tag:theconversation.com,2011:/uk/topics/polusi-udara-53657/articlesPolusi Udara – The Conversation2023-09-27T01:39:52Ztag:theconversation.com,2011:article/2142932023-09-27T01:39:52Z2023-09-27T01:39:52ZMengapa debat kusir polusi udara Jakarta harus diakhiri dan kita fokuskan usaha bersama pada 3 hal ini<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/550187/original/file-20230926-25-br73w2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">(Wibisono Ari/Shutterstock)</span></span></figcaption></figure><p>Udara kota Jakarta dan sekitarnya memang benar-benar kotor. Ini merupakan fakta kita temui, bukan hanya dari hasil pengukuran kualitas udara, tapi dari <a href="https://www.liputan6.com/health/read/5382257/ispa-terkait-polusi-udara-jabodetabek-naik-di-atas-200-ribu-kasus-per-bulan">lonjakan kasus gangguan pernapasan di masyarakat enam bulan belakangan.</a></p>
<p>Walau begitu, ada saja dalih yang dilontarkan pemerintah untuk mengelak dari tanggung jawab mereka untuk mengendalikan polusi udara. Misalnya, pemerintah mengatakan alat ukur kualitas udara yang digunakan pihak swasta <a href="https://www.viva.co.id/berita/nasional/1631452-tanggapi-beda-hasil-soal-kualitas-udara-di-depok-wali-kota-kita-pakai-alat-dari-klhk">tidak memenuhi standar.</a> Terbaru, pemerintah DKI Jakarta juga berencana <a href="https://metro.tempo.co/read/1773734/dlh-dki-ungkap-banyak-pengukur-kualitas-udara-tak-berizin-koordinasi-dengan-polisi-untuk-dihentikan">menghentikan kegiatan stasiun pengukuran udara</a> yang tidak berizin bersama Kepolisian.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/mengatasi-polusi-udara-jakarta-secara-efektif-belajar-dari-beijing-212004">Mengatasi polusi udara Jakarta secara efektif: belajar dari Beijing</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Salah satu pihak non-pemerintah yang mengukur kualitas udara juga <a href="https://twitter.com/piotrj/status/1705140804606361617">berupaya membela diri.</a> Perdebatan ini kemudian dikipas-kipasi oleh <a href="https://metro.tempo.co/read/1775266/walhi-sebut-data-kualitas-udara-alat-ukur-swasta-lebih-unggul-daripada-pemerintah">lembaga lainnya</a> sehingga situasi kian panas.</p>
<p>Sayangnya, perdebatan ini membuat kita sedikit berpaling pada masalah sebenarnya, yaitu bagaimana memperbaiki kualitas udara di Indonesia, khususnya Jabodetabek. Sebab, pengukuran kualitas udara hanya salah satu dari sekian banyak langkah yang harus kita lakukan. </p>
<p>Lantas, apa yang seharusnya pemerintah dan masyarakat lakukan untuk mengatasi debat kusir yang tak berujung soal polusi udara serta bertindak bersama? Ada setidaknya tiga hal, menurut saya, yang bisa dilakukan.</p>
<h2>1. Informasi udara yang terbuka</h2>
<p>Keterbukaan informasi adalah fondasi dalam mengatasi polusi udara. Sayangnya, acap kali data kualitas udara versi pemerintah dan maupun lembaga non-pemerintah seolah saling bertentangan. </p>
<p>Hal ini menciptakan ketidakpastian dan perdebatan yang tak berujung. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/550156/original/file-20230926-15-29ccyl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/550156/original/file-20230926-15-29ccyl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=250&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/550156/original/file-20230926-15-29ccyl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=250&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/550156/original/file-20230926-15-29ccyl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=250&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/550156/original/file-20230926-15-29ccyl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=314&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/550156/original/file-20230926-15-29ccyl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=314&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/550156/original/file-20230926-15-29ccyl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=314&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Petugas sedang mengurus sensor kualitas udara di Jakarta.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Jakarta.go.id)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Jika dicermati, permasalahan pertama dari situasi ini adalah stasiun ukur yang masih sedikit. Berdasarkan situs pemantauan kualitas udara versi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), <a href="https://ispu.menlhk.go.id/webv4/#/stasiun">ispu.menlhk.go.id</a>, hanya ada 17 stasiun ukur milik pemerintah di wilayah Jabodetabek, dari total 68 stasiun yang tersebar di seluruh Indonesia. <a href="https://doi.org/10.3390/ijerph14080909">Hal ini disebabkan</a> mahalnya pengadaan alat dan kesiapan sumber daya untuk dapat mengoperasikan dan merawatnya.</p>
<p>Pihak lainnya kemudian mencoba mengisi keterbatasan tersebut dengan pemasangan <a href="https://tirto.id/nafas-alternatif-miskinnya-data-polusi-udara-pemerintah-gP52">ratusan sensor berbiaya murah (<em>low-cost sensor</em>)</a> di Jabodetabek. </p>
<p>Sayangnya, publik masih belum mendapatkan informasi sejauh mana sensor ini <a href="https://bsn.go.id/main/berita/detail/17857/jamin-kualitas-data-pemantauan-udara-bsn-tetapkan-sni-91782023#:%7E:text=SNI%209178%3A2023%20menetapkan%20persyaratan,di%20lapangan%2C%20dan%20validasi%20data.">lulus uji kinerja</a> berdasarkan standar di Indonesia. Kita juga tidak mengetahui bagaimana proses kalibrasi dan pemeriksaan berkala di laboratorium dan <a href="https://amt.copernicus.org/articles/16/169/2023/">uji kolokasinya</a> (tes kinerja sensor dan pembandingan datanya dengan alat sensor utama di lapangan). </p>
<p>Tanpa informasi seputar hasil pengujian di atas, akan <a href="https://www.mdpi.com/2073-4433/10/9/506">sulit bagi kita memastikan kesahihan data</a> hasil pengukuran sensor-sensor berbiaya murah tersebut.</p>
<p>Selain itu, penempatan sensor berbiaya murah harus memperhatikan <a href="https://pesta.bsn.go.id/produk/detail/7058-sni19-71196-2005">persyaratan pemasangan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI).</a> Misalnya, dengan memperhatikan stabilitas aliran udara jika ditempatkan di rumah-rumah ataupun tiang penyangga lainnya. Sebab, pemasangan sensor di lokasi yang dekat sumber polutan lainnya, seperti pembakaran sampah terbuka atau di lokasi yang kerap terpapar asap rokok, juga bisa mempengaruhi validitas datanya.</p>
<p>Untuk itulah keterbukaan informasi seputar data hasil sensor pemerintah ataupun non-pemerintah amatlah penting. Pemerintah harus mengakui bahwa stasiun pengukuran udara mereka terbatas. Sementara, pihak non-pemerintah juga harus memastikan alat mereka kredibel untuk mengukur kualitas udara dan publik mendapatkan informasi memadai soal ini.</p>
<p>Harapannya, data-–dari alat ukur yang valid dan lulus uji standar–-bisa diakses publik dan dapat dibandingkan secara langsung dalam forum bersama yang terbuka. </p>
<p>Forum ini perlu dibuat untuk sebagai bentuk <a href="https://www.semanticscholar.org/paper/Managing-future-air-quality-in-megacities%3A-A-case-Amann-Purohit/f1fffb78d98251d8fb5604ce1738da261875412d">kerja sama lintas sektor mengatasi polusi udara,</a> bukan cuma pemerintah ataupun swasta saja. Kerja sama bahkan tak hanya dilakukan untuk perbandingan data, tapi juga pengujian dan pemasangan alat ukur bersama-sama.</p>
<h2>2. Menelusuri jejak pencemar</h2>
<p>Langkah selanjutnya adalah identifikasi sumber polutan dengan lebih akurat.</p>
<p>Polusi udara tidak hanya berasal dari <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S1309104222002033">sektor transportasi.</a> Fokus penanganan hanya pada satu sumber polusi merupakan pemikiran yang sempit sehingga membatasi upaya kita untuk mengatasi masalah ini secara komprehensif. </p>
<p>Data menunjukkan <a href="https://www.semanticscholar.org/paper/Assessment-of-Urban-Air-Quality-in-Indonesia-Santoso-Lestiani/425720a5db386e4363b8f2394226c693e50e9cc4">rata-rata konsentrasi partikel debu berukuran 2,5 mikron (PM2.5) di Pulau Jawa</a> melebihi baku mutu udara tahunan. Partikulat yang mengandung logam berat, <em>black carbon</em>, dan sulfur tersebut berasal dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan transportasi. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/dampak-polusi-udara-bagi-kesehatan-mental-kita-dari-depresi-hingga-bunuh-diri-214072">Dampak polusi udara bagi kesehatan mental kita: dari depresi hingga bunuh diri</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Selain PM2.5, PLTU yang tersebar di Pulau Jawa juga melepaskan gas <a href="https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/10/20/pltu-terbesar-indonesia-ada-di-pulau-jawa-ini-rincian-kapasitasnya">SO2 atau sulfur dioksida</a>–emisi yang juga dihasilkan sektor industri dan transportasi. </p>
<p>Walau begitu, kita masih membutuhkan <a href="https://www.semanticscholar.org/paper/Influence-of-Biomass-Burning-on-Temporal-and-of-and-Behera-Balasubramanian/88ad529482c1738f95b66b058afac776a1921edb">kajian ilmiah</a> terkait seberapa besar emisi dari sektor ini memengaruhi kualitas udara Jakarta.</p>
<p>Pemerintah dapat bekerja sama dengan para akademikus untuk membuat kajian ini agar penanganan polusi udara lebih terarah dan efektif langsung ke sumbernya.</p>
<h2>3. Evaluasi komprehensif: memberikan insentif untuk perubahan</h2>
<p>Setelah mengidentifikasi, langkah berikutnya adalah mengevaluasi dan mengendalikan sumber-sumber pencemar udara dengan menggunakan pendekatan <em>reward and punishment</em> atau penghargaan dan hukuman.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/550190/original/file-20230926-21-br73w2.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/550190/original/file-20230926-21-br73w2.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/550190/original/file-20230926-21-br73w2.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/550190/original/file-20230926-21-br73w2.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/550190/original/file-20230926-21-br73w2.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=498&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/550190/original/file-20230926-21-br73w2.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=498&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/550190/original/file-20230926-21-br73w2.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=498&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Contoh salah satu zona rendah emisi di Glasgow, Skotlandia.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Thomas Nugent/Geograph)</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pemerintah dapat memberikan penghargaan dan insentif bagi sektor-sektor yang terbukti dapat meredam pencemaran udara. Berbagai insentif untuk kendaraan listrik dapat menjadi langkah awal untuk penerapan kebijakan <em>reward</em> ini.</p>
<p>Sebaliknya, pemerintah harus menegakkan peraturan, memberi sanksi ataupun disinsentif bagi sektor-sektor yang berkontribusi terhadap pencemaran udara. Sebagai contoh, kota-kota di Eropa telah menerapkan <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0965856420307850?via%3Dihub">zona rendah emisi</a> yang memberlakukan larangan kendaraan beremisi tinggi di wilayah pusat kota.</p>
<p>Pemerintah Jakarta sebenarnya sudah menerapkan kebijakan serupa di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat. Kendati demikian, kebijakan ini <a href="https://www.kompas.id/baca/metro/2023/01/17/zona-rendah-emisi-kota-tua-yang-minim-implementasi">masih belum efektif</a>. Penerapannya juga perlu diperluas ke kawasan-kawasan padat kendaraan lainnya. </p>
<p>Selain mengkaji ulang kebijakan, pemerintah perlu mempertimbangkan faktor ISPA saat mengevaluasi kualitas udara di suatu daerah. Proses ini penting agar kita bisa melihat kembali: sejauh mana indeks kualitas udara pemerintah sudah mencerminkan keadaan sebenarnya? </p>
<p>KLHK mengklaim <a href="https://drive.google.com/file/d/1VxcKfiU8qjBSNIoz5zPveK4cIIWzrCWj/view">kualitas udara</a> terus membaik. Padahal, bersamaan dengan itu, angka infeksi saluran pernapasan akut <a href="https://www.rri.co.id/nasional/339812/kemenkes-catat-pengidap-ispa-meningkat-akibat-polusi-udara">(ISPA)–yang diduga akibat perburukan kualitas udara–justru naik.</a></p>
<p>Ini terjadi terutama di musim kemarau. <a href="https://royalsocietypublishing.org/doi/full/10.1098/rsta.2019.0322">Setiap nilai konsentrasi rerata harian dari PM2.5 yang melebihi baku mutu akan berakibat terhadap kesehatan masyarakat</a>.<a href="https://e-journal.unair.ac.id/JKL/article/view/30847">Salah studi di Jakarta</a> juga menjelaskan hubungan kualitas udara berkaitan dengan penyakit pernafasan (ISPA).</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/bias-kota-dalam-solusi-mobil-listrik-mengatasi-polusi-udara-jakarta-212456">Bias kota dalam solusi mobil listrik mengatasi polusi udara Jakarta</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Selain melihat kesesuaian indeks, evaluasi juga penting untuk menentukan seberapa efektif langkah pengendalian pencemaran udara yang telah dilakukan. Kajian semacam ini <a href="https://link.springer.com/article/10.1057/s41271-018-0148-6#Ack1">telah dilakukan di Quito,</a> Ekuador, oleh tim peneliti dari Ekuador, Belanda, dan Amerika Serikat pada 2018.</p>
<p>Kita perlu mendesak penilaian yang lebih holistik dan komprehensif terhadap kualitas udara dan lingkungan. Peningkatan angka dalam IKU tidak boleh menjadi jaminan bahwa udara yang kita hirup benar-benar bersih. Penting untuk mempertimbangkan dampak jangka panjang dari polusi udara terhadap ekosistem dan kesehatan manusia.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/214293/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Indra Chandra tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Pengukuran kualitas hanya salah satu dari sekian banyak langkah pengendalian polusi udara yang harus kita lakukan.Indra Chandra, Dr. Eng./Dosen di Teknik Fisika, Telkom UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2140722023-09-25T04:27:35Z2023-09-25T04:27:35ZDampak polusi udara bagi kesehatan mental kita: dari depresi hingga bunuh diri<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/549713/original/file-20230922-25-cgcgtk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">(Norbert Kundrak/Pexels)</span></span></figcaption></figure><p><em>Peringatan: artikel ini berisi muatan terkait bunuh diri.</em></p>
<p>Beberapa bulan belakangan ini polusi udara Jakarta memprihatinkan. Berdasarkan situs pemantau kualitas udara <a href="https://www.iqair.com/id/indonesia/jakarta">IQAir.com,</a> konsentrasi partikel debu atau <em>particulate matter</em> 2,5 (PM2,5) per 21 September masih di angka 68 mikrogram per meter kubik (µg/m³). Angka tersebut melampaui dua kali lipat standar PM2,5 harian versi <a href="https://www.who.int/publications/i/item/9789240034228">Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 25 µg/m3.</a></p>
<p>Akibatnya, bukan hal yang mengejutkan jika kondisi masyarakat di daerah berpolusi seperti Jakarta mengalami masalah pernapasan. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, selama enam bulan terakhir kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di Ibu Kota <a href="https://news.republika.co.id/berita/s03pka370/kemenkes-kasus-ispa-di-jabodetabek-meningkat-dalam-enam-bulan-terakhir">melebihi 100 ribu kasus per bulan.</a> Di Jabodetabek, kasus ISPA per Agustus <a href="https://www.detik.com/jabar/berita/d-6914035/ispa-di-jabodetabek-dan-karawang-terus-naik-tembus-200-ribu-kasus-per-bulan">melampaui 200 ribu kasus per bulan.</a> </p>
<p>Dampak polusi udara terhadap kondisi fisik kita mulai tampak dan mudah untuk diamati. Namun, polusi tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik semata, melainkan juga terhadap kesehatan mental kita. </p>
<h2>Depresi dan Bunuh Diri</h2>
<p>Semakin banyak bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa polusi juga berdampak mendalam terhadap kesehatan mental manusia. Sayangnya, publik masih jarang memperbincangkan hal ini.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="warga terkena polusi udara" src="https://images.theconversation.com/files/549714/original/file-20230922-19-k2kzjq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/549714/original/file-20230922-19-k2kzjq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=392&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/549714/original/file-20230922-19-k2kzjq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=392&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/549714/original/file-20230922-19-k2kzjq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=392&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/549714/original/file-20230922-19-k2kzjq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=493&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/549714/original/file-20230922-19-k2kzjq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=493&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/549714/original/file-20230922-19-k2kzjq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=493&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Warga Beijing saat polusi udara menyekap kota tersebut pada 2013.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/stevenzhang1221/8427005642/in/photostream/">(Da Yang/Flickr)</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ekonom kesehatan Universitas Yale, Xi Chen beserta rekannya, mempelajari dampak polusi terhadap kesehatan mental yang ada di Cina, negara yang kualitas udaranya sudah sangat buruk. </p>
<p><a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5654562/">Dalam penelitian yang terbit pada 2017 itu,</a> Chen menemukan tingkat polusi yang tinggi mengurangi kebahagiaan dan meningkatkan gejala depresi. Bahkan, sekalipun dalam tingkat yang ringan, polusi udara dalam jangka panjang tetap berdampak buruk bagi kesehatan mental kita.</p>
<p>Kita juga bisa melihat metaanalisis dari 39 penelitian terkait polusi udara dan depresi yang berjudul <em>Air pollution exposure and depression: A comprehensive updated systematic review and meta-analysis</em>, terbit pada 2022 <a href="https://doi.org/10.1016/j.envpol.2021.118245">di Jurnal Environmental Pollution.</a> </p>
<p>Hasil analisis tersebut memperlihatkan, peningkatan paparan PM2,5 baik dalam jangka panjang maupun pendek berhubungan dengan depresi. Artinya, paparan kita terhadap polusi pada akhirnya akan membuat kita mudah atau rentan dengan depresi. </p>
<p>Selain depresi, polusi udara berkaitan dengan beberapa masalah mental seperti <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1389945720301763?casa_token=70_v_KElgi4AAAAA:N991zvz-uQ1qE5-Bqex71v4zAG3UbTbnyEixR1dV-2qesIyU5O9l_9iEzbSkBC0xRkkfm2FHJw">gangguan tidur</a>, <a href="https://www.mdpi.com/1660-4601/19/22/14991">isolasi sosial</a>, <a href="https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2022.03.29.22273134v1">penurunan kognitif</a> khususnya anak-anak dan lansia. Ada juga gangguan kesehatan lainnya seperti <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0048969718322940?casa_token=SZtEUebky5kAAAAA:iN_ysaMdBrJte87ooXESYO_g2eSsyUYyxiT1pchMboqhx7sE3mGemqlR7yuDUrj4s1X0oUnJZg">skizofrenia</a>, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5838624/">gangguan bipolar</a>,<a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1438463917302973?casa_token=Bn9zMoF0PngAAAAA:cWsVJSvqhGjbRxQLWCpF8eNQSAS7A2K50b5VIYEPnBlXOzYHEjvax0lnj57QZdcLbuVe5A5APw"> gangguan kecemasan</a>, <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0160412019301254">gangguan pemusatan perhatian (<em>Attention deficit hyperactivity disorder</em>/ADHD)</a>, <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s40572-015-0073-9">autisme,</a> dan <a href="https://journals.plos.org/plosbiology/article?id=10.1371/journal.pbio.3000370">gangguan personalitas. </a></p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/bias-kota-dalam-solusi-mobil-listrik-mengatasi-polusi-udara-jakarta-212456">Bias kota dalam solusi mobil listrik mengatasi polusi udara Jakarta</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Sejumlah riset pun menggali hubungan polusi udara dengan kenaikan kejadian bunuh diri. <a href="https://www.nber.org/papers/w30626">Contohnya analisis terbaru</a> terhadap data di Amerika Serikat (AS), yang diterbitkan oleh Biro Riset Ekonomi Nasional di Cambridge, Massachusetts, menemukan bahwa setiap peningkatan partikel polusi per mikrogram/m3 di kota-kota AS, kejadian bunuh diri naik hingga 0,5%.</p>
<p>Hubungan kedua hal ini mungkin sulit untuk dijelaskan. Namun, beberapa <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0197018620300991#:%7E:text=The%20major%20source%20of%20air,Calderon%2DGarciduenas%2C%202009">penelitian </a> menjelaskan bahwa secara <a href="https://www.thelancet.com/journals/lanplh/article/PIIS2542-5196%2822%2900001-8/fulltext?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=wapp">biologis</a>, polusi dapat menyebabkan peradangan di otak, defisit serotonin, dan mengganggu jalur respons stres. Kondisi tersebut membuat perilaku depresi dan impulsif lebih mungkin terjadi. </p>
<p>Ada juga kemungkinan bahwa udara yang buruk dapat <a href="https://www.thelancet.com/journals/lanplh/article/PIIS2542-5196(22)00001-8/fulltext">menyebabkan kabut otak atau <em>brainfog</em></a>. Otak yang berkabut memengaruhi cara berpikir seseorang sehingga ide bunuh diri bisa menjadi lebih mudah untuk dilakukan.</p>
<p>Selain aspek biologis, beban psikologis pun dapat mencuat ketika udara sangat tercemar. </p>
<p>Bayangkan jika kamu adalah seorang ibu tunggal dengan anak yang mengalami ISPA akibat udara kotor. Kamu harus menemani si buah hati berobat rutin ke dokter. Sementara, kamu harus bekerja, tidak memiliki asuransi kesehatan, dan kebutuhan sehari-hari kian meningkat. Skenario ini berisiko membuat kamu tertekan sehingga mengalami situasi yang buruk. </p>
<h2>Apa yang harus kita lakukan?</h2>
<p>Kita telah memasuki masa krisis iklim yang mengerikan. Pemerintah sudah semestinya membuat regulasi yang lebih ketat terkait emisi dengan standar ketat. Mulai menerapkan di berbagai industri dan kendaraan motor. Menjalankan aturan dengan tegas, mulai dari inspeksi rutin dan denda bagi pelanggar.</p>
<p>Tanpa regulasi yang ketat, kondisi akan memburuk. Belum lagi jika pemerintah hanya membuat kebijakan tanpa berlandaskan data yang akurat. </p>
<p>Pemerintah dapat berembuk dengan para ilmuwan yang telah melakukan riset atau fokus terhadap isu ini. Sudah saatnya negara mengedepankan sains dalam merancang berbagai kebijakan, dan mengakui bahwa polusi udara dapat berdampak pada berbagai macam aspek kehidupan.</p>
<p>Hal mendasar ini mungkin bisa menjadi secercah harapan untuk menemukan langkah yang tepat. </p>
<p>Lalu, bagaimana dengan masyarakat?</p>
<p>Penulis asal Kanada, Naomi Klein, dalam bukunya yang berjudul <em><a href="https://www.goodreads.com/book/show/21913812-this-changes-everything">This Changes Everything: Capitalism vs. The Climate</a></em>, mengatakan kapitalisme pasar bebas dan upaya kita untuk terus mengejar pertumbuhan ekonomi pada akhirnya membawa kita pada kondisi yang buruk seperti ini.</p>
<p>Naomi mengatakan gerakan massa dalam menghadapi krisis iklim akan menjadi harapan. Dia berpendapat, perubahan sebenarnya hanya akan datang jika ada tekanan dari bawah, dari rakyat biasa yang menuntut dan memilih untuk bertindak. </p>
<p>Klein berpendapat bahwa masyarakat perlu menghadapi kenyataan ini dengan kepala tegak dan bekerja untuk menciptakan solusi yang berarti. Langkah ini juga termasuk menagih janji pemerintah yang kerap memberikan solusi omong kosong untuk rakyatnya. </p>
<p>Saat dampak polusi udara mulai tampak pada kondisi fisik, pemerintah masih belum memberikan respons yang solutif. Lantas apakah pemerintah harus menunggu dampak mental masyarakat kian nyata?</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/214072/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Wawan Kurniawan tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Berbagai riset membuktikan polusi dapat menyebabkan peradangan otak, defisit serotonin, dan mengganggu jalur respons stres. Ini membuat perilaku depresi dan impulsif lebih mungkin terjadi.Wawan Kurniawan, Peneliti di Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia, Universitas IndonesiaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2132382023-09-13T00:32:21Z2023-09-13T00:32:21ZKualitas udara Jakarta buruk: lima pencemar udara yang berisiko tinggi bagi kesehatan kita<p>Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa <a href="https://www.who.int/health-topics/air-pollution#:%7E:text=WHO%20data%20show%20that%20almost,earth%27s%20climate%20and%20ecosystems%20globally.">hampir seluruh populasi dunia (99%) </a> terpapar udara yang mengandung zat berbahaya melebihi batas minimal yang masih dapat ditoleransi sesuai ketentuan WHO. <a href="https://www.thelancet.com/journals/lanplh/article/PIIS2542-5196(20)30272-2/fulltext">Hal ini menjadi faktor risiko kematian utama di kota-kota besar</a>. </p>
<p>Polusi udara berkontribusi terhadap <a href="https://www.nytimes.com/2015/08/14/world/asia/study-links-polluted-air-in-china-to-1-6-million-deaths-a-year.html">1,6 juta kematian atau 17% dari seluruh kematian di Cina</a>. Di Kota Bangkok, Thailand, ditemukan peningkatan rawatan rumah sakit <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0048969718336271">akibat penyakit pernapasan dan kardiovaskular akibat polusi udara</a>. </p>
<p>Sementara itu, <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/09603123.2019.1612042">di India, ada sekitar 23% pasien asma</a> bermukim di daerah dengan kadar polusi udara yang tinggi. </p>
<p>Sedangkan di Jakarta, polusi udara dapat berkontribusi terhadap <a href="https://www.mdpi.com/1660-4601/20/4/2916">50 ribu kasus rawat inap karena penyakit pernapasan dan kardiovaskular, 7 ribu masalah kesehatan serius terhadap anak-anak, dan berkontribusi terhadap 10 ribu kematian</a> setiap tahunnya. Dalam <a href="https://www.iqair.com/id/indonesia/jakarta">berapa pekan terakhir</a>, kualitas udara di Jakarta begitu buruk. </p>
<p>Pencemar di udara tidak hanya terlihat sebagai kabut yang memengaruhi jarak pandang, melainkan terdapat zat kimia berbahaya tidak kasat mata yang lebih mengkhawatirkan dan bisa merusak kesehatan. </p>
<p>Berikut adalah lima pencemar udara utama (<em>criteria air pollutant</em>) yang berpengaruh terhadap kesehatan.</p>
<h2>1. Partikulat</h2>
<p>Ukuran partikulat beragam dari ukuran paling kasar hingga paling halus yaitu PM10 (≤ 10 mikron), PM2,5 (≤ 2,5 mikron), dan <em>ultra fine particulate</em> (≤ 0,1 mikron). </p>
<p>Sebagai perbandingan, diameter partikel PM10 adalah 1/7 diameter rata-rata rambut manusia atau kurang. Saat terhirup, partikulat yang kasar akan tetap berada di saluran pernapasan bagian atas. Namun semakin halus ukurannya, partikulat akan bertahan dalam permukaan alveoli (kantung halus di paru-paru tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida) dan menyebabkan kerusakan fungsi paru. </p>
<p><a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0147651320303304">Partikulat dapat membawa alergen ke dalam paru-paru dan menyebabkan respons berlebihan saluran napas</a>. Selain itu, partikulat yang sangat halus dapat memasuki saluran peredaran darah dan meningkatkan berbagai risiko kesehatan terutama penyakit kardiovaskular. </p>
<p>Partikulat terutama berasal dari kendaraan bermotor, pembangkit listrik, fasilitas industri, pembakaran sisa panen, dan kebakaran hutan.</p>
<h2>2. Karbon Monoksida (CO)</h2>
<p>CO adalah gas beracun dan mematikan yang tidak berbau serta tidak berasa. Gas ini berasal dari pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar fosil. </p>
<p>CO yang terhirup langsung masuk ke dalam peredaran darah dan mengikat oksigen lebih kuat daripada hemoglobin. Ini mengakibatkan pasokan oksigen dalam tubuh berkurang sehingga menyebabkan penurunan fungsi vital. </p>
<p><a href="https://bmjopenquality.bmj.com/content/11/2/e001777.abstract">Dalam waktu yang singkat, paparan CO dalam kadar tertentu dapat menyebabkan sakit kepala hingga kematian mendadak</a>.</p>
<h2>3. Ozon (O3)</h2>
<p>Ozon yang termasuk dalan pencemar udara kriteria adalah ozon trofosferik. Ini adalah ozon yang berada antara 8 - 15 kilometer di atas permukaan tanah.</p>
<p>Ozon merupakan polutan sekunder yang terbentuk karena adanya reaksi oksida nitrogen (NOx) dan senyawa organik yang mudah menguap/volatil (VOC) dengan sinar matahari. Sebagai polutan yang “tidak terlihat”, ozon telah terbukti memiliki bahaya kesehatan yang signifikan. </p>
<p><a href="https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fimmu.2019.02518/full">Ozon merupakan oksidan yang kuat karena merusak sel dan cairan pelapis pada saluran napas, menyebabkan otot-otot di saluran udara menyempit, sehingga memerangkap udara di alveoli.</a></p>
<p>Efek buruk yang dirasakan adalah kesulitan bernapas hingga pemburukan fungsi paru-paru. </p>
<h2>4. Nitrogen Dioksida (NO2)</h2>
<p>NO2 mayoritas terbentuk dari kegiatan pembakaran dan terlihat seperti kabut berwarna coklat kemerahan. </p>
<p><a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/10937404.2014.946164">NO2 dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan peradangan pada saluran pernapasan</a>. Hal ini menyebabkan penurunan kekebalan yang menyebabkan organ pernapasan rentan mengalami infeksi.</p>
<h2>5. Sulfur Dioksida (SO2)</h2>
<p>SO2 terbentuk dari pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung sulfur. Sulfur berasal dari pembakaran bahan bakar fosil (batu bara dan minyak bumi) dan peleburan bijih mineral (aluminium, tembaga, seng, timbal, dan besi) yang mengandung belerang. Gas ini berbau tapi tidak berwarna. </p>
<p>Gas ini dapat bereaksi dengan senyawa lain di atmosfer untuk membentuk partikel halus yang mengurangi jarak pandang (kabut). <a href="https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/07482337211033136">SO2 dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan (selaput lendir hidung, tenggorokan dan saluran pernapasan)</a>.</p>
<p>Risiko yang lebih berbahaya terjadi jika SO2 berubah menjadi polutan sekunder yang lebih berbahaya karena dapat menghancurkan jaringan pada organ tubuh vital serta bersifat karsinogenik (penyebab kanker). Angka kematian akibat SO2 meningkat sebesar <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S004896971632349X">1,4% terutama pada suhu 22,8–29,4°C.</a></p>
<p>Selain pencemar udara kriteria, kita juga mengenal pencemar udara berbahaya (<em>hazardous air pollutant</em>) seperti <em>Volatile Organic Compounds</em> (VOC), logam berat, dan dioksin. Zat ini dapat memberikan efek karsinogenik dan kelainan fungsi organ. Sumber pencemar udara berbahaya terutama berasal <a href="https://environment.govt.nz/facts-and-science/air/air-pollutants/hazardous-air-pollutants-effects-health/#:%7E:text=benzo(a)pyrene-,Sources%20of%20hazardous%20air%20pollutants,plastics%2C%20medical%20and%20hazardous%20waste">dari pembakaran limbah beracun dan berbahaya (termasuk plastik dan limbah medis), merokok, penggunaan bahan-bahan mengandung logam, dan kebakaran tempat pembuangan sampah)</a>.</p>
<p>Cepatnya perkembangan teknologi dan industri yang berpotensi menghasilkan banyaknya zat berbahaya baru perlu disertai dengan kajian risiko kesehatan yang komprehensif. </p>
<h2>Mengapa kualitas udara semakin buruk di tengah isu pemanasan global?</h2>
<p>Isu perubahan iklim dan pemanasan global berdampak pada skala lokal dan regional. Masalah itu berhubungan dengan kualitas udara di suatu wilayah.</p>
<p>Perubahan cuaca ekstrem seperti kemarau panjang, akan meningkatkan kejadian kebakaran hutan dan pembakaran biomassa (material dari tumbuhan). Berkurangnya curah hujan, meningkatnya kekeruhan tanah, dan peningkatan kecepatan angin permukaan akan menyebabkan peningkatan aktivitas partikulat di udara.</p>
<p>Peningkatan suhu diprediksi akan meningkatkan konsentrasi ozon <a href="https://agupubs.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1029/2002GL015972">di Amerika Utara, Eropa dan Asia terutama di wilayah yang berpolusi</a>.</p>
<p>Selain itu, suhu udara yang panas akan menyebabkan musim semi yang lebih lama. Ini berhubungan dengan lebih banyak penyakit terkait alergi, seperti asma karena banyaknya serbuk sari di udara.</p>
<h2>Perlunya pengelolaan kualitas udara yang komprehensif</h2>
<p>Pada dasarnya, pencemaran di lingkungan terdiri dari sumber, media, dan reseptor. Untuk sumber pencemar, perlu adanya inventarisasi emisi untuk mengetahui sumber-sumber pencemaran udara beserta konsentrasinya. </p>
<p>Di udara ambien sebagai media perantara, titik monitoring pencemaran udara yang lebih representatif dan pemantauan berkelanjutan diperlukan untuk melihat kualitas udara yang diterima masyarakat. </p>
<p>Untuk reseptor yaitu manusia, studi toksikologi dan epidemiologi diperlukan untuk mengetahui risiko dan dampak kesehatan yang muncul dari zat zat pencemar di udara.</p>
<p>Oleh karena itu, lima pencemar berbahaya di udara tersebut harus diwaspadai keberadaannya karena dapat secara signifikan memberikan kerugian bagi kesehatan. Terutama pada penyakit pernapasan dan kardiovaskular pada kelompok rentan yang berada pada area-area yang menjadi sumber polusi udara.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/213238/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Putri Nilam Sari tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Putri Nilam Sari merupakan dosen bidang ilmu Kesehatan Lingkungan di Universitas Andalas. Pada saat ini sedang melaksanakan studi S3 di Institut Teknologi Bandung mengenai kualitas udara dan kesehatanPutri Nilam Sari, Assistant Professor of Environmental Health, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2124562023-09-01T02:04:43Z2023-09-01T02:04:43ZBias kota dalam solusi mobil listrik mengatasi polusi udara Jakarta<p>Belakangan ini para pejabat sedang gemar menekankan penggunaan mobil listrik sebagai salah satu solusi mengurangi polusi udara di Jakarta dan sekitarnya. </p>
<p>Mereka mengimbau aparat, mulai dari pejabat kementerian maupun pemerintah daerah, <a href="https://metro.tempo.co/read/1743916/dprd-jakarta-dukung-pengadaan-mobil-listrik-jadi-mobil-dinas-pemda">pegawai Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta,</a> hingga <a href="https://www.detik.com/edu/sekolah/d-6896652/aturan-terbaru-disdik-dki-terkait-polusi-udara-di-jakarta-tidak-ada-pjj">kepala sekolah,</a> untuk memakai kendaraan setrum.</p>
<p>Dalam perbincangan publik, penggunaan mobil listrik pun masih dianggap salah satu solusi efektif selain penutupan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan kebijakan bekerja dari rumah (<em>work from home</em>). Mobil listrik yang diklaim minim emisi dianggap dapat menguntungkan perkotaan karena mobilitas warga Jabodetabek menjadi lebih ‘bersih’. </p>
<p>Terlepas pro-kontra sebagai solusi, persepsi pemerintah dan publik tentang mobil listrik turut menandakan masih kuatnya <a href="http://dx.doi.org/10.1080/00220389308422293">bias kota dalam kebijakan.</a> Bias ini terbentuk karena para pembuat kebijakan acap berada di kota dan proses pembuatan kebijakan yang belum berpihak pada wilayah pedesaan. Bias juga mungkin terjadi karena mayoritas percakapan publik menyoroti kawasan perkotaan.</p>
<p>Bias kota merupakan masalah serius. Jika tidak segera diredam, gembar-gembor kebijakan oleh pemerintah–termasuk mobil listrik–hanya menjadi solusi bagi orang kota tapi petaka bagi warga desa.</p>
<h2>Bagaimana bias kota terjadi</h2>
<p>Ahli kajian pembangunan dari University of Sussex di Inggris, <a href="https://books.google.co.id/books/about/Why_Poor_People_Stay_Poor.html?id=kgNHAAAAMAAJ&redir_esc=y">Michael Lipton,</a> mengidentifikasi bias kota sebagai salah satu masalah utama ketidakmerataan pembangunan di kelompok Selatan atau <em>Global South</em>.</p>
<p>Bias kota dibangun di atas <a href="http://dx.doi.org/10.1080/00220389308422293">dua argumen,</a>: (1) proses pembangunan di Global South cenderung tidak berpihak pada wilayah pedesaan (2) kecenderungan ini terlembaga dalam struktur politik yang ada yang didominasi oleh kelompok-kelompok perkotaan. </p>
<p>Bias kota mengakibatkan komunitas di pedesaan menanggung dampak sosial, ekonomi dan lingkungan dari sebuah kebijakan yang menopang kepentingan dan menguntungkan kelompok perkotaan serta lebih berkuasa. </p>
<p>Dengan kata lain, kota-desa bukan semata-mata kategori fisik kewilayahan tapi juga kapasitas politik. “Kota” dimaknai ulang sebagai pusat (<em>center</em>) dan desa sebagai pinggiran (<em>periphery</em>).</p>
<p>Kita dapat mengenali bias kota dari fokus pembicaraan yang lebih melihat mobil listrik sebagai produk akhir seperti efisiensi mobil listrik, biaya perolehan, dan lain-lain. Percakapan ini juga diramaikan oleh masyarakat perkotaan sebagai pengguna produk akhir. </p>
<p>Padahal, sebagai sebuah produk, mobil listrik memiliki <a href="https://iea.blob.core.windows.net/assets/4eb8c252-76b1-4710-8f5e-867e751c8dda/GlobalSupplyChainsofEVBatteries.pdf">rantai pasok</a> panjang yang melibatkan berbagai masyarakat lokal di pedesaan. Walhasil, kebijakan apapun terkait mobil listrik akan berdampak baik langsung maupun tak langsung kepada masyarakat setempat.</p>
<h2>Dampak berlipat bagi warga desa</h2>
<p>Rantai pasok mobil listrik berawal dari proses penambangan <a href="https://www.iea.org/topics/critical-minerals">bahan mineral kritis,</a> khususnya nikel, grafit, dan tembaga–komponen utama baterai mobil listrik. Dalam proses ini, Indonesia merupakan negara kunci karena menguasai <a href="https://mc-cd8320d4-36a1-40ac-83cc-3389-cdn-endpoint.azureedge.net/-/media/Files/IRENA/Agency/Publication/2023/Jul/IRENA_Geopolitics_energy_transition_critical_materials_2023.pdf?rev=f289d177cda14b9aaf2d1b4c074798b4">48% produksi nikel dunia.</a> </p>
<p>Kendati demikian, masyarakat yang hidup di sekitar tambang nikel justru menanggung dampak negatif secara sosial, ekonomi dan lingkungan. Laporan <a href="https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2023/07/20/kemiskinan-naik-di-sentra-pengolahan-nikel-efek-ganda-hilirisasi-belum-terasa"><em>Kompas</em></a> dan <a href="https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/08/03/nikel-hilirisasi-potensi-dan-kemiskinan-daerah-tambang-yang-meningkat-2023"><em>katadata.co.id</em></a> menyatakan ada peningkatan persentase kemiskinan di daerah kaya nikel seperti Sulawesi Tengah (0,11%), Sulawesi Tenggara (0.16%), dan Maluku Utara (0,09%). </p>
<p>Sementara itu, hasil riset <a href="https://theconversation.com/riset-temukan-bagaimana-elit-meraup-cuan-dari-sengkarut-tata-kelola-nikel-sulawesi-tengah-210684">La Husen Zuada dari Universitas Tadulako</a> menemukan hanya elit, termasuk elit lokal, yang meraup keuntungan dari geliat penambangan nikel.</p>
<p><div data-react-class="InstagramEmbed" data-react-props="{"url":"https://www.instagram.com/reel/Ct6a6_XLR__/?utm_source=ig_web_copy_link\u0026igshid=MzRlODBiNWFlZA==","accessToken":"127105130696839|b4b75090c9688d81dfd245afe6052f20"}"></div></p>
<p>Data tersebut bertolak belakang dengan <a href="https://bisnis.tempo.co/read/1752111/luhut-klaim-hilirisasi-nikel-dorong-pertumbuhan-ekonomi-dan-kurangi-angka-kemiskinan-begini-rinciannya">klaim</a> Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, yang menyatakan industri nikel dapat mengurangi angka kemiskinan dan menaikkan pertumbuhan ekonomi di daerah. </p>
<p>Kondisi ini diperparah dengan kerusakan lingkungan dan ancaman penghidupan masyarakat di sekitar tambang. <a href="https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/07/31/nikel">Di Halmahera Tengah,</a> misalnya, masyarakat desa yang kesulitan bertani atau berkebun tidak bisa begitu saja beralih ke sektor ekonomi terkait pertambangan karena keterbatasan modal dan keterampilan. </p>
<p>Lebih jauh, <a href="https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/07/13/ekspansi-pertambangan-nikel-picu-deforestasi-seluas-25000-hektar">laporan organisasi lingkungan Yayasan Auriga</a> juga menunjukkan upaya pertambangan nikel sejak 2012 sudah menyebabkan deforestrasi sebesar 25 ribu hektare di berbagai wilayah Indonesia. Smelter di kawasan industri nikel pun beroperasi dengan menggunakan <a href="https://lestari.kompas.com/read/2023/06/13/180000886/walhi--pltu-captive-di-smelter-nikel-jadi-ironi-transisi-energi?page=all">PLTU</a> sehingga memperparah pencemaran. </p>
<p>Berbagai masalah di atas menunjukkan adanya fenomena tiga ketimpangan atau <a href="https://doi.org/10.1016/j.erss.2023.102974"><em>triple inequalities</em></a> (adaptasi, kerentanan dan tanggung jawab) dalam kebijakan mobil listrik. <em>Triple inequalities</em> terjadi ketika suatu masyarakat di sekitar tambang harus menanggung efek negatif paling besar dari perubahan iklim itu sendiri. Padahal, mereka memiliki kapasitas adaptasi yang rendah sehingga menjadi sangat rentan. </p>
<p>Pada saat yang sama, warga desa juga harus menanggung dampak masifnya produksi mobil listrik sebagai solusi emisi dan pencemaran yang sebenarnya <a href="https://blogs.worldbank.org/sustainablecities/cutting-global-carbon-emissions-where-do-cities-stand#:%7E:text=Cities%20account%20for%20over%2070,constructed%20with%20carbon%2Dintensive%20materials.">sebagian besar</a> dihasilkan masyarakat di wilayah perkotaan. </p>
<h2>Menekankan keadilan sosial</h2>
<p>Diskusi publik tentang mobil listrik harus ditempatkan tidak semata-semata soal inovasi teknologi bersih tapi juga dalam konteks keadilan baik dari sosial maupun kewilayahan. </p>
<p>Hal ini selaras dengan argumentasi pakar sosiologi Sulfikar Amir dalam bukunya <a href="https://books.google.co.id/books?id=pUlKd0jzPqIC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false"><em>Technological State in Indonesia: the Co-constritution of High Technology and Authoritarian Politics</em></a>. Sulfikar menyatakan suatu teknologi tidak lahir dari ruang hampa. Teknologi menggaungkan dan mewakili bagaimana sebuah masyarakat ditata dan bagaimana sistem politik dikelola. </p>
<p>Singkat kata, mobil listrik di Indonesia menggambarkan bukan hanya ketimpangan sosial antara elit dan masyarakat di akar rumput. Mobil listrik juga menggambarkan ketimpangan spasial antara kota sebagai pusat dan desa sebagai pinggiran. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/3-cara-mengurangi-emisi-karbon-pertambangan-mineral-kritis-indonesia-208184">3 cara mengurangi emisi karbon pertambangan mineral kritis Indonesia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Pemerintah seharusnya membenahi kebijakan mobil listrik dengan memasukkan aspek keadilan sosial. Aspek ini terkait dengan <a href="https://doi.org/10.1016/j.erss.2023.102996">keterhubungan suatu kebijakan dengan isu spasial, kelas sosial, dan gender.</a>. </p>
<p>Ada dua langkah pembenahan yang bisa dilakukan:</p>
<p><strong>Pertama,</strong> pembahasan untung-rugi kebijakan mobil listrik yang melihat seluruh rantai pasok mobil listrik dari hulu ke hilir. Dengan kata lain, proses perumusan kebijakan tidak boleh hanya berdasarkan pertimbangan warga di perkotaan (sebagai pusat) tapi juga warga desa (sebagai pinggiran). Pemerintah pusat dapat memfasilitasi forum perencanaan pembangunan dan kebijakan yang bersifat lintas daerah. </p>
<p><strong>Kedua,</strong> mendorong proses kebijakan mobil listrik yang inklusif. Kebijakan mobil listrik memang banyak menyangkut aspek teknis. Namun, hal itu tak bisa menjadi pembenaran untuk membiarkan suara dan kepentingan komunitas-komunitas sosial yang rentan dan berisiko terpinggirkan. </p>
<p>Perumusan kebijakan mobil listrik tidak hanya ditujukan untuk warga negara (sebagai objek kebijakan) tapi juga harus melibatkan warga negara (sebagai subjek kebijakan). Hal ini untuk memastikan tidak ada lagi komunitas yang paling sedikit berkontribusi pada emisi karbon, tapi menanggung dampak terbesar kerusakan lingkungan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/212456/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Hasrul Hanif tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Bias kota mengakibatkan komunitas di pedesaan menanggung dampak sosial, ekonomi dan lingkungan dari kebijakan yang menopang kepentingan dan menguntungkan kelompok perkotaan serta lebih berkuasa.Hasrul Hanif, Senior lecturer, Universitas Gadjah Mada Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2120042023-08-23T02:00:11Z2023-08-23T02:00:11ZMengatasi polusi udara Jakarta secara efektif: belajar dari Beijing<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/543923/original/file-20230822-23-4cw6c3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Gedung-gedung pencakar langit di Jakarta yang diselilmuti kabut polusi udara.</span> <span class="attribution"><span class="source">(Creativa/Shutterstock)</span></span></figcaption></figure><p>Sejak Juli 2023 lalu, indeks kualitas udara harian Jakarta berdasarkan situs pemantau IQAir nyaris selalu bertengger di <a href="https://www.iqair.com/id/indonesia/jakarta">predikat Tidak Sehat.</a> </p>
<p>Paparan PM2,5–partikel debu yang berkorelasi dengan berbagai <a href="https://www.cnbcindonesia.com/research/20230820230330-128-464477/polusi-udara-jakarta-presiden-batuk-ribuan-warga-bisa-tewas">masalah pernapasan dan kematian dini</a>–di Jakarta mencapai <a href="https://www.iqair.com/id/indonesia/jakarta">16,7 kali lipat</a> dari standar aman yang ditentukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). <a href="https://nasional.tempo.co/read/1759732/sandiaga-uno-ungkap-jokowi-batuk-sudah-4-minggu-diduga-karena-polusi-udara-jakarta">Presiden Joko Widodo</a> juga disebut-sebut mengalami batuk berkepanjangan, diduga akibat kualitas udara yang buruk. </p>
<p>Presiden sebenarnya telah memerintahkan kabinetnya menangani <a href="https://nasional.tempo.co/read/1759988/5-instruksi-jokowi-atasi-polusi-udara-rekayasa-cuaca-hingga-mitigasi">polusi udara</a> dengan beberapa langkah, seperti kebijakan <em>work from home</em> atau WFH (bekerja dari rumah), rekayasa cuaca, dan lain-lain. Namun, efektivitas langkah-langkah tersebut masih <a href="https://www.reuters.com/sustainability/climate-energy/indonesia-start-random-emission-tests-poor-air-chokes-jakarta-2023-08-14/#:%7E:text=The%20government%20said%20it%20would,servants%20to%20work%20from%20home.">diragukan sejumlah kalangan.</a></p>
<p>Pemerintah Indonesia semestinya dapat belajar dari penanganan polusi udara oleh Pemerintah Beijing di Cina, yang jor-joran mengendalikan polusi udara di kawasan tersebut. Hasilnya, selama 2013-2017, <a href="https://www.mdpi.com/2073-4433/11/2/189">studi menyatakan</a> bahwa Beijing, melalui kebijakan Rencana Aksi Udara Bersih (Clean Air Action Plan), mampu mengurangi 39% emisi dalam waktu lima tahun.</p>
<p>Lantas, apa saja aksi penanganan polusi udara di Beijing yang dapat ditiru oleh Indonesia? </p>
<h2>1. Penutupan PLTU</h2>
<p>Dalam mengatasi polusi udara, pemerintah Beijing menyasar sektor energi atau pembangkit listrik sebagai sektor yang menghasilkan gas buang karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida (SOx), nitrogen oksida (NOx), dan partikel-partikel debu seperti PM10 ataupun PM2,5.</p>
<p>Selama lima tahun, pemerintah Beijing menutup empat pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), dan penggantian 24 ribu ketel uap berbahan bakar batu bara dengan energi yang lebih bersih. Otoritas juga melarang penggunaan batu bara untuk pemanas dan memasak bagi 874 ribu rumah tangga.</p>
<p>Pemerintah Indonesia bersama Pemerintah Jabodetabek dapat meniru langkah tersebut. Pasalnya, setidaknya terdapat <a href="https://energyandcleanair.org/publication/transboundary-air-pollution-in-the-jakarta-banten-and-west-java-provinces/">16 PLTU</a> dalam radius 100 km dari wilayah Jakarta. Belasan pembangkit tersebut diduga menjadi salah satu biang masalah pencemaran udara di Jabodetabek.</p>
<h2>2. Penghapusan dan pembatasan kendaraan</h2>
<p>Aksi udara bersih Beijing turut menyasar <a href="https://www.mdpi.com/2073-4433/11/2/189">sektor transportasi.</a> Caranya dengan menghilangkan 2,1 juta kendaraan berpolusi tinggi di jalan dan menggantinya ke kendaraan berbasis listrik (<em>Electric Vehicle/EV</em>). Beijing juga mewajibkan pemasangan alat penyaring gas buang bagi 7.600 kendaraan berat.</p>
<p>Langkah lainnya adalah pembatasan kendaraan pribadi baru di angka <a href="https://www.chinadaily.com.cn/cndy/2017-02_/06/content_28109609.htm">150 ribu unit pada 2017.</a> Pembatasan kian ketat pada tahun-tahun berikutnya, hingga mencapai <a href="https://cnevpost.com/2021/12/29/beijing-shifts-10000-car-license-quotas-from-fuel-vehicles-to-nevs/">30 ribu–khusus kendaraan berbahan bakar minyak–pada 2022.</a></p>
<p>Sementara itu, penanganan emisi kendaraan di Ibu Kota masih berkutat pada pembatasan mobilitas. Misalnya, rencana pemerintah Jakarta menerapkan aturan jalan berbayar <a href="https://news.detik.com/berita/d-2531432/jokowi-erp-tertunda-karena-kita-tak-bisa-tabrak-peraturan">yang terus molor sejak sepuluh tahun silam.</a> Ada juga wacana pelaksanaan <a href="https://www.cnnindonesia.com/otomotif/20230816130412-579-986773/polusi-jakarta-buruk-pemprov-dki-segera-bahas-aturan-4-in-1"><em>4 in 1</em></a> atau kewajiban mobil yang melintas diisi empat penumpang.</p>
<p>Di wilayah DKI Jakarta, ada lebih dari 26 juta kendaraan bermotor pada 2022. Angka ini meningkat <a href="https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/03/20/jumlah-kendaraan-bermotor-di-dki-jakarta-terus-meningkat-dalam-5-tahun-terakhir#:%7E:text=Laporan%20Badan%20Pusat%20Statistik%20BPS,sebanyak%2025%2C26%20juta%20unit.">4,39%</a> dibanding tahun sebelumnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2022, jumlah sepeda motor sebanyak <a href="https://jakarta.bps.go.id/indicator/17/786/1/jumlah-kendaraan-bermotor-menurut-jenis-kendaraan-unit-di-provinsi-dki-jakarta.html">17,3 juta</a> dan mendominasi dibanding jumlah jenis kendaraan lainnya.</p>
<p>Pemerintah sebenarnya menggenjot penjualan kendaraan listrik melalui program subsidi. Namun, program ini masih berjalan lambat dan jauh dari <a href="https://otomotif.kompas.com/read/2023/06/13/070200415/penyerapan-lambat-anggaran-subsidi-motor-listrik-dipangkas-2024?page=all">target.</a></p>
<h2>3. Pemangkasan emisi sektor industri</h2>
<p><a href="https://rendahemisi.jakarta.go.id/page/downloadContentFile/173">Data Pemerintah Jakarta</a> tahun 2020 menyebutkan industri manufaktur (pengolahan barang) melepaskan emisi SOx sebesar 2.637 ton per tahun–setara 61,9% dari total emisi SOx. </p>
<p>Emisi sektor ini kebanyakan berasal dari sisa <a href="https://rendahemisi.jakarta.go.id/page/downloadContentFile/173">pembakaran</a> minyak dan gas bumi maupun batubara. </p>
<p>Keberadaan sektor manufaktur tumbuh pesat di wilayah <a href="https://statistik.jakarta.go.id/industri-manufaktur-dki-jakarta-alami-pertumbuhan/">DKI Jakarta,</a> maupun di wilayah tetangga seperti Jawa Barat dan Banten. </p>
<p>Pemerintah harus memperketat emisi dari sektor industri. Saat ini, sektor industri manufaktur tidak memiliki standar minimum performa energi sehingga mereka bisa beroperasi dengan <a href="https://www.thejakartapost.com/opinion/2023/07/08/the-importance-of-renewable-energy-in-manufacturing.html">beraneka bahan bakar</a> dan mesin tanpa pengawasan yang memadai. Pemerintah juga tidak memiliki aturan batasan emisi yang dapat memaksa pelaku industri mengubah cara operasinya menjadi lebih ramah lingkungan.</p>
<p>Soal ini, Beijing jauh lebih unggul. Guna menangani polusi udara, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8595973/">otoritas setempat</a> mengakhiri dua ribu industri berskala besar yang mencemari udara. Pemerintah turut mengalihkan proses operasi 10,6 ribu unit usaha untuk menjadi lebih bersih. </p>
<p>Langkah lainnya, pemerintah Cina mengurangi produksi semen 6,5 juta ton dalam lima tahun. Otoritas juga memangkas emisi dari pemakaian bahan kimia organik terutama dari sektor farmasi, pestisida, dan peralatan industri.</p>
<p>Beijing juga tak main-main dalam memberi sanksi pencemaran udara. Pemerintah setidaknya sudah mengenakan denda <a href="https://www.theguardian.com/sustainable-business/2017/mar/31/china-beijing-air-pollution-smog-business-crackdown-fines-spot-checks">hingga US$28 juta atau Rp429 miliar pada 2015</a> bagi industri pelanggar batas atas pencemaran udara. </p>
<h2>Langkah ke depan</h2>
<p>Pemerintah pusat maupun Jabodetabek harus lebih serius mengatasi polusi udara yang dapat mengakibatkan banyak masalah kesehatan fisik bahkan <a href="https://theconversation.com/polusi-udara-mungkin-pengaruhi-tingkat-kebahagiaan-anda-111085">mental</a>. Setiap langkah penanganan pencemaran haruslah efektif yang menyasar hulu (dari sumber-sumber pencemar) hingga ke hilir (masalah akibat pencemaran).</p>
<p>Kesadaran masyarakat terhadap risiko pencemaran udara juga harus ditingkatkan. Harapannya, sumber polusi di tingkat rumah tangga seperti pemakaian kendaraan pribadi ataupun <a href="https://news.republika.co.id/berita/rzqay2463/pembakaran-sampah-terbuka-jadi-faktor-pemicu-polusi-udara-di-kabupaten-tangerang">pembakaran sampah</a> juga bisa diredam.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/212004/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Demi udara bersih, Beijing menutup banyak PLTU, menghilangkan 2 jutaan kendaraan bensin di jalanan, hingga mendenda pencemar sampai ratusan miliar Rupiah.Nadira Asrifa Nasution, Research Assistant, The Purnomo Yusgiantoro Center Akhmad Hanan, Geopolitics and Energy Researcher, The Purnomo Yusgiantoro Center Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2081852023-06-22T03:25:36Z2023-06-22T03:25:36ZBuruknya kualitas udara DKI Jakarta: dari mana sumber masalahnya?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/533084/original/file-20230621-4311-lsgol2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">pexels tom fisk</span> </figcaption></figure><iframe style="border-radius:12px" src="https://open.spotify.com/embed/episode/4Nw1I6HEeSSJUWo03hgK6y?utm_source=generator&theme=0" width="100%" height="152" frameborder="0" allowfullscreen="" allow="autoplay; clipboard-write; encrypted-media; fullscreen; picture-in-picture" loading="lazy"></iframe>
<p>Buruknya kualitas udara di DKI Jakarta sedang ramai diperbincangkan di media sosial. Berdasarkan situs <a href="https://www.iqair.com/id/indonesia/jakarta">IQAir</a>, indeks kualitas udara DKI Jakarta pada 21 Juni 2023 berada di angka 113 atau masuk dalam kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif.</p>
<p>Dilihat dari <a href="https://ditppu.menlhk.go.id/portal/uploads/news/1600940556_P_14_2020_ISPU_menlhk_07302020074834.pdf">Indeks Standar Pencemar Udara</a> yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, situasi Jakarta juga sangat mengkhawatirkan. Misalnya, parameter debu halus (partikulat) PM 2,5 Jakarta mencapai di angka 40.4 mikrogram/m3. Angka tersebut jauh lebih tinggi dari batas normal versi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 15 mikrogram/m3.</p>
<p>Apa yang menyebabkan masalah ini sering muncul? Langkah apa yang perlu dilakukan untuk bisa menyelesaikan permasalahan ini?</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/sumber-masalah-polusi-jakarta-kebijakan-pemerintah-yang-buruk-120435">Sumber masalah polusi Jakarta: Kebijakan pemerintah yang buruk</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Dalam episode <em>SuarAkademia</em> terbaru, kami berbincang dengan Fajri Fadhillah, Kepala Divisi Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup Indonesian Center for Environmental Law (ICEL).</p>
<p>Fajri menyebutkan penggunaan kendaraan pribadi masih menjadi penyebab utama buruknya kualitas udara DKI Jakarta beberapa hari belakangan. Sekitar 90% persen polusi karbon monoksida di Jakarta disebabkan oleh kendaraan pribadi yang melintas.</p>
<p>Selain kendaraan pribadi, Fajri juga menyoroti bagaimana pembangunan infrastruktur, pabrik, dan operasional pembangkit listrik di sekitar DKI Jakarta juga sedikit banyak memengaruhi kualitas udara.</p>
<p>Fajri menambahkan pentingnya perbaikan dan penyediaan fasilitas transportasi publik yang layak untuk seluruh masyarakat. Hal ini menjadi sangat penting untuk menekan angka penggunaan kendaraan pribadi yang pada akhirnya akan mengurangi jumlah polusi karbon monoksida.</p>
<p>Simak episode lengkapnya hanya di <em>SuarAkademia</em> – ngobrol seru isu terkini, bareng akademisi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/208185/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Buruknya kualitas udara di DKI Jakarta sedang ramai diperbincangkan di media sosial. Berdasarkan situs IQAir, indeks kualitas udara DKI Jakarta pada 21 Juni 2023 berada di angka 113 atau masuk dalam kategori…Muammar Syarif, Podcast ProducerLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2073062023-06-09T01:47:36Z2023-06-09T01:47:36ZSelain perubahan iklim, ada 5 perubahan di Bumi yang nyaris melampaui batas aman kehidupan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/530794/original/file-20230608-15-lb28wc.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">(Shutterstock)</span> </figcaption></figure><p>Orang-orang sering menganggap bahwa Bumi selalu bisa memenuhi kebutuhan kita. Ketahanan dalam siklus Bumi kerap ditafsirkan sebagai alam raya yang selalu ‘memberi’. </p>
<p>Namun, saat ini anggapan itu tengah diuji. Perkembangan peradaban manusia justru menimbulkan dampak lebih besar.</p>
<p>Dalam <a href="https://doi.org/10.1038/s41586-023-06083-8">riset</a> yang terbit 1 Juni lalu, kelompok ilmuwan (termasuk kami) yang tergabung dalam organisasi <a href="https://earthcommission.org/">Earth Commission</a> memetakan delapan batasan yang “aman” dan “adil” di lima sistem yang ada di bumi. Di antaranya adalah perubahan iklim, biosfer (seluruh tempat tinggal makhluk hidup), air bersih, dan penggunaan unsur hara dalam pupuk, dan polusi udara. </p>
<p>Riset ini sekaligus menjadi penelitian pertama untuk mengetahui batasan dalam perubahan sistem Bumi sekaligus dampaknya bagi manusia.
“Aman” berarti batasan tersebut berguna agar sistem planet kita tetap aman dan tangguh. Sementara itu, “adil” berarti batasan ini juga bertujuan meredam bahaya besar yang dapat terjadi kepada manusia. Keduanya menjadi tolok ukur kesehatan Bumi.</p>
<p>Pemeriksaan kesehatan Bumi bukanlah pekerjaan sederhana. Riset ini membutuhkan kepakaran dari 51 peneliti kawakan bidang ilmu alam maupun sosial. Kami menggunakan metode seperti pemodelan, tinjauan literatur, dan penilaian ahli. Kami pun menilai faktor-faktor seperti risiko titik kritis, penurunan fungsi sistem Bumi, variabilitas historis (perbedaan dari waktu ke waktu), dan efeknya bagi manusia.</p>
<p>Yang mengkhawatirkan, kami menemukan umat manusia telah menyebabkan terlampauinya batas aman dan adil bagi empat dari lima sistem Bumi. Secara global, hanya polusi udara yang kami anggap belum parah. Umat manusia membutuhkan tindakan mendesak, berdasarkan ilmu pengetahuan terbaik, untuk mengatasinya.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/529201/original/file-20230530-21-z6g13x.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/529201/original/file-20230530-21-z6g13x.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=364&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/529201/original/file-20230530-21-z6g13x.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=364&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/529201/original/file-20230530-21-z6g13x.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=364&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/529201/original/file-20230530-21-z6g13x.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=458&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/529201/original/file-20230530-21-z6g13x.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=458&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/529201/original/file-20230530-21-z6g13x.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=458&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Ilustrasi ini menunjukkan bagaimana kita telah menembus hampir semua delapan batas sistem Bumi yang aman dan adil secara global.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Apa yang kami temukan?</h2>
<p>Penelitian kami berbasiskan konsep <a href="https://www.science.org/doi/10.1126/science.1259855">ambang batas Bumi – gagasan yang dicetuskan para ilmuwan sejak 2009</a>. Kami lalu mencoba mengukur seperti apa <a href="https://www.nature.com/articles/s41893-023-01064-1">batasan yang adil</a> dan aman bagi seluruh makhluk.</p>
<p>Batasan yang aman dan adil kami tetapkan dari skala lokal ke global agar bisa digunakan untuk mengukur dan mengelola seluruh sistem di Bumi. Bahkan, dalam konteks keanekaragaman hayati, areanya bisa hanya seluas 1 km². Skala ini penting karena ada peran alam yang hanya berlangsung <a href="https://doi.org/10.1016/j.oneear.2022.11.013">di tingkat lokal</a>. </p>
<p>Inilah ambang batas tersebut:</p>
<p><strong>1. Batasan iklim – pemanasan tak melebihi 1°C</strong></p>
<p><a href="https://unfccc.int/sites/default/files/english_paris_agreement.pdf">Perjanjian Paris</a> menyepakati pembatasan pemanasan suhu global sampai ke 1.5°C. Tujuannya untuk menghindari <a href="https://doi.org/10.1126/science.abn7950">risiko besar</a> yang memacu kejadian iklim berbahaya.</p>
<p>Saat ini, kita melihat pemanasan 1.2°C membuat banyak orang terimbas bencana terkait iklim. Contohnya adalah gelombang panas yang terjadi baru-baru ini di Cina, kebakaran di Kanada, banjir besar di Pakistan, kekeringan di Amerika Serikat (AS) dan kawasan <em>Horn of Africa</em> (wilayah semenanjung di Afrika Timur).</p>
<p>Dalam peningkatan suhu 1.5°C, <a href="https://www.nature.com/articles/s41893-023-01132-6">ratusan juta orang</a> dapat terdampak temperatur tahunan yang melebihi 29°C. Angka ini melampaui batasan aman bagi manusia sehingga bisa mematikan. Itulah mengapa upaya memangkas emisi karbon jadi sangat mendesak.</p>
<p><strong>2. Ambang batas biosfer: Perluas ekosistem alami hingga 50-60% dari luas Bumi</strong></p>
<p><a href="https://earthcommission.org/biosphere/">Kesehatan biosfer</a> penting dalam menjamin kondisi aman dan adil melalui penyimpanan karbon, pengaturan siklus air dunia dan kualitas tanah, perlindungan serangga penyerbuk, dan beraneka jasa ekosistem. Untuk melindungi jasa ekosistem, kita membutuhkan ekosistem alami yang terjaga sebesar 50-60% dari luas bumi.</p>
<p><a href="https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-3-031-15703-5_25#DOI">Riset terbaru</a> menempatkan besaran ekosistem alami sebesar 45-50% yang mencakup daratan berpenduduk jarang seperti sebagian Australia dan hutan hujan Amazon. Kedua area tersebut bahkan tengah <a href="https://doi.org/10.1073/pnas.0804619106">tertekan</a> karena aktivitas manusia dan perubahan iklim.</p>
<p>Dalam satu km² kawasan manusia (mencakup peternakan, kota, permukiman, dan kawasan lainnya) kita membutuhkan setidaknya <a href="https://www.biorxiv.org/content/10.1101/2022.06.24.497294v3">20-25% area untuk ekosistem alami.</a> Saat ini, hanya sepertiga dari kawasan manusia yang memenuhi batas minimum ini.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/529251/original/file-20230531-23-r7u0i4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="kesehatan alami" src="https://images.theconversation.com/files/529251/original/file-20230531-23-r7u0i4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/529251/original/file-20230531-23-r7u0i4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/529251/original/file-20230531-23-r7u0i4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/529251/original/file-20230531-23-r7u0i4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/529251/original/file-20230531-23-r7u0i4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/529251/original/file-20230531-23-r7u0i4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/529251/original/file-20230531-23-r7u0i4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Perlindungan biosfer berarti memastikan keberadaan ekosistem alami di tengah peradaban manusia.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p><strong>3. Batasan air: Menjaga air tanah dan melindungi air sungai</strong></p>
<p>Debit air yang terlalu banyak bisa bermasalah: seperti banjir di Australia dan Pakistan. Namun, pasokan air yang amat sedikit juga menjadi petaka, seperti kekeringan ekstrem yang mengganggu produksi pangan.</p>
<p>Untuk menyeimbangkan daur air, kita harus menjaga agar <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1002/rra.1511">penambahan atau pun pengambilan</a> air sungai tak melebihi 20% dari total debitnya dalam sebulan. Batasan tersebut ini belum mencakup faktor lingkungan di masing-masing daerah aliran sungai. </p>
<p>Saat ini, dengan rata-rata arus air global setahun, 66% kawasan daratan dunia masih belum melampaui batas. Namun ada dampak signifikan dari permukiman penduduk: separuh dari populasi dunia tinggal di kawasan ini. Air tanah di permukiman juga disedot habis-habisan. Saat ini, hampir separuh daratan dunia menjadi tempat pengisapan air tanah berlebihan.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/529250/original/file-20230531-27-iw50k4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="penyedotan air tanah" src="https://images.theconversation.com/files/529250/original/file-20230531-27-iw50k4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/529250/original/file-20230531-27-iw50k4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=486&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/529250/original/file-20230531-27-iw50k4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=486&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/529250/original/file-20230531-27-iw50k4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=486&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/529250/original/file-20230531-27-iw50k4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=611&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/529250/original/file-20230531-27-iw50k4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=611&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/529250/original/file-20230531-27-iw50k4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=611&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Air bersih amat penting bagi kehidupan di Bumi. Pengisapan air berlebihan sangat berbahaya.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p><strong>4. Batasan pupuk dan unsur hara: Kurangi separuh limpasan air mengandung pupuk</strong></p>
<p>Kala petani menggunakan pupuk berlebihan, hujan membawa <a href="https://earthcommission.org/nutrients">nitrogen dan fosfor</a> dari tanah ke sungai dan laut. Keduanya bisa menyebabkan ledakan alga yang merusak ekosistem dan memperburuk kualitas air minum. </p>
<p>Ironisnya, masih banyak daerah pertanian di negara miskin tak memiliki <a href="https://www.annualreviews.org/doi/10.1146/annurev-environ-010213-113300">stok pupuk yang cukup</a>. Inilah yang namanya ketidakadilan.</p>
<p>Di seluruh dunia, penggunaan nitrogen dan fosfor sudah melampaui batas aman dan adil hingga dua kali lipat. Pengurangan pemakaian pupuk berlebihan di banyak negara juga bisa menaikkan penggunaan pupuk di negara lain yang kekurangan.</p>
<p><strong>5. Batas aman polusi aerosol: Pangkas polusi udara dan kurangi perbedaan antarnegara</strong></p>
<p><a href="https://doi.org/10.1007/s00382-023-06799-3">Penelitian terbaru</a> memaparkan perbedaan konsentrasi <a href="https://earthcommission.org/aerosols/">polutan aerosol</a> di antara belahan bumi Utara dan Selatan dapat mengganggu pola aliran angin dan monsun. Artinya, polusi udara juga bisa mengganggu sistem cuaca. </p>
<p>Saat ini, konsentrasi aerosol belum mencapai level yang bisa mengubah cuaca. Namun, polusi partikel debu (dikenal sebagai PM 2,5) di udara di banyak negara tetap berbahaya karena mengakibatkan <a href="https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(17)30505-6/fulltext">kematian 4,2 juta jiwa dalam setahun</a>. </p>
<p>Kita harus memangkas polutan ini ke level yang aman – sekitar 15 mikrogram per meter kubik udara.</p>
<h2>Kita harus bertindak</h2>
<p>Kita harus segera bertindak menuju masa depan yang <a href="https://agupubs.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1029/2020EF001866">aman dan adil</a> future dengan cara yang adil pula.</p>
<p>Supaya peradaban manusia tak lagi mengganggu keseimbangan Bumi, kita harus mengatasi berbagai cara yang menyebabkan kerusakan planet ini. Kita harus mulai menetapkan dan mencapai <a href="https://sciencebasedtargetsnetwork.org/">target yang berbasiskan sains</a>. </p>
<p><a href="https://www.nature.com/articles/d41586-022-02894-3">Batas-batas aman</a> yang sudah ditetapkan juga harus diterjemahkan oleh pemerintah dalam bentuk kebijakan. Caranya dengan menciptakan aturan dan sistem berbasiskan insentif untuk mendorong perubahan. </p>
<p>Penting bagi kita untuk mematok batas dan target. Perjanjian Paris memang memicu aksi perlindungan iklim yang cepat. Kita membutuhkan langkah serupa agar masih ada udara bersih, air bersih, serta menjaga kehidupan bagi manusia dan seluruh alam. </p>
<p>-</p>
<p><em>Kami mengucapkan terima kasih atas dukungan dari <a href="https://earthcommission.org/">Earth Commission</a>, yang diselenggarakan oleh <a href="https://futureearth.org/">Future Earth</a>, sebagai komponen sains dari <a href="https://globalcommonsalliance.org/">Global Commons Alliance.</a></em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/207306/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>
Steven J Lade menerima dana dari Pemerintah Australia (Australian Research Council Future Fellowship FT200100381) dan Swedish Research Council Formas (Grant 2020-00371). Dia berafiliasi dengan Future Earth dan Pusat Ketahanan Stockholm di Universitas Stockholm. Pekerjaan ini adalah bagian dari Earth Commission, yang diselenggarakan oleh Future Earth dan merupakan komponen sains dari Global Commons Alliance. Global Commons Alliance adalah proyek yang disponsori oleh Rockefeller Philanthropy Advisors, dengan dukungan dari Oak Foundation, MAVA, Porticus, Gordon and Betty Moore Foundation, Tiina and Antti Herlin Foundation, William and Flora Hewlett Foundation, dan Global Environment Facility. Earth Commission juga didukung oleh Global Challenges Foundation dan Frontiers Research Foundation.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Ben Stewart-Koster menerima dana dari Future Earth untuk perannya di Earth Commission di bawah Global Commons Alliance. Global Commons Alliance adalah proyek yang disponsori oleh Rockefeller Philanthropy Advisors, dengan dukungan dari Oak Foundation, MAVA, Porticus, Gordon and Betty Moore Foundation, Tiina and Antti Herlin Foundation, William and Flora Hewlett Foundation, dan Global Environment Facility. Earth Commission juga didukung oleh Global Challenges Foundation dan Frontiers Research Foundation.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Stuart Bunn menerima dana dari Future Earth untuk perannya di Earth Commission di bawah Global Commons Alliance. Ini adalah proyek yang disponsori oleh Rockefeller Philanthropy Advisors, dengan dukungan dari Oak Foundation, MAVA, Porticus, Gordon and Betty Moore Foundation, Tiina and Antti Herlin Foundation, William and Flora Hewlett Foundation dan Global Environment Facility. Earth Commission juga didukung oleh Global Challenges Foundation dan Frontiers Research Foundation.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Syezlin Hasan menerima dana dari Future Earth untuk perannya di Earth Commission di bawah Global Commons Alliance. Global Commons Alliance adalah proyek yang disponsori oleh Rockefeller Philanthropy Advisors, dengan dukungan dari Oak Foundation, MAVA, Porticus, Gordon and Betty Moore Foundation, Tiina and Antti Herlin Foundation, William and Flora Hewlett Foundation, dan Global Environment Facility. Earth Commission juga didukung oleh Global Challenges Foundation dan Frontiers Research Foundation.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Makalah ini terwujud melalui komitmen waktu dan penelitian sukarela oleh Earth Commission dan dukungan para peneliti dan sekretariat dari Global Challenges Foundation; the Global Commons Alliance, sebuah proyek yang disponsori oleh Rockefeller Philanthropy Advisors (dengan dukungan dari Oak Foundation, MAVA, Porticus, Gordon and Betty Moore Foundation, Herlin Foundation dan Global Environment Facility).</span></em></p>Kita telah melewati batas yang aman dan adil untuk sistem Bumi yang vital, mulai dari perubahan iklim hingga biosfer dan penggunaan pupuk dan air tawar.Steven J Lade, Resilience researcher at Australian National University, Australian National UniversityBen Stewart-Koster, Senior research fellow, Griffith UniversityStuart Bunn, Professor, Australian Rivers Institute, Griffith UniversitySyezlin Hasan, Research fellow, Griffith UniversityXuemei Bai, Distinguished Professor, Australian National UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1859002022-07-05T04:36:58Z2022-07-05T04:36:58ZBagaimana teknologi sensor murah bisa jadi sarana warga memantau polusi udara bersama-sama<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/471298/original/file-20220628-25-gzxqdr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Warga beraktivitas saat digelarnya hari bebas berkendaraan bermotor atau Car Free Day (CFD) di Jalan Tunjungan, Surabaya, Jawa Timur. </span> <span class="attribution"><span class="source">(Sumber: Didik suhartono/Antara)</span></span></figcaption></figure><p>Indonesia – terutama di kota-kota besar – memiliki kualitas udara yang buruk. Per 3 Juni lalu, misalnya, <a href="https://www.iqair.com/id/indonesia">situs pemantauan kualitas udara IQAir</a> mencatat paparan partikel debu 2,5 mikron (PM 2,5) di Indonesia sangat tinggi, 6,9 lipat lebih besar dibandingkan standar <a href="https://www.who.int/publications-detail-redirect/9789240034228">Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)</a>. Ini belum dihitung material pengotor lainnya seperti nitrogen oksida ataupun sulfur dioksida yang juga <a href="https://www.oecd-ilibrary.org/sulphur-oxides-so-and-nitrogen-oxides-no-emissions_5k3ts346ph6c.pdf">berbahaya bagi kesehatan.</a></p>
<p>Menyadari situasi ini, kesadaran warga di kota-kota besar terhadap kualitas udara sebenarnya sudah bertumbuh. Salah satu yang mencuat adalah <a href="https://www.dw.com/id/hakim-kabulkan-gugatan-polusi-udara-jakarta/a-59197093">gugatan seputar polusi udara Jakarta</a> yang dimenangkan masyarakat pada tahun lalu. Situs pemantauan udara juga dapat diakses oleh publik. <a href="https://bicaraudara.id/">Komunitas warga pun aktif</a> menggenjot kesadaran kualitas udara di masyarakat.</p>
<p>Kesadaran tersebut bisa diperkuat melalui partisipasi aktif warga untuk mengukur kualitas udara di sekitarnya. Salah satu peluangnya datang dari sensor mini berbiaya murah (<em>low-cost sensor</em>/LCS) oleh masyarakat.</p>
<p>Peranti ini, jika digabungkan dengan teknologi informasi, bisa menjembatani kesenjangan informasi kualitas udara dan memperkuat upaya pemantauan berbasis warga di Indonesia.</p>
<h2>Apa itu <em>low-cost sensor</em>?</h2>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/471300/original/file-20220628-27-ky1bvg.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/471300/original/file-20220628-27-ky1bvg.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/471300/original/file-20220628-27-ky1bvg.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/471300/original/file-20220628-27-ky1bvg.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/471300/original/file-20220628-27-ky1bvg.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/471300/original/file-20220628-27-ky1bvg.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/471300/original/file-20220628-27-ky1bvg.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Salah satu jenis sensor berbiaya murah.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://bikepgh.org/wp-content/uploads/2015/10/SAM_2564.jpg">(Sumber: BikePGH)</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>LCS merupakan sebuah modul sensor yang umumnya terintegrasi dengan modul elektronik untuk mengenali gas dan partikel di udara. </p>
<p>Secara umum, LCS tersedia secara komersial dengan berbagai pilihan teknologi. Harganya berkisar US$100-200 (Rp1,5 - 3 juta) per unit. Angka ini jauh lebih murah jika dibandingkan dengan perangkat sensor konvensional yang harganya melebihi US$1000 USD (>Rp15 juta). </p>
<p>Karena bentuknya yang ringkas dan minim energi, LCS lebih mampu ditempatkan di mana saja, oleh siapapun, dengan biaya yang terjangkau. Kemampuan sensor mendeteksi polutan tergantung lokasi pengukurannya, karena yang diukur adalah sampel pada suatu kawasan dan seberapa jauh atau dekat dengan sumber emisi. Untuk meningkatkan akurasi, sensor dapat menjalani proses kalibrasi di laboratorium.</p>
<p>LCS dapat digunakan untuk mengisi data kualitas udara di titik-titik yang jauh dan sulit dijangkau oleh alat utama. Sensor ini dapat dipasang secara masif di area yang lebih luas, sampai penelitian sains atmosfer terkait manajemen kualitas udara. </p>
<p>Sejak lima tahun terakhir, <a href="https://www.researchgate.net/profile/Indra-Chandra-3/research">saya meneliti kualitas udara di sejumlah tempat, mulai dari Dayeuh Kolot, Bandung, Jawa Barat, hingga Pulau Fukue di Jepang</a> menggunakan LCS melalui <em>start-up</em> biruLangit (PT. Ekshalasi Langit Biru).</p>
<p>Studi ini berhasil mengamati pergerakan partikel berbahaya seperti PM2,5 ataupun emisi CO2 secara vertikal (ke lapisan-lapisan atmosfer) maupun horizontal (antardaerah). Pengamatan ini juga bertujuan untuk mengenali sumber emisi dan sebarannya. </p>
<p>Nah, pengukuran tersebut dapat diperluas dengan menempatkan LCS di gedung maupun lokasi tertentu yang dijadikan stasiun tetap. Sensor ini pun dapat dipasang di sepeda ataupun pesawat nirawak (<em>drone</em>), </p>
<figure class="align-left zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/471288/original/file-20220628-25-3kbb82.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/471288/original/file-20220628-25-3kbb82.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/471288/original/file-20220628-25-3kbb82.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=814&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/471288/original/file-20220628-25-3kbb82.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=814&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/471288/original/file-20220628-25-3kbb82.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=814&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/471288/original/file-20220628-25-3kbb82.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1022&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/471288/original/file-20220628-25-3kbb82.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1022&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/471288/original/file-20220628-25-3kbb82.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1022&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Contoh LCS yang dibawa menggunakan tas punggung dalam penelitian Steinle dan timnya pada 2015 lalu.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Sumber: Steinle Et al.)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Namun, LCS belum tentu berfungsi optimal di sembarang <em>drone</em>. Pasalnya, beberapa jenis pesawat nirawak tersebut (khususnya bertipe <em>rotary wing</em> atau bergerak seperti helikopter) memiliki lebih banyak baling-baling sehingga mengganggu proses pengukuran. Solusinya, LCS dapat dipasang di <em>drone</em> yang bersayap (seperti pesawat) atau <em>fixed wing</em>.</p>
<p>LCS pun dapat ditempatkan di dalam kotak kecil dan dibawa bepergian oleh warga. Bahkan, sensor ini dapat ditempatkan di dekat hidung dan mulut untuk mengamati polutan yang terhirup ke tubuh manusia. Supaya lebih akurat, LCS ditempatkan sedekat mungkin dengan saluran pernapasan (seperti di pundak). </p>
<p>Pada 2015, <a href="https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2014.12.003">riset kualitas udara berhasil dilakukan dengan metode pengukuran ini</a> di pusat kota Edinburgh, Skotlandia, oleh tim peneliti yang dipimpin Susanne Steinle, dari NERC Centre for Ecology & Hydrology (CEH).</p>
<p>Perangkat sensor ini pun dapat dirakit sendiri. Selain sensornya –yang sudah dilengkapi peranti penyimpanan data, kita dapat menambahkan baterai cadangan maupun pipa jika diperlukan (untuk menjadi saluran udara langsung ke dalam sensor).</p>
<h2>Bagaimana masyarakat bisa berpartisipasi</h2>
<p>LCS dapat digunakan masyarakat untuk membantu pelaporan kualitas udara di lokasi masing-masing. Dengan memasang LCS yang portabel, orang-orang dapat bergerak melakukan aktivitas kesehariannya sambil melakukan proses pengukuran. </p>
<p>Warga dapat berpartisipasi melalui berbagai kegiatan, di antaranya <em>car free day</em>, acara maraton, atau bahkan pasar kaget pada akhir pekan. </p>
<p>Data kemudian dapat disimpan melalui perangkat penyimpanan (seperti <em>flashdisk</em>, kartu memori, atau <em>hard disc</em>) atau langsung dikirim melalui internet ke server <em>cloud</em>.</p>
<p>Data yang diterima dari berbagai piranti tersebut dapat bisa dilacak pergerakannya. Pengolah data kemudian melakukan visualisasi <em>heatmap</em> (peta dengan indikator warna) berbasis parameter kualitas udara selama kegiatan berlangsung.</p>
<p>Dengan melihat data kualitas udara setiap saat, kita bisa melakukan interpretasi secara langsung atas aktivitas yang dilakukan masyarakat melalui sampel data yang dikirim dari para relawan. Kita juga bisa menanyakan pengalaman partisipan terhadap apa yang mereka rasakan atas udara yang mereka hirup pada sebelum, selama, dan sesudah kegiatan. </p>
<p>LCS pun dapat dipasang stasiun tetap di sekitar kegiatan tersebut. Alat pengukuran meteorologi (yang terkait cuaca), juga bisa ditambahkan di tempat yang sama untuk mengetahui hubungan cuaca dengan kualitas udara selama kegiatan berlangsung. </p>
<figure class="align-left zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/471154/original/file-20220627-26-2ifhs7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/471154/original/file-20220627-26-2ifhs7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/471154/original/file-20220627-26-2ifhs7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=723&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/471154/original/file-20220627-26-2ifhs7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=723&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/471154/original/file-20220627-26-2ifhs7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=723&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/471154/original/file-20220627-26-2ifhs7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=909&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/471154/original/file-20220627-26-2ifhs7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=909&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/471154/original/file-20220627-26-2ifhs7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=909&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Contoh LCS yang dibawa oleh pesepeda. Sensor di pasang di stang sepeda (tanda panah). (Sumber:penulis)</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pemantauan juga bisa menjadi aktivitas sosial yang diinisiasi oleh komunitas warga. Misalnya, kelompok penggemar sepeda, pegiat <em>drone</em>, ataupun skuter yang tersebar di berbagai daerah.</p>
<p>Perbaikan kualitas udara memerlukan langkah antisipatif dan berkelanjutan dari seluruh warga. Upaya untuk mengajak komunitas pemerhati lingkungan, sosialisasi program kepada pihak swasta, didukung dengan regulasi dan himbauan dari pemerintah, diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat. </p>
<p>Harapannya, langkah bersama ini dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan bisa menciptakan langit biru di seluruh Indonesia.</p>
<p>-</p>
<p><em>Penulis adalah salah satu dari 30 peneliti terpilih dalam program kepemimpinan ilmuwan <a href="https://slc.theconversation.com/">Science Leadership Collaborative yang diadakan oleh The Conversation Indonesia._</a></em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/185900/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Indra Chandra menerima dana berupa hibah penelitian untuk pengembangan berbagai perangkat ukur pemantauan kualitas udara berbasis low-cost sensor (LCS), diantaranya melalui skema pra-startup dari Kemendikbudristek serta skema penelitian internasional dan penguatan produk inovasi menuju komersialisasi dari Universitas Telkom. Seorang Dosen/Peneliti dan juga founder dari biruLangit (PT. Ekshalasi Langit Biru).</span></em></p>Peranti ini, jika digabungkan dengan teknologi informasi, bisa menjembatani kesenjangan informasi kualitas udara dan memperkuat upaya pemantauan berbasis warga di Indonesia.Indra Chandra, Dr. Eng./Dosen di Teknik Fisika, Telkom UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1855952022-06-27T09:07:48Z2022-06-27T09:07:48ZOjek online bisa dimanfaatkan untuk memangkas polusi udara Jakarta, ini 3 caranya<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/470466/original/file-20220623-51568-6yknb2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">antarafoto larangan diskon tarif transportasi online ysw</span> </figcaption></figure><p>Sejak 14 -20 Juni 2022, kualitas udara kota Jakarta secara berturut-turut berada pada kategori “tidak sehat” (<em>unhealthy</em>) menurut <a href="https://www.iqair.com/indonesia/jakarta">situs pemantau kualitas udara IQAir.com.</a> Perburukan kualitas ditandai peningkatan konsentrasi partikulat halus (PM2.5) yang dapat menyebabkan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4740125/">infeksi saluran pernafasan, gangguan paru-paru</a>, dan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4740122/">gangguan kardiovaskular</a>.</p>
<p>Pada waktu yang hampir bersamaan, data indeks lalu-lintas milik perusahaan teknologi geo-lokalisasi, <a href="https://www.tomtom.com/en_gb/traffic-index/jakarta-traffic/">Tomtom,</a> juga menunjukkan tingkat kemacetan rata-rata lalu-lintas Jakarta pada pagi dan sore (waktu pergi dan pulang kerja) sudah nyaris setara dengan periode yang sama pada 2019 (sebelum pandemi COVID-19).</p>
<p>Fakta mengungkapkan <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S1364815208000406">kemacetan yang memengaruhi konsumsi bahan bakar dan emisi kendaraan</a> kerap menjadi <a href="https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/69336/pb12654-air-quality-strategy-vol1-070712.pdf">salah satu sebab utama memburuknya kualitas udara di suatu tempat</a>. Dua studi yang dilakukan terpisah oleh <a href="https://www.kompas.id/baca/utama/2018/10/26/integrasi-angkutan-massal-langkah-awal-sebelum-jalan-berbayar-diterapkan/?status=sukses_login&status=sukses_login&utm_source=kompasid&utm_medium=login_paywall&utm_campaign=login&utm_content=https%3A%2F%2Fwww.kompas.id%2Fbaca%2Futama%2F2018%2F10%2F26%2Fintegrasi-angkutan-massal-langkah-awal-sebelum-jalan-berbayar-diterapkan%2F&status_login=login">Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan,</a> dan <a href="https://doi.org/10.1016/j.trpro.2020.03.084">Institut Teknologi Bandung (ITB)</a> pada 2018 menemukan, besarnya proporsi pengguna mobil dan sepeda motor sebagai satu penyebab utama kemacetan di Jakarta. <a href="https://research-repository.griffith.edu.au/bitstream/handle/10072/365194/02Whole.pdf?sequence=1">Semakin intensif kemacetan yang terjadi, semakin banyak perubahan kecepatan (percepatan dan perlambatan) yang dilakukan para oleh pengemudi yang terjebak situasi tersebut dan hal ini menyebabkan emisi yang terjadi semakin besar.</a></p>
<p>Pemerintah memang perlu terus mendorong <a href="https://www.c40knowledgehub.org/s/article/Six-impactful-actions-cities-can-take-to-reduce-transport-emissions?language=en_US">peralihan dari penggunaan kendaraan pribadi ke angkutan umum sebagai solusi efektif mengurangi emisi sektor transportasi</a>. </p>
<p>Demi memuluskan peralihan ini, pemerintah dapat memanfaatkan transportasi daring (online) seperti ojek online ataupun taksi online yang menjamur di ibu kota sejak 2014, seiring tingginya penggunaan telepon pintar di <a href="https://statistik.jakarta.go.id/penggunaan-perangkat-tik-dan-internet-di-dki-jakarta/">Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) </a>.</p>
<p>Harmonisasi antara transportasi daring dengan angkutan umum adalah salah satu kunci untuk menurunkan kemacetan dan emisi di Jakarta.</p>
<h2>Tiga strategi untuk transportasi daring</h2>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/470467/original/file-20220623-52354-jel4vo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/470467/original/file-20220623-52354-jel4vo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=423&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/470467/original/file-20220623-52354-jel4vo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=423&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/470467/original/file-20220623-52354-jel4vo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=423&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/470467/original/file-20220623-52354-jel4vo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=531&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/470467/original/file-20220623-52354-jel4vo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=531&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/470467/original/file-20220623-52354-jel4vo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=531&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Shelter ojek di stasiun Bogor.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Sumber: Antara/Arif Firmansyah)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Moda transportasi daring bisa berkontribusi untuk menurunkan kemacetan dan emisi jika benar-benar dijadikan sebagai mitra angkutan umum.</p>
<p>Argumen ini dilandasi sejumlah studi. Misalnya, kajian dari <a href="https://www.researchgate.net/publication/333662567_To_compete_or_not_compete_exploring_the_relationships_between_motorcycle-based_ride-sourcing_motorcycle_taxis_and_public_transport_in_the_Jakarta_metropolitan_area">tim peneliti Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Starvanger, Norwegia.</a> Studi ini menyimpulkan bahwa transportasi daring dipakai para penggunanya sebagai <em>feeder</em> atau pengumpan ke dan dari angkutan TransJakarta dan kereta komuter Jabodetabek.</p>
<p>Studi tersebut juga diperkuat dengan <a href="https://www.research-collection.ethz.ch/bitstream/handle/20.500.11850/356230/ab1448.pdf?sequence=11&isAllowed=y">survey dan studi oleh tim ETH Zurich di Jabodetabek pada tahun 2019.</a> Riset ini menemukan bahwa porsi perjalanan jarak dekat mendominasi jenis perjalanan yang dilakukan dengan transportasi online, terutama pada interval jarak 1,5 km - 5 km.</p>
<p>Kajian ETH Zurich turut mendapati bahwa perjalanan dengan angkutan umum di Jabodetabek memiliki porsi mayoritas berupa perjalanan jarak jauh, terutama di atas 30 kilometer.</p>
<p>Berbasis kajian-kajian di atas, ada tiga strategi terkait transportasi daring yang bisa lekas ditempuh untuk mendukung pengurangan kemacetan di Jakarta.</p>
<p><strong>Pertama,</strong> Pemberlakuan kebijakan tarif progresif berdasarkan jarak. Artinya, tarif sangat murah pada kilometer awal, misalnya di bawah 5 kilometer, lalu naik secara progresif atau lebih dari proporsional berdasarkan kelas jarak, misalnya 5 – 10 kilometer, 10 – 15 kilometer dan seterusnya. Pengenaan tarif progresif ini bertujuan untuk merangsang warga untuk menggunakan transportasi online hanya untuk perjalanan jarak dekat. Contohnya seperti sebagai pengumpan dari/menuju terminal atau stasiun angkutan umum terdekat.</p>
<p>Pengutamaan pergerakan jarak pendek juga berpotensi mengurangi fenomena <em>empty running</em> (pergerakan kosong). Ini kerap terjadi saat pengemudi menjemput penumpang, ataupun saat pengemudi “terlempar” kembali ke daerah asalnya setelah mengantarkan penumpang ke suatu tempat yang sangat jauh.</p>
<p><strong>Kedua,</strong> pemberlakuan pembedaan tarif berdasarkan keterisian, yaitu perjalanan pribadi (<em>private ride</em>) dan perjalanan berbagi (<em>ride sharing</em>) khusus bagi tranportasi online berbentuk mobil seperti Gocar atau Grabcar. Perjalanan berbagi (<em>ride sharing</em>) memungkinkan pengemudi untuk mengangkut beberapa penumpang yang berbeda dengan tujuan perjalanan yang searah. </p>
<p>Konsep perjalanan berbagi dapat diberlakukan dengan tarif per kilometer yang lebih murah dari perjalanan pribadi. Tujuannya untuk meningkatkan tingkat keterisian setiap mobil online demi efisiensi energi maupun ekonomi bagi pengemudi.</p>
<p>Konsep ini juga berpeluang mengurangi kepadatan jalan sehingga mengurangi kemacetan.</p>
<p><strong>Ketiga,</strong> menerapkan kedua skema tarif di atas melalui revisi peraturan-peraturan terkait seperti <a href="http://jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/kepmen/2019/KP_348_TAHUN_2019.pdf">Keputusan Menteri Perhubungan No 348 Tahun 2019</a> tentang perhitungan tarif ojek online dan <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/104386/permenhub-no-118-tahun-2018">Peraturan Menteri Perhubungan 118/2018</a> tentang taksi online (angkutan sewa khusus), khususnya untuk wilayah DKI atau Jabodetabek. </p>
<p>Khusus wilayah tersebut, pemerintah dapat membentuk matriks tarif berdasarkan jarak dan pembedaan tipe pemakaian (pribadi atau berbagi) dengan pengenaan ongkos termurah bagi perjalanan berbagi dengan jarak perjalanan terpendek.</p>
<h2>Strategi jangka panjang</h2>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/470468/original/file-20220623-51375-88nzs5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/470468/original/file-20220623-51375-88nzs5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=327&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/470468/original/file-20220623-51375-88nzs5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=327&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/470468/original/file-20220623-51375-88nzs5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=327&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/470468/original/file-20220623-51375-88nzs5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=411&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/470468/original/file-20220623-51375-88nzs5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=411&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/470468/original/file-20220623-51375-88nzs5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=411&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Peta jaringan layanan bus Transjakarta.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Sumber: TransJakarta)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Selain ketiga upaya jangka pendek di atas, pemerintah dapat memadukan transportasi daring dengan angkutan umum dengan memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi. </p>
<p>Misalnya, operasional transportasi daring dapat disesuaikan dengan jadwal keberangkatan atau kedatangan angkutan umum di halte, terminal, atau stasiun terkait. Ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi waktu perjalanan sekaligus biaya operasi transportasi daring.</p>
<p>Dengan kata lain, pengintegrasian angkutan umum seharusnya dilakukan tidak hanya dengan angkutan umum pengumpan, tapi juga dengan transportasi daring.</p>
<p>Tentu saja upaya ini membutuhkan komunikasi yang intens antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, operator transportasi umum, dan penyedia aplikasi transportasi online.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/185595/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Alloysius Joko Purwanto tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Demi meningkatkan penggunaan transportasi publik, pemerintah dapat memanfaatkan transportasi daring yang menjamur di ibu kota seiring tingginya penggunaan telepon pintar di Jabodetabek.Alloysius Joko Purwanto, Transport & energy economist, Economic Research Institute for ASEAN and East AsiaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1779242022-03-09T05:45:54Z2022-03-09T05:45:54ZRiset terbaru: selain perairan, mikroplastik turut mencemari udara Jakarta<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/450301/original/file-20220307-85648-b3zrj1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=26%2C0%2C3000%2C1612&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Foto udara DKI Jakarta</span> <span class="attribution"><span class="source">(Widodo S. Jusuf/Antara)</span></span></figcaption></figure><p>Jakarta merupakan kota yang dikepung polusi udara. <a href="https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20211103203051-384-716285/biang-keladi-polusi-udara-jakarta-sektor-transportasi">Sebagian besar</a> polusi tersebut berasal dari sektor transportasi, disusul oleh industri dan pembangkit listrik. </p>
<p>Material-material pengotor seperti nitrogen oksida (NOx), sulfur oksida (SOx), ataupun partikel debu berukuran 2,5 mikron (PM 2,5) menjadi <a href="https://energyandcleanair.org/wp/wp-content/uploads/2020/08/Jakarta-Transboundary-Pollution_FINALEnglish.pdf">biang keladi</a> pencemaran di atmosfer Jakarta.</p>
<p>Namun, sumber pencemaran udara di Ibu Kota bukan hanya itu. <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0025326X21012297#!">Riset</a> kami menemukan plastik berukuran sangat kecil (mikroplastik) yang terombang-ambing di udara sekitar Ancol, kawasan pesisir Jakarta. Ini merupakan penelitian pertama di Indonesia tentang mikroplastik di atmosfer (mikroplastik atmosferik) pada ketinggian 28 meter di atas permukaan tanah.</p>
<p>Temuan ini semestinya menjadi informasi untuk meningkatkan kesadaran dan menjaga kelestarian lingkungan. Pasalnya, bukan hanya <a href="https://tekno.tempo.co/read/906505/hasil-riset-air-di-jakarta-terkontaminasi-mikroplastik">di perairan</a>, udara yang kita hirup pun tak lepas dari risiko pencemaran mikroplastik.</p>
<h2>Cara mendeteksi mikroplastik di udara</h2>
<p>Plastik merupakan bahan sintetis yang selalu dapat terpecah ke dalam bentuk yang lebih kecil, bahkan hingga mencapai ukuran mikrometer atau yang biasa dikenal dengan mikroplastik. Ukurannya bisa lebih kecil <a href="https://lokadata.id/artikel/mikroplastik-telah-berhasil-mendiami-tubuh-manusia">dari rambut manusia</a>.</p>
<p>Ukuran yang kecil mengakibatkan “monster mikro” ini dapat terbawa ke seluruh bagian suatu badan air dan bahkan terakumulasi pada <a href="https://doi.org/10.1016/j.watres.2017.12.056">mahluk hidup</a>.</p>
<p>Sedangkan, mikroplastik atmosferik merupakan mikroplastik yang berterbangan di udara sekitar kita, bersama dengan debu atau partikel kecil lainnya. Ukurannya yang kecil mengakibatkan mikroplastik dengan mudah terhirup dan <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0269749117307686?via%3Dihub">berisiko</a> mengakibatkan infeksi saluran pernapasan dan gangguan paru-paru.</p>
<p>Kami meneliti keberadaan mikroplastik atmosferik dengan pengambilan sampel selama setahun. Sampel diambil menggunakan alat penampung air hujan yang steril dan berbahan kaca. Alat ini dilengkapi dengan corong dan juga diisi dengan 10 ml air yang telah disuling (aquades).</p>
<p>Alat penampung kemudian diletakkan pada atap gedung Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Ancol, Jakarta Utara, yang bebas dari gangguan pohon maupun gedung lainnya. </p>
<p>Setiap bulan, alat penampung dipasang selama 96 jam. Sampel mikroplastik yang diperoleh kemudian dihitung dan diamati menggunakan mikroskop. Kami melakukan identifikasi bahan-bahan yang terkandung pada mikroplastik menggunakan <a href="https://www.ru.nl/systemschemistry/equipment/optical-spectroscopy/infrared/#:%7E:text=Infrared%20spectroscopy%20(IR%20spectroscopy)%20is,mostly%20based%20on%20absorption%20spectroscopy.">spektroskopi inframerah (FT-IR)</a>.</p>
<p>Hasilnya, terdapat rata-rata 15 partikel mikroplastik yang jatuh setiap hari pada areal seluas 1 meter persegi (m²). Mayoritas di antaranya (80%) berukuran sekitar 0.3-0.5 milimeter (mm), sisanya berada pada rentang 0.5-1 mm. </p>
<p>Kami juga mencatat jumlah mikroplastik meningkat drastis pada musim hujan (November-April). Kami menduga mikroplastik ini terbawa oleh tetesan air hujan. Semakin tinggi curah hujan, semakin banyak mikroplastik yang terjatuh. </p>
<p>Sebagian besar mikroplastik yang kami peroleh setiap bulannya berbentuk fiber (serat penyusun pakaian). Sebagian kecil lainnya berbentuk potongan-potongan kecil dan <em>foam</em> (gabus). </p>
<p>Adapun mayoritas (82%) mikroplastik atmosferik yang kami temukan di Ancol merupakan plastik jenis poliester (PET). Ini merupakan material produk garmen.</p>
<p>Sedangkan, sisanya berbahan polistirena (PS) - jamak dipakai sebagai material kemasan <em>styrofoam</em>. Ada juga polibutadiena (PB) atau karet sintetis, dan polietilena (PE) yang dipakai sebagai bahan kantung plastik sekali pakai.</p>
<p>Menilik dari dominasi bentuk, ukuran, dan jenisnya, mikroplastik yang diperoleh ini merupakan emisi dari kegiatan rumah tangga. Bentuk fiber dan polimer PET umumnya diperoleh dari aktifitas di daerah perkotaan, seperti garmen dan penatu (<em>laundry</em>).</p>
<h2>Berbahayakah mikroplastik di udara Jakarta?</h2>
<p>Jumlah temuan mikroplastik atmosferik di Ancol sebenarnya masih lebih sedikit dibandingkan kawasan metropolitan lainnya di dunia. Misalnya, di <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/S11356-017-0116-X">Dongguan, Cina</a>, mikroplastik yang ditemukan mencapai 36 partikel setiap hari pada luas areal 1 m². Sedangkan di <a href="https://doi.org/10.1016/j.envpol.2016.12.013">Paris, Perancis</a>, mencapai 110 partikel.</p>
<p>Mikroplastik juga ditemukan di udara sekitar <a href="https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2019.05.405">Hamburg, Jerman</a>, sebanyak 275 partikel, dan <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0160412019330351">London, Inggris</a>, mencapai 771 partikel. </p>
<p><a href="https://repository.its.ac.id/60537/">Studi</a> yang dilakukan di jalan utama di kota Surabaya di ketinggian 1,2 meter pada 2019 silam juga menemukan konsentrasi mikroplastik sebesar 247 partikel.</p>
<p>Meski demikian, patut diingat bahwa Ancol sebagai lokasi pengambilan sampel dalam penelitian kami merupakan kawasan yang tidak dihuni banyak penduduk. Aktivitas lalu lintas juga tidak terlalu padat, dan dekat dengan Teluk Jakarta. </p>
<p>Selain itu, sampel yang kami dapatkan di Ancol adalah mikroplastik yang jatuh pada ketinggian 28 m. Semakin tinggi lokasi pengambilan sampel, mikroplastik yang diperoleh juga akan semakin sedikit. </p>
<p>Temuan ini akan berbeda apabila pengamatan kami lakukan di ketinggian yang lebih rendah dengan aktivitas penduduk yang lebih padat. Misalnya, jika pengambilan contoh mikroplastik kami lakukan di pusat kota Jakarta dengan ketinggian yang dekat dengan hidung kita (sekitar 1,5-2 meter), tidak menutup kemungkinan mikroplastik yang didapat akan lebih banyak.</p>
<p>Walaupun risiko ini sudah diketahui, sejauh ini belum ada pemantauan mikroplastik di udara Jakarta, ataupun baku mutu mikroplastik di udara yang dibolehkan. Karena itu, kami menyarankan kandungan mikroplastik atmosferik menjadi salah satu unsur kualitas udara yang harus diukur secara berkala oleh pemerintah. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, khususnya di Jakarta.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/177924/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Penelitian ini merupakan kolaborasi dengan support fasilitas dan pendanaan dari lembaga riset nasional, yaitu LIPI. Pada jurnal yang telah diterbitkan, peneliti LIPI yang terkait (M.Reza Cordova) merupakan salah satu penulis jurnal tersebut</span></em></p>Ini merupakan penelitian pertama di Indonesia tentang mikroplastik di atmosfer (mikroplastik atmosferik) pada ketinggian 28 m di atas permukaan tanah.Anna Ida Sunaryo Purwiyanto, Lecturer on Marine Science Department, Universitas SriwijayaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1694722021-10-22T03:27:48Z2021-10-22T03:27:48ZBerkaca dari kasus sebelumnya, putusan terkait polusi udara di Ibukota berpotensi terabaikan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/427151/original/file-20211019-24-1p3gz7x.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Aktivis menggelar aksi teatrikal untuk memprotes memburuknya polusi udara Jakarta di depan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan</span> <span class="attribution"><span class="source">Greenpeace Indonesia</span></span></figcaption></figure><p>Pertengahan bulan lalu, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menyatakan Presiden Joko “Jokowi” Widodo dan beberapa pejabat pemerintahan, termasuk Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melakukan <a href="https://nasional.kompas.com/read/2021/09/16/16201111/jokowi-hingga-anies-divonis-melawan-hukum-terkait-penanganan-polusi-udara?page=all">perbuatan melawan hukum</a> dalam hal pengendalian polusi udara di wilayah Ibu Kota. </p>
<p>Putusan ini memenangkan gugatan yang diajukan koalisi masyarakat yang tergabung dalam Gerakan Inisiatif Bersihkan Udara Koalisi Semesta dua tahun lalu.</p>
<p>Pengadilan mengamarkan Presiden untuk menetapkan standar kualitas udara ambien nasional dalam rangka melindungi kesehatan manusia. Sedangkan Menteri Kesehatan serta Gubernur DKI Jakarta diwajibkan menyusun strategi pengendalian polusi udara. Kewajiban ini muncul karena selama ini negara telah gagal dalam mengatasi polusi udara kronis di Ibu Kota.</p>
<p>Putusan ini menjadi preseden yang sangat baik dalam rangka pemenuhan kewajiban pemerintah untuk mengendalikan pencemaran udara. Namun, besar kemungkinan putusan ini akan diabaikan begitu saja. </p>
<h2>Tanda-tanda terabaikannya putusan</h2>
<p>Sinyal putusan akan diabaikan sudah mulai terlihat. Misalnya: alih-alih menjalankan perintah pengadilan, Presiden Jokowi dan tiga menterinya yakni Menteri Lingkungan Hidup, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri memilih mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi DKI Jakarta. </p>
<p>Alasannya, mereka merasa sudah menjalankan semua yang diperintahkan oleh majelis hakim terkait <a href="https://www.liputan6.com/news/read/4673737/alasan-pemerintah-ajukan-banding-atas-putusan-polusi-udara-ibu-kota-dki-jakarta">pengendalian polusi udara Jakarta</a>. Pemerintah pun merasa kebijakan yang sudah diambil, misalnya perubahan sejumlah aturan baku mutu emisi dari <a href="https://ditppu.menlhk.go.id/portal/peraturan-nasional/">sumber pencemar udara</a>, belum menjadi pertimbangan dalam putusan.</p>
<p>Selain itu, berkaca pada putusan-putusan sebelumnya, putusan perdata yang mengamanatkan kewajiban tertentu terhadap pemerintah memang tidak dijalankan. </p>
<p>Sebagai contoh, pemerintah mengabaikan <a href="https://putusan3.mahkamahagung.go.id/direktori/putusan/027e136de41f0f46271a286d2e88db33">Putusan Mahkamah Agung No. 3555 K/PDT/2018</a> yang menjatuhkan vonis melawan hukum terhadap Jokowi beserta jajarannya dalam kasus kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kalimantan pada 2015. Dalam putusan ini, Mahkamah Agung menilai pemerintah lalai melakukan langkah-langkah antisipasi guna mencegah hutan dan lahan dilalap api. Mahkamah lalu mengamarkan pemerintah menerbitkan aturan teknis terkait pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan, dengan melibatkan masyarakat.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/rencana-pemerintahan-jokowi-ajukan-pk-atas-vonis-ma-hambat-upaya-cegah-kebakaran-hutan-dan-lahan-120834">Rencana pemerintahan Jokowi ajukan PK atas vonis MA hambat upaya cegah kebakaran hutan dan lahan</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Terkait putusan tersebut, argumen pemerintah setali tiga uang: <a href="https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-49041224">pemerintah merasa perintah pengadilan sudah dilaksanakan</a>. Klaim ini pun diungkapkan tanpa menyertakan bukti yang memadai.</p>
<p>Setelah itu, pemberitaan terkait putusan yang berisi vonis melawan hukum terhadap Jokowi dan jajarannya tersebut lenyap bak ditelan bumi, seiring dengan terjadinya <a href="https://www.mongabay.co.id/2019/10/22/kebakaran-hutan-dan-lahan-sampai-september-2019-hampir-900-ribu-hektar/">kebakaran hutan dan lahan dahsyat hanya beberapa minggu setelahnya</a> </p>
<p>Selain perintah yang tidak dilaksanakan, berdasarkan kabar yang kami terima, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berencana mengajukan <a href="https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-49041224">Peninjauan Kembali (PK)</a>. Pemerintah beralasan, pada saat putusan tersebut dibacakan, kebakaran hutan dan lahan sudah jauh berkurang, di mana luas area yang terbakar berkurang mencapai <a href="https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-49041224">92,5%</a>.</p>
<p>Sulitnya menjalankan putusan pengadilan yang memberikan kewajiban tertentu kepada Pemerintah juga terjadi terhadap <a href="https://bsnp-indonesia.org/2009/12/putusan-ma-tentang-ujian-nasional/">Putusan MA yang mengharuskan penghapusan Ujian Nasional (UN)</a>. <a href="https://news.detik.com/berita/d-3354785/penghapusan-ujian-nasional-sesuai-putusan-ma-7-tahun-silam">Amar itu baru ditunaikan pada akhir 2016—tujuh tahun setelah putusan dibacakan pada 2009. </a></p>
<h2>Sulitnya Menjalankan Putusan</h2>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/427152/original/file-20211019-20-l1wp9h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/427152/original/file-20211019-20-l1wp9h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/427152/original/file-20211019-20-l1wp9h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/427152/original/file-20211019-20-l1wp9h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/427152/original/file-20211019-20-l1wp9h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/427152/original/file-20211019-20-l1wp9h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/427152/original/file-20211019-20-l1wp9h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Sejumlah warga mengikuti sidang perdana gugatan terkait polusi udara Jakarta di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jakarta, Kamis (1/8/2019).</span>
<span class="attribution"><span class="source">Antara/Sigid Kurniawan</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Putusan yang menjadikan pemerintah sebagai pihak yang “dihukum” sebenarnya memiliki kekuatan yang sama dengan putusan yang memvonis warga negara atau badan hukum tertentu di Indonesia. </p>
<p>Siapapun subyeknya, putusan pengadilan pada hakikatnya harus dijalankan. Tindakan pengabaian putusan adalah penghinaan atau perbuatan yang tidak menghormati pengadilan.</p>
<p>Hanya, terdapat perbedaan perlakuan antara warga negara dan pemerintah apabila putusan tidak dijalankan. </p>
<p>Dalam putusan gugatan perdata, jika warga negara ataupun badan hukum tidak menjalankan putusan, maka terdapat juru sita yang dapat melakukan tindakan memaksa sebagai bentuk eksekusi. Sementara, dalam putusan terhadap pemerintah, pengadilan tidak bisa mengambil alih kewenangan eksekusi–misalnya membuat suatu kebijakan.</p>
<p>Berkaca dari putusan-putusan sebelumnya, pemerintah pun cenderung alergi terhadap vonis pengadilan. Padahal, tidak ada yang akan dirugikan dengan menjalankan putusan-putusan terkait lingkungan hidup tersebut. Sebab, gugatan warga negara menuntut pembuatan kebijakan–yang semestinya menjadi kewajiban pemerintah–bukan membayar ganti rugi.</p>
<p>Sukarnya menjalankan putusan pengadilan oleh Pemerintah juga tak lepas dari ketiadaan peraturan yang dapat memaksa pemerintah untuk menjalankannya–sekalipun putusan tersebut sudah berkekuatan hukum tetap. </p>
<p>Namun, pemerintah harus berkaca kembali pada paradigma pengelolaan lingkungan hidup yang sudah diakomodasi dalam konstitusi negara. Pasal 28H ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 menegaskan hak warga negara untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik. Ada juga Pasal 33 ayat (3) dan (4) <a href="https://www.dpr.go.id/jdih/uu1945">mengatur pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup</a>. </p>
<p>Pengaturan dalam dua pasal ini bersifat fundamental dan mendasar sebagai prinsip <a href="https://www.jimlyschool.com/diklat/green-constitution/">“konstitusi hijau” (<em>green constitution</em>)</a> yang ada dalam UUD 1945. Pakar hukum tata negara <a href="https://library.ui.ac.id/detail?id=20228260">Jimly Asshiddiqie</a> menyebutkan prinsip ini menjadikan pengelolaan lingkungan hidup sebagai norma yang kuat dalam konstitusi Indonesia, sehingga harus diterapkan sebagai salah satu prinsip dalam penyusunan peraturan perundang-undangan di bawahnya. </p>
<p>Ketentuan dalam konstitusi telah diterjemahkan dalam banyak Undang-Undang. Beberapa di antaranya adalah <a href="https://referensi.elsam.or.id/2015/04/uu-nomor-32-tahun-2009-tentang-perlindungan-dan-pengelolaan-lingkungan-hidup-2/#:%7E:text=Perlindungan%20dan%20Pengelolaan%20Lingkungan%20Hidup%20(PPLH)%20menurut%20UU%20no%2032,meliputi%20perencanaan%2C%20pemanfaatan%2C%20pengendalian%2C">UU Nomor 32 Tahun 2009</a> tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup, dan <a href="https://jdih.esdm.go.id/storage/document/uu-41-1999.pdf">UU Nomor 41 Tahun 1999</a> tentang Kehutanan. Sayangnya, sejumlah pengaturan yang ada tersebut tidak mengakomodasi kewajiban negara dalam menjalankan putusan Pengadilan menyangkut lingkungan hidup. </p>
<p>Meski tak ada kewajiban dalam aturan tertulis, pemerintah seyogianya menjadikan prinsip konstitusi hijau sebagai paradigma dalam menyikapi putusan pengadilan. </p>
<p>Keengganan pemerintah, salah satunya dengan mengajukan upaya hukum lanjutan, justru menimbulkan kesan bahwa pemerintah lebih mementingkan gengsi ketimbang kepentingan publik. </p>
<p>Terkhusus persoalan polusi udara wilayah Ibukota, lamanya penyelesaian putusan juga akan menentukan kualitas kebijakan yang dikeluarkan. Pasalnya, jika tak segera diputuskan, maka pencemaran udara akan terus berlangsung sehingga kian berisiko bagi kesehatan warga DKI Jakarta.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/169472/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Pemerintah berdalih sudah melakukan upaya pengendalian polusi di Jakarta.Antoni Putra, Researcher, Indonesian Center for Law and Policy Studies (PSHK)Auditya Firza Saputra, Peneliti, Indonesian Center for Law and Policy Studies (PSHK)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1470002021-09-08T04:05:11Z2021-09-08T04:05:11ZPolusi Udara: faktor penting pembangunan PLTS yang sering terabaikan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/419054/original/file-20210902-23-awtv18.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Gedung bertingkat tersamar kabut polusi udara di Jakarta</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://download.antarafoto.com/v/dom-1562588715">Antara/M Risyal Hidayat</a></span></figcaption></figure><p>Saat ini, Indonesia gencar merencanakan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di berbagai daerah di Indonesia. </p>
<p>Mulai dari mega-proyek PLTS Terapung Cirata di Jawa Barat yang menjadi <a href="https://en.tempo.co/read/1294542/largest-in-southeast-asia-plts-cirata-attracts-uae-investor">PLTS terbesar di Asia Tenggara</a>, <a href="https://republika.co.id/berita/q6e8u4368/plts-green-hybrid-dibangun-di-musi-sumatra-selatan">PLTS Musi Green Hybrid</a>, hasil kerja sama antara pihak swasta di Sumatra Selatan, hingga <a href="https://industri.kontan.co.id/news/semakin-diminati-ada-1580-pengguna-plts-atap-di-indonesia-hingga-akhir-tahun-lalu">PLTS atap skala kecil</a> yang tersebar di kota-kota besar, seperti DKI Jakarta dan Jawa Barat. Berbagai proyek ini menunjukkan pemerintah dan pihak swasta mulai aktif memitigasi perubahan iklim. </p>
<p>Namun, pembicaraan rencana pengembangan PLTS di publik amat jarang menyinggung aspek polusi udara. Padahal, aspek itu cukup mempengaruhi tingkat <em>insolation</em> atau paparan cahaya matahari yang berisiko mengurangi efektivitas produksi PLTS.</p>
<h2>Bagaimana polusi udara mempengaruhi produktivitas PLTS?</h2>
<p><em>Particulate matter</em> (PM) 2.5 adalah salah satu indikator polusi udara <a href="https://aqli.epic.uchicago.edu/wp-content/uploads/2019/03/Indonesia-Report.pdf">yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan</a>. PM 2.5 ini berukuran 2.5 mikron–6,8 kali lebih kecil <a href="https://hypertextbook.com/facts/1999/BrianLey.shtml">dibanding rambut manusia</a>.</p>
<p>Dalam aspek produksi listrik PLTS, jika tingkat PM 2.5 di udara semakin tinggi, maka paparan cahaya matahari yang didapatkan oleh panel surya <a href="https://doi.org/10.1039/C8EE01100A">kian berkurang</a>. </p>
<p>Sementara, jika cahaya matahari yang didapatkan oleh panel surya semakin sedikit, maka produksi daya listrik akan rendah. Akhirnya, keuntungan pemakaian teknologi ini bisa menurun drastis.</p>
<p>Sebagai contoh, [pada tahun 2019, Jakarta mengalami sekitar 250 hari dengan tingkat PM 2.5 yang cukup tinggi, atau <a href="https://www.airnow.gov/international/us-embassies-and-consulates/#Indonesia$Jakarta_Central">melampaui 55,4 mikrogram per meter kubik (μg/m³)</a>. </p>
<p>Akibatnya, berdasarkan studi <a href="https://doi.org/10.1039/C8EE01100A">yang terbit dalam jurnal Energy and Environmental Science, Royal Society of Chemistry tahun 2018,</a> kawasan Ibu Kota kehilangan sekitar 4,3% paparan radiasi matahari atau sekitar 1.721 kilowatt per meter kubik (KW/m²) per tahun. </p>
<p>Sebagai perbandingan, kehilangan paparan radiasi di Singapura sebesar 2,0%, Beijing 9,1%, dan Delhi 12,2% per tahun. </p>
<p>Berkurangnya paparan sinar matahari akhirnya mengurangi potensi kapasitas panel surya yang sudah terpasang. Pengurangan kapasitas daya PLTS per 1 kilowatt puncak (KWp) akan mengurangi potensi produksi setrum sekitar <a href="https://doi.org/10.1039/C8EE01100A">sekitar 57 kilo watt per jam per tahun</a>. </p>
<p>Hal ini tentu saja merugikan para pelanggan PLTS Atap di Jakarta karena produksi daya dari PLTS mereka menjadi tidak maksimal. </p>
<p>Adapun data besaran kerugian finansial dari reduksi <em>insolation</em> akibat PM 2.5 di Jakarta belum diketahui. Namun, di New Delhi, India, potensi kerugiannya mencapai US$ 20 juta atau setara Rp 285 miliar per tahun. Sedangkan di Beijing, Cina, diprediksi merugi US$10 juta atau sekitar Rp 142 miliar untuk PLTS atap dengan <a href="https://doi.org/10.1039/C8EE01100A">kapasitas 1000 megawatt (MW)</a>. </p>
<h2>Asap kendaraan dan kebakaran hutan</h2>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/419056/original/file-20210902-15-1my0104.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/419056/original/file-20210902-15-1my0104.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/419056/original/file-20210902-15-1my0104.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/419056/original/file-20210902-15-1my0104.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/419056/original/file-20210902-15-1my0104.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/419056/original/file-20210902-15-1my0104.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/419056/original/file-20210902-15-1my0104.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Warga berusaha memadamkan api yang membakar lahan tidak jauh dari pemukiman, dan nyaris menghanguskan rumah mereka di Kelurahan Baamang Barat, Kecamatan Baamang, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://download.antarafoto.com/v/dom-1410088501">Antara/Untung Setiawan</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Di kota-kota besar seperti Jakarta, penggunaan PLTS atap yang efektif sangat tergantung pada berkurangnya kendaraan bermotor. Pasalnya, sekitar <a href="https://doi.org/10.1080/10962247.2013.804465">13-40% partikulat di udara Jakarta berasal dari emisi kendaraan bermotor</a>. </p>
<p>Sementara, pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor <a href="https://doi.org/10.1080/10962247.2013.804465">sekitar 15% per tahun</a>. Tren ini berisiko semakin mengurangi produksi daya dari PLTS atap di masa depan. </p>
<p>Selain kendaraan bermotor di kota-kota besar, ancaman produksi daya PLTS atap juga berasal dari asap kebakaran hutan dan lahan. </p>
<p>Dibandingkan DKI Jakarta, risiko ini sangat tinggi–terutama PLTS skala besar yang berada di daerah rawan kebakaran hutan dan lahan. Misalnya di kawasan <a href="https://www.suara.com/news/2020/08/29/222500/sejak-januari-2020-kebakaran-lahan-dan-hutan-di-sumsel-capai-523-kali">Musi, Sumatera Selatan,</a> dan <a href="https://www.riau24.com/berita/baca/1599193468-sejak-januari-luas-lahan-terbakar-di-riau-capai-1531-ha-berikut-ini-rinciannya">Kabupaten Bengkalis di Riau</a>. </p>
<p>Nah, di lahan gambut, kebakaran akan menghasilkan emisi PM 2.5 lebih banyak <a href="https://doi.org/10.1029/2017JD027827">dibanding kawasan lainnya</a>.</p>
<h2>Membangun PLTS harus dibarengi pengurangan polusi</h2>
<p>Harga instalasi PLTS Atap di Indonesia masih <a href="https://iesr.or.id/en/memacu-pembangunan-listrik-surya-atap-belajarlah-dari-india-3">cukup tinggi jika dibandingkan dengan harga instalasi PLTS global</a>. Berdasarkan laporan dari lembaga penelitian <a href="https://www.nrel.gov/docs/fy19osti/71814.pdf">National Renewable Energy Laboratory (NREL) Amerika Serikat tahun 2019</a>, biaya listrik rata-rata panel surya di Indonesia adalah yang tertinggi di Asia Tenggara, sekitar US$ 165 (setara Rp 2,35 juta) per MWh (megawatt jam). Posisi LCOE kedua tertinggi ditempati Singapura yang mencapai US$122/MWh (sekitar Rp 1,73 juta per MWh).</p>
<p>Karena itu, penggunaan yang efektif dan hasil daya listrik yang maksimum sangat dibutuhkan supaya konsumen meraup keuntungan investasi yang sepadan. </p>
<p>Meskipun pembangunan PLTS atap merupakan keputusan pelanggan, pemerintah tetap berperan penting untuk mengimplementasikan kebijakan terkait penurunan tingkat polusi udara. Harapannya, paparan radiasi matahari bisa meningkat dan PLTS atap semakin produktif. </p>
<p>Saat ini, pemerintah berencana memberi insentif masyarakat untuk menggunakan PLTS atap dengan <a href="https://katadata.co.id/febrinaiskana/energi/5e9a4c3ce7d3e/pemerintah-bakal-terbitkan-perpres-feed-in-tariff-untuk-pembangkit-ebt">kebijakan insentif harga listrik kepada produsen (<em>feed-in-tariff</em>)</a> agar penggunaan energi bersih dapat menggeliat. Namun hal ini belum cukup. Pemerintah diharapkan turut mengetatkan emisi dari sektor transportasi agar tingkat polusi udara menurun.</p>
<p>Terkait hal tersebut, pemerintah baru akan mengimplementasikan <a href="https://www.liputan6.com/otomotif/read/4170119/standar-euro4-untuk-mobil-diesel-berlaku-mulai-7-april-2021">standar Euro 4</a> untuk membatasi emisi partikulat dari mobil diesel. Standar ini mengetatkan kandungan material seperti karbon dioksida, nitrogen oksida, karbon monoksida, yang lebih ketat dalam bahan bakar minyak. Namun, implementasi kebijakan tersebut juga berpotensi <a href="https://otomotif.bisnis.com/read/20200629/275/1259003/mengapa-sulit-menerapkan-emisi-standar-euro-4">ditunda ke tahun 2022</a>.</p>
<p>Cara pencegahan kenaikan emisi lainnya adalah peralihan ke penggunaan kendaraan listrik. Langkah untuk meningkatkan jumlah pengguna transportasi publik juga bisa menjadi solusi.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/apakah-kita-bersedia-meninggalkan-kendaraan-pribadi-jika-transportasi-publik-digratiskan-ini-temuan-ahli-133918">Apakah kita bersedia meninggalkan kendaraan pribadi jika transportasi publik digratiskan? Ini temuan ahli</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Selain emisi dari sektor transportasi, pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang berada di sekitar Jakarta juga menyumbang sekitar <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190716161616-20-412627/walhi-10-pltu-batu-bara-sumbang-30-persen-polusi-jakarta">20-30%</a> emisi di Ibu Kota. Karena itu, upaya mengurangi pembangkitan setrum dari PLTU batu bara penting dilakukan.</p>
<p>Sementara, untuk PLTS skala sedang dan besar yang sedang dikembangkan di daerah rawan kebakaran hutan dan lahan, pemerintah dan swasta harus melakukan analisis menyeluruh terhadap tingkat paparan sinar matahari di daerah tersebut. Hal ini semestinya dilakukan ketika proyek berada dalam tahap perencanaan lokasi.</p>
<p>Analisis itu dibutuhkan karena target pengembangan PLTS yang cukup besar: sekitar <a href="http://bappeda.bengkuluselatankab.go.id/wp-content/uploads/2020/10/Peraturan-Presiden-Nomor-86-Tahun-2020-tentang-Rencana-Kerja-Pemerintah-Tahun-2021.pdf">328,8 MW</a>. </p>
<p>Pengurangan emisi dan analisis paparan radiasi matahari adalah hal yang bisa ditempuh untuk membantu pelanggan dan investor mendapat keuntungan yang maksimal. Dampaknya, emisi dapat berkurang dan produktivitas PLTS meningkat. Pada akhirnya, dua upaya itu turut membantu Indonesia untuk meredam dampak krisis iklim.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/147000/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Noor Titan Putri Hartono tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Tanpa upaya serius memangkas polusi, produktivitas listrik dari energi surya kurang optimal sehingga dapat merugikan pengguna dan pemerintah.Noor Titan Putri Hartono, Postdoctoral associate at MIT, Massachusetts Institute of Technology (MIT)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1560502021-03-12T10:01:58Z2021-03-12T10:01:58ZPemerintah harus siapkan 3 hal ini untuk dukung peralihan ke bensin rendah emisi Euro IV<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/387694/original/file-20210304-13-ti7vma.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C3994%2C2742&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">ANTARA FOTO/Reno Esnir/ama</span></span></figcaption></figure><p>Akibat pandemi COVID-19, Pemerintah Indonesia harus memundurkan rencana pemberlakuan standar emisi Euro IV bagi kendaraan bermotor baru bermesin diesel <a href="https://www.cnbcindonesia.com/news/20201211131159-4-208413/penerapan-aturan-diesel-minimal-setara-dexlite-mundur-ke-2022">menjadi April 2022</a>, dari target semula pada April 2021. </p>
<p>Standar emisi Euro IV diperkenalkan <a href="https://www.transportpolicy.net/standard/eu-light-duty-emissions/">pertama kali tahun 2005 di Uni Eropa</a> dan sudah lama dipakai di banyak negara. </p>
<p>Standar ini membatasi emisi gas buang kendaraan, seperti karbon monoksida (CO), hidrokarbon (HC), dan nitrogen oksida (NOx), dan sulfur, yang <a href="https://kumparan.com/surya-pradana/keuntungan-menggunakan-bbm-euro-4-dan-euro-5">berdampak negatif terhadap kesehatan manusia</a> dan lingkungan. </p>
<p>Peralihan ke Euro IV, setidaknya bisa <a href="https://bisnis.tempo.co/read/1413611/klhk-ungkap-alasan-penundaan-penerapan-standar-emisi-euro-4-untuk-mesin-diesel/full&view=ok">menurunkan 55% kandungan CO, 60% kandungan HC, dan 68% kandungan NOx, dalam udara</a>. </p>
<p>Sebenarnya, <a href="https://ditppu.menlhk.go.id/portal/uploads/laporan/1593657998_Peraturan%20Menteri%20LHK%20Nomor%20P%2020%20Tentang%20Baku%20Mutu%20Emisi%20Gas%20Buang%20Kendaraan%20Bermotor%20Tipe%20Baru%20Kategori%20M%20Katagori%20N%20dan%20Katagori%20O.PDF">peraturan</a> yang mengatur peralihan ke standar emisi yang baru untuk kendaraan bermotor baru dengan bahan bakar diesel, gas, dan bensin ini sudah ada sejak tahun 2017. </p>
<p>Dari sisi mesin, untuk kendaraan bermotor baru <a href="https://otomotif.kompas.com/read/2020/07/22/070200115/euro-iv-sudah-diteken-infrastruktur-pengujian-emisi-masih-disiapkan">berbahan bakar bensin, standar emisi Euro IV sudah diterapkan sejak 2018</a>. Namun untuk kendaraan bermesin diesel, realisasinya terus diundur dari <a href="https://www.transportpolicy.net/region/asia/indonesia/">semula April 2021,</a> hingga terakhir <a href="https://www.cnbcindonesia.com/news/20201211131159-4-208413/penerapan-aturan-diesel-minimal-setara-dexlite-mundur-ke-2022">April 2022</a>.</p>
<p>Dari sisi bahan bakar, pemerintah malah belum secara tegas menetapkan kapan BBM yang dipakai akan sepenuhnya memenuhi standar Euro IV. <a href="https://www.republika.co.id/berita/qlb5l2380/esdm-pemerintah-komitmen-laksanakan-bbm-ramah-lingkungan">Pemerintah baru mencanangkan untuk beralih sepenuhnya ke BBM diesel berstandar Euro IV pada 2026 </a>, sementara untuk BBM bensin, target waktu ini belum jelas.</p>
<p>Ada beberapa masalah yang menyebabkan Indonesia sulit beralih ke BBM berstandar Euro IV, seperti <a href="https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20181010161601-384-337372/hingga-2021-bbm-euro-4-pertamina-cuma-pertamax-turbo">harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Euro IV yang masih sangat mahal</a> dan <a href="https://www.cnbcindonesia.com/news/20201211131159-4-208413/penerapan-aturan-diesel-minimal-setara-dexlite-mundur-ke-2022">ketersediaan yang masih terbatas di Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum (SPBU)</a>.
Pada saat yang sama, kandungan sulfur dalam BBM yang ada saat ini masih sangat tinggi, bahkan mencapai 2500 ppm (<em>parts per million</em> atau bagian per juta), masih jauh di atas batas maksimal sulfur <a href="https://ditppu.menlhk.go.id/portal/uploads/laporan/1593657998_Peraturan%20Menteri%20LHK%20Nomor%20P%2020%20Tentang%20Baku%20Mutu%20Emisi%20Gas%20Buang%20Kendaraan%20Bermotor%20Tipe%20Baru%20Kategori%20M%20Katagori%20N%20dan%20Katagori%20O.PDF">50 ppm</a> dalam standar Euro IV. </p>
<p>Belajar dari hambatan yang terjadi, saya mengusulkan 3 hal yang harus dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk sepenuhnya bisa beralih ke bahan bakar standar Euro IV, yaitu : </p>
<h2>1) Mempersiapkan daya beli masyarakat</h2>
<p>Berdasarkan penghitungan saya, peralihan dari BBM yang ada sekarang ini ke BBM berstandar Euro IV bisa memicu kenaikan harga rata-rata bahan bakar antara 17% sampai dengan 28%. </p>
<p>Kenaikan harga BBM ini berisiko menaikkan harga produksi di berbagai sektor industri dan meningkatkan inflasi. </p>
<p>Untuk mencegahnya, pemerintah harus menyiapkan bantuan fiskal non subsidi BBM yang efektif untuk menaikkan daya beli masyarakat dan industri sehingga bisa menjangkau harga BBM Euro IV. </p>
<p>Bantuan fiskal ini dapat terwujud dalam berbagai skema baru, misalnya tunjangan transportasi untuk pekerja, pelonggaran pajak bagi berbagai usaha angkutan darat, hingga pengembalian pajak pendapatan terkait pengeluaran untuk transportasi. </p>
<p>Bantuan tersebut lebih efektif ketimbang memberikan <a href="https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/pembatasan%20subsidi%20bahan%20bakar%20fosil%20dan%20efisiensi%20energi.pdf">subsidi BBM yang telah terbukti tidak tersalurkan secara tepat di masa lalu dan memberi beban anggaran yang besar bagi negara</a>.</p>
<h2>2) Mempersiapkan bahan bakar nabati yang tepat</h2>
<p><a href="https://theicct.org/sites/default/files/publications/Indonesian%20biofuel%20Working%20Paper-08%20v2.pdf">Studi meta analisis dari <em>International Council on Clean Transportation</em> (ICCT)</a>, sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) internasional yang mempromosikan transportasi rendah emisi, menyimpulkan bahwa pencampuran biodiesel berbasis minyak sawit dengan bahan bakar diesel, seperti yang dilakukan dalam program B30, dapat menurunkan emisi karbon monoksida (CO) dan hidro karbon (HC). </p>
<p>Namun, bila dicampur dengan bahan bakar diesel bersulfur rendah, seperti Euro IV, maka akan meningkatkan emisi nitrogen oksida (NOx) dan partikulat (<em>particulate matter</em> atau PM). </p>
<p>Dengan kata lain, program biodiesel yang diterapkan Indonesia saat ini, yaitu B30, tidak sepenuhnya cocok untuk diterapkan saat Indonesia sudah beralih ke BBM diesel Euro IV. </p>
<p>Namun, ini bisa diatasi dengan menggunakan bahan bakar nabati yang tepat. </p>
<p>Saat ini, Pertamina sedang mempersiapkan produk Bahan Bakar Nabati (BBN) baru yang disebut <em>green fuels</em>, terdiri atas <em>green gasoline</em> dan <em>green diesel</em>, yang juga berbahan baku minyak kelapa sawit. </p>
<p><em>Green fuels</em> ini dapat dicampur langsung dengan bahan bakar diesel maupun bensin. </p>
<p>Selain itu, produksi serta distribusi bahan bakar ini bisa dengan menggunakan infrastruktur bahan bakar yang ada. </p>
<p>Berbeda dengan BBN tradisional, seperti biodiesel dan bioethanol, penggunaan <em>green fuels</em> sama sekali tidak memerlukan adaptasi mesin kendaraan sehingga mudah untuk diimplementasikan, bahkan untuk campuran dengan kadar sulfur sangat tinggi. </p>
<p><a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0016236118313929?via%3Dihub#!">Penelitian</a> dari <em><a href="https://ec.europa.eu/info/departments/joint-research-centre_en">European Commission Joint Research Centre</a></em> terbit tahun 2019 menunjukkan kecocokan secara emisi dalam penggunaan <em>green fuels</em> pada BBM berkadar sulfur rendah, yaitu Euro VI. Ini artinya penggunaannya <em>green fuels</em> tidak akan menimbulkan masalah saat dicampur dengan BBM Euro IV. </p>
<p>Namun, pilihan <em>green diesel</em> harus benar-benar serius diperhitungkan saat Indonesia sepenuhnya beralih ke BBM berstandar Euro IV, karena harga BBN ini diperkirakan akan cukup tinggi saat nantinya dijual di pasaran. </p>
<p>Awal tahun 2019, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral saat itu, Ignatius Jonan, dalam suatu forum diskusi, pernah mengungkapkan bahwa harga <em>green diesel</em> <a href="https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190402120953-85-382835/jonan-perkirakan-harga-green-diesel-capai-rp14-ribu-per-liter">bisa mencapai Rp14.000 per liter</a>, sekitar 2 kali lipat dari rata-rata harga diesel sekarang.</p>
<p>Untuk mencapai skala ekonomis produksi sekaligus menciptakan pasar, maka ada dua hal yang dapat dilakukan pemerintah</p>
<p>Pertama, memberlakukan program wajib pencampuran <em>green fuel</em> dengan BBM konvensional dengan persentase yang sangat rendah agar harga jual tidak terlalu mahal dan sesuai dengan kapasitas produksi <em>green fuel</em> yang masih akan terbatas. </p>
<p>Kedua, menjual BBM berkadar <em>green fuel</em> tinggi sebagai bahan bakar alternatif atau tidak wajib di SPBU yang akan menciptakan permintaan, terutama dari konsumen yang memiliki daya beli yang tinggi.</p>
<h2>3) Memperhatikan keberlangsungan industri biodiesel</h2>
<p>Kebijakan pencampuran wajib biodiesel dengan BBM diesel seperti yang sekarang berlangsung dengan program B30 telah menciptakan industri biodiesel. Pemerintah selayaknya mempertahankan industri ini terutama dengan peralihan ke BBM diesel Euro IV yang tidak cocok dicampurkan dengan biodiesel. </p>
<p>Salah satu cara yang bisa dilakukan pemerintah adalah menjalin kerja sama dengan industri otomotif untuk mempersiapkan produksi kendaraan <em>flexy engine</em> berbasis diesel, yaitu kendaraan yang dapat menggunakan biodiesel baik campuran rendah maupun sangat tinggi, untuk terus menciptakan permintaan atas biodiesel.</p>
<p><a href="https://www.gaikindo.or.id/wp-content/uploads/2019/11/01.-Salinan-PP-Nomor-73-Tahun-2019_PPnBM.pdf">Peraturan Pemerintah (PP) No. 73 tahun 2019</a> tentang pajak penjualan atas barang mewah sudah mengatur tentang kendaraan jenis ini sebagai kategori kendaraan ramah lingkungan yang dikenai tarif pajak yang rendah. </p>
<p>Dengan beredarnya jenis kendaraan tersebut di pasaran, biodiesel berbasis sawit berkadar tinggi dapat dijual di SPBU, sehingga industri biodiesel tidak kehilangan pasar. </p>
<p>Pada akhirnya, harga yang tinggi bukanlah satu-satunya kendala bagi Indonesia untuk beralih ke BBM berstandar Euro IV. </p>
<p>Keinginan pemerintah untuk meningkatkan penggunaan bahan bakar nabati juga harus menjadi faktor yang diperhitungkan. </p>
<p>Ketiga langkah yang diajukan dalam tulisan ini akan mendukung sinkronisasi antara kedua tujuan tersebut. </p>
<hr><img src="https://counter.theconversation.com/content/156050/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Alloysius Joko Purwanto tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Peralihan ke BBM berstandar Euro IV tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Namun, ada beberapa langkah untuk mempersiapkan peralihan ini.Alloysius Joko Purwanto, Transport & energy economist, Economic Research Institute for ASEAN and East AsiaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1563792021-03-03T08:43:55Z2021-03-03T08:43:55ZSatu Tahun Pandemi: bagaimana COVID-19 membawa kutukan dan berkah bagi lingkungan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/387448/original/file-20210303-23-1vz6whc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C1917%2C1080&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">pixabay</span></span></figcaption></figure><p>Setahun berlalu, COVID-19 masih mengancam kesehatan, membatasi pergerakan, dan mengubah seluruh aspek kehidupan manusia di Bumi.</p>
<p>Bagi lingkungan, virus ini bagai pisau bermata dua. </p>
<p>Di satu sisi, ia menunjukkan persoalan pelik kehidupan satwa liar dan tata guna lahan. Di sisi lain, virus yang memaksa manusia membatasi pergerakan sosial dan fisik ini sedikit “memberikan napas” bagi Bumi untuk memulihkan diri. </p>
<p>Berikut beberapa hal yang menjadi sorotan di sektor lingkungan hidup, baik nasional maupun global : </p>
<h2>Akibat ulah manusia</h2>
<p>Hingga kini, para peneliti di dunia belum benar-benar memastikan penyebab utama dari virus corona. </p>
<p>Namun, ada kemungkinan bahwa penyebaran virus berasal dari satwa liar (<a href="https://www.cdc.gov/onehealth/basics/zoonotic-diseases.html">zoonosis</a>), seperti <a href="https://www.bbc.com/news/science-environment-55998157">kelelawar</a> yang akhirnya sampai kepada manusia. </p>
<p>Dalam perkembangannya, para peneliti menunjukkan bahwa virus yang berasal dari hewan liar terjadi akibat <a href="https://theconversation.com/semakin-banyak-kita-membabat-hutan-semakin-tinggi-risiko-muncul-penyakit-baru-bagi-manusia-135041">perambahan habitat satwa dan praktik pertanian tidak ramah lingkungan</a>. </p>
<p>Praktik-praktik tidak ramah lingkungan tersebut meningkatkan <a href="https://news.stanford.edu/2020/04/08/understanding-spread-disease-animals-human/">risiko satwa liar terpapar virus</a>, dan akhirnya menimbulkan penyakit baru bagi manusia, seperti misalnya, <a href="https://www.who.int/csr/don/13-june-2019-ebola-uganda/en/">virus Ebola</a> dan <a href="https://www.who.int/csr/don/25-october-2017-marburg-uganda/en/">virus Marburg</a> yang sempat mewabah di Uganda, serta yang terbaru SARS-CoV-2 atau virus corona. </p>
<p>Akibat penyebaran tidak terkendali, manusia akhirnya menularkan virus COVID-19 ini kepada <a href="https://www.thejakartapost.com/news/2021/02/08/seoul-launches-covid-tests-for-pets-.html">hewan peliharaan</a> (kucing dan anjing), lalu kepada <a href="https://www.nytimes.com/2020/12/15/science/covid-wild-mink-utah.html">satwa di alam liar</a> dan kebun binatang, seperti <a href="https://www.nationalgeographic.com/animals/article/tiger-coronavirus-covid19-positive-test-bronx-zoo">harimau</a> dan <a href="https://zoo.sandiegozoo.org/pressroom/news-releases/gorilla-troop-san-diego-zoo-safari-park-test-positive-covid-19">gorila</a>. </p>
<p><a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0048969720368777#!">Penelitian terbaru dari Universitas Dalhousie, Kanada</a>, bahkan sudah memperingatkan bahwa buruknya tata kelola limbah cair yang tercemar oleh SARS-CoV-2 bisa menginfeksi satwa laut yang langka, seperti paus, lumba-lumba, anjing laut, dugong, hingga beruang kutub.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/apakah-covid-19-menginfeksi-hewan-liar-ini-temuan-ahli-154941">Apakah COVID-19 menginfeksi hewan liar? Ini temuan ahli</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Emisi karbon dioksida masih meningkat</h2>
<p>Awal pemberlakuan kebijakan untuk menjaga jarak fisik di Indonesia, seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), memang sempat membuat langit lebih bersih dan udara lebih segar, terutama terlihat di daerah perkotaan, seperti DKI Jakarta. </p>
<p>Namun, peneliti menyatakan bahwa penurunan polusi udara <a href="https://theconversation.com/meski-langit-terlihat-bersih-semasa-pandemi-emisi-gas-rumah-kaca-tetap-meningkat-140946">tidak membuat emisi karbon dioksida</a>, salah satu pemicu perubahan iklim, turun.</p>
<p>Bulan Mei 2020, pusat pengamatan emisi <a href="https://research.noaa.gov">Mauna Loa Observatory di Hawai'i, Amerika Serikat</a>, mencatat ada peningkatan level karbon dioksida sebesar 2,4 bagian per sejuta (ppm), hingga total menjadi <a href="https://research.noaa.gov/article/ArtMID/587/ArticleID/2636/Rise-of-carbon-dioxide-unabated">417,1 ppm</a>.</p>
<p>Artinya, pandemi tidak serta-merta menurunkan emisi karbon dioksida. </p>
<p>Perkembangan terbaru, Badan Energi Internasional atau (<em><a href="https://www.iea.org">International Energy Agency</a></em>) telah merilis laporan terbaru emisi global dan COVID-19 menyatakan bahwa emisi karbon dioksida (CO2) dari sektor energi <a href="https://www.iea.org/news/after-steep-drop-in-early-2020-global-carbon-dioxide-emissions-have-rebounded-strongly">meningkat 2%, atau 60 juta ton, pada Desember 2020</a>, dibandingkan pada bulan sama di tahun 2019. </p>
<p>Hal ini disebabkan oleh karena kebijakan yang lebih mengutamakan pertumbuhan ekonomi selama pandemi sehingga mengesampingkan pelaksanaan kebijakan energi bersih di berbagai negara. </p>
<p>Alih-alih mengedepankan kebijakan energi bersih, pemerintah Indonesia justru menerbitkan Undang-Undang (UU) Cipta Kerja, pada Oktober 2020, yang melemahkan perlindungan lingkungan, terutama dengan <a href="https://theconversation.com/ahli-penghapusan-amdal-hanya-akan-tambah-beban-pemerintah-dan-pelaku-usaha-128916">menyederhanakan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) hingga izin lingkungan</a>, demi kemudahan investor. </p>
<p><a href="https://theconversation.com/panel-ahli-uu-cipta-kerja-tak-jamin-investor-datang-ke-indonesia-lingkungan-berpotensi-makin-rusak-147561">Para ahli hukum lingkungan</a> menegaskan bahwa lingkungan yang rusak dan wabah pandemi yang masih terjadi justru tidak akan mengundang keamanan dan kenyamanan untuk berinvestasi di Indonesia. </p>
<p>Lebih lanjut, pemerintah Indonesia juga <a href="https://www.antaranews.com/berita/1930776/indonesia-tidak-ubah-target-emisi-dalam-pembaruan-ndc">tidak menunjukkan ambisi tinggi untuk menurunkan emisi nasional</a>. </p>
<p>Tahun 2009, pemerintah Indonesia menargetkan <a href="http://ditjenppi.menlhk.go.id/berita-ppi/3150-kontribusi-penurunan-emisi-grk-nasional,-menuju-ndc-2030.html">penurunan emisi 29% (dengan usaha sendiri) dan 41% (dengan bantuan internasional) hingga tahun 2030</a>.</p>
<p>Di bawah pemerintahan Joko “Jokowi” Widodo, target ini hanya meningkat 3% menjadi 29% dengan upaya sendiri dan 41% dengan bantuan dana internasional hingga tahun 2030, yang diumumkan pada tahun 2016 lalu. </p>
<p>Hingga 2020, tidak ada perubahan target emisi dari Indonesia. </p>
<p><a href="https://theconversation.com/tiga-kerugian-indonesia-bila-tidak-meningkatkan-target-penurunan-emisi-153097">Hal ini sangat disayangkan</a> karena Indonesia merupakan salah satu negara <a href="https://www.wri.org/blog/2020/12/interactive-chart-top-emitters">penghasil emisi terbesar di dunia</a>. </p>
<h2>Masa pemulihan</h2>
<p>Selama pandemi, jeda atas aktivitas manusia ternyata memberikan <a href="https://theconversation.com/bagaimana-laut-menyembuhkan-dirinya-sendiri-selama-pandemi-141886">kesempatan laut untuk memulihkan diri</a>. </p>
<p>Sebagai contoh, <a href="http://pusriskel.litbang.kkp.go.id/index.php/en/home/2211-kata-peneliti-qwidodo-pranowoq-soal-paus-pembunuh-di-anambas-langka">paus pembunuh atau Orca (<em>Orcinus Orca</em>) terlihat di Anambas, Kepulauan Riau</a>, aktivitas pelayaran manusia berkurang selama pandemi. </p>
<p>Kedua, proses pengasaman laut yang berbahaya bagi terumbu karang (<em>coral bleaching</em>) <a href="https://www.nature.com/articles/s41558-020-0797-x">semakin berkurang</a>. </p>
<p>Terumbu karang sangat penting bagi spesies laut karena menjadi pusat aktivitas berkembang biak and pencarian makan. </p>
<p>Meski harus melakukan berbagai penelitian lanjutan, namun berkurangnya kegiatan manusia selama pandemi ternyata bisa sedikitnya memberikan kesempatan bagi habitat laut untuk memulihkan diri secara alami.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/pembatasan-fisik-akibat-pandemi-turunkan-polutan-udara-bebaskan-gerak-satwa-dan-tumbuhan-136511">Pembatasan fisik akibat pandemi turunkan polutan udara, bebaskan gerak satwa dan tumbuhan</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Pentingnya berada di alam selama pandemi</h2>
<p>Adanya pembatasan aktivitas manusia berbulan-bulan lamanya dan ketidakpastian akan kapan pandemi berakhir berujung kepada kelelahan psikologis atau disebut sebagai <a href="https://theconversation.com/sick-of-covid-19-heres-why-you-might-have-pandemic-fatigue-148294"><em>pandemic fatigue</em></a> bagi manusia. </p>
<p>Para peneliti mulai mengemukakan <a href="https://theconversation.com/ini-pentingnya-ruang-terbuka-hijau-bagi-masyarakat-perkotaan-saat-pandemi-143903">konsep ruang terbuka hijau (RTH)</a>, berupa taman kota, jalur hijau di sepanjang jalan, hingga areal di sepanjang sungai, menjadi sarana bagi manusia untuk melarikan diri dari kepenatan selama pandemi. </p>
<p><a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0203000">Riset</a> mengungkapkan bahwa interaksi manusia dengan alam sekitarnya bisa menimbulkan perasaan nyaman sehingga membuat kesehatan mental membaik.</p>
<p>Berdasarkan <a href="https://jdih.setkab.go.id/PUUdoc/176105/Perpres_60_Tahun_2020.pdf">peraturan</a>, idealnya, ruang terbuka hijau mencakup 30% dari luas suatu daerah. Namun, banyak kota di Indonesia belum sepenuhnya bisa mencapai angka ideal ini. </p>
<p><a href="https://theconversation.com/ini-pentingnya-ruang-terbuka-hijau-bagi-masyarakat-perkotaan-saat-pandemi-143903">Ada beberapa siasat</a> untuk mendapatkan manfaat dari ruang terbuka hijau ini, seperti berkebun di atap (taman atap), membangun taman vertikal, hingga taman gantung. </p>
<h2>Tantangan sampah</h2>
<p>Masalah lainnya adalah sampah. </p>
<p>Bank Pembangunan Asia memprediksi bahwa DKI Jakarta bisa menghasilkan tambahan <a href="https://www.eco-business.com/news/adb-coronavirus-could-leave-major-southeast-asian-cities-with-1000-extra-tonnes-of-medical-waste-per-day/">12.720 ton limbah medis</a> berupa sarung tangan, baju Alat Pelindung Diri(APD), masker, dan kantong infus selama 60 hari selama pandemi.</p>
<p>Jumlah sampah media yang meningkat menambah beban <a href="https://theconversation.com/empat-cara-mengelola-limbah-masker-dan-apd-selama-pandemi-covid-19-mana-yang-lebih-efektif-135956">penanganan sampah</a>, baik nasional dan global, yang saat ini masih belum teratasi. </p>
<p>Dalam 4 tahun, para peneliti memprediksikan sampah berbahan plastik di lautan akan mencapai setidaknya <a href="https://www.iswa.org/fileadmin/user_upload/Calendar_2011_03_AMERICANA/Science-2015-Jambeck-768-71__2_.pdf">250 juta ton</a>. </p>
<p>Pemerintah Indonesia sendiri sudah berkomitmen untuk mengurangi sampah plastik laut <a href="https://globalplasticaction.org/wp-content/uploads/NPAP-Indonesia-Multistakeholder-Action-Plan_April-2020.pdf">sebesar 70% selama periode 2018-2025</a>.</p>
<p>Hingga kini, belum ada data resmi dari pemerintah Indonesia kepada publik sudah sejauh mana target ini bisa atau sudah tercapai. </p>
<p>Pandemi menunjukkan bagaimana persoalan lingkungan menjadi semakin mendesak dan perlu ada komitmen serta penerapan yang serius untuk menyelamatkan manusia dari dampak krisis iklim yang kini sedang terjadi. </p>
<hr><img src="https://counter.theconversation.com/content/156379/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Pandemi berimbas baik dan buruk bagi lingkungan hidup, untuk Indonesia dan global.Fidelis Eka Satriastanti, Editor Lingkungan HidupLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1518512021-01-25T06:19:48Z2021-01-25T06:19:48ZJakarta bisa saja dapat penghargaan Transportasi Berkelanjutan, tapi masih banyak PR untuk kurangi polusi udara<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/379439/original/file-20210119-17-sqnfjg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C5%2C3916%2C2556&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Butuh regulasi yang progresif untuk atasi kualitas udara di Jakarta.</span> <span class="attribution"><span class="source">ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/aww.</span></span></figcaption></figure><p>Pemerintah provinsi DKI Jakarta mendapatkan <a href="https://megapolitan.kompas.com/read/2020/11/02/12380771/jakarta-raih-sustainable-transport-award-2021-dan-kalahkan-san-fransisco?page=all0">penghargaan <em>Sustainable Transport Award</em> (STA) 2021</a> akhir Oktober lalu dari <em><a href="https://www.itdp.org">Institute for Transportation and Development Policy</a></em> (ITDP) dan Komite Penghargaan Transportasi Berkelanjutan (dari berbagai organisasi, seperti <a href="https://www.google.com/search?client=safari&rls=en&q=World+Resources+Institute&ie=UTF-8&oe=UTF-8">World Resources Institute</a>, <a href="https://aric.adb.org/initiative/clean-air-asia">Clean Air Asia</a>, hingga Bank Dunia). </p>
<p>Penghargaan ini diberikan kepada kota-kota yang berhasil menerapkan strategi untuk meningkatkan mobilitas masyarakat dengan transportasi umum, meningkatkan keselamatan dan akses bagi pejalan kaki serta pengendara sepeda, hingga mengurangi polusi udara.</p>
<p>Namun, dari banyak kriteria tersebut, DKI Jakarta terpilih sebagai pemenang hanya berdasarkan atas <a href="https://staward.org/winners/2021-jakarta-indonesia/">2 hal</a>, yaitu <a href="https://www.beritajakarta.id/read/84329/dki-jakarta-raih-juara-sustainable-transport-award-sta-2021#.YAZVAy0RpQI">pertumbuhan dan perbaikan pada moda transportasi umum (Transjakarta), serta pembangunan lajur sepeda</a>. </p>
<p>Fakta tersebut meninggalkan pekerjaan rumah yang besar bagi pemerintah DKI Jakarta yang masih gagap dalam mengurangi tingkat polusi udara. </p>
<h2>Bahan bakar tidak ramah lingkungan</h2>
<p>Pemerintah DKI Jakarta memang berhasil menggenjot perbaikan moda transportasi umum, terutama <a href="https://bebas.kompas.id/baca/metro/2021/01/19/pandemi-tantangan-dan-peluang-transjakarta-di-usia-ke-17-tahun/">bus Transjakarta</a>. Tetapi, kendaraan bermotor masih menjadi penyumbang utama terhadap buruknya kadar kualitas udara di Jakarta. </p>
<p>Berdasarkan data dari <a href="https://urbanemissions.info/wp-content/uploads/docs/2017-01-Jakarta-Facsheet3-Emissions-Inventory.pdf"><em>Breathe Easy Jakarta</em></a>, sebuah <a href="https://icel.or.id/wp-content/uploads/Brief-Inventarisasi-emisi-udara-jakarta-OK.pdf">program kerjasama</a> Pemprov DKI Jakarta dengan <em>United States Environmental Protection Agency (USEPA)</em>, emisi dari sektor transportasi di DKI Jakarta diperkirakan sekitar 43-46% sepanjang 2012 hingga 2030 mendatang. </p>
<p>Angka tersebut diperoleh berdasarkan perbandingan dari sektor transportasi, industri, dan domestik. Artinya, kontribusi emisi dari sektor transportasi masih cukup tinggi.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/379689/original/file-20210120-21-1ezlv9g.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/379689/original/file-20210120-21-1ezlv9g.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=371&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/379689/original/file-20210120-21-1ezlv9g.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=371&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/379689/original/file-20210120-21-1ezlv9g.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=371&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/379689/original/file-20210120-21-1ezlv9g.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=466&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/379689/original/file-20210120-21-1ezlv9g.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=466&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/379689/original/file-20210120-21-1ezlv9g.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=466&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Salah satu kontributor utama adalah <a href="https://tirto.id/agar-dki-bebas-polusi-anies-sebaiknya-hapus-premium-di-jakarta-egMt?utm_source=Tirtoid&utm_medium=Terkait">penggunaan bahan bakar yang tidak ramah lingkungan</a>. </p>
<p>Tahun 2019, <a href="https://www.vitalstrategies.org">Vital Strategies</a>, sebuah lembaga internasional nirlaba yang fokus pada isu kesehatan publik, <a href="https://www.vitalstrategies.org/wp-content/uploads/Sumber-Utama-Polusi-Udara-di-DKI-Jakarta_Policy-Brief.pdf">merilis hasil studi</a> bahwa kontribusi asap knalpot kendaraan sebesar 32-41% (musim penghujan) dan 42-57% (musim kemarau) terhadap konsentrasi PM2.5 di DKI Jakarta.</p>
<p>Studi ini dilakukan sepanjang musim hujan (Oktober 2018–Maret 2019) dan musim kemarau (Juli–September 2019). </p>
<p><a href="https://www.epa.gov/pm-pollution/particulate-matter-pm-basics">PM2.5</a> merupakan partikel halus berukuran 2,5 mikrometer atau lebih kecil dari ukuran rambut manusia. Ini merupakan salah satu indikator kualitas udara yang buruk dan berkaitan erat dengan <a href="https://jakarta.cleanair.id/page/impact_on_health">kesehatan manusia</a>. </p>
<p>Standar aman dari <a href="https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/69477/WHO_SDE_PHE_OEH_06.02_eng.pdf?sequence=1">WHO</a> untuk konsentrasi PM2.5 adalah tidak melebihi 25 mikrogram/m3 untuk rata-rata harian. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/sumber-masalah-polusi-jakarta-kebijakan-pemerintah-yang-buruk-120435">Sumber masalah polusi Jakarta: Kebijakan pemerintah yang buruk</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Sepanjang masa pandemi tahun 2020, pemerintah DKI Jakarta sudah berusaha <a href="https://otomotif.kompas.com/read/2020/10/12/081200215/simak-ini-aturan-naik-mobil-pribadi-di-jakarta-selama-psbb-transisi">membatasi arus mobilitas transportasi, termasuk kendaraan bermotor pribadi</a>, namun upaya tersebut <a href="https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-52755813">tidak membuat konsentrasi PM2.5 menurun, meski kualitas udara sempat membaik</a>. </p>
<p>Polusi udara di Jakarta tak hanya berpengaruh buruk ke kesehatan, namun juga <a href="https://www.greenpeace.org/indonesia/cost-counter-air-pollution-indonesia/">ekonomi</a>. </p>
<p>Sebuah jaringan advokasi yang bertujuan menghapuskan bensin bertimbal di Indonesia, <a href="https://tirto.id/bbm-berkualitas-rendah-dinilai-buruk-bagi-lingkungan-mesin-egGv">Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB)</a>, menyatakan bahwa <a href="https://tirto.id/agar-dki-bebas-polusi-anies-sebaiknya-hapus-premium-di-jakarta-egMt?utm_source=Tirtoid&utm_medium=Terkait">bahan bakar</a> seperti Pertalite 90, Premium 88, Solar 48, dan Dexlite berdampak buruk bagi kualitas udara serta dapat <a href="https://www.beritasatu.com/amp/otomotif/682163/bbm-ron-rendah-berpotensi-merusak-mesin-kendaraan">merusak mesin kendaraan</a>. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Ratusan mobil dan motor berhenti di depan lampu merah." src="https://images.theconversation.com/files/379894/original/file-20210121-15-1u91kef.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/379894/original/file-20210121-15-1u91kef.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=901&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/379894/original/file-20210121-15-1u91kef.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=901&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/379894/original/file-20210121-15-1u91kef.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=901&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/379894/original/file-20210121-15-1u91kef.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1133&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/379894/original/file-20210121-15-1u91kef.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1133&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/379894/original/file-20210121-15-1u91kef.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1133&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Penggunaan bahan bakar tidak ramah lingkungan kontribusi polusi udara di Jakarta.</span>
<span class="attribution"><span class="source">ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/pd/16</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Regulasi yang progresif</h2>
<p>Peralihan ke transportasi publik demi mengatasi polusi udara DKI Jakarta memerlukan regulasi yang progresif.</p>
<p>Salah satu solusi menekan penggunaan kendaraan pribadi adalah menerapkan kebijakan pajak bahan bakar dan jarak tempuh.</p>
<p>Baru-baru ini, para peneliti dari <em><a href="https://policyintegrity.org">Institute for Policy Integrity</a></em>, <em>New York University School of Law</em> merekomendasi kedua kebijakan ini bagi Amerika Serikat. </p>
<p><a href="https://policyintegrity.org/files/publications/A_Pileup_Surface_Transportation_Market_Failures_and_Policy_Solutions.pdf">Laporan <em>Surface Transportation Market Failures and Policy Solutions</em></a> yang rilis September 2020 menyarankan adanya penyesuaian biaya pajak bahan bakar dengan inflasi dan kerusakan eksternal yang belum diperhitungkan, yaitu <a href="https://policyintegrity.org/files/publications/A_Pileup_Surface_Transportation_Market_Failures_and_Policy_Solutions.pdf">sekitar 50 sen dolar atau Rp7054 (kurs 21 Januari 2021) per galon untuk pajak bensin dan 10 sen per mil untuk jarak tempuh</a>.</p>
<p>Penerapan <a href="https://policyintegrity.org/files/publications/A_Pileup_Surface_Transportation_Market_Failures_and_Policy_Solutions.pdf">biaya jarak tempuh yang lebih tinggi</a> berdasarkan usia kendaraan, ukuran kendaraan, kelayakan, serta efisiensi bahan bakar juga perlu dilakukan. </p>
<p>Biaya-biaya ini <a href="https://policyintegrity.org/files/publications/A_Pileup_Surface_Transportation_Market_Failures_and_Policy_Solutions.pdf">masuk ke dalam ongkos penggunaan jalan</a>, seperti jalan tol atau pajak tahunan kendaraan bermotor.</p>
<p>Semakin banyak bahan bakar yang digunakan untuk perjalanan, maka semakin banyak biaya yang dikeluarkan. </p>
<p>Begitu pula dengan jarak tempuh, semakin kita sering berpergian, maka biaya yang dikeluarkan untuk tol dan/atau pajak tahunan kendaraan semakin tinggi.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/apakah-kecepatan-mengemudi-bisa-mengurangi-emisi-dari-mobil-141283">Apakah kecepatan mengemudi bisa mengurangi emisi dari mobil?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Di Indonesia, <a href="https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt4d8ae406ebb39/peraturan-daerah-dki-jakarta-nomor-10-tahun-2010/document">pajak bahan bakar</a> dan <a href="http://www.djpk.kemenkeu.go.id/attach/post-no-28-tahun-2009-tentang-pajak-daerah-dan-retribusi-daerah/UU-427-973-UU_28_Tahun_2009_Ttg_PDRD.pdf">pajak kendaraan bermotor</a> masih terbatas untuk biaya pemeliharaan jalan atau operasional. </p>
<p>Padahal, pemerintah bisa mengarahkan kebijakan pajak bahan bakar dan jarak tempuh untuk pengendalian pencemaran. </p>
<p><a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/64701">Peraturan Pemerintah No. 46 tahun 17 soal instrumen ekonomi lingkungan hidup yang terbit tahun 2017</a> memberlakukan tarif pajak pusat dan daerah pada setiap orang yang memanfaatkan sumber daya alam berdasarkan kriteria dampak lingkungan hidup, seperti pencemaran udara. </p>
<p>Idealnya, pemerintah DKI Jakarta bisa menggunakan aturan ini sebagai dasar untuk menerapkan pajak bahan bakar dan jarak tempuh, dan menggunakan pemasukan ini sebagai sumber dana penanggulangan pencemaran lingkungan.</p>
<p>Harapannya, biaya-biaya tambahan ini bisa mengurungkan niat masyarakat menggunakan kendaraan pribadi dan beralih kepada transportasi umum. </p>
<p>Pada akhirnya, perubahan perilaku ini bisa memperbaiki kualitas udara perkotaan, sekaligus kualitas hidup masyarakat. </p>
<hr><img src="https://counter.theconversation.com/content/151851/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Debby Thalita Nabila Putri tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>DKI Jakarta memenangkan penghargaan “Transportasi Berkelanjutan”, tetapi ini belum cukup untuk menurunkan kadar polusi udara di ibukota.Debby Thalita Nabila Putri, Research Assistant, Indonesian Center for Environmental Law (ICEL) Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1412832020-06-29T05:35:59Z2020-06-29T05:35:59ZApakah kecepatan mengemudi bisa mengurangi emisi dari mobil?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/343698/original/file-20200624-133008-14mrr7n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C28%2C4687%2C3130&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">SP Photo/Shutterstock</span></span></figcaption></figure><blockquote>
<p><strong>Apakah mengurangi kecepatan mobil dapat mengurangi emisi?</strong></p>
</blockquote>
<p>Setiap mobil mempunyai kecepatan optimal yang berpengaruh terhadap pemakaian bahan bakar, namun ini tergantung kepada tipe, desain, dan umur kendaraan. </p>
<p>Secara umum, bisa dilihat dari grafik berikut: pemakaian bahan bakar meningkat mulai dari kecepatan sekitar 80 km/jam akibat naiknya gaya hambat udara (<em>air resistance</em>).</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/340495/original/file-20200609-165349-1dwyw4r.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/340495/original/file-20200609-165349-1dwyw4r.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/340495/original/file-20200609-165349-1dwyw4r.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/340495/original/file-20200609-165349-1dwyw4r.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/340495/original/file-20200609-165349-1dwyw4r.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/340495/original/file-20200609-165349-1dwyw4r.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/340495/original/file-20200609-165349-1dwyw4r.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
<span class="attribution"><span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tapi, kecepatan hanyalah satu faktor. Mobil apa pun yang Anda kendarai, Anda dapat mengurangi pemakaian bahan bakar (dan juga emisi) dengan berkendara lebih halus.</p>
<p>Ini termasuk mengantisipasi tikungan dan menghindari rem mendadak, melepas kaki dari pedal gas sebelum mencapai puncak bukit lalu turun meluncur dari bukit, dan melepas rak atap atau bumper tanduk atau mengeluarkan barang berat yang tidak dibutuhkan untuk membuat mobil semakin ringan dan efisien. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/jokowi-galakkan-mobil-listrik-tapi-riset-tunjukkan-2-faktor-bisa-hambat-efektivitasnya-untuk-turunkan-emisi-gas-rumah-kaca-121878">Jokowi galakkan mobil listrik, tapi riset tunjukkan 2 faktor bisa hambat efektivitasnya untuk turunkan emisi gas rumah kaca</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Berkendara dengan bijak</h2>
<p>Di Selandia Baru, reli <a href="https://www.aa.co.nz/about/newsroom/media-releases/events/aa-energywise-rally-starts-with-a-rush/"><em>EnergyWise</em></a> biasanya digelar pada jalur sepanjang 1.200 kilometer di Pulau Utara. Reli ini dirancang untuk mendemonstrasikan seberapa banyak bahan bakar yang dapat dihemat bila berkendara yang baik.</p>
<p>Para pengemudi harus mencapai suatu tujuan dalam jangka waktu tertentu. Berkendara dengan kecepatan 60-70 km/jam di jalanan datar di zona 100 km/jam hanya untuk menghemat bahan bakar bukan pilihan yang baik (juga karena mengemudi terlalu lambat di jalanan tol dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan).</p>
<p>Kecepatan rata-rata optimum (untuk pengemudi profesional maupun biasa) sekitar 80 km/jam. Kunci dari penghematan bahan bakar adalah berkendara dengan tenang.</p>
<p>Di reli pertama pada tahun 2002, Volkswagen Golf, mobil keluaran terbaru berbahan bakar diesel (yang dipinjamkan oleh VW NZ) dari Universitas Massey, menggunakan 100% biodiesel dari ampas lemak hewan (seperti yang sedang <a href="https://www.newsroom.co.nz/2018/05/02/106691/biofuels-z-energys-tortuous-carbon-solution">diproduksi</a> Z Energy).</p>
<p>Sebuah mobil berbahan bakar diesel memproduksi sekitar 2,7 kg karbon dioksida per liter dan berbahan bakar bensin memproduksi 2,3 kg karbon dioksida per liter.</p>
<p>Menggunakan bahan bakar hayati untuk menggantikan diesel atau bensin dapat mengurangi emisi hingga 90% per kilometer jika bahan bakar tersebut terbuat dari lemak daging hewan. </p>
<p>Jumlah emisi yang berkurang beragam, tergantung sumber bahan bakar tersebut (tebu, gandum, atau biji jarak). Tentu saja, menanam tanaman untuk bahan bakar hayati dengan menggantikan tanaman pangan atau hutan tidak dapat diterima. </p>
<p>Terlepas dari tipe mobil, pengemudi dapat mengurangi penggunaan bahan bakar hingga 15-20% dengan cara berkendara yang baik - ini mengurangi emisi dan menghemat uang pada waktu bersamaan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/ada-cara-baru-menghilangkan-polutan-berbahaya-dari-bensin-dan-batu-bara-dengan-murah-ini-temuan-ahli-126738">Ada cara baru menghilangkan polutan berbahaya dari bensin dan batu bara dengan murah. Ini temuan ahli</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Efisiensi bahan bakar</h2>
<p>Ketika ingin mengganti mobil, memperhitungkan efisiensi bahan bakar merupakan hal penting untuk menghemat biaya bahan bakar dan pengurangan emisi. </p>
<p>Banyak negara, termasuk Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan negara-negara Uni Eropa, telah memiliki standar efisiensi bahan bakar selama lebih dari satu dekade. </p>
<p>Hal ini telah mendorong produsen mobil untuk merancang <a href="http://www.climatechangeauthority.gov.au/files/files/Light%20Vehicle%20Report/CCA_TransportReport_Appendices.WEB.pdf">kendaraan yang semakin hemat bahan bakar </a>.</p>
<p>Kebanyakan kendaraan ringan yang dijual secara global patuh pada standar ini. Namun, Australia dan Selandia Baru masih menunda hal ini karena mayoritas kendaraan impor.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/bukannya-selamatkan-lingkungan-mobil-listrik-bisa-perparah-polusi-jika-tak-didukung-energi-yang-bersih-121050">Bukannya selamatkan lingkungan, mobil listrik bisa perparah polusi jika tak didukung energi yang bersih</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Selandia Baru masih ragu-ragu memperkenalkan skema “<a href="https://www.consumer.org.nz/articles/government-announces-consultation-light-vehicle-fleet-feebate"><em>feebate</em></a>” yang mengusulkan tambahan biaya bagi mobil impor dengan emisi tinggi untuk membuat harga mobil hibrid, mobil listrik, dan kendaraan efisien lainnya lebih murah dengan subsidi.</p>
<p>Di Selandia Baru, <a href="https://theconversation.com/climate-explained-why-switching-to-electric-transport-makes-sense-even-if-electricity-is-not-fully-renewable-136502">mengendarai mobil listrik dapat mengurangi emisi</a> karena 85% listrik di sana berasal dari energi terbarukan. </p>
<p>Di Australia, yang masih mengandalkan tenaga batu bara, mobil listrik justru menyebabkan emisi yang lebih tinggi, kecuali jika pasokan listrik yang digunakan berasal dari sumber energi terbarukan.</p>
<p>Tak bisa dipungkiri, harga bahan bakar dan listrik akan meningkat. </p>
<p>Namun, terlepas dari apakah kita mengendarai mobil bensin atau listrik, kita dapat menyelamatkan diri dari kenaikan harga di masa depan dengan berkendara secara efisien dan mengurangi kecepatan.</p>
<hr>
<p><em>Nadila Taufana Sahara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p>
<hr>
<p><em>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/141283/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Ralph Sims tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Kita bisa mengurangi konsumsi bahan bakar hingga 15-20% dengan memperbaiki cara berkendara. Ini sekaligus bisa turunkan emisi dan menghemat pengeluaran.Ralph Sims, Professor, School of Engineering and Advanced Technology, Massey UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1406292020-06-20T04:11:37Z2020-06-20T04:11:37ZTerkepung PLTU, hak atas informasi emisi belum terpenuhi bagi warga Jakarta<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/341436/original/file-20200612-153845-xvguuu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=6%2C6%2C4509%2C2999&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Emisi dari PLTU seharusnya bisa tersedia dengan mudah bagi masyarakat di Jakarta. </span> <span class="attribution"><span class="source">Rivan Awal Lingga/foc/ANTARA FOTO</span></span></figcaption></figure><p><em>Artikel ini merupakan bagian dari seri untuk merayakan HUT DKI Jakarta ke 493, tanggal 22 Juni.</em></p>
<hr>
<p>Selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sejak Maret lalu, beredar banyak foto langit kota Jakarta yang biru disertai penampakan pegunungan. </p>
<p>Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mengklaim adanya <a href="https://kumparan.com/kumparannews/kualitas-udara-jakarta-semakin-membaik-selama-wfh-dan-psbb-1tKRYLnmdgD">peningkatan kualitas udara Jakarta</a> akibat berkurangnya kuantitas kendaraan yang lalu lalang di daerah Jakarta dan sekitarnya.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/342909/original/file-20200619-70367-51131x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/342909/original/file-20200619-70367-51131x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/342909/original/file-20200619-70367-51131x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/342909/original/file-20200619-70367-51131x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/342909/original/file-20200619-70367-51131x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/342909/original/file-20200619-70367-51131x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/342909/original/file-20200619-70367-51131x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Siluet gunung terlihat karena cerahnya langit di Jakarta semenjak pemberlakuan PSBB.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Aprillio Akbar/foc/ANTARA FOTO</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Data berbeda datang dari <em><a href="https://energyandcleanair.org/">Centre for Research on Energy and Clean Air</a></em> (CREA), sebuah NGO yang mengadvokasi permasalahan polusi udara <a href="https://www.bmkg.go.id/kualitas-udara/informasi-partikulat-pm25.bmkg">PM2.5</a>, salah satu polutan udara yang berbahaya berukuran lebih kecil dari 2,5 mikrometer, di Jakarta pada bulan Maret dan April 2020 <a href="https://kumparan.com/kumparansains/psbb-virus-corona-tak-sepenuhnya-atasi-polusi-udara-di-jakarta-mengapa-1tNEda2Oyo8">masih tetap seperti tahun-tahun sebelumnya</a>.</p>
<p>Partikel halus ini mudah terhirup oleh manusia dan menyebabkan penyakit kronis yang berhubungan dengan <a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/ambient-(outdoor)-air-quality-and-health">paru-paru dan jantung, seperti stroke, kanker paru-paru, dan penyakit jantung iskemik</a>.</p>
<p>Masih tingginya konsentrasi PM2.5 ini berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang ‘mengepung’ kota Jakarta.</p>
<p>Meskipun ada penurunan polutan udara dari sumber bergerak (kendaraan), <a href="https://kumparan.com/kumparansains/psbb-virus-corona-tak-sepenuhnya-atasi-polusi-udara-di-jakarta-mengapa-1tNEda2Oyo8">sumber tidak bergerak (PLTU)</a> masih terus mengeluarkan polutan udara.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/sumber-masalah-polusi-jakarta-kebijakan-pemerintah-yang-buruk-120435">Sumber masalah polusi Jakarta: Kebijakan pemerintah yang buruk</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Sebagai peneliti hukum lingkungan, saya memandang hal ini bisa terjadi karena masih minimnya informasi atas emisi, terutama dari sumber tidak bergerak, yang bisa diakses secara mudah oleh masyarakat. </p>
<p>Padahal, aturan sudah mewajibkan informasi emisi bisa mudah diakses oleh masyarakat agar mereka juga bisa membuat keputusan, misalnya menggunakan masker saat berada di luar rumah. </p>
<h2>Jakarta terkepung PLTU</h2>
<p>Jakarta yang akan berulang tahun ke-493 akan menjadi ibu kota negara yang <a href="https://www.greenpeace.org/southeastasia/publication/575/jakartas-silent-killer/">paling banyak dikelilingi oleh PLTU di dunia dalam radius 100 km</a> dengan total <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190716161616-20-412627/walhi-10-pltu-batu-bara-sumbang-30-persen-polusi-jakarta">10 PLTU yang beroperasi dan 4 PLTU masih dalam tahap pembangunan berdasarkan data pada pertengahan tahun 2019</a>.</p>
<p>Polusi yang dihasilkan dari 1 PLTU baru setara dengan menambahkan <a href="https://www.greenpeace.org/southeastasia/publication/575/jakartas-silent-killer/">10 juta kendaraan</a> di jalanan Kota Jakarta.</p>
<p>PLTU mengeluarkan emisi berupa partikel, debu, gas beracun, dan logam berat yang dapat menyebabkan <a href="https://wedocs.unep.org/bitstream/handle/20.500.11822/22218/Perspective_No_28_web.pdf?sequence=1">kematian dini</a> akibat penyakit yang menyerang saluran pernapasan, seperti asma dan bronkitis.</p>
<p>Emisi PLTU berupa logam berat dan debu pun juga berisiko mencemari <a href="https://www.epa.gov/coalash/coal-ash-basics">tanah dan air</a>, bahkan mengganggu pertumbuhan <a href="https://www.mongabay.co.id/2020/03/15/kala-pltu-batubara-picu-perubahan-iklim-dan-ancam-kesehatan-masyarakat/">tumbuhan</a> yang terdapat di sekeliling PLTU.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/narasi-elektrifikasi-rezim-jokowi-menutupi-dugaan-pelanggaran-ham-di-sektor-batu-bara-116670">Narasi elektrifikasi rezim Jokowi 'menutupi' dugaan pelanggaran HAM di sektor batu bara</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Akses informasi terbatas</h2>
<p>Badan Kesehatan Dunia (<a href="https://www.who.int/ceh/risks/cehair/en/">WHO</a>) menyatakan butuh peran pemerintah untuk menjamin pemenuhan hak atas udara bersih. </p>
<p>Peran ini bisa berbentuk membuka akses informasi emisi PLTU bagi publik.</p>
<p>Informasi emisi PLTU merupakan informasi publik yang dijamin oleh <a href="https://jdih.setkab.go.id/PUUdoc/16132/UU%2014%20Tahun%202008.pdf">UU Keterbukaan Informasi Publik No. 14/2008</a>. </p>
<p>Setidaknya <a href="https://jdih.setkab.go.id/PUUdoc/16132/UU%2014%20Tahun%202008.pdf">6 bulan sekali</a>, masyarakat seharusnya dapat dengan mudah mengetahui berapa emisi yang dikeluarkan oleh PLTU. </p>
<p>Terbukanya informasi emisi akan membuka partisipasi masyarakat dalam pembuatan kebijakan, terutama terkait dengan peningkatan kualitas udara. </p>
<p>Sebagai contoh, informasi emisi dapat menjadi dasar penolakan pembangunan PLTU baru atau sumber tidak bergerak lainnya di Jakarta dan sekitarnya atau memberikan usul kebijakan baku mutu emisi yang lebih ketat.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/kementerian-lingkungan-hidup-gagal-komunikasikan-risiko-polusi-udara-ke-warga-jakarta-120610">Kementerian Lingkungan Hidup gagal komunikasikan risiko polusi udara ke warga Jakarta</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Saat ini, pemerintah sudah memenuhi hak mendapatkan udara bersih dengan mengeluarkan beberapa aturan.</p>
<p>Pemantauan emisi PLTU sudah tercantum dalam <a href="http://jdih.menlhk.co.id/uploads/files/P_15-2019_BAKU_MUTU_EMISI_LISTRIK_TERMAL_menlhk_07162019080142.pdf">Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 15 Tahun 2019</a> dengan menggunakan Sistem Pemantauan Emisi atau CEMS (<em>Continuous Emissions Monitoring System</em>).</p>
<p>Sistem yang seharusnya dipasang di setiap PLTU akan memantau secara otomatis emisi sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), partikulat (PM), dan merkuri (Hg). Belum ada data pasti terkait berapa jumlah CEMS yang telah terpasang di PLTU di seluruh Indonesia hingga kini. </p>
<p>Peraturan tersebut mewajibkan pelaku usaha PLTU untuk melaporkan hasil CEMS kepada penerbit izin lingkungan, baik Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, gubernur, atau bupati dan wali kota sesuai dengan kewenangannya, sebanyak 1 kali dalam 3 bulan.</p>
<p>Selain itu, sistem pelaporan akan terintegrasi secara daring (<em>online</em>) paling lambat tahun 2021. Sementara masih membangun sistem ini, maka pelaporan data pemantauan CEMS dilakukan secara manual. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/342452/original/file-20200617-94078-1hvcetv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/342452/original/file-20200617-94078-1hvcetv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=424&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/342452/original/file-20200617-94078-1hvcetv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=424&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/342452/original/file-20200617-94078-1hvcetv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=424&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/342452/original/file-20200617-94078-1hvcetv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=533&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/342452/original/file-20200617-94078-1hvcetv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=533&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/342452/original/file-20200617-94078-1hvcetv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=533&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Laporan CEMS PLTU Indramayu Periode Mei 2015.</span>
<span class="attribution"><span class="source">dok. pribadi</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p><a href="http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/ln/1999/pp41-1999.pdf">Peraturan Pemerintah (PP) No. 41/1999</a> tentang Pengendalian Pencemaran Udara mewajibkan hasil pemantauan terhadap baku mutu emisi dari segala sumber disebarluaskan kepada masyarakat. </p>
<p>Contohnya, pemantauan kualitas udara ambien (udara bersih tanpa polusi) dapat diakses secara <em>real time</em> oleh masyarakat melalui aplikasi seperti <a href="https://www.iqair.com/indonesia/jakarta">AirVisual</a>.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1232374456548376576"}"></div></p>
<p>Sayangnya, model ini belum bisa sepenuhnya terlaksana untuk emisi PLTU karena masih manual. </p>
<p>Tahun 2019, media melaporkan <a href="https://money.kompas.com/read/2019/08/03/175902226/pln-lengkapi-pltu-dengan-sistem-monitor-emisi">Perusahaan Listrik Negara (PLN) sudah memasang CEMS</a> di PLTU milik mereka, namun tidak ada keterangan lebih lanjut di mana saja atau PLTU yang mana yang sudah memiliki alat monitor ini. </p>
<p>Peraturan di Indonesia juga telah mencantumkan <a href="https://jdih.setkab.go.id/PUUdoc/16132/UU%2014%20Tahun%202008.pdf">sanksi pidana</a> bagi badan publik yang tidak memberikan, menyediakan, atau tidak menerbitkan informasi publik secara berkala, yaitu kurungan paling lama 1 tahun dan/atau denda sebanyak 5 juta rupiah sejak tahun 2008.</p>
<p>Akan tetapi, penerapan kurang efektif karena sanksi pidana sebagai upaya hukum paling akhir (<em>ultimum remedium</em>) seandainya upaya administrasi tidak berjalan. </p>
<p>Biasanya, sengketa informasi akan diselesaikan melalui Komisi Informasi dan PTUN (Pengadilan Tata Usaha Negara). </p>
<p>Sebelumnya, pelaku usaha akan dikenakan <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/5239/pp-no-27-tahun-2012">sanksi administratif</a>, mulai dari teguran tertulis, paksaan pemerintah, pembekuan izin lingkungan, hingga pencabutan izin lingkungan apabila tidak melaporkan emisi secara berkala. </p>
<h2>Belajar dari Cina</h2>
<p>Tahun 2008, Cina menghadapi kondisi <em>smog</em> atau kabut tebal terparah yang sempat mengancam penyelenggaraan Olimpiade di Beijing. Ratusan pabrik harus berhenti berproduksi untuk mengurangi polusi udara. </p>
<p>Selain itu, pemerintah Cina mulai beralih dari batu bara untuk mengaliri listrik ke tenaga terbarukan. Dari pengalaman ini, Kementerian Perlindungan Lingkungan Hidup Cina memerintahkan PLTU, sumber emisi tidak bergerak, untuk <a href="https://wwwoa.ipe.org.cn//Upload/IPE-Reports/Report-Blue-Sky-Roadmap-II-EN.pdf">mempublikasikan pemantauan emisi secara <em>real time</em></a>. </p>
<p>Sejak tahun 2014, masyarakat bisa langsung mengakses informasi emisi dari PLTU <a href="https://www.nature.com/articles/s41560-019-0477-0">secara daring</a>. </p>
<p>Upaya ini berhasil mengurangi <a href="http://news.mit.edu/2019/tracking-emissions-china-valerie-karplus-1230">polusi secara signifikan di negara tersebut</a> karena mampu meningkatkan <a href="https://wwwoa.ipe.org.cn//Upload/IPE-Reports/Report-Blue-Sky-Roadmap-III-EN.pdf">partisipasi publik dan mendorong pembuatan kebijakan yang berbasis data</a>. </p>
<p><a href="https://www.nature.com/articles/s41560-019-0477-0">Rata-rata emisi SO2, NOx, dan PM menurun</a> sebanyak 2,82%, 2,79%, dan 3,65% setiap bulannya antara tahun 2014-2017.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/342906/original/file-20200619-70367-1g807va.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/342906/original/file-20200619-70367-1g807va.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/342906/original/file-20200619-70367-1g807va.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/342906/original/file-20200619-70367-1g807va.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/342906/original/file-20200619-70367-1g807va.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/342906/original/file-20200619-70367-1g807va.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/342906/original/file-20200619-70367-1g807va.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Foto aerial kompleks PLTU di Chengde, Cina, yang terkepung oleh asap dari pembakaran batubara. Foto diambil tahun 2018.</span>
<span class="attribution"><span class="source">www.shutterstock.com</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Indonesia bisa menerapkan beberapa cara akses informasi yang dilakukan oleh Cina, yaitu : </p>
<p>1) Penyebaran informasi emisi PLTU melalui <em>website</em> atau aplikasi seperti yang dilakukan oleh Cina. Bagi yang memiliki akses internet terbatas, informasi ini dapat disebarkan melalui televisi atau pengumuman secara <em>real time</em> di kantor desa dan kelurahan. </p>
<p>2) Salah satu faktor yang menyebabkan suksesnya diseminasi informasi emisi di Cina adalah <a href="https://www.nytimes.com/2014/02/14/world/asia/china-to-reward-localities-for-improving-air-quality.html">insentif anggaran</a> dari pemerintah bagi daerah yang mampu menurunkan tingkat pencemaran udara secara signifikan.</p>
<p>Total penambahan anggaran daerah yang ditawarkan adalah sebesar US$1,65 miliar (Rp23 triliun).</p>
<p>Ini bisa diterapkan di Indonesia melalui <a href="http://www.djpk.kemenkeu.go.id/?p=13799">Dana Insentif Daerah (DID)</a> yang memang diperuntukkan bagi daerah yang mampu meningkatkan kinerja pada bidang-bidang tertentu, misalnya laporan keuangan yang wajar tanpa pengecualian, peningkatan investasi, pendidikan, dan pengelolaan sampah.</p>
<p>Apabila pemerintah memang peduli dengan pemenuhan hak atas udara bersih, sangat mungkin bagi pemerintah untuk menambahkan peningkatan kualitas udara dalam kategori kinerja yang dinilai untuk memperoleh DID.</p>
<h2>Hak atas udara bersih</h2>
<p>Selama ini, hak atas udara bersih belum mendapat perhatian baik dari pemerintah maupun masyarakat itu sendiri. </p>
<p>Padahal, tidak terpenuhinya hak atas udara bersih akan mempengaruhi pemenuhan <a href="http://www.srenvironment.org/sites/default/files/Reports/2019/UN%20HRC%20Right%20to%20clean%20air.pdf">hak asasi lainnya</a>, seperti hak atas penghidupan yang layak, hak hidup, hak atas kesehatan, hak atas air bersih, hak atas pangan, dan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. </p>
<hr>
<p><em>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/140629/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Bella Nathania tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Informasi terkait emisi dari sumber tidak bergerak seperti PLTU, seharusnya bisa tersedia dengan mudah bagi masyarakat.Bella Nathania, Research Assistant, Indonesian Center for Environmental Law (ICEL) Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1409462020-06-19T05:16:42Z2020-06-19T05:16:42ZMeski langit terlihat bersih semasa pandemi, emisi gas rumah kaca tetap meningkat<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/342567/original/file-20200618-94040-1rzhclq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=2%2C0%2C1914%2C1074&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pembatasan jarak telah menghasilkan langit lebih cerah, tapi konsentrasi karbon dioksida tetap naik. </span> <span class="attribution"><span class="source">PeteLinforth/Pixabay</span></span></figcaption></figure><p>Ketentuan menjaga jarak untuk mencegah penyebaran wabah COVID-19 berdampak kepada penurunan <a href="https://www.nasa.gov/feature/goddard/2020/drop-in-air-pollution-over-northeast">polusi udara</a> di beberapa negara. </p>
<p>Namun, ini tidak mencerminkan adanya <a href="https://research.noaa.gov/article/ArtMID/587/ArticleID/2636/Rise-of-carbon-dioxide-unabated">penurunan emisi karbon dioksida</a>. </p>
<p>Di Indonesia, <a href="https://ccrom.airmon.or.id/">pengawasan kualitas udara secara <em>real time</em></a> - kolaborasi antara <a href="https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/303/1/012055">Pusat Pengelolaan Risiko dan Peluang Iklim-IPB</a> dengan <a href="http://www.nies.go.jp/index-e.html">National Institute for Environmental Studies</a>, di Jepang - mencatat adanya penurunan polusi udara di Kota Bogor, Jawa Barat.</p>
<p>Level <a href="https://www.epa.gov/no2-pollution">nitrogen dioksida</a>, salah satu gas rumah kaca yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan, <a href="https://ccrom.airmon.or.id/">turun 7,2%</a> antara April dan Mei 2020, dibandingkan periode yang sama tahun 2019.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/pembatasan-fisik-akibat-pandemi-turunkan-polutan-udara-bebaskan-gerak-satwa-dan-tumbuhan-136511">Pembatasan fisik akibat pandemi turunkan polutan udara, bebaskan gerak satwa dan tumbuhan</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Meski demikian, level gas rumah kaca lainnya, yaitu karbon dioksida terus meningkat selama pandemi ini. </p>
<p>Pusat pengamatan emisi Mauna Loa Observatory di Hawai'i, AS, mencatat <a href="https://research.noaa.gov/article/ArtMID/587/ArticleID/2636/Rise-of-carbon-dioxide-unabated">ada peningkatan</a> level karbon dioksida sebesar 2,4 bagian per sejuta (ppm), hingga total menjadi 417,1 ppm pada bulan Mei 2020. </p>
<p>Artinya, pandemi tidak memiliki dampak langsung terhadap penurunan emisi karbon dioksida ke atmosfer. </p>
<p>Ini alasannya. </p>
<h2>Masih rentan kebakaran</h2>
<p>Pembatasan aktivitas manusia tidak serta merta berarti turunnya titik api di Indonesia. </p>
<p>Sebaliknya, satelit <a href="https://earth.esa.int/web/guest/missions/3rd-party-missions/current-missions/terraaqua-modis">Terra/Aqua MODIS</a> milik badan antariksa AS NASA yang memiliki tingkat ketepatan hingga lebih dari 80% mencatat <a href="http://sipongi.menlhk.go.id/home/main">155 dan 66 titik api</a> di Indonesia pada bulan April dan Mei 2020. </p>
<p>Titik api bukan sumber kebakaran melainkan sumber panas yang dijadikan sebagai penanda risiko kebakaran di suatu daerah. </p>
<p>Tahun 2015, kebakaran hutan dan lahan telah menghancurkan sedikitnya <a href="http://sipongi.menlhk.go.id/pdf/luas_kebakaran">2,6 juta hektare</a> akibat praktik tebas bakar untuk membuka lahan yang didominasi oleh lahan gambut di Indonesia. </p>
<p>Musim panas yang dipengaruhi oleh variabilitas iklim, El Nino, juga berkontribusi terhadap cepatnya penyebaran titik api saat itu. </p>
<p>Satelit NASA mendeteksi lebih dari <a href="https://www.theguardian.com/environment/ng-interactive/2015/dec/01/indonesia-forest-fires-how-the-years-worst-environmental-disaster-unfolded-interactive">130.000 titik api</a> pada kebakaran hutan dan lahan tahun 2015.</p>
<p>Lebih lanjut, kebakaran ini telah melepaskan <a href="http://ditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/Indonesia-2nd_BUR_web.pdf">802 juta ton karbon dioksida ekuivalen (CO₂e)</a> ke atmosfer. Ini menjadi salah satu keluaran emisi yang tertinggi di Indonesia.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/342923/original/file-20200619-70376-1sipq1c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/342923/original/file-20200619-70376-1sipq1c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/342923/original/file-20200619-70376-1sipq1c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/342923/original/file-20200619-70376-1sipq1c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/342923/original/file-20200619-70376-1sipq1c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/342923/original/file-20200619-70376-1sipq1c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/342923/original/file-20200619-70376-1sipq1c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Gambar asap kebakaran hutan dan lahan di Asia Tenggara pada tahun 2015 dari satelit.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://earthobservatory.nasa.gov/images/86681/smoke-blankets-indonesia">wikimedia</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Indonesia mengalami kebakaran hutan dan lahan terparah di tahun 1997, juga dipengaruhi oleh El Nino. Saat itu, estimasi <a href="https://link.springer.com/chapter/10.1007/0-306-47959-1_2">45.600 kilometer persegi</a> atau 4,5 juta hektare lahan terbakar di Kalimantan dan Sumatra, dan melepaskan sekitar <a href="https://www.nature.com/articles/nature01131">0,81 Gt dan 2,57 Gt karbon</a> atau 2.970-9.423 juta ton CO₂e.</p>
<p>Sementara, rata-rata emisi tahunan dari tahun 2000 hingga 2016 terhitung sebesar <a href="http://ditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/Indonesia-2nd_BUR_web.pdf">248 juta ton CO₂e</a>.</p>
<p><a href="https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1748-9326/10/7/074006/pdf">Pengeringan lahan gambut</a> membuat lapisan atas tanah terpapar pada oksigen yang berujung kepada dekomposisi dan menjadi mudah terbakar. Akhirnya, ia akan melepaskan karbon dioksida ke atmosfer. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/mengapa-kebakaran-hutan-dan-lahan-masih-terjadi-meski-sudah-restorasi-123198">Mengapa kebakaran hutan dan lahan masih terjadi meski sudah restorasi</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Mendekati puncak di bulan <a href="https://www.bmkg.go.id/iklim/prakiraan-musim.bmkg">Agustus</a>, lahan gambut menjadi rentan terhadap kebakaran. </p>
<p>Apabila tidak ada upaya untuk restorasi lahan gambut, misalnya dengan kegiatan pembasahan kembali, ini akan kembali menjadi sumber emisi yang besar bagi Indonesia. </p>
<p>Sejak bulan Mei, pemerintah Indonesia telah menurunkan <a href="https://jakartaglobe.id/news/govt-to-use-artificial-rains-to-prevent-peat-wildfires">hujan buatan di Sumatra dan Kalimantan</a> untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan. </p>
<p>Indonesia memang masih terus berupaya bisa mengendalikan kebakaran yang berulang hampir setiap tahun ini. </p>
<h2>Kembali lebih baik</h2>
<p>Penyemaian awan untuk menciptakan hujan buatan dan upaya yang lainnya untuk menurunkan emisi dari sektor kehutanan yang sedang berlangsung merupakan waktu yang tepat untuk mengadopsi pembangunan berkelanjutan. </p>
<p>Jalan ini bukan hal yang baru bagi Indonesia.</p>
<p>Sudah ada beberapa kebijakan yang bertujuan mencapai pembangunan hijau, misalnya <a href="http://www.fao.org/redd/en/">REDD+</a> atau (<em>Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation</em>) dan mempromosikan energi terbarukan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/riset-efisiensi-energi-hindari-pembangunan-50-pembangkit-listrik-baru-di-indonesia-136839">Riset: efisiensi energi hindari pembangunan 50 pembangkit listrik baru di Indonesia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Meski demikian, skema REDD+ ini belum memasukkan kebakaran gambut karena <a href="https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/363/1/012026">tingginya tingkat ketidakpastian dari estimasi areal yang terbakar</a>.</p>
<p>Melalui skema REDD+, Indonesia berhasil mencegah emisi karbon sebesar <a href="https://news.mongabay.com/2020/05/indonesia-norway-redd-payment-deforestation-carbon-emission-climate-change/">11,23 juta ton CO₂e</a> terlepas ke atmosfer di tahun 2017.</p>
<p>Atas upaya ini, Indonesia akan menerima dana sebesar <a href="https://news.mongabay.com/2020/05/indonesia-norway-redd-payment-deforestation-carbon-emission-climate-change/">56 juta dolar</a> atau sekitar Rp793 miliar dari Norwegia.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/lh-fund-terobosan-pendanaan-iklim-dari-indonesia-128121">_LH FUND_ : terobosan pendanaan iklim dari Indonesia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Skema ini membuka kesempatan bagi negara-negara pemilik hutan untuk menerima dana atas upaya mereka untuk menjaga area hutan, misalnya menanam pohon-pohon endemik, menerapkan aturan pelarangan penebangan pohon spesies tertentu, dan menekan keluaran emisi karbon dioksida ke atmosfer sembari melakukan revitalisasi ekonomi lokal dari komunitas yang tinggal di daerah hutan. </p>
<p>Manfaat yang didapatkan oleh Indonesia adalah bisa menjaga hutan, menerima pembayaran atas upaya ini, sekaligus menurunkan emisi karbon. </p>
<p>Ini juga terkait dengan komitmen Indonesia untuk menurunkan emisi sebesar <a href="https://www4.unfccc.int/sites/ndcstaging/PublishedDocuments/Indonesia%20First/First%20NDC%20Indonesia_submitted%20to%20UNFCCC%20Set_November%20%202016.pdf">29%</a>, atau <a href="http://ditjenppi.menlhk.go.id/berita-ppi/3150-kontribusi-penurunan-emisi-grk-nasional,-menuju-ndc-2030.html">834 juta ton CO₂e</a> pada tahun 2030 dengan skenario situasi seperti biasa (<em>business as usual</em>), dan 41% (<a href="http://ditjenppi.menlhk.go.id/berita-ppi/3150-kontribusi-penurunan-emisi-grk-nasional,-menuju-ndc-2030.html">1.081 juta ton CO₂e</a>) jika mendapat bantuan internasional.</p>
<p>Namun, komitmen ini mendapatkan tantangan selama masa pandemi karena negara-negara akan memprioritaskan pemulihan ekonomi. </p>
<p>Karena <a href="https://www.thejakartapost.com/news/2020/04/20/stimulus-may-not-be-enough-to-prevent-economic-meltdown-fiscal-agency.html">pertumbuhan ekonomi diprediksi turun</a> akibat wabah ini, kekhawatiran muncul bahwa Indonesia akan memilih menebang pohon dan tetap bertahan dengan bahan bakar fosil sebagai penahan dampak finansial. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/bagaimana-covid-19-akan-memperlambat-pembangunan-infrastruktur-indonesia-137402">Bagaimana COVID-19 akan memperlambat pembangunan infrastruktur Indonesia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Meski keadaan buruk seperti sekarang ini, kesehatan Bumi adalah hal fundamental. </p>
<p>Situasi ini justru menjadi kesempatan bagus untuk beralih ke pembangunan berkelanjutan yang rendah emisi karbon dan mempromosikan energi terbarukan. </p>
<p>Pembatasan aktivitas fisik manusia bisa saja menurunkan polusi udara, tapi gas rumah kaca masih tetap terjadi, dan kita masih tetap dalam krisis iklim. </p>
<p>Saat ini, kita seharusnya siap untuk mengambil lompatan besar pasca pandemi untuk mengejar penundaan aksi mitigasi dan secepatnya beralih ke energi terbarukan. </p>
<hr>
<p><em>Catatan editor : Artikel sebelumnya menyebutkan 471,1 ppm, seharusnya 417,1 ppm.</em></p>
<hr>
<p><em>Fidelis Eka Satriastanti menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p>
<hr>
<p><em>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/140946/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Annuri Rossita tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Meski langit bersih selama pandemi akibat berkurangnya aktivitas manusia, emisi kita masih meningkat.Annuri Rossita, PhD student/Research Assistant, Applied Climatology of Faculty of Mathematics and Natural Sciences, IPB UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1365112020-06-05T02:04:24Z2020-06-05T02:04:24ZPembatasan fisik akibat pandemi turunkan polutan udara, bebaskan gerak satwa dan tumbuhan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/339443/original/file-20200603-130903-17sp2p5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C5431%2C3607&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pembatasan fisik ketat karena pandemi di Wuhan, Cina, bantu turunkan polutan udara. </span> <span class="attribution"><span class="source">www.shutterstok.com</span></span></figcaption></figure><p><em>Artikel ini merupakan bagian untuk merayakan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh pada tanggal 5 Juni.</em></p>
<hr>
<p>Virus Sars-CoV-2 telah menginfeksi lebih dari <a href="https://www.worldometers.info/coronavirus/">enam juta orang</a> karena penularannya yang sangat cepat.</p>
<p>Banyak negara yang melakukan <em>lockdown</em>–membatasi pergerakan warga, mengurangi kegiatan perindustrian, transportasi dan menutup tempat wisata–untuk mencegah penularan yang lebih luas.</p>
<p>Ini memberikan dampak langsung secara ekonomi dan sosial, terutama bagi <a href="https://theconversation.com/masyarakat-miskin-paling-terdampak-seiring-dengan-merebaknya-covid-19-di-negara-negara-miskin-134131">masyarakat miskin dan terpinggirkan</a>, yang rentan dengan risiko kehilangan penghasilan. </p>
<p>Namun, dari segi lingkungan, <a href="https://doi.org/10.1101/2020.03.29.20046649">penelitian</a> yang dilakukan di kota Wuhan di Cina, sebagai negara pertama yang terkena pandemi COVID-19 dan menerapkan kebijakan <em>lockdown</em> secara ketat menunjukkan adanya penurunan kadar polutan udara, seperti <a href="https://theconversation.com/ada-cara-baru-menghilangkan-polutan-berbahaya-dari-bensin-dan-batu-bara-dengan-murah-ini-temuan-ahli-126738">SO₂ (sulfur dioksida)</a> dan <a href="https://theconversation.com/wuhans-lockdown-cut-air-pollution-by-up-to-63-new-research-138084">NO₂ (nitrogen dioksida)</a> yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil dari aktivitas rumah tangga, transportasi, dan industri.</p>
<p>Penurunan kadar polutan udara tidak hanya terjadi di Cina, namun juga diikuti oleh <a href="https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2020.138878">India</a>, <a href="https://www.preprints.org/manuscript/202004.0069/v1">Italia, Prancis,dan Amerika Serikat.</a>.</p>
<p>Menurunnya kadar polutan udara ini berdampak kepada keberlangsungan hidup satwa dan tumbuhan liar.</p>
<h2>Dampak pembatasan fisik bagi lingkungan</h2>
<p>Hingga kini, penurunan polusi udara belum terjadi di Indonesia selama pembatasan sosial berskala besar atau PSBB diterapkan. Walaupun sumber polusi dari aktivitas transportasi menurun, namun konsumsi energi dari sumber tak bergerak seperti <a href="https://megapolitan.kompas.com/read/2020/04/30/19474211/greenpeace-sebut-kualitas-udara-di-jakarta-belum-membaik-selama-psbb">PLTU dan pabrik-pabrik masih terus berjalan</a>.</p>
<p>Namun, di Cina, selama <em>lockdown</em> terjadi penurunan kadar polutan udara (SO₂ dan NO₂) dan PM2.5 (partikel udara sangat halus dengan ukuran 2,5 mikrometer) hingga 25% menurut <a href="https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2020.03.29.20046649v2">temuan awal para peneliti Hong Kong</a>. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/328362/original/file-20200416-192725-1polnv0.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/328362/original/file-20200416-192725-1polnv0.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/328362/original/file-20200416-192725-1polnv0.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=271&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/328362/original/file-20200416-192725-1polnv0.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=271&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/328362/original/file-20200416-192725-1polnv0.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=271&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/328362/original/file-20200416-192725-1polnv0.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=341&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/328362/original/file-20200416-192725-1polnv0.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=341&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/328362/original/file-20200416-192725-1polnv0.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=341&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Gambar 1. Perbandingan penurunan polutan NO2 (A) di Wuhan antara awal tahun 2019 dengan awal tahun 2020 (selama lockdown) (sumber: foto satelit NASA) dan (B) di seluruh Cina antara sebelum dan selama lockdown. Warna jingga menggambarkan semakin tingginya kadar NO2 di udara. (sumber: penelitian <em>Air Pollution Reduction and Mortality Benefit during the COVID-19 Outbreak in China</em>, oleh Kai Chen, Meng Wang, Conghong Huang, Patrick L. Kinney, dan Anastas T. Paul).</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Polutan SO2 (sulfur dioksida) dan NO2 (nitrogen dioksida) mempengaruhi keseimbangan ekosistem di permukaan dan dalam tanah. Karena polutan tersebut menghasilkan hujan asam ketika hujan turun. </p>
<p>Hujan asam mengandung nitrogen yang tinggi. Kadar nitrogen yang berlebihan akan menurunkan laju pertumbuhan tumbuhan di permukaan tanah dan mampu membunuh banyak jenis cacing di dalam tanah. Cacing memiliki peran penting dalam ekosistem, yaitu sebagai <a href="https://web.extension.illinois.edu/worms/live/">penggembur tanah</a>. </p>
<p><a href="http://agris.fao.org/agris-search/search.do?recordID=SE882017288">Di Skandinavia</a>, hanya tiga jenis cacing yang mampu bertahan di kondisi tanah yang asam.</p>
<p>Tahun 1995, organisasi pembela lingkungan global, <a href="https://books.google.co.id/books/about/Acid_Rain_and_Nature_Conservation_in_Eur.html?id=12ggAAAACAAJ&redir_esc=y">WWF</a> menerbitkan buku <em>Acid Rain and Nature Conservation in Europe: A Preliminary Study of Protected Areas at Risk from Acidification</em> yang menyebutkan bahwa polutan yang terbawa ke tanah dan air tersebut berdampak kepada 11 jenis mamalia, 29 jenis burung, 10 jenis amfibi, 398 jenis tumbuhan, 305 jenis jamur, 238 jenis lumut, dan 65 jenis invertebrata (hewan tidak bertulang belakang).</p>
<p>Dampak yang terjadi kepada satwa dapat berupa menurunnya laju reproduksi dan meningkatnya kematian satwa yang tidak tahan terhadap polutan.</p>
<p>Dampak lainnya adalah pengurangan keanekaragaman hayati hewan dan tumbuhan.</p>
<p>Salah satu <a href="https://books.google.co.id/books?id=dDbzCAAAQBAJ&pg=PA78&lpg=PA78&dq=Acidification+and+changes+in+benthic+fauna+in+Sweden&source=bl&ots=murLuYu0o8&sig=ACfU3U0pHGseQZAYXuhrYojNuPK98b8SXw&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjW4aGzq8TpAhUTdCsKHQKhA5sQ6AEwAHoECAcQAQ">penelitian</a> di Swedia oleh Eva Engblom dan Pär-Erik Lingdell pada tahun 1991 menunjukkan bahwa terdapat pengurangan keragaman fauna bentos (satwa yang hidup di wilayah bentik atau dasar perairan seperti danau, sungai atau estuari) sebanyak 40% setiap penurunan satu unit pH.</p>
<p>Pengurangan fauna bentos di perairan juga berakibat kepada berkurangnya sumber makanan bagi ikan dan hilangnya indikator perairan, karena bentos bisa menjadi indikator perairan bersih dan tercemar.</p>
<p>Pada tumbuhan, terdapat pengurangan diversitas hingga 25% pada kondisi yang sama. Pengurangan ini merupakan kerugian besar bagi manusia, karena hilangnya sumber daya alam yang kemungkinan belum diketahui potensinya bagi manusia.</p>
<p>Polusi udara juga berdampak besar kepada serangga hama.</p>
<p>Sebagai contoh, hama <a href="http://www.apis.ac.uk/node/840">kutu daun</a> (<em>aphid</em>) yang terpapar gas SO2 dan NO2 akan berkembang lebih cepat dan sulit dikendalikan.</p>
<p>Perkembangan hama ini akan berdampak pada berkurangnya produksi pertanian dan mengakibatkan kerugian secara ekonomi.</p>
<p>Hal ini karena pengendalian hama biasanya menggunakan insektisida.</p>
<p>Pemakaian insektisida secara berlebihan menyebabkan resistensi pada hama dan menimbulkan residu di lingkungan. Residu insektisida juga akan menjadi polutan di tanah dan air yang menyebabkan masalah baru terhadap satwa dan tumbuhan lainnya.</p>
<h2>Bumi memulihkan diri</h2>
<p>Ketika <em>lockdown</em> di kota-kota besar di dunia tidak lagi diberlakukan, manusia harus mempertimbangkan gaya hidup sebelum wabah COVID-19 yang mempunyai jejak emisi yang besar.</p>
<p>Manusia perlu mengurangi gaya hidup yang berlebihan menjadi lebih efektif dan efisien, sehingga kita bisa memberi Bumi waktu untuk memperbaiki dirinya sendiri dari kerusakan yang telah ditimbulkan.</p>
<p><a href="https://cires.colorado.edu/news/international-ozone-treaty-stops-changes-southern-hemisphere-winds">Antara Banerjee, peneliti ozon dari University of Colorado</a> menyatakan bahwa berkurangnya emisi akan semakin membantu ozon untuk terus memperbaiki diri. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/328363/original/file-20200416-192689-13kjj90.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/328363/original/file-20200416-192689-13kjj90.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=344&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/328363/original/file-20200416-192689-13kjj90.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=344&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/328363/original/file-20200416-192689-13kjj90.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=344&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/328363/original/file-20200416-192689-13kjj90.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=433&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/328363/original/file-20200416-192689-13kjj90.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=433&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/328363/original/file-20200416-192689-13kjj90.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=433&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Gambar 2. Lubang ozon di atas langit antartika terus memperbaiki dirinya (Sumber foto: NASA)</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Setelah pandemi, kita bisa menerapkan pola hidup yang lebih berpihak kepada lingkungan seperti mengurangi konsumsi bahan bakar fosil, menggunakan kendaraan yang mempunyai emisi rendah atau bahkan tanpa emisi, dan mengonsumsi buah dan sayuran lokal. </p>
<p>Keberlanjutan dan kelestarian Bumi tergantung kepada manusia sebagai spesies dominan. Bisa jadi suatu saat setelah pandemi, satwa liar bisa hidup berdampingan dengan manusia di lingkungan urban atau biasa disebut dengan <em><a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Urban_wildlife">urban wildlife</a></em>.</p>
<p>Contoh <em>urban wildlife</em> di dunia sekarang ini seperti rusa sika di Taman Nara Jepang, macan tutul di Mumbai India, alap-alap kawah (peregrine falcon) di London, Chacma baboon di Cape Town, <a href="https://www.getaway.co.za/wildlife/animals-living-in-cities/">dan banyak binatang lainnya</a>.</p>
<hr>
<p><em>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/136511/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Robby Jannatan tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Turunnya polutan udara karena pembatasan aktivitas manusia membuat Bumi bernapas lagi.Robby Jannatan, Lecturer of Biology, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1253442019-10-22T12:35:22Z2019-10-22T12:35:22ZPolusi udara di kota-kota besar di dunia berpengaruh pada penurunan kognitif anak, Alzheimer, dan kematian<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/297615/original/file-20191018-98653-1qcb3xd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Polusi udara yang parah dapat mempercepat degenerasi neuron ketika otak berada pada puncak perkembangannya - selama masa kanak-kanak. Dalam gambar, seorang anak di Beijing</span> <span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock) </span></span></figcaption></figure><p>Pencemaran udara akibat aktivitas manusia, seperti yang terjadi saat ini di kota-kota besar di seluruh dunia, termasuk <a href="https://doi.org/10.1007/s40641-016-0032-z">Mexico City, Jakarta, New Delhi, Beijing, Los Angeles, Paris dan London</a>, sudah melampaui <a href="https://www.who.int/airpollution/en/">batas kemampuan bertahan Bumi</a>.</p>
<p>Sebagian besar polusi udara yang disebabkan manusia berbentuk seperti <a href="http://www.clinsci.org/content/115/6/175.figures-only">debu dengan ukuran sekecil diameter rambut</a> (partikel) atau bahkan lebih kecil (partikel sangat halus). Partikel ini berpengaruh kepada kondisi pernapasan manusia, menyebabkan penyakit seperti pneumonia, bronkitis, dan asma. Hampir satu juta anak meninggal karena pneumonia setiap tahunnya, <a href="https://www.unicef.org/publications/files/Clear_the_Air_for_Children_Executive_summary_ENG.pdf">lebih dari setengahnya berkaitan dengan polusi udara</a>.</p>
<p>Karena ukuran yang sangat kecil, partikulat tersebut dapat berpindah <a href="https://www.pnas.org/content/113/39/10797">dari paru-paru manusia masuk ke dalam darah dan otak</a>. Materi partikulat yang sudah masuk ke dalam otak dapat menimbulkan peradangan otak yang dapat menyebabkan hilangnya sel-sel dalam sistem saraf pusat. Kondisi ini memungkinkan terjadinya <a href="https://www.researchgate.net/publication/299999970_How_Air_Pollution_Alters_Brain_Development_The_Role_of_Neuroinflammation">degenerasi saraf, defisit kognitif, dan peningkatan risiko demensia seperti penyakit Alzheimer</a>.</p>
<p>Neurogenerasi ringan merupakan kondisi penuaan alami. Namun, polusi udara yang menimbulkan peradangan saraf akan memperburuk dan mempercepat timbulnya kondisi tersebut. Lebih buruk lagi, <a href="https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fnhum.2014.00613/full">polusi udara yang sangat parah dapat mempercepat degenerasi saraf ketika otak berada pada puncak perkembangannya</a>, yaitu selama masa kanak-kanak.</p>
<p>Artinya, jutaan anak di seluruh dunia saat ini menghirup udara dengan kualitas yang berisiko pada penurunan kognitif prematur dan gangguan penurunan saraf seperti penyakit Alzheimer.</p>
<p>Artikel ini mengungkap bagaimana manusia terus meracuni otak anak-anak dan mempersingkat hidup mereka.</p>
<h2>Kematian anak-anak yang tidak dapat dijelaskan</h2>
<p>Pada akhir 90-an, ahli neuropatologi dan dokter anak <a href="https://apps.umt.edu/directory/details/d5e922615467a007d31cf08f61451018">Lilian Calderón-Garcidueñas</a>, melaporkan adanya <a href="https://www.researchgate.net/profile/Ana_Calderon6/publication/51366231_Brain_Inflammation_and_Alzheimer%27s-Like_Pathology_in_Individuals_Exposed_to_Severe_Air_Pollution/links/0c9605296dad95616f000000.pdf">hubungan antara tanda-tanda awal degenerasi neuron dengan polusi udara</a>. Ia memeriksa jaringan otak pada orang dewasa, anak-anak, dan anjing, setelah kematian akibat “kecelakaan” mendadak dan tidak bisa dijelaskan.</p>
<p>Ia menemukan bahwa ketiga subyek tersebut memiliki satu kesamaan, yaitu berasal dari Mexico City, salah satu kota besar paling tercemar di dunia.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/293880/original/file-20190924-51438-vlnpul.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/293880/original/file-20190924-51438-vlnpul.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=385&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/293880/original/file-20190924-51438-vlnpul.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=385&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/293880/original/file-20190924-51438-vlnpul.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=385&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/293880/original/file-20190924-51438-vlnpul.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=484&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/293880/original/file-20190924-51438-vlnpul.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=484&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/293880/original/file-20190924-51438-vlnpul.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=484&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Sekitar 300 juta anak yang tinggal di kota-kota padat, seperti Mexico City, dengan kadar polusi udara setidaknya enam kali lipat lebih besar dari standar internasional.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Penelitian lebih lanjut menunjukkan apa yang menjadi gambaran suram dalam laporan ilmiah. Gambar mikroskopis dari irisan otak pada hewan dan manusia yang sakit menunjukkan materi partikel dan partikel sangat halus (<em>ultrafine</em>) sebagai bintik-bintik hitam dan kecil yang dikelilingi oleh jaringan yang meradang.</p>
<p>Di sekitar bintik-bintik yang meradang, terlihat ada potongan yang menyerupai bekas luka, kadang juga terlihat seperti batang berwarna merah muda. </p>
<p>Ini adalah <a href="https://www.researchgate.net/profile/Angelica_Gonzalez-Maciel/publication/5503901_Long-term_Air_Pollution_Exposure_Is_Associated_with_Neuroinflammation_an_Altered_Innate_Immune_Response_Disruption_of_the_Blood-Brain_Barrier_Ultrafine_Particulate_Deposition_and_Accumulation_of_Amylo/links/54230f580cf290c9e3ae263b.pdf">plak amiloid yang sering ditemukan pada otak seseorang dengan penyakit Alzheimer</a>.</p>
<p>Saya bergabung dengan tim Lilian sebagai <a href="https://carleton.ca/neuroscience/people/amedeo-dangiulli/">ahli perkembangan kognitif</a>. Kami mencari tanda-tanda penurunan kognitif prematur pada manusia yang masih hidup, menggunakan tes perilaku dan mengambil berbagai jenis gambaran dari daerah otak.</p>
<h2>Penurunan kognitif substansial pada otak anak-anak</h2>
<p>Kami menemukan bahwa anak-anak dari Mexico City memiliki <a href="https://doi.org/10.1016/bs.ant.2018.10.008">penurunan kognitif yang substansial</a> dibandingkan dengan populasi dan anak-anak lain dengan usia, jenis kelamin, serta latar belakang keluarga dan lingkungan yang sama namun tinggal di daerah yang tidak terlalu tercemar.</p>
<p>Kami juga mampu menunjukkan defisit kognitif yang tidak biasa pada <a href="https://www.researchgate.net/publication/51750512_Exposure_to_severe_urban_air_pollution_influences_cognitive_outcomes_brain_volume_and_systemic_inflammation_in_clinically_healthy_children">area-area kunci perkembangan otak</a>: lobus prefrontal, temporal, dan parietal dari korteks.</p>
<p><a href="https://doi.org/10.1016/j.ijdevneu.2011.03.007">Kognisi atipikal juga ditemukan di batang otak pendengaran</a>, mungkin berhubungan dengan defisit perkembangan bicara dan bahasa. </p>
<p>Pencitraan neuron pada anak-anak menunjukkan hasil yang konsisten dengan <a href="https://content.iospress.com/articles/journal-of-alzheimers-disease/jad120610">kerusakan paling serius pada materi putih</a>, yaitu bagian otak yang menyediakan koneksi untuk komunikasi elektrik. Dalam banyak kasus, kami dapat menunjukkan bahwa <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21955814">anak-anak Mexico City, mengalami peradangan saraf yang jauh lebih buruk dari biasanya</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/293881/original/file-20190924-51434-11h40az.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/293881/original/file-20190924-51434-11h40az.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=451&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/293881/original/file-20190924-51434-11h40az.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=451&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/293881/original/file-20190924-51434-11h40az.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=451&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/293881/original/file-20190924-51434-11h40az.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/293881/original/file-20190924-51434-11h40az.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/293881/original/file-20190924-51434-11h40az.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Kota-kota besar yang tercemar, termasuk Paris, London dan Los Angeles. Dalam gambar, lalu lintas kota London, Inggris.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Saat ini, <a href="https://doi.org/10.3389/fnhum.2014.00613">laporan tentang temuan serupa dari kota besar dan dari peneliti lain</a> menunjukkan kesamaan yang cukup besar: otak jutaan anak sedang dirusak oleh polusi udara sehingga perlindungan kesehatan mereka harus menjadi penting. </p>
<h2>Krisis kesehatan publik memerlukan penanganan segera</h2>
<p>Berita baiknya: Masih ada kesempatan untuk membersihkan udara perkotaan, baik di dalam maupun di luar ruangan, dan <a href="https://www.unicef.org/publications/files/Clear_the_Air_for_Children_Executive_summary_ENG.pdf">meminimalkan paparan kepada anak-anak</a>.</p>
<p>Namun, sikap kita sekarang harus <a href="https://doi.org/10.3389/fpubh.2018.00095">berubah dari hanya berhati-hati dan menunggu menjadi tindakan segera</a>. Kita perlu berkomitmen pada pilihan-pilihan sulit yang mungkin bertentangan dengan kenyamanan dan kemudahan kehidupan modern. Misalnya, mengandalkan mobil dan teknologi berbasis bahan bakar fosil. </p>
<p>Jika ingin perubahan, <a href="https://books.google.ca/books?id=uFTiBwAAQBAJ&vq=Colleen+Moore+air+pollution&dq=Colleen+Moore+air+pollution&source=gbs_navlinks_s">tanggung jawab terletak pada individu “saya” dan “Anda,” serta dengan masyarakat dan lembaga kolektif</a>. Kita tidak akan pernah berhasil jika salah satu pihak terus melimpahkan tanggung jawab ke pihak lainnya.</p>
<p><a href="https://doi.org/10.1016/S0140-6736(17)30505-6">Penyakit Alzheimer dan penyakit degenerasi neuron mengerikan lainnya (demensia) berhubungan dengan tingkat polusi udara</a> berdampak terhadap segala usia. Penyakit ini berada <a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/the-top-10-causes-of-death">di 10 penyakit mematikan teratas di dunia</a> dan masih belum ada obatnya.</p>
<p>Ilmu dan pengetahuan sudah ada. Anak-anak kini bangkit <a href="https://qz.com/1714484/greta-thunberg-files-climate-lawsuit-after-passionate-un-speech/">untuk mempertahankan hak-hak mereka untuk hidup sehat di panggung global</a>. Kita harus menanggapinya dengan perubahan nyata pada perilaku kita.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/IP1QsUlWsfA?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
</figure>
<p><em>Franklin Ronaldo menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/125344/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Amedeo D'Angiulli menerima dana dari UNICEF, Carleton University's Faculty of Science & International Research Seed Grants, Social Sciences and Humanities Research Council of Canada, The Association of Universities and Colleges of Canada & the International Development Research Centre, UNESCO International Bureau of Education, dan the International Brain Research Organization.</span></em></p>Pencemaran udara akibat aktivitas manusia, seperti yang terjadi saat ini di kota-kota besar di seluruh dunia, termasuk Mexico City, Jakarta, New Delhi, Beijing, Los Angeles, Paris dan London, sudah melampaui…Amedeo D'Angiulli, Professor of Developmental Cognitive and Social Neuroscience, Carleton UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1245872019-10-14T11:39:02Z2019-10-14T11:39:02ZKenaikan suhu udara bisa timbulkan serangan jantung. Ini penjelasan ahli<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/295185/original/file-20191002-49346-1r04f6u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Paruh pertama tahun 2019 merupakan yang terpanas dan musim panas mendatang dikabarkan akan lebih panas.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/hot-weather-sun-flare-419582872?src=DQIoNXncX-YJ_W22I0BkoA-2-40">Chayathorn Lertpanyaroj/Shutterstock </a></span></figcaption></figure><p><em><strong>Artikel ini adalah bagian dari [Covering Climate Now], sebuah kolaborasi global melibatkan lebih dari 250 outlet berita untuk memperkuat liputan tentang iklim.</strong></em></p>
<p>Pemanasan global terjadi dengan cepat akibat meningkatnya emisi gas rumah kaca. Suhu di Australia menghangat <a href="https://www.csiro.au/en/Showcase/state-of-the-climate">sekitar 1°C sejak 1910</a>, dengan perkiraan peningkatan suhu global sebesar <a href="https://public.wmo.int/en/media/press-release/wmo-climate-statement-past-4-years-warmest-record">3-5°C pada abad ini</a>.</p>
<p>Kondisi di Australia tersebut melampaui kurva suhu global. <a href="https://www.mja.com.au/journal/2018/208/7/climate-change-brief-overview-science-and-health-impacts-australia">Suhu harian rata-rata</a> di negara kami mencapai 21,8 °C, lebih panas 13,7°C dari rata-rata global 8,1°C.</p>
<p><a href="http://www.bom.gov.au/climate/change/about/extremes.shtml">Panas ekstrem</a> (di atas 35°C pada siang hari dan di atas 20°C pada malam hari) kini lebih kerap terjadi di Australia, meningkat <a href="http://www.bom.gov.au/state-of-the-climate/australias-changing-climate.shtml">menjadi sekitar 12%</a>, dari sekitar 2% di sepanjang waktu antara tahun 1951 dan 1980.</p>
<p>Jadi, apa dampak suhu tinggi pada tubuh kita? Dan, seberapa besar panas yang bisa ditoleransi oleh tubuh dan cara hidup kita?</p>
<h2>Lebih panas di masa depan</h2>
<p><a href="http://www.bom.gov.au/climate/current/season/aus/archive/201902.summary.shtml">Musim panas di Australia rentang waktu 2018-2019</a> tercatat <a href="http://www.bom.gov.au/climate/current/statements/scs68.pdf">2,14°C lebih panas</a> dibandingkan pada tahun 1961-1990. </p>
<p>Ini memecahkan rekor terpanas yang terjadi di tahun 2012-2013 dengan selisih yang jauh, termasuk mencatatkan suhu terpanas selama <a href="http://www.bom.gov.au/climate/current/statements/scs68.pdf">lima hari berturut-turut</a> dengan rata-rata suhu nasional maksimum di atas 40°C. </p>
<p>Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/the-reality-of-living-with-50-temperatures-in-our-major-cities-85315">The reality of living with 50℃ temperatures in our major cities</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Paruh pertama <a href="https://www.ncdc.noaa.gov/sotc/global/201907/supplemental/page-1">tahun 2019 setara adalah peringkat kedua</a> terpanas yang tercatat dalam rekor dunia, dan juga <a href="http://www.bom.gov.au/climate/current/month/aus/summary.shtml">Australia</a>.</p>
<p><a href="http://www.bom.gov.au/climate/outlooks/#/overview/summary">Badan Meteorologi Australia</a> (BOM) telah memperingatkan bahwa musim panas tahun ini akan lebih panas dari sebelumnya. </p>
<p>Angin yang berasal dari utara yang panas dan kering, yang melintasi New South Wales
dan Queensland <a href="https://doi.org/10.1038/s41561-019-0431-6">yang sedang dilanda kekeringan</a> mempunyai kapasitas untuk menghadirkan panas yang terik dan risiko kebakaran ekstrem bagi negara-negara di bagian selatan, dan tampaknya sedikit kelegaan bagi mereka yang mengalami kekeringan.</p>
<p>Beberapa orang Australia di pedesaan <a href="http://www.bom.gov.au/climate/extreme/records.shtml">sudah terpapar dengan panas mencapai suhu 50°C</a>, dan kota-kota besar di selatan Australia akan mengalami hal yang sama dalam puluhan tahun mendatang.</p>
<h2>Bagaimana tubuh kita mengatur panas</h2>
<p>Sama halnya dengan kebanyakan mamalia dan burung, manusia adalah <a href="http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1095643306003047">endoterm</a> (berdarah panas), yang berarti suhu operasi internal optimal manusia (sekitar 36,8°C +/− 0,5) <a href="http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-12-386525-0.00060-3">sedikit mungkin dipengaruhi oleh suhu lingkungan</a>.</p>
<p>Dengan hanya duduk diam di dalam ruangan bersuhu udara sekitar 22°C, kita secara pasif menghasilkan tambahan 15°C untuk menjaga suhu tubuh kita sekitar 37°C.</p>
<p>Bahkan, ketika suhu udara 37°C, metabolisme kita masih terus menghasilkan suhu panas tambahan. Panas berlebih di dalam tubuh ini kemudian dibuang ke lingkungan melalui penguapan keringat dari kulit kita.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/292741/original/file-20190917-19059-s5rh4k.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/292741/original/file-20190917-19059-s5rh4k.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=398&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/292741/original/file-20190917-19059-s5rh4k.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=398&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/292741/original/file-20190917-19059-s5rh4k.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=398&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/292741/original/file-20190917-19059-s5rh4k.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/292741/original/file-20190917-19059-s5rh4k.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/292741/original/file-20190917-19059-s5rh4k.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Suhu inti optimal manusia adalah 36,8°C.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/chilled-boy-swimming-tube-floating-friend-1080397397?src=r2HdJ1DEiDumnJZ9ECzNEw-1-8">Slaohome/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Suhu dan gradien kelembaban antara permukaan kulit dan lapisan batas udara turut memengaruhi tingkat pertukaran panas.</p>
<p>Ketika udara sekitar panas dan lembab, maka pelepasan panas menjadi lambat, kita akhirnya menyimpan panas tersebut sehingga <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26184272">suhu tubuh meningkat</a>.</p>
<p>Itulah mengapa udara yang panas dan kering lebih bisa ditolerir daripada udara yang panas dan lembab, karena udara kering bisa dengan cepat menyerap keringat.</p>
<p>Hembusan angin dapat menyegarkan karena menghilangkan lapisan batas udara jenuh yang bersentuhan langsung dengan kulit dan memungkinkan udara yang lebih kering sehingga mempercepat penguapan dan pelepasan panas.</p>
<h2>Apa yang terjadi ketika kita kepanasan?</h2>
<p>Paparan panas berpotensi mematikan jika tubuh manusia tidak bisa menghilangkan panas berlebih untuk tetap berada pada suhu inti yang aman.</p>
<p>Ketika suhu inti tubuh kita mencapai 38,5°C, sebagian dari kita akan merasa kelelahan. Dan, gejala-gejala yang timbul akibat naiknya suhu inti tubuh juga meningkat hingga melampaui batas aman bagi organ-organ penting kita: jantung, otak, dan ginjal. </p>
<p>Sama seperti telur dalam <em>microwave</em>, protein dalam tubuh kita berubah ketika terkena panas.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/how-heat-can-make-your-body-melt-down-from-the-inside-out-22042">How heat can make your body melt down from the inside out</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Beberapa atlet yang bisa menyesuaikan panas, seperti pembalap sepeda <em>Tour de France</em>, yang mampu mentolerir <a href="https://bjsm.bmj.com/content/bjsports/53/7/426.full.pdf">40°C dalam periode tertentu</a>, tapi suhu ini bisa mematikan bagi kebanyakan orang.</p>
<p>Sebagai pompa dalam tubuh, jantung berperan untuk mempertahankan tekanan darah. Jantung bertugas mengisi pembuluh darah di seluruh tubuh untuk mengalirkan darah ke organ vital.</p>
<p>Paparan terhadap panas ekstrem secara signifikan memberi beban kerja tambahan pada jantung. Ia harus meningkatkan kekuatan di setiap kontraksi dan mempercepat laju kontraksi per menit (detak jantung Anda).</p>
<p>Jika otot juga bekerja, maka otot juga membutuhkan peningkatan aliran darah.</p>
<p>Jika semua ini terjadi ketika berkeringat yang berujung kepada dehidrasi sehingga menurunkan volume darah, maka jantung harus memompa lebih giat lagi. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/292742/original/file-20190917-19045-wkwzfj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/292742/original/file-20190917-19045-wkwzfj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/292742/original/file-20190917-19045-wkwzfj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/292742/original/file-20190917-19045-wkwzfj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/292742/original/file-20190917-19045-wkwzfj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/292742/original/file-20190917-19045-wkwzfj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/292742/original/file-20190917-19045-wkwzfj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Udara kering mudah menyerap keringat dibandingkan dengan udara lembab.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/confirm/602439809?src=fOD6Kfq9jZvgiQbuXmPKuQ-1-4&size=huge_jpg">Cliplab/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Jantung juga merupakan otot, sehingga memerlukan suplai darah ekstra ketika bekerja dengan keras.</p>
<p>Namun, ketika jantung sedang memompa dengan keras dan cepat, namun gagal memenuhi kebutuhan permintaan, maka bisa terjadi gagal jantung. Banyak kematian akibat panas tercatat sebagai serangan jantung.</p>
<p>Tingkat kebugaran aerobik yang tinggi menawarkan perlindungan terhadap panas, namun para atlet dan orang dewasa yang terlalu memaksakan diri juga bisa mati akibat panas.</p>
<h2>Siapa yang lebih beresiko?</h2>
<p>Para manula Australia lebih rentan terhadap panas. Usia lanjut umumnya dikaitkan dengan penurunan kebugaran aerobik dan berkurangnya kemampuan untuk mendeteksi rasa haus dan kepanasan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/to-keep-heatwaves-at-bay-aged-care-residents-deserve-better-quality-homes-85174">To keep heatwaves at bay, aged care residents deserve better quality homes</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Obesitas juga meningkatkan kerentanan terhadap panas. Lemak bertindak sebagai lapisan isolasi, serta memberi jantung jaringan pembuluh darah yang lebih luas untuk diisi. Berat berlebih membuat kerja otot untuk menghasilkan panas meningkat.</p>
<p>Obat-obatan tertentu dapat menurunkan batas toleransi panas dalam tubuh kita dengan mengganggu mekanisme alami dalam tubuh yang diperlukan untuk mengatasi panas. Ini termasuk obat-obatan yang membatasi peningkatan detak jantung, menurunkan tekanan darah dengan merelaksasi pembuluh darah, atau mengganggu keringat.</p>
<p>Suhu inti meningkat sekitar setengah derajat selama tahap akhir kehamilan karena hormonal dan peningkatan metabolisme. </p>
<p>Janin dan plasenta yang tumbuh juga menuntut aliran darah tambahan. Janin yang terpapar panas ekstrem dapat memicu kelahiran prematur dan <a href="http://dx.doi.org/10.1289/ehp.125-A25">masalah kesehatan seumur hidup</a>, seperti cacat jantung bawaan.</p>
<h2>Bisakah kita menyesuaikan diri saja?</h2>
<p>Tubuh kita dapat menyesuaikan diri dengan suhu panas, tetapi proses ini <a href="http://www.mdpi.com/1660-4601/12/7/8034">ada batasnya</a>. Beberapa suhu terlalu panas bagi jantung, juga bagi keringat untuk memberikan pendinginan yang efektif, terutama jika kita perlu bergerak atau berolahraga.</p>
<p>Kita juga dibatasi oleh kapasitas ginjal guna menghemat air dan elektrolit, serta <a href="http://www.mdpi.com/1660-4601/12/7/8034">batas atas jumlah air</a> yang dapat diserap usus manusia.</p>
<p>Keringat berlebih menyebabkan defisit cairan dan elektrolit, dan ketidakseimbangan
elektrolit yang dihasilkan dapat mengganggu irama jantung.</p>
<p>Peristiwa kematian massal kini sering ditemui terutama saat terjadi gelombang panas di negara-negara yang memang panas, seperti <a href="https://theconversation.com/a-heatwave-thats-too-hot-for-india-to-handle-with-more-to-come-42468">India</a> dan Pakistan. Ini terjadi ketika panas ekstrem mendekati suhu 50°C, melebihi kapasitas tubuh manusia untuk menjaga kisaran suhu inti yang aman.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/could-we-acclimatise-to-the-hotter-summers-to-come-11507">Could we acclimatise to the hotter summers to come? </a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Gelombang panas akan terjadi lebih parah, lebih sering, dan berlangsung lebih lama. Kita tidak bisa sepenuhnya menjalani hidup di dalam ruangan dengan pendingin udara karena kita butuh keluar rumah untuk bepergian, bekerja, berbelanja, dan membantu kelompok yang lebih rentan. Manusia, hewan, dan sistem sosial kita bergantung pada aktivitas manusia. </p>
<p>Selain itu, dengan suhu 50°C di siang hari, pendingin ruangan akan menghabiskan energi lebih besar untuk menurunkan suhu 25°C dari udara sekitar.</p>
<p><em>Franklin Ronaldo menerjemahkan artikel ini dari bahasa inggris</em>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/124587/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Liz Hanna sebelumnya menerima dana dari NHMRC. Dr Hanna merupakan Honorary di Australian National University dan Chairs the Environmental Health Working Group of the World Federation of Public Health Associations.
</span></em></p>Berdasarkan standar internasional, suhu rata-rata di Australia sudah dinyatakan tinggi, tetapi apa yang terjadi ketika suhu terus naik? Seberapa panas yang bisa ditahan oleh tubuh kita?Liz Hanna, Honorary Senior Fellow, Australian National UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1206102019-07-20T02:47:16Z2019-07-20T02:47:16ZKementerian Lingkungan Hidup gagal komunikasikan risiko polusi udara ke warga Jakarta<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/284716/original/file-20190718-116543-1si8qci.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C5455%2C3631&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Potret dari udara menggambarkan polusi udara di Jakarta, tanggal 24 April 2019. </span> <span class="attribution"><span class="source">www.shutterstock.com</span></span></figcaption></figure><p>Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Indonesia gagal dalam mengkomunikasikan risiko polusi udara di ibukota, Jakarta, dan daerah sekitarnya. </p>
<p>Data yang disajikan di <a href="http://iku.menlhk.go.id/">situs kementerian</a> menunjukkan Jakarta memiliki kualitas udara yang baik, sehingga tidak perlu untuk memperingatkan masyarakat tentang risiko kesehatan dari polusi udara kotor. Namun, data dari aplikasi dari negara Swiss, AQ AirVisual menginformasikan sebaliknya.</p>
<p>Menurut data AirVisual, yang bersumber dari monitor kualitas udara kedutaan Amerika Serikat, Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)Indonesia dan Greenpeace Indonesia, Jakarta dan provinsi tetangganya, Banten, merupakan wilayah dengan <a href="https://www.airvisual.com/world-most-polluted-cities/world-air-quality-report-2018-en.pdf">udara paling kotor di dunia</a>. Kondisi udara kotor akan berdampak kepada kesehatan masyarakat.</p>
<p>Kementerian LHK menanggapi informasi ini dengan menyatakan bahwa data AQ AirVisual <a href="https://news.mongabay.com/2019/07/jakarta-residents-sue-government-over-worlds-filthiest-air-%20kualitas/">tidak akurat</a>.</p>
<p>Informasi yang saling bertentangan ini menciptakan ketidakpercayaan publik terhadap pemerintah dan mendorong <a href="https://edition.cnn.com/2019/07/02/health/jakarta-pollution-law-%20suit-intl-hnk%20/%20index.html">sekelompok warga yang menuntut pemerintah atas meningkatnya polusi udara</a>.</p>
<h2>Perbedaan data</h2>
<p>Selama ini, Kementerian LHK secara teratur memantau kualitas udara di Indonesia melalui perangkat yang dipasang di beberapa tempat strategis, seperti jalan atau daerah padat lainnya.</p>
<p>Perangkat ini mengumpulkan data kualitas udara yang digunakan kementerian dalam menghitung perhitungan Indeks Pencemaran Udara (API).</p>
<p>Indeks Polusi Udara ini menggunakan <a href="http://iku.menlhk.go.id/">skala 0 hingga 3000</a>. Dengan angka 0 sampai 51, berarti udara bersih. Skala angka 51 sampai 100, polusi sedang. Angka antara 101 dan 199 berarti udara dapat menyebabkan penyakit dan kisaran angka 200 sampai 299 udara sangat tidak sehat. Jika tingkat kualitas udara mencapai angka melebihi 300, berarti bahaya.</p>
<p>Indeks Standard Pencemaran Udara (ISPU) pada 16 Juli 2019 pukul 9 pagi menunjukkan Jakarta dan Banten berada pada kisaran 58 hingga 78. Level ini termasuk dalam kategori sedang.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/284681/original/file-20190718-116562-10utptl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/284681/original/file-20190718-116562-10utptl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=344&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/284681/original/file-20190718-116562-10utptl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=344&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/284681/original/file-20190718-116562-10utptl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=344&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/284681/original/file-20190718-116562-10utptl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=432&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/284681/original/file-20190718-116562-10utptl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=432&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/284681/original/file-20190718-116562-10utptl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=432&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Kualitas udara Jakarta berdasarkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan per 16 Juli 2019. Sumber: http://iku.menlhk.go.id/</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Menurut kementerian, kualitas udara yang turun di tingkat skala sedang <a href="http://iku.menlhk.go.id/">“tidak akan berpengaruh pada kesehatan manusia dan hewan, tetapi akan mempengaruhi tanaman sensitif dan nilai estetika”</a>.</p>
<p>Sementara itu, AQ AirVisual menggunakan Indeks Kualitas Udara Amerika Serikat (US AQI), salah satu standar kualitas udara yang paling dikenal di dunia. US AQI mengubah konsentrasi polutan di udara menjadi skala kode warna 0-500, agar mudah mewakili tingkat risiko kesehatan.</p>
<p>Monitor ini memberikan penilaian udara real-time dengan skor 0-50 menjadi kualitas udara “baik” yang tidak menimbulkan ancaman, 51-100 “sedang”, 101-150 “tidak sehat untuk kelompok sensitif”, 151–200 “tidak sehat”, 201– 300 “sangat tidak sehat” dan 301-500 berbahaya.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/284280/original/file-20190716-173351-ksn85z.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/284280/original/file-20190716-173351-ksn85z.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=294&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/284280/original/file-20190716-173351-ksn85z.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=294&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/284280/original/file-20190716-173351-ksn85z.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=294&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/284280/original/file-20190716-173351-ksn85z.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=370&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/284280/original/file-20190716-173351-ksn85z.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=370&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/284280/original/file-20190716-173351-ksn85z.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=370&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Kualitas udara Jakarta berdasarkan AQI AS pada 16 Juli 2019. Sumber: https://www.airvisual.com/</span>
</figcaption>
</figure>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/284251/original/file-20190716-173334-1c3317y.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/284251/original/file-20190716-173334-1c3317y.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=271&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/284251/original/file-20190716-173334-1c3317y.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=271&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/284251/original/file-20190716-173334-1c3317y.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=271&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/284251/original/file-20190716-173334-1c3317y.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=341&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/284251/original/file-20190716-173334-1c3317y.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=341&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/284251/original/file-20190716-173334-1c3317y.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=341&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Serpong kualitas udara provinsi Banten per 16 Juli 2019. https://www.airvisual.com/</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Standar US AQI untuk <em>Particulate Matter</em> 2.5 (PM2.5), satu dari empat polutan udara umum dengan diameter kurang dari 2,5 mikrometer, atau lebih kecil dari rambut manusia, sedikit lebih tinggi dari standar yang diterapkan oleh WHO.</p>
<p>Standar US AQI menentukan bahwa manusia hanya boleh terpapar kurang dari 12 mikrogram per meter kubik polutan dalam setahun. Sementara itu, WHO menetapkan maksimum hingga kurang dari sepuluh mikrogram per meter kubik per tahun.</p>
<p>Untuk paparan harian, WHO menyatakan 25 mikrogram per meter kubik sebagai ambang batas aman. Namun, Greenpeace Indonesia mengklaim <a href="https://news.mongabay.com/2019/07/jakarta-residents-sue-government-over-worlds-filthiest-%20kualitas%20udara/">ambang batas Indonesia hampir tiga kali lebih tinggi, yaitu 65 mikrogram per meter kubik</a>.</p>
<p>Jika kita mengikuti standar US AQI, Jakarta dan Banten, dengan skor 151-200, masuk dalam kategori “tidak sehat”.</p>
<p>Terlepas dari data kualitas udara <em>real-time</em>, aplikasi ini juga menyediakan informasi risiko kesehatan untuk setiap skor. Misalnya, ketika udara dianggap “<a href="http://support.airvisual.com/knowledgebase/articles/1185775-what-is-aqi">tidak sehat</a>” maka aplikasi ini memberikan informasi bahwa kondisi tersebut akan mengakibatkan masalah jantung dan paru-paru bagi bayi dan manula. Pada level ini, akan direkomendasikan untuk membatasi aktivitas di luar ruangan dan memakai masker anti-polusi.</p>
<h2>Udara bersih sebagai hak lingkungan setiap warga</h2>
<p>Setiap orang memiliki <a href="https://www.ohchr.org/Documents/Issues/Environment/SREnvironment/FrameworkPrinciplesUserFriendlyVersion.pdf">hak lingkungan</a> untuk tinggal di lingkungan yang aman, bersih, sehat dan berkelanjutan, bersamaan dengan hak untuk mencari, menerima dan menyebarkan informasi lingkungan.</p>
<p>Negara harus melindungi hak-hak lingkungan warganya dan Indonesia adalah salah satu negara yang secara formal telah menerima semua norma-norma hak lingkungan ini.</p>
<p>Keyakinan pemerintah bahwa polusi udara terkendali telah menciptakan informasi yang membingungkan. Beberapa media massa telah melaporkan masalah polusi udara yang disebabkan oleh transportasi pribadi (seperti mobil dan motor) dan <a href="https://jakarta.tribunnews.com/2019/01/10/polusi-di-kota-tangerang-meroket%20-pengamat-Lingkungan-jelaskan-bahayanyauntuk-balita">kegiatan industri</a>.</p>
<p>Studi sebelumnya telah menemukan polusi udara memiliki <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4776742/">efek kesehatan paru</a> seperti asma, penyakit paru obstruktif kronik (COPD), kanker paru-paru, dan infeksi pernapasan. Para peneliti juga menemukan korelasi antara polusi udara dan <a href="https://www.tandfonline.com/action/showCitFormats?doi=10.1080/10473289.2006.10464485">penyakit kardiovaskular</a>.</p>
<p><a href="https://www.tandfonline.com/doi/pdf/10.1080/10810730.2019.1574320">Memahami dan mengomunikasikan risiko pencemaran udara</a> sangat penting untuk memperingatkan masyarakat tentang dampaknya terhadap mereka. Masyarakat memiliki hak untuk mengetahui situasi lingkungan mereka saat ini dan menerima informasi yang jelas, tidak membingungkan atau informasi yang menyesatkan.</p>
<p>Dalam situasi saat ini, pemerintah telah gagal untuk mengkomunikasikan risiko dan mengabaikan untuk menginformasikan dan memberikan penilaian data lingkungan yang komprehensif kepada publik.</p>
<h2>Mengapa mengkomunikasikan risiko?</h2>
<p>Publik perlu tahu risiko kesehatan apa yang mereka hadapi dari polusi udara. Mereka juga perlu tahu apa yang bisa mereka lakukan untuk melindungi hidup, kesehatan mereka, keluarga dan komunitas mereka.</p>
<p>Para ahli dapat melakukan <a href="https://www.who.int/risk-communication/background/en/">komunikasi risiko</a> dengan menggunakan media sosial, media massa dan forum ajakan yang melibatkan masyarakat. </p>
<p>Mereka dapat berkomunikasi dan berbagi informasi kepada publik tentang ancaman kesehatan, ekonomi atau kesejahteraan sosial mereka. Ini dapat meningkatkan kesadaran publik dan membantu masyarakat merespon secara tepat untuk melindungi diri mereka sendiri.</p>
<p>Menurut <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK540729/">WHO</a>, komunikasi risiko bisa menjadi platform untuk membangun kepercayaan antara pemerintah dan masyarakat. Dengan menggunakan komunikasi risiko, pemerintah dapat menyatakan perang terhadap polusi udara, seperti yang <a href="https://www.taylorfrancis.com/books/e/9781315736761/chapters/10.4324/9781315736761-9">Cina telah lakukan</a>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/120610/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Juhri Selamet tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menegaskan bahwa kualitas udara masih “sedang tanpa dampak kesehatan”. Namun, data lain menyatakan sebaliknya.Juhri Selamet, Lecturer, Universitas Multimedia NusantaraLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1199962019-07-10T10:23:14Z2019-07-10T10:23:14ZMasker kain murah ternyata kurang mempan menahan polusi udara yang mematikan seperti di Jakarta<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/282992/original/file-20190708-51284-zltmu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=32%2C0%2C5304%2C3008&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Masker wajah yang digunakan oleh siswa dari Lab Aerosol Peltier, di Amerika Serikat kurang efektif dalam menangkal polusi partikel halus.</span> <span class="attribution"><span class="source">Richard E. Peltier, Author provided</span></span></figcaption></figure><p>Mereka yang pernah menginjakkan kaki di kota-kota besar di negara berkembang tidak luput menceritakan pengalaman berhadapan dengan polusi udara. Kota-kota seperti New Delhi di India, Jakarta di Indonesia, Accra di Ghana, Kathmandu di Nepal, dan kota-kota lainnya harus bergulat dengan pencemaran udara yang berasal dari knalpot kendaraan dan pembakaran sampah. </p>
<p>Untuk pencemaran udara, perhatian serius yang perlu diberikan kepada konsentrasi partikulat, atau dikenal sebagai PM, yaitu sejenis partikel yang ukurannya jauh lebih kecil dari rambut manusia. </p>
<p>Partikel-partikel ini biasanya diproduksi ketika bahan kimia hasil dari pembakaran bahan bakar bereaksi di atmosfer. Sesudah terbentuk, angin dapat mengangkut partikel berbahaya ini ke tempat dengan jarak yang jauh. </p>
<p>Paparan dari partikulat ini menyebabkan hampir <a href="http://www.healthdata.org/news-release/poor-air-quality-kills-55-million-worldwide-annually">enam juta kematian prematur setiap tahunnya</a>. Sebagian besar kematian ini terjadi ketika paparan PM berujung pada serangan jantung, stroke, atau penyakit paru-paru. Namun banyak orang belum menyadari bahwa polusi udara merupakan penyebab utama. Akibatnya, banyak orang memandang polusi udara sebatas masalah kualitas hidup, bukan sebagai masalah kesehatan global.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/137255/original/image-20160909-13353-2d5aus.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/137255/original/image-20160909-13353-2d5aus.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=419&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/137255/original/image-20160909-13353-2d5aus.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=419&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/137255/original/image-20160909-13353-2d5aus.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=419&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/137255/original/image-20160909-13353-2d5aus.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=526&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/137255/original/image-20160909-13353-2d5aus.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=526&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/137255/original/image-20160909-13353-2d5aus.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=526&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Perbandingan ukuran konsentrat partikulat (PM).</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.epa.gov/sites/production/files/2016-05/pm2_5_scale_graphic-color-jmh-new.png">U.S. Environmental Protection Agency</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kami pun mempelajari bagaimana polusi udara mempengaruhi kesehatan masyarakat yang dilakukan di <a href="http://people.umass.edu/aerosollab/">laboratorium saya</a>, di Peltier Aerosol Lab, University of Massachusetts Amherst, Amerika Serikat. Penelitian ini berlangsung sejak tahun 2013 hingga 2017, namun kami masih tetap melakukan riset lanjutan terkait dengan penggunaan masker dan isu pencemaran udara lainnya. </p>
<p>Kami menganalisis seberapa efektifnya beberapa jenis masker wajah untuk melindungi pengguna dari tingkat bahaya PM. </p>
<p>Berdasarkan<a href="http://www.nature.com/jes/journal/vaop/ncurrent/abs/jes201642a.html">hasil penelitian</a> kami, tidak ada masker yang 100% efektif dan masker kain murah yang banyak digunakan banyak di negara berkembang sangat sedikit memberikan perlindungan. Lebih lanjut, penemuan ini juga menyoroti perlunya mengurangi polusi udara dan menyiapkan strategi perlindungan yang lebih baik dengan mendidik masyarakat tentang cara-cara menghindari paparan polusi udara.</p>
<h2>Kain atau kertas</h2>
<p>Menurut Badan Kesehatan Dunia, <a href="http://www.who.int/phe/health_topics/outdoorair/databases/cities/en/">98% kota</a> di negara-negara berkembang dan 56% negara maju tidak memenuhi standar kualitas udara yang telah ditetapkan organisasi internasional tersebut. </p>
<p>Level PM per jam dari kota New Delhi dapat melonjak setinggi 350 mikrogram per meter kubik saat kualitas udara memburuk. Bandingkan dengan kualitas udara di Houston di Amerika Serikat saat hari kerja padat yang hanya mencapai angka tertinggi, sekitar 20 mikrogram per meter kubik.</p>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/137777/original/image-20160914-4983-7npbja.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/137777/original/image-20160914-4983-7npbja.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/137777/original/image-20160914-4983-7npbja.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/137777/original/image-20160914-4983-7npbja.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/137777/original/image-20160914-4983-7npbja.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/137777/original/image-20160914-4983-7npbja.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/137777/original/image-20160914-4983-7npbja.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/137777/original/image-20160914-4983-7npbja.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Masker kain seperti ini dapat menghilangkan setidaknya 15% debu halus dari udara yang dihisap oleh para pemakai (klik untuk tampilan yang lebih besar).</span>
<span class="attribution"><span class="source">Richard Peltier</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Untuk studi ini, kami membandingkan enam jenis masker wajah yang terbuat dari beberapa bahan, termasuk kain, kertas, dan polipropilena (polimer termo-plastik yang biasa digunakan pada industri kimia) dan mengukur seberapa efektif bahan tersebut melindungi pemakainya. </p>
<p>Kami menempelkan setiap masker ke kepala berbusa yang ditempatkan di ruang tertutup. Kemudian, kami mengisi ruangan dengan PM dan mengukur perbedaan antara konsentrasi partikulat dalam ruangan dengan yang berhasil menembus masing-masing masker. </p>
<p>Dalam penelitian, kami memberikan perhatian kepada masker kain murah yang banyak digunakan di negara berkembang. Masker-masker tersebut berupa potongan-potongan kain yang melar, dikenakan di atas mulut dan hidung, serta disematkan oleh kain di telinga. Masker ini dapat dibeli dengan harga kurang dari satu dolar (Rp14 ribu), cukup terjangkau untuk penduduk kota berpenghasilan rendah. Masker ini dapat dicuci dan digunakan kembali berkali-kali.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/137448/original/image-20160912-19269-cp2rmm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/137448/original/image-20160912-19269-cp2rmm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/137448/original/image-20160912-19269-cp2rmm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/137448/original/image-20160912-19269-cp2rmm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/137448/original/image-20160912-19269-cp2rmm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/137448/original/image-20160912-19269-cp2rmm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/137448/original/image-20160912-19269-cp2rmm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Jalanan di Hanoi, Vietnam.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/letiziairoldi/5783421585/in/photostream/">Letizia Airoldi/Flickr</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/">CC BY-NC-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Dalam pengujian kami, masker wajah yang sering dipakai di negara berkembang memiliki kinerja yang paling buruk. Tipe ini hanya sanggup menghentikan 15% hingga 57% partikulat dari udara sebelum akhirnya menembus masker.</p>
<p>Artinya, saat hari yang padat polusi di New Delhi, sebanyak 85% PM dapat melewati masker dan mencapai paru-paru pemakai, atau sekitar 300 mikrogram per meter kubik PM. Angka ini sepuluh kali lebih tinggi dari standar yang ditetapkan oleh WHO untuk PM.</p>
<p>Sebagai perbandingan, kami menguji juga <a href="https://www.cdc.gov/niosh/npptl/topics/respirators/disp_part/n95list1.html">masker wajah</a> <a href="http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21154105">bersertifikat N95</a> yang terbuat dari polipropilena, kain sintetis bukan tenunan. </p>
<p>Masker jenis ini berhasil <a href="https://www.cdc.gov/niosh/docs/96-101/">menghilangkan 95% partikulat</a>. Standar untuk masker bersertifikat N95 memang dirancang untuk memberikan perlindungan yang memadai bagi pekerja yang beriisko terkena paparan PM, seperti pertambangan, permesinan, dan pekerjaan berbahaya lainnya.</p>
<p>Masker lain, termasuk kain dan versi selulosa dengan lipatan, menunjukkan hasil hampir sama seperti masker N95. </p>
<p>Namun, dari semua masker yang kami uji–termasuk masker N95–tidak ada yang terbukti efektif menyaring campuran udara dan gas buang kendaraan yang biasa dihadapi oleh masyarakat perkotaan. </p>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/137776/original/image-20160914-4944-1wt72a5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/137776/original/image-20160914-4944-1wt72a5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/137776/original/image-20160914-4944-1wt72a5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/137776/original/image-20160914-4944-1wt72a5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/137776/original/image-20160914-4944-1wt72a5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/137776/original/image-20160914-4944-1wt72a5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/137776/original/image-20160914-4944-1wt72a5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/137776/original/image-20160914-4944-1wt72a5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Masker kain pas wajah dengan lubang pernafasan (klik untuk gambar yang lebih besar).</span>
<span class="attribution"><span class="source">Richard Peltier</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Meskipun penelitian kami berfokus pada PM, penting untuk dicatat bahwa polusi udara melibatkan campuran bahan kimia dan sumber yang berbeda, serta partikel mikroskopis dari berbagai ukuran yang dapat berubah seiring waktu. </p>
<p>Secara umum, semua masker yang kami uji cukup baik untuk perlindungan dari partikel berukuran besar. Namun, masker yang paling murah memberikan perlindungan terbatas bagi ancaman debu sangat halus. Tidak ada masker yang bisa memberikan perlindungan 100%.</p>
<p>Peraturan yang ada mungkin bisa memastikan masker digunakan dengan benar, namun karakter penduduk perkotaan yang selalu sibuk tidak akan memperhatikan detail, seperti menyesuaikan ukuran masker dengan wajah mereka. </p>
<h2>Butuh opsi yang lebih baik</h2>
<p>Pada kota-kota yang sangat tercemar, partikulat seringkali jauh lebih kecil daripada partikel 300-nanometer yang digunakan di laboratorium kami, terutama di dekat sumber pembakaran seperti mobil dan truk atau api terbuka. </p>
<p>Semakin kecil partikel, semakin sulit untuk disaring. Bahkan, masker N95 tidak dirancang untuk sumber polusi udara perkotaan yang tradisional. Ini berarti jika pengguna di negara berkembang menggunakan masker N95 yang cukup mahal, sebagian kecil dari partikulat berbahaya tetap masih akan mencapai paru-paru mereka.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/137449/original/image-20160912-19237-1nrm4rr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/137449/original/image-20160912-19237-1nrm4rr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/137449/original/image-20160912-19237-1nrm4rr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/137449/original/image-20160912-19237-1nrm4rr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/137449/original/image-20160912-19237-1nrm4rr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/137449/original/image-20160912-19237-1nrm4rr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/137449/original/image-20160912-19237-1nrm4rr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Asap di Kairo mengaburkan pandangan piramida.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/94693506@N00/2419349835">Nina Hale/Flickr</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Beberapa inovator telah merancang <a href="http://www.vogmask.com">masker kain</a> yang lebih baik dan mirip dengan masker bersertifikat N95. Desain baru ini memenuhi standar N95, namun masih belum jelas seberapa efektif bagi pengemudi taksi di Karachi, India atau penjaga toko di Ho Chi Minh, Vietnam. </p>
<p>Bagi sebagian besar negara berkembang, produk-produk ini tidak terjangkau. Sehingga sebagian besar masyarakat cenderung menggunakan masker kain murah.</p>
<p>Apakah mungkin merancang masker murah yang dapat memberikan perlindungan lebih baik? Mungkin. </p>
<p>Namun, sebelum hal itu terjadi, kita tidak bisa membiarkan para pengguna masker murah berasumsi bahwa mereka akan sepenuhnya terlindungi dari polusi udara. Meski demikian, sejumlah masker ini dapat memberikan sedikit perlindungan. Ini lebih baik daripada tidak sama sekali. </p>
<p>Lebih lanjut, masyarakat juga perlu membuat pilihan tentang lingkungan mereka, misalnya perlukah merokok, keputusan untuk tinggal di mana, hingga apakah perlu terjebak dalam kemacetan. Sementara, untuk jangka panjang, kita juga tetap mencari solusi mengurangi polusi udara dari sumbernya. </p>
<p><em>Amira Swastika menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/119996/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Richard E. Peltier tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Masker muka dari kain murah yang dikenakan oleh banyak orang di negara-negara berkembang yang sangat tercemar, ternyata hanya menawarkan perlindungan parsial.Richard E. Peltier, Associate Professor of Environmental Health Sciences, UMass AmherstLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1170132019-05-23T04:06:34Z2019-05-23T04:06:34ZLimbah tanah, air, dan udara dapat diubah menjadi sesuatu yang bermanfaat<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/274534/original/file-20190515-60541-1c3ztm8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C2%2C1353%2C663&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Fitoremediasi menggunakan tanaman untuk membersihkan polutan beracun.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/water-lettuce-pistia-stratiotes-garden-aquarium-1218161668?src=0jor_5MC97TnbFp-yZLbDQ-1-0">Jovana Pantovic/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Memecahkan masalah lingkungan biasanya hanya berujung pada usaha membersihkan kekacauan yang telah dibuat orang. Tetapi para ilmuwan semakin tertarik untuk menciptakan sesuatu yang berharga dari polusi. “Sampah satu orang adalah harta orang lain,” kata mereka, dan para peneliti kini telah menunjukkan beberapa cara agar produk yang berguna dapat berasal dari limbah di industri dan pertanian sehingga bisa digunakan juga untuk memulihkan tanah, air, dan udara yang terkontaminasi.</p>
<h2>Polusi udara</h2>
<p>Satu masalah lingkungan yang mendesak untuk diselesaikan adalah masalah emisi gas karbon dioksida yang menyebabkan perubahan iklim. Peneliti sedang mengembangkan proses yang dapat <a href="https://royalsociety.org/-/media/policy/projects/carbon-dioxide/policy-briefing-potential-and-limitations-of-using-carbon-dioxide.pdf">menangkap karbon dioksida dan mengubahnya</a> menjadi bahan kimia bermanfaat, seperti <a href="https://www.intechopen.com/books/carbon-dioxide-chemistry-capture-and-oil-recovery/carbon-dioxide-conversion-to-methanol-opportunities-and-fundamental-challenges">metanol</a>–yang dapat digunakan sebagai <a href="https://www.youtube.com/watch?v=XfJe93cEkqk">sel bahan bakar</a>–atau urea, yang dapat digunakan sebagai <a href="http://www.zeroco2.no/projects/co2-recovery-plant-to-urea-production-in-abu-dhabi">pelarut pada industri kimia</a>, pada <a href="https://hub.globalccsinstitute.com/publications/accelerating-uptake-ccs-industrial-use-captured-carbon-dioxide/appendix-b-co2-feedstock">pupuk nitrogen</a>, dan pada <a href="https://www.agro-chemistry.com/news/bioreco2ver-turning-co2-chemicals-using-bioconversion/">asam laktat</a>;yang dapat digunakan sebagai pengawet makanan.</p>
<p>Karbon dioksida juga dapat ditangkap dan digunakan untuk menumbuhkan alga, yang kemudian dapat dipanen untuk biofuel.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/268572/original/file-20190410-2905-1xil7qq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/268572/original/file-20190410-2905-1xil7qq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/268572/original/file-20190410-2905-1xil7qq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/268572/original/file-20190410-2905-1xil7qq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/268572/original/file-20190410-2905-1xil7qq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/268572/original/file-20190410-2905-1xil7qq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/268572/original/file-20190410-2905-1xil7qq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Alga dapat ditanam dan dipanen untuk biofuel.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/photobioreactor-lab-algae-fuel-biofuel-industry-229657336?src=HfY_kyKU-mV4B4vSLHm54w-1-5">Aleksandar Milutinovic/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Polusi air</h2>
<p>Air limbah–yang mengalir dari rumah, kantor, dan tempat lain–mengandung racun dan <a href="http://ec.europa.eu/environment/archives/waste/sludge/pdf/sludge_pollutants_xsum.pdf">polutan organik</a> yang dihilangkan oleh fasilitas pengolahan mengalir ke sungai dan laut. Namun, para peneliti mencoba untuk memulihkan dan mengubah bahan organik ini menjadi sesuatu yang bermanfaat. Fosfor dan nitrogen adalah nutrisi tanah penting yang ditemukan dalam air limbah yang dapat digunakan kembali oleh lahan pertanian sebagai pupuk.</p>
<p>Para peneliti juga telah “mengajarkan” mikroorganisme untuk memecah zat organik beracun yang ditemukan dalam air limbah sehingga dapat menghasilkan listrik. Selain membersihkan air, <a href="https://www.youtube.com/watch?v=ZotwUJAb8R4">sel bahan bakar mikroba</a> akan mengubah fasilitas pengolahan air limbah menjadi baterai raksasa untuk energi hijau karena bakteri yang aktif secara elektrokimia mengurangi kandungan zat organik dan melepaskan elektron untuk menghasilkan arus listrik.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/268571/original/file-20190410-2924-uxupto.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/268571/original/file-20190410-2924-uxupto.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=391&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/268571/original/file-20190410-2924-uxupto.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=391&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/268571/original/file-20190410-2924-uxupto.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=391&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/268571/original/file-20190410-2924-uxupto.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=492&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/268571/original/file-20190410-2924-uxupto.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=492&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/268571/original/file-20190410-2924-uxupto.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=492&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Senyawa organik pada air limbah dapat digunakan ulang sebagai pupuk.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/agriculture-farmer-spraying-fertilizer-on-his-527595790?src=h-DzmZAKv0N0k8d3mHjrwQ-1-5">Aleksandar Milutinovic/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Polusi tanah</h2>
<p>Tanah yang terkontaminasi dengan logam berat merupakan masalah yang sangat sulit dipecahkan. Biasanya, satu-satunya solusi adalah dengan menggali tanah yang terkontaminasi dan membuangnya di tempat pembuangan sampah. Meski begitu, racun dalam tanah dapat keluar dan masuk ke penampungan air bawah tanah, yang berpotensi diserap oleh tanaman dan tanaman pangan yang sedang bertumbuh. Metode alternatif lainnya melibatkan kombinasi fitoremediasi atau proses dekontaminasi tanah dengan menggunakan tanaman untuk menyerap logam berat atau polutan lain dan [<a href="https://cordis.europa.eu/docs/publications/1236/123655621-6_en.pdf"><em>biorefinery</em></a>]</p>
<p><em>Biorefinery</em> berarti menjadikan biomassa–seperti limbah makanan dan sisa tanaman dari pertanian–menjadi komoditas berharga. Fitoremediasi membersihkan polusi lingkungan menggunakan tanaman untuk mengekstraksi logam dari tanah yang terkontaminasi dengan cara yang sama yang dilakukan mawar putih ketika menyerap pewarna makanan merah dari air yang diwarnai dan sehingga kelopaknya bertumbuh menjadi merah.</p>
<figure class="align-right ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/268567/original/file-20190410-2921-1mz0kbq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/268567/original/file-20190410-2921-1mz0kbq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=988&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/268567/original/file-20190410-2921-1mz0kbq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=988&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/268567/original/file-20190410-2921-1mz0kbq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=988&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/268567/original/file-20190410-2921-1mz0kbq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1242&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/268567/original/file-20190410-2921-1mz0kbq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1242&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/268567/original/file-20190410-2921-1mz0kbq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1242&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Rumput Cina (<em>Pteris vittata</em>) dapat mengumpulkan arsenik selama pertumbuhan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/b9/Pteris_vittata.jpg">Franz Xaver/Shutterstock</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Rumput Cina (<em>Pteris vittata</em>) dapat mengumpulkan arsenik selama ia bertumbuh dan dapat digunakan untuk membersihkan<a href="https://www.bgs.ac.uk/gbase/maps/soil/arsenic.html"> daerah yang terkontaminasi arsenik</a>. Hal ini terjadi pada tanah yang mengelilingi bekas tambang di Cornwall dan Devon. Fitoremediasi dapat membantu memulihkan unsur tanah langka dan logam berharga dari tempat paling terpolusi di dunia seperti <a href="http://www.greenpeace.org/eastasia/campaigns/toxics/problems/e-waste/guiyu/">kota Guiyu di Cina</a>, yang terkontaminasi parah akibat <a href="https://collections.unu.edu/eserv/UNU:1624/ewaste-in-china.pdf">pembuangan limbah listrik</a>.</p>
<p>Dengan memanen tanaman yang mengumpulkan logam beracun dalam sel mereka, logam beracun tersebut dapat dihilangkan dari lingkungan. Biomassa tanaman kemudian dapat diproses untuk menghasilkan energi, bahan bakar atau bahan kimia industri, membuat seluruh proses ini berkelanjutan.</p>
<p>Insinyur lingkungan hidup menggunakan imajinasi mereka untuk membersihkan lingkungan dan mengunakan potensi limbah pada saat yang bersamaan. Seiring dengan meningkatnya kerusakan lingkungan kita, pemikiran yang jauh lebih kreatif akan semakin kita perlukan.</p>
<p><em>Las Asimi Lumban Gaol menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/117013/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Maria Sotenko tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Ilmuwan sedang mencari cara untuk menghasilkan sesuatu yang berguna dari polusi di lingkungan kita.Maria Sotenko, Lecturer in Chemical Engineering, Loughborough UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1132752019-03-22T06:53:23Z2019-03-22T06:53:23ZPenyaring udara lebih banyak bahayanya dari manfaatnya<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/265126/original/file-20190321-93057-12876p1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C2%2C1000%2C663&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption"></span> </figcaption></figure><p>Baru-baru ini saya berada di pameran alat-alat elektronik di Las Vegas, Amerika Serikat yang membahas tentang teknologi terobosan baru yang mungkin suatu hari Anda temukan di dalam ponsel Anda untuk melakukan sensor terhadap polusi. Pameran tersebut menunjukkan terobosan besar berikutnya untuk teknologi dalam rumah bisa bermacam-macam, mulai dari bak pasir pintar untuk membuang kotoran kucing hingga teko yang terhubung dengan internet, dengan didukung teknologi <em>machine learning</em> yang misterius dan blockchain yang sulit dimengerti. </p>
<p>Tetapi tidak dapat disangkal bahwa produk yang menjamin kualitas udara yang menjadi tren bagi konsumen. Sebagian besar produsen besar memiliki beragam produk. Banyak juga perusahaan start-up yang menawarkan varian baru–termasuk robot yang <a href="https://www.pcworld.com/article/247852/robotic_air_purifier_absorbs_impurity_geekier_than_roomba.html">berkeliaran di sekitar rumah Anda</a> dan perangkat aneh yang terinspirasi alam yang <a href="https://www.digitaltrends.com/home/natede-air-purifier/">meniupkan udara di atas daun</a> pada tanaman hias. </p>
<p>Jika Anda tinggal di Eropa, mungkin dengan mudah Anda berkesimpulan bahwa perangkat-perangkat ini tidak akan populer, tetapi penilaian Anda salah karena jumlah pengguna alat penyaring udara ini terus berkembang di Asia dan sekitarnya. Perangkat ini dijual karena orang menginginkannya, dan pasarnya bisa bernilai lebih dari <a href="https://www.prnewswire.com/news-releases/global-air-purifiers-market-2017-2018--2023---market-is-estimated-to-reach-33-billion-300652644.html">US$30 miliar atau Rp 424 triliun per tahun</a> pada 2023.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"600628876277059584"}"></div></p>
<p>Dalam beberapa hal, penyaring udara dalam ruangan adalah teknologi yang memberdayakan individu. Di rumah yang tertutup rapat, penyaringan udara jelas <a href="https://www.epa.gov/indoor-air-quality-iaq/air-cleaners-and-air-filters-%20rumah">mengurangi</a> konsentrasi partikel-partikel kecil yang berbahaya, terutama jika rumah tersebut berada di suatu tempat dengan banyak polusi di luar ruangan, seperti pusat kota Beijing, Cina atau Delhi, India.</p>
<p>Bukti bahwa alat penyaring udara dapat menghilangkan gas berbahaya di dalam ruangan, termasuk <a href="http://eprints.whiterose.ac.uk/127939/1/Science6377_Lewis.pdf">senyawa organik yang mudah menguap</a> dari cat dan lem masih dipertanyakan. Beberapa alat membuat gas menempel pada penyaring yang terbuat dari arang, tetapi sedikit data yang menunjukkan bahwa ini benar-benar efektif. Terdapat penyaring udara lain yang menggunakan radiasi UV untuk mempercepat reaksi kimia yang mengubah gas berbahasa tersebut menjadi karbon dioksida dan air. Namun, produsen belum menerbitkan data yang menjamin bahwa proses ini tidak mengubah senyawa yang relatif jinak menjadi sesuatu yang lebih berbahaya.</p>
<p>Penyaringan udara luar sejauh ini terbukti tidak efektif, karena <a href="https://theconversation.com/beware-chinas-anti-smog-tower-and-other-plans-to-pull-pollution-%20from-the-air-90596">atmosfer kita sangat luas</a> dibanding ukuran sistem penyaringan. Namun, di dalam ruangan, keseimbangan bergeser. Rumah memiliki volume udara yang diukur dalam ratusan hingga beberapa ribu meter kubik, dan jika ada angin masuk dari luar, udara dalam ruangan ditukar dengan udara luar mungkin sekali per jam. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/259713/original/file-20190219-43270-hggjyv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/259713/original/file-20190219-43270-hggjyv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/259713/original/file-20190219-43270-hggjyv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/259713/original/file-20190219-43270-hggjyv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/259713/original/file-20190219-43270-hggjyv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/259713/original/file-20190219-43270-hggjyv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/259713/original/file-20190219-43270-hggjyv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/259713/original/file-20190219-43270-hggjyv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Penyaringan udara memiliki dampak yang lebih besar di kota-kota berasap seperti Delhi.</span>
<span class="attribution"><span class="source">travelwild / shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Namun biaya penyaringan mungkin lebih besar daripada yang seharusnya. Sebagian besar pembersih udara menggunakan membran selulosa atau polimer yang diganti setiap bulan. Penggantian ini sering menjadi bagian dari pelayanan reguler dari produk yang ditawarkan. Udara didorong melalui filter dengan kipas dan pompa yang menggunakan energi sebesar antara 100 watt (setara dengan bola lampu yang sangat terang) hingga 1.000 watt (microwave), tergantung pada ukuran pembersih udara dan rumah.</p>
<p>Dalam hal ini, kualitas udara yang buruk kemudian berdampak pada iklim karena meningkatkan kebutuhan listrik di rumah dan kota, dan tentu saja tagihan listrik pengguna langsung menambah. Tuntutan daya penyaringan udara tidak sebesar pendingin udara, tetapi berpotensi berjalan 365 hari dalam setahun, tidak hanya di musim panas. Jika Anda menambah 500 watt ke jutaan rumah yang sudah melakukannya, ini menjadi masalah besar.</p>
<h2>Pengumpulan zat kimia</h2>
<p>Lalu ada masalah besar yang belum dibahas. Apa yang terjadi pada jutaan filter partikel mikrofiber yang penuh karbon aktif? Saya mengajukan pertanyaan itu lebih dari dua puluh kali di Las Vegas dan jawabannya selalu sama–Anda membuangnya ke tempat sampah.</p>
<p>Haruskah kita peduli? Mungkin saja. Filter di rumah yang menyaring partikel akhirnya mengumpulkan beberapa bahan kimia beracun yang ada di udara luar–logam berat, senyawa aromatik dari kayu bakar dan batu bara, unsur nitrosamin dari asap rokok, dan lainnya. Sebuah filter mungkin menyaring ribuan miligram (dan mungkin lebih) senyawa kimia yang awalnya ada di udara pada konsentrasi yang sangat cair dan yang sebelumnya mungkin berada pada lapisan yang sangat tipis di area yang luas.</p>
<p>Jika ratusan juta filter dari jutaan rumah kemudian dibuang ke tempat pembuangan akhir yang sama, kita hanya menggandakan masalah. Apakah kita hanya memindahkan masalah dari udara ke tanah dan air? Tidak jelas apakah hal ini atau konsekuensi naiknya permintaan daya listrik jika ratusan juta orang mulai menyaring udara di rumah masing-masing pernah dipikirkan dengan jernih. (Berpikir lebih positif sejenak: mungkin jutaan filter limbah tersebut akan memberi seseorang kesempatan untuk “menambangnya”?)</p>
<p>Ada beberapa kesimpulan yang bisa ditarik, yang paling mengejutkan adalah ada peluang bisnis bagi seseorang dalam setiap krisis. Tetapi solusi khusus ini datang dengan biaya yang belum dihitung dengan baik. Pastinya, penyaring udara menambah permintaan listrik, hal tersebut membutuhkan bahan baku dan sumber daya untuk membangun, memelihara, serta menyokongnya. dan itu mungkin menciptakan masalah pembuangan limbah kimia yang belum kita evaluasi. Semua ini memperkuat prinsip ilmiah bahwa lebih baik menghentikan polusi pada sumbernya daripada mencoba untuk membersihkan sesudahnya.</p>
<p><em>Jamiah Solehati menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/113275/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Alastair Lewis currently receives funding for basic research on air pollution science and technology from the Natural Environment Research Council, Defra, BEIS, Syft Technologies and Givaudan UK Ltd.</span></em></p>Menyaring udara menghabiskan banyak daya dan menumpuk zat kimia berbahaya di pembuangan akhir.Alastair Lewis, Science Director at the National Centre for Atmospheric Science, University of YorkLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.