Menu Close

Meski hidup 500 tahun lalu, Leonardo da Vinci mampu merancang kota melampaui zamannya

Kota Ferrara di Italia memiliki kemiripan rancangan dengan desain Leonardo da Vinci. hectorlo/Flickr

Kata “jenius” sering dikaitkan dengan nama Leonardo da Vinci–seorang pria Renaisans sejati yang membawa semangat keilmuan, bakat artistik, dan kepekaan humanis. Lima ratus tahun telah berlalu sejak Leonardo meninggal di rumahnya di Château du Clos Lucé, di luar Tours, Prancis. Namun, pemikiran-pemikirannya tak lekang oleh waktu, dan bahkan masih mengejutkan hingga hari ini.

Era Renaisans menandai transisi dari Abad Pertengahan ke Era Modern setelah penyebaran wabah menyebabkan krisis global yang mengakibatkan sekitar 200 juta orang meninggal di seluruh Eropa dan Asia. Kini, dunia sedang memasuki krisis iklim yang diprediksi akan menyebabkan perpindahan, kepunahan, dan kematian yang meluas jika masalah ini didiamkan begitu saja. Nampaknya perlu ada solusi radikal yang merevolusi cara orang untuk hidup dan melindungi umat manusia dari bencana.

Sekitar 1486–setelah wabah yang menewaskan setengah populasi di Milan, Italia–Leonardo berusaha memecahkan masalah perencanaan kota. Mengikuti tren Renaisans saat itu, ia mulai mengerjakan proyek “kota ideal” yang tentu pada akhirnya tidak terpenuhi karena biayanya yang tinggi. Namun, mengingat bahwa model perkotaan yang tidak berkelanjutan merupakan penyebab utama perubahan iklim global saat ini, wajar saja untuk bertanya-tanya kira-kira seperti apa perubahan yang diajukan Leonardo.

Kelahiran urbanisme

Meskipun Renaisans terkenal sebagai era yang memiliki kemajuan luar biasa dalam seni dan arsitektur, jarang diketahui jika abad ke-15 juga merupakan kelahiran urbanisme sebagai disiplin ilmu.

Palmanova, sebuah benteng kota Renaissance yang berbentuk bintang di timur laut Italia. Wikimedia Commons.

Sebelum tokoh-tokoh Renaisans mendorong proyek urban skala besar, seperti rekonfigurasi Pienza, perluasan Ferrara, dan pembangunan benteng kota Palmanova di Italia, perencanaan dan pengembangan sebuah kota belum menggunakan metode dan disiplin saintifik.

Karya-karya mereka telah mengilhami Leonardo untuk memikirkan kembali rancangan kota-kota abad pertengahan, dengan jalan-jalannya yang berliku dan sesak, serta rumah-rumah yang ditumpuk satu sama lain.

Menemukan kota versi Leonardo

Tidak mudah untuk mengidentifikasi kota ideal Leonardo karena cara kerjanya yang tidak teratur dalam coretan sketsa dan catatan. Namun, dari sumber-sumber seperti Manuskrip B Paris dan Codex Atlanticus–koleksi kertas terbesar milik Leonardo yang pernah dikumpulkan–serangkaian pemikiran inovatif dapat direkonstruksi, mengenai fondasi kota baru di sepanjang Sungai Ticino, yang dirancang untuk memudahkan pengangkutan barang dan merapikan ruang kota.

Satu halaman dari Manuskrip B, menampilkan tulisan cermin terkenal da Vinci. Ministero dei beni e delle attività culturali e del turismo.

Leonardo menginginkan kota yang nyaman dan luas, dengan jalanan dan arsitektur yang tertata dengan baik. Dia merekomendasikan “tembok tinggi dan kuat”, dengan “semua keindahan menara dan benteng yang diperlukan”, dan merasa tempat itu membutuhkan “keagungan sebuah kuil suci” dan “komposisi rumah pribadi yang nyaman”.

Ide Leonardo untuk sebuah kota “modern” dan “rasional” cukup konsisten dengan cita-cita Renaisans. Tetapi, sesuai dengan kepribadiannya yang tidak biasa, Leonardo memasukkan beberapa inovasi dalam desain perkotaannya. Leonardo ingin kota itu dibangun dengan beberapa tingkat dan dihubungkan oleh tangga vertikal. Desain seperti ini sudah lazim dilihat pada gedung-gedung tinggi hari ini, tetapi, sama sekali tidak konvensional pada masanya saat itu.

Memang, ide Leonardo untuk memanfaatkan keseluruhan interior dengan memposisikan tangga di luar bangunan tidak dilaksanakan sampai tahun 1920-an dan 1930-an, yang saat itu ditandai dengan lahirnya gerakan Modernis. Di lapisan atas kota, orang bisa berjalan tanpa gangguan di antara istana dan jalan yang elegan, sementara lapisan bawah adalah tempat untuk layanan jasa, perdagangan, transportasi, dan industri.

Tetapi, keaslian dari visi Leonardo adalah perpaduan antara arsitektur dan teknik. Leonardo membuat desain mesin hidraulis yang luas untuk membuat kanal buatan di seluruh kota. Lalu kanal-kanal yang diatur oleh kunci dan waduk tersebut, seharusnya membuat kapal lebih mudah untuk berlayar dan mengangkut barang.

Leonardo juga berpikir bahwa lebar jalan harus sesuai dengan ketinggian rata-rata rumah-rumah yang berdekatan. Aturan tersebut masih diikuti banyak kota kontemporer di Italia karena memungkinkan akses ke matahari dan mengurangi risiko kerusakan akibat gempa bumi.

Fiksi dan masa depan

Meskipun beberapa fitur ini ada di kota-kota Romawi, sebelum adanya gambar-gambar Leonardo, tidak pernah ada kota modern bertingkat. Namun baru pada abad ke-19, beberapa idenya berhasil diterapkan. Sebagai contoh, pembagian kota berdasarkan fungsi–yaitu dengan layanan dan infrastruktur yang terletak di tingkat yang lebih rendah, jalanan dan trotoar yang lebar, dan pertukaran udara yang baik untuk penduduk–adalah sebuah gagasan yang dapat ditemukan dalam renovasi kota Paris di bawah Kaisar Napoleon III.

Kita perlu menunggu hingga abad ke-20 untuk melihat ide-ide yang sama terwakili di kota dengan arsitek masa depan, atau di kota modern karya arsitek Jerman Hilbeseimer atau arsitek Prancis Le Corbusier–atau kota dalam kisah dystopia seperti Metropolis karya Fritz Lang dan cerita Blade Runner oleh Philip Dick. Tentu saja, menciptakan kota seperti ini akan membuka kemungkinan munculnya ketidaksetaraan yang lebih besar antar penduduk kota.

Sampai hari ini, ide-ide Leonardo tidak hanya valid, tetapi juga memberi petunjuk ke depan tentang tata perencanaan kota. Banyak tokoh intelektual berpendapat bahwa kota yang ringkas, yang dibangun ke atas bukan ke luar, terintegrasi dengan alam (terutama sistem air) dengan infrastruktur transportasi yang efisien, dapat membantu kota modern menjadi lebih efisien dan berkelanjutan. Inilah alasan lain mengapa Leonardo sangat dekat dengan perencanaan kota modern hari ini, bahkan sejak berabad-abad sebelumnya.

Amira Swastika menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,100 academics and researchers from 4,941 institutions.

Register now