tag:theconversation.com,2011:/global/topics/gula-44296/articlesGula – The Conversation2023-11-17T03:23:49Ztag:theconversation.com,2011:article/2170142023-11-17T03:23:49Z2023-11-17T03:23:49ZBagaimana cara mencegah diabetes pada anak sejak dalam kandungan<p>Kasus diabetes anak di Indonesia terus meningkat dan telah menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat. <a href="https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20230202091237-33-410301/kasus-diabetes-anak-meningkat-70-kali-lipat-kenali-gejalanya">Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)</a> menyatakan pada Januari 2023 jumlah kasus diabetes anak naik tujuh puluh kali lipat dibandingkan tahun 2010. </p>
<p>Telah banyak <a href="https://www.cambridge.org/core/services/aop-cambridge-core/content/view/BF8E380F251FCF3843E66A25830B8C29/S1368980021001580a.pdf/div-class-title-trends-and-patterns-in-sugar-sweetened-beverage-consumption-among-children-and-adults-by-race-and-or-ethnicity-2003-2018-div.pdf">riset</a> yang <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S2212267217303015?fr=RR-2&ref=pdf_download&rr=823cb572bd95a367">menyerukan</a> pembatasan jumlah asupan gula per hari pada anak. </p>
<p><a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/physical-activity">Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)</a> telah lama menggaungkan pentingnya aktivitas fisik pada anak dan mewaspadai adanya kandungan <a href="https://theconversation.com/obesitas-di-indonesia-tinggi-minuman-manis-kemasan-mengintai-sejak-kanak-kanak-208462">gula tersembunyi pada makanan dan minuman berpemanis</a>.</p>
<p>Namun, eskalasi jumlah kasus itu belum mendorong pendekatan pencegahan diabetes anak yang lebih baru, yakni upaya preventif sejak masa kehamilan ibu. Kementerian Kesehatan dan profesional kesehatan masyarakat perlu segera mempertimbangkan pencegahan diatebes pada anak sejak dalam kandungan.</p>
<h2>Dampak gula darah tinggi saat hamil</h2>
<p>Sebuah penelitian <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31296866/">pada 2019</a> menyatakan ibu hamil dengan gula darah tinggi memiliki risiko kesehatan pada diri dan bayinya.</p>
<p>The International Association of Diabetes and Pregnancy Study Groups (<a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2827530/">IADPSG</a>) membuat batasan bahwa gula darah ibu hamil masuk kategori tinggi saat gula puasanya 92mg/dl, atau satu jam setelah diberi cairan glukosa <a href="https://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/VHcrbkVobjRzUDN3UCs4eUJ0dVBndz09/2017/11/Diabetes_Melitus_Gestasional_Dr_Farid_Kurniawan.pdf">dalam
tes toleransi glukosa oral (TTGO)</a> mencapai 180mg/dl, atau dua jam setelah TTGO angkanya 153mg/dl. </p>
<p>Dampak tinggi gula darah bisa terjadi dalam jangka pendek maupun panjang. Dampak jangka pendek pada ibu di antaranya adalah mempersulit proses persalinan akibat bayi besar serta meningkatnya risiko terjadinya persalinan caesar dan preeklampsia. </p>
<p>Sedangkan efek negatif jangka panjangnya adalah ibu berisiko tujuh kali lipat untuk terkena diabetes tipe 2 pada masa mendatang. </p>
<p>Pada bayi, dampak jangka pendek yang terjadi bisa berupa <em>stillbirth</em> (lahir mati), lahir prematur, ataupun hipoglikemi (gula darah rendah) saat lahir. </p>
<p>Selain itu, dampak jangka panjangnya adalah bayi yang lahir akan lebih mudah mengalami obesitas pada usia anak, dan lebih berisiko mengalami diabetes. </p>
<p>Oleh karena itu, mengelola gula darah ibu pada masa kehamilan adalah satu hal kecil tetapi berdampak besar bagi masa depan anak. Bila gula darah ibu hamil yang tinggi bisa dikelola dengan baik, maka dengan sendirinya risiko anak terkena diabetes pun dapat diminimalkan.</p>
<p>Pada masa hamil, tubuh ibu menggunakan insulin secara kurang efektif (resistensi insulin) yang menyebabkan naiknya gula darah. Keadaan ini disebut diabetes gestasional. </p>
<p>Biasanya masyarakat menganggap ini adalah perubahan biasa yang akan hilang saat bayi lahir, atau lazimnya disebut ‘bawaan bayi’. Padahal, kondisi ini sebagian ada yang hilang setelah persalinan, tetapi juga ada yang menetap. </p>
<p>Menurut <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25828275/">riset pada 2015</a>, kondisi ibu hamil dengan gula darah tinggi bisa ditangani dengan beberapa cara. </p>
<p><em>Pertama</em>, modifikasi gaya hidup yang bisa dilakukan meliputi perubahan pola makan, pengaturan berat badan selama hamil dan aktivitas fisik. </p>
<p>Seorang ibu hamil dengan gula darah tinggi perlu mendapatkan informasi dan pengetahuan seputar pengaturan makanan mereka.</p>
<p>Sebaiknya tenaga kesehatan tidak hanya memberi saran umum untuk sekadar mengurangi nasi dan gula, seperti yang selama ini sering kita dengar. Namun perlu informasi spesifik yang menjelaskan jenis dan jumlah makanan yang sebaiknya ibu hamil konsumsi. </p>
<p><em>Kedua</em>, pilihan makanan yang tepat akan menentukan keberhasilan diet sehat ibu. Makanan bergizi seperti sayuran, biji-bijian dan protein sangat penting bagi ibu. Makanan yang mengandung tinggi gula dan karbohidrat sederhana sebaiknya dihindari. </p>
<p>Konsumsi buah perlu menjadi perhatian karena beberapa buah mengandung gula alami yang tinggi. </p>
<p>Hal-hal tersebut di atas membantu ibu mengelola berat badannya selama hamil. Perubahan pola makan ini adalah hal yang gampang-gampang susah. Pola makan seseorang adalah kebiasaan yang telah terbentuk dalam kurun waktu lama yang biasanya sulit untuk dimodifikasi. </p>
<p>Oleh sebab itu, ibu hamil perlu mendapat dukungan dari keluarga dan tenaga kesehatan untuk mengubah pola makan. </p>
<h2>Manfaat olahraga rutin dan obat</h2>
<p>Selain perubahan pola makan, ibu hamil dengan gula darah tinggi perlu melakukan aktivitas fisik secara rutin. <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4515443/#:%7E:text=It%20is%20recommended%20that%20women,30%2D60%20min%20each%20time.&text=Core%20tip%3A%20Exercise%20has%20been,gestational%20diabetes%20mellitus%20(GDM).">Olahraga ringan</a> seperti jalan pagi dapat membantu mencegah terjadinya lonjakan gula darah. </p>
<p>Sayangnya, masih jarang kita lihat ibu hamil yang melakukan aktivitas fisik. Kehamilan seringkali dipandang sebagai masa rentan, karena ibu hamil dianggap dalam kondisi ‘lemah’. Sehingga, ibu hamil disarankan untuk istirahat dan tidak melakukan hal-hal yang berbau ‘fisik’ demi keselamatan ibu dan bayi. </p>
<p>Padahal, di atas kertas, lebih dari 50% ibu hamil dengan diabetes gestasional dapat dikelola dengan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7599681/">modifikasi gaya hidup</a>.</p>
<p>Bila cara-cara di atas ternyata tidak berhasil menurunkan kadar gula darah ibu ke level yang diinginkan, maka jalan lain yang bisa diambil adalah menggunakan obat-obatan. </p>
<p>Sebuah <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26433807/">penelitian melaporkan</a> bahwa obat oral penurun gula terbukti aman bagi ibu hamil. Meski demikian, hal ini masih menjadi perdebatan.</p>
<p>Pilihan lain yang dapat diambil adalah dengan terapi insulin. Cara ini dipercaya aman dan efektif untuk pengelolaan gula darah selama kehamilan. </p>
<p>Jika kondisi gula darah tinggi pada kehamilan ditangani dengan baik, ibu dan bayi dapat memperoleh manfaat kesehatan. Ibu dapat terhindar dari berbagai komplikasi kehamilan, dan menurunkan risiko mengalami diabetes di masa depan. </p>
<p>Sedangkan bagi bayi, pengelolaan gula darah ibunya dapat membantu mengurangi risiko terjadinya kegemukan dan diabetes pada masa kanak-kanak. Langkah ini adalah tawaran ‘investasi’ untuk kesehatan ibu dan anak Indonesia.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/217014/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Ririn Wulandari tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Pada masa hamil, tubuh ibu menggunakan insulin secara kurang efektif (resistensi insulin) yang menyebabkan naiknya gula darah.Ririn Wulandari, PhD Student at School of Healthcare, University of LeedsLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2084622023-07-31T03:49:55Z2023-07-31T03:49:55ZObesitas di Indonesia tinggi: minuman manis kemasan mengintai sejak kanak-kanak<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/540086/original/file-20230731-113388-olv52k.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Petugas memindahkan orang dengan obesitas, Cipto Raharjo, 45 tahun dengan berat 200 kg, ke atas truk pemadam kebakaran saat evakuasi untuk dirawat di RSUD Kota Tangerang, Banten, 4 Juli 2023.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://branda.antaranews.com/data/content_photo_wire.php?pubid=1688480413&getcod=dom">ANTARA FOTO/Fauzan/tom</a></span></figcaption></figure><p>Dalam beberapa bulan terakhir, kita sering mendengar cerita dari media massa tentang beberapa <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230720122118-20-975589/pria-obesitas-200-kg-asal-tangerang-meninggal-di-rscm">orang dewasa</a> yang obesitas <a href="https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-6786006/pria-obesitas-300-kg-meninggal-di-rscm-dokter-sebut-alami-syok-septik">meninggal lebih cepat</a> dibandingkan rata-rata <a href="https://www.bps.go.id/indicator/40/501/1/angka-harapan-hidup-ahh-menurut-provinsi-dan-jenis-kelamin.html">usia harapan hidup orang Indonesia</a>. </p>
<p>Ibarat gunung es, kasus-kasus yang muncul ke permukaan itu hanya sebagian kecil dari jumlah kasus riil obesitas dan dampak buruknya bagi kesehatan masyarakat di Indonesia. </p>
<p>Data <a href="https://www.unicef.org/indonesia/media/15581/file/Analisis%20Lanskap%20Kelebihan%20Berat%20Badan%20dan%20Obesitas%20di%20Indonesia.pdf">pemerintah yang diolah oleh UNICEF menunjukkan pada 2018</a>, 1 dari 5 anak usia sekolah (20% atau 7,6 juta), 1 dari 7 remaja (14,8%, atau 3,3 juta) dan 1 dari 3 orang dewasa (35,5%, atau 64,4 juta) di Indonesia hidup dengan kelebihan berat badan atau obesitas. Jumlah ini sangat besar dan dapat berujung pada kerugian yang besar pula.</p>
<p>Obesitas merupakan faktor risiko tinggi untuk berapa penyakit tidak menular dan <a href="https://theconversation.com/obesitas-pada-anak-anak-naik-dramatis-dan-konsekuensi-kesehatannya-besar-terkadang-seumur-hidup-207997">kerap kali konsekuensinya seumur hidup, seperti terkena penyakit diabetes,</a> <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27550974/">jantung koroner, stroke, dan sebagainya</a>. Penyakit-penyakit tersebut cenderung menurunkan produktivitas dan menghabiskan <a href="https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMra1109345">biaya tinggi</a> dalam pengobatannya. </p>
<p>Penyebab obesitas atau peningkatan berat badan yang tidak sehat ini cukup kompleks, utamanya karena konsumsi kalori harian berlebih yang terjadi secara terus menerus. Salah satunya melalui konsumsi minuman manis berlebih.</p>
<h2>Risetnya belum banyak di Indonesia</h2>
<p>Bahaya yang mengintai di balik minuman manis dalam kemasan sering kali luput dari perhatian banyak pihak. Peredaran produk minuman manis ini semakin meningkat dengan harga terjangkau bahkan bagi anak-anak. </p>
<p>Minuman manis yang murah meriah dan gampang diperoleh meningkatkan konsumsi minuman manis pada anak dan remaja yang merupakan salah satu faktor <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27550974/">pemicu obesitas</a>. </p>
<p>Beberapa studi di negara lain seperti Australia, <a href="http://fizz.org.nz/pdf/research/16%20The%20Story%20of%20FiZZ.pdf">Selandia Baru</a>, <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28135184/">Amerika</a>, Inggris, Belanda, dan <a href="https://nutritionj.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12937-016-0225-2">negara Eropa lainnya</a> menyebutkan bahwa anak dan remaja mengonsumsi minuman manis lebih banyak daripada kelompok umur lainnya. </p>
<p><a href="https://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/view/5532">Riset di Indonesia</a> juga menunjukkan bahwa konsumsi minuman manis di Indonesia cukup tinggi, memakan 67% dari total pengeluaran rumah tangga. Selain itu, setidaknya 2 dari 3 anak usia 3 tahun di Indonesia mengonsumsi satu minuman manis per hari. </p>
<p>Di beberapa daerah di Jakarta Timur dan Bandung, konsumsi minuman manis pada remaja mencapai 20% dari total kalori yang dikonsumsi, melebihi anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang hanya 10% per hari. <a href="https://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/view/5532">Riset tersebut</a> juga mengindikasikan adanya hubungan antara konsumsi minuman manis berlebih pada anak dan remaja Indonesia terhadap peningkatan kejadian obesitas pada orang dewasa. </p>
<p>Sayangnya, belum banyak penelitian di Indonesia yang mengkaji hubungan antara frekuensi mengonsumsi minuman manis pada anak-anak dengan kejadian obesitas dan penyakit tidak menular. </p>
<p>Oleh karena itu, saya melakukan <a href="https://jurnal.ugm.ac.id/populasi/article/view/75801">kajian literatur</a> terhadap riset di berbagai negara tentang dampak kesehatan dari mengonsumsi minuman manis dalam kemasan pada anak-anak. Hasilnya menunjukkan bahwa konsumsi minuman manis berlebih dapat menyebabkan obesitas, gejala hipertensi, risiko penyakit jantung, dan diabetes melitus.</p>
<p>Anak-anak dan remaja yang mengalami obesitas ini cenderung mengalami obesitas pula pada masa dewasanya. Kondisi ini membuat mereka rentan pada berbagai masalah kesehatan yang merugikan karena menurunkan produktivitas, meningkatkan kemiskinan, dan meningkatkan risiko kematian. </p>
<p><a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25928992/">Beberapa studi</a> bahkan menyebutkan bahwa bahaya konsumsi berlebih dari produk minuman manis ini dapat disandingkan dengan bahaya merokok yang memerlukan perhatian serius.</p>
<h2>Anak-anak dikepung minuman manis</h2>
<p>Negara dan keluarga berperan untuk memenuhi hak-hak anak dan menciptakan lingkungan yang membuat anak merasa terlindungi dan bertumbuh dengan baik. </p>
<p>Setiap anak seharusnya memiliki akses yang sama dalam pendidikan, mengenyam bangku sekolah, berada di lingkungan keluarga yang aman dan nyaman bagi tumbuh kembangnya.</p>
<p>Masalahnya adalah di lingkungan sekolah dan rumah anak-anak justru terpapar dan mudah mengakses minuman dan makanan manis dalam kemasan, baik olahan industri besar maupun olahan rumah tangga. Minuman manis dalam kemasan saat ini sangat mudah ditemui di mana pun, dengan jenis dan rasa yang semakin beragam. </p>
<p>Minuman manis juga mudah dibeli di lingkungan wisata saat anak-anak berlibur, tempat bermain dan lingkungan umum lainnya. </p>
<p>Harganya sangat terjangkau bahkan bagi anak-anak. Minuman manis dalam kemasan dijual dengan harga yang relatif sangat murah, mulai dari Rp 1.000.</p>
<p>Membeli minuman manis dinilai lebih menguntungkan dibandingkan hanya air mineral biasa. Dengan harga yang sama, kita bisa melepas dahaga sekaligus mendapatkan rasa manis yang menyenangkan, tidak seperti air mineral yang rasanya cenderung tawar. </p>
<p>Kita sebagai orang dewasa terkadang berpikir demikian, apalagi anak-anak dan remaja yang cenderung memiliki ‘lidah manis’ (<em>sweet tongue</em>) sehingga secara alami akan memilih minuman manis dibandingkan yang tawar.</p>
<p>Bedanya, orang dewasa cenderung mengetahui dampak negatif dari kandungan gula tambahan dari produk minuman manis sehingga pilihan yang diambil sudah berbekal pengetahuan yang cukup. </p>
<p>Sayangnya, anak-anak cenderung belum memahami dampak buruk dari konsumsi produk minuman manis secara berlebihan. Padahal mereka berhak mengetahui konsekuensi dari pilihan yang mereka ambil, termasuk saat memilih untuk mengonsumsi minuman manis.</p>
<h2>Lalu apa yang harus dilakukan?</h2>
<p>Pemenuhan hak anak untuk mengetahui dampak buruk dari konsumsi minuman manis berlebih menjadi penting dalam upaya peningkatan kesehatan mereka di masa mendatang. Tidak hanya <em>stunting</em> (kurang gizi) yang merusak masa depan anak, tetapi juga berat badan berlebih yang tidak sehat.</p>
<p>Dampak dari konsumsi minuman manis berlebih memang tidak langsung terlihat saat itu juga. Peningkatan berat badan yang tidak sehat serta kondisi kesehatan yang memburuk terjadi secara perlahan dan cenderung tidak terlihat sehingga sering diabaikan. Namun demikian kita perlu berupaya mencegah konsumsi minuman manis yang berlebihan pada anak.</p>
<p>Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman anak terkait dampak buruk dari mengonsumsi gula secara berlebihan. </p>
<p>Upaya ini dapat dilakukan secara kreatif dengan menggunakan media berupa poster, video, <em>storytelling</em>, permainan, dan sebagainya. </p>
<p>Selain itu, lingkungan juga memiliki peran penting dalam ‘melindungi’ anak dari bahaya konsumsi produk minuman manis berlebih. Budaya makan dalam keluarga, ketersediaan minuman manis di rumah, pengetahuan dan persepsi orang tua tentang dampak minuman manis serta <a href="https://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/view/5532">kondisi sosial ekonomi orang tua</a> ditemukan berhubungan dengan konsumsi minuman manis dalam kemasan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28495478/">pada anak-anak dan remaja</a>. </p>
<p>Selain lingkungan keluarga dan rumah, pemerintah perlu memikirkan <a href="https://theconversation.com/minuman-manis-tak-sehat-mengepung-remaja-indonesia-saatnya-pemerintah-tarik-cukai-gula-144370">cukai gula</a> untuk mengendalikan konsumsi produk manis. <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25928992/">Bahkan beberapa negara maju</a> telah menerapkan pajak yang cukup tinggi pada produk minuman manis seperti halnya pada rokok. </p>
<p>Kita perlu mengupayakan adanya tanda peringatan kandungan gula tambahan pada kemasan minuman tersebut, seperti halnya pada kemasan rokok. <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4232169/">Infografis</a> yang menunjukkan keamanan kadar gula dalam minuman terbukti membuat anak dan remaja memilih pilihan minuman yang lebih sehat. Infografis ini dapat diletakkan di kemasan minuman maupun kulkas atau rak tempat minuman dijual.</p>
<p>Secara alami, anak-anak memang akan memilih minuman manis dibandingkan dengan air mineral biasa. </p>
<p>Namun demikian, kita semua memiliki kewajiban untuk memenuhi hak mereka dalam memiliki pemahaman terkait bahaya mengonsumsi minuman manis berlebih. </p>
<p>Kita harus mengupayakan lingkungan yang mendukung gaya hidup sehat yang akan berdampak baik pada kualitas hidup mereka ke depan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/208462/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Marya Yenita Sitohang tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Tidak hanya stunting atau kurang gizi yang merusak masa depan anak, tetapi juga peningkatan berat badan yang tidak sehat atau obesitas.Marya Yenita Sitohang, Peneliti Kesehatan Masyarakat, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2095772023-07-18T06:59:01Z2023-07-18T06:59:01ZSisi seram dan berbahaya dari licorice hitam<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/536910/original/file-20230711-7795-c3i0my.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Licorice hitam mendapatkan rasa khasnya dari akar licorice.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/photo/heap-of-licorice-roots-and-black-salt-licorice-royalty-free-image/1171067902?adppopup=true">PicturePartners/Getty Images</a></span></figcaption></figure><p>Licorice hitam mungkin terlihat dan terasa seperti camilan yang tidak berbahaya, tapi permen ini memiliki sisi gelap. Pada 23 September 2020, dilaporkan bahwa licorice hitam menjadi penyebab <a href="https://apnews.com/article/archive-04cf918055b735ea69483dd00e281253">kematian seorang laki-laki berusia 54 tahun di Massachusetts</a>. Bagaimana ini bisa terjadi? <em>Overdosis</em> pada licorice terdengar lebih seperti cerita yang diputarbalikkan daripada fakta yang masuk akal.</p>
<p>Saya memiliki ketertarikan yang sudah lama pada bagaimana bahan kimia dalam makanan dan lingkungan memengaruhi tubuh dan pikiran kita. Ketika sesuatu yang tampaknya tidak berbahaya seperti licorice terlibat dalam sebuah kematian, kita diingatkan akan pernyataan terkenal dari dokter Swiss, Paracelsus, Bapak Toksikologi: “Semua hal adalah racun, dan tidak ada yang tidak mengandung racun; dosisnya saja yang membuatnya menjadi sesuatu yang bukan racun.”</p>
<p><a href="https://wjsulliv.wixsite.com/sullivanlab">Saya adalah seorang profesor</a> di departemen farmakologi dan toksikologi serta <a href="https://authorbillsullivan.com">penulis buku</a> “<a href="https://www.nationalgeographicpartners.com/press/2019/10/-pleased-to-meet-me--genes--germs--and-the-curious-forces-that-m/">Pleased to Meet Me: Genes, Germs, and the Curious Forces That Make Us Who We Are</a>.”</p>
<h2>Akar permasalahan</h2>
<p>Laki-laki malang yang jatuh dalam konsumsi licorice hitam yang berlebihan itu tidak sendirian. Ada beberapa laporan kasus serupa di jurnal medis, pasien mengalami <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26380428/">krisis hipertensi</a>, <a href="https://doi.org/10.5414/cn107011">kerusakan otot</a>, atau bahkan kematian. Reaksi yang merugikan paling sering terlihat pada orang yang berusia di atas 40 tahun yang mengonsumsi licorice hitam jauh lebih banyak daripada orang kebanyakan. </p>
<p>Selain itu, mereka biasanya mengonsumsi produk dalam jangka waktu yang lama. <a href="https://doi.org/10.1056/NEJMcpc2002420">Dalam kasus terbaru</a>, seorang laki-laki Massachusetts telah memakan satu setengah kantong licorice hitam setiap hari selama tiga minggu.</p>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/365280/original/file-20201023-18-upsl27.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="bahaya licorice" src="https://images.theconversation.com/files/365280/original/file-20201023-18-upsl27.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/365280/original/file-20201023-18-upsl27.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=736&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/365280/original/file-20201023-18-upsl27.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=736&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/365280/original/file-20201023-18-upsl27.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=736&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/365280/original/file-20201023-18-upsl27.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=925&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/365280/original/file-20201023-18-upsl27.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=925&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/365280/original/file-20201023-18-upsl27.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=925&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption"><em>Glycyrrhiza glabra</em> adalah spesies asli Eurasia dan Afrika Utara yang merupakan tempat sebagian besar kembang gula licorice diproduksi.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/a/a4/Glycyrrhiza_glabra_-_K%C3%B6hler%E2%80%93s_Medizinal-Pflanzen-207.jpg">Franz Eugen Köhler, Köhler's Medizinal-Pflanzen via Wikimedia Commons</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Licorice adalah tanaman berbunga yang berasal dari beberapa bagian Eropa dan Asia. Nama ilmiahnya, <em>Glycyrrhiza</em>, berasal dari bahasa Yunani “<em>glykos</em>” (manis) dan “<em>rhiza</em>” (akar). Ekstrak aromatik dan manis dari akarnya telah lama digunakan sebagai obat herbal untuk berbagai macam penyakit kesehatan, mulai dari mulas dan masalah perut hingga sakit tenggorokan dan batuk. Namun, <a href="https://www.fda.gov/consumers/consumer-updates/black-licorice-trick-or-treat">tidak ada bukti yang cukup untuk mendukung bahwa licorice efektif dalam mengobati kondisi medis apa pun</a>.</p>
<p><em>Glycyrrhizin</em> (juga disebut asam <em>glycyrrhizic</em>) adalah bahan kimia dalam licorice hitam yang memberikan rasa khas pada permen ini, tetapi juga menyebabkan efek toksik.</p>
<p><em>Glycyrrhizin</em> meniru hormon <a href="https://www.yourhormones.info/hormones/aldosterone/"><em>aldosteron</em></a>, yang dibuat oleh kelenjar adrenal ketika tubuh perlu mempertahankan natrium dan mengeluarkan kalium. Natrium dan kalium bekerja bersama sebagai semacam baterai seluler yang mendorong komunikasi antara saraf dan kontraksi otot. </p>
<p>Terlalu banyak <em>glycyrrhizin</em> dapat mengganggu keseimbangan elektrolit ini, yang dapat meningkatkan tekanan darah dan mengganggu irama jantung. Gejala lain dari asupan licorice yang berlebihan termasuk pembengkakan, nyeri otot, mati rasa dan sakit kepala. Pemeriksaan terhadap laki-laki yang meninggal karena mengonsumsi terlalu banyak licorice mengungkapkan bahwa ia memiliki <a href="https://doi.org/10.1056/NEJMcpc2002420">kadar kalium yang sangat rendah, konsisten dengan toksisitas <em>glycyrrhizin</em>.</a></p>
<p>Perlu dicatat bahwa sejumlah makanan berbasis licorice tidak mengandung licorice asli, tetapi menggunakan pengganti penyedap yang disebut minyak adas manis, yang tidak menimbulkan bahaya seperti yang dibahas di sini. Selain itu, terlepas dari namanya, <a href="https://www.livestrong.com/article/537724-black-licorice-vs-red-licorice/">licorice merah jarang mengandung ekstrak licorice</a>. Sebaliknya, licorice merah diresapi dengan bahan kimia yang memberikan rasa ceri atau stroberi.</p>
<p>Produk yang mengandung licorice asli biasanya diberi label seperti itu, dan mencantumkan ekstrak licorice atau asam glycyrrhizic di antara bahan-bahannya. Perlu diketahui bahwa beberapa produk, seperti <em>jelly beans</em> hitam atau <em>Good & Plenty</em>, merupakan campuran dari berbagai permen yang mengandung minyak adas manis dan ekstrak licorice.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/365294/original/file-20201023-23-1uee3ur.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/365294/original/file-20201023-23-1uee3ur.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=195&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/365294/original/file-20201023-23-1uee3ur.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=195&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/365294/original/file-20201023-23-1uee3ur.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=195&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/365294/original/file-20201023-23-1uee3ur.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=245&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/365294/original/file-20201023-23-1uee3ur.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=245&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/365294/original/file-20201023-23-1uee3ur.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=245&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Licorice merah memang sangat amat manis, tapi aman untuk dimakan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/photo/wall-of-licorice-royalty-free-image/103742661?adppopup=true">Darren Boucher/Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Bahaya tersembunyi yang meningkatkan risiko</h2>
<p><em>Glycyrrhizin</em> memiliki rasa licorice yang berbeda dan <a href="https://www.urmc.rochester.edu/encyclopedia/content.aspx?contenttypeid=19&contentid=Licorice">50 kali lebih manis daripada gula</a> dan telah digunakan dalam jenis permen, minuman ringan, teh, bir Belgia, pelega tenggorokan, dan tembakau. Hal ini dapat menyulitkan untuk melacak berapa banyak glycyrrhizin yang telah dikonsumsi, dan kombinasi dari produk-produk ini dapat memicu efek samping.</p>
<p>Beberapa orang mengonsumsi suplemen makanan atau kesehatan yang sudah mengandung licorice, yang meningkatkan risiko efek toksik dari makan permen licorice hitam. Obat-obatan tertentu seperti <a href="https://doi.org/10.5414/cn107011"><em>hydrochlorothiazide</em></a> adalah diuretik yang menyebabkan peningkatan buang air kecil, yang dapat menurunkan kadar kalium dalam tubuh. <em>Glycyrrhizin</em> juga menurunkan kadar kalium, yang selanjutnya mengganggu keseimbangan elektrolit, yang dapat menyebabkan kram otot dan irama jantung yang tidak teratur.</p>
<p>Orang dengan riwayat penyakit tertentu lebih rentan terhadap <em>overdosis</em> licorice hitam.</p>
<p>Sebagai contoh, pasien yang sudah memiliki kadar kalium yang rendah (hipokalemia), tekanan darah tinggi atau aritmia jantung cenderung memiliki kerentanan yang lebih besar terhadap efek licorice yang berlebihan. Mereka yang memiliki defisiensi hati atau ginjal juga akan menyimpan <em>glycyrrhizin</em> dalam aliran darah mereka untuk waktu yang lebih lama, sehingga meningkatkan risiko mereka mengalami efek sampingnya.</p>
<h2>Apa yang harus dilakukan?</h2>
<p>Jika kamu adalah penggemar licorice hitam, tidak perlu melarangnya dari dapurmu. Dimakan dalam jumlah kecil dari waktu ke waktu, licorice tidak menimbulkan ancaman yang signifikan bagi orang dewasa dan anak-anak yang sehat. Namun, disarankan untuk memantau asupannya.</p>
<p>Menjelang Halloween, pastikan untuk mengingatkan anak-anak bahwa permen adalah “<a href="https://www.heart.org/idc/groups/heart-public/@wcm/@global/documents/downloadable/ucm_305557.pdf">makanan yang dimakan sekali-sekali</a>,” terutama licorice hitam. <a href="https://www.fda.gov/consumers/consumer-updates/black-licorice-trick-or-treat">Otoritas Makanan dan Obat (FDA) AS telah mengeluarkan peringatan</a> tentang efek yang jarang terjadi tapi serius dari terlalu banyak mengonsumsi licorice hitam, dan menyarankan agar orang-orang menghindari makan lebih dari dua ons licorice hitam sehari selama dua minggu atau lebih.</p>
<p>Badan tersebut menyatakan bahwa jika kita telah makan banyak licorice hitam dan mengalami irama jantung yang tidak teratur atau kelemahan otot, segera hentikan konsumsi dan hubungi penyedia layanan kesehatan.</p>
<p>Beberapa ilmuwan lebih lanjut telah memperingatkan terhadap penggunaan licorice secara rutin dalam bentuk suplemen makanan atau teh karena dugaan manfaat kesehatannya, termasuk pengobatan batuk <a href="https://doi.org/10.1002/emp2.12411">yang terkait dengan COVID-19</a> atau infeksi pernapasan lainnya. </p>
<p>Sebuah <a href="https://doi.org/10.1177/2042018812454322">artikel ulasan dari 2012</a> memperingatkan bahwa “konsumsi licorice setiap hari tidak pernah dibenarkan karena manfaatnya kecil dibandingkan dengan hasil yang merugikan dari konsumsi kronis.”</p>
<hr>
<p><em>Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/209577/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Bill Sullivan tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Siapa sangka licorice hitam memiliki sisi gelap? Seorang ilmuwan menjelaskan kapan licorice bisa berbahaya bagi kesehatan manusia.Bill Sullivan, Professor of Pharmacology & Toxicology, Indiana UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2091352023-07-10T04:44:12Z2023-07-10T04:44:12ZAspartam: pemanis populer dapat diklasifikasikan sebagai kemungkinan karsinogen oleh WHO – tapi tak ada alasan untuk panik<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/536328/original/file-20230707-27-ls0670.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">MMD Creative/Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Menurut <a href="https://www.reuters.com/business/healthcare-pharmaceuticals/whos-cancer-research-agency-say-aspartame-sweetener-possible-carcinogen-sources-2023-06-29/">laporan</a>, Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC), bagian dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), akan menyatakan pemanis buatan aspartam sebagai “mungkin karsinogenik bagi manusia”.</p>
<p><a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26377607/">Aspartam</a> kira-kira <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/0308814685901190">200 kali lebih manis</a> daripada gula dan merupakan salah satu pemanis buatan yang paling umum digunakan. Asparta terutama dipakai dalam makanan dan minuman “rendah kalori” atau “diet”, tetapi juga terkandung dalam berbagai macam produk termasuk minuman, es krim, permen karet, kembang gula, saus, dan makanan ringan.</p>
<p>Kita belum memiliki informasi lebih lanjut tentang bukti apa yang akan menjadi dasar klasifikasi baru ini oleh IARC, tetapi WHO akan menerbitkan data lengkapnya <a href="https://monographs.iarc.who.int/wp-content/%20uploads/2023/06/Meeting134-QA-June2023.pdf">pada 14 Juli</a>.</p>
<p>Meskipun dapat dipahami bahwa laporan seperti ini menimbulkan kekhawatiran, pada tahap ini tidak ada alasan untuk panik.</p>
<p>Aspartam pertama kali disetujui untuk digunakan oleh Badan Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) <a href="https://efsa.onlinelibrary.wiley.com/doi/epdf/10.2903/j.efsa.2013.3496">pada 1974</a>, dan sejak saat itu sudah ada klaim yang dibuat tentang efek potensial pada kesehatan.</p>
<p>Seiring waktu, aspartam tidak hanya dikaitkan dengan kanker, tetapi juga dengan <a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0116212">kondisi lain</a> seperti <em><a href="https://www.nhs.uk/conditions/multiple-sclerosis/#:%7E:text=Multiple%20sclerosis%20(MS)%20is%20a,it%20can%20occasionally%20be%20mild.">multiple sclerosis</a></em> (gangguan saraf pada mata, otak, dan tulang belakang), kebutaan, kejang, kehilangan ingatan, depresi, kecemasan, cacat lahir, dan kematian.</p>
<p>Namun, evaluasi yang kerap dilakukan oleh badan pengatur seperti <a href="https://apps.who.int/food-additives-contaminants-jecfa-database/Home/Chemical/62">WHO</a>, FDA, dan <a href="https://www.efsa.europa.eu/en/efsajournal/pub/3496">Otoritas Keamanan Pangan Eropa </a> (EFSA) tidak menemukan bukti yang mendukung pernyataan ini.</p>
<p>Sejauh ini, semua regulator telah sepakat bahwa aman bagi seseorang untuk mengonsumsi <a href="https://www.efsa.europa.eu/en/efsajournal/pub/3496">40 mg aspartam</a> per kilogram berat badannya per hari. Itu sekitar 2,8 g untuk orang dewasa dengan berat 70 kg – dan jauh lebih banyak daripada yang dikonsumsi kebanyakan orang.</p>
<h2>Apa sebenarnya arti ‘kemungkinan karsinogenik’?</h2>
<p>Keamanan bahan tambahan makanan <a href="https://www.efsa.europa.eu/en/topics/topic/food-additive-re-evaluations">dievaluasi ulang secara rutin</a>. Ini penting karena bukti baru dapat muncul, terutama dengan pengembangan berbagai metode untuk menilai dampak kesehatan dari zat aditif.</p>
<p>Tahun ini, aspartam telah dievaluasi ulang oleh dua badan WHO: Badan International untuk Penelitian Kanker (<a href="https://www.iarc.who.int/">IARC</a>) dan Komite Ahli Bersama FAO/WHO untuk Pangan Adiktif atau Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives (<a href="https://www.who.int/groups/joint-fao-who-expert-committee-on-food-additives-(jecfa)">JECFA</a>).</p>
<p>Kedua badan memiliki <a href="https://monographs.iarc.who.int/wp-content/uploads/2023/06/Meeting134-QA-June2023.pdf">variabel penilaian yang sangat berbeda</a>. IARC melihat bahaya dan JECFA berisiko. Perbedaan ini penting. Misalnya, sinar matahari berbahaya karena dapat menyebabkan kanker kulit, tetapi risikonya bergantung pada waktu yang dihabiskan di bawah sinar matahari dan penggunaan tabir surya.</p>
<p>Tugas IARC adalah menyelidiki kemungkinan penyebab kanker dan mengidentifikasi bahayanya. Dalam <a href="https://monographs.iarc.who.int/">laporannya</a> (disebut monograf), mereka meninjau semua bukti yang tersedia dan mengklasifikasikan bahaya ke dalam salah satu dari <a href="https://www.iarc.who.int/wp-content/uploads/2023/06/IARC_MONO_classification_2023_updated.png">empat kategori</a>:</p>
<ul>
<li>Kelompok 1: karsinogenik pada manusia (bukti yang cukup untuk kanker pada manusia)</li>
<li>Kelompok 2a: kemungkinan karsinogenik pada manusia (bukti terbatas pada manusia, cukup bukti pada hewan)</li>
<li>Kelompok 2b: kemungkinan karsinogenik pada manusia (bukti terbatas pada manusia, bukti tidak cukup pada hewan)</li>
<li>Kelompok 3: tidak dapat diklasifikasikan (tidak cukup bukti pada manusia atau hewan).</li>
</ul>
<p>Aspartam dilaporkan akan diklasifikasikan ke dalam kelompok 2b. Ini berbagi kategori ini dengan daun lidah buaya, radiasi elektromagnetik, obat jantung <a href="https://bnf.nice.org.uk/drugs/digoxin/">digoxin</a>, dan asap knalpot mesin, <a href="https://www.bbc.com/future/article/20230630-aspartame-what-else-is-possibly-cancerous">di antara banyak hal lainnya</a>. Untuk semua bahaya ini, ada beberapa data terbatas yang menunjukkan bahwa mereka dapat menyebabkan kanker – tetapi tidak ada yang meyakinkan.</p>
<p>Kategori ini bisa membingungkan, karena hanya merujuk pada kekuatan bukti bahwa sesuatu dapat menyebabkan kanker, bukan tingkat risikonya. Kelompok 1 misalnya termasuk merokok, alkohol, <a href="https://theconversation.com/not-all-processed-meats-carry-the-same-cancer-risk-64622">daging olahan</a>, plutonium, dan sinar matahari. Ada bukti yang meyakinkan bahwa masing-masing dapat menyebabkan kanker.</p>
<p>Tetapi risiko sebenarnya sangat berbeda dan bergantung pada jumlah dan eksposur. Misalnya, plutonium dan merokok sebaiknya dihindari, tetapi tidak ada alasan untuk menghindari daging olahan atau alkohol sepenuhnya.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="A hand holds a cigarette." src="https://images.theconversation.com/files/535511/original/file-20230704-29-7padyv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/535511/original/file-20230704-29-7padyv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/535511/original/file-20230704-29-7padyv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/535511/original/file-20230704-29-7padyv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/535511/original/file-20230704-29-7padyv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/535511/original/file-20230704-29-7padyv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/535511/original/file-20230704-29-7padyv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Merokok diketahui menyebabkan kanker.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/harmful-habit-hand-holding-cigarette-smoke-1885761310">Oakland Images/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Meskipun IARC menilai bahayanya, tugas JECFA adalah menilai risikonya dan membuat rekomendasi tentang <a href="https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/37578/9241542705-eng.%20pdf">asupan harian yang dapat diterima</a>.</p>
<p>Penilaian mereka juga akan dipublikasikan pada 14 Juli, tapi belum ada indikasi di laporan media apa yang akan dikatakannya. Asupan harian yang dapat diterima mungkin akan tetap pada 40 mg per kilogram berat badan, atau mungkin dikurangi. Tanpa memiliki akses ke data, tidak mungkin diprediksi.</p>
<h2>Bukti sejauh ini</h2>
<p>Tinjauan terakhir tentang keamanan aspartam <a href="https://www.efsa.europa.eu/en/press/news/131210">dilakukan oleh Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA)</a> pada 2013. Tinjauan ini tidak menemukan bukti baru bahwa aspartam menyebabkan kanker dan dikonfirmasi ulasan sebelumnya oleh regulator lain.</p>
<p>Salah satu senyawa yang menarik adalah <a href="https://www.efsa.europa.eu/en/efsjournal/pub/3496">metanol</a>, yang terbentuk di usus saat aspartam dipecah dan diubah menjadi formaldehida oleh tubuh manusia. Formaldehida dikenal sebagai karsinogen (kelompok 1). Namun, jumlah yang terbentuk setelah konsumsi aspartam jauh lebih rendah daripada yang dihasilkan tubuh secara alami.</p>
<p>Sementara itu, ada beberapa data dari studi Prancis, yang meminta partisipan untuk memberikan informasi tentang pola makan mereka dan mengikutinya selama beberapa tahun setelahnya. Penelitian ini menyarankan konsumsi aspartam yang tinggi <a href="https://journals.plos.org/plosmedicine/article?id=10.1371/journal.pmed.1003950">meningkatkan risiko kanker</a>.</p>
<p>Namun, hasilnya sulit ditafsirkan karena obesitas adalah <a href="https://www.wcrf.org/diet-activity-and-cancer/risk-factors/obesity-weight-gain-and-cancer">faktor risiko independen</a> untuk kanker dan orang yang obesitas sering menggunakan pemanis. Juga sulit untuk memperkirakan asupan aspartam secara akurat <a href="https://theconversation.com/a-whole-new-way-of-doing-nutrition-research-148352">hanya dari data diet</a>.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/artificial-sweeteners-linked-to-diabetes-and-obesity-95314">Artificial sweeteners linked to diabetes and obesity</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Kemungkinan penilaian yang akan datang akan mencakup data ini dan karenanya memberikan perkiraan risiko aspartam yang lebih baik. Sampai saat itu, tidak ada alasan untuk khawatir. </p>
<p>Aspartam telah diteliti sejak lama dan klasifikasi “kemungkinan karsinogenik” menunjukkan bahwa tidak mungkin akan ada perubahan besar dalam penilaian atau implikasinya bagi konsumen.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/209135/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Gunter Kuhnle has received research funding from Mars, Inc.</span></em></p>Meskipun IARC menilai bahayanya, tugas JECFA adalah menilai risikonya dan membuat rekomendasi tentang asupan harian yang dapat diterima.Gunter Kuhnle, Professor of Nutrition and Food Science, University of ReadingLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2069952023-06-09T03:29:50Z2023-06-09T03:29:50ZWHO sarankan tidak perlu minum pemanis buatan untuk menurunkan berat badan. Apakah gula lebih baik?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/530768/original/file-20230608-21-rfdzdn.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Baru-baru ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) <a href="https://www.who.int/news/item/15-05-2023-who-advises-not-to-use-non-sugar-sweeteners-for-weight-control-in-newly-released-guideline">menyarankan</a> bahwa “pemanis non-gula tidak boleh digunakan sebagai sarana untuk mencapai pengendalian berat badan atau mengurangi risiko penyakit tidak menular” seperti diabetes dan penyakit jantung.</p>
<p>Pemanis buatan adalah senyawa alami atau senyawa sintesis yang rasanya manis seperti gula – dan <a href="https://www.foodstandards.gov.au/consumer/additives/SiteAssets/Pages/Steviol-glycosides-%%2028960%29-%28intens-pemanis%29%20%28stevia%29/SteviolGlycosideRiskAssessment_April2023.pdf">hingga 400 kali lipat</a> lebih manis menurut beratnya – tapi tidak memberikan energi yang berarti atau bahkan tak memberikan energi. Sebagai perbandingan, gula memiliki 17 kilojoule (atau empat kalori) per gram, jadi satu sendok teh gula akan memiliki 85 kilojoule (kj).</p>
<p>Beberapa jenis pemanis buatan <a href="https://www.foodstandards.gov.au/consumer/additives/pages/sweeteners.aspx">digunakan di Australia</a>, tempat saya meneliti. Ada yang sintetis, ada yang diekstraksi dari makanan seperti buah biksu dan tanaman stevia.</p>
<p>Jadi, apa arti pedoman WHO yang baru bagi orang yang beralih ke pemanis buatan karena alasan kesehatan? Haruskah mereka kembali ke gula?</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/food-and-drinks-are-getting-sweeter-even-if-its-not-all-sugar-its-bad-for-our-health-187605">Food and drinks are getting sweeter. Even if it's not all sugar, it's bad for our health</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Dipromosikan untuk menurunkan berat badan</h2>
<p>Sebagai seorang ahli diet klinis pada tahun 1990-an, saya ingat ketika pemanis buatan mulai muncul dalam makanan olahan. Mereka dipromosikan sebagai cara mengganti gula menjadi produk makanan yang dapat menyebabkan penurunan berat badan.</p>
<p>Satu kaleng minuman ringan manis mengandung rata-rata sekitar 500 kj. Secara teoritis, mengganti satu kaleng minuman ringan bergula dengan satu kaleng minuman bersoda berpemanis buatan setiap hari akan mengurangi berat badan Anda sekitar 1 kg per bulan.</p>
<p>Tapi penelitian selama beberapa dekade terakhir menunjukkan bahwa hal ini tidak bertahan lama.</p>
<h2>Berdasarkan apa saran baru ini?</h2>
<p>WHO mendasarkan rekomendasinya pada <a href="https://theconversation.com/how-do-we-know-what-works-systematic-research-reviews-5979">peninjauan sistematis (<em>systematic review</em>)</a> yang <a href="https://www.who.int/publications/i/item/9789240073616">telah dilakukan lembaga tersebut</a>. Tujuannya adalah untuk memberikan panduan berbasis bukti tentang penggunaan pemanis buatan dalam manajemen berat badan dan untuk pencegahan penyakit.</p>
<p><a href="https://www.who.int/data/gho/data/themes/topics/topic-details/GHO/ncd-mortality">Pengelolaan berat badan</a> penting, mengingat obesitas meningkatkan risiko penyakit seperti diabetes dan penyakit tertentu jenis kanker, yang merupakan <a href="https://www.who.int/data/gho/data/themes/topics/topic-details/GHO/ncd-mortality">penyebab utama</a> kematian secara global.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1658164337758855168"}"></div></p>
<p><a href="https://www.who.int/publications/i/item/9789240073616">Tinjauan sistematis WHO</a> menyertakan data dari berbagai jenis penelitian, yang memberi kita informasi berbeda:</p>
<ul>
<li><p>50 adalah uji coba terkontrol secara acak (ketika para ilmuwan melakukan intervensi dan membuat perubahan – dalam hal ini pada pola makan – sambil menjaga segala sesuatunya tetap konstan, untuk melihat dampak dari perubahan itu)</p></li>
<li><p>97 adalah studi kohort prospektif (ketika para ilmuwan mengamati satu faktor risiko dalam kelompok besar orang selama periode waktu tertentu untuk melihat bagaimana pengaruhnya terhadap hasil – tanpa campur tangan atau melakukan perubahan apa pun)</p></li>
<li><p>47 adalah studi kasus-kontrol (jenis lain dari studi observasional yang mengikuti dan membandingkan dua kelompok orang yang diuji coba, selain dari faktor risiko yang menarik).</p></li>
</ul>
<p>Uji coba terkontrol secara acak memberi kita data kausal (hubungan sebab-akibat), memungkinkan kita untuk mengatakan intervensi menyebabkan perubahan yang kita lihat.</p>
<p>Kelompok prospektif dan kontrol kasus hanya memberi kita asosiasi atau keterkaitan. Kita tidak dapat membuktikan faktor risiko yang menyebabkan perubahan hasil – dalam hal ini, berat badan – karena faktor risiko lain yang belum dipertimbangkan para ilmuwan dapat menjadi penyebabnya. Tapi mereka memberi petunjuk bagus tentang apa yang mungkin terjadi, terutama jika kita tidak dapat melakukan uji coba karena tidak etis atau tidak aman untuk memberikan atau menahan pengobatan tertentu.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/526746/original/file-20230517-19-1nqed9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="person puts sweetener in cup of tea" src="https://images.theconversation.com/files/526746/original/file-20230517-19-1nqed9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/526746/original/file-20230517-19-1nqed9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/526746/original/file-20230517-19-1nqed9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/526746/original/file-20230517-19-1nqed9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/526746/original/file-20230517-19-1nqed9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/526746/original/file-20230517-19-1nqed9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/526746/original/file-20230517-19-1nqed9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Tinjauan WHO mengamati berbagai jenis penelitian yang menyelidiki pemanis buatan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/N2n01mhpbmg">Unsplash</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tinjauan sistematis WHO mengkaji kegemukan tubuh, penyakit tidak menular dan kematian.</p>
<p>Untuk kegemukan tubuh, uji coba terkontrol secara acak menunjukkan mereka yang mengonsumsi lebih banyak pemanis buatan memiliki berat badan yang sedikit lebih rendah – rata-rata 0,71 kg – dibandingkan mereka yang mengonsumsi lebih sedikit atau tanpa pemanis buatan.</p>
<p>Akan tetapi, studi kohort menemukan asupan pemanis buatan yang lebih tinggi dikaitkan dengan BMI yang lebih tinggi, atau indeks massa tubuh (0,14 kg/m2) dan kemungkinan peningkatan obesitas sebesar 76%.</p>
<p>Studi kohort prospektif menunjukkan pada tiap minuman yang memiliki asupan pemanis buatan yang tinggi, ada peningkatan risiko diabetes tipe 2 hingga 23%. Jika pemanis buatan dikonsumsi sebagai barang meja (yang ditambahkan konsumen ke makanan dan minuman), ada peningkatan risiko diabetes sebesar 34%.</p>
<p>Pada penderita diabetes, pemanis buatan tidak memperbaiki atau memperburuk indikator klinis apa pun yang digunakan untuk memantau diabetes mereka seperti gula darah puasa atau kadar insulin.</p>
<p>Asupan pemanis buatan yang lebih tinggi dikaitkan dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular, dan kematian dalam studi observasi prospektif jangka panjang selama rata-rata 13 tahun terhadap peserta.</p>
<p>Tapi pemanis buatan tidak dikaitkan dengan perbedaan tingkat kanker secara keseluruhan atau kematian dini akibat kanker.</p>
<p>Secara keseluruhan, sementara uji coba terkontrol secara acak menunjukkan penurunan berat badan sedikit lebih banyak pada orang yang menggunakan pemanis buatan, studi observasional menemukan kelompok ini cenderung memiliki peningkatan risiko obesitas dan hasil kesehatan yang lebih buruk.</p>
<h2>Apakah <em>systematic review</em> memiliki kekurangan?</h2>
<p>Saran WHO telah menimbulkan <a href="https://www.sciencemediacentre.org/expert-reaction-to-new-who-guideline-which-advises-not-to-use-non-sugar-sweeteners-for-weight-control-or-to-reduce-the-risk-of-noncommunicable-diseases/">beberapa kritik</a> karena uji coba terkontrol secara acak memang menunjukkan beberapa manfaat penurunan berat badan untuk menggunakan pemanis buatan, meskipun kecil.</p>
<p>Namun WHO dengan jelas menyatakan sarannya didasarkan pada berbagai desain penelitian, bukan hanya uji coba terkontrol secara acak.</p>
<p>Selain itu, WHO menilai kualitas studi dalam tinjauan tersebut sebagai “kepastian rendah atau sangat rendah”.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/sweeteners-may-be-linked-to-increased-cancer-risk-new-research-179709">Sweeteners may be linked to increased cancer risk – new research</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Apakah mereka tidak aman?</h2>
<p>Nasihat ini tidak berarti pemanis buatan tidak aman atau harus dilarang. Tinjauan ilmiah WHO bukan tentang masalah kimia atau keamanan.</p>
<h2>Jadi, apakah kita lebih baik mengonsumsi gula saja?</h2>
<p>Jawabannya adalah tidak.</p>
<p>Pada 2015, WHO merilis <a href="https://www.who.int/publications/i/item/9789241549028">pedoman tentang asupan gula tambahan</a> untuk mengurangi risiko kelebihan berat badan dan obesitas. Gula tambahan ditemukan dalam makanan dan minuman olahan dan ultra-olahan seperti minuman ringan, minuman buah, minuman olahraga, cokelat dan gula-gula, yogurt rasa, dan muesli bar.</p>
<p>Pedoman ini menyarankan orang mengkonsumsi tidak lebih 10% dari total asupan energi, yaitu sekitar 50 gram (sepuluh sendok teh), gula per hari untuk rata-rata orang dewasa yang membutuhkan 8.700 kj sehari.</p>
<p>Rekomendasi WHO sejalan dengan <a href="https://www.eatforhealth.gov.au/food-essentials/how-much-do-we-need-each-day/recommended-number-serves-%20dewasa">Panduan Diet Australia</a>, yang merekomendasikan tidak lebih dari tiga porsi makanan tambahan per hari, jika Anda membutuhkan energi ekstra. Namun yang terbaik adalah mendapatkan energi ekstra dari kelompok makanan inti (biji-bijian, sayuran, buah, produk susu dan protein) daripada makanan tambahan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/8-everyday-foods-you-might-not-realise-are-ultra-processed-and-how-to-spot-them-197993">8 everyday foods you might not realise are ultra processed – and how to spot them</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Jadi apa yang saya minum sekarang?</h2>
<p>Jadi, jika minuman buatan dan gula dalam minuman tidak disarankan untuk menurunkan berat badan, apa yang bisa Anda minum?</p>
<p>Beberapa pilihan termasuk air, kombucha tanpa tambahan gula, teh atau kopi. Soda dan air mineral yang dibumbui dengan sedikit jus buah favorit Anda adalah pengganti yang baik.</p>
<p>Susu juga merupakan pilihan yang baik, terutama jika saat ini Anda tidak memenuhi kebutuhan kalsium.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/206995/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Evangeline Mantzioris is affiliated with Alliance for Research in Nutrition, Exercise and Activity (ARENA) at the University of South Australia. Evangeline Mantzioris has received funding from the National Health and Medical Research Council, and has been appointed to the National Health and Medical Research Council Dietary Guideline Expert Committee.</span></em></p>Nasihat ini tidak berarti pemanis buatan tidak aman atau harus dilarang. Tinjauan ilmiah WHO bukan tentang masalah kimia atau keamanan.Evangeline Mantzioris, Program Director of Nutrition and Food Sciences, Accredited Practising Dietitian, University of South AustraliaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2066532023-06-08T03:57:02Z2023-06-08T03:57:02Z8 makanan ini ternyata adalah makanan ultra-proses! Begini cara mengetahuinya<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/528901/original/file-20230529-22-72tsho.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Makanan ultra-proses bukan hanya istilah lain untuk junk food. Makanan ini telah terbukti berdampak buruk.</span> </figcaption></figure><p>Selama bertahun-tahun, istilah “<em>junk food</em>” telah digunakan untuk menyebut makanan yang dianggap tidak baik untuk kita, dan tidak bergizi. Namun, <em>junk food</em> dapat berarti hal yang berbeda bagi setiap orang. </p>
<p>Pedoman diet resmi telah menggunakan istilah yang lebih enak seperti “<em>discretionary foods</em> (makanan tambahan)”, “<em>sometimes foods</em> (makanan kadang kala)” dan “<em>high sugar, salt and fat foods</em> (makanan tinggi lemak, garam dan gula)”. </p>
<p>Namun label-label ini tidak selalu membuat tugas mengidentifikasi makanan bergizi menjadi lebih mudah. Lagi pula, banyak buah-buahan segar yang tinggi gula dan beberapa salad sayuran rendah nutrisi - tapi itu tidak membuat mereka tidak sehat. Dan produk makanan seperti minuman ringan dengan tanpa tambahan gula dan muesli batangan yang diperkaya dengan zat tambahan nutrisi belum tentu sehat.</p>
<p>Pada 2009, <a href="https://www.cambridge.org/core/journals/public-health-nutrition/article/nutrition-and-health-the-issue-is-not-food-nor-nutrients-so-much-as-processing/0C514FC9DB264538F83D5D34A81BB10A">para ahli</a> mengusulkan menggunakan tingkat dan tujuan pengolahan makanan industri sebagai indikator utama masalah gizi. </p>
<p>Teori ini mengakui bahwa beberapa pengolahan makanan membantu membuat makanan menjadi lebih nyaman, lebih aman, dan lebih enak. Namun, teori ini juga menominasikan satu kelas makanan - yang disebut “makanan ultra-proses–makanan yang melewati banyak pengolahan di pabrik sebelum dimakan” - sebagai makanan yang tidak sehat, berdasarkan lebih dari sekadar kandungan garam, lemak, dan gula. </p>
<p>Sejumlah besar bukti sekarang menunjukkan bahwa konsumsi makanan ultra-proses dikaitkan dengan <a href="https://www.mdpi.com/2072-6643/12/7/1955">kesehatan manusia</a> yang lebih buruk (termasuk tingkat penyakit jantung, diabetes, dan obesitas) dan <a href="https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=4306622">kesehatan planet</a> (polusi plastik, penggunaan energi dan lahan yang berlebihan, hilangnya keanekaragaman hayati).</p>
<p>Namun, bagaimana kita dapat mengenali makanan-makanan tersebut saat kita sedang merencanakan apa yang akan kita akan beli atau makan?</p>
<h2>Apa yang termasuk sebagai makanan ultra-proses?</h2>
<p>Makanan ultra-proses dibuat dengan menggunakan metode pengolahan industri dan mengandung bahan-bahan yang biasanya tidak akan kita temukan di dapur rumah kita. </p>
<p>Metode pengolahan yang digunakan dapat mencakup <a href="http://pubs.cahnrs.wsu.edu/publications/wp-content/uploads/sites/2/publications/FS264E.pdf">ekstrusi</a>, pencetakan, modifikasi kimiawi, dan hidrogenasi (yang dapat mengubah lemak tak jenuh cair menjadi bentuk yang lebih padat). Namun, produsen tidak perlu mencantumkan proses pengolahan makanan pada label, sehingga sulit untuk mengidentifikasi makanan ultra-proses. Tempat terbaik untuk memulai adalah daftar bahan makanan.</p>
<p>Ada dua jenis bahan yang mengklasifikasikan makanan ultra-proses: bahan makanan industri dan bahan tambahan kosmetik. Zat makanan termasuk versi olahan dari protein dan serat (seperti bubuk whey atau inulin), maltodekstrin (karbohidrat yang diproses secara intensif), sirup fruktosa atau glukosa, dan minyak terhidrogenasi. </p>
<p>Bahan tambahan kosmetik digunakan untuk meningkatkan tekstur, rasa, atau warna makanan. Mereka membuat makanan ultra-proses menjadi lebih menarik dan sangat lezat (berkontribusi pada konsumsi berlebihan). Contohnya adalah pewarna dan perasa (termasuk yang terdaftar sebagai “alami”), pemanis non-kalori (termasuk stevia), penguat rasa (seperti ekstrak ragi dan MSG), serta pengental dan pengemulsi (yang mengubah tekstur makanan).</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1616035997027811329"}"></div></p>
<h2>8 makanan yang mungkin tidak kamu sadari adalah makanan ultra-proses</h2>
<p>Ultra-proses bukan hanya nama lain dari sampah - meskipun makanan seperti minuman ringan, kembang gula, dan keripik adalah ultra-proses. Ada banyak makanan kemasan yang biasanya kita anggap sehat ternyata merupakan makanan ultra-proses. </p>
<p><strong>1. Sereal sarapan pagi</strong></p>
<p>Banyak sereal dan minuman sarapan yang dipasarkan sebagai makanan sehat adalah makanan yang ultra-proses. Mereka dapat mengandung maltodekstrin, protein dan serat olahan, serta pewarna. Gandum, di sisi lain, hanya mengandung satu bahan: gandum! </p>
<p><strong>2. Protein dan muesli batangan dan bola-bola</strong></p>
<p>Terlepas dari promosi sensasional sehat, banyak dari makanan ini adalah makanan ultra-proses, mengandung serat dan protein olahan, gula <em>invert</em> (gula yang dimodifikasi melalui proses industri) dan pemanis non-kalori.</p>
<p><strong>3. ‘Produk susu’ nabati</strong></p>
<p>Banyak produk susu alternatif mengandung pengemulsi, getah nabati, dan perasa. Tidak semua merek diproses secara ultra-proses, jadi periksalah daftar bahannya. Beberapa susu kedelai hanya mengandung air, kedelai, minyak dan garam. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/506028/original/file-20230124-11-ydoe2m.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="contoh sereal sarapan pagi" src="https://images.theconversation.com/files/506028/original/file-20230124-11-ydoe2m.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/506028/original/file-20230124-11-ydoe2m.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/506028/original/file-20230124-11-ydoe2m.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/506028/original/file-20230124-11-ydoe2m.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/506028/original/file-20230124-11-ydoe2m.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/506028/original/file-20230124-11-ydoe2m.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/506028/original/file-20230124-11-ydoe2m.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Beberapa makanan ultra-proses mudah dikenali. Tapi yang lainnya tampak cukup sehat.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/variety-cold-cereals-quick-breakfast-kids-577772020">Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p><strong>4. Roti</strong> </p>
<p>Beberapa roti kemasan mengandung pengemulsi dan pati yang dimodifikasi (pati yang diubah melalui metode industri) dan getah sayuran - biasanya berupa roti yang dibungkus plastik, diiris, dan lebih murah. Sebaliknya, roti segar dari toko roti jarang sekali mengalami pengolahan ultra-proses.</p>
<p><strong>5. Yogurt</strong> </p>
<p>Yogurt dengan rasa sering kali mengandung bahan tambahan seperti pengental, pemanis non-kalori, atau perasa. Pilihlah yogurt tawar sebagai gantinya. </p>
<p><strong>6. Bumbu dan saus makanan</strong></p>
<p>Saus pasta dan tumisan yang sudah jadi biasanya mengandung bahan-bahan seperti pengental, penambah rasa dan pewarna. Tapi saus sederhana dapat Anda buat di rumah dengan bahan-bahan seperti tomat kalengan, sayuran, bawang putih, dan rempah-rempah yang diproses secara minimal.</p>
<p><strong>7. Daging olahan</strong></p>
<p>Daging dingin dalam kemasan mungkin mengandung pengemulsi, pati yang dimodifikasi, pengental, dan serat tambahan - menjadikannya makanan ultra-proses. Gantilah daging olahan dalam kemasan dengan alternatif lain seperti daging panggang dingin atau ayam.</p>
<p><strong>8. Margarin</strong></p>
<p>Cara pembuatan margarin dan olesan non-susu (dengan menghidrogenasi minyak nabati) dan zat tambahan yang dikandungnya, seperti pengemulsi dan pewarna, menjadikannya makanan ultra-proses - tidak seperti mentega yang pada dasarnya adalah krim dan sedikit garam.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/506032/original/file-20230124-13-yxys4z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="man in supermarket looks confused" src="https://images.theconversation.com/files/506032/original/file-20230124-13-yxys4z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/506032/original/file-20230124-13-yxys4z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=411&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/506032/original/file-20230124-13-yxys4z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=411&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/506032/original/file-20230124-13-yxys4z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=411&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/506032/original/file-20230124-13-yxys4z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=516&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/506032/original/file-20230124-13-yxys4z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=516&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/506032/original/file-20230124-13-yxys4z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=516&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Makanan ultra-proses mendominasi rak-rak supermarket. Tapi ada baiknya kita memeriksa daftar bahannya.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/young-man-shopping-supermarket-reading-product-1932968393">Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Tapi apakah semua makanan ultra-proses itu buruk?</h2>
<p>Beberapa jenis makanan ultra-proses mungkin terlihat lebih sehat daripada yang lain karena mengandung lebih sedikit bahan industri atau lebih rendah gula. Namun, hal ini belum tentu kurang berbahaya bagi kesehatan kita. </p>
<p>Kita tahu bahwa orang Australia mengonsumsi hingga <a href="https://bmjopen.bmj.com/content/9/8/e029544">42% energi mereka</a> dari makanan ultra-proses dan efek kumulatif dari bahan-bahan industri pada keseluruhan makanan tidak diketahui.</p>
<p>Selain itu, ketika kita mengonsumsi makanan ultra-proses, kita mungkin akan menggantikan makanan segar yang bergizi dari menu makanan kita. Jadi, mengurangi makanan ultra-proses sebanyak mungkin adalah cara untuk beralih ke <a href="https://www.cambridge.org/core/journals/public-health-nutrition/article/ultraprocessed-foods-a-fitforpurpose-concept-for-nutrition-policy-activities-to-tackle-unhealthy-and-unsustainable-diets/1698DBB568B10674ED2D06F1D7373D5A">pola makan yang lebih sehat dan berkelanjutan</a>. Meskipun tidak lengkap, ada <a href="https://world.openfoodfacts.org/">data online</a> yang menilai produk tertentu untuk memandu pilihan makanan. </p>
<p>Supermarket didominasi oleh makanan ultra-proses sehingga sulit untuk menghindarinya sama sekali. Dan terkadang pilihan dibatasi oleh ketersediaan, alergi atau intoleransi makanan. </p>
<p>Kita semua dapat membuat perubahan positif pada pola makan kita dengan memilih lebih sedikit makanan olahan. Tapi pemerintah juga dapat membuat peraturan untuk membuat makanan yang diproses secara minimal lebih tersedia dan terjangka, sekaligus <a href="https://academic.oup.com/cdn/article/6/8/nzac112/6628777">mencegah pembelian dan konsumsi makanan utra-proses</a>. </p>
<hr>
<p><em>Demetrius Adyatma Pangestu dari Universitas Bina Nusantara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/206653/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Mark Lawrence menerima dana dari Australian Research Council. Dia adalah Board member of Food Standards Australia New Zealand. Pandangan yang diungkapkan dalam artikel ini tidak mencerminkan posisi organisasi mana pun yang terkait dengannya.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Priscila Machado menerima dana dari Alfred Deakin Postdoctoral Research Fellowship yang disediakan oleh Universitas Deakin. Dia juga menerima dana dari Australian Research Council serta Sao Paulo Research Foundation. Dia berafiliasi dengan Nutrition Society of Australia, the World Public Health Nutrition Association dan the Healthy Food Systems Australia advocacy group.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Julie Woods dan Sarah Dickie tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>“Ultra-processed” bukan hanya istilah lain untuk junk food. Makanan ini telah terbukti berdampak buruk bagi tubuh dan planet ini - dan bisa jadi sulit untuk diidentifikasi.Sarah Dickie, PhD Candidate in Public Health Nutrition, Deakin UniversityJulie Woods, Honorary Associate Professor of Public Health Nutrition, Deakin UniversityMark Lawrence, Professor of Public Health Nutrition, Institute for Physical Activity and Nutrition, Deakin UniversityPriscila Machado, Research Fellow, Institute for Physical Activity and Nutrition, Deakin UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1998762023-02-15T04:20:45Z2023-02-15T04:20:45ZKasus diabetes anak di Indonesia naik: apa penyebab dan bagaimana mencegahnya<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/510002/original/file-20230214-26-z74ehq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Injeksi insulin merupakan salah satu cara untuk mengendalikan gula darah para penderita diabetes. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.cdc.gov/diabetes/basics/diabetes-type-1-diagnosis.html">CDC</a></span></figcaption></figure><p>Baru-baru ini media massa memberitakan tentang meningkatnya <a href="https://www.bbc.com/indonesia/articles/clj6rene4y7o">kasus diabetes pada anak di Indonesia</a>. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebutkan kasus diabetes pada anak melonjak <a href="https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20230202091237-33-410301/kasus-diabetes-anak-meningkat-70-kali-lipat-kenali-gejalanya">hingga 70 kali lipat sejak 2010 hingga awal 2023</a>. </p>
<p>Angka itu muncul ke publik dari <a href="https://www.bbc.com/indonesia/articles/clj6rene4y7o">pernyataan IDAI</a> bahwa prevalensi diabetes anak pada 2010 adalah 0,028 per 100.000 anak, sementara per Januari 2023 angkanya 2 per 100.000 anak. Jika hal itu benar, angka itu sangat mengkhawatirkan orang tua dan masyarakat. Saya telah mencari sumber data atau laporan aslinya namun tidak dapat menemukan. </p>
<p>Namun data kelebihan berat badan pada anak di negeri ini bisa memberikan gambaran risiko diabetes. Data <a href="http://labdata.litbang.kemkes.go.id/images/download/laporan/RKD/2018/Laporan_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf">Riset Kesehatan Dasar 2018</a> menunjukkan 10,8% dan 9,2% anak berusia 5-12 tahun mengalami kegemukan dan obesitas, secara berurutan. Keduanya merupakan salah satu faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terjadinya diabetes. </p>
<p>Karena itu, menurunkan angka kegemukan dan obesitas pada anak merupakan langkah preventif untuk mengurangi risiko terjadinya diabetes tipe 2, diabetes karena gaya hidup saat mereka dewasa.</p>
<p>Banyak penelitian menyebutkan <a href="https://academic.oup.com/nutritionreviews/article/70/9/509/1835283">menyusui</a> merupakan faktor pelindung dari <a href="https://academic.oup.com/ajcn/article/109/Supplement_1/817S/5456706">terjadinya diabetes tipe 1 (pada anak)</a> dan tipe 2 baik pada anak pada <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s11892-019-1121-x">masa mendatang maupun bagi ibu</a>. Memberlakukan <a href="https://theconversation.com/penarikan-cukai-untuk-minuman-berpemanis-langkah-awal-mengurangi-diabetes-191961">cukai gula</a> juga penting untuk menurunkan konsumsi gula di masyarakat.</p>
<h2>Dua tipe diabetes</h2>
<p>Diabetes terdiri dari dua tipe. Diabetes tipe 1 biasanya muncul pada usia anak yang disebabkan oleh kondisi genetik. Sedangkan diabetes tipe 2 biasanya muncul karena pengaruh gaya hidup dan mayoritas menimpa orang dewasa.</p>
<p>Meski dalam berita tidak disebutkan tipe diabetes mana yang meningkat, namun kedua tipe diabetes ini merupakan kondisi kronis, yang hingga saat ini tidak ada obat untuk menyembuhkan. Kondisi ini hanya bisa dikelola dengan menjaga kadar gula darah terkendali agar orang dengan diabetes memiliki kualitas hidup yang optimal.</p>
<p>Gejala yang <a href="https://www.cdc.gov/diabetes/basics/symptoms.html">muncul pada penderita diabetes</a> antara lain sering merasa haus dan lapar, buang air kecil lebih sering, merasa lemah dan sebagainya. Namun demikian untuk mendapatkan diagnosis yang tepat, perlu dilakukan pemeriksaan oleh dokter secara langsung, termasuk juga pemeriksaan laboratorium.</p>
<p>Diabetes yang biasanya muncul pada usia anak adalah diabetes tipe 1, saat tubuh tidak dapat memproduksi hormon insulin yang berfungsi untuk mengatur makanan menjadi energi. Faktor penyebab diabetes tipe 1 masih belum jelas, meski seringkali penyebab dianggap karena faktor genetik. </p>
<p>Diabetes tipe 2 dapat didiagnosis pada anak dan dapat dicegah. Faktor risiko <a href="https://www.healthdirect.gov.au/diabetes">diabetes tipe 2</a> adalah pola makan, kurangnya aktivitas fisik atau olahraga, berat bada berlebih atau obesitas.</p>
<p>Laporan dari IDAI pada berita di atas menyebutkan bahwa faktor penyebab meningkatnya diabetes pada anak Indonesia salah satunya karena faktor gaya hidup, terlebih kurangnya aktivitas fisik dan tingginya konsumsi makanan dengan pemanis tambahan.</p>
<p>Pola makan sehat pada anak, meliputi menyusui anak usia 0-2 tahun, konsumsi makanan rendah gula, dan konsumsi makanan segar seperti buah, sayuran dan biji-bijian utuh.</p>
<h2>Panduan pemberian makan pada bayi dan anak</h2>
<p>Seribu hari pertama kehidupan anak, yang dihitung sejak dalam kandungan, memiliki pengaruh yang besar tidak hanya terhadap perkembangan fisik dan mental anak, tapi juga terhadap <a href="https://healthyeatingresearch.org/wp-content/uploads/2017/02/her_feeding_guidelines_report_021416-1.pdf">pola makan anak pada masa mendatang</a>.</p>
<p>Dalam panduan pemberian makan pada bayi dan anak, rekomendasi utama adalah memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja sejak lahir hingga usia 6 bulan atau yang biasa disebut ASI eksklusif. Sejak usia 6 bulan, bayi bisa diberikan makanan pendamping ASI (MPASI). </p>
<p>Sesuai namanya, MPASI mengiringi proses menyusui yang direkomendasikan hingga usia 2 tahun. Anak di atas usia 2 tahun tidak membutuhkan susu lagi sebagai asupan utama, meski ASI masih boleh terus diberikan dengan manfaat membantu meningkatkan imunitas tubuh. </p>
<p>Manfaat lainnya terkait diabetes, ada banyak riset menyatakan <a href="https://academic.oup.com/nutritionreviews/article/70/9/509/1835283">menyusui</a> merupakan faktor pencegah <a href="https://academic.oup.com/ajcn/article/109/Supplement_1/817S/5456706">diabetes tipe 1 (pada anak)</a> dan tipe 2 baik pada anak pada <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s11892-019-1121-x">masa mendatang maupun bagi ibu</a>.</p>
<p>Meski demikian banyak orang tua merasa nutrisi anak tidak lengkap jika tidak mengkonsumsi susu formula pertumbuhan (dalam bahasa Inggris disebut <em>growing-up milk</em> atau <em>toddler milk</em>). Susu ini dipasarkan dengan target anak usia 1 sampai 3 tahun. </p>
<p>Meskipun demikian, mirip dengan <a href="https://journals.co.za/doi/abs/10.7196/SAMJ.2019.v109i5.13314">satu berita mengenai makanan bayi komersial</a>, satu riset di Indonesia menyebutkan bahwa <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/mcn.13186">rerata kandungan gula dalam susu pertumbuhan</a> yang beredar di di negeri ini sebesar 7,3 gram per 100 mililiter. Ini setara dengan level gula dalam minuman dengan tambahan gula (<em>sugar-sweetened beverages</em>). </p>
<p>Banyak susu pertumbuhan yang dipasarkan di Indonesia mengklaim manfaat gizi untuk anak, namun kandungan gula yang tinggi merupakan satu masalah penting dan tidak pantas diberikan dalam pola makan anak.</p>
<h2>Pencegahan di level individu dan keluarga</h2>
<p>Peningkatan kasus kegemukan, obesitas, dan diabetes pada anak merupakan peringatan bagi orang tua untuk menjadi lebih perhatian terhadap gaya hidup dan pola makan mereka. Gaya hidup dan pola makan keluarga sangat berpengaruh pada pola makan dan aktivitas fisik anak-anak.</p>
<p>Calon ibu dan calon ayah perlu mempersiapkan menyusui bayinya sejak masa kehamilan dengan menghadiri kelas edukasi pengasuhan bayi. Mereka bisa berdiskusi dengan tenaga kesehatan saat melakukan periksa kehamilan, memilih fasilitas kesehatan yang mendukung menyusui serta bergabung dengan komunitas pendukung menyusui. </p>
<p>Setelah persalinan, ibu dapat berdiskusi dengan konselor menyusui atau konsultan laktasi jika mereka berencana kembali bekerja.</p>
<p>Pemberian MPASI pada usia 6 bulan juga merupakan tahapan penting saat bayi mendapatkan kesempatan belajar pertama untuk mengenali bahan makanan asli dan juga kebiasaan makan yang baik. Jadi, MPASI merupakan kesempatan yang penting dari sekadar memberikan makanan pada bayi.</p>
<h2>Apa yang dapat dilakukan pemerintah?</h2>
<p>WHO dan UNICEF telah meluncurkan <a href="https://www.who.int/publications/i/item/9241541601">Kode Internasional Pemasaran Produk Pengganti ASI pada 1981</a> untuk mengatur pemasaran susu formula yang tidak etis. </p>
<p>Pemerintah Indonesia telah menerbitkan <a href="https://jdih.baliprov.go.id/produk-hukum/peraturan/katalog/22919">Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 49 Tahun 2014</a> tentang Standar Mutu Gizi, Pelabelan dan Periklanan Susu Formula Pertumbuhan Anak usia 1-3 tahun. Lebih jauh, WHO juga mengeluarkan informasi tambahan sebagai peringatan mengenai promosi silang susu formula bayi dan susu formula pertumbuhan. Namun demikian, pelaksanaan peraturan ini masih perlu diperkuat. </p>
<p>Pemerintah harus juga fokus pada <a href="https://www.hse.ie/file-library/sroi-on-phn-led-breastfeeding-groups-main-report.pdf">program</a> yang mendukung menyusui yang <a href="https://bmcpublichealth.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12889-018-5334-8">terbukti menurunkan risiko diabetes</a> dan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33413439/">meningkatkan imunitas anak</a>, juga <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34602882/">terbukti membawa manfaat secara ekonomi</a>.</p>
<p>Pemerintah juga dapat mempertimbangkan memberlakukan <a href="https://theconversation.com/penarikan-cukai-untuk-minuman-berpemanis-langkah-awal-mengurangi-diabetes-191961">pajak pada minuman dengan gula tambahan (<em>sugar-tax</em>)</a>. Strategi ini bertujuan untuk <a href="https://theconversation.com/minuman-manis-tak-sehat-mengepung-remaja-indonesia-saatnya-pemerintah-tarik-cukai-gula-144370">menurunkan konsumsi minuman dan makanan dengan gula</a> tambahan dengan cara menaikkan harga dengan harapan kemampuan beli masyarakat akan menurun.</p>
<p>Satu penelitian <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s40258-021-00685-x">review sistematik</a> menunjukkan bahwa kebijakan ini efektif, namun demikian penulis menyarankan untuk mengkombinasikan dengan intervensi lain, seperti peningkatan literasi kesehatan, dan peningkatan kesempatan untuk beraktivitas secara fisik, terutama pada anak-anak.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/199876/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Peningkatan kasus kegemukan, obesitas, dan diabetes pada anak merupakan peringatan bagi orang tua untuk menjadi lebih perhatian terhadap gaya hidup dan pola makan mereka.Andini Pramono, PhD Candidate, Department of Health Economics, Wellbeing and Society, National Centre for Epidemiology and Population Health, Australian National UniversityKatelyn Barnes, Postdoctoral Research Fellow, The University of QueenslandLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1945212022-11-14T07:07:20Z2022-11-14T07:07:20ZJumlah pengidap diabetes terus naik: mengapa nasi jadi tertuduh utama di Asia<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/495028/original/file-20221114-25-sl4k70.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pembeli melihat berbagai jenis beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jatinegara, Jakarta, 7 Novemer 2022. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://branda.antaranews.com/data/content_photo_wire.php?pubid=1667792417&getcod=dom">ANTARA FOTO/Galih Pradipta/wsj</a></span></figcaption></figure><p><em>Artikel ini untuk memperingati Hari Diabetes Sedunia, 14 November.</em></p>
<p>Tiap detik, <a href="https://diabetesatlas.org/tenth-editio">sedikitnya 5 orang meninggal</a> akibat diabetes di dunia. Sekitar 537 juta orang hidup dengan diabetes. Penyakit ini juga bertanggung jawab atas <a href="https://diabetesatlas.org/tenth-edition">6,7 juta kematian pada 2021</a> - sebuah angka yang lebih tinggi dari total <a href="https://covid19.who.int/">kematian akibat COVID-19 sejak 2020 hingga November 2022</a>. </p>
<p>Diabetes, sebagai tanda akibat gangguan metabolik kronis yang ditandai dengan kadar gula darah melebih batas normal, adalah salah satu penyakit yang menyebabkan jumlah <a href="https://theconversation.com/riset-terbesar-usia-harapan-hidup-orang-indonesia-naik-beban-penyakit-tidak-menular-meningkat-96901">kematian tertinggi di Indonesia setelah stroke dan jantung</a>. Diabetes juga merupakan <a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/diabetes">penyebab utama kebutaan, gagal ginjal, serangan jantung, stroke, dan risiko</a> serius lainnya. </p>
<p>Data <a href="https://idf.org/aboutdiabetes/what-is-diabetes/facts-figures.html">International Diabetes Foundation</a> menunjukkan bahwa sebagian negara di Asia berada dalam kondisi yang sangat parah. Misalnya, di Pakistan <a href="https://worldpopulationreview.com/country-rankings/diabetes-rates-by-country">sedikitnya 31 persen penduduknya mengidap diabetes</a>. Di Indonesia, walau hanya diperkirakan 11 persen, namun angka ini <a href="https://p2ptm.kemkes.go.id/tag/diabetes-penderita-di-indonesia-bisa-mencapai-30-juta-orang-pada-tahun-2030">setara dengan 30 juta penduduk</a>. </p>
<p>Salah satu faktor signifikan yang meningkatkan kadar gula darah adalah konsumsi produk olahan beras. Produk olahan ini adalah makanan yang sangat berbahaya bagi penderita diabetes. Masalahnya adalah <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/19083381/">nutrisi rendah kandungan gula (karbohidrat) cukup mahal</a> bagi penduduk di negara-negara berpendapatan rendah-menengah seperti Indonesia. </p>
<p>Memang tren meningkatnya diabetes ini tidak semata-mata diasosiasikan dengan peningkatan asupan karbohidrat saja. Ada faktor lainnya, termasuk tren penurunan aktivitas fisik, meningkatnya status sosial ekonomi, dan perubahan gaya hidup masyarakat. </p>
<h2>Mahalnya nutrisi rendah karbohidrat</h2>
<p>Diabetes sesungguhnya sudah menjadi epidemi global. </p>
<p>Di seluruh dunia, jumlah orang yang hidup dengan diabetes diproyeksikan meningkat menjadi 643 juta pada 2030 dan 783 juta pada 2045. Dari sisi pendanaan, tahun lalu saja, diabetes menyedot anggaran kesehatan <a href="https://diabetesatlas.org/atlas/tenth-edition/">US$ 966 miliar atau sekitar Rp 15.000 triliun atau 9% total pengeluaran kesehatan untuk orang dewasa di seluruh dunia</a> </p>
<p>Ada <a href="https://www.kemkes.go.id/downloads/resources/download/pusdatin/infodatin/Infodatin%202020%20Diabetes%20Melitus.pdf">dua jenis diabetes</a>: diabetes melitus (DM) tipe 1 dan DM tipe 2.</p>
<p>DM tipe 1 terjadi saat kadar gula meningkat akibat sel beta pankreas rusak sehingga tidak bisa memproduksi hormon insulin yang bertanggung jawab untuk mencerna kadar gula dalam darah. DM tipe 2 lebih disebabkan oleh kenaikan kadar gula karena menurunnya sekresi insulin yang rendah oleh kelenjar pankreas.</p>
<p>Sedikitnya, <a href="https://idf.org/aboutdiabetes/what-is-diabetes/facts-figures.html">541 juta orang dewasa di dunia memiliki Gangguan Toleransi Glukosa (IGT</a>), yang menempatkan mereka pada risiko tinggi diabetes tipe 2. </p>
<p>Masalah diabetes ini begitu pelik. Dalam teknologi pengobatan hingga kini, DM tidak dapat disembuhkan. Namun, kadar gula darah dapat dikelola. DM tipe 1 umumnya tidak bisa dicegah, dan kebanyakan terlambat diketahui. </p>
<p>Sementara itu, DM tipe 2 terjadi akibat perilaku dan gaya hidup, termasuk diet yang tidak sehat dan kurang aktivitas fisik. <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/35057547/">Berbagai studi menyarankan</a> kombinasi aktivitas fisik dan diet sehat dapat menunda atau mencegah timbulnya diabetes tipe 2.</p>
<p>Adapun pendekatan <em>mainstream</em> untuk pencegahan dan penanggulangan diabetes adalah melalui <a href="https://www.who.int/campaigns/world-diabetes-day/2022">kampanye kesadaran, pendidikan, dan akses layanan para penyintas</a>. </p>
<p>Diet pun memegang peranan penting. Salah satu masalah bagi masyarakat di negara-negara berpenghasilan rendah dan sedang (NPRS) dalam hidup bersama diabetes adalah minimnya akses dan pilihan diet rendah karbohidrat yang tersedia secara murah dan praktis. </p>
<p>Salah satu ukuran kualitas diet adalah pada ukuran <a href="https://glycemicindex.com/">asupan <em>Glycemic Index</em> (GI) atau Indeks Glikemik </a> yakni <a href="https://www.nature.com/articles/1602942">panduan asupan karbohidrat bagi penderita DM</a>. GI Rendah ≤55; Sedang 56–69; dan Tinggi ≥70. Makin tinggi GI, makin buruk buat kesehatan. Makin rendah (menuju arah 30 ke bawah) makin baik buat kesehatan. </p>
<p>Contoh makanan berkadar protein tinggi seperti kacang tanah, <a href="https://www.nationalpeanutboard.org/news/diabetes-and-peanuts.htm">rerata GI 14</a>. </p>
<p>Makanan khas Indonesia seperti tempe dan tahu <a href="https://www.thediabetescouncil.com/tofu-and-diabetes/">memiliki rerata GI 15</a>. Telur memiliki GI <a href="https://glycemic-index.net/egg/">antara 0-1</a>. GI beras putih di pasaran <a href="https://www.health.harvard.edu/diseases-and-conditions/glycemic-index-and-glycemic-load-for-100-foods">bisa mencapai di atas 77</a>. </p>
<p>Tapi GI hanya menceritakan sebagian dari cerita. Masyarakat perlu mengetahui seberapa cepat makanan tersebut membuat karbohidrat memasuki aliran darah dan berapa banyak karbohidrat yang dapat dihasilkan per sajian. Variable tambahan yang penting diketahui adalah beban glikemik (<em>glycemic load/GL</em>).</p>
<p>Secara umum, produk olahan beras bisa mencapai GI 100. Dalam takaran yang tak dibatasi, artinya begitu masuk dan diolah pencernaan, karbohidratnya mirip banjir masuk dalam darah, memperparah metabolisme tubuh dan meningkatkan risiko kegagalan organ. Bila dalam takaran yang sedikit, GL-nya juga sedikit. </p>
<p>Sedangkan semangka, memiliki <a href="https://www.health.harvard.edu/diseases-and-conditions/the-lowdown-on-glycemic-index-and-glycemic-load">Indeks Glikemik lebih tinggi dari nasi (80)</a> - tapi satu porsi kecil semangka memiliki karbohidrat yang sangat sedikit sehingga GL-nya hanya 5.</p>
<h2>Strategi asupan beras ramah diabetes</h2>
<p>Diet tinggi kadar pati (<em>starch</em> atau karbohidrat) hanya salah satu dari banyak faktor yang berkontribusi terhadap epidemi diabetes. </p>
<p>Beras adalah salah satu sumber utama karbohidrat dan <a href="https://www.fao.org/partnerships/container/news-article/en/c/876581/">lebih dari 3 miliar manusia di dunia mengkonsumsi nasi secara rutin</a>. </p>
<p>Salah satu fakta yang mengkhawatirkan adalah tiga dari empat orang dewasa pengidap diabetes, hidup di negara-negara berpenghasilan rendah dan sedang (NPRS). Pilihan beras tentunya juga terkait harganya yang relatif terjangkau. </p>
<p>Bagi banyak masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah di Asia, karbohidrat masih mendapatkan porsi yang signifikan dalam diet sehari-hari. Beras putih masih menjadi sumber utama. </p>
<p>Proses <a href="https://www.agrotera.id/id/news/jenis-dan-kegunaan-mesin-poles-beras">penggilingan beras yang dipoles</a> cenderung menghilangkan secara total butiran serat dedak dan mengubah struktur kernel yang juga <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/mnfr.200700011">mengeluarkan kadar antioksidannya</a>. </p>
<p>Para ahli melihat ada asosiasi yang kuat antara penggantian konsumsi beras yang ditumbuk atau digiling dengan beras putih poles dalam 6 dekade terakhir, dengan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6366262/">kejadian prevalensi diabetes di daerah perkotaan di Asia</a>. </p>
<p>Sejauh ini, kebijakan perberasan para pemerintah di Asia, masih berfokus pada jenis beras yang tinggi produktivitasnya. Pasar secara umum masih fokus pada beras gurih (umumnya berjenis pulen) yang umumnya berkadar GI tinggi.</p>
<p>Walau demikian, kami melihat bahwa ketimbang menjadikan beras sebagai musuh diabetes secara total dengan peralihan pada sumber diet alternatif rendah karbohidrat, sesungguhnya ada beberapa jalan keluar. Kita perlu melihat secara detail sistem asupan beras, karakteristik beras dan perlakuan pada proses masak beras yang lebih memberi harapan bagi para keluarga berpendapatan rendah. </p>
<p>Penting bagi kita untuk memahami ragam karakteristik beras dengan kandungan pati atau GI yang rendah sebagai upaya yang lebih efisien dalam menghadapi risiko diabetes baik pengidap maupun yang masih pra-diabetes. </p>
<p>Beras putih yang gurih seperti <a href="https://www.tokopedia.com/find/jasmine-rice">jasmine</a> memiliki angka GI di atas 77. Beras merah seringkali dijadikan alternatif asupan pengidap diabetes karena <a href="https://smujo.id/biodiv/article/view/7925/4656">kandungan antioksidan dalam senyawa <em>anthocyanin</em></a> dan <a href="https://glycemic-index.net/red-rice/">kandungan GI 55</a>. Sayangnya, harga beras merah menjadi tinggi karena ketersediannya terbatas. </p>
<p>Umumnya beras tipe butir panjang (<em>long grain</em>) dianggap lebih baik karena kandugan GI-nya rendah. Salah satu jenis <em>long grain</em> adalah beras basmati yang digemari masyarakat Asia Selatan tapi kurang disukai masyarakat Asia Tenggara dan Asia Timur, kadar GI-nya berkisar 50-58. Harga per kilo gramnya paling murah <a href="https://www.klikindomaret.com/product/beras-basmati">Rp 35 ribu</a> di Jakarta atau tiga kali lipat harga beras yang umum dikonsumsi masyarakat kelas bawah. Beras artifisial jenis <a href="https://www.bukalapak.com/products/s/beras-analog">analog</a> sering jauh lebih mahal. </p>
<p>Masalahnya adalah ada variasi yang lebih beragam, baik dalam <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28551223/">kategori <em>long-grain</em></a> maupun kategori beras basmati itu sendiri. Hal ini menyulitkan panduan praktis bagi para komsumen karena kadang terlihat ada kontrakdiksi dan rumitnya komunikasi ilmu para ahli. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/495020/original/file-20221114-16-ysw53o.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/495020/original/file-20221114-16-ysw53o.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=638&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/495020/original/file-20221114-16-ysw53o.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=638&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/495020/original/file-20221114-16-ysw53o.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=638&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/495020/original/file-20221114-16-ysw53o.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=802&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/495020/original/file-20221114-16-ysw53o.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=802&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/495020/original/file-20221114-16-ysw53o.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=802&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Nasi basmati XXL (bawah) lebih panjang dibanding nasi basmati cokelat (atas).</span>
<span class="attribution"><span class="source">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Foto di atas adalah visualisasi perbandingan panjang antara basmati cokelat dan basmati XXL. Disebut XXL karena setelah dimasak panjangnya bisa mencapai 20-22 milimeter. Kadang bisa kita ringkas bahwa, makin panjang beras tanak, makin baik buat kesehatanmu. Sebagai perbandingan, rata-rata beras jasmine panjangnya hanya 7-9 mm. </p>
<p>Alternatif karbohidrat biasanya sangat mahal bagi yang miskin. </p>
<p>Salah satu solusinya adalah beras pera (<em>pero</em> dalam bahasa Jawa) –jenis beras yang diberikan ke pegawai negeri sipil dari Bulog dan <a href="https://www.blibli.com/jual/beras-pera">harganya lebih murah</a> – menghasilkan nasi yang teksturnya keras dan kering. Karena teksturnya keras, maka membutuhkan waktu lebih lama diproses dalam saluran cerna. Bila dikonsumsi secara terukur, gula darah tidak cepat melonjak secara tiba-tiba. Beras pera, walau tidak gurih, membuat kenyang lebih lama. </p>
<p>Konsumsi beras pera bisa diterapkan di skala rumah tangga. Pemerintah mestinya tidak hanya memberikan insentif produksi beras pera, tapi juga menerapkan strategi pendidikan publik yang lebih sistimatis terkait asupan yang ramah pada pengidap diabetes.</p>
<p>Kita harus mendesain ulang sistem pangan dengan memberi ruang bagi sumber pangan utama dan lokal yang rendah kadar gulanya. Hal ini akan memberikan dampak jangka panjang yang baik bagi kesehatan dan mengurangi pengeluaran kesehatan publik.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/194521/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Ketimbang menjadikan beras sebagai musuh diabetes secara total dengan peralihan pada sumber diet alternatif rendah karbohidrat, sesungguhnya ada beberapa jalan keluar.Jonatan A Lassa, Senior Lecturer, Humanitarian Emergency and Disaster Management and Course Coordinator (Acting) for Master of Public Policy, Charles Darwin UniversityErmi Ndoen, Peneliti Kesehatan Masyarakat, Institute of Resource Governance and Social Change (IRGSC) KupangYosep Seran Mau, Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Nusa CendanaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1796052022-03-22T02:50:54Z2022-03-22T02:50:54ZDetoks gula? Mengurangi karbo? hal itu tidak diperlukan selama Anda mengonsumsi buah<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/453520/original/file-20220322-19-67ckt2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=6%2C6%2C1347%2C659&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption"></span> </figcaption></figure><p>Salah satu pasien saya – yang telah berjuang melawan obesitas, diabetes yang tidak terkontrol, dan biaya pengobatannya – setuju pada Juni 2019 untuk mengadopsi pola makan nabati.</p>
<p>Dia melakukannya dengan semangat. Dia meningkatkan asupan buah dan sayuran segar, berhenti makan permen, kue, dan mengurangi makanan dari sumber hewani. Selama enam bulan, dia kehilangan 8,6 kg dan HbA1c-nya – ukuran <a href="https://www.cdc.gov/diabetes/managing/managing-blood-sugar/a1c.html">gula darah rata-rata</a> – turun dari 11,5 % hingga 7,6%.</p>
<p>Dia melakukannya dengan sangat baik, saya berharap HbA1c-nya akan terus turun dan dia akan menjadi salah satu sukses kami dalam mengatasi diabetes.</p>
<p>Jadwal kunjungan rutin pada Maret 2020 dibatalkan karena COVID-19. Ketika saya akhirnya melihatnya lagi pada Mei 2021, berat badannya kembali naik dan HbA1c-nya naik menjadi 10,4%. Dia menjelaskan bahwa dokter dan perawatnya telah mengatakan kepadanya bahwa dia makan terlalu banyak “gula” dengan pola makan nabati.</p>
<p>Dia disarankan untuk membatasi karbohidrat dengan mengurangi buah-buahan dan sayuran bertepung dan makan lebih banyak ikan dan ayam. Permen bebas gula, kue, kue kering, dan pemanis buatan dianjurkan. Ketika berhadapan dengan nasihat medis yang saling bertentangan, dia kembali percaya bahwa “gula” itu buruk dan harus dihindari bila memungkinkan, terutama jika Anda menderita diabetes.</p>
<p>Saya seorang dokter, yang bersertifikat dalam pengobatan pencegahan dengan klinik <a href="https://lifestylemedicine.org/What-is-Lifestyle-Medicine">pengobatan gaya hidup</a> di Morehouse Healthcare di Atlanta, Amerika Serikat. Spesialisasi medis yang sedang berkembang ini berfokus pada membantu pasien melakukan modifikasi perilaku gaya hidup sehat. Pasien yang mengadopsi pola makan nabati meningkatkan asupan karbohidrat dan sering dapat mengatasipenyakit kronis termasuk diabetes dan hipertensi. Dalam pengalaman klinis saya, mitos tentang “gula” dan karbohidrat adalah hal umum yang dipercaya pasien dan profesional kesehatan.</p>
<h2>Buah lawan gula</h2>
<p>Tubuh Anda memerlukan glokosa, yaitu gula sederhana yang digunakan sel untuk energi.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/440472/original/file-20220112-19-1a13b8z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="molecular diagrams for glucose, fructose and galactose" src="https://images.theconversation.com/files/440472/original/file-20220112-19-1a13b8z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/440472/original/file-20220112-19-1a13b8z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=140&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/440472/original/file-20220112-19-1a13b8z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=140&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/440472/original/file-20220112-19-1a13b8z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=140&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/440472/original/file-20220112-19-1a13b8z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=176&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/440472/original/file-20220112-19-1a13b8z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=176&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/440472/original/file-20220112-19-1a13b8z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=176&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Molekul-molekul ini adalah tiga jenis gula sederhana, yang ditemukan dalam pati, buah, dan susu.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/illustration/biology-diagram-show-structure-and-formation-royalty-free-illustration/1247905133">Trinset/ iStock via Getty Images Plus</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Glukosa adalah penyusun molekul <a href="https://open.oregonstate.education/animalnutrition/chapter/chapter-3/">karbohidrat</a>, salah satu dari tiga
<a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7468865/">nutrisi makro</a>
. Dua lainnya adalah lemak dan protein. Pati adalah rantai glukosa yang panjang dan bercabang.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/440473/original/file-20220112-21-k525qd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="molecular diagram of chain of glucoses together" src="https://images.theconversation.com/files/440473/original/file-20220112-21-k525qd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/440473/original/file-20220112-21-k525qd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=78&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/440473/original/file-20220112-21-k525qd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=78&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/440473/original/file-20220112-21-k525qd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=78&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/440473/original/file-20220112-21-k525qd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=98&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/440473/original/file-20220112-21-k525qd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=98&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/440473/original/file-20220112-21-k525qd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=98&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Crantai molekul gula sederhana yang dihubungkan bersama membentuk pati dan karbohidrat lainnya.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/illustration/biology-diagram-show-structure-and-formation-royalty-free-illustration/1247905133">Trinset/iStock via Getty Images Plus</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Karbohidrat alami berjalan dalam paket padat nutrisi seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan dan biji-bijian.</p>
<p>Manusia <a href="https://theconversation.com/a-taste-for-sweet-an-anthropologist-explains-the-evolutionary-origins-of-why-youre-programmed-to-love-sugar%20-173197">berevolusi dalam mendambakan rasa manis</a> untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan untuk bertahan hidup. Suplai vitamin, mineral, dan serat setiap hari diperlukan karena tubuh kita tidak dapat membuatnya. Sumber terbaik zat ini bagi nenek moyang kita adalah buah yang manis, matang, dan lezat. Selain itu, buah-buahan mengandung <a href="https://fruitsandveggies.org/stories/what-are-phytochemicals/">fitonutrien</a> dan <a href="https://www.nccih.nih.gov/health/antioksidan-in-depth">antioksidan</a>, bahan kimia yang hanya diproduksi oleh tanaman. Fitonutrien seperti <a href="https://doi.org/10.1093/fqsafe/fyx023">asam ellagic dalam stroberi</a> memiliki sifat melawan kanker dan meningkatkan kesehatan jantung.</p>
<p>Gula halus, di sisi lain, melalui proses yang menghilangkan semua nutrisi kecuali kalori. Mereka adalah bentuk karbohidrat terkonsentrasi. Industri makanan menghasilkan gula rafinasi dalam berbagai bentuk. Yang paling umum adalah kristal sukrosa, yang Anda kenal sebagai gula meja, dan sirup jagung fruktosa tinggi, yang ditemukan di banyak makanan olahan dan minuman manis.</p>
<p>Jika Anda terus-menerus memuaskan selera manis Anda dengan makanan yang mengandung gula halus – daripada buah-buahan yang kaya nutrisi sebagai inti dari keinginan yang diturunkan oleh evolusi – Anda mungkin <a href="https://doi.org/10.1136/openhrt-2016-000469">tidak mendapatkan semua nutrisi yang Anda butuhkan</a>. Seiring waktu, defisit ini dapat menciptakan lingkaran setan makan berlebihan yang mengarah pada obesitas dan masalah kesehatan terkait obesitas. Wanita yang makan buah paling banyak <a href="https://doi.org/10.3945/jn.114.199158">cenderung memiliki tingkat obesitas yang lebih rendah</a>.</p>
<h2>Racun dari gula</h2>
<p>Gula halus tidak langsung beracun pada sel, tetapi dapat bergabung dengan protein dan lemak dalam makanan dan dalam aliran darah untuk menghasilkan zat beracun sebagai <a href="https://doi.org/10.3945/an.115.008433">produk akhir glikasi lanjutan</a> (AGE ). Kadar glukosa darah yang tinggi dapat menghasilkan <a href="https://doi.org/10.1046/j.1432-1033.2002.03017.x"><em>glycated low-density lipoproteins</em></a>. Tingginya kadar zat ini dan zat terkait glukosa lainnya mengikuti peningkatan risiko berbagai masalah kesehatan kronis, termasuk <a href="https://doi.org/10.2337/dc17-1740">penyakit kardiovaskular dan diabetes</a>.</p>
<p>Penyakit yang paling sering dikaitkan dengan gula adalah diabetes tipe 2. Sejumlah orang, termasuk profesional kesehatan, keliru meyakini bahwa makan gula menyebabkan diabetes tipe 2. Mitos ini mengarah pada fokus pada penurunan gula darah dan “menghitung karbohidrat” sambil mengabaikan penyebab sebenarnya: progresif <a href="https://doi.org/10.2337/dcS13-2008">hilangnya fungsi sel beta pankreas</a>. Saat didiagnosis, pasien mungkin kehilangan antara <a href="https://doi.org/10.1016/S2213-8587(20)30022-X">40% dan 60%</a> sel beta mereka, yang bertanggung jawab untuk memproduksi insulin.</p>
<p>Insulin adalah hormon yang mengontrol berapa banyak glukosa dalam aliran darah dengan menghalangi produksi glukosa di hati dan mengarahkannya ke sel-sel lemak dan otot. Hilangnya fungsi sel beta berarti tidak cukup insulin yang diproduksi, mengakibatkan kadar glukosa darah tinggi yang merupakan ciri-ciri diabetes tipe 2.</p>
<p>Sel beta memiliki <a href="https://doi.org/10.1007/s00424-010-0862-9">tingkat antioksidan yang rendah dan rentan terhadap serangan</a> oleh radikal bebas dan AGE teroksidasi metabolisme dan makanan. Antioksidan dalam buah dapat melindungi sel beta. Para peneliti telah menemukan bahwa makan <a href="https://www.bmj.com/content/347/bmj.f5001">buah utuh menurunkan risiko diabetes tipe 2</a>, dengan mereka yang <a href="https://doi.org/10.1210/clinem/dgab335">makan buah paling banyak memiliki risiko terendah</a>.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/440475/original/file-20220112-19-1uy72hg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="hands pouring sugar into a bowl with strawberries in the background" src="https://images.theconversation.com/files/440475/original/file-20220112-19-1uy72hg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/440475/original/file-20220112-19-1uy72hg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/440475/original/file-20220112-19-1uy72hg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/440475/original/file-20220112-19-1uy72hg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/440475/original/file-20220112-19-1uy72hg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/440475/original/file-20220112-19-1uy72hg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/440475/original/file-20220112-19-1uy72hg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Saat Anda mengonsumsi lebih sedikit gula halus, Anda mungkin melihat lebih banyak nuansa dalam rasa buah-buahan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/christine-burns-rudalevige-pours-sugar-into-the-strawberry-news-photo/806582004">Brianna Soukup/Portland Portland Press Herald via Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Detoksifikasi dari gula</h2>
<p>Orang yang tertarik untuk menurunkan berat badan dan meningkatkan kesehatan sering bertanya apakah mereka harus melakukan “detoksifikasi gula”. Menurut saya ini buang-buang waktu, karena tidak mungkin menghilangkan gula dari dalam tubuh. Misalnya, jika Anda hanya makan dada ayam panggang, hati Anda akan mengubah protein menjadi glukosa dalam proses yang disebut <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK541119/"><em>glukoneogenesis</em></a></p>
<p>Diet rendah karbohidrat dapat menyebabkan penurunan berat badan, tetapi dengan mengorbankan kesehatan. Diet yang secara signifikan mengurangi karbohidrat dikaitkan dengan <a href="https://doi.org/10.1186/1550-2783-7-24">kekurangan nutrisi</a> dan <a href="https://doi.org/%2010.1371/journal.pone.0055030">risiko kematian yang lebih tinggi</a>. Pada diet rendah karbohidrat <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499830/">ketogenik</a> <a href="https://doi.org/10.3390/nu13020374">tubuh akan memecah otot</a> dan mengubah proteinnya menjadi glukosa. Kurangnya serat menyebabkan sembelit.</p>
<p>Mengurangi makanan dengan pemanis gula halus adalah hal yang baik. Tapi jangan menganggapnya sebagai “detoks” - detoks harus menjadi perubahan gaya hidup permanen. Cara paling aman untuk melakukan “detoks” gula rafinasi adalah dengan meningkatkan asupan buah dan sayuran padat nutrisi. Setelah Anda mengurangi gula halus, Anda mungkin akan menemukan bahwa selera Anda menjadi lebih sensitif dan lebih menikmati rasa manis alami buah.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/179605/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Jennifer Rooke bekerja untuk Morehouse School of Medicine. Hal ini dinyatakan dalam artikel.</span></em></p>Gula mendapat reputasi buruk, tetapi gula mana yang dimaksud?Jennifer Rooke, Assistant Professor of Community Health & Preventive Medicine, Morehouse School of MedicineLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1687462021-09-28T07:28:38Z2021-09-28T07:28:38ZGenetika pengaruhi tendensi konsumsi gula, garam, lemak berlebih dan risiko penyakit jantung<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/423274/original/file-20210927-45889-4ldbuc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/people-woman-connection-technology-8460227/">Photo by Los Muertos Crew from Pexels</a></span></figcaption></figure><p><em>Artikel ini untuk memperingati Hari Jantung Sedunia 28 September.</em></p>
<p>Tinggi atau rendahnya risiko seseorang terserang penyakit jantung tergantung pada pola hidup dan genetika. </p>
<p>Sejumlah riset telah menunjukkan bahwa orang dengan genetika yang membuat <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1038/oby.2008.357">lidah mereka kurang peka</a> dalam <a href="https://www.hindawi.com/journals/ijhy/2021/5559831/">mencecap asupan gula, garam dan lemak</a> punya risiko tinggi terhadap penyakit jantung. Makin rendah kepekaan lidah, makin besar pula potensi seseorang mengkonsumsi gula, garam dan lemak lebih banyak. </p>
<p>Konsumsi gula, garam, dan lemak berlebih bisa meningkatkan kolesterol jahat (LDL) dan trigliserida dalam darah, serta memicu hipertensi. Jika kondisi ini dibiarkan bisa berujung pada penyumbatan pembuluh arteri jantung (arteri koroner). </p>
<p>Karena kita mewarisi genetika orang tua, kita harus fokus pada mengubah pola hidup untuk mencegah risiko penyakit jantung.</p>
<h2>Penyakit paling mematikan</h2>
<p>Perubahan pola hidup itu sangat mendesak karena hingga kini penyakit serangan jantung merupakan penyakit yang <a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/the-top-10-causes-of-death">paling mematikan dan pembunuh nomor satu</a> di dunia jika dibandingkan dengan penyakit tidak menular lainnya seperti diabetes, Alzheimer, dan penyakit saluran pernafasan.</p>
<p>Pada 2019, Organisasi Kesehatan Dunia mencatat <a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/cardiovascular-diseases-(cvds)">32% dari total kematian di dunia</a> (17,9 juta kematian per tahun) disebabkan oleh penyakit kardiovaskular, penyakit terkait jantung dan pembuluh darah. Dari jumlah itu, sekitar 85% meninggal akibat serangan jantung dan stroke. </p>
<p>Untuk orang berusia di bawah 70 tahun, menurut data WHO di atas, 38% kematian di dunia disebabkan oleh penyakit kardiovaskular. Dengan demikian, penyakit ini tidak hanya menyerang populasi tua. Serangan jantung juga kerap menyerang kelompok usia yang lebih muda, termasuk kalangan usia.</p>
<p>Di Indonesia, prevalensi penyakit jantung menurut diagnosis dokter <a href="http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/pusat-/hari-jantung-sedunia-hjs-tahun-2019-jantung-sehat-sdm-unggul">sekitar 1,5%</a> dari total penduduk. Biaya kesehatan untuk penyakit ini juga <a href="http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/pusat-/hari-jantung-sedunia-hjs-tahun-2019-jantung-sehat-sdm-unggul">meningkat</a> dari Rp 4,4 triliun pada 2014 ke Rp 9,3 triliun pada 2018.</p>
<h2>Bahaya di balik manis, asin, dan berlemak</h2>
<p>Cara mencegah risiko serangan penyakit jantung adalah menerapkan pola makan gizi seimbang, aktivitas fisik yang rutin, manajemen stres yang baik, menghindari rokok dan minuman beralkohol, serta beristirahat yang cukup.</p>
<p>Kementerian Kesehatan menganjurkan <a href="https://kesmas.kemkes.go.id/assets/uploads/contents/others/LEAFLET-ISI-PIRINGKU-ilovepdf-compressed_1011.pdf">pola makan sehat</a> dengan menu gizi seimbang dan membatasi gula, garam, dan lemak. Menu gizi seimbang yang dimaksud adalah dalam satu porsi makan besar terdiri dari ½ porsi sayur dan buah (sumber serat, vitamin, mineral), ¾ porsi makanan pokok (sumber karbohidrat), dan ¼ porsi lauk-pauk (sumber protein).</p>
<p>WHO juga menganjurkan menu seperti ini sebagai upaya untuk mencegah penyakit jantung.</p>
<p>Setiap hari <a href="http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/hipertensi-penyakit-jantung-dan-pembuluh-darah/page/31/berapa-anjuran-konsumsi-gula-garam-dan-lemak-per-harinya">kita perlu membatasi</a> asupan gula, garam, dan lemak. Untuk orang dewasa (setara kebutuhan 2000 Kcal per hari), gula dibatasi maksimal 50 gram (setara empat sendok makan), garam maksimal lima gram (setara 1 sendok teh), dan lemak maksimal 67 gram (setara lima sendok makan).</p>
<p>Pembatasan ini kerap sulit diterapkan karena banyak makanan yang mengandung gula, garam, dan lemak yang “tersembunyi” di sekitar kita. </p>
<p>Misalnya, cemilan berupa keripik, minuman manis, makanan instan, makanan siap saji, dan pangan olahan lainnya, yang tidak kita duga ternyata mengandung gula, garam, dan lemak yang sangat tinggi. Hal ini membuat masyarakat harus lebih teliti dalam memilih makanan dan minuman untuk kebutuhan sehari-hari.</p>
<h2>Mengatasi pengaruh genetika</h2>
<p>Riset dari tim Fakultas Teknobiologi Unika Atma Jaya dan Nutrifood Research Center, yang laporannya sedang ditulis, menunjukkan bahwa faktor genetik ternyata turut berperan dalam sulitnya pembatasan asupan gula, garam, dan lemak. </p>
<p>Faktor genetik responden riset diketahui melalui tes DNA teknik PCR-RFLP dengan memakai sampel air liur. </p>
<p>Riset tersebut menunjukkan lebih dari 50% responden (dari 41 subjek) yang dites DNA ternyata memiliki risiko terkena penyakit diabetes dan jantung, akibat rendahnya kepekaan lidah terhadap rasa manis, asin, dan berlemak. </p>
<p>Dari survei konsumsi pangan 24 jam, yang diambil setelah dilakukan tes DNA, para responden tersebut cenderung mengkonsumsi gula, garam, dan lemak melebihi batas maksimal sehingga berisiko terkena penyakit serangan jantung.</p>
<p>Hubungan genetik kepekaan lidah dan penyakit juga dibuktikan oleh beberapa riset lain. <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1038/oby.2008.357">Di Meksiko sebuah riset menyatakan 25 responden</a> yang memiliki genetik tidak peka terhadap rasa manis, ternyata mayoritas terjangkit penyakit <a href="https://hellosehat.com/jantung/kolesterol/trigliserida-tinggi-hipertrigliseridemia/">trigliserida tinggi</a>. </p>
<p>Dari survei konsumsi pangan dalam tiga hari, mereka cenderung mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat dan minuman manis akibat genetik yang mereka miliki tersebut. </p>
<p><a href="https://www.hindawi.com/journals/ijhy/2021/5559831/">Riset di Amerika</a> juga menyatakan dari 125 penderita hipertensi, mereka memiliki tingkat kepekaan rasa asin yang rendah sehingga cenderung mengkonsumsi garam berlebih.</p>
<p>Selain itu, risiko penyakit jantung juga dapat diketahui berdasarkan gen-gen yang berperan dalam penyumbatan pembuluh arteri tubuh, termasuk jantung. Salah satunya adalah gen penyandi <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK66131/">methylenetetrahydrofolate reductase</a> (MTHFR), yang mempengaruhi kadar homosistein dalam darah. Homosistein merupakan senyawa yang terbentuk dalam proses metabolisme protein.</p>
<p>Kadar homosistein berlebih dalam darah (<em>hyperhomosisteinemia)</em> menjadi salah satu faktor risiko dalam penyakit jantung, yang ditentukan berdasarkan faktor genetik setiap orang. Ada orang yang cenderung lebih banyak menghasilkan homosistein, ada yang tidak. <a href="https://www.mdpi.com/937950">Homosistein yang terlalu tinggi</a> dapat menyebabkan kerusakan dinding arteri yang memicu munculnya sumbatan lemak pada arteri (<a href="https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/atherosclerosis">artherosklerosis</a>).</p>
<p>Vitamin B12 dan asam folat umumnya dikonsumsi untuk mencegah penyakit jantung karena dapat menurunkan kadar homosistein. Kekurangan vitamin B12 dan asam folat terbukti dapat meningkatkan <a href="https://jamanetwork.com/journals/jama/article-abstract/187209">risiko penyakit jantung</a>, namun dosis kedua senyawa tersebut ternyata dipengaruhi oleh faktor genetik. </p>
<p>Riset <a href="https://be.ub.ac.id/index.php/jibe/article/viewFile/15/13">Fakultas Teknobiologi Unika Atma Jaya dan Nutrifood Research Center</a> menunjukkan dari 16 responden perempuan yang dites DNA, sebagian responden yang berisiko terkena penyakit jantung mengalami efek penurunan homosistein yang lebih rendah, dibandingkan dengan responden yang tidak berisiko, setelah mengonsumsi Vitamin B12 dan asam folat selama 4 minggu. </p>
<p>Jika responden sudah mengalami peningkatan kadar homosistein secara genetik, tapi tidak diikuti minum vitamin B12 dan asam folat, maka responden sangat berisiko terkena penyakit jantung.</p>
<h2>Ubahlah gaya hidupmu</h2>
<p>Kita perlu menyadari bahwa genetik berperan dalam kebiasaan hidup yang akhirnya bisa mempengaruhi kesehatan, tapi bukan merupakan takdir. </p>
<p>Melalui <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5579706/">informasi genetik</a>, kebutuhan nutrisi dan olahraga setiap orang dapat diatur secara spesifik dan dapat mengarahkan seseorang untuk tercegah dari penyakit sindrom metabolik, termasuk penyakit jantung.</p>
<p>Jika kita dapat menggunakan informasi genetik secara tepat, maka kita dapat lebih konsisten membiasakan pola makan rendah gula, garam, dan lemak, disertai olahraga dan istirahat yang cukup dan teratur, demi tubuh yang lebih sehat.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/168746/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Dionysius Subali menjalin kolaborasi dan menerima dana dari Nutrifood Research Center PT Nutrifood Indonesia untuk riset ini.</span></em></p>Kita perlu menyadari bahwa genetik berperan dalam kebiasaan hidup yang akhirnya bisa mempengaruhi kesehatan, tapi bukan merupakan takdir.Dionysius Subali, Lecturer at the Faculty of Biotechnology, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1443702020-08-19T08:50:52Z2020-08-19T08:50:52ZMinuman manis tak sehat mengepung remaja Indonesia: saatnya pemerintah tarik cukai gula<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/353588/original/file-20200819-43015-4n45zz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Minuman yang mengandung gula tinggi berpengaruh buruk pada kesehatan remaja dan Anda.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/variety-of-drinks-3230214/">Ian Panelo/Pexels.com</a></span></figcaption></figure><p><em>Artikel ini bagian dari rangkaian tulisan untuk memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia.</em></p>
<hr>
<p>Seperempat penduduk Indonesia merupakan remaja <a href="https://lifestyle.okezone.com/read/2017/10/25/196/1802143/wow-jumlah-remaja-indonesia-66-3-juta-jiwa-kekuatan-atau-kelemahan">berusia 10-24 tahun</a>. Dalam beberapa dekade ke depan, mereka akan tumbuh menjadi dewasa usia produktif yang menggerakkan perekonomian negara. </p>
<p>Namun, dengan pola <a href="https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/149782/9789241549028_eng.pdf?sequence=1">konsumsi gula yang telah melewati batas rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)</a>, para remaja tersebut saat dewasa berisiko terkena diabetes melitus dan obesitas sehingga kurang produktif pada masa depan. </p>
<p>Walau bangsa Indonesia secara politik telah merdeka 75 tahun, kita belum sepenuhnya merdeka dari “kepungan” makanan dan minuman manis yang bisa merusak kesehatan. </p>
<p>Penting bagi kita dan pemerintah untuk memastikan bahwa remaja-remaja Indonesia memiliki kehidupan yang sehat dan produktif setelah mereka dewasa. Remaja mulai banyak mendapat kebebasan dalam memilih makanan dan minuman terutama di luar rumah, sehingga perlu dikembangkan suatu upaya yang lebih mudah bagi mereka untuk membuat pilihan yang lebih sehat.</p>
<p>Masalahnya, upaya itu tidak mudah karena industri makanan dan minuman menyasar para remaja sebagai konsumen saat ini dan masa depan. </p>
<p>Riset saya <a href="https://www.google.com/url?q=https://www.cambridge.org/core/services/aop-cambridge-core/content/view/31A08F918DCDF8DBD4629B38CFCEEA88/S136898001600094Xa.pdf/foodchoice_motives_of_adolescents_in_jakarta_indonesia_the_roles_of_gender_and_family_income.pdf&sa=D&ust=1597224940770000&usg=AFQjCNGQR99k7-KTqQmmWyvSUBy-pGAqfw">pada remaja dengan sampel 681 siswa di beberapa SMP negeri di Jakarta pada 2014</a> menemukan bahwa remaja dari keluarga yang kurang mampu akan lebih memilih makanan atau minuman berdasarkan harga dan kemudahan akses ketimbang nilai kesehatan dari makan atau minuman tersebut. </p>
<p>Riset ini memperkuat temuan <a href="https://academic.oup.com/jn/article/133/3/841S/4688019">beberapa</a> <a href="https://www.thelancet.com/journals/lanpub/article/PIIS2468-2667(19)30105-7/fulltext">penelitian</a> sebelumnya yang telah melaporkan bahwa harga makanan atau minuman merupakan hal utama dalam pemilihan makanan atau minuman. <a href="https://bmjopen.bmj.com/content/3/12/e004277">Riset lain</a> juga menyebutkan bahwa pada umumnya makanan atau minuman yang sehat cenderung lebih mahal dari makanan atau minuman yang tidak sehat. </p>
<p>Karena itu, rencana pemerintah Indonesia <a href="https://ekonomi.bisnis.com/read/20200219/259/1203366/minuman-manis-kemasan-bakal-kena-cukai-rp1.500-per-liter">mengenakan cukai minuman manis Rp 1.500 per liter</a> untuk mengurangi risiko diabetes melitus dan obesitas pada remaja merupakan langkah yang tepat dan layak kita dukung.</p>
<h2>Minuman manis yang berbahaya</h2>
<p>Di Indonesia, saat cuaca panas, minuman dingin manis mudah dibeli di mana saja, di penjual jalanan, warung di pinggir jalan, sampai supermarket kelas atas. </p>
<p>Kita dapat dengan mudah menemukan minuman manis di kantin-kantin sekolah dasar hingga menengah atas, bahkan universitas. Alternatif dari minuman sejenis ini biasanya hanya air mineral saja dengan harga yang bahkan kadang lebih mahal dari minuman manis tersebut. </p>
<p>Banyak minuman dalam kemasan seperti jus, kopi, dan teh serta <em>sports drink</em> tidak baik untuk kesehatan karena umumnya <a href="https://www.google.com/url?q=https://www.cdc.gov/nutrition/data-statistics/sugar-sweetened-beverages-intake.html&sa=D&ust=1597224940771000&usg=AFQjCNHTYuaI6LRTa2N1GWpFvsY_3Bcvww">ditambahi gula</a> seperti gula pasir, gula merah, <em>corn syrup</em>, fruktusa, glukosa, laktosa, dan madu oleh perusahaan yang memproduksinya. </p>
<p>Kalori yang didapatkan dari minuman-minuman ini tidak memiliki nilai gizi dan tidak dapat memberikan rasa kenyang seperti makanan padat pada umumnya. </p>
<p>Oleh karena itu, konsumsi minuman dengan gula tambahan dapat berakibat pada kenaikan berat badan yang tidak sehat. </p>
<p><a href="https://www.google.com/url?q=https://www.who.int/elena/titles/ssbs_childhood_obesity/en/&sa=D&ust=1597224940762000&usg=AFQjCNGVdf1l0XixdS4JfcAaF9SOyf9FWw">Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan</a> agar konsumsi minuman dengan gula tambahan dikurangi untuk membantu mengurangi risiko obesitas pada masa kanak-kanak. </p>
<h2>Pola makan masa remaja berdampak pada kesehatan pada usia dewasa</h2>
<p>Masa remaja merupakan <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/j.1753-4887.1981.tb06736.x">masa mereka mulai punya kendali utuh</a> akan apa, di mana, dan kapan mereka makan atau minum. </p>
<p>Pada masa ini <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4717879/">pola makan terbentuk dan cenderung tidak berubah sampai dewasa</a>. Pada masa ini pula <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/j.1753-4887.1981.tb06736.x">remaja mulai banyak mengkonsumsi makanan dan minuman di luar rumah</a>.</p>
<p>Kebiasaan yang dibangun remaja saat membuat pilihan makanan menentukan kebiasaan makan mereka pada masa mendatang.</p>
<p>Remaja berpotensi mengkonsumsi asupan makanan yang tidak tepat, yang dapat menyebabkan beberapa masalah, seperti pertumbuhan fisik dan kapasitas intelektual yang berkurang. Asupan makanan yang tidak tepat juga dapat mempengaruhi risiko terjadinya sejumlah gangguan kesehatan, seperti kekurangan zat besi, gizi kurang, dan obesitas. </p>
<p>Remaja yang mengalami kelebihan berat badan <a href="https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJM197607012950102">dapat meningkatkan risiko mereka mengidap diabetes pada saat dewasa</a>. </p>
<h2>Kenaikan diabetes dan obesitas di populasi Indonesia</h2>
<p>Pada awal 2020, pemerintah menyampaikan rencana untuk <a href="https://www.google.com/url?q=https://sains.kompas.com/read/2020/02/19/162942023/sri-mulyani-ingin-minuman-manis-dikenakan-cukai-ini-kata-who?page%3Dall&sa=D&ust=1597224940757000&usg=AFQjCNGA7xl8cGrHhzus-1_OmYqITvcaYw">menarik cukai dari minuman manis</a>. </p>
<p>Rencana yang disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani ini berangkat dari kekhawatiran pemerintah akan tingginya angka kasus diabetes melitus dan obesitas di Indonesia. </p>
<p>Persentase diabetes melitus <a href="https://www.kemkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas-2018.pdf">meningkat dari 6,9% pada 2013 menjadi 8,5% pada 2018</a>, sedangkan persentase obesitas pada periode yang sama <a href="https://www.kemkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas-2018.pdf">naik dari 14,8% menjadi 21,8%</a>. </p>
<iframe title="Kenaikan persentase diabetes melitus dan obesitas di Indonesia (2013-2018) " aria-label="chart" id="datawrapper-chart-o7BbM" src="https://datawrapper.dwcdn.net/o7BbM/1/" scrolling="no" frameborder="0" style="width: 0; min-width: 100% !important; border: none;" height="600" width="100%"></iframe>
<p>Jika melihat kecenderungan tersebut, maka diabetes melitus dan obesitas akan terus meningkat. Diabetes melitus dan obesitas adalah dua dari sekian banyak penyakit tidak menular. </p>
<p>Dua penyakit tidak menular ini dilaporkan ikut berkontribusi pada <a href="https://www.google.com/url?q=http://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/noncommunicable-diseases&sa=D&ust=1597224940774000&usg=AFQjCNEnH-lYxZndiBsl5KEPqbbDYQORCw">sebanyak 40 juta kematian per tahunnya</a> secara global. </p>
<p>Kebanyakan dari penyakit-penyakit <a href="https://www.google.com/url?q=https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0140673617323668&sa=D&ust=1597224940761000&usg=AFQjCNF48DlRnrLyCjAjSKWs2XJ2u14KWg">tidak menular ini dapat dicegah</a> dengan perilaku hidup sehat seperti tidak merokok, banyak beraktivitas fisik, dan pola makan yang sehat.</p>
<p>Badan Kesehatan Dunia juga menyebutkan bahwa peningkatan konsumsi gula, khususnya dalam bentuk minuman dengan tambahan gula, berhubungan dengan kenaikan berat badan pada anak-anak dan orang dewasa. </p>
<p>Negara-negara yang dikategorikan berpendapatan rendah dan menengah, seperti Indonesia, mengalami peningkatan <a href="https://www.google.com/url?q=https://www.who.int/elena/bbc/ssbs_childhood_obesity/en/&sa=D&ust=1597224940767000&usg=AFQjCNEoetk696rHUS_mXlnHJv5e_VfXqw">konsumsi minuman yang diberi gula tambahan</a> akibat dari promosi produk-produk ini secara masif. Kebanyakan target promosi dari produk-produk ini adalah anak-anak dan remaja. </p>
<p>Mengendalikan diabetes melitus dan obesitas dengan cara menarik cukai pada minuman manis merupakan satu langkah yang benar. Dengan adanya cukai ini, sehingga harganya lebih mahal, diharapkan konsumen terutama remaja, akan membuat pilihan yang lebih sehat secara tidak langsung. Produsen juga seharusnya tidak akan dirugikan jika menyesuaikan dengan batasan gula yang diberlakukan. </p>
<p>Hal ini sudah terbukti pada suatu penelitian di Inggris. <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1570677X19302606">Riset ini</a> menunjukkan bahwa setelah diberlakukannya cukai pada minuman ringan, omset produsen minuman ringan di Inggris tidak anjlok. </p>
<p>Hal ini artinya produsen-produsen minuman ringan di Inggris dapat menyesuaikan produk mereka dengan mengurangi kadar gula pada produk-produknya. Masyarakat pun tetap membeli minuman-minuman “manis” ini hanya dengan kadar gula yang lebih aman. <a href="https://www.gov.uk/government/news/soft-drinks-industry-levy-comes-into-effect">Cukai yang diberlakukan di Inggris</a> adalah 24 penny (£0.24) per liter minuman jika mengandung 8 gram gula per 100 mililiter dan 18 penny (£0.18) per liter jika mengandung 5-8 gram gula per 100 mililiter.</p>
<h2>Intervensi kesehatan menurut status sosial</h2>
<p>Dalam <a href="https://www.google.com/url?q=https://www.cambridge.org/core/services/aop-cambridge-core/content/view/31A08F918DCDF8DBD4629B38CFCEEA88/S136898001600094Xa.pdf/foodchoice_motives_of_adolescents_in_jakarta_indonesia_the_roles_of_gender_and_family_income.pdf&sa=D&ust=1597224940770000&usg=AFQjCNGQR99k7-KTqQmmWyvSUBy-pGAqfw">riset tahun 2014</a> saya juga menemukan bahwa remaja dari kalangan menengah ke atas pun memiliki hambatan tersendiri untuk memilih makanan dan minuman yang sehat. </p>
<p>Remaja dari keluarga kelompok ini pun tampaknya memandang kesehatan tidak lebih penting daripada remaja dari keluarga menengah ke bawah. </p>
<p>Temuan ini sejalan dengan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3798095/">penelitian sebelumnya</a> yang menunjukkan adanya hubungan positif antara status sosial ekonomi dan indeks massa tubuh (IMT) di negara berkembang. </p>
<p>Di negara-negara berkembang, makanan dan minuman yang tidak sehat dipandang sebagai barang mewah, apalagi bagi kelompok masyarakat yang status sosial ekonominya sedang bergerak naik. </p>
<p>Dalam perencanaan upaya intervensi kesehatan harus sesuai dengan status sosial ekonomi kelompok sasaran. Intervensi gizi untuk remaja dari kelompok status sosial ekonomi rendah harus mencakup dukungan keuangan untuk membeli makanan yang lebih sehat. Dukungan ini tidak semerta-merta harus berbentuk bantuan tunai atau bentuk bantuan pemberian makanan yang sehat seperti program makan siang di sekolah. Dukungan ini dapat berupa cukai pada minuman manis, seperti ide pemerintah. </p>
<p>Sedangkan intervensi gizi bagi remaja dari kelompok status sosial ekonomi menengah ke atas harus mencakup pendidikan gizi yang mendorong mereka untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan yang lebih sehat. Kita juga perlu merancang citra makanan sehat menjadi lebih menarik, seperti membingkai makanan sehat sebagai barang mewah dan kekinian.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/144370/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Rizka Maulida tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Jika minuman dengan kadar gula tinggi harganya lebih mahal, maka menjadi kurang menarik untuk dibeli.Rizka Maulida, PhD researcher in behavioural epidemiology and urban health, University of CambridgeLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1190832019-06-25T01:31:52Z2019-06-25T01:31:52ZNyamuk yang diberi makan gula cenderung tidak menggigit<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/280179/original/file-20190619-171192-17ezuat.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">InsectWorld/Shutterstock</span> <span class="attribution"><span class="source">www.shutterstock.com</span></span></figcaption></figure><p>Godaan makanan manis seringkali bisa membuat kita hilang kontrol. Tapi manusia bukanlah satu-satunya yang suka makanan manis. Nyamuk juga sulit untuk menolak godaan makanan legit. Dan menurut <a href="https://journals.plos.org/plosbiology/article?id=10.1371/journal.pbio.3000238">penelitian terbaru,</a>, gula mungkin bisa menjauhkan gigitan serangga dari tubuh kita.</p>
<p>Kita sudah lama memahami bahwa gula merupakan sumber energi yang penting bagi nyamuk. Bahkan, sebenarnya <a href="https://www.annualreviews.org/doi/abs/10.1146/annurev.en.40.010195.002303">gula lebih baik</a> untuk nyamuk daripada darah dalam memberi kekuatan untuk terbang dan proses bertahan hidup. Hanya nyamuk betina yang menghisap darah karena darah memberi nutrisi penting yang dibutuhkan untuk menetaskan telurnya.</p>
<p>Tentu saja, kebutuhan nyamuk akan darah ini menyebabkan penyakit mematikan yang menjadi beban <a href="https://www.who.int/vector-control/en/">banyak negara</a>. Hal ini seringkali terjadi di negara-negara yang tidak memiliki perlengkapan memadai untuk mengatasinya. Di tengah ratusan penelitian di seluruh dunia yang bertujuan untuk mengurangi ancaman nyamuk, satu yang paling menjanjikan adalah penelitian bagaimana nafsu nyamuk atas darah dan gula saling berhubungan. </p>
<p>Penelitian terkini yang diterbitkan oleh <em>Plos Biology</em> menyelidiki tentang hal tersebut. Penelitian ini fokus pada nyamuk Harimau Asia (<em>Aedes albopictus</em>), spesies invasif yang ada di setiap benua, berhubungan erat dengan manusia, dan jumlahnya sangat sulit untuk ditekan, membuatnya menjadi <a href="https://ecdc.europa.eu/en/disease-vectors/facts/mosquito-factsheets/aedes-albopictus">pembawa penyakit</a> seperti demam berdarah, demam kuning, dan virus Zika.</p>
<p>Tim peneliti <a href="https://journals.plos.org/plosbiology/article?id=10.1371/journal.pbio.3000238">menemukan</a> bahwa memberi makan nyamuk kecil larutan gula menyebabkan respons fisiologis yang serupa dengan menghisap darah. Temuan paling pentingnya si nyamuk menunda pencarian mereka akan darah segar manusia setelah meminum larutan gula.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/277677/original/file-20190603-69071-10ut0oi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/277677/original/file-20190603-69071-10ut0oi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/277677/original/file-20190603-69071-10ut0oi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/277677/original/file-20190603-69071-10ut0oi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/277677/original/file-20190603-69071-10ut0oi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/277677/original/file-20190603-69071-10ut0oi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/277677/original/file-20190603-69071-10ut0oi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Menetaskan telur nyamuk merupakan pekerjaan yang melelahkan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/close-dried-mosquito-eggs-hatch-isolated-135540473?src=PC3YTZKEq_UwaG86Udmi1Q-1-31">7th Son Studio/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Menariknya, para peneliti menemukan bahwa memakan gula menyebabkan peningkatan level protein yang disebut <em>vitellogenin</em> pada nyamuk . <em>Vitellogenin</em> adalah komponen penting dalam produksi kuning telur yang menyediakan nutrisi bagi keturunan nyamuk yang belum menetas. Biasanya, <em>vitellogenin</em> diproduksi ketika reseptor mendeteksi adanya nutrisi spesifik yang didapatkan nyamuk dari darah yang dihisap.</p>
<p>Dengan menggunakan eksperimen gen, para peneliti dapat mengidentifikasi gen spesifik yang terkait dengan <em>vitellogenin</em>, yang ketika dihancurkan, mengembalikan ketertarikan nyamuk terhadap manusia. Hal ini menarik, sebab temuan tersebut menyoroti potensi gen ini sebagai cara mengurangi perilaku nyamuk untuk mencari inang, dan setelahnya, mengurangi penularan penyakit mematikan yang menjangkiti jutaan manusia.</p>
<h2>Pekerjaan yang masih harus diselesaikan</h2>
<p>Penelitian ini merupakan terobosan signifikan dalam memahami mekanisme fisiologis yang mempengaruhi perilaku makan nyamuk. Namun, masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Seperti yang disadari oleh penulis sendiri, hanya memberi makan gula pada nyamuk tidak bisa digunakan sebagai metode kontrol di dunia nyata.</p>
<p>Ada banyak alasan untuk ini, tetapi yang terpenting adalah bahwa efek gula pada perilaku nyamuk dapat sangat bervariasi, bahkan dalam satu spesies saja. Sebagai contoh, jika ketertarikan nyamuk muda pada manusia berkurang, namun ketika betina yang lebih tua diberi gula, mereka tetap sangat tertarik pada manusia, dan menunjukkan peningkatan cadangan nutrisi. Ini bukanlah hasil yang diinginkan. Kondisi fisik, seberapa baik nyamuk diberi makan sebagai larva, status kawin, dan apakah sebelumnya telah bertelur juga dapat mempengaruhi efek gula pada <a href="https://academic.oup.com/jme/article-%20abstrak%20/%2033/4/608/2221578">perilaku makan</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/277675/original/file-20190603-69055-p0vn98.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/277675/original/file-20190603-69055-p0vn98.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/277675/original/file-20190603-69055-p0vn98.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/277675/original/file-20190603-69055-p0vn98.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/277675/original/file-20190603-69055-p0vn98.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/277675/original/file-20190603-69055-p0vn98.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/277675/original/file-20190603-69055-p0vn98.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Memberi gula pada nyamuk Anopheles bukanlah ide yang bagus.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/mosquito-feeding-anopheles-gambiae-transmits-malaria-242818555?src=hdgjv1lZNiAvbTslnN-gFQ-1-52">Everett Historical/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Keadaan menjadi lebih kompleks ditemukan pada spesies nyamuk lain. Sebagai contoh, tingkat <em>vitellogenin</em> yang tinggi <a href="https://journals.plos.org/plosbiology/article?id=10.1371/journal.pbio.1000434">melemahkan</a> sistem kekebalan nyamuk malaria Afrika (<em>Anopheles gambiae</em>), sehingga membuatnya lebih mungkin untuk tertular dan menularkan malaria. Karena itu meningkatkan <em>vitellogenin</em> jelas tidak selalu baik.</p>
<p>Memberi gula untuk nyamuk mungkin membuat Anda terhindar dari gigitan nyamuk muda, tetapi hal itu akan membuat nyamuk yang lebih tua semakin kuat, dan bisa melemahkan pertahanan spesies nyamuk lain. Namun, kita mungkin dapat memodifikasi secara genetik atau memberikan nyamuk Harimau <a href="https://www.pnas.org/content/105/50/19631.short">hormon</a> yang meningkatkan kadar <em>vitellogenin</em> tanpa gula. Mengingat bahwa dalam kebanyakan kasus, nyamuk mengambil patogen penyakit dalam isapan darah mereka yang pertama, metode kontrol tersebut secara substansial dapat menunda nyamuk untuk makan darah dan mempersingkat daya tular mereka.</p>
<p>Tentu saja, pada tahap awal ini sulit untuk memperkirakan seberapa efektif metode kontrol yang dapat mengubah vitellogenin. Yang terpenting, masih banyak cara yang bisa dilakukan sebelum pertanyaan tentang nyamuk ini terjawab, jadi, tetaplah ikuti <a href="https://www.bug-off.org/">saran terbaik</a> kala bepergian.</p>
<p><em>Jamiah Solehati menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/119083/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Richard Halfpenny tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Nyamuk sangat menyukai gula, sampai-sampai mereka bisa lupa untuk menghisap darah kita. Kecintaan nyamuk akan makanan yang manis mungkin dapat menjadi senjata genetis untuk melawan penyebaran penyakit yang dibawa oleh nyamuk.Richard Halfpenny, Lecturer in Biological Sciences, Staffordshire UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1053832018-10-22T04:22:53Z2018-10-22T04:22:53ZBahaya gula yang selalu mengintai kesehatan tubuh kita<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/241565/original/file-20181022-105748-8bize7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Kurangi konsumsi gula akan membuat tubuh Anda lebih sehat.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/success?u=http%3A%2F%2Fdownload.shutterstock.com%2Fgatekeeper%2FW3siZSI6MTU0MDIwNTkyOSwiYyI6Il9waG90b19zZXNzaW9uX2lkIiwiZGMiOiJpZGxfNTMxMDA4NzU1IiwiayI6InBob3RvLzUzMTAwODc1NS9tZWRpdW0uanBnIiwibSI6MSwiZCI6InNodXR0ZXJzdG9jay1tZWRpYSJ9LCJYS09mbU5EcHYraVR0UHZWeEJmWXNIZDYvZHciXQ%2Fshutterstock_531008755.jpg&pi=41133566&m=531008755&src=_cKqsn3LlPG0PjRvN6pS8Q-1-4">Eviart/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><iframe src="https://open.spotify.com/embed-podcast/episode/4S73noDgIdB8pozqkABZZj" width="100%" height="232" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<p>Gula merupakan sumber energi bagi tubuh manusia. Tapi mengkonsumsi terlalu banyak zat manis ini bisa juga mendatangkan banyak penyakit yang mematikan.</p>
<p>Gula olahan dari tebu atau jagung adalah sumber karbohidrat, sama seperti kentang, biji, umbi, atau nasi. Zat esensial bagi tubuh manusia ini menghasilkan tenaga, agar berdaya. Bersama lemak dan protein, karbohidrat adalah zat yang banyak dibutuhkan tubuh. Mereka adalah makronutrien. Sampai sini tak ada soal. </p>
<p>Yang jadi masalah adalah gula buatan itu karbohidrat rantai pendek, yang sudah hampir siap untuk diserap. Kalau kita konsumsi dalam bentuk polisakarida seperti nasi, ubi, singkong, jagung, roti, dan mie, gabungan rantai karbohidrat perlu dipecah lebih dahulu, baru masuk ke peredaran darah. </p>
<p>Itulah mengapa mengkonsumsi karbohidrat dalam bentuk gula lebih berbahaya karena masuknya cepat. Karena terlalu cepat diserap tubuh, apalagi dalam jumlah yang berlebihan, maka terjadilah kelebihan. Kelebihan bikin aneka mudarat. Termasuk perut buncit dan kegemukan. </p>
<p>Konsumsi gula dan endapan sisa-sisanya telah terbukti membuat kerja organ tubuh menjadi lebih berat. Dalam jangka panjang endapan ini juga merusak dan berbahaya. Terlalu banyak gula dapat menyebabkan penurunan fungsi hati. Gula juga mempengaruhi kerja hormon insulin menyebabkan diabetes, hipertensi, penyumbatan pembuluh darah, dan kolesterol tinggi.</p>
<p>Diabetes dan hipertensi memang tidak mematikan, tapi dapat memicu penyakit lain yang bisa membunuh: jantung, stroke, dan penyumbatan pembuluh darah. </p>
<p>Steffi Sonia, Ketua Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran FKUI-RSCM Jakarta, menyebut rasa manis itu seperti candu. Gula mampu memberikan perasaan bahagia dan mengusir stres. Karena enak di lidah, banyak orang ketagihan dan tidak menyadari bahaya yang mengintai tubuh sehat. </p>
<p>Gula tetap boleh dinikmati. Tapi jumlah, mesti dibatasi. Ada batasannya dari Badan Kesehatan Dunia (WHO): 10 persen dari asupan energi. Untuk perempuan kira-kira tiga sendok makan atau 35 gram sehari, untuk laki-laki empat sendok makan atau 50 gram sehari. Lebih baik lagi jika bisa setengahnya. Berarti satu setengah sendok makan untuk perempuan dan dua sendok makan untuk laki-laki. Sebagai perbandingan, rata-rata satu kotak minuman manis, misalnya teh dalam kemasan botol atau karton, mengandung 20 gram gula. Jadi kurangi konsumsi gula.</p>
<p>Edisi ke-31 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Hilman Handoni dan narator Aisha Rachmansyah. Selamat mendengarkan!</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/105383/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Gula juga mempengaruhi kerja hormon insulin menyebabkan diabetes, hipertensi, penyumbatan pembuluh darah, dan kolestrol tinggi.Ahmad Nurhasim, Health+Science Editor, The ConversationLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/969012018-07-12T10:00:05Z2018-07-12T10:00:05ZRiset terbesar: usia harapan hidup orang Indonesia naik, beban penyakit tidak menular meningkat<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/226415/original/file-20180706-122268-16454xw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Dokter mengetes gula darah di klinik untuk diabetes, salah satu penyakit tidak menular yang kini meningkat.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/confirm/571889917?src=fVa7fR88KjzPx8smXYAzyA-1-3&size=medium_jpg">Piotr Adamowicz/Shutterstock.com</a></span></figcaption></figure><p>Kabar baik dan kabar buruk datang bersamaan dari hasil riset kami tentang beban penyakit di Indonesia dalam kurun sekitar seperempat abad terakhir. Dalam riset yang baru-baru ini kami publikasikan di
<a href="http://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(18)30595-6/fulltext"><em>The Lancet</em></a> menunjukkan ada kemajuan besar bidang kesehatan karena membaiknya layanan dan akses kesehatan masyarakat, tapi ada juga temuan yang mengkhawatirkan di masa depan. </p>
<p>Temuan yang penting, umur harapan hidup pada waktu lahir di Indonesia meningkat 8 tahun, dari 63,6 tahun pada 1990 menjadi 71,7 tahun pada 2016. Usia harapan hidup perempuan pada waktu lahir lebih lama dibanding laki-laki. Kabar positif lainnya, beban penyakit menular seperti tuberkulosis dan diare juga menurun.</p>
<p>Tapi, kabar buruknya, kini Indonesia juga menghadapi beban penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, diabetes, stroke, kanker, dan penyakit lain yang sebenarnya bisa dicegah. Ini jenis penyakit yang disebabkan oleh, antara lain, pola konsumsi, gaya hidup, dan kebiasaan merokok. Penyakit-penyakit ini membutuhkan biaya besar untuk menyembuhkannya. Kini biaya <a href="https://bisnis.tempo.co/read/839929/gara-gara-rokok-klaim-bpjs-kesehatan-membengkak">penyakit terkait rokok menjebol anggaran BPJS Kesehatan</a>. </p>
<p>Dalam riset medis terbesar di Indonesia ini, karena melibatkan data besar (<em>big data</em>) yang meliputi periode 1990-2016, kami mengkaji penyebab kematian dan disabilitas dari 333 penyakit di Indonesia dan tujuh negara pembanding. Riset ini merupakan bagian dari studi <a href="http://www.healthdata.org/infographic/what-global-burden-disease-gbd">the Global Burden of Disease</a> atau Beban Penyakit Global, sebuah upaya ilmiah yang komprehensif untuk menghitung kondisi kesehatan di seluruh dunia. </p>
<p>Riset dilakukan secara kolaboratif oleh Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) Universitas Washington Amerika Serikat dan tim peneliti Indonesia dari Kementerian Kesehatan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Biro Pusat Statistik, Universitas Indonesia, Eijkman Oxford Institute, dan BPJS Kesehatan. </p>
<p>Kami mengestimasi Umur Harapan Hidup Produktif (Healthy Life Expectancy/HALE), penyebab kematian spesifik, tahun produktif yang hilang karena kematian prematur (YLLs, <em>years of life lost</em>) dan karena disabilitas (YLDs, <em>years of life lived with disability</em>), serta tahun produktif yang hilang (DALYs loss, <em>disability adjusted life years</em>), faktor risiko yang terkait dan perbandingan (<em>benchmarking</em>) antara 1990 dan 2016.</p>
<h2>Temuan baru dan beban baru</h2>
<p>Secara umum, umur harapan hidup (laki-laki dan perempuan) pada waktu lahir menjadi 71,7 tahun pada 2016. Data lebih rinci menunjukkan umur harapan hidup pada waktu lahir untuk laki-laki meningkat 7,4 tahun, dari 62,4 tahun (1990) menjadi 69,8 tahun (2016). Pertambahan usia lebih panjang terjadi pada perempuan, meningkat 8,7 tahun dari 64,9 tahun menjadi 73,6 tahun, dalam kurun waktu yang sama.</p>
<p>Peningkatan usia harapan hidup ini sebagian besar disebabkan oleh keberhasilan Indonesia menanggulangi penyakit menular, penyakit terkait kehamilan, neonatal, dan penyakit-penyakit terkait gizi. Kenaikan usia harapan hidup ini, menyebabkan perubahan struktur penduduk: 65% penduduk merupakan usia produktif dan penduduk berusia 60 tahun atau lebih meningkat menjadi 12 % pada 2025 dan 16 % pada 2035. Pada saat yang sama, Indonesia mengalami perubahan pola kesakitan, kematian dan disabilitas.</p>
<p>Temuan lainnya, antara 1990 dan 2016, Indonesia mengalami penurunan signifikan penyakit menular, maternal, neonatal dan gizi; dengan total Disability Adjusted Life Years (DALYs) Loss alias Total Tahun Produktif yang Hilang menurun 58,6 %, dari 43,8 juta menjadi 18,1 juta tahun produktif. Ini artinya perhitungan makro dari berhasil dicegahnya total tahun produktif yang hilang atau produktivitas Indonesia bertambah 25,7 juta tahun pada 2016 karena keberhasilan mengendalikan penyakit di atas. Total DALYs Loss dari trauma tetap stabil dalam periode tersebut, kecuali pada 2004 yang disebabkan gempa bumi dan tsunami di Samudera Indonesia. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/227332/original/file-20180712-27018-nlwpln.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/227332/original/file-20180712-27018-nlwpln.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/227332/original/file-20180712-27018-nlwpln.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=290&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/227332/original/file-20180712-27018-nlwpln.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=290&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/227332/original/file-20180712-27018-nlwpln.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=290&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/227332/original/file-20180712-27018-nlwpln.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=365&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/227332/original/file-20180712-27018-nlwpln.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=365&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/227332/original/file-20180712-27018-nlwpln.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=365&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Tren DALYs total jumlah (paling kiri), estimasi kasar (tengah), dan umur yang distandarisasi (paling kanan) dari 1990-2016.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME)</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pada 1990, enam dari sepuluh penyebab utama DALYs Loss adalah penyakit menular, maternal dan neonatal; pada 2016 menjadi tiga dari sepuluh. Penyakit diare menurun dari nomor satu pada 1990 menjadi nomor sepuluh pada 2016. Pneumonia juga menurun dari penyebab kedua pada 1990 menjadi penyebab ke sebelas pada 2016. </p>
<p><a href="https://theconversation.com/explainer-what-is-tb-and-am-i-at-risk-of-getting-it-in-australia-75290">Tuberkulosis</a> masih merupakan penyebab utama kematian, dari nomor tiga pada 1990 menjadi penyebab keempat pada 2016. Komplikasi neonatal menurun secara dramatis, dari penyebab keempat pada 1990 menjadi penyebab keenam pada 2016.</p>
<p>DALYs dari <a href="https://theconversation.com/global/topics/stroke-891">stroke</a> (penyakit cerebrovascular) meningkat signifikan, dari penyebab kedelapan pada 1990 menjadi kedua pada 2016. Penyakit diabetes meningkat tajam dan menjadi penyebab ketiga DALYs pada tahun 2016. Trauma lalu-lintas meningkat dari nomor 9 pada 1990 menjadi nomor 8 pada tahun 2016, walau total DALYs menurun. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/227326/original/file-20180712-27030-z6fixn.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/227326/original/file-20180712-27030-z6fixn.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/227326/original/file-20180712-27030-z6fixn.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=470&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/227326/original/file-20180712-27030-z6fixn.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=470&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/227326/original/file-20180712-27030-z6fixn.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=470&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/227326/original/file-20180712-27030-z6fixn.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=590&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/227326/original/file-20180712-27030-z6fixn.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=590&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/227326/original/file-20180712-27030-z6fixn.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=590&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">30 penyakit penyebab utama DALYs di Indonesia pada 1990, 2006, dan 2016.</span>
<span class="attribution"><span class="source">IHME</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Faktor risiko utama di Indonesia adalah tekanan darah sistolik yang tinggi, diet tidak sehat, dan gula darah puasa yang tinggi. <a href="https://theconversation.com/riset-terbaru-kerugian-ekonomi-di-balik-konsumsi-rokok-di-indonesia-hampir-rp600-triliun-89089">Penyakit akibat konsumsi tembakau</a> menempati nomor empat dan malnutrisi anak serta maternal merupakan faktor risiko kelima. Diet menyumbang pada beban penyakit jantung dan pembuluh darah, <a href="https://theconversation.com/us/topics/diabetes-612">diabetes</a>, urogenital, darah, endokrin dan neoplasma.</p>
<p>Tekanan darah sistolik yang tinggi menyumbang pada beban penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes, urogenital, darah dan endokrin. Gula darah yang tinggi menyumbang pada beban penyakit diabetes, jantung dan pembuluh darah, endokrin, HIV/AIDS dan tuberkulosis. Faktor risiko utama lainnya meliputi tembakau, malnutrisi anak dan ibu, kelebihan berat dan obesitas, dan polusi udara.</p>
<p>Dalam konteks ini, beban ganda terjadi karena di si satu sisi beban penyakit menular masih banyak terjadi di Indonesia seperti tuberkulosis dan pada saat bersamaan masyarakat dan pemerintah juga dibebani oleh penyakit tidak menular seperti diabetes. </p>
<h2>Pentingnya estimasi di provinsi</h2>
<p>Indonesia mengalami beban ganda penyakit yang akan meningkatkan biaya pelayanan kesehatan sehingga menyulitkan pencapaian pelayanan kesehatan semesta. Estimasi beban penyakit di tingkat provinsi dan kabupaten akan membantu menentukan prioritas pemerintah sesuai keadaan lokal dan spesifik, meningkatkan perencanaan program kesehatan masyarakat dan penilaian pencapaian program di masa depan. </p>
<p>Untuk menuju <a href="http://www.depkes.go.id/resources/download/LAKIP%20ROREN/1%20perencanaan%20kinerja/RAK%20PPJK.pdf">Pelayanan Kesehatan Semesta 2019</a>, pengetahuan mengenai pola sakit dan kematian penduduk menjadi penting untuk mengalokasikan sumber daya dan menghilangkan ketimpangan yang ada. Global Burden of Disease 2016 mengestimasikan penyebab kematian dini, kesakitan dan disabilitas, sebagai masukan kebijakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan.</p>
<p>Penduduk Indonesia yang saat ini berjumlah 260 juta, sekitar 130 juta jiwa tinggal di Pulau Jawa dan sisanya tersebar di empat pulau besar lainnya dan 4000 pulau kecil lainnya secara tidak merata. Keadaan geografis ini merupakan tantangan tersendiri bagi sistem pemerintahan, komunikasi, transportasi dan ketersediaan pelayanan kesehatan dasar yang merata.</p>
<p><a href="http://referensi.elsam.or.id/2015/01/uu-nomor-23-tahun-2014-tentang-pemerintah-daerah/">Undang-Undang Pemerintahan Daerah</a> mengatur proses desentralisasi termasuk bidang kesehatan ke kabupaten dan Kota. Pengaturan ini memberi otonomi yang lebih luas bagi pemerintah kabupaten dan kota untuk melayani masyarakat secara lebih baik.</p>
<p>Hasil dari <a href="https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(18)30595-6/fulltext">Global Burden of Disease 2016 </a> dapat dipergunakan untuk analisis transisi kesehatan Indonesia 1990-2016, mengidentifikasi kesenjangan dan mengembangkan tanggapan pada tingkat nasional untuk meningkatkan ketersediaan, akses, kelayakan, kualitas dan keadilan dalam pelayanan kesehatan.</p>
<p>Karena luasnya negara, adanya perbedaan lingkungan urban dan rural, perkembangan sosial-ekonomi, dan tumbuhnya kota metropolitan, terjadi beban ganda penyakit. Transisi epidemiologi meningkatkan penyakit tidak menular (diabetes, stroke dan penyakit jantung iskhemik), sedangkan penyakit menular seperti tuberkulosis, diare dan HIV/AIDS masih merupakan masalah penting.</p>
<p>Karena itu, sistem kesehatan harus mampu menjawab perubahan kebutuhan akan pelayanan kesehatan, karena terjadinya transisi epidemiologi dan hilangnya hambatan keuangan, melalui program Jaminan Kesehatan Nasional.</p>
<p>Melihat gambaran geografis dan perbedaan sosial-ekonomi, pola beban penyakit dan status kesehatan akan bervariasi. Karena itu, estimasi sub nasional (provinsi) dari beban penyakit akan bermanfaat untuk penentuan prioritas kesehatan dan perencanaan program sesuai kebutuhan spesifik daerah.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/96901/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Soewarta Kosen terlibat dalam penelitian ini yang dibiayai oleh Bill & Melinda Gates Foundation.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Nafsiah Mboi terlibat dalam penelitian ini yang dibiayai oleh Bill & Melinda Gates Foundation.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Christopher JL Murray terlibat dalam penelitian ini yang dibiayai oleh Bill & Melinda Gates Foundation.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Simon I Hay terlibat dalam penelitian ini yang dibiayai oleh Bill & Melinda Gates Foundation.</span></em></p>Indonesia masih diserang penyakit menular seperti Tuberkulosis, juga dibebani penyakit tidak menular seperti diabetes dan jantung.Soewarta Kosen, Policy Researcher, National Institute of Health Research and Development (NIHRD), Ministry of Health IndonesiaAndi Nafsiah Mboi, Independent Consultant and Board of The Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), University of WashingtonChristopher JL Murray, Professor of Global Health, Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), University of WashingtonSimon I Hay, Professor of Global Health, The Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), University of WashingtonLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/946632018-04-13T09:05:48Z2018-04-13T09:05:48ZJika gula memang buruk bagi kesehatan, mengapa gula dalam buah tidak apa-apa?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/214685/original/file-20180413-540-1u0vmpg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Semua jenis gula akan memberi jumlah kalori yang sama, baik dari buah maupun dari minuman ringan. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/female-hand-holding-banana-on-blue-1040612479?src=Et-jPh8H_ZN8dtYHeL6XYQ-1-6">Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p><em>Ini adalah tulisan ketiga dari seri tulisan tentang diet bebas gula, perbandingan antara jenis-jenis gula, serta kaitan antara gula dan kesehatan. Baca artikel lain di <a href="https://theconversation.com/au/topics/sugar-2207">sini</a>.</em> </p>
<hr>
<p>Para ahli dan <a href="http://www.who.int/nutrition/publications/guidelines/sugars_intake/en/">organisasi kesehatan</a> kerap menyarankan kita mengurangi asupan gula. Tapi di sisi lain, kita juga disarankan makan lebih banyak buah.</p>
<p>Semua jenis gula memang memberi kita jumlah kalori yang sama, baik dari buah-buahan maupun soda atau minuman ringan. Meski demikian, gula yang berbahaya jika terlalu banyak dikonsumsi adalah <a href="http://www.who.int/nutrition/publications/guidelines/sugars_intake/en/">“gula bebas”</a>)—bukan gula yang memang secara alami terdapat di dalam buah atau susu.</p>
<h2>Jenis-jenis gula dalam makanan</h2>
<p>Gula dalam makanan dan minuman kita datang dalam beberapa jenis. Molekul gula digolongkan jadi dua: monosakarida (molekul tunggal seperti glukosa dan fruktosa) dan disakarida (struktur yang lebih kompleks seperti sukrosa dan laktosa). </p>
<p>Buah-buahan mengandung gula alami, yang merupakan campuran sukrosa, fruktosa, dan glukosa. Banyak orang mengira bahwa gula dalam buah-buahan termasuk yang berbahaya bagi kesehatan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/mengapa-saat-diet-kita-justru-mengidamkan-makanan-tak-sehat-84708">Mengapa saat diet kita justru mengidamkan makanan tak sehat</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Padahal kenyataannya, fruktosa hanya berbahaya <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23594708">dalam jumlah berlebihan</a>, dan tidak berbahaya ketika berasal dari buah-buahan. Amat sangat sulit bagi kita untuk mengonsumsi fruktosa berlebihan hanya dengan makan buah.</p>
<p>Kita lebih gampang mengonsumsi gula berlebihan lewat makanan dan minuman yang mengandung “gula bebas”.</p>
<p>Gula bebas punya kandungan yang sama (fruktosa, glukosa, sukrosa), tetapi dalam hal ini mereka telah dilepaskan dari sumber alami mereka (jadi tidak dikonsumsi sebagai bagian alami buah, produk susu, dan beberapa sayuran dan biji-bijian).</p>
<p>Gula yang sengaja ditambahkan oleh pabrik, koki, atau konsumen juga termasuk gula bebas.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/209133/original/file-20180306-146666-10php5o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/209133/original/file-20180306-146666-10php5o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/209133/original/file-20180306-146666-10php5o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/209133/original/file-20180306-146666-10php5o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/209133/original/file-20180306-146666-10php5o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/209133/original/file-20180306-146666-10php5o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/209133/original/file-20180306-146666-10php5o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/209133/original/file-20180306-146666-10php5o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Yang paling penting adalah sumbernya.</span>
<span class="attribution"><span class="source">from www.shutterstock.com</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Risiko kesehatan datang dari gula bebas, bukan buah-buahan</h2>
<p><a href="http://www.who.int/nutrition/publications/guidelines/sugars_intake/en/">Bukti</a> menunjukkan bahwa risiko kesehatan akibat gula, seperti kebusukan gigi dan kenaikan berat badan yang tak sehat, adalah terkait dengan konsumsi gula bebas yang terlalu banyak—bukan akibat mengonsumsi gula yang secara alami terkandung dalam susu atau buah.</p>
<p>Karenanya, kita direkomendasikan untuk membatasi asupan gula bebas agar tidak melebihi <a href="http://www.who.int/nutrition/publications/guidelines/sugars_intake/en/">10% kalori harian</a>. Bagi orang dewasa rata-rata, ini berarti 50g atau sedikit lebih banyak dari kandungan gula dalam sekaleng soda atau minuman ringan. </p>
<p>Diperkirakan, orang Australia mendapatkan <a href="http://www.abs.gov.au/ausstats/abs@.nsf/Lookup/by%20Subject/4364.0.55.011%7E2011-12%7EMain%20Features%7EHow%20much%20sugar%20was%20consumed%3f%7E8">60% (65g) asupan gula</a> dari gula bebas. </p>
<p>Makanan yang merupakan sumber gula bebas, seperti jus, minuman ringan, biskuit dan permen, kerap kali mengandung kalori tinggi namun rendah nilai gizi yang lain. Amat mudah mengonsumsi makanan seperti ini ketimbang buah segar, dan mereka juga bisa jadi mengganti makanan bergizi lainnya dalam pola makan.</p>
<p>Ambil contoh sebotol jus buah—untuk mendapatkan kandungan gula yang sama dengan jus ini, kita perlu memakan enam jeruk utuh. Dan karena buahnya sudah dalam bentuk jus, maka ia sudah termasuk dalam batas gula bebas harian.</p>
<p>Kalori yang didapat dari minuman bergula kerap jadi tambahan kalori yang kita dapat dari makanan, sehingga lama-kelamaan menyebabkan kenaikan berat badan.</p>
<p>Memakan buah kering dalam jumlah banyak juga bukanlah ide bagus jika kita sedang membatasi asupan gula. Melalui proses pengeringan, gizi yang ada jadi terkonsentrasi. Aprikot kering, misalnya, mengandung gula enam kali lebih banyak (40g per 100g) ketimbang aprikot segar (6g per 100g).</p>
<h2>Kita perlu makan buah</h2>
<p>Tidak seperti banyak makanan lain yang tinggi kadar gula bebasnya, buah-buahan mengandung beragam gizi yang membantu pola makan seimbang bagi kesehatan.</p>
<p>Misalnya saja, buah merupakan sumber serat yang bagus. Pisang mengandung 20-25% (6g) asupan serat harian yang direkomendasikan. Makan serat yang cukup adalah penting untuk melindungi kita dari <a href="https://www.wcrf.org/sites/default/files/Second-Expert-Report.pdf">kanker usus besar</a>. </p>
<p>Sayangnya, banyak orang dewasa di banyak negara hanya mengonsumsi setengah jumlah yang direkomendasikan <a href="https://www.nrv.gov.au/nutrients/dietary-fibre">setiap hari</a> (25g untuk perempuan Australia dan 30g untuk laki-laki).</p>
<p>Serat dalam buah, yang kerap absen dalam banyak makanan dan minuman yang mengandung gula bebas, juga membantu memberi rasa kenyang, sehingga kita makan <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S019566630800620X#bib30">lebih sedikit</a>. Penyebabnya belum jelas, tetapi mungkin ada kaitannya dengan volume makanan (terutama ketika dibandingkan dengan cairan) dan proses mengunyah yang terjadi. </p>
<p>Buah juga merupakan sumber bagus untuk gizi lain seperti kalium, yang membantu menurunkan <a href="https://www.nrv.gov.au/nutrients/potassium">tekanan darah</a>, dan flavonoid, yang dapat menurunkan risiko <a href="https://link.springer.com/article/10.1007%2Fs11883-013-0368-y">penyakit jantung</a>.</p>
<p><a href="http://www.bmj.com/content/349/bmj.g4490">Terdapat bukti</a> bahwa memakan buah utuh (baik buah saja maupun dikombinasikan dengan sayuran) <a href="http://www.bmj.com/content/349/bmj.g4490">mengurangi kemungkinan</a> kematian akibat kanker, obesitas dan penyakit jantung.</p>
<p>Meski demikian, hanya sekitar <a href="http://www.abs.gov.au/ausstats/abs@.nsf/Lookup/by%20Subject/4364.0.55.001%7E2014-15%7EMain%20Features%7EDaily%20intake%20of%20fruit%20and%20vegetables%7E28">50% orang Australia</a> yang memakan setidaknya dua buah-buahan per hari. </p>
<p>Panduan pola makan di dunia kebanyakan menyarankan memakan buah-buahan dan sayur-mayur, dengan titik berat pada sayuran. Untuk mencoba memakan dua buah-buahan <a href="https://www.eatforhealth.gov.au/food-essentials/five-food-groups/fruit">per hari</a> ingatlah bahwa satu buah-buahan bisa berupa sebuah pisang, apel, jeruk, atau dua buah-buahan yang lebih kecil seperti plum, aprikot, atau semangkok anggur atau berries. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/mengapa-riset-kesehatan-jarang-mempengaruhi-kebijakan-di-indonesia-90767">Mengapa riset kesehatan jarang mempengaruhi kebijakan di Indonesia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Jadi, cobalah untuk mengonsumsi makanan yang tidak mengandung gula tambahan (atau kalau pun ada, hanya sedikit). Dan minumlah air putih, bukan minuman bergula, ketika kita haus.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/94663/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Kacie Dickinson menerima dana sebagai Endeavour Research Fellow dari Australian Government Department of Education and Training dan The Foundation for High Blood Pressure Research.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Dalam rangka studi PhD, Jodi Bernstein menerima dana sebagai Fellow di CIHR Collaborative Training Program for Public Health Policy, the CIHR Strategic Training Program in Population Intervention for Chronic Disease Prevention, dan menerima dana dari Ontario Graduate Scholarship. Jodi juga merupakan investigator dalam CIHR Sugars and Health Operating Grant dan Centre for Child Nutrition serta Health Public Policy Collaborative Grant.</span></em></p>Kita sering disarankan untuk mengurangi asupan gula. Tapi jangan berarti berhenti makan buah. Makan buah utuh (bukan jus) itu jauh lebih sehat.Kacie Dickinson, Accredited Practising Dietitian; Lecturer in Nutrition and Dietetics, Flinders UniversityJodi Bernstein, PhD Candidate in Nutritional Sciences, University of TorontoLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/850202017-10-05T09:02:09Z2017-10-05T09:02:09ZFakta atau mitos—apakah gula bikin kecanduan?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/188951/original/file-20171005-9753-upw3cz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Gula mengaktifkan sistem di otak, sama seperti zat yang membuat kecanduan seperti nikotin dan kokain, Artinya, mengonsumsi gula membuat kita ingin makan lagi dan lagi. </span> <span class="attribution"><span class="source">www.shutterstock.com</span></span></figcaption></figure><p>Sebagian dari kita tentu bisa mengatakan bahwa kita suka makan yang manis-manis. Entah itu kue, cokelat, kue kering, permen, atau minuman ringan, dunia kita dipenuhi kesenangan-kesenangan manis nan memikat. Kadang-kadang terlalu sulit untuk menahan diri dari mengonsumsi makanan-makanan tersebut.</p>
<p>Di Australia, penduduknya mengonsumsi rata-rata 60 gram (14 sendok teh) <a href="http://www.news.com.au/lifestyle/health/diet/new-abs-data-reveals-how-much-sugar-australians-really-consume/news-story/979263910569a4c55bb0051551bdce1a">gula pasir (dari tebu) per hari</a>. Konsumsi gula berlebihan adalah kontributor utama <a href="https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/healthyliving/sugar">naiknya tingkat obesitas</a> di Australia dan di seluruh dunia. </p>
<p>Mengonsumsi makanan yang mengandung gula sudah menyatu dengan gaya hidup dan rutinitas kita. Sesendok gula menjadikan kopi Anda terasa lebih enak dan hidangan penutup terasa bagai bagian terbaik makan malam. Jika Anda pernah berusaha mengurangi gula, barangkali Anda tahu betapa sulitnya itu. Bagi sebagian orang hal itu bahkan sama sekali mustahil. Ini menggiring pada pertanyaan: bisakah kita kecanduan gula?</p>
<h2>Gula mengaktifkan sistem imbalan otak</h2>
<p>Makanan manis menarik hasrat kita karena dampak kuat gula terhadap sistem imbalan (<em>reward system</em>) dalam otak yang disebut <a href="http://alcoholrehab.com/addiction-articles/mesolimbic-dopamine-system/">sistem dopamin mesolimbik</a>. Ketika kita menghadapi sesuatu yang layak mendapat imbalan, sel saraf akan melepas zat kimia yang mengirim pesan (<em>neurotransmitter</em>) yang mengandung <a href="https://www.psychologytoday.com/basics/dopamine">dopamin</a> ke sistem.</p>
<p>Narkoba seperti kokain, amfetamin, dan nikotin <a href="https://theconversation.com/explainer-what-is-dopamine-and-is-it-to-blame-for-our-addictions-51268">membajak sistem otak ini</a>. Aktivasi sistem ini menyebabkan peningkatan perasaan imbalan yang dapat menimbulkan rasa sangat membutuhkan atau kecanduan. Dengan demikian narkoba <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15987666">maupun gula</a> mengaktifkan sistem imbalan yang sama di dalam otak, menyebabkan pelepasan dopamin. </p>
<p>Rangkaian kimia ini diaktifkan oleh imbalan dan respons alami yang sangat penting bagi kelangsungan spesies, seperti makan sajian lezat, makanan dengan kandungan energi tinggi, berhubungan seks, dan bergaul secara sosial. Mengaktifkan sistem ini membuat Anda ingin melakukan respons itu lagi, karena rasanya menyenangkan.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/157779/original/image-20170221-18630-247pbh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/157779/original/image-20170221-18630-247pbh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/157779/original/image-20170221-18630-247pbh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/157779/original/image-20170221-18630-247pbh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/157779/original/image-20170221-18630-247pbh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/157779/original/image-20170221-18630-247pbh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/157779/original/image-20170221-18630-247pbh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/157779/original/image-20170221-18630-247pbh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Sistem otak kita mendorong kita melakukan aktivitas-aktivitas yang akan melanjutkan keberadaan spesies kita—seperti makan makanan berenergi tinggi.</span>
<span class="attribution"><span class="source">from www.shutterstock.com</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kriteria bagi penggunaan zat yang menyebabkan gangguan dalam <a href="https://www.psychiatry.org/psychiatrists/practice/dsm">Panduan Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental</a> (DSM 5) mengutip beragam problem yang timbul ketika kita kecanduan suatu zat. Problem-problem itu meliputi ketagihan, penggunaan terus-menerus walaupun ada konsekuensi negatif, berusaha meninggalkan tetapi tidak bisa, toleransi, dan <em>sakaw</em>. </p>
<p>Walaupun makanan mengandung gula mudah diperoleh, konsumsi berlebihan bisa menimbulkan sejumlah persoalan yang sama dengan kecanduan. Sehingga tampaknya <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2235907/">gula mungkin memiliki kualitas adiktif</a>. Tidak ada bukti konkret yang menghubungkan gula dengan sistem kecanduan/ketagihan pada manusia hingga belakangan ini, tetapi <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2235907/">berbagai studi dengan menggunakan tikus</a> menunjukkan adanya kemungkinan itu. </p>
<h2>Daya tarik yang manis-manis</h2>
<p>Dopamin memiliki peran penting dalam otak, mengarahkan perhatian kita pada segala sesuatu dalam lingkungan seperti makanan mengundang selera yang terkait dengan perasaan imbalan. Sistem dopamin menjadi aktif mengharapkan rasa kesenangan.</p>
<p>Ini artinya perhatian kita bisa ditarik ke kue dan cokelat ketika kita sebetulnya sedang tidak lapar, membangkitkan keinginan yang kuat. Rutinitas kita bahkan bisa menyebabkan keinginan yang sangat pada gula. Secara tidak sadar kita bisa menginginkan sebatang cokelat atau minuman berkarbonasi di sore hari jika itu merupakan bagian normal dari kebiasaan sehari-hari kita. </p>
<hr>
<p><em><strong>Baca juga:</strong> <a href="https://theconversation.com/fakta-atau-mitos-apakah-gula-bikin-kecanduan-85020">Makanan yang dapat menurunkan risiko penyakit jantung</a></em></p>
<hr>
<h2>Toleransi gula</h2>
<p>Akivasi berulang-ulang sistem imbalan dopamin, misalnya dengan mengonsumsi banyak makanan mengandung gula, menyebabkan otak beradaptasi dengan seringnya stimulasi sistem imbalan. Ketika kita menikmati makanan-makanan tersebut secara teratur, sistem itu mulai berubah untuk mencegahnya menjadi terstimulasi secara berlebihan. Secara khusus, reseptor-reseptor dopamin mulai melakukan proses <a href="http://www.psychiatrictimes.com/neuropsychiatry/dopamine-receptors-human-brain"><em>downregulation</em> atau pengurangan diri</a>.</p>
<p>Karena reseptor yang harus diikat dopamin menjadi semakin sedikit, maka ketika kemudian kita memakan makanan tersebut, efeknya menjadi tumpul. Semakin banyak gula yang dibutuhkan ketika kita makan selanjutnya untuk mendapatkan perasaan imbalan yang sama. </p>
<p>Ini sama dengan toleransi dalam kecanduan narkoba, dan menyebabkan peningkatan konsumsi. Konsekuensi-konsekuensi negatif dari konsumsi tak terkendali makanan-makanan bergula meliputi pertambahan berat tubuh, gigi berlubang, dan gangguan metabolis termasuk diabetes tipe-2.</p>
<h2>Meninggalkan gula bisa menyebabkan ‘sakaw’</h2>
<p>Gula bisa mencengkeramkan pengaruh kuatnya atas perilaku kita, sehingga sangat sulit menyingkirkannya dari makanan kita. Dan berhenti memakan makanan berkadar gula tinggi secara mendadak menyebabkan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12055324">withdrawal effect atau ‘sakaw’</a>.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/157780/original/image-20170221-18635-9xm7p4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/157780/original/image-20170221-18635-9xm7p4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/157780/original/image-20170221-18635-9xm7p4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/157780/original/image-20170221-18635-9xm7p4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/157780/original/image-20170221-18635-9xm7p4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/157780/original/image-20170221-18635-9xm7p4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/157780/original/image-20170221-18635-9xm7p4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/157780/original/image-20170221-18635-9xm7p4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Gula bisa memicu respons adiktif sama seperti narkotik. .</span>
<span class="attribution"><span class="source">from www.shutterstock.com</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Lamanya gejala ‘sakaw’ yang sangat tidak mengenakkan menyusul “detoksifikasi” gula bervariasi. Ada orang yang dengan cepat menyesuaikan diri untuk berfungsi tanpa gula, tetapi ada juga orang yang mungkin mengalami keinginan kuat sangat menyiksa dan luar biasa sulit menahan godaan makanan bergula.</p>
<p>Gejala-gejala ketagihan dianggap merupakan faktor-faktor kepekaan individual terhadap gula maupun <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21768998">penyesuaian ulang sistem dopamin</a> terhadap suatu eksistensi tanpa gula. Penurunan sementara tingkat dopamin dipandang menyebabkan banyak gejala psikologis termasuk keinginan luar biasa, terutama bila lingkungan kita penuh dengan godaan yang manis-manis yang harus Anda lawan. </p>
<h2>Mengapa meninggalkan gula?</h2>
<p>Menyingkirkan gula dari makanan Anda barangkali tidak mudah, karena begitu banyak makanan yang diproses (<em>processed food</em>) dan makanan cepat saji menambahkan gula yang tersembunyi dalam komposisinya. Beralih dari gula ke pemanis (Stevia, aspartam, sukralose) bisa menurunkan kalori, tetapi tetap saja mengumpani kecanduan pada yang manis-manis. Sama halnya dengan “pengganti” gula seperti agave, sirup beras, madu, dan fruktosa; mereka tak lebih dari gula yang menyamar, dan mengaktifkan sistem imbalan otak sama cepatnya dengan gula pasir.</p>
<p>Secara fisik, menyingkirkan gula dari makanan Anda bisa <a href="http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1046/j.1467-789X.2003.00102.x/full">membantu menurunkan berat badan</a>, <a href="http://europepmc.org/abstract/med/21916275">mengurangi jerawat</a>, dan bisa menghilangkan kelesuan pukul tiga sore di tempat kerja dan sekolah yang Anda alami. Dan jika Anda mengurangi konsumsi gula, makanan-makanan mengandung gula yang tadinya dikonsumsi berlebihan bisa terasa kelewat manis karena penyesuaian pengecap kemanisan Anda, dan itu sudah cukup untuk menjauhi konsumsi berlebihan!</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/85020/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Amy Reichelt menerima dana dari Australian Research Council.</span></em></p>Pernah berusaha mengurangi gula? Anda pasti tahu betapa susahnya. Apa benar kita bisa kecanduan gula?Amy Reichelt, Lecturer, ARC DECRA, RMIT UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.