Menu Close
Kemampuan untuk mencapai kemahiran bahasa yang tinggi selayaknya penutur asli tidak dapat secara langsung dikaitkan dengan usia karena faktor-faktor lain, seperti aspek kognitif, sosial, dan emosional juga berpengaruh. www.shutterstock.com

Mengapa belajar bahasa Inggris sejak usia dini tidak selalu lebih baik

Artikel ini merupakan bagian dari rangkaian tulisan untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional pada 2 Mei.


Banyak orang awam berpikir bahwa anak-anak memiliki kemampuan bawaan untuk menyerap bahasa baru dengan mudah, layaknya spons kering yang menyerap air. Banyak yang kemudian berpikir bahwa remaja maupun orang dewasa tidak dapat mengimbangi kemampuan anak-anak dalam belajar bahasa. Mereka percaya bahwa kemampuan untuk belajar banyak bahasa ini akan menurun seiring bertambahnya usia.

Keyakinan ini mendorong beberapa peneliti untuk mengajukan adanya batas usia untuk belajar bahasa agar menjadi lebih mudah. Mereka berpendapat bahwa anak-anak lebih mahir dalam penguasaan bahasa karena kemampuan otak mereka yang lentur. Kemampuan ini akan menghilang pada awal pubertas.

Namun, studi empiris baru-baru ini telah memberikan bukti sebaliknya.

Banyak peneliti mulai mengakui bahwa kemampuan untuk mencapai kemahiran bahasa yang tinggi selayaknya penutur asli tidak dapat secara langsung dikaitkan dengan usia karena faktor-faktor lain, seperti aspek kognitif, sosial, dan emosional juga berpengaruh.

Anak-anak dan orang dewasa memiliki kapasitas belajar yang sama

Gagasan bahwa ada masa kritis untuk belajar bahasa didasarkan pada pengamatan bahwa anak-anak dan orang dewasa memiliki struktur otak yang berbeda.

Anak-anak di bawah usia 9 atau 13 tahun diyakini memiliki organisasi otak yang mampu mempelajari lebih dari satu bahasa tanpa merasa kebingungan.

www.shutterstock.com

Setelah melewati usia ini, mereka akan merasa kesulitan, atau bahkan mustahil, untuk mencapai kemahiran bahasa seperti penutur asli karena struktur otak mereka akan menjadi sepenuhnya lateral (terbagi menjadi otak kanan dan kiri).

Ketika struktur otak menjadi lateral maka fungsi bahasa hanya fokus pada satu sisi otak, biasanya belahan kiri. Akibatnya, pembelajaran bahasa akan berlangsung secara sadar dan menjadi lebih sulit.

Kesimpulan itu telah menjadi pendapat umum meski menjadi tidak begitu masuk akal karena kesimpulan tersebut bergantung pada asumsi bahwa ada hubungan langsung antara kerja otak dan tingkat kemahiran bahasa.

Bahkan jika asumsi itu benar, banyak riset yang menunjukkan hal-hal yang bertentangan.

Sebuah penelitian baru menemukan bahwa kelenturan otak pada masa kanak-kanak masih ditemukan saat usia dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang belajar bahasa pada usia dewasa bisa juga menjadi mahir dan bahwa orang yang belajar bahasa pada usia dini tidak selalu lebih baik.

Orang dewasa dapat mengejar ketertinggalan belajar bahasa

Dalam hal kemahiran berbahasa, banyak penelitian juga telah membuktikan bahwa orang dewasa tidak selalu kalah dibandingkan dengan yang muda ketika belajar bahasa.

Sebagai contoh, Carmen Muñoz, profesor linguistik bahasa Inggris dan linguistik terapan di Universitas Barcelona, Spanyol, dan tim penelitiannya menemukan bahwa anak-anak yang belajar bahasa tidak lebih unggul dari orang dewasa ketika kedua kelompok tersebut menerima jumlah pengajaran bahasa yang sama. Mereka menarik kesimpulan ini dari data yang dikumpulkan melalui sebuah penelitian jangka panjang tentang pengembangan kemahiran berbahasa Inggris pada pelajar berusia 8, 11, 14, dan lebih dari 18 tahun di Barcelona.

Dalam penelitian serupa, seorang pakar psikolinguistik dari Austria, Simone E. Pfenninger, dan rekannya, David Singleton, juga menarik kesimpulan yang sama.

Mereka menganalisis data dari 200 responden yang belajar bahasa Inggris dari berbagai kelompok usia dari tahun 2009 hingga 2015 di Swiss. Mereka menyimpulkan bahwa orang dewasa dapat dengan cepat mengejar ketinggalan yang dicapai oleh anak-anak. Penelitian ini menunjukkan lebih jauh bahwa asumsi tentang lebih baik belajar bahasa Inggris pada usia dini tidak terbukti.

Selain itu, beberapa penelitian juga telah menemukan bukti bahwa orang yang belajar bahasa kedua pada usia dewasa dapat mencapai tingkat kemahiran setara penutur asli.

Banyak orang yang mulai belajar bahasa Inggris setelah berusia 20 tahun bisa mencapai tingkat keterampilan bahasa setara penutur asli.

Semua penelitian tersebut menunjukkan bahwa anggapan belajar bahasa Inggris sejak dini itu lebih baik tidak terbukti.

Faktor-faktor selain usia yang mempengaruhi kemampuan berbahasa anak-anak

Para peneliti sepakat bahwa faktor-faktor seperti kognitif, sosial, dan emosi juga mempengaruhi kemampuan anak-anak belajar bahasa lain.

Faktor-faktor tersebut meliputi banyaknya kesempatan untuk belajar bahasa Inggris, motivasi, bakat, identititas dan kemauan untuk berkomunikasi.

Beberapa faktor dapat lebih menonjol daripada yang lainnya, tergantung pada konteks sosial budaya tempat mereka belajar bahasa tersebut.

www.shutterstock.com

Misalnya, mereka yang tinggal di negara-negara berbahasa Inggris cenderung lebih fasih berbahasa Inggris. Hal ini karena mereka memiliki lebih banyak peluang untuk menerima masukan langsung dari penutur bahasa asli.

Contoh lainnya terkait dengan latar belakang ekonomi keluarganya.

Anak-anak yang terlahir dari keluarga yang kaya cenderung mendapatkan hasil yang lebih baik daripada mereka yang memiliki latar belakang yang tidak berada.

Anak-anak dari orang tua yang berada biasanya memiliki kesempatan dan peluang yang jauh lebih besar untuk melatih kemampuan bahasa Inggrisnya melalui komunikasi sehari-hari dengan orang tua, tutor pribadi maupun orang lain di lingkungan terdekatnya yang memiliki tingkat kemahiran bahasa Inggris yang tinggi.

Proses belajar yang sangat bervariasi menunjukkan bahwa semakin muda seseorang belajar bahasa maka hasil yang ditunjukkan tidak selalu lebih baik.

Baik tua maupun muda, setiap orang yang belajar bahasa lain tampaknya memiliki peluang yang sama untuk menjadi pembicara yang sangat mahir selama mereka ditempatkan di lingkungan yang mendukung.

Oleh karena itu, pengaruh usia dalam menentukan kesuksesan orang dalam belajar bahasa jelas tidak berdasar. Hasil belajar bahasa bergantung pada hubungan yang kompleks antara berbagai variabel.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,100 academics and researchers from 4,941 institutions.

Register now