tag:theconversation.com,2011:/africa/topics/coronavirus-81532/articlesCoronavirus – The Conversation2023-05-09T05:22:04Ztag:theconversation.com,2011:article/2052022023-05-09T05:22:04Z2023-05-09T05:22:04ZCOVID secara resmi tidak lagi darurat kesehatan global– begini artinya dan pelajaran penting dari pandemi<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/524885/original/file-20230508-19-1qhq02.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Begitu peraturan memakai masker dilonggarkan, kita cenderung melepasnya. </span> <span class="attribution"><span class="source">Prostock-studio/Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Para ahli di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) <a href="https://www.nytimes.com/2023/05/05/health/covid-who-emergency-end.html">telah secara resmi menyatakan</a> bahwa COVID-19 <a href="https://www.who.int/news/item/05-05-2023-statement-on-the-fifteenth-meeting-of-the-international-health-regulations-(2005)-emergency-committee-regarding-the-coronavirus-disease-(covid-19)-pandemic">tidak lagi merupakan</a> darurat kesehatan masyarakat global (Pheic). Ini bertepatan dengan <a href="https://www.who.int/publications/i/item/WHO-WHE-SPP-2023.1">strategi baru WHO</a> untuk beralih dari tanggap darurat ke manajemen penyakit COVID jangka panjang yang berkelanjutan.</p>
<p>Keputusan ini mungkin secara praktis tidak mengubah banyak hal. COVID akan tetap memiliki status pandemi, dan negara akan terus memiliki kewenangannya sendiri untuk menentukan apakah akan memperlakukan COVID sebagai keadaan darurat di wilayah mereka (beberapa negara, <a href="https://www.npr.org/2023/%2004/11/1169191865/biden-ends-covid-national-emergency">termasuk Amerika Serikat</a>, telah menyatakan berakhirnya darurat nasional).</p>
<p>Namun, bagi komunitas kesehatan masyarakat global, ini adalah peristiwa yang sangat penting, menggambarkan akhir periode tanggap darurat yang dimulai pada <a href="https://www.who.int/publications/m/item/covid-19-public-health-emergency-of-international-concern-(pheic)-global-research-and-innovation-forum">30 Januari 2020</a>.</p>
<p>Bagi sebagian besar masyarakat umum, perubahan status kedaruratan ini mungkin berlalu begitu saja tanpa disadari. Sejak beberapa waktu, banyak orang sudah tak lagi memandang COVID sebagai keadaan darurat. Di Inggris misalnya, COVID tidak lagi muncul sebagai isu-isu utama yang dikhawatirkan masyarakat dalam <a href="https://www.ons.gov.uk/peoplepopulationandcommunity/wellbeing/bulletins/publicopinionsandsocialtrendsgreatbritain/19aprilto1may2023">survei opini publik</a> yang rutin dilaksanakan Kantor Statistik Nasional. Bahkan setahun yang lalu, <a href="https://www.ons.gov.uk/peoplepopulationandcommunity/wellbeing/bulletins/publicopinionsandsocialtrendsgreatbritain/30marchto24april2022">hanya dua dari lima orang Inggris</a> sangat atau agak khawatir tentang COVID, menurut survei tersebut.</p>
<p>Bersama dengan ilmuwan perilaku lainnya, saya mengikuti <a href="https://www.swansea.ac.uk/research/research-highlights/health-innovation/public-during-pandemic/">pengalaman publik tentang pandemi</a> selama tiga tahun terakhir. Hasilnya belum ditinjau oleh rekan sejawat tapi pada musim panas 2022, banyak partisipan dalam <a href="https://psyarxiv.com/d6jcv">penelitian kami</a> menggambarkan pandemi sebagai “suatu kenangan jauh” atau seperti “tidak pernah terjadi”.</p>
<p>Saat kita melangkah ke fase berikutnya, saatnya untuk mempertimbangkan apa yang telah kita pelajari tentang perilaku manusia selama pandemi, dan apa yang terjadi selanjutnya.</p>
<h2>Kebiasaan lama sulit hilang</h2>
<p>Pada hari-hari awal pandemi, banyak ilmuwan perilaku, termasuk saya sendiri, bertanya-tanya apakah beberapa kebiasaan pandemi kita <a href="https://theconversation.com/two-years-into-the-pandemic-which-of-our-newly-formed-habits-are-here-to-stay-178204">tetap diteruskan</a>. Akankah <a href="https://www.itv.com/news/wales/2021-04-02/masks-to-stay-soldiering-on-through-the-common-cold-will-stop-and-the-nature-of-work-has-change-forever-expert-says">masker wajah</a> menjadi suatu barang utama di lemari pakaian sehari-hari? Akankah orang berhenti memaksakan diri untuk bekerja ketika tidak sehat?</p>
<p>Ternyata bagi kebanyakan orang, pandemi tidak secara permanen mengubah perilaku dan kebiasaan kita atau menciptakan “<a href="https://psyarxiv.com/d6jcv">normal baru</a>”. Melihat kembali ke Inggris, penggunaan masker secara konsisten menurun, dengan <a href="https://www.ons.gov.uk/peoplepopulationandcommunity/wellbeing/datasets/publicopinionsandsocialtrendsgreatbritaincoronaviruscovid19andotherillnesses">angka dari bulan lalu</a> menunjukkan bahwa kurang dari satu dari enam orang dewasa yang memakai masker wajah baru-baru ini. Penggunaan reguler atau sehari-hari kemungkinan jauh lebih jarang.</p>
<p>Jarak sosial (<em>social distancing</em>) telah lama hilang, kecuali sebagian kecil masyarakat, khususnya mereka yang paling rentan terhadap COVID.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/long-social-distancing-how-young-adults-habits-have-changed-since-covid-183837">Long social distancing: how young adults' habits have changed since COVID</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Pandemi COVID telah mengajari kita bagaimana perilaku adaptif, khususnya seberapa banyak orang bersedia mengubah perilaku mereka untuk menjaga diri mereka sendiri dan orang lain tetap aman. Kebanyakan orang <a href="https://academic.oup.com/abm/article/56/8/781/6618645?login=false">mengikuti aturan</a> selama <a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0258781">puncak pandemi</a>, betapapun sulitnya. COVID telah mengingatkan kita <a href="https://www.cambridge.org/core/services/aop-cambridge-core/content/view/759BE02FFE73E5C05EA429A3E1547D78/S2056467821000050a.pdf/resilience_in_the_age_of_covid19.pdf">betapa tangguhnya kita sebagai manusia</a>.</p>
<p>Adaptasi pandemi ini, dan fakta bahwa perilaku pra-pandemi kita bangkit kembali begitu cepat, menunjukkan betapa pentingnya isyarat sosial dan norma sosial terhadap perilaku manusia. Mengenakan masker atau menjaga jarak dari orang lain adalah kebiasaan – <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S002210311100254X">dipicu secara otomatis</a> sebagai respons terhadap isyarat kontekstual, seperti melihat tanda dengan gambar orang-orang yang menjaga jarak secara sosial.</p>
<p>Norma sosial – apa yang kita pikir orang lain lakukan – adalah kunci <a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0277360">penyerapan vaksin</a> dan penyerapan <a href="https://www.nature.com/articles/s41562-020-0884-z">tindakan pencegahan secara umum</a>. Ketika isyarat kontekstual ini menghilang dan norma sosial mulai berubah, dan ketika cakupan vaksin meningkat dan risiko mayoritas menurun, perilaku kita berubah.</p>
<p>Pandemi juga telah menunjukkan betapa pentingnya hubungan sosial dan kontak sosial, terutama kontak fisik. Bagaimana COVID tidak akan bisa selamanya mencegah interaksi sosial adalah sesuatu <a href="https://theconversation.com/handshakes-and-hugs-are-good-for-you-its-vital-they-make-a-comeback-after-the-pandemic-158174">telah kita perdebatkan sebelumnya</a>. </p>
<p>Menurut teori keamanan sosial, yang melihat stres dan kesejahteraan sebagai produk dari faktor biologis, psikologis, dan sosial, COVID <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2352250X2200001X">menimbulkan ancaman</a> ke “ tatanan sosial yang membuat manusia tangguh dan membuat kita tetap hidup dan sehat”.</p>
<p>Tidak mengherankan jika kepuasan hidup dan kebahagiaan adalah <a href="https://bmjopen.bmj.com/content/10/7/e039334">terendah selama <em>lockdown</em></a>, dan terpulihkan saat orang mulai <a href="https://www.covidsocialstudy.org/_files/ugd/064c8b_c525505ffa6b432f96dc41d6b6a985ea.pdf">bergaul lagi secara sosial</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="A group of young adults having drinks and socialising." src="https://images.theconversation.com/files/524614/original/file-20230505-17-mxd10j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/524614/original/file-20230505-17-mxd10j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=380&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/524614/original/file-20230505-17-mxd10j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=380&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/524614/original/file-20230505-17-mxd10j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=380&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/524614/original/file-20230505-17-mxd10j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=478&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/524614/original/file-20230505-17-mxd10j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=478&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/524614/original/file-20230505-17-mxd10j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=478&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Pandemi menyoroti pentingnya hubungan sosial.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/millennial-trendy-people-having-fun-moment-2136581301">View Apart/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Keadaan darurat belum berakhir untuk semua orang</h2>
<p>Saat kita menandai akhir dari fase darurat, penting untuk mengingat <a href="https://covid19.who.int/">hampir tujuh juta jiwa hilang atau meninggal</a> karena COVID sejak 2020.</p>
<p>Dan tentu saja, kita harus mempertimbangkan bahwa bagi sebagian orang, terutama mereka yang rentan secara klinis, keadaan darurat belum berakhir, dan mungkin tidak akan pernah berakhir.</p>
<p>Meski bukan lagi darurat kesehatan kesehatan masyarakat global, <a href="https://www.who.int/publications/i/item/WHO-WHE-SPP-2023.1">seperti yang diingatkan oleh WHO</a>, COVID masih bertanggung jawab atas jutaan infeksi dan ribuan kematian setiap minggu di seluruh dunia. Juga, berkat COVID yang panjang (<em>long COVID</em>), ratusan juta orang membutuhkan perawatan jangka panjang.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/covid-pandemic-three-years-on-and-nobody-wants-to-talk-about-it-heres-why-we-should-201899">COVID pandemic: three years on and nobody wants to talk about it – here's why we should</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Ke depan, kita perlu beralih dari mengandalkan resiliensi individu menjadi membangun resiliensi di institusi kita. Kita semua dapat mengambil tindakan untuk terus melindungi diri kita sendiri dan orang-orang di sekitar kita dari COVID dan virus pernapasan lainnya (seperti <a href="https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(23%20)00021-1/fulltext">mencuci tangan</a> dan tetap memperbarui dengan vaksinasi). Namun, tanggung jawab untuk mencegah keadaan darurat kesehatan masyarakat tidak boleh diletakkan <a href="https://blogs.bmj.com/bmj/2020/03/17/uks-coronavirus-policy-places-too-much-responsibility-in-the-hands-of-the-public/">hanya di tangan publik</a>.</p>
<p>Pemerintah, pemberi kerja, dan otoritas kesehatan dapat mengambil tindakan di masa kini untuk <a href="https://www.theguardian.com/books/2022/may/11/preventable-by-devi-sridhar-review-a-resolutely-global-view-of-covid">melindungi dari</a> <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34872923/">darurat kesehatan masyarakat</a> masa depan. </p>
<p>Secara sistematis <a href="https://joint-research-centre.ec.europa.eu/jrc-news/misinformation-covid-19-what-did-we-learn-2023-02-21_en">menangani misinformasi</a>, <a href="https://www.who.int/publications/i/item/9789240021280">meningkatkan ventilasi </a> di <a href="https://www.bmj.com/content/376/bmj.o327">sekolah</a>, tempat kerja, dan ruang dalam ruangan publik lainnya, dan melakukan perbaikan jangka panjang untuk cuti sakit berbayar adalah cara yang baik untuk mulai membangun lebih banyak <a href="https://unsdg.un.org/resources/executive-summary-un-common-guidance-helping-build-%20tangguh-masyarakat">masyarakat yang tangguh</a> dalam persiapan untuk pandemi berikutnya. </p>
<p>Semoga ini adalah sesuatu yang tidak akan pernah kita lihat seumur hidup kita.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/205202/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Simon Nicholas Williams has received funding from Senedd Cymru, Public Health Wales and the Wales Covid Evidence Centre for research on COVID-19. However, this article reflects the views of the author only and no funding bodies were involved in the writing or content of this article.</span></em></p>Pandemi COVID telah mengajari kita bagaimana perilaku adaptif, khususnya seberapa banyak orang bersedia mengubah perilaku mereka untuk menjaga diri mereka sendiri dan orang lain tetap aman.Simon Nicholas Williams, Lecturer in Psychology, Swansea UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1979962023-01-19T04:12:50Z2023-01-19T04:12:50ZFAQ terkait COVID-19 subvarian XBB.1.5: Apa itu? Di mana banyak ditemukan? Apa bedanya dengan Omicron? Apakah sebabkan sakit serius? Bagaimana lindungi diri? Kenapa dinamai ‘Kraken’?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/505085/original/file-20230118-16-xv3dio.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">XBB.1.5 menyebar dengan cepat ke seluruh dunia dan kemungkinan akan menjadi subvarian COVID-19 dominan berikutnya.</span> <span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span></figcaption></figure><iframe style="width: 100%; height: 100px; border: none; position: relative; z-index: 1;" allowtransparency="" allow="clipboard-read; clipboard-write" src="https://narrations.ad-auris.com/widget/the-conversation-canada/faq-on-covid-19-subvariant-xbb-1-5--what-is-it-where-is-it-prevalent-how-does-it-differ-from-omicron-does-it-cause-serious-illness-how-can-i-protect-myself-why-is-it-nicknamed--kraken-" width="100%" height="400"></iframe>
<p>Meski ada banyak upaya kesehatan masyarakat intensif untuk menghentikan pandemi COVID-19, munculnya subvarian XBB.1.5 SARS-CoV-2 yang sangat mudah menular, sangat kebal obat, dan sangat kebal terhadap sistem kekebalan tubuh membuat komunitas global cemas. </p>
<p>Berikut ini hal-hal yang disering ditanyakan (<em>frequently asked question</em>, FAQ) terkait XBB.1.5.</p>
<h2>Apa itu XBB.1.5?</h2>
<p>Dalam konvensi penamaan untuk silsilah SARS-CoV-2, <a href="https://virological.org/t/pango-lineage-nomenclature-provisional-rules-for-%20naming-recombinant-lineages/657">awalan “X” menunjukkan silsilah yang muncul melalui rekombinasi (penggabungan) genetik</a> antara dua atau lebih subvarian.</p>
<p>Silsilah XBB muncul setelah <a href="https://www.who.int/news/item/27-10-2022-tag-ve-statement-on-omicron-sublineages-bq.1-and-xbb">koinfeksi (infeksi bersamaan) alamiah inang manusia dengan dua subvarian Omicron, yaitu BA.2.10.1 dan BA.2.75</a>. Itu <a href="https://doi.org/10.1007/s12291-022-01109-w">pertama kali diidentifikasi oleh otoritas kesehatan masyarakat di India</a> pada musim panas 2022. XBB.1.5 adalah keturunan langsung, atau lebih tepatnya, “cucu kelima” dari subvarian XBB asli.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/504369/original/file-20230113-24-li24wl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Diagram of the genetic lineage of a COVID-19 subvariant" src="https://images.theconversation.com/files/504369/original/file-20230113-24-li24wl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/504369/original/file-20230113-24-li24wl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=355&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/504369/original/file-20230113-24-li24wl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=355&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/504369/original/file-20230113-24-li24wl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=355&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/504369/original/file-20230113-24-li24wl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=446&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/504369/original/file-20230113-24-li24wl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=446&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/504369/original/file-20230113-24-li24wl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=446&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Silsilah genetik dari subvarian COVID-19 XBB.1.5.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Sameer Elsayed)</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Apa perbedaan XBB.1.5 dengan Omicron?</h2>
<p>XBB.1.5 adalah salah satu dari banyak subvarian Omicron yang diwaspadai, yang muncul di kancah pandemi global sejak awal <a href="https://www.who.int/news-room/feature-stories%20/detail/satu%20tahun-sejak-kemunculan-of-omicron">gelombang Omicron pertama pada November 2021</a>. Berbeda dengan turunan lain dari varian Omicron asli (dikenal sebagai B.1.1.529), XBB.1.5 adalah subvarian mosaik yang <a href="https://doi.org/10.1007/s12291%20-022-01109-w">akarnya bisa ditelusuri ke dua garis keturunan subvarian Omicron</a>.</p>
<p>Di antara subvarian Omicron SARS-CoV-2 hingga kini, XBB.1.5 bisa dibilang paling kaya secara genetik dan <a href="https://www.scientificamerican.com/article/why-covids-xbb-1-5-kraken-variant-is-so-contagious/">paling menular</a>.</p>
<h2>Di mana XBB.1.5 banyak menyebar?</h2>
<p><a href="https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/11jan2023_xbb15_rapid_risk_assessment.pdf">Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)</a>, XBB.1.5 beredar di setidaknya 38 negara, dengan prevalensi tertinggi di Amerika Serikat, yang <a href="https://covid.cdc.gov/covid-data-tracker/#variant-proportions">menyumbang sekitar 43% kasus COVID-19 secara nasional</a>. Di AS, terdapat variasi geografis yang luas dalam proporsi kasus yang disebabkan oleh XBB.1.5, mulai dari <a href="https://www.beckershospitalreview.com/public%20-health/xbb-1-5-prevalence-by-region.html">7% di Midwest hingga lebih dari 70% di New England</a>.</p>
<p>XBB.1.5 juga telah dilaporkan secara resmi oleh lembaga pemerintah di <a href="https://www.health.nsw.gov.au/Infectious/covid-19/Documents/weekly-covid-overview-20230107.pdf">Australia</a>, <a href="https://www.publichealthontario.ca/-/media/documents/ncov/epi/covid-19-sars-cov2-whole-genome-sequencing-epi-summary.pdf">Kanada</a>, <a href="https://www.ecdc.europa.eu/en/news-events/update-sars-cov-2-variants-ecdc-assessment-xbb15-sub-lineage">Uni Eropa</a>, <a href="https://www3.nhk.or.jp/nhkworld/en/news/20230112_36/">Jepang</a>, <a href="https://www.kuna.net.kw/ArticleDetails.aspx?id=3077268&Language=en">Kuwait</a>, <a href="https://tass.com/world/1561313">Rusia</a>, <a href="https://cov-spectrum.org/explore/Singapore/AllSamples/Past6M/variants?nextcladePangoLineage=xbb.1.5*&">Singapura</a>, <a href="https://www.nicd.ac.za/covid-19-update-xbb-1-5-variant/">Afrika Selatan</a>, dan <a href="https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system%20/uploads/attachment_data/file/1128554/variant-technical-briefing-49-11-january-2023.pdf">Inggris Raya</a>. <a href="https://outbreak.info/situation-reports?xmin=2022-07-13&xmax=2023-01-13&loc&pango=XBB.1&selected">Data pengawasan <em>real-time</em></a> mengungkapkan bahwa XBB.1.5 menyebar dengan cepat ke seluruh dunia dan kemungkinan akan menjadi subvarian dominan berikutnya.</p>
<p>XBB.1.5 juga telah dideteksi dalam sistem air limbah kota di <a href="https://health.hawaii.gov/coronavirusdisease2019/files/2023/01/Wastewater-Report-01-03-23.pdf">Amerika Serikat</a>, <a href="https://thl.fi/en/web/thlfi-en/-/monitoring-wastewater-for-coronavirus-xbb-sublineage-of-omicron-variant-found-in-wastewater-follow-up-results%20-coming-in-january?redirect=%2Ffi%2Fajankohtaista%2Ftiedotteet-ja-uutiset%2Fkaikki-uutiset">Eropa</a> dan tempat lainnya.</p>
<h2>Seberapa besar kemungkinan XBB.1.5 menyebabkan penyakit serius?</h2>
<figure class="align-center ">
<img alt="Illustration of five coronaviruses of different colours in a line" src="https://images.theconversation.com/files/504766/original/file-20230116-12-o1ah4n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/504766/original/file-20230116-12-o1ah4n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=217&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/504766/original/file-20230116-12-o1ah4n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=217&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/504766/original/file-20230116-12-o1ah4n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=217&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/504766/original/file-20230116-12-o1ah4n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=272&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/504766/original/file-20230116-12-o1ah4n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=272&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/504766/original/file-20230116-12-o1ah4n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=272&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Silsilah XBB muncul setelah infeksi bersamaan secara alamiah inang manusia dengan dua subvarian Omicron, yaitu BA.2.10.1 dan BA.2.75.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Data tentang kemampuan XBB.1.5 untuk menyebabkan penyakit serius masih terbatas. Namun, menurut <a href="https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/11jan2023_xbb15_rapid_risk_assessment.pdf">Organisasi Kesehatan Dunia</a> (WHO), XBB.1.5 tidak memiliki mutasi spesifik yang membuatnya lebih berbahaya daripada subvarian nenek moyangnya.</p>
<p>Meskipun demikian, XBB.1.5 dianggap sama-sama mampu menyebabkan penyakit serius pada lansia dan orang dengan gangguan kekebalan dibandingkan dengan subvarian Omicron yang menjadi perhatian sebelumnya.</p>
<h2>Apakah vaksin mRNA saat ini efektif melawan XBB.1.5?</h2>
<p>XBB.1.5 dan XBB.1 adalah subvarian Omicron dengan <a href="https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/11jan2023_xbb15_rapid_risk_assessment.pdf">kemampuan menghindari kekebalan tubuh terbesar</a>. Oleh karena itu, salah satu isu paling kontroversial seputar XBB.1.5 berkaitan dengan tingkat perlindungan yang diberikan oleh vaksin mRNA yang tersedia saat ini, termasuk formulasi penguat (<em>booster</em>) bivalen terbaru.</p>
<p><a href="https://doi.org/10.1038/s41591-022-02162-x">Para peneliti dari University of Texas</a> menunjukkan bahwa vaksin penguat mRNA generasi pertama dan bivalen yang mengandung BA.5 menghasilkan respons antibodi penawar yang lemah terhadap XBB. 1.5. Sebuah laporan (belum ditinjau oleh rekan sejawat) dari para peneliti di <a href="https://doi.org/10.1101/2022.12.17.22283625">Cleveland Clinic</a> menemukan bahwa vaksin bivalen hanya menunjukkan keefektifan rendah (30%) pada orang non-lansia yang sehat ketika varian-varian dalam vaksin itu cocok dengan yang beredar di masyarakat.</p>
<p>Selain itu, beberapa ahli percaya pemberian penguat (<em>booster</em>) bivalen untuk pencegahan penyakit COVID-19 pada individu muda yang sehat <a href="http://doi.org/10.1056/NEJMp2215780">tidak dibenarkan secara medis</a> atau <a href="https://doi.org/10.1136/jme-2022-108449">tak hemat biaya</a>.</p>
<p>Sebaliknya, <a href="http://doi.org/10.1056/NEJMc2214293">pakar kesehatan masyarakat dari Atlanta, Georgia dan Stanford, California</a> melaporkan bahwa meski aktivitas antibodi penawar dari vaksin penguat bivalen terhadap XBB.1.5 adalah 12 hingga 26 kali lebih kecil dari aktivitas antibodi terhadap virus SARS-CoV-2 tipe liar (asli), vaksin bivalen masih berkinerja lebih baik daripada vaksin monovalen terhadap XBB.1.5.</p>
<p>Namun, <a href="https://doi.org/10.1016/j.cell.2022.12.018">peneliti dari Universitas Columbia</a> di New York menemukan bahwa tingkat antibodi penawar setelah penguatan bivalen adalah 155 kali lipat lebih rendah terhadap XBB.1.5 dibandingkan ke level terhadap virus tipe liar setelah penguatan monovalen.</p>
<p>Hal ini menunjukkan bahwa baik vaksin penguat monovalen maupun bivalen tidak dapat diandalkan untuk memberikan perlindungan yang memadai terhadap XBB.1.5.</p>
<h2>Bagaimana cara melindungi diri Anda dari XBB.1.5?</h2>
<figure class="align-center ">
<img alt="A blue sign reading 'wearing a mask is recommended,' in French and English" src="https://images.theconversation.com/files/504744/original/file-20230116-18-xo2zgu.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/504744/original/file-20230116-18-xo2zgu.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=427&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/504744/original/file-20230116-18-xo2zgu.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=427&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/504744/original/file-20230116-18-xo2zgu.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=427&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/504744/original/file-20230116-18-xo2zgu.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=536&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/504744/original/file-20230116-18-xo2zgu.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=536&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/504744/original/file-20230116-18-xo2zgu.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=536&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Kewaspadaan pengendalian infeksi standar termasuk masker dalam ruangan, jarak sosial, dan sering mencuci tangan adalah tindakan efektif mencegah XBB.1.5 dan subvarian lain yang diwaspadai.</span>
<span class="attribution"><span class="source">THE CANADIAN PRESS/Graham Hughes</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Evolusi cepat SARS-CoV-2 terus menimbulkan tantangan bagi pengelolaan penyakit COVID-19 menggunakan agen pencegahan dan terapeutik yang tersedia. Sebagai catatan, semua antibodi monoklonal yang tersedia saat ini menargetkan protein S SARS-CoV-2 <a href="https://doi.org/10.1016/j.cell.2022.12.018">dianggap tidak efektif melawan XBB.1.5</a>.</p>
<p>Obat antivirus seperti remdesivir dan Paxlovid dapat dipertimbangkan untuk pengobatan pasien terinfeksi yang memenuhi syarat yang berisiko tinggi berkembang menjadi penyakit parah.</p>
<p>Kewaspadaan pengendalian infeksi standar termasuk masker dalam ruangan, jarak sosial, dan sering mencuci tangan adalah tindakan efektif yang dapat digunakan untuk perlindungan pribadi dan populasi terhadap XBB.1.5 dan subvarian lain yang diwaspadai.</p>
<p>Meski penguat (<em>booster</em>) bivalen dapat dipertimbangkan untuk lansia, gangguan sistem imun, dan individu yang menghindari risiko lainnya, keefektifannya dalam mencegah penyakit COVID-19 akibat XBB.1.5 masih belum pasti.</p>
<h2>Mengapa XBB.1.5 dijuluki ‘Kraken’?</h2>
<p><a href="https://www.mountainviewtoday.ca/amp/lifestyle-news/kraken-subvariant-name-beats-alphabet-soup-moniker-for-xbb15-biologist%20-6351664">Beberapa ilmuwan telah membuat nama panggilan yang diakui secara tidak resmi untuk XBB.1.5</a> dan subvarian SARS-CoV-2 lainnya yang diwaspadai, dengan alasan bahwa mereka lebih mudah diingat daripada penunjukan alfanumerik generik.</p>
<p><a href="https://news.uoguelph.ca/2023/01/biologist-makes-headlines-on-new-covid-subvariant/">Label ‘Kraken’ untuk XBB.1.5 saat ini sedang digemari</a> di situs media sosial dan outlet berita, dan julukan ‘Gryphon’ dan ‘Hippogryph’ telah digunakan untuk menunjukkan masing-masing subvarian leluhur XBB dan XBB.1. <a href="https://www.merriam-webster.com/dictionary/kraken">Kraken</a> mengacu pada monster laut atau cumi-cumi raksasa dari mitologi Skandinavia, Gryphon (atau <a href="https://www.merriam-webster.com/%20kamus/griffin">Griffin</a>) mengacu pada makhluk legendaris yang merupakan hibrida dari seekor elang dan singa, sedangkan Hippogryph (atau <a href="https://www.merriam-webster.com/dictionary/hippogriff">Hippogriff</a>) adalah hewan fiktif hibrida dari seekor Gryphon dan kuda.</p>
<p>Terlepas dari kegunaan potensial mereka sebagai alat bantu ingatan, penggunaan nama panggilan atau akronim dalam diskusi ilmiah formal harus dihindari.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/197996/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Sameer Elsayed tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>XBB.1.5 dianggap sama-sama mampu menyebabkan penyakit serius pada lansia dan orang dengan gangguan kekebalan dibandingkan dengan subvarian Omicron yang menjadi perhatian sebelumnya.Sameer Elsayed, Professor of Medicine, Pathology & Laboratory Medicine, and Epidemiology & Biostatistics, Western UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1978082023-01-17T03:25:26Z2023-01-17T03:25:26Z‘Telecommuting’ dapat kurangi kemacetan, tetapi dapat menimbulkan masalah lalu lintas lainnya<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/504404/original/file-20230113-16-13i0d4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Kemungkinan melakukan perjalanan selama kedua periode puncak sedikit lebih rendah untuk pekerja jarak jauh daripada pekerja yang melakukan perjalanan ke tempat kerja.</span> <span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock) </span></span></figcaption></figure><p><em>Telecommuting</em> – sistem kerja yang memungkinkan pekerja bekerja dari luar kantor - memiliki potensi untuk mengurangi kemacetan lalu lintas, tetapi faktor-faktor lain, seperti jarak yang semakin jauh antara rumah dan kantor atau tambahan perjalanan baru, dapat meningkatkan kemacetan.</p>
<p>Penelitian yang dilakukan sebelum pandemi COVID-19 menunjukkan bahwa <em>telecommuting</em> dapat membantu mengurangi kemacetan lalu lintas dengan mengurangi jumlah kendaraan di jalan pada jam sibuk dan jumlah waktu yang dihabiskan penglaju di jalan. Misalnya, sebuah penelitian tahun 2004 di Waterloo, Kanada, menunjukkan bahwa <a href="https://www.jstor.org/stable/44321117"><em>telecommuting</em> berpotensi mengurangi kemacetan lalu lintas tanpa mempengaruhi aktivitas rumah tangga lainnya</a>, seperti pekerjaan rumah tangga, aktivitas anak-anak, atau kegiatan sosial.</p>
<p>Akan tetapi, dampak potensial dari <em>telecommuting</em> pada perjalanan dan kemacetan sulit untuk dinilai. Hal ini karena <em>teleworking</em> mungkin juga memiliki beberapa efek buruk, terutama yang berhubungan dengan tempat tinggal yang jauh dari tempat kerja.</p>
<p>Sebagai peneliti transportasi dan isu keberlanjutan (<em>sustainability</em>), kami tertarik dengan dampak <em>telecommuting</em> pada perjalanan. Salah satu penelitian kami baru-baru ini menunjukkan bahwa <a href="https://cirano.qc.ca/en/summaries/2018RP-05">kemungkinan orang yang melakukan <em>telecommuting</em> untuk mengemudi selama jam-jam sibuk sedikit lebih rendah daripada orang-orang yang pergi untuk bekerja</a>).</p>
<p>Dampak <em>telecommuting</em> dalam mengurangi kemacetan tidak terlalu terlihat karena beberapa mereka yang mengatur ulang aktivitas mereka, dan berujung kepada penambahan perjalanan pada periode puncak kemacetan. Selain itu, <em>telecommuting</em> tidak dipraktikkan secara luas sebelum pandemi, sehingga sulit untuk menilai seberapa besar pengaruhnya dalam mengurangi kemacetan lalu lintas.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/le-teletravail-aura-t-il-des-effets-benefiques-sur-lenvironnement-148061">Le télétravail aura-t-il des effets bénéfiques sur l’environnement ?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Tiga kali lebih banyak</h2>
<p>Di Kanada, selama pandemi COVID-19, persentase karyawan yang melakukan <em>telecommuting</em> meningkat menjadi <a href="https://www150.statcan.gc.ca/n1/pub/45-28-0001/2020001/article/00026-eng.htm">39,1%pada Maret 2020</a> dari <a href="https://www150.statcan.gc.ca/n1/daily-quotidien/210312/dq210312a-eng.htm">13% pada 2019</a>.</p>
<p>Pada saat yang sama, <a href="https://www.tomtom.com/en_gb/traffic-index/">penurunan kemacetan lalu lintas telah diamati di seluruh dunia, menurut TomTom</a>, sebuah sistem navigasi dan perencanaan rute yang mengumpulkan data dari 600 juta pengemudi yang menggunakannya. Di semua kota di Kanada, terjadi penurunan kemacetan lalu lintas yang signifikan pada minggu pertama bulan Maret 2020 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2019, dan tingkat kemacetan terus menurun sepanjang tahun. Titik terendah terjadi pada minggu kedua bulan April 2020.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/408010/original/file-20210623-4659-clruvv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Data yang dikumpulkan oleh sistem navigasi TomTom" src="https://images.theconversation.com/files/408010/original/file-20210623-4659-clruvv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/408010/original/file-20210623-4659-clruvv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=330&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/408010/original/file-20210623-4659-clruvv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=330&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/408010/original/file-20210623-4659-clruvv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=330&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/408010/original/file-20210623-4659-clruvv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=415&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/408010/original/file-20210623-4659-clruvv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=415&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/408010/original/file-20210623-4659-clruvv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=415&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Terjadi penurunan tingkat kemacetan lalu lintas yang signifikan di minggu pertama pada Maret 2020 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(TomTom)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Meskipun <em>telecommuting</em> berpotensi mengurangi perjalanan mobil dan mengurangi kemacetan pada puncak kemacetan, tidak tepat untuk mengambil kesimpulan dari fenomena yang terjadi selama pandemi.</p>
<h2>Perubahan perilaku</h2>
<p>Pada puncak pandemi, orang-orang cenderung tidak memilih untuk bepergian dengan transportasi umum karena khawatir akan meningkatkan risiko infeksi. Akibatnya, banyak yang memilih bepergian dengan mobil.</p>
<p>Misalnya, penurunan jumlah penumpang transportssi umum di Montréal, Kanada, sangat signifikan, sehingga <a href="https://www.cbc.ca/news/canada/montreal/pandemic-public-transit-montreal-loss-1.5666607">otoritas transportasi regional memprediksi jumlah penumpang tidak akan meningkat lagi hingga tahun 2032</a>. Prediksi ini dapat menyebabkan lembaga transportasi umum mengalami kesulitan keuangan yang dapat berujung pada pengurangan layanan dan kenaikan tarif. </p>
<p>Langkah-langkah lain yang diambil selama puncak pandemi — <em>lockdown</em>, jam malam, dan pembatasan perjalanan — juga berkontribusi pada pengurangan jumlah kendaraan di jalan. Di sisi lain, menurut “<a href="https://www.brookings.edu/research/traffic-why-its-getting-worse-what-government-can-do/">prinsip konvergensi rangkap tiga</a>” (lebih sedikit lalu lintas, jalan baru, atau jalan yang lebih besar), penurunan tingkat lalu lintas selama pandemi ini kemungkinan besar mendorong beberapa orang untuk menggunakan atau kembali ke jalan raya. Mereka yang menggunakan transportasi umum sebelum pandemi untuk menghindari kemacetan lalu lintas mungkin sudah mulai kembali menggunakan kendaraan pribadi.</p>
<p>Selain itu, meskipun <em>telecommuting</em> kemungkinan akan menjadi lebih umum di masa depan dibandingkan sebelum pandemi – <a href="https://www.bdc.ca/en/about/mediaroom/news-releases/remote-work-here-stay-bdc-study">55% pekerja</a> mengatakan mereka lebih memilih untuk terus bekerja secara jarak jauh – ada banyak alasan untuk meyakini bahwa <em>telecommuting</em> juga akan menjadi kurang umum dibandingkan saat ini.</p>
<p><em>Telecommuting</em> kemungkinan akan digunakan terutama sebagai tambahan sesekali dari perjalanan untuk bekerja. Sangat kecil kemungkinan <em>telecommuting</em> menjadi substitusi perjalanan untuk bekerja. Menurut Statistics Canada, <a href="https://www150.statcan.gc.ca/n1/pub/45-28-0001/2021001/article/00012-eng.htm">41% pekerja lebih memilih menghabiskan setengah dari jam kerja mereka dengan bekerja di rumah</a>.</p>
<p>Beberapa pekerja lebih suka kembali ke tempat kerja penuh waktu, sementara yang lain lebih menyukai tinggal di rumah penuh waktu. Namun, opsi untuk membagi waktu antara bekerja di tempat kerja dan rumah adalah yang paling populer.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/411693/original/file-20210716-13-19fyn5e.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="grafik yang menunjukkan preferensi _telework_" src="https://images.theconversation.com/files/411693/original/file-20210716-13-19fyn5e.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/411693/original/file-20210716-13-19fyn5e.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=307&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/411693/original/file-20210716-13-19fyn5e.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=307&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/411693/original/file-20210716-13-19fyn5e.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=307&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/411693/original/file-20210716-13-19fyn5e.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=385&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/411693/original/file-20210716-13-19fyn5e.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=385&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/411693/original/file-20210716-13-19fyn5e.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=385&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Dalam survei yang dilakukan pada bulan Februari 2021, 80 persen telekomuter baru mengatakan mereka lebih suka bekerja setidaknya setengah jam dari rumah setelah pandemi berakhir.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www150.statcan.gc.ca/n1/pub/45-28-0001/2021001/article/00012-eng.htm">(Statistics Canada)</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Dampak <em>telecommuting</em> yang merugikan</h2>
<p>Evaluasi dampak <em>telecommuting</em> yang sebenarnya dalam mengurangi perjalanan mobil hanya dapat dilakukan setelah pandemi, mengingat perilaku masyarakat sebelumnya dipengaruhi oleh ketakutan akan wabah COVID-19.</p>
<p><em>Telecommuting</em> dapat meningkatkan aspek transportasi tertentu, tetapi masyarakat harus waspada terhadap tiga potensi dampak dari <em>telecommuting</em>.</p>
<p>Pertama, menghentikan perjalanan dapat menyebabkan peningkatan jumlah pengendara yang sebelumnya menghindari perjalanan pada waktu-waktu tersebut.</p>
<p>Kedua, seorang yang melakukan <em>telecommuting</em> mungkin melakukan lebih sedikit perjalanan ke tempat kerja tetapi juga melakukan perjalanan lain sebagai gantinya, membuat <a href="https://cirano.qc.ca/en/summaries/2019RP-07">keseluruhan keseimbangan perjalanan kurang dari, sama, atau bahkan lebih besar daripada</a> yang dilakukan penglaju. Selain itu, perjalanan yang tidak dilakukan oleh mereka dapat membebaskan kendaraan untuk digunakan oleh anggota rumah tangga lainnya.</p>
<p>Ketiga, dengan mengurangi atau menghilangkan perjalanan terkait pekerjaan melalui <em>telecommuting</em>, pekerja mungkin dapat tinggal lebih jauh dari tempat kerja mereka. Mereka mungkin memilih lokasi berdasarkan faktor lain, seperti preferensi terhadap alam, kualitas hidup, atau rumah yang lebih besar, yang dapat menyebabkan “<em>telesprawl</em>.” Meskipun efek-efek seperti ini <a href="https://www.ctvnews.ca/canada/canadians-leaving-big-cities-in-record-numbers-statistics-canada-1.5270161">telah diamati</a>, fenomena sepenuhnya belum diketahui.</p>
<p>Meskipun <em>telecommuting</em> mungkin merupakan cara yang menarik untuk mengurangi kemacetan lalu lintas, manfaatnya dapat terhapus karena perubahan perilaku yang ditimbulkannya dalam jangka menengah dan panjang. Jumlah orang yang melakukan <em>telecommuting</em>, penyesuaian jadwal kerja, relokasi rumah tangga, dan kembali ke transportasi umum akan menentukan seberapa efektif hal ini mengurangi waktu perjalanan dan kemacetan.</p>
<hr>
<p><em>Zalfa Imani Trijatna dari Universitas Indonesia menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/197808/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Ugo Lachapelle menerima dana dari Social Sciences and Humanities Research Council (SSHRC) pada tema ini.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Georges A. Tanguay tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Manfaat potensial dari telecommuting dapat dengan cepat terhapus karena perubahan perilaku yang ditimbulkannya dalam jangka menengah dan panjang.Georges A. Tanguay, Professeur titulaire, Département d'études urbaines et touristiques, Université du Québec à Montréal (UQAM)Ugo Lachapelle, Professeur au département d'études urbaines et touristiques, Université du Québec à Montréal (UQAM)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1959182023-01-11T04:00:57Z2023-01-11T04:00:57ZCOVID-19 makin terkendali, bagaimana peran teknologi genomik dalam pencarian nenek moyang SARS-CoV-2?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/503787/original/file-20230110-20-rtjv9t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Ilustrasi yang menunjukkan rekombinasi dua virus.</span> <span class="attribution"><span class="source">iStock</span></span></figcaption></figure><p>Di tengah kecenderungan umum kasus COVID-19 yang <a href="https://coronavirus.jhu.edu/map.html">terus menurun dan terkendali di banyak negara</a>, kecuali <a href="https://www.bbc.com/indonesia/dunia-64129168">di Cina</a>, para ilmuwan masih terus mencari asal-usul penyebab COVID-19, virus <em>severe acute respiratory syndrome coronavirus-2</em> (SARS-CoV-2). </p>
<p>Para peneliti telah, sedang, dan akan terus mengurutkan genom SARS-CoV-2 dari berbagai varian di seluruh dunia. Peta urutan genom lengkap SARS-CoV-2 sangat penting karena berkaitan dengan <a href="https://rjptonline.org/AbstractView.aspx?PID=2021-14-10-85">pembuatan terapi</a> (obat dan antibodi), <a href="https://jppres.com/jppres/b-cell-epitope-of-sars-cov-2-and-covid-19-vaccine-candidate/">desain vaksin</a>, dan pemeriksaan <a href="https://www.teknolabjournal.com/index.php/Jtl/article/view/297">status kekerabatannya dengan virus lain pada golongan famili <em>Coronaviridae</em></a>. Bagaimana virus bermutasi dan berevolusinya juga bisa dideteksi dari peta genom tersebut.</p>
<p>Data pertama genom lengkap virus ini, yang menjadi <a href="https://microbiologyjournal.org/distribution-of-covid-19-and-phylogenetic-tree-construction-of-sars-cov-2-in-indonesia/">virus referensi (Wuhan-Hu-1)</a>, bisa diakses di pangkalan data <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/genbank/">GenBank, National Center for Biotechnology Information (NCBI)</a> sejak 2020 dengan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/nuccore/NC_045512.2">kode nomor akses NC_045512.2</a>.</p>
<p>Virus yang termasuk golongan <a href="https://www.nature.com/articles/s41564-020-0695-z">genus <em>Betacoronavirus</em></a> ini didapatkan dari pusat awal virus yang diduga tersebar di pasar makanan laut Huanan, Wuhan, Cina.</p>
<p>Sampai 9 Januari 2022, pangkalan data urutan genom lengkap SARS-CoV-2 di <a href="https://gisaid.org">GISAID (Global Initiative on Sharing Avian Influenza Data) EpiCoV</a> telah menyimpan lebih dari 14,5 juta urutan genom lengkap isolat virus (virus yang diperoleh dari lapangan) SARS-CoV-2 yang bersirkulasi di berbagai belahan dunia sejak awal pandemi COVID-19.</p>
<p>Selain itu, <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/vms3.394">analisis berbasis biologi molekuler dan bioinformatika terkini</a> mengungkapkan bahwa koronavirus yang berasal dari kelelawar dan SARS-CoV-2 memiliki nenek moyang yang sama. Namun terjadinya penggabungan genetik yang masif di dalamnya telah menyebabkan gambar petanya menjadi tidak jelas.</p>
<h2>Kemajuan teknologi pengurutan genom lengkap</h2>
<p>Tidak diragukan lagi bahwa teknologi genomik telah <a href="https://www.mdpi.com/2073-4425/13/8/1330">memainkan peran penting dalam perjuangan global melawan COVID-19</a>. </p>
<p>Pengurutan genom lengkap secara cepat telah membantu <a href="https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-3-030-63761-3_47">melacak penyebaran SARS-CoV-2</a> dan mengidentifikasi mutasi baru virus atau varian virus. </p>
<p>Dari sisi teknologi genomik, <a href="https://bmcgenomics.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12864-021-08139-3"><em>next generation sequencing</em> (NGS) yang saat ini berkembang pesat</a> tidak tersedia pada satu dekade yang lalu. </p>
<p>Oleh karena itu, urutan genom lengkap dari SARS-CoV-2 lebih cepat terpetakan saat ini. Dibanding teknologi sebelumnya, teknologi NGS menyediakan cara yang efektif dan tidak bias untuk <a href="https://bmcmedgenomics.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12920-021-00990-3">mengidentifikasi jenis koronavirus baru</a> dan patogen lain tanpa pengetahuan cukup sebelumnya tentang organisme tersebut. </p>
<p>SARS-CoV-2 <a href="https://bnrc.springeropen.com/articles/10.1186/s42269-021-00657-0">adalah virus ketujuh</a> dari golongan koronavirus yang menyerang manusia setelah 229E, NL63, OC43, HKU1, <a href="https://www.who.int/health-topics/middle-east-respiratory-syndrome-coronavirus-mers">MERS-CoV</a>, dan <a href="https://www.businessinsider.com/deadly-sars-virus-history-2003-in-photos-2020-2">SARS-CoV</a>. </p>
<p>Virus SARS-CoV-2 memiliki RNA (asam ribonukleat) dengan untai positif dan besar genom yang hampir mencapai 30.000 pasang basa. Hal ini berarti bahwa terdapat kombinasi huruf A (adenin), T (timin), G (guanin), dan C (sitosin) yang berjajar hingga sekitar 30.000 buah huruf. A, T, G, dan C adalah empat basa nitrogen yang <a href="https://microbiologyjournal.org/genetic-variant-of-sars-cov-2-isolates-in-indonesia-spike-glycoprotein-gene/">menyusun urutan genom lengkap dari virus SARS-CoV-2</a>. Sedangkan virus referensi ini (Wuhan-Hu-1) memiliki ukuran sebesar 29.903 pasang basa.</p>
<p>Virus <a href="https://www.nature.com/articles/s41564-020-0695-z">SARS-CoV-2</a> tersusun atas empat gen penyandi protein struktural, yaitu <a href="https://microbiologyjournal.org/construction-of-epitope-based-peptide-vaccine-against-sars-cov-2-immunoinformatics-study/"><em>spike glycoprotein</em> (S)</a>, <em>envelope protein</em> (E), <em>matrix protein</em> (M), dan <em>nucleocapsid phosphoprotein</em> (N). Selain itu ada juga gen penyandi protein non-struktural lain, misalnya pp1ab, pp1a, 3a, 3b, p6, 7a, 7b, 8b, 9b, dan orf14. </p>
<p>Di tengah kekhawatiran penyebaran cepat <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s12273-022-0952-6">varian baru dari SARS-CoV-2</a>, seperti Alpha (B.1.1.7), Beta (B.1.351), Gamma (P1, Brazil), Delta (B.1.617.2), dan Omicron (B.1.1.529), kita perlu lebih banyak <a href="https://peerj.com/articles/13522/">data genom lengkap yang diurutkan untuk mendeteksi mutasi</a> dengan cepat dan mencegah penyebaran varian baru. </p>
<p>Pandemi COVID-19 dapat berakhir, tapi kita harus tahu bahwa koronavirus tidak mungkin menjadi pandemi terakhir dalam kehidupan ini. </p>
<p>Galur virus baru yang lebih berbahaya dapat saja muncul pada era pasca COVID-19.</p>
<p>Situasi ini menjadi semakin mencemaskan, karena menurut riset Cecilia Sanchez dan koleganya dari <a href="http://www.ecohealthalliance.org">EcoHealth Alliance New York</a> yang terbit di <em><a href="https://www.nature.com/articles/s41467-022-31860-w">Nature Communications</a></em>, ada 66.280 orang yang terinfeksi dengan koronavirus dari kelelawar (menyebabkan gejala mirip SARS) setiap tahunnya di Asia Tenggara.</p>
<p>Sejauh ini, walau kemampuan sebuah virus dalam melewati batas untuk menginfeksi spesies lain berlangsung secara sangat ekstensif, jumlah koronavirus yang menyebabkan epidemi dan pandemik masih sangat terbatas. </p>
<p>Beruntung, <a href="https://www.mdpi.com/1467-3045/43/2/61">teknologi NGS</a> dapat memberikan bukti penting kepada pemegang kebijakan berkaitan dengan kesehatan masyarakat, pengembang <a href="https://jurnal.ugm.ac.id/v3/IJP/article/view/1497">vaksin</a> dan <a href="http://phcogj.com/article/1740">obat</a>, dan peneliti. Teknologi ini memungkinkan laboratorium untuk melacak rute penularan virus secara global, deteksi mutasi dengan cepat untuk mencegah penyebaran varian virus baru. </p>
<h2>Nenek moyang SARS-CoV-2 sejauh ini</h2>
<p>Saat ini, banyak virus memiliki kekerabatan yang erat dengan SARS-CoV-2 telah diambil, berasal dari tenggiling dan kelelawar. Seluruh urutan lengkap genom virus-virus ini dibandingkan untuk mencapai kesimpulan yang akurat. </p>
<p>Setidaknya terdapat beberapa isolat koronavirus yang memiliki kekerabatan paling dekat dengan SARS-CoV-2. Isolat virus <a href="https://www.nature.com/articles/d41586-021-02596-2">BANAL-52 dari Laos</a> dan diisolasi dari kelelawar memiliki nilai kekerabatan yang tinggi, yaitu<a href="https://www.nature.com/articles/s41586-022-04532-4"> 96,8%</a>. </p>
<p>Selain itu, isolat virus <a href="https://www.mdpi.com/2073-4425/11/7/761">RaTG13 memiliki nilai kekerabatan 96,1%</a>. Virus ini ditemukan di Yunnan, Cina. Sedangkan isolat virus yang berasal dari <a href="https://doi.org/10.1016/j.cub.2020.03.022">tenggiling mempunyai nilai kekerabatan sekitar 91%</a>. Adanya nilai kekerabatan yang tinggi ini dimungkinkan akibat dari evolusi yang telah terjadi dari nenek moyang yang sama. Di sisi lain, penelitian genomik terkait isolat virus asal tenggiling ini mendapat sorotan dari <a href="https://www.biorxiv.org/content/10.1101/2020.05.07.077016v1">peneliti lain</a> terkait kualitas hasil urutan genomnya.</p>
<p>Namun, hal tersebut tidak membuat terungkapnya dengan mudah dan pasti siapa nenek moyang dan bagaimana asal virus SARS-CoV-2. Rekombinasi (penggabungan genetik) telah <a href="https://www.nature.com/articles/d41586-022-03611-w">mengaburkan darimana nenek moyang SARS-CoV-2</a>. Muncul dugaan bahwa mungkin rekombinasi virus terjadi hanya dalam waktu beberapa tahun, tidak mencapai beberapa dekade. </p>
<p>Pencarian nenek moyang SARS-CoV-2 akan menjadi semakin kompleks karena, karena sebuah riset <em>pre-print</em> di <a href="https://www.biorxiv.org">Bioarxiv</a> dari <a href="https://www.biorxiv.org/content/10.1101/2022.11.23.517609v1">Jing Wang dan kawan-kawan dari Universitas Sun-Yat Sen, Cina</a> menyatakan bahwa telah ditemukan koronavirus rekombinan baru <em>SARS-like</em> berkerabat sangat dekat dengan SARS-COV-2 dan SARS-CoV. Hanya ada perbedaan lima asam amino pada urutan basa nitrogen <a href="https://www.mdpi.com/1422-0067/23/4/2188/htm">potongan gen <em>receptor-binding domain</em></a> dengan urutan basa nitrogen awal dari SARS-CoV-2 (Wuhan-Hu-1) sebagai virus referensi. </p>
<p>Proses rekombinasi yang sangat ekstensif ini akan meningkatkan kompleksitas perunutan urutan basa nitrogen dan asam amino dari nenek moyang virus penyebab COVID-19 ini. </p>
<p>Penelitian epidemiologi molekuler berperan penting dalam mengurai kerumitan ini. Seperti yang sudah kita ketahui, <a href="https://www.nature.com/articles/s41591-021-01471-x">daerah Asia Selatan dan Asia Tenggara merupakan <em>hotspot</em> untuk penyebaran virus-virus zoonosis</a> yang dibawa oleh kelelawar. </p>
<p>Karena itu, <a href="https://www.antaranews.com/berita/2669133/pakar-sebut-epidemiologi-molekular-semakin-diperlukan-masyarakat">kebijakan pemerintah di kawasan tersebut</a> seharusnya mendukung riset berbasis epidemiologi molekuler yang lebih baik. Ini penting sebagai sistem peringatan dini terhadap kemungkinan munculnya patogen-patogen baru yang sebelumnya sudah atau belum pernah ditemukan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/195918/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Arif Nur Muhammad Ansori meraih Beasiswa Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) Batch III dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Republik Indonesia untuk menempuh Pendidikan Jenjang Doktor bidang Sains Veteriner di Universitas Airlangga, Surabaya.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Arli Aditya Parikesit tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Ilustrasi yang menunjukkan rekombinasi dua virus.Arif Nur Muhammad Ansori, Peneliti, Universitas AirlanggaArli Aditya Parikesit, Vice Rector of Research and Innovation, Indonesia International Institute for Life SciencesLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1971372023-01-05T03:25:45Z2023-01-05T03:25:45ZCina dapat mengalami lonjakan COVID besar-besaran karena cabut pembatasan – ini penyebab dan kemungkinan hasilnya<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/502885/original/file-20230103-14-ulb672.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">EPA-EFE/WU HAO</span></span></figcaption></figure><p>Cina adalah satu-satunya negara besar yang hingga <a href="https://www.wsj.com/articles/chinas-zero-covid-policy-is-ending-but-not-everyone-is-celebrating-11670937991">awal Desember 2022</a> terus menerapkan strategi nol-COVID. Negara-negara lain, termasuk Australia, Selandia Baru, dan Singapura, juga berupaya memberantas (mengeliminasi) COVID sepenuhnya pada awal pandemi.</p>
<p>Tapi semua akhirnya meninggalkan pendekatan ini karena biaya sosial dan ekonomi yang meningkat dan kesadaran bahwa pemberantasan COVID secara lokal sebagian besar sia-sia dan hanya bersifat sementara.</p>
<p><a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7272157/">Strategi Cina</a>, yang mengandalkan sejumlah langkah termasuk pengujian massal, penutupan seluruh kota dan provinsi, dan mengkarantina siapa pun yang mungkin telah terkena virus, semakin tidak bisa dipertahankan. Tindakan <a href="https://www.reuters.com/world/china/shanghai-separates-covid-positive-children-parents-virus-fight-2022-04-02/">keras</a> dan seringkali <a href="https://thediplomat.com/2022/09/resentment-is-rising-against-chinas-zero-covid-policies/">penegakan sewenang-wenang</a> dari kebijakan nol-COVID telah memicu peningkatan kebencian di antara penduduk, yang berpuncak pada protes publik besar-besaran.</p>
<p>Pembatasan ini juga telah menunjukkan batasnya di hadapan omicron. Varian ini memiliki <a href="https://jamanetwork.com/journals/jamanetworkopen/fullarticle/2795489">masa inkubasi</a> yang lebih pendek daripada garis keturunan COVID sebelumnya, dan sebagian besar <a href="https://www.nature.com/articles/%20s41564-022-01143-7">bisa menembus perlindungan</a> terhadap infeksi yang diberikan oleh vaksin asli.</p>
<p>Masuk akal jika otoritas Cina sekarang beralih ke <a href="https://www.theguardian.com/world/2022/dec/07/china-covid-home-quarantine-restrictions-eased-national">pelonggaran pembatasan</a>. Namun, transisi dari strategi nol COVID menyakitkan bagi negara mana pun yang melakukannya. Cina menghadapi beberapa tantangan unik dalam melakukan perubahan ini.</p>
<h2>Kekebalan populasi rendah</h2>
<p>Cina berhasil menekan penyebaran COVID yang meluas sejak awal 2020.</p>
<p>Meski angkanya berbeda di antara sumber, hampir 10 juta kasus telah dilaporkan ke <a href="https://covid19.who.int/region/wpro/country/cn">Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)</a> sejak Januari 2020. Ini hanya mewakili sebagian kecil dari populasi negara ini, berjumlah 1,4 miliar. Jadi penduduk Cina telah memperoleh kekebalan minimal terhadap COVID melalui paparan virus hingga saat ini.</p>
<p>Tingkat vaksinasi <a href="https://ourworldindata.org/grapher/people-fully-vaccinated-covid?tab=chart&stackMode=absolute&region=World&country=%7ECHN">di Cina</a> sebagian besar sejalan dengan yang ada di negara-negara Barat. Tapi gambaran yang tidak biasa dari tingkat vaksinasi Cina adalah bahwa mereka <a href="https://www.thelancet.com/journals/lanhl/article/PIIS2666-7568(22)00129-5/fulltext">menurun seiring bertambahnya usia</a>. Orang dewasa yang lebih tua sejauh ini merupakan demografi yang paling berisiko terkena COVID parah, namun hanya <a href="https://www.bbc.co.uk/news/63798484">40% orang berusia di atas 80 tahun</a> yang telah menerima tiga dosis.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/covid-china-is-developing-its-own-mrna-vaccine-and-its-showing-early-promise-176319">COVID: China is developing its own mRNA vaccine – and it's showing early promise</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Kemanjuran vaksin terhadap penularan telah diuji secara ketat, terutama sejak omicron mulai menyebar pada akhir 2021. Konon, perlindungan terhadap penyakit parah dan kematian yang diberikan oleh vaksin mRNA yang digunakan di negara-negara Barat <a href="https://www.nature.com/articles/s41467-022-30895-3">tetap tinggi</a>.</p>
<p>Sementara Cina menggunakan vaksin yang berbeda; terutama suntikan vaksin dari virus “tidak aktif” (<em>inactivated</em>) yang dibuat oleh Sinovac dan Sinopharm. Vaksin berbasis virus tidak aktif (<em>inactivated vaccines</em>) dibuat dari patogen (jadi dalam hal ini SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19) tapi ini dibunuh, atau dinonaktifkan, sebelum disuntikkan. Vaksin yang tidak aktif umumnya aman, tapi cenderung menimbulkan <a href="https://theconversation.com/from-adenoviruses-to-rna-the-pros-and-cons-of-different-covid-vaccine-technologies%20-145454">respons kekebalan yang lebih rendah</a> daripada teknologi vaksin yang lebih baru, seperti mRNA (Pfizer dan Moderna) atau vaksin berbasis vektor adenovirus (AstraZeneca dan Johnson & Johnson).</p>
<p>Kinerja vaksin Cina beragam. Sementara dua dosis suntikan Sinovac <a href="https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMoa2107715">mengurangi kematian sebesar 86%</a> di Chili, hasil dari Singapura menunjukkan bahwa vaksin dari virus tidak aktif memberikan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/35412612/">perlindungan yang lebih buruk</a> untuk melawan penyakit parah terkait infeksi dibanding vaksin mRNA.</p>
<p>Benar bahwa varian omicron yang dominan secara global dikaitkan dengan tingkat keparahan penyakit dan kematian yang <a href="https://www.bmj.com/content/378/bmj.o1806">jauh lebih rendah</a> dibandingkan varian delta. Namun, omicron tetap menjadi ancaman utama bagi populasi dengan sedikit kekebalan – terutama di kalangan orang tua.</p>
<p>Hong Kong menghadapi masalah serupa dengan Cina daratan pada awal 2022 dengan paparan virus yang relatif rendah di seluruh populasi. Hong Kong bahkan memiliki tingkat vaksinasi yang lebih buruk di antara orang dewasa yang lebih tua daripada Cina sekarang, meskipun sistem perawatan kesehatannya lebih kuat. </p>
<p>Gelombang omicron yang melanda Hong Kong pada Maret 2022 <a href="https://www.ft.com/content/6e610cac-400b-4843-a07b-7d870e8635a3">menyebabkan lebih banyak kematian</a> per penduduk dalam hitungan hari dibandingkan banyak negara terlihat melalui seluruh pandemi.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/499125/original/file-20221205-22-khisz3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="A graph showing cumulative deaths from COVID across several countries." src="https://images.theconversation.com/files/499125/original/file-20221205-22-khisz3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/499125/original/file-20221205-22-khisz3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=426&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/499125/original/file-20221205-22-khisz3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=426&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/499125/original/file-20221205-22-khisz3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=426&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/499125/original/file-20221205-22-khisz3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=536&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/499125/original/file-20221205-22-khisz3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=536&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/499125/original/file-20221205-22-khisz3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=536&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption"></span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://ourworldindata.org/covid-deaths">Our World in Data/Johns Hopkins University</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Infeksi COVID sekarang meningkat dengan cepat di Cina, berjumlah di atas <a href="https://ourworldindata.org/covid-cases">30.000 kasus baru setiap hari</a> pada awal Desember. Karena berbagai batasan dilonggarkan, tidak diragukan lagi jumlahnya akan terus melonjak.</p>
<p>Mengingat rendahnya tingkat kekebalan di Cina, lonjakan besar kemungkinan akan menyebabkan sejumlah besar kasus rawat inap dan dapat menyebabkan jumlah kematian yang dramatis. Jika kita berasumsi, katakanlah, 70% populasi Cina terinfeksi selama beberapa bulan mendatang, maka jika 0,1% dari mereka yang terinfeksi meninggal (perkiraan konservatif tingkat kematian omicron dalam populasi yang hampir tidak pernah terpapar SARS-CoV-2 sebelumnya), maka perhitungan kasarnya menunjukkan bahwa kita akan melihat sekitar satu juta kematian.</p>
<p>Pada tahap ini, amat sedikit yang dapat dilakukan Cina untuk mencegah kematian dan penyakit yang signifikan – meski <a href="https://www.aljazeera.com/news/2022/11/29/china-ramps-up-covid-vaccinations-for-its-elderly-after-protests">kampanye vaksinasi</a> berfokus pada orang dewasa yang lebih tua kemungkinan akan membantu.</p>
<p>Perawatan kesehatan Cina cukup rapuh dan kelangkaan tempat perawatan kritis merupakan <a href="https://ccforum.biomedcentral.com/articles/10.1186/s13054-020-02848-z">kerentanan tertentu</a>. Negara ini akan dilayani dengan baik untuk mencabut pembatasan secara bertahap, untuk mencoba “meratakan kurva” dan menghindari kewalahan sistem perawatan kesehatan.</p>
<p>Triase (penetapan derajat kedaruratan) pasien yang efektif, khususnya memastikan bahwa hanya mereka yang paling membutuhkan perawatan yang dirawat di rumah sakit, dapat membantu mengurangi kematian jika epidemi menjadi tidak terkendali.</p>
<h2>Kemungkinan malapetaka</h2>
<p>Gelombang besar COVID-19 di Cina belum tentu berdampak signifikan pada situasi COVID global. Varian SARS-CoV-2 yang saat ini menyebar di Cina, <a href="https://www.globaltimes.cn/page/202211/1280588.shtml">seperti BF.7</a>, dapat ditemukan di tempat lain di seluruh dunia. Sirkulasi dalam populasi yang sebagian besar tidak pernah divaksin secara imunologis seharusnya tidak memberikan banyak tekanan tambahan pada virus untuk mengembangkan varian baru yang dapat lolos dari kekebalan kita.</p>
<p>Namun, Cina sedang menghadapi kemungkinan bencana kemanusiaan. Saya berpendapat ini adalah tantangan yang jauh lebih besar.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/how-chinas-response-to-zero-covid-protests-could-affect-global-business-195752">How China's response to zero-COVID protests could affect global business</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Menjadi ironis ketika Cina yang menjadi negara pertama yang terkena COVID dan juga yang terakhir menyerah untuk memberantasnya. Pihak berwenang Cina mempelopori dan memperjuangkan langkah-langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menekan penyebaran virus, memberikan cetak biru untuk strategi penekanan pandemi yang keras secara global. Cina kemudian menerapkan langkah-langkah itu dengan lebih kejam dan lebih lama dari negara besar lainnya.</p>
<p>Namun pada akhirnya, strategi nol COVID terbukti sia-sia. Cina sebagai “kepingan domino terakhir” wabah ini, akan segera jatuh karena <a href="https://www.theguardian.com/world/2022/dec/01/zero-covid-five-charts-that-show-how-restrictions-are-throttling-the-chinese-economy">biaya ekonomi dan sosial</a> yang tidak berkelanjutan dari kebijakan nol-COVID. </p>
<p>Virus ini akan menyebar di Cina seperti yang terjadi di tempat lain, meninggalkan ciri khasnya berupa penyakit, kematian, dan pertikaian pahit dalam populasi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/197137/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Francois Balloux tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Cina, domino terakhir itu, akan segera jatuh karena biaya ekonomi dan sosia yang tidak berkelanjutan dari kebijakan nol-COVID.Francois Balloux, Chair Professor, Computational Biology, UCLLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1847472022-06-13T05:38:39Z2022-06-13T05:38:39ZPara ilmuwan sedang bikin vaksin universal untuk berbagai varian virus corona, bagaimana cara kerjanya?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/467982/original/file-20220609-5837-7sdug2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/person-holding-test-tubes-3735747/">Polina Tankilevitch/Pexels.com</a></span></figcaption></figure><p>Kemunculan varian–varian baru dari virus penyebab COVID-19, SARS-CoV-2, dalam dua tahun terakhir menimbulkan keresahan di masyarakat dan kalangan ilmuwan. </p>
<p>Salah satu penyebabnya terungkap dari <a href="https://doi.org/10.1016/j.cell.2021.12.033">penelitian terbaru</a> yang menunjukkan bahwa vaksin COVID yang lazim digunakan saat ini tidak memberikan proteksi yang awet terhadap varian Omicron tanpa pemberian dosis <em>booster</em>. </p>
<p>Kita pun mulai bertanya, apakah vaksin COVID-19 generasi pertama ini dapat maksimal melindungi kita dari ancaman varian-varian masa depan? Apakah dosis <em>booster</em> harus terus diberikan?</p>
<p>Kini sejumlah peneliti sedang mengembangkan vaksin universal untuk SARS-CoV-2. Vaksin ini dinilai bisa melindungi manusia dari berbagai varian virus penyebab COVID-19. </p>
<p>Para <a href="https://doi.org/10.1038/d41587-022-00001-5">ilmuwan mencoba</a> strategi “<a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33436524/">vaksin mosaik</a>” yang menggabungkan konsep vaksin multi-antigen (multivalensi) dan teknologi nanopartikel. Penelitian mereka menunjukkan bahwa vaksin mosaik ini lebih ampuh dibanding vaksin antigen tunggal. </p>
<h2>Satu jenis antigen saja tidak cukup</h2>
<p>Antigen adalah molekul penanda yang dapat merangsang timbulnya respon imun. Pada dasarnya, vaksinasi adalah proses mengenalkan antigen, dalam hal ini SARS-CoV-2, kepada sistem imun tubuh. Jika kita mengibaratkan sebagai interaksi tentara dan musuh, maka SARS-CoV-2 adalah musuhnya dan sel-sel imun adalah tentara yang bertugas melindungi tubuh. </p>
<p>Pengenalan antigen melalui vaksinasi dapat dianalogikan sebagai pelatihan militer untuk mempersiapkan sel imun melawan SARS-CoV-2. Melalui vaksinasi, sel-sel imun dapat merekam bentuk antigen dan membuat antibodi spesifik yang mengenali antigen tersebut. Antibodi ini nantinya digunakan sebagai senjata untuk melawan virus ketika infeksi SARS-CoV-2 yang sesungguhnya terjadi.</p>
<p>Sebagian besar vaksin yang telah diciptakan saat ini berbasis pada antigen tunggal yang didapat dari patogen penyebab penyakit. Vaksin COVID-19 menggunakan protein <em>spike</em> SARS-CoV-2 sebagai satu-satunya antigen. Tanpa disadari, hal ini menjadi kelemahan dalam menghadapi varian baru SARS-CoV-2.</p>
<p>Berkaca dari varian Omicron, banyak perubahan struktur yang terjadi pada daerah protein <em>spike</em> atau daerah pintu masuk virus untuk menempel ke sel manusia. Hal inilah yang mungkin menyebabkan penurunan kemampuan antibodi yang dihasilkan vaksinasi dalam melawan Omicron. Fenomena ini disebut dengan “<a href="https://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMoa2119451"><em>immune escape</em></a>”. </p>
<p>Mutasi yang terus-menerus terjadi, dan adanya potensi penggabungan baru antarvarian, seperti Delta dan Omicron, juga meningkatkan kemungkinan perubahan struktur protein <em>spike</em>. </p>
<p>Pemberian dosis <em>booster</em> dapat melatih tubuh untuk membentuk antibodi yang lebih spesifik dan menghalangi <em>immune escape</em>. Namun, strategi ini tidak mampu melindungi kita dari ancaman varian-varian baru. </p>
<p>Karena itu, kita membutuhkan vaksin yang bersifat universal untuk melindungi dari varian-varian baru yang muncul. </p>
<h2>Membuat vaksin universal</h2>
<p>Lalu bagaimanakah caranya membuat vaksin universal untuk SARS-CoV-2? </p>
<p>Untuk menjawab pertanyaan sejuta dolar ini, para <a href="https://doi.org/10.1038/d41587-022-00001-5">peneliti mencoba</a> strategi “<a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33436524/">vaksin mosaik</a>” yang menggabungkan konsep vaksin multi-antigen (multivalensi) dan teknologi nanopartikel .</p>
<p>Dalam penelitiannya, <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33436524/">Alexander A Cohen dan koleganya dari Amerika dan Inggris melakukan terobosan vaksin mosaik</a> untuk SARS-CoV-2. Dengan menggunakan pendekatan bioinformatika, mereka mengidentifikasi berbagai macam antigen dari galur–galur betacoronavirus yang berasal dari hewan liar. </p>
<p>Antigen-antigen dengan kemampuan memicu produksi antibodi paling tinggi (imunogenisitas) pun dipilih. Kemudian, berbagai macam kombinasi ‘mosaik’ pun dibuat dari antigen-antigen terpilih ini. </p>
<p>Antigen dari galur coronavirus yang telah menginfeksi manusia sebelumnya, seperti SARS-CoV-1, SARS-CoV-2 dan virus penyebab Middle East Respiratory Syndrome (MERS), juga diikutsertakan dalam variasi komposisi antigen. </p>
<p>Masing-masing ‘mosaik’ antigen tersebut lalu dikemas dalam satu ‘kendaraan’ berupa nanopartikel untuk mengenalkan kombinasi antigen-antigen tersebut secara bersamaan kepada sistem imun tubuh. Pengenalan secara simultan melalui vaksin mosaik ini diharapkan dapat memicu tubuh menghasilkan antibodi yang dapat mengenali berbagai jenis betacoronavirus.</p>
<p><a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33436524/">Cohen pun menguji</a> vaksin mosaik ini pada hewan. Sesuai prediksi, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa vaksin mosaik memicu respons imun yang lebih kuat jika dibandingkan dengan vaksin antigen tunggal. </p>
<p>Menariknya, hewan model yang divaksin mosaik tanpa antigen SARS-CoV-2 ternyata tetap menunjukkan kekebalan terhadap SARS-CoV-2. Hal ini menunjukkan bahwa respons imun yang dibentuk dari paparan terhadap antigen–antigen betacoronavirus yang lain masih mampu memberikan proteksi terhadap SARS-CoV-2.</p>
<p>Respons imun ini dapat terjadi karena adanya kemiripan antigen antara galur–galur betacoronavirus yang digunakan dalam vaksin mosaik. Di dalam imunologi, fenomena ini dikenal sebagai “<em>cross-reactivity</em>”. Ibaratnya, tentara di medan perang akan lebih mudah untuk mengenali dan menyerang sekelompok musuh jika kita mengetahui kemiripan dari beberapa anggota kelompok tersebut. </p>
<p>Demikian juga dengan sistem imun tubuh, akan lebih mudah untuk mengenali dan menyerang varian baru coronavirus karena sel-sel imun telah memiliki informasi mengenai galur–galur betacoronavirus paparan vaksin mosaik.</p>
<h2>Perlindungan dari pandemi berikutnya</h2>
<p>Saat ini, Moderna tengah mengembangkan vaksin multivalensi dengan menggunakan beberapa tipe protein <em>spike</em> sekaligus, untuk <a href="https://www.idsociety.org/science-speaks-blog/2021/moderna-to-test-a-multivalent-covid-vaccine-as-well-as-single-valent-boosters/">meningkatkan proteksi</a> terhadap varian-varian baru yang akan muncul. </p>
<p>Dengan adanya hasil <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33436524/">penelitian Cohen di atas</a> dan riset yang gencar dilakukan ilmuwan-ilmuwan lain di dunia, vaksin universal untuk SARS-CoV-2 mungkin akan segera terwujud.</p>
<p>Dalam konteks yang lebih luas, teknologi vaksin mosaik ini dapat menjadi strategi untuk mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan pandemi pada masa depan. Belajar dari sejarah, epidemi yang disebabkan oleh coronavirus sebelumnya, seperti SARS-CoV-1 dan MERS, adalah penyakit zoonosis-penyakit menular yang ditularkan dari hewan ke manusia. </p>
<p>Semua <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34480864/">galur coronavirus yang diketahui menyerang manusia</a> berasal dari kelelawar, unta, atau hewan-hewan domestik lainnya. Saat ini, beberapa jenis coronavirus telah teridentifikasi pada populasi <a href="https://theconversation.com/pada-2010-virus-menyerupai-sars-cov-2-sudah-ada-di-kamboja-154731">hewan liar</a>. Karena itu, sangatlah mungkin jika suatu hari nanti virus berpindah ke manusia dan menyebabkan pandemi coronavirus berikutnya. </p>
<p>Dengan adanya vaksin universal yang dibuat dengan teknik vaksin mosaik, vaksin dapat dibuat untuk mengantisipasi pandemi.</p>
<p>Penerapan teknologi vaksin mosaik dapat mengubah paradigma desain vaksin yang telah ada saat ini. Di samping tantangan banyaknya penelitian dan uji klinis yang harus ditempuh, keterbatasan sumber daya manusia, serta persepsi masyarakat terhadap vaksin, aplikasi dari teknologi vaksin universal ini dapat memberikan perlindungan. Proteksi bukan hanya terhadap coronavirus tapi juga penyakit-penyakit lainnya. Itulah yang sedang dirancang oleh para ilmuwan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/184747/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Dengan adanya vaksin universal yang dibuat dengan teknik vaksin mosaik, vaksin antisipatori dapat dibuat sebelum pandemi terjadi.Yoko Brigitte Wang, PhD Candidate in Medicine, University of AdelaideGabriele Jessica Kembuan, Graduate Student, Department of Immunology, Harvard UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1830902022-05-20T02:51:59Z2022-05-20T02:51:59ZAhli virus jelaskan bagaimana varian COVID-19 baru bisa muncul<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/463095/original/file-20220515-13-c8lqjy.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-illustration/sarscov2-viruses-binding-ace2-receptors-on-1969975771">Andrii Vodolazhskyi/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Selama pandemi COVID-19, kita berulang kali melihat munculnya varian virus baru. Varian yang menjadi perhatian, seperti delta dan omicron, adalah versi SARS-CoV-2 (virus yang menyebabkan COVID-19) yang telah mengalami mutasi. Mutasi ini menunjukkan keunggulan genetik bagi SARS-CoV-2 – jadi misalnya, delta berkaitan dengan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34917076/"> gejala penyakit yang lebih serius</a> dibanding virus COVID-19 yang pertama kali ditemukan di Wuhan , sementara <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34982465/">omicron lebih menular</a>.</p>
<p>Sekarang kita melihat kombinasi varian
lain seperti <a href="https://time.com/6165297/xe-variant-what-to-know/">omicron XE</a>. Ini bukan virus yang telah mengalami beberapa mutasi. Sebaliknya, mereka adalah virus yang mengandung kombinasi materi genetik dari berbagai varian, dan menghasilkan versi baru virus SARS-CoV-2.</p>
<p>Sejauh ini setidaknya ada 1.179 kasus omicron XE yang diidentifikasi di Inggris (ini adalah angka <a href="https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system/uploads%20/attachment_data/file/1067672/Technical-Briefing-40-8April2022.pdf">terbaru</a> dari Badan Keamanan Kesehatan Inggris yang diterbitkan pada 8 April). Sebagian besar kasus ini terjadi di selatan dan timur Inggris. Ada juga laporan tentang beberapa kasus <a href="https://www.japantimes.co.jp/news/2022/04/11/national/japan-first-omicron-xe-variant/">di tempat lain di seluruh dunia</a> , yang kemungkinan terjadi karena perjalanan internasional yang mulai meningkat.</p>
<p>Jadi, apakah kita harus khawatir dengan varian baru omicron XE ini? Meskipun kita belum tahu banyak tentangnya, kami melihat tidak ada alasan untuk terlalu khawatir. Mari kita coba analisis.</p>
<h2>Sedikit tentang varian baru yang muncul dari kombinasi varian sebelumnya</h2>
<p>Ketika virus bereplikasi, mereka terkadang membuat kesalahan dalam kode genetiknya yang menyebabkan adanya mutasi individu. Seringkali, mutasi ini tidak mengakibatkan perubahan apa pun pada struktur virus – yang biasa disebut “<a href="https://www.biologyonline.com/dictionary/silent-mutation">mutasi diam</a>”. Beberapa mutasi, bagaimanapun, dapat memberikan keuntungan. Misalnya, mutasi yang muncul karena adanya lonjakan kandungan protein (bagian dari SARS-CoV-2 yang menginfeksi sel kita) yang dapat membuat virus <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34435953/">lebih menular</a> dari varian sebelumnya. Kami telah melihat mutasi yang terjadi karena lonjakan kandungan protein dari beberapa <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34075212/">jenis varian yang serius</a>.</p>
<p>Rekombinasi adalah proses yang berbeda. Ini terjadi ketika dua varian yang berbeda saling menginfeksi sel yang sama, pada orang yang sama, pada waktu yang sama. Dari sana, mereka dapat <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK8439/#:%7E:text=Viral%20recombination%20occurs%20when%20viruses,some%20genes%%2020from%20both%20parents.">menggabungkan materi genetiknya</a>, yang menghasilkan virus yang memiliki campuran gen dari kedua virus “induk” yang menginfeksi. Varian rekombinan ini kemudian dapat menyebar ke orang lain – salah satu contohnya adalah omicron XE.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="A diagram depicting the process of recombination versus replication." src="https://images.theconversation.com/files/457474/original/file-20220411-24-3l3iga.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/457474/original/file-20220411-24-3l3iga.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=229&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/457474/original/file-20220411-24-3l3iga.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=229&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/457474/original/file-20220411-24-3l3iga.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=229&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/457474/original/file-20220411-24-3l3iga.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=287&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/457474/original/file-20220411-24-3l3iga.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=287&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/457474/original/file-20220411-24-3l3iga.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=287&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Rekombinasi terjadi ketika dua varian yang berbeda menginfeksi sel yang sama pada waktu yang sama.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Grace C. Roberts</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Faktanya, beberapa varian rekombinasi telah diidentifikasi secara global oleh <a href="https://cov-lineages.org/">PANGOLIN</a> (konsorsium Inggris genetika yang mengawasi garis keturunan SARS-CoV-2). Setidaknya tiga varian di antaranya – XD, XE dan XF – telah terdeteksi di Inggris. </p>
<p>Beberapa varian rekombinasi, seperti XD dan XF, adalah kombinasi dari varian delta dengan garis keturunan omicron. Anda mungkin pernah mendengar “<a href="https://theconversation.com/deltacron-what-scientists-know-so-far-about-this-new-hybrid-coronavirus-179442">deltacron</a>” . XE merupakan kombinasi dari dua strain omicron: BA.1 dan BA.2.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/deltacron-what-scientists-know-so-far-about-this-new-hybrid-coronavirus-179442">Deltacron: what scientists know so far about this new hybrid coronavirus</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Mengapa varian yang berbeda bergabung?</h2>
<p>Rekombinasi genetik virus adalah <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7106159/">bukan fenomena baru</a>. Itu terjadi pada virus secara berkala, seperti pada virus <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28783091/">influenza</a> dan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/16092503/">HIV</a> . Bahkan virus SARS-CoV-2 Wuhan asli sebenarnya berasal dari <a href="https://academic.oup.com/gbe/article/14/2/evac018/6524630">rekombinasi virus pada kelelawar</a>.</p>
<p>Dari perspektif evolusi, rekombinasi menawarkan keuntungan bagi virus, karena memungkinkan lebih banyak adanya <a href="https://www.microbiologyresearch.org/content/journal/jgv/10.1099/jgv.0.001142#tab2">perubahan yang cepat dan signifikan pada virus</a>, dibandingkan dengan proses mutasi yang lebih lambat yang berasal dari kesalahan dalam replikasi. Virus rekombinasi dapat menunjukkan perubahan nyata perilaku virus, seperti daya tular semakin meningkat daya penularan, lebih mengancam kekebalan kita, atau lebih resisten terhadap obat-obatan. Sama seperti mutasi yang berbasis kesalahan, beberapa virus rekombinan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dibanding virus induknya.</p>
<p>Kita tahu bahwa omicron XE memiliki <a href="https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/1063424/Tech-Briefing-39-25March2022_FINAL.pdf">kandungan genetik mayoritas</a> berasal dari kandungan protein yang melonjak dan juga sub-varian omicron BA.2, yang merupakan varian yang <a href="https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system/%20uploads/attachment_data/file/1066772/Technical-Briefing-40-8April2022.pdf">mendominasi di Inggris Raya</a> saat ini. Oleh karena itu, kemungkinan karakteristik omicron XE (yang lebih menular, lebih parah dan kebal terhadap vaksin) serupa dengan BA.2. Tapi akan lebih baik jika para ilmuwan terus memantau dan mempelajari varian baru ini, karena varian ini berbeda secara genetik dari induknya.</p>
<p>Data awal untuk varian omicron XE menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan (yaitu, proporsi infeksi baru dalam populasi) <a href="https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system%20/uploads/attachment_data/file/1063424/Tech-Briefing-39-25March2022_FINAL.pdf">sedikit lebih tinggi</a> dibandingkan dengan omicron BA.2. Namun, karena hanya ada sedikit infeksi dengan XE saat ini, data yang kami miliki tentang ini terbatas dan sulit untuk menarik kesimpulan yang utuh untuk saat ini.</p>
<p>Yang kami tahu BA.2 <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/35272746/">tidak lebih parah dari BA.1</a>, dan varian omicron secara keseluruhan cenderung menyebabkan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34971823/">penyakit yang tidak terlalu parah</a>
dibandingkan varian SARS-CoV-2 sebelumnya. Tapi mereka sangat menular.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/covid-vaccines-why-second-boosters-are-being-offered-to-vulnerable-people-in-the-uk-but-not-young-and-healthy-people-yet-180215">COVID vaccines: why second boosters are being offered to vulnerable people in the UK – but not young and healthy people yet</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Kebutuhan untuk terus memperbarui kandungan vaksin semakin mendesak karena semua vaksin saat ini didasarkan pada jenis asli Wuhan. Data menunjukkan bahwa semakin banyak perubahan pada lonjakan protein di varian yang baru maka semakin kurang efektif vaksin kami saat ini <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8351583/">dalam mencegah infeksi</a>. Hingga saat ini, vaksin masih sangat efektif dalam mencegah gejala parah atau kematian akibat COVID.</p>
<p>Tentu saja, kitu membutuhkan lebih banyak penelitian untuk memahami karakteristik varian omicron XE baru ini. Tetapi tampaknya, saat ini, varian tersebut sangat mirip dengan jenis SARS-CoV-2 yang beredar saat ini. Seperti yang kita ketahui, varian tersebut bukan varian pertama dari virus COVID-19, dan sangat kecil kemungkinannya untuk menjadi yang terakhir.</p>
<hr>
<p><em>Arina Apsarini dari Binus University menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/183090/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Grace C Roberts menerima dana dari MRC dan bekerja untuk University of Leeds.</span></em></p>Lebih dari 1.000 kasus omicron XE telah terdeteksi di Inggris sejauh ini. Tapi kita seharusnya tidak terlalu khawatir pada tahap ini.Grace C Roberts, Research Fellow in Virology, University of LeedsLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1786402022-04-06T05:21:24Z2022-04-06T05:21:24ZTes massal COVID dan sekuensing tak berkelanjutan – bagaimana pengawasan ke depan dapat dilakukan?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/456508/original/file-20220406-11-zz4ztb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Alex Yeung/Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Beberapa negara Eropa secara drastis mengurangi jumlah tes COVID yang telah dilakukan selama pandemi. Swedia telah <a href="https://www.forbes.com/sites/roberthart/2022/02/09/no-longer-justifiable-sweden-scraps-free-covid-testing-as-it-lifts%20-pandemic-restrictions/?sh=2655ff671def">membatasi tes gratis</a> kepada staf kesehatan, pekerja sosial dan orang-orang yang rentan secara klinis, hanya jika mereka menunjukkan gejala. </p>
<p>Pemerintah Inggris <a href="https://www.bbc.co.uk/news/uk-60467183">mengumumkan</a> bahwa tes gratis untuk orang dengan gejala dan tanpa gejala di Inggris berakhir pada 1 April, kecuali tes untuk pekerja sosial dan mereka yang paling berisiko. </p>
<p>Kebijakan pengakhiran tes massal sebagian berbasis dalih finansial. Tingkat pengujian saat ini secara mengejutkan telah memakan anggaran Inggris sekitar <a href="https://www.reuters.com/world/uk/uk-must-cut-spending-covid-testing-johnson-says-2022%20-02-20/">£2 miliar per bulan</a>. </p>
<p>Alasan lainnya adalah untuk mengirim sebuah pesan ke publik. Dengan membatalkan pengujian massal, pemerintah bermaksud memberi sinyal bahwa pandemi akan segera berakhir untuk menuju <a href="https://www.bbc.co.uk/news/uk-60455943">keadaan normal pra-pandemi</a>.</p>
<p>Miliaran tes COVID telah dilakukan secara global. <a href="https://coronavirus.data.gov.uk/details/testing">Setengah miliar</a> hasil tes telah dilaporkan hingga saat ini di Inggris saja. Tes cepat antigen pun lebih banyak yang belum dilaporkan. Tes diagnostik intensif terhadap orang tanpa gejala seperti itu belum pernah terjadi sebelumnya – yang turut mengubah pandangan masyarakat terhadap infeksi virus pernapasan. </p>
<p>Dasbor nasional yang menampilkan jumlah kasus harian telah menjadi ciri khas pandemi. Banyak orang juga telah mengadopsi pengujian COVID sebagai tindakan pencegahan rutin.</p>
<p>Namun, dampak epidemiologis dari pengujian massal cukup beragam. Pengujian ekstensif amat bermanfaat meredam penularan ketika digabungkan dengan kemampuan pelacakan kontak dari pasien terkonfirmasi positif. </p>
<p>Aksi ini sulit optimal ketika virus menular begitu cepat sehingga menyebabkan banyak orang terinfeksi, <a href="https://coronavirus.data.gov.uk/details/cases">seperti yang terjadi</a> di Inggris Raya sejak musim panas 2021. Tidak ada hubungan yang jelas antara jumlah tes yang dilakukan oleh negara dan kasus COVID, angka rawat inap, dan kematian yang mereka alami.</p>
<p>Volume pengurutan (skuensing) genom virus corona yang dihasilkan selama pandemi juga belum pernah terjadi sebelumnya. Jumlah genom virus corona yang disimpan di <a href="https://www.gisaid.org">Gisaid</a>, basis data global hasil sekuens genetik virus, sudah mencapai 8,5 juta, dengan lebih dari 2 juta berasal dari Inggris. Angka ini lebih banyak daripada virus lain, termasuk flu, yang telah diurutkan secara rutin selama beberapa dekade.</p>
<p>Manfaat sebenarnya dari upaya pengurutan berskala besar juga masih dipertanyakan. Urutan genom pada dasarnya tidak berpengaruh dalam menginformasikan kebijakan mitigasi pandemi. Tindakan ini juga hanya berkontribusi sedikit pada deteksi dini <a href="https://www.ecdc.europa.eu/en/covid-19/variants-concern">varian yang diwaspadai (<em>variants of concern</em>)</a>. Varian alfa, delta, dan omicron diketahui muncul beberapa bulan sebelum teridentifikasi melalui pengurutan genom. Pengurutan hanya memungkinkan kita memantau <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1879625721000730">evolusi virus</a> dengan sangat detail hampir secara <em>real-time</em>. </p>
<h2>Apakah sudah saatnya untuk mengurangi tes?</h2>
<p>Pengujian massal dan pengurutan genom saat ini memang tidak berkelanjutan dalam jangka panjang. Walau begitu, tetap ada pertanyaan besar tentang kapan skema ini harus dihapus dan upaya surveilans apa yang harus dipertahankan atau diperkenalkan sebagai pengganti.</p>
<p>Kita mengetahui penghentian pengujian rutin salah satunya bertujuan untuk menciptakan perasaan ‘kembali normal’ sekaligus mengurangi kecemasan. Mungkin hal ini akan efektif secara psikologis bagi mereka yang percaya pada otoritas, dan tidak terlalu khawatir akan terinfeksi virus. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="A man holding a lateral flow test" src="https://images.theconversation.com/files/448363/original/file-20220224-2513-3nrl20.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/448363/original/file-20220224-2513-3nrl20.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=412&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/448363/original/file-20220224-2513-3nrl20.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=412&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/448363/original/file-20220224-2513-3nrl20.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=412&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/448363/original/file-20220224-2513-3nrl20.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=517&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/448363/original/file-20220224-2513-3nrl20.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=517&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/448363/original/file-20220224-2513-3nrl20.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=517&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Bagi banyak orang, tes gratis memberikan kepastian – terutama saat bertemu dengan teman atau kerabat yang rentan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/man-taking-rapid-antigen-test-lateral-1955874601">Kauka Jarvi/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tapi, ada juga pihak-pihak yang mengkhawatirkan bahwa penghapusan tes massal secara prematur dapat meningkatkan rasa takut. Sebab, akses tak terbatas ke tes memberikan rasa aman, tanggung jawab, dan pemberdayaan masyarakat. </p>
<p>Tes cepat juga penting untuk keberhasilan pengobatan. Kita telah memiliki <a href="https://www.fda.gov/news-events/press-announcements/coronavirus-covid-19-update-fda-authorizes-additional-oral-antiviral-treatment-covid-19-certain">obat COVID yang manjur</a> yang bekerja optimal ketika digunakan pada awal masa infeksi. Kita perlu memastikan bahwa kita tidak kehilangan cara untuk melindungi orang dari penyakit parah atau menabur kepanikan.</p>
<p>Penghapusan tes massal juga berisiko memicu anggapan bahwa pemerintah tengah menyembunyikan situasi wabah yang sebenarnya lantaran alasan ekonomi. Oleh karena itu, pengujian massal semestinya dapat dibatalkan ketika kasus COVID telah menurun rendah, dan tingkat kecemasan publik terhadap pandemi telah surut. Sulit untuk memprediksi apakah pada bulan ini di Inggris kondisi itu akan terpenuhi. </p>
<h2>Tindakan pengawasan di masa depan</h2>
<p>Secara realistis, mengurangi pengujian dan pengurutan adalah masalah ‘kapan’. Walau demikian, bukan berarti tindakan <em>surveillance</em> atau pengawasan COVID seharusnya dihentikan. Elemen-elemen pengawasan perlu dipertahankan untuk memungkinkan pemantauan jumlah kasus, idealnya dengan kapasitas yang meningkat secara cepat jika diperlukan.</p>
<p>Survei Infeksi <a href="https://www.ons.gov.uk/peoplepopulationandcommunity/healthandsocialcare/conditionsanddiseases/bulletins/coronaviruscovid19infectionsurveypilot/previousReleases">Kantor Statistik Nasional Inggris Raya</a> menyediakan pengawasan prevalensi COVID yang andal dan tidak memihak. Studi ini telah terbukti sangat berharga dan <a href="https://www.nature.com/articles/d41586-022-00336-8">dianggap sebagai standar emas</a> dalam surveilans epidemiologi. Saat ini studi tersebut dapat disimpan, setidaknya sampai musim dingin berikutnya, dengan kapasitas yang bisa sedikit dikurangi. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="A toilet in a home" src="https://images.theconversation.com/files/448362/original/file-20220224-23-ipx6lp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/448362/original/file-20220224-23-ipx6lp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/448362/original/file-20220224-23-ipx6lp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/448362/original/file-20220224-23-ipx6lp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/448362/original/file-20220224-23-ipx6lp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/448362/original/file-20220224-23-ipx6lp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/448362/original/file-20220224-23-ipx6lp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Setiap rumah dan tempat kerja dilengkapi dengan alat pendeteksi virus.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/toilet-bowl-modern-bathroom-interior-1151396432">New Africa/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pengawasan juga dapat memanfaatkan <a href="https://www.cdc.gov/healthywater/surveillance/wastewater-surveillance/wastewater-surveillance.html">pemantauan air limbah</a> dari virus corona. Surveilans limbah adalah metode yang andal, praktis dan non-invasif untuk memantau prevalensi virus di masyarakat. Pengurutan genom dari air limbah bahkan memungkinkan <a href="https://journals.asm.org/doi/10.1128/mBio.02703-20">karakterisasi varian virus</a> yang efektif.</p>
<p>Pemantauan yang cermat juga sangat penting untuk melihat evolusi virus dan menjadi bekal bagi pembaruan vaksin pada masa depan. Penandaan awal varian baru yang muncul bisa bermanfaat untuk peningkatan pengawasan internasional. Skema pengurutan galur virus baru setiap pekan dari setiap negara nampaknya mencukupi untuk deteksi dini varian baru. </p>
<p>Kita sebenarnya membutuhkan kerangka kerja pengawasan global yang merata. Sebab, meski pengurutan genom sudah dilakukan besar-besaran, mayoritas masih berasal dari segelintir negara kaya. Akibatnya hanya ada sedikit data genom yang tersedia dari sebagian besar kawasan Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. Ketimpangan tersebut menciptakan titik buta dalam pengawasan varian virus yang muncul. </p>
<p>Sebagai alternatif, pengawasan global dapat dilakukan dengan berbasiskan pengurutan genom dari jenis virus yang dibawa oleh pelancong internasional yang masuk ke suatu negara.</p>
<p>Pandemi dari penyakit infeksi pernapasan dianggap berakhir, bukan karena virusnya hilang, tapi karena angka kesakitan serta kematian turun di bawah ambang batas yang dapat diterima, sehingga masyarakat sudah tak terlalu peduli. </p>
<p>Penghapusan pengujian massal menjadi langkah besar dalam transisi dari pandemi COVID menuju ‘keadaan normal’. Saat ini bisa saja kita memasuki tahap terakhir dari pandemi. Karena itu, sebaiknya kita mengawal proses transisi dengan cermat dibandingkan dengan fase awal wabah sebelumnya, sehingga pandemi bisa diakhiri dengan mulus.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/178640/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Francois Balloux receives funding from the Wellcome Trust, the Biotechnology and Biological Sciences Research Council and the Medical Research Council.</span></em></p>Sebagai alternatif, pengawasan global dapat mengandalkan pengurutan sistematis dari jenis virus yang dibawa oleh pelancong internasional yang masuk, misalnya.Francois Balloux, Chair Professor, Computational Biology, UCLLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1793422022-03-17T03:45:16Z2022-03-17T03:45:16ZKena COVID lagi dan lagi: apakah benar gejalanya jadi lebih ringan dan bikin kebal?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/452226/original/file-20220315-19-10hhfew.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Screen Shot at</span> </figcaption></figure><p>Kita sudah tahu sejak awal pandemi bahwa setiap orang bisa terkena COVID-19 lebih dari satu kali atau yang disebut sebagai infeksi ulang. Salah satu infeksi ulang pertama yang dilaporkan terjadi pada seorang pria berusia 33 tahun dari Hong Kong. Infeksi ini awalnya didiagnosis pada 26 Maret 2020, dengan infeksi keduanya, dengan virus yang berbeda secara genetik yang <a href="https://academic.oup.com/cid/article/73/9/e2946/5897019">didiagnosis 142 hari kemudian</a>.</p>
<p>Sejak itu laporan kasus infeksi ulang menjadi umum, terutama sejak munculnya varian omicron. <a href="https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2021.11.11.21266068v2">Penelitian awal</a> dari Afrika Selatan (yang masih ditinjau ulang oleh ilmuwan lain) menunjukkan bahwa risiko infeksi ulang meningkat dengan cepat dan substansial setelah varian omicron muncul.</p>
<p>Jadi mengapa infeksi ulang meningkat? Jawaban sederhananya adalah karena kekebalan kita seringkali tidak lagi cukup untuk mencegah infeksi. Hal ini dapat terjadi karena munculnya varian virus baru seperti omicron yang karena <a href="https://www.nature.com/articles/s41423-021-00836-z">bermutasi pada bentuknya</a>, kurang dikenali sistem kekebalan, yang berarti virus menjadi kebal. Atau bisa juga karena kekebalan <a href="https://www.nature.com/articles/d41586-021-02532-4">menurun</a> sejak terakhir kali kita terinfeksi atau divaksinasi. Kita tahu bahwa ini adalah masalah terkait kekebalan COVID-19 – oleh karena itu diperlukan booster vaksin.</p>
<p>Sebagai tambahan, seperti yang telah saya <a href="https://theconversation.com/covid-19-vaccines-are-probably-less-effective-at-preventing-transmission-than-symptoms-heres-why-156611">bahas sebelumnya</a>, virus corona hampir selalu masuk ke tubuh manusia melalui hidung dan tenggorokan. Kekebalan pada lapisan mukosa di area ini cenderung berumur relatif singkat dibandingkan dengan <a href="https://www.nature.com/articles/s41577-021-00550-x">kekebalan sistemik</a> di seluruh tubuh. Ini mungkin menjelaskan mengapa perlindungan terhadap penyakit parah, biasanya berada di paru-paru, <a href="https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMoa2115481">berlangsung lebih lama</a> daripada perlindungan terhadap infeksi.</p>
<h2>Seberapa umumkah infeksi ulang?</h2>
<p>Inggris baru-baru ini mulai memublikasikan data tentang infeksi ulang di <a href="https://coronavirus.data.gov.uk/details/cases">laporan COVID-19 mereka</a>. Laporan tersebut mengklasifikasikan infeksi ulang sebagai seseorang yang menerima hasil tes COVID positif baru lebih dari 90 hari setelah infeksi terakhir mereka.</p>
<p>Sampai 6 Februari 2022, ada lebih dari 14,5 juta infeksi dan sekitar 620.000 infeksi ulang di Inggris - yang berarti ada satu infeksi ulang untuk setiap 24 infeksi. Lebih dari 50% dari semua infeksi ulang telah dilaporkan sejak 1 Desember 2021, menunjukkan lagi bahwa risiko infeksi ulang telah meningkat secara substansial dengan omicron.</p>
<p>Kantor Statistik Nasional Inggris (ONS) juga mengukur infeksi ulang, meskipun melakukannya secara berbeda. Agar seseorang dihitung sebagai terinfeksi ulang, perlu ada 120 hari atau empat tes PCR negatif berturut-turut antara tes positif yang mengkonfirmasi dua kasus mereka. ONS menunjukkan bahwa tingkat infeksi ulang telah <a href="https://www.ons.gov.uk/peoplepopulationandcommunity/healthandsocialcare/conditionsanddiseases/bulletins/coronaviruscovid19infectionsurveycharacteristicsofpeopletestingpositiveforcovid19uk/2february2022#reinfections-uk">meningkat 15 kali lipat</a> sejak kedatangan omicron, dan saat ini infeksi ulang menyumbang sekitar 10% dari semua infeksi yang dilaporkan di Inggris, dibandingkan dengan hanya 1% selama November 2021.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="A person doing a lateral flow test" src="https://images.theconversation.com/files/445952/original/file-20220211-25-1inwcv8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/445952/original/file-20220211-25-1inwcv8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/445952/original/file-20220211-25-1inwcv8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/445952/original/file-20220211-25-1inwcv8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/445952/original/file-20220211-25-1inwcv8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/445952/original/file-20220211-25-1inwcv8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/445952/original/file-20220211-25-1inwcv8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Banyak kasus COVID tidak terdeteksi – jadi infeksi ulang kemungkinan kurang diperhitungkan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/close-person-using-coronavirus-covid19-rapid-1969807750">Ink Drop/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Namun, saya menduga angka ini terlalu rendah. Periode 90 atau 120 hari tidak diragukan lagi akan kehilangan kesempatan untuk mendeteksi beberapa infeksi ulang yang terjadi lebih cepat. Plus, dengan membandingkan <a href="https://coronavirus.data.gov.uk/">nomor kasus harian yang tercatat</a> dengan perkiraan berapa banyak populasi yang terinfeksi virus <a href="https://www.ons.gov.uk/peoplepopulationandcommunity/healthandsocialcare/conditionsanddiseases/bulletins/coronaviruscovid19infectionsurveypilot/11february2022">pada titik waktu tertentu</a>, tampaknya sekitar setengah dari infeksi tidak pernah didiagnosis. Oleh karena itu, banyak infeksi ulang cenderung salah dikategorikan sebagai infeksi primer. Juga, jika infeksi ulang umumnya lebih ringan, sehingga banyak yang tidak terdiagnosis.</p>
<h2>Tapi apakah infeksi ulang lebih ringan?</h2>
<p>Infeksi pertama kali pada orang yang divaksinasi (yang memiliki kekebalan terhadap COVID-19) umumnya lebih ringan daripada infeksi pada orang yang tidak divaksinasi (yang tidak memiliki kekebalan apa pun) – inilah sebabnya <a href="https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/1054071/vaccine-surveillance-report-week-6.pdf">tarif rawat inap</a> lebih rendah bagi orang yang sudah divaksinasi.</p>
<p>Oleh karena itu masuk akal untuk berasumsi bahwa, secara umum, infeksi ulang seharusnya tidak terlalu parah daripada infeksi primer, karena orang yang terinfeksi ulang akan memiliki kekebalan yang sudah ada sebelumnya dari infeksi pertama mereka. Plus, banyak orang akan divaksinasi di antaranya , yang akan meningkatkan tingkat kekebalan mereka</p>
<p>Dan meskipun kekebalan terhadap infeksi virus corona dan gejala COVID-19 lebih berkurang, perlindungan terhadap penyakit parah dan kematian tampak lebih tinggi. Jadi pada akhirnya, infeksi ulang pasti <a href="https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMc2108120">tampaknya tidak terlalu parah</a> </p>
<p>Namun, apakah infeksi kedua Anda tidak terasa seburuk yang pertama mungkin bergantung pada kapan Anda terinfeksi. Data ONS menunjukkan proporsi orang yang melaporkan gejala dengan infeksi ulang mereka <a href="https://www.ons.gov.uk/peoplepopulationandcommunity/healthandsocialcare/conditionsanddiseases/bulletins/coronaviruscovid19survei%20infeksikarakteristik%20orang%20yang%20melakukan%20tes%20positif%20untukcovid19uk/2februari2022-dengan-infeksi%20ulang%2019-uk">bervariasi tergantung pada variannya</a>.</p>
<p>ONS memperkirakan bahwa infeksi ulang dengan virus alfa memberi gejala hanya 20% pada orang, sedangkan infeksi ulang delta menyebabkan gejala pada 44% kasus dan omicron pada 46%. Datanya juga menunjukkan bahwa orang yang terinfeksi ulang dengan alfa jauh lebih kecil kemungkinannya untuk mendapatkan gejala untuk kedua kalinya dibandingkan dengan infeksi pertama mereka. Sedangkan infeksi ulang delta agak lebih mungkin memberi gejala pada orang dibandingkan dengan infeksi primer mereka. Dengan infeksi ulang omicron, tingkat gejalanya hampir sama di seluruh infeksi ulang dan infeksi pertama.</p>
<p>Kita tahu bahwa tingkat keparahan COVID-19 bervariasi dari satu varian ke varian lainnya. Namun, sulit untuk membedakan seberapa besar perbedaan di atas karena kekuatan varian yang berbeda, dan seberapa besar karena tingkat kekebalan COVID-19 dari infeksi sebelumnya dan vaksinasi yang ada pada orang pada saat itu.</p>
<p>Sebuah pertanyaan yang masih belum terjawab adalah apakah infeksi omicron pada orang yang tidak divaksinasi akan menjadi tidak parah jika orang tersebut telah terinfeksi sebelumnya. Dalam <a href="https://www.cdc.gov/mmwr/volumes/70/wr/mm705152e3.htm">wabah omicron kecil</a> di rumah tangga Amerika Serikat, satu orang yang tidak divaksinasi tertular virus untuk pertama kalinya dan empat lainnya tidak divaksinasi. Penyakit orang yang terkena virus untuk pertama kalinya lebih parah daripada penyakit orang yang terinfeksi ulang – tetapi jumlah kasus yang sangat kecil tidak dapat dijadikan kesimpulan.</p>
<p>Di sisi lain, ada laporan yang bertentangan di masa lalu tentang lebih banyak <a href="https://click.endnote.com/viewer?doi=10.3390%2Fvaccines9101168&token=WzM4MDg1LCIxMC4zMzkwL3ZhY2NpbmVzOTEwMTE2OCJd">penyakit parah yang disebabkan oleh infeksi ulang</a>. Jadi meskipun masuk akal bahwa infeksi ulang harusnya lebih ringan, saat ini, kita masih kekurangan bukti kuat yang membuktikan hal ini.</p>
<h2>Dan apakah infeksi ulang memperkuat kekebalan?</h2>
<p>Hampir pasti ya. Infeksi tunggal sebelumnya memberikan perlindungan serupa terhadap infeksi dengan omicron seperti <a href="https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/1050236/technical-%20briefing-34-14-january-2022.pdf">dua dosis vaksin</a>, jadi masuk akal untuk berasumsi bahwa infeksi ulang juga akan meningkatkan kekebalan</p>
<p>Tapi kekebalan seperti itu masih belum 100% protektif. Ada bukti yang muncul tentang orang yang terinfeksi ulang <a href="https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2021.11.11.21266068v2">beberapa kali</a>. Namun, ini seharusnya tidak mengejutkan, karena kita tahu virus corona lainnya <a href="https://www.nature.com/articles/s41591-020-1083-1">menyebabkan infeksi ulang setiap beberapa tahun</a></p>
<p><em>Arina Apsarini Putri Asrofi menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/179342/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Paul Hunter berkonsultasi untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dia menerima dana dari Institut Penelitian Kesehatan Nasional Inggris, WHO dan Dana Pembangunan Regional Eropa</span></em></p>Inilah yang kita ketahui sejauh ini tentang mengapa infeksi ulang terjadi dan apa efeknya.Paul Hunter, Professor of Medicine, University of East AngliaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1789952022-03-11T02:22:07Z2022-03-11T02:22:07ZRiset baru: risiko terkena COVID-19 parah bisa diketahui dari protein dan golongan darah<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/451217/original/file-20220310-15-rl4sth.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">blood cells</span> </figcaption></figure><p>Berbagai faktor berperan dalam penyakit kompleks seperti COVID-19, dan mengetahui apa faktor itu penting untuk memprediksi bagaimana orang akan terpengaruh. Di awal pandemi, <a href="https://gh.bmj.com/content/6/12/e006434">usia tua</a>, <a href="https://evidence.nihr.ac.uk/alert/%20excess-weight-increases-risks-of-severe-covid-19/">kelebihan berat badan</a>, atau <a href="https://bmcpublichealth.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12889-021-11579-x">merokok</a> telah disimpulkan dapat meningkatkan risiko Anda terkena COVID-19 yang parah. Informasi ini membantu masyarakat untuk memprioritaskan pemberian vaksin kepada orang tua.</p>
<p>Tetapi ada faktor biologis lain yang berperan dalam COVID-19 yang kurang disorot. Hal ini berkaitan dengan, misalnya, ribuan protein dengan fungsi berbeda yang beredar dalam darah Anda. Beberapa berperan dalam pertahanan tubuh terhadap virus, yang lain mengangkut molekul ke seluruh tubuh atau bertindak sebagai pembawa pesan untuk mendistribusikan informasi.</p>
<p>Melalui fungsi ini, <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33153974/">protein</a> dapat <a href="https://www.nature.com/articles/s41598-021-04683%20-w">mempengaruhi</a> perkembangan dan <a href="https://www.nature.com/articles/s41598-021-98253-9">tingkat keparahan COVID</a> dan yang terpenting, kita semua tidak memiliki jumlah yang sama mereka di dalam diri kita. Inilah sebabnya mengapa orang mengembangkan berbagai bentuk gejala COVID-19: beberapa mengalami pilek atau demam, sementara yang lain harus pergi ke rumah sakit. Beberapa orang yang tidak beruntung mungkin memerlukan perawatan intensif, dan dalam kasus yang paling parah, beberapa mungkin akan meninggal.</p>
<p>Karena jumlah protein dalam tubuh manusia sangat besar, sulit untuk menentukan dengan tepat protein dan sistem biologis yang berpengaruh. Namun demikian, inilah yang ingin dilakukan oleh <a href="https://journals.plos.org/plosgenetics/article?id=10.1371/journal.pgen.1010042">tim kami</a>.</p>
<p>Kami menjelajahi lebih dari 3.000 protein darah menggunakan teknik yang disebut <a href="https://www.bmj.com/content/362/bmj.k601"> <em>Mendelian randomisation</em></a>. Di sinilah, alih-alih secara langsung mengukur sesuatu yang menurut Anda berpengaruh pada suatu penyakit (dalam hal ini, protein darah) dan kemudian melihat apakah kadarnya berkorelasi dengan tingkat keparahan penyakit, Anda malah melihat variasi dalam gen yang mempengaruhinya, dan mempengaruhi bagaimana hal ini mempengaruhi diagnosis.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="A printout of a person's DNA being looked at by a scientist" src="https://images.theconversation.com/files/450355/original/file-20220307-121610-cgwcln.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/450355/original/file-20220307-121610-cgwcln.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/450355/original/file-20220307-121610-cgwcln.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/450355/original/file-20220307-121610-cgwcln.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/450355/original/file-20220307-121610-cgwcln.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/450355/original/file-20220307-121610-cgwcln.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/450355/original/file-20220307-121610-cgwcln.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Untuk <em>Mendelian randomisation</em>, Anda perlu tahu gen mana yang mempengaruhi karakteristik variabel yang sedang Anda selidiki.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/scientist-analyzes-dna-gel-used-genetics-1046584543">gopixa/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ini karena jika Anda melihat kadar protein darah secara langsung, Anda tidak dapat memastikan bahwa faktor luar lainnya seperti pilihan gaya hidup, atau bahkan memiliki COVID-19 tidak berpengaruh pada saat Anda mengukurnya. Gen, di sisi lain, tidak berubah selama hidup seseorang. Oleh karena itu, mereka memungkinkan Anda mengidentifikasi orang dengan tingkat tinggi dan rendah zat yang Anda ingin periksa, sehingga membuat hasil yang lebih kuat tentang bagaimana sesuatu seperti protein darah mempengaruhi penyakit seperti COVID-19.</p>
<p>Pertama, kami harus mengidentifikasi <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29875488/">gen</a> mana yang <a href="https://www.nature.com/articles/ncomms14357">terkait</a> dengan protein darah yang berbeda. Kami melakukan ini dengan melihat hasil <a href="https://www.genome.gov/about-genomics/fact-sheets/Genome-Wide-Association-Studies-Fact-Sheet">studi asosiasi genome</a>. Ini adalah bagian besar dari penelitian yang melihat perbedaan genetik dan biologis di banyak orang, untuk melacak hubungan antara varian genetik dan karakteristik tertentu. <a href="https://www.covid19hg.org/">Hasil genome skala besar</a> juga dapat melacak hubungan antara gen dan risiko COVID-19 yang parah juga.</p>
<p>Kami menganalisis data ini dengan mengidentifikasi beberapa protein yang berpotensi meningkatkan atau menurunkan risiko COVID-19 yang parah. Misalnya, kami menemukan bahwa peningkatan kadar protein yang disebut FAAH2 dapat meningkatkan risiko seseorang yang memerlukan perawatan di rumah sakit untuk COVID. FAAH2 menyebabkan sel <a href="https://www.nature.com/articles/s41598-020-59120-1">menyerap dan menonaktifkan</a> zat yang disebut <em>endocannabinoids</em>. Ini memiliki efek anti-inflamasi, dan penelitian bahkan menyarankan ini <a href="http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/33683968">dapat digunakan sebagai perawatan</a> untuk COVID-19. Ini akan menjelaskan mengapa memiliki lebih banyak protein ini berpotensi mengurangi kemampuan tubuh untuk mengendalikan peradangan yang disebabkan oleh COVID-19.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Bags of type A blood" src="https://images.theconversation.com/files/450356/original/file-20220307-85965-4lutqe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/450356/original/file-20220307-85965-4lutqe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/450356/original/file-20220307-85965-4lutqe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/450356/original/file-20220307-85965-4lutqe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/450356/original/file-20220307-85965-4lutqe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/450356/original/file-20220307-85965-4lutqe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/450356/original/file-20220307-85965-4lutqe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Enzim ABO tingkat tinggi yang bertepatan dengan COVID-19 parah memperkuat gagasan bahwa golongan darah mempengaruhi COVID-19.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/blood-donation-126671510">Sura Nualpradid/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Protein lain yang berpengaruh adalah enzim ABO. Ini menentukan golongan darah Anda dan merupakan <a href="http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/32739464">topik hangat</a> dalam penelitian COVID-19. Studi kami menunjukkan bahwa memiliki tingkat enzim ABO yang lebih tinggi tampaknya meningkatkan risiko dirawat di rumah sakit karena COVID dan selanjutnya membutuhkan perawatan intensif. <a href="http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/33196417">Penelitian kecil sebelumnya</a> telah menunjukkan bahwa golongan darah A lebih umum pada mereka dengan COVID-19 berat. Temuan kami memperkuat kasus bahwa enzim ABO dan golongan darah mempengaruhi tingkat keparahan COVID.</p>
<p>COVID-19 juga dapat menyebabkan <a href="https://academic.oup.com/eurheartj/article/41/32/3038/5901158">penyakit pada pembuluh darah</a>, terutama jika parah. Tetapi kami menemukan bahwa protein yang menarik sel darah putih ke dinding pembuluh darah tampaknya melindungi terhadap COVID yang parah. Menarik lebih banyak sel darah putih seperti ini telah lama diketahui <a href="https://www.nature.com/articles/pr199633">meningkatkan respons imun</a> di dinding pembuluh darah, dan pada COVID-19 khususnya hal ini tampaknya <a href="http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/32882706">membantu melawan</a> infeksi.</p>
<p>Mengidentifikasi faktor-faktor risiko ini dapat membantu para ilmuwan mengembangkan perawatan baru, karena protein ini dapat diatasi oleh obat-obatan baru (atau yang sudah ada yang telah digunakan kembali). Ini juga memungkinkan kami untuk menyusun daftar protein yang dapat diprioritaskan oleh peneliti lain, sehingga di masa depan kami dapat lebih memahami apa faktor risiko biologis untuk COVID-19.</p>
<p><em>Arina Apsarini Putri Asrofi dari Binus University menerjemahkan artikel ini dari Bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/178995/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Alish Palmos menerima dana dari National Institute for Health Research (NIHR) Biomedical Research Center (BRC) di London Selatan dan Maudsley NHS Foundation Trust dan King's College London.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Christopher Hübel dan Vincent Millischer tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Penelitian genetik telah menghubungkan sejumlah protein darah dengan COVID yang parah – termasuk enzim yang menentukan golongan darah Anda.Alish Palmos, Postdoctoral Research Associate, King's College LondonChristopher Hübel, Research Associate in Medicine, Psychology and Behavioural Genetics, King's College LondonVincent Millischer, Resident in Psychiatry, Medical University of ViennaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1643992022-02-24T04:39:03Z2022-02-24T04:39:03ZKasus COVID masih tinggi: bagaimana pandemi menggeser “hospital” ke “home-spital”<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/448027/original/file-20220223-23-1hptkv3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Tenda darurat didirikan untuk pasien COVID-19 di Rumah Sakit Undata, Palu, Sulawesi Tengah, 23 Februari 2022 karena ruang yang tersedia tidak mencukupi akibat lonjakan kasus.
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://download.antarafoto.com/searchresult/dom-1645604124">ANTARA FOTO/Basri Marzuki/hp</a></span></figcaption></figure><p>Lonjakan drastis kasus COVID-19 akibat varian Omicron dalam <a href="https://covid19.go.id/peta-sebaran">sebulan terakhir</a> di Indonesia, sempat mencapai hampir 65 ribu kasus pada 16 Februari 2022, menyebabkan angka keterisian rumah sakit (<em>bed occupancy rate</em>) kembali meningkat. </p>
<p>Di Jakarta, keterisian rumah sakit sempat mencapai <a href="https://www.antaranews.com/berita/2706061/bor-di-140-rumah-sakit-rujukan-di-jakarta-naik-menjadi-61-persen">61%</a>, sedangkan di level nasional telah menyentuh angka <a href="https://www.suara.com/health/2022/02/22/223214/kemenkes-angka-keterisian-rumah-sakit-tembus-38-persen">38%</a>. Kini kenaikan kasus merambat di sejumlah kota <a href="https://nasional.tempo.co/read/1563197/menkes-sebut-lonjakan-kasus-covid-19-bergeser-ke-luar-jawa-bali">di luar Jakarta</a>. </p>
<p>Ini suatu kondisi yang dapat dikatakan bahwa “Indonesia sedang tidak baik-baik saja”. Tingginya <em>bed occupancy rate (BOR)</em> di seluruh fasilitas kesehatan mau tidak mau membuat tenaga kesehatan harus memutar otak dan memilah pasien mana yang perlu diprioritaskan untuk mendapat perawatan secara langsung.</p>
<p>Selama lonjakan kasus, rumah sakit (<em>hospital</em>) tidak lagi menjadi satu-satunya tempat untuk merawat pasien terkonfirmasi positif COVID-19. Rumah-rumah masyarakat juga difungsikan layaknya rumah sakit (<em>home-spital</em>).</p>
<p>Beberapa <a href="https://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/view/4896">riset</a> di <a href="https://www.jmir.org/2020/11/e20839/">Amerika Serikat</a> dan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32568727/">Cina</a> menyimpulkan berobat dari rumah dengan fasilitas <em><a href="https://theconversation.com/tiga-cara-tingkatkan-layanan-kesehatan-via-online-di-indonesia-yang-makin-populer-saat-pandemi-140713">telemedicine</a></em> dapat membantu tenaga medis mengidentifikasi perjalanan penyakit pasien serta menentukan waktu pengobatan yang tepat.</p>
<p>Bagaimana masa depan rumah sakit konvensional?</p>
<h2>“Home-spital” sebagai alternatif</h2>
<p><a href="https://www.who.int/publications/i/item/WHO-2019-nCoV-clinical-2021-1">Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)</a> dan <a href="http://farmalkes.kemkes.go.id/unduh/kepmenkes-hk-01-07-menkes-413-2020-pedoman-pencegahan-dan-pengendalian-coronavirus-disease-2019-covid-19/">Kementerian Kesehatan Indonesia</a> telah mengeluarkan <a href="https://www.who.int/publications/i/item/WHO-2019-nCoV-therapeutics-2021.2">klasifikasi</a> pasien COVID-19 berdasarkan berat-ringannya gejala. Mereka merekomendasikan orang tanpa gejala atau yang bergejala ringan melakukan isolasi mandiri di rumah.</p>
<p>Salah satu tujuan terbitnya rekomendasi ini adalah agar fasilitas kesehatan tidak kolaps saat kasus COVID meledak. Berbagai dampak pun muncul akibat diterapkannya kebijakan ini. </p>
<p>Sejak awal pandemi, dan secara khusus saat menghadapi gelombang kedua (Juni-Juli tahun lalu) dan gelombang ketiga saat ini, pemerintah mengimbau masyarakat yang positif COVID-19 tanpa gejala atau dengan gejala ringan agar mengakses bantuan medis dari rumah saja melalui <a href="https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/berita-utama/20210705/1338034/kemenkes-fasilitasi-konsultasi-obat-gratis-bagi-pasien-covid-19-di-jakarta-via-fasilitas-telemedicine/">layanan <em>telemedicine</em></a>.</p>
<p>Perlahan tapi pasti, rumah pribadi menjelma sebagai perpanjangan tangan rumah sakit dalam menangani pasien. Beberapa tahun lalu mungkin masih asing bagi masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan di rumah. Namun, saat ini pandangan tersebut telah berubah 180 derajat karena ditunjang dengan pesatnya perkembangan teknologi.</p>
<p>Rangkaian prosedur pengobatan yang dimulai dari pendaftaran, tanya-jawab keluhan, penegakkan diagnosis, hingga pemberian obat maupun vaksin saat ini bisa dilakukan tanpa beranjak <a href="https://covid19.go.id/storage/app/media/Protokol/2020/November/panduan-teknis-pelayanan-rumah-sakit-pada-masa-adaptasi-kebiasaan-baru-19-11-2020.pdf">ke luar rumah</a>. </p>
<p>Beberapa data dasar seperti berat dan tinggi badan, tekanan darah, suhu tubuh, hingga saturasi oksigen dalam darah bahkan dapat diperiksa dan dilaporkan pasien secara mandiri. Kalaupun diperlukan kehadiran sosok profesional, tenaga kesehatan bisa “jemput bola” dengan mengunjungi rumah pasien untuk melakukan beberapa tindakan seperti merawat luka, mengambil sampel darah, memasang infus, serta menyuntikkan obat atau vaksin.</p>
<h2>Pemerintah bekerja sama dengan swasta</h2>
<p>Guna memperlancar kebijakan berobat dari rumah, awal Juli 2021 <a href="https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/berita-utama/20210705/1338034/kemenkes-fasilitasi-konsultasi-obat-gratis-bagi-pasien-covid-19-di-jakarta-via-fasilitas-telemedicine/">Kementerian Kesehatan menjalin kerja sama</a> dengan sebelas platform bidang <em>telemedicine</em> untuk melayani pasien isolasi mandiri.</p>
<p>Kerja sama ini juga didukung oleh PT Kimia Farma yang menyediakan beberapa jenis obat gratis dan dapat diantar ke rumah pasien masing-masing. Fleksibilitas menjadi keunggulan utama yang tidak dapat dielakkan sehingga model “home-spital” menjadi semakin banyak dianut oleh masyarakat luas.</p>
<p>Masifnya pola baru berobat dari rumah sejatinya <a href="https://www.straitstimes.com/asia/se-asia/malaysia-orders-covid-19-patients-with-mild-or-no-symptoms-to-be-treated-at-home">tidak hanya terjadi di Indonesia</a>. Negara tetangga seperti <a href="http://covid-19.moh.gov.my/garis-panduan/garis-panduan-kkm/Annex_2m_Guidelines_on_Home_Monitoring_and_Clinical_Protocol_at_Primary_Care_for_Category_1_and_2_Mild_Confirmed_COVID-19_Cases.pdf">Malaysia</a> dan <a href="https://www.bangkokpost.com/thailand/general/2140587/home-isolation-via-tech-meets-standards">Thailand</a>, juga memberlakukan sistem berobat dari rumah bagi pasien COVID-19 yang terkonfirmasi positif tanpa gejala atau bergejala ringan, serta penderita penyakit lain yang kondisinya ringan.</p>
<p>Namun, sangat disayangkan saat gelombang kedua pada pertengahan 2021 lalu banyak penderita COVID-19 bergejala sedang hingga berat yang dirawat di “home-spital”, bukan “hospital”. <a href="https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-57711018">Pasalnya, BOR rumah sakit yang tinggi</a> membuat banyak pasien kritis tertahan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) atau tenda perawatan darurat karena tidak dapat masuk ke ruang perawatan lebih lanjut.</p>
<p>Tidak sedikit pula yang akhirnya meninggal di rumah.</p>
<h2>“Bom waktu” inkonsistensi kebijakan</h2>
<p>Selama pandemi, tercatat pemerintah telah memberlakukan berbagai cara untuk menekan mobilitas penduduk dan menurunkan rantai penyebaran virus SARS-CoV-2. Hal ini dimulai dari <a href="https://nasional.tempo.co/read/1478808/gonta-ganti-istilah-dari-psbb-ppkm-mikro-ppkm-darurat-apa-bedanya/full&view=ok">pembatasan sosial berskala besar (PSBB)</a>, dua belas periode pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro, PPKM darurat, hingga PPKM berbasis level.</p>
<p>Namun, pergantian istilah hingga perpanjangan berulang-ulang justru memberi kesan bahwa pemerintah bertindak inkonsisten serta kurang sensitif terhadap urgensi situasi COVID-19 di Indonesia.</p>
<p>Banyak ahli <a href="https://megapolitan.kompas.com/read/2021/02/10/10202041/ppkm-tak-efektif-epidemiolog-pengetatan-tapi-bohongan">menilai</a> bahwa deretan strategi tersebut kurang efektif, karena pada kenyataannya <a href="https://megapolitan.kompas.com/read/2021/07/01/15234651/epidemiolog-nilai-kebijakan-wfh-di-ppkm-darurat-tidak-efektif">mobilitas masyarakat masih tinggi</a>.</p>
<p>Bahkan, masyarakat bisa jadi akan bingung terkait gonta-ganti istilah tersebut sehingga menjadi kurang patuh terhadap protokol kesehatan. Kondisi yang akhir-akhir ini kita lihat di lapangan pada akhirnya merupakan cerminan dari kebijakan yang tidak konsisten. Penuhnya rumah sakit serta kelangkaan obat tidak dapat dihindarkan lagi. Bukan tidak mungkin kondisi saat gelombang kedua dapat kembali terulang dalam waktu dekat. </p>
<p>Meski sebagian kasus telah dibantu oleh <em>telemedicine</em> sehingga bisa dirawat di rumah, pasien dengan gejala sedang dan berat tetaplah membutuhkan perawatan langsung di rumah sakit.</p>
<h2>Masa depan rumah sakit</h2>
<p>Sudah lebih dari dua tahun dunia dilanda pandemi COVID-19. Lebih dari <a href="https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019?adgroupsurvey=%7Badgroupsurvey%7D&gclid=CjwKCAjwoZWHBhBgEiwAiMN66dCqx6LMbiehog5SowuHpFg1Xf1JmNJvZkkDOlBMY1vBUCurLk8nrxoCvG8QAvD_BwE">empat ratus juta orang</a> telah terdiagnosis positif dan hampir enam juta jiwa meninggal akibat infeksi virus SARS-CoV-2 ini.</p>
<p>Beberapa minggu terakhir, Indonesia sedang mengalami gelombang ketiga pagebluk dengan mencatatkan jumlah kasus terkonfirmasi yang <a href="https://covid19.go.id/peta-sebaran">meningkat tajam</a>.</p>
<p>Terlepas dari kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat, pandemi memang telah mengakselerasi pergeseran lokasi pelayanan kesehatan. Apakah konsep “kehadiran” rumah sakit di rumah ini akan terus berlanjut pada masa depan? </p>
<p>Berkaca dari efisiensi dan fleksibilitas yang ditawarkan, bukan tidak mungkin setelah pandemi pun konsep “home-spital” akan terus menjadi tren di masyarakat, meski hanya terbatas untuk kasus-kasus ringan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/164399/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>William William tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Berkaca dari efisiensi dan fleksibilitas yang ditawarkan, bukan tidak mungkin setelah pandemi pun konsep “home-spital” akan terus menjadi tren di masyarakat, meski hanya untuk kasus-kasus ringan.William William, Staff Pengajar Departemen Biologi Kedokteran, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1714522021-11-10T03:11:25Z2021-11-10T03:11:25ZMolnupiravir, obat oral untuk COVID sedang diuji pada manusia, seberapa efektif kerjanya?<p>Terlepas dari efektivitas vaksin, kita masih membutuhkan obat untuk mengobati COVID-19. Bahkan orang-orang yang telah menerima dua dosis vaksin masih punya kemungkinan kecil terjangkit COVID dan berakhir dengan <a href="https://blogs.bmj.com/bmj/2021/08/25/significant-proportions-of-people-admitted-to-hospital-or-dying-from-covid-19-in-england-are-vaccinated-this-doesnt-mean-the-vaccines-dont-work/">sakit sedang atau bahkan parah</a>. Obat untuk COVID memang ada, tapi akses terhadapnya hanya tersedia lewat rumah sakit.</p>
<p>Satu obat menjanjikan yang dapat memperbaiki keadaan adalah molnupiravir, sebuah antivirus yang sedang memasuki tahap akhir pengujian pada manusia. Para peneliti berharap molnupiravir dapat digunakan untuk mengobati dan mencegah COVID. Yang menjadi poin penting adalah molnupiravir dapat diminum sebagai pil – artinya, untuk mendapatkannya, orang tidak perlu dirawat di rumah sakit.</p>
<p>Obat ini melemahkan kemampuan SARS-CoV-2, virus penyebab COVID, untuk melipatgandakan dirinya. Obat ini bekerja dengan meniru salah satu blok bangunan materi genetik virus. Ketika virus bereproduksi, ia membuat salinan baru dari RNA-nya, dan obat itu akhirnya dimasukkan ke dalamnya.</p>
<p>Ketika virus kemudian bereproduksi, molnupiravir menyebabkan mutasi menumpuk di RNA virus yang meningkat setiap kali melipatgandakan diri. Akhirnya, ini menyebabkan “<a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/11371613/">bencana</a>” bagi virus saat mutasi yang berlebihan membuat virus tidak dapat bereproduksi sama sekali, dan akhirnya mati.</p>
<h2>Seberapa efektif obat ini bekerja?</h2>
<p>Sejauh ini, sebuah percobaan kecil melakukan tinjauan efek molnupiravir pada 202 pasien COVID, yang tidak dirawat di rumah sakit, yang mulai mengalami gejala. Peserta secara acak diberi jatah untuk menerima molnupiravir atau plasebo, dengan dosis antivirus yang berbeda.</p>
<p>Hasil uji coba telah diterbitkan sebagai pracetak <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8219109/">(<em>preprint</em>)</a>, artinya, hasil itu belum ditinjau secara resmi oleh ilmuwan lain. Namun, uji coba menunjukkan bahwa setelah tiga hari pengobatan, virus SARS-CoV-2 yang menular, secara signifikan lebih jarang ditemukan pada pasien yang memakai 800mg molnupiravir (2%) dibandingkan dengan mereka yang memakai plasebo (17%).</p>
<p>Pada hari kelima, virus tidak terdeteksi pada pasien yang menerima 400mg atau 800mg molnupiravir, tapi masih ditemukan pada 11% dari mereka yang memakai plasebo. Oleh karena itu, percobaan menunjukkan bahwa molnupiravir dapat mengurangi dan menghilangkan infeksi SARS-CoV-2 pada pasien dengan COVID ringan. </p>
<p>Ini menunjukkan bahwa molnupiravir mempercepat pembersihan virus, dan menjadi bukti bahwa obat ini bisa berguna tidak hanya untuk mengobati COVID tapi juga mengurangi kemungkinan penyebarannya.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="A medical worker attending a COVID-19 patient in intensive care" src="https://images.theconversation.com/files/422612/original/file-20210922-19-rqik7f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/422612/original/file-20210922-19-rqik7f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/422612/original/file-20210922-19-rqik7f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/422612/original/file-20210922-19-rqik7f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/422612/original/file-20210922-19-rqik7f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/422612/original/file-20210922-19-rqik7f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/422612/original/file-20210922-19-rqik7f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Setelah bekerja pada pasien COVID-19 ringan, pertanyaan berikutnya adalah apakah molnupiravir dapat membantu mereka yang sakit parah.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/collapsing-bed-situation-corona-virus-patients-1851572761">faboi/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tapi untuk mengetahui seberapa bermanfaatnya, kita perlu melihat apa yang terjadi dalam uji coba lebih lanjut. Molnupiravir saat ini <a href="https://clinicaltrials.gov/ct2/show/NCT04405739">juga sedang dinilai</a> dalam uji coba pasien COVID yang baru dirawat di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengobatan molnupiravir dini dapat mengurangi waktu yang diperlukan untuk pasien dengan COVID yang parah untuk membersihkan virus. Namun sejauh ini, belum ada hasil yang diungkapkan.</p>
<p><a href="https://clinicaltrials.gov/ct2/show/NCT04575597">Sebuah percobaan</a> lebih besar dengan 1.850 peserta kini meninjau untuk melihat apakah molnupiravir lebih baik daripada plasebo dalam mencegah penyakit serius dan kematian pada pasien COVID dewasa yang tidak dirawat di rumah sakit. Dan <a href="https://www.pmlive.com/pharma_news/mercks_anti-covid_drug_molnupiravir_moves_to_phase_3_for_prevention_1376132">percobaan</a> fase 3 (tahap akhir pengujian pada manusia) sekarang merekrut peserta – di 17 negara berbeda – untuk meninjau apakah pengobatan molnupiravir dini pada pasien positif COVID mencegah orang lain yang tinggal di rumah yang sama dari infeksi. <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33273742/">Penelitian sebelumnya</a> telah menunjukkan molnupiravir, dengan cara ini, dapat menghentikan penyebaran SARS-CoV-2 pada sekawanan musang.</p>
<p>Jika uji coba ini menghasilkan kinerja yang baik, dampak molnupiravir bisa sangat besar. Mengingat beratnya penyakit yang dapat disebabkan oleh SARS-CoV-2, antivirus yang efektif akan menjadi senjata berharga untuk dimiliki dalam persenjataan klinis kita – terutama jika molnupiravir terus bertindak secepat sebagaimana kita lihat dalam pengujian. Pasien yang menderita COVID dapat sangat mudah mengalami kritis mendadak.</p>
<p>Karena obat ini dapat dikonsumsi secara oral maka akan sangat membantu dan mudah digunakan pada tahap awal infeksi sebab mudah diakses meski di luar rumah sakit. Selain itu, molnupiravir dapat diproduksi dalam jumlah besar dan tidak memerlukan transportasi dingin. Vaksin dan tindakan fisik untuk mengendalikan penyebaran virus masih akan menjadi taktik utama untuk mengelola COVID, tapi obat ini dapat melengkapi keduanya.</p>
<h2>Dari mana asalnya?</h2>
<p>Mengembangkan obat antivirus biasanya <a href="https://theconversation.com/developing-antiviral-drugs-is-not-easy-heres-why-159512">membutuhkan waktu lama</a>. Faktanya, molnupiravir baru tersedia 18 bulan setelah pandemi, karena molnupiravir tidak dikembangkan secara khusus untuk COVID. Ini adalah antivirus spektrum luas - yang berarti dapat digunakan untuk melawan berbagai macam virus. Pengembangannya dimulai pada 2013 di Emory University di AS.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="A woman with a viral infection blowing her nose" src="https://images.theconversation.com/files/422653/original/file-20210922-27-5i166q.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/422653/original/file-20210922-27-5i166q.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/422653/original/file-20210922-27-5i166q.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/422653/original/file-20210922-27-5i166q.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/422653/original/file-20210922-27-5i166q.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/422653/original/file-20210922-27-5i166q.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/422653/original/file-20210922-27-5i166q.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Karena cara kerjanya, molnupiravir adalah obat yang menjanjikan untuk sejumlah penyakit yang disebabkan oleh virus RNA.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/sick-young-woman-sitting-on-sofa-1398519653">Dragana Gordic/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Fokusnya kemudian adalah menemukan obat antivirus untuk pengobatan infeksi virus radang otak, ancaman utama bagi kesehatan masyarakat manusia dan hewan di Amerika. Dalam pengembangan, obat ini awalnya dikenal sebagai EIDD-1931. Pengujian luas mengonfirmasi bahwa obat ini mampu menghambat beberapa virus RNA untuk berlipat ganda, termasuk <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7568909/">virus influenza</a>, beberapa <a href="https://journals.asm.org/doi/10.1128/JVI.01348-19">virus corona</a> dan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29891600/">virus inveksi saluran pernapasan</a>.</p>
<p>Namun, ketika EIDD-1931 diberikan secara oral kepada monyet, obat ini dengan cepat dimetabolisme dalam tubuh hewan itu sehingga turun aktivitas antivirusnya. Untuk mengatasi hal ini, para ilmuwan menciptakan obat tidak aktif (dikenal sebagai <em>prodrug</em>) yang kemudian diubah menjadi obat aktif di dalam tubuh. Prodrug EIDD-1931 adalah molnupiravir.</p>
<p>Awalnya, pengembang molnupiravir mengajukan permohonan izin kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS untuk mengujinya pada manusia sebagai pengobatan untuk influenza musiman. Namun, setelah COVID muncul, dan molnupiravir <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32253226/">terbukti memiliki efek</a> terhadap SARS-CoV-2, permintaan diajukan untuk mengujinya pada COVID. Suatu hari nanti, mungkin saja obat ini bisa digunakan untuk mengobati sejumlah penyakit yang berbeda.</p>
<hr>
<p><em>Rachel Noorajavi menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/171452/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Peter Barlow menerima dana dari Dewan Riset Medis untuk beberapa proyek, tulisan ini tidak terkait oleh hal itu. Ia sebelumnya juga menerima dana dari Chief Scientist Office (Skotlandia) pada sebuah proyek untuk menyelidiki peptida pertahanan inang sebagai terapi untuk infeksi rhinovirus (ETM/389). Ia kini menjabat sebagai ketua British Society for Immunology Inflammation Affinity Group.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Filipa Henderson Sousa tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Obat molnupiravir menunjukkan lampu hijau dalam mengatasi penyebaran COVID-19.Filipa Henderson Sousa, Postdoctoral Research Fellow in Infectious Diseases, Edinburgh Napier UniversityPeter Barlow, Professor of Immunology and Infection, Edinburgh Napier UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1656692021-08-05T13:02:00Z2021-08-05T13:02:00ZBenarkah coronavirus buatan lab di Wuhan? Dan 10 mitos lainnya tentang COVID-19<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/414750/original/file-20210805-23-1ba7wt4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption"></span> </figcaption></figure><iframe src="https://open.spotify.com/embed/episode/6eetEKY7lPR06W77HaEe7L?theme=0" width="100%" height="152" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<p>Salah satu alasan mengapa banyak orang di Indonesia tidak menjalankan protokol kesehatan secara ketat adalah <a href="https://money.kompas.com/read/2021/02/03/120116226/luhut-sebut-22-persen-penduduk-ri-tidak-percaya-adanya-covid-19">sekitar 22% penduduk</a> tidak percaya dengan adanya COVID-19.</p>
<p>Padahal, virus ini telah menginfeksi lebih <a href="https://coronavirus.jhu.edu/map.html">dari 200 juta orang</a> dan menyebabkan kematian lebih dari 4,5 juta nyawa.</p>
<p>Apa dampaknya jika mereka tidak percaya?</p>
<p>Pertama, mereka akan enggan ikut serta mencegah penyebaran virus COVID-19 seperti dengan memakai masker, menghindari kerumuman, menjaga jarak fisik, dan membatasi mobilitas. </p>
<p>Kemudian, mereka akan enggan memeriksakan diri ke dokter jika memiliki gejala yang diduga COVID-19. Jika terdeteksi positif dengan level gejala ringan dan sedang, mereka pun enggan mengisolasi diri dan berobat sehingga tetap bisa menyebarkan virus ke orang lain.</p>
<p>Dampak terakhir dari sikap anti-sains ini adalah <a href="https://theconversation.com/menjawab-masalah-struktural-di-balik-penolakan-vaksin-covid-19-di-seluruh-dunia-dan-indonesia-155571">menolak vaksin COVID-19</a>, yang kini diberikan gratis oleh pemerintah.</p>
<p>Oleh karena itu, di episode terbaru SuarAkademia, kami berbicara dengan Gunadi, seorang dokter, peneliti dan Ketua Kelompok Kerja Genetika di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.</p>
<p>Bersama dengan Gunadi, kami membongkar pertanyaan, mitos dan teori konspirasi di masyarakat dan media sosial – dari dugaan COVID-19 adalah buatan lab di Cina hingga meninggalnya tenaga kesehatan akibat vaksin – yang <a href="https://www.instagram.com/p/CRYjIJZh5A1/?utm_source=ig_web_copy_link">sudah terlebih dulu kami himpun</a> melalui Instagram dan Twitter.</p>
<p>Simak episodenya di <a href="https://open.spotify.com/show/2Iqni2kGMzbzeJxvKiTijD?si=F0xqHjLbTGGOG6ReKUyZ9A&dl_branch=1">podcast SuarAkademia</a> – <em>ngobrol</em> seru isu terkini, bareng akademisi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/165669/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Bersama dengan Gunadi, peneliti genetika di Universitas Gadjah Mada, kami membongkar berbagai pertanyaan dan mitos tentang COVID-19 yang sudah terlebih dulu kami himpun melalui Instagram dan Twitter.Ahmad Nurhasim, Health+Science Editor, The ConversationLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1568572021-08-02T09:26:10Z2021-08-02T09:26:10ZCOVID-19 berdampak buruk pada kesehatan mental tenaga kesehatan, apa solusinya?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/413922/original/file-20210730-16-1ixv8gk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Petugas kesehatan memeriksa tekanan darah pasien sebelum vaksinasi COVID-19 di Airlangga Convention Center, Surabaya, 25 Juli 2021.</span> <span class="attribution"><span class="source"> ANTARA FOTO/Didik Suhartono/hp</span></span></figcaption></figure><p>Hingga Juli, lebih dari <a href="https://gaya.tempo.co/read/1487888/detail-data-tenaga-kesehatan-yang-meninggal-karena-covid-19-sampai-juli-2021/full&view=ok">1.300 tenaga kesehatan Indonesia telah</a> meninggal karena COVID-19. Mayoritas dari mereka adalah dokter (545), perawat (445), bidan (223), dan lalu lainnya dokter gigi (43), apoteker (42) dan ahli teknologi lab medis (25). </p>
<p>Di tengah ledakan kasus COVID harian yang mencapai <a href="https://covid19.go.id/peta-sebaran">angka di atas 40 ribu</a> dalam dua bulan terakhir, <a href="https://theconversation.com/jokowi-longgarkan-aktivitas-rumah-sakit-berpotensi-kembali-runtuh-jika-kita-lengah-165240">rumah sakit makin kewalahan</a> dan para tenaga kesehatan juga mengalami beban kerja dan tekanan yang berat. Makin banyak pasien COVID-19 membutuhkan perawatan, sementara tenaga kesehatan tidak bertambah signifikan. </p>
<p>Pandemi COVID-19 tidak hanya mempengaruhi kesehatan fisik, tapi juga kesehatan mental para tenaga kesehatan. Terbatasnya fasilitas untuk tenaga kesehatan di Indonesia mendorong tingginya angka kecemasan.</p>
<p>Riset <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33442258/">terbaru kami yang mencakup 227 tenaga kesehatan</a> di Indonesia menunjukkan bahwa 56% (128) responden menderita kecemasan, dengan 33% (75) di antaranya cemas tingkat tinggi, dan 23% cemas level sedang. </p>
<p>Hal ini berbeda dengan penelitian di <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32330593/">Singapura</a> yang memiliki fasilitas layanan kesehatan yang lebih baik dan peningkatan kasus COVID yang lebih terkendali. Di sana, hanya 15,7% tenaga kesehatan yang mengalami kecemasan. </p>
<p>Karena itu, tenaga kesehatan Indonesia perlu menjaga kesehatan mental agar lebih tangguh menghadapi tekanan COVID. Tenaga kesehatan Indonesia perlu meningkatkan ketahanan pribadi mereka agar mampu beradaptasi dan mengatasi kesulitan yang dihadapi.</p>
<h2>Dampak kecemasan dan ketahanan pribadi</h2>
<p>Tingginya angka kecemasan di kalangan tenaga kesehatan pada penelitian kami juga dipengaruhi pada situasi di Jawa Timur. Per 28 Januari 2021, Jawa Timur adalah provinsi dengan kematian tenaga kesehatan tertinggi di Indonesia, 188 orang. Jumlah ini, <a href="https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-5654662/426-nakes-jatim-meninggal-terpapar-covid-19-terbanyak-di-indonesia">per 23 Juli</a>, naik menjadi 426 tenaga kesehatan, dan juga masih tertinggi.</p>
<p>Kecemasan di kalangan tenaga kesehatan bisa berpotensi melahirkan akibat fatal.
Kecemasan bisa meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan kerja, malpraktik, dan kecelakaan lalu lintas hingga <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30069960/"> 63%</a>.</p>
<p>Hal ini akan membahayakan tenaga kesehatan itu sendiri dan berdampak buruk hingga fatal pada pasien. Hal ini semakin besar potensinya terjadi saat pandemi COVID-19. </p>
<p>Ketahanan pribadi dapat mencegah terjadinya gangguan jiwa seperti depresi atau kecemasan. Semakin seseorang memiliki ketahanan pribadi, semakin baik kesehatan mentalnya. </p>
<p>Penelitian kami menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kecemasan yang diderita, semakin rendah ketahanan diri orang tersebut. Kesimpulan yang sama juga didapatkan pada riset di <a href="http://eprints.bmsu.ac.ir/4406/">kota-kota besar negara Iran</a>. </p>
<p>Seseorang yang memiliki ketahanan pribadi yang baik, bukan berarti tidak akan mengalami kesulitan hidup sama sekali. Namun, apa pun kesulitan yang dialami, mereka akan lebih mudah mampu untuk bangkit kembali dan memiliki kekuatan untuk menyelesaikan masalahnya. </p>
<p>Orang yang berketahanan pribadi tinggi, memiliki ciri-ciri berikut: optimis, mudah beradaptasi, percaya diri, memiliki citra diri yang baik, berempati, dan bertoleransi. </p>
<p>Ketahanan diri bukan kepribadian bawaan, namun merupakan perilaku dan cara berpikir yang dapat dipelajari oleh semua orang, termasuk tenaga kesehatan. </p>
<p>Seperti melatih otot, meningkatkan ketahanan pribadi juga memerlukan waktu dan niat. Kita, apa pun profesinya, perlu berfokus pada empat komponen utamanya – koneksi, kesehatan fisik, berpikir sehat, dan mencari makna hidup. Hal ini dapat membantu meningkatkan kapasitas ketahanan diri. </p>
<h2>Strategi naikkan ketahanan diri</h2>
<p><a href="https://www.apa.org/topics/resilience">Asosiasi Psikolog Amerika Serikat</a> memberikan strategi dan panduan untuk meningkatkan ketahanan diri.</p>
<p><strong>Prioritaskan hubungan yang baik, buang hubungan yang merusak</strong>. Bangun hubungan dengan orang-orang yang berempati dan bisa memahami keadaan yang sedang dialami, mengingatkan bahwa kita tak sendirian dalam kesusahan ini. </p>
<p>Berfokuslah mencari beberapa orang yang bisa dipercaya, dibandingkan dengan memiliki amat banyak teman tapi semuanya tak bisa dipercaya. </p>
<p><strong>Jaga kesehatan fisik.</strong> Makan dan minum yang cukup, istirahat yang cukup, dan olahraga teratur dapat memperkuat tubuh untuk beradaptasi terhadap stres dan mengurangi kerentanan terhadap kecemasan atau depresi. </p>
<p>Hal ini penting bagi tenaga kesehatan yang bekerja menangani COVID dengan memakai APD yang menutup seluruh tubuh. APD dapat membuat rasa panas sehingga tubuh lebih rentan terhadap dehidrasi.</p>
<p><strong>Latih pola pikir positif dengan menerima keadaan yang tidak bisa kita kontrol.</strong> Kita fokuskan pada hal-hal yang bisa kita perbaiki, belajar dari masa lalu tentang bagaimana diri kita yang dulu berhasil menghadapi stres, dan menjaga optimisme dengan memvisualisasikan apa yang kita inginkan dan bukan mengkhawatirkan mengenai apa yang kita takutkan.</p>
<p><strong>Temukan makna dalam hidup.</strong> Dengan menolong orang lain atau pasien, kita bisa menyadari bahwa kita bermakna sambil menjalin koneksi dengan orang lain. Hal-hal tersebut dapat meningkatkan ketahanan pribadi. </p>
<p>Selain itu, menciptakan target-target yang realistis setiap harinya dan meraihnya dapat membuat kita merasa telah mencapai sesuatu setiap hari.</p>
<p><strong>Minta pertolongan.</strong> Bila Anda masih kesulitan untuk meningkatkan ketahanan pribadi atau kecemasan yang dialami tak kunjung membaik, ada baiknya meminta bantuan pada tenaga kesehatan seperti psikolog atau psikiater.</p>
<h2>Tanggung jawab tempat kerja</h2>
<p>Fasilitas layanan kesehatan adalah tempat kerja yang penuh tantangan, sehingga ketahanan pribadi menjadi sangat diperlukan oleh tenaga kesehatan, terutama dalam keadaan mendesak saat pandemi seperti sekarang.</p>
<p>Setiap fasilitas kesehatan pusat penanganan COVID-19 sebaiknya memiliki program khusus untuk menjaga kesehatan mental para tenaganya, seperti penilaian kesehatan mental bulanan, pelatihan mengenai cara meningkatkan ketahanan diri, dan konsultasi kesehatan mental gratis bagi tiap tenaga kesehatan.</p>
<p>Menjaga kesehatan mental di kalangan pekerja kesehatan tidak cukup digantungkan hanya pada tenaga kesehatan sendiri. Rumah sakit, keluarga, dan rekan kerja, juga dinas kesehatan, punya peran untuk menjaga kesehatan mental tenaga kesehatan. </p>
<p>Bagaimana pun, penyakit dan gangguan pada fisik maupun mental tenaga kesehatan akan sangat berpengaruh bagi keberhasilan penanggulangan COVID-19.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/156857/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Yunias Setiawati tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Terbatasnya alat pelindung Diri (APD), ketakutan menjadi sumber penularan bagi keluarga dan orang terdekat, dan ketakutan tertular COVID-19 menjadi sumber dari kecemasan mereka.Yunias Setiawati, Lecturer and researcher at Faculty of Medicine, Universitas AirlanggaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1653632021-07-30T05:08:04Z2021-07-30T05:08:04ZCOVID-19 dapat sebabkan disfungsi seksual dan kemandulan laki-laki – tapi vaksin tidak<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/413906/original/file-20210730-23-11mqhtv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Riset baru menemukan bahwa beberapa laki-laki yang terinfeksi COVID-19 mungkin mengalami efek samping seksual yang tidak diinginkan. </span> <span class="attribution"><span class="source">tuaindeed/iStock via Getty Images</span></span></figcaption></figure><p>Berlawanan dengan <a href="https://www.factcheck.org/2021/06/scicheck-research-rebuts-baseless-claims-linking-covid-19-vaccines-to-male-infertility/">mitos-mitos yang beredar di media sosial</a>, vaksin COVID tidak menyebabkan disfungsi ereksi dan kemandulan laki-laki. </p>
<p>Yang benar adalah SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19, menimbulkan risiko untuk dua gangguan tersebut. </p>
<p>Sampai saat ini, masih sedikit penelitian tentang pengaruh virus atau vaksin terhadap istem reproduksi laki-laki. Tapi investigasi baru-baru ini oleh para dokter dan peneliti di Universitas Miami memberi pencerahan baru. </p>
<p>Sebuah tim penelitian, <a href="https://miami.pure.elsevier.com/en/persons/ranjith-ramasamy">saya terlibat di sana</a>, menemukan potensi implikasi yang luas virus SARS-CoV-2 terhadap laki-laki dari segala usia – termasuk laki-laki muda dan setengah baya yang ingin punya anak. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="An illustration of human sperm cells." src="https://images.theconversation.com/files/412339/original/file-20210721-17-3nfm82.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/412339/original/file-20210721-17-3nfm82.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=424&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/412339/original/file-20210721-17-3nfm82.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=424&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/412339/original/file-20210721-17-3nfm82.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=424&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/412339/original/file-20210721-17-3nfm82.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=533&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/412339/original/file-20210721-17-3nfm82.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=533&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/412339/original/file-20210721-17-3nfm82.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=533&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Beberapa laki-laki yang terinfeksi virus COVID-19 mungkin mengalami penurunan produksi sperma dan kesuburan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/photo/3d-illustration-of-sperm-cells-moving-to-the-right-royalty-free-image/825356654?adppopup=true">Christoph Burgstedt/iStock via Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Temuan tim</h2>
<p><a href="https://scholar.google.com/citations?user=65rvK2EAAAAJ&hl=id">Saya Direktur</a> <a href="https://med.miami.edu/departments/urology">Program Urologi Reproduksi</a> di Sekolah Kedokteran Miller Unversitas Miami. Saya dan rekan-rekan <a href="https://doi.org/10.5534/wjmh.200170">menganalisis jaringan otopsi</a> dari testis enam laki-laki yang meninggal karena infeksi COVID-19.</p>
<p>Hasilnya: virus COVID-19 muncul di jaringan salah satu laki-laki; penurunan jumlah sperma muncul dalam tiga laki-laki. </p>
<p>Pasien lain - yang selamat dari COVID-19 - menjalani biopsi testis sekitar tiga bulan setelah infeksi COVID-19 awal sembuh. Biopsi menunjukkan <a href="https://doi.org/10.5534/wjmh.200170">virus corona masih ada di testisnya</a>.</p>
<p>Tim kami juga menemukan bahwa COVID-19 mempengaruhi penis. <a href="https://doi.org/10.5534/wjmh.210055">Analisis jaringan penis</a> dari dua laki-laki yang menerima implan penis menunjukkan virus muncul tujuh hingga sembilan bulan setelah diagnosis COVID-19 mereka. Kedua laki-laki tersebut mengalami disfungsi ereksi yang parah, mungkin karena infeksi tersebut menyebabkan berkurangnya suplai darah ke penis.</p>
<p>Salah satu laki-laki hanya memiliki gejala COVID-19 ringan. Satunya lagi dirawat di rumah sakit. Ini menunjukkan bahwa bahkan mereka yang memiliki kasus virus yang relatif ringan dapat mengalami disfungsi ereksi yang parah setelah pemulihan. </p>
<p>Temuan ini tidak sepenuhnya mengejutkan. Bagaimana pun, para ilmuwan tahu virus lain <a href="https://theconversation.com/does-coronavirus-linger-in-the-body-what-we-know-about-how-viruses-in-general-hang-on-in-the-brain-and-testicles-142878">menyerang testis</a> dan mempengaruhi produksi sperma dan kesuburan.</p>
<p>Salah satu contoh: Penyelidik yang mempelajari jaringan testis dari enam pasien yang meninggal karena virus SARS-CoV 2006 <a href="https://doi.org/10.1095/biolreprod.105.044776">menemukan semuanya memiliki kerusakan sel yang meluas</a>, dengan sedikit atau tanpa sperma.</p>
<p>Ilmuwan <a href="https://doi.org/10.3389/fimmu.2021.582946">juga tahu bahwa penyakit gondok</a> dan <a href="https://doi.org/10.1590/S1678-9946201860064">virus Zika</a> dapat masuk ke testis dan menyebabkan peradangan. Hingga 20% laki-laki yang terinfeksi virus ini akan mengalami gangguan produksi sperma. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Male patient getting vaccinated." src="https://images.theconversation.com/files/412345/original/file-20210721-27-1xgw6bg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/412345/original/file-20210721-27-1xgw6bg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/412345/original/file-20210721-27-1xgw6bg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/412345/original/file-20210721-27-1xgw6bg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/412345/original/file-20210721-27-1xgw6bg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/412345/original/file-20210721-27-1xgw6bg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/412345/original/file-20210721-27-1xgw6bg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Temuan awal menunjukkan baik vaksin mRNA Pfizer atau Moderna tidak mempengaruhi kesuburan laki-laki. Early findings suggest neither the Pfizer or Moderna mRNA vaccine affects male fertility.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/photo/male-senior-patient-getting-vaccinated-at-medical-royalty-free-image/1301767103?adppopup=true">Witthaya Prasongsin/Moment via Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Studi baru atas keamanan vaksin</h2>
<p><a href="https://doi.org/10.1001/jama.2021.9976">Penelitian tambahan dari tim saya</a> membawa kabar baik. Sebuah riset terhadap 45 laki-laki menunjukkan bahwa vaksin mRNA Pfizer dan Moderna tampaknya aman untuk sistem reproduksi laki-laki.</p>
<p>Ini, kemudian, adalah alasan lain untuk mendapatkan vaksinasi – untuk menjaga kesuburan laki-laki dan fungsi seksual.</p>
<p>Memang, penelitian ini baru langkah pertama tentang bagaimana COVID-19 dapat mempengaruhi kesehatan seksual laki-laki; sampelnya kecil. Studi harus dilanjutkan. </p>
<p>Namun, bagi laki-laki yang pernah terjangkit COVID-19 dan kemudian mengalami nyeri testis, masuk akal untuk mempertimbangkan bahwa virus telah menyerang jaringan testis. Disfungsi ereksi bisa jadi akibatnya. Orang-orang itu harus menemui ahli urologi.</p>
<p>Saya juga percaya penelitian ini menyajikan pesan kesehatan masyarakat yang penting ke Amerika Serikat dan dunia mengenai vaksin COVID-19.</p>
<p>Untuk <a href="https://thehill.com/changing-america/well-being/prevention-cures/562277-fauci-99-percent-of-americans-who-died-of-%20covid">jutaan laki-laki Amerika yang tetap tidak divaksinasi</a>, Anda mungkin ingin mempertimbangkan kembali konsekuensinya jika dan ketika virus yang sangat agresif ini menginfeksi Anda. </p>
<p>Salah satu alasan keraguan vaksin <a href="https://www.factcheck.org/2021/06/scicheck-research-rebuts-baseless-claims-linking-covid-19-vaccines-to-male-infertility%20/">adalah persepsi di antara banyak orang</a> bahwa suntikan COVID-19 dapat mempengaruhi kesuburan laki-laki. Penelitian kami menunjukkan sebaliknya.</p>
<p>Tidak ada bukti bahwa vaksin membahayakan sistem reproduksi laki-laki. Namun mengabaikan vaksin dan tertular COVID-19 justru bisa mengganggu sistem reproduksi laki-laki .</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/165363/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Ranjith Ramasamy tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Sebuah riset terhadap 45 laki-laki menunjukkan bahwa vaksin mRNA Pfizer dan Moderna tampaknya aman untuk sistem reproduksi laki-laki.Ranjith Ramasamy, Associate Professor of Urology, University of MiamiLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1643232021-07-17T01:27:04Z2021-07-17T01:27:04ZCOVID-19 Indonesia pecahkan rekor: masyarakat menjadi kunci agar rumah sakit tidak ambruk<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/411620/original/file-20210716-19-1aen916.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Petugas kesehatan membawa pasien ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah Bandung, 1 Juli 2021. Agka keterisian ruang isolasi atau Bed Occupancy Rate (BOR) di sana lebih dari 90 persen.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://download.antarafoto.com/searchresult/dom-1625127905"> ANTARA FOTO/Novrian Arbi/wsj</a></span></figcaption></figure><p>Rumah sakit di Pulau Jawa dan luar Jawa telah kelebihan beban dalam merawat pasien COVID-19 karena jumlah kamar yang tersedia dan jumlah pasien yang butuh perawatan tidak sebanding. </p>
<p><a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210713120203-20-666958/menkes-ungkap-data-bor-rumah-sakit-covid-12-provinsi-kritis">Menteri Kesehatan menyatakan</a> keterisian tempat tidur (<em>bed occupancy rate</em>, BOR) untuk pasien COVID-19 di 12 provinsi berkisar pada angka 70-90 persen. Belum ada tanda bahwa kasus COVID-19 akan segera melandai. </p>
<p>Keadaan ini merupakan buah dari “panen COVID-19” dalam dua bulan terakhir. Angka kasus positif COVID-19 di Indonesia telah meningkat lebih <a href="https://covid19.go.id/peta-sebaran">dari 10 kali dibanding pada awal Mei lalu</a>. Angka kematian juga <a href="https://covid19.go.id/peta-sebaran">mengalami kelipatan yang serupa</a>. Bahkan kini, penambahan kasus harian dalam beberapa hari terakhir <a href="https://www.cnnindonesia.com/internasional/20210713065854-106-666792/kasus-positif-dan-kematian-baru-covid-ri-tertinggi-di-dunia">menjadi yang tertinggi di dunia</a>, menembus lebih dari 56 ribu kasus per 15 Juli. </p>
<p>Kami meminta pendapat ahli kesehatan untuk melihat apa yang harus dilakukan oleh pemerintah, rumah sakit, dan masyarakat untuk mencegah keadaan lebih buruk terutama bagi kelompok rentan yang membutuhkan layanan kesehatan segera untuk menyelamatkan nyawa mereka.</p>
<h2>Tenaga kesehatan perlu ditambah, masyarakat juga harus patuh protokol kesehatan</h2>
<p><strong>Yulia Sofiatin, Dosen Departemen Kesehatan Masyarakat, Universitas Padjadjaran</strong></p>
<p>Salah satu dampak dari jumlah kasus baru harian COVID-19 makin tinggi adalah penuhnya rumah sakit khususnya yang menangani pasien COVID. Antrean pasien bukan hanya yang akan masuk ke ICU seperti sebelum krisis meningkat tajam, tapi juga pasien yang akan masuk ruang isolasi dan bahkan yang akan masuk IGD. </p>
<p>Antrean juga dirasakan oleh orang-orang yang membutuhkan fasilitasi isolasi terpusat. Berbagai laporan juga memperlihatkan <a href="https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-57767888">antrean di pemakaman khusus COVID</a>. </p>
<p>Sudah banyak rumah sakit yang menambah <a href="https://www.kompas.id/baca/nusantara/2021/06/10/rumah-sakit-di-kota-bandung-mulai-menambah-tempat-tidur-bagi-pasien-covid-19">peruntukan tempat rawat</a> yang sebelumnya untuk pasien umum menjadi ruang khusus isolasi. Beberapa rumah sakit juga mendapat bantuan tenda untuk transit pasien sebelum masuk IGD. Upaya ini baik, tentunya, untuk menampung pasien yang memang membutuhkan bantuan.</p>
<p>Tapi penambahan tempat pelayanan di rumah sakit sesungguhnya bukan sekadar menambah jumlah tempat tidur. Rumah sakit dan dinas kesehatan perlu <a href="https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20210122/3336830/pasien-covid-19-melonjak-kementerian-kesehatan-minta-setiap-rs-tambah-persediaan-tempat-tidur/">menambah jumlah tenaga</a> yang akan melayani pasien-pasien di tempat tidur baru itu. </p>
<p>Penambahan jumlah tempat tidur tanpa menambah jumlah tenaga berarti memberikan beban lebih tinggi kepada tenaga kesehatan yang sudah ada. </p>
<p>Beban tenaga kesehatan yang sehat dan bertugas makin bertumpuk dan makin berat jika <a href="https://www.kompas.id/baca/kesehatan/2021/06/23/nakes-meninggal-karena-covid-19-kembali-meningkat">banyak tenaga kesehatan yang juga terkonfirmasi COVID-19</a> dan harus menjalani isolasi atau perawatan. Ini berbahaya bagi keselamatan para tenaga kesehatan. Kelelahan akan berujung pada kelalaian, meski pasti tidak disengaja, tapi hal ini dapat membahayakan diri mereka sendiri maupun pasiennya.</p>
<p>Kementerian Kesehatan perlu mempermudah mekanisme rekruitmen tenaga kesehatan yang sudah lulus dan kompeten, yang selama ini sulit. Iming-iming ‘relawan’ tentunya tidak menarik jika fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan untuk menjamin keamanan mereka tidak dapat dipastikan. </p>
<p>Lebih penting dari penambahan tempat tidur di rumah sakit adalah mengurangi jumlah orang yang membutuhkannya, dengan kata lain, mengurangi jumlah orang yang terkonfirmasi positif COVID-19. </p>
<p>Kita perlu mengurangi jumlah orang terkonfirmasi yang membutuhkan perawatan di rumah sakit dengan meningkatkan cakupan vaksinasi di masyarakat. </p>
<p>Beberapa <a href="https://kabar24.bisnis.com/read/20210615/19/1405569/riset-vaksin-pfizer-dan-astrazeneca-kurangi-risiko-perawatan-di-rs">penelitian pendahuluan</a> memperlihatkan bahwa lebih sedikit orang yang sudah divaksin yang membutuhkan perawatan di rumah sakit. Apakah karena memang lebih sedikit orang yang sakit setelah divaksin, atau lebih sedikit orang yang sudah divaksin. Ini memerlukan penelitian lebih lanjut.</p>
<p>Upaya yang lebih penting yang harus kita lakukan adalah pencegahan di tingkat masyarakat. Karena garda terdepan pencegahan justru masyarakat, baik sebelum atau setelah sakit COVID. </p>
<p><strong>Pencegahan sebelum sakit.</strong> Pemerintah dan kita harus meningkatkan disiplin masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan guna mencegah penularan virus. <a href="https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-57815981">PPKM darurat</a> tidak berarti apa-apa di tingkat masyarakat jika tidak ada penegakkan hukum yang jelas. Masyarakat akan melihat jam berapa pengetatan dilakukan, maka mereka akan melanggarnya pada waktu sedang tidak ada pengetatan. </p>
<p>Kita harus mengedukasi masyarakat dengan bahasa yang ‘digunakan’ oleh masyarakat. Bahasa edukasi resmi dari pemerintah kalah oleh bahasa <em>influencer</em> yang menarik. Jika <em>influencer</em>-nya ‘satu bahasa’ untuk membantu pemerintah, maka hasilnya akan baik. </p>
<p>Sekarang banyak <em>influencer</em> yang secara tidak langsung mendorong masyarakat untuk abai, misalnya “<a href="https://www.kompas.com/tren/read/2021/05/25/073000465/-hoaks-cuci-hidung-dengan-cairan-infus-nacl-agar-hasil-swab-negatif?page=all">cuci hidung, untuk mengakali hasil pemeriksaan tes swab</a>”. Ini adalah narasi yang tidak bertanggung jawab, tapi disenangi oleh masyarakat.</p>
<p><strong>Pencegahan setelah sakit.</strong> Jika orang yang sakit mengakui sakit dan waspada, maka dia akan melindungi keluarganya dari tertular sakit. Dia juga akan segera mencari pertolongan untuk mengatasi sakitnya.</p>
<p>Jika ini yang dilakukan, maka akan lebih sedikit orang-orang yang pada akhirnya harus datang ke rumah sakit dalam keadaan yang berat. Ini juga masalah edukasi masyarakat, yang perlu melibatkan para ahli komunikasi dan antropologi agar pesannya sampai dengan benar dan diterima dengan baik oleh masyarakat.</p>
<h2>Pemerintah pusat dan daerah harus lebih sering berkoordinasi</h2>
<p><strong>Irwandy, Ketua Departemen Manajemen Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin</strong></p>
<p>Agar fasilitas kesehatan tidak runtuh, rumah sakit harus memastikan bahwa ruang, tenaga kesehatan, alat kesehatan hingga logistik seperti obat-obatan, oksigen, hingga alat perlindungan diri bagi tenaga kesehatan tetap tersedia selama puncak pandemi terjadi. </p>
<p>Hal tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah baik di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten dan kota. Mereka harus berkomunikasi dan berkoordinasi dengan baik agar semua langkah dapat berjalan dengan baik.</p>
<p>Untuk daerah yang telah mencapai angka keterisian ruang isolasi rumah sakit (<em>bed occopancy rate, BOR</em>) <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210713120203-20-666958/menkes-ungkap-data-bor-rumah-sakit-covid-12-provinsi-kritis">lebih dari 85%</a>, rumah sakit harus mulai fokus untuk merawat pasien COVID-19 dan non-COVID yang betul-betul memerlukan pelayanan rumah sakit. Ini berarti alur pasien yang akan masuk ke rumah sakit harus mulai diperketat. </p>
<p>Saat ini fungsi fasilitas pelayanan kesehatan dasar seperti Puskesmas menjadi penting. Puskesmas harus dapat berperan menjadi tapisan pertama untuk mengatur alur lalu lintas pasien ke rumah sakit.</p>
<p>Mereka yang tidak perlu mendapat perawatan di rumah sakit, harus disiapkan tempat isolasi terpusat dengan menggunakan sumber daya atau fasilitas milik pemerintah, swasta hingga militer seperti wisma, hotel, asrama, hingga gedung pemerintahan.</p>
<p>Petugas perlu memutuskan bahwa pasien COVID yang tidak terlalu parah bisa melakukan isolasi mandiri di rumah, tapi Puskesmas harus memastikan apakah rumah sebagai tempat isolasi tersebut layak dan aman. </p>
<p>Rumah sakit perlu menambah pelayanan <em>telemedicine</em> dan obat-obatan, termasuk standar prosedur hingga alur transportasi ketika keadaan mereka menjadi memburuk dan membutuhkan pertolongan lebih lanjut di rumah sakit.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/164323/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Upaya yang lebih penting yang harus kita lakukan adalah pencegahan di tingkat masyarakat. Karena garda terdepan pencegahan justru masyarakat, baik sebelum atau setelah sakit COVID.Ahmad Nurhasim, Health+Science Editor, The ConversationLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1634902021-07-13T10:21:24Z2021-07-13T10:21:24ZIni penyebab varian delta begitu dominan dalam ledakan COVID-19. Mampukah vaksin melawannya?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/410082/original/file-20210707-19-dhdra7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Satu dari 42 desa di Kudus Jawa Tengah yang masuk kategori zona merah COVID-19 ditutup untuk cegah penularan virus corona varian baru, 1 Juni 2021.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://download.antarafoto.com/searchresult/dom-1622540701">ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/rwa.</a></span></figcaption></figure><p>Meningkatnya kasus positif COVID-19 di Indonesia <a href="https://covid19.go.id/peta-sebaran">dalam dua bulan terakhir</a> sangat mengkhawatirkan karena bisa meningkatkan jumlah kematian, meruntuhkan layanan kesehatan di rumah sakit, dan memperpanjang masa pandemi.</p>
<p>Jumlah kasus COVID-19 per hari dalam pekan ini telah menembus angka lebih dari <a href="https://covid19.who.int/table">40 ribu</a>, sekitar 10 kali lipat dibanding kasus <a href="https://covid19.go.id/peta-sebaran">pada awal Mei lalu</a>. Sementara itu, kekebalan kelompok masih jauh karena <a href="https://theconversation.com/6-bulan-vaksinasi-covid-19-mengapa-indonesia-terseok-seok-mencapai-target-164237">vaksinasi nasional belum tinggi cakupannya</a>. </p>
<p>Salah satu faktor yang menyebabkan lonjakan cepat jumlah kasus COVID-19 di Indonesia adalah <a href="https://nasional.kompas.com/read/2021/07/07/14503121/waspada-varian-delta-telah-mendominasi-di-indonesia-dan-bersiap-kemungkinan?page=all">dominasi varian delta SARS-CoV-2</a> yang menyebar di masyarakat.</p>
<p>Varian ini ini bukan hanya dapat meningkatkan kasus dan kematian di kalangan kelompok rentan, tapi juga vaksinasi yang baru berjalan dalam 6 bulan terakhir menghadapi tantangan serius terkait efektivitasnya melawan varian baru. </p>
<p>Kabar baiknya, sebuah riset <a href="https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2021.05.22.21257658v1.full.pdf">terbaru yang belum direview rekan sejawat tentang efektivitas vaksin</a> menyatakan <a href="https://khub.net/web/phe-national/public-library/-/document_library/v2WsRK3ZlEig/view/479607266">vaksin Pfizer dan AstraZeneca</a>, juga dipakai <a href="https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/berita-utama/20210615/1837903/vaksin-covid-19-merek-sinovac-astrazeneca-pfizer-dan-novavax-tidak-dapat-dipergunakan-untuk-vaksinasi-gotong-royong/">di Indonesia</a>, masih cukup ampuh melawan varian delta.</p>
<h2>Pengaruh varian delta terhadap penularan virus</h2>
<p>Varian delta mempunyai dua mutasi pada bagian <a href="https://www.nature.com/articles/s41401-020-0485-4#:%7E:text=The%20SARS%2DCoV%2D2%20S%20protein%20is%20highly%20conserved%20among,19%20vaccine%20and%20therapeutic%20research.">protein S SARS-CoV-2</a> yang berikatan langsung dengan reseptor manusia. Sedangkan virus varian awal dari Wuhan tidak ada mutasi pada potein S.</p>
<p>Kedua mutasi tersebut diduga <a href="https://www.ecdc.europa.eu/en/covid-19/variants-concern">menjadi penyebab varian delta</a> mempunyai daya tular sangat tinggi dan <a href="https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2021.03.07.21252647v1.full.pdf">menurunkan kadar antibodi netralisasi (kekebalan tubuh)</a> terhadap infeksi COVID-19.</p>
<p>Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) <a href="https://www.who.int/en/activities/tracking-SARS-CoV-2-variants/">pada 31 Mei 2021</a> telah menetapkan varian delta (B.1.617.2), bersama varian alpha (B.1.1.7), beta (B.1.351), dan gamma (P.1), sebagai varian yang harus diwaspadai (<em>Variant of Concern</em>, VOC). </p>
<p>Para <a href="https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/993879/Variants_of_Concern_VOC_Technical_Briefing_15.pdf">ahli memprediksi</a> daya tular varian delta 50% lebih tinggi dibandingkan varian alpha. </p>
<p>Sedangkan varian alpha mempunyai daya transmisi 70% lebih tinggi dibandingkan varian awal. Hal ini terbukti dengan peningkatan kasus di beberapa negara seperti <a href="https://www.gov.uk/government/news/confirmed-cases-of-covid-19-variants-identified-in-uk">Inggris</a>, <a href="https://www.bbc.com/news/world-asia-india-56844925">India</a>, dan <a href="https://nasional.kompas.com/read/2021/07/06/14250261/436-kasus-covid-19-varian-delta-tersebar-di-9-provinsi-di-jakarta-paling">Indonesia</a>. </p>
<p>Varian delta yang pertama kali terdeteksi di India, telah menguasai 99% virus yang bersirkulasi di <a href="https://www.gov.uk/government/news/confirmed-cases-of-covid-19-variants-identified-in-uk">Inggris pada Juli 2021</a>. Sedangkan di India, varian delta dianggap sebagai penyebab peningkatan kasus COVID-19 di negara tersebut yang mencapai 400.000 kasus per hari pada <a href="https://www.bbc.com/news/world-asia-india-56844925">Mei 2021</a>. </p>
<p>Di Indonesia, varian delta telah terdeteksi pada 615 virus dari total 2.917 virus yang dipublikasikan di <a href="https://www.gisaid.org/">bank data genome virus SARS-CoV-2 GISAID pada 12 Juli 2021.</a>. Angka ini lebih besar, dibandingkan varian yang harus diwaspadai lainnya yaitu 54 varian alpha dan 9 varian beta. </p>
<h2>Dampak varian Delta terhadap kadar antibodi</h2>
<p>Penelitian <a href="https://www.thelancet.com/pdfs/journals/lancet/PIIS0140-6736(21)01290-3.pdf"><em>in vitro</em> (di laboratorium) menunjukkan</a> varian delta menyebabkan penurunan kadar antibodi netralisasi (kekebalan tubuh) sebesar enam kali dibandingkan varian awal (<em>wild-type</em>).</p>
<p>Tubuh manusia akan membentuk antibodi netralisasi (kekebalan tubuh) baik karena terinfeksi COVID-19 secara alamiah maupun akibat vaksinasi. Menariknya penurunan kadar antibodi ini menjadi lebih signifikan pada pasien COVID-19 yang berusia lebih tua. Makin tua makin cepat waktu penurunan antibodinya.</p>
<p>Antibodi yang terbentuk setelah vaksinasi akan mengalami penurunan secara terus-menerus seiring berjalannya waktu. Namun demikian, <a href="https://www.thelancet.com/pdfs/journals/lancet/PIIS0140-6736(21)01290-3.pdf">penurunan kadar antobodi </a> ini tidak berhubungan dengan jenis kelamin dan massa indeks tubuh. </p>
<p>Artinya penurunan kadar antibodi sama levelnya antara pasien laki-laki dan perempuan, dan antara orang yang kelebihan berat badan dan tidak.</p>
<p>Pemerintah tidak menganjurkan pemeriksaan kadar antibodi setelah imunisasi atas kemauan sendiri, misalnya datang ke laboratorium secara acak, karena hanya laboratorium tertentu yang bisa memeriksa kadar antibodi secara akurat. </p>
<h2>Efektivitas vaksin terhadap varian delta</h2>
<p>Riset <a href="https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2021.05.22.21257658v1.full.pdf">terbaru <em>pre-print</em> tentang efektivitas vaksin</a> terhadap varian delta cukup menggembirakan hasilnya. </p>
<p>Dalam mencegah munculnya gejala COVID-19, efektivitas vaksin Pfizer terhadap varian delta pasca pemberian dosis pertama dan kedua sebesar 33,2% dan 87,9%. Sedangkan efektivitas vaksin Pfizer terhadap varian alpha pasca pemberian dosis 1 dan 2 mencapai 49,2% dan 93,4%. </p>
<p>Untuk efektivitas vaksin AstraZeneca terhadap varian delta pasca pemberian dosis 1 dan 2 sebesar 32,9% dan 59,8%. Sedangkan efektivitas vaksin Astra Zeneca terhadap varian alpha pasca pemberian dosis 1 dan 2 sebesar 51,4% dan 66,1%. </p>
<p>Bagaimana efektivitas vaksin dalam mencegah terjadinya gejala berat (hospitalisasi)? </p>
<p>Hasil riset ini menunjukkan baik vaksin Pfizer maupun AstraZeneca sangat efektif mencegah gejala berat terhadap varian alpha maupun delta. Efektivitas vaksin Pfizer terhadap varian delta pasca pemberian dosis 1 dan 2 mencapai 94% dan 96%. Sedangkan efektivitas vaksin Pfizer terhadap varian alpha pasca pemberian dosis 1 dan 2 sebesar 83% dan 95%.</p>
<p>Untuk <a href="https://khub.net/web/phe-national/public-library/-/document_library/v2WsRK3ZlEig/view/479607266">efektivitas vaksin AstraZeneca</a> terhadap terhadap varian delta pasca pemberian dosis 1 dan 2 mencapai 71% dan 92%. Sedangkan efektivitas vaksin Astra Zeneca terhadap varian alpha pasca pemberian dosis 1 dan 2 sebesar 76% dan 86%. </p>
<p>Vaksin <a href="https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/berita-utama/20210615/1837903/vaksin-covid-19-merek-sinovac-astrazeneca-pfizer-dan-novavax-tidak-dapat-dipergunakan-untuk-vaksinasi-gotong-royong/">AstraZeneca dan Pfizer</a> digunakan di Indonesia. </p>
<p>Sayangnya, belum ada data publikasi terkait efektivitas vaksin Sinovac, yang sejak awal dipakai di Indonesia, terhadap varian delta. Namun <a href="https://www.reuters.com/world/china/are-chinese-covid-19-shots-effective-against-delta-variant-2021-06-29">riset awal menunjukkan</a> ada penurunan kadar antibodi netralisasi Sinovac terhadap varian delta.</p>
<p>Kita masih perlukan data riset yang lebih solid dengan jumlah sampel lebih besar untuk menyimpulkan efektivitas Sinovac terhadap varian delta.</p>
<h2>Varian yang diwaspadai</h2>
<p>WHO menentukan suatu varian harus diwaspadai (<em>variant of concern</em>, VOC) karena varian virus berdampak pada penanganan COVID-19 di negara yang terdeteksi punya VOC.</p>
<p>Sebelum suatu varian ditetapkan sebagai varian diwaspadai, WHO lebih dulu melihat varian tersebut harus memenuhi kriteria varian yang diawasi (<em>variant of interest (VOI)</em>) dan mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan masyarakat global. Status varian diawasi ini penting karena jika memenuhi syarat, varian ini bisa naik kelas ke status diwaspadai.</p>
<p>Salah satu atau lebih parameter untuk VOC sebagai berikut: 1) daya penularan sangat tinggi, atau 2) menyebabkan penyakit COVID-19 menjadi lebih parah, atau 3) menyebabkan penurunan efektivitas protokol kesehatan, vaksin, terapi atau alat diagnosis. </p>
<p>Adapun suatu varian diawasi (<em>VOI</em>) jika varian tersebut mempunyai atau diduga berimplikasi pada gejala disertai <a href="https://www.who.int/en/activities/tracking-SARS-CoV-2-variants/">dengan salah satu kriteria berikut</a>: menyebabkan penularan lokal atau klaster jamak atau terdeteksi di beberapa negara; atau ditetapkan oleh WHO. </p>
<p>Terbaru, <a href="https://www.who.int/en/activities/tracking-SARS-CoV-2-variants/">pada 22 Juni lalu WHO</a> menetapkan beberapa varian yang diawasi yakni epsilon (B.1.427/B.1.429), zeta (P.2), eta (B.1.525), theta (P.3), iota (B.1.526), kappa (B.1.617.1), dan lambda (C.37).</p>
<p>Penentuan varian yang diawasi dan diwaspadai bersifat dinamis. </p>
<p>Awalnya varian B.1.617 (terdiri dari tiga garis keturunan: B.1.617.1, B.1.617.2 dan B.1.617.3), misalnya, ditetapkan WHO sebagai varian yang diwaspadai pada 11 Mei 2021. Namun, pada 31 Mei 2021 WHO hanya menetapkan B.1.617.2 (varian delta) sebagai varian yang diwaspadai karena memberikan dampak kesehatan masyarakat global paling signifikan. </p>
<p>Sedangkan B.1.617.1 (varian kappa) diturunkan statusnya menjadi varian yang diawasi karena meski penularannya meningkat, frekuensi secara global sudah mulai menurun. Varia <a href="https://www.who.int/en/activities/tracking-SARS-CoV-2-variants/">B.1.617.3 tidak ditetapkan sebagai varian yang diawasi dan diwaspadai</a> karena hanya dideteksi pada beberapa kasus COVID-19 saja.</p>
<p>Kini varian delta yang ganas sedang mengancam Indonesia. Cara mencegah penularan varian baru itu tetap sama: pemerintah dan masyarakat harus <a href="https://www.halodoc.com/artikel/mengenal-protokol-kesehatan-5m-untuk-cegah-covid-19">menerapkan protokol kesehatan</a> seperti menggunakan masker dengan ketat. </p>
<p>Pemerintah juga harus segera memperluas cakupan vaksinasi COVID-19. Sebab, orang-orang yang terinfeksi COVID dan belum divaksin bisa menjadi sumber mutasi baru.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/163490/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Gunadi menerima dana dari Kemenristek/BRIN. </span></em></p>Hasil riset ini menunjukkan baik vaksin Pfizer dan AstraZeneca sangat efektif mencegah gejala berat terhadap varian alpha maupun delta.Gunadi, Head, Genetics Working Group and Internationalisation, Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, Universitas Gadjah Mada Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1642372021-07-09T10:18:19Z2021-07-09T10:18:19Z6 bulan vaksinasi COVID-19: mengapa Indonesia terseok-seok mencapai target?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/410502/original/file-20210709-13-141g52.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Orang mendaftar vaksinasi COVID-19 di Stasiun MRT ASEAN, Jakarta, 8 Juli 2021. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://download.antarafoto.com/searchresult/dom-1625735116">ANTARA FOTO/Reno Esnir/wsj.</a></span></figcaption></figure><p>Memasuki bulan keenam vaksinasi COVID-19 di Indonesia, tampaknya pemerintah sulit mencapai target untuk menuntaskan vaksinasi <a href="https://lifestyle.bisnis.com/read/20210326/106/1373040/vaksinasi-1815-juta-penduduk-ditargetkan-tercapai-akhir-tahun?utm_source=Desktop&utm_medium=Artikel&utm_campaign=BacaJuga">pada 70 persen populasi paling cepat akhir tahun ini</a> dan paling lambat <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210209095100-20-604017/jawab-vaksinasi-10-tahun-kemenkes-yakin-15-bulan-rampung">Maret tahun depan</a>. </p>
<p>Walau program sudah <a href="https://www.reuters.com/article/us-health-coronavirus-indonesia-idUSKBN29I09U">separuh jalan dari tenggat maksimal 15 bulan</a>, penyuntikan vaksin baru mencapai <a href="https://vaksin.kemkes.go.id/#/vaccines">14% dari 363 juta dosis</a> yang ditargetkan. Dari sisi pasokan, sampai Juni, Indonesia telah menerima sekitar <a href="https://www.youtube.com/watch?v=tHT2Ee-XQyQ&list=PLmF3-lQE6A39oVdXEa2r9o0wja3yGkZxf&index=2">70 juta dosis vaksin</a>. </p>
<p>Tenggat waktu ini sesungguhnya sangat ambisius, mengingat <a href="https://theconversation.com/hanya-5-provinsi-yang-akan-mampu-selesaikan-vaksinasi-covid-19-kurang-dari-setahun-melihat-estimasi-ketersediaan-vaksinator-155656">keterbatasan jumlah dan tidak meratanya</a> penyebaran sumber daya kesehatan di negara ini. </p>
<p>Tantangan lain yang tak kalah pelik adalah <a href="https://www.reuters.com/article/us-health-coronavirus-indonesia-idUSKBN2BJ0FL">gejolak rantai pasokan vaksin global</a>. Sulit memastikan keamanan pasokan vaksin di tengah <a href="https://www.antaranews.com/berita/2108638/menkes-ungkap-perebutan-vaksin-covid-19-di-dunia-semakin-keras">perebutan vaksin COVID-19 yang makin sengit</a> antarnegara. </p>
<p>Untuk mencapai target penyuntikan, pemerintah harus mencari tambahan sumber pasokan vaksin, bahkan jika perlu di luar <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201231092258-20-588144/indonesia-borong-vaksin-dari-4-produsen-untuk-herd-immunity">empat produsen</a> yang sudah dipesan agar vaksinasi bisa berjalan sesuai rencana. </p>
<p>Vaksinasi di Indonesia berkejaran dengan kecepatan penyebaran <a href="https://www.kompas.com/tren/read/2021/06/06/184500465/virus-corona-varian-delta-menyebar-di-indonesia-ini-daftar-wilayahnya?page=all">varian baru virus corona</a> yang akhir-akhir ini makin mengkhawatirkan.</p>
<h2>Mengejar target kekebalan populasi</h2>
<p>Menghadapi darurat pandemi gelombang kedua, <a href="https://nasional.kompas.com/read/2021/06/30/16194681/jokowi-tak-ada-tawar-menawar-juli-1-juta-vaksin-per-hari-agustus-2-juta">Presiden Joko Widodo menaikkan target vaksinasi harian dua kali lipat (2 juta per hari) mulai Agustus mendatang</a> untuk menyelesaikan vaksinasi nasional pada akhir 2021. </p>
<p>Akan tetapi, sejauh ini mencapai 1 juta dosis setiap hari secara konsisten pun masih sulit buat Indonesia. Memang angka ini sudah pernah ditembus beberapa kali pada <a href="https://www.youtube.com/watch?v=VXJHR72Ip1Y&list=PLmF3-lQE6A39oVdXEa2r9o0wja3yGkZxf&index=2">akhir Juni 2021</a>, tapi biasanya diikuti dengan penurunan angka vaksinasi pada hari-hari selanjutnya.</p>
<p>Titik tertinggi angka rata-rata vaksinasi dalam siklus 7 harian pun baru 920.000 dosis saja pada <a href="https://ourworldindata.org/grapher/daily-covid-19-vaccination-doses?tab=chart&stackMode=absolute&time=earliest..latest&region=World&country=%7EIDN">awal Juli 2021</a>.</p>
<p>Dalam rapat kerja dengan Komisi Kesehatan Dewan Perwakilan Rakyat 5 Juli lalu, <a href="https://nasional.kompas.com/read/2021/07/05/19274081/menkes-prediksi-herd-immunity-dapat-tercapai-pada-november-2021">Menteri Kesehatan memperkirakan </a> jika pasokan vaksin stabil, kekebalan populasi yang sudah divaksin bisa tercapai pada November tahun ini. </p>
<p>Estimasi ini dihitung dari ketersediaan total vaksin yang akan melewati 260 juta dosis (70%x363 juta) pada Oktober yang kemudian akan digunakan pada bulan berikutnya. Namun ada sedikit kejanggalan dalam perkiraan ini.</p>
<p>Kejanggalannya ada pada penurunan ambang batas kekebalan populasi. Kekebalan populasi diasumsikan tercapai jika 70% dari seluruh populasi sudah divaksinasi atau sembuh dari COVID-19. Jadi dari 270 juta penduduk, 189 juta perlu memiliki kekebalan. </p>
<p>Karena yang sembuh setelah terjangkit baru <a href="https://kawalcovid19.id/">sekitar 2 juta orang</a>, maka ada 187 juta jiwa yang perlu divaksinasi. Artinya angka kebutuhan vaksin seharusnya 374 juta dosis. </p>
<p>Jadi target yang sekarang pun sebenarnya masih kurang 11 juta dosis dari ambang batas kekebalan populasi, apalagi jika angka ini menyusut lagi. Angka 363 juta dosis adalah batas minimal yang tidak bisa ditawar dan bahkan perlu ditingkatkan lagi.</p>
<h2>Memastikan pasokan untuk menjaga laju vaksinasi</h2>
<p>Kecepatan vaksinasi yang konsisten memerlukan pasokan vaksin yang stabil. </p>
<p>Untuk mempertahankan kecepatan vaksinasi pada angka 2 juta dosis per hari, maka perlu disiapkan 60–62 juta dosis per bulan. Itu jika penyuntikannya dilakukan setiap hari tanpa jeda.</p>
<p>Tabel di bawah menunjukkan bahwa jumlah sebesar ini baru tercapai pada Oktober. Ini artinya jika tidak ada suplai tambahan, 2 juta dosis per hari baru bisa tercapai pada bulan November. Jumlah vaksin yang disiapkan di Juli untuk penyuntikan Agustus hanya cukup untuk 1 juta dosis per hari.</p>
<iframe title="Penyuntikan 1 juta dosis vaksin COVID-19 per hari akan tercapai Agustus, 2 juta dosis November " aria-label="Split Bars" id="datawrapper-chart-N3eop" src="https://datawrapper.dwcdn.net/N3eop/2/" scrolling="no" frameborder="0" style="border: none;" width="100%" height="330"></iframe>
<p>Target 363 juta dosis pun sebenarnya masih belum termasuk <a href="https://nasional.kompas.com/read/2021/06/30/15473381/wamenkes-butuh-58-juta-dosis-vaksin-covid-19-untuk-vaksinasi-anak-12-17?page=all">58 juta dosis untuk vaksinasi anak-anak</a> yang baru saja dibuka. </p>
<p>Meski pasokan vaksin anak-anak bisa diusahakan terpisah dari pesanan yang sudah ada, fasilitas dan tenaga kesehatan pelaksananya kemungkinan besar akan tetap sama. </p>
<p>Penambahan target baru vaksinasi ini baik karena anak-anak pun perlu dilindungi dari COVID-19. Perluasan sasaran vaksinasi ini juga sekaligus menutup celah kekebalan populasi yang terlewatkan. Masalahnya, penambahan sasaran ini akan mempersulit usaha percepatan kampanye nasional ini yang telah ditetapkan sebelumnya.</p>
<h2>Perlu banyak sumber vaksin</h2>
<p>Satu hal yang perlu dicatat adalah semua perkiraan di atas didasarkan kepada asumsi bahwa importasi vaksin berjalan mulus sesuai rencana. </p>
<p>Masalahnya, di tengah produksi yang terbatas, <a href="https://www.antaranews.com/berita/2108638/menkes-ungkap-perebutan-vaksin-covid-19-di-dunia-semakin-keras">perebutan vaksin COVID-19 makin ketat</a> karena setiap negara berjuang untuk kepentingan rakyatnya masing-masing.</p>
<p>Salah satu cara mengurangi risiko gangguan pasokan adalah pemerintah perlu mencari sumber vaksin baru selain dari <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201231092258-20-588144/indonesia-borong-vaksin-dari-4-produsen-untuk-herd-immunity">empat produsen</a> yang telah dipesan. Namun, hal ini harus melalui proses penyesuaian anggaran yang akan memakan waktu. </p>
<p>Pengadaan alternatif tanpa membebani anggaran sebenarnya sudah dicoba melalui Vaksinasi Gotong Royong (VGR) yang melibatkan perusahaan swasta. Tapi <a href="https://www.youtube.com/watch?v=tHT2Ee-XQyQ&list=PLmF3-lQE6A39oVdXEa2r9o0wja3yGkZxf&index=1">implementasinya masih tersendat dan tidak termonitor secara transparan</a>. Setelah berjalan hampir dua bulan, program ini baru bisa menjangkau kurang dari <a href="https://vaksin.kadin.id/#!/kuesioner">2,5%</a> dari target <a href="https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-57160153">20 juta</a> orang.</p>
<p><a href="https://megapolitan.kompas.com/read/2021/05/19/11111651/terlalu-mahal-jadi-alasan-banyak-perusahaan-di-kota-tangerang-batal-beli?page=all">Mahalnya harga vaksin</a> kelihatannya menjadi salah satu ganjalan terbesar dalam program vaksinasi swasta ini. Salah satu solusi atas masalah ini adalah pemerintah bisa <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210617101536-25-655527/kemenkes-tetap-bedakan-vaksinasi-gotong-royong-dan-pemerintah">memperbanyak tipe vaksin</a> yang diizinkan dalam Vaksin Gotong Royong dengan kisaran harga yang bervariasi. </p>
<p>Usaha diversifikasi sumber pasokan pun masih bisa terbentur kebijakan satu pintu. </p>
<p>Saat ini semua stok vaksin pemerintah maupun swasta harus diimpor, diproduksi, dan didistribusikan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Bio Farma. Kecepatan program vaksinasi sangat tergantung dari kecepatan BUMN ini. </p>
<p>Membuka jalur-jalur pasokan baru tentu akan menambah beban kerja Bio Farma dan meningkatkan risiko gangguan terhadap rantai pasokan yang sudah ada.</p>
<p>Pemerintah perlu mempertimbangkan penambahan pintu masuk vaksin untuk mengurangi risiko kemacetan pasokan vaksin. Kementerian Kesehatan dan Kementerian BUMN bisa mempertimbangkan penugasan <a href="https://money.kompas.com/read/2020/07/13/074737926/pertamedika-ihc-ambil-alih-saham-bersyarat-7-rs-bumn-ini-skemanya?page=all">Pertamedika Indonesia Healthcare Corporation (IHC)</a> yang merupakan BUMN holding rumah sakit. Vaksin yang dibeli oleh IHC nantinya dapat langsung digunakan di jaringan rumah sakit BUMN.</p>
<p>Lebih jauh lagi, IHC bisa diarahkan untuk bekerja sama dengan rumah sakit swasta untuk pendistribusian vaksin. Kebanyakan rumah sakit di Indonesia dimiliki <a href="https://www.kemkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-profil-kesehatan.html">oleh swasta</a>. Jadi jaringan mereka adalah aset penting untuk program kesehatan berskala nasional seperti ini. </p>
<p>Inisiatif perusahaan farmasi swasta pun perlu didukung, misalnya <a href="https://ekonomi.bisnis.com/read/20200929/257/1298128/kalbe-farma-butuh-regulasi-baru-untuk-produksi-vaksin">kerja sama pengembangan vaksin COVID-19</a> antara Kalbe Farma dengan Genexine dari Korea Selatan.</p>
<p>Usaha-usaha diversifikasi pasokan perlu dilakukan untuk menghindari gangguan yang sangat mungkin terjadi lagi. Indonesia bukan satu-satunya negara di dunia yang membutuhkan vaksin COVID-19 dan sayangnya belum mampu memproduksi vaksin sendiri. </p>
<p>Jadi, setinggi apa pun targetnya, kecepatan vaksinasi akhirnya akan berpulang kepada ketersediaan pasokan vaksin secara konsisten.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/164237/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Andree Surianta tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Setinggi apa pun targetnya, kecepatan vaksinasi akhirnya akan berpulang kepada ketersediaan pasokan vaksin secara konsisten.Andree Surianta, PhD Candidate in Public Policy, Australian National UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1637302021-07-02T09:03:46Z2021-07-02T09:03:46ZKebijakan Jokowi pengetatan parsial Jawa dan Bali, bagaimana cara supaya efektif turunkan kasus COVID-19?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/409254/original/file-20210701-13-smmqna.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Suasana pusat perbelanjaan di Jakarta, 29 Juni 2021. Mulai besok hingga 20 Juli, mal ditutup untuk cegah penularan COVID-19.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://download.antarafoto.com/searchresult/dom-1624960210"> ANTARA FOTO/Galih Pradipta/hp</a></span></figcaption></figure><p><em><a href="https://metro.tempo.co/read/1462396/usai-libur-lebaran-epidemiolog-ini-prediksi-kasus-covid-19-naik-2-kali-lipat/full&view=ok">Banyak ahli</a> telah memperingatkan pemerintah akan potensi ledakan kasus jauh-jauh hari jika kebijakan pemerintah terkait pandemi lebih condong mengutamakan ekonomi ketimbang kesehatan.</em> </p>
<p><em>Kini hal itu terjadi dan mendorong Presiden Joko Widodo memutuskan untuk <a href="https://nasional.kompas.com/read/2021/07/01/11193321/jokowi-ppkm-darurat-lebih-ketat-daripada-yang-selama-ini-berlaku">memperketat pembatasan pergerakan masyarakat</a> mulai 3 hingga 20 Juli di <a href="https://www.bbc.com/news/world-asia-57647693">Pulau Jawa dan Bali</a>, guna mencegah penularan COVID-19.</em></p>
<p><em>Dalam satu setengah bulan setelah liburan panjang Idul Fitri pertengan Mei lalu, kasus COVID-19 harian di Indonesia melonjak dari angka sekitar 2.600 kasus pada 14 Mei ke angka <a href="https://covid19.go.id/peta-sebaran">hampir 25 ribu pada 1 Juli</a>. Dalam periode yang sama, angka kematian juga naik dari sekitar 100 kasus menjadi 500 kasus per hari.</em></p>
<p><em>Kami bertanya kepada peneliti kebijakan publik, epidemiolog, dan kedokteran keluarga terkait kebijakan baru tersebut.</em> </p>
<hr>
<h2>Kebijakan ini akan efektif jika partisipasi masyarakat tinggi</h2>
<p><strong>Andree Surianta, Peneliti Kebijakan Publik Australia National University</strong></p>
<p>Keputusan pemerintah untuk memperketat larangan mobilitas adalah hal yang tepat karena semakin tinggi mobilitas masyarakat, maka semakin cepat pula penyebaran virus. Negara-negara yang paling sukses memutus penularan, seperti <a href="https://www.washingtonpost.com/opinions/2021/03/15/10-reasons-australias-covid-19-success-story/">Australia</a> dan <a href="https://www.bbc.com/news/world-asia-53274085">Selandia Baru</a>, dikenal memiliki kebijakan pembatasan mobilitas yang ketat setiap kali ada klaster baru teridentifikasi. </p>
<p>Pertanyaannya di sini apakah PPKM Darurat memang benar-benar akan mengurangi mobilitas masyarakat? Kalau dilihat secara detil, sepertinya efeknya tidak merata. </p>
<p>Misalnya saja untuk kegiatan perkantoran. PPKM Darurat kelihatannya hanya memperluas ketentuan yang tadinya untuk <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210630074231-20-661113/daftar-60-daerah-zona-merah-covid-19-di-indonesia">zona merah</a> saja ke zona oranye sambil memperketat zona hijau. Jadi zona oranye dan hijau diperketat, tapi zona merah sama saja. Ini mungkin bisa mencegah zona non-merah “naik kelas”, tapi belum jelas bagaimana strategi membuat zona merah “turun kelas”. </p>
<p>Pada akhirnya, kewaspadaan masyarakat untuk membatasi kegiatannya yang sepertinya akan membantu efektifitas kebijakan PPKM.</p>
<p>Sebenarnya, menurunnya kewaspadaan adalah sumber kegagalan PPKM sebelumnya. Banyak yang salah paham mengira vaksin adalah pengganti masker, cuci tangan dan jaga jarak. Seganas apa pun variannya, kalau virus tidak masuk saluran pernapasan kita maka ia tidak bisa menginfeksi. </p>
<p>Vaksin penting untuk mengurangi keparahan tapi hanya intervensi fisik yang bisa memblokir virus. Pemerintah harus meningkatkan kampanye edukasi untuk memastikan masyarakat benar-benar memahami perubahan perilaku, dengan protokol kesehatan yang ketat, untuk menghadapi kehidupan baru di tengah pandemi. </p>
<h2>Kita butuh kebijakan pembatasan yang konsisten</h2>
<p><strong>Iqbal Elyazar, Peneliti Eijkman-Oxford Clinical Research Unit (EOCRU)</strong></p>
<p>Instruksi pemerintah untuk pembatasan kegiatan masyarakat bukan hal baru. </p>
<p>Sejak awal 2021, tepatnya 11 Januari 2021, Menteri Dalam Negeri menginstruksikan kepada seluruh gubernur di <a href="https://infocorona.baliprov.go.id/2021/01/07/instruksi-menteri-dalam-negeri-nomor-01-tahun-2021-tentang-pemberlakukan-pembatasan-kegiatan-untuk-pengendalian-penyebaran-corona-virus-disease-2019-covid-19/">Pulau Jawa dan Bali</a> untuk membatasi kegiatan di luar rumah. Kegiatan luar di rumah yang perlu dibatasi, di antaranya bekerja di kantor, kegiatan tempat ibadah, fasilitas umum, seni budaya, rumah makan, perbelanjaan dan pasar. </p>
<p>Pembatasan kegiatan terus diperpanjang setiap dua minggu, setidaknya 12 kali sampai <a href="https://covid19.go.id/p/regulasi">akhir Juni 2021</a>. Instruksi pembatasan tersebut diperluas dari tujuh provinsi di Jawa dan Bali menjadi 10, 15, 25, 30 dan akhirnya semua provinsi. Mulai awal Februari, pemerintah memperkenalkan adanya klasifikasi risiko di tingkat rukun tetangga (RT) dengan bungkus istilah Pembatasan Kegiatan Masyarakat skala Mikro. </p>
<p>Pembatasan kegiatan masyarakat seharusnya ditujukan untuk meminimalkan pergerakan penduduk infektif di luar rumah. Sayangnya, berkaca dari instruksi pembatasan sampai akhir Juni 2021, tindakan yang diambil tidak drastis. </p>
<p>Misalnya, instruksi bekerja di kantor (25%) pada awal Januari, tapi setelahnya dinaikkan menjadi 50%. Lalu diturunkan lagi jadi 25% tapi hanya untuk daerah zonasi merah. Sedangkan untuk zonasi risiko lainnya masih tetap diperbolehkan 50%. Tempat makan/makan minum di tempat umum dinaikkan dari 25% menjadi 50% kapasitas. </p>
<p>Sejak kebijakan pertama, tidak ada aturan ambang batas yang absolut tentang jumlah orang berkumpul. Selama ini hanya nilai relatif 25-50% dari kapasitas jumlah pengunjung di kegiatan di fasilitas umum, budaya, dan seni yang diatur. Akibatnya berita pelanggaran kita temukan di mana-mana. </p>
<p>Setelah semakin banyak penderita yang tidak mendapatkan ICU/IGD dan semakin banyak berita penguburan korban COVID dalam sebulan terakhir, pembatasan kegiatan masyarakat kembali dilakukan saat ini.</p>
<p>Berkaca dari data pembatasan selama 6 bulan terakhir, pergerakan orang ke tempat kerja hanya sekitar berkurang 20-35% dibandingkan sebelum pandemik. Kunjungan ke tempat perbelanjaan, tempat rekreasi dan lokasi hiburan luar rumah malah meningkat drastis mulai awal Ramadan sampai dengan akhir Lebaran Mei lalu. </p>
<p>Data <a href="https://ourworldindata.org/covid-google-mobility-trends">Google Mobilitas</a> menunjukkan bahwa waktu orang di dalam rumah selama 6 bulan ini hanya berkisar 5-10% lebih lama dibandingkan dengan sebelum pandemik. </p>
<p>Idealnya, pembatasan darurat yang diperlukan adalah menarik 100% orang ke dalam rumah dan menghabiskan waktu lebih banyak di dalam rumah selama 2-4 minggu. Menarik orang-orang yang terinfeksi ke dalam rumah perlu dilakukan untuk memutus rantai penularan di luar rumah, sekaligus memberikan kesempatan petugas kesehatan untuk melacak, mendiagnosis dan menambah fasilitas layanan perawatan. </p>
<p>Untuk orang yang kemudian terdeteksi, isolasi di dalam rumah perlu dilakukan juga dengan benar untuk antisipasi penularan dalam rumah. Konsistensi kebijakan di tingkat pusat, eksekusi di tingkat pelaksana, dan kepatuhan masyarakat adalah faktor penentu apakah pembatasan ini akan kembali efektif atau tidak.</p>
<h2>Kebijakan ini reaksioner dan terlambat</h2>
<p><strong>Trevino Pakasi, Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia</strong></p>
<p>Kebijakan pembatasan pergerakan orang yang diklaim lebih ketat itu jelas telat diterbitkan. Kebijakan ini hanya reaksi atas lonjakan kasus dalam sebulan terakhir ini. Bahkan <a href="https://nasional.kompas.com/read/2021/07/02/05534071/luhut-jujur-kita-tak-pernah-prediksi-kembali-terjadi-lonjakan-covid-19?page=all">pemerintah secara terbuka mengakui bahwa mereka tidak pernah memprediksi</a> kasus COVID akan melonjak mulai Juni ini. </p>
<p>Kebijakan ini menunjukkan bahwa langkah-langkah preventif tidak berjalan optimal sebelum kasus ini meledak. Pemerintah, dengan data-data kasus sejak Maret tahun lalu, seharusnya bisa belajar bagaimana menyusun kebijakan yang lebih mampu mencegah lonjakan kasus. Bukan kebijakan reaksioner setelah kasus meledak.</p>
<p>Secara umum, tingkat kasus positif dari total kasus yang dites juga masih tinggi. Dalam 6 bulan terakhir, dengan angka pengetesan yang fluktuatif, level kepositifan berkisar <a href="https://ourworldindata.org/grapher/positive-rate-daily-smoothed?tab=chart&region=Asia&country=%7EIDN">pada 9-33% persen</a>. Dalam satu bulan setengah terakhir, tingkat kepositifan meningkat dari sekitar 13% pada 14 Mei ke 26% pada 26 Juni. Angka ini sangat jauh dari standar maksimal 5%, seperti rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia. </p>
<p>Karena itu, selain pembatasan tersebut, pemerintah dan petugas kesehatan harus meningkatkan pelacakan dan pengetesan. Kali ini harus fokus pada pengetesan orang-orang menunjukkan gejala COVID, punya penyakit penyerta dan pernah kontak dengan orang-orang positif COVID-19. Lamanya hasil tes PCR diketahui pasien menjadi masalah serius karena akan berdampak mereka terlambat untuk mengisolasi diri atau bahkan keburu meninggal. </p>
<p>Dokter-dokter keluarga perlu meningkatkan pemantauan pada pasien positif COVID-19 yang menjalan isolasi mandiri agar mereka benar-benar membatasi gerakannya agar virus tidak makin menyebar di keluarga. Sebab, <a href="https://megapolitan.kompas.com/read/2021/06/28/22401831/capai-34-persen-klaster-keluarga-jadi-penyumbang-tertinggi-kasus-covid-19?page=all">beberapa data menunjukkan</a> sepertiga kasus disumbang dari kluster keluarga.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/163730/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Idealnya, pembatasan darurat yang diperlukan adalah menarik 100% orang ke dalam rumah dan menghabiskan waktu lebih banyak di dalam rumah selama 2-4 minggu.Ahmad Nurhasim, Health+Science Editor, The ConversationLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1568562021-06-18T07:26:28Z2021-06-18T07:26:28ZTerapi plasma konvalesen populer dalam pengobatan COVID-19, benarkah memiliki dasar yang kredibel?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/393360/original/file-20210405-23-aixw7a.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Petugas kesehatan mendata sampel darah penyintas COVID-19 saat seleksi donor plasma konvalesen di Perumda Tirta Pakuan, Kota Bogor, Jawa Barat, 13 Maret 2021.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://download.antarafoto.com/searchresult/dom-1615617901">ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/foc.</a></span></figcaption></figure><p>Penggunaan plasma konvalesen untuk pengobatan pasien COVID-19 <a href="https://koran.tempo.co/read/metro/461717/mendorong-penyintas-covid-19jadi-donor-plasma-konvalesen?">di Indonesia makin banyak</a> di tengah belum ditemukannya obat “beneran” dan lambatnya vaksinasi. </p>
<p>Walau ada sejumlah <a href="https://www.immunology.ox.ac.uk/covid-19/covid-19-immunology-literature-reviews/evidence-favouring-the-efficacy-of-convalescent-plasma-for-covid-19-therapy">riset</a> menyatakan <a href="https://jamanetwork.com/journals/jama/fullarticle/2766940">terapi itu bermanfaat</a>, tak sedikit pula <a href="https://www.blood.ca/en/plasma/covid-19-and-convalescent-plasma">peneliti</a> yang berkesimpulan <a href="https://www.bmj.com/content/bmj/371/bmj.m3939.full.pdf">terapi plasma tak ada gunanya</a>. <a href="https://www.mendeley.com/catalogue/315fa90e-2d9f-3ed8-99da-e0087f05faa0/?ref=raven&dgcid=raven_md_suggest_email&dgcid=raven_md_suggest_mie_email">Riset lainnya</a> menyatakan plasma konvalesen diduga memiliki potensi untuk mengobati pasien COVID-19 dan boleh tetap digunakan tapi dengan syarat ketat.</p>
<p>Beberapa negara di <a href="https://ec.europa.eu/commission/presscorner/detail/en/IP_21_50">Uni Eropa</a> dan <a href="https://www.fda.gov/vaccines-blood-biologics/investigational-new-drug-ind-or-device-exemption-ide-process-cber/recommendations-investigational-covid-19-convalescent-plasma">Amerika Serikat</a> telah mengizinkan penggunaan plasma konvalesen COVID-19 sebagai produk dalam pantauan khasiat obat (uji klinis) untuk pasien COVID yang kondisinya kritis. </p>
<p>Walau pertengahan Januari lalu Wakil Presiden Ma'ruf Amin mencanangkan <a href="https://covid19.go.id/p/masyarakat-umum/ayo-dukung-gerakan-nasional-donor-plasma-konvalesen">gerakan nasional donor darah konvalesen plasma</a>, penggunaan terapi ini harus ketat mengikuti <a href="https://www.who.int/publications/i/item/WHO-2019-nCoV-BloodSupply-2021-1">standar Organisasi Kesehatan Dunia</a>.</p>
<h2>Sejarah plasma konvalesen</h2>
<p><a href="https://www.wsj.com/articles/what-is-covid-19-convalescent-plasma-11598217668">Plasma konvalesen (<em>convalescent plasma</em>)</a> adalah plasma darah pasien COVID-19 yang telah sembuh dan mengandung antibodi khusus yang mampu melawan infeksi COVID-19. </p>
<p>Plasma ini <a href="https://www.jci.org/articles/view/138003">digunakan untuk obat</a> saat epidemi influenza Spanyol 1918, dan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7289739/">pandemi polio dan campak pada 1916 </a>. Plasma ini juga dipakai obat penyakit infeksi virus yang menyebabkan saluran pernapasan berat (<a href="https://www.jci.org/articles/view/138003">SARS) di Hong Kong (2003), Ebola di Afrika beberapa tahun lalu</a>. </p>
<p>Sejarah menunjukkan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4781783/">plasma konvalensen dapat diterima dengan baik</a> dalam pengobatan infeksi dan penyembuhannya seringkali cepat. </p>
<p>Sebagai contoh, penyembuhan pada <a href="https://wwwnc.cdc.gov/travel/diseases/pneumococcal-disease-streptococcus-pneumoniae#:%7E:text=Pneumococcal%20disease%20is%20caused%20by,Lungs%20(pneumonia)">pnemonococus pnemonia</a>, bakteri yang umum menyebabkan radang paru paru dan otak, lebih cepat sembuh pakai plasma konvalensen dibandingkan penisilin.</p>
<p>Namun <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7110444/">pada 1990-an terapi</a> ini pada penyakit radang paru ditinggalkan karena ditemukan antibiotik. Ada juga kekhawatiran bahwa terapi ini dapat menyebabkan penularan hepatitis B saat transfusi plasma konvalesen.</p>
<h2>Mengapa kini populer lagi</h2>
<p>Karena penyakit COVID belum ada obatnya dan angka kematian begitu tinggi, sebagian ahli medis melirik lagi terapi plasma konvalesen.</p>
<p>Para ahli medis menyebut terapi plasma konvalesen ini sebagai “<a href="https://www.jci.org/articles/view/138003">terapi antibodi pasif</a>”, karena pasien akan menerima antibodi dari plasma darah orang lain.</p>
<p>Melalui antibodi ini tubuh diharapkan dapat menghambat virus yang masuk. Semakin banyak titer atau konsentrasi larutan antibodi yang terkandung dalam konvalensen plasma, maka semakin baik penyembuhan pasien. </p>
<p>Namun, sampai saat ini belum ada kepastian <a href="https://www.papdi.or.id/pdfs/983/Buku%20Pedoman%20Tatalaksana%20COVID-19%205OP%20Edisi%203%202020.pdf">berapa dosis yang baku titer antibodi donor plasma</a> yang terbaik untuk terapi. </p>
<p>Jumlah titer plasma dan metode pemberian di berbagai negara juga bervariasi. Standar minimal titer antibodi yang dikeluarkan Palang Merah Indonesia, misalnya, <a href="https://www.pdspatklin.or.id/assets/files/pdspatklin_2021_04_18_20_55_26.pdf">lebih dari 1:160</a>.</p>
<p>Namun <a href="https://www.papdi.or.id/pdfs/983/Buku%20Pedoman%20Tatalaksana%20COVID-19%205OP%20Edisi%203%202020.pdf">Badan Pengawas Obat dan Makanan di Eropa</a> justru merekomendasikan pemberian plasma dari donor dengan titer antibodi lebih dari 1:320 dan <a href="https://www.papdi.or.id/pdfs/983/Buku%20Pedoman%20Tatalaksana%20COVID-19%205OP%20Edisi%203%202020.pdf">di Cina lebih dari 1:640</a>.</p>
<h2>Kadar efektivitas</h2>
<p>Ada beberapa studi terbaru yang menjadi dasar rekomendasi WHO per 17 Februari 2021. </p>
<p>Mereka menyebutkan bahwa <a href="https://www.bmj.com/content/bmj/371/bmj.m3939.full.pdf">bukti definitif dari keamanan dan efikasi plasma konvalesen ini masih kurang</a>.</p>
<p>Kemudian riset dari <a href="https://www.nejm.org/doi/10.1056/NEJMoa2031304">Italia </a> dan <a href="https://www.bmj.com/content/bmj/371/bmj.m3939.full.pdf">India</a> menunjukkan terapi konvalesen plasma tidak memiliki khasiat kesembuhan pada pasien COVID 19.</p>
<p>Data <a href="https://www.blood.ca/en/plasma/covid-19-and-convalescent-plasma">Palang Merah Kanada per Februari 2021 menunjukkan</a> bahwa terapi plasma konvalesen tidak menunjukkan bukti secara ilmiah tentang keefektifan terapi. Setelah itu pemerintah Kanada baru mau melanjutkan mengumpulkan donor plasma konvalesen jika ada permintaan dari Kementerian Kesehatan.</p>
<p>Demikian juga <a href="https://www.fda.gov/media/141477/download">keputusan Badan Pengawas Makanan dan Minuman (FDA) Amerika Serikat</a>. Pada 4 Februari 2021 Amerika merevisi kebijakan mereka. Di sana terapi plasma konvalesen dengan titer antibodi yang tinggi saja yang digunakan. Itu pun untuk pasien yang dirawat sakit <a href="https://www.fda.gov/media/141477/download">dengan kasus saat penyakit masih tahap awal dan pasien dengan gangguan imunitas</a> (pasien yang memiliki gangguan dalam memproduksi antibodi respons sendiri).</p>
<p>Di Amerika, titer antibodi yang rendah ternyata <a href="https://www.fda.gov/media/141477/download">tidak dapat efektif mengobati COVID-19</a>.</p>
<p>Demikian juga di Inggris. </p>
<p>Universitas Oxford yang menguji klinis penggunaan plasma konvalesen menyatakan <a href="https://www.bbc.com/news/health-55681051">penggunaan plasma tidak menurunkan angka kematian pasien yang dirawat di rumah sakit</a>. Hal ini ditunjang oleh data 1.873 kematian dari 10.400 pasien pengobatan plasma konvalesen yang tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Pada kelompok yang diobati plasma konvalesen, 18% pasien meninggal dalam 28 hari meninggal. Sama halnya dengan kelompok dengan terapi tanpa plasma konvalesen. </p>
<p>Namun demikian, ada juga <a href="https://jamanetwork.com/journals/jama/fullarticle/2766940">penelitian di Cina</a> terkait plasma konvalesen yang <a href="https://jamanetwork.com/journals/jama/fullarticle/2766940">memperkirakan dapat menyembuhkan</a> penerima plasma.</p>
<p>Penelitian di Amerika Serikat melalui <a href="https://www.immunology.ox.ac.uk/covid-19/covid-19-immunology-literature-reviews/evidence-favouring-the-efficacy-of-convalescent-plasma-for-covid-19-therapy">analisa statistik dari beberapa uji klinis</a> dari <em>database</em> yang cukup besar dan telah dilengkapi protokol pelaksanaannya menunjukkan manfaat kesembuhan pada pasien dengan terapi plasma konvalesen. </p>
<p>Namun, riset yang <a href="https://www.immunology.ox.ac.uk/covid-19/covid-19-immunology-literature-reviews/evidence-favouring-the-efficacy-of-convalescent-plasma-for-covid-19-therapy">menggunakan eksperimen ini tidak menggunakan kelompok kontrol</a>. Sehingga kita tidak bisa membandingkan perbedaan hasil antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi. </p>
<p>Sebuah studi yang melibatkan 20.000 pasien di Amerika dengan pemberian plasma konvalesen melaporkan <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0025619620306510">rendahnya efek samping dari pemberian plasma</a>. Data yang diperbarui ini memberikan bukti kuat bahwa transfusi plasma cukup aman bagi pasien yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19.</p>
<p>Dari studi-studi yang dirujuk oleh WHO cukup jelas bahwa <a href="https://www.who.int/publications/i/item/WHO-2019-nCoV-BloodSupply-2021-1">plasma konvalesen adalah terapi uji coba yang masih harus dievaluasi melalui uji klinis</a> dengan menggunakan kelompok kontrol untuk mendapatkan konfirmasi efektifitasnya, baik secara klinis maupun statistik.</p>
<h2>Rekomendasi WHO dan FDA</h2>
<p>Panduan WHO <a href="https://www.who.int/publications/i/item/WHO-2019-nCoV-BloodSupply-2021-1">edisi revisi ketiga</a> menegaskan bahwa plasma konvalesen dapat digunakan untuk obat pasien COVID sepanjang beberapa syarat dapat dipenuhi. </p>
<p>Pertama, plasma konvalesen harus disiapkan di <a href="https://www.who.int/publications/i/item/WHO-2019-nCoV-BloodSupply-2021-1">Unit Transfusi Darah (UTD) yang dapat menjamin mutu produk</a> . </p>
<p>Di Indonesia, penyedia transfusi darah adalah <a href="https://www.kompas.com/tren/read/2021/01/17/070000165/daftar-udd-pmi-yang-terima-donor-plasma-konvalesen-penyintas-covid-19?page=all">Palang Merah Indonesia (PMI)</a>. Penjaminan mutu dapat dilihat saat enam unit PMI di Pulau Jawa <a href="https://www.pom.go.id/new/view/more/berita/16408/Perkuat-Komitmen-Percepatan-Sertifikasi-CPOB-di-UTD--Badan-POM-adakan-Forum-Komunikasi-Lintas-Sektor-.html">telah mendapat sertifikasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)</a> dari Badan Pengawas Obat dan Makanan.</p>
<p>Kedua, kriteria penerimaan donor. <a href="https://www.who.int/publications/i/item/WHO-2019-nCoV-BloodSupply-2021-1">WHO menyatakan</a> pendonornya adalah pasien COVID-19 yang telah sembuh dan terkonfirmasi negatif ditunda sampai 14 hari hingga benar-benar tidak ada gejala COVID. Plasma konvalesen donor yang diambil juga terbukti mengandung titer antibodi yang tinggi. </p>
<p>Karena itu, pendonor tidak boleh didapatkan dari individu yang <a href="https://www.fda.gov/vaccines-blood-biologics/investigational-new-drug-ind-or-device-exemption-ide-process-cber/recommendations-investigational-covid-19-convalescent-plasma">menerima imunoterapi (perangsang kekebalan tubuh) COVID atau vaksin COVID</a>.</p>
<p>Ketiga, plasma konvalensen didapatkan dari laki laki. Boleh juga dari perempuan dengan syarat pendonor belum pernah hamil atau sudah dites reaksi penolakan kekebalan tubuh dengan <a href="https://www.fda.gov/vaccines-blood-biologics/investigational-new-drug-ind-or-device-exemption-ide-process-cber/recommendations-investigational-covid-19-convalescent-plasma">hasil negatif</a> sejak kehamilan terakhir. </p>
<p>Keempat, pendonor juga <a href="https://www.fda.gov/vaccines-blood-biologics/investigational-new-drug-ind-or-device-exemption-ide-process-cber/recommendations-investigational-covid-19-convalescent-plasma">wajib mengikuti uji infeksi menular lewat tranfusi darah (IMLTD)</a>.</p>
<p>Adapun kriteria penerima plasma adalah pasien COVID-19 yang memiliki <a href="https://www.papdi.or.id/pdfs/983/Buku%20Pedoman%20Tatalaksana%20COVID-19%205OP%20Edisi%203%202020.pdf">gejala berat dan kritis dan diutamakan</a> pada permulaan gejala sedini mungkin.</p>
<p>Terapi konvalesen plasma <a href="https://www.papdi.or.id/pdfs/983/Buku%20Pedoman%20Tatalaksana%20COVID-19%205OP%20Edisi%203%202020.pdf">tidak dapat diberikan</a> ketika terdapat riwayat alergi terhadap produk plasma, kehamilan, perempuan menyusui, penyakit pengumpulan darah dan gagal jantung berat dengan risiko kelebihan cairan. </p>
<p>Idealnya produksi plasma konvelesen dilakukan dengan <a href="https://www.fda.gov/vaccines-blood-biologics/investigational-new-drug-ind-or-device-exemption-ide-process-cber/recommendations-investigational-covid-19-convalescent-plasma">pemisahan plasma darah (plasmapheresis)</a> untuk menghindari kehilangan sel darah merah yang tidak diperlukan dan mendapatkan volume plasma maksimum.</p>
<p>Namun dengan pengambilan darah lengkap dalam jumlah sebanyak 450 mililiter juga <a href="https://www.fda.gov/vaccines-blood-biologics/investigational-new-drug-ind-or-device-exemption-ide-process-cber/recommendations-investigational-covid-19-convalescent-plasma">masih boleh digunakan</a>.</p>
<p>Dari uraian di atas cukup jelas bahwa penggunaan terapi plasma konvalesen harus berdasarkan pertimbangan matang dan cermat. Sebab, data-data terkait efektivitas dan keamanan plasma konvalesen umumnya masih terbatas dan sebagian masih dalam fase uji klinis.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/156856/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Boby Febri Krisdianto tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Gencarnya program pemerintah dalam donor darah konvalesen plasma perlu ditunjang dengan penelitian yang kredibel.Boby Febri Krisdianto, Nursing Lecturer, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1603862021-06-11T08:37:59Z2021-06-11T08:37:59ZIndonesia dan Thailand perlu yakinkan negara ASEAN lain dukung perjanjian pandemi global<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/405585/original/file-20210610-25-1cehhn6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pekerja migran asal Myanmar Chit Kaung, 21, terjebak selama 12 hari di kamarnya akibat pembatasan setelah ditemukan lebih dari 1000 kasus COVID-19 di asrama pekerja di Bangkok, Thailand, 22 Mei 2021.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://download.antarafoto.com/searchresult/int-1621740601">ANTARA FOTO/REUTERS/Soe Zeya Tun/AWW/djo</a></span></figcaption></figure><p>Pandemi COVID-19 telah memporak-porandakan pertahanan dan sistem kesehatan banyak negara, termasuk negara-negara maju yang sebelumnya dikenal lebih tahan terhadap serangan penyakit menular. </p>
<p>Salah satu masalahnya adalah setiap negara merespons pandemi ini dengan cara yang berbeda-beda, sesuai kapasitas, pengetahuan, dana, dan kemauan politik pemimpinnya, walau ada panduan umum dari Organisasi Kesehatan Dunia. </p>
<p>Pandemi apa pun, seperti halnya COVID-19, memiliki dampak yang telah terbukti tidak terbatas pada sejumlah negara tertentu saja. Artinya, dunia membutuhan solidaritas global, strategi global, dan juga kehadiran suatu otoritas agar perjanjian pandemi internasional dapat dipatuhi setiap anggota. </p>
<h2>Inisiatif perjanjian international</h2>
<p>Pada 30 Maret 2021, Presiden Joko Widodo dan 26 pemimpin negara lainnya <a href="https://www.who.int/news-room/commentaries/detail/op-ed---covid-19-shows-why-united-action-is-needed-for-more-robust-international-health-architecture">menyatakan setuju</a> atas rencana penyusunan suatu perjanjian baru antarnegara untuk menangani penyakit menular global.</p>
<p>Perjanjian yang disebut sebagai perjanjian pandemi internasional (<em>pandemic treaty</em>) akan mengatur bagaimana negara-negara harus bertindak dalam satu <em>framework</em> dan koordinasi global ketika terjadi suatu pandemi seperti COVID-19. </p>
<p>Usulan ini pertama kali datang dari <a href="https://www.consilium.europa.eu/en/press/press-releases/2020/11/20/remarks-by-president-charles-michel-before-the-g20-summit-2020/">Presiden Dewan Eropa Charles Michel</a> pada November 2020 dalam pertemuan negara-negara anggota G-20. </p>
<p>Pada Sidang Umum Kesehatan Dunia ke-74 pada Mei 2021 lalu, <a href="https://www.who.int/director-general/speeches/detail/director-general-s-closing-remarks-at-the-world-health-assembly---31-may-2021">dukungan atas inisiatif ini bertambah menjadi sekitar 60 negara</a>. </p>
<p>Namun demikian, 60 negara saja tentu tidak cukup. </p>
<p>Para inisiator perjanjian antarnegara ini, termasuk Uni Eropa dan Organisasi Kesehatan Dunia, perlu menjual ide ini kepada seluruh dunia, khususnya ke negara-negara ASEAN (Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara). </p>
<p>Bagi sekitar <a href="https://www.statista.com/statistics/796222/total-population-of-the-asean-countries/">650juta penduduk di kawasan ASEAN</a>, keikutsertaan seluruh negara ASEAN dalam perjanjian ini akan memberi daya ungkit pada pelaksanaan komitmen-komitmen regional ASEAN yang telah disepakati dalam <a href="https://asean.org/storage/Chairmans-Statement-on-ALM-Five-Point-Consensus-24-April-2021-FINAL-a-1.pdf">ASEAN Leaders’ Meeting bulan lalu</a>. </p>
<h2>Peranan Indonesia dan Thailand</h2>
<p>Pada usulan awal perjanjian ini, dari 10 negara ASEAN, <a href="https://www.who.int/news/item/30-03-2021-global-leaders-unite-in-urgent-call-for-international-pandemic-treaty">baru ada dukungan dari Indonesia dan Thailand yang diwakili oleh Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-o-cha</a>. </p>
<p>Setelah <a href="https://apps.who.int/gb/ebwha/pdf_files/WHA74/A74_ACONF7-en.pdf">Sidang Umum Kesehatan Dunia pada Mei 2021</a> jumlah negara ASEAN yang mendukung perjanjian ini belum bertambah. Indonesia dan Thailand perlu bekerja lebih keras untuk meyakinkan negara-negara ASEAN lainnya untuk mendukung usulan ini.</p>
<p>Indonesia dan Thailand dapat menekankan betapa kawasan Asia Tenggara sangat berkepentingan atas gagasan perjanjian antarnegara terkait pandemi ini karena dua hal: (1) posisi geografis Asia Tenggara yang rentan pandemi, dan (2) belum adanya sistem penegakan hukum yang bersifat memaksa di organisasi ASEAN.</p>
<p><strong>Posisi geografis Asia Tenggara yang rentan pandemi</strong></p>
<p>Masih besarnya tantangan terkait pengelolaan lingkungan membawa kerentanan tersendiri bagi ASEAN. Karena itu, keikutsertaan dalam perjanjian pandemi internasional dapat memberikan dorongan agar hal ini menjadi prioritas kembali. </p>
<p>Kawasan Asia Tenggara terletak di sekitar garis khatulistiwa: <a href="https://businessmirror.com.ph/2021/02/25/asean-could-be-hot-spot-for-next-pandemic-acb-head/">sebuah kawasan yang sangat potensial untuk menjadi sentra kemunculan penyakit menular baru</a> pada masa mendatang. </p>
<p>Kawasan tropis ini memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi.</p>
<p>Semakin beranekaragam hewan dan tanaman di suatu daerah, maka semakin banyak koleksi sumber penyakit/patogen (virus, bakteri, dan jamur) yang terdapat di daerah tersebut. </p>
<p>Sementara, sebanyak <a href="https://www.who.int/docs/default-source/climate-change/qa-infectiousdiseases-who.pdf?sfvrsn=3a624917_3">tiga perempat (75%) penyakit menular baru bersifat zoonosis atau berasal dari hewan dan ditularkan dari hewan ke manusia</a>. Misalnya, <a href="https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-3-540-70962-6_13">SARS</a>, <a href="https://infeksiemerging.kemkes.go.id/penyakit-virus/middle-east-respiratory-syndrome-mers">MERS</a>, virus <a href="https://katadata.co.id/ariayudhistira/infografik/602212f59ce81/ancaman-wabah-virus-nipah">Nipah</a>, <a href="http://news.unair.ac.id/2021/03/23/update-perkembangan-virus-avian-influenza-h5n1-dan-h9n5-tahun-2003-2021-di-indonesia/">flu burung</a>, <a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/ebola-virus-disease">Ebola</a>, dan <a href="https://theconversation.com/the-next-pandemic-is-already-happening-targeted-disease-surveillance-can-help-prevent-it-160429">COVID-19</a>. </p>
<p>Selain dari penyakit-penyakit tersebut, paling tidak terdapat <a href="https://www.wwf.de/fileadmin/fm-wwf/Publikationen-PDF/WWF-Report-Human-Zoonotic-Disease-Risk-in-Southeast-Asia-with-a-Focus-on-Wildlife-Markets.pdf">650.000-850.000 virus lain yang memiliki potensi zoonosis</a>. </p>
<p>Hingga sekarang, ASEAN masih belum tuntas mengatasi permasalahan perusakan lingkungan yang telah terjadi bahkan jauh sebelum COVID-19. Padahal, potensi terjadinya perpindahan sumber-sumber penyakit tersebut semakin besar dengan terjadinya perubahan ekosistem dan pola hidup hewan. </p>
<p>Perubahan tersebut terjadi, antara lain karena pembabatan hutan dan perluasan perkebunan. </p>
<p><strong>Belum adanya sistem penegakan hukum yang bersifat memaksa di ASEAN</strong></p>
<p>ASEAN belum dapat menerapkan kebijakan regional yang bersifat memaksa. Padahal satu tahun pandemi COVID-19 telah membuktikan bahwa pandemi ini tidak dapat diselesaikan secara sendiri-sendiri. </p>
<p>Maka, perjanjian pandemi pada tingkat global dapat hadir sebagai hukum yang bersifat memaksa. Jika isinya sejalan, perjanjian tersebut dapat memberi tambahan dorongan pada pelaksanaan upaya kolektif kawasan.</p>
<p>Pada 24 April 2021, ada pertemuan pemimpin-pemimpin ASEAN di Jakarta (<a href="https://asean.org/storage/Chairmans-Statement-on-ALM-Five-Point-Consensus-24-April-2021-FINAL-a-1.pdf">ASEAN Leaders’ Meeting</a>) yang menegaskan komitmen negara-negara ASEAN dalam melaksanakan beberapa kesepakatan.</p>
<ol>
<li>Pelaksanaan rencana kerja pemulihan ekonomi ASEAN yang komprehensif. </li>
<li>Penggunaan dana bersama di dalam Dana Tanggap COVID-19 ASEAN untuk menunjang penyediaan vaksin bagi penduduk ASEAN. </li>
<li>Mengamankan cadangan peralatan medis khusus ASEAN.</li>
<li>Pembentukan pusat tanggapan masalah kesehatan wilayah ASEAN.</li>
</ol>
<p>Komitmen-komitmen ini, meski terkesan sangat mengutamakan kepentingan ASEAN, menunjukkan bahwa negara-negara ASEAN telah berhasil memetakan perencanaan serta kepentingan bersama dalam mengantisipasi pandemi.</p>
<p>Sebagai sebuah ‘club’ kawasan, jaminan seperti ini dapat dengan segera memperoleh dukungan politis dari seluruh anggotanya. </p>
<p>Namun demikian, tetap tidak ada sanksi apa pun ketika ada negara yang tidak mengikutinya. Pelaksanaan komitmen-komitmen tersebut sepenuhnya mengandalkan kekuatan pemerintah, situasi politik, dan kemampuan ekonomi dalam negeri.</p>
<h2>Tantangan di ASEAN</h2>
<p>Negara maju dan berkembang, di bawah koordinasi Badan Kesehatan Dunia, pernah memiliki pengalaman menyusun perjanjian international untuk memerangi pandemi tembakau secara global. </p>
<p>Dalam konteks untuk mencegah penyakit tidak menular dan dampak non-penyakit akibat pemasaran masif rokok global, misalnya, <a href="https://fctc.who.int/who-fctc/overview">Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau (FCTC) WHO mulai diratifikasi pada 2005</a> dan kini 181 negara meratikasinya. Musuhnya sama: industri tembakau. Itu salah satu perjanjian global yang mengikat anggotanya – di Asia Pasifik hanya Indonesia yang belum meratifikasi – di bawah WHO.</p>
<p>Selain FCTC, WHO juga memiliki <a href="https://www.who.int/data/gho/data/major-themes/health-emergencies/GHO/health-emergencies">Peraturan Kesehatan Internasional (IHR) 2005</a>. Instrumen hukum internasional ini mengikat 196 negara dalam suatu perjanjian untuk tunduk dalam satu koordinasi dalam hal terjadi kedaruratan kesehatan masyarakat internasional. </p>
<p>Namun demikian, pandemi COVID-19 justru menunjukkan betapa <a href="https://gh.bmj.com/content/5/5/e002629">sulitnya menjamin koordinasi tersebut</a>, khususnya ketika negara-negara menutup perbatasan tanpa rekomendasi WHO pada awal pandemi 2020. </p>
<p><a href="https://www.asil.org/insights/volume/24/issue/16/ihr-2005-coronavirus-pandemic-need-new-instrument-overcome-fragmentation">IHR dipandang terlalu terfokus pada sektor kesehatan</a> sehingga tidak cukup komprehensif untuk menghadapi pandemi dengan skala besar dan kompleks seperti COVID-19. </p>
<p>Kini kita menghadapi pandemi penyakit menular global dan beberapa ahli memperkirakan pandemi akan lebih sering terjadi karena makin rusaknya habitat hewan, lingkungan, dan pemanasan global. </p>
<p>Usulan perjanjian pandemi internasional <a href="https://www.who.int/governance/eb/who_constitution_en.pdf">membutuhkan dukungan dari dua pertiga negara anggota WHO</a> (130 dari 194 negara anggota).</p>
<p>Keputusan atas kelanjutan usulan perjanjian ini akan diambil pada Sesi Khusus Sidang Umum Kesehatan Dunia <a href="https://apps.who.int/gb/ebwha/pdf_files/WHA74/A74_ACONF7-en.pdf">pada November 2021 mendatang</a>. Melihat besarnya dampak COVID-19, sebagian besar negara di dunia tampaknya akan melirik perjanjian ini sebagai salah satu solusi untuk keluar dari pandemi.</p>
<p>Akan tetapi, konteks ASEAN menunjukkan arah sebaliknya. Terkait FCTC, misalnya, <a href="https://www.antaranews.com/berita/1787225/nafsiah-mboi-malu-indonesia-tidak-tanda-tangani-fctc">hanya Indonesia di Asia yang belum meratifikasi</a>. </p>
<p>Budaya organisasi ASEAN adalah budaya <a href="https://asean.org/the-asean-declaration-bangkok-declaration-bangkok-8-august-1967/">tidak campur tangan urusan dalam negeri</a>. Sebagai contoh, budaya non-interferensi ini juga sangat terlihat dalam hal penanganan peredaran narkotik ilegal di wilayah ASEAN. </p>
<p>ASEAN tidak dapat bertindak jauh meski terdapat indikasi pelanggaran hak asasi manusia dalam <a href="https://theconversation.com/asean-goal-to-eradicate-drugs-in-the-region-leads-to-disregard-for-human-life-63071">kebijakan anti-narkotika dalam negara anggota</a>. </p>
<p>Meski terdapat temuan bahwa kebijakan anti-narkotik Filipina telah memakan banyak korban jiwa, <a href="https://cnnphilippines.com/news/2017/04/29/Duterte-ASEAN-speech-non-interference.html">Presiden Filipina Rodrigo Duterte</a> tetap menekankan bahwa pihak luar harus menghormati kebijakan dalam negeri.</p>
<h2>Perjanjian global itu penting</h2>
<p>Hadirnya ide perjanjian pandemi internasional saja tentunya tidak otomatis menjamin dunia akan terbebas dari dampak pandemi-pandemi pada masa mendatang. </p>
<p>Ide tersebut perlu diterima dan dilaksanakan secara bersama-sama.</p>
<p>Setelah usainya Sidang Umum Kesehatan Dunia ke-74 pada Mei lalu, Organisasi Kesehatan Dunia juga <a href="https://www.reuters.com/business/healthcare-pharmaceuticals/pandemic-treaty-could-be-advanced-by-may-who-assembly-whos-tedros-2021-03-30/">masih harus mengampanyekan ide ini</a> pada pertemuan-pertemuan politik dunia. </p>
<p>Negara-negara Uni Eropa telah menunjukkan kekompakannya dalam mendukung ide perjanjian global ini. Di Asia Tenggara, ASEAN masih perlu lebih gencar menyuarakan bahwa pesan solidaritas saja tidak cukup. </p>
<p>Indonesia dan Thailand, khususnya, memiliki tanggung jawab dan posisi strategis dalam mendorong kedelapan negara ASEAN lainnya untuk ikut mendukung usulan tersebut. </p>
<p>Kedua negara ini perlu membawa urgensi perjanjian global ini dalam pertemuan-pertemuan di tingkat ASEAN maupun pada forum-forum bilateral. Pada tahap negosiasi global inilah ASEAN berpeluang untuk mengintegrasikan tujuan-tujuan penanggulangan pandemi di tingkat regional ke dalam naskah perjanjian global tersebut.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/160386/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Siradj Okta terafiliasi dengan Yayasan Spiritia. Ia menerima dana dari Fulbright, American Indonesian Cultural & Educational Foundation (AICEF), dan Thomas W. & Mary C. Gething Award. </span></em></p>Semakin beranekaragam hewan dan tanaman di suatu daerah, maka semakin banyak koleksi sumber penyakit/patogen (virus, bakteri, dan jamur) yang terdapat di daerah tersebut.Siradj Okta, Lecturer in Law, Executive Director of Atma Jaya Institute of Public Policy, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1564002021-04-28T03:11:57Z2021-04-28T03:11:57ZBagaimana cara sabun dan hand sanitizer bisa membunuh virus corona di tangan Anda?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/397306/original/file-20210427-17-1lybiab.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Siswa mencuci tangan saat akan masuk area sekolah dalam pembelajaran tatap muka di SMP Negeri Hindu 2 Sukawati, Gianyar, Bali, 23 Maret 2021.</span> </figcaption></figure><p>Hampir satu setengah tahun pandemi COVID-19 belum terkendali baik di level global maupun Indonesia. </p>
<p>Walau baru-baru ini data resmi pemerintah Indonesia <a href="https://covid19.go.id/peta-sebaran">menunjukkan ada tren penurunan kasus harian COVID-19</a>, penyebaran virus corona masih tetap mengkhawatirkan. </p>
<p>Menjaga kebersihan, memakai masker, dan menjaga jarak fisik merupakan cara terbaik yang bisa dilakukan tiap orang untuk melindungi diri dan orang di sekitarnya dari <a href="https://www.thelancet.com/action/showPdf?pii=S0140-6736%2820%2931142-9">serangan virus corona</a>.</p>
<p>Sebuah <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7246051/">riset terbaru menyatakan</a> sabun cair yang mengandung asam salisilat dan sabun batangan yang mengandung <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/3855184/">para-kloro-meta-xylenol</a> dapat membunuh virus corona dalam 1 menit.</p>
<p>Mencuci tangan dengan sabun cair atau padat merupakan salah satu cara terbaik untuk mencegah tangan kita menjadi medium penyebaran virus. Karena ukuran virus sangat kecil dan banyak orang terinfeksi tanpa menunjukkan gejala, kita tidak pernah tahu virus dengan pasti di mana dan kapan virus menyebar.</p>
<p>Satu hal yang pasti bahwa virus bisa menyebar saat orang terinfeksi sedang batuk, bersin, berbicara atau tangannya memegang benda-benda. </p>
<p>Masalahnya, kadang-kadang di tempat umum tidak selalu tersedia sabun dan air sehingga hanya bisa menggunakan <em>hand sanitizer</em>. <em>Hand sanitizer</em> berbahan dasar alkohol dan sabun mampu membunuh virus yang menempel di tangan.</p>
<p>Bagaimana cara kerja sabun dan <em>hand sanitizer</em> menaklukkan virus corona?</p>
<h2>Cara kerja sabun melawan virus corona</h2>
<p>Sabun dan air bekerja menghilangkan semua jenis kuman dari tangan, bahkan dapat membunuhnya. </p>
<p>Sabun merupakan zat yang mengandung dua gugus: gugus hidrofilik (bagian kepala molekul sabun) dan gugus hidrofobik (bagian ekor molekul sabun).</p>
<p>Gugus hidrofilik merupakan bagian yang dapat berinteraksi dengan air. Sedangkan gugus hidrofobik akan berinteraksi <a href="https://www.qub.ac.uk/coronavirus/analysis-commentary/how-soap-kills-covid-19-virus/">dengan lemak (lipid)</a>. </p>
<p>Dengan komposisi seperti itu, sabun dapat merusak struktur luar virus yang berupa protein dan lipid (lemak). Mekanisme kerja sabun melawan virus corona dapat dijelaskan sebagai berikut.</p>
<p>Saat kita mencuci tangan dengan sabun dan air, ekor molekul sabun mulai mencari area yang tidak ada air dan mulai mengelilingi partikel virus. </p>
<p>Saat mereka terus bergerak, ekornya dapat menancap di lapisan luar virus, mencoba untuk sampai ke bagian tengah, yang tidak ada air. Efek ini mirip dengan meletuskan balon dengan peniti. </p>
<p>Saat molekul sabun menembus ke dalam lapisan virus, sabun akan membelah virus, melepaskan isinya ke dalam air sabun di sekitarnya. Dampaknya, partikel virus ikut tersapu oleh air.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/-LKVUarhtvE?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Proses sabun membunuh virus corona.</span></figcaption>
</figure>
<p>Sabun akan efektif melawan virus corona jika kita <a href="https://www.unicef.org/press-releases/fact-sheet-handwashing-soap-critical-fight-against-coronavirus-out-reach-billions">mencuci tangan dengan benar</a>. <a href="https://www.unicef.org/press-releases/fact-sheet-handwashing-soap-critical-fight-against-coronavirus-out-reach-billions">United Nations Children’s Fund (UNICEF)</a> memberikan panduan yang mudah kita praktikkan:</p>
<ol>
<li>Basahi tangan dengan air yang mengalir</li>
<li>Oleskan sabun secukupnya untuk menutupi tangan yang basah</li>
<li>Gosok bagian tangan di bagian punggung tangan, sela-sela jari, celah kuku, dan juga telapak tangan selama 20 detik</li>
<li>Bilas dengan air mengalir secara bersih</li>
<li>Keringkan tangan dengan memakai kain bersih atau handuk bersih.</li>
</ol>
<p>Sabun dan air lebih efektif daripada <em>hand sanitizer</em> dalam menghilangkan jenis kuman tertentu seperti norovirus (virus yang dapat menyebabkan peradangan akut pada lambung dan usus), Cryptosporidium (parasit yang hidup di sistem pencernaan manusia dan hewan), dan Clostridioides difficile (patogen usus penyebab diare), serta bahan kimia.</p>
<p>Penggunaan air dan sabun lebih tepat untuk membersihkan tangan yang kotor atau berminyak seperti setelah makan, berkebun, atau melakukan kegiatan lain. </p>
<p>Mencuci tangan menggunakan sabun dengan air mengalir dapat mengurangi jumlah semua jenis kuman, pestisida, dan logam di tangan.</p>
<h2>Penggunaan hand sanitizer</h2>
<p><em>Hand sanitizer</em> bekerja dengan cara membunuh kuman tertentu di tangan.</p>
<p>Namun <em>hand sanitizer</em> tidak selalu dapat menggantikan peran air dan sabun dalam membunuh kuman di tangan. Misalnya, hand sanitizer tidak dapat menghilangkan bahan kimia berbahaya, seperti logam berat dan pestisida. </p>
<p><a href="https://www.who.int/gpsc/5may/Guide_to_Local_Production.pdf">Organisasi Kesehatan Dunia merekomendasikan</a> penggunaan <em>hand sanitizer</em> untuk menghilangkan virus corona jika tidak ada sabun. <em>Hand sanitizer</em> biasanya mengandung etanol, isopropanol, n-propanol atau kombinasi dari ketiga jenis alkohol.</p>
<p>Semua <em>hand sanitizer</em> efektif melawan virus yang terlapisi lipid seperti virus corona jika kandungan alkoholnya mencapai 62%-96%. Kandungan ini dapat dilihat di label kemasan produknya. Rata-rata produk <em>hand sanitizer</em> di pasaran saat ini mengandung alkohol sebanyak itu.</p>
<p>Dengan kandungan alkohol setinggi ini, <em>hand sanitizer</em> <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7246736/pdf/ijerph-17-03326.pdf">dapat mengubah sifat protein mikroba dan mampu melumpuhkan virus</a>. </p>
<p>Hal yang perlu diwaspadai adalah alkohol pada <em>hand sanitizer</em> bersifat mudah terbakar dan mudah menguap.</p>
<p>Pada awal Mei 2020, <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32623176/">American Association of Poison Control Center</a> melaporkan ada 9.504 kasus paparan alkohol-bahan dasar <em>hand sanitizer</em>-pada anak-anak di bawah usia 12 tahun. Dari kasus ini, sejumlah kecil alkohol dapat menyebabkan keracunan alkohol pada anak-anak yang menyebabkan kebingungan, muntah dan kantuk, serta henti napas dan kematian. </p>
<p>Penggunaan <em>hand sanitizer</em> yang tidak tepat dapat <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32623176/">menimbulkan bahaya baik pemakaian maupun penyimpanannya</a>. </p>
<p><em>Hand sanizer</em> berbahaya jika diminum atau terminum. Misalnya, <a href="https://edition.cnn.com/2020/06/27/us/new-mexico-hand-sanitizer-deaths-trnd/index.html">Juni tahun lalu <em>CNN</em></a> memberitakan tiga orang tewas dan satu orang mengalami kebutaan karena keracunan methanol setelah minum <em>hand sanitizer</em> di New Mexico AS. </p>
<p>Jadi kuncinya adalah mengetahui kapan Anda harus membersihkan tangan dan metode mana yang digunakan. Itulah yang akan memberi Anda kesempatan terbaik untuk mencegah penyakit karena virus.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/156400/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Dian Wuri Astuti tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Sabun dan air bekerja menghilangkan semua jenis kuman dari tangan, bahkan dapat membunuhnya.Dian Wuri Astuti, Lecturer Chemistry, STIKES Guna BangsaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1565732021-03-19T08:27:22Z2021-03-19T08:27:22ZApakah vaksinasi 180 juta penduduk Indonesia cukup untuk membuat masyarakat kebal COVID-19?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/390015/original/file-20210317-15-10equkx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pemuka agama antre mengikuti vaksinasi COVID-19 massal di Gedung Dharma Negara Alaya, Denpasar, Bali, 16 Maret 2021.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://download.antarafoto.com/searchresult/dom-1615880101">ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/rwa.</a></span></figcaption></figure><p>Target pemerintah Indonesia untuk memberi vaksin COVID-19 pada 180 juta warga negara (66,7% penduduk) berpotensi belum cukup untuk menciptakan kekebalan masyarakat atau <em>herd immunity</em>. </p>
<p>Kekebalan masyarakat atau <em>herd immunity</em> adalah kondisi ketika cukup banyak populasi kebal terhadap penyakit menular sehingga mereka dapat memberikan perlindungan pada semua penduduk termasuk yang belum kebal atau mereka yang <a href="https://doi.org/10.1016/j.cub.2021.01.006">tidak dapat membentuk kekebalan terhadap penyakit tersebut</a>.</p>
<p>Penentuan angka cakupan vaksinasi seharusnya didasarkan pada jenis vaksin yang digunakan, efikasi dari vaksin tersebut, serta varian galur virus yang dominan di daerah tersebut. </p>
<p>Hingga saat ini, terdapat setidaknya 3 jenis varian virus penyebab COVID-19, yang menimbulkan keresahan para ahli kesehatan dunia. </p>
<p><a href="https://doi.org/10.1101/2021.01.16.21249946">Varian B.1.1.7 yang ditemukan pertama di Inggris</a>, <a href="https://doi.org/10.1101/2021.01.16.21249946">telah terbukti lebih menular</a> dan menyebabkan angka kematian <a href="https://www.nature.com/articles/s41586-021-03426-1?s=08">55% lebih tinggi</a>.</p>
<p>Varian <a href="https://theconversation.com/what-you-need-to-know-about-the-new-covid-19-variants-153366">B.1.351 yang terdeteksi pertama kali</a> di Afrika Selatan memiliki potensi penularan antarindividu 30-80% <a href="https://theconversation.com/what-you-need-to-know-about-the-new-covid-19-variants-153366">lebih tinggi dibandingkan dengan galur murni.</a></p>
<p>Varian <a href="https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(21)00183-5/fulltext">P.1 yang diidentifikasi di Brasil</a>, terbukti <a href="https://github.com/CADDE-CENTRE/Novel-SARS-CoV-2-P1-Lineage-in-Brazil/blob/main/manuscript/FINAL_P1_MANUSCRIPT_25-02-2021_combined.pdf">1.4–2.2 kali lebih menular</a> dibandingkan dengan galur murni, </p>
<p>Semakin menular suatu infeksi dan semakin rendahnya efikasi vaksin, maka semakin tinggi cakupan vaksinasi yang dibutuhkan untuk mencapai kekebalan masyarakat. </p>
<p>Melihat perkembangan mutasi virus dan penyebarannya, maka untuk memastikan terwujudnya <em>herd immunity</em>, penentuan cakupan vaksin pada masyarakat seharusnya disesuaikan dengan varian virus yang dominan menyebar di masyarakat. </p>
<h2>Pemerintah perlu meningkatkan cakupan vaksinasi</h2>
<p><a href="https://doi.org/10.1101/2021.01.16.21249946">Dalam sebuah studi pemodelan</a>, diketahui untuk dapat mencapai kekebalan masyarakat dibutuhkan setidaknya vaksinasi pada 69% populasi (dengan pemberian vaksin produksi Pfizer <a href="https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMoa2034577">efikasi 94,8%</a>) atau 93% populasi (dengan pemberian vaksin produksi Oxford-AstraZeneca <a href="https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(20)32661-1/fulltext">efikasi 70,4%</a>).</p>
<p><a href="https://doi.org/10.1101/2020.12.15.20248278">Penelitian lain menunjukkan</a> bahwa dengan efikasi vaksin 90%, kekebalan masyarakat dapat dicapai dengan memvaksinasi 66% populasi. Namun, vaksin dengan efikasi kurang dari 70% tidak dapat mencapai kekebalan masyarakat dan dapat mengakibatkan terjadinya wabah yang berkelanjutan.</p>
<p>Hasil penelitian-penelitian ini dijadikan dasar pengambilan kebijakan cakupan vaksinasi di Australia. <a href="https://www.abc.net.au/news/2021-02-22/australia-begins-rollout-of-pfizer-covid-19-vaccinations/13167986">Di negeri Kanguru</a> cakupan vaksinasi bukan suatu angka yang mutlak.</p>
<p>Dari hasil penelitian yang tergambar pada Tabel 1, dengan efikasi vaksin buatan Sinovac hanya 65,3%, setidaknya 70% warga Indonesia harus divaksin (mempertimbangkan jumlah populasi yang belum bisa divaksin seperti anak-anak).</p>
<p>Perhitungan tersebut harus dilakukan ulang apabila jenis vaksin yang diberikan berbeda dan atau varian virus jenis lain menjadi dominan di Indonesia.</p>
<p>Tabel 1. <a href="https://doi.org/10.1101/2020.12.15.20248278">Cakupan vaksin </a> yang diperlukan untuk membentuk kekebalan kelompok berdasarkan efikasi vaksin </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/387968/original/file-20210305-19-1qdzbt2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/387968/original/file-20210305-19-1qdzbt2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=153&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/387968/original/file-20210305-19-1qdzbt2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=153&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/387968/original/file-20210305-19-1qdzbt2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=153&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/387968/original/file-20210305-19-1qdzbt2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=192&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/387968/original/file-20210305-19-1qdzbt2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=192&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/387968/original/file-20210305-19-1qdzbt2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=192&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Varian baru SARS-CoV 2 dan implikasinya pada perkembangan vaksin</h2>
<p>Keberadaan tiga varian baru virus COVID-19 merupakan peringatan bagi dunia, termasuk Indonesia, untuk segera mempercepat pelaksanaan vaksinasi. </p>
<p>Sebanyak <a href="https://cov-lineages.org/global_report_B.1.1.7.html">94 negara</a> telah melaporkan keberadaan varian B.1.1.7, <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210304084013-20-613492/fakta-fakta-varian-baru-corona-masuk-ke-indonesia">termasuk Indonesia</a>. </p>
<p><a href="https://doi.org/10.1101/2021.01.16.21249946">Sebuah riset</a> menunjukkan bahwa setidaknya dibutuhkan 82% populasi tervaksinasi untuk mengendalikan penyebaran varian B.1.1.7, dengan pemberian vaksin produksi Pfizer. </p>
<p>Selain itu, sebuah riset terbaru <a href="https://science.sciencemag.org/content/371/6528/448">berbasis laboratorium</a> berkesimpulan bahwa antibodi yang tercipta dari vaksinasi Moderna kelihatan sedikit kurang ampuh dalam membendung varian baru B.1.351. Pabrik pengembang vaksin Moderna tengah menyiapkan produksi <em>booster</em>(penguat) untuk mengatasi kurang ampuhnya vaksin dalam melawan varian baru B.1.351.</p>
<p><a href="https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=3793486">Riset lainnya yang lebih baru lagi (belum ditelaah rekan sejawat)</a> menyatakan varian P.1 dapat lolos dari kekebalan yang dipicu oleh vaksin buatan Sinovac, vaksin yang kini juga dipakai di Indonesia. </p>
<p>Sinovac belum menanggapi permintaan komentar terkait hal ini.</p>
<p>Sementara itu, pemberian vaksin produksi Oxford-Astra Zeneca <a href="https://doi.org/10.1101/2021.01.16.21249946">tidak dapat mencapai kekebalan masyarakat</a> pada populasi yang dominan varian B.1.1.7. </p>
<h2>Peran masyarakat untuk cegah penularan varian baru</h2>
<p>Penularan yang tidak terkendali (akibat gagalnya upaya mitigasi seperti tes, pelacakan, dan isolasi, dan tingginya mobilitas manusia) turut membantu virus ini bermutasi dengan lebih cepat. </p>
<p>Varian baru menyebar dengan cara yang sama dengan galur aslinya, yaitu melalui kontak dekat antarmanusia, terutama di lingkungan yang ramai dan atau berventilasi buruk. </p>
<p>Oleh karena itu, langkah-langkah yang telah terbukti dapat mencegah penularan virus SARS-CoV-2 harus semakin diperkuat. Individu harus memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta membatasi mobilisasi dan interaksi (5M). Sedangkan pemerintah harus meningkatkan upaya <em>test, tracing, dan treatment</em> (3T).</p>
<p>Selain itu, pemerintah juga perlu memperluas dan menambah surveilans genomik dengan cepat dalam upaya mendeteksi mutasi-mutasi jenis baru pada masa depan. </p>
<p>Jangan sampai kecepatan virus bermutasi lebih tinggi daripada kecepatan penanganan pandemi ini.</p>
<p>Selain itu, salah satu variabel penting dalam kesuksesan cakupan vaksinasi COVID-19 adalah penerimaan masyarakat terhadap vaksinasi. </p>
<p>Makin banyak masyarakat yang bersedia divaksin, makin besar cakupannya.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/156573/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Keberadaan tiga varian baru virus ini merupakan peringatan bagi dunia untuk segera mempercepat pelaksanaan vaksinasi.Melani Ratih Mahanani, PhD Researcher in Epidemiology, Heidelberg Institute of Global Health, Germany, University of HeidelbergPandu Riono, Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas IndonesiaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1565742021-03-09T09:33:48Z2021-03-09T09:33:48Z5 hal penting terkait pengaruh virus corona varian baru dari Inggris masuk Indonesia<p>Tepat satu tahun pandemi COVID-19 di Indonesia, <a href="https://www.kompas.com/tren/read/2021/03/02/131116365/mutasi-virus-corona-b117-sudah-masuk-indonesia-ini-informasi-lengkapnya?page=all">pemerintah mengumumkan bahwa varian virus corona dari Inggris (B.1.1.7)</a> telah terdeteksi di Indonesia pada 2 Maret 2021. </p>
<p>Varian ini pertama kali ditemukan di Inggris pada September 2020. Jumlahnya kemudian meningkat secara tajam pada akhir Desember, sehingga menjadi perhatian <a href="https://www.ecdc.europa.eu/sites/default/files/documents/SARS-CoV-2-variant-multiple-spike-protein-mutations-United-Kingdom.pdf">para peneliti di Inggris dan dunia</a>.</p>
<p>Pada awal Maret ini, varian tersebut telah ditemukan di 101 negara.</p>
<p>Sampai awal bulan ini, menurut data mutakhir di <a href="https://www.gisaid.org/">platform penyimpan data genom virus, GISAID,</a>, varian Inggris ini telah ditemukan pada 19% kasus COVID-19 global setelah peneliti mengurutkan <a href="https://www.gisaid.org/">gen virus corona</a>.</p>
<p>Varian ini terdiri dari <a href="https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/961299/Variants_of_Concern_VOC_Technical_Briefing_6_England-1.pdf">sekumpulan mutasi, antara lain, mutasi pada protein S</a> (N501Y, A570D, P681H, T716I, S982A, D1118H). Dari mutasi-mutasi tersebut, ada satu mutasi yang dianggap paling berpengaruh yaitu mutasi N501Y.</p>
<p>Hal ini karena mutasi N501Y terletak pada Receptor Binding Domain (RBD) protein S. RBD merupakan bagian protein S yang berikatan langsung dengan reseptor untuk menginfeksi sel inang (manusia).</p>
<p>Mutasi virus merupakan hal yang biasa. Mutasi B.1.1.7 menjadi istimewa karena diduga mempunyai daya tular (transmisi) <a href="https://www.ecdc.europa.eu/en/publications-data/threat-assessment-brief-rapid-increase-sars-cov-2-variant-united-kingdom">antarmanusia sampai 70%</a>.</p>
<p>Berikut ini 5 hal terkait virus varian baru dari Inggris tersebut, pengaruh dan dampaknya terhadap pengendalian penyakit COVID-19 di Indonesia. </p>
<h2>1. Pengaruh varian baru terhadap penularan</h2>
<p>Varian baru dari Inggris ini diduga mempunyai daya penularan <a href="https://www.ecdc.europa.eu/en/publications-data/threat-assessment-brief-rapid-increase-sars-cov-2-variant-united-kingdom">antarmanusia mencapai 70%</a> dibandingkan dengan virus corona tanpa varian tersebut. </p>
<p>Dengan peningkatan penularan, maka akan meningkatkan penyebaran virus corona dengan varian ini menjadi lebih cepat. </p>
<p>Pemerintah dan masyarakat perlu melakukan tindakan-tindakan pencegahan yang memadai, misalnya membatasi mobilitas yang tidak perlu dan melacak kontak yang tepat dan cepat, khususnya warga negara dari perjalanan luar negeri.</p>
<h2>2. Dampak terhadap derajat keparahan penyakit COVID-19</h2>
<p>Pada Desember 2020, <a href="https://www.ecdc.europa.eu/en/publications-data/threat-assessment-brief-rapid-increase-sars-cov-2-variant-united-kingdom">riset awal di Inggris menunjukkan tidak ada hubungan antara varian baru ini dan derajat keparahan pasien COVID-19</a>.</p>
<p>Namun <a href="https://www.bmj.com/content/372/bmj.n579">riset terakhir di Inggris</a> menunjukkan bahwa kemungkinan varian ini mempunyai dampak terhadap derajat <a href="https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/961037/NERVTAG_note_on_B.1.1.7_severity_for_SAGE_77__1_.pdf">keparahan pasien COVID-19</a>. Artinya pasien dengan varian Inggris ini mempunyai risiko lebih berat gejalanya. </p>
<p>Karena itu, kita perlu riset lebih lanjut untuk mengkonfirmasi hasil penelitian di atas.</p>
<h2>3. Pengaruh terhadap diagnosis tes swab PCR</h2>
<p>Mutasi pada protein S dalam varian Inggris bisa mempengaruhi hasil tes swab PCR jika tes PCR tersebut menggunakan gen S. Prinsip tes PCR adalah mendeteksi gen pada genome SARS-CoV-2, antara lain gen S, N, M atau E. </p>
<p>Untungnya, sebagian besar tes PCR termasuk di Indonesia tidak menggunakan gen S untuk deteksi COVID-19, tapi menggunakan kombinasi gen N, M dan E. </p>
<p>Jadi, tes PCR saat ini, termasuk alat tes di Indonesia, masih bisa mendeteksi virus corona dengan varian Inggris.</p>
<p>Sampai 9 Maret 2021, Indonesia telah mempublikasi data pengurunan gen virus corona ke GISAID sebanyak 516 sampel. Baru ditemukan enam virus yang mengandung varian Inggris. </p>
<h2>4. Varian Inggris apakah berpengaruh terhadap perkembangan vaksin?</h2>
<p>Berdasarkan riset yang ada, varian Inggris tidak mempengaruhi secara signifikan efikasi (keampuhan) vaksin corona yang telah diberikan ke puluhan juta orang, seperti vaksin dari <a href="https://science.sciencemag.org/content/early/2021/01/28/science.abg6105">Pfizer</a>, <a href="https://investors.modernatx.com/news-releases/news-release-details/moderna-covid-19-vaccine-retains-neutralizing-activity-against">Moderna</a> dan <a href="https://www.bbc.com/news/health-55951920">AstraZeneca</a>. </p>
<p>Demikian juga, varian Inggris ini tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap efikasi (keampuhan) <a href="https://www.reuters.com/article/us-health-coronavirus-brazil-idUSKBN2AH2H0">Sinovac</a>, vaksin yang kini diberikan kepada penduduk Indonesia. </p>
<h2>5. Varian lain yang perlu perhatian khusus</h2>
<p>Selain varian dari Inggris, kini telah ada dan menyebar juga beberapa varian lainnya.</p>
<p><strong>Varian Afrika Selatan</strong></p>
<p>Varian ini dikenal dengan nama 501Y.V2 atau B.1.351. Varian ini diduga mempunyai daya transmisi 1,5 kali lebih tinggi dibandingkan virus tanpa varian ini.</p>
<p>Varian ini menjadi perhatian peneliti karena mengandung tiga mutasi pada RBD yaitu: <a href="https://www.cogconsortium.uk/wp-content/uploads/2021/02/Report-2_COG-UK_SARS-CoV-2-Mutations.pdf">K417N, E484K dan N501Y</a>. </p>
<p>Varian ini telah dideteksi di 51 negara, namun belum ditemukan di Indonesia. </p>
<p>Varian kombinasi E484K dan N501Y meningkatkan ikatan virus corona dengan sel inang (manusia). Varian ini menunjukkan pengaruh yang berbeda-beda terhadap keampuhan vaksin yang ada. </p>
<p>Sampai saat ini belum ada bukti varian ini berhubungan dengan derajat keparahan pasien COVID-19. </p>
<p><strong>Varian Brasil</strong></p>
<p>Varian ini diberi nama B.1.1.28.1 atau P.1 dan telah ditemukan di 30 negara, namun belum ditemukan di Indonesia. </p>
<p>Varian ini juga menjadi perhatian peneliti karena mengandung <a href="https://www.cogconsortium.uk/wp-content/uploads/2021/02/Report-2_COG-UK_SARS-CoV-2-Mutations.pdf">tiga mutasi pada RBD</a>: E484K, K417T dan N501Y. Belum ada bukti varian ini meningkatkan penularan virusnya. </p>
<p>Dibanding varian Inggris dan Afrika Selatan, informasi terkait pengaruh varian Brasil ini masih sedikit sekali.</p>
<p><strong>Varian California</strong></p>
<p>Varian ini dikenal dengan nama B.1.427/B.1.429 atau 452R.V1. Varian ini menarik perhatian peneliti karena ada peningkatan jumlah dari 0% pada September 2020 menjadi <a href="https://www.sciencemag.org/news/2021/02/coronavirus-strain-first-identified-california-may-be-more-infectious-and-cause-more">lebih dari 50% pada akhir Januari 2021.</a> </p>
<p>Varian ini diduga <a href="https://www.sciencemag.org/news/2021/02/coronavirus-strain-first-identified-california-may-be-more-infectious-and-cause-more">lebih menular dan berhubungan dengan gejala berat pasien COVID-19</a>. </p>
<p>Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan Balai Besar Veteriner Wates telah <a href="https://www.gisaid.org/">mempublikasi 51 pengurutan virus corona</a> dari Provinsi DI Yogyakarta dan Jawa Tengah, dan belum menemukan varian Inggris, Afrika Selatan, Brasil, dan California.</p>
<h2>Pemerintah harus optimalkan surveilans genomik</h2>
<p>Walau pemerintah telah mengantisipasi untuk mendeteksi varian-varian baru yang diduga mempunyai daya tular lebih tinggi dengan melakukan surveilans genomik di bawah koordinasi Kementerian Kesehatan, upaya-upaya deteksi harus diperkuat.</p>
<p>Pemerintah harus meningkatkan pelacakan kontak orang dengan tes PCR yang sampai saat ini masih bisa mendeteksi varian Inggris.</p>
<p>Untuk menaikkan peluang deteksi varian-varian baru tersebut pemerintah harus meningkatkan pendeteksian pada warga negara asing dan warga negara Indonesia yang baru tiba dari perjalanan luar negeri dan terkonfirmasi positif COVID-19, pasien re-infeksi, pasien dengan gejala berat, atau pasien anak-anak.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/156574/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Gunadi menerima dana dari KEMENRISTEK/BRIN dan UGM. Ia terafiliasi dengan FK-KMK UGM dan ALMI. </span></em></p>Pemerintah harus meningkatkan pendeteksian pada pada warga negara asing dan warga negara Indonesia yang baru tiba dari perjalanan luar negeri dan terkonfirmasi positif COVID-19.Gunadi, Head, Genetics Working Group and Internationalisation, Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, Universitas Gadjah Mada Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1556562021-02-26T05:50:48Z2021-02-26T05:50:48ZHanya 5 provinsi yang akan mampu selesaikan vaksinasi COVID-19 kurang dari setahun, melihat estimasi ketersediaan vaksinator<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/385726/original/file-20210223-23-1972vcu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Vaksinator menunjukkan vaksin COVID-19 Sinovac saat penyuntikan vaksin pada aparat sipil, tentara dan polisi di Gedung Gradhika Bhakti Praja, 22 Februari 2021.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://download.antarafoto.com/searchresult/dom-1613969404">ANTARA FOTO/Aji Styawan/aww</a></span></figcaption></figure><p>Walau <a href="https://kumparan.com/kumparannews/kemenkes-jawab-target-jokowi-1-juta-orang-divaksin-covid-19-sehari-realistis-1v1n9APRniR">Presiden Joko Widodo yakin</a> bahwa vaksinasi nasional bisa rampung <a href="https://nasional.kompas.com/read/2021/01/21/10411101/yakin-vaksinasi-selesai-kurang-dari-setahun-jokowi-ada-30000-vaksinator-dan?page=all">kurang dari setahun dengan 30.000 vaksinator yang menyuntik 30 orang per hari</a>, hitungan statistik sumber daya kesehatan berbicara lain. </p>
<p>Program ambisius pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kekebalan masyarakat melalui vaksinasi COVID-19 <a href="https://nasional.kompas.com/read/2020/12/18/15370721/jokowi-70-persen-penduduk-harus-divaksin-untuk-capai-herd-immunity?page=all">sebanyak 70% penduduk</a> itu kelihatannya akan tercapai targetnya hanya di lima provinsi: Jakarta, Kalimantan Utara, Kepulauan Bangka Belitung, Yogyakarta, dan Aceh. </p>
<p>Vaksinasi di provinsi DKI Jakarta – yang memiliki kasus positif COVID-19 tertinggi dengan <a href="https://covid19.go.id/peta-sebaran">sekitar seperempat dari total kasus nasional</a> – akan tercepat selesai dalam 9 bulan, sementara provinsi terpadat, Jawa Barat (<a href="https://covid19.go.id/peta-sebaran">kasus tertinggi kedua dengan 14% dari total nasional</a>), baru akan selesai setelah 34 bulan. Secara nasional Kementerian Kesehatan menargetkan imunisasi rampung <a href="https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20210103/2536122/pelaksanaan-vaksinasi-covid-19-indonesia-membutuhkan-waktu-15-bulan/">dalam 15 bulan pada Maret 2022</a>. </p>
<p>Hitungan ini saya peroleh dari perkiraan jumlah vaksinator yang ada berdasarkan <a href="http://bppsdmk.kemkes.go.id/info_sdmk/history/">data sebaran tenaga kesehatan saat ini</a> dan asumsinya jumlah tersebut tidak meningkat dalam jangka pendek.</p>
<p>Karena itu perlu ada kerja sama antarprovinsi. Provinsi yang memiliki vaksinator banyak perlu membantu provinsi yang vaksinatornya lebih sedikit. Tanpa ada kerja sama tersebut, karena mobilitas penduduk, virus corona akan berputar-putar di antara provinsi yang vaksinasinya tidak merata. </p>
<h2>Jumlah dan sebaran vaksinator kunci kecepatan vaksinasi</h2>
<p>Sebulan pertama perjalanan vaksinasi COVID-19 di Indonesia diwarnai <a href="https://nasional.kompas.com/read/2021/01/28/09352431/satgas-akui-program-vaksinasi-covid-19-berjalan-lambat-di-awal">polemik ihwal lambatnya pelaksanaan program imunisasi ini</a>. Bahkan, sempat ramai di media setelah Bloomberg memprediksi bahwa Indonesia perlu lebih <a href="https://www.straitstimes.com/world/pandemic-could-end-in-7-years-at-current-pace-of-vaccination">dari 10 tahun untuk memvaksinasi 75% penduduknya jika kecepatan vaksinasi tidak berubah signifikan dari angka penyuntikan sekitar 60 ribu dosis per hari</a>. </p>
<p>Mengacu kepada laju vaksinasi saat ini, <a href="https://www.antaranews.com/berita/1992916/gubernur-vaksinasi-di-jatim-bisa-selesai-kurang-dari-setahun">pemerintah Jawa Timur optimis bisa menyelesaikan vaksinasi di provinsinya dalam waktu 4 bulan</a>. Pemerintah Jawa Barat pun menargetkan selesai <a href="https://www.beritasatu.com/nasional/718699/gubernur-jabar-proyeksikan-40000-vaksinator-untuk-tuntaskan-target-vaksinasi">vaksinasi dalam 6 bulan</a>.</p>
<p>Selain <a href="https://theconversation.com/apakah-vaksinasi-covid-19-di-indonesia-akan-molor-hingga-10-tahun-5-faktor-yang-pengaruhi-cepat-lambat-imunisasi-155127">ketersediaan vaksin, distribusi dan rantai dingin penyimpanan vaksin</a>, salah satu faktor kunci yang mempengaruhi cepat atau lambatnya vaksinasi massal adalah jumlah vaksinator.</p>
<p>Jika rata-rata 900.000 orang divaksin per hari, maka imunisasi 181 juta jiwa bisa tercapai dalam 201 hari. Akan tetapi perhitungan ini hanya berlaku jika setiap orang divaksin satu kali saja. Faktanya, <a href="https://covid19.go.id/berita/data-vaksinasi-covid-19-update-24-februari-2021">per 24 Februari</a>, penyuntikan pertama vaksin untuk tenaga kesehatan sekitar 93 ribu sehari, sementara penyuntikan dosis tahap kedua hanya sekitar 35 ribu.</p>
<p>Kebanyakan vaksin COVID-19 termasuk <a href="https://www.reuters.com/article/us-health-coronavirus-indonesia-idUSKBN29G0RP">CoronaVac</a> yang dipakai di Indonesia memerlukan dua penyuntikan, jadi waktu tersebut harus dikali dua. Jika setiap vaksinator bekerja 22 hari per bulan, maka 30.000 vaksinator akan memerlukan sekitar 18 bulan untuk menyelesaikan program ini. </p>
<p>Namun, yang lebih penting bukanlah jumlah vaksinator secara keseluruhan, tapi sebarannya. Saat saya tinjau per provinsi kemungkinan besar sebaran vaksinator ini tidak merata. </p>
<p>Perlu dicatat bahwa kunci kecepatan terletak di rasio antara vaksinator dan populasi. Sederhananya, Jawa Timur yang mengklaim memiliki <a href="https://www.antaranews.com/berita/1992916/gubernur-vaksinasi-di-jatim-bisa-selesai-kurang-dari-setahun">11.300 vaksinator</a> dan target vaksinasi 28 juta orang (rasio 1:2.500) akan dua kali lebih cepat <a href="https://www.antaranews.com/berita/1946768/1500-vaksinator-covid-19-disebar-pemprov-dki-di-488-faskes">dari DKI Jakarta</a> yang rasionya 1:4.900 (DKI punya 1.500 vaksinator untuk 7 juta orang). </p>
<h2>Membandingkan kebutuhan dan ketersediaan vaksinator</h2>
<p>Perhitungan di atas menggambarkan bahwa jumlah vaksinator seharusnya didasarkan kepada populasi setiap provinsi. </p>
<p>Misalnya, jika vaksinasi harus mencapai 70% dari <a href="https://www.bps.go.id/pressrelease/2021/01/21/1854/hasil-sensus-penduduk-2020.html">48 juta penduduk Jawa Barat</a>, maka akan diperlukan 70% x 48 juta x 2 suntikan = 67,2 juta suntikan.</p>
<p>Kalau kita asumsikan setiap vaksinator menyuntik 30 orang per hari, maka Jawa Barat memerlukan sekitar 8.700 vaksinator untuk menyelesaikan vaksinasi dalam 260 hari kerja atau satu tahun. Dengan cara yang sama kebutuhan vaksinator semua provinsi bisa dihitung. </p>
<p>Jawa Timur, misalnya, perlu 7.300 vaksinator untuk menjangkau 70% populasinya dalam setahun. Banten memerlukan 2.200, Jawa Tengah 6.600, DI Yogyakarta 660, dan DKI Jakarta 1.900 vaksinator. Semakin padat populasinya, semakin besar <em>kebutuhan</em> vaksinatornya. </p>
<p>Pertanyaannya sekarang: apakah jumlah vaksinator yang ada sudah cukup untuk mengejar target?</p>
<p>Data vaksinator per provinsi masih sangat terbatas. Namun, Kementerian Kesehatan mempublikasikan <a href="http://bppsdmk.kemkes.go.id/info_sdmk/history/">data sumber daya kesehatan per provinsi</a> yang bisa dijadikan dasar estimasi sebaran vaksinator. Data ini menunjukkan jumlah tenaga kesehatan (nakes) yang mencakup dokter, perawat, bidan, apoteker, sampai pengelola program kesehatan. </p>
<p>Menurut data ini, Jawa Barat memiliki 127.695 nakes. Total nakes di Indonesia sekitar 1,2 juta, artinya di Jawa Barat ada sekitar 10% dari total nakes se-Indonesia. Vaksinator adalah sub-komponen dari nakes, jadi kemungkinan besar persentasenya mirip dengan persentase nakes keseluruhan. </p>
<p>Jadi jika ada 30.000 vaksinator di Indonesia, maka diperkirakan sepersepuluhnya atau 3.000 vaksinator berdomisili di Jawa Barat. </p>
<p>Jadi, untuk memperkirakan jumlah vaksinator yang sudah ada, tinggal mengalikan persentase nakes setiap provinsi dengan 30.000. Dengan metode ini, maka estimasi <em>ketersediaan</em> vaksinator di Jawa Timur adalah sekitar 4.000, Banten 840, Jawa Tengah 3.800, DI Yogyakarta 710, dan DKI Jakarta 2.400. Ini daerah-daerah yang populasinya terpadat di Indonesia. </p>
<p>Estimasi ini mungkin tidak sepenuhnya sesuai dengan kenyataan tapi setidaknya bisa memberikan gambaran celah kebutuhan dan ketersediaan vaksinator. </p>
<p>Misalnya saja, Gubernur Jawa Timur mengklaim provinsinya ada <a href="https://www.antaranews.com/berita/1992916/gubernur-vaksinasi-di-jatim-bisa-selesai-kurang-dari-setahun">11.300 vaksinator</a>, sedangkan Dinas Kesehatan Jakarta menyatakan bahwa ada <a href="https://www.antaranews.com/berita/1946768/1500-vaksinator-covid-19-disebar-pemprov-dki-di-488-faskes">1.500 vaksinator</a> di Ibu Kota. Perbedaan data ini bisa mendikte laju vaksinasi seperti dibahas pada bagian selanjutnya.</p>
<h2>Perencanaan dan kerja sama kunci keberhasilan vaksinasi</h2>
<p>Kita bisa memperkirakan lama vaksinasi per provinsi dengan melihat estimasi kebutuhan vaksinator dan ketersediaannya. Jika jumlah vaksinator sesuai dengan estimasi tersebut dan tidak meningkat dalam waktu cepat, hanya lima provinsi yang mampu menyelesaikan vaksinasinya kurang dari setahun. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/386376/original/file-20210225-17-16e46ng.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/386376/original/file-20210225-17-16e46ng.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=441&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/386376/original/file-20210225-17-16e46ng.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=441&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/386376/original/file-20210225-17-16e46ng.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=441&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/386376/original/file-20210225-17-16e46ng.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=554&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/386376/original/file-20210225-17-16e46ng.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=554&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/386376/original/file-20210225-17-16e46ng.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=554&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Perkiraan lima daerah tercepat dan terlambat dalam mencapai target program vaksinasi COVID-19 berdasarkan estimasi jumlah vaksinator.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Andree Surianta | The Conversation</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Dari gambar di atas, imunisasi di Jakarta akan selesai tercepat dengan waktu sekitar 9 bulan, sedangkan provinsi paling banyak penduduk, Jawa Barat, akan selesai terakhir setelah 34 bulan. Waktu penyelesaian di provinsi lain di Pulau Jawa pun cukup beragam. </p>
<p>Jawa Timur, misalnya, baru akan selesai setelah 22 bulan. Banten perlu 31 bulan, Jawa Tengah 21 bulan, dan DI Yogyakarta 11 bulan. </p>
<p>Perlu dicatat bahwa angka Jawa Timur di atas didasarkan pada estimasi ketersediaan 4.000 vaksinator. Jika jumlah vaksinator di lapangan memang tiga kali lipat, maka waktunya akan turun sepertiga menjadi sekitar 8 bulan. Tetapi untuk Jakarta, kalau memang kenyataannya vaksinator lebih sedikit dari estimasi, maka provinsi ini tidak menjadi yang tercepat selesai karena membutuhkan 15 bulan. </p>
<p>Namun, selesai vaksinasi lebih cepat bukan berarti provinsi tersebut bebas pandemi. </p>
<p>Kalaupun Jakarta atau Jawa Timur menjadi “juara vaksinasi”, virus tetap bisa menumpang mobilitas penduduk dari dan ke provinsi lainnya. Ini akan mengancam 30% penduduk provinsi tersebut yang tidak kebagian vaksin gratis. Belum lagi ancaman virus varian baru yang <a href="https://www.nature.com/articles/d41586-021-00121-z">mungkin sudah belajar menghindari kekebalan dari vaksin</a>. </p>
<p>Mempercepat dan menutup celah vaksinasi ini memerlukan perencanaan yang matang dan kerja sama antarprovinsi. </p>
<p>Dari perhitungan di atas, saya menyoroti beberapa hal yang perlu segera dibenahi. </p>
<p>Pertama, <a href="https://covid19.go.id/berita/data-vaksinasi-covid-19-update-16-februari-2021">kecepatan vaksinasi nasional</a> sejauh ini masih jauh dari 900.000 orang per hari. </p>
<p>Kedua, asumsi per vaksinator menyuntik 30 orang per hari sepertinya kurang realistis. Simulasi pemerintah <a href="https://www.beritasatu.com/nasional/718699/gubernur-jabar-proyeksikan-40000-vaksinator-untuk-tuntaskan-target-vaksinasi">Jawa Barat</a> menunjukkan bahwa setiap vaksinator hanya bisa melayani 10–16 orang per hari dan <a href="https://www.antaranews.com/berita/1946768/1500-vaksinator-covid-19-disebar-pemprov-dki-di-488-faskes">DKI Jakarta</a> memperkirakan 13 orang per vaksinator per hari. </p>
<p>Ketiga, mempertahankan kecepatan juga berarti distribusi harus mulus. Nyatanya, kapasitas rantai pendingin <a href="https://www.republika.co.id/berita/qnjks2428/vaksinasi-covid19-lambat-ini-jawaban-satgas">di daerah masih sering menjadi kendala</a> dan bahkan <a href="https://www.republika.co.id/berita/qovi8s354/jubir-stok-vaksin-covid19-menipis">stok vaksin mulai menipis di beberapa daerah</a>. </p>
<p>Dengan bergulirnya vaksinasi, seharusnya kecepatan ini sudah bisa diamati di lapangan sehingga perkiraan sumber daya bisa lebih akurat. </p>
<p>Provinsi yang banyak vaksinatornya bisa membantu provinsi yang kekurangan dengan “meminjamkan” SDM-nya saat antrian vaksinasi di provinsinya sudah mulai longgar. </p>
<p>Provinsi yang bertetangga juga bisa mempertimbangkan berbagi kapasitas penyimpanan berpendingin untuk mengatasi kemacetan distribusi. </p>
<p>Kementerian Kesehatan harus memainkan peranan sebagai koordinator yang memonitor dan mengarahkan aliran sumber daya vaksinasi antarprovinsi. </p>
<p>Kecepatan vaksinasi memang penting dalam usaha pengendalian pandemi COVID-19, tapi tidak ada provinsi yang benar-benar aman sampai semua provinsi berhasil mengendalikan pandemi di daerahnya. </p>
<h2>Vaksinasi bukan perlombaan</h2>
<p>Meski kecepatan penting, perlu kita pahami bahwa vaksinasi bukanlah suatu perlombaan. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa belum lama ini menekankan bahwa ketimpangan vaksinasi antarnegara <a href="https://ekonomi.bisnis.com/read/20210126/620/1347957/sekjen-pbb-ingatkan-masalah-ketimpangan-vaksin-covid-19-di-dunia">memberikan kesempatan bagi virus SARS-CoV-2 untuk terus beredar dan bermutasi</a>. </p>
<p>Kekhawatiran yang sama muncul dari <a href="https://www.who.int/director-general/speeches/detail/who-director-general-s-opening-remarks-at-the-media-briefing-on-covid-19-5-february-2021">Direktur Jenderal WHO</a> saat mendorong negara yang persediaan vaksinnya berlebih untuk segera berbagi dengan negara yang kekurangan. </p>
<p>Meski konteksnya antarnegara, pelajaran yang sama berlaku untuk situasi antarprovinsi di Indonesia. Intinya, meski sudah divaksinasi, populasi suatu provinsi akan tetap terancam jika virus ini masih terus beredar di provinsi lainnya karena vaksinasi tidak merata.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/155656/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Andree Surianta adalah penerima beasiswa doktoral Australia Awards di Australian National University dan Associate Researcher di Center for Indonesian Policy Studies (CIPS).</span></em></p>Tanpa ada kerja sama antarprovinsi, virus corona akan berputar-putar di antara provinsi yang vaksinasinya tidak merata.Andree Surianta, PhD Candidate in Public Policy, Australian National UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.