tag:theconversation.com,2011:/us/topics/singapura-43236/articlesSingapura – The Conversation2021-10-07T04:12:28Ztag:theconversation.com,2011:article/1686642021-10-07T04:12:28Z2021-10-07T04:12:28ZPeduliLindungi baru wajib setelah 1,5 tahun pandemi: kisah Cina, Singapura, dan India pakai aplikasi serupa lebih awal<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/424632/original/file-20211005-28-1egl1eq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pengunjung memindai kode QR aplikasi PeduliLindungi sebelum masuk pusat perbelanjaan di Manado, Sulawesi Utara, 1 Oktober 2021. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://download.antarafoto.com/searchresult/dom-1633087530">ANTARA FOTO/Adwit B Pramono/rwa</a></span></figcaption></figure><p>Setelah satu setengah tahun pandemi dan <a href="https://covid19.go.id/peta-sebaran">gelombang lonjakan COVID-19 menghajar Indonesia pada Juni-Agustus</a>, mulai akhir Agustus lalu, pemerintah baru mewajibkan penduduk menggunakan aplikasi <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210914094016-20-693891/daftar-aktivitas-wajib-gunakan-aplikasi-pedulilindungi">PeduliLindungi</a> di ponselnya untuk melacak kontak COVID-19 saat mereka akan masuk mal dan tempat publik. </p>
<p>Peraturan wajib itu datang saat kasus COVID telah mencapai <a href="https://covid19.go.id/peta-sebaran">angka 4 juta</a> kasus dengan kematian lebih dari 140 ribu. </p>
<p>Sebenarnya, pemerintah merilis <a href="https://tirto.id/mengenal-aplikasi-pedulilindungi-cara-kerja-dan-menggunakannya-eJWT">aplikasi tersebut</a> sekitar tiga pekan setelah kasus COVID-19 pertama di Indonesia diumumkan pada <a href="https://megapolitan.kompas.com/read/2021/03/02/05300081/kilas-balik-kronologi-munculnya-kasus-pertama-covid-19-di-indonesia?page=all">2 Maret tahun lalu</a>. Kala itu penggunaan aplikasi di ponsel itu mengandalkan kesukarelaan penduduk. </p>
<p>Sementara, laporan fungsi “pelacakan” dari PeduliLindungi baru terpublikasi pada September 2021 saat Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menyatakan sekitar <a href="https://katadata.co.id/yuliawati/berita/6136e86b20b31/aplikasi-pedulilindungi-deteksi-1625-orang-positif-covid-19-masuk-mal">1.600 orang positif COVID-19</a> berkeliaran di mal dan terdeteksi saat lapor masuk (<em>check-in</em>) di mal. </p>
<p>Padahal, jika pemasangan aplikasi ini diwajibkan sejak awal dan diumumkan secara reguler, maka pemerintah punya kesempatan lebih banyak membuat keputusan dengan basis data yang kuat untuk mencegah keadaan lebih buruk. </p>
<p>Sebuah kajian dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (kini Badan Riset dan Inovasi Nasional), yang laporannya sedang saya tulis, menunjukkan penggunaan aplikasi pelacak serupa sebenarnya efektif untuk membantu pelacakan (<em>tracing</em>) di Cina, India, dan Singapura dan mengendalikan pandemi. Penerapannya bisa menjadi pembelajaran bagi Indonesia. </p>
<h2>Pelacakan COVID via ujung jari</h2>
<p>Aplikasi pelacak kontak COVID-19 PeduliLindungi dan sejenisnya memanfaatkan teknologi <em>Bluetooth</em> dan internet pada ponsel pintar. Aplikasi ini mengandalkan partisipasi masyarakat dengan cara memindai kode QR di ponselnya di <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210914094016-20-693891/daftar-aktivitas-wajib-gunakan-aplikasi-pedulilindungi">pusat belanja</a>, restoran, perusahaan dan tempat publik lainnya. </p>
<p>Saat pemindaian kode QR dalam proses <em>check-in</em> di pintu masuk gedung, aplikasi akan menunjukan warna hijau (boleh masuk), dan kuning (pengecekan lebih lanjut). Ada juga indikator warna merah (tidak boleh masuk karena belum vaksin), dan hitam (tidak boleh masuk karena terkonfirmasi positif). </p>
<p>Di Indonesia, kewajiban pemindaian ini tidak luput dari kritik. Misalnya, selain dianggap <a href="https://news.detik.com/berita/d-5681654/epidemiolog-kritik-pedulilindungi-menyulitkan-pemerintah-dunia-usaha">menyulitkan pemerintah</a> dan dunia usaha akibat tingkat vaksinasi nasional yang masih di bawah 50%, masyarakat masih menemui banyak <a href="https://asumsi.co/post/6848/peduli-lindungi-banyak-masalah-cuma-sekadar-latah-dari-trace-together-singapura">kendala teknis</a>. Para pakar juga mengkritisi <a href="https://teknologi.bisnis.com/read/20210911/84/1441023/ini-5-masalah-keamanan-di-aplikasi-pedulilindungi">keamanan datanya</a>. </p>
<p>Sebagai episentrum awal munculnya COVID-19, Cina juga menjadi yang pertama memanfaatkan aplikasi pelacak COVID-19 pada awal pandemi. Pelacakan dilakukan dengan <a href="https://www.kompas.id/baca/ilmu-pengetahuan-teknologi/2020/04/12/ktp-kesehatan-di-china-jadi-kunci-keberhasilan-karantina/?utm_source=kompasid&utm_medium=link_shared&utm_content=copy_link&utm_campaign=sharinglink">memanfaatkan kode QR</a> atau <em>Jian Kang Ma</em> (kode kesehatan) pada perangkat ponsel warga. </p>
<p>Teknologi ini menggunakan aplikasi pembayaran digital yang telah dipakai mayoritas warga seperti AliPay dan WePay. Dengan sistem politik Cina yang ketat mengontrol penduduk, sistem pelacakan di sana berjalan lebih mudah.</p>
<p>Setiap aktivitas harus diawali dengan pemindaian kode QR pada ponsel warga. Hasil pemindaian dan data riwayat perjalanan akan terintegrasi dalam <em>big data</em> pemerintah Cina dan <a href="https://edition.cnn.com/2020/04/15/asia/china-coronavirus-qr-code-intl-hnk/index.html">menghasilkan kode warna</a> untuk mengatur pergerakan warga. </p>
<p>Kode hijau memungkinkan pergerakan bebas, kode kuning membutuhkan karantina mandiri selama tujuh hari, dan kode merah membutuhkan karantina di fasilitas pemerintah atau mandiri selama 14 hari. Kode QR tersebut juga menjadi “kode identitas” personal sehingga mempermudah saat pelacakan suspek. </p>
<p>India juga memiliki aplikasi pelacakan bernama <a href="https://www.indiatoday.in/technology/features/story/how-aarogya-setu-works-and-how-it-compares-to-contact-tracing-apps-in-other-countries-1674966-2020-05-06">Aarogya Setu</a> dan wajib digunakan oleh seluruh penduduk India <a href="https://www.bbc.com/news/world-asia-india-52659520">sejak Mei 2020</a>.</p>
<p>Selain berfungsi memberikan notifikasi jika pengguna kontak erat dengan kasus positif, aplikasi ini juga memberikan informasi COVID-19 terkini di area lokasi pengguna berada. </p>
<p>Aplikasi tersebut menyimpan data riwayat lokasi dari pengguna dengan menggunakan <em>global positioning system</em>/GPS dan <em>Bluetooth</em>. Ketika berada di zona merah, maka aplikasi akan memberikan peringatan. Aplikasi ini juga mampu menghitung risiko infeksi pengguna berdasarkan riwayat perjalanan dan merekomendasikan pengetesan lebih lanjut.</p>
<p>Singapura juga sukses memanfaatkan aplikasi pelacak bernama <a href="https://www.tracetogether.gov.sg/">TraceTogether</a>. Aplikasi ini bekerja dengan menukar informasi antarpengguna yang berkontak dengan menggunakan Bluetooth ponsel atau token yang disediakan pemerintah. </p>
<p>Meski awalnya pemasangan bersifat sukarela, per Mei 2021 <a href="https://www.channelnewsasia.com/singapore/covid19-tracetogether-safeentry-may-17-brought-forward-token-app-1358126">pemerintah Singapura</a> mewajibkan pengunjung pusat keramaian untuk lapor masuk dengan pindai kode QR atau token.</p>
<p>Pada akhir April 2021, tercatat <a href="https://www.thestar.com.my/aseanplus/aseanplus-news/2021/04/22/singapore-to-make-tracetogether-app-mandatory-from-june-1">90% populasi Singapura</a> telah berpartisipasi. </p>
<h2>Pembelajaran untuk Indonesia</h2>
<p>Penerapan aplikasi pelacak di Cina, India, dan Singapura tidak jauh berbeda dengan aplikasi PeduliLindungi. Namun, hal yang perlu digarisbawahi adalah tindak lanjut dari data yang telah terkumpul.</p>
<p>Pemberlakukan kode warna Jian Kang Ma di Cina <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7644414/">terintegrasi</a> dengan <em>big data</em> pemerintah. Sehingga, peta persebaran COVID-19 dapat terbentuk. </p>
<p>Di India, meski diterpa kritik tentang keterbukaan data, aplikasi tersebut tetap diwajibkan oleh pemerintah. Kebijakan tersebut berbuah hasil pelacakan yang masif. </p>
<p>Berdasarkan studi awal Mei 2020, di antara pengguna Aarogya Setu yang direkomendasikan dites COVID, sekitar <a href="https://www.cambridge.org/core/journals/cambridge-quarterly-of-healthcare-ethics/article/effective-contact-tracing-for-covid19-using-mobile-phones-an-ethical-analysis-of-the-mandatory-use-of-the-aarogya-setu-application-in-india/8A902BBEF6722241E28458BB70FC1195">24% dinyatakan positif COVID-19</a>. Angka tersebut mencapai lima kali lipat lebih tinggi dibanding tingkat positivitas nasional kala itu.</p>
<p>Penggunaan <a href="https://www.channelnewsasia.com/singapore/covid-19-contact-tracing-work-tracetogether-moh-435061">TraceTogether </a> juga dinilai efektif dalam pelacakan di Singapura. Berdasarkan data Mei 2021, TraceTogether berhasil mempermudah pelacakan dari empat hari hanya menjadi dua hari saja. </p>
<p>Adanya peranti token juga mempermudah warga Singapura yang enggan atau kesulitan memasang aplikasi di ponsel, misalnya untuk lanjut usia. </p>
<h2>Tetap digunakan, tapi perlu perbaikan</h2>
<p>Berkaca dari negara lain, seharusnya penggunaan PeduliLindungi dapat lebih dimaksimalkan. </p>
<p>Penggunaan token untuk lapor masuk seperti di Singapura juga seharusnya ditiru Indonesia yang penetrasi ponsel pintar masih 58%. Misalnya, pemerintah dapat memanfaatkan KTP elektronik atau modifikasi dari kartu uang elektronik yang sudah marak dipakai masyarakat. </p>
<p>Upaya terbaru dari Menteri Kesehatan untuk <a href="https://nasional.kompas.com/read/2021/09/13/17423461/menkes-ingin-aplikasi-pedulilindungi-bisa-digunakan-tanpa-smartphone">mempermudah lapor masuk (<em>check-in</em>)</a> perlu diapresiasi yaitu mengandalkan nomor induk kependudukan (NIK) yang telah terdaftar di basis data PeduliLindungi sehingga tidak perlu proses pindai ponsel. </p>
<p>Hal yang penting lainnya adalah masa penyimpanan data di bank atau server data pemerintah. Batasan waktu penyimpan data harus jelas dan sementara. Pemerintah India menyimpan data pelacakan <a href="https://www.indiatoday.in/technology/features/story/how-aarogya-setu-works-and-how-it-compares-to-contact-tracing-apps-in-other-countries-1674966-2020-05-06">selama 60 hari</a>, Singapura <a href="https://support.tracetogether.gov.sg/hc/en-sg/articles/360043735693-What-data-is-collected-Are-you-able-to-see-my-personal-data-">25 hari</a>, Cina <a href="https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/2056305120947657">tidak diketahui</a>, dan Indonesia menyimpannya selama <a href="https://www.pedulilindungi.id/kebijakan-privasi-data#5-akses-dan-perizinan-pengguna-pada-perangkat">pemerintah belum mencabut status pandemi</a>.</p>
<p>Terkait kritik terhadap privasi data, selain harus melindungi data pribadi masyarakat, pemerintah perlu mencermati tindak lanjut dari data tersebut. Apakah data tersebut bisa dimanfaatkan untuk mempercepat pelacakan kontak, akses peta persebaran COVID, atau integrasi dengan fasilitas kesehatan jika pengguna terkonfirmasi positif? </p>
<p>Jika bisa, tingkat kepercayaan masyarakat akan meningkat karena besarnya manfaat aplikasi tersebut. </p>
<p>Sejatinya regulasi pemerintah, peran tenaga pelacak, serta partisipasi masyarakat adalah kunci utama dari penerapan pelacakan kontak COVID. Aplikasi PeduliLindungi pada akhirnya hanya teknologi yang bertujuan membantu pelacakan menjadi lebih mudah dan cepat.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/168664/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Kegiatan riset ini merupakan bagian dari Quick Assessment Kebijakan Penanganan Covid-19 (Kasus Luar Negeri) yang didanai dari anggaran Pusat Teknologi Kawasan Spesifik dan Sistem Inovasi, BPPT. </span></em></p>Implementasi aplikasi pelacak di Cina, India, dan Singapura tidak jauh berbeda dengan aplikasi PeduliLindungi. Namun, yang perlu digarisbawahi adalah tindak lanjut dari data yang telah terkumpul.Zulfika Satria Kusharsanto, Perekayasa Bidang Kebijakan Teknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1548562021-02-18T03:51:28Z2021-02-18T03:51:28ZAda beragam konflik di Asia Tenggara - termasuk kudeta militer di Myanmar; masihkah ASEAN relevan?<p><a href="https://theconversation.com/kudeta-myanmar-militer-kembali-berkuasa-membuat-demokrasi-myanmar-semakin-rapuh-154384">Kudeta militer di Myanmar</a> awal bulan ini menjadi tantangan terbaru bagi ASEAN.</p>
<p>Sejak berdiri pada 1967, Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara – lebih dikenal sebagai <a href="https://asean.org/asean/about-asean/">ASEAN</a> (Association of Southeast Asian Nations) – memiliki misi untuk menciptakan stabilitas dan keamanan regional serta mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sosial di kawasan.</p>
<p>Misi ini berulang kali menghadapi tantangan, mulai dari infiltrasi komunisme di era Perang Dingin, <a href="https://www.antaranews.com/berita/1859840/asean-diharapkan-bersatu-agar-kendalikan-konflik-di-laut-china-selatan">konflik di Laut Cina Selatan</a>, sengketa wilayah negara, terhambatnya penerapan pasar bebas, hingga belum mengakarnya rasa memiliki di antara warga negara-negara anggota. </p>
<p>Sikap ASEAN terhadap kudeta di Myanmar <a href="https://www.thejakartapost.com/seasia/2021/02/01/asean-voices-split-over-myanmar-military-coup.html">terbelah</a> dan lemah. </p>
<p>Filipina, Kamboja, dan Thailand memilih untuk menunggu sebelum menentukan sikap. Vietnam, Brunei Darussalam, dan Laos cenderung diam. </p>
<p>Indonesia dan Malaysia hanya menyatakan keprihatinan dan menyarankan <a href="https://www.liputan6.com/global/read/4476028/asean-dianggap-tak-bisa-berbuat-banyak-soal-kudeta-myanmar-apa-alasannya">dialog</a>.</p>
<p>Sikap ASEAN tersebut menuai <a href="https://fokus.tempo.co/read/1431226/asean-terjebak-kudeta-militer-myanmar">kritik</a> <a href="https://www.voaindonesia.com/a/mengapa-sulit-bagi-asean-sikapi-kudeta-myanmar-/5765433.html">dari</a> <a href="https://www.liputan6.com/global/read/4476028/asean-dianggap-tak-bisa-berbuat-banyak-soal-kudeta-myanmar-apa-alasannya">berbagai kalangan</a> karena dianggap tidak bisa berbuat banyak soal kudeta di Myanmar.</p>
<p>Masihkah ASEAN relevan hari ini?</p>
<h2>Peran tidak efektif</h2>
<p>Prinsip non-intervensi ASEAN – negara anggota tidak boleh mencampuri masalah internal negara anggota lain – <a href="https://ejournal.balitbangham.go.id/index.php/ham/article/view/330/173">justru menghambat</a> tujuan organisasi itu untuk mengintegrasikan kawasan Asia Tenggara. </p>
<p>Prinsip ini berpotensi mengganggu penyelesaian konflik yang berakibat memanasnya hubungan antarnegara anggota. </p>
<p>Sebagai contoh, konflik Rohingnya di Myanmar berdampak ke negara-negara ASEAN lain karena banyak orang Rohingnya yang mengungsi ke <a href="https://ejournal.balitbangham.go.id/index.php/ham/article/view/330/173">Thailand, Malaysia, dan Indonesia</a>.</p>
<p>Prinsip non-intervensi juga menghambat penyelesaian isu politik-keamanan lainnya. </p>
<p>Dalam konflik Laut Cina Selatan, misalnya, ASEAN “hanya” menghimbau untuk menahan diri dan mengutamakan dialog. Terakhir, ASEAN mencoba menengahi dengan memulai membuat tata berperilaku di Laut Cina Selatan.</p>
<p>Contoh lainnya ialah konflik perbatasan Kamboja-Thailand akibat sengketa terhadap Kuil Preah Vihear pada 2008 yang sempat pecah menjadi <a href="https://www.antaranews.com/berita/136978/kronologi-konflik-thailand-kamboja">konflik bersenjata</a>. Peran ASEAN ketika itu hanya melakukan mediasi konflik tersebut tanpa ada <a href="https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/13030/Skripsi%20ILHAM%20PUTRA%20DEWANTA%2014410553.pdf?sequence=1">keputusan mengikat</a>.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/penganiayaan-kondisi-hidup-yang-sangat-sulit-mendorong-orang-rohingya-terus-mencari-tempat-perlindungan-155045">Penganiayaan, kondisi hidup yang sangat sulit mendorong orang Rohingya terus mencari tempat perlindungan</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Mencegah konflik terbuka</h2>
<p>Meskipun banyak kritik terkait “diamnya” ASEAN dalam konflik politik keamanan di kawasan Asia Tenggara, beberapa analis percaya keberadaan ASEAN tetap berperan dalam mengendalikan stabilitas wilayah. </p>
<p>Keberadaan ASEAN dianggap dapat mencegah konfrontasi terang-terangan antaranggota yang dapat memunculkan perang <a href="https://www.crisisgroup.org/asia/south-east-asia/preventive-diplomacy-southeast-asia-redefining-asean-way">terbuka</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Penandatanganan Deklarasi Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967 oleh Menteri-menteri Luar Negeri Narciso Ramos (Filipina), Adam Malik (Indonesia), Thanat Khoman (Thailand), Tun Abdul Razak (Malaysia), dan S. Rajaratnam (Singapura), menandai pembentukan ASEAN." src="https://images.theconversation.com/files/383679/original/file-20210211-19-1sdcpnn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/383679/original/file-20210211-19-1sdcpnn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=410&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/383679/original/file-20210211-19-1sdcpnn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=410&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/383679/original/file-20210211-19-1sdcpnn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=410&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/383679/original/file-20210211-19-1sdcpnn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=515&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/383679/original/file-20210211-19-1sdcpnn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=515&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/383679/original/file-20210211-19-1sdcpnn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=515&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Penandatanganan Deklarasi Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967 oleh Menteri-menteri Luar Negeri Narciso Ramos (Filipina), Adam Malik (Indonesia), Thanat Khoman (Thailand), Tun Abdul Razak (Malaysia), dan S. Rajaratnam (Singapura), menandai pembentukan ASEAN.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/">ASEAN Secretariat</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sejarah politik di Asia Tenggara dapat menjelaskan kenapa keberadaan ASEAN mencegah negara anggotanya berperang secara terbuka. </p>
<p>Negara-negara anggota ASEAN <a href="https://core.ac.uk/download/pdf/36735063.pdf">tidak mau</a> kawasan Asia Tenggara menjadi medan pertempuran antara pihak-pihak lain berkekuatan besar, seperti Cina, Amerika Serikat, dan Rusia (dulu Uni Soviet). </p>
<p>Indikasi menghindari menjadi medan pertempuran terlihat dengan bergabungnya semua negara anggota ASEAN ke dalam Gerakan Non-Blok (GNB). GNB dibentuk pada 1961 sebagai deklarasi tidak memihak ke blok <a href="http://ris.org.in/others/NAM-RIS-Web/NAM-Articles/Ziering-2016-NAM-Southeast%20Asia-min.pdf">manapun</a>.</p>
<p>Untuk itu pula, ASEAN bersikeras untuk tidak mendukung blok kekuatan besar manapun di dunia. </p>
<p>Selain itu, perlu diingat bahwa ASEAN mengutamakan stabilitas politik di kawasan, sehingga ketika masalah keamanan internal terjadi, ASEAN menjaga supaya negara anggota lain tidak mengintervensi urusan domestik dengan tujuan terjadinya kestabilan politik <a href="https://jurnal.uns.ac.id/yustisia/article/download/10128/9036">regional</a>.</p>
<p>Hilangnya ASEAN <a href="https://core.ac.uk/download/pdf/36735063.pdf">diprediksi</a> akan memecah kekuatan Asia Tenggara karena masing-masing negara dapat berafiliasi dengan blok besar di luar kawasan. </p>
<p>Hal ini dapat memicu konflik bersenjata terbuka di kawasan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/kudeta-myanmar-militer-kembali-berkuasa-membuat-demokrasi-myanmar-semakin-rapuh-154384">Kudeta Myanmar: militer kembali berkuasa, membuat demokrasi Myanmar semakin rapuh</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Bagaimana selanjutnya?</h2>
<p>Menurut saya, ASEAN perlu mempertimbangkan untuk memperbarui tujuan. </p>
<p>Melihat sejarahnya, tujuan awal didirikannya ASEAN ialah membendung pengaruh ideologi <a href="https://www.scmp.com/week-asia/explained/article/2186774/explained-asean">komunis</a>. </p>
<p>ASEAN dibentuk saat kondisi global terbelah antara blok Barat dan blok Timur. </p>
<p>Meski tidak mengungkapkan secara gamblang memihak Barat, pemrakarsa ASEAN tegas menolak masuknya pengaruh komunisme, sehingga ASEAN dibentuk untuk mencegah paham tersebut masuk. </p>
<p>Tiga belas tahun lalu, ASEAN memperbarui visinya yang telah termaktub sejak 1967 dalam Deklarasi Bangkok ke dalam <a href="https://asean.org/storage/November-2020-The-ASEAN-Charter-28th-Reprint.pdf">Piagam ASEAN 2008</a>. </p>
<p>Dalam piagam tersebut, ASEAN mulai melihat bahwa isu demokrasi, tata kelola pemerintahan, dan HAM perlu diprioritaskan.</p>
<p>Namun, apakah tujuan baru ASEAN telah diterapkan?</p>
<p>Selama ini, ASEAN cenderung bersikap setengah-setengah dalam menyikapi konflik dalam negeri negara anggota yang terkait pelanggaran HAM. </p>
<p>ASEAN terlibat dalam isu-isu yang sedang marak di suatu negara anggota – melalui forum dialog, misalnya, namun tindakan ASEAN tidak bisa mengikat negara yang terlibat dalam isu tersebut. </p>
<p>Sehingga meski ASEAN ikut membicarakan isu yang terjadi, persoalan tidak terselesaikan.</p>
<p>Prinsip non-intervensi kembali menjadi penghalang ASEAN untuk mengimplementasikan visi yang telah diperbarui.</p>
<p>Sebagai contoh, dalam isu pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Rohingnya, negara anggota ASEAN melakukan tindakan namun hanya sebatas diskusi bilateral atau menggunakan forum Komisi Antar-Pemerintah ASEAN untuk HAM (ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights, atau AICHR). </p>
<p>ASEAN sebagai organisasi juga hanya meminta Myanmar untuk selalu <a href="https://thediplomat.com/2018/10/aseans-limited-role-in-solving-the-rohingya-crisis/">menginformasikan kondisi terkini</a> serta menawarkan bantuan jika dibutuhkan, tapi tidak bertindak langsung untuk memfasilitasi pengungsi di kawasan terdampak atau menekan pemerintah Myanmar untuk bertindak non-koersif.</p>
<p>Belum ada totalitas dari ASEAN untuk menyelesaikan persoalan HAM yang menimpa masyarakat Rohingya karena terhalang oleh <a href="https://theaseanpost.com/article/non-interference-and-rohingya-crisis">prinsip non-intervensi</a>. Padahal, di saat yang sama, ASEAN berkomitmen untuk menegakkan nilai-nilai kemanusiaan.</p>
<p>Sementara itu, bila ASEAN memang lebih mementingkan aspek ekonomi, ASEAN lebih baik fokus bergerak dalam menciptakan zona perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara dan mengesampingkan urusan politik dan keamanan.</p>
<p>Jika ASEAN memang ingin menjaga stabilitas politik regional, ASEAN perlu menegaskan kepada lingkungan internasional bahwa ASEAN <em>tidak</em> mencampuri urusan politik domestik jika negara yang bersangkutan tidak mengizinkan. </p>
<p>Dalam isu kudeta di Myanmar, misalnya, ASEAN lebih baik memberikan pernyataan tegas kepada publik bahwa apa yang terjadi di Myanmar bukan kewenangan organisasi tersebut. </p>
<p>Implementasi lainnya adalah ASEAN tidak perlu berinisiatif membuka diskusi tentang isu demokrasi Myanmar, kecuali memang diminta oleh Myanmar dan disetujui negara anggota ASEAN lainnya.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/mengenal-3-jenis-perjanjian-dagang-antarnegara-dan-manfaatnya-bagi-ekonomi-indonesia-151551">Mengenal 3 jenis perjanjian dagang antarnegara dan manfaatnya bagi ekonomi Indonesia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Posisi Indonesia</h2>
<p>Apapun perubahan dalam tujuan ASEAN, Indonesia tetap perlu mempertahankan pengaruhnya di Asia Tenggara. </p>
<p>Walaupun dominasi peran Indonesia sempat memudar di awal era Reformasi, Indonesia tetap dianggap sebagai motor utama <a href="https://aspeniaonline.it/indonesia-southeast-asias-once-and-future-regional-power/#">ASEAN</a>. </p>
<p>Dengan tetap menjadi pemimpin di Asia Tenggara, Indonesia punya peluang lebih besar untuk menyalurkan kepentingannya di level internasional.</p>
<p>Jika Indonesia tetap ingin memperjuangkan integrasi ASEAN, Indonesia perlu fokus memperkuat rezim pasar bebas di Asia Tenggara. </p>
<p>Selain itu, Indonesia perlu menggerakkan ASEAN untuk menciptakan budaya berbagi seperti merealisasikan pertukaran mahasiswa dalam kawasan Asia Tenggara, mencontoh program Erasmus di kawasan Uni Eropa. </p>
<p>Dengan menjalankan integrasi ekonomi dan sosial-budaya, integrasi kawasan lebih mungkin tercipta ketimbang berkutat pada persoalan politik keamanan terus-menerus.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/154856/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Yohanes Ivan Adi Kristianto tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Dalam berbagai konflik di Asia Tenggara, ASEAN dianggap tidak mampu berbuat banyak.Yohanes Ivan Adi Kristianto, Lecturer at the Department of International Relations, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa TimurLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1339152020-03-17T23:47:16Z2020-03-17T23:47:16ZMerumuskan kebijakan transportasi yang tepat di masa pandemi COVID-19 di Indonesia<p>Jumlah kasus COVID-19 di Indonesia sudah mencapai <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200317154315-20-484247/jumlah-pasien-positif-corona-bertambah-jadi-172-orang?utm_campaign=cnnsocmed&utm_medium=oa&utm_source=twitter">172</a>, yang berarti peningkatan sebesar 86 kali lipat sejak 2 kasus pertama diumumkan pada 2 Maret 2020. </p>
<p>Pemerintah Indonesia sudah menyatakan COVID-19 sebagai <a href="https://nasional.kompas.com/read/2020/03/14/21353071/tanggapi-who-pemerintah-nyatakan-wabah-corona-sebagai-bencana-nasional">bencana nasional</a> dan Presiden Joko “Jokowi” Widodo telah menetapkan beberapa langkah mitigasi. Salah satunya adalah anjuran agar masyarakat “<a href="https://nasional.kompas.com/read/2020/03/16/15454571/jokowi-kerja-dari-rumah-belajar-dari-rumah-ibadah-di-rumah-perlu-digencarkan">kerja di rumah, belajar dari rumah, dan ibadah di rumah</a>” untuk mengurangi potensi penyebaran penyakit yang dianggap sangat mudah menular ini. </p>
<p>Interpretasi dari strategi tersebut mau tidak mau mempengaruhi sektor transportasi karena berkaitan dengan berkurangnya mobilitas masyarakat.</p>
<p>Salah satu kebijakan transportasi yang coba diterapkan pemerintah daerah terkait COVID-19 adalah pembatasan pelayanan angkutan umum di Jakarta, meskipun akhirnya <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200316130738-20-483821/kebijakan-blunder-transportasi-anies-berujung-amburadul">dikecam banyak pihak</a> karena malah mengakibatkan <a href="https://metro.tempo.co/read/1320033/anies-batasi-transjakarta-dan-mrt-penumpang-antre-panjang">penumpukan penumpang </a> di beberapa halte dan stasiun dan meningkatkan risiko penularan. </p>
<p>Sebagai ekonom di sektor transportasi dan energi, saya melihat kebijakan sektor transportasi dalam masa pandemi COVID-19 di Indonesia harus sesegera mungkin dibangun dengan melihat peran sektor transportasi secara utuh tidak hanya sebagai faktor yang bisa memperburuk penyebaran penyakit tapi juga sebagai sarana kunci untuk menjamin ketersediaan barang pokok saat bencana. </p>
<p>Kebijakan sektor transportasi saat pandemi harus bertujuan untuk menemukan satu titik keseimbangan. Di satu sisi sarana dan prasarana transportasi tidak menjadi vektor penularan COVID-19. Di sisi lain sektor ini dapat menjamin pasokan barang-barang kebutuhan pokok tetap aman.</p>
<h2>Transportasi penumpang dan efektivitas pembatasan sosial</h2>
<p>Prinsip dasar untuk menghambat laju pandemi COVID-19 adalah <a href="https://theconversation.com/apa-itu-social-distancing-dan-kenapa-ini-cara-terbaik-untuk-melawan-penyebaran-covid-19-133870"><em>social distancing</em></a> atau pembatasan sosial. Secara gamblang ini dapat diartikan sebagai tindakan-tindakan mengurangi kontak antarmanusia dengan tujuan menghentikan atau mengurangi laju penularan suatu penyakit lewat kegiatan-kegiatan yang bersifat primer misalnya bekerja, bersekolah, berekreasi maupun bersosialisasi. </p>
<p>Pergerakan atau mobilitas manusia pada dasarnya hanyalah kegiatan turunan (sekunder) yang dibangkitkan oleh kegiatan-kegiatan primer tersebut. </p>
<p>Moda transportasi terutama angkutan penumpang memang memiliki potensi untuk menjadi vektor penularan COVID-19. </p>
<p>Pengurangan frekuensi pelayanan angkutan umum seperti yang coba dilakukan pemerintah daerah Jakarta adalah salah contoh kebijakan konvensional yang biasa dilakukan di sektor transportasi untuk menghadapi pandemi dengan tujuan mengurangi mobilitas atau arus pergerakan manusia. </p>
<p>Penerapan kebijakan yang efektif seharusnya berfokus pada peniadaan kegiatan-kegiatan primer yang berpotensi membangkitkan perjalanan dan bukan pembatasan perjalanan itu sendiri.</p>
<p>Beberapa penelitian terbaru terkait pademi COVID-19 menemukan bahwa pembatasan arus pergerakan orang seperti yang dicoba diterapkan pemerintah provinsi Jakarta tidak efektif dalam menurunkan atau menghentikan pertumbuhan jumlah kasus secara signifikan.</p>
<p>Salah satunya adalah penelitian tim gabungan yang dilakukan Matteo Chinazzi dari Northeastern University di Boston, Amerika Serikat. </p>
<p>Chinazzi <a href="https://science.sciencemag.org/content/early/2020/03/05/science.aba9757">menemukan</a> bahwa penutupan total arus pergerakan manusia lewat segala moda angkutan dari kota Wuhan, di mana kasus COVID-19 pertama ditemukan, ke daerah-daerah lainnya di Cina hanya menyebabkan penundaan pencapaian puncak pandemi di negara tersebut sekitar 3 sampai 5 hari saja. </p>
<h2>Pentingnya menjamin pasokan barang</h2>
<p>Dampak lain dari praktik pembatasan sosial adalah lonjakan permintaan akan barang-barang kebutuhan pokok. </p>
<p>Hal ini bisa terjadi karena adanya pembatasan kegiatan perdagangan, berkurangnya sumber daya manusia karena tertular COVID-19, maupun penutupan atau pengurangan jam operasi fasilitas pendistribusian barang seperti pelabuhan, bandara, dan terminal. </p>
<p>Jika tidak diantisipasi maka akan mengakibatkan kurangnya pasokan yang bisa jadi membuat massa panik dan memborong barang-barang (<em>panic buying</em>).</p>
<p>Di Singapura, <a href="https://coconuts.co/singapore/news/panic-buying-returns-to-singapore-after-malaysia-announces-lockdown-new-church-cluster-emerges-map/"><em>panic buying</em> </a> kembali terjadi setelah Malaysia mengumumkan bahwa negaranya dikarantina. Penduduk Singapura mendapatkan sebagian besar barang-barang kebutuhannya dari Malaysia.</p>
<p>Sektor transportasi berperan dalam menjamin kesinambungan penyediaan bahan-bahan kebutuhan pokok maupun kebutuhan sektor pendukung lainnya, seperti pangan, obat-obatan, bahan bakar, energi listrik maupun bahan-bahan kebutuhan lainnya. </p>
<p>Gangguan pada arus pergerakan barang pada jangka pendek seperti putusnya ketersediaan pangan dapat berakibat lebih fatal dibandingkan pandemi itu sendiri dan pada jangka panjang tentunya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi.</p>
<h2>Kebijakan praktis yang dapat diambil</h2>
<p>Untuk menghindari hal tersebut, setidaknya ada empat jenis kebijakan transportasi yang bisa dilakukan pemerintah:</p>
<p><strong>Pertama,</strong> terkait pembatasan pada angkutan umum penumpang dalam kota. </p>
<p>Sekali lagi, prinsip utama yang harus dipegang adalah bahwa pembatasan atau pengurangan arus perjalanan penumpang harus terfokus pada peniadaan kegiatannya dan bukan pada pembatasan pelayanan transportasi. </p>
<p>Pembatasan pelayanan seperti penurunan frekuensi layanan kereta atau bus yang mungkin diberlakukan di saat ekstrem hanya dapat dapat dilakukan jika dan hanya jika penerapan pola kegiatan jarak jauh sudah berlangsung optimal. </p>
<p>Pembatasan seperti ini juga hanya dapat menunda saat tercapainya puncak pandemi dan tidak akan bisa menyetop atau mengurangi pandemi itu sendiri. </p>
<p><strong>Kedua,</strong> terkait keselamatan dan kesehatan awak atau para pekerja transportasi.</p>
<p>Pemerintah harus menjamin keselamatan pengemudi maupun orang yang bekerja mengoperasikan stasiun, terminal, bandara, pelabuhan, maupun pusat-pusat distribusi lainnya. </p>
<p>Pemerintah harus memperketat prosedur bekerja, termasuk pemeliharaan kebersihan. Pemerintah juga harus memastikan adanya alat-alat maupun pakaian kerja dan masker untuk pekerja sektor transportasi. </p>
<p>Perhatian secara khusus pun perlu diberikan pada para pengemudi jasa antar barang dan penumpang online yang kini banyak digunakan di kota-kota besar. </p>
<p>Dalam situasi menghadapi pandemi COVID-19 di Indonesia, jumlah penggunaan jasa pengantaran makanan lewat pemesanan online berpotensi mengalami peningkatan. </p>
<p>Hal seperti ini sempat terjadi di <a href="https://www.businessinsider.com/walmart-store-wuhan-empty-coronavirus-2020-1">Wuhan</a>, kota di Cina di mana kasus COVID-19 pertama kali ditemukan, ketika pembatasan sosial diterapkan secara ekstrem. Ketika itu, distribusi makanan lewat pemesanan secara <a href="https://www.bbc.com/news/business-51305566">online</a> mengalami lonjakan pesat. </p>
<p><strong>Ketiga,</strong> terkait moda kendaraan pribadi dan kendaraan angkutan barang </p>
<p>Mobil angkutan dan truk selayaknya tetap dapat digunakan pada saat pandemi. </p>
<p>Jika pembatasan ekstrem perlu dilakukan, maka prioritas harus tetap diberikan pada kendaraan angkutan barang untuk menjamin kelangsungan ketersediaan barang-barang kebutuhan pokok.</p>
<p><strong>Keempat,</strong> terkait angkutan penumpang udara, laut dan kereta antardaerah.</p>
<p>Di satu sisi, sebagaimana pergerakan dalam kota, pembatasan pergerakan penumpang dapat dipertimbangkan sebagai langkah untuk menunda puncak penularan COVID-19. </p>
<p>Di sisi lain, kapasitas angkutan barang lewat udara, laut dan rel harus tetap dijaga untuk menjamin persediaan obat-obatan maupun kebutuhan bahan-bahan pokok.</p>
<p>Secara garis besar, kebijakan transportasi dalam masa pandemi COVID-19 di Indonesia harus tetap berpegang pada dua prinsip: efektivitas pembatasan sosial dan kepastian kelangsungan distribusi barang-barang terutama kebutuhan pokok. </p>
<p>Pada akhirnya, kebijakan-kebijakan transportasi hanyalah sebagian dari strategi nasional dalam menghadapi pandemi COVID-19 dan harus bersinergi dengan sektor lain. </p>
<p>Kebijakan transportasi penumpang tidak akan berhasil tanpa pembatasan kegiatan-kegiatan dengan konsentrasi massa seperti di sekolah dan kantor yang berpotensi meningkatkan mobilitas massa. </p>
<p>Selain itu, pemerintah juga harus menjamin bahwa produksi maupun impor bahan dan komoditas pokok bagi masyarakat saat pandemi dapat terus berlangsung sebagaimana kegiatan penimbunan persediaan di gudang untuk menjamin pasokan barang tetap terjaga.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/133915/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Alloysius Joko Purwanto tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Kebijakan sektor transportasi saat pandemi harus bertujuan untuk menemukan satu titik keseimbangan antara mencegah penularan dan menjamin pasokan barang kebutuhan pokok.Alloysius Joko Purwanto, Transport & energy economist, Economic Research Institute for ASEAN and East AsiaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1134762019-03-19T06:31:53Z2019-03-19T06:31:53ZBagaimana membuat pemimpin dunia memperhatikan isu air<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/263564/original/file-20190313-86707-1a24g0a.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C4322%2C2872&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Isu air adalah masalah global dan para pemimpin di negara maju dan berkembang harus memperhatikan hal ini.</span> <span class="attribution"><span class="source">www.shutterstock.com</span></span></figcaption></figure><p>Pada Desember 1992, Majelis Umum PBB menyatakan 22 Maret akan diperingati sebagai Hari Air Sedunia setiap tahun. Dengan meningkatnya populasi dan kegiatan ekonomi, banyak negara menghadapi kelangkaan air–yang pada gilirannya membatasi perkembangan ekonomi mereka.</p>
<p>Sayangnya, tidak ada satu pun Hari Air Sedunia selama 25 tahun terakhir yang berfokus pada bagaimana air menjadi prioritas agenda politik negara untuk jangka panjang. Sampai hal ini terjadi, tipis kemungkinan masalah air di tingkat nasional dan global dapat diatasi. </p>
<p>Analisis 50 tahun terakhir menunjukkan bahwa <a href="https://www.routledge.com/The-Singapore-Water-Story-Sustainable-Development-in-an-Urban-City-State/Tortajada-Joshi-Biswas/p/book/9780415657839">kecuali untuk Lee Kuan Yew</a>, Perdana Menteri Singapura dari 1959 hingga 1990, tidak ada pemimpin lain dari negara lain, yang menunjukkan minat yang berkelanjutan pada air. Pemimpin lain hanya tertarik pada air jika ada kekeringan parah atau banjir besar. Setelah kejadian ekstrem ini selesai, dan situasi menjadi normal, minat mereka terhadap air segera menguap.</p>
<p>Berbeda dengan para pemimpin politik nasional, sebagian besar profesional yang bergerak di bidang air, dari akademisi, sektor publik dan swasta dan LSM, secara eksplisit atau implisit, menganggap air sebagai salah satu yang paling penting bagi negara mereka.</p>
<p>Untuk mempersempit jurang persepsi antara pembuat kebijakan nasional senior dan profesional air, maka para ahli air harus mengubah cara mereka menyampaikan pesan. </p>
<p>Dalam beberapa dekade terakhir, para pakar air secara eksklusif fokus pada perencanaan dan manajemen yang baik. Namun, ini tidak membuat para pemimpin politik nasional tertarik pada air dalam jangka panjang dan berkelanjutan.</p>
<p>Ini karena para politikus dipilih atau dinilai berdasarkan perbaikan kondisi ekonomi dan sosial negara mereka. Dengan demikian, untuk menarik perhatian mereka pada masalah air, pesan untuk mereka harus fokus pada bagaimana pengelolaan air yang baik dapat menyumbang pada pembangunan sosial dan ekonomi suatu negara, pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, dan meningkatkan kualitas hidup warga.</p>
<h2>Masalah semua orang</h2>
<p>Isu air adalah masalah global dan para pemimpin di negara maju dan berkembang harus memperhatikan hal ini. Ada kesalahpahaman di antara sebagian besar pembuat kebijakan di negara maju yang merasa mereka telah menyelesaikan masalah air mereka lebih dari setengah abad yang lalu. Negara-negara maju masih memiliki masalah air utama yang harus dipecahkan. Namun, permasalahannya berbeda dari negara berkembang.</p>
<p>Di sebagian besar negara maju miliaran dolar dibutuhkan setiap tahun untuk menjaga infrastruktur air dan air limbah mereka berfungsi, aman, dan sesuai dengan peraturan saat ini dan masa mendatang. Misalnya, Perhimpunan Insinyur Sipil Amerika (<em>American Society of Civil Engineers</em>) menilai setiap empat tahun infrastruktur Amerika dengan penilaian <a href="https://www.infrastructurereportcard.org/format">Kartu Laporan Infrastruktur A sampai F</a> yang sederhana. Laporan terbaru 2017 memberi nilai D untuk bendungan, perairan di pedalaman, dan air minum. Sementara air limbah diberi nilai D+,</p>
<p><a href="http://www.allianceforwaterefficiency.org/uploadedFiles/Resource_Center/Landing_Pages/AWWA-BuriedNoLonger-2012.pdf">Menurut Asosiasi Perusahaan Air Amerika (<em>American Water Works Association</em>)</a>, AS perlu berinvestasi lebih dari US$1 triliun selama 25 tahun ke depan untuk ganti pipa air minumnya yang sudah tua. Ini belum termasuk biaya untuk memperbarui pipa saluran pembuangan dan air hujan serta pasokan air dan instalasi pengolahan air limbah.</p>
<p>Di negara-negara berkembang, sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan yang terkait dengan pertanian, <a href="https://blogs.worldbank.org/opendata/chart-globally-70-freshwater%20-digunakan%20pertanian">yang menghabiskan hampir 70% dari total penggunaan air global</a>. Di India, pertanian menyumbang sekitar 90% dari total penggunaan air nasional. Di Mesir, sekitar 86% dan untuk Cina 65%.</p>
<p>Pertanian bergantung pada pasokan air yang andal. Jadi, hampir semua negara berkembang memiliki kementerian air khusus karena kepentingan ekonomi dan sosialnya. Namun, bahkan di negara-negara tersebut, air tetap tidak dikelola secara efisien dan merata.</p>
<p>Di India, misalnya, antara 2000 dan 2018, negara ini telah memiliki sepuluh menteri air. Tapi, tidak ada yang berhasil membuat perbedaan nyata tentang bagaimana air dikelola di negara itu selama 18 tahun terakhir.</p>
<p>Sulit bagi India untuk menemukan dan mempertahankan orang-orang yang baik dan cakap sebagai menteri air. Setidaknya selama total lima tahun, menteri yang memegang portofolio penting lainnya diberi tanggung jawab tambahan untuk menjalankan kementerian air, termasuk menteri saat ini.</p>
<h2>Pembuat kebijakan yang meyakinkan</h2>
<p>Para pakar air telah gagal meyakinkan para pembuat kebijakan senior tentang potensi air untuk memastikan pembangunan ekonomi dan sosial negara mereka. Mereka tidak akan dapat menempatkan air dalam agenda politik jika tidak menyadari atau menghargai apa yang mempengaruhi pandangan politik dan prioritas perdana menteri atau presiden.</p>
<p>Mantan Perdana Menteri India Indira Gandhi adalah seorang mentor dari salah satu dari kami (Asit). Pada awal 1973, Indira mencatat bahwa seorang pakar air pikirannya berputar di sekitar air. Sebagai perdana menteri, dia tidak begitu tertarik pada air. Indira menjelaskan masalah seperti air atau energi adalah sarana untuk mencapai tujuan. Sebagai perdana menteri, Indira terutama tertarik pada tujuan: bagaimana pertumbuhan ekonomi India dapat ditingkatkan, bagaimana kemiskinan dapat diatasi, atau bagaimana sejumlah besar pekerjaan yang baik dan bergaji baik dapat dihasilkan.</p>
<p>Untuk menarik perhatian para pemimpin negara, para pakar air harus memperjelas bahwa air dapat bertindak sebagai mesin untuk pembangunan ekonomi dan sosial, menghasilkan lapangan kerja baru dan meningkatkan standar hidup dan kualitas hidup masyarakat.</p>
<p>Para profesional air juga dapat menunjukkan pelajaran dari Singapura, yang para pemimpinnya secara konsisten menganggap air sebagai masalah strategis bagi perkembangan sosial dan ekonomi negara itu.</p>
<p>Selama serangkaian diskusi pribadi dengan Lee Kuan Yew, kami mengetahui bahwa ia memiliki tiga orang di kantornya yang memeriksa semua kebijakan “melalui lensa air” sebelum mereka disetujui.</p>
<p>Dia mencatat, “Semua kebijakan harus bertekuk lutut demi kelangsungan hidup air.”</p>
<p>Dengan pandangan yang begitu tercerahkan soal pentingnya air, manajemen air Singapura, yang pada awal 1960-an mirip dengan Delhi, menjadi salah satu yang terbaik di dunia hanya 25 tahun kemudian. Air terus menerima prioritas politik tinggi di Singapura.</p>
<p>Bahkan untuk ekonomi industri maju, air dapat menjadi mesin bagi pembangunan sosial dan ekonomi mereka yang berkelanjutan. Jika direncanakan dan dikelola dengan baik, manajemen air dapat berkontribusi pada kualitas hidup dan standar hidup warga yang lebih baik. Namun, ini tidak mungkin terjadi kecuali ada dukungan politik tingkat tinggi yang kuat dan berkelanjutan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/113476/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Tidak ada satu pun Hari Air Sedunia selama 25 tahun terakhir yang berfokus pada bagaimana air menjadi prioritas agenda politik negara untuk jangka panjang.Asit K. Biswas, Visiting professor, University of GlasgowCecilia Tortajada, Senior Research Fellow, Lee Kuan Yew School of Public Policy, National University of SingaporeLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1116262019-02-15T10:11:49Z2019-02-15T10:11:49ZPresiden terpilih perlu waspada risiko skema utang Inisiatif Sabuk dan Jalan milik Cina<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/258971/original/file-20190214-1733-15jj8xx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=4%2C0%2C994%2C664&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Jembatan Tol Madura dibangun untuk menghubungkan zona industri antara Surabaya dan Madura. Namun pengembangan zona industri di kedua ujung jembatan belum terealisasi.
</span> <span class="attribution"><span class="source">www.shutterstock.com</span></span></figcaption></figure><p>Menjelang debat kedua calon presiden Indonesia pada Minggu 17 Februari, saat Joko “Jokowi” Widodo dan penantang Prabowo Subianto akan memperdebatkan masalah energi, pangan, infrastruktur, sumber daya alam, dan lingkungan, sudah sepatutnya kita memperhatikan skema investasi ambisius milik Cina di Afrika dan Eurasia, termasuk Indonesia.</p>
<p>Negara Cina pertama kali mengusulkan Inisiatif Satu Sabuk Satu Jalan (<em><a href="https://theconversation.com/the-belt-and-road-initiative-chinas-vision-for-globalisation-beijing-style-77705">Belt and Road Initiative</a></em>) pada 2013. Inisiatif ini memberikan pinjaman kepada mitra negara untuk membangun jalan, kereta api, pelabuhan, jaringan pipa energi, dan telekomunikasi.</p>
<p>Jokowi, yang terpilih pada 2014, memiliki visi menjadikan Indonesia bagian dari “<a href="http://setkab.go.id/inilah-poin-poin-dokumen-kebijakan-kelautan-indonesia/">poros maritim dunia</a>”. Selain memperkuat Angkatan Laut Indonesia sebagai kekuatan maritim regional, strategi Jokowi untuk mewujudkan ini termasuk membangun pelabuhan untuk mendukung industri perikanan dan logistik pengiriman untuk meningkatkan ekonomi kelautan berbasis kepulauan. </p>
<p>Sementara itu Prabowo dan pasangannya, Sandiaga Uno, telah <a href="https://www.cnbcindonesia.com/news/20190109230021-4-49900/inilah-strategi-pembangunan-infrastruktur-prabowo-sandi">mengatakan mereka akan fokus pada infrastruktur yang mendukung pertanian dan pembangunan pedesaan</a>.</p>
<p><a href="https://www.straitstimes.com/asia/east-asia/china-keen-to-work-with-indonesia-on-bri">Cina tertarik berinvestasi dalam proyek-proyek infrastruktur</a> di Indonesia. Tapi sebelum menandatangani perjanjian investasi baru dengan Cina, siapa pun yang terpilih dalam pemilihan presiden pada April harus memastikan bahwa infrastruktur fisik baru yang dibiayai menggunakan utang tidak akan sia-sia dan benar-benar akan digunakan untuk pembangunan dan kesejahteraan rakyat.</p>
<h2>Kritik terhadap Inisiatif Sabuk dan Jalan</h2>
<p>Para analis mengatakan, skema pembiayaan Jalan dan Sabuk Tiongkok mengandung <a href="https://www.cgdev.org/sites/default/files/examining-debt-implications-belt-and-road-initiative-policy-perspective.pdf">risiko</a>. Negara-negara rentan berpeluang masuk ke dalam perangkap utang, menyediakan Cina kesempatan mengendalikan lokasi strategis di berbagai belahan dunia. </p>
<p>Pengalaman Sri Lanka menjadi peringatan bagi negara-negara lain. Karena ketidakmampuannya membayar utang, <a href="https://www.nytimes.com/2018/06/25/world/asia/china-sri-lanka-%20port.html">Sri Lanka harus menyerahkan pelabuhan Hambantota yang gagal ke Cina</a> selama 99 tahun. Hasilnya, Cina mendapat pangkalan yang dekat dengan India, saingannya, dengan akses ke perairan komersial dan militer Indo-Pasifik yang strategis.</p>
<p>Para pemimpin negara lain juga telah menyuarakan keprihatinan atas proyek-proyek di negara mereka. <a href="https://www.reuters.com/article/us-pakistan-silkroad-railway-insight/fearing-debt-trap-pakistan-rethinks-chinese-silk-road-projects-%20idUSKCN1MA028">Presiden Pakistan Imran Khan mengkritik</a> proyek Koridor Ekonomi Cina-Pakistan senilai US$60 miliar. <a href="https://www.economist.com/asia/2018/09/06/the-perils-of-chinas-debt-trap-diplomacy">Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad telah meminta Cina untuk mempertimbangkan kembali</a> proyek kereta api pantai timur di negara semenanjung itu. <a href="https://asia.nikkei.com/Spotlight/Belt-and-Road/Myanmar-cuts-cost-of-China-funded-port-project-by-80">Pemerintah Myanmar juga meminta Beijing menurunkan</a> secara signifikan skala proyek pelabuhan laut dalam di Kyaukpyu.</p>
<h2>Pelabuhan Indonesia tertinggal dari Singapura dan Malaysia</h2>
<p>Jauh sebelum Inisiatif Satu Sabuk Satu Jalan dan visi poros maritim Jokowi, Indonesia pernah mencoba mengembangkan pelabuhan di Sabang, Aceh dan Batam, Riau untuk dijadikan pusat perdagangan internasional. </p>
<p>Indonesia bercita-cita kota-kota pelabuhan yang terletak di sepanjang Selat Malaka, jalur pelayaran sibuk yang menghubungkan Samudra Pasifik dan India, akan menjadi pusat pertumbuhan baru melalui kegiatan ekspor dan impor. Tapi cita-cita ini tidak terwujud karena Indonesia gagal memahami struktur pasar perdagangan lintas laut di Selat Malaka dan sekitarnya. </p>
<p>Indonesia mengembangkan daerah pelabuhan di Sabang dan Batam sebagai pelabuhan bebas (<em>free port</em>) dan zona perdagangan bebas (<em>free trade zone</em>), area khusus dengan gudang-gudang penyimpanan serta fasilitas pemrosesan dan pemindahan kargo kapal (<em>transhipment</em>) untuk ekspor. Barang-barang di pelabuhan bebas dan zona perdagangan bebas dibebaskan dari bea impor dan pajak lainnya.</p>
<p>Namun, di Selat Malaka, Singapura telah mendahului Indonesia dalam pasar jasa pemindahan kargo kapal dan logistik. Pulau kecil yang terletak di bagian bawah Selat Malaka merupakan entrepot yang sibuk selama pemerintahan kolonial Belanda dan Inggris di Asia Tenggara. Entrepot adalah tempat berlabuh barang-barang yang diimpor dari daerah yang jauh untuk diekspor lebih jauh di sepanjang rute perdagangan. Entrepot membantu pedagang yang tidak ingin melakukan perjalanan seluruh rute perdagangan untuk menjual barang-barang mereka.</p>
<p>Pada akhir 1950-an Singapura memperluas bisnis entrepot-nya menjadi layanan <em>transhipment</em> dan logistik, menyediakan layanan-layanan untuk mempercepat pergerakan barang. Untuk menarik kapal kontainer dan kapal tanker minyak untuk berhenti di pelabuhannya, Singapura menyediakan layanan bunker untuk mengisi bahan bakar kapal.</p>
<p>Singapura membangun tiga kilang minyak dengan kapasitas total 1,3 juta barel per hari untuk memungkinkan pengisian bahan bakar dengan harga kompetitif. Ini melebihi kapasitas kilang minyak Indonesia. Akibatnya, harga bahan bakar laut dan bahan bakar jet di Singapura jauh lebih murah daripada harga bahan bakar di Jakarta.</p>
<p>Didukung oleh galangan kapal kelas dunia dan pasar keuangan global terbesar ketiga, Singapura telah menjadi pasar <em>transshipment</em> terbesar. Singapura juga merupakan pusat pengisian bahan bakar dan pusat logistik terbesar di dunia. Pada 2017, pelabuhan peti kemas Singapura menangani 33 juta kontainer dengan ukuran 20 kaki (TEU). Jumlah ini nomor dua setelah Pelabuhan Shanghai di Cina.</p>
<p>Malaysia juga mendapatkan keuntungan dari pasar <em>transhipment</em> limpahan dari Singapura. Pada 2017, baik Pelabuhan Klang dan Pelabuhan Tanjung Pelepas menangani sekitar 20 juta TEU. Sebagai perbandingan, Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta hanya mengelola 6 juta TEU pada tahun 2017.</p>
<p>Singapura dan Malaysia memelihara posisi strategis mereka di Selat Malaka. Di antara mereka, mereka berbagi <em>transhipment</em> dan pasar logistik terbesar di dunia.</p>
<h2>Pendekatan yang salah arah</h2>
<p>Dalam bukunya <em>Geography and Trade</em>, ekonom peraih Nobel Ekonomi 2008 Paul Krugman menulis bahwa pemenang dalam perdagangan internasional adalah “mereka yang sampai di sana lebih dulu”. Dalam konteks poros maritim, Singapura menjadi yang pertama dalam mengembangkan pusat perdagangan internasional di Selat Malaka.</p>
<p>Krugman juga <a href="https://books.google.com.au/books?redir_esc=y&id=AQDodCHOgJYC&q=paying+no+attention+to+the+problem+of+modeling+markets#v=snippet&q=problem%20of%20modeling%20markets&f=false">menulis</a> bahwa orang-orang yang belajar ekonomi geografi kerap:</p>
<blockquote>
<p>… mengabaikan masalah struktur pasar dan malah terobsesi dengan geometri–dengan bentuk wilayah pasar pada lanskap yang dibayangkan ideal, atau dengan penempatan fasilitas yang optimal–dengan sedikit atau tidak sama sekali memperhatikan masalah pemodelan pasar.</p>
</blockquote>
<p>Pendekatan ini, menurut Krugman, salah arah. Pendekatan ini menekankan masalah sekunder, detail seperti konstruksi fisik di lokasi yang strategis, daripada memastikan terlebih dahulu apakah ada permintaan pasar.</p>
<p>Mengabaikan pemodelan pasar menyebabkan perencanaan lebih fokus pada konstruksi fisik sebelum memastikan bahwa pengembangan fasilitas akan memungkinkan pertumbuhan ekonomi. Jembatan Tol Madura yang didanai oleh Cina adalah contoh kegagalan semacam itu. Jembatan ini dibangun untuk menghubungkan zona industri antara Surabaya dan Madura. Namun pengembangan zona industri di kedua ujung jembatan belum terealisasi.</p>
<h2>Pengembangan ke depan</h2>
<p>Indonesia sekarang memiliki lima pelabuhan di Selat Malaka: Sabang, Belawan, Dumai, Batam, dan Pelabuhan Kuala Tanjung yang baru. Pemerintah perlu memutuskan apakah pelabuhan-pelabuhan di Sumatra ini akan dikembangkan menjadi pelabuhan <em>transhipment</em>, tempat kargo ditransfer ke kapal untuk transportasi lebih lanjut ke pelabuhan lain, atau menjadi pelabuhan untuk transfer barang ke pedalaman: kargo ditransfer ke kereta api atau truk untuk diangkut ke darat.</p>
<p>Jika diputuskan untuk mengembangkan pelabuhan <em>transhipment</em>, maka pertama-tama pemerintah perlu memahami struktur pasar <em>transhipment</em> atau struktur bisnis pusat perdagangan internasional. Kedua, pemerintah harus mempertimbangkan apakah Indonesia mampu dan siap bersaing dengan Singapura dan Malaysia, yang telah mengembangkan pasar <em>transhipment</em> terbesar.</p>
<p>Jika keputusannya adalah mengembangkan pelabuhan pedalaman, maka pelabuhan-pelabuhan ini membutuhkan dukungan dari industri manufaktur berorientasi ekspor yang dibangun di daerah pedalaman pelabuhan di Sumatra. Industri manufaktur di Sumatra ini tidak akan cocok untuk manufaktur barang konsumsi domestik. Jenis industri manufaktur konsumsi domestik ini akan memilih lokasi yang dekat dengan pasar konsumen besar seperti sabuk manufaktur yang ada di Jawa.</p>
<h2>Bagaimana memanfaatkan Inisiatif Sabuk dan Jalan?</h2>
<p>Inisiatif Sabuk dan Jalan dapat memberikan dukungan finansial dan teknis. Tapi negara tuan rumah hanya akan mendapat manfaat dari peluang ini jika mereka mampu memahami bagaimana struktur pasar perdagangan lintas laut atau darat benar-benar bekerja. </p>
<p>Yang terpenting negara tuan rumah harus memiliki kemampuan untuk merumuskan dan mengimplementasikan rencana yang baik sehingga proyek dapat direalisasikan sesuai rencana.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/111626/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Chairil Abdini adalah Sekretaris Jenderal Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) dan staf ahli anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres). </span></em></p>Sebelum menandatangani perjanjian investasi baru dengan Cina, Indonesia harus memastikan bahwa infrastruktur fisik baru yang dibiayai menggunakan hutang tidak akan sia-sia.Chairil Abdini, Lecturer in Public Policy and Decision Analysis, Universitas IndonesiaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/870082017-11-07T11:10:38Z2017-11-07T11:10:38ZEmpat pelajaran dari Paradise Papers tentang bisnis global dan elite politik<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/193527/original/file-20171107-1068-1lsqodl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Surga Bermuda berada di tengah pusaran Paradise Papers.</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p><a href="https://www.theguardian.com/news/series/paradise-papers">Paradise Papers</a> belakangan ini terdengar familier. Ia adalah bocoran dokumen dari sebuah firma hukum dengan spesialisasi layanan <em>offshore</em> yang mengungkap bagaimana elite global mengelak membayar pajak. Bahkan namanya bernada sama dengan pengungkapan tahun lalu <a href="https://theconversation.com/panama-papers-remarkable-global-media-operation-holds-rich-and-powerful-to-account-57196">Panama Papers</a>. Tetapi Paradise Papers berbeda, mencerminkan kompleksitas sistem pajak <em>offshore</em> global.</p>
<p>Di kalangan ahli suaka pajak (<em>tax haven</em>) Panama pada umumnya dipandang salah satu sudut yang paling tidak terjamah pembaruan di dunia <em>offshore</em>. Telah ada peraturan-peraturan internasional mengenai penggelapan dan penghindaran pajak untuk membantu pemerintahan berbagai negara mengejar tersangka dari negara mereka. Investasi <a href="http://www.investopedia.com/terms/o/offshore.asp"><em>offshore</em></a> merupakan strategi investasi memanfaatkan berbagai keuntungan (seperti bebas pajak dan data nasabah dirahasiakan) yang ditawarkan di luar negara asal investor.</p>
<p>Tapi Panama Papers mengungkapkan bahwa Panama dimanfaatkan terutama oleh elite bisnis dan politik dari negara-negara seperti Rusia, Cina, dan banyak lagi yang lainnya di Amerika Latin Latin dan Asia; negara-negara yang pemerintahnya terkait erat dengan bisnis dan kecil kemungkinannya menggunakan alat-alat yang disediakan oleh aturan-aturan internasional baru untuk memburu tersangka. Karena itu, relatif tidak banyak orang Amerika dan Eropa yang tertangkap dalam berita Panama. Dan Mossack Fonseca, firma hukum yang berada di pusat Panama Papers <a href="https://panamapapers.icij.org/20170327-mossfon-prosecutor-update.html">kehilangan reputasi</a> sejak itu. </p>
<p>Lain halnya dengan Paradise Papers yang mengungkapkan apa yang terjadi di kalangan elite <em>offshore</em> dunia—kali ini ini suaka-suaka pajak yang diyakini punya regulasi ketat di Kepulauan Cayman, Bermuda, Singapura, dan semacamnya. Semua tempat ini dinilai cukup bersih selama proses penelaahan sejawat (<em>peer review</em>) OECD yang baru dilakukan <a href="http://www.oecd.org/countries/bermuda/peerreviewreportofbermuda-phase1legalandregulatoryframework.htm">beberapa tahun lalu</a>. Firma hukum yang berada di pusat kebocoran baru ini, Appleby, <a href="https://www.theguardian.com/news/2017/nov/05/offshore-law-firm-appleby-response-no-evidence-wrongdoing-paradise-papers">menegaskan</a> “tidak ada satu pun bukti pelanggaran” dalam semua pengungkapan itu.</p>
<p>Kendati demikian, Paradise Papers menguak banyak hal tentang aktivitas elite bisnis dan politik <a href="https://www.icij.org/investigations/paradise-papers/">negara-negara dengan regulasi ketat seperti Amerika Serikat dan Inggris</a>— melibatkan perusahaan-perusahaan multinasional besar seperti Nike dan Apple, serta tokoh-tokoh termasuk Ratu Inggris.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/193435/original/file-20171106-1041-x7nh3y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/193435/original/file-20171106-1041-x7nh3y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=394&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/193435/original/file-20171106-1041-x7nh3y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=394&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/193435/original/file-20171106-1041-x7nh3y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=394&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/193435/original/file-20171106-1041-x7nh3y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=496&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/193435/original/file-20171106-1041-x7nh3y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=496&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/193435/original/file-20171106-1041-x7nh3y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=496&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Ratu Inggris menginvestasikan uang pribadinya jutaan dolar di negara suaka pajak.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/comsec/7345367150/in/photolist-cc5VKd-bUHbjH-cc5qrL-ckj7L5-e5CGSV-bUHGf8-cc5Wky-bUFp5p-8WgE3G-2NMs8x-Kd7Sr-bUHbrZ-cc5WiC-cc5szu-cc5XRm-cc5Xrh-cc5XZ3-bUHdaM-bUHd7v-cc5Xzs-bUHGK2-bUHHcp-bUHfW4-cc5Xc1-cc5rZL-bUHdfK-cc5Y8h-cc5v7s-bUHHMM-cc5WMj-bUHfbK-bUHfet-bUHGEz-cc5XLy-cc5XWW-cc5X3U-cc5vdL-cc5s4s-bUHcWx-bUHH1v-bUHH3i-cc3AWL-cc3Ba9-cc3Cvm-cc5u5U-cc3AZm-cc3CkG-cc3Bmf-cc3B45-cc3Boo">The Commonwealth</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/">CC BY-NC-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>1. Penghindaran pajak adalah industri yang sedang berkembang pesat</h2>
<p>Tentu saja, yurisdiksi seperti Kepulauan Cayman dan Bermuda yang tidak memungut pajak penghasilan, pajak atas keuntungan, PPN, pajak penjualan, pajak kekayaan atau korporat, masih menarik banyak sekali bisnis. Mengapa, misalnya, Duchy of Lancaster, manajer keuangan pribadi Ratu Inggris, berinvestasi dalam dua dana <em>offshore</em>, di Cayman dan Bermuda? Bagaimanapun juga, Ratu membayar pajak cuma <a href="http://www.independent.co.uk/news/royal-fortune-stays-secret-the-queen-has-been-forced-into-paying-taxes-and-the-last-thing-she-wants-1472403.html">secara sukarela</a>. </p>
<p>Tafsiran yang lebih simpatik menyatakan bahwa setiap investor besar yang berusaha mendiversifikasi portofolio mereka pasti akan menggunakan dana <em>offshore</em>. Dokumen-dokumen itu <a href="https://www.theguardian.com/news/2017/nov/05/revealed-queen-private-estate-invested-offshore-paradise-papers">menunjukkan</a> bahwa sekitar £10 juta (AS$13 juta) uang Ratu diinvestasikan <em>offshore</em>— persentase yang sangat kecil dari kekayaannya. Tidak ada yang ilegal dalam hal ini tapi etika tindakan itu yang patut dipertanyakan.</p>
<p>Pada kenyataannya, seluruh industri investasi kekayaan—industri yang berinvestasi bagi golongan kaya dan berkelimpahan di dunia kita ini— beroperasi melalui dunia <em>offshore</em>. Dan alasannya sederhana. Setiap dana atau transaksi, atau pesawat terbang atau <em>yacht</em>, atau apa pun apa saja yang ingin orang daftarkan di Cayman atau Bermuda, tidak kena pajak. Dan itu tersembunyi dari pandangan publik.</p>
<hr>
<p><em><strong>Baca juga:</strong> <a href="https://theconversation.com/sulit-menemukan-ceo-rendah-hati-ini-alasannya-83649">Sulit menemukan CEO yang rendah hati. Ini alasannya</a></em></p>
<hr>
<h2>2. Kerahasiaan unggul karena ‘trust’</h2>
<p>Walau ada <a href="https://www.ft.com/content/ab8ee980-b6f3-11e6-ba85-95d1533d9a62">banyak regulasi baru</a>, Paradise Papers menunjukkan bahwa siapa pun yang ingin menyembunyikan urusan mereka dari para pesaing, sekutu, pemerintah, atau publik masih bisa melakukan itu dengan sangat mudah. Dan mereka bisa melakukan itu melalui fasilitas sebuah “trust”, <a href="https://www.taxjustice.net/2017/02/13/trusts-weapons-mass-injustice-new-tax-justice-network-report/">sebuah instrumen kuno Anglo-Saxon</a> yang berfungsi sebagai perisai andal dari pemeriksaan. </p>
<p>Kita tahu, misalnya, bahwa Wilbur Ross, Menteri Perdagangan AS, memiliki <a href="https://www.theguardian.com/news/2017/nov/05/trump-commerce-secretary-wilbur-ross-business-links-putin-family-paradise-papers">hubungan dagang dengan keluarga Vladimir Putin</a>, yang beroperasi melalui sebuah sistem yang menghubungkan lokasi-lokasi tepercaya di berbagai yurisdiksi <em>offshore</em>. Saya bahkan tidak menyangka bahwa <a href="https://theconversation.com/explainer-what-is-a-special-counsel-and-what-will-he-investigate-in-the-trump-administration-77952">penyelidikan Mueller</a> di AS terhadap kaitan pemerintahan Trump dengan Rusia bisa mengoyak selubung kerahasiaan yang ditawarkan oleh <em>trust offshore</em>. </p>
<p>Tapi dokumen-dokumen yang bocor dari firma hukum Appleby mengungkapkan bahwa setiap kesepakatan bisnis rumit yang akan melibatkan penyembunyian dan pengelabuan pasti akan dikerjakan melalui <em>trust</em>. Sudah tiba waktunya kita melakukan sesuatu dengan <em>trust</em> ini.</p>
<h2>3. Penggunaan sarana yang sangat rumit</h2>
<p>Paradise Papers menunjukkan bagaimana inovasi-inovasi keuangan kompleks seperti penggunaan derivatif dan pengaturan tukar-menukar keuangan (<em>financial swaps</em>), bisa digunakan untuk penghindaran pajak. Inilah wilayah penghindaran yang lazimnya tidak dipahami dengan baik dan dikaji dengan cermat. </p>
<p><a href="https://coffers.eu/">Penelitian baru</a> yang dilakukan para kolega dan saya mendapati bahwa tingkat suku bunga lintas mata uang dipakai di mana-mana dalam mekanisme meminimalkan pajak. Sulit mendeteksi dan melibatkan perusahaan induk dan anak perusahaan untuk mengonversi utang dari satu mata uang ke mata uang lain. Hal ini mengonversi risiko dan tingkat suku bunga mata uang asal kepada mata uang anak perusahaan — sebuah instrumen meminimalkan risiko yang sah. Pada saat yang sama, ini memudahkan pemindahan dana <em>offshore</em> ke yurisdiksi dengan pajak lebih rendah.</p>
<h2>4. Hukum harus diubah</h2>
<p>Banyak perusahaan jasa profesional yang beroperasi dalam yurisdiksi <em>offshore</em>. Mereka semua menyatakan diri bahwa mereka sangat profesional, tidak hanya mengikuti hukum yang tertulis, melainkan juga semangat hukum itu sendiri. </p>
<p>Tetapi jika perusahaan-perusahaan tersebut tidak bisa dimintai pertanggungjawaban langsung atas aktivitas klien mereka, dunia <em>offshore</em> akan terus berkembang pesat. Perusahaan-perusahaan itu memanfaatkan <a href="http://www.taxresearch.org.uk/Blog/2010/07/07/tax-avoidance-evasion-compliance-and-planning/">celah-celah regulasi</a> untuk memperantarai berbagai peraturan dan yurisdiksi yang berbeda guna meminimalkan pajak. Pertanyaannya adalah berapa lama lagi praktik-praktik semacam itu akan dianggap sah. </p>
<p>Paradise Papers mengungkapkan betapa sedikit sebetulnya yang diketahui dunia tentang tingkat penghindaran pajak yang berlangsung. Warga negara Inggris, misalnya, bisa berinvestasi secara legal dalam dana <em>offshore</em> dan mendirikan perusahaan di suaka-suaka pajak itu. Tetapi mereka <a href="https://www.gov.uk/government/publications/ten-things-about-offshore-assets-and-income/ten-things-about-offshore-assets-and-income">harus</a> mengungkapkan perusahaan-perusahaan induk itu kepada petugas pajak. </p>
<p>Kita tidak tahu apakan nama-nama yang disebutkan dalam dokumen itu melakukannya, dan kita tidak tahu apakah otoritas pajak akan melakukan sesuatu terhadap mereka yang tidak melapor. Kita cuma tahu bahwa banyak yang terjadi melalui <em>offshore</em>. Paradise Papers menunjukkan bahwa, meskipun menjanjikan yang sebaliknya, keremangan masih terasa di mana-mana di dunia <em>offshore</em>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/87008/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Ronen Palan menerima dana dari NORAD untuk mempelajari penghindaran pajak di negara berkembang. Riset yang disebut di sini didanai oleh hibah EU Horizon 2020 COFFERS. Palan adalah penasihat senior untuk Tax Justice Network dan Dewan Direktur Tax Justice Network Israel.</span></em></p>Berbeda dari Panama Papers yang mengungkap praktik pelaku dari negara yang regulasinya tak terlampau ketat, Paradise Papers menguak praktik para elite—juga di Amerika dan Eropa—di dunia offshore.Ronen Palan, Professor of International Politics, City, University of LondonLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/851842017-10-20T10:27:33Z2017-10-20T10:27:33ZSektor pengetahuan Indonesia mengejar ketinggalan tapi tetap ada ketimpangan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/190962/original/file-20171019-1066-ui4vf3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Dalam lima tahun terakhir, jumlah publikasi akademis dari Indonesia meningkat pesat.</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Publikasi akademis adalah cerminan penting dari seberapa kuat suatu komunitas riset di sebuah negara. Komunitas riset yang kuat bisa menjadi pendorong inovasi dalam ekonomi. Riset juga merupakan landasan dari tersedianya bukti-bukti berkualitas untuk menjadi dasar pengambilan keputusan. </p>
<p>Indonesia, kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan negara dengan populasi keempat terbesar di dunia, mempunyai pengaruh ekonomi dan politik yang kuat di wilayah Asia-Pasifik. Indonesia mempunyai peluang untuk memberi sumbangan penting melalui riset akademis dan penyebaran ilmu pengetahuan yang bersumber dari universitas-universitas di Indonesia.</p>
<p>Dalam lima tahun terakhir, jumlah publikasi akademis dari Indonesia meningkat pesat. Jumlahnya naik sepuluh kali lipat, dengan pertumbuhan rata-rata 15% per tahun, tumbuh dari 538 pada 1996 menjadi 5.499 pada 2014. </p>
<iframe src="https://datawrapper.dwcdn.net/zkXLt/1/" scrolling="no" frameborder="0" allowtransparency="true" allowfullscreen="allowfullscreen" webkitallowfullscreen="webkitallowfullscreen" mozallowfullscreen="mozallowfullscreen" oallowfullscreen="oallowfullscreen" msallowfullscreen="msallowfullscreen" width="100%" height="350"></iframe>
<p>Riset ini pada akhirnya dapat membantu Indonesia memproduksi barang ekspor yang lebih berkualitas seperti bahan kimia, barang elektronik, dan pembuatan bahan biomedis. Riset juga bisa mempercepat transisi Indonesia menuju negara berpendapatan menengah.</p>
<p>Seperti yang dikatakan <a href="https://www.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/541338/ind-16-9-ref-stern-review.pdf">Lord Nicholas Stern</a>:</p>
<blockquote>
<p>Kreativitas, gagasan, dan pertanyaan-pertanyaan memang memiliki nilai mereka sendiri, tapi masyarakat dan ekonomi yang berinvestasi lebih banyak pada riset secara umum menunjukkan hasil dan pertumbuhan sumber daya manusia yang lebih pesat. </p>
</blockquote>
<h2>Masih ketinggalan</h2>
<p>Tapi dalam hal menerbitkan publikasi ilmiah Indonesia masih harus mengejar ketinggalan agar bisa mengimbangi negara lain di wilayah Asia dan negara lain yang sama-sama berpenghasilan menengah.</p>
<p>Antara 1996 dan 2008 Indonesia menerbitkan hanya lebih dari <a href="http://www.scimagojr.com/">9.000 dokumen ilmiah</a>. Angka itu menunjukkan Indonesia tertinggal lebih dari 13 tahun dari negara berpenghasilan menengah lain seperti Bangladesh dan Kenya.</p>
<p>Indonesia bahkan tertinggal lebih jauh dibandingkan dengan negara tetangga berpenghasilan menengah atas seperti Thailand dan Malaysia atau negara berpenghasilan tinggi seperti Singapura. </p>
<p>Singapura, Afrika Selatan, dan Meksiko masing-masing menghasilkan tiga kali lipat publikasi ilmiah dibandingkan Indonesia. </p>
<iframe src="https://datawrapper.dwcdn.net/Ld8gp/1/" scrolling="no" frameborder="0" allowtransparency="true" allowfullscreen="allowfullscreen" webkitallowfullscreen="webkitallowfullscreen" mozallowfullscreen="mozallowfullscreen" oallowfullscreen="oallowfullscreen" msallowfullscreen="msallowfullscreen" width="100%" height="350"></iframe>
<p><a href="https://dfat.gov.au/about-us/publications/Documents/indo-ks-design.pdf">Rendahnya produksi makalah ilmiah</a> yang dihasilkan oleh lembaga riset Indonesia adalah salah satu gejala lemahnya sektor pengetahuan.</p>
<p>Pada 2014 publikasi akademis dari Indonesia hanya mencakup 0,65% dari seluruh publikasi di wilayah ASEAN. Proporsi dalam jumlah publikasi global lebih kecil lagi: 0,2%. Jika dibandingkan dengan ukuran ekonomi dan populasi Indonesia, ada ketimpangan mendalam antara potensi dari hasil riset dengan kenyataannya.</p>
<p>Indonesia menghasilkan jumlah publikasi akademis terendah per AS$1 miliar PDB (2,2 publikasi per AS$1 miliar PDB), bandingkan dengan negara tetangga ASEAN dan negara mitra di G20. Filipina menghasilkan 2,7 dan Vietnam 7,2 publikasi per AS$1 miliar PDB.</p>
<iframe src="https://datawrapper.dwcdn.net/t07SS/2/" scrolling="no" frameborder="0" allowtransparency="true" allowfullscreen="allowfullscreen" webkitallowfullscreen="webkitallowfullscreen" mozallowfullscreen="mozallowfullscreen" oallowfullscreen="oallowfullscreen" msallowfullscreen="msallowfullscreen" width="100%" height="345"></iframe>
<p>Indonesia juga gagal memaksimalkan <a href="http://www.scidev.net/global/policy-brief/international-scientific-collaboration-a-quick-gui.html">potensi kolaborasi internasional</a> selama beberapa tahun terakhir. Kolaborasi internasional membantu ilmuwan mengakses pengetahuan dan kepakaran, dan menerapkannya pada masalah lokal. Mereka juga meningkatkan kemampuan ilmiah domestik melalui pertukaran pengetahuan dan pengalaman. </p>
<hr>
<p><em><strong>Baca juga:</strong> <a href="https://theconversation.com/indonesia-ingin-jadi-no-1-di-asean-tapi-dalam-dunia-ilmu-pengetahuan-kolaborasi-lebih-penting-83984">Indonesia ingin jadi No. 1 di ASEAN, tapi dalam dunia ilmu pengetahuan kolaborasi lebih penting</a></em></p>
<hr>
<p>Hingga 2011, 67% dari publikasi melibatkan kolaborasi penulisan, tapi pada 2014 angkanya turun menjadi 44%. Sebelumnya penulis Indonesia lebih kolaboratif ketimbang penulis dari negara lain yang menghasilkan lebih banyak <em>output</em>.</p>
<iframe src="https://datawrapper.dwcdn.net/XZzcT/2/" scrolling="no" frameborder="0" allowtransparency="true" allowfullscreen="allowfullscreen" webkitallowfullscreen="webkitallowfullscreen" mozallowfullscreen="mozallowfullscreen" oallowfullscreen="oallowfullscreen" msallowfullscreen="msallowfullscreen" width="100%" height="350"></iframe>
<h2>Potensi Indonesia</h2>
<p>Jika Indonesia terus menghasilkan publikasi akademis dengan laju yang sekarang, Indonesia bisa saja menyalip negara ASEAN lain seperti Malaysia. Indonesia mungkin saja menyalip negara mitra G20 seperti Afrika Selatan dan Meksiko, yang menunjukkan laju pertumbuhan lebih rendah.</p>
<p>Artikel akademis Indonesia juga menjadi rujukan bagi riset lain. Peneliti lain mengutip semakin banyak artikel dari ilmuwan Indonesia.</p>
<p>Antara 1996 dan 2011, angka rata-rata pertumbuhan publikasi Indonesia yang dikutip publikasi lain adalah 16%. Ini lebih rendah dari Cina dan Singapura, tetapi lebih tinggi dari Filipina, Vietnam, dan Malaysia.</p>
<p>Tetapi, karena jumlah total publikasi dari Indonesia lebih kecil, maka persentase pertumbuhan ini menghasilkan jumlah absolut yang lebih kecil juga dibanding negara G20 yang berpenghasilan menengah. Masih ada ruang untuk perbaikan.</p>
<iframe src="https://datawrapper.dwcdn.net/PQqNF/1/" scrolling="no" frameborder="0" allowtransparency="true" allowfullscreen="allowfullscreen" webkitallowfullscreen="webkitallowfullscreen" mozallowfullscreen="mozallowfullscreen" oallowfullscreen="oallowfullscreen" msallowfullscreen="msallowfullscreen" width="100%" height="521"></iframe>
<p>Peneliti Indonesia telah memperlihatkan kemajuan dalam memproduksi pengetahuan. Tetapi Indonesia harus mengejar ketinggalan untuk mengurangi ketimpangan dengan negara lain.</p>
<p>Untuk melakukannya, Indonesia harus terus membangun budaya riset di universitasnya. Ini artinya mendanai riset dasar dan inovasi.</p>
<p>Organisasi pemerintah harus memesan riset langsung dari universitas-universitas dan lembaga riset untuk mendukung pembuatan kebijakan. Pemerintah juga seharusnya memberi insentif untuk mendorong investasi swasta dan filantropi membiayai riset.</p>
<p>Indonesia telah berhasil membuat awalan penting dalam mendanai riset melalui pembentukan <a href="http://www.dipi.id/">Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia</a> tahun lalu. Ini adalah dana riset pertama di Indonesia yang bersifat kompetitif dan ditelaah sejawat.</p>
<p>Perubahan regulasi dan peraturan dibutuhkan untuk memandu pemesanan riset sehingga mereka mendukung kebijakan publik. Juga harus ada perubahan sikap dan ekspektasi dari kalangan pengambil kebijakan.</p>
<p>Di wilayah ini pun ada kemajuan tercatat. Pemerintah sedang mempertimbangkan regulasi pengadaan untuk memberi insentif kepada pembuat kebijakan jika mereka memesan riset dari kampus-kampus dan lembaga riset.</p>
<p>Semua ini mengerucut pada pergeseran budaya yang menghargai riset. Membentuk budaya riset di universitas tidak bisa dilakukan oleh periset saja. Dibutuhkan kepemimpinan dari pemerintah dan para rektor universitas, dan pesan yang jelas bahwa riset dihargai dan digunakan.</p>
<p>Publikasi akademis adalah indikator yang bisa dilihat dari lingkungan riset yang sehat. Sementara budaya riset dibangun dan lingkungan riset bertumbuh publikasi akan bertambah. Maka kita akan melihat Indonesia mengejar —bahkan menyalip— negara-negara lain di wilayah dan menghasilkan bukti-bukti pengetahuan dan riset yang dibutuhkan oleh negara yang ekonominya sedang bertumbuh pesat untuk <a href="https://www.gatesnotes.com/About-Bill-Gates/Accelerating-Innovation?WT.mc_id=20161018124154_AcceleratingInnovation_BG-TW&WT.tsrc=BGTW&linkId=30063675">inovasi</a>.</p>
<hr>
<p><em>Artikel ini adalah penerjemahan dan pemutakhiran dari artikel <a href="https://theconversation.com/indonesias-knowledge-sector-is-catching-up-but-a-large-gap-persists-67937">aslinya</a>. Fred Carden adalah penulis pendamping tulisan ini. Ia adalah kepala di Using Evidence Inc dan Penasihat Senior Riset untuk <a href="http://www.ksi-indonesia.org/index.php/about-2/">Knowledge Sector Initiative</a>, suatu program bersama antara pemerintah Indonesia dan Australia yang mendukung pemanfaatan riset, analisis, dan fakta yang lebih baik dalam pembuatan kebijakan.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/85184/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Helen Tilley adalah peneliti di program Research and Policy in Development untuk Overseas Development Institute (ODI). Artikel ini berdasarkan riset yang dilakukan bersama Knowledge Sector Initiative (KSI) di Indonesia. Pandangan yang diungkapkan di tulisan ini tidak mencerminkan pandangan pemerintah Australia, pemerintah Indonesia, ODI, atau KSI. Semua lembaga ini tidak bertanggung jawab atas liabilitas yang mungkin muncul dari tulisan ini.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Arnaldo Pellini adalah peneliti di program Research and Policy in Development untuk Overseas Development Institute (ODI) dan Programme Lead for Learning di Knowledge Sector Initiative (KSI). Artikel ini berdasarkan riset yang dilakukan bersama KSI di Indonesia. Pandangan yang diungkapkan di tulisan ini tidak mencerminkan pandangan pemerintah Australia, pemerintah Indonesia, ODI, atau KSI. Semua lembaga ini tidak bertanggung jawab atas liabilitas yang mungkin muncul dari tulisan ini.</span></em></p>Jumlah publikasi ilmiah di Indonesia mulai menunjukkan laju pertumbuhan yang menjanjikan. Tetapi masih banyak ketinggalan yang harus dikejar.Helen Tilley, Research Fellow, Overseas Development InstituteArnaldo Pellini, Senior Research Fellow, Overseas Development InstituteLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/857302017-10-16T09:53:18Z2017-10-16T09:53:18ZPeran Ali Wallace di balik ekspedisi Alfred Wallace di Asia Tenggara<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/190575/original/file-20171017-30386-bukby0.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Satu-satunya kenangan. Foto Ali mengenakan baju Eropa dipotret di Singapura pada awal 1862.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://get.google.com/albumarchive/110137695121351600738/album/AF1QipONYZv648LEduB8GgA66u2A-jXEWmSwTEs_t4E3/AF1QipMhbO4-IyHFst5lespsDg5sJsEpzKDeUSmAzb_W">Wallace Memorial Fund</a></span></figcaption></figure><p><em>Dalam rangka penyelenggaraan <a href="https://www.eventbrite.sg/e/wallace-wallacea-indonesia-wallacea-week-2017-public-lecture-tickets-37719657511">Wallacea Week</a>, serangkaian kuliah umum dan pameran mengenai wilayah Wallacea di Indonesia, The Conversation menampilkan seri analisis mengenai keragaman hayati dan sejarah ilmu pengetahuan. Ini artikel kedua dari seri tersebut.</em> </p>
<hr>
<p>Hasil ekspedisi ilmiah naturalis Inggris <a href="http://wallace-online.org/Wallace-Bio-Sketch_John_van_Wyhe.html">Alfred Russel Wallace</a> di kawasan Asia Tenggara pada abad ke-19 tidak bisa dilepaskan dari bantuan penduduk lokal. Salah satu seorang asisten kepercayaan Wallace <a href="http://darwin-online.org.uk/people/2015,%20John%20van%20Wyhe,%20I%20am%20Ali%20Wallace.pdf">adalah Ali</a>, laki-laki Melayu berusia sekitar 15 tahun dari Sarawak Borneo, kini masuk wilayah Malaysia. Wallace menggambarkan Ali sebagai remaja Melayu yang penuh perhatian, bersih, dan dapat memasak sangat lezat. </p>
<p>Berkelana di hutan-hutan, sungai, dan pegunungan, berjalan kaki dan naik perahu, Wallace dibantu oleh lebih dari 100 asisten: pemandu, koki, kru perahu, pemanggul barang, penembak dan tukang menguliti burung, pemotong kayu, dan peran lainnya. Tentu saja nama Wallace dengan karyanya <a href="https://www.amazon.com/Annotated-Archipelago-Alfred-Russel-Wallace/dp/997169820X/ref=sr_1_3?s=books&ie=UTF8&qid=1414991348&sr=1-3&keywords=malay+archipelago">The Malay Archipelago</a> jauh lebih populer dibanding para pembantunya, yang sebenarnya juga punya peran signifikan. </p>
<p>Ekspedisi Wallace selama delapan tahun di kepulauan Melayu adalah salah satu cerita klasik dari sejarah sains. Dalam kurun waktu 1854-1862, Wallace dan tim asistennya mendapatkan <a href="http://wallacefund.info/wallaces-specimens">125.660 spesimen sejarah alam</a> yang terdiri dari serangga, burung, reptil, mamalia, dan kerang. Koleksi ini diambil dari Singapura, Sarawak di Borneo, Bali, Lombok, Makassar di Sulawesi, Kepulauan Maluku, Papua, Jawa, dan Sumatra. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/190270/original/file-20171015-3561-10xikw3.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/190270/original/file-20171015-3561-10xikw3.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=422&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/190270/original/file-20171015-3561-10xikw3.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=422&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/190270/original/file-20171015-3561-10xikw3.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=422&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/190270/original/file-20171015-3561-10xikw3.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=530&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/190270/original/file-20171015-3561-10xikw3.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=530&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/190270/original/file-20171015-3561-10xikw3.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=530&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Garis Wallace yang membagi karakter fauna di Indonesia bagian barat dan bagian timur.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.britannica.com/science/Wallace-Line">Encyclopedia Britannica, Inc.</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Temuan itu yang mengukuhkan Wallace sebagai ilmuwan dunia yang menciptakan teori seleksi alam dan garis imajiner, <a href="https://www.britannica.com/science/Wallace-Line">Garis Wallace</a>. Ini garis yang memetakan jenis fauna berdasarkan ciri-cirinya di kepulauan nusantara: di bagian barat sebagian besar fauna berasal dari Asia, sedangkan di bagian timur berasal dari campuran Asia dan Australia.</p>
<hr>
<p><em><strong>Baca juga:</strong> <a href="https://theconversation.com/dari-rangga-ke-khudori-laki-laki-baru-di-film-indonesia-82759">Dari Rangga ke Khudori, ‘laki-laki baru’ di film Indonesia</a></em></p>
<hr>
<p>Sebagai sebuah kerja ekspedisi besar, bukti-bukti menunjukkan dengan baik bahwa lebih dari 100 laki-laki bekerja untuk Wallace sepanjang pengembaraannya di kawasan tropis di era itu. Dan lebih dari 30 laki-laki dibayar sebagai asisten kolektor.</p>
<p>Ali, yang belakangan mungkin populer dengan sebutan Ali Wallace, awalnya direkrut sebagai juru masak, lalu juru perahu, dan dalam perjalanan berbulan-bulan kemudian naik kelas menjadi kepala asisten Wallace. Wallace menyebut Ali sebagai asisten cerdas, menyenangkan, dapat dipercaya, dan laki-laki muda yang kompeten. Belakangan kisahnya dibuat film berjudul <a href="http://wallacefund.info/content/searching-ali-wallace-film"><em>Searching for Ali Wallace</em>.</a></p>
<figure class="align-right ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/190274/original/file-20171015-3532-1vkwxpg.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/190274/original/file-20171015-3532-1vkwxpg.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=790&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/190274/original/file-20171015-3532-1vkwxpg.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=790&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/190274/original/file-20171015-3532-1vkwxpg.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=790&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/190274/original/file-20171015-3532-1vkwxpg.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=993&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/190274/original/file-20171015-3532-1vkwxpg.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=993&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/190274/original/file-20171015-3532-1vkwxpg.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=993&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Burung Bidadari Halmahera (Semioptera wallacii), juga dikenal Wallace’s Standard Wing, ditemukan oleh Ali.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="http://darwin-online.org.uk/people/2015,%20John%20van%20Wyhe,%20I%20am%20Ali%20Wallace.pdf">Dimuat dalam John van Wyhe (2015), sumber awal Gould (1869)</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Dia menemani Wallace melewati hampir semua perjalanan, terkadang sendirian, tapi lebih sering dengan beberapa asisten yang lain. Menurut Wallace dalam <a href="http://darwin-online.org.uk/converted/Ancillary/1905_Wallace_A237/1905_Wallace_A237.2.html">otobiografinya</a>, Ali kemudian sangat berguna dalam mengajari tugas-tugas asisten yang lain. Dia segera mengetahui dengan baik keinginan dan kebiasaan Wallace.</p>
<p>Wallace biasanya berkonsentrasi mengumpulkan serangga, Ali mengumpulkan burung. Dia telah membuat penemuan baru signifikan bagi Wallace. Hasil Wallace selama ekspedisi dan karya tulis ilmiahnya yang dihasilkannya mungkin akan sangat miskin bila tanpa bantuan Ali. </p>
<p>Dalam <a href="http://darwin-online.org.uk/converted/Ancillary/1905_Wallace_A237/1905_Wallace_A237.2.html">otobiografinya beberapa tahun kemudian</a>, Wallace mendeskripsikan tentang Ali:</p>
<blockquote>
<p>“Ketika saya tiba di Sarawak pada 1855, saya mengajak seorang remaja Melayu bernama Ali sebagai pelayan pribadi. Dia juga membantuku mempelajari bahasa Melayu dengan berkomunikasi terus menerus. Dia segera belajar menembak burung, menguliti burung dengan baik, dan kemudian menyiapkan kulit-kulit itu sangat rapi. Tentu saja dia pengayuh perahu yang baik, seperti halnya kebanyakan orang Melayu, dan dalam semua kesulitan atau bahaya dalam perjalanan kami, dia sama sekali tidak mengganggu dan siap untuk melakukan apa pun saat dibutuhkan tenaganya.”</p>
</blockquote>
<p>Bandingkan dengan kesan Wallace terhadap asisten berusia belasan tahun yang dibawanya dari London, <a href="http://darwin-online.org.uk/people/2012,%20Rookmaaker%20&%20van%20Wyhe,%20In%20Wallace's%20shadow,%20Charles%20Allen.pdf">Charles Martin Allen</a>. Wallace meninggalkan Inggris untuk pergi Kepulauan Melayu pada Maret 1854 dan keduanya sampai di Singapura pada 18 April 1854. </p>
<p>Pada tahap awal, Allen membantu Wallace mengumpulkan burung dan seranggga di Singapura, Pulau Ubin, dan kemudian di Malaka dan Sarawak. Wallace dan Allen kembali dengan rute terpisah menuju Kuching, ibu kota Sarawak, pada awal Desember 1855. Seperti dijelaskan dalam surat Wallace, dia gusar atau jengkel terhadap kecerobohan, ketidakrapian, dan gagal berkembangnya Allen. </p>
<h2>Bayang-bayang gelap</h2>
<p><a href="http://darwin-online.org.uk/people/2015,%20John%20van%20Wyhe,%20I%20am%20Ali%20Wallace.pdf">Penelitian kami mengkombinasikan bukti-bukti yang ada</a> (buku, catatan, jurnal, surat, dan sumber lainnya) untuk membawa Ali dan perannya dalam ekspedisi keluar dari bayang-bayang gelap. Kunjungan kami ke Ternate pada 2013 di makam-makam tua Muslim, yang dikubur pada awal abad ke-20, tidak menemukan apa-apa karena kuburan tersebut sudah lenyap.</p>
<p>Riset kami berhasil menambah informasi tentang gaji Ali dan rencana perjalanan yang direkonstruksi untuk pertama kalinya. Wallace secara terang-terangan menyatakan dia lebih percaya kepada Ali dibanding asistennya yang lain. Tapi Ali tetap sebuah bayangan dan karakternya kurang dikenal dalam cerita Wallace.</p>
<p>Beberapa koreksi terhadap cerita tradisional ditekankan, termasuk fakta bahwa Ali tidak sejak awal menjadi asisten pengumpulan spesimen. Ali tidak berkelana dengan Wallace untuk semua pelayarannya, tapi meninggalkannya untuk setahun dan di beberapa tempat Ali tidak ikut. Dan Ali mungkin mengumpulkan mayoritas spesimen burung yang didapat Wallace. </p>
<h2>Rute ekspedisi dari barat ke timur</h2>
<p>Ali menemani Wallace sejak Desember 1855 di Sarawak, Borneo, hingga Februari 1862 ketika Wallace kembali ke Inggris dari Singapura. Sejak April 1854 hingga Desember 1855, Wallace ditemani Allen masuk ke Sarawak, termasuk ke daerah pertambangan Si Munjon pada Maret 1855 saat keduanya bertemu orang utan. </p>
<p>Pada 10 Februari 1856, Wallace pergi dari Sarawak dan tak kembali lagi. Sedangkan Allen tetap di sana dan mencoba menjadi guru bagi misi Kristen. Keputusan Allen meninggalkan tim, seperti ditulis oleh Wallace kepada saudara perempuannya, membuat Wallace harus mencoba dan mengajari remaja Cina untuk mengumpulkan dan mengawetkan serangga. </p>
<figure class="align-left ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/190271/original/file-20171015-3527-333j6z.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/190271/original/file-20171015-3527-333j6z.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=748&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/190271/original/file-20171015-3527-333j6z.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=748&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/190271/original/file-20171015-3527-333j6z.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=748&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/190271/original/file-20171015-3527-333j6z.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=940&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/190271/original/file-20171015-3527-333j6z.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=940&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/190271/original/file-20171015-3527-333j6z.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=940&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Alfred Russel Wallace.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://get.google.com/albumarchive/110137695121351600738/album/AF1QipNz6-Rq6Q8U6Drhi2MFuhtOJHSkBcf0o1Dm31Vh/AF1QipPszgZn9miqpQXZU7bwEtOLVRYYlj4SbV0QFmfN">Wallace Memorial Fund</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Wallace membawa Ali ke Singapura; mereka tiba di sana pada 17 Februari 1856 dan tinggal selama 96 hari. Di sini, Ali sempat melihat harimau hidup, mungkin ditangkap di Bukit Timah pada 10 Mei, yang dipertontonkan di ruang publik. Dari sana pengembaraan dimulai ke arah timur menuju Lombok dengan singgah di Bali selama dua hari. Selain Ali, Wallace juga membawa Manual Fernandez, orang Portugis dari Malaka, yang biasa menguliti burung. Mereka tiba di Lombok pada Juni 1856.</p>
<p>Perjalanan diteruskan ke Makassar dan Kepulauan Aru. Di Makassar, Ali sempat sakit dan demam dan Wallace mengobatinya. Saat itu, Ali sudah mulai terampil menguliti burung namun demam yang menyerangnya membuat proses pengumpulan spesimen berjalan lambat. </p>
<p>Di Kepulauan Aru, Ali mendapat kawan dari Makassar, Baderoon. Wallace menggambarkan Baderoon ini sebagai remaja lumayan andal berusia sekitar 16 tahun, tapi pemain judi yang putus asa. Kemudian Wallace memarahi Baderoon karena kemalasannya. Upah dari Wallace habis di meja judi, dan belakangan Baderoon menjadi budak karena terjerat utang judi. Baderoon lalu meninggalkan pekerjaannya. Dalam situasi seperti ini, Wallace melihat Ali benar-benar sebagai orang baik dan dapat dipercaya untuk mencari burung dan mengulitinya.</p>
<p>Dari Kepulauan Aru, mereka sempat balik ke Maros, utara Makassar, dan pada November 1857 menuju Maluku dengan naik kapal uap Belanda. Perjalanan diteruskan ke Ternate pada awal Januari 1858. Di kota ini, Wallace menulis esai tentang evolusi oleh seleksi alam dan mengirimkannya ke Charles Darwin. Esai ini yang mendorong Darwin untuk menuliskan teori evolusinya yang kemudian ditulis dalam buku <a href="http://darwin-online.org.uk/EditorialIntroductions/Freeman_OntheOriginofSpecies.html"><em>On the Origin of Species</em></a>.</p>
<p>Pengembaraan mereka dilanjutkan ke Manokwari (April 1858), Ternate (Agustus 1858), Gilolo (Jailolo), Tidore, Kaioa (Kayoa), dan Batchian (Bacan) (Oktober 1858), Pulau Buru (Mei-Juli 1861), dan terakhir ke Ternate (Juli 1861) lagi. Pada periode ini ada masa di mana Ali tidak bersama Wallace.</p>
<p>Ini pengembaraan terakhir sebelum mereka menuju Manado, Makassar, dan Pulau Jawa dengan naik kapal uap. Mereka tiba di Surabaya pertengahan Juli 1861 dan sampai Jakarta pertengahan September tahun itu. Dua bulan kemudian, Wallace dan Ali tiba di Bangka, Sumatra. Dilanjutkan naik perahu ke Palembang dan tiba di Singapura pada Januari 1862. </p>
<p>Menjelang perpisahan, Wallace memberi uang, dua senapan laras panjang dan amunisinya, juga banyak alat lainnya yang dipakai berburu kepada Ali. Untuk pertama kalinya, Ali memakai pakaian Eropa dengan jas dan dasi leher untuk diambil fotonya. Foto setengah badan itu masih tersimpan di Museum Sejarah Sains London. </p>
<h2>Dari mana Ali berasal?</h2>
<p>Etnografi orang-orang Sarawak sangat kompleks. Tidak diketahui secara pasti dari kelompok mana Ali berasal. Kami tidak dapat yakin bahwa sebutan “Melayu” kepada Ali dapat disamakan kata tersebut dengan penggunaannya saat ini. </p>
<p>Untuk menyebut “Melayu” seperti dinyatakan Wallace, Ali mungkin berasal dari grup Muslim yang hidup di berbagai desa kecil yang berumah panggung di sepanjang sungai Sarawak. Dia mungkin juga berasal dari desa Santubong, tempat Wallace tinggal pada Februari 1855.</p>
<p>Kala itu, Ali mungkin berusia 15 tahun, berkulit gelap, perawakannya pendek dengan rambut hitam dan mata cokelat. Dia berbicara dialek lokal Melayu dan mungkin tidak dapat membaca atau menulis. Wallace tidak pernah menyebut Ali berbicara bahasa Inggris. Ketika Jumaat, asisten Wallace dari Ternate, meninggal karena disentri di Dorey (Manokwari Irian Jaya) pada Juni 1858, Wallace menyatakan bahwa semua laki-laki yang bersamanya adalah Muslim, termasuk Ali.</p>
<p>Kehidupan pribadi lainnya hanya diketahui tentang pernikahan. Saat di Ternate pada awal 1859, Ali menikah dengan perempuan Ternate, tapi istrinya tinggal bersama keluarganya. Karena itu, Ali bisa membantu Wallace sampai balik lagi ke Singapura. Setelah berpisah dari Wallace, ia dilaporkan kembali ke Ternate.</p>
<h2>Koleksi dan upah Ali</h2>
<p>Dari koleksi berjumlah 125.600 spesimen sejarah alam, berapa jumlah koleksi yang dikumpulkan oleh Ali dan tim asisten Wallace? Baru-baru ini dihitung bahwa Charles Allen dan tim asistennya mengumpulkan sekitar 40.000 spesimen.</p>
<p>Ali menjadi asisten Wallace jauh lebih lama dibanding Allen dan asisten lainnya. Setidaknya dia bekerja untuk Wallace selama empat tahun. Dia bukan jenis pemburu tunggal, tapi bekerja bersama dengan asisten lainnya. Karena itu, mungkin hasil koleksi Ali mencapai puluhan ribu spesimen. Dari jumlah itu, mayoritas adalah burung, yang jumlahnya lebih kecil yakni 8.050.</p>
<figure class="align-right ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/190273/original/file-20171015-3527-cyvvfm.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/190273/original/file-20171015-3527-cyvvfm.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=813&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/190273/original/file-20171015-3527-cyvvfm.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=813&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/190273/original/file-20171015-3527-cyvvfm.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=813&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/190273/original/file-20171015-3527-cyvvfm.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1022&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/190273/original/file-20171015-3527-cyvvfm.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1022&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/190273/original/file-20171015-3527-cyvvfm.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1022&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Koleksi spesimen burung yang dikumpulkan Wallace di Lombok, Malaka, dan Papua Nugini.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://get.google.com/albumarchive/110137695121351600738/album/AF1QipO-D8hLGh2L0x_M87F_hkW5b40aB4XUtJd7UTaP/AF1QipNxBnJqsj84eEsvxdOr1-C4azoL6K9AYF-D5RUm">Dorset County Museum dan Fred Edwards</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sebagai perbandingan, Allen dan timnya mengoleksi 1.985 burung pada 1860-1862. Jika Allen mengoleksi burung pada waktu yang sama sejak fase pertama bekerja untuk Wallace, antara April 1854-Januari 1856, kami berspekulasi bahwa Allen mengumpulkan 2.900 burung dari total 8.050. Dengan demikian, Ali mungkin mengumpulkan sebagian besar dari sisa 5.150 burung. Ratusan atau ribuan burung yang sudah dikuliti dan kini <a href="http://www.nhm.ac.uk/our-science/collections/zoology-collections/bird-skin-collections/bird-skin-collection-wallace.html">disimpan di museum di Inggris</a> dan Eropa disiapkan oleh Ali.</p>
<p>Lalu berapa upah Ali selama bekerja untuk Wallace? Jelas bahwa Ali bekerja bukan hanya karena uang. Dia ambisius untuk mendapatkan burung baru dan mungkin bangga dengan keterampilan dan kelihaiannya sebagai pemburu burung. Dia benar-benar mengikuti semangat ekspedisi Wallace.</p>
<p>Data tentang upah Ali tidak tersedia dalam catatan Wallace yang masih bertahan. Upah beberapa pembantu lainnya justru terekam. Misalnya, pelayan Kristen dari Ambon, Theodorus Matakena, menerima 80 florin (sebutan lain dari gulden) untuk 8 bulan atau 10 florin per bulan. Dua penembak lainnya menerima 9 florin per bulan. </p>
<p>Dalam pelayaran ke Halmahera dan Pulau Morotai, selama dua bulan pada 1858, kami berasumsi bahwa Ali tampaknya diupah 10 florin per bulan.
Dengan asumsi tersebut, upah Ali sebagai kolektor selama bekerja untuk Wallace mungkin sekitar 450 florin atau 45 poundsterling. Ini tidak termasuk oleh-oleh dan pembayaran dari Wallace saat di Singapura.</p>
<p>Meski perkiraan ini mungkin, tetapi perlu saya tekankan bahwa kurangnya bukti membuat perkiraan ini bersifat tafsir. </p>
<p>Pada akhirnya, bukan uang yang lebih bernilai. Ali memberikan kontribusi besar kepada pemahaman saintifik Wallace di “Malay archipelago”, bukan hanya dengan temuan yang baru terkait dengan burung seperti Burung Bidadari (<a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Standardwing"><em>Semioptera wallacii</em> atau dikenal Wallace Standard Wing</a>), tapi dengan kontribusi pengetahuan yang lebih luas.</p>
<p>Ali tetap seperti figur bayangan, tapi tak ada keraguan penelitian selanjutnya akan memberikan informasi yang lebih terang. Wallace mungkin tidak mencapai apa yang telah dia lakukan tanpa teman setianya: Ali Wallace.</p>
<hr>
<p><em>Artikel ini disadur dari “I am Ali Wallace”: The Malay Assistant of Alfred Russel Wallace" karya John van Wyhe dan Gerrell M. Drawhorn dalam Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/85730/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>John van Wyhe tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Hasil Wallace selama ekspedisi dan karya tulis ilmiahnya yang dihasilkannya mungkin akan sangat miskin bila tanpa bantuan dari Ali, asisten dari Melayu.John van Wyhe, Historian of science, National University of SingaporeLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/840552017-10-02T10:14:35Z2017-10-02T10:14:35ZPemotongan subsidi BBM di Indonesia mencegah macet yang lebih parah<p>Indonesia terkenal di dunia karena kemacetan lalu lintasnya. Banyak orang menghabiskan <a href="http://www.nytimes.com/2013/08/05/world/asia/hours-to-go-just-to-get-to-work.html?_r=2">berjam-jam</a> di jalanan setiap hari. Jakarta dan kota-kota besar lain di Indonesia <a href="http://www.castrol.com/en_au/australia/car-engine-oil/engine-oil-brands/castrol-magnatec-brand/stop-start-index.html">masuk dalam daftar</a> kota dengan lalu lintas paling lambat di dunia.</p>
<p>Ada beberapa penyebab masalah lalu lintas di Indonesia, di antaranya kepadatan penduduk yang tinggi dan transportasi publik yang kurang memadai. </p>
<p>Subsidi BBM juga berperan dalam menyumbang kemacetan lalu lintas. Pada awal 2013, harga bensin hanya <a href="https://www.giz.de/expertise/html/4317.html">Rp4.500</a> per liter, jauh di bawah biaya produksi. </p>
<h2>Bensin murah? <em>Yuk</em> berkendara!</h2>
<p>Dalam sebuah penelitian yang <a href="http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0965856416308102">baru terbit</a>, saya dan dua peneliti mengkaji hubungan antara subsidi BBM di Indonesia dengan kondisi lalu lintas.</p>
<p>Menggunakan data dari 19 jalan tol di Jabodetabek dan lokasi lainnya di Indonesia dari 2008 hingga 2015, kami menemukan bahwa suplai BBM yang terlampau murah mendorong penambahan jumlah pengguna jalan dengan sangat cepat. </p>
<p>Dalam serangkaian perombakan penting, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (<a href="http://www.nytimes.com/2013/05/03/business/global/03iht-subsidy03.html">pada 2013</a>) dan Presiden Joko Widodo (<a href="http://www.thejakartapost.com/news/2014/11/18/govt-slashes-fuel-subsidies.html">pada 2014</a>) menaikkan harga BBM untuk mengurangi pengeluaran subsidi.</p>
<p>Karena harga BBM naik, masyarakat terdorong untuk mengurangi pemakaian kendaraan pribadi mereka; mereka memilih <em>nebeng</em> atau menggunakan transportasi publik. </p>
<p>Penelitian kami juga menemukan lalu lintas di jalan-jalan tol menurun sekitar 10% dibandingkan angka proyeksi kami jika tidak ada reformasi subsidi di 2013 dan 2014. Lalu lintas terus meningkat sesudah reformasi subsidi, tapi lebih lambat dibandingkan bila tak ada pemotongan subsidi. </p>
<p>Penelitian kami memperkuat bukti bahwa kebijakan publik dapat berdampak pada lalu lintas di jalanan Indonesia. Sebuah penelitian di <a href="http://science.sciencemag.org/content/357/6346/89">Science</a> menganalisis dampak pencabutan kebijakan <em>three-in-one</em> di Jakarta di 2016. </p>
<h2>Masih banyak yang dapat dipangkas</h2>
<p>Reformasi subsidi BBM Indonesia menjadi masuk akal dikarenakan berbagai alasan. Selain menambah kemacetan jalan, subsidi juga <a href="https://www.indonesia-investments.com/news/todays-headlines/ever-growing-fuel-and-electricity-subsidies-burden-indonesias-state-budget/item2078">membebani</a> anggaran pemerintah pusat. Memberi subsidi pada BBM untuk penggunaan jalan adalah bentuk pengeluaran yang <a href="http://documents.worldbank.org/curated/en/118181468044121438/Why-is-reducing-energy-subsidies-a-prudent-fair-and-transformative-policy-for-Indonesia">regresif</a> untuk Indonesia. Lebih banyak yang berkendara juga berarti menaikkan tingkat polusi udara. </p>
<hr>
<p><em><strong>Baca juga:</strong> <a href="https://theconversation.com/pelajaran-dari-la-stres-karena-macet-dapat-meningkatkan-angka-kriminalitas-84522">Pelajaran dari LA: Stres karena macet dapat meningkatkan angka kriminalitas</a></em></p>
<hr>
<p>Subsidi BBM memang belum sepenuhnya dihilangkan. Pertamina, perusahaan minyak negara, masih mengalami <a href="http://www.thejakartapost.com/news/2015/10/01/govt-cover-pertamina-s-losses-fuel-sales.html">kerugian</a> dalam penjualannya. Subsidi solar per liter juga tetap ada. Masih ada banyak subsidi lain yang dapat dipotong. </p>
<h2>Belajar dari tetangga</h2>
<p>Singapura telah <a href="http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/app5.39/full">memberi contoh</a> dalam menggunakan pelbagai instrumen ekonomi untuk mengelola lalu lintas. Ada beberapa pelajaran dari Singapura yang bisa diterapkan di Indonesia. </p>
<p>Salah satu pendekatan yang digunakan Singapura adalah sistem <a href="https://www.lta.gov.sg/content/ltaweb/en/roads-and-motoring/managing-traffic-and-congestion/electronic-road-pricing-erp.html">electronic road pricing</a> di jalan-jalan yang padat. Singapura juga memiliki cukai BBM dan skema <a href="https://www.lta.gov.sg/content/ltaweb/en/roads-and-motoring/owning-a-vehicle/vehicle-quota-system/overview-of-vehicle-quota-system.html">pembatasan</a> kepemilikan kendaraan bermotor. </p>
<p>Kebijakan-kebijakan ini ditambah dengan sistem transportasi publik yang memadai membuat Singapura dapat menghindari kemacetan lalu lintas seperti yang terjadi di Indonesia.</p>
<h2>Jalan ke depan</h2>
<p>Reformasi kebijakan transportasi dapat menjadi agenda Indonesia juga.</p>
<p>Percobaan <em>electronic road pricing</em> <a href="http://jakarta.coconuts.co/2016/07/25/ahok-signs-governors-order-begin-electronic-road-pricing-construction-hopes-system-will">telah diusulkan</a> di Jakarta, meski pelaksanaannya tertunda. Pendekatan ini juga bisa diterapkan di kota-kota lain.</p>
<p>Cukai BBM juga bisa jadi alternatif menarik. Cukai BBM merupakan kebijakan cemerlang karena beberapa alasan. Biaya administratif untuk mengumpulkan cukai relatif rendah, mengingat jumlah produsen BBM yang relatif sedikit di Indonesia. Cukai BBM akan membantu mengurangi kemacetan, polusi, dan risiko kecelakaan lalu lintas. Pendapatan yang masuk dapat digunakan untuk memotong pajak di bidang lain, bisa mengurangi defisit anggaran, maupun mendanai program-program prioritas pemerintah.</p>
<p>Pengembangan fasilitas transportasi publik juga penting. Jalur pertama sistem <a href="http://jakartamrt.co.id/">Mass Rapid Transit</a> (MRT) Jakarta sedang dibangun. Namun, masih banyak yang harus dilakukan sebelum DKI dapat menyamai infrastruktur transportasi massal di kota-kota lain, seperti di <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Beijing_Subway">Beijing</a> misalnya.</p>
<p>Pengalaman Indonesia dapat menjadi acuan bahwa merancang kebijakan yang tepat sedini mungkin dalam proses pembangunan sangat penting dan bermanfaat.</p>
<p>Sayangnya, keberadaan subsidi BBM dan rendahnya investasi atas transportasi pada akhirnya hanya akan menghasilkan kemacetan yang semakin buruk. </p>
<hr>
<p><em>Versi bebas akses dari penelitian ini tersedia <a href="https://ideas.repec.org/p/pas/papers/2017-10.html">di sini</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/84055/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Paul Burke receives funding from the Australian Research Council (DE160100750).</span></em></p>Kepadatan lalu lintas terus bertambah, tapi lebih lambat dibandingkan angka perkiraan kami jika subsidi BBM tak dilakukan.Paul Burke, Fellow, Crawford School of Public Policy, Australian National UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/839842017-09-14T10:11:46Z2017-09-14T10:11:46ZIndonesia ingin jadi No. 1 di ASEAN, tapi dalam dunia ilmu pengetahuan kolaborasi lebih penting<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/185813/original/file-20170913-23106-1ilmwio.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Studi menunjukkan di abad 21 semakin banyak publikasi ilmiah yang merupakan hasil kerja tim.</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Setelah untuk pertama kalinya mengalahkan Thailand dalam jumlah publikasi akademis, Indonesia optimis segera mengejar Singapura dan Malaysia—yang lebih produktif—di 2019. Namun, di abad 21 dunia ilmu pengetahuan lebih membutuhkan kolaborasi daripada kompetisi. </p>
<p>Untuk mengukur pencapaian akademis Indonesia, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti), juga beberapa universitas, biasanya mengandalkan jumlah artikel ilmiah yang diterbitkan di jurnal yang masuk dalam indeks Scopus (salah satu basis data akademis terbesar di dunia) dan peringkat universitas dunia.</p>
<p>Bulan lalu <a href="http://sumberdaya.ristekdikti.go.id/index.php/2017/08/07/publikasi-internasional-indonesia-lampaui-thailand-dirjen-ghufron-apresiasi-dosen-dan-peneliti/">kementerian mengumumkan</a> bahwa Indonesia telah melampaui Thailand dalam hal jumlah publikasi yang ditulis akademisi Indonesia (9.349 artikel untuk Indonesia dan 8.204 untuk Thailand sampai 31 Juli 2017). Itu artinya Indonesia ada di posisi ketiga di ASEAN, di bawah Malaysia dan Singapura.</p>
<p>Masih harus dilihat apakah Indonesia bisa tetap di posisi ketiga setelah 2017 berakhir. Namun Kemristekdikti optimis Indonesia tak lama lagi Indonesia akan menyamai Singapura, yang ada di posisi kedua, dan di akhir 2019 bahkan bisa menyalip Malaysia dan menjadi nomor satu di ASEAN.</p>
<p>Data yang dikutip menteri adalah kabar baik yang harus kita puji. Kita juga harus berbangga. Namun, kita juga perlu secara kritis memeriksanya.</p>
<h2>Jangan hanya lihat jumlah publikasi</h2>
<p>Kita perlu melihat lebih dari sekadar jumlah publikasi. Basis data bibliometrik SCImago <a href="http://www.scimagojr.com/countryrank.php?year=2016">mencatat pada tahun 2016</a> Indonesia menghasilkan 11.470 publikasi, yang dikutip (sitasi) sebanyak 4.604 kali. Thailand menghasilkan 14.176 publikasi yang dikutip 11.331 kali.</p>
<iframe src="https://datawrapper.dwcdn.net/Nzt3m/4/" scrolling="no" frameborder="0" allowtransparency="true" allowfullscreen="allowfullscreen" webkitallowfullscreen="webkitallowfullscreen" mozallowfullscreen="mozallowfullscreen" oallowfullscreen="oallowfullscreen" msallowfullscreen="msallowfullscreen" width="100%" height="380"></iframe>
<p>Yang menarik dicermati, jumlah sitasi Indonesia (4.604) bahkan lebih kecil dari Vietnam yang menghasilkan 4.970 sitasi dari “hanya” 5.563 publikasi tahun lalu. </p>
<p>Ada beberapa alasan mengapa satu karya ilmiah dikutip atau tidak. Pada dasarnya sitasi menandakan suatu tulisan dianggap relevan oleh peneliti lain. Data SCImago menunjukkan sitasi Indonesia jauh di bawah Thailand, Singapura, dan Malaysia.</p>
<p>Data ini menunjukkan Indonesia harus bekerja lebih keras untuk menghasilkan publikasi yang akan dikutip akademisi lain. Indonesia tidak hanya perlu menerbitkan lebih banyak publikasi, tetapi juga membuatnya lebih relevan bagi peneliti lain.</p>
<h2>Peringkat universitas</h2>
<p>Sitasi penting karena ia terkait dengan kinerja universitas dalam kalkulasi peringkat universitas. Ada banyak jenis peringkat universitas dunia. Tetapi yang dianggap paling bisa diandalkan dan menyeluruh adalah Times Higher Education. Peringkat Times mengonfirmasi posisi Indonesia dibandingkan Thailand, Singapura, dan Malaysia.</p>
<p>Peringkat Times menggunakan <a href="https://www.timeshighereducation.com/student/advice/world-university-rankings-explained">lima indikator</a>: pengajaran, riset, <em>sitasi</em>, visi internasional, dan dampak riset ke industri. Peringkat Times terbaru mencantumkan <a href="https://www.timeshighereducation.com/world-university-rankings/2018/world-ranking#!/page/0/length/25/locations/SG/sort_by/rank/sort_order/asc/cols/stats">dua universitas di Singapura</a> di 100 teratas, menjadikan Singapura sebagai yang terbaik dibanding tiga negara lain.</p>
<p>Tiga negara lain tidak memiliki universitas di 100 teratas tetapi <a href="https://www.timeshighereducation.com/world-university-rankings/2018/world-ranking#!/page/0/length/25/locations/MY/sort_by/rank/sort_order/asc/cols/stats">Malaysia mencatatkan sembilan</a> universitas di seluruh daftarnya yang berisi lebih dari 1.000 institusi. Salah satu universitas Malaysia masuk di 400 teratas.</p>
<hr>
<p><em><strong>Baca juga:</strong> <a href="https://theconversation.com/pentingnya-asean-melibatkan-masyarakat-sipil-untuk-memecahkan-persoalan-regional-84005">Pentingnya ASEAN melibatkan masyarakat sipil untuk memecahkan persoalan regional</a></em></p>
<hr>
<p>Thailand mencatat 10 universitas di daftar tersebut, salah satunya masuk 600 teratas.</p>
<p>Sementara, tiga dari universitas terbaik di <a href="https://www.timeshighereducation.com/world-university-rankings/2018/world-ranking#!/page/0/length/25/locations/ID/sort_by/rank/sort_order/asc/cols/stats">Indonesia</a>—Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Indonesia—masuk dalam 1.000 teratas dan Institut Pertanian Bogor ada di kelompok 1.000+.</p>
<p>Tahun ini <a href="https://www.timeshighereducation.com/world-university-rankings/2017/young-university-rankings#!/page/0/length/25/sort_by/rank/sort_order/asc/cols/stats">Times Higher Education’s Young University Rankings</a>, yaitu daftar 200 universitas top dunia yang usianya di bawah 50, mencantumkan satu universitas di Singapura, enam di Malaysia, dan satu di Thailand. Tak ada satu pun dari Indonesia.</p>
<p>Peringkat Times Higher Education menunjukkan Indonesia membutuhkan lebih dari sekadar mengalahkan jumlah publikasi Malaysia atau Singapura di 2019 tetapi juga meningkatkan relevansi risetnya.</p>
<h2>Abad kolaborasi demi ilmu pengetahuan</h2>
<p>Pemerintah telah berupaya memberi insentif dalam bentuk <a href="http://research.ui.ac.id/research/id/pengumuman/pengumuman-insentif-artikel-pada-jurnal-internasional-tahun-2016/">uang</a> agar akademisi menerbitkan lebih banyak tulisan akademis, tetapi akademisi Indonesia harus bisa berupaya lebih jauh dari itu.</p>
<p>Riset menemukan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4076783/">dunia ilmu abad 21</a> adalah era untuk bekerja dengan peneliti lain dari disiplin yang berbeda dan bahkan dengan pemangku kepentingan publik lainnya di luar dunia akademis. Pendekatan kolaboratif ini bisa menjadi model bagi Indonesia dalam upayanya meningkatkan kualitas pendidikan tinggi. Kerja sama seperti ini bisa memfasilitasi visi bersama sehingga masalah-masalah kompleks bisa diatasi dengan lebih baik.</p>
<p><a href="http://www.kellogg.northwestern.edu/faculty/jones-ben/htm/Teams.ScienceExpress.pdf">Riset lain</a> menunjukkan tren sejak 1960an bahwa publikasi yang ditulis oleh tim peneliti lebih banyak jumlahnya, lebih sering dikutip, dan memberi dampak ilmiah yang lebih besar dibandingkan publikasi yang dikerjakan oleh penulis tunggal.</p>
<p>Studi-studi ini—keduanya ditulis oleh tim—berargumen bahwa kerja sama tim semakin penting dalam produksi pengetahuan.</p>
<h2>Kolaborasi, bukan kompetisi</h2>
<p>Kemristekdikti perlu lebih fokus meningkatkan riset yang dikerjakan oleh tim dan mendorong kolaborasi antara peneliti Indonesia dan peneliti luar negeri, terutama dengan negara dan universitas dengan reputasi baik dalam hal publikasi ilmiah.</p>
<p>Data dari SCImago di bawah ini menunjukkan persentase publikasi Indonesia yang dikerjakan oleh tim penulis yang lebih dari satu negara terus menerus turun sementara persentase Singapura naik terus.</p>
<iframe src="https://datawrapper.dwcdn.net/vp9Np/1/" scrolling="no" frameborder="0" allowtransparency="true" allowfullscreen="allowfullscreen" webkitallowfullscreen="webkitallowfullscreen" mozallowfullscreen="mozallowfullscreen" oallowfullscreen="oallowfullscreen" msallowfullscreen="msallowfullscreen" width="100%" height="305"></iframe>
<p>Selain <a href="http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2017/02/PERMEN-NOMOR-20-TAHUN-2017-TENTANG-TUNJANGAN-PROFESI-DAN-TUNGANGAN-KEHORMATAN-SA.pdf">peraturan menteri</a> tentang insentif bagi cendekiawan yang menulis artikel ilmiah, kementerian juga sebaiknya mengalokasikan hibah riset yang secara spesifik mendorong proyek kolaboratif.</p>
<p>Kolaborasi sebaiknya dilakukan oleh peneliti Indonesia dan peneliti luar negeri untuk menghindari <a href="https://theconversation.com/insularity-leaves-indonesia-trailing-behind-in-the-world-of-social-research-53973">kecupetan</a> dunia akademis.</p>
<p>Indonesia mungkin bisa memulai kerja sama dengan tetangga sendiri. Akademisi Indonesia mungkin tidak perlu bersaing dengan akademisi Thailand, Singapura, dan Malaysia. Yang harus mereka lakukan adalah berkolaborasi dengan mereka.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/83984/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Dicky Pelupessy tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Jumlah publikasi ilmiah Indonesia meningkat terus dan menyalip Thailand. Ini kabar baik. Tapi daripada bersaing dengan negara ASEAN, Indonesia butuh kolaborasi dalam meningkatkan mutu pendidikan.Dicky Pelupessy, Lecturer, Faculty of Psychology, Universitas IndonesiaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.