Menu Close
Nigel French / PA.

Mengapa orang-orang mendadak suka sepak bola saat Piala Dunia?

Artikel terkini dalam rangkaian seri Piala Dunia yang mengeksplorasi isu politik, ekonomi, sains dan sosial di balik pergelaran olah raga paling populer di dunia.


Sepak bola kembali melanda seluruh dunia. Perilaku orang selama Piala Dunia sendiri adalah hal yang menarik bagi para psikolog karena kami bisa melihat berbagai contoh dari teori-teori yang ada secara nyata. Berikut lima pertanyaan yang mungkin Anda ajukan selama turnamen ini berlangsung dan bagaimana psikologi menjawabnya:

1. Mengapa orang-orang mendadak menyukai sepak bola saat Piala Dunia meski biasanya mereka tidak tertarik?

Perubahan perilaku tersebut dipengaruhi oleh perubahan dalam identitas sosial kita. Identitas sosial adalah bagian dari kepribadian kita yang berhubungan dengan lingkungan sosial, contohnya kewarganegaraan, organisasi tempat kita bekerja, atau klub yang kita ikuti. Orang-orang cenderung menjadi lebih baik pada orang-orang yang memiliki identitas sosial yang sama dengan dirinya (kelompok “ingroup”), dan cenderung menjadi lebih jahat kepada orang dari kelompok berbeda (kelompok “outgroup”) meski mereka tidak mengetahui apapun tentang orang tersebut. Pengelompokan ini terjadi bahkan ketika kita mengelompokkan orang-orang berdasarkan hal-hal sepele seperti siapa artis yang mereka sukai.

Kita memiliki banyak identitas sosial dan perilaku kita mungkin berubah-ubah tergantung identitas mana yang sedang digunakan. Seseorang akan berperilaku dengan cara tertentu ketika ia sedang menggunakan identitasnya sebagai “siswa” dan berbeda dengan identitasnya sebagai “anggota tim rugby”. Selama Piala Dunia, identitas sosial sebagai bagian dari suatu negara tertentu mendadak menjadi sangat kentara. Sehingga bahkan bagi orang-orang yang sehari-hari tidak mengikuti masalah sepak bola pun akan merasa sangat terdorong untuk mendukung negara dan tim nasionalnya. Mereka juga cenderung menjadi lebih negatif dalam memandang tim lain.

2. Mengapa orang bersorak dan berteriak selama pertandingan dengan cara yang biasanya tidak mereka lakukan?

Kehadiran orang lain di sekeliling kita akan menyebabkan “deindividuasi”. Hal tersebut adalah saat kita menyatu ke dalam kerumunan dan menjadi anonim, sesuatu yang besar kemungkinan terjadi ketika semua orang menggunakan atribut tim sepak bola yang sama.

Mau bergabung ke dalam kelompok kami? Paulo Novais / EPA

Deindividuasi menjadikan kita cenderung bertindak sesuai dengan apa yang pantas menurut norma kelompok dibandingkan dengan norma kita sendiri. Dalam kerumunan sepak bola, norma tersebut melibatkan berteriak dan bersorak. Namun perlu dicatat bahwa hal ini tidak selalu mengarah ke perilaku-perilaku yang buruk, para penggemar tim Jepang dan Senegal membersihkan dan memunguti sampah sehabis pertandingan selesai.

3. Mengapa kita sangat kritis terhadap tim dari negara kita sendiri tetapi marah jika orang dari negara lain melakukan hal serupa?

Penelitian dalam psikologi menunjukkan bahwa saat kita memberi respons terhadap kritik, yang penting bukanlah apa yang dikatakan tapi siapa yang mengutarakannya. Hal ini disebabkan sesuatu yang disebut efek sensitivitas intergroup. Secara umum, orang akan lebih toleran dengan kritik yang berasal dari anggota kelompoknya dibanding dengan kritik dari anggota kelompok lain karena mereka akan merasa bahwa ketika seorang anggota dari kelompoknya mengkritik, hal tersebut punya tujuan yang konstruktif, sementara jika anggota kelompok lain mengkritik, tujuannya adalah untuk merendahkan. Meskipun anggota dari kelompok lain tersebut adalah orang yang memiliki pengetahuan yang sangat mumpuni dan berkata sebelumnya bahwa mereka ingin memberi kritik yang membangun, namun nyatanya hal tersebut tetap tidak mengubah persepsi.

dari London ke Kaliningrad. Aaron Chown/PA

Orang pun tidak selalu toleran dengan kritik yang berasal dari anggota timnya sendiri. Ketika konflik antara kelompok kita dan kelompok lain menjadi lebih terlihat maka kita pun menjadi lebih tidak toleran terhadap kritik yang berasal dari ingroup, hingga kita bisa menjadi sama tidak tolerannya terhadap kritik tersebut sama seperti jika kelompok lain yang mengatakannya. Jadi selama babak awal di Piala Dunia para penggemar mungkin akan bisa lebih bebas mengkritik timnya sendiri, namun saat mendekati final maka hal tersebut akan semakin tidak disambut baik.

4. Mengapa kita senang ketika tim yang tidak dijagokan memenangkan sebuah pertandingan?

Seringkali selama Piala Dunia, tim tak berpengalaman lolos terus melebihi dugaan kita dan mendadak menjadi fokus dari turnamen. Orang biasanya akan mulai mendukung tim tersebut dan berharap mereka akan menang melawan tim-tim besar lainnya, hal ini adalah efek kelompok underdog.

Tim Jerman yang dijagokan sebelumnya harus pulang setelah kalah dari Korea Selatan . Diego Azubel / EPA

Salah satu penjelasan tentang perasaan tersebut adalah jika kita melihat kesuksesan dalam lingkungan yang sulit, hal tersebut menginspirasi kita untuk percaya bahwa mungkin kita pun bisa sukses dalam sesuatu yang sulit pula. Alasan lainnya adalah “biaya” untuk mendukung tim underdog kecil namun keuntungan yang didapatkan darinya, faktor “sudah kubilang kan mereka pasti bisa”, besar. Beberapa penelitian juga menyatakan bahwa tim-tim underdog ini dipandang mengeluarkan usaha lebih dan persepsi usaha lebih tersebutlah yang menyebabkan mereka lebih disukai.

5. Apakah Piala Dunia selalu menyebabkan konflik antar negara?

Faktanya tidak. Justru hal ini dapat mengembangkan hubungan antar negara jika penggemar didorong untuk mengadopsi sebuah identitas ingroup yang sama. Hal itu adalah identitas yang mereka berdua miliki, baik penggemar tim Inggris ataupun tim Jerman, punya identitas sama sebagai penggemar sepak bola. Memikirkan kembali tentang identitas dengan cara ini akan dapat mengurangi konflik antar kelompok. Jadi meskipun ada potensi untuk menciptakan permusuhan, Piala Dunia juga mampu menyatukan banyak orang dari seluruh negara di dunia melalui kecintaan mereka terhadap sepak bola.


Lebih banyak artikel berbasis bukti mengenai sepak bola dan Piala Dunia dalam bahasa Inggris:

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,300 academics and researchers from 4,942 institutions.

Register now