Menu Close

Energi surya kunci wujudkan listrik murah: kenapa kita gagal beranjak dari batu bara?

Energi surya kunci wujudkan listrik murah: kenapa kita gagal beranjak dari batu bara?

Pemerintah berniat menekan laju emisi gas rumah kaca dengan menggenjot pembangunan energi terbarukan. Harapannya, energi bersih bisa menyumbang 31% dari total penggunaan energi nasional pada 2050 – dari tahun 2020 yang baru sekitar 10%-11%.

Namun, target ini dirasa belum cukup untuk memenuhi komitmen Indonesia yang telah meratifikasi Persetujuan Paris untuk membatasi kenaikan suhu global sebesar 1,5 C.

Pemerintah diminta melakukan transisi energi dari bahan bakar fosil ke sumber energi terbarukan hingga 100%. Studi dari Institute for Essential Service Reform (IESR) menyatakan transisi energi menuju kondisi bebas karbon pada 2050 ini secara teknis dan ekonomis memungkinkan selama pemerintah berkomitmen secara penuh menghapus bahan bakar fosil.

Kenyataannya, sejumlah kebijakan masih berpihak pada penggunaan energi fosil berbasis minyak, gas bumi, ataupun batu bara. Sementara, upaya menggenjot energi bersih dianggap masih setengah hati.

Dalam episode ini, kami berbincang dengan Grita Anindarini, Deputi Direktur Indonesian Center for Environmental Law (ICEL), dan Deon Arinaldo, Manajer Program untuk Transformasi Energi IESR. Kedua pembicara menceritakan berbagai hal termasuk kebijakan ekonomi politik yang melanggengkan listrik batu bara, pelajaran tentang energi surya dari Jerman, Inggris, dan Vienam, serta impian 100% energi bersih pada tahun 2050.

Simak episodenya di podcast SuarAkademia – ngobrol seru isu terkini, bareng akademisi.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,100 academics and researchers from 4,941 institutions.

Register now