Menu Close
SCI+POP adalah sebuah proyek media sosial baru yang membagikan gambar untuk menyampaikan hasil penelitian dan tanggapan atas kebijakan tentang sains dan kesehatan. Author provided, Author provided (no reuse)

Kolaborasi ilmuwan dan seniman membuat kebenaran lebih menarik ketimbang kebohongan

Komunikasi sains dapat menjadi sebuah pekerjaan sulit. Ada terlalu banyak kebisingan—dan misinformasi—yang beredar dalam budaya populer, sehingga sulit untuk membuat sebuah pesan yang kuat.

Bahaya misinformasi ini terjadi terutama di bidang kesehatan, ketika para selebritas dan guru kesehatan yang percaya pseudosains tampak mendominasi wacana publik.

Maklum, kita hidup di dunia tempat Katy Perry memiliki hampir 110 juta pengikut di Twitter, sedangkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hanya 4,5 juta.

Kepercayaan terhadap mitos kesehatan yang tidak berdasarkan ilmu pengetahuan memang bukan hal baru. Tetapi tampaknya kita sedang hidup di masa kejayaan misinformasi.

Contohnya, penelitian tentang penyebaran informasi di media sosial menemukan bahwa kebohongan “menyebar secara signifikan lebih jauh, lebih cepat, lebih dalam dan lebih luas dibanding kebenaran"—mungkin karena kebohongan lebih menarik dari kebenaran.

Juga, kepercayaan terhadap teori konspirasi dan mitos kesehatan yang berbahaya tampaknya terus meningkat, yang menyebabkan menurunnya tingkat vaksinasi dan munculnya wabah penyakit menular.

Dan kita masih menyaksikan jurang besar antara komunitas ilmuwan dan publik pada topik-topik terkait organisme yang direkayasa secara genetis (GMO), suplemen, dan keamanan vaksinasi.

Seniman yang membuat gambar ini percaya bahwa seni memiliki kemampuan yang besar untuk mengkomunikasikan ide yang rumit dan bernuansa.‘ Sean Caulfield/The Vacinnation Project/SCI+POP

Tentu saja, penyebab seseorang memegang (dan mencengkeram dengan kuat) keyakinan tentang kesehatan tertentu amtlah kompleks dan melibatkan persoalan kepercayaan dan identitas pribadi.

Penggunaan berbagai bias kognitif—yang semakin dimungkinkan lewat media sosial—membuat situasi makin rumit.

Namun masih ada harapan. Survei-survei pada publik menunjukkan, sebagian besar memiliki setidaknya beberapa minat terhadap berita sains. Dan terdapat bukti bahwa kita bisa meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam berbagai tahap kehidupan, dan kecakapan tersebut melindungi kita dari pseudosains dan misinformasi.

Jadi, publik sebenarnya memerlukan dan menginginkan adanya komunikasi sains yang baik, yang berpotensi mengubah keadaan.

SCI+POP: menggunakan seni untuk bicara sains

Apa cara komunikasi yang paling efektif? Sepotong fakta semata biasanya tidak akan mengubah opini atau mendorong dialog.

Membanjiri orang dengan bukti-bukti ilmiah bahkan bisa berujung pada polarisasi yang lebih jauh dan menyebabkan beberapa pihak justru semakin lebih meyakini pada pandangan mereka.

Hal ini dikenali dengan nama efek ”bumerang“.

Namun kini ada strategi-strategi yang lebih efektif, misalnya yang mengajak berpikir kritis dan menawarkan penjelasan alternatif; yang menggunakan narasi yang masuk ke hati audiens; serta yang menggunakan gambar berseni.

Saya ingin menggarisbawahi pentingnya nilai seni. Saat ini, bekerjasama dengan seniman adalah pilihan yang paling masuk akal, karena beragam alasan.

Gambar dari ‘The Vaccination Picture’ Tammy Salzl/Sci+Pop

Karya seni: Manusia itu makhluk visual

Kita sangat cepat memproses informasi visual ketimbang teks. Jika dibuat dengan baik, gambar grafis dapat menjadi alat berguna untuk mengomunikasikan persoalan kompleks secara efisien.

Ada pula bukti bahwa narasi yang baik akan lebih efektif ketimbang presentasi data semata.

Jadi sebuah gambar visual yang bercerita, punya potensi untuk mengomunikasikan informasi secara cepat dan mudah diingat.

Di dunia yang semakin didominasi oleh media sosial dan rentang perhatian yang pendek, nilai sebuah strategi komunikasi yang berfokus pada gambar telah menjadi kian penting.

Konten yang berisi gambar menghasilkan lebih banyak keterlibatan dan lebih banyak dibagikan di media sosial.

Gambar dari ‘The Vaccination Picture’ Blair Brennan

Seni mengundang refleksi

Tidak seperti medium lain, grafis dan seni rupa dapat menarik perhatian orang dengan cara yang mengundang refleksi dan mempertimbangkan perspektif yang unik.

Seni mampu menghasilkan respons langsung yang intuitif atau emosional yang mungkin efektif membuat orang lebih terlibat.

Penggunaan seni juga mendorong partisipasi dari orang-orang yang biasanya tidak terlibat dalam isu-isu sains.

Penulis kerap berkolaborasi dengan saudara laki-lakinya, Sean Caulfield, profesor seni dari University of Alberta. Gambar dari ‘The Vaccination Picture’ Sean Caulfield

Seni merupakan bentuk yang kuat dari komentar

Banyak karya seni hebat yang hanya berfokus pada komunikasi. Tetapi seni sebenarnya juga dapat digunakan sebagai bentuk wacana konseptual. Seni bisa menjadi bentuk komentar yang kuat.

Seperti yang disampaikan baru-baru ini oleh saudara saya, Sean Caulfield, seorang seniman pemenang penghargaan, serta profesor seni di University of Alberta:

"Seni visual selalu memainkan peran penting dalam menumbuhkan pemikiran kritis di masyarakat. Ia memiliki kekuatan besar dalam mengomunikasikan ide-ide kompleks dan bernuansa. Inilah mengapa salah satu hal pertama yang dilakukan oleh rezim otoriter adalah menekan ekspresi seni dan sangat menyensor produksi seni.”

Dengan mempertimbangkan alasan di atas, kelompok penelitian saya di Health Law Institute telah bekerja bersama seniman terkenal pada berbagai proyek seni plus sains.

Beberapa insiatif kami mengeksplorasi hal-hal terkait genom, penelitian sel punca, kebijakan imunisasi internasional, dan mitos vaksinasi.

Pekerjaan itu berlanjut dengan proyek baru yang berfokus di media sosial bernama SCI+POP (gunakan #SciPop untuk mencari di Twitter dan Instagram).

Bersama para seniman, termasuk saudara saya dan desainer grafis Tess Heinricks, kami akan secara reguler mengedarkan gambar-gambar yang mengomunikasikan temuan-temuan penelitian, memberikan komentar tentang isu-isu sains dan kebijakan kesehatan, dan semoga saja melibatkan sejumlah audiens baru.

Dalam sebuah lingkungan budaya pop yang telah semakin bising dan terfragmentasi, komunikasi sains yang baik akan membutuhkan penggunaan sebanyak mungkin alat yang berbeda. Seni dapat memainkan peran penting.

Kami memang tidak akan mampu menandingi Katy Perry dan 110 juta pengikutnya di Twitter, tetapi komunikasi yang melibatkan gambar yang menarik dapat menjadi cara dahsyat dan menyenangkan untuk mengambil bagian dalam percakapan.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,300 academics and researchers from 4,942 institutions.

Register now