tag:theconversation.com,2011:/us/topics/terumbu-karang-49903/articlesTerumbu karang – The Conversation2024-03-14T03:10:55Ztag:theconversation.com,2011:article/2255722024-03-14T03:10:55Z2024-03-14T03:10:55ZKarang hasil restorasi dapat tumbuh secepat karang sehat dalam waktu empat tahun – riset<p>Terumbu karang di Sulawesi Selatan tergolong salah satu yang paling beragam, berwarna-warni, dan paling cerah di dunia. Setidaknya itu keindahan masa lalu, hingga mereka <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/rec.12866">porak-poranda akibat pengeboman ikan</a> pada akhir 1990-an. </p>
<p>Kami adalah bagian dari kelompok peneliti ekologi terumbu karang yang berbasis di Indonesia dan Inggris, yang mempelajari karang di sekitar Pulau Bontosua, pulau kecil di Sulawesi Selatan. Sekitar 30 tahun berlalu, area luas yang dulunya berisikan karang-karang sehat kini menjadi rusak. Tidak ada lagi warna-warni dan kehidupan ikan maupun makhluk laut lainnya. Kerangka karang mati terombang-ambing di dasar laut, menghancurkan dan membunuh larva karang baru yang mencoba menempel dan tumbuh berkembang, serta mencegah mereka pulih secara alami.</p>
<p>Di banyak tempat di dunia, kondisi seperti ini mungkin digambarkan sebagai kerusakan yang tak terpulihkan. Namun, di Pulau Bontosua, ceritanya berbeda. </p>
<p>Di pulau ini, usaha dari <a href="https://www.buildingcoral.com/">program restorasi karang Mars</a> berhasil memulihkan karang dan fungsi ekosistem penting lainnya. Mars adalah salah satu program restorasi karang terbesar di dunia. </p>
<p>Keberhasilan ini kami tuangkan dalam studi terbaru yang terbit di <a href="https://doi.org/10.1016/j.cub.2024.02.009">jurnal <em>Current Biology</em></a>. Kami menemukan bahwa dalam empat tahun, karang hasil restorasi dapat tumbuh dengan kecepatan yang sama dengan karang sehat di sekelilingnya.</p>
<p>Program Mars turut melibatkan komunitas lokal sejak lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Dalam program ini, potongan-potongan karang sehat ditempelkan dalam <em>reef star</em>—kerangka baja bersegi enam yang dilapisi pasir. </p>
<p>Kemudian, kerangka ini ditempelkan di terumbu yang rusak sehingga menstabilkan puing-puing yang lepas, mendukung pertumbuhan karang baru, dan menyediakan habitat bagi hewan-hewan karang untuk bermigrasi.</p>
<h2>Cepatnya pemulihan</h2>
<p>Karang hasil transplantasi ini, ternyata tumbuh sangat cepat. Dalam setahun, potongan-potongan karang berkembang menjadi koloni. Setelah dua tahun, cabang-cabang antar karang saling bertaut satu sama lain. Empat tahun kemudian, pertumbuhan mereka melampaui struktur <em>reef star</em>. Walhasil, saking sehatnya karang, secara kasat mata kita akan sulit membedakan bahwa area tersebut merupakan kawasan restorasi.</p>
<p>Gabungan pertumbuhan banyak karang menghasilkan kerangka batu kapur (kalsium karbonat) yang kompleks. Kerangka ini menjadi habitat bagi banyak makhluk laut dan mencegah kerusakan akibat badai di garis pantai di dekatnya dengan <a href="https://theconversation.com/coral-reefs-work-as-natures-sea-walls-it-pays-to-look-after-them-26655">menyerap hingga 97% energi gelombang pantai</a>. </p>
<p>Kami mengukur pertumbuhan keseluruhan kerangka terumbu dengan menghitung <a href="https://www.exeter.ac.uk/research/projects/geography/reefbudget/">bujet karbonatnya</a>. Bujet ini dihitung dari keseimbangan antara produksi batu kapur (jumlah kapur yang dihasilkan oleh karang dan alga koral) dan erosi (misalnya jumlah kapur yang dimakan bulu babi dan ikan). </p>
<p>Terumbu karang yang sehat menghasilkan hingga 20 kg struktur terumbu per meter persegi per tahun. Sementara, terumbu yang terdegradasi akan menyusut, karena erosi melebihi produksi batu kapur. Oleh karena itu, pertumbuhan terumbu secara keseluruhan memberikan indikasi kesehatan karang.</p>
<p>Di Pulau Bontosua, data survei kami menunjukkan bahwa pada tahun-tahun setelah restorasi, tutupan karang, ukuran koloni karang, dan tingkat produksi karbonat meningkat tiga kali lipat. Dalam waktu empat tahun, karang hasil restorasi tumbuh dengan kecepatan yang sama dengan terumbu karang yang sehat. Dengan demikian, karang hasil restorasi memberikan fungsi ekosistem yang sama pentingnya.</p>
<p>Keberhasilan ini menggembirakan, meski masih ada tantangan. Karang yang digunakan untuk program restorasi ini sebagian besar merupakan jenis karang bercabang. Tim restorasi memilihnya karena lebih mudah menempel pada <em>reef star</em>. Hal ini berarti, terumbu hasil restorasi memiliki keanekaragaman jenis karang lebih rendah dibandingkan dengan terumbu yang sehat — memiliki banyak karang berbentuk batu besar, ataupun lapisan, selain karang bercabang.</p>
<p>Perbedaan struktur ini dapat mempengaruhi spesies biota laut yang menghuni terumbu. Karang bercabang juga terkenal sensitif terhadap <a href="https://www.worldwildlife.org/pages/everything-you-need-to-know-about-coral-bleaching-and-how-we-can-stop-it">pemutihan</a>, yang terjadi ketika suhu air menghangat dan menyebabkan karang stres lalu memutih. Oleh karena itu, perbedaan jenis karang yang menyusun ekosistem terumbu dapat mempengaruhi kemampuan terumbu untuk bertahan dari gelombang panas di masa depan.</p>
<h2>Dunia yang menghangat</h2>
<p>Gelombang panas laut menjadi semakin <a href="https://theconversation.com/the-great-barrier-reef-has-been-bleaching-for-at-least-400-years-but-its-getting-worse-101691">sering dan parah</a> sehingga menjadi ancaman besar bagi terumbu karang berikut program restorasinya di seluruh dunia. </p>
<p>Baru-baru ini, ribuan karang <a href="https://theconversation.com/the-heroic-effort-to-save-floridas-coral-reef-from-extreme-ocean-heat-as-corals-bleach-across-the-caribbean-210974">hasil persemaian harus diselamatkan</a> saat temperatur laut di Kepulauan Florida Keys, Amerika Serikat (AS), meningkat.</p>
<p>Strategi restorasi terumbu karang harus mencakup rencana aksi saat perairan menghangat akibat glombang panas laut. Dalam beberapa kasus, upaya restorasi dapat diprioritaskan di area-area yang aman dari dampak pemanasan. </p>
<p>Dalam kasus lain, restorasi juga mencakup peningkatan toleransi karang terhadap panas melalui <a href="https://theconversation.com/the-great-barrier-reef-can-repair-itself-with-a-little-help-from-science-%2085182">evolusi yang dibantu (<em>assisted evolution</em>)</a>.</p>
<p>Terdapat beberapa bukti bahwa toleransi terhadap panas karang juga dapat <a href="https://theconversation.com/remote-pacific-coral-reef-shows-at-least-some-ability-to-cope-with-ocean-warming-new-study-211852">meningkat secara alami</a>. Namun, sejauh mana adaptasi karang dapat mengimbangi pemanasan laut akan bergantung pada tindakan global untuk mengurangi emisi karbon.</p>
<p>Keberhasilan dari kegiatan restorasi terumbu karang bergantung pada baik buruknya kondisi lingkungan, ketersediaan pasokan larva karang alami, teknik restorasi dan upaya yang diinvestasikan untuk merawat kawasan restorasi tersebut. </p>
<p>Proyek restorasi di Indonesia ini menunjukkan bahwa jika kondisinya tepat dan upaya dilakukan dengan baik, keberhasilan bisa dicapai. Mudah-mudahan, hal ini dapat menginspirasi upaya global lebih lanjut untuk memulihkan fungsi terumbu karang dan mengembalikan iklim Bumi yang baik agar terumbu karang terus berkembang.</p>
<img src="https://counter.theconversation.com/content/225572/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Ines Lange menerima dana dari Program Bertarelli di bidang Ilmu Kelautan. Dukungan penelitian logistik untuk penelitian ini disediakan oleh Mars Sustainable Solutions.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Tim Lamont menerima dana dari Royal Commission for the Exhibition of 1851, dan Fisheries Society of the British Isles.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Tries Blandine Razak tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Studi baru dari proyek restorasi karang di Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa, hanya dalam waktu empat tahun, terumbu karang yang dipulihkan akan tumbuh subur seperti halnya terumbu karang yang sehat.Ines Lange, Senior Research Fellow in Coral Reef Ecology, University of ExeterTim Lamont, Research Fellow, Lancaster UniversityTries Blandine Razak, Researcher, IPB UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2038502023-05-02T03:33:01Z2023-05-02T03:33:01ZMengenal ARMS: terumbu karang buatan untuk riset keanekaragaman hayati laut<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/521576/original/file-20230418-832-uft697.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">ARMS yang dipasang di Pemuteran, Bali</span> <span class="attribution"><span class="source">(sumber: BIONESIA)</span></span></figcaption></figure><p>Meski memiliki laut yang luas, Indonesia masih berkutat pada persoalan data keanekaragaman hayati atau biodiversitas laut yang minim dan belum terpadu. </p>
<p>Data ini tersebar di berbagai lembaga: pemerintah, Badan Riset dan Inovasi Nasional, maupun organisasi swasta. Setiap institusi pun memiliki metodenya masing-masing sehingga hasil penelitian mereka belum tentu sama. </p>
<p>Jika dibiarkan, perbedaan tersebut berisiko menyebabkan kerancuan data. Akibatnya, upaya pengelolaan biodiversitas laut Indonesia berisiko tidak optimal.</p>
<p>Indonesia membutuhkan metode pengumpulan data yang terstandardisasi, dengan pelaksanaan yang lebih singkat, dan dapat dilakukan di ekosistem laut mana pun. Yang terpenting, metode ini harus mudah dilakukan oleh berbagai jenis atau tingkatan penelitian, termasuk peneliti muda yang kini banyak bermunculan di Indonesia.</p>
<p>Kami mengusulkan pengumpulan data biodiversitas laut dengan alat <a href="https://naturalhistory.si.edu/research/global-arms-program#:%7E:text=What%20is%20an%20Autonomous%20Reef,sample%20without%20destroying%20natural%20habitat"><em>Autonomous Reef Monitoring Structure</em> (ARMS).</a> ARMS adalah terumbu buatan yang dapat berfungsi sebagai ‘apartemen’ berbagai organisme perairan laut ataupun tawar. </p>
<p><a href="https://aquila.usm.edu/gcr/vol16/iss1/8/">ARMS pertama kali dikenalkan</a> oleh sekelompok peneliti dari Amerika pada 2004. Bak terumbu karang, ARMS diharapkan mampu mengundang berbagai macam organisme bergerak seperti ikan, kepiting, udang ataupun organisme sesil (menetap) seperti karang maupun spons laut, untuk tinggal di dalamnya.</p>
<p>ARMS bisa menjadi metode yang efektif untuk penelitian biodiversitas laut dibandingkan metode lainnya. Sebab, alat ini dapat diletakkan sesuai waktu yang peneliti harapkan. ARMS pun dapat dipasang di dasar laut berpasir, berbatu, ataupun tertutup terumbu karang. Beberapa penelitian juga sedang dilakukan untuk melihat efektivitas ARMS untuk melihat biodiversitas <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s00338-015-1382-z">laut dalam</a>.</p>
<h2>Bagaimana ARMS bekerja?</h2>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/521610/original/file-20230418-14-1d22wg.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/521610/original/file-20230418-14-1d22wg.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=384&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/521610/original/file-20230418-14-1d22wg.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=384&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/521610/original/file-20230418-14-1d22wg.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=384&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/521610/original/file-20230418-14-1d22wg.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=483&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/521610/original/file-20230418-14-1d22wg.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=483&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/521610/original/file-20230418-14-1d22wg.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=483&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Penyelam saat mengambil ARMS.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(BIONESIA, Smithsonian Institution, NatGeo)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p><a href="https://naturalhistory.si.edu/research/global-arms-program#:%7E:text=What%20is%20an%20Autonomous%20Reef,sample%20without%20destroying%20natural%20habitat">ARMS terbuat</a> dari lapisan pipa PVC (polifinil klorida) yang tersusun seperti lantai pada rumah susun. </p>
<p>Setiap PVC dibuat dengan ukuran berbeda-beda. Lantai dasarnya berbentuk persegi panjang (panjang 45cm x lebar 35 cm x tinggi 1,27 cm). Di atasnya terdapat sembilan lantai berbentuk persegi (22,5 cm x 22,5 cm x 0,63 cm).</p>
<p>ARMS diletakkan pada berbagai permukaan dasar perairan pada kedalaman dan waktu tertentu sesuai kebutuhan peneliti. Kami biasanya menempatkan ARMS sekitar 2 bulan sampai setahun. Pemantauan – untuk periode penelitian yang panjang – kami lakukan setiap dua bulan sekali karena mempertimbangkan cepatnya pertumbuhan makhluk seperti spons laut, alga, ataupun karang.</p>
<p>Setelah waktunya cukup, ARMS akan diambil dan dibawa ke laboratorium. Di sana para peneliti mengamati seluruh organisme yang hidup di ARMS kemudian mencatatnya. </p>
<p>Pengamatan organisme penghuni ARMS juga dilakukan secara molekuler. Caranya dengan menggerus setiap lantai lalu melumatkannya dengan blender. Peneliti kemudian mengambil sampel lumatan ini untuk dianalisis dengan mikroskop ataupun peralatan lainnya.</p>
<h2>Beraneka analisis dari ARMS</h2>
<p>Penggunaan ARMS memungkinkan para peneliti untuk menganalisis banyak hal, seperti:</p>
<p><strong>1) Pola keberagaman genetika</strong></p>
<p>Kami menggunakan ARMS untuk menelaah pola keragaman genetika dari organisme eukariotik organisme dengan sel nukleus berlapis membran (seperti, hewan, tumbuhan, maupun jamur) dan organisme mikroba laut Indonesia dari barat hingga timur. </p>
<p>Dalam penelitian ini, kami bekerja sama dengan beberapa institusi riset, universitas, dan lembaga swadaya masyarakat Indonesia dan Amerika Serikat. </p>
<p>Riset menggunakan ARMS yang diletakkan di kedalaman 5-12 meter selama 3 tahun (2013-2016). Kami kemudian menganalisisnya dengan pendekatan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23986538/#:%7E:text=Next%20generation%20sequencing%20%28NGS%29%2C%20massively%20parallel%20or%20deep,genome%20can%20be%20sequenced%20within%20a%20single%20day."><em>Next Generation Sequencing (NGS)</em>,</a> untuk membaca urutan DNA secara masif. </p>
<p>Metode ini menjadi pelengkap untuk berbagai analisis keanekaragaman hayati seperti identifikasi spesies baru, rekontruksi sejarah evolusi, analisis genomik, dan pemetaan lingkungan serta ekosistem.</p>
<p><a href="https://escholarship.org/content/qt1hb4059v/qt1hb4059v.pdf">Hasilnya,</a> dari lima lokasi, riset kami membuktikan perairan Indonesia Timur (di Bali, Raja Ampat, dan Teluk Cendrawasih) memiliki keberagaman genetika lebih tinggi dibandingkan perairan di darat Indonesia (Aceh dan Kepulauan Seribu).</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Keindahan laut Raja Ampat" src="https://images.theconversation.com/files/521505/original/file-20230418-16-9qc82f.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/521505/original/file-20230418-16-9qc82f.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=449&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/521505/original/file-20230418-16-9qc82f.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=449&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/521505/original/file-20230418-16-9qc82f.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=449&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/521505/original/file-20230418-16-9qc82f.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=564&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/521505/original/file-20230418-16-9qc82f.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=564&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/521505/original/file-20230418-16-9qc82f.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=564&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Pemandangan bawah laut di Distrik Misool, Kab. Raja Ampat, Provinsi Papua Barat.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Fakhrizal Setiawan/Wikimedia Commons)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p><strong>2) Perubahan ekosistem</strong></p>
<p>Selain pendekatan molekuler, ARMS juga digunakan untuk melihat perubahan komposisi suatu ekosistem dengan pendekatan morfologis. Pendekatan ini menekankan pengamatan karakter pembeda pada bagian tubuh antar jenis ataupun antar spesies. </p>
<p>Studi terbaru kelompok kami yang terbit di <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2352485523001147?via=ihub"><em>Journal of Regional Studies in Marine Science</em></a> menggunakan ARMS untuk melihat perbedaan komposisi organisme sesil seperti karang, spons, dan alga, maupun makhluk dekapoda (bergerak) seperti kepiting dan udang selama setahun di Pemuteran, Bali. Dalam waktu tersebut, kami mencatat perubahan komposisi ekosistem setiap dua bulan selama setahun. </p>
<p>Hasilnya, kami menemukan organisme sesil penghuni ARMS saling berkompetisi mendapatkan ruang.</p>
<p>Pada empat bulan pertama, ARMS akan didominasi oleh alga. Sedangkan pada waktu selanjutnya, dominasi alga direbut oleh berbagai jenis makhluk tidak bertulang belakang maupun sesil seperti spons laut. Alga dan spons laut adalah makanan berbagai jenis dekapoda yang hidup di ARMS.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/521577/original/file-20230418-28-z0foyt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/521577/original/file-20230418-28-z0foyt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=848&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/521577/original/file-20230418-28-z0foyt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=848&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/521577/original/file-20230418-28-z0foyt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=848&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/521577/original/file-20230418-28-z0foyt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1066&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/521577/original/file-20230418-28-z0foyt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1066&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/521577/original/file-20230418-28-z0foyt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1066&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Susunan plate atau lantai ARMS dan perubahan komposisi organisme menetap (sesil) setiap pengambilan ARMS selama 2 bulan sekali dalam setahun pengamanatan yang ditaruh di Pemuteran, Bali.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Sumber: Sembiring et al., 2023; BIONESIA)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p><strong>3) Mengamati dampak tekanan lingkungan</strong></p>
<p>Kami juga menggunakan ARMS untuk melihat tekanan lingkungan (seperti polusi) akibat aktivitas manusia terhadap biodiversitas di Kepulauan Seribu, Jakarta.</p>
<p><a href="https://escholarship.org/content/qt4vw075d5/qt4vw075d5.pdf">Penelitian</a> berbasiskan analisis <em>Next Generation Sequencing (NGS)</em> ini menunjukkan, kedekatan ekosistem terumbu karang kepada tidak serta merta mengurangi keanekaragaman hayatinya. </p>
<p>Meski ada indikasi biodiversitas berkurang, perubahan lingkungan juga bisa menciptakan keanekaragaman hayati yang unik dan berbeda jika dibandingkan dengan daerah tanpa gangguan. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Sampah laut Aceh" src="https://images.theconversation.com/files/521510/original/file-20230418-23-9nxbf5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/521510/original/file-20230418-23-9nxbf5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/521510/original/file-20230418-23-9nxbf5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/521510/original/file-20230418-23-9nxbf5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/521510/original/file-20230418-23-9nxbf5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/521510/original/file-20230418-23-9nxbf5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/521510/original/file-20230418-23-9nxbf5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Penyelam memperlihatkan sampah plastik yang diambil dari dalam laut kawasan Pantai Kuta Timu, Kota Sabang, Aceh.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Khalis Surry/Antara)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p><strong>4) Potensi spesies invasif</strong></p>
<p>ARMS juga bermanfaat untuk mendeteksi penyebaran spesies invasif di suatu lokasi. </p>
<p>Peneliti Swedia <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s10750-023-05184-9">menggunakan ARMS</a> untuk melihat persebaran <em>Juxtacribrilina mutabilis</em>, organisme jenis bryozoa (seperti lumut laut) yang berasal dari Jepang. Baru-baru ini, makhluk tersebut masuk ke wilayah perairan Eropa akibat dari lalu lintas perkapalan sehingga bisa mengancam ekosistem sekitar.</p>
<h2>Tantangan ke depan</h2>
<p>Studi menggunakan ARMS dapat membantu Indonesia untuk mengurangi bias dalam perhitungan biodiversitas. </p>
<p>ARMS juga bisa melengkapi metode pengamatan langsung dalam penilaian keanekaragaman hayati. Pengamatan langsung memang menghasilkan data yang akurat, tapi hasil-hasil pengamatannya bisa sulit dibandingkan karena faktor perbedaan tingkat keahlian para pengamat.</p>
<p>Untuk mengoptimalkan fungsi ARMS, Indonesia dapat memperkuat beberapa riset pendukung, seperti studi bioinformatika (analisis data biologis) dengan kapasitas data yang besar dan rumit.</p>
<p>Indonesia juga masih perlu menyediakan fasilitas dan basis data morfologi (terkait bentuk tubuh spesies) dan genetika biodiversitas. Basis data ini haruslah terpadu untuk memudahkan peneliti mencari informasi pembanding, serta memperoleh serial data dalam menilai biodiversitas laut.</p>
<p>Indonesia juga dapat memanfaatkan ARMS guna menjelajahi biodiversitas di laut dalam yang masih jarang diteliti. </p>
<p>Sejauh ini, bodiversitas lebih jamak dijelajahi di laut dangkal (kedalaman 0 - 30 m). Masih ada peluang bagi Indonesia untuk menempatkan ARMS di laut dalam seperti zona mesofotik (kedalaman >30 - 150 m) secara berkala dan dalam wilayah yang luas.</p>
<p>Untuk menggenjot eksplorasi, pemerintah dapat bermitra dengan perguruan tinggi, Badan Riset dan Inovasi Nasional, lembaga swadaya masyarakat, maupun sektor swasta. Upaya gotong royong untuk membuat basis data biodiversitas laut maupun analisis bioinformatika yang besar dan rumit juga bisa menjadi pilihan langkah yang apik.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/203850/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>ARMS dapat mengundang berbagai macam organisme bergerak seperti ikan, kepiting, udang ataupun organisme sesil (menetap) seperti karang, spons laut, untuk tinggal di dalamnya.Muhammad Danie Al Malik, Peneliti di Diponegoro Marine Biodiversity Project (DMBP), Universitas DiponegoroAji Wahyu Anggoro, Ph.D. graduate, University of California, Los AngelesNi Kadek Dita Cahyani, Dosen, Universitas DiponegoroLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2035852023-04-12T02:27:33Z2023-04-12T02:27:33Z3 cara untuk mengutamakan masyarakat dalam perlindungan ekosistem laut<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/520204/original/file-20230411-26-z9smlp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">shutterstock</span> </figcaption></figure><p>Sebagai <a href="https://www.fao.org/indonesia/fao-in-indonesia/indonesia-at-a-glance/zh/">negara kepulauan terbesar di dunia</a>, Indonesia telah berupaya melindungi sumber daya kelautannya. Misalnya, <a href="https://kkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/DitJaskel/publikasi-materi-2/the-role-of-the-blue/Presentation%20of%20Indonesia%20MPA%20Outlook%20and%20Progress.pdf">ada sekitar 23,14 juta hektare</a> wilayah laut yang berstatus kawasan konservasi laut atau <em>marine protected areas</em> (MPA).</p>
<p>Kawasan konservasi laut merupakan area yang dilindungi untuk tujuan pelestarian sumber daya laut. Sebagian besar area ini – 156 kawasan – dikelola oleh pemerintah kabupaten atau kota.</p>
<p>Indonesia berambisi memperluas kawasan konservasi laut hingga <a href="http://sidakokkhl.kkp.go.id/storage/documents/ENG_MPA_VISION_2030_FINAL_PROOFREAD_16JAN21.pdf">32,5 juta hektare pada 2030</a>. Angka ini setara dengan 10% dari total luas wilayah perairan Indonesia. </p>
<p>Sayangnya, pengelolaan ataupun perencanaan kawasan konservasi sejauh ini masih kurang melibatkan komunitas ataupun masyarakat setempat.</p>
<p>Walaupun kawasan konservasi terus meluas, rumah tangga nelayan di Indonesia masih tergolong masyarakat <a href="https://media.neliti.com/media/publications/48496-ID-analisis-kesejahteraan-rumah-tangga-usaha-perikanan.pdf">paling miskin</a>. Statistik bahkan mengindikasikan semakin sedikit orang-orang yang <a href="https://www.bps.go.id/statictable/2014/01/10/1709/jumlah-rumah-tangga-perikanan-tangkap-menurut-provinsi-dan-jenis-penangkapan-2000-2016.html">bertahan di sektor perikanan tangkap skala kecil</a>.</p>
<p>Indonesia perlu memperbaiki perencanaan dan pengelolaan kawasan konservasi laut untuk memastikan pelibatan masyarakat pesisir.</p>
<p>Laporan terbaru yang turut saya tulis berjudul <a href="https://wri-indonesia.org/sites/default/files/2022-12/Marine%20Trends%20Report_WRI%20format_v14.pdf">“Trends in Marine Resources and Fisheries Management in Indonesia: A Review”</a>, dan diterbitkan World Resources Institute Indonesia, menggarisbawahi tiga upaya untuk menempatkan masyarakat sebagai aktor utama pengelolaan ekosistem laut.</p>
<h2>Lindungi ekosistem penting</h2>
<p>Kawasan konservasi laut dapat memastikan produksi pangan laut berkelanjutan untuk menopang kehidupan ataupun sumber nafkah masyarakat pesisir.</p>
<p>Untuk memastikan hal tersebut, Indonesia harus memasukkan ekosistem esensial seperti mangrove, lamun, ataupun terumbu karang dalam perencanaan konservasi lautnya.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Mangrove Indonesia" src="https://images.theconversation.com/files/520006/original/file-20230410-24-zyyzn7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/520006/original/file-20230410-24-zyyzn7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/520006/original/file-20230410-24-zyyzn7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/520006/original/file-20230410-24-zyyzn7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/520006/original/file-20230410-24-zyyzn7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/520006/original/file-20230410-24-zyyzn7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/520006/original/file-20230410-24-zyyzn7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Ekosistem mangrove di Balikpapan, Kalimantan Timur.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Rivan Awal Lingga/Antara)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p><a href="https://doi.org/10.1890/070211">Sayangnya, penelitian menyebutkan</a> kurang dari <a href="https://wri-indonesia.org/sites/default/files/2022-12/Marine%20Trends%20Report_WRI%20format_v14.pdf">20%</a> kawasan konservasi laut Indonesia yang melindungi ekosistem penting tersebut.</p>
<p>Situasi ini berbahaya. Contohnya, <a href="https://wri-indonesia.org/sites/default/files/2022-12/Marine%20Trends%20Report_WRI%20format_v14.pdf">banyak ekosistem mangrove yang tidak dilindungi di Pulau Jawa</a> mengalami kerusakan akibat <a href="https://theconversation.com/after-decades-of-loss-the-worlds-largest-mangrove-forests-are-set-for-a-comeback-182951">perambahan selama bertahun-tahun.</a></p>
<p>Risikonya bagi warga pesisir juga tidak kecil. <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0095069623000062">Riset terbaru memperkirakan</a> setiap tambahan 1% kehilangan mangrove bisa mengurangi 5,3-9,3% pendapatan tahunan rumah tangga pesisir.</p>
<p>Nah, penetapan kawasan konservasi laut berpeluang memperbaiki kerusakan ini, sembari meningkatkan kualitas hidup masyarakat di sekitarnya. Ada kisah sukses dari pemulihan kawasan mangrove eks tambang timah di Pulau Belitung yang berhasil menciptakan lapangan kerja warga sekitar dari <a href="https://www.icctf.or.id/transforming-an-ex-mining-area-into-a-mangrove-tourism-park/">budi daya perikanan maupun pariwisata</a>. </p>
<h2>Perluas kawasan konservasi di dalam area perikanan tangkap</h2>
<p>Kawasan konservasi sangat penting untuk perikanan yang berkelanjutan dan nelayan kecil. Karena itu, pengelolaan sektor perikanan tangkap harus menyeimbangkan aspek keuntungan dengan pelestarian laut. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/520007/original/file-20230410-22-czwsel.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/520007/original/file-20230410-22-czwsel.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/520007/original/file-20230410-22-czwsel.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/520007/original/file-20230410-22-czwsel.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/520007/original/file-20230410-22-czwsel.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/520007/original/file-20230410-22-czwsel.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/520007/original/file-20230410-22-czwsel.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Tuna adalah salah satu komoditas perikanan unggulan Indonesia.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Antara)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Indonesia harus menetapkan lebih banyak area perlindungan, yang diinisiasi pemerintah ataupun pihak lainnya, di dalam wilayah pengelolaan perikanan (WPP).</p>
<p>Sejauh ini, porsi kawasan konservasi di dalam WPP sangatlah kecil. Di <a href="https://www.thejakartapost.com/opinion/2022/06/07/local-wisdom-guards-fisheries-in-indonesias-maluku-islands.html">Natuna ataupun Maluku–kawasan dengan potensi perikanan yang tinggi</a>, hanya <a href="https://wri-indonesia.org/sites/default/files/2022-12/Marine%20Trends%20Report_WRI%20format_v14.pdf">(7,7% and 7,2%, masing-masing)</a> dari total WPP-nya yang ditetapkan sebagai kawasan konservasi.</p>
<p>Indonesia tengah mengubah fokus strategi pengelolaan kawasan perikanan dari berbasiskan komoditas menguntungkan (seperti tuna) karena tidak efektif mencegah <a href="http://doi.org/10.46830/wrirpt.20.00064">penangkapan berlebihan</a>. Pemerintah tengah mengadopsi pendekatan baru yang mengutamakan pelestarian sumber daya dan memasukkan <a href="https://doi.org/10.1016/j.marpol.2018.01.027">aspek ekologi perairan</a>.</p>
<h2>Menyokong area terkait konservasi laut</h2>
<p>Indonesia juga harus menggenjot upaya perlindungan laut dengan mengadopsi praktik perikanan tradisional yang lestari.</p>
<p>Misalnya, masyarakat di Indonesia timur diketahui memiliki ritual seperti <a href="https://doi.org/10.22459/ssfp.02.2013"><em>sasi</em></a> atau larangan melaut selama waktu tertentu.</p>
<p>Komunitas di Desa Popisi, Sulawesi Tengah, pun berhasil <a href="https://blueventures.org/the-first-temporary-octopus-fishery-closure-in-banggai-laut-indonesia-2/">menjalankan praktik penangkapan gurita yang berkelanjutan</a> dengan menerapkan penutupan kawasan sementara.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/520009/original/file-20230410-14-vqzyi5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/520009/original/file-20230410-14-vqzyi5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/520009/original/file-20230410-14-vqzyi5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/520009/original/file-20230410-14-vqzyi5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/520009/original/file-20230410-14-vqzyi5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=565&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/520009/original/file-20230410-14-vqzyi5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=565&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/520009/original/file-20230410-14-vqzyi5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=565&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Pemasangan penanda untuk memulai penutupan penangkapan gurita semetara in Banggai, Sulawesi Tengah.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(LINI)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Masyarakat di Sekaroh, Lombok, Nusa Tenggara Barat, juga sukses mempraktikkan kebijakan <a href="http://lipi.go.id/berita/single/Pendekatan-Kearifan-Lokal-Awig-Awig-dalam-Pengentasan-Kemiskinan-Masyarakat-Pesisir-Lombok/21683"><em>awig-awig</em></a>. Kebijakan ini mengatur area penangkapan dan praktik bagi hasil untuk melestarikan teripang.</p>
<p>Praktik-praktik di ataslah yang dapat diadopsi pemerintah dalam pengelolaan kawasan konservasi laut.</p>
<p>Pendekatan tersebut dapat memastikan keberlanjutan sumber daya laut jangka panjang, sekaligus menjaga kearifan lokal maupun kesejahteraan masyarakat pesisir.</p>
<p>Pendekatan konservasi laut yang terpadu, melalui rangkaian kawasan konservasi, juga bisa memperkuat kerja sama antardaerah, mengurangi konflik kepentingan. Skema ini juga bisa mengakomodasi keberagaman tradisi perikanan sekaligus kearifan lokal, bahkan memfasilitasi pertukaran pengetahuan.</p>
<p>Harapannya, konservasi sumber daya laut bisa lebih efektif menjaga lingkungan sekaligus menguntungkan masyarakat sekitar.</p>
<p>Pemerintah pusat maupun daerah perlu memperbaiki pengelolaan kawasan konservasi masing-masing. Perbaikan ini juga perlu mencakup pengentasan tantangan seperti minimnya dana, pelatihan yang belum memadai, dan keterbatasan petugas–sebagaimana terangkum dalam <a href="http://doi.org/10.46830/wrirpt.20.00064">laporan kami.</a>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/203585/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Lucentezza Napitupulu pernah bekerja sebagai Economic Researcher di World Resources Institute Indonesia selama penulisan laporan ini. Laporan ini didanai oleh David and Lucile Packard Foundation.</span></em></p>Walaupun kawasan konservasi terus meluas, rumah tangga nelayan masih tergolong masyarakat paling miskin di Indonesia.Lucentezza Napitupulu, Adjunct associate, Universitas IndonesiaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1839782022-06-08T01:59:55Z2022-06-08T01:59:55ZRiset: 84% proyek restorasi karang Indonesia tak terpantau, ada yang hancur berantakan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/466732/original/file-20220602-14-scqkbx.png?ixlib=rb-1.1.0&rect=12%2C0%2C2856%2C1445&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Proyek restorasi terumbu karang di Desa Sawandarek, Pulau Mansuar, Raja Ampat, Papua Barat</span> <span class="attribution"><span class="source">(Sumber: Kevin Sempé/The SEA People)</span></span></figcaption></figure><p>Ekosistem terumbu karang Indonesia saat ini tak seperti yang selalu digembar-gemborkan, yakni <a href="https://nasional.tempo.co/read/1063298/menteri-siti-buka-pameran-foto-jelajah-terumbu-karang/full&view=ok">terindah dan terluas di dunia</a>. Di banyak lokasi, kerusakan terjadi begitu hebat hingga membuat ekosistem ini tampak seperti kuburan bawah laut – tanpa warna, sepi, kelam, dan mencekam.</p>
<p>Laporan <a href="https://www.researchgate.net/publication/342663285_The_Status_of_Indonesian_Coral_Reefs_2019">Status Kesehatan Terumbu Karang tahun 2019</a> yang dirilis oleh Pusat Riset Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan hanya 6.4% saja, dari 1153 terumbu yang disurvey, masih dalam kategori bagus sekali – alias memiliki tutupan karang hidup lebih dari 75%. Mayoritas terumbu (71%) justru hanya memiliki tutupan karang hidup kurang dari 50%. </p>
<p>Guna memperbaiki keadaan tersebut, banyak pihak melirik proyek restorasi terumbu karang sebagai ajang unjuk komitmen pelestarian laut. Penelitian terbaru saya bersama tim yang terbit di jurnal <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0308597X21005510?dgcid=rss_sd_all&utm_campaign=RESR_MRKT_Researcher_inbound&utm_medium=referral&utm_source=researcher_app#bib1"><em>Marine Policy</em></a> menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara dengan kegiatan restorasi terumbu karang terbanyak di dunia. Totalnya ada 533 proyek yang tersebar di 29 provinsi selama 30 tahun terakhir (1990-2020). </p>
<p>Ratusan kegiatan ini telah menenggelamkan sekitar 120 ribu unit terumbu buatan dan 53 ribu rak transplantasi karang. Ada sekitar 1 juta potongan karang transplantasi yang ditempelkan pada unit-unit tersebut.</p>
<p>Sebagian besar (205 kegiatan) restorasi terumbu karang merupakan inisiatif pemerintah. Sementara sisanya merupakan bagian dari kegiatan perusahaan, universitas, dan lembaga swadaya masyarakat. Hampir semua kegiatan melibatkan masyarakat setempat.</p>
<p>Saya mengamati banyak penggagas kegiatan restorasi amat bangga dengan angka yang besar tersebut. Namun, di balik kebanggaan itu, studi kami justru menemukan ada tahapan vital yang justru terlupakan dalam ratusan proyek restorasi: monitoring atau pemantauan ulang.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/465630/original/file-20220527-24-iqy07y.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/465630/original/file-20220527-24-iqy07y.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=234&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/465630/original/file-20220527-24-iqy07y.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=234&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/465630/original/file-20220527-24-iqy07y.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=234&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/465630/original/file-20220527-24-iqy07y.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=295&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/465630/original/file-20220527-24-iqy07y.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=295&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/465630/original/file-20220527-24-iqy07y.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=295&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Kondisi terumbu buatan berbentuk kubah di Pulau Menjangan Besar, Kepulauan Karimunjawa. Terumbu ini ditenggelamkan pada 2001, sedangkan pemantauan dilakukan pada 2005 (Sumber: Munasik dalam Prosiding Musyawarah Nasional Terumbu Karang II, Jakarta 2008)</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="http://eprints.undip.ac.id/423/">(Munasik)</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Melalui studi berbasis telaah ekstensif hasil riset dan pencarian media, saya dan tim menemukan pemonitoran hanya berjalan di 85 dari total 533 proyek (16%). Sisanya merupakan kegiatan <em>one-offs</em> alias sekali jalan. </p>
<p>Tanpa pemantauan ulang, bagaimana kita bisa menakar kesuksesan program restorasi? </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/465976/original/file-20220530-14-h4iu6.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/465976/original/file-20220530-14-h4iu6.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/465976/original/file-20220530-14-h4iu6.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/465976/original/file-20220530-14-h4iu6.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/465976/original/file-20220530-14-h4iu6.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/465976/original/file-20220530-14-h4iu6.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/465976/original/file-20220530-14-h4iu6.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Rak transplantasi dan beton terumbu yang terbengkalai di perairan di utara Pulau Jawa (Sumber: Haifa Herfauzia Jasmin)</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Saya mendapati di sejumlah perairan, sejumlah beton terumbu ini teronggok begitu saja di dasar laut, tanpa dihampiri larva-larva karang. Ada juga beton yang hancur berantakan karena material beton dan besi yang tak berkualitas. Kondisi tersebut akhirnya justru menambah suram penampilan kuburan-kuburan karang di bawah laut.</p>
<h2>Mengapa proyek restorasi bisa gagal?</h2>
<p>Upaya restorasi terumbu karang biasanya dilakukan dengan metode restorasi aktif. Caranya dengan menenggelamkan terumbu buatan (biasanya dari beton atau pipa-pipa baja berstruktur) dengan ragam bentuk tiga dimensi (3D) yang menyerupai ekosistem aslinya. </p>
<p>Setelah terumbu tenggelam, praktisi restorasi umumnya menempelkan potongan-potongan cabang karang sehat. Teknik ini disebut juga transplantasi karang. </p>
<p>Selain transplantasi, ada juga restorasi yang mengandalkan larva karang hasil reproduksi alami untuk menempel pada permukaan terumbu buatan.</p>
<p>Meski demikian, upaya restorasi tidak semudah menanam keladi di taman belakang rumah.</p>
<p>Dalam menanam tanaman di tanah, informasi untuk mengoptimalkan penanaman tanaman di medium tanah sudah lama berkembang dan terpetakan dengan baik. Informasi itu menghasilkan banyak rekayasa terkait kelembaban tanah, pemberian pupuk, intensitas cahaya matahari, dan sebagainya. </p>
<p>Sebaliknya, belum ada informasi sejenis untuk memastikan kesuksesan upaya menumbuhkan karang di dasar perairan laut. Hampir semua faktor alam di laut seperti arus laut, intensitas sinar matahari, suhu, ataupun salinitas, tidak bisa diatur maupun direkayasa. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/466723/original/file-20220602-24-mytfow.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/466723/original/file-20220602-24-mytfow.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=336&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/466723/original/file-20220602-24-mytfow.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=336&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/466723/original/file-20220602-24-mytfow.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=336&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/466723/original/file-20220602-24-mytfow.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=422&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/466723/original/file-20220602-24-mytfow.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=422&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/466723/original/file-20220602-24-mytfow.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=422&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Keberhasilan terumbu karang juga sangat dipengaruhi oleh baiknya kualitas perairan, seperti rak besi ini yang ditenggelamkan tahun 2018 dan sudah hampir seluruhnya ditutupi karang sehat. Desa Sawandarek, Pulau Mansuar, Raja Ampat (Sumber: Kevin Sempé/The SEA People)</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Selain itu, laut sebagai suatu kesatuan alam yang sangat luas memiliki variasi spesifik per lokasi yang sulit ditentukan. Misalnya, kita sering menemui suatu teluk dengan keanekaragaman hayati terumbu karang yang tinggi. Namun di teluk lainnya yang tak jauh dari teluk tadi, kita tak menemui satu pun terumbu karang. Ini bisa terjadi karena pergerakan arus, nutrisi air laut, atau ketersediaan larva karang yang berbeda.</p>
<p>Karena itulah, beberapa hewan karang dari jenis yang sama bisa jadi membutuhkan spesifikasi lingkungan yang berbeda karena mereka hidup di kondisi perairan yang tak sama.</p>
<p>Selain faktor kondisi laut, teknik restorasi karang juga turut menentukan hasil kegiatan. Misalnya, di <a href="http://eprints.undip.ac.id/423/">Pulau Menjangan, Kepulauan Karimunjawa,</a> terumbu buatan diduga langsung ditenggelamkan dari kapal – tanpa diarahkan oleh penyelam. Akhirnya, alih-alih berhasil memulihkan ekosistem terumbu karang, cara itu justru merusak komunitas karang di kawasan tersebut.</p>
<h2>Koordinasi yang perlu ditingkatkan</h2>
<p>Para praktisi restorasi terumbu karang berusaha memberikan masukan-masukan guna perbaikan praktik restorasi di tanah air. Misalnya, oganisasi nirlaba Coral Triangle Centre (CTC) menggagas <a href="https://www.coraltrianglecenter.org/coral-restoration/">Indonesia Coral Reef Restoration Task Force</a> di Bali. Ada juga <a href="https://ipb.ac.id/event/index/2022/01/the-school-of-coral-reef-restoration-scores-06/a4d1a09ecf2b770a0faf19110af75446">School of Coral Reef Restorations (SCORES)</a> yang diinisiasi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University. </p>
<p>Forum-forum ini menjadi sarana berbagi informasi seputar kegiatan restorasi terumbu karang dari para praktisi di berbagai lapisan seperti pemerintah, akademisi, perusahaan dan masyarakat lokal. </p>
<p>Harapannya, ilmu dan informasi yang sudah berjalan di lapangan dapat menjadi pembelajaran dan masukan bagi pihak-pihak yang ingin melakukan kegiatan restorasi, sehingga tujuan utama restorasi terumbu karang, yaitu menumbuhkan kembali ekosistem yang telah rusak, bisa benar-benar tercapai.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/466207/original/file-20220531-26-4zdoah.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/466207/original/file-20220531-26-4zdoah.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/466207/original/file-20220531-26-4zdoah.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/466207/original/file-20220531-26-4zdoah.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/466207/original/file-20220531-26-4zdoah.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/466207/original/file-20220531-26-4zdoah.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/466207/original/file-20220531-26-4zdoah.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Kegiatan restorasi gotong royong yang dilakukan oleh kelompok masyarakat Pokdarwis Tramena dan Pormaswas Gili Matra di Gili Trawangan, Lombok NTB (Sumber: Matla'ah/Pokdarwis Tramena)</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ada beberapa rekomendasi dari lapangan yang dapat mendukung suksesnya program restorasi dan kembalinya ekosistem terumbu karang. Misalnya, salah satu kunci sukses restorasi adalah pelibatan dan peran aktif masyarakat lokal (contohnya kasus dari <a href="https://news.mongabay.com/2022/05/community-led-coral-restoration-project-is-rare-hit-amid-slew-of-misses-in-indonesia/">Gili Trawangan, Lombok</a>). Anggaran restorasi juga harus meliputi dana perawatan dan pemantauan (contohnya kasus dari <a href="https://www.google.com/url?q=https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/rec.12866&sa=D&source=docs&ust=1653623584225600&usg=AOvVaw10QKjFcbUoYAxHAcpOuY1y">Kapoposang, Sulawesi Selatan,</a> dan <a href="https://www.google.com/url?q=https://oranglautpapua.org/yaf-keru-restorasi-terumbu-karang/&sa=D&source=docs&ust=1653623584226021&usg=AOvVaw3x0PUHCWMXvpnxSA630EzC">Raja Ampat, Papua</a>). </p>
<p>Wadah kolaborasi ini perlu dibentuk secara formal antara pemerintah, akademisi, dan praktisi restorasi. Harapannya, kebijakan pengelolaan dan restorasi terumbu karang benar-benar melibatkan hasil temuan ilmiah dan pengalaman di lapangan.</p>
<p>Proyek-proyek restorasi semestinya pun tak mengandalkan jasa-jasa konsultan yang memandang restorasi sebagai pemenuhan kriteria teknis semata, tanpa memedulikan kaidah-kaidah bioekologi terumbu karang.</p>
<p>Saat ini, Indonesia menjadi negara terdepan dari segi jumlah proyek restorasi. Berkaca dari antusiasme para praktisi dalam webinar SCORES dan CTC, saya merasa bukan hal yang mustahil kuantitas proyek restorasi juga dibarengi kualitas pemulihan ekosistem terumbu karang yang mumpuni.</p>
<p>Selain kolaborasi, restorasi terumbu karang juga semestinya didahului penyelesaian persoalan lingkungan pesisir seperti alih fungsi hutan mangrove, polusi perairan, pengelolaan sampah, maupun aktivitas pembangunan di sekitar pantai.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/183978/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Tries Blandine Razak menerima dana dari The Pew Charitable Trusts</span></em></p>Di balik banyaknya jumlah proyek restorasi karang di Indonesia, studi kami menemukan ada tahapan vital yang absen dilakukan: pemantauan ulang.Tries Blandine Razak, Researcher, IPB UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1508492020-12-02T11:56:02Z2020-12-02T11:56:02ZPelarangan atau pengelolaan, mana lebih efektif bagi benur lobster. Ini kata peneliti<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/372293/original/file-20201201-16-w42qto.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C3988%2C2646&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">ANTARA FOTO/Ampelsa/foc</span></span></figcaption></figure><p>Belum genap setahun Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menghentikan pelarangan penangkapan dan ekspor benih udang (benur) yang ditetapkan pendahulunya, Susi Pudjiastuti, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Edhy sebagai salah satu <a href="https://nasional.kompas.com/read/2020/11/26/07161201/jadi-tersangka-kekayaan-menteri-edhy-prabowo-rp-742-miliar">tersangka dugaan korupsi</a>. </p>
<p>Ia diduga menerima uang sebesar <a href="https://nasional.kompas.com/read/2020/11/26/05382461/edhy-prabowo-diduga-terima-rp-34-miliar-dipakai-belanja-di-honolulu">Rp3,4 miliar dan 100.000 dolar AS</a> dari <a href="https://kumparan.com/kumparannews/kpk-geledah-kantor-pt-aero-citra-kargo-sita-dokumen-ekspor-benih-lobster-1uh9NHSiPgj/full">PT Aero Citra Kargo</a>, satu-satunya eksportir benih lobster di Indonesia.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Menteri KKP Edhy Prabowo memakai jaket oranye ditemani salah seorang petugas KPK." src="https://images.theconversation.com/files/372502/original/file-20201202-19-6pzewx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/372502/original/file-20201202-19-6pzewx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=381&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/372502/original/file-20201202-19-6pzewx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=381&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/372502/original/file-20201202-19-6pzewx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=381&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/372502/original/file-20201202-19-6pzewx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=478&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/372502/original/file-20201202-19-6pzewx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=478&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/372502/original/file-20201202-19-6pzewx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=478&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo, menjalani pemeriksaan di kantor KPK, Jakarta, atas dugaan korupsi ekspor benur, akhir November lalu.</span>
<span class="attribution"><span class="source">ANTARA FOTO/Reno Esnir/nz</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Susi melarang penangkapan di alam liar dan ekspor benur, anakan lobster, termasuk telur, lobster sangat kecil transparan, dan lobster yang sudah berukuran seruas jari manusia. </p>
<p>Alasannya, <a href="https://www.mongabay.co.id/2020/07/28/ketika-susi-pudjiastuti-ikut-bahas-polemik-ekspor-benih-lobster/">untuk menjamin keberlanjutan ekosistem dan menguatkan industri lobster di dalam negeri</a>.</p>
<p>Benur hidup di pantai-pantai berterumbu karang serta padang lamun. Umumnya benur hidup di perairan yang relatif tenang dan subur. Benur banyak terdapat di provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan sepanjang pantai selatan dari selatan Bali, selatan Jawa hingga Sumatra. </p>
<p>Berbeda dengan Susi, Edhy mengizinkan penangkapan benur dengan alasan untuk <a href="https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-55072847">meningkatkan pendapatan kesejahteraan nelayan dan devisa negara</a>. </p>
<p>Pada masa pemerintahan Presiden Joko “Jokowi” Widodo, Indonesia berambisi menjadi pemasok terbesar benih lobster, terutama <a href="https://www.mongabay.co.id/2020/06/09/potensi-besar-lobster-mutiara-dan-lobster-pasir/">lobster Pasir (<em>Panulirus homarus</em>) dan lobster Mutiara (<em>Panulirus ornatus</em>)</a>. </p>
<p>Indonesia memasok benih lobster ke negara-negara seperti Vietnam dan Filipina, yang merupakan negara-negara pembudidaya lobster. Vietnam dan Filipina kemudian menjual lobster ini untuk pasar ekspor mereka. </p>
<p>Di luar kasus korupsi yang melibatkan Edhy, kami mewawancarai para peneliti perikanan dan kelautan terkait kebijakan pelarangan penangkapan dan eskpor benur dan pengelolaan. Mana yang efektif untuk Indonesia?</p>
<h2>Pelarangan vs Pengelolaan</h2>
<p>Suradi Wijaya Saputra, Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, mengatakan bahwa banyak pihak menilai pelarangan penangkapan dan ekspor lobster yang ditetapkan Susi Pudjiastuti tidak efektif. </p>
<p>Meskipun, tujuan utamanya adalah menjamin keberlanjutan ekosistem dan menguatkan industri lobster di dalam negeri, serta <a href="https://ekonomi.bisnis.com/read/20191226/99/1184705/susi-akui-tak-mampu-hadang-total-penyelundupan-benih-lobster">menghentikan penyelundupan benih lobster</a> “penyelundupan BBL (benih bening lobster) tetap terjadi, meskipun yang berhasil digagalkan terus bertambah banyak. Penangkapan lobster di bawah ukuran panjang karapas 8 sentimeter atau bobot 200 gram tetap terjadi dan penangkapan induk lobster yang matang gonad juga tetap terjadi,” kata Suradi. </p>
<p>Hal sama dikemukakan oleh Puji Rahmadi, peneliti dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, bidang ekologi laut. </p>
<p>“Pelarangan ekspor juga merugikan nelayan karena tetap saja ada penyelundupan. Dengan adanya penyelundupan, yang mengambil keuntungan adalah para pelaku ilegal ekspor, hanya segelintir kelompok saja. Mereka mengumpulkan benur dari nelayan dengan harga rendah dan menjualnya/ekspor dengan harga tinggi,” jelasnya.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Puluhan udang kecil berwarna transparan di tangan." src="https://images.theconversation.com/files/372290/original/file-20201201-22-1qv94um.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/372290/original/file-20201201-22-1qv94um.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=376&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/372290/original/file-20201201-22-1qv94um.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=376&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/372290/original/file-20201201-22-1qv94um.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=376&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/372290/original/file-20201201-22-1qv94um.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=472&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/372290/original/file-20201201-22-1qv94um.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=472&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/372290/original/file-20201201-22-1qv94um.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=472&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Penyelundupan benur atau benih bening lobster (BBL) masih terjadi meski ada kebijakan pelarangan dan pengelolaan.</span>
<span class="attribution"><span class="source">ANTARA FOTO/Ardiansyah/pd/17</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pada tahun 2015, penyelundupan yang berhasil digagalkan senilai <a href="https://www.mongabay.co.id/2017/08/03/kenapa-penyelundupan-benih-lobster-terus-meningkat/">Rp27,3 miliar</a> dan meningkat menjadi <a href="https://www.mongabay.co.id/2017/08/03/kenapa-penyelundupan-benih-lobster-terus-meningkat/">Rp71,7 miliar di tahun 2016</a>. </p>
<p>Dari tahun 2015 hingga Juni 2019, pemerintah menggagalkan sebanyak <a href="https://www.kompas.com/tren/read/2019/12/16/120059165/kontroversi-ekspor-benih-lobster-dan-catatan-penyelundupan-yang-mencapai-rp?page=all">263 kasus penyelundupan benih lobster</a> dan menyelamatkan 9.825.677 ekor benih lobster yang diperkirakan bernilai <a href="https://www.kompas.com/tren/read/2019/12/16/120059165/kontroversi-ekspor-benih-lobster-dan-catatan-penyelundupan-yang-mencapai-rp?page=all">Rp1,37 triliun</a>.</p>
<p>“Ini bisa diartikan, setelah adanya aturan pelarangan, maka upaya pengawasan dan pencegahan semakin ketat, sehingga yang berhasil tertangkap dan digagalkan semakin besar,” jelas Suradi. </p>
<p>Kebijakan pengelolaan yang dikeluarkan Eddhy Prabowo melalui Permen 12/2020, seperti mengatur teknologi budidaya, investasi, hingga ketentuan penangkapan dan pengeluaran dari Indonesia, Puji mengatakan, secara teori, sebenarnya sangat bermanfaat bagi keberlanjutan stok lobster liar yang ada di laut Indonesia. </p>
<p>Dengan terjaganya stok yang ada di alam, lanjutnya, maka masyarakat dapat memanfaatkan keuntungannya secara berkelanjutan. </p>
<p>“Yang barangkali terjadi saat ini adalah kuota ekspor benur lobster dimonopoli oleh kelompok tertentu saja dan ini artinya seluruh kekayaan lobster yang diekspor hanya dinikmati oleh kelompok tertentu tersebut,” jelasnya. </p>
<h2>Kebijakan yang efektif</h2>
<p>Sejak Edhy membuka keran ekspor benur, angka ekspor benih lobster menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. </p>
<p>Berdasarkan data BPS, <a href="https://tirto.id/ekspor-benih-lobster-ri-ke-vietnam-september-2020-naik-135-persen-f555">ekspor benih lobster mencapai AS$15,16 juta untuk 6.024 kg benih selama September 2020</a>. </p>
<p>Nilai ini meningkat dari bulan Agustus yang hanya meraih <a href="https://lokadata.id/artikel/edhy-prabowo-ditangkap-ekspor-benur-lobster-dihentikan">AS$6,42 juta untuk 4.215 kg</a>. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/75-tahun-merdeka-indonesia-masih-punya-banyak-potensi-kembangkan-sektor-kelautan-dan-perikanan-143188">75 tahun merdeka, Indonesia masih punya banyak potensi kembangkan sektor kelautan dan perikanan</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Menyusul kasus yang terjadi dengan Edhy Prabowo, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah <a href="https://www.mongabay.co.id/2020/11/27/ekspor-benih-lobster-berhenti-pascapenangkapan-menteri-kkp-masalah-tetap-ada/">memberhentikan kegiatan ekspor benih lobster</a>. </p>
<p>Menurut Puji, perlu ada peraturan yang mampu mengkompromikan dan mensinergikan kebutuhan dan pemanfaatan secara ekonomi dan kepentingan perlindungan terhadap stok alam agar fungsi ekologi tetap terjaga. </p>
<p>“Mungkin yang perlu dilakukan adalah menentukan jumlah tangkapan maksimum yang tidak menimbulkan kerusakan terhadap ekosistem. Dari angka tersebut dapat ditentukan strateginya dengan pembatasan usaha penangkapan,” lanjut Puji. </p>
<p>Kontrol jumlah tangkapan dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti memberlakukan izin khusus penangkapan benur lobster atau memberlakukan sistem <em>traceability</em> seperti pada perikanan tuna. </p>
<p>“Namun demikian, yang paling penting adalah pengawasan. Oleh karena itu, sinergi antara pemerintah, nelayan, pelaku usaha baik dalam peredaran di dalam negeri maupun ekspor perlu ditingkatkan lebih baik,” jelasnya.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/peneliti-ungkapkan-perlu-standarisasi-cantrang-sebelum-legalisasi-141200">Peneliti ungkapkan perlu standarisasi cantrang sebelum legalisasi</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Pendapat lain datang dari Suradi yang mengatakan bahwa Indonesia sebaiknya tidak melakukan ekspor BBL dan fokus mengembangkan budidaya, termasuk menyiapkan induk untuk menghasilkan BBL sendiri di panti benih (Balai Benih). </p>
<p>“Benih di alam kita biarkan untuk menjadi besar atau dipanen untuk sekadar memenuhi kebutuhan bibit budidaya dalam negeri, bukan budidaya di luar negeri (ekspor),” jelas Suradi. Ia menambahkan bahwa sudah ada pengaturan ukuran minimum yang boleh ditangkap dan diekspor dalam Permen 12/2020. </p>
<p>“Eksploitasi BBL dikhawatirkan akan menghambat terbentuknya stok lobster dewasa, sehingga produksi lobster dewasa akan menurun,” tandasnya. </p>
<p>Ia juga memandang bahwa kebijakan memperbolehkan pemanenan dan ekspor BBL akan sangat berisiko bagi keberlanjutan usaha nelayan lobster dewasa dan kegiatan budidaya lobster tradisional.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/150849/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Pelarangan atau pengelolaan benur (benih lobster). Manakah yang lebih efektif?Fidelis Eka Satriastanti, Editor Lingkungan HidupLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1418862020-07-24T11:23:01Z2020-07-24T11:23:01ZBagaimana laut menyembuhkan dirinya sendiri selama pandemi<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/348847/original/file-20200722-38-h89eow.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C17%2C3994%2C2652&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Sejumlah wisatawan berada di kawasan Pantai Melasti, Badung, Bali, Rabu (24/6/2020). Beberapa pengelola pantai mulai membuka kembali kunjungan wisatawan dengan penerapan prokotol pandemi COVID-19. </span> <span class="attribution"><span class="source">Fikri Yusuf/ANTARA FOTO</span></span></figcaption></figure><p>Sebelum masa pandemi COVID-19, kesehatan laut Indonesia sudah mengkhawatirkan.</p>
<p>Indeks kesehatan laut atau <a href="http://www.oceanhealthindex.org"><em>Ocean Health Index</em> (OHI)</a>, yang dikembangkan oleh <em>National Center for Ecological Analysis and Synthesis</em> (NCEAS) dan <em>Conservation International</em>, menempatkan Indonesia pada peringkat 137 dari 221 negara pada tahun 2018, dengan total nilai 65 dari skala 100.</p>
<p>Nilai ini masih di bawah rata-rata kesehatan laut dunia yaitu 71. </p>
<p>Namun, sejak pemberlakuan <a href="https://setkab.go.id/presiden-physical-distancing-harus-dilakukan-lebih-tegas-disiplin-dan-efektif/">pembatasan fisik (<em>physical distancing</em>)</a> untuk mencegah penyebaran coronavirus di Indonesia pada bulan Maret lalu ternyata memberikan kesempatan lingkungan untuk memulihkan diri secara alami.</p>
<p>Hal ini karena pembatasan pergerakan manusia mengurangi aktivitas manusia yang menghasilkan polusi dan merusak ekosistem laut. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/meski-langit-terlihat-bersih-semasa-pandemi-emisi-gas-rumah-kaca-tetap-meningkat-140946">Meski langit terlihat bersih semasa pandemi, emisi gas rumah kaca tetap meningkat</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Sebagai peneliti kelautan, observasi saya awal menemukan beberapa perubahan pada kondisi laut di Indonesia selama masa pandemi:</p>
<p><strong>1) Kemunculan spesies</strong> </p>
<p>Berkurangnya aktivitas manusia di pantai dan laut memberikan waktu bagi pemulihan ekosistem dan biota secara alami.</p>
<p>Meski masih perlu penelitian lebih lanjut, sudah ada laporan kemunculan spesies laut ke daerah-daerah yang sebelumnya padat oleh kegiatan manusia. </p>
<p>Contohnya, kemunculan paus pembunuh atau <a href="http://pusriskel.litbang.kkp.go.id/index.php/en/home/2211-kata-peneliti-qwidodo-pranowoq-soal-paus-pembunuh-di-anambas-langka">Orca (<em>Orcinus Orca</em>) di Anambas</a>, Kepulauan Riau. Kehadiran mereka sebelumnya sangat jarang di daerah tersebut.</p>
<p>Di Atlantik Utara, Michelle Fournet, peneliti dari Cornell University di Amerika Serikat menyatakan bahwa selama pandemi terjadi pengurangan drastis polusi suara yang berasal dari kapal yang lalu lalang dan aktivitas manusia lainnya yang mengganggu sensor <a href="https://royalsocietypublishing.org/doi/full/10.1098/rspb.2011.2429">spesies paus</a>. </p>
<p>Hal tersebut mengakibatkan paus kembali menjelajah daerah yang sebelumnya padat oleh kegiatan pelayaran dan aktivitas di laut selama pandemi.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/348859/original/file-20200722-38-v3yort.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/348859/original/file-20200722-38-v3yort.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/348859/original/file-20200722-38-v3yort.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/348859/original/file-20200722-38-v3yort.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/348859/original/file-20200722-38-v3yort.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/348859/original/file-20200722-38-v3yort.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/348859/original/file-20200722-38-v3yort.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/348859/original/file-20200722-38-v3yort.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Paus pembunuh atau Orca mulai mendekati wilayah yang ditinggalkan manusia saat protokol pandemi diterapkan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://pixabay.com/id/photos/paus-pembunuh-orcas-pod-melanggar-3933326/">www.pixabay.com</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p><strong>2) Pengasaman laut melambat</strong></p>
<p>Beberapa <a href="https://www.nature.com/articles/s41558-020-0797-x">laporan</a> mengindikasikan bahwa adanya penurunan harian emisi karbon dioksida di atmosfer.</p>
<p>Banyak <a href="https://www.smithsonianmag.com/smart-news/carbon-emissions-fall-during-pandemic-could-bounce-back-fast-180974930/">peneliti berargumen</a> bahwa ini hanya dampak langsung dari penurunan drastis aktivitas manusia meski ada kemungkinan untuk naik kembali. </p>
<p>Namun, turunnya level karbon dioksida di atmosfer akan <a href="https://www.carbonbrief.org/analysis-coronavirus-set-to-cause-largest-ever-annual-fall-in-co2-emissions">memperlambat proses pengasaman laut</a>.</p>
<p>Laut yang memanas akibat meningkatnya gas rumah kaca, –karbon dioksida (CO₂), nitrogen dioksida (N₂O), metana (CH4), dan freon–, di atmosfer. </p>
<p>Ini akan meningkatkan tingkat keasaman laut dan menyebabkan pemutihan pada terumbu karang (<em>coral bleaching</em>) yang berujung kepada kematian karang dan spesies laut yang menjadikan terumbu karang rumah mereka.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/348860/original/file-20200722-24-16nu8c6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/348860/original/file-20200722-24-16nu8c6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/348860/original/file-20200722-24-16nu8c6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=451&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/348860/original/file-20200722-24-16nu8c6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=451&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/348860/original/file-20200722-24-16nu8c6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=451&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/348860/original/file-20200722-24-16nu8c6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=567&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/348860/original/file-20200722-24-16nu8c6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=567&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/348860/original/file-20200722-24-16nu8c6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=567&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Pengasaman laut membuat terumbu karang memutih dan akhirnya mati.</span>
<span class="attribution"><span class="source">www.wikimedia.com</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Walaupun pertumbuhan karang tidak sampai 1 cm per tahun, pengurangan aktivitas turis diharapkan dapat mengurangi kerusakan karang dan memberi harapan untuk karang dapat tumbuh kembali.</p>
<p>Hal ini pernah terjadi di pantai Maya Bay, Kepulauan Phi Phi, Thailand pada tahun 2018.</p>
<p>Ketika itu pengelola pantai menutup lokasi wisata selama lebih dari 3 bulan untuk <a href="https://www.dw.com/en/coral-reefs-in-thailands-maya-bay-begin-to-recover/a-45272972%22">memperbaiki ekosistem terumbu karang</a> yang rusak akibat kunjungan turis yang datang karena <a href="https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180220151835-269-277461/pantai-the-beach-ditutup-karena-kerusakan-lingkungan">pantai tersebut menjadi lokasi syuting film</a>, <em>The Beach</em>, yang dibintangi oleh Leonardo DiCaprio di tahun 2000. </p>
<p>Setelah penutupan, disertai dengan pengawasan ketat dari para peneliti kelautan, biota-biota laut, seperti hiu karang (<em>Carcharhinus limbatus</em>), mulai <a href="https://www.scmp.com/lifestyle/travel-leisure/article/3041670/miracle-maya-bay-how-thai-paradise-island-wrecked-tourism">muncul kembali</a> di daerah tersebut. </p>
<p>Salah satu ahli konservasi karang dari Malaysia, pendiri dan CEO <a href="https://www.oceanquest.global/"><em>Ocean Quest Global</em></a>, sebuah NGO yang fokus terhadap konservasi terumbu karang, <a href="https://www.scmp.com/lifestyle/travel-leisure/article/3041670/miracle-maya-bay-how-thai-paradise-island-wrecked-tourism">Annuar Abdullah</a>, mengatakan bahwa yang terjadi di Pantai Maya Bay menunjukkan bahwa faktor absennya manusia akan mempercepat pemulihan alam secara alami. </p>
<p>Di Hanauma Bay, Hawaii, AS, peneliti utama dari <a href="https://coralreefecologylab.com/"><em>Coral Reef Ecology Lab</em>, <em>Hawaii Institute of Marine Biology</em></a>, Ku’ulei Rodgers mengungkapkan <a href="https://www.civilbeat.org/2020/04/the-coronavirus-has-been-good-for-hanauma-bay/">optimismenya bahwa berkurangnya pengunjung di masa pandemi akan berdaampak bagus bagi ekosistem</a> karena hampir 80% polusi di laut berasal dari aktivitas manusia.</p>
<h2>Kenormalan baru yang ideal</h2>
<p>Masih sulit untuk meneliti dampak COVID-19 secara langsung terhadap kesehatan laut mengingat begitu banyak faktor yang harus dipelajari, belum lagi masih terbatasnya pergerakan manusia. </p>
<p>Namun, ada sedikit gambaran bahwa ketidakhadiran manusia memberikan sedikit waktu bagi laut untuk menyembuhkan diri. </p>
<p>Ini karena laut memiliki mekanisme sendiri untuk <a href="https://www.unenvironment.org/news-and-stories/story/nature-can-still-heal-itself-if-we-give-it-urgent-attention-it-needs">memulihkan diri</a> jika kita tahu apa yang menjadi <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/pdf/10.1002/aqc.2702">penyebab stres pada ekosistem tersebut</a>.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/pembatasan-fisik-akibat-pandemi-turunkan-polutan-udara-bebaskan-gerak-satwa-dan-tumbuhan-136511">Pembatasan fisik akibat pandemi turunkan polutan udara, bebaskan gerak satwa dan tumbuhan</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Memasuki “kenormalan baru” (<em>New Normal</em>), pemerintah seharusnya juga mempersiapkan cara berpikir manusia terhadap kesehatan laut.</p>
<p>Misalnya, tingkatkan edukasi wisatawan untuk tidak membuang sampah ke laut dan perbaiki cara <em>snorkling</em> atau menyelam yang baik. </p>
<p>Selanjutnya, pemerintah seharusnya bisa mendorong sektor pariwisata laut untuk mempraktikkan gaya hidup yang rendah karbon, seperti menggunakan sepeda, angkutan massal, menanam tumbuhan, dan mengurangi konsumsi dengan wadah yang tidak bisa dipakai ulang. </p>
<p>Perlu kita ingat laut memberikan kontribusi signifikan terhadap kesehatan manusia. Peneliti dari <em>Woods Hole Oceanographic Institute</em> bahkan menemukan <a href="https://www.whoi.edu/news-insights/content/finding-answers-in-the-ocean/">bakteria laut yang sangat penting untuk mengidentifikasi COVID, AIDS, dan SARS</a>. </p>
<p>Jadi, kenormalan baru seharusnya bisa membawa kita ke dalam kondisi di mana lingkungan dan manusia adalah satu sistem yang tidak terpisahkan, bukan saling menaklukkan. </p>
<hr>
<p><em>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/141886/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Noir Primadona Purba tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Pembatasan aktivitas manusia memberikan waktu bagi ekosistem laut untuk memulihkan diri. Namun, kehadiran manusia dibutuhkan untuk program konservasi laut.Noir Primadona Purba, Lecturer and Marine Reseacher, Universitas PadjadjaranLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1421672020-07-15T01:58:03Z2020-07-15T01:58:03ZGelombang panas laut membahayakan ikan terumbu karang, bahkan sebelum karang itu mati<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/346569/original/file-20200709-22-12xncqz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C27%2C6006%2C3980&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Sekumpulan ikan (_Acanthurus triostegus_) terlihat berenang di karang mati setelah gelombang panas tahun 2015-16. </span> <span class="attribution"><span class="source">(Kevin Bruce</span>, <span class="license">Author provided</span></span></figcaption></figure><p>Dengan begitu <a href="https://wwf.panda.org/our_work/oceans/problems/">banyak tantangan yang dihadapi oleh laut</a> saat ini, terumbu karang merupakan pertahanan bagi keanekaragaman hayati laut.</p>
<p><a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0960982214016236">Ribuan spesies ikan</a> berbagai macam bentuk dan ukuran menghuni ekosistem yang berwarna, kompleks, dan menguntungkan secara ekonomi ini. </p>
<p>Namun, <a href="https://doi.org/10.1038/nclimate3382">laut yang semakin menghangat</a> dapat membahayakan mereka.</p>
<p>Sejak terjadi <em>coral bleaching</em> atau <a href="https://www.icriforum.org/documents/status-of-coral-reefs-of-the-world-2000/">pemutihan karang pertama</a> yang menghancurkan terumbu di akhir tahun 1990-an, ilmuwan telah berusaha untuk mendokumentasikan efek dari fenomena ini. </p>
<p>Kematian terumbu karang akibat pemutihan yang sangat parah <a href="https://www.mdpi.com/1424-2818/3/3/424">mengubah kehidupan ikan-ikan yang berada di daerah tersebut</a>: jumlah ikan pemakan karang menurun, sedangkan pemakan alga meningkat karena cepat berkembang biak. </p>
<p>Lalu, apa yang terjadi pada ikan saat cuaca sangat panas, yaitu ketika suhu air naik, tapi karang belum memutih dan mati? Belum banyak ilmuwan yang mencoba menjawab pertanyaan ini. </p>
<p><a href="https://doi.org/10.1002/eap.2124">Studi terbaru kami</a> yang terbit di <em>Ecological Applications</em> meneliti ikan-ikan terumbu karang pada sebelum, saat, dan sesudah El Niño 2015-16 di Kiritimati, sebuah atol di Laut Pasifik yang merupakan bagian dari negara Kiribati.</p>
<p>Penelitian kami menunjukkan bahwa kenaikan suhu laut jangka pendek menyebabkan dampak yang mematikan bagi ikan terumbu karang dan komunitas lokal yang bergantung kepada mereka. </p>
<h2>Memanaskan atol terbesar di dunia</h2>
<p>Kiritimati, atau Pulau Natal, adalah atol (gugusan karang yang berbentuk cincin) terbesar di dunia berdasarkan massa daratan. </p>
<p>Jarak bandara utama terdekat lebih dari 2.000 kilometer di Hawai'i. Masyarakat yang tinggal di Kiritimati sangat bergantung pada ikan karang sebagai sumber pangan dan penghasilan mereka.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/336588/original/file-20200520-152349-1wz6wbe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/336588/original/file-20200520-152349-1wz6wbe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/336588/original/file-20200520-152349-1wz6wbe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/336588/original/file-20200520-152349-1wz6wbe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/336588/original/file-20200520-152349-1wz6wbe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/336588/original/file-20200520-152349-1wz6wbe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/336588/original/file-20200520-152349-1wz6wbe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Terumbu karang yang sehat di Kiritimati sebelum peristiwa El Niño tahun 2015–16.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Kristina Tietjen)</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ketika El Niño tahun 2015–16 <a href="https://www.doi.org/10.1126/science.aan8048">menghancurkan terumbu karang di seluruh dunia</a>, dampaknya sangat terasa bagi penduduk Kiritimati. </p>
<p><a href="https://doi.org/10.1371/journal.pone.0190957">Kenaikan suhu</a> selama 10 bulan berturut-turut, menyebabkan <a href="https://www.washingtonpost.com/news/energy-environment/wp/2016/04/12/why-dead-coral-reefs-stir-fears-of-dangerous-climate-change/">lebih dari 80% kematian karang</a> di sekitar pulau. Sebelum ini terjadi, komunitas ikan lokal juga sudah mengalami perubahan. </p>
<h2>Ikan karang yang stres</h2>
<p>Akibat tertekan karena panas, populasi ikan karang di sekitar atol menyusut hingga setengahnya dalam waktu 2 bulan. </p>
<p>Jumlah spesies ikan juga menurun, bahkan beberapa spesies menghilang. Lima spesies, termasuk ikan Kepe Panah (<em>Chaetodon trifascialis</em>) yang khusus memakan karang hidup, tidak lagi terlihat. </p>
<p>Setahun setelah gelombang panas, kami menemukan hal yang mengejutkan bahwa total biomassa dan jumlah ikan karang telah pulih, hampir pada tingkat yang sama dengan sebelum terjadi panas. </p>
<p>Pertanyaan berikutnya: Apa yang sebenarnya terjadi selama periode panas yang panjang tersebut?</p>
<figure class="align-left zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/336589/original/file-20200520-152338-17yd9op.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/336589/original/file-20200520-152338-17yd9op.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/336589/original/file-20200520-152338-17yd9op.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/336589/original/file-20200520-152338-17yd9op.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/336589/original/file-20200520-152338-17yd9op.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/336589/original/file-20200520-152338-17yd9op.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/336589/original/file-20200520-152338-17yd9op.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/336589/original/file-20200520-152338-17yd9op.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Ikan buntal, <em>Arothron meleagris</em>, satu dari banyak spesies ikan karang di Kirimati yang jumlahnya menurun selama gelombang panas.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Sean Dimoff)</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Gelombang panas memang dapat menurunkan <a href="http://www.int-res.com/abstracts/meps/v401/p233-243/">kesehatan</a>, bahkan <a href="https://doi.org/10.1111/gcb.12455">kematian</a>, pada ikan karang. </p>
<p>Kami berpendapat banyak ikan yang menghilang kemudian mencari tempat perlindungan di karang yang lebih dalam dan dingin di sekitar pulau saat gelombang panas terjadi. </p>
<p>Saat panas mereda, mereka pun kembali ke daerah lebih dangkal.</p>
<p>Namun, proses pemulihan ini tidak sama di seluruh dunia. Situs terumbu karang di atol terdekat pedesaan tidak pulih sepenuhnya dibandingkan dengan yang jauh dari manusia. </p>
<p>Ini karena terumbu karang pada atol di dekat pedesaan sudah rusak terlebih dahulu karena pengerukan pasir, perikanan, dan polusi. Sebaliknya, yang jauh dari perumahan manusia lebih sehat bahkan sebelum gelombang panas terjadi. </p>
<p>Ini menunjukkan bahwa perlindungan lingkungan di tingkat lokal dapat membantu karang menjadi lebih tangguh terhadap kerusakan akibat pemanasan laut yang parah.</p>
<p>Walaupun ikan tidak tertarik dengan daerah yang panas, namun terumbu karang yang sehat dapat menarik perhatian mereka untuk kembali. </p>
<h2>Kesempatan di masa depan</h2>
<p>Jika ikan karang kembali setelah panas usai, apakah hilannya mereka dalam jangka pendek merupakan suatu persoalan besar? </p>
<p>Mengingat bahwa kelangsungan hidup <a href="https://www.wri.org/publication/reefs-risk-revisited">jutaan orang di penjuru dunia</a> bergantung pada ikan karang laut tropis, kami percaya jawaban dari pertanyaan ini adalah iya.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/336583/original/file-20200520-152344-jc7044.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=65%2C113%2C3844%2C2880&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/336583/original/file-20200520-152344-jc7044.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/336583/original/file-20200520-152344-jc7044.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/336583/original/file-20200520-152344-jc7044.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/336583/original/file-20200520-152344-jc7044.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/336583/original/file-20200520-152344-jc7044.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/336583/original/file-20200520-152344-jc7044.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Terumbu karang yang sehat di daerah Kiritimati, sebelum gelombang panas.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Kieran Cox)</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Dampak dari perubahan iklim terhadap terumbu karang <a href="https://www.doi.org/10.1126/science.aaw6974">diprediksikan akan bertambah buruk</a> dalam beberapa dekade mendatang. </p>
<p>Mempelajari dampak dari tekanan panas saat ini merupakan kesempatan yang baik bagi masa depan. Ini akan memberikan gambaran atas konsekuensi pemanasan laut yang <a href="https://doi.org/10.1038/s41586-018-0383-9">lebih parah, dan akan sering terjadi</a>.</p>
<p>Dengan memahami bagaimana populasi ikan bereaksi terhadap kenaikan suhu air laut, kita juga dapat memprediksi sekaligus mengurangi dampak dari pemanasan air laut terhadap komunitas yang sangat bergantung pada terumbu, seperti yang ada di Kiritimati.</p>
<p>Dalam ranah penelitian terumbu karang, sebagian besar studi pada tekanan panas baru-baru ini berfokus pada hubungan <a href="https://link.springer.com/chapter/10.1007%2F978-94-017-7499-4_8">dengan pemutihan karang</a> dan <a href="https://doi.org/10.3390/d3030424">efek tidak langsung dari pemutihan karang terhadap ikan yang hidup di karang tersebut</a>.</p>
<p>Namun, terumbu karang bukan satu-satunya mahluk yang terdampak dari tekanan panas. </p>
<p>Kita mungkin berisiko kehilangan tidak hanya karang tetapi juga ikan-ikan karang yang sangat penting, kecuali kita ikut membatasi dampak perubahan iklim secara global. </p>
<hr>
<p><em>Nadila Taufana Sahara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p>
<hr>
<p><em>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/142167/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Jennifer M.T. Magel menerima dana dari Natural Sciences and Engineering Research Council of Canada. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Julia K. Baum menerima dana dari Natural Science and Engineering Research Council of Canada, Pew Charitable Trusts, National Geographic, dan Rufford Foundation. </span></em></p>Ikan karang hilang saat gelombang panas muncul, tapi cepat kembali lagi kepada terumbu karang yang sehat.Jennifer M.T. Magel, Research Assistant, Biology, University of VictoriaJulia K. Baum, Professor of Biology, University of VictoriaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1412002020-06-26T07:43:31Z2020-06-26T07:43:31ZPeneliti ungkapkan perlu standarisasi cantrang sebelum legalisasi<p>Pemerintah berencana <a href="https://money.kompas.com/read/2020/06/09/191300426/menteri-edhy-kembali-bolehkan-penggunaan-cantrang-untuk-tangkap-ikan">membolehkan kembali cantrang</a> sebagai alat penangkapan ikan di Indonesia setelah sebelumnya dilarang.</p>
<p>Cantrang merupakan istilah lokal untuk <a href="http://www.fao.org/fishery/fishtech/1003/en"><em>Danish Seine net</em></a>, salah satu varian dari jenis <em>seine net</em> atau Pukat Tarik. Ia <a href="https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/66685/1/2013ssa.pdf">terdiri dari</a> jaring berbentuk kerucut, dua sayap dan tali selambar yang rata-rata panjangnya 800-1.000 meter untuk melingkari area penangkapan dan buoy sebagai penanda jangkar (<em>anchored</em>) dengan luas sapuan sekitar 800 meter.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/343186/original/file-20200622-54989-1mveor4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/343186/original/file-20200622-54989-1mveor4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/343186/original/file-20200622-54989-1mveor4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=285&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/343186/original/file-20200622-54989-1mveor4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=285&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/343186/original/file-20200622-54989-1mveor4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=285&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/343186/original/file-20200622-54989-1mveor4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=358&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/343186/original/file-20200622-54989-1mveor4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=358&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/343186/original/file-20200622-54989-1mveor4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=358&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Konstruksi alat tangkap cantrang (sumber: Bambang, N. 2006. Petunjuk Pembuatan dan Pengoperasian Cantrang dan Rawai Dasar Pantai Utara Jawa Tengah. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Departemen Kelautan dan Perikanan, Semarang).</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sejak tahun 2015, cantrang <a href="https://ekonomi.bisnis.com/read/20180117/99/727725/ini-kenapa-cantrang-dilarang-susi-pudjiastuti-">sempat dilarang Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)</a> di bawah pimpinan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. </p>
<p>Alasan utama adalah cantrang bersifat merusak terumbu karang dan menjaring semua ukuran ikan dan jenis sumber daya. Penggunaan alat ini juga dinilai menyingkirkan nelayan tradisional karena menyusutkan hasil tangkapan mereka. </p>
<p>Namun, tim kami yang terdiri peneliti kelautan dan perikanan serta ekonomi telah melakukan penelitian di 5 wilayah, yaitu kabupaten Pandeglang (Banten), kabupaten Cirebon-Indramayu (Jawa Barat), kabupaten Rembang (Jawa Tengah), kabupaten Lamongan (Jawa Timur) dan kabupaten Tuban (Jawa Timur) menemukan kedua hal tersebut tidak terbukti.</p>
<p>Ini karena ada salah kaprah terhadap cantrang dari pemerintahan sebelumnya dengan alat tangkap lainnya yang dianggap merusak, yaitu <em>trawl</em> atau pukat harimau.</p>
<p>Akhirnya, terjadi polemik berkepanjangan tentang cantrang selama bertahun-tahun. </p>
<p>Cantrang sebenarnya merupakan alat penangkapan ikan yang efektif, efisien secara ekonomi, dan minim risiko bagi lingkungan apabila telah memenuhi standar-standar nasional dan internasional. Oleh karena itu, pemerintah harus memastikan ini sebelum melakukan legalisasi. </p>
<h2>Cantrang tidak merusak</h2>
<p>Sejauh ini, <a href="http://www.fao.org/3/a-i1490e.pdf">definisi alat penangkapan ikan bersifat destruktif</a> adalah bila melakukan penangkapan berlebihan di atas batas yang umum, terlalu banyak tangkapan samping atau <em>bycatch</em>, merusak lokasi pembuahan telur dan pengasuhan ikan serta berpotensi membuang-buang ikan yang dinilai bernilai rendah (<em>discard</em>). </p>
<p>Jenis-jenis praktik perikanan yang dianggap merusak, antara lain <em>bottom trawling</em> (menyeret <em>trawl</em> di dasar laut), <em>blast fishing</em> (penggunaan peledak), <em>cyanide fishing</em> (penggunaan sianida), dan <em>muroami</em> memenuhi kriteria <em>destructive fishing</em>.</p>
<p>Secara internasional, jenis pukat tarik seperti cantrang tidak masuk alat tangkap yang dinilai destruktif. </p>
<p>Terjadinya salah kaprah menyamakan cantrang dengan <em>trawl</em> karena target penangkapan mereka sama, yaitu ikan-ikan demersal atau ikan dasar, seperti pepetek ((<em>Leiognathus sp.</em>), biji nangka (<em>Upeneus sulphureus</em>), gulamah (<em>J. trachycephalus</em>), kerapu (<em>Epinephelinae</em>), pari (<em>Myliobatoidei</em>), cucut (<em>Selachimorpha</em>), sebelah (<em>Pleuronectiformes</em>), gurita (<em>Octopodidae</em>), bloso (<em>Glossogobius circumpectus</em>), udang (<em>Penaeidae</em>), ikan-ikan <em>schooling</em> dan cumi/sotong (<em>Decapodiformes</em>).</p>
<p>Namun, secara spesifikasi, ia berbeda dengan <em>trawl</em> yang menyeret papan pembuka jaring (<em>otter board</em>) yang berat di dasar laut sehingga ikut menjaring semua ikan, udang dan berbenturan dengan karang.</p>
<p>Cantrang biasanya dioperasikan pada kapal penarik statis atau hanya bergerak sedikit dan relatif lambat saat menarik jaring, tidak seperti <em>trawl</em> yang terus bergerak selama 3 jam dengan kecepatan rata-rata 5 knot atau setara dengan 10,6 mil/jam.</p>
<p>Tali selambar panjang pada cantrang berfungsi untuk melingkari ikan sebelum jaring dijatuhkan. Jaring akan ditarik secara vertikal dari dek kapal, tidak seperti <em>trawl</em> yang jaringnya harus membuka secara horisontal terus menerus.</p>
<h2>Cantrang tidak mengancam nelayan tradisional</h2>
<p>Menyangkut anggapan bahwa cantrang memicu konflik dengan nelayan kecil dan tradisional, ini tidak salah namun tidak lengkap.</p>
<p>Dari <a href="https://www.conservation-strategy.org/sites/default/files/field-file/MFP_Trawl_Ban_Java_Bahasa_Optimized.pdf">hasil kajian lapang dari tim kami</a>, konflik tidak hanya terjadi terhadap nelayan cantrang melainkan juga pada nelayan yang menggunakan alat tangkap lain, seperti arad/<a href="http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/bawal/article/view/3715">_mini-trawl</a>, <a href="http://www.fao.org/fishery/geartype/249/en"><em>purse seine</em></a>, <a href="https://journal.ipb.ac.id/index.php/jpsp/article/view/13521">dogol</a>, bahkan <a href="http://www.fao.org/fishery/geartype/107/en">jaring insang</a>. </p>
<p>Relasi konflik ini tersebar merata tergantung dari wilayah penangkapan ikan (<em>fishing ground</em>). </p>
<p>Pada jalur I (sejauh 0-4 mil dari pantai), konflik terjadi antara nelayan pengguna alat tangkap ikan <a href="http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jppi/article/view/3448">arad</a>, dengan nelayan pengguna <a href="http://kkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/00%20Laman%20Satu%20Data/Tutorial%20Pelatihan/Buku%20Saku%20-%20Alat%20Tangkap.pdf">jaring insang hanyut</a>.</p>
<p>Sementara, Jalur II, sejauh 4-12 mil, terjadi konflik antara nelayan cantrang dan <em>purse seine</em> atau pukat cincin.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/343189/original/file-20200622-54989-khk2h0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/343189/original/file-20200622-54989-khk2h0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/343189/original/file-20200622-54989-khk2h0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=364&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/343189/original/file-20200622-54989-khk2h0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=364&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/343189/original/file-20200622-54989-khk2h0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=364&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/343189/original/file-20200622-54989-khk2h0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=457&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/343189/original/file-20200622-54989-khk2h0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=457&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/343189/original/file-20200622-54989-khk2h0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=457&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Pergerakan cantrang di Laut Jawa berdasarkan data VMS Juli-November 2018 (Sumber:KKP 2019)</span>
<span class="attribution"><span class="source">KKP 2019</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Data <em>Vessel Monitoring System (VMS)</em> atau sistem pemantauan kapal perikanan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tahun 2018 menunjukkan bahwa kebanyakan aktivitas cantrang berada di luar area 12 mil. </p>
<p>Kecil kemungkinan nelayan tradisional menangkap ikan hingga sejauh zona tersebut. </p>
<p>Dilihat dari tipe konflik tersebut, yang terjadi adalah persaingan atau <a href="https://www.springer.com/gp/book/9789811509858">konflik antar alat tangkap atau <em>gears wars</em></a>. Jadi, bukan konflik antara nelayan tradisional dan nelayan non-tradisional, melainkan konflik alat tangkap karena keterbatasan sumber daya ikan. </p>
<h2>Apa langkah selanjutnya?</h2>
<p>Langkah pertama, pemerintah harus tegas terhadap cantrang, baik yang asli maupun modifikasi, untuk sesuai dengan standar nasional yang sudah ada. </p>
<p>Standar Nasional Indonesia (SNI) baru tersedia untuk kapal berbobot maksimal 30 Gross Ton (GT), belum untuk kapal lebih dari 30 GT. Ini penting karena banyak kapal besar yang memodifikasi cantrang mereka. </p>
<p>Modifikasi semacam ini yang sebaiknya dikaji kembali, apakah sesuai dengan SNI atau tidak. Apabila tidak sesuai, seharusnya modifikasi ini yang dikenakan sanksi, bukan melarang seluruh cantrang. Kejelasan pelegalan cantrang bisa menghindari kerugian negara dan memberi kepastian hukum.</p>
<p>Berdasarkan <a href="https://www.conservation-strategy.org/sites/default/files/field-file/MFP_Trawl_Ban_Java_Bahasa_Optimized.pdf">kajian kami di lapangan</a>, tingkat kehilangan akibat larangan terhadap satu kapal cantrang bisa mencapai Rp 360 juta per tahun dan hal ini mengakibatkan merosotnya ekonomi lokal.</p>
<p>Kedua, melihat manfaat cantrang, bila pemerintah membuat aturan untuk melegalkan cantrang ini, pemerintah juga harus menghapus peraturan pelarangan cantrang <a href="http://www.committedtocrab.org/wp-content/uploads/2015/04/2-permen-kp-2015.pdf">yang sudah terbit sejak tahun 2015</a> dan <a href="http://jdih.kkp.go.id/peraturan/71%20PERMEN-KP%202016.pdf">2016</a>. </p>
<p>Ini untuk mencegah polemik berkepanjangan yang terjadi saat di bawah Menteri Susi Pudjiastuti. </p>
<p>Ia sempat mengeluarkan surat edaran untuk mengijinkan penggunaan cantrang hanya di Wilayah Pengelolaan Perikanan 712 (WPP 712), yang mencakup wilayah Laut Jawa, pada tahun 2018, namun <a href="https://ekonomi.kompas.com/read/2018/01/18/103706026/seperti-ini-bentuk-dan-cara-kerja-cantrang-yang-membuatnya-dilarang?page=all">tidak mencabut peraturan menteri</a> tentang pelarangan cantrang. </p>
<p>Dualisme kebijakan ini berdampak kepada potensi kriminalisasi dan pemerasan terhadap nelayan cantrang saat melaut, meski berada di daerah yang diperbolehkan oleh surat edaran.</p>
<p>Terakhir, pembatasan daerah operasi cantrang yang hanya meliputi WPP 711 (Selat Karimata, Laut Natuna dan Laut Cina Selatan) dan WPP 712 (Laut Jawa). Ini disesuaikan dengan spesifikasi cantrang yang cocok untuk lautan dangkal (50-70 meter) dan memiliki dasar berlumpur serta relatif datar.</p>
<hr>
<p><em>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/141200/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Yoppie Christian menerima dana dari Conservation Strategy Fund (CSF) melalui program Indonesia Marine Fellows Program 2018 untuk melakukan kajian mengenai cantrang ini.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Akhmad Solihin menerima dana dari Conservation Strategic Fund (CSF) melalui program Indonesia Marine Fellowship Program 2018 untuk melakukan kajian mengenai cantrang ini</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Benny Osta Nababan menerima dana dari Conservation Strategic Fund (CSF) melalui program Indonesia Marine Fellowship Program 2018 untuk melakukan kajian mengenai cantrang ini</span></em></p>Kaji ulang terhadap larangan cantrang perlu dilakukan untuk menghentikan dualisme kebijakan dan mengembalikan cantrang sesuai asalnya sebagai Danish Seine. Standarisasi dan pengelolaan jadi kunci.Yoppie Christian, Researcher for Center for Coastal and Marine Resources Studies, IPB UniversityAkhmad Solihin, Lecturer of Fisheries Capture Resources Utilization, Faculty of Fishery and Marine Science, IPB UniversityBenny Osta Nababan, Lecturer of Environmental Resources Economy, Faculty of Economy Management, IPB UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1362602020-05-22T03:53:31Z2020-05-22T03:53:31ZBagaimana kota pesisir pengaruhi kesehatan terumbu karang: kisah dari Batam dan Natuna<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/327706/original/file-20200414-117604-o1tieu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">(Shutterstock)</span> </figcaption></figure><p><em>Artikel ini merupakan bagian dari serial untuk memperingati Hari Keanekaragaman Hayati Dunia yang jatuh pada tanggal 22 Mei.</em></p>
<hr>
<p>Terumbu karang merupakan <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0921800999000099">salah satu ekosistem yang paling bermanfaat</a> untuk warga pesisir.</p>
<p>Selain memiliki manfaat ekonomi sebagai tujuan wisata bahari, terumbu karang juga memiliki fungsi ekologis sebagai penyokong kehidupan spesies ikan dan pelindung pantai dari pengikisan air laut (abrasi).</p>
<p>Sayangnya, tren global menunjukkan bahwa keberadaan terumbu karang semakin terancam karena faktor manusia dan juga alam. Misalnya, di lautan Australia, area tutupan karang hidup (proporsi karang dalam satu wilayah) <a href="https://www.pnas.org/content/pnas/109/44/17995.full.pdf">berkurang lebih dari setengahnya</a> dalam kurun waktu kurang dari tiga dekade. </p>
<p>Meskipun posisi Indonesia terletak di <a href="https://www.livescience.com/64738-coral-triangle.html">segitiga terumbu karang</a> dan menjadi rumah bagi 76% spesies karang di dunia, sebagian besar situs terumbu karang di perairan Indonesia juga berada dalam keadaan mengkhawatirkan.</p>
<p><a href="http://oseanografi.lipi.go.id/haspen/buku%20status%20karang%202018%20digital.pdf">Survey kelautan tahun 2018</a> menunjukkan hanya sepertiga situs terumbu karang di Indonesia baru memiliki status ‘cukup baik’ (tutupan karang hidup hidup berkisar antara 25% dan 50%) dan sepertiga lainnya bahkan memiliki status ‘buruk’ (tutupan karang hidup kurang dari 25%).</p>
<p><iframe id="lpIA6" class="tc-infographic-datawrapper" src="https://datawrapper.dwcdn.net/lpIA6/2/" height="400px" width="100%" style="border: none" frameborder="0"></iframe></p>
<p><a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/14888386.2018.1473797?journalCode=tbid20">Penelitian saya</a> menunjukkan bagaimana aktivitas ekonomi dan praktik perikanan di kota pesisir mempengaruhi kondisi terumbu karang di lautan sekitarnya. </p>
<p>Perkembangan kota-kota secara pesat di pesisir pantai merupakan <a href="https://journals.plos.org/plosone/article/file?id=10.1371/journal.pone.0138271&type=printable">salah satu faktor manusia terbesar</a> yang mengancam keberadaan dan kualitas karang di Indonesia.</p>
<p>Riset saya yang berlangsung dari tahun 2004 hingga 2013 tersebut menjelaskan bagaimana aktivitas dua kota pesisir - Batam dan Natuna di Provinsi Kepulauan Riau - berdampak buruk terhadap terumbu karang di sekitarnya, meskipun karakteristik keduanya berbeda. </p>
<p>Terganggunya kondisi terumbu karang di kedua kota tersebut juga mengancam kehidupan spesies ikan di sekitarnya.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/mengalami-tekanan-atau-memang-pesimistis-kisah-terumbu-karang-108532">Mengalami tekanan atau memang pesimistis? Kisah terumbu karang</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Kisah dari Batam: sedimentasi perairan akibat aktivitas industri</h2>
<p>Penduduk di Batam <a href="https://batamkota.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=MzgwMGI2OWJkN2Q5MTViYjE0YzRiZDNm&xzmn=aHR0cHM6Ly9iYXRhbWtvdGEuYnBzLmdvLmlkL3B1YmxpY2F0aW9uLzIwMjAvMDQvMjcvMzgwMGI2OWJkN2Q5MTViYjE0YzRiZDNmL2tvdGEtYmF0YW0tZGFsYW0tYW5na2EtMjAyMC5odG1s&twoadfnoarfeauf=MjAyMC0wNS0wMSAxMDoyOToyMw%3D%3D">tidak terlalu menggantungkan kehidupan mereka terhadap perikanan</a>, sehingga kerusakan lingkungan akibat praktik perikanan yang destruktif <a href="https://drive.google.com/file/d/1obBDdPm90NErAOLt8dHyYYJ4Mbmk6eH1/view?usp=sharing">sangat minim</a>.</p>
<p>Justru, yang menjadi masalah utama di perairan Batam adalah sedimentasi tanah dan polusi akibat <a href="http://lib.geo.ugm.ac.id/ojs/index.php/jbi/article/view/308">pengembangan industri</a> di pesisir pantai.</p>
<p>Hal ini mengakibatkan perairan menjadi keruh sehingga mengganggu proses fotosintesis karang.</p>
<p>Studi kami menemukan bahwa visibilitas perairan (kedalaman air yang tidak keruh) di Batam berkisar hanya <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/14888386.2018.1473797?journalCode=tbid20">antara 3-9 meter</a>. Padahal, terumbu karang <a href="http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JHI/article/view/666">bisa hidup sekitar 10-20 meter</a> di bawah permukaan laut.</p>
<p>Selain itu, polutan yang berasal dari kota besar juga dapat mengakibatkan karang menjadi <a href="https://www.int-res.com/articles/meps/21/m021p175.pdf">‘stres’ dan mudah terserang penyakit</a>. Apabila berlanjut dalam jangka waktu yang lama, maka karang-karang akan mati dan terumbu akan kehilangan fungsi ekologisnya yaitu melindungi pantai dari abrasi. </p>
<p>Di Batam, yang dikelilingi oleh pulau-pulau dan berbagai gugusan karang, kerusakan terumbu karang menyebabkan ikan-ikan mencari terumbu lain di sekitar yang tidak terlalu rusak atau mengalami pemutihan.</p>
<p>Pada tahun 2010-2013, saat sedimentasi dari perindustrian diperparah dengan munculnya fenomena pemutihan massal akibat <a href="https://www.researchgate.net/profile/Syafyudin_Yusuf4/publication/274697267_First_Quantitative_Assessment_of_Coral_Bleaching_on_Indonesian_Reefs/links/55254f540cf201667be78354.pdf">pemanasan suhu air laut di Asia Tenggara</a>, populasi ikan di Batam <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/14888386.2018.1473797?journalCode=tbid20">menurun</a> dari sekitar 100 individu menjadi hanya 60 individu per 140 meter persegi.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/336884/original/file-20200521-102682-125dwzo.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/336884/original/file-20200521-102682-125dwzo.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=382&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/336884/original/file-20200521-102682-125dwzo.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=382&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/336884/original/file-20200521-102682-125dwzo.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=382&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/336884/original/file-20200521-102682-125dwzo.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=480&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/336884/original/file-20200521-102682-125dwzo.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=480&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/336884/original/file-20200521-102682-125dwzo.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=480&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Perubahan populasi ikan di Batam dan Natuna, 2004-2013.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Hadi et al, 2018)</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Meskipun Batam adalah kota industri, pengurangan populasi ikan ini mengakibatkan jumlah tangkapan dan penghasilan banyak nelayan di pulau-pulau kecil sekitar Batam menurun. </p>
<h2>Cerita Natuna: praktik perikanan yang destruktif</h2>
<p>Berbeda dengan Batam, penduduk di Natuna masih sangat bergantung pada sektor perikanan. Akibatnya, kebanyakan proses perusakan terumbu karang bersumber dari aktivitas ini.</p>
<p>Pada tahun 2000-an, praktik-praktik perikanan yang berkelanjutan belum banyak dilakukan. Banyak nelayan masih melakukan <a href="https://drive.google.com/file/d/0B5eE5Z10h840RE1xR3ZFVDg3NU0/view">praktik perikanan destruktif</a> seperti menggunakan pukat harimau, bom, dan bius sianida yang merusak kesehatan terumbu karang.</p>
<p>Suatu <a href="https://drive.google.com/file/d/0B5eE5Z10h840dGpRU3lKTl9tTHM/view">survei yang dilakukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)</a> pada tahun 2005 menunjukkan 7 dari 8 situs terumbu yang disurvei memiliki tutupan karang kurang dari 50%. Beberapa situs bahkan memiliki tutupan serendah 27,8%.</p>
<p>Meskipun praktik perikanan yang destruktif sudah <a href="https://www.packard.org/wp-content/uploads/2018/08/Indonesia-Marine-Full-Report-08.07.2018.pdf">menurun drastis</a>, pemulihan kesehatan terumbu karang membutuhkan waktu bertahun-tahun. Hingga kini belum ada situs terumbu karang yang berstatus baik di wilayah ini.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/sistem-bos-nelayan-di-indonesia-momok-sekaligus-harapan-untuk-perikanan-berkelanjutan-136954">Sistem 'bos nelayan' di Indonesia: momok sekaligus harapan untuk perikanan berkelanjutan</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p><a href="http://oseanografi.lipi.go.id/haspen/buku%20status%20karang%202018%20digital.pdf">Studi tahun 2018 yang dilakukan oleh LIPI</a> menunjukkan bahwa dari 18 situs terumbu karang di Natuna, 5 situs berstatus ‘cukup’ dan 13 situs berstatus ‘jelek’.</p>
<p>Lokasi terumbu karang di Natuna yang terisolasi di tengah-tengah Laut Natuna menyebabkan ikan-ikan kesulitan untuk bermigrasi ke terumbu lain.</p>
<p>Karena terjebak di satu lokasi saja, populasi ikan di Natuna justru mengalami peningkatan meskipun kondisi kesehatan terumbu karangnya menurun. Pada tahun 2010-2013, <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/14888386.2018.1473797?journalCode=tbid20">terjadi peningkatan populasi</a> dari sekitar 120 individu ikan menjadi 170 individu per 140 meter persegi.</p>
<p>Namun, hal ini juga bisa berdampak negatif. Apabila ikan terjebak dan populasi tumbuh di luar kendali, dalam jangka panjang dapat terjadi ‘<em><a href="https://www.britannica.com/science/trophic-cascade">trophic cascade</a></em>’, yakni runtuhnya rantai makanan akibat perubahan populasi spesies yang tidak proporsional dengan spesies lainnya.</p>
<h2>Apa yang harus dilakukan ke depan</h2>
<p>Umumnya, terumbu karang mampu beradaptasi dengan baik terhadap ancaman alami. Namun apabila ancaman tambahan datang dari aktivitas manusia yang merusak, stres yang dialami terumbu karang dapat melebihi kapasitasnya untuk memulihkan diri.</p>
<p>Selain itu, pengaruh lain seperti tsunami, erupsi gunung, dan pemanasan air laut akibat krisis iklim juga akan <a href="https://www.researchgate.net/publication/236651279_Disturbance_to_coral_reefs_in_Aceh_Northern_Sumatra_Impacts_of_the_Sumatra-Andaman_tsunami_and_pre-tsunami_degradation">menambah parah kondisi terumbu karang</a> karena sifatnya yang dapat merusak area terumbu hingga ratusan ribu hektar dalam waktu singkat.</p>
<p>Kondisi geografi Indonesia yang terletak di cincin api pasifik dan <a href="https://reefcheck.org/PDFs/reefcheck_aceh_jan2006_web.pdf">rawan terkena bencana alam</a> juga dapat meningkatkan ancaman tersebut.</p>
<p>Oleh karena itu, pemerintah perlu menggandeng masyarakat pesisir sebagai aset penting dalam menjaga kesehatan terumbu karang.</p>
<p>Dalam hal ini, pemerintah bisa mengajak dan mendidik mereka supaya berkontribusi dalam menjaga ekosistem pesisir, sehingga aktivitas destruktif manusia bisa diminimalisir.</p>
<p>Pemerintah juga memerlukan regulasi <a href="https://theconversation.com/ahli-penghapusan-amdal-hanya-akan-tambah-beban-pemerintah-dan-pelaku-usaha-128916">Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) yang lebih kuat</a>, serta pengawasan pengembangan industri di daerah pesisir oleh pemerintah daerah. </p>
<p>Perlindungan laut yang berkelanjutan di Indonesia adalah kunci menjaga ketahanan perikanan dan sumber daya bahari.</p>
<hr>
<p><em>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/136260/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Tri Aryono Hadi menerima dana dari COREMAP-CTI </span></em></p>Riset saya menunjukkan bagaimana aktivitas ekonomi dua kota pesisir - Batam dan Natuna - berdampak terhadap kesehatan terumbu karang di sekitarnya, melalui cara yang berbeda.Tri Aryono Hadi, Researcher at the Center for Oceanography, Indonesian Institute of Sciences (LIPI)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1273272019-11-25T00:41:50Z2019-11-25T00:41:50ZMengapa padang lamun di Kawasan Perlindungan Laut Indonesia masih terancam. Ini penjelasan ahli<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/302614/original/file-20191120-547-v3k8km.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Padang lamun di Taman Nasional Wakatobi, Indonesia. Lamun adalah tempat bagi banyak ikan karang.</span> <span class="attribution"><span class="source">Ethan Daniels/shutterstock </span></span></figcaption></figure><p>Meski tidak sepopuler hutan mangrove dan terumbu karang, padang lamun adalah salah satu ekosistem penting di laut dengan perannya sebagai sumber makanan bagi hewan laut dan penyerap karbon.</p>
<p>Mirip dengan kedua ekosistem tersebut, ekosistem padang lamun, yang sering keliru dianggap sama dengan rumput laut, juga mengalami degradasi <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0048969718310751?via%3Dihub">aktivitas manusia</a>.</p>
<p>Penyebabnya adalah reklamasi dan pembangunan pantai, polusi minyak, penambangan pasir dan karang, pertanian rumput laut, sedimentasi, penggundulan hutan, penangkapan ikan secara berlebihan, kualitas air yang buruk, hingga sampah. Selain itu, kegiatan memanen hewan laut hewan laut ukuran kecil seperti siput laut, kerang dan teripang dari lamun selama air surut juga bisa menjadi ancaman.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/fishider-alat-baru-untuk-memperbaiki-manajemen-perikanan-indonesia-105972">fishIDER, alat baru untuk memperbaiki manajemen perikanan Indonesia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Kegiatan yang mengancam di atas berpotensi menghilangkan <a href="https://link.springer.com/article/10.1007%2Fs12237-008-9038-7">2-5% total luas padang lamun per tahun</a>, secara global.</p>
<p>Masyarakat lokal dan pemerintah telah berupaya melindungi padang lamun dengan berbagai cara, misalnya para masyarakat pesisir memberlakukan moratorium penangkapan ikan atau biota lainnya untuk periode tertentu, yang dikenal dengan istilah “sasi”. Secara tidak langsung, padang lamun ikut terlindungi karena aktivitas perikanan menjadi berkurang.</p>
<p>Sementara, untuk skala nasional, pemerintah telah menciptakan Kawasan Perlindungan Laut (KPL) yang saat ini cakupannya seluas <a href="https://en.antaranews.com/news/119988/indonesia-achieves-target-of-20-million-hectares-marine-conservation-areas">20 juta hektar</a> di seluruh Indonesia. </p>
<p>Beberapa kawasan perlindungan laut, seperti di Pulau Wakatobi dan Kabupaten Buton di provinsi Sulawesi Tenggara, telah berhasil meningkatkan luas padang lamun di wilayah tersebut.</p>
<p>Namun, tidak semua daerah berhasil. Wilayah-wilayah Nias Utara, Sumatra Utara, dan Biak Numfor di Papua, belum bisa menghentikan degradasi luasan padang lamun.</p>
<p>Luasan padang lamun area <a href="http://oseanografi.lipi.go.id/haspen/buku%20padang%20lamun%202018%20digital.pdf">menurun</a> rata-rata dari 58% menjadi 48% pada tahun 2016 dan 61% menjadi 55% pada tahun 2017. </p>
<p>Berikut analisis saya mengapa ekosistem lamun di kawasan lindung masih terancam.</p>
<h2>Apa yang kurang dari Kawasan Perlindungan Laut (KPL)?</h2>
<p>Kawasan Perlindungan Laut belum sepenuhnya efektif karena otoritas yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan kawasan tersebut belum bisa merancang program yang memprediksi ancaman bagi ekosistem padang lamun. </p>
<p>Mayoritas ancaman ekosistem laut justru lebih banyak datang dari luar kawasan lindung, misalnya <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s13280-018-1115-y">sedimentasi limpasan</a> akibat <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0048969718310751?via%3Dihub">pembangunan di pesisir dan pertumbuhan populasi</a>.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/mencairnya-lapisan-es-dan-pengaruhnya-bagi-laut-indonesia-ini-kata-panel-ilmuwan-pbb-125390">Mencairnya lapisan es dan pengaruhnya bagi laut Indonesia. Ini kata panel ilmuwan PBB</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Masalah lainnya, polutan dan puing-puing (seperti plastik) dari kegiatan perikanan juga merusak ekosistem lamun. </p>
<p>Dalam skala tertentu, kegiatan penangkapan ikan juga dapat <a href="https://www.pnas.org/content/106/30/12377">merusak padang lamun</a> dengan jangkar, baling-baling kapal, dan alat tangkap sering kali memotong daun atau mencabut seluruh tanaman.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/302140/original/file-20191118-66937-17mhoh0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/302140/original/file-20191118-66937-17mhoh0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=402&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/302140/original/file-20191118-66937-17mhoh0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=402&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/302140/original/file-20191118-66937-17mhoh0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=402&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/302140/original/file-20191118-66937-17mhoh0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=505&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/302140/original/file-20191118-66937-17mhoh0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=505&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/302140/original/file-20191118-66937-17mhoh0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=505&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Dengan pengetahuan yang memadai, pertumbuhan ekosistem padang lamun yang sehat bisa memainkan peran sebagai penyerap emisi karbon.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Roirike Mardiana Bewinda / Shutterstock.com</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p><a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s13280-018-1115-y">Kurangnya kesadaran dan pengetahuan</a> dari otoritas Kawasan Perlindungan Laut malah mempersulit upaya untuk melindungi ekosistem lamun.</p>
<p>Hasilnya, mereka akan membuat program yang tidak begitu efektif untuk ekosistem lamun, seperti yang terjadi pada kedua wilayah, yaitu Sumatra Utara, dan Biak Numfor. </p>
<h2>Mengapa ekosistem lamun penting?</h2>
<p>Lamun merupakan rumah bagi hewan laut, baik hewan langka (seperti <a href="https://www.nationalgeographic.com/animals/mammals/d/dugong/">dugong</a>, <a href="https://www.nationalgeographic.com/animals/reptiles/group/sea-turtles/">penyu</a>, <a href="https://www.theseahorsetrust.org/seahorse-facts/">kuda laut</a>, <a href="https://www.nationalgeographic.com/animals/fish/t/tiger-shark/">hiu harimau</a>) dan hewan yang menjadi konsumsi manusia (seperti <a href="https://www.seafoodwatch.org/seafood-recommendations/groups/snapper/overview">kakap</a> dan <a href="https://www.fishisthedish.co.uk/learn/fish-guide/species-of-fish/emperor">ikan kaisar</a>, <a href="https://www.healthline.com/nutrition/sea-cucumber">teripang</a>, <a href="https://www.sciencedirect.com/topics/earth-and-planetary-sciences/mollusc">moluska</a>, <a href="https://www.britannica.com/animal/crab">kepiting</a>).</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/301754/original/file-20191114-26237-g6iuyu.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/301754/original/file-20191114-26237-g6iuyu.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/301754/original/file-20191114-26237-g6iuyu.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/301754/original/file-20191114-26237-g6iuyu.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/301754/original/file-20191114-26237-g6iuyu.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/301754/original/file-20191114-26237-g6iuyu.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/301754/original/file-20191114-26237-g6iuyu.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Lamun yang sehat.</span>
<span class="attribution"><span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tidak hanya menjadi sumber pangan bagi hewan laut, tumbuhan ini juga menyerap karbon. Melalui proses fotosintesis, lamun menyerap karbon dioksida di udara dan mengubahnya menjadi biomassa ke dalam organ mereka (akar, rimpang, dan daun). Organ-organ ini nantinya dimakan oleh hewan laut lainnya. Organ yang tidak dikonsumsi, akan luruh dan terurai dalam sedimen.</p>
<p>Ini menunjukkan bahwa padang lamun ikut serta dalam mitigasi perubahan iklim, karena mereka memiliki kemampuan untuk menyerap karbon dari lingkungan.</p>
<h2>Apa yang harus dilakukan?</h2>
<p>Untuk mengatasi minimnya perlindungan lamun di kawasan konservasi, saya menyarankan beberapa langkah yang bisa diambil oleh otoritas KPL (baik pemerintah maupun masyarakat setempat):</p>
<p>Pertama, diperlukan perencanaan yang cermat dalam penetapan KPL dan pemantauan kawasan secara rutin setelah KPL ditetapkan. Pemantauan tersebut juga harus memasukkan pengawasan terhadap ancaman yang datang dari luar kawasan lindung, misalnya sampah plastik dan limbah. </p>
<p>Lebih lanjut, KPL juga harus memantau kualitas air secara teratur untuk mendapatkan informasi tentang sedimen dan polutan yang mungkin membahayakan lamun sedini mungkin. Dengan begitu, mereka dapat mencegah terjadinya kerusakan lebih lanjut.</p>
<p>Kedua, kesadaran masyarakat tentang ekosistem lamun perlu ditingkatkan melalui kampanye publik. Kampanye tersebut berisikan informasi tentang pentingnya ekosistem lamun yang disebarluaskan melalui media massa, media sosial, hingga instansi pendidikan.</p>
<p>Salah satu kisah sukses pengelolaan KPL yang efektif adalah Taman Nasional Wakatobi di Sulawesi Tenggara, yang menerima dukungan dari <a href="https://news.mongabay.com/2015/11/the-holy-trinity-how-wakatobis-coral-stays-healthy-and-diverse/">LSM internasional</a>, seperti WWF dan TNC, untuk mengembangkan program perlindungan taman nasional.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/302139/original/file-20191118-66953-8tf6al.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=50%2C0%2C5568%2C3700&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/302139/original/file-20191118-66953-8tf6al.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/302139/original/file-20191118-66953-8tf6al.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/302139/original/file-20191118-66953-8tf6al.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/302139/original/file-20191118-66953-8tf6al.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/302139/original/file-20191118-66953-8tf6al.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/302139/original/file-20191118-66953-8tf6al.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Dengan manajemen yang baik, ekosistem lamun di Taman Nasional Wakatobi semakin bertambah.</span>
<span class="attribution"><span class="source">www.shutterstock.com</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Masyarakat setempat kemudian berhasil melanjutkan proyek ini, yang melibatkan komunitas dan LSM lokal, seperti <a href="http://ksdae.menlhk.go.id/info/4290/langkah-strategi-balai-tn-wakatobi-tingkatkan-peran-masyarakat.html">Forum Kahedupa Toudani</a> (Forkani), untuk melindungi ekosistem.</p>
<p>Selain dua pendekatan ini, ada pendekatan ketiga yang melibatkan masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan lindung karena aktivitas mereka bisa menjadi penyebab utama degradasi ekosistem lamun.</p>
<p>Kita harus melibatkan masyarakat lokal di kawasan perlindungan laut dan mendorong mereka untuk terlibat dalam perlindungan ekosistem lamun.</p>
<p>Misalnya, kita dapat mendorong mereka untuk memberlakukan moratorium penangkapan ikan sementara di daerah lamun untuk periode tertentu.</p>
<p>Contoh lain, menerapkan <a href="https://www.researchgate.net/publication/328181089_Pengelolaan_Padang_Lamun_Seagrass_Berbasis_Budidaya_Ramah_Lingkungan_di_Wilayah_Pesisir_Lombok_Timur">budi daya perairan yang ramah lingkungan</a>, seperti pertanian rumput laut. Ini bisa memberikan pendapatan alternatif bagi masyarakat sekaligus mengurangi eksploitasi sumber daya alam di padang lamun.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/pentingnya-pengaturan-perikanan-hiu-di-indonesia-ini-saran-akademisi-125555">Pentingnya pengaturan perikanan hiu di Indonesia. Ini saran akademisi</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Taman Nasional Wakatobi telah memberikan contoh pemantauan ekosistem pesisir laut yang baik. Ia juga berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat dan melibatkan masyarakat setempat untuk melindungi ekosistem pesisir laut.</p>
<p>Kegiatan mereka dimungkinkan dengan adanya banyak bantuan dari LSM dan proyek ilmiah. Namun, dukungan ini tidak akan bertahan selamanya. Oleh karena itu, kami berharap bahwa pengelola KPL dan LSM lokal dapat melanjutkan program perlindungan ekosistem lamun.</p>
<p>Terlepas dari fakta bahwa perlindungan lamun di Indonesia masih belum efektif, upaya yang ada merupakan awal yang baik. Sedikit perlindungan masih lebih baik daripada tidak ada perlindungan sama sekali.</p>
<p><em>Franklin Ronaldo menerjemahkan artikel ini dari Bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/127327/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Andri Irawan tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Meskipun tidak terlalu dikenal seperti terumbu karang dan mangrove, lamun juga memiliki peran dalam mitigasi perubahan iklim.Andri Irawan, Researcher at Research Center for Deep Sea, Indonesian Institute of Sciences (LIPI)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1243162019-10-04T04:41:57Z2019-10-04T04:41:57ZKisah para pahlawan pesisir Indonesia: dari merusak menjadi melindungi<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/294715/original/file-20190930-185407-1544d1l.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Screen Shot at</span> </figcaption></figure><p>Penangkapan ikan menggunakan bom dan sianida sudah dilarang di Indonesia <a href="http://www.flevin.com/id/lgso/translations/JICA%20Mirror/english/17.31.2004.eng.qc.html">sejak tahun 2004</a>. Sayangnya, penegakan hukum yang lemah masih memungkinkan nelayan melakukan tindakan ilegal ini. Padahal, melindungi ekosistem kelautan dan tidak menggunakan cara-cara yang merusak lingkungan justru menjadi kepentingan nelayan. </p>
<p>Sepanjang tahun 2016 hingga 2018, peran saya sebagai peneliti ekologi manusia LIPI membawa saya ikut serta dalam penelitian di Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, yang merupakan bagian dari <em>Coral Triangle</em> atau <a href="https://www.livescience.com/64738-coral-triangle.html">Segitiga Terumbu Karang</a>, sebuah kawasan perairan yang terbentang di enam negara di Asia Tenggara dan Pasifik dan terkenal memiliki terumbu karang yang beragam dan unik. </p>
<p>Bersama tim CCRES, saya berkesempatan untuk tinggal bersama komunitas pesisir di tiga desa untuk mempelajari mengapa dan bagaimana <a href="https://ccres.net/what-we-do">sebuah komunitas nelayan</a> di Indonesia berhenti menggunakan bahan peledak dan sianida untuk mendapatkan ikan. </p>
<p>Penelitian kami menunjukkan bahwa beberapa individu yang sebelumnya menjalankan praktik perikanan yang merusak ternyata dapat bertransformasi menjadi pemimpin yang menginspirasi dan memengaruhi masyarakat untuk melindungi terumbu karang. </p>
<p>Kami mengumpulkan kisah 15 individu di Pulau Selayar yang mempraktikkan perikanan berkelanjutan, mulai dari mantan pelaku pemboman ikan hingga para kepala desa (satu di antaranya adalah perempuan), dan pegawai pemerintahan yang telah bekerja melampaui apa yang menjadi tugas mereka demi melindungi laut. </p>
<p>Ke-15 individu ini memiliki kisah unik dan berbeda satu sama lain tentang bagaimana mengubah cara pandang mereka terhadap laut, dari yang merusak menjadi melindungi. Namun, benang merah dari kisah mereka adalah mereka menjalani transformasi setelah terlibat dalam program pemerintah yang dinamakan Program Pengelolaan dan Rehabilitasi Terumbu Karang/ <a href="http://coremap.or.id/">Coral Reef Rehabilitation and Management Program (COREMAP)</a>, yang implementasinya di tingkat lokal terhenti pada tahun 2017 lalu. </p>
<p>Berikut sebagian kisahnya (empat individu): </p>
<h2>Yudi Ansar – kematian teman mendorong perubahan perspektif</h2>
<figure class="align-left ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/294088/original/file-20190925-51421-fawrli.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/294088/original/file-20190925-51421-fawrli.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=841&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/294088/original/file-20190925-51421-fawrli.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=841&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/294088/original/file-20190925-51421-fawrli.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=841&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/294088/original/file-20190925-51421-fawrli.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1056&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/294088/original/file-20190925-51421-fawrli.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1056&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/294088/original/file-20190925-51421-fawrli.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1056&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Photo by Helen Ross.</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Yudi Ansar sudah menangkap ikan dengan menggunakan bom sejak lulus sekolah menengah atas. Hingga suatu hari, ia menyaksikan tewasnya empat orang temannya yang sedang menggunakan bom untuk menangkap ikan.</p>
<p>Yudi yang kini berusia 38 tahun tidak dapat mengingat dengan pasti kapan insiden itu terjadi. Pada saat itu, ia dan teman-temannya belum mengetahui pelarangan penggunaan bom dan sianida untuk menangkap ikan. </p>
<p>Ia menambahkan bahwa saat itu penegakan hukum di Desa Batangmata Sapo, tempat tinggalnya yang terletak di pesisir timur Pulau Selayar, masih sangatlah lemah. Bahkan, beberapa oknum petugas sempat melindungi nelayan yang melakukan praktik menangkap ikan yang merusak. </p>
<p>Sehabis kecelakaan tersebut, Yudi berhenti menjadi nelayan dan mencari pekerjaan lain. Ia kemudian pindah ke Desa Patikarya, salah satu desa yang masuk ke dalam program COREMAP.</p>
<p>Ia lalu mengambil bagian dalam Lembaga Pengelola Sumberdaya Pesisir (LPSP), yang menyediakan program mata pencarian alternatif bagi nelayan yang ingin meninggalkan praktik perikanan merusak. Program yang ditawarkan antara lain produksi ikan asin dan terasi. </p>
<p>Saat ini, Yudi masih bekerja sebagai fasilitator dan Ketua LPSP bagi desa Patikarya, sebuah peran yang membuatnya bisa menjadi <em>influencer</em> bagi nelayan lainnya untuk meninggalkan praktik menangkap ikan dengan pengeboman dan pembiusan. </p>
<h2>Muhammad Arsyad – mantan mentor perikanan dengan bahan peledak dan sianida.</h2>
<p>Muhammad Arsyad mulai menangkap ikan menggunakan bahan peledak pada tahun 1987, sebuah praktik umum yang ada di desa asal, desa Sinjai.</p>
<figure class="align-right ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/294089/original/file-20190925-51410-r5v7gr.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/294089/original/file-20190925-51410-r5v7gr.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=841&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/294089/original/file-20190925-51410-r5v7gr.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=841&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/294089/original/file-20190925-51410-r5v7gr.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=841&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/294089/original/file-20190925-51410-r5v7gr.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1056&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/294089/original/file-20190925-51410-r5v7gr.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1056&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/294089/original/file-20190925-51410-r5v7gr.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1056&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Photo by A.Y. Abdurrahim.</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Selain menggunakan bahan peledak, Arsyad juga mempelajari pembiusan ikan dengan sianida dari sebuah perusahaan asing yang berbasis di Hong Kong. Ia dipekerjakan oleh perusahan tersebut menjadi pembeli ikan kerapu dan lobster hidup dari para nelayan di Desa Bontolebang, Selayar dan sekitarnya. Perusahaan tersebut meminta Arsyad untuk bisa mengajarkan nelayan lainnya menggunakan sianida. </p>
<p>Arsyad juga punya usaha sampingan membuat ikan asin/kering. Karena usahanya semakin berkembang, ia menghentikan kegiatan menangkap ikannya pada tahun 2004. Pada tahun yang sama, ia menjadi aparat pemerintahan Desa Bontolebang dan terlibat dalam program COREMAP yang mulai dilaksanakan di desa tersebut. Melalui program tersebut, ia mulai menyadari tentang dampak negatif dari praktik menangkap ikan menggunakan bahan peledak dan sianida. </p>
<p>Tahun 2008, Arsyad terpilih menjadi kepala Desa Bontolebang. Menggunakan pengaruhnya sebagai kepala desa dan mantan ‘bos’ bagi komunitas nelayan di daerah tersebut, Arsyad mencoba memengaruhi ‘bos-bos’ lainnya untuk menghentikan pengeboman ikan dan berhasil.</p>
<p>Ia juga turut melibatkan para istri dan anak nelayan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya terumbu karang dan mata pencahariaan lain. Perpustakaan desa dipenuhinya dengan buku-buku tentang fungsi terumbu karang, cara pemrosesan ikan, cara membuat kerajinan, dan cara beternak ayam.</p>
<h2>Mappalewa – dipenjara karena bom ikan, kini jurkam untuk perikanan berkelanjutan</h2>
<p>Mappalewa, sudah ditangkap tiga kali karena menangkap ikan dengan bahan peledak dan sianida. Namun, ia kini menjadi ketua dari Lembaga Pengelolaan Sumberdaya Pesisir (LPSP). </p>
<figure class="align-right ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/294090/original/file-20190925-51405-1lj5x2d.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/294090/original/file-20190925-51405-1lj5x2d.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=841&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/294090/original/file-20190925-51405-1lj5x2d.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=841&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/294090/original/file-20190925-51405-1lj5x2d.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=841&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/294090/original/file-20190925-51405-1lj5x2d.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1056&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/294090/original/file-20190925-51405-1lj5x2d.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1056&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/294090/original/file-20190925-51405-1lj5x2d.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1056&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Foto oleh Helen Ross.</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ia mulai menggunakan bahan peledak untuk menangkap ikan di tahun 1980-an setelah mengetahui penangkapan ikan dengan bom mendapatkan hasil yang jauh lebih banyak. Pada ahun 2000-an, ia mulai menggunakan sianida karena melihat nelayan lain yang bisa mendapatkan ikan besar hidup dalam jumlah yang banyak. </p>
<p>Pada saat itu, setelah pemerintah melarang pemboman dan sianida untuk menangkap ikan, Mappalewa justru berusaha menyuap oknum petugas lokal agar bisa lepas dari hukuman saat melakukan praktik merusak tersebut. </p>
<p>Belakangan ia menghentikan kegiatan dan upaya yang buruk tersebut. Ia menyadari bahwa cara-cara yang dia gunakan tidak mendatangkan berkah. </p>
<p>Sebagai ketua LPSP, ia mengkampanyekan ke nelayan lainnya bahwa berdasarkan penagalamannya, penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak dan sianida, selain melanggar hukum, juga secara finansial tidak akan berkah.</p>
<h2>Andi Hidayati – pemimpin desa perempuan yang menghentikan perikanan merusak</h2>
<p>Andi Hidayati, yang berasal dari keluarga ‘bangsawan’ bagi penduduk desa Bungaiya, awalnya memberantas praktik penangkapan ikan secara ilegal karena melihat nelayan di luar desanya yang seenaknya melakukan pengeboman dan pembiusan ketika menangkap ikan di perairan desanya. </p>
<p>Ia lalu menemukan bahwa sekitar 30% dari 246 nelayan di desa Bungaiya ternyata terlibat dalam praktik pemboman dan pembiusan tersebut.</p>
<figure class="align-left ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/294091/original/file-20190925-51401-1s18ue5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/294091/original/file-20190925-51401-1s18ue5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=841&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/294091/original/file-20190925-51401-1s18ue5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=841&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/294091/original/file-20190925-51401-1s18ue5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=841&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/294091/original/file-20190925-51401-1s18ue5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1056&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/294091/original/file-20190925-51401-1s18ue5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1056&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/294091/original/file-20190925-51401-1s18ue5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1056&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Photo by A.Y. Abdurrahim.</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Selama ia menjadi kepala desa, Desa Bungaiya masuk ke dalam program COREMAP. Dari program COREMAP, Hidayati akhirnya mengetahui bahwa masyarakatnya tidak mengetahui bahwa praktik penggunaan bahan peledak dan sianida untuk menangkap ikan merupakan praktik ilegal.</p>
<p>Kala itu, penduduk desa beralasan bahwa apabila tidak menggunakan bom untuk menangkap ikan, maka akan berpengaruh terhadap pendapatan mereka. Hal ini disebabkan oleh kompetisi dengan nelayan desa tetangga untuk berebut ikan. </p>
<p>Meski demikian, ia berhasil meyakinkan penduduk desa Bungaiya untuk bisa mengadopsi pilihan mata pencarian lainnya yang diperkenalkan melalui program COREMAP agar penghidupan mereka tetap terjaga, seperti produksi bakso ikan, makanan kecil, dan produk lainnya yang berbahan dasar ikan. </p>
<p>Lebih lanjut, Hidayati juga menggunakan pengaruhnya sebagai kepala desa untuk mengeluarkan peraturan desa (perdes) tentang daerah perlindungan laut, yang isinya mengatur zona penangkapan, jenis-jenis alat pancing yang boleh digunakan, hingga sanksi yang akan dikenakan jika melanggar perdes tersebut.</p>
<p>Untuk memberantas dan mencegah praktik perikanan yang destruktif/ilegal, ia juga aktif dalam melakukan patroli dan pengawasan laut yang dilakukan bersama aparat hukum dan kelompok masyarakat pengawasan.</p>
<hr>
<p><em>Profil tokoh ini telah dipublikasikan di “Pengaruh sosial pada perlindungan terumbu karang: tokoh dan strategi mereka dari Selayar, Indonesia” yang diterbitkan oleh <a href="https://ccres.net/resources/ccres-tool/fishcollab">Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services Project</a>, sebuah proyek yang mengembangkan model, toolkit dan karya ilmiah lainnya untuk membantu pemerintah, pembuat kebijakan, dan perencana untuk mengelola ekosistem pesisir dan, dengan ini, dapat menjamin keberlanjutan diterimanya manfaat/fungsi ekosistem oleh komunitas pesisir.</em></p>
<p><em>Fahri Nur Muharom menerjemahkan artikel ini dari Bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/124316/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Studi ini adalah bagian dari the Capturing Coral Reef and Related Ecosystem Services Project (CCRES), yang didanai oleh Global Environment Facility dan dikelola oleh Bank Dunia dan The University of Queensland.</span></em></p>Perikanan berkelanjutan yang terinspirasi dari nelayan lokal cenderung lebih berhasil ketimbang kebijakan ‘top-down’ pemerintah. Nelayan lokal bisa menjadi pahlawan dalam perikanan berkelanjutan.Ali Yansyah Abdurrahim, Human Ecology Researcher, Indonesian Institute of Sciences (LIPI)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1243532019-09-30T01:52:28Z2019-09-30T01:52:28ZBagaimana sampah plastik membunuh terumbu karang<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/294721/original/file-20190930-185394-tiifpp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">shutterstock</span> </figcaption></figure><figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/Uj1uPGehgXY?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Sampah plastik tidak hanya berbahaya bagi hewan laut, seperti penyu dan paus, tapi juga terumbu karang. Sejatinya, perlindungan laut bukan sekadar luasan wilayah yang dilindungi, namun juga tindakan nyata.</span></figcaption>
</figure>
<p>Pencemaran laut di Indonesia, terutama akibat sampah plastik, sering kali menjadi konten viral di media sosial. Mungkin Anda masih ingat video penyu yang tersangkut jaring, atau paus mati dengan perut penuh plastik?</p>
<p>Tapi di sisi lain, belum begitu banyak konten yang mengangkat soal dampak sampah plastik terhadap terumbu karang—hewan laut yang memiliki peran penting tidak hanya bagi hewan laut lainnya, tapi juga manusia. </p>
<p>Terumbu karang adalah tempat berlindung dan berkembang biak bagi setidaknya 25% spesies laut di dunia. Ia juga berperan dalam mengurangi polusi lautan. Sayangnya, perhatian masih sedikit diberikan kepada hewan yang terdiri dari karang lunak dan keras ini. </p>
<p>Dalam penelitian yang dipublikasikan di majalah <a href="https://science.sciencemag.org/content/359/6374/460"><em>Science</em></a> tahun 2018, Jamaluddin Jompa, peneliti terumbu karang dari Universitas Hasanuddin, Makassar, dan peneliti lainnya mengungkapkan bahwa terumbu karang yang tertutup oleh plastik dapat mati karena tidak mendapatkan sinar matahari untuk tumbuh. </p>
<p>Tidak hanya itu, karang lainnya bisa terinfeksi oleh karang yang mati akibat plastik tersebut. </p>
<p>Selain pemutihan (<em>bleaching</em>), penyakit karang yang paling sering dijumpai, menurut Jompa, adalah sabuk hitam (<em>black band disease</em>) dan sabuk putih (<em>white band disease</em>). </p>
<p>Jompa mengatakan pemerintah Indonesia sudah memiliki upaya perlindungan ekosistem laut, yaitu dengan menetapkan area perlindungan laut atau dikenal sebagai <em>marine protected areas</em> (MPAs), yang kini seluas sekitar <a href="https://kumparan.com/@kumparanbisnis/tahun-ini-indonesia-punya-20-juta-hektare-kawasan-konservasi-laut-1540893644766560167">20 juta hektare</a>. </p>
<p>Sayangnya, jumlah area yang dilindungi belum sebanding dengan hasilnya. Hal ini disebabkan oleh adanya pemisahan kewenangan di pemerintahan berdasarkan <a href="https://pih.kemlu.go.id/files/UU0232014.pdf">UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah</a>. Konsekuensinya, pemerintah kabupaten belum bisa maksimal mengelola area laut karena keterbatasan sumber daya manusia. </p>
<p>Laporan terbaru dari <em>Intergovernmental Panel on Climate Change</em> (IPCC) tentang <a href="https://theconversation.com/laporan-terbaru-ipcc-es-di-bumi-meleleh-dengan-cepat-akibat-pemanasan-global-berpengaruh-juga-bagi-manusia-124313">lautan dan kriosfer</a>, sebuah badan berisikan para ilmuwan iklim dari seluruh dunia di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa, menyatakan memanasnya Bumi akibat kegiatan manusia membuat es di lautan meleleh lebih cepat dari yang diperkirakan.</p>
<p>Perlindungan laut, terutama terumbu karang, menjadi sangat penting dilakukan. Apalagi karena manusia yang membutuhkan laut, bukan sebaliknya.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/124353/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Pencemaran laut di Indonesia, terutama akibat sampah plastik, sering kali menjadi konten viral di media sosial. Mungkin Anda masih ingat video penyu yang tersangkut jaring, atau paus mati dengan perut…Fidelis Eka Satriastanti, Editor Lingkungan HidupLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1243132019-09-27T07:00:01Z2019-09-27T07:00:01ZLaporan terbaru IPCC : Es di Bumi meleleh dengan cepat akibat pemanasan global, berpengaruh juga bagi manusia<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/294498/original/file-20190927-185364-w61ilw.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C2877%2C1335&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Lapisan es dari Greenland meleleh secara masif pada bulan Juli 2019 lalu, menghasilkan miliar ton air ke Lautan Atlantik. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/U1y2ye6nPks">Jennifer Latuperisa-Andresen/Unsplash</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span></figcaption></figure><p>Sebuah panel para ilmuwan untuk perubahan iklim, atau lebih sering dikenal sebagai <a href="https://theconversation.com/explainer-what-is-the-ipcc-anyway-and-how-does-it-work-18164">IPCC (<em>Intergovernmental Panel on Climate Change</em>)</a>, sudah mengeluarkan <a href="https://www.ipcc.ch/srocc/home/">laporan</a> mereka terkait dengan dampak perubahan iklim terhadap kelautan dan <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Kriosfer">kriosfer</a> (bagian permukaan Bumi yang mengandung air dalam bentuk padat, seperti es di danau, laut, dan sungai). </p>
<p>Berdasarkan lebih dari 7.000 artikel penelitian yang sudah melalui <a href="https://theconversation.com/explainer-what-is-peer-review-27797"><em>peer-review</em></a>, laporan ini merupakan penjelasan singkat tentang bagaimana kegiatan manusia berpengaruh terhadap iklim dan memberikan dampak terhadap es dan lautan kita. Lebih lanjut, laporan ini juga memaparkan konsekuensinya bagi manusia dan Bumi. </p>
<p>Singkatnya, ini berita buruk. </p>
<h2>Kriosfer dalam bahaya</h2>
<p>Tidak semua orang mengetahui tentang kriosfer, namun perannya sangatlah <a href="https://theconversation.com/what-is-the-cryosphere-hint-its-vital-to-farming-fishing-and-skiing-123554">krusial bagi sistem iklim Bumi</a>. </p>
<p>Kriosfer adalah istilah untuk area yang membeku di planet Bumi, misalnya lapisan es di Greenland dan Antartika, gunung es yang berada di lautan, gletser es di pegunungan, salju, es di danau dan lautan di kutub, serta daratan membeku yang ditemukan di lanskap Artik yang disebut sebagai permafrost. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/what-is-the-cryosphere-hint-its-vital-to-farming-fishing-and-skiing-123554">What is the cryosphere? Hint: It's vital to farming, fishing and skiing</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Kriosfer semakin mengecil. Lapisan salju berkurang, gletser dan lapisan es mencair dan permafrost juga berkurang. Kami sudah mengetahui kejadian ini sepanjang 25 tahun saya meneliti, namun laporan IPCC memperlihatkan bahwa ada percepatan pelelehan, dengan potensi berbahaya bagi manusia, ekosistem laut dan pengunungan tinggi. </p>
<p>Saat ini, kita masih rentan kehilangan lebih dari setengah perfarmost pada akhir abad ini. </p>
<p>Ribuan jalan dan bangunan yang berada di daratan beku tersebut serta pondasi yang menahan infrastruktur perlahan berubah menjadi lumpur. </p>
<p>Permafrost mampu menyimpan karbon yang berada di atmosfer hampir dua kali lebih banyak. Meski menanam tumbuhan akan mampu menyerap pelepasan karbon akibat pembukaan lahan, tetap banyak yang akan terlepas di atmosfer dan mempercepat pemanasan global. </p>
<p>Es lautan berkurang secara cepat, dan Samudra Artik tanpa es akan menjadi pemandangan biasa saat musim panas. Masyarakat adat yang tinggal di daerah Artik juga sudah mulai mengubah cara mereka berburu dan bepergian; beberapa komunitas di pesisir sudah memikirkan rencana relokasi. </p>
<p>Populasi anjing laut, walrus, dan beruang kutub, paus, dan mamalia lainnya, serta burung laut yang <a href="http://www.wwf.ca/conservation/arctic/sea_ice/">bergantung kepada es</a> kemungkinan akan menurun drastis apabila sudah tidak ada es lagi. </p>
<p>Lebih lanjut, air yang jernih dan bening akan lebih efektif <a href="https://nsidc.org/cryosphere/seaice/processes/albedo.html">memantulkan panas dari Matahari</a>. Berkurangnya air akan mempercepat pemanasan global.</p>
<p>Gletser juga meleleh. Jika emisi tetap berlanjut dengan kondisi saat ini, maka lebih dari 80% gletser kecil akan menghilang pada akhir abad ini. Hal ini akan memberikan dampak bagi ratusan juta orang yang bergantung kepada gletser untuk <a href="https://www.sciencedaily.com/releases/2019/06/190619142538.htm">air, pertanian, dan energi</a>. Longsor salju yang berbahaya, jatuhan batuan dan banjir akan lebih sering terjadi di daerah pegunungan. </p>
<h2>Kenaikan muka air laut akan menambah masalah</h2>
<p>Jika seluruh es meleleh berarti <a href="https://www.carbonbrief.org/explainer-how-climate-change-is-accelerating-sea-level-rise">muka air laut juga meningkat</a>. Muka air laut, secara global, naik setinggi 15 centimeter (cm) pada abad 20; kini mereka bertambah dua kali lipat lebih cepat, dan terus meningkat secara pesat. </p>
<p><a href="https://www.nature.com/articles/s41586-019-0901-4">Lewat penelitian saya dan rekan peneliti lainnya</a>, kita bisa memahami lebih baik bagaimana lapisan es Antartika dan Greenland berinteraksi dengan lautan.</p>
<p>Hasilnya, laporan terakhir juga memasukkan estimasi tentang seberapa tinggi kenaikan muka air laut bisa meningkat. Meski masih belum pasti, tapi kami memprediksi sekitar mencapai tinggi antara 60 dan 110 cm pada tahun 2100. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/294072/original/file-20190925-51401-eqod67.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C3749%2C2497&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/294072/original/file-20190925-51401-eqod67.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/294072/original/file-20190925-51401-eqod67.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/294072/original/file-20190925-51401-eqod67.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/294072/original/file-20190925-51401-eqod67.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/294072/original/file-20190925-51401-eqod67.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/294072/original/file-20190925-51401-eqod67.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Lapisan es yang hilang secara cepat, berkontribusi terhadap kenaikan muka air laut.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/global-warming-arctic-546774370?src=Qq9ImIVI6kMWB0A0yZmfSg-1-7">Netta Arobas/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tentu saja, muka air laut tidak statis. Intensitas curah hujan dan siklon, – yang dipengaruhi oleh iklim –, dapat meninggikan air hingga beberapa meter dari level normal. </p>
<p>Laporan IPCC sudah jelas : badai ekstrim yang biasanya hanya terjadi satu kali per abad kini akan sering terjadi setiap tahun pada pertengahan abad. Selain menurunkan emisi, kita juga sudah harus mengeluarkan biaya untuk perlindungan pantai dan daerah landai dari banjir dan korban jiwa. </p>
<h2>Ekosistem laut</h2>
<p>Hingga kini, laut bisa menyerap lebih dari 90% kelebihan panas di sistem iklim global. Pemanasan yang terjadi saat ini sudah mengurangi percampuran antara lapisan air. Konsekuensinya, pasokan oksigen dan nutrien bagi kehidupan laut berkurang. </p>
<p>Laut harus menyerap panas lima dan tujuh kali lebih besar ketimbang 50 tahun belakangan pada tahun 2100 apabila manusia tidak mengubah keluaran emisi. </p>
<p>Gelombang panas laut juga diprediksi akan lebih intens, lebih lama dan terjadi 50 kali lebih cepat dari biasanya. Tidak hanya itu, lautan akan lebih asam akibat terus menerus harus menyerap kelebihan karbon dioksida yang dikeluarkan oleh manusia. </p>
<p>Secara keseluruhan, tekanan-tekanan tersebut mengancam keberadaan kehidupan laut secara global. </p>
<p>Beberapa spesies mungkin harus berpindah ke lautan yang baru, namun yang lain mungkin tidak bisa beradaptasi dan akhirnya bisa punah. </p>
<p>Komunitas manusia juga akan menghadapi banyak masalah, terutama yang bergantung kepada makanan laut. Terumbu karang, ekosistem yang menyokong kehidupan bagi ribuan spesies, pada <a href="https://theconversation.com/not-convinced-on-the-need-for-urgent-climate-action-heres-what-happens-to-our-planet-between-1-5-c-and-2-c-of-global-warming-123817">akhirnya akan punah</a> setidaknya pada akhir abad ini. </p>
<h2>Masa depan lautan dan manusia</h2>
<p>Meskipun dokumen IPCC tentang lautan dan kriosfer mengeluarkan pernyataan yang mencengangkan, namun kesimpulan yang ditawarkan sebenarnya sangat konservatif. Hal ini mungkin karena harus <a href="https://theconversation.com/not-convinced-on-the-need-for-urgent-climate-action-heres-what-happens-to-our-planet-between-1-5-c-and-2-c-of-global-warming-123817">disetujui oleh 195 negara</a> yang meratifikasi laporan IPCC. </p>
<p>Saat ini, saya menyadari bahwa kenaikan muka air laut dan melelehnya es akan jauh lebih cepat ketimbang yang diprediksikan oleh laporan tersebut. Sepuluh tahun lalu, saya akan berkata sebaliknya. </p>
<p>Namun, penelitian terbaru memperlihatkan gambaran darurat tentang masa depan laut dan kriosfer – terutama apabila kita tidak banyak berbuat apa-apa. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/not-convinced-on-the-need-for-urgent-climate-action-heres-what-happens-to-our-planet-between-1-5-c-and-2-c-of-global-warming-123817">Not convinced on the need for urgent climate action? Here's what happens to our planet between 1.5°C and 2°C of global warming</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Perbedaan antara suhu 1,5°C dan 2°C sangatlah penting bagi keberadaan kutub-kutub es, yang akan mengalami <a href="https://earthobservatory.nasa.gov/images/81214/arctic-amplification">pemanasan lebih cepat</a> dibanding rata-rata global. </p>
<p>Untuk suhu pemanasan 1,5°C, maka kemungkinan tidak ada es pada bulan September di Samudra Artik adalah 1 banding 100. Namun, pada suhu 2°C, kejadian hilangnya es bisa terjadi satu banding tiga. </p>
<p>Kenaikan muka air laut, pemanasan laut dan asidifikasi, melelehnya gletser dan permaforst juga akan lebih sering terjadi dengan cepat. Hal ini juga berisiko terhadap manusia dan Bumi. Keputusannya ada di tangan manusia dan pemimpin yang kita pilih untuk bisa mengatasi krisis iklim dan kerusakan ekologi ini. </p>
<p><em>Fidelis Eka Satriastanti menerjemahkan ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/124313/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Mark Brandon menerima dana dari The Natural Environment Research Council.</span></em></p>IPCC, badan PBB bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan sains iklim, telah merilis laporan mereka tentang lautan dan kriosfer. Singkatnya, ini berita buruk.Mark Brandon, Professor of Polar Oceanography, The Open UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1230102019-09-06T08:34:40Z2019-09-06T08:34:40ZBagaimana peneliti di Jawa Barat menyelamatkan pantai dengan sabut kelapa<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/291282/original/file-20190906-175678-ejbzgk.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C7%2C958%2C1271&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Para peneliti ITB bekerja sama dengan penduduk desa Karangjaladri untuk membangun tanggul laut ramah lingkungan terbuat dari sabut kelapa.</span> <span class="attribution"><span class="source">Susanna Nurdjaman/ITB</span>, <span class="license">Author provided</span></span></figcaption></figure><p>Tahukah Anda bahwa sabut kelapa bisa dimanfaatkan sebagai pelindung pesisir pantai dari erosi dan abrasi air laut? </p>
<p>Daerah pesisir di Indonesia, yang juga menjadi tempat kegiatan ekonomi dan pemukiman warga, kini berada di kondisi kritis.</p>
<p>Tidak hanya akibat aktivitas manusia, seperti pembabatan hutan bakau, penambangan pasir, hingga pembangunan infrastruktur namun juga akibat dari perubahan iklim. </p>
<p><a href="https://en.antaranews.com/news/129654/sea-level-rise-poses-threat-to-jakarta-semarang-demak-coastal-areas">Perubahan iklim dapat mempengaruhi daerah pesisir</a> hingga menghadapi berbagai masalah, mulai dari naiknya permukaan air laut, suhu laut, hingga menimbulkan gas emisi rumah kaca. Ditambah lagi, erosi di daerah pesisir, banjir, hingga polusi air.</p>
<p>Oleh karena itu, perlindungan daerah pesisir seharusnya menjadi salah satu prioritas mitigasi perubahan iklim. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/291034/original/file-20190905-175663-j1l1g9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/291034/original/file-20190905-175663-j1l1g9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=330&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/291034/original/file-20190905-175663-j1l1g9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=330&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/291034/original/file-20190905-175663-j1l1g9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=330&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/291034/original/file-20190905-175663-j1l1g9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=414&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/291034/original/file-20190905-175663-j1l1g9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=414&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/291034/original/file-20190905-175663-j1l1g9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=414&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Pemandangan Aerial dari pantai Panggandaran, salah satu pantai di Indonesia yang rentan terhadap abrasi karena gelombang laut yang tinggi.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Susanna Nurdjaman/ITB</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Umumnya, perlindungan daerah pesisir dari erosi menggunakan struktur material yang keras (<em>hard structure</em>), seperti tanggul laut yang terbuat dari beton, pemecah gelombang, <em>groin</em> (bangunan yang dibangun menjorok ke arah laut), <em>jetty</em> (jalanan yang dibuat mengarah ke laut), dan lainnya. </p>
<p>Namun, material alami seperti terumbu karang, hutan bakau, atau rumput laut juga dapat melindungi daerah pantai dari gelombang tinggi, atau disebut sebagai <em>soft structure</em> yaitu struktur material yang lunak/dari bahan alam. </p>
<p>Tanggul laut yang terbuat dari material yang keras masih terlalu mahal bagi penduduk setempat dan pemerintah daerah masih belum memprioritaskan dana mereka untuk pembangunan ini. </p>
<p>Oleh karena itu, kami – saya dan lima rekan kerja saya di Program Study Oseanografi,Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung – memodifikasi sabut kelapa untuk menjadi bahan alternatif untuk tembok laut. Modifikasi ini <a href="https://climateactiontool.org/content/restore-natural-coastal-buffers-bioengineering-coastal-banks">terinspirasi oleh cara penyelamatan pesisir pantai yang dilakukan di daerah pesisir di Amerika Serikat</a>.</p>
<p>Proyek pertama kami bermula di desa Karangjaladri, kabupaten Pangandaran, sekitar 6 jam perjalanan dari kota Bandung, ibukota provinsi Jawa Barat.</p>
<p>Desa Karangjaladri berada di dekat pantai, namun tidak memiliki perlindungan di pesisir ketika kami datang pada tahun 2017. Padahal, area tersebut rentan terhadap abrasi karena gelombang laut yang tinggi dari Samudera Hindia.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/291035/original/file-20190905-175678-175sq0p.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/291035/original/file-20190905-175678-175sq0p.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=342&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/291035/original/file-20190905-175678-175sq0p.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=342&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/291035/original/file-20190905-175678-175sq0p.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=342&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/291035/original/file-20190905-175678-175sq0p.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=429&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/291035/original/file-20190905-175678-175sq0p.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=429&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/291035/original/file-20190905-175678-175sq0p.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=429&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Tim dari Program Study Oceanography ITB berkunjung ke desa Karangjaladri pada tahun 2017 dan menawarkan solusi ramah lingkungan untuk tembok laut, di tahun berikutnya.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Susanna Nurdjaman/ITB</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tahun 2018, kami kembali dan mengajak warga sekitar untuk membangun tanggul laut yang terbuat dari sabut kelapa, material yang murah dan dapat terurai, yang banyak ditemukan di daerah tersebut.</p>
<p>Karena sifatnya yang organik, tembok laut dari sabut kelapa dapat berubah menjadi “sabuk hijau” pantai untuk membantu melestarikan ekosistem laut.</p>
<h2>Dinding laut dari sabut kelapa</h2>
<p>Indonesia adalah <a href="https://www.google.com/search?rlz=1C1CHBD_enID742ID742&ei=qCZvXfx1pqC9BLSwisAP&q=coastline+in+the+world&oq=coastline+in+the+&gs_l=psy-ab.1.1.0l3j0i22i30l7.139612.145474..147700...0.1..0.95.1094.17......0....1..gws-wiz.......0i71j35i39j0i67j35i39i70i249j0i131j0i10j0i203j0i22i10i30.qjcFIlGho9M">negara dengan garis pantai ketiga terpanjang di dunia dengan panjang 54.720 kilometer</a>. Kanada dan Norwegia menempati urutan pertama dan kedua. </p>
<p>Namun, wilayah pesisir di kepulauan Indonesia berada di kondisi yang buruk akibat kegiatan manusia, seperti penambangan pasir dan terumbu karang, pembabatan mangrove, hingga pemukiman warga yang melewati garis pantai.</p>
<p>Pada November 2018, dengan bantuan dari penduduk desa Karangjaladri di pantai Pangandaran, kami dapat membangun tembok laut berbahan sabut kelapa dengan panjang 20 meter. </p>
<p>Sebelumnya, kami menggulung sabut kelapa, yang disatukan dengan material ramah lingkungan lainnya, seperti karung goni, diikat dengan tali dari jaring nelayan sepanjang 5 hingga 10 meter, hingga menjadi seperti gulungan karpet dengan ukuran diameter 25-50 cm. </p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/jmb7vGQs-pQ?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">PROSAPA dikembangkan oleh Program Studi Oseanografi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung, pada tahun 2018, untuk melindungi garis pantai Pantai Pangandaran di Jawa Barat.</span></figcaption>
</figure>
<p>Kami menghindari musim hujan barat dan musim hujan timur ketika memasang tembok laut tersebut, karena kedua musim ini memiliki angin kencang yang akan membuat sulit untuk memasang jaring. </p>
<p>Kami juga mempertimbangkan pola angin, ketinggian gelombang laut, arah dan arus laut untuk dapat memasang dinding laut sabut kelapa di garis pantai tanpa gangguan.</p>
<p>Meski ramah lingkungan, dinding laut dari sabut kelapa ini tentu saja masih memiliki kelemahan. Kemampuannya terbatas untuk menghadang gelombang laut yang jauh lebih kuat. Hal ini bukan masalah bagi dinding laut terbuat dari beton. </p>
<p>Oleh karena itu, kita perlu memasang pasak kayu dengan benar agar tidak terseret gelombang. </p>
<h2>Perlindungan ekosistem Laut</h2>
<p>Walaupun ada banyak cara mitigasi untuk abrasi, pendekatan yang ramah lingkungan dapat dijadikan sebagai pilihan alternatif yang murah. </p>
<p>Bahan baku untuk membangun dinding laut yang dapat terurai, seperti yang terbuat dari sabut kelapa, adalah cara yang murah dan mudah ditemukan di daerah pesisir apalagi di Indonesia.</p>
<p>Kami juga menggunakan kembali jaring bekas nelayan sekitar untuk mengurangi biaya. Ketimbang menumpuk sabut kelapa menjadi sampah, lebih baik dikumpulkan dan dijadikan sebagai bahan dasar untuk dinding laut. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/291036/original/file-20190905-175714-1jx9j6d.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/291036/original/file-20190905-175714-1jx9j6d.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=577&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/291036/original/file-20190905-175714-1jx9j6d.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=577&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/291036/original/file-20190905-175714-1jx9j6d.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=577&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/291036/original/file-20190905-175714-1jx9j6d.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=725&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/291036/original/file-20190905-175714-1jx9j6d.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=725&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/291036/original/file-20190905-175714-1jx9j6d.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=725&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Sabut kelapa, karung goni dengan bahan murah lainnya digulung seperti bantal kemudian ditumpuk untuk dijadikan media tumbuh bagi tanaman. Tanaman ini akan berubah menjadi taman tanaman laut.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Susanna Nurdjaman / ITB</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Jadi, selain melindungi daerah pesisir pantai, kami juga memanfaatkan limbah organik.</p>
<p>Belum ada penilaian terhadap daya tahan tembok laut yang terbuat dari sabut kelapa ini. Namun, tembok laut ini tidak murni terbuat dari serat kelapa. Serat kelapa yang kami gunakan dipakai juga sebagai media tumbuh untuk tanaman. Jadi setelah sabut kelapa terurai, dia memiliki akar kuat dan menjadi sabuk hijau yang melindungi pantai.</p>
<p>Gagasan dari proyek percontohan ini adalah untuk mendorong masyarakat setempat untuk menggunakan bahan sehari-hari untuk melindungi daerah mereka. </p>
<p>Alih-alih menunggu pemerintah membangun tembok beton miliaran rupiah, yang lebih sering menjadi prioritas pemerintah, warga desa dapat memasang sendiri.</p>
<p><em>Fahri Nur Muharom menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/123010/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Susanna Nurdjaman menerima dana dari Program Pengabdian Masyarakat ITB 2018</span></em></p>Tanggul laut yang dapat terurai lebih murah dari dinding beton. Tembok tersebut juga memudahkan masyarakat sekitar untuk ikut andil.Susanna Nurdjaman, Lecturer of Oceanography Department, Faculty of Earth Sciences and Technology, Institut Teknologi BandungLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1085322018-12-14T06:40:51Z2018-12-14T06:40:51ZMengalami tekanan atau memang pesimistis? Kisah terumbu karang<p><a href="https://climate.nasa.gov/">Perubahan iklim</a> mengancam <a href="http://coralreefdiagnostics.com/high-coral-cover-reef/">terumbu karang</a> di seluruh dunia. Suhu tinggi dapat menimbulkan “<a href="https://oceanservice.noaa.gov/facts/coral_bleach.html">pemutihan</a>,” yaitu hancurnya <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Symbiosis">simbiosis</a> antara <a href="https://www.livingoceansfoundation.org/video/what-is-coral/">karang</a> dan <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Symbiodinium">alga</a> yang berada di dalam sel-sel karang. <a href="http://coralreefdiagnostics.com/bleaching/">Proses pemutihan</a>–disebut demikian karena jaringan karang menjadi jernih/putih–biasanya berakhir dengan kematian karang karena karang bergantung pada ganggang yang bisa <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Photosynthesis">berfotosintesis</a> untuk mendapatkan nutrisi. </p>
<p>Setidaknya setengah miliar manusia di Bumi bergantung pada terumbu karang untuk mata pencaharian mereka. <a href="https://ocean.si.edu/ocean-life/invertebrates/corals-and-coral-reefs">Terumbu karang</a> menyediakan kekayaan ekosistem tidak hanya untuk makhluk laut lainnya tetapi juga manusia. Sebagai contoh, terumbu karang adalah tempat pembibitan berbagai spesies ikan komersial. </p>
<p>Itulah mengapa kita perlu secara aktif memantau <a href="http://coralreefdiagnostics.com/">kesehatan</a> terumbu karang di seluruh dunia. Saya secara khusus tertarik untuk mengenali terumbu karang yang sensitif terhadap tekanan. Dengan kata lain, terumbu karang yang memiliki kapasitas yang terbatas untuk <a href="http://www.reefresilience.org/coral-reefs/reefs-and-resilience/understanding-coral-reef-resilience/">bertahan hidup dalam tekanan</a>. Mungkin terumbu karang seperti itu harus diprioritaskan untuk konservasi dengan asumsi bahwa kita tidak mungkin bisa menyelamatkan semua terumbu karang. </p>
<p>Namun, mungkin juga kita seharusnya fokus pada terumbu karang yang memiliki karang-karang yang kuat, karena mungkin karang-karang semacam ini yang memiliki peluang lebih besar untuk bertahan hidup. </p>
<p>Apa pun pilihannya, pertama-tama kita perlu tahu cara untuk menentukan terumbu karang itu sehat atau sakit. </p>
<h2>Diagnosis reaksioner</h2>
<p>Dalam sejarah ilmu kelautan dan perikanan, penilaian kesehatan terumbu karang adalah upaya yang dilakukan secara retroaktif. Kami mengenakan tangki SCUBA untuk menyelam, menyelam, dan mencatat jumlah karang yang sekarat atau <a href="http://coralreefdiagnostics.com/deaddying-reefs/">mati</a>. </p>
<p>Ini seperti memberitahu seseorang yang baru saja mengalami serangan jantung bahwa mereka memiliki tekanan darah tinggi. Idealnya, seseorang tentu ingin mengetahui diagnosis tekanan darah tinggi lebih awal sehingga mereka bisa membuat perubahan pola makan atau gaya hidup lainnya untuk mencegah serangan jantung. </p>
<p>Jika para ilmuwan hanya mendiagnosis kematian karang, data yang diperoleh selama survei tidak banyak gunanya bagi karang hidup. Bukankah lebih baik jika kita dapat mendeteksi penurunan kesehatan karang sebelum muncul tanda-tanda tahap akhir penyakit yang parah, seperti pemutihan, muncul? Dengan demikian, kami dapat memperingatkan para pengelola agar mereka cepat mengambil tindakan untuk meningkatkan ketahanan karang di skala lokal dengan, misalnya, menutup daerah terumbu karang untuk memancing.</p>
<h2>Kita tidak tahu seperti apakah karang yang sehat</h2>
<p>Sayangnya, kita tidak memiliki <a href="http://coralreefdiagnostics.com/help-data-analysis-plea/">garis dasar fisiologis</a> untuk karang yang bisa menentukan apakah karang itu sehat atau tidak. Semua penelitian terumbu karang dilakukan dalam 50 hingga 100 tahun terakhir, sesudah terjadinya Revolusi Industri, titik di mana dampak manusia secara kolektif terhadap Bumi melonjak drastis. </p>
<p>Dengan kata lain, semua data yang kita miliki saat ini berasal dari karang yang kemungkinan besar telah mengalami stres pada tingkat tertentu. Bahkan terumbu karang paling terisolasi secara geografis, karang <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Chagos_Archipelago">Chagos</a> di Samudra Hindia, mengalami pemutihan <a href="https://theconversation.com/does-a-new-era-of-bleaching-beckon-for-indian-ocean-coral-reefs-73938">hampir setiap tahun</a>. </p>
<p>Meski tidak ada terumbu karang yang belum terkena dampak manusia, masih ada kemungkinan ada karang yang sehat. Namun, mengetahui seperti apa sebenarnya karang yang sehat cukup rumit mengingat kurangnya data dasar. </p>
<p>Jika kita tidak tahu bagaimana mendefinisikan <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Phenotype">fenotipe</a> (ciri-ciri lahiriah) dari karang yang sehat, bagaimana kita bisa dapat mendokumentasikan tingkat stres atau kemungkinan pemutihan?</p>
<h2>Mempelajari kesehatan karang melalui biologi molekuler</h2>
<p>Selama 15 tahun terakhir, saya telah mengembangkan serangkaian <a href="http://coralreefdiagnostics.com/contact/">prosedur diagnostik molekuler</a> untuk membuat dugaan apakah karang itu sehat atau tidak. Bagi mereka yang ingat pelajaran biologi mengenai sel, Anda mungkin ingat bahwa semua organisme seluler memiliki seperangkat protein untuk melindungi, membuat stabil, dan/atau memperbaiki sel-sel mereka selama peristiwa stres, misalnya selama paparan suhu tinggi. Meski beberapa “protein stres” ini dapat disintesis (bahkan ketika sel tidak tertekan), kebanyakan hanya boleh disintesis oleh sel ketika mereka benar-benar stres.</p>
<p>Dengan logika itu, maka, meski kita kekurangan data dasar, kita seharusnya bisa mengembangkan sistem diagnostik untuk karang berdasarkan konsentrasi gen dan protein yang mengindikasikan stres. Gen dan protein ini secara kolektif saya sebut sebagai [“penanda molekuler”](https://en.wikipedia.org/wiki/Biomarker_(medicine). Karang, bagaimanapun, terdiri dari sel dengan <a href="https://phys.org/news/2016-06-corals-genes-human-genome.html">genom yang mirip</a> dengan kita. </p>
<p>Dengan berbekal pemikiran itu, saya mendapat ide untuk menjelajah ke ekosistem yang “belum pernah terjamah manusia”, mengambil sampel karang, dan menganalisis konsentrasi sejumlah gen dan penanda molekuler yang terlibat dalam <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Cellular_stress_response">respons stres sel</a>. Sampel yang saya kumpulkan akan menghasilkan “data dasar karang saat ini” yang dapat dibandingkan dengan kondisi karang yang diakibatkan dari perubahan iklim dan kegiatan manusia lainnya.</p>
<p>Pada 2013 hingga 2016 saya mengambil sampel karang dari pelosok paling terpencil di Indo-Pasifik sebagai peneliti pasca-doktoral <a href="http://www.livingoceansfoundation.org/">Khaled bun Sultan Living Oceans Foundation</a> (LOF). Sebagai bagian dari “Global Reef Expedition” LOF (<a href="https://www.livingoceansfoundation.org/global-reef-expedition/">GRE</a>), saya mengambil sampel ribuan koloni karang (berfokus pada genus <a href="http://coralreefdiagnostics.com/pocillopora/">Pocillopora</a>) mulai dari <a href="http://coralreefdiagnostics.com/french-polynesia/">Kepulauan Polinesia Prancis</a> ke Kepulauan Chagos (<a href="http://coralreefdiagnostics.com/biot-overview/">British Indian Ocean Territory</a>), dan <a href="http://coralreefdiagnostics.com/global-reef-expedition/">ratusan situs karang di antara kedua lokasi tersebut</a>. Kami fokus pada karang yang sebelumnya tidak pernah disurvei atau dieksplorasi. </p>
<h2>Apakah karang selalu dalam keadaan stres?</h2>
<p>Setelah melakukan berbagai <a href="http://coralreefdiagnostics.com/projects/">prosedur diagnostik molekuler</a>, saya menemukan bahwa setiap karang yang saya sampel tampaknya memiliki ciri konsentrasi yang sangat tinggi dari semua penanda stres yang ditargetkan (baik pada inang karang dan ganggang).</p>
<p>Kondisi ini saya temukan di atol-atol terpencil dari <a href="https://www.nmmba.gov.tw/publication/News_Content.aspx?n=41570175D3B41EEE&sms=9463987D224BAA6B&s=8BF01D774A1BA42D">Kepulauan Austral and Cook </a>, serta <a href="https://journals.plos.org/plosone/article/comments?id=10.1371/journal.pone.0177267">Fiji</a>, <a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0185857">Tonga</a>, <a href="https://www.nmmba.gov.tw/publication/News_Content.aspx?n=41570175D3B41EEE&sms=9463987D224BAA6B&s=12DDAC5BAC5D82DE">Kaledonia Baru</a>, <a href="http://coralreefdiagnostics.com/solomon-islands-overview/">Kepulauan Solomon</a>, <a href="http://coralreefdiagnostics.com/palau-overview/">Palau</a>, dan <a href="http://coralreefdiagnostics.com/biot-overview/">Chagos</a>.</p>
<p>Penjelasan yang paling sederhana dari hasil pengamatan saya adalah bahwa karang-karang tersebut memang tertekan. Namun, <a href="http://www.pnas.org/content/110/4/1387">beberapa</a> peneliti berpendapat bahwa karang berbeda dan, tidak seperti organisme sel lainnya, dapat tetap “stres” setiap saat untuk mengantisipasi perubahan lingkungan di masa depan. </p>
<p>Hal seperti ini benar terjadi di beberapa ekosistem, seperti <a href="https://www.nytimes.com/2008/10/06/world/asia/06iht-coral.2.16721749.html">terumbu karang di Taiwan Selatan</a>, di mana kualitas air laut selalu berubah. Namun, meski demikian, kami menemukan sedikit terumbu karang yang menghadapi lingkungan yang ekstrem pada penelitian global kami.</p>
<h2>Tertekan atau hanya “pesimistis”?</h2>
<p>Kebanyakan sel atau organisme yang stres berhenti tumbuh dan bereproduksi karena harus mengalihkan begitu banyak energi untuk untuk mengembalikan keseimbangan sel-sel, yang dikenal dengan <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Homeostasis">homeostasis</a>. Namun pada karang-karang yang saya amati tidak demikian. Kebanyakan, karang tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan jaringan atau penyakit. Lebih jauh lagi, meski beberapa mengalami pemutihan di kemudian hari, tidak semuanya mengalami hal tersebut. </p>
<p>Dengan kata lain, meski sel-sel karang dan sel-sel internal alga secara terus menerus mengalami tekanan bukan berarti “holobiont” karang (gabungan dari inang+simbion) pada akhirnya akan hancur.</p>
<p>Mungkin mobilisasi energi cadangan, seperti lemak, telah memungkinkan karang ini bertahan hingga saat ini, meski dalam tekanan. Namun, ini menunjukkan strategi bertahan hidup jangka pendek. Mungkin mereka beralih dari mengandalkan fotosintesis dan hanya <a href="https://www.nature.com/articles/nature04565">makan</a> plankton, seperti halnya banyak hewan laut lainnya yang tidak bersimbiosis dengan alga.</p>
<p>Atau mungkin karang itu memang aneh; alih-alih menggunakan respons “melawan atau lari” seperti hewan lain ketika dalam keadaaan tertekan, mereka tetap “pesimistis secara fisiologis,” terus-menerus siap untuk yang terburuk sepanjang waktu. Hanya pengamatan berkesinambungan ke situs-situs ini yang akan menjawab apakah gaya hidup yang penuh tekanan ini memungkinkan kelangsungan hidup karang yang berkelanjutan dalam beberapa dekade mendatang.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/108532/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Anderson B. Mayfield terafiliasi Khaled bin Sultan Living Oceans Foundation (LOF) dalam bagian Indo-Pacifik ekspedisi "Global Reef Expedition." Opini milik penulis secara pribadi. </span></em></p>Seorang ahli biologi karang mengumpulkan sampel karang dan menemukan semuanya menunjukkan tanda-tanda tertekan.Anderson B. Mayfield, International postdoctoral research fellow of marine studies, National Museum of Marine Biology and Aquarium TaiwanLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/910162018-02-15T09:34:28Z2018-02-15T09:34:28Z11 miliar potongan plastik bawa penyakit bagi terumbu karang<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/206531/original/file-20180215-131010-6knbo6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=21%2C0%2C2374%2C1598&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Botol plastik terperangkap di terumbu karang</span> <span class="attribution"><span class="source">Tane Sinclair Taylor</span>, <span class="license">Author provided</span></span></figcaption></figure><p>Ada lebih dari 11 miliar sampah plastik di terumbu karang di seluruh Asia-Pasifik, menurut penelitian baru kami. Penelitian kami juga menemukan bahwa kontak dengan plastik bisa menjadikan karang 20 kali lebih rentan terhadap serangan penyakit.</p>
<p>Dalam studi kami, <a href="http://science.sciencemag.org/cgi/doi/10.1126/science.aar3320">dimuat dalam jurnal Science</a>, kami meneliti lebih dari 124.000 karang pembangun terumbu (<em>reef-building corals</em>) dan mendapati bahwa 89% karang dengan plastik tertambat menunjukkan tanda-tanda visual penyakit—ini kenaikan drastis dibandingkan 4% peluang karang terserang penyakit jika tanpa plastik.</p>
<p>Secara global, lebih dari 275 juta orang hidup dalam bentangan 30km terumbu karang. Mereka mengandalkan ekosistem itu untuk mendapatkan makanan, melakukan perlindungan kawasan pantai, pemasukan dari pariwisata, dan nilai budaya.</p>
<p>Terumbu karang sudah menanggung tekanan dari perubahan iklim dan <a href="https://theconversation.com/back-to-back-bleaching-has-now-hit-two-thirds-of-the-great-barrier-reef-76092">kejadian-kejadian pemutihan</a> besar-besaran. Temuan-temuan kami menunjukkan ancaman signifikan lain terhadap karang-karang terbesar di dunia dan ekosistem serta kehidupan yang ditopangnya. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/bagaimana-indonesia-bisa-melawan-pencemaran-plastik-81558">Bagaimana Indonesia bisa melawan pencemaran plastik?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Bekerja sama dengan banyak ahli dan penyurvei bawah air di Indonesia, Myanmar, Thailand, dan Australia, kami menghimpun data dari 159 terumbu karang antara tahun 2010 dan 2014. Dengan melakukan itu, kami menghimpun salah satu set data paling ekstensif tentang kesehatan karang di kawasan tersebut dan tingkat sampah plastik pada tataran global.</p>
<p>Terdapat kesenjangan besar antara perkiraan global sampah plastik <a href="http://science.sciencemag.org/content/347/6223/768">yang masuk ke lautan</a> dan jumlah yang <a href="http://www.pnas.org/content/114/23/6052.abstract">tersapu ke pantai</a> atau didapati <a href="http://www.pnas.org/content/111/28/10239.full">mengapung di permukaan</a>.</p>
<p>Penelitian kami memberikan salah satu perkiraan paling komprehensif tentang sampah plastik di dasar laut, dan dampaknya terhadap salah satu ekosistem paling penting di dunia tersebut. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/203376/original/file-20180125-107974-cglsk5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/203376/original/file-20180125-107974-cglsk5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/203376/original/file-20180125-107974-cglsk5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/203376/original/file-20180125-107974-cglsk5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/203376/original/file-20180125-107974-cglsk5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/203376/original/file-20180125-107974-cglsk5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/203376/original/file-20180125-107974-cglsk5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/203376/original/file-20180125-107974-cglsk5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Sampah plastik di sebuah desa nelayan di Myanmar.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Kathryn Berry</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Jumlah benda-benda plastik yang tersangkut di terumbu sangat bervariasi di kawasan-kawasan berbeda yang kami survei—dengan tingkat yang terendah dijumpai di Australia dan yang tertinggi di Indonesia. </p>
<p>Sekitar 80% sampah plastik laut berasal dari daratan. Variasi plastik yang kami amati di terumbu selama survei berkaitan dengan perkiraan tingkat sampah plastik yang memasuki lautan dari pantai terdekat. Sepertiga terumbu yang kami survei tidak memiliki sampah plastik yang tertinggal, akan tetapi selebihnya mempunyai lebih dari 26 serpihan-serpihan sampah plastik per 100 meter persegi.</p>
<p>Kami memperkirakan ada sekitar 11,1 miliar benda-benda plastik di terumbu karang di seluruh Asia-Pasifik. Lebih dari itu, kami memperkirakan angka ini akan meningkat 40% dalam tujuh tahun ke depan—setara dengan sekitar 15,7 miliar benda-benda plastik pada tahun 2025. </p>
<p>Peningkatan ini lebih cepat terjadi di negara-negara berkembang daripada di negara-negara industri. Menurut proyeksi kami, antara tahun 2010 dan 2025 jumlah sampah plastik di terumbu karang Australia hanya akan meningkat sekitar 1%, sedangkan di Myanmar akan meningkat dua kali lipatnya.</p>
<h2>Bagaimana sampah plastik bisa menyebabkan penyakit?</h2>
<p>Meskipun mekanismenya belum jelas, pengaruh serpihan sampah plastik terhadap perkembangan penyakit mungkin berbeda-beda di antara tiga penyakit global yang kami amati peningkatannya dengan mempertimbangkan faktor plastik. </p>
<p>Sampah plastik bisa melukai jaringan karang, berpotensi membiarkan masuk patogen-patogen seperti <em>Halofolliculina corallasia</em>, mikroba yang menyebabkan penyakit <em>skeletal eroding band</em>. </p>
<p>Serpihan sampah plastik juga bisa menimbulkan patogen secara langsung. Polivinil klorida (PVC)—plastik yang sangat lazim digunakan dalam mainan anak-anak, bahan-bahan bangunan seperti pipa, dan banyak produk lainnya—didapati membawa sebuah famili bakteri yang disebut Rhodobacterales. Bakteri ini berkaitan dengan bermacam-macam penyakit karang. </p>
<p>Begitu pula, polipropilena—yang yang dipakai untuk membuat tutup botol dan sikat gigi—bisa dikolonisasi oleh <em>Vibrio</em>, sebuah patogen potensial yang terkait dengan sekolompok penyakit karang yang merusak secara global yang disebut sindrom putih.</p>
<p>Akhirnya, sampah plastik menutupi permukaan karang dan bisa menghalangi sinar. Ini menciptakan kondisi rendah oksigen yang mendukung pertumbuhan berbagai mikroorganisme yang terkait dengan penyakit pita hitam (<em>black band disease</em>). </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/203378/original/file-20180125-107950-1ko3ghv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/203378/original/file-20180125-107950-1ko3ghv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/203378/original/file-20180125-107950-1ko3ghv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=601&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/203378/original/file-20180125-107950-1ko3ghv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=601&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/203378/original/file-20180125-107950-1ko3ghv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=601&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/203378/original/file-20180125-107950-1ko3ghv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=755&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/203378/original/file-20180125-107950-1ko3ghv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=755&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/203378/original/file-20180125-107950-1ko3ghv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=755&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Sampah plastik mengapung di atas karang.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Kathryn Berry</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Karang berstruktur kompleks berpeluang delapan kali lebih besar terpengaruh oleh plastik, terutama spesies bercabang dan berbentuk meja. Hal ini berpotensi membahayakan banyak spesies laut yang berlindung di bawah atau di dalam karang-karang tersebut, dan pada akhirnya merugikan perikanan yang bertumpu pada ekosistem ini.</p>
<p>Studi kami menunjukkan bahwa mengurangi jumlah sampah plastik yang masuk ke laut bisa mencegah secara langsung penyakit dan kematian karang.</p>
<p>Begitu karang sudah terinfeksi, secara logistik sulit mengatasi penyakit yang ditimbulkan. Sejauh ini cara paling mudah menangani masalah tersebut adalah dengan mengurangi jumlah plastik salah urus yang sampai ke lautan.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/206530/original/file-20180215-131000-7xe8p.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/206530/original/file-20180215-131000-7xe8p.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/206530/original/file-20180215-131000-7xe8p.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/206530/original/file-20180215-131000-7xe8p.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/206530/original/file-20180215-131000-7xe8p.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=565&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/206530/original/file-20180215-131000-7xe8p.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=565&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/206530/original/file-20180215-131000-7xe8p.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=565&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Murid-murid membersihkan pantai dengan mengumpulkan sampah plastik.</span>
<span class="attribution"><span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Di Sulawesi, Indonesia kegiatan ini sudah mulai dilakukan dengan <a href="https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fmars.2018.00035/abstract">melibatkan anak-anak sekolah</a> seperti di Kepulauan Spermonde dan Selayar. Warga desa melakukan kegiatan kerja bakti membersihkan pantai untuk mencegah plastik ke laut.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/91016/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Joleah Lamb tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Terumbu karang di Asia-Pasifik dibanjiri sekitar 11.1 miliar potongan plastik, memperparah risiko penyakit hingga lebih dari 20 kali lipat.Joleah Lamb, Research fellow, Cornell UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.