Menu Close
Petugas mengamati informasi gempa bumi terbaru melalui alat Warning Receiver System (WRS) di kawasan pariwisata The Nusa Dua, Badung, Bali, 6 September 2021. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/foc

Riset: animasi tiga dimensi dapat tingkatkan literasi tsunami di pesisir

Indonesia merupakan negara yang sering mengalami gempa bumi. Sebagian di antaranya berpotensi memicu tsunami.

Sepanjang tahun lalu, terjadi 18 kali gempa bumi dan gelombang pasang dan abrasi 42 kali di negeri ini. Karena tidak bisa diprediksi jauh hari, tsunami kerap menelan banyak korban jiwa dan merusak harta benda di wilayah pesisir.

Untuk mengurangi risiko korban jiwa, masyarakat pesisir membutuhkan informasi lokasi geospasial untuk meningkatkan literasi bencana tsunami. Misalnya, informasi mengenai seberapa jauh tsunami bisa mencapai daratan (rentang genangan), seberapa tinggi gelombang tsunami di daratan (ketinggian genangan), dan seberapa banyak waktu yang dibutuhkan orang untuk mengungsi sebelum gelombang tsunami gelombang mencapai daratan.

Riset terbaru kami menunjukkan pemodelan bahaya tsunami yang akurat dan andal merupakan landasan dasar informasi penting untuk meningkatkan ketahanan masyarakat pesisir menghadapi tsunami. Animasi tiga dimensi pemodelan tsunami dapat menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan literasi kebencanaan.

Sebagai contoh, dengan melihat animasi tiga dimensi, masyarakat dapat membayangkan dengan lebih akurat gelombang tsunami setinggi 3 meter pada saat visualisasi gelombang menerjang bangunan rumah atau gedung. Dengan demikian, mereka menjadi lebih waspada dan bisa mengikuti petunjuk evakuasi.

Pemodelan bahaya tsunami

Salah satu gelombang besar yang paling terkenal adalah tsunami di Samudera Hindia. Bencana ini memakan korban jiwa lebih dari 200 ribu jiwa di Aceh dan 14 negara lainnya pada 2004. Setelah itu di Indonesia terjadi beberapa tsunami yang lebih kecil.

Ilustrasi Animasi Model Tiga Dimensi Bencana Tsunami. Rezaldi dkk (2021)

Gelombang tsunami terjadi akibat perpindahan arus gelombang laut secara mendadak di dasar laut. Fenomena itu disebabkan oleh gempa lepas pantai, letusan gunung berapi, tanah longsor laut, batu pantai jatuh, atau meteor jatuh ke laut.

Gelombang tsunami menjalar ke segala arah dari sumbernya. Kecepatan gelombang tsunami bergantung kepada kedalaman air laut. Ketika memasuki perairan dangkal di darat, gelombang tsunami kian curam dan tinggi, sehingga mengindikasikan bahaya bagi wilayah sekitar pesisir.

Kecepatan gelombang tsunami di laut dapat mencapai 500 hingga 1000 km per jam yang setara dengan kecepatan kapal udara. Di tengah laut, ketinggian gelombang tsunami mungkin hanya sekitar 1 meter saja dan hampir tidak terasa bagi sebuah kapal besar.

Namun pada saat gelombang tersebut mencapai bibir pantai, ketinggiannya bisa meningkat hingga 30 meter dengan kekuatan dahsyat yang membilas apa saja yang ada di kawasan pesisir.

Secara teknologi kita bisa memantau gempa bumi Terkini di situs BMKG. Informasi mengenai bencana gempa dan tsunami ini merupakan sumber literasi bagi masyarakat.

Namun, gambaran seperti itu tidak mudah dipahami oleh masyarakat pesisir jika hanya disampaikan dalam bentuk ceramah maupun tulisan. Animasi, yang bertumpu pada kekuatan visual, dapat membantu meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat pesisir ihwal kekuatan tsunami.

Pemodelan bahaya tsunami dalam bentuk animasi tiga dimensi diharapkan dapat mencegah dampak buruk yang lebih luas ketika terjadinya bencana tsunami. Visualisasi model yang menarik dan realistik dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap program edukasi kesiapsiagaan bencana tsunami.

Ilustrasi Tsunami. Pixabay

Dalam riset kami, pemodelan tiga dimensi dapat menunjukkan kekuatan gelombang tsunami yang lebih akurat dengan cara memasukkan model tiga dimensi bangunan di sekitar area terdampak. Pemodelan tiga dimensi dengan resolusi tinggi lebih mampu menggambarkan bencana tsunami yang kompleks.

Namun, pemodelan ini membutuhkan perangkat komputasi canggih, seperti yang disediakan MAHAMERU - LIPI HPC Supercomputing Service By LIPI. Dengan peranti seperti ini, data bentuk bangunan dan struktur tiga dimensi diolah dan menghasilkan model genangan tsunami yang lebih baik terutama untuk daerah perkotaan. Kami menggunakan data bangunan tiga dimensi pada pemodelan genangan tsunami agar dapat membantu upaya mitigasi bahaya tsunami.

Pemodelan tersebut tak hanya bermanfaat bagi masyarakat. Peta bahaya tsunami yang disediakan oleh pemodelan tiga dimensi juga penting dan efektif bagi pemerintah dan Badan Penanggulangan Bencana dalam memilih bangunan evakuasi. Sebab, mereka akan mempertimbangkan pengaruh besarnya kekuatan tsunami terhadap bangunan itu sendiri.

Selain dari sisi teknologi edukasi, sejumlah riset telah menunjukkan penyadaran bencana tsunami lebih efektif bila dicanangkan sejak sekolah dasar. Contohnya edukasi tsunami di Aceh setelah tsunami 2004 dan di Jepang setelah tsunami Jepang timur 2011.

Bisa membantu memahami potensi bahaya tsunami

Melalui video ilustrasi tiga dimensi TSUNAMI Height Comparison | 3D, kita dapat mengenali potensi bahasa gelombang tsunami secara lebih nyata.

Animasi tsunami yang terjadi di berbagai negara.

Animasi seperti ini mudah dipahami jika digunakan sebagai sarana edukasi bagi masyarakat dalam materi pelatihan evakuasi bencana.

Animasi yang dibangun dari pemodelan tsunami tiga dimensi dilakukan dengan teknik fotogrametri yang memanfaatkan Kendaraan Udara Tak Berawak (Unmaned Aerial Vehicle/UAV) atau yang biasa kita kenal sebagai drone. Drone membantu menentukan rute evakuasi dan titik kumpul.

Pemodelan ini pun dapat digunakan untuk analisis pengurangan risiko bencana tsunami. Lebih jauh, permodelan tiga dimensi dapat mengidentifikasi elemen risiko, menilai dampak ekonomi dari kerusakan bencana, membantu perencanaan tata ruang dan penanggulangan bencana.

Manfaat lainnya pembangunan kewaspadaan terhadap potensi bahaya tsunami yang akan datang.

Pemodelan tsunami berbasis fotogrametri (teknik pemetaan melalui foto udara) dapat dimanfaatkan untuk pemodelan tsunami pada masa depan, baik untuk kepentingan pendidikan maupun pengambilan kebijakan.

Selain itu, pemodelan tiga dimensi dapat diterapkan pada berbagai wilayah berpotensi tsunami–sepanjang data yang dibutuhkan tersedia. Meski sangat pas untuk edukasi kesiapsiagaan bencana, salah satu kelemahan metode ini adalah pengerjaannya memakan waktu dan membutuhkan lingkungan komputasi canggih dan mahal.

Karena itu, riset pengembangan animasi tiga dimensi pemodelan tsunami perlu terus ditingkatkan. Kita memerlukan kerja sama berbagai pihak, terutama yang memiliki sumber daya memadai untuk melakukan komputasi berkinerja tinggi dan peneliti yang mengembangkan algoritme pemodelan yang lebih efisien.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,400 academics and researchers from 4,942 institutions.

Register now