tag:theconversation.com,2011:/us/topics/hubungan-seksual-42975/articlesHubungan Seksual – The Conversation2024-01-29T08:45:11Ztag:theconversation.com,2011:article/2204742024-01-29T08:45:11Z2024-01-29T08:45:11ZApa saja isu-isu seksualitas yang dihadapi anak muda Indonesia?<p>Isu kesehatan dan seksualitas anak muda, khususnya di negara berkembang, kerap menjadi sorotan dalam beberapa studi. <a href="https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/26318318221107598">Studi di India tahun 2022</a>, misalnya, menunjukkan bahwa anak muda (remaja) dihadapkan dengan berbagai tantangan terkait isu seksualitas, seperti perilaku seksual berisiko, penyakit menular seksual, dan perilaku seksual non-konsensual.</p>
<p>Bagaimana dengan Indonesia?</p>
<h2>Sarat terpaan tapi minim informasi</h2>
<p>Saat ini, akses remaja terhadap informasi sangat mudah, termasuk pencarian pengetahuan mengenai seksualitas. Hal ini bisa menjadi pisau bermata dua jika tidak dibarengi dengan penyediaan informasi yang benar dan tepat. Sejumlah studi menunjukkan adanya hubungan antara perilaku seksual dengan pengetahuan remaja mengenai seksualitas dan kesehatan reproduksi. </p>
<p>Survei yang dilakukan pada remaja oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2019 menunjukkan masih <a href="https://cis.bkkbn.go.id/latbang/?wpdmpro=laporan-skap-2018-remaja">banyak remaja Indonesia yang belum memahami kesehatan reproduksi</a>. Informasi mengenai masa subur perempuan, misalnya, hanya sepertiga dari total remaja usia 10-24 tahun yang pernah mendengarnya, dan hanya 13% di antaranya yang mengetahui secara tepat kapan masa subur terjadi.</p>
<p><a href="https://cis.bkkbn.go.id/latbang/?wpdmpro=laporan-skap-2018-remaja">Survei yang sama</a> juga menginformasikan, hanya 4 dari 10 remaja yang mengetahui bahwa seorang perempuan bisa hamil meskipun hanya sekali berhubungan seksual. Terkait infeksi menular seksual, hanya 61% remaja pernah mendengar mengenai HIV dan AIDS dan 34% pernah mendengar tentang penyakit seksual lainnya.</p>
<p>Permasalahan terkait isu seksualitas pada anak muda juga dipengaruhi oleh kondisi psikologis generasi muda yang impulsif. Ciri psikologis ini merupakan ciri umum yang muncul pada fase remaja. <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC10360448/">Sebuah penelitian di India tahun 2023</a> menunjukkan bahwa impulsivitas remaja memiliki korelasi yang cukup erat dengan <em>risk taking behavior</em> atau perilaku mengambil risiko. Hal ini menyebabkan mereka rentan mengalami cidera, perilaku seksual yang berisiko, dan perilaku lain yang berkaitan dengan penyalahgunaan obat-obatan terlarang.</p>
<h2>Pernikahan dini</h2>
<p>Berdasarkan <a href="https://webapi.bps.go.id/download.php?f=qc6mbzqO1jxQ6Zn6GkAtoXjkaxVB5L3gS1M+u2THCUcQMCaryKk7rw044GMFCLoGYOZiOI5jakLiwb3ysG5YlDRuPp5us71LpnPAOQfZS/9Lq/5WpCo8fh9j9jIte1TW7tefdVD/ZV2rU7KBXxW0cI+hRLggocJHlhNG4MvlvQ1pBfM6bu0S+G72RLhXtc0YzyvzS0jFQNRkAKmXDOXeAbusX4INl0ncFCC+VMeRxMyvEUPwdD3C67PAy/KiJixy6QNklMHRvyLn/ZoGYZcOHQ=">data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2023</a>, sekitar 19% laki-laki menikah di usia 16-18 tahun, bahkan 2% menikah di bawah usia 16 tahun.</p>
<p><a href="https://webapi.bps.go.id/download.php?f=qc6mbzqO1jxQ6Zn6GkAtoXjkaxVB5L3gS1M+u2THCUcQMCaryKk7rw044GMFCLoGYOZiOI5jakLiwb3ysG5YlDRuPp5us71LpnPAOQfZS/9Lq/5WpCo8fh9j9jIte1TW7tefdVD/ZV2rU7KBXxW0cI+hRLggocJHlhNG4MvlvQ1pBfM6bu0S+G72RLhXtc0YzyvzS0jFQNRkAKmXDOXeAbusX4INl0ncFCC+VMeRxMyvEUPwdD3C67PAy/KiJixy6QNklMHRvyLn/ZoGYZcOHQ=">Data yang sama</a> juga menunjukkan 44% perempuan melahirkan pada usia kurang dari 21 tahun.</p>
<p>Ada berbagai alasan mengapa laki-laki menikah di usia muda. Salah satunya karena kehamilan yang tidak diinginkan. </p>
<p><a href="https://dhsprogram.com/pubs/pdf/FR343/FR343.pdf">Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI)</a> tahun 2017 menemukan 8% remaja pria dan 2% remaja wanita telah melakukan hubungan seksual. Alasan terbanyak yang disebutkan remaja untuk melakukan hubungan seksual pertama kali adalah <a href="https://dhsprogram.com/pubs/pdf/FR343/FR343.pdf">karena “saling mencintai”, dan alasan terbanyak kedua khusus remaja pria menyebutkan “penasaran/ingin tahu</a>.”</p>
<p><a href="https://dhsprogram.com/pubs/pdf/FR343/FR343.pdf">Data SKRRI juga</a> menemukan sekitar 12% remaja perempuan pernah mengalami kehamilan yang tidak diinginkan dan 7% remaja laki-laki menyampaikan pasangannya mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. </p>
<h2>Pendidikan seksualitas yang komprehensif</h2>
<p>Pendidikan seksualitas yang kompeherensif dapat menjadi solusi dalam mengatasi isu-isu kesehatan dan seksualitas anak muda yang disebut di atas.</p>
<p>Badan Kesehatan Dunia <a href="https://www.who.int/news-room/questions-and-answers/item/comprehensive-sexuality-education">WHO</a> mendefinisikan pendidikan seksualitas yang kompeherensif sebagai pemberian informasi yang akurat terkait isu seksualitas dan kesehatan reproduksi dengan melihat kesesuaian materi dengan usia (<em>age appropriate</em>).</p>
<p><a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC10580798/">Studi tahun 2019 di Jakarta menunjukkan bahwa</a> pendidikan seksualitas di Indonesia diberikan oleh sekolah melalui guru dan disisipkan dalam mata pelajaran yang dianggap memiliki keterkaitan dengan isu seksualitas.</p>
<p>Meski demikian, studi yang sama juga menunjukkan bahwa pendekatan yang dipakai dalam proses pendidikan seksualitas lebih condong pada pendekatan yang <em>abstinence</em> yaitu menahan dorongan seksual dan cenderung menihilkan diskusi terkait isu seksualitas, kontrasepsi, dan topik lain yang berkaitan dengan gender.</p>
<h2>Aspek budaya pendidikan seksualitas</h2>
<p>Sejauh ini, masih <a href="https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-981-99-1878-2_12">belum ada pendidikan seksualitas yang kompeherensif di Indonesia</a>. Namun, bukan berarti usaha-usaha ke arah sana tidak pernah dilakukan. Pada tahun 2015 misalnya, terdapat upaya untuk memasukkan materi kesehatan reproduksi dalam kurikulum nasional. Sayangnya, <a href="https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/11/151102_indonesia_pendidikanseks">Mahkamah Konstitusi</a> menolak usulan ini karena para pemohon dianggap tidak memiliki <em>legal standing</em> atau kedudukan hukum.</p>
<p>Memang, terdapat beberapa hal yang menghambat tumbuhnya pendidikan seksualitas kompeherensif di Indonesia. Sebagai negara yang kuat dengan nuansa Islam, <a href="https://lib.ui.ac.id/detail?id=20427360&lokasi=lokal">pandangan</a> bahwa seksualitas adalah hal yang tabu dan berseberangan dengan nilai-nilai Islam masih kerap muncul. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk melihat kesesuaian kondisi sosial dan kultural dalam memberikan pendidikan seksualitas yang kompeherensif. Seperti yang baru-baru ini dilakukan oleh pemerintah Malaysia.</p>
<p>Pada tahun 2020, pemerintah Malaysia menunujukkan komitmen dengan meratifikasi kebijakan yang bersifat nasional untuk menyelenggarakan pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah. Dalam prosesnya, pemerintah Malaysia menggunakan istilah <a href="https://collections.unu.edu/eserv/UNU:7886/IIGH_Report_-_SRHE__PEKERTI__-_Desk_Review_2020-11-30.pdf">“Pendidikan Kesihatan Reproduktif dan Sosial Kebangsaan”</a> atau pendidikan kesehatan reproduksi dan sosial. Bila diperhatikan secara seksama, tidak ada kata “seksualitas” dalam konsep yang ditawarkan. Hal ini sengaja dilakukan oleh pemerintah Malaysia sebagai bentuk penyesuaian dengan nilai-nilai Islam yang dominan di negaranya. </p>
<p>Dalam konteks Indonesia yang kental dengan nilai-nilai Islam, pendekatan perlu dilakukan dengan para tokoh agama untuk menyepakati aspek-aspek apa saja yang dianggap cocok bagi murid-murid di sekolah. Dari beberapa “tempat” yang dianggap cocok untuk memberikan pendidikan seksualitas, sekolah dianggap sebagai tempat yang paling cocok. Sebuah <a href="https://prb.org/wp-content/uploads/2021/02/10102012-reproductivehealth-education-egypt.pdf">studi</a> di Mesir tahun 2012 menunjukkan bahwa sekolah dapat menjadi tempat yang cocok untuk memulai transfer pengetahuan terkait isu seksualitas kepada para siswa sebelum siswa aktif secara seksual.</p>
<p>Selain itu, <a href="https://prb.org/wp-content/uploads/2021/02/10102012-reproductivehealth-education-egypt.pdf">studi yang sama</a> menunjukkan bahwa terdapat beberapa alasan mengapa sekolah dianggap cocok untuk memberikan pendidikan seksualitas; 1) Anak yang bersekolah lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah, 2) Di sekolah, informasi terkait isu seksualitas dapat diberikan sesuai kebutuhan berdasarkan kelompok usia, dan 3) Sekolah merupakan institusi yang dipercaya oleh masyarakat untuk memberikan transfer ilmu pengetahuan.</p>
<h2>Mengapa pendidikan seksual penting?</h2>
<p>Isu-isu anak muda perlu mendapatkan perhatian khusus karena sumber daya manusia (SDM) yang unggul menjadi kunci keberhasilan bangsa Indonesia di masa depan, terutama dalam kaitannya dengan sasaran visi Indonesia Emas 2045. Manusia unggul adalah manusia yang <a href="https://www.wapresri.go.id/wapres-tekankan-pentingnya-sdm-unggul-sebagai-pembawa-estafet-kepemimpinan-bangsa/">sehat, cerdas, produktif, berdaya saing, berakhlak mulia, dan berkomitmen kebangsaan</a>.</p>
<p>Demi mencapai visi tersebut, pemberian informasi seputar kesehatan seksual dan reproduksi menjadi krusial, mengingat hal ini adalah salah satu hak dasar manusia. Selain itu, pendidikan seksual yang komprehensif juga dapat menjadi bekal bagi anak muda untuk meminimalisir risiko penyakit menular seksual, kekerasan seksual, dan kehamilan yang tidak diinginkan, agar mereka memiliki masa depan yang sehat, aman, terencana, dan berkualitas.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/220474/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Anak muda menghadapi isu-isu kesehatan dan seksualitas yang memerlukan pendidikan komprehensif.Andhika Ajie Baskoro, Researcher, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)Sari Kistiana, Researcher at Reseach Centre for Population of National Research and Innovation Agency (BRIN), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2132602023-09-17T01:28:50Z2023-09-17T01:28:50Z‘Friends with benefits’ bisa juga bermanfaat – apa kata terapis seks tentang hubungan ini?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/547451/original/file-20230904-27-fgbqy1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=68%2C0%2C6425%2C3952&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/young-attractive-playfull-couple-peeping-bedsheet-577728763">vgstudio/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Ada banyak jenis situasi seksual yang bisa dialami orang-orang — mulai dari hubungan monogami yang berlandaskan berkomitmen hingga cinta satu malam (<em>one-night stand</em>). Namun, hubungan <em>friends with benefits</em> (biasa dikenal sebagai atau hubungan pertemanan yang melibatkan keintiman secara fisik dan seksual), sering kali masih dianggap kontroversial, mungkin potensi patah hatinya yang besar.</p>
<p><a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/10570310500034154">Hubungan</a> <em>friends with benefits</em> (FWB) biasanya melibatkan dua orang yang terlibat dalam aktivitas seksual kasual tanpa perlu memiliki ekspektasi maupun terlibat dalam masalah yang sering muncul dalam hubungan percintaan. </p>
<p>Penelitian psikologis terhadap FWB menunjukkan bahwa hubungan ini bisa jadi lebih rumit daripada <a href="https://www.imdb.com/title/tt1632708/">yang ditampilkan</a> di media. Tidak seperti hubungan asmara atau pacaran, dalam FWB sering kali ada pemahaman bahwa tidak ada batasan tertentu antara yang terlibat dan bahwa mereka tetap dapat bersahabat bahkan ketika sudah tidak lagi melakukan hubungan fisik.</p>
<p>Tidak semua orang mampu menjalin FWB. Untuk mengetahui apakah kamu bisa melakukannya adalah dengan mengenali preferensimu terhadap sebuah hubungan. Sebelum kamu memutuskan bahwa hubungan semacam ini cocok untukmu, coba luangkan waktu lebih dulu untuk memikirkan bagaimana pandanganmu terhadap komitmen. Pertimbangkan, misalnya, apakah kamu memiliki kecenderungan yang kuat terhadap hubungan eksklusif.</p>
<p><a href="https://psycnet.apa.org/record/2008-14857-008?doi=1">Penelitian menunjukkan</a> bahwa beberapa orang lebih condong ke arah hubungan monogami yang berkomitmen, sementara yang lain merasa nyaman dengan hubungan yang lebih kasual dan tanpa komitmen.</p>
<p>Hubungan FWB sendiri biasanya terbagi dalam <a href="https://www.researchgate.net/publication/334575303_Investigating_and_Extending_Variation_among_Friends_with_Benefits_Relationships_Relationship_Maintenance_and_Social_Support">tiga kepentingan</a>: menjalin persahabatan, kebutuhan seks saja, dan ingin memperluas jaringan.</p>
<p>Hubungan seks saja misalnya, berfokus pada aspek fisik, sementara motivasi FWB yang bertujuan mengembangkan jaringan berfokus pada kesempatan dan akses ke lingkaran sosial satu sama lain. Mereka yang menjalinnya untuk hubungan persahabatan sering kali menikmati hubungan fisik dan platonis (hubungan erat antara dua individu tanpa adanya keinginan seksual).</p>
<h2>Manfaat FWB</h2>
<p>Penelitian menunjukkan bahwa banyak orang yang menjalin FWB memiliki pengalaman positif: tidak selalu berakhir buruk.</p>
<p>Salah satu keuntungan utama hubungan FWB adalah adanya <a href="https://core.ac.uk/download/pdf/154376484.pdf">kebebasan seksual</a>, tanpa batasan-batasan yang ada dalam hubungan asmara monogami. Rasanya seperti memiliki pasangan yang bisa kita percaya untuk bereksperimen dan menikmati <a href="https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/01463373.2015.1039719">seks konsensual dengan rutin</a>, tetapi dengan <a href="https://www.researchgate.net/publication/288701935_A_quantitative_study_of_friends_with_benefits_relationships#:%7E:text=Developing%20emotional%20complications%20throughout%20the,not%20wanting%20a%20FWBR%20again">kebebasan emosional yang lebih besar</a>.</p>
<p>Pasangan FWB masing-masing masih bisa mendapatkan <a href="https://www.researchgate.net/publication/258445113_Four_Functions_for_Four_Relationships_Consensus_Definitions_of_University_Students">ruang dan waktu</a> untuk mengeksplorasi gaya hubungan yang berbeda, karena setiap orang melewati tahapan yang berbeda dalam hidup mereka. Sebagai contoh, seseorang mungkin akan melalui fase ketika mereka ingin lebih dari sekadar hubungan satu malam, tetapi belum siap untuk berkomitmen jangka panjang.</p>
<p>Hubungan FWB sebenarnya dapat membuat perempuan, terutama yang usia muda, lebih berdaya, karena mereka bisa memenuhi kebutuhan seksualnya dengan cara yang mirip dengan kemampuan laki-laki melalui satu kali pertemuan. Beberapa perempuan melaporkan bahwa mereka lebih mungkin untuk memenuhi kebutuhan seksual mereka dalam hubungan FWB daripada melalui hubungan seks dalam ikatan pacaran.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Two men taking in bed together" src="https://images.theconversation.com/files/546437/original/file-20230905-19-tn8zta.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/546437/original/file-20230905-19-tn8zta.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/546437/original/file-20230905-19-tn8zta.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/546437/original/file-20230905-19-tn8zta.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/546437/original/file-20230905-19-tn8zta.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/546437/original/file-20230905-19-tn8zta.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/546437/original/file-20230905-19-tn8zta.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Penting untuk membuat batasan dengan pasangan ‘friends with benefit’-mu.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/caucasian-samesex-gay-couple-taking-rest-1668106771">Roman Chazov/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Misalnya, dalam sebuah penelitian terhadap mahasiswa di Amerika Serikat (AS), para perempuan muda mengatakan bahwa FWB menjadi pilihan ketika mereka <a href="https://core.ac.uk/download/pdf/154376484.pdf">ingin bisa mengekspresikan seksualitas mereka</a> tanpa “dihalangi” oleh standar ganda masyarakat seperti dianggap pelacur. Jadi, FWB sebenarnya dapat menjadi bagian penting dari perkembangan seksual dan relasional seseorang, karena memungkinkan mereka untuk mengeksplorasi berbagai bagian dari diri mereka.</p>
<h2>Kelemahan FWB</h2>
<p>Terlibat dalam hubungan FWB bukan tanpa risiko. Kamu bisa saja <a href="https://fincham.info/papers/2013-friends%20after%20fwb-asb.pdf">kehilangan persahabatan</a>. Mungkin satu pihak berharap lebih dari sekadar hubungan tanpa status, sementara pihak lainnya <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/20336576/">tidak mau repot</a> dan hanya ingin kepuasan fisik.</p>
<p>Orang yang menginginkan hubungan yang lebih dalam mungkin tidak akan mengungkapkan keinginannya tersebut karena <a href="https://doi.org/10.1111/pere.12307">takut hubungan FWB-nya akan berakhir</a> jika mereka mengatakan yang sebenarnya. <a href="https://www.researchgate.net/publication/5988340_Negotiating_a_Friends_with_Benefits_Relationship">Perasaan-perasaan yang tidak setara</a> tersebut pastinya dapat menyebabkan sakit hati.</p>
<p>Penting untuk diketahui bahwa beberapa orang mungkin dengan sengaja mengatakan kepada pasangan FWB mereka bahwa hubungan mereka dapat menjadi hubungan yang lebih serius dan berkomitmen, sehingga mereka bisa mendapatkan keintiman seperti yang mereka inginkan. Berikut adalah beberapa tanda bahwa pasangan FWB kamu memiliki niat jahat:</p>
<ul>
<li> memaksamu untuk melakukan tindakan seksual yang tidak kamu kehendaki</li>
<li> menolak untuk melakukan seks yang aman</li>
<li> <a href="https://reportandsupport.kcl.ac.uk/support/what-is-gaslighting"><em>gaslighting</em></a> (memanipulasimu dengan mempertanyakan kewarasan atau penalaranmu sendiri)</li>
<li> enggan untuk menegosiasikan batas-batas emosional.</li>
</ul>
<p>Pastinya ada beberapa budaya yang <a href="https://psycnet.apa.org/fulltext/2010-01935-004.html">menolak gagasan</a> hubungan non-monogami. Selama hubungan yang tidak lazim seperti FWB tidak memiliki pengakuan universal, hubungan ini rentan terhadap stigma dan penghakiman.</p>
<h2>Hal yang harus diingat</h2>
<p>Saat kamu menghabiskan lebih banyak waktu dalam menjalin hubungan FWB, ada perasaan-perasaan yang bisa menyelinap masuk dan kamu tidak menduganya, yang dapat lebih menyakiti satu pihak daripada pihak lain. Ini adalah salah satu komplikasi yang paling menantang dari jenis hubungan ini.</p>
<p>Beberapa orang mungkin menghindari percakapan semacam ini karena mereka mungkin takut akan terlihat seakan menganggap hubungan ini serius sementara pasangannya tidak. Namun, penting untuk mengetahui posisimu untuk menghindari <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/0092623X.2012.668513">tekanan psikologis</a>, rasa ketidakpastian, dan <a href="http://dx.doi.org/10.1363/4123109">kehilangan rasa harga diri</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="happy black couple playing in bed" src="https://images.theconversation.com/files/546440/original/file-20230905-15-blvvpl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/546440/original/file-20230905-15-blvvpl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/546440/original/file-20230905-15-blvvpl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/546440/original/file-20230905-15-blvvpl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/546440/original/file-20230905-15-blvvpl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/546440/original/file-20230905-15-blvvpl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/546440/original/file-20230905-15-blvvpl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Berkomunikasi langsung dapat membantu menghindari kebingungan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/cute-happy-black-couple-playing-bed-1984756220">Rawpixel.com/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tidak ada <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s10508-021-02114-5">buku panduan</a> tentang cara menjalin FWB. Namun, cobalah untuk tetap jujur tentang perasaan dan batasanmu, serta kelola ekspektasimu. Hal ini dapat membantu <a href="https://www.academia.edu/72011776/Conceptualizing_the_Friendzone_Phenomenon">meminimalisir terjadinya kesalahpahaman</a>. Jika kamu dan pasangan FWB-mu merasa menginginkan hal yang berbeda dari hubungan tersebut, kaji ulang apakah sudah waktunya untuk masing-masing mencari pasangan lain yang lebih cocok. </p>
<p>Jangan lupa untuk selalu melakukan hubungan seks yang aman. <a href="https://www.utpjournals.press/doi/full/10.3138/cjhs.2744">Studi menunjukkan</a> bahwa ketika orang mempercayai pasangannya, mereka cenderung tidak menggunakan kondom ketika berhubungan seks. Ini membuat semua pihak berisiko terkena <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1475-6811.2010.01324.x">Infeksi Menular Seksual (IMS) dan kehamilan yang tidak diinginkan</a>. </p>
<p>Menjalin hubungan FWB bisa jadi rumit. Dari sudut pandang terapis seks, tidak ada satu solusi yang cocok untuk semua hubungan. Suatu hubungan akan berhasil selama kamu dan pasanganmu menghendaki hal yang sama.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/213260/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Chantal Gautier tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Meskipun menjalin ‘friends with benefits’ membawa risiko, penelitian menunjukkan bahwa jenis hubungan ini dapat memberdayakan kaum muda untuk mengekspresikan seksualitas mereka.Chantal Gautier, Lecturer, Sex and Relationship Therapist, University of WestminsterLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1244112019-09-30T14:02:45Z2019-09-30T14:02:45ZMengapa hubungan seks pada usia lanjut bisa bikin Anda lebih bahagia dan sehat<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/294709/original/file-20190930-185379-yowh72.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/high-angle-top-view-funky-joy-1177530097?src=fooG_vr0ej5Jf9i1x3MzAA-1-0">shutterstock/Roman Samborskyi </a></span></figcaption></figure><p>Aktivitas seksual adalah sebuah bagian penting dari hubungan yang intim, walau aktivitas menyenangkan ini cenderung menurun seiring dengan usia orang yang makin tua. Tapi meski sebuah <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25624001">penelitian</a> menunjukkan bahwa frekuensi aktivitas seksual dapat menurun seiring bertambahnya usia bagi banyak orang yang sepuh, seks tetap menjadi <a href="https://theconversation.com/people-in-their-eighties-have-sex-get-over-it-36931">bagian penting dari kehidupan mereka</a>.</p>
<p>Ada <a href="https://theconversation.com/what-happens-when-you-age-a-scientist-debunks-popular-myths-about-sex-and-brain-power-90056">sebuah miskonsepsi umum</a> bahwa seiring bertambahnya usia, orang-orang usia lanjut hilang pula minat dan kapasitas untuk berhubungan seksual. Namun sebuah <a href="https://www.ucl.ac.uk/drupal/site_iehc/sites/iehc/files/elsa_self-comp_sex_w6_male.pdf">survei di Inggris</a> <a href="https://www.elsa-project.ac.uk/">menunjukkan</a> bahwa usia yang menua bukan masalahnya.</p>
<p>Hasil survei kami menemukan bahwa 85% laki-laki berusia 60-69 tahun masih aktif secara seksual - seperti halnya 60% dari kelompok usia 70-79 tahun, dan 32% dari kelompok usia 80 tahun dan di atasnya. Perempuan ditemukan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25624001">kurang aktif secara seksual</a> ketika mereka menua, tapi <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25624001">penelitian</a> menunjukkan bahwa, seperti halnya laki-laki, banyak perempuan juga ingin terus berhubungan seks seiring bertambahnya usia. Studi di <a href="https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMoa067423">Amerika Serikat</a> melaporkan tingkat aktivitas seksual yang serupa di semua kelompok umur.</p>
<p>Dan fakta bahwa begitu banyak orang masih bermain seks <a href="https://theconversation.com/its-time-to-end-the-taboo-of-sex-and-intimacy-in-care-homes-75740">seiring bertambahnya usia</a> adalah berita baik, karena <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s10508-019-1443-4">penelitian baru kami</a> tampaknya mengindikasikan bahwa semakin sedikit aktivitas seksual dilakukan oleh orang lanjut usia, semakin besar kemungkinan mereka mengalami masalah kesehatan mental dan fisik.</p>
<h2>Tetap berhubungan seks</h2>
<p><a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2050116118301119">Penelitian kami</a> meninjau kehidupan seks dari 2.577 laki-laki dan 3.195 perempuan berusia 50 tahun dan di atasnya. Kami bertanya apakah mereka pernah mengalami penurunan hasrat seksual, frekuensi aktivitas seksual, dan kemampuan untuk ereksi (laki-laki) atau terangsang secara seksual (perempuan) dalam setahun terakhir.</p>
<p>Kami menemukan bahwa laki-laki yang melaporkan penurunan hasrat seksual, lebih mungkin untuk terserang kanker atau penyakit kronis lainnya yang dapat membatasi aktivitas sehari-hari. Laki-laki dan perempuan yang melaporkan penurunan frekuensi kegiatan seksual juga lebih mungkin mengalami penurunan dalam menilai tingkat kesehatan mereka. Dan laki-laki dengan disfungsi ereksi juga lebih mungkin didiagnosis menderita kanker atau penyakit jantung koroner. Penting untuk dicatat, bagaimana pun, bahwa perubahan hasrat atau fungsi seksual bisa jadi merupakan efek dari penyakit yang tidak terdiagnosis pada tahap awal.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/the-secret-sex-lives-of-older-people-that-can-make-us-rethink-our-idea-of-intimacy-47329">The secret sex lives of older people that can make us rethink our idea of intimacy</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Penelitian kami juga menemukan bahwa orang tua cenderung lebih <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2050116118301119">menikmati hidup</a> ketika mereka aktif secara seksual. Dan mereka yang mengalami penurunan aktivitas seksual, melaporkan memiliki <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0165032718319414">kesejahteraan yang lebih buruk</a> daripada mereka yang mempertahankan hasrat, aktivitas, dan fungsi seksualnya. </p>
<p>Kami juga menemukan bahwa laki-laki yang aktif secara seksual pada masa tuanya, memiliki kinerja kognitif yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang tidak.</p>
<h2>Hormon kebahagiaan</h2>
<p>Bukan rahasia lagi bahwa seks dapat membantu kita menghasilkan “perasaan menyenangkan”. Sebagian besar disebabkan oleh adanya pelepasan <a href="https://pdfs.semanticscholar.org/d9d6/a77f113bb866ea1588edf646a60e25ca1755.pdf">endorfin</a> saat berhubungan seks, yang menghasilkan perasaan bahagia atau gembira. Ini tidak hanya berdampak pada kesehatan mental kita, karena semakin tinggi kadar endorfin erat kaitannya dengan aktivasi sistem kekebalan yang semakin besar - yang dapat mengurangi risiko <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1658387614001083">kanker dan penyakit jantung</a>.</p>
<p>Penelitian menunjukkan bahwa pasangan yang melakukan hubungan seks juga cenderung berbagi <a href="https://books.google.co.uk/books?hl=en&lr=&id=eREk6ZyDC9YC&oi=fnd&pg=PA23&dq=sexual+intercourse+closeness+romantic&ots=3XCME2QFuW&sig=v_F6BpUtp1bYsSM5cYzjeMWA-Q4#v=onepage&q=sexual%20intercourse%20closeness%20romantic&f=false">hubungan yang lebih dekat</a>. Dan kedekatan seseorang dengan pasangannya berhubungan dengan <a href="https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/0146167213476896?casa_token=bE1u1mjJKwgAAAAA%3AeSbC_20owH-EhUjIv_TqirDr9aPTvl18VYrRjnGqacmb8HZkn_OzMtXgxL2OtngPdDsCVIcPgH-L#_i34">kesehatan mental yang lebih baik</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/292854/original/file-20190917-19040-1g4e7fk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/292854/original/file-20190917-19040-1g4e7fk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/292854/original/file-20190917-19040-1g4e7fk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/292854/original/file-20190917-19040-1g4e7fk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/292854/original/file-20190917-19040-1g4e7fk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/292854/original/file-20190917-19040-1g4e7fk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/292854/original/file-20190917-19040-1g4e7fk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Seks dapat membuat Anda tetap dekat sebagai pasangan, menurunkan tingkat stres, dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/romantic-gay-couple-on-vacation-236222206?src=BMUCXOOGmOHwCK8xTm1hUQ-1-4">Shutterstock/mangostock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Penting juga untuk diingat bahwa seks adalah bentuk aktivitas fisik - kerap dilakukan dengan intensitas sedang - yang membakar hampir <a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0079342">empat kalori</a> per menit. Semua olahraga disertai dengan <a href="http://www.cmaj.ca/content/174/6/801.short?casa_token=ze-PR5NTCr8AAAAA:IdhxLiODpmhXBBTT9301q-eRFjp87CDtLUg_j06NB2fxcgcsHyTWULKVoeJoPqgHrOPFykvGD4JiIoM">manfaat kesehatan</a> - dan begitu juga seks. Jadi, sangat mungkin Anda memperoleh manfaat kesehatan mental dan fisik dari aktivitas seksual yang teratur.</p>
<h2>Mencoba posisi baru</h2>
<p>Tentu saja, seks bukan satu-satunya faktor yang dapat membantu <a href="https://theconversation.com/the-secret-to-happiness-in-later-life-is-simple-to-discover-but-hard-to-achieve-72463">meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan pada usia lanjut</a>. Seperti yang ditunjukkan oleh penelitian kami, lansia tidak kekurangan hasrat seksual, dan kehidupan seks yang aktif harus didorong. Memang, ada kemungkinan bahwa kehidupan seks yang teratur dan bebas masalah dapat mengarah pada kesehatan mental (dan mungkin fisik) yang lebih baik.</p>
<p>Tetapi informasi dan dorongan untuk mencoba posisi seks baru dan mengeksplorasi berbagai jenis aktivitas seksual biasanya tidak diberikan kepada lansia. Dalam banyak kasus, ketika membahas tentang lansia dan seks, dokter sering menundukkan kepala dan <a href="https://theconversation.com/when-it-comes-to-older-people-and-sex-doctors-put-their-heads-in-the-sand-43556">tidak benar-benar ingin membicarakannya</a>.</p>
<p>Tapi diskusi semacam itu mungkin dapat membantu dalam menantang norma dan ekspektasi tentang aktivitas seksual. Dan seperti yang ditunjukkan oleh penelitian kami, hubungan seks juga dapat membantu orang untuk hidup lebih sejahtera dan lebih sehat - hingga lanjut usia.</p>
<p><em>Franklin Ronaldo menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/124411/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Daragh T McDermott receives funding from the SSHRC funded INQYR partnership. He is the Chair of Board of Trustees for The Kite Trust, a Cambridge based LGBT youth charity.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Sarah Jackson receives funding from Cancer Research UK and the Economic and Social Research Council.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Lee Smith tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Berhubungan seks pada usia lanjut tidak hanya memberikan perasaan bahagia, tapi juga dapat mengurangi risiko terkena kanker dan penyakit jantung.Lee Smith, Reader in Physical Activity and Public Health, Anglia Ruskin UniversityDaragh McDermott, Head of School, School of Psychology and Sport Science, Anglia Ruskin UniversitySarah Jackson, Research Psychologist, Health Behaviour Research Centre, UCLLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/898812018-01-16T09:21:01Z2018-01-16T09:21:01ZDi 2018 ini, Anda mungkin ingin berpikir ulang tentang monogami<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/201888/original/file-20180115-101514-jrujf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=2%2C0%2C374%2C247&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Apakah definisi monogami yang terlalu ketat melemahkan hubungan Anda? Penelitian menunjukkan pasangan mengharapkan ekslusivitas, dan perselingkuhan tetap menjadi penyebab perceraian terbesar. </span> <span class="attribution"><span class="source">shutterstock.com</span></span></figcaption></figure><p>Monogami sulit dijaga. Tentunya, cukup mudah ketika dalam hidup Anda tidak ada godaan. Namun kecuali Anda dan pasangan Anda hidup terasing dalam sebuah pondok di hutan, tidak ada jaminan bahwa “orang lain” yang menawan tidak akan muncul—menggoda Anda dan menantang kesucian hubungan Anda.</p>
<p>“Tidak akan pernah,” pikir Anda “Bukan saya. Saya mencintai pasangan saya. Segalanya masih sangat segar. Dan saya akan kehilangan banyak hal bila selingkuh.” </p>
<p>Ya, tentu. Namun, riset menunjukkan bahwa niat terbaik kita sering kali tidak berarti di hadapan ketertarikan yang kuat dan mungkin tak terduga terhadap orang lain—yang berniat menjalin hubungan dengan kita. <a href="http://dx.doi.org/10.1037/fam0000280">Mereka yang melaporkan memiliki hubungan di luar pernikahan mengatakan bahwa itu adalah seorang teman dekat, rekan kerja atau kenalan lama</a>; cenderung bukan orang asing sembarangan. </p>
<p>Terlebih, tindakan perselingkuhan sering kali dipahami sebagai “kesalahan pamungkas” dalam hubungan. Dan hanya sedikit orang yang lebih dibenci daripada mereka yang ketahuan “main serong”. Film, lagu dan karya sastra penuh dengan cerita yang melukiskan pembalasan mengerikan yang dipercaya menimpa mereka yang berselingkuh. </p>
<p>Terlepas dari semua ini, studi menunjukkan bahwa faktanya, kebanyakan orang pernah <a href="https://link-springer-com.proxy.hil.unb.ca/article/10.1007%2Fs12144-011-9119-9">terlibat dalam beberapa macam perselingkuhan di masa lalu</a> atau pernah mengalami ketidaksetiaan pasangan.</p>
<p>Kemudian, pertanyaan pun mengemuka: Apakah ini saatnya untuk melenyapkan, atau berpikir ulang, monogami sebagai sebuah standar?</p>
<h2>Ekspektasi optimis</h2>
<p><a href="http://dx.doi.org/10.1111/j.1530-2415.2012.01286.x">Riset menunjukkan bahwa kebanyakan orang mengharapkan eksklusivitas romantis maupun seksual</a> pada tahap dini dalam hubungan mereka, dan bahwa mereka <a href="http://dx.doi.org/10.1111/j.1741-3737.2000.00048.x">menolak perselingkuhan</a>.</p>
<p>Wawancara dengan pasangan yang baru menikah di Amerika Serikat menunjukkan bahwa banyak orang berharap mereka dan pasangan mereka akan tetap dalam monogami, <a href="https://doi.org/10.1080/10502556.2012.651966">meski mengakui bahwa mereka sebelumnya pernah memiliki berbagai pikiran dan perilaku di luar pernikahan</a>, seperti menggoda seseorang atau merasa terangsang dengan kehadiran seseorang. </p>
<p>Semua negara maju, bahkan yang mengaku memiliki keyakinan yang lebih toleran soal pentingnya eksklusivitas, <a href="http://dx.doi.org/10.1016/S0140-6736(06)69479-8">melaporkan bahwa monogamy adalah pola dominan dalam masyarakat mereka</a>. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/201891/original/file-20180115-101508-1qkzl1n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/201891/original/file-20180115-101508-1qkzl1n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/201891/original/file-20180115-101508-1qkzl1n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/201891/original/file-20180115-101508-1qkzl1n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/201891/original/file-20180115-101508-1qkzl1n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/201891/original/file-20180115-101508-1qkzl1n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/201891/original/file-20180115-101508-1qkzl1n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Apakah rasa cemburu dan curiga merusak hubungan monogamy Anda?</span>
<span class="attribution"><span class="source">shutterstock.com</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Meski ada ketidaksetujuan universal yang kuat terhadap perselingkuhan, dan <a href="https://doi.org/10.1177/0265407515574463">meski ada banyak optimisme</a>, studi menunjukkan bahwa <a href="https://doi.org/10.1177/0192513X12439692">tahun demi tahun, perselingkuhan tetap menjadi penyebab utama putusnya hubungan dan perceraian</a>. </p>
<p>Sekarang, bila Anda memperhitungkan penderitaan, rasa tidak percaya dan perselisihan yang disebabkan oleh perselingkuhan terhadap hubungan yang tetap bertahan, Anda mulai memahami beban konsekuensinya. </p>
<h2>Berfantasi tentang kekasih selebritas?</h2>
<p>Apakah monogami beralasan? Dapatkah kita bahkan mendamaikan kemustahilan menghabiskan hidup kita (atau bertahun-tahun dari hidup kita) dengan seorang pasangan tanpa pernah tertarik pada orang lain?</p>
<p>Bisakah kita mengakui bahwa pasangan kita mungkin tidak memenuhi kebutuhan kita sepanjang waktu? Bahwa kita bisa mengalami ketertarikan pada orang lain tanpa menyerahkan hak kita sepenuhnya atas hubungan yang penuh cinta dan hormat, atau tanpa harus berpikir untuk kabur bersama orang lain?</p>
<p>Pertanyaan-pertanyaan ini lebih memilukan dalam sorotan penelitian yang mengindikasikan bahwa <a href="http://dx.doi.org/10.1080/1047840X.2014.863723">hubungan yang intim makin tidak membahagiakan seiring waktu</a> bahkan ketika ekspektasi kita terhadap suatu hubungan terus meningkat. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/200064/original/file-20171219-4957-1ps3u7y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/200064/original/file-20171219-4957-1ps3u7y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=396&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/200064/original/file-20171219-4957-1ps3u7y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=396&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/200064/original/file-20171219-4957-1ps3u7y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=396&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/200064/original/file-20171219-4957-1ps3u7y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=498&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/200064/original/file-20171219-4957-1ps3u7y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=498&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/200064/original/file-20171219-4957-1ps3u7y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=498&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Penyanyi Adam Levine adalah salah satu selebritas yang paling diimpikan.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Di kebanyakan negara Barat, keyakinan terhadap pentingnya monogami itu kuat, tapi relatif sedikit individu yang benar-benar berdiskusi dengan pasangannya soal apa saja yang harus menyertai monogami.</p>
<p>Apakah menggoda mantan di dunia maya yang tidak akan pernah Anda temui lagi itu “serong”? Apakah berfantasi tentang seorang selebriti berarti tidak setia kepada Satu-satunya Cinta Sejati Anda?</p>
<h2>Alatnya adalah kecemburuan dan kecurigaan</h2>
<p>Serangkaian penelitian oleh psikolog Ashley Thompson memperjelas bahwa kita <a href="https://doi.org/10.1080/00224499.2015.1062840">utamanya tidak konsisten</a> dalam <a href="https://doi.org/10.1017/jrr.2016.1">standar monogami</a> yang <a href="https://doi.org/10.1080/01973533.2017.1350578">kita pegang untuk diri kita sendiri, dengan apa yang kita pegang untuk pasangan kita</a>. Sebagai contoh, kita jauh lebih lunak dan toleran dalam menjelaskan perilaku kita sendiri ketimbang perilaku pasangan kita.</p>
<p>Mereka yang mendukung pendekatan alternatif—seperti “non-monogami konsensual” yang memungkinkan hubungan romantis atau seksual di luar hubungan utama, dengan persetujuan pasangan—berpendapat bahwa hubungan monogami jauh kurang stabil karena orang menggunakan <a href="http://web.a.ebscohost.com.proxy.hil.unb.ca/ehost/pdfviewer/pdfviewer?vid=3&sid=14e57d37-335f-4d4c-8388-dad14da65119%40sessionmgr4007">kecemburuan, pemantauan dan kecurigaan sebagai alat untuk menahan pasangan mereka pada standar sulit ini</a>. </p>
<p>Individu yang seharusnya berada dalam hubungan monogami juga <a href="http://dx.doi.org/10.1111/jsm.12987">lebih besar kemungkinannya mempraktikkan hubungan seksual yang tidak aman ketika mereka berselingkuh</a> (menempatkan kesehatan pasangan utama mereka dalam risiko) daripada mereka yang berada dalam hubungan non-monogami konsensual. Dan pertanyaan pun mengemuka tentang apakah Anda benar-benar mempraktikkan “monogami” bila Anda eksklusif dari satu hubungan ke hubungan lain—yakni, mereka yang berganti pasangan utama setelah beberapa tahun saja. </p>
<h2>Menulis ulang dongeng</h2>
<p>Untuk membahas soal apa-apa yang dapat memutus hubungan, penting bagi sepasang individu untuk mendefinisikan apa yang merupakan pengkhianatan, pelanggaran kepercayaan atau tindakan yang tidak jujur. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/201893/original/file-20180115-101508-1ytvi42.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/201893/original/file-20180115-101508-1ytvi42.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/201893/original/file-20180115-101508-1ytvi42.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/201893/original/file-20180115-101508-1ytvi42.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/201893/original/file-20180115-101508-1ytvi42.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/201893/original/file-20180115-101508-1ytvi42.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/201893/original/file-20180115-101508-1ytvi42.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Merundingkan pedoman dengan pasangan Anda bisa membantu Anda berdua berada dalam pemikiran yang sama, tentang jenis dan ekspresi hubungan seperti apa dengan orang lain yang bisa diterima.</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Bila sepasang individu bisa merencanakan sebelumnya mengenai kemungkinan bahwa salah satu atau kedua individu mungkin memiliki momen intim dengan orang lain pada suatu titik, ini bisa memperkuat fleksibiltas, toleransi dan pemaafan yang diperlukan untuk menyelesaikan, seandainya hal tersebut terjadi.</p>
<p>Tentu saja, semua itu tergantung situasinya, tapi menerima bahwa orang lain mungkin menawarkan sesuatu yang kita atau pasangan kita butuhkan bisa membantu pasangan untuk melewatinya dan berunding bila diperlukan, tanpa kehancuran hubungan yang menyeluruh.</p>
<p>Inilah kuncinya: Bila kita bisa mengakui pada diri sendiri bahwa ketertarikan sekilas, atau hubungan yang lebih berarti dengan pasangan lain mungkin tidak merusak hubungan asmara kita—dan alih-alih bisa melengkapinya—maka hubungan kita bisa bertahan lebih lama dan lebih baik.</p>
<p>Sebuah sudut pandang baru membutuhkan kesediaan untuk mengganti dongeng —bahwa satu orang bisa selamanya memenuhi semua kebutuhan emosional, romantis dan seksual Anda. </p>
<h2>Makan siang OK, sentuhan tidak</h2>
<p>Ini mungkin tidak mudah bagi sebagian besar kita. Bayangan bahwa pasangan perhatiannya tertarik dengan oleh orang lain bisa memicu rasa panik pada orang yang paling teguh dan percaya diri. Namun bersikeras pada standar yang tidak masuk akal (eksklusivitas seumur hidup atau putus!) sebenarnya bisa menyimpan kemungkinan akan rahasia dan pengkhianatan.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/201890/original/file-20180115-101489-1m8fd6h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/201890/original/file-20180115-101489-1m8fd6h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/201890/original/file-20180115-101489-1m8fd6h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/201890/original/file-20180115-101489-1m8fd6h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/201890/original/file-20180115-101489-1m8fd6h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/201890/original/file-20180115-101489-1m8fd6h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/201890/original/file-20180115-101489-1m8fd6h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Berundinglah dengan pasangan Anda dan buat pedoman seperti ‘Makan siang OK, sentuhan tidak.</span>
<span class="attribution"><span class="source">shutterstock.com</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Titik berat dalam hubungan selalu memerlukan keterbukaan, perhatian dan persetujuan bersama.</p>
<p>Menyetujui cara pandang baru mengenai ekslusivitas bukan berarti bahwa Anda atau pasangan Anda akhirnya akan berhubungan secara intim dengan orang lain dalam cara apa pun. Juga tidak berarti bahwa Anda harus setuju bahwa “apapun terjadilah”, bahwa hubungan Anda menjadi hubungan terbuka dalam arti luas istilah tersebut, atau bahwa siapa pun bisa memasuki area privat Anda.</p>
<p>Adalah bijak untuk merundingkan beberapa pedoman dengan pasangan Anda—tentang siapa atau tipe orang seperti apa yang mungkin diundang masuk ke area tersebut, untuk sesaat atau lebih lama, dan cara seperti apa yang mungkin bisa diterima untuk berhubungan dengan orang lain (misalnya makan siang OK, sentuhan tidak), saat kebutuhan atau keinginan itu muncul.</p>
<p>Bila Anda juga mendiskusikan bagaimana cara terbaik untuk membicarakannya, pendekatan ini bisa menjaga hubungan Anda tetap jujur, transparan dan penuh rasa saling percaya.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/89881/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Lucia O'Sullivan tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Ingin hubungan monogami tanpa adanya rasa cemburu? Menurut seorang peneliti, buang kekhawatiran soal hubungan dekat pasangan Anda dengan orang lain dan bikin aturan Anda sendiri soal hubungan.Lucia O'Sullivan, Professor of Psychology, University of New BrunswickLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/832362017-09-08T10:35:17Z2017-09-08T10:35:17ZSiapa menghindari seks, dan mengapa?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/183975/original/file-20170830-6142-9ofk0q.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Riset-riset mengungkapkan masalah kesehatan menjadi alasan utama mengapa orang, perempuan atau laki-laki, menghindari seks.</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Seks memiliki pengaruh besar pada banyak aspek kesejahteraan manusia: ia adalah salah satu dari kebutuhan psikologis kita yang paling dasar. Seks meneguhkan identitas kita dan elemen inti dari kehidupan sosial kita.</p>
<p>Tetapi jutaan orang menempuh suatu periode di kehidupan dewasa mereka tanpa berhubungan seks. Menghindari seks bisa menyebabkan tekanan emosional, rasa malu, dan rasa rendah diri—baik bagi yang menghindari seks maupun pasangan yang ditolaknya.</p>
<p>Masyarakat kita banyak memusatkan perhatian tentang hubungan seks, tapi kita tidak tahu banyak soal ketiadaan hubungan seks.</p>
<p>Sebagai <a href="https://medicine.umich.edu/dept/psychiatry/shervin-assari-phd">peneliti</a> perilaku manusia yang tertarik akan bagaimana <a href="https://theconversation.com/why-men-and-women-lie-about-sex-and-how-this-complicates-std-control-74215">seks</a> dan <a href="https://theconversation.com/if-men-are-favored-in-our-society-why-do-they-die-younger-than-women-71527">gender</a> berinteraksi, saya menemukan bahwa menghindari seks mempengaruhi banyak aspek dari <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24589191">kesejahteraan</a> kita. Saya juga menemukan orang-orang menghindari seks karena berbagai alasan, dan beberapa di antaranya mudah ditangani.</p>
<h2>Lebih sering lebih baik?</h2>
<p><a href="https://academic.oup.com/ageing/article/44/5/823/52185/Examining-associations-between-sexual-behaviours">Orang yang lebih sering berhubungan seks </a> mencatat kepercayaan diri, kepuasan hidup, dan kualitas hidup yang lebih tinggi. Sebaliknya, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1557393/">jarang berhubungan seks</a> dan menghindari seks dikaitkan dengan <a href="http://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/00224499.2016.1269308">tekanan psikologis</a>, <a href="http://centerforanxietydisorders.com/sex-avoidance-anxiety-disorders/">kecemasan, depresi</a>, dan masalah hubungan. </p>
<p>Dalam karyanya yang penting, <a href="https://muse.jhu.edu/chapter/1638468">Alfred Kinsey</a> menemukan hingga 19% orang dewasa tidak berhubungan seks. Gender dan status pernikahannya bervariasi, dan angkanya menunjukkan hampir tak ada laki-laki menikah yang tidak berhubungan seks untuk waktu yang lama.</p>
<p>Riset lain juga menunjukkan perempuan lebih lazim menghindari seks daripada laki-laki. Bahkan hingga <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2327527/">40% perempuan</a> pernah menghindari seks dalam hidupnya. Rasa sakit ketika berhubungan seks dan libido rendah adalah masalah terbesar mereka.</p>
<p>Perbedaan angka antargender sudah dimulai sejak dini. Lebih banyak remaja perempuan ketimbang remaja laki-laki yang <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2613342/">tidak berhubungan seks</a>.</p>
<p>Perempuan juga lebih mungkin menghindari seks karena <a href="http://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/1077559516656069">kekerasan seksual</a> semasa kecil. <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12521698">Wanita hamil</a> menghindari seks karena khawatir keguguran atau memang tidak ingin dan kelelahan.</p>
<p>Alasan paling umum bagi laki-laki yang menghindari seks adalah <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4291852/">disfungsi ereksi</a>, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20092445">kondisi medis yang kronis</a>, dan kurangnya kesempatan.</p>
<h2>Masalah kesehatan alasan utama</h2>
<p>Riset kami dan riset lain menunjukkan, masalah kesehatan adalah alasan utama menghindari seks—baik bagi perempuan dan laki-laki.</p>
<p>Misalnya, pasien penyakit jantung kerap <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24589191">menghindari seks</a> karena khawatir <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17970974">terkena serangan jantung</a>. Riset lain mengungkapkan hal yang sama terjadi pada orang dengan <em>cerebrovascular</em> (gangguan aliran darah ke otak), seperti <a href="http://stroke.ahajournals.org/content/30/4/715">stroke.</a> </p>
<p><a href="http://www.mayoclinic.org/chronic-pain/art-20044369">Rasa sakit kronis</a> mengurangi kenikmatan hubungan seksual dan secara langsung mengganggu karena membatasi posisi. Depresi dan stres yang diakibatkan rasa sakit juga bisa menghalangi, begitu juga pengobatan rasa sakit kronis.</p>
<hr>
<p><em><strong>Baca juga:</strong> <a href="https://theconversation.com/kabar-gembira-masturbasi-sebenarnya-menyehatkan-86248">Kabar gembira! Masturbasi sebenarnya menyehatkan</a></em></p>
<hr>
<p><a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28650864">Kondisi metabolis</a> seperti diabetes dan obesitas juga mengganggu kegiatan seksual. Bahkan, diabetes mempercepat senjakala seksual laki-laki hingga <a href="https://www.niddk.nih.gov/health-information/diabetes/overview/preventing-problems/sexual-urologic-problems">15 tahun</a>. Massa tubuh yang besar dan ketidakpercayaan diri akan bentuk tubuh bisa merusak <a href="http://digitalcommons.fiu.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1072&context=etd">keintiman</a>, yang adalah kunci dari seberapa besar peluang berhubungan seks.</p>
<p><a href="http://people.virginia.edu/%7Eent3c/papers2/Articles%20for%20Online%20CV/South%20(2008).pdf">Gangguan kepribadian</a>, <a href="http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1743609515302447?via%3Dihub">kecanduan dan penyalahgunaan obat-obatan</a>, dan <a href="http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/0092623X.2015.1113591">buruknya kualitas tidur</a> semua berperan besar pada ketertarikan dan kemampuan seksual. </p>
<p>Banyak <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3108697/">pengobatan</a>, seperti obat anti-depresi dan anti-kecemasan, mengurangi libido dan kegiatan seksual, dan, hasilnya, meningkatkan kemungkinan seseorang <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3108697/#b6-dhps-2-141">menghindari seks</a>.</p>
<p>Terakhir, rendahnya testosteron pada laki-laki dan rendahnya <a href="http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0031938404003579">dopamin dan serotonin</a> pada perempuan dan laki-laki juga bisa berperan.</p>
<h2>Faktor sosial dan emosional—dan konsekuensinya</h2>
<p>Bagi kedua gender, kesepian bisa memperpendek <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/6631669">waktu yang dihabiskan seseorang bersama orang lain</a> dan kemudian kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain dan juga berpengaruh pada keintiman. Orang yang kesepian terkadang menggantikan hubungan seksual dengan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28448246">pornografi.</a> Ini penting karena pornografi bisa <a href="http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/00224499.2011.648027">secara negatif</a> mempengaruhi kinerja seks secara jangka panjang.</p>
<p>Banyak orang setengah baya tidak lagi berhubungan seks karena <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3267340/">malu dan merasa bersalah</a> atau bisa jadi karena merasa “<a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3267340/">terlalu tua</a> untuk seks”. Tetapi, anggapan orang setengah baya tidak ingin <a href="http://www.apa.org/monitor/2012/12/later-life-sex.aspx">berhubungan seks</a> adalah salah.</p>
<h2>Apa solusinya?</h2>
<p><a href="http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1743609515339709?via%3Dihub">Hanya sedikit orang membicarakan</a> masalah seksual mereka pada dokternya. Data di AS mengungkapkan bahwa paling tidak separuh dari <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4657130/">kunjungan dokter tidak membahas masalah seks</a>.</p>
<p>Rasa malu, faktor kultural dan agama, dan terbatasnya waktu bisa menghalangi dokter untuk <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4946137/">bertanya tentang kehidupan seks pasien mereka</a>. Beberapa dokter merasa menyentuh masalah <a href="https://dash.harvard.edu/handle/1/12987242">seks</a> menciptakan kedekatan yang berlebihan dengan pasiennya. Yang lain berpikir membicarakan seks akan membuat konsultasi jadi panjang.</p>
<p>Namun, meski beberapa <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19427142">dokter mungkin ragu bertanya soal seks</a> pada pasiennya, riset menunjukkan bahwa pasien sepertinya mau menjawab jika ditanya. Ini artinya <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23743660">masalah seksual mereka tidak akan ditangani</a> kecuali sang dokter yang bertanya duluan.</p>
<p>Pasien bisa mengambil manfaat dari sedikit bantuan. Misalnya, pasien arthritis dan sakit punggung bagian bawah membutuhkan informasi dan nasihat dari tenaga kesehatan tentang posisi hubungan seksual yang tidak membikin sakit.</p>
<p>Budaya “Tidak usah tanya, tidak usah beri tahu” harusnya diubah menjadi “Silakan tanya, silakan beri tahu”.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/178707/original/file-20170718-10308-1la5buk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/178707/original/file-20170718-10308-1la5buk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/178707/original/file-20170718-10308-1la5buk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/178707/original/file-20170718-10308-1la5buk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/178707/original/file-20170718-10308-1la5buk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/178707/original/file-20170718-10308-1la5buk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/178707/original/file-20170718-10308-1la5buk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Penting untuk berkonsultasi tentang masalah seks Anda pada dokter.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/doctor-patient-discussing-559797409?src=Pdsi6uHSlIvHgSRUUk28lA-1-25">Branislav Nenin/www.shutterstock.com</a></span>
</figcaption>
</figure><img src="https://counter.theconversation.com/content/83236/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Shervin Assari tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Seks bagian penting kehidupan manusia, tapi banyak orang menghindarinya. Umumnya rasa takut, kekerasan di masa lalu, dan agama alasannya, tapi sebenarnya kesehatan Anda secara umum juga berpengaruh.Shervin Assari, Assistant Professor of Psychiatry and Public Health, University of MichiganLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.