Menu Close

Jokowi tunjuk Nadiem Makarim jadi Mendikbud: pentingnya libatkan pendiri Gojek untuk urai birokrasi pendidikan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan baru Nadiem Makarim (tengah) berpose dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani (kiri) dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sebelum pelantikan Kabinet Indonesia Maju di bawah Presiden Joko “Jokowi” Widodo. Adi Weda/EPA

Presiden Joko “Jokowi” Widodo telah resmi melantik pemilik dan pendiri Gojek Nadiem Makarim menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024.

Penunjukan Nadiem mengejutkan banyak pihak. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang presiden menunjuk pelaku usaha yang fokus pada bisnis digital untuk menjadi bagian dari pemerintahannya.

Jokowi, yang mempunyai latar belakang pengusaha furnitur di Solo, Jawa Tengah, selalu berusaha melibatkan sosok pengusaha dalam pemerintahannya. Ini dapat dilihat dengan keputusannya memilih Susi Pudjiastuti sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan dalam kabinet periode sebelumnya. Sebelum menjadi menteri, Susi adalah seorang pengusaha bisnis perikanan dan penerbangan. Susi tidak lagi menjabat menjadi menteri untuk periode yang sekarang.

Melibatkan tokoh pengusaha dan entrepreneur tampaknya merupakan upaya Jokowi untuk meningkatkan kinerja pemerintah dengan mengurai sistem birokrasi pemerintahan yang terlalu berbelit.

Kali ini dengan menunjuk Nadiem, Jokowi tampaknya ingin membenahi birokrasi sistem pendidikan Indonesia yang ketinggalan zaman dan terlalu birokratis dengan sosok yang inovatif dan kreatif.

Mengapa Nadiem?

Nadiem menciptakan Gojek yang menyediakan layanan transportasi daring pada tahun 2010. Di bawah kepimpimpinannya, Gojek menjadi salah satu start-up terbesar di Indonesia dengan nilai diperkirakan mencapai US$ 10 miliar.

Penunjukkan lulusan Harvard University yang baru berusia 35 tahun tersebut diharapkan memberi udara segar untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia yang saat ini terhambat oleh sistem birokrasi yang usang.

Sistem pendidikan Indonesia merupakan terbesar ke-empat di dunia tapi kualitasnya merupakan salah satu yang terburuk. Laporan PISA terbaru menunjukkan Indonesia masuk ke dalam jajaran 10 negara dengan performa pendidikan terburuk. Kualitas pendidikan di Indonesia masih lebih buruk dibandingkan Meksiko, Kolombia, dan Thailand.

Salah satu tantangan terbesar pendidikan di Indonesia adalah menghadapi sistem birokrasi yang tumpang tindih. Dosen sering kali dihadapkan pada proses administrasi yang rumit yang menghambat tugas-tugas utama keilmuannya.

Kehadiran sosok Nadiem diharapkan bisa memberikan terobosan-terobosan baru yang inovatif, solutif, dan belum terpikir oleh birokrat-birokrat sebelumnya dalam memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia.

Pengalaman Nadiem dalam bidang teknologi informasi juga akan bermanfaat dalam pembangunan sistem digital yang tampaknya sudah diadopsi oleh hampir semua badan pendidikan di tingkat global. Di bawah Nadiem, pembaruan sistem digital bagi pendidikan Indonesia diharapkan bisa berjalan mulus.

Karakter wirausahawan dalam bidang digital yang berani mengambil risiko dan suka berkolaborasi diharapkan juga berkontribusi terhadap pengembangan sistem pendidikan yang mampu menghasilkan riset-riset berkualitas, inovatif, dan menjawab isu kekinian.

Dengan keberhasilan Nadiem mengembangkan operasi Gojek ke Singapura, Vietnam, dan Filipina diharapkan Indonesia juga bisa memanfaatkan jejaring internasional Nadiem untuk bisa terus mengembangkan kualitas pendidikan Indonesia ke tingkat global.

Nadiem yang didaulat sebagai Asian of The Year” oleh media terkemuka Singapura The Strait Times tahun 2016 karena kontribusinya dalam meningkatkan kesejahteraan sektor informal dan membantu kehidupan masyarakat sehari-hari diharapkan membawa perubahan terhadap kualitas kesejahteraan dan pemberdayaan guru-guru, khususnya tenaga honorer.

Apakah bertahan lama?

Dalam sejarah birokrasi Indonesia, keterlibatan pengusaha atau entreprenuer sayangnya tidak bertahan lama.

Beberapa menteri yang berlatar belakang bisnis banyak yang tidak memperpanjang posisi jabatannya.

Contoh yang paling dekat adalah mantan menteri kelautan dan perikanan Susi yang sudah tidak menjabat.

Sebelum itu ada pengusaha media Dahlan Iskan yang pernah menjabat posisi menteri di bawah pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Beliau hanya menjabat selama dua tahun dari masa jabatan lima tahun.

Selain itu ada Rachmat Gobel, seorang pengusaha dan pemilik perusahaan elektronik National Gobel Group, yang hanya menjabat satu tahun sebagai menteri perdagangan di bawah Jokowi.

Para pengusaha ini tidak dapat bertahan lama mungkin disebabkan karena mereka harus berhadapan dengan budaya birokrasi yang tidak sesuai dengan jiwa entrepreneurship mereka yang cenderung bersifat praktis.

Kita lihat nanti apakah Nadiem bisa bertahan lama di kabinet Jokowi?

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,100 academics and researchers from 4,941 institutions.

Register now