Menu Close
Adegan berburu ini, dilukis 44.000 tahun yang lalu, adalah karya tertua seni representasional di dunia. Ratno Sardi, Author provided

Lukisan gua Sulawesi menunjukkan awal mula seni imajinatif dan kepercayaan spiritual manusia

Tim kami telah menemukan sebuah lukisan gua di Indonesia yang setidaknya berumur 44.000 tahun dan mungkin memperlihatkan petunjuk baru mengenai permulaan budaya agama modern.

Lukisan kuno dari Pulau Sulawesi ini terdiri dari sebuah adegan yang menggambarkan makhluk setengah manusia setengah hewan yang sedang berburu babi liar dan binatang kecil seperti kerbau dengan tombak atau tali.

Adegan berburu di Leang Bulu’ Sipong 4. Gambar atas menunjukkan sebuah panorama foto jahitan dari panel seni cadas (gambar disempurnakan menggunakan DStretch). Gambar bawah adalah sebuah penelusuran digital adegan seni cadas. Ratno Sardi (top); Adhi Agus Oktaviana (bottom).

Sebagaimana yang kami laporkan baru-baru ini di Nature, studi terbaru kami menunjukkan lukisan gua ini adalah karya seni tertua di dunia yang ditemukan (karena gambar-gambar yang dilukiskan bersifat kiasan di alam).

Penggambaran pemburu bertubuh setengah manusia dan setengah binatang mungkin juga merupakan bukti awal dari kemampuan kita untuk memahami hal-hal yang tidak ada di dunia alami. Kemampuan ini menjadi landasan pemikiran dan pengamalan agama yang asal-usulnya telah lama diselimuti misteri.

Adegan berburu paling awal dalam seni prasejarah.

Karya seni zaman es Sulawesi

Situs seni gua baru ini dinamakan Leang Bulu’ Sipong 4 dan kolega kami dari Indonesia menemukannya pada Desember 2017. Ini merupakan satu situs dari ratusan situs peninggalan gua di wilayah kapur Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan.

Peta Sulawesi yang menunjukkan lokasi situs seni gua Leang Bulu’ Sipong 4. Kim Newman

Pada 2014, kami mengumumkan bahwa sebuah gua (Leang Timpuseng) di Maros-Pangkep memiliki salah satu motif seni batu tertua di dunia yang berupa stensil tangan yang dibuat setidaknya 40.000 tahun yang lalu.

Penemuan pertama dari seni gua berusia 40.000 tahun di Sulawesi.

Kami baru-baru ini juga melaporkan sebuah lukisan figuratif seekor banteng (satu spesies ternak liar) yang berasal setidaknya 40.000 tahun yang lalu dari sebuah gua yang terletak berdekatan dengan Pulau Kalimantan.

Penemuan seni gua paleolitik di Kalimantan.

Sampai sekarang, lukisan ini menjadi motif figuratif yang paling awal diketahui di planet ini.

Usaha tim untuk mengetahui umur karya seni

Seni batuan sangatlah menantang hingga saat ini.

Untungnya, kita dapat mengumpulkan pertumbuhan mineral kecil yang terbentuk di atas lukisan-lukisan di gua Leang Bulu’ Sipong 4. Kami mengukur umur “cave popcorn” dengan menggunakan analisis seri uranium yang mengkalkulasikan usia dengan mengukur peluruhan unsur radioaktif.

Kami melakukan penelitian ini bekerja sama dengan para peneliti dari beberapa lembaga di Indonesia, termasuk Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (ARKENAS) dan para ilmuwan dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) di Makassar.

Empat “popcorn” ditemukan berasal dari era antara 35.100 dan 43.900 tahun yang lalu.

Jadi karya seni di gua Indonesia ini diciptakan setidaknya 44.000 tahun yang lalu!

Mengapa karya seni ini penting?

Hasil kami menunjukkan lukisan di Leang Bulu’ Sipong 4 adalah seni figuratif tertua di dunia.

Selain dari keantikan luar biasa dari lukisan ini, ini adalah kali pertama narasi visual yang rinci atau “cerita” telah teridentifikasi dalam seni gua pada periode awal.

Pandangan umum di Eropa adalah bahwa seni batuan manusia yang pertama terdiri dari simbol geometeris sederhana yang berevolusi menjadi lukisan figuratif hewan indah dari Prancis dan Spanyol dari sekitar 35.000 tahun yang lalu. Menurut pandangan ini, adegan pertama dan makhluk manusia-binatang (dikenal sebagai therianthropes, setengah manusia dan setengah hewan) tersebut akan muncul jauh setelah lukisan di Eropa.

Tapi seni di Leang Bulu’ Sipong 4 menunjukkan komponen utama dari budaya artistik yang maju dan telah ada di Sulawesi sejak 44.000 tahun lalu, yakni seni figuratif, adegan-adegan, dan therianthropes.

Mungkin seni “kompleks” seperti ini sudah dibuat di suatu tempat di Asia atau Afrika lebih lama lagi.

Permulaan spiritualitas manusia

Gambaran awal therianthropes pada Leang Bulu’ Sipong 4 sangatlah mengagumkan.

Adegan berburu di Leang Bulu’ Sipong 4. Sebuah kelompok setengah manusia setengah hewan tampaknya menangkap seekor anoa (binatang asli Sulawesi yang mirip kerbau) dengan tali atau tombak. Ratno Sardi

Dalam budaya Barat, kita sangat akrab dengan gambaran tubuh sebagian manusia dan sebagian binatang seperti manusia serigala. Tapi therianthropes sering memiliki dampak agama dan kepercayaan yang besar.

Sebuah gambar setengah manusia-setengah hewan dalam adegan perburuan di Leang Bulu’ Sipong 4. Motif ini muncul untuk mewakili sosok manusia dengan kepala dan paruh seperti burung. Ratno Sardi

Sebagai contoh, orang Mesir kuno menghormati dan takut akan banyak dewa dan iblis yang bentuk fisiknya gabungan antara hewan dan manusia, seperti dewa kematian berkepala serigala, Anubis, dan Sphinx yang memiliki tubuh singa dan kepala manusia.

Kapan kita pertama kali mengembangkan kemampuan kita untuk membayangkan makhluk luar biasa seperti itu?

Sampai sekarang, gambar yang paling awal diketahui dari seorang therianthrope dalam arkeologi dunia adalah “Manusia singa” dari Jerman yang berupa sebuah patung manusia berkepala kucing dan diukir dari gading mamut raksasa. Para arkeolog Nazi menemukan artefak ini pada 1939 dan konon disebut artefak ini berusia 40.000 tahun.

Dengan umur 44.000 tahun atau lebih, gambar-gambar dari Leang Bulu’ Sipong 4 mendahului “Manusia singa”. Mereka mungkin petunjuk awal dari kemampuan kita untuk membayangkan keberadaan entitas yang tidak nyata seperti setengah manusia-setengah hewan.

Dunia kuno ini menghilang

Karya seni gua Sulawesi merupakan sebuah hadiah dari permulaan budaya manusia. Tapi hadiah ini mulai runtuh di depan mata kita.

Survei seni batuan kami dengan kolega Indonesia telah menemukan banyak situs gua baru di Maros-Pangkep dengan lukisan figuratif spektakuler yang masih menunggu untuk diketahui usianya. Kami juga mengamati kerusakan seni ini di hampir setiap lokasi.

Pemantauan oleh BPCB mengkonfirmasi bahwa permukaan dinding gua batu kapur tempat gambaran-gambaran ini dibuat mulai terkelupas dan menghapus seni yang ada. Proses ini telah berjalan begitu cepat: di beberapa lokasi, gambaran seni ini hilang 2-3 cm dalam tiap bulannya.

Jika karya seni hebat yang sangat tua ini menghilang dalam kehidupan kita, itu akan menjadi sebuah tragedi. Kita perlu data konkrit yang dapat menjelaskan mengapa seni batuan yang berdampak besar ini terus rusak dan apa saja yang dapat kita lakukan - dan kita membutuhkan data ini segera.

Rizki Nur Fitriansyah menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 181,800 academics and researchers from 4,938 institutions.

Register now