tag:theconversation.com,2011:/fr/topics/bayi-52841/articlesBayi – The Conversation2024-01-31T06:54:04Ztag:theconversation.com,2011:article/2190212024-01-31T06:54:04Z2024-01-31T06:54:04ZMerencanakan kehamilan? Pertimbangkan berhenti minum alkohol sebelum dan selama kehamilan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/562928/original/file-20230413-14-lfsl69.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=65%2C57%2C5390%2C3571&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Kamu mungkin ingin menjadikan minuman keras sebagai masa lalu.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/positive-multiethnic-couple-drinking-wine-with-guests-5876657/">pexels/monstera</a></span></figcaption></figure><p>Ketika pasangan suami istri berencana untuk memiliki bayi, sering kali perempuanlah yang dianggap bertanggung jawab atas <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0749379716000660#bib8">kesehatan bayi yang belum lahir</a>. </p>
<p>Di Inggris, <a href="https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/545937/UK_CMOs__report.pdf">pedoman minum alkohol</a> terbitan Kementerian Kesehatan merekomendasikan agar perempuan tidak mengonsumsi alkohol selama kehamilan. Hal ini karena alkohol diketahui dapat meningkatkan risiko <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31194258/">keguguran</a> dan <a href="https://www.nhs.uk/conditions/foetal-alcohol-spectrum-disorder/">gangguan spektrum alkohol pada janin</a> (FASD). </p>
<p><a href="https://theconversation.com/how-foetal-alcohol-spectrum-disorders-could-be-a-hidden-epidemic-52835">FASD</a> adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan berbagai tantangan emosional, perilaku, perkembangan, dan pembelajaran yang terkait dengan <a href="https://theconversation.com/up-to-17-of-children-in-the-uk-could-have-symptoms-of-foetal-alcohol-spectrum-disorder-according-to-latest-estimates-107649">paparan alkohol</a> pada bayi selama berada di dalam rahim.</p>
<p>Pedoman ini juga merekomendasikan bahwa jika kamu berencana untuk hamil, pendekatan yang paling aman adalah <a href="https://theconversation.com/health-risks-of-light-drinking-in-pregnancy-confirms-that-abstention-is-the-safest-approach-83753">tidak minum</a> sama sekali untuk meminimalkan risiko pada kehamilan kamu.</p>
<p>Namun, bukti dari survei besar menunjukkan bahwa tidak semua perempuan berhenti minum alkohol sebelum hamil - baik kehamilan itu diinginkan atau tidak. Dalam sebuah <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28277356/">penelitian</a> tahun 2017 terhadap 5.036 perempuan di AS, prevalensi konsumsi alkohol sebelum kehamilan serupa antara mereka yang memiliki kehamilan yang diinginkan (55%) dan yang tidak diinginkan (56%). </p>
<p>Dalam <a href="https://obgyn.onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/aogs.12816">penelitian</a> lainnya pada 2015 terhadap 3.390 perempuan Swedia, konsumsi alkohol mingguan tidak berbeda secara signifikan antara perempuan dengan “kehamilan yang sangat direncanakan” (11%) dibandingkan dengan perempuan dengan “kehamilan yang sangat tidak direncanakan” (14%). </p>
<p>Dan sebuah <a href="https://www.tandfonline.com/doi/full/10.3109/13625187.2013.851183">survei</a> pada 2013 terhadap 258 perempuan Denmark menemukan bahwa meskipun 77% kehamilan mereka “sangat” atau “cukup terencana”, satu dari lima orang melaporkan pesta minuman keras pada awal kehamilan. Di antara perempuan dengan kehamilan yang tidak direncanakan, angka ini meningkat menjadi satu dari tiga.</p>
<p>Namun, meskipun fokusnya cenderung pada hubungan perempuan dengan alkohol sebelum dan selama kehamilan, semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa penggunaan alkohol oleh laki-laki juga <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0749379716000660#bib8">berperan</a> dalam hal kesehatan bayi. </p>
<p>Memang, alkohol dapat <a href="https://www.ajog.org/article/S0002-9378(08)02037-1/fulltext">memengaruhi DNA sperma</a>, dalam beberapa kasus mengurangi <a href="https://theconversation.com/how-mens-damaged-sperm-could-play-significant-role-in-recurrent-miscarriage-109683">kesuburan</a> dan potensi untuk hamil. </p>
<h2>Mengapa berhenti minum alkohol?</h2>
<p>Hasil kesehatan yang lebih baik untuk bayi <a href="https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/729018/Making_the_case_for_preconception_care.pdf">dimulai sebelum pembuahan</a>, dengan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4293222/">hubungan yang jelas dibuat</a> antara kesehatan laki-laki dan perempuan sebelum kehamilan dan kesehatan keturunan mereka. </p>
<p>Penelitian menunjukkan bahwa jika pasangan sedang mencoba untuk hamil, masuk akal jika mereka berdua berhenti minum minuman keras <a href="https://edition.cnn.com/2019/10/03/health/dads-trying-to-conceive-stop-drinking-wellness/index.html">setidaknya enam bulan sebelum kehamilan</a>. Hal ini membantu mengurangi risiko hasil negatif yang mungkin terjadi pada bayi, seperti <a href="https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/2047487319874530?journalCode=cprc">penyakit jantung bawaan</a>.</p>
<p>Hal ini juga memiliki <a href="https://www.drinkaware.co.uk/advice/how-to-reduce-your-drinking/the-benefits-of-drinking-less">manfaat</a> untuk <a href="https://www.drugsandalcohol.ie/32647/1/R-de-Visser-Dry-January-evaluation-2019.pdf">calon orang tua</a>, seperti kualitas tidur yang lebih baik, peningkatan energi, dan tingkat konsentrasi yang lebih baik.</p>
<p>Penelitian juga <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0749379716000660#bib8">menemukan</a> bahwa jika pasangan hidup bersama dan pasangan laki-laki minum alkohol, ada kemungkinan lebih tinggi bahwa perempuan akan minum alkohol sebelum dan selama kehamilan.</p>
<p>Salah satu alasan mengapa hal ini bisa terjadi dieksplorasi dalam <a href="https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/1757975912441225">penelitian lain</a>. Dala riset ini para perempuan mengatakan bahwa minum-minum dengan pasangan, baik sebelum atau selama kehamilan, memberikan rasa hubungan sosial.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Pregnant woman holding belly." src="https://images.theconversation.com/files/515255/original/file-20230314-3238-lcctzb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/515255/original/file-20230314-3238-lcctzb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/515255/original/file-20230314-3238-lcctzb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/515255/original/file-20230314-3238-lcctzb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/515255/original/file-20230314-3238-lcctzb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/515255/original/file-20230314-3238-lcctzb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/515255/original/file-20230314-3238-lcctzb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Sebaiknya hindari alkohol sama sekali jika ingin hamil.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/smiling-pregnant-woman-caressing-tummy-in-house-room-5427247/">Pexels/Amina Filkins</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Periode sebelum kehamilan, yang dikenal sebagai prakonsepsi, adalah <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5975952/pdf/emss-77899.pdf">sebuah jendela kesempatan</a> bagi calon orang tua untuk meningkatkan kesehatan mereka dan meningkatkan kemungkinan mereka untuk hamil. Dan <a href="https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/729018/Making_the_case_for_preconception_care.pdf">konsumsi alkohol</a> harus dipertimbangkan sebagai bagian dari hal ini. </p>
<p>Sebagai bagian dari penelitian terbaru kami, kami <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2772653322000405?via=ihub">meninjau literatur</a> yang mengeksplorasi pandangan masyarakat dan profesional kesehatan tentang informasi dan dukungan untuk mengurangi konsumsi alkohol pada periode sebelum hamil. </p>
<p>Kami menemukan bahwa para perempuan menyadari bahwa faktor gaya hidup seperti merokok atau minum alkohol dapat memengaruhi kehamilan mereka dan meningkatkan risiko hasil yang buruk bagi bayi. Namun, terdapat kurangnya kesadaran akan pentingnya laki-laki untuk mengurangi konsumsi alkohol ketika merencanakan kehamilan. </p>
<p>Memang, laki-laki <a href="https://www.jabfm.org/content/jabfp/26/2/196.full.pdf">biasanya tidak pergi ke klinik</a> untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan prakonsepsi, karena hal ini biasanya diserahkan pada perempuan. </p>
<h2>Suami dan istri berhenti minum alkohol</h2>
<p>Meskipun ada beberapa indikasi bahwa laki-laki, dan juga perempuan, terbuka untuk mengubah perilaku minum alkohol saat merencanakan kehamilan, tinjauan literatur kami menemukan bahwa <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877575617300940?via=ihub">sangat sedikit penelitian</a> yang mengeksplorasi pandangan laki-laki atau pasangannya tentang kesehatan prakonsepsi.</p>
<p>Dan meskipun ada hasil yang menjanjikan dari intervensi dan pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan prakonsepsi pada laki-laki dan perempuan, seperti <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877575617300940?via=ihub">skrining alkohol</a> diikuti dengan konseling dan pendidikan kesehatan mengenai <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877575617300940?via=ihub">mengubah perilaku</a>, tetapi masih belum ada penekanan yang cukup pada kesehatan laki-laki pada tahap prakonsepsi. Hal ini perlu diubah karena, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian, kesehatan bayi dipengaruhi oleh ibu dan ayah. </p>
<p>Jadi, jika kamu sedang mempertimbangkan untuk mencoba mendapatkan momongan, sekarang adalah waktu yang tepat bagi kedua pasangan untuk menetapkan tujuan baru dan <a href="https://www.nhs.uk/pregnancy/keeping-well/drinking-alcohol-while-pregnant/">mengurangi konsumsi alkohol</a> bersama-sama. Dan jika kamu khawatir dengan jumlah yang kamu minum, atau ketergantungan pada alkohol, kamu harus mendapatkan <a href="https://www.nhs.uk/conditions/alcohol-misuse/treatment/">saran dan dukungan profesional</a> tentang cara mengurangi minum alkohol dengan aman.</p>
<hr>
<p><em>Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/219021/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Kami mengucapkan terima kasih kepada Lisa Schölin, Queens Medical Research Institute, University of Edinburgh; Andrea Hilton, Department of Paramedical, Perioperatif and Advanced Practice, University of Hull dan Anand Ahankari, Faculty of Health and Medical Sciences, University of Surrey yang telah menjadi bagian dari tim peneliti serta membantu dalam penulisan dan penelaahan artikel ini.
</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Lesley Smith menerima dana dari National Institute of Health Research, The Institute of Alcohol Studies, Alcohol Research UK (sekarang Alcohol Change UK) dan The Joseph Rowntree Foundation untuk penelitian terkait alkohol.
</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Jayne Walker tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Mengurangi konsumsi alkohol sebelum hamil dapat bermanfaat bagi kesehatan laki-laki, perempuan, dan bayi mereka.Lolita Alfred, Senior Lecturer in Mental Health, School of Health and Psychological Sciences, City, University of LondonJayne Walker, Senior lecturer| Professional Lead. School of Paramedical, Peri-Operative and Advanced Practice. Faculty of Health Sciences., University of HullLesley Smith, Professor of Women's Public Health, Institute of Clinical and Applied Health Research, University of HullLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2214562024-01-25T02:41:48Z2024-01-25T02:41:48ZTren nama bayi: mengapa kita semua memilih nama yang sama<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/570152/original/file-20240118-28-jcsg23.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Orang tua muda sering kali mencari nama yang seunik anak mereka.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/0hiUWSi7jvs">Minnie Zhou | Unsplash</a></span></figcaption></figure><p>Kamu mungkin salah satu orang yang sudah menyusun daftar nama-nama potensial untuk anak sejak kecil. Atau ketertarikanmu pada nama mungkin baru muncul saat menantikan anak pertama. Tiba-tiba, kamu mulai melihat nama panggilan di mana-mana. </p>
<p>Pikiranmu mungkin kembali ke keluarga yang lebih tua. Di Inggris, nama-nama seperti <a href="http://www.nameplayground.com/Evelyn">Evelyn</a> atau <a href="http://www.nameplayground.com/Arthur">Arthur</a> dulunya terasa kuno. Namun entah bagaimana sekarang nama-nama tersebut terasa segar dan indah. Calon orang tua mungkin tidak akan memberi tahu tentang nama favorit mereka: karena nama tersebut istimewa, dan mereka tidak ingin seseorang mencurinya.</p>
<p>Meski demikian, ketika si kecil Arthur atau Evelyn masuk ke tempat penitipan anak atau sekolah, nama mereka tidak lagi terlihat orisinil. Ternyata, ada tiga Evelyn di kelas, dan beberapa Arthur di taman bermain, meskipun orang tua anak-anak itu mungkin belum pernah bertemu dengan seseorang bernama Evelyn atau Arthur sebelum memiliki anak sendiri. </p>
<p>Sosiolog Amerika, Stanley Lieberson, dalam bukunya yang terbit tahun 2000, <a href="https://yalebooks.yale.edu/book/9780300173871/a-matter-of-taste/"><em>A Matter of Taste: How Names, Fashions, and Culture Change</em></a> menunjukkan bahwa calon orang tua menyukai nama-nama yang sama di waktu yang sama karena berbagai alasan, mulai dari preferensi generasi hingga perubahan sosial dan pengaruh budaya. Namun, sejak akhir abad ke-19, nama-nama tersebut bukan lagi menjadi masalah adat, melainkan masalah selera. Dengan demikian, hal ini mengikuti pergeseran dan pengulangan yang sama seperti ekspresi mode lainnya. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="tren nama bayi" src="https://images.theconversation.com/files/473954/original/file-20220713-9360-ckyg4p.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/473954/original/file-20220713-9360-ckyg4p.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=385&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/473954/original/file-20220713-9360-ckyg4p.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=385&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/473954/original/file-20220713-9360-ckyg4p.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=385&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/473954/original/file-20220713-9360-ckyg4p.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=484&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/473954/original/file-20220713-9360-ckyg4p.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=484&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/473954/original/file-20220713-9360-ckyg4p.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=484&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Pergeseran sosial dan pengaruh budaya membentuk tren penamaan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/0n4AhLhuOZk">Joice Kelly | Unsplash</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Bagaimana nama bisa terasa terlalu umum?</h2>
<p>Ketika memikirkan nama-nama yang menurutmu bagus, menarik untuk mempertimbangkan apakah ada di antara nama-nama tersebut yang umum di generasimu sendiri, atau di generasi orang tuamu. Jawaban dari kedua pertanyaan ini mungkin “tidak”. Nama-nama yang kita kaitkan dengan teman sebaya atau guru kita sering kali terasa terlalu “biasa” dan tidak cocok.</p>
<p>Sebaliknya, nama-nama dari generasi kakek-nenek atau bahkan kakek-nenek buyut kita tampak lebih menarik. <a href="https://www.nordicsocioonomastics.org/naming-trends-in-denmark/">Penelitian di Denmark</a> menunjukkan bahwa nama anak perempuan dua suku kata yang diakhiri dengan “a” (seperti Alma atau Clara) semakin populer sejak tahun 2000 - seabad setelah terakhir kali nama-nama tersebut mencapai popularitasnya. </p>
<p>Pola 100 tahun tersebut masuk akal karena kita tidak memiliki banyak pengalaman dengan nama-nama dari generasi ini. Dan meskipun, sebagai orang tua muda, kita berpikir bahwa kita telah mendapatkan <em>jackpot</em> dengan menemukan nama yang sama uniknya dengan bayi kita yang baru lahir, selera kita sering kali selaras dengan selera orang lain <a href="https://www.jstor.org/stable/591659">dari generasi kita</a>. Sama seperti adanya preferensi generasi dalam hal furnitur, musik, dan gaya rambut, demikian juga dengan nama bayi.</p>
<p>Tentu saja, tidak semua nama depan yang populer dapat ditelusuri kembali ke generasi yang lebih tua. Terkadang, orang tua terinspirasi oleh budaya populer. Di Denmark, Liam tidak pernah menjadi nama yang umum <a href="https://navn.ku.dk/personnavne/20drengenavne/liam/">hingga tahun 2000-an</a>, ketika nama ini mulai memuncaki daftar nama anak laki-laki. Hal ini berkaitan, setidaknya sedikit, dengan <em>rapper</em> Denmark dan pembawa acara TV LOC, Liam O'Connor yang terkenal di periode tersebut. Sementara itu, pada tahun 1991, <a href="https://www.thelocal.fr/20170119/we-need-to-talk-about-kevin-how-a-hollywood-naming-craze-swept-france/">14.087 Kévin</a> dilaporkan lahir di Prancis karena dua film yang dirilis tahun sebelumnya: <em>Dances With Wolves</em> yang dibintangi Kevin Costner, dan <em>Home Alone</em>, yang tokoh utamanya bernama Kevin McCallister.</p>
<p>Perubahan budaya yang lebih luas juga berdampak pada popularitas nama. Setelah perang dunia kedua, Denmark tidak lagi terputus dari pengaruh budaya Amerika Serikat (AS) dan Inggris. Akibatnya, nama-nama Inggris seperti John dan Tommy <a href="https://www.norna.org/content/benny-brian-johnny-og-dennis-om-de-engelske-drengenavnes-historie-i-danmark-som">menjadi sangat populer</a>. Sementara itu, gerakan hak-hak sipil di AS membuat pola penamaan Afrika-Amerika bergeser dari pilihan Alkitab seperti Elia dan Ishak ke nama-nama seperti <a href="https://theconversation.com/a-brief-history-of-black-names-from-perlie-to-latasha-130102">Kareem</a> yang diambil dari nama pebasket dan aktivis Kareem Abdul-Jabbar. </p>
<p>Lebih jauh lagi, karena semakin banyak dari kita yang hidup dalam <a href="https://theconversation.com/plurilingual-parenting-why-many-experts-think-families-who-speak-multiple-languages-should-just-go-with-the-flow-185255#:%7E:text=Pengasuhan%20bahasa%20lebih%20liberal,%20orang%20tua%20tidak%20masalah%20dengan%20hal%20tersebut.">masyarakat yang sangat beragam</a>, orang tua dengan <a href="https://yorkspace.library.yorku.ca/xmlui/handle/10315/35884">latar belakang yang berbeda</a> memilih nama yang dapat digunakan <a href="https://www.semanticscholar.org/paper/What's-in-a-Name-An-Exploration-of-the-Significance-Edwards-Caballero/22b0404597b55e58db129d22247a819568c03190">lintas budaya</a>. Di sini, nama lebih merupakan selera pribadi daripada sarana mewariskan budaya.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="tren nama Noah" src="https://images.theconversation.com/files/473953/original/file-20220713-9289-jb1to0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/473953/original/file-20220713-9289-jb1to0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/473953/original/file-20220713-9289-jb1to0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/473953/original/file-20220713-9289-jb1to0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/473953/original/file-20220713-9289-jb1to0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/473953/original/file-20220713-9289-jb1to0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/473953/original/file-20220713-9289-jb1to0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Noah menduduki peringkat teratas dalam daftar nama anak laki-laki terbaik di beberapa negara.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/w55SpMmoPgE">Anna Samoylova | Unsplash</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Bagaimana tren nama melintasi batas negara?</h2>
<p>Seperti tren lainnya, mode nama bervariasi dari satu negara ke negara lain - dan juga dalam konteks bahasa. Alfie adalah salah satu nama anak laki-laki yang paling <a href="https://www.ons.gov.uk/peoplepopulationandcommunity/birthsdeathsandmarriages/livebirths/datasets/babynamesenglandandwalesbabynamesstatisticsboys">populer di Inggris dan Wales</a>, tetapi hampir sepenuhnya <a href="https://www.ssa.gov/oact/babynames/">diabaikan di AS</a>.</p>
<p>Namun, terkadang, sebuah tren dapat melintasi batas negara. Noah dan Ella ada di setiap daftar nama teratas dari <a href="https://www.dst.dk/da/Statistik/emner/borgere/navne/navne-til-nyfoedte">Denmark</a>, <a href="https://www.ssb.no/befolkning/navn/statistikk/navn">Norwegia,</a> <a href="https://scb.se/hitta-statistik/sverige-i-siffror/namnsok/">Swedia</a> hingga <a href="https://www.ons.gov.uk/peoplepopulationandcommunity/birthsdeathsandmarriages/livebirths/bulletins/babynamesenglandandwales/2019/relateddata">Inggris</a>. Dan kemungkinan besar kamu mungkin mengenal beberapa orang bernama Emma, karena ini adalah nama yang telah menggemparkan hampir <a href="https://names.ku.dk/selectednames/emma/">seluruh dunia Barat</a> sejak akhir tahun 1900-an.</p>
<p>Baru-baru ini, penelitian menunjukkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi perubahan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29213180/">persepsi tradisional</a> tentang nama anak laki-laki dan perempuan. Mulai muncul fokus dan ketertarikan terhadap nama-nama yang dapat digunakan tanpa memandang jenis kelamin. </p>
<p>Data dari pencatatan kelahiran di <a href="https://www.ons.gov.uk/peoplepopulationandcommunity/birthsdeathsandmarriages/livebirths/bulletins/babynamesenglandandwales/2020">Inggris dan Wales untuk tahun 2020</a> menunjukkan bahwa Ivy-Rose adalah nama depan dengan tanda penghubung yang paling banyak digunakan untuk anak perempuan (di nomor 229, dengan 202 bayi yang diberi nama demikian). Sementara Tommy-Lee adalah nama depan dengan tanda penghubung yang paling banyak digunakan untuk anak laki-laki (di nomor 454, dengan hanya 87 bayi yang menggunakan nama ini). Jadi, jika ingin nama calon anakmu lebih khas di antara teman-temannya, nama yang terdiri dari dua bagian bisa menjadi pilihan.</p>
<hr>
<p><em>Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/221456/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Seperti halnya ekspresi budaya lainnya, cara kita menamai anak ternyata juga mengikuti tren. Hal ini terkait dengan selera dan juga pergeseran sosial yang lebih luas.Jane Pilcher, Associate Professor of Sociology, Nottingham Trent UniversityBirgit Eggert, Assistant professor in Nordic Studies, University of CopenhagenKatrine Bechsgaard, Postdoctoral Scholar, University of California, BerkeleyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2079192023-07-17T02:10:19Z2023-07-17T02:10:19ZApakah ada bahasa yang lebih sulit dipelajari daripada bahasa yang lain?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/532328/original/file-20230616-27-bb55kq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/child-studying-english-747595933">maroke/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p><strong>Beberapa bahasa tampak lebih sulit daripada bahasa lainnya. Apakah itu berarti otak orang yang berbicara bahasa-bahasa tersebut lebih terstimulasi? – Maria Júlia, usia 14 tahun dari São Lourenço, Brasil</strong></p>
<hr>
<p>Apakah beberapa bahasa memang lebih sulit ketimbang bahasa lainnya? Misalnya, apakah bahasa Jepang lebih sulit daripada bahasa Inggris?</p>
<p>Untuk menjawab pertanyaan itu, hal pertama yang harus kita lakukan adalah membedakan antara bayi yang sedang belajar bahasa pertama dengan anak-anak atau orang dewasa yang sedang belajar bahasa kedua. Bagi bayi yang sedang belajar bahasa pertama mereka, tidak ada bahasa yang lebih sulit dari bahasa lainnya. Semua bayi belajar bahasa pertama mereka dalam jangka waktu yang sama. Hal ini karena <a href="https://www.scientificamerican.com/article/how-babies-learn-language/">mempelajari suatu bahasa adalah hal yang alamiah bagi semua bayi</a>, seperti halnya belajar berjalan.</p>
<p>Otak bayi lahir ke dunia dalam keadaan siap untuk mempelajari berbagai bahasa manusia yang mereka dengar di sekitar mereka. Otak mendapatkan stimulasi yang sama dari paparan terhadap bahasa apapun, meskipun otak lebih ke beradaptasi dengan <a href="https://earlychildhoodmatters.online/2017/big-surprises-from-little-brains/">fitur-fitur tertentu dari bahasa tersebut</a> – seperti bunyi-bunyi tertentu. Tidak ada bukti bahwa beberapa bahasa tertentu membuat k lebih pintar.</p>
<p>Bahkan, bayi bahkan dapat menguasai dua (atau lebih) <a href="https://www.scienceabc.com/humans/babies-learning-language-bilingualism-possible.html#how-babies-learn-their-native-language">bahasa secara bersamaan</a>, jika mereka mendengarnya secara teratur. Bahasa-bahasa tersebut bisa serupa, seperti bahasa Portugis dan Spanyol, atau sangat berbeda, seperti bahasa Inggris dan Cina – tetapi otak bayi bisa mempelajarinya pada saat yang bersamaan.</p>
<p>Namun, hal ini berbeda dengan jika kita sudah bisa berbicara dalam satu bahasa dan sedang belajar bahasa kedua. Bahasa yang sangat berbeda dengan bahasa yang sudah kita kuasai akan terasa lebih sulit daripada bahasa yang sangat mirip dengan bahasa pertama kita.</p>
<h2>Mempelajari bahasa kedua</h2>
<p>Misalnya, jika bahasa pertama kita adalah bahasa Inggris, kata-kata dalam bahasa Spanyol seperti <em>león</em> untuk “<em>lion</em>” (singa) atau <em>sal</em> untuk “<em>salt</em>” (garam_ akan lebih mudah dipelajari daripada, misalnya, bahasa Mandarin <em>shīzi</em> dan <em>yán</em>, atau bahasa Turki <em>aslan</em> dan <em>tuz</em>.</p>
<p>Untuk membuat kata dalam bahasa Inggris menjadi bentuk jamak, kita biasanya menambahkan -s atau -es, dan hal yang sama juga berlaku dalam bahasa Spanyol, jadi “<em>lions</em>” adalah <em>leones</em>. Namun dalam bahasa Turki, “<em>lions</em>” adalah <em>aslanlar</em>, dan dalam bahasa Mandarin tidak ada perbedaan sama sekali antara “<em>lion</em>” dan “<em>lions</em>”. <a href="https://blog.duolingo.com/whats-the-easiest-language-to-learn/">Perbedaan dari bahasa pertama kitalah</a> yang dapat membuat bahasa lain menjadi “lebih mudah” atau “lebih sulit”, bukan bahasanya itu sendiri.</p>
<p>Semakin banyak bahasa yang kita ketahui, semakin mudah untuk mempelajari bahasa lain. Bayi yang belajar dua bahasa pada saat yang sama <a href="https://www.sciencedaily.com/releases/2017/10/171002084841.htm">sering kali lebih mudah mempelajari bahasa ketiga atau keempat ketika mereka dewasa</a>. Otak dwibahasa (<em>bilingual</em>) mereka sudah lumayan memahami bagaimana bahasa bisa berbeda-beda. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="kartu bahasa asing" src="https://images.theconversation.com/files/507059/original/file-20230130-22-omoysa.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/507059/original/file-20230130-22-omoysa.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/507059/original/file-20230130-22-omoysa.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/507059/original/file-20230130-22-omoysa.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/507059/original/file-20230130-22-omoysa.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/507059/original/file-20230130-22-omoysa.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/507059/original/file-20230130-22-omoysa.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Belajar tentang buah-buahan dalam bahasa Portugis dan Inggris.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/portuguese-learning-new-language-fruits-name-507878815">Eiko Tsuchiya/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p><a href="https://clareseltcompendium.wordpress.com/2014/02/10/is-there-a-critical-period-for-language-learning/">Para ilmuwan dulu berpikir</a> bahwa ada titik batas, sekitar usia 12 atau 13 tahun. Mereka mengira bahwa setelah titik itu, tidak mungkin untuk mempelajari bahasa baru sepenuhnya. Sekarang kita tahu bahwa banyak anak muda <a href="https://www.theguardian.com/commentisfree/2018/jan/21/the-joys-and-benefits-of-bilingualism">bisa belajar bahasa lain</a> selama <a href="https://news.mit.edu/2018/cognitive-scientists-define-critical-period-learning-language-0501">masa remajanya</a>. Setelah itu, memang menjadi lebih sulit – tetapi bukan tidak mungkin – untuk mencapai tingkat kefasihan yang tinggi dalam bahasa baru.</p>
<p>Alasan mengapa bayi sangat jago dalam belajar bahasa, sebagian karena mereka punya lebih banyak waktu untuk melakukannya. Otak remaja atau otak orang dewasa mungkin <a href="https://medium.com/@chacon/mit-scientists-prove-adults-learn-language-to-fluency-nearly-as-well-as-children-1de888d1d45f">masih cukup fleksibel</a> untuk belajar bahasa lain, tetapi seiring bertambahnya usia, mereka sibuk dengan sekolah, pekerjaan, dan pertemanan. Ketika bayi belajar bahasa-bahasa pertama mereka, mereka menghabiskan waktu berjam-jam setiap hari untuk berlatih. </p>
<h2>Belajar membaca berbeda dari belajar bahasa</h2>
<p>Meskipun memahami dan berbicara dalam suatu bahasa terjadi secara alami, belajar membaca dan menulis adalah hal yang berbeda.</p>
<p>Kemampuan membaca bukanlah sesuatu yang dikembangkan oleh otak kita secara otomatis. Ini benar-benar harus dipelajari. Karena bahasa yang berbeda ditulis dengan cara yang berbeda, maka lebih masuk akal jika kita bilang bahwa beberapa bahasa lebih mudah dipelajari untuk dibaca daripada bahasa lainnya.</p>
<p>Anak-anak yang berbicara bahasa Inggris atau Prancis <a href="https://www.researchgate.net/publication/6876970_Becoming_literate_in_different_languages_Similar_problems_different_solutions">menghabiskan waktu lebih lama di sekolah untuk belajar membaca</a> daripada anak-anak yang berbicara bahasa Italia atau Finlandia. Hal ini karena dalam bahasa Italia atau Finlandia terdapat kesamaan yang erat antara huruf yang tertulis dan bunyi yang diucapkan. Sedangkan, dalam bahasa Inggris atau Perancis, ada banyak pelafalan yang rumit. Jika kamu membaca versi bahasa Inggris dari artikel ini, kamu pasti bisa mengenali beberapa aturan bunyi bahasa yang kompleks tersebut.</p>
<p>Dalam beberapa bahasa yang sudah sejak lama mengenal sistem tulisan, terutama di Asia, ada beberapa tantangan lain. Khususnya dalam bahasa Cina dan Jepang, penulisan didasarkan pada simbol-simbol yang terpisah untuk kata atau bagian dari kata, bukan huruf yang masing-masing mewakili suatu suara. Belajar membaca bahasa-bahasa ini dapat memakan waktu <a href="https://blogs.ntu.edu.sg/blip/does-the-brain-read-chinese-the-same-way-it-reads-english/">lebih lama lagi</a>. Oleh karena itu, dalam beberapa aspek tertentu, beberapa bahasa meamng bisa jadi lebih sulit untuk dipelajari daripada bahasa lainnya.</p>
<hr>
<p><em>Demetrius Adyatma Pangestu dari Universitas Bina Nusantara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/207919/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Antonella Sorace adalah Profesor Bidang Linguistik Perkembangan di Universitas Edinburgh, Skotlandia. Ia menerima hibah dari Economic and Social Research Council, Leverhulme Trust, Uni Eropa, Carnegie Trust, dan penyandang dana internasional lainnya yang mendukung beberapa penelitian yang disebutkan dalam artikel ini. Ia juga pendiri dan direktur Bilingualism Matters, sebuah organisasi nirlaba yang bertujuan untuk mengangkat penelitian tentang bilingualisme dan pembelajaran bahasa kepada orang-orang di berbagai sektor masyarakat.</span></em></p>Apakah ada bahasa yang lebih sulit dipelajari? Jawabannya tergantung apakah kita mempelajari bahasa itu saat masih bayi atau setelah dewasa.Antonella Sorace, Professor of Developmental Linguistics, The University of EdinburghLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2049292023-05-10T02:38:27Z2023-05-10T02:38:27ZStunting sulit diturunkan jika pemerintah biarkan produsen agresif memasarkan susu formula<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/524878/original/file-20230508-149621-l50yvn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Para ibu dan anaknya mengikuti Lomba Menyusui 2023 di Kota Kediri, Jawa Timur, 8 Mei 2023, sebagai upaya sosialisasi pencegahan stunting dengan memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif kepada bayi hingga usia 2 tahun. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://branda.antaranews.com/data/content_photo_wire.php?pubid=1683528616&getcod=dom">ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/rwa.</a></span></figcaption></figure><p>Satu dari empat bayi di Indonesia mengalami masalah serius yang sebenarnya bisa dicegah: kurang tinggi dari standar minimal, yang dikenal sebagai <em><a href="https://theconversation.com/penurunan-stunting-berjalan-lambat-di-tengah-melimpahnya-produksi-ikan-indonesia-tanya-kenapa-200444">stunting</a></em>.</p>
<p>Untuk mencegah <em>stunting</em>, Kementerian Kesehatan baru-baru ini mengeluarkan kampanye <a href="https://promkes.kemkes.go.id/cegah-stunting-itu-penting">#CegahStuntingItuPenting</a> dengan lima langkah utama. Dua di antaranya adalah mencukupi konsumsi protein hewani bagi anak usia 6 bulan ke atas dan pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif. </p>
<p>Namun demikian, produsen dan pemasaran susu formula (sufor) yang agresif dapat mengancam keberhasilan kedua langkah ini, mengingat Indonesia adalah salah satu negara dengan <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/mcn.13097">pertumbuhan penjualan sufor tercepat</a> di dunia.</p>
<p>Data terbaru mengamini bahwa sufor kerap dikonsumsi oleh anak berusia di bawah tiga tahun (batita). Survei <a href="http://dhsprogram.com/pubs/pdf/FR342/FR342.pdf">Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)</a> di kalangan anak usia 6–23 bulan yang sudah tidak mengkonsumsi ASI menunjukkan 72,9% di antaranya mengkonsumsi susu formula.</p>
<p>Jika pemerintah tidak membatasi ketat pemasaran susu formula, target penurunan stunting <a href="https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20230125/3142280/prevalensi-stunting-di-indonesia-turun-ke-216-dari-244/">dari 21,6% pada 2022 ke 14% tahun depan</a> jelas sulit dicapai.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/mengapa-kampanye-asi-tidak-menyenangkan-industri-susu-formula-dan-pendukungnya-142997">Mengapa kampanye ASI tidak menyenangkan industri susu formula dan pendukungnya</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Kenapa penggunaan sufor dapat berdampak pada stunting?</h2>
<p>Meski sufor adalah susu yang diformulasikan secara khusus dan diberikan dengan indikasi tertentu, kandungan sufor tidak bisa mengalahkan ASI, terutama untuk <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0092867421002208">mendukung kekebalan tubuh anak</a>. </p>
<p>Anak dengan kekebalan tubuh yang kurang optimal rentan sakit, sehingga mayoritas zat gizi yang dikonsumsi digunakan untuk melawan penyakit, bukan untuk tumbuh. Karena itulah, ASI eksklusif akan selalu menjadi salah satu langkah terbaik untuk mencegah stunting.</p>
<p>Namun demikian, penggunaan sufor pada periode anak di bawah tiga tahun (12–36 bulan) yang dapat berdampak pada pemberian makanan bayi dan anak (PMBA) kerap luput diperhatikan. </p>
<p>Sufor kadang menjadi alternatif ketika batita tidak mau makan. Padahal, periode ini penting untuk membuat <a href="https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fpsyg.2017.01046/full">anak terbiasa dengan makanan tertentu (<em>familiarization</em>)</a> dari segi rasa, tekstur, dan tampilan. </p>
<p>Sayangnya, <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33830660/">71% dari sufor batita tergolong tinggi gula</a> berdasarkan sistem Badan Standar Makanan Inggris (UK FSA). Selain itu, rata-rata kadar gula pada sufor batita mencapai 7,3 gram per 100 ml, setara dengan kadar gula pada minuman berpemanis.</p>
<p>Hal ini berisiko membangun <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25183757/">preferensi anak terhadap rasa manis</a> pada periode sensitif di awal kehidupan. Akhirnya, hal ini membuat orangtua bergantung pada makanan dan minuman berpemanis sebagai pilihan yang lebih disukai anak. </p>
<p>Penelitian di Bandung menunjukkan bahwa semakin sering dan semakin dini anak mengkonsumsi kudapan, termasuk <a href="https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/view/1950">minuman berpemanis</a>, berhubungan dengan kejadian <em>stunting</em> yang lebih tinggi.</p>
<p>Makanan atau minuman manis pada masa balita ini dapat menggantikan makanan padat gizi yang dibutuhkan untuk mencegah <em>stunting</em>, terutama pada <a href="https://data.unicef.org/wp-content/uploads/2021/09/Fed-to-Fail-FULL-REPORT-Child-Nutrition-Report-2021-FINAL.pdf">periode rentan</a> pada usia 6 bulan–2 tahun. Usia ini merupakan saat prevalensi <em>stunting</em> meningkat pesat akibat pola makan anak tidak bisa mengimbangi kebutuhan zat gizi untuk tumbuh.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/pemberian-asi-eksklusif-di-indonesia-baru-capaian-semu-ini-tanggung-jawab-siapa-121750">Pemberian ASI eksklusif di Indonesia baru capaian semu, ini tanggung jawab siapa?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Pertumbuhan penjualan sufor di Indonesia</h2>
<p>Maraknya pemasaran sufor tergambar dari pesatnya penjualan produk tersebut di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain. </p>
<p>Berdasarkan data penjualan sufor pada 2005–2019, <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/mcn.13097">Indonesia</a> adalah salah satu negara dengan pertumbuhan penjualan sufor terpesat, terutama pada kategori batita. </p>
<p>Sebuah data riset menunjukkan penjualan sufor pada 2011 mencapai Rp 12,3 triliun dan meningkat hingga <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/mcn.13186">Rp 24 triliun pada 2016</a>, serta diprediksi naik 23% pada 2021. Data <a href="https://www.kompas.id/baca/investigasi/2022/09/26/belanja-susu-formula-pertahun-capai-rp-3-triliun">terbaru menunjukkan</a> proporsi belanja susu formula oleh keluarga di Indonesia dapat mencapai hampir 13% dari upah per bulan.</p>
<p>Sementara itu, survei terbaru di kota Bandung menemukan bahwa <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/mcn.13189">1 dari 2 batita</a> mengkonsumsi sufor pada hari sebelum survei. Temuan serupa didapatkan pada survei di Jakarta yang menunjukkan bahwa <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33406319/">1 dari 3 batita</a> mengkonsumsi sufor hingga lebih dari 7 kali per minggu.</p>
<p>Penjualan sufor, khususnya pada periode batita, telah menjadi sumber pendapatan bagi produsen sufor. Jika tidak diawasi secara serius, maka target untuk mendukung gizi anak yang optimal akan terhambat. </p>
<p>Data terbaru menunjukkan <a href="https://www.kompas.id/baca/investigasi/2022/09/26/belanja-susu-formula-pertahun-capai-rp-3-triliun">empat dari lima provinsi</a> dengan pembelian sufor tertinggi adalah provinsi dengan prevalensi <em>stunting</em> di atas 30%. Ini mengindikasikan bahwa konsumsi sufor memiliki dampak yang sangat besar terhadap kesehatan masyarakat. </p>
<p>Karena itu, untuk mengejar target <em>stunting</em> sebesar 14% pada 2024, pemerintah harus serius mencari celah pencegahan <em>stunting</em> yang belum tergarap maksimal, salah satunya adalah pemasaran sufor.</p>
<h2>Pelanggaran pemasaran sufor di Indonesia</h2>
<p>Laporan <a href="https://www.who.int/publications/i/item/9789240048799">Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan</a> bahwa Indonesia masih belum secara signifikan mengintegrasikan <a href="https://www.who.int/publications/i/item/9241541601">The International Code of Marketing of Breast-Milk Substitutes</a> atau The Code sebagai kode etik pemasaran sufor ke dalam peraturan nasional. </p>
<p><a href="https://aimi-asi.org/storage/app/media/pustaka/Dasar-Dasar%20Hukum/Permenkes%20No.%2039%20Th.%202013%20Tentang%20Formula%20Bayi%20dan%20Produk%20Lainnya.pdf">Regulasi di Indonesia</a> saat ini baru mencapai skor maksimal pada satu aspek, yaitu aturan mengenai promosi di fasilitas kesehatan, dari total tujuh aspek implementasi The Code. </p>
<p>Terdapat beberapa bagian The Code yang belum tercakup secara maksimal dalam regulasi Indonesia, terutama pada aspek materi informasi, promosi publik, keterlibatan sistem dan tenaga kesehatan, dan pelabelan. Seperti, belum ada kewajiban bagi produsen untuk menyampaikan bahaya kesehatan dari pemberian sufor yang tidak tepat, serta dampak sosial dan finansial penggunaan sufor; belum ada larangan alat promosi sufor di tingkat pengecer; serta belum adanya kewajiban pengawasan aturan yang mandiri, transparan, dan bebas dari pengaruh komersial. </p>
<p>Menariknya, belum ada pula aturan klaim gizi dan kesehatan khusus sufor batita.</p>
<p>Integrasi The Code dan pengawasannya menjadi hal yang mendesak, mengingat pelanggaran terhadap The Code kerap ditemukan dan berkembangnya <a href="https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(22)01931-6/fulltext">media sosial</a> sebagai media promosi secara masif yang sulit diawasi. Kementerian Kesehatan perlu memperhatikan hal ini dengan lebih serius. </p>
<p>Dalam studi di 6 provinsi di Pulau Jawa, sebanyak <a href="https://www.cambridge.org/core/journals/public-health-nutrition/article/violations-of-the-international-code-of-marketing-of-breastmilk-substitutes-indonesia-context/18D7DB0EF1FC86C3E105372247118EE6">15% ibu menerima sampel sufor gratis</a> dan 16% menerima hadiah, seperti kaus untuk anak, dari perusahaan sufor – kedua hal ini melanggar The Code. </p>
<p>Pelanggaran The Code terkait iklan yang memasarkan sufor di media sosial dan media massa kerap <a href="https://www.aliveandthrive.org/sites/default/files/media_scan_country_report_indonesia_april_2016.pdf">ditemukan terutama pada sufor batita</a>. Selain pemasaran, media sosial juga digunakan oleh produsen sufor untuk <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9066994/">mendata calon konsumen</a> maupun untuk berkontak langsung dengan ibu yang berhasil meningkatkan jumlah konsumen sufor.</p>
<p>Di antara para ibu yang pernah berbicara dengan tenaga kesehatan (nakes) mengenai sufor, <a href="https://accesstonutrition.org/app/uploads/2020/02/BMS_Westat-Indonesia_Full_Report_2016.pdf">83% di antara nakes tersebut</a> menyarankan merek sufor tertentu. Hal ini juga menjadi catatan untuk meningkatkan kesadaran di antara nakes mengenai The Code; studi menunjukkan <a href="https://www.cambridge.org/core/journals/public-health-nutrition/article/violations-of-the-international-code-of-marketing-of-breastmilk-substitutes-indonesia-context/18D7DB0EF1FC86C3E105372247118EE6">hanya 45%</a> dari nakes yang memiliki kesadaran akan The Code. </p>
<p>Dengan demikian, edukasi mengenai ASI eksklusif dan Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) tetap menjadi garda terdepan untuk mencegah <em>stunting</em>. Namun berbagai pelanggaran pemasaran sufor ini menunjukkan perlunya kombinasi dengan tindak tegas dari pemerintah untuk mengawasi pemasaran sufor demi <em>zero stunting</em> di Indonesia.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/dihantam-pemasaran-susu-formula-konsumen-butuh-edukasi-dan-support-system-yang-kuat-191939">Dihantam pemasaran susu formula, konsumen butuh edukasi dan _support system_ yang kuat</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<img src="https://counter.theconversation.com/content/204929/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Davrina Rianda adalah anggota peneliti di Human Nutrition Research Center, Indonesian Medical Education and Research Institute (HNRC-IMERI), Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Davrina Rianda menerima dana beasiswa dari program Beasiswa Pendidikan Indonesia yang dibiayai oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan.</span></em></p>Untuk mengejar target stunting sebesar 14% pada 2024, pemerintah harus serius mencari celah pencegahan stunting yang belum tergarap maksimal, salah satunya adalah pemasaran sufor.Davrina Rianda, PhD Student in Nutritional Biology, University of California, DavisLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2034092023-04-12T08:49:57Z2023-04-12T08:49:57ZBelanja kosmetik selama Ramadan naik: bagaimana memilah kosmetik bayi dari kosmetik dewasa<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/520477/original/file-20230412-20-2hnqdf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pilihlah kosmetik anak yang memang diproduksi untuk anak.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/a-girl-having-a-lipstick-applied-on-her-lips-11737414/">Pexels/Abhijith TS</a></span></figcaption></figure><p>Selama Ramadan, <a href="https://ihram.republika.co.id/berita/robr36366/perempuan-milenial-bakal-banyak-belanja-kosmetik-pada-ramadan-2023">produk kosmetik</a> diprediksi merupakan salah satu produk belanja yang <a href="https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20230329202159-33-425623/laris-manis-ini-produk-kecantikan-yang-diincar-saat-ramadan">paling banyak dicari konsumen</a>.</p>
<p>Agar tidak keliru dan berdampak buruk bagi kesehatan kulit, kita perlu mengetahui secara pasti apakah produk kosmetik itu hanya diperuntukkan untuk orang dewasa atau hanya untuk bayi dan anak-anak. Termasuk kita perlu mengenali jenis produsennya. </p>
<p>Di level produsen, <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/129878/permenkes-no-1175menkesperviii2010-tahun-2010">Peraturan Menteri Kesehatan No 1175/Menkes/Per/VIII/2010 tentang izin kosmetika</a> membagi izin produksi menjadi dua jenis: golongan A dan B. </p>
<p>Industri kosmetik golongan A dapat membuat semua bentuk dan jenis sediaan kosmetik. Sedangkan golongan B hanya dapat membuat beberapa bentuk dan jenis sediaan kosmetik tertentu dengan teknologi sederhana. </p>
<p>Industri kosmetik <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/129878/permenkes-no-1175menkesperviii2010-tahun-2010">tipe B dilarang</a> memproduksi bentuk dan jenis kosmetik untuk bayi. Mereka juga dilarang memproduksi kosmetik yang digunakan di sekitar mata, rongga mulut, anti jerawat, pencerah kulit, tabir surya, <em>chemical peeling</em> (produk untuk mengelupaskan kulit secara kimia), atau pewarna rambut dan kosmetik yang dalam pembuatannya memerlukan teknologi tinggi seperti <a href="https://notifkos.pom.go.id/upload/informasi/20210319091150.pdf">aerosol dan serbuk kompak</a>.</p>
<p>Sementara, industri tipe A harus memiliki seorang apoteker sebagai penanggung jawab. Mereka juga harus memiliki fasilitas produksi dan laboratorium serta menerapkan <a href="https://pafi.or.id/media/upload/20200307073546_466.pdf">Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB)</a>.</p>
<p>Persyaratan ini lebih ketat dibandingkan dengan persyaratan industri tipe B. Salah satunya karena faktor keamanan yang perlu dijaga dari produk yang dihasilkan. </p>
<h2>Kenapa kosmetik untuk bayi berbeda dengan kosmetik dewasa?</h2>
<p>Salah satu alasan kosmetik untuk bayi berbeda dari komestik untuk dewasa adalah karena perbedaan jenis kulit.</p>
<p>Stratum korneum, bagian terluar dari lapisan kulit manusia, pada bayi lebih tipis dibandingkan <a href="https://doi.org/10.1111/j.1468-2494.2010.00611.x.">pada manusia dewasa</a>. Lapisan ini berfungsi sebagai lapisan pelindung bagian dalam tubuh dari komponen asing yang berada di luar tubuh, seperti mikroba, virus, termasuk kosmetik.</p>
<p>Selain itu, <a href="https://doi.org/10.1016/j.yrtph.2021.105052">rasio luas permukaan tubuh</a> terhadap bobot badan pada bayi lebih tinggi dibandingkan dengan dewasa, yaitu 1,5 kali lipat (anak usia 5 tahun dibandingkan dengan manusia dewasa normal) sampai 2,3 kali lipat (bayi baru lahir dibandingkan dengan manusia dewasa normal). </p>
<p>Kosmetik adalah suatu bahan yang hanya boleh digunakan di <a href="https://jdih.pom.go.id/download/file/1223/Perka_BPOM_2019.pdf">bagian luar tubuh</a> dan tidak ada kontrol berapa jumlah yang boleh digunakan setiap harinya. </p>
<p>Maka ketika komponen kosmetik ini masuk kebagian kulit yang lebih dalam dari stratum korneum, hal ini bisa menjadi berbahaya. </p>
<p>Masuknya bagian kosmetik ke bagian kulit lebih dalam ini seringkali disebut sebagai penetrasi. Proses penetrasi akan <a href="https://www.academia.edu/49268334/MARTINS_PHYSICAL_PHARMACY_AND_PHARMACEUTICAL_SCIENCES_Physical_Chemical_and_Biopharmaceutical_Principles_in_the_Pharmaceutical_Sciences_SIXTH_EDITION_Editor">meningkat ketika lapisan</a> untuk penetrasi (dalam hal ini stratum korneum) lebih tipis dan luas permukaan untuk proses penetrasi lebih luas. </p>
<p>Selain faktor kulit, beberapa organ pada bayi masih dalam proses perkembangan sehingga cenderung lebih sensitif terhadap efek toksik (tingkat kerusakan) ketika dipaparkan suatu bahan tertentu. </p>
<p>Efek toksik yang perlu menjadi perhatian khusus ketika memproduksi kosmetik untuk bayi adalah <a href="https://doi.org/10.1016/B978-012370877-9.00057-8.">efek terhadap organ saraf</a>, sistem pertahanan tubuh (imun), sistem pernafasan, dan <a href="https://www.rivm.nl/bibliotheek/rapporten/320012001.html">sistem endokrin</a> (sistem yang berfungsi untuk menghasilkan hormon).</p>
<p>Laju metabolisme pada bayi relatif mendekati manusia dewasa pada usia 6 bulan dan masih terus mengalami <a href="https://doi.org/10.1016/j.taap.2003.10.010">penyempurnaan hingga usia 2 tahun</a>. Proses metabolisme ini meliputi proses penyerapan ke dalam aliran darah (absorpsi), penyebaran keseluruh bagian tubuh (distribusi) hingga proses pengeluaran dari tubuh (eliminasi) baik melalui urin, tinja, keringat, dan bentuk lainnya. </p>
<p>Selain dari faktor fungsi tubuh yang belum sempurna, faktor perilaku bayi juga berbeda dibandingkan dengan manusia dewasa. Bayi sedang melalui perkembangan intelektual untuk mengeksplorasi lingkungan di sekitarnya dengan menempatkan berbagai benda ke dalam mulutnya. </p>
<p>Toksisitas atau tingkat kerusakan yang mungkin ditimbulkan suatu bahan yang terkandung dalam kosmetik tentu berbeda ketika bahan tersebut digunakan ke kulit dan dimasukan ke dalam mulut. </p>
<p>Selain proses menelan melalui mulut, masuknya bahan kosmetik juga mungkin dapat terjadi melalui saluran pernafasan atau mata <a href="https://www.edqm.eu/en/cosmetics-for-children-under-the-age-of-three">karena proses eksplorasi tersebut</a>. </p>
<p>Saat ini, terdapat beberapa industri rumahan yang menjual sabun dengan berbagai klaim dengan bahan baku berasal dari alam. Mereka memasarkannya via media sosial.</p>
<p><div data-react-class="InstagramEmbed" data-react-props="{"url":"https://www.instagram.com/reel/Cozt5rTu_f7/?igshid=YmMyMTA2M2Y%3D","accessToken":"127105130696839|b4b75090c9688d81dfd245afe6052f20"}"></div></p>
<p>Industri ini juga membuat sabun baik untuk dewasa ataupun bayi. Aktualnya, bahan yang berasal dari <a href="https://www.taylorfrancis.com/books/edit/10.3109/9781420020854/cosmetic-formulation-skin-care-products-lauren-thaman-zoe-diana-draelos">alam belum tentu aman dan boleh digunakan untuk siapa saja</a>. Selain itu, industri rumahan juga tidak memiliki izin sesuai dengan persyaratan industri kosmetik tipe A. </p>
<h2>Cara memilih kosmetik aman untuk bayi</h2>
<p>Hal pertama adalah pemilihan bahan yang berkualitas. </p>
<p>Pemilihan bahan ini akan menjadi perhatian bagi industri yang akan melakukan produksi kosmetik untuk bayi.</p>
<p>Pemilihan bahan meliputi data toksisitas, kemampuan mengiritasi, proses absorbsi secara perkutan (masuknya suatu zat ke dalam aliran darah melalui kulit), ketersediaan di pasar, komposisi secara kimia dan mikrobiologi serta bersifat allergen (dapat memicu rekasi alergi) atau tidak. </p>
<p>Hal kedua adalah pemilihan formula. </p>
<p>Suatu produk kosmetik seringkali tidak hanya mengandung bahan utama, namun juga mengandung bahan lain yang kita sebut dengan <a href="https://indonesianjpharm.farmasi.ugm.ac.id/index.php/3/article/view/613">eksipien</a>.</p>
<p>Contohnya sampo, selain menghasilkan bahan pembentuk busa untuk membersihkan kotoran sebagai bahan utama, sampo juga mengandung pengawet, pewarna dan pewangi sebagai bahan tambahan. </p>
<p>Jumlah bahan tambahan yang boleh ditambahkan ke dalam formula adalah ukuran minimum sehingga perhitungan keamanan produk akhir menjadi lebih terukur dan jauh dari batas toksik. </p>
<p>Hal ketiga adalah proses pemakaian yang berkaitan dengan lamanya paparan produk tersebut mengenai kulit bayi. Uji toksisitas akan diperhitungkan dengan mempertimbangkan lamanya paparan kosmetik terhadap kulit ataupun kemungkinan proses akumulasi (penumpukan) kosmetik di kulit. </p>
<p>Hal terakhir yang perlu diperhatikan adalah kemasan. </p>
<p>Kemasan kosmetik bagi bayi harus dapat mencegah kemungkinan bayi dengan tangannya sendiri dapat mengeluarkan isi kosmetik tersebut. Kemudian risiko terluka ketika bayi berkontak dengan kemasan kosmetik tersebut, misalnya sudut yang tajam. </p>
<p>Kemasan dengan bahan kaca juga dihindari karena risiko pecah, terutama ketika digunakan dalam kondisi basah, seperti saat mandi. </p>
<p>Bentuk kemasan tidak boleh terlalu kecil atau mengandung bagian yang mungkin bisa lepas lalu tertelan atau terhirup oleh bayi. Bentuk kosmetik yang seperti mainan juga harus <a href="https://www.edqm.eu/en/cosmetics-for-children-under-the-age-of-three">mengikuti aturan yang berlaku</a>.</p>
<p>Bagi konsumen, pertimbangan-pertimbangan tersebut akan sulit dilakukan kecuali bagian kemasan. Untuk itu, penting agar kita memilih produk bayi yang sudah terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). </p>
<p>Selain itu, konsumen harus tetap memperhatikan bayi saat menggunakan produk tersebut. Misalnya, timbul gejala alergi seperti ruam atau gatal-gatal hingga kemerahan atau gejala keracunan karena tertelan sepeti muntah. </p>
<p>Satu hal terpenting lainnya adalah tidak memberi bayi produk yang sebenarnya diperuntukan untuk dewasa sekalipun produk tersebut terdaftar BPOM.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/203409/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Putriana Rachmawati tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Kemasan kosmetik bagi bayi harus dapat mencegah kemungkinan bayi dengan tangannya sendiri dapat mengeluarkan isi kosmetik tersebut.Putriana Rachmawati, Dosen Program Studi Farmasi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2010912023-03-05T17:13:29Z2023-03-05T17:13:29ZIngin punya anak di tengah dunia yang sedang kolaps? Tanyakan dulu 5 hal ini pada diri sendiri<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/513461/original/file-20230304-2760-9u5cbm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C31%2C7000%2C4631&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Ilustrasi bayi sedang duduk di samping boneka beruang.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.freepik.com/free-photo/baby-teddy-bear-rear-view-with-design-space_15606930.htm#query=baby%20newborn&position=12&from_view=search&track=ais">Freepik</a></span></figcaption></figure><p>Apakah kamu ingin punya anak?</p>
<p>Di planet yang tengah mengalami guncangan akibat krisis iklim, keruntuhan ekosistem, ancaman kelaparan dan kemiskinan, bukankah memiliki anak hanya akan menambah masalah dan, karena itu, tidak etis?</p>
<p>Sebagai seorang kandidat PhD di Monash Bioethics Centre, Australia, saya meneliti tentang etika prokreasi pada masa perubahan iklim. Saya menemukan bahwa tidak ada jawaban sederhana “ya” atau “tidak” mengenai apakah kita harus melahirkan lebih banyak anak di saat planet Bumi berada dalam kesulitan seperti ini.</p>
<p>Orang-orang yang ingin punya anak kerap menghadapi dilema. Melahirkan seorang anak, artinya anak tersebut akan berkontribusi menghasilkan emisi sepanjang hidup mereka, dan artinya akan ada orang lain yang tetap berada dalam garis kemiskinan (jika planet ini beroperasi dalam batas kapasitas fisiknya). Hal ini, yang dapat dengan mudah diperdebatkan, akan memperpuruk kondisi ketidakadilan dan ketidaksetaraan.</p>
<p>Tetapi tetap saja banyak dari kita yang ingin memiliki anak, karena menganggap hal itu akan menjadi sesuatu paling berarti yang kita lakukan dalam hidup.</p>
<p>Apa yang harus kita lakukan?</p>
<p>Berdasarkan ilmu etika, ada kewajiban moral bagi individu untuk mempertimbangkan efek dari memiliki anak, tanpa perlu memaksa orang lain untuk tidak memiliki anak.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="man and women lie on bed with baby" src="https://images.theconversation.com/files/513065/original/file-20230302-17-plcira.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/513065/original/file-20230302-17-plcira.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/513065/original/file-20230302-17-plcira.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/513065/original/file-20230302-17-plcira.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/513065/original/file-20230302-17-plcira.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/513065/original/file-20230302-17-plcira.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/513065/original/file-20230302-17-plcira.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Memiliki anak dapat menjadi salah satu hal paling berarti yang kita lakukan bersama hidup. Tapi apakah itu etis di masa-masa sulit seperti ini?</span>
<span class="attribution"><span class="source">Natacha Pisarenko/AP</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Apa itu overpopulasi?</h2>
<p>Banyak pendapat bahwa dunia saat ini menghadapi masalah kelebihan populasi (biasa disebut <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/12281798/">overpopulasi</a>), keadaan ketika ada lebih banyak orang di Bumi – daripada kapasitas semestinya yang memungkinkan manusia bisa hidup dengan nyaman, bahagia, dan sehat – namun Bumi ini masih dianggap sebagai tempat yang cocok untuk generasi mendatang.</p>
<p>Tetapi definisi ini masih terbuka untuk interpretasi lainnya. Overpopulasi bukan hanya tentang jumlah, tetapi juga nilai-nilai. Jika orang-orang di negara-negara makmur memenuhi gaya hidup mereka – dan memberikan kesempatan bagi orang lain untuk memiliki gaya hidup yang sama – maka dunia akan kelebihan penduduk.</p>
<p>Saya tinggal di dalam kota Melbourne. Ketika saya menghitung <a href="https://www.footprintcalculator.org/home/en">jejak ekologis</a> saya, ternyata akan butuh sekitar 4 Bumi untuk dapat memenuhi kebutuhan kita secara adil jika semua orang memiliki gaya hidup seperti saya. Jika gaya hidup setiap orang sama seperti orang Amerika pada umumnya, kita akan membutuhkan lebih dari 5 Bumi.</p>
<p>Para <a href="https://www.academia.edu/10991141/Will_Limited_Land_Water_and_Energy_Control_Human_Population_Numbers_in_the_Future">ahli ekologi</a> dan <a href="https://www.researchgate.net/publication/356572845_Climate_ethics_and_population_policy_A_review_of_recent_philosophical_work">filsuf</a> telah memperkirakan bahwa seseorang yang lahir di dunia yang sudah maju dapat memenuhi gaya hidup mereka hanya jika tidak ada lebih dari 2 atau 3 miliar manusia di planet ini. Sekarang jumlah manusia di Bumi ada lebih dari <a href="https://www.worldometers.info/world-population/">8 miliar</a>.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/why-we-should-be-wary-of-blaming-overpopulation-for-the-climate-crisis-130709">Why we should be wary of blaming 'overpopulation' for the climate crisis</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<figure class="align-center ">
<img alt="people walking on a crowded street" src="https://images.theconversation.com/files/364900/original/file-20201022-18-iwc4eu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/364900/original/file-20201022-18-iwc4eu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/364900/original/file-20201022-18-iwc4eu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/364900/original/file-20201022-18-iwc4eu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/364900/original/file-20201022-18-iwc4eu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/364900/original/file-20201022-18-iwc4eu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/364900/original/file-20201022-18-iwc4eu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Banyak yang berpendapat bahwa dunia tengah menghadapi masalah overpopulasi.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Jadi apa yang bisa kita lakukan?</h2>
<p>Salah satu yang dapat kita lakukan untuk mengatasi dilema ini adalah dengan mengurangi emisi gas rumah kaca per kapita. Namun, ini saja tidak cukup. Mengapa?</p>
<p><strong>Pertama</strong>, sulit untuk mengurangi emisi secepat yang diperlukan untuk mengurangi bencana perubahan iklim. Ada <a href="https://unfccc.int/process-and-meetings/the-paris-agreement/the-paris-agreement">Perjanjian Paris</a> yang bertujuan mencegah pemanasan dunia sebesar 2°C dari sebelum periode industri. Untuk mencapai tujuan ini, <a href="https://www.science.org/doi/10.1126/science.aah3443">kita harus</a> mengurangi separuh emisi saat ini pada tahun 2030, mengurangi separuhnya lagi pada 2040, dan separuh berikutnya pada 2050.</p>
<p>Sayangnya, kita <a href="https://climateactiontracker.org/publications/glasgows-2030-credibility-gap-net-zeros-lip-service-to-climate-action/">belum berada berada di jalur yang benar</a> dalam mencapai tujuan Perjanjian Paris tersebut. Kegagalan ini dapat menyebabkan penderitaan yang signifikan dan <a href="https://www.ipcc.ch/report/ar6/wg2/">jutaan kematian</a>. Dan masyarakat yang kurang beruntung secara ekonomi akan terkena dampak paling pertama dan paling parah. Ini tidak adil.</p>
<p><strong>Kedua</strong>, negara berkembang harus diizinkan untuk meningkatkan emisi mereka guna <a href="https://www.ecologicalcitizen.net/pdfs/epub-048.pdf">menghindari kemiskinan</a>. Orang-orang yang hidup dalam kemiskinan, terutama yang tinggal di negara miskin dan berkembang, mengonsumsi sangat sedikit sumber daya. Membiarkan mereka tetap berada pada tingkat konsumsi yang rendah ini adalah hal yang tidak manusiawi. Kita perlu mengadvokasi mereka untuk lebih konsumtif.</p>
<p><strong>Ketiga</strong>, memiliki anak lebih sedikit dapat membantu menyelesaikan masalah ketidakadilan yang disebabkan oleh kerusakan iklim. Jika tingkat kesuburan global turun sebesar 0,5 kelahiran per perempuan, <a href="https://philpapers.org/archive/HICPEA.pdf">kita bisa menghemat</a> sekitar 5,1 miliar ton karbon per tahun sampai akhir abad ini. Ini sama dengan menghemat <a href="https://www.pnas.org/doi/full/10.1073/pnas.1004581107">16% sampai 29%</a> dari total penghematan emisi yang kita perlukan untuk menghindari bencana perubahan iklim.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="people wade through floodwaters" src="https://images.theconversation.com/files/513070/original/file-20230302-19-plcira.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/513070/original/file-20230302-19-plcira.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/513070/original/file-20230302-19-plcira.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/513070/original/file-20230302-19-plcira.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/513070/original/file-20230302-19-plcira.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=499&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/513070/original/file-20230302-19-plcira.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=499&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/513070/original/file-20230302-19-plcira.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=499&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Memiliki lebih sedikit anak membantu menyelesaikan ketidakadilan yang disebabkan oleh kerusakan iklim, seperti banyaknya pengungsian akibat banjir.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Zahid Hussain/AP</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p><strong>Keempat</strong>, bahkan jika rata-rata emisi per kapita dunia menurun, pertumbuhan populasi tetap akan melipatgandakan emisi.</p>
<p>Emisi cenderung tumbuh dengan rasio satu banding satu dengan meningkatnya populasi. Antara tahun 1975 dan 2009, misalnya, populasi dan emisi <a href="https://overpopulation-project.com/wp-content/uploads/2018/12/2010_Ryerson_TheMultiplierofEverythingElse_PostCarbonReaderSeries5221.pdf">naik sebesar 43%</a> di Amerika Serikat (AS). Percuma kita berusaha dengan baik mengurangi emisi per kapita jika kita tidak menangani masalah pertumbuhan populasi juga.</p>
<p><strong>Terakhir</strong>, kita tidak dapat mengatasi masalah emisi per kapita tanpa membahas reproduksi. Keputusan untuk tidak melahirkan anak berkontribusi mengurangi emisi individu <a href="https://www.biologicaldiversity.org/programs/population_and_sustainability/pdfs/OSUCarbonStudy.pdf">20 kali lebih efektif</a> dibandingkan jumlah total perilaku “hijau” lainnya yang kita lakukan, seperti mendaur ulang dan mengurangi penggunaan kendaraan.</p>
<p>Di negara maju, misalnya, memiliki satu anak lebih sedikit bisa <a href="https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1748-9326/aa7541">menghemat sekitar 58 ton</a> emisi per tahun. Cara terbaik berikutnya yang dapat dilakukan untuk membatasi emisi mereka adalah dengan hidup tanpa mobil. Namun, ini hanya akan menghemat sekitar <a href="https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1748-9326/aa7541">2,4 ton emisi per tahun</a>.</p>
<p>Para ahli etika <a href="https://commons.pacificu.edu/work/sc/f69d70ba-8600-4198-b467-266a3435e91e">menegaskan</a> bahwa jika kita punya kewajiban untuk mengurangi emisi per kapita, maka kita juga punya kewajiban untuk membatasi jumlah anak yang kita miliki.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/bob-brown-is-right-its-time-environmentalists-talked-about-the-population-problem-148347">Bob Brown is right – it's time environmentalists talked about the population problem</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<figure class="align-center ">
<img alt="man opens lid to recycling bin" src="https://images.theconversation.com/files/513074/original/file-20230302-22-hr8cj6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/513074/original/file-20230302-22-hr8cj6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/513074/original/file-20230302-22-hr8cj6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/513074/original/file-20230302-22-hr8cj6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/513074/original/file-20230302-22-hr8cj6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/513074/original/file-20230302-22-hr8cj6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/513074/original/file-20230302-22-hr8cj6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Tidak memiliki anak jauh lebih bermanfaat bagi planet ini dibandingkan keseluruhan perilaku ‘hijau’ yang kita lakukan.</span>
<span class="attribution"><span class="source">James Ross/AAP</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Menyelesaikan dilema</h2>
<p>Saya memang tidak memiliki pengalaman hidup sebagai perempuan atau individu yang dapat mengandung. Saya juga belum punya anak.</p>
<p>Namun, saya yakin dunia harus mengatasi overpopulasi. Saya sangat paham bahwa ini <a href="https://teachersinstitute.yale.edu/curriculum/units/1998/7/98.07.03.x.html">bukan topik yang mudah dan nyaman</a> untuk dibicarakan. Diskusi ini akan melibatkan topik seksualitas dan kontrasepsi, serta hak-hak privasi dan agama. </p>
<p>Dan saya menyadari tidak ada cara yang dapat benar-benar menyelesaikan seluruh masalah ketidakadilan.</p>
<p>Jika orang-orang di negara-negara makmur terus melahirkan anak, tidak akan ada cukup sumber daya bagi orang yang hidup saat ini dan di masa mendatang untuk bisa berkembang.</p>
<p>Tapi, menuntut individu untuk berhenti bereproduksi juga <a href="https://www.academia.edu/27846638/Whose_Job_Is_It_to_Fight_Climate_Change_A_Response_to_Hickey_Rieder_and_Earl">tidak adil</a>. Bagi banyak orang, kebebasan untuk memutuskan akan melahirkan keturunan adalah soal <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s10790-021-09797-y">martabat dan makna penting dalam hidup</a>.</p>
<p>Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB juga <a href="https://humanrights.gov.au/our-work/commission-general/universal-declaration-human-rights-human-rights-your-fingertips-human#:%7E:text=Article%2016&text=Men%20and%20women%20of%20full,marriage%20and%20at%20its%20dissolution">menjamin</a> bahwa setiap laki-laki dan perempuan berhak untuk membangun keluarga.</p>
<p>Jadi, jawaban yang paling tepat bukanlah menghilangkan ketidakadilan secara keseluruhan, tapi meminimalisir ketidakadilan sebisa mungkin.</p>
<p>Menyuruh orang untuk tidak memiliki anak, atau memiliki lebih sedikit anak, sepertinya terlalu keras. Solusinya harus <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/japp.12099">lebih halus</a>.</p>
<p>Lalu bagaimana caranya?</p>
<p>Dengan mengajak orang-orang untuk menyadari adanya kewajiban moral untuk mempertimbangkan masalah lingkungan dan keadilan sebelum melahirkan generasi.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="man and women look lovingly at baby" src="https://images.theconversation.com/files/513062/original/file-20230302-23-jdw7rk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/513062/original/file-20230302-23-jdw7rk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/513062/original/file-20230302-23-jdw7rk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/513062/original/file-20230302-23-jdw7rk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/513062/original/file-20230302-23-jdw7rk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/513062/original/file-20230302-23-jdw7rk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/513062/original/file-20230302-23-jdw7rk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Kita harus mempertimbangkan masalah lingkungan dan keadilan sebelum memutuskan untuk memiliki anak.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Lima pertanyaan besar</h2>
<p>Bagi kalian yang ingin punya anak, <a href="https://www.theglobaljusticenetwork.org/index.php/gjn/article/view/96/71">tidak cukup</a> hanya mengajukan pertanyaan – untuk diri sendiri – seperti: Apakah saya akan mampu menjadi orang tua yang baik? Sudahkah saya memiliki seluruh sarana yang dibutuhkan untuk menghidupi seorang anak?</p>
<p>Siapa pun yang memiliki akses untuk mengontrol kesuburan mereka wajib menanyakan lima pertanyaan berikut kepada diri mereka sendiri:</p>
<ol>
<li><p>Apakah anak saya nantinya akan memiliki gaya hidup yang menyebabkan emisi tinggi dan kemudian membuat orang lain harus hidup dalam kemiskinan? Jika demikian, apakah ini dapat dibenarkan?</p></li>
<li><p>Apakah saya ingin menjadi orang tua secara biologis - punya anak yang memiliki gen saya? - Atau saya hanya ingin menjadi orang tua - ingin membesarkan anak dalam lingkungan yang penuh kasih menurut nilai-nilai saya, terlepas dari gen mereka?</p></li>
<li><p>Jika saya memiliki ikatan biologis yang kuat ketika saya sudah punya anak, apakah saya dapat membesarkan anak yang bukan anak kandung saya?</p></li>
<li><p>Jika saya hanya ingin menjadi orang tua, dapatkah saya <a href="https://philpapers.org/archive/RULPAG-3.pdf">memenuhi keinginan ini dengan cara lain</a> seperti dengan mengasuh, mengajar, menjadi pendamping atau, jika memungkinkan, mengadopsi anak?</p></li>
<li><p>Apakah saya bisa memenuhi keinginan saya menjadi orang tua dengan cara lain jika saya sudah sudah memiliki satu anak kandung?</p></li>
</ol>
<p>Seringkali orang-orang yang memilih untuk tidak memiliki anak merasa perlu menjelaskan alasan keputusannya kepada orang lain. Namun, lima pertanyaan di atas memiliki pendekatan yang sebaliknya: bahwa orang yang ingin melahirkan anak secara etis harus lebih dulu menjawab pertanyaan sulit itu untuk dirinya sendiri.</p>
<p>Masyarakat yang adil menghargai pilihan individu yang menginginkan dan berusaha memiliki anak. Namun, setiap orang juga perlu dituntut untuk mempertimbangkan konsekuensi dari apa yang akan mereka lakukan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/201091/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Craig Stanbury tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Tidak ada jawaban sederhana “ya” atau “tidak” mengenai apakah kita harus melahirkan lebih banyak anak di saat planet Bumi berada dalam kesulitan seperti ini.Craig Stanbury, PhD Candidate, Monash UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1926132022-10-20T06:34:44Z2022-10-20T06:34:44ZSatu riset temukan komponen plastik mikro dalam ASI: haruskah kita berhenti susui bayi?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/490774/original/file-20221020-23-64n8np.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Manfaat menyusui bayi jauh lebih besar untuk ibu dan bayi dibanding risiko kesehatan. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/grayscale-photo-of-a-mother-breastfeeding-her-child-12169643/">Pexels/ Alina Matveycheva</a></span></figcaption></figure><p>Baru-baru ini sebagian masyarakat di Indonesia khawatir setelah ada <a href="https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20221013151048-255-860131/pertama-kalinya-mikroplastik-ditemukan-dalam-asi">berita</a> yang menyebutkan adanya temuan komponen plastik mikro (selanjutnya disingkat KPM) dalam air susu ibu (ASI). </p>
<p>Berita ini bersumber dari <a href="https://www.mdpi.com/2073-4360/14/13/2700">penelitian di Roma, Italia</a> dan telah dipublikasikan di <em>peer-reviewed journal</em> pada Juni 2022. Penelitian dilakukan pada sampel ASI dari 34 ibu, dan KPM ditemukan pada 26 sampel ASI (76%). </p>
<p>Sampel ASI diperoleh dengan memerah menggunakan tangan, bukan alat pumping untuk menghindari kontaminasi komponen plastik dari alat tersebut. KPM yang ditemukan meliputi polyethylene, polyvinyl chloride, dan polypropylene dengan ukuran bervariasi dari 2-12 μm (mikrometer).</p>
<p>Berita ini membuat khawatir sebagian masyarakat Indonesia akan dampak hal tersebut pada kesehatan bayi, meski sejatinya peneliti di Roma itu tidak menyarankan penghentian pemberian ASI. Lalu, bagaimana kita menyikapi temuan riset tersebut?</p>
<h2>Bagaimana bisa ada kandungan plastik mikro dalam ASI?</h2>
<p><a href="https://www.statista.com/statistics/282732/global-production-of-plastics-since-1950/">Produksi plastik di dunia</a> mencapai 367 juta ton pada tahun 2020. Sampah plastik yang dibuang ke lingkungan membutuhkan waktu <a href="https://www.wwf.org.au/news/blogs/the-lifecycle-of-plastics#gs.fl04aq">20-500 tahun</a> untuk hancur, yang kemudian menjadi komponen plastik mikro (KPM).</p>
<p>Ada tiga jalur manusia dapat terpapar komponen plastik mikro: (1) melalui proses menelan, (2) menghirup, dan (3) kontak kulit. Dari ketiga jalur tersebut, jalur menelan merupakan jalur utama. Setelah tertelan, KPM dapat menembus membran sel manusia. </p>
<p>Peneliti di Roma mencari hubungan antara usia ibu, pola makan, penggunaan produk kosmetik yang mengandung plastik (seperti pelembab kulit, sabun mandi dan pasta gigi) serta konsumsi ibu (seperti ikan, kerang, minuman atau makanan dalam kemasan plastik) selama 7 hari sebelum dan 7 hari setelah melahirkan. Hal-hal itu yang menjadi variabel yang diteliti dalam <a href="https://www.mdpi.com/2073-4360/14/13/2700">riset</a> yang menemukan ada KPM dalam ASI sampel. Namun, tidak ditemukan hubungan yang signifikan. </p>
<p>Paparan dari produk kosmetik dinilai tidak terlalu signifikan karena hanya partikel yang berukuran kurang dari 100 nanometer yang dapat menembus kulit. Sedangkan untuk pola konsumsi 34 ibu yang diambil sampel ASI-nya, tidak dapat diketahui secara spesifik komponen apa dari makanan ibu yang menjadi penyebab. Ini artinya paparan KPM yang berasal dari lingkungan tidak dapat terelakkan lagi.</p>
<h2>Formula versus ASI</h2>
<p>Kalau begitu, apakah penggunaan susu formula jadi lebih aman dibandingkan menyusui? </p>
<p>Tentu saja tidak. Karena, pemberian susu formula pada bayi justru memerlukan media botol dan dot yang mayoritas menggunakan bahan dari plastik. </p>
<p>Penelitian <a href="https://www.nature.com/articles/s43016-020-00171-y">pada tahun 2020 menemukan</a> paparan partikel plastik mikro dari proses penyiapan susu formula. Ada dua faktor yang menyebabkan proses ini melepaskan KPM, yaitu suhu tinggi pada saat sterilisasi botol dan mengocok botol pada saat pembuatan susu formula.</p>
<p>Selain dampak penggunaan plastik terhadap kesehatan, kita juga perlu menilik dampak <a href="https://internationalbreastfeedingjournal.biomedcentral.com/articles/10.1186/s13006-019-0243-8">pemberian susu formula terhadap lingkungan</a>. Produksi susu formula melalui proses panjang. Mulai dari peternakan sapi, yang menjadi bahan baku mayoritas susu formula, hingga proses produksi di pabrik, proses distribusi (dari pabrik ke toko) serta pada proses pembuatan formula di rumah. </p>
<p>Penelitian di <a href="https://www.babymilkaction.org/wp-content/uploads/2014/10/Carbon-Footprints-Due-to-Milk-Formula.pdf">6 negara Asia Pasifik</a> (Australia, Korea Selatan, Cina, Malaysia, India, dan Filipina) menemukan bahwa penjualan susu formula di enam negara tersebut menghasilkan 3,95-4,04 kilogram gas buang karbondioksida (CO2) per kilogram susu formula. Ini setara dengan gas buang dari perjalanan menggunakan mobil sejauh 6 miliar mil (= 9,65 miliar kilometer).</p>
<p>Banyak penelitian dan laporan dari organisasi internasional yang menghitung dampak lingkungan <a href="https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/0890334421994769">penggunaan susu formula</a> dibandingkan dampak menyusui terhadap lingkungan. </p>
<p>Sebagian orang berargumen bahwa menyusui juga memberikan dampak ke lingkungan. Salah satunya karena ibu menyusui memerlukan tambahan kalori yang lebih banyak (2,5 <em>megajoule</em>) dibandingkan saat tidak menyusui. Ini artinya butuh lebih banyak makanan, salah satunya daging sapi, dengan demikian ada dampak tidak langsung yang diberikan pada lingkungan.</p>
<p><a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9180168/">Penelitian yang dipublikasikan</a> pada 2022 menemukan bahwa pemberian susu formula eksklusif selama 4 bulan membawa dampak lingkungan yang lebih tinggi 35-72% daripada menyusui eksklusif selama 4 bulan.</p>
<h2>Dampak KPM terhadap kesehatan</h2>
<p>Laporan dari <a href="https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/326499/9789241516198-eng.pdf?ua=1">Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan</a> bahwa masih belum ada cukup bukti mengenai dampak KPM terhadap kesehatan manusia, termasuk pada bayi.</p>
<p>Namun demikian, pemerintah dan masyarakat harus mencegah KPM itu mencemari air susu ibu. Apa yang bisa pemerintah lakukan? </p>
<p>Seperti yang disarankan para peneliti di Roma, dengan ditemukannya KPM dalam ASI, maka jelas pemerintah butuh kebijakan dan aksi yang lebih kuat mengenai pengaturan produksi dan penggunaan plastik. </p>
<p>Kebijakan pembatasan penggunaan <a href="https://theconversation.com/catatan-untuk-jakarta-tiga-masalah-dalam-larangan-kantong-plastik-di-ibu-kota-142910">kantong plastik</a> sekali pakai telah lama dikampanyekan di Indonesia untuk konsumen, namun demikian fokusnya juga harus diarahkan pada pelaku industri. Misalnya mereka diharuskan mengganti kemasan produknya dengan botol kaca atau bahan ramah lingkungan lainnya. </p>
<p>Prosedur pengembalian botol plastik bekas pakai di depo, yang kemudian ditukar dengan uang tunai juga banyak diterapkan di <a href="https://actcds.org.au/">negara maju</a> untuk mengurangi sampah plastik.</p>
<p>Di level individu, kita juga harus lebih bijak dalam menggunakan plastik, serta memilih produk yang ramah lingkungan.</p>
<p>Dalam konteks pemberian makan pada bayi dan anak, pemerintah harus memperkuat komitmen dan kebijakan, serta meningkatkan layanan edukasi dan dukungan menyusui pada calon orang tua. </p>
<h2>Apa yang harus dilakukan (calon) ibu dan keluarga?</h2>
<p>Sesuai rekomendasi <a href="https://www.who.int/health-topics/breastfeeding#tab=tab_1">WHO</a> dan <a href="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/1-2-3-menuju-asi-eksklusif">Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)</a>, menyusui merupakan metode pemberian makan terbaik sejak lahir hingga minimal dua tahun.</p>
<p><a href="https://www.healthline.com/health/breastfeeding/11-benefits-of-breastfeeding#benefits-for-you">Manfaat kesehatan</a> dari menyusui didapatkan oleh ibu dan anak, baik jangka pendek maupun untuk jangka panjang. </p>
<p>Menyusui memang hal yang alamiah, namun perlu dipelajari seawal mungkin. Saat kehamilan, calon orang tua dapat mulai berdiskusi dengan tenaga kesehatan dan <a href="https://theconversation.com/10-langkah-yang-perlu-rs-lakukan-untuk-dukung-ibu-menyusui-bayi-113942">memilih fasilitas layanan kesehatan yang mendukung menyusui</a>.</p>
<p>Jika ada kondisi medis yang menyebabkan tidak dapat menyusui pada awal kelahiran, segera diskusi dan cari bantuan tenaga kesehatan yang berkompeten.</p>
<p>Meski satu penelitian telah menemukan KPM dalam ASI, namun ibu disarankan masih terus menyusui. Hal ini karena manfaat kesehatan yang didapatkan dari menyusui lebih besar dibandingkan dari risiko kesehatan yang mungkin timbul dari konsumsi ASI.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/192613/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Andini Pramono terafiliasi dengan Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia. Andini menerima dana dari LPDP untuk pendidikan S3 di Australian National University.</span></em></p>Meski satu penelitian telah menemukan KPM dalam ASI, namun ibu disarankan masih terus menyusui. Manfaat kesehatan yang didapatkan dari menyusui lebih besar dibandingkan dari risiko kesehatan.Andini Pramono, PhD Candidate in Health Services Research and Policy Department, Research School of Population Health, Australian National UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1851992022-06-24T06:12:58Z2022-06-24T06:12:58ZRiset ungkap masalah struktural yang hambat kemajuan pendidikan kebidanan di Indonesia<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/470724/original/file-20220624-22-lg4o20.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pelantikan bidan di Universitas Pahlawan Riau, Desember 2020.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/164635809@N02/50716401233/in/album-72157717305054893/">Universitas Pahlawan/Flickr.com</a></span></figcaption></figure><p><em>Artikel diterbitkan untuk memperingati Hari Bidan Nasional, 24 Juni.</em> </p>
<p>Sekolah kebidanan di Indonesia pertama kali berdiri 150 tahun lalu pada masa kolonial Belanda, tapi secara hukum, pendidikan untuk menyiapkan tenaga bidan profesional baru kokoh setelah terbitnya <a href="https://peraturan.go.id/common/dokumen/ln/2019/uu4-2019bt.pdf">Undang-Undang Kebidanan pada 2019</a>. </p>
<p>Walau terlambat, UU Kebidanan merupakan elemen penting untuk memastikan kerangka nasional pendidikan kebidanan di Indonesia. </p>
<p><a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877575622000404?via%3Dihub">Riset terbaru saya</a> menunjukkan bahwa struktur program kebidanan, akreditasi, UU Kebidanan, dan Konsil Kebidanan, memainkan peran penting dalam mempengaruhi kualitas pendidikan kebidanan. </p>
<p>Dari empat hal itu, masing-masing memiliki masalah dan hanya Konsil Kebidanan yang belum ada di Indonesia. Tanpa ada Konsil, tak ada lembaga yang menetapkan standar profesional pendidikan kebidanan dan profesi bidan.</p>
<h2>Peran bidan</h2>
<p>Bidan merupakan tulang punggung asuhan kebidanan di Indonesia. Pada <a href="https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/PROFIL_KESEHATAN_2018_1.pdf">2018</a>, 62,7% layanan persalinan dilakukan oleh bidan, diikuti oleh dokter kandungan-ginekologi (28,9%), dokter umum (1,2%), dan perawat (0,3%), dengan 93,1% persalinan secara keseluruhan ditolong oleh tenaga terampil dan 6,2% ditolong oleh dukun bayi.</p>
<p><a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/24965819/">Sebuah riset pada 2014 memberikan bukti</a> kuat bahwa bidan terdidik, berlisensi, dan teregulasi dari program pendidikan kebidanan berkualitas tinggi memainkan peran penting di negara-negara yang dibebani dengan angka kematian ibu yang tinggi, termasuk Indonesia.</p>
<p>Selama beberapa dekade terakhir, Indonesia telah menggalakkan program kesehatan ibu dan bayi baru lahir dengan meningkatkan jumlah bidan sebagai salah satu cara untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Namun, <a href="https://www.countdown2030.org/2015/2015-final-report">Indonesia tidak mencapai tujuan</a> penurunan sebesar tiga perempat angka kematian ibu selama periode Tujuan Pembangunan Milenium (2000-2015).</p>
<p>Hal itu bisa dilihat dari <a href="https://resourcecentre.savethechildren.net/document/levels-trends-in-child-mortality-report-2013/">laporan</a> bahwa di Indonesia, satu anak balita meninggal setiap tiga menit, atau sekitar 150.000 anak meninggal per tahun – walau kita memiliki <a href="https://openrepository.aut.ac.nz/bitstream/handle/10292/13409/Final%20thesis%20Qorinah%20Estiningtyas%20Sakilah%20Adnani.pdf">sejarah panjang praktik dan pendidikan kebidanan</a>.</p>
<p>Masalah <a href="https://theconversation.com/alasan-mengapa-indonesia-gagal-turunkan-angka-kematian-ibu-melahirkan-161848">kematian ibu dan bayi begitu kompleks</a>, dan bidan merupakan satu dari beberapa pihak yang terlibat dalam layanan kelahiran bayi.</p>
<h2>Pendidikan kebidanan</h2>
<p>Pada 2015, 151 program kebidanan dari seluruh Indonesia menghasilkan sekitar 34.401 bidan baru. Hingga saat ini, pemerintah Indonesia telah <a href="https://openrepository.aut.ac.nz/bitstream/handle/10292/13409/Final%20thesis%20Qorinah%20Estiningtyas%20Sakilah%20Adnani.pdf">melisensikan 856 lembaga pendidikan swasta dan publik</a> yang menawarkan program kebidanan di Indonesia.</p>
<p>Kurikulum kebidanan memiliki keseimbangan praktik klinis terhadap teori dengan rasio 60:40 guna menghasilkan tingkat kompetensi lulusan yang memenuhi standar internasional dan pedoman nasional.</p>
<p>Bidan di Indonesia memperoleh kualifikasi kebidanan mereka dengan menyelesaikan program bidan yang diajarkan di institusi negeri dan swasta. Seseorang bisa bekerja sebagai bidan setelah menyelesaikan pendidikan baik gelar diploma tiga (D3) tahun kebidanan atau program kebidanan profesional lima tahun (S1). </p>
<p>Riset <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877575622000404?via%3Dihub">kualitatif ini dilakukan</a> dari Agustus 2016 hingga Januari 2017, melibatkan 37 responden dari 12 sekolah kebidanan di delapan kota di Indonesia: Jakarta, Bandung, Purwokerto, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Mojokerto, dan Padang.</p>
<p>Menurut <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877575622000404?via%3Dihub">responden penelitian</a>, perbedaan antara diploma, diploma lanjutan, dan gelar sarjana kebidanan membingungkan. Seorang responden yang berprofesi sebagai dosen kebidanan, Dhendra, mengatakan mentor yang bekerja sama dengan mahasiswa di klinik saat magang tidak selalu memahami perbedaan hasil belajar dari program kebidanan yang berbeda. </p>
<p>Ketika seorang mentor tidak memahami program dari mana siswa berasal (diploma, diploma lanjutan, atau sarjana), dampak yang dapat terjadi adalah siswa perlu menghabiskan lebih banyak waktu dan membayar waktu klinis tambahan untuk memenuhi persyaratan hasil pembelajaran. “Terkadang hal itu merugikan siswa untuk karir dan keuangan mereka,” ujar Dhendra. </p>
<h2>Akreditasi sekolah kebidanan</h2>
<p>Sekolah kebidanan wajib melakukan akreditasi yang dijalankan oleh <a href="https://lamptkes.org/">Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia</a>. Ini juga merupakan bagian dari syarat berjalannya program kebidanan. </p>
<p>Status akreditasi ini mempengaruhi mudah atau sulitnya lulusan untuk mencari pekerjaan setelah lulus. Makin bagus akreditasinya, makin mudah lulusan diterima di fasilitas layanan kesehatan.</p>
<p>Saat riset ini dilakukan, akreditasi sekolah kebidanan diklasifikasikan dalam nilai A, B, dan C dengan <a href="https://lamptkes.org/File-Unduhan-Instrumen-7-standar">tujuh kriteria</a>. Kini model akreditasi diubah jadi penilaian Unggul, Baik Sekali, dan Baik dengan <a href="https://lamptkes.org/File-Unduhan-Instrumen-9-kriteria">sembilan kriteria</a>. </p>
<p>Salah satu masalah akreditasi, menurut para responden, adalah penilaian akreditasi lebih besar bobotnya pada penilaian dokumentasi dan administrasi ketimbang pengajaran yang sebenarnya di sekolah. </p>
<p>“Lembaga pendidikan itu seperti pabrik. Bagaimana menciptakan produk yang sesuai dengan tuntutan profesi. Ya, ada akreditasi, tapi nyatanya hal ini tidak bisa menilai hal-hal operasional” ujar Shinta, seorang bidan. </p>
<h2>Pentingnya Konsil Kebidanan</h2>
<p>Di level struktural, responden menyoroti adanya peluang memperkuat pendidikan kebidanan melalui UU Kebidanan tahun 2019 tapi pada saat yang sama belum ada <a href="http://kesehatan.ukim.ac.id/wp-content/uploads/2020/03/PERPRES_NO_86_2019.pdf">Konsil Kebidanan – walau sudah terbit peraturan presiden</a> seperti halnya Konsil Kedokteran Indonesia.</p>
<p>Para responden juga berbicara tentang pentingnya memiliki Konsil Kebidanan untuk memperkuat pendidikan kebidanan. Sony, seorang dokter kandungan, menyebutkan tidak adanya Konsil Kebidanan telah menyulitkan untuk melegitimasi standar pendidikan kebidanan.</p>
<p>“Kami memiliki Konsil Kedokteran; bidan tidak memilikinya. Sebagai garda profesional, bidan harus menangani perempuan dan keluarga, jadi regulator perlu mengaturnya” ujar Sony.</p>
<p>Konsil Kebidanan ini penting untuk menetapkan standar profesional bagi bidan dan pendidikan kebidanan, termasuk memastikan kompetensi bidan. Seorang responden lainnya, Ratna, mengidentifikasi bahwa tidak adanya Konsil Kebidanan berkontribusi pada ketidakmampuan untuk menetapkan standar profesional dalam pendidikan kebidanan. </p>
<p>Seperti <a href="http://www.kki.go.id/">Konsil Kedokteran</a>, lembaga ini bertugas memastikan bahwa pendidikan kebidanan dapat menghasilkan bidan profesional yang memenuhi kebutuhan ibu dan anak di masyarakat. Karena itu, pemerintah perlu segera mempunyai Konsil Kebidanan untuk meningkatkan kualitas praktik dan pendidikan kebidanan, serta meningkatkan kemampuan memberikan asuhan kebidanan yang optimal kepada perempuan dan keluarga.</p>
<p><a href="https://openrepository.aut.ac.nz/bitstream/handle/10292/13409/Final%20thesis%20Qorinah%20Estiningtyas%20Sakilah%20Adnani.pdf">Konsil Kebidanan</a> akan memastikan bidan memenuhi dan mempertahankan standar profesional pendidikan kebidanan, termasuk akreditasi program kebidanan pada masa depan dan kinerja bidan yang tinggi sepanjang tahun praktik kebidanan mereka.</p>
<p>Di beberapa negara lain seperti di <a href="https://www.nmc.org.uk/about-us/our-role/.">Inggris</a> dan <a href="https://www.midwiferycouncil.health.nz/professional-standards">Selandia Baru</a>, Konsil Kebidanan tidak hanya menetapkan standar untuk pendidikan tapi mereka juga mengakreditasi sekolah kebidanan untuk memastikan bahwa lulusan kebidanan dipersiapkan dengan baik untuk praktik.</p>
<p>Pada akhirnya, asosiasi dan kolegium kebidanan perlu lebih keras bersuara untuk menuntut peningkatan kualitas pendidikan kebidanan, mendorong pembentukan Konsil Kebidanan, dan meningkatkan profesionalisme sekolah kebidanan, sehingga profesionalisme bidan di fasilitas layanan kesehatan bisa lebih meningkat.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/185199/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Qorinah Estiningtyas Sakilah Adnani menerima dana dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Indonesia dan beasiswa disertasi dari LPDP untuk riset ini.
</span></em></p>Konsil Kebidanan ini penting untuk menetapkan standar profesional bagi bidan dan pendidikan kebidanan, termasuk memastikan kompetensi bidan.Qorinah ES Adnani, Dosen Program Studi Kebidanan Fakultas Kedokteran, Universitas PadjadjaranLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1617272021-11-17T23:56:43Z2021-11-17T23:56:43Z78 persen rumah tangga Indonesia teracuni asap rokok dari perokok aktif, berdampak pada kesehatan bayi<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/432532/original/file-20211117-24-jomxy7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Seorang anak bermain di Taman Braga, Bandung, Jawa Barat, 17 November 2021. Pemerintah Kota Bandung menjadikan Jalan Braga sebagai kawasan tanpa rokok.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://download.antarafoto.com/searchresult/dom-1637127310">ANTARA FOTO/Novrian Arbi/tom</a></span></figcaption></figure><p>Efek negatif kesehatan dari merokok tidak terbatas pada perokok. </p>
<p>Perokok pasif, juga dikenal sebagai Second-hand Smoke (SHS), <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/21112082/">telah menyebabkan 600.000 kematian secara global</a> dan lebih dari 33% populasi terpapar secara aktif atau pasif terhadap asap rokok. </p>
<p>Perempuan dan anak-anak di bawah lima tahun merupakan kelompok yang paling rentan. <a href="https://www.who.int/gho/phe/secondhand_smoke/en/">Sekitar 35% dari semua perempuan yang bukan perokok</a> terpapar asap perokok pasif di dalam ruangan atau rumah. Sedikitnya 40% anak-anak telah menjadi perokok pasif karena SHS di rumah mereka, sekitar <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/21112082/">31% di antaranya meninggal</a> karena asap rokok yang mereka hirup setiap harinya. </p>
<p><a href="https://www.researchgate.net/publication/356253780_Second-Hand_Smoke_Exposure_inside_the_House_and_Adverse_Birth_Outcomes_in_Indonesia_Evidence_from_Demographic_and_Health_Survey_2017">Penelitian terbaru kami</a> dari Universitas Indonesia dan Imperial College London Inggris menunjukkan prevalensi SHS di dalam rumah di Indonesia sangat tinggi, yakni 78,4% dibandingkan negara-negara lain seperti <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/19131456/">Cina (48,3%)</a>, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4832965/">Bangladesh (46,7%)</a>, dan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7057047/">Thailand (46,8%)</a>.</p>
<p>Salah satu dampaknya adalah perempuan hamil yang terpapar asap rokok berisiko memiliki bayi yang lebih rendah bobotnya dibanding perempuan yang tidak terpapar asap rokok. </p>
<p>Karena itu, kami mendorong lingkungan bebas rokok tidak hanya terbatas pada Kawasan Tanpa Rokok di tempat kerja, umum, dan sekolah saja, tapi juga di rumah tinggal. Langkah ini bisa diwujudkan melalui Peraturan Bebas Asap Rokok di Rumah yang diterbitkan oleh pemerintah nasional dan daerah, dengan dikawal oleh aparat penegak hukum.</p>
<h2>Dampak Perokok pasif</h2>
<p>Second-hand Smoke (SHS) adalah istilah tempat tertutup yang dipenuhi dengan asap rokok. Tempat ini bukan tempat khusus untuk merokok, melainkan tempat umum yang tertutup yang di dalamnya terdapat para perokok aktif dan perokok pasif.</p>
<p>Riset kami untuk mengetahui prevalensi, level, dan pola paparan perokok pasif di dalam rumah serta menyelidiki hubungan antara paparan perokok pasif di dalam rumah dan hasil kelahiran. </p>
<p>Riset ini mengambil data dari 19.935 perempuan (pernah menikah, berusia 15-49 tahun, dan melahirkan dalam lima tahun terakhir sebelum survei diadakan) dan suami mereka di dalam sampel rumah tangga. Kami menggunakan data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017, yang representatif secara nasional dan berskala besar.</p>
<p>Ada banyak riset dampak perokok pasif terhadap kesehatan. Untuk ibu-ibu hamil, SHS berhubungan (korelasi) dengan kelahiran yang “berkualitas rendah”, antara lain rata-rata berat badan bayi 71,6 gram lebih rendah, 16% lebih tinggi kemungkinan Berat Badan Lahir Rendah, dan 51% lebih tinggi kemungkinan ukuran lahir yang lebih kecil daripada rata-rata.</p>
<p>Paparan perokok pasif selama kehamilan telah dikaitkan dengan berbagai risiko kesehatan, kematian, dan kesakitan pada bayi, termasuk <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/11962112/">lahir mati, prematur</a>, <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/18298691/">keguguran</a>, dan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/15085493/">Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)</a>.</p>
<p>Fenomena yang ditemukan dari bahaya rokok tembakau adalah bermunculannya <em>third-hand smoker</em> yang terpapar dari partikel-partikel beracun dari aktivitas rokok pada permukaan-permukaan tertentu yang tertinggal lama, misalnya pada dinding rumah.</p>
<p>Ventilasi atau jendela juga bukan hal terbaik untuk menghindari SHS, karena asap rokok tetap dapat menyelinap masuk atau masih menempel di celah-celah ruangan yang tetap terhirup oleh para perokok pasif. </p>
<p>Dari urine anak-anak penghuni non-perokok yang pindah ke rumah perokok selama tiga bulan, ditemukan adanya residu partikel asap rokok yang ternyata masih dapat terhirup walau sudah tidak ada aktivitas rokok di dalam rumah tersebut. <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/21037269/"><em>Second-hand</em> dan <em>third-hand smoker</em> perlu dilindungi</a> dari dampak buruk asap rokok bahkan dari jejak partikel yang ditinggalkannya. </p>
<p>Semua orang memiliki hak untuk menghirup udara bersih. Tidak ada batas kadar pajanan SHS yang aman. Demi kesehatan bersama, sebaiknya rumah dijaga bebas asap rokok. Kondisi bebas asap rokok harus diupayakan bersama, baik perokok aktif maupun bukan. </p>
<h2>Dampaknya pada kelahiran</h2>
<p>Salah satu temuan riset kami adalah ada hubungan (korelasi) yang signifikan antara berat bayi lahir dan keterpaparan asap rokok di dalam rumah. Ibu yang merupakan perokok pasif memiliki bayi dengan berat lahir sebesar 71,6 gram lebih rendah dibandingkan dengan ibu yang tidak terpapar asap rokok. Ibu perokok pasif berisiko 1,16 kali lebih besar memiliki anak dengan Berat Badan Lahir Rendah.</p>
<p>Dilihat dari frekuensi keterpaparan terhadap asap rokok, ibu yang setiap hari terpapar asap rokok memiliki rata-rata berat bayi lahir 63,4 g lebih rendah dibandingkan dengan ibu yang tidak terpapar asap rokok sama sekali. </p>
<p>Dibandingkan dengan ibu yang tidak terpapar asap rokok, ibu perokok pasif yang terpapar asap rokok tiap minggu dan tiap hari memiliki risiko 1,33. dan 1,18 kali lebih besar untuk memiliki anak dengan Berat Badan Lahir Rendah.</p>
<p>Dibandingkan dengan ibu yang tidak terpapar dengan asap rokok, ibu yang terpapar memiliki peningkatan risiko melahirkan anak dengan ukuran lebih kecil dari rata-rata sebesar 1,51 kali lipat. </p>
<p>Dilihat dari frekuensi keterpaparannya, ibu yang terpapar asap rokok setiap hari memiliki peningkatan risiko melahirkan anak dengan ukuran lebih kecil dari rata-rata sebesar 1,54 kali lipat dibandingkan dengan ibu yang tidak terpapar dengan asap rokok. </p>
<h2>Manfaat lingkungan bebas dari asap rokok</h2>
<p>Jika kita menciptakan lingkungan 100% bebas dari rokok, maka akan terjadi penurunan substansial dalam paparan SHS dan mengurangi penggunaan tembakau pada orang dewasa dan kaum muda. Ada bukti luas dari sejumlah negara bahwa undang-undang bebas rokok yang komprehensif mendorong masyarakat - dan terutama para orang tua - untuk membuat rumah mereka bebas asap rokok. </p>
<p>Di <a href="https://www.health.govt.nz/publication/tobacco-use-2012-13-new-zealand-health-survey">Selandia Baru</a>, paparan terhadap asap rokok di rumah yang dilaporkan hampir berkurang setengahnya dalam tiga tahun. Di Skotlandia, paparan anak-anak terhadap asap rokok turun sebesar <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17827487/">hampir 40%</a>. Di kedua negara tersebut, larangan merokok di dalam rumah berlaku setelah undang-undang bebas rokok dimulai.</p>
<p>Selain itu, terdapat pula <a href="https://www.cancer.org/latest-news/diseases-linked-to-smoking-cost-the-world-422-billion-in-health-related-expenses.html">manfaat dari sisi ekonomi</a>, antara lain biaya medis langsung menjadi lebih rendah untuk merawat kondisi yang disebabkan oleh keterpaparan SHS dan mengurangi biaya asuransi kesehatan. Terjadi juga peningkatan produktivitas bagi antara anggota keluarga yang tidak merokok dan tidak lagi terpapar asap rokok.</p>
<h2>Rekomendasi</h2>
<p>Lingkungan bebas dari rokok harus diamanatkan oleh penegakan hukum yang sederhana, jelas, dapat ditegakkan, dan komprehensif, bukan oleh kebijakan sukarela. </p>
<p>Lebih dari <a href="https://nasional.tempo.co/read/1497749/selama-pandemi-ada-tambahan-15-daerah-buat-peraturan-kawasan-tanpa-rokok/full&view=ok">370 kabupaten dan kota</a> telah memiliki Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok yang melarang merokok di tempat kerja, umum, tempat ibadah, dan sekolah. Namun sampai kini, belum ada peraturan yang melarang merokok di dalam rumah. </p>
<p>Karena itu, kita perlu kampanye lebih kencang untuk mewujudkan rumah bebas dari asap rokok. Di rumah tidak bisa diterapkan ruangan khusus untuk para perokok seperti yang saat ini tersedia di tempat umum.</p>
<p>Kita perlu sosialisasi dan kampanye edukasi dengan melibatkan masyarakat sipil, karena rumah sering merupakan sumber tertinggi paparan asap rokok untuk anak-anak dan orang dewasa yang tidak bekerja di luar rumah. </p>
<p>Edukasi dapat menjadi strategi yang efektif dalam mempromosikan perlindungan dari asap rokok di rumah.</p>
<p>Pemerintah dan masyarakat sipil perlu mengembangkan rencana implementasi (termasuk edukasi dan konsultasi) dan penegakan hukum yang memadai yang dapat mengukur dampak, memastikan infrastruktur pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi kebijakan bebas rokok di rumah. Dengan itu, bayi-bayi yang lahir bisa lebih sehat karena ibunya bebas dari paparan asap rokok dari para perokok aktif.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/161727/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Helen Andriani menerima dana dari Indonesian Tobacco Control Research Network (ITCRN) 2020. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Abdillah Ahsan, Dian Kusuma, dan Nurul Dina Rahmawati tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Untuk ibu-ibu hamil, SHS berhubungan (korelasi) dengan kelahiran yang “berkualitas rendah”.Dian Kusuma, Researcher in global health at the Centre for Health Economics & Policy Innovation, Imperial College LondonAbdillah Ahsan, Lecturer in Department of Economics,, Universitas IndonesiaHelen Andriani, Lecturer in Health Policy and Administration, Universitas IndonesiaNurul Dina Rahmawati, Lecturer in Public Health Nutrition, Universitas IndonesiaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1618482021-08-20T07:40:22Z2021-08-20T07:40:22ZAlasan mengapa Indonesia gagal turunkan angka kematian ibu melahirkan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/416676/original/file-20210818-23-1ft3r79.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Sejumlah ibu hamil antre mendapatkan suntikan vaksin COVID-19 di Taman Hutan Joyoboyo, Kota Kediri, Jawa Timur 7 Agustus 2021.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://download.antarafoto.com/searchresult/dom-1628319009">ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/aww</a></span></figcaption></figure><p>Dalam sepuluh tahun terakhir, pemerintah Indonesia berupaya lebih keras menurunkan angka kematian ibu melahirkan melalui program <a href="http://www.healthpolicyplus.com/ns/pubs/8226-10432_IndonesiaJKNAccesstoMNHservicesBahasa.pdf">Jaminan Persalinan (2011-2014)</a> yang <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4021700/pdf/jhpn0031-suppl-2-0081.pdf">meningkatkan kualitas dan cakupan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil</a>. </p>
<p>Program serupa berlanjut melalui <a href="http://www.healthpolicyplus.com/ns/pubs/8226-10432_IndonesiaJKNAccesstoMNHservicesBahasa.pdf">Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)</a> sejak 2014. Namun, hambatan aksesibilitas pelayanan kesehatan masih terlihat jelas selama implementasi JKN.</p>
<p>Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia pada 2015 masih mencapai <a href="https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-indonesia-2019.pdf">305 per 100.000 kelahiran hidup </a>, masih jauh dari target <a href="https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-indonesia-2019.pdf">102 per 100.000 kelahiran hidup (KH) pada 2015</a>. </p>
<p>Bahkan, Indonesia memiliki <a href="https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/324835/9789241565707-eng.pdf">jumlah kematian ibu yang cukup besar</a> jika dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara pada 2017. Saat itu, kematian ibu di Indonesia mencapai 177 kematian per 100.000 kelahiran hidup, Thailand (20), Brunei (23), Malaysia (40), Vietnam (54), dan Filipina (144).</p>
<h2>Masalah ongkos transportasi dan jarak</h2>
<p>Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 membuka temuan bahwa <a href="http://labmandat.litbang.depkes.go.id/images/download/laporan/RKD/2018/Laporan_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf">16% persalinan masih terjadi di rumah</a>. Melahirkan di rumah akan meningkatkan risiko komplikasi seperti perdarahan pasca persalinan atau kejang pada kehamilan yang berujung pada kematian ibu. </p>
<p>Jumlah ibu yang memeriksakan kandungannya <a href="http://labmandat.litbang.depkes.go.id/images/download/laporan/RKD/2018/Laporan_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf">hingga 4 kali</a> selama kehamilan baru mencapai 74%, belum memenuhi target 76%. </p>
<p>Banyak faktor yang berkontribusi terhadap aksesibilitas pelayanan kesehatan, di antaranya distribusi dan lokasi fasilitas kesehatan, jarak tempuh, transportasi dan biaya. </p>
<p>Dalam konteks biaya, setidaknya ada dua jenis biaya untuk menurunkan angka kematian ibu melahirkan yakni biaya langsung untuk pelayanan kesehatan (jasa dokter dan vitamin) di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan rumah sakit. Biaya ini sudah ditanggung oleh JKN. </p>
<p>Satu lagi biaya tidak langsung tapi juga ikut berpengaruh. Misalnya, ongkos transportasi menuju Puskesmas dan rumah sakit dan biaya untuk orang yang menunggu atau mengantar di rumah sakit, seperti beli makan dan minum. </p>
<p>Jauhnya jarak tempuh dan mahalnya biaya transportasi antara rumah dan Puskemas atau rumah sakit merupakan masalah yang umum yang terjadi di daerah infrastruktur yang jalannya belum bagus dan di kelompok miskin.</p>
<p>Semakin jauh jarak rumah sakit atau Puskesmas dengan rumah berhubungan dengan <a href="http://www.healthpolicyplus.com/ns/pubs/17359-17647_PBHealthInsurance.pdf">rendahnya persalinan di fasilitas dan tenaga kesehatan yang memadai</a>. Sebab, jarak yang jauh membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya lebih besar. </p>
<p>Masalah ini bukan “khas” di luar Jawa.</p>
<p>Sebuah analisis data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 menunjukkan <a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0224006">disparitas pemeriksaan kehamilan di daerah</a> masih terjadi sampai saat ini. </p>
<p>Perempuan di Indonesia timur cenderung mengalami kesulitan dalam mengakses pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan kehamilan. Beberapa daerah yang tidak tergolong daerah terpencil di Pulau Jawa pun ikut merasakan kesulitan mengakses pelayanan kesehatan. </p>
<h2>Masalah di kelompok miskin dan terpencil</h2>
<p><a href="http://repository.unair.ac.id/79502/">Riset saya</a> di Kecamatan Pesanggaran Banyuwangi Jawa Timur pada 2018 menunjukkan jarak dan transportasi merupakan faktor yang mempersulit akses pelayanan kesehatan pada ibu hamil, terutama kelompok miskin. </p>
<p>Selain jarak dan mahalnya transportasi, terungkap dalam riset ini bahwa pemeriksaan kehamilan atau Antenatal Care (ANC) yang dilakukan secara lengkap (4 kali) juga <a href="https://dinkes.banyuwangikab.go.id/portal/">tidak memperlihatkan angka yang memuaskan </a> selama implementasi JKN. </p>
<p>Pada 2016, cakupan ANC di Puskesmas Pesanggaran hanya sekitar 60,%. Angka ini menjadi cakupan terendah, jika dibandingkan dengan Puskesmas lain di Pesanggaran. Bahkan, hanya 59,4% komplikasi kehamilan yang dapat ditangani oleh Pukesmas Pesanggaran pada 2019.</p>
<p>Sebuah <a href="http://www.healthpolicyplus.com/ns/pubs/17359-17647_PBHealthInsurance.pdf">riset pada 2018-2019</a>, melibatkan sampel 4.340 perempuan usia subur, tentang kontribusi Jaminan Kesehatan Nasional terhadap penurunan kematian ibu menyatakan pemanfaatan jaminan kesehatan <a href="http://www.healthpolicyplus.com/ns/pubs/17359-17647_PBHealthInsurance.pdf">didominasi oleh orang-orang yang tingkat perekonomian sedang sampai tinggi</a>. </p>
<p>Ibu dari <a href="http://www.healthpolicyplus.com/ns/pubs/17359-17648_PBHealthInsuranceInd.pdf">kelompok terkaya memiliki peluang untuk melahirkan di rumah sakit 1,8 kali lebih tinggi</a> dibandingkan kelompok termiskin.</p>
<p>Sebagian besar kematian ibu <a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0217386">terjadi di luar Provinsi Jawa dan Bali</a>, khususnya pada daerah yang terpencil. Pemerintah, dalam periode 2020-2024, mengkalkulasi bahwa daerah tertinggal di Indonesia <a href="https://www.kemendesa.go.id/berita/view/detil/3261/ini-daerah-tertinggal-menurut-perpres">mencapai 62 kabupaten</a> di beberapa provinsi luar Jawa dan Bali. </p>
<p>Jadi cukup jelas bahwa implementasi jaminan kesehatan di Indonesia <a href="http://www.healthpolicyplus.com/ns/pubs/17359-17648_PBHealthInsuranceInd.pdf">tidak mampu mengatasi semua kesulitan akses pelayanan kesehatan</a> dan <a href="http://www.healthpolicyplus.com/ns/pubs/17359-17648_PBHealthInsuranceInd.pdf">hambatan transportasi</a>. </p>
<p>Bagi perempuan di daerah terpencil, <a href="http://www.healthpolicyplus.com/ns/pubs/17359-17648_PBHealthInsuranceInd.pdf">mereka harus mengeluarkan biaya transportasi</a> yang cukup besar untuk menyewa kendaraan udara atau laut. </p>
<h2>Solusi</h2>
<p>Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan bahwa kematian ibu dapat diturunkan <a href="https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/324835/9789241565707-eng.pdf">dengan memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas</a> sebelum, selama, dan setelah persalinan. </p>
<p><a href="http://www.healthpolicyplus.com/ns/pubs/8226-9416_HPPlusIndonesiaJKNAccesstoMNHservices.pdf">Skema pembiayaan</a> menjadi faktor penting untuk meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Skema jaminan kesehatan seperti JKN menjadi angin segar bagi penurunan kematian ibu. Apalagi, JKN juga menjangkau kelompok miskin yang tergabung dalam JKN yang disubsidi pemerintah. </p>
<p>JKN memang sebuah solusi untuk menurunkan kesulitan berkaitan biaya pelayanan kesehatan. Namun jarak antara rumah dengan fasilitas kesehatan yang terlalu jauh dan buruknya sarana transportasi dapat menurunkan pemanfaatan pelayanan kesehatan, khususnya persalinan di tenaga kesehatan. Hal ini akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perempuan dari keluarga berpendapatan rendah. </p>
<p>Setiap tahun ada <a href="https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-indonesia-2019.pdf">sekitar 4,7 juta kelahiran</a> di Indonesia.</p>
<p>Tujuan jaminan kesehatan untuk menurunkan angka kematian ibu akan lebih terwujud jika diimbangi dengan upaya meminimalkan faktor yang menghambat aksesibilitas lainya. </p>
<p>Misalnya, pemerintah memberikan jaminan biaya perjalanan rujukan ibu hamil dari rumah ke rumah sakit atau Puskesmas. Proses yang dilalui untuk menuju fasilitas kesehatan tidak hanya berkaitan dengan transportasi.</p>
<p>Sehingga, walau sudah tersedia mobil ambulans, aksesibilitas masih dirasa susah karena biaya operasional lainya, seperti biaya makan bagi pendamping atau orang yang menemani saat bersalin. </p>
<p>Selain itu, pendapatan yang berkurang karena tidak bisa bekerja serta uang yang dikeluarkan untuk menggantikan merawat anak yang ada di rumah juga menjadi pertimbangan. Segala biaya tidak langsung ini juga menjadi pertimbangan pada pengambilan keputusan, misalnya, di <a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0184830">Ghana</a> dan <a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0093025">Papua New Guinea</a>. </p>
<p>Pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang merata juga menjadi pekerjaan rumah yang penting bagi pemerintah pusat dan daerah untuk menurunkan angka kematian ibu. Hal ini tidak hanya berkaitan dengan problem ekonomi, melainkan kesehatan karena berkaitan dengan aksesibilitas. </p>
<p>Sebuah usulan lain adalah pemerintah membuat inovasi pelayanan kesehatan melalui <em>telemedicine</em>, misalkan pemeriksaan kehamilan yang dilakukan secara online. Sehingga, perempuan hamil tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi dan operasional lainnya. </p>
<p>Dalam konteks ini, pemerintah perlu meningkatkan infrastruktur internet agar jaringan komunikasinya lebih lancar dan terjangkau.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/161848/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Sofia Al Farizi tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Tujuan jaminan kesehatan untuk menurunkan angka kematian ibu akan lebih terwujud jika diimbangi dengan upaya meminimalkan faktor yang menghambat aksesibilitas lainya.Sofia Al Farizi, Lecturer in midwifery, Universitas AirlanggaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1654622021-08-05T06:51:27Z2021-08-05T06:51:27ZMengapa kita perlu waspadai pemberian makanan pralaktasi pada bayi<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/414500/original/file-20210804-24-6rzyo8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/a-mother-taking-a-selfie-with-her-baby-6849495/">Photo by RODNAE Productions from Pexels</a></span></figcaption></figure><p><em>Artikel ini untuk memperingati Pekan Menyusui Sedunia, 1-7 Agustus.</em></p>
<p>Walau air susu ibu (ASI) adalah nutrisi terbaik bagi bayi, nyatanya di Indonesia, sekitar 30-40 dari setiap 100 bayi baru lahir masih diberi susu formula atau berbagai makanan yang tidak selayaknya dikonsumsi bayi, seperti madu, bubur nasi, bahkan pisang.</p>
<p>Data tersebut berasal dari <a href="http://labdata.litbang.kemkes.go.id/images/download/laporan/RKD/2018/Laporan_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf">Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)</a> dan <a href="https://dhsprogram.com/pubs/pdf/FR342/FR342.pdf">Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)</a> terbaru. Makanan atau minuman selain ASI yang diberikan pada bayi dalam <a href="https://dhsprogram.com/pubs/pdf/FR342/FR342.pdf">beberapa hari setelah lahir</a> atau <a href="https://www.who.int/nutrition/publications/infantfeeding/9789241597494.pdf">sebelum ASI keluar</a> seperti di atas disebut juga makanan pralaktasi. </p>
<p>Jika tidak ada indikasi medis, bayi tidak membutuhkan makanan pralaktasi. Memberikan makanan pralaktasi sembarangan justru berpotensi membawa risiko kesehatan, seperti <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31523040/">infeksi saluran cerna</a> dan <a href="https://www.who.int/nutrition/publications/infantfeeding/9789241597494.pdf">berkurangnya produksi ASI</a>. </p>
<h2>Kondisi seperti apa yang memicu ibu atau keluarga untuk memberikan makanan pralaktasi pada bayi?</h2>
<p>Di luar alasan medis yang terbilang sangat jarang, ada banyak faktor yang melatarbelakangi pemberian makanan pralaktasi. <a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0243097">Riset saya menggunakan data SDKI</a> menunjukkan bahwa praktik pemberian makanan pralaktasi lebih sering terjadi pada ibu-ibu yang tidak melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), melahirkan anak pertama, melahirkan secara sesar, dan tidak punya buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). </p>
<p><a href="https://www.who.int/elena/titles/early_breastfeeding/en/">Pemberian ASI dalam satu jam setelah bayi lahir alias IMD</a> termasuk <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27885658/">kontak kulit ibu dan bayi sangat berperan dalam keberhasilan menyusui</a>. Jika ASI keluar pada jam-jam pertama kelahiran, maka proses menyusui akan lebih mudah ke depannya. </p>
<p>Sebaliknya, jika tidak, ibu akan stres dan stresnya akan semakin mempersulit produksi ASI. Mengedukasi ibu tentang manfaat IMD dan mengupayakan rawat gabung –bayi dan ibu dalam satu ruangan rawat inap – niscaya dapat meminimalisasi pemberian makanan pralaktasi. </p>
<p>Persalinan sesar berisiko membuat IMD terhambat, karena ibu masih dalam masa pemulihan sesudah operasi, dan ASI keluar lebih lambat sehingga menyusui <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/21815988/">jadi lebih sulit</a>. Hal ini berujung membuat ibu cemas dan terburu-buru memberikan makanan pralaktasi. Oleh karena itu persalinan spontan (atau yang dikenal awam sebagai ‘normal’) perlu diupayakan semaksimal mungkin.</p>
<p>Pemeriksaan kehamilan sangat penting untuk menghindari komplikasi yang berujung pada kelahiran sesar. Jika kelahiran sesar memang dibutuhkan karena alasan medis, maka ibu perlu mendapat informasi dan pendampingan pascasalin untuk mengurangi kecemasan. </p>
<p>Pemberian makanan pralaktasi kerap berhubungan dengan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29973298/">kurangnya pengetahuan</a>. Ibu yang baru melahirkan pertama kali biasanya memiliki lebih sedikit pengalaman menyusui, sehingga lebih berpotensi memberikan makanan pralaktasi. </p>
<p>Demikian juga dengan orang tua yang tidak memiliki buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Kemungkinan besar mereka minim kontak dengan tenaga kesehatan selama kehamilan dan kurang <a href="https://libportal.jica.go.jp/library/Archive/Indonesia/242i.pdf">informasi tentang menyusui yang termuat dalam buku tersebut</a>. Buku ini bisa <a href="https://dinkes.surakarta.go.id/apa-yang-baru-dari-buku-kia-revisi-2020-seri-pertama-kesehatan-ibu/#:%7E:text=Buku%20KIA%20dapat%20diperoleh%20pada,lainnya%20milik%20Pemerintah%20atau%20Swasta.">didapatkan</a> oleh ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di dokter kandungan atau bidan di klinik, pondok bersalin desa (polindes), puskesmas atau rumah sakit.</p>
<h2>Risiko makanan pralaktasi</h2>
<p>Tidak hanya di Indonesia, <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/mcn.12535">bayi-bayi di banyak negara lain kerap diberikan makanan pralaktasi</a>. Alasan pemberiannya juga bervariasi, antara lain <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/19114243/">tradisi atau kepercayaan</a>, arahan <a href="https://www.emerald.com/insight/content/doi/10.1108/NFS-07-2017-0144/full/pdf">orang sekitar</a>, atau kekhawatiran ASI <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29973298/">tidak cukup</a>. </p>
<p>Namun semua ini biasanya didasari oleh kurangnya informasi soal risiko infeksi pada bayi serta pemahaman akan proses menyusui.</p>
<p>Infeksi dapat timbul dari kontaminasi atau penyiapan makanan dan minuman yang tidak higienis. Bahkan beberapa makanan seperti <a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/botulism">madu mengandung bakteri penghasil <em>botulinum toxin</em> (racun) sehingga Badan Kesehatan Dunia (WHO) melarang pemberian madu untuk bayi di bawah satu tahun</a>. </p>
<p>Makanan pralaktasi juga membuat <a href="https://www.who.int/nutrition/publications/infantfeeding/9789241597494.pdf">bayi merasa kenyang dan enggan menyusu sehingga payudara ibu tidak terstimulasi dengan optimal</a>. Akibatnya, produksi ASI pun semakin berkurang dan siklus ini akan berulang seperti lingkaran setan. </p>
<p>Karena itu, <a href="https://www.who.int/teams/nutrition-and-food-safety/food-and-nutrition-actions-in-health-systems/ten-steps-to-successful-breastfeeding">dalam rekomendasi 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui, WHO</a> melarang pemberian makanan pralaktasi tanpa indikasi medis yang jelas.</p>
<h2>Memahami proses laktasi</h2>
<p>Secara umum, ibu, ayah dan keluarga besar perlu memahami bahwa bayi baru lahir tidak memerlukan makanan apa pun selain ASI. Proses keluarnya ASI pun bervariasi antar ibu dan tidak semua langsung keluar pada jam atau bahkan hari pertama kelahiran. </p>
<p>ASI yang tidak keluar sampai tiga hari atau 72 jam pasca persalinan umumnya <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17983996/">masih terbilang wajar</a> sehingga jika bayi sehat dan tidak ada komplikasi lainnya, makanan pralaktasi tidak perlu terburu-buru diberikan. </p>
<p>Ibu dan keluarga perlu berdiskusi dengan dokter atau bidan yang membantu proses persalinan untuk mendapat pemahaman yang benar dan percaya diri bahwa ASI-nya cukup. Itulah pentingnya mencari tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan yang memahami dan mendukung ASI. </p>
<p>Ibu hamil juga disarankan berkonsultasi dengan konselor laktasi untuk mendukung ibu mempersiapkan diri untuk menyusui. Jika memungkinkan, pasangan atau keluarga ibu ikut diedukasi agar tidak ada lagi informasi menyesatkan dari orang sekitar seputar pemberian makanan bayi.</p>
<p>Menyusui itu alamiah tapi prosesnya tidak selalu mudah. Ibu dan keluarga wajib mempersiapkan kelahiran jauh-jauh hari, minimal saat kehamilan, untuk menghindari pemberian makanan pralaktasi yang tidak perlu. Harapannya, proses menyusui dapat berjalan lancar. </p>
<h2>Kondisi khusus</h2>
<p>Walau jarang, memang ada kondisi-kondisi tertentu bayi secara medis <a href="https://www.who.int/nutrition/publications/infantfeeding/WHO_NMH_NHD_09.01_eng.pdf">membutuhkan makanan pralaktasi</a>. Misalnya ibu sakit berat atau menerima obat-obatan tertentu sehingga ia betul-betul tidak bisa menyusui bayinya sementara waktu dan tidak ada donor ASI yang aman. </p>
<p>Akan tetapi, perlu diingat bahwa makanan pralaktasi yang diberikan <a href="https://www.who.int/nutrition/publications/infantfeeding/WHO_NMH_NHD_09.01_eng.pdf">hanya boleh berupa susu formula bayi yang disiapkan sesuai dengan standar kesehatan</a>, bukan makanan lain. </p>
<p>Pada kondisi ini, penting bagi ibu untuk memperoleh informasi yang komprehensif dari tenaga kesehatan, pendampingan menyusui, serta bantuan untuk relaktasi. <a href="https://www.cdc.gov/breastfeeding/breastfeeding-special-circumstances/supporting-families-with-relactation.html">Relaktasi</a> adalah proses kembali menyusui setelah sempat terhenti untuk beberapa saat. </p>
<p>Jika relaktasi berhasil, ibu dapat kembali menyusui secara ekslusif sampai bayi berusia enam bulan. Ibu tidak perlu berkecil hati selama bayi sehat dan mendapat makanan sesuai kebutuhan dan kondisinya.</p>
<p>Jika makanan pralaktasi di luar indikasi medis terlanjur diberikan, maka segera hentikan dan pantau tanda-tanda infeksi pada bayi seperti demam, muntah, dan diare. Periksakan kepada dokter jika ibu dan keluarga merasa khawatir. </p>
<p>Carilah pendampingan menyusui dan bantuan relaktasi oleh dokter, bidan, atau konselor laktasi untuk mendukung keberhasilan menyusui.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/165462/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Lhuri D. Rahmartani menerima beasiswa dari Jardine Foundation untuk studi doktoral di University Oxford.</span></em></p>Secara umum, ibu, ayah dan keluarga besar perlu memahami bahwa bayi baru lahir tidak memerlukan makanan apa pun selain ASI.Lhuri D. Rahmartani, PhD student at Nuffield Department of Population Health, University of OxfordLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1653612021-07-30T06:28:35Z2021-07-30T06:28:35ZOlimpiade Tokyo menjadi Olimpiade bersejarah bagi para ibu<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/413899/original/file-20210730-15-11cl3dc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Sprinter Amerika Allyson Felix merayakan bersama putrinya Camryn setelah finis kedua dalam lomba lari 400 meter putri di US Olympic Track and Field Trials pada 20 Juni.</span> <span class="attribution"><span class="source">AP Photo/Ashley Landis</span></span></figcaption></figure><p>Pada Maret lalu, Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan Komite Penyenggara Olimpiade Tokyo 2020 <a href="https://olympics.com/ioc/news/tokyo-2020-first-ever-gender-balanced-olympic-games-in-history-record-number-of-female-competitors-at-paralympic-games">mengumumkan bahwa Olimpiade Tokyo akan menjadi “Olimpiade pertama yang berimbang secara gender dalam sejarah.”</a> </p>
<p>Ketimpangan gender dalam olahraga <a href="https://www.athleteassessments.com/gender-equality-debate/">sudah lama terjadi</a>. Para laki-laki secara historis mendominasi olahraga papan atas selama berabad-abad, tapi sebagian berkat advokasi organisasi seperti IOC Women in Sport Commission, representasi perempuan global dalam olahraga kini lebih besar dibanding sebelumnya. </p>
<p>Pusat dari gerakan ini adalah peningkatan visibilitas atlet perempuan papan atas yang bersaing dan berhasil di Olimpiade, menginspirasi atlet Olimpiade perempuan masa depan di seluruh dunia. Namun, hambatan utama masih tetap ada, terutama yang dihadapi oleh para atlet yang juga menjadi ibu. </p>
<h2>Menyusui di Olimpiade</h2>
<p>Para ibu telah berkompetisi di Olimpiade sejak Olimpiade Paris 1900 ketika atlet perempuan <a href="https://olympics.com/en/athletes/margaret-ives-abbott">pertama kali berpartisipasi</a>. Tapi Olimpiade Tokyo 2020 telah menonjolkan hambatan yang dihadapi oleh para ibu dan para calon ibu saat mereka bersaing untuk mendapatkan tempat yang didambakan dalam daftar Olimpiade. </p>
<p>Pemain basket veteran Kanada Kim Boucher baru-baru ini membuat <a href="https://twitter.com/CBCOlympics/status/1408152397214539779?ref_src=twsrc%5Etfw%7Ctwcamp%5Etweetembed%7Ctwterm%5E1408587245917986825%7Ctwgr%5E%%205Es3_&ref_url=https%3A%2F%2Fwww.cbc.ca%2Fsports%2Folympics%2Fsummer%2Fbasketball%2Folympics-canada-basketball-kim-gaucher-breastfeeding-1.6078717">permohonan melalui media sosial</a> agar diizinkan membawa putrinya yang berusia tiga bulan (yang masih menyusui) ke Tokyo. Jawaban awal panitia penyelenggara adalah tidak, mengingat pembatasan pandemi. Ketika tekanan media internasional meningkat, sikap komite berubah. </p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1408152397214539779"}"></div></p>
<p>Dalam <a href="https://www.cbc.ca/sports/olympics/summer/basketball/olympics-canada-basketball-kim-gaucher-breastfeeding-1.6078717">sebuah pernyataan kepada <em>CBC</em></a>, panitia mengatakan: kami memahami bahwa tidak ada anak-anak yang tinggal di Desa Olimpiade (pusat penginapan para atlet) selama Olimpiade sebelumnya. Namun demikian, mungkin ada keadaan khusus, terutama yang berkaitan dengan anak-anak bayi.“</p>
<p>Dengan keputusan itu, Boucher dan putrinya <a href="https://www.cbc.ca/sports/olympics/summer/basketball/tokyo-organizers-allow-nursing-mothers-bring-children-to-olympics-1.6085847?utm_content=buffer1222b&utm_medium=social&utm_source=twitter.com&utm_campaign=buffer">akan menghadiri Olimpiade bersama-sama</a>. </p>
<h2>Pertarungan menuju kualifikasi</h2>
<p>Pada 2018, impian petinju Olimpiade Kanada Mandy Bujold untuk memulai sebuah keluarga menjadi kenyataan ketika putrinya lahir.</p>
<p>Mengetahui dia ingin bersaing di Olimpiade lainnya, Bujold mengarahkan pandangannya ke Tokyo 2020. Rencananya hampir tertunda ketika gugus tugas tinju Komite Olimpiade Internasional mengumumkan bahwa kriteria kualifikasi untuk Olimpiade Tokyo akan didasarkan pada peringkat di tiga turnamen, yang Bujold tidak berkompetisi <a href="https://www.cbc.ca/sports/olympics/summer/boxing/mandy-bujold-olympic-box-cas-appeal-the-moment-my-olympic-dream-was-almost-taken-from-me-1.6084647?__vfz=medium%3Dsharebar">karena kehamilannya</a>.</p>
<p>Bujold melawan, membawa kasusnya ke Pengadilan Arbitrase Olahraga, yang <a href="https://www.cbc.ca/sports/olympics/summer/boxing/mandy-bujold-tokyo-olympics-1.6085623">memutuskan pada 30 Juni</a> bahwa akomodasi atau penyesuaian harus dibuat untuk perempuan yang sedang hamil atau setelah melahirkan selama periode kualifikasi. </p>
<h2>Para ibu menciptakan gelombang</h2>
<p>Setelah hampir dua dekade karir yang berhasil meraih enam medali emas Olimpiade selama empat Olimpiade dan kemenangan kejuaraan dunia yang tak terhitung jumlahnya, sprinter Amerika Allyson Felix bisa saja pensiun dengan warisan yang tak tertandingi di trek dan lapangan ketika dia hamil pada 2019.</p>
<p>Tapi dia tidak melakukannya. Sebaliknya, pemegang banyak medali emas Olimpiade ini kembali ke Tokyo untuk Olimpiade kelimanya — dan yang pertama sebagai seorang ibu. </p>
<p>Setelah putus dengan sponsor lama Nike, advokasi vokal Felix telah memaksa perusahaan besar untuk mempertimbangkan kembali bagaimana mereka mendukung atlet perempuan sebelum dan sesudah kehamilan.</p>
<p>Tak lama setelah menghadapi reaksi publik terkait perlakuannya terhadap atlet hamil seperti Felix, Nike mengumumkan <a href="https://www.washingtonpost.com/sports/2019/08/16/under-fire-nike-expands-protections%20-pregnant-athletes/">kebijakan bersalin baru</a> untuk atlet yang disponsori pada Agustus 2019. Kebijakan baru tersebut memperpanjang jumlah waktu gaji dan bonus atlet hamil tidak dapat dipotong, dari 12 menjadi 18 bulan. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Woman running wearing a tank top with FELIX across the front" src="https://images.theconversation.com/files/411123/original/file-20210713-13-1k45d00.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/411123/original/file-20210713-13-1k45d00.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/411123/original/file-20210713-13-1k45d00.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/411123/original/file-20210713-13-1k45d00.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/411123/original/file-20210713-13-1k45d00.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/411123/original/file-20210713-13-1k45d00.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/411123/original/file-20210713-13-1k45d00.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Allyson Felix finis kedua saat semifinal lari 200 meter putri di Olimpiade Lintasan dan Lapangan AS pada Juni.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(AP Photo/Ashley Landis)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ibu lain yang membuat gebrakan dalam olahraga papan atas adalah Helen Glover, yang menjadi <a href="https://www.espn.com/olympics/story/_/id/31597147/olympic-champion-helen-glover-qualified-toyko%20-become-first-british-mother-row-games">ibu pertama</a> dimasukkan ke dalam tim dayung Olimpiade Inggris bulan lalu. </p>
<p>Yang luar biasa dari kisah Glover bukan hanya dukungan yang baru sekarang tersedia untuknya, tapi juga butuh waktu lama bagi salah satu tim nasional paling produktif dan cabang olahraga yang mendapat dana terbesar untuk mencapai tonggak sejarah ini. </p>
<h2>Risetnya cukup jelas</h2>
<p>Sementara partisipasi dalam olahraga elit biasanya menurun pada atlet hamil, atlet perempuan mendorong perlawanan terhadap narasi masyarakat bahwa mereka harusnya "santai” selama dan setelah kehamilan dengan memecahkan stereotip dan terus bersaing.</p>
<p>Karena partisipasi perempuan dalam olahraga elit telah tumbuh selama kehamilan dan periode pascapersalinan, demikian juga <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32925496/%20and%20https://pubmed.ncbi.nlm.nih%20.gov/33560776">pemahaman kita</a> tentang dampak kesehatan dari partisipasi olahraga elit selama ini. <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30337460/">Penelitian ekstensif</a> telah menunjukkan keamanan dan manfaat melakukan aktivitas fisik selama kehamilan untuk ibu dan anak.</p>
<p><a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30337465/">Penelitian</a> cukup jelas: dari pengurangan komplikasi kehamilan besar dari <a href="https://www.alodokter.com/diabetes-gestasional#:%7E:text=Diabetes%20gestasional%20adalah%20diabetes%20yang,24%20sampai%20ke%2D28%20kehamilan.">diabetes gestasional</a> hingga <a href="https://www.alodokter.com/preeklamsia">pre-eklampsia</a>, hingga peningkatan kesehatan mental dan hasil persalinan. Saran terbaik untuk sebagian besar individu hamil adalah agar berolahraga secara teratur.</p>
<p>Penelitian kami tentang <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32925496/">dampak partisipasi olahraga elit selama</a> dan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33560776/">setelah kehamilan</a> pada hasil kesehatan dan kembali ke olahraga baru-baru ini dipublikasikan. Data ini memberikan bukti yang meyakinkan tentang keamanan partisipasi olahraga elit selama kehamilan: atlet papan atas yang menjalani kehamilan, persalinan, dan kelahiran memiliki kebugaran serupa dengan atlet papan tengah dan olahragawan, dan ada beberapa bukti pengurangan penyakit kehamilan umum, seperti nyeri punggung bawah, karena olahraga.</p>
<p>Sekarang kehamilan tidak lagi menandai akhir karir seorang atlet, banyak atlet elit tidak hanya kembali ke olahraga, tapi terus memecahkan rekor pribadi dan dunia sebagai ibu baru. Karena semakin banyak atlet perempuan berlatih dan bersaing di tingkat elit selama tahun-tahun reproduksi, kebijakan olahraga penting dikembangkan untuk mendukung kesehatan dan kesejahteraan semua atlet.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/165361/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Jane Thornton is an Assistant Professor at Western University and Sport Medicine Physician at the Fowler Kennedy Sport Medicine Clinic. She receives funding as a Canada Research Chair in Injury Prevention and Physical Activity for Health as well as through internal research grants and AMOSO funding. She receives an honorarium as Editor of the British Journal of Sports Medicine.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Margie Davenport is an Associate Professor at the University of Alberta. She receives funding from the Christenson Professorship in Active Healthy Living, NSERC, SSHRC, Heart and Stroke Foundation of Canada, the Women and Children's Health Research Institute, and Canada Foundation for Innovation. She received a stipend from the Canadian Society for Exercise Physiology to develop the Pre & Postnatal Exercise Specialization.</span></em></p>Sekarang kehamilan tidak lagi menandai akhir karir seorang atlet, banyak atlet elit tidak hanya kembali ke olahraga, tapi terus memecahkan rekor pribadi dan dunia sebagai ibu baru.Jane Thornton, Clinician Scientist, Canada Research Chair in Injury Prevention and Physical Activity for Health, Sport Medicine Physician, Schulich School of Medicine & Dentistry, Western UniversityMargie Davenport, Associate Professor, Christenson Professor in Active Healthy Living, Faculty of Kinesiology, Sport, and Recreation, University of AlbertaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1409772020-11-09T05:38:02Z2020-11-09T05:38:02ZAngka infeksi HIV pada ibu hamil naik, bagaimana kita bisa ikut mencegahnya<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/367628/original/file-20201105-17-1g2sji.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/pills-on-blue-background-3936366/">Miguel Á. Padriñán/Pexels</a></span></figcaption></figure><p>Dalam dua puluh tahun terakhir risiko penularan <em>Human Immunodeficiency Virus</em> (HIV) secara vertikal dari ibu ke bayi telah meningkatkan populasi anak dengan infeksi virus ini di masyarakat dunia, tak terkecuali Indonesia. </p>
<p>Penularan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29747581/">ini</a> bisa terjadi sejak dalam kandungan hingga masa menyusui yang menjadi metode penularan utama infeksi HIV pada anak di bawah 15 tahun.</p>
<p>Data <a href="https://kependudukan.lipi.go.id/id/berita/liputan-media/503-hiv-aids-pada-ibu-hamil-ancaman-nyata-yang-selama-ini-kurang-diketahui">menunjukkan jumlah anak Indonesia di bawah usia 15 tahun</a> yang hidup dengan infeksi HIV meningkat dari 500 anak pada tahun 2000 menjadi lebih dari 3.000 kasus pada 2016. </p>
<p>Angka kejadian perempuan hamil dengan infeksi HIV di Indonesia dalam kurun waktu tersebut juga meningkat. Sebuah <a href="http://journal.ui.ac.id/index.php/health/article/download/943/877">riset dengan data sekunder 11.693 ibu hamil</a> dalam rentang 2003-2010 di delapan kota di Indonesia menunjukkan angka kejadian perempuan hamil dengan infeksi virus ini mencapai <a href="http://journal.ui.ac.id/index.php/health/article/download/943/877">0,36%</a> pada 2003-2006. Angka kejadian serupa meningkat menjadi <a href="https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/view/4014">0,49%</a> pada 2016. </p>
<p>Sebuah skrining HIV massal yang melibatkan sekitar 43.000 ibu hamil pada 2012 di Indonesia menunjukkan angka positif HIV <a href="https://siha.kemkes.go.id/portal/files_upload/Pedoman_Manajemen_PPIApdf.pdf">mencapai 1.329 kasus (3,04%)</a>. </p>
<p>Guna mencegah infeksi virus HIV yang berdampak pada anak, maka pemerintah, masyarakat, kita dan pasangan perlu mempersiapkan kehamilan, pemeriksaan, dan tata laksana kehamilan yang mampu mencegah risiko penularan vertikal. </p>
<h2>Skrining sebelum kehamilan</h2>
<p>Sebuah riset di <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23097595/">Inggris</a> menunjukkan 41% perempuan dengan infeksi HIV ingin memiliki anak dan 11% responden menyatakan tidak ingin menunda kehamilan. </p>
<p>Penelitian di <a href="https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/23070">Semarang</a> terbitan tahun lalu menunjukkan lima responden perempuan, sudah menikah dan terinfeksi HIV, menyatakan anak merupakan pelengkap keluarga dan mereka sangat ingin memiliki keturunan bersama pasangan. </p>
<p>Para ibu bisa mengurangi risiko penularan HIV ke anak dan pasangan dengan cara merencanakan kehamilan, minum obat antiretroviral (ARV) untuk menekan infeksi dan replikasi virus HIV hingga tidak terdeteksi, serta menggunakan kontrasepsi yang aman ketika tidak merencanakan kehamilan. </p>
<p>Perempuan yang merencanakan kehamilan, terutama pada kelompok <a href="http://www.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/InfoDatin-HIV-AIDS-2018.pdf">risiko tinggi</a> terinfeksi HIV, harus menjalani <a href="https://siha.kemkes.go.id/portal/files_upload/PNPK_HIV_Kop_Garuda__1_.pdf">skrining</a> untuk memastikan status infeksi. </p>
<p>Mereka yang termasuk di dalam kelompok risiko tinggi adalah ibu hamil di daerah dengan kasus tinggi seperti Jawa Timur, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Papua yang menempati 5 besar provinsi dengan kasus HIV terbanyak. Kelompok risiko tinggi lainnya adalah individu dengan perilaku berisiko seperti pengguna Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA), seks bebas dengan banyak pasangan, dan individu dengan riwayat HIV sebelumnya.</p>
<p>Jika terinfeksi, mereka harus minum obat ARV, guna menekan jumlah virus aktif di dalam darah hingga tidak terdeteksi, untuk menurunkan risiko penularan vertikal hingga <a href="https://www.cdc.gov/hiv/group/gender/pregnantwomen/index.html#:%7E:text=What%20CDC%20Is%20Doing,transmission%20per%20100%2C000%20live%20births.">1%</a>. Pasangan laki-laki sebaiknya menggunakan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30979726/">kondom</a> saat berhubungan seks dan pemeriksaan berkala setiap tahun. </p>
<p>Studi terbaru menunjukkan tindakan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26688556/">pencucian sperma</a>, pada teknologi reproduksi berbantu, dari suami yang terinfeksi HIV dapat menurunkan risiko transmisi vertikal. Teknologi ini tersedia di Indonesia, khususnya di RS besar yang menyediakan fasilitas reproduksi berbantu, baik inseminasi ataupun bayi tabung.</p>
<h2>Tata laksana HIV dalam kehamilan</h2>
<p>Seluruh ibu hamil dengan infeksi HIV harus mendapat <a href="https://www.who.int/hiv/pub/guidelines/arv2013/art/artpregnantwomen/en/">ARV</a> tanpa melihat <em>viral load</em> (jumlah virus dalam darah). </p>
<p>Beberapa riset menyatakan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/21078446/">risiko</a> terbesar penularan HIV dari <a href="https://www.elsevier.com/books/sandes-hiv-aids-medicine/volberding/978-1-4557-0695-2">ibu ke anak</a> terjadi pada saat <a href="https://www.acog.org/clinical/clinical-guidance/committee-opinion/articles/2018/09/labor-and-delivery-management-of-women-with-human-immunodeficiency-virus-infection">persalinan</a>. Jenis persalinan dan <em>viral load</em> juga akan mempengaruhi tinggi rendahnya risiko transmisi.</p>
<p>Dalam sebuah uji klinis, <em>viral load</em> tidak terdeteksi dan operasi sesar sebelum adanya tanda persalinan atau pecahnya selaput ketuban terbukti efektif menurunkan angka transmisi. Persalinan normal akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya penularan dari ibu ke anak.</p>
<p>Meski demikian, masih terdapat <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26075762/">13%</a> populasi di dunia dengan <em>viral load</em> yang masih terdeteksi. Namun data ini belum ada untuk populasi di Indonesia. </p>
<p>Banyak <a href="http://labdata.litbang.kemkes.go.id/ccount/click.php?id=19">faktor</a> yang dapat <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26075762/">berkontribusi</a> terhadap risiko penularan vertikal. Rendahnya status sosial ekonomi dan pengetahuan pasien, durasi penggunaan ARV selama hamil, terlambat memeriksakan kehamilan, dan sikap sebagian besar masyarakat yang cenderung menyembunyikan kasus HIV merupakan faktor yang mempengaruhi penularan HIV dari ibu ke anak. </p>
<p>Setelah lahir, seluruh bayi yang lahir dari ibu dengan HIV wajib mendapatkan ARV sebagai terapi <a href="https://siha.kemkes.go.id/portal/files_upload/PNPK_HIV_Kop_Garuda__1_.pdf">pencegahan</a> pada usia 6-12 jam setelah lahir. </p>
<p>ARV selama 6 minggu terbukti efektif untuk pencegahan pada bayi yang lahir dari ibu yang mendapat ARV dan <em>viral load</em> tidak terdeteksi.</p>
<h2>Setelah persalinan dan kontrasepsi</h2>
<p>Keputusan menyusui bayi harus mempertimbangkan risiko penularan dan manfaat proteksi terhadap kematian bayi akibat malnutrisi, diare, dan pneumonia. </p>
<p><a href="https://siha.kemkes.go.id/portal/files_upload/PNPK_HIV_Kop_Garuda__1_.pdf">Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2013</a> menyatakan infeksi HIV adalah salah satu kondisi medis yang dapat membuat ibu tidak menyusui.</p>
<p><a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28348636/">Paska persalinan</a>, pengobatan ARV dilanjutkan dan perlu mencegah penularan pada pasangan. <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23097595/">Pencegahan kehamilan</a> dapat dilakukan melalui program keluarga berencana (KB) yang menyediakan metode yang efektif, efek samping minimal, nyaman dan dapat melindungi terhadap transmisi HIV atau infeksi menular seksual (IMS) lain, serta berinteraksi minimal dengan ARV. </p>
<p><a href="http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/RPT%202016%20Final.pdf">Kondom</a> menjadi metode paling efektif yang mampu memberikan perlindungan terhadap risiko transmisi. </p>
<p>Penggunaan alat kontrasepsi sangat penting untuk mengatur dan menjarangkan kehamilan serta mencegah penularan dari ibu ke bayi. </p>
<h2>Penularan dari ibu ke anak</h2>
<p><em>Human Immunodeficiency Virus</em> (HIV) menyerang kekebalan tubuh manusia. Virus ini dapat ditularkan melalui hubungan seksual, transfusi darah, penggunaan jarum suntik bersama, transplantasi organ, dan penularan dari ibu ke janin. </p>
<p>Badan PBB untuk Urusan HIV/AIDS <a href="https://docplayer.info/150958076-Infeksi-human-immunodeficiency-virus-hiv-dalam-kehamilan.html">(UNAIDS)</a> melaporkan ada 1,4 juta perempuan hamil dengan infeksi HIV di seluruh dunia pada akhir 2016.</p>
<p>Di Asia, diperkirakan sekitar <a href="http://www.kebijakanaidsindonesia.net/jdownloads/Publikasi%20Publication/hiv_in_asia_and_the_pacific_unaids_report_2013.pdf">210.000</a> anak hidup dengan HIV pada 2012. Namun dengan semakin gencarnya promosi dan upaya kesehatan yang dilakukan untuk menurunkan penularan dari ibu ke anak, angka ini <a href="https://www.avert.org/professionals/hiv-around-world/asia-pacific/overview">menurun</a> hingga 30%.</p>
<p>Secara umum, laporan <a href="http://www.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/InfoDatin-HIV-AIDS-2018.pdf">(Kementerian Kesehatan)</a> Indonesia menyatakan pada 2017 ada sekitar 280.000 orang terinfeksi HIV. Kelompok usia produktif mendominasi angka kasus, dengan jumlah tertinggi 16,9% kasus di Jawa Timur dan 13,7% di DKI Jakarta. </p>
<p>Infeksi ini berisiko menyebabkan penularan vertikal dari ibu ke anak (<em>Mother to Child Transmission</em>/MTCT) sebesar <a href="https://siha.kemkes.go.id/portal/files_upload/Pedoman_Manajemen_PPIApdf.pdf">20-50%</a>. </p>
<p>Dalam kasus ibu hamil terinfeksi HIV, banyak <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29747581/">faktor</a> yang dapat mempengaruhi penularan virus, seperti lama dan pola menyusui. Semakin lama durasi ibu menyusui bayi, maka paparan terhadap virus yang ada di ASI akan semakin meningkat. Risiko penularan naik jika menyusuinya dicampur antara ASI dan susu formula. WHO menyatakan pemberian susu formula bisa mengurangi risiko penularan pada bayi. Jika itu tidak memungkinkan, maka bayi bisa diberi ASI eksklusif 6 bulan dan setelah itu diganti dengan susu formula dan makanan pendamping ASI. </p>
<p>Faktor lainnya adalah bayi lahir kurang bulan (prematur), penggunaan obat anti retro viral (ARV), jumlah <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29435421/">virus</a> dalam darah ibu dan cara persalinan. </p>
<p>Bayi prematur lebih rentan terinfeksi karena belum sempurnanya perkembangan organ dan sistem imunitas. Bayi yang diberikan ASI, terutama dari ibu yang tidak mendapatkan ARV, akan memiliki risiko tertular <a href="https://siha.kemkes.go.id/portal/files_upload/Pedoman_Manajemen_PPIApdf.pdf">5-20%</a>.</p>
<h2>Upaya promotif</h2>
<p>Upaya <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28839513/">mencegah penularan HIV dari ibu ke anak</a> selama kehamilan, persalinan, dan menyusui di Indonesia sudah dikembangkan sejak 2004.</p>
<p>Namun hingga akhir 2011 pelayanan ini baru menjangkau sekitar 7% dari perkiraan populasi. Sejak 2013, layanan <a href="https://siha.kemkes.go.id/portal/files_upload/Pedoman_Manajemen_PPIApdf.pdf">pencegahan ini</a> diintegrasikan ke dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), KB dan konseling remaja untuk memperluas cakupan. Program ini mulai dari fasilitas kesehatan primer seperti puskesmas hingga rumah sakit rujukan.</p>
<p>Kita perlu bekerja sama lintas disiplin untuk memberikan layanan kesehatan dan tata laksana yang komprehensif pada ibu agar bisa mencegah penularan HIV ke anak.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/140977/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Mutiara Riani tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Pemerintah, masyarakat, kita dan pasangan perlu mempersiapkan kehamilan, pemeriksaan dan tata laksana kehamilan yang mampu mencegah risiko penularan vertikal HIV dari ibu ke anak.Mutiara Riani, Dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1484502020-10-28T08:14:49Z2020-10-28T08:14:49ZRiset: bayi dapat terpapar jutaan partikel mikroplastik lewat botol susu<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/364513/original/file-20201020-21-14yyg5h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=66%2C44%2C7227%2C4825&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/bottles-breast-milk-on-background-mother-1032775489">Evso/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Mikroplastik kini ditemukan hampir di <a href="https://www.theguardian.com/environment/2019/mar/07/microplastic-pollution-revealed-absolutely-everywhere-by-new-research">mana-mana di Bumi</a>, namun para ilmuwan belum banyak memahami tentang bagaimana produk sehari-hari bisa melepaskan partikel-partikel plastik kecil ini.</p>
<p>Jika Anda minum dari botol plastik atau makan dari wadah yang tahan microwave, kemungkinan besar Anda sedang menggunakan polipropilena (<em>polypropylene</em>). </p>
<p>Polipropilena dianggap <a href="https://www.creativemechanisms.com/blog/all-about-polypropylene-pp-plastic">aman dan cocok</a> untuk berbagai macam kegunaan - sehingga plastik ini banyak digunakan dalam penyajian makanan. </p>
<p>Bahan ini juga ditemukan dalam botol susu bayi. </p>
<p>Secara umum, kita berasumsi bahwa botol yang terbuat dari plastik ini sangat kaku dan stabil saat disterilkan dengan air panas dan dikocok-kocok. </p>
<p>Namun, dalam <a href="https://www.nature.com/articles/s43016-020-00171-y">penelitian terbaru</a> kami menunjukkan bahwa pemberian susu formula dengan botol polipropilena membuat bayi di seluruh dunia terpapar 1 juta partikel mikroplastik setiap hari.</p>
<p>Ini lebih besar dari estimasi sebelumnya. </p>
<p><a href="https://www.nationalgeographic.co.uk/environment/2019/06/you-eat-thousands-bits-plastic-every-year">Penelitian sebelumnya</a> menunjukkan bahwa orang dewasa dan anak-anak di AS terpapar antara 74.000 hingga 211.000 partikel sepanjang <em>tahun</em>, melalui makanan, minuman, dan udara.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/youre-eating-microplastics-in-ways-you-dont-even-realise-97649">You're eating microplastics in ways you don't even realise</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Mikroplastik dalam pemberian susu formula</h2>
<p>Seperti sebagian besar proyek penelitian, investigasi kami bermula dari observasi dan diskusi. </p>
<p>Suatu hari, seorang rekan kerja sedang menyiapkan mie instan dalam wadah plastik.</p>
<p>Wadah itu terlihat kaku pada awalnya, lalu berubah menjadi lebih lunak dan lembut setelah dituangkan air panas.</p>
<p>Ini membuat kami penasaran dan bertanya-tanya akan adanya mikroplastik dilepaskan proses tersebut. </p>
<p>Kami melakukan uji coba singkat di laboratorium dan menemukan bahwa wadah tersebut melepaskan lebih dari 1 juta mikroplastik per liter air panas. </p>
<p>Kami pun mulai menguji wadah polipropilena lainnya, seperti botol plastik, dengan cairan bersuhu ruangan dan menemukan sangat sedikit partikel mikroplastik terlepas per liter, dari tidak ada sama sekali hingga ratusan. </p>
<p>Panas, dengan demikian, adalah sumber masalah. </p>
<p>Kami ingin merancang eksperimen untuk melihat bagaimana 1 produk polipropilena bereaksi terhadap pemanasan biasa. Untuk ini, kami menggunakan botol susu bayi. </p>
<p>Dari survey di 48 wilayah dan mencakup 78% dari populasi dunia, kami menemukan 83% pasar global menggunakan botol susu bayi berbahan polipropilena. </p>
<p>Kami menguji botol-botol tersebut dengan memilih 10 botol susu bayi berbahan polipropilena dan mengikuti <a href="https://www.who.int/foodsafety/publications/micro/PIF_Bottle_en.pdf">panduan</a> Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 2007 tentang persiapan botol susu bayi di rumah. </p>
<p>Kami menguji seberapa banyak mikroplastik terlepas saat mengikuti panduan tersebut, termasuk membersihkan, mensterilkan dan mencampurkan cairan di dalam tiap 10 botol. </p>
<p>Kami menemukan botol-botol tersebut melepaskan hingga 16 juta partikel mikroplastik per liter dengan air bersuhu 70°C. </p>
<p>Sebagian besar mikroplastik ini berukuran lebih kecil dari 20 mikrometer dan berbentuk seperti serpihan dengan permukaan kasar, dan ketebalannya rata-rata sepersepuluh dari lebarnya.</p>
<p>Ketika suhu air meningkat dari rekomendasi suhu 70°C ke 95°C atau suhu air selepas mendidih, maka pelepasan mikroplastik meningkat dari 6 juta partikel mikroplastik per liter menjadi 55 juta. </p>
<p>Untuk proses sterilisasi saja, yaitu ketika botol dibuka dan ditempatkan di panci penuh dengan air bersuhu 95°C, maka pelepasan mikroplastik meningkat sebesar paling tidak sebesar 35%.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Penjepit mengangkat botol bayi dari panci air mendidih." src="https://images.theconversation.com/files/364261/original/file-20201019-13-dcss8u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/364261/original/file-20201019-13-dcss8u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/364261/original/file-20201019-13-dcss8u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/364261/original/file-20201019-13-dcss8u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/364261/original/file-20201019-13-dcss8u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=499&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/364261/original/file-20201019-13-dcss8u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=499&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/364261/original/file-20201019-13-dcss8u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=499&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Sterilisasi botol susu bayi di air mendidih melepaskan lebih banyak mikroplastik dibandingkan proses lainnya.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/boiled-feeding-milk-bottle-pothigh-temperature-743242120">Kitawit Jitaton/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kami merasa bahwa kami telah melakukan pendekatan keilmuan yang sangat komprehensif. </p>
<p>Kami telah mematuhi prosedur WHO, menggunakan uji coba kontrol, mengulangi tes dengan cairan berbeda dan suhu berbeda berulang kali, serta menggunakan analisis statistik untuk menentukan apakah hasil penelitian kami signifikan atau tidak. </p>
<p>Namun, kami juga mengirimkan metodologi kami dan sampel produk ke laboratorium independen untuk verifikasi. </p>
<p>Dari laboratorium independen tersebut juga menunjukkan hasil serupa, sehingga kami sangat yakin dengan penemuan kami, meski ini sangat mengejutkan. </p>
<h2>Bagaimana mengurangi paparan</h2>
<p>Melihat begitu umumnya penggunaan botol polipropilena dan jumlah besar mikroplastik yang terlepas dalam eksperimen, kami memutuskan untuk melanjutkan penelitian lebih lanjut. </p>
<p>Kami memperkirakan bagaimana paparan terhadap anak usia 12 bulan di 48 wilayah di dunia dengan membandingkan jumlah rata-rata pelepasan mikroplastik dari botol susu bayi, pangsa pasar botol plastik, berapa kali dan berapa banyak susu dikonsumsi oleh bayi setiap hari. </p>
<p>Dari sini, kami menyimpulkan bahwa bayi mengonsumsi rata-rata 1,6 juta partikel mikroplastik polipropilena setiap hari. </p>
<p>Kami tidak bermaksud ingin meresahkan. </p>
<p>Hingga saat ini, belum ada pemahaman menyeluruh terkait risiko bagi kesehatan manusia melalui paparan partikel-partikel ini. </p>
<p>Tim kami, dan tim peneliti lainnya, sedang aktif melakukan penelitian terkait dengan ini. </p>
<p>Sementara itu, ada beberapa cara untuk mengurangi paparan anak dari mikroplastik selama meminum susu. </p>
<p>Kami fokus pada pelapis yang bisa mencegah mikroplastik terlepas selama penggunaan dan penyaring yang bisa mencegah mikroplastik masuk ke pasokan air.</p>
<p>Kami juga sudah mengembangkan beberapa prosedur untuk sterilisasi botol dan menyiapkan susu formula bagi bayi sambil mengurangi paparan mikroplastik dari botol polipropilena. </p>
<p>4 cara yang tercepat dan termudah adalah:</p>
<ol>
<li><p>Bilas botol susu yang sudah steril dengan air dingin yang steril.</p></li>
<li><p>Selalu sajikan susu di wadah non-plastik.</p></li>
<li><p>Setelah susu bayi mencapai suhu ruangan, pindahkan ke dalam botol yang sudah didinginkan dan steril.</p></li>
<li><p>Hindari memanaskan susu di wadah plastik, terutama dengan oven microwave.</p></li>
</ol>
<hr>
<p><em>Ignatius Raditya Nugraha menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p>
<hr>
<p><em>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/148450/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Dunzhu Li menerima dana dari Enterprise Ireland (nomor hibah CF20180870), Science Foundation Ireland (nomor hibah 12/RC/2278, 16/IA/4462 and 16/RC/3889), dan School of Engineering Scholarship di Trinity College Dublin and China Scholarship Council (201506210089).</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Yunhong Shi menerima dana dari Enterprise Ireland (nomor hibah CF20180870), Science Foundation Ireland (nomor hibah 12/RC/2278, 16/IA/4462 and 16/RC/3889), dan School of Engineering Scholarship di Trinity College Dublin and China Scholarship Council (201608300005).</span></em></p>Mengocok botol polipropilena dan mencucinya dengan air mendidih bisa melepaskan jutaan partikel plastik kecil. Ada 4 cara untuk mengurangi paparan mikroplastik ini.Dunzhu Li, Research Fellow in Environmental Engineering, Trinity College DublinYunhong Shi, Postdoctoral Researcher in Environmental Engineering, Trinity College DublinLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1461102020-10-23T08:56:33Z2020-10-23T08:56:33ZMengapa persalinan sesar naik drastis sejak ada JKN dan apa dampaknya bagi ibu?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/357816/original/file-20200914-18-172u3tm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Petugas rumah sakit merawat bayi yang baru dilahirkan secara sesar pada Hari Kemerdekaan RI di Rumah Sakit Cut Nyak Dhien (RSUD CND) Aceh Barat, Aceh, 17 Agustus 2020. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://download.antarafoto.com/searchresult/dom-1597656943">ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/hp.</a></span></figcaption></figure><p>Persalinan melalui operasi sesar di Indonesia kini menjadi lebih populer dibanding sebelum pemerintah memberlakukan kebijakan asuransi sosial melalui program <a href="http://www.jkn.kemkes.go.id">Jaminan Kesehatan Nasional</a>. </p>
<p>Tingginya angka persalinan melalui pembedahan dinding perut ini bukan hanya meningkatkan beban BPJS Kesehatan, tapi juga bisa berdampak buruk pada kesehatan ibu jika dilakukan tanpa indikasi medis yang kuat.</p>
<p>Riset yang <a href="http://repository.unair.ac.id/79502/">saya lakukan di empat rumah sakit</a> rujukan di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menunjukkan ada kenaikan signifikan proporsi persalinan melalui operasi sesar sebelum dan setelah JKN diimplementasikan. </p>
<p>Sebelum JKN (2012-2013), sekitar 45% dari 4.435 persalinan di sana dilakukan lewat operasi sesar. Setelah implementasi JKN (2014-2016) proporsi ini meningkat signifikan di atas 10 persen, menjadi 53% dari 4.241 persalinan. </p>
<p>Yang mengkhawatirkan, proporsi kematian pada persalinan <a href="http://repository.unair.ac.id/79502/">operasi sesar</a> juga melonjak tinggi di sana. </p>
<p>Sebelum JKN, tindakan sesar menyumbang 50% (empat dari delapan kematian saat bersalin) dari keseluruhan kasus kematian ibu bersalin di empat rumah sakit rujukan di Banyuwangi. </p>
<p>Sedangkan, selama JKN, operasi sesar berkontribusi terhadap 60% (enam dari sepuluh kematian) dari keseluruhan kematian ibu bersalin. Memang, WHO menyatakan peningkatan persalinan sesar secara drastis <a href="https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/161442/WHO_RHR_15.02_eng.pdf?sequence=1">tidak terbukti</a> menurunkan kematian ibu maupun bayi yang dilahirkan. </p>
<p>Komplikasi obstetrik menjadi penyebab yang mendominasi kematian ibu pada tindakan persalinan sesar, seperti perdarahan pascapersalinan, rahim robek, kejang dalam kehamilan (preeklampsia/eklampsia) dan infeksi pasca persalinan. </p>
<p>Agar masalah ini tidak makin membesar, Kementerian Kesehatan dan BPJS Kesehatan harus mengevaluasi standar operasi sesar dan meningkatkan pengawasan pelaksanaan standar tersebut.</p>
<h2>Bukan hanya di Banyuwangi</h2>
<p>Lebih dari <a href="https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/">222 juta penduduk</a> kini mengikuti program asuransi sosial yang dikelola BPJS Kesehatan ini sehingga JKN menjadi salah satu asuransi sosial terbesar di dunia. </p>
<p>Secara nasional, persalinan sesar sejak implementasi <a href="https://www.google.com/search?q=TANTANGAN+RS+DI+ERA+JKN&oq=TANTANGAN+RS+DI+ERA+JKN&aqs=chrome..69i57.1114144j0j4&sourceid=chrome&ie=UTF-8#">JKN cenderung naik dari tahun ke tahun</a>. Pada 2014, 52% dari 673.917 persalinan mendapatkan tindakan sesar. Operasi serupa, berturut-turut menjadi 55% tahun berikutnya, 57% pada 2016, dan pada 2017 naik jadi 59% dari sekitar 1,2 juta persalinan.</p>
<p>Padahal, organisasi kesehatan dunia (WHO) <a href="https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/161442/WHO_RHR_15.02_eng.pdf?sequence=1">merekomendasikan</a> bahwa persalinan sesar hanya 10-15% dari seluruh total persalinan.</p>
<p>Di tengah <a href="https://money.kompas.com/read/2020/06/12/111300426/bpjs-kesehatan-defisit-sejak-awal-hingga-rencana-penghapusan-kelas?page=all">BPJS Kesehatan yang selalu defisit setiap tahun</a>, klaim pembayaran <a href="https://www.bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/post/read/2020/1653/Kendalikan-Kasus-Persalinan-Caesar-BPJS-Kesehatan-Perkuat-Koordinasi-dengan-Tim-KMKB">persalinan sesar </a> merupakan salah satu pelayanan yang <a href="https://www.beritasatu.com/elvira-anna-siahaan/kesehatan/587529/operasi-cesarea-meningkat-di-era-jknkis">menyedot anggaran terbesar BPJS</a> dari 2014 sampai 2018. </p>
<p>Pada 2018 saja, persalinan sesar menghabiskan biaya Rp 4,7 triliun. </p>
<p>Sedangkan biaya total untuk persalinan normal hanya Rp 1,2 triliun. Klaim pembayaran tindakan sesar menempati <a href="https://bisnis.tempo.co/read/1278744/nilai-klaim-rp-32-t-bedah-cesar-diduga-jadi-biang-defisit-bpjs">urutan pertama </a> dalam INA-CBG (aplikasi yang digunakan rumah sakit untuk mengajukan klaim). </p>
<p>Di level rumah sakit, sejumlah riset menunjukkan lonjakan operasi sesar tidak hanya terjadi di Banyuwangi tapi juga <a href="https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/view/14496">di daerah lain </a> seperti <a href="http://thesis.umy.ac.id/index.php?opo=popUpBibliografi&id=58542&cs=1">Yogyakarta</a>, <a href="https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/kedokteran/article/view/2603">Semarang</a>, dan <a href="https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/view/14496">Manado</a>. </p>
<p>Secara administratif, peningkatan tindakan sesar menjadi sebuah bukti bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan sudah berjalan lebih baik. Namun, jika peningkatan pemanfaatan pelayanan ini tidak disertai kualitas pelayanan yang baik, maka akan menimbulkan dampak yang buruk pada kesehatan ibu. </p>
<h2>Mengapa melonjak drastis</h2>
<p>Dalam riset di Banyuwangi, terungkap ada beberapa penyebab melonjaknya operasi sesar dan kasus kematian ibu terkait persalinan.</p>
<p>Pertama, keterlambatan rujukan. Kurangnya deteksi dini oleh bidan wilayah menyebabkan komplikasi kehamilan tidak dapat diketahui sejak dini, sehingga rujukan berencana tidak dapat dilakukan. </p>
<p>Penyebab lain keterlambatan rujukan adalah permasalahan komunikasi antara Puskesmas dan bidan praktik mandiri mengenai indikasi rujukan. Kondisi ibu yang sudah dalam komplikasi adalah dampak dari keterlambatan rujukan. Parahnya komplikasi menjadi indikasi untuk dilakukan tindakan persalinan sesar. </p>
<p>Kedua, banyaknya riwayat persalinan sesar yang menjadi bom waktu pada persalinan berikutnya. Jika persalinan anak pertama lewat sesar, maka persalinan anak kedua dan seterusnya kemungkinan besar juga lewat sesar karena ibu memiliki indikasi untuk disesar. Dampaknya, metode persalinan ini mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tren serupa juga terjadi di <a href="https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph/article/view/10106">sebuah rumah sakit di Aceh</a>.</p>
<p>Ketiga, ada indikasi kecurangan pada fasilitas kesehatan maupun tenaga kesehatan. Tidak sesuainya tarif yang ditetapkan dalam INA-CBGs dengan biaya riil menjadi indikasi fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan diduga berbuat curang.</p>
<p>Rumah sakit mengeluhkan <a href="https://persi.or.id/images/e-library/panduan_verifikasi_inacbg.pdf">beberapa peraturan yang dibuat oleh BPJS Kesehatan</a>. Misalnya, rumah sakit menghindari tindakan induksi persalinan untuk persalinan normal dan sebaliknya mendorong ibu untuk bersalin dengan metode persalinan sesar. Sebab, rumah sakit tidak mendapatkan penggantian biaya dari BPJS Kesehatan pada tindakan induksi yang diberikan kepada ibu yang ujungnya dilakukan tindakan sesar. </p>
<p>Padahal, rumah sakit sudah mengeluarkan biaya untuk tindakan induksi. Secara teknis, persalinan sesar cenderung dipilih oleh dokter karena waktunya lebih pasti dibanding persalinan normal yang butuh waktu lebih lama untuk mengobservasi. </p>
<p>Dalam praktiknya, pembayaran uang jasa untuk dokter saat menginduksi untuk persalinan normal lebih kecil dibandingkan dengan persalinan sesar. Apalagi, jika kondisinya ibu yang sejak awal direncanakan melahirkan normal dan ujungya bersalin dengan sesar, maka dokter tidak mendapatkan pembayaran jasa saat melakukan observasi persalinan normal.</p>
<p>Jadi secara ekonomi, bagi dokter persalinan sesar lebih menguntungkan dibanding persalinan normal. </p>
<p>Karena itu, Kementerian Kesehatan perlu mengevaluasi tentang sistem <em>reimbursement</em> bagi fasilitas kesehatan dan <em>fee</em> yang diberikan kepada tenaga kesehatan dalam sebuah sistem jaminan kesehatan. Sebab, permasalahan pendanaan memang menjadi indikasi terjadinya <a href="https://oxford.universitypressscholarship.com/view/10.1093/acprof:oso/9780195371505.001.0001/acprof-9780195371505">pemilihan tindakan yang merugikan pasien</a> dan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4021700/pdf/jhpn0031-suppl-2-0081.pdf">perilaku tenaga kesehatan yang berpotensi menabrak kode etik</a>. </p>
<h2>Dampak ledakan sesar</h2>
<p>Dalam konteks asuransi kesehatan, peningkatan persalinan sesar memang menjadi sebuah gambaran bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan semakin baik. Namun, pemanfaatan ini akan memberikan dampak buruk kepada ibu jika dilakukan tanpa indikasi medis. </p>
<p><a href="https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/161442/WHO_RHR_15.02_eng.pdf?sequence=1">WHO menyatakan</a> operasi sesar dapat memberikan dampak positif kepada ibu dan bayi, selama tindakan ini dilakukan dengan indikasi medis - <a href="https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/bff01716427c56be61c24fdc4388c81a.pdf">seperti</a> ari-ari menutupi jalan lahir, kelainan letak, janin besar, janin dalam posisi sungsang, denyut jantung janin melemah saat proses kelahiran, panggul sempit, dan lainnya. </p>
<p>Sebaliknya, persalinan sesar dapat memberikan dampak <a href="https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/161442/WHO_RHR_15.02_eng.pdf?sequence=1">komplikasi, kecacatan sampai dengan kematian</a> jika dilakukan tanpa indikasi medis. Diagnosis maupun tindakan yang tidak tepat pada proses pelayanan kebidanan akan <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/0277953694902267">menurunkan kualitas pelayanan</a>, dan dampaknya akan meningkatkan risiko kematian ibu. </p>
<p>Sebuah riset di Belanda berkesimpulan <a href="https://www.ejog.org/article/S0301-2115(18)30954-0/fulltext">persalinan sesar tidak selamanya memberikan dampak positif kepada ibu</a> karena dapat meningkatkan risiko kematian ibu tiga kali lebih besar dibandingkan persalinan normal. Tindakan ini juga dapat menambah risiko infeksi pasca persalinan. Riset lain menyebutkan operasi sesar dapat meningkatkan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4830588/pdf/pone.0153396.pdf">risiko kematian pasca persalinan akibat perdarahan</a>). </p>
<p><a href="https://bmcpregnancychildbirth.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12884-019-2687-7">Beban psikologis </a> juga akan dirasakan ibu ketika mereka dalam proses adaptasi setelah operasi sesar, khususnya pada operasi sesar darurat. Ibu akan mengalami trauma, kecemasan, sampai dengan kendala dalam memberikan air susu eksklusif kepada bayinya. </p>
<p>Karena itu, BPJS Kesehatan dan Kementerian Kesehatan perlu kembali mengevaluasi tentang parameter yang lebih jelas mengenai indikasi untuk pengambilan tindakan persalinan sesar.</p>
<p>Jangan sampai kebijakan yang dibuat justru menjadi peluang untuk terjadinya kecurangan di kalangan tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan. </p>
<p>Kecurangan ini bukan hanya menjebol anggaran BPJS Kesehatan, tapi juga berpotensi membahayakan nyawa ibu jika operasi sesar dilakukan tanda adanya indikasi yang memadai.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/146110/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Sofia Al Farizi tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Sebuah riset di Belanda berkesimpulan persalinan sesar tidak selamanya memberikan dampak positif kepada ibu karena dapat meningkatkan risiko kematian ibu 3 kali lebih besar dibandingkan lahir normal.Sofia Al Farizi, Lecturer in midwifery, Universitas AirlanggaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1426792020-08-19T04:22:09Z2020-08-19T04:22:09ZRiset di Kota Palu: suami, mertua dan ibu kandung hambat keberhasilan ibu menyusui<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/352129/original/file-20200811-18-1julddn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Tidak adanya dukungan sosial yang didapatkan ibu selama menyusui menjadi dorongan terbesar ibu gagal memberikan ASI.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/id-id/foto/anak-balita-baru-lahir-bayi-2721581/">Lisa Fotios/Pexels.com</a></span></figcaption></figure><p>Teknologi komunikasi dan platform media sosial yang dapat membantu ibu meningkatkan pengetahuan dasar seputar air susu ibu dan menyusui, tampaknya tidak signifikan dalam membantu kelancaran dan keberhasilan ibu menyusui bayinya.</p>
<p>Riset terbaru saya, tentang penyebab kegagalan menyusui bayi di Kota Palu Sulawesi Tengah, menunjukkan hal itu. Riset (sedang dalam proses publikasi) dengan responden 400 ibu menemukan fakta bahwa minimnya pengetahuan seputar ASI dan menyusui bukan menjadi faktor pertama dan terbanyak kegagalan tersebut. </p>
<p>Sebaliknya, suami, mertua dan orang tua ibu justru menjadi faktor penghambat terbesar untuk keberhasilan ibu menyusui bayinya. Minimnya dukungan sosial yang bersumber dari keluarga inti merupakan faktor pertama yang mempengaruhi kegagalan ibu menyusui.</p>
<p>Temuan data di Kota Palu ini berbeda dari hasil penelitian pakar ASI terkait proses menyusui di negara miskin dan berkembang selama hampir satu dasawarsa terakhir. <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/24828026/">Sebuah riset pada 2014 bahwa menyatakan</a> di Zimbabwe hambatan utama gagalnya menyusui di negara tersebut adalah minimnya pengetahuan ibu tentang ASI dan proses menyusui.</p>
<p>Sebuah riset lainnya <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23178062/">pada 2013 di Amerika Serikat menyatakan</a> kurangnya informasi mengenai manfaat ASI dan cara memberikan ASI yang tepat mempengaruhi keputusan ibu untuk berhenti memberikan ASI. </p>
<h2>Melek ASI tapi gagal menyusui, kok bisa?</h2>
<p>Sebagai konselor menyusui, saya kerap menemukan kenyataan di lapangan. Dalam riset saya, umumnya para ibu muda yang bermukim di Kota Palu dan gagal menyusui adalah ibu yang memiliki pengetahuan seputar ASI cukup baik. </p>
<p>Banyak informasi yang telah diperoleh ibu, sejak dari awal kehamilan hingga dalam proses kelahiran terkait manfaat ASI untuk bayi dan ibu sendiri. </p>
<p>Dalam riset di Palu, keberadaan fasilitas dan tenaga kesehatan baik posyandu, Puskesmas hingga rumah sakit, serta bidan dan dokter yang mulai melek ASI juga turut serta menyumbangkan informasi dan pengetahuan kepada ibu. </p>
<p>Ada juga kontribusi para konselor seperti saya. Sejak Desember 2016, misalnya, saya mempromosikan pentingnya ASI melalui kuliah WhatsApp dengan peserta lebih dari 20 ibu muda. Saya juga sering diundang untuk mengisi materi diskusi tentang ASI dan menyusui di Institut Ibu Profesional Cabang Sulawesi Tengah dan Ikatan Ibu Muda Dosen IAIN Palu, serta Organisasi Perempuan Wanita Islam Al Khairat Sulawesi Tengah.</p>
<p>Platform media sosial juga turut serta berperan sebagai sumber informasi untuk meningkatnya pengetahuan ibu terkait ASI dan proses menyusui.</p>
<p>Lalu, mengapa para ibu di Palu gagal menyusui walau pengetahuan mereka tentang ASI lebih dari cukup? Dari hasil wawancara dan pengamatan yang saya lakukan, tidak adanya dukungan sosial yang didapatkan ibu selama menyusui menjadi dorongan terbesar ibu gagal dalam memberikan ASI.</p>
<p>Suami, mertua, dan orang tua justru tidak menjadi mata rantai yang meningkatkan dan menjaga keinginan ibu menyusui bayinya. Tiga orang penting di lingkungan ibu tersebut, secara sikap tidak mau mendukung keberhasilan ibu muda dalam menyusui. </p>
<p>Misalnya, saat ibu berusaha mandiri untuk mengatasi masalah menyusui dengan anak karena terjadi <a href="https://www.alodokter.com/mastitis-kendala-para-ibu-menyusui">peradangan pada jaringan payudara</a> atau anak menolak menyusu, mertua atau orang tua akan merasa tersinggung jika tidak dilibatkan dalam penyelesaian masalah tersebut. Keputusan ibu dalam menyelesaikan masalah tersebut berdasar dari respons negatif yang muncul dari orangtua kandung dan mertua, seperti orang tua dan mertua yang memberikan label ibu manja, atau memberi jalan pintas berupa saran untuk memberi susu formula saja. </p>
<p>Mereka melabeli ibu muda ini dengan label negatif seperti “sok tahu, sok paham dan keras kepala”. </p>
<p>Setali tiga uang dengan ibu kandung dan mertua, secara umum suami juga memilih tidak terlibat dalam proses menyusui. Apalagi saat terjadi konflik terkait menyusui antara istrinya dengan mertua atau orang tua kandungnya. Pola komunikasi yang buruk ini menghambat keberhasilan ibu muda menyusui bayinya. </p>
<p>Para orang tua sang ibu, baik mertua atau ibu kandung mengharapkan ibu muda ini mencari dukungan untuk berhasil menyusui. Seorang responden menyatakan bahwa dirinya harus proaktif belajar tentang kehamilan dan persiapan menyusui kepada orang yang lebih tua darinya, meski orang tua dan mertua tidak paham soal ASI, pentingnya ASI, posisi yang ideal menyusui, manfaat menyusui dan lain sebagainya. </p>
<p>Dalam kacamata ibu muda yang menyusui, sikap yang “seharusnya” seperti ibu proaktif bertanya pada orang tua kandung dan mertua dan mengikuti saran-saran terkait ASI dari orang tua dan mertua, menjadi lampu hijau bagi orang tua dan mertua untuk hadir secara fisik dan mental selama proses hamil hingga mengasuh. </p>
<p>Dari banyak proses menyusui yang penulis temui di lapangan, para mertua dan orang tua kandung menggangap ibu masa kini sebagai pembelajar pasif yang tidak mau menjadikan orang tua atau mertua sebagai pedoman dalam menyusui anak-anaknya. </p>
<p>Menurut orang tua dan mertua, ibu masa kini tidak mau melibatkan 100 persen kehadiran mereka, sehingga label ‘mandiri’, ‘bisa sendiri’ atau ‘tidak usah dibantu karena sudah pintar’ tersematkan dengan kuat pada diri ibu, yang berdampak buruk pada keduanya, baik bagi ibu atau orang tua dan mertua. </p>
<p>Sikap ibu muda yang gamang tentang ASI dan butuh pendampingan, direspons dingin oleh orang tua dan mertua. Kondisi ini pada gilirannya menurunkan keyakinan ibu untuk sukses menyusui dan berujung gagal. </p>
<p>Demikian pula hubungan ibu bayi dan suaminya. </p>
<p>Suami yang seharusnya menjadi pijakan terbesar ibu pada saat hamil dan menyusui, justru berlaku sebaliknya. Bahkan jika bayi menunjukkan ekspresi seperti tangis ketika menyusu, maka tawaran pertama dari suami adalah pemberian susu formula, agar situasi bisa segera kembali tenang dan nyaman.</p>
<p>Data kualitatif menunjukkan bahwa pendampingan yang tidak maksimal dari suami, seperti tidak adanya informasi yang cukup tentang ASI, suami yang merasa bahwa persoalan menyusui bukan wilayah yang harus dicampurinya, menambah goyahnya keyakinan ibu untuk berhasil menyusui. </p>
<h2>Mari dukung ibu menyusui</h2>
<p>Komunikasi dan hubungan yang buruk antara ibu muda, suami, dan orang tua kandung serta mertua, tanpa disadari menjadi suatu budaya yang berdampak buruk pada kesehatan ibu dan bayi.</p>
<p>Pada ibu muda, kegagalan menyusui memberikan risiko psikologis yang besar seperti ketidakpercayaan diri sebagai ibu yang berhasil. Sementara pada bayi yang gagal menyusu akan berdampak pada kondisi kesehatan yang juga berisiko besar, seperti <a href="https://www.google.com/search?client=safari&rls=en&q=An+official+position+statement+of+the+Association+of+Women%E2%80%99s+Health,+Obstetric+and+Neonatal+Nurses+Approved+by+the+AWHONN+Board+of+Directors,+November+2014.+AWHONN+2000+L+Street,+NW,+Suite+740,+Washington,+DC+20036,+(800)+673-8499&ie=UTF-8&oe=UTF-8">terpapar obesitas, alergi akut, infeksi pernapasan, dan lain sebagainya</a>.</p>
<p>Karena itu, kita perlu mengajak semua lapisan masyarakat agar lebih peduli pada ibu yang sedang hamil dan menyusui. Caranya dengan memberikan dukungan sosial yang positif, misalnya memberikan informasi yang akurat dan menarik kepada orang tua, mertua dan suami, tentang apa yang dibutuhkan ibu. </p>
<p>Suami, orang tua, dan mertua juga harus “disasar” program kampanye pentingnya menyusui bayi melalui seminar, diskusi, dan promosi kesehatan di Posyandu, Puskesmas, dan ruang publik. </p>
<p>Kepedulian kita adalah langkah awal untuk menciptakan atmosfer yang sehat di lingkungan ibu, dan juga bentuk lain dari dukungan sosial kita kepada ibu yang sedang menyusui.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/142679/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Andi Muthia Sari Handayani tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Komunikasi dan hubungan yang buruk antara ibu muda, suami, dan orang tua kandung serta mertua, tanpa disadari menjadi suatu budaya yang berdampak buruk pada kesehatan ibu dan bayi.Andi Muthia Sari Handayani, Dosen Psikologi, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) PaluLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1429972020-08-07T11:19:00Z2020-08-07T11:19:00ZMengapa kampanye ASI tidak menyenangkan industri susu formula dan pendukungnya<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/350839/original/file-20200803-18-s272s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Jika tidak ada halangan medis dan non-medis yang signifikan, pemberian ASI perlu diupayakan semaksimal mungkin.
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-cinta-kasih-rasa-sayang-3398674/">Laura Garcia/Pexels</a></span></figcaption></figure><p><em>Artikel ini untuk memperingati <a href="https://www.who.int/news-room/detail/31-07-2020-world-breastfeeding-week-2020-message">Pekan Menyusui Sedunia (World Breastfeeding Week), 1-7 Agustus</a>.</em></p>
<p>Pertentangan antara kelompok yang memandang “air susu ibu (ASI) adalah hak bayi” dan kelompok yang memandang “menyusui atau tidak adalah hak ibu” bisa dirunut dalam gerakan yang kompleks selama satu abad terakhir. Kampanye yang kedua acapkali justru menguntungkan produsen susu formula, baik langsung maupun tidak langsung. </p>
<p>Berbagai kampanye pro-ASI muncul awal 1900-an sebagai reaksi dari <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25012139/">promosi masif dan agresif industri susu formula yang marak sejak abad ke-19</a> di Amerika Serikat, Jerman, Inggris, dan Swiss. Salah satu tokohnya adalah <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1694861/pdf/amjph00534-0134.pdf">dokter Cicely Williams</a>, yang dikenal <a href="http://archive.wphna.org/wp-content/uploads/2014/03/1939_Cicely_Williams_Milk_and_murder.pdf">vokal menentang komersialisasi susu formula pada 1932</a>.</p>
<p>Setelah itu, muncul berbagai kampanye mendukung ASI seperti <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/epdf/10.1111/1467-9566.00149">“breast is best” (ASI yang terbaik)</a>. Kampanye-kampanye ini berperan mengubah pola pikir masyarakat yang sebelumnya sempat memandang susu formula sebagai <a href="https://psycnet.apa.org/record/1983-00936-001">makanan terbaik dan merupakan simbol status sosial</a> orang tua bayi. </p>
<p>Akan tetapi, oleh sebagian orang, ternyata <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/epdf/10.1111/1467-9566.00149">kampanye ASI dianggap mendiskreditkan ibu yang tidak menyusui</a>. Salah satu kampanye yang belakangan timbul sebagai reaksi terhadap “breast is best” <a href="https://fedisbest.org/about/">adalah jargon “<em>fed is best</em>” (makanan apa pun terbaik</a>). </p>
<p>Para aktivis yang menolak argumen “ASI hak bayi” umumnya menggadang-gadang formula sebagai solusi jitu. Amy Tuteur, dokter kebidanan asal Amerika Serikat sekaligus penulis buku <em>parenting</em>, misalnya, awal tahun lalu mengkritik pedas <em>British Medical Journal (BMJ)</em> saat jurnal kedokteran tersebut memboikot pemasangan iklan susu formula.</p>
<p><a href="https://slate.com/technology/2019/03/bmj-decision-ban-formula-bad-for-women-not-based-on-evidence.html">Amy membela formula dengan menulis</a> “formula menyelamatkan dan meningkatkan kehidupan yang tak terhitung jumlahnya setiap tahun dan tidak membahayakan siapa pun”. </p>
<p>Kita perlu memahami kedua jargon kampanye tersebut secara proporsional. Kegagalan memahami kampanye secara utuh berpotensi menciptakan persepsi masyarakat yang penuh penghakiman dan mudah menghujat ibu yang tidak menyusui. Kedua pesan kampanye tidak harus dibenturkan secara ekstrem, sebaliknya keduanya justru saling melengkapi. </p>
<h2>Kondisi umum versus kondisi khusus</h2>
<p>Ahli kesehatan dan dunia kesehatan sampai saat ini menyatakan dengan jelas bahwa ASI adalah pilihan makanan terbaik bagi bayi. Walaupun demikian, harus diketahui pula bahwa ada beragam situasi atau keadaan khusus saat ASI mustahil diberikan pada bayi. Hal ini bukan berarti anak tidak bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal. </p>
<p>Di sisi lain, susu formula tidak perlu dimusuhi berlebihan, karena susu jenis ini diperlukan dalam kondisi tertentu. Namun juga susu formula jangan dinormalisasi (dianggap sebagai hal yang normal) karena keserakahan industri yang diberi panggung bisa kembali merusak sistem kesehatan. Diperlukan keseimbangan dalam menyikapi kedua pesan kampanye.</p>
<p>Kedua kampanye, “<em>breast is best</em>” dan “<em>fed is best</em>”, sebenarnya punya itikad baik. Namun tanpa konteks yang benar dan akurat, salah tafsir sangat mudah terjadi, terutama antara dua kutub ekstrem yang mengatasnamakan pembela “hak bayi” dan penjunjung “hak ibu”. </p>
<p>Benar bahwa ibu berhak atas tubuhnya. Namun perlu diingat bahwa ada hak bayi untuk memperoleh asupan terbaik berdasarkan keilmuan termutakhir. Maka jika memang tidak ada halangan medis atau sosioekonomi, ASI tetap harus menjadi prioritas.</p>
<p>Namun, dalam kasus khusus misalnya, tidak seorang pun berhak menghakimi korban perkosaan yang tidak mampu menyusui akibat trauma psikis. Pun terhadap ibu bekerja yang, jika ia menyusui, ia hanya bisa memberi makan bayinya tapi tidak bisa menafkahi anggota keluarga lainnya. </p>
<h2>Mengapa ada kampanye “breast is best”?</h2>
<p>Ilmu pengetahuan saat ini <a href="https://www.thelancet.com/action/showPdf?pii=S0140-6736%2815%2901044-2">menunjukkan bukti bahwa ASI</a> adalah nutrisi yang unggul dibandingkan susu formula maupun makanan lainnya. Hal ini ditunjang dengan banyaknya riset yang melaporkan beragam manfaat air susu ibu dan menyusui baik untuk ibu maupun bayi.</p>
<p>Itu sebabnya sampai saat ini <a href="https://www.who.int/health-topics/breastfeeding#tab=tab_3">pemberian ASI masih menjadi rekomendasi WHO bagi seluruh negara</a>. Kesadaran publik tentang khasiat ASI mulai meningkat sejak <a href="https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/39679/9241561300.pdf?sequence=1">rekomendasi tersebut diterbitkan pada 1989</a>. </p>
<p>ASI adalah intervensi kesehatan masyarakat, terutama dalam menurunkan angka kematian bayi. Bayi yang tidak mendapatkan ASI memiliki risiko meninggal (pada 2 tahun pertama masa kehidupan) <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/apa.13147">14 kali lebih tinggi dibanding bayi yang diberi ASI eksklusif</a>. Pemberian ASI adalah investasi yang baik, apalagi bagi negara dengan akses air bersih yang tidak merata seperti Indonesia.</p>
<p>Selain itu, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4535724/">teori perkembangan asal muasal kesehatan dan penyakit</a> menyatakan risiko berbagai penyakit metabolik pada masa dewasa, termasuk diabetes, hipertensi, penyakit jantung, hingga kanker, sebenarnya sudah bermula sejak awal kehidupan. Hal ini membuat banyak peneliti menaruh perhatian khusus pada 1000 hari pertama kehidupan dimulai dari kehamilan dan dua tahun masa bayi, dan efeknya pada berbagai penyakit. </p>
<p>Hasilnya, nutrisi yang diterima seorang individu saat berada dalam rahim ibu (janin) dan masa bayi merupakan salah satu faktor lingkungan utama yang mempengaruhi risiko kesehatan dan penyakit pada masa dewasa tersebut.</p>
<p>Kandungan makronutrien, hormon, dan faktor bioaktif dalam ASI berasosiasi dengan pengaturan nafsu makan dan pola tumbuh kembang bayi yang optimal serta penurunan risiko obesitas dan penyakit metabolik lainnya berpuluh tahun kemudian.</p>
<p>Dalam hal ini, pemberian ASI seoptimal dan semaksimal mungkin tidak hanya berdampak baik pada bayi tersebut secara individual, tapi juga untuk komunitas karena membantu menurunkan angka kejadian berbagai penyakit tidak menular pada masa mendatang.</p>
<p>Meski demikian, tidak semua ibu bisa bisa menyusui bayinya. Pemberian ASI tidak selalu bisa dilakukan oleh ibu baik karena faktor medis maupun non-medis. Bagi sebagian orang dari kubu yang ekstrem, jargon “breast is best” bisa seolah mengindikasikan kegagalan ibu dan keluarganya memberi yang asupan terbaik pada bayinya.</p>
<p>WHO pun bahkan membolehkan pemberian susu formula pada bayi jika <a href="https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/69938/WHO_FCH_CAH_09.01_eng.pdf?sequence=1">terdapat halangan medis baik dari sisi ibu maupun bayi</a>. Walau relatif jarang, ada kondisi medis seperti galaktosemia klasik, saat bayi tidak mampu mencerna galaktosa dengan normal sehingga <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK1518/">ASI justru bisa mengancam nyawanya</a>. </p>
<p>Faktor lingkungan pun bisa berujung pada rekomendasi yang berbeda. Contohnya ibu dengan HIV. Di area yang rawan gizi buruk dan infeksinya tinggi, ibu dengan HIV disarankan tetap menyusui, <a href="https://pediatrics.aappublications.org/content/129/3/e827">namun di negara maju yang akses terhadap air bersih dan susu formula mudah dijangkau, ASI tidak menjadi rekomendasi</a>.</p>
<p>Selain itu, walau bukan alasan mutlak, banyak ibu kesulitan menyusui saat mengalami infeksi payudara dan depresi pasca-kelahiran. Di luar aspek medis, ada pula faktor sosio-ekonomi yang tidak memungkinkan ibu menyusui. Faktor ini sangat kompleks dan tidak seragam antara satu ibu dengan yang lainnya. </p>
<h2>Mengapa ada kampanye “fed is best”?</h2>
<p>ASI memang makanan terbaik bagi bayi, tapi penafsiran kampanye kencang pro-ASI tanpa konteks bisa membuat para ibu tertekan. Tidak bisa dimungkiri bahwa <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/epdf/10.1111/jocn.13663">gencarnya kampanye ASI dapat membuat sebagian ibu merasa gagal ketika tidak mampu menyusui</a>. Padahal, kebahagiaan ibu sangat mempengaruhi kesehatan bayi.</p>
<p>Slogan “fed is best” muncul sebagai <a href="https://fedisbest.org/about/">respons dari kampanye “breast is best” yang dianggap kurang inklusif terhadap ibu yang tidak memberi ASI</a>.</p>
<p>Gerakan ini sebenarnya tetap mendukung ASI namun berempati kepada ibu-ibu yang memilih susu formula atau mencampur keduanya. “Fed is best” dan kampanye sejenisnya tidak menitikberatkan ASI sebagai pilihan yang lebih tinggi. Yang lebih dijunjung adalah kemerdekaan otoritas ibu terhadap tubuh dan pilihannya; dari ibu yang menolak menyusui karena alasan apa pun sampai ibu yang menyusui di tempat umum. </p>
<p>Yang menjadi masalah, walau terkesan lebih netral dan menghargai pilihan ibu, penafsiran tanpa konteks juga memiliki risiko, sebab ASI dan susu formula tidak seharusnya dijadikan pilihan bebas yang setara. </p>
<p>Walau berbagai produsen susu formula sudah berupaya keras menyesuaikan dan memperkaya kandungan susu formula agar setara dengan ASI, terdapat banyak komponen ASI yang tidak tergantikan, terutama faktor bioaktif termasuk antibodi, hormon, sel-sel imun, dan lain-lain. </p>
<p>Itulah sebabnya, dari segi kesehatan, susu formula seharusnya hanya diberikan pada situasi yang ASI tidak memungkinkan.</p>
<p>Menormalisasi kesetaraan ASI dan formula berpotensi membuka kembali celah <a href="https://www.thebureauinvestigates.com/stories/2020-07-30/the-baby-brands-turning-indonesian-instagram-into-free-formula-milk-ads">komersialisasi susu formula</a> dan menjadikan perjuangan selama ini sia-sia. </p>
<h2>ASI jika mampu</h2>
<p>Selain akses informasi dan edukasi, sebenarnya masih banyak aspek yang perlu ditingkatkan untuk mempermudah ibu untuk menyusui, dan hal ini membutuhkan dukungan keluarga dan peran banyak pihak.</p>
<p>Misalnya, perlu ada kebijakan cuti hamil dan melahirkan yang memadai, penyediaan fasilitas menyusui di tempat kerja dan ruang publik, serta dukungan nutrisi dan psikososial yang cukup untuk ibu menyusui.</p>
<p>Akhirnya, baik menyusui atau tidak, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6860203/pdf/MCN-11-33.pdf">semua ibu punya perjuangannya masing-masing</a>, entah itu cibiran ketika menyusui di tempat umum maupun hujatan kerabat karena memberikan susu formula. </p>
<p>Meski demikian, menimbang manfaat ASI jangka pendek dan panjang untuk ibu, bayi, dan komunitas, sebaiknya penggunaan formula difungsikan sebagaimana muasalnya: alternatif asupan bayi yang aman pada kondisi ketiadaan ASI. </p>
<p>Jadi, jika tidak ada halangan medis dan non-medis yang signifikan, pemberian ASI perlu diupayakan semaksimal mungkin. Jangan terbujuk rayu promosi industri susu formula.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/142997/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Menormalisasi kesetaraan ASI dan formula berpotensi membuka kembali celah komersialisasi susu formula dan menjadikan perjuangan selama ini sia-sia.Lhuri D. Rahmartani, PhD student at Nuffield Department of Population Health, University of OxfordLaurentya Olga, PhD Student in Paediatrics, University of CambridgeLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1436882020-08-05T02:24:56Z2020-08-05T02:24:56ZDonasi formula saat pandemi COVID-19 berbahaya, bagaimana dan kenapa kita harus mendukung menyusui?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/350811/original/file-20200803-20-nymcen.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Air susu ibu jauh lebih menyehatkan bayi dan berkelanjutan dibanding susu formula .</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/id-id/foto/cinta-kasih-rasa-sayang-tempat-tidur-3279208/">Pexels/Jonathan Borba</a></span></figcaption></figure><p><em>Artikel ini untuk memperingati <a href="https://www.who.int/news-room/detail/31-07-2020-world-breastfeeding-week-2020-message">Pekan Menyusui Dunia (World Breastfeeding Week), 1-7 Agustus</a>.</em></p>
<p>Langkah sejumlah <a href="https://ambon.antaranews.com/berita/82092/bpjs-ketenagakerjaan-cabang-maluku-salurkan-bantuan-susu-formula-bayi-di-ambon">lembaga publik</a> dan <a href="https://www.harianbhirawa.co.id/pandemi-covid-19-cokro-bergerak-dan-ika-stikosa-aws-salurkan-donasi-susu-bayi/">swasta</a> di Indonesia memberikan <a href="https://www.inews.id/news/nasional/dampak-corona-bantuan-2500-boks-susu-formula-akan-disalurkan-di-14-provinsi">donasi susu formula untuk bayi</a> yang terdampak pandemi COVID-19 berpotensi memunculkan bahaya baru.</p>
<p>Donasi formula pada masa darurat hampir selalu menyebabkan <a href="https://www.worldnutritionjournal.org/index.php/wn/article/view/584">bahaya</a> karena menurunkan angka menyusui dan meningkatkan kasus infeksi. Pemberian susu formula juga menempatkan bayi pada situasi bahaya pangan karena tidak tersedianya sumber pangan yang berkelanjutan. </p>
<p>Masalahnya, produsen dan distributor formula melihat pandemi ini sebagai peluang.
Mereka memberikan <a href="https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2020.07.18.20152256v1.full.pdf">informasi yang kurang tepat</a> terkait keamanan menyusui pada masa pandemi dan <a href="https://www.opendemocracy.net/en/5050/infant-formula-companies-are-exploiting-covid-19-pandemic/">mendistribusikan bantuan formula</a>. Langkah mereka jelas bertentangan dengan <a href="https://www.who.int/nutrition/publications/code_english.pdf">Kode Internasional Pemasaran Produk Pengganti Air Susu Ibu (ASI)</a> yang dikeluarkan WHO pada 1981. </p>
<p>Karena itu, Organisasi Kesehatan Dunia telah <a href="https://www.who.int/news-room/detail/27-05-2020-countries-failing-to-stop-harmful-marketing-of-breast-milk-substitutes-warn-who-and-unicef">meminta</a> negara-negara anggota untuk menghentikan praktik pemasaran yang tidak etis dan donasi formula yang berbahaya ini.</p>
<h2>Bencana dan susu formula</h2>
<p>Pada masa normal saja, susu formula membawa <a href="https://aimi-asi.org/layanan/lihat/alasan-medis-pengganti-asi">banyak risiko terhadap kesehatan bayi</a>. Risiko ini akan semakin meningkat pada kondisi darurat karena akses air bersih dan listrik terbatas (misalnya saat terjadi gempa bumi dan tsunami) atau keterbatasan ekonomi yang diakibatkan pandemi COVID-19 sehingga menyulitkan orang tua membeli formula.</p>
<p>Dalam peristiwa gempa bumi di <a href="https://www.ennonline.net/fex/34/special">Yogyakarta</a> pada 2006, misalnya, donasi formula untuk bayi menyebabkan <a href="https://www.cambridge.org/core/journals/public-health-nutrition/article/donated-breast-milk-substitutes-and-incidence-of-diarrhoea-among-infants-and-young-children-after-the-may-2006-earthquake-in-yogyakarta-and-central-java/7BC8079D2591050A0C25258EF2FAAF01">kasus penyakit diare</a> meningkat dua kali lipat pada bayi yang menerima bantuan formula. Keluarga termiskin mendapat dampak terburuk karena muncul ketergantungan baru pada susu olahan pabrik dan tidak tersedianya akses air bersih dan listrik untuk memanaskan air pencampur formula. </p>
<p>Dalam panduan pemberian makanan bayi pada situasi darurat, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan bahwa menyusui merupakan pemberian makan bayi yang aman dan terjamin, serta pemberian formula harus dilakukan dengan hati-hati. </p>
<p>Dalam situasi normal, susu formula baru bisa digunakan jika ada <a href="https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/69938/WHO_FCH_CAH_09.01_eng.pdf;jsessionid=E6DDD0E74718D61F15D764CB84765C41?sequence=1">indikasi medis yang telah diatur oleh WHO</a>, misalnya pada bayi dengan penyakit galaktosemia atau bayi dengan penyakit urin sirup mapel (<em>maple syrup urine disease</em>) yang membutuhkan susu formula khusus.</p>
<p>Sesuai dengan <a href="https://www.ennonline.net/operationalguidance-v3-2017">Panduan Pemberian Makanan Bayi dan Anak pada Masa Darurat</a> terbitan WHO, dan telah diadopsi oleh <a href="https://kebijakankesehatanindonesia.net/sites/default/files/file/KIA/mei2/program_terkait/pmba-situasi-darurat.pdf">Kementerian Kesehatan Indonesia</a>, bantuan menyusui sangat direkomendasikan, seperti bantuan makanan bergizi untuk ibu menyusui dan bantuan konseling psikologis. </p>
<p>Pada kondisi bayi tidak disusui oleh ibunya, perlu diketahui kemungkinan ibu untuk kembali menyusui (relaktasi), mencari ibu susu dan donor ASI perah sesuai dengan konteks budaya setempat.</p>
<h2>Manfaat dari menyusui di situasi darurat</h2>
<p>Menyusui merupakan hal penting bagi bayi pada setiap masa, namun menjadi lebih penting saat masa darurat seperti pandemi COVID-19. </p>
<p>Sebuah riset menunjukkan melalui menyusui, <a href="https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736%2815%2901024-7/fulltext">bayi tercukupi kebutuhan dan keamanan makanan dan minumannya, dan perlindungan dari infeksi</a>. </p>
<p>Menyusui juga membantu ibu yang dalam kondisi stres untuk menjalin ikatan batin dan sekaligus <a href="https://academic.oup.com/bjsw/article/44/2/434/1715477">mengasuh anaknya dengan baik</a>. Tanpa disusui, kemampuan bayi melawan infeksi berkurang. </p>
<p>Sebaliknya, bayi yang diberi susu formula memiliki risiko lebih tinggi untuk dirawat di rumah sakit, bahkan ketika kondisinya cukup buruk, <a href="https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736%2815%2901024-7/fulltext">berisiko meninggal</a>. </p>
<p>Dengan alasan ini, Organisasi Kesehatan Dunia merekomendasikan ibu yang terinfeksi COVID-19 tetap dapat melakukan kontak kulit segera setelah melahirkan dengan bayinya, berada dalam kamar perawatan yang <a href="https://www.who.int/publications/i/item/clinical-management-of-covid-19">sama (rawat gabung) dan terus menyusui</a>.</p>
<h2>Risiko terinfeksi rendah saat disusui</h2>
<p>Penelitian terbaru menunjukkan bahwa risiko infeksi COVID-19 tergolong rendah jika bayi dirawat bersama ibu dan disusui. </p>
<p>Penelitian dari New York menunjukkan tidak ada satu bayi dari 116 bayi yang lahir dari <a href="https://www.thelancet.com/journals/lanchi/article/PIIS2352-4642(20)30235-2/fulltext">ibu yang terinfeksi COVID-19 menjadi terinfeksi</a>. Dalam <a href="https://obgyn.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/1471-0528.16362">penelitian lain</a>, 666 bayi yang lahir dari ibu yang terkena COVID-19, hanya 28 bayi yang terinfeksi. </p>
<p>Bayi yang disusui tidak lebih berisiko terinfeksi COVID-19 dibanding bayi yang diberi susu formula, dan telah terbukti pemisahan ibu dan bayi <a href="https://obgyn.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/1471-0528.16362">setelah melahirkan tidak mencegah penularan</a>. Antibodi COVID-19 telah ditemukan dalam ASI yang membantu <a href="https://europepmc.org/article/ppr/ppr141432">bayi melawan infeksi COVID-19</a>. </p>
<p>Jika bayi terinfeksi, mereka jarang menjadi parah dan tidak memiliki gejala. Bahkan bayi prematur kemungkinan tidak mengalami infeksi yang parah jika tertular COVID-19.</p>
<p>Meski demikian, ibu mengalami banyak tantangan untuk menyusui bayinya. </p>
<p>Beberapa kebijakan organisasi kesehatan beberapa negara menyatakan untuk <a href="https://theconversation.com/darurat-covid-19-mengapa-pemisahan-bayi-dari-ibu-setelah-persalinan-lebih-banyak-mudaratnya-139865">memisahkan ibu dan bayi pasca melahirkan dan tidak diperbolehkan menyusui di masa pandemi</a>. Meski kemudian beberapa merevisi kebijakan tersebut.</p>
<p>Tantangan lainnya adalah pengurangan layanan non-esensial seperti penghapusan atau pengurangan kelas edukasi menyusui, layanan konsultasi menyusui, pemeriksaan kehamilan lebih sedikit di beberapa layanan kesehatan. </p>
<p>Tantangan ini tidak hanya terjadi negara berkembang seperti di Indonesia.</p>
<p>Sebuah <a href="https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2020.07.18.20152256v1.full.pdf">penelitian</a> di Australia menunjukkan banyak ibu merasa stres dan tidak nyaman dengan kondisi pandemi ini. Ketika mereka mengalami kesulitan dalam menyusui, mereka ragu untuk datang ke klinik atau rumah sakit karena takut tertular COVID-19 jika mengunjungi RS atau sarana layanan kesehatan lainnya.</p>
<p>Salah satu hikmah dari pandemik ini adalah semakin banyak ibu yang menyadari pentingnya menyusui sebagai pelindung bayi mereka dari infeksi. Mereka juga sadar bahwa ASI merupakan sumber makanan yang aman dan selalu tersedia, sehingga mereka tidak perlu khawatir akan kemampuan mereka membeli susu formula. </p>
<p><a href="https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2020.07.18.20152256v1.full.pdf">Australian Breastfeeding Association (ABA)</a>, misalnya, menunjukkan banyak ibu yang menghubungi layanan konseling mereka untuk bantuan menyusui. Para konselor dari ABA meyakinkan bahwa hal wajar jika bayi menyusu lebih sering pada waktu yang kurang nyaman dan bahwa stres ibu tidak mempengaruhi produksi ASI.</p>
<h2>Mari dukung ibu menyusui untuk melindungi kesehatan bayi</h2>
<p>Tak hanya meningkatkan risiko kesehatan pada bayi dan ibu, penggunaan susu formula berkontribusi dalam polusi dan perubahan iklim karena <a href="https://internationalbreastfeedingjournal.biomedcentral.com/articles/10.1186/s13006-019-0243-8">produksi formula</a> membutuhkan banyak sumber daya.</p>
<p>Peternakan sapi menyebabkan penggundulan hutan, dan selama proses produksinya membutuhkan sumber daya listrik dan air yang banyak sejak proses produksi hingga penyimpanan dan distribusi. Selain itu produksi formula menghasilkan <a href="https://www.researchgate.net/publication/301289819_Carbon_Footprints_Due_to_Milk_Formula_A_study_from_selected_countries_of_the_Asia_Pacific_region?channel=doi&linkId=570f9f2308aec95f06157265&showFulltext=true">emisi gas efek rumah kaca</a> (gas methan/CH4, nitrogen oksida/N2O, dan karbondioksida/CO2) yang berpengaruh besar terhadap perubahan iklim yang ekstrem. Ini merupakan alasan di balik topik <a href="https://worldbreastfeedingweek.org/"><em>Pekan Menyusui Sedunia</em></a> tahun ini “Dukung Menyusui untuk Bumi yang Lebih Sehat”.</p>
<p>Di tengah ketidakpastian dan belum diketahui kapan persisnya pandemi ini akan berakhir, kita harus mendukung ibu dan keluarganya menyusui bayinya agar ibu dan bayinya sehat secara fisik dan batin. Air susu ibu jauh lebih sehat dan berkelanjutan dibanding susu formula olahan pabrik. </p>
<p>Menyusui tidak hanya melindungi kesehatan ibu dan bayi, namun juga kesehatan lingkungan kita.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/143688/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Andini Pramono menerima dana dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan untuk studi PhD. Andini terafiliasi dengan Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Karleen Gribble tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan bahwa menyusui merupakan pemberian makan bayi yang aman dan terjamin, serta pemberian formula harus dilakukan dengan hati-hati.Karleen Gribble, Adjunct Associate Professor, School of Nursing and Midwifery, Western Sydney UniversityAndini Pramono, PhD Candidate in Health Services Research and Policy Department, Research School of Population Health, Australian National UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1189192019-06-18T06:05:47Z2019-06-18T06:05:47ZBayi menangis di pesawat terbang: bagaimana sebaiknya penumpang dan awak kabin bersikap?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/279940/original/file-20190618-118497-14zs87r.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Ibu membawa bayinya dalam penerbangan. Semestinya setiap dewasa berempati pada bayi yang menangis di pesawat.
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/success?u=http%3A%2F%2Fdownload.shutterstock.com%2Fgatekeeper%2FW3siZSI6MTU2MDg1NDc1NiwiYyI6Il9waG90b19zZXNzaW9uX2lkIiwiZGMiOiJpZGxfMjEzNDU4NzAxIiwiayI6InBob3RvLzIxMzQ1ODcwMS9tZWRpdW0uanBnIiwibSI6MSwiZCI6InNodXR0ZXJzdG9jay1tZWRpYSJ9LCJVSzdub1VNQnNpalhEY011QWkxd2krNkRsTWMiXQ%2Fshutterstock_213458701.jpg&pi=41133566&m=213458701&src=P13NsgANvYq5JtOk9-3UDg-1-70">ChameleonsEye/Shuttestock</a></span></figcaption></figure><p>Model dan aktris <a href="https://www.liputan6.com/showbiz/read/3986355/pilih-binatang-ketimbang-bayi-di-pesawat-angela-gilsha-panen-hujatan">Angela Gilsha menumpahkan rasa kesalnya terhadap tangisan bayi</a> yang dia dengar selama penerbangan domestik baru-baru ini. Lewat Instagram, dia menyatakan lebih memilih memperbolehkan hewan daripada bayi untuk naik pesawat. Setelah dihujat di media sosial, <a href="https://celebrity.okezone.com/read/2019/06/10/33/2064854/sempat-mengeluhkan-tangisan-bayi-di-pesawat-angela-gilsha-minta-maaf">dia minta maaf</a> atas pernyataan tersebut. </p>
<p>Penyikapan atas kasus bayi yang menangis di penerbangan cukup beragam. Kaum penentang tangisan bayi tidak segan <a href="https://www.bbc.com/news/magazine-21977785">menyarankan orang tua memberikan obat sedatif, sebuah senyawa obat penenang yang dalam dosis besar dapat menyebabkan seseorang tertidur pulas,</a> bagi anak kecil selama penerbangan. Padahal penggunaan obat sedatif bagi anak meningkatkan risiko gangguan pernapasan dan efek samping lain seperti <a href="https://www.nlg.nhs.uk/content/uploads/2013/12/IFP-053SSedation.pdf">sakit kepala, muntah, dan mual</a>. </p>
<p>Bagaimana Anda menyikapi bayi yang menangis tiada henti dalam penerbangan ribuan meter di angkasa? Apakah Anda akan membantu orang tua menenangkan si bayi, diam saja dan tutup telinga seperti patung, atau meluapkan kekesalan kepada orang tua bayi? Perusahaan penerbangan seharusnya juga membekali awak kabin keterampilan melayani penumpang bayi. </p>
<p>Sebuah riset menunjukkan saat tangisan bayi tak kunjung usai atau bahkan semakin menjadi-jadi di pesawat, <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2352250X16301579">tingkat stres orang tua meningkat</a> yang berisiko pada perilaku pengasuhan negatif yang ditunjukkan orang tua. Walaupun tidak serta merta melakukan kekerasan pada bayinya di depan umum, raut muka yang ditunjukkan oleh orang tua dalam merespons tangisan bayi <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20677873/">ternyata dapat dipahami oleh bayi</a>. Si kecil dapat merasakan suasana marah yang dirasakan orang tua. Saat kondisi ini secara konsisten dirasakan oleh bayi, kualitas ikatan keterikatan orang tua dan bayinya menurun dan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4662961/">meningkatkan risiko kekerasan pada bayi</a>.</p>
<p>Karena itu, etika kepedulian dan empati perlu dipertimbangkan dalam kondisi ini. Saat bayi menangis, dia merasa tidak nyaman alias tergolong sebagai orang yang sedang mengalami kesusahan, maka mestinya orang dewasa menunjukkan kepedulian dan empati. Tangisan bayi semerdu apa pun tetap akan membuat orang tua menjadi tertekan. Lalu apakah sebagai orang dewasa kita hanya akan berdiam diri melihat orang lain kesusahan? </p>
<p>Cerita tentang penerbangan dengan tangisan bayi sudah beberapa kali menjadi kontroversi. Kasusnya bukan hanya ulah nir-empati penumpang, tapi juga oleh awak kabin pesawat. United Airlines pernah melarang terbang <a href="https://www.independent.co.uk/travel/news-and-advice/united-airlines-mother-baby-crying-flight-attendant-cabin-crew-business-class-a8557681.html">seorang pramugari dan menggelar investigasi internal terkait perlakuan pramugari tersebut saat ada bayi berusia 8 bulan menangis</a> di gendongan ibunya dalam penerbangan dari Sidney ke San Fransisco, 24 September 2018.</p>
<p>Alih-alih membantu si ibu menenangkan bayinya, pramugari tersebut menjelaskan bahwa kebijakan maskapai hanya membolehkan bayi tidak boleh menangis lebih dari lima menit. Ketika bayi tersebut tidak berhenti menangis, pramugari meminta ibu dan bayinya yang membeli tiket di kursi bisnis pindah ke kelas ekonomi agar tidak menganggu penumpang kelas bisnis lainnya. </p>
<p>Dari sejumlah kasus bayi menangis di pesawat polanya hampir sama: bayi menangis tiada henti lalu orang dewasa kesal. Penumpang lain atau awak kabin meluapkan kekesalan pada orang tua. Orang tua semakin tertekan. Bayi semakin menangis. Orang dewasa semakin kesal. Siklus tersebut terus berlangsung hingga Anda sampai di tempat tujuan. </p>
<h2>Penyebab bayi menangis di pesawat</h2>
<p>Tangisan bayi menunjukkan bahwa dia sedang dalam kondisi yang tidak nyaman. Rasa tidak nyaman ini dapat terjadi karena banyak hal, salah satunya adalah respons bayi terhadap rasa sakit.</p>
<p><a href="https://www.who.int/ith/mode_of_travel/jet_lag/en/."><em>Jet lag</em></a>, gangguan kesehatan akibat perjalanan udara yang paling populer, bukan satu-satunya gangguan kesehatan akibat perjalanan udara. Gangguan kesehatan lain yang umum terjadi adalah rasa sakit pada telinga. Perubahan tekanan udara yang sangat cepat saat pesawat lepas landas dan mendarat berisiko pada terjadinya <a href="https://medlineplus.gov/ency/article/001064.htm">cedera telinga</a>. Rasa sakit pada telinga ini terjadi tidak hanya pada orang dewasa tapi juga bayi. </p>
<p>Saat lepas landas, pramugari biasanya akan menawarkan permen untuk penumpang. Hal ini merupakan salah satu bentuk upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari cedera telinga. Sayangnya, trik ini tidak bisa dilakukan pada bayi karena <a href="https://www.who.int/nutrition/topics/complementary_feeding/en/">tekstur permen terlalu keras untuk bayi</a> dan dapat membuat bayi tersedak. Untuk mengurangi sakit telinga pada bayi saat tinggal landas dapat dilakukan dengan <a href="https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/infant-and-toddler-health/expert-answers/air-travel-with-infant/faq-20058539">menyusui bayi</a>. </p>
<p>Dampak kesehatan yang paling serius justru disebabkan oleh <a href="https://hellosehat.com/penyakit/hipoksia/">hipoksia</a>, sebuah kondisi saat jaringan tubuh kekurangan oksigen. Normalnya oksigen dalam darah sekitar 75-100 milimeter air raksa (mm Hg), bila di bawah 60 mm Hg akan terkena hipoksia dan butuh oksigen tambahan. Dalam penerbangan, hipoksia terjadi akibat turunnya <a href="https://www.infopenerbangan.com/memahami-hipoksia-di-ketinggian/">tekanan parsial oksigen</a> dalam udara yang dihirup seiring dengan ketinggian yang melebihi kemampuan fisiologi tubuh. </p>
<p>Respon tubuh terhadap <a href="https://hellosehat.com/penyakit/hipoksia/">hipoksia berbeda untuk masing-masing individu</a>. Pada bayi, hipoksia dalam jangka waktu yang lama (risiko meningkat saat penerbangan jarak jauh) dikabarkan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1719897/">dapat menyebabkan kematian mendadak</a>. Hipoksia juga terbukti menyebabkan kondisi tidak nyaman selama perjalanan udara baik <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17611205">pada bayi maupun orang dewasa</a>. Bayi menangis merupakan satu indikasi ketidaknyamanan tersebut. </p>
<h2>Etika menjadi orang tua vs etika kepedulian dan empati</h2>
<p>Dalam buku <a href="https://www.questia.com/library/120076918/the-ethics-of-parenthood">The Ethics of Parenthoods</a>, Norvin Richards menjelaskan tentang bagaimana etika yang terjadi pada interaksi orang tua dan anak pada setiap tahapan kehidupan. Seorang anak hadir di dunia karena ego orang dewasa untuk memiliki penerus. Implikasinya, segala urusan yang ditimbulkan oleh si “anak” merupakan tanggung jawab orang tuanya. </p>
<p>Selain dalam kasus bayi menangis di pesawat, kontroversi tentang etika menjadi orang tua juga muncul saat membahas tentang menyusui bayi di tempat umum. Banyak orang dewasa merasa terganggu dengan praktik menyusui di tempat umum. Orang tua diminta untuk menyusui bayinya di tempat menyusui yang belum tentu lokasinya dekat. Untuk bisa segera disusui, si bayi harus menunggu sampai ibu mendapatkan lokasi menyusui yang tepat. </p>
<p>Alhasil bayi diminta untuk berkorban menahan rasa lapar atau merasakan sensasi makan di toilet atau mungkin juga menyusu dengan kegerahan karena tertutup celemek menyusui. Berkaca pada kasus ini, bayi selalu menjadi pihak yang dirugikan karena peran orang tua sebagai makhluk sosial. </p>
<p>Menjadi orang tua sekaligus makhluk sosial tampaknya merupakan tugas yang sulit. Pertanyaan yang muncul pada etika menjadi orang tua adalah apakah orang dewasa harus memiliki hubungan biologis untuk dapat disebut sebagai orang tua? Dalam kajian etika ini, pendekatan deontologis/kewajiban etis dipakai untuk meyakinkan bahwa semua orang dewasa, walaupun tanpa hubungan biologis, seharusnya selalu berperilaku baik kepada anak.</p>
<h2>Sekali lagi empati</h2>
<p>Dalam kasus bayi menangis di pesawat dan bayi menyusu di tempat umum, kepedulian dan empati merupakan solusi yang menyenangkan semua pihak, terlepas siapa yang <a href="https://www.researchgate.net/publication/287422810_The_Ethics_of_Care_and_Empathy">menunjukkan kepedulian dan empati tersebut</a>. </p>
<p>Empati tersebut ditunjukkan oleh seorang perempuan yang naik Alaskan Airlines dari Seattle ke Denver pada 29 Juli 2017. Dalam pesawat tersebut penumpang ini melihat seorang ibu sedang berjuang menenangkan bayi dan dua balitanya yang menangis bersamaan. Dalam unggahan di media sosialnya, perempuan tersebut menggambarkan bagaimana <a href="https://www.boredpanda.com/mom-helps-crying-kids-plane-kesha-bernard/?utm_source=google&utm_medium=organic&utm_campaign=organic">rasa kepedulian dan empati telah hilang dari para penumpang lainnya</a>. Saat perempuan tersebut menawarkan bantuan, seketika ibu yang kesusahan tersebut memintanya menggendong bayinya. Ajaibnya bayinya langsung tertidur pulas. </p>
<p>Penerbangan “FlyBabies” yang diluncurkan oleh maskapai JetBlue menunjukkan bentuk empati yang lebih berimbang antara <a href="https://www.travelandleisure.com/travel-tips/airlines-airports/jetblue-crying-baby-promotion">orang tua bayi dan juga penumpang lainnya</a>. Dalam penerbangan ini, setiap kali ada seorang bayi menangis di pesawat, semua penumpang akan menerima diskon 25% untuk penerbangan JetBlue berikutnya. Walaupun hanya bersifat promotif memperingati <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Hari_Ibu">Hari Ibu 22 Desember</a>, kebijakan ini membuat penumpang lain menerima tangisan bayi dalam penerbangan.</p>
<p>Terbang bersama tangisan bayi tentu sangat melelahkan, namun bayi juga memiliki hak yang sama sebagai penumpang untuk berekspresi di pesawat. Seharusnya kru kabin tidak hanya dibekali dengan keterampilan melayani penumpang dewasa melainkan juga menangani penumpang bayi yang menangis di pesawat. Saat kru kabin menunjukkan empatinya maka orang tua dan penumpang lain akan lebih merasa tenang dan memiliki kemungkinan tertular untuk melakukan hal yang tidak emosional.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/118919/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Nuzulul Kusuma Putri tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Terbang bersama tangisan bayi cukup melelahkan, namun bayi juga memiliki hak yang sama sebagai penumpang untuk berekspresi di pesawat. Awak kabin seharusnya juga terampil melayani penumpang bayi.Nuzulul Kusuma Putri, Dosen pada Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Universitas AirlanggaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1152352019-04-23T10:31:49Z2019-04-23T10:31:49ZRiset buktikan tidur menghadap samping bagi ibu hamil kurangi risiko bayi lahir mati<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/269264/original/file-20190415-147502-gkerws.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C17%2C5760%2C3802&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Tidur menghadap samping baik untuk bayi. </span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock </span></span></figcaption></figure><p>Baru-baru ini, sebuah <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2589537019300549?via%3Dihub">riset internasional</a> yang dipimpin Selandia Baru memberi bukti kuat bahwa perempuan dapat menekan risiko janin mati dalam kandungan (lahir mati) hingga setengahnya dengan cara tidur menghadap ke samping selama tiga bulan terakhir masa kehamilan.</p>
<p>Riset besar ini juga telah membuktikan, risiko lahir mati ditemukan pada ibu hamil yang tidur telentang di trimester terakhir kehamilan. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/more-than-20-000-stillbirths-worldwide-are-avoidable-53367">More than 20,000 stillbirths worldwide are avoidable</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Faktor risiko</h2>
<p>Di Selandia Baru, lahir mati diartikan sebagai kehilangan bayi setelah <a href="https://www.health.govt.nz/your-health/pregnancy-and-kids/services-and-sportport-during-pregnancy%20/miscarriage-and-stillbirth">20 minggu usia kehamilan</a>. Ada kira-kira 2,64 juta kematian bayi di seluruh dunia setiap tahunnya, dan sekitar 300 bayi lahir mati di Selandia Baru setiap tahun. </p>
<p>Sekitar satu dari 500 perempuan di <a href="https://www.hqsc.govt.nz/assets/PMMRC/Publications/12th-PMMRC-report-final.pdf">Selandia Baru</a> akan mengalami kehilangan bayi mereka pada 28 minggu kehamilan atau lebih.</p>
<p>Kami telah menganalisis semua data yang tersedia di seluruh dunia dari lima riset sebelumnya, termasuk penelitian sebelumnya di Auckland, Selandia Baru <a href="https://www.bmj.com/content/342/bmj.d3403">pada 2011</a>. Penelitian tersebut adalah penelitian yang pertama kali menghubungkan posisi tidur ibu dengan risiko lahir mati. </p>
<p>Temuan utama dalam penelitian besar tersebut meliputi data dari 851 ibu yang janinnya mati dan 2.257 perempuan yang sedang mengandung. Hasil penelitian menunjukkan tidur dengan posisi telentang di usia kehamilan 28 minggu meningkatkan risiko lahir mati sebanyak 2,6 kali.</p>
<p>Risiko ini terjadi terlepas adanya risiko lain yang juga menyebabkan lahir mati. Namun, risiko akibat tidur telentang ini ternyata menambah risiko lainnya, misalnya, mengganggu pertumbuhan bayi di dalam rahim. </p>
<p>Faktor-faktor risiko untuk lahir mati untuk janin yang berusia <a href="https://www.hqsc.govt.nz/assets/PMMRC/Publications/12th-PMMRC-report-final.pdf">28 minggu atau lebih</a> tidak mudah diidentifikasi. Mereka termasuk usia ibu hamil berusia lanjut (lebih dari 40 tahun), obesitas, perokok. Risiko juga ditemukan pada bayi yang pertumbuhannya di dalam kandungan terganggu, terutama jika tidak terdeteksi sebelum kelahiran. </p>
<p>Perempuan yang hamil pertama kali juga berisiko lebih tinggi, atau jika mereka sudah memiliki tiga bayi atau lebih. Perempuan yang berasal dari etnis di daerah Pasifik dan Asia Selatan juga memiliki risiko lahir mati pada janin berusia lebih dari <a href="https://www.hqsc.govt.nz/assets/PMMRC/Publications/12th-PMMRC-report-final.pdf">28 minggu lebih tinggi</a>, dibandingkan dengan perempuan Eropa.</p>
<p>Jika risiko yang disebut di atas dapat teridentifikasi, sebagian kematian bayi ini dapat dicegah. Penemuan paling penting penelitian kami telah menunjukkan bahwa jika setiap perempuan hamil tidur miring setelah kehamilan 28 minggu, maka sekitar 6 persen dari kelahiran mati terlambat dapat dicegah. Ini artinya dapat menyelamatkan nyawa sekitar 153.000 bayi setiap tahunnya. </p>
<h2>Berkurangnya aliran darah</h2>
<p>Secara biologis, hubungan antara ibu yang tidur telentang dan lahir mati masuk akal. Posisi tidur telentang di akhir kehamilan terkait dengan berkurangnya aliran darah menuju rahim. Oleh karena itu, perempuan yang sedang bersalin dan perempuan yang menjalani operasi caesar secara rutin dimiringkan ke sisi sebelah guna meningkatkan pasokan darah ke bayi.</p>
<p>Baru-baru ini, <a href="https://www.healthnavigator.org.nz/health-a-z/m/mri-scan/%20=">penelitian</a> yang dilakukan University of Auckland, Selandia Baru memberikan bukti canggih tentang pengaruh posisi tidur ibu terhadap aliran darah. Hasil yang diperoleh dengan menggunakan Pencitraan Resonansi Magnetik (<a href="https://www.healthnavigator.org.nz/health-az/m/mri-scan/">MRI</a> menunjukkan pembuluh darah utama di perut ibu, <em>vena cava inferior</em>, tertekan oleh rahim ketika sang ibu berbaring telentang. Aktivitas ini mengurangi aliran ke pembuluh darah sebanyak 80 persen. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/266722/original/file-20190401-177175-1l5r8cf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/266722/original/file-20190401-177175-1l5r8cf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=204&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/266722/original/file-20190401-177175-1l5r8cf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=204&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/266722/original/file-20190401-177175-1l5r8cf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=204&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/266722/original/file-20190401-177175-1l5r8cf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=256&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/266722/original/file-20190401-177175-1l5r8cf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=256&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/266722/original/file-20190401-177175-1l5r8cf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=256&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Gambar MRI menunjukkan <em>vena cava inferior</em> yang berwarna biru dan aorta yang berwarna merah. Pada gambar kiri, sang ibu berbaring menghadap samping kiri, sedang gambar sebelah kanan menunjukkan sang ibu berbaring telentang.</span>
<span class="attribution"><span class="source">provided</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Meski sirkulasi darah ibu ini merespons dengan cara meningkatkan aliran darah melalui pembuluh, hal ini tidak sepenuhnya cukup. Aorta ibu, arteri utama yang membawa darah kaya oksigen dari hatinya, juga tertekan sebagian ketika sang ibu berbaring telentang. Ini mengurangi aliran darah ke rahim, plasenta, dan bayi.</p>
<p>Kami berspekulasi bahwa ketika bayi yang sehat dapat mengatasi kurangnya pasokan darah, maka bayi yang kurang sehat mungkin tidak bisa bertahan. Contoh, <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2589537019300549?via%3Dihub">penelitian besar kami</a> menunjukkan bahwa risiko lahir mati setelah 28 minggu kehamilan meningkat sekitar 16 kali jika seorang ibu tidur dengan posisi telentang dan sedang mengandung bayi yang kecil.</p>
<h2>Apa yang harus dilakukan?</h2>
<p>Penelitian di Selandia Baru menunjukkan bahwa perempuan hamil dapat mengubah posisi tidur mereka. Dalam <a href="https://bmcpregnancychildbirth.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12884-017-1378-5">survei terbaru</a> yang dilakukan pada perempuan hamil dari Auckland bagian selatan, sebuah kelompok yang memiliki angka kelahiran mati <a href="//www.hqsc.govt.nz/assets/PMMRC/Publications/12th-PMMRC-report-final.pdf">yang tinggi</a>, lebih dari 80 persen responden menyatakan bahwa mereka dengan mudah akan mengubah posisi tidur jika itu merupakan yang terbaik bagi sang bayi. </p>
<p>Kami menyarankan perempuan dengan usia <a href="https://www.sleeponside.org.nz/">kehamilan 28 minggu</a> untuk tidur menghadap samping untuk mengurangi risiko lahir mati, meski hanya untuk tidur siang . Tidak masalah menghadap kanan atau kiri. Jika Anda bangun dengan posisi telentang, ini lumrah terjadi, tetapi ingatlah untuk segera berputar ke samping.</p>
<p><em>Jamiah Solehati menerjemahkan artikel ini dari Bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/115235/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Lesley McCowan menerima dana dari Cure Kids New Zealand dan Red Nose Australia.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Robin Cronin menerima dana dari University of Auckland dan Sir John Logan Campbell Medical Trust selama penelitian berlangsung.</span></em></p>Riset menemukan bahwa tidur telentang selama trimester terakhir meningkatkan lahir mati sebesar 2,6 kali.Lesley McCowan, Professor, Obstetrics & Gynecology, University of Auckland, Waipapa Taumata RauRobin Cronin, Midwife researcher, University of Auckland, Waipapa Taumata RauLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1139422019-03-25T08:12:36Z2019-03-25T08:12:36Z10 langkah yang perlu RS lakukan untuk dukung ibu menyusui bayi<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/265243/original/file-20190322-93044-qlcg6i.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=1%2C1%2C997%2C664&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pada 1989, WHO dan UNICEF) meluncurkan kebijakan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui bayi yang baru lahir.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/success?u=http%3A%2F%2Fdownload.shutterstock.com%2Fgatekeeper%2FW3siZSI6MTU1MzI1MTUyOCwiYyI6Il9waG90b19zZXNzaW9uX2lkIiwiZGMiOiJpZGxfMTA5MTU0MTg5OSIsImsiOiJwaG90by8xMDkxNTQxODk5L21lZGl1bS5qcGciLCJtIjoxLCJkIjoic2h1dHRlcnN0b2NrLW1lZGlhIn0sIjA3V2g0aHA1WnBWUUdYZ1JzSXlib3lyZWdTayJd%2Fshutterstock_1091541899.jpg&pi=41133566&m=1091541899">Art_Photo/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Kementerian Kesehatan mewajibkan seluruh pelayanan kesehatan yang menyediakan pelayanan kehamilan dan persalinan untuk menerapkan <a href="http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/blog/20110111/33777/10-langkah-menuju-keberhasilan-menyusui/">10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (10 LMKM</a>). Namun, hingga kini hanya <a href="http://labdata.litbang.depkes.go.id/riset-badan-litbangkes/menu-riskesnas/menu-rifaskes/149-rifas-2011">sekitar 8% rumah sakit pemerintah di Indonesia</a> yang menerapkan kebijakan tersebut. Padahal <a href="https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt4e9e5320f15c4/node/lt50ed178f595cb/keputusan-menteri-kesehatan-no-450_menkes_sk_iv_2004-tahun-2004-pemberian-air-susu-ibu-(asi)-secara-eksklusif-pada-bayi-di-indonesia">Menteri Kesehatan telah mewajibkan 10 langkah tersebut sejak 2004</a>. </p>
<p>Program ini penting karena pemberian Air Susu Ibu (ASI) memberi manfaat bagi kesehatan ibu dan anak, baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek. Anak yang <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/apa.13136">tidak disusui memiliki risiko lebih tinggi</a> terkena obesitas, maloklusi (gigi berdesakan), asma, dan IQ lebih rendah. Sementara, tidak menyusui <a href="https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(15)01024-7/fulltext">meningkatkan risiko</a> terkena kanker payudara, kanker ovarium, diabetes tipe 2, dan osteoporosis pada ibu. </p>
<p>Beberapa <a href="https://www.unicef.org.uk/babyfriendly/lancet-increasing-breastfeeding-worldwide-prevent-800000-child-deaths-every-year/">penelitian</a> menunjukkan di negara maju, menyusui bayi dapat mengurangi risiko <a href="https://id.theasianparent.com/waspadai-kematian-mendadak-pada-bayi-sids/">Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)</a> alias kematian mendadak pada bayi di bawah usia setahun tanpa ditemukan gejala apa pun sebelumnya. Sedangkan di negara berkembang dapat mengurangi risiko diare dan infeksi pernapasan.</p>
<p>Ikatan batin ibu dan anak juga terbentuk secara natural oleh hormon menyusui dan kontak kulit yang terjadi saat menyusui. Beberapa <a href="https://pediatrics.aappublications.org/content/129/3/e827">penelitian</a> juga menunjukkan manfaat menyusui secara ekonomi, sosial, dan lingkungan. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/265456/original/file-20190324-36276-12fa4q7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/265456/original/file-20190324-36276-12fa4q7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/265456/original/file-20190324-36276-12fa4q7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/265456/original/file-20190324-36276-12fa4q7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/265456/original/file-20190324-36276-12fa4q7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/265456/original/file-20190324-36276-12fa4q7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/265456/original/file-20190324-36276-12fa4q7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Riset di negara maju tunjukkan menyusui bayi dapat mengurangi risiko kematian mendadak pada bayi di bawah usia setahun.</span>
<span class="attribution"><span class="source">www.shutterstock.com</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Meski demikian, angka menyusui secara eksklusif sesuai rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) hanya terwujud <a href="https://www.who.int/nutrition/publications/infantfeeding/global-bf-scorecard-2017.pdf">40% di seluruh dunia</a>.</p>
<p>Terdapat beberapa <a href="http://iris.paho.org/xmlui/handle/123456789/18830">tantangan</a> yang menyulitkan implementasi kebijakan tersebut. Tantangan tersebut di antaranya: resistansi tenaga medis terhadap perubahan, kurangnya dukungan dari tenaga medis, dan kurangnya dukungan pendanaan. </p>
<p>Artikel ini akan menjelaskan 10 langkah tersebut supaya masyarakat memahami bahwa rumah sakit wajib mendukung ibu untuk menyusui bayinya sesaat setelah anak lahir. Kita bisa menuntut rumah sakit bila mereka mengabaikan 10 langkah tersebut. </p>
<h2>Sejarah 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui</h2>
<p>Pada 1989, Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) meluncurkan kebijakan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (10 LMKM) atau “Ten Steps to Successful Breastfeeding” untuk memastikan seluruh layanan maternitas memberikan dukungan menyusui secara memadai kepada ibu. </p>
<p>Pada April 2018, WHO merevisi kebijakan <a href="https://www.who.int/nutrition/bfhi/ten-steps/en/">10 LMKM</a>. Pemberdayaan, edukasi dan keterlibatan ibu hamil dan keluarganya menjadi poin penting dalam perubahan kebijakan ini.</p>
<p>Di Indonesia, 10 LMKM versi 1989 telah diadopsi dalam <a href="http://www.hukor.depkes.go.id/uploads/produk_hukum/PP%20No.%2033%20ttg%20Pemberian%20ASI%20Eksklusif.pdf">Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2012</a> tentang Air Susu Ibu Eksklusif dan beberapa peraturan Menteri Kesehatan. Dengan adanya PP ini, seluruh pelayanan kesehatan yang menyediakan pelayanan kehamilan dan persalinan wajib menerapkan 10 LMKM.</p>
<h2>1. Tingkatkan independensi RS</h2>
<p>Dalam 10 LMKM versi 2018, langkah pertama terbagi dalam 3 bagian.<br>
Bagian pertama adalah mematuhi <a href="https://www.who.int/nutrition/publications/code_english.pdf">Kode Internasional Pemasaran Produk Pengganti ASI</a> yang dikeluarkan WHO, yang membatasi pemasaran tidak etis oleh produsen produk pengganti ASI (yaitu susu formula dan produk makanan atau minuman lain yang diperuntukkan bagi bayi hingga usia 2 tahun) dan produk lain penghambat pemberian ASI eksklusif (misalnya dot dan empeng). </p>
<p>Ini berarti rumah sakit dilarang bekerja sama dalam bentuk apa pun dengan perusahaan susu formula dan afiliasinya. Contoh dari pemasaran yang tidak etis adalah pemberian bantuan dana pelatihan dari produsen susu formula pada tenaga medis. Ini memunculkan konflik kepentingan pada tenaga medis atau rumah sakit dan dapat mempengaruhi independensi mereka. </p>
<p>Bagian kedua dari langkah pertama adalah membuat kebijakan tertulis tentang pemberian makan bayi dan dikomunikasikan kepada semua staf rumah sakit dan orang tua bayi. Bagian ketiga dari langkah pertama adalah mengawasi dan mengelola data atas penerapan kebijakan ini di rumah sakit secara berkesinambungan. </p>
<h2>2. Tingkatkan kapasitas staf RS</h2>
<p>Langkah kedua adalah memastikan semua staf rumah sakit memiliki pengetahuan, kompetensi, dan keterampilan dalam memberikan dukungan menyusui. WHO telah menyusun tiga kategori tenaga rumah sakit dan minimal jam pelatihan yang harus diberikan untuk setiap kategori. Ini berarti semua staf rumah sakit seperti bidan, perawat, dokter, bahkan petugas <em>customer service</em> paham dan mampu menerapkan kebijakan menyusui sesuai kapasitasnya masing-masing.</p>
<h2>3. Diskusi dengan ibu</h2>
<p>Langkah ketiga adalah mendiskusikan dengan perempuan hamil dan keluarganya tentang manajemen laktasi dan pentingnya menyusui. Perubahan mendasar pada versi 2018 adalah perubahan penggunaan kata “menginformasikan” menjadi “mendiskusikan”, yang mengindikasikan ada komunikasi dua arah. Selain itu, keluarga juga dilibatkan dalam proses diskusi ini. </p>
<h2>4. Menyusu dini dalam 60 menit pertama</h2>
<p>Memfasilitasi kontak kulit segera setelah lahir dan tanpa interupsi, serta mendukung ibu untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini merupakan langkah keempat. Ini berarti rumah sakit wajib melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dalam waktu 60 menit setelah bayi lahir, jika kondisi ibu dan bayi memungkinkan. Ini juga berarti rumah sakit wajib melaksanakan IMD tanpa melihat status pendanaan (apakah pasien yang ditanggung BPJS Kesehatan, pasien asuransi swasta atau pasien umum), tanpa melihat kelas perawatan (kelas 1, 2, atau 3).</p>
<h2>5. Mempertahankan menyusui</h2>
<p>Langkah mendukung Inisiasi Menyusu Dini, diikuti langkah kelima yaitu mendukung ibu untuk menginisiasi, mempertahankan menyusui, dan membantu menangani tantangan yang umum dihadapi ibu di awal masa menyusui. Ini berarti rumah sakit wajib membantu semua ibu untuk menyusui bayinya, dan ketika bayi butuh penanganan medis lanjutan sehingga terpisah dari ibunya, RS wajib membantu ibu untuk bisa mempertahankan menyusui. Misal pada kasus bayi baru lahir yang perlu difototerapi karena angka bilirubin yang tinggi, biasanya akan terpisah dari ibunya. </p>
<p>RS wajib memberikan bantuan agar ibu dapat terus menyusui anaknya meski terpisah, contohnya dengan mengajarkan ibu cara memerah ASI dan memberikan ASI perah tersebut kepada bayinya dengan menggunakan media selain dot.</p>
<h2>6. Menghindari asupan selain ASI kecuali atas indikasi medis</h2>
<p>Langkah keenam adalah tidak memberikan asupan selain ASI, kecuali atas <a href="https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/69938/WHO_FCH_CAH_09.01_eng.pdf;jsessionid=4BF7733CC0406A522DCFB620F0B8AB12?sequence=1">indikasi medis</a> seperti bayi dengan penyakit galaktosemia, maple syrup urine disease atau kelainan fenilketonuria yang menyebabkan bayi membutuhkan suplementasi susu formula baik untuk jangka waktu sementara maupun permanen.</p>
<h2>7. Rawat gabung ibu dan anak</h2>
<p>Berikutnya, rumah sakit wajib memberikan bantuan dan edukasi agar ibu mau dan mampu merawat bayinya sepanjang 24 jam selama dirawat di RS. Artinya, RS wajib mengizinkan bayi bergabung di kamar rawat inap ibunya sepanjang 24 jam selama ibu berada di bawah perawatan fasilitas kesehatan. Kenyataannya di Indonesia, banyak RS yang tidak mengizinkan atau hanya mengizinkan rawat gabung apabila ibu memilih kamar perawatan kelas 1 atau di atasnya sehingga ibu yang memilih kamar perawatan kelas 2 atau 3 tidak bisa melakukan rawat gabung. </p>
<p>Ibu perlu memahami pentingnya dirawat gabung dalam satu kamar. Dengan rawat gabung, ibu dapat lebih cepat mempelajari tanda lapar bayinya sehingga dapat lebih sering menyusui bayinya dibandingkan jika bayi dirawat di kamar bayi.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/265457/original/file-20190324-36264-f1vxeb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/265457/original/file-20190324-36264-f1vxeb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/265457/original/file-20190324-36264-f1vxeb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/265457/original/file-20190324-36264-f1vxeb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/265457/original/file-20190324-36264-f1vxeb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/265457/original/file-20190324-36264-f1vxeb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/265457/original/file-20190324-36264-f1vxeb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">RS wajib mengizinkan bayi bergabung di kamar rawat inap ibunya sepanjang 24 jam selama ibu berada di bawah perawatan fasilitas kesehatan.</span>
<span class="attribution"><span class="source">www.shutterstock.com</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>8. Bantu ibu kenali tanda lapar bayi</h2>
<p>Langkah kedelapan adalah mendukung ibu untuk mengenali dan merespons tanda lapar bayinya. Tanda lapar bayi selama ini hanya diartikan bila bayi menangis, padahal menangis adalah tanda paling akhir. [<a href="https://www.breastfeeding.asn.au/bfinfo/feeding-cues">Tanda awal bayi lapar</a>] antara lain tangan bayi mengepal, kepala menoleh kiri kanan, dan bibir mulai mencecap. Dikombinasikan dengan langkah ketujuh, ibu yang rawat gabung akan lebih mudah mempelajari tanda lapar bayinya.</p>
<h2>9. Beri konseling tentang risiko penggunaan dot pada ibu</h2>
<p>Rumah sakit wajib memberikan konseling ibu atas risiko penggunaan dot, botol susu dan empeng. Meski yang diberikan adalah ASI, tapi tidak direkomendasikan untuk menggunakan dot. <a href="http://www.tensteps.org/step-9-successful-breastfeeding.shtml">Penggunaan dot</a> dapat mengintervensi daya hisap bayi sehingga mempengaruhi produksi ASI. Selain itu di negara berkembang di mana tempat ketersediaan air bersih tidak merata, dot lebih sulit untuk dibersihkan.</p>
<h2>10. Dukungan menyusui setelah keluar dari RS</h2>
<p>Langkah terakhir adalah mengkoordinasikan kepulangan ibu dari RS sehingga ibu dan anaknya mendapat dukungan menyusui yang berkelanjutan meski telah keluar dari RS.</p>
<p>Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai analisis biaya dalam penerapan kebijakan ini. Karena, meski kebijakan 10 LMKM telah diadopsi pemerintah Indonesia, dalam pelaksanaannya masih terdapat tantangan. Pemerintah perlu mengintegrasikan program Inisiatif Rumah Sakit Sayang Bayi dalam program akreditasi nasional RS, sehingga program ini dapat berjalan berkesinambungan. </p>
<p>Bagi masyarakat, kebijakan ini sangat penting untuk diketahui agar dapat memilih rumah sakit yang mendukung ibu menyusui bayi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/113942/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Andini Pramono menerima beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) untuk melanjutkan pendidikan PhD di Australian National University. Dia juga merupakan pengurus Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) dan konsultan laktasi bersertifikat internasional (IBCLC).</span></em></p>Banyak RS yang tidak mengizinkan bayi sekamar dengan ibunya atau hanya mengizinkan rawat gabung apabila ibu memilih kamar perawatan kelas 1.Andini Pramono, PhD Candidate in Health Services Research and Policy Department, Research School of Population Health, Australian National UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1123562019-02-25T11:12:54Z2019-02-25T11:12:54ZAnda perlu lebih dari sekadar testis untuk punya penis<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/260620/original/file-20190225-26149-wsobse.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=4%2C0%2C994%2C573&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Kelainan terhadap alat reproduksi laki-laki ketika lahir mulai menjadi masalah umum.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/confirm/766127614?size=medium_jpg">Shutterstock.com</a></span></figcaption></figure><p>Dalam ultrasonografi (USG) pra-lahir atau ketika melahirkan, banyak orang tua baru melihat apa yang ada di antara kaki anaknya: keberadaan penis dianggap sebagai tanda bahwa bayi tersebut laki-laki.</p>
<p>Selama ini untuk manusia dan binatang-binatang lain, terbentuknya penis diduga didorong oleh “hormon jantan” (androgen) yang diproduksi seluruhnya oleh testis kelamin laki-laki saat tumbuh dalam rahim.</p>
<p>Namun, sebuah <a href="http://journals.plos.org/plosbiology/article?id=10.1371/journal.pbio.3000002">artikel ilmiah baru</a> menunjukkan mungkin hal tersebut bukan jawabannya. Sebaliknya, beberapa hormon terkait laki-laki yang membentuk perkembangan penis mungkin datang dari sumber lain dalam janin. Ini termasuk hati, adrenal (kelenjar kecil yang ditemukan dalam ginjal) dan plasenta.</p>
<p>Untuk pertama kalinya, penelitian ini secara menyeluruh melihat kemungkinan sumber produksi hormon selain testis dan perannya dalam membentuk maskulinisasi—proses mendapatkan karakteristik tipikal lelaki. Ini membantu kita melihat bagaimana kita embrio berkembang, dan mungkin memberikan kita gambaran lebih luas tentang mengapa kelainan pertumbuhan penis kini meningkat.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/our-relationship-with-dick-pics-its-complicated-103444">Our relationship with dick pics: it's complicated</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Testosteron saja tidak cukup</h2>
<p>Penis tumbuh dari struktur embrio yang disebut <em>genital tubercle</em> atau GT.</p>
<p>GT hadir pada lelaki dan perempuan, dan tumbuh menjadi antara penis atau klitoris, tergantung dari paparan terhadap hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar kelamin (ovarium atau testis).</p>
<p>Pada perempuan, ovarium yang tumbuh tidak memproduksi hormon awal dan GT-nya menjadi feminim, membentuk klitoris.</p>
<p>Pada laki-laki, testis yang berkembang memproduksi testosteron. Testosteron ini bersirkulasi pada janin yang berkembang dan menyebabkan maskulinisasi dari jaringan target dan membantu pertumbuhan penis dari GT.</p>
<p>Testosteron sendiri adalah hormon yang relatif lemah. Testosteron diubah dalam penis menjadi hormon lain yang disebut dihidrotestosteron (DHT), yang memiliki efek maskulinisasi yang lebih kuat.</p>
<p>Konversi lokal testosteron menjadi DHT dalam jaringan ini yang membuatnya penting dalam pertumbuhan penis dan perubahan lain.</p>
<p>Ada beberapa cara fetus dapat memproduksi DHT. Cara paling sederhana adalah lewat perubahan dari testosteron testikel (yang disebut jalur “reguler”). Namun, DHT juga dapat diproduksi lewat jalur hormon steroid lain yang aktif di banyak jaringan, yang dielaborasi lebih lanjut dalam artikel ilmiah baru ini.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/what-makes-you-a-man-or-a-woman-geneticist-jenny-graves-explains-102983">What makes you a man or a woman? Geneticist Jenny Graves explains</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Kelainan kelahiran yang umum</h2>
<p>Penting untuk memahami jalur yang mengontrol pertumbuhan penis. Kelainan yang mengganggu pertumbuhan penis adalah salah satu kelainan kelahiran paling umum untuk manusia, dengan hipospadia (kelainan yang menganggu pertumbuhan uretra) yang saat ini menjangkiti sekitar <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2083775/">1 dari setiap 115 laki-laki yang lahir di Australia</a>, dan angka ini akan terus meningkat.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/258647/original/file-20190213-90504-lw517s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/258647/original/file-20190213-90504-lw517s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=424&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/258647/original/file-20190213-90504-lw517s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=424&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/258647/original/file-20190213-90504-lw517s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=424&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/258647/original/file-20190213-90504-lw517s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=533&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/258647/original/file-20190213-90504-lw517s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=533&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/258647/original/file-20190213-90504-lw517s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=533&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Uretra, lubang yang dilewati urin untuk keluar dari tubuh, ditemukan di banyak lokasi berbeda dalam kelainan yang disebut hipospadia.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-vector/newborn-malformation-hypospadia-main-types-315283037?src=q7V1zs7wS25RVKHm_q7jsg-1-2">from www.shutterstock.com</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Bahkan, kejadian hipospadia telah <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11392374">berlipat ganda dalam 40 tahun terakhir</a>. Peningkatan kejadian yang begitu cepat telah dikaitkan dengan faktor lingkungan, dengan bahan kimia pengganggu endokrin (EDC) dianggap sebagai penyebab utama. EDC adalah bahan kimia buatan manusia yang digunakan di banyak industri—contohnya, dalam produksi plastik, kosmetik, penghambat api, dan pestisida. Mereka dapat mengganggu hormon dan sistem metabolisme dalam tubuh kita.</p>
<p>Dari <a href="https://endocrinedisruption.org/interactive-tools/tedx-list-of-potential-endocrine-disruptors/search-the-tedx-list">1.484 EDC yang teridentifikasi saat ini</a>, sebagian besarnya diketahui dapat mengganggu pertumbuhan alat reproduksi laki-laki.</p>
<p>Banyak <a href="https://www.publish.csiro.au/RD/RD18505">penelitian</a> yang mengidentifikasi bagaimana EDC mengganggu organ-organ, seperti hati dan adrenal, yang menyebabkan penyakit dan kelainan yang merusak kesehatan organ ini dan mengganggu pertumbuhan laki-laki.</p>
<h2>Jalur “pintu belakang”</h2>
<p>Dengan mengukur hormon dari sampel darah dan jaringan selama trimester kedua dari pertumbuhan janin manusia, penelitian baru ini dapat membantu kita memahami jalur produksi DHT dan maskulinisasi penis.</p>
<p>Riset ini mengisyaratkan bahwa selain jalur yang sudah ada (testosteron dari testis diubah menjadi DHT dalam GT dan membentuk pertumbuhan penis), steroid laki-laki dihasilkan oleh organ lain seperti plasenta, hati, dan kelenjar adrenal lewat sebuah proses yang disebut jalur “pintu belakang” untuk membantu maskulinisasi. Jalur pintu belakang ini <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12538619">pertama kali ditemukan</a> lewat penelitian yang dilakukan di Australia terhadap mamalia berkantung.</p>
<p>Hasil dari penelitian ini menunjukkan EDC mungkin memiliki efek dalam jaringan non-reproduksi, termasuk adrenal dan hati, dan lalu menyebabkan penyakit reproduksi laki-laki seperti hipospadia.</p>
<p>Hal ini juga mengindikasikan cacat plasenta, seperti pembatasan pertumbuhan intrauterin yang menghasilkan bayi lahir dengan ukuran kecil, dapat berkontribusi terhadap penyakit reproduksi laki-laki pada manusia.</p>
<p>Penelitian berikutnya diperlukan untuk melanjutkan temuan menarik ini untuk mencari kemungkinan jalur baru dari kelainan yang dimulai dalam masa kehamilan.</p>
<p><em>Artikel ini diterjemahkan dari bahasa Inggris oleh Reza Pahlevi.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/112356/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Dr Mark Green receives funding from the National Health and Medical Research Council, as well as the University of Melbourne for his research on fertility and endocrine disruptors. He is the Secretary for the Society for Reproductive Biology (SRB) and advisor on the effects of endocrine disruptors to the Victorian Assisted Reproductive Treatment Authority (VARTA).</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Andrew Pask receives funding from the Australian Research Council and National Health and Medical Research Council.</span></em></p>Hormon pembentuk alat reproduksi laki tidak hanya diproduksi oleh testis.Mark Green, Merck Serono Senior Lecturer in Reproductive Biology, The University of MelbourneAndrew Pask, Professor, The University of MelbourneLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1034362018-09-28T04:28:33Z2018-09-28T04:28:33ZApa ingatan pertama Anda—dan apakah itu benar-benar pernah terjadi?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/237058/original/file-20180919-158222-1e6cdo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=31%2C0%2C3521%2C2319&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">"Apakah saya akan mengingat hal ini?"</span> <span class="attribution"><span class="source">www.shutterstock.com</span></span></figcaption></figure><p>Saya ingat saat masih bayi. Saya ingat berada di ruang yang luas dalam ruang operasi. Saya diberikan ke perawat dan kemudian ditempatkan di timbangan logam yang dingin. Saya menyadari bahwa ingatan ini tidak biasa karena datang dari kehidupan saya yang sangat awal, tetapi saya pikir saya mungkin hanya memiliki ingatan yang bagus, atau mungkin orang lain dapat mengingat saat-saat mereka masih bayi juga. </p>
<p>Apa peristiwa paling awal yang dapat Anda ingat? Berapa usia Anda dalam peristiwa tersebut? Bagaimana Anda mengalami ingatan itu? Apakah itu jelas atau samar? Positif atau negatif? Apakah Anda mengalami kembali ingatan tersebut seperti yang aslinya terjadi, atau apakah Anda menonton diri Anda sendiri “melakukan sesuatu” dalam ingatan tersebut?</p>
<p>Dalam <a href="http://journals.sagepub.com/doi/10.1177/0956797618778831">penelitian terbaru kami</a>, kami menanyakan lebih dari 6.000 orang dari segala usia, untuk melakukan hal yang sama, untuk menceritakan kepada kami apa ingatan pertama mereka, berapa usia mereka ketika peristiwa tersebut terjadi, untuk menilai seberapa emosional dan jelas peristiwa tersebut dan untuk melaporkan dari perspektif apa ingatan “dilihat”. </p>
<p>Kami menemukan bahwa rata-rata orang melaporkan ingatan pertama mereka terjadi selama paruh pertama tahun ketiga hidup mereka (3,24 tahun tepatnya). Hal ini cocok dengan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10932795">penelitian-penelitian lain </a>yang telah menyelidiki usia ingatan awal.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/enam-hal-yang-bisa-kita-lakukan-untuk-mengurangi-risiko-demensia-94632">Enam hal yang bisa kita lakukan untuk mengurangi risiko demensia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Apa artinya hal ini untuk ingatan saya saat masih bayi? Barangkali, saya hanya memiliki ingatan yang sangat bagus dan dapat mengingat bulan-bulan awal kehidupan saya. Memang, dalam penelitian kami, kami menemukan bahwa sekitar 40% peserta melaporkan mengingat peristiwa sejak usia dua tahun ke bawah—dan 14% orang mengingat ingatan sejak usia satu tahun ke bawah. Bagaimana pun, penelitian psikologis menunjukkan bahwa ingatan yang terjadi di bawah tiga tahun sangatlah tidak biasa—dan memang, sangat tidak mungkin.</p>
<h2>Asal-muasal ingatan</h2>
<p>Peneliti yang telah menyelidiki perkembangan memori menunjukkan bahwa <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0273229703000480">proses neurologis</a> yang dibutuhkan untuk membentuk ingatan pribadi tidak sepenuhnya terbangun sampai antara usia tiga dan empat tahun. Penelitian lain menunjukkan bahwa ingatan memiliki hubungan dengan <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0010027710000752">perkembangan bahasa</a>. Bahasa memungkinkan anak-anak untuk <a href="http://psycnet.apa.org/record/1996-97420-013">berbagi dan mendiskusikan masa lalu dengan orang lain</a>, memungkinkan ingatan untuk teratur dalam otobiografi personal.</p>
<p>Jadi, bagaimana saya dapat mengingat saat-saat saya masih bayi? Dan mengapa 2.7487 orang dari penelitian kami mengingat peristiwa-peristiwa yang mereka alami sejak berusia dua tahun ke bawah? </p>
<p>Salah satu penjelasannya adalah bahwa, dalam ingatan, orang-orang memberi perkiraan yang salah tentang usia mereka. Akhirnya, kecuali ada bukti konfirmasi, kita hanya menebak berapa usia kita dalam ingatan dari seluruh kehidupan kita, termasuk yang paling awal. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/229844/original/file-20180730-106517-v4hvil.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/229844/original/file-20180730-106517-v4hvil.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/229844/original/file-20180730-106517-v4hvil.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/229844/original/file-20180730-106517-v4hvil.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/229844/original/file-20180730-106517-v4hvil.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/229844/original/file-20180730-106517-v4hvil.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/229844/original/file-20180730-106517-v4hvil.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Apakah benar seperti itu wujud boneka Teddy Anda?</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/confirm/569810575?src=w6AOXv2BUXD5pXtZmlvK3g-1-14&size=medium_jpg">Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tapi jika perkiraan usia yang salah menjelaskan keberadaan ingatan-ingatan ini, kita akan menduga bahwa ingatan-ingatan ini merupakan peristiwa yang mirip dengan ingatan-ingatan dari usia tiga tahun ke atas. Tapi bukan ini yang terjadi—kami menemukan bahwa ingatan sangat awal yang dilaporkan adalah peristiwa dan benda-benda dari masa bayi (kereta bayi, ranjang bayi, belajar berjalan) sedangkan ingatan dari usia yang lebih tua adalah tentang hal-hal khas masa kanak-kanak (mainan, sekolah, liburan). Penemuan ini berarti bahwa kedua kelompok ingatan ini secara kualitatif berbeda dan mengesampingkan penjelasan tentang perkiraan usia yang salah. </p>
<p>Jika penelitian memberi tahu kita bahwa ingatan awal ini sangat tidak mungkin, dan kita telah mengesampingkan penjelasan tentang perkiraan usia yang salah, lalu mengapa orang-orang, termasuk saya, memiliki ingatan awal tersebut?</p>
<h2>Benar-benar fiksi?</h2>
<p>Kami berkesimpulan bahwa ingatan ini mungkin fiktif—yaitu bahwa mereka tidak pernah benar-benar terjadi. Barangkali, daripada mengingat kembali peristiwa yang pernah dialami, kita mengingat kembali citra dari foto, film rumah, cerita yang dibagi keluarga atau peristiwa dan kegiatan yang sering terjadi pada masa bayi. Fakta-fakta ini kemudian, kami duga, berkaitan dengan beberapa citra visual yang terpisah-pisah dan dikombinasikan bersama untuk membentuk dasar dari ingatan awal fiktif ini. Seiring waktu, kombinasi citra dan fakta mulai dialami sebagai ingatan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/mengapa-banyak-orang-percaya-teori-konspirasi-dan-bagaimana-mengubah-pikiran-mereka-88216">Mengapa banyak orang percaya teori konspirasi dan bagaimana mengubah pikiran mereka</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Meskipun 40% peserta dalam penelitian kami mengingat ingatan fiktif ini, hal itu sama sekali tidak mengejutkan. <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10789197">Teori ingatan kontemporer</a> menyoroti sifat konstruktif dari ingatan; ingatan bukan “catatan” peristiwa, melainkan representasi psikologis diri di masa lalu. </p>
<p>Dengan kata lain, seluruh ingatan kita memiliki beberapa tingkat fiksi—memang, ini tanda dari kerja sistem ingatan yang sehat. Tapi barangkali, untuk alasan yang belum diketahui, kita memiliki kebutuhan psikologis untuk menjadikan fiksi ingatan dari saat-saat kehidupan kita yang tidak dapat kita ingat. Untuk saat ini, “cerita” ini masih misteri.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/103436/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Sebuah penelitian menunjukkan bahwa 14% dari orang yang diteliti melaporkan bahwa mereka memiliki ingatan sejak berusia setahun atau bahkan lebih muda. Namun ingatan tersebut tampaknya sekadar fiksi semata.Lucy V Justice, Lecturer in Psychology, Nottingham Trent UniversityMartin Conway, Professor of Cognitive Psychology, City, University of LondonShazia Akhtar, Postdoctoral researcher, University of BradfordLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/942732018-05-09T10:06:13Z2018-05-09T10:06:13ZMenyangga botol bukan hanya berbahaya bagi bayi—itu tanda masyarakat yang sakit<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/218245/original/file-20180509-34038-ldw3c7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/media/97357565">Gresei/Shutterstock.com</a></span></figcaption></figure><p>Menyangga botol susu tanpa dipegang adalah praktik berbahaya yang berlangsung bertahun-tahun. Kini, dalam era di mana masyarakat mencoba menjual “solusi” untuk semua hal, tindakan ini mendapat perhatian lebih. </p>
<p>Menyuap susu pada bayi menggunakan botol bertumpu tegak terhadap sesuatu membuat susu mengalir tanpa perlu sentuhan tangan orang tua. Sejak beberapa tahun terakhir, sejumlah alat yang pada dasarnya membuat penyuapan susu bayi tanpa bantuan tangan (tanpa bantuan manusia?) meledak di pasar. Alat-alat ini dipromosikan sebagai alat yang membantu orang tua untuk beristirahat dari aktifitas monoton merawat seorang bayi. Mereka menjual solusi untuk masalah kemasyarakatan yang sudah mendarah daging tapi jarang dibahas, bahwa kita sama sekali tidak menghargai atau perhatian terhadap ibu-ibu.</p>
<p>Tragisnya, <a href="http://www.bbc.co.uk/news/uk-england-lincolnshire-43016506">menyangga botol dapat berakibat fatal</a>. Bayi-bayi belia mungkin tidak memiliki kontrol kepala atau kekuatan untuk menghindari susu yang mengalir dengan bantuan gravitasi. Mereka dapat tersedak sampai mati karena mereka tidak bisa menghindar dari susu tersebut atau menghirup susu ketika botol bergerak. </p>
<p>Ada juga risiko yang sangat nyata bahwa bayi-bayi itu pada akhirnya mengkonsumsi susu terlalu banyak. Riset menunjukkan bahwa <a href="http://pediatrics.aappublications.org/content/87/6/829.short">bayi-bayi mendapat lebih banyak susu dari botol</a> dibanding saat mereka menyusu pada ibunya (ini satu alasan mengapa botol dot bayi meningkatkan risiko <a href="http://pediatrics.aappublications.org/content/125/6/e1386">kelebihan berat badan</a>) dan risiko meningkat jika mereka <a href="http://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0054229">didorong untuk minum lebih banyak lagi</a>—dan botol dot “mendorong” mereka untuk melakukannya.</p>
<p>Bayi yang lebih tua mungkin bisa menggerakkan kepala mereka, tapi pada tahap apa? Kapan mereka merasa cukup? Atau kapan mereka sungguh-sungguh tidak bisa bertahan lagi? Sejumlah susu lebih setiap hari penting. Beberapa kalori lebih dapat menjadi berkilo-kilo dalam beberapa bulan. Dan mendorong seorang bayi untuk tetap menyusu ketika perutnya penuh dapat juga mengganggu <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/j.2047-6310.2012.00071.x">kemampuan mereka untuk mengontrol nafsu makan mereka kelak</a>.</p>
<p>Lalu ada fakta yang tidak dapat dihindari bahwa adanya sebuah dot di dalam mulut Anda ketika Anda tidak dapat mengeluarkannya bukanlah pengalaman yang menyenangkan. Memberi makan memiliki makna lebih dalam ketimbang nutrisi. Dipegang secara secara hangat dan dekat saat diberi makan membuat bayi merasa aman dan dicintai. </p>
<p>Bukan suatu kebetulan bahwa jangkauan <a href="https://www.parents.com/baby/development/physical/understanding-your-babys-developing-vision/">penglihatan bayi yang baru lahir</a> cukup sempurna untuk menjangkau mata orang tua pada sudut pandang mereka diberi makanan. Selama diberi makan <a href="http://cochranelibrary-wiley.com/store/10.1002/14651858.CD003519.pub3/asset/CD003519.pdf?v=1&t=jf9qiwvp&s=2120d7942331189a772e0aa07cb76d504cc06800">kontak kulit ke kulit</a> sangat ideal. Tapi fakta bahwa bahwa bayi sedang diberi makan oleh manusia meningkatkan oksitosin, <a href="https://www.healthymummy.com/huge-benefits-cuddling-baby-often-reveals-new-study/">membantu menenangkan mereka</a> dan membuat semua perasaan yang indah secara umum.</p>
<p>Dan tidak, Anda tidak perlu menatap tanpa henti ke mata bayi di setiap suapan, tapi ada jurang yang sangat lebar antara itu dengan tidak menggendong bayi sama sekali</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/212268/original/file-20180327-109185-1jsbjbz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/212268/original/file-20180327-109185-1jsbjbz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/212268/original/file-20180327-109185-1jsbjbz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/212268/original/file-20180327-109185-1jsbjbz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/212268/original/file-20180327-109185-1jsbjbz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/212268/original/file-20180327-109185-1jsbjbz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/212268/original/file-20180327-109185-1jsbjbz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Lapar tapi bahagia.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/young-mother-home-feeding-their-new-150594026?src=jUsCX2mVIhqDTJgB2IsoMQ-1-66">MJTH/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tapi pertanyaan saya yang sebenarnya adalah bagaimana kita sampai ke tahap di mana dot-dot itu dibutuhkan? Kita bisa memahami daya tarik alat tersebut. Begitu banyak orang tua yang <a href="https://www.telegraph.co.uk/science/2017/11/06/parenthood-leaves-half-mother-fathers-feeling-lonely/">melakukan segala hal sendirian</a>.</p>
<p>Ya, mereka mungkin memiliki pasangan, tapi pasangan tersebut bekerja sepanjang hari. Mereka mungkin kedatangan tamu, tapi berapa banyak yang datang hanya untuk bermain dengan bayi daripada melakukan sesuatu yang berguna seperti memasak, mencuci piring, atau apa pun yang mungkin bisa membantu ibu yang baru merasa lebih santai? Tingkat <a href="https://www.sciencenews.org/article/postpartum-depression-scientific-research-mothers">depresi pasca kelahiran</a> kini melonjak. </p>
<p>Begitu banyak ibu baru merasa terisolasi dan sendirian. Mengelola semuanya sendiri hari demi hari dapat berakibat <a href="http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1365-2648.2004.02991.x/full">stres dan kelelahan</a> luar biasa.</p>
<p>Bagaimana mungkin kita sampai pada titik di mana botol dot adalah solusi? Mengapa kita mengabaikan kebutuhan ibu baru kita? Mengapa ibu-ibu baru kita tinggalkan untuk mengurus bayi, hari demi hari? Mempunyai bayi baru selalu akan menjadi perubahan besar. Tapi tidak perlu seperti ini.</p>
<p>Diperlukan <a href="https://ihv.org.uk/wp-content/uploads/2015/08/iHV-Response-to-the-Shape-of-Caring-Review-October-2015.pdf">dukungan pasca-kelahiran yang tepat</a> untuk ibu baru. Perlu ahli medis yang diberi pelatihan untuk mengidentifikasi masalah dan memberi saran tentang pilihan-pilihan untuk ibu. Kita perlu memberikan pasangan <a href="https://www.theguardian.com/money/2011/jul/19/norway-dads-peternity-leave-chemin">cuti panjang yang dibayar dengan baik</a> (dan memang di tempat-tempat seperti AS, bahkan memberi ibu-ibu ini <a href="https://www.washingtonpost.com/news/wonk/wp/2018/02/05/the-worlds-richest-countries-guarantee-mothers-more-than-a-year-of-paid-maternity-leave-the-u-s-guarantees-them-nothing/">cuti panjang dengan bayaran yang layak</a> akan menjadi sebuah awal yang baik).</p>
<p>Perlu ada jaringan pendukung. Tidak ada ibu yang harus melakukan ini sendirian. Kita harus melacak kembali di mana “kampung”—yaitu jaringan keluarga dan teman-teman yang berbagi tanggung jawab untuk membesarkan anak— dan <a href="https://www.huffingtonpost.co.uk/katharine-hill/it-takes-a-village-to-rai_3_b_12261128.html">menciptakan kembali</a> jaringan tersebut. Harus ada <a href="https://www.pbs.org/newshour/science/sleep-study-shows-new-moms-dangerously-exhausted-months">pengakuan bahwa merawat bayi itu melelahkan dan mengisolasi ibu</a>. Perlu ada sebuah sistem yang membantu ibu sebelum mereka terpuruk.</p>
<p>Kita perlu <a href="https://www.huffingtonpost.co.uk/amy-brown/mothering-the-mother-the-_b_18317834.html">membantu ibu ibu baru</a>, sehingga mengasuh anak bukanlah tantangan yang tak dapat diatasi.</p>
<p>Dan akhirnya, botol-botol dot ini harus dilihat sebagai hal yang mereka wakili— sebuah permohonan bantuan. Pemerintah harus menaruh uang mereka di mana mulut mereka berada dan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28744924">berinvestasi dalam memperbaiki dan mendukung masa depan</a>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/94273/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Amy Brown has previously received research council funding from NIHR and ESRC.
She has published two books on Infant feeding with Pinter & Martin Publishers</span></em></p>Memegang bayi hangat dan dekat saat memberikan makanan adalah bagian besar dari mereka merasa aman dan dicintai.Amy Brown, Professor of Child Public Health, Swansea UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/950642018-04-24T09:30:39Z2018-04-24T09:30:39ZKadar testosteron yang rendah mungkin membuat laki-laki jadi ayah yang lebih baik<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/216097/original/file-20180424-57578-y4m9u4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Anda yang baru menjadi orang tua mungkin sudah tahu (dan merasakan) betapa tidur nyenyak di malam hari merupakan sebuah kemewahan. Tapi yang tidak banyak orang tahu adalah, tangisan bayi dapat memicu penurunan kadar testosteron pada beberapa laki-laki. Dan ini kabar baik.</p>
<p>Testosteron yang rendah membuat laki-laki jadi lebih berempati dan tidak terlalu agresif, sehingga membuat mereka jadi ayah yang lebih baik.</p>
<p>Informasi tentang perubahan hormonal pada laki-laki ini didapat dari sebuah studi yang saya lakukan bersama mahasiswa Patty Kuo dari <a href="http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/dev.21370/abstract">University of Michigan</a>. </p>
<p>Studi itu memberi wawasan mengenai pengasuhan (<em>parenting</em>) oleh laki-laki, dan mampu membantu mereka jadi ayah yang lebih pengayom.</p>
<p>Suara tangisan bayi dapat memicu serangkaian tanggapan emosional, baik terhadap ayah maupun ibu. Mereka bisa merasakan empati, gangguan, atau kemarahan. Respon terbaik tentu saja empati, karena kemarahan dapat memicu perilaku agresif yang mungkin berbahaya bagi bayi.</p>
<p>Riset kami menunjukkan bahwa ketika para laki-laki melihat bayi mereka menangis atau tidak nyaman, dan kadar testosteron mereka menurun, mereka jadi <a href="http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/dev.21370/abstract">lebih mengayomi</a> dan sensitif ketika menangani bayi. </p>
<p>Kami juga menemukan bahwa ketika para ayah mengaku berempati dan memiliki hubungan asmara dengan ibu si bayi, mereka jadi ayah yang lebih sensitif.</p>
<h2>Mencari kaitan hormonal</h2>
<p>Meski laki-laki yang memiliki anak punya kadar testosteron lebih rendah ketimbang mereka yang tak punya anak, banyak studi sebelumnya tidak selalu berhasil menemukan kaitan antara keterlibatan ayah-anak dan kadar testosteron mereka.</p>
<p>Kami sudah mengetahui bahwa laki-laki mengalami penurunan testosteron dan mengaku lebih berempati ketika mendengar bayi menangis. Tapi kami masih bertanya-tanya apakah respon serupa juga akan dialami ketika yang dihadapi adalah bayi mereka sendiri. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/127129/original/image-20160617-11098-18doefn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/127129/original/image-20160617-11098-18doefn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/127129/original/image-20160617-11098-18doefn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/127129/original/image-20160617-11098-18doefn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/127129/original/image-20160617-11098-18doefn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/127129/original/image-20160617-11098-18doefn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/127129/original/image-20160617-11098-18doefn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Bayi yang menangis.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="http://www.shutterstock.com/cat.mhtml?lang=en&language=en&ref_site=photo&search_source=search_form&version=llv1&anyorall=all&safesearch=1&use_local_boost=1&autocomplete_id=&searchterm=father%20and%20baby&show_color_wheel=1&orient=&commercial_ok=&media_type=images&search_cat=&searchtermx=&photographer_name=&people_gender=&people_age=&people_ethnicity=&people_number=&color=&page=1&inline=173470385">From www.shutterstock.com</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Untuk itu, kami menggunakan paradigma riset umum untuk menilai kedekatan hubungan bayi dan orang tua, yang diberi nama <a href="http://www.childdevelopmentmedia.com/articles/mary-ainsworth-and-attachment-theory/">Strange Situation</a>. </p>
<p>Para ayah dipisahkan dari bayi mereka dengan interval tiga menit, kemudian dipertemukan kembali. Para bayi jelas terlihat resah ketika dipisahkan, dan meminta ditenangkan oleh sang ayah ketika dipertemukan.</p>
<p>Setelah itu, kami meminta para ayah untuk berinteraksi dengan bayi mereka selama 15 menit dan meminta mereka mengajari anak beberapa tugas sulit. Lalu kami mengamati seberapa sensitif dan mengganggu mereka ketika berinteraksi dengan anak.</p>
<p>Kami juga mengumpulkan air liur para ayah sebelum dan sesudah interaksi, setelah dpisahkan, dan setelah tugas mengajar untuk mengukur kadar testosteron mereka. Sehingga kami bisa melihat perubahannya seiring waktu.</p>
<p>Ketika para ayah mengalami penurunan testosteron dalam jumlah banyak setelah berpisah dengan bayi mereka yang menangis, mereka jadi lebih sensitif ketika mengerjakan tugas mengajar.</p>
<p>Kami mengamati beberapa hal seperti apakah para ayah mendukung upaya bayi mereka dalam mengerjakan tugas, ataukah berhenti dan merespon si bayi jika mereka frustrasi dengan tugasnya.</p>
<p>Dalam proses ini, kami telah menyibak petunjuk lain yang berperan dalam pengasuhan yang baik oleh ayah, karena riset sebelumnya telah menunjukkan bahwa pengasuhan yang sensitif dan responsif oleh ayah punya kaitan dengan perkembangan kognitif, emosi, serta sosial anak.</p>
<p>Penemuan ini punya dampak penting dalam menyusun intervensi untuk membantu para ayah dalam pengasuhan anak, sebab kita sekarang mengetahui caranya membantu para ayah menangani anak mereka yang resah.</p>
<p>Mengapa demikian? Peningkatan testosteron sebagai respon terhadap tangisan bayi, yang dikombinasikan dengan ketidakmampuan ayah dalam menenangkan bayi, dapat memicu kekasaran dan kecenderungan tindakan agresif yang dapat menempatkan anak dalam bahaya.</p>
<p>Berdasarkan studi kami, kami percaya bahwa empati ayah dan penurunan testosteron berpengaruh terhadap bagaimana mereka merespon. Sebagai contoh, jika para ayah menganggap tangisan bayi sebagai tanda keresahan dan berempati kepada bayinya, maka mereka akan mengalami penurunan testosteron.</p>
<p>Pada gilirannya ini akan membantu respon yang mengayomi.</p>
<p>Atau, ketika para ayah menganggap tangisan bayi sebagai gangguan dan mereka tak mampu menenangkan si bayi, maka mereka mengalami peningkatan testosteron, yang justru memudahkan respon yang negatif atau mengganggu.</p>
<p>Upaya intervensi dapat diarahkan untuk menolong para ayah menenangkan bayi mereka dengan cara yang benar.</p>
<h2>Ketika ayah menenangkan bayi, mereka juga merasa lebih nyaman</h2>
<p><a href="http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25440811">Studi lain</a> yang dilaksanakan bersama kolega saya Carolyn Dayton dari Wayne State University menunjukkan bahwa para ayah kerap menggunakan strategi yang lebih sedikit untuk menenangkan bayi mereka (mengayun dan memeluk) ketimbang para ibu, di tahun pertama setelah bayi lahir. </p>
<p>Kami tidak tahu apakah ini akibat para ayah kurang terlibat dalam pengasuhan bayi ketimbang para ibu, atau memang para ayah tidak punya strategi sebanyak ibu karena mereka tidak pernah mempelajarinya.</p>
<p>Di sini, penyedia layanan kesehatan dapat menawarkan bantuan dan mengajari para ayah dan ibu teknik menenangkan bayi yang efektif.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/127131/original/image-20160617-11107-1x461bv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/127131/original/image-20160617-11107-1x461bv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/127131/original/image-20160617-11107-1x461bv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/127131/original/image-20160617-11107-1x461bv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/127131/original/image-20160617-11107-1x461bv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/127131/original/image-20160617-11107-1x461bv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/127131/original/image-20160617-11107-1x461bv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Bayi bahagia, ayah bahagia.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="http://www.shutterstock.com/cat.mhtml?lang=en&language=en&ref_site=photo&search_source=search_form&version=llv1&anyorall=all&safesearch=1&use_local_boost=1&autocomplete_id=&search_tracking_id=0HpkPUS5a9ODgf3RpIhCPg&searchterm=happy%20fathers%20%20and%20babies&show_color_wheel=1&orient=&commercial_ok=&media_type=images&search_cat=&searchtermx=&photographer_name=&people_gender=&people_age=&people_ethnicity=&people_number=&color=&page=1&inline=434347906">From www.shutterstock.com</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ketika para ayah sama terlibatnya dengan para ibu dalam menenangkan bayi, mereka merasa lebih efektif sebagai ayah. Juga, para ibu merasa tidak terlalu terganggu oleh tangisan bayi setelah setahun. </p>
<p>Penemuan-penemuan ini menunjukkan bahwa para ayah yang terlibat dalam pengasuhan, serta mampu menenangkan bayi dengan efektif, berperan dalam kebahagiaan keluarga secara umum.</p>
<h2>Perubahan hormonal terjadi mulai kehamilan—bagi laki-laki</h2>
<p>Perempuan mengalami serangkaian perubahan sepanjang kehamilan, misalnya pertambahan berat badan, mengidam makanan tertentu, serta kekurangan energi. Sementara itu, transisi yang dialami laki-laki tidak terlalu terlihat, dan beberapa riset menunjukkan bahwa banyak perubahan terjadi setelah kelahiran bayi.</p>
<p>Studi <a href="http://edelsteinlab.psych.lsa.umich.edu/pubs/Edelstein%20et%20al%20AJHB%20in%20press.pdf">University of Michigan (UM)</a> yang dipimpin oleh psikolog Robin Edelstein menemukan bahwa laki-laki mengalami perubahan hormonal bahkan sebelum mereka menjadi ayah.</p>
<p>Perubahan ini bisa jadi dampak perubahan psikologis yang mereka alami seiring persiapan menjadi ayah, perubahan dalam hubungan asmara atau bahkan perubahan fisik yang dialami bersama pasangannya yang tengah hamil. </p>
<p>Perubahan hormonal ayah dapat memiliki dampak penting bagi pola pengasuhan ketika si bayi telah lahir.</p>
<p>Dalam studi itu, periset University of Michigan memeriksa sampel air liur 29 pasangan yang tengah menanti anak pertama. Periset memeriksa empat hormon prenatal, termasuk testosteron, pada empat waktu terpisah (12, 20, 28 dan 36 pekan) sepanjang kehamilan untuk mengukur perubahan yang mungkin terjadi.</p>
<p>Laki-laki yang mengalami penurunan testosteron paling banyak amat mengayomi bayi dan pasangan mereka mengatakan para laki-laki ini amat membantu di rumah.</p>
<p>Sementara itu, perempuan menunjukkan peningkatan prenatal yang tinggi untuk keempat hormon itu, yang sesuai dengan temuan riset sebelumnya terhadap ibu hamil.</p>
<p>Para laki-laki mulai mengalami pengurangan testosteron berbulan-bulan sebelum mereka memasuki ruang persalinan. Fenomena ini memiliki dampak amat penting bagi perkembangan bayi mereka setelah lahir.</p>
<p>Seperti yang disebutkan sebelumnya, karena testosteron kerap dihubungkan dengan tindakan agresif, maka laki-laki yang kadar testosteronnya sudah turun ini mungkin saja lebih siap dengan tanggung jawab baru mereka sebagai orang tua. </p>
<p>Mereka pun dapat menyediakan pengasuhan dan kasih sayang yang responsif yang baik bagi perkembangan bayi yang sehat.</p>
<p>Kita perlu riset lebih mendalam. Saat ini, yang kita tahu dari beberapa studi hanyalah bahwa perubahan biologis telah terjadi ketika para laki-laki sedang bersiap-siap untuk menjadi ayah. Kita juga tahu bahwa para laki-laki jelas mampu untuk menenangkan serta mengasuh bayi mereka yang menangis.</p>
<p>Sebagai tambahan, kita juga tahu bahwa ayah yang berempati dalam hubungan asmara dengan pasangan mereka yang juga mengalami penurunan testosteron sebagai respon terhadap bayi menangis, dapat mengasuh anak sehingga memperbaiki perkembangan kognitif, emosional, serta sosial anak. </p>
<p>Saat ini, mungkin perempuan lebih terlibat dalam pengasuhan anak ketimbang laki-laki, tetapi akumulasi penelitian selama 40 tahun terakhir telah merekam peran ayah dalam kesehatan serta perkembangan anak. Dan hasilnya jelas.</p>
<p>Ayah zaman sekarang jauh lebih terlibat dalam pengasuhan anak ketimbang zaman dahulu. Meski demikian, masih banyak riset yang menunjukkan para ayah sebagai orang tua kelas dua dalam hidup anak.</p>
<p>Kehadiran ayah itu penting bagi hidup anak. Kasih sayang dan pengasuhan mereka, instruksi dan pengajaran, juga dukungan keuangan, mempengaruhi kesehatan emosi anak, kompetensi sosial dan perkembangan kognitif.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/95064/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Brenda Volling receives funding from the National Institute of Child Health and Human Development</span></em></p>Testosteron yang rendah itu hal bagus untuk menjadi ayah yang pengayom. Begini alasannya.Brenda Volling, Professor of Psychology, University of MichiganLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.