Menu Close
Keranjang berisi Tuna Sirip Kuning dan mata Besar di Pelabuhan Ikan Lampulo Banda Aceh. Craig Proctor

fishIDER, alat baru untuk memperbaiki manajemen perikanan Indonesia

Platform online pelacak tangkapan ikan fishIDER diluncurkan pada minggu ini dalam pertemuan pemerintah tingkat tinggi, Our Ocean Conference 2018 di Bali. Situs web fishIDER dibangun untuk membantu staf dari lembaga perikanan yang bertugas mengumpulkan data tangkapan di pasar ikan dan tempat pendaratan di Indonesia mengidentifikasi spesies ikan.

Indonesia adalah salah satu negara maritim dan produsen ikan terbesar di dunia. Hasil tangkapan laut untuk Indonesia lebih dari 6,2 juta ton berdasarkan statistik pada 2015

Sangat penting untuk mengidentifikasi secara akurat spesies ikan yang telah ditangkap. Data tangkapan yang dikumpulkan digunakan untuk menilai stok, yang akan digunakan untuk pertimbangan keputusan manajemen yang penting, seperti kuota tangkapan dan maksimum tangkapan yang berkelanjutan.

Platform fishIDER, yang didanai oleh Pusat Penelitian Pertanian Internasional Australia, telah dikembangkan dengan menggabungkan pengetahuan, spesimen, dan sumber daya yang tersimpan di Australian National Fish Collection di Hobart di badan penelitian nasional Australia CSIRO, berkolaborasi dengan Badan Riset dan SDM Kelautan dan perikanan Indonesia.

Pentingnya identifikasi spesies ikan

Indonesia duduk pada peringkat empat dunia untuk populasi terbanyak. Sekitar 70 juta orang diperkirakan hidup dalam kemiskinan, jika diukur dengan standar internasional, meski tingkat kemiskinan Indonesia saat ini berada pada titik terendah dalam sejarah. Bagi banyak orang, ikan adalah sumber protein yang penting. Ketahanan pangan Indonesia juga bergantung pada produk ikan.

Industri perikanan juga sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Industri perikanan mempekerjakan lebih dari 12,3 juta orang, menurut laporan tahun 2016.

Bagi organisasi manajemen perikanan regional seperti [Western and Central Pacific Fisheries Commission dan Indian Ocean Tuna Commission sangat penting meningkatkan kemampuan staf perikanan untuk secara akurat mengidentifikasi spesies ikan di pasar.

Staf perikanan yang mengumpulkan data tangkapan ikan secara umum adalah petugas dari Dinas Kelautan dan Perikanan di tingkat provinsi, kabupaten, kota dan kabupaten, dan petugas dari otoritas pelabuhan. Berbagai program lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang beroperasi di Indonesia juga mempekerjakan staf pengumpulan data. Data tangkapan dikumpulkan dari sebagian besar situs pendaratan dan pelabuhan perikanan setiap hari, atau setidaknya beberapa kali per minggu.

Jika identifikasi yang dibuat oleh staf perikanan benar, penilaian stok akan lebih akurat. Jika kegiatan ini dipantau dan dilaksanakan dengan serius maka Indonesia dapat bergerak menuju perikanan yang berkelanjutan.

Sebaliknya, jika staf perikanan memasukkan informasi spesies yang salah dalam data tangkapan yang dikumpulkan, penilaian stok yang dihasilkan dapat menunjukkan ikan yang ditangkap lebih sedikit atau lebih banyak daripada yang sebenarnya terjadi. Hal ini dapat menyebabkan perikanan tidak dimanfaatkan secara optimal atau sebaliknya dieksploitasi secara berlebihan.

Tantangan di lapangan

Staf perikanan telah dilengkapi dengan panduan lapangan identifikasi. Tapi panduan ini semua menggambarkan ikan dalam kondisi paling segar, memperlihatkan warna dan tanda-tanda untuk ikan yang masih hidup. Panduan ini tidak menggambarkan secara akurat bagaimana tampak ikan yang sudah ditangkap dan berada di pasar.

Pengumpulan data perikanan di pasar Indonesia dan lokasi pendaratan menghadapi sejumlah tantangan:

  • Banyaknya spesies–Indonesia terletak di Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle) dengan keragaman spesies yang sangat kaya; setidaknya 1.000 spesies ikan telah terdokumentasi dari pasar Indonesia, dan masih banyak yang belum tercatat.

  • Ikan muncul di pasar pada beragam usia–ikan remaja dapat terlihat sangat berbeda dari ikan dewasa, remaja dari beberapa jenis spesies sangat sulit dibedakan dari kerabat terdekat mereka.

  • Waktu yang terbatas–staf perikanan sering memiliki waktu yang sempit untuk mengidentifikasi ikan karena pergerakan yang sangat cepat di pasar.

  • Kondisi tangkapan–ikan seringkali muncul kondisi yang buruk di pasar ikan, karena waktu yang lama berada di laut dengan es yang terbatas atau berada di pasar untuk jangka waktu yang lama.

  • Ikan yang rusak atau tidak lengkap–ikan mungkin memiliki fitur utama yang dibuang, seperti sirip hiu, atau seluruh bagian yang hilang, misalnya kepala.

Staf perikanan mengidentifikasi ikan tuna, di Padang, Sumatra Barat. Craig Proctor, Author provided (no reuse)

Cara menggunakan fishIDER

Situs fishIDER terdiri dari empat bagian utama: laman profil spesies, pembelajaran interaktif, galeri gambar ikan dalam kondisi pasar, dan glosarium interaktif.

Laman spesies termasuk tombol interaktif untuk mengidentifikasi spesies ikan, dan informasi tentang ekologi, distribusi dan pentingnya mereka bagi perikanan lokal.

Bagian pembelajaran interaktif terdiri dari permainan dan kuis untuk membantu meningkatkan keterampilan identifikasi ikan pengguna.

Glosarium bergambar adalah sumber informasi bagi pengguna untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang istilah taksonomi.

Dalam tahap pertama fishIDER ini terdapat sekitar 60 spesies pelagis, termasuk tuna dan makerel, ikan-ikan berparuh, dan hiu. Spesies ini termasuk kelompok spesies ikan makanan yang paling penting di Indonesia dan keakuratan identifikasi untuk spesies ini sangat perlu ditingkatkan.

Proyek kolaboratif ini tidak hanya membantu Indonesia dalam pemantauan perikanan, tapi juga menguntungkan manajemen perikanan Australia. Banyak ikan berenang dalam area yang sangat luas dan meliputi berbagai negara. Oleh karena itu, perbaikan pengelolaan stok ikan di kawasan akan membantu meningkatkan ketahanan pangan di masa depan.

Sebagai contoh, Tuna Sirip Biru Selatan bermigrasi dari perairan selatan Australia ke perairan tropis di Indonesia bagian selatan untuk bertelur. Perikanan Indonesia dan Australia memanfaatkan persediaan Tuna Sirip Biru Selatan dan bekerja dengan Commission for the Conservation of Southern Bluefin Tuna untuk memastikan keberlanjutan perikanan ini. Jadi, agar Tuna Sirip Biru Selatan dikelola dengan baik, sangat penting bahwa staf perikanan Indonesia secara akurat mengidentifikasi spesies ini pada tangkapan mereka.

Ini hanyalah satu contoh bagaimana fishIDER dapat digunakan sebagai alat untuk mengembangkan kapasitas untuk perbaikan manajemen perikanan. Kami mencari kemitraan baru untuk memperluas fishIDER untuk kawasan Asia Tenggara dan Kepulauan Pasifik untuk membantu mengembangkan manajemen perikanan secara lebih luas.


Artikel ini diterjemahkan dari bahasa Inggris oleh Gracesillya Febriani dan Prodita Sabarini

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,000 academics and researchers from 4,940 institutions.

Register now