tag:theconversation.com,2011:/uk/topics/kesehatan-41444/articlesKesehatan – The Conversation2024-01-31T06:54:04Ztag:theconversation.com,2011:article/2190212024-01-31T06:54:04Z2024-01-31T06:54:04ZMerencanakan kehamilan? Pertimbangkan berhenti minum alkohol sebelum dan selama kehamilan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/562928/original/file-20230413-14-lfsl69.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=65%2C57%2C5390%2C3571&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Kamu mungkin ingin menjadikan minuman keras sebagai masa lalu.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/positive-multiethnic-couple-drinking-wine-with-guests-5876657/">pexels/monstera</a></span></figcaption></figure><p>Ketika pasangan suami istri berencana untuk memiliki bayi, sering kali perempuanlah yang dianggap bertanggung jawab atas <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0749379716000660#bib8">kesehatan bayi yang belum lahir</a>. </p>
<p>Di Inggris, <a href="https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/545937/UK_CMOs__report.pdf">pedoman minum alkohol</a> terbitan Kementerian Kesehatan merekomendasikan agar perempuan tidak mengonsumsi alkohol selama kehamilan. Hal ini karena alkohol diketahui dapat meningkatkan risiko <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31194258/">keguguran</a> dan <a href="https://www.nhs.uk/conditions/foetal-alcohol-spectrum-disorder/">gangguan spektrum alkohol pada janin</a> (FASD). </p>
<p><a href="https://theconversation.com/how-foetal-alcohol-spectrum-disorders-could-be-a-hidden-epidemic-52835">FASD</a> adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan berbagai tantangan emosional, perilaku, perkembangan, dan pembelajaran yang terkait dengan <a href="https://theconversation.com/up-to-17-of-children-in-the-uk-could-have-symptoms-of-foetal-alcohol-spectrum-disorder-according-to-latest-estimates-107649">paparan alkohol</a> pada bayi selama berada di dalam rahim.</p>
<p>Pedoman ini juga merekomendasikan bahwa jika kamu berencana untuk hamil, pendekatan yang paling aman adalah <a href="https://theconversation.com/health-risks-of-light-drinking-in-pregnancy-confirms-that-abstention-is-the-safest-approach-83753">tidak minum</a> sama sekali untuk meminimalkan risiko pada kehamilan kamu.</p>
<p>Namun, bukti dari survei besar menunjukkan bahwa tidak semua perempuan berhenti minum alkohol sebelum hamil - baik kehamilan itu diinginkan atau tidak. Dalam sebuah <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28277356/">penelitian</a> tahun 2017 terhadap 5.036 perempuan di AS, prevalensi konsumsi alkohol sebelum kehamilan serupa antara mereka yang memiliki kehamilan yang diinginkan (55%) dan yang tidak diinginkan (56%). </p>
<p>Dalam <a href="https://obgyn.onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/aogs.12816">penelitian</a> lainnya pada 2015 terhadap 3.390 perempuan Swedia, konsumsi alkohol mingguan tidak berbeda secara signifikan antara perempuan dengan “kehamilan yang sangat direncanakan” (11%) dibandingkan dengan perempuan dengan “kehamilan yang sangat tidak direncanakan” (14%). </p>
<p>Dan sebuah <a href="https://www.tandfonline.com/doi/full/10.3109/13625187.2013.851183">survei</a> pada 2013 terhadap 258 perempuan Denmark menemukan bahwa meskipun 77% kehamilan mereka “sangat” atau “cukup terencana”, satu dari lima orang melaporkan pesta minuman keras pada awal kehamilan. Di antara perempuan dengan kehamilan yang tidak direncanakan, angka ini meningkat menjadi satu dari tiga.</p>
<p>Namun, meskipun fokusnya cenderung pada hubungan perempuan dengan alkohol sebelum dan selama kehamilan, semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa penggunaan alkohol oleh laki-laki juga <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0749379716000660#bib8">berperan</a> dalam hal kesehatan bayi. </p>
<p>Memang, alkohol dapat <a href="https://www.ajog.org/article/S0002-9378(08)02037-1/fulltext">memengaruhi DNA sperma</a>, dalam beberapa kasus mengurangi <a href="https://theconversation.com/how-mens-damaged-sperm-could-play-significant-role-in-recurrent-miscarriage-109683">kesuburan</a> dan potensi untuk hamil. </p>
<h2>Mengapa berhenti minum alkohol?</h2>
<p>Hasil kesehatan yang lebih baik untuk bayi <a href="https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/729018/Making_the_case_for_preconception_care.pdf">dimulai sebelum pembuahan</a>, dengan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4293222/">hubungan yang jelas dibuat</a> antara kesehatan laki-laki dan perempuan sebelum kehamilan dan kesehatan keturunan mereka. </p>
<p>Penelitian menunjukkan bahwa jika pasangan sedang mencoba untuk hamil, masuk akal jika mereka berdua berhenti minum minuman keras <a href="https://edition.cnn.com/2019/10/03/health/dads-trying-to-conceive-stop-drinking-wellness/index.html">setidaknya enam bulan sebelum kehamilan</a>. Hal ini membantu mengurangi risiko hasil negatif yang mungkin terjadi pada bayi, seperti <a href="https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/2047487319874530?journalCode=cprc">penyakit jantung bawaan</a>.</p>
<p>Hal ini juga memiliki <a href="https://www.drinkaware.co.uk/advice/how-to-reduce-your-drinking/the-benefits-of-drinking-less">manfaat</a> untuk <a href="https://www.drugsandalcohol.ie/32647/1/R-de-Visser-Dry-January-evaluation-2019.pdf">calon orang tua</a>, seperti kualitas tidur yang lebih baik, peningkatan energi, dan tingkat konsentrasi yang lebih baik.</p>
<p>Penelitian juga <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0749379716000660#bib8">menemukan</a> bahwa jika pasangan hidup bersama dan pasangan laki-laki minum alkohol, ada kemungkinan lebih tinggi bahwa perempuan akan minum alkohol sebelum dan selama kehamilan.</p>
<p>Salah satu alasan mengapa hal ini bisa terjadi dieksplorasi dalam <a href="https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/1757975912441225">penelitian lain</a>. Dala riset ini para perempuan mengatakan bahwa minum-minum dengan pasangan, baik sebelum atau selama kehamilan, memberikan rasa hubungan sosial.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Pregnant woman holding belly." src="https://images.theconversation.com/files/515255/original/file-20230314-3238-lcctzb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/515255/original/file-20230314-3238-lcctzb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/515255/original/file-20230314-3238-lcctzb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/515255/original/file-20230314-3238-lcctzb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/515255/original/file-20230314-3238-lcctzb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/515255/original/file-20230314-3238-lcctzb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/515255/original/file-20230314-3238-lcctzb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Sebaiknya hindari alkohol sama sekali jika ingin hamil.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/smiling-pregnant-woman-caressing-tummy-in-house-room-5427247/">Pexels/Amina Filkins</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Periode sebelum kehamilan, yang dikenal sebagai prakonsepsi, adalah <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5975952/pdf/emss-77899.pdf">sebuah jendela kesempatan</a> bagi calon orang tua untuk meningkatkan kesehatan mereka dan meningkatkan kemungkinan mereka untuk hamil. Dan <a href="https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/729018/Making_the_case_for_preconception_care.pdf">konsumsi alkohol</a> harus dipertimbangkan sebagai bagian dari hal ini. </p>
<p>Sebagai bagian dari penelitian terbaru kami, kami <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2772653322000405?via=ihub">meninjau literatur</a> yang mengeksplorasi pandangan masyarakat dan profesional kesehatan tentang informasi dan dukungan untuk mengurangi konsumsi alkohol pada periode sebelum hamil. </p>
<p>Kami menemukan bahwa para perempuan menyadari bahwa faktor gaya hidup seperti merokok atau minum alkohol dapat memengaruhi kehamilan mereka dan meningkatkan risiko hasil yang buruk bagi bayi. Namun, terdapat kurangnya kesadaran akan pentingnya laki-laki untuk mengurangi konsumsi alkohol ketika merencanakan kehamilan. </p>
<p>Memang, laki-laki <a href="https://www.jabfm.org/content/jabfp/26/2/196.full.pdf">biasanya tidak pergi ke klinik</a> untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan prakonsepsi, karena hal ini biasanya diserahkan pada perempuan. </p>
<h2>Suami dan istri berhenti minum alkohol</h2>
<p>Meskipun ada beberapa indikasi bahwa laki-laki, dan juga perempuan, terbuka untuk mengubah perilaku minum alkohol saat merencanakan kehamilan, tinjauan literatur kami menemukan bahwa <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877575617300940?via=ihub">sangat sedikit penelitian</a> yang mengeksplorasi pandangan laki-laki atau pasangannya tentang kesehatan prakonsepsi.</p>
<p>Dan meskipun ada hasil yang menjanjikan dari intervensi dan pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan prakonsepsi pada laki-laki dan perempuan, seperti <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877575617300940?via=ihub">skrining alkohol</a> diikuti dengan konseling dan pendidikan kesehatan mengenai <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877575617300940?via=ihub">mengubah perilaku</a>, tetapi masih belum ada penekanan yang cukup pada kesehatan laki-laki pada tahap prakonsepsi. Hal ini perlu diubah karena, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian, kesehatan bayi dipengaruhi oleh ibu dan ayah. </p>
<p>Jadi, jika kamu sedang mempertimbangkan untuk mencoba mendapatkan momongan, sekarang adalah waktu yang tepat bagi kedua pasangan untuk menetapkan tujuan baru dan <a href="https://www.nhs.uk/pregnancy/keeping-well/drinking-alcohol-while-pregnant/">mengurangi konsumsi alkohol</a> bersama-sama. Dan jika kamu khawatir dengan jumlah yang kamu minum, atau ketergantungan pada alkohol, kamu harus mendapatkan <a href="https://www.nhs.uk/conditions/alcohol-misuse/treatment/">saran dan dukungan profesional</a> tentang cara mengurangi minum alkohol dengan aman.</p>
<hr>
<p><em>Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/219021/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Kami mengucapkan terima kasih kepada Lisa Schölin, Queens Medical Research Institute, University of Edinburgh; Andrea Hilton, Department of Paramedical, Perioperatif and Advanced Practice, University of Hull dan Anand Ahankari, Faculty of Health and Medical Sciences, University of Surrey yang telah menjadi bagian dari tim peneliti serta membantu dalam penulisan dan penelaahan artikel ini.
</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Lesley Smith menerima dana dari National Institute of Health Research, The Institute of Alcohol Studies, Alcohol Research UK (sekarang Alcohol Change UK) dan The Joseph Rowntree Foundation untuk penelitian terkait alkohol.
</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Jayne Walker tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Mengurangi konsumsi alkohol sebelum hamil dapat bermanfaat bagi kesehatan laki-laki, perempuan, dan bayi mereka.Lolita Alfred, Senior Lecturer in Mental Health, School of Health and Psychological Sciences, City, University of LondonJayne Walker, Senior lecturer| Professional Lead. School of Paramedical, Peri-Operative and Advanced Practice. Faculty of Health Sciences., University of HullLesley Smith, Professor of Women's Public Health, Institute of Clinical and Applied Health Research, University of HullLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2126772023-09-05T08:11:47Z2023-09-05T08:11:47ZApakah perlu mencukur rambut kemaluan sebelum berhubungan seks?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/545833/original/file-20190513-183086-usifug.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=89%2C71%2C3898%2C1688&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Tidak ada yang bisa memutuskan apa yang harus dilakukan dengan tubuhmu kecuali kamu sendiri!</span> <span class="attribution"><span class="source">Nina Maile Gordon/The Conversation, </span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span></figcaption></figure><blockquote>
<p>Apakah perlu mencukur rambut vagina sebelum berhubungan seks?
Anonim</p>
</blockquote>
<h2>Poin-poin penting</h2>
<ul>
<li>Sekitar 60% remaja putri mencukur rambut kemaluan mereka</li>
<li>Pornografi tidak mencerminkan keragaman perempuan</li>
<li>Jika kamu mencukur bulu kemaluanmu, gunakan cermin dan pisau cukur yang bersih</li>
<li>Mencukur sebelum berhubungan seks adalah pilihan kamu.</li>
</ul>
<hr>
<p>Mungkin sulit bagi anak perempuan dan perempuan untuk belajar bagaimana berhubungan dengan tubuh mereka karena hanya ada sedikit sumber daya yang tersedia untuk memandu kita secara tepat. Maka, tidak heran jika kamu mengajukan pertanyaan penting ini!</p>
<figure class="align-right ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/274550/original/file-20190515-60529-1yd8oa7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/274550/original/file-20190515-60529-1yd8oa7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/274550/original/file-20190515-60529-1yd8oa7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/274550/original/file-20190515-60529-1yd8oa7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/274550/original/file-20190515-60529-1yd8oa7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/274550/original/file-20190515-60529-1yd8oa7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/274550/original/file-20190515-60529-1yd8oa7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sebelum kita melangkah lebih jauh, saya ingin mengklarifikasi bahwa rambut kemaluan tumbuh di dalam dan di sekitar vulva, bukan di dalam vagina. Vagina berada di bagian dalam. Berikut ini adalah gambar yang membantu tentang apa yang terjadi di bawah sana.</p>
<p>Meskipun saya tidak dapat memberi tahu apa yang harus kamu lakukan dengan rambut kemaluanmu (pada kenyataannya, tidak ada yang harus memberi tahu kamu apa yang harus dilakukan dengan tubuhmu), saya dapat memberi kamu beberapa informasi untuk membantu kamu membuat keputusan yang tepat. Jadi, mencukur atau tidak mencukur? Berikut adalah lima hal yang perlu dipertimbangkan.</p>
<h2>1. Lebih dari separuh perempuan muda mencukur bulu kemaluan mereka</h2>
<p>Sebuah <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s11199-008-9494-3">penelitian</a> terhadap perempuan muda Australia menemukan 60% dari mereka mencukur sebagian bulu kemaluannya, dibandingkan dengan 96% yang secara teratur mencukur bulu kaki dan ketiak. Meskipun mencukur bulu kemaluan menjadi lebih umum, hal ini masih belum lazim dilakukan seperti mencukur bulu kaki dan ketiak. </p>
<p>Hal ini mungkin memberi tahu kita sesuatu tentang tekanan sosial yang kita hadapi terkait bulu tubuh kita: semakin terlihat bulu tersebut, semakin besar kemungkinan kita untuk mencabutnya. Norma sosial tentang bulu tubuh terkadang dapat membuat pilihan terasa mustahil. </p>
<p>Namun, ada juga gelombang perempuan muda yang menggunakan media sosial untuk melawan tekanan-tekanan ini. Mereka merayakan keragaman dan perbedaan alamiah kita, dan merangkul hubungan mereka dengan bulu tubuh.</p>
<p><iframe id="tc-infographic-393" class="tc-infographic" height="400px" src="https://cdn.theconversation.com/infographics/393/0fac7360e455b21512ca55bcbb34109c101f1036/site/index.html" width="100%" style="border: none" frameborder="0"></iframe></p>
<h2>2. Ini adalah fashion</h2>
<p>Seperti halnya rambut di kepala kita yang dapat berubah sesuai dengan mode dan tren, begitu juga dengan rambut kemaluan! Selama beberapa dekade terakhir, rambut kemaluan perempuan telah mengalami perubahan gaya yang dramatis. </p>
<p>Mode berkisar dari semak penuh pada 1970-an hingga “<em>Brazilian</em>” pada 1990-an, hingga yang lebih baru menuju tidak berbulu sama sekali, dibantu oleh <a href="https://www.amazon.com/Plucked-History-Hair-Removal-Biopolitics/dp/1479852813">teknologi baru</a> seperti penghilangan bulu dengan laser. Ingatlah, di balik pekerjaan kecantikan kita, ada <a href="https://newmatilda.com/2018/05/19/beauty-myth-3-0/">seluruh industri yang mengambil untung dari rasa tidak aman kita</a>. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/270616/original/file-20190424-19300-1hakodi.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/270616/original/file-20190424-19300-1hakodi.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/270616/original/file-20190424-19300-1hakodi.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=300&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/270616/original/file-20190424-19300-1hakodi.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=300&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/270616/original/file-20190424-19300-1hakodi.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=300&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/270616/original/file-20190424-19300-1hakodi.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=377&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/270616/original/file-20190424-19300-1hakodi.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=377&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/270616/original/file-20190424-19300-1hakodi.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=377&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Ada banyak uang yang bisa dihasilkan (dan waktu yang dihabiskan untuk mencukur bulu).</span>
<span class="attribution"><span class="source">Nina Maile Gordon/The Conversation</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>3. Kemaluan dan pornografi</h2>
<p>Budaya populer berpengaruh pada cara kita berpikir tentang tubuh perempuan. Dengan semakin tersedianya pornografi, anak muda semakin melihatnya sebagai representasi “normal” tentang bagaimana orang berhubungan seks. Mungkin kamu pernah melihat film porno sebelumnya dan berpikir, wow, apakah ini yang harus saya lakukan dan seperti apa penampilan saya saat melakukannya?</p>
<p>Ingat, film porno adalah sebuah pertunjukan dan sangat bergaya. Itu tidak mencerminkan dunia kita yang “nyata” dan bukan dunia Photoshop. Sebagai contoh, salah satu dari banyak alasan mengapa film porno cenderung menampilkan perempuan tanpa rambut kemaluan adalah karena hal ini memungkinkan kamera untuk menangkap bidikan grafis.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/are-kegel-exercises-actually-good-for-you-111747">'Are Kegel exercises actually good for you?'</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>4. Seks, infeksi menular seksual, dan mencukur</h2>
<p>Beberapa <a href="https://sti.bmj.com/content/93/3/162">penelitian</a> menunjukkan bahwa mencukur rambut kemaluan dapat meningkatkan risiko terkena infeksi menular seksual. Salah satu alasannya adalah karena mencukur dapat menyebabkan robekan mikro pada lapisan atas kulit, yang dapat menyebabkan penumpukan dan penularan bakteri. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mendukung klaim ini. </p>
<p>Jika ingin mencukur, gunakan cermin agar kamu dapat melihat apa yang kamu lakukan, dan berhati-hatilah di sekitar bibir luar vulva yang sering terjadi luka. Pastikan pisau cukur kamu bersih dan gunakan air hangat. Sebagai alternatif, kamu bisa memangkas rambut, atau melakukan <em>waxing</em> (meskipun hal ini dapat mempercepat pertumbuhan kembali rambut, tapi juga dapat menimbulkan risiko kesehatan lain seperti infeksi).</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/is-it-normal-for-girls-to-masturbate-112393">'Is it normal for girls to masturbate?'</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>5. Menuntut otonomi tubuh!</h2>
<p>Kita dibesarkan untuk menganggap vulva kita sebagai “bagian pribadi” kita, yang murni milik kita sendiri. Dunia di sekitar kita ikut memengaruhi apa yang kita lakukan dan rasakan terhadap tubuh kita. Apa yang kita lakukan dengan rambut kita juga tidak berbeda. </p>
<p>Rambut selalu menjadi tempat intervensi politik: apakah itu militer yang menerapkan disiplin dengan mencukur rambut laki-laki, atau “polisi tubuh” yang mengamanatkan bahwa rambut tubuh <a href="https://www.foxnews.com/lifestyle/nike-ad-featuring-woman-unshaven-armpits-prickly-reactions">kurang dapat diterima oleh perempuan dibandingkan dengan laki-laki</a>. Mendikte apa yang dilakukan seseorang dengan rambutnya sama saja dengan merampas otonomi tubuh mereka. </p>
<p>Salah satu cara untuk menegaskan kendali atas tubuh kita sendiri adalah dengan menyadari bahwa ide dan praktik yang tersedia bagi kita sebagai perempuan dan anak perempuan sering kali sudah menjadi kebiasaan sehingga jarang dipertanyakan. </p>
<p>Mempertimbangkan bagaimana beberapa perempuan muda menegosiasikan kembali feminitas mungkin merupakan awal yang baik. Dari sana, kamu bisa menegosiasikan praktik mana yang paling sesuai dengan nilai dan keyakinanmu, yang mungkin berubah seiring waktu. Dan sebagai jawaban langsung dari pertanyaan kamu, bercukur sebelum berhubungan seks adalah pilihan kamu!</p>
<hr>
<p><em>Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/212677/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Helen Barcham adalah anggota staf di Kantor Wakil Rektor di Western Sydney University.</span></em></p>Meskipun kami tidak dapat memberi tahu apa yang harus kamu lakukan pada tubuhmu, kami dapat memberikan beberapa informasi untuk membantu kamu membuat keputusan yang tepat terkait bulu kemaluanmu.Helen Barcham, PhD candidate, Western Sydney UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2037562023-08-22T05:37:04Z2023-08-22T05:37:04Z3 dari 5 ahli sepakat menonton film porno berdampak buruk bagi kesehatan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/520693/original/file-20230413-16-bubclr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">bahaya nonton</span> </figcaption></figure><p>Jujur saja: selama masa karantina wilayah akibat virus corona, sulit untuk menolak daya tarik menonton tayangan porno di internet. Tingkat menonton film porno <a href="https://theconversation.com/denied-intimacy-in-iso-aussies-go-online-for-adult-content-so-whats-hot-in-each-major-city-138122">meroket di Australia</a> pada masa isolasi.</p>
<p>Tapi pernahkah kamu bertanya-tanya apa efek mengonsumsi konten dewasa terhadap kesehatan?</p>
<p>Kami bertanya kepada lima ahli apakah menonton film porno buruk bagi kesehatan kita.</p>
<h2>Tiga dari lima ahli mengatakan ya</h2>
<figure class="align-center ">
<img alt="dampak buruk menonton film porno" src="https://images.theconversation.com/files/345928/original/file-20200707-27837-n0addf.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/345928/original/file-20200707-27837-n0addf.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=99&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/345928/original/file-20200707-27837-n0addf.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=99&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/345928/original/file-20200707-27837-n0addf.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=99&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/345928/original/file-20200707-27837-n0addf.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=125&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/345928/original/file-20200707-27837-n0addf.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=125&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/345928/original/file-20200707-27837-n0addf.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=125&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kekhawatiran utama mereka adalah tentang dampaknya dalam menciptakan ekspektasi yang tidak realistis, berkaitan dengan kekerasan berbasis gender, dan potensi kecanduan.</p>
<p>Tetapi beberapa menyarankan memberikan pendidikan dapat membantu mengimbangi beberapa kemungkinan bahaya ini, dan pornografi dapat memainkan peran positif bagi kaum muda LGBTIQ+.</p>
<p><em><strong>Berikut ini adalah tanggapan rinci dari para ahli:</strong></em></p>
<p><iframe id="tc-infographic-917" class="tc-infographic" height="400px" src="https://cdn.theconversation.com/infographics/917/885a3d468731caf62ef6e5d915898629a722c7cb/site/index.html" width="100%" style="border: none" frameborder="0"></iframe></p>
<hr>
<p><em>Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang dan Demetrius Adyatma Pangestu dari Universitas Bina Nusantara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/203756/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Beberapa ahli mengkhawatirkan terciptanya ekspektasi yang tidak realistis yang berkaitan dengan kekerasan berbasis gender dan potensi kecanduan. Yang lain mengatakan bahwa pendidikan dapat membantu mengimbangi bahaya-bahaya ini.Ika Krismantari, Chief Editor/Content DirectorLiam Petterson, Deputy Politics Editor, The Conversation AustraliaDemetrius Tama, Editorial InternRahma Sekar Andini, EditorLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2107422023-08-16T09:12:31Z2023-08-16T09:12:31ZAbad ke-2 peran Muhammadiyah dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia, apa saja tantangan ke depannya?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/542076/original/file-20230810-15-fuep2l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C13%2C3000%2C2232&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Bendera organisasi Muhammadiyah.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-illustration/majenang-indonesia-july-1-2023-realistic-2328535505">Iljanaresvara Studio/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Muhammadiyah, organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia, telah lebih dari 110 tahun menjadi gerakan sosial Islam yang banyak berkontribusi dalam pembangunan nasional.</p>
<p>Hingga tahun 2022, jumlah anggota atau kader yang terdaftar resmi dalam organisasi yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada 1912 ini <a href="https://www.kompas.id/baca/polhuk/2022/11/23/parpol-berebut-simpati-warga-muhammadiyah">mencapai 65 juta</a> di dalam negeri dan 1,5 juta di negara-negara lain di seluruh dunia. Angka ini belum termasuk simpatisannya. Muhammadiyah kini telah memiliki lebih dari <a href="http://lpcr.muhammadiyah.or.id/content-3-sdet-sejarah.html">3200 cabang</a> yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia dan 25 cabang istimewa di luar negeri.</p>
<p>Keberhasilan Muhammadiyah dalam mempertahankan eksistensinya melalui berkali-kali pergantian rezim pemerintahan bukan serta merta karena sikap politiknya, tetapi lebih didominasi oleh aktivitasnya dalam gerakan sosial dan berbagai sektor pembangunan. Amal usaha Muhammadiyah banyak dimulai dari <a href="https://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=0CAIQw7AJahcKEwjQute0xuCAAxUAAAAAHQAAAAAQAg&url=http%3A%2F%2Frepository.umy.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle%2F123456789%2F7077%2FStrategi%2520Muhammadiyah%2520Membangun%2520Jamaah.pdf%3Fsequence%3D1&psig=AOvVaw3duncP5ua1BQ1FSCAdf79d&ust=1692253203629130&opi=89978449">gerakan akar rumput</a> di level ranting-cabang.</p>
<p>Perlu diakui bahwa Muhammadiyah telah menjadi salah satu organisasi yang menyokong pembangunan berkelanjutan (<em>Sustainable Deveopment Goals/SDGs</em>) di Indonesia.</p>
<p>Sampai dengan pertengahan tahun 2023, <a href="https://dashboards.sdgindex.org/profiles/indonesia">indeks pembangunan berkelanjutan di Indonesia</a> berhasil mencapai angka 70,2 dan menduduki peringkat 75 dari 166 negara di dunia. Pencapaian termasuk disokong oleh <a href="https://www.bps.go.id/pressrelease/2023/02/06/1997/ekonomi-indonesia-tahun-2022-tumbuh-5-31-persen.html">pertumbuhan ekonomi</a> yang mencapai 5,31% pascapandemi, <a href="https://dashboards.sdgindex.org/profiles/indonesia/indicators">penurunan</a> angka <em>stunting</em> dan kematian ibu dan bayi, serta <a href="https://dashboards.sdgindex.org/profiles/indonesia/indicators">peningkatan</a> angka literasi dan kesetaraan gender.</p>
<p>Apa saja kiprah Muhammadiyah dalam mendukung pencapaian SDGs Indonesia selama ini? Dan apa saja tantangan yang dihadapi organisasi ini di usianya yang sudah masuk abad ke-2?</p>
<h2>Pengentasan kemiskinan</h2>
<p>Upaya pengentasan kemiskinan yang dilakukan Muhammadiyah di antaranya adalah melalui <a href="https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwjJ_uLQ0bqAAxWJ7DgGHQuQDi0QFnoECAwQAQ&url=https%3A%2F%2Fjurnal.umj.ac.id%2Findex.php%2Ficoss%2Farticle%2Fdownload%2F2358%2F1968&usg=AOvVaw1-Gksug_5IsENeyZ6s7Kut&opi=89978449">318 panti asuhan</a> yang berfungsi sebagai rumah bagi anak-anak yang kehilangan orang tua atau tidak mampu hidup bersama keluarganya.</p>
<p>Panti asuhan ini memberikan perlindungan, pengasuhan, pendidikan dan dukungan kepada anak yatim guna memastikan mereka tetap dapat hidup dengan layak.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/542989/original/file-20230816-15-srcyed.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/542989/original/file-20230816-15-srcyed.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/542989/original/file-20230816-15-srcyed.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/542989/original/file-20230816-15-srcyed.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/542989/original/file-20230816-15-srcyed.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/542989/original/file-20230816-15-srcyed.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/542989/original/file-20230816-15-srcyed.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jawa Timur, menunjukkan cara kerja purwarupa robot penyelamat atau Search and Rescue (SAR) rakitannya sendiri yang diberi nama Dome.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://branda.antaranews.com/data/content_photo_wire.php?pubid=1688544904&getcod=dom">Ari Bowo Sucipto/Antara Foto</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Muhammadiyah juga mengoperasikan <a href="https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwjJ_uLQ0bqAAxWJ7DgGHQuQDi0QFnoECAwQAQ&url=https%3A%2F%2Fjurnal.umj.ac.id%2Findex.php%2Ficoss%2Farticle%2Fdownload%2F2358%2F1968&usg=AOvVaw1-Gksug_5IsENeyZ6s7Kut&opi=89978449">54 panti jompo bagi lanjut usia (lansia) dan 82 pusat rehabilitasi</a> bagi penyandang disabilitas yang tersebar di seluruh Indonesia.</p>
<p>Layanan panti jompo diberikan kepada lansia yang memerlukan perawatan dan dukungan khusus di usia senja, termasuk memastikan martabat, kenyamanan, dan akses ke layanan media yang diperlukan.</p>
<p>Adapun pusat rehabilitasi bertujuan untuk memberdayakan penyandang disabilitas sehingga mereka dapat menjalani kehidupan yang mandiri sambil berkontribusi kepada masyarakat.</p>
<p>Upaya lainnya adalah melalui <a href="https://lazismu.org/zakatmaal?ref=QGnvm&gclid=EAIaIQobChMI2fPJ_tK6gAMVzXQrCh250AytEAAYASAAEgL3TPD_BwE">LAZIZMU</a> (Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah Muhammadiyah). Lembaga ini berperan dalam mengelola dan menyalurkan sumber daya yang dikumpulkan dari individu dan bisnis yang berkontribusi pada organisasi.</p>
<p>Dana tersebut kemudian digunakan untuk mendukung berbagai program dan inisiatif kesejahteraan sosial yang mencakup inisiatif pengentasan kemiskinan, layanan kesehatan bagi mereka yang tidak mampu membayar biaya pengobatan, beasiswa pendidikan untuk siswa kurang mampu, program pelatihan kejuruan dan kewirausahaan, dan bantuan kemanusiaan selama keadaan darurat dan bencana alam. </p>
<h2>Peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan dan tanggap bencana</h2>
<p>Di bidang pendidikan, layanan yang pertama yang didirikan Muhammadiyah adalah sekolah yang beroperasi di rumah KH. Ahmad Dahlan.</p>
<p>Dalam kurun waktu 100 tahun, terdapat <a href="https://aik.umm.ac.id/id/berita/best-practice-amal-usaha-muhammadiyah.html">22.000 PAUD dan TK yang dikelola oleh Aisyiyah, 2.766 SD, 1.826 SMP, 1.407 SMA dan SMK, serta 164 perguruan tinggi</a> yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Angka tersebut belum termasuk 440 asrama Muhammadiyah dan 50 Sekolah Luar Biasa (SLB) Muhammadiyah.</p>
<p>Selain itu, Muhammadiyah juga mendirikan institusi pendidikan di luar negeri, yaitu <a href="https://www.itb-ad.ac.id/2021/08/11/universitas-muhammadiyah-malaysia-resmi-berdiri/">satu perguruan tinggi di Selangor-Malaysia</a>; <a href="https://muhammadiyah.or.id/sejak-2010-aisyiyah-bangun-tk-aba-kairo-di-mesir/">satu TK di Mesir</a>; dan <a href="https://macollege.com.au/">satu SMP Muhammadiyah di Melbourne-Australia</a>. Ini menunjukkan keseriusan Muhammadiyah dalam meningkatkan kapasitas sumber daya manusia melalui pendidikan yang inklusif baik di dalam maupun luar negeri.</p>
<p>Muhammadiyah hingga kini mengoperasikan 121 fasilitas kesehatan, termasuk rumah sakit, klinik, rumah sakit ibu dan anak, serta <a href="https://muhammadiyah.or.id/klinik-apung-said-tuhuleley-pelayaran-kemanusiaan-untuk-masyarakat-indonesia-timur/">Klinik Apung Said Tuhuleley</a>.</p>
<p>Organisasi ini juga aktif mempromosikan hidup sehat melalui <a href="_Muhammadiyah%20Tobacco%20Control%20Centre_"></a><a href="https://mtcc.unimma.ac.id/">MTCC</a>, sebuah lembaga yang mempromosikan lingkungan bebas rokok dan pengurangan dampak merokok pada individu dan masyarakat.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/542991/original/file-20230816-15-wlkqbm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/542991/original/file-20230816-15-wlkqbm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/542991/original/file-20230816-15-wlkqbm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/542991/original/file-20230816-15-wlkqbm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/542991/original/file-20230816-15-wlkqbm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/542991/original/file-20230816-15-wlkqbm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/542991/original/file-20230816-15-wlkqbm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Pelajar di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta melakukan simulasi bencana gempa bumi.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://branda.antaranews.com/data/content_photo_wire.php?pubid=1689917106&getcod=dom">Andreas Fitri Atmoko/Antara Foto</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Di bidang manajemen bencana, Muhammadiyah memiliki lembaga penanganan bencana bernama <a href="https://mdmc.or.id/">Muhammadiyah Disaster Management Centre (MDMC)</a> yang didirikan untuk tujuan darurat bencana. Beberapa contoh aktivitasnya adalah pendirian rumah sakit darurat di Turki dan pengiriman relawan dan bantuan kemanusiaan ke Sudan, Nepal dan Bangladesh.</p>
<h2>Mewujudkan kesetaraan gender</h2>
<p>Muhammadiyah memiliki sayap organisasi perempuan bernama <a href="https://www.aisyiyah.or.id/">Aisyiyah</a> sejak tahun 1917. Aisyiyah mengelola beberapa layanan milik Muhammadiyah seperti PAUD dan TK, juga rumah sakit ibu dan anak. Selain itu, Aisyiyah dan <a href="https://www.nasyiah.or.id/">Nasyiatul Aisyiyah</a> (gerakan pemudi Muhammadiyah) aktif memfasilitasi kepentingan perempuan dalam berbagai bidang, seperti pelatihan kewirausahaan, perlindungan tenaga kerja perempuan, pelatihan kepemimpinan dan kelas reproduksi dan pengasuhan anak.</p>
<p>Organisasi otonom yang dimiliki Muhammadiyah ini menghadirkan pendekatan responsif gender yang berupaya menciptakan ruang yang inklusif dalam mempromosikan kesetaraan dan pemberdayaan laki-laki maupun perempuan.</p>
<h2>Muhammadiyah dan SDGs</h2>
<p>Dedikasi Muhammadiyah melalui komitmen jangka panjang dan pendekatan yang holistik telah berkontribusi nyata dan menjadi <em>role model</em> bagi pencapaian tujuan SDGs di Indonesia.</p>
<p>Meski demikian, seperti halnya organisasi lainnya, Muhammadiyah juga menghadapi berbagai tantangan dalam misinya melayani masyarakat. Salah satunya adalah perihal revitalisasi menyeluruh, mulai dari kelembagaan hingga sumber daya manusia.</p>
<p>Muhammadiyah perlu memastikan bahwa aktivitasnya tetap relevan dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern, termasuk dengan memastikan bahwa organisasi ini memiliki kader-kader muda yang berkualitas, memiliki kemampuan adaptasi dan inovasi, serta berdaya juang tinggi agar dapat mengatasi berbagai tantangan di masa mendatang.</p>
<p>Selain itu, Muhammadiyah juga perlu menyesuaikan diri dengan perubahan budaya, sosial, sains dan teknologi. Dengan mengembangkan amal usaha yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) diharapkan dapat menawarkan solusi yang tepat guna kepada masyarakat.</p>
<p>Dua tantangan besar ini diharapkan mampu diwujudkan oleh Muhammadiyah untuk mensinergikan semangat untuk membangun bangsa menyesuaikan perkembangan zaman.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/210742/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Penulis memiliki riwayat afiliasi dengan organisasi yang terkait dalam artikel, terutama latar belakang pendidikan penulis. Namun penulis menyatakan tidak memiliki kepentingan apapun terkait dengan organisasi yang tercantum dalam artikel.</span></em></p>Cacatan sejarah mengungkapkan bagaimana Muhammadiyah bergerak membentuk masyarakat sosial ekonomi modern yang berdasarkan kepada ajaran Islam.Januari Pratama Nurratri Trisnaningtyas, Dosen, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa TimurLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1979032023-01-17T06:45:43Z2023-01-17T06:45:43ZTak hanya soal rokok batangan: revisi aturan pengendalian tembakau harus lebih keras terhadap industri rokok<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/504812/original/file-20230117-14-ivynyu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Penjual menata rokok elektrik di sebuah toko di Pekayon, Jakarta Timur, 27 Desember 2022. Saat rokok tembakau masih longgar peraturannya, rokok elektrik juga makin mudah diakses.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://branda.antaranews.com/data/content_photo_wire.php?pubid=1672125020&getcod=dom">ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/foc</a></span></figcaption></figure><p>Larangan penjualan rokok batangan di Indonesia tak akan sebatas wacana. Presiden Joko Widodo <a href="https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20221227141202-532-892631/jokowi-tegaskan-bakal-larang-jual-rokok-batangan">menegaskan niat itu</a> dalam sebuah pernyataan akhir tahun lalu.</p>
<p>Pemerintah memang baru saja memberikan sinyal akan merevisi <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/5324/pp-no-109-tahun-2012">Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 (PP 109/2012)</a> tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Kepastian itu tercantum dalam Keputusan <a href="https://jdih.kemdikbud.go.id/detail_peraturan?main=3234">Presiden Nomor 25 Tahun 2022 tentang Program Penyusunan Peraturan Pemerintah Tahun 2023</a>. </p>
<p>Tak hanya soal (1) larangan penjualan rokok secara batangan, <a href="https://www.hukumonline.com/berita/a/revisi-pp-109-2012--pemerintah-bakal-larang-penjualan-rokok-batangan-lt63ad689709f48/">butir-butir pengaturan</a> yang akan dimuat dalam revisi PP 109/2012 juga mencakup beberapa hal: (2) penambahan persentase gambar peringatan kesehatan pada kemasan produk tembakau; (3) ketentuan tentang rokok elektronik; (3) larangan iklan, promosi, <em>sponsorship</em> di media teknologi informasi; (4) pengawasan iklan, promosi, <em>sponsorship</em>; (6) penegakan dan penindakan; serta (7) media teknologi informasi dan penerapan kawasan tanpa rokok.</p>
<p>Ketujuh butir perubahan tersebut perlu kita kawal ketat agar keberadaan regulasi pengendalian tembakau tak sekadar formalitas, tapi betul-betul dapat dilaksanakan. Tidak menjadi “macan kertas” seperti yang terjadi pada PP 109/2012 selama ini. </p>
<h2>Indonesia paling tertinggal</h2>
<p>Rencana pemerintah untuk merevisi aturan tentang pengendalian tembakau demi menurunkan konsumsi rokok tentu patut diapresiasi. Apalagi, sebelumnya, pemerintah juga sudah menetapkan <a href="https://www.cnbcindonesia.com/news/20221219085728-4-398006/sri-mulyani-rilis-aturan-harga-rokok-naik-12-di-2023-2024">kenaikan cukai rokok</a> untuk tahun 2023 dan 2024 sekaligus.</p>
<p>Sejumlah ketentuan dalam <a href="https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt50ed2c07e648a/nprt/lt4f2a52f2ccd04/peraturan-pemerintah-nomor-109-tahun-2012">PP 109/2012</a> memang perlu diperbarui untuk membuat peraturan ini lebih efektif dalam menurunkan konsumsi rokok secara umum maupun <a href="https://theconversation.com/melindungi-remaja-indonesia-dari-jeratan-industri-rokok-97790">mencegah perokok baru di kalangan remaja</a>.</p>
<p>Terkait kemasan produk tembakau, misalnya, PP 109/2012 mensyaratkan gambar peringatan kesehatan hanya 40% dari luas kemasan produk. Persentase ini merupakan yang terkecil <a href="https://seatca.org/dmdocuments/SEATCA%20ARTICLE%2011%20INDEX_WEB_F.pdf">di antara semua negara ASEAN</a>. </p>
<p><a href="https://www.who.int/thailand/news/feature-stories/detail/thailand-becomes-first-in-asia-to-introduce-tobacco-plain-packaging-who-commends-efforts">Thailand</a> dan <a href="https://www.straitstimes.com/politics/parliament-cigarettes-packs-to-be-sold-in-standardised-plain-packaging">Singapura</a> mengambil langkah paling progresif dengan menyeragamkan semua produk tembakau dalam kemasan polos tanpa logo disertai peringatan kesehatan bergambar dengan proporsi 75-85% dari total luas kemasan.</p>
<p>Mengenai peredaran rokok elektronik, Indonesia bersama Myanmar paling tertinggal di ASEAN karena <a href="https://www.researchgate.net/publication/351188055_E-Cigarette_Markets_and_Policy_Responses_in_Southeast_Asia_A_Scoping_Review">belum memiliki regulasi spesifik</a> tentang produk tersebut. Mayoritas negara di wilayah ini, termasuk Kamboja dan Laos, tegas melarang penjualan dan penggunaan rokok elektronik di negara mereka. </p>
<p>Sementara itu, dalam <a href="https://seatca.org/dmdocuments/SEATCA-Tobacco-advertising-promotion-sponsorship-index.pdf">hal pelarangan iklan produk tembakau di media cetak dan elektronik</a>, hanya Indonesia yang belum menerapkan aturan itu di kawasan ASEAN.</p>
<p>Dalam konteks penegakan, PP 109/2012 selama ini masih lemah. Kasus Perkumpulan Bulu Tangkis Djarum (PB Djarum) yang menjadi <a href="https://theconversation.com/lemahnya-aturan-pengendalian-tembakau-di-belakang-polemik-audisi-bulu-tangkis-djarum-123681">sponsor utama kegiatan audisi bulu tangkis untuk anak-anak beberapa tahun silam</a> adalah bukti bahwa regulasi ini kesulitan menjangkau sejumlah pelanggaran yang terjadi di lapangan. </p>
<p>Peraturan itu memang sangat longgar dalam membatasi promosi dan <em>sponsorship</em> yang mengatasnamakan tanggung jawab korporasi (CSR) perusahaan tembakau. </p>
<h2>Larangan intervensi industri perlu diatur</h2>
<p>Di luar poin-poin perubahan yang sudah direncanakan pemerintah, masih terdapat hal-hal lain yang seharusnya diatur dalam revisi nanti. </p>
<p>Salah satunya <a href="http://www.tobaccopreventioncessation.com/Conflict-of-interest-and-tobacco-control-Why-does-it-matter-,146893,0,2.html">larangan bagi industri tembakau untuk terlibat</a> atau menjalin relasi dengan pihak pemerintah. Ketentuan semacam itu lumrah diterapkan di banyak negara yang telah meratifikasi atau mengaksesi <a href="https://fctc.who.int/publications/m/item/guidelines-for-implementation-of-article-5.3">Konvensi Organisasi Kesehatan Dunia untuk Pengendalian Tembakau (FCTC WHO)</a>. </p>
<p>Hingga kini, Indonesia masih menjadi satu-satunya negara di kawasan Asia-Pasifik yang <a href="https://globalizationandhealth.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12992-022-00810-y">belum mengaksesi FCTC</a>. Salah satu konsekuensinya, <a href="https://theconversation.com/ini-sebab-mengapa-isu-kesehatan-selalu-kalah-saat-berhadapan-dengan-industri-rokok-168575">industri tembakau masih berperan dalam berbagai aktivitas yang bersinggungan dengan pemerintah</a>, termasuk dalam pembentukan kebijakan terkait pengendalian tembakau. </p>
<p>Meski terdengar ironis, fakta ini tidak mengagetkan mengingat <a href="https://www.litbang.kemkes.go.id/perokok-dewasa-di-indonesia-meningkat-dalam-sepuluh-tahun-terakhir/">angka perokok di Indonesia yang terus meningkat</a> seiring dengan lemahnya kebijakan negara dalam mengendalikan dampak tembakau.</p>
<p>Rencana revisi PP 109/2012 perlu dijadikan batu pijakan untuk langkah yang lebih besar pada masa mendatang, yakni menaikkan pengaturan mengenai pengendalian tembakau ke level undang-undang. </p>
<p>Lebih dari satu dekade lalu, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan pemerintah pernah memasukkan <a href="https://www.dpr.go.id/dokakd/dokumen/makalah_PERKEMBANGAN_RUU_TENTANG_PENGENDALIAN__DAMPAK_PRODUK_TEMBAKAU_TERHADAP_KESEHATAN__Oleh-_Ignatius_Mulyono.pdf">RUU Pengendalian Dampak Produk Tembakau terhadap Kesehatan</a> ke dalam daftar prioritas legislasi. </p>
<p>Namun, RUU itu kemudian dihapus dari daftar dan <a href="https://ylbhi.or.id/informasi/berita/kronologi-ruu-pertembakauan/">digantikan oleh RUU Pertembakauan</a> yang hingga kini masih tercantum dalam <a href="https://www.dpr.go.id/uu/prolegnas-long-list">program legislasi nasional lima tahun</a>. RUU Pertembakauan disusun dengan menggunakan <a href="https://theconversation.com/new-bill-will-challenge-tobacco-control-efforts-in-indonesia-40771">perspektif industri</a> yang menginginkan penambahan produksi tembakau. Ini jelas tak sejalan dengan upaya pengendalian tembakau yang mendorong pembatasan konsumsi atas produk tembakau.</p>
<h2>Rancangan peraturan yang harus diwaspadai</h2>
<p>Bersamaan dengan rencana revisi PP 109/2012, pemerintah juga tengah menyusun Peraturan Presiden tentang Peta Jalan Pengelolaan Produk Hasil Tembakau, sebagaimana tercantum dalam <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/233935/keppres-no-26-tahun-2022">Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 2022 tentang Program Penyusunan Peraturan Presiden Tahun 2023</a>. </p>
<p>Keinginan pemerintah itu janggal karena regulasi dengan substansi yang sama, yakni Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Jalan Industri Hasil Tembakau Tahun 2015-2020, telah <a href="https://ylbhi.or.id/informasi/berita/ma-perintahkan-menperin-cabut-peta-jalan-produksi-rokok/">dibatalkan oleh Mahkamah Agung</a> setelah dianggap bertentangan dengan lima undang-undang.</p>
<p>Langkah pemerintah untuk menyusun kembali kebijakan yang sama, bahkan dengan level peraturan yang lebih tinggi, bukan saja mengkhianati putusan peradilan tetapi juga tak konsisten dengan upaya pemerintah yang ingin memperbaiki regulasi pengendalian tembakau agar lebih berpihak pada kepentingan kesehatan masyarakat.</p>
<p>Di sisi parlemen, DPR saat ini tengah mengusulkan <a href="https://nasional.tempo.co/read/1666443/lbh-sebut-pembentukan-ruu-kesehatan-tidak-transparan-dan-tidak-partisipatif-karena-metode-omnibus-law">RUU Kesehatan yang disusun dengan metode omnibus</a>, menggabungkan 13 undang-undang di bidang kesehatan ke dalam satu naskah. </p>
<p>Apabila tidak diawasi oleh masyarakat, proses pembentukan RUU ini berpotensi menjadi bola liar. Belum hilang dari ingatan, ketentuan yang menyebutkan <a href="https://www.hukumonline.com/berita/a/ruu-kesehatan-lt4af7868123a1d?page=all">tembakau sebagai zat adiktif sempat “lenyap”</a> dari naskah akhir <a href="https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt4af3c27570c04/undangundang-nomor-36-tahun-2009">RUU Kesehatan tahun 2009 setelah disetujui parlemen</a>.</p>
<p>Terlebih lagi, dengan kerumitan metode omnibus, proses penyusunan RUU akan semakin sulit dipantau. Masyarakat sipil harus melawan segala tindakan yang membatasi partisipasi publik dalam proses pembentukan RUU Kesehatan. </p>
<p>Kecenderungan pembatasan itu sangat mungkin dilakukan pemerintah dan DPR demi mempercepat proses pembahasan, seperti yang terjadi pada proses <a href="https://www.hukumonline.com/berita/a/pelanggaran-prosedur-dapat-membuat-uu-cipta-kerja-batal-lt5f87d14085a4c?page=all">legislasi RUU Cipta Kerja</a> dua tahun lalu. </p>
<p>Selain mengawasi proses, advokasi jangka pendek yang bisa dilakukan para akademisi dan aktivis di bidang pengendalian tembakau adalah mendesak DPR dan pemerintah untuk memasukkan ketentuan tentang rokok dan tembakau ke dalam RUU Kesehatan dengan pengaturan yang jelas dan komprehensif, disertai pencantuman konsekuensi sanksi pidana, administratif, dan perdata yang terukur. </p>
<p>Kita butuh regulasi pengendalian tembakau yang lebih keras terhadap industri tembakau untuk menurunkan kecanduan rokok di masyarakat.</p>
<p>Dengan demikian, revisi PP 109/2012 nantinya dapat difokuskan pada ketentuan teknis untuk mempermudah aparat di lapangan melaksanakan amanat UU Kesehatan tersebut.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/197903/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Rizky Argama tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Rencana revisi PP 109/2012 perlu dijadikan batu pijakan untuk langkah yang lebih besar pada masa mendatang, yakni menaikkan pengaturan mengenai pengendalian tembakau ke level undang-undang.Rizky Argama, Researcher, Indonesian Center for Law and Policy Studies (PSHK)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1942622022-11-15T05:21:07Z2022-11-15T05:21:07ZIlmuwan dunia serukan 4 rekomendasi sebagai tindak lanjut G20 2022 di Bali<p>Seiring bertambah <a href="https://theconversation.com/menjelang-cop27-tiga-peringatan-dari-ilmuwan-iklim-ke-para-pemimpin-dunia-193872">parahnya krisis iklim</a>, dan setelah <a href="https://theconversation.com/covid-19-recovery-some-economies-will-take-longer-to-rebound-this-is-bad-for-everyone-162023">diporak-porandakan COVID-19</a>, dunia makin menyadari pentingya kesiapan pandemi dan ketahanan iklim global. Namun, meski <a href="https://theconversation.com/tiga-model-solusi-atasi-kerentanan-kesehatan-dunia-yang-makin-kompleks-dan-lintas-disiplin-191349">berdampak luas dan saling terkait</a>, hingga kini masih sedikit solusi efektif dan kolaboratif berbasis sains dari negara-negara dunia untuk mengatasi dua tantangan tersebut.</p>
<p><a href="https://theconversation.com/g20-tersulit-dalam-sejarah-mampukah-indonesia-mengakhiri-konferensi-internasional-ini-dengan-sukses-194028">Peran Indonesia pada G20 tahun ini</a> menjadi momentum yang strategis bagi pemerintah bersama komunitas sains Indonesia dan dunia untuk memimpin upaya ini.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/g20-2022-bali-memahami-istilah-penting-dan-tujuan-berkumpulnya-kepala-negara-ekonomi-terbesar-di-dunia-194342">G20 2022 Bali: memahami istilah penting dan tujuan berkumpulnya kepala negara ekonomi terbesar di dunia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Pada tahun ini, misalnya, kesiapan pandemi dan ketahanan iklim global menjadi prioritas utama <a href="https://s20indonesia.org"><em>Science20</em> (S20)</a> – salah satu kelompok keterlibatan (<em>engagement group</em>) G20 – yang kepemimpinannya tahun ini dipegang <a href="https://aipi.or.id">Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI)</a>.</p>
<p>Lewat rangkaian forum resmi antara komunitas sains anggota G20, kami para ilmuwan S20 menerbitkan rekomendasi kebijakan kesehatan dan iklim global yang kami tuangkan dalam <a href="https://www.science.org.au/files/userfiles/about/documents/s20-communique-final-22-sept-2022.pdf">Deklarasi S20</a> (<em>S20 Communique</em>).</p>
<p>Ada beberapa hal yang kami rekomendasikan untuk menjadi prioritas para pemimpin negara G20. Ini termasuk membangun sistem kesehatan global, memperkuat sains dan teknologi multidisiplin, hingga memperkuat kesinambungan riset dan kebijakan untuk iklim, pandemi, dan ekonomi.</p>
<p>Sebagai pemegang presidensi G20 tahun ini, bagaimana Indonesia dapat mendorong komunitas internasional mewujudkan agenda penting tersebut?</p>
<p>Saya bersama para ilmuwan S20 merekomendasikan setidaknya 4 langkah yang bisa dilakukan oleh Indonesia dengan melibatkan negara dan komunitas sains global.</p>
<p><strong>1. Tegaskan komitmen terhadap kebijakan berbasis sains</strong></p>
<p>Dalam gelaran G20, Indonesia perlu mengajak para pemimpin negara untuk berkomitmen melaksanakan rekomendasi ilmuwan dalam Deklarasi S20. KTT G20 pada pertengahan November ini menjadi momentum yang tepat untuk menegaskan komitmen ini.</p>
<p>Tanpa komitmen bersama, buah pikir dan kesepakatan para ilmuwan dunia yang terkumpul selama proses panjang G20 hanya akan menjadi sekedar formalitas dan pernyataan hampa.</p>
<p>Presiden Joko “Jokowi” Widodo juga harus menghentikan tren antisains yang <a href="https://theconversation.com/data-bicara-setidaknya-64-dosen-mahasiswa-dan-individu-lain-jadi-korban-pelanggaran-kebebasan-akademik-selama-2019-2022-193722">banyak terjadi</a> di era pemerintahannya – dari <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200822183537-20-538156/akun-epidemiolog-pandu-riono-diretas-dunia-akademis-terancam">represi kritik terhadap penanganan pandemi</a> hingga <a href="https://theconversation.com/dari-pencekalan-hingga-deportasi-ilmuwan-mengapa-represi-antisains-menteri-siti-nurbaya-terus-menguat-191082">pencekalan peneliti lingkungan</a>. </p>
<p>Apalagi di tengah peringatan keras para peneliti akan parahnya krisis iklim di <a href="https://theconversation.com/menjelang-cop27-tiga-peringatan-dari-ilmuwan-iklim-ke-para-pemimpin-dunia-193872">Konferensi Iklim PBB (COP27)</a> belum lama ini, ditambah pengalaman COVID-19, menjadi syarat mutlak bagi Indonesia dan negara dunia untuk menempatkan sains dalam perumusan kebijakan kesehatan dan iklim.</p>
<p><strong>2. Dorong sistem kesehatan dunia yang tahan krisis</strong></p>
<p>Seperti yang kami tuangkan dalam Deklarasi S20, pandemi COVID-19 telah menjadi alarm bahwa infrastruktur kesehatan kita – dari level nasional hingga global – <a href="https://theconversation.com/we-were-on-a-global-panel-looking-at-the-staggering-costs-of-covid-17-7m-deaths-and-counting-here-are-11-ways-to-stop-history-repeating-itself-190658">masih cukup rapuh</a>. </p>
<p>Ketergantungan pada kebijakan yang reaktif, ketimbang pencegahan dan kesiapan global, telah membuat banyak negara gagal membendung krisis kesehatan global.</p>
<p>Oleh karena itu, Indonesia perlu mendorong negara G20 dan komunitas sains internasional untuk memastikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkoordinasikan sistem kesehatan global yang resilien terhadap ancaman kesehatan dunia.</p>
<p>Beberapa inisatif kesehatan global – termasuk <a href="https://www.who.int/news/item/17-10-2022-one-health-joint-plan-of-action-launched-to-address-health-threats-to-humans--animals--plants-and-environment"><em>‘One Health’ Joint Plan of Action</em></a> gagasan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) lain yang berupaya melawan ancaman kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan secara terintegrasi – kini mulai mempertimbangkan hal di atas. Prinsip-prinsip Deklarasi S20 bisa memperkuat inisiatif semacam itu dan menjadi landasan untuk inisiatif WHO lainnya.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/g20-sektor-kesehatan-4-strategi-memperkuat-respons-warga-untuk-melawan-pandemi-masa-depan-183375">G20 Sektor Kesehatan: 4 strategi memperkuat respons warga untuk melawan pandemi masa depan</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>WHO juga wajib memetakan pusat-pusat unggulan riset kesehatan setiap negara dan memastikan terjadinya keterhubungan di antara sistem kesehatan tersebut. Selama pandemi, misalnya, kita mulai melihat beragam kerja sama yang krusial dalam membendung COVID-19 – dari <a href="https://theconversation.com/sains-terbuka-mendorong-riset-global-untuk-hadapi-coronavirus-mengapa-peran-indonesia-minim-131615">pembagian data genom virus</a> via bank genetik hingga <a href="https://myhealth.ucsd.edu/Coronavirus/134,263">kolaborasi pembuatan vaksin</a>.</p>
<p>Dengan prinsip-prinsip Deklarasi S20 lainnya seperti sistem “alarm pandemi” global, kemudahan akses data terbuka antara beragam insitusi riset, dan rantai pasok vaksin dan obat yang lebih siap, harapannya setiap negara bisa merespons krisis dengan lebih cepat di tingkat lokal.</p>
<p><strong>3. Bangun ekonomi pascapandemi secara berkelanjutan</strong></p>
<p>Langkah ketiga yang harus dilakukan Indonesia bersama para pemimpin dunia, terutama dalam membangun ketahanan iklim global, adalah menekankan keberlanjutan dalam pembangunan ekonomi G20 selepas COVID-19.</p>
<p>Para pemimpin dunia perlu menggencarkan <a href="https://theconversation.com/negara-maju-harus-ambil-peran-lebih-banyak-dalam-perubahan-iklim-122214">komitmen mereka masing-masing</a> – misalnya seperti yang tertuang dalam dokumen komitmen iklim (<a href="https://theconversation.com/kesepakatan-cop26-glasgow-memuat-4-poin-penting-apakah-aksi-iklim-indonesia-sudah-sesuai-jalur-172206"><em>Nationally Determined Contribution</em></a>, atau NDC) tiap negara – untuk memastikan pemangkasan emisi karbon dan transisi hijau dalam aktivitas ekonomi yang spesifik pada situasi lokal. </p>
<p>Penekanan krisis iklim sebagai ancaman eksistensial, sebagaimana tertuang dalam Deklarasi S20, harus menjadi pengingat kembali bagi Indonesia dan pimpinan G20 atas target-target yang sebelumnya sudah tertuang dalam <a href="https://theconversation.com/apa-itu-cop27-ini-penjelasan-istilah-istilah-rumit-dalam-konferensi-iklim-tahunan-dunia-193744">Perjanjian Paris</a> dan <a href="https://sdgs.un.org/goals">Target Pembangunan Berkelanjutan (SDGs 2030)</a>. </p>
<p>Slogan yang diusung Indonesia dan negara G20 tahun ini, misalnya, yakni “Pulih Bersama, Lebih Kuat,” sulit tercapai jika dalam upaya mendongkrak produktivitas dan membangun infrastruktur, pembuat kebijakan tidak berupaya meraih emisi bebas karbon (<em>net-zero</em>).</p>
<p><strong>4. Membangun jaringan pendanaan riset kesehatan dan iklim yang multidisiplin</strong></p>
<p>Mencegah, mengantisipasi, dan merespons tantangan kompleks seperti pandemi dan perubahan iklim membutuhkan pendekatan multisektor dan <a href="https://theconversation.com/the-one-health-concept-must-prevail-to-allow-us-to-prevent-pandemics-148378">multidisiplin</a>. Namun, pendanaan riset di tingkat negara G20 maupun global cenderung belum banyak menarget inisiatif riset – terutama kesehatan, energi, dan iklim – yang lintas disiplin. </p>
<p>Oleh karena itu, Indonesia melalui AIPI sebagai pimpinan S20 tahun ini dapat mendorong terbentuknya konsorsium dan sistem pendanaan riset multidisiplin di antara ilmuwan negara G20 maupun lebih luas, terutama yang bertujuan untuk mendukung mitigasi krisis iklim dan kesiapan pandemi.</p>
<p>Ini penting karena pembuatan kebijakan iklim dan pandemi memerlukan <a href="https://theconversation.com/why-science-needs-the-humanities-to-solve-climate-change-113832">perspektif ilmu sosial dan humaniora</a> agar tetap inklusif dan menjamin tidak ada satupun <a href="https://minorityrights.org/wp-content/uploads/old-site-downloads/download-524-The-Impact-of-Climate-Change-on-Minorities-and-Indigenous-Peoples.pdf">orang yang tertinggal</a>.</p>
<p>Berbagi dukungan finansial, pengetahuan, dan teknologi – tentu disertai dengan prinsip keterbukaan dan akses data – juga menjadi langkah wajib untuk mendukung agenda riset multidisiplin dalam isu kesehatan dan iklim.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/194262/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Berry Juliandi tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Di gelaran G20 2022, kesiapan pandemi dan ketahanan iklim global menjadi prioritas utama para ilmuwan dunia. Berikut 4 rekomendasi kami untuk Indonesia dan negara-negara dunia.Berry Juliandi, Dean, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, IPB UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1913492022-10-14T03:21:18Z2022-10-14T03:21:18ZTiga model solusi atasi kerentanan kesehatan dunia yang makin kompleks dan lintas disiplin<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/489715/original/file-20221014-16-pkifta.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Kesehatan Planet mengajukan cara berpikir bahwa kesehatan kita dipengaruhi oleh berbagai faktor yang kompleks dan solusinya juga mesti menyeluruh.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/person-with-a-face-mask-and-latex-gloves-holding-a-globe-4167539/">Anna Shvets/Pexel</a></span></figcaption></figure><p>Setidaknya <a href="https://www.nature.com/articles/s41559-019-0910-6">10.000 spesies virus</a> memiliki kemampuan untuk menginfeksi manusia. Namun, saat ini, sebagian besar virus beredar secara diam-diam pada mamalia liar. </p>
<p>Kondisi penyebaran virus seperti ini didorong oleh <a href="https://royalsocietypublishing.org/doi/10.1098/rstb.2013.0553">perubahan iklim</a> dan penggunaan lahan yang memberikan peluang pertukaran virus antara spesies satwa liar (mamalia) yang sebelumnya terisolasi secara geografis. </p>
<p>Colin J. Carlson dan koleganya dari Center for Global Health Science and Security Georgetown University Washington DC melakukan <a href="https://www.nature.com/articles/s41586-022-04788-w">simulasi potensial pertukaran virus</a> pada masa depan dengan menggunakan model filogeografi jaringan virus mamalia. Mereka memproyeksikan pergeseran jangkauan geografis untuk 3.139 spesies mamalia dengan skenario perubahan iklim dan keterbatasan area hutan hijau pada 2070. </p>
<p>Mereka memprediksi bahwa spesies akan berkumpul di satu area dengan karakteristik ketinggian menjulang, penuh dengan keanekaragaman hayati, dan di daerah dengan kepadatan populasi manusia yang tinggi seperti di Asia dan Afrika. </p>
<p>Potensi dan kombinasi inilah akan menyebabkan penularan lintas spesies 4.000 kali lebih besar dari virus yang dibawa secara alamiah oleh mamalia pada masa depan.</p>
<p>Untuk mengatasi masalah serius dan kompleks ini, para ilmuwan dan otoritas kesehatan dunia menawarkan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5649127/">tiga model</a> pendekatan yang paling berpengaruh hingga saat ini: <em>One Health, EcoHealth</em> dan <em>Planetary Health</em>.</p>
<h2>Penyebaran virus dari kelelawar terkait krisis iklim</h2>
<p>Kemampuan mamalia dalam penyebaran virus antarspesies dipengaruhi oleh kemampuan dan daya jelajah mereka untuk pindah ke lokasi dan lingkungan baru yang sesuai. Oleh karena itu, penelitian tentang pola migrasi mamalia terhadap penyebaran virus antarspesies dibatasi oleh potensi spesies yang tidak dapat terbang. </p>
<p>Dalam silsilah penyebaran mamalia sebagai inang reservoir virus, kelelawar mempunyai kemampuan yang unik. Mereka punya kapasitas pergerakan lintas benua dengan pola migrasinya. Kelelawar menyumbang sebagian besar penyebaran virus baru dan kemungkinan akan terus berbagi virus di sepanjang jalur evolusi. Ini akan memfasilitasi kemunculan beberapa virus masa depan pada manusia. </p>
<p>Temuan yang penting dari prediksi yang dilakukan oleh Carlson ini lebih khusus menyatakan bahwa pola transisi ekologis ini kemungkinan sudah berlangsung sejak lama. Upaya-upaya yang dilakukan banyak pihak untuk menahan pemanasan iklim global di bawah 2°C dalam abad ke-21 tidak akan mengurangi penyebaran virus pada masa depan. </p>
<p><a href="https://www.nature.com/articles/s41558-022-01426-1">Camilo Mora koleganya dari Universitas Hawai Manoa</a> telah menjelaskan dampak krisis iklim bagi kesehatan manusia yang menyatakan “<a href="https://theconversation.com/58-penyakit-menular-manusia-dapat-diperburuk-oleh-perubahan-iklim-kami-menjelajahi-77-000-riset-untuk-petakan-jalurnya-189133">58% penyakit menular manusia dapat diperburuk oleh perubahan iklim</a>”. </p>
<p>Artikel tersebut memberi bukti lebih lanjut mengenai dampak yang lebih buruk yang diakibatkan krisis iklim bagi kesehatan utamanya penyakit menular. Setidaknya dari 375 penyakit manusia, terdapat 218 penyakit di antaranya atau lebih dari setengahnya dapat dipengaruhi oleh krisis iklim. </p>
<h2>Tiga model: atasi kerentanan kesehatan pada masa depan</h2>
<p>Sebagian besar cerita film fiksi ilmiah didominasi pandangan distopia (kondisi kerusakan) tentang masa depan. Film komedi hitam apokaliptik, “<a href="https://www.netflix.com/id-en/title/81252357">Don’t Look Up</a>” misalnya, bercerita tentang ilmuwan yang menemukan sebuah komet yang menuju Bumi dengan potensi menyebabkan kepunahan makhluk hidup ini. </p>
<p>Film ini kemudian menjadi <a href="https://jcom.sissa.it/archive/21/05/JCOM_2105_2022_C01">metafora</a> bagi semua pihak dalam mengatasi problem kompleks yang mengancam bumi, misalnya krisis iklim dan pandemi COVID-19. </p>
<p>Beberapa pendekatan yang menyeluruh (holistik) dan bersifat lintas disiplin (interdisipliner) sudah ada, untuk menjadi kerangka acuan mengatasi situasi krisis kesehatan. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/489714/original/file-20221014-14-ard7xh.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/489714/original/file-20221014-14-ard7xh.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=604&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/489714/original/file-20221014-14-ard7xh.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=604&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/489714/original/file-20221014-14-ard7xh.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=604&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/489714/original/file-20221014-14-ard7xh.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=759&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/489714/original/file-20221014-14-ard7xh.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=759&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/489714/original/file-20221014-14-ard7xh.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=759&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Kesehatan Planet memperkenalkan konsep kesehatan planet sebagai suatu sistem.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.forbes.com/sites/johndrake/2021/04/22/what-is-planetary-health/?sh=3ffa3b722998">ERIC MARTY | FORBES</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Setidaknya ada <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5649127/">tiga model</a> yang paling berpengaruh hingga saat ini, yaitu <em>One Health, EcoHealth</em> dan <em>Planetary Health</em>. Pendekatan ini mungkin tampak sama, karena semuanya mempromosikan sebuah pemikiran bahwa manusia dan spesies hewan berbagi kondisi planet, lingkungan hidup, kerentanan infeksi, dan aspek-aspek kesehatan yang sama. Namun ketiga konsep dan pendekatan ini mempunyai fokus dan nilai yang berbeda. </p>
<p><a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4761681/"><em>One Health</em></a> digambarkan sebagai pendekatan yang menggabungkan kajian ilmu kesehatan masyarakat dan kedokteran hewan. Dalam kajian kesehatan, pendekatan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2671877/"><em>EcoHealth</em> </a> memiliki lebih banyak fokus pada keanekaragaman hayati, dengan penekanan pada semua makhluk hidup, termasuk parasit, organisme uniseluler, dan mungkin juga virus memiliki nilai dan layak untuk diberikan perhatian dalam upaya menjaga kesehatan manusia. </p>
<p>Namun dengan meningkatnya kerentanan dunia sebagai akibat dari dampak buruk krisis iklim, maka dua pendekatan ini dinilai tidak cukup mendorong kerja sama antar pihak untuk memastikan situasi kesehatan bagi penduduk dunia.</p>
<p>Sebuah paradigma baru dinamakan <em>Planetary Health</em> (Kesehatan Planet) yang dirumuskan oleh <a href="https://www.planetaryhealthalliance.org/planetary-health">Planetary Health Alliance (PHA)</a>. <em>Planetary Health</em> adalah kajian transdisipliner yang berorientasi pada solusi dan sebuah gerakan sosial yang berfokus pada analisis dan penanganan dampak yang ditimbulkan oleh manusia terhadap sistem alami bumi terhadap kesehatan manusia dan semua kehidupan di Bumi. </p>
<p>Pendekatan ini dianggap bermanfaat untuk menghadapi ancaman yang berkembang dan kompleks di bidang kesehatan, tidak terkecuali secara global.</p>
<p>Pendekatan <em>Planetary Health</em> mengharapkan seluruh penduduk dunia dapat mempunyai kesadaran yang sama untuk mengembalikan sistem alami planet kita pada situasi yang alamiah. Ini dilakukan setidaknya untuk menghindari kerusakan bumi lebih besar dan berdampak pada kesehatan manusia pada masa depan. </p>
<p>Atas dasar kesadaran bersama itu kemudian lahirlah <a href="https://www.planetaryhealthalliance.org/sao-paulo-declaration">Deklarasi Sau Paulo</a> pada 6 Oktober 2021. Rekomendasi dari deklarasi lintas sektor ini merupakan hasil dari pertemuan tahunan aliansi Kesehatan Planet yang diikuti secara global oleh hampir 350 peserta dari lebih dari 70 negara yang didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). </p>
<p><a href="https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(21)02181-4/fulltext">Deklarasi ini muncul</a> didasari oleh kondisi pandemi COVID-19 yang muncul sebagai sinyal bahwa diperlukan kesadaran dan solusi bersama untuk keberlangsungan bumi. </p>
<p>Namun begitu deklarasi <em>Planetary Health</em> dianggap masih belum dapat menjawab penanggulangan risiko krisis kesehatan ke depan secara menyeluruh. Narasi yang tersedia hingga kini, lebih diterima bahwa kerusakan hutan, urbanisasi yang cepat dan pertumbuhan populasi mendorong adanya peristiwa zoonosis (penyakit dari hewan menular ke manusia). </p>
<p>Zoonosis seolah hanya terjadi sebagai akibat dari peningkatan kontak <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32759999/">antara manusia dan hewan</a>. Ditambah lagi analisis genomik tidak dapat digunakan untuk memprediksi hubungan mekanistik antara perubahan lingkungan global dan kemunculan pandemi, terutama karena kelangkaan data empiris dan ketergantungan pada peninjauan studi dan basis data. </p>
<h2>Perlu integrasi</h2>
<p>Kita perlu perubahan kerangka kerja yang cukup besar untuk mengubah situasi ini. Penting untuk mengintegrasikan pendekatan <em>Planetary Health</em> secara komprehensif di seluruh komunitas ilmiah dunia, tata kelola riset yang jelas dan terbuka dan mendorong hubungan interdisipliner dengan isu-isu krisis iklim, yang saat ini merupakan ancaman paling langsung terhadap kehidupan (biosfer) planet kita. </p>
<p>Program-program yang seharusnya dilakukan oleh seluruh <em>stakeholder</em> dunia adalah dengan menggabungkan dinamika ekosistem, termasuk satwa liar, penyakit menular, paparan zat berbahaya, pasokan makanan, dan kesehatan manusia.</p>
<p>Program interdisipliner holistik seperti ini adalah satu-satunya cara yang kita punya untuk mencegah kerentanan dan krisis kesehatan untuk mencapai <a href="https://sdgs.bappenas.go.id/sekilas-sdgs/">Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) pada 2030</a>.</p>
<p><em>Artikel ini merupakan salah satu pemenang Kompetisi Menulis dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-5 The Conversation Indonesia.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/191349/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Ilham Akhsanu Ridlo tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Pendekatan Planetary Health mengharapkan seluruh penduduk dunia dapat mempunyai kesadaran yang sama untuk mengembalikan sistem alami planet kita pada situasi yang alamiah.Ilham Akhsanu Ridlo, Adjunct assistant professor in Faculty of Public Health, Universitas AirlanggaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1900512022-10-13T06:19:59Z2022-10-13T06:19:59ZCurious Kids: apakah manusia benar-benar membutuhkan spesies lain?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/483294/original/file-20220907-9311-6xdmsq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Sains menunjukkan bahwa manusia lebih bahagia dan lebih sehat jika berada di sekitar spesies hewan dan tumbuhan lain.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/photo/hiker-with-yellow-coat-walking-in-the-deep-forest-royalty-free-image/1323397248?adppopup=true">Artur Debat/Moment via Getty Images</a></span></figcaption></figure><blockquote>
<p><strong>Apakah manusia bisa hidup tanpa spesies tumbuhan atau hewan lain? – Arunima S., umur 14, Chhindwara, Madhya Pradesh, India</strong></p>
</blockquote>
<hr>
<p>Manusia pastinya tidak dapat bertahan hidup tanpa spesies lain.</p>
<p><a href="https://scholar.google.com/citations?user=0ePGCP8AAAAJ&hl=en&oi=ao">Sebagai ahli ekologi</a> - ilmuwan yang mempelajari interaksi tumbuhan, mikroorganisme, jamur, dan hewan, termasuk manusia - saya mengetahui setidaknya tiga alasan kita membutuhkan organisme lain.</p>
<h2>Manusia membutuhkan spesies lainnya untuk menghasilkan makanan</h2>
<p>Pertama, tanpa adanya spesies lain, manusia tidak akan memiliki apapun untuk dimakan.</p>
<p>Manusia dan semua organisme membutuhkan makanan sebagai energi dan bahan untuk membangun tubuh mereka dan bereproduksi atau berkembang biak. Hanya beberapa mikroorganisme dan tumbuhan yang memiliki cara untuk <a href="https://www.nature.com/scitable/knowledge/library/terrestrial-primary-production-fuel-for-life-17567411/">menggunakan energi dari sinar matahari, air, dan karbon dioksida</a> untuk membuat molekul dasar yang memberi persediaan makanan. <a href="https://education.nationalgeographic.org/resource/photosynthesis">Proses inilah yang disebut fotosintesis</a>.</p>
<p>Tanpa organisme-organisme ini, manusia tidak akan memiliki makanan untuk dikonsumsi. Hampir semua makanan kita adalah tumbuhan atau organisme fotosintesis lainnya, hewan yang memakannya, atau hewan yang memakan hewan pemakan rumput.</p>
<p>Makanan olahan mungkin tidak terlihat seperti terbuat dari mikroba, tumbuhan, jamur, atau hewan, tetapi hampir semuanya begitu. Beberapa vitamin dan bahan makanan lainnya adalah hasil buatan manusia, tetapi mereka hanyalah sebagian kecil dari yang kita makan.</p>
<p>Para ahli kimia telah menemukan cara untuk menggunakan berbagai sumber energi untuk <a href="https://doi.org/10.1016/j.jcou.2021.101726">membuat molekul yang dapat dimanfaatkan sebagai makanan</a>. Molekul yang dihasilkan melalui cara ini disebut “sintesis.” Namun, proses ini sangat sulit dan mahal, sehingga saat ini masih tidak mungkin untuk memberi makanan sintesis ini kepada manusia.</p>
<p>Produksi makanan sintetis <a href="https://doi.org/10.1016/j.fufo.2021.100025">menggunakan bakteri yang dimodifikasi secara genetik atau kultur sel</a> menjadi semakin penting. Di masa depan, ketergantungan pola makan manusia pada tubuhan dan hewan mungkin akan berkurang. Namun, makhluk hidup akan tetap menjadi komponen inti dari makanan ini.</p>
<p>Berbagai organisme yang tak terhitung jumlahnya - besar, kecil, dan mikroskopis - sangat dibutuhkan untuk menciptakan <a href="https://www.nrcs.usda.gov/wps/portal/nrcs/detailfull/soils/health/biology/?cid=nrcs142p2_053868">tanah</a> dan <a href="https://doi.org/10.1016/j.tplants.2018.03.004">udara yang sehat</a>, menjernihkan air dan mencegah erosi, menghancurkan bahan kimia beracun untuk dijadikan bentuk yang tidak berbahaya, dan mengubah bahan kimia lain menjadi sumber makanan yang dibutuhkan makhluk hidup lainnya untuk tumbuh dan berkembang.</p>
<p>Banyak tanaman pangan kita - lebih dari 1.200 spesies - <a href="https://www.pollinator.org/pollinators">bergantung pada penyerbuk untuk menghasilkan buah atau biji</a> yang dimakan manusia dan hewan lain. Penyerbukan, yaitu proses yang memungkinkan tumbuhan untuk bereproduksi, terjadi saat hewan membawa serbuk sari dari satu tumbuhan ke tumbuhan lainnya. Lebah adalah penyerbuk utama, tetapi banyak hewan lain juga melakukan hal tersebut, termasuk serangga, burung, dan kelalawar. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Burung kuning, coklat, dan hijau hinggap di bunga merah." src="https://images.theconversation.com/files/476537/original/file-20220728-11927-udlpwj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/476537/original/file-20220728-11927-udlpwj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/476537/original/file-20220728-11927-udlpwj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/476537/original/file-20220728-11927-udlpwj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/476537/original/file-20220728-11927-udlpwj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/476537/original/file-20220728-11927-udlpwj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/476537/original/file-20220728-11927-udlpwj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Burung dan hewan lain menyuburkan tanaman dengan mengangkut serbuk sari di antara tanaman-tanaman tersebut – memungkinkan tanaman untuk menghasilkan buah dan biji yang menjadi makanan manusia.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/photo/little-spiderhunter-bird-royalty-free-image/858993576?adppopup=true">krisanapong detraphiphat/Moment via Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Hewan dengan berbagai ukuran, dari semut kecil hingga gajah yang sangat besar, juga <a href="https://theconversation.com/with-fewer-animals-to-spread-their-seeds-plants-could-have-trouble-adapting-to-climate-change-174516">memindahkan benih untuk menyebarkan tumbuhan</a> yang menghasilkan ekosistem yang sehat dan produktif. Beragam spesies, dari mikroba kecil hingga burung besar dan hiu, <a href="https://www.pbs.org/video/natureworks-decomposers-and-scavengers/">mengurai organisme yang telah mati</a> yang kemudian menjadi bahan kimia yang dapat digunakan untuk menghasilkan lebih banyak makanan.</p>
<p>Jumlah spesies yang berkontribusi dalam menghasilkan setiap gigitan dari makanan kita sangatlah luar biasa.</p>
<h2>Tubuh manusia membutuhkan spesies lain untuk tetap sehat</h2>
<p>Banyak fungsi tubuh manusia bergantung pada ekosistem spesies mikroba yang kompleks dan sangat beragam. Spesies mikroba ini hidup di kulit dan di sistem pernapasan, pencernaan, dan reproduksi. Bakteri, jamur, dan mikroba lainnya ini dikenal dengan “<a href="https://www.youtube.com/watch?v=1X8p0vhsWRE">mikrobioma</a>.”</p>
<p>Setiap orang memiliki mikrobiomanya sendiri untuk mencegah infeksi,<a href="https://theconversation.com/the-human-microbiome-is-a-treasure-trove-waiting-to-be-unlocked-118757">mencerna dan menyerap nutrisi dalam makanan</a>, dan mensintesis vitamin. </p>
<p>Misalnya, mikrobioma pada usus memiliki peran penting untuk memecah makanan menjadi energi dan nutrisi yang berguna, dan mengubah zat lain yang tidak dapat dicerna atau beracun menjadi bentuk yang dapat dikeluarkan. </p>
<p>Mikrobioma ini terus berubah sepanjang kehidupan kita berdasarkan makanan yang kita konsumsi, lingkungan, tempat tinggal, dan kondisi kesehatan kita. Faktanya, tubuh manusia <a href="https://www.sciencealert.com/how-many-bacteria-cells-outnumber-human-cells-microbiome-science">terdiri dari lebih banyak sel bakteri daripada sel manusia</a>. </p>
<p>Pola makan dan obat-obatan sangat berpengaruh pada 300 hingga 500 spesies bakteri <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3983973/">yang merupakan komponen utama dari ekosistem usus yang sehat</a>. </p>
<p>Mikrobioma juga sangat penting dalam pencegahan infeksi. Banyak penyakit terkait dengan kumpulan mikroba yang <a href="https://doi.org/10.1136/bmj.k2179">didominasi hanya oleh beberapa spesies</a>. Beberapa dokter <a href="https://doi.org/10.3389/fmicb.2021.519836">melakukan transplantasi dari kotoran orang yang sehat ke orang yang sakit</a> untuk membentuk komunitas mikroba dan menyembuhkan penyakit.</p>
<h2>Manusia lebih bahagia saat berada di sekitar spesies lain</h2>
<p>Terakhir, penelitian menunjukkan bahwa manusia lebih sehat dan lebih bahagia <a href="https://www.youtube.com/watch?v=1GqdShUJNSA">ketika mereka berada di sekitar spesies tumbuhan dan hewan lain</a>. Manusia perlu <a href="https://www.psychologytoday.com/us/basics/biophilia#how-nature-improves-well-being">melihat, mendengar, mencium, merasa, dan mengecap</a> makhluk hidup lain untuk menjaga kesehatan mental dan fisik mereka. </p>
<p>Sebagai contoh, melihat dan mendengar suara burung menimbulkan perasaan yang positif. Dua penelitian terkini di Kanada dan Jerman menemukan bahwa <a href="https://www.audubon.org/news/more-birds-bring-more-happiness-according-science">semakin banyak spesies burung</a> yang berada di suatu lingkungan, <a href="https://doi.org/10.3390/land10020153">orang-orang di lingkungan tersebut juga semakin bahagia</a>. Hal ini mungkin karena orang-orang dapat merasakan kehadiran burung itu sendiri, atau karena lingkungannya yang sehat, seperti yang ditunjukkan oleh keberadaan burung.</p>
<p>Dalam sebuah eksperimen lain di Kanada, para peneliti memutar kicauan burun dari sebuah pengeras suara di sepanjang jalur pendakian. Orang-orang mengatakan bahwa <a href="https://doi.org/10.1098/rspb.2020.1811">mereka merasa lebih cepat pulih dan puas </a> ketika mendaki begitu mereka mendengar suara spesies burung yang beragam daripada hanya mendengar sedikit atau tidak sama sekali.</p>
<p>Saat ini, <a href="https://news.un.org/en/story/2014/07/472752-more-half-worlds-population-now-living-urban-areas-un-survey-finds">lebih dari separuh populasi dunia tinggal di perkotaan</a>, bukan pedesaan. Karena ini, perencana kota dan arsitek lanskap sedang mencari <a href="https://eos.org/features/growing-equity-in-city-green-space">cara untuk membangun lebih banyak ruang hijau dan infrastruktur hijau</a> di perkotaan. </p>
<p>Penelitian menunjukkan bahwa <a href="https://doi.org/10.1007/s40572-021-00321-9">keanekaragaman satwa liar, ruang terbuka hijau yang luas, dan tumbuh-tumbuhan</a> di sepanjang jalan dan gedung di perkotaan dapat mendorong orang-orang menjadi lebih aktif, mengurangi stres, dan membuat mereka lebih sehat dan bahagia. Kondisi ini memberikan kesempatan bagi <a href="https://doi.org/10.1038/s42949-021-00027-9">manusia untuk merasakan kehadiran dan berinteraksi dengan makhluk hidup lain</a>, serta mendapatkan manfaat dari hal-hal lain yang dilakukan tumbuhan, hewan, dan mikroba agar lingkungan menjadi sehat dan nyaman.</p>
<p>Para ilmuwan sekarang mengetahui bahwa kehidupan manusia membutuhkan ribuan spesies lainnya. Namun, kami baru mulai memahami <a href="https://www.nature.com/scitable/knowledge/library/biodiversity-and-ecosystem-stability-17059965/">peran penting yang dimiliki oleh berbagai spesies dalam ekosistem</a>, termasuk yang perkotaan. Kami masih perlu belajar lebih tentang mengapa dan bagaimana spesies lain diperlukan untuk kelangsungan hidup manusia. Jika manusia ingin berumur panjang atau membangun kehidupan di ruang angkasa, kita harus memahami jenis spesies yang perlu kita bawa untuk bertahan hidup dan sejahtera.</p>
<hr>
<p><em>Apakah kamu punya pertanyaan yang ingin dikembangkan ke ahli? Minta bantuan ke orang tua atau orang yang lebih dewasa untuk mengirim pertanyaanmu pada kami.</em>
<em>Ketika mengirimkan pertanyaan, pastikan kamu sudah memasukkan nama pendek, umur, dan kota tempat tinggal. Kamu bisa:</em></p>
<ul>
<li><p><em>mengirimkan email <a href="mailto:curiouskids@theconversation.com">redaksi@theconversation.com</a></em></p></li>
<li><p><em>tweet ke kami <a href="https://twitter.com/ConversationIDN">@conversationIDN</a> dengan tagar #curiouskids</em></p></li>
<li><p><em>DM melalui Instagram <a href="https://www.instagram.com/conversationIDN/">@conversationIDN</a></em></p></li>
</ul>
<hr>
<p><em>Zalfa Imani Trijatna dari Universitas Indonesia menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/190051/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Tom Langen tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Manusia tidak akan bertahan hidup dengan lama tanpa mengandalkan spesies lain yang tak terhitung jumlahnya.Tom Langen, Professor of Biology, Clarkson UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1917682022-10-11T08:10:46Z2022-10-11T08:10:46ZData Bicara: gangguan kesehatan jiwa di Indonesia naik dalam 30 tahun terakhir, perempuan dan usia produktif lebih tinggi<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/489101/original/file-20221011-12-5pytfd.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption"></span> </figcaption></figure><p><em>Artikel ini untuk memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia 10 Oktober.</em></p>
<p>Jauh sebelum pandemi COVID-19, angka kasus gangguan kesehatan mental telah <a href="https://ourworldindata.org/mental-health">menunjukkan</a> tren peningkatan di level global maupun Indonesia. Pandemi telah membuat masalah kesehatan jiwa makin meningkat. Ini semestinya <a href="https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(21)02143-7/fulltext">menjadi pengingat bagi mayoritas negara</a> untuk memperkuat sistem kesehatan mental. </p>
<p>Gangguan kesehatan mental merupakan masalah yang kompleks dan bisa bermacam-macam bentuknya, seperti dijelaskan dalam <a href="https://icd.who.int/browse10/2019/en#/">klasifikasi penyakit internasional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)</a>. Dalam definisi itu, gangguan kesehatan mental mencakup banyak bentuk, termasuk depresi, kecemasan, bipolar, gangguan makan, dan skizofrenia. </p>
<p>Bunuh diri, seperti <a href="https://nasional.tempo.co/read/1643276/mahasiswa-ugm-terjatuh-dari-lantai-11-polisi-sebut-murni-bunuh-diri">kasus mahasiswa di Yogyakarta baru-baru ini</a>, merupakan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6165520/">masalah besar gangguan kesehatan mental</a> yang perlu menjadi perhatian dan dicegah oleh banyak pihak. Secara global, <a href="https://www.who.int/health-topics/mental-health#tab=tab_1">bunuh diri</a> adalah penyebab kematian keempat di antara orang berusia 15-29 tahun.
. </p>
<iframe src="https://flo.uri.sh/visualisation/11423414/embed" title="Interactive or visual content" class="flourish-embed-iframe" frameborder="0" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" width="100%" height="400"></iframe>
<div style="width:100%!;margin-top:4px!important;text-align:right!important;"><a class="flourish-credit" href="https://public.flourish.studio/visualisation/11423414/?utm_source=embed&utm_campaign=visualisation/11423414" target="_top"><img alt="Made with Flourish" src="https://public.flourish.studio/resources/made_with_flourish.svg"> </a></div>
<p>Riset terbaru dari <a href="https://www.healthdata.org/node/9230">Institute for Health Metrics and Evaluation University of Washington</a> terkait Global Burden of Disease (GBD) 2019 menunjukkan bahwa gangguan kesehatan mental tetap bertahan dalam 10 penyebab teratas beban penyakit di seluruh dunia. Tak ada bukti pengurangan secara global pada beban ini sejak 1990. </p>
<p>Dalam konteks Indonesia, riset ini menunjukkan tren peningkatan jumlah gangguan kesehatan mental dalam 30 tahun terakhir. </p>
<iframe src="https://flo.uri.sh/visualisation/11423194/embed" title="Interactive or visual content" class="flourish-embed-iframe" frameborder="0" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" width="100%" height="400"></iframe>
<div style="width:100%!;margin-top:4px!important;text-align:right!important;"><a class="flourish-credit" href="https://public.flourish.studio/visualisation/11423194/?utm_source=embed&utm_campaign=visualisation/11423194" target="_top"><img alt="Made with Flourish" src="https://public.flourish.studio/resources/made_with_flourish.svg"> </a></div>
<p>Selain naiknya jumlah kasus gangguan jiwa baik pada laki-laki maupun perempuan, temuan lainnya adalah gangguan kesehatan jiwa pada perempuan lebih tinggi dibanding pada laki-laki. Apa penyebabnya? </p>
<p>Menurut Ilham Akhsanu Ridho, dosen dan peneliti Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, perempuan di Indonesia rentan mengalami gangguan kesehatan mental karena mengalami beban ganda dalam keluarga dan tempat kerja. </p>
<p>Selain dituntut oleh sistem sosial untuk mengurus pekerjaan di ranah domestik, perempuan juga dituntut bekerja untuk meningkatkan pendapatan keluarga, apalagi di kalangan kelompok miskin. </p>
<p>Di sektor domestik, kerentanan sosial muncul saat perempuan mengurus rumah tangga, anak, perceraian (jika terjadi), konflik dengan pasangan, kekerasan dalam rumah tangga. “Akar-akarnya bisa dilacak pada budaya patriarki,” kata dia.</p>
<p>Secara umum, <a href="https://theconversation.com/stres-di-tengah-new-normal-covid-19-yang-penuh-ketidakpastian-ini-cara-deteksinya-137897">analisis lain juga menyatakan</a>
semakin tinggi beban pekerjaan rumah tangga, semakin tinggi juga kemungkinan perempuan mengalami stres.</p>
<iframe src="https://flo.uri.sh/visualisation/11422828/embed" title="Interactive or visual content" class="flourish-embed-iframe" frameborder="0" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" width="100%" height="400"></iframe>
<div style="width:100%!;margin-top:4px!important;text-align:right!important;"><a class="flourish-credit" href="https://public.flourish.studio/visualisation/11422828/?utm_source=embed&utm_campaign=visualisation/11422828" target="_top"><img alt="Made with Flourish" src="https://public.flourish.studio/resources/made_with_flourish.svg"> </a></div>
<p>Temuan lainnya adalah makin tua seseorang, makin rentan pula mengalami gangguan kesehatan mental. WHO <a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/mental-health-of-older-adults#:%7E:text=Mental%20health%20has%20an%20impact,can%20negatively%20affect%20its%20outcome.">menyatakan</a> gangguan mental dan neurologis di antara orang dewasa yang lebih tua menyumbang 6,6% dari total kecacatan (DALYs) untuk kelompok usia ini. Sekitar 15% orang dewasa berusia 60 tahun ke atas menderita gangguan mental.</p>
<p>Lalu, berapa tahun masa hidup sehat yang hilang akibat gangguan kesehatan mental? Studi Global Burden of Disease (GBD) 2019, dengan perhitungan tingkat DALY (Disability-Adjusted Life Year) dari gangguan depresi menunjukkan makin tua kelompok usia, makin besar tahun hidup sehat yang hilang. Kelompok usia produktif, <a href="https://www.bps.go.id/istilah/index.html?Istilah_page=4">15-64 tahun</a>, merupakan kelompok yang paling banyak kehilangan tahun hidup sehat akibat gangguan depresi. </p>
<p>Misalnya, orang Indonesia kelompok umur usia 50-69 tahun kehilangan hidup sehat lebih banyak (sekitar 580 tahun per 100.000 orang) dibanding kelompok usia usia 5-14 tahun (sekitar 60 tahun per 100.000 orang) akibat gangguan depresi (lihat grafik di bawah).</p>
<p><a href="https://theconversation.com/riset-pada-2019-perempuan-indonesia-kehilangan-waktu-36-juta-tahun-untuk-hidup-sehat-159216">Disability-adjusted Life Years (DALY)</a> yang merupakan ukuran status kesehatan itu dinyatakan dalam metrik jumlah tahun yang hilang karena meninggal, sakit dan disabilitas. DALY dihitung dari gabungan jumlah waktu (dinyatakan dalam tahun) yang hilang akibat meninggal dini (Years of Life Lost, YLL) dan jumlah waktu ketika orang terpaksa hidup dengan disabilitas (Years Lived with Disability, YLD).</p>
<iframe src="https://flo.uri.sh/visualisation/11424218/embed" title="Interactive or visual content" class="flourish-embed-iframe" frameborder="0" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" width="100%" height="400"></iframe>
<div style="width:100%!;margin-top:4px!important;text-align:right!important;"><a class="flourish-credit" href="https://public.flourish.studio/visualisation/11424218/?utm_source=embed&utm_campaign=visualisation/11424218" target="_top"><img alt="Made with Flourish" src="https://public.flourish.studio/resources/made_with_flourish.svg"> </a></div>
<p>Menurut Iqbal Elzayar, peneliti The Oxford University Clinical Research Unit in Indonesia (OUCRU ID), berdasarkan studi GBD 2019, faktor risiko yang berkontribusi terhadap gangguan mental depresi adalah pelecehan seksual masa kanak-kanak, perundungan, dan kekerasan dari pasangan. </p>
<p>“Pada kelompok 15-49 tahun, pelecehan seksual masa kanak-kanak dan <em>bullying</em> menjadi kontributor risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan risiko lainnya. Sedangkan pada kelompok 70+, kekerasan dari pasangan lebih mendominasi,” kata kolaborator GBD 2019 dari Indonesia itu. </p>
<p>Selain masalah sakitnya secara langsung, salah satu isu yang timbul dari gangguan kesehatan jiwa adalah dampaknya terhadap produktivitas masyarakat. </p>
<p>Menurut Rizqy Amelia Zein, dosen Psikologi Kepribadian dan Sosial Universitas Airlangga, jika ada satu anggota keluarga memiliki masalah gangguan kesehatan mental yang berat, maka beban perawatan di keluarga tersebut meningkat. “Sebab, anggota keluarga yang lain harus membantu dan menangani yang sakit. Jadi bukan hanya produktivitas yang sakit yang terganggu, yang tidak sakit juga terganggu produktivitasnya karena harus merawat yang sakit,” kata Amelia. </p>
<p>Karena itu, kata dia, isu-isu kesehatan mental menjadi perhatian serius di negara-negara maju, ketimbang di negara-negara berkembang. Sebab, kesehatan mental bisa berdampak atau mempengaruhi produktivitas masyarakat. </p>
<h2>Promosikan pentingnya kesehatan mental</h2>
<p>Untuk mencegah gangguan kesehatan mental, <a href="https://www.who.int/health-topics/mental-health#tab=tab_1">menurut WHO</a>, ada beberapa langkah yang harus dilakukan negara. Pertama, mempromosikan kesehatan mental untuk semua orang dan melindungi orang-orang berisiko seperti anak-anak, remaja, dan pekerja. Program pencegahan bunuh diri juga patut digalakkan. </p>
<p>Kedua, negara harus menyediakan layanan kesehatan yang mudah diakses dan terjangkau oleh masyarakat. Dalam konteks ini, peningkatan anggaran untuk kesehatan mental menjadi keharusan. Tanpa adanya anggaran yang memadai, promosi, pencegahan, dan pengobatan atas masalah kesehatan mental sulit dilakukan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/191768/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Selain masalah sakitnya secara langsung, salah satu isu yang timbul dari gangguan kesehatan jiwa adalah dampaknya terhadap produktivitas masyarakat.Ahmad Nurhasim, Health+Science Editor, The ConversationLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1901792022-09-18T06:54:05Z2022-09-18T06:54:05ZBagaimana menghabiskan waktu dengan bijak –– apa yang dapat dipelajari anak muda dari para pensiunan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/483448/original/file-20220908-22-wjvfqk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=2%2C0%2C662%2C444&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Tidak mencoba hobi baru dan tidak menghabiskan banyak waktu bersama orang terkasih saat masih muda adalah dua penyesalan utama para pensiunan.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/young-couple-playing-beach-tennis-551329297">nullplus</a></span></figcaption></figure><p>Masa pensiun masih sangat jarang menjadi perhatian atau bahkan mungkin tak pernah terpikirkan oleh anak muda. Apalagi, saat ini biaya hidup di berbagai negara terus meroket. Membayar sewa tempat tinggal menjadi prioritas yang lebih penting daripada investasi untuk masa pensiun.</p>
<p>Meski demikian, belakangan ini banyak anak muda yang mulai berpikir untuk pensiun <a href="https://www.forbes.com/advisor/retirement/the-forbes-guide-to-fire/">di usia dini</a>. Banyak dari mereka ingin memiliki kehidupan yang lebih berkualitas di masa depan dan memiliki kemandirian finansial setelah mengundurkan diri dari pekerjaannya.</p>
<p>Demi mewujudkan hal ini, mereka terkadang harus mengorbankan kesejahteraan mereka di masa muda. Mereka bekerja keras dan berhemat secara ekstrem, sehingga tidak bisa bebas ‘menikmati hidup’.</p>
<p>Saya melakukan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8681690/">penelitian</a> dengan mewawancarai lebih dari 200 responden dan mensurvei ratusan lainnya untuk memahami cara mereka menyeimbangkan pengelolaan waktu dan uang. Penelitian saya berfokus pada orang-orang yang mengalami transisi besar dalam kehidupan: orang-orang yang baru pensiun, baru menjadi orang tua, dan mereka yang sedang mempersiapkan momen-momen tersebut.</p>
<p>Kita kerap mengira bahwa para pensiunan memiliki banyak waktu luang, tetapi kenyataan yang saya temukan berbeda. Mereka justru sering terdesak waktu.</p>
<p>Lebih dari seperempat responden dalam riset saya mengungkap bahwa mereka merasa <a href="https://link.springer.com/content/pdf/10.1007/s11205-015-1029-z.pdf">miskin waktu</a>. Mereka merasa tidak punya cukup sisa waktu dalam sehari untuk mengerjakan semua hal yang menurut mereka perlu dilakukan.</p>
<p>Fenomena ini juga terlepas dari jumlah uang yang mereka miliki. Para pensiunan, kaya maupun miskin, merasa kurang memiliki waktu ketika usia mereka sudah lebih tua. </p>
<p>Tidak ada kata terlambat (atau terlalu dini) untuk mulai memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dan menjalani kehidupan yang lebih baik. Berikut adalah beberapa pelajaran penting yang bisa kita dipetik dari para pensiunan dalam riset saya.</p>
<h2>Jangan kejar uang, biarkan uang mengejarmu</h2>
<p>Salah satu penyesalan terbesar di antara responden penelitian saya yang termasuk kategori <a href="https://betterdwelling.com/city/toronto/heres-torontos-richest-and-poorest-neighbourhoods-interactive/">kurang mampu secara finansial</a>, adalah ketidakmampuan mereka untuk meraih pendidikan yang mereka inginkan saat usia muda.</p>
<p>Beberapa dari mereka berhenti kuliah untuk membantu menghidupi keluarga mereka, atau karena tidak mampu membiayainya. Mereka kemudian menyesal telah berhenti menempuh pendidikan karena ternyata sangat dibutuhkan untuk bersaing di dunia kerja.</p>
<p>Untuk menghasilkan uang yang cukup, pilih sesuatu dan tekuni pilihan tersebut: baik itu melanjutkan kuliah ataupun menguasai keahlian teknis, jadilah ahli dalam suatu hal.</p>
<p>Dengan ini, uang akan datang dengan sendirinya.</p>
<h2>Perhatikan perasaanmu – bukan penampilanmu</h2>
<p>Ketika masa muda perlahan menghilang, yang tersisa hanyalah apa yang kita rasakan.</p>
<p>Di masa pensiun, apakah kamu mau menanggung sakit akibat bekerja terlalu keras dan tanpa henti ketika muda? Responden yang saya wawancarai mengatakan bahwa ketika kita memprioritaskan uang di atas kesehatan – baik karena kebutuhan maupun pilihan – kita akan kehilangan waktu berharga di masa tua nanti. </p>
<p>Beberapa responden yang baru saja memasuki masa pensiun tengah menjalani sejumlah upaya penyembuhan, dan kegiatan tersebut sangat menghabiskan uang dan menyita waktu, misalnya karena harus bertemu dengan dokter.</p>
<p>Perempuan biasanya dua kali lipat lebih terdampak daripada laki-laki. Ini karena mereka juga dituntut oleh tekanan sosial agar terlihat lebih muda dari usia mereka sebenarnya. </p>
<p>Lebih baik fokus untuk menjaga kesehatan di masa muda daripada <a href="https://academic.oup.com/gerontologist/article/57/5/910/2632069?login=false">menghabiskan waktu dan uang ekstra</a> untuk perawatan kesehatan di kemudian hari. Terkadang, kita perlu memprioritaskan kesejahteraan diri kita sendiri di atas tuntutan atasan kita di tempat kerja, contohnya dengan mengambil cuti guna menjaga kesehatan fisik dan mental. </p>
<p>Meski tak semua orang bisa melakukannya, gerakan-gerakan seperti <em>quiet quitting</em> kini juga semakin populer dan mendorong masyarakat untuk membicarakan topik penting ini.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/quiet-quitting-why-doing-less-at-work-could-be-good-for-you-and-your-employer-188617">Quiet quitting: why doing less at work could be good for you – and your employer</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Buat waktumu lebih bermakna dengan menghabiskannya bersama orang lain</h2>
<p>Kita dapat “menghemat” waktu dengan cara membayar atau mengotomasi pekerjaan yang tidak ingin kita lakukan. Mengonsumsi barang pun <a href="https://www.jstor.org/stable/pdf/24737120.pdf?addFooter=false">punya biaya waktu</a>, mengingat berbelanja dan belajar menggunakan barang baru juga menghabiskan waktu. </p>
<p>Ketimbang hal-hal di atas, responden pensiunan saya membuat saya sadar bahwa kita dapat memanfaatkan lebih banyak waktu dengan berkualitas jika kita menghabiskannya dengan orang lain.</p>
<p>Para ilmuwan sosial menyebut waktu sebagai <a href="https://sociologicalscience.com/time-network-good/"><em>“network good”</em></a>. Maksudnya, seberapa besar kita menghargai waktu bergantung pada jumlah orang yang bisa kita ajak untuk menghabiskan waktu bersama. </p>
<p>Semua responden saya yang berusia pensiunan menekankan perlunya membangun hubungan yang kuat dan sehat dengan orang lain ketika kita masih muda. Hal ini penting agar kita memiliki ‘teman seperjuangan’ saat kita sudah tua.</p>
<p>Menghabiskan waktu bersama orang lain juga membuat kita memiliki kebahagiaan dan <a href="https://sociologicalscience.com/time-network-good/">kesejahteraan emosional yang lebih baik</a>. </p>
<h2>Temukan minatmu sejak dini</h2>
<p>Hampir semua responden pensiunan mengakui mereka menghabiskan banyak waktu untuk merencanakan keuangan untuk masa pensiun, lalu menyesal karena tidak mengembangkan hobi dan minat mereka sebagai bagian dari rencana hidup di masa tua.</p>
<p>Hal ini paling berdampak bagi para responden pensiunan yang kaya. Saat pensiun, misalnya, status sosial mereka akan cenderung memudar dan hubungan dengan rekan kerja juga menghilang.</p>
<p>Memulai hobi dan minat baru di masa pensiun – sebagai suatu kebutuhan – tentu bisa terasa seperti pekerjaan berat. Mengejar minat memang <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/07053436.1995.10715491?casa_token=Puyxz2akU2oAAAAA:Gl6qIREhdxqfcm5fo0cJ6_5DLLjTCuEVPF7Da2JDyxVHNwbeq6N-9Hbc0nMLiKn-cO1fZfd8cKRi">penting untuk kesejahteraan</a>, tetapi seharusnya dilakukan sebelum pensiun, di usia ketika kita masih bisa melakukannya murni sebagai aktivitas hiburan.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Empat teman paruh baya dan yang lebih tua duduk di ruang tamu dan saling tersenyum" src="https://images.theconversation.com/files/482499/original/file-20220902-18-3j3jpe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/482499/original/file-20220902-18-3j3jpe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/482499/original/file-20220902-18-3j3jpe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/482499/original/file-20220902-18-3j3jpe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/482499/original/file-20220902-18-3j3jpe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/482499/original/file-20220902-18-3j3jpe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/482499/original/file-20220902-18-3j3jpe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Bangun hubungan yang kuat dan sehat saat masih muda.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/middle-aged-couple-meeting-friends-around-1038734320">Monkey Business Images / Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Waktu adalah kasih sayang</h2>
<p>Berulang kali para responden saya mengingatkan bahwa meluangkan waktu kita untuk orang lain adalah bentuk kebaikan terbesar yang dapat kita lakukan. Ini karena sekali kita memberikan waktu kita untuk orang lain, kita tidak akan pernah mendapatkannya kembali. </p>
<p>Akan tetapi, tetap ada yang harus kita pertimbangkan ketika meluangkan waktu untuk teman, atasan, kenalan, atau berurusan dengan media sosial.</p>
<p>Berkat responden saya, sekarang saya mulai lebih sering bertanya pada diri sendiri: Apakah perusahaan atau organisasi ini betul-betul menyayangi saya? Biasanya, jawabannya adalah tidak. Maka, saya tahu bahwa mereka tidak pantas mendapatkan waktu saya.</p>
<p>Pada saat yang sama, ketika seorang teman, mentor terpercaya, guru, atau orang asing meluangkan waktu berharga mereka kepada saya, rasanya segala bentuk apresiasi atau balas jasa yang saya lakukan tidak akan pernah cukup untuk membalas mereka.</p>
<p>Para responden pensiunan saya menekankan pentingnya bersyukur atas waktu yang bisa kita bagikan dengan dengan orang lain. Ketika kesibukan sehari-hari membuat kita lelah, ingatlah bahwa waktu adalah kasih sayang.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/190179/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Boróka Bó menerima dana dari National Science Foundation dan Soros Fellowship for New Americans.</span></em></p>Bagaimana kita bisa menyeimbangkan antara kebahagiaan dan uang? Perhatikan cara kita menghabiskan waktu.Boróka Bó, Assistant professor in sociology, University of EssexLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1906282022-09-16T06:51:22Z2022-09-16T06:51:22ZRuang hijau kecil dapat membantu menjaga suhu kota tetap sejuk selama gelombang panas<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/484692/original/file-20220914-22-qmjmd3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Jalan beton dan aspal, dan bahan bangunan lainnya siap menyerap, menyimpan, dan melepaskan panas yang dapat meningkatkan suhu kota. Fenomena ini disebut pulau bahang perkotaan.</span> <span class="attribution"><span class="source">(Pixabay)</span></span></figcaption></figure><p>Laporan <a href="https://public.wmo.int/en/resources/united_in_science">Organisasi Meteorologi Dunia</a> baru-baru ini menyatakan gelombang panas sebagai “bahaya meteorologi paling mematikan” dari tahun 2015 hingga 2019 yang mempengaruhi semua penduduk di seluruh benua. Gelombang panas ini mencatatkan rekor suhu tertinggi nasional di berbagai daerah. Menurut <em>Environment and Climate Change Canada</em>, <a href="https://www.ctvnews.ca/climate-and-environment/b-c-heat-wave-tops-environment-canada-s-list-of-top-weather-events-in-2021-1.5710931">suhu paling panas di Kanada pada tahun 2021 terjadi di provinsi British Columbia (BC)</a>. Suhu di Lytton, BC, mencapai 49,6 C pada 29 Juni. Hari berikutnya, kebakaran hutan menghancurkan 90 persen kota, menewaskan dua orang, dang menggusur 1.200 orang lainnya akibat tempat tinggal yang hancur. </p>
<p>Gelombang panas juga memperburuk masalah kesehatan yang telah ada, termasuk penyakit kardiovaskular dan pernapasan. Penyakit-penyakit ini <a href="https://doi.org/10.1289/ehp.1104625">meningkatkan jumlah pasien rawat inap, stres psikologis, perilaku agresif</a>, dan <a href="https://doi.org/10.1016/j.crvi.2007.12.001">mortalitas</a>. </p>
<p>Selama gelombang panas, suhu tertinggi banyak ditemukan di daerah perkotaan. Urbanisasi hampir selalu dikaitkan dengan peningkatan area beraspal, kedap air, dan penurunan penghijauan. Jalan beton dan aspal, serta bahan bangunan lainnya dapat menyerap, menyimpan, dan melepaskan panas yang meningkatkan suhu kota. Fenomena ini disebut pulau bahang perkotaan (<em>urban heat island</em>). </p>
<p>Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa hutan kota dapat mengurangi pulau bahang perkotaan dan banyak kebijakan terpusat pada ruang hijau yang luas. Padahal, ruang hijau kecil, seperti pekarangan, atap, dan sebidang tanah kecil yang belum dikembangkan, dapat bekerja dengan baik untuk menurunkan suhu perkotaan yang panas. Namun, ini sering diabaikan ketika mengembangkan strategi pendinginan kota.</p>
<h2>Efek ruang hijau kecil</h2>
<p>Kota jarang memiliki kesempatan untuk menambah ruang hijau yang luas untuk membantu melawan efek gelombang panas. Namun, ruang-ruang vegetasi memiliki manfaat untuk menurunkan suhu darat daerah setempat. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Pemandangan udara pusat kota dengan rel kereta api, tempat parkir beraspal, jalan, dan beberapa ruang hijau kecil yang tersebar." src="https://images.theconversation.com/files/467550/original/file-20220607-24-p0t9u7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/467550/original/file-20220607-24-p0t9u7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/467550/original/file-20220607-24-p0t9u7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/467550/original/file-20220607-24-p0t9u7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/467550/original/file-20220607-24-p0t9u7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/467550/original/file-20220607-24-p0t9u7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/467550/original/file-20220607-24-p0t9u7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Ruang hijau kecil, seperti pekarangan, atap, dan sebidang tanah kecil yang belum dikembangkan, dapat bekerja dengan baik untuk menurunkan suhu perkotaan yang panas, tetapi ini sering diabaikan ketika mengembangkan strategi pendinginan kota.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sebuah studi terkini di Adelaide, Australia, menemukan bahwa <a href="https://doi.org/10.1016/j.landurbplan.2021.104046">tutupan kanopi pohon, dan pada tingkat lebih rendah, tutupan rumput telah menurunkan suhu permukaan setempat di siang hari hingga 6 derajat Celcius</a> selama musim panas ekstrem. Di pedalaman, pekarangan dan kebun di pinggiran kota dapat menurunkan suhu permukaan lokal hingga 5 derajat celcius. </p>
<p>Pada skala yang cukup kecil, pohon di area puluhan meter persegi mengurangi suhu permukaan pada siang hari dua kali lipat dari tutupan rumput. Akan tetapi, rumput dan tanaman kecil lainnya di dataran rendah tumbuh relatif lebih cepat daripada pohon.</p>
<p>Kota-kota perlu menerapkan strategi jangka pendek dan panjang untuk menanggapi suhu panas yang ekstrem, termasuk penggantian permukaan beraspal dan kedap air dengan rumput, serta menanam lebih banyak pohon untuk meningkatkan cakupan kanopi. </p>
<h2>Meningkatkan efek pendinginan</h2>
<p>Selanjutnya, ketika mengelola ruang hijau kecil, perencana kota dan rimbawan dapat memilih jenis pohon berdasarkan kemampuannya untuk menyejukan lingkungan. <a href="https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2021.145211">Ruang hijau yang memiliki keanekaragaman spesies pohon yang tinggi menawarkan efek pendinginan yang lebih tinggi di musim semi, musim panas, dan musim gugur</a>. Jika dibandingkan dengan ruang yang kurang beragam, ruang hujan seperti ini juga menurunkan suhu maksimum yang lebih besar di musim panas.</p>
<p>Misalnya, kanopi pohon dengan daun besar dan tingkat transpirasi tinggi — penguapan air dari tanaman yang terjadi di daun — menawarkan pendinginan yang lebih efektif.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Sebuah trotoar berkelok-kelok di antara gedung-gedung, dibatasi oleh tanaman dan pepohonan dari berbagai ketinggian." src="https://images.theconversation.com/files/467547/original/file-20220607-13238-bcdub7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/467547/original/file-20220607-13238-bcdub7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/467547/original/file-20220607-13238-bcdub7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/467547/original/file-20220607-13238-bcdub7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/467547/original/file-20220607-13238-bcdub7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/467547/original/file-20220607-13238-bcdub7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/467547/original/file-20220607-13238-bcdub7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Menanam berbagai spesies tumbuhan dengan ketinggian yang berbeda dapat memiliki efek pendinginan yang lebih besar daripada hanya pohon-pohon tinggi.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Struktur ruang hijau juga dapat mempengaruhi efisiensi pendinginannya. Di musim panas, <a href="https://doi.org/10.1016/j.ufug.2019.05.014">komunitas tumbuhan dengan banyak lapisan pohon, semak, dan herba dapat menurunkan suhu udara lebih lanjut sebesar 1 derajat Celcius pada hari yang cerah dan 0,5 derajat celcius pada hari berawan, dibandingkan dengan area yang hanya didominasi oleh pohon-pohon tinggi</a>.</p>
<h2>Pengelompokan pohon</h2>
<p>Tata letak ruang hijau — konfigurasi spasialnya — adalah faktor lain yang harus diperhatikan oleh para perencana kota ketika memikirkan kapasitas pendinginan ruang hijau kecil. Ketika ruang hijau sangat terfragmentasi — dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil — tersebar lebih jauh atau tidak merata, kontribusi pendinginannya menjadi lebih rendah.</p>
<p>Sebagai contoh, <a href="https://doi.org/10.1016/j.rse.2017.03.043">sebuah studi yang mempelajari konfigurasi spasial ruang hijau di dua kota</a> di Amerika Serikat, yaitu Baltimore; Maryland; dan Sacramento, California, menunjukkan hasil yang bervariasi. Para peneliti melihat perimeter total petak hijau untuk setiap kilometer persegi tanah (metrik yang disebut <em>edge density</em> atau kepadatan tepi) dan mengukur efek pendinginan. Kepadatan tepi yang lebih besar dikaitkan dengan lebih sedikit pendinginan di Baltimore, tetapi lebih banyak pendinginan di Sacramento. </p>
<p>Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi di daerah setempat: Lebih banyak tempat teduh mungkin dihasilkan oleh pohon pada permukaan yang telah memiliki efek pendinginan sehingga menghilangkan efeknya. Atau petak hijau dengan kerapatan tepi yang lebih besar dapat mencakup sejumlah besar petak pohon yang lebih kecil dan terfragmentasi dengan evapotranspirasi yang lebih lemah (penguapan dari permukaan tanah yang ditambah transpirasi dari tanaman). Untuk seorang manajer, tarik ulur ini sulit untuk dinavigasi.</p>
<p>Namun, secara keseluruhan, pohon umumnya memiliki efek pendinginan yang lebih kuat daripada rumput. <a href="https://doi.org/10.3390/f11080825">Menanam pohon secara berkelompok, tidak sendiri-sendiri atau berjajar</a>, disarankan untuk mengatur iklim mikro, yaitu kondisi iklim lokal di dekat permukaan bumi. </p>
<p>Ruang hijau kecil dapat menawarkan efek pendinginan yang lebih banyak saat musim panas di kota-kota. Kota juga dapat mempelajari pengelolaan konfigurasi ruang hijau kecil dengan lebih baik untuk mendapatkan lebih banyak manfaat pendinginan dan meminimalkan tarik ulur.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/190628/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Lingshan Li tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Selama gelombang panas, suhu tertinggi banyak ditemukan di daerah perkotaan. Ruang hijau kecil sering diabaikan sebagai cara untuk menyejukkan daerah perkotaan.Lingshan Li, PhD candidate, Department of Geography, Planning and Environment, Concordia UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1881522022-08-25T07:23:36Z2022-08-25T07:23:36ZIlmuwan rajin men-Tweet, apakah selalu akurat? Kita perlu perhatikan 12 indikator kualitas komunikasi sains ke publik<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/481010/original/file-20220825-2760-4t8j0t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Media sosial merupakan medium komunikasi sains yang perlu dimasuki oleh para ilmuwan.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/person-holding-iphone-showing-social-networks-folder-607812/">Tracy Le Blanc/Pexels</a></span></figcaption></figure><p>Pandemi COVID-19 sejak awal 2020 semakin membuat ilmuwan mempunyai peran penting dalam komunikasi sains untuk menjelaskan masalah sains secara akurat. Peranan mereka kian besar dalam menghadapi isu kesehatan global. </p>
<p>Namun seringkali komunikasi sains yang dilakukan oleh ilmuwan memicu pertentangan publik. Bahkan tidak sedikit yang menyisakan informasi yang tidak tepat (<em>misleading</em>) bagi masyarakat awam.</p>
<p>Contoh terbaru pertentangan dan informasi yang tidak tepat ini dapat ditemukan pada kasus artikel opini Eric Feigl-Ding dan koleganya berjudul <em><a href="https://www.washingtonpost.com/opinions/2022/07/07/monkeypox-pandemic-who-emergency-covid/">Let’s call monkeypox what it is: A pandemic</a></em> di <em>The Washington Post</em>, 7 Juli 2022. </p>
<p>Dalam artikel ini, Eric, seorang epidemiolog dan pendiri <a href="https://www.worldhealthnetwork.global/">the World Health Network (WHN)</a>, menyatakan wabah cacar monyet telah berkembang menjadi pandemi pada saat itu. Akun Twitter WHN juga merilis informasi sensasional dan menimbulkan kepanikan (perdebatan) di <a href="https://twitter.com/TheWHN/status/1539776725466238976?s=20&t=u3BhFhrA7CATnslHeEdGSg">Twitter</a> bahwa wabah cacar monyet jadi pandemi pada 23 Juni.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1539776725466238976"}"></div></p>
<p><a href="https://twitter.com/gabbystern/status/1545416505462083589?s=20&t=S6hSE3VKmpURpKP4g-NLZQ">Gabby Stren, Direktur Komunikasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),</a> pada 8 Juli membantah langsung informasi Eric via Twitter bahwa status cacar monyet versi Eric itu kurang akurat. </p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1545416505462083589"}"></div></p>
<p>Kendati pada akhirnya WHO merilis <a href="https://www.who.int/news/item/23-07-2022-second-meeting-of-the-international-health-regulations-(2005)-(ihr)-emergency-committee-regarding-the-multi-country-outbreak-of-monkeypox">pernyataan darurat kesehatan internasional (PHEIC) atau pandemi pada 23 Juli 2022</a> untuk cacar monyet, namun hingga artikel Eric dan cuitan WHN dipublikasikan infeksi cacar monyet belum dideklarasikan sebagai pandemi. Status PHEIC juga disematkan pada penyakit COVID-19 pada Maret 2020. </p>
<p>Para ilmuwan perlu memikirkan kualitas komunikasi sains sebelum mereka men-<em>tweet</em> suatu informasi agar tidak melahirkan kebingungan di kalangan awam. Apalagi soal informasi kesehatan yang terkait langsung dengan kesehatan individual dan masyarakat. </p>
<p>Sebuah <a href="https://doi.org/10.22323/2.20030206"><em>paper</em></a> yang disusun oleh para pemangku kepentingan komunikasi sains yaitu peneliti, jurnalis sains, komunikator sains, pembuat keputusan sains, dan masyarakat awam telah mengembangkan sebuah kerangka kerja (<em>framework)</em> untuk indikator kualitas komunikasi sains.
Hasil kegiatan ini dikumpulkan ke dalam tiga dimensi utama dan 12 kerangka indikator kualitas komunikasi sains. </p>
<h2>Kualitas konten sains di belantara media sosial</h2>
<p>Situasi sosial media yang menjadi medium utama distribusi komunikasi sains saat ini dipenuhi oleh <a href="https://questproject.eu/download/presentation-toolkit-for-science-communication-on-social-media-pdf/?wpdmdl=18343&refresh=648c73db9727a1686926299">tiga isu utama</a> yaitu disintermediasi, infodemi, dan polarisasi. Tiga hal ini yang mempengaruhi bagaimana komunikasi sains diterima oleh masyarakat. </p>
<p><em>Pertama</em>, disintermediasi, yaitu saat semua orang dapat menjadi apa saja tanpa batas yang jelas. Kondisi ini dipengaruhi oleh ekosistem media yang berkembang pesat sejak era media sosial. </p>
<p>Aktor lama dalam pemberitaan sains yang biasanya didominasi oleh ilmuwan, jurnalis sains, dan lembaga ilmu pengetahuan dalam era sosial media melahirkan <a href="https://doi.org/10.1007/978-3-662-59466-7_3">aktor baru</a> dari beragam latar belakang yang lebih luas.</p>
<p>Pada era pandemi, siapa pun dapat terlibat dalam komunikasi sains tanpa harus memenuhi seleksi tertentu melalui media sosial. Dalam kasus Eric, walau dia adalah epidemiolog, dia tidak tepat mengomentari pandemi penyakit menular, sesuatu di luar kajian risetnya yang lebih banyak berfokus pada penyakit tidak menular seperti obesitas, nutrisi, dan pencegahan kanker.</p>
<p><em>Kedua,</em> kondisi ini seringkali melahirkan infodemi, yakni <a href="https://doi.org/10.1016/j.cell.2021.10.031">banjir informasi yang tidak akurat</a>.</p>
<p>Kasus cuitan Eric tentang cacar monyet bukan yang pertama terjadi. Sejak cuitan pertamanya Januari 2020, Eric dijuluki sebagai “<a href="https://www.science.org/content/article/studying-fighting-misinformation-top-scientific-priority-biologist-argues">pencari perhatian yang mengkhawatirkan</a>”. Isi cuitannya tentang artikel ilmiah pracetak (<em>pre-print</em>) yang terbit pada 31 Januari 2020 mengklaim bahwa <a href="https://www.biorxiv.org/content/10.1101/2020.01.30.927871v1">SARS-CoV-2 (penyebab COVID-19)</a> merupakan virus buatan yang direkayasa menggunakan virus HIV. </p>
<p>Temuan tersebut memicu teori konspirasi bahwa virus baru itu mungkin merupakan senjata biologis dan menjadi kontroversi besar. Walau pada akhirnya artikel ilmiah pracetak ini ditarik beberapa hari setelahnya dan cuitan Eric kemudian <a href="https://undark.org/2020/11/25/complicated-rise-of-eric-feigl-ding/">dihapus</a>, namun unggahan tersebut telah tersebar luas. Hingga saat ini Eric mendapatkan jutaan pengikut setidaknya mencapai 7,2 juta.</p>
<p>Di tengah sedikitnya bukti dan masih gelapnya informasi yang memadai tentang COVID-19 saat itu, cuitan Eric menjadi rujukan masyarakat awam. <a href="https://www.science.org/content/article/studying-fighting-misinformation-top-scientific-priority-biologist-argues">Beberapa ilmuwan</a> mengkritik bahwa cuitan dan <em>thread</em> Eric seringkali tidak akurat, sensasional dan hiperbolik, serta tidak cermat menelaah artikel ilmiah yang belum direview oleh ilmuwan sejawat.</p>
<p><em>Ketiga</em>, keadaan ini lebih jauh lagi berdampak pada polarisasi yang berkembang pada masyarakat karena <a href="https://doi.org/10.1177/0963662521989193">perbedaan sikap dan pandangan ideologi</a> yang bertentangan dengan konsensus ilmiah.</p>
<h2>Aktor baru munculkan tantangan baru</h2>
<p>Lahirnya aktor-aktor baru dalam komunikasi sains menjadi tantangan tersendiri bagi ilmuwan dan akademisi. Mereka perlu membekali kemampuan lebih menghadapi disrupsi ekosistem media baru dan situasi yang penuh ketidakpastian merespons isu krisis kesehatan global. </p>
<p>Peran peneliti dalam komunikasi sains ini tidak hanya berperan menggambarkan berbagai praktik yang mentransmisikan ide, metode, pengetahuan, dan penelitian ilmiah kepada audiens non-ahli dengan cara yang dapat diakses, dimengerti, atau berguna. Namun, karena komunikasi sains ini bersifat multidisiplin, maka dibutuhkan kesadaran bagi peneliti untuk mengetahui keterbatasannya dan membuka celah bagi bidang ilmu yang lain untuk berkolaborasi. </p>
<p>Dalam proses transmisi pengetahuan sains pada awam, ilmuwan perlu memperhatikan kualitas komunikasi sains. </p>
<p>Wacana kualitas ini menonjol sejak diskusi publik ramai membahas tentang topik yang mempunyai dampak sosial yang tinggi seperti perubahan iklim, keraguan vaksinasi atau pandemi COVID-19 yang sedang terjadi hingga kini. </p>
<p>Munculnya media sosial dapat membantu. Namun, keterbatasan bukti ilmiah yang dinamis dalam jurnalisme sains menjadi pertaruhan besar dalam produksi <a href="https://doi.org/10.22323/2.20030206">konten komunikasi sains yang berkualitas dan akurat</a>.</p>
<p>Jurnalis sains Arko Olesk dan koleganya di <a href="https://questproject.eu/">QUEST (Quality and Effectiveness in Science and Technology communication)</a> merumuskan dua belas indikator kualitas sains dalam tiga dimensi: (1) dimensi kepercayaan dan kecermatan ilmiah, (2) gaya penyampaian pesan, dan (3) koneksi dengan masyarakat. Selengkapnya ada di tabel di bawah ini.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/481247/original/file-20220826-10437-pcsxy9.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/481247/original/file-20220826-10437-pcsxy9.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=511&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/481247/original/file-20220826-10437-pcsxy9.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=511&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/481247/original/file-20220826-10437-pcsxy9.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=511&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/481247/original/file-20220826-10437-pcsxy9.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=643&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/481247/original/file-20220826-10437-pcsxy9.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=643&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/481247/original/file-20220826-10437-pcsxy9.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=643&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://questproject.eu/social-media-improving-science-communication-by-the-tools-of-science/">QUEST</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p><strong>Dimensi kepercayaan dan kecermatan ilmiah</strong> menekankan bahwa komunikasi sains sangat dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan publik pada sumber informasi dan media komunikasi. Audiens dapat membuat keputusan berdasarkan informasi yang mempunyai tingkat kepercayaan informasi dan sumber yang akurat. </p>
<p>Indikator dari dimensi ini adalah acuan sumber informasi diambil dari rujukan ilmiah yang faktual, seimbang, dan transparan.</p>
<p><strong>Gaya penyampaian pesan</strong> berfokus pada bagaimana konten ilmiah disajikan, dapat dipahami, menarik dan mempunyai interaksi yang bermakna bagi publik. </p>
<p>Tantangan pada dimensi ini terletak pada bagaimana ilmuwan dapat menyeimbangkan upaya untuk menarik perhatian publik tanpa mengorbankan nilai objektivitas, transparansi, dan kaidah ilmiah yang dapat dipercaya. Dimensi ini meliputi kejelasan pesan, koherensi dan kontekstualisasi pesan, daya tarik dan pikat untuk mendekatkan audiens pada topik sains yang lebih kompleks, dan interaksi dengan audiens dengan cara dialogis dan umpan balik. </p>
<p><strong>Koneksi dengan masyarakat</strong> menunjukkan kemampuan komunikasi ilmuwan untuk berkontribusi dalam perubahan positif serta sebagai perantara informasi ilmiah bagi masyarakat. </p>
<p>Dimensi ini meliputi target dan tujuan yang jelas, berdampak pada perubahan sosial maupun individu, dan berhubungan dengan fenomena sehari-hari atau peristiwa terkini. Selain itu, ilmuwan bertanggung jawab terhadap informasi ilmiah yang disampaikan mempunyai sisi kontroversial dan berimplikasi pada standar etika ilmiah untuk menghindari kerusakan dan disinformasi publik.</p>
<p>Beberapa dimensi kualitas komunikasi sains yang dijabarkan dalam dua belas indikator ini dapat membantu para ilmuwan untuk melakukan komunikasi sains kepada publik. Kita berharap itu akan membantu masyarakat untuk memahami sains sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.</p>
<p>Yang paling penting ilmuwan dapat mendorong budaya kritis masyarakat dalam merespons situasi lingkungan sekitar untuk membentuk keputusan individu yang lebih baik berdasarkan sains yang akurat dan kredibel.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/188152/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Ilham Akhsanu Ridlo tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Wacana kualitas sains ini menonjol sejak diskusi publik ramai membahas tentang topik yang mempunyai dampak sosial yang tinggi seperti perubahan iklim, keraguan vaksinasi atau pandemi COVID-19.Ilham Akhsanu Ridlo, Adjunct assistant professor in Faculty of Public Health, Universitas AirlanggaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1846672022-07-08T07:05:41Z2022-07-08T07:05:41ZTransformasi digital layanan kesehatan terhambat tata kelola data<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/472269/original/file-20220704-21-7e59o8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Penduduk diminta lagi mengenakan masker di ruang terbuka seiring meningkatnya kasus COVID-19. Warga pakai masker bersiap menyeberang di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, 24 Juni 2022.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://download.antarafoto.com/searchresult/dom-1656078623">ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/foc</a></span></figcaption></figure><p>Selama pandemi COVID-19 berlangsung lebih dari dua tahun, Kementerian Kesehatan, pemerintah daerah, dan fasilitas layanan kesehatan mengumpulkan dan mengelola data elekronik terkait COVID-19 dalam jumlah sangat besar. Dalam sistem pengumpulan dan pengelolaan data tersebut, misalnya, <a href="https://infokomputer.grid.id/read/123178656/setiaji-arsitek-di-balik-pengembangan-aplikasi-pedulilindungi?page=all">ada 70 aplikasi</a> yang digunakan puskesmas dan 51 aplikasi yang digunakan oleh rumah sakit milik pemerintah.</p>
<p>Apakah banyak aplikasi itu menjamin pelayanan kesehatan menjadi efektif? </p>
<p><a href="https://cipg.or.id/en/publication/tata-kelola-data-ringkasan/">Menurut riset terbaru kami (Centre for Innovation Policy and Governance (CIPG) dan Yayasan Tifa)</a>, beragam aplikasi tersebut tidak menjamin pelayanan jadi lebih baik, lebih efektif, dan efisien. Sebaliknya, saat ada desakan untuk mendapatkan informasi secara cepat, akibat aplikasi dan sistem informasi yang telah ada tidak berfungsi optimal, pemerintah daerah memilih beralih ke aplikasi percakapan WhatsApp untuk koordinasi dan komunikasi mengenai rujukan, telusur kontak di lapangan, bahkan pelaporan kasus. </p>
<p>Riset ini cukup jelas menunjukkan bahwa tata kelola data menjadi elemen krusial dalam transformasi digital pelayanan publik. Pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien, mulai dari perencanaan, implementasi hingga evaluasi layanan, mengandalkan data yang akurat. </p>
<p>Kemampuan untuk melakukan analisis aktual dari berbagai sumber data menjadi kunci bagi pemerintah dalam merespons perubahan konteks, risiko, masalah, dan kebutuhan warga secara tepat. </p>
<h2>Akar mula dari benang kusut tata kelola data</h2>
<p>Rencana pemerintah Indonesia mengembangkan platform <a href="https://dto.kemkes.go.id/what-we-do">Indonesia Health Service (IHS)</a> dapat berdampak besar bagi pemenuhan janji transformasi digital pelayanan publik: aksesibilitas, transparansi, dan layanan yang cepat sekaligus berkualitas. Namun, menilik penanganan data pandemi COVID-19, faktor krusial yang luput diperhatikan adalah kebutuhan data yang berkualitas, akurat, dan dapat dibagi-pakai sejak awal pandemi. </p>
<p><a href="https://cipg.or.id/en/publication/tata-kelola-data-ringkasan/">Riset kami</a> mengungkap masalah pokok dalam tata kelola data kesehatan selama pandemi terentang mulai dari aspek teknis (seperti interoperabilitas, yakni kemampuan dari dua atau lebih sistem operasi, aplikasi, dan jaringan untuk berbagi-pakai data atau informasi) hingga hal mendasar seperti kecakapan manusianya. </p>
<p>Riset yang dilakukan selama 2021 ini mengambil studi kasus pada tingkat nasional (Indonesia), tingkat provinsi (Jawa Barat), dan tingkat kota dan kabupaten (Kota Pontianak). </p>
<p>Untuk memotret proses tata kelola data kesehatan saat pandemi, khususnya pada pelacakan kontak, beban layanan kesehatan, dan vaksinasi, kami mensurvei fasilitas layanan kesehatan di Jawa Barat (8 unit) dan di Kota Pontianak (4 unit). Kami mewawancarai 32 narasumber dari 26 institusi dan unit kerja pemerintah dan 14 pakar dari 11 lembaga yang berbeda. Kami juga melakukan serangkaian diskusi dengan organisasi masyarakat sipil dan instansi pemerintah terkait untuk mendiskusikan praktik tata kelola data yang lebih berkesinambungan. </p>
<p>Ada setidaknya ada empat temuan mendasar:</p>
<p><em>Pertama</em>, ada perbedaan data antara yang tersaji di laman pemerintah dan kondisi faktual di lapangan. Sebagai contoh, dalam penanganan pelacakan kontak (<em>contact tracing</em>). Jika ada penyintas COVID-19 yang terinfeksi kembali atau terdapat orang yang sama teridentifikasi kembali sebagai kontak erat pada dua kasus berbeda pada waktu berbeda, petugas pelacak tidak dapat memasukkan ulang data orang yang sama. Hal ini menimbulkan perbedaan data faktual di lapangan dan laporan yang ada di platform data kasus COVID-19 nasional dan daerah. </p>
<p><em>Kedua</em>, tidak ada standar data dan metadata pada sektor kesehatan. Padahal, berdasarkan prinsip Satu Data Indonesia (<a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/108813/perpres-no-39-tahun-2019">Peraturan Presiden No. 39 Tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia</a>), data yang dihasilkan oleh produsen data harus memenuhi standar data, memiliki metadata, menggunakan kode referensi atau data induk, dan memenuhi kaidah interoperabilitas data.</p>
<p>Akibatnya, interoperabilitas maupun keterpaduan data belum berjalan melalui sebuah sistem yang terintegrasi. Walau ada <a href="https://infokomputer.grid.id/read/123178656/setiaji-arsitek-di-balik-pengembangan-aplikasi-pedulilindungi?page=all">puluhan aplikasi</a> dipakai puskesmas dan rumah sakit milik pemerintah, tak ada jaminan pengumpulan dan pengelolaan data menjadi lebih efektif dan efisien. Saat ada kebutuhan mendesak, data dikirim melalui mekanisme di luar sistem aplikasi, yakni WhatsApp. </p>
<p>Di Kota Pontianak, misalnya, hasil rekap pendataan manual dilaporkan secara berantai melalui WhatsApp: dari penanggung jawab unit penanganan COVID-19 ke direktur fasilitas layanan kesehatan, lalu ke Dinas Kesehatan kabupaten dan kota, baru ke Dinas Kesehatan provinsi.</p>
<p><em>Ketiga</em>, masing-masing instansi memahami proses tata kelola data, tapi pemahaman mengenai peran dari setiap instansi masih beragam. Kami menemukan puskesmas yang menganggap dirinya sebagai pemilik data, sehingga merasa tidak perlu menyediakan <em>privacy notice</em> saat pendataan. Padahal pelayanan publik secara daring mengandalkan tata kelola data yang baik, termasuk pembagian peran yang jelas dalam tata kelola data di setiap institusi. </p>
<p><em>Keempat</em>, praktik untuk menjamin keamanan data, pelindungan terhadap privasi, dan data pribadi pun beragam dan tidak standar. Hal ini berkorelasi dengan kemampuan teknis pengelolaan data yang sangat bervariasi di tingkat fasilitas layanan kesehatan. Peran pengelolaan data di fasilitas layanan kesehatan umumnya melekat pada tenaga kesehatan yang belum tentu punya pemahaman mumpuni mengenai praktik baik pengelolaan data secara elektronik. </p>
<p>Selama pandemi COVID-19, sektor kesehatan tercatat mengalami beberapa kali kebocoran data yang berimbas pada <a href="https://kumparan.com/kumparantech/230-ribu-data-pasien-corona-di-indonesia-dijual-rp-2-8-juta-di-internet-1teeRWc2gT3/3">230 juta</a> data pasien COVID-19 dijual di RaidForums (Juni 2020), <a href="https://katadata.co.id/desysetyowati/digital/60d58c9c4538a/kebocoran-data-bpjs-kesehatan-disebut-bikin-rugi-negara-rp-600-triliun">279 juta</a> data BPJS Kesehatan (Mei 2021), <a href="https://www.kompas.com/tren/read/2021/09/01/090500365/kebocoran-13-juta-data-pengguna-e-hac-apakah-selesai-dengan-uninstall-ini?page=all">1,3 juta</a> data pengguna eHAC (Juli 2021).</p>
<h2>Langkah perbaikan</h2>
<p>Berbagai persoalan di atas mengindikasikan setidaknya dua agenda perubahan yang penting dan mendesak, yaitu (1) penerapan interoperabilitas antar-layanan dan (2) pengarusutamaan hak-hak digital.</p>
<p>Layanan kesehatan yang cepat dan dapat diandalkan mensyaratkan data yang bisa dibagi dan dipakai antar-institusi penyelenggara layanan (interoperabilitas). Pengembangan sistem informasi terintegrasi memungkinkan fasilitas layanan kesehatan bekerja lebih efektif dan efisien, tidak terbebani kewajiban <em>input</em> data ke beragam aplikasi. </p>
<p>Sedangkan pengarusutamaan hak digital (<em>digital rights</em>) dalam setiap tahap dan langkah pemrosesan data berarti bahwa data individu diperlakukan sebagai representasi subjek data. Pemerintah dan para pihak yang terlibat dalam tata kelola data sektor kesehatan perlu menjamin pemenuhan hak akses, hak berekspresi, dan hak atas privasi, termasuk mempercepat pengaturan terkait data pribadi. </p>
<p>Pengelolaan data pribadi (seperti identitas pasien) perlu memperhatikan hak atas privasi. Hal ini perlu dibarengi dengan adanya mekanisme koreksi data yang lebih mudah dan akuntabel bagi warga. </p>
<p>Transparansi dan akuntabilitas mekanisme tata kelola data perlu ditingkatkan. Caranya, dengan (a) memperjelas pertanggungjawaban penggunaan platform komunikasi pihak ketiga dalam pertukaran data; (b) memantau dan mengevaluasi secara mendalam serta komprehensif terkait implementasi tata kelola data dan sistem informasi yang ada di pusat dan daerah; (c) menginvestigasi kasus kebocoran data dan memberi penjelasan kepada publik. </p>
<p>Dua agenda perubahan besar di atas hanya dapat terlaksana dengan kejelasan peran masing-masing pihak dalam tata kelola data serta peningkatan peningkatan kualifikasi SDM tata kelola data. Hal ini penting mengingat pelayanan publik mensyaratkan birokrasi yang bekerja secara terpadu seperti diatur <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/96913/perpres-no-95-tahun-2018">Peraturan Presiden No. 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik</a>. </p>
<p>Pada akhirnya, perlu diingat bahwa tujuan transformasi pemerintahan digital adalah kesejahteraan warga, termasuk di antaranya pemenuhan layanan dasar yang cepat dan berkualitas. Dengan kata lain, warga adalah pemangku kepentingan utama. </p>
<p>Teknologi hanya sarana untuk membantu memastikan akurasi, interoperabilitas, dan keandalan data sehingga warga mendapat pelayanan publik yang optimal. Maka, sembari menimbang aspek-aspek lain dalam transformasi pemerintahan digital — seperti cara kerja birokrasi, pilihan teknologi, partisipasi warga — urusan tata kelola data ini perlu terus dicermati.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/184667/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Klara Esti menerima pendanaan dari Yayasan Tifa dan CIPG untuk riset ini. Pendanaan kedua lembaga ini berasal dari Luminate (<a href="https://luminategroup.com/">https://luminategroup.com/</a>) untuk melakukan riset "Menata Kelola Data demi Pelayanan Publik: Studi Kasus Tata Kelola Data Sektor Kesehatan dan Pendidikan selama Pandemi Covid-19" yang menjadi bahan penulisan artikel ini. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Anesthesia H. Novianda mendapatkan dana dari Yayasan Tifa dan CIPG untuk riset ini. Pendanaan kedua lembaga ini berasal dari Luminate untuk melakukan melakukan riset "Menata Kelola Data demi Pelayanan Publik: Studi Kasus Tata Kelola Data Sektor Kesehatan dan Pendidikan selama Pandemi Covid-19" yang menjadi bahan penulisan artikel ini.</span></em></p>Belajar dari penanganan pandemi COVID-19, transformasi digital pelayanan publik sektor kesehatan perlu ditopang oleh tata kelola data yang baik. Tanpanya, janji kemudahan akses akan sulit terpenuhi.Klara Esti, Senior research associate, Centre for Innovation Policy and GovernanceAnesthesia Novianda, Research Associate, Centre for Innovation Policy and GovernanceLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1791142022-03-14T09:28:41Z2022-03-14T09:28:41ZIngin lebih bahagia, lebih sehat, dan hemat? Memasak adalah jawabannya<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/451729/original/file-20220313-23-1ip9btg.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Screen Shot at</span> </figcaption></figure><p>Penelitian menunjukkan orang yang memasak lebih banyak memiliki pola makan yang lebih sehat, menghabiskan lebih sedikit uang untuk makanan yang dibawa pulang, dan memiliki indikator kesehatan yang lebih baik.</p>
<h2>Memasak membuat anda lebih bahagia</h2>
<p><a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21613564">Sebuah penelitian yang melibatkan 160 orang dewasa</a> meneliti apakah makan makanan sehat yang disiapkan di rumah mempengaruhi emosi. Para peneliti menemukan orang yang memasak lebih banyak melaporkan perasaan positif yang lebih intens dan lebih sedikit khawatir dibandingkan dengan mereka yang makan lebih banyak di luar rumah. Mereka juga lebih cenderung memilih makanan yang lebih sehat saat makan berikutnya dibandingkan dengan orang yang makan lebih banyak di luar rumah.</p>
<p>Baru-baru ini <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28526477">uji coba terkontrol secara acak pada 141 ibu-ibu di Irlandia</a> menemukan bahwa belajar memasak <em>lasagna</em>, baik dengan mengikuti resep atau melalui video meningkatkan kepercayaan diri dan kenikmatan mereka memasak. Tutorial cara memasak mengurangi kesulitan mereka untuk memasak makanan dari awal dan meningkatkan niat mereka untuk memasaknya lagi.</p>
<p>Bukan hanya memasak, tetapi berbagi makanan dengan orang lain, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25946941">juga menimbulkan perasaan bahagia</a> seperti yang ditemukan dalam riset yang melibatkan 39.000 orang dari Thailand.</p>
<h2>Memasak bisa menghemat uang</h2>
<p><a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28689608">Dalam program enam minggu <em>Cooking Matters</em> di Amerika Serikat (AS)</a>, orang dewasa berpenghasilan rendah diajari cara berbelanja dan menyiapkan makanan sehat dengan anggaran terbatas menggunakan bantuan teknik persiapan makan. Enam bulan setelah program selesai, individu masih menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam kepercayaan diri untuk dapat memaksimalkan teknik memilih makanan sehat yang terjangkau. Mereka juga tidak terlalu khawatir kehabisan makanan sebelum mereka punya uang untuk membeli lebih banyak.</p>
<p><a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28256283">Sebuah survei terhadap 437 orang dewasa di AS</a> melihat hubungan antara frekuensi makan malam yang dimasak di rumah atau makan di luar dengan kualitas diet secara keseluruhan dan uang yang dihabiskan pada makanan. Seperti yang bisa Anda tebak, memasak di rumah lebih sering dikaitkan dengan kualitas diet yang lebih tinggi dan pengeluaran lebih sedikit per orang.</p>
<p>Masak sendiri bisa menghemat sekitar Rp 930 ribu per orang per bulan dibanding jajan makanan di luar, dan menghemat Rp 3,9 juta per orang per bulan untuk makanan secara keseluruhan.</p>
<p>Makan di luar lebih sering dikaitkan dengan kualitas diet yang lebih rendah dan pengeluaran lebih banyak per orang untuk makanan yang dibawa pulang (Rp 1,9 juta per orang per bulan) dan makanan secara keseluruhan
(Rp 4,7 juta per orang per bulan). Yang penting, koki rumahan baik yang sering atau tidak memasak makanan di rumah menghabiskan anggaran yang sama untuk masakan (Rp 2,7 juta bagi yang sering dibanding Rp 2,8 juta untuk yag jarang memasak).</p>
<h2>Orang yang memasak memiliki kebiasaan makan yang lebih sehat</h2>
<p>Makanan olahan cenderung lebih banyak mengandung kalori, garam, gula, dan lemak jenuh. Pada tahun 2008, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28535769">survei terhadap 509 orang dewasa di Inggris</a> menunjukkan persentase rata-rata kalori dari makanan olahan adalah 51%. Mereka yang memasak setidaknya lima hari seminggu mengkonsumsi 3-4% lebih sedikit total kalori dibanding makanan olahan.</p>
<p>Itu setara dengan perbedaan sekitar 57-75 kalori lebih sedikit per hari dibanding masakan olahan. Mungkin kedengarannya tidak banyak, tetapi jika dihitung lebih dari seminggu, itu membuat perbedaan pada asupan nutrisi Anda seperti serat, vitamin, dan mineral. </p>
<h2>Memasak membuat risiko terkena diabetes tipe 2 lebih rendah</h2>
<p>Ada sebuah <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27379673">riset yang dilakukan AS</a> selama 25 tahun yang melibatkan lebih dari 58.000 wanita dan 41.000 pria. Setiap empat tahun mereka ditanya berapa banyak makan siang dan makan malam mereka yang biasanya disiapkan di rumah. Di antara mereka yang memiliki lima hingga tujuh makan malam yang disiapkan di rumah, ada risiko 15% lebih rendah terkena diabetes tipe 2 dibandingkan dengan mereka yang menjawab 2 atau kurang, sementara di antara mereka yang makan sianglima hingga tujuh kali di rumah memiliki risiko 9% lebih rendah.</p>
<p>Risiko yang lebih tinggi ini sebagian dikaitkan dengan mereka yang makan lebih banyak di rumah mengalami kenaikan berat badan yang jauh lebih sedikit. Bagi mereka yang mengonsumsi 11-14 makanan per minggu yang disiapkan di rumah, wanita bertambah 3,02 kg dan pria bertambah 2,62 kg. Ini secara signifikan kurang dari berat yang diperoleh oleh mereka yang tidak makan enam kali seminggu yang disiapkan di rumah, yaitu 3,36kg untuk wanita dan 3,85kg untuk pria.</p>
<h2>Intervensi memasak membantu Anda</h2>
<p><a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24703245">Dalam studi di mana orang</a> secara aktif berusaha memasak lebih sering, mereka terbukti meningkatkan asupan nutrisi, membuat jenis makanan lebih beragam, dan mengonsumsi makanan yang lebih baik.</p>
<p>Di semua penelitian jenis ini ada beberapa dampak positif pada hasil kesehatan seperti kolesterol darah, tekanan darah, berkurangnya risiko <em>rheumatoid arthritis</em>, penyakit ginjal kronis, dan meningkatkan kualitas hidup pasien penderita kanker prostat. Meskipun ahli lain juga menyoroti bahwa studi yang dirancang dengan baik dengan evaluasi yang ketat diperlukan karena banyak studi memiliki desain studi yang lemah.</p>
<h2>Siapa yang mengajari Anda untuk memasak?</h2>
<p>Sebuah survei yang dilakukan tahun 2015 menemukan sekitar satu dari lima <a href="http://healthyweightweek.com.au/wp-content/uploads/2014/11/Cooking-at-home-prescription-for-good-%20kesehatan-FINAL.pdf">orang Australia ingin memasak lebih banyak di rumah</a>. Dalam <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27842556">survei di Irlandia</a>, lebih dari 1.000 orang dewasa ditanyai tentang keterampilan memasak mereka, termasuk langkah-langkah memasak seperti memotong, keterampilan makanan seperti penganggaran, praktik memasak termasuk keamanan pangan, sikap memasak, kualitas diet dan kesehatan. Mereka juga ditanya kapan mereka belajar memasak dan siapa yang mengajari mereka.</p>
<p>Hasil penelitian menunjukkan orang dewasa yang telah belajar memasak saat anak-anak atau remaja secara signifikan lebih percaya diri, memiliki lebih banyak keterampilan dan praktik memasak, dan sebagian besar memiliki kualitas dan pola makanan sehat yang lebih baik secara keseluruhan. Ibu adalah orang utama yang mengajari mereka cara memasak. Belajar memasak sejak dini itu penting. Ini berarti meningkatkan kualitas kesehatan seluruh keluarga bisa tercapai dengan membantu orang tua meningkatkan keterampilan memasak mereka.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/179114/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Clare Collins is affiliated with the Priority Research Centre for Physical Activity and Nutrition, the University of Newcastle, NSW. She is an NHMRC Senior Research fellow. She has received a range of research grants including NHMRC, ARC, Hunter Medical Research Institute, Meat and Livestock Australia, Diabetes Australia, the Heart Foundation. She has consulted to SHINE Australia, Novo Nordisk, Quality Bakers and the Sax Institute. She is a spokesperson for the Dietitians Association of Australia on some specific nutrition issues, including Australia's Healthy Weight Week.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Tamara Bucher is affiliated with the Priority Research Center for Physical Activity and Nutrition, the University of Newcastle Australia, NSW and the Consumer Behavior Research Group at ETH Zürich, Switzerland. She has received a range of research grants including the Swiss National Science Foundation (SNSF) and the Swiss Foundation of Nutrition Research (SFEFS) and the European Union (Horizon 2020).</span></em></p>Penelitian menunjukkan orang yang memasak memiliki pola makan yang lebih sehat, menghabiskan lebih sedikit uang untuk makanan yang dibawa pulang, dan memiliki indikator kesehatan yang lebih baik.Clare Collins, Laureate Professor in Nutrition and Dietetics, University of NewcastleTamara Bucher, Senior Researcher, University of NewcastleLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1789372022-03-11T01:27:05Z2022-03-11T01:27:05ZCurious Kids: apa itu kotoran telinga dan bagaimana menghilangkannya?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/450963/original/file-20220309-27-10p64ea.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">earwax</span> </figcaption></figure><p><a href="https://theconversation.com/au/topics/curious-kids-36782"><img src="https://images.theconversation.com/files/291898/original/file-20190911-190031-enlxbk.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=90&fit=crop&dpr=1" width="100%"></a> </p>
<hr>
<blockquote>
<p><strong>Apa itu kotoran telinga? Helen, 8 Tahun, Somerville, Massachusetts, Amerika Serikat</strong></p>
</blockquote>
<hr>
<p>Bayangkan kamu sedang menonton TV. Tiba-tiba, telinga kamu terasa sedikit gatal. Kamu memasukkan jari kelingking kamu di sana dan menggali sedikit. kamu menariknya keluar dan menatap gumpalan kecil kecokelatan di ujung jari Anda</p>
<p>Itu kotoran telinga. Jenis kotoran telinga seperti lilin ini telah menjangkiti orang selama berabad-abad. Alat untuk menghilangkan kotoran telinga dari ribuan tahun yang lalu telah ditemukan <a href="https://www.smithsonianmag.com/smart-news/roman-tweezers-and-metal-q-tip-found-england-180973777/">dalam bahasa Romawi kuno</a> dan di <a href="https://en.natmus.dk/historical-knowledge/denmark/prehistoric-period-until-1050-ad/the-viking-age/the-people/appearance/">situs arkeologi Viking</a>. Tetapi jika kamu bisa tiba-tiba dapat menghilangkan semua kotoran telinga di dunia, itu mungkin tidak baik juga</p>
<p><a href="https://scholar.google.com/citations?hl=id&view_op=list_works&gmla=AJsN-F4yOWs68gzIWGmiRrwuM774uc4c9CeuLu0TJXl_xBJ3twogC0YfkoiOkwNonm">Saya seorang dokter telinga anak</a> Saya bekerja di rumah sakit anak di Seattle, Amerika Serikat dan terutama melihat anak-anak yang memiliki masalah dengan telinga mereka. Kadang-kadang saya bertemu dengan seorang pasien yang memiliki sesuatu di telinga mereka yang seharusnya tidak ada di sana seperti serangga, cacing bergetah, dan manik-manik batu permata yang telah saya ambil dari telinga mereka. Tapi apa yang saya lihat kebanyakan adalah kotoran telinga.</p>
<p>Saluran telinga kamu dilapisi dengan sel-sel kulit, serta berbagai kelenjar yang melepaskan berbagai zat ke dalam saluran. Kotoran telinga diproduksi di saluran telinga Anda dan pada dasarnya adalah <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Earwax">campuran sel kulit, keringat, dan minyak lemak</a>. Benda-benda ini bercampur menjadi satu untuk membentuk gumpalan kecil atau terkadang agak besar dan berwarna coklat keemasan.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/442367/original/file-20220124-19-fbn864.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="cross-section diagram of the human ear system" src="https://images.theconversation.com/files/442367/original/file-20220124-19-fbn864.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/442367/original/file-20220124-19-fbn864.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=448&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/442367/original/file-20220124-19-fbn864.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=448&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/442367/original/file-20220124-19-fbn864.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=448&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/442367/original/file-20220124-19-fbn864.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=563&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/442367/original/file-20220124-19-fbn864.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=563&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/442367/original/file-20220124-19-fbn864.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=563&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Kotoran telinga ditemukan di bagian luar telinga Anda, di saluran telinga.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/illustration/human-ear-anatomy-royalty-free-illustration/1254417864">Ace2020/iStock via Getty Images Plus</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kotoran telinga setiap orang adalah unik. Ada yang lebih pucat, ada yang kering, ada yang berwarna kuning, coklat atau hitam. Para ilmuwan telah menemukan <a href="https://doi.org/10.1038/ng1733">gen yang tampaknya mengkalibrasi</a> seberapa basah atau kering lilin kamu. Jadi, jika lilin Anda benar-benar pucat dan bau, itu hal lain yang bisa kamu salahkan pada orang tua kamu.</p>
<p>Meskipun kamu mungkin berpikir itu hanya gangguan, kotoran telinga sebenarnya memainkan beberapa peran penting. Ini membantu menjaga kulit di telinga kamu tetap sehat dan lembab, dan menurut dokter dapat <a href="https://doi.org/10.1056/NEJM197105132841913">melindungi saluran telinga dari infeksi</a>. Jika tidak ada kotoran telinga di dunia, telinga Anda akan terasa kering dan gatal. kamu mungkin akan menggaruknya terus-menerus dan mendapatkan infeksi saluran telinga lebih sering.</p>
<p>Tapi mungkin kamu yakin penumpukan kotoran telinga membuat telingamu gatal – belum lagi membuat kamu tidak bisa mendengar saat dipanggil untuk makan malam. Dalam hal ini, apakah lebih baik untuk mengeluarkannya dari sana?</p>
<p>Banyak orang tergoda untuk menempelkan sesuatu di telinga mereka untuk mencoba mengeluarkan kotoran dan membuat telinga sedikit tergores. Masalahnya adalah meskipun kamu mungkin mengeluarkan sedikit lilin, kamu mungkin mendorong lebih banyak daripada yang kamu keluarkan. Jika Anda terus mendorong lebih dan lebih, cepat atau lambat saluran telinga Anda akan penuh sesak dan dipenuhi dengan kotoran. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/442348/original/file-20220124-13-rrfafe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="little girl poking her finger in her ear" src="https://images.theconversation.com/files/442348/original/file-20220124-13-rrfafe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/442348/original/file-20220124-13-rrfafe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/442348/original/file-20220124-13-rrfafe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/442348/original/file-20220124-13-rrfafe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/442348/original/file-20220124-13-rrfafe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/442348/original/file-20220124-13-rrfafe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/442348/original/file-20220124-13-rrfafe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Jangan terlalu keras pada kotoran telinga kamu , itu sebenarnya melakukan pekerjaan penting.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/photo/little-girl-plug-ears-with-fingers-on-brown-royalty-free-image/1353608950">kool99/E+ via Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Jadi apa cara terbaik untuk mengeluarkannya? Percaya atau tidak, dengan sendirinya liang telinga secara alami <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/6085805/">mendorong kotoran telinga keluar dari telinga</a>. <a href="https://doi.org/10.1002/aja.1001840408">Saat kulit tumbuh di saluran telinga</a>, ia membentuk sabuk konveyor alami untuk kotoran telinga. Secara umum, itu akan perlahan-lahan bermigrasi ke luar saluran telinga kamu dan hanya rontok ketika kamu berlarian atau mandi. Saat kamu mengunyah, gerakan rahang kamu juga tampaknya membantu kotoran keluar dari telinga kamu.</p>
<p>Ini adalah proses alami dan perjalanan panjang menuju kebebasan bagi para kotoran telinga yang berukuran kecil itu. Mereka juga ingin keluar dari saluran telinga kamu, jadi jangan mendorongnya kembali dengan menempelkan <em>cotton buds</em> di telinga kamu. Beberapa orang secara keliru mengira menyalakan lilin di dekat telinga kamu adalah cara yang bagus untuk menciptakan ruang hampa dan menyedot kotoran dari telinga kamu. <a href="https://www.audiologyresearch.org/ear-candling/">Tidak</a> – penelitian menunjukkan bahwa <a href="https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/consumer%20-health/expert-answers/ear-candling/faq-20058212">ini tidak benar-benar berfungsi</a>, jadi tolong jangan menyalakan api di sebelah kepala Anda.</p>
<p>Kadang-kadang menggunakan berbagai jenis obat tetes telinga yang melunakkan kotoran dapat membantu kotoran keluar dengan sendirinya. Ada beberapa tetes yang bisa Anda beli di toko, dan beberapa produk sederhana seperti minyak mineral juga bisa membantu. <a href="https://doi.org/10.1177/0194599816680327">Jika telinga Anda terlalu penuh dengan kotoran</a>, kamu mungkin perlu menemui dokter untuk membersihkannya dengan hati-hati. Jangan coba ini di rumah!</p>
<hr>
<p><em>Apakah kamu punya pertanyaan yang ingin ditanyakan ke ahli? Minta bantuan ke orang tua atau orang yang lebih dewasa untuk mengirim pertanyaanmu pada kami</em>.</p>
<p><em>Ketika mengirimkan pertanyaan, pastikan kamu sudah memasukkan nama pendek, umur, dan kota tempat tinggal. Kamu bisa:</em></p>
<ul>
<li><em>mengirimkan email ke <a href="mailto:curiouskids@theconversation.com">redaksi@theconversation.com</a></em></li>
<li><em>tweet ke kami <a href="https://twitter.com/ConversationIDN">@conversationIDN</a> dengan tagar #curiouskids</em></li>
<li><em>DM melalui Instagram <a href="https://www.instagram.com/conversationIDN/">@conversationIDN</a></em></li>
</ul>
<p>_Arina Apsarini Putri Asrofi dari Binus University menerjemahkan artikel ini dari Bahasa Inggris
_</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/178937/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Henry Ou sebelumnya telah menerima dana dari National Institutes of Health - National Institute on Deafness and Other Communication Disorders, American Society of Pediatric Otolaryngology, National Organization for Hearing Research Foundation, Capita Foundation, dan American Otologic Society,</span></em></p>Kotoran kecoklatan/kekuningan yang keluar di jari Anda jika Anda menggaruk jauh di dalam telinga Anda? Ini benar-benar memiliki tujuan penting dalam tubuh Anda.Henry Ou, Associate Professor of Otolaryngology, School of Medicine, University of WashingtonLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1784322022-03-04T09:43:43Z2022-03-04T09:43:43ZKenapa orang bisa terkena penyakit diare?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/450018/original/file-20220304-25-w8yj7k.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Apapun penyebabnya, terkena diare akan membuat kita tidak nyaman.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/photo/man-holding-toilet-tissue-roll-in-bathroom-royalty-free-image/1249645235">Rapeepong Puttakumwong/Moment via Getty Images</a></span></figcaption></figure><p><a href="https://theconversation.com/id/topics/curious-kids-83797"><img src="https://images.theconversation.com/files/386375/original/file-20210225-21-1xfs1le.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=90&fit=crop&dpr=2" width="100%"></a></p>
<hr>
<blockquote>
<p><strong>Kenapa orang bisa terkena penyakit diare? – A.A.A., usia 10 tahun di Philadelphia, Amerika Serikat (AS)</strong></p>
</blockquote>
<hr>
<p>Sistem pencernaan memecah apapun yang kita makan dan minum untuk dan menyerap nutrisi untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan oleh tubuh kita.</p>
<p>Sisa zat padat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh kita akan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539732/">dikeluarkan sebagai kotoran atau tinja</a> dalam berbagai bentuk, ukuran, warna dan tekstur yang.</p>
<p><a href="https://scholar.google.com/citations?user=mHFFJtUAAAAJ&hl=en&oi=ao">Sebagai dokter</a> yang menangani pasien dengan masalah pencernaan, saya sering menggunakan yang disebut <a href="https://dx.doi.org/10.1016%2Fj.jpeds.2011.03.002">“skala tinja Bristol”</a> untuk menilai teskur kotoran manusia.</p>
<p>Skala ini mulai dari Tipe 1 (berbentuk gumpalan keras yang terpisah-pisah) sampai Tipe 7 (berupa cairan encer tanpa potongan padat). Tekstur tinja terbaik adalah Tipe 4, yang menyerupai pisang lunak.</p>
<p>Jika kamu buang air besar setidaknya tiga kali sehari dengan <a href="https://blog.katescarlata.com/2021/04/19/common-disorders-associated-with-diarrhea/">tekstur tinja yang encer dan berair</a>, maka kamu mengalami <a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/diarrhoeal-disease">diare</a>. Kamu akan merasa tidak nyaman, karena saat diare, intensitas buang air terjadi sangat cepat dan seringkali sulit dikendalikan.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/442540/original/file-20220125-15-n9shj2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Illustration of the seven categories of poop, ranging from overly firm to liquid." src="https://images.theconversation.com/files/442540/original/file-20220125-15-n9shj2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/442540/original/file-20220125-15-n9shj2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/442540/original/file-20220125-15-n9shj2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/442540/original/file-20220125-15-n9shj2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/442540/original/file-20220125-15-n9shj2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/442540/original/file-20220125-15-n9shj2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/442540/original/file-20220125-15-n9shj2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Skala tinja Bristol mengelompokkan kotoran manusia dalam tujuh kategori tekstur, dari pelet keras seperti saat sembelit hingga cairan encer seperti saat diare.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/illustration/bristol-stool-chart-tool-for-faeces-type-royalty-free-illustration/1250463401">VectorMine/iStock via Getty Images Plus</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Waspada kuman jahat</h2>
<p>Makanan yang telah melewati lambung akan berbentuk cairan, lalu menuju usus kecil tempat nutrisi diserap. Sisa makanan tersebut kemudian mengalir ke usus besar, tempat air diserap sehingga terbentuklah tinja. </p>
<p>Ketika usus kecil dan usus besar gagal melakukan tugasnya, tinja akan menjadi cair. Inilah yang terjadi saat kita diare.</p>
<p>Diare biasanya terjadi karena infeksi yang disebabkan oleh <a href="https://www.doi.org/10.4161/gmic.1.1.11036">virus, bakteri dan parasit</a>.</p>
<p>Itulah sebabnya kita dianjurkan untuk menjaga <a href="https://www.epa.gov/dwreginfo/drinking-water-regulations">kebersihan air minum</a> dan <a href="https://www.fsis.usda.gov/food-safety/safe-food-handling-and-preparation/food-safety-basics/steps-keep-food-safe">kondisi makanan kita</a>, serta membiasakan diri mencuci tangan sebelum makan.</p>
<p>Kuman menyebabkan diare dengan cara-cara yang berbeda. Seringkali mereka menimbulkan iritasi pada usus dan mengganggu penyerapan cairan. Beberapa kuman menyebabkan diare dengan cara <a href="https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cholera/symptoms-causes/syc-20355287">melepaskan bahan kimia</a> yang membuat usus mengeluarkan cairan, sehingga membuat tinja semakin encer. Jika <a href="https://www.cdc.gov/foodsafety/foodborne-germs.html">kuman berasal dari makanan</a>, gejalanya bisa berupa muntah, sakit perut, dan diare.</p>
<p>Pastinya tidak semua mikroba itu jahat.</p>
<p>Faktanya, <a href="https://doi.org/10.1038/nature11053">sistem pencernaan kita dipenuhi dengan miliaran bakteri</a> dan kuman yang dapat membantu mencerna makanan dan melindungi kita dari kuman jahat.</p>
<p><a href="https://doi.org/10.2217/17460913.3.5.563">Mengonsumsi antibiotik untuk pengobatan infeksi juga dapat menyebabkan diare</a> karena akan membunuh bakteri baik sekaligus bakteri jahat yang membawa penyakit. Akan tetapi, penderita diare biasanya akan sembuh setelah menghabiskan antiobiotik tersebut dan bakteri baik punya waktu untuk memulihkan diri.</p>
<p>Penderita diare perlu mengonsumsi banyak cairan agar tetap terhidrasi. Air adalah obat terbaik.</p>
<p>Hindari <a href="https://doi.org/10.1001/archpedi.1985.02140070077039">jus</a> dan <a href="https://irritablebowelsyndrome.net/food/no-soda">soda</a> karena akan membuat diare semakin parah. Hindari pula makanan yang dapat membuat sistem pencernaan Anda bekerja lebih keras, seperti produk susu.</p>
<p>Sebaliknya, <a href="https://www.childrens.com/health-wellness/how-to-treat-diarrhea-in-kids">makanan tinggi serat seperti ubi jalar, gandum dan bit</a> dapat membantu membuat tinja menjadi lebih padat.</p>
<p>Jangan pernah mengonsumsi obat diare, meskipun tidak memerlukan resep, tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.</p>
<h2>Ada banyak penyebab lain</h2>
<p>Masih banyak penyebab-penyebab diare yang lainnya sebagai berikut:</p>
<ol>
<li><p>Beberapa orang dilahirkan dengan kondisi yang membuat mereka mudah terkena diare. Contoh paling umum adalah penderita <a href="http://dx.doi.org/10.1136/gutjnl-2019-318404">intoleransi laktosa</a>. Laktosa adalah gula dalam susu yang <a href="https://www.britannica.com/science/lactase">membutuhkan enzim khusus, yakni laktase</a>, agar bisa dicerna di usus kecil. Beberapa orang hanya memiliki sedikit, atau bahkan tidak sama sekali, enzim ini di usus kecil mereka. Akibatnya, laktosa ikut masuk ke usus besar tanpa dipecah dan diserap, sehingga menyebabkan kotoran menjadi sangat encer.</p></li>
<li><p><a href="https://doi.org/10.3389/fped.2018.00350">Penyakit Celiac</a> juga dapat memicu diare. Penderita Celiac memiliki <a href="https://www.health.harvard.edu/healthbeat/getting-out-the-gluten">kesulitan mencerna gluten</a> –- protein yang ditemukan dalam gandum dan biji-bijian. Bagi penderitanya, memakan gluten dapat merusak usus kecil dengan mengaktifkan sistem kekebalan mereka sendiri. Kerusakan tersebut dapat diatasi dengan diet bebas gluten, tetapi diare dapat tetap berlanjut sampai usus kecil benar-benar sembuh dan bisa mencerna kembali.</p></li>
<li><p>Beberapa orang memiliki riwayat <a href="https://doi.org/10.3389/fmed.2017.00261">alergi sistem pencernaan</a>. Mereka harus menghindari makanan tertentu untuk mencegah diare dan gejala lainnya.</p></li>
<li><p>Diare dapat pula disebabkan oleh obat-obatan. Beberapa obat memiliki efek yang akan membuatmu lebih sering buang air besar.</p></li>
<li><p>Ada juga kondisi medis tertentu, seperti <a href="https://doi.org/10.1053/j.gastro.2021.04.063">radang usus</a> – contohnya <a href="https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/crohns-disease/symptoms-causes/syc-20353304">penyakit Crohn</a> dan <a href="https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/ulcerative-colitis/symptoms-causes/syc-20353326">kolitis ulseratif</a> – di mana usus kecil, usus besar atau keduanya meradang selama periode waktu tertentu.</p></li>
<li><p>Otak kita juga bisa menjadi penyebab diare: <a href="https://www.healthline.com/health/anxiety-diarrhea">kecemasan atau stres</a> dapat memengaruhi proses buang air besar. Beberapa kondisi, seperti <a href="https://doi.org/10.14309/ajg.0000000000001036">sindrom iritasi usus besar</a>, di mana otak dan usus tidak sinkron, dapat menyebabkan sakit perut dan diare, terutama saat sedang stres.</p></li>
<li><p>Beberapa jenis <a href="https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cancer/in-depth/diarrhea/art-20044799">kanker</a> dan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6867674/">tumor</a> tertentu juga dapat menyebabkan diare. </p></li>
<li><p>Terakhir, bagi sebagian orang, makan makanan pedas atau berlemak, atau mengonsumsi pemanis buatan maupun <a href="https://www.healthline.com/health/foods-that-cause-diarrhea#food-and-diarrhea">kafein dalam jumlah besar</a> dapat menyebabkan diare.</p></li>
</ol>
<p>Mungkin memang menjijikan, namun saya menyarankan untuk memperhatikan tinja kalian saat buang air besar. Jika kalian mengalami diare sepanjang waktu, bukan hanya sesekali, kalian perlu berkonsultasi ke dokter.</p>
<hr>
<p><em>Apakah kamu punya pertanyaan yang ingin ditanyakan ke ahli? Minta bantuan ke orang tua atau orang yang lebih dewasa untuk mengirim pertanyaanmu pada kami</em>.</p>
<p><em>Ketika mengirimkan pertanyaan, pastikan kamu sudah memasukkan nama pendek, umur, dan kota tempat tinggal. Kamu bisa:</em></p>
<ul>
<li><em>mengirimkan email ke <a href="mailto:curiouskids@theconversation.com">redaksi@theconversation.com</a></em></li>
<li><em>tweet ke kami <a href="https://twitter.com/ConversationIDN">@conversationIDN</a> dengan tagar #curiouskids</em></li>
<li><em>DM melalui Instagram <a href="https://www.instagram.com/conversationIDN/">@conversationIDN</a></em></li>
</ul>
<hr><img src="https://counter.theconversation.com/content/178432/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Hannibal Person tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Kotoran dikeluarkan dari tubuh dalam berbagai bentuk, ukuran dan tekstur. Terkadang tekstur kotoran bisa menjadi terlalu encer akibat bakteri jahat, penyakit Crohn, atau intoleransi laktosa.Hannibal Person, Assistant Professor of Gastroenterology and Hepatology, School of Medicine, University of WashingtonLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1776112022-02-24T08:30:20Z2022-02-24T08:30:20ZAnda tidak minum susu? Begini cara menjaga asupan kalsium tetap cukup<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/447692/original/file-20220222-16-1tzpglo.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Susu</span> </figcaption></figure><p>Susu sapi adalah <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33920532/">sumber kalsium</a> dan vitamin D yang sangat baik untuk <a href="https://www.bones.nih.gov/health-info/bone/osteoporosis/bone-mass">membangun tulang yang kuat dan padat</a>.</p>
<p><a href="https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/healthyliving/milk#nutrients-in-milk">Susu juga mengandung</a> protein, mineral fosfor, kalium, seng dan yodium, dan vitamin A, B2, dan B12.</p>
<p>Ketika kecil, saya minum susu dalam jumlah banyak. Kiriman susu datang ke rumah susu setiap pagi. Saya juga minum susu sekitar sepertiga gelas bir sebelum masuk kelas karena itu merupakan dari <a href="https://education.qld.gov.au/about-us/history/history-topics/free-milk-scheme#:%7E:text=Teachers%20and%20children%20of%20the,into%20the%20bottle%20was%20challenging">bagian program sekolah</a>. Sampai saat ini, saya masih suka susu yang membuat saya mendapatkan asupan kalsium dengan mudah.</p>
<p>Tentu saja, banyak orang <a href="https://nutrition.org/going-nuts-about-milk-heres-what-you-need-to-know-about-plant-based-milk-alternatives">tidak minum susu</a> karena berbagai alasan. Kabar baiknya adalah Anda bisa mendapatkan semua kalsium dan nutrisi lain yang Anda butuhkan dari makanan lain.</p>
<h2>Makanan apa yang mengandung kalsium?</h2>
<p><a href="https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/healthyliving/calcium#good-sources-of-calcium">Produk susu seperti keju dan yogurt</a> kaya akan kalsium, sedangkan makanan non-susu termasuk tahu, ikan kaleng dengan tulang, sayuran berdaun hijau, kacang-kacangan dan biji-bijian mengandung kalsium dengan jumlah yang bervariasi.</p>
<p>Beberapa makanan diperkaya dengan tambahan kalsium, termasuk beberapa sereal sarapan dan kedelai, nasi, oat, dan “susu” kacang. Anda harus periksa <a href="https://nomoneynotime.com.au/hacks-myths-faqs/how-to-decode-food-labels">label makanannya</a> untuk melihat berapa banyak kandungan kalsium yang ada didalam nya.</p>
<p>Namun, sangat <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/35011055/">sulit bagi tubuh kita untuk menyerap kalsium</a> dari produk makanan non susu. Meskipun badan kita menjadi lebih baik dalam menyerap kalsium dari<a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34281429/"> makanan nabati</a>, dan ketika <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/15068499/">asupan kalsium total Anda rendah</a>, dampak yang terjadi jika Anda tidak mengonsumsi produk yang mengandung susu, Anda mungkin perlu makan lebih banyak makanan yang mengandung kalsium untuk memaksimalkan kesehatan tulang Anda.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Healthy tofu stirfry with leafy greens." src="https://images.theconversation.com/files/444946/original/file-20220208-25-tm13jp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/444946/original/file-20220208-25-tm13jp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/444946/original/file-20220208-25-tm13jp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/444946/original/file-20220208-25-tm13jp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/444946/original/file-20220208-25-tm13jp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/444946/original/file-20220208-25-tm13jp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/444946/original/file-20220208-25-tm13jp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Tahu merupakan salah satu sumber kalsium.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/nutritious-okinawan-tofu-vegetable-stirfry-set-1981809443">Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Berapa kalsium yang anda butuhkan?</h2>
<p>Tergantung pada usia dan jenis kelamin Anda, <a href="https://www.nrv.gov.au/nutrients/calcium">kebutuhan kalsium harian</a> bervariasi dari 360 miligram per hari hingga lebih dari 1.000 mg untuk remaja dan perempuan yang lebih tua.</p>
<p>Satu cangkir 250 ml susu sapi mengandung sekitar 300mg kalsium, yang setara dengan satu porsi standar. Ini <a href="https://www.eatforhealth.gov.au/food-essentials/five-food-groups/milk-yoghurt-cheese-andor-their-alternatives-mostly-reduced-fat">jumlah yang sama ditemukan di</a>:</p>
<ul>
<li>200 gram yoghurt</li>
<li>250 ml susu nabati yang diperkaya kalsium</li>
<li>100 gram salmon merah muda kalengan dengan tulang</li>
<li>100 gram tahu padat</li>
<li>115 gram <a href="https://www.nutsforlife.com.au/resource/almonds/">kacang almond</a></li>
</ul>
<p><a href="https://www.eatforhealth.gov.au/food-essentials/how-much-do-we-need-each-day/recommended-number-serves-adults">Jumlah sajian harian yang direkomendasikan</a> untuk produk makanan yang mengandung susu dan alternatifnya yang tidak mengandung susu bervariasi:</p>
<ul>
<li><p>anak-anak <a href="https://www.eatforhealth.gov.au/food-essentials/how-much-do-we-need-each-day/recommended-number-serves-children-adolescents-and">seharusnya mengonsumsi</a> antara 1 dan 3,5 porsi sehari, tergantung pada usia dan jenis kelamin mereka</p></li>
<li><p>wanita berusia 19 hingga 50 harus mengonsumsi 2,5 porsi sehari, lalu 4 porsi saat berusia di atas 50</p></li>
<li><p>pria berusia 19 hingga 70 tahun harus mengonsumsi 2,5 porsi sehari, kemudian 3,5 porsi saat berusia di atas 70 tahun.</p></li>
</ul>
<p>Namun, <a href="https://www.abs.gov.au/ausstats/abs@.nsf/Lookup/by%20Subject/4364.0.55.012%7E2011-12%7EMain%20Features%7EMilk,%20yoghurt%20,%20cheese%20and%20alternatives%7E17">rata-rata asupan Australia</a> hanya 1,5 porsi per hari, hanya satu dari sepuluh orang yang <a href="https://www.eatforhealth.gov.au/food-essentials/five-food-groups/%20susu-yoghurt-keju-dan-dan-alternatif-mereka-kebanyakan-dikurangi-lemak">menuruti rekomendasi tersebut</a>.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/soy-oat-almond-rice-coconut-dairy-which-milk-is-best-for-our-health-146869">Soy, oat, almond, rice, coconut, dairy: which 'milk' is best for our health?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Nutrisi lain apakah yang Anda butuhkan?**</h2>
<p>Jika Anda tidak minum susu, tantangannya adalah bagaimana mendapatkan nutrisi yang cukup untuk mewujudkan pola makan yang seimbang. Inilah yang Anda butuhkan dan mengapa.</p>
<p><strong>Protein</strong>
<em>Sumber makanan: daging sapi, daging unggas, ikan, telur, kacang-kacangan, biji-bijian, polong-polongan, kacang kering, dan tahu.</em></p>
<p>Dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perbaikan sel dan untuk membuat antibodi, enzim, dan membuat protein yang membawa pijatan kimiawi ke seluruh tubuh.</p>
<p><strong>Fosfor</strong>
<em>Sumber makanan: daging sapi, daging unggas, makanan laut, kacang-kacangan, biji-bijian, biji-bijian, kacang kering, dan lentil.</em></p>
<p>Membangun tulang dan gigi, mendukung pertumbuhan dan perbaikan sel, dan dibutuhkan untuk produksi energi.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Whole grain loaf of bread." src="https://images.theconversation.com/files/444950/original/file-20220208-20-ri7mnm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/444950/original/file-20220208-20-ri7mnm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=282&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/444950/original/file-20220208-20-ri7mnm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=282&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/444950/original/file-20220208-20-ri7mnm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=282&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/444950/original/file-20220208-20-ri7mnm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=354&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/444950/original/file-20220208-20-ri7mnm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=354&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/444950/original/file-20220208-20-ri7mnm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=354&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Biji-bijian utuh adalah sumber fosfor, seng, dan vitamin B12.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/top-view-sliced-wholegrain-bread-on-1084483424">Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p><strong>Kalium</strong>
<em>Sumber makanan: sayuran berdaun hijau (bayam, bit, kangkung), wortel, kentang, ubi jalar, labu, tomat, mentimun, zucchini, terong, buncis dan kacang polong, alpukat, apel, jeruk, dan pisang.</em></p>
<p>Diperlukan untuk mengaktifkan sel dan saraf. Menjaga keseimbangan cairan dan membantu kontraksi otot dan pengaturan tekanan darah.</p>
<p><strong>Seng</strong>
<em>Sumber makanan: daging tanpa lemak, ayam, ikan, tiram, polong-polongan, kacang-kacangan, gandum utuh, dan produk gandum utuh.</em></p>
<p>Membantu penyembuhan luka dan pengembangan sistem kekebalan tubuh dan fungsi penting lainnya dalam tubuh, termasuk rasa dan bau.</p>
<figure class="align-right ">
<img alt="Chick pea curry with brown rice." src="https://images.theconversation.com/files/444948/original/file-20220208-21-1gqlfwm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/444948/original/file-20220208-21-1gqlfwm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/444948/original/file-20220208-21-1gqlfwm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/444948/original/file-20220208-21-1gqlfwm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/444948/original/file-20220208-21-1gqlfwm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/444948/original/file-20220208-21-1gqlfwm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/444948/original/file-20220208-21-1gqlfwm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Kacang-kacangan seperti buncis mengandung protein dan seng.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/indian-vegetarian-curry-potatoes-chickpeas-lentils-251307334">Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p><strong>Yodium</strong>
<em>Sumber makanan: ikan, udang, makanan laut lainnya, garam beryodium dan roti komersial.</em></p>
<p>Dibutuhkan untuk pertumbuhan normal, perkembangan otak dan digunakan oleh kelenjar tiroid untuk membuat hormon tiroksin, yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan metabolisme.</p>
<p><strong>Vitamin A</strong>
Sumber makanan: telur, ikan berminyak, kacang-kacangan, biji-bijian. (Tubuh juga dapat membuat vitamin A dari beta-karoten yang dikandung oleh sayuran berwarna oranye dan kuning serta sayuran berdaun hijau.)</p>
<p>Vitamin ini dibutuhkan untuk memproduksi antibodi, memelihara paru-paru dan usus yang sehat, dan untuk menjaga kualitas penglihatan.</p>
<p><strong>Vitamin B2</strong>
<em>Sumber makanan: roti gandum dan sereal, putih telur, sayuran berdaun hijau, jamur, olesan ragi, daging.</em></p>
<p>Dibutuhkan untuk melepaskan energi dari makanan. Juga mendukung penglihatan dan kulit yang sehat.</p>
<p><strong>Vitamin B12</strong>
<em>Sumber makanan: daging, telur, dan sebagian besar makanan yang berasal dari hewan, beberapa susu nabati yang diperkaya dan olesan ragi yang diperkaya (periksa labelnya).</em></p>
<p>Dibutuhkan untuk membuat sel darah merah, DNA (kode genetik Anda), myelin (yang melindungi saraf) dan beberapa <em>neurotransmitter</em> yang dibutuhkan untuk fungsi otak.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/what-is-a-balanced-diet-anyway-72432">What is a balanced diet anyway?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Kapan kamu harus menghindari susu</h2>
<p>Alasan <a href="https://nutrition.org/going-nuts-about-milk-heres-what-you-need-to-know-about-plant-based-milk-alternatives/">mengapa orang tidak minum susu</a> bervariasi mulai dari karena alasan selera, preferensi pribadi, melindungi hak-hak hewan, atau masalah lingkungan. Atau bisa juga karena kondisi kesehatan atau masalah alergi dan jerawat.</p>
<p><strong>Intoleransi laktosa</strong></p>
<p>Laktosa merupakan karbohidrat utama dalam susu. Ini dipecah dalam gula sederhana oleh enzim di usus kecil yang disebut <em>laktase</em>.</p>
<p>Beberapa orang <a href="https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/lactose-intolerance">lahir tanpa enzim laktase atau kadar laktasenya menurun</a> seiring bertambahnya usia. Bagi orang-orang ini, mengonsumsi makanan yang mengandung banyak laktosa berarti proses pencernaan mereka akan mendorong zat-zat yang tidak dapat tercerna ke bagian usus yang dapat memicu gejala seperti kembung, nyeri, dan diare.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Man holds his stomach after drinking a milky coffee." src="https://images.theconversation.com/files/444949/original/file-20220208-21-15rhf28.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/444949/original/file-20220208-21-15rhf28.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/444949/original/file-20220208-21-15rhf28.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/444949/original/file-20220208-21-15rhf28.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/444949/original/file-20220208-21-15rhf28.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/444949/original/file-20220208-21-15rhf28.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/444949/original/file-20220208-21-15rhf28.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Intoleransi laktosa dapat menyebabkan kembung dan nyeri.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/white-man-dark-hair-sits-wooden-617367890">Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Penelitian menunjukkan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/20404262/">laktosa dalam jumlah kecil</a> – hingga 15 gram setiap hari – dapat ditoleransi tanpa gejala, terutama jika dilakukan sepanjang hari. Secangkir <a href="https://www.dairy.com.au/dairy-matters/you-ask-we-answer/what-is-the-lactose-content-of-%20berbeda-produk-susu">susu sapi mengandung sekitar 16 gram laktosa</a>, sedangkan satu wadah yoghurt berikuruan 200 gram berisi 10g, dan 40g keju cheddar mengandung kurang dari 1g.</p>
<p><strong>Alergi susu sapi</strong></p>
<p><a href="https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/cows-milk-allergy">Alergi susu sapi</a> terjadi pada [sekitar 0,5-3% anak berusia satu tahun][(https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31083388/)]
Pada usia lima tahun, sekitar setengahnya dilaporkan tidak mengalami masalah lagi, dan 75% pada masa remaja. Namun, satu survei menemukan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31083388/">9% anak prasekolah</a> memiliki alergi parah dengan [anafilaksis]<a href="sensitivitas%20yang%20tinggi%20terhadap%20senyawa%20yang%20masuk%20ke%20dalam%20tubuh">(https://www.allergy.org. au/pasien/tentang alergi/anafilaksis</a></p>
<p>Gejala alergi susu sapi antara lain gatal-gatal, ruam, batuk, mengi, muntah, diare, atau pembengkakan pada wajah.</p>
<p>Tingkat keparahan gejala bervariasi, dan dapat terjadi segera atau membutuhkan beberapa hari untuk berkembang. Jika reaksinya parah, hubungi rumah sakit, karena itu bisa menjadi emergency dan harus segera ditangani.</p>
<p><strong>Jerawat</strong></p>
<p>Protein dalam produk susu sapi, selain keju (yang disebut _whey), memicu peningkatan insulin, hormon yang mengangkut gula darah, yang dilepaskan ke aliran darah.</p>
<p>Sementara itu, protein susu memicu peningkatan hormon lain, yang disebut <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Insulin-like_growth_factor_1">faktor pertumbuhan seperti insulin</a>, yang mempengaruhi pertumbuhan.</p>
<p>Kedua reaksi ini meningkatkan produksi hormon yang disebut <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Androgen"><em>androgen</em></a>, yang dapat <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/21034984/">menimbulkan jerawat berlebih</a> </p>
<p>Jika hal ini terjadi pada Anda, maka jangan minum susu, tetapi tetap mengonsumsi keju padat, dan makan makanan lain yang kaya kalsium secara teratur.</p>
<p>Sementara susu bisa menjadi masalah bagi sebagian orang, bagi kebanyakan dari kita, minum susu secukupnya sesuai dengan rekomendasi adalah hal yang bisa kita lakukan untuk menjaga asupan kalsium cukup.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/is-milk-good-for-me-or-should-i-ditch-it-45764">Is milk good for me, or should I ditch it?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<img src="https://counter.theconversation.com/content/177611/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Clare Collins is Laureate Professor in Nutrition and Dietetic at the University of Newcastle, NSW and a Hunter Medical Research Institute (HMRI) n affiliated researcher . She is a National Health and Medical Research Council (NHMRC) Leadership Fellow and has received research grants from NHMRC, ARC, MRFF, HMRI, Diabetes Australia, Heart Foundation, Bill and Melinda Gates Foundation, nib foundation, Rijk Zwaan Australia, WA Dept. Health, Meat and Livestock Australia, and Greater Charitable Foundation. She has consulted to SHINE Australia, Novo Nordisk, Quality Bakers, the Sax Institute, Dietitians Australia and the ABC. She was a team member conducting systematic reviews to inform the 2013 Australian Dietary Guidelines update and the Heart Foundation evidence reviews on meat and dietary patterns.</span></em></p>Orang yang tidak minum susu dapat memilih makanan lain untuk mendapatkan kalsium, protein, vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh mereka.Clare Collins, Laureate Professor in Nutrition and Dietetics, University of NewcastleLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1678872021-10-19T02:47:03Z2021-10-19T02:47:03ZApakah ada manfaat minuman beralkohol? Kalau tidak ada, kenapa orang dewasa boleh meminumnya?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/421010/original/file-20210914-13-1iqsgau.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=107%2C43%2C3486%2C2295&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Bir, anggur, dan minuman keras menyebabkan hampir 100.000 kematian dalam setahun di As.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://newsroom.ap.org/detail/ProhibitionHealth/b94feb33aea647bc84b5c8fff1362a07/photo?boardId=37be9465fcce45d283d5431cccb20a6a&st=boards&mediaType=audio,photo,video,graphic&sortBy=&dateRange=Anytime&totalCount=139&currentItemNo=0">AP Photo/Rick Bowmer</a></span></figcaption></figure><p><a href="https://theconversation.com/id/topics/curious-kids-83797"><img src="https://images.theconversation.com/files/386375/original/file-20210225-21-1xfs1le.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=90&fit=crop&dpr=2" width="100%"></a></p>
<hr>
<blockquote>
<p>Apakah alkohol punya manfaat untuk kita? Kalau tidak, mengapa alkohol tidak dilarang saja? – Lamiah S., Kerala, India</p>
</blockquote>
<hr>
<p>Para ilmuwan telah mencoba untuk mencari tahu apakah <a href="https://www.cdc.gov/alcohol/faqs.htm">minuman beralkohol</a> bermanfaat bagi kesehatan kita; kesimpulan mereka kerap <a href="https://doi.org/10.1136/bmj.e2276">saling bertentangan</a>.</p>
<p>Yang jelas, ada banyak sebab <a href="https://arcr.niaa.nih.gov/binge-drinking-predictors-patterns-and-consequences/drinking-patterns-and-their-definitions">anggur, bir, dan minuman beralkohol lainnya</a> dapat merusak tubuh; apalagi bagi mereka yang sering <a href="https://www.samhsa.gov/sites/default/files/alcohol-use-facts-resources-fact-sheet.pdf">meminum alkohol dalam jumlah yang banyak</a>.</p>
<p><a href="https://www.alcohol.org.nz/alcohol-its-effects/about-alcohol/what-is-alcohol">Efek dari minuman alkohol</a> - yang dibuat proses fermentasi gula yang terkandung dalam anggur, barley, kentang, dan tanaman lainnya - bervariasi sesuai dengan seberapa banyak seseorang mengonsumsinya. Faktor lain juga berperan, seperti seberapa banyak makanan yang dimakan sebelum meminum alkohol dan berat badan para pengonsumsi.</p>
<p><a href="https://www.healthline.com/health/how-much-does-it-take-to-get-drunk#dangers">Terlalu banyak minum alkohol</a> dalam waktu singkat dapat <a href="https://www.cdc.gov/alcohol/fact-sheets/binge-drinking.htm">membuat seseorang mabuk</a> dan kemungkinan besar cedera - baik karena jatuh, menabrakkan mobil, atau berkelahi. <a href="https://www.niaa.nih.gov/publications/brochures-and-fact-sheets/understanding-dangers-of-alcohol-overdose">Keracunan alkohol</a>, yang juga dikenal sebagai overdosis, adalah salah satu contoh bagaimana konsumsi alkohol dapat mematikan.</p>
<p>Ketika orang minum terlalu banyak dan terlalu sering, tubuh mereka akan bergantung pada alkohol, dan kemudian otak mereka memberi sinyal untuk minum terus. Hal ini disebut <a href="https://www.who.int/publications/i/item/9789241565639">penyalahgunaan alkohol</a>, yang merupakan istilah untuk alkoholisme atau kecanduan alkohol. Hal ini dapat menciptakan masalah jangka panjang lainnya, seperti <a href="https://my.levelandclinic.org/health/diseases/15572-cirrhosis-of-the-liver">penyakit pada hati</a>. Penelitian juga menemukan keterkaitan yang sangat kuat antara <a href="https://www.cancer.gov/about-cancer/causes-prevention/risk/alcohol/alcohol-fact-sheet">alkohol dan kanker</a>, bahkan pada orang yang minum hanya sedikit.</p>
<p>Ketika remaja dan orang dewasa muda terbiasa untuk minum terlalu banyak, otak mereka akan berubah - membuatnya <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6104956/">terhambat dan lebih impulsif</a>.</p>
<p>Namun, selama bertahun-tahun, para ahli meyakini bahwa minum alkohol dalam jumlah kecil dapat meningkatkan kesehatan orang dewasa. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa gelas anggur setiap minggu dapat mengurangi risiko <a href="https://www.hopkinsmedicine.org/health/wellness-and-prevention/alcohol-and-heart-health-separating-fact-from-fiction">penyakit jantung</a> dan <a href="https://dx.doi.org/10.3390%2Fnu12010206">penyakit Alzheimer</a> - penyebab umum kehilangan memori dan demensia. Namun, <a href="https://health.levelandclinic.org/4-facts-know-alcohol-affects-heart/">banyak faktor yang membuat manfaat alkohol ini</a> tidak sebanding dengan <a href="https://doi.org/10.1186/s13195-018-0453-0">dampak buruknya</a>.</p>
<p>Sekitar dua pertiga orang dewasa di Amerika Serikat (AS) minum minuman beralkohol. Sebagian besar <a href="https://www.cdc.gov/nchs/products/databriefs/db374.htm">mengonsumsinya dalam jumlah sedang</a>, yang berarti sekitar <a href="https://www.niaaa.nih.gov/alcohols-effects-health/overview-alcohol-consumption/what-standard-drink">14 gram alkohol</a> yang terkandung dalam minuman per hari <a href="https://www.cdc.gov/alcohol/fact-sheets/moderate-drinking%20.htm">bagi perempuan, dan dua kali lipat jumlah itu bagi laki-laki</a>.</p>
<p>Namun, ada sekitar <a href="https://nccd.cdc.gov/DPH_ARDI/Default/Report.aspx?T=AAM&P=1A04A664-0244-42C1-91DE-316F3AF6B447&R=%20B885BD06-13DF-45CD-8DD8-AA6B178C4ECE&M=32B5FFE7-81D2-43C5-A892-9B9B3C4246C7&F=&D=">95.000 kematian terkait alkohol setiap tahun di negara itu</a>, dan jumlah kematian terus <a href="https://doi.org/10.1111/acer.14239">meningkat</a>. Kini, semakin banyak ilmuwan yang mengatakan bahwa terlalu banyak <a href="https://doi.org/10.1016/s0140-6736(18)31571-x">alkohol dapat membahayakan kesehatan manusia</a>.</p>
<h2>Mengapa alkohol legal?</h2>
<p>Alasan utama mengapa alkohol tetap legal di AS - meski ada banyak bukti tentang bahaya yang dapat ditimbulkannya - adalah gagalnya pelarangan alkohol yang pernah dilakukan seabad lalu di sana.</p>
<p>Pada 1920, setelah pengesahan Konstitusi atas <a href="https://constitutioncenter.org/interactive-constitution/amendment/amendment-xviii">Amandemen ke-18</a>, pemerintah federal AS melarang pembuatan, pengiriman, dan penjualan minuman beralkohol. Larangan itu, yang dikenal sebagai <a href="https://www.history.com/topics/roaring-twenties/prohibition">Prohibition</a>, keluar karena ada kekhawatiran bahwa minuman keras menyebabkan perselisihan keluarga, serta alasan lain, seperti mengurangi produktivitas pekerja .</p>
<p>Pelarangan ini awalnya memang <a href="http://www.doi.org/10.3386/w3675">mengurangi konsumsi alkohol</a>. Tapi secara tidak langsung, peraturan ini menciptakan praktik perdagangan minuman keras ilegal. Praktik yang disebut “<a href="https://www.britannica.com/topic/bootlegging">bootlegging</a>” ini, menciptakan masalah baru.</p>
<p>Larangan alkohol nasional di AS <a href="https://www.history.com/this-day-in-history/prohibition-ends">berakhir pada 1933 dengan disahkannya Amandemen ke-21</a>. Beberapa negara bagian AS terus melarang minuman keras selama beberapa dekade, dan hingga hari ini ada <a href="https://www.vox.com/the-highlight/2019/12/7/20995187/prohibition-dry-county-alcohol-law-us">banyak pelarangan yang ditegaskan oleh otoritas lokal</a>.</p>
<p>Meski alkohol legal untuk orang dewasa, <a href="https://www.nhs.uk/common-health-questions/childrens-health/should-my-child-drink-alcohol/">anak-anak dan remaja harus benar-benar menghindari minuman ini</a>. Orang-orang pada umumnya juga tidak boleh meminum alkohol <a href="https://www.heartandstroke.ca/articles/ask-a-cardiologist-alcohol-and-heart-health">meski mereka pikir alkohol itu baik untuk kesehatan mereka</a>. Orang dewasa yang memutuskan untuk minum alkohol harus <a href="https://arcr.niaaa.nih.gov/binge-drinking-predictors-patterns-and-consequences/drinking-patterns-and-their-definitions">meminumnya dengan tidak berlebihan</a> dan memahami risikonya.</p>
<p>Bagaimana pun, minum alkohol bukan satu-satunya kebiasaan buruk yang punya manfaat baik. Ada hal lain seperti makan <a href="https://www.mamamia.com.au/is-cake-bad-for-you/">kue</a> dan <a href="https://www.eatthis.com/effects-of-ice-cream/">es krim</a> yang tinggi kalori tapi rendah nutrisi. Namun, bagi penikmat makanan manis, <a href="https://time.com/5528667/dessert-healthy-diet/">bila makanan ini dikonsumsi dalam jumlah kecil, makanan-makanan ini tidak berbahaya</a>.</p>
<hr>
<p><em>Halo, curious kids! Apakah kamu punya pertanyaan yang ingin ditanyakan ke ahli? Minta bantuan ke orang tua atau orang yang lebih dewasa untuk mengirim pertanyaanmu pada kami.</em></p>
<p><em>Ketika mengirimkan pertanyaan, pastikan kamu sudah memasukkan nama pendek, umur, dan kota tempat tinggal. Kamu bisa:</em></p>
<ul>
<li><p><em>mengirimkan email <a href="mailto:curiouskids@theconversation.com">redaksi@theconversation.com</a></em></p></li>
<li><p><em>tweet ke kami <a href="https://twitter.com/ConversationIDN">@conversationIDN</a> dengan tagar #curiouskids</em></p></li>
<li><p><em>DM melalui Instagram <a href="https://www.instagram.com/conversationIDN/">@conversationIDN</a></em></p></li>
</ul>
<hr>
<hr>
<p><em>Rachel Noorajavi menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/167887/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Margie Skeer menerima dana dari National Institute on Drug Abuse dan the AB InBev Foundation.</span></em></p>Konsumsi alkohol berkaitan dengan risiko kecelakaan dan penyakit jantung, hati, dan bahkan ganggua otak. Tetapi pelarangan penjualan bir, anggur, dan minuman keras tetap gagal dilakukan.Margie Skeer, Associate Professor of Public Health and Community Medicine; Weiner Hailey Family Professor, Tufts UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1670562021-09-10T04:36:47Z2021-09-10T04:36:47ZDiplomasi vaksin Indonesia perlu lebih strategis, bukan semata soal stok vaksin<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/420186/original/file-20210909-19-izsihm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=215%2C29%2C3353%2C2491&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Truk kontainer bersuhu dingin membawa vaksin COVID-19 Moderna asal Amerika Serikat ke Bio Farma di Bandung, Jawa Barat, pada Juli 2021.</span> <span class="attribution"><span class="source"> Novrian Arbi/Antara Foto</span></span></figcaption></figure><p>Selama pandemi, pemerintah Indonesia telah berupaya keras untuk memperoleh stok vaksin yang memadai. Hingga awal September ini, Indonesia telah menerima <a href="https://covid19.go.id/p/berita/dengan-stok-vaksin-yang-cukup-dan-pengalaman-pemerintah-yakin-vaksinasi-bisa-terus-dipercepat">220 juta stok vaksin</a> yang berasal dari berbagai jalur kerja sama. </p>
<p>Kemampuan untuk mengamankan stok vaksin ini bisa kita lihat sebagai salah satu <a href="https://republika.co.id/berita/qye5ne328/diplomasi-vaksin-indonesia-dipuji">keberhasilan diplomasi Indonesia</a> dan menunjukkan kinerja mumpuni diplomat kita pada masa pandemi. </p>
<p>Jika melihat pada ketersediaan vaksin semata, tentu saja penilaian ini tidak salah. </p>
<p>Namun, jika merujuk kepada pemaknaan yang lebih luas dari diplomasi, maka pemerintah perlu melakukan beberapa upaya agar Indonesia bisa berperan lebih jauh dalam tata kelola vaksin di dunia dan bidang lain dalam masalah kesehatan global.</p>
<h2>Fokus pada vaksin</h2>
<p>Aktivitas diplomasi yang berpusat pada vaksin terjadi dalam rangkaian perubahan atau <a href="https://kemlu.go.id/manama/id/news/10500/menlu-ri-sampaikan-capaian-politik-luar-negeri-indonesia-2020-dan-prioritas-diplomasi-2021"><em>refocusing</em> dalam prioritas diplomasi Indonesia</a> oleh Kementerian Luar Negeri pada masa pandemi.</p>
<p>Dari sebelumnya fokus pada <a href="https://dunia.tempo.co/read/1265955/menlu-retno-sebut-41-prioritas-politik-luar-negeri-ri-2019-2024">lima aspek utama</a> menjadi fokus pada tiga prioritas utama, yaitu perlindungan terhadap warga negara Indonesia, membantu pemerintah mengelola pandemi, dan terus berkontribusi bagi perdamaian dan stabilitas dunia. </p>
<p><em>Refocusing</em> ini membuat Indonesia semakin aktif dalam diplomasi kesehatan global, dengan <a href="https://www.youtube.com/watch?v=DAKSTbpIhEE">dua tujuan utama</a>. </p>
<p>Untuk jangka pendek, tujuan diplomasi kesehatan adalah untuk menjamin ketersediaan alat-alat kesehatan, obat-obatan, dan vaksin. Dan untuk jangka panjang, fokusnya adalah memperkuat keamanan kesehatan <em>(health security)</em> dan kemandirian nasional. </p>
<p>Pada fase awal pandemi, diplomasi kesehatan fokus pada penyediaan alat-alat <em>diagnostics</em> dan <em>therapeutics</em> seperti ventilator, alat pelindung diri (APD) serta bahan baku obat-obatan. </p>
<p>Seiring dengan <a href="https://tekno.tempo.co/read/1374418/meningkat-mulai-september-bio-farma-produksi-2-juta-alat-tes-pcr/full&view=ok">meningkatnya kemampuan Indonesia</a> untuk memproduksi alat dan obat-obatan ini sendiri dan keberhasilan negara-negara lain untuk <a href="https://www.nytimes.com/interactive/2020/science/coronavirus-vaccine-tracker.html">mulai memproduksi vaksin</a>, fokus diplomasi kesehatan mulai bergeser pada menjamin ketersediaan vaksin, atau yang sering disebut sebagai diplomasi vaksin. </p>
<p>Diplomasi vaksin sendiri <a href="https://www.graduateinstitute.ch/vaccine-diplomacy">memiliki dua sisi</a>. <em>Pertama</em>, diplomasi yang berkaitan dengan pemenuhan tujuan nasional atau kepentingan geopolitik. </p>
<p>Ini bisa kita lihat pada <a href="https://link.springer.com/article/10.1057/s41254-021-00224-4">tindakan Cina</a> yang dianggap menggunakan vaksin untuk memperluas pengaruh, Filipina yang menukar kesepakatan <a href="https://www.wartaekonomi.co.id/read353704/ditukar-vaksin-corona-kesepakatan-militer-diteken-bikin-duterte-takluk-ke-amerika?page=2"><em>Visiting Forces Agrement</em></a> dengan vaksin Amerika Serikat (AS), dan Suriah yang menukar <a href="https://apnews.com/article/israel-iran-middle-east-moscow-coronavirus-pandemic-cd41dec7248599c7494b1c59e1fbd9a4">tahanan perempuan Israel </a> untuk mendapatkan vaksin produksi Rusia senilai 1,2 juta dolar (Rp 17 miliar). </p>
<p><em>Kedua</em>, diplomasi yang menyangkut <a href="https://www.science.org/doi/full/10.1126/science.1189028">upaya kolektif</a> untuk mengatasi masalah kesehatan global, seperti negosiasi regulasi kesehatan antarnegara.</p>
<h2>Ukuran keberhasilan</h2>
<p>Diplomasi vaksin adalah bagian dari <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4072536/">diplomasi kesehatan global</a>, dan kita tidak seharusnya menjadikan jumlah dosis vaksin yang kita terima sebagai ukuran keberhasilan utama.</p>
<p>Diplomasi kesehatan global melibatkan proses negosiasi multi-tingkatan dan multi-aktor yang membentuk dan <a href="https://www.graduateinstitute.ch/sites/internet/files/2021-02/GHC-Guide.pdf">mengelola lingkungan kebijakan global</a> untuk tujuan kesehatan. </p>
<p>Pengelolaan ini bukan hanya berkaitan dengan kerja sama internasional pada isu kesehatan saja, tapi juga kerja sama bidang lain yang akan berdampak terhadap isu kesehatan global. </p>
<p>Contohnya adalah <a href="https://theconversation.com/trips-waiver-theres-more-to-the-story-than-vaccine-patents-160502">kebijakan ekonomi atau perdagangan</a> yang mengatur rantai pasokan atau distribusi alat-alat kesehatan, maupun kebijakan terkait hak atas kekayaan intelektual (HaKI) yang bisa membatasi akses terhadap obat-obatan atau vaksin. </p>
<p>Hubungan antara HaKI dan ketimpangan akses obat sangat erat. Ini merupakan problem klasik tentang pertarungan hak paten melawan hak pasien <em>(<a href="https://lawecommons.luc.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1110&context=annals">patent rights vs patient rights</a>)</em>. </p>
<p>Problem ini juga muncul dalam skema kerja sama global terkait vaksin karena pemberian hak paten pada produsen justru bisa <a href="https://theconversation.com/bagaimana-hak-paten-berpengaruh-pada-kesenjangan-distribusi-vaksin-covid-19-157325">memperbesar ketimpangan distribusi vaksin</a> secara global.</p>
<p>Kapasitas produksi yang mencakup penguasaan teknologi dan rantai pasokan juga <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8279498/">menjadi masalah besar</a> karena belum semua negara memiliki teknologi untuk memproduksi vaksinnya sendiri atau mengakses bahan-bahan mentahnya. </p>
<p>Sebagai contoh, benua Afrika saat ini masih <a href="https://www.mckinsey.com/industries/pharmaceuticals-and-medical-products/our-insights/africa-needs-vaccines-what-would-it-take-to-make-them-here">mengimpor hampir 99% stok</a> vaksin rutinnya karena keterbatasan kapasitas teknologi dan sumber daya finansial.<br>
Oleh karena itu, keberhasilan diplomasi vaksin seharusnya bukan hanya dilihat dari banyaknya jumlah vaksin yang berhasil Indonesia dapat. Namun juga dari kemampuan Indonesia untuk mempengaruhi tata kelola vaksin global dan bidang lain yang menyangkut kesehatan global secara umum.</p>
<p>Saat ini Indonesia adalah ketua bersama (<a href="https://kemlu.go.id/madrid/en/news/10665/foreign-minister-marsudi-elected-as-co-chair-of-covax-amc-eg"><em>co-chair</em></a>) dari skema COVAX AMC EG yang berupaya menjamin ketersediaan vaksin bagi <a href="https://www.gavi.org/vaccineswork/covax-explained?gclid=CjwKCAjwybyJBhBwEiwAvz4G78k8hGJLQkNMeqzPNOhzyxEXojc7PzNitP8LYq07q_5DpsuW2MaKDBoCol4QAvD_BwE">92 negara</a> berpenghasilan rendah dan menengah di dunia. </p>
<p>Sepintas, ini adalah inisiatif multilateral yang cukup menjanjikan. Sayangnya, ini hanya mengurangi problem terkait akses vaksin, namun tidak menyelesaikan isu lama terkait kesehatan seperti HaKI, rantai pasokan global, maupun teknologi produksi. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/bagaimana-hak-paten-berpengaruh-pada-kesenjangan-distribusi-vaksin-covid-19-157325">Bagaimana hak paten berpengaruh pada kesenjangan distribusi vaksin COVID-19</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Mendorong diplomasi vaksin</h2>
<p>Untuk pencapaian tujuan jangka panjang diplomasi kesehatan, Indonesia perlu melakukan beberapa hal berikut. </p>
<p><em>Pertama</em>, menjamin ketersediaan vaksin di Indonesia adalah tujuan jangka pendek. Untuk tujuan jangka panjang, Indonesia perlu menguatkan diplomasi dan negosiasi terkait HaKI yang saat ini <a href="https://www.wto.org/english/news_e/news21_e/trip_20jul21_e.htm">masih bergulir di Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization atau WTO) </a>. </p>
<p>Indonesia termasuk negara yang <a href="https://docs.wto.org/dol2fe/Pages/SS/directdoc.aspx?filename=q:/IP/C/W669R1.pdf&Open=True">mendukung proposal</a> India dan Afrika Selatan untuk penangguhan sementara sebagian hak paten yang berkaitan dengan COVID-19. </p>
<p>Indonesia bisa memperluas peran dengan memanfaatkan jalur bilateral dan regional untuk menggalang dukungan terkait ini. Indonesia juga memiliki modal yang bagus dengan posisi sentral di ASEAN dan tahun depan <a href="https://en.antaranews.com/news/162144/indonesia-to-chair-g20-in-2022-exchanging-presidency-term-with-india">sebagai ketua di forum G20</a> - kelompok negara-negara dengan perekonomian besar di dunia.</p>
<p>Apalagi di dalam G20 ada beberapa negara maju yang hingga kini masih <a href="https://www.cnbc.com/2021/04/22/covid-rich-countries-are-refusing-to-waive-ip-rights-on-vaccines.html">menolak proposal</a> tersebut di WTO. </p>
<p><em>Kedua</em>, Indonesia perlu melakukan diplomasi yang lebih integratif, yakni melibatkan berbagai pelaku untuk mendukung kemajuan di sektor lain.</p>
<p>Misal, melibatkan Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal dalam diplomasi yang mendorong masuknya investasi tambahan untuk memperkuat industri farmasi dan alat kesehatan dalam negeri, yang
sebagian sudah bisa <a href="https://www.antaranews.com/berita/2269230/kemenkes-79-jenis-alat-kesehatan-lokal-bisa-gantikan-produk-impor">menggantikan produk alat kesehatan impor</a>. </p>
<p>Investasi di industri ini juga sebaiknya mendorong transfer pengetahuan dan teknologi untuk tujuan kemandirian nasional. </p>
<p>Indonesia saat ini telah memiliki beberapa <a href="https://kominfo.go.id/content/detail/29087/indonesia-miliki-dua-opsi-pengembangan-vaksin-covid-19/0/virus_corona">skema kerja sama</a> untuk pengembangan bahan baku dan teknologi vaksin dengan negara lain, yang bisa dijadikan dasar untuk kerja sama jangka panjang. </p>
<p>Posisi Indonesia sebagai salah satu negara yang mengalami pertumbuhan tinggi di bidang farmasi (<a href="https://www.pharmexec.com/view/10-new-countries-join-pharmerging-markets"><em>pharmerging</em></a>) juga memberikan keuntungan khusus. Karena itu, Indonesia perlu memanfaatkan momentum ini untuk mendorong skema <em>sharing technology</em> yang lebih adil. </p>
<p>Indonesia dapat bermitra dengan beberapa negara <em>pharmerging</em> lain, seperti Vietnam, Thailand, India, Afrika Selatan dan mungkin Cina, untuk mendorong reformasi industri obat-obatan yang <a href="https://cdn.doctorsonly.co.il/2011/12/2008_2_3.pdf">lebih berkeadilan sosial</a> secara global. </p>
<p>Apa pun fokus diplomasi Indonesia saat ini, amanat Undang-Undang Dasar kita tidak pernah berubah. </p>
<p>Perwujudan dari <em>ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial</em> harus tetap menjadi semangat dalam diplomasi vaksin kita.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/167056/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Indonesia bisa berperan lebih jauh dalam tata kelola vaksin di dunia dan bidang lain dalam masalah kesehatan global.Erza Killian, Pengajar di Program Studi Hubungan Internasional FISIP, Universitas BrawijayaMely Noviryani, Pengajar di Program Studi Hubungan Internasional FISIP, Universitas BrawijayaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1660352021-08-14T01:59:32Z2021-08-14T01:59:32ZSeperti para pendiri Budi Utomo, para dokter menyerukan persatuan - kini melawan COVID-19<p>Kegagalan Indonesia menahan COVID-19 dan sekarang menjadi salah satu episentrum pandemi berdampak besar pada tenaga medis Indonesia. Lebih dari <a href="https://nakes.laporcovid19.org/">600 dokter telah meninggal</a>. Lebih dari 500 perawat, 300 bidan, dan puluhan apoteker, dokter gigi, dan pekerja laboratorium meninggal. Petugas kesehatan bekerja berjam-jam sambil kurang tidur dan kelelahan.</p>
<p>Di tengah tantangan yang semakin berat ini, para guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bulan lalu <a href="https://www.slideshare.net/CIkumparan%20/gerakan-semesta-tenaga-kesehatan">menyerukan seluruh tenaga kesehatan, pemerintah dan masyarakat umum untuk bersatu padu melawan COVID-19</a>.</p>
<p>Sebagai sejarawan sains, saya mempelajari sejarah kedokteran di Hindia Belanda. Seruan para guru besar itu mengingatkan saya pada bahasa yang digunakan oleh para dokter dan mahasiswa kedokteran Indonesia pada masa penjajahan.</p>
<p>Dedikasi dokter dan tenaga kesehatan lainnya saat ini untuk melawan COVID-19 dan melindungi kesehatan bangsa serupa dengan komitmen dokter dan mahasiswa kedokteran Indonesia di zaman kolonial.</p>
<h2>Melawan COVID-19 melawan segala rintangan</h2>
<p>Sistem kesehatan Indonesia kewalahan dan di banyak tempat hampir kolaps. Persediaan oksigen dan alat pelindung diri terbatas. Sudah beberapa lama, dokter ko-as dan yang baru lulus direkrut untuk bekerja di garis depan, awalnya tanpa bayaran.</p>
<p>Banyak orang yang isolasi mandiri di rumah tidak mendapat perawatan medis. Beberapa mati dalam kesendirian.</p>
<p>Sekarang, kita semua akrab dengan gambar-gambar yang muncul hampir setiap hari di surat kabar: banyak kuburan baru dibuka dengan cepat untuk menguburkan para korban, rumah sakit yang penuh membuka tenda untuk menyediakan lebih banyak tempat tidur, dan pekerja kesehatan yang terlalu banyak bekerja, kelelahan. Jumlah <a href="https://www.thejakartapost.com/news/2021/08/04/indonesias-covid-19-death-toll-surpasses-100000-.html">tragedi individu</a> tidak ada habisnya. Hampir setiap saat ada informasi kematian di media sosial. </p>
<p>Di tengah segala rintangan, dokter dan mahasiswa kedokteran Indonesia menunjukkan komitmen dan dedikasinya terhadap kesehatan bangsa.</p>
<p>Mereka melakukan ini meski persediaan alat pelindung, obat-obatan, dan peralatan medis dari pemerintah tidak mencukupi.</p>
<p>Mereka juga harus menjalankan tugas di tengah pusaran rumor dan hoaks yang menimbulkan ketakutan, kecemasan, ketidakpercayaan, dan kecurigaan publik. Beberapa unggahan media sosial mengklaim bahwa orang terinfeksi COVID-19 di rumah sakit. Petugas kesehatan kerap diusir dari desa. Orang-orang takut anggota keluarga mereka yang sakit dibawa pergi dan mereka tidak akan diizinkan melakukan ritual keagamaan ketika mereka meninggal.</p>
<p>Dokter Indonesia tidak selalu dihargai. Orang yang punya uang lebih <a href="https://www.insideindonesia.org/traveling-for-a-cure-2">lebih suka mencari perawatan medis di Singapura atau Malaysia</a>. Masyarakat Indonesia sering mengeluhkan mahalnya biaya perawatan medis, mahalnya biaya dokter di praktik swasta, dan kurangnya rasa hormat yang mereka terima di rumah sakit umum.</p>
<p>Namun melalui dedikasi dan komitmen mereka, para dokter Indonesia saat ini menunjukkan dedikasi yang sama yang memotivasi rekan-rekan mereka pada masa kolonial.</p>
<p>Konon kebangkitan nasional Indonesia dimulai dengan berdirinya perkumpulan pemuda Budi Utomo pada 20 Mei 1908. Sejak itu, para dokter dan mahasiswa kedokteran ikut serta dalam gerakan kebangsaan Indonesia, sering menduduki posisi kepemimpinan. Mereka memainkan peran penting dalam mewujudkan kemerdekaan.</p>
<h2>Warisan dokter Indonesia</h2>
<p>Dalam buku saya <a href="https://www.cambridge.org/core/books/nurturing-indonesia/8C16BB6264BD4156A540844EADBE2B5C"><em>Merawat Bangsa: Sejarah Pergerakan Para Dokter Indonesia</em></a>, saya berpendapat bahwa dokter dan mahasiswa kedokteran Indonesia memiliki motivasi untuk merawat bangsa, terlepas dari dedikasi mereka untuk merawat pasien mereka.</p>
<p>Pendiri Budi Utomo percaya bahwa perawatan medis akan mengarah pada perbaikan, seperti halnya pendidikan dan peningkatan standar hidup. Mereka mendesak pelajar Indonesia dan orang Indonesia terpelajar (yang saat itu sangat sedikit) untuk bersatu terlepas dari perbedaan etnis untuk meningkatkan hajat hidup masyarakat Indonesia.</p>
<p>Beberapa dokter dan mahasiswa kedokteran Indonesia bergabung dengan gerakan kebangsaan Indonesia antara tahun 1908 dan 1942. Gerakan ini memiliki berbagai tujuan, dari memberikan bantuan bencana, mendirikan sekolah dan klinik hingga membentuk partai politik dan memperjuangkan kemerdekaan. Para peserta gerakan nasionalis Indonesia menyadari bahwa mereka perlu bersatu untuk mencapainya.</p>
<h2>Semua harus terlibat</h2>
<p>Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia, Indonesia hanya memiliki 4,65 dokter per 10.000 orang. Sebagai perbandingan, di Australia angka ini 37,6.</p>
<p>Namun seperti yang disampaikan Ova Emilia, Dekan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada, minimnya jumlah dokter bukanlah masalah utama yang harus diatasi dalam memenangkan perang melawan COVID-19. </p>
<p>Krisis seperti pandemi COVID-19 perlu dilawan dengan pendekatan yang tegas dan kooperatif yang melibatkan pemerintah (daerah dan pusat), lembaga pendidikan, infrastruktur, logistik, dan masyarakat lokal. Sektor politik, ekonomi dan budaya <a href="https://www.kompas.id/baca/opini/2021/08/09/dokter-bukanlah-tumpuan-permasalahan">semua harus terlibat</a>.</p>
<p>Saat ini, para dokter terkemuka Indonesia mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk menjadi bagian dari gerakan universal. Pada masa darurat COVID ini, kesehatan harus menjadi prioritas nasional.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/166035/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Hans Pols menerima dana dari Australian Research Council dan Southeast Asia Centre, University of Sydney</span></em></p>Dedikasi dokter dan tenaga kesehatan lainnya saat ini untuk melawan COVID-19 dan melindungi kesehatan bangsa serupa dengan komitmen dokter dan mahasiswa kedokteran Indonesia di zaman kolonial.Hans Pols, Professor, School of History and Philosophy of Science, University of SydneyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1595352021-08-04T02:49:52Z2021-08-04T02:49:52ZTiga alasan mengapa data COVID-19 di Indonesia tak dapat dipercaya dan bagaimana mengatasinya<p>Lebih dari setahun dalam bekapan pandemi, Indonesia <a href="https://www.worldometers.info/coronavirus/">memiliki angka kasus COVID-19 terbanyak dan tingkat kematian tertinggi di Asia Tenggara</a>. Dibalik angka dan statistik tersebut, Indonesia masih berupaya untuk mengelola data COVID-19 yang bersumber lebih dari 10,000 fasilitas kesehatan baik layanan primer dan rumah sakit ditambah beberapa rumah sakit darurat dan shelter COVID-19. </p>
<p>Laporan media terakhir <a href="https://www.reuters.com/world/asia-pacific/exclusive-covid-19-far-more-widespread-indonesia-than-official-data-show-studies-2021-06-03/">mengungkap</a> bahwa kasus COVID-19 di Indonesia lebih banyak jumlahnya di banding data resmi dari pemerintah. Laporan tersebut menunjukkan bahwa 15% orang Indonesia sudah terinfeksi COVID-19, lebih tinggi dari hanya 0.4% dari data yang ditunjukkan pemerintah. </p>
<p>Pada awal-awal pandemi, Presiden Joko Widodo <a href="https://www.google.com/search?q=stir+public+panic&oq=stir+public+panic&aqs=chrome..69i57.3243j0j4&sourceid=chrome&ie=UTF-8">mengakui pemerintahannya</a> memutuskan tidak membuka seluruh data untuk menghindari kepanikan yang berlebihan. Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan juga <a href="https://money.kompas.com/read/2020/11/05/051735926/luhut-temukan-manajemen-data-covid-19-yang-tak-sesuai-antara-pusat-dan-daerah">mengakui ketidakcocokan data kesehatan</a> antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. </p>
<p><a href="https://pair.australiaindonesiacentre.org/penelitian/respons-covid-19/satu-data-integrasi-dan-konektivitas-data-covid-19-di-indonesia-studi-kasus-yogyakarta/?lang=id">Riset terbaru kami</a> menunjukkan bahwa kompleksnya manajemen data COVID-19 Indonesia telah menyebabkan masalah tersebut. </p>
<h2>Belajar dari Yogyakarta</h2>
<p>Pada Oktober dan November 2020, tim kami melakukan penelitian bagaimana fasilitas layanan kesehatan merekam dan mengelola laporan data COVID-19 di Yogyakarta. Provinsi ini memiliki penduduk <a href="http://bappeda.jogjaprov.go.id/dataku/data_dasar/index/361-jumlah-penduduk-diy?id_skpd=29">sekitar 3,6 juta</a>. </p>
<p>Yogyakarta merupakan provinsi kecil dengan empat kabupaten dan satu kota namun memiliki berbagai sistem informasi kesehatan pengelolaan data COVID-19, serupa dengan provinsi lainnya. Dengan menganalisis bagaimana kerja sistem pengumpulan data di Yogyakarta, kami berharap dapat memberikan kontribusi bagi penguatan sistem informasi COVID-19 di provinsi lain Indonesia. </p>
<p>Kami berbicara dengan pejabat dari berbagai institusi di Yogyakarta, seperti Dinas Kesehatan, Dinas Informasi dan Komunikasi di level provinsi, kabupaten, dan kota. Kami juga menggali pandangan dari layanan kesehatan, masyarakat, dan pengembang aplikasi. </p>
<p>Berdasarkan wawancara tersebut, riset kami menyorot tiga masalah yang berkontribusi pada kompleksitas manajemen data COVID-19 di provinsi ini. </p>
<p><strong>1. Sistem aplikasi terpisah-pisah</strong></p>
<p>Temuan di Yogyakarta menunjukkan adanya beberapa sistem yang dipakai untuk manajemen data terkait COVID-19, baik yang disediakan oleh kabupaten/kota, provinsi, dan nasional. </p>
<p>Hal ini merupakan dampak dari kebijakan desentralisasi yang memungkinkan masing-masing daerah membuat sistem lokal untuk memantau kasus-kasus terkait penyakit ini. </p>
<p>Sistem desentralisasi ini bertujuan untuk mempercepat respons pemerintah lokal. Desentralisasi mengizinkan pemerintah daerah untuk bertindak secara cepat, ketimbang menunggu kebijakan dari pemerintah pusat. </p>
<p>Namun, kebijakan ini menyebabkan arus informasi dan data dari pemerintah daerah ke pusat memakan banyak waktu sehingga data tersebut tidak benar-benar terintegrasi. </p>
<p><strong>2. Duplikasi entri data</strong></p>
<p>Ketiadaan sebuah sistem terintegrasi yang mencakup level nasional dan lokal telah menghalangi daerah untuk menyediakan <a href="https://kompas.id/baca/humaniora/dikbud/2020/09/10/pandemi-covid-19-jadi-momentum-untuk-integrasi-data/">satu set data yang valid</a>. </p>
<p>Kami menemukan sembilan contoh aplikasi pengumpulan dan analisis data COVID-19 antara otoritas kabupaten, provinsi dan pusat serta fasilitas layanan kesehatan. Ini mencakup deteksi kasus, pelacakan kontak, konfirmasi laboratorium, pemeriksaan mandiri, logistik dan sumber daya perawatan kesehatan.</p>
<p>Secara umum, fasilitas kesehatan memiliki sistem informasi internal di masing-masing rumah sakit atau puskesmas lokal. </p>
<p>Pada level kabupaten, pemerintah daerah telah membuat sebuah aplikasi COVID-19 lokal. Gugus Tugas Pengendalian COVID-19 di level provinsi juga mengembangkan sebuah aplikasi untuk mengintegrasikan data dari kabupaten-kabupaten yang disebut Sistem Monitoring COVID-19.</p>
<p>Di level nasional, sistem pengumpulan data berfokus pada dua tugas utama: mengumpulkan hasil tes COVID-19 dan menyediakan data terbaru terkait sumber daya manusia, logistik dan ketersediaan tempat tidur di rumah sakit. </p>
<p>Sayangnya, pada level daerah dan nasional, berbagai aplikasi ini tidak terintegrasi. Ini berarti staf layanan kesehatan harus memasukkan data yang sama beberapa kali di aplikasi yang berbeda, sehingga meningkatkan beban kerja dan kemungkinan membuat kesalahan. </p>
<p><strong>3. Kekurangan sumber daya manusia</strong></p>
<p>Melakukan semua kegiatan penanggulangan COVID-19 membebani fasilitas kesehatan. Mereka juga mengalami kekurangan sumber daya manusia dalam hal pencatatan dan pemantauan data.</p>
<p>Petugas kesehatan tetap perlu memberikan pelayanan kepada pasien. Jadi, mereka memasukkan data setelah jam layanan, sehingga data tidak lengkap dan pengiriman data tertunda. Hal ini menyebabkan perbedaan antara data dalam sistem dan laporan manual.</p>
<p>Misalnya, laboratorium memberikan data, seperti hasil tes COVID-19, ke fasilitas kesehatan dalam berbagai format dan metode, seperti PDF, file Excel, surel, dan Google Drive.</p>
<p>Petugas kesehatan kemudian perlu menggabungkan data ini dalam satu format di kantor provinsi sebelum mengirimkannya ke pemerintah kabupaten dan pusat.</p>
<p>Selain itu, karena masalah aksesibilitas dengan aplikasi dan kebutuhan mendesak untuk melaporkan data dengan cepat, kami menemukan petugas kesehatan dan pejabat menggunakan saluran komunikasi informal seperti WhatsApp untuk memberikan pembaruan tentang jumlah tes, kasus baru, dan kematian setiap hari.</p>
<p>Ini sekali lagi meningkatkan kemungkinan membuat kesalahan. Ini juga memunculkan masalah privasi data untuk informasi medis pasien.</p>
<h2>Lalu apa solusinya?</h2>
<p>Pemerintah Indonesia telah menerbitkan <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/108813/perpres-no-39-tahun-2019">instruksi presiden</a> untuk mengintegrasikan banyak sumber data untuk meningkatkan kebijakan dan pengambilan keputusan. </p>
<p>Tapi regulasi ini masih kurang diimplementasikan. </p>
<p>Untuk menghadapi suatu pandemi, pemerintah seharusnya mempersiapkan sebuah sistem yang ringkas dan jelas untuk mengatur arus data dari pemerintah daerah ke pusat. Pemerintah seharusnya mengelola kembali jumlah besar data dari aplikasi manajemen data dan sistem informasi untuk membuat mereka lebih efektif. </p>
<p>Semua entri data dari pemerintah daerah harus sesuai dengan data COVID-19 nasional dan standar meta-data. Artinya, data dari daerah dapat dikirim langsung dari aplikasi lokal yang saat ini digunakan ke aplikasi pusat melalui integrasi data. Ini juga berarti sistem harus memfasilitasi komunikasi antara berbagai sistem dan layanan yang ada.</p>
<p>Dengan demikian instansi pusat dan instansi daerah dapat dengan mudah mengakses dan berbagi data.</p>
<p>Kami merekomendasikan pemerintah Indonesia untuk menggunakan prinsip-prinsip Arsitektur Organisasi dari <a href="https://pubs.opengroup.org/architecture/togaf9-doc/arch/">Kerangka Kerja Arsitektur Grup Terbuka</a> untuk mengimplementasikan konsep cetak biru yang mendefinisikan struktur dan operasi organisasi untuk menyelaraskan dengan tindakan berbeda dalam merespons COVID-19.</p>
<p>Cetak biru itu harusnya berfokus pada mengatasi berbagai tantangan seperti proses vaksinasi dan pengurangan pembatasan pada aktivitas sosial. </p>
<p>Berdasarkan pertimbangan dan beberapa referensi, peneliti mengadopsi kerangka kerja <a href="https://ohie.org/">OpenHIE</a>, sebuah kerangka kerja terbuka, mudah disesuaikan dan gratis untuk meningkatkan sistem informasi kesehatan. </p>
<p>OpenHIE cocok untuk pendekatan dari bawah ke atas (<em>bottom-up</em>) berbasis komunitas untuk membangun sistem informasi kesehatan. Ini juga berpotensi efektif untuk membantu mengurangi masalah yang terkait dengan pengumpulan data COVID-19.</p>
<p><em>Leli Rahmawati dan Lia Achmad terlibat dalam penelitian ini sebagai asisten peneliti</em> </p>
<p><em>Riset ini didanai oleh pemerintah Australia melalui program <a href="https://pair.australiaindonesiacentre.org/">PAIR program</a> dari Australia-Indonesia Centre.</em></p>
<p><em>Australia Indonesia Centre mendukung The Conversation Indonesia dalam penerbitan artikel ini.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/159535/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Anis Fuad adalah salah satu peneliti dalam tim ini yang didanai oleh AIC</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Helen Brown is a member of the Australia Indonesia Business Council (AIBC). Her start-up, Bisnis Asia, received Australian government funding for research on foreign investment in collaboration with CIPS Indonesia. She works for The Australia-Indonesia Centre, which is funded by the Australian Government.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Marlene Millott is employed by The Australia-Indonesia Centre which is funded by the Australian Government.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Dr Rod Dilnutt, Guardian Yoki Sanjaya, Safirotu Khoir, dan Sherah Kurnia tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Penelitian terakhir kami menemukan bahwa kerumitan sistem data COVID-19 di Indonesia telah menjadi masalah.Sherah Kurnia, Associate Professor at the School of Computing and Information Systems, The University of MelbourneAnis Fuad, Lecturer, Department of Biostatistics, Epidemiology and Population Health, Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, Universitas Gadjah Mada Dr Rod Dilnutt, Industry Fellow, The University of MelbourneGuardian Yoki Sanjaya, Lecturer, Department of Health Policy and Management, Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, Universitas Gadjah Mada, IndonesiaHelen Brown, Lead, Communications and Outreach, Australia-Indonesia CentreSafirotu Khoir, Library Staff for International Affairs and Lecturer in Information and Library Management, Universitas Gadjah Mada Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1618262021-05-31T09:01:17Z2021-05-31T09:01:17ZCurious Kids: berapa lama waktu tidur yang baik?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/403557/original/file-20210531-23-1thd5q0.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C443%2C4514%2C2810&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/photo/child-inside-tree-growth-rings-royalty-free-image/559332799">Justin Lewis/Stone via Getty Images</a></span></figcaption></figure><p><a href="https://theconversation.com/id/topics/curious-kids-83797"><img src="https://images.theconversation.com/files/386375/original/file-20210225-21-1xfs1le.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=90&fit=crop&dpr=2" width="100%"></a></p>
<hr>
<p><em><strong>Kenapa saya butuh tidur berjam-jam pada malam hari - Sly M. 6 tahun</strong></em></p>
<hr>
<p>Seperti halnya makan, minum, atau bernapas, <a href="https://doi.org/10.1126/science.6857280">tidur itu penting dalam hidup manusia</a>.</p>
<p>Bahkan, <a href="https://doi.org/10.1371/journal.pbio.0060216">semua hewan tidur</a> – dengan cara yang berbeda-beda. Lumba-lumba, misalnya, tidur dengan satu mata terbuka dan hanya <a href="https://doi.org/10.2147/NSS.S71970">setengah otak dalam keadaan tidak sadar</a>. Ini mungkin karena lumba-lumba perlu tetap setengah untuk bernapas saat berada di air.</p>
<p><a href="https://animalfactguide.com/animal-facts/plains-zebra/">Zebra kadang-kadang tidur berdiri</a> kalau-kalau mereka butuh segera bangun dan lari dari predator. <a href="https://theconversation.com/curious-kids-why-bats-sleep-upside-down-and-other-stories-of-animal-adaptation-112518">Kelelawar tidur terbalik</a>. </p>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/398391/original/file-20210503-15-1bc750q.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Two lions, sleeping head-to-head." src="https://images.theconversation.com/files/398391/original/file-20210503-15-1bc750q.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/398391/original/file-20210503-15-1bc750q.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/398391/original/file-20210503-15-1bc750q.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/398391/original/file-20210503-15-1bc750q.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/398391/original/file-20210503-15-1bc750q.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/398391/original/file-20210503-15-1bc750q.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/398391/original/file-20210503-15-1bc750q.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Semua hewan butuh tidur.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/photo/two-lions-sleep-with-heads-touching-royalty-free-image/1225119173">Gregory Sweeney/Moment via Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Saat kita tidur, kita mungkin terlihat dalam keadaan “off” dan tidak melakukan apa pun. Padahal, sesungguhnya <a href="https://doi.org/10.1038/nature04283">otak dan tubuh kita tetap aktif</a> dan melakukan hal-hal penting saat kita tidur, misalnya mengatur sel saraf, mengatur hormon, memperbaiki sel, dan mengeluarkan racun.</p>
<p>Otak kita terutama yang sibuk, membantu kita dengan banyak hal saat kita tidur. Di antaranya, <a href="https://doi.org/10.1152/physrev.00032.2012">memproses ingatan</a>, <a href="https://doi.org/10.1038/nature02223">mencari ilham kreatif</a>, dan <a href="https://doi.org/10.1016/S0896-6273(02)00746-8">belajar keterampilan baru</a>. </p>
<p>Tidur membantu kita <a href="https://doi.org/10.1111/mono.12141">belajar, tumbuh, dan bersemangat</a>; semua hal ini butuh waktu.</p>
<p>Inilah mengapa bayi butuh tidur 14 hingga 17 jam sehari selama tiga bulan pertama – bayi baru lahir menghabiskan lebih banyak waktu terlelap. <a href="https://www.sleepfoundation.org/how-sleep-works/how-much-sleep-do-we-really-need">Sebagian besar anak usia sekolah butuh tidur 8 hingga 10 jam sehari</a>.</p>
<p>Remaja disarankan tidur 9 jam; beberapa orang dewasa juga disarankan tidur sebanyak itu. Namun, orang dewasa lainnya disarankan tidur 7 sampai 8 jam.</p>
<p><iframe id="9iymE" class="tc-infographic-datawrapper" src="https://datawrapper.dwcdn.net/9iymE/1/" height="400px" width="100%" style="border: none" frameborder="0"></iframe></p>
<p>Jumlah waktu tidur belum cukup; <a href="https://doi.org/10.1016/j.sleh.2016.11.006">kualitas tidur</a> juga penting. Kamu sebaiknya tidur dengan <a href="https://www.sleepfoundation.org/sleep-hygiene/what-is-healthy-sleep">jadwal yang tetap</a>, yaitu tidur dan bangun pada waktu yang kira-kira sama setiap hari – bahkan pada akhir pekan.</p>
<p>Tidur malam yang baik akan <a href="https://doi.org/10.1016/S1087-0792(03)90003-7">membantu kamu di sekolah</a>, <a href="https://www.sleepfoundation.org/sleep-hygiene/good-sleep-and-job-performance">di tempat kerja</a>, dan <a href="https://doi.org/10.1249/JSR.0000000000000418">saat berolah raga</a>. </p>
<p>Tidur membantu meningkatkan <a href="https://www.sleepfoundation.org/sleep-deprivation/sleep-deprivation-and-reaction-time">kesigapan</a> dan ingatan; kedua hal ini penting untuk kegiatan seperti menyanyi atau memainkan alat musik.</p>
<p>Tidur yang baik akan membuat kita terlihat dan merasa segara. Orang yang cukup tidur terlihat <a href="https://doi.org/10.1098/rsos.160918">lebih menarik di mata orang lain</a>. Tidur dengan baik dan cukup akan membantu kita mengatasi stres dan dalam <a href="https://doi.org/10.1111/jcpp.12568">bergaul dengan teman-teman</a>.</p>
<p>Kalau kamu mengalami kesulitan tidur - seperti halnya <a href="https://doi.org/10.1016/j.smrv.2015.01.004">banyak orang lain</a> - ada beberapa cara yang bisa membantu kamu tidur teratur.</p>
<p>Kamu bisa tentukan jadwal tidur yang ideal dan coba untuk mengikutinya setiap hari. Kamu juga bisa memasang <em>alarm</em> untuk mengingatkan kapan waktunya tidur.</p>
<p>Lakukan kegiatan yang mengendurkan ketegangan satu jam sebelum tidur; fokus pada hal-hal santai dan positif. Ini misalnya dengan meredupkan lampu kamar, membaca buku yang menyenangkan, atau ngobrol soal hal-hal paling positif dari hari ini atau mengingat kembali hal-hal itu. Hindari film dan buku seram atau terlibat dalam debat sebelum tidur.</p>
<p>Saat bangun, pikirkan sesuatu yang kamu nantikan atau rencana kamu hari itu; biarkan cahaya matahari atau cahaya lain menerangi kamar agar otak kamu tahu sudah waktunya untuk kembali aktif.</p>
<p>Pertanda kamu sudah tidur dengan baik dan teratur adalah tidak merasa mengantuk di siang hari dan bangun dengan perasaan segar.</p>
<p>Seperti halnya menjaga olah raga dan makan sehat, tidur malam teratur adalah perilaku yang butuh untuk dibiasakan dan akan <a href="https://doi.org/10.5665/sleep.3298">bermanfaat seumur hidup</a>.</p>
<p>Selamat tidur!</p>
<hr>
<p><em>Halo, curious kids! Apakah kamu punya pertanyaan yang ingin ditanyakan ke ahli? Minta bantuan ke orang tua atau orang yang lebih dewasa untuk mengirim pertanyaanmu pada kami.</em></p>
<p><em>Ketika mengirimkan pertanyaan, pastikan kamu sudah memasukkan nama pendek, umur, dan kota tempat tinggal. Kamu bisa:</em></p>
<ul>
<li><p><em>mengirimkan email <a href="mailto:curiouskids@theconversation.com">redaksi@theconversation.com</a></em></p></li>
<li><p><em>tweet ke kami <a href="https://twitter.com/ConversationIDN">@conversationIDN</a> dengan tagar #curiouskids</em></p></li>
<li><p><em>DM melalui Instagram <a href="https://www.instagram.com/conversationIDN/">@conversationIDN</a></em></p></li>
</ul>
<hr><img src="https://counter.theconversation.com/content/161826/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Dana McMakin menerima dana National Institutes of Health, Patient Oriented Outcomes Research Institute, dan American Foundation of Suicide Prevention.</span></em></p>TIdur malam yang baik dan teratur membantu kita saat di sekolah atau di tempat kerja. Tidur juga membantu penampilan kita.Dana McMakin, Associate Professor of Psychology, Florida International UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1577702021-05-07T07:47:57Z2021-05-07T07:47:57ZIndonesia bisa hemat hingga Rp 1 triliun jika vaksinasi PCV pakai kemasan multi-dosis<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/397520/original/file-20210428-23-1e0wspg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=23%2C0%2C3972%2C2666&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Seorang murid menerima vaksin di sekolahnya di Banda Sakti di SDN1 Lhokseumawe, Aceh.</span> <span class="attribution"><span class="source">ANTARA FOTO/Rahmad/ama.</span></span></figcaption></figure><p>Meski hampir <a href="https://www.mdpi.com/2076-393X/8/2/233/htm#B2-vaccines-08-00233">300.000 anak di bawah usia lima tahun meninggal setiap tahun</a> karena penyakit yang disebabkan oleh bakteri pneumokokus, seperti meningitis, bronkitis, pneumonia, dan sinusitis, pemerintah Indonesia belum juga memasukkan vaksin yang mencegah infeksi bakteri pneumokokus yang disebut PCV (<em>Pneumococcus Conjugated Vaccine</em>) ke dalam program imunisasi rutin nasional. </p>
<p>Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengakui bahwa <a href="https://www.mdpi.com/2076-393X/8/2/233/htm#B34-vaccines-08-00233">PCV adalah salah satu vaksin yang paling mahal</a>. Hal tersebut yang menjadi alasan utama pemerintah belum memasukkan ke dalam program imunisasi nasional. Sementara pemberian vaksin harus diulang pada usia 2, 3, dan 12 bulan.</p>
<p>Untuk mengatasi hal ini, <a href="https://www.mdpi.com/2076-393X/8/2/233/htm">riset</a> kami merekomendasikan pemberian PCV dalam kemasan multi-dosis yang terbukti lebih ekonomis ketimbang dosis tunggal. </p>
<p>Indonesia saat ini memberikan PCV hanya dalam dosis tunggal. Pemberian multi-dosis rencananya akan dimulai pada 2024 ketika PCV ditargetkan masuk ke dalam program imunisasi nasional. </p>
<p>Namun, <a href="https://www.mdpi.com/2076-393X/8/2/233/htm">riset kami</a> menghitung bahwa pemerintah bisa menghemat hingga US$70 juta atau sekitar Rp 1 triliun dengan pemberian vaksin dalam kemasan multi-dosis pada program pemberian PCV di Indonesia selama periode 2019-2024. </p>
<p>Dengan penghematan ini, pemerintah bisa menggalakkan pemberian PCV dan memasukkannya dalam program vaksin nasional lebih awal.</p>
<h2>Multi-dosis lebih ekonomis</h2>
<p>Dari studi di beberapa negara di Asia sejak 2009 hingga 2020, kami menghitung elemen biaya vaksinasi PCV dan menemukan bahwa pemberian vaksin PCV kemasan multi-dosis lebih murah dibandingkan dengan dosis tunggal.</p>
<p>Harga PCV di seluruh dunia sangat bervariasi, dari US$3,30 (sekitar Rp 50.000) hingga US$159 per dosis.</p>
<p>Vaksin PCV ada yang dalam bentuk dosis tunggal dan ada yang multi-dosis atau beberapa dosis dalam satu tabung. </p>
<p>Di Indonesia, harga vaksin PCV13 (dosis tunggal) dengan mekanisme pembelian melalui kontrak antara Kementerian Kesehatan dengan produsen vaksin berkisar sekitar Rp 250.000 per dosis. Harga tersebut menjadi jauh lebih murah dibandingkan dengan harga di pasar bebas yang bisa mencapai Rp 750.000. </p>
<p>Pembelian melalui kontrak antara Kementerian Kesehatan dan produsen vaksin ini diinisiasi pada 2017. </p>
<p>Namun sejak 2021, Indonesia berhak mendapatkan PCV melalui mekanisme <em>advanced market commitment</em> (AMC) yaitu pembelian yang melibatkan UNICEF sebagai operator untuk pendistribusian vaksin dari GAVI. GAVI merupakan hasil kolaborasi antara sektor publik dan swasta untuk memastikan distribusi vaksin menjangkau negara-negara yang kurang mampu.</p>
<p>Melalui mekanisme ini, harga vaksin PCV13 (dosis tunggal) berkisar sekitar Rp 47.850 per dosis. Sedangkan vaksin yang sama dalam sediaan multi-dosis melalui mekanisme GAVI harganya hanya US$2,9 (sekitar Rp 39.150). Ada tiga jenis vaksin PCV multi-dosis yang harganya bervariasi, mulai dari US$ 2 hingga US$3,05. </p>
<p>Saat ini, ada lima produk PCV yang dapat diperoleh negara-negara yang difasilitasi oleh GAVI melalui UNICEF Supply Division (SD) pada 2020, termasuk Indonesia. Vaksin ini adalah PCV13 dosis tunggal (satu dosis/tabung) dan multi-dosis (empat dosis/tabung), PCV10 produk A multi-dosis (empat dosis/tabung), PCV10 produk B dosis tunggal (satu dosis/tabung) dan multi-dosis (lima dosis/tabung).</p>
<p>Harga PCV dalam multi-dosis lebih murah daripada dosis tunggal karena produsen dapat menghemat biaya pengemasan dan distribusi.</p>
<p>Dari segi efektivitas, PCV10 dan PCV13 menunjukkan dampak dan efektivitas yang sebanding secara keseluruhan. <a href="https://www.mdpi.com/2076-393X/8/2/233/htm#B14-vaccines-08-00233">Kedua jenis vaksin ini memiliki profil keamanan yang baik dan tidak menimbulkan efek samping yang serius </a></p>
<p>Hasil riset kami menunjukkan bahwa pengalihan penggunaan PCV dari dosis tunggal ke multi-dosis akan berpotensi menghemat sekitar US$0,4 sampai US$ 1,5 untuk satu kali pemberian. Jika dihitung total, maka penghematan yang diraih bisa mencapai US$70 juta dari 2019 hingga 2024.</p>
<h2>Keuntungan pemberian imunisasi PCV</h2>
<p><a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7564215/">Riset kami</a> juga membuktikan bahwa pemberian imunisasi PCV kepada anak di bawah satu tahun bisa menghemat biaya perawatan yang harus dikeluarkan negara untuk penyakit yang disebabkan bakteri pneumokokus.</p>
<p>Bakteri pneumokokus pada anak-anak di bawah 5 tahun dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, mulai dari dari meningitis, bronkitis, pneumonia, dan sinusitis yang bisa membebani pemerintah sekitar US$4 juta atau sekitar Rp 58 miliar. Angka ini diambil berdasarkan <a href="https://downloads.hindawi.com/journals/jeph/2021/7494965.pdf">penelitian</a>perkiraan penghematan biaya perawatan akibat penyakit tersebut dalam jangka waktu 6 tahun (2019–2024) dengan pemberian imunisasi PCV. </p>
<p>Jumlah itu setara kira-kira setara dengan dana alokasi khusus dari pemerintah pusat untuk operasional kesehatan, pembangunan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas), obat, dan jaminan persalinan di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. </p>
<p>Selama ini, <a href="https://www.mdpi.com/2076-393X/8/2/233/htm#B6-vaccines-08-00233">pemerintah telah mengintensifkan strategi pencegahan dan pengendalian</a> di pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) dan rumah sakit melalui kampanye pemberian ASI eksklusif dalam enam bulan pertama kehidupan dan perbaikan gizi. Juga ada kampanye pencegahan berat badan lahir rendah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat pneumonia pada anak-anak bawah lima tahun. </p>
<p>Sebenarnya, dibandingkan situasi pada 1990, kematian anak akibat pneumonia kini telah dapat berhasil ditekan hingga 87%. <a href="https://www.kemkes.go.id/article/view/20111500001/pneumonia-pada-anak-bisa-dicegah-dan-diobati.html">Menurut data Kementerian Kesehatan 2020</a>, jumlah kasus pneumonia pada bayi berusia kurang dari satu tahun menurun dari 175.437 pada 2017 menjadi 167.665 pada 2018 dan 153.987 pada 2019. </p>
<p>Jumlah kasus pneumonia pada anak berusia 1-5 tahun pun menurun dalam rentang waktu yang sama, dari 338.201 pada 2017 menjadi 337.666 pada 2018 dan 314.455 pada 2019. </p>
<p>Memberikan vaksin adalah upaya pencegahan lainnya yang dapat mengurangi biaya perawatan yang harus dikeluarkan saat sakit dan mencegah kematian anak-anak akibat bakteri pneumokokus. </p>
<p><em>Artikel ini terbit atas kerja sama The Conversation Indonesia dan Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi Inovasi Pelayanan Kefarmasian Universitas Padjadjaran.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/157770/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Auliya S. Suwantika menerima dana dari Universitas Padjadjaran untuk riset ini.</span></em></p>Pemerintah bisa menghemat hingga US$70 juta atau sekitar Rp 1 triliun dengan pemberian vaksin PCV kemasan multi-dosis di Indonesia selama periode 2019 dan 2024.Auliya A. Suwantika, Lecturer, Faculty of Pharmacy, Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi Inovasi Pelayanan KefarmasianLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1582342021-04-08T03:41:19Z2021-04-08T03:41:19ZBahaya rokok elektrik bagi orang di sekitarnya<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/393363/original/file-20210405-17-1w9s6dy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C36%2C4881%2C3217&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Sekelompok orang muda di Filipine sedang merokok vape</span> <span class="attribution"><span class="source">Photo by Rainier Ridao on Unsplash</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span></figcaption></figure><p>Rokok elektrik, juga dikenal sebagai vape, semakin populer di kalangan anak muda di berbagai belahan dunia, termasuk <a href="https://www.cdc.gov/mmwr/volumes/67/wr/mm6745a5.htm?s_cid=mm6745a5_w%22%22">Amerika Serikat</a> dan <a href="https://ec.europa.eu/commfrontoffice/publicopinion/index.cfm/survey/getsurveydetail/instruments/special/surveyky/2240%22%22">Eropa</a>.</p>
<p>Generasi muda penghisap vape ini <a href="https://pediatrics.aappublications.org/content/143/5/e20183531?sso=1&sso_redirect_count=1&nfstatus=401&nftoken=00000000-0000-0000-0000-000000000000&nfstatusdescription=ERROR%3A%20No%20local%20token%22%22">seringkali tidak sadar</a> bahwa rokok elektrik mengandung nikotin, zat adiktif yang juga terkandung dalam rokok tembakau.</p>
<p><a href="https://bmjopen.bmj.com/content/5/11/e009218">Mereka juga kurang tahu</a> bahwa kebiasaan mereka juga membahayakan orang lain karena dapat membuat yang lain terpapar emisi rokok elektronik.</p>
<h2>Bahaya perokok vape pasif</h2>
<p>Perokok vape pasif adalah mereka yang tidak merokok tapi terpapar secara tidak langsung terhadap emisi rokok elektrik yang dihembuskan pengguna rokok elektrik.</p>
<p>Tidak seperti perokok pasif yang juga menghirup asap yang berasal dari rokok tembakau yang dibakar, perokok vape pasif hanya menghirup aerosol rokok elektrik yang dihembuskan oleh penggunanya.</p>
<p>Tapi perokok vape pasif juga menghadapi bahaya yang serius layaknya perokok pasif lainnya setidaknya karena dua alasan: </p>
<p><strong>1. Aerosol rokok elektrik mengandung zat beracun yang berbahaya</strong></p>
<p><a href="https://tobaccocontrol.bmj.com/content/30/1/30">Banyak orang menyangka</a> aerosol dari vape hanya mengandung uap air. </p>
<p>Vape ternyata juga mengandung racun. </p>
<p>Zat beracun tersebut di antaranya partikel halus dan sangat halus (juga dikenal sebagai materi partikulat), nikotin, senyawa organik yang mudah menguap seperti <em>formaldehyde</em> dan <em>acetaldehyde</em>, yang <a href="https://monographs.iarc.who.int/list-of-classifications">dapat menyebabkan kanker pada manusia</a> . </p>
<p>Vape juga mengandung <a href="https://www.who.int/tobacco/industry/product_regulation/BackgroundPapersENDS1_4november.pdf">logam</a> dengan <a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0175430">tingkat yang lebih tinggi</a> dibandingkan rokok tembakau.</p>
<p>Nikotin dalam vape dapat menyebabkan <a href="https://dx.doi.org/10.1101%2Fcshperspect.a012120">gangguan fungsi otak</a>, terutama pada anak muda.</p>
<p>Materi partikulat pada aerosol rokok elektrik <a href="https://dx.doi.org/10.3390%2Ftoxics7040059">lebih kecil</a> dibandingkan materi partikulat yang ditemukan pada asap biasa. Hal ini membuat partikel ini lebih mudah masuk ke dalam paru-paru dan menimbulkan penyakit seperti <a href="https://doi.org/10.1016/j.envint.2014.10.005">penyakit kardiovaskular dan pernapasan serta diabetes</a>.</p>
<p>Banyak penelitian menunjukkan tingkat materi partikulat dan nikotin di dalam ruangan <a href="https://www.who.int/tobacco/industry/product_regulation/BackgroundPapersENDS1_4november.pdf">meningkat</a> selama dan setelah penggunaan vape, menunjukkan bahwa vape menyebabkan polusi dalam ruangan.</p>
<p>Sebagai contoh, di dalam rumah pengguna rokok elektrik, konsentrasi nikotin di udara dalam ruangan <a href="https://doi.org/10.1016/j.envres.2014.09.005">lebih banyak enam kali</a> dibandingkan di dalam rumah non-pengguna rokok elektrik.</p>
<p>Orang-orang yang tinggal bersama pengguna rokok elektrik juga <a href="https://doi.org/10.1016/j.envres.2014.09.005">menyerap nikotin</a> dari aerosol rokok elektrik ke dalam sistem tubuh mereka.</p>
<p>Nikotin di udara dan materi partikulat halus dapat juga <a href="https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2020.143423">meracuni ruangan atau tempat yang lain</a> karena keduanya bisa berpindah ke area terdekat dan lingkungan luar ruangan.</p>
<p>Aerosol dari vape juga mengandung zat lain yang tidak ada di rokok biasa, seperti <a href="https://www.who.int/tobacco/industry/product_regulation/BackgroundPapersENDS1_4november.pdf"><em>propylene glycol</em> dan <em>glycerol</em>, yang berperan sebagai pelarut dalam cairan vape, dan zat perasa</a>. </p>
<p>Walaupun <em>propylene glycol</em> dan <em>glycerol</em> dianggap aman untuk dikonsumsi melalui saluran pencernaan, keduanya <a href="https://www.news-medical.net/news/20191018/Vaping-propylene-glycol-and-vegetable-glycerine-may-lead-to-lung-inflammation.aspx%22%22">tidak terbukti aman</a> untuk dihirup.</p>
<p>Paparan terhadap aerosol rokok elektronik dalam jangka pendek telah terbukti menyebabkan <a href="https://doi.org/10.1016/j.envres.2019.108963">iritasi mata dan saluran pernapasan</a> dan memperburuk kondisi pernapasan, seperti <a href="https://doi.org/10.1016/j.chest.2018.10.005">asma</a> dan <a href="https://doi.org/10.1080/20018525.2020.1861580">penyakit bronkitis kronik</a>. </p>
<p>Pandemi COVID-19 dapat menyebabkan orang lain yang terpapar dengan rokok elektrik memiliki risiko yang lebih tinggi tertular atau mengalami penyakit COVID-19 yang lebih parah karena aerosol rokok elektrik dapat <a href="https://doi.org/10.1016/j.pmedr.2020.101255">mengganggu fungsi paru-paru dan imunitas</a>.</p>
<p><strong>2. Perokok vape pasif dapat mendorong semakin banyak orang merokok dan menerima vape</strong> </p>
<p>Banyak penelitian menunjukkan bahwa anak muda yang <a href="https://doi.org/10.1016/j.drugalcdep.2020.108476">melihat orang lain menghisap rokok elektrik</a> atau <a href="https://jamanetwork.com/journals/jamapediatrics/fullarticle/2759424">terpapar dengan aerosol vape</a> lebih mungkin mulai memakai vape atau bahkan rokok biasa.</p>
<p>Mereka bahkan cenderung <a href="https://tobaccocontrol.bmj.com/content/29/3/332">menganggap vape atau menjadi perokok pasif vape aman</a>.</p>
<p>Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan adanya <em>“<a href="https://dx.doi.org/10.1093%2Fntr%2Fnty067">gateway effect</a>”</em> bagi orang yang tidak merokok untuk menjadi perokok nantinya atau menjadi pengguna keduanya, baik vape maupun rokok. </p>
<h2>Perokok vape pasif berada di sekitar kita</h2>
<p>Dampak perokok vape pasif tidak bisa diabaikan. </p>
<p>Paparan terhadap aerosol rokok elektronik telah meluas, terutama di negara-negara yang penggunaan rokok elektroniknya sudah lazim, seperti <a href="http://dx.doi.org/10.1136/tobaccocontrol-2019-055376">Yunani dan Inggris</a>.</p>
<p>Pada 2017-2018, <a href="http://dx.doi.org/10.1136/tobaccocontrol-2019-055376">16% orang dewasa</a> di 12 negara Eropa terpapar dengan aerosol rokok elektrik di dalam ruangan. </p>
<p>Di Amerika Serikat, vaping pasif di dalam atau luar ruangan tempat publik dilaporkan oleh sekitar <a href="https://jamanetwork.com/journals/jamapediatrics/fullarticle/2759424">satu dari tiga</a> pada pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) pada 2018.</p>
<p>Memang, perokok vape pasif mempengaruhi <a href="http://dx.doi.org/10.1136/tobaccocontrol-2019-055376">anak muda, laki-laki, dan mantan pengguna rokok elektrik</a> secara tidak proporsional.</p>
<p>Di Eropa, perokok vape pasif banyak terdapat di tempat di mana merokok telah dilarang, termasuk di dalam ruangan <a href="http://dx.doi.org/10.1136/tobaccocontrol-2019-055376">bar, restoran, dan tempat kerja, atau fasilitas pendidikan</a>.</p>
<p>Penggunaan rokok elektrik bahkan juga ditemukan pada lokasi yang biasa <a href="https://doi.org/10.1016/j.envres.2020.110571">anak-anak sering berkeliaran</a>, seperti taman bermain anak-anak dan gerbang sekolah .</p>
<h2>Rekomendasi</h2>
<p>Untuk menangani dampak negatif yang dirasakan perokok vape pasif, kita harus mengawasi dengan ketat tren ini, terutama di sekitar anak-anak dan orang-orang dengan penyakit serius.</p>
<p>Pembuat kebijakan harus mempertimbangkan memasukkan rokok elektrik dalam kebijakan antirokok untuk mempermudah komunikasi dan implementasi regulasi tersebut.</p>
<p>Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian tembakau Badan Kesehatan Dunia (FCTC WHO) telah menganjurkan <a href="https://www.who.int/fctc/cop/cop7/FCTC_COP_7_11_EN.pdf">negara-negara untuk melarang vape</a> di ruangan tertutup atau paling tidak di tempat bebas rokok.</p>
<p>Namun, <a href="https://www.jstage.jst.go.jp/article/jea/advpub/0/advpub_JE20200332/_article/-char/en">kurang dari 60%</a> negara wilayah Eropa WHO yang memiliki hukum di tingkat nasional terkait penggunaan rokok elektrik pada 2018.</p>
<p>Kurangnya regulasi penggunaan rokok elektrik diakibatkan negara-negara masih lebih fokus pada ranah regulasi lainnya untuk rokok elektrik, seperti pemasaran, periklanan, harga, dan standar produk.</p>
<p>Untungnya, sebagian besar orang mendukung pelarangan vape <a href="https://doi.org/10.1016/j.ypmed.2017.08.007">di tempat publik</a>, terutama di area bebas rokok. Hal ini menunjukkan adanya kesempatan bagi pemerintah untuk menyusun regulasi rokok elektrik sebagai bagian dari strategi nasional pengendalian tembakau.</p>
<p>Indonesia belum meregulasi rokok elektrik dengan baik, padahal sudah <a href="https://www.emerald.com/insight/content/doi/10.1108/JHR-01-2020-0008/full/html">banyak digunakan</a> oleh kalangan anak muda. </p>
<p>Pemerintah harus mulai beraksi secepatnya dengan memonitor penggunaan rokok elektrik dan melarang penggunaannya di tempat umum, setidaknya di kawasan bebas rokok. </p>
<p>Oleh karena itu, aturan tentang penggunaan rokok elektrik mesti dimasukkan dalam kerangka strategi pengendalian tembakau di tingkat nasional maupun daerah.</p>
<p><em>Ignatius Raditya Nugraha menerjemahkan artikel ini dari Bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/158234/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Beladenta Amalia adalah peneliti dalam TackSHS Project dan menerima beasiswa dari "La Caixa" Foundation untuk menyelesaikan PhD. Penulis mengakui kontribusi proyeknya sebagai inspirasi artikel ini. Pandangan dan opini yang diekspresikkan di dalam artikel ini adalah milik penulis dan tidak merefleksikkan opini atau pandangan siapa pun yang terkait dengan proyek.</span></em></p>Para perokok vape muda tidak tahu bahwa kebiasaan mereka juga dapat membahayakan orang lain yang terpapar emisi rokok elektrikBeladenta Amalia, Doctoral Researcher in Public Health, Universitat de BarcelonaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1574552021-04-01T10:01:58Z2021-04-01T10:01:58ZPandemi ancam kesembuhan pasien tuberkulosis, sebuah riset ungkap strategi untuk atasi ini<p>Indonesia merupakan negara dengan kasus tuberkulosis (TB/TBC) <a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/tuberculosis#:%7E:text=In%202019%2C%20the%2030%20high,Nigeria%2C%20Bangladesh%20and%20South%20Africa.">terbanyak kedua di dunia</a> namun pengendalian penyakit tersebut mengalami berbagai <a href="https://covid19.go.id/p/berita/waspada-tuberculosis-di-tengah-pandemi-ini-perbedaan-dengan-covid-19">hambatan</a> selama pandemi. </p>
<p>Hambatan tersebut di antaranya berkurangnya layanan untuk pasien TB karena banyak tenaga kesehatan yang dikerahkan untuk menangani pasien COVID-19.</p>
<p>Selain itu, keengganan pasien TB pergi ke layanan kesehatan karena khawatir akan tertular COVID-19 juga menjadi hambatan utama lainnya.</p>
<p>Keengganan pasien TB ke rumah sakit tersebut berdampak pada proses pengobatan pasien. Padahal, untuk dapat sembuh, pasien TB yang telah menunjukkan gejala harus menjalani pengobatan yang berkelanjutan mulai dari enam bulan hingga dua tahun, tergantung keparahan penyakitnya. </p>
<p><a href="https://www.nature.com/articles/s41533-020-0179-x">Sebuah riset</a> dari Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Jawa Barat, menunjukkan bahwa alasan pasien TB tidak rutin menjalankan pengobatannya sebenarnya bersifat individual. Oleh karena itu, untuk mengatasinya diperlukan pendekatan secara personal untuk meningkatkan kepatuhan penggunaan obat pada pasien TB. </p>
<p>Meski penelitian ini mengolah berbagai data sebelum pandemi, hasil risetnya masih sangat relevan dengan kondisi saat ini karena permasalahan dan strategi yang digunakan untuk mengatasinya memiliki prinsip yang sama, yaitu penggunaan pendekatan personal.</p>
<h2>Efektivitas terapi personal</h2>
<p>Banyak upaya yang telah dilakukan para peneliti dan tenaga kesehatan untuk meningkatkan kepatuhan bagi pasien TB untuk minum obat, termasuk dengan pendekatan individual sesuai dengan kondisi dan hambatan yang dihadapi tiap pasien. </p>
<p>Riset kami yang menganalisis studi-studi di 12 negara dari tahun 2003 hingga 2018 mencoba mengetahui strategi yang efektif untuk meningkatkan kesadaran pasien TB untuk menuntaskan pengobatan.</p>
<p>Secara total, riset tersebut menganalisis 15.507 subjek dari berbagai negara: Pakistan, Australia, Irak, Cina, Senegal, Afrika Selatan, Timor Leste, Kanada, Amerika Serikat, Spanyol, Hong Kong, and Meksiko.</p>
<p>Studi kami menemukan bahwa strategi intervensi untuk meningkatkan kepatuhan pasien TB untuk minum obat hingga tuntas cukup bervariasi.</p>
<p>Mulai dari penyediaan pengingat minum obat, pemberian insentif dalam bentuk <em>voucher</em> makanan dan kebutuhan sehari-hari. Ada juga model pemberian insentif untuk transportasi dan pengobatan, pemberian nutrisi yang cukup, kemudian pemberian paket pengobatan singkat. Ada juga dengan pemberian konsultasi minum obat yang dilakukan oleh tenaga profesional kesehatan maupun kelompok-kelompok masyarakat. </p>
<p>Pendekatan-pendekatan di atas bersifat personal karena berusaha menjawab tantangan yang berbeda di antara pasien TB yang satu dengan yang lainnya ketika ingin menuntaskan pengobatan mereka.</p>
<p>Misalnya strategi pemberian insentif untuk transportasi dan pengobatan bisa efektif bagi para pasien yang mengalami kesulitan mengakses fasilitas kesehatan karena faktor ekonomi dan faktor geografis. </p>
<p>Solusi ini cocok bagi mereka yang tidak memiliki biaya dan kendaraan dan tinggal di daerah terpencil. Pemerintah juga sudah memiliki <a href="https://nasional.kompas.com/read/2020/09/14/14451171/kini-penderita-tbc-masuk-kategori-penerima-pkh?page=all">program</a> berkaitan dengan pemberian bantuan ini. </p>
<p>Pasien yang menderita TB yang kebal obat juga bisa menerimanya karena mereka harus mendatangi secara rutin sentra pelayanan penyakit TB kebal obat yang tidak selalu tersedia di tingkat kabupaten dan kota. </p>
<p>Penanganan TB yang kebal obat memang sangat kompleks. Namun, dengan upaya berkelanjutan, komitmen, dan kolaborasi antara pusat rujukan dan penyedia layanan kesehatan di daerah pedesaan, pasien TB bisa mendapatkan perawatan yang tepat, seperti <a href="https://e-journal.unair.ac.id/JR/article/view/12529">kasus di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur </a>. </p>
<p>Lalu pemberian insentif dalam bentuk <em>voucher</em> makanan bisa ditawarkan kepada pasien TB yang harus kehilangan pekerjaannya setelah didiagnosis menderita TB. Banyak <a href="https://www.stoptbindonesia.org/single-post/pil-pahit-tbc-pemutusan-hubungan-kerja-akibat-tbc">perusahaan yang langsung memberhentikan pekerjanya yang terinfeksi TB</a> karena takut menulari pekerja yang lain. </p>
<p>Untuk mengatasi kendala masa pengobatan yang panjang, solusi yang diberikan bisa berupa membuat sistem pengingat untuk waktu minum obat bagi pasien TB. Strategi ini sudah diterapkan dan teruji efektivitasnya, salah satunya di <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26372470/">Cina</a>.</p>
<p>Teknologi-teknologi baru juga telah dikembangkan untuk melakukan pengawasan terhadap pasien TB. </p>
<p>Teknologi bisa membantu mengirim pesan singkat sebagai pengingat dan informasi obat melalui ponsel; pengawasan rutinitas minum obat oleh tenaga kesehatan melalui menggunakan <em>video call</em> dan sensor minum obat yang disematkan pada kotak obat. </p>
<p>Beberapa negara, seperti Cina, India dan Belarus sudah <a href="https://gh.bmj.com/content/3/5/e001018">menggunakan teknologi digital</a> ini untuk perawatan TB di negara mereka. </p>
<p>Pendekatan teknologi ini sebenarnya cocok untuk menjawab masalah pasien TB selama pandemi. </p>
<h2>Pendekatan personal saat pandemi</h2>
<p>Situasi pandemi yang memaksa orang untuk menjaga jarak dan tidak pergi ke fasilitas umum menyediakan ruang bagi teknologi untuk menjadi solusi.</p>
<p>Teknologi juga bisa menjadi solusi untuk penanganan pasien TB selama pandemi. </p>
<p>Penggunaan teknologi dalam memastikan pasien TB meminum obat merupakan pendekatan yang cukup menjanjikan dalam mengatasi permasalahan pasien TB ketika pandemi.</p>
<p>Teknologi tersebut bisa dalam bentuk aplikasi yang bisa mengawasi konsumsi obat pasien TB. Selain itu, teknologi juga bisa menjadi media komunikasi antara pasien dengan tenaga kesehatan tanpa harus melakukan kunjungan ke fasilitas kesehatan. </p>
<p>Sayangnya, penggunaan teknologi seperti ini masih perlu dioptimalkan di Indonesia. Hal tersebut juga yang mendorong tim peneliti di Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran untuk mengembangkan aplikasi digital yang bisa membantu pasien TB menuntaskan pengobatannya dengan menggunakan prinsip pendekatan personal. </p>
<p>Kita semua berharap dengan adanya teknologi, permasalahan ketidakpatuhan penggunaan obat TB bisa diatasi, sehingga target pemerintah Indonesia untuk bebas TB pada 2030 bukan hanya jargon semata. </p>
<p>Hal tersebut akan terwujud ketika seluruh pihak baik peneliti, masyarakat, dan pemerintah dapat bahu-membahu dalam menyelesaikan permasalahan tersebut bersama-sama.</p>
<hr>
<p><em>Artikel ini terbit berkat kerja sama The Conversation Indonesia dengan <a href="https://risfarklin.unpad.ac.id">Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi Inovasi Pelayanan Kefarmasian Universitas Padjajaran</a></em>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/157455/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Ivan Surya Pradipta menerima dana dari lembaga pengelola dana pendidikan (LPDP) Kementrian keuangan republik, Indonesia. </span></em></p>Dengan adanya teknologi, masalah pasien TB yang bersifat personal bisa diatasi dan target pemerintah Indonesia untuk bebas TB pada tahun 2030 bukan hanya jargon semata.Ivan Surya Pradipta, Assistant professor at the departement of Pharmacology and Clinical pharmacy, Faculty of Pharmacy, Universitas PadjadjaranLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.