Menu Close
Lebih besar dari kehidupan bahkan 500 tahun yang lalu, legenda Leonardo telah berkembang selama berabad-abad. Hunter Bliss/Shutterstock

8 hal yang mungkin Anda tak ketahui tentang Leonardo da Vinci, 500 tahun setelah kematiannya

Tahun ini menandai peringatan 500 tahun kematian Leonardo da Vinci. Dikenal luas sebagai salah seorang polymath (berpengetahuan di berbagai bidang) terbesar dalam sejarah manusia, Leonardo adalah penemu, seniman, musisi, arsitek, insinyur, ahli anatomi, ahli botani, ahli geologi, sejarawan, dan kartografer.

Meskipun karya artistiknya tidak banyak, dampak Leonardo besar. Karya-karnyanya mencerminkan pengetahuannya yang mendalam tentang tubuh, penelitiannya yang luas tentang cahaya dan wajah manusia, dan teknik sfumato (bahasa Italia untuk “berasap”), yang memungkinkan gambar menjadi sangat hidup. Leonardo menganggap seniman adalah murid ilahi, melalui tulisannya, “Kami, dengan seni kami, dapat disebut sebagai cucu-cucu Tuhan.”

Para sarjana abad kedua puluh satu di MIT memberinya peringkat orang paling berpengaruh keenam yang pernah hidup. Seperti Rembrandt dan Michelangelo, ia sangat terkenal sehingga hanya dikenal dengan nama depannya saja. Namun terlepas dari ketenarannya, ada hal-hal tentang Leonardo yang bagi banyak orang saat ini mengejutkan.

Keturunan gelap

Leonardo lahir dari hubungan di luar nikah pada 15 April 1452. Ayahnya, Piero, adalah seorang notaris kaya, dan ibunya, Caterina, adalah seorang gadis petani lokal. Meskipun keadaan kelahirannya menempatkan Leonardo pada posisi yang kurang menguntungkan dalam hal pendidikan dan warisan, penulis biografi Walter Isaacson menganggap itu sebagai keberuntungan yang luar biasa. Alih-alih diharapkan menjadi notaris seperti ayahnya, Leonardo malah bebas untuk mengembangkan berbagai kejeniusannya. Orang-orang menduga bahwa hal tersebut juga memberi dia rasa urgensi khusus untuk membangun identitasnya sendiri dan membuktikan dirinya.

Fisik yang indah

Leonardo menciptakan beberapa karya seni paling indah di dunia, termasuk “Perjamuan Terakhir” dan “Mona Lisa.” Pada zamannya sendiri, dia dikenal sebagai orang yang sangat menawan. Salah satu penulis biografi Leonardo menggambarkannya sebagai “seseorang dengan fisik yang luar biasa indah yang menampilkan rahmat tak terbatas dalam semua yang ia lakukan.”

Seorang yang hidup di masanya menggambarkannya sebagai “laki-laki yang proporsional, anggun, dan tampan” yang “mengenakan jubah merah muda mawar” dan memiliki “rambut keriting yang indah, ditata dengan hati-hati, yang turun ke tengah dadanya.” Leonardo dianggap telah menjalin hubungan jangka panjang dan kemungkinan hubungan seksual dengan dua muridnya yang keduanya juga seniman.

Dari potongan kertas ke buku catatan

Salah satu gambar pada buku catatan yang paling terkenal adalah ‘Manusia Vitruvian.’ Leonardo da Vinci/Wikimedia Commons

Lukisan-lukisan yang dikaitkan dengan Leonardo secara umum berjumlah kurang dari 20, sementara buku catatannya berisi lebih dari 7.000 halaman. Hal tersebut adalah sumber pengetahuan terbaik tentang Leonardo, yang hari ini bertempat di lokasi-lokasi seperti Kastil Windsor, Louvre, dan Perpustakaan Nasional Spanyol di Madrid. Konten di dalamnya yang beragam berkisar pada gambar-yang paling terkenal, Manusia Vitruvian-catatan tentang hal-hal yang ingin diselidiki, diagram ilmiah dan teknis, serta daftar belanja. Hal-hal ini mungkin meliputi rasa ingin tahu dan kreativitas manusia yang monumental yang pernah dihasilkan oleh satu orang. Namun ketika Leonardo menulis, kertas-kertas itu hanyalah lembaran kertas lepas dengan berbagai jenis dan ukuran. Teman-temannya yang mengikat kertas-kertas itu menjadi “buku catatan” setelah kematiannya.

Pendidikan orang luar

Sebagai akibat dari menjadi “anak haram”, Leonardo menerima pendidikan formal yang agak terbatas yang utamanya meliputi aritmatika bisnis. Dia tidak pernah masuk universitas dan kadang-kadang menyebut dirinya sebagai “orang yang tidak berpendidikan.” Namun kurangnya sekolah formal yang ia dapatkan juga membebaskannya dari ikatan tradisi, membantu menanamkan dalam dirinya tekad untuk mempertanyakan otoritas dan lebih mengandalkan pengalamannya sendiri daripada pendapat-pendapat yang diungkapkan dalam buku. Sebagai hasilnya, ia menjadi pengamat dan eksperimenter langsung, serta tidak tertarik menjadi penyambung lidah bagi karya klasik.

Penunda yang produktif

Meskipun pikiran Leonardo luar biasa subur, ia juga suka menunda-nunda dan bahkan mudah menyerah. Dia sering membutuhkan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun untuk mulai mengerjakan pesanan, kadang-kadang menghindari pelanggannya dengan klaim proses kreatifnya yang rumit. Sebuah patung penunggang kuda raksasa untuk bangsawan Milan, membutuhkan 70 ton dari perunggu untuk dibuat, mungkin dapat menjadi karya termegahnya-jika pernah diselesaikan. Namun satu dekade setelah pesanan pada 1482, Leonardo hanya menghasilkan model tanah liat yang kemudian dihancurkan ketika tentara Prancis menggunakannya sebagai latihan target.

Motivasi pesaing

Kehidupan Leonardo beririsan dengan dua tokoh besar Renaissance lainnya-Michelangelo dan Raphael-tapi Michelangelo yang mengobarkan persaingan sengit. Perbedaan antara kedua laki-laki itu sangat tajam. Leonardo elegan dan tidak menunjukkan minat pada masalah-masalah keagamaan, sementara Michelangelo sangat saleh namun mengabaikan penampilan dan kebersihannya. Michelangelo menciptakan beberapa lukisan terbesar dalam sejarah, termasuk langit-langit Sistine Chapel, dan banyak orang menganggap karyanya “David” sebagai patung terbesar yang pernah dibuat, sebuah kemenangan yang dia raih atas rivalnya yang lebih tua.

Sebuah lukisan pada 1818 karya Jean Auguste Dominique Ingres menggambarkan kematian Leonardo dengan kehadiran seorang raja. Jean Auguste Dominique Ingres / Wikimedia Commons

Pengagum dari kerajaan

Segera setelah Raja Francis I dari Prancis menduduki Milan pada 1516, Leonardo memasuki masa dinasnya, menghabiskan tahun-tahun terakhir hidupnya di sebuah rumah dekat kediaman kerajaan. Ketika kematian menghampiri Leonardo pada 2 Mei 1519 pada usia 67 tahun, dikatakan bahwa raja, yang sangat suka mendengarkan Leonardo berbicara begitu banyak sehingga dia hampir tidak pernah terpisah darinya, memeluk kepalanya ketika dia menghembuskan napas terakhir. Bertahun-tahun kemudian, merenungkan persahabatannya dengan laki-laki hebat itu, Raja Francis berkata, “Tidak ada orang yang memiliki pengetahuan tentang lukisan, patung, atau arsitektur seperti Leonardo, hal yang sama berlaku untuk filsafat. Dia adalah seorang filsuf besar.”

Nilai yang meroket

Baru-baru ini dikaitkan dengan Leonardo sendiri, lukisan itu sekarang menjadi pusat perhatian lebih lanjut. Leonardo da Vinci / Wikimedia Commons

Pada November 2017, salah satu lukisan yang dikaitkan dengan Leonardo, “Salvator Mundi” (“Penyelamat Dunia”), menjadi rekor untuk lukisan termahal yang pernah dijual, seharga US$450 juta. Dilukis menggunakan minyak pada kenari pada sekitar 1500, lukisan itu menggambarkan Yesus menawarkan doa berkat dengan tangan kanannya sambil memegang bola kristal yang tampaknya mewakili kosmos di kirinya.

Lukisan itu mengalami pengabaian dan restorasi yang buruk dan telah lama dianggap sebagai karya salah satu siswa Leonardo, serta pada 2005 terjual sebagai bagian dari warisan seorang pengusaha Baton Rouge dengan harga kurang dari US$10.000. Keberadaannya saat ini tidak diketahui.

Tak ada tandingannya, dikagumi dari dulu hingga kini

Hanya setengah abad setelah kematian Leonardo, penulis biografi Vasari dengan indah menyimpulkan keabadian makna hidupnya:

“Dalam kehidupan normal, banyak laki-laki dan perempuan dilahirkan dengan bakat luar biasa; tetapi adakalanya, dengan cara yang melampaui alam, seseorang secara mengagumkan dianugerahi keindahan, keanggunan, dan bakat yang berlimpah sehingga ia meninggalkan manusia lain jauh di belakang, semua tindakannya tampak terinspirasi, dan memang semua yang dia lakukan jelas berasal dari Tuhan daripada dari keterampilan manusia.”

Lima ratus tahun setelah kematian Leonardo, kata-kata ini masih tampak benar adanya.

Las Asimi Lumban Gaol menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,100 academics and researchers from 4,941 institutions.

Register now