Menu Close
file gnvyr.

Menggunakan barang sehari-hari untuk bermain bermanfaat bagi anak

Para murid sekolah dasar di Australia mendapatkan lebih dari 4.000 kali waktu istirahat dan makan siang. Periode waktu ini dapat digunakan untuk memperbaiki kebiasaan dan perilaku bermain.

Untuk meningkatkan kualitas waktu bermain di luar, sekolah-sekolah dasar di Australia telah meninggalkan fasilitas bermain tradisional (seperti perosotan dan panjat-panjatan) dan mulai memanfaatkan peralatan sehari-hari untuk dijadikan mainan.

Alat main tersebut termasuk bahan-bahan sisa atau hasil daur ulang (kayu untuk memanjat/membangun, terowongan, pipa, peti, busa, karet dan bagian-bagian plastik) dan peralatan olahraga (bola, tongkat pemukul, papan dan simpai). Peralatan tersebut dapat diubah sesuai dengan kebutuhan bermain siswa dari waktu ke waktu.

Alat-alat permainan tersebut berasal dari alat-alat yang ditemukan di rumah tangga dan komunitas masing-masing. Penggunaan peralatan sehari-hari untuk bermain telah diketahui sebagai cara bermain yang efektif dari segi biaya, berkelanjutan) dan dapat terus menghasilkan manfaat kognitif, fisik, dan sosial untuk anak-anak sekolah dasar.


Read more: Ekonomi ‘Cosplay’: bagaimana permainan menggunakan kostum tumbuh di masyarakat


Manfaat dari bermain menggunakan barang sehari-hari

Penelitian di Australia telah menemukan bahwa pengenalan peralatan sehari-hari ke ruang bermain di sekolah telah meningkatkan aktivitas fisik, intensitas bermain, jumlah langkah dan bentuk-bentuk (serta kompleksitas) permainan, kualitas fisik hidup dan kenikmatan bermain anak secara signifikan serta dapat melengkapi kurikulum nasional.

Para murid telah menggunakan alat-alat mainnya untuk bekerja sama dalam kelompok yang berbeda untuk merancang, merencanakan, membangun, mengamati, bernegosiasi dan belajar dari satu sama lain untuk menemukan ide-ide baru yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah.

Guru-guru telah melaporkan peningkatan dalam inklusi sosial, perilaku, kebahagiaan staf/siswa, kepercayaan diri, rasa harga diri, tingkat agresi, cedera dan insiden perundungan sejak pengenalan peralatan sehari-hari. Di Inggris guru-guru melaporkan peningkatan dalam keterlibatan siswa dalam kelas.

Riset menunjukkan bahwa menggunakan peralatan sehari-hari bisa sesuai dengan kebutuhan bermain anak-anak perempuan dalam ruang sekolah, sebab anak perempuan cenderung menikmati kesempatan bermain yang lebih kreatif, imajinatif dan sosial.

Permainan Scrapstore Play Pod di Inggris.

Read more: Mengapa beberapa orang bisa lebih kreatif dari yang lain?


Potensi kreativitas

Pengenalan peralatan sehari-hari untuk bermain berpotensi untuk meningkatkan kreativitas serta inisiatif siswa dengan meningkatkan jumlah variabel permainan (seperti warna, bentuk, ukuran, jenis, jumlah dan lokasi potensial) yang tersedia. Para murid juga dapat mengambil keuntungan dari banyaknya pilihan untuk membuat permainan, penemuan, dan rintangan mereka sendiri.

Dengan lebih banyak pilihan permainan, murid akan merasa lebih tertantang dan mencegah rasa frustrasi serta kebosanan. Perasaan bosan bisa tumbuh dari paparan terhadap peralatan taman bermain yang tetap sama di lokasi yang sama dari tahun ke tahun.

Alat main dari peralatan sehari-hari di sebuah Sekolah Dasar (SD) di Australia.

Read more: Rahasia menjadi lebih kreatif menurut sains


Apa yang dapat orang tua lakukan di rumah?

Karena peralatan sehari-hari ada di rumah, cara bermain dengan menggunakan peralatan sehari-hari dapat ditiru di luar waktu sekolah. Berikut beberapa tip yang dapat dicoba:

  1. pastikan anak-anak memiliki ruang yang cukup untuk memiliki lebih dari satu area bermain untuk mencegah tabrakan

  2. pastikan area bermain bebas dari bahaya seperti kabel dan gelas. Area berumput dengan pepohonan adalah pilihan terbaik sebab memberikan permukaan yang lebih lembut jika mereka terjatuh. Area tertutup dengan permukaan keras dapat menjadi alternatif saat kondisi basah

  3. gunakan peralatan-peralatan yang mudah dipindahkan dari rumah ke tempat lainnya sekitar seperti peti-peti susu, pipa, lembaran plastik, ban, papan kayu, berbagai bentuk bola, tongkat pemukul dan tali. Kotak-kotak kardus dan barang plastik seperti ember, keranjang atau hula hoop dapat berguna sebagai pilihan permainan untuk jangka pendek, tapi bisa jadi kurang berkelanjutan

  4. mulai dengan mengenalkan sekitar lima jenis peralatan dan sesekali menambah lebih banyak barang dari waktu ke waktu. Para pengajar telah melaporkan bahwa strategi ini lebih baik daripada memberikan para siswa terlalu banyak pilihan sekaligus

  5. sediakan area penyimpanan yang besar (kotak, pod, atau kandang) untuk menyimpan semua peralatan pada akhir minggu, akhir sesi atau sebelum cuaca hujan. Kotak kardus bisa berubah bentuk dengan sangat cepat, khususnya setelah hujan

  6. meskipun pengawasan penting, pastikan anak-anak dapat mengarahkan sendiri permainan mereka tanpa terlalu banyak campur tangan orang dewasa. Cara bermain yang ditentukan sendiri oleh anak-anak sehingga mereka bisa menentukan tingkat risiko yang akan mereka hadapi sangat penting untuk perkembangan anak-anak. Orang dewasa juga harus menerima bahwa permainan mereka bisa berantakan atau tidak teratur

  7. tetapkan suatu peraturan yang memungkinkan anak-anak untuk memiliki suatu peralatan tertentu untuk satu minggu sebelum diberikan kepada anak-anak lain untuk minggu yang lain. Pertimbangkan pentingnya suatu peraturan seperti dilarang menumpuk atau meloncat dari peralatan yang lebih tinggi daripada pinggang di atas permukaan yang keras.

  8. untuk para orang dewasa, buatlah rutinitas untuk memeriksa secara berkala peralatan yang rusak (seperti memisahkan peralatan dengan serpihan kayu/plastik tajam). Orang dewasa juga dapat memikirkan bagaimana anak-anak menggunakan peralatan tersebut (misalnya, pertimbangkan apakah ada yang harus ditambah atau diambil untuk membantu pola bermain).

Kita perlu memberikan anak-anak lebih banyak ruang untuk menjadi kreatif, khususnya di ruang luar sekolah, untuk membangun kemampuan kognitif, sosial dan fisik yang akan mereka butuhkan.


Artikel ini diterjemahkan dari bahasa Inggris oleh Rizkina Aliya

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,300 academics and researchers from 4,942 institutions.

Register now