tag:theconversation.com,2011:/institutions/universitas-andalas-3318/articlesUniversitas Andalas2024-03-14T10:03:53Ztag:theconversation.com,2011:article/2245262024-03-14T10:03:53Z2024-03-14T10:03:53ZUniversitas perlu ajarkan keahlian adaptif bagi mahasiswa kedokteran untuk menghadapi tantangan masa kini<p>Sistem layanan kesehatan mengalami perkembangan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Sebut saja teknologi <em>telemedicine</em> yang memungkinkan komunikasi antara dokter dengan pasien tanpa terikat waktu dan tempat. Ada juga teknologi pengurutan genom yang mampu mendeteksi kelainan genetik lebih dini, sehingga dokter dapat memberikan terapi yang tepat sasaran (<em>precision medicine</em>).</p>
<p>Situasi ini menciptakan tantangan baru yang perlu dijawab oleh para dokter. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan keahlian adaptif (<em>adaptive expertise</em>), untuk melatih pengambilan keputusan klinis yang tidak hanya berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, tapi juga menggali kondisi pasien dari segi sosial-ekonomi, dan kondisi lain yang mungkin berkontribusi pada penyakitnya. </p>
<p>Keahlian adaptif ini perlu diajarkan pada mahasiswa kedokteran karena akan membantu mereka membuat keputusan klinis dengan lebih baik ketika sudah menjadi dokter.</p>
<h2>Apa itu keahlian adaptif?</h2>
<p><a href="https://fk.unand.ac.id/24-visiting-professor-maastricht/">Menurut Erik Driessen</a> dari School of Health Professions Education, Universitas Maastricht, Belanda, keahlian adaptif merupakan kombinasi antara keilmuan kedokteran dengan adaptasi terhadap situasi yang berbeda dari pengalaman yang ada sebelumnya. Keahlian ini akan menentukan keputusan klinis terhadap kondisi pasien.</p>
<p>Dalam kondisi pasien yang terinfeksi bakteri, contohnya, dokter akan meresepkan antibiotik. Namun, jika saat ditelusuri lebih lanjut, pasien tidak hanya terinfeksi bakteri, tapi juga disertai depresi dan terkendala biaya pengobatan, maka tidak hanya antibiotik yang diberikan.</p>
<p>Kondisi ini memerlukan keahlian adaptif yang menekankan <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s40596-023-01849-8">penggunaan pengetahuan</a> secara fleksibel dan kemampuan untuk menghasilkan solusi baru dari pemecahan masalah sehari-hari sebagai proses pengambilan keputusan klinis yang penting. </p>
<h2>Mengapa dokter perlu memiliki keahlian adaptif?</h2>
<p>Dalam praktiknya, dokter bekerja dalam suatu sistem yang kompleks, mulai dari epidemi penyakit hingga sistem layanan kesehatan, yang saling terhubung satu sama lain. Di tengah kompleksitas tersebut, ilmu probabilistik dan statistik tidak dapat sepenuhnya memberikan informasi perawatan yang bisa dipukul rata untuk semua pasien.</p>
<p>Sebagai contoh, penanganan kadar gula darah bagi pasien <a href="https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-diabetes-melitus/page/2/apa-itu-diabetes-melitus-tipe-1">diabetes mellitus tipe 1</a>. Penanganan ini membutuhkan kombinasi keilmuan mulai dari biomedik (seperti kadar gula darah, pemberian insulin), fisiologi tubuh pada kondisi diabetes, output (latihan fisik), kondisi patologis yang tidak terduga seperti muntah saat mengkonsumsi makanan atau obat, hingga persoalan layanan pasien.</p>
<p>Dalam situasi tersebut, dokter setidaknya dihadapkan pada kerumitan apakah akan mempertimbangkan obat tambahan atau pemeriksaan penunjang yang bisa memperbaiki kondisi pasien tanpa adanya muntah atau pengobatan dengan efek samping minimal (<em>best possible care</em>). Dokter juga perlu memutuskan apakah akan memberikan perawatan jarak jauh melalui <em>telemedicine</em> atau sistem di rumah sakit.</p>
<p>Dalam perawatan pasien, kompleksitas klinis yang secara signifikan mendasari proses diagnostik seperti di atas umum terjadi. Mulai dari kompleksitas penyakit yang terkadang tidak dapat diprediksi, kompleksitas teknologi dan lain sebagainya. </p>
<p>Karena itu, dokter memerlukan keahlian adaptif untuk mengatasi berbagai kompleksitas tersebut sehingga tercapai kualitas dan kesehatan pasien yang lebih baik.</p>
<h2>Keahlian adaptif dalam pendidikan dokter</h2>
<p>Pembelajaran keahlian adaptif akan melatih kemampuan untuk memahami konsep dasar yang kuat serta menggunakannya dalam aplikasi klinis, sesuai konteks dan situasi yang berbeda. Ini mengapa keahlian adaptif penting untuk dipelajari di fakultas kedokteran.</p>
<p>Selama ini, mahasiswa kedokteran mempelajari ilmu dasar kedokteran dan ilmu klinis berdasarkan pedoman pembelajaran yang telah ada selama bertahun-tahun. Dengan berkembangnya ilmu kedokteran, mahasiswa kedokteran perlu mengasah keahlian adaptif untuk melatih kompetensi dalam pengambilan keputusan, sekaligus membantu mempersiapkan mereka menjadi pembelajar seumur hidup (<em>long-life learning</em>). </p>
<p>Sebagai pembelajar seumur hidup, mahasiswa kedokteran harus aktif “membaca” perkembangan ilmu kedokteran dan mampu merangkul persektif baru serta hubungan antara berbagai keterbaruan di dunia kedokteran. </p>
<p>James N.Woodruff, dokter penyakit dalam di Chicago, Amerika Serikat (AS), <a href="https://asmepublications.onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/medu.13905">menyatakan</a>, penggunaan kurikulum kedokteran yang menggabungkan ilmu kedokteran dasar dan pengalaman klinis sejak awal dapat mendorong mahasiswa kedokteran untuk termotivasi dalam penanganan perawatan pasien yang komprehensif. Ini meningkatkan peluang pengembangan nilai-nilai inti professional kedokteran maupun interprofesional.</p>
<h2>Elemen keahlian adaptif</h2>
<p><a href="https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/0142159X.2018.1484898">Keahlian adaptif mencakup dua elemen yaitu</a> keterampilan berpikir kritis (<em>critical thinking skills</em>) dan kemampuan metakognitif seperti refleksi (<em>reflection</em>) dan perhatian (<em>mindfulness</em>).</p>
<p>Mengapa demikian?</p>
<p><strong>1. <em>Crictical thinking</em> dan <em>problem solving</em></strong></p>
<p>Pat Croskerry, profesor kedokteran darurat dari Dalhousie University, Kanada, menjelaskan bahwa pengajar di <a href="https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/0142159X.2018.1484898">fakultas kedokteran perlu melatih pemikiran kritis</a> dan pemecahan masalah dalam penilaian klinis. Harapannya, mahasiswa terlatih menghadapi segala bentuk kemungkinan risiko membuat kesalahan dan belajar mencari solusi yang lebih baik. </p>
<p><strong>2. Metakognisi</strong></p>
<p>Metakognisi adalah <a href="https://www.cambridge.org/core/books/abs/cambridge-handbook-of-the-learning-sciences/metacognition/B670B062FF21016A7CFEB4EACB81D72C">suatu proses pembelajaran</a> terhadap suatu keilmuan dengan pemahaman mendalam sehingga menghasilkan efisiensi dalam berpikir dan belajar.</p>
<p>Metakognisi ini terdiri dari dua kemampuan kognitif yang penting dalam proses pembelajaran keahlian adaptif, yaitu kemampuan berpikir kritis (<em>critical thinking skills</em>) dan refleksi (<em>reflection</em>). Kemampuan berpikir kritis memerlukan proses konseptual, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi terhadap keilmuan yang didapat dari observasi, pengalaman, refleksi dan komunikasi. </p>
<p>Metakognisi bertujuan untuk membangun kedalaman pemahaman terhadap suatu pembelajaran saat ini berdasarkan pembelajaran terdahulu. Contohnya, perkembangan teknologi kedokteran dan <em>digital healthcare</em> membuat mahasiswa kedokteran perlu melatih kemampuan untuk belajar dan beradaptasi dengan hal baru. Metakognisi, terutama refleksi dan perhatian, serta pemikiran berkelanjutan melalui inovasi dan kreativitas dalam hubungan interdisipliner juga penting untuk meningkatkan keahlian adaptif mahasiswa kedokteran.</p>
<p>Berdasarkan kebutuhan ini, institusi perlu mempertimbangkan <a href="https://mitpress.mit.edu/9780262535274/the-rationality-quotient/">skor <em>rationality quotient</em> (RQ)</a>, atau kemampuan berpikir rasional dan membuat keputusan yang baik dari para kandidat mahasiswa kedokteran. Ini karena individu dengan kecerdasan intelektual atau <em>intelligence quotient</em> (IQ) tinggi tidak selalu dapat memberikan respon adaptif, penilaian yang baik terhadap suatu masalah, dan pengambilan keputusan yang baik. </p>
<p>Institusi juga dapat mempertimbangkan pemilihan kandidat mahasiswa yang menunjukkan keterlibatan dalam ilmu humaniora, agar memiliki kepekaan terhadap aspek kemanusiaan dari ilmu kedokteran.</p>
<p>Di beberapa fakultas kedokteran, termasuk di Universitas Andalas, Sumatra Barat, keahlian adaptif ini terus ditekankan dan dikembangkan di setiap pembelajaran melalui <em>problem-based learning</em>. Mahasiswa kedokteran diberikan skenario kasus sesuai dengan tingkatan pemahamannya. </p>
<p>Bagi mahasiswa pendidikan kedokteran tahun pertama, misalnya, skenario kasus yang diberikan masih sederhana. Mahasiswa diharapkan mampu memahami dasar-dasar dari ilmu kedokteran seperti fisiologi, biokimia, anatomi, dan berbagai ilmu dasar sehingga mahasiswa memahami fungsi tubuh manusia dalam kondisi normal. </p>
<p>Sementara mahasiswa tahun kedua sampai tahun keempat diberikan skenario kasus yang mulai kompleks secara bertahap. Tentunya, skenario kasus yang diberikan akan selalu diikuti dengan perkembangan ilmu kedokteran terkini.</p>
<p>Dengan terlatih mempraktikkan keahlian adaptif, mahasiswa kedokteran akan mampu menjadi dokter yang ahli dalam menghadapi kompleksitas dan menyadari bahwa banyak faktor yang berperan dalam pencapaian tersebut.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/224526/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Hirowati Ali tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Keahlian adaptif diperlukan untuk mengatasi berbagai kompleksitas dan tantangan profesi dokter di masa kini.Hirowati Ali, Dosen, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2161662024-01-17T04:08:06Z2024-01-17T04:08:06ZSetelah setahun temuan obat sirup, bagaimana kasus ini pengaruhi industri obat?<p>Kasus cemaran etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) pada produk obat sirup yang terkait dengan <a href="https://theconversation.com/kontaminasi-etilen-glikol-dan-dietilen-glikol-dalam-obat-sirup-akibatkan-gagal-ginjal-akut-empat-hal-yang-perlu-anda-ketahui-192950">kasus gagal ginjal akut pada anak di Indonesia pada Oktober 2022</a>, lebih dari setahun lalu, menjadi evaluasi besar bagi banyak pihak baik di dalam negeri maupun luar negeri.</p>
<p>Cemaran EG/DEG dalam obat sirup sepanjang 2022-2023 dilaporkan ditemui lebih dari delapan negara, termasuk Indonesia.</p>
<p>Dari delapan negara tersebut, laporan menyatakan <a href="https://www.reuters.com/business/healthcare-pharmaceuticals/deadly-indonesian-cough-syrup-was-almost-pure-toxin-court-papers-show-2023-10-13/">cemaran ini ditemui dari produk ekspor yang berasal dari India</a>. Sementara di Indonesia, cemaran EG/DEG yang melebihi batas aman ditemukan pada produk yang diproduksi di dalam negeri. </p>
<p>Selain pengusutan pidana pihak-pihak yang dianggap bertanggung jawab di dalam negeri, kasus ini juga mendorong perubahan peraturan di level domestik dan internasional. </p>
<h2>Perubahan aturan</h2>
<p>Kasus ini mendorong badan berwenang bidang obat-obatan mengeluarkan aturan baru selama tahun 2023. </p>
<p>Di Indonesia, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) mengeluarkan <a href="https://peraturan.go.id/files/peraturan-bpom-no-14-tahun-2023.pdf">aturan baru</a> yang mewajibkan pelaporan kegiatan industri dan pedagang besar farmasi untuk bahan tambahan yang berpotensi mengandung cemaran EG dan DEG. </p>
<p>Di <a href="https://www.bbc.com/news/world-asia-india-65679666">India</a>, pemerintah menetapkan bahwa seluruh sirup yang ditujukan untuk ekspor harus diuji di laboratorium pemerintah.</p>
<p>Badan regulasi obat Amerika Serikat (FDA) mengeluarkan <a href="https://www.fda.gov/media/167974/download">pedoman terbaru</a> dalam pengetatan pelaporan hingga mengirimkan <a href="https://www.reuters.com/business/healthcare-pharmaceuticals/cough-syrup-deaths-overseas-prompts-us-crackdown-toxic-testing-2023-09-26/">surat peringatan</a> kepada industri farmasi yang gagal dalam pemenuhan dokumen, meskipun tidak ditemukan kasus cemaran DEG/EG di negara tersebut.</p>
<p>Aturan ini senada dalam memastikan kualitas dan keamanan bahwa setiap industri yang memproduksi komponen yang berpotensi mengandung EG/DEG sebagai cemaran harus waspada. Mereka juga perlu mengetahui dengan jelas pentingnya menjaga kadar EG/DEG dalam batas yang dinyatakan aman (0,1%). </p>
<p>Langkah teknis perlu dilakukan secara rinci, mulai dari pengujian identitas dari setiap sampel wadah bahan yang diterima hingga uji batas EG/DEG sebelum digunakan dalam proses produksi dengan menggunakan prosedur yang tepat dan handal.</p>
<p>Industri farmasi juga harus menelusuri dan bertanggung jawab dalam rantai distribusi (siapa pembuat atau produsen bahan tersebut, apakah dilakukan pengemasan ulang dari pemasok) komponen yang berpotensi tersebut. </p>
<p>Seluruh personel dalam industri farmasi atau produsen (terutama bagian yang bertanggung jawab terhadap penerimaan, pengujian, dan pelulusan produk) harus memahami dan mewaspadai kemungkinan kontaminasi EG/DEG. </p>
<h2>Investigasi penyebab</h2>
<p>Kasus cemaran <a href="https://theconversation.com/kontaminasi-etilen-glikol-dan-dietilen-glikol-dalam-obat-sirup-akibatkan-gagal-ginjal-akut-empat-hal-yang-perlu-anda-ketahui-192950">obat sirup di Indonesia</a> terdeteksi berawal pada Oktober 2022 setelah <a href="https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20221226174054-33-400254/obat-sirup-berbahaya-324-anak-meninggal-bpom-digugat">beberapa bulan sebelumnya</a> kasus gagal ginjal akut pada anak tidak diketahui penyebabnya secara pasti. Lebih dari 320 anak meninggal akibat obat sirup tercemar ini.</p>
<p>Adanya peringatan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyatakan bahwa ditemukan produk sirup untuk anak tidak memenuhi standar di <a href="https://bpommanado.id/penjelasan-bpom-ri-tentang-sirup-obat-untuk-anak-di-gambia-afrika-yang-terkontaminasi-dietilen-glikol-dan-etilen-glikol-2/">Gambia, Afrika,</a> dan temuan ini dikaitkan dengan kasus gagal ginjal akut pada anak. Peringatan dan kewaspadaan ini mengakibatkan dihentikannya seluruh kegiatan pendistribusian obat kepada masyarakat di Indonesia hingga obat-obat sirup tersebut dinyatakan bebas cemaran EG/DEG oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan. </p>
<p>Akibat hukum dari temuan ini <a href="https://nasional.kompas.com/read/2022/11/07/20474601/bpom-cabut-izin-edar-pt-yarindo-pt-universal-dan-pt-afi-farma">tiga perusahaan obat di Indonesia dicabut perizinannya</a>, tiga penanggung jawab perusahaan <a href="https://berita.iai.id/3-apoteker-terseret-kasus-afi-farma-iai-siapkan-kuasa-hukum/2/">menjalani sidang pidana</a>, dan dua orang pemasok bahan baku ditetapkan sebagai tersangka. </p>
<p>Keluarga korban kasus gagal ginjal akut pada anak menggugat pemerintah (Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan dan Kementerian Kesehatan) lewat gugatan <em><a href="https://nasional.tempo.co/read/1705395/pn-jakpus-kabulkan-kasus-gagal-ginjal-akut-sebagai-gugatan-class-action">class action</a></em> di pengadilan.</p>
<p>Sementara itu, investigasi kasus cemaran obat <a href="https://www.reuters.com/investigates/special-report/health-coughsyrup-india/">sirup di India</a> diduga terjadi akibat disrupsi rantai pasok. Pengusutan kasus ini mengakibatkan kenaikan harga dari propilen glikol <em>pharmaceutical grade</em> sebagai bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan obat sirup. </p>
<p>Propilenglikol yang diperdagangkan terdiri dari <em>industrial grade</em> – yang ditujukan untuk pemakaian di industri non-makanan atau obat-obatan–dan <em>pharmaceutical grade</em> – yang ditujukan untuk digunakan sebagai bahan obat. Propilenglikol <em>industrial grade</em> memiliki persyaratan kemurnian yang lebih longgar dengan harga yang lebih murah daripada <em>pharmaceutical grade</em>.</p>
<p>Investigasi lebih lanjut melaporkan bahwa produsen sirup mengaku menggunakan bahan baku <em>pharmaceutical grade</em> sementara distributor bahan baku mengaku hanya menjual <em>industrial grade</em>. Kedua pihak tidak dapat memberikan bukti dokumentasi yang mendukung pernyataan ini. </p>
<p>Industri obat di India merupakan salah satu industri farmasi terbesar di dunia dan menjadi salah satu penopang perekonomian negara tersebut. </p>
<p>Pengujian obat sirup sebenarnya telah rutin dilakukan oleh produsen obat di Indonesia dan dipantau oleh BPOM. <a href="https://news.detik.com/berita/d-6409955/bpom-buka-suara-usai-digugat-terkait-obat-sirup-tercemar-eg-deg">Badan POM memberikan</a> penjelasan bahwa temuan cemaran ini diduga akibat penggantian pemasok bahan baku farmasi ke kimia oleh produsen selama pandemi. </p>
<p>Penyebab lainnya adalah ketiadaan kendali impor bahan baku yang digunakan sebagai bahan aktif maupun bahan tambahan dalam pembuatan produk farmasi. </p>
<p>Produsen di Indonesia menyatakan bahwa meski industri farmasi telah mengikuti prosedur yang ketat sesuai aturan, ada celah yang memungkinkan industri farmasi tertipu pemasok bahan baku. </p>
<p>Sementara itu, bahan baku obat dan bahan tambahan di Indonesia <a href="https://www.cnbcindonesia.com/news/20211108150101-4-289872/ri-impor-90-bahan-baku-obat-hanya-paracetamol-cs-yang-lokal">memang 90% masih mengandalkan produk impor</a>, terutama dari Cina dan India. </p>
<p>Keseluruhan temuan cemaran EG/DEG yang tercatat selama ini memiliki pola yang mirip akibat beberapa hal berikut:</p>
<ol>
<li>Pengujian bahan baku kurang menyeluruh (mengandalkan dokumen dari distributor).</li>
<li>Tidak adanya syarat mutu EG/DEG yang harus diuji pada bahan yang kemungkinan terkontaminasi.</li>
<li>Produsen dari bahan baku yang digunakan tidak jelas atau tidak dapat ditelusuri.</li>
</ol>
<h2>Lalu apa tindak lanjutnya?</h2>
<p>Investigasi mendalam, menyeluruh, dan melibatkan banyak pihak mungkin perlu dilakukan untuk menelusuri kecurigaan cemaran pada bahan baku impor. Hal ini akan berpengaruh terhadap kebijakan yang sistemik. </p>
<p>Adanya kebijakan baru akan memengaruhi bagaimana peredaran, harga jual obat, hingga derajat kesehatan di masyarakat. </p>
<p>Tidak dipungkiri lemahnya industri hulu, seperti industri bahan baku EG/DEG,di Indonesia menjadi salah satu poin kritis yang memengaruhi kasus cemaran EG/DEG yang menjadikan banyak masyarakat sebagai korban. </p>
<p>Peraturan baru dari <a href="https://peraturan.go.id/files/peraturan-bpom-no-14-tahun-2023.pdf">Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)</a> harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh untuk mencegah kasus serupa berulang ke depan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/216166/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Kasus ini mendorong badan berwenang bidang obat-obatan mengeluarkan aturan baru selama tahun 2023.Azhoma Gumala, Lecturer, Departemen Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas AndalasLailaturrahmi, Lecturer, Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinis, Fakultas Farmasi, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2183742023-11-27T11:57:01Z2023-11-27T11:57:01ZSupaya lulusan cepat dapat kerja, ini 3 hal yang perlu dilakukan universitas<p><em>Survei Agenda Warga dari New Naratif mengundang lebih dari 1.400 orang dari seluruh Indonesia untuk menyampaikan aspirasi mereka tentang apa saja isu yang dianggap paling penting bagi masyarakat. Artikel ini merupakan kolaborasi The Conversation Indonesia dan New Naratif untuk menanggapi hasil survei tersebut.</em></p>
<hr>
<p>Dalam survei Agenda Warga yang dilakukan sepanjang 2023, isu soal kesejahteraan tenaga kerja dan pendidikan menjadi salah satu topik yang dianggap paling mendesak, terutama dalam kaitannya dengan tingkat pengangguran dan peran institusi pendidikan untuk mengatasinya.</p>
<p>Menurut data dari <a href="https://www.bps.go.id/publication/2022/12/07/a64afccf38fbf6deb81a5dc0/keadaan-angkatan-kerja-di-indonesia-agustus-2022.html">Badan Pusat Statistik (BPS)</a>, jumlah pengangguran di Indonesia pada Agustus 2022 mencapai 8,24 juta orang. Sedangkan, Tingkat Pengangguran Terbuka (TBT) di Indonesia pada Agustus 2022 mencapai 5,86%.</p>
<p>Angka ini turun menjadi 5,32% per Agustus 2023. Namun, jumlah <a href="https://www.antaranews.com/berita/3809649/bps-catat-9468-persen-angkatan-kerja-indonesia-terserap-pasar-kerja">tingkat pengangguran masih relatif lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi COVID-19 atau Agustus 2019</a>.</p>
<p>Tingkat pengangguran yang tinggi ini juga dipengaruhi oleh rendahnya kualitas pertumbuhan ekonomi, terutama dalam menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat. <a href="https://www.nu.or.id/ketenagakerjaan/penyediaan-lapangan-kerja-jadi-tantangan-besar-indonesia-dAs2z">Pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung lebih kepada padat modal daripada padat karya</a>, sehingga angka pengangguran terbuka dan tingkat kemiskinan terus meningkat.</p>
<p>Pada Februari 2023, <a href="https://www.bps.go.id/id/publication/2023/06/16/ddcaf3b4a35c8be03f8c7ac5/indikator-pasar-tenaga-kerja-indonesia-februari-2023.html">Rasio Penduduk Bekerja Terhadap Jumlah Penduduk Usia Kerja (<em>Employment to Population Ratio</em> / EPR) mencapai 65,52%</a>, naik 0,49 poin dibandingkan Februari 2022 maupun Agustus 2022. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan penyerapan penduduk bekerja pada setahun terakhir.</p>
<p>Namun, <a href="https://www.jurnal.yappsu.org/index.php/skylandsea/article/view/156">perkembangan teknologi digital</a> telah menciptakan disrupsi ekonomi secara global dan bisa meningkatkan jumlah pengangguran karena banyak pekerjaan yang bisa diambil alih oleh teknologi.</p>
<p><a href="https://tekno.tempo.co/read/1718440/tvone-perkenalkan-presenter-avatar-dan-klaim-media-berbasis-ai">Sebuah stasiun televisi</a>, misalnya, mulai menggunakan kecerdasan buatan sebagai pengganti pembaca beritanya. Hal ini menyebabkan tenaga kerja di Indonesia menghadapi tantangan baru, semisal <a href="https://www.beritasatu.com/ekonomi/347414/apindo-sebut-dua-hal-ini-penyebab-phk-massal-panasonis-dan-toshiba">pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh perusahaan teknologi</a> karena modernisasi mesin perusahaan yang tidak lagi mengandalkan sumber daya manusia.</p>
<h2>Solusi dari hulu</h2>
<p>Perguruan tinggi menjadi salah satu penyedia terbesar tenaga kerja terdidik selain sekolah menengah kejuruan. Jika masalah pengangguran dan ekonomi tidak diantisipasi, maka perguruan tinggi akan menjadi salah satu penyumbang terbesar pengangguran terdidik di Indonesia. </p>
<p>Sayangnya, masih ada lulusan perguruan tinggi negeri yang tidak mampu mendapatkan pekerjaan setelah lulus. Sebagai contoh, berdasarkan <a href="https://alumni.ui.ac.id/wp-content/uploads/2022/03/TSUI-2021.pdf">survei alumni Universitas Indonesia (UI) tahun 2021</a>, sebanyak 9% lulusan mereka masih atau sedang mencari kerja dan belum bekerja setelah dua tahun lulus. Sementara itu, <a href="https://tracer.itb.ac.id/uploads/report/Infografis%20Sarjana%20-%20Tracer%20Study%20-%202022.pdf">laporan dari Institut Teknologi Bandung (ITB)</a>, menunjukkan bahwa masih ada 5% mahasiswa angkatan 2015 yang sudah lulus tapi belum bekerja pada tahun 2022.</p>
<p>Persentase ini akan terakumulasi jika ditambahkan dengan lulusan tahun-tahun sebelumnya yang masih mencari kerja. Fenomena ini juga banyak ditemukan pada perguruan tinggi lain dengan persentase yang bervariasi.</p>
<p>Apa yang bisa dilakukan oleh universitas?</p>
<p><strong>1. Menyediakan lembaga persiapan dan pengembangan karir</strong></p>
<p>Perguruan tinggi perlu mempunyai lembaga yang mewadahi persiapan dan pengembangan karir calon lulusannya. Lembaga tersebut dapat berbentuk pusat karir atau <em>Career Development Center (CDC)</em>. </p>
<p>Berdasarkan jumlah keanggotaan <a href="https://indonesiacareercenter.id/anggota/"><em>Indonesia Career Center Network</em> (ICCN)</a>, organisasi pusat karir perguruan tinggi Indonesia, hanya 139 pusat karir di perguruan tinggi di Indonesia yang tergabung dalam organisasi ini. Hal ini menandakan bahwa masih banyak perguruan tinggi di Indonesia yang belum peduli terhadap keberadaan dan pentingnya pusat karir.</p>
<p>Bahkan, meskipun pusat karir tersebut telah ada, di beberapa universitas, lembaga tersebut hanya diurus oleh beberapa orang dan tidak mendapat dukungan penuh oleh pimpinan perguruan tinggi. Hal ini terbukti dari keluhan dari beberapa anggota ICCN yang mengikuti kegiatan <a href="http://cdc.unas.ac.id/indonesia-career-center-network-iccn-summit-tahun-2023-universitas-mataram-lombok-1-4-november-2023/">ICCN Summit 2023</a> yang diadakan di Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat, beberapa waktu lalu. </p>
<p><a href="https://id.linkedin.com/in/hotpascaman">Hotpascaman Simbolon</a> dari pusat karir Universitas HKBP Nommensen, Medan, Sumatera Utara, mengatakan bahwa dia hanya sendirian dalam mengurus program pengembangan karir di universitasnya. Pernyataan tersebut didukung juga oleh pegiat pusat karir dari perguruan tinggi lain.</p>
<p>Padahal, pusat karir dapat bertanggung jawab dalam melakukan <a href="https://tracerstudy.kemdikbud.go.id/"><em>tracer study</em></a>. Data hasil <em>tracer study</em> dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengembangan kurikulum, rekomendasi kebijakan, pengadaan kegiatan pengembangan karir, dan hal-hal penting lainnya. </p>
<p>Selain itu, pusat karir juga dapat difungsikan sebagai penyedia pelatihan dan pembekalan karir bagi calon lulusan dalam mempersiapkan diri sebelum menghadapi masa setelah studi. </p>
<p>Universitas Andalas, Sumatra Barat, contohnya, berhasil menurunkan jumlah lulusan mereka yang belum bekerja sebanyak <a href="http://karir.unand.ac.id/content/view?id=482&t=-">7%</a> selama setahun (2022-2023) dengan berbagai macam program, salah satunya adalah kegiatan <a href="http://karir.unand.ac.id/content/view?id=485&t=pembekalan-karir-wisudawan-periode-v-september-2023">pembekalan karir</a> bagi calon wisudawan yang akan lulus di setiap periode wisuda.</p>
<p><strong>2. Integrasi mata kuliah praktik dengan magang</strong></p>
<p>Strategi lain yang bisa dilakukan adalah mengintegrasikan mata kuliah praktikum di laboratorium atau lapangan dengan kondisi sebenarnya ketika magang. Contohnya pada bidang ilmu biologi, teknis dan teori yang didapatkan oleh mahasiswa selama praktikum di laboratorium kampus bisa diaplikasikan dan dikembangkan dengan magang di laboratorium pemerintah atau swasta seperti <a href="https://www.brin.go.id/en">Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)</a>, <a href="https://www.balurannationalpark.id">Taman Nasional Baluran</a>, <a href="https://www.biotrop.org">Seameo Biotrop</a>, <a href="https://www.burung.org">Burung Indonesia</a>, <a href="https://www.sintas.or.id">Sintas Indonesia</a>. Integrasi tersebut bisa dilakukan jika kurikulum yang dikembangkan mengakomodasi kegiatan pembelajaran di luar kampus. </p>
<p>Program pemerintah yang ada sekarang yaitu <a href="https://kampusmerdeka.kemdikbud.go.id/program">Merdeka Belajar Kampus Merdeka</a> sudah mewadahi kebutuhan ini. Namun, kendala yang dihadapi oleh perguruan tinggi di tingkat program studi (prodi) adalah lemahnya kemampuan dalam mengadopsi kebijakan tersebut. Dengan Merdeka Belajar, prodi harus merombak sistem (kurikulum) yang sudah mapan sehingga membutuhkan energi dan sumber daya yang cukup. Selain itu, masih terdapat kurangnya pemahaman prodi dalam menyusun konsep dan struktur kurikulum. Sehingga, revisi kurikulum menjadi salah satu cara di tingkat program studi untuk mengakomodasi kebijakan-kebijakan nasional tersebut agar terimplementasikan dengan lebih baik.</p>
<p><strong>3. Kemitraan dengan pengguna lulusan</strong></p>
<p>Hal lain yang dapat menjadi strategi adalah membangun kemitraan dengan pengguna lulusan baik di sektor pemerintahan maupun swasta. Kemitraan dengan industri dan lembaga pengguna lulusan lainnya perlu diperbanyak sehingga membuka peluang mahasiswa untuk lanjut bekerja setelah magang. </p>
<p>Sebagai contoh, <a href="https://www.sintas.or.id/about/our-team/">Vika Widya</a> yang dulu magang di Sintas Indonesia ketika mahasiswa, sekarang menjadi staf biodiversitas di lembaga yang sama setelah lulus.</p>
<p>Selain itu, banyak <em>stakeholder</em> dan lembaga pencari tenaga kerja yang saat ini mensyaratkan sertifikasi kompetensi dari lembaga nasional seperti <a href="https://bnsp.go.id/">Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP)</a>, bagi calon tenaga kerja. Sebagai contoh, berdasarkan <a href="https://jdih.kemnaker.go.id/katalog-242-Peraturan%20Menteri%20Tenaga%20Kerja.html">Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) No.2 Tahun 1992</a> terdapat kebutuhan ahli keselamatan dan kesehatan kerja (K3 Umum) yang tersertifikasi. Peraturan ini menyebutkan bahwa perusahaan yang memiliki pegawai lebih dari 100 orang atau memiliki risiko pekerjaan yang tinggi, wajib mempunyai minimal seorang ahli K3 umum untuk memastikan keamanan dan keselamatan kerja.</p>
<p>Keberadaan sertifikat semacam ini memudahkan calon tenaga kerja membuktikan kompetensinya sesuai kebutuhan perusahaan. Universitas, melalui prodi, bisa membangun kerja sama dengan lembaga sertifikasi sehingga lulusan mereka mempunyai sertifikasi yang dibutuhkan sebelum lulus.</p>
<p>Dengan mengintegrasikan semua solusi di atas, perguruan tinggi dapat menciptakan lulusan yang mempunyai masa tunggu bekerja yang singkat dan mendapatkan pekerjaan sesuai kualifikasi. Sehingga, jumlah pengangguran terdidik bisa berkurang dan adaptasi terhadap disrupsi ekonomi dan digital pun bisa terlaksana dengan cepat.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/218374/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Saya merupakan pegiat/pengurus Pusat Karir Universitas Andalas yang aktif berdiskusi tentang best practice pengelolaan pusat karir dengan teman-teman pegiat pusat karir lainnya yang tergabung di dalam Indonesia Career Center Network.
Beberapa orang yang saya sebutkan di dalam artikel pernah saya temui, Bapat Hotpascaman Simbolon di ICCN Summit 2023 dan Vika Widya merupakan lulusan Biologi Universitas Andalas.</span></em></p>Jika masalah pengangguran dan ekonomi tidak diantisipasi, perguruan tinggi akan menjadi salah satu penyumbang terbesar pengangguran terdidik di Indonesia. Apa solusinya?Robby Jannatan, Lecturer of Biology, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2175452023-11-22T01:07:50Z2023-11-22T01:07:50ZKeampuhan antibiotik menurun, lima langkahmu bisa mencegahnya<p><em>Artikel ini untuk memperingati <a href="https://www.who.int/campaigns/world-amr-awareness-week/2023">Pekan Antibiotik Dunia</a>, 18-24 November.</em></p>
<p>Resistensi antibiotik atau penurunan kemampuan antibiotik untuk menyembuhkan penyakit infeksi merupakan ancaman serius bagi semua negara.</p>
<p>Fenomena ini dikenal dengan istilah <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7955580/">pandemi senyap (<em>silent pandemic</em>)</a> karena tidak banyak pihak yang menyadarinya. </p>
<p>Para pakar bahkan telah memprediksi bahwa resistensi antibiotik dapat membunuh <a href="https://theconversation.com/antibiotik-makin-tak-manjur-dan-bakal-membunuh-10-juta-jiwa-6-hal-hitam-putihnya-213662">sekitar 10 juta jiwa pada 2050</a>. </p>
<p>Saat ini, ada <a href="https://www.cdc.gov/drugresistance/biggest-threats.html">lebih dari 20 jenis mikroba </a> yang dianggap dapat menjadi ancaman serius akibat resistensi antibiotik. Ini termasuk bakteri penyebab infeksi seperti pneumonia, infeksi saluran kemih, dan <a href="https://theconversation.com/us/topics/tuberkulosis-68313">tuberkulosis</a>.</p>
<p>Semua pihak, termasuk individu, pemerintah, lembaga dan profesional kesehatan, perlu <a href="https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/346539/?sequence=1">bekerja sama</a> untuk mengurangi penggunaan antibiotik yang tidak rasional dan meningkatkan kesadaran akan resistensi antibiotik. </p>
<h2>Lima langkah</h2>
<p>Resistensi antibiotik adalah kondisi saat obat antibiotik menjadi tidak efektif dalam mengobati penyakit infeksi. Masalah ini terjadi karena bakteri patogen yang menyebabkan penyakit infeksi <a href="https://www.greenfacts.org/en/antimicrobial-resistance/index.htm">membangun kekebalan</a> terhadap obat antibiotik yang diberikan. </p>
<p>Kekebalan ini dapat terjadi secara alamiah, tapi diperparah oleh penggunaan antibiotik yang tidak benar dan berlebihan. Untuk mengatasi resistensi antibiotik, setidaknya ada lima langkah yang bisa kamu lakukan.</p>
<p><strong>1. Jangan membeli antibiotik tanpa resep dokter</strong></p>
<p>Pada dasarnya, antibiotik hanya bisa dibeli dan diperoleh dengan resep dokter. Namun, kenyataan di lapangan membuktikan bahwa obat antibiotik <a href="https://www.kompas.tv/nasional/200469/riset-amr-2-dari-3-pembelian-antibiotik-di-indonesia-tanpa-resep-dokter">sering kali dijual bebas</a> di apotek atau toko obat tanpa resep dokter. </p>
<p>Hal ini sangat berbahaya karena penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat merugikan kamu sendiri akibat kesalahan pemilihan obat dan dosis. </p>
<p>Mayoritas obat antibiotik memiliki efek samping dan sebagiannya justru berbahaya. Misalnya, antibiotik dari kelas fluoroquinolones seperti ciprofloksasin–untuk mengatasi infeksi bakteri di saluran kemih, mata, telinga–dapat menyebabkan <a href="https://www.fda.gov/news-events/press-announcements/fda-updates-warnings-fluoroquinolone-antibiotics">kerusakan pada otot dan saraf</a> yang dapat bersifat permanen.</p>
<p>Ribuan <a href="https://www.infectiousdiseaseadvisor.com/home/topics/antibiotics-antimicrobial-resistance/risk-of-tendon-rupture-with-fluoroquinolone-use-examined/">kasus</a> sudah dilaporkan terkait dengan efek samping ini tanpa ada penjelasan ilmiah yang pasti. </p>
<p>Tidak kalah penting, penggunaan antibiotik tanpa resep dokter juga memperparah resistensi bakteri. Hal ini karena penggunaan antibiotik tanpa indikasi yang jelas atau dosis yang tidak tepat dapat membuat bakteri menjadi <a href="https://www.who.int/westernpacific/news/item/10-11-2017-stop-overuse-and-misuse-of-antibiotics-combat-resistance">lebih kuat dan kebal</a> terhadap antibiotik yang digunakan.</p>
<p><strong>2. Gunakan antibiotik sesuai petunjuk, dan habiskan</strong></p>
<p>Penggunaan antibiotik secara tepat sangat penting untuk mencegah bertambah parahnya resistensi bakteri. Penggunaan yang benar mencakup konsumsi dengan dosis, frekuensi, dan durasi yang tepat sesuai petunjuk penggunaan. </p>
<p>Terkait dosis, antibiotik harus dikonsumsi satu hingga tiga kali sehari sesuai dengan instruksi apoteker. Instruksi ini diberikan berdasarkan resep yang ditulis oleh dokter. </p>
<p>Selain dosis, durasi penggunaan antibiotik juga dapat bervariasi. Sebagian antibiotik harus dikonsumsi selama 7-10 hari. Sementara yang lain mungkin hanya perlu diminum selama beberapa hari. </p>
<p>Variasi ini <a href="https://www.pharmacytimes.com/view/duration-of-antibiotic-therapy-general-principles">sangat tergantung</a> jenis penyakit infeksi yang diobati, jenis obat antibiotik yang digunakan, dan profil pasien seperti umur dan berat badan. </p>
<p>Antibiotik yang tidak digunakan sesuai petunjuk, misalnya tidak dihabiskan, justru berisiko memperparah <a href="https://www.theguardian.com/notesandqueries/query/0,,-1112,00.html">masalah resistensi bakteri</a>.</p>
<p>Akibatnya, bakteri patogen menjadi lebih leluasa untuk membangun kekebalan terhadap antibiotik yang digunakan, sehingga pengobatan menjadi tidak efektif. Tidak hanya untuk pasien tersebut, tapi juga untuk masyarakat secara keseluruhan.</p>
<p><strong>3. Jangan gunakan antibiotik sisa</strong></p>
<p>Konsumsi antibiotik yang tidak tuntas merupakan salah satu bentuk penggunaan antibiotik yang tidak benar. </p>
<p>Sisa obat yang tidak dihabiskan tersebut biasanya disimpan dengan harapan untuk bisa digunakan untuk anggota keluarga sekiranya diperlukan. Hal ini merupakan praktik swamedikasi yang salah dan <a href="https://www.healio.com/news/infectious-disease/20231108/leftover-antibiotics-major-barrier-to-antimicrobial-stewardship">berisiko memperparah resistensi antibiotik</a>.</p>
<p>Pemakaian antibiotik sisa tidak dapat menyembuhkan penyakit infeksi. Selain karena jenis antibiotiknya belum tentu cocok, hampir dapat dipastikan bahwa jumlahnya tidak mencukupi untuk pengobatan yang efektif. Akibatnya, penyakit infeksi yang diobati juga <a href="https://newsnetwork.mayoclinic.org/discussion/infectious-diseases-a-z-why-you-should-never-take-leftover-antibiotics/">tidak akan sembuh sepenuhnya</a>.</p>
<p>Lebih parah lagi, penggunaan antibiotik yang tidak tuntas justru akan memungkinkan bakteri menjadi lebih kuat dan resisten terhadap antibiotik. Hal ini dapat menyebabkan sulitnya pengobatan infeksi pada masa mendatang karena antibiotik yang tersedia tidak lagi efektif melawan bakteri yang resisten.</p>
<p><strong>4. Praktikkan gaya hidup bersih dan higienis</strong></p>
<p>Gaya hidup bersih dan higienis merupakan langkah penting dalam mengurangi penyebaran infeksi. </p>
<p>Salah satu contohnya adalah membersihkan tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan setelah menangani makanan atau setelah menggunakan toilet. Hal ini penting karena tangan adalah salah satu media utama penyebaran kuman dan bakteri.</p>
<p>Bakteri pada umumnya masuk dan menginfeksi tubuh manusia melalui mulut atau hidung. Sebagai contoh, penyakit tifus akibat <a href="https://www.cdc.gov/salmonella/index.html">Salmonella</a> biasanya dipicu oleh konsumsi makanan yang terkontaminasi. </p>
<p>Kuman-kuman seperti ini sering berasal dari tempat yang kotor seperti toilet yang dapat singgah pada tangan saat menggunakan fasilitas ini. Tanpa disadari, <a href="https://www.cdc.gov/handwashing/why-handwashing.html">kuman ini dapat terhirup</a> atau termakan akibat tangan yang tidak dicuci setelah menggunakan toilet.</p>
<p>Oleh karena itu, supaya terhindar dari infeksi dan meminimalkan kebutuhan penggunaan antibiotik, biasakan gaya hidup bersih seperti menjaga kondisi tangan yang higienis.</p>
<p>Selain kebersihan diri, kondisi lingkungan juga perlu dijaga supaya tidak menjadi tempat berkembangbiaknya kuman dan bakteri patogen.</p>
<p><strong>5. Tambah pengetahuan kamu tentang antibiotik dan resistensinya</strong></p>
<p>Salah satu langkah penting dalam mendukung kampanye ini adalah dengan meningkatkan pengetahuan kamu tentang antibiotik dan resistensinya. </p>
<p>Misalnya, kamu perlu memahami bahwa obat antibiotik adalah obat khusus untuk membunuh bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit. Antibiotik berbeda dengan obat lainnya seperti obat penyakit kronis atau gejala penyakit ringan pada umumnya yang bekerja dengan memodifikasi proses fisiologis di dalam tubuh. </p>
<p>Dengan memahami hal ini, kamu akan lebih cermat dalam mengonsumsi antibiotik dan hanya menggunakannya saat memang diresepkan obat ini oleh dokter.</p>
<p>Selain itu, penting untuk memahami bahwa resistensi antibiotik adalah masalah global dan dapat menjadi malapetaka bagi kesehatan semua orang jika tidak ditangani dengan serius. Antibiotik yang efektif adalah kebutuhan semua orang tanpa memandang status sosial dan kesehatan. </p>
<p>Topik peringatan Pekan Antibiotik Dunia tahun ini “<a href="https://www.who.int/campaigns/world-amr-awareness-week/2023">Bersama mencegah resistensi antibiotik</a>” sangat relevan bagi kita untuk mengedukasi diri dan orang-orang di sekitar kita tentang pentingnya penggunaan antibiotik yang benar. Selain itu, langkah pencegahan infeksi juga sangat penting untuk mengurangi risiko resistensi antibiotik.</p>
<p>Kita perlu mengampanyekan penggunaan antibiotik yang bertanggung jawab dan memerangi resistensi antibiotik.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/217545/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Yori Yuliandra tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Antibiotik berbeda dengan obat lainnya seperti obat penyakit kronis atau gejala penyakit ringan pada umumnya yang bekerja dengan memodifikasi proses fisiologis di dalam tubuh.Yori Yuliandra, Associate Professor of Pharmaceutical Sciences, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2158132023-10-20T03:29:01Z2023-10-20T03:29:01ZMasihkah pemilu menjadi tonggak demokrasi? Kuncinya ada di tangan pemilih yang kritis<p><em>Survei Agenda Warga dari New Naratif mengundang lebih dari 1.400 orang dari seluruh Indonesia untuk menyampaikan aspirasi mereka tentang apa saja isu yang dianggap paling penting bagi masyarakat. Artikel ini diterbitkan ulang sebagai bagian dari kolaborasi The Conversation Indonesia dan New Naratif untuk menanggapi hasil survei tersebut.</em></p>
<hr>
<p>Pemilihan Umum (Pemilu) Indonesia selalu menghadirkan beragam fenomena menarik, mulai dari pencarian <a href="https://www.thejakartapost.com/opinion/2023/10/06/why-a-three-horse-race-is-a-better-for-indonesian-democracy.html">format koalisi</a> yang dinamis, pengutamaan <a href="https://carnegieendowment.org/2023/10/05/indonesia-s-2024-presidential-election-could-be-last-battle-of-titans-pub-90711">kepentingan elit</a>, <a href="https://www.abc.net.au/news/2019-10-20/jokowi-prabowo-friends-again-after-bitter-election/11606424">perubahan pola interaksi antaraktor</a> yang terlihat kontras selama dan sesudah pemilu, hingga tren dinasti politik.</p>
<p>Deretan fenomena itu telah membuat agenda pemilu tampak hanya sebagai wujud demokrasi prosedural dengan suguhan perebutan kekuasaan. Padahal, jika diskursus publik dibawa ke tingkat lebih dalam, pemilu seharusnya menjadi tonggak penting bagi pendalaman kualitas demokrasi Indonesia.</p>
<p><a href="https://newnaratif.com/id/masyarakat-indonesia-berbicara-5-isu-terpenting-yang-dihadapi-indonesia-pada-tahun-2023/">Hasil survei Agenda Warga</a> yang dilangsungkan sepanjang 2023 menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia menginginkan perbaikan penerapan demokrasi. Isu soal kesadaran dan partisipasi politik, serta upaya mendorong politik ke arah yang tak lagi berorientasi pada moralitas namun berfokus pada pembangunan demokrasi yang lebih kuat dan sehat, banyak mendapat sorotan warga.</p>
<p>Dalam hal ini, sudah waktunya kita para pemilih yang harus menjadi lebih kritis dalam memilih kandidat dan “membaca” maksud-maksud tersirat para elit politik. Jangan sampai kita justru terjebak dalam politik pecah belah.</p>
<h2>Pemilu dan demokratisasi</h2>
<p><a href="https://www.amazon.com/Democratization-Elections-New-Mode-Transition/dp/0801893194">Para peneliti telah meyakini</a> bahwa pemilu secara berkala dapat menopang demokratisasi. Sebab, perhelatan pemilu turut <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/13510347.2017.1369964">mensosialisasikan nilai-nilai demokrasi</a> seperti kebebasan, keterbukaan, dan persamaan. Adanya pemilu juga telah menyadarkan masyarakat terhadap hak-hak politiknya.</p>
<p>Namun, sebagian ahli justru <a href="https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/0010414018758763">memandang pesimis</a> relasi pemilu dan demokratisasi. Mereka berargumen pemilu bukan menjadi pembuka keran demokratisasi, tetapi malah <a href="https://www.annualreviews.org/doi/abs/10.1146/annurev.polisci.11.060106.095434">menjadi instrumen rezim</a> untuk memperkuat kekuasaannya melalui mobilisasi perangkat negara guna memenuhi kepentingan elektoralnya.</p>
<p>Fenomena dinasti politik yang sedang hangat menjadi perbincangan publik belakangan ini merupakan contoh bagaimana rezim penguasa menggunakan prosedur pemilu untuk melanggengkan kekuasaannya.</p>
<p>Di negara demokrasi mapan sekalipun, seperti Amerika Serikat (AS), pemilu bahkan memfasilitasi munculnya <a href="https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/0010414013512600">politikus-politikus populis</a> dan <a href="https://carnegieendowment.org/2020/08/18/political-polarization-in-south-and-southeast-asia-old-divisions-new-dangers-pub-82430">menciptakan polarisasi</a> pemilih dengan sentimen partisan ekstrem. <a href="https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/0002716218818782">Dialog konstruktif</a> untuk mengatasi persoalan negara bersama-sama pun kerap menemui jalan buntu karena masyarakat lebih <a href="https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/1354068821992488">mementingkan afiliasi ideologi politiknya</a>. Konsekuensinya, kualitas demokrasi mengalami kemunduran.</p>
<p>Ini semua bisa terjadi karena pemilu sebagai pendorong demokratisasi tentunya tidak berdiri sendiri. Terdapat variabel-variabel lain untuk menyokongnya, termasuk soliditas oposisi, koherensi masyarakat sipil, media massa yang kritis dan independen, budaya masyarakat egaliter, serta peran aktif kaum intelektual dalam mengoreksi kebijakan.</p>
<p>Kombinasi komponen-komponen tersebut tentunya menjadi kekuatan pendorong demokratisasi sekaligus penguatan demokrasi.</p>
<h2>Demokrasi elektoral Indonesia</h2>
<p>Transformasi sistem politik Indonesia ke sistem demokrasi telah membuka ruang partisipasi yang lebih luas dan kompetitif. Pada level akar rumput, masyarakat jadi memiliki banyak pilihan calon pemimpin. Mereka juga bisa lebih aktif menuntut kepedulian dan tanggung jawab politikus yang terpilih dalam pemilu.</p>
<p>Dengan kata lain, sistem demokrasi yang salah satunya diwujudkan dalam pemilu berkala sebenarnya dimaksudkan untuk membuat masyarakat lebih berdaulat dalam menentukan figur yang mereka anggap kompeten untuk memperbaiki situasi nasional.</p>
<p>Pada tataran elit, sistem demokrasi juga membuka peluang hadirnya <a href="https://www.newmandala.org/20-years-reformasi/">elit-elit politik baru</a> di berbagai level kekuasaan. Distribusi kekuasaan tersebar ke spektrum yang lebih luas, tidak hanya terpusat pada satu orang sebagai patron utamanya. </p>
<p>Sayangnya, demokrasi elektoral Indonesia juga menghasilkan kondisi paradoks. Pemilu yang membawa semangat kompetisi, keterbukaan, kejujuran, transparansi, dan akuntabilitas belum sepenuhnya berdampak pada tata kelola pemerintahan berbasis meritokrasi (berdasarkan prestasi dan kompetensi).</p>
<p><a href="https://www.thejakartapost.com/indonesia/2023/05/16/its-a-family-affair-political-dynasties-take-center-stage-in-2024-polls.html">Praktik politik kekerabatan</a> yang kemudian <a href="https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/0967828x16659571">membentuk dinasti</a> justru tumbuh dengan subur. <a href="https://link.springer.com/book/10.1007/978-981-13-6779-3">Politik uang</a> sebagai benih korupsi juga menjadi intens dalam setiap perhelatan pemilu.</p>
<p>Hal yang lebih disayangkan, partai politik yang seharusnya menjadi institusi penggerak demokrasi kini justru turut berkontribusi pada anomali tersebut. Partai terjebak dalam <a href="https://www.thejakartapost.com/opinion/2023/09/27/as-indonesian-democracy-matures-its-politics-feels-like-take-your-child-to-work-day.html">budaya politik feodalisme</a>, termasuk dalam dinasti politik, sehingga gagal menumbuhkan semangat egalitarian dalam tata kelola organisasinya. </p>
<h2>Pemilih sebagai penentu masa depan demokrasi</h2>
<p>Terlepas dari segala kekurangannya, demokrasi Indonesia tentunya masih lebih baik dibandingkan negara-negara demokrasi baru yang mengalami <a href="https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/13510347.2019.1582029?src=recsys">pembalikan ke rezim otoriter</a>. Konsolidasi demokrasi merupakan proses panjang. Memperkuat kesepakatan bersama terkait demokrasi sebagai aturan main politik kita menjadi hal mendesak. </p>
<p>Mengingat demokrasi menempatkan rakyat sebagai kerangka utama konseptualnya, kesadaran pemilih menjadi titik awal untuk mendorong penguatan demokrasi kita.</p>
<p>Mengharapkan elit politik tentunya lebih sulit karena persilangan kepentingan di antara mereka telah berakibat pada <a href="https://bookshop.iseas.edu.sg/publication/2067">stagnasi</a> dan <a href="https://bookshop.iseas.edu.sg/publication/2446">penurunan kualitas demokrasi</a>.</p>
<p>Sementara itu, partai politik memang memiliki posisi krusial dalam demokrasi Indonesia. Namun tanpa dukungan pemilih, jalan parpol menuju kekuasaan juga akan menghadapi hambatan serius berupa rendahnya legitimasi.</p>
<p>Pemilu 2024 menghadirkan <a href="https://nasional.tempo.co/read/1692894/kpu-sebut-60-persen-pemilih-indonesia-di-pemilu-2024-didominasi-kelompok-muda">komposisi pemilih muda</a> yang jauh lebih besar dibandingkan pemilih usia tua.</p>
<p>Pergeseran generasi pemilih ini akan berdampak pada perubahan pola perilaku pemilih. Pemilih muda tentunya lebih rasional dalam memutuskan pilihan politik mengingat mereka menikmati pendidikan lebih tinggi, kecakapan memanfaatkan teknologi, akses informasi lebih beragam, serta berpartisipasi dalam perdebatan publik seputar wacana politik dan kebijakan di media sosial.</p>
<p>Namun, publik harus tetap menjadi pemilih rasional, yang menempatkan tawaran program kebijakan maupun rekam jejak kandidat sebagai pertimbangan utamanya. Pemilih perlu aktif menagih rencana aksi gagasan kebijakan kandidat sekaligus menilai apakah programnya logis dan realistis atau <a href="https://www.thejakartapost.com/indonesia/2023/09/15/presidential-hopefuls-offer-populist-promises.html">hanya retorika populis</a>.</p>
<p>Kehadiran <a href="https://www.cambridge.org/core/books/voting-behavior-in-indonesia-since-democratization/95033839A6065AE1153591E0215BFEBE">pemilih kritis</a> merupakan indikator penting untuk peningkatan kualitas demokrasi. Pemilih menjadi filter agar kandidat terpilih merupakan figur dengan kapasitas terbaik dan integritas tinggi.</p>
<p>Singkatnya, pemilih memiliki kuasa dalam menentukan konfigurasi kekuatan politik melalui pemilu.</p>
<h2>Tiga agensi untuk menggerakkan pemilih</h2>
<p>Ada tiga agensi yang berperan penting merealisasikan hal ini.</p>
<p>Pertama adalah kelompok akademisi yang harus aktif merangsang kesadaran kepada pemilih melalui pemikiran dan kerja intelektualnya. Kegiatan pengabdian masyarakat merupakan salah satu manifestasinya.</p>
<p>Kedua, media massa harus menjalankan fungsinya secara independen dan menyajikan informasi yang tajam, akurat, dan berimbang sehingga bisa menjadi referensi yang efektif bagi pemilih sebelum menetapkan pilihan.</p>
<p>Ketiga, organisasi masyarakat sipil perlu <a href="https://www.kompas.id/baca/polhuk/2022/04/01/masyarakat-sipil-dan-tantangan-berat-konsolidasi-demokrasi">mengkonsolidasikan kekuatannya</a> sekaligus mengundang partisipasi aktif masyarakat guna mengawasi pemilu adil, jujur, terbuka.</p>
<p>Organisasi masyarakat sipil menjadi <a href="https://www.kompas.id/baca/opini/2021/12/08/konsolidasi-organisasi-masyarakat-sipil?status=sukses_login&%3Butm_source=kompasid&%3Butm_medium=login_paywall&%3Butm_campaign=login&%3Butm_content=https%3A%2F%2Fwww.kompas.id%2Fbaca%2Fopini%2F2021%2F12%2F08%2Fkonsolidasi-organisasi-masyarakat-sipil%3Floc%3Dheader%3Floc%3Dheader&%3Bstatus_login=login">penyeimbang pemerintah</a> agar kekuasaan tidak berkembang menjadi otoriter. <a href="https://www.researchgate.net/publication/338169226_Diskursus_Masyarakat_Sipil_dan_Reformasi_Militer_di_Indonesia">Sejarah mencatat</a> bahwa koalisi masyarakat sipil berperan besar dalam mendorong agenda reformasi Indonesia.</p>
<p>Ketiga agensi tersebut perlu aktif berkolaborasi membangun pengetahuan pemilih tentang <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S026137941930304X">realitas politik Indonesia</a>. </p>
<p>Pemilih perlu menyadari bagaimana elit <a href="https://brill.com/view/journals/bki/174/2-3/article-p159_1.xml?language=en">memobilisasi sentimen pemilih</a> guna meningkatkan daya tawar untuk bisa tetap memperoleh kekuasaan. Pengetahuan akan kondisi ini penting agar pemilih tidak terjerumus ke dalam politik yang bertujuan memecah belah mereka sendiri.</p>
<p>Pemilih bukanlah objek pertarungan elit, tetapi kekuatan penentu pendalaman kualitas demokrasi kita–kebebasan masyarakat sipil, kepastian hukum, keadilan ekonomi, dan <em>good government</em>. Pada pemilu 2024, tentunya kesempatan pemilih untuk mendorong agenda-agenda tersebut terbuka lebar.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/215813/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Andhik Beni Saputra tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Sudah waktunya kita menjadi pemilih yang kritis dalam pemilu. Jangan sampai kita justru terjebak dalam politik pecah belah.Andhik Beni Saputra, Lecturer, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2157582023-10-17T14:52:47Z2023-10-17T14:52:47ZAinda teremos antibióticos daqui a 50 anos? Perguntamos a sete especialistas globais. Veja as repostas<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/554046/original/file-20231004-23-73liu8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C5%2C3889%2C2584&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Quase desde que os antibióticos foram <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2937522/#:%7E:text=Since%20the%20introduction%20in%201937,operate%20some%2070%20years%20later">descobertos</a>, sabemos que as bactérias podem aprender a superar esses medicamentos, um fenômeno conhecido como resistência antimicrobiana.</p>
<p>A Organização Mundial da Saúde diz que atualmente estamos <a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/antibiotic-resistance">perdendo a batalha para microrganismos</a> como bactérias, fungos e parasitas, devido ao aumento da resistência e a falta de novos antibióticos em desenvolvimento.</p>
<p>Queríamos saber se especialistas em alguns países do mundo acham que ainda teremos antibióticos eficazes daqui a 50 anos. Sete de cada sete especialistas disseram que sim.</p>
<hr>
<figure class="align-center ">
<img alt="Seven green tick marks in a row" src="https://images.theconversation.com/files/552217/original/file-20231005-19-g8ovop.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/552217/original/file-20231005-19-g8ovop.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=99&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/552217/original/file-20231005-19-g8ovop.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=99&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/552217/original/file-20231005-19-g8ovop.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=99&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/552217/original/file-20231005-19-g8ovop.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=125&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/552217/original/file-20231005-19-g8ovop.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=125&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/552217/original/file-20231005-19-g8ovop.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=125&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<hr>
<p>“</p>
<p><iframe id="tc-infographic-946" class="tc-infographic" height="400px" src="https://cdn.theconversation.com/infographics/946/5d6cb96e4402ef14ef5a7e3133268615ca8900ae/site/index.html" width="100%" style="border: none" frameborder="0"></iframe></p>
<hr><img src="https://counter.theconversation.com/content/215758/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>André O. Hudson recebe financiamento do National Institutes of Health.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Lori L. Burrows recebe verbas de pesquisa dos Institutos Canadenses de Pesquisa em Saúde, do Conselho de Pesquisa em Ciências Naturais e Engenharia do Canadá, da Glyconet e do Fundo de Pesquisa de Ontário.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Roy Robins-Browne recebeu financiamento do Conselho Nacional de Saúde e Pesquisa Médica da Austrália, do Conselho de Pesquisa da Austrália, da Fundação de Pesquisa Bill e Melinda Gates e dos Institutos Nacionais de Saúde dos EUA.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Fidelma Fitzpatrick, Juliana Côrrea, Raúl Rivas González e Yori Yuliandra não presta consultoria, trabalha, possui ações ou recebe financiamento de qualquer empresa ou organização que poderia se beneficiar com a publicação deste artigo e não revelou nenhum vínculo relevante além de seu cargo acadêmico.</span></em></p>We asked 7 global experts in microbiology and biochemistry if we are headed towards a future with no antimicrobial agents.André O. Hudson, Dean of the College of Science, Professor of Biochemistry, Rochester Institute of TechnologyFidelma Fitzpatrick, Consultant Microbiologist, Beaumont Hospital, Dublin, Ireland and Professor and Head of Department, Clinical Microbiology, RCSI University of Medicine and Health SciencesJuliana Côrrea, Pesquisadora de pós-doutorado em saúde pública, Escola de Administração de Empresas de São Paulo da Fundação Getúlio Vargas (FGV/EAESP)Lori L. Burrows, Professor of Biocchemistry and Biomedical Sciences, McMaster UniversityRaúl Rivas González, Catedrático de Microbiología. Miembro de la Sociedad Española de Microbiología., Universidad de SalamancaRoy Robins-Browne, Honorary Professorial Fellow, medical microbiology, The University of MelbourneYori Yuliandra, Associate Professor of Pharmaceutical Sciences, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2149502023-10-15T19:09:36Z2023-10-15T19:09:36ZWill we still have antibiotics in 50 years? We asked 7 global experts<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/551987/original/file-20231004-23-73liu8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C5%2C3889%2C2584&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Almost since antibiotics were <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2937522/#:%7E:text=Since%20the%20introduction%20in%201937,operate%20some%2070%20years%20later.">first discovered</a>, we’ve been aware bacteria can learn how to overcome these medicines, a phenomenon known as antimicrobial resistance.</p>
<p>The World Health Organization says we’re currently <a href="https://www.who.int/news/item/20-09-2017-the-world-is-running-out-of-antibiotics-who-report-confirms">losing to the bugs</a>, with resistance increasing and too few new antibiotics in the pipeline. </p>
<p>We wanted to know whether experts around the world think we will still have effective antibiotics in 50 years. Seven out of seven experts said yes.</p>
<hr>
<figure class="align-center ">
<img alt="Seven green tick marks in a row" src="https://images.theconversation.com/files/552217/original/file-20231005-19-g8ovop.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/552217/original/file-20231005-19-g8ovop.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=99&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/552217/original/file-20231005-19-g8ovop.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=99&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/552217/original/file-20231005-19-g8ovop.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=99&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/552217/original/file-20231005-19-g8ovop.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=125&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/552217/original/file-20231005-19-g8ovop.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=125&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/552217/original/file-20231005-19-g8ovop.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=125&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<hr>
<p><iframe id="tc-infographic-933" class="tc-infographic" height="400px" src="https://cdn.theconversation.com/infographics/933/4eb9bf1f8e46b13f87f1909452bddd9437f172a1/site/index.html" width="100%" style="border: none" frameborder="0"></iframe></p>
<hr><img src="https://counter.theconversation.com/content/214950/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>André O. Hudson receives funding from the National Institutes of Health.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Lori L. Burrows receives research grants from the Canadian Institutes of Health Research, the Natural Sciences and Engineering Research Council of Canada, Glyconet, and the Ontario Research Fund.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Roy Robins-Browne has received funding from The Australian National Health and Medical Research Council, The Australian Research Council, the Bill and Melinda Gates Research Foundation and The US National Institutes of Health.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Fidelma Fitzpatrick, Juliana Côrrea, Raúl Rivas González, and Yori Yuliandra do not work for, consult, own shares in or receive funding from any company or organisation that would benefit from this article, and have disclosed no relevant affiliations beyond their academic appointment.</span></em></p>We asked 7 global experts in microbiology and biochemistry if we are headed towards a future with no antimicrobial agents.André O. Hudson, Dean of the College of Science, Professor of Biochemistry, Rochester Institute of TechnologyFidelma Fitzpatrick, Consultant Microbiologist, Beaumont Hospital, Dublin, Ireland and Professor and Head of Department, Clinical Microbiology, RCSI University of Medicine and Health SciencesJuliana Côrrea, Pesquisadora de pós-doutorado em saúde pública, Escola de Administração de Empresas de São Paulo da Fundação Getúlio Vargas (FGV/EAESP)Lori L. Burrows, Professor of Biocchemistry and Biomedical Sciences, McMaster UniversityRaúl Rivas González, Catedrático de Microbiología. Miembro de la Sociedad Española de Microbiología., Universidad de SalamancaRoy Robins-Browne, Honorary Professorial Fellow, medical microbiology, The University of MelbourneYori Yuliandra, Associate Professor of Pharmaceutical Sciences, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2136622023-10-05T00:33:13Z2023-10-05T00:33:13ZAntibiotik makin tak manjur dan bakal “membunuh” 10 juta jiwa: 6 hal hitam putihnya<p>Dalam proyeksi yang cukup mengejutkan, para ahli telah memperkirakan sebuah kenyataan suram pada 2050: jumlah kematian tahunan akibat resistensi antibiotik akan <a href="https://amr-review.org/Publications.html">mencapai 10 juta jiwa</a></p>
<p>Resistensi antibiotik adalah <a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/antimicrobial-resistance">saat antibiotik tidak lagi mampu membunuh bakteri</a> di tubuh sehingga bakteri terus berkembang biak dan sakit pasien makin parah, serta berakhir meninggal.</p>
<p>Angka kematian itu melampaui proyeksi kematian akibat <a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/cancer">kanker</a>–dikenal sebagai penyakit ganas, mematikan, dan membutuhkan terapi yang rumit. </p>
<p>Antibiotik ditemukan <a href="https://www.sciencelearn.org.nz/interactive_timeline/15-antibiotics-and-antimicrobial-resistance-a-timeline">pada 1928</a> dan mulai masif digunakan di dunia medis pada 1950-an. </p>
<p>Antibiotik telah menyelamatkan jutaan nyawa dari berbagai penyakit infeksi yang sering berakibat fatal akibat ketiadaan terapi yang efektif. Bahkan, Sir Alexander Fleming, penemu antibiotik pertama “penisilin” diberi <a href="https://www.nobelprize.org/prizes/medicine/1945/fleming/biographical/">hadiah nobel</a> atas penemuannya. </p>
<p>Sayangnya, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2702430">prediksi Fleming tentang resistensi antibiotik</a> pada akhirnya menjadi kenyataan. Tidak menunggu lama, beberapa obat antibiotik yang berhasil ditemukan dan dikembangkan dalam periode 1950-1960 mengalami <a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/antimicrobial-resistance">resistensi akibat penggunaan berlebihan</a>. </p>
<p>Dampaknya, penyakit infeksi yang sebelumnya dapat disembuhkan dengan obat-obat ini menjadi lebih sulit untuk diatasi. Setidaknya ada enam hitam-putih seputar terkait resistensi antibiotik yang perlu kita pahami. </p>
<h2>1. Resistensi antibiotik berdampak kepada semua orang</h2>
<p>Resistensi antibiotik bukan hanya ancaman bagi mereka yang salah menggunakan antibiotik dan bagi mereka yang sedang menderita penyakit infeksi. Siapapun bisa terkena dampaknya, termasuk mereka yang sebelumnya tidak pernah menderita penyakit infeksi seperti pneumonia, infeksi saluran kemih, dan lainnya. </p>
<p>Selain karena penyakit infeksi bisa terjadi pada siapa saja, antibiotik juga merupakan kebutuhan esensial dalam beberapa jenis penanganan dan pengobatan di rumah sakit. </p>
<p>Antibiotik tidak hanya digunakan dalam mengobati infeksi, tapi juga diperlukan dalam kasus lain. Misalnya pada penanganan pasca operasi, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7378927/">kemoterapi</a> atau pengobatan kanker, dan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28614192/">transplantasi organ</a>.</p>
<p>Dengan kata lain, obat antibiotik yang efektif adalah kebutuhan kita semua dalam berbagai skenario pengobatan. </p>
<h2>2. Resistensi antibiotik adalah fenomena alami</h2>
<p>Secara alami, bakteri memang memiliki kemampuan untuk terhindar dari efek obat antibiotik sebagai strategi alamiah untuk kelangsungan hidup mereka. </p>
<p>Makhluk dengan sel tunggal ini memiliki berbagai macam mekanisme untuk mengalahkan obat antibiotik, atau untuk menghindar dari dampak mematikan obat tersebut. </p>
<p>Salah satu strategi yang dimiliki oleh bakteri adalah mereka memproduksi <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6351036/">enzim yang dapat merusak</a> atau menurunkan khasiat senyawa antibiotik tersebut. Sebagai contoh, penisilin bisa terdegradasi oleh <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4968164/">enzim betalaktamase</a> yang diproduksi oleh bakteri. </p>
<p>Meskipun merupakan fenomena alami, penggunaan antibiotik yang serampangan bisa memperparah terjadinya fenomena kekebalan bakteri patogen terhadap antibiotik.</p>
<h2>3. Industri farmasi tak tertarik bikin antibiotik</h2>
<p>Pembuatan dan riset antibiotik baru kurang menarik bagi industri farmasi. Mengapa? Karena rendahnya peluang untuk mendapatkan profit bisnis yang besar. </p>
<p>Industri dapat menghabiskan <a href="https://jamanetwork.com/journals/jama/article-abstract/2762311">lebih dari US$1 miliar (setara Rp15,6 triliun) </a> untuk menghasilkan satu obat untuk dapat dipasarkan. Khusus antibiotik, biaya ini cenderung <a href="https://amr.solutions/2020/03/06/what-does-an-antibiotic-cost-to-develop-what-is-it-worth-how-to-afford-it/">lebih mahal</a>. </p>
<p>Di lain pihak, resistensi menyebabkan umur pakai obat antibiotik menjadi sangat pendek, sehingga biaya besar untuk riset tidak bisa ditanggulangi oleh profit yang rendah. </p>
<p>Hal ini berbeda dengan obat penyakit kronis seperti diabetes atau hipertensi yang bisa dan sering digunakan seumur hidup, sehingga industri dapat meraup keuntungan yang lebih besar. Akibatnya, investasi dalam pengembangan antibiotik menjadi sangat rendah.</p>
<p>Sebagai konsekuensi logis, industri farmasi tidak lagi melihat produksi obat antibiotik sebagai <a href="https://www.nature.com/articles/d41586-020-02884-3">langkah bisnis yang menguntungkan</a>.</p>
<h2>4. Sedikit antibiotik baru</h2>
<p>Seretnya riset dalam pengembangan dan produksi antibiotik menciptakan krisis baru.</p>
<p>Dalam 10 tahun terakhir, hanya ada <a href="https://www.who.int/publications/i/item/9789240047655">beberapa antibiotik baru</a> yang dinyatakan lolos uji klinis untuk dapat digunakan dalam pengobatan. </p>
<p>Selain itu, mayoritas obat antibiotik yang digunakan di dalam pelayanan kesehatan saat ini merupakan antibiotik yang ditemukan puluhan tahun yang lalu atau modifikasinya. </p>
<p>Sebagai contoh, <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17900874/">amoksisilin</a> adalah antibiotik spektrum luas yang sudah berusia 70 tahun. <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/18416587/">Meropenem</a>–salah satu antibiotik yang saat ini paling mujarab–dikembangkan sejak awal 1980-an. </p>
<p>Sedikitnya jumlah antibiotik baru ini sangat mengkhawatirkan, karena kita semakin kehabisan pilihan pengobatan untuk penyakit infeksi.</p>
<p>Di lain pihak, kita sangat memerlukan obat baru yang lebih efektif untuk mengatasi infeksi dan membunuh bakteri yang semakin kebal.</p>
<h2>5. Penggunaan antibiotik di Indonesia tidak terkontrol</h2>
<p>Penggunaan antibiotik di Indonesia tergolong tidak terkontrol. Hal ini terlihat dari minimnya pengawasan terhadap penjualan antibiotik di tingkat masyarakat. Di fasilitas kesehatan, peresepan antibiotik juga dinilai berlebihan. </p>
<p>Salah satu permasalahan utamanya adalah <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/35145554/">penggunaan antibiotik secara tidak tepat</a>. Di mayoritas daerah, obat ini dapat dengan mudah diperoleh di apotek tanpa resep dokter dan dikonsumsi sebagai bagian dari pengobatan mandiri (swamedikasi). </p>
<p>Upaya swamedikasi seperti ini semestinya hanya sesuai untuk penyakit ringan seperti gejala flu, sakit kepala, dan gatal-gatal, bukan untuk penyakit infeksi.</p>
<p>Selain itu, antibiotik sering digunakan secara salah untuk <a href="https://europepmc.org/article/med/12137610">mengatasi gejala flu</a>. Antibiotik sebenarnya tidak berefek terhadap flu yang pada dasarnya disebabkan oleh virus.</p>
<p>Penggunaan antibiotik serampangan seperti ini merupakan salah satu penyebab utama yang memperparah kekebalan bakteri terhadap antibiotik. Padahal, antibiotik tergolong ‘obat keras’, yaitu kelompok obat yang hanya boleh dijual kepada konsumen jika disertai dengan resep dokter.</p>
<p>Selain problem di tingkat masyarakat, <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/35145554/">hasil penelitian terbaru</a> mengungkap bahwa regulasi pemerintah terkait masalah ini tergolong buruk. Misalnya tidak adanya koordinasi antarsektor. Di sektor kesehatan, upaya pengawalan terhadap antibiotik di rumah sakit sering tidak terlaksana. Bahkan, upaya ini hanya sebatas <a href="https://aricjournal.biomedcentral.com/articles/10.1186/s13756-022-01126-7">formalitas untuk akreditasi rumah sakit</a>. </p>
<p>Di sektor keuangan, anggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk langkah ini juga tidak mendapatkan prioritas. Selain itu, minimnya program terkait bagi tenaga kesehatan juga memperparah masalah ini.</p>
<h2>6. Memerlukan penanganan secara global</h2>
<p>Resistensi antibiotik adalah masalah yang sudah berdampak serius secara global. </p>
<p>Untuk mengatasi ancaman serius ini, <a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/antimicrobial-resistance">tindakan global sangat penting</a>. Para pemimpin dunia, bersama dengan organisasi internasional, <a href="https://www.who.int/teams/maternal-newborn-child-adolescent-health-and-ageing/maternal-health/about/global-coordination-and-partnership-(gcp)-on-antimicrobial-resistance-(amr)">telah bersatu</a> untuk mengambil langkah-langkah konkret dalam memerangi resistensi antibiotik dan menjaga efektivitas obat-obatan antibiotik yang senantiasa kita butuhkan.</p>
<p>Saya, kamu, dan setiap individu memiliki peran dalam melawan fenomena resistensi antibiotik ini. </p>
<p>Masyarakat dapat berkontribusi dengan menghindari pembelian antibiotik tanpa resep dokter. Dalam penggunaan antibiotik yang benar, keseluruhan antibiotik yang diresepkan dokter harus dikonsumsi sampai habis meski gejala penyakit sudah tidak dirasakan lagi. </p>
<p>Penggunaan antibiotik sisa untuk anggota keluarga yang lain juga harus dihindari. Terakhir, pola hidup bersih juga penting dalam rangka mencegah terjadinya infeksi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/213662/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Yori Yuliandra tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Resistensi antibiotik bukan hanya ancaman bagi mereka yang salah menggunakan antibiotik dan bagi mereka yang sedang menderita penyakit infeksi. Siapapun bisa terkena dampaknya.Yori Yuliandra, Associate Professor, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2132382023-09-13T00:32:21Z2023-09-13T00:32:21ZKualitas udara Jakarta buruk: lima pencemar udara yang berisiko tinggi bagi kesehatan kita<p>Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa <a href="https://www.who.int/health-topics/air-pollution#:%7E:text=WHO%20data%20show%20that%20almost,earth%27s%20climate%20and%20ecosystems%20globally.">hampir seluruh populasi dunia (99%) </a> terpapar udara yang mengandung zat berbahaya melebihi batas minimal yang masih dapat ditoleransi sesuai ketentuan WHO. <a href="https://www.thelancet.com/journals/lanplh/article/PIIS2542-5196(20)30272-2/fulltext">Hal ini menjadi faktor risiko kematian utama di kota-kota besar</a>. </p>
<p>Polusi udara berkontribusi terhadap <a href="https://www.nytimes.com/2015/08/14/world/asia/study-links-polluted-air-in-china-to-1-6-million-deaths-a-year.html">1,6 juta kematian atau 17% dari seluruh kematian di Cina</a>. Di Kota Bangkok, Thailand, ditemukan peningkatan rawatan rumah sakit <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0048969718336271">akibat penyakit pernapasan dan kardiovaskular akibat polusi udara</a>. </p>
<p>Sementara itu, <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/09603123.2019.1612042">di India, ada sekitar 23% pasien asma</a> bermukim di daerah dengan kadar polusi udara yang tinggi. </p>
<p>Sedangkan di Jakarta, polusi udara dapat berkontribusi terhadap <a href="https://www.mdpi.com/1660-4601/20/4/2916">50 ribu kasus rawat inap karena penyakit pernapasan dan kardiovaskular, 7 ribu masalah kesehatan serius terhadap anak-anak, dan berkontribusi terhadap 10 ribu kematian</a> setiap tahunnya. Dalam <a href="https://www.iqair.com/id/indonesia/jakarta">berapa pekan terakhir</a>, kualitas udara di Jakarta begitu buruk. </p>
<p>Pencemar di udara tidak hanya terlihat sebagai kabut yang memengaruhi jarak pandang, melainkan terdapat zat kimia berbahaya tidak kasat mata yang lebih mengkhawatirkan dan bisa merusak kesehatan. </p>
<p>Berikut adalah lima pencemar udara utama (<em>criteria air pollutant</em>) yang berpengaruh terhadap kesehatan.</p>
<h2>1. Partikulat</h2>
<p>Ukuran partikulat beragam dari ukuran paling kasar hingga paling halus yaitu PM10 (≤ 10 mikron), PM2,5 (≤ 2,5 mikron), dan <em>ultra fine particulate</em> (≤ 0,1 mikron). </p>
<p>Sebagai perbandingan, diameter partikel PM10 adalah 1/7 diameter rata-rata rambut manusia atau kurang. Saat terhirup, partikulat yang kasar akan tetap berada di saluran pernapasan bagian atas. Namun semakin halus ukurannya, partikulat akan bertahan dalam permukaan alveoli (kantung halus di paru-paru tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida) dan menyebabkan kerusakan fungsi paru. </p>
<p><a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0147651320303304">Partikulat dapat membawa alergen ke dalam paru-paru dan menyebabkan respons berlebihan saluran napas</a>. Selain itu, partikulat yang sangat halus dapat memasuki saluran peredaran darah dan meningkatkan berbagai risiko kesehatan terutama penyakit kardiovaskular. </p>
<p>Partikulat terutama berasal dari kendaraan bermotor, pembangkit listrik, fasilitas industri, pembakaran sisa panen, dan kebakaran hutan.</p>
<h2>2. Karbon Monoksida (CO)</h2>
<p>CO adalah gas beracun dan mematikan yang tidak berbau serta tidak berasa. Gas ini berasal dari pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar fosil. </p>
<p>CO yang terhirup langsung masuk ke dalam peredaran darah dan mengikat oksigen lebih kuat daripada hemoglobin. Ini mengakibatkan pasokan oksigen dalam tubuh berkurang sehingga menyebabkan penurunan fungsi vital. </p>
<p><a href="https://bmjopenquality.bmj.com/content/11/2/e001777.abstract">Dalam waktu yang singkat, paparan CO dalam kadar tertentu dapat menyebabkan sakit kepala hingga kematian mendadak</a>.</p>
<h2>3. Ozon (O3)</h2>
<p>Ozon yang termasuk dalan pencemar udara kriteria adalah ozon trofosferik. Ini adalah ozon yang berada antara 8 - 15 kilometer di atas permukaan tanah.</p>
<p>Ozon merupakan polutan sekunder yang terbentuk karena adanya reaksi oksida nitrogen (NOx) dan senyawa organik yang mudah menguap/volatil (VOC) dengan sinar matahari. Sebagai polutan yang “tidak terlihat”, ozon telah terbukti memiliki bahaya kesehatan yang signifikan. </p>
<p><a href="https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fimmu.2019.02518/full">Ozon merupakan oksidan yang kuat karena merusak sel dan cairan pelapis pada saluran napas, menyebabkan otot-otot di saluran udara menyempit, sehingga memerangkap udara di alveoli.</a></p>
<p>Efek buruk yang dirasakan adalah kesulitan bernapas hingga pemburukan fungsi paru-paru. </p>
<h2>4. Nitrogen Dioksida (NO2)</h2>
<p>NO2 mayoritas terbentuk dari kegiatan pembakaran dan terlihat seperti kabut berwarna coklat kemerahan. </p>
<p><a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/10937404.2014.946164">NO2 dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan peradangan pada saluran pernapasan</a>. Hal ini menyebabkan penurunan kekebalan yang menyebabkan organ pernapasan rentan mengalami infeksi.</p>
<h2>5. Sulfur Dioksida (SO2)</h2>
<p>SO2 terbentuk dari pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung sulfur. Sulfur berasal dari pembakaran bahan bakar fosil (batu bara dan minyak bumi) dan peleburan bijih mineral (aluminium, tembaga, seng, timbal, dan besi) yang mengandung belerang. Gas ini berbau tapi tidak berwarna. </p>
<p>Gas ini dapat bereaksi dengan senyawa lain di atmosfer untuk membentuk partikel halus yang mengurangi jarak pandang (kabut). <a href="https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/07482337211033136">SO2 dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan (selaput lendir hidung, tenggorokan dan saluran pernapasan)</a>.</p>
<p>Risiko yang lebih berbahaya terjadi jika SO2 berubah menjadi polutan sekunder yang lebih berbahaya karena dapat menghancurkan jaringan pada organ tubuh vital serta bersifat karsinogenik (penyebab kanker). Angka kematian akibat SO2 meningkat sebesar <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S004896971632349X">1,4% terutama pada suhu 22,8–29,4°C.</a></p>
<p>Selain pencemar udara kriteria, kita juga mengenal pencemar udara berbahaya (<em>hazardous air pollutant</em>) seperti <em>Volatile Organic Compounds</em> (VOC), logam berat, dan dioksin. Zat ini dapat memberikan efek karsinogenik dan kelainan fungsi organ. Sumber pencemar udara berbahaya terutama berasal <a href="https://environment.govt.nz/facts-and-science/air/air-pollutants/hazardous-air-pollutants-effects-health/#:%7E:text=benzo(a)pyrene-,Sources%20of%20hazardous%20air%20pollutants,plastics%2C%20medical%20and%20hazardous%20waste">dari pembakaran limbah beracun dan berbahaya (termasuk plastik dan limbah medis), merokok, penggunaan bahan-bahan mengandung logam, dan kebakaran tempat pembuangan sampah)</a>.</p>
<p>Cepatnya perkembangan teknologi dan industri yang berpotensi menghasilkan banyaknya zat berbahaya baru perlu disertai dengan kajian risiko kesehatan yang komprehensif. </p>
<h2>Mengapa kualitas udara semakin buruk di tengah isu pemanasan global?</h2>
<p>Isu perubahan iklim dan pemanasan global berdampak pada skala lokal dan regional. Masalah itu berhubungan dengan kualitas udara di suatu wilayah.</p>
<p>Perubahan cuaca ekstrem seperti kemarau panjang, akan meningkatkan kejadian kebakaran hutan dan pembakaran biomassa (material dari tumbuhan). Berkurangnya curah hujan, meningkatnya kekeruhan tanah, dan peningkatan kecepatan angin permukaan akan menyebabkan peningkatan aktivitas partikulat di udara.</p>
<p>Peningkatan suhu diprediksi akan meningkatkan konsentrasi ozon <a href="https://agupubs.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1029/2002GL015972">di Amerika Utara, Eropa dan Asia terutama di wilayah yang berpolusi</a>.</p>
<p>Selain itu, suhu udara yang panas akan menyebabkan musim semi yang lebih lama. Ini berhubungan dengan lebih banyak penyakit terkait alergi, seperti asma karena banyaknya serbuk sari di udara.</p>
<h2>Perlunya pengelolaan kualitas udara yang komprehensif</h2>
<p>Pada dasarnya, pencemaran di lingkungan terdiri dari sumber, media, dan reseptor. Untuk sumber pencemar, perlu adanya inventarisasi emisi untuk mengetahui sumber-sumber pencemaran udara beserta konsentrasinya. </p>
<p>Di udara ambien sebagai media perantara, titik monitoring pencemaran udara yang lebih representatif dan pemantauan berkelanjutan diperlukan untuk melihat kualitas udara yang diterima masyarakat. </p>
<p>Untuk reseptor yaitu manusia, studi toksikologi dan epidemiologi diperlukan untuk mengetahui risiko dan dampak kesehatan yang muncul dari zat zat pencemar di udara.</p>
<p>Oleh karena itu, lima pencemar berbahaya di udara tersebut harus diwaspadai keberadaannya karena dapat secara signifikan memberikan kerugian bagi kesehatan. Terutama pada penyakit pernapasan dan kardiovaskular pada kelompok rentan yang berada pada area-area yang menjadi sumber polusi udara.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/213238/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Putri Nilam Sari tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Putri Nilam Sari merupakan dosen bidang ilmu Kesehatan Lingkungan di Universitas Andalas. Pada saat ini sedang melaksanakan studi S3 di Institut Teknologi Bandung mengenai kualitas udara dan kesehatanPutri Nilam Sari, Assistant Professor of Environmental Health, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2089502023-08-10T03:05:13Z2023-08-10T03:05:13ZSektor farmasi hasilkan banyak emisi, bagaimana strategi industri obat dan apotek bisa ramah lingkungan?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/542062/original/file-20230810-15-uvt6s5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pekerja farmasi mengemas obat-obatan di pabrik. Ada jejak emisi karbon dari proses produksi obat hingga pasien.
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.freepik.com/free-photo/pharmaceutical-technicians-work-sterile-working-conditions-pharmaceutical-factory-scientists-wearing-protective-clothing_26150325.htm#query=pharmaceutical%20manufacturing&position=31&from_view=keyword&track=ais">Freepik/Usertrmk </a></span></figcaption></figure><p>Sektor industri farmasi berkontribusi besar terhadap terhadap emisi karbon yang menyebabkan pemanasan global.</p>
<p><a href="https://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0959652618336084">Sebuah riset</a> menunjukkan industri farmasi menghasilkan 48,55 ton emisi gas setara CO2 per 1 juta dolar pendapatan. Angka ini <a href="https://theconversation.com/big-pharma-emits-more-greenhouse-gases-than-the-automotive-industry-115285">55% lebih besar daripada industri otomotif</a> yang menghasilkan 31,4 ton emisi gas setara CO2 per 1 juta dolar pendapatan yang dihasilkan pada tahun yang sama. </p>
<p>Emisi ini tidak hanya disumbang oleh aktivitas industri secara langsung, tapi <a href="https://www.cleanenergyregulator.gov.au/NGER/About-the-National-Greenhouse-and-Energy-Reporting-scheme/Greenhouse-gases-and-energy#:%7E:text=Scope%203%20emissions%20are%20indirect,controlled%20by%20that%20facility's%20business">juga aktivitas tidak langsung</a> seperti proses transportasi dan distribusi produk. Salah satu penyumbang emisi adalah proses pengemasan obat.</p>
<p>Sebenarnya masalah ini bukan hanya tanggung jawab industri obat, tapi semua pemangku kepentingan termasuk pemerintah, distributor, apotek, dokter dan pasien.</p>
<h2>Seberapa penting peran kemasan bagi produk farmasi?</h2>
<p>Produk farmasi menempuh proses distribusi yang panjang.</p>
<p>Tidak hanya harus melewati batas antardaerah, <a href="https://journals.lww.com/jpbs/Fulltext/2013/05020/Recent_trends_and_future_of_pharmaceutical.2.aspx">obat-obatan juga harus melalui batas antarnegara</a>. Oleh karena itu, produk farmasi harus dikemas sedemikian rupa agar keutuhan dan kestabilannya terjaga hingga sampai di tenaga kesehatan dan pasien yang menerimanya.</p>
<p>Selain sebagai wadah yang menampung obat agar mudah ditangani, kemasan farmasi juga memiliki <a href="https://journals.lww.com/jpbs/Fulltext/2013/05020/Recent_trends_and_future_of_pharmaceutical.2.aspx">fungsi proteksi</a> dari pengaruh lingkungan luar yang dapat merusak kandungan obat. Cahaya, kelembaban, oksigen, kontaminasi bakteri dan mikroba lain, kerusakan mekanis dan pemalsuan merupakan hal-hal yang dapat menurunkan kualitas produk farmasi.</p>
<p>Kemasan farmasi pun memiliki fungsi <a href="https://journals.lww.com/jpbs/Fulltext/2013/05020/Recent_trends_and_future_of_pharmaceutical.2.aspx">presentasi dan informasi</a>. Pada kemasan farmasi umumnya tertera nama obat sebagai identitas, dan sejumlah informasi seperti komposisi, berat atau volume, cara pakai, cara penyimpanan, tanggal kedaluwarsa, dan tanda peringatan khusus.</p>
<p>Informasi ini tidak hanya penting diketahui pasien sebagai pengguna akhir, tapi juga oleh tenaga kesehatan. Sejumlah obat tidak bisa digunakan sendiri oleh pasien, bahkan memerlukan instruksi khusus untuk diberikan, seperti obat-obat kanker.</p>
<p>Ada <a href="https://journals.lww.com/jpbs/Fulltext/2013/05020/Recent_trends_and_future_of_pharmaceutical.2.aspx">tiga lapis kemasan farmasi</a> yakni kemasan primer, kemasan sekunder, dan kemasan tersier. </p>
<p>Kemasan primer merupakan kemasan yang bersentuhan langsung dengan produk obat. Kemasan ini berpengaruh langsung pada umur simpan obat. Contohnya antara lain botol sirup, botol obat tetes mata, dan tube krim.</p>
<p>Kemasan sekunder merupakan kemasan yang melindungi kemasan primer, seperti dus, boks karton. Sementara itu, kemasan tersier digunakan untuk distribusi dan transportasi produk dalam jumlah besar misalnya kontainer.</p>
<p>Dengan demikian, untuk setiap obat yang diproduksi dan didistribusikan hingga sampai ke tangan konsumen, akan selalu ada limbah yang dihasilkan. Tidak hanya limbah obat, tapi juga kemasannya.</p>
<p>Bahan seperti aluminium foil, yang lazim digunakan dalam kemasan obat, memiliki dampak yang kurang baik terhadap lingkungan, bahkan jika dibandingkan dengan kemasan polivinilklorida (PVC) <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2213020916301975">menurut sebuah studi</a>. </p>
<p>Proses manufaktur kemasan aluminium foil menjadi faktor penyumbang dampak negatif kemasan ini terhadap lingkungan. Proses manufaktur aluminium menghasilkan <a href="https://www.iea.org/energy-system/industry/aluminium">hampir 270 juta ton</a> emisi gas karbondioksida. Sedangkan manufaktur aluminium foil menghasilkan <a href="https://apps.carboncloud.com/climatehub/product-reports/id/140531869815">3,1 kg emisi setara gas karbondioksida/kg</a>.</p>
<h2>Peran industri farmasi dalam atasi masalah limbah kemasan obat</h2>
<p>Sebuah riset terhadap <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9967855/">dua puluh perusahaan farmasi global</a> menunjukkan komitmen korporasi terhadap penurunan emisi gas rumah kaca melalui sejumlah strategi.</p>
<p>Mereka, antara lain menggunakan kemasan produk yang dapat didaur ulang serta menggunakan <em>e-labelling</em> (pelabelan produk secara elektronik) untuk menurunkan limbah kemasan. Strategi ini dilakukan oleh sejumlah industri besar seperti Takeda, Astrazeneca, dan Astellas.</p>
<p>Sejumlah inovasi juga dilakukan untuk membantu menyelesaikan masalah ini. Melalui <a href="https://www.nature.com/articles/s41586-020-2149-4">rekayasa enzim pengurai plastik</a>, plastik jenis polietilena tereftalat (PET) yang bisa didaur ulang. </p>
<p>Selain itu, ada juga pengembangan <a href="https://pubs.acs.org/doi/10.1021/acssuschemeng.1c00355">bahan bioplastik baru</a> yang berpotensi digunakan sebagai bahan pengemas. Bahan-bahan <a href="https://www.cas.org/resources/cas-insights/sustainability/five-ways-achieve-sustainable-medical-packaging#:%7E:text=Designing%20product%20lines%20that%20include,amount%20of%20landfill%20waste%20produced.">seperti</a> pati, selulosa, kitin atau kitosan (senyawa yang dapat dihasilkan oleh cangkang udang dan kepiting), <em>xylan</em> (turunan selulosa yang dihasilkan oleh kelompok rumput-rumputan, termasuk <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s00289-022-04385-x">tebu</a>), dan protein merupakan bahan-bahan alami yang dapat dikembangkan menjadi plastik yang lebih mudah terurai.</p>
<p>Sementara itu, solusi lainnya adalah dengan mendaur ulang obat. Limbah kemasan obat yang <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s40290-020-00339-8">tidak digunakan dapat didaur ulang</a>, bahkan untuk kemasan khusus seperti inhaler.</p>
<h2>Bukan semata tanggung jawab industri farmasi</h2>
<p>Tanggung jawab masalah yang ditimbulkan bahan kemasan obat bukan diemban oleh industri farmasi saja, melainkan seluruh pemangku kepentingan.</p>
<p>Distributor farmasi dapat berfungsi sebagai sentra penyimpanan obat di suatu wilayah, dan sebagai lokasi penukaran obat yang <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2352554121000279#bib68">mendekati tanggal kedaluwarsa</a>.</p>
<p>Sedangkan apoteker memiliki peran penting sebagai penanggung jawab dalam pengelolaan obat dan pelayanan kefarmasian. Apoteker perlu mengelola stok obat dengan tepat untuk mengurangi limbah obat yang tidak terpakai. </p>
<p>Di Belanda, misalnya, sebuah platform daring bernama <a href="https://www.pharmaswap.com/home-en.html">PharmaSwap</a> memungkinkan penukaran obat antarapotek untuk mengurangi penumpukan stok obat yang jarang digunakan. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/541865/original/file-20230809-25-o57gog.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/541865/original/file-20230809-25-o57gog.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=703&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/541865/original/file-20230809-25-o57gog.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=703&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/541865/original/file-20230809-25-o57gog.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=703&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/541865/original/file-20230809-25-o57gog.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=884&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/541865/original/file-20230809-25-o57gog.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=884&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/541865/original/file-20230809-25-o57gog.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=884&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Obat kemasan jenis <em>pre-filled syringe</em> menghasilkan limbah kemasan lebih sedikit.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://assets-global.website-files.com/5ed89be68e1f40c1604b96d1/6137a62d619a9594337863c7_PHENYLEPHRINE_Label_71266-9010-01_5.png">Wikimedia</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Apoteker juga dapat memerantarai pemilihan kemasan obat yang lebih ramah lingkungan. Misalnya, obat yang dikemas dalam kemasan <em>pre-filled syringe</em> (alat suntik yang sudah mengandung obat) akan menghasilkan limbah kemasan yang <a href="https://doi.org/10.1016/j.jclinane.2015.12.005">lebih sedikit</a> dibandingkan kemasan vial dosis tunggal.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/541864/original/file-20230809-22-s2ch1q.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/541864/original/file-20230809-22-s2ch1q.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=569&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/541864/original/file-20230809-22-s2ch1q.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=569&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/541864/original/file-20230809-22-s2ch1q.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=569&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/541864/original/file-20230809-22-s2ch1q.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=716&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/541864/original/file-20230809-22-s2ch1q.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=716&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/541864/original/file-20230809-22-s2ch1q.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=716&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Obat dosis tunggal menghasilkan limbah kemasan lebih banyak.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/c4/Adenosine_preparation%2C_single_dose_vial_for_intravenous_administration.jpg/800px-Adenosine_preparation%2C_single_dose_vial_for_intravenous_administration.jpg?20200605063022">Wikimedia</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Apoteker juga dapat membantu mengurangi <a href="https://doi.org/10.1002/psb.1659">penyediaan obat berlebihan</a> kepada pasien dengan menyesuaikan pemberian obat sesuai dengan stok obat milik pasien. Pasien kerap menyimpan obat tak terpakai di rumahnya, sementara mereka terus menerima persediaan obat baru. Hal ini menyebabkan penumpukan obat berikut kemasannya di tingkat rumah tangga. </p>
<p>Limbah obat beserta kemasannya yang telanjur terjadi dapat ditangani melalui pengelolaan jalur pembuangan obat yang baik dan benar. Apotek dapat mengumpulkan <a href="https://scholar.google.com/scholar_lookup?title=Role%20of%20the%20pharmacist%20in%20proper%20medication%20disposal&publication_year=2011&author=A.%20Smolen">obat tidak terpakai</a> untuk mengurangi pembuangan obat di tempat sampah rumah tangga atau di saluran pembuangan air limbah. </p>
<p>Sementara, <a href="https://doi.org/10.1007/s11096-018-0642-8">20% obat juga dikembalikan dalam kemasan tertutup</a>, tidak rusak, dan umur simpan lebih dari 6 bulan, sehingga dapat diserahkan kembali kepada pasien lainnya yang membutuhkan.</p>
<p>Namun, praktik penyerahan obat ini juga menimbulkan <a href="https://doi.org/10.1111/ijpp.12391">keraguan publik</a> terkait jaminan mutu. Sehingga diperlukan inovasi dalam teknologi obat, seperti melalui <a href="https://doi.org/10.3390/s20113080">sensor</a> yang dapat menjamin kualitas dan keamanan obat yang diserahkan ulang (<em>redispensing</em>).</p>
<p>Peran pemerintah atau <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2352554121000279">lembaga regulasi seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga sangat penting</a> dalam menurunkan masalah lingkungan terkait limbah kemasan obat. Mereka harus mengedukasi, membuat pedoman untuk membatasi limbah farmasi, dan berkolaborasi dengan pemangku kepentingan lainnya, seperti industri farmasi, distributor, fasilitas pelayanan kesehatan, dan tenaga kesehatan. </p>
<p>Tanpa dukungan pembuat kebijakan, maka upaya meminimalkan limbah kemasan obat juga akan terhambat. Dengan demikian, target pengurangan emisi untuk mencegah suhu bumi makin panas juga sulit tercapai.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/208950/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Lailaturrahmi tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Apoteker perlu mengelola stok obat dengan tepat untuk mengurangi limbah obat yang tidak terpakai.Lailaturrahmi, Lecturer, Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinis, Fakultas Farmasi, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2110692023-08-05T01:18:31Z2023-08-05T01:18:31ZPemilu 2024 akan jadi pesta demokrasi terbesar di dunia: 5 hal yang perlu kamu ketahui<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/541318/original/file-20230805-27-z30mva.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C5000%2C3323&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Karnaval menjelang Pemilihan Umum 2024.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://branda.antaranews.com/data/content_photo_wire.php?pubid=1689857401&getcod=dom">Arnas Padda/Antara Foto</a></span></figcaption></figure><p>Indonesia, negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, akan menyelenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) pada 14 Februari 2024. Ini diyakini akan menjadi pesta demokrasi terbesar di dunia yang akan diselenggarakan selama satu hari.</p>
<p>Terdapat <a href="https://www.kpu.go.id/berita/baca/11547/dps-pemilu-2024-205-juta-pemilih">Lebih dari 200 juta</a> pemilih di Indonesia dan 1,75 juta pemilih diaspora yang dapat menggunakan hak suaranya untuk memilih presiden dan wakil presiden berikutnya, serta anggota DPR, DPD dan DPRD. Jumlah pemilih tersebut mencakup 74% dari total populasi Indonesia.</p>
<h2>Kandidat potensial dan partai pengusungnya</h2>
<p>Masa <a href="https://infopemilu.kpu.go.id/Pemilu/Peserta_pemilu">pendaftaran</a> calon presiden dan wakil presiden akan berlangsung pada 19 Oktober hingga 25 November 2023.</p>
<p>Namun, nama Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto <a href="https://uiii.ac.id/perspectives/read/57365/what-to-expect-from-indonesia%20-pemilihan-presiden-2024-uiii-ahli-wawasan">diprediksi kuat akan maju sebagai calon presiden (capres)</a>. <a href="https://www.thejakartapost.com/indonesia/2023/04/22/who-is-running-for-president-in-indonesias-2024-election.html">Banyak pula yang menduga</a> bahwa Anies, 53 tahun, akan menjadi kandidat unggulan dalam kontestasi politik tahun depan.</p>
<p>Sosok Anies mulai populer sejak menjadi Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022, dengan <a href="https://talenta.usu.ac.id/politeia/article/view/1083">dukungan</a> dari sejumlah <a href="https://www.iseas.edu.sg/images/pdf/ISEAS_Perspective_2019_49.pdf">kelompok Islam konservatif</a>. Dukungan ini juga yang diyakini telah <a href="https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jispo/article/view/8923">membantunya memenangkan</a> Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jakarta 2017.</p>
<p>Hingga kini, Anies tidak terdaftar sebagai kader dan tidak mewakili partai politik manapun. Namun, sejauh ini ia telah mengantungi dukungan resmi dari Partai Nasdem, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Demokrat untuk maju sebagai capres 2024.</p>
<p>Jika dijumlahkan, koalisi ketiga partai tersebut memegang total 25,03% kursi parlemen. Ini lebih dari <a href="https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwi9v6aP7b-AAxXuzTgGHeR1AkkQFnoECC4QAQ&url=https%3A%2F%2Fwww.mkri.id%2Fpublic%2Fcontent%2Fpersidangan%2Fputusan%2Fputusan_mkri_8460_1650433927.pdf&usg=AOvVaw2ELlIY3HVaNRfKQlkgTrV_&opi=89978449">syarat ambang batas</a> minimal yang diperlukan oleh partai atau koalisi partai untuk dapat mengusung capres dan cawapres, yaitu 20%.</p>
<p>Namun, <a href="https://www.kompas.id/baca/polhuk/2023/06/02/ikatan-koalisi-masih-rapuh">beberapa pakar politik memperingatkan</a> bahwa koalisi ini cenderung lemah dan dapat dengan mudah pecah lalu meninggalkan Anies begitu saja. </p>
<p>Meski demikian, <a href="http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/cmv/article/view/2631/1242">sebuah studi</a> menunjukkan bahwa bagi mayoritas masyarakat Indonesia, citra politik Anies masih tetap positif berkat popularitasnya di media. Ia seringkali ditampilkan sebagai sosok yang cerdas, santun, tegas dan religius. <a href="http://jurnal.bsi.ac.id/index.php/jpr/article/view/1150/744">Penelitian lainnya</a> menemukan indikasi bahwa Anies yang mendapat paling banyak dukungan publik untuk maju sebagai capres.</p>
<p>Sementara itu, Ganjar, Gubernur Jawa Tengah aktif, telah mendapatkan tiket pencalonan presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), partai politik terbesar di parlemen dan partai asal Presiden Joko “Jokowi” Widodo.</p>
<p><a href="http://www.stmik-budidarma.ac.id/ejurnal/index.php/mib/article/view/6298/3562">Analisis</a> tentang sentimen publik terhadap potensi pencalonan Ganjar untuk Pemilu 2024 menunjukkan bahwa ia juga memperoleh sentimen positif dari publik. Banyak masyarakat <a href="https://muse.jhu.edu/pub/1/article/875801/summary">melihatnya</a> sebagai kandidat paling aman, jika bukan yang terkuat. PDI-P menguasai 22,26% kursi parlemen, menjadikannya satu-satunya partai yang tidak perlu berkoalisi untuk dapat mengajukan capres-cawapres.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/540420/original/file-20230801-15-wj7vfp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/540420/original/file-20230801-15-wj7vfp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/540420/original/file-20230801-15-wj7vfp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/540420/original/file-20230801-15-wj7vfp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/540420/original/file-20230801-15-wj7vfp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/540420/original/file-20230801-15-wj7vfp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/540420/original/file-20230801-15-wj7vfp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Bakal calon presiden Anies Baswedan menyampaikan pidato politik di depan ribuan kader Partai Nasdem di Jakarta.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://branda.antaranews.com/data/content_photo_wire.php?pubid=1689508520&getcod=dom">Asprilla Dwi Adha/Antara Foto</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ganjar banyak disebut-sebut sebagai figur yang mirip dengan Jokowi: seorang sipil dengan <a href="http://www.jurnal-umbuton.ac.id/index.php/Medialog/article/view/3044">gaya komunikasi yang membumi</a>. Dia juga berasal dari Jawa Tengah, seperti Jokowi – ini mungkin jadi poin penting bagi banyak pemilih.</p>
<p>Sementara bagi Prabowo, pertarungan Pilpres 2024 akan menjadi kali ketiga ia maju sebagai capres, setelah sebelumnya kalah dua kali berturut-turut dari Jokowi. Ia juga pernah kalah dalam Pilpres 2009 sebagai cawapres dari capres Megawati Soekarnoputri, ketua umum PDI-P.</p>
<p>Prabowo merupakan mantan jenderal TNI angkatan darat dan saat ini adalah pemimpin Partai Gerindra, partai terbesar kedua di parlemen. Jokowi mengangkatnya sebagai Menteri Pertahanan pada 2019.</p>
<p>Setiap menjelang pencalonannya, Prabowo <a href="https://griffithlawjournal.org/index.php/gjlhd/article/view/663">hampir selalu dikaitkan</a> dengan penculikan dan penghilangan paksa mahasiswa dan aktivis yang menentang rezim otoriter Orde Baru Suharto pada akhir 1990-an. Saat itu, dia menjabat sebagai Panglima Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Angkatan Darat.</p>
<p><a href="https://www.cnbcindonesia.com/news/20230731173609-4-458867/12-survei-terbaru-capres-2024-anies-vs-prabowo-vs-ganjar">Dalam sejumlah survei nasional</a>, elektabilitas Prabowo selalu memimpin, sedikit lebih tinggi di atas Anies dan Ganjar.</p>
<h2>Pemilih muda</h2>
<p>Salah satu aspek menarik dalam Pemilu 2024 adalah bahwa <a href="https://law.ui.ac.id/7718-2/">kaum muda</a> (rentang usia 22-30 tahun) akan <a href="https://www.youtube.com/watch?v=U1Y52Sbp33U">mendominasi</a> total pemilih nasional, yakni sebesar 56,4% atau sekitar 114 juta. Separuh dari mereka adalah pemilih pemula. Namun, yang jadi pertanyaan adalah apakah mereka mau memilih atau tidak.</p>
<p><a href="https://katadata.co.id/ariayudhistira/analisisdata/64afc53e7d945/potensi-golput-pemilih-muda-di-pemilu-2024">Sebuah studi</a> yang dilakukan oleh Centre for Strategic and International Studies (CSIS) pada Agustus 2022 mengungkapkan bahwa partisipasi pemilih muda pada pemilu 2019 sebesar 91,3%, naik dari 85,9% pada pemilu 2014.</p>
<p>Sayangnya, ketika ditanya tentang pandangannya, persentase kaum muda yang menyatakan tertarik pada politik hanya 1,1%. Banyak pemilih muda yang ragu-ragu, <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190315142034-32-377581/survei-kaum-muda-banyak-golput-undecided-voters-naik">pesimis terhadap situasi politik, dan kurang percaya pada</a> para elite politik.</p>
<p><a href="https://dr.ntu.edu.sg/handle/10220/19846">Studi</a> lain mengungkap bahwa kaum muda di Indonesia cenderung apatis terhadap perkembangan politik dan tidak senasionalis generasi lain di tanah air.</p>
<p>Pemilih muda juga <a href="https://theconversation.com/selera-politik-pemilih-muda-indonesia-partai-lama-capres-sipil-90825">tidak dapat dengan mudah dipengaruhi</a> oleh favoritisme keluarga mereka terhadap kandidat tertentu. Pola ini berbeda dengan pemilu sebelumnya.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/540421/original/file-20230801-23-7adm14.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/540421/original/file-20230801-23-7adm14.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/540421/original/file-20230801-23-7adm14.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/540421/original/file-20230801-23-7adm14.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/540421/original/file-20230801-23-7adm14.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/540421/original/file-20230801-23-7adm14.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/540421/original/file-20230801-23-7adm14.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Bakal calon presiden Ganjar Pranowo memberikan pidato dalam acara rapat koordinasi lintas partai di Bogor, Jawa Barat.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://branda.antaranews.com/data/content_photo_wire.php?pubid=1690032901&getcod=dom">M Risyal Hidayat/Antara Foto</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Karena jumlah pemilih muda sangat besar, partai politik dan para kandidat potensial mulai menerapkan strategi <a href="https://theconversation.com/jelang-pemilu-2024-saatnya-media-sosial-jadi-panggung-kampanye-yang-berkualitas-189950">kampanye di media sosial</a> untuk menarik para pemilih tersebut.</p>
<h2>Pemilu serentak</h2>
<p>Pemilu 2024 akan menjadi kedua kalinya bagi Indonesia untuk menyelenggarakan pemilihan presiden dan legislatif secara bersamaan. Pemilihan legislatif terdiri dari pemungutan suara untuk anggota dewan tingkat nasional – DPR dan DPD – serta badan legislatif daerah (DPRD).</p>
<p>Beberapa pengamat politik masih <a href="https://www.kompas.id/baca/riset/2021/03/04/problematika-pemilu-serentak-2024">mepertanyakan</a> pemilihan presiden dan anggota DPR secara berbarengan ini karena dianggap rumit – bahkan <a href="https://bawaslu.go.id/id/berita/pemilihan-serentak-2024-afif-lebih-kompleks-tapi-harus-optimis">lebih kompleks</a> dibanding pemilu 2019. Hal ini <a href="https://ugm.ac.id/id/berita/20728-pengamat-politik-ugm-pemilu-serentak-pilih-paling-sederhana/">mungkin membingungkan banyak pemilih</a> dan memberatkan penyelenggara pemilu.</p>
<p>Untuk pertama kalinya, hari pemungutan suara akan dilakukan pada <a href="https://news.republika.co.id/berita/rl5s4b428/komnas-ham-pemilu-2024-saat-musim-penghujan-perhatikan-aspek-keselamatan">musim hujan</a>. Ini akan menimbulkan tantangan logistik yang lebih berat karena di Indonesia, hujan lebat <a href="https://library.oapen.org/bitstream/handle/20.500.12657/54270/9781000628852.pdf?sequence=1#page=103">dapat dengan mudah memicu bencana seperti banjir dan tanah longsor</a>.</p>
<h2>Sistem proporsional</h2>
<p>Sejak Pemilu 2009, Indonesia telah menerapkan <a href="https://fisip.ui.ac.id/apa-itu-sistem-proporsional-tertutup-dengan-sistem-proporsional-terbuka-dalam-pemilu/">sistem pemilihan proporsional terbuka</a> - pemilih langsung mencoblos salah satu calon anggota legislatif yang terdapat di surat suaranya.</p>
<p>Sistem ini berbeda dengan sistem proporsional tertutup yang diterapkan sebelumnya dari tahun 1971 hingga 1997 – yakni ketika pemilih hanya memilih partai politiknya saja, kemudian nanti partai yang secara internal akan menentukan kader mana yang akan menduduki kursi parlemen.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/540439/original/file-20230801-27-oma1fj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/540439/original/file-20230801-27-oma1fj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/540439/original/file-20230801-27-oma1fj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/540439/original/file-20230801-27-oma1fj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/540439/original/file-20230801-27-oma1fj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/540439/original/file-20230801-27-oma1fj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/540439/original/file-20230801-27-oma1fj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Bakal calon presiden Prabowo Subianto memberikan pidato pada agenda rapat kerja nasional Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (Apdesi) di Jambi.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://branda.antaranews.com/data/content_photo_wire.php?pubid=1690363508&getcod=dom">Wahdi Septiawan/Antara Foto</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p><a href="https://theconversation.com/melemahnya-basis-massa-dan-kinerja-mesin-partai-politik-perlukah-indonesia-kembali-ke-sistem-pemilu-tertutup-199747">Dengan sistem proporsional terbuka</a>, otoritas pemilih dalam menentukan siapa wakil rakyat yang akan mendapatkan kursi parlemen <a href="https://indonesiaatmelbourne.unimelb.edu.au/the-hunger-games-indonesias-problematic-electoral-system-will-continue-in-2024/">menjadi lebih kuat</a> dari partai politik. </p>
<p>Sempat ada upaya dari beberapa pihak tertentu untuk mengembalikan sistem tertutup, tetapi dihentikan oleh <a href="https://www.scmp.com/week-asia/politics/article/3224198/indonesia-election-court-rejects-challenge-change-electoral-system-could-be-setback-democracy">Mahkamah Konstitusi</a>.</p>
<h2>Hoaks, misinformasi, dan media sosial</h2>
<p>Indonesia menghadapi tantangan rumit terkait penyebaran berita palsu atau disinformasi. <a href="https://jurnal.kominfo.go.id/index.php/snki/article/view/2557">Banyak penelitian</a> menunjukkan bahwa kampanye yang menyesatkan, yang dilakukan secara sengaja, telah berkembang pesat di media sosial.</p>
<p>Indonesia, misalnya, memiliki <a href="https://www.statista.com/statistics/1299807/number-of-monthly-unique-tiktok-users/#:%7E:text=Countries%20with%20the%%2020most%20TikTok%20users%202023&text=Sebagai%20dari%20Januari%202023%2C%20the,sekitar%20110%20juta%20TikTok%20pengguna.">pengguna terbesar kedua secara global</a> di TikTok. </p>
<p>Kementerian Komunikasi dan Informasi <a href="https://www.kominfo.go.id/content/detail/48363/siaran-pers-no-50hmkominfo042023-tentang-triwulan-pertama-2023-kominfo-%20bantuan-425-isu-hoaks/0/siaran_pers">menemukan 425 hoaks</a> yang tersebar di media sosial selama kuartal pertama tahun ini, naik dari 393 temuan pada periode yang sama tahun 2022.</p>
<p>Menjelang Pemilu 2024, misinformasi dan disinformasi telah mulai merjalela di media sosial. Mengingat skala jajak pendapat dan <a href="https://theconversation.com/tiktoks-poor-content-moderation-fuels-the-spread-of-hate-speech-and-misinformation-ahead-of%20-indonesia-2024-elections-202439">kurangnya moderasi konten</a> di platform, dampak dari kegiatan ini bisa sangat signifikan. Pemilu satu hari terbesar di dunia ini mungkin akan didominasi oleh perjuangan untuk membendung pengaruh antidemokrasi yang merajalela.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/211069/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Indonesia akan menyelenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) pada 14 Februari 2024. Ini diyakini akan menjadi pesta demokrasi terbesar di dunia yang akan diselenggarakan selama satu hari.Ika Krismantari, Chief Editor/Content DirectorNurul Fitri Ramadhani, Politics + Society Editor, The Conversation IndonesiaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2086732023-08-05T01:00:27Z2023-08-05T01:00:27ZIndonesia will hold the world’s biggest single day election: here is what you need to know<p>Indonesia, the world’s third-largest democracy, will hold the planet’s biggest one-day election next year. <a href="https://www.kpu.go.id/berita/baca/11547/dps-pemilu-2024-205-juta-pemilih">More than 200 million</a> voters in Indonesia and 1.75 million members of the Indonesian diaspora will go to the polls on February 14, 2024 to elect the country’s next president and vice president, as well as legislators and councillors at both national and regional levels. </p>
<p>The total number of voters expected accounts for 74% of the total population of this Southeast Asia’s largest economy.</p>
<h2>The runners and riders</h2>
<p><a href="https://infopemilu.kpu.go.id/Pemilu/Peserta_pemilu">The registration</a> for presidential and vice presidential candidates will be open from October 19 to November 25, 2023.</p>
<p>But already the names Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto have emerged as <a href="https://uiii.ac.id/perspectives/read/57365/what-to-expect-from-indonesia-presidential-election-2024-uiii-experts-insights">leading candidates who are expected to run</a>. And <a href="https://www.thejakartapost.com/indonesia/2023/04/22/who-is-running-for-president-in-indonesias-2024-election.html">many have predicted</a> that 53-year-old Anies will be the front runner in the race. </p>
<p>Anies is a popular former governor of Jakarta who is <a href="https://talenta.usu.ac.id/politeia/article/view/1083">endorsed</a> by <a href="https://www.iseas.edu.sg/images/pdf/ISEAS_Perspective_2019_49.pdf">hardline Islamist groups</a>. This support <a href="https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jispo/article/view/8923">helped him win</a> the 2017 Jakarta gubernatorial election. </p>
<p>Anies does not represent a single political party, but his candidacy has been endorsed, so far, by Nasdem Party, Indonesia’s fifth-largest political party, Islamist-based Prosperous Justice Party (PKS) and opposition Democratic Party.</p>
<p>Together, the coalition holds a total of 25.03% parliamentary seats, more than the <a href="https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwi9v6aP7b-AAxXuzTgGHeR1AkkQFnoECC4QAQ&url=https%3A%2F%2Fwww.mkri.id%2Fpublic%2Fcontent%2Fpersidangan%2Fputusan%2Fputusan_mkri_8460_1650433927.pdf&usg=AOvVaw2ELlIY3HVaNRfKQlkgTrV_&opi=89978449">20% presidential threshold</a> required for a party or coalition of parties to be able to endorse a candidate.</p>
<p>However, <a href="https://www.kompas.id/baca/polhuk/2023/06/02/ikatan-koalisi-masih-rapuh">some experts have warned</a> the coalition was weak and could easily break up and leave Anies out in the cold.</p>
<p><a href="http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/cmv/article/view/2631/1242">A study</a> has shown his political image remains positive with the majority of the population, thanks to media coverage. He is framed as intelligent, polite, firm and religious.</p>
<p><a href="http://jurnal.bsi.ac.id/index.php/jpr/article/view/1150/744">Another study</a> indicates Anies has obtained the most public support of potential candidates ahead of the 2024 presidential election.</p>
<p>Ganjar Pranowo, the Central Java governor, has secured a presidential ticket from his party, the Indonesia Democratic Party of Struggle (PDI-P), the country’s largest political party and the party of sitting President Joko “Jokowi” Widodo. </p>
<p><a href="http://www.stmik-budidarma.ac.id/ejurnal/index.php/mib/article/view/6298/3562">Analysis</a> of public sentiment towards Ganjar’s potential candidacy in 2024 has shown he too is viewed positively. Ganjar <a href="https://muse.jhu.edu/pub/1/article/875801/summary">is seen</a> as the safest, if not strongest, candidate. The PDI-P holds 22.26% of parliamentary seats and is the only party that does not need to form a coalition to nominate president and vice president candidates.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/540420/original/file-20230801-15-wj7vfp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/540420/original/file-20230801-15-wj7vfp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/540420/original/file-20230801-15-wj7vfp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/540420/original/file-20230801-15-wj7vfp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/540420/original/file-20230801-15-wj7vfp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/540420/original/file-20230801-15-wj7vfp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/540420/original/file-20230801-15-wj7vfp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Potential presidential candidate Anies Baswedan gives a political speech in front of thousands of cadres of Nasdem Party in Jakarta.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://branda.antaranews.com/data/content_photo_wire.php?pubid=1689508520&getcod=dom">Asprilla Dwi Adha/Antara Foto</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ganjar is seen as sharing Jokowi’s characteristics: a civilian with <a href="http://www.jurnal-umbuton.ac.id/index.php/Medialog/article/view/3044">a down-to-earth communication style</a>. And he comes from Central Java, just like Jokowi, which may be important to many voters.</p>
<p>It will be the third time in the race for Prabowo Subianto should he content the presidency, having previously lost Jokowi twice. He also lost in the 2009 vice presidential race as the runningmate of PDI-P chairwoman Megawati Soekarnoputri.</p>
<p>Former army general Prabowo is the leader of the Gerindra Party, the second-largest in the parliament. Jokowi appointed him as the Minister of Defence in 2019.</p>
<p>Prabowo <a href="https://griffithlawjournal.org/index.php/gjlhd/article/view/663">has long been linked</a> to the kidnapping and disappearance of students and activists who opposed Suharto’s authoritarian regime in the late 1990s. At that time, he was the commander of the Indonesian Army Special Forces.</p>
<p><a href="https://www.cnbcindonesia.com/news/20230731173609-4-458867/12-survei-terbaru-capres-2024-anies-vs-prabowo-vs-ganjar">In a number of national surveys</a> Prabowo comes out on top, slightly ahead of Anies and Ganjar.</p>
<h2>The youth vote</h2>
<p>One interesting aspect in the Indonesia 2024 elections is that the <a href="https://law.ui.ac.id/7718-2/">young generation</a> (aged 22-30 years) will <a href="https://www.youtube.com/watch?v=U1Y52Sbp33U">dominate</a> at 56.4% or around 114 million of the total voters nationwide. Half of them will be first-time voters. A key question will be whether they are willing to participate or not.</p>
<p><a href="https://katadata.co.id/ariayudhistira/analisisdata/64afc53e7d945/potensi-golput-pemilih-muda-di-pemilu-2024">A study</a> conducted by the Centre for Strategic and International Studies (CSIS) in August 2022 revealed that young voter participation in the 2019 election was 91.3%, up from 85.9% in the 2014 election. </p>
<p>But when asked about their views, the percentage of young people who declared an interest in politics was a mere 1.1%. Many young voters were undecided, <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190315142034-32-377581/survei-kaum-muda-banyak-golput-undecided-voters-naik">pessimistic about the political situation and lacking in trust of</a> the political elite.</p>
<p>Another <a href="https://dr.ntu.edu.sg/handle/10220/19846">study</a> estimated that Indonesia’s younger generation tends to be apathetic about political developments and not as nationalistic as other generations in the country. </p>
<p>Young voters also <a href="https://theconversation.com/selera-politik-pemilih-muda-indonesia-partai-lama-capres-sipil-90825">could not be easily driven</a> by their families’ favouritism towards certain candidates. This pattern is different from previous elections.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/540421/original/file-20230801-23-7adm14.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/540421/original/file-20230801-23-7adm14.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/540421/original/file-20230801-23-7adm14.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/540421/original/file-20230801-23-7adm14.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/540421/original/file-20230801-23-7adm14.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/540421/original/file-20230801-23-7adm14.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/540421/original/file-20230801-23-7adm14.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Potential presidential candidate Ganjar Pranowo gives speech in a cross-political parties consolidation meeting in Bogor, Indonesia’s West Java.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://branda.antaranews.com/data/content_photo_wire.php?pubid=1690032901&getcod=dom">M Risyal Hidayat/Antara Foto</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Since the number of young voters is huge, political parties and potential candidates have started to implement <a href="https://theconversation.com/jelang-pemilu-2024-saatnya-media-sosial-jadi-panggung-kampanye-yang-berkualitas-189950">social media</a> strategies to attract them.</p>
<h2>The simultaneous election</h2>
<p>This will be the second time Indonesia has held presidential and legislative elections at the same time. The legislative elections will consist of votes to the national-level council and the House of Representatives as well as regional legislative bodies.</p>
<p>Some scholars are <a href="https://www.kompas.id/baca/riset/2021/03/04/problematika-pemilu-serentak-2024">question</a> this approach as it is considered complicated – even <a href="https://bawaslu.go.id/id/berita/pemilihan-serentak-2024-afif-lebih-kompleks-tapi-harus-optimis">more complex</a> than it was in 2019 elections – and <a href="https://ugm.ac.id/id/berita/20728-pengamat-politik-ugm-pemilu-serentak-pilih-paling-sederhana/">may confuse many voters</a>. It is also burdensome for election organisers.</p>
<p>For the first time, polling day will be in the country’s <a href="https://news.republika.co.id/berita/rl5s4b428/komnas-ham-pemilu-2024-saat-musim-penghujan-perhatikan-aspek-keselamatan">rainy season</a>. This could bring tough logistical challenges because in Indonesia, heavy rains <a href="https://library.oapen.org/bitstream/handle/20.500.12657/54270/9781000628852.pdf?sequence=1#page=103">can easily trigger floods and landslides</a>. </p>
<h2>The system</h2>
<p>Since the 2009 general election, Indonesia has implemented <a href="https://fisip.ui.ac.id/apa-itu-sistem-proporsional-tertutup-dengan-sistem-proporsional-terbuka-dalam-pemilu/">an open proportional election system</a> - voters directly vote for candidates for legislative members listed on their ballot papers.</p>
<p>This system differs from the closed proportional system previously implemented from 1971 to 1997 – where voters voted for the political parties, and then the parties internally select candidates for the legislative seats.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/540439/original/file-20230801-27-oma1fj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/540439/original/file-20230801-27-oma1fj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/540439/original/file-20230801-27-oma1fj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/540439/original/file-20230801-27-oma1fj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/540439/original/file-20230801-27-oma1fj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/540439/original/file-20230801-27-oma1fj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/540439/original/file-20230801-27-oma1fj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Potential presidential candidate Prabowo Subianto gives speech at the National Working Meeting of Indonesian Village Associations in Jambi.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://branda.antaranews.com/data/content_photo_wire.php?pubid=1690363508&getcod=dom">Wahdi Septiawan/Antara Foto</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p><a href="https://theconversation.com/melemahnya-basis-massa-dan-kinerja-mesin-partai-politik-perlukah-indonesia-kembali-ke-sistem-pemilu-tertutup-199747">With the open proportional system</a>, the election gives voters <a href="https://indonesiaatmelbourne.unimelb.edu.au/the-hunger-games-indonesias-problematic-electoral-system-will-continue-in-2024/">more power</a> over political parties to choose who will get the seats. Efforts by some to restore the closed system were stopped by the <a href="https://www.scmp.com/week-asia/politics/article/3224198/indonesia-election-court-rejects-challenge-change-electoral-system-could-be-setback-democracy">Constitutional Court</a>.</p>
<h2>Hoaxes, misinformation and social media</h2>
<p>Indonesia faces complicated challenges related to the spread of fake news or disinformation, with <a href="https://jurnal.kominfo.go.id/index.php/snki/article/view/2557">many studies</a> indicating that intentioanally misleading camapigns are thriving on social media.</p>
<p>Indonesia has <a href="https://www.statista.com/statistics/1299807/number-of-monthly-unique-tiktok-users/#:%7E:text=Countries%20with%20the%20most%20TikTok%20users%202023&text=As%20of%20January%202023%2C%20the,around%20110%20million%20TikTok%20users.">the second-largest audience globally</a> on TikTok. The country’s Ministry of Communication and Information <a href="https://www.kominfo.go.id/content/detail/48363/siaran-pers-no-50hmkominfo042023-tentang-triwulan-pertama-2023-kominfo-identifikasi-425-isu-hoaks/0/siaran_pers">has found 425 hoaxes</a> spreading on social media during first quarter of this year, up from 393 findings in the same period of 2022.</p>
<p>Misinformation and disinformation on social media are rampant ahead of the 2024 election. Given the scale of the poll and the <a href="https://theconversation.com/tiktoks-poor-content-moderation-fuels-the-spread-of-hate-speech-and-misinformation-ahead-of-indonesia-2024-elections-202439">lack of content moderation</a> on platforms the impact of this activity could well be highly significant. The world’s biggest one day election may become dominated by a struggle to contain rampant anti-democratic influences.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/208673/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
On February 14, 2024, more than 200 million Indonesians will vote for their next president and vice president, legislators, and councillors. This will be the world’s biggest one-day election.Ika Krismantari, Chief Editor/Content DirectorNurul Fitri Ramadhani, Politics + Society Editor, The Conversation IndonesiaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1997472023-06-09T01:43:33Z2023-06-09T01:43:33ZMelemahnya basis massa dan kinerja mesin partai politik, perlukah Indonesia kembali ke sistem pemilu tertutup?<p>Secara kelembagaan, partai politik (parpol) <a href="https://law.uii.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/call-for-paper-pshk-fh-uii-dirjen-ahu-kemenhumham-ri-fungsi-dan-hubungan-organisasi-sayap-partai-politik-dg-parpol-di-ina-marojahan-js-panjait.pdf">memerlukan basis massa</a> untuk menyokong eksistensinya. Tidak hanya sebagai sumber dukungan, basis massa merupakan komponen krusial untuk membuktikan bahwa mesin partai politik bekerja dengan baik dan mampu melakukan penetrasi ideologinya ke masyarakat.</p>
<p>Sayangnya, <a href="https://www.cambridge.org/core/books/voting-behavior-in-indonesia-since-democratization/95033839A6065AE1153591E0215BFEBE">hasil-hasil studi</a> tentang afiliasi ideologi pemilih ke parpol di Indonesia menunjukkan bahwa umumnya parpol tidak memiliki basis massa yang kuat. Survei Poltracking Indonesia pada Mei 2022, misalnya, menunjukkan masyarakat cenderung memilih figur personal (51,4%) ketimbang parpol (14,5%).</p>
<p>Tren ini terjadi karena <a href="https://www.jstor.org/stable/3351288">rendahnya kesadaran politik, pendidikan politik, konsistensi dan kualitas kinerja partai</a> secara institusi maupun lewat anggota legislatif dan pejabat eksekutifnya, hingga pada masalah menguatnya pragmatisme politik.</p>
<p>Fenomena ini bermula dari lemahnya sosialisasi politik parpol sendiri. <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/02185377.2015.1136227">Parpol terperangkap dalam bayang-bayang elit</a> yang berambisi menduduki posisi pimpinan eksekutif, seperti menteri atau kepala lembaga. Alhasil, parpol hanya menjadi sarana untuk memenuhi keinginan elit partai dibanding memperkuat mesin politik organisasi untuk kebutuhan jangka panjang.</p>
<p>Jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, parpol tentunya harus bebenah dan lebih merawat basis massanya, mengingat masyarakat adalah pemangku kepentingan utama demokrasi.</p>
<h2>Parpol dan dinamika elektoral</h2>
<p>Sejak Pemilu 2009, Indonesia menerapkan <a href="https://fisip.ui.ac.id/apa-itu-sistem-proporsional-tertutup-dengan-sistem-proporsional-terbuka-dalam-pemilu/">sistem pemilu proporsional terbuka</a> – pemilih dapat memilih daftar nama calon anggota legislatif (caleg) secara langsung.</p>
<p>Ini berbeda sistem proporsional tertutup yang berlaku selama 1971-1997. Pemilih hanya dapat memilih tanda gambar partai saja, sedangkan calegnya dipilih berdasarkan nomor urut yang ditentukan oleh mekanisme internal partai.</p>
<p>Sistem proporsional terbuka nyatanya telah membawa dampak besar terhadap dinamika politik nasional. Sistem ini memberikan otoritas pada pemilih untuk langsung memilih figur caleg, sehingga anggota legislatif terpilih lebih mampu bertanggung jawab kepada konstituennya.</p>
<p>Sistem ini kemudian membuat pemilih jadi lebih berdaulat atas parpol. Konsekuensinya, parpol terlihat kurang memiliki kendali atas kandidat terpilih. Parpol hanya menjadi “penyedia tiket” untuk caleg, tetapi kurang menyediakan dukungan berupa mesin politik untuk mendulang dukungan elektoral. Selama ini, caleg lebih banyak <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/14672715.2014.960706">mengandalkan jaringan personalnya</a> ketimbang mesin politik partai. </p>
<p>Inilah mengapa baru-baru ini – dan biasa terjadi menjelang pemilu – muncul <a href="https://antikorupsi.org/id/polemik-sistem-pemilu-proporsional-tertutup-upaya-belenggu-hak-rakyat-dan-ruang-gelap-politik-uang">wacana pemberlakuan kembali</a> sistem proporsional tertutup. Tujuannya agar elit parpol semakin memiliki pengaruh besar terhadap caleg, sekaligus membawa <a href="https://nuspress.nus.edu.sg/products/electoral-dynamics-in-indonesia-money-politics-patronage-and-clientelism-at-the-grassroots">jaringan patronase dan klientelisme</a> caleg kepada kendali parpol. Patronase dan klientelisme merujuk pada hubungan politikus dan pemilih yang melibatkan pertukaran materi sebagai syarat dukungan politik.</p>
<p>Wacana pengembalian sistem proporsional tertutup juga terkait erat dengan maraknya <a href="https://www.eastasiaforum.org/2018/08/07/indonesias-open-list-voting-system-opens-the-door-to-vote-buying/">politik uang di pemilu</a>. Caleg dan parpol tentunya membutuhkan biaya besar dalam berlaga di kontes politik agar terpilih. Sistem proporsional terbuka membuat parpol tidak memiliki kendali penuh terhadap kadernya, bahkan sering bergantung secara finansial pada kader-kadernya sehingga penerapan aturan atau pun panduan pemilu tidak terpantau secara optimal.</p>
<p>Di daerah, banyak parpol tidak memiliki kader mumpuni yang tersebar merata di setiap daerah pemilihan (dapil). Seringkali partai justru “ditopang” dan “dibiayai” anggotanya. Ini menyebabkan fungsi kontrol kader menjadi tidak efektif dan efisien.</p>
<p>Meski demikian, terlepas dampak buruk sistem proporsional terbuka bagi kinerja mesin parpol, sistem ini mampu lebih banyak memberikan ruang bagi penguatan partisipasi masyarakat. Dengan sistem terbuka, kompetisi politik menjadi semakin dinamis. Caleg pun dituntut lebih proaktif dan kreatif.</p>
<p>Sistem terbuka juga membuat anggota legislatif lebih bertanggung jawab terhadap konstituen. Sebab, masyarakat memegang mekanisme kontrol terhadap kinerja politikus dan parpol. Jika mekanisme kontrol ini dipindahkan ke parpol, maka pengawasan oleh masyarakat akan semakin tertutup dan hal tersebut menandakan penurunan kualitas demokrasi.</p>
<h2>Perbaikan kelembagaan parpol</h2>
<p>Jika berdebat tentang opsi <a href="https://nasional.kompas.com/read/2022/02/23/01150081/perbedaan-pemilu-sistem-proporsional-terbuka-dan-tertutup">sistem proporsional terbuka <em>vis-a-vis</em> tertutup</a>, pertanyaan esensialnya adalah apakah arah konteks tata kelola pemilu dan demokrasi kita hari ini ingin memperkuat masyarakat sipil atau partai?</p>
<p>Jawabnya jelas, bahwa dalam sistem demokrasi, rakyatlah yang harus diperkuat dan mendapatkan ruang kendali ketimbang parpol. Sementara itu, tugas parpol adalah meningkatkan citra dan dan memperkuat kinerja mesin politiknya agar bisa hadir menjadi institusi yang mandiri, kuat, dan bercitra baik.</p>
<p>Lalu, bagaimana caranya untuk bisa menciptakan aturan main yang sehat?</p>
<p><strong>Pertama, untuk masyarakat.</strong></p>
<p>Selama ini, masyarakat lebih banyak menjadi ceruk suara parpol. Padahal dalam mewujudkan demokrasi substantif, masyarakat bisa menjalankan peran aktif sebagai pengawas pemilu–di luar lembaga resmi Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Contohnya dengan menggunakan <a href="https://theconversation.com/jelang-pemilu-2024-saatnya-media-sosial-jadi-panggung-kampanye-yang-berkualitas-189950">media sosial</a>. Masyarakat bisa mengekspos bentuk-bentuk kecurangan pemilu agar mendapatkan perhatian maupun diskusi publik yang intens. Sebab, persoalan yang viral dan mendapat perhatian luas dari warganet cenderung lebih cepat mendorong perbaikan.</p>
<p><strong>Kedua, untuk pemerintah.</strong></p>
<p>Pemerintah perlu mengkaji pendanaan politik per kapita. Ini bisa dilakukan dengan mengumpulkan data biaya kampanye berdasarkan jenis dan daerah pemilihan, serta konteks sosial-demografi. Hasil perhitungan ini bisa dijadikan sebagai basis regulasi pembiayaan politik, regulasi ambang batas dana kampanye, subsidi, dan transparansi pembiayaan parpol di Indonesia. Misalnya, dengan mencontoh konsep “<em><a href="https://www.uefa.com/MultimediaFiles/Download/EuroExperience/uefaorg/Publications/01/59/87/45/1598745_DOWNLOAD.pdf">financial fair play</a></em>” dalam sepak bola, pemerintah dapat menetapkan ambang batas dana-dana kampanye pemilu parpol dan caleg.</p>
<p>Ketika masalah pembiayaan dapat diatasi, sistem apa pun sejatinya tidak akan menjadi masalah baru bagi pelaksanaan proses politik di Indonesia.</p>
<p><strong>Ketiga, untuk parpol.</strong></p>
<p>Dalam menjaring caleg, parpol seharusnya tidak hanya melihat popularitas, kekuatan finansial, dan pemenuhan kuota. Parpol harus lebih fokus melihat kapasitas personal kandidat dalam memahami akar persoalan masyarakat.</p>
<p>Langkah awal yang bisa dilakukan parpol adalah dengan memperkuat kerja sama dengan organisasi nonprofit atau lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk mencari figur-figur potensial. Ini karena LSM cenderung memiliki modal sosial dan memahami akar persoalan di masyarakat sekaligus memiliki kedekatan dengan masyarakat.</p>
<p>Parpol dapat membuka diri dalam menerima sekaligus meminta rekomendasi LSM terkait kandidat-kandidat mumpuni untuk diajukan menjadi caleg. Parpol dan LSM harus saling terbuka menjalin kerja sama demi menghadirkan caleg dengan kualitas terbaik demi perbaikan taraf kesejahteraan masyarakat.</p>
<p>Di samping itu, parpol juga perlu menyediakan jenjang karier dan terbuka secara organisasi serta kepemilikan. Parpol harus bisa memodernisasi organisasinya layaknya perusahaan besar yang menerapkan sistem merit dan profesionalisme sehingga mampu menawarkan jenjang karier yang demokratis bagi kader-kadernya. Rasa kepemilikan parpol oleh anggota menjadi besar berkat standar kompetensi sebagai syarat utama mobilitas di internal organisasi.</p>
<p>Untuk mewujudkan semua itu, parpol harus transparan dan akuntabel kepada semua pihak, serta mengadopsi prinsip-prinsip tata kelola partai yang baik dalam operasional dan pengambilan keputusannya.</p>
<p>Kita semua tentunya berharap parpol di Indonesia menjadi institusi yang lebih baik. Parpol dapat menjadi pusat inovasi politik dan ideologi, serta wahana partisipasi aktif masyarakat. Suka atau tidak, parpol dalam demokrasi kita hari ini telah menjadi institusi penyedia calon-calon pemimpin yang akan mewarnai arah kebijakan pemerintah sekaligus menentukan mutu demokrasi Indonesia di masa kini dan mendatang.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/199747/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>parpol harus bebenah dan menaruh perhatian lebih besar dalam merawat basis massanya, mengingat masyarakat adalah “stakeholder” utama demokrasi.Andhik Beni Saputra, Lecturer, Universitas AndalasAzhari Setiawan, Lecturer, Universitas Maritim Raja Ali HajiLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2060132023-05-25T01:44:34Z2023-05-25T01:44:34ZMengapa mayoritas vaksin diberikan via suntik?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/527948/original/file-20230524-24-6q1ux9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin meningitis meningokokkus ke Petugas Penyelenggara Ibadah Haji di Arab Saudi di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, 14/ April 2023.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://branda.antaranews.com/data/content_photo_wire.php?pubid=1681471218&getcod=dom"> ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/rwa.</a></span></figcaption></figure><p>Walau Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan <a href="https://www.who.int/news/item/05-05-2023-statement-on-the-fifteenth-meeting-of-the-international-health-regulations-(2005)-emergency-committee-regarding-the-coronavirus-disease-(covid-19)-pandemic">COVID-19 kini tidak lagi menjadi darurat kesehatan masyarakat global</a>, vaksin <em>booster</em> merupakan rekomendasi untuk mencegah infeksi virus corona. WHO juga merekomendasikan vaksin COVID-19 diintegrasikan ke program vaksin prioritas. </p>
<p>Pandemi COVID-19 meningkatkan kepedulian masyarakat umum mengenai vaksin. </p>
<p>Selain maju dalam penelitian di bidang ilmu kesehatan dan biomedis, teknologi medis kini juga mampu memproduksi vaksin lebih mudah, lebih tersedia, aman dan efisien. </p>
<p>Vaksin yang banyak dikenal oleh masyarakat umum, termasuk vaksin COVID, diberikan dalam bentuk suntikan atau injeksi. Metode ini merupakan pemberian yang efektif, tapi bisa menyakitkan dan beberapa orang takut jarum suntik. </p>
<p>Mengapa kebanyakan vaksin diberikan dalam bentuk sediaan injeksi? Apakah ada vaksin yang diberikan selain bentuk sediaan tersebut? </p>
<h2>Sifat bahan baku vaksin</h2>
<p>Vaksin yang awalnya berasal dari virus yang dilemahkan, saat ini juga dapat berasal dari protein atau asam nukleat seperti RNA. Vaksin dengan menggunakan <a href="https://www.nature.com/articles/s41392-022-00950-y">bahan baku RNA</a> memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan vaksin konvensional. </p>
<p>Vaksin jenis ini lebih mudah dibuat dalam skala industri. Waktu riset dan produksi bahan baku hingga menjadi produk akhir yang lebih cepat, produksi yang lebih mudah, dan sifat induksi imun yang lebih baik. </p>
<p>Teknologi pembuatan vaksin dari <a href="https://www.nature.com/articles/s41392-022-00950-y">RNA juga dikembangkan</a> dalam bentuk nanopartikel untuk meningkatkan efektivitasnya. </p>
<p>Bahan utama vaksin berasal dari virus yang dilemahkan ataupun teknologi RNA berupa makromolekul. Berbeda dengan bahan aktif obat lain–yang umumnya merupakan mikromolekul seperti parasetamol atau amoxicillin–bahan ini memiliki bobot molekul yang besar dan memiliki struktur yang kompleks. </p>
<p>Sifat-sifat makromolekul menyebabkan banyak tantangan saat proses produksi seperti tidak stabil dan sulit melewati membran biologis. Makromolekul juga rentan untuk diurai menjadi bentuk molekul yang lebih kecil oleh enzim di dalam tubuh serta pengeluarannya yang cepat dalam tubuh.</p>
<p>Dibanding vaksinasi via injeksi, pemberian vaksin secara oral memiliki tantangan yang besar. Misalnya, bagaimana vaksin tersebut dapat diserap hingga sampai ke target yang dituju. Vaksin tersebut harus melewati membran saluran cerna dan harus tahan terhadap keasaman lambung yang asam dan enzim pencernaan. </p>
<p>Jika diberikan secara oral, makromolekul ini dapat terurai menjadi komponen yang lebih kecil. Hanya sedikit yang mencapai pembuluh darah untuk didistribusikan ke daerah yang dituju sehingga memiliki nilai ketersediaan hayati yang rendah (< 1% dari dosis yang diberikan). </p>
<p>Nilai ketersediaan hayati memberikan pengaruh terhadap seberapa efektif rute pemberian senyawa obat (terapi) di dalam tubuh. Karena itu, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5565796/">cara pemberian melalui injeksi</a> -yang dapat mengatasi masalah penyerapan dan ketersediaan hayati- lebih ‘mudah’ dikembangkan dan lebih menjamin perolehan izin edar untuk vaksin baru. </p>
<p>Pemberian injeksi juga dianggap cukup teruji dan cukup menjamin penggunaan jika hanya diberikan dalam satu-dua dosis. </p>
<p>Vaksin yang diberikan melalui injeksi umumnya disuntikkan lewat rute pemberian subkutan (suntikan di bawah kulit) dan intramuskuler (suntikan ke dalam otot). Adanya sel dendrit pada jaringan-jaringan ini akan memfasilitasi senyawa vaksin dalam pengenalannya terhadap sel imun limfosit T yang berperan dalam sistem imun.</p>
<h2>Pembuatan produk</h2>
<p>Pembuatan vaksin dalam bentuk injeksi harus memperhatikan aspek steril dalam seluruh proses produksi hingga siap disuntikkan.</p>
<p>Ketidakstabilan bahan baku vaksin merupakan tantangan yang besar saat produksi maupun saat penyimpanan. Perubahan sedikit pada struktur molekulnya yang kompleks dapat meniadakan efektivitasnya. Untuk menjaga stabilitas, bahan vaksin umumnya perlu dilakukan pembekuan (<em>freezing</em>) saat proses pembuatan dan penyimpanannya. </p>
<p>Namun, pembekuan dan pencairan yang dilakukan berulang kali dapat memberikan perubahan bagi makromolekul biologis ini. Oleh karena itu, proses saat produksi dengan teknologi <em>freeze and thaw</em> (bahan membeku dan cair harus) dipantau secara ketat. </p>
<p>Hal yang harus diawasi adalah berapa lama bahan diproses, suhu dan distribusi dari bahan saat berada dalam bentuk padat dan cair, perubahan derajat keasaman (pH), dan bobot jenis serta kemungkinan terjadinya kristalisasi. </p>
<p>Desain atau rencana peralatan yang dipakai serta kapan waktu bahan harus dikeringkan dan dicairkan juga harus diawasi. </p>
<p>Pembuatan juga harus mempertimbangkan kondisi stabilitas protein dan bahan tambahan seperti penstabil yang digunakan dalam formula harus dioptimalkan. </p>
<p>Kemurnian dari bahan baku vaksin yang sangat tinggi merupakan persyaratan sangat penting untuk menjaga keamanan dan efektivitas vaksin yang dibuat. Teknologi kromatografi cair skala besar digunakan untuk memurnikan bahan yang diperoleh dari sumber utama seperti bakteri, jamur, atau kultur sel.</p>
<p>Selama proses pembuatan, kemurnian serta sterilitas dari produk yang diperoleh juga harus dijaga sesuai dengan prinsip <a href="https://www.fda.gov/drugs/coronavirus-covid-19-drugs/developing-and-manufacturing-drugs-including-biologics">Good Manufacturing Practices</a>. Termasuk saat mengemas produk tersebut menjadi unit-unit sediaan yang siap didistribusikan. </p>
<h2>Perkembangan teknologi</h2>
<p>Vaksin yang diberikan secara injeksi dapat mengatasi ketersediaan hayati, dapat diproduksi massal, dan terbukti efektif. Akan tetapi pemberian vaksin dengan injeksi tidak selalu nyaman bagi pasien. Vaksin injeksi juga harus disuntikkan langsung oleh tenaga kesehatan. Hal ini akan dapat menyebabkan ketidakpatuhan pasien.</p>
<p>Selain itu, injeksi vaksin perlu penyimpanan khusus suhu dingin selama rantai distribusi. </p>
<p>Mengingat pentingnya peran vaksin dalam kesehatan masyarakat, pengembangan sistem produksi vaksin baru merupakan bidang penelitian yang populer dan masif. </p>
<p>Pengembangan teknologi vaksin saat ini mengarah pada sistem produksi baru seperti nanopartikel. Sistem nanopartikel memungkinkan vaksin dikemas dalam partikel kecil yang dapat disuntikkan, disemprotkan, atau diminum. </p>
<p>Sistem ini mampu memperbaiki stabilitas dan meningkatkan ketersediaan hayatinya di dalam tubuh sehingga dapat memberikan efek terapi yang lebih baik.</p>
<p>Teknologi nanopartikel dalam penghantaran vaksin telah digunakan dalam <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7997390/">pembuatan vaksin COVID-19 oleh Pfizer-BioNTech dan Moderna</a>.</p>
<h2>Produk vaksin selain injeksi</h2>
<p>Pengembangan rute pemberian selain injeksi adalah jalur transdermal (melalui kulit), nasal (melalui hidung), oral (melalui mulut), sublingual (di bawah lidah) dan okular (melalui mata).</p>
<p>Namun sulitnya penyerapan hingga kecilnya nilai ketersediaan hayati dari pemberian selain suntikan, menyebabkan pemberian vaksin injeksi masih menjadi pilihan pertama. </p>
<p>Beberapa vaksin yang diberikan selain melalui injeksi, antara lain OPV (<em>oral polio vaccine</em>) dan vaksin rotavirus oral yakni <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3669171/">vaksin oral</a> diberikan melalui mulut, dan <a href="https://www.flumistquadrivalent.com/">vaksin influenza (FluMist)</a>, vaksin inhalasi diberikan melalui semprotan langsung ke paru-paru. </p>
<p>Beberapa penelitian vaksin COVID juga mengembangkan pemberian lewat kulit melalui <a href="https://www.mdpi.com/2076-393X/9/4/320"><em>microneedle</em></a>: disuntikkan ke dalam kulit dengan jarum yang sangat kecil. Vaksin jarum mikro tidak menimbulkan rasa sakit dan mungkin lebih efektif daripada vaksin suntik. </p>
<p>Kelebihan pemberian dalam bentuk <em>microneedle</em> dapat diberikan sendiri, dengan stabilitas yang lebih baik, tidak perlu di distribusikan pada suhu dingin, lebih ramah lingkungan dan mengurangi risiko kontaminasi. </p>
<p>Terlepas dari caranya, vaksinasi merupakan cara paling efektif untuk mencegah penyakit menular.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/206013/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Azhoma Gumala tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Vaksin yang diberikan secara injeksi dapat mengatasi ketersediaan hayati, dapat diproduksi masal, dan terbukti efektif. Akan tetapi pemberian vaksin dengan injeksi tidak selalu nyaman bagi pasien.Azhoma Gumala, Lecturer, Departemen Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2024452023-04-04T09:48:27Z2023-04-04T09:48:27ZPuskesmas perlu perkuat kapasitas untuk cegah masalah kesehatan akibat perubahan iklim<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/519278/original/file-20230404-28-3myc8u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Petugas medis dari Puskesmas (kanan) mengambil sampel darah penduduk saat pemeriksaan kesehatan di Posyandu lansia di Balai Warga RW 014 Duren Sawit, Jakarta Timur, 17 Maret 2023.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://branda.antaranews.com/data/content_photo_wire.php?pubid=1679027731&getcod=dom">ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah/nz</a></span></figcaption></figure><p><em>Survei Agenda Warga dari New Naratif mengundang lebih dari 1.400 orang dari seluruh Indonesia untuk menyampaikan aspirasi mereka tentang apa saja isu yang dianggap paling penting bagi masyarakat. Artikel ini merupakan kolaborasi The Conversation Indonesia dan New Naratif untuk menanggapi hasil survei tersebut.</em></p>
<hr>
<p>Perubahan iklim global dapat mempengaruhi perubahan cuaca dalam skala regional berupa perubahan curah hujan, suhu, dan bencana akibat cuaca ekstrem. </p>
<p><a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0160412015300489">Hal ini akan mempermudah kontaminasi dan penyebaran penyakit menular</a>. Terjadinya perubahan pola pertanian akibat perubahan iklim juga berpengaruh pada <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2211912415300262">penyediaan pangan</a> dan <a href="https://www.jci.org/articles/view/135004">status gizi</a> serta <a href="https://iwaponline.com/washdev/article-abstract/7/2/181/30170/Climate-change-vulnerability-and-resilience-of">terganggunya penyediaan air bersih dan sanitasi</a>. </p>
<p>Menurut WHO, perubahan iklim akan menyebabkan <a href="https://www.who.int/health-topics/climate-change#tab=tab_1">250.000 kematian per tahun dari kasus malnutrisi, malaria, diare, dan tekanan panas. Ongkos kerusakan langsung terhadap kesehatan diperkirakan antara US$2-4 miliar (Rp 29,8-59,6 triliun) per tahun pada 2030</a>.</p>
<p>Lebih dari itu, perubahan iklim dapat secara tidak langsung mempengaruhi perubahan kondisi penduduk beserta kondisi sosial dan ekonomi mereka sehingga dapat memperburuk kesehatan mental. </p>
<p>Puskesmas sebagai fasilitas layanan kesehatan level pertama dan dengan sebaran paling luas punya peran penting dalam adaptasi dan mencegah penyakit yang dipengaruhi oleh perubahan iklim. </p>
<p>Masalahnya, kapasitas Puskesmas dalam meningkatkan upaya pencegahan penyakit akibat perubahan iklim belum maksimal. Padahal, dalam Survei Agenda Warga yang dilaksanakan New Naratif, persoalan pelayanan kesehatan yang belum merata serta pengaruh perubahan iklim terhadap kualitas hidup manusia menjadi salah dua dari isu-isu menimbulkan kekhawatiran besar di masyarakat.</p>
<p>Riset <a href="https://medic.upm.edu.my/upload/dokumen/2020120211002338_MJMHS_0587.pdf">kualitatif saya di Kota Padang</a>, Sumatra Barat menunjukkan bahwa petugas kesehatan Puskesmas yang menjadi informan riset belum memahami isu perubahan iklim secara akurat dan menyeluruh. Puskesmas belum menggunakan data iklim yang tersedia untuk melakukan prediksi risiko penyakit akibat iklim.</p>
<p>Kementerian Kesehatan harus memperkuat peran Puskesmas dalam aspek pencegahan dan promosi untuk mengatasi masalah penyakit yang disebabkan oleh perubahan iklim.</p>
<h2>Ada peraturan tapi pelaksanaan belum optimal</h2>
<p>Indonesia telah memiliki regulasi mengenai Strategi Adaptasi Sektor Kesehatan terhadap Dampak Perubahan Iklim (<a href="https://peraturanpedia.id/peraturan-menteri-kesehatan-nomor-1018-menkes-per-v-2011/">Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1018 Tahun 2011</a>). </p>
<p>Peraturan ini menegaskan bahwa perlu dilaksanakan penyesuaian terhadap perubahan iklim untuk menanggulangi dampak buruk terhadap kesehatan. </p>
<p>Selain itu, <a href="https://peraturanpedia.id/peraturan-menteri-kesehatan-nomor-35-tahun-2012/">Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2012</a> juga mengatur mengenai pedoman identifikasi faktor risiko kesehatan akibat perubahan iklim sebagai acuan bagi petugas kesehatan dan pemerhati perubahan iklim. </p>
<p>Regulasi ini berdasarkan kerentanan Indonesia yang cukup tinggi. Karakteristik geografis dan geologis negara kita yang sangat luas dan terdiri dari banyak pulau, membuat kerentanan terhadap perubahan iklim meningkat. </p>
<p>Kerentanan lainnya adalah cuaca ekstrem (pola hujan yang tidak menentu, peningkatan frekuensi kemarau panjang) dan tingkat polusi yang tinggi di daerah perkotaan. Selain itu, Indonesia juga memiliki ekosistem yang rentan akibat perubahan tata guna lahan, dan kegiatan sosial ekonomi yang membutuhkan bahan bakar fosil dan menghasilkan emisi.</p>
<p>Puskesmas sebagai garda utama dalam pencegahan masalah-masalah kesehatan tersebut dapat melakukan pembinaan peran serta masyarakat melalui peningkatan kemampuan beradaptasi dan pengelolaan risiko. Puskesmas juga dapat mengefektifkan sistem kelembagaannya termasuk bekerja sama lintas sektoral dengan lembaga lain terkait iklim.</p>
<p>Riset kualitatif yang <a href="https://medic.upm.edu.my/upload/dokumen/2020120211002338_MJMHS_0587.pdf">saya lakukan di Kota Padang</a> bertujuan untuk mengembangkan potensi Puskesmas sebagai lembaga yang dapat memperkuat masyarakat, agar dapat bersama-sama berupaya mengurangi dampak negatif dari perubahan iklim. </p>
<p>Saya melakukan studi pada tiga Puskesmas dengan wilayah kerja yang memiliki penduduk rentan terbanyak terhadap risiko perubahan iklim di Kota Padang. </p>
<p>Hasil riset yang saya temukan adalah Puskesmas belum memiliki perencanaan khusus dalam penanganan masalah perubahan iklim. Kegiatan yang ada cenderung terintegrasi dengan pengurangan risiko penyakit diare, malaria dan DBD. </p>
<p>Selain itu terdapat program <a href="https://promkes.kemkes.go.id/germas">Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)</a>, <a href="https://promkes.kemkes.go.id/phbs">Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)</a>, <a href="https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20161213/0319187/kemenkes-keluarkan-surat-edaran-pemberantasan-sarang-nyamuk-3m-plus-dan-gerakan-1-rumah-1-jumantik/#:%7E:text=Surat%20Nomor%20PM.01.11%2FMENKES,(Juru%20Pemantau%20Jentik)%20Jumantik.">Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN</a>) dan <a href="http://stbm.kemkes.go.id">Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)</a>. Tujuan dari program ini untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengantisipasi penyakit yang sering muncul saat terjadi cuaca ekstrem. </p>
<p>Namun, masalah kesehatan berbasis iklim kembali terjadi berulang kali, walau insiden penyakit-penyakit tersebut telah diketahui memiliki pola yang berulang. </p>
<p>Hal ini terutama disebabkan oleh lambatnya perubahan perilaku masyarakat akibat kurang pemahaman terhadap risiko yang muncul akibat perubahan iklim, perbaikan kondisi lingkungan yang rentan, serta masih rendahnya kesadaran untuk berperilaku hidup sehat.</p>
<p>Dari faktor sumber daya manusia yang dimiliki oleh Puskesmas, beberapa tenaga kesehatan di Puskesmas sudah mendapatkan sosialisasi terkait masalah kesehatan yang diakibatkan oleh perubahan iklim sesuai dengan tren penyakit yang terjadi. </p>
<p>Akan tetapi, keterbatasan sumber daya manusia dan dana menjadi kendala yang umum terjadi sehingga Puskesmas memfokuskan kegiatan yang dilakukan pada program pokok Puskesmas. </p>
<p>Walaupun begitu, kesiapan Puskesmas tergolong baik dalam menghadapi bencana terkait iklim untuk memberikan pelayanan pengobatan dan rehabilitasi bagi masyarakat. </p>
<h2>Peran Puskesmas dalam tingkatkan adaptasi iklim di masyarakat</h2>
<p>Puskesmas melalui tenaga kesehatannya perlu mengedukasi masyarakat melalui usaha promosi kesehatan. </p>
<p>Hal penting yang perlu ditekankan kepada masyarakat adalah mereka perlu mengenali dan mencegah risiko kesehatan yang muncul akibat perubahan iklim. Upaya mencegah banyaknya penyakit menular pada musim kemarau dan hujan juga perlu ditekankan.</p>
<p>Keterbatasan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas dapat diatasi dengan memaksimalkan tenaga kader kesehatan untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat. </p>
<p>Kader kesehatan dipilih oleh masyarakat dan dilatih oleh Puskesmas demi mensukseskan program Puskesmas untuk mencegah masalah kesehatan terkait iklim.</p>
<p>Puskesmas perlu mengkaji kerentanan kesehatan masyarakat yang diakibatkan oleh faktor iklim dan cuaca. Kajian ini dapat dilakukan bersama dengan pemerintahan daerah (lurah, camat), perwakilan sekolah dan organisasi kesehatan masyarakat lainnya untuk mengetahui permasalahan terkait iklim yang sedang berkembang di masyarakat. </p>
<p>Selain itu, perlu adanya peningkatan sistem kewaspadaan dan pemanfaatan sistem peringatan dini terhadap mewabahnya penyakit menular dan penyakit tidak menular yang diakibatkan perubahan iklim. </p>
<p>Untuk pemetaan kerentanan, Puskesmas dapat memanfaatkan data iklim yang dimiliki oleh pemerintah (BMKG) dan untuk melakukan kajian risiko kesehatan.</p>
<p>Pemerintah perlu memperkuat regulasi dan kapasitas kelembagaan di tingkat pusat dan daerah untuk menghadapi risiko kesehatan masyarakat yang dapat timbul dari perubahan iklim. Hal ini diiringi dengan peningkatan inovasi dan pengembangan teknologi terkait iklim untuk dimanfaatkan oleh puskesmas. </p>
<p>Penguatan regulasi dan kapasitas dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kerja sama penelitian dan pengembangan bersama universitas dan lembaga lainnya yang peduli dan fokus terhadap isu iklim.</p>
<p>Infrastruktur yang memadai untuk memberikan pelayanan kesehatan juga harus menjadi bagian dari respons kesehatan terhadap perubahan iklim.</p>
<p>Untuk bersiap menghadapi bencana seperti angin topan, banjir, dan kekeringan ekstrem, pemerintah perlu mengembangkan sistem medis darurat untuk meningkatkan kapasitas respons bencana, termasuk layanan-layanan khusus dan lonjakan kapasitas korban. </p>
<p>Karena kegiatan medis akan terfokus pada layanan darurat dan perawatan trauma, Puskesmas juga harus mempertimbangkan keberlanjutan pelayanan yang biasa dilakukan untuk masyarakat.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/202445/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Putri Nilam Sari menerima dana hibah penelitian dari dana DIPA Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Andalas tahun 2019 untuk melaksanakan penelitian dengan judul "Kajian Adaptasi dan Kapasitas Puskesmas untuk Mengelola Risiko Perubahan Iklim di Kota Padang".
</span></em></p>Puskesmas sebagai garda utama dalam pencegahan masalah-masalah kesehatan tersebut dapat melakukan pembinaan peran serta masyarakat melalui peningkatan kemampuan beradaptasi dan pengelolaan risiko.Putri Nilam Sari, Assistant Professor of Environmental Health, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2016862023-03-29T03:29:39Z2023-03-29T03:29:39ZPenggunaan ChatGPT tak perlu dilarang: layanan AI bisa mendukung riset dan pendidikan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/518102/original/file-20230329-22-ywbon9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Etika dan batas-batas penggunaan ChartGPT perlu kita perkenalkan kepada para mahasiswa. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/woman-laptop-working-internet-16094040/">Pexels/Matheus Bertelli</a></span></figcaption></figure><p>Banyak sekolah dan universitas terkemuka di dunia, termasuk di <a href="https://www.reuters.com/technology/top-french-university-bans-use-chatgpt-prevent-plagiarism-2023-01-27/">Prancis</a>, <a href="https://www.cambridge-news.co.uk/news/cambridge-news/cambridge-university-among-elite-universities-26361465">Inggris</a> dan <a href="https://www.usatoday.com/story/news/education/2023/01/30/chatgpt-going-banned-teachers-sound-alarm-new-ai-tech/11069593002/">Amerika Serikat</a> melarang penggunaan ChatGPT dalam proses <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0262407923000994">belajar mengajar</a>.</p>
<p>Mereka khawatir bahwa penggunaan ChatGPT akan meningkatkan <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2666389923000430">potensi plagiarisme</a> dan dikhawatirkan mengancam <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2666659623000033">integritas akademik</a>. Tapi, kecerdasan buatan telah mulai digunakan dalam <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0002937823001540">bidang kesehatan</a>, <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1089947223000667">keperawatan</a>, dan diperdebatkan kegunaaanya dalam <a href="https://www.nature.com/articles/d41586-023-00288-7">sains</a>. </p>
<p>Jika kita lihat dari perspektif yang berbeda, ada banyak hal yang dapat kita manfaatkan dari kemuktahiran kecerdasan buatan (<em>artificial intelligence</em>, AI) untuk mempermudah pekerjaan kita di dunia akademik. Misalnya, para dosen bisa memperkenalkan ChatGPT di dalam kelas sekaligus mengedukasi mereka untuk lebih bijak dalam penggunaannya. </p>
<p>ChatGPT juga bisa kita gunakan untuk mendukung penelitian. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/kami-bertanya-ke-chatgpt-dan-dr-google-hal-yang-sama-tentang-kanker-ini-jawaban-mereka-202035">Kami bertanya ke ChatGPT dan Dr Google hal yang sama tentang kanker. Ini jawaban mereka</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>ChatGPT untuk membantu riset</h2>
<p>Desember 2022 lalu, dunia digegerkan dengan suatu program AI bernama <a href="https://openai.com/blog/chatgpt">ChatGPT</a>. ChatGPT (<em>Generative Pre-Trained Transformer</em>), adalah sebuah program keluaran perusahaan OpenAI yang dapat menjawab segala pertanyaan dalam bentuk percakapan, atau bahasa alami manusia. </p>
<p>Berbeda dengan Google, ChatGPT adalah suatu “<em>chat bot</em>”. Ia bisa diajak “<em>chat</em>” mengenai apa saja. </p>
<p>Bagi orang Indonesia, hal yang juga dianggap mengagumkan adalah bahwa ChatGPT dapat digunakan langsung dalam Bahasa Indonesia. Misalnya, cukup mengetik “Buatkan puisi mengenai keindahan danau Maninjau”, maka dalam sekejap ChatGPT menghasilkan puisi empat bait mengenai topik yang diberikan.</p>
<p>Kemuktahiran ChatGPT menjadi bahan perdebatan sengit di dunia akademik. Ada yang mengagumi kecanggihan teknologi ini, <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0262407923003263">tapi ada yang cemas</a> karena AI akan menggantikan keahlian dan tenaga manusia, sehingga potensi hilangnya sebagian pekerjaan semakin tinggi. </p>
<p>Para <a href="https://www.nature.com/articles/d41586-022-04397-7">dosen kewalahan</a> karena mahasiswa bisa menggunakan ChatGPT untuk menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan dengan mudah dan cepat. GhatGPT bahkan bisa membantu telaah pustaka, meringkas, atau <a href="https://ccforum.biomedcentral.com/articles/10.1186/s13054-023-04380-2">menulis sebagian karya ilmiah</a> mereka. </p>
<p>Namun, kami berpandangan bahwa penggunaan ChatGPT juga membantu menunjang produktivitas akademisi, peneliti, dan mahasiswa. Berikut beberapa contoh penggunaan ChatGPT di dunia akademik:</p>
<p><strong>Menulis kode komputer</strong></p>
<p>Salah satu keterampilan utama ChatGPT terkait dengan <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0262407923004189">penulisan kode komputer</a>. Misalnya, melalui instruksi “tulis kode bahasa Python untuk menghitung koefisien linear”, ChatGPT dapat menampilkan kode bahasa Phyton yang sesuai. </p>
<p>ChatGPT bahkan bisa menghasilkan model dan algoritma yang kompleks, seperti dalam <em>machine learning</em> (pembelajaran mesin). Layanan AI ini, misalnya, bisa menjawab permintaan menantang seperti “berikan contoh dalam bahasa R pengggunaan model <em>random forest</em> untuk pendugaan ciri tanah.”</p>
<p>Tentu kode tersebut tidak bisa langsung jalan karena yang diberikan hanya contoh dan perlu dimodifikasi sesuai kebutuhan. </p>
<p>Di samping itu, para pengguna pemrograman komputer dapat memakai ChatGPT untuk menjelaskan alur kerja suatu kode komputer, mencari kesalahan di suatu alur kode, menerjemahkan dari satu bahasa pemrograman ke bahasa lain.</p>
<p><strong>Menulis dan menganalisis artikel</strong> </p>
<p>Aplikasi paling kontroversial adalah ChatGPT bisa menulis seperti manusia. Hal ini yang mengagetkan banyak orang karena berarti siapa saja bisa lolos ujian jika memiliki akses ChatGPT. </p>
<p>Namun, sebenarnya kita tidak perlu takut akan kecanggihan bahasa ChatGPT. Keunggulan program ini justru bisa kita gunakan untuk membantu penulisan.</p>
<p>ChatGPT bisa diperintahkan untuk membantu menulis suatu topik menurut fokus, format, gaya, pembaca yang dituju, dan perspektif yang kita inginkan. Misalnya, kita bisa mulai dengan meminta ChatGPT merancang kerangka satu esai atau tulisan. </p>
<p>Namun, itu hanyalah titik awal. Kerangka tersebut perlu dikembangkan dengan mencari literatur ilmiah. Yang paling penting adalah mengecek kebenaran tulisan AI.</p>
<p>Sebagian penulis terkadang mengalami hambatan menulis (<em>writer’s block</em>) atau kehilangan kata saat menyusun kalimatnya. ChatGPT bisa membantu penulis untuk mengatasi masalah ini. Misalnya, dengan meminta ChatGPT memberikan ide penulisan topik satu paragraf, kita bisa melanjutkannya sehingga menghilangkan hambatan menulis.</p>
<p>Selain itu, kita bisa meminta ChatGPT memperbaiki tulisan – seperti meningkatkan kejelasan dan membuatnya lebih langsung atau akurat. Untuk bahasa Inggris (atau bahasa asing lainnya), mintalah ChatGPT untuk menjelaskan kesalahan struktur dan tata bahasa, serta bagaimana memperbaikinya.</p>
<p>Artikel ilmiah dalam bahasa Inggris kadang rumit dan susah diringkas. Mintalah chatGPT meringkas poin-poin penting dari satu paragraf artikel ilmiah. </p>
<p>Dengan bantuan tersebut, mahasiswa bisa dilatih untuk meningkatkan ketrampilan pemahaman artikel ilmiah. Bahkan, ChatGPT bisa juga diminta untuk menulis surat, membuat lelucon, puisi, lirik lagu dan lainnya.</p>
<h2>Keterbatasan</h2>
<p>ChatGPT menggunakan algoritma pembelajaran mesin yang disebut <em>Large Learning Model</em>, yang dapat memproses sejumlah besar data teks, termasuk buku, berita, halaman Wikipedia, dan jutaan situs web. </p>
<p>Dengan “mempelajari” data yang cukup besar, model tersebut bisa mempelajari pola dan struktur bahasa dan bisa menginterpretasikan segala pertanyaan.</p>
<p>Saat ini, ChatGPT dianggap sebagai <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2772485923000066">AI yang paling canggih</a>, namun tidak bebas dari kesalahan dan keterbatasan. Kalimat yang dihasilkan sangat mengesankan tapi kontennya terkadang sangat dangkal, tidak tepat, atau bahkan salah. </p>
<p>Untuk itu, hasil ChatGPT harus kita periksa dan validasi. <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0740257023000138">Beberapa reviu</a> termasuk oleh penulis dan para kolega kami menemukan bahwa pemanfaatan ChatGPT untuk topik yang belum memiliki cukup informasi di dunia maya, dapat berakhir dengan munculnya jawaban yang sama sekali tidak akurat.</p>
<p>Ada kesalahpahaman bahwa ChatGPT dianggap sebagai sumber pengetahuan. Mempercayai sepenuhnya hasil ChatGPT cukup berbahaya dan meracuni pikiran kritis. Padahal sebenarnya, ChatGPT adalah “alat” yang memodelkan bahasa, bukan pengetahuan. </p>
<p>Misal saja, kita bisa bertanya “Berikan satu contoh aplikasi AI di dunia pertanian”.</p>
<p>ChatGPT bisa jadi menjawab seperti ini:</p>
<blockquote>
<p>“Penggunaan <em>drone</em>: AI dapat digunakan pada <em>drone</em> untuk memetakan lahan pertanian dan memberikan informasi tentang kondisi tanaman, curah hujan, dan penggunaan air. Hal ini dapat membantu petani dalam membuat keputusan yang tepat terkait penggunaan sumber daya dan waktu panen yang optimal.”</p>
</blockquote>
<p>Walau jawabannya cukup meyakinkan, namun jika seorang petani membeli <em>drone</em> dan meminta ChatGPT memetakan lahan pertanian, sang petani tentu akan kebingungan. </p>
<p>Untuk mendapatkan informasi “kondisi tanaman, curah hujan, dan penggunaan air” dengan <em>drone</em>, seorang pengguna perlu mempelajari prinsip <em>remote sensing</em> (pengindraan jarak jauh), pengolahan data, penggunaan perangkat lunak, dan pengetahuan teknis lainnya. </p>
<p>Sementara ini, jawaban ChatGPT seolah lebih cocok untuk menjawab topik penelitian S3, bukan jawaban teknis praktis.</p>
<p>Jangan berharap ChatGPT untuk menuliskan penelitian kita. Kreativitas adalah bagian penting dari penelitian – AI tidak dapat melakukan hal itu. </p>
<p>Bahkan, dunia penerbit jurnal kini telah menerapkan peraturan ketat terkait ChatGPT. Baru-baru ini, kami menerima email dari Direktur Pelaksana Jurnal Elsevier tentang <a href="https://www.elsevier.com/about/policies/publishing-ethics#Authors">kode etik</a> penggunaan ChatGPT bagi penulis artikel ilmiah. </p>
<p>Para penulis artikel ilmiah harus menyatakan apakah menggunakan ChatGPT ketika menyusun artikel tersebut, dan ada <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2352556823000176#bib0020">pedoman</a> yang harus diikuti para editor dan reviewer. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/chatgpt-membunuh-tugas-esai-murid-dan-mahasiswa-para-filsuf-bilang-itu-omong-kosong-202602">ChatGPT membunuh tugas esai murid dan mahasiswa? Para filsuf bilang itu omong kosong</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>AI dalam pendidikan dan pengajaran</h2>
<p>Dengan mengetahui keterbatasannya, dosen dan mahasiswa bisa memanfaatkan ChatGPT mulai dari membantu mengatasi hambatan menulis, pemecahan masalah, hingga penulisan kode komputer. </p>
<p>Kita tidak perlu melarang penggunaan ChatGPT. Justru, kita perlu memperkenalkan penggunaan AI yang bertanggung jawab dan mendiskusikan etika penggunaakannya dalam pendidikan.</p>
<p>Tapi bagimana dengan mahasiswa yang memakai ChatGPT untuk menulis tugas mereka?</p>
<p>Rancanglah pertanyaan atau tugas yang mendorong mahasiswa untuk berpikir kritis, bukan jawaban yang bisa disalin langsung dari buku teks atau halaman situs. </p>
<p>Ajak para mahasiswa mengecek jawaban yang diberikan oleh ChatGPT. Dengan ini, misalnya, kita bisa melatih mahasiswa untuk memberikan jawaban yang lebih kritis dari pemberian ChatGPT.</p>
<p>Di dalam kelas, para dosen bisa mengajak mahasiswa membahas satu topik lebih mendalam dan memperlihatkan jawaban ChatGPT. Jelaskan kebenaran, kekurangan atau kesalahan dari jawaban tersebut. </p>
<p>Harapannya, mahasiswa akan mengetahui kedangkalan pengetahuan ChatGPT dan mengapresiasi pemikiran kritis dan kreativitas yang hanya bisa dilakukan dengan pemikiran manusia. </p>
<p>Walaupun ChatGPT bisa membantu dalam penulisan, akademisi perlu memiliki keterampilan untuk komunikasi. AI tidak bisa merumuskan pertanyaan penelitian, merancang eksperimen, dan menginterpretasikan hasil penelitian. Selain itu akademisi perlu basis pengetahuan yang kuat sehingga dapat mengidentifikasi bias, mengajukan pertanyaan kritis, dan memastikan keakuratan dan validitas temuan penelitian.</p>
<p>AI tidak akan membuat kita kehilangan pekerjaan. Dengan merangkul perkembangan teknologi, maka keterampilan kita bisa meningkat, tugas-tugas baru akan muncul ketika pekerjaan rutin suatu hari diambil alih oleh AI. </p>
<p>Selamat memasuki dan menikmati dunia AI.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/201686/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Kemuktahiran ChatGPT menjadi bahan perdebatan sengit di dunia akademik.Budiman Minasny, Professor in Soil-Landscape Modelling, University of SydneyDian Fiantis, Professor of Soil Science, Universitas AndalasWirastuti Widyatmanti, Dosen Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2010872023-03-04T03:55:08Z2023-03-04T03:55:08ZPanel ahli: Penundaan pemilu melanggar konstitusi dan akan sebabkan instabilitas politik<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/513424/original/file-20230303-499-21432q.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=5%2C0%2C3988%2C2658&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Simulasi pemilu kepada siswa.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://branda.antaranews.com/data/content_photo_wire.php?pubid=1677130209&getcod=dom">Asprilla Dwi Adha/Antara Foto</a></span></figcaption></figure><p>Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat memenangkan gugatan gugatan perdata Partai Rakyat Adil dan Makmur (Prima) terhadap Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk <a href="https://nasional.okezone.com/read/2023/03/02/337/2774252/pn-jakpus-perintahkan-kpu-tunda-pemilu-hingga-juli-2025">mengulang</a> seluruh tahapan pemilihan umum (pemilu) 2024 sekaligus <a href="https://nasional.sindonews.com/read/1037363/13/pn-jakpus-soal-putusan-penundaan-pemilu-kami-tak-punya-kapasitas-bicara-konsekuensi-1677830631">menunda</a> tahapannya sampai Juli 2025.</p>
<p>Partai Prima adalah salah satu partai politik yang <a href="https://kabar24.bisnis.com/read/20230303/15/1633713/ini-alasan-partai-prima-gugat-kpu-dan-minta-pemilu-2024-ditunda">tidak lolos</a> tahapan verifikasi administrasi calon peserta Pemilu 2024 oleh KPU pada Oktober 2022 lalu.</p>
<p>Partai Prima merasa dirugikan atas keputusan KPU yang menyatakan bahwa mereka tidak memenuhi syarat dan tidak bisa mengikuti verifikasi faktual, sehingga mereka melayangkan gugatan untuk <a href="https://voi.id/berita/259961/bukan-minta-tunda-pemilu-2024-partai-prima-hanya-gugat-proses-tahapan-pemilu-dimulai-dari-awal">meminta</a> tahapan Pemilu 2024 diulang dari awal sebagai upaya untuk tetap menjadi peserta pemilu.</p>
<p>Putusan ini sontak membuat banyak pihak, mulai dari publik, jajaran pemerintah, bahkan partai-partai politik lainnya, tercengang. Ini karena tahapan pemilu sendiri sudah dimulai. Desember lalu, KPU <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20221214121650-32-887255/kpu-tetapkan-17-partai-jadi-peserta-pemilu-2024">sudah menetapkan</a> 17 partai yang akan mengikuti kontestasi politik nasional tersebut.</p>
<p>PN Jakarta Pusat kini tengah disoroti dan mendapat banyak kritik dari para pakar hukum dan politik, yang serentak menyatakan bahwa putusan ini mudah dipatahkan, melanggar konstitusi dan akan menyebabkan instabilitas politik yang signifikan.</p>
<h2>Pengadilan Negeri tidak punya otoritas memutus perkara pemilu</h2>
<p><strong>Titi Anggraini - Pakar Hukum Kepemiluan Fakultas Hukum Universitas Indonesia</strong></p>
<p>Putusan tersebut jelas bertentangan dengan Konstitusi dan produk hukum kepemiluan lainnya.</p>
<p><a href="https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2008/10TAHUN2008UUPenj.htm">Pasal 22E ayat 1 UUD 1945</a> sudah mengatur bahwa pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil, dan setiap lima tahun sekali. Menundanya sama saja dengan secara terbuka melanggar amanat konstitusi.</p>
<p>Kemudian ada Pasal 470 dan 471 <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/37644/uu-no-7-tahun-2017">UU Nomor 7 Tahun 2017</a> tentang Pemilihan Umum (Pemilu) yang mengatur bahwa dalam hal penegakkan hukum pemilu, termasuk soal pendaftaran dan verifikasi partai politik, saluran yang bisa ditempuh oleh partai politik hanyalah melalui Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Jika tidak selesai, maka upaya hukumnya hanya melalui Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).</p>
<p>Jadi, sebenarnya tidak ada mekanisme perdata melalui Pengadilan Negeri. Seharusnya dari awal, PN sudah menolak ketika Partai Prima mengajukan perkara ini karena memang bukan kompetensinya. PN tidak punya wewenang mengadili perkara semacam ini, apalagi sampai memerintahkan untuk menunda pemilu hingga 2025. </p>
<p>Ini tampak seperti upaya menunda pemilu via jalur perdata di pengadilan negeri. Komisi Yudisial harus proaktif untuk memeriksa majelis hakim yang mengadili perkara ini</p>
<p><strong>Feri Amsari - Pakar Hukum Tata Negara Universitas Andalas</strong></p>
<p>Putusan penundaan Pemilu 2024 oleh PN Jakarta Pusat melanggar ketentuan UU Pemilu.</p>
<p>Dalam UU Pemilu, konteks penundaan dikenal dalam bentuk susulan dan lanjutan. Artinya, tidak boleh ada penundaan seluruh tahapan secara nasional. Penundaan dalam bentuk susulan pun hanya diperbolehkan jika ada hal-hal yang bersifat genting, misalnya karena terjadi bencana di daerah tertentu. Dan itu hanya boleh dilakukan di tempat bencana itu saja, di tempat lain tetap berjalan tahapan seperti biasa.</p>
<p>Anehnya, Partai Prima menggugat hak keperdataan mereka yang mereka anggap telah dilanggar oleh KPU sehingga membuat mereka tidak lolos verifikasi faktual. Jika demikian, maka yang harus diperbaiki adalah hanya soal hak keperdataan dan kaitannya dengan tahapan verifikasi administrasi dan verifikasi faktual saja. </p>
<p>Ini semua tidak ada korelasinya dengan penundaan pemilu secara nasional.</p>
<p>Putusan ini bisa menjadi ancaman bagi demokrasi di Indonesia. Sebab, demokrasi kita bisa terganggu kalau ada pengadilan negeri atau pengadilan bisa yang melanggar Konstitusi.</p>
<p>Jangan-jangan, ini bukti adanya gerakan dari pihak-pihak tertentu yang memang dari awal menginginkan penundaan pemilu 2024.</p>
<h2>Berimplikasi pada instabilitas politik</h2>
<p><strong>Noory Okthariza - Peneliti Departemen Politik dan Perubahan Sosial dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS)</strong></p>
<p>Sulit untuk tidak melihat putusan ini sebagai bagian dari upaya kelompok-kelompok yang inginkan pemilu ditunda. Jauh sebelum perkara ini muncul sudah banyak mobilisasi dan kelompok-kelompok yang memainkan isu yang tujuannya adalah menunda Pemilu 2024.</p>
<p>Dulu pernah ada yang mendorong perpanjangan masa jabatan presiden, ada yang menginginkan amandemen terhadap konstitusi, ada yang meminta perubahan garis besar haluan negara (GBHN), sampai ada yang minta perubahan aturan daerah agar Gubernur ditunjuk oleh DPRD saja.</p>
<p>Ini semua digerakkan oleh kelompok-kelompok terorganisir dan sistematis, dan ini harus dianggap serius. Banyak yang sudah dilakukan oleh kelompok-kelompok ini, dan kali ini mereka masuk lewat pintu pengadilan. </p>
<p>Semakin mendekat tahun politik, isu-isu ini semakin dijadikan komoditas untuk <em>political bargain</em>.</p>
<p>Jika sudah begini, bahkan Presiden Joko “Jokowi” Widodo pun bisa menghadapi dilema untuk bersikap, dan sikap apa pun yang ia tunjukkan akan berimplikasi besar.</p>
<p>Jika Jokowi secara normatif meminta publik menghormati putusan pengadilan dan meminta KPU ajukan banding, artinya proses Pemilu harus tetap berjalan sambil menunggu hasil putusan banding. Bayangkan jika proses pemilu berjalan dalam situasi ketidakpastian hukum.</p>
<p>Tapi jika Jokowi bersikap bahwa keputusan pengadilan harus dilawan dan KPU harus tetap menjalankan tahapan pemilu sesuai jadwal yang sudah ditetapkan, maka pemerintah bisa dianggap gagal hukum.</p>
<p>Terlebih lagi, penundaan Pemilu 2024 akan menciptakan instabilitas politik, karena kemudian akan ada perpanjangan masa jabatan para pejabat negara. Ini sangat tidak menguntungkan bagi partai politik yang ada di luar pemerintahan. Dalam pemilu, penting adanya kesetaraan politik yang adil bagi para kontestan pemilu, baik partai maupun kandidat.</p>
<p>Kemudian, jika Pemilu 2024 ditunda, akan ada kegaduhan politik di tingkat nasional, karena sekarang saja partai politik sudah mulai menyetor nama-nama calon anggota legislatif (caleg) mereka ke KPU. Belum lagi akan muncul ketidakpercayaan investor karena ketidakpastian politik, dan ini akan merugikan iklim investasi ke depan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/201087/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Seharusnya dari awal, PN sudah menolak ketika Partai Prima mengajukan perkara ini karena memang bukan kompetensinya.Nurul Fitri Ramadhani, Politics + Society Editor, The Conversation IndonesiaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1899502023-02-09T03:55:07Z2023-02-09T03:55:07ZJelang Pemilu 2024, saatnya media sosial jadi panggung kampanye yang berkualitas<p>Desember lalu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) <a href="https://nasional.tempo.co/read/1669283/kpu-tetapkan-17-partai-politik-peserta-pemilu-berikut-tahapan-dan-jadwal-pemilu-2024">resmi menetapkan</a> 17 partai politik (parpol) nasional dan 6 parpol lokal Aceh yang akan melaju sebagai peserta Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.</p>
<p>Walaupun masa kampanye baru akan dimulai pada 28 November 2023, sepertinya parpol serta para bakal calon kandidat presiden tidak akan menunggu hingga waktu tersebut untuk mendekati pemilih.</p>
<p>Apalagi, KPU dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sudah sepakat untuk <a href="https://koran.tempo.co/read/nasional/474276/alasan-durasi-masa-kampanye-pemilu-2024-makin-dipersingkat">mempersingkat masa kampanye</a> Pemilu menjadi hanya 75 hari, dari durasi sebelumnya yang mencapai lima bulan.</p>
<p>Ini keputusan tepat, karena jadwal kampanye Pemilu yang terlalu panjang memang tidak menjamin kualitas Pemilu menjadi lebih baik. Sebaliknya, lamanya masa kampanye justru bisa berdampak pada ketegangan berkepanjangan antara kubu-kubu pendukung masing-masing kandidat.</p>
<p>Pertempuran, dengan demikian, sudah dimulai dari sekarang, dan media sosial ditengarai menjadi medan tempur sekaligus senjata ampuh untuk menggaet pemilih, terutama pemilih muda. Tidak heran, ini karena media sosial bisa menjadi sangat efektif dan efisien bagi para politikus dan partainya mengingat singkatnya masa kampanye. Bahkan, saat ini sejumlah tokoh dan politisi mulai aktif dan makin intens menggunakan media sosial sebagai platform komunikasi dengan masyarakat.</p>
<p>Setidaknya ada tiga hal mengapa media sosial jadi tempat yang tepat untuk berkampanye: mendapatkan banyak massa tanpa terjun ke lapangan, mengurangi politik uang, dan meningkatkan kualitas kampanye dengan menonjolkan sisi pendidikan politik.</p>
<h2>Kampanye efektif, menggaet pemilih luas tanpa ke lapangan</h2>
<p>Masa kampanye yang singkat menjadi momen bagi para calon presiden (capres), calon anggota legislatif (caleg) dan partai politik yang akan berkontestasi dalam Pemilu tahun depan untuk memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi, terutama media sosial, sebagai wahana utama dalam berkomunikasi dengan calon pemilih mereka.</p>
<p>Saat ini cara-cara konvensional sudah semakin ditinggalkan. Pengguna internet di Indonesia pada awal 2022 ini saja sudah <a href="https://tekno.kompas.com/read/2022/06/10/19350007/pengguna-internet-di-indonesia-tembus-210-juta-pada-2022?page=all">mencapai 210 juta jiwa</a> atau setara 77,02% dari total populasi penduduk, yang mayoritasnya mengakses internet untuk membuka media sosial.</p>
<p>Terlebih lagi, milenial dan generasi Z (dikenal sebagai Gen-Z) akan menguasai 40% sampai 50% total pemilih 2024 nanti, dan salah satu karakteristik Gen-Z yang paling mencolok adalah menguasai berbagai teknologi informasi dan sangat intens dengan aktivitas media sosial. </p>
<p>Kita bisa belajar dari <a href="https://thehill.com/blogs/pundits-blog/technology/306175-trump-won-thanks-to-social-media/">Pemilu Amerika Serikat (AS) 2016</a>, tentang bagaimana Donald Trump dapat memenangkan Pemilu karena kepiawaiannya menggunakan platform media sosial Twitter sebagai saluran komunikasi utama dengan masyarakat untuk mendukungnya dalam Pemilu.</p>
<p>Para kontestan politik untuk Pemilu 2024 agaknya sudah harus mulai menyusun strategi pemanfaatan media sosial sebagai strategi utama kampanye mereka, terutama melalui platform populer, seperti Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram, yang cenderung akrab dengan kegiatan keseharian masyarakat Indonesia.</p>
<h2>Kampanye efisien, mengurangi politik uang</h2>
<p>Di negara-negara yang demokrasinya sudah mapan, kampanye Pemilu menjadi arena pertarungan ide-ide yang diwujudkan dalam bentuk program yang bisa dilaksanakan oleh capres dan dikawal oleh caleg. Setiap individu yang mencalonkan diri akan menyampaikan gagasannya kepada publik mengenai rencana apa yang akan mereka lakukan sesuai dengan tugas dan fungsi yang akan mereka perankan ketika terpilih nantinya.</p>
<p>Sementara bagi masyarakat, kampanye adalah stimulasi yang membuka cara pandang mereka untuk memahami lebih dalam siapa calon yang akan mereka pilih dalam Pemilu. </p>
<p>Faktanya, banyak caleg <a href="https://lombokpost.jawapos.com/politika/07/01/2023/caleg-berkualitas-kalah-oleh-calon-yang-berduit/">lebih memilih</a> memberikan uang dan bantuan materil lainnya kepada calon pemilihnya ketimbang menjual program-program partainya. Apalagi kalau kampanye yang dilakukan calon anggota legislatif menggunakan strategi <em>canvassing</em>, yaitu mengunjungi individu-individu calon pemilih di tingkat RT atau RW.</p>
<p>Bahkan seringkali adanya politik uang tersebut ada karena permintaan masyarakat sendiri kepada calon yang akan mengunjungi daerahnya. Banyak pemilih yang saat ini sudah dihinggapi sindrom harus mendapatkan uang dan bantuan setiap mereka menghadiri kampanye Pemilu calon kandidat atau parpol.</p>
<p>Tidak semua masyarakat yang menghadiri kampanye ini ingin mendengarkan kampanye calon dan partai politik ini. Mereka datang karena <a href="https://antikorupsi.org/id/article/politik-uang-masih-nodai-kampanye">dimobilisasi dengan janji</a> akan mendapatkan sejumlah uang dari calon.</p>
<p>Hampir setiap Pemilu yang dilaksanakan pola patronase yang melibatkan politik uang ini sangat menentukan perolehan suara caleg termasuk calon presiden. Tidak sedikit caleg yang berkualitas <a href="https://lombokpost.jawapos.com/politika/07/01/2023/caleg-berkualitas-kalah-oleh-calon-yang-berduit/">kalah</a> oleh caleg yang berduit.</p>
<p>Dengan melakukan kampanye di media sosial, kandidat dan parpol tidak perlu lagi menyediakan logistik yang lebih banyak yang <a href="https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-47747515">berujung pada politik uang</a>.</p>
<p>Model kampanye dengan menggunakan media sosial ini akan dapat mengurangi praktik politik uang dalam Pemilu. Apalagi dengan semakin menguatnya patronase politik dalam setiap Pemilu yang akan terus melahirkan broker politik dalam masyarakat.</p>
<h2>Media sosial sebagai sarana pendidikan politik</h2>
<p>Secara tidak langsung, kampanye yang dilakukan di media sosial akan memberikan pendidikan politik bagi publik, entah itu yang baiknya atau yang buruknya.</p>
<p>Ini sesuai dengan salah satu tanggung jawab parpol, yakni meningkatkan kualitas pendidikan politik kepada masyarakat. Jika pendidikan politik masyarakat baik, maka Pemilu yang dihasilkan akan berkualitas dan demokrasi alan berkembang menjadi lebih sehat.</p>
<p>Dengan eksistensi warganet yang berasal dari berbagai kalangan dan jeli mengawasi konten, para kandidat dan tim pemenangannya dituntut menjadi lebih kreatif untuk menghadirkan konten-konten yang tidak hanya untuk menarik simpati pemilih, tapi juga konten yang “bergizi” untuk pendidikan politik masyarakat. Ditambah lagi, mereka harus memastikan konten yang diproduksi tidak melanggar aturan perundang-undangan. </p>
<p>Media sosial sudah semestinya menjadi bagian sarana pendidikan politik agar kualitas demokrasi yang sedang bertransformasi ke digital terus membaik.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/189950/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Asrinaldi tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Media sosial menjadi sarana efektif dan efisien bagi para politikus dan partainya mengingat singkatnya masa kampanye.Asrinaldi, Dosen Ilmu Politik Universitas Andalas, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1974062023-01-13T04:25:32Z2023-01-13T04:25:32ZRiset di Bandung dan Padang: mayoritas korban kekerasan seksual berusia 10-19 tahun, pelaku kenal korban, dan lambat dilaporkan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/504197/original/file-20230112-27936-50xlpy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Kampanye hentikan pelecehan seksual di Stasiun Manggarai, Jakarta, 22 Desember 2022, saat memperingati Hari Ibu.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://branda.antaranews.com/data/content_photo_wire.php?pubid=1671708614&getcod=dom">ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/foc</a></span></figcaption></figure><p>Kasus <a href="https://merdekadarikekerasan.kemdikbud.go.id/kekerasan-seksual/#:%7E:text=Kekerasan%20Seksual%20adalah%20setiap%20perbuatan,mengganggu%20kesehatan%20reproduksi%20seseorang%20dan">kekerasan seksual</a> makin sering diberitakan oleh media massa. Makin banyak korban berani bersuara dan menuntut keadilan. </p>
<p>Di media massa, tindakan pidana itu kerap ditulis dalam banyak istilah seperti pencabulan, pelecehan, sodomi, pemerkosaan, dan berbagai istilah lain yang mengindikasikan ada pemaksaan, ancaman, intimidasi, dan relasi kuasa yang tidak seimbang antara pelaku dan korban dalam konteks hubungan seksual. </p>
<p>Pertanyaannya: bagaimana sebenarnya karakteristik kasus kekerasan seksual, termasuk korban, pelaku, dan waktu, dari sudut pandang medis? Dan bagaimana pula reaksi korban dan keluarganya terhadap masalah serius ini?</p>
<p><a href="https://www.researchgate.net/publication/343552209_Karakteristik_Kasus_Kekerasan_Seksual_di_Rumah_Sakit_Tipe_A_di_Jawa_Barat_dan_Sumatera_Barat">Riset saya</a> – berdasarkan data 150 rekam medis korban kekerasan seksual yang diperiksa di Rumah Sakit Umum Pendidikan (RSUP) Hasan Sadikin Bandung, Jawa Barat dan RSUP Djamil Padang, Sumatera Barat – menunjukkan bahwa mayoritas korban berusia 10-19 tahun, pelaku orang dekat yang dikenal oleh korban, waktu kejadian siang hari, dan kasusnya kerap kali terlambat dilaporkan ke penegak hukum dan petugas kesehatan. </p>
<p>Data riset ini saya ambil dari rekam medis kasus korban kekerasan seksual selama periode 2014-2018 yang berkunjung ke rumah sakit tersebut untuk mendapatkan layanan <a href="https://www.halodoc.com/artikel/kenali-perbedaan-dokter-forensik-dan-medikolegal">medikolegal</a>, yakni layanan terkait kasus hukum yang memerlukan evaluasi medis independen dan kesaksian ahli. </p>
<p>Mengetahui karakteristik kasus kekerasan seksual yang diperiksa di rumah sakit akan membantu kita untuk penegakan hukum, pemulihan korban, dan pencegahan kejahatan serupa terulang ke depan. </p>
<h2>Karakter kasus kekerasan seksual</h2>
<p>Riset ini menunjukkan lebih dari 80% korban kekerasan seksual merupakan perempuan, belum menikah, dan didominasi oleh kelompok anak-anak dan remaja dengan kelompok usia terbanyak 10-19 tahun di RSUP Djamil Padang. </p>
<p>Lebih mengejutkan, korban kekerasan seksual yang diperiksa di RSUP Hasan Sadikin Bandung berusia lebih muda, yakni pada kelompok usia 0-9 tahun. </p>
<p>Hal ini menunjukkan bahwa anak berpotensi lebih besar menjadi korban kekerasan seksual dibandingkan usia dewasa. Di samping lebih rendahnya pengetahuan tentang kekerasan seksual pada anak, persepsi ini dikaitkan dengan kerentanan mental anak yang lebih mudah diberikan ancaman, paksaan maupun bujuk rayu. </p>
<p>Anak-anak sering kali tidak memiliki keberanian untuk menolak, apalagi jika pelaku merupakan orang yang ia kenal.</p>
<p>Masyarakat perlu menyadari bahwa sebagian besar pelaku kekerasan seksual bukan hanya sekadar orang yang dikenal namun juga dipercaya oleh korban, misalnya pacar, tetangga, guru bahkan ayah kandung sendiri. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/derita-anak-pekerja-migran-ditinggalkan-orang-tua-menjadi-korban-kekerasan-seksual-190210">Derita anak pekerja migran: ditinggalkan orang tua, menjadi korban kekerasan seksual</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Jika diamati menurut waktu kejadian, kekerasan seksual dapat terjadi kapan saja, bahkan sebagian besar korban-korban kekerasan seksual di kedua rumah sakit utama ini, mengalami peristiwa kekerasan seksual pada siang hari. </p>
<p>Data riset menunjukkan kasus kekerasan seksual lebih banyak terjadi pada siang hari (51%) dibanding malam hari (38%). Temuan ini berbeda dengan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32454301/">data kekerasan seksual di Jerman</a> yang menyatakan 60% kekerasan seksual terjadi pada malam hari. </p>
<p>Tempat-tempat privat seperti rumah, kos, atau hotel lebih sering dijadikan tempat beraksi bagi pelaku dibandingkan tempat-tempat umum.</p>
<p>Temuan lainnya adalah sebagian besar korban kekerasan seksual baru datang memeriksakan diri dalam rentang lebih dari 24 jam hingga 1 minggu setelah peristiwa kekerasan seksual. Kondisi ini mungkin dapat mewakili kondisi di rumah sakit lainnya di Indonesia yakni korban cenderung tidak segera melaporkan kekerasan seksual yang dialaminya. </p>
<p>Tanpa disadari, keterlambatan pemeriksaan ini mengakibatkan hilangnya peluang untuk mendapatkan bukti kekerasan seksual secara medis. Hal ini berujung pada lemahnya penuntutan terhadap pelaku di ranah pidana.</p>
<p>Tidak dapat dimungkiri bahwa faktor budaya masyarakat Indonesia menjadi penyebab utama keterlambatan ini. Adanya stigma negatif, terbukanya aib, rasa malu, dan takut dikucilkan, sering kali menjadi alasan bagi para korban dan keluarganya mengurungkan niatnya melaporkan kekerasan seksual yang dialami.</p>
<p>Kita harus merangkul korban kekerasan seksual agar mereka kuat menghadapi masalah ini dan kita bantu mencari keadilan melalui pelaporan ke polisi dan pemeriksaan medis untuk bukti di pengadilan. </p>
<h2>Perlu penanganan yang tepat dan cepat</h2>
<p>Peristiwa kekerasan seksual dapat menimbulkan dampak psikologis terutama pada korban anak. Hal ini perlu menjadi perhatian khusus bagi pihak berkepentingan.</p>
<p>Gangguan stres, depresi, dan kecemasan pascatrauma yang dialami korban, dapat berujung pada ide bunuh diri atau bahkan korban dapat menjadi pelaku kriminal di kemudian hari.</p>
<p>Mengingat dampak yang cukup besar tersebut, penanganan korban kekerasan seksual harus dilakukan secara multidisiplin (kolaborasi dokter forensik, psikolog, hukum), sehingga kebutuhan korban dapat terpenuhi secara holistik dan terintegrasi, baik kebutuhan medis, psiko-sosial dan medikolegal.</p>
<p>Tidak hanya mengutamakan kompetensi pemeriksaan medis, namun juga mengutamakan pengumpulan dan menjaga keutuhan barang bukti. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/pakar-menjawab-kenapa-banyak-korban-kekerasan-seksual-malah-minta-maaf-atau-menarik-laporannya-177460">Pakar Menjawab: kenapa banyak korban kekerasan seksual malah minta maaf atau menarik laporannya?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Penanganan korban kekerasan seksual yang tepat, cepat dan terarah akan sangat membantu dalam memahami bagaimana terjadinya luka dan apakah luka tersebut sesuai dengan riwayat kronologis yang disampaikan korban.</p>
<p>Secara hukum, penyelesaian kasus kekerasan seksual di Indonesia telah diatur dalam <a href="https://www.hukumonline.com/klinik/a/delik-aduan-lt4f9bb33933005">KUHP</a>, <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/38723/uu-no-35-tahun-2014">Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak,</a>, <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/40597/uu-no-23-tahun-2004">UU No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT)</a> dan <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/207944/uu-no-12-tahun-2022#:%7E:text=UU%20ini%20mengatur%20mengenai%20Pencegahan,seksual%20dapat%20terlaksana%20dengan%20efektif.">UU No. 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual</a>. </p>
<p>Kementerian Kesehatan Indonesia telah <a href="https://gizikia.kemkes.go.id/assets/file/pedoman/Algoritma%20Tatalaksana%20Yankes%20Bagi%20Korban%20Kekerasan%20Seksual.pdf">membuat panduan tata laksana korban kekerasan seksual bagi pelayanan Kesehatan</a>.</p>
<p>Selain itu, kita perlu meningkatkan peran Pusat pelayanan Terpadu (PPT) atau Pusat Krisis Terpadu (PKT) di level provinsi dan kabupaten dan kota sebagai unit khusus pelayanan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak, termasuk kekerasan seksual. </p>
<p>Konsep pelayanan terpadu ini mengutamakan layanan 24 jam yang multidisiplin (kerja tim) dan komprehensif dengan memperhatikan kebutuhan korban. Jenis pelayanan mencakup pemeriksaan fisik, penanganan luka-luka fisik, penanganan gangguan psikologis akut, penanganan untuk pencegahan penyakit menular seksual dan HIV, pelayanan kesehatan reproduksi, pelayanan medikolegal, konseling psikososial (untuk semua tipe rumah sakit), dan konseling hukum (terutama untuk rumah sakit tipe A yang memiliki jangkauan pelayanan lebih luas). </p>
<h2>Tantangan</h2>
<p>Salah satu kendala saat ini adalah baru beberapa rumah sakit di Indonesia yang pembiayaan layanan korban kekerasan seksual dijamin oleh pemerintah daerah (digratiskan), sementara masih ada yang dibebankan kepada pihak korban. Pemeriksaan untuk forensik <a href="https://theconversation.com/cermin-kasus-brigadir-yosua-dan-stadion-kanjuruhan-siapa-yang-menanggung-biaya-pemeriksaan-forensik-189701">biasanya ditanggung oleh kepolisian</a>.</p>
<p>Selain itu, kasus yang dapat ditangani dengan baik hanya pada kasus yang dilaporkan ke polisi. Sementara masih banyak kasus kekerasan seksual di masyarakat yang belum terjaring, baik karena ketidaktahuan ataupun menutupi aib.</p>
<p>Kita berharap UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual dapat meningkatkan efektivitas penanggulangan kekerasan seksual. Di level pendidikan tinggi,
<a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/188450/permendikbud-no-30-tahun-2021">Peraturan Menteri Pendidikan No. 30 Tahun 2021 </a> mewajibkan setiap perguruan tinggi membentuk Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di lingkungan kampus. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/permendikbudristek-ppks-apa-manfaatnya-bagi-pemberantasan-kekerasan-seksual-di-kampus-172698">Permendikbudristek PPKS: apa manfaatnya bagi pemberantasan kekerasan seksual di kampus?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Edukasi kesehatan reproduksi dan pencegahan kekerasan seksual pada anak di rumah maupun sekolah, membiasakan anak menceritakan aktivitasnya kepada orang tua, pengawasan dan kontrol lingkungan sosial anak, menjadi beberapa upaya preventif terjadinya kekerasan seksual. </p>
<p>Kita perlu meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat baik secara langsung ataupun melalui media sosial tentang kekerasan seksual agar lebih banyak pihak yang berani melapor (<em>speak up</em>) akan kekerasan seksual yang diketahuinya. </p>
<p>Media skrining berupa motode atau aplikasi ramah anak perlu kita kembangkan untuk digunakan di sekolah-sekolah, sebagai bentuk deteksi dini bagi pihak sekolah dalam mengenali anak-anak yang berisiko menjadi korban kekerasan seksual. Media ini diharapkan dapat dipakai secara rutin di sekolah, untuk memandu guru mengenali anak-anak yang berisiko mengalami kekerasan seksual.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/197406/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Noverika Windasari tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Sebagian besar pelaku kekerasan seksual bukan hanya sekedar orang yang dikenal tapi juga dipercaya oleh korban seperti pacar, tetangga, guru bahkan ayah kandung sendiri.Noverika Windasari, Dosen Departemen Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1972802023-01-06T06:30:15Z2023-01-06T06:30:15ZBagaimana ChatGPT hadirkan peluang dan disrupsi dalam farmasi dan pendidikan apoteker<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/503182/original/file-20230105-129938-8rar1f.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.europeanpharmaceuticalreview.com/article/114914/artificial-intelligence-in-pharma-utilising-a-valuable-resource/">EPR</a></span></figcaption></figure><p>Akhir November lalu, OpenAI, sebuah firma riset kecerdasan buatan (<em>artificial intelligence, AI</em>) <a href="https://openai.com/blog/chatgpt/">meluncurkan ChatGPT</a>. Teknologi ini merupakan model <em>chatbot</em> yang dapat berdialog dengan penggunanya. Publik bisa menanyakan apa saja kepada ChatGPT, mulai dari pertanyaan sederhana hingga ilmiah. </p>
<p>Menariknya, ChatGPT dapat menjawab tugas seperti menulis kode pemrograman, membuat esai, bahkan menulis rancangan pemberian konseling kepada pasien yang akan menggunakan obat tertentu. Munculnya ChatGPT sebagai penerapan AI dapat mendisrupsi berbagai bidang, termasuk bidang farmasi.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/503181/original/file-20230105-22-1uesqd.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/503181/original/file-20230105-22-1uesqd.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/503181/original/file-20230105-22-1uesqd.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/503181/original/file-20230105-22-1uesqd.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/503181/original/file-20230105-22-1uesqd.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/503181/original/file-20230105-22-1uesqd.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/503181/original/file-20230105-22-1uesqd.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/503181/original/file-20230105-22-1uesqd.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Contoh penggunaan ChatGPT untuk bertanya tentang suppositoria, obat padat berbentuk peluru yang dimasukkan ke tubuh pasien lewat anus, vagina atau uretra.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Jika AI sudah berkembang sedemikian rupa, apakah mungkin peran apoteker pada masa depan akan tergeser oleh AI? </p>
<p>Pendidikan farmasi memiliki peran penting dalam menyambut inovasi ini. Sayangnya, sebuah survei dari Federasi Farmasi Internasional (FIP) tentang <a href="https://www.fip.org/file/4958">kesehatan digital dalam pendidikan farmasi</a> pada 2020 menyatakan lebih dari separuh (57%) dari 260 responden akademisi menyatakan bahwa pelayanan kesehatan digital (<em>digital health</em>) tidak diajarkan kepada mahasiswa. </p>
<h2>Penerapan AI dalam farmasi</h2>
<p>AI merupakan bidang ilmu komputer yang bertujuan menyerupai kecerdasan manusia <a href="https://www.fip.org/file/4958">melalui sistem komputer</a>. Di bidang kesehatan, pemanfaatan AI termasuk dalam cakupan kesehatan digital (<em>digital health</em>). </p>
<p>Meski penggunaannya di masyarakat belum semasif aplikasi <em>smartphone</em> ataupun perangkat pintar seperti <em><a href="https://www.lifewire.com/an-introduction-to-smart-watches-3441381">smartwatch</a></em>, AI memiliki kemampuan analisis dan melakukan tugas yang dapat membantu pekerjaan manusia pada masa mendatang.</p>
<p>Dalam r<a href="https://pubs.lib.umn.edu/index.php/innovations/article/view/4839">iset dan pengembangan obat</a>, pemanfaatan AI dapat membantu pengambilan keputusan, mengoptimalkan inovasi, meningkatkan efisiensi riset maupun uji klinis. AI juga membantu menghasilkan perangkat baru untuk dokter, konsumen, perusahaan asuransi, dan regulator.</p>
<p>Salah satu perusahaan, <a href="https://www.gnshealthcare.com/">GNS Healthcare,</a> menggunakan perangkat AI bernama <a href="https://www.gnshealthcare.com/refs-platform/">Reverse Engineering, Forward Simulation (REFS)</a> untuk menentukan hubungan sebab-akibat di antara berbagai jenis data. Perangkat ini juga dapat mentransfer jutaan data klinis, data genetik, hasil pemeriksaan laboratorium, data obat, data konsumen, dan sebagainya. </p>
<p>Sementara itu, perusahaan lain bernama <a href="https://www.atomwise.com/">Atomwise</a> mengembangkan AtomNet. Perangkat ini dapat memprediksi <a href="https://arxiv.org/abs/1510.02855">sifat ikatan kimia molekul obat dan aktivitas obat di dalam tubuh</a>. Dengan bantuan teknologi ini, para ahli kimia farmasi dapat melakukan penemuan dan perancangan obat dalam waktu hitungan minggu saja.</p>
<p>Tidak hanya dalam riset pengembangan obat-obatan, AI juga dimanfaatkan untuk membantu <a href="https://pubs.lib.umn.edu/index.php/innovations/article/view/4839">mengelola persediaan obat di apotek</a>. Teknologi ini membantu menganalisis dan memprediksi kebutuhan obat pasien, sehingga apotek akan menyediakan stok obat dengan lebih akurat.</p>
<p>Di <a href="https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fphar.2022.1027808/full#F1">Cina</a>, teknologi AI juga digunakan untuk meninjau kesesuaian resep obat dengan standar pemberian terapi yang rasional. Meski dibantu oleh AI, apoteker tetap melakukan pengecekan akhir sebelum obat diserahkan kepada pasien.</p>
<h2>AI belum masuk kurikulum pendidikan farmasi</h2>
<p>Kemampuan AI dalam menganalisis data dalam skala besar serta menghasilkan rekomendasi terkait <a href="https://www.fip.org/file/4958">kondisi kesehatan pasien</a> dapat mengubah pelayanan kefarmasian yang akan datang. Hanya apoteker yang siap beradaptasi dengan teknologi AI yang mampu mengambil manfaat dari situasi ini. </p>
<p>Sayangnya, materi kesehatan digital, termasuk AI, belum menjadi bagian dari kurikulum pendidikan farmasi di berbagai universitas di dunia. </p>
<p>Survei Federasi Farmasi Internasional (FIP) tentang <a href="https://www.fip.org/file/4958">kesehatan digital dalam pendidikan farmasi</a> pada 2020 menunjukkan hanya 112 ((43%) dari 260 responden akademisi menyebutkan materi kesehatan digital telah tersedia di universitas, baik diintegrasikan ke dalam mata kuliah lain atau sebagai mata kuliah terpisah. Topik AI masih relatif jarang diajarkan daripada topik lain seperti <em>mobile apps</em> dan konseling pasien secara jarak jauh <strong>(telekonseling)</strong>.</p>
<p>Meski demikian, sejumlah universitas di luar negeri telah berinisiatif mengajarkan materi AI kepada mahasiswa farmasi. Di <a href="https://www.fip.org/file/4958">La Trobe University</a>, Australia, topik AI diajarkan dalam mata kuliah terpisah pada tahun kedua pendidikan sarjana farmasi. Sementara di <a href="https://www.fip.org/file/4958">Utrecht University, Belanda,</a> materi AI diajarkan dalam mata kuliah yang dirancang dengan melibatkan mahasiswa. </p>
<p>Di Indonesia, beberapa institusi mengajarkan penerapan teknologi digital dalam farmasi melalui mata kuliah <a href="https://fa.itb.ac.id/fkk/">Farmasi Klinik Digital</a> (Institut Teknologi Bandung), <a href="https://farmasi.unpad.ac.id/p10a-0726/">Farmasi Informatika</a> (Universitas Padjadjaran), dan <a href="https://drive.google.com/file/d/1TPuHTYs7yDZIME_sjgox2NUc3tk-nUtj/view">Informatika Farmasi</a> (Universitas Jember).</p>
<p>Belum diketahui pasti berapa banyak perguruan tinggi farmasi di Indonesia yang telah memasukkan komponen farmasi digital atau informatika ke dalam kurikulumnya, apalagi secara spesifik mengajarkan AI kepada mahasiswa.</p>
<h2>Tantangan adopsi AI dalam pendidikan apoteker</h2>
<p>Meski keberadaan AI saat ini adalah keniscayaan, pengajaran AI memiliki tantangan tersendiri. Pasalnya, integrasi materi terkait <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29024956/">kesehatan digital (termasuk AI) belum terstandardisasi</a> sehingga sulit untuk mengharapkan seluruh perguruan tinggi farmasi mengadopsi AI dalam kurikulum. </p>
<p>Kesiapan perguruan tinggi farmasi ditentukan oleh kemampuan akademisi yang ahli di bidang kesehatan digital. Akan lebih baik jika akademisi farmasi memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang ini. Hanya saja, aspek teknologi dalam kesehatan digital, termasuk AI, umumnya dikuasai oleh akademisi berlatar belakang keilmuan teknologi informasi.</p>
<p>Untuk itulah perlu ada kemitraan perguruan tinggi farmasi dengan akademisi dan peneliti di bidang teknologi informasi agar topik mengenai kesehatan digital bisa diajarkan dengan efektif kepada mahasiswa. </p>
<p>Kemitraan juga diperlukan agar perguruan tinggi dapat saling berbagi sumber daya, mengingat perangkat teknologi yang dibutuhkan sering kali tersedia dalam jumlah terbatas dan harga relatif mahal. </p>
<p>Perguruan tinggi farmasi perlu mengambil inisiatif demi menyiapkan apoteker yang siap menerapkan teknologi AI dalam pelayanan kefarmasian pada masa depan. </p>
<p>Langkah pertama, materi mengenai kesehatan digital (termasuk AI) perlu diintegrasikan dalam kurikulum farmasi. Hal ini penting agar para lulusan memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar terkait AI. </p>
<p>Selain integrasi dalam kurikulum, opsi <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6971961/#!po=55.0000">mata kuliah pilihan dan pelatihan bersertifikat</a> juga dapat dipertimbangkan sebagai tahap awal adopsi.</p>
<p>Langkah berikutnya, penyediaan <a href="https://www.pharmacytimes.com/view/artificial-intelligence-applications-in-education-and-pharmacy-practice">program pendidikan profesi berkelanjutan</a> dan spesialisasi bagi apoteker yang saat ini telah berpraktik di rumah sakit, apotek, puskesmas, klinik, maupun bekerja di industri dan bidang lainnya. </p>
<p>Program ini dapat dikembangkan melalui kerja sama antara perguruan tinggi dan organisasi profesi, maupun <em>stakeholder</em> lainnya. Di Indonesia, organisasi yang fokus terhadap pembangunan farmasi digital adalah <a href="https://farmasetika.com/2022/06/16/mengenal-perkumpulan-informatika-farmasi-indonesia-pifi/">Perkumpulan Informatika Farmasi Indonesia (PIFI)</a>.</p>
<p>Pada akhirnya, penerapan AI dalam kesehatan telah menjadi suatu keniscayaan. Perlu sinergi berbagai pihak untuk meningkatkan kapasitas apoteker dalam mengadopsi teknologi AI di bidang farmasi secara efektif dan bertanggung jawab.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/197280/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Lailaturrahmi tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Kesiapan perguruan tinggi farmasi ditentukan oleh kemampuan akademisi yang ahli di bidang kesehatan digital.Lailaturrahmi, Lecturer, Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinis, Fakultas Farmasi, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.