Campur tangan manusia terhadap lingkungan dapat meningkatkan ancaman penyakit, seperti COVID-19. Namun, bersentuhan dengan alam juga bisa menjadi solusi untuk pandemi ini.Zita Sebesvari, Head of Environmental Vulnerability and Ecosystem Services, Institute for Environment and Human Security (UNU-EHS), United Nations UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1365112020-06-05T02:04:24Z2020-06-05T02:04:24ZPembatasan fisik akibat pandemi turunkan polutan udara, bebaskan gerak satwa dan tumbuhan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/339443/original/file-20200603-130903-17sp2p5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C5431%2C3607&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pembatasan fisik ketat karena pandemi di Wuhan, Cina, bantu turunkan polutan udara. </span> <span class="attribution"><span class="source">www.shutterstok.com</span></span></figcaption></figure><p><em>Artikel ini merupakan bagian untuk merayakan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh pada tanggal 5 Juni.</em></p>
<hr>
<p>Virus Sars-CoV-2 telah menginfeksi lebih dari <a href="https://www.worldometers.info/coronavirus/">enam juta orang</a> karena penularannya yang sangat cepat.</p>
<p>Banyak negara yang melakukan <em>lockdown</em>–membatasi pergerakan warga, mengurangi kegiatan perindustrian, transportasi dan menutup tempat wisata–untuk mencegah penularan yang lebih luas.</p>
<p>Ini memberikan dampak langsung secara ekonomi dan sosial, terutama bagi <a href="https://theconversation.com/masyarakat-miskin-paling-terdampak-seiring-dengan-merebaknya-covid-19-di-negara-negara-miskin-134131">masyarakat miskin dan terpinggirkan</a>, yang rentan dengan risiko kehilangan penghasilan. </p>
<p>Namun, dari segi lingkungan, <a href="https://doi.org/10.1101/2020.03.29.20046649">penelitian</a> yang dilakukan di kota Wuhan di Cina, sebagai negara pertama yang terkena pandemi COVID-19 dan menerapkan kebijakan <em>lockdown</em> secara ketat menunjukkan adanya penurunan kadar polutan udara, seperti <a href="https://theconversation.com/ada-cara-baru-menghilangkan-polutan-berbahaya-dari-bensin-dan-batu-bara-dengan-murah-ini-temuan-ahli-126738">SO₂ (sulfur dioksida)</a> dan <a href="https://theconversation.com/wuhans-lockdown-cut-air-pollution-by-up-to-63-new-research-138084">NO₂ (nitrogen dioksida)</a> yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil dari aktivitas rumah tangga, transportasi, dan industri.</p>
<p>Penurunan kadar polutan udara tidak hanya terjadi di Cina, namun juga diikuti oleh <a href="https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2020.138878">India</a>, <a href="https://www.preprints.org/manuscript/202004.0069/v1">Italia, Prancis,dan Amerika Serikat.</a>.</p>
<p>Menurunnya kadar polutan udara ini berdampak kepada keberlangsungan hidup satwa dan tumbuhan liar.</p>
<h2>Dampak pembatasan fisik bagi lingkungan</h2>
<p>Hingga kini, penurunan polusi udara belum terjadi di Indonesia selama pembatasan sosial berskala besar atau PSBB diterapkan. Walaupun sumber polusi dari aktivitas transportasi menurun, namun konsumsi energi dari sumber tak bergerak seperti <a href="https://megapolitan.kompas.com/read/2020/04/30/19474211/greenpeace-sebut-kualitas-udara-di-jakarta-belum-membaik-selama-psbb">PLTU dan pabrik-pabrik masih terus berjalan</a>.</p>
<p>Namun, di Cina, selama <em>lockdown</em> terjadi penurunan kadar polutan udara (SO₂ dan NO₂) dan PM2.5 (partikel udara sangat halus dengan ukuran 2,5 mikrometer) hingga 25% menurut <a href="https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2020.03.29.20046649v2">temuan awal para peneliti Hong Kong</a>. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/328362/original/file-20200416-192725-1polnv0.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/328362/original/file-20200416-192725-1polnv0.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/328362/original/file-20200416-192725-1polnv0.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=271&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/328362/original/file-20200416-192725-1polnv0.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=271&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/328362/original/file-20200416-192725-1polnv0.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=271&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/328362/original/file-20200416-192725-1polnv0.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=341&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/328362/original/file-20200416-192725-1polnv0.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=341&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/328362/original/file-20200416-192725-1polnv0.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=341&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Gambar 1. Perbandingan penurunan polutan NO2 (A) di Wuhan antara awal tahun 2019 dengan awal tahun 2020 (selama lockdown) (sumber: foto satelit NASA) dan (B) di seluruh Cina antara sebelum dan selama lockdown. Warna jingga menggambarkan semakin tingginya kadar NO2 di udara. (sumber: penelitian <em>Air Pollution Reduction and Mortality Benefit during the COVID-19 Outbreak in China</em>, oleh Kai Chen, Meng Wang, Conghong Huang, Patrick L. Kinney, dan Anastas T. Paul).</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Polutan SO2 (sulfur dioksida) dan NO2 (nitrogen dioksida) mempengaruhi keseimbangan ekosistem di permukaan dan dalam tanah. Karena polutan tersebut menghasilkan hujan asam ketika hujan turun. </p>
<p>Hujan asam mengandung nitrogen yang tinggi. Kadar nitrogen yang berlebihan akan menurunkan laju pertumbuhan tumbuhan di permukaan tanah dan mampu membunuh banyak jenis cacing di dalam tanah. Cacing memiliki peran penting dalam ekosistem, yaitu sebagai <a href="https://web.extension.illinois.edu/worms/live/">penggembur tanah</a>. </p>
<p><a href="http://agris.fao.org/agris-search/search.do?recordID=SE882017288">Di Skandinavia</a>, hanya tiga jenis cacing yang mampu bertahan di kondisi tanah yang asam.</p>
<p>Tahun 1995, organisasi pembela lingkungan global, <a href="https://books.google.co.id/books/about/Acid_Rain_and_Nature_Conservation_in_Eur.html?id=12ggAAAACAAJ&redir_esc=y">WWF</a> menerbitkan buku <em>Acid Rain and Nature Conservation in Europe: A Preliminary Study of Protected Areas at Risk from Acidification</em> yang menyebutkan bahwa polutan yang terbawa ke tanah dan air tersebut berdampak kepada 11 jenis mamalia, 29 jenis burung, 10 jenis amfibi, 398 jenis tumbuhan, 305 jenis jamur, 238 jenis lumut, dan 65 jenis invertebrata (hewan tidak bertulang belakang).</p>
<p>Dampak yang terjadi kepada satwa dapat berupa menurunnya laju reproduksi dan meningkatnya kematian satwa yang tidak tahan terhadap polutan.</p>
<p>Dampak lainnya adalah pengurangan keanekaragaman hayati hewan dan tumbuhan.</p>
<p>Salah satu <a href="https://books.google.co.id/books?id=dDbzCAAAQBAJ&pg=PA78&lpg=PA78&dq=Acidification+and+changes+in+benthic+fauna+in+Sweden&source=bl&ots=murLuYu0o8&sig=ACfU3U0pHGseQZAYXuhrYojNuPK98b8SXw&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjW4aGzq8TpAhUTdCsKHQKhA5sQ6AEwAHoECAcQAQ">penelitian</a> di Swedia oleh Eva Engblom dan Pär-Erik Lingdell pada tahun 1991 menunjukkan bahwa terdapat pengurangan keragaman fauna bentos (satwa yang hidup di wilayah bentik atau dasar perairan seperti danau, sungai atau estuari) sebanyak 40% setiap penurunan satu unit pH.</p>
<p>Pengurangan fauna bentos di perairan juga berakibat kepada berkurangnya sumber makanan bagi ikan dan hilangnya indikator perairan, karena bentos bisa menjadi indikator perairan bersih dan tercemar.</p>
<p>Pada tumbuhan, terdapat pengurangan diversitas hingga 25% pada kondisi yang sama. Pengurangan ini merupakan kerugian besar bagi manusia, karena hilangnya sumber daya alam yang kemungkinan belum diketahui potensinya bagi manusia.</p>
<p>Polusi udara juga berdampak besar kepada serangga hama.</p>
<p>Sebagai contoh, hama <a href="http://www.apis.ac.uk/node/840">kutu daun</a> (<em>aphid</em>) yang terpapar gas SO2 dan NO2 akan berkembang lebih cepat dan sulit dikendalikan.</p>
<p>Perkembangan hama ini akan berdampak pada berkurangnya produksi pertanian dan mengakibatkan kerugian secara ekonomi.</p>
<p>Hal ini karena pengendalian hama biasanya menggunakan insektisida.</p>
<p>Pemakaian insektisida secara berlebihan menyebabkan resistensi pada hama dan menimbulkan residu di lingkungan. Residu insektisida juga akan menjadi polutan di tanah dan air yang menyebabkan masalah baru terhadap satwa dan tumbuhan lainnya.</p>
<h2>Bumi memulihkan diri</h2>
<p>Ketika <em>lockdown</em> di kota-kota besar di dunia tidak lagi diberlakukan, manusia harus mempertimbangkan gaya hidup sebelum wabah COVID-19 yang mempunyai jejak emisi yang besar.</p>
<p>Manusia perlu mengurangi gaya hidup yang berlebihan menjadi lebih efektif dan efisien, sehingga kita bisa memberi Bumi waktu untuk memperbaiki dirinya sendiri dari kerusakan yang telah ditimbulkan.</p>
<p><a href="https://cires.colorado.edu/news/international-ozone-treaty-stops-changes-southern-hemisphere-winds">Antara Banerjee, peneliti ozon dari University of Colorado</a> menyatakan bahwa berkurangnya emisi akan semakin membantu ozon untuk terus memperbaiki diri. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/328363/original/file-20200416-192689-13kjj90.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/328363/original/file-20200416-192689-13kjj90.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=344&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/328363/original/file-20200416-192689-13kjj90.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=344&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/328363/original/file-20200416-192689-13kjj90.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=344&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/328363/original/file-20200416-192689-13kjj90.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=433&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/328363/original/file-20200416-192689-13kjj90.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=433&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/328363/original/file-20200416-192689-13kjj90.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=433&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Gambar 2. Lubang ozon di atas langit antartika terus memperbaiki dirinya (Sumber foto: NASA)</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Setelah pandemi, kita bisa menerapkan pola hidup yang lebih berpihak kepada lingkungan seperti mengurangi konsumsi bahan bakar fosil, menggunakan kendaraan yang mempunyai emisi rendah atau bahkan tanpa emisi, dan mengonsumsi buah dan sayuran lokal. </p>
<p>Keberlanjutan dan kelestarian Bumi tergantung kepada manusia sebagai spesies dominan. Bisa jadi suatu saat setelah pandemi, satwa liar bisa hidup berdampingan dengan manusia di lingkungan urban atau biasa disebut dengan <em><a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Urban_wildlife">urban wildlife</a></em>.</p>
<p>Contoh <em>urban wildlife</em> di dunia sekarang ini seperti rusa sika di Taman Nara Jepang, macan tutul di Mumbai India, alap-alap kawah (peregrine falcon) di London, Chacma baboon di Cape Town, <a href="https://www.getaway.co.za/wildlife/animals-living-in-cities/">dan banyak binatang lainnya</a>.</p>
<hr>
<p><em>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/136511/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Robby Jannatan tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Turunnya polutan udara karena pembatasan aktivitas manusia membuat Bumi bernapas lagi.Robby Jannatan, Lecturer of Biology, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1400622020-06-05T01:59:19Z2020-06-05T01:59:19Z6 cara mudah menghentikan polusi cahaya berbahaya bagi satwa liar<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/339690/original/file-20200604-67372-1f4zl4z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=8%2C0%2C5590%2C3732&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstok</span></span></figcaption></figure><p>Saat musim dingin tiba, <a href="https://www.environment.gov.au/system/files/resources/2eb379de-931b-4547-8bcc-f96c73065f54/files/national-light-pollution-guidelines-wildlife.pdf">banyak</a> penyu laut akan bersarang di pantai utara Australia.</p>
<p>Ketika tukik-tukik menetas saat malam hari, mereka menggunakan cahaya alami dan kelandaian pantai sebagai pemandu alami untuk merangkak dari pasir ke laut. </p>
<p>Tapi, ketika cahaya buatan mengalahkan terang bulan dan laut, mereka menjadi kehilangan arah. Ini membuat mereka sangat rentan terhadap predator, kelelahan, dan bahkan lalu lintas kendaraan ketika mereka mengambil jalan yang keliru. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/perdagangan-ilegal-kura-kura-mengapa-saya-menyimpan-rahasia-86683">Perdagangan ilegal kura-kura: mengapa saya menyimpan rahasia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Cerita tukik ini merupakan bagian kecil dari masalah lebih besar, tapi terlupakan, tentang bagaimana polusi cahaya berbahaya bagi satwa liar baik <a href="https://theconversation.com/getting-smarter-about-city-lights-is-good-for-us-and-nature-too-69556">di daratan</a> dan <a href="https://theconversation.com/bright-city-lights-are-keeping-ocean-predators-awake-and-hungry-68965">bawah laut</a>. </p>
<p>Saat ini, lebih dari 80% manusia - dan 99% populasi Amerika Utara dan Eropa - tinggal di bawah <a href="https://advances.sciencemag.org/content/2/6/e1600377">langit yang terkena polusi cahaya</a>. </p>
<p>Kita telah mengubah lingkungan saat malam hari demi bagian substansial dari permukaan Bumi untuk waktu singkat, dibandingkan dengan skala waktu evolusioner. Kebanyakan satwa liar tidak memiliki waktu untuk beradaptasi dengan perubahan ini. </p>
<p>Bulan Januari, Australia merilis panduan terkait polusi cahaya bagi satwa liar yaitu <a href="https://www.environment.gov.au/biodiversity/publications/national-light-pollution-guidelines-wildlife"><em>National Light Pollution Guidelines for Wildlife</em></a>. </p>
<p>Panduan ini menyediakan kerangka kerja untuk mempelajari dan mengelola dampak dari cahaya buatan. </p>
<p>Selain itu, panduan ini mengidentifikasi solusi praktis yang bisa digunakan untuk kelola polusi cahaya secara global, bagi pengelola dan praktisi, dan siapapun yang memiliki akses pada tombol lampu. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/waspada-riset-tunjukkan-paparan-polusi-cahaya-pada-malam-hari-dapat-picu-obesitas-dan-kanker-120348">Waspada! Riset tunjukkan paparan polusi cahaya pada malam hari dapat picu obesitas dan kanker</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Ada enam cara mudah dalam panduan ini yang bisa diikuti oleh siapa saja untuk meminimalisir polusi cahaya tanpa mengorbankan keselamatan kita. </p>
<p>Meskipun polusi cahaya merupakan masalah global dan kegelapan total sulit untuk diterima, kita masih bisa memegang peran untuk mengurangi dampak terhadap satwa liar dengan mengubah cara kita menggunakan atau berpkir tentang cahaya di malam hari. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/338480/original/file-20200529-51509-19jacml.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/338480/original/file-20200529-51509-19jacml.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/338480/original/file-20200529-51509-19jacml.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/338480/original/file-20200529-51509-19jacml.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/338480/original/file-20200529-51509-19jacml.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/338480/original/file-20200529-51509-19jacml.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/338480/original/file-20200529-51509-19jacml.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/338480/original/file-20200529-51509-19jacml.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Polusi cahaya dapat menganggu siklus reproduksi dari ikan badut.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>1. Mulai dengan gelap alami. Hanya tambah lampu untuk kebutuhan tertentu</h2>
<p>Gelap seharusnya wajar terjadi saat malam hari. Cahaya buatan hanya digunakan untuk kebutuhan tertentu, dan dinyalakan hanya pada rentang waktu tertentu. </p>
<p>Artinya, tidak masalah bila menyalakan lampu beranda untuk mencari kunci, tapi lampu ini tidak perlu menyala sepanjang malam. </p>
<p>Pencahayaan dalam ruangan juga bisa berkontribusi terhadap polusi cahaya, sehingga mematikan lampu di gedung-gedung yang kosong di malam hari, atau di rumah sebelum tidur, juga sangat penting. </p>
<h2>2. Gunakan pengatur pencahayaan pintar</h2>
<p>Perkembangan teknologi kontrol pintar memudahkan kita mengatur berapa banyak cahaya yang digunakan dan pengontrolan yang adaptif membuat tujuan dari Langkah 1 bisa tercapai.</p>
<p>Berinvestasi ke dalam teknologi pintar dan LED berarti kita bisa mengelola cahaya dari jarak jauh, menentukan pengatur waktu atau peredupan lampu, mengaktifkan pencahayaan berdasarkan sensor gerakan, dan bahkan mengatur cahaya lampu yang dikeluarkan.</p>
<p>Teknologi semacam ini bisa digunakan untuk cahaya buatan di malam hari ketika dibutuhkan dan meminimalisir cahaya ketika tidak dibutuhkan. </p>
<h2>3. Pastikan cahaya dekat tanah, terarah dan terlindungi</h2>
<p>Cahaya apapun yang bocor keluar dari area spesifik yang ingin diterangi merupakan cahaya yang tidak perlu. </p>
<p>Kebocoran cahaya ini berkontribusi langsung terhadap kilau langit buatan - kilau yang biasa kita lihat di area urban dari kumpulan sumber cahaya. Baik kilau angkasa dan cahaya bocor di permukaan bisa menganggu satwa liar. </p>
<p>Memasang <a href="https://www.ledlightexpert.com/Light-Shields-Explained--Outdoor-Parking-Lot-Light-Shielding_b_42.html">pelindung cahaya</a> membuat kita bisa mengarahkan cahaya ke bawah, yang akan mengurangi kilau langit secara signifikan, dan mengarahkan ke area yang menjadi target. </p>
<p>Pelindung cahaya direkomendasikan bagi semua pemasangan di luar ruangan. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/320694/original/file-20200316-18028-4x6rbh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/320694/original/file-20200316-18028-4x6rbh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=963&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/320694/original/file-20200316-18028-4x6rbh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=963&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/320694/original/file-20200316-18028-4x6rbh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=963&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/320694/original/file-20200316-18028-4x6rbh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1210&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/320694/original/file-20200316-18028-4x6rbh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1210&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/320694/original/file-20200316-18028-4x6rbh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1210&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Langkah 3 : Pastikan cahaya dekat tanah (a) dan gunakan pelindung agar hanya menerangi daerah yang diinginka (b)</span>
<span class="attribution"><span class="source">_National Light Pollution Guidelines for Wildlife Including Marine Turtles, Seabirds and Migratory Shorebirds, Commonwealth of Australia 2020_</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>4. Gunakan pencahayaan dengan intensitas terendah</h2>
<p>Ketika memutuskan berapa cahaya yang dibutuhkan, pertimbangkan pula intensitas cahaya yang dikeluarkan (lumen), ketimbang berapa energi yang dibutuhkan (watt). </p>
<p>Contohnya, LED yang dianggap sebagai pilihan “ramah lingkungan” karena efisiensi energi. Tapi, karena efisiensi ini, LED menghasilkan cahaya dua dan lima kali lebih terang dari lampu bohlam untuk konsumsi energi yang sama. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/riset-efisiensi-energi-hindari-pembangunan-50-pembangkit-listrik-baru-di-indonesia-136839">Riset: efisiensi energi hindari pembangunan 50 pembangkit listrik baru di Indonesia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Jadi, ketika lampu LED menyimpan energi, intensitas cahaya yang tinggi bisa memberikan dampak besar bagi satwa liar, apabila tidak dikelola dengan baik. </p>
<h2>5. Gunakan permukaan yang tidak memantulkan cahaya, gelap</h2>
<p>Kilau langit telah <a href="https://www.nature.com/articles/srep01722">menutupi ritme cahaya bulan</a> dari satwa liar, mengganggu navigasi perbintangan dan migrasi <a href="https://science.sciencemag.org/content/313/5788/837">burung</a> dan <a href="https://www.nature.com/articles/424033a">serangga</a>. </p>
<p>Permukaan yang terlalu dipoles, mengkilat atau berwarna terang - seperti cat putih atau marmer yang dipoles - dapat memantulkan cahaya dan bisa berkontribusi terhadap kilau langit ketimbang permukaan yang lebih gelap, tidak memantulkan cahaya. </p>
<p>Memilih cat atau bahan material yang lebih gelap untuk luar ruangan bisa membantu menurunkan kontribusi kita terhadap polusi cahaya. </p>
<h2>6. Gunakan cahaya dengan mengurangi filter atau berwarna biru, gelombang violet dan ultra-violet</h2>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/320691/original/file-20200316-18017-1bfvpma.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/320691/original/file-20200316-18017-1bfvpma.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=370&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/320691/original/file-20200316-18017-1bfvpma.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=370&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/320691/original/file-20200316-18017-1bfvpma.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=370&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/320691/original/file-20200316-18017-1bfvpma.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=465&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/320691/original/file-20200316-18017-1bfvpma.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=465&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/320691/original/file-20200316-18017-1bfvpma.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=465&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Persepsi gelombang pada satwa liar - kebanyakan hewan sensitif terhadap gelombang cahaya pendek (biru/violet)</span>
<span class="attribution"><span class="source">_National Light Pollution Guidelines for Wildlife Including Marine Turtles, Seabirds and Migratory Shorebirds, Commonwealth of Australia 2020_</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kebanyakan hewan sensitif terhadap cahaya gelombang pendek, yang menciptakan warna biru dan violet. Gelombang pendek ini dikenal bisa menekan produksi melatonin yang diketahui bisa menganggu tidur dan mengacaukan ritme sirkadian dari banyak hewan, <a href="https://www.mdpi.com/2071-1050/11/22/6400/htm">termasuk manusia</a>. </p>
<p>Memilih pencahayaan dengan sedikit atau bukan gelombang pendek (400-500 nanometer) violet atau biru membantu untuk menghindari dampak berbahaya bagi satwa liar. </p>
<p>Misalnya, lampu neon dan LED memiliki jumlah gelombang cahaya pendek lebih tinggi dibanding lampu sodium tekanan rendah atau tinggi, logam halida dan lampu halogen. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/sparkling-dolphins-swim-off-our-coast-but-humans-are-threatening-these-natural-light-shows-131388">Sparkling dolphins swim off our coast, but humans are threatening these natural light shows</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<hr>
<p><em>Fidelis Eka Satriastanti menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p>
<hr>
<p><em>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/140062/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Katherine Dafforn menerima dana dari Lendlease, Lake Macquarie City Council, Department of Agriculture and the Australian Research Council. Ia terafiliasi dengan Sydney Institute of Marine Science.
</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Mariana Mayer-Pinto menerima dana dari Lendlease and Lake Macquarie Council. Ia terafiliasi dengan Sydney Institute of Marine Sciences.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Emily Fobert tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Kita telah mengubah lingkungan saat malam hari dengan singkat, dibandingkan skala waktu evolusioner. Satwa liar tidak punya waktu beradaptasi dengan ini.Emily Fobert, Research Associate, Flinders UniversityKatherine Dafforn, Senior Lecturer in Environmental Sciences, Macquarie UniversityMariana Mayer-Pinto, Senior Research Associate in marine ecology, UNSW SydneyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1362602020-05-22T03:53:31Z2020-05-22T03:53:31ZBagaimana kota pesisir pengaruhi kesehatan terumbu karang: kisah dari Batam dan Natuna<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/327706/original/file-20200414-117604-o1tieu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">(Shutterstock)</span> </figcaption></figure><p><em>Artikel ini merupakan bagian dari serial untuk memperingati Hari Keanekaragaman Hayati Dunia yang jatuh pada tanggal 22 Mei.</em></p>
<hr>
<p>Terumbu karang merupakan <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0921800999000099">salah satu ekosistem yang paling bermanfaat</a> untuk warga pesisir.</p>
<p>Selain memiliki manfaat ekonomi sebagai tujuan wisata bahari, terumbu karang juga memiliki fungsi ekologis sebagai penyokong kehidupan spesies ikan dan pelindung pantai dari pengikisan air laut (abrasi).</p>
<p>Sayangnya, tren global menunjukkan bahwa keberadaan terumbu karang semakin terancam karena faktor manusia dan juga alam. Misalnya, di lautan Australia, area tutupan karang hidup (proporsi karang dalam satu wilayah) <a href="https://www.pnas.org/content/pnas/109/44/17995.full.pdf">berkurang lebih dari setengahnya</a> dalam kurun waktu kurang dari tiga dekade. </p>
<p>Meskipun posisi Indonesia terletak di <a href="https://www.livescience.com/64738-coral-triangle.html">segitiga terumbu karang</a> dan menjadi rumah bagi 76% spesies karang di dunia, sebagian besar situs terumbu karang di perairan Indonesia juga berada dalam keadaan mengkhawatirkan.</p>
<p><a href="http://oseanografi.lipi.go.id/haspen/buku%20status%20karang%202018%20digital.pdf">Survey kelautan tahun 2018</a> menunjukkan hanya sepertiga situs terumbu karang di Indonesia baru memiliki status ‘cukup baik’ (tutupan karang hidup hidup berkisar antara 25% dan 50%) dan sepertiga lainnya bahkan memiliki status ‘buruk’ (tutupan karang hidup kurang dari 25%).</p>
<p><iframe id="lpIA6" class="tc-infographic-datawrapper" src="https://datawrapper.dwcdn.net/lpIA6/2/" height="400px" width="100%" style="border: none" frameborder="0"></iframe></p>
<p><a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/14888386.2018.1473797?journalCode=tbid20">Penelitian saya</a> menunjukkan bagaimana aktivitas ekonomi dan praktik perikanan di kota pesisir mempengaruhi kondisi terumbu karang di lautan sekitarnya. </p>
<p>Perkembangan kota-kota secara pesat di pesisir pantai merupakan <a href="https://journals.plos.org/plosone/article/file?id=10.1371/journal.pone.0138271&type=printable">salah satu faktor manusia terbesar</a> yang mengancam keberadaan dan kualitas karang di Indonesia.</p>
<p>Riset saya yang berlangsung dari tahun 2004 hingga 2013 tersebut menjelaskan bagaimana aktivitas dua kota pesisir - Batam dan Natuna di Provinsi Kepulauan Riau - berdampak buruk terhadap terumbu karang di sekitarnya, meskipun karakteristik keduanya berbeda. </p>
<p>Terganggunya kondisi terumbu karang di kedua kota tersebut juga mengancam kehidupan spesies ikan di sekitarnya.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/mengalami-tekanan-atau-memang-pesimistis-kisah-terumbu-karang-108532">Mengalami tekanan atau memang pesimistis? Kisah terumbu karang</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Kisah dari Batam: sedimentasi perairan akibat aktivitas industri</h2>
<p>Penduduk di Batam <a href="https://batamkota.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=MzgwMGI2OWJkN2Q5MTViYjE0YzRiZDNm&xzmn=aHR0cHM6Ly9iYXRhbWtvdGEuYnBzLmdvLmlkL3B1YmxpY2F0aW9uLzIwMjAvMDQvMjcvMzgwMGI2OWJkN2Q5MTViYjE0YzRiZDNmL2tvdGEtYmF0YW0tZGFsYW0tYW5na2EtMjAyMC5odG1s&twoadfnoarfeauf=MjAyMC0wNS0wMSAxMDoyOToyMw%3D%3D">tidak terlalu menggantungkan kehidupan mereka terhadap perikanan</a>, sehingga kerusakan lingkungan akibat praktik perikanan yang destruktif <a href="https://drive.google.com/file/d/1obBDdPm90NErAOLt8dHyYYJ4Mbmk6eH1/view?usp=sharing">sangat minim</a>.</p>
<p>Justru, yang menjadi masalah utama di perairan Batam adalah sedimentasi tanah dan polusi akibat <a href="http://lib.geo.ugm.ac.id/ojs/index.php/jbi/article/view/308">pengembangan industri</a> di pesisir pantai.</p>
<p>Hal ini mengakibatkan perairan menjadi keruh sehingga mengganggu proses fotosintesis karang.</p>
<p>Studi kami menemukan bahwa visibilitas perairan (kedalaman air yang tidak keruh) di Batam berkisar hanya <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/14888386.2018.1473797?journalCode=tbid20">antara 3-9 meter</a>. Padahal, terumbu karang <a href="http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JHI/article/view/666">bisa hidup sekitar 10-20 meter</a> di bawah permukaan laut.</p>
<p>Selain itu, polutan yang berasal dari kota besar juga dapat mengakibatkan karang menjadi <a href="https://www.int-res.com/articles/meps/21/m021p175.pdf">‘stres’ dan mudah terserang penyakit</a>. Apabila berlanjut dalam jangka waktu yang lama, maka karang-karang akan mati dan terumbu akan kehilangan fungsi ekologisnya yaitu melindungi pantai dari abrasi. </p>
<p>Di Batam, yang dikelilingi oleh pulau-pulau dan berbagai gugusan karang, kerusakan terumbu karang menyebabkan ikan-ikan mencari terumbu lain di sekitar yang tidak terlalu rusak atau mengalami pemutihan.</p>
<p>Pada tahun 2010-2013, saat sedimentasi dari perindustrian diperparah dengan munculnya fenomena pemutihan massal akibat <a href="https://www.researchgate.net/profile/Syafyudin_Yusuf4/publication/274697267_First_Quantitative_Assessment_of_Coral_Bleaching_on_Indonesian_Reefs/links/55254f540cf201667be78354.pdf">pemanasan suhu air laut di Asia Tenggara</a>, populasi ikan di Batam <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/14888386.2018.1473797?journalCode=tbid20">menurun</a> dari sekitar 100 individu menjadi hanya 60 individu per 140 meter persegi.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/336884/original/file-20200521-102682-125dwzo.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/336884/original/file-20200521-102682-125dwzo.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=382&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/336884/original/file-20200521-102682-125dwzo.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=382&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/336884/original/file-20200521-102682-125dwzo.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=382&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/336884/original/file-20200521-102682-125dwzo.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=480&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/336884/original/file-20200521-102682-125dwzo.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=480&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/336884/original/file-20200521-102682-125dwzo.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=480&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Perubahan populasi ikan di Batam dan Natuna, 2004-2013.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Hadi et al, 2018)</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Meskipun Batam adalah kota industri, pengurangan populasi ikan ini mengakibatkan jumlah tangkapan dan penghasilan banyak nelayan di pulau-pulau kecil sekitar Batam menurun. </p>
<h2>Cerita Natuna: praktik perikanan yang destruktif</h2>
<p>Berbeda dengan Batam, penduduk di Natuna masih sangat bergantung pada sektor perikanan. Akibatnya, kebanyakan proses perusakan terumbu karang bersumber dari aktivitas ini.</p>
<p>Pada tahun 2000-an, praktik-praktik perikanan yang berkelanjutan belum banyak dilakukan. Banyak nelayan masih melakukan <a href="https://drive.google.com/file/d/0B5eE5Z10h840RE1xR3ZFVDg3NU0/view">praktik perikanan destruktif</a> seperti menggunakan pukat harimau, bom, dan bius sianida yang merusak kesehatan terumbu karang.</p>
<p>Suatu <a href="https://drive.google.com/file/d/0B5eE5Z10h840dGpRU3lKTl9tTHM/view">survei yang dilakukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)</a> pada tahun 2005 menunjukkan 7 dari 8 situs terumbu yang disurvei memiliki tutupan karang kurang dari 50%. Beberapa situs bahkan memiliki tutupan serendah 27,8%.</p>
<p>Meskipun praktik perikanan yang destruktif sudah <a href="https://www.packard.org/wp-content/uploads/2018/08/Indonesia-Marine-Full-Report-08.07.2018.pdf">menurun drastis</a>, pemulihan kesehatan terumbu karang membutuhkan waktu bertahun-tahun. Hingga kini belum ada situs terumbu karang yang berstatus baik di wilayah ini.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/sistem-bos-nelayan-di-indonesia-momok-sekaligus-harapan-untuk-perikanan-berkelanjutan-136954">Sistem 'bos nelayan' di Indonesia: momok sekaligus harapan untuk perikanan berkelanjutan</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p><a href="http://oseanografi.lipi.go.id/haspen/buku%20status%20karang%202018%20digital.pdf">Studi tahun 2018 yang dilakukan oleh LIPI</a> menunjukkan bahwa dari 18 situs terumbu karang di Natuna, 5 situs berstatus ‘cukup’ dan 13 situs berstatus ‘jelek’.</p>
<p>Lokasi terumbu karang di Natuna yang terisolasi di tengah-tengah Laut Natuna menyebabkan ikan-ikan kesulitan untuk bermigrasi ke terumbu lain.</p>
<p>Karena terjebak di satu lokasi saja, populasi ikan di Natuna justru mengalami peningkatan meskipun kondisi kesehatan terumbu karangnya menurun. Pada tahun 2010-2013, <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/14888386.2018.1473797?journalCode=tbid20">terjadi peningkatan populasi</a> dari sekitar 120 individu ikan menjadi 170 individu per 140 meter persegi.</p>
<p>Namun, hal ini juga bisa berdampak negatif. Apabila ikan terjebak dan populasi tumbuh di luar kendali, dalam jangka panjang dapat terjadi ‘<em><a href="https://www.britannica.com/science/trophic-cascade">trophic cascade</a></em>’, yakni runtuhnya rantai makanan akibat perubahan populasi spesies yang tidak proporsional dengan spesies lainnya.</p>
<h2>Apa yang harus dilakukan ke depan</h2>
<p>Umumnya, terumbu karang mampu beradaptasi dengan baik terhadap ancaman alami. Namun apabila ancaman tambahan datang dari aktivitas manusia yang merusak, stres yang dialami terumbu karang dapat melebihi kapasitasnya untuk memulihkan diri.</p>
<p>Selain itu, pengaruh lain seperti tsunami, erupsi gunung, dan pemanasan air laut akibat krisis iklim juga akan <a href="https://www.researchgate.net/publication/236651279_Disturbance_to_coral_reefs_in_Aceh_Northern_Sumatra_Impacts_of_the_Sumatra-Andaman_tsunami_and_pre-tsunami_degradation">menambah parah kondisi terumbu karang</a> karena sifatnya yang dapat merusak area terumbu hingga ratusan ribu hektar dalam waktu singkat.</p>
<p>Kondisi geografi Indonesia yang terletak di cincin api pasifik dan <a href="https://reefcheck.org/PDFs/reefcheck_aceh_jan2006_web.pdf">rawan terkena bencana alam</a> juga dapat meningkatkan ancaman tersebut.</p>
<p>Oleh karena itu, pemerintah perlu menggandeng masyarakat pesisir sebagai aset penting dalam menjaga kesehatan terumbu karang.</p>
<p>Dalam hal ini, pemerintah bisa mengajak dan mendidik mereka supaya berkontribusi dalam menjaga ekosistem pesisir, sehingga aktivitas destruktif manusia bisa diminimalisir.</p>
<p>Pemerintah juga memerlukan regulasi <a href="https://theconversation.com/ahli-penghapusan-amdal-hanya-akan-tambah-beban-pemerintah-dan-pelaku-usaha-128916">Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) yang lebih kuat</a>, serta pengawasan pengembangan industri di daerah pesisir oleh pemerintah daerah. </p>
<p>Perlindungan laut yang berkelanjutan di Indonesia adalah kunci menjaga ketahanan perikanan dan sumber daya bahari.</p>
<hr>
<p><em>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/136260/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Tri Aryono Hadi menerima dana dari COREMAP-CTI </span></em></p>Riset saya menunjukkan bagaimana aktivitas ekonomi dua kota pesisir - Batam dan Natuna - berdampak terhadap kesehatan terumbu karang di sekitarnya, melalui cara yang berbeda.Tri Aryono Hadi, Researcher at the Center for Oceanography, Indonesian Institute of Sciences (LIPI)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1382982020-05-22T02:08:49Z2020-05-22T02:08:49ZRiset tunjukkan museum universitas punya peran dalam kenalkan keanekaragaman hayati Indonesia<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/334967/original/file-20200514-77263-sy5uek.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=2%2C5%2C1914%2C1072&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Museum Sejarah Alam Universitas Oxford di Inggris yang menjadi tempat koleksi sekaligus sumber riset para peneliti. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://pixabay.com/photos/oxford-museum-of-natural-history-1155182/">Waldo Miguez</a></span></figcaption></figure><p><em>Artikel ini merupakan bagian dari serial untuk memperingati Hari Keanekaragaman hayati Dunia yang jatuh pada tanggal 22 Mei.</em></p>
<hr>
<p>Laporan terbaru dari <a href="https://www.un.org/sustainabledevelopment/blog/2019/05/nature-decline-unprecedented-report/">IPBES (<em>Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services</em>)</a>, sebuah forum para peneliti PBB untuk keanekaragaman hayati dan ekosistem, menyebutkan bahwa sekitar satu juta spesies hewan dan tumbuhan di seluruh dunia akan punah dalam beberapa dekade ke depan. </p>
<p>Lebih dari <a href="https://www.nationalgeographic.com.au/animals/half-of-all-amphibian-species-at-risk-of-extinction.aspx">40% spesies amfibi</a>, <a href="https://www.theguardian.com/environment/2019/may/06/human-society-under-urgent-threat-loss-earth-natural-life-un-report">30% terumbu karang</a>, 10% spesies serangga dan lebih dari sepertiga mamalia laut berada status terancam. <a href="https://www.nbcnews.com/mach/science/1-million-species-under-threat-extinction-because-humans-report-finds-ncna1002046">Pemicu utama</a> adalah aktivitas manusia.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/336369/original/file-20200520-152315-12uraze.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/336369/original/file-20200520-152315-12uraze.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=1067&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/336369/original/file-20200520-152315-12uraze.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=1067&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/336369/original/file-20200520-152315-12uraze.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=1067&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/336369/original/file-20200520-152315-12uraze.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1340&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/336369/original/file-20200520-152315-12uraze.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1340&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/336369/original/file-20200520-152315-12uraze.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1340&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sebagai kurator dari salah satu museum universitas tertua di Indonesia, <a href="http://museum-zoologi.sith.itb.ac.id/">Museum Zoologi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB</a> (Museum Zoologi SITH ITB), saya melakukan <a href="https://drive.google.com/file/d/1DnMzsLvRR0dcIR98dYRfddpfDikzpNf-/view?usp=sharing">riset terkait dengan peran museum universitas dan tantangannya</a> pada tahun 2019. </p>
<p>Fokus <a href="https://drive.google.com/file/d/1DnMzsLvRR0dcIR98dYRfddpfDikzpNf-/view?usp=sharing">riset saya</a> adalah Museum Zoologi SITH ITB, yang merupakan salah satu museum universitas tertua di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1940-an.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/335610/original/file-20200518-138606-m8fqgy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/335610/original/file-20200518-138606-m8fqgy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/335610/original/file-20200518-138606-m8fqgy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/335610/original/file-20200518-138606-m8fqgy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/335610/original/file-20200518-138606-m8fqgy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/335610/original/file-20200518-138606-m8fqgy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/335610/original/file-20200518-138606-m8fqgy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/335610/original/file-20200518-138606-m8fqgy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Ruangan utama Museum Zoologi SITH ITB. (Foto : Ganjar Cahyadi).</span>
<span class="attribution"><span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Museum universitas merupakan museum yang terintegrasi dengan koleksi dan kegiatan yang dilakukan di dalam sebuah universitas yang memiliki <a href="https://www.hukumonline.com/pusatdata/viewfile/lt55ed0c467706a/parent/lt55ed0ba12cd6c">peran</a> penting dalam melestarikan <a href="https://sains.kompas.com/read/2018/11/03/213200223/wwf-keanekaragaman-hayati-hilang-besar-besaran-karena-ulah-manusia">keanekaragaman hayati yang semakin terancam</a>. Peran tersebut di antaranya sebagai tempat mengelola koleksi akademik, menyediakan dukungan dalam kegiatan belajar mengajar, dan sumber penelitian ilmiah. </p>
<h2>Peran museum universitas</h2>
<p><strong>1) Tempat mengelola koleksi akademik dan penelitian</strong> </p>
<p>Salah satu museum universitas terkenal dan tertua di dunia, <em><a href="https://www.oumnh.ox.ac.uk/">Oxford University Museum of Natural History</a></em> di Inggris, telah mengoleksi puluhan ribu spesimen dari mamalia besar hingga ke serangga. </p>
<p>Koleksi ikonik museum ini adalah burung dodo (<em>Raphus cucullatus</em>) yang sudah punah akibat perburuan oleh manusia pada tahun 1681. Kisah kepunahan burung Dodo menjadi pembelajaran terkait dampak hilangnya satu spesies bagi ekosistem.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/336377/original/file-20200520-152349-8mzxse.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/336377/original/file-20200520-152349-8mzxse.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=396&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/336377/original/file-20200520-152349-8mzxse.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=396&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/336377/original/file-20200520-152349-8mzxse.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=396&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/336377/original/file-20200520-152349-8mzxse.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=498&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/336377/original/file-20200520-152349-8mzxse.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=498&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/336377/original/file-20200520-152349-8mzxse.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=498&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Display kerangka dan model burung Dodo di <em>Oxford University Museum of Natural History</em> di Inggris.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Oxford_Dodo_display.jpg">wikimedia</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Selain itu, ada juga fosil dari <em><a href="https://academic.oup.com/zoolinnean/article/158/4/882/2617598">Megalosaurus bucklandii</a></em>, dinosaurus pertama di dunia memiliki data paling lengkap - mulai dari ciri morfologi, taksonomi (penamaan spesies), perbandingan dengan spesies lain - pada tahun 1824.</p>
<p>Didirikan sejak tahun 1860, <em>Oxford University Museum of Natural History</em> yang awalnya sebagai tempat melakukan penelitian skala universitas, kini berhasil menjadi salah satu <a href="https://oumnh.ox.ac.uk/using-our-collections">sumber koleksi</a> spesimen zoologi untuk melakukan <a href="https://www.researchgate.net/publication/331021792_Type_specimens_of_Neuropterida_in_the_Hope_Entomological_Collection_Oxford_University_Museum_of_Natural_History">penelitian terkait dengan keanekaragaman hayati</a>. Bahkan, mereka juga melakukan <a href="https://morethanadodo.com/2020/03/05/first-animals-found-success-through-filaments/">penelitian sendiri</a>.</p>
<p>Penelitian yang dilakukan bisa meliputi <a href="https://www.oumnh.ox.ac.uk/animal-origins">inventarisasi keanekaragaman hayati</a>, taksonomi, ekologi, hingga perilaku, baik dari museum sendiri maupun <a href="https://www.oumnh.ox.ac.uk/public-engagement-research">kolaborasi dengan civitas akademika</a> lainnya.</p>
<p>Material serta data dari penelitian tersebut dapat dibandingkan dengan koleksi museum sebagai referensi dan hasilnya dipublikasikan untuk publik. </p>
<p>Contohnya, tim peneliti di Afrika Selatan pada tahun 2019 mempublikasikan <a href="https://kumparan.com/kumparansains/di-balik-koleksi-fosil-museum-ilmuwan-temukan-dinosaurus-jenis-baru-1rc04QzYc87/full">hasil temuan dinosaurus jenis baru</a> ketika mereka meneliti spesimen yang merupakan salah satu koleksi di museum <a href="https://www.wits.ac.za/news/latest-news/research-news/2019/2019-08/wits-university-phd-student-discovers-new-species-of-early-dinosaur-.html">Universitas Witwatersrand</a>, Afrika Selatan. </p>
<p>Museum universitas juga bisa menggelar seminar, pelatihan dan penelitian di bidang ilmu tentang hewan (zoologi). Museum Zoologi SITH ITB menjadi salah satu objek penelitian studi doktoral. Koleksi di museum tersebut juga memberikan sumbangsih untuk penelitian genomik (ilmu yang mempelajari genom) hingga penemuan <a href="https://lkcnhm.nus.edu.sg/app/uploads/2018/01/66rbz277-299.pdf">spesies baru</a>.</p>
<p><strong>2) Pendukung dalam kegiatan belajar mengajar</strong> </p>
<p>Dalam <a href="https://www.cbd.int/doc/meetings/nbsap/nbsapcbw-seasi-01/other/nbsapcbw-seasi-01-id-en.pdf"><em>Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan 2003-2020</em></a> (Strategi dan Rencana Aksi untuk Keanekaragaman Hayati Indonesia 2003-2020), salah satu target adalah mengenalkan keanekaragaman hayati di Indonesia melalui kurikulum pendidikan umum. </p>
<p>Harapannya, dengan mengenali keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh Indonesia bisa mendorong rasa menghargai kekayaan yang dimiliki melalui <a href="https://www.mongabay.co.id/2020/04/19/citizen-science-gerakan-berbasis-masyarakat-untuk-pelestarian-burung-liar/">aksi-aksi konservasi</a>. Strategi ini dibuat untuk mencegah <a href="https://www.theguardian.com/environment/2018/nov/03/stop-biodiversity-loss-or-we-could-face-our-own-extinction-warns-un">hilangnya keanekaragaman hayati</a> di Indonesia.</p>
<p>Peran pembelajaran ini bisa dijalankan secara strategis oleh museum universitas. </p>
<p>Museum Zoologi STIH ITB yang memiliki koleksi sebanyak 2.251 spesimen dari 1.027 spesies ini menyediakan spesimen hewan yang diawetkan sebagai bahan ajar penting. Koleksi tersebut bisa menjadi bahan diskusi penting ketika kuliah. </p>
<p>Sempat ditutup pada tahun 2010, museum ini mulai <a href="https://sith.itb.ac.id/en/bangkit-kembali-setelah-lama-tertidur-kunjungan-perdana-ke-museum-zoologi-sith-itb/">dibuka kembali</a> untuk umum tahun 2017. </p>
<p>Beberapa koleksi yang menjadi daya tarik baik peneliti maupun pengunjung adalah opsetan harimau Sumatra (<em>Panthera tigris sumatrae</em>) yang dipajang di ruang utama dan koleksi fosil gigi hewan gajah purba (<em>Stegodon</em>).</p>
<p>Mayoritas pengunjung berasal dari Jawa Barat dan kebanyakan berstatus sebagai mahasiswa tingkat akhir yang sedang menyusun skripsi. Kunjungan tersebut biasanya dilakukan mahasiswa menentukan objek penelitian serta menjadi bahan diskusi mengenai penelitian yang dilakukan. </p>
<h2>Peran museum universitas bagi keanekaragaman hayati</h2>
<p>Sebagai bagian dari pusat pendidikan dan penelitian, museum universitas yang khusus menyimpan koleksi sejarah alam memiliki potensi besar untuk mengungkap keanekaragaman hayati serta keanekaragaman “kehidupan” yang terkandung di dalamnya. </p>
<p>Koleksi museum bisa menjadi sumber data penelitian yang sangat berguna sebagai dasar penilaian status konservasi suatu spesies. Dengan mengetahui status suatu keanekaragaman hayati, diharapkan bisa mendorong aksi konservasi yang sesuai dan bisa tepat sasaran. </p>
<p>Tentu saja, ini membutuhkan dukungan yang menyeluruh, baik dari sarana dan prasarana, tata kelola museum universitas yang jelas, hingga pendanaan mandiri. </p>
<p>Sayangnya, museum universitas belum terlalu dikenal oleh publik Indonesia karena pengelolaan dilakukan secara spesifik dan dianggap tidak dibuka untuk umum. </p>
<p>Padahal, setidaknya ada 49 museum universitas dari total 4.445 perguruan tinggi di Indonesia dengan berbagai kategori sesuai koleksi yang dimiliki, contoh <a href="http://museumpendidikannasional.upi.edu/">Museum Pendidikan Nasional, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)</a> untuk ilmu sosial dan kemanusiaan, <a href="https://museumburung.unud.ac.id/">Museum Patung Burung Bali di Universitas Udayana</a> (bidang seni), dan <a href="https://museum-anatomi-fk-unika-atma-jaya.business.site/">Museum Anatomi, FKIK Unika Atma Jaya</a> di Jakarta (bidang sains dan teknologi). </p>
<p>Idealnya, minimal satu museum untuk satu perguruan tinggi, sama halnya dengan gedung arsip dan perpustakaan.</p>
<p>Kedua, belum jelasnya kebijakan yang mengatur museum universitas, baik di tingkat universitas maupun di tingkat nasional. <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/5642">Peraturan Pemerintah (PP) No. 66 Tahun 2015 tentang Museum</a> tidak menyebutkan secara eksplisit bahwa museum dapat dikelola oleh perguruan tinggi/ universitas. Akibatnya, museum universitas bergantung pada sekelompok orang saja yang memiliki minat untuk tetap mengelola.</p>
<p>Idealnya, pengelolaan museum universitas harus disokong dengan tidak hanya kebijakan yang jelas, pendanaan yang stabil tapi juga sumber daya manusia yang baik.</p>
<hr>
<p><em>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/138298/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Ganjar Cahyadi menerima dana dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) dan UPT Pengembangan Manusia dan Organisasi (PMO) ITB untuk riset ini. </span></em></p>Museum universitas memiliki peran dalam mengenalkan keanekaragaman hayati Indonesia.Ganjar Cahyadi, Curator, Museum Zoologi, School of Life Sciences and Technology , Institut Teknologi BandungLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.