tag:theconversation.com,2011:/us/topics/geologi-42098/articlesGeologi – The Conversation2024-01-26T03:51:03Ztag:theconversation.com,2011:article/2214672024-01-26T03:51:03Z2024-01-26T03:51:03ZBagaimana bagian dalam Bumi bisa tetap sepanas permukaan Matahari selama miliaran tahun?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/570169/original/file-20230112-43582-jetsqy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C21%2C4685%2C3672&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Irisan yang terlihat pada bagian Bumi yang memperlihatkan intinya, digambarkan dengan warna kuning cerah.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/photo/earth-section-royalty-free-image/174700926">fhm/E+ via Getty Images</a></span></figcaption></figure><blockquote>
<p>** Bagaimana bagian dalam Bumi tetap panas mendidih selama miliaran tahun? Henry, usia 11 tahun, Somerville, Massachusetts**</p>
</blockquote>
<hr>
<p>Bumi kita memiliki struktur berlapis-lapis seperti bawang. </p>
<p>Mulai dari atas ke bawah, ada kerak, yang meliputi permukaan yang kita pijak. Lebih jauh ke bawah ada mantel yang sebagian besar berupa batuan padat. </p>
<p>Lebih dalam lagi, adalah lapisan inti luar yang terbuat dari besi cair. Struktur terakhir adalah inti dalam, yang terbuat dari besi padat, dengan radius 70% ukuran Bulan. </p>
<p>Semakin dalam lapisannya, suhunya semakin panas. bagian inti sama panasnya dengan permukaan Matahari.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/504301/original/file-20230112-52283-32zsaz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="struktur lapisan bumi" src="https://images.theconversation.com/files/504301/original/file-20230112-52283-32zsaz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/504301/original/file-20230112-52283-32zsaz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=405&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/504301/original/file-20230112-52283-32zsaz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=405&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/504301/original/file-20230112-52283-32zsaz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=405&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/504301/original/file-20230112-52283-32zsaz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=509&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/504301/original/file-20230112-52283-32zsaz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=509&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/504301/original/file-20230112-52283-32zsaz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=509&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Ilustrasi ini menggambarkan empat bagian di bawah permukaan Bumi.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/illustration/the-structure-of-planet-earth-royalty-free-illustration/1256173927">eliflamra/iStock via Getty Images Plus</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Perjalanan ke pusat Bumi</h2>
<p>Sebagai <a href="https://scholar.google.com/citations?user=DpHUpCwAAAAJ&hl=en&oi=ao">profesor ilmu bumi dan planet</a>, saya mempelajari bagian dalam dunia kita. Seperti halnya seorang dokter dapat menggunakan teknik yang disebut <a href="https://blog.radiology.virginia.edu/ultrasound-definition-kids-imaging/">sonografi</a> untuk membuat gambar struktur di dalam tubuh kita dengan gelombang ultrasonik, para ilmuwan juga menggunakan teknik yang sama untuk memotret struktur internal Bumi. </p>
<p>Namun, alih-alih menggunakan <em>ultrasound</em>, para ahli geosains menggunakan <a href="https://easyscienceforkids.com/seismic-waves/">gelombang seismik</a>: gelombang suara yang dihasilkan oleh gempa bumi. </p>
<p>Di permukaan bumi, kamu melihat tanah, pasir, rumput, dan trotoar. <a href="https://www.amnh.org/learn-teach/curriculum-collections/earth-inside-and-out/inge-lehmann-discoverer-of-the-earth-s-inner-core">Getaran seismik mengungkapkan apa yang ada di bawahnya</a>: bebatuan, besar dan kecil. Ini semua adalah bagian dari kerak bumi, yang bisa turun hingga sejauh 20 mil (30 kilometer); yang mengapung di atas lapisan yang disebut mantel. </p>
<p>Bagian atas mantel biasanya bergerak bersama dengan kerak bumi. Bersama-sama, keduanya disebut <a href="https://education.nationalgeographic.org/resource/lithosphere">litosfer</a>, yang memiliki ketebalan rata-rata sekitar 60 mil (100 kilometer), meskipun bisa lebih tebal di beberapa lokasi. </p>
<p>Litosfer dibagi menjadi beberapa <a href="https://www.kidsdiscover.com/wp-content/uploads/2012/12/KIDS-DISCOVER-Plate-Tectonics.pdf">blok besar yang disebut lempeng</a>. Sebagai contoh, lempeng Pasifik berada di bawah seluruh Samudra Pasifik, dan lempeng Amerika Utara menutupi sebagian besar Amerika Utara. Lempeng-lempeng tersebut seperti potongan-potongan <em>puzzle</em> yang secara kasar saling menyatu dan menutupi permukaan Bumi.</p>
<p>Lempeng-lempeng itu tidak statis. Sebaliknya, mereka bergerak. Kadang-kadang hanya sepersekian inci dalam jangka waktu beberapa tahun. Di lain waktu, ada lebih banyak gerakan, dan lebih mendadak. Pergerakan seperti inilah yang memicu gempa bumi dan letusan gunung berapi. </p>
<p>Pergerakan lempeng merupakan faktor penting, dan mungkin sangat penting, yang mendorong evolusi kehidupan di Bumi. Sebab, lempeng yang bergerak mengubah lingkungan dan <a href="https://theconversation.com/plate-tectonics-may-have-driven-the-evolution-of-life-on-earth-44571">memaksa kehidupan untuk beradaptasi dengan kondisi baru</a>. </p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/3FoSAHk7DMA?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Kamu akan terkagum-kagum dengan semua kehidupan yang terjadi di bawah kakimu.</span></figcaption>
</figure>
<h2>Panasnya menyala</h2>
<p>Pergerakan lempeng membutuhkan mantel yang panas. Dan memang, ketika kamu masuk lebih dalam ke dalam Bumi, suhunya meningkat. </p>
<p>Di bagian bawah lempeng, sekitar 60 mil (100 kilometer) dalam, suhunya sekitar 2.400°F (1.300°C). </p>
<p>Saat mencapai batas antara mantel dan inti luar, yang berjarak 1.800 mil (2.900 km) ke bawah, suhunya hampir mencapai 5.000°F (2.700°C). </p>
<p>Kemudian, di perbatasan inti luar dan inti dalam, suhunya berlipat ganda, menjadi hampir 10.800°F (lebih dari 6.000°C). Itulah bagian yang <a href="https://www.livescience.com/29054-earth-core-hotter.html">sepanas permukaan Matahari</a>. </p>
<p>Di suhu tersebut, hampir semua benda—logam, berlian, manusia—menguap menjadi gas. Namun, karena inti Matahari berada pada tekanan yang sangat tinggi di dalam planet, besi yang menyusunnya tetap berwujud cair atau padat.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/DI6SemRT2iY?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Tanpa lempeng tektonik, manusia mungkin tidak akan ada.</span></figcaption>
</figure>
<h2>Tabrakan di luar angkasa</h2>
<p>Dari mana semua panas itu berasal? </p>
<p>Panas ini bukan berasal dari Matahari. Meskipun Sang Surya menghangatkan kita dan semua tanaman serta hewan di permukaan Bumi, sinar Matahari tidak dapat menembus bermil-mil jauhnya ke bagian dalam planet ini.</p>
<p>Ada dua sumber panas Bumi. Salah satunya adalah panas yang diwarisi Bumi selama pembentukannya 4,5 miliar tahun yang lalu. </p>
<p>Bumi terbentuk <a href="https://solarsystem.nasa.gov/solar-system/our-solar-system/in-depth/#:%7E">dari nebula matahari</a>, sebuah awan gas raksasa, di tengah-tengah tabrakan dan penggabungan yang tak berkesudahan antara potongan-potongan batu dan puing-puing <a href="https://www.universetoday.com/35974/planetesimals/">yang disebut planetesimal</a>. Proses ini memakan waktu puluhan juta tahun.</p>
<p>Sejumlah besar panas dihasilkan selama tabrakan tersebut, cukup untuk melelehkan seluruh Bumi. Meskipun sebagian dari panas itu hilang di ruang angkasa, sisanya terkunci di dalam Bumi, di mana sebagian besar panas itu masih ada sampai sekarang. </p>
<p>Sumber panas lainnya: peluruhan isotop radioaktif, yang tersebar di seluruh penjuru Bumi. </p>
<p>Untuk memahami hal ini, pertama-tama bayangkan sebuah unsur <a href="https://www.ducksters.com/science/chemistry/radiation_and_radioactivity.php">sebagai sebuah keluarga dengan isotop sebagai anggotanya</a>. Setiap atom dari suatu unsur memiliki jumlah proton yang sama, tetapi sepupu isotop yang berbeda memiliki jumlah neutron yang berbeda-beda. </p>
<p>Isotop <a href="https://kids.britannica.com/students/article/radioactive-isotope/628328#:%7E">radioaktif</a> tidak stabil. Mereka melepaskan aliran energi yang stabil yang berubah menjadi panas. Kalium-40, thorium-232, uranium-235, dan uranium-238 adalah empat isotop radioaktif yang membuat interior Bumi tetap panas. </p>
<p>Beberapa dari nama-nama tersebut mungkin terdengar tidak asing bagi kalian. Uranium-235, misalnya, digunakan sebagai <a href="https://www.eia.gov/energyexplained/nuclear/the-nuclear-fuel-cycle.php#:%7E">bahan bakar di pembangkit listrik tenaga nuklir</a>. Bumi tidak dalam bahaya kehabisan sumber panas ini: Meskipun sebagian besar <a href="https://www.ducksters.com/science/chemistry/radiation_and_radioactivity.php#:%7E">uranium-235 dan potasium-40 yang asli telah habis</a>, masih ada cukup thorium-232 dan uranium-238 yang dapat digunakan untuk miliaran tahun ke depan. </p>
<p>Bersama dengan inti dan mantel yang panas, isotop-isotop yang melepaskan energi ini menyediakan panas untuk menggerakkan lempeng-lempeng tersebut. </p>
<h2>Tidak ada panas, tidak ada gerakan pelat, tidak ada kehidupan</h2>
<p>Hingga saat ini, lempeng-lempeng yang bergerak secara konstan terus mengubah permukaan Bumi, menciptakan <a href="https://www.quantamagazine.org/why-earths-cracked-crust-may-be-essential-for-life-20180607/">daratan dan lautan baru selama jutaan dan miliaran tahun</a>. Lempeng-lempeng tersebut juga memengaruhi atmosfer dalam skala waktu yang sama panjangnya. </p>
<p>Namun, tanpa panas internal Bumi, lempeng-lempeng tersebut tidak akan bergerak. Bumi akan mendingin. Dunia kita mungkin tidak bisa dihuni. Kamu tidak akan berada di sini.</p>
<p>Pikirkan tentang hal itu, saat kamu merasakan Bumi di bawah kakimu.</p>
<hr>
<p><em>Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/221467/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Shichun Huang tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Kamu harus menggali hampir 2.000 mil sebelum mencapai inti Bumi. Tidak ada yang bisa bertahan hidup dalam perjalanan itu - dan panas 10.000 derajat F begitu sampai di sana akan menguapkan kamu.Shichun Huang, Associate Professor of Earth and Planetary Sciences, University of TennesseeLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2076182023-06-21T16:12:20Z2023-06-21T16:12:20ZApa yang menyebabkan gunung berapi meletus?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/531541/original/file-20230613-27-n0c5iu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pemandangan dari udara gunung berapi Mauna Loa, yang meletus di pulau Hawaii pada bulan Desember 2022.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/in-an-aerial-view-lava-erupts-from-the-mauna-loa-volcano-on-news-photo/1245459430?phrase=Mauna%20Loa%20volcano%202022&adppopup=true">Andrew Richard Hara/Getty Images News</a></span></figcaption></figure><blockquote>
<p><strong>Apa yang menyebabkan gunung berapi meletus? - Avery, usia 8 tahun, Los Angeles, Amerika Serikat</strong></p>
</blockquote>
<hr>
<p>Pada 27 November 2022, Mauna Loa - gunung berapi aktif terbesar di dunia - <a href="https://www.usgs.gov/observatories/hvo/news/volcano-watch-mauna-loa-reawakens-0">meletus di pulau Hawaii</a>. Selama berhari-hari, air mancur lava yang mendidih pada suhu lebih dari 2.000 derajat Fahrenheit (1.100 derajat Celcius), dimuntahkan ke atas dan mengalir ke sisi gunung. </p>
<p>Bagi puluhan juta orang di seluruh dunia, video tersebut merupakan pemandangan yang memukau. Kemudian, beberapa minggu kemudian, letusan berakhir. Untungnya, tidak ada korban jiwa, dan tidak ada kerusakan properti yang berarti. </p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/F0tmu-zaXig?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Mauna Loa adalah gunung berapi aktif terbesar di dunia.</span></figcaption>
</figure>
<p>Sekitar seminggu kemudian, Gunung Semeru di Jawa Timur, Indonesia, <a href="https://volcano.si.edu/volcano.cfm?vn=263300">meletus dengan campuran abu, gas, dan bebatuan panas</a>. Awan panas membumbung setinggi satu mil di atas puncak gunung. Ribuan orang yang tinggal <a href="https://www.pbs.org/newshour/world/new-eruption-of-indonesias-mt-semeru-unleashes-lava-river-volcanic-ash">di sekitarnya dievakuasi</a>); banyak yang memakai masker untuk melindungi diri dari udara yang dipenuhi abu. Gunung Semeru terus meletus selama berbulan-bulan.</p>
<p>Saya adalah seorang ahli geologi yang <a href="https://scholar.google.com/citations?user=4Q8uMqUAAAAJ&hl=en&oi=ao">mempelajari mineral dalam batuan vulkanik</a>. Saya ingin belajar lebih banyak tentang apa yang menyebabkan gunung berapi meletus. Jutaan orang <a href="https://www.discovery.com/exploration/People-Live-Near-Active-Volcanoes">tinggal di dekat gunung berapi aktif</a> - yakni di salah satu dari 1.328 gunung berapi di seluruh dunia yang <a href="https://volcano.si.edu/faq/index.cfm?question=activevolcanoes">telah meletus selama 12.000 tahun terakhir</a>. </p>
<p>Pada waktu tertentu, 20 hingga 50 <a href="https://volcano.si.edu/gvp_currenteruptions.cfm">gunung berapi aktif meletus</a>. Kedekatannya dengan manusia dan bangunan membuatnya penting untuk mempelajari gunung berapi dan memahami bahayanya. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/502804/original/file-20230102-22-tpygfq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Gunung Vesuvius" src="https://images.theconversation.com/files/502804/original/file-20230102-22-tpygfq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/502804/original/file-20230102-22-tpygfq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=370&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/502804/original/file-20230102-22-tpygfq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=370&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/502804/original/file-20230102-22-tpygfq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=370&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/502804/original/file-20230102-22-tpygfq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=465&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/502804/original/file-20230102-22-tpygfq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=465&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/502804/original/file-20230102-22-tpygfq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=465&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Gunung Vesuvius, sekitar 6 mil sebelah timur Naples, Italia, masih merupakan gunung berapi yang aktif. Pada tahun 79 Masehi, Vesuvius meletus dan menghancurkan kota Pompeii.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/photo/travelling-in-italy-royalty-free-image/906204248?phrase=volcanoes%20mount%20vesuvius&adppopup=true">Antonio Bussello/Moment via Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Bagaimana gunung berapi meledak</h2>
<p>Pusat Bumi <a href="https://earthhow.com/inside-earth-crust-core-mantle/">disebut sebagai <em>core</em> (inti)</a>; lapisan berikutnya adalah mantel; lapisan terluar adalah kerak. </p>
<p>Seiring berjalannya waktu, <a href="https://kids.kiddle.co/Magma">magma</a>- yang merupakan batuan yang meleleh bercampur dengan gas dan kristal mineral - terakumulasi di ruang bawah tanah di bawah gunung berapi. Magma di Mauna Loa terbentuk ketika <a href="https://www.cbsnews.com/news/where-does-mauna-loa-lava-come-from/">bulu mantel panas</a> - bayangkan sebuah konveyor panas - melelehkan sebagian batuan di dalam mantel. </p>
<p>Gunung berapi pada dasarnya adalah sebuah <a href="https://www.natgeokids.com/uk/discover/geography/physical-geography/volcano-facts/">lubang yang mengeluarkan magma</a> ke permukaan bumi. Setelah dilepaskan dari gunung berapi, magma disebut lava. </p>
<p>Pada bulan-bulan menjelang letusannya, para ilmuwan mencatat <a href="https://www.usgs.gov/observatories/hvo">peningkatan gempa bumi dan menggembungnya Mauna Loa</a>, seperti balon yang sedang dipompa. Tanda-tanda ini menunjukkan bahwa lebih banyak magma yang naik ke atas, karena tekanan dari naiknya magma dapat memperluas sisi gunung berapi dan menyebabkan bebatuan bergeser dan patah yang menyebabkan gempa bumi.</p>
<p>Biasanya, agar letusan dapat terjadi, magma yang cukup harus <a href="https://www.usgs.gov/programs/VHP/about-volcanoes">terakumulasi di dalam ruang di bawah gunung berapi</a>. Kemudian sesuatu harus memicu letusan. Hal itu bisa berupa suntikan magma baru ke dalam ruangan, penumpukan gas di dalam gunung berapi, atau tanah longsor yang menghilangkan material dari puncak gunung berapi.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/XLF_lMY2gu8?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Letusan di Gunung Semeru memaksa evakuasi hampir 2.000 penduduk di sekitarnya.</span></figcaption>
</figure>
<h2>Jenis-jenis gunung berapi</h2>
<p>Mauna Loa adalah <a href="https://study.com/academy/lesson/shield-volcano-facts-lesson-for-kids.html#:%7E">gunung berapi perisai</a> yang terbentuk selama ribuan tahun melalui letusan lava. Sisi-sisinya melandai dengan lembut ke bawah ke segala arah. </p>
<p>Namun Gunung Semeru berbeda - gunung ini merupakan <a href="https://study.com/academy/lesson/composite-volcano-facts-lesson-for-kids.html#:%7E">gunung berapi komposit</a> yang juga dikenal sebagai gunung berapi strato, dengan sisi-sisi curam yang bertemu pada satu titik di bagian atas, seperti kerucut gula yang terbalik. </p>
<p>Letusan terakhir Semeru dimulai ketika hujan lebat <a href="https://www.cnn.com/2021/12/08/asia/indonesia-mount-semeru-volcano-eruption-cimate-intl/index.html">menghanyutkan bebatuan di dekat puncak gunung berapi</a>. Hal ini memungkinkan gas untuk keluar - dan abu mulai meletus. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/517451/original/file-20230324-24-crlmkn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="situasi setelah gunung semeru erupsi" src="https://images.theconversation.com/files/517451/original/file-20230324-24-crlmkn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/517451/original/file-20230324-24-crlmkn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/517451/original/file-20230324-24-crlmkn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/517451/original/file-20230324-24-crlmkn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/517451/original/file-20230324-24-crlmkn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/517451/original/file-20230324-24-crlmkn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/517451/original/file-20230324-24-crlmkn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Setelah letusan Gunung Semeru, desa-desa di sekitarnya diselimuti oleh abu vulkanik.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/motorbike-is-covered-with-volcanic-ashes-after-mount-semeru-news-photo/1237024024?adppopup=true">Bayu Novanta/Xinhua News Agency via Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Bahaya-bahaya dari letusan gunung berapi</h2>
<p>Banyak bahaya muncul akibat gunung berapi yang meletus: <a href="https://www.usgs.gov/observatories/cascades-volcano-observatory/lahars-most-threatening-volcanic-hazard-cascades#:%7E">aliran lahar</a>, gas asam, abu, dan lahar yang merupakan aliran air, abu, dan batu yang berbahaya yang mengalir <a href="https://www.usgs.gov/programs/VHP/lahars-move-rapidly-down-valleys-rivers-concrete">dengan kecepatan bermil-mil</a> menuruni lereng gunung berapi yang curam, kadang-kadang dengan <a href="https://www.usgs.gov/programs/VHP/lahars-move-rapidly-down-valleys-rivers-concrete#:%7E">kecepatan lebih dari 100 mil per jam</a>. Kekuatan lahar dingin dapat memindahkan batu-batu besar dan menghancurkan jembatan dan bangunan. </p>
<p>Letusan Gunung Semeru baru-baru ini <a href="https://www.usgs.gov/programs/VHP/ashfall-most-widespread-and-frequent-volcanic-hazard">menutupi desa-desa di dekatnya dengan abu</a> - partikel-partikel kecil dari batu yang dapat masuk jauh ke dalam paru-paru, menyebabkan iritasi, dan membuat penduduk sekitar sulit untuk bernapas. </p>
<p>Ketika abu yang jatuh terakumulasi, abu dapat menutupi tanaman, mencemari pasokan air dan memicu runtuhnya bangunan. Abu kering yang baru jatuh memiliki berat <a href="https://mil.wa.gov/asset/5ba4200a0b533#:%7E:text=Ash%20accumulates%20like%20heavy%20snowfall,Wet%20ash%20is%20slippery.">10 hingga 20 kali lebih berat dari salju</a>. </p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/3Jxeh-yAXek?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Di bawah permukaan, Bumi selalu bergerak dan berubah.</span></figcaption>
</figure>
<p>Umumnya, para ilmuwan tidak mencoba menghentikan gunung berapi agar tidak meletus. Mereka adalah bagian alami dari Bumi. Namun, memantau gunung berapi sangatlah penting. Masyarakat membutuhkan peringatan dini akan terjadinya letusan <a href="https://www.usgs.gov/programs/VHP/understanding-volcanic-hazards-can-save-lives">sehingga mereka dapat menjauh dari bahaya</a>. </p>
<p>Meskipun kita tidak dapat memprediksi waktu yang tepat untuk erupsi, para ilmuwan mempelajari lebih lanjut tentang apa yang menyebabkan erupsi dan bagaimana melindungi orang-orang yang tinggal di dekatnya. </p>
<p>Yang sangat penting: sistem peringatan untuk lahar, rute evakuasi yang terencana di daerah-daerah yang terancam oleh gunung berapi, dan komunikasi yang sangat baik antara para ilmuwan di stasiun pemantau gunung berapi dan badan-badan pemerintah yang dapat memberi tahu orang-orang ketika gunung berapi akan meletus. </p>
<hr>
<p><em>Demetrius Adyatma Pangestu dari Universitas Bina Nusantara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/207618/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Rachel Beane terafiliasi dengan the Harpswell Heritage Land Trust. Dia menerima dana dari Bowdoin College dan the National Science Foundation . </span></em></p>Gunung berapi adalah “pasak bumi” yang menjaga semuanya tetap stabil. Namun erupsi gunung berapi menjadi sumber ketakutan bagi semua makhluk hidup di Bumi.Rachel Beane, Professor of Natural Sciences, Bowdoin CollegeLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2075042023-06-15T05:43:12Z2023-06-15T05:43:12ZMengapa batuan tidak bisa terbakar?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/531279/original/file-20230612-220400-4wmdp7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Ladang batu bara Jharia di India telah terbakar di bawah tanah sejak tahun 1916.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/in-the-village-liloripathra-that-is-located-on-the-top-of-news-photo/1227824345">Jonas Gratzer/LightRocket via Getty Images</a></span></figcaption></figure><blockquote>
<p>Mengapa batuan tidak bisa terbakar? - Luke, usia 4 tahun, New Market, New Hampshire</p>
</blockquote>
<hr>
<p>Banyak batuan yang tidak dapat terbakar. Namun, ada juga yang bisa dilalap api. Semuanya tergantung dari apa batuan itu terbuat. Hal ini terkait dengan bagaimana batuan itu terbentuk.</p>
<p>Ada tiga jenis batuan utama: <a href="https://www.usgs.gov/faqs/what-are-igneous-rocks">Batuan beku</a>, <a href="https://www.usgs.gov/faqs/what-are-sedimentary-rocks">batuan sedimen</a>, dan <a href="https://www.usgs.gov/faqs/what-are-metamorphic-rocks">batuan metamorf</a>. Batuan ini terbuat dari mineral yang memiliki karakteristik berbeda. Beberapa di antaranya akan meleleh menjadi <a href="https://www.usgs.gov/faqs/what-difference-between-magma-and-lava">magma atau lava</a>–batuan cair yang sangat panas–ketika terkena panas. Sebagian lainnya akan terbakar.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/7Bxw4kkeHJ8?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Batuan bisa terlihat sama, tetapi sebenarnya mereka bisa sangat berbeda.</span></figcaption>
</figure>
<p>Ketika dipanaskan, batuan yang terbakar akan <a href="https://www.grc.nasa.gov/www/k-12/airplane/combst1.html">mengalami pembakaran</a>. Artinya, unsur-unsur di dalam batuan bereaksi dengan oksigen di udara untuk menghasilkan panas dan cahaya dalam bentuk api. </p>
<p>Unsur-unsur seperti <a href="https://www.rsc.org/periodic-table/element/16/sulfur">belerang</a> <a href="https://www.rsc.org/periodic-table/element/6/carbon">karbon</a> dan <a href="https://www.rsc.org/periodic-table/element/1/hydrogen">hidrogen</a> mudah bereaksi dengan oksigen. Batuan yang mengandung unsur-unsur ini mudah terbakar. Tanpa unsur-unsur ini di dalamnya, batuan yang terpapar panas pada suhu tertentu akan meleleh, bukan terbakar.</p>
<h2>Bagaimana batuan terbentuk</h2>
<p><a href="https://www.usgs.gov/faqs/what-are-igneous-rocks">Batuan beku</a> terbentuk ketika magma di bawah tanah atau <a href="https://theconversation.com/curious-kids-how-can-we-tell-when-a-volcano-is-going-to-erupt-147703">lava dari gunung berapi</a> mendingin dan mengkristal menjadi material padat. Kebanyakan batuan beku terbuat dari <a href="https://www.britannica.com/science/silicate-mineral">mineral silikat</a> yang mengkristal pada suhu 1.300°F (700°C) <a href="https://education.nationalgeographic.org/resource/magma-role-rock-cycle/">hingga 2.400°F (1.300°C)</a>.</p>
<p>Batuan beku mengandung sedikit atau bahkan tidak memuat unsur yang rawan terbakar. Sangat sulit untuk melebur batuan beku kembali menjadi magma karena mereka mengkristal pada suhu yang sangat tinggi. Kita membutuhkan <a href="https://theconversation.com/why-cant-we-throw-all-our-trash-into-a-volcano-and-burn-it-up-170919">insinerator berteknologi tinggi yang digunakan kota-kota untuk membakar sampah</a> untuk mewujudkannya.</p>
<p><a href="https://www.usgs.gov/faqs/what-are-sedimentary-rocks">Batuan sedimen</a> memiliki kisah pembentukan yang sangat berbeda. Batuan sedimen terbentuk dari pecahan-pecahan batu, mineral, terkadang tumbuhan atau hewan. Ada juga kristal-kristal yang tertinggal saat air menguap, seperti <a href="https://www.compoundchem.com/2016/03/02/limescale/">kerak</a> seperti yang terbentuk di teko dan bak mandi. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/523326/original/file-20230427-14-w7d3zk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="batuan sedimen" src="https://images.theconversation.com/files/523326/original/file-20230427-14-w7d3zk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/523326/original/file-20230427-14-w7d3zk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=423&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/523326/original/file-20230427-14-w7d3zk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=423&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/523326/original/file-20230427-14-w7d3zk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=423&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/523326/original/file-20230427-14-w7d3zk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=531&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/523326/original/file-20230427-14-w7d3zk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=531&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/523326/original/file-20230427-14-w7d3zk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=531&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Batuan sedimen terbentuk saat lapisan material terkompresi dari waktu ke waktu, baik di daratan maupun di bawah air.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://flic.kr/p/mGbBa2">Siyavula Education/Flickr</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ada banyak kandungan <a href="https://www.rsc.org/periodic-table/element/16/sulfur">sulfur</a>, <a href="https://www.rsc.org/periodic-table/element/6/carbon">karbon</a> dan <a href="https://www.rsc.org/periodic-table/element/1/hydrogen">hidrogen</a> dalam makhluk hidup. Faktanya, mereka adalah bagian dari <a href="https://www.livescience.com/32983-what-are-ingredients-life.html">enam elemen penting kehidupan di Bumi</a>. Potongan-potongan bahan organik, terutama tanaman mati, juga mudah terbakar sehingga memungkinkan batuan untuk membara. </p>
<p>Kelompok batuan terakhir disebut <a href="https://www.usgs.gov/faqs/what-are-metamorphic-rocks">metamorf</a>. Batuan metamorf ini terbentuk ketika banyak panas dan tekanan mengubah batuan yang ada menjadi jenis baru tanpa melelehkan atau membakarnya. </p>
<p>“Metamorfosis” berasal dari bahasa Yunani kuno dan berarti “perubahan”. Sebagai contoh, marmer yang mungkin kamu lihat di meja dapur atau patung-patung berasal dari batu kapur yang berubah di bawah panas dan tekanan yang kuat di bawah tanah. </p>
<h2>Batu bara, batu yang dibakar oleh manusia</h2>
<p>Batuan metamorf yang terbentuk dari batuan beku tidak akan mengandung elemen yang mudah terbakar. Namun, batuan metamorf yang terbentuk dari batuan sedimen dapat mengandung elemen yang mudah terbakar. </p>
<p>Salah satu contoh yang umum adalah <a href="https://www.usgs.gov/faqs/what-are-types-coal">batu bara antrasit</a>: hampir seluruhnya tersusun dari karbon. Batu bara ini terbentuk ketika tanaman mati jatuh ke rawa-rawa di masa lampau, tertimbun oleh pasir atau lumpur, dan akhirnya terkompresi <a href="https://eartharchives.org/articles/the-evolution-of-plants-part-3-the-age-of-coal/index.html">selama ratusan juta tahun.</a>. </p>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/523327/original/file-20230427-2850-2212o2.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="batu bara antrasit." src="https://images.theconversation.com/files/523327/original/file-20230427-2850-2212o2.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/523327/original/file-20230427-2850-2212o2.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=901&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/523327/original/file-20230427-2850-2212o2.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=901&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/523327/original/file-20230427-2850-2212o2.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=901&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/523327/original/file-20230427-2850-2212o2.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1132&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/523327/original/file-20230427-2850-2212o2.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1132&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/523327/original/file-20230427-2850-2212o2.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1132&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Antrasit adalah jenis batu bara yang paling keras. Batubara ini mengandung paling banyak karbon dan paling sedikit pengotor di antara semua jenis batubara.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://en.wikipedia.org/wiki/Anthracite#/media/File:Anthracite_chunk.JPG">Jakec/Wikipedia</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ada banyak lapisan batu bara yang tersebar di bawah permukaan tanah di penjuru Bumi. Kadang-kadang batu bara bahkan <a href="https://www.smithsonianmag.com/science-nature/fire-in-the-hole-77895126/">terbakar ketika masih di dalam tanah</a>. Penyebabnya bisa alami, seperti sambaran petir, atau karena aktivitas manusia seperti pertambangan.</p>
<p>Di Centralia, sebuah kota bekas pertambangan di Pennsylvania, lapisan batubara telah <a href="https://www.smithsonianmag.com/science-nature/fire-in-the-hole-77895126/">terbakar selama lebih dari 50 tahun</a>. Ada juga kebakaran lapisan batubara aktif lainnya di berbagai tempat di seluruh dunia termasuk <a href="https://eos.org/articles/coal-seam-fires-burn-beneath-communities-in-zimbabwe">Zimbabwe di Afrika</a> dan <a href="https://www.cnbc.com/2015/12/02/indias-jharia-coal-field-has-been-burning-for-100-years.html">Jharia di India</a>.</p>
<p>Karbon yang ditekan dengan tenaga yang lebih besar lagi bisa terbentuk menjadi berlian–mineral terkeras di Bumi. Pada 1772, ahli kimia Perancis <a href="https://www.britannica.com/biography/Antoine-Lavoisier">Antoine Lavoisier</a> membuktikan bahwa berlian dapat terbakar ketika <a href="https://www.wtamu.edu/%7Ecbaird/sq/2014/03/27/can-you-light-diamond-on-fire/">ia membakarnya dengan kaca pembesar</a>. </p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/1QbHRLpYc-0?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Ilmuwan membakar berlian - mineral terkeras di Bumi.</span></figcaption>
</figure>
<p>Dengan kesabaran yang cukup, kamu bisa <a href="https://www.wtamu.edu/%7Ecbaird/sq/2014/03/27/can-you-light-diamond-on-fire/">membakar berlian dalam nyala api lilin</a>. Namun, berlian cukup mahal. Kamu lebih baik mencoba <a href="https://gosciencegirls.com/magnifying-glass-fire/">membakar benda lain yang terbuat dari karbon</a>, seperti <a href="https://gosciencekids.com/magnifying-glass-fire/">daun, di bawah kaca pembesar</a>, atau ranting dan marshmallow di api unggun. </p>
<hr>
<p><em>Demetrius Adyatma pangestu dari Universitas Bina Nusantara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/207504/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Natalie Bursztyn tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Beberapa batuan akan terbakar, dan yang lainnya akan meleleh, tergantung pada bagaimana batuan itu terbentuk dan mineral apa yang dikandungnya.Natalie Bursztyn, Lecturer in Geosciences, University of MontanaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2038942023-04-29T02:41:45Z2023-04-29T02:41:45ZDari mana datangnya lautan dan bagaimana terbentuknya?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/521142/original/file-20230416-3675-x66bti.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Lautan begitu penting bagi kehidupan. Dari manakah lautan berasal?</span> </figcaption></figure><blockquote>
<p><strong>Halo, The Conversation. Bagaimana lautan terbentuk? Dari mana semua air itu berasal? – David, usia 5 tahun, Brisbane, Australia</strong></p>
</blockquote>
<hr>
<p>Di Bumi terdapat lebih banyak lautan daripada daratan. Tentu saja, ada juga banyak air yang terkurung sebagai es di Kutub Utara dan Kutub Selatan. Dari mana semua air itu berasal adalah pertanyaan yang sangat bagus. Para ilmuwan telah lama bertanya-tanya tentang hal ini. Kita masih belum tahu pasti, tapi kemungkinan air itu berasal dari dua tempat. </p>
<p>Mari kita mulai dari bagaimana Bumi dan planet-planet lain terbentuk. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/223734/original/file-20180619-126546-bu45x8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="lautan" src="https://images.theconversation.com/files/223734/original/file-20180619-126546-bu45x8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/223734/original/file-20180619-126546-bu45x8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/223734/original/file-20180619-126546-bu45x8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/223734/original/file-20180619-126546-bu45x8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/223734/original/file-20180619-126546-bu45x8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/223734/original/file-20180619-126546-bu45x8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/223734/original/file-20180619-126546-bu45x8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Air sangat berharga, jadi kita harus menjaganya.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pada awalnya, di alam semesta terdapat awan debu dan bebatuan yang sangat besar. Gravitasi menyebabkan awan tersebut menyusut dan perlahan-lahan terbentuklah Matahari dan planet-planet. </p>
<p>Debu dan batuan yang terbentuk mengandung mineral yang mengandung air. Saat terbentuk, Bumi menjadi sangat panas. Bumi meleleh dan muncullah banyak gunung berapi. Air di bebatuan membentuk uap dan keluar dari gunung berapi sebagai awan raksasa yang mendingin dan menjadi hujan. Dari situlah sebagian air berasal.</p>
<p>Selain itu, awan debu dan bebatuan yang asli termasuk banyak bebatuan yang terbuat dari es, seperti bola salju raksasa. Masih ada banyak sekali yang mengitari Matahari. Kita menyebutnya komet. Ada milyaran komet saat planet-planet terbentuk dan banyak yang jatuh ke Bumi dan meleleh. Dari situlah sisa air berasal.</p>
<p>Pertanyaannya, bagaimana air bisa terbentuk di alam semesta? Itu adalah pertanyaan besar untuk lain waktu, tapi jawaban singkatnya adalah: air terbuat dari atom hidrogen dan oksigen. (Atom adalah blok-blok kecil penyusun alam semesta - bahkan kamu dan saya pun terbuat dari atom). </p>
<p>Atom hidrogen dalam air terbentuk dalam <em>Big Bang</em> yang mengawali alam semesta. Atom oksigen terbentuk setelah itu di bintang-bintang. Mereka berkumpul dan air pun terbentuk.</p>
<p>Jadi, air kita sangat tua dan berharga. Mari kita jaga kelestariannya.</p>
<hr>
<p><em>Demetrius Adyatma Pangestu dari Universitas Bina Nusantara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/203894/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Malcolm Walter menerima dana dari Australian Research Council. </span></em></p>Big Bang menciptakan awan debu dan bebatuan yang terdiri dari banyak bebatuan yang terbuat dari es. Nah, dari situlah sebagian air lautan berasal.Malcolm Walter, Professor of Astrobiology, UNSW SydneyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2022422023-03-30T08:49:07Z2023-03-30T08:49:07ZStudi baru ungkap dari mana oksigen berasal di Bumi<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/516617/original/file-20230321-924-p2mixq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">oksigen di bumi</span> </figcaption></figure><p>Jumlah oksigen di atmosfer Bumi membuat Bumi menjadi planet yang layak huni.</p>
<p>Dua puluh satu persen atmosfer terdiri dari elemen pemberi kehidupan ini. Namun, di masa lampau - pada era Neoarkhaikum tepatnya 2,8 hingga 2,5 miliar tahun yang lalu - <a href="https://doi.org/10.1126/sciadv.aax1420">oksigen hampir tidak ada</a>. </p>
<p>Jadi, bagaimana atmosfer Bumi menjadi memiliki oksigen? </p>
<p><a href="https://www.nature.com/articles/s41561-022-01071-5">Penelitian kami</a> yang diterbitkan di <em>Nature Geoscience</em>, menunjukkan sebuah kemungkinan baru yang menarik: bahwa setidaknya sebagian oksigen awal Bumi berasal dari sumber tektonik melalui pergerakan dan penghancuran kerak Bumi.</p>
<h2>Bumi zaman Arkean</h2>
<p>Zaman Arkean mewakili sepertiga sejarah planet kita, dari 2,5 miliar tahun yang lalu hingga 4 miliar tahun yang lalu. </p>
<p>Bumi yang asing ini merupakan sebuah dunia air yang diselimuti <a href="https://doi.org/10.1038/ngeo2878">lautan hijau</a>, <a href="https://doi.org/10.1089/ast.2007.0197">kabut metana</a>, dan sama sekali tidak memiliki kehidupan multi sel. Aspek lain yang asing dari dunia ini adalah sifat aktivitas tektoniknya. </p>
<p>Di era Bumi saat ini, aktivitas tektonik yang dominan disebut lempeng tektonik, di mana kerak samudra - lapisan terluar Bumi di bawah lautan - tenggelam ke dalam mantel Bumi (area antara kerak Bumi dan intinya) pada titik-titik pertemuan yang disebut zona subduksi. Namun, ada perdebatan yang cukup besar mengenai apakah lempeng tektonik beroperasi pada era Arkean. </p>
<p>Salah satu ciri dari zona subduksi modern adalah keterkaitannya dengan <a href="https://doi.org/10.1002/9781119473206.ch3">magma yang teroksidasi</a>. </p>
<p>Magma ini terbentuk ketika sedimen teroksidasi dan air dasar - air dingin dan padat di dekat dasar laut - <a href="https://doi.org/10.1073/pnas.1821847116">dimasukkan ke dalam mantel bumi</a>. Proses ini menghasilkan magma dengan kandungan oksigen dan air yang tinggi. </p>
<p>Penelitian kami bertujuan untuk menguji apakah ketiadaan bahan yang teroksidasi di perairan dan sedimen dasar era Arkean dapat mencegah pembentukan magma yang teroksidasi. Identifikasi magma semacam itu dalam batuan magmatik Neoarkean dapat memberikan bukti bahwa subduksi dan lempeng tektonik terjadi 2,7 miliar tahun yang lalu.</p>
<h2>Eksperimen untuk mencari asal oksigen</h2>
<p>Kami mengumpulkan sampel batuan granitoid berusia 2750 hingga 2670 juta tahun dari seluruh subprovinsi Abitibi-Wawa di Provinsi Superior - benua Arkean terbesar yang diawetkan yang membentang lebih dari 2.000 km dari Winnipeg, Manitoba ke timur jauh Quebec, Kanada. Hal ini memungkinkan kami untuk menyelidiki tingkat oksidasi magma yang dihasilkan di seluruh era Neoarkean. </p>
<figure class="align-left zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/489928/original/file-20221017-23-zslasf.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C619%2C3565%2C3116&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Mengumpulkan sampel batuan untuk eksperimen oksigen" src="https://images.theconversation.com/files/489928/original/file-20221017-23-zslasf.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C619%2C3565%2C3116&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/489928/original/file-20221017-23-zslasf.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/489928/original/file-20221017-23-zslasf.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/489928/original/file-20221017-23-zslasf.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/489928/original/file-20221017-23-zslasf.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/489928/original/file-20221017-23-zslasf.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/489928/original/file-20221017-23-zslasf.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Batuan granitoid berusia 2750 hingga 2670 juta tahun yang dikumpulkan dari benua Arkean yang terbesar dapat membantu mengungkap kisah asal muasal oksigen di Bumi.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Dylan McKevitt)</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Untuk mengukur kondisi oksidasi batuan magmatik ini yang terbentuk melalui pendinginan dan kristalisasi magma atau lava merupakan hal yang menantang. <a href="https://www.nationalgeographic.com/science/article/news-earth-rocks-sediment-first-life-zircon">Peristiwa pasca-kristalisasi mungkin telah memodifikasi batuan ini melalui deformasi, penguburan, atau pemanasan di kemudian hari</a>. </p>
<p>Jadi, kami memutuskan untuk melihat <a href="https://www.mindat.org/min-29229.html">mineral <em>apatite</em></a> yang terdapat dalam <a href="https://www.mindat.org/min-4421.html">kristal zirkon</a> dalam batuan ini. Kristal zirkon dapat menahan suhu dan tekanan yang kuat dari peristiwa pasca-kristalisasi. Kristal-kristal ini menyimpan petunjuk tentang lingkungan tempat mereka terbentuk dan memberikan informasi usia yang tepat untuk batuan itu sendiri. </p>
<p>Kristal <em>apatite</em> kecil yang lebarnya kurang dari 30 mikron - seukuran sel kulit manusia - terperangkap di dalam kristal zirkon. Kristal-kristal tersebut mengandung belerang. Dengan mengukur jumlah sulfur dalam apatit, kita dapat menentukan apakah <em>apatite</em> tumbuh dari magma yang teroksidasi atau tidak. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/489940/original/file-20221017-11-1mj81z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Peta Kanada" src="https://images.theconversation.com/files/489940/original/file-20221017-11-1mj81z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/489940/original/file-20221017-11-1mj81z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=511&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/489940/original/file-20221017-11-1mj81z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=511&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/489940/original/file-20221017-11-1mj81z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=511&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/489940/original/file-20221017-11-1mj81z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=643&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/489940/original/file-20221017-11-1mj81z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=643&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/489940/original/file-20221017-11-1mj81z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=643&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Peta Provinsi Superior yang membentang dari Manitoba tengah hingga Quebec timur di Kanada.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Xuyang Meng)</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kami berhasil mengukur <a href="https://doi.org/10.1007/978-3-642-11274-4_4021">kapasitas oksigen</a> dari magma Arkean asli - yang pada dasarnya adalah jumlah oksigen bebas di magma tersebut - dengan menggunakan teknik khusus yang disebut Spektroskopi Struktur Tepi Dekat Penyerapan Sinar-X <a href="http://www.cei.washington.edu/education/science-of-solar/xray-absorption-near-edge-spectroscopy-xanes/">S-XANES</a> di <a href="https://www.anl.gov/"><em>Advanced Photon Source Synchrotron</em> di Argonne National Laboratory di Illinois, Amerika Serikat</a>. </p>
<h2>Menciptakan oksigen dari air?</h2>
<p>Kami menemukan bahwa kandungan sulfur dalam magma, yang awalnya berada di kisaran nol, meningkat menjadi 2.000 bagian juta menjadi sekitar 2705 juta per tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa magma telah bertambah banyak mengandung sulfur. Selain itu, <a href="https://doi.org/10.1093/petrology/egab079">dominasi S6+</a> - sejenis ion sulfer - dalam <em>apatite</em> menunjukkan bahwa belerang berasal dari sumber yang teroksidasi, <a href="https://doi.org/10.1016/j.precamres.2021.106104">sesuai dengan data dari inang kristal zirkon.</a> </p>
<p>Temuan-temuan baru ini mengindikasikan bahwa magma teroksidasi terbentuk pada era Neoarkean tepatnya 2,7 miliar tahun yang lalu. Data menunjukkan bahwa kurangnya oksigen terlarut di reservoir samudra Arkean tidak mencegah pembentukan magma teroksidasi yang kaya akan belerang di zona subduksi. Oksigen dalam magma ini pasti berasal dari sumber lain dan pada akhirnya dilepaskan ke atmosfer ketika gunung berapi meletus.</p>
<p>Kami menemukan bahwa terjadinya magma yang teroksidasi ini berkorelasi dengan peristiwa mineralisasi emas berskala besar di Provinsi Superior dan Yilgarn Craton (Australia Barat), yang menunjukkan adanya hubungan antara sumber-sumber yang kaya akan oksigen ini dengan pembentukan endapan bijih kelas dunia secara global.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Oksigen" src="https://images.theconversation.com/files/497078/original/file-20221123-16-sl0vkx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=40%2C172%2C5422%2C3448&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/497078/original/file-20221123-16-sl0vkx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/497078/original/file-20221123-16-sl0vkx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/497078/original/file-20221123-16-sl0vkx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/497078/original/file-20221123-16-sl0vkx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/497078/original/file-20221123-16-sl0vkx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/497078/original/file-20221123-16-sl0vkx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Dorongan air laut jauh ke dalam Bumi yang disebabkan oleh pergeseran lempeng samudera di bawah lempeng benua Bumi dapat menghasilkan oksigen bebas serta mekanisme untuk melepaskannya - gunung berapi.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Implikasi dari penemuan magma yang teroksidasi ini melampaui pemahaman geodinamika Bumi purba. Sebelumnya, merupakan sebuah hal yang tidak mungkin bahwa magma Arkean dapat teroksidasi sementara air laut dan batuan atau sedimen dasar laut tidak teroksidasi. </p>
<p>Meskipun mekanismenya yang pasti belum sepenuhnya jelas, kemunculan magma ini menunjukkan bahwa proses subduksi, di mana air laut dibawa ratusan kilometer ke dalam planet kita, menghasilkan oksigen bebas. Hal ini kemudian mengoksidasi mantel di atasnya. </p>
<p>Penelitian kami menunjukkan bahwa subduksi Arkean mungkin merupakan faktor yang penting dan tak terduga dalam oksigenasi Bumi, <a href="https://doi.org/10.1038/ngeo2939">oksigen awal pada 2,7 miliar tahun yang lalu</a> dan juga <a href="https://doi.org/10.1016/B978-0-08-095975-7.01307-3">Peristiwa Oksidasi Besar yang menandai peningkatan oksigen di atmosfer bumi sebesar 2% pada 2,45 hingga 2,32 miliar tahun yang lalu</a>.</p>
<p>Sejauh yang kita ketahui, Bumi adalah satu-satunya tempat di tata surya - baik di masa lalu maupun sekarang - yang memiliki lempeng tektonik dan subduksi aktif. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini dapat menjelaskan sebagian dari kekurangan oksigen dan pada akhirnya, kehidupan di planet-planet berbatu lainnya di masa depan.</p>
<hr>
<p><em>Demetrius Adyatma Pangestu dari Universitas Bina Nusantara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/202242/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>David Mole menerima dana dari Canada First Research Excellence Fund (CFREF) dan mitra federal, provinsi, dan industri tambahan sebagai bagian dari proyek Metal Earth; sebuah program penelitian geosains Kanada yang dipimpin oleh Universitas Laurentian. Proyek senilai 104 juta dolar AS ini dimulai pada tahun 2016, dan mengubah pemahaman kita tentang asal-usul deposit logam dasar dan logam mulia selama evolusi Bumi. Inisiatif ini telah menciptakan konsorsium strategis yang terdiri dari para peneliti, pemerintah, dan industri Kanada dan internasional yang saling bekerjasama. Nomor proyek hibah Metal Earth ini adalah CFREF-2015-00005. Dia bekerja di Geoscience Australia. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Adam Charles Simon menerima dana dari U.S. National Science Foundation EAR grants #2214119 dan 1924142. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Xuyang Meng menerima dana dari Canada First Research Excellence Fund (CFREF-2015-00005), Natural Science Foundation of China, U.S. National Science Foundation EAR dan doctoral scholarship dari China Scholarship Council. </span></em></p>Mungkinkah proses tektonik pada masa awal Bumi turut menyebabkan munculnya oksigen?David Mole, Postdoctoral fellow, Earth Sciences, Laurentian UniversityAdam Charles Simon, Arthur F. Thurnau Professor, Earth & Environmental Sciences, University of MichiganXuyang Meng, Postdoctoral Fellow, Earth and Environmental Sciences, University of MichiganLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1992792023-02-14T03:54:48Z2023-02-14T03:54:48ZGempa Maluku: bagaimana gempa bumi bisa memicu terjadinya tsunami<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/508206/original/file-20230205-31-5mo9sj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Google Maps</span></span></figcaption></figure><p>Kita hidup di planet yang aktif dengan permukaan yang terus bergerak. Ini hampir tidak terlihat, hingga gempa kemudian terjadi.</p>
<p>Pada bulan Januari tahun ini, peristiwa seperti ini terjadi di laut utara Kepulauan Indonesia, di mana gempa kuat (berkekuatan 7,6 Skala Richter) <a href="https://www.abc.net.au/news/2023%20-01-10/nt-earthquake-indonesia-darwin/101839192">mengguncang wilayah tersebut</a> hingga terasa sampai di Darwin, Australia.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1612517725745860608"}"></div></p>
<p>Biro Meteorologi Australia mengatakan bahwa tidak ada peringatan tsunami untuk Australia, sementara beberapa bagian di Indonesia berada dalam mode waspada dan tunggu. Namun, apa yang menyebabkan tsunami akan terjadi?</p>
<h2>Batu gerinda</h2>
<p><a href="https://www.lyellcollection.org/doi/full/10.1144/SP470-2019-58">Tujuh puluh tahun yang lalu</a>, planet kita dianggap tegar dan hanya berubah karena pelengkungan dan peningkatan bentang alam.</p>
<p>Namun, dengan kemajuan teknologi di tahun 1950-an, sonar mulai digunakan untuk memetakan dasar laut. <a href="https://oceanexplorer.noaa.gov/technology/magnetometer/magnetometer.html">Mengukur sifat magnetik</a> dasar laut juga dapat dilakukan.</p>
<p>Akibatnya, kita mengetahui bahwa dasar samudra terbelah di pegunungan bawah laut yang dikenal sebagai <a href="https://oceanexplorer.noaa.gov/facts/mid-ocean-ridge.html">pegunungan di tengah samudra</a>.</p>
<p>Selain itu, <a href="https://www.britannica.com/science/oceanic-crust">kerak samudra</a> (bagian dari kerak bumi yang mendasari cekungan samudra) hilang di sekitar tepi sebagian besar benua. Bagian itu kembali jauh ke dalam mantel Bumi – lapisan tebal batuan semi-cair di bawah kerak permukaan Bumi.</p>
<p>Hal ini terjadi pada apa yang dikenal sebagai “zona subduksi.” Zona subduksi adalah parit samudera yang dalam di mana satu lempeng tektonik menyelam di bawah lempeng lain. Saat bebatuan perlahan-lahan menggiling satu sama lain, saat gempa bumi terjadi.</p>
<h2>Sumber tsunami</h2>
<p>Lalu mengapa beberapa gempa bumi menghasilkan tsunami yang mematikan dan yang lainnya tidak?</p>
<p>Lempeng tektonik Bumi bergerak melintasi permukaan planet dengan kecepatan rata-rata sekitar 10 cm per tahun. Kecepatan ini awalnya diperkirakan berdasarkan perubahan sifat magnetik dasar laut, tetapi saat ini telah diukur oleh satelit di luar angkasa.</p>
<p>Kerak Bumi yang keras dan gesekan yang kuat saat lempeng tektonik bersentuhan satu sama lain menyebabkan proses pergerakan ini tidak mulus.</p>
<p>Saat mereka bergerak, gesekan ini membangun tekanan pada batuan, yang sesekali dilepaskan dalam bentuk gempa bumi. Di beberapa tempat, gempa bumi hanya terjadi sesekali tetapi sangat kuat, sementara di tempat lain terjadi lebih sering dan lebih lemah.</p>
<p>Namun, gempa bumi juga sangat bervariasi dalam hal seberapa <em>dalam</em> dihasilkan di bawah permukaan. Ini karena zona subduksi berlanjut jauh ke dalam mantel. Batuan tetap berada dalam kondisi dingin dan kaku selama ratusan kilometer sebelum menjadi cukup panas dari panas internal planet untuk menjadi lunak.</p>
<p>Inilah alasan utama beberapa gempa bumi menghasilkan tsunami dan yang lainnya tidak. Gempa zona subduksi dangkal sebenarnya menggusur dasar laut – baik ke atas maupun ke bawah – dan lautan di atasnya.</p>
<p>Pada <a href="https://www.ncei.noaa.gov/news/day-2011-japan-earthquake-and-tsunami">gempa Tohoku 2011</a> di Jepang, yang terletak di kedalaman 24 km dan berkekuatan 9,1 Skala Richter, ini terjadi dengan dampak yang menghancurkan. Gempa tunggal ini menggerakkan kerak bumi sejauh 26 meter dalam hitungan detik dan mengangkat samudra, yang akhirnya mengirimkan gelombang tsunami yang menerjang tepat melintasi Samudra Pasifik.</p>
<p>Sementara itu, gempa Maluku bermagnitudo 7,6 yang terjadi bulan Januari lalu di perairan Indonesia tidak begitu kuat dan terjadi <a href="https://earthquake.usgs.gov/earthquakes/eventpage/us7000j36j/executive">pada kedalaman 105km</a>. Pada kedalaman ini, energi dan pergerakan yang terkait dari gempa bumi tersebar menjadi sejuta rekahan kecil pada bebatuan di atasnya.</p>
<p>Energi tersebut juga harus melewati irisan mantel semi-cair. Dengan demikian, ekspresi permukaan gempa melemah secara signifikan. Ini tidak menghasilkan gelombang laut, atau jika menghasilkan, hanya gelombang kecil.</p>
<p>Karena lempeng Bumi bergerak dengan kecepatan yang relatif konstan dan kita memiliki catatan aktivitas gempa bumi untuk bagian tertentu dari kerak Bumi dalam bentuk catatan geologis, kita dapat memperkirakan secara kasar seberapa sering gempa bumi akan terjadi di lokasi yang luas.</p>
<p>Sayangnya, kita belum memiliki teknologi untuk dapat memprediksi dengan tepat kapan atau di mana gempa akan terjadi. Yang bisa kita lakukan adalah mengidentifikasi daerah yang berisiko dan membangun infrastruktur tahan gempa di daerah rawan untuk mencegah kerusakan dan korban jiwa.</p>
<hr>
<p><em>Zalfa Imani Trijatna dari Universitas Indonesia menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/199279/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Martin Van Kranendonk menerima dana dari Australian Research Council.</span></em></p>Gempa bumi yang berasal dari bawah laut seringkali disertai dengan peringatan tsunami. Inilah yang menentukan risiko tsunami.Martin Van Kranendonk, Professor and Director of the Australian Centre for Astrobiology, UNSW SydneyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1952042022-11-23T10:56:29Z2022-11-23T10:56:29ZGempa Cianjur: ahli jelaskan mengapa gempa dangkal lebih destruktif<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/496963/original/file-20221123-20-vbydcw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Seorang lelaki menunjukkan reaksinya saat melihat kerusakan akibat gempa bumi pada hari Senin di Cianjur, Jawa Barat.</span> <span class="attribution"><span class="source">Tatan Syuflana/AP</span></span></figcaption></figure><p>Pada tanggal 21 November 2022, gempa bumi di dekat kota Cianjur, Jawa Barat menyebabkan setidaknya <a href="https://www.bbc.com/news/world-asia-63712461">268 kematian dan merusak 22.000 bangunan</a>.</p>
<p>Dengan kekuatan 5,6 skala richter, gempa ini jauh lebih kecil daripada banyak <a href="https://www.ngdc.noaa.gov/hazel/view/hazards/earthquake/search">gempa bumi lainnya</a> yang telah menyebabkan kematian dan kehancuran di Indonesia selama beberapa dekade terakhir.</p>
<p>Mengapa gempa Cianjur sangatlah berbeda? Salah satu alasan utama yang membuat gempa bumi ini begitu merusak adalah kedalamannya yang dangkal, yaitu 10 km.</p>
<p>Peristiwa ini harus menjadi peringatan untuk meningkatkan praktik kontruksi bangunan di Indonesia, mengingat bencana dangkal yang jauh lebih besar dapat terjadi di Jawa kapan saja.</p>
<h2>Peran kedalaman gempa</h2>
<p>Dua faktor terpenting yang menentukan intensitas guncangan tanah yang disebabkan oleh gempa bumi adalah kekuatan dan jaraknya.</p>
<p>Gempa bumi besar dengan kedalaman lebih dari 50 km dapat menyebabkan kerusakan yang meluas, tetapi intensitas guncangan berkurang karena gelombang seismik berjalan setidaknya 50 km sebelum mencapai ke permukaan hingga dapat dirasakan manusia.</p>
<p>Gempa bumi seperti ini jarang menimbulkan korban jiwa yang besar. Sebagai contoh, gempa Tasikmalaya yang berkekuatan 6,5 SR pada tahun 2017 terjadi pada kedalaman 90 km dan <a href="https://www.ngdc.noaa.gov/hazel/view/hazards/%20data%20gempa/peristiwa?maxYear=2017&minYear=2017&minDeaths=4">hanya menewaskan empat orang dan merusak 4.826 rumah</a>.</p>
<p>Meskipun gempa Cianjur yang baru-baru ini terjadi jauh lebih kecil dari gempa Tasikmalaya – dengan kekuatan 5,6 skala Richter, energinya delapan kali lebih kecil, kerusakan yang dihasilkan jauh lebih besar.</p>
<p>Gempa Cianjur memiliki dampak yang lebih besar karena terjadi dalam jarak beberapa kilometer dari kota Cianjur, dengan guncangan yang dikategorikan “parah” – (<a href="https://www.usgs.gov/programs/earthquake-%20bahaya/modifikasi-merkali-intensitas-skala">Skala 8 menurut menurut skala yang dibuat oleh seorang vulkanologis dari Italia yang bernama Giuseppe Mercalli</a>.</p>
<p>Perbandingan serupa dapat dilakukan dengan gempa zona yang terjadi di lepas pantai. Meskipun ukurannya bisa jauh lebih besar daripada gempa Cianjur, gempa jenis ini umumnya berjarak 100 km atau lebih dari pusat populasi, sehingga menyebabkan lebih sedikit korban jiwa akibat keruntuhan bangunan.</p>
<h2>Bahaya yang jarang terjadi</h2>
<p>Selain itu, gempa bumi dangkal di daratan dapat menjadi begitu dahsyat karena jarang terjadi, khususnya di Jawa. Ini menyebabkan kebanyakan orang tidak menyadari bahayanya.</p>
<p>Populasi Pulau Jawa meningkat <a href="http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=12&notab=1">empat kali lebih besar</a> selama <a href="https://www.researchgate.net/publication/235003003_Mortality_from_the_influenza_pandemic_of_1918-19_in_Indonesia/link/55ba347408ae9289a0926b9f/download">abad ke-20</a>. Selama ini, hanya ada satu gempa dangkal yang terjadi, yaitu pada tahun 1924 yang menyebabkan hampir 800 kematian, dan empat gempa lainnya menyebabkan korban jiwa sebanyak 10 hingga 100.</p>
<p>Kemudian pada tahun 2006, gempa bumi Yogyakarta dengan <a href="https://www.ngdc.noaa.gov/hazel/view/hazards/earthquake/event-data?maxYear=2022&maxLongitude%20=119.0394401550293&minYear=1900&maxLatitude=-5.482546633157073&minDeaths=10&minLongitude=104.7572135925293&minLatitude=-9.75017078272175">kekuatan 6,3 skala Richter</a> terjadi. Peristiwa yang luar biasa ini menewaskan hingga 5.749 orang.</p>
<p>Selama beberapa generasi, gempa bumi besar belum pernah terjadi di daerah lain di Pulau Jawa.</p>
<p>Karena hal ini, tidak banyak perhatian yang diberikan terkait konstruksi bangunan, sehingga banyak bangunan lemah akan runtuh ketika gempa terjadi.</p>
<h2>Masa kolonial yang sangat berbeda</h2>
<p>Sejarah gempa bumi di Jawa pada masa kolonial melukiskan gambaran yang sangat berbeda. <a href="https://pubs.geoscienceworld.org/ssa/bssa/article/doi/10.1785/0120220047/618736/Gempa-Nusantara-A-Database-of-7380-Macroseismic">Studi terbaru kami</a> menunjukkan banyak gempa bumi yang menimbulkan kerusakan telah terjadi di Jawa sejak abad ke-17. Setidaknya sembilan gempa bumi sejak tahun 1865 telah menyebabkan guncangan yang begitu parah sehingga hampir pasti merupakan peristiwa gempa yang dangkal.</p>
<p>Ini termasuk dua gempa bumi di dekat Wonosobo di Jawa Tengah pada tahun 1924 yang menjadi penyebab bencana tanah longsor yang menewaskan hampir 900 orang.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/496722/original/file-20221122-16-xu4jmg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Sebuah foto sepia yang menunjukkan bangunan kecil yang runtuh sepenuhnya" src="https://images.theconversation.com/files/496722/original/file-20221122-16-xu4jmg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/496722/original/file-20221122-16-xu4jmg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=448&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/496722/original/file-20221122-16-xu4jmg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=448&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/496722/original/file-20221122-16-xu4jmg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=448&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/496722/original/file-20221122-16-xu4jmg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=563&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/496722/original/file-20221122-16-xu4jmg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=563&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/496722/original/file-20221122-16-xu4jmg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=563&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Kerusakan akibat gempa di Cianjur, Jawa Barat, pada Maret 1879.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/view/item/826282">Leiden University Libraries Digital Collections</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Dalam <a href="https://pubs.geoscienceworld.org/ssa/bssa/article/doi/10.1785/0120220047/618736/Gempa-Nusantara-A-Database-of-7380-Macroseismic">penelitian terbaru</a> kami, kami juga mendokumentasikan getaran yang sangat ekstrem yang disebabkan oleh gempa pada 25 Oktober 1875 di dekat Kuningan, Jawa Barat. Seorang saksi mata menggambarkan dirinya terlempar dari kursi dan melihat sekawanan sapi terlempar dari tanah.</p>
<p>Gempa bumi yang menyebabkan kerusakan juga pernah terjadi di Cirebon pada tanggal 16 November 1847. Peristiwa ini diperkirakan menyebabkan <a href="https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/873/1/012052/meta">aliran sungai setinggi 5 meter</a> karena kekuatannya yang mencapai 7 skala Richter atau bahkan lebih besar.</p>
<p>Cianjur, lokasi gempa minggu ini, telah mengalami setidaknya satu gempa bumi yang menyebabkan kerusakan hebat, yaitu pada 28 Maret 1879, yang menyebabkan runtuhnya beberapa bangunan dengan korban jiwa.</p>
<h2>Fakta kehidupan</h2>
<p>Ahli geologi sangat memahami bahwa gempa bumi adalah fakta kehidupan di Pulau Jawa. Selama dua dekade terakhir, para ahli geologi telah <a href="https://pubs.geoscienceworld.org/earthquake-spectra/article-abstract/36/1_suppl/112/592080/Development-of-the-2017-national%20-seismic-hazard?redirectedFrom=fulltext">mengidentifikasi banyak retakan</a> atau sambungan di kerak bumi di Jawa yang cenderung aktif, tetapi hanya segelintir yang telah dipelajari secara detail.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/belajar-dari-gempa-lombok-pentingnya-strategi-komunikasi-risiko-gempa-di-indonesia-yang-rasional-101816">Belajar dari gempa Lombok, pentingnya strategi komunikasi risiko gempa di Indonesia yang rasional</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Patahan Lembang di pinggiran Bandung, kota terbesar keempat di Indonesia (dengan populasi 8,8 juta, yang lokasinya berlawanan dengan Cianjur 170.000), adalah salah satu dari sedikit <a href="https://www.sciencedirect.com/science/%20article/pii/S0040195118304268">bukti geologis</a> dari aktivitas gempa prasejarah yang telah ditetapkan. Patahan ini diperkirakan mampu menghasilkan gempa berkekuatan 6,5–7,0 skala Richter setiap 170–670 tahun.</p>
<p>Selain Yogyakarta, patahan aktif lainnya diketahui mengancam kota Jakarta, Surabaya, dan Semarang. Ini tidak menutup kemungkinan bahwa patahan lain juga mengancam daerah-daerah lain di luar ketiga kota tersebut.</p>
<h2>Bersiap-siap untuk gempa berikutnya</h2>
<p>Gempa dangkal yang jauh lebih besar dari gempa Cianjur dapat terjadi di kota-kota yang jauh lebih besar dari Cianjur. Apa yang dapat dilakukan Indonesia untuk menghindari kematian massal akibat peristiwa seperti itu?</p>
<p>Jawaban tipikalnya adalah memperbaiki – dan menegakkan – aturan bangunan yang akan memaksa setiap konstruksi baru menjadi lebih tahan gempa.</p>
<p>Indonesia memang memiliki kode bangunan berdasarkan peta bahaya seismik modern, tetapi hanya berlaku untuk bangunan delapan lantai atau lebih tinggi. Mengingat tingkat kemiskinan yang tinggi di Indonesia, penegakan aturan bangunan secara universal dianggap tidak praktis.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/meninjau-ulang-strategi-peringatan-dini-tsunami-di-indonesia-cermin-dari-palu-104238">Meninjau ulang strategi peringatan dini tsunami di Indonesia: cermin dari Palu</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Sebagai alternatif, Indonesia mungkin dapat mengadopsi standar minimum yang sederhana untuk kekuatan beton, kualitas struktur, dan aspek lain dari praktik bangunan yang mungkin tidak sesuai dengan kode bangunan, tetapi setidaknya dapat memberikan tingkat perlindungan yang lebih tinggi daripada praktik yang diterapkan saat ini.</p>
<p>Setiap perubahan dalam praktik bangunan memerlukan perubahan budaya. Artinya, masyarakat harus menaruh harapan lebih pada tenaga konstruksi bangungan, dan bersedia membayar untuk membayar jasa mereka.</p>
<hr>
<p><em>Zalfa Imani Trijatna dari Universitas Indonesia menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/195204/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Stacey Servito Martin didukung oleh beasiswa penelitian dari Australian National University.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Mudrik Rahmawan Daryono dan Phil R. Cummins tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Gempa di Pulau Jawa sangat dahsyat karena terjadi begitu dekat dengan permukaan.Phil R. Cummins, Professor, Australian National UniversityMudrik Rahmawan Daryono, Senior research scientist, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)Stacey Servito Martin, PhD Candidate, Earth Sciences, Australian National UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1928602022-10-27T03:48:51Z2022-10-27T03:48:51ZCurious Kids: bagaimana lava terbentuk?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/490781/original/file-20221020-12-ejp1q1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">ImageBank4u/Shutterstock</span></span></figcaption></figure><blockquote>
<p>Bagaimana lava terbentuk? – Leon, umur 7, Sydney, Australia </p>
</blockquote>
<p><a href="https://theconversation.com/au/topics/curious-kids-36782"><img src="https://images.theconversation.com/files/291898/original/file-20190911-190031-enlxbk.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=90&fit=crop&dpr=1" width="100%"></a></p>
<p>Terima kasih untuk pertanyaannya yang bagus, Leon!</p>
<p>Apakah kamu pernah melihat lava? Menurutmu, seperti apa lava itu? Lava dapat berwarna merah, berapi-api, dan cair atau dingin, berwarna gelap, dan padat, seperti pada gambar di atas.</p>
<p>Pada gambar di atas, kamu dapat melihat lava merah panas yang mengalir di atas batu padat hitam yang menjadi tempat lava mendingin. Lava adalah batuan cair yang meleleh karena suhu yang sangat tinggi. Suhu tersebut jauh lebih panas daripada yang kamu lihat di permukaan bumi.</p>
<p>Coba bayangkan betapa panasnya suhu yang dibutuhkan untuk melelehkan batu? Ini menunjukkan tentang proses pembentukan lava di suatu tempat di bawah permukaan bumi dengan suhu yang sangat tinggi.</p>
<p>Di bawah tanah, batuan cair tersebut adalah magma. Magma berubah menjadi lava ketika mengalir ke permukaan planet, biasanya melalui gunung berapi. Saat lava mendingin – inilah tanah padat berwarna gelap yang terdapat di gambar – ini disebut <em>“igneous” rock</em> (batuan beku). Dalam bahasa Latin (ilmuwan menggunakan banyak kata Latin), <em>“igenous”</em> berarti “api,” jadi ini adalah batu api.</p>
<p>Untuk memahami bagaimana lava terbentuk dan dari mana asalnya, kita perlu melakukan perjalanan di bawah permukaan bumi. Namun, ini tidak mungkin kita lakukan karena terlalu berbahaya. Bayangkan mencoba melakukan perjalanan ke suatu tempat yang cukup panas untuk melelehkan batu, apa akibatnya bagi kamu?</p>
<p>Selain melakukan perjalanan ke bawah permukaan bumi, kita tetap dapat memahami bagaimana lava terbentuk dengan melihat struktur Bumi seperti yang terdapat pada gambar di bawah ini dan membayangkan perjalanannya.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/484976/original/file-20220915-46145-spyrev.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Bagan yang menunjukkan kerak bumi, mantel atas, mantel bawah, dan inti dalam seperti bola yang dibedah
" src="https://images.theconversation.com/files/484976/original/file-20220915-46145-spyrev.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/484976/original/file-20220915-46145-spyrev.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/484976/original/file-20220915-46145-spyrev.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/484976/original/file-20220915-46145-spyrev.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/484976/original/file-20220915-46145-spyrev.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/484976/original/file-20220915-46145-spyrev.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/484976/original/file-20220915-46145-spyrev.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Bumi memiliki beberapa lapisan dalam strukturnya, dari permukaan hingga ke inti padat.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Naeblys/Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kita akan melakukan perjalanan turun melalui kerak bumi, ke dalam mantel, dan kemudian ke inti. Sesampainya di sana, kita akan menemukan bahwa kerak dan mantel sebagian besar adalah batuan padat. Setelah melewati mantel, kita akan melihat inti luar cair dan kemudian inti dalam logam padat.</p>
<p>Suhu di inti Bumi sangatlah panas, <a href="https://www.nationalgeographic.com/science/article/earths-interior">biasanya antara 5.000 dan 7.000 derajat Celcius</a>. Coba kamu pikirkan hal ini untuk membandingkan: cokelat mulai meleleh pada suhu sekitar 80°C dan air keran mendidih pada suhu 100°C. Inti yang sangat panas ini bagaikan oven untuk Bumi yang memanaskannya dari dalam.</p>
<p>Sepanjang perjalanan, kita mungkin menemukan beberapa magma di mantel tempat ia dibuat, yaitu di ruang antara mantel luar dan kerak bumi. Magma terbentuk melalui panas dan tekanan – bayangkan meremas bola plastisin sekeras mungkin. Saat melakukan ini, kamu memberi tekanan pada bola. Meskipun mantel tidak sepanas inti cair, lapisan ini memiliki lebih banyak tekanan yang disebabkan oleh gerakan di mantel berbatu yang menekan kerak.</p>
<p>Tekanan ini, dan suhu dari “oven” Bumi pada inti, menyebabkan batuan mencair dan magma terbentuk. Magma bergerak ke permukaan bumi melalui bukaan – terkadang bukaan ini adalah gunung berapi – dan membentuk kerak baru.</p>
<p>Seringkali, kerak baru terbentuk menjadi pulau-pulau, seperti banyak pulau Pasifik. Hal ini terjadi karena cairan keluar melalui bukaan di dasar laut dan mendingin hingga membentuk daratan</p>
<p>Kamu dapat menonton video ini untuk mendengarkan cerita dari Bumi sendiri. Namun, kamu harus berhati-hati: jangan pernah memasukkan batu ke dalam api untuk mencoba melelehkannya karena beberapa batu dapat meledak! Kamu dapat bertanya tentang ini di lain kesempatan.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/SoJ8cRnbbps?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
</figure>
<hr>
<p><em>Apakah kamu punya pertanyaan yang ingin dikembangkan ke ahli? Minta bantuan ke orang tua atau orang yang lebih dewasa untuk mengirim pertanyaanmu pada kami.</em>
<em>Ketika mengirimkan pertanyaan, pastikan kamu sudah memasukkan nama pendek, umur, dan kota tempat tinggal. Kamu bisa:</em></p>
<ul>
<li><p><em>mengirimkan email <a href="mailto:curiouskids@theconversation.com">redaksi@theconversation.com</a></em></p></li>
<li><p><em>tweet ke kami <a href="https://twitter.com/ConversationIDN">@conversationIDN</a> dengan tagar #curiouskids</em></p></li>
<li><p><em>DM melalui Instagram <a href="https://www.instagram.com/conversationIDN/">@conversationIDN</a></em></p></li>
</ul>
<hr>
<p><em>Zalfa Imani Trijatna dari Universitas Indonesia menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/192860/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Janice Crerar tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Bumi memiliki batuan cair di dalamnya. Inilah yang terjadi pada batu tersebut untuk membuat lava.Janice Crerar, Lecturer in Education, Charles Darwin UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1929432022-10-27T03:48:50Z2022-10-27T03:48:50ZCurious Kids: Dari mana pasir pantai berasal?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/490807/original/file-20221020-17-kwfzo9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Ini berawal sebagai pegunungan.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/white-sand-on-beach-dunes-summertime-29294035">Bas Meelker/Shutterstock.com</a></span></figcaption></figure><hr>
<blockquote>
<p><strong>Dari mana pasir pantai berasal? – Sly M., umur 6, Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat</strong></p>
</blockquote>
<hr>
<p>Ada lebih banyak hal mengenai pasir pantai yang belum kita tahu. Hal ini menawarkan cerita tentang tanah dan perjalanan epik ke laut. Ini karena gunung mengakhiri hidupnya sebagai pasir di pantai.</p>
<p>Seiring waktu, gunung-gunung akan terkikis. Lumpur, pasir, kerikil, dan batu-batu besar yang mereka tumpahkan terbawa arus dan kemudian bersatu membentuk sungai. Saat mereka mengalir ke laut, semua sedimen ini ditumbuk dan tertimbun dalam versi alami dari gelas batu.</p>
<p>Batu-batu besar pecah menjadi potongan-potongan kecil, sehingga sebagian besar yang mencapai laut adalah lumpur. Partikel lumpur dan tanah liat ini terlalu kecil untuk dilihat hanya dengan mata. Namun, kamu dapat melihat butiran-butiran pasir yang hanya merupakan bongkahan batu yang lebih besar.</p>
<p>Jika setelah ini kamu pergi ke pantai, cobalah untuk mengambil segenggam pasir dan perhatikan baik-baik. Apakah semua butir memiliki warna yang sama atau warna pelangi? Apakah mereka bergerigi dan bersudut atau halus dan bulat? </p>
<p>Warna pasir dapat berbeda karena mereka berasal dari mineral yang juga berbeda, seperti warna khaki <a href="https://en.wiktionary.org/wiki/feldspar#/media/File:Feldspar_1659.jpg">feldspar</a>, <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Quartz#/media/File:Quartz,_Tibet.jpg">kuarsa</a> putih berasap, <a href="https://geology.com/minerals/olivine.shtml">olivin</a> hijau, atau <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Basalt#/media/File:BasaltUSGOV.jpg">basal</a> hitam. Perpaduan warna di pasir pantai menunjukkan jenis batuan yang menghasilkannya.</p>
<p>Bentuk butiran pasir juga memberikan petunjuk tentang asalnya. Butir-butir bersudut dari jenis pasir yang sama belum melewati perjalanan sejauh butir-butir bulat yang halus. Di sisi lain, batuan yang lemah lebih cepat terurai menjadi lumpur daripada batuan keras, sehingga pasir cenderung terbuat dari jenis yang lebih keras yang terurai perlahan.</p>
<p>Sekitar sepersepuluh suplai sedimen yang sampai ke laut adalah pasir. Partikel-partikel ini berukuran antara sekitar setengah milimeter dan 2 milimeter – kira-kira setebal satu koin. Partikel-partikel ini cukup besar sehingga tidak mengalir langsung ke laut dalam.</p>
<p>Namun, pantai hanyalah perhentian sementara untuk pasir. Gelombang besar menariknya ke lepas pantai, dan gelombang yang lebih kecil mendorongnya ke sepanjang pantai. Oleh karena itu, menjaga pantai yang kaya akan pasir sangatlah penting untuk menjaganya tetap berpasir.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/5ZBeMzWMubA?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Banyak kota pantai menghabiskan jutaan dolar untuk membangun kembali pantai yang terkikis dengan pasir baru.</span></figcaption>
</figure>
<p>Namun, banyak pantai kekurangan pasir saat ini. Banyak bendungan menjebak pasir yang mengalir di sungai dan menumpuknya di waduk. Secara keseluruhan, aktivitas manusia telah memotong sekitar <a href="http://dx.doi.org/10.1126/science.1109454">setengah jumlah pasir</a> yang seharusnya berakhir di pantai-pantai di seluruh dunia.</p>
<p>Karena manusia tidak dapat menghentikan ombak, pasir pantai tersapu bersih dan tidak terisi kembali. Akibatnya, garis pantai menjadi terkikis. Itu artinya banyak pantai di dunia yang menyusut secara perlahan tapi pasti. </p>
<p>Jadi, ketika nanti kamu menggali pasir pantai, coba pikirkan tentang perjalanan epik yang diperlukan sehingga pasir dapat berada di bawah kakimu. Luangkanlah waktu sejenak untuk memikirkan dari mana pasir itu berasal dan ke mana perginya.</p>
<hr>
<p><em>Apakah kamu punya pertanyaan yang ingin dikembangkan ke ahli? Minta bantuan ke orang tua atau orang yang lebih dewasa untuk mengirim pertanyaanmu pada kami.</em>
<em>Ketika mengirimkan pertanyaan, pastikan kamu sudah memasukkan nama pendek, umur, dan kota tempat tinggal. Kamu bisa:</em></p>
<ul>
<li><p><em>mengirimkan email <a href="mailto:curiouskids@theconversation.com">redaksi@theconversation.com</a></em></p></li>
<li><p><em>tweet ke kami <a href="https://twitter.com/ConversationIDN">@conversationIDN</a> dengan tagar #curiouskids</em></p></li>
<li><p><em>DM melalui Instagram <a href="https://www.instagram.com/conversationIDN/">@conversationIDN</a></em></p></li>
</ul>
<hr>
<p><em>Zalfa Imani Trijatna dari Universitas Indonesia menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/192943/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>David R. Montgomery tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Pasir mungkin terlihat melimpah ketika jari-jari kaki kamu terkubur di dalamnya, tetapi pasir menjadi langka di banyak garis pantai di seluruh dunia.David R. Montgomery, Professor of Earth and Space Sciences, University of WashingtonLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1889372022-08-19T03:55:28Z2022-08-19T03:55:28ZBerapa banyak zaman es yang dimiliki Bumi, dan dapatkah manusia bertahan hidup di dalamnya<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/479660/original/file-20220817-12-6ce6hv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Selama zaman es, lapisan es seperti yang ada di Greenland telah menutupi sebagian besar permukaan bumi.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/the-greenland-ice-sheet-is-the-largest-ice-sheet-in-the-news-photo/1399203109">Thor Wegner/DeFodi Images via Getty Images</a></span></figcaption></figure><blockquote>
<p><strong>Berapa banyak zaman es di Bumi, dan dapatkah manusia bertahan hidup di dalamnya? – Mason C., umur 8, Hobbs, New Mexico</strong></p>
</blockquote>
<p><a href="https://theconversation.com/id/topics/curious-kids-83797"><img src="https://images.theconversation.com/files/386375/original/file-20210225-21-1xfs1le.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=90&fit=crop&dpr=2" width="100%"></a></p>
<p>Pertama , apa itu <a href="https://geology.utah.gov/map-pub/survey-notes/glad-you-asked/ice-ages-what-are-they-and-what-causes-them">zaman es</a>? Zaman es adalah ketika Bumi memiliki suhu dingin untuk waktu yang lama – jutaan hingga puluhan juta tahun – yang menyebabkan lapisan es dan gletser menutupi sebagian besar permukaannya.</p>
<p>Kita tahu bahwa Bumi telah mengalami <a href="http://iceage.museum.state.il.us/content/when-have-ice-ages-occurred">setidaknya lima zaman es</a>. Yang pertama terjadi sekitar 2 miliar tahun yang lalu dan berlangsung sekitar 300 juta tahun. Yang terbaru dimulai sekitar 2,6 juta tahun yang lalu, dan faktanya, secara teknis kita masih berada di dalamnya.</p>
<p>Jadi mengapa Bumi tidak tertutup es sekarang? Itu karena kita berada dalam periode yang dikenal sebagai “interglasial.” Di zaman es, suhu akan berfluktuasi antara tingkat yang lebih dingin dan lebih hangat. Lapisan es dan gletser mencair selama fase yang lebih hangat, yang disebut interglasial, dan mengembang selama fase yang lebih dingin, yang disebut glasial.</p>
<p>Saat ini kita berada dalam periode interglasial hangat terbaru, yang dimulai sekitar 11.000 tahun yang lalu.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/I4EZCy14te0?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Iklim bumi mengalami siklus pemanasan dan pendinginan yang dipengaruhi oleh gas di atmosfernya dan variasi orbitnya mengelilingi matahari.</span></figcaption>
</figure>
<h2>Bagaimana rasanya berada dalam zaman es?</h2>
<p>Ketika kebanyakan orang berbicara tentang “zaman es,” mereka biasanya mengacu pada periode glasial terakhir, yang dimulai sekitar 115.000 tahun yang lalu dan berakhir sekitar 11.000 tahun yang lalu dengan dimulainya periode interglasial saat ini.</p>
<p>Saat itu, planet ini jauh lebih dingin daripada sekarang. Pada puncaknya, ketika lapisan es menutupi sebagian besar Amerika Utara, suhu rata-rata global sekitar <a href="https://www.smithsonianmag.com/smart-news/ice-age-temperature-science-how-cold%20-180975674/">46 derajat Fahrenheit</a> (8 derajat Celcius). Itu 11 derajat F (6 derajat C) lebih dingin dari rata-rata suhu tahunan global saat ini.</p>
<p>Perbedaan itu mungkin terdengar tidak signifikan, tetapi zaman itu mengakibatkan sebagian besar Amerika Utara dan Eurasia tertutup lapisan es. Bumi juga jauh lebih kering, dan <a href="https://www.usgs.gov/media/images/coastline-eastern-us-changesslowly">permukaan laut jauh lebih rendah</a>, karena sebagian besar air bumi terperangkap di lapisan es . <a href="https://education.nationalgeographic.org/resource/steppe">Dataran berumput kering</a>adalah hal yang biasa dijumpai. Begitu juga <a href="http://kids.nceas.ucsb.edu/biomes/savanna.html">sabana</a>, atau dataran berumput yang lebih hangat, dan juga gurun</p>
<p>Banyak <a href="https://ucmp.berkeley.edu/quaternary/ple.html">binatang yang ada selama zaman es</a> tidak asing bagi Anda, termasuk beruang coklat, karibu, dan serigala. Tapi ada juga megafauna yang punah di akhir zaman es, seperti <a href="https://uwaterloo.ca/earth-sciences-museum/resources/ice-age-mammals"><em>mammoth</em>, mastodon, kucing bertaring tajam</a> dan <a href="https://www.livescience.com/56762-giant-ground-sloth.html">kungkang raksasa</a>.</p>
<p>Ada perbedaan pendapat tentang <a href="https://samnoblemuseum.ou.edu/understanding-extinction/extinctions-in-the-recent-past-and-the-present-day/pleistocene-extinctions/">mengapa hewan-hewan ini bisa punah</a> . Salah satunya adalah manusia memburu mereka hingga punah.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/468864/original/file-20220614-2525-72v0y4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Scientist and workers gather around a jawbone and horns protruding out of the ground." src="https://images.theconversation.com/files/468864/original/file-20220614-2525-72v0y4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/468864/original/file-20220614-2525-72v0y4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/468864/original/file-20220614-2525-72v0y4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/468864/original/file-20220614-2525-72v0y4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/468864/original/file-20220614-2525-72v0y4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/468864/original/file-20220614-2525-72v0y4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/468864/original/file-20220614-2525-72v0y4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Menggali kerangka mastodon di Burning Tree Golf Course di Heath, Ohio, Desember 1989. Kerangka tersebut, ditemukan oleh para pekerja yang sedang menggali kolam, telah selesai 90% hingga 95% dan berusia lebih dari 11.000 tahun..</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://flic.kr/p/mF53eR">James St. John/Flickr</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Tunggu, adakah manusia saat jaman es?!</h2>
<p>Ya, orang-orang seperti kita hidup melalui zaman es. Sejak spesies kita, <em>Homo sapiens</em>, <a href="https://humanorigins.si.edu/evidence/human-fossils/species/homo-sapiens">muncul sekitar 300.000 tahun yang lalu di Afrika</a>, kita telah menyebar ke seluruh dunia.</p>
<p>Selama zaman es, beberapa populasi tetap berada di Afrika dan tidak mengalami efek penuh dari dingin. Lainnya pindah ke bagian lain dunia, termasuk lingkungan glasial Eropa yang dingin.</p>
<p>Dan mereka tidak sendirian. Pada awal zaman es, ada spesies hominin lain – kelompok yang juga merupakan nenek moyang langsung dan kerabat terdekat kita – di seluruh Eurasia, seperti <a href="https://humanorigins.si.edu/evidence/human-fossils/species/homo-neanderthalensis">Neanderthal</a> di Eropa dan <a href="https://www.newscientist.com/definition/denisovans/">Denisovans</a> yang misterius di Asia. Kedua kelompok ini tampaknya telah punah sebelum akhir zaman es.</p>
<p>Ada banyak ide tentang bagaimana spesies kita selamat dari zaman es ketika sepupu hominin kita tidak. Beberapa orang berpikir bahwa itu ada hubungannya dengan seberapa mudah kita beradaptasi, dan bagaimana kita <a href="https://www.discovermagazine.com/planet-earth/how-humans-survived-the-ice-age">menggunakan keterampilan dan alat sosial dan komunikasi kita</a>. Dan tampaknya manusia tidak berdiam diri selama zaman es. Sebaliknya mereka pindah ke daerah baru.</p>
<p>Untuk waktu yang lama telah diperkirakan bahwa manusia tidak memasuki Amerika Utara sampai lapisan es mulai mencair. Tapi <a href="https://www.nps.gov/whsa/learn/nature/fossilized-footprints.htm">jejak kaki fosil</a> ditemukan di <a href="https://www.nps.gov/whsa/index.htm">Taman Nasional White Sands</a> di New Mexico yang menunjukkan bahwa manusia telah berada di Amerika Utara setidaknya sejak 23.000 tahun yang lalu , saat puncak zaman es terakhir.</p>
<hr>
<p><em>Apakah kamu punya pertanyaan yang ingin ditanyakan ke ahli? Minta bantuan ke orang tua atau orang yang lebih dewasa untuk mengirim pertanyaanmu pada kami.</em>
<em>Ketika mengirimkan pertanyaan, pastikan kamu sudah memasukkan nama pendek, umur, dan kota tempat tinggal. Kamu bisa:</em></p>
<ul>
<li><p><em>mengirimkan email <a href="mailto:curiouskids@theconversation.com">redaksi@theconversation.com</a></em></p></li>
<li><p><em>tweet ke kami <a href="https://twitter.com/ConversationIDN">@conversationIDN</a> dengan tagar #curiouskids</em></p></li>
<li><p><em>DM melalui Instagram <a href="https://www.instagram.com/conversationIDN/">@conversationIDN</a></em></p></li>
</ul>
<hr>
<p><em>Arina Apsarini dari Binus University menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/188937/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Denise Su tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Bumi telah memiliki setidaknya lima zaman es utama, dan manusia muncul tepat waktu untuk yang terbaru. Faktanya, kita masih di dalamnya.Denise Su, Associate Professor, Arizona State UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1836032022-05-24T08:28:02Z2022-05-24T08:28:02ZCurious Kids: Apakah ahli gunung berapi (vulkanologi) meninggal karena meneliti gunung berapi dari dekat?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/464666/original/file-20220522-25530-b7mhuw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Ahli vulkanologi sering mengunjungi gunung berapi aktif untuk mengamati letusan dan mengumpulkan sampel lava dan abu.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/monusco/13845573423/in/photolist-aq16Ln-5z5QEG-aeSgN1-7SNEQ-6PCKD5-7VGbsu-n6u1ga-n6vQaq-n6tP6M-n6tY1v-n6vSAC-n6tRfr-n6ubBa-iutm6t-qu4YpS-7VPwZH-fmhyQA-5KoDkh-oCjX1c-7Y8DJP-vAkbf-vAjXR-7Ucr8K-q7aKQk-bnKXb5-bAGLMV-4WvhpC-bkM4x6">Flickr/MONUSCO Photos</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span></figcaption></figure><blockquote>
<p><strong>Apakah ahli gunung berapi (vulkanologi) meninggal karena meneliti gunung berapi dari jarak dekat? – Tobias, umur 5, Malmsbury, Australia</strong></p>
</blockquote>
<p><a href="https://theconversation.com/id/topics/curious-kids-83797"><img src="https://images.theconversation.com/files/386375/original/file-20210225-21-1xfs1le.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=90&fit=crop&dpr=2" width="100%"></a></p>
<p>Gunung berapi menunjukkan kepada kita sekilas tentang apa yang ada di bawah bumi. Mereka juga menunjukkan kepada kita betapa kuatnya alam. Mempelajari gunung berapi memang mengasyikkan, tetapi juga bisa berbahaya.</p>
<p>Menurut perhitungan saya – berdasarkan berbagai laporan media dan data – ada sekitar 31 ahli vulkanologi yang meninggal ketika mereka meneliti gunung berapi selama 60 tahun terakhir.</p>
<p>Ini merupakan peristiwa tragis bagi keluarga dan rekan kerja mereka. Periode dengan ilmuwan gunung berapi paling banyak terbunuh adalah antara 1991 dan 1993: yakni sebanyak 12 orang vulkanologi tewas dalam empat letusan terpisah.</p>
<p>Dua dari letusan ini merupakan letusan yang paling terkenal: satu pada tahun 1991 ketika Gunung Unzen, Jepang meletus, dan satu lagi pada tahun 1993 di Galeras, Kolombia.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/182041/original/file-20170815-32006-zisf01.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/182041/original/file-20170815-32006-zisf01.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/182041/original/file-20170815-32006-zisf01.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=480&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/182041/original/file-20170815-32006-zisf01.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=480&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/182041/original/file-20170815-32006-zisf01.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=480&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/182041/original/file-20170815-32006-zisf01.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=603&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/182041/original/file-20170815-32006-zisf01.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=603&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/182041/original/file-20170815-32006-zisf01.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=603&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Lava dapat mencapai suhu setinggi 1200˚C.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/ztjackson/3241111818/in/photolist-5WpxCf-aPSwi2-aPUaTK-ptEoev-e3bk2i-aPT15Z-fnaT1-e1dqcm-5rNzWh-5Ynn8F-RJaicK-64foU6-b2x3qv-EpTsV-oR2jFe-U3RfhA-HYEMo-9rhHXY-9uGbh2-JiJGSz-dYMAvK-UJTppq-qoSXNi-q3DExU-9WDg-dWh6YB-4AxrTX-LMfoG-9rhNKA-6kkdhk-9rhNnC-4pZCNS-w7eCV-aCMBP2-y4rFv-bsi6RJ-g9gBrM-2G5vHz-4KRaa-dsSuC-2TXgZf-SnRLqx-89j9V9-vgyL1-5YspQb-LMpyk-5Yo9Dn-5G7mF5-9iXz3E-SY4Ky1">Flickr/Zach Jackson</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/curious-kids-do-sharks-sneeze-77399">Curious Kids: Do sharks sneeze?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Pada letusan Gunung Unzen, kubah lava lengket yang terdiri dari batuan cair panas dengan kristal dan gas muncul di puncuk guning. Ketika kubah tumbuh sangat tinggi, itu menjadi tidak stabil dan runtuh. Hal ini menyebabkan aliran besar potongan-potongan kubah yang bercampur dengan gas panas berjalan sangat cepat menuruni gunung. Ini disebut aliran piroklastik.</p>
<p>Dua ahli vulkanologi terkenal yang membuat video menarik tentang letusan gunung berapi yaitu pasangan suami istri <a href="http://volcano.oregonstate.edu/who-were-maurice-and-katia-krafft-how-did-they-die">Maurice dan Katia Krafft</a>, yang terjebak dan terbunuh oleh aliran piroklastik di Gunung Unzen.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/c5CAyaRIW8s?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
</figure>
<p>Letusan di Galeras adalah salah satu yang paling kuat yang pernah dialaminya dalam lima tahun. Namun, tidak ada yang melihatnya datang. Pada saat itu, 70 ahli vulkanologi berada di gunung untuk mempelajarinya sebagai bagian dari konferensi yang dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terkait bahaya gunung berapi.</p>
<p>Sayangnya, gunung meletus dengan ledakan besar ketika dua ilmuwan itu berada di kawah dan akibatnya mereka meninggal. Empat lainnya tewas oleh balok balistik, yang disebut bom, yang menghantam mereka seperti bola meriam. Seorang yang selamat, Dr. Stanley Williams, yang juga terkena dampak parah selama ledakan, menulis sebuah <a href="https://www.goodreads.com/book/show/1132925.Surviving_Galeras">buku</a> tentang hal itu.</p>
<hr>
<p><strong><em>Read more: <a href="https://theconversation.com/curious-kids-how-do-satellites-get-back-to-earth-82447_">Curious Kids: How do satellites get back to Earth?</a></em></strong></p>
<hr>
<p>Tetapi apakah <em>sebagian besar</em> ahli vulkanologi mati karena mempelajari gunung berapi dari jarak dekat? Jawabannya tidak.</p>
<p>Ada lebih dari 2.000 orang di seluruh dunia yang mempelajari gunung berapi dan kebanyakan dari mereka harus mendekati gunung berapi dari waktu ke waktu, tetapi hanya 31 yang tewas dalam pekerjaan selama 60 tahun terakhir.</p>
<p>Memang tidak aman untuk mendaki gunung berapi apa pun, tetapi selama kamu menghargai fenomena gunung berapi dan mengawasi setiap ada tanda-tanda letusan, kamu pasti selamat.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/182044/original/file-20170815-5720-mofaqt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/182044/original/file-20170815-5720-mofaqt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/182044/original/file-20170815-5720-mofaqt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/182044/original/file-20170815-5720-mofaqt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/182044/original/file-20170815-5720-mofaqt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/182044/original/file-20170815-5720-mofaqt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/182044/original/file-20170815-5720-mofaqt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/182044/original/file-20170815-5720-mofaqt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Para ilmuwan memperkirakan bahwa ada sekitar 1500 gunung berapi aktif di seluruh dunia saat ini. Setiap minggu 12 sekali mereka meletus.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/41812768@N07/15145861552/in/photolist-p5ouY1-jGU39-dn9NdU-U1poau-kbLscV-6baYUz-Ti3nAd-eKeHuT-q1JVY6-m5HQvf-b33DWk-NNTPoc-dn9KJt-kbLZeH-krd9pK-FPCNpk-4j9JR4-6ye4Tf-X5xoZU-p5aUzr-6v9tGK-qbzgoo-pJwgyN-r32jNT-oMVXL7-7SveVM-dPbqY5-5mi5G-r9VGEf-p5aVp2-XmjftP-oMVGCv-6yrdq2-dQZFX2-krfeAb-pJztm1-b33DGg-CPL9Cd-iKMN2v-pJu3sc-X6WiPz-i1fiS2-pJxv5T-dgCMEu-8hZoeX-i5AZCk-8xnvWR-jQtex-b9xv1P-p3oz65">Flickr/peterhartree</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<hr>
<p><em>Apakah kamu punya pertanyaan yang ingin ditanyakan ke ahli? Minta bantuan ke orang tua atau orang yang lebih dewasa untuk mengirim pertanyaanmu pada kami.</em>
<em>Ketika mengirimkan pertanyaan, pastikan kamu sudah memasukkan nama pendek, umur, dan kota tempat tinggal. Kamu bisa:</em></p>
<ul>
<li><p><em>mengirimkan email <a href="mailto:curiouskids@theconversation.com">redaksi@theconversation.com</a></em></p></li>
<li><p><em>tweet ke kami <a href="https://twitter.com/ConversationIDN">@conversationIDN</a> dengan tagar #curiouskids</em></p></li>
<li><p><em>DM melalui Instagram <a href="https://www.instagram.com/conversationIDN/">@conversationIDN</a></em></p></li>
</ul>
<hr>
<p><em>Arina Apsarini dari Binus University menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/183603/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Jozua van Otterloo adalah anggota Asosiasi Internasional Vulkanologi dan Kimia Interior Bumi (IAVCEI). </span></em></p>Ahli vulkanologi mempelajari pembentukan dan letusan gunung berapi - jelas merupakan salah satu pekerjaan paling menarik. Namun, itu juga bisa sangat berbahaya.Jozua van Otterloo, Assistant Lecturer in Volcanology, Monash UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1506552021-01-15T06:02:30Z2021-01-15T06:02:30ZMenelusuri jejak Pamatan, kota yang hilang setelah letusan Gunung Samalas di Pulau Lombok<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/377320/original/file-20210106-19-1gxuh9r.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C3557%2C2242&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Puncak Gunung Rinjani terlihat dari Kecamatan Suela di Pulau Lombok. Dulu kala, Pamatan terletak di sebuah kaki gunung api di pulau ini.</span> <span class="attribution"><span class="source">Ahmad Subaidi/Antara Foto</span></span></figcaption></figure><p>Pamatan adalah sebuah kota di Pulau Lombok yang kemungkinan hilang akibat letusan gunung api pada abad ke-13. Lokasi persis kota ini sampai saat ini belum ditemukan. </p>
<p>Temuan ini bermula dari hasil <a href="https://www.pnas.org/content/110/42/16742">penelitian</a> yang dipublikasikan tahun 2013, yang berhasil mengungkap misteri letusan besar tujuh abad silam. </p>
<p>Hasil eksplorasi dengan berbagai pendekatan <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s00445-015-0960-9">studi</a> telah menyimpulkan bahwa letusan tersebut berasal dari gunung api yang ada di Pulau Lombok, yaitu <a href="https://www.pnas.org/content/110/42/16742">Samalas</a>. </p>
<p>Nama gunung ini tercatat dalam Naskah Babad Lombok. Naskah ini juga juga telah digunakan untuk <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s10708-019-10083-5">merekonstruksi</a> terbentuknya kaldera Gunung Rinjani. </p>
<p>Hilangnya kota Pamatan memiliki kemiripan dengan apa yang terjadi di Pompeii, Italia, sehingga dijuluki sebagai “<a href="https://www.pnas.org/content/110/42/16742">Pompeii in the far east</a>”. </p>
<p>Sampai saat ini belum ada kesimpulan akhir di mana tepatnya lokasi kota Pamatan pada abad ke-13. </p>
<p>Saya dan rekan-rekan peneliti dari <a href="https://www.lgp.cnrs.fr/a-propos-de/franck-lavigne/">University of Paris 1</a> dan Universitas Gadjah Mada mencoba kembali menelusuri lokasi kota Pamatan melalui interpretasi Babad Lombok, dengan analisis spasial menggunakan pendekatan geografis.</p>
<h2>Kota Pamatan dalam Babad Lombok</h2>
<p>Dalam Babad Lombok - yang dialihaksarakan dan diterjemahkan oleh Lalu Gde Suparman pada 1994, Pamatan adalah negeri baru yang dibangun dari penduduk yang bermigrasi dari Desa Lae. Desa ini diduga berada di ujung timur-laut Lombok. </p>
<p>Pamatan digambarkan memiliki bangunan benteng kota, jalanan yang besar dan ramai, taman kota, balai pertemuan, serta banyak rumah-rumah penduduk.</p>
<p>Kota ini berada pada lahan yang subur, dengan banyak hasil pertanian dan perkebunan yang bermacam-macam seperti padi, jagung, timun, semangka, dan berbagai jenis sayuran. </p>
<p>Hasil perikanan seperti ikan, kepiting, tiram, dan rumput laut juga digambarkan melimpah. </p>
<p>Hasil bumi dan laut yang berlimpah menjadikan Pamatan sebuah kota perdagangan, bahkan orang dari Bajo dari Sulawesi pun berdatangan untuk ikut berdagang. </p>
<p>Babad Lombok menceritakan bahwa penduduk Pamatan mencapai sepuluh ribu orang dan hidup sejahtera di wilayah yang berada di kaki gunung. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/378760/original/file-20210114-23-hlv3ld.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/378760/original/file-20210114-23-hlv3ld.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=334&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/378760/original/file-20210114-23-hlv3ld.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=334&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/378760/original/file-20210114-23-hlv3ld.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=334&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/378760/original/file-20210114-23-hlv3ld.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=420&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/378760/original/file-20210114-23-hlv3ld.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=420&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/378760/original/file-20210114-23-hlv3ld.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=420&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Beberapa bait terjemahan Babad Lombok yang menggambarkan lanskap kota Pamatan.</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Berdasarkan bait-bait yang menceritakan kondisi kota Pamatan saat itu, kita dapat menginterpretasi kondisi fisik lokasi Pamatan. </p>
<p>Yang pertama adalah tanah yang subur. Melihat kondisi geologi Lombok yang banyak terbentuk dari batuan gunung api, tanah subur yang dimaksud mungkin adalah tanah dari material produk gunung api. </p>
<p>Jenis tanah ini lebih subur dibandingkan degan tanah dari pelapukan batuan gampingan seperti yang ada di wilayah pegunungan Lombok selatan. </p>
<p>Tanah yang subur umumnya berada pada bagian lereng bawah sampai lereng kaki gunung api karena tanah sudah berkembang cukup tebal. </p>
<p>Jenis tanaman yang disebutkan juga merupakan jenis tanaman pada lahan berlereng rendah. Hal ini sesuai dengan catatan Babad bahwa kota Pamatan berada di kaki gunung. </p>
<p>Selain subur, wilayah tersebut adalah wilayah yang memiliki banyak sumber daya air, baik sungai, mata air, maupun air tanah. </p>
<p>Yang menjadi pertanyaan adalah gunung apa yang dimaksud dan di lereng sebelah mana? </p>
<p>Indikasi lain yang dapat merujuk pada lokasi Pamatan adalah adanya hasil perikanan laut dan hubungan perdagangan antarpulau. </p>
<p>Ini tentu menggambarkan bahwa Pamatan adalah kota pesisir yang mungkin memiliki pelabuhan yang cukup besar untuk kapal-kapal bersandar. </p>
<p>Pertanyaan selanjutnya adalah kota ini berada di pesisir Lombok sebelah mana?</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/apakah-gempa-di-lombok-bisa-pengaruhi-aktivitas-gunung-api-di-sekitarnya-100851">Apakah gempa di Lombok bisa pengaruhi aktivitas gunung api di sekitarnya?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Di mana persisnya?</h2>
<p>Dalam merekonstruksi letak kota Pamatan, kami menggunakan beberapa asumsi. </p>
<p>Asumsi yang pertama adalah kota ini terletak di kaki lereng gunung. Gunung yang dimaksud mungkin adalah salah satu gunung api yang ada pada waktu yaitu Gunung Samalas atau Rinjani. </p>
<p>Asumsi yang kedua adalah lokasi di wilayah pesisir. Pulau Lombok adalah pulau yang tidak terlalu besar sehingga wilayah pesisir yang dimaksud bisa di pesisir bagian utara, barat, dan timur. </p>
<p>Pesisir bagian selatan tidak mencirikan deskripsi yang ada dalam Babad, karena pesisir bagian selatan jauh dari gunung api dan merupakan wilayah pesisir berbukit. </p>
<p>Merujuk pada Babad Lombok, saat terjadi letusan Samalas banyak rumah kota Pamatan yang hanyut sampai ke laut. </p>
<p>Ini menunjukkan bahwa kota Pamatan menjadi jalur aliran material letusan (<em>pyroclastic density current</em> atau PDC). Sehingga, kemungkinan letak Pamatan ada di wilayah pesisir yang terkena aliran letusan Samalas.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/377465/original/file-20210106-19-22c72e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/377465/original/file-20210106-19-22c72e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/377465/original/file-20210106-19-22c72e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/377465/original/file-20210106-19-22c72e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/377465/original/file-20210106-19-22c72e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/377465/original/file-20210106-19-22c72e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/377465/original/file-20210106-19-22c72e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Bekas galian tambang batu apung pada wilayah endapan PDC.</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Asumsi selanjutnya adalah dengan melihat respons penduduk Pamatan saat terjadi bencana Samalas. </p>
<p>Babad menceritakan ada penduduk yang naik ke atas bukit (menghindari aliran PDC, lahar dan sejenisnya). Ada juga yang menyelamatkan diri menggunakan perahu; ini menguatkan asumsi bahwa Pamatan adalah kota pesisir. </p>
<p>Dalam Babad juga disebutkan desa-desa lokasi tempat warga Pamatan menyelamatkan diri. Nama-nama desa tersebut antara lain Leneng (Lenek), Jeringo, Samulia, Borok, Bandar, Pepumba, Pasalun, Serowok, Pilin, Ranggi, Sembalun, Pajang, Pundung, Buak Bakang, Tana Bea’, Lembuak, Bebidas, Kembang Kekrang, Langko dan Pejanggik. </p>
<p>Nama-nama tersebut mungkin sudah mengalami perubahan. Namun informasi nama tempat (toponimi) dari Peta Rupa Bumi Indonesia dapat menjadi petunjuk informasi keberadaan desa-desa tersebut. Perlu dicatat, posisi desa saat itu mungkin berbeda dengan sekarang walau memiliki kemiripan nama. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/377466/original/file-20210106-13-1g4yv36.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/377466/original/file-20210106-13-1g4yv36.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=312&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/377466/original/file-20210106-13-1g4yv36.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=312&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/377466/original/file-20210106-13-1g4yv36.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=312&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/377466/original/file-20210106-13-1g4yv36.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=392&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/377466/original/file-20210106-13-1g4yv36.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=392&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/377466/original/file-20210106-13-1g4yv36.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=392&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Terjemahan Babad Lombok yang menceritakan proses terkuburnya kota Pamatan dan evakuasi penduduk pada saat terjadi letusan.</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Saat ini beberapa artefak telah ditemukan yang diduga terkubur saat letusan Samalas, seperti di <a href="https://regional.kompas.com/read/2019/08/09/16263831/ntb-berencana-kembangkan-diorama-tanak-beak-yang-tertimbun-letusan-gunung">Tanak Beak</a> dan <a href="https://globalfmlombok.com/read/2019/08/18/riwayat-kehancuran-pamatan-dalam-babad-lombok.html">Aik Berik</a>. Lokasi tersebut juga cukup representatif sesuai dengan karakteristik yang diceritakan Babad. </p>
<p>Namun dari hasil analisis geografis, ada juga potensi bahwa Pamatan berada di sebelah timur. </p>
<p>Seperti ditunjukkan oleh lingkaran merah dalam gambar, posisi Pamatan bisa berada di sebelah timur ataupun barat. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/376051/original/file-20201220-23-2rrnl7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/376051/original/file-20201220-23-2rrnl7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/376051/original/file-20201220-23-2rrnl7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=496&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/376051/original/file-20201220-23-2rrnl7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=496&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/376051/original/file-20201220-23-2rrnl7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=496&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/376051/original/file-20201220-23-2rrnl7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=623&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/376051/original/file-20201220-23-2rrnl7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=623&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/376051/original/file-20201220-23-2rrnl7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=623&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Rekonstruksi geografi kemungkinan posisi kota Pamatan pada abad ke-13.</span>
<span class="attribution"><span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Posisi ini cukup sesuai dengan catatan dalam Babad dan memenuhi beberapa kriteria:</p>
<ol>
<li>Berada di lereng kaki gunung. Sebenarnya posisi hasil rekonstruksi tidak tepat pada lereng kaki. Lokasi kota ada pada dataran kaki Gunung Samalas, namun berada di lereng kaki gunung api tua (tersier) Gunung Punikan dan Gunung Nangi.</li>
<li>Berada dekat dengan perbukitan yang bisa digunakan untuk mengungsi.</li>
<li>Berada di wilayah pesisir. Namun, material PDC mungkin telah mengubah bentuk garis pantai zaman dulu. </li>
<li>Berada dekat laut yang memungkinkan penduduknya mengungsi menggunakan perahu dan kapal, atau mengungsi ke desa-desa lain yang ada di wilayah selatan dan timur Pamatan. </li>
</ol>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/bagaimana-kita-bisa-tahu-gunung-berapi-akan-meletus-149635">Bagaimana kita bisa tahu gunung berapi akan meletus?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Perlu ditelusuri lebih lanjut</h2>
<p>Hasil rekonstruksi ini belum memberikan kesimpulan pasti letak Pamatan. Ini adalah temuan awal berdasarkan perspektif geografis dari interpretasi naskah Babad Lombok. </p>
<p>Selain itu pemetaan nama-nama desa dalam Babad juga hanya berdasarkan informasi toponimi dari peta saat ini. </p>
<p>Analisis historis pada nama-nama desa tersebut mungkin menyimpulkan posisi yang berbeda. Beberapa artefak yang telah ditemukan juga akan sangat berguna dalam lanjutan penelusuran kota ini. </p>
<p>Penelitian ini masih terus berlanjut dan perlu adanya tambahan analisis dari pendekatan arkeologis dan historis yang lebih komprehensif. Penyelidikan bawah permukaan dengan pendekatan geofisika juga akan sangat membantu mengungkap keberadaan Pamatan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/150655/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Mukhamad Ngainul Malawani juga mahasiwa doktoral di Univ. Paris 1 dan merupakan awardee beasiswa BPPLN. Dia mendapat pelatihan penulisan artikel populer dari The Conversation Indonesia bekerja sama dengan PPI Prancis, dengan dukungan Institut Francais Indonesia, Kedutaan Besar Prancis di Indonesia.</span></em></p>Melalui interpretasi Babad Lombok dan analisis spasial menggunakan pendekatan geografis, kami mencoba menelusuri lokasi tepat kota Pamatan.Mukhamad Ngainul Malawani, Lecturer in Environmental Geography, Universitas Gadjah Mada Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1193852019-07-02T05:13:31Z2019-07-02T05:13:31ZIlmuwan Amerika bikin meteorit di laboratorium untuk jelaskan kelahiran Tata Surya<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/281731/original/file-20190628-76713-1xsc1j9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C5160%2C3396&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Hujan meteor Geminid dilihat dari bawah, pada sebuah malam di bulan Desember di Virginia.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/geminid-meteors-shower-downward-this-composite-1175362177?src=vbOOY5oimU0iwawBXEbMCg-1-20">Genevieve de Messieres/Shutterstock.com</a></span></figcaption></figure><p>26 April 1803 adalah hari yang tidak biasa di kota kecil L'Aigle di Normandy, Prancis–<a href="https://www.smithsonianmag.com/smart-news/1803-rain-rocks-helped-establish-existence-meteorites-180963017/">saat itu terjadi hujan batu</a>.</p>
<p>Lebih dari 3.000 bebatuan jatuh dari langit. Untungnya tidak ada yang terluka. <a href="https://www.academie-sciences.fr/en/">Akademi Ilmu Pengetahuan Prancis</a> menyelidiki dan memberitakan, berdasarkan banyak cerita saksi mata dan tampilan bebatuan yang tidak biasa, bahwa mereka berasal dari luar angkasa.</p>
<p>Planet Bumi dihantam dengan batu tanpa henti selama mengorbit Matahari, <a href="https://doi.org/10.1016/j.pss.2016.12.010">bebatuan ini menambahkan sekitar 50 ton ke massa planet kita setiap hari</a>. Meteorit, demikian sebutan untuk bebatuan ini, mudah ditemukan di padang pasir dan di dataran es Antartika, tempat bebatuan ini sangat mudah terlihat. Meteorit bahkan dapat mendarat di halaman belakang, layaknya harta karun yang tersembunyi di antara batu terestrial biasa. </p>
<p>Para amatir dan profesional mengumpulkan meteorit, dan meteorit yang lebih menarik diantarkan ke museum dan laboratorium di seluruh dunia untuk dipamerkan dan dipelajari. Selain itu, Anda <a href="http://imca.cc/index.php?option=com_frontpage&Itemid=1">juga dapat membeli dan menjualnya di eBay</a>.</p>
<p>Meskipun telah dilakukan penelitian intensif oleh ribuan ilmuwan, <a href="http://doi.org/10.1002/2016JE005113">tidak ada konsensus umum</a> tentang bagaimana sebagian besar meteorit terbentuk. Sebagai <a href="https://www.wesleyan.edu/academics/faculty/wherbst/profile.html">astronom</a> dan <a href="https://www.wesleyan.edu/academics/faculty/jgreenwood/profile.html">geolog</a>, kami baru-baru ini mengembangkan teori baru tentang apa yang terjadi selama pembentukan tata surya sehingga dapat menciptakan peninggalan berharga dari masa lalu ini. Karena planet terbentuk dari tabrakan bebatuan, meteorit menjadi bagian penting dari sejarah Bumi.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/276794/original/file-20190528-42580-pknocn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/276794/original/file-20190528-42580-pknocn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/276794/original/file-20190528-42580-pknocn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/276794/original/file-20190528-42580-pknocn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/276794/original/file-20190528-42580-pknocn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/276794/original/file-20190528-42580-pknocn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/276794/original/file-20190528-42580-pknocn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/276794/original/file-20190528-42580-pknocn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Kawah meteor di Arizona ini diciptakan 50.000 tahun yang lalu ketika sebuah meteorit besi menghantam Bumi. Jaraknya sekitar satu mil.</span>
<span class="attribution"><span class="source">W. Herbst</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2><em>Chondrules</em> yang misterius</h2>
<figure class="align-left ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/277500/original/file-20190602-69071-1h8p9vf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/277500/original/file-20190602-69071-1h8p9vf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=460&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/277500/original/file-20190602-69071-1h8p9vf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=460&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/277500/original/file-20190602-69071-1h8p9vf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=460&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/277500/original/file-20190602-69071-1h8p9vf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=578&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/277500/original/file-20190602-69071-1h8p9vf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=578&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/277500/original/file-20190602-69071-1h8p9vf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=578&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Drew Barringer (kiri), pemilik kawah meteor Arizona, istrinya, Clare Schneider, dan penulis William Herbst di Van Vleck Observatory Library dari Universitas Wesleyan, tempat dipajangnya sebuah meteorit besi dari kawah.</span>
<span class="attribution"><span class="source">W. Herbst</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sekitar 10% meteorit adalah besi murni. Mereka terbentuk melalui proses bertahap. Asteroid cair besar memiliki gaya gravitasi yang dapat menyebabkan besi tenggelam ke pusatnya. Ini kemudian membentuk inti besi seperti milik Bumi. Setelah asteroid ini membeku, ia dapat hancur menjadi meteorit melalui tabrakan dengan benda lain. </p>
<p>Meteorit besi berusia setua tata surya itu sendiri, membuktikan bahwa asteroid besar terbentuk dengan cepat dan asteroid cair dulunya berlimpah.</p>
<p>Sedangkan 90% meteorit lainnya disebut <em>“chondrites”</em> karena mereka penuh dengan bola-bola kecil dari batu misterius yang dikenal sebagai <em>“chondrules.”</em> Tidak ada batu di Bumi yang memiliki sesuatu seperti <em>chondrule</em> di dalamnya. </p>
<p>Jelaslah bahwa <em>chondrules</em> terbentuk di ruang angkasa selama periode singkat pemanasan yang hebat ketika suhu mencapai titik leleh batuan, sekitar <a href="https://doi.org/10.1111/j.1945-5100.1990.tb00715.x">3.000 derajat Fahrenheit</a> (atau 1.649 derajat Celsius), selama kurang dari satu jam. Apa yang bisa menjelaskan hal itu?</p>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/276598/original/file-20190527-193540-1l0zxjx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/276598/original/file-20190527-193540-1l0zxjx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/276598/original/file-20190527-193540-1l0zxjx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=819&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/276598/original/file-20190527-193540-1l0zxjx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=819&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/276598/original/file-20190527-193540-1l0zxjx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=819&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/276598/original/file-20190527-193540-1l0zxjx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1029&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/276598/original/file-20190527-193540-1l0zxjx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1029&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/276598/original/file-20190527-193540-1l0zxjx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1029&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Tampilan dekat meteorit <em>Semarkona</em> yang menunjukkan lusinan _chondrules.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Kenichi Abe</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Para peneliti telah menghasilkan banyak hipotesis selama 40 tahun terakhir. Namun, belum ada konsensus tentang bagaimana pemanasan singkat ini terjadi.</p>
<p>Permasalahan terkait <em>chondrule</em> sangat terkenal sulit dan kontroversial sehingga ketika kami mengumumkan kepada rekan kerja beberapa tahun yang lalu bahwa kami sedang mengerjakannya, reaksi mereka adalah tersenyum, menggelengkan kepala, dan menyampaikan belasungkawa. </p>
<p>Sekarang kami mengajukan jawaban terkait masalah <em>chondrule</em> ini, dan bersiap-siap menerima kritik, yang lumrah dalam proses pengembangan ilmu pengetahuan. </p>
<h2>Model “terbang dekat”</h2>
<p><a href="https://doi.org/10.1016/j.icarus.2015.11.026">Ide kami cukup sederhana</a>. Penanggalan radioaktif dari ratusan <em>chondrules</em> menunjukkan bahwa mereka terbentuk antara 1,8 dan 4 juta tahun setelah awal tata surya-sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu. Selama masa ini, asteroid yang sepenuhnya leleh yang merupakah tubuh induk dari meteorit besi, jumlahnya berlimpah. Letusan gunung berapi di asteroid ini melepaskan panas yang luar biasa ke ruang di sekitar mereka. Setiap benda kecil yang lewat saat letusan terjadi akan merasakan panas yang singkat dan intens.</p>
<p>Untuk menguji hipotesis kami, kami membagi tantangan. Astronom Herbst menghitung angka untuk menentukan berapa banyak pemanasan yang diperlukan dan berapa lama untuk membuat <em>chondrules</em>. Kemudian ahli geologi Greenwood menggunakan tungku pembakaran di laboratorium kami di Wesleyan untuk menciptakan kembali kondisi yang diprediksi dan melihat apakah kita bisa membuat <em>chondrules</em> kita sendiri.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/276797/original/file-20190528-42556-t0n4nl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/276797/original/file-20190528-42556-t0n4nl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=800&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/276797/original/file-20190528-42556-t0n4nl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=800&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/276797/original/file-20190528-42556-t0n4nl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=800&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/276797/original/file-20190528-42556-t0n4nl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1005&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/276797/original/file-20190528-42556-t0n4nl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1005&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/276797/original/file-20190528-42556-t0n4nl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1005&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Teknisi laboratorium Jim Zareski (atas) memuat tungku yang dapat diprogram saat rekan penulisnya Jim Greenwood melihat, di laboratoriumnya di Universitas Wesleyan. Ini tempat chondrules sintetis dibuat.</span>
<span class="attribution"><span class="source">W. Herbst</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Eksperimen itu ternyata cukup berhasil.</p>
<p>Kami menempatkan debu halus dari batuan bumi dengan komposisi menyerupai debu luar angkasa ke dalam kapsul kecil, menempatkannya di tungku kami dan memutar suhunya dalam kisaran yang kami tentukan. Keluarlah sebuah <em>chondrule</em> sintetis yang terlihat bagus. Masalah selesai? Tidak secepat itu.</p>
<p>Dua masalah muncul dengan model kami. Pertama, kami telah mengabaikan masalah yang lebih besar tentang bagaimana <em>chondrules</em> menjadi bagian dari keseluruhan meteorit. Apa hubungan mereka dengan hal-hal di antara <em>chondrules</em> - yang disebut matriks? Selain itu, model kami sepertinya terlalu untung-untungan bagi kami. Hanya sebagian kecil materi primitif yang akan dipanaskan sesuai cara yang kami usulkan. </p>
<p>Apakah itu cukup untuk menjelaskan semua meteorit berisi <em>chondrule</em> yang menghantam Bumi?</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/276800/original/file-20190528-42584-klhs4p.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/276800/original/file-20190528-42584-klhs4p.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=454&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/276800/original/file-20190528-42584-klhs4p.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=454&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/276800/original/file-20190528-42584-klhs4p.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=454&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/276800/original/file-20190528-42584-klhs4p.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=571&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/276800/original/file-20190528-42584-klhs4p.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=571&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/276800/original/file-20190528-42584-klhs4p.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=571&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Perbandingan <em>chondrule</em> sintetik (kiri) yang dibuat di laboratorium Wesleyan dengan kurva pemanasan dari model <em>flyby</em>, dengan chondrule aktual ( kanan) dari meteorit Semarkona. Struktur kristalnya sangat mirip, seperti yang ditunjukkan pada pembesaran (baris bawah).</span>
<span class="attribution"><span class="source">J. Greenwood</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Membuat meteorit</h2>
<p>Untuk mengatasi masalah ini, kami <a href="https://doi.org/10.1016/j.icarus.2019.03.039">memperluas model awal kami</a> untuk mempertimbangkan pemanasan objek besar yang terbang dekat dengan asteroid. Saat bahan ini mendekati asteroid panas, bagian-bagiannya akan menguap seperti komet, menghasilkan atmosfer yang kaya oksigen dan elemen volatil lainnya. Kondisi atmosfer ini sama dengan kondisi atmosfer dimana <em>chondrules</em> terbentuk, berdasarkan <a href="https://doi.org/10.1126/science.1156561">studi kimia terperinci</a> sebelumnya.</p>
<p>Tekanan panas dan gas akan mengeraskan objek terbang menjadi meteorit keseluruhan melalui proses yang dikenal sebagai <a href="https://doi.org/10.1007/s11661-000-0078-2"><em>hot isostatic pressing</em></a> (penekanan isostatik panas), yang digunakan secara komersial untuk membuat paduan logam. Ketika <em>chondrules</em> meleleh menjadi bola-bola kecil, <em>chondrules</em> akan melepaskan gas ke matriks, yang menjebak elemen-elemen tersebut saat meteorit mengeras. Jika <em>chondrules</em> dan <em>chondrites</em> sama-sama terbentuk dengan cara ini, matriks akan berkembang menggunakan elemen-elemen yang tekuras dalam <em>chondrules</em>. Fenomena ini, yang dikenal sebagai <a href="https://doi.org/10.1073/pnas.1524980113">komplementaritas</a>, sebenarnya telah diamati selama beberapa dekade, dan model kami memberikan penjelasan yang masuk akal untuk itu.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/277501/original/file-20190602-69063-1f4xov.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/277501/original/file-20190602-69063-1f4xov.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/277501/original/file-20190602-69063-1f4xov.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/277501/original/file-20190602-69063-1f4xov.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/277501/original/file-20190602-69063-1f4xov.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/277501/original/file-20190602-69063-1f4xov.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/277501/original/file-20190602-69063-1f4xov.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Model penulis untuk membentuk <em>chondrules</em>. Sepotong kecil batu (kanan) melintas - beberapa mil atau kurang - berayun dekat ke asteroid besar yang mengeluarkan lava di permukaannya. Radiasi inframerah dari lava panas secara singkat meningkatkan suhu yang cukup tinggi pada batu kecil untuk membentuk <em>chondrules</em> dan mengeraskan bagian dari objek itu menjadi sebuah meteorit.</span>
<span class="attribution"><span class="source">W. Herbst/Icarus</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Mungkin fitur paling baru dari model kami adalah dengan menghubungkan pembentukan <em>chondrule</em> langsung ke pengerasan meteorit. Karena hanya benda-benda yang dikeraskan dengan baik dari luar angkasa yang dapat menembus atmosfer Bumi, meteorit di museum-museum kita tentu penuh dengan <em>chondrules</em>.</p>
<p>Akan tetapi meteorit yang keras penuh dengan <em>chondrules</em> merupakan pengecualian, bukan hal wajar, di ruang angkasa, karena mereka terbentuk oleh proses yang relatif untung-untungan–terbang dekat dengan asteoid yang panas. </p>
<p>Kita akan segera mengetahui jika ide ini, yang artinya <em>chondrules</em> akan langka pada asteroid teruji. <a href="https://solarsystem.nasa.gov/missions/hayabusa-2/in-depth/">Jepang</a> dan <a href="https://www.nasa.gov/osiris-rex">Amerika Serikat</a> memiliki misi berkelanjutan menuju asteroid terdekat yang akan mengumpulkan sampel selama beberapa tahun ke depan.</p>
<p>Jika asteroid itu penuh dengan <em>chondrules</em>, seperti meteorit keras yang membuatnya sampai ke permukaan bumi, maka model kita dapat tergantikan dan pencarian solusi untuk masalah <em>chondrule</em> yang terkenal dapat dilanjutkan. Di lain pihak, jika <em>chondrules</em> jarang ada di asteroid, maka model terbang dekat kami akan lulus ujian penting.</p>
<p><em>Las Asimi Lumban Gaol menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/119385/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>William Herbst menerima dana dari NASA. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>James Greenwood menerima dana dari NASA dan NSF. </span></em></p>Setiap harinya, sekitar 50 ton bebatuan dari ruang angkasa jatuh ke Bumi. Sebuah pengujian terhadap meteorit-meteorit ini menginspirasi sebuah teori baru mengenai bagaimana bebatuan ini terbentuk.William Herbst, Professor of Astronomy, Wesleyan UniversityJames Greenwood, Assistant Professor of Earth and Environmental Sciences, Wesleyan UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/906982018-02-02T10:00:01Z2018-02-02T10:00:01ZKristal gunung berapi dapat memudahkan kerja ilmuwan dalam memprediksi letusan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/204557/original/file-20180202-162082-8nd14f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Memperkirakan kapan sebuah gunung berapi akan meletus adalah sebuah <a href="https://theconversation.com/why-cant-we-predict-when-a-volcano-will-erupt-53898">pekerjaan yang sangat sulit</a>. </p>
<p>Mengapa? Sebab setiap gunung berapi memiliki labirin terowongan tersendiri yang khas dan rumit, sebagai jalur bagi magma keluar ke permukaan. Jadi bahkan ketika aktivitas vulkanik sudah terdeteksi, masih sangat sulit untuk mengetahui kapan magma akan menemukan jalannya melalui terowongan ini dan meletus.</p>
<p>Namun kini ada sebuah cara untuk menilai proses ini, menggunakan kristal yang tumbuh di dalam gunung berapi dan bekerja seperti sebuah rekaman erupsinya. <a href="https://www.nature.com/articles/s41467-017-02274-w">Studi terakhir kami</a> terhadap kristal dari Gunung Etna di Italia telah menemukan bahwa jika magma baru tiba di ruang 10 km di bawah permukaan Etna, sebuah erupsi bisa terjadi dalam dua minggu. </p>
<p>Tidak heran bila penyair Romawi Lucretius mengatakan Etna “murka dengan api dari lubang Neraka yang paling dalam”.</p>
<p>Dahulu, para ahli geologi berpikir bahwa magma di bawah gunung berapi berada dalam satu ruang tunggal besar, <a href="http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1029/2011GL048488/full">tapi riset modern</a> menunjukkan bahwa sistem saluran magma terdiri dari banyak kompartemen yang berhubungan, dengan rute transport rumit. Kita juga tahu bahwa ketika magma baru mengisi kembali sistem saluran vulkanik ini, hal tersebut bisa <a href="https://www.nature.com/articles/267315a0">memicu sebuah letusan</a>.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/empat-hal-mengenai-gerhana-bulan-langka-yang-menghiasi-langit-pada-31-januari-90754">Empat hal mengenai gerhana bulan langka yang menghiasi langit pada 31 Januari</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Selagi bergerak naik ke permukaan, magma yang baru teraduk mendorong bebatuan menjauh, dan menaikkan tekanan di bawah gunung berapi. Ini menghasilkan gempa bumi dan memperluas bangunan gunung berapi yang berbentuk kerucut; dampaknya bisa dipantau dari permukaan atau <a href="https://svs.gsfc.nasa.gov/30188">dari luar angkasa dengan bantuan satelit</a>. </p>
<p>Yang sulit diketahui apakah pengisian ulang magma tertentu akan benar-benar menjadi erupsi dan <a href="https://theconversation.com/magma-refills-could-predict-volcano-eruptions-16212">berapa lama waktu</a> yang diperlukan sebelum erupsi dimulai.</p>
<p>Di sinilah kristal <a href="https://www.nature.com/articles/nature10706">bisa memainkan peranan</a>. Mineral ini disebut antecryst (“ante” berarti sebelum) karena mereka sering kali mulai tumbuh dari magma awal ribuan tahun lalu sebelum gunung berapi meletus. Mereka tumbuh selapis demi selapis, <a href="http://www.annualreviews.org/doi/abs/10.1146/annurev.earth.35.031306.140211">merekam perubahan</a> pada magma sekitarnya, bagaikan cincin pohon yang mencatat perubahan iklim.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/203199/original/file-20180124-72603-g8vm0e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/203199/original/file-20180124-72603-g8vm0e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=552&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/203199/original/file-20180124-72603-g8vm0e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=552&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/203199/original/file-20180124-72603-g8vm0e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=552&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/203199/original/file-20180124-72603-g8vm0e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=694&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/203199/original/file-20180124-72603-g8vm0e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=694&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/203199/original/file-20180124-72603-g8vm0e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=694&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Peta antecryst.</span>
<span class="attribution"><span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Teknologi laser kini memungkinkan kita melihat ke dalam antecryst untuk menciptakan peta <a href="http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1751-908X.2007.00104.x/full">pelacakan unsur kimia</a> di dalamnya. Ini pada dasarnya melibatkan penembakan sekotak garis-garis laser di atas antecryst kemudian menggunakan apa yang dikenal sebagai spektrometer massa untuk menganalisis aerosol yang diberikan dan menentukan kandungannya.</p>
<p>Ini bisa digunakan untuk menciptakan gambar 2D komposisi kristal yang bisa memberi tahu kita gambaran <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0009254115002831">sejarahnya</a>. Sebagai contoh, ketika inti antecryst tua dipindahkan ke permukaan oleh magma yang baru teraduk, hal ini menciptakan lingkaran yang khas pada kristal. </p>
<p>Tantangannya adalah menyarikan arti dari rekaman ini. </p>
<h2>Memetakan Etna</h2>
<p>Berbekal peta kimia kristal dari aktivitas vulkanik Gunung Etna 40 tahun terakhir, kita sudah bisa menentukan kedalaman di mana kristal tumbuh dan juga ketika magma baru mulai menyerbu sistem vulkanik bawah tanah. </p>
<p>Kami menemukan bahwa ini mulai muncul pada 1970-an, bertepatan dengan masa gunung berapi itu mulai <a href="http://www.geo.mtu.edu/volcanoes/boris/mirror/mirrored_html/ETNA_elenco.html">lebih sering erupsi</a> dengan magma yang bergerak lebih cepat dan lebih banyak aktivitas ledakan dan seismik.</p>
<p><a href="https://pubs.geoscienceworld.org/gsa/geology/article-abstract/33/10/837/103755">Jenis kontak</a> antara inti kristal dengan lingkaran tepinya serta <a href="https://academic.oup.com/petrology/article/43/12/2279/1512026">ketebalan lingkaran tepi</a> mengandung informasi tentang berapa lama waktu berlalu antara kedatangan gelombang magma dan ketika erupsi dimulai. </p>
<p>Ini berarti kita bisa memprediksi lebih baik kapan erupsi mungkin terjadi setelah magma terdeteksi di titik tertentu di bawah gunung berapi (pada kasus ini, dua minggu).</p>
<p>Dengan cara ini, melakukan survei laser terhadap antecryst dari seluruh dunia dapat membantu ilmuwan gunung berapi memahami dengan lebih baik bagaimana pengisian ulang magma bekerja sebagai pemicu erupsi, dan bagaimana menafsirkan data pemantauan dari gunung berapi aktif. </p>
<p>Ini bisa menciptakan suatu proses yang lebih akurat untuk memantau <a href="http://www.annualreviews.org/doi/abs/10.1146/annurev.earth.33.092203.122459">tanda-tanda peringatan</a> dan memperkirakan erupsi yang mungkin segera terjadi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/90698/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Balz Kamber menerima dana dari Science Foundation Ireland.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Teresa Ubide menerima dana dari University of Queensland, Australian Geoscience Council dan Australian Academy of Science.</span></em></p>Sebuah studi terbaru telah menemukan cara untuk memprediksi letusan Gunung Etna dalam dua minggu.Balz Kamber, Chair of Geology and Mineralogy, Trinity College DublinTeresa Ubide, Lecturer in Igneous Petrology/Volcanology, The University of QueenslandLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/825302018-01-26T09:46:49Z2018-01-26T09:46:49Z5 masa Bumi mengalami kepunahan massal. Kini kehancuran keenam?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/203388/original/file-20180125-107950-2q5ijl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Stalaktit di sebuah gua di Spanyol.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/stalactites-cave-spain-1007158882?src=kOFWkXS9CYbe2_ROQWZ4sQ-3-12">Pedrosala/Shutterstock.com</a></span></figcaption></figure><p>Bumi kita teramat tua. Berdasarkan estimasi umur bebatuan tertua, planet yang kita huni ini diperkirakan terbentuk <a href="http://www.bbc.co.uk/nature/history_of_the_earth">sekitar 4,5 miliar tahun</a> yang lalu. </p>
<p>Banyak peneliti dari seluruh belahan dunia menggunakan ilmu astronomi, geologi, kimia, biologi, arkeologi, dan bidang sains lainnya menelusuri gambaran yang lebih baik mengenai apa yang terjadi saat planet Bumi terbentuk serta kemunculan dan kepunahan kehidupan di dalamnya.</p>
<h2>Munculnya kehidupan di Bumi</h2>
<p>Bumi kita terbentuk dari ledakan dahsyat sekitar 13,8 miliar tahun lalu yang dikenal dengan <a href="https://www.space.com/25126-big-bang-theory.html">Teori Big Bang</a>. Ledakan tersebut menghasilkan debu dan awan hidrogen yang makin lama semakin padat. Gumpalan terbesar menjadi bintang dan yang lebih kecil menjadi planet yang ada sekarang ini, salah satunya adalah Bumi.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/204561/original/file-20180202-162082-wrkccu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/204561/original/file-20180202-162082-wrkccu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/204561/original/file-20180202-162082-wrkccu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=441&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/204561/original/file-20180202-162082-wrkccu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=441&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/204561/original/file-20180202-162082-wrkccu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=441&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/204561/original/file-20180202-162082-wrkccu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=554&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/204561/original/file-20180202-162082-wrkccu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=554&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/204561/original/file-20180202-162082-wrkccu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=554&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Evolusi alam semesta setelah Big Bang.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/confirm/458227702?size=huge_jpg">Designua/Shutterstock.com</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Beberapa peneliti mempercayai selang 600-700 juta tahun kemudian atau sekitar 3,9-3,8 miliar tahun lalu, hujan meteor membombardir Bumi dengan membawa serta air dan asam amino dalam jumlah yang banyak. </p>
<p>Adanya air dan asam amino memungkinkan muncul cikal bakal kehidupan, bakteri bersel tunggal. Sejak saat itu makhluk hidup pun tumbuh semakin kompleks. </p>
<h2>Pembabakan geologi</h2>
<p>Pakar geologi membagi periode sejak terbentuknya Bumi hingga sekarang menjadi beberapa masa, berdasarkan perubahan yang terjadi di masing-masing era. </p>
<p>Saat ini, kita berada di <a href="https://www.livescience.com/28219-holocene-epoch.html">masa Holosen</a>, atau masa baru, yang dimulai kira-kira 11.700 tahun lalu ketika Zaman Es berakhir.</p>
<p>Belakangan, beberapa peneliti berpendapat sejak dimulainya uji coba bom nuklir pada 1950 dan ledakan populasi manusia memasuki masa baru, yang dinamai <a href="https://www.nature.com/articles/nature14258">Antroposen (masa manusia)</a>. Pertumbuhan manusia naik signifikan. Mereka berpendapat dengan lebih dari 7 miliar jiwa, aktivitas manusia mempengaruhi secara drastis perubahan alam dan kepunahan beberapa spesies binatang liar. </p>
<p>Kepunahan makhluk hidup bukan hal yang baru di Bumi. Kejadian ini memang terjadi secara alami, sejak pertama kali kemunculan makhluk hidup hingga sekarang. </p>
<p>Dari sekian banyaknya periode kepunahan yang terjadi, peninggalan fosil menunjukkan setidaknya ada lima periode yang ditandai penurunan populasi makhluk hidup secara drastis hingga layak dikategorikan sebagai peristiwa kepunahan massal. </p>
<h2>Periode kepunahan pertama</h2>
<p>Memasuki awal hingga pertengahan Zaman Ordovisum, kondisi Bumi saat itu masih hangat dengan kelembapan atmosfer yang ideal buat kehidupan. Memasuki Zaman Akhir Ordovisium (sekitar 443 juta tahun yang lalu), semuanya berubah secara ekstrem, ketika benua tua <a href="https://www.livescience.com/37285-gondwana.html">Gonwana</a> mencapai kutub selatan. Suhu turun secara drastis dan es pun terbentuk di mana-mana, menurunkan permukaan air laut. </p>
<p>Penyebab kepunahan yang terjadi di zaman es ini karena berkurangnya kandungan karbon dioksida di atmosfer dan lautan. Keadaan ini menyebabkan jumlah tumbuh-tumbuhan menurun drastis karena kegagalan fotosintesis. </p>
<p>Sebagai konsekuensinya terjadi kekacauan ekosistem, karena tumbuhan sebagai produsen makan lenyap seketika. Sekitar 86% populasi makhluk hidup lenyap dalam kurun waktu 3 hingga 2 juta tahun. </p>
<p>Beberapa organisme yang tinggal di laut dan terkena dampak kepunahan pertama ini adalah Brachiopods, Conodonts, Acritarchs, Bryozons, dan juga Trilobites. </p>
<h2>Periode kepunahan kedua</h2>
<p>Masa ini terjadi sekitar 359 juta tahun yang lalu, yang dikenal Zaman Devon. Hujan meteor yang bertubi-tubi diyakini salah satu penyebab kepunahan massal pada zaman ini selain beberapa penyebab lainnya seperti global anoxia (menurunnya jumlah oksigen secara drastis), meningkatnya aktivitas tektonik lempeng, perubahan muka laut, dan juga perubahan iklim. Akibat perubahan tersebut diperkirakan sekitar 75% makhluk hidup menyerah dan punah. </p>
<p>Kepunahan pada periode ini diyakini lebih memberikan efek bagi kehidupan di laut yang saat itu didominasi oleh terumbu karang dan stromatoporoids, sejenis binatang laut tak bertulang belakang.</p>
<h2>Periode kepunahan ketiga</h2>
<p>Ini adalah periode kepunahan terbesar dan terparah yang pernah terjadi di Bumi yang terjadi sekitar 251 juta tahun lalu, disebut Zaman Perm.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/204558/original/file-20180202-162082-16uyajo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/204558/original/file-20180202-162082-16uyajo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/204558/original/file-20180202-162082-16uyajo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=360&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/204558/original/file-20180202-162082-16uyajo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=360&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/204558/original/file-20180202-162082-16uyajo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=360&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/204558/original/file-20180202-162082-16uyajo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=453&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/204558/original/file-20180202-162082-16uyajo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=453&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/204558/original/file-20180202-162082-16uyajo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=453&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Pergeseran benua di planet Bumi. Pangaea, Laurasia, Gondwana, dan benua modern.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-vector/continental-drift-on-planet-earth-pangaea-195323180?src=5g9nAn5Qe6GeCGaQAIeYaw-1-6">Designua/Shuttersock.com</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Munculnya benua super besar <a href="https://www.britannica.com/place/Pangea">Pangea</a>, yang merupakan daratan luas menyebabkan perubahan geologi, iklim, dan juga lingkungan yang parah.</p>
<p>Letusan gunung api yang berlangsung terus menerus selama 1 juta tahun mengeluarkan lava seluas kira-kira 300 juta kilometer persegi dan menghasilkan endapan setebal lebih dari 1.750 meter. Endapan ini terabadikan di <a href="https://www.livescience.com/41909-new-clues-permian-mass-extinction.html">Siberian Traps</a>, sekarang Rusia.</p>
<p>Periode letusan gunung api ini membakar hutan seluas empat kali daratan Korea yang ada saat ini, menghasilkan CO2 dalam jumlah yang signifikan sehingga terjadi pemanasan global. </p>
<p>Dampaknya gas metana yang membeku dalam air laut pun mencair, memberikan dampak pemanasan global 20 kali lebih kuat dari gas CO2. Siklus ini berlangsung selama kurang lebih 10 juta tahun, sehingga kepunahan massal yang mengerikan tidak bisa dihindari. Hanya 5% populasi makhluk hidup yang bertahan. Sisanya, 95% musnah akibat kekeringan yang hebat, kekurangan oksigen, dan hujan asam yang menyebabkan tumbuhan tidak mampu bertahan.</p>
<h2>Periode kepunahan keempat</h2>
<p>Periode ini terjadi sekitar 210 juta tahun lalu, yang dikenal Zaman Akhir Trias. Aktivitas gunung api di <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Central_Atlantic_magmatic_province">Central Atlantic Magmatic Province</a>, mengakibatkan peningkatan gas CO2 secara signifikan. </p>
<p>Pembentukan gunung api di Central Atlantic Magmatic Province terbentuk akibat pecahnya Pangea secara perlahan dan pemanasan global pun kembali terjadi pada periode yang cukup panjang, berlangsung sekitar 600.000 hingga 8 juta tahun ini. </p>
<p>Pemanasan global mengakibatkan terumbu karang dan <a href="https://australianmuseum.net.au/what-are-conodonts"><em>conodont</em></a>, binatang purba laut yang bentuknya mirip belut yang ada di lautan mengalami krisis serius. Makhluk hidup yang bergantung pada keberadaan terumbu karang pun mulai terganggu dan pada akhirnya punah. </p>
<p>Hujan meteor turut mempercepat kepunahan pada periode ini, sehingga sekitar 80% makhluk hidup punah, terutama reptil dan 20% di antaranya adalah hidup di laut.</p>
<p>Beberapa makhluk hidup di darat yang punah pada periode ini di antaranya pseudosuchians, crocodylamorphs, therapids, dan juga beberapa amfibi besar.</p>
<h2>Periode kepunahan kelima</h2>
<p>Kepunahan Zaman Kapur Akhir atau lebih populer dengan sebutan <a href="http://www.bbc.co.uk/nature/extinction_events/Cretaceous%E2%80%93Tertiary_extinction_event">Cretaceous-Tertiary Exctinction</a> adalah salah satu periode kepunahan tercepat. Kepunahan ini terjadi hanya dalam rentang waktu 2,5 juta hingga kurang dari 1 juta tahun.</p>
<p>Periode ini terjadi sekitar 65 juta tahun lalu. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/204559/original/file-20180202-162093-1v19k16.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/204559/original/file-20180202-162093-1v19k16.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/204559/original/file-20180202-162093-1v19k16.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=418&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/204559/original/file-20180202-162093-1v19k16.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=418&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/204559/original/file-20180202-162093-1v19k16.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=418&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/204559/original/file-20180202-162093-1v19k16.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=525&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/204559/original/file-20180202-162093-1v19k16.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=525&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/204559/original/file-20180202-162093-1v19k16.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=525&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Tyrannosaurus Rex yang musnah pada periode Kapur Akhir.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/success?src=BXdTbkmnoK3A84pcE0EULw-1-90">Herschel Hoffmeyer/Shutterstock.com</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ini mungkin periode kepunahan yang paling populer karena berbarengan dengan punahnya dinosaurus. </p>
<p>Tumbukan meteor besar di Teluk Meksiko (sekarang) dikombinasikan dengan aktivitas gunung api yang memproduksi gas CO2 dalam jumlah yang signifikan diyakini bertanggung jawab atas punahnya sekitar 50% populasi makhluk hidup pada saat itu. </p>
<p>Rekaman fosil periode ini dicirikan oleh endapan tipis sedimen marin atau darat tinggi kandungan iridium yang umumnya dijumpai pada asteroid.</p>
<h2>Bagaimana masa depan bumi?</h2>
<p>Para ilmuwan meyakini sejak 2010 hingga sekarang kita sedang memasuki kepunahan massal keenam. Pelepasan CO2 secara masif akibat penggunaan bahan bakar fosil diperkirakan akan mengubah kehidupan flora dan fauna tiga hingga empat dekade ke depan. Siapa tahu?</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/82530/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Para ilmuwan meyakini sejak 2010 hingga sekarang kita sedang memasuki kepunahan massal keenam. Pelepasan CO2 akan mengubah kehidupan flora dan fauna 3-4 dekade ke depan.Mirzam Abdurrachman, Lecturer at Department of Geology, Faculty of Earth Sciences and Technology, Institut Teknologi BandungAswan, Lecturer in Geology, Institut Teknologi BandungYahdi Zaim, Professor in Geology, Institut Teknologi BandungLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/847202017-09-28T10:04:29Z2017-09-28T10:04:29ZMengapa gunung api meletus?<p>Beberapa orang percaya bahwa letusan gunung berapi disebabkan oleh takdir. Sebagian lagi percaya letusan gunung berapi adalah pertanda bahwa suatu gunung marah karena penduduk yang tinggal di dekatnya telah berbuat dosa.</p>
<p>Tapi sains punya penjelasan lain.</p>
<p>Gunung api adalah saluran yang membawa batuan panas cair yang ada di bawah tanah yang disebut <a href="http://education.nationalgeographic.com/encyclopedia/magma/">magma</a>. Saluran tersebut membawa magma keluar dari kerak (lapisan padat terluar) Bumi ke permukaan Bumi. Saluran ini memiliki bentuk seperti kerucut, perisai atau kaldera. Di bawah gunung berapi ada kamar magma, sebuah waduk besar berisi batuan cair.</p>
<p>Gerakan magma yang meningkat di dalam gunung berapilah yang menyebabkan letusan. Gerakan ini dipicu oleh berbagai proses yang terjadi di bawah, di dalam, dan di atas ruang magma.</p>
<h2>Di bawah ruang magma</h2>
<p>Gunung berapi yang berada di <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Subduction">zona subduksi</a>–tempat lempeng bumi bertemu, menyebabkan satu lempeng menunjam di bawah lempeng yang lain–terus menerus mendapat injeksi batuan cair baru ke dalam ruang magma.</p>
<p>Di bawah ruang magma itu, panas inti bumi mencairkan sebagian batuan yang ada menjadi magma baru. Batu cair segar ini akhirnya masuk ke ruang magma. Saat ruang itu, yang sudah terisi dengan volume tertentu, tidak dapat menampung magma baru, kelebihannya akan dikeluarkan melalui letusan.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/190781/original/file-20171018-32367-is3v3z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/190781/original/file-20171018-32367-is3v3z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/190781/original/file-20171018-32367-is3v3z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=820&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/190781/original/file-20171018-32367-is3v3z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=820&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/190781/original/file-20171018-32367-is3v3z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=820&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/190781/original/file-20171018-32367-is3v3z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1030&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/190781/original/file-20171018-32367-is3v3z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1030&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/190781/original/file-20171018-32367-is3v3z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1030&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Proses ini biasanya terjadi dalam siklus. Maka, mungkin untuk memprediksi letusan yang disebabkan oleh luberan magma. <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Mount_Papandayan">Gunung Papandayan di Jawa Barat</a>, yang berada di atas pertemuan Lempeng Eurasia dan Indo-Australia, mempunyai siklus 20 tahunan dan mungkin akan meletus pada 2022. Gunung ini terakhir kali meletus pada 2002.</p>
<p><a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Mount_Agung">Gunung Agung di Bali meletus terakhir kali pada 1963</a> atau tepatnya 120 tahun setelah letusan sebelumnya pada 1843. Jika mengikuti pola letusan terakhir ini (per 120 tahun), 2017 belum waktunya bagi Agung meletus. Kalaupun letusan terjadi mungkin tidak sebesar letusan pada 1963 karena Agung baru menghimpun energi selama 54 tahun. Artinya masih kurang dari setengah waktu letusannya. </p>
<hr>
<p><em><strong>Baca juga:</strong> <a href="https://theconversation.com/gunung-agung-di-bali-berpotensi-meletus-untuk-pertama-kalinya-dalam-50-tahun-84529">Gunung Agung di Bali berpotensi meletus untuk pertama kalinya dalam 50 tahun</a></em> </p>
<hr>
<p>Periode waktu antara letusan bergantung pada seberapa cepat batu meleleh, yang dipengaruhi oleh kecepatan lempeng menunjam. Bumi memiliki beberapa zona subduksi dan lempeng subduksi umumnya bergerak dengan kecepatan konstan hingga 10 sentimeter per tahun. Untuk Papandayan, kecepatan Lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah Lempeng Eurasia sekitar 7 sentimeter per tahun.</p>
<h2>Di dalam ruang magma</h2>
<p>Aktivitas di dalam ruang magma juga bisa menyebabkan letusan. Di dalam ruang itu, magma mengkristal karena suhu menurun. Magma yang sudah terkristalisasi lebih berat daripada batuan panas semi-cair sehingga akan tenggelam ke dasar ruang magma. Ini mendorong sisa magma ke atas, menambah tekanan pada penutup ruang itu. Sebuah letusan terjadi saat tutupnya tidak lagi mampu menahan tekanan. Hal ini juga terjadi dalam sebuah siklus sehingga dapat diprediksi.</p>
<p>Proses penting lainnya di dalam ruang magma adalah saat bauran magma bercampur dengan batuan sekitarnya. Proses ini disebut asimilasi. Saat magma bergerak, zat ini berinteraksi dengan bebatuan di sekeliling ruang magma.</p>
<p>Kadang-kadang gunung berapi mempunyai jalur untuk magma mengalir ke permukaan. Jika jalurnya tidak ada, maka magma akan memaksakan diri ke area yang tekanannya lebih rendah. Hal ini dapat menyebabkan dinding yang mengelilingi ruangan jebol dan runtuh.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/190813/original/file-20171018-32370-anjqb0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/190813/original/file-20171018-32370-anjqb0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/190813/original/file-20171018-32370-anjqb0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=491&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/190813/original/file-20171018-32370-anjqb0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=491&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/190813/original/file-20171018-32370-anjqb0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=491&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/190813/original/file-20171018-32370-anjqb0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=617&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/190813/original/file-20171018-32370-anjqb0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=617&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/190813/original/file-20171018-32370-anjqb0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=617&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Bayangkan menjatuhkan batu bata ke dalam ember penuh air. Hal pertama yang akan terjadi adalah percikan air dari ember.</p>
<p>Percikan magma yang disebabkan oleh dinding ruang yang ambrol akan menyebabkan letusan. Letusan dari proses ini sulit diprediksi.</p>
<h2>Di atas ruang magma</h2>
<p>Letusan juga bisa terjadi karena berkurangnya tekanan di atas ruang magma. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti penurunan kerapatan bebatuan di atas ruang magma atau mencairnya es di puncak sebuah gunung berapi. Sebuah topan yang melewati gunung berapi dalam kondisi kritis dapat memperhebat kekuatan letusan juga.</p>
<p>Batu yang menutupi ruang magma dapat secara perlahan melunak karena adanya perubahan komposisi mineral. Penurunan kerapatan batuan penutup pada akhirnya membuat mereka tidak dapat menahan tekanan dari magma.</p>
<p>Apa yang menyebabkan perubahan mineralogi ini? Terkadang, gunung berapi mempunyai celah di permukaan yang memungkinkan air meresap dan berinteraksi dengan magma. Bila ini terjadi, perubahan batuan akibat larutan hidrotermal terjadi, batuan melunak dan akhirnya mengakibatkan letusan.</p>
<p>Di mana magma keluar dari gunung berapi juga penting. Jika lava atau <a href="http://www.geology.sdsu.edu/how_volcanoes_work/Tephra.html">batu piroklastik </a>keluar melalui sisi gunung berapi, gravitasi dapat menyebabkan bagian gunung berapi tersebut runtuh, menyebabkan hilangnya tekanan penutup secara tiba-tiba. Letusan besar biasanya terjadi beberapa saat setelah satu kawasan roboh.</p>
<h2>Melelehkan es</h2>
<p>Pemanasan global dapat menyebabkan lebih banyak letusan dengan menyebabkan gletser di atas gunung berapi meleleh. Saat volume besar es di atas gunung meleleh, tekanan di atas ruang magma menurun. Magma akan naik untuk menemukan keadaan keseimbangan baru dan menyebabkan letusan.</p>
<p><a href="http://icelandmag.visir.is/article/icelands-melting-glaciers-could-result-more-frequent-volcanic-eruptions">Sebuah penelitian telah menunjukkan</a> letusan besar Gunung Eyjafjallajökull di Islandia pada 2010 dipicu oleh gletser mencair. Islandia kehilangan sekitar 11 miliar ton es setiap tahun. Jadi mungkin masih lebih banyak lagi kehilangan es dalam jumlah besar.</p>
<p>Pada 1991, <a href="https://pubs.usgs.gov/fs/1997/fs113-97/">Gunung Pinatubo di Filipina mengalami letusan besar</a> saat topan Yunya melanda gunung berapi dan sekitarnya. Pinatubo sudah bergemuruh, tapi topan itu memperhebat kekuatan ledakan.</p>
<p>Kecepatan tinggi topan menyebabkan daerah di sekitarnya kehilangan tekanan secara signifikan. Akibatnya, gumpalan udara di atas gunung berapi tersapu ke jalur topan. Gunung Pinatubo mengalami perubahan tekanan dan letusan besar tak terelakkan.</p>
<p>Mengingat peran penting yang dimainkan magma dalam memicu letusan gunung berapi, mempelajari magma lebih dekat dapat membantu memprediksi kejadian alam yang spektakuler ini.</p>
<hr>
<p><em>Tulisan ini diterjemahkan dan diperbarui dari <a href="https://theconversation.com/explainer-why-volcanoes-erupt-44732">Explainer: why volcanoes erupt</a> dan ditambahi satu paragraf tentang Gunung Agung.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/84720/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Mirzam Abdurrachman tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Apa yang terjadi di bawah permukaan Bumi sebelum gunung api meletus? Bagaimana bisa angin topan dan mencairnya gletser berkontribusi pada letusan besar?Mirzam Abdurrachman, Lecturer at Department of Geology, Faculty of Earth Sciences and Technology, Institut Teknologi BandungLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.