tag:theconversation.com,2011:/institutions/indonesia-international-institute-for-life-sciences-1643/articlesIndonesia International Institute for Life Sciences2023-10-10T08:28:43Ztag:theconversation.com,2011:article/2153372023-10-10T08:28:43Z2023-10-10T08:28:43ZWabah virus Nipah di India: sejauh mana terobosan riset vaksin dan obat untuk melawannya?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/552920/original/file-20231010-17-za7ydt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Gambaran hasil analisis mikroskop dari partikel virus Nipah (merah) dan sel Vero yang terinfeksi (biru). Gambar dari Fasilitas Penelitian Terpadu NIAID di Fort Detrick, Maryland, AS. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/niaid/53186520297/">NIAID</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span></figcaption></figure><p>Pandemi COVID-19 <a href="https://news.un.org/en/story/2023/05/1136367">telah usai</a>, tapi <a href="https://www.who.int/emergencies/disease-outbreak-news/item/2023-DON490">wabah virus Nipah terjadi di wilayah selatan dari negara bagian Kerala</a>, India, pada akhir Agustus 2023 lalu. Akibatnya, lebih dari lima orang terserang virus ini dan dua orang di antaranya meninggal.</p>
<p>Virus Nipah adalah salah satu virus berbasis asam ribonukleat atau RNA dari <a href="https://jjournals.ju.edu.jo/index.php/jjps/article/view/1602/489">famili <em>Paramyxoviridae</em> (genus: <em>Henipavirus</em>)</a>. Virus ini masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat di berbagai negara Asia. </p>
<p>Menurut WHO, wabah di wilayah Kerala adalah wabah keempat di wilayah tersebut <a href="https://www.who.int/southeastasia/outbreaks-and-emergencies/health-emergency-information-risk-assessment/surveillance-and-risk-assessment/nipah-virus-outbreak-in-kerala">sejak 2018</a>. Sebelumnya, ada juga wabah yang muncul di negara lain, yaitu <a href="https://www.who.int/emergencies/disease-outbreak-news/item/2023-DON442">Bangladesh pada awal tahun 2023</a>.</p>
<p>Virus Nipah adalah termasuk pada golongan virus zoonosis yang ditularkan dari <a href="https://news.unair.ac.id/2021/02/08/beware-of-nipah-virus-expert-calls-preventive-efforts/?lang=en">kelelawar (golongan genus <em>Pteropus</em>, famili <em>Pteropodidae</em>)</a> ke manusia. <a href="https://www.cdc.gov/vhf/nipah/symptoms/index.html">Virus ini menyebabkan</a> infeksi saluran pernapasan, muntah, dan demam pada manusia. </p>
<p>Lebih jauh, pada kondisi yang parah, virus ini menyebabkan peradangan otak dan kejang hingga berujung pada kematian. Sejauh ini, vaksin dan obat yang spesifik untuk virus Nipah masih dalam proses penelitian dan belum tersedia di pasaran.</p>
<h2>Potensi ancaman virus di ASEAN</h2>
<p>Selain di India, <a href="https://tropmedhealth.biomedcentral.com/articles/10.1186/s41182-023-00535-7">beberapa negara lain</a> di Asia yang pernah terserang oleh virus Nipah misalnya adalah Bangladesh, Malaysia, Singapura, dan Filipina. Wabah infeksi virus Nipah tercatat pertama kali pada 1998 di Malaysia. Sudah tercatat ada lebih dari 250 kasus. </p>
<p>Sejak saat itu, setiap tahunnya terjadi satu atau dua wabah. Dua negara yang paling banyak terserang adalah Bangladesh dan India. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/virus-nipah-mewabah-di-india-apa-yang-perlu-kamu-tahu-214234">Virus Nipah mewabah di India: apa yang perlu kamu tahu</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Wilayah ASEAN dikenal dengan tingkat mobilitas manusia yang tinggi. Perjalanan antarnegara, baik untuk tujuan bisnis atau pariwisata, menjadi hal yang sangat umum. Hal ini dapat menjadi potensi penyebaran virus Nipah jika ada kasus yang terdeteksi di dalam wilayah ASEAN, termasuk Indonesia.</p>
<p>Tingkat kesiapsiagaan dan respon yang baik terhadap kesehatan masyarakat di negara-negara ASEAN bervariasi. Hal ini mencakup peningkatan pelatihan tenaga kesehatan, pengembangan protokol respons cepat, dan perbaikan infrastruktur kesehatan. </p>
<p>Beberapa negara seperti Singapura dan Thailand, mungkin memiliki sistem kesehatan yang lebih kuat dan lebih siap untuk menghadapi ancaman virus Nipah. Sementara negara lain mungkin kurang siap dan mungkin masih tertinggal dibanding negara lainnya.</p>
<p>Sistem deteksi dini yang efektif dan pelaporan kasus-kasus yang mencurigakan <a href="https://www.kompas.id/baca/english/2023/10/03/en-menakar-ancaman-penyakit-nipah">sangat penting dalam mengendalikan</a> penyebaran virus Nipah. Pemerintah harus memastikan bahwa sistem ini berjalan dengan baik. </p>
<p>Selain itu, akselerasi dengan berbagai instansi maupun laboratorium swasta mungkin perlu sebagai antisipasi hal buruk ke depan berkaitan dengan penyebaran virus Nipah.</p>
<p>Kerja sama dengan negara-negara di luar ASEAN dan organisasi internasional seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah penting dalam menghadapi ancaman virus Nipah yang bersifat lintas batas.</p>
<p>Di sisi lain, <a href="https://www.cbc.ca/news/health/nipah-virus-shutdown-what-it-is-1.6967218">edukasi masyarakat tentang cara mencegah penularan virus Nipah</a>, seperti menghindari kontak dengan hewan yang berpotensi terinfeksi dan mengikuti tindakan pencegahan pribadi, juga sangat penting dalam mengurangi risiko penyebaran virus ini di wilayah ASEAN.</p>
<h2>Terobosan pembuatan vaksin dan obat</h2>
<p>Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), virus ini memiliki nilai persentase tingkat kematian <a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/nipah-virus">sampai sekitar 75%</a>. Artinya, jika terinfeksi, maka kemungkinannya dapat menyebabkan kematian sejumlah tiga dari empat kasus. </p>
<p>Saat ini, belum ada obat dan vaksin yang digunakan secara spesifik untuk melawan infeksi virus Nipah. Memberikan perawatan yang mendukung adalah hal terbaik yang dapat dilakukan dokter untuk pasien akibat infeksi virus Nipah. </p>
<p>Salah satu terobosan untuk pengembangan obat dan vaksin terhadap virus Nipah yang dipilih oleh ilmuwan adalah dengan <a href="https://mjfas.utm.my/index.php/mjfas/article/view/175">menggunakan ilmu bioinformatika</a>. Bioinformatika adalah salah satu ilmu bantu utama untuk pengembangan <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0264410X23008368?via%3Dihub">vaksin berbasis molekular, seperti vaksin COVID-19</a>. Hal ini menjadi referensi utama bagi pengembang vaksin virus nipah. </p>
<p>Penelitian kolaborasi dari tim kami (Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, dan Universitas Brawijaya), telah menyajikan data hasil penelitian yang komprehensif di <a href="https://jjournals.ju.edu.jo/index.php/jjps/article/view/1602/489"><em>Jordan Journal of Pharmaceutical Science</em></a>, pada September lalu terkait untuk desain kandidat vaksin berbasis bioinformatika terhadap virus Nipah.</p>
<p>Selain itu, dengan basis yang hampir sama, tim peneliti lain dari Indonesia juga meneliti konstruksi desain kandidat vaksin melawan virus Nipah dengan kolaborasi internasional yang terbit di <a href="https://scholarhub.ui.ac.id/cgi/viewcontent.cgi?article=1316&context=science"><em>Makara Journal of Science</em></a>, pada 2023.</p>
<p>Sejauh ini, penelitian uji klinis terkait kandidat vaksin terhadap virus ini juga sedang dikembangkan oleh Moderna Inc. Amerika Serikat dan bekerja sama dengan Pusat Penelitian Vaksin NIAID, Amerika Serikat (dapat diakses pada <a href="https://clinicaltrials.gov">ClinicalTrials.gov</a> dengan kode uji klinis: <a href="https://clinicaltrials.gov/study/NCT05398796">NCT05398796</a>).</p>
<p>Vaksin ini didasarkan pada platform duta RNA atau messenger RNA (mRNA), sebuah teknologi yang baru saja menelurkan <a href="https://theconversation.com/hadiah-nobel-bidang-kedokteran-diberikan-kepada-pionir-mrna-bagaimana-penemuan-mereka-berperan-penting-dalam-pengembangan-vaksin-covid-215157">peraih Hadiah Nobel bidang Fisiologi dan Kedokteran tahun ini (Dr. Katalin Karikó dan Dr. Drew Weissman)</a>. Sebelumnya, platform ini digunakan dalam beberapa vaksin COVID-19 yang telah disetujui untuk digunakan.</p>
<p>Sedangkan penemuan untuk obat spesifik terhadap virus Nipah masih memiliki banyak kendala. <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s11224-023-02148-6">Publikasi ilmiah di jurnal <em>Structural Chemistry</em></a> dari Yang dan Kar pada 2023 telah menjelaskan apa saja kandidat obat yang dapat digunakan untuk melawan virus Nipah. Juga apa saja protein target yang dapat dijadikan sebagai penghambatan utama terhadap infeksi virus Nipah.</p>
<p>Terobosan baru lainnya yang dapat dicapai oleh peneliti, salah satunya adalah <a href="https://www.nature.com/articles/nature.2017.22738">teknologi kryo mikroskop elektron</a>. Teknologi ini memungkinkan para peneliti untuk mampu meninjau molekul biologi dalam resolusi atom. Hal ini merupakan <a href="https://journals.plos.org/plospathogens/article?id=10.1371/journal.ppat.1009740">sebuah analisis presisi dalam membantu penelitian</a> di bidang virologi, desain vaksin dan obat, ataupun produk terapi lainnya untuk hasil akhir yang lebih baik. Kryo mikroskop menjadi instrumen utama untuk pengembangan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4913480/">ilmu biologi struktural</a>, yang bertanggung jawab untuk memecahkan struktur protein virus. </p>
<h2>Peran Indonesia</h2>
<p>Di Indonesia, <a href="https://brin.go.id/news/114749/laboratorium-cryo-em-percepat-penelitian-biologi-struktural-di-indonesia">terobosan ini dipimpin oleh Laboratorium Cryo-EM, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)</a>. Ke depan, Indonesia seharusnya dapat menjadi pemimpin pada penelitian berbasis teknologi kryo mikroskop elektron karena fasilitas dengan penunjang teknologi ini tidak banyak dimiliki oleh institusi penelitian atau perguruan tinggi di ASEAN.</p>
<p>Teknologi ini telah mengungkap berbagai macam protein penting dari virus Nipah. Data ilmiahnya <a href="https://www.rcsb.org/search?request=%7B%22query%22%3A%7B%22type%22%3A%22group%22%2C%22nodes%22%3A%5B%7B%22type%22%3A%22group%22%2C%22nodes%22%3A%5B%7B%22type%22%3A%22group%22%2C%22nodes%22%3A%5B%7B%22type%22%3A%22terminal%22%2C%22service%22%3A%22full_text%22%2C%22parameters%22%3A%7B%22value%22%3A%22nipah%20virus%22%7D%7D%5D%2C%22logical_operator%22%3A%22and%22%7D%5D%2C%22logical_operator%22%3A%22and%22%2C%22label%22%3A%22full_text%22%7D%5D%2C%22logical_operator%22%3A%22and%22%7D%2C%22return_type%22%3A%22entry%22%2C%22request_options%22%3A%7B%22paginate%22%3A%7B%22start%22%3A0%2C%22rows%22%3A25%7D%2C%22results_content_type%22%3A%5B%22experimental%22%5D%2C%22sort%22%3A%5B%7B%22sort_by%22%3A%22score%22%2C%22direction%22%3A%22desc%22%7D%5D%2C%22scoring_strategy%22%3A%22combined%22%7D%2C%22request_info%22%3A%7B%22query_id%22%3A%2209910745d9c27c333a874822b7fa9425%22%7D%7D">telah banyak tersimpan di pangkalan data <em>Protein Data Bank</em> atau PDB</a>. Selain itu, dukungan referensi ilmiah berdasarkan publikasi ilmiah dari jurnal ilmiah internasional bereputasi juga sudah banyak dituliskan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/?term=nipah+virus">oleh para peneliti di berbagai negara</a>. </p>
<p>Di samping itu, salah satu fakta menarik adalah penelitian <a href="https://www.gen.cam.ac.uk/directory/dr-henrik-salje">Henrik Salje </a> yang <a href="https://www.nejm.org/doi/10.1056/NEJMoa1805376">terbit di <em>The New England of Medicine</em></a>. Riset ini menyebutkan bahwa berdasarkan kasus di Bangladesh, penelitian terhadap 248 infeksi virus Nipah di sana menyimpulkan jika nilai R yang memiliki kaitan dengan kemungkinan penularan penyakit antarmanusia adalah relatif kecil. Pada dasarnya, nilai R atau angka reproduksi adalah sebuah metode pemeringkatan untuk mengetahui kemampuan penyebaran penyakit tertentu. </p>
<p>Namun, walaupun nilai R tergolong relatif rendah, jika ada kejadian hewan liar yang dibawa oleh manusia ke lokasi yang kepadatan populasinya tinggi, maka peningkatan peluang risiko penularan antarmanusia akan semakin besar. Hal ini juga dapat memberikan tempat bagi virus ini untuk terjadinya mutasi dan mengubah susunan genetiknya sehingga dapat lebih mudah menular antarmanusia dan meningkatkan potensi pandemi baru.</p>
<p>Munculnya wabah virus Nipah di India atau negara lain setiap tahun dalam beberapa tahun terakhir dapat menjadi indikator bahwa <a href="https://ayosehat.kemkes.go.id/mengenal-virus-nipah-dan-gejalanya">kemungkinan hilangnya habitat dari hewan liar akibat ekspansi aktivitas manusia</a>. </p>
<p>Hal ini membawa pada kondisi yang lebih erat untuk kontak antara manusia dan hewan liar sehingga meningkatkan risiko penularan dari hewan liar ke manusia melalui kontak langsung yang tidak terkontrol.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/215337/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Virus ini memiliki nilai persentase tingkat kematian sekitar 75%. Artinya, jika terinfeksi, maka kemungkinannya dapat menyebabkan kematian sejumlah tiga dari empat kasus.Arif Nur Muhammad Ansori, Researcher, Postgraduate School, Universitas AirlanggaArli Aditya Parikesit, Vice Rector of Research and Innovation, Indonesia International Institute for Life SciencesYulanda Antonius, Lecturer, Faculty of Biotechnology, Universitas SurabayaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2088412023-07-13T07:40:41Z2023-07-13T07:40:41ZVaksin demam berdarah resmi beredar di Indonesia, bisakah kita bebas segera dari penyakit bawaan nyamuk ini?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/537033/original/file-20230712-25-nwdcap.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Vaksin dengue menjadi salah satu terobosan untuk penyelesaian DBD di berbagai negara endemik.</span> <span class="attribution"><span class="source">Getty Images</span></span></figcaption></figure><p><a href="https://e-journal.unair.ac.id/IJTID/article/view/594">Demam Berdarah Dengue (DBD)</a> telah lama menjadi penyakit endemik di Indonesia. </p>
<p>Iklim tropis merupakan lingkungan yang sangat mendukung perkembangbiakan vektor nyamuk <em><a href="https://www.ecdc.europa.eu/en/disease-vectors/facts/mosquito-factsheets/aedes-aegypti">Aedes aegypti</a></em> dan <em><a href="https://www.ecdc.europa.eu/en/disease-vectors/facts/mosquito-factsheets/aedes-albopictus">Aedes albopictus</a></em> dengan cepat. </p>
<p>Dalam lima tahun terakhir, Indonesia telah mengalami <a href="https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20201203/2335899/data-kasus-terbaru-dbd-indonesia/">peningkatan kasus DBD</a> jika dibandingkan dengan data dua dekade yang lalu.</p>
<p>Data Kementerian Kesehatan Indonesia <a href="https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/02/05/73-persen-kematian-dbd-terjadi-pada-anak">menunjukkan</a> bahwa kasus DBD meningkat secara signifikan dari tahun 2021 (sekitar 73.500 kasus dengan 705 kematian) dan 2022 (sekitar 131.200 kasus dengan 1.183 kematian). </p>
<p>Dengan gejala yang serius dan berpotensi fatal, DBD menjadi ancaman nyata bagi kesehatan masyarakat, terutama bagi anak-anak dan dewasa muda. Maka, <a href="https://www.pom.go.id/new/view/more/pers/659/Persetujuan-Izin-Edar-Vaksin-Dengue--Qdenga--untuk-Usia-6---45-Tahun.html">persetujuan edar vaksin dengue untuk usia 6–45 tahun</a> di Indonesia pada September 2022 menjadi kabar baik yang dinantikan. </p>
<p>Saat ini, vaksin dengue <a href="https://www.pom.go.id/new/view/more/pers/659/Persetujuan-Izin-Edar-Vaksin-Dengue--Qdenga--untuk-Usia-6---45-Tahun.html">QDENGA®</a> telah beredar di Indonesia. Vaksin tersebut terdaftar atas nama <a href="https://www.takeda.com/newsroom/newsreleases/2022/takedas-qdenga-dengue-tetravalent-vaccine-live-attenuated-approved-in-indonesia-for-use-regardless-of-prior-dengue-exposure/">PT Takeda Indonesia</a> dan diproduksi oleh <a href="https://idt-biologika.com">IDT Biologika GmbH</a> Jerman.</p>
<p>Namun, apakah dengan vaksin tersebut maka Indonesia akan terbebas dari DBD dalam waktu dekat? Apalagi, vaksinasi untuk DBD belum termasuk dalam vaksin wajib bagi anak-anak hingga saat ini.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/ancaman-demam-berdarah-di-indonesia-meningkat-3-hal-terkait-penyebab-dan-pencegahannya-111504">Ancaman demam berdarah di Indonesia meningkat: 3 hal terkait penyebab dan pencegahannya</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Epidemiologi DBD di Indonesia</h2>
<p>DBD adalah <a href="https://www.phcogj.com/article/1382">masalah kesehatan yang signifikan di Indonesia</a>.</p>
<p>Sebagai negara tropis dengan iklim yang hangat dan lembap sepanjang tahun, Indonesia menjadi tempat yang ideal untuk perkembangbiakan nyamuk <em>Aedes aegypti</em> dan <em>Aedes albopictus</em>, <a href="https://rjptonline.org/AbstractView.aspx?PID=2021-14-7-38">vektor untuk penyebaran virus dengue</a> (Gambar 1).</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/537218/original/file-20230713-29-xnb9nb.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/537218/original/file-20230713-29-xnb9nb.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=488&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/537218/original/file-20230713-29-xnb9nb.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=488&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/537218/original/file-20230713-29-xnb9nb.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=488&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/537218/original/file-20230713-29-xnb9nb.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=613&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/537218/original/file-20230713-29-xnb9nb.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=613&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/537218/original/file-20230713-29-xnb9nb.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=613&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Gambar 1. Gambaran skematis nyamuk <em>Aedes aegypti</em> sedang menghisap darah inang melalui kulit.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Gambar dari penulis dan dibuat dengan platform BioRender.com</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Geografis Indonesia yang luas dan beragam juga berperan dalam <a href="https://scholar.unair.ac.id/en/publications/efficacy-of-allium-cepa-amaryllidaceae-extract-against-dengue-vir">epidemiologi (penyebaran penyakit) DBD di negara ini</a>. Beberapa area dengan populasi padat seperti <a href="https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20230205/3642353/atasi-dengue-kemenkes-kembangkan-dua-teknologi-ini/">Bandung, Jakarta Timur, dan Bogor</a> serta infrastruktur sanitasi yang kurang memadai memiliki risiko tinggi untuk penyebaran penyakit ini. </p>
<p>Selain itu, faktor iklim, seperti <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/jvec.12187">curah hujan dan suhu</a>, juga memengaruhi penyebaran dan perkembangbiakan nyamuk –pada akhirnya mendorong penyebaran DBD di masyarakat.</p>
<p>DBD di Indonesia memiliki pola musiman. Peningkatan kasus biasanya terjadi <a href="https://oamjms.eu/index.php/mjms/article/view/8897">pada musim hujan (Oktober-Maret)</a>, kondisi lembab dan adanya genangan air membuat lingkungan yang ideal bagi nyamuk untuk berkembang biak. Namun, DBD tetap bisa <a href="https://www.kemkes.go.id/article/view/16020900002/kendalikan-dbd-dengan-psn-3m-plus.html#:%7E:text=Setiap%20tahun%2C%20kejadian%20penyakit%20demam%20berdarah%20dengue%20%28DBD%29,turun%20pada%20bulan%20Februari%20hingga%20ke%20penghujung%20tahun">terjadi sepanjang tahun</a>.</p>
<p>Secara keseluruhan, <a href="https://workingpapers.bappenas.go.id/index.php/bwp/article/view/184">DBD tetap menjadi tantangan besar di bidang kesehatan masyarakat di Indonesia</a>. </p>
<p>Kita butuh upaya terpadu, termasuk <a href="https://www.isisn.org/BR15(3)2018/1661-1665-15(3)2018%20BR-18-175.pdf">peningkatan pengendalian vektor</a>, peningkatan deteksi dan perawatan kasus serta peningkatan cakupan vaksinasi untuk mengatasi penyakit ini.</p>
<h2>Lebih dekat dengan vaksin dengue</h2>
<p>Vaksin dengue dihasilkan dari <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0168170222003471">riset intensif dan panjang</a> yang meliputi aspek biomedik, bioteknologi, dan imunologi.</p>
<p><a href="https://jurnal.ugm.ac.id/v3/IJP/article/view/1497">Setiap dosis vaksin berisi antigen yang memicu sistem imun</a> untuk menghasilkan antibodi melawan virus dengue (Gambar 2). Dengan begitu, individu yang divaksinasi akan memiliki <a href="https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(13)60754-0/fulltext">pertahanan lebih baik terhadap serangan virus</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/537219/original/file-20230713-24-zkz2ug.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/537219/original/file-20230713-24-zkz2ug.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=403&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/537219/original/file-20230713-24-zkz2ug.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=403&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/537219/original/file-20230713-24-zkz2ug.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=403&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/537219/original/file-20230713-24-zkz2ug.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=506&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/537219/original/file-20230713-24-zkz2ug.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=506&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/537219/original/file-20230713-24-zkz2ug.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=506&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Gambar 2. Gambaran skematis dari genom virus dengue. Gen E yang menyandikan salah satu protein struktural (protein E) memberikan peranan penting dalam respon imun pada inang dan desain vaksin. Gambaran visual model tiga dimensi dari virus dengue yang dihasilkan oleh analisis kryo-mikroskop elektron merujuk pada pangkalan data <em>Protein Data Bank</em> (PDB ID: 3J35).</span>
<span class="attribution"><span class="source">Gambar dibuat penulis menggunakan platform BioRender.com</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Secara teoritis, vaksinasi dengue skala luas di Indonesia akan berdampak pada penurunan kasus DBD secara signifikan. Akan tetapi, realisasi tersebut membutuhkan cakupan vaksinasi yang tinggi, yaitu <a href="https://ourworldindata.org/vaccination">antara 42-86%</a> di seluruh populasi, dan efektivitas vaksin yang berkelanjutan.</p>
<p>Vaksin QDENGA® adalah vaksin dengan platform <a href="https://www.takeda.com/newsroom/newsreleases/2022/takedas-qdenga-dengue-tetravalent-vaccine-live-attenuated-approved-for-use-in-european-union/?_x_tr_hist=true"><em>live attenuated tetravalent</em> dengue vaccine (TDV) alias virus hidup yang dilemahkan.</a>. </p>
<p>Ada empat galur virus dengue dengan berbagai serotipe (variasi yang berbeda dalam suatu virus). Galur-galur tersebut yaitu (1) galur virus dengue serotipe 2 (TDV-2), (2) rekombinan galur virus dengue serotipe 2/1 (TDV-1), (3) rekombinan galur virus dengue serotipe 2/3 (TDV-3), dan (4) rekombinan galur virus dengue serotipe 2/4 (TDV-4). Vaksin ini tersusun dari empat galur ini. </p>
<p>Salah satu yang <a href="http://tropmedhealth.biomedcentral.com/articles/10.1186/s41182-016-0004-y">penting pada pengembangan vaksin adalah efikasi (keampuhan)</a>. </p>
<p>Efikasi vaksin QDENGA® dilaporkan oleh <a href="https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(20)30414-1/">data studi klinik fase 3</a> dan didukung data imunogenisitas studi klinik fase 2 dan <a href="https://www.pharmaceutical-technology.com/news/mhra-takeda-dengue-vaccine/">fase 3</a>. <a href="https://www.pom.go.id/new/view/more/pers/659/Persetujuan-Izin-Edar-Vaksin-Dengue--Qdenga--untuk-Usia-6---45-Tahun.html">Efikasi Vaksin QDENGA®</a> untuk pencegahan demam berdarah secara keseluruhan sebesar 80,2%. Sementara efikasinya untuk mencegah keparahan dengan perawatan intensif (hospitalisasi) akibat virus dengue sebesar 95,4%.</p>
<p>Vaksin ini menunjukkan <a href="https://classic.clinicaltrials.gov/ct2/show/NCT02747927">efikasi</a> yang baik pada subjek dengan sero-positif (memiliki antibodi terhadap virus dengue) maupun subjek dengan sero-negatif (belum memiliki antibodi terhadap virus dengue).</p>
<p>Berdasarkan <a href="https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMoa1903869">analisis terhadap data keamanan</a> dari studi klinik fase 1-3 pada usia 6 hingga 45 tahun, vaksin QDENGA® secara keseluruhan aman dan dapat ditoleransi dengan baik.</p>
<p>Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) atau efek samping yang dilaporkan umumnya bersifat ringan hingga sedang. Pada laporan yang telah dirilis, efek samping ringan yang timbul meliputi pembengkakan yang bersifat sementara (hilang dalam 1-3 hari setelah pemberian vaksin), bercak kemerahan, dan nyeri pada titik injeksi.</p>
<p>Efek samping sistemik yang dilaporkan yaitu demam, hilang nafsu makan, rasa mengantuk, rasa lelah, nyeri otot, dan sakit kepala.</p>
<p>Tidak ada kejadian perdarahan akibat vaksin dengue serta reaksi alergi berat yang dilaporkan setelah pemberian vaksin QDENGA® dalam studi klinik.</p>
<p>Meski begitu, hingga saat ini belum tersedia data efikasi vaksin QDENGA® untuk usia di atas 45 tahun sehingga efikasi vaksin pada kelompok usia tersebut belum dapat dipastikan dan membutuhkan analisis lebih lanjut.</p>
<h2>Tantangan vaksinasi dengue di Indonesia</h2>
<p>Beberapa tantangan muncul dalam <a href="https://p2pm.kemkes.go.id/storage/publikasi/media/file_1631494745.pdf">upaya mencapai Indonesia yang bebas DBD</a>. Tantangan yang utama adalah distribusi vaksin. </p>
<p>Mengingat Indonesia adalah negara kepulauan dengan infrastruktur yang belum merata, distribusi vaksin ke daerah terpencil dan kurang berkembang bisa menjadi tantangan besar.</p>
<p>Tantangan lainnya adalah <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0264410X16303164">penerimaan masyarakat terhadap vaksin</a>. Walaupun vaksin sudah terbukti aman dan efektif, namun masih banyak masyarakat yang ragu untuk melakukan vaksinasi karena berbagai alasan. </p>
<p><a href="https://www.antaranews.com/berita/3417309/pemerintah-perlu-terus-gencarkan-edukasi-pentingnya-imunisasi-dasar">Edukasi masyarakat tentang pentingnya vaksinasi</a> menjadi hal penting untuk dilakukan guna mengatasi tantangan ini.</p>
<p>Tantangan selanjutnya adalah <a href="https://microbiologyjournal.org/genetic-variant-of-sars-cov-2-isolates-in-indonesia-spike-glycoprotein-gene/">implementasi surveilans penyakit yang efektif</a>. Kita membutuhkan <a href="https://gisaid.org">sistem pemantauan dan pelaporan yang baik</a> untuk melacak efektivitas vaksin dan <a href="https://bgsi.kemkes.go.id">mendeteksi penyebaran penyakit dini</a>. </p>
<p>Sistem ini harus dapat dengan cepat memberikan respon terhadap kasus DBD, termasuk di daerah-daerah terpencil.</p>
<p>Salah satu aspek penting dalam <a href="https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/1699310">pengendalian DBD adalah pengendalian nyamuk</a> <em>Aedes aegypti</em> dan <em>Aedes albopictus</em>. Meski vaksin dengue telah beredar, <a href="https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/1699308">pengendalian populasi nyamuk ini</a> tetap penting untuk mencegah penyebaran virus. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/cara-peneliti-meyakinkan-warga-menggunakan-cara-baru-demi-membasmi-demam-berdarah-86861">Cara peneliti meyakinkan warga menggunakan cara baru demi membasmi demam berdarah</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Pencegahan perkembangbiakan nyamuk dan penanganan tempat potensial untuk perkembangbiakan nyamuk harus terus dilakukan.</p>
<p>Selanjutnya, tantangan juga datang dari virus dengue itu sendiri. </p>
<p><a href="https://www.jstage.jst.go.jp/article/yoken/75/2/75_JJID.2021.376/_article">Virus ini memiliki empat serotipe yang berbeda</a>. Meski vaksin yang ada sekarang dapat memberikan perlindungan terhadap keempat serotipe tersebut, ada kemungkinan seseorang yang sudah divaksinasi <a href="https://www.microbiologyresearch.org/content/journal/jgv/10.1099/jgv.0.000669">dapat terinfeksi oleh serotipe lain</a>. </p>
<p><a href="https://microbiologyjournal.org/construction-of-epitope-based-peptide-vaccine-against-sars-cov-2-immunoinformatics-study/">Penelitian dan pengembangan vaksin yang terus berlanjut</a> adalah hal yang sangat penting.</p>
<p>Selain itu, ada juga kemungkinan terjadinya <a href="https://www.nature.com/articles/s41564-022-01143-7">resistensi virus terhadap vaksin</a>. Fenomena ini mirip dengan <a href="https://smujo.id/biodiv/article/view/11896">resistensi bakteri terhadap antibiotik</a>. </p>
<p>Jika hal ini terjadi, efektivitas vaksin akan menurun, dan upaya pengendalian penyakit akan menjadi lebih sulit.</p>
<p>Jadi, meski keberadaan vaksin dengue di Indonesia adalah langkah yang sangat penting dalam pengendalian DBD, namun beberapa rintangan masih harus dihadapi sehingga membutuhkan peran semua pihak, termasuk pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat untuk mencapai Indonesia bebas DBD.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/208841/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Demam Berdarah Dengue (DBD) telah lama menjadi penyakit endemik di Indonesia. Dengan beredarnya vaksin dengue, apakah Indonesia akan dapat terbebas dari DBD dalam waktu dekat?Arif Nur Muhammad Ansori, Researcher and Assistant Lecturer, Universitas AirlanggaArli Aditya Parikesit, Vice Rector of Research and Innovation, Indonesia International Institute for Life SciencesYulanda Antonius, Lecturer, Faculty of Biotechnology, Universitas SurabayaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1959182023-01-11T04:00:57Z2023-01-11T04:00:57ZCOVID-19 makin terkendali, bagaimana peran teknologi genomik dalam pencarian nenek moyang SARS-CoV-2?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/503787/original/file-20230110-20-rtjv9t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Ilustrasi yang menunjukkan rekombinasi dua virus.</span> <span class="attribution"><span class="source">iStock</span></span></figcaption></figure><p>Di tengah kecenderungan umum kasus COVID-19 yang <a href="https://coronavirus.jhu.edu/map.html">terus menurun dan terkendali di banyak negara</a>, kecuali <a href="https://www.bbc.com/indonesia/dunia-64129168">di Cina</a>, para ilmuwan masih terus mencari asal-usul penyebab COVID-19, virus <em>severe acute respiratory syndrome coronavirus-2</em> (SARS-CoV-2). </p>
<p>Para peneliti telah, sedang, dan akan terus mengurutkan genom SARS-CoV-2 dari berbagai varian di seluruh dunia. Peta urutan genom lengkap SARS-CoV-2 sangat penting karena berkaitan dengan <a href="https://rjptonline.org/AbstractView.aspx?PID=2021-14-10-85">pembuatan terapi</a> (obat dan antibodi), <a href="https://jppres.com/jppres/b-cell-epitope-of-sars-cov-2-and-covid-19-vaccine-candidate/">desain vaksin</a>, dan pemeriksaan <a href="https://www.teknolabjournal.com/index.php/Jtl/article/view/297">status kekerabatannya dengan virus lain pada golongan famili <em>Coronaviridae</em></a>. Bagaimana virus bermutasi dan berevolusinya juga bisa dideteksi dari peta genom tersebut.</p>
<p>Data pertama genom lengkap virus ini, yang menjadi <a href="https://microbiologyjournal.org/distribution-of-covid-19-and-phylogenetic-tree-construction-of-sars-cov-2-in-indonesia/">virus referensi (Wuhan-Hu-1)</a>, bisa diakses di pangkalan data <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/genbank/">GenBank, National Center for Biotechnology Information (NCBI)</a> sejak 2020 dengan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/nuccore/NC_045512.2">kode nomor akses NC_045512.2</a>.</p>
<p>Virus yang termasuk golongan <a href="https://www.nature.com/articles/s41564-020-0695-z">genus <em>Betacoronavirus</em></a> ini didapatkan dari pusat awal virus yang diduga tersebar di pasar makanan laut Huanan, Wuhan, Cina.</p>
<p>Sampai 9 Januari 2022, pangkalan data urutan genom lengkap SARS-CoV-2 di <a href="https://gisaid.org">GISAID (Global Initiative on Sharing Avian Influenza Data) EpiCoV</a> telah menyimpan lebih dari 14,5 juta urutan genom lengkap isolat virus (virus yang diperoleh dari lapangan) SARS-CoV-2 yang bersirkulasi di berbagai belahan dunia sejak awal pandemi COVID-19.</p>
<p>Selain itu, <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/vms3.394">analisis berbasis biologi molekuler dan bioinformatika terkini</a> mengungkapkan bahwa koronavirus yang berasal dari kelelawar dan SARS-CoV-2 memiliki nenek moyang yang sama. Namun terjadinya penggabungan genetik yang masif di dalamnya telah menyebabkan gambar petanya menjadi tidak jelas.</p>
<h2>Kemajuan teknologi pengurutan genom lengkap</h2>
<p>Tidak diragukan lagi bahwa teknologi genomik telah <a href="https://www.mdpi.com/2073-4425/13/8/1330">memainkan peran penting dalam perjuangan global melawan COVID-19</a>. </p>
<p>Pengurutan genom lengkap secara cepat telah membantu <a href="https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-3-030-63761-3_47">melacak penyebaran SARS-CoV-2</a> dan mengidentifikasi mutasi baru virus atau varian virus. </p>
<p>Dari sisi teknologi genomik, <a href="https://bmcgenomics.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12864-021-08139-3"><em>next generation sequencing</em> (NGS) yang saat ini berkembang pesat</a> tidak tersedia pada satu dekade yang lalu. </p>
<p>Oleh karena itu, urutan genom lengkap dari SARS-CoV-2 lebih cepat terpetakan saat ini. Dibanding teknologi sebelumnya, teknologi NGS menyediakan cara yang efektif dan tidak bias untuk <a href="https://bmcmedgenomics.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12920-021-00990-3">mengidentifikasi jenis koronavirus baru</a> dan patogen lain tanpa pengetahuan cukup sebelumnya tentang organisme tersebut. </p>
<p>SARS-CoV-2 <a href="https://bnrc.springeropen.com/articles/10.1186/s42269-021-00657-0">adalah virus ketujuh</a> dari golongan koronavirus yang menyerang manusia setelah 229E, NL63, OC43, HKU1, <a href="https://www.who.int/health-topics/middle-east-respiratory-syndrome-coronavirus-mers">MERS-CoV</a>, dan <a href="https://www.businessinsider.com/deadly-sars-virus-history-2003-in-photos-2020-2">SARS-CoV</a>. </p>
<p>Virus SARS-CoV-2 memiliki RNA (asam ribonukleat) dengan untai positif dan besar genom yang hampir mencapai 30.000 pasang basa. Hal ini berarti bahwa terdapat kombinasi huruf A (adenin), T (timin), G (guanin), dan C (sitosin) yang berjajar hingga sekitar 30.000 buah huruf. A, T, G, dan C adalah empat basa nitrogen yang <a href="https://microbiologyjournal.org/genetic-variant-of-sars-cov-2-isolates-in-indonesia-spike-glycoprotein-gene/">menyusun urutan genom lengkap dari virus SARS-CoV-2</a>. Sedangkan virus referensi ini (Wuhan-Hu-1) memiliki ukuran sebesar 29.903 pasang basa.</p>
<p>Virus <a href="https://www.nature.com/articles/s41564-020-0695-z">SARS-CoV-2</a> tersusun atas empat gen penyandi protein struktural, yaitu <a href="https://microbiologyjournal.org/construction-of-epitope-based-peptide-vaccine-against-sars-cov-2-immunoinformatics-study/"><em>spike glycoprotein</em> (S)</a>, <em>envelope protein</em> (E), <em>matrix protein</em> (M), dan <em>nucleocapsid phosphoprotein</em> (N). Selain itu ada juga gen penyandi protein non-struktural lain, misalnya pp1ab, pp1a, 3a, 3b, p6, 7a, 7b, 8b, 9b, dan orf14. </p>
<p>Di tengah kekhawatiran penyebaran cepat <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s12273-022-0952-6">varian baru dari SARS-CoV-2</a>, seperti Alpha (B.1.1.7), Beta (B.1.351), Gamma (P1, Brazil), Delta (B.1.617.2), dan Omicron (B.1.1.529), kita perlu lebih banyak <a href="https://peerj.com/articles/13522/">data genom lengkap yang diurutkan untuk mendeteksi mutasi</a> dengan cepat dan mencegah penyebaran varian baru. </p>
<p>Pandemi COVID-19 dapat berakhir, tapi kita harus tahu bahwa koronavirus tidak mungkin menjadi pandemi terakhir dalam kehidupan ini. </p>
<p>Galur virus baru yang lebih berbahaya dapat saja muncul pada era pasca COVID-19.</p>
<p>Situasi ini menjadi semakin mencemaskan, karena menurut riset Cecilia Sanchez dan koleganya dari <a href="http://www.ecohealthalliance.org">EcoHealth Alliance New York</a> yang terbit di <em><a href="https://www.nature.com/articles/s41467-022-31860-w">Nature Communications</a></em>, ada 66.280 orang yang terinfeksi dengan koronavirus dari kelelawar (menyebabkan gejala mirip SARS) setiap tahunnya di Asia Tenggara.</p>
<p>Sejauh ini, walau kemampuan sebuah virus dalam melewati batas untuk menginfeksi spesies lain berlangsung secara sangat ekstensif, jumlah koronavirus yang menyebabkan epidemi dan pandemik masih sangat terbatas. </p>
<p>Beruntung, <a href="https://www.mdpi.com/1467-3045/43/2/61">teknologi NGS</a> dapat memberikan bukti penting kepada pemegang kebijakan berkaitan dengan kesehatan masyarakat, pengembang <a href="https://jurnal.ugm.ac.id/v3/IJP/article/view/1497">vaksin</a> dan <a href="http://phcogj.com/article/1740">obat</a>, dan peneliti. Teknologi ini memungkinkan laboratorium untuk melacak rute penularan virus secara global, deteksi mutasi dengan cepat untuk mencegah penyebaran varian virus baru. </p>
<h2>Nenek moyang SARS-CoV-2 sejauh ini</h2>
<p>Saat ini, banyak virus memiliki kekerabatan yang erat dengan SARS-CoV-2 telah diambil, berasal dari tenggiling dan kelelawar. Seluruh urutan lengkap genom virus-virus ini dibandingkan untuk mencapai kesimpulan yang akurat. </p>
<p>Setidaknya terdapat beberapa isolat koronavirus yang memiliki kekerabatan paling dekat dengan SARS-CoV-2. Isolat virus <a href="https://www.nature.com/articles/d41586-021-02596-2">BANAL-52 dari Laos</a> dan diisolasi dari kelelawar memiliki nilai kekerabatan yang tinggi, yaitu<a href="https://www.nature.com/articles/s41586-022-04532-4"> 96,8%</a>. </p>
<p>Selain itu, isolat virus <a href="https://www.mdpi.com/2073-4425/11/7/761">RaTG13 memiliki nilai kekerabatan 96,1%</a>. Virus ini ditemukan di Yunnan, Cina. Sedangkan isolat virus yang berasal dari <a href="https://doi.org/10.1016/j.cub.2020.03.022">tenggiling mempunyai nilai kekerabatan sekitar 91%</a>. Adanya nilai kekerabatan yang tinggi ini dimungkinkan akibat dari evolusi yang telah terjadi dari nenek moyang yang sama. Di sisi lain, penelitian genomik terkait isolat virus asal tenggiling ini mendapat sorotan dari <a href="https://www.biorxiv.org/content/10.1101/2020.05.07.077016v1">peneliti lain</a> terkait kualitas hasil urutan genomnya.</p>
<p>Namun, hal tersebut tidak membuat terungkapnya dengan mudah dan pasti siapa nenek moyang dan bagaimana asal virus SARS-CoV-2. Rekombinasi (penggabungan genetik) telah <a href="https://www.nature.com/articles/d41586-022-03611-w">mengaburkan darimana nenek moyang SARS-CoV-2</a>. Muncul dugaan bahwa mungkin rekombinasi virus terjadi hanya dalam waktu beberapa tahun, tidak mencapai beberapa dekade. </p>
<p>Pencarian nenek moyang SARS-CoV-2 akan menjadi semakin kompleks karena, karena sebuah riset <em>pre-print</em> di <a href="https://www.biorxiv.org">Bioarxiv</a> dari <a href="https://www.biorxiv.org/content/10.1101/2022.11.23.517609v1">Jing Wang dan kawan-kawan dari Universitas Sun-Yat Sen, Cina</a> menyatakan bahwa telah ditemukan koronavirus rekombinan baru <em>SARS-like</em> berkerabat sangat dekat dengan SARS-COV-2 dan SARS-CoV. Hanya ada perbedaan lima asam amino pada urutan basa nitrogen <a href="https://www.mdpi.com/1422-0067/23/4/2188/htm">potongan gen <em>receptor-binding domain</em></a> dengan urutan basa nitrogen awal dari SARS-CoV-2 (Wuhan-Hu-1) sebagai virus referensi. </p>
<p>Proses rekombinasi yang sangat ekstensif ini akan meningkatkan kompleksitas perunutan urutan basa nitrogen dan asam amino dari nenek moyang virus penyebab COVID-19 ini. </p>
<p>Penelitian epidemiologi molekuler berperan penting dalam mengurai kerumitan ini. Seperti yang sudah kita ketahui, <a href="https://www.nature.com/articles/s41591-021-01471-x">daerah Asia Selatan dan Asia Tenggara merupakan <em>hotspot</em> untuk penyebaran virus-virus zoonosis</a> yang dibawa oleh kelelawar. </p>
<p>Karena itu, <a href="https://www.antaranews.com/berita/2669133/pakar-sebut-epidemiologi-molekular-semakin-diperlukan-masyarakat">kebijakan pemerintah di kawasan tersebut</a> seharusnya mendukung riset berbasis epidemiologi molekuler yang lebih baik. Ini penting sebagai sistem peringatan dini terhadap kemungkinan munculnya patogen-patogen baru yang sebelumnya sudah atau belum pernah ditemukan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/195918/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Arif Nur Muhammad Ansori meraih Beasiswa Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) Batch III dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Republik Indonesia untuk menempuh Pendidikan Jenjang Doktor bidang Sains Veteriner di Universitas Airlangga, Surabaya.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Arli Aditya Parikesit tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Ilustrasi yang menunjukkan rekombinasi dua virus.Arif Nur Muhammad Ansori, Peneliti, Universitas AirlanggaArli Aditya Parikesit, Vice Rector of Research and Innovation, Indonesia International Institute for Life SciencesLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1490002020-10-28T10:50:17Z2020-10-28T10:50:17ZBioinformatika: kolaborasi sains data dan biologi untuk memajukan riset medis<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/374005/original/file-20201209-22-1okyk66.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption"></span> <span class="attribution"><a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span></figcaption></figure><iframe src="https://open.spotify.com/embed-podcast/episode/53QLhsCVso7S0656PyeGh4" width="100%" height="232" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<p>Pandemi COVID-19 membuat peneliti dari berbagai negara berlomba mencari vaksin. Namun, COVID-19 bukan satu-satunya penyakit yang perlu diberantas - ada kanker, diabetes, dan penyakit lainnya yang juga menunggu kehadiran obat.</p>
<p>Salah satu cabang ilmu yang turut berperan besar dalam mendorong penemuan obat tersebut adalah bioinformatika, yang merupakan kolaborasi antara biologi dan kimia dengan sains data.</p>
<p>Untuk mendalami peran penting bioinformatika dalam riset medis - mulai dari pengelolaan data urutan genom hingga pemodelan komputer untuk menguji desain obat - Sains Sekitar Kita berbicara dengan dengan Arli Aditya Parikesit.</p>
<p>Arli merupakan Ketua Departemen Bioinformatika di <em>Indonesian International Institute for Life Sciences</em> (I3L), lembaga pendidikan tinggi yang pertama menawarkan Program Studi Bioinformatika di Indonesia. Dia juga menggagas <a href="https://link.springer.com/article/10.1186/1471-2105-12-S13-S23">pendekatan informatika</a> dan pemodelan komputer dalam <a href="https://scholar.google.co.id/citations?user=TjaczhcAAAAJ&hl=id">penelitian obat kanker</a> payudara dan serviks.</p>
<p>Dari riset tentang epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir - dengarkan Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts!</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/149000/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Salah satu cabang ilmu yang turut berperan besar dalam mendorong kemajuan riset kesehatan adalah bioinformatika - kolaborasi antara biologi dengan sains data.Luthfi T. Dzulfikar, Youth + Education EditorLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.