tag:theconversation.com,2011:/id/topics/gempa-bumi-57841/articlesGempa Bumi – The Conversation2024-01-26T03:51:03Ztag:theconversation.com,2011:article/2214672024-01-26T03:51:03Z2024-01-26T03:51:03ZBagaimana bagian dalam Bumi bisa tetap sepanas permukaan Matahari selama miliaran tahun?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/570169/original/file-20230112-43582-jetsqy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C21%2C4685%2C3672&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Irisan yang terlihat pada bagian Bumi yang memperlihatkan intinya, digambarkan dengan warna kuning cerah.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/photo/earth-section-royalty-free-image/174700926">fhm/E+ via Getty Images</a></span></figcaption></figure><blockquote>
<p>** Bagaimana bagian dalam Bumi tetap panas mendidih selama miliaran tahun? Henry, usia 11 tahun, Somerville, Massachusetts**</p>
</blockquote>
<hr>
<p>Bumi kita memiliki struktur berlapis-lapis seperti bawang. </p>
<p>Mulai dari atas ke bawah, ada kerak, yang meliputi permukaan yang kita pijak. Lebih jauh ke bawah ada mantel yang sebagian besar berupa batuan padat. </p>
<p>Lebih dalam lagi, adalah lapisan inti luar yang terbuat dari besi cair. Struktur terakhir adalah inti dalam, yang terbuat dari besi padat, dengan radius 70% ukuran Bulan. </p>
<p>Semakin dalam lapisannya, suhunya semakin panas. bagian inti sama panasnya dengan permukaan Matahari.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/504301/original/file-20230112-52283-32zsaz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="struktur lapisan bumi" src="https://images.theconversation.com/files/504301/original/file-20230112-52283-32zsaz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/504301/original/file-20230112-52283-32zsaz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=405&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/504301/original/file-20230112-52283-32zsaz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=405&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/504301/original/file-20230112-52283-32zsaz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=405&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/504301/original/file-20230112-52283-32zsaz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=509&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/504301/original/file-20230112-52283-32zsaz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=509&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/504301/original/file-20230112-52283-32zsaz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=509&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Ilustrasi ini menggambarkan empat bagian di bawah permukaan Bumi.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/illustration/the-structure-of-planet-earth-royalty-free-illustration/1256173927">eliflamra/iStock via Getty Images Plus</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Perjalanan ke pusat Bumi</h2>
<p>Sebagai <a href="https://scholar.google.com/citations?user=DpHUpCwAAAAJ&hl=en&oi=ao">profesor ilmu bumi dan planet</a>, saya mempelajari bagian dalam dunia kita. Seperti halnya seorang dokter dapat menggunakan teknik yang disebut <a href="https://blog.radiology.virginia.edu/ultrasound-definition-kids-imaging/">sonografi</a> untuk membuat gambar struktur di dalam tubuh kita dengan gelombang ultrasonik, para ilmuwan juga menggunakan teknik yang sama untuk memotret struktur internal Bumi. </p>
<p>Namun, alih-alih menggunakan <em>ultrasound</em>, para ahli geosains menggunakan <a href="https://easyscienceforkids.com/seismic-waves/">gelombang seismik</a>: gelombang suara yang dihasilkan oleh gempa bumi. </p>
<p>Di permukaan bumi, kamu melihat tanah, pasir, rumput, dan trotoar. <a href="https://www.amnh.org/learn-teach/curriculum-collections/earth-inside-and-out/inge-lehmann-discoverer-of-the-earth-s-inner-core">Getaran seismik mengungkapkan apa yang ada di bawahnya</a>: bebatuan, besar dan kecil. Ini semua adalah bagian dari kerak bumi, yang bisa turun hingga sejauh 20 mil (30 kilometer); yang mengapung di atas lapisan yang disebut mantel. </p>
<p>Bagian atas mantel biasanya bergerak bersama dengan kerak bumi. Bersama-sama, keduanya disebut <a href="https://education.nationalgeographic.org/resource/lithosphere">litosfer</a>, yang memiliki ketebalan rata-rata sekitar 60 mil (100 kilometer), meskipun bisa lebih tebal di beberapa lokasi. </p>
<p>Litosfer dibagi menjadi beberapa <a href="https://www.kidsdiscover.com/wp-content/uploads/2012/12/KIDS-DISCOVER-Plate-Tectonics.pdf">blok besar yang disebut lempeng</a>. Sebagai contoh, lempeng Pasifik berada di bawah seluruh Samudra Pasifik, dan lempeng Amerika Utara menutupi sebagian besar Amerika Utara. Lempeng-lempeng tersebut seperti potongan-potongan <em>puzzle</em> yang secara kasar saling menyatu dan menutupi permukaan Bumi.</p>
<p>Lempeng-lempeng itu tidak statis. Sebaliknya, mereka bergerak. Kadang-kadang hanya sepersekian inci dalam jangka waktu beberapa tahun. Di lain waktu, ada lebih banyak gerakan, dan lebih mendadak. Pergerakan seperti inilah yang memicu gempa bumi dan letusan gunung berapi. </p>
<p>Pergerakan lempeng merupakan faktor penting, dan mungkin sangat penting, yang mendorong evolusi kehidupan di Bumi. Sebab, lempeng yang bergerak mengubah lingkungan dan <a href="https://theconversation.com/plate-tectonics-may-have-driven-the-evolution-of-life-on-earth-44571">memaksa kehidupan untuk beradaptasi dengan kondisi baru</a>. </p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/3FoSAHk7DMA?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Kamu akan terkagum-kagum dengan semua kehidupan yang terjadi di bawah kakimu.</span></figcaption>
</figure>
<h2>Panasnya menyala</h2>
<p>Pergerakan lempeng membutuhkan mantel yang panas. Dan memang, ketika kamu masuk lebih dalam ke dalam Bumi, suhunya meningkat. </p>
<p>Di bagian bawah lempeng, sekitar 60 mil (100 kilometer) dalam, suhunya sekitar 2.400°F (1.300°C). </p>
<p>Saat mencapai batas antara mantel dan inti luar, yang berjarak 1.800 mil (2.900 km) ke bawah, suhunya hampir mencapai 5.000°F (2.700°C). </p>
<p>Kemudian, di perbatasan inti luar dan inti dalam, suhunya berlipat ganda, menjadi hampir 10.800°F (lebih dari 6.000°C). Itulah bagian yang <a href="https://www.livescience.com/29054-earth-core-hotter.html">sepanas permukaan Matahari</a>. </p>
<p>Di suhu tersebut, hampir semua benda—logam, berlian, manusia—menguap menjadi gas. Namun, karena inti Matahari berada pada tekanan yang sangat tinggi di dalam planet, besi yang menyusunnya tetap berwujud cair atau padat.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/DI6SemRT2iY?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Tanpa lempeng tektonik, manusia mungkin tidak akan ada.</span></figcaption>
</figure>
<h2>Tabrakan di luar angkasa</h2>
<p>Dari mana semua panas itu berasal? </p>
<p>Panas ini bukan berasal dari Matahari. Meskipun Sang Surya menghangatkan kita dan semua tanaman serta hewan di permukaan Bumi, sinar Matahari tidak dapat menembus bermil-mil jauhnya ke bagian dalam planet ini.</p>
<p>Ada dua sumber panas Bumi. Salah satunya adalah panas yang diwarisi Bumi selama pembentukannya 4,5 miliar tahun yang lalu. </p>
<p>Bumi terbentuk <a href="https://solarsystem.nasa.gov/solar-system/our-solar-system/in-depth/#:%7E">dari nebula matahari</a>, sebuah awan gas raksasa, di tengah-tengah tabrakan dan penggabungan yang tak berkesudahan antara potongan-potongan batu dan puing-puing <a href="https://www.universetoday.com/35974/planetesimals/">yang disebut planetesimal</a>. Proses ini memakan waktu puluhan juta tahun.</p>
<p>Sejumlah besar panas dihasilkan selama tabrakan tersebut, cukup untuk melelehkan seluruh Bumi. Meskipun sebagian dari panas itu hilang di ruang angkasa, sisanya terkunci di dalam Bumi, di mana sebagian besar panas itu masih ada sampai sekarang. </p>
<p>Sumber panas lainnya: peluruhan isotop radioaktif, yang tersebar di seluruh penjuru Bumi. </p>
<p>Untuk memahami hal ini, pertama-tama bayangkan sebuah unsur <a href="https://www.ducksters.com/science/chemistry/radiation_and_radioactivity.php">sebagai sebuah keluarga dengan isotop sebagai anggotanya</a>. Setiap atom dari suatu unsur memiliki jumlah proton yang sama, tetapi sepupu isotop yang berbeda memiliki jumlah neutron yang berbeda-beda. </p>
<p>Isotop <a href="https://kids.britannica.com/students/article/radioactive-isotope/628328#:%7E">radioaktif</a> tidak stabil. Mereka melepaskan aliran energi yang stabil yang berubah menjadi panas. Kalium-40, thorium-232, uranium-235, dan uranium-238 adalah empat isotop radioaktif yang membuat interior Bumi tetap panas. </p>
<p>Beberapa dari nama-nama tersebut mungkin terdengar tidak asing bagi kalian. Uranium-235, misalnya, digunakan sebagai <a href="https://www.eia.gov/energyexplained/nuclear/the-nuclear-fuel-cycle.php#:%7E">bahan bakar di pembangkit listrik tenaga nuklir</a>. Bumi tidak dalam bahaya kehabisan sumber panas ini: Meskipun sebagian besar <a href="https://www.ducksters.com/science/chemistry/radiation_and_radioactivity.php#:%7E">uranium-235 dan potasium-40 yang asli telah habis</a>, masih ada cukup thorium-232 dan uranium-238 yang dapat digunakan untuk miliaran tahun ke depan. </p>
<p>Bersama dengan inti dan mantel yang panas, isotop-isotop yang melepaskan energi ini menyediakan panas untuk menggerakkan lempeng-lempeng tersebut. </p>
<h2>Tidak ada panas, tidak ada gerakan pelat, tidak ada kehidupan</h2>
<p>Hingga saat ini, lempeng-lempeng yang bergerak secara konstan terus mengubah permukaan Bumi, menciptakan <a href="https://www.quantamagazine.org/why-earths-cracked-crust-may-be-essential-for-life-20180607/">daratan dan lautan baru selama jutaan dan miliaran tahun</a>. Lempeng-lempeng tersebut juga memengaruhi atmosfer dalam skala waktu yang sama panjangnya. </p>
<p>Namun, tanpa panas internal Bumi, lempeng-lempeng tersebut tidak akan bergerak. Bumi akan mendingin. Dunia kita mungkin tidak bisa dihuni. Kamu tidak akan berada di sini.</p>
<p>Pikirkan tentang hal itu, saat kamu merasakan Bumi di bawah kakimu.</p>
<hr>
<p><em>Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/221467/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Shichun Huang tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Kamu harus menggali hampir 2.000 mil sebelum mencapai inti Bumi. Tidak ada yang bisa bertahan hidup dalam perjalanan itu - dan panas 10.000 derajat F begitu sampai di sana akan menguapkan kamu.Shichun Huang, Associate Professor of Earth and Planetary Sciences, University of TennesseeLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2001712023-02-17T07:22:41Z2023-02-17T07:22:41ZKrisis sekunder setelah gempa bumi Turki-Suriah kini menjadi ancaman terbesar bagi nyawa<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/510812/original/file-20230217-2564-farfoi.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Orang-orang menghangatkan diri di depan api di depan bangunan yang hancur akibat gempa di Kahramanmaras, Turki. </span> <span class="attribution"><span class="source">Petros Giannakouris/AP/AAP</span></span></figcaption></figure><p>Korban tewas akibat gempa bumi Turki dan Suriah terus meningkat, dengan <a href="https://www.reuters.com/world/middle-east/survivors-ever-fewer-earthquake-rubble-turkey-syria%20-2023-02-12/">lebih dari 37.000</a> nyawa hilang. Jumlah yang mengejutkan ini kemungkinan akan bertambah lebih tinggi dalam beberapa hari mendatang karena puing-puing dibersihkan. Bencana tersebut sekarang termasuk dalam lima besar <a href="https://www.usatoday.com/story/graphics/2023/02/10/earthquake-turkey-syria-deaths/11210641002/">gempa bumi paling mematikan</a> secara global dalam dua dekade terakhir.</p>
<p>Sebagian besar fokus berpusat pada hilangnya nyawa yang sangat besar segera setelah gempa bumi. Tapi banyak nyawa masih akan terancam pada bulan-bulan mendatang. Meski <a href="https://doi.org/10.1007/s13753-019-00237-x">sulit dilacak</a>, kita mengetahui dari kasus lain bahwa jumlah korban tewas meningkat karena kurangnya perawatan medis yang memadai, air bersih, dan tempat berlindung setelah bencana.</p>
<p>Krisis sekunder ini juga bisa berdampak parah, seperti yang ditunjukkan oleh bencana masa lalu di seluruh dunia.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/gempa-turki-suriah-ahli-gempa-bumi-jelaskan-apa-yang-baru-saja-terjadi-199399">Gempa Turki-Suriah: ahli gempa bumi jelaskan apa yang baru saja terjadi</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Jumlah kematian bisa melonjak setelah bencana terjadi</h2>
<p>Di Puerto Rico setelah Badai Maria pada 2017, jumlah korban jiwa sesaat setelah badai dari 64 kematian <a href="https://www.theguardian.com/world/2018/aug/28/hurricane-maria-new-death-toll-estimate-is-close-to-3000">bertambah menjadi hampir 3.000</a> dalam enam bulan berikutnya. Peningkatan tragis ini terjadi karena memburuknya kondisi kesehatan yang didorong oleh hilangnya infrastruktur dan layanan dasar.</p>
<p>Di Suriah barat laut, konflik yang berlangsung lebih dari satu dekade telah menyebabkan infrastruktur compang-camping. <a href="https://www.worldbank.org/en/news/press-release/2017/07/18/the-visible-impacts-of-the-syrian-war-may-only-be-the-tip-of-the-iceberg">Perkiraan Bank Dunia pada 2017</a> bahwa lebih dari sepertiga stok perumahan Suriah telah rusak atau hancur akibat konflik.</p>
<p>Sebagai suatu tanda kondisi genting bangunan sebelum gempa bumi, sebuah <a href="https://www.abc.net.au/news/2023-01-22/syrian-building-collapse-aleppo-16-people-dead/101880890">bangunan lima lantai runtuh bulan lalu</a>, menewaskan 16 orang. Banyak bangunan yang rusak akibat ledakan menambah risiko kecelakaan karena gempa membuat bangunan tersebut semakin tidak stabil.</p>
<p>Gempa bumi ini juga datang di tengah <a href="https://reliefweb.int/disaster/ep-2022-000310-syr">wabah kolera</a>. Penyakit itu sudah menyerang beberapa bagian Suriah, tapi hanya mendapat sedikit perhatian.</p>
<p>Setelah gempa bumi Haiti 2010, <a href="https://www.gtfcc.org/news/cholera-surveillance-in-haiti/">wabah kolera yang dibawa oleh pekerja kemanusiaan</a> membutuhkan waktu hampir satu dekade untuk diberantas. Ada lebih dari 820.000 kasus dan hampir 10.000 nyawa hilang.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/gempa-di-turki-dan-suriah-bagaimana-satelit-dapat-membantu-upaya-penyelamatan-199777">Gempa di Turki dan Suriah: bagaimana satelit dapat membantu upaya penyelamatan</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Gempa minggu lalu juga terjadi di tengah musim dingin. Banyak keluarga pengungsi yang menggigil kedinginan setelah kehilangan rumah mereka. Suhu di Kahramanmaraş – pusat gempa <a href="https://theconversation.com/turkey-syria-earthquakes-a-seismologist-explains-what-has-happened-199340">gempa bermagnitudo 7,8</a> – dan di seluruh wilayah yang terkena dampak gempa turun ke -5°C pada malam hari.</p>
<p>Mendirikan tempat berlindung yang memadai untuk melindungi orang dari hawa dingin harus menjadi fokus utama dari respons kemanusiaan yang sedang berlangsung.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1623689222593937408"}"></div></p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/mengapa-gempa-susulan-terus-terjadi-di-turki-dan-suriah-199684">Mengapa gempa susulan terus terjadi di Turki dan Suriah</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Warga Suriah mengandalkan bantuan</h2>
<p>Situasi di Suriah sudah mengerikan sebelum gempa. Di barat laut Suriah, <a href="https://www.unocha.org/story/todays-top-news-t%C3%BCrkiye-and-syria-ukraine">90% dari 4,6 juta orang</a> yang tinggal di sana sudah mengandalkan bantuan kemanusiaan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.</p>
<p>Akses kemanusiaan ke barat laut Suriah tetap <a href="https://www.brookings.edu/blog/order-from-chaos/2023/02/08/northwestern-syria-needs-humanitarian-assistance-getting-it-there-must-be-a-priority/">rumit</a>. Hanya ada satu penyeberangan perbatasan bantuan, di Bab al-Hawa, di bawah pengawasan Dewan Keamanan PBB. Sebagai tanda sulitnya mengakses wilayah yang dikuasai oposisi di Suriah, hanya <a href="https://reliefweb.int/report/syrian-arab-republic/north-west-syria-situation-report-11-february%20-2023-enar">dua pengiriman bantuan</a> yang berhasil lewat dari Turki dalam sepekan terakhir.</p>
<p>Ketua bantuan PBB <a href="https://www.un.org/sg/en/content/profiles/martin-griffiths-0">Martin Griffiths</a> <a href="https://twitter.com/UNReliefChief/status/1624701773557469184">mengakui lembaganya kewalahan</a> untuk menjangkau orang-orang yang membutuhkan:</p>
<blockquote>
<p>Sejauh ini kami telah mengecewakan orang-orang di Suriah barat laut. Mereka benar-benar merasa ditinggalkan. Mencari bantuan internasional yang belum sampai.</p>
</blockquote>
<p>Selama akhir pekan, Amerika Serikat menyetujui <a href="https://www.theguardian.com/world/2023/feb/10/us-syria-sanctions-exemption-earthquake-relief">pembebasan sanksi selama 180 hari</a> untuk bantuan bencana ke Suriah. Keputusan ini membuka jalur alternatif untuk pengiriman bantuan ke daerah-daerah yang dikuasai oposisi. </p>
<p>Pemerintah Suriah menyerukan agar semua bantuan kemanusiaan dikirim melalui pemerintah. Namun seruan ini sarat masalah mengingat sejumlah kasus <a href="https://www.hrw.org/report/2019/06/28/rigging-system%20/government-policies-co-opt-aid-and-reconstruction-funding-syria">pengalihan bantuan</a> selama dekade terakhir.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/turkey-syria-earthquake-assad-blames-west-as-agencies-struggle-to-get-aid-to-his-desperate-people-199691">Turkey-Syria earthquake: Assad blames west as agencies struggle to get aid to his desperate people</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Jalan panjang menuju pemulihan</h2>
<p>Saat operasi penyelamatan berlangsung hingga minggu kedua, masyarakat sudah melihat ke arah pemulihan. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan <a href="https://www.bloomberg.com/news/articles/2023-02-08/erdogan-vows-building-blitz-to-renew-quake-hit-areas-within-year">berjanji untuk membangun kembali daerah</a> terkena gempa bumi dalam waktu setahun. Masyarakat Suriah menghadapi tantangan tambahan untuk membangun kembali dari konflik.</p>
<p>Pelajaran dari bencana serupa mengajarkan kepada kita bahwa masyarakat yang terkena dampak baru saja memulai perjalanan panjang menuju pemulihan dan pembangunan kembali.</p>
<p>Seperti yang diperjelas oleh tantangan terus-menerus dari akses kemanusiaan, penting bagi organisasi lokal yang bekerja di Suriah barat laut untuk menjadi pusat respons. Bulan Sabit Merah Suriah, Pertahanan Sipil Suriah (<em>White Helmet</em>, Helm Putih) dan organisasi lokal lainnya telah berperan penting selama konflik dekade terakhir. Peran mereka tidak diragukan lagi akan penting dalam beberapa minggu dan bulan mendatang.</p>
<p>Gempa bumi baru-baru ini menawarkan kesempatan untuk <a href="https://theconversation.com/turkey-syria-earthquake-how-disaster-diplomacy-can-bring-warring-countries-together-to-save-lives-%20199329">menerobos penghalang politik</a> yang menghambat pembangunan kembali di Suriah. Namun, kerentanan mendasar yang memperparah bencana ini tidak akan terselesaikan dengan cepat. Ini sangat tertanam dalam sistem sosial dan politik di Suriah dan Turki.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/turkey-syria-earthquake-how-disaster-diplomacy-can-bring-warring-countries-together-to-save-lives-199329">Turkey-Syria earthquake: how disaster diplomacy can bring warring countries together to save lives</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Apa yang dapat Anda lakukan untuk membantu?</h2>
<p>Mungkin tergoda untuk menyumbangkan barang, tapi pertimbangkan <a href="https://www.theguardian.com/world/2023/feb/08/turkey-and-syria-earthquake-how-and-where-to-donate%20-in-australia-to-help-the-victims">memberikan uang</a> untuk mendukung upaya kemanusiaan, alih-alih mengirimkan barang fisik. Uang tunai memungkinkan organisasi kemanusiaan untuk beradaptasi dengan kebutuhan yang berubah dengan cepat, sekaligus memberikan keleluasaan kepada rumah tangga untuk memutuskan prioritas mereka sendiri.</p>
<p><a href="https://crisisrelief.un.org/t/syria-cross-border">Dana Kemanusiaan Lintas Batas Suriah (Syria Cross-Border Humanitarian Fund)</a> memungkinkan mitra kemanusiaan, khususnya organisasi Suriah di lapangan, untuk mengakses beberapa daerah yang paling sulit dijangkau akibat terkena bencana ini.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/200171/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Aaron Opdyke consults for the Global Shelter Cluster on disaster recovery.</span></em></p>Mendirikan tempat berlindung yang memadai untuk melindungi orang dari hawa dingin harus menjadi fokus utama dari respons kemanusiaan yang sedang berlangsung.Aaron Opdyke, Senior Lecturer in Humanitarian Engineering, University of SydneyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1992792023-02-14T03:54:48Z2023-02-14T03:54:48ZGempa Maluku: bagaimana gempa bumi bisa memicu terjadinya tsunami<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/508206/original/file-20230205-31-5mo9sj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Google Maps</span></span></figcaption></figure><p>Kita hidup di planet yang aktif dengan permukaan yang terus bergerak. Ini hampir tidak terlihat, hingga gempa kemudian terjadi.</p>
<p>Pada bulan Januari tahun ini, peristiwa seperti ini terjadi di laut utara Kepulauan Indonesia, di mana gempa kuat (berkekuatan 7,6 Skala Richter) <a href="https://www.abc.net.au/news/2023%20-01-10/nt-earthquake-indonesia-darwin/101839192">mengguncang wilayah tersebut</a> hingga terasa sampai di Darwin, Australia.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1612517725745860608"}"></div></p>
<p>Biro Meteorologi Australia mengatakan bahwa tidak ada peringatan tsunami untuk Australia, sementara beberapa bagian di Indonesia berada dalam mode waspada dan tunggu. Namun, apa yang menyebabkan tsunami akan terjadi?</p>
<h2>Batu gerinda</h2>
<p><a href="https://www.lyellcollection.org/doi/full/10.1144/SP470-2019-58">Tujuh puluh tahun yang lalu</a>, planet kita dianggap tegar dan hanya berubah karena pelengkungan dan peningkatan bentang alam.</p>
<p>Namun, dengan kemajuan teknologi di tahun 1950-an, sonar mulai digunakan untuk memetakan dasar laut. <a href="https://oceanexplorer.noaa.gov/technology/magnetometer/magnetometer.html">Mengukur sifat magnetik</a> dasar laut juga dapat dilakukan.</p>
<p>Akibatnya, kita mengetahui bahwa dasar samudra terbelah di pegunungan bawah laut yang dikenal sebagai <a href="https://oceanexplorer.noaa.gov/facts/mid-ocean-ridge.html">pegunungan di tengah samudra</a>.</p>
<p>Selain itu, <a href="https://www.britannica.com/science/oceanic-crust">kerak samudra</a> (bagian dari kerak bumi yang mendasari cekungan samudra) hilang di sekitar tepi sebagian besar benua. Bagian itu kembali jauh ke dalam mantel Bumi – lapisan tebal batuan semi-cair di bawah kerak permukaan Bumi.</p>
<p>Hal ini terjadi pada apa yang dikenal sebagai “zona subduksi.” Zona subduksi adalah parit samudera yang dalam di mana satu lempeng tektonik menyelam di bawah lempeng lain. Saat bebatuan perlahan-lahan menggiling satu sama lain, saat gempa bumi terjadi.</p>
<h2>Sumber tsunami</h2>
<p>Lalu mengapa beberapa gempa bumi menghasilkan tsunami yang mematikan dan yang lainnya tidak?</p>
<p>Lempeng tektonik Bumi bergerak melintasi permukaan planet dengan kecepatan rata-rata sekitar 10 cm per tahun. Kecepatan ini awalnya diperkirakan berdasarkan perubahan sifat magnetik dasar laut, tetapi saat ini telah diukur oleh satelit di luar angkasa.</p>
<p>Kerak Bumi yang keras dan gesekan yang kuat saat lempeng tektonik bersentuhan satu sama lain menyebabkan proses pergerakan ini tidak mulus.</p>
<p>Saat mereka bergerak, gesekan ini membangun tekanan pada batuan, yang sesekali dilepaskan dalam bentuk gempa bumi. Di beberapa tempat, gempa bumi hanya terjadi sesekali tetapi sangat kuat, sementara di tempat lain terjadi lebih sering dan lebih lemah.</p>
<p>Namun, gempa bumi juga sangat bervariasi dalam hal seberapa <em>dalam</em> dihasilkan di bawah permukaan. Ini karena zona subduksi berlanjut jauh ke dalam mantel. Batuan tetap berada dalam kondisi dingin dan kaku selama ratusan kilometer sebelum menjadi cukup panas dari panas internal planet untuk menjadi lunak.</p>
<p>Inilah alasan utama beberapa gempa bumi menghasilkan tsunami dan yang lainnya tidak. Gempa zona subduksi dangkal sebenarnya menggusur dasar laut – baik ke atas maupun ke bawah – dan lautan di atasnya.</p>
<p>Pada <a href="https://www.ncei.noaa.gov/news/day-2011-japan-earthquake-and-tsunami">gempa Tohoku 2011</a> di Jepang, yang terletak di kedalaman 24 km dan berkekuatan 9,1 Skala Richter, ini terjadi dengan dampak yang menghancurkan. Gempa tunggal ini menggerakkan kerak bumi sejauh 26 meter dalam hitungan detik dan mengangkat samudra, yang akhirnya mengirimkan gelombang tsunami yang menerjang tepat melintasi Samudra Pasifik.</p>
<p>Sementara itu, gempa Maluku bermagnitudo 7,6 yang terjadi bulan Januari lalu di perairan Indonesia tidak begitu kuat dan terjadi <a href="https://earthquake.usgs.gov/earthquakes/eventpage/us7000j36j/executive">pada kedalaman 105km</a>. Pada kedalaman ini, energi dan pergerakan yang terkait dari gempa bumi tersebar menjadi sejuta rekahan kecil pada bebatuan di atasnya.</p>
<p>Energi tersebut juga harus melewati irisan mantel semi-cair. Dengan demikian, ekspresi permukaan gempa melemah secara signifikan. Ini tidak menghasilkan gelombang laut, atau jika menghasilkan, hanya gelombang kecil.</p>
<p>Karena lempeng Bumi bergerak dengan kecepatan yang relatif konstan dan kita memiliki catatan aktivitas gempa bumi untuk bagian tertentu dari kerak Bumi dalam bentuk catatan geologis, kita dapat memperkirakan secara kasar seberapa sering gempa bumi akan terjadi di lokasi yang luas.</p>
<p>Sayangnya, kita belum memiliki teknologi untuk dapat memprediksi dengan tepat kapan atau di mana gempa akan terjadi. Yang bisa kita lakukan adalah mengidentifikasi daerah yang berisiko dan membangun infrastruktur tahan gempa di daerah rawan untuk mencegah kerusakan dan korban jiwa.</p>
<hr>
<p><em>Zalfa Imani Trijatna dari Universitas Indonesia menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/199279/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Martin Van Kranendonk menerima dana dari Australian Research Council.</span></em></p>Gempa bumi yang berasal dari bawah laut seringkali disertai dengan peringatan tsunami. Inilah yang menentukan risiko tsunami.Martin Van Kranendonk, Professor and Director of the Australian Centre for Astrobiology, UNSW SydneyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1997772023-02-13T09:42:32Z2023-02-13T09:42:32ZGempa di Turki dan Suriah: bagaimana satelit dapat membantu upaya penyelamatan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/509707/original/file-20230213-16-kyl5rv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Anggota Pertahanan Sipil Suriah mengevakuasi korban gempa di Zardana, Provinsi Idlib, pada 6 Februari. </span> <span class="attribution"><span class="source">Abdulazis Ketaz/AFP</span></span></figcaption></figure><p>Dalam bencana seperti <a href="https://www.lemonde.fr/international/article/2023/02/06/le-sud-de-la-turquie-frappe-par-un-seisme-de-magnitudo-7-8_6160659_3210.html">gempa bumi magnitudo 7,8</a> dan <a href="https://earthquake.usgs.gov/earthquakes/map/?currentFeatureId=us6000jlqa&extent=30.41078,25.37842&extent=42.90816,49.98779">gempa susulan magnitudo 7,5</a> yang melanda Suriah dan Turki pada 6 Februari 2023, kerja sama internasional dalam pencitraan satelit berperan penting dalam upaya penyelamatan dan pemulihan.</p>
<p>Data tersebut memungkinkan lembaga bantuan kemanusiaan untuk mengirimkan air dan makanan dengan lebih baik dengan memetakan kondisi jalan, jembatan, maupun bangunan. Data ini juga digunakan untuk mengidentifikasi populasi yang berkumpul di stadion atau ruang terbuka lainnya guna menyelamatkan diri dari potensi gempa susulan.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/508350/original/file-20230206-31-phy2vy.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="satellite photo and location of multiple earthquakes that have struck Turkey and Syria" src="https://images.theconversation.com/files/508350/original/file-20230206-31-phy2vy.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/508350/original/file-20230206-31-phy2vy.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=301&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/508350/original/file-20230206-31-phy2vy.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=301&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/508350/original/file-20230206-31-phy2vy.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=301&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/508350/original/file-20230206-31-phy2vy.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=378&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/508350/original/file-20230206-31-phy2vy.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=378&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/508350/original/file-20230206-31-phy2vy.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=378&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Gempa bumi yang terjadi sejak Minggu siang, 5 Februari di wilayah tersebut. Warna biru, gempa magnitudo 7,8. Warna jingga, banyak gempa susulan: ukuran piringan menunjukkan besarnya.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://earthquake.usgs.gov/earthquakes/map/?currentFeatureId=us6000jllz&extent=23.68477,12.74414&extent=48.54571,61.96289&baseLayer=satellite">USGS</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Untuk segera mengalihkan pandangan satelit ke daerah yang terkena dampak, Otoritas Manajemen Bencana dan Darurat Turki (<a href="https://en.afad.gov.tr/">AFAD</a>) meminta aktivasi piagam internasional tentang <a href="https://disasterscharter.org/web/guest/home">“Ruang Angkasa dan Bencana Besar”</a> pada pukul 07.04 waktu setempat. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melakukannya untuk Suriah pada pukul 11:29 waktu setempat.</p>
<p>Sementara itu, sebelas badan antariksa bersiap mengoperasikan satelit optik dan radar yang paling sesuai. Untuk Prancis, ada satelit optik <a href="https://spot.cnes.fr/fr">Spot</a>, <a href="https://pleiades.cnes.fr/en/PLEIADES/index.htm">Pléaides</a>, dan <a href="https://earth.esa.int/eogateway/missions/pleiades-neo">Pléiades Neo</a> (resolusi sedang, tinggi, dan sangat tinggi), yang akan memberikan gambar pertama saat melewati area tersebut. Satelit radar akan melengkapi informasi optik, karena mereka juga beroperasi pada malam hari dan melalui awan, dan dapat mencitrakan tanah longsor dan bahkan perubahan ketinggian yang sangat kecil.</p>
<p>Setiap tahun, jutaan orang di seluruh dunia terkena dampak bencana alam (siklon, angin puting beliung, topan, gempa bumi, tanah longsor, letusan gunung berapi, tsunami, banjir, kebakaran hutan, dll.) maupun buatan manusia (polusi minyak, ledakan industri , dan lainnya). Sayangnya, intensitas dan frekuensi bencana ini meningkat seiring dengan perubahan iklim, menimbulkan lebih banyak korban, rumah yang rusak, dan bentang alam yang hancur.</p>
<h2>Anatomi suatu bencana</h2>
<p>Piagam internasional tentang <a href="https://disasterscharter.org/web/guest/home">“Ruang Angkasa dan Bencana Besar”</a> mendefinisikan bencana sebagai peristiwa berskala besar, tiba-tiba, unik, dan tidak terkendali. Peristiwa ini mengakibatkan hilangnya nyawa atau kerusakan properti dan lingkungan, serta membutuhkan tindakan mendesak untuk memperoleh dan menyediakan data.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/466030/original/file-20220530-20-a1wa4d.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/466030/original/file-20220530-20-a1wa4d.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/466030/original/file-20220530-20-a1wa4d.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/466030/original/file-20220530-20-a1wa4d.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/466030/original/file-20220530-20-a1wa4d.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/466030/original/file-20220530-20-a1wa4d.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/466030/original/file-20220530-20-a1wa4d.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Longsor di Munnar, India. Akses ke daerah yang terkena bencana seringkali sulit.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/rakesh/1933161414/">Rakesh Pai/Flickr</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/">CC BY-NC-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Piagam tersebut dibuat oleh Pusat Penelitian Luar Angkasa Nasional dan Badan Antariksa Eropa pada 1999, segera Badan Antariksa Kanada bergabung. Hari ini, <a href="https://disasterscharter.org/web/guest/home">17 anggota badan antariksa</a> telah bergabung untuk menyediakan citra satelit gratis secepat mungkin di atas area bencana. </p>
<p>Sejak 2000, piagam tersebut telah diaktifkan 797 kali di lebih dari 154 negara. Inisiatif serupa juga datang dari Eropa (<a href="https://emergency.copernicus.eu/">Copernicus Emergency</a>) dan Asia (<a href="https://sentinel-asia.org/">Sentinel Asia</a>).</p>
<p>Hampir tiga perempat aktivasi piagam disebabkan oleh fenomena cuaca: badai, angin topan, dan terutama banjir, yang merupakan setengah dari aktivasi. Dalam situasi krisis yang terkadang tidak terduga ini, ketika tanah rusak atau banjir dan jalan tidak dapat dilalui, sumber daya berbasis lahan tidak selalu dapat menganalisis tingkat bencana dan mengatur bantuan kemanusiaan secara efektif. Dengan menangkap situasi dari luar angkasa dan dilengkapi resolusi sangat tinggi, satelit memberikan informasi penting dengan cepat.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/466035/original/file-20220530-20-mecx69.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/466035/original/file-20220530-20-mecx69.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=289&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/466035/original/file-20220530-20-mecx69.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=289&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/466035/original/file-20220530-20-mecx69.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=289&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/466035/original/file-20220530-20-mecx69.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=363&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/466035/original/file-20220530-20-mecx69.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=363&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/466035/original/file-20220530-20-mecx69.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=363&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Badai Harvey menyebabkan banjir di Texas pada 2018, menggusur 30.000 orang, dan membutuhkan penyelamatan 17.000 orang.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/sentinelhub/46200452394/in/album-72157704784948961/">Sentinel Hub/Flickr</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Dalam beberapa kasus, piagam tidak dapat diaktifkan. Hal ini bisa terjadi karena subjeknya berada di luar ruang lingkup piagam (perang dan konflik bersenjata) atau karena pencitraan luar angkasa terkadang kurang menarik (dalam kasus gelombang panas dan epidemi). Alasan lainnya karena fenomena yang berkembang perlahan dan dalam rentang waktu yang lama (kekeringan).</p>
<h2>Data satelit dalam menanggapi krisis di seluruh dunia</h2>
<p>Satelit diprogram untuk mengambil gambar dengan cepat di daerah terdampak bencana. Lebih dari 60 satelit, optik atau radar, dapat dimobilisasi pada waktu tertentu.</p>
<p>Bergantung pada jenis bencana, satelit yang berbeda akan dimobilisasi, berdasarkan rencana krisis yang telah ditetapkan sebelumnya – di antaranya: <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/TanDEM-X">TerraSAR-X/Tandem-X</a>, <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/QuickBird">QuickBird-2</a>, <a href="https://www.asc-csa.gc.ca/fra/satellites/radarsat/default.asp">Radarsat</a>, <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Programme_Landsat">Landsat-7/8</a>, <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/SPOT_(satellite)">SPOT</a>, <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Pl%C3%A9iades_(satellite)">Pleiades</a>, dan <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Sentinel-2">Sentinel-2</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/466033/original/file-20220530-16-b4snga.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/466033/original/file-20220530-16-b4snga.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=289&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/466033/original/file-20220530-16-b4snga.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=289&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/466033/original/file-20220530-16-b4snga.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=289&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/466033/original/file-20220530-16-b4snga.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=363&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/466033/original/file-20220530-16-b4snga.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=363&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/466033/original/file-20220530-16-b4snga.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=363&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Kebakaran hutan Rusia di wilayah Irkutsk pada 2017, disebabkan oleh petir.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/sentinelhub/46200453044/in/photostream/">Sentinel Hub/Flickr</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Gambar optik mirip dengan foto yang dilihat dari luar angkasa. Sedangkan <a href="https://theconversation.com/sismo-citoyens-et-chercheurs-du-monde-entier-sallient-pour-comprendre-le-recent-seisme-dha-ti-166787">gambar radar</a> bisa lebih sulit ditafsirkan oleh non-ahli. Jadi, setelah bencana, informasi satelit perlu dikerjakan ulang agar lebih mudah dipahami. Misalnya, gambar diubah menjadi peta dampak atau perubahan untuk petugas penyelamat, peta peringatan banjir untuk publik, dan pemetaan area yang terbakar atau banjir dengan perkiraan kerusakan untuk pembuat keputusan.</p>
<p>Kerja kolaboratif antara pengguna lapangan dan operator satelit sangat penting. Kemajuan telah dicapai berkat inovasi teknologi pengamatan Bumi (terutama kinerja resolusi optik – dari 50 hingga 20 meter dan sekarang 30 sentimeter), perangkat lunak pemrosesan data 3D, dan pengembangan alat digital yang dapat menggabungkan satelit dan data di lokasi. Kebutuhan-kebutuhan lapangan juga berkontribusi pada evolusi proses intervensi piagam dalam hal waktu pengiriman dan kualitas produk yang dikirim.</p>
<h2>Rekonstruksi setelah bencana</h2>
<p>Manajemen darurat tentu saja penting, tapi sama pentingnya bagi semua negara yang terkena dampak untuk mempertimbangkan rekonstruksi dan masa depan. Memang, <a href="https://centredecrise.be/fr/que-font-les-autorites/le-cycle-du-risque">“siklus risiko”</a> berpendapat bahwa rekonstruksi, ketahanan, dan pencegahan risiko semuanya memainkan peran penting dalam kembali ke normalitas.</p>
<p>Meski tidak dapat diprediksi, bencana dapat dipersiapkan dengan lebih baik, terutama di negara-negara yang bencananya berulang. Misalnya, warga dapat memperoleh manfaat dari konstruksi tahan gempa, pembuatan tempat berkumpul yang aman, atau relokasi ke tempat tinggal ke lokasi yang aman. Mempelajari keterampilan bertahan hidup juga penting.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/466034/original/file-20220530-14-np1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/466034/original/file-20220530-14-np1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/466034/original/file-20220530-14-np1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/466034/original/file-20220530-14-np1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/466034/original/file-20220530-14-np1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/466034/original/file-20220530-14-np1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/466034/original/file-20220530-14-np1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Banjir di Gan di Béarn Prancis pada 2018.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/pezon64/42709789225/">Bernard Pez/Flickr</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/">CC BY-NC-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Beberapa inisiatif, yang disebut <a href="https://www.recovery-observatory.org/drupal/en/node/811">“observatorium rekonstruksi”</a>, telah dilakukan setelah bencana besar – dua contohnya adalah Haiti pada 2021 dan Beirut, Libanon, setelah ledakan pelabuhan 2019. Tujuannya untuk mengoordinasikan citra satelit untuk memungkinkan penilaian kerusakan yang terperinci dan dinamis terhadap bangunan, jalan, pertanian, hutan, dan lainnya di daerah yang paling terkena dampak. Hal ini untuk memantau perencanaan rekonstruksi, untuk mengurangi risiko dan memantau perubahan selama tiga hingga empat tahun dalam periode yang direncanakan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/199777/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Emilie Bronner tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Segera setelah bencana terjadi, satelit diprogram untuk memperoleh gambar dengan cepat di daerah yang terkena dampak. Lebih dari 60 satelit, optik atau radar, dapat dimobilisasi pada waktu tertentu.Emilie Bronner, Représentante CNES au Secrétariat Exécutif de la Charte Internationale Espace et Catastrophes Majeures, Centre national d’études spatiales (CNES)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1995032023-02-08T05:58:46Z2023-02-08T05:58:46ZVideo gempa tunjukkan bangunan Turki runtuh seperti tumpukan kue dadar. Ahli menjelaskan penyebabnya<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/508824/original/file-20230208-31-lbcw9x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Gedung bertingkat di Turki roboh dengan mudah akibat gempa bumi dahsyat.</span> <span class="attribution"><span class="source">Mustafa Karali/AP</span></span></figcaption></figure><p>Sepasang gempa bumi dahsyat mengguncang Turki pada 6 Februari lalu, menyebabkan <a href="https://www.bbc.com/news/live/64533954">lebih dari 7.800 orang tewas</a>. Banyak pula orang terluka atau mengungsi.</p>
<p>Gempa pertama, dekat Gaziantep dekat perbatasan Suriah, <a href="https://earthquake.usgs.gov/earthquakes/eventpage/us6000jllz/executive">dengan magnitudo 7,8</a> dan terasa hingga Inggris Raya. Guncangan kedua terjadi sembilan jam kemudian, sepertinya terjadi karena patahan yang saling bertemu, dengan <a href="https://earthquake.usgs.gov/earthquakes/eventpage/us6000jlqa/executive">magnitudo 7,5</a>.</p>
<p><a href="https://www.nytimes.com/2023/02/05/world/europe/turkey-earthquake-rescue.html">Runtuhnya 3.450 bangunan</a>, menurut pemerintah Turki, juga memperbesar dampak gempa. Banyak bangunan modern yang rebah menjadi semacam “<a href="https://www.newcivilengineer.com/archive/pancake-collapses-tell-story-of-poor-construction-15-02-2001/">kue dadar bertumpuk (<em>pancake mode</em>)</a>” akibat keruntuhan struktur.</p>
<p>Kenapa ini terjadi? Apakah hanya karena besarnya magnitudo dan kuatnya gempa, ataukah bangunannya bermasalah?</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/gempa-turki-suriah-ahli-gempa-bumi-jelaskan-apa-yang-baru-saja-terjadi-199399">Gempa Turki-Suriah: ahli gempa bumi jelaskan apa yang baru saja terjadi</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Ribuan tahun gempa bumi</h2>
<p>Gempa bumi biasa terjadi di Turki, karena terletak di wilayah yang sangat aktif secara seismik. Di bawah permukaan wilayah ini tiga lempeng tektonik saling bergesekan. Catatan sejarah gempa bumi di wilayah tersebut kembali setidaknya 2.000 tahun silam, hingga <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/AD_17_Lydia_earthquake">gempa pada tahun 17 Masehi</a> yang meratakan selusin kota.</p>
<p>Zona Patahan Anatolia Timur yang menjadi tuan rumah gempa bumi ini berada di perbatasan antara lempeng tektonik Arab dan Anatolia. Mereka yang bergerak melewati satu sama lain dengan kecepatan sekitar 6 hingga 10 mm per tahun. Regangan elastis yang terakumulasi di zona batas lempeng ini dilepaskan oleh gempa bumi berselang-seling yang terjadi selama jutaan tahun. Dengan demikian, gempa bumi yang baru terjadi tidaklah mengejutkan.</p>
<p>Terlepas dari bahaya seismik yang terkenal, wilayah ini juga memiliki banyak infrastruktur yang rentan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/earthquakes-dont-kill-our-collapsing-structures-do-so-how-can-we-build-them-to-stay-up-64443">Earthquakes don't kill, our collapsing structures do. So how can we build them to stay up?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Selama 2.000 tahun terakhir kita banyak belajar tentang <a href="https://asia.nikkei.com/Business/Business-Spotlight/How-Japan-s-builders-absorbed-the-lessons-of-%20the-2011-earthquake">cara membangun gedung</a> tahan gempa yang parah sekalipun. Namun, pada kenyataannya, banyak faktor yang mempengaruhi praktik pembangunan gedung di wilayah ini maupun wilayah lainnya di dunia.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1622522988661981189"}"></div></p>
<h2>Konstruksi yang buruk adalah masalah umum</h2>
<p>Banyak bangunan yang runtuh tampaknya dibangun dari beton tanpa penguatan seismik yang memadai. Ketentuan seismik bangunan di wilayah ini <a href="https://doi.org/10.1088/1757-899X/737/1/012015">menunjukkan</a> bangunan ini seharusnya mampu menahan gempa bumi yang kuat (saat tanah bergoyang sangat cepat sebesar 30% hingga 40% dari gravitasi normal) tanpa menimbulkan kegagalan struktur.</p>
<p>Gempa berkekuatan 7,8 dan 7,5 tampaknya menyebabkan guncangan dalam kisaran 20 hingga 50% gravitasi. Sebagian dari bangunan ini dengan demikian gagal pada intensitas goncangan yang lebih rendah dari “aturan desainnya”.</p>
<p>Ada <a href="https://revkin.substack.com/p/gauging-losses-and-lessons-in-turkeys">masalah umum di Turki</a> dan di tempat lain dalam hal memastikan konstruksi bangunan yang aman dan kepatuhan terhadap ketentuan seismik bangunan. Runtuhnya bangunan serupa telah terlihat dalam <a href="https://www.washingtonpost.com/wp-srv/inatl/daily/aug99/buildings21.htm">gempa bumi yang lalu di Turki</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="An aerial photo of a collapsed building." src="https://images.theconversation.com/files/508541/original/file-20230207-17-hnmtis.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/508541/original/file-20230207-17-hnmtis.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/508541/original/file-20230207-17-hnmtis.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/508541/original/file-20230207-17-hnmtis.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/508541/original/file-20230207-17-hnmtis.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/508541/original/file-20230207-17-hnmtis.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/508541/original/file-20230207-17-hnmtis.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Masalah umum: gedung apartemen yang runtuh setelah gempa bumi tahun 1999 di Izmit, Turki.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Hurriyet / AP</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pada 1999, satu gempa besar di dekat Izmit menewaskan sekitar 17.000 orang dan sebanyak <a href="https://ilkha.com/english/analysis/today-marks-the-21st-anniversary-of-marmara-earthquake-%209525">20.000 bangunan</a> runtuh.</p>
<p>Setelah gempa tahun 2011 yang menewaskan ratusan orang, Perdana Menteri Turki saat itu, Recep Tayyip Erdogan, <a href="https://www.theguardian.com/world/2011/oct/26/turkey-earthquake-building-negligence%20-erdogan">menyalahkan</a> konstruksi buruk untuk jumlah kematian yang tinggi. Dia mengatakan, “Pemerintah kota, pemgembang dan pengawas sekarang seharusnya melihat bahwa kelalaian mereka sama dengan pembunuhan.”</p>
<h2>Rekonstruksi</h2>
<p>Meski otoritas Turki tahu banyak bangunan tidak tahan gempa, masalah ini masih sulit dipecahkan. Banyak bangunan sudah berdiri, dan ongkos penguatan seismik mungkin mahal atau tidak diprioritaskan ketimbang tantangan sosio-ekonomi lainnya.</p>
<p>Namun, rekonstruksi setelah gempa memberikan peluang pendirian kembali bangunan yang lebih aman. Pada 2019, Turki <a href="https://www.preventionweb.net/news/turkiye-building-resilience-against-earthquakes">mengadopsi peraturan baru</a> untuk memastikan bangunan lebih siap menghadapi guncangan.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1622626821731676164"}"></div></p>
<p>Meski aturan baru ini disambut baik, masih harus dilihat apakah ketentuan tersebut akan mengarah pada peningkatan kualitas bangunan yang sesungguhnya.</p>
<p>Selain hilangnya nyawa dan kerusakan infrastruktur, kedua gempa bumi tersebut kemungkinan besar menyebabkan banyak dampak lingkungan, seperti permukaan tanah yang pecah, tanah yang mencair, dan tanah longsor. Efek ini dapat membuat banyak area menjadi tidak aman untuk dibangun kembali. Karena itu, upaya rekonstruksi juga harus mencakup <a href="https://nhess.copernicus.org/articles/20/3361/2020/">keputusan perencanaan tempat yang dapat dibangun</a>, untuk menurunkan risiko di masa depan.</p>
<p>Untuk saat ini, gempa susulan terus mengguncang wilayah tersebut. Upaya pencarian dan penyelamatan masih berlangsung. Setelah debu mereda, rekonstruksi akan dimulai. Akankah kita melihat bangunan yang lebih kuat untuk menahan gempa berikutnya, atau kurang lebih sama saja?</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/earthquake-in-turkey-and-syria-how-satellites-can-help-rescue-efforts-199357">Earthquake in Turkey and Syria: how satellites can help rescue efforts</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<img src="https://counter.theconversation.com/content/199503/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Mark Quigley tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Banyak bangunan di Turki yang runtuh tampaknya dibangun dari beton tanpa penguatan seismik yang memadai.Mark Quigley, Associate Professor of Earthquake Science, The University of MelbourneLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1993992023-02-07T06:15:30Z2023-02-07T06:15:30ZGempa Turki-Suriah: ahli gempa bumi jelaskan apa yang baru saja terjadi<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/508556/original/file-20230207-25-fclmjh.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Orang-orang mencari korban selamat di bawah reruntuhan di Diyarbakir, Turki.</span> <span class="attribution"><span class="source">February 6 2023. EPA-EFE/Refik Tekin</span></span></figcaption></figure><p>Gempa bumi yang sangat besar terjadi di tenggara Turki, dekat perbatasan dengan Suriah pada Senin 6 Februari 2023. Data dari seismometer yang mengukur goncangan tanah yang disebabkan oleh gelombang gempa menunjukkan bahwa peristiwa ini bermagnitudo <a href="https://earthquake.usgs.gov/earthquakes/eventpage/us6000jllz/executive">7,8 dari 10</a> skala magnitudo momen.</p>
<p>Gelombang seismik ditangkap oleh sensor di seluruh dunia (Anda dapat melihatnya <a href="https://twitter.com/DrWendyRocks/status/1622468601851613184">menembus Eropa</a>) termasuk tempat-tempat yang jauh seperti <a href="https://twitter.com/planetkooler/status/1622528943361327107">Inggris Raya</a>.</p>
<p>Gempa ini sungguh sangat besar.</p>
<p>Goncangan yang disebabkan oleh energi yang bergerak keluar dari sumber atau pusat gempa ini telah menimbulkan konsekuensi yang mengerikan bagi orang-orang yang tinggal di dekatnya. Banyak bangunan runtuh, <a href="https://www.bbc.co.uk/news/live/64533954">setidaknya 4.300 orang</a> diperkirakan tewas di kedua negara per 7 Februari 2023, dan ada laporan kerusakan pipa gas yang menyebabkan kebakaran.</p>
<h2>Mengapa ini terjadi di sini</h2>
<p>Daerah Turki ini rawan gempa karena terletak di persimpangan tiga lempeng tektonik yang membentuk kerak bumi: lempeng Anatolia, Arab, dan Afrika. Lempeng Arab bergerak ke utara menuju Eropa, menyebabkan lempeng Anatolia (yang diduduki Turki) terdorong ke arah barat.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/508407/original/file-20230206-19-yqragg.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Map of tectonic plate movements around Turkey" src="https://images.theconversation.com/files/508407/original/file-20230206-19-yqragg.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/508407/original/file-20230206-19-yqragg.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=376&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/508407/original/file-20230206-19-yqragg.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=376&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/508407/original/file-20230206-19-yqragg.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=376&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/508407/original/file-20230206-19-yqragg.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=473&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/508407/original/file-20230206-19-yqragg.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=473&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/508407/original/file-20230206-19-yqragg.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=473&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Lempeng Arab menabrak sesar Eurasia dan mendorong sesar Anatolia ke barat … atau bagi non-ilmuwan bumi, Suriah menabrak Eropa dan menekan keluar Turki.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Anatolian_Plate.png">Mikenorton/Nasa/wiki</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pergerakan lempeng tektonik memperbesar tekanan pada zona patahan di perbatasannya. Pelepasan tekanan secara tiba-tiba inilah yang menyebabkan gempa bumi dan getaran tanah.</p>
<p>Gempa terbaru ini kemungkinan besar terjadi di salah satu patahan utama yang menandai batas antara lempeng Anatolia dan Arab: baik <a href="https://earthquake.usgs.gov/earthquakes%20/eventpage/us6000jllz/executive">patahan Anatolia Timur maupun patahan Transformasi Laut Mati</a>. Ini adalah “<em>strike-slip faults</em>, jenis sesar atau patahan yang arah geraknya horizontal”, yang berarti sesar-sesar ini mengakomodasi beberapa gerakan lempeng yang bergerak melewati satu sama lain.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1622462362203877378"}"></div></p>
<h2>‘Jauh lebih besar’ dari gempa bumi sebelumnya</h2>
<p>Meskipun daerah ini mengalami banyak gempa bumi setiap tahun akibat pergerakan lempeng tektonik yang sedang berlangsung, gempa hari ini sangat besar dan merusak karena begitu banyak energi yang dilepaskan. </p>
<p>Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) menyatakan bahwa hanya tiga gempa bumi yang lebih besar dari magnitudo 6 yang terjadi dalam jarak 250 km dari lokasi ini sejak 1970. Dengan magnitudo 7,8, gempa 6 Februari secara signifikan lebih besar daripada yang pernah dialami daerah tersebut sebelumnya, melepaskan lebih dari dua kali energi sebanyak gempa terbesar yang tercatat sebelumnya di wilayah tersebut <a href="https://twitter.com/JudithGeology/status/1622475625633050624">(magnitudo 7,4)</a>.</p>
<p>Seismolog atau ahli gempa bumi modern menggunakan <a href="https://www.usgs.gov/faqs/moment-magnitude-richter-scale-what-are-different-magnitude-scales-and-why-are-there-so-%20banyak">skala magnitudo momen</a>, yang mewakili jumlah energi yang dilepaskan oleh gempa bumi (skala Richter sudah usang, meski kadang-kadang salah dikutip dalam berita). Skala ini non-linier: setiap peningkatan mewakili 32 kali lebih banyak energi yang dilepaskan. Artinya, magnitudo 7,8 melepaskan sekitar <a href="https://earthquake.usgs.gov/education/calculator.php">6.000 kali lebih banyak energi</a> daripada gempa bumi magnitudo 5 yang lebih moderat yang biasanya terjadi di wilayah tersebut.</p>
<p>Kita cenderung menganggap energi gempa berasal dari satu lokasi, atau pusat gempa, tapi energi itu sebenarnya disebabkan oleh pergerakan di sepanjang area patahan. Semakin besar gempa, semakin besar area sesar yang akan berpindah. Untuk gempa sebesar 7,8 magnitudo ini, kemungkinan besar telah terjadi pergerakan di suatu area dengan panjang sekitar 190 km dan lebar 25 km. Ini berarti goncangan akan terasa di area yang sangat luas.</p>
<p>Goncangan besar hingga dahsyat (cukup untuk <a href="https://www.usgs.gov/programs/earthquake-hazards/modified-mercalli-intensity-scale">menyebabkan kerusakan properti yang signifikan</a>) diperkirakan telah dirasakan oleh <a href="https://earthquake.usgs.gov/earthquakes/eventpage/us6000jllz/pager">610.000 orang</a> di daerah sekitarnya hingga sekitar 80 km ke arah timur laut sepanjang batas lempeng tektonik. Guncangan ringan terasa hingga kota terbesar di Turki, Istanbul (sekitar 815 km), serta Bagdad di Irak (800 km) dan Kairo di Mesir (950 km).</p>
<h2>Bagaimana dengan gempa susulan?</h2>
<p>Setelah gempa bumi besar akan ada banyak gempa bumi kecil atau dikenal sebagai gempa susulan, akibat kerak bumi menyesuaikan diri dengan perubahan tekanan. Ini dapat berlanjut selama berhari-hari hingga bertahun-tahun setelah peristiwa awal. Dalam 12 jam pertama setelah gempa awal di tenggara Turki, sudah terjadi <a href="https://earthquake.usgs.gov/earthquakes/map/?currentFeatureId=us6000jlqa&extent=33.88866,31.24512&extent=40.75558,43.5498&listOnlyShown=%20benar">tiga gempa bumi lainnya</a> di atas magnitudo 6,0. Yang pertama adalah 6,7 yang terjadi hanya 11 menit setelah guncangan pertama, dan ada ratusan gempa susulan yang lebih kecil.</p>
<p>Kemudian pada pagi hari gempa bermagnitudo 7,5 yang sangat besar terjadi lebih jauh ke utara pada sistem patahan yang berbeda tapi berdekatan: Patahan Sürgü. Secara teknis gempa ini cukup kuat untuk dihitung sebagai gempa terpisah, meski kemungkinan dipicu oleh gempa pertama, dan akan menghasilkan rangkaian gempa susulannya sendiri.</p>
<p>Sementara gempa susulan biasanya secara signifikan lebih kecil dari goncangan utama, mereka dapat memiliki konsekuensi yang sama menghancurkannya, semakin merusak infrastruktur yang sudah terdampak gempa pertama dan menghambat upaya penyelamatan.</p>
<p>Karena dampak dari gempa besar ini terus dirasakan oleh orang-orang yang tinggal di wilayah ini, kami hanya bisa berharap bantuan internasional sampai ke Turki dan Suriah secepat mungkin untuk membantu upaya penyelamatan, di tengah gempa susulan yang sedang berlangsung.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/199399/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Jenny Jenkins tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Gempa bumi di Turki dan Suriah menyebabkan setidaknya 4.300 oran tewas di kedua negara per 7 Februari 2023.Jenny Jenkins, Assistant Professor, Department of Earth Sciences, Durham UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1962882022-12-12T06:06:22Z2022-12-12T06:06:22Z30 tahun lalu gempa dan tsunami merusak Flores: apakah mitigasi risiko di sana kini lebih baik?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/499956/original/file-20221209-25768-4pofku.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Papan "selamat datang" di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, porak-poranda dihantam gempa dan tsunami pada 1992.
</span> <span class="attribution"><span class="source">Y. Benyamin S (2018)</span></span></figcaption></figure><p>Tepat 12 Desember 1992, sebuah gempa besar disertai tsunami memporak-porandakan Flores, Nusa Tenggara Timur. Sekitar <a href="https://bnpb.go.id/uploads/24/rencana-kontigensi-sikka.pdf">3.100 orang meninggal atau hilang</a>, hampir 2.000 korban adalah penduduk di Kabupaten Sikka. </p>
<p>Kerusakan akibat tsunami terjadi sepanjang utara Pulau Flores dari Ende hingga Flores Timur. Tinggi gelombang akibat tsunami <a href="https://bnpb.go.id/uploads/24/rencana-kontigensi-sikka.pdf">sekitar 2-10 meter</a>. Namun, di beberapa tempat seperti di <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/BF00874380">Riangkroko di Flores Timur</a>, ketinggian ombak mencapai 26 meter dan menyebabkan seperempat penduduknya meninggal. Sedikitnya <a href="https://bonndoc.ulb.uni-bonn.de/xmlui/bitstream/handle/20.500.11811/4714/2451.pdf?sequence=1&isAllowed=y">13.500 rumah dan gedung runtuh </a> di Sikka.</p>
<p>Bencana Flores 1992 memberikan pelajaran penting kepada pemerintah pusat, seperti pernyataan Frans Seda, Menteri Keuangan saat itu, bahwa “<a href="https://bonndoc.ulb.uni-bonn.de/xmlui/handle/20.500.11811/4714">Flores kembali ke era 1970-an</a>” karena puluhan ribu hunian dan gedung yang dibangun dalam seperempat abad Orde Baru roboh seketika. </p>
<p>Bencana ini mengantarkan Flores kembali ke level kemiskinan tahun 1970 hanya dalam beberapa jam. </p>
<p>Pemerintah kala itu menyatakan Gempa Flores 1992 sebagai bencana nasional karena gempa dan tsunami telah menimbulkan “<a href="http://ijmed.org/articles/619/">penderitaan, korban jiwa, dan kerugian material yang sangat besar bagi masyarakat</a>.” </p>
<p>Presiden saat itu, Soeharto, menetapkan peristiwa ini <a href="https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/22339/keputusan-presiden-nomor-66-tahun-1992">sebagai bencana nasional</a> dan ini menjadi bencana nasional pertama di Indonesia era Orde Baru. </p>
<p>Setelah 30 tahun berlalu, bagaimana dengan kesiapsiagaan masyarakat di Flores, sebuah daerah yang rawan gempa-tsunami, dalam menghadapi gempa dan tsunami ke depan? </p>
<p>Pertanyaan ini sulit dijawab secara tegas karena minimnya penelitian yang konsisten terkait kesiapsiagaan terhadap tiap jenis ancaman alam termasuk tsunami dan gempa bumi. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/499957/original/file-20221209-24-b21lbe.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/499957/original/file-20221209-24-b21lbe.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=344&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/499957/original/file-20221209-24-b21lbe.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=344&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/499957/original/file-20221209-24-b21lbe.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=344&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/499957/original/file-20221209-24-b21lbe.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=433&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/499957/original/file-20221209-24-b21lbe.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=433&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/499957/original/file-20221209-24-b21lbe.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=433&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Bangunan rusak di Flores akibat gempa pada 1992.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Y. Benyamin S. dalam Komunitas KAHE (2018)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Kesiapsiagaan tsunami</h2>
<p>Dengan bantuan lembaga swadaya masyarakat dan pemerintah pusat, Kabupaten Sikka memiliki <a href="https://bnpb.go.id/uploads/24/rencana-kontigensi-sikka.pdf">rencana kontinjensi tsunami</a> yang terbit pada 2011. Namun, belum ada kejelasan bagaimana rencana tersebut diperbaharui, direvisi, diuji dan dievaluasi secara berkala dalam 10 tahun terakhir. </p>
<p>Secara insindental, berbagai lembaga berupaya menciptakan kesadaran <a href="https://kupang.antaranews.com/berita/92345/bmkg-ajak-masyarakat-maumere-pahami-jalur-evakuasi-bencana-tsunami">terkait risiko tsunami dan latihan evakuasi</a>. Upaya mitigasi dan kesiapsiagaan yang rutin di tingkat komunitas masih menjadi pekerjaan rumah para pemegang mandat pengurangan risiko tsunami, terutama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).</p>
<p>Kapasitas BPBD juga masih sangat terbatas. Tiada sistem informasi kebencanaan untuk warga. Platform website dan media sosial yang dikelola secara lokal dan rutin masih belum bisa diakses oleh masyarakat terkait potensi bencana.</p>
<p>Di pusat Kota Maumere (Ibu Kota Kabupaten Sikka), ada upaya memelihara memori sosial terkait tsunami dengan <a href="https://ekorantt.com/2021/12/16/taman-monumen-tsunami-maumere-kini-jadi-tempat-berteduh/">Taman Monumen Tsunami</a>. Monumen ini ditujukan untuk merawat ingatan bersama soal tsunami. </p>
<p>Yang menjadi masalah, tidak ada upaya memahami bagaimana kaitan monumen itu dengan tingkat sebaran kesadaran atas tsunami, dan bagaimana kesadaran tersebut bisa dikonversi menjadi tindakan saat terjadi gempa.</p>
<p>Ketika terjadi gempa <a href="https://earthquake.usgs.gov/earthquakes/eventpage/us6000gc2a/executive">magnitudo 7,3 dan berpotensi tsunami pada 14 Desember 2021</a> di perairan utara Flores, ada <a href="https://ekorantt.com/2021/12/14/gempa-m-74-guncang-flores-melkior-saya-sempat-linglung/">penyintas gempa 1992 yang trauma</a>. </p>
<p>Namun, setidaknya <a href="https://bnpb.go.id/berita/-update-gempabumi-m-7-4-flores-timur-sebanyak-346-rumah-rusak-dan-770-warga-mengungsi">700-an anggota masyarakat</a> di pantai utara Sikka mengevakuasi mandiri (spontan) tanpa menunggu peringatan dini tsunami dari pemerintah. Walau sebuah angka yang sangat sedikit, hal ini perlu diapresiasi karena ada kelompok masyarakat yang memiliki modal kesadaran.</p>
<p>Secara umum, dari sisi tata ruang, kesiapsiagaan tsunami masih minim. Pola pembangunan di tepi pantai bagian utara Flores yang makin agresif seolah-olah melupakan risiko tsunami. </p>
<p>Ada upaya mitigasi tsunami seperti <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Tetrapod_(structure)">pembangunan tetrapod</a> yang dibahasakan masyarakat lokal sebagai ‘<a href="https://www.mongabay.co.id/2020/12/25/pemecah-gelombang-dibangun-di-kota-maumere-kenapa-abrasi-masih-terjadi/">pemecah gelombang</a>’ multiguna yang didanai oleh BNPB. Ini merupakan bagian dari implementasi <a href="https://www.bnpb.go.id/uploads/migration/pubs/578.pdf">rencana induk tsunami nasional</a>. Secara hipotesis struktur ini bisa melindungi beberapa wilayah pantai tertentu. </p>
<p>Sayangnya, alokasi pendanaan yang kurang konsisten sering menyebabkan situasi <em>win-lose game</em>. Maksudnya, sebagian penduduk terlindungi, tapi sebagian lainnya masih akan terdampak gelombang yang tidak diredam tetrapod.</p>
<p>Walau demikian, imajinasi bahwa bangunan fisik dapat memberikan perlindungan mutlak sering menjadi argumentasi teknis yang bisa <a href="https://www.zef.de/fileadmin/user_upload/b4d0_Japantsunami%20resilience31mar2011.pdf">menciptakan rasa aman yang semu</a>. Hal ini perlu koreksi serius!</p>
<h2>Kesiapsiagaan gempa</h2>
<p>Secara umum, kesiapsiagaan terhadap gempa adalah domain perubahan paling lemah di Indonesia <a href="https://theconversation.com/cermin-dari-gempa-cianjur-pemerintah-punya-peta-kegempaan-tapi-tak-punya-peta-operasi-mitigasi-gempa-195216">karena ketiadaan skema operasi mitigasi detail</a>. </p>
<p>Dalam Gempa Flores 14 Desember 2021, laporan terkait kerusakan serius bangunan terjadi lebih banyak di <a href="https://bnpb.go.id/berita/-update-gempabumi-m-7-4-flores-timur-sebanyak-346-rumah-rusak-dan-770-warga-mengungsi">Sulawesi Selatan</a> ketimbang di daerah Flores.</p>
<p>Tidak seperti kesiapsiagaan tsunami di atas, kementerian dan lembaga di tingkat nasional belum mengembangkan rencana induk pengurangan risiko kegempaan. </p>
<p>Setelah tiga puluh tahun Gempa Flores 1992, pemerintah daerah di Sikka berpendapat bahwa secara umum <a href="https://www.cendananews.com/2017/12/banyak-bangunan-di-sikka-belum-penuhi-aspek-keselamatan.html">bangunan di Sikka belum memperhitungkan aspek keselamatan terhadap gempa</a>.</p>
<p>Namun kami melihat ada tiga pola pembangunan hunian di Sikka. <em>Pertama</em>, ada <em>enclave</em> - yakni sebuah ruang informal unik di mana tukang lokal (alias ‘tukang misi’) melek teknis mitigasi. Para ‘tukang misi’ awalnya dilatih membangun rumah tahan gempa oleh <a href="https://www.zef.de/fileadmin/user_upload/1c56_a-history-of-cbdrm-in-Indonesia.pdf">lembaga teknis Keuskupan dan Lembaga Teknik Bangunan, Unwira</a>, dalam proses rekonstruksi di Flores pada 1993-1996. </p>
<p>Secara umum, produk dari <em>enclave</em> tukang lokal generasi baru yang berguru pada ‘tukang misi’ memiliki harapan yang lebih optimistis karena dalam kesederhanaannya, mereka memberi informasi mitigasi gempa kepada pemilik rumah. </p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/-f7E8_1GV-g?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption"><em>Enclave</em> praktik mitigasi gempa di Sikka. Liputan Maumere TV 2018.</span></figcaption>
</figure>
<p><em>Kedua</em>, pola dan kualitas pembangunan swasta yang melibatkan para pengembang di atas kertas sering menggunakan pendekatan rekayasa sipil. Dalam kenyataannya, hal ini tidak selalu benar terjadi. </p>
<p>Ada paradoks. Bangunan yang <a href="https://reliefweb.int/report/world/towards-resilient-non-engineered-construction-guide-risk-informed-policy-making">dibangun oleh tukang lokal</a> terkesan lebih antisipatif terhadap gempa. Sedangkan ada kecenderungan bahwa bangunan swasta yang dibangun oleh perancang (arsitek) milik pengembang (<em>engineered houses</em>) justru mengabaikan standardisasi bangunan tahan gempa. </p>
<p>Pola ketiga adalah bangunan yang dibangun oleh keluarga ekonomi bawah umumnya tidak mendapatkan masukan teknis dari tukang lokal maupun tenaga ahli. </p>
<p>Secara umum, kelompok rentan memilih rumah berstruktur ringan berbahan kayu dan bambu ataupun rumah bata tanpa standar keamanan. Sayangnya dalam konteks iklim yang ekstrem, rumah-rumah rakyat ini cenderung rentan pada risiko siklon tropis.</p>
<h2>Tantangan perubahan demografi dan edukasi</h2>
<p>Selain tantangan teknis dan kebijakan, ada juga tantangan demografis yang serius. Rencana <a href="https://inarisk.bnpb.go.id/pdf/RIPB%202015-2045.pdf">Induk Penanggulangan Bencana Indonesia 2045</a> memperkirakan sedikitnya 110 juta dari <a href="http://proyeksipenduduk.bappenas.go.id/">318,9 juta penduduk</a> berpotensi terpapar risiko kegempaan pada satu abad usia Republik Indonesia di 2045.</p>
<p>Penduduk Sikka berkembang dari 245 ribu pada 1992 ke 324 ribu orang pada 2022. Pada 2045 total penduduk Sikka bisa mencapai 395-415 ribu orang. Kepadatan penduduk meningkat dari 142 jiwa per km2 (1990) menjadi 187 (2022). Di beberapa kecamatan di wilayah pantai perkotaan telah bertumbuh dari 500-an (1990) <a href="https://sikkakab.bps.go.id/indicator/12/117/1/kepadatan-penduduk-menurut-kecamatan.html">menjadi 2.200 penduduk per km2 pada 2022</a>. Potensi keterpaparan tsunami dan gempa meningkat drastis.</p>
<p>Risiko nyawa melayang dan bangunan rusak tetap tinggi karena gempa dan tsunami bisa datang kapan pun tanpa mengetuk pintu rumah penduduk di tepi pantai. </p>
<p>Potret yang optimistis sulit dibangun. Beberapa <a href="https://ekonomi.kompas.com/read/2012/06/22/02361591/geliat.mitigasi.di.tanah.sikka?page=all">hunian informal yang dihuni kembali</a> tanpa kejelasan kesiapsiagaan terhadap gempa-tsunami. Hal ini menciptakan bom waktu mewujudnya bencana serupa ke depan. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/500042/original/file-20221209-35091-krmmcp.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/500042/original/file-20221209-35091-krmmcp.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/500042/original/file-20221209-35091-krmmcp.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=288&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/500042/original/file-20221209-35091-krmmcp.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=288&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/500042/original/file-20221209-35091-krmmcp.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=288&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/500042/original/file-20221209-35091-krmmcp.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=362&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/500042/original/file-20221209-35091-krmmcp.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=362&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/500042/original/file-20221209-35091-krmmcp.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=362&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Peta Risiko Tsunami Flores.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Putranto dkk. (2005), supplied by authors</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Anak-anak dan generasi masa depan perlu kita persiapkan sejak hari ini. Memori kelabu gempa Flores 1992 perlu kita tanamkan melalui satuan pendidikan. </p>
<p>Potensi memasukan kurikulum pendidikan bencana bagi satuan pendidikan sebagaimana diatur dalam <a href="https://spab.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2021/08/ENG-Indonesia-National-Evaluation-on-Safe-School-FINAL.pdf">Peraturan Menteri Pendidikkan No. 79/2014 tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013</a> dapat memperkenalkan pendidikan kebencanaan pada generasi yang tidak mengalami peristiwa tsunami Flores 1992. </p>
<p>Sayangnya, dalam 15 tahun reformasi kebijakan kebencanaan, hanya <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S2212420922000796">10 dari 477 sekolah di Sikka</a> yang mengadopsi program Satuan Pendidikan Aman Bencana.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/196288/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Setelah 30 tahun berlalu, bagaimana dengan kesiapsiagaan masyarakat di Flores dalam menghadapi gempa dan tsunami?Jonatan A Lassa, Senior Lecturer, Humanitarian Emergency and Disaster Management and Course Coordinator (Acting) for Master of Public Policy, Charles Darwin UniversityDantje Sina, Dosen dan Peneliti Teknik Sipil, Universitas Nusa CendanaJohn Petrus Talan, Researcher, Institute of Resource Governance and Social Change (IRGSC) KupangLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1957422022-12-01T10:38:12Z2022-12-01T10:38:12ZGempa Cianjur : Pentingnya mitigasi bencana alam bagi masyarakat<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/498451/original/file-20221201-14-ayu6vu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption"></span> </figcaption></figure><iframe style="border-radius:12px" src="https://open.spotify.com/embed/episode/6QVXeR0FKCmVNh9yM6wWyO?utm_source=generator" width="100%" height="152" frameborder="0" allowfullscreen="" allow="autoplay; clipboard-write; encrypted-media; fullscreen; picture-in-picture" loading="lazy"></iframe>
<p>Gempa yang terjadi di Cianjur tanggal 21 November 2022 lalu mengakibatkan <a href="https://nasional.tempo.co/read/1662985/satu-korban-lagi-ditemukan-tanggap-darurat-gempa-cianjur-diperpanjang-3-hari">328 orang meninggal dunia</a> per Rabu 30 November 2022. Koordinator mitigasi gempa bumi dan tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono mengatakan hingga 1 Desember 2022, ada sekitar <a href="https://twitter.com/DaryonoBMKG/status/1598095575580258304?s=20&t=TbXkQkRtRQh-ppLpG4dfEA">354 kejadian gempa susulan</a>.</p>
<p>Pemerintah sebenarnya sudah memiliki <a href="https://vsi.esdm.go.id/index.php/kegiatan-pvmbg/download-center/cat_view/251-publikasi-mitigasi-gempabumi/258-buku">peta kegempaan Indonesia</a> yang berisi banyak informasi, salah satunya tentang bahaya kegempaan berdasarkan data percepatan gempa. Ada juga beberapa <a href="https://data.pu.go.id/visualisasi/rumah-instan-sederhana-sehat-risha">langkah mitigasi yang bisa dilakukan bagi keluarga sederhana</a>.</p>
<p>Sepenting apa langkah mitigasi bencana perlu dipahami oleh masyarakat? Apa yang harus dibenahi dari sistem mitigasi bencana yang sudah ada?</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/cermin-dari-gempa-cianjur-pemerintah-punya-peta-kegempaan-tapi-tak-punya-peta-operasi-mitigasi-gempa-195216">Cermin dari gempa Cianjur: pemerintah punya peta kegempaan tapi tak punya peta operasi mitigasi gempa</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Dalam Episode <em>SuarAkademia</em> terbaru, kami berbincang dengan Jonatan A. Lassa, dosen dari Charles Darwin University Australia.</p>
<p>Jonatan berpendapat bahwa masyarakat, akademisi, dan pemerintah sebenarnya memahami pentingnya mitigasi. Namun, sering muncul ketidaksepakatan mengenai mitigasi harus diawali dari mana. Ia menambahkan bahwa aspek mitigasi bencana alam sering kali diabaikan banyak negara di seluruh dunia karena kejadiannya tidak bisa diprediksi.</p>
<p>Jonatan menambahkan pemerintah harusnya memiliki peta kegempaan dalam skala “<em>by name, by address</em>” untuk bisa melakukan pemetaan secara detail. Harapannya, sistem mitigasi bencana gempa bumi menjadi lebih baik lagi. </p>
<p>Perbaikan sistem mitigasi bencana alam, khususnya gempa bumi, juga membutuhkan pencatatan yang disiplin tentang bangunan yang ada di daerah rawan bencana. Harapannya, pemerintah dapat memberikan informasi awal seputar kerawanan bencana dan langkah mitigasinya kepada para pemilik bangunan tersebut.</p>
<p>Simak episode selengkapnya di <em>SuarAkademia</em> – ngobrol seru isu terkini, bareng akademisi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/195742/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Gempa yang terjadi di Cianjur tanggal 21 November 2022 lalu mengakibatkan 328 orang meninggal dunia per Rabu 30 November 2022. Koordinator mitigasi gempa bumi dan tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi…Muammar Syarif, Podcast ProducerLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1952042022-11-23T10:56:29Z2022-11-23T10:56:29ZGempa Cianjur: ahli jelaskan mengapa gempa dangkal lebih destruktif<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/496963/original/file-20221123-20-vbydcw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Seorang lelaki menunjukkan reaksinya saat melihat kerusakan akibat gempa bumi pada hari Senin di Cianjur, Jawa Barat.</span> <span class="attribution"><span class="source">Tatan Syuflana/AP</span></span></figcaption></figure><p>Pada tanggal 21 November 2022, gempa bumi di dekat kota Cianjur, Jawa Barat menyebabkan setidaknya <a href="https://www.bbc.com/news/world-asia-63712461">268 kematian dan merusak 22.000 bangunan</a>.</p>
<p>Dengan kekuatan 5,6 skala richter, gempa ini jauh lebih kecil daripada banyak <a href="https://www.ngdc.noaa.gov/hazel/view/hazards/earthquake/search">gempa bumi lainnya</a> yang telah menyebabkan kematian dan kehancuran di Indonesia selama beberapa dekade terakhir.</p>
<p>Mengapa gempa Cianjur sangatlah berbeda? Salah satu alasan utama yang membuat gempa bumi ini begitu merusak adalah kedalamannya yang dangkal, yaitu 10 km.</p>
<p>Peristiwa ini harus menjadi peringatan untuk meningkatkan praktik kontruksi bangunan di Indonesia, mengingat bencana dangkal yang jauh lebih besar dapat terjadi di Jawa kapan saja.</p>
<h2>Peran kedalaman gempa</h2>
<p>Dua faktor terpenting yang menentukan intensitas guncangan tanah yang disebabkan oleh gempa bumi adalah kekuatan dan jaraknya.</p>
<p>Gempa bumi besar dengan kedalaman lebih dari 50 km dapat menyebabkan kerusakan yang meluas, tetapi intensitas guncangan berkurang karena gelombang seismik berjalan setidaknya 50 km sebelum mencapai ke permukaan hingga dapat dirasakan manusia.</p>
<p>Gempa bumi seperti ini jarang menimbulkan korban jiwa yang besar. Sebagai contoh, gempa Tasikmalaya yang berkekuatan 6,5 SR pada tahun 2017 terjadi pada kedalaman 90 km dan <a href="https://www.ngdc.noaa.gov/hazel/view/hazards/%20data%20gempa/peristiwa?maxYear=2017&minYear=2017&minDeaths=4">hanya menewaskan empat orang dan merusak 4.826 rumah</a>.</p>
<p>Meskipun gempa Cianjur yang baru-baru ini terjadi jauh lebih kecil dari gempa Tasikmalaya – dengan kekuatan 5,6 skala Richter, energinya delapan kali lebih kecil, kerusakan yang dihasilkan jauh lebih besar.</p>
<p>Gempa Cianjur memiliki dampak yang lebih besar karena terjadi dalam jarak beberapa kilometer dari kota Cianjur, dengan guncangan yang dikategorikan “parah” – (<a href="https://www.usgs.gov/programs/earthquake-%20bahaya/modifikasi-merkali-intensitas-skala">Skala 8 menurut menurut skala yang dibuat oleh seorang vulkanologis dari Italia yang bernama Giuseppe Mercalli</a>.</p>
<p>Perbandingan serupa dapat dilakukan dengan gempa zona yang terjadi di lepas pantai. Meskipun ukurannya bisa jauh lebih besar daripada gempa Cianjur, gempa jenis ini umumnya berjarak 100 km atau lebih dari pusat populasi, sehingga menyebabkan lebih sedikit korban jiwa akibat keruntuhan bangunan.</p>
<h2>Bahaya yang jarang terjadi</h2>
<p>Selain itu, gempa bumi dangkal di daratan dapat menjadi begitu dahsyat karena jarang terjadi, khususnya di Jawa. Ini menyebabkan kebanyakan orang tidak menyadari bahayanya.</p>
<p>Populasi Pulau Jawa meningkat <a href="http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=12&notab=1">empat kali lebih besar</a> selama <a href="https://www.researchgate.net/publication/235003003_Mortality_from_the_influenza_pandemic_of_1918-19_in_Indonesia/link/55ba347408ae9289a0926b9f/download">abad ke-20</a>. Selama ini, hanya ada satu gempa dangkal yang terjadi, yaitu pada tahun 1924 yang menyebabkan hampir 800 kematian, dan empat gempa lainnya menyebabkan korban jiwa sebanyak 10 hingga 100.</p>
<p>Kemudian pada tahun 2006, gempa bumi Yogyakarta dengan <a href="https://www.ngdc.noaa.gov/hazel/view/hazards/earthquake/event-data?maxYear=2022&maxLongitude%20=119.0394401550293&minYear=1900&maxLatitude=-5.482546633157073&minDeaths=10&minLongitude=104.7572135925293&minLatitude=-9.75017078272175">kekuatan 6,3 skala Richter</a> terjadi. Peristiwa yang luar biasa ini menewaskan hingga 5.749 orang.</p>
<p>Selama beberapa generasi, gempa bumi besar belum pernah terjadi di daerah lain di Pulau Jawa.</p>
<p>Karena hal ini, tidak banyak perhatian yang diberikan terkait konstruksi bangunan, sehingga banyak bangunan lemah akan runtuh ketika gempa terjadi.</p>
<h2>Masa kolonial yang sangat berbeda</h2>
<p>Sejarah gempa bumi di Jawa pada masa kolonial melukiskan gambaran yang sangat berbeda. <a href="https://pubs.geoscienceworld.org/ssa/bssa/article/doi/10.1785/0120220047/618736/Gempa-Nusantara-A-Database-of-7380-Macroseismic">Studi terbaru kami</a> menunjukkan banyak gempa bumi yang menimbulkan kerusakan telah terjadi di Jawa sejak abad ke-17. Setidaknya sembilan gempa bumi sejak tahun 1865 telah menyebabkan guncangan yang begitu parah sehingga hampir pasti merupakan peristiwa gempa yang dangkal.</p>
<p>Ini termasuk dua gempa bumi di dekat Wonosobo di Jawa Tengah pada tahun 1924 yang menjadi penyebab bencana tanah longsor yang menewaskan hampir 900 orang.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/496722/original/file-20221122-16-xu4jmg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Sebuah foto sepia yang menunjukkan bangunan kecil yang runtuh sepenuhnya" src="https://images.theconversation.com/files/496722/original/file-20221122-16-xu4jmg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/496722/original/file-20221122-16-xu4jmg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=448&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/496722/original/file-20221122-16-xu4jmg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=448&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/496722/original/file-20221122-16-xu4jmg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=448&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/496722/original/file-20221122-16-xu4jmg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=563&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/496722/original/file-20221122-16-xu4jmg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=563&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/496722/original/file-20221122-16-xu4jmg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=563&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Kerusakan akibat gempa di Cianjur, Jawa Barat, pada Maret 1879.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/view/item/826282">Leiden University Libraries Digital Collections</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Dalam <a href="https://pubs.geoscienceworld.org/ssa/bssa/article/doi/10.1785/0120220047/618736/Gempa-Nusantara-A-Database-of-7380-Macroseismic">penelitian terbaru</a> kami, kami juga mendokumentasikan getaran yang sangat ekstrem yang disebabkan oleh gempa pada 25 Oktober 1875 di dekat Kuningan, Jawa Barat. Seorang saksi mata menggambarkan dirinya terlempar dari kursi dan melihat sekawanan sapi terlempar dari tanah.</p>
<p>Gempa bumi yang menyebabkan kerusakan juga pernah terjadi di Cirebon pada tanggal 16 November 1847. Peristiwa ini diperkirakan menyebabkan <a href="https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/873/1/012052/meta">aliran sungai setinggi 5 meter</a> karena kekuatannya yang mencapai 7 skala Richter atau bahkan lebih besar.</p>
<p>Cianjur, lokasi gempa minggu ini, telah mengalami setidaknya satu gempa bumi yang menyebabkan kerusakan hebat, yaitu pada 28 Maret 1879, yang menyebabkan runtuhnya beberapa bangunan dengan korban jiwa.</p>
<h2>Fakta kehidupan</h2>
<p>Ahli geologi sangat memahami bahwa gempa bumi adalah fakta kehidupan di Pulau Jawa. Selama dua dekade terakhir, para ahli geologi telah <a href="https://pubs.geoscienceworld.org/earthquake-spectra/article-abstract/36/1_suppl/112/592080/Development-of-the-2017-national%20-seismic-hazard?redirectedFrom=fulltext">mengidentifikasi banyak retakan</a> atau sambungan di kerak bumi di Jawa yang cenderung aktif, tetapi hanya segelintir yang telah dipelajari secara detail.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/belajar-dari-gempa-lombok-pentingnya-strategi-komunikasi-risiko-gempa-di-indonesia-yang-rasional-101816">Belajar dari gempa Lombok, pentingnya strategi komunikasi risiko gempa di Indonesia yang rasional</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Patahan Lembang di pinggiran Bandung, kota terbesar keempat di Indonesia (dengan populasi 8,8 juta, yang lokasinya berlawanan dengan Cianjur 170.000), adalah salah satu dari sedikit <a href="https://www.sciencedirect.com/science/%20article/pii/S0040195118304268">bukti geologis</a> dari aktivitas gempa prasejarah yang telah ditetapkan. Patahan ini diperkirakan mampu menghasilkan gempa berkekuatan 6,5–7,0 skala Richter setiap 170–670 tahun.</p>
<p>Selain Yogyakarta, patahan aktif lainnya diketahui mengancam kota Jakarta, Surabaya, dan Semarang. Ini tidak menutup kemungkinan bahwa patahan lain juga mengancam daerah-daerah lain di luar ketiga kota tersebut.</p>
<h2>Bersiap-siap untuk gempa berikutnya</h2>
<p>Gempa dangkal yang jauh lebih besar dari gempa Cianjur dapat terjadi di kota-kota yang jauh lebih besar dari Cianjur. Apa yang dapat dilakukan Indonesia untuk menghindari kematian massal akibat peristiwa seperti itu?</p>
<p>Jawaban tipikalnya adalah memperbaiki – dan menegakkan – aturan bangunan yang akan memaksa setiap konstruksi baru menjadi lebih tahan gempa.</p>
<p>Indonesia memang memiliki kode bangunan berdasarkan peta bahaya seismik modern, tetapi hanya berlaku untuk bangunan delapan lantai atau lebih tinggi. Mengingat tingkat kemiskinan yang tinggi di Indonesia, penegakan aturan bangunan secara universal dianggap tidak praktis.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/meninjau-ulang-strategi-peringatan-dini-tsunami-di-indonesia-cermin-dari-palu-104238">Meninjau ulang strategi peringatan dini tsunami di Indonesia: cermin dari Palu</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Sebagai alternatif, Indonesia mungkin dapat mengadopsi standar minimum yang sederhana untuk kekuatan beton, kualitas struktur, dan aspek lain dari praktik bangunan yang mungkin tidak sesuai dengan kode bangunan, tetapi setidaknya dapat memberikan tingkat perlindungan yang lebih tinggi daripada praktik yang diterapkan saat ini.</p>
<p>Setiap perubahan dalam praktik bangunan memerlukan perubahan budaya. Artinya, masyarakat harus menaruh harapan lebih pada tenaga konstruksi bangungan, dan bersedia membayar untuk membayar jasa mereka.</p>
<hr>
<p><em>Zalfa Imani Trijatna dari Universitas Indonesia menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/195204/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Stacey Servito Martin didukung oleh beasiswa penelitian dari Australian National University.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Mudrik Rahmawan Daryono dan Phil R. Cummins tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Gempa di Pulau Jawa sangat dahsyat karena terjadi begitu dekat dengan permukaan.Phil R. Cummins, Professor, Australian National UniversityMudrik Rahmawan Daryono, Senior research scientist, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)Stacey Servito Martin, PhD Candidate, Earth Sciences, Australian National UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1951042022-11-22T07:36:52Z2022-11-22T07:36:52ZCara bijak berdonasi pakaian saat bencana, agar tidak asal buang dan mencemari lingkungan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/496691/original/file-20221122-16-l0cqit.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Ilustrasi donasi pakaian.</span> <span class="attribution"><span class="source">Julia M Cameron/Pexels</span></span></figcaption></figure><p><a href="https://www.detik.com/jateng/berita/d-6419047/korban-gempa-cianjur-162-orang-tewas-dan-13784-mengungsi">Gempa</a> 5,6 skala Richter yang berpusat di Cianjur, Jawa Barat, pada 21 November menimbulkan lebih dari seratus korban jiwa. Korban mengungsi lebih banyak lagi, melampaui 13 ribu jiwa.</p>
<p>Bencana ini memanggil para pegiat kemanusiaan untuk bergerak <a href="https://www.nu.or.id/daerah/pcnu-buka-donasi-untuk-warga-terdampak-gempa-di-cianjur-npcU3">menggalang donasi</a> uang maupun barang-barang, salah satunya adalah pakaian bekas.</p>
<p>Aksi cepat warga yang menggalang donasi ataupun memberikan sumbangan patut diacungkan jempol. Namun, langkah kita berdonasi – khususnya berbagi pakaian bekas – mesti hati-hati. Sebab, niat baik ini bisa menjadi masalah baru bagi lingkungan maupun penyintas bencana jika tidak dilakukan secara bijak. Tulisan ini akan mengulas bagaimana hal tersebut mungkin saja terjadi.</p>
<h2>Pentingnya pemilahan pakaian bekas</h2>
<p>Donasi pakaian dapat menjadi masalah baru ketika pakaian tidak dipilah saat didonasikan. Proses ini menjadi krusial karena tidak semua pakaian dapat digunakan dan dalam keadaan layak. Misalnya, pakaian yang berjamur, robek, hingga berlubang.</p>
<p>Donasi pakaian tidak melalui pemilahan justru dapat menambah jumlah sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), bahkan teronggok begitu saja di sekitar lokasi bencana.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Korban tsunami Palu" src="https://images.theconversation.com/files/496693/original/file-20221122-12-gjet9c.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/496693/original/file-20221122-12-gjet9c.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/496693/original/file-20221122-12-gjet9c.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/496693/original/file-20221122-12-gjet9c.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/496693/original/file-20221122-12-gjet9c.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/496693/original/file-20221122-12-gjet9c.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/496693/original/file-20221122-12-gjet9c.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Warga penyintas tsunami Palu berburu pakaian bekas.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Antara</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Beberapa kejadian bencana menjadi contoh bagaimana niat baik kemudian berubah menjadi masalah di posko bantuan. Misalnya, penumpukan pakaian bekas di posko bantuan <a href="https://sukabumiupdate.com/posts/75923/donasi-pakaian-bekas-untuk-korban-banjir-bandang-sukabumi-jadi-sampah-ini-kata-relawan">banjir bandang di Sukabumi</a> pada tahun 2020, <a href="https://surabaya.tribunnews.com/2021/02/09/saat-donasi-pakaian-bekas-untuk-korban-banjir-di-jember-malah-menjadi-masalah-baru">banjir bandang di Jember</a> pada tahun 2021, dan <a href="https://www.fimela.com/info/read/4733366/alasan-untuk-tidak-kirim-baju-bekas-lagi-untuk-korban-bencana-gunung-semeru">bencana erupsi Gunung Semeru</a> tahun 2021. Tumpukan pakaian ini menjadi masalah baru dan menambah beban kerja bagi relawan posko.</p>
<p>Saya juga sempat mewawancarai salah satu kelompok masyarakat marginal di kota Semarang yang sering menerima donasi pakaian. Mereka justru mengeluhkan tumpukan pakaian hasil donasi yang tidak digunakan sehingga menambah sesak gudang. Karena tertimbun terlalu lama, pakaian menjadi lembap dan berjamur. </p>
<p>Mereka akhirnya terpaksa membakar pakaian-pakaian bekas itu. Tentunya ini menjadi masalah lingkungan baru.</p>
<p><a href="https://mediaindonesia.com/humaniora/283457/bnpb-minta-warga-setop-kirim-pakaian-bekas">Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)</a> juga menyoroti dampak donasi pakaian bekas. Mereka menyampaikan kepada masyarakat untuk berdonasi pakaian kepada korban bencana hanya jika diminta oleh penanggung jawab posko bantuan.</p>
<p>Sebelum menggalang donasi ataupun menyumbangkan barang, penting bagi publik untuk melihat kebutuhan dalam situasi bencana. Pasalnya, prioritas bantuan untuk memenuhi kebutuhan penyintas bencana tentunya berbeda-beda. Misalnya, saat <a href="https://news.harianjogja.com/read/2018/08/17/500/934666/kasihan...-para-pria-korban-gempa-lombok-rela-pakai-daster-karena-kekurangan-pakaian">gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat pada 2018</a>, para penyintas laki-laki akhirnya mengenakan pakaian daster yang biasanya dipakai perempuan.</p>
<p>Karena itulah, penting bagi calon donatur ataupun lembaga penerima donasi untuk memetakan kebutuhan pakaian di suatu lokasi bencana. Harapannya, donasi yang digelontorkan bisa lebih sesuai kebutuhan dan bermanfaat untuk para penyintas.</p>
<h2>Tak harus ke posko bencana</h2>
<p>Alasan kemanusiaan bukanlah satu-satunya pemicu kita untuk berdonasi pakaian. Terkadang, kita melakukannya untuk mengurangi tumpukan pakaian di lemari.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/496695/original/file-20221122-24-faf1nj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/496695/original/file-20221122-24-faf1nj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/496695/original/file-20221122-24-faf1nj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/496695/original/file-20221122-24-faf1nj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/496695/original/file-20221122-24-faf1nj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/496695/original/file-20221122-24-faf1nj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/496695/original/file-20221122-24-faf1nj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Sejumlah imigran etnis Rohingya memilih pakaian layak pakai di Meunasah usai dievakuasi warga di Desa Lhok, Kecamatan Muara Batu, Aceh Utara, Aceh.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Rahmad/Antara)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Namun, patut diingat bahwa posko bencana bukanlah satu-satunya saluran untuk berdonasi. Kita bisa saja mengandalkan sistem donasi yang sudah ada. Beberapa organisasi atau komunitas di Indonesia menerima donasi pakaian masyarakat untuk disumbangkan kembali atau diolah.</p>
<p>Misalnya <a href="https://koran.tempo.co/read/ekonomi-dan-bisnis/475124/bisnis-baju-bekas-ramah-lingkungan-gombal-project">Gombal Project</a>, sebuah usaha sosial dari Yogyakarta untuk mengurangi limbah tekstil termasuk pakaian bekas. Mereka menerima donasi pakaian untuk diolah kembali menjadi produk yang dijual ke publik.</p>
<p>Gerakan ini menerapkan sistem donasi terbatas, yakni membuka saluran penyumbangan pakaian bekas berdasarkan kebutuhan produk yang akan dibuat. Sistem ini membantu dalam menghindari terciptanya sampah baru dengan pakaian yang kemudian tidak dapat dikelola. Selain itu, sistem ini dapat mendorong gerakan pilah pakaian dari rumah untuk mendorong rasa tanggung jawab dari para donatur pakaian.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/mengapa-kita-mesti-membela-thrift-shop-191400">Mengapa kita mesti membela _thrift shop_</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Selain Gombal Project, beberapa inisiatif lingkungan lain seperti Zero Waste Indonesia juga memulai gerakan <a href="https://zerowaste.id/tukarbaju/">#tukarbaju</a>. Caranya, warga dapat membawa pakaian yang sudah tidak dipakai untuk ditukarkan dengan pakaian dari peserta lain. Harapannya, upaya ini dapat menjadi gaya baru berdonasi sekaligus mendorong fesyen yang bertanggung jawab di masyarakat.</p>
<p>Terlepas dari hal tersebut, Indonesia membutuhkan sistem donasi pakaian yang mapan. Artinya, sistem ini dapat menampung pakaian bekas setiap waktu dengan tujuan penyaluran yang beragam. Misalnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat marginal ataupun korban bencana, usaha pengolahan pakaian, ataupun langsung dijual kembali. Di samping itu, donatur wajib memilah pakaian bekas sebelum disumbangkan.</p>
<p>Sistem ini penting untuk mengantisipasi kebutuhan pakaian bekas bagi penyintas bencana yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Sarana penyaluran juga dibutuhkan untuk mengurangi timbunan limbah tekstil di Indonesia yang jumlahnya per 2021 sudah mencapai <a href="https://money.kompas.com/read/2022/02/24/083300926/kurangi-limbah-tekstil-bappenas-ajak-industri-terapkan-konsep-fashion-sirkular?page=all.">2 juta ton</a>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/195104/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Anjani Tri Fatharini tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Donasi pakaian tidak melalui pemilahan justru dapat menambah jumlah sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), bahkan teronggok begitu saja di sekitar lokasi bencana.Anjani Tri Fatharini, Pengajar, Universitas DiponegoroLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1755222022-06-15T04:30:44Z2022-06-15T04:30:44ZSelain peningkatan suhu bumi, perubahan iklim juga perburuk risiko erupsi vulkanik, tsunami, hingga gempa<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/468678/original/file-20220614-12-zt8v11.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">(Shutterstock)</span> </figcaption></figure><p>Erupsi gunung berapi bawah laut yang luar biasa di Tonga, sebelah selatan Samudra Pasifik pada awal tahun lalu, memicu <a href="https://www.reuters.com/business/environment/tonga-volcano-generates-tsunami-us-tsunami-monitor-said-2022-01-15/">tsunami</a> yang menjangkau berbagai negara di sekitarnya. Tsunami ini juga mengakibatkan <a href="https://apnews.com/article/oil-spills-business-tonga-peru-trending-news-3a92a17e2101945afcb22f5eb5bfb2ad?utm_campaign=SocialFlow&utm_source=Twitter&utm_medium=AP">bencana tumpahan minyak</a> di sepanjang 21 pantai di Peru.</p>
<p>Di Tonga, gelombang pasang setinggi 2 meter sempat tercatat sebelum merusak alat pengukur permukaan laut. <a href="https://twitter.com/ConsulateKoT/status/1483384039826464768/photo/1">Sementara, gelombang setinggi 15 meter</a> menghantam pantai barat Tongatapu, ‘Eua, dan Kepulauan Ha'apai. Aktivitas gunung berapi seperti di Tonga dapat berlanjut selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan, tetapi sulit untuk memprediksi apakah atau kapan akan ada letusan kuat lainnya.</p>
<p>Sementara, tsunami umumnya disebabkan oleh gempa bumi. Namun, <a href="http://tsunami.org/what-causes-a-tsunami/">cukup banyak juga (15%) gelombang pasang</a> yang dipicu oleh longsor di laut ataupun gunung api. </p>
<p>Artinya, penyebab-penyebab tersebut terkadang saling berhubungan. Misalnya, tsunami bisa muncul akibat longsor di laut, yang sebelumnya dipicu oleh gempa ataupun erupsi gunung api.</p>
<p>Apakah <a href="https://www.un.org/en/climatechange/what-is-climate-change">perubahan iklim</a> juga berperan dalam kejadian ini? </p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1482437044785889286"}"></div></p>
<p>Saat bumi menghangat, kita <a href="https://www.usgs.gov/faqs/how-can-climate-change-affect-natural-disasters">semakin sering melihat</a> badai ataupun siklon yang hebat, gletser dan tutupan es yang meleleh, hingga peningkatan muka air laut. Patut diingat bahwa perubahan iklim bukan hanya berdampak pada atmosfer maupun lautan, tapi juga lempeng bumi.</p>
<p><a href="https://www.reuters.com/article/us-climate-geology-idUSTRE58F62I20090916">Perubahan geologi yang dipengaruhi oleh iklim</a> dapat meningkatkan kejadian gempa bumi dan letusan gunung berapi. Akibatnya, risiko tsunami menjadi semakin tinggi. Ada lima mekanisme yang menjadi penyebabnya.</p>
<h2>1. Kenaikan muka air laut</h2>
<p>Peneliti memprediksi apabila emisi gas rumah kaca terus meningkat, muka air laut rata-rata global <a href="https://www.ipcc.ch/srocc/chapter/chapter-4-sea-level-rise-and-implications-for-low-lying-islands-coasts-and-communities">akan naik</a> sekitar 60 cm hingga 1,1 m. <a href="https://www.un.org/sustainabledevelopment/wp-content/uploads/2017/05/Ocean-fact-sheet-package.pdf">Hampir dua pertiga</a> kota-kota di seluruh dunia, dengan total populasi sekitar lima juta jiwa, akan terimbas kejadian tersebut.</p>
<p>Kenaikan muka air laut bukan hanya membuat penduduk pesisir kian rentan mengalami banjir akibat badai, tapi juga tsunami. Proyeksi kenaikan minimum muka air laut secara signifikan akan meningkatkan frekuensi dan intensitas luapan air saat tsunami terjadi. Jangkauan gelombang pasang bisa menjadi sangat jauh ke arah daratan.</p>
<p><a href="https://www.science.org/doi/10.1126/sciadv.aat1180">Studi pada 2018</a> memprediksi kenaikan setengah meter muka air laut akan membuat frekuensi gelombang pasang di Macau, Cina berlipat ganda. Artinya, di masa depan, tsunami kecil bisa memiliki dampak yang setara dengan tsunami besar saat ini. </p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1483741932970983428"}"></div></p>
<h2>2. Longsor</h2>
<p>Iklim yang memanas dapat meningkatkan risiko longsor yang tak hanya terjadi di daratan, tapi juga di bawah air. Karena itulah risiko tsunami lokal juga bisa meningkat.</p>
<p><a href="https://www.nrdc.org/stories/permafrost-everything-you-need-know">Tanah beku (<em>permafrost</em>)</a> yang mencair di dataran tinggi dapat mengurangi stabilitas tanah sehingga erosi dan longsor bisa terjadi kapanpun. Risiko ini bisa kian parah [apabila hujan lebat terjadi], yang kemungkinannya semakin tinggi di tengah iklim yang berubah.</p>
<p><a href="https://www.usgs.gov/faqs/how-do-landslides-cause-tsunamis#:%7E:text=Tsunamis%20are%20large%2C%20potentially%20deadly,a%20result%20of%20submarine%20earthquakes.&text=Tsunamis%20can%20be%20generated%20on,a%20rapidly%20moving%20underwater%20landslide.">Tsunami dapat terjadi</a> sebagai akibat dari longsoran yang runtuh ke air, ataupun karena air yang bergerak karena longsor di laut.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/waves-from-the-tonga-tsunami-are-still-being-felt-in-australia-and-even-a-50cm-surge-could-knock-you-off-your-feet-175056">Waves from the Tonga tsunami are still being felt in Australia – and even a 50cm surge could knock you off your feet</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Efek tsunami akibat longsor ataupun batuan yang jatuh secara cepat memang tidak sebesar apabila disebabkan oleh gempa bumi. Tapi, kawasan di sekitarnya tetap saja mengalami dampak yang tak kecil.</p>
<p>Di Alaska, Amerika Serikat (AS), runtuhnya gletser ataupun melelehnya <em>permafrost</em> mengakibatkan lereng-lereng semakin tak stabil. Pada 2015, kejadian tersebut mengakibatkan longsor yang menjatuhkan 180 juta ton batuan ke <em>fjord</em> (semacam perairan yang diapit ngarai) dan menyebabkan <em>megatsunami</em> setinggi <a href="https://www.nature.com/articles/s41598-018-30475-w">193 meter</a> – salah satu gelombang pasang tertinggi di dunia.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/441884/original/file-20220121-8856-1regaso.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/441884/original/file-20220121-8856-1regaso.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/441884/original/file-20220121-8856-1regaso.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/441884/original/file-20220121-8856-1regaso.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/441884/original/file-20220121-8856-1regaso.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/441884/original/file-20220121-8856-1regaso.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=499&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/441884/original/file-20220121-8856-1regaso.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=499&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/441884/original/file-20220121-8856-1regaso.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=499&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Para ilmuwan menyurvei kerusakan akibat <em>megatsunami</em> di Taan Fiord yang terjadi pada Oktober 2015 setelah tanah longsor besar-besaran.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Peter Haeussler, United States Geological Survey Alaska Science Center/Wikimedia</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kawasan lainnya yang berisiko adalah <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0921818121000849">bagian barat laut di Provinsi British Columbia, Kanada</a>, dan <em>fjord</em> Barry Arm di Alaska. <a href="https://dggs.alaska.gov/hazards/barry-arm-landslide.html">Lereng pegunungan yang tak stabil</a> di pinggiran gletser Barry Arm, misalnya, berpotensi runtuh dan <a href="https://www.woodwellclimate.org/wp-content/uploads/2020/05/Letter-to-Stakeholders_-Barry-Arm-Landslide-Final.pdf">menimbulkan tsunami hebat</a> pada 20 tahun mendatang.</p>
<h2>3. Runtuhnya gunung dan lapisan es</h2>
<p>Pemanasan global mempercepat <a href="https://www.businessinsider.com.au/chasing-ice-glacier-calving-climate-change-2014-10?r=US&IR=T">keruntuhan gunung es</a> –- ketika bongkahan es yang sangat besar jatuh ke laut.</p>
<p>Studi memprediksi lapisan es besar, seperti Gletser Thwaites di Antarktika, <a href="https://news.climate.columbia.edu/2021/12/17/crucial-antarctic-glacier-likely-to-collapse-%20jauh%20lebih%20cepat%20dari%20perkiraan,">bakal runtuh</a> sekitar 5-10 tahun ke depan. Lapisan es di Greenland juga telah <a href="https://climate.nasa.gov/news/3062/warming-seas-are-accelerating-greenlands-glacier-retreat/">menipis dan terus berkurang</a> dengan kecepatan yang mengkhawatirkan.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/441878/original/file-20220121-8497-jjkh3d.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Gunung es di dekat kapal" src="https://images.theconversation.com/files/441878/original/file-20220121-8497-jjkh3d.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/441878/original/file-20220121-8497-jjkh3d.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/441878/original/file-20220121-8497-jjkh3d.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/441878/original/file-20220121-8497-jjkh3d.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/441878/original/file-20220121-8497-jjkh3d.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/441878/original/file-20220121-8497-jjkh3d.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/441878/original/file-20220121-8497-jjkh3d.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Gunung es yang bertabrakan dengan dasar laut dapat memicu longsor bawah laut.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ssebagian besar fokus penelitian saat ini adalah pada risiko permukaan laut yang terkait dengan pencairan dan runtuhnya gletser dan lapisan es. Padahal, risiko itu juga dapat menimbulkan <a href="https://nhess.copernicus.org/articles/12/415/2012/">tsunami</a>.</p>
<p>Bongkahan besar gunung es yang tenggelam di lautan dapat memicu <a href="https://www.nature.com/articles/s41561-021-00767-4">tanah longsor dan tsunami bawah laut</a>. Jaraknya bisa ribuan kilometer dari sumber asli gunung es, karena menabrak sedimen yang tidak stabil di dasar laut.</p>
<h2>4. Aktivitas vulkanik dari pencairan es</h2>
<p>Sekitar 12.000 tahun yang lalu, tamatnya periode glasial terakhir (“zaman es”) dan pencairan es besar-besaran memicu <a href="https://eprints.lancs.ac.uk/id/eprint/32995/2/%20Tuffen_PTRSL.pdf">lonjakan aktivitas gunung berapi</a>.</p>
<p>Sejauh ini, pemahaman seputar hubungan antara perubahan iklim dan frekuensi letusan gunung berapi masih terbatas. Namun, <a href="https://pubs.er.usgs.gov/publication/70182772">hubungannya bisa jadi terkait dengan</a> tekanan pada lempeng bumi saat tutupan es (yang menekan tanah) menghilang. Fenomena ini disebut <a href="http://people.rses.anu.edu.au/lambeck_k/pdf/152.pdf">“pantulan isostatik” (<em>isostatic rebound</em>)</a> – pengangkatan tanah secara jangka panjang sebagai imbas atas hilangnya lapisan es.</p>
<p>Jika fenomena tersebut terjadi pada pemanasan global saat ini, kala es-es mencair di dataran tinggi, maka risiko letusan gunung berapi dan dampak turunannya, termasuk tsunami, jelas akan meningkat.</p>
<h2>5. Peningkatan gempa bumi</h2>
<p>Ada beberapa cara perubahan iklim dapat meningkatkan frekuensi gempa, sehingga meningkatkan risiko tsunami.</p>
<p>Pertama, massa lapisan es dapat <a href="https://royalsocietypublishing.org/doi/10.1098/rsta.2010.0031">menekan pergerakan patahan dan gempa bumi</a>. Ketika es mencair, pantulan isostatik (pengangkatan tanah) terjadi, disertai dengan peningkatan gempa bumi dan gerakan patahan karena lempeng bumi menyesuaikan dengan massa yang berkurang.</p>
<p>Ini terjadi di <a href="http://www.geotimes.org/oct04/NN_glacier.html">Alaska</a>. Mencairnya gletser mengurangi stabilitas patahan dan mengakibatkan banyaknya gempa bumi kecil hingga <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0921818104000487?casa_token=BGo_KzIOuJkAAAA:UHyQvV-tvVulwAfvOFPJILcG2206iyZhOM9TCVS_VAh0UdLimWrfu_NJRTHJVt">gempa besar berskala 7,2 SR di Gunung St Elias.</a></p>
<p>Faktor lainnya adalah tekanan udara rendah yang terkait dengan badai dan topan. Studi menaksir faktor tersebut dapat memicu gempa bumi di daerah di mana kerak bumi sudah mengalami tekanan. Bahkan, perubahan tekanan udara yang relatif kecil juga dapat memicu pergerakan patahan. Ini teridentifikasi dalam <a href="https://www.nature.com/articles/nature08042">sebuah analisis</a> terkait gempa bumi selama 2002-2007 di Taiwan bagian timur.</p>
<h2>Jadi bagaimana kita bisa bersiap?</h2>
<p>Strategi mitigasi untuk perubahan iklim harus memasukkan unsur-unsur untuk meningkatkan kesiapsiagaan tsunami.</p>
<p>Misalnya, strategi mitigasi dapat memasukkan proyeksi kenaikan permukaan laut ke dalam model prediksi tsunami, dan dalam membangun infrastruktur di sepanjang garis pantai yang rentan.</p>
<p>Para peneliti juga dapat memastikan model ilmiah dari dampak iklim memasukkan proyeksi peningkatan gempa bumi, tanah longsor, aktivitas gunung berapi, dan risiko tsunami.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/what-causes-a-tsunami-an-ocean-scientist-explains-the-physics-of-these-destructive-waves-175213">What causes a tsunami? An ocean scientist explains the physics of these destructive waves</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<img src="https://counter.theconversation.com/content/175522/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Jane Cunneen tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Perubahan geologi yang dipengaruhi oleh iklim dapat meningkatkan kejadian gempa bumi dan letusan gunung berapi. Akibatnya, risiko tsunami menjadi semakin tinggi.Jane Cunneen, Adjunct Research Fellow, Curtin UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1674682021-09-15T04:38:23Z2021-09-15T04:38:23ZRiset: animasi tiga dimensi dapat tingkatkan literasi tsunami di pesisir<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/420184/original/file-20210909-19-1hffppx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Petugas mengamati informasi gempa bumi terbaru melalui alat Warning Receiver System (WRS) di kawasan pariwisata The Nusa Dua, Badung, Bali, 6 September 2021. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://download.antarafoto.com/searchresult/dom-1630929612">ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/foc</a></span></figcaption></figure><p>Indonesia merupakan negara yang sering mengalami <a href="http://inatews2.bmkg.go.id/new/tentang_eq.php">gempa bumi</a>. Sebagian di antaranya berpotensi memicu tsunami.</p>
<p>Sepanjang tahun lalu, <a href="https://gis.bnpb.go.id/">terjadi 18 kali gempa bumi</a> dan gelombang pasang dan abrasi 42 kali di negeri ini. Karena tidak bisa diprediksi jauh hari, tsunami kerap menelan banyak korban jiwa dan merusak harta benda di wilayah pesisir. </p>
<p>Untuk mengurangi risiko korban jiwa, masyarakat pesisir membutuhkan informasi lokasi geospasial untuk meningkatkan literasi bencana tsunami. Misalnya, informasi mengenai seberapa jauh tsunami bisa mencapai daratan (rentang genangan), seberapa tinggi gelombang tsunami di daratan (ketinggian genangan), dan seberapa banyak waktu yang dibutuhkan orang untuk mengungsi sebelum gelombang tsunami gelombang mencapai daratan. </p>
<p><a href="https://doi.org/10.1109/ICECCE52056.2021.9514266">Riset terbaru kami</a> menunjukkan pemodelan bahaya tsunami yang akurat dan andal merupakan landasan dasar informasi penting untuk meningkatkan ketahanan masyarakat pesisir menghadapi tsunami. Animasi tiga dimensi pemodelan tsunami dapat menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan literasi kebencanaan.</p>
<p>Sebagai contoh, dengan melihat animasi tiga dimensi, masyarakat dapat membayangkan dengan lebih akurat gelombang tsunami setinggi 3 meter pada saat visualisasi gelombang menerjang bangunan rumah atau gedung. Dengan demikian, mereka menjadi lebih waspada dan bisa mengikuti petunjuk evakuasi.</p>
<h2>Pemodelan bahaya tsunami</h2>
<p>Salah satu gelombang besar yang paling terkenal adalah tsunami di Samudera Hindia. Bencana ini memakan <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/2004_Indian_Ocean_earthquake_and_tsunami">korban jiwa lebih dari 200 ribu jiwa di Aceh dan 14 negara lainnya</a> pada 2004. Setelah itu di Indonesia terjadi beberapa tsunami yang lebih kecil.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/420160/original/file-20210909-12-18j7zm1.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/420160/original/file-20210909-12-18j7zm1.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/420160/original/file-20210909-12-18j7zm1.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=145&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/420160/original/file-20210909-12-18j7zm1.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=145&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/420160/original/file-20210909-12-18j7zm1.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=145&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/420160/original/file-20210909-12-18j7zm1.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=182&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/420160/original/file-20210909-12-18j7zm1.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=182&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/420160/original/file-20210909-12-18j7zm1.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=182&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Ilustrasi Animasi Model Tiga Dimensi Bencana Tsunami.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Rezaldi dkk (2021)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Gelombang tsunami terjadi akibat perpindahan arus gelombang laut secara mendadak di dasar laut. Fenomena itu disebabkan oleh gempa lepas pantai, letusan gunung berapi, tanah longsor laut, batu pantai jatuh, atau meteor jatuh ke laut. </p>
<p>Gelombang tsunami menjalar ke segala arah dari sumbernya. Kecepatan gelombang tsunami bergantung kepada kedalaman air laut. Ketika memasuki perairan dangkal di darat, gelombang tsunami kian curam dan tinggi, sehingga mengindikasikan bahaya bagi wilayah sekitar pesisir. </p>
<p>Kecepatan gelombang tsunami di laut dapat mencapai 500 hingga 1000 km per jam yang setara dengan kecepatan kapal udara. Di tengah laut, ketinggian gelombang tsunami mungkin hanya sekitar 1 meter saja dan hampir tidak terasa bagi sebuah kapal besar. </p>
<p>Namun pada saat gelombang tersebut mencapai bibir pantai, ketinggiannya bisa meningkat hingga 30 meter dengan kekuatan dahsyat yang membilas apa saja yang ada di kawasan pesisir. </p>
<p>Secara teknologi kita bisa memantau <a href="https://www.bmkg.go.id/gempabumi/gempabumi-terkini.bmkg">gempa bumi Terkini di situs BMKG</a>. Informasi mengenai bencana gempa dan tsunami ini merupakan sumber literasi bagi masyarakat. </p>
<p>Namun, gambaran seperti itu tidak mudah dipahami oleh masyarakat pesisir jika hanya disampaikan dalam bentuk ceramah maupun tulisan. Animasi, yang bertumpu pada kekuatan visual, dapat membantu meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat pesisir ihwal kekuatan tsunami.</p>
<p>Pemodelan bahaya tsunami dalam bentuk animasi tiga dimensi diharapkan dapat mencegah dampak buruk yang lebih luas ketika terjadinya bencana tsunami. Visualisasi model yang menarik dan realistik dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap program edukasi kesiapsiagaan bencana tsunami.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/420163/original/file-20210909-15-lj0505.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/420163/original/file-20210909-15-lj0505.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/420163/original/file-20210909-15-lj0505.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/420163/original/file-20210909-15-lj0505.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/420163/original/file-20210909-15-lj0505.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/420163/original/file-20210909-15-lj0505.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/420163/original/file-20210909-15-lj0505.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Ilustrasi Tsunami.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Pixabay</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Dalam riset kami, pemodelan tiga dimensi dapat menunjukkan kekuatan gelombang tsunami yang lebih akurat dengan cara memasukkan model tiga dimensi bangunan di sekitar area terdampak. Pemodelan tiga dimensi dengan resolusi tinggi lebih mampu menggambarkan bencana tsunami yang kompleks.</p>
<p>Namun, pemodelan ini membutuhkan perangkat komputasi canggih, seperti yang disediakan <a href="https://hpc.lipi.go.id/">MAHAMERU - LIPI HPC Supercomputing Service By LIPI</a>. Dengan peranti seperti ini, data bentuk bangunan dan struktur tiga dimensi diolah dan menghasilkan model genangan tsunami yang lebih baik terutama untuk daerah perkotaan. Kami menggunakan data bangunan tiga dimensi pada pemodelan genangan tsunami agar dapat membantu upaya mitigasi bahaya tsunami. </p>
<p>Pemodelan tersebut tak hanya bermanfaat bagi masyarakat. Peta bahaya tsunami yang disediakan oleh pemodelan tiga dimensi juga penting dan efektif bagi pemerintah dan Badan Penanggulangan Bencana dalam memilih bangunan evakuasi. Sebab, mereka akan mempertimbangkan pengaruh besarnya kekuatan tsunami terhadap bangunan itu sendiri.</p>
<p>Selain dari sisi teknologi edukasi, sejumlah riset telah menunjukkan penyadaran bencana tsunami lebih efektif bila dicanangkan sejak sekolah dasar. Contohnya edukasi tsunami <a href="https://www.researchgate.net/profile/Irina-Rafliana/publication/293474274_Disaster_Education_in_Indonesia_Learning_How_It_Works_from_Six_Years_of_Experience_After_Indian_Ocean_Tsunami_in_2004/links/5da6bd3a299bf1c1e4c38543/Disaster-Education-in-Indonesia-Learning-How-It-Works-from-Six-Years-of-Experience-After-Indian-Ocean-Tsunami-in-2004.pdf">di Aceh</a> setelah tsunami 2004 dan <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S2212420919304649">di Jepang</a> setelah tsunami Jepang timur 2011.</p>
<h2>Bisa membantu memahami potensi bahaya tsunami</h2>
<p>Melalui video ilustrasi tiga dimensi <a href="https://www.youtube.com/watch?v=DI9Y24SKPEg&ab_channel=REDSIDE">TSUNAMI Height Comparison | 3D</a>, kita dapat mengenali potensi bahasa gelombang tsunami secara lebih nyata. </p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/DI9Y24SKPEg?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Animasi tsunami yang terjadi di berbagai negara.</span></figcaption>
</figure>
<p>Animasi seperti ini mudah dipahami jika digunakan sebagai sarana edukasi bagi masyarakat dalam materi pelatihan evakuasi bencana. </p>
<p>Animasi yang dibangun dari pemodelan tsunami tiga dimensi dilakukan dengan teknik fotogrametri yang memanfaatkan Kendaraan Udara Tak Berawak (Unmaned Aerial Vehicle/UAV) atau yang biasa kita kenal sebagai <em>drone</em>. <em>Drone</em> membantu menentukan rute evakuasi dan titik kumpul. </p>
<p>Pemodelan ini pun dapat digunakan untuk analisis pengurangan risiko bencana tsunami. Lebih jauh, permodelan tiga dimensi dapat mengidentifikasi elemen risiko, menilai dampak ekonomi dari kerusakan bencana, membantu perencanaan tata ruang dan penanggulangan bencana. </p>
<p>Manfaat lainnya pembangunan kewaspadaan terhadap potensi bahaya tsunami yang akan datang.</p>
<p>Pemodelan tsunami berbasis fotogrametri (teknik pemetaan melalui foto udara) dapat dimanfaatkan untuk pemodelan tsunami pada masa depan, baik untuk kepentingan pendidikan maupun pengambilan kebijakan. </p>
<p>Selain itu, pemodelan tiga dimensi dapat diterapkan pada berbagai wilayah berpotensi tsunami–sepanjang data yang dibutuhkan tersedia. Meski sangat pas untuk edukasi kesiapsiagaan bencana, salah satu kelemahan metode ini adalah pengerjaannya memakan waktu dan membutuhkan lingkungan komputasi canggih dan mahal. </p>
<p>Karena itu, riset pengembangan animasi tiga dimensi pemodelan tsunami perlu terus ditingkatkan. Kita memerlukan kerja sama berbagai pihak, terutama yang memiliki sumber daya memadai untuk melakukan komputasi berkinerja tinggi dan peneliti yang mengembangkan algoritme pemodelan yang lebih efisien.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/167468/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Budi Nugroho adalah penerima Beasiswa Research and Innovation in Science and Technology (RISET-Pro) World Bank.</span></em></p>Animasi seperti ini mudah dipahami jika digunakan sebagai sarana edukasi bagi masyarakat dalam materi pelatihan evakuasi bencana.Budi Nugroho, Peneliti Bidang Sistem Informasi, Indonesian Institute of Sciences (LIPI)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1253172019-10-23T03:25:41Z2019-10-23T03:25:41ZBirokrasi masih hambat penyaluran bantuan saat bencana<p>Bencana <a href="https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-49809809">gempa 7.4 skala Richter, tsunami, dan likuifaksi di Palu, Sulawesi Tengah</a> terjadi setahun lalu, namun <a href="https://nasional.kompas.com/read/2019/10/08/14455261/setelah-setahun-dana-hibah-untuk-korban-gempa-palu-baru-cair">masalah penyaluran bantuan</a> masih terjadi.</p>
<p>Saya dan tim beranggotakan Muklas Aji Setiawan, Nur Safitri Lasibani dan R. Alam Surya Putra, bersama <em>The Asia Foundation</em> dan mitra melakukan penelitian di Palu dan Sigi, Sulawesi Tengah, pada Maret 2019. Kami menemukan bahwa birokrasi masih menghambat penyaluran bantuan pemerintah saat bencana. </p>
<p>Kami mengidentifikasi setidaknya ada dua masalah birokrasi yang menghambat penyaluran bantuan bencana. </p>
<p>Masalah pertama adalah proses birokrasi yang kaku yang harus dijalani para penyintas bencana sebelum bisa mendapatkan bantuan. </p>
<p>Masalah kedua adalah keberadaan proses identifikasi dan verifikasi data yang memerlukan waktu yang panjang. </p>
<p>Kedua masalah tersebut menyebabkan penyaluran bantuan bencana Palu terlambat hingga setidaknya hampir delapan bulan.</p>
<h2>Masalah utama</h2>
<p>Studi kualitatif kami dilakukan dengan mewawancarai sekitar 78 informan dari berbagai kelompok untuk mengkaji tata kelola penyaluran bantuan pada periode tanggap darurat dan pemulihan. </p>
<p>Dari berbagai hal yang mengemuka, keterlambatan dan ketidakjelasan bantuan muncul berulang-ulang. </p>
<p>Seorang penyintas di Buluri, Palu, mengeluhkan, “..katanya kami akan dapat bantuan, infonya dari Oktober. Kami ini sudah tiga kali kasih fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK). Tapi sampai sekarang tidak ada berita”. </p>
<p>Padahal, dua minggu setelah bencana, <a href="https://www.suara.com/news/2018/10/06/002401/korban-gempa-palu-dapat-bantuan-biaya-hidup-rp-10-ribu-sehari">berbagai</a> <a href="https://ekonomi.kompas.com/read/2018/10/02/194724526/ahli-waris-korban-jiwa-gempa-dan-tsunami-di-sulteng-akan-terima-santunan">media</a> memberitakan bahwa penyintas akan segera mendapatkan kedua bantuan.</p>
<p>Kenyataannya <a href="https://www.kemsos.go.id/Siaran%20Pers/topic/171">bantuan</a> santunan kematian baru <a href="https://www.antaranews.com/berita/865420/1383-ahli-waris-korban-bencana-palu-terima-santunan-pemerintah">disalurkan</a> pada Mei 2019, dan <a href="https://www.antaranews.com/berita/1028180/jadup-tahap-pertama-diterima-2288-korban-bencana-di-donggala">Jaminan Hidup</a> (Jadup) pada Agustus 2019, atau hampir delapan bulan sejak pertama kali diproses. Itu pun baru tahap pertama.</p>
<p>Hambatan penyaluran bantuan bersumber dari dua hal utama. </p>
<p>Masalah pertama adalah persyaratan yang kaku karena kelengkapan dokumen yang harus disediakan oleh penerima bantuan tanpa mempertimbangkan kondisi bencana.
<a href="https://www.bnpb.go.id/ppid/file/UU_24_2007.pdf">Undang-Undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana</a> mengharuskan ahli waris menyerahkan empat dokumen untuk mendapatkan santunan kematian, yaitu surat keterangan kematian, surat keterangan ahli waris dari desa, KTP, dan KK ahli waris. </p>
<p>Padahal ahli waris kesulitan menyediakan KTP dan KK. Dokumen tersebut biasanya terkubur atau hilang saat bencana. </p>
<p>Tidak semua penyintas yang berhak mendapatkan santunan juga memiliki dokumen tersebut. Contohnya, ada kasus anak dan istri yang baru pindah ke Palu dan kehilangan kepala keluarga tetapi belum sempat mengurus KK.</p>
<p>Kelengkapan administrasi juga berlaku untuk persyaratan penerima bantuan Jadup. Untuk korban bencana di Sulawesi Tengah, Kementerian Sosial menjanjikan memberikan jaminan hidup bagi penyintas sebesar Rp 10.000 per hari selama dua bulan. </p>
<p><a href="http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn599-2015.pdf">Peraturan Menteri Sosial</a> No. 4 tahun 2015 mendefinisikan penerima Jadup sebagai mereka yang tinggal di hunian sementara (huntara) dan atau hunian tetap (huntap). Untuk masuk ke huntara, penyintas haruslah pemilik rumah dengan kondisi rumah terdampak gempa, dengan menyertakan KTP dan KK.</p>
<p>Namun, kriteria penerima Jadup yang harus tinggal di huntara mengabaikan penyintas yang memilih tinggal di tenda pengungsian atau mendirikan tenda di pekarangan rumahnya. </p>
<p>Kriteria ini juga mengabaikan penyintas petani di Kabupaten Sigi yang kondisi rumahnya tidak terdampak gempa, tetapi mereka tidak bisa bertani karena rusaknya tanggul irigasi Gumbasa. </p>
<p>Masalah kedua yang menghambat penyaluran bantuan adalah proses identifikasi dan verifikasi data panjang. </p>
<p>Pemerintah daerah tidak memiliki anggaran yang cukup sehingga yang digunakan adalah anggaran pemerintah pusat. </p>
<p>Dalam hal ini, pemerintah pusat ―- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Kementerian Sosial -― adalah aktor yang menetapkan aturan dan mekanisme penyaluran dua bantuan tersebut. Sebaliknya, pemerintah daerah berperan melakukan pendataan dan mengusulkan daftar penerima bantuan kepada pemerintah pusat. </p>
<p>Contohnya proses identifikasi penerima santunan kematian. Di daerah, Dinas Sosial di tingkat kota dan kabupaten melakukan identifikasi dan mengusulkan daftar pemohon kepada Kementerian Sosial dengan melampirkan empat dokumen tersebut. </p>
<p>Dinas Sosial menugaskan aparat desa/kelurahan dan Kecamatan untuk mengidentifikasi dan melampirkan kelengkapan dokumen dari ahli waris. Dinas Sosial kemudian melakukan verifikasi data dari desa/lurah. </p>
<p>Kementerian Sosial sebagai pengambil keputusan kemudian mengecek data pemohon yang diterima dari Dinas Sosial. Bila belum lengkap, Kementerian Sosial akan mengembalikan dan meminta dinas melengkapi. Dinas Sosial lalu kembali melakukan pendataan bersama aparat desa untuk melengkapi dokumen. </p>
<p>Proses bolak-balik ini terjadi berulang kali. </p>
<p>Kewenangan yang tidak ada pada pemerintah daerah juga menyebabkan ketidakjelasan informasi penyaluran bantuan di tingkat aparat desa/kelurahan. Mereka tidak bisa memberikan informasi yang jelas kepada penyintas mengenai pencairan program. </p>
<h2>Masalah yang terus berulang</h2>
<p>Persoalan birokratisasi dalam penyaluran bantuan bencana di Indonesia sudah terjadi lama. </p>
<p>Penelitian tahun 2006 yang dilakukan oleh Margaret B. Takeda dan Marilyn M. Helms, peneliti birokrasi pengelolaan dampak gempa dan tsunami Samudra Hindia tahun 2004 dari University of Tennessee dan Dalton State College, Amerika Serikat, mengungkap <a href="https://www.researchgate.net/publication/241572394_Bureaucracy_meet_catastrophe_Analysis_of_the_tsunami_disaster_relief_efforts_and_their_implications_for_global_emergency_governance">persoalan birokratisasi bantuan</a> telah terjadi pada kasus bantuan tsunami Aceh.</p>
<p>Masalahnya ketika itu dipicu oleh pengambilan keputusan yang sentralistik dan berjenjang mengakibatkan lambatnya pengambilan keputusan dan tidak responsifnya bantuan dengan situasi bencana. </p>
<p>Birokrasi penyaluran bantuan juga terjadi pada korban gempa Padang pada tahun 2009. </p>
<p>Penelitian yang dilakukan oleh Sri Prastyowati, peneliti Bidang Kesejahteraan Sosial Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS), <a href="https://ejournal.kemsos.go.id/index.php/jpks/article/view/1247">menemukan</a> bahwa kehati-hatian aparat untuk menyalurkan bantuan sesuai proses administrasi menyebabkan bantuan tidak tepat waktu dan tidak sesuai dengan kebutuhan korban.</p>
<p>Persoalan birokratisasi bantuan bencana yang terus berulang menegaskan perlunya terobosan kebijakan yang memangkas aturan dan memberi kewenangan daerah untuk mengelola bantuan bencana. </p>
<p>Aturan penerima bantuan tidak perlu secara kaku mensyaratkan dokumen legal formal. Untuk menjamin akuntabilitas, pemerintah daerah bisa melibatkan organisasi masyarakat sipil dan akademisi untuk melakukan verifikasi data. </p>
<p>Pemerintah pusat perlu melakukan terobosan skema bantuan keuangan pusat yang memberikan kewenangan daerah mengelola bantuan sehingga berbagai kriteria dan mekanisme pengelolaan bantuan dapat disesuaikan dengan kondisi penyintas di daerah. </p>
<p>Jangan sampai birokratisasi terus berulang di setiap kasus bencana.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/125317/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Selain menjadi dosen HI, Universitas Katolik Parahyangan Bandung, Yulia Indrawati Sari terafiliasi dengan Lembaga Analisis Sosial, Yayasan AKATIGA di Bandung dan konsultan penelitian di The Asia Foundation (TAF). Penelitian ini dilakukan atas pendanaan TAF dan bekerja sama dengan mitra TAF di Palu dan Sigi. </span></em></p>Persyaratan yang kaku dan proses verifikasi yang panjang adalah masalah utama.Yulia Indrawati Sari, Dosen Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan, Universitas Katolik ParahyanganLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1190932019-07-09T02:39:13Z2019-07-09T02:39:13ZKomunikasi risiko bencana satu arah di zona rawan gempa-tsunami tak efektif cegah jatuh korban<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/282603/original/file-20190704-126369-y275hh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Potret kerusakan di Palu Sulawesi Tengah setelah dihantam gempa bumi dan tsunami, 15 Otober 2018.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/drone-photo-palu-sulawesi-indonesia-after-1203429754?studio=1">Capture63/Shuttestock</a></span></figcaption></figure><p>Sistem komunikasi risiko bencana alam di Indonesia perlu disusun dengan melibatkan organisasi dan masyarakat lokal di <a href="http://vsi.esdm.go.id/gallery/index.php?/category/18">daerah yang rawan bencana</a>. </p>
<p>Komunikasi risiko yang mengandalkan media massa, yang sifatnya satu arah dan tak ada dialog, tidak efektif menjangkau masyarakat di daerah terpencil. Umumnya di daerah terpencil tidak ada akses terhadap saluran televisi, media online dan cetak, maupun radio. </p>
<p>Lokasi Indonesia di Cincin Api Pasifik membuatnya rentan terhadap gempa, tsunami dan letusan gunung api. Tanpa sistem komunikasi risiko yang tepat dan relevan, korban jiwa akan terus berjatuhan. </p>
<h2>Informasi tidak sampai pada warga</h2>
<p>Minimnya infrastruktur telekomunikasi di daerah rawan bencana membuat warga terlambat atau bahkan tidak memperoleh sama sekali informasi risiko bencana yang disampaikan oleh otoritas kebencanaan dari Jakarta atau ibu kota provinsi/kabupaten. </p>
<p>Masalah itu yang tampaknya menjelaskan salah satu penyebab banyaknya korban gempa bumi dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah pada September 2018. Bencana itu menewaskan sekitar 2.250 orang, <a href="http://www.thejakartapost.com/news/2018/10/21/central-sulawesi-quake-tsunami-inflicted-us911-million-in-losses-govt.html">dengan pengungsi mencapai hampir 224.000 orang</a>. Saat bencana melanda, <a href="https://www.reuters.com/article/us-indonesia-quake-warnings-idUSKCN1MH048">sirene tanda bencana tidak dapat beroperasi</a> dan <em><a href="https://news.nationalgeographic.com/news/2014/12/141226-tsunami-indonesia-catastrophe-banda-aceh-warning-science/">buoy</a></em> pendeteksi tsunami <a href="https://www.bbc.com/news/world-asia-45663054">tidak berfungsi</a>. </p>
<h2>Analisis sistematik</h2>
<p>Untuk mengidentifikasi kriteria dan indikator yang tepat untuk merancang sistem komunikasi risiko, <a href="https://theieca.org/sites/default/files/conference-papers/COCE%202019%20Vancouver/selamet_juhri_-juhri_selamet_coce_2019-1195557709.pdf">saya mengumpulkan data dan menganalisis dokumen-dokumen <em>best practice</em> terkait program komunikasi risiko bencana</a> yang diterbitkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Palang Merah, Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika Serikat, dan Sekretariat Antar-Badan PBB untuk Strategi Pengurangan Bencana. </p>
<p>Saya menganalisis secara kualitatif 12 dokumen dengan total 956 halaman. Dokumen-dokumen tersebut diterbitkan pada 2016-2018 dan berisikan praktik komunikasi risiko bencana yang bisa di adaptasikan di daerah rawan bencana.</p>
<p>Temuan menarik dari analisis dokumen ini adalah bahwa saat terjadi gempa dan tsunami di Palu, <a href="https://bnpb.go.id">Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)</a> secara substansial hanya bergantung pada komunikasi satu arah melalui media massa untuk menginformasikan risiko bencana kepada publik. </p>
<p>Selain itu, komunikasi risiko yang dikelola oleh institusi pemerintah saat ini bergantung pada komunikasi risiko teknis, tanpa benar-benar mempertimbangkan model komunikasi risiko dengan pendekatan budaya yang dapat berfungsi dalam konteks lokal, misalnya di Sulawesi. </p>
<p>Model komunikasi risiko teknis merupakan penyampaian satu arah data-data teknis ilmiah (misalnya kekuatan gempa, peta geologis rawan bencana) yang berisi informasi risiko bencana kepada publik. Sementara model komunikasi risiko berbasis budaya lebih bersifat humanis, tak hanya menyampaikan data teknis, tapi juga mengajak publik (masyarakat lokal) untuk turut serta dalam menilai risiko bencana dan perencanaan untuk menghadapi risiko bencana tersebut. </p>
<p>Tanpa ada perubahan sistem komunikasi risiko bencana, pesan-pesan mitigasi akan terhambat bahkan tidak sampai ke masyarakat yang paling rentan menjadi korban. </p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/yIQEX6QyOYA?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Mengunakan data lokal untuk meningkatkan peringatan tsunami.</span></figcaption>
</figure>
<h2>Komunikasi risiko berbasis teknis vs. berbasis budaya</h2>
<p>Komunikasi risiko yang tepat sangat penting karena inilah proses memberi tahu masyarakat tentang potensi bahaya dan bencana di area tempat tinggal mereka. </p>
<p>Peneliti komunikasi risiko bencana menilai model komunikasi risiko <a href="http://us.sagepub.com/en-us/nam/environmental-communication-and-the-public-sphere/book252670">berbasis teknis </a> hanya berfungsi baik untuk menginformasikan temuan risiko data kuantitatif untuk umum, misalnya informasi data-data gempa dan tsunami seperti <a href="http://vsi.esdm.go.id/gallery/index.php?/category/19">pemetaan geologis daerah rawan bencana</a>.</p>
<p>Sedangkan model komunikasi risiko berbasis budaya efektif dalam melibatkan masyarakat yang berpotensi terkena dampak bencana. Model ini pernah digunakan oleh U.S National Institute of Environmental Health Sciences (NIEHS), University of Wisconsin’s Marine Freswater dan Biomedical Science Center yang menggaet partisipasi kaum minoritas Hmong dalam <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2774177/">kampanye risiko bahaya merkuri di Milwaukee pada 2003</a>. </p>
<p>Masyarakat diajak turut serta dalam menilai risiko dan merancang kampanye komunikasi risiko untuk mendorong dialog demokratis di ruang publik tentang risiko yang akan dihadapi. Model komunikasi risiko berbasis budaya dapat beradaptasi dan merangkul beragam karakter manusia dalam mengedukasi pemahaman penyebab dan tanggapan dalam menghadapi bencana.</p>
<p>Palu Sulawesi Tengah merupakan contoh daerah yang memiliki kelompok etnis yang berbeda dan bahasa lokal yang berbeda dari wilayah Indonesia lainnya. Seperti wilayah Aceh yang pernah mengalami tsunami pada 2004, di Sulawesi memungkinkan dilakukan pendekatan berbeda dalam perancangan sistem komunikasi risiko bencana berbasis tekni dan budaya. Contohnya dengan melibatkan masyarakat daerah rawan bencana dalam edukasi bahaya tsunami melalui pertunjukan musik atau pentas seni yang merakyat.</p>
<h2>Kebijakan: identifikasi kriteria dan indikator</h2>
<p>Komunikasi risiko merupakan bagian inti dalam lingkaran <a href="https://www.oecd-ilibrary.org/governance/trends-in-risk-communication-policies-and-practices_9789264260467-en">strategi manajeman risiko bencana</a>. Karena itu, identifikasi kriteria untuk perancangan sistem komunikasi risiko sangat penting untuk meningkatkan kesiapan dan ketahanan risiko bencana bagi masyarakat yang tinggal di daerah bencana. </p>
<p>Dokumen-dokumen yang saya teliti menunjukkan pemetaan identifikasi kriteria sistem komunikasi risiko bencana yang ideal mengakomodasi dua model sistem komunikasi risiko baik yang berbasis teknis (kuantitatif) maupun kultural (kualitatif). Saya menggunakan kriteria dan indikator sistem ini ke dalam kerangka Analisis Pengambilan Keputusan Multi Kriteria (<a href="https://www.springer.com/gp/book/9780792375050">Multi-Criteria Decision Analysis, MCDA</a>) untuk merekomendasikan kebijakan yang tepat dalam menyusun sistem komunikasi risiko bencana.</p>
<p>Model MCDA memungkinkan pembuat keputusan untuk mengidentifikasi dan mengenali kriteria yang relevan dalam topik spesifik, misalnya topik pengambilan keputusan untuk pengelolaan bencana dan lingkungan.</p>
<p><a href="https://doi.org/10.1016/j.ecolecon.2013.05.007">Studi sebelumnya menunjukkan</a> bahwa MCDA membuka peluang untuk membuat pembobotan dengan mengukur, menilai, dan menimbang berbagai kriteria kuantitatif dan kualitatif. Contohnya, MCDA digunakan untuk memprioritaskan <a href="https://bmchealthservres.biomedcentral.com/articles/10.1186/1472-6963-12-454">kriteria kampanye intervensi kesehatan publik</a> dan membuat skala prioritas jenis program <a href="https://health-policy-systems.biomedcentral.com/articles/10.1186/1478-4505-10-6">kampanye intervensi HIV/AIDS di Thailand</a> pada 2012. Studi ini berhasil mendokumentasikan kelayakan MCDA dalam berkontribusi pada proses penetapan prioritas yang lebih transparan dan akuntabel dalam program penyusunan program kampanye kesehatan publik.</p>
<p>MCDA dapat memecahkan masalah dalam situasi pengambilan keputusan yang kompleks dengan berbagai tujuan yang seringkali saling bertentangan antara kelompok pemangku kepentingan dan pembuat keputusan. Aplikasi MCDA menekankan proses <em>multi-stakeholder</em>. Berbagai pemangku kepentingan diajak untuk mendeteksi masalah dan memfasilitasi dialog bersama untuk menyepakati tindakan alternatif untuk memecahkan masalah tersebut. </p>
<p>Melalui penilaian dengan menggunakan kerangka MCDA, di bawah ini adalah kriteria dan indikator yang bisa digunakan untuk menilai kapasitas untuk merancang sistem komunikasi risiko bencana:</p>
<iframe title="Kriteria dan Indikator Kerangka Multi-Criteria Decision Analysis" aria-label="Table" src="https://datawrapper.dwcdn.net/Y8luU/1/" scrolling="no" frameborder="0" style="border: none;" width="100%" height="927"></iframe>
<h2>Lalu bagaimana?</h2>
<p>Berdasarkan daftar kriteria yang dikumpulkan pada tahap awal Analisis Pengambilan Keputusan Multi Kriteria di atas, saya menyarankan otoritas kebencanaan mengundang pemangku kepentingan (Palang Merah, WHO, <a href="http://www.un-spider.org/links-and-resources/institutions/international-strategy-disaster-reduction-isdr">International Strategy for Disaster Reduction (ISDR) </a> dan IMF) untuk mempertimbangkan kriteria tersebut. </p>
<p>Evaluasi sistem komunikasi risiko perlu segera dilakukan untuk mendesain ulang rancangan sistem yang dapat mengurangi potensi jatuhnya korban saat terjadi bencana.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/119093/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Juhri Selamet terafiliasi dengan Center for Science and Technology Policy Research, the University of Colorado-Boulder saat melakukan studi ini pada akhir tahun 2018. Dia berterima kasih atas umpan-balik dan komentar yang diberikan oleh Dr. Matthew Druckenmiller selama pelaksaan riset ini.</span></em></p>Ada sebuah kerangka analisis yang efektif untuk merancang sistem komunikasi risiko bencana yang benar-benar melibatkan semua pihak, termasuk masyarakat lokal.Juhri Selamet, Lecturer, Universitas Multimedia NusantaraLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1186852019-06-18T11:30:06Z2019-06-18T11:30:06Z‘Denyut’ dari suatu gunung berapi dapat digunakan untuk memprediksi letusan berikutnya<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/279125/original/file-20190612-32342-u3zy1m.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C150%2C4031%2C2867&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Letusan gunung Kilauea pada 2018 diawali dengan adanya kerusakan sistem saluran magma di puncaknya.</span> <span class="attribution"><span class="source">Courtesy of Grace Tobin, 60 Minutes</span>, <span class="license">Author provided</span></span></figcaption></figure><p>Memprediksi kapan suatu gunung berapi akan meletus merupakan hal yang sulit, tapi salah satu letusan gunung api di Hawaii baru-baru ini <a href="https://agupubs.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1029/2018GL081609" title="Decrease in Seismic Velocity Observed Prior to the 2018 Eruption of Kīlauea Volcano With Ambient Seismic Noise Interferometry">memberi pelajaran yang dapat membantu</a>.</p>
<p><a href="https://theconversation.com/au/topics/kilauea-53358">Kīlauea</a>, sebuah gunung berapi di Pulau Besar Hawaii, mungkin merupakan gunung berapi yang paling dipahami di Bumi. Hal itu karena pemantauan dan pengumpulan informasi sejak dibentuknya <a href="https://volcanoes.usgs.gov/observatories/hvo/">Hawaiian Volcano Observatory</a> pada 1912.</p>
<p>Selain itu, gunung berapi ini juga berada di bawah jaringan pemantauan geofisika paling canggih di dunia.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/from-kilauea-to-fuego-three-things-you-should-know-about-volcano-risk-97775">From Kilauea to Fuego: three things you should know about volcano risk</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Dari langit, satelit mengumpulkan data yang menunjukkan perubahan topografi gunung berapi ketika magma bergerak dalam seluruh sistem saluran magma internal. Di samping itu, satelit juga melihat komposisi gas vulkanik.</p>
<p>Dari tanah, ahli vulkanologi menggunakan sejumlah alat kimia dan fisik yang sangat sensitif untuk dapat memahami struktur sistem saluran magma itu lebih lanjut. Dengan alat-alat ini, pergerakan magma di dalam gunung berapi dapat dipelajari.</p>
<h2>Gempa bumi dan getaran</h2>
<p>Hal utama dalam pemantauan gunung berapi adalah berkaitan dengan aktivitas kegempaan, meliputi frekuensi, tempat, dan waktu gempa bumi terjadi. Gempa bumi dapat dipicu oleh gerakan magma di dalam gunung berapi. Pengumpulan data di lokasi gempa bumi tersebut (teknik yang dikenal sebagai triangulasi) dapat melacak jalur magma yang berada di bawah tanah.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/274839/original/file-20190516-69178-wpysqy.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/274839/original/file-20190516-69178-wpysqy.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/274839/original/file-20190516-69178-wpysqy.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=215&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/274839/original/file-20190516-69178-wpysqy.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=215&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/274839/original/file-20190516-69178-wpysqy.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=215&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/274839/original/file-20190516-69178-wpysqy.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=271&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/274839/original/file-20190516-69178-wpysqy.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=271&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/274839/original/file-20190516-69178-wpysqy.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=271&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Skema sistem saluran magma dalam gunung berapi Kilauea, Big Island, Hawaii. Magma diangkut dari dalam Bumi hingga sampai ke serangkaian reservoir magma puncak.</span>
<span class="attribution"><span class="source">USGS</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sebuah teknik terbaru, interferometri seismik, menggunakan getaran energi dari gelombang laut yang mengenai garis pantai yang jauh yang kemudian menempuh perjalanan melalui gunung berapi tersebut.</p>
<p>Perubahan kecepatan getaran ini membantu kami memetakan jejak 3 dimensi dari sistem saluran magma gunung berapi. Kami kemudian dapat mendeteksi kapan, dan bagaimana (dalam beberapa kasus) sistem saluran magma berubah.</p>
<p>Pemantauan ini menghasilkan “denyut” gunung berapi ketika sedang tidak aktif–suatu patokan untuk mendeteksi perubahan selama guncangan vulkanik. Hal ini terbukti menjadi temuan yang sangat berharga untuk peringatan dini, serta untuk memprediksi di mana dan kapan letusan Gunung Kīlauea yang terjadi pada 3 Mei 2018.</p>
<p>“Denyut” Kīlauea meliputi siklus <a href="https://volcanoes.usgs.gov/observatories/hvo/hvo_volcano_watch.html?vwid=117">inflasi (mengembang) dan deflasi (mengempis) gunung berapi</a> saat magma bergerak masuk dan keluar dari wilayah penyimpanan di puncak gunung berapi.</p>
<p>Kecepatan getaran yang bergerak melalui gunung berapi dapat diprediksi selama pengamatan siklus inflasi/deflasi ini. Ketika gunung berapi mengembang, getaran bergerak lebih cepat melalui gunung berapi ketika batu dan magma terkompresi. Namun, ketika gunung berapi mengempis, kecepatan ini menurun.</p>
<p>Kami menggambarkan hubungan antara dua set data ini–mengembang/mengempis dan kecepatan getaran yang semakin cepat/lambat–sebagai data gabungan.</p>
<h2>Terdapat sesuatu yang berubah</h2>
<p>Dibandingkan dengan patokan kami, data gabungan ini bergeser 10 hari sebelum erupsi Kīlauea pada 3 Mei. Hal ini mengindikasikan bahwa sistem saluran magma telah berubah secara signifikan.</p>
<p>Gunung berapi saat itu mengembang akibat penumpukan tekanan di dalam ruang magma, namun disertai dengan gelombang seismik yang semakin lambat dengan cukup dramatis, bukannya semakin cepat.</p>
<p>Interpretasi kami terhadap data ini adalah bahwa ruang magma puncak tidak mampu mempertahankan tekanan akibat pasokan magma yang meningkat dan membuat tonjolan itu mengembang besar. Material batu kemudian mulai pecah di sekitar ruang magma puncak.</p>
<p>Pecahnya bebatuan mungkin kemudian menyebabkan perubahan sistem magmatik puncak sehingga membuat lebih banyak magma dengan lebih mudah tiba di lokasi letusan sekitar 40 km jauhnya.</p>
<p>Seperti halnya Gunung Kilauea, set data gabungan seperti itu secara teratur dikumpulkan, diselidiki, dan ditafsirkan dalam bentuk transportasi magma pada gunung berapi lain secara global. Misalnya pada gunung berapi Piton de la Fournaise di Pulau Reunion, dan gunung berapi Etna di Italia.</p>
<p>Namun, <a href="https://agupubs.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1029/2018GL081609">pemodelan</a> kami adalah yang pertama kali menunjukkan perubahan hubungan data gabungan dapat terjadi karena melemahnya material dalam gunung berapi sebelum terjadi letusan.</p>
<p>Model kerusakan yang kami terapkan sekarang dapat digunakan untuk gunung berapi lainnya yang berada dalam keadaan tidak tenang. Model ini menambah peralatan vulkanologis ketika akan memprediksi kapan dan di mana letusan yang akan datang.</p>
<h2>Begitu banyak data, kami butuh bantuan</h2>
<p>Ketika gunung berapi berada dalam kondisi sangat tidak tenang, volume informasi yang didapat dari data digital dan pengamatan di darat sangat ekstrem. Para ilmuwan cenderung mengandalkan pemantauan observasional terlebih dahulu, dan baru menggunakan data lainnya ketika memiliki waktu dan tenaga tambahan.</p>
<p>Namun, jumlah total data yang masuk (seperti dari satelit) sangat banyak, dan para ilmuwan sampai-sampai tidak bisa menganalisisnya. Pembelajaran mesin <em>(machine learning)</em> mungkin dapat membantu kami dalam hal ini.</p>
<p><a href="https://www.sciencemag.org/news/2018/12/artificial-intelligence-helps-predict-volcanic-eruptions">Kecerdasan buatan</a> <em>(artificial intelligence)</em> adalah pendatang baru dalam urusan memprediksi erupsi. Jaringan saraf <em>(neural networks)</em> dan algoritme lainnya dapat mengolah data bervolume tinggi yang juga kompleks untuk “belajar” membedakan antara sinyal-sinyal yang berbeda.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/how-the-dinosaurs-went-extinct-asteroid-collision-triggered-potentially-deadly-volcanic-eruptions-112134">How the dinosaurs went extinct: asteroid collision triggered potentially deadly volcanic eruptions</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p><a href="https://www.nature.com/articles/d41586-018-07420-y">Sistem peringatan dini otomatis</a> terhadap erupsi yang akan datang dengan menggunakan susunan sensor telah tersedia untuk beberapa gunung berapi saat ini, misalnya di Gunung Etna, Italia. Di masa depan, mungkin kecerdasan buatan akan membuat sistem ini lebih canggih lagi.</p>
<p>Deteksi dini terdengar amat mengagumkan bagi pihak berwenang yang bertanggung jawab atas keselamatan publik, tapi banyak ahli vulkanologi yang masih waspada akan penggunaannya.</p>
<p>Sebab, jika pendeteksi ini justru membunyikan beberapa peringatan palsu, maka kejadian ini dapat menurunkan kepercayaan publik terhadap ilmuwan dan manajer krisis vulkanik.</p>
<p><em>Las Asimi Lumban Gaol menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/118685/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Rebecca Carey receives funding from the Australian Research Council, US National Science Foundation and New Zealand Marsden Grant.</span></em></p>Ilmuwan menemukan metode baru untuk membantu memprediksi kapan gunung berapi meletus berdasarkan data yang diolah dari letusan tahun lalu di Hawaii.Rebecca Carey, Senior Lecturer in Earth Sciences, University of TasmaniaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1086032019-03-01T06:53:17Z2019-03-01T06:53:17ZMengapa pola goncangan gempa Lombok 2018 bisa fluktuatif dan tidak lazim?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/259512/original/file-20190218-56226-iishhc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Rumah-rumah hancur setelah gempa bumi di Lombok pada Agustus 2018.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/rubble-collapsed-building-post-earthquake-lombok-1164926134?src=KFC9lAkioJxYFi4GdwBB9w-1-24">Raditya</a></span></figcaption></figure><p>Setiap tahun terjadi <a href="https://www.iris.edu/hq/inclass/fact-sheet/how_often_do_earthquakes_occur">12-14 ribu gempa bumi</a> di seluruh dunia, tapi hanya sedikit yang getarannya terasa sampai ke permukaan bumi. </p>
<p>Dari yang sedikit itu, tahun lalu, misalnya, masyarakat di <a href="https://theconversation.com/belajar-dari-gempa-lombok-pentingnya-strategi-komunikasi-risiko-gempa-di-indonesia-yang-rasional-101816">Nusa Tenggara Barat</a> (NTB), <a href="https://theconversation.com/meninjau-ulang-strategi-peringatan-dini-tsunami-di-indonesia-cermin-dari-palu-104238">Sulawesi Tengah</a>, dan <a href="https://news.detik.com/berita/4279011/gempa-52-sr-guncang-banten-tak-berpotensi-tsunami">Banten</a> merasakan serangkaian bencana alam mematikan terkait pergerakan kerak Bumi dan aktivitas gunung api. </p>
<p>Dengan posisinya yang berada di zona <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Cincin_Api_Pasifik">Cincin Api Pasifik</a>, tempat beberapa lempeng tektonik Bumi bertemu, Indonesia memiliki banyak gunung api aktif dan kerap mengalami gempa bumi. Dengan demikian, masyarakat Indonesia akan lebih merasakan getaran bumi.</p>
<p>Namun getaran gempa tidak perlu dikhawatirkan karena siap atau tidak siap, getaran itu akan pasti terjadi. Sampai saat ini belum ada alat yang mampu memprediksi secara akurat waktu terjadinya gempa besar ke depan. Dalam konteks menghindari risiko yang lebih besar, yang dibutuhkan adalah <a href="https://theconversation.com/gempa-palu-mendesaknya-evaluasi-kebijakan-mitigasi-bencana-belajar-dari-jepang-104401">mitigasi gempa </a> dengan berbasis sains yang melibatkan warga dan pemerintah.</p>
<p>Saya tergabung dalam tim peneliti dari Kelompok Keahlian Geofisika Global Institut Teknologi Bandung, bersama Earth Observatory of Singapore (EOS) dan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG), mempelajari secara lebih rinci tentang pola goncangan gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Salah satu caranya adalah merekam gempa-gempa susulan yang terjadi dengan memasang 13 unit seismograf (Gambar 1) di Lombok Utara, Barat, Timur, Tengah, dan Kota Mataram selama tiga bulan, sejak 3 Agustus sampai 20 Oktober 2018. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/260421/original/file-20190222-195883-111nspm.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/260421/original/file-20190222-195883-111nspm.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=470&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/260421/original/file-20190222-195883-111nspm.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=470&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/260421/original/file-20190222-195883-111nspm.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=470&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/260421/original/file-20190222-195883-111nspm.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=590&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/260421/original/file-20190222-195883-111nspm.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=590&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/260421/original/file-20190222-195883-111nspm.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=590&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Gambar 1. Lokasi penempatan alat perekam getaran gempa (seismograf) di Lombok.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Zulfakriza</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Temuan sementara dari riset ini, antara lain, rangkaian Gempa di Lombok pada akhir Juli hingga pertengahan Agustus 2018 tergolong langka karena pola seismisitas (goncangan di bagian kerak bumi) yang tidak biasa. Disebut polanya tidak lazim karena kejadian gempa yang memiliki <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Magnitudo_gempa">magnitudo</a> (besaran energi seismik) besar dan merusak terjadi secara beruntun. Dalam kasus Lombok, pola seismisitasnya tampak fluktuatif dan guncangan gempa makin kuat setelah gempa pertama pada 29 Juli 2018 bukan semakin lemah seperti gempa-gempa biasanya.</p>
<p>Berdasarkan data terbaru dari <a href="http://geofisika.bali.bmkg.go.id/">Stasiun Geofisika BMKG di Bali</a>, gempa-gempa magnitudo 2,0-3,5 masih terjadi di Lombok. Gempa-gempa tersebut merupakan gempa susulan (<em>aftershock</em>) dari gempa yang terjadi pada Agustus 2018. Secara siklus gempa, saat ini Lombok masih berada dalam fase <em>post-seismic</em>, artinya bagian kerak yang terganggu akibat gempa besar memasuki masa relaksasi menuju keseimbangan. </p>
<p>Gempa-gempa susulan yang terjadi setelah gempa utama memberikan gambaran tentang pola seismisitas yang dapat dijadikan acuan mempelajari sumber dan mekanisme gempa. </p>
<h2>Serangkaian gempa</h2>
<p>Serangkaian gempa yang terjadi di Lombok disebabkan oleh adanya aktivitas sesar (patahan) aktif. Sesar merupakan zona rekahan pada batuan yang mengalami pergeseran. Keberadaan <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Flores_Back_Arc_Thrust_Fault">Flores Back Arc Thrust </a>(Sesak Naik Flores) di utara Lombok merupakan pemicu terjadinya rangkaian gempa di Lombok. </p>
<p>Rangkaian gempa yang terjadi di Lombok pada 2018 terjadi secara beruntun. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh <a href="https://earthquake.usgs.gov/earthquakes/browse/significant.php?year=2018">United States Geological Survey (USGS)</a>, setidaknya ada lima kejadian gempa dengan kekuatan yang signifikan sebagaimana yang diperlihatkan pada Gambar 2. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/251186/original/file-20181218-27764-1xzb8c6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=98%2C212%2C2751%2C2193&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/251186/original/file-20181218-27764-1xzb8c6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=98%2C212%2C2751%2C2193&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/251186/original/file-20181218-27764-1xzb8c6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=464&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/251186/original/file-20181218-27764-1xzb8c6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=464&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/251186/original/file-20181218-27764-1xzb8c6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=464&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/251186/original/file-20181218-27764-1xzb8c6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=583&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/251186/original/file-20181218-27764-1xzb8c6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=583&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/251186/original/file-20181218-27764-1xzb8c6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=583&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Gambar 2. Rangkaian lima kejadian Gempa Lombok 2018, perbedaan warna pada titik lingkaran menunjukkan posisi kedalaman sumber gempa (hiposenter). Peta ini dibuat berdasarkan data dari USGS.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Dian Kusumawati</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Gempa yang dirasakan pertama kali pada 29 Juli 2018 memiliki magnitudo 6,4 pada kedalaman 14 kilo meter. Gempa ini menyebabkan kerusakan bangunan rumah di Obel-Obel Lombok Timur. </p>
<p>Gempa kedua terjadi pada 5 Agustus 2018 dengan magnitudo 6,9 pada kedalaman 34 km. Magnitudo gempa kali ini lebih besar dari gempa pertama. Karena itu, dampak kerusakan bangunan lebih luas, termasuk di Kota Mataram. Bahkan beberapa bangunan pemerintah Provinsi NTB rusak.</p>
<p>Berikutnya, pada 9 Agustus 2018, wilayah utara Pulau Lombok kembali diguncang gempa dengan magnitudo 5.9. Posisi sumber gempa berada sekitar 20 km arah barat laut dari gempa 5 Agustus. </p>
<p>Dua gempa berikutnya terjadi pada 19 Agustus 2018 dengan magnitudo 6,3 dan 6,9. Episenter kedua gempa ini terlacak di Kecamatan Belanting dan kedalaman yang relatif dangkal, yaitu kurang dari 25 km. </p>
<h2>Keunikan gempa Lombok</h2>
<p>Kelima gempa, seperti terlihat pada Gambar 2, mempunyai pola seismisitas yang unik dan tidak lazim. Biasanya setelah kejadian gempa dengan kekuatan yang besar, diikuti oleh gempa-gempa susulan dengan kekuatan yang cenderung meluruh. Dalam gempa Lombok terjadi justru sebaliknya, gempa terjadi secara fluktuatif dan kekuatan gempa setelah gempa pertama cenderung lebih kuat. </p>
<p>Pada awalnya, sesaat setelah gempa terjadi pada 29 Juli 2018, para ahli seismologi menduga bahwa gempa itu adalah gempa utama (<em>mainshock</em>). Gempa utama merupakan gempa pembuka yang mempunyai kekuatan gempa yang lebih besar.</p>
<p>Dugaan ini diperkuat dengan beberapa gempa magnitudo lebih kecil terjadi di sekitar gempa utama. Gempa-gempa kecil ini dinamakan gempa susulan (<em>aftershock</em>).</p>
<p>Namun, dua gempa magnitudo 6,9 terjadi lagi di lokasi yang relatif dekat dengan gempa 29 Juli 2018. Para ahli seismologi kemudian menyadari bahwa gempa 29 Juli 2018 dan gempa-gempa yang terjadi sesudahnya merupakan gempa pembuka (<em>foreshock</em>). Sedangkan dua gempa pada 5 dan 19 Agustus 2018 merupakan dua gempa utama (<em>main shock</em>). </p>
<p>Kejadian gempa seperti ini tergolong langka, meski ada beberapa referensi yang menjelaskan tentang gempa kembar (<em>doublet earthquake</em>), dua gempa yang terjadi dengan magnitudo yang relatif sama dan posisi yang berdekatan. Gempa kembar pernah terjadi di beberapa wilayah, seperti Gempa Aceh pada 12 April 2012. Gempa tersebut tercatat dua gempa dengan magnitudo 8,5 dan 8,1 pada posisi yang berdekatan.</p>
<p>Data rekaman seismograf yang kami tempatkan di berbagai penjuru Pulau Lombok memberikan informasi pola sebaran gempa-gempa susulan. Sepanjang waktu tiga bulan (Agustus-Oktober 2018), lebih dari 5000 gempa susulan yang terekam dengan magnitudo lebih kecil dari 5,5.</p>
<h2>Tujuh gempa pada masa lalu</h2>
<p>Tatanan tektonik wilayah Bali dan Nusa Tenggara dipengaruhi oleh keberadaan zona tumbukan lempeng di bagian selatan Pulau Lombok. Lempeng bumi merupakan bagian kerak bumi yang bergerak akibat adanya proses dinamika bumi. Wilayah Indonesia sendiri, secara tektonik dipengaruhi oleh empat lempeng utama, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, Lempeng Laut Filipina, dan Lempeng Pasifik. </p>
<p><a href="https://agupubs.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1029/2001JB000324">Lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia bertumbuk di bawah Pulau Bali dan Nusa Tenggara</a> termasuk Lombok dan Sumbawa. Kecepatan tumbukan dua lempeng ini adalah sekitar 50-70 milimeter per tahun. Keberadaan tumbukan dua lempeng ini menciptakan adanya Sesar Lombok dan Sesar Sumbawa. </p>
<p><a href="https://earthref.org/ERR/36910/">Mc Caffrey dan Nabelek </a>(1987), ahli geofisika dari Portland State University, mencatat beberapa kejadian gempa merusak yang pernah terjadi di Bali dan Lombok. Setidaknya terjadi tujuh gempa besar, dua pada 1963, dua gempa pada 1976, dan tiga gempa pada 1979. Data kejadian gempa yang terhimpun dalam katalog USGS pada 1976-2017 diperlihatkan pada Gambar 3. </p>
<p>Pola sebaran kejadian seismisitas di Bali, Lombok, dan Sumbawa relatif tinggi dan dominan dipengaruhi oleh aktivitas <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Penunjaman">subduksi</a> pada zona tumbukan di bagian selatan Bali dan Nusa Tenggara dengan kedalaman sumber gempa berkisar kurang dari 150 km. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/251188/original/file-20181218-27749-e2s8ar.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/251188/original/file-20181218-27749-e2s8ar.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=534&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/251188/original/file-20181218-27749-e2s8ar.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=534&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/251188/original/file-20181218-27749-e2s8ar.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=534&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/251188/original/file-20181218-27749-e2s8ar.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=671&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/251188/original/file-20181218-27749-e2s8ar.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=671&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/251188/original/file-20181218-27749-e2s8ar.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=671&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Gambar 3. Sebaran kejadian gempa di Bali dan Nusa Tenggara berdasarkan data katalog USGS periode 1976-2017.</span>
<span class="attribution"><span class="source">zulfakriza</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Para ilmuwan terus mempelajari mengenai pergerakan kerak bumi. Namun, kejadian gempa merupakan sesuatu fenomena alam yang sampai saat ini belum dapat diprediksi kejadiannya secara pasti. </p>
<p>Untuk itu, upaya penting yang perlu dilakukan adalah <a href="https://theconversation.com/gempa-lombok-desain-bangunan-yang-berbeda-bisa-kurangi-kerusakan-102039">mitigasi dan pengurangan risiko </a>yang terjadi akibat gempa. Selain memahami mengenai sumber dan pola gempa, kita juga sangat perlu menerapkan pembangunan konstruksi yang aman gempa sebagai dari upaya pengurangan risiko bahaya gempa.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/108603/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Zulfakriza Z menerima dana riset dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITB melalui Kelompok
Keahlian Geofisika Global Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Dian Kusumawati tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Selain memahami mengenai sumber dan pola gempa, kita juga sangat perlu menerapkan pembangunan konstruksi yang aman gempa sebagai dari upaya pengurangan risiko bahaya gempa.Zulfakriza Z, Lecturer at Geophysical Engineering - FTTM, Institut Teknologi BandungDian Kusumawati, Asisten Akademik Teknik Geofisika, Institut Teknologi BandungLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1091922018-12-21T11:39:36Z2018-12-21T11:39:36ZSetelah 14 tahun tsunami Aceh, saatnya kata ‘smong’ masuk kosakata bahasa Indonesia<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/251862/original/file-20181221-103631-1hh06c8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Dampak gempa bumi yang disusul tsunami di Banda Aceh pada 26 Desember 2004.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/success?u=http%3A%2F%2Fdownload.shutterstock.com%2Fgatekeeper%2FW3siZSI6MTU0NTI0MjY0MCwiYyI6Il9waG90b19zZXNzaW9uX2lkIiwiZGMiOiJpZGxfMTAxNTU0MDg3MyIsImsiOiJwaG90by8xMDE1NTQwODczL21lZGl1bS5qcGciLCJtIjoxLCJkIjoic2h1dHRlcnN0b2NrLW1lZGlhIn0sImxleWNIdEQvYVVubDkyWmNxT2NvdldIMXUyVSJd%2Fshutterstock_1015540873.jpg&pi=41133566&m=1015540873&src=wzYZGwnbkWwvxgTPgQ9zvw-1-13"> Frans Delian/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Tampaknya kita masih gagap menghadapi bencana, melihat apa yang terjadi di <a href="https://theconversation.com/mengapa-gempa-di-lombok-tidak-ditetapkan-sebagai-bencana-nasional-101518">Lombok</a>, dan tsunami di <a href="https://theconversation.com/reviewing-indonesias-tsunami-early-warning-strategy-reflections-from-sulawesi-island-104257">Palu dan Donggala</a> Sulawesi Tengah beberapa bulan lalu. Pada 2018, masih seperti pada 2004. </p>
<p>Sangat penting bagi kita semua untuk melakukan perubahan-perubahan yang dapat mentransformasi pemahaman kita tentang bencana alam dan akhirnya menyelamatkan banyak nyawa.</p>
<p>Salah satu cara penting untuk melakukan ini adalah memberi tempat yang istimewa <a href="https://theconversation.com/sulawesi-tsunami-how-social-media-and-a-lullaby-can-save-lives-in-future-disasters%20-104703">pengetahuan lokal tradisional</a> dan untuk mengenang kejadian dahsyat tersebut. Minggu depan adalah peringatan ke-14 <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/2004_Indian_Ocean_earthquake_and_tsunami">tsunami Aceh</a>.</p>
<p>Kerangka Kerja Internasional untuk Pengurangan Resiko Bencana (PRB) atau <a href="https://www.unisdr.org/we/coordinate/sendai-framework">Kerangka Sendai untuk Pengurangan Resiko Bencana (SFDRR) 2015-2030</a> telah menekankan pentingnya menggunakan pengetahuan lokal. Untuk mengurangi risiko bencana, kita perlu menciptakan suatu dinamika sosial yang memperkuat pengetahuan lokal di setiap individu dan masyarakat secara keseluruhan.</p>
<h2>Kekuatan kearifan lokal</h2>
<p>Salah satu contoh pengetahuan lokal yang telah menyelamatkan nyawa berasal dari Pulau Simeulue, Aceh; yaitu kisah <em>smong</em>: Pada 26 Desember 2004, seorang siswa bernama Almahdi sedang merokok di jembatan tinggi di atas sungai di Banda Aceh. Lahir di Simeulue, ketika gempa terjadi dan laut surut, dia tahu apa yang terjadi selanjutnya. Dia mulai berteriak “<em>Smong! Smong!</em> Lari! Lari!”</p>
<p>Tapi semua orang di dekatnya memandangnya seolah-olah dia orang gila. Mereka tidak tahu arti <em>smong</em> dan tidak lari. Dalam waktu kurang dari satu jam kemudian, banyak dari mereka yang tewas dihantam ombak besar. Almahdi melihat tubuh mereka mengambang di sungai.</p>
<p>Almahdi selamat, tapi dia tidak tahu bahwa semua rekan sekampungnya di Pulau Simeulue juga selamat. Laporan yang ia terima menyebutkan bahwa “Simeulue telah tenggelam” dan dia khawatir akan keadaan yang terburuk selama lebih dari seminggu.</p>
<p>Pengetahuan Almahdi tentang <em>smong</em> berasal dari sebuah peristiwa yang pernah terjadi pada 4 Januari 1907. Gempa berkekuatan 7,6 mengguncang Pulau Simeulue dan beberapa saat kemudian tsunami dahsyat menghancurkan pantai Simeulue. Sejak hari itu, beberapa orang yang selamat bertekad untuk menghormati keluarga yang telah meninggal dan untuk menyelamatkan keturunan mereka jika terjadi peristiwa yang sama dengan menceritakan kisah <em>smong</em> kepada anak-anak dan cucu mereka.</p>
<p>Hampir 100 tahun kemudian, pada 26 Desember 2004, semua penduduk <a href="https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/05/12/jumlah-penduduk-di-kabupaten-simeulue-aceh-2001-2013">70.000</a> orang di Simeulue diingatkan tentang <em>smong</em> oleh gempa berkekuatan 9,2. Mereka berlari ke bukit dan menyaksikan gelombang raksasa menghancurkan rumah-rumah mereka. Kearifan <em>smong</em>, dipertahankan selama 97 tahun, menyelamatkan hidup mereka.</p>
<h2>Menarik perhatian</h2>
<p>Dalam beberapa tahun terakhir kata <em>smong</em> telah menarik para peneliti internasional yang berusaha memperdalam pemahaman akan fenomena tersebut. <em>Smong</em> adalah pengetahuan lokal masyarakat Simeulue, dan sebelum 2004 tidak diketahui oleh orang luar. </p>
<p>United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UNISDR) memberikan penghargaan <a href="https://www.unisdr.org/we/inform/publications/8569">UN Sasakawa Award</a> kepada orang-orang Simeulue pada 12 Oktober 2005. Penghargaan diberikan di Bangkok, Thailand, sebagai penghargaan atas upaya, dan untuk mendorong, mereka untuk berkontribusi pada sebuah budaya lokal untuk pencegahan bencana, dengan demikian mempromosikan tujuan dari strategi internasional untuk pengurangan bencana.</p>
<p>Sekarang kebanggaan mereka terhadap kata <em>smong</em> telah menjadi kebanggaan masyarakat Aceh secara keseluruhan dan diadopsi dalam berbagai upaya beradaptasi dengan bencana gempa dan tsunami. Orang-orang Simeulue, sangat menghargai bantuan yang data dari berbagai kalangan atas rekonstruksi pascabencana 2004, ingin menumbuhkan kebanggaan “keampuhan” <em>smong</em> ke tingkat nasional. Mereka ingin memberikan <em>smong</em> sebagai hadiah untuk dimiliki oleh orang Indonesia secara keseluruhan. Mereka merasa bahwa kata <em>smong</em> harus menjadi bagian dari kosakata Indonesia, memberikan dasar untuk pemahaman baru tentang bencana tsunami.</p>
<p>Pengaruh <em>smong</em> itu telah diuji dalam bencana gempa bumi dan tsunami 26 Desember 2004 dengan hasil yang mengesankan. Keberadaan kata dalam bahasa memberikan definisi (untuk mengetahui sesuatu, atau <em>know what</em>) yang terkait dengan pemahaman (untuk memahami cara, atau <em>know how</em>). Pengetahuan ini telah menggerakkan masyarakat Simeulue untuk dapat mengambil tindakan cepat dan tepat ketika membaca tanda-tanda alam gempa bumi dan tsunami.</p>
<p>Ada istilah lain untuk tsunami di seluruh kepulauan Indonesia. Di daratan Aceh ada istilah <em>Ie-beuna</em> yang dikenal di Banda Aceh dan Aceh Besar, sedangkan di Singkil mereka menamakan tsunami dengan sebutan <em>Gloro</em>. Seiring waktu, bagaimana pun, pengetahuan yang terkait dengan kata-kata ini telah memudar. Banyak nyawa melayang sebagai hasilnya.</p>
<p><em>Smong</em> berasal dari bahasa Devayan Simeulue dan mengacu pada kejadian dengan runutan gempa/laut surut/gelombang raksasa yang khas dari peristiwa tsunami di Indonesia. Istilah ini dibagi dalam lagu-lagu tradisional Simeulue, <em>nandong</em>:</p>
<p><em>Enggel mon sao curito</em> (Dengarlah cerita ini) / <em>Inang maso semonan</em> (Suatu hari pada masa lalu) / <em>Manoknop sao fano</em> (Desa kami tenggelam) / <em>Di ne alek linon</em> (Dimulai dengan gempa bumi) / <em>Fesang bakat nemali</em> (Kemudian diikuti oleh naiknya ombak ) / <em>Manoknop sao hampong</em> (Tenggelam seluruh desa) <em>Tibo-tibo mawi</em> (Segera) / <em>Anga linon ne mali</em> (Jika gempa bumi kuat terjadi) / <em>Uwek suruik sahuli</em> (Diikuti oleh surutnya air laut) / <em>Maheya mihawali</em> (Cepat-cepatlah) / <em>Fano saya senga tenggi</em> (Berlari ke tempat yang lebih tinggi).</p>
<p>Masyarakat Simeulue dengan cerdik menutup semua cerita dengan menempatkan kalimat berikut: <em>Eda Smong kahanne</em> (Itu yang kami sebut <em>smong</em>).</p>
<p>Bentuk lagu yang sangat emosional ini dinyanyikan pada pertemuan sosial dan pernikahan. Penceritaan kisah yang sama secara teratur merupakan sistem yang sangat sederhana, tapi memiliki kekuatan untuk memindahkan orang dan menyelamatkan nyawa.</p>
<h2>Mengapa <em>smong</em> perlu dimasukkan ke dalam kosakata Indonesia dan sering dipakai?</h2>
<p>Meski <a href="https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/semong">Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring</a> edisi kelima telah menambahkan kata “semong” sebagai padanan kata “tsunami”, mayoritas peneliti menggunakan kata “smong” - tanpa “e” - dalam artikel mereka seperti <a href="http://earthquakespectra.org/doi/10.1193/1.2204966">McAdoo dkk. (2006)</a>, <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1878029614000711">Syafwina (2014)</a>, dan <a href="https://catalogue.nla.gov.au/Record/5741069">Sany (2007)</a>. Definisi kata “semong” dalam KBBI tersebut belum menggambarkan bahwa makna “smong” lebih dari sekadar tsunami dan mengandung pesan pengurangan risiko bencana.</p>
<p><a href="https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/tsunami">KBBI</a> juga mencatat istilah Jepang “tsunami” untuk apa yang orang Simeuluean sebut <em>smong</em>. </p>
<p>Kenyataannya, di Jepang, ada variasi dalam istilah yang digunakan untuk menggambarkan fenomena alam yang kita kenal sebagai tsunami seperti <a href="http://rsnr.royalsocietypublishing.org/content/62/2/151"><em>onami</em></a> (gelombang besar) , <em>shakainamisu</em> (naik gelombang mencapai tanah) dll. Kata spesifik tsunami dalam bahasa Jepang berasal dari dua istilah: “tsu”, yang berarti pelabuhan, dan “nami” yang artinya gelombang. Yaitu sebuah gelombang pelabuhan.</p>
<p>Jika dilihat dari akar kata ini, seseorang memiliki pemahaman yang tidak lengkap tentang bahaya alam. Apakah gelombang ini hanya menyapu pelabuhan? Apakah saya aman di pantai? Ini tidak jelas.</p>
<p>Meski demikian, “tsunami” sekarang digunakan secara internasional, menggantikan kata “gelombang pasang” pada sebagian besar bahasa pada 1980-an. Tentu saja, “gelombang pasang” adalah gambaran yang lebih buruk dari fenomena gelombang raksasa, yang tidak ada hubungannya dengan pasang. </p>
<p>Ada beberapa alasan kuat untuk menjadikan <em>smong</em> bagian dari kosakata bahasa Indonesia dan perlu sering dipakai dalam bahasa formal maupun informal.</p>
<p><em>Smong</em> menggambarkan kompleksitas bahaya alam yang selalu terjadi di Indonesia. Dengan 46% pantai di Indonesia bisa terkena gelombang begitu besar, <em>smong</em> secara geografis relevan.</p>
<p><em>Smong</em> adalah simbol pengakuan internasional tentang peran pengetahuan lokal dalam mengurangi risiko bencana sebagaimana dinyatakan dalam SFDRR 2015-2030.</p>
<p><em>Smong</em> adalah satu kata yang diketahui telah menyelamatkan banyak nyawa.</p>
<p><em>Smong</em> telah diakui secara global dan merupakan sumber kebanggaan bagi Simeulue, Aceh, dan Indonesia.</p>
<p><em>Smong</em> mengingatkan kita tentang pentingnya dan kekuatan pengetahuan lokal.</p>
<p><em>Smong</em> terdengar seperti suatu kata bahasa Indonesia, cocok dan membuat pelafalan lokal menjadi mudah.</p>
<p><em>Smong</em> lahir dari rahim orang Indonesia sendiri, jadi harus diterima sebagai kekayaan nasional.</p>
<p>Yang paling penting, <em>smong</em> memberikan basis suatu diskusi nasional baru tentang bahaya alam yang menghancurkan.</p>
<p>Istilah <em>smong</em> adalah “cantolan” yang semua orang Indonesia agar dapat menggantungkan pemahaman baru tentang cara menyelamatkan diri, anak-anak, dan cucu-cucu mereka. Pengetahuan tentang <em>smong</em> memiliki potensi untuk secara substansial mengurangi, dan bahkan mungkin menghilangkan, korban dari gelombang laut raksasa.</p>
<p>Memulai kata <em>smong</em> dalam kosakata bahasa Indonesia tidak berarti menghilangkan kata tsunami, yang sekarang menjadi kata internasional. Tapi penerimaan kita terhadap <em>smong</em> harus menjadi sumber kebanggaan dalam perlindungan kekayaan terbesar kita-rakyat kita.</p>
<p>Orang-orang Simeulue telah menawarkan sebuah hadiah kepada Indonesia, kata <em>smong</em>; Almahdi masih berharap orang-orang di Banda Aceh mengerti dia berteriak <em>smong</em> pada hari yang mengerikan pada 2004. Dia dan semua orang Simeulue sekarang ingin semua orang Indonesia memiliki pengetahuan, identitas dan kebanggaan <em>smong</em>.</p>
<p><em>Catatan Editor:
Penulis telah menambahkan satu paragraf tentang kata “semong” yang dimuat dalam KBBI edisi kelima.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/109192/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Stephen A Sutton received an Australian post-graduate research award and a scholarship from the Bushfire and Natural Hazards Cooperative Research Centre.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Alfi Rahman tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Smong adalah satu kata yang diketahui telah menyelamatkan banyak nyawa di Pulau Simeulue Aceh. Kearifan kata ini telah dipertahankan selama 97 tahun.Alfi Rahman, Researcher at Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC), Universitas Syiah KualaStephen A Sutton, PhD Student, Charles Darwin UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1050622018-10-17T08:20:49Z2018-10-17T08:20:49ZTsunami Palu: bagaimana media sosial (dan lagu nina bobo) dapat selamatkan nyawa dalam bencana masa depan<p>Penggunaan media sosial tersebar luas di Indonesia, sehingga orang-orang yang sering merekam adegan sehari-hari terkadang secara tidak sengaja menangkap peristiwa yang luar biasa. </p>
<p>Dari berbagai video “viral” <a href="https://www.theguardian.com/world/video/2018/oct/09/tsunami-floods-into-indonesian-city-in-terrifying-new-footage-video">gempa bumi dan tsunami</a> di Sulawesi, misalnya, ada <a href="https://www.youtube.com/watch?v=vpFOAsN2Ppw">satu yang menonjol</a>: video tersebut adalah panggilan putus asa seorang laki-laki pada orang-orang di bawahnya ketika tsunami mendekati Kota Palu–dan kemudian isak tangisnya setelah ombak menghantam daratan.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/vpFOAsN2Ppw?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
</figure>
<p>Kesedihan laki-laki tersebut dapat dirasakan siapa pun secara universal. Kita semua tidak berdaya menghadapi kehancuran yang terjadi dalam beberapa menit. Tapi rekaman seperti ini juga dapat membantu mengubah sikap masyarakat terhadap bencana dan risiko yang ditimbulkannya. </p>
<h2>Kenapa hal ini dapat terjadi?</h2>
<p>Untuk memahami mengapa bencana terjadi kita harus mencari tahu berbagai penjelasan yang kompleks. Penting untuk memisahkan konsep rantai kausalitas dari isu-isu yang lebih luas soal kesalahan dan tanggung jawab. Banyak orang di negara maju fokus pada kemungkinan <a href="https://www.bbc.co.uk/news/world-asia-45663054">kegagalan sistem peringatan</a> dan penyelidikan “risiko forensik” peristiwa-peristiwa yang mengarah pada kejadian tersebut. Tapi banyak orang juga mungkin sulit memahami bagaimana faktor tersebut bukan perhatian utama banyak orang Indonesia setelah bencana.</p>
<p>Untuk sejumlah besar orang Indonesia, pertanyaan tentang mengapa hal-hal seperti itu terjadi tidak dapat dijawab oleh sains, tapi oleh iman. Iman melibatkan kerelaan menerima penderitaan dan keyakinan bahwa malapetaka semacam itu adalah ujian dari Tuhan. Bagi mereka yang melihatnya dengan cara ini, pertanyaan mengapa bencana terjadi <a href="https://www.ifrc.org/Global/Documents/Secretariat/201410/WDR%202014.pdf">tidak dijawab menggunakan pengukuran</a> dari dasar laut dan rincian teknologi sistem pemantauan. Memisahkan sains dan agama untuk membingkai bencana juga tidak membuat bencana lebih mudah dipahami. </p>
<p>Namun demikian, penting untuk mengakui bahwa tingginya jumlah korban tewas di Palu sebagian karena rendahnya kesiapsiagaan. Banyak orang gagal menyelamatkan diri karena tidak paham secara jelas ancaman yang ditimbulkan oleh tsunami setelah gempa bumi dan betapa mematikannya mereka. </p>
<p>Terlepas dari informasi yang dimiliki orang-orang di Palu setelah gempa bumi dan apakah mereka mempercayainya, jumlah korban akan lebih kecil jika <a href="https://www.foxnews.com/world/the-%20last-fate-of-beach-festival-goers-unknown-since-quake">lebih banyak orang yang menjauh dari garis pantai</a>.</p>
<p>Bahwa banyak orang tampaknya gagal melakukan hal ini, mungkin mengejutkan mengingat ingatan kelam dari tsunami <a href="https://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/asia/11303114/2004-Boxing-%20Day-tsunami-facts.html">dengan gelombang tertinggi pada 2004</a> yang menghancurkan, sebagian Pulau Sumatra, Indonesia dan tempat lain. Meskipun demikian, bahkan orang-orang di Banda Aceh–salah satu daerah terparah pada 2004–tetap rentan terhadap tsunami seperti ditunjukkan oleh <a href="https://news.nationalgeographic.com/news/2014/%2012/141226-tsunami-indonesia-catastrophe-banda-aceh-warning-science%20/">peristiwa gempa bumi pada 2012</a>. </p>
<p>Pada saat itu, alih-alih mengikuti rute evakuasi atau pergi ke penampungan tsunami, orang-orang mencoba pulang dulu atau menjemput anak-anak mereka dari sekolah, sehingga dalam prosesnya menimbulkan kemacetan lalu lintas dan kekacauan.</p>
<h2>Tak terhindarkan?</h2>
<p>Namun, banyaknya korban jiwa dalam bencana ekstrem bukan hal yang harusnya dianggap tidak bisa dihindari. Sistem peringatan dini dapat berperan dalam mencegah korban jatuh, begitu juga dengan solusi menggunakan budaya. </p>
<p>Contohnya di Simeulue, sebuah pulau di Indonesia yang juga dilanda tsunami 2004. Sementara provinsi Aceh adalah salah satu daerah terparah, <a href="http://news.bbc.co.uk/1/hi/programmes/from_our_own_correspondent/6435979.stm">sangat sedikit di pulau tersebut orang tewas</a> dibandingkan dengan komunitas lain di wilayah. Hal ini, sebagian, karena tradisi lagu pengantar tidur yang bercerita tentang <a href="https://books.google.co.uk/books?id=Hj5vDwAAQBAJ&pg=PA251&lpg=PA251&dq=smong+disaster+risk+reduction+sagala&source=bl&ots%20=%20s3s_MCAJXZ%20&%20sig%20=%20MU7Dvsfw02kaBeaemn8qyncgZN8%20&%20hl%20=%20en%20&%20sa%20=%20X%20&%20ved%20=%202ahUKEwjS5L2jgYHeAhXoCMAKHS2uDi4Q6AEwAnoECAcQAQ%20#%20v%20=%20onepage%20&%20q%20=%20smong%%2020disaster%%2020risk%%2020reduction%%2020sagala%20&%20f%20=%20false">“smong” (ombak besar yang menerjang daratan setelah gempa)</a>.</p>
<p>Nenek-nenek menyanyikan lagi pengantar tidur ini kepada anak-anak untuk memberitahu mereka agar lari ke tempat yang lebih tinggi ketika gempa terjadi–dan ini persis apa yang dilakukan banyak orang, karena tindakan yang tepat telah menjadi bagian dari budaya bencana mereka. Tentu saja, globalisasi berarti bahwa perubahan budaya semakin cepat di Indonesia, tapi terkadang solusi yang paling jelas terukur, seperti <em>smong</em>, juga paling sederhana.</p>
<p>Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) <a href="http://apps.bmkg.go.id/">memiliki sebuah aplikasi telepon</a> yang mengirimkan peringatan cepat tentang aktivitas seismik dan potensi tsunami bagi mereka yang menggunakannya. </p>
<p>Kami menerima peringatan tentang gempa bumi dan potensi tsunami di Sulawesi pada telepon kami sendiri di Bandung, 1.000 kilometer jauhnya di Pulau Jawa. Kami terutama khawatir dan berharap orang-orang akan bereaksi dan menyelamatkan diri secara efisien. Yang terjadi di Palu menunjukkan bahwa peringatan semacam itu menjadi tidak berguna jika orang tidak sadar, gagal mempercayai atau memahaminya, atau tidak tahu apa yang harus dilakukan.</p>
<h2>Kebutuhan akan kemarahan kolektif</h2>
<p>Bahasa bencana di masa pasca-kolonial, <a href="https://www.straitstimes.com/asia/se-asia/tsunami-hits-small-sulawesi-city-after-major-quake-%20korban-tidak%20diketahui">secara ironis, sangat Inggris</a>. Pesan utamanya adalah: “Tetap tenang dan lanjutkan (<em>Keep calm and carry on</em>).” Orang-orang diminta untuk bersabar ketika mereka menunggu bantuan dan bantuan.</p>
<p>Orang Indonesia memiliki cadangan ketahanan yang sangat besar dan kekuatan pemulihan yang mengesankan. Hal ini merupakan kabar baik bagi warga setempat untuk membangun kembali. Tapi, meski kemarahan eksplisit bukanlah karakteristik yang menonjol dari orang Indonesia, dalam hal ini kemarahan bisa menjadi produktif.</p>
<p>Indonesia sekarang resmi memasuki periode kampanye pemilihan umum dan sangat penting untuk menekan politikus untuk berinvestasi dengan benar dalam kesiapsiagaan bencana. <a href="https://www.youtube.com/watch?v=X-HRYoO5qHE">Presiden Joko Widodo mengunjungi lokasi bencana dua kali</a> dalam ritual yang biasa dilakukan oleh politikus yang berada dalam sorotan internasional. </p>
<p>Hal ini terlihat bagus di televisi dan bisa menarik simpati pemilih, tapi perhatian yang nyata membutuhkan investasi pemikiran, waktu, dan uang. Berbicara dengan rekan-rekan Indonesia, ada kesadaran bahwa kesiapsiagaan bencana perlu dipolitisasi sebagai bagian dari perubahan budaya yang lebih luas.</p>
<p>Organisasi seperti <a href="https://www.gfdrr.org/sites/default/files/publication/country-profile-2016-indoensia.pdf">Global Facility for Disaster Reduction and Recovery (GFDRR)</a> melaporkan bahwa pemerintah Indonesia “menghabiskan AS$300 juta hingga AS$500 juta per tahun untuk rekonstruksi pascabencana” dan “biaya selama bertahun-tahun bencana besar mencapai 0,3% dari PDB nasional dan setinggi 45% dari PDB di tingkat provinsi”.</p>
<p>Anggaran jelas perlu ditingkatkan, tapi dana ini juga harus digunakan untuk melakukan berbagai hal secara berbeda–misalnya, lebih fokus pada menumbuhkan kesadaran masyarakat dengan melibatkan komunitas dan budaya mereka yang ada. Ketika bencana terjadi di tingkat lokal, pemerintah daerah harus mengambil peran sentral dalam hal ini. Program sosialisasi yang ada tidak berfungsi dan bahkan jika semua orang di pantai di Kota Palu memiliki aplikasi BMKG di ponsel mereka, apakah mereka akan tahu persis apa yang harus dilakukan untuk menyelematkan diri dan orang lain? </p>
<h2>Mengerti isi pesan</h2>
<p>Pemantauan bencana dan sistem peringatan tidak akan berguna jika orang tidak memahami pesan, tidak mempercayai pembawa pesan, dan tidak memiliki tempat yang aman untuk dituju. Indonesia dapat menjadi pemimpin dunia dalam kesiapsiagaan bencana, tidak harus dengan meniru <a href="http://content.time.com/time/world/article/0,8599,2058390,00.html">negara-negara rentan bencana seperti Jepang</a>, tapi dengan memanfaatkan energi kreatif dan kesediaan orang muda khususnya untuk menantang cara-cara lama. Kuncinya adalah menemukan solusi yang paling bermanfaat dan paling masuk akal bagi komunitas yang harus dilindungi.</p>
<p>Kemarahan dan aksi kolektif di antara orang-orang muda–dan penggunaan media sosial–bisa menjadi langkah pertama untuk mengubah budaya nasional di mana bencana seperti ini tidak hanya dilihat sebagai satu lagi fakta kehidupan yang tak terelakkan, tapi dibicarakan dan direncanakan dengan cara yang benar-benar akan menyelamatkan kehidupan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/105062/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Gavin Brent Sullivan menerima dana dari British Academy untuk proyek riset "Seismic Cities Bandung". Dr. Sullivan merupakan fellow riset senior di lembaga think-tank Resilience Development Initiative di Bandung, Indonesia.
</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Saut Sagala menerima dana dari British Academy untuk proyek riset "Seismic Cities Bandung". Dr. Sagala terafiliasi dengan Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung. Dia juga fellow peneliti senior di lembaga think-thank Resilience Development Initiative di Bandung, Indonesia.</span></em></p>Pemantauan bencana dan sistem peringatan tidak akan berguna jika orang tidak memahami pesan, tidak mempercayai pesan, dan tidak memiliki tempat yang aman untuk dituju.Gavin Brent Sullivan, Reader in Social and Political Psychology, Coventry UniversitySaut Sagala, Assistant Professor, School of Architecture, Planning and Policy Development, Institut Teknologi BandungLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1044012018-10-09T04:24:00Z2018-10-09T04:24:00ZGempa Palu: mendesaknya evaluasi kebijakan mitigasi bencana, belajar dari Jepang<p>Belum hilang kepedihan akibat gempa bumi di Lombok Agustus lalu yang menyebabkan lebih dari <a href="https://nasional.kompas.com/read/2018/10/01/21091241/hampir-2-bulan-berlalu-ini-update-korban-gempa-lombok-dari-bnpb">500 orang tewas</a>, kini dampak gempa bumi yang diikuti tsunami di Sulawesi Tengah menyebabkan <a href="https://www.liputan6.com/news/read/3661469/bnpb-korban-meninggal-gempa-palu-donggala-menjadi-1763-orang">kematian lebih dari tiga kali lipat</a> dibanding gempa Lombok. Puluhan ribu orang di Sulawesi jadi pengungsi secara tiba-tiba karena rumah mereka hancur.</p>
<p>Selain faktor episentrum, kedalaman gempa, dan kekuatan gempa, kerusakan akibat gempa diyakini karena struktur dan mutu bangunan yang tidak tahan gempa. Bahkan bangunan publik penting seperti menara <a href="https://ekonomi.kompas.com/read/2018/09/29/124810926/staf-airnav-jadi-korban-robohnya-menara-atc-saat-bertugas.">Air Traffic Controller (ATC) Bandar Udara Mutiara Sis Al Jufri Palu</a> ikut roboh. </p>
<p>Gempa Lombok yang menyebabkan sekitar <a href="https://regional.kompas.com/read/2018/08/24/10231051/gempa-lombok-555-korban-meninggal-390529-mengungsi">390.000 orang mengungsi</a>, 125.000 rumah rusak, 18 jembatan ambruk, dan 153 ruas jalan dan tiga tanggul rusak menunjukkan mutu bangunan menjadi salah satu yang memperburuk jatuhnya korban. Dalam gempa dan tsunami Palu, <a href="https://nasional.tempo.co/read/1134045/bnpb-gempa-dan-tsunami-palu-merusak-66-926-rumah/full&view=ok">hampir 70.000 rumah rusak</a>. </p>
<p>Data <a href="https://www.bnpb.go.id/uploads/24/seminar/Pemutahiran_Sumber_dan_Peta_Gempa_Indonesia.pdf">Tim Pemutakhiran Peta Gempa Indonesia 2010 dan 2017 </a> mengungkap bahwa gempa bumi dan tsunami menjadi penyebab utama kerusakan rumah dan bangunan (73%) serta penyebab korban tewas (62%) dibanding bencana lainnya yang terjadi di Indonesia.</p>
<p>Dengan kesadaran bahwa Indonesia berada di Cincin Api dan gempa bisa terjadi kapan saja, sebenarnya seberapa siap kita dan pemerintah mengantisipasi dan memitigasi bencana gempa bumi? </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/239439/original/file-20181005-52672-soenzk.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/239439/original/file-20181005-52672-soenzk.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/239439/original/file-20181005-52672-soenzk.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/239439/original/file-20181005-52672-soenzk.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/239439/original/file-20181005-52672-soenzk.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/239439/original/file-20181005-52672-soenzk.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/239439/original/file-20181005-52672-soenzk.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/239439/original/file-20181005-52672-soenzk.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Kejadian bencana di Indonesia dalam 10 tahun terakhir.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="http://bnpb.cloud/dibi/laporan4">BNPB</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Implementasi mitigasi gempa</h2>
<p>Setelah bencana tsunami Aceh 2004, meski belum sempurna, Indonesia telah mengadopsi berbagai kebijakan pengurangan risiko bencana–termasuk kebijakan untuk pembangunan gedung dan rumah tahan gempa. </p>
<p>Bahkan sebelum 2004, Menteri Pekerjaan Umum telah mengeluarkan <a href="https://mitigasibencana.lipi.go.id/wp-content/uploads/2016/01/20275_SNI-03-1726-2002-bangunan-gempa.pdf">Standar Nasional Indonesia (SNI) SNI 03-1726-2002</a> tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung. Tata cara perencanaan ketahanan gempa tersebut diperkuat dengan <a href="http://jdih.pu.go.id/produk-hukum-detail.html?id=2212">Peraturan Menteri No. 05/PRT/M/2016 tentang Izin Mendirikan Bangunan</a>.</p>
<p>Sayangnya, kebijakan tersebut bagus di atas meja, tapi mandul dalam pelaksanaan. Banyak masyarakat, pengembang, kontraktor, dan aparatur pemerintah yang tidak mematuhi dan menerapkan peraturan tersebut. Dengan sistem desentralisasi, kewenangan pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) berada di kabupaten dan kota, yang pelaksanaan pengendalian IMB-nya seringkali masih lemah. </p>
<p>Meski belum detail, sejak 2010 pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum bekerja sama dengan lembaga-lembaga terkait telah merilis <a href="http://puskim.pu.go.id/wp-content/uploads/2018/02/BUKU-PUSGEN-Feb-2018s.pdf">Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia</a>. Namun, peta gempa ini belum tersebar di masyarakat, salah satu faktor pembangunan rumah tahan gempa terhambat. </p>
<p>Peta ini mestinya menjadi dasar untuk menyusun kebijakan pengurangan risiko bencana. Peta bahaya yang telah diperbaharui pada 2017 lalu, dengan jelas memberikan informasi zona merah (rawan gempa) di provinsi dan kabupaten kota di seluruh Indonesia. Belum tersebarnya informasi ini menjadi penyebab masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap mitigasi bencana. </p>
<p>Selain itu, ada persepsi di masyarakat bahwa biaya pembangunan rumah tahan gempa mahal. Padahal sudah banyak yang membuat dan mempromosikan rumah tahan gempa lebih murah. Meski bervariasi, menurut <a href="https://nehrp.gov/pdf/NIST%20GCR%2014-917-26_CostAnalysesandBenefitStudiesforEarthquake-ResistantConstructioninMemphisTennessee.pdf">sebuah penelitian di Tennessee Amerika Serikat</a>, penambahan biaya pembangunan rumah baru tahan gempa mulai sekitar 5–10% dari biaya pembangunan rumah yang tidak tahan gempa. </p>
<p>Sedangkan biaya tambahan untuk <a href="http://www.rumahamangempa.info/isi/artikel/retrofitting-bangunan-rusak-berat-tanpa-merobohkan"><em>retrofitting</em></a> atau memperkuat rumah supaya tahan gempa bisa lebih murah lagi, hanya sekitar 1-3% dari biaya pembangunan rumah yang tidak tahan gempa. Biaya tambahan juga tergantung jenis bangunannya. Meski lebih mahal, mestinya masyarakat diberikan kesadaran bahwa biaya ekstra tersebut harus dilihat sebagai investasi. Manfaatnya akan terasa bila rumah kita diguncang gempa. </p>
<p>Masyarakat dan arsitek bangunan juga tidak familiar dengan pedoman pembangunan rumah tahan gempa. Padahal rancangan bangunan dan rumah tahan gempa tidak terlalu sulit. Rumah tahan gempa misalnya, cukup berbahan ringan seperti kayu, bambu, atau baja ringan. </p>
<p>Dalam pedoman tersebut sebenarnya juga sudah dijelaskan secara detail dan dilengkapi dengan gambar. Setelah gempa Yogyakarta 2006, pemerintah daerah mensosialisasikan kepada insinyur dan para mandor bagaimana cara membangun rumah tahan gempa. Hal ini perlu kampanye dan sosialisasi yang lebih baik lagi dan terus menerus.</p>
<h2>Pengalaman Jepang</h2>
<p>Untuk efektivitas kebijakan mitigasi gempa, tak ada salahnya kita belajar dari Jepang. Negara ini menghadapi ancaman bencana yang besarannya hampir sama dengan Indonesia. </p>
<p>Kebijakan pembangunan gedung dan rumah tahan gempa telah menjadi kebijakan yang luas dan mengikat ketat warga negaranya. Sejak <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/1923_Great_Kant%C5%8D_earthquake">Gempa Besar Tokyo 1923</a> yang menewaskan 143.000 orang, Jepang mulai memperkenalkan bangunan tahan gempa. Pada 1950-an ketentuan bangunan gempa diterapkan dan telah beberapa kali direvisi dengan adanya gempa bumi besar, yaitu <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/1964_Niigata_earthquake">Niigata (1964)</a>, <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/1978_Miyagi_earthquake">Miyagi (1978)</a>, <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Great_Hanshin_earthquake">Kobe (1995)</a> dan <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/2011_T%C5%8Dhoku_earthquake_and_tsunami">Sendai (2011)</a>. </p>
<p>Setiap izin pembangunan gedung dan rumah wajib menyertakan persyaratan teknis bukti tahan gempa. Bila tidak, pemerintah tidak akan memberikan izin.</p>
<p>Bagaimana dengan bangunan yang sudah berdiri dan belum mengadopsi bangunan tahan gempa? Untuk bangunan publik yang masih berdaya guna lama, pemerintah menerapkan <em>retrofitting</em>. Sedangkan bangunan yang masa pakainya tidak lama, diganti dengan bangunan baru yang tahan gempa. </p>
<p>Dalam menegakkan kebijakan untuk rumah tahan gempa, pemerintah memberikan subsidi dan bantuan teknis kepada warga yang ingin <em>retrofitting</em> rumahnya. Pemerintah secara berkala melalui berbagai media menyebarluaskan pentingnya dan tata cara membangun dan melakukan <em>retrofitting</em>. Arsitek dan mandor diberi pelatihan dan diberi sertifikasi terkait pengetahuan pembangunan rumah tahan gempa dan bahaya kebakaran serta hemat energi.</p>
<p>Tidak hanya itu, pemerintah Jepang juga memberikan bantuan kepada warga yang berupaya mencegah bencana. Misalnya pemerintah memberikan bantuan peralatan seperti plat baja khusus pengikat lemari atau perabot rumah tangga yang rawan jatuh ketika terjadi gempa. </p>
<p>Beberapa pemerintah daerah dan lembaga non-pemerintah di sana memberikan bantuan peralatan siaga bencana seperti senter, obat-obatan, makanan siap saji tahan lama, air minum dan wadahnya yang tahan lama disimpan dalam menghadapi bencana. Semua kebijakan itu tanpa diminta oleh warga, tapi disediakan dan difasilitasi oleh pemerintah.</p>
<h2>Rumah tahan gempa dan asuransi bencana</h2>
<p>Belajar dari gempa Lombok dan Palu, seharusnya pemerintah dan masyarakat Indonesia bangkit dan sadar akan pentingnya dan gentingnya upaya pengurangan risiko bencana. </p>
<p>Sebagai gambaran, menurut data Badan Nasional Penanggunalan Bencana (BNPB), pada 2017 terdapat <a href="http://dibi.bnpb.go.id/dibi/">mencapai 2.862 bencana</a>. Dana kebencanaan di Indonesia minim. Tapi lebih dari itu program-program kebencanaan kurang sistematis dan kurang terkoordinasi.</p>
<p>Program-program seperti pembangunan gedung dan rumah yang tahan gempa harus menjadi prioritas. Masyarakat yang hidup di zona merah gempa perlu diberikan pemahaman pentingnya membangun rumah tahan gempa. Pemerintah perlu menyebarkan pedoman dan bahan informasi yang sederhana dan mudah dipahami masyarakat awam. Pemerintah juga perlu memberikan subsidi bagi masyarakat yang mau membangun rumah baru tahan gempa dan yang melakukan <em>retrofitting</em>.</p>
<p>Kebijakan lainnya adalah mengembangkan asuransi bencana. Model transfer risiko bencana telah menjadi kebijakan penting <a href="https://www.oecd.org/daf/fin/insurance/OECD_APEC_DisasterRiskFinancing.pdf">di negara-negara lain seperti Cile, Selandia Baru, Cina, Malaysia, dan Singapura</a>. Asuransi bencana secara prinsip sama dengan asuransi pertanian yang juga sudah mulai dilaksanakan di Indonesia. </p>
<p>Dewan Perwakilan Rakyat, lembaga keuangan, swasta dan pemerintah sebaiknya duduk bersama untuk mendorong penerapan asuransi bencana. Untuk mencegah dampak gempa seperti di Lombok dan Palu serta gempa-gempa sebelumnya terjadi lagi perlu penerapan kebijakan dan program mitigasi bencana yang konsisten dan sungguh-sungguh. </p>
<hr>
<p><em>CATATAN EDITOR: Artikel ini telah diperbarui untuk memperbaiki kesalahan tata bahasa.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/104401/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Wignyo Adiyoso bekerja sebagai perencana pembangunan di Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS).</span></em></p>Belajar dari gempa Lombok dan Palu, seharusnya pemerintah dan masyarakat Indonesia bangkit dan sadar pentingnya dan gentingnya beraksi mengurangi risiko bencana.Wignyo Adiyoso, Visiting Researcher at Research Centre of Conflict and Policy (RCCP) of Faculty of Administrative Sciences, Universitas BrawijayaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1045662018-10-08T10:03:44Z2018-10-08T10:03:44ZRiset 2012 telah memetakan desa-desa di Palu yang tanahnya berpotensi tinggi likuifaksi akibat gempa<p>Gempa berkekuatan 7,5 pada Jumat 28 September yang mengguncang Donggala dan Palu di Sulawesi Tengah menyebabkan tsunami dan kehancuran yang menelan korban lebih dari 1700 orang. Tak lama, banyak masyarakat terkejut melihat di media sosial <a href="https://edition.cnn.com/2018/10/01/world/indonesia-earthquake-tsunami-satellite-trnd/index.html">gambar</a> dan video dari lokasi bencana yang memperlihatkan tanah yang mengalir seperti sungai menyeret bangunan rumah, pohon dan langsung menenggelamkannya. </p>
<p>Proses bergeraknya tanah itu disebut likuifaksi, yaitu kondisi tanah yang kehilangan kekuatannya akibat gempa sehingga daya dukung tanah turun secara mendadak. Selain guncangan dan potensi air bah dari tsunami, likuifaksi adalah fenomena alam yang juga perlu diwaspadai ketika terjadi gempa. </p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1048284995150737408"}"></div></p>
<p>Likuifaksi dapat berbahaya bagi manusia jika pemukiman berada di atas tanah yang mengalami likuifaksi tersebut. Perumahan Balaroa di Palu Barat, Petobo di Palu Selatan dan Jalan Dewi Sartika di Palu Selatan terlihat masih utuh setelah gempa dan tidak pula dihanyutkan gelombang tsunami. Tapi beberapa saat setelah gempa, ribuan rumah rakyat di dua desa itu lenyap ditelan bumi karena likuifaksi.</p>
<p><a href="https://www.kompas.tv/content/article/33618/video/berita-kompas-tv/likuifaksi-tenggelamkan-permukiman-balaroa-dan-petobo">Kompas TV melaporkan</a> luas kawasan yang terdampak likuifaksi di Palu mencapai 320 hektare. Walau likuifaksi baru menjadi populer minggu ini, kerentanan daerah Palu terhadap likuifaksi sebenarnya sudah dikaji. Pada 2012, <a href="http://katalog.pag.geologi.esdm.go.id/dokumenview.php?ID_DOKUMEN=15540">peneliti Risna Widyaningrum dari Badan Geologi Indonesia melakukan kajian geologi teknik potensi likuifaksi di Palu</a>. Risna menyimpulkan bahwa daerah di Palu sebagian besar memiliki potensi sangat tinggi terhadap likuifaksi.</p>
<h2>Tekstur tanah</h2>
<p>Ilmu tanah dapat menjelaskan bagaimana tanah yang padat, kuat, dan diduduki bangunan bisa menghanyutkan ribuan rumah. </p>
<p>Tanah terdiri dari partikel-partikel berbagai ukuran yang lebih kecil dari 2 milimeter. Partikel-partikel tersebut dikelompokkan berdasarkan ukurannnya: yang terbesar adalah pasir (diameter 0,05 sampai ≤ 2 mm), debu (2 mikron sampai ≤ 0,05 mm), dan yang paling halus disebut liat (≤ 2 mikron). </p>
<p>Kombinasi kadar ketiga kelompok tanah tersebut menentukan tekstur atau jenis tanah. Ada tanah yang mempunyai tekstur kasar bila pasir lebih dominan dibandingkan liat dan debu dalam pasir tersebut. Ada tanah yang dikelompokkan bertekstur sedang dan bertekstur halus. Semakin kasar tekstur tanah maka semakin rentan tanah tersebut mengalami likuifasi.</p>
<p>Partikel liat berperan sebagai perekat partikel-partikel tanah yang lebih besar sehingga mereka bersatu membentuk <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Agregat">agregat</a>. Agregat tanah yang kuat dan mantap akan menyokong pertumbuhan akar. Pohon menjadi besar dan tinggi karena tumbuh dengan baik pada tanah beragregat kuat sehingga bisa mendukung perkembangan akar dan batangnya kokoh. Tanah beragregat kuat dan mantap menjadi tapak dan fondasi untuk rumah dan bangunan lain yang ada di atasnya.</p>
<p>Di antara partikel tadi atau agregat tanah, terdapat rongga atau kita sebut pori tanah. Pori-pori tanah tersebut berfungsi sebagai tempat untuk menyediakan air dan udara kepada akar tanaman. Semakin halus ukuran pori semakin kuat daya pegang airnya. Sebaliknya pori yang besar mudah kehilangan air. </p>
<p>Tanah menjadi kering jika tidak ada air yang tersimpan pada pori tanah. Ketika hujan, butiran air yang masuk ke dalam tanah akan mengisi pori tersebut. Jika seluruh pori terisi air maka tanah akan jenuh air dan selanjutnya tergenang. Saat pori-pori tanah jenuh dengan air, maka kekuatan tanah akan berkurang. Molekul air mengisi pori-pori tanah dan membentuk lapisan-lapisan dengan partikel tanah. </p>
<p>Semakin banyak lapisan air yang terbentuk, maka ikatan antar partikel tanah menjadi lemah. Liat sebagai partikel tanah terhalus akan terdispersi atau terpisah dan menyebabkan air hujan yang bening menjadi keruh. </p>
<p>Dalam bentuk yang sederhana dapat kita amati pada kehidupan sehari-hari misalnya setelah hujan, tanah menjadi becek dan berlumpur. Tanah sawah sesudah digenangi air dan dibajak akan menjadi lumpur. Bencana tanah longsor terjadi setelah hujan lebat karena tanah jenuh air dan kehilangan kekuatan daya ikatnya.</p>
<h2>Penyebab dan potensi likuifaksi</h2>
<p>Sewaktu gempa di Palu, guncangan kuat di bawah bumi mengakibatkan air tanah naik ke permukaan dengan tekanan yang tinggi. Tekanan air dalam pori-pori dengan cepat menjenuhi tanah mengakibatkan partikel-partikel tanah terpisah, dan tanah kehilangan kekuatannya. Dengan cepat tanah menjadi lumpur dan bangunan di atasnya roboh. Kekuatan guncangan juga mengaduk air tanah sehingga tanah yang telah menjadi lumpur mengalir seperti sungai menghanyutkan apapun yang ada di atasnya, bangunan rumah, jembatan, dan tanaman.</p>
<p>Secara sederhana kita dapat menguji dengan mengambil segumpal tanah berpasir dan tanah liat. Kita tuangkan air ke tanah liat, lalu diremas maka akan terbentuk bongkahan yang padat. Sebaliknya pada tanah berpasir tidak akan terbentuk bongkahan malah tanah mencair.</p>
<p>Bagaimana tekstur tanah mempengaruhi kekuatannya menyokong bangunan di atasnya ketika terjadi gempa? Tanah bertekstur halus akan kuat menyangga bangunan jika terguncang gempa walau ada air tanah naik ke atas. Sebaliknya, tanah bertekstur pasir akan bertransformasi menjadi fase cair dan tidak sanggup menahan beban bangun di atasnya. Likuifaksi lebih rentan terjadi di daerah dataran rendah aluvial yang tanahnya didominasi oleh pasir dengan muka air tanah yang dangkal. </p>
<p>Kerentanan suatu kawasan terhadap bahaya likuifaksi dapat diketahui dengan menggunakan indeks potensi likuifaksi (<a href="http://yo-1.ct.ntust.edu.tw/jge/files/articlefiles/v1i1200707031332604692.pdf">Liquefaction Potential Index </a>= LPI). Akibat seringnya Jepang dilanda gempa bumi yang disusul likuifaksi, Toshio Iwasaki (1978) menyusun LPI. Indeks potensi likuifaksi berkisar antara nilai 0 (nol) artinya indeks sangat rendah; nilai antara 0 dan 5, tergolong rendah; nilai antara 5 dan 15, termasuk tinggi; dan nilai indeks >15 sangat tinggi. </p>
<p>Indeks ini diformulasi dengan memperhitungkan kelompok tanah dan skala kekuatan gempa. Tanah yang didominasi oleh pasir tergolong sangat rentan dan memiliki LPI > 15. Sedangkan tanah yang bertekstur halus memiliki LPI < 5. </p>
<p>Tidak hanya menyusun LPI, Iwasaki juga menyarankan cara mendesain bangunan di wilayah rentan likuifaksi jika kondisi ini tak bisa dihindarkan. Di Jepang, temuan dan saran para ahli ini sangat dihargai dan dipertimbangkan oleh para pemangku kebijakan, praktisi dan pengusaha serta masyarakat awam.</p>
<h2>Penelitian yang diabaikan</h2>
<p>Para ahli melaporkan bahwa potensi likuifaksi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: </p>
<ol>
<li> Di bawah permukaan tanah terdapat lapisan berpasir kurang dari 12 meter. </li>
<li> Kedalaman muka air tanah < 10 m. </li>
<li> Kekuatan gempa.<br></li>
</ol>
<p>Laporan hasil penelitian Risna Widyaningrum, memaparkan geologi, dan kegempaan yang sering berulang di kawasan sesar Palu Koro ini. Sesar Palu Koro memanjang sampai 60 kilometer dari utara ke selatan melintasi Kota Palu dan masuk ke teluk Palu bersisian dengan Kota Donggala. Sesar Palu Koro ini dilaporkan para ahli geologi bergerak 40 milimeter per tahun ke arah utara dan termasuk yang tercepat bila dibandingkan sesar Semangko Sumatra yang bergerak 15 milimeter ke Tenggara. </p>
<p>Tanah yang terdapat di daerah Palu berasal dari batuan Kuarter aluvium yang masih tergolong muda, yang disebut tanah aluvial. Tanah lapisan atas (1-7 m) terutama bertekstur pasir, lempung di lapisan tengah, dan liat di lapisan bawah. Peta muka air tanah menunjukkan air tanah yang dangkal (< 12 m) di daerah tersebut. Dari kesaksian masyarakat, Perumahan Bolaroa sebelumnya adalah daerah rawa, kemudian diurug dan ditimbun untuk dijadikan perkampungan baru. Semua hasil kajian tahun 2012 tersebut menunjukkan daerah Palu rentan likuifikasi.</p>
<p>Pada bagian akhir laporan tersebut, ada peta zonasi bahaya likuifaksi dengan zonasi bahaya mulai dari potensi sangat rendah dan rendah, potensi tinggi dan sangat tinggi. Desa Petobo dan perumahan Balaroa ternyata berada di perbatasan zona sangat tinggi. </p>
<p>Risna menyarankan fondasi bangunan sebaiknya tidak diletakkan pada lapisan pasir, sehingga lebih aman terhadap liquifaksi. Dan penataan ruang terhadap kawasan pemukiman, industri dan bangunan vital lainnya sebaiknya ditempatkan pada area yang memiliki indeks potensi likuifaksi (LPI) < 5.</p>
<p>Seperti umumnya terjadi di Indonesia, dan banyak negara lain, temuan para ahli banyak yang tidak ditindaklanjuti oleh yang berkepentingan. Pengalaman bencana Palu harus menjadi pembelajaran agar hasil penelitian tidak hanya disimpan rapi di rak buku perpustakaan setelah penelitian selesai. Diseminasi hasil penelitian yang penting seperti potensi likuifaksi suatu daerah harus sampai kepada pembuat kebijakan. </p>
<p>Musibah ini bisa dihindari jika kita waspada dan mempertimbangkan keadaan, kondisi dan perilaku alami dari lapisan litosfir dari bumi ini ketika membangun infrastruktur diatasnya. Dalam pembangunan pemukiman baru pascabencana, para pembuat kebijakan dan perencana kota perlu memperhatikan peta zonasi bahaya likuifaksi agar bencana ini tidak terulang lagi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/104566/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Walaupun likuifaksi baru menjadi populer minggu ini, kerentanan daerah Palu terhadap likuifaksi sebenarnya sudah dikaji.Dian Fiantis, Professor of Soil Science, Universitas AndalasBudiman Minasny, Professor in Soil-Landscape Modelling, University of SydneyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1042592018-10-04T04:21:17Z2018-10-04T04:21:17ZPenanganan bencana di Lombok dan Donggala-Palu: belajar dari masyarakat di Semarang<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/238949/original/file-20181002-85602-wbm84z.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&rect=5%2C12%2C662%2C441&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Suatu kawasan yang terendam rob di daerah Sriwulan, dekat perbatasan antara Semarang dan Demak. </span> <span class="attribution"><span class="license">Author provided</span></span></figcaption></figure><p>Indonesia terletak pada kawasan yang dikenal sebagai Cincin Api Pasifik dan membuat negara ini rentan terhadap gempa, letusan gunung berapi, tsunami dan juga banjir. Namun dengan ancaman bisa terkena bencana alam kapan saja, Indonesia belum memiliki manajemen bencana yang baik. Hal ini utamanya disebabkan oleh kurangnya koordinasi antarlembaga pemerintah. Adanya kelemahan birokrasi dalam manajemen penanganan bencana dapat menyebabkan jatuhnya lebih banyak korban karena terhambatnya bantuan.</p>
<p>Bulan lalu, lemahnya koordinasi dari pemerintah daerah telah <a href="http://mediaindonesia.com/read/detail/180018-cerita-buruk-distribusi-bantuan-korban-gempa">mengganggu</a> penyaluran logistik dan bantuan kemanusiaan bagi korban gempa bumi di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/mengapa-gempa-di-lombok-tidak-ditetapkan-sebagai-bencana-nasional-101518">Mengapa gempa di Lombok tidak ditetapkan sebagai bencana nasional?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Rangkaian <a href="http://www.thejakartapost.com/news/2018/09/29/hundreds-dead-in-palu-donggala-still-out-of-reach.html">gempa bumi dan tsunami</a> yang melanda Sulawesi Tengah dengan ribuan korban jiwa mengingatkan kita akan pentingnya manajemen penanganan bencana yang efektif.</p>
<p>Penelitian terkini kami mengenai penanganan bencana di Semarang, Jawa Tengah menunjukkan bahwa manajemen yang baik dapat tercipta dengan dukungan masyarakat.</p>
<h2>Keadaan di Semarang</h2>
<p>Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia dan sangat rentan terhadap banjir rob atau banjir yang disebabkan oleh air pasang. Kota-kota di pesisir utara Jawa terkena dampak yang parah. Sebuah <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s10669-007-9134-4">penelitian di tahun 2007</a> oleh Muhammad Arif Marfai dari Universitas Gadjah Mada menunjukkan bahwa banjir rob di Semarang lebih intensif dan merusak daripada di kota-kota lain di pantai utara Jawa seperti Pekalongan.</p>
<p>Banjir rob telah mengganggu aktivitas sosial dan perekonomian. Suatu kecamatan di Semarang mengalami <a href="http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/89526">kerugian</a> sebesar 7 milyar rupiah setiap tahunnya sejak 2016. </p>
<p>Setelah tsunami melanda Aceh pada tahun 2004, Indonesia mendirikan dinas-dinas untuk menanggulangi bencana di daerah. Pada tahun 2008, pemerintah propinsi Jawa Tengah membentuk badan penanggulangan bencana daerah baik di tingkat provinsi mau pun kabupaten/kota.</p>
<p>Namun demikian, rangkaian wawancara dan diskusi kelompok yang kami laksanakan pada April sehingga Juli 2018 bersama instansi-instansi terkait di Jawa Tengah menunjukkan bahwa pemerintah telah melakukan berbagai upaya, namun koordinasi yang lemah di antara satuan kerja pemerintah daerah masih menjadi kendala yang serius. </p>
<p>Sebagai contoh, instansi-instansi ini memiliki interpretasi yang berbeda dalam menilai apakah banjir rob patut dianggap sebagai bencana. Hal ini berujung kepada kurang optimalnya penanganan bencana banjir rob dan akhirnya terkesan parsial.</p>
<p>Tidak adanya kesepakatan itu mencerminkan ketegangan antara satuan kerja di pemerintah provinsi dengan satuan kerja di pemerintah kota. Nampaknya pemerintah provinsi, dengan segala keterbatasan anggaran yang dimiliki, condong untuk melimpahkan tanggung jawab penanganan banjir rob kepada pemerintah kota Semarang. Sedangkan di lain sisi, pemerintahan kota Semarang meminta agar mendapatkan lebih banyak bantuan dari pemerintahan provinsi Jawa Tengah.</p>
<h2>Politik kebencanaan</h2>
<p>Hasil wawancara kami dengan Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir (PKMBRP) Universitas Diponegoro, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dan surat kabar lokal, <em>Tribun Jateng</em>, menunjukkan bahwa para politisi lokal sebetulnya tidak terlalu peduli dengan permasalahan rob ini.</p>
<p>Dalam konteks pemilihan kepala daerah (pilkada), kebanyakan kandidat pemimpin daerah telah mengunjungi kawasan-kawasan yang terdampak banjir rob untuk menawarkan janji-janji politik. Namun ketika akhirnya terpilih, tidak ada konsekuensi politik bagi mereka apabila gagal menepati janji untuk menanggulangi banjir rob. Di Indonesia, kebijakan manajemen penanganan bencana tidak pernah menjadi isu penentu kemenangan suatu kubu dalam pemilihan.</p>
<h2>Inisiatif masyarakat sipil sebagai harapan</h2>
<p>Sementara menunggu pemerintah memperbaiki menajemen penanganan bencana, secercah harapan kita temukan dari inisiatif masyarakat. </p>
<p>Penelitian kami di Semarang menunjukkan bahwa beberapa inisiatif dari masyarakat dapat membantu menawarkan solusi bagi masalah-masalah yang timbul dari lemahnya manajemen penanganan bencana ini. </p>
<p>Kelompok masyarakat sipil di daerah telah mencurahkan dedikasi mereka pada kegiatan-kegiatan untuk mencegah semakin parahnya banjir rob. Kelompok-kelompok seperti <a href="http://www.kesemat.undip.ac.id/">Kasemat</a> dan <a href="http://ikamat.org/">Ikamat</a> secara sukarela melakukan gerakan penanaman pohon bakau untuk mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh banjir dan gelombang pasang di area pesisir.</p>
<p>Sementara itu, anak-anak muda bergabung bersama <a href="https://taka.or.id/newsletter/pendidikan-dini-pelestarian-ekosistem-pesisir-di-rumah-baca-apung-tambaklorok-semarang/">Lentera Pesisir</a> untuk secara sukarela mendidik anak-anak di kawasan Tambak Lorok, suatu daerah yang terdampak oleh banjir rob.</p>
<p>Para usahawan muda dan ahli komputer yang menamakan diri mereka sebagai Barcode telah membantu PKMBRP dalam mengembangkan aplikasi telepon genggam bernama <a href="https://play.google.com/store/apps/details?id=com.hafidhaulia.kalenderRob">Rob Calendar</a>. Aplikasi ini mampu <a href="http://pkmbrp.undip.ac.id/en/corem-and-the-department-of-oceanography-undip-socialize-rob-calendar-in-coastal-communities">memberikan peringatan kepada masyarakat yang tinggal di daerah pesisir Semarang</a> apabila bencana rob datang. Aplikasi ini dapat diunduh secara gratis melalui Google Playstore.</p>
<p>Inisiatif-inisiatif seperti ini muncul berkat dukungan dari media lokal. Koran lokal seperti <em>Suara Merdeka</em> dan <em>Tribun Jateng</em> telah memberitakan bencana banjir rob dari berbagai sudut pandang untuk membuat masyarakat menerima informasi dengan baik. Fokus media yang lebih banyak atas isu ini akan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat sehingga mereka lebih kritis dan dapat mengawasi para politikus dalam memenuhi janji mengatasi bencana.</p>
<p>Amartya Sen, seorang ekonom sekaligus filsuf, mengatakan dalam bukunya,<em><a href="https://www.researchgate.net/publication/27466009_Amartya_Sen's_Development_as_Freedom">Development as Freedom</a></em> bahwa suatu masyarakat yang baik tingkat kehidupan demokrasinya akan lebih mampu menghadapi suatu krisis daripada masyarakat yang hidup di bawah pemerintahan yang otoriter. Sen berargumen bahwa masyarakat yang melek informasi akan mampu pula menyebarkan peringatan tentang bencana dan arahan-arahan penting dengan baik.</p>
<p>Dalam kaitannya dengan manajemen penanganan bencana, suatu masyarakat yang melek informasi mampu melahirkan beragam inisiatif untuk mendukung pemerintah menanggulangi bencana alam.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/104259/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Penanggulangan bencana dimungkingkan dengan adanya dukungan dari masyarakat.Hermin Indah Wahyuni, Associate Professor of Communication Science, Universitas Gadjah Mada and the Director of the Centre for Southeast Asian Social Studies (CESASS), Universitas Gadjah Mada Andi Awaluddin Fitrah, Researcher at Center for Southeast Asian Social Studies (CESASS), Universitas Gadjah Mada Muhammad Rum, Ph.D Candidate at the Graduate School of International Development, Nagoya University, Japan. Lecturer and Secretary of the Department of International Relations, Universitas Gadjah Mada Theresia Octastefani, Lecturer at the Department of Politics and Government, Faculty of Social and Political Sciences, Researcher at Center for Southeast Asian Social Studies (CESASS), Universitas Gadjah Mada Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1041442018-10-03T10:05:46Z2018-10-03T10:05:46ZGempa Palu: bagaimana ban bekas bisa menghentikan gedung runtuh<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/238834/original/file-20181002-195256-18vo2ef.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Gedung rusak di Palu Sulawesi Tengah setelah dihantam gempa bumi, 30 September 2018.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/23359743@N00/44947334122/in/photolist-nGJGQd-2a9m12e-28N4jZw-q3ibCb-nGLXLy-nZ7Nsu-o22FwV-nGJYbV-nGKTW1-nYWGyp-nGLFjx-iJeW41-5Zgate-28N4k5S-28N4k9j-2abfTje-2atphR5-28MbhSs-28N4jY9-2au6mXw-28N4k7A-28N4kdY-PoKnY3-2busek5-Ptba9w-2byrn4Z-2adg4Jv-2bxqVjE-2avr13u-2btQTsu-2btQQuA-MLSxuB-nGLchF-nZ8bkC-2aaBicR-nZ8Zab-2by7SNg-nZ9aaG-nZ99yb-2by7SNX-2aaBib8-MP8WhZ-2btqpEy-2brzu11-2btQTzo-Pt5wDN-28N4kbU-2asth3j-2bvShxT-oSnMDp">ANTARA FOTO BNBP REUTERS/FLICKR</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span></figcaption></figure><p>Indonesia baru saja dilanda gempa berkekuatan 7,5 yang diikuti oleh <a href="https://www.theguardian.com/world/2018/oct/01/palu-earthquake-and-tsunami-what-we-know-so-far">tsunami yang besar dengan gelombang hingga 6 meter</a> yang merusak Palu dan Donggala Sulawesi Tengah pada Jumat pekan lalu. </p>
<p>Diperkirakan setidaknya <a href="https://www.bbc.com/news/world-asia-45716915">1300 orang tewas</a>, tapi jumlah korban tewas diperkirakan akan meningkat secara cepat dalam beberapa minggu ke depan mengingat begitu luasnya bangunan rusak dan tanah longsor yang terjadi akibat dari peristiwa seismik tersebut.</p>
<p>Pulau-pulau di Indonesia sedang menderita dengan adanya bencana baru bahkan tidak sampai dua bulan sejak bencana terakhir yang menyebabkan kesedihan mendalam di Pulau Lombok. Pada saat artikel ditulis, setidaknya<a href="https://www.aljazeera.com/news/2018/08/lombok-earthquake-death-toll-rises-555-180824083700478.html"> 555 orang meninggal</a> setelah gempa berkekuatan 6,9 di Lombok dan setelah itu masih banyak gempa susulan. Lebih lanjut, 2.500 orang-orang dirawat di rumah sakit dengan luka serius dan lebih dari 270.000 orang telah mengungsi untuk sementara waktu.</p>
<p>Gempa bumi adalah salah satu bencana alam paling mematikan, terhitung hanya 7,5% peristiwa semacam itu terjadi antara 1994 dan 2013 dan <a href="https://www.emdat.be/sites/default/files/adsr_2016.pdf">menyebabkan 37% korban meninggal</a>. Dan dalam berbagai kejadian bencana alam, bukan negara-negara yang paling sering mengalami bencana alam yang menderita kerugian paling besar. Jumlah orang tewas di suatu negara dari bencana alam terkait dengan <a href="https://www.cred.be/downloadFile.php?file=sites/default/files/PubID266Earthquakes.pdf">seberapa majunya negara tersebut</a>. </p>
<p>Di Lombok, seperti <a href="https://edition.cnn.com/2015/05/10/asia/nepal-earthquake-death-toll/">di Nepal pada 2015</a>, banyak kematian yang disebabkan oleh rumah yang tidak berdiri dengan kokoh sehingga tidak mampu menahan guncangan susulan. Secara umum, bangunan berkualitas rendah dan perencanaan kota yang tidak memadai adalah <a href="https://www.emdat.be/sites/default/files/adsr_2016.pdf">dua alasan utama</a> mengapa peristiwa seismik lebih merusak di negara-negara berkembang.</p>
<p>Menanggapi masalah ini, saya dan rekan-rekan sedang bekerja untuk menciptakan fondasi bangunan murah yang lebih baik dalam menyerap energi gempa dari dalam bumi dan juga dapat mencegah struktur runtuh saat gempa bumi. Dan bahan utama dari fondasi ini adalah karet dari ban bekas, yang sebagian besar sangat sulit untuk dibuang secara aman dan sebagian besar <a href="https://www.thehindu.com/business/Turning-waste-tyre-into-%25E2%2580%2598green-steel%25E2%2580%2599/article14518524.ece">dikirim ke tempat pembuangan akhir</a> atau dibakar, melepaskan karbon dioksida dalam jumlah besar dan gas beracun yang mengandung logam berat.</p>
<h2>Campuran tanah-karet</h2>
<p>Usaha-usaha sebelumnya untuk melindungi gedung-gedung dari gempa bumi dengan mengubah dasar bangunan mereka menunjukkan hasil yang menjanjikan. Misalnya, <a href="https://theconversation.com/our-new-anti-earthquake-technology-could-protect-cities-from-destruction-44028">penghalang getaran bawah tanah</a> yang baru-baru ini dikembangkan dapat mengurangi antara 40% dan 80% dari gerakan tanah permukaan. Tapi sebagian besar metode isolasi canggih ini mahal dan <a href="https://www.researchgate.net/publication/263556747_Seismic_isolation_for_low-to-medium-rise_buildings_using_granulated_rubber-soil_mixtures_Numerical_study">sangat sulit untuk dipasang</a> di bawah bangunan yang sudah tegak berdiri.</p>
<p>Alternatif dari kami adalah membuat dasar bangunan yang terbuat dari tanah lokal yang dicampur dengan sebagian dari <a href="http://www.etrma.org/uploads/Modules/Documentsmanager/elt-report-v9a---final.pdf">15 juta ton</a> ban bekas yang diproduksi setiap tahun. Campuran karet dan tanah dapat mengurangi efek getaran gempa pada bangunan di atasnya. Hal ini dapat dipasang kembali dengan mudah ke gedung-gedung yang ada dengan biaya rendah, <a href="https://www.researchgate.net/publication/262894408_Seismic_isolation_using_granulated_tire-soil_mixtures_for_less-developed_regions_Experimental_validation">membuatnya sangat cocok untuk negara-negara berkembang</a>. </p>
<p><a href="https://www.researchgate.net/publication/234720015_Dynamic_properties_of_dry_sandrubber_SRM_and_gravelrubber_GRM_mixtures_in_a_wide_range_of_shearing_strain_amplitudes">Beberapa riset</a> telah menunjukkan bahwa memasukkan partikel karet ke dalam tanah dapat meningkatkan jumlah <a href="https://www.researchgate.net/publication/326573152_Dynamic_behaviour_of_shredded_rubber_soil_mixtures">energinya yang dihamburkan</a>. </p>
<p>Gempa menyebabkan karet berubah bentuk, menyerap energi dari getaran seperti cara yang sama pada bodi mobil <a href="https://auto.howstuffworks.com/car-driving-safety/safety-regulatory-devices/crumple-zone.htm">penyok dalam kecelakaan</a> untuk melindungi orang-orang di dalamnya. Kekakuan partikel pasir di tanah dan gesekan di antara keduanya membantu menjaga konsistensi campuran tersebut.</p>
<p>Saya dan rekan saya <a href="https://www.researchgate.net/project/The-use-of-rubber-sand-mixtures-RSM-for-the-mitigation-of-earthquake-damage-in-structures?_sg=Lt6JDvLryAwjsLhMrpPu5DZ0IhUMO5LKobDzL6YDAfcF_Rc6ZYA0HGAabGeV10GzT_hRYcIgZkjne9GrWuYGGID_b_hsxIjSiJ5-">telah menunjukan</a> bahwa menggunakan campuran karet dan tanah juga dapat mengubah frekuensi alami dari fondasi tanah dan mengubah cara fondasi tersebut berinteraksi dengan struktur bangunan di atasnya. </p>
<p>Ini bisa membantu menghindari fenomena resonansi yang biasanya terjadi ketika gaya seismik memiliki frekuensi yang sama dengan getaran alami bangunan. Jika getaran cocok mereka akan saling memperkuat getaran satu sama lain, secara dramatis memperkuat guncangan gempa dan menyebabkan struktur bangunan runtuh, seperti yang terjadi pada kasus terkenal di jembatan <a href="http://www.wsdot.wa.gov/tnbhistory/connections/connections3.htm">Tacoma Narrows, Washington, Amerika Serikat</a> pada 1940. Menggunakan campuran karet dan tanah dapat mengimbangi getaran sehingga hal seperti ini tidak kembali terjadi.</p>
<h2>Masa depan yang menjanjikan</h2>
<p>Kunci untuk membuat teknologi ini bekerja adalah dengan menemukan persentase karet yang optimal untuk digunakan. Kalkulasi awal kami sejalan dengan hasil kalkulasi dari <a href="https://www.researchgate.net/publication/229742536_Seismic_isolation_by_rubber-soil_mixtures_for_developing_countries">riset lain</a>. Ini menunjukkan bahwa lapisan campuran karet dan tanah dengan tebal antara satu dan lima meter di bawah bangunan akan mengurangi gaya akselerasi horisontal maksimum gempa bumi antara 50% dan 70%. Hal ini adalah elemen yang paling destruktif dari gempa bumi untuk bangunan tempat tinggal.</p>
<p>Kami <a href="https://www.napier.ac.uk/research-and-innovation/impact-case-studies/from-cycle-paths-to-seismic-maths">sekarang mempelajari bagaimana bentuk-bentuk fondasi campuran karet-tanah yang berbeda</a> dapat membuat sistem lebih efisien, dan bagaimana hal itu dipengaruhi oleh berbagai jenis gempa bumi. Bagian dari tantangan ini penelitian ini adalah menguji sistem. </p>
<p>Kami membangun <a href="https://youtu.be/bIqV95gIf9o">model berskala kecil</a> untuk mencoba memahami cara kerja sistem dan menilai keakuratan simulasi komputer. Tapi mengujinya di dunia nyata membutuhkan gempa bumi yang sebenarnya, dan hampir tidak mungkin mengetahui kapan tepatnya dan di mana gempa terjadi.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/hSwjkG3nv1c?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
</figure>
<p>Ada beberapa cara untuk mengujinya melalui percobaan skala besar, yang melibatkan pembuatan model bangunan berukuran penuh dan mengguncangnya untuk mensimulasikan kekuatan dari gempa bumi nyata yang tercatat. Tetapi ini membutuhkan dana dari institusi atau perusahaan besar. Maka itu, ini hanya masalah mencoba solusi pada bangunan nyata dengan meyakinkan pemilik properti bahwa cara ini berharga.</p>
<p><em>Penulis menambahkan data terbaru tentang gempa di Sulawesi Tengah.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/104144/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Juan Bernal-Sánchez bekerja untuk Edinburgh Napier University.</span></em></p>Usaha-usaha sebelumnya untuk melindungi gedung-gedung dari gempa bumi dengan mengubah dasar bangunan mereka hasilnya menunjukkan sesuatu yang menjanjikan.Juan Bernal-Sánchez, PhD Resarcher, Edinburgh Napier UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1042382018-10-02T07:55:23Z2018-10-02T07:55:23ZMeninjau ulang strategi peringatan dini tsunami di Indonesia: cermin dari Palu<p>Gempa bumi <a href="https://www.bbc.com/news/world-asia-45702566">dengan magnitudo 7,5 di Palu dan Donggala</a> di Sulawesi Tengah yang disusul dengan tsunami pada Jumat pekan lalu, hingga artikel ini ditulis, menyebabkan korban tewas setidaknya <a href="https://regional.kompas.com/read/2018/10/02/08121951/korban-meninggal-gempa-dan-tsunami-palu-capai-925-jiwa-799-luka-luka">925 jiwa</a>, 99 orang hilang, 799 orang terluka, dan hampir 60 ribu orang mengungsi tersebar di lebih dari 100 titik.</p>
<p>Setelah investasi teknologi ratusan miliar rupiah paska <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/2004_Indian_Ocean_earthquake_and_tsunami">Tsunami Aceh 2004</a> yang menghasilkan sistem peringatan dini tsunami di Indonesia, <a href="https://inatews.bmkg.go.id/new/about_inatews.php?urt=12">InaTEWS</a>, hari ini kembali dipertanyakan efektivitasnya dalam mencegah jatuhnya korban jiwa. </p>
<p>InaTEWS, walau komprehensif secara konseptual, belum mampu memberikan layanan yang memadai ketika dihadapkan pada <a href="https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-45703709">gempa Palu</a>. </p>
<p>Harga yang dibayar cukup mahal karena begitu banyak kematian akibat ketidakmampuan mengevakuasi diri. Hampir sebagian besar korban tsunami tidak mendapatkan informasi evakuasi paska gempa dari pemerintah. <a href="https://twitter.com/Sutopo_PN/status/1046138149443764226">Tidak ada sirine yang berbunyi</a>. Pada saat yang bersamaan, masyarakat belum memiliki gerakan refleks <a href="http://rsta.royalsocietypublishing.org/content/373/2053/20140370">evakuasi mandiri</a> ke tempat yang lebih tinggi begitu terjadi gempa.</p>
<p>Masalah kesiapsiagaan masyarakat terhadap tsunami dan gempa bumi bukan sekadar masalah teknologi melainkan juga masalah sosial budaya dan ekonomi politik yang perlu diselesaikan secara memadai, terus-menerus, dan detail.</p>
<h2>Kontroversi Tsunami Palu</h2>
<p>Politikus <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20181001084159-20-334529/komisi-v-dpr-panggil-bmkg-terkait-peringatan-tsunami-palu">Senayan akan memanggil Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)</a> untuk dimintai keterangan terkait diakhirinya <a href="https://nasional.kompas.com/read/2018/09/28/17394801/bmkg-cabut-peringatan-tsunami-akibat-gempa-berkekuatan-77-di-sulteng">peringatan dini tsunami oleh BMKG</a>. </p>
<p>Kontroversi muncul karena gelombang tsunami yang mematikan secara empirik tiba di pantai Palu setelah BMKG mengakhiri peringatan dini tsunami <a href="http://www.bmkg.go.id/tsunami/">pascagempa berkekuatan 7,5</a> dengan kedalaman 10 kilometer di wilayah 27 km Timur Laut Donggala pada Jumat, 28 September 2018, tepatnya pukul 18.02.44 WITA. Peringatan dini tsunami dihentikan 30 menit kemudian sedangkan <a href="https://nasional.kompas.com/read/2018/09/29/16415971/begini-kronologi-gempa-dan-tsunami-palu-donggala-yang-tewaskan-ratusan-orang">gelombang tsunami telah tiba 15 menit lebih awal</a>. </p>
<p>Keputusan BMKG berdasarkan hasil analisis pemodelan tsunami Palu yang diverifikasi dengan berbasis <em>proxy</em> dari <a href="http://pusatkrisis.kemkes.go.id/apa-itu-tide-gauge"><em>tide gauge</em></a>, yaitu alat pendeteksi pasang surut, di Mamuju (300 km dari Palu). Hasil analisis itu menunjukkan muka air tsunami terdeteksi tapi tidak signifikan untuk sebuah tsunami yang membahayakan.</p>
<p>BMKG dan beberapa ahli menjelaskan bahwa <a href="http://www.abc.net.au/news/2018-09-30/indonesia-tsunami-sensors-missed-huge-waves-official-says/10321330"><em>tide gauge</em> di Palu tidak terkonfirmasi</a> atau tidak berfungsi. Sedangkan kontak untuk verifikasi di Palu tidak aktif karena tidak ada jalur telepon yang hidup di Palu sesaat setelah gempa terjadi. </p>
<p>Pada waktu yang bersamaan, tidak ada sumber data alternatif seperti <a href="https://library.wmo.int/pmb_ged/dbcp-td_36_en/presentations/22_Pandoe-Indonesia-Tsunameters.pdf"><em>tsunami buoys</em> alias pelampung peringatan tsunami</a> yang tersedia. </p>
<p>Informasi mengenai hilang atau rusaknya semua <em>tsunami buoys</em> <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180930160115-20-334439/bnpb-seluruh-buoy-deteksi-tsunami-di-indonesia-rusak">bukan berita baru</a>. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berkali-kali mengatakan hal ini, setidaknya sejak <a href="http://www.tribunnews.com/nasional/2011/07/12/indonesia-kehilangan-alat-pendeteksi-tsunami">Juli 2011</a>, lalu <a href="https://nasional.kompas.com/read/2016/03/03/17174271/Semua.Alat.Pendeteksi.Tsunami.Milik.Indonesia.Rusak">Maret 2016</a>, hingga <a href="https://nasional.tempo.co/read/1042840/bnpb-seluruh-alat-pendeteksi-tsunami-di-indonesia-rusak">Desember 2017</a>. Artinya dalam 7 tahun ini, tidak ada penggantian <em>tsunami buoys</em>. </p>
<p>Pertanyaannya: mengapa <em>tsunami buoys</em> tidak diganti bila alat itu penting dalam skenario Gempa Palu 7,7 SR tersebut? Mengapa penggantian alat yang rusak tidak menjadi prioritas pemerintah? Siapakah yang harus bertanggung jawab? Apakah DPR yang tidak menyetujui proposal anggaran dari lembaga terkait?</p>
<h2>Tingkatan fokus pada kesiap-siagaan masyarakat</h2>
<p>Sistem peringatan dini tsunami (TEWS) yang berpusat pada manusia mensyaratkan komitmen untuk investasi dalam membangun kesadaran kesiapsiagaan terhadap tsunami dan gempa. Investasi pada masyarakat rentan harus rutin dan berkesinambungan dari level kabupaten hingga pada level rumah tangga. </p>
<p>Konsep dan fokus InaTEWS tidak cukup hanya dengan debat soal pemuktahiran teknologi lalu lupa dengan kerja menyiapkan masyarakat siap menghadapi tsunami masa depan. Sudah sejauh mana pemerintah daerah dan pemerintah pusat secara serius mengimplementasi agenda kesiapsiagaan tsunami dan kegempaan di daerah? </p>
<p>Menyalahkan masyarakat karena <a href="https://www.cnbcindonesia.com/news/20181001212900-4-35600/luhut-pencuri-buoy-tsunami-sama-dengan-pembunuh">vandalisme</a> terkait <em>tsunami buoy</em> dan mengatakan masyarakat sebagai pembunuh adalah satu hal. Tapi mereduksi masalah <em>tsunami buoys</em> dalam <a href="https://www.researchgate.net/publication/200053275_When_Heaven_hardly_Meets_the_Earth_Towards_Convergency_in_Tsunami_Early_Warning_Systems">ranah kriminal</a> tentu tidak menyelesaikan masalah.</p>
<p>Kalau pun masih ada <em>tsunami buoys</em> yang mungkin telah berusia di atas 10 tahunan ini, apakah ada perawatan yang rutin? Dalam tradisi pemeliharaan tsunami buoys di Australia misalnya, Badan Meterologi Australia secara berkala <a href="http://www.bom.gov.au/tsunami/about/detection_buoys.shtml">mengganti tsunami buoys</a> di permukaan air laut tiap dua tahun. Sensor tekanan dasar lautnya juga harus rutin dan lebih sering dibersihkan karena sering kemasukan sedimen dan makhluk kecil di laut. </p>
<p>Artinya sejak <a href="http://www.gitews.org/tsunami-kit/id/E2/sumber_lainnya/InaTEWS%20-%20Konsep%20dan%20Implementasi.pdf">diresmikannya InaTEWS dan digunakannya</a> <em>buoys</em> pada 2008, minimal perlu penggantian <em>tsunami buoys</em> sebanyak 3-4 kali. Tentu tergantung tipe dan ketahanannya produknya, perawatannya memang <a href="https://www.gao.gov/assets/310/303677.pdf">mahal dan tidak selalu mumpuni</a>. </p>
<p>Terkait <em>tsunami-buoys</em>, beberapa keterangan pakar justru mengatakan bahwa <a href="http://time.com/5411473/indonesia-tsunami-warning-technology-dispute/">Palu tidak memiliki alat peringatan tersebut</a> karena minimnya dukungan dana dari pemerintah terhadap Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), yang mengelola alat tersebut.</p>
<p>Kita perlu mempertanyakan, apakah ada anggaran memadai yang dikeluarkan terkait pemeliharaan tsunami bouys dalam InaTEWS dalam 8 tahun terakhir. Artinya mungkin saja tsunami buoys yang hilang memang secara natural sudah tidak berfungsi karena ketiadaan pemeliharaan.</p>
<p>Karena itu, menyalahkan masyarakat yang mengambilnya sebagai ‘<a href="https://www.cnbcindonesia.com/news/20181001212900-4-35600/luhut-pencuri-buoy-tsunami-sama-dengan-pembunuh">pembunuh</a>’ perlu diimbangi dengan kemampuan otokritik pemerintah dalam menyadari perannya dalam jatuhnya korban karena kelalaian menyediakan anggaran pemeliharaan dan pemutakhiran infrastruktur InaTEWS.</p>
<h2>Ketidakpastian teknologi dan sistem TEWS</h2>
<p>Teknologi memiliki kelemahan yang melekat pada sistem tata kelola dan keterbatasan karena konteks. <a href="http://big.go.id/">Badan Informasi Geospasial (BIG)</a> perlu memutakhirkan dan memantau pemeliharaan <em>tide gauge</em> secara berkala. Sistem dan peralatan yang bergantung pada aliran listrik sering menjadi masalah ketika terjadi gempa besar. Pentingnya sistem energi <em>back-up</em> seperti tenaga surya sudah sering dibahas. Lihat <a href="http://iotic.ioc-unesco.org/images/xplod/resources/material/inatews%20guidebook%20ina.pdf">panduan InaTEWS di sini</a>.</p>
<p>Selain soal ketiadaan informasi dari <em>tide gauge</em> Palu dan ketiadaan <em>tsunami buoys</em>, berbagai kritik terkait model analisis tsunami yang wajib memperhitungkan karekteristik dinamika teluk, potensi longsor bawah laut, serta sistem dan teknologi InaTEWS yang tidak mutakhir mungkin ada benarnya. </p>
<p>Namun menyalahkan BMKG saat ini tentu gampang namun tak selalu seperti yang terlihat secara kasat mata dalam Gempa Palu 28 September. Mengoreksi birokrasi lokal (juga nasional) yang abai dalam memelihara <em>tide gauge</em> dan <em>buoys</em> juga perlu. Tapi menyalahkan masyarakat tanpa ada agenda pendidikan publik dan kesadaran mereka terkait aset-aset InaTEWS seperti <em>tsunami buoys</em> tentu lebih mudah lagi. </p>
<p>Aspek kecepatan dan ketepatan menjadi sangat penting dalam sistem peringatan dini tsunami (TEWS) di mana pun. Hukum perkembangan teknologi menurut <a href="https://www.intel.com.au/content/www/au/en/silicon-innovations/moores-law-technology.html">Hukum Moore</a> menghendaki pemuktahiran alat setiap 18-24 bulan. </p>
<p>Bagaimana InaTEWS mengoperasikan sistem yang efektif menyelamatkan rakyat bila sistemnya tidak diperbarui secara berkala seturut perkembangan teknologi? Bagaimana memiliki sistem yang selalu mutakhir bila pengambil kebijakan tidak mendukung proposal anggaran pemuktahiran sistem? </p>
<p>Salah satu komponen utama dari sistem peringatan dini Indonesia <a href="http://www.thejakartapost.com/news/2008/11/27/warning-system-about-people.html">adalah manusia Indonesia itu sendiri</a>. Penekanan yang berlebihan pada teknologi dapat membuat komunitas menjadi pasif. Ini dapat mengakibatkan tidak berkembangnya kemampuan masyarakat untuk beradaptasi dengan daya antisipasi yang mandiri dan berkelanjutan.</p>
<h2>Reformasi birokrasi bencana di daerah</h2>
<p>Harus ada upaya pendidikan masyarakat secara konsisten. TEWS diciptakan demi penyelamatan manusia. Karena itu penekanan pada <a href="https://www.researchgate.net/publication/232964458_Measuring_the_sustainability_of_tsunami_early_warning_systems_An_interdisciplinary_research_agenda">manusia dan sistem tata kelolanya</a> sangat penting dalam menjamin keberlanjutan layanan peringatan dini.</p>
<p>Transformasi InaTEWS menghendaki <a href="https://www.zef.de/uploads/tx_zefportal/Publications/2efd_GITEWS-Lassa-2009.pdf">reformasi birokrasi TEWS dan penanganan bencana</a> di daerah dalam keseharian. Kehadiran <a href="https://www.bnpb.go.id/pusdalops-garda-terdepan-menggali-informasi-saat-bencana-">Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops)</a> sebagai ujung tombak layanan informasi bencana dan peringatan di tiap kabupaten kota bukanlah pajangan birokrasi tanpa tujuan. </p>
<p>Tanpa perbaikan birokrasi dan reformasi layanan publik sepanjang rantai InaTEWS dari pusat hingga daerah dan yang diikuti dengan penyadaran dan kesiapsiagaan akar rumput, mustahil Indonesia tangguh terhadap gempa tsunamigenik.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/104238/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Jonatan A Lassa tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Palu tidak memiliki tsunami buoys alias alat pelampung peringatan tsunami karena minimnya dukungan dana dari pemerintah terhadap BPPT.Jonatan A Lassa, Senior Lecturer, Humanitarian Emergency and Disaster Management, College of Indigenous Futures, Arts and Society, Charles Darwin UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1011982018-08-07T09:55:44Z2018-08-07T09:55:44ZDua jenis aktivitas lempeng tektonik menimbulkan gempa bumi dan risiko tsunami di Lombok<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/230850/original/file-20180807-191013-9vxkzk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=14%2C0%2C4787%2C3203&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Gempa dangkal namun kuat yang melanda Lombok telah menyebabkan hancurnya gedung-gedung dan sekitar 100 korban jiwa.</span> <span class="attribution"><span class="source">EPA/AAP</span></span></figcaption></figure><p>Beberapa gempa besar melanda Pulau Lombok di Nusa Tenggara Barat minggu kemarin. <a href="http://www.abc.net.au/news/2018-08-06/indonesia-issues-tsunami-warning-after-7.0-quake-off-lombok/10076088">Gempa terbesar</a> dari rangkaian guncangan minggu lalu menewaskan setidaknya <a href="http://www.abc.net.au/news/2018-08-07/tourists-flee-indonesia-lombok-after-earthquake-kills-98/10081358">98 orang</a> dan melukai ratusan lainnya.</p>
<p>Ribuan bangunan rusak dan upaya pertolongan terhambat akibat putusnya aliran listrik, tidak adanya sinyal telepon di beberapa daerah, dan terbatasnya opsi untuk evakuasi. </p>
<p>Kebanyakan gempa besar terjadi di pertemuan lempeng tektonik Bumi atau sekitarnya–begitu pun dengan gempa yang baru terjadi tersebut. Meski begitu terdapat beberapa kondisi yang unik di pada kasus Lombok.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1026441720739885057"}"></div></p>
<p>Gempa yang baru-baru ini terjadi berlangsung di sepanjang sebuah zona spesifik di mana lempeng tektonik Australia mulai bergerak di atas lempeng kepulauan Indonesia, bukan di bawahnya, sebagaimana yang terjadi di selatan Lombok.</p>
<p>Hal ini berarti terdapat risiko gempa dan tsunami tak hanya pada pertemuan lempeng di selatan Lombok dan Bali, tapi juga dari zona yang menyesar ke utara ini. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/apakah-gempa-di-lombok-bisa-pengaruhi-aktivitas-gunung-api-di-sekitarnya-100851">Apakah gempa di Lombok bisa pengaruhi aktivitas gunung api di sekitarnya?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Mampatnya zona subduksi</h2>
<p><a href="https://pubs.usgs.gov/gip/dynamic/tectonic.html">Lempeng tektonik</a> adalah lempengan kerak Bumi yang bergerak dengan sangat perlahan di seluruh permukaan planet kita. Indonesia berada di sepanjang “<a href="https://www.nationalgeographic.org/encyclopedia/ring-fire/">Cincin Api Pasifik</a>”, di mana beberapa lempeng tektonik bertabrakan dan banyak terjadi letusan gunung berapi serta gempa bumi.</p>
<p>Beberapa dari gempa yang terjadi sangat besar, seperti <a href="https://earthquake.usgs.gov/earthquakes/eventpage/official20041226005853450_30#executive">gempa berkekuatan 9,1 skala richter</a> di lepas pantai barat Sumatra yang menghasilkan tsunami di Samudra Hindia pada 2004. Gempa tersebut terjadi di sepanjang zona subduksi Jawa-Sumatra, di mana <a href="https://geomaps.wr.usgs.gov/parks/pltec/platesSH.pdf">lempeng tektonik Australia</a> bergerak di bawah lempeng Sunda di Indonesia.</p>
<p>Namun menuju bagian timur dari pulau Jawa, <a href="https://books.google.com.au/books?id=Ch_1JlLkKE0C&pg=PA311&lpg=PA311&dq=jammed+subduction+zone+Timor&source=bl&ots=hLz551ggEI&sig=3spbU-EADT83CiRYtP1kkZh2fko&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwij97G5u9fcAhUCXbwKHTVOCLUQ6AEwDXoECAgQAQ#v=onepage&q=jammed%20subduction%20zone%20Timor&f=false">zona subduksinya telah “mampat”</a> oleh <a href="https://earthhow.com/earth-crust-oceanic-crust-continental-crust/">kerak benua Australia</a>, yang lebih tebal dan lebih ringan dari lempeng Oceanic yang bergerak di bawah Jawa dan Sumatra.</p>
<p>Lempeng benua Australia tidak bisa didorong ke bawah Lempeng sunda, sehingga ia mulai berjalan di atasnya. Proses ini disebut dengan sesar naik belakang busur.</p>
<p>Data dari <a href="https://earthquake.usgs.gov/earthquakes/eventpage/us1000g3ub#executive">gempa Lombok</a> yang baru-baru ini terjadi menunjukkan gempa-gempa tersebut terkait dengan dengan zona busur belakang ini. Zona ini memanjang ke utara dari pulau-pulau yang membentang dari timur Jawa hingga Pulau Wetar, tepat di utara Timor (seperti yang ditunjukkan pada peta di bawah ini).</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/230822/original/file-20180807-191013-f7cftk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/230822/original/file-20180807-191013-f7cftk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/230822/original/file-20180807-191013-f7cftk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=383&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/230822/original/file-20180807-191013-f7cftk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=383&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/230822/original/file-20180807-191013-f7cftk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=383&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/230822/original/file-20180807-191013-f7cftk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=482&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/230822/original/file-20180807-191013-f7cftk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=482&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/230822/original/file-20180807-191013-f7cftk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=482&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Bencana gempa bumi di sepanjang pertemuan lempeng di dekat Indonesia. Tanggal yang telihat di peta merujuk gempa-gempa di masa lalu dan Mw menunjukan besarnya gempa.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://agupubs.onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1002/2016GL067941">Disunting oleh P. Cummins dari Koulali dan kawan-kawan</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Menurut sejarah, <a href="https://ecat.ga.gov.au/geonetwork/srv/eng/catalog.search?node=srv#/metadata/1bfdaf44-0958-9d45-e053-10a3070a8d40">gempa-gempa besar juga terjadi</a> di sekitar sesar naik belakang busur di dekat Lombok, tak hanya yang terjadi pada abad ke 19, namun juga yang terjadi baru-baru ini. (Tanggal dan seberapa besarnya gempa di masa lalu tersebut dapat dilihat di peta di atas).</p>
<p>Diperkirakan zona sesar naik belakang busur ini pada akhirnya akan membentuk zona subduksi baru ke utara dari timur Jawa hingga Pulau Wetar di utara Timor.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/kami-menemukan-sistem-peringatan-dini-tsunami-mutakhir-yang-lebih-cepat-91667">Kami menemukan sistem peringatan dini tsunami mutakhir yang lebih cepat</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Risiko Tsunami</h2>
<p>Gempa di Lombok yang baru-baru ini terjadi–gempa yang berkekuatan 6,9 skala richter pada tanggal 5 Agustus ditambah sejumlah gempa susulan, dan gempa berkekuatan 6,4 skala ricther yang terjadi satu minggu sebelumnya–<a href="https://earthquake.usgs.gov/earthquakes/eventpage/us1000g3ub#map">terjadi di bawah daratan Lombok utara</a> dan gempa tersebut cukup dangkal.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/230827/original/file-20180807-191031-mnorh2.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/230827/original/file-20180807-191031-mnorh2.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=326&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/230827/original/file-20180807-191031-mnorh2.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=326&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/230827/original/file-20180807-191031-mnorh2.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=326&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/230827/original/file-20180807-191031-mnorh2.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=410&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/230827/original/file-20180807-191031-mnorh2.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=410&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/230827/original/file-20180807-191031-mnorh2.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=410&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Gempa yang baru-baru ini melanda Lombok juga dirasakan oleh pulau tetangganya, Bali.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://earthquake.usgs.gov/earthquakes/eventpage/us1000g3ub#map">US Geological Survey</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Gempa pada daratan terkadang mampu menyebabkan longsor di bawah laut dan menciptakan gelombang tsunami. Namun jika gempa yang dangkal memecah dasar laut, maka tsunami yang lebih besar dan berbahaya mungkin bisa terjadi.</p>
<p>Banyaknya gempa bumi yang terjadi di pertemuan lempeng menjadikan Indonesia rawan tsunami. <a href="https://www.britannica.com/event/Indian-Ocean-tsunami-of-2004">Tsunami 2004 di samudra Hindia</a> menewaskan lebih dari 165.000 jiwa di sepanjang pesisir Sumatra, dan pada tahun 2006 lebih dari 600 orang tewas karena <a href="https://agupubs.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1029/2006GL028005">tsunami</a> yang melanda pesisir selatan Jawa.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/paradoks-pemberdayaan-perempuan-aceh-pascatsunami-89085">Paradoks pemberdayaan perempuan Aceh pascatsunami</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Wilayah Lombok sendiri memiliki sejarah tsunami. Pada 1992 gempa <a href="http://www.foxnews.com/tech/2009/09/30/timeline-history-pacific-tsunamis-earthquakes.html">berkekuatan 7,9 skala ritcher</a> terjadi di utara kepulauan Flores dan meciptakan tsunami yang menyapu desa-desa pesisir, menewaskan lebih dari 2.000 orang.</p>
<p>Gempa yang terjadi pada abad ke 19 di wilayah ini juga menyebabkan tsunami besar yang menewaskan banyak orang.</p>
<p>Wilayah Lombok dan sekitarnya, termasuk Bali, memiliki risiko tinggi gempa bumi dan tsunami, baik di utara ataupun di selatan pulau.</p>
<p>Sayangnya gempa bumi besar seperti yang terjadi minggu kemarin tidak dapat diprediksi <a href="http://www.tsunamiready.com/resources/index.php">sehingga pemahaman akan bahayanya</a> sangat penting untuk mempersiapkan kejadian di masa depan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/101198/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Lombok dan Bali terpapar risiko gempa dan tsunami karena pertemuan lempeng Bumi dan aktivitas lempeng yang menyesar ke utara.Jane Cunneen, Research Fellow, Curtin UniversityPhil R. Cummins, Professor, Australian National UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1008512018-08-06T06:41:41Z2018-08-06T06:41:41ZApakah gempa di Lombok bisa pengaruhi aktivitas gunung api di sekitarnya?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/230541/original/file-20180803-41363-1pdyq6d.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=1%2C1%2C997%2C664&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Gunung Rinjani</span> <span class="attribution"><span class="source">Jonas Kint/www.shutterstock.com</span></span></figcaption></figure><p>Menyusul gempa bumi <a href="https://www.liputan6.com/news/read/3603628/korban-meninggal-gempa-lombok-bertambah-jadi-14-orang">mematikan</a> berskala <a href="https://www.bmkg.go.id/press-release/?p=gempa-lombok-bmkg-minta-masyarakat-tetap-waspada-gempa-susulan&tag=press-release&lang=ID">6,4 richter pada 29 Juli 2018</a>, Pulau Lombok di Nusa Tenggara Barat kembali diguncang gempa dengan kekuatan 7,0 skala richter pada Minggu malam. Badan Nasional Penanggulangan Bencana dilaporkan menghitung <a href="https://news.detik.com/berita/4151344/82-orang-tewas-dan-ribuan-warga-mengungsi-akibat-gempa-7-sr-di-ntb">setidaknya 82 orang meninggal dunia dan raturan luka-luka</a> akibat tertimpa material bangunan yang robok akibat guncangan. Sebelum gempa besar terkini, setidaknya hampir 500 gempa kecil terjadi pasca guncangan 29 Juli. </p>
<p>Kejadian ini mengingatkan pada gempa besar Tohoku di Jepang pada 2011 silam. Saat itu gempa berkekuatan 9,0 skala ritcher menghantam pantai timur Jepang. Beberapa hari sebelumnya gempa-gempa dengan kekuatan yang lebih kecil datang berkali-kali. Setelah <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/List_of_foreshocks_and_aftershocks_of_the_2011_T%C5%8Dhoku_earthquake"><em>mainshock</em></a> atau gempa utama, terjadi gempa-gempa kecil dengan kekuatan yang semakin menurun dan akhirnya benar-benar berhenti, karena Bumi telah mencapai kestabilannya. </p>
<p>Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa <a href="https://www.viva.co.id/berita/nasional/1061539-bmkg-gempa-lombok-7-0-sr-rangkaian-peristiwa-sebelumnya">gempa 5 Agustus di Lombok kemarin adalah gempa utama</a>. Belajar dari pengalaman gempa Tohoku semoga sesudah gempa utama di Lombok tidak ada lagi gempa besar yang akan terjadi. </p>
<p>Di dekat titik gempa Lombok terdapat beberapa gunung api aktif–Gunung Rinjani di Lombok, Gunung Agung di Bali, dan Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat. Bagaimana dengan efek gempa besar dan gempa-gempa susulan bagi gunung api aktif di sekitar Pulau Lombok? </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/mengapa-gunung-api-meletus-84720">Mengapa gunung api meletus?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Apakah gempa tektonik?</h2>
<p>Gempa tektonik adalah jenis gempa yang disebabkan oleh pergeseran lempeng-lempeng Bumi sehingga umumnya terjadi di batas antar pertemuan lempeng yang berinteraksi. </p>
<p>Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng utama. Lempeng Eurasia di bagian utara, kemudian Lempeng Indo-Australia yang menyusup di bawah Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik dan Filipina di Timur. Pergerakan lempeng-lempeng tersebut menyebabkan terjadinya penimbunan energi secara perlahan-lahan. Ketika akumulasi energi tersebut dilepaskan dengan tiba-tiba, maka itulah yang disebut dengan gempa tektonik. Bertemunya tiga lempeng utama tersebut terjadi di Indonesia, maka tidak heran membuat negeri ini menjadi kaya akan gempa.</p>
<p>Untuk menjawab seberapa jauh gempa tektonik, berdampak pada sebuah gunung api, kejadian gempa tektonik yang pernah terjadi di Indonesia atau pun gunung api lainnya di dunia bisa dijadikan catatan dan pembelajaran.</p>
<h2>Kasus Gunung Agung</h2>
<p>Pada Selasa 3 Juli 2018 pukul 9:32 WITA Gunung Agung, Bali kembali <a href="https://regional.kompas.com/read/2018/07/03/06413811/jelang-tengah-malam-abu-vulkanik-gunung-agung-menyebar-di-banyuwangi">mengeluarkan abu vulkanik</a>. Beberapa menit sebelumnya gempa tektonik berkekuatan 4,9 skala richter terjadi di laut pada jarak 110 kilometer di selatan Denpasar dengan kedalaman 24 km.</p>
<p>Gempa tektonik di sekitar gunung api yang kritis, yaitu sebuah gunung api dalam status siaga atau awas–ditunjukkan ada peningkatan aktivitas seperti gempa vulkanik, keringnya mata air, peningkatan pelepasan gas maupun letusan-letusan kecil–dapat mempengaruhi aktivitas gunung api. </p>
<p>Dalam keadaan kritis, gas terlarut ataupun volume magma yang sangat banyak, sangat mudah dikeluarkan jika diberi pemantik, seperti halnya gempa bumi. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/letusan-gunung-agung-bisa-menghasilkan-tanah-tersubur-di-dunia-85142">Letusan Gunung Agung bisa menghasilkan tanah tersubur di dunia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Kasus Gunung Fuji</h2>
<p>Mari kita lihat contoh di belahan dunia lain, bagaimana gempa tektonik pernah tercatat menyebabkan sebuah gunung api meletus.</p>
<p>Gunung Fuji di Jepang, yang dikenal begitu indah karena puncaknya ditutupi salju dan dijadikan ikon masyarakat Jepang pernah menyimpan cerita kelam beberapa abad yang lalu, yang mungkin tidak banyak diketahui oleh orang awam.</p>
<p>Pada 28 Oktober 1707, sebuah gempa besar berkekuatan 8,6 skala richter menghajar pantai Jepang sepanjang Nakai Megathrust, barat daya Jepang. Ini adalah salah satu gempa terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah Jepang yang memakan korban hingga lebih dari 5000 jiwa. Kekuatan gempa tersebut kekuatannya baru bisa dikalahkan oleh gempa Tohoku pada 2011.</p>
<p>Penelitian dari <a href="https://agupubs.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1029/2012GL053868">Christine Chesley dan kawan-kawan (2012)</a> mencatat, bahwa gempa tektonik pada 20 Oktober 1707 telah menyebabkan magma di bawah Gunung Fuji, yang terletak pada kedalaman sekitar 20 km, tertekan dan bergerak naik menuju dapur magma yang lebih dangkal pada kedalaman sekitar 8 km.</p>
<p>Sayangnya tidak ada tempat yang cukup bagi kedua mamgma yang bersatu tersebut, maka kelebihan volume ini pun menyebabkan letusan Gunung Fuji dengan <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Volcanic_Explosivity_Index">Volcanic Explosivity Index</a> 5. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/bagaimana-memprediksi-letusan-gunung-api-secara-akurat-95043">Bagaimana memprediksi letusan gunung api secara akurat?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Ada yang menarik dari letusan saat itu. Letusan tersebut dicirikan oleh keluarnya material yang hanya terdiri dari abu vulkanik tanpa dibarengi keluarnya meterial pijar lava. Kondisi ini sebagai penanda bahwa telah terjadi perubahan tekanan dalam dapur magma Gunung Fuji yang terjadi dengan sangat tiba-tiba. </p>
<p>Berkaca pada kasus Gunung Fuji, maka letusan Gunung Agung di Bali pada 3 Juli 2018 pascagempa tektonik pun menyajikan fenomena letusan yang sama, lontaran material vulkanik berupa abu tanpa diikuti keluarnya aliran lava.</p>
<p>Gunung Fuji 1707 dan Gunung Agung 2018, berada dalam kondisi kritis sebelum gempa tektonik terjadi, maka baik letusan Gunung Fuji pada 1707 ataupun Agung pada 2018 adalah contoh kasus sebuah erupsi gunung api yang kritis bisa dipicu oleh gempa tektonik.</p>
<h2>Bagaimana dengan Rinjani dan Tambora?</h2>
<p>Gempa tektonik tidak selalu menyebabkan gunung api meletus. Jikapun letusan terjadi, maka kondisi sebuah gunung api harus dalam kritis. Jika sebuah gunung api dalam keadaan normal atau stabil, gempa tektonik biasa tidaklah cukup menyebabkan suatu gunung api meletus. </p>
<p>Gempa tektonik akan mengguncang, memperburuk kondisi dan akhirnya memberikan jalan keluar bagi magma ke permukaan saat kondisi sudah melampui batas kestabilannya. </p>
<p>Rinjani dan Tambora yang secara posisi geografis lebih dekat dengan pusat gempa tektonik yang terjadi di Pulau Lombok kemarin dibandingkan Agung, sepertinya tidak akan bergeming, karena keduanya dalam keadaan stabil. Semoga.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/100851/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Mirzam Abdurrachman tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Gempa tektonik tidak selalu menyebabkan gunung api meletus. Jikapun letusan terjadi, maka kondisi sebuah gunung api harus dalam kritis.Mirzam Abdurrachman, Lecturer at Department of Geology, Faculty of Earth Sciences and Technology, Institut Teknologi BandungLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.