tag:theconversation.com,2011:/africa/topics/sampah-plastik-49906/articlesSampah plastik – The Conversation2023-11-15T07:43:34Ztag:theconversation.com,2011:article/2142412023-11-15T07:43:34Z2023-11-15T07:43:34ZApakah sampah harus dikirim ke luar angkasa jika kita kehabisan tempat di Bumi?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/549884/original/file-20230214-18-pi7ci8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=23%2C0%2C5266%2C3521&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Sebuah alat pemadat sampah menggulingkan tempat pembuangan sampah aktif di TPA Pioneer Crossing di Birdsboro, Pa.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/trash-compactor-rolls-over-an-active-dump-site-at-pioneer-news-photo/1315782016">Natalie Kolb/MediaNews Group/Reading Eagle via Getty Images</a></span></figcaption></figure><blockquote>
<p>Apakah pada akhirnya kita harus mengirim sampah ke luar angkasa jika kita kehabisan tempat di Bumi? Aiden, usia 13 tahun, Maryland Heights, Mo.</p>
</blockquote>
<hr>
<p>Planet kita menyimpan banyak sekali sampah. Sejak <a href="https://www.britannica.com/event/Industrial-Revolution">Revolusi Industri</a>, manusia menghasilkan <a href="https://phys.org/news/2016-11-earth-technosphere-trillion-tons.html">30 triliun ton barang</a>–mulai dari gedung pencakar langit dan jembatan, hingga pakaian dan kantong plastik. Sebagian besarnya masih ada bersama kita dalam bentuk sampah. </p>
<p>Secara global, manusia menambahkan <a href="https://www.nationalgeographic.com/science/article/zero-waste-families-plastic-culture">350 juta ton</a> ke dalam jumlah ini setiap harinya. Yang lebih buruk lagi, sebagian besar sampah di dunia justru <a href="https://www.wastedive.com/news/world-bank-global-waste-generation-2050/533031/">salah urus</a>–dibuang ke tanah, di saluran air, dan di tempat pembuangan terbuka di kota-kota besar dan kecil. </p>
<p>Sampah-sampah ini membuat orang terpapar <a href="https://www.who.int/tools/compendium-on-health-and-environment/solid-waste">risiko kesehatan yang serius</a>, dan <a href="https://doi.org/10.1016/j.jksus.2013.08.003">merusak tanaman serta tanah</a>. Banyak pula sampah yang <a href="https://www.nationalgeographic.com/environment/article/plastic-pollution">berakhir di lautan</a>. Memikirkan kekacauan yang kita buat bisa membuat kewalahan. </p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/uUmtJIBibMM?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Pengelolaan sampah di AS adalah bisnis besar.</span></figcaption>
</figure>
<h2>Sampah di luar angkasa?</h2>
<p>Pengiriman sampah ke luar angkasa tidaklah terlalu mustahil. Lagipula, ada banyak ruang di luar sana, tanpa ada seorang pun–sejauh yang kita ketahui saat ini–yang mengklaimnya. </p>
<p>Beberapa peneliti telah menyarankan <a href="https://space.nss.org/wp-content/uploads/Space-Manufacturing-conference-12-111-Disposal-Of-High-Level-Nuclear-Waste-In-Space.pdf">pengiriman sampah ke luar angkasa</a>. Mereka terutama berpikir tentang <a href="https://www.npr.org/2011/03/15/134569191/spent-fuel-rods-now-a-concern-at-nuclear-plant">batang bahan bakar radioaktif bekas</a> dari pembangkit listrik tenaga nuklir. </p>
<p>Memang benar bahwa limbah nuklir tetap sangat berbahaya selama puluhan ribu tahun. Manusia telah melakukan pekerjaan yang buruk <a href="https://worldnuclearwastereport.org">sejauh ini</a> dalam membuangnya dengan aman di Bumi. </p>
<p>Namun, proposal-proposal ini tidak pernah <a href="https://opinion.sites.northeastern.edu/2020/12/29/why-dont-we-send-nuclear-waste-into-space/">maju</a>, karena berbagai alasan. Salah satunya adalah risiko: Bagaimana jika roket yang membawa berton-ton limbah radioaktif meledak saat lepas landas? </p>
<p>Dalih lainnya adalah biaya, yang akan <a href="https://www.forbes.com/sites/startswithabang/2019/09/20/this-is-why-we-dont-shoot-earths-garbage-into-the-sun/">jauh lebih tinggi</a> dibandingkan biaya yang sudah mahal untuk menyimpannya dengan aman di Bumi.</p>
<p>Ada juga banyak <a href="https://www.nhm.ac.uk/discover/what-is-space-junk-and-why-is-it-a-problem.html">“sampah antariksa”</a> yang telah mengorbit planet ini, termasuk satelit yang rusak dan puing-puing meteor. NASA memperkirakan ada <a href="https://www.nasa.gov/mission_pages/station/news/orbital_debris.html">lebih dari setengah juta keping</a> benda berukuran sebesar kelereng atau lebih besar di orbit Bumi. </p>
<p>Benda-benda ini melaju dengan kecepatan tinggi, sehingga dapat merusak pesawat ruang angkasa jika terjadi tabrakan. Bukan tindakan yang cerdas untuk menambah masalah ini. </p>
<p>Inilah strategi yang jauh lebih baik: Kurangi jumlah sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir, insinerator, maupun tempat pembuangan terbuka di darat dan lautan. Sebagian dari pekerjaan itu tergantung pada pemerintah, yang menetapkan aturan tentang isu-isu seperti <a href="https://www.ncsl.org/environment-and-natural-resources/state-plastic-bag-legislation">apakah akan mengizinkan penggunaan kantong plastik sekali pakai</a>. </p>
<p>Namun, ada banyak hal yang bisa dilakukan orang untuk mengurangi sampah dalam kehidupan sehari-hari. </p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/OSUlu3pEMmY?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Banyak komunitas di Amerika Serikat yang mulai membuat kompos dari sampah organik, seperti sisa makanan dan sampah pekarangan. Hal ini mengurangi volume sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir dan menghasilkan pupuk yang berharga.</span></figcaption>
</figure>
<h2>Banyaknya “R”</h2>
<p>Kamu mungkin sudah tidak asing lagi dengan istilah “<a href="https://www.epa.gov/recycle">3R sampah</a>”: <em>reduce, reuse, recycle</em> (mengurangi, menggunakan ulang, dan mendaur ulang). Setiap langkah berarti lebih sedikit sampah pada akhirnya. </p>
<p>Jika kami ingin mengurangi sampah dalam hidupmu, pilihlah mug, alat makan, atau tas belanjaan yang dapat digunakan kembali, bukan barang plastik sekali pakai. Banyak kota besar dan kecil yang <a href="https://berkeleyca.gov/doing-business/operating-berkeley/food-service/single-use-foodware-rules">telah menerapkannya</a>. </p>
<p>Beberapa komunitas juga mengumpulkan sampah organik, seperti sisa makanan dan sampah pekarangan, dan <a href="https://theconversation.com/city-compost-programs-turn-garbage-into-black-gold-that-boosts-food-security-and-social-justice-136169">mengubahnya menjadi kompos</a> - bahan seperti tanah yang digunakan oleh para tukang kebun dan penata taman sebagai pupuk. Banyak pula tukang kebun yang melakukan <a href="https://www.epa.gov/recycle/composting-home">pengomposan sendiri di rumah</a>.</p>
<p>Kamu bisa menerapkan <a href="https://www.wastedive.com/news/adam-minter-on-why-secondhand-markets-are-the-true-circular-economies/567057/"><em>reuse</em></a> dengan membeli barang dan pakaian bekas dan menyumbangkan barang tidak diinginkan tapi masih bisa digunakan. Di Inggris dan Amerika Serikat, ada jaringan <a href="https://www.freecycle.org/pages/about">Freecycle</a> yang memudahkan orang-orang untuk memberikan barang yang tidak dibutuhkan dan mendapatkan barang yang berbeda sebagai gantinya.</p>
<p>Upaya ulang kertas, plastik, kaca, dan aluminium turut menjauhkan mereka dari tempat pembuangan sampah. Hal ini juga <a href="https://kingcounty.gov/depts/dnrp/solid-waste/programs/climate/climate-change-recycling.aspx">membantu memperlambat perubahan iklim</a>, karena dibutuhkan lebih sedikit energi untuk membuat produk baru dari bahan daur ulang. Pada 2018, <a href="https://www.epa.gov/facts-and-figures-about-materials-waste-and-recycling/national-overview-facts-and-figures-materials">hampir sepertiga</a> sampah kota di AS didaur ulang atau dijadikan kompos. </p>
<p>Beberapa barang, seperti kantong plastik dan sedotan, bisa jadi sulit untuk didaur ulang. Namun, kaleng aluminium, kertas, kardus, dan <a href="https://millerrecycling.com/plastics-recycling-numbers/">beberapa jenis plastik</a> berhasil didaur ulang dengan tingkat yang jauh lebih tinggi. Mengetahui <a href="https://dnr.mo.gov/waste-recycling">apa yang bisa didaur ulang di tempat kamu tinggal</a>, dan <a href="https://theconversation.com/what-is-wishcycling-two-waste-experts-explain-173825">bagaimana cara melakukannya</a>, sangatlah penting. <a href="https://www.realsimple.com/home-organizing/green-living/best-and-worst-states-recycling-study">Peraturannya sangat beragam dari satu tempat ke tempat lain</a>.</p>
<p><iframe id="51naC" class="tc-infographic-datawrapper" src="https://datawrapper.dwcdn.net/51naC/1/" height="400px" width="100%" style="border: none" frameborder="0"></iframe></p>
<p>Ada <a href="https://www.gdrc.org/uem/waste/more-3r.html">lebih banyak “R” yang bisa dilakukan</a>. Kamu bisa <a href="https://www.youtube.com/watch?v=AO-EuhVzONM">memperbaiki (<em>repair</em>)</a>, <a href="https://www.thisoldhouse.com/cambridge-house/21014966/what-to-expect-with-reclaimed-wood">mendapatkan kembali (<em>reclaim</em>)</a> dan <a href="https://www.replate.com/waste-less-food/leftovers-reimagined/">menata ulang (<em>reimagine</em>)</a> cara kamu membeli dan menggunakan barang. </p>
<p>Ada diskusi yang berkembang tentang <a href="https://www.repair.org/stand-up">hak untuk memperbaiki</a> - memberikan konsumen akses ke informasi dan suku cadang sehingga mereka dapat memperbaiki barang mereka sendiri, dari barang elektronik hingga mobil. Perusahaan lebih suka jika kita membeli barang baru, tapi banyak orang mendorong penerbitan peraturan yang memudahkan untuk memperbaiki barang.</p>
<p>Ada banyak pilihan untuk mengurangi sampah sebelum ruang menjadi satu-satunya tempat yang tersisa untuk menaruhnya. Setelah mencobanya, kamu akan tahu bahwa ini lebih mudah dari yang kamu kira.</p>
<hr>
<p><em>Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/214241/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Kate O'Neill tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Manusia menghasilkan banyak sampah, tetapi ada cara yang lebih murah dan lebih aman untuk menanganinya daripada mengangkutnya ke dalam roket.Kate O'Neill, Professor of Global Environmental Politics, University of California, BerkeleyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2166372023-10-30T10:20:29Z2023-10-30T10:20:29Z5 tips untuk perayaan Halloween ramah lingkungan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/556552/original/file-20231013-16-yirgbv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C8192%2C5457&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Lebih dari 8 juta labu dibuang saat Halloween setiap tahunnya.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/happy-family-mother-kids-carving-pumpkin-2045199506">Evgeny Atamanenko/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Bagi banyak negara di benua Eropa dan Amerika, Halloween adalah waktu paling “menakutkan” sepanjang tahun. Meskipun bukan budaya Indonesia, Halloween mulai banyak dirayakan sebagai bagian dari acara sekolah, kantor atau pusat perbelanjaan di mana orang berdandan dan mengenakan kostum. Namun, saat kamu bersiap-siap untuk datang ke pesta Halloween, kamu mungkin tidak terlalu memikirkan dampak lingkungan yang disembunyikan oleh tradisi ini.</p>
<p>Perayaan Halloween identik dengan labu. Di Inggris saja, lebih dari <a href="https://www.theguardian.com/environment/2019/oct/23/pumpkin-waste-uk-halloween-lanterns">8 juta labu</a> dibuang setiap tahun saat Halloween. Ini berarti sekitar 18.000 ton labu yang seharusnya dimakan terbuang sia-sia.</p>
<p>Tapi itu belum seberapa. Halloween telah berkembang menjadi penghasil uang komersial, dengan rak-rak toko penuh dengan kostum plastik, dekorasi elektronik sekali pakai, serta kantong-kantong berisi permen yang dibungkus plastik – yang sebagian besar pada akhirnya akan dibuang ke tempat pembuangan sampah setelah perayaan berakhir.</p>
<p>Jika kamu ingin ikut serta dalam perayaan Halloween, berikut lima tips untuk memastikan kamu dapat menakuti orang tanpa merusak lingkungan.</p>
<h2>1. Mesti diapakan labunya?</h2>
<p>Mengukir labu bukan hanya menjadi masalah karena limbah makanan yang dihasilkan, tapi juga karena sejumlah besar sumber daya – termasuk bahan bakar truk dan pupuk – digunakan untuk memproduksi <a href="https://www.weforum.org/agenda/%202019/10/halloween-labu-makanan-limbah-energi/">segunung labu</a> yang digunakan selama Halloween.</p>
<p>Jika kamu berencana mengukir labu tahun ini, pastikan kamu membuangnya ke tempat sampah makanan. Labu yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) <a href="https://www.nationalgeographic.com/environment/article/pumpkin-pollution-is-a-problem-what-you-can-do">mengeluarkan metana saat terurai</a>. Metana adalah gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap perubahan iklim.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/the-case-for-compost-why-recycling-food-waste-is-so-much-better-than-sending-it-to-landfill-205583">The case for compost: why recycling food waste is so much better than sending it to landfill</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Pendekatan yang lebih baik mungkin adalah tidak menggunakan labu. Sebagai gantinya, pertimbangkan untuk berinvestasi pada dekorasi yang dapat digunakan kembali (sebaiknya yang tidak terbuat dari plastik) atau membuat kreasi sendiri dari sesuatu yang sudah kamu miliki di rumah untuk diletakkan di luar pintu.</p>
<p>Namun jika kamu tetap ingin merasakan asyiknya mengukir labu, maka pastikan sisanya tidak terbuang percuma dengan membuat pai labu, memanggang bijinya di dalam oven, atau sekadar memanggang ruas labu sebagai camilan (bahkan kulitnya sekalipun bisa dimakan).</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="A pile of abandoned rotting pumpkins." src="https://images.theconversation.com/files/553712/original/file-20231013-25-zneunv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/553712/original/file-20231013-25-zneunv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/553712/original/file-20231013-25-zneunv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/553712/original/file-20231013-25-zneunv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/553712/original/file-20231013-25-zneunv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/553712/original/file-20231013-25-zneunv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/553712/original/file-20231013-25-zneunv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Labu mengeluarkan metana saat membusuk.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/pile-abandoned-rotting-pumpkins-left-rot-1238771032">Amanda Wayne/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>2. Kurangi pembelian baru</h2>
<p>Toko-toko dipenuhi dengan dekorasi Halloween. Namun, banyak dari dekorasi ini – mulai dari penyihir yang terkekeh hingga lampu kelelawar vampir – bersifat elektronik. Pembuatan produk ini menghabiskan banyak sumber daya, termasuk kabel tembaga dalam jumlah tak terbatas dan beberapa <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2352492823016124">bahan paling langka di planet ini</a>, seperti <a href="https://www.britannica.com/science/lanthanum">lantanum</a>, elemen yang ditemukan di televisi modern, lampu hemat energi, dan lensa optik.</p>
<p>Jika dekorasi ini dibuang, mereka berkontribusi terhadap meningkatnya <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0956053X20305870">krisis limbah listrik</a>. Pada tahun 2019, limbah listrik dan elektronik global mencapai sekitar <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0956053X20305870">54 juta ton</a>, atau sekitar 7,5kg per orang. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat secara signifikan di masa depan.</p>
<p>Jadi pertimbangkan apakah kamu benar-benar perlu membeli barang baru. Kamu mungkin sudah memiliki cukup banyak barang untuk mengubah rumahmu menjadi rumah berhantu. Lampu Natal, misalnya, bisa berfungsi ganda sebagai tambahan menyeramkan pada dekorasi Halloween.</p>
<p>Kamu mungkin juga memiliki barang-barang yang dapat diubah menjadi sesuatu yang seram. Boneka lama dapat diberi pakaian menyeramkan yang baru dari sisa-sisa kain (walaupun boneka itu sendiri sudah cukup menyeramkan). Botolnya bisa diisi air dan beberapa tetes pewarna makanan untuk membuat koleksi minuman penyihir.</p>
<h2>3. Jangan gunakan plastik sekali pakai</h2>
<p>Kita semua senang bisa berbagi camilan manis. Namun manisan sering kali dibungkus satu per satu dengan plastik. Banyak plastik sekali pakai tidak dapat didaur ulang dan, karena plastik <a href="https://www.nrdc.org/stories/single-use-plastics-101">tidak terurai secara alami</a>, plastik tersebut dapat tertinggal di lingkungan selama ratusan tahun.</p>
<p>Daripada camilan yang dibungkus plastik, pertimbangkan untuk membeli sesuatu dalam kemasan kertas. Jika kamu punya waktu, mungkin kamu bisa membuat camilan sendiri untuk dibagikan.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="A group of kids trick or treating." src="https://images.theconversation.com/files/553709/original/file-20231013-17-zgsdw9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/553709/original/file-20231013-17-zgsdw9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/553709/original/file-20231013-17-zgsdw9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/553709/original/file-20231013-17-zgsdw9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/553709/original/file-20231013-17-zgsdw9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/553709/original/file-20231013-17-zgsdw9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/553709/original/file-20231013-17-zgsdw9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Permen sering kali dibungkus satu per satu dengan plastik yang kemudian dibuang.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/halloween-group-kids-want-candy-210749701">Sean Locke Photography/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>4. Buat kostum sendiri</h2>
<p>Sebagian besar kostum Halloween yang bisa kamu beli terbuat dari plastik. Faktanya, <a href="https://www.theguardian.com/lifeandstyle/2019/oct/18/scariest-thing-about-halloween-is-plastic-waste-say-charities">investigasi oleh Hubbub</a>, sebuah badan amal lingkungan, menemukan bahwa sekitar 83% bahan yang digunakan untuk membuat pakaian musiman yang tersedia di 19 supermarket dan pengecer di Inggris adalah plastik.</p>
<p>Pakaian-pakaian ini tidak hanya berkontribusi terhadap akumulasi plastik di tempat pembuangan sampah, tetapi juga merupakan <a href="https://friendsoftheearth.uk/plastics/microfibres-plastic-in-our-clothes">sumber mikroplastik berbahaya</a>. Partikel plastik berukuran sangat kecil ini telah ditemukan hampir di mana-mana, termasuk di sumber air, <a href="https://www.nature.com/articles/s41598-021-81499-8">kehidupan laut</a>, tubuh manusia, dan sekarang bahkan di <a href="https://www.theguardian.com/environment/2023/oct/09/microplastics-clouds-study-mount-fuji-mount-oyama">awan</a>.</p>
<p>Meski kostummu tidak dibuang, <a href="https://digital.detritusjournal.com/articles/a-review-of-the-origins-of-microplastics-arriving-at-wastewater-treatment%20-plants/1496">serat plastik kecil</a> terlepas dari kain setiap kali kamu mencucinya. Serat-serat ini pada akhirnya dibuang ke lingkungan melalui sistem air limbah.</p>
<p>Jadi jangan beli rambut palsu yang terbuat dari plastik dan lihat apa yang sudah kamu miliki. Pakaian lama bisa dirobek agar terlihat seperti zombie yang mengerikan. Dan, meskipun ide ini mungkin sudah usang, setiap orang memiliki sprei tua yang dapat digunakan sebagai kostum hantu.</p>
<h2>5. <em>Less is more</em></h2>
<p><a href="https://www.un.org/en/academic-impact/sustainability">Keberlanjutan</a> adalah tentang mewariskan dunia sedemikian rupa sehingga generasi mendatang dapat menikmati kualitas hidup sebaik kita. Elemen penting dalam mewujudkan masa depan ini adalah dengan menggunakan apa yang kita butuhkan, bukan secara berlebihan.</p>
<p>Jadi, saat menentukan pilihan bagaimana merayakan Halloween, pikirkanlah sebelum kamu mengonsumsinya. Apakah kamu perlu membeli banyak makanan kemasan? Atau bisakah kamu membuat pai labu sendiri? Apakah kamu perlu naik mobil untuk ke pesta? Atau bisakah kamu melakukannya dengan berjalan kaki?</p>
<p>Dengan mengikuti tips berikut, kamu bisa menikmati Halloween yang menyenangkan, aneh – namun tetap ramah lingkungan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/216637/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Alice Brock menerima dana dari The South Coast Doctoral Training Partnership.</span></em></p>Halloween adalah mimpi buruk dari keberlanjutan – namun hal ini tidak harus terjadi.Alice Brock, PhD Candidate in Environmental Science, University of SouthamptonLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2106432023-08-01T02:03:54Z2023-08-01T02:03:54ZTPA Piyungan ditutup: Yogyakarta semakin darurat sampah laut<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/540095/original/file-20230731-198058-weux3o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Ilustrasi sampah yang menumpuk di pesisir laut.</span> <span class="attribution"><span class="source">(Dedhez Anggara/Antara)</span></span></figcaption></figure><p>Yogyakarta, selain karena wisata dan budayanya, juga kondang dengan masalah penumpukan sampah yang tak kunjung tuntas.</p>
<p>Kabar terakhir, Sekretaris Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyampaikan Tempat Pemrosesan sampah Akhir (TPA) Piyungan <a href="https://www.kompas.id/baca/nusantara/2023/07/24/tpa-piyungan-tutup-pemda-diy-siapkan-lahan-penampungan-sampah-sementara">tutup</a> mulai 23 Juli hingga 5 September 2023 akibat kelebihan kapasitas. TPA Piyungan selama ini menampung sampah dari sejumlah daerah di Yogyakarta.</p>
<p>Penutupan TPA Piyungan justru memperburuk persoalan. Sampah yang menumpuk dan tidak dikelola dari sumbernya (manusia) bisa mencemari sungai hingga kawasan pesisir dan laut.</p>
<p><a href="https://doi.org/10.1007/s12210-022-01125-1">Riset saya</a> bersama kolega menguraikan penyebab tebaran sampah di sejumlah pesisir Bantul, Yogyakarta. Kebanyakan sampah ini berasal dari aktivitas manusia di daratan. Sampah berhasil sampai ke pantai karena diangkut oleh aliran sungai (Gambar 1).</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/539946/original/file-20230728-27-6e7ea4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/539946/original/file-20230728-27-6e7ea4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/539946/original/file-20230728-27-6e7ea4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=336&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/539946/original/file-20230728-27-6e7ea4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=336&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/539946/original/file-20230728-27-6e7ea4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=336&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/539946/original/file-20230728-27-6e7ea4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=423&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/539946/original/file-20230728-27-6e7ea4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=423&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/539946/original/file-20230728-27-6e7ea4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=423&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Gambar 1. Contoh sampah di komplek Pantai Parangtritis (Courtesy: Fikri Hibatullah, 2022)</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Hasil pemantauan kami menunjukkan adanya peningkatan kepadatan massa sampah plastik sangat signifikan di daerah Bantul. Angkanya mencapai 364% hanya dalam waktu tiga tahun (2019 - 2022).</p>
<p>Lonjakan sampah yang kami temukan di Bantul bisa terus berlanjut dan terjadi di daerah lainnya. Pasalnya, <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/108358/perda-no-1-tahun-2019">pengembangan tujuan-tujuan wisata di Yogyakarta</a> tidak dibarengi kebijakan khusus untuk mengurangi dan menangani sampah laut.</p>
<h2>Perjalanan sampah di Yogyakarta</h2>
<p>Di Yogyakarta, mayoritas wilayahnya (63%) merupakan bagian dari DAS Opak dan DAS Progo.</p>
<p>Dalam sebuah sistem Daerah Aliran Sungai (DAS), aktivitas di wilayah hulu akan memengaruhi wilayah hilir.</p>
<p>Sungai Progo (bagian dari DAS Progo), misalnya, merupakan satu dari 20 sungai di dunia yang <a href="https://www.nature.com/articles/ncomms15611">berkontribusi signifikan</a> terhadap pencemaran sampah laut, khususnya sampah jenis plastik. Sungai yang bermuara di Samudra Hindia ini melepaskan sekitar <a href="https://www.nature.com/articles/ncomms15611">9.800-22.900 ton sampah plastik per tahun.</a></p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/539952/original/file-20230728-17-1c4ax5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/539952/original/file-20230728-17-1c4ax5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/539952/original/file-20230728-17-1c4ax5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=288&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/539952/original/file-20230728-17-1c4ax5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=288&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/539952/original/file-20230728-17-1c4ax5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=288&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/539952/original/file-20230728-17-1c4ax5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=361&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/539952/original/file-20230728-17-1c4ax5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=361&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/539952/original/file-20230728-17-1c4ax5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=361&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Gambar 2. Gambaran sampah di muara Sungai Progo (Courtesy: Bachtiar Mutaqin, 2023)</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sungai Progo melewati sebelas kabupaten kota. Di antaranya adalah Temanggung, Wonosobo, Boyolali, Purworejo, Semarang, Magelang, dan Kota Magelang di Jawa Tengah. Ada juga Bantul, Sleman, Kota Yogyakarta, dan Kulonprogo di Yogyakarta.</p>
<p>Ada juga sungai Opak (bagian dari DAS Opak) yang melintasi Kabupaten Sleman, Bantul, Gunungkidul, serta Kota Yogyakarta. Sungai Opak berhulu di Gunung Merapi serta Pegunungan Baturagung kemudian berhilir di selatan Bantul.</p>
<p>Alih fungsi dua sungai ini menjadi ‘saluran sampah’ dapat terjadi karena <a href="https://royalsocietypublishing.org/doi/10.1098/rstb.2008.0205">tingginya kepadatan penduduk.</a> <a href="https://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/">Data Kementerian Dalam Negeri</a> tahun 2022 menunjukkan bahwa jumlah penduduk di sekitar DAS Progo mencapai 3,64 juta jiwa. Sedangkan ada 2,5 juta penduduk yang mendiami daerah di sekitar DAS Opak.</p>
<p>Kepadatan membuat aktivitas di sekitar dari hulu ke hilir DAS Opak dan Progo semakin marak. Tekanan datang dari pengelolaan sampah yang buruk, tempat Pembuangan Sampah (TPS) terbatas, dan perilaku membuang sampah sembarangan, dan pariwisata tidak ramah lingkungan. Dua aspek yang ada di pesisir seperti aktivitas budi daya dan penangkapan ikan juga turut berkontribusi.</p>
<p>Sampah yang tidak terkelola dapat terbuang ke sungai. Karena itulah, dalam konteks ini, karakteristik DAS turut memengaruhi jumlah sampah yang mengalir dari sungai ke laut.</p>
<p>DAS Opak berbentuk bulat, lebih kecil, dan lebih pendek dibandingkan DAS Progo. Walhasil, sampah di sungai Opak lebih cepat mengalir lalu mengendap di pantai. Sampah ini belum sempat lapuk sehingga massanya cenderung lebih berat.</p>
<p>Tipologi pantai dan karakteristik gelombang juga turut memengaruhi proses pengendapan sampah dari laut ke pantai. </p>
<p>Saya mengambil contoh pantai Samas sebagai hilir dari DAS Opak, dan pantai Baru yang merupakan bagian hilir DAS Progo. Ada sejumlah alasan mengapa dua pantai ini yang dipilih. Misalnya, kedua pantai ini tidak memiliki fasilitas pengelolaan sampah dan tidak menjadi gerakan pembersihan sampah. Keduanya juga memiliki perbedaan karakteristik dan tipologi sehingga jenis dan karakter sampahnya bisa jadi berbeda.</p>
<p>Berdasarkan hasil analisis data dan kegiatan lapangan selama 2019 - 2022, kami menemukan berbagai macam jenis sampah di pesisir pantai Samas dan Baru. Di antaranya adalah plastik, busa plastik, kaca dan keramik, logam, karet, kertas dan kardus, kayu, dan bahan lainnya (Gambar 3).</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/539969/original/file-20230728-24473-xahusw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/539969/original/file-20230728-24473-xahusw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/539969/original/file-20230728-24473-xahusw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=467&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/539969/original/file-20230728-24473-xahusw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=467&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/539969/original/file-20230728-24473-xahusw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=467&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/539969/original/file-20230728-24473-xahusw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=587&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/539969/original/file-20230728-24473-xahusw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=587&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/539969/original/file-20230728-24473-xahusw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=587&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Gambar 3. Gambaran kepadatan sampah laut di Pantai Baru dan Pantai Depok dari tahun 2019 hingga semester pertama tahun 2022 (Sumber: Mutaqin dan Hamidin, in review)</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Massa sampah laut di pantai Samas lebih berat dari pantai Baru karena material pasir pantai ini lebih kasar, kemiringan lerengnya lebih curam, dan gelombang yang lebih pecah. Semua karakter itu membuat sampah dari laut cenderung lebih mengendap di perairan dibandingkan terempas ke pantai.</p>
<p><a href="https://doi.org/10.1007/s12210-022-01125-1">Temuan riset kami tahun 2023</a> menunjukkan bahwa jumlah sampah laut di pantai Baru lebih banyak daripada pantai Samas. Meskipun jumlah sampahnya lebih sedikit, sampah laut di pantai Samas lebih berat daripada pantai Baru. Hal ini disebabkan sampah berukuran makro (> 2,5 cm) lebih mendominasi pantai Samas daripada sampah meso atau menengah (0,5-2,5 cm).</p>
<p>Kepadatan setiap jenis sampah laut di kedua pantai ini sangat bervariasi tiap tahunnya, bisa mencapai hingga 18 potong sampah per meter persegi. Peringkat teratas jenis sampah yang banyak dijumpai selama 2019 - 2022 adalah sampah plastik.</p>
<p>Pengambilan data dalam riset kami (sedang dalam proses telaah) di Kulonprogo dan Gunungkidul pada 2022 dan 2023 juga menunjukkan hal yang serupa. Jenis sampah yang paling dominan adalah sampah plastik dan diduga berasal dari darat.</p>
<p>Sampah laut yang kami anggap berasal dari darat antara lain: busa makanan, botol, alat makan, wadah paket makanan, wadah makanan, kantong plastik, mainan, rokok, sandal, sarung tangan, karpet, dan karet gelang.</p>
<p>Sementara itu, <a href="https://doi.org/10.2788/018068">sampah yang berasal dari laut</a> antara lain: busa spons dan busa pendingin (Gambar 4).</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/539972/original/file-20230728-18-naw856.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/539972/original/file-20230728-18-naw856.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=317&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/539972/original/file-20230728-18-naw856.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=317&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/539972/original/file-20230728-18-naw856.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=317&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/539972/original/file-20230728-18-naw856.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=399&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/539972/original/file-20230728-18-naw856.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=399&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/539972/original/file-20230728-18-naw856.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=399&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Gambar 4. Contoh proporsi sampah laut yang ditemukan di a) Pantai Samas dan b) Pantai Baru. Di kedua lokasi tersebut, sampah laut dominan berasal dari daratan (Sumber: Isnain dan Mutaqin 2023)</span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Solusi mengatasi darurat sampah</h2>
<p>Pemerintah Yogyakarta perlu melakukan banyak hal untuk membantu pencapaian target <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Download/254905/Perpres%20Nomor%2083%20Tahun%202018.pdf">Indonesia mengurangi 70% sampah di laut pada 2025.</a></p>
<p>Untuk mengurangi volume sampah di tingkat sumber (rumah tangga), pemerintah perlu mengatur pembatasan penggunaan material yang sulit terurai seperti plastik dan <em>styrofoam</em>, serta pemilahan sampah. Langkah lainnya adalah pengembangan fasilitas daur ulang sampah dan limbah dengan konsep pengolahan sampah berbasis 3R (kurangi, pakai kembali, daur ulang) di tingkat terkecil seperti desa ataupun kelurahan.</p>
<p>Kebijakan ini perlu dibarengi program sosialisasi kondisi sampah laut di Yogyakarta dan bahayanya. Pemerintah DIY hingga desa dapat menggandeng lembaga swadaya masyarakat lokal, seperti GARDU Action di Bantul (Gambar 5), meningkatkan kualitas kegiatan pembersihan seperti Gerakan Merti Pantai, serta menggalakkan kerja bakti membersihkan/memilah sampah.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/539981/original/file-20230728-27-x19buz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/539981/original/file-20230728-27-x19buz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/539981/original/file-20230728-27-x19buz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=226&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/539981/original/file-20230728-27-x19buz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=226&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/539981/original/file-20230728-27-x19buz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=226&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/539981/original/file-20230728-27-x19buz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=285&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/539981/original/file-20230728-27-x19buz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=285&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/539981/original/file-20230728-27-x19buz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=285&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Gambar 5. Pemilahan sampah plastik oleh organisasi lokal GARDUaction di Dusun Mancingan, Kabupaten Bantul (Courtesy: Irfan Fahmi, 2019)</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Otoritas dapat membuat kebijakan khusus agar lebih banyak pelaku usaha pariwisata dan juga wisatawan yang menggunakan peralatan makanan dan minuman guna ulang.</p>
<p>Aturan pemberian bonus dan denda bagi pelaku usaha yang menyumbang sampah padat non organik juga penting. Besarannya dapat disesuaikan dengan jumlah sampah padat non organik yang dihasilkan dari kegiatan/usaha yang dilakukan.</p>
<p>Pemerintah dapat membuat kebijakan khusus pemantauan sampah laut. Otoritas juga bisa bekerja sama dengan pemerintah Jawa Tengah terutama untuk pemantauan dan penanganan sampah lintas provinsi.</p>
<p>Penanganan sampah laut bisa juga dilakukan melalui penyediaan alat penangkap sampah otomatis di muara Sungai Opak dan Progo.</p>
<p>Usaha untuk mengurangi, mengelola, dan memantau sampah di Yogyakarta amat mendesak. Tanpa aksi dan kebijakan nyata, sampah laut dapat merusak lingkungan, mengancam keanekaragaman hayati, dan membahayakan kesehatan penduduk. Terganggunya fungsi ekosistem akibat sampah juga menurunkan pendapatan daerah Yogyakarta dari aktivitas pariwisata.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/210643/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Bachtiar Mutaqin tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Massa sampah plastik di Bantul, misalnya, melonjak hingga 364% hanya dalam 3 tahun. Sementara itu belum ada kebijakan penanganan dan pencegahan dari Pemerintah Yogyakarta.Bachtiar Mutaqin, Associate professor, Universitas Gadjah Mada Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2002872023-02-21T02:23:25Z2023-02-21T02:23:25ZRiset: 3 cara agar larangan plastik sekali pakai dapat ampuh menangkal pencemaran<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/511092/original/file-20230220-28-321c83.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Botol, kemasan, sendok garpu, dan kantong plastik yang dijual gerai makanan bungkus pulang mendominasi sampah laut.</span> <span class="attribution"><span class="source"> Richard Smith/Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Pemerintah dari seluruh dunia berbondong-bondong memperkenalkan larangan produk plastik sekali pakai untuk melawan pencemaran.</p>
<p>Pemerintah Zimbabwe, misalnya, melarang kemasan dan botol plastik berlaku pada <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2667010021000081">2010</a>. Sedangkan pemerintah Antigua dan Barbuda, negara kepulauan di Laut Karibia bagian timur, melarang <a href="https://gefcrew.org/carrcu/18IGM/4LBSCOP/Info-Docs/WG.39_INF.8-en.pdf">produk sekali pakai untuk katering dan makanan bawa pulang (<em>takeaway</em>)</a> pada 2016. Vanuatu juga menerbitkan larangan serupa untuk <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0025326X21008122?casa_token=0I4QYlrgMRAAAAAA:kpXkEqCi0iNUgUn_UW1d3rxcQMFzZes1eTtRyOXQfbpm6JPzoI52jaI3HIkwzpkpYltCsQgOVxMx">kemasan plastik sekali pakai pada 2018</a>.</p>
<p>Eropa melarang kapas colok, gagang balon, dan <a href="https://environment.ec.europa.eu/topics/plastics/single-use-plastics_en">produk sekali pakai untuk katering dan kemasan bawa pulang</a>. Larangan ini turut mencakup produk turunan polistirena (polimer atau bahan plastik yang terbuat dari minyak bumi) <a href="https://environment.ec.europa.eu/topics/plastics/single-use-plastics_en">pada 2021</a>. </p>
<p>Pemerintah Inggris juga mengikuti langkah Eropa dengan melarang pasokan piring dan alat makan plastik sekali pakai, gagang balon, gelas dan kemasan polistirena kepada seluruh restoran, kafe, dan gerai makanan bawa pulang. Aturan ini akan berlaku pada April 2023. Penundaan larangan berlaku pada produk serupa yang dijual di supermarket dan warung hingga 2024. </p>
<p>Di Indonesia, per 2021 ada <a href="https://www.instagram.com/p/CRX8svcAY_k/?utm_source=ig_web_copy_link">54 kabupaten kota dan dua provinsi</a> yang melarang penggunaan kantong plastik sekali pakai.</p>
<p>Meskipun berbagai larangan sudah terbit, produksi, penggunaan, dan pembuangan plastik terjadi di lintas negara maupun benua. Karena itulah, kesuksesan larangan penggunaan produk plastik tidak bisa hanya diukur dari kebijakan di satu negara. </p>
<p>Riset kami menggarisbawahi kebijakan-kebijakan yang mempengaruhi pemakaian suatu produk, misalnya larangan, pajak, ataupun pungutan, kurang menjangkau <a href="https://plasticspolicy.port.ac.uk/final-report/">persoalan pencemaran global</a>. </p>
<p>Efek pelarangan produk plastik sekali pakai cuma terbatas pada wilayah keberlakuannya, kecuali ada pergeseran besar dalam perilaku publik dan komersial yang melampaui batas-batas negara.</p>
<p>Patut diingat bahwa persoalan ini terkait erat dengan ‘budaya membuang’ <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1002/cb.1842?saml_referrer">atau (<em>throwaway culture</em>)</a>. Karena itu, larangan plastik sekali pakai yang tidak disertai kebijakan pendukung maupun strategi besar peralihan perilaku itu hanya menciptakan perubahan-perubahan kecil. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Sendok garpu plastik merusak lingkungan." src="https://images.theconversation.com/files/504202/original/file-20230112-16-utq9jo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C5615%2C3741&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/504202/original/file-20230112-16-utq9jo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/504202/original/file-20230112-16-utq9jo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/504202/original/file-20230112-16-utq9jo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/504202/original/file-20230112-16-utq9jo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/504202/original/file-20230112-16-utq9jo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/504202/original/file-20230112-16-utq9jo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Alat makan plastik di kafe dan restoran termasuk dalam larangan Inggris baru-baru ini.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/plastic-cutlery-forks-spoons-knives-pollution-1460372351">ADragan/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>The <a href="https://plasticspolicy.port.ac.uk/">Global Plastics Policy Centre</a> University of Portsmouth, Inggris, <a href="https://plasticspolicy.port.ac.uk/wp-content/uploads/2022/10/GPPC-Report.pdf">menelaah 100 kebijakan</a> yang terbit untuk melawan pencemaran plastik di seluruh dunia pada 2022. Dari studi tersebut, setidaknya ada tiga pelajaran kunci agar larangan plastik lebih manjur.</p>
<h2>1. Mudahkan barang penggantinya</h2>
<p>Konsumen dan pelaku bisnis (pengguna plastik) akan sulit mematuhi larangan plastik sekali pakai yang berlaku mendadak. Upaya untuk memastikan sektor bisnis untuk mencari barang pengganti dengan harga yang terjangkau juga penting.</p>
<p>Antigua dan Barbuda menerapkan langkah ini dengan berinvestasi pada riset material-material ramah lingkungan. Mereka berhasil mencari bahan terjangkau untuk menggantikan plastik, seperti ampas hasil pengolahan tebu <a href="https://www.caribbeannewsglobal.com/is-there-more-to-the-caribbeans-single-use-plastics-ban-than-meets-the-eye/">(<em>bagasse</em>)</a>. </p>
<p>Agar publik mendukung larangan plastik, pemerintah perlu mengintervensi harganya supaya material alternatif bisa lebih murah.</p>
<p>Bahan atau produk pengganti plastik juga harus berdampak lebih rendah terhadap lingkungan. Sebab, bahan pengganti tak selamanya lebih baik. Penggantian tas plastik dengan kertas, misalnya, bukanlah gagasan terbaik jika kita memperhitungkan dampak lingkungan seluruh <a href="https://wedocs.unep.org/handle/20.500.11822/31932">daur hidupnya</a>.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/bagaimana-kita-mengatasi-persoalan-sampah-sisa-makanan-yang-turut-memperparah-perubahan-iklim-171006">Bagaimana kita mengatasi persoalan sampah sisa makanan yang turut memperparah perubahan iklim?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>2. Terapkan secara bertahap</h2>
<p>Penerapan larangan bertahap dapat meningkatkan kesuksesannya. Namun, pendekatan ini juga membutuhkan pesan yang konsisten dan jelas seputar jenis produk yang dilarang dan waktu dimulainya. </p>
<p>Di Antigua dan Barbuda, larangan kantong plastik pada 2016 dan 2017 memicu dukungan untuk <a href="https://gefcrew.org/carrcu/18IGM/4LBSCOP/Info-Docs/WG.39_INF.8-en.pdf">larangan produk plastik lainnya pada 2017 dan 2018</a>.</p>
<p>Dalam dua kasus ini, larangan pertama kali dikenakan pada impor (pengadaan produk), setelah itu pada distribusinya. Tahapan ini memberikan waktu pemasok untuk mencari produk alternatif sekaligus menghabiskan sisa stoknya.</p>
<p>Pendekatan ini juga sukses dilakukan Inggris dalam larangan sedotan plastik, kapas colok, dan pengaduk di Inggris pada 2020. Kebijakan tersebut memungkinkan peritel menghabiskan stoknya selama periode sosialisasi <a href="https://www.legislation.gov.uk/uksi/2020/971/regulation/15/made">selama enam bulan</a> mengikuti pengenalan larangan tersebut.</p>
<h2>3. Libatkan masyarakat</h2>
<p>Pemerintah membutuhkan kampanye untuk menjelaskan mengapa larangan diberlakukan, apa manfaatnya bagi masyarakat dan pelaku bisnis. </p>
<p>Kampanye juga membutuhkan informasi tentang produk pengganti untuk mendukung larangan tersebut. Di Vanuatu, pemerintah <a href="https://www.rnz.co.nz/international/pacific-news/429504/vanuatu-thinks-again-on-diaper-ban-issue">menunda larangan popok sekali pakai</a> karena publik mengkhawatirkan ketiadaan produk pengganti yang berkelanjutan.</p>
<p>Kolaborasi bersama publik semacam ini juga dibutuhkan untuk memicu inovasi. Contohnya, pada 2018, <a href="https://doi.org/10.1016/j.marpolbul.2021.112778">komunitas penenun dan pengrajin di Vanuatu</a> mengatasi larangan kantong plastik dan kemasan polistirena dengan produk pengganti alami buatan dalam negeri, termasuk kantong dan kemasan makanan yang dirangkai dari daun palem.</p>
<p>Larangan plastik sekali pakai dapat menginspirasi perubahan sistem sosial sekaligus merombak hubungan setiap orang dengan plastik. Namun, tanpa perencanaan produk pengganti yang tepat dan terjangkau, kebijakan yang bertahap, dan upaya meraih dukungan publik serta pertimbangan seluruh daur hidup plastik, larangan ini akan berdampak kecil terhadap pencemaran serta menampilkan kesan kemajuan yang salah.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/200287/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Antaya March menerima dana dari Flotilla Foundation dan United Nations Environment Programme.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Steve Fletcher menerima dana dari Flotilla Foundation, Program Lingkungan PBB, dan Bank Dunia. Dia juga anggota Panel Sumber Daya Internasional UNEP.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Tegan Evans menerima dana dari University of Portsmouth.</span></em></p>Pencemaran plastik terkait dengan ‘throwaway culture’ yang mengakar di banyak masyarakat dunia. Jika tidak dibarengi strategi perubahan perilaku, larangan plastik hanya menciptakan perubahan kecil.Antaya March, Senior Research Associate - Global Plastics Policy Centre, University of PortsmouthSteve Fletcher, Professor of Ocean Policy and Economy, University of PortsmouthTegan Evans, PhD Candidate in Ocean Governance, University of PortsmouthLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1867052022-07-13T07:20:27Z2022-07-13T07:20:27ZJika plastik berasal dari minyak dan gas, yang berasal dari tumbuhan, mengapa tidak dapat terurai?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/473243/original/file-20220709-26-ajkeck.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Sampah plastik menumpuk di pepohonan dan semak-semak di sepanjang Sungai Los Angeles.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/plastic-bags-and-other-trash-get-caught-and-accumulate-in-news-photo/1262732934">Citizen of the Planet/Education Images/Universal Images Group via Getty Images</a></span></figcaption></figure><blockquote>
<p>Jika plastik berasal dari minyak dan gas, yang berasal dari tumbuhan, mengapa tidak dapat terurai secara hayati? – Neerupama, umur 11, Delhi, India</p>
</blockquote>
<p><a href="https://theconversation.com/id/topics/curious-kids-83797"><img src="https://images.theconversation.com/files/386375/original/file-20210225-21-1xfs1le.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=90&fit=crop&dpr=2" width="100%"></a></p>
<hr>
<p>Untuk lebih memahami mengapa plastik tidak terurai, mari kita mulai dengan bagaimana plastik dibuat dan bagaimana proses penguraian (biodegradasi) bekerja.</p>
<p>Minyak, yang juga dikenal sebagai minyak bumi, adalah bahan bakar fosil. Itu berarti minyak terbuat dari sisa-sisa organisme hidup yang sangat tua, seperti ganggang, bakteri, dan tumbuhan. Organisme ini terkubur jauh di bawah tanah selama jutaan tahun. Di sana, panas dan tekanan <a href="https://ocean.si.edu/conservation/gulf-oil-spill/what-are-fossil-fuels">mengubahnya menjadi bahan bakar fosil</a>.</p>
<p>Minyak bumi mengandung banyak bahan kimia yang disebut propilena. Untuk membuat plastik, penyuling memanaskan propilena bersama dengan katalis – zat yang mempercepat reaksi kimia. Hal ini menyebabkan individu molekul-molekul propilena saling berhubungan seperti manik-manik pada seutas tali.</p>
<p>Rantai ini disebut <a href="https://www.sciencenewsforstudents.org/article/explainer-what-are-polymers">polimer</a> – yang merupakan molekul besar dan terbuat dari banyak molekul kecil yang dirangkai. Namanya, polypropylene, yang secara harfiah berarti “banyak propilena.” Dan ikatan antara molekul-molekul ini sangat kuat.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/463425/original/file-20220516-17-7zcdr5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Diagrams of a polypropylene molecule and polymer" src="https://images.theconversation.com/files/463425/original/file-20220516-17-7zcdr5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/463425/original/file-20220516-17-7zcdr5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=456&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/463425/original/file-20220516-17-7zcdr5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=456&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/463425/original/file-20220516-17-7zcdr5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=456&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/463425/original/file-20220516-17-7zcdr5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=573&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/463425/original/file-20220516-17-7zcdr5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=573&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/463425/original/file-20220516-17-7zcdr5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=573&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Gambar ini menunjukkan struktur kimia molekul polipropilen (kiri atas), model molekul (kanan atas), dan rantai molekul polipropilena yang dihubungkan bersama untuk membuat polimer.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/illustration/polypropylene-polypropene-molecule-it-is-royalty-free-illustration/1358082675">Bacsica.iStock/Getty Images Plus</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ketika sesuatu yang dapat terurai secara hayati, seperti kotak kardus, terurai, mikroorganisme yang ada di alam akan memecah dan mencerna polimer di dalamnya. Mereka melakukan ini menggunakan <a href="https://www.britannica.com/science/enzyme">enzim</a> – protein yang membantu mempercepat pemecahan senyawa seperti lignin, polimer alami yang ditemukan dalam jaringan tanaman.</p>
<p>Jika oksigen hadir, yang biasanya berarti mikroba dan benda yang mereka terurai terkena udara, polimer akan terurai sepenuhnya. Akhirnya, yang tersisa hanyalah karbon dioksida, air, dan materi biologis lainnya.</p>
<p>Oksigen sangat penting karena membantu mikroorganisme yang mengurai bertahan lebih lama. Biodegradasi biasanya paling cepat di lingkungan yang panas dan basah di mana terdapat cukup banyak mikroorganisme – misalnya, daun lembab di tanah hutan tropis yang hangat.</p>
<p>Tetapi polimer seperti polipropilen tidak berlimpah di alam. Enzim dalam mikroorganisme yang mengurai bahan biodegradable tidak mengenali ikatan yang menyatukan polimer.</p>
<p>Pada akhirnya, polimer dalam sampah plastik dapat terurai, mungkin setelah ratusan ribu tahun. Namun bila hal ini terjadi dalam waktu yang lama, alam sudah terlanjur mengalami kerusakan. Sampah plastik <a href="https://www.unep.org/news-and-stories/story/plastic-planet-how-tiny-plastic-particles-are-polluting-our-soil">melepaskan bahan kimia berbahaya ke dalam tanah dan air</a>, atau pecah menjadi potongan-potongan kecil yang <a href="https://blog.marinedebris.noaa.gov/bite-size-plastic-how-marine-wildlife-snack-our-trash">binatang</a>, <a href="https://www.theguardian.com/lifeandstyle/2017/feb/14/sea-to-plate-plastic-got-into-fish">ikan</a> dan <a href="https://theconversation.com/the-oceans-are-full-%20dari-plastik-tapi-mengapa-burung%20laut-makan-itu-68110">burung</a> makan.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/463450/original/file-20220516-14-wxew6j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="A swath of small colored plastic bits on a beach." src="https://images.theconversation.com/files/463450/original/file-20220516-14-wxew6j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/463450/original/file-20220516-14-wxew6j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/463450/original/file-20220516-14-wxew6j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/463450/original/file-20220516-14-wxew6j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/463450/original/file-20220516-14-wxew6j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/463450/original/file-20220516-14-wxew6j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/463450/original/file-20220516-14-wxew6j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Di luar ruangan, sampah plastik terurai menjadi potongan-potongan yang lebih kecil dan lebih kecil, tetapi tidak terurai sepenuhnya selama ribuan tahun.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/detail-of-microplastics-along-the-schiavonea-beach-news-photo/1128486657">Alfonso Di Vincenzo/KONTROLAB/LightRocket via Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Di laboratorium saya, kami mengembangkan apa yang kami harapkan akan menjadi <a href="https://news.osu.edu/study-shows-potential-for-earth-friendly-plastic-replacement/">plastik masa depan</a> – bahan yang berfungsi seperti plastik biasa, tetapi tidak merusak lingkungan karena dapat terurai ketika orang selesai menggunakannya.</p>
<p>Kami bekerja dengan bioplastik – bahan yang dibuat oleh bakteri hidup yang sangat kecil. Bakteri membuat zat ini untuk menyimpan energi atau melindungi diri dari lingkungan mereka. Mereka dapat melakukan ini berulang-ulang, jadi kami memiliki banyak jenis bioplastik untuk dikerjakan.</p>
<p>Kami memadukan polimer ini dengan karet alam yang merupakan sumber daya melimpah dari tanaman karet, dan dengan minyak yang diambil dari ampas limbah yang tersisa dari pembuatan kopi. Karet membuat bioplastik kami fleksibel, dan kami secara kimiawi memodifikasi minyak bubuk kopi untuk membantu membuat material mengalir di mesin industri yang kami gunakan untuk membentuknya.</p>
<p>Membuat bioplastik tidaklah murah, karena saat ini bahan-bahan yang ada tidak cukup untuk membuat bahan-bahan ini, dan membutuhkan banyak uang untuk menyiapkan peralatan untuk membuatnya. Tetapi ketika cukup banyak orang menginginkannya, harganya akan turun. Saya berharap suatu hari bahan-bahan biodegradable baru ini akan menggantikan plastik yang terbuat dari bahan bakar fosil.</p>
<hr>
<p><em>Apakah kamu punya pertanyaan yang ingin ditanyakan ke ahli? Minta bantuan ke orang tua atau orang yang lebih dewasa untuk mengirim pertanyaanmu pada kami.</em>
<em>Ketika mengirimkan pertanyaan, pastikan kamu sudah memasukkan nama pendek, umur, dan kota tempat tinggal. Kamu bisa:</em></p>
<ul>
<li><p><em>mengirimkan email <a href="mailto:curiouskids@theconversation.com">redaksi@theconversation.com</a></em></p></li>
<li><p><em>tweet ke kami <a href="https://twitter.com/ConversationIDN">@conversationIDN</a> dengan tagar #curiouskids</em></p></li>
<li><p><em>DM melalui Instagram <a href="https://www.instagram.com/conversationIDN/">@conversationIDN</a></em></p></li>
</ul>
<hr>
<p><em>Arina Apsarini dari Binus University menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/186705/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Yael Vodovotz menerima dana dari PepsiCo, Coca Cola, Kellogg's, Center for Innovative Food Technology dan Center for Advanced Processing and Packaging.</span></em></p>Plastik terbuat dari minyak dan gas alam, yang dimulai sebagai bahan fosil tumbuhan dan hewan. Tapi terkubur jauh di bawah tanah selama jutaan tahun, bahan-bahan itu berubah dengan cara yang penting.Yael Vodovotz, Professor of Food Science & Technology, The Ohio State UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1582232021-04-15T10:19:23Z2021-04-15T10:19:23ZMenyoal film dokumenter Seaspiracy, perikanan berkelanjutan masih ada<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/394724/original/file-20210413-23-1sm65a.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=8%2C8%2C1908%2C1299&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://pixabay.com/photos/fish-underwater-corals-sea-ocean-378286/">pixabay</a></span></figcaption></figure><blockquote>
<p><em>Idenya bukan menghentikan penangkapan ikan, namun melakukan lebih banyak perikanan berkelanjutan.</em> <em>(Karmenu Vella, 2021)</em>. </p>
</blockquote>
<p>Saya menonton <em><a href="https://www.netflix.com/id-en/title/81014008">Seaspiracy</a></em>, film dokumenter terbaru keluaran Netflix, hingga tiga kali dan masih tercengang melihat penggambaran kondisi lautan global saat ini, terutama terkait industri perikanan tangkap.</p>
<p>Berawal dari membahas soal sampah plastik, sutradara dan aktivis asal Inggris Ali Tabrizi mengarahkan kamera ke beberapa isu kelautan global yang sangat kelam. </p>
<p>Ali mewawancarai berbagai kalangan, mulai dari industri, pemerintah, peneliti, akademisi, korban perbudakan, hingga lembaga-lembaga yang memiliki perhatian terhadap isu pengelolaan laut. </p>
<p>Hasilnya, dokumenter ini memperlihatkan gambaran kelam pembantaian satwa laut (paus, ikan hiu, dan lumba-lumba) hingga bagaimana industri perikanan berkutat dengan praktik penangkapan yang ilegal, tidak dilaporkan dan melanggar aturan (<em>illegal, unreported, and unregulated fishing</em> atau IUU) dan perbudakan. </p>
<p>Tidak menyangkal bahwa hal-hal tersebut merupakan isu yang serius, namun sebagai peneliti kelautan, saya ingin menggarisbawahi pernyataan “perikanan berkelanjutan tidak ada” sebagai kesimpulan terburu-buru dan tidak berdasarkan data dan fakta. </p>
<h2><em>Sustainable fisheries</em> itu ada</h2>
<p>Ali wawancarai peneliti kelautan <a href="https://time.com/collection/firsts/4898567/sylvia-earle-firsts/">Sylvia Earle</a>, Paul Watson, pendiri NGO internasional, <a href="https://seashepherd.org/">Sea Shepherd Conservation Society</a>, hingga Karmenu Vella, mantan anggota Komisi Eropa untuk Urusan Lingkungan Hidup, Maritim dan Perikanan, untuk mendefinisikan apa itu “<em>sustainable fisheries</em>”. </p>
<p>Secara eksplisit, ia menyimpulkan bahwa jargon “perikanan berkelanjutan” sebenarnya tidak ada karena tidak ada yang sepakat dengan definisi tersebut. </p>
<p>Sebagai peneliti kelautan, saya berargumen bahwa analogi bank, yang dipakai oleh Karmenu Vella dalam dokumenter tersebut, sudah menjelaskan <em>sustainable fishing</em> dengan baik.</p>
<p>Kita ibaratkan ikan sebagai kapital (uang) yang disimpan di laut (bank). Apabila kita membiarkan ikan ini bertumbuh akan menghasilkan kelebihan (bunga), maka manusia bisa memanfaatkan “bunga” (menangkap ikan). Akhirnya, kita tidak menyentuh kapital awal dan tetap sebagai simpanan (sumber daya ikan di lautan). </p>
<p>Singkatnya, praktik <em>sustainable fisheries</em> yang tepat adalah mengambil kelebihan ikan yang ada, bukan mengeruk semua ikan yang bisa ditangkap. </p>
<p>Banyak negara di dunia, termasuk Indonesia, sebenarnya sudah menjalankan konsep pengelolaan perikanan berkelanjutan. </p>
<p>Kebijakan pengelolaan ini berbasis <a href="http://www.fao.org/3/w5449e/w5449e10.pdf"><em>Maximum Sustainable Yield</em> (MSY)</a> atau hasil tangkapan maksimal, yang merupakan adaptasi dari <a href="http://www.fao.org/3/W6914E/W6914E02.htm">Model Biologi Surplus Produksi Schaefer dan Fox</a>. </p>
<p>Model ini digunakan untuk menentukan nilai tangkapan maksimum yang tidak menimbulkan penurunan stok (<em>sustainable</em>). </p>
<p>Namun, sejak 1977, ilmuwan perikanan Peter Anthony Larkin menulis artikel bahwa model berbasiskan MSY ini memiliki <a href="https://www.researchgate.net/publication/261655071_An_Epitaph_for_the_Concept_of_Maximum_Sustained_Yield">banyak kelemahan</a>. </p>
<p>Model ini memiliki kelemahan antara lain menempatkan populasi pada risiko yang terlalu besar, tidak memperhitungkan variabilitas spasial dalam produktivitas, tidak memperhitungkan spesies selain fokus perikanan, dan hanya mempertimbangkan manfaat, bukan biaya. </p>
<p>Dalam <a href="http://sdgcenter.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/Orasi-Prof.-Zuzy-Anna-23112019.pdf">orasi tahun 2019</a>, saya berargumen bahwa praktiknya seringkali tidak operasional karena tidak dibarengi dengan pembatasan kuota penangkapan untuk setiap kapal penangkap ikan. </p>
<p>Bahkan, meski ada penetapan kuota, peraturan standardisasi lain dan sertifikasi perikanan tangkap dari <em><a href="https://www.msc.org/">Marine Stewardship Council</a></em> (MSC), organisasi internasional yang memberikan sertifikasi untuk perikanan berkelanjutan, seperti terungkap dalam <em>Seaspiracy</em>, pelanggaran-pelanggaran masih bisa terjadi. </p>
<p>Siapa yang bisa terus menerus mengontrol kegiatan penangkapan di laut lepas. </p>
<p>Industri perikanan tangkap sangat kompleks. Area kerjanya meliputi kawasan perairan yang luas dan jauh, antarnegara, dengan komoditas yang sangat banyak, sehingga pengawasan dan kontrol sangat berat dan memerlukan biaya besar. </p>
<p>Saya menganalogikan ini dengan pepatah dari <em>Muprhy’s Law</em> (Hukum Murphy) “<em><a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Murphy%27s_law">if anything can go wrong, it will</a></em>”, bahwa sekeras apa pun upaya kita untuk mencegah kesalahan, tetap masih bisa salah. </p>
<p>Meski demikian, kelemahan-kelemahan dalam pengawasan, misalnya, seharusnya tidak menghilangkan harapan bahwa perikanan berkelanjutan bisa terwujud. </p>
<p>Ketidakpercayaan terhadap perikanan berkelanjutan mungkin lebih karena kita mengetahui sifat keserakahan manusia. </p>
<h2>Padukan biologi dan ekonomi melalui model bioekonomi</h2>
<p>Salah satu penyebab kegagalan dari perikanan berkelanjutan adalah terlalu mengandalkan pada perhitungan hasil tangkapan maksimal (MSY).</p>
<p>Sebenarnya, ada pengembangan rejim pengelolaan yang lebih menghasilkan perikanan yang lebih rasional (efisien dan optimal), yaitu dengan menggunakan model bioekonomi. </p>
<p><a href="http://sdgcenter.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/Orasi-Prof.-Zuzy-Anna-23112019.pdf">Model ini</a> mengintegrasikan sisi biologi dan ekonomi, yang dapat memberikan nilai ekonomi yang lebih optimal dan perikanan yang berkelanjutan. </p>
<p>Dengan menggunakan konsep <em>Maximum Economic Yield</em> (MEY), atau hasil ekonomi maksimal, maka industri perikanan tangkap yang rasional dapat terealisasi. </p>
<p>Kondisi ini mengupayakan input perikanan tangkap (jumlah kapal, GT, alat tangkap, nelayan) lebih efisien dan mendapatkan rente (total pendapatan setelah dikurangi biaya) maksimum. </p>
<p>Harapannya, kondisi stok ikan di laut akan lebih terjaga. </p>
<p>Sayangnya, model analisis ini masih jarang digunakan di negara-negara berkembang seperti Indonesia karena masih fokus pada penyerapan tenaga kerja yang tinggi.</p>
<p>Pengelolaan perikanan berkelanjutan juga harus mengatur kapasitas perikanan berbasis alat tangkap, waktu dan area penangkapan untuk mengurangi kerusakan sumber daya laut dan penurunan stok (deplesi) sumber daya ikan. </p>
<p>Kuncinya adalah pengawasan yang ketat dan sanksi yang berat bagi pelanggaran. </p>
<h2>Pro dan kontra <em>Seaspiracy</em></h2>
<p>Pada akhir film, <em>Seaspiracy</em> memberikan “solusi untuk menyelamatkan lautan”. </p>
<p>Caranya, pemerintah menerapkan <em>no take zone</em> (kawasan tidak boleh menangkap ikan), menghentikan subsidi perikanan yang merugikan, dan menghindari makan ikan laut. </p>
<p>Saya setuju bahwa pemerintah harus tegas menerapkan kawasan perairan yang tidak membolehkan aktivitas memancing sama sekali.</p>
<p>Ini sejalan dengan visi global “<a href="https://www.gov.uk/government/topical-events/global-ocean-alliance-30by30-initiative/about">30 by 30</a>”, inisiatif informal perlindungan laut global seluas 30% pada 2030, yang lahir saat <a href="https://www.iucn.org/theme/forests/events/past-events/iucn-congress-2016#:%7E:text=IUCN%20World%20Conservation%20Congress%20in%20Hawaii%2C%201%2D10%20September%202016.&text=This%20September%2C%20an%20estimated%2010%2C000,the%20IUCN%20World%20Conservation%20Conference.">Kongres Konservasi Dunia 2016</a> di Hawaii, AS. </p>
<p>Walau pembangunan kawasan konservasi laut di Indonesia telah mencapai luasan <a href="https://kkp.go.id/djprl/kkhl/artikel/27156-tahun-2021-kkp-targetkan-penetapan-800-ribu-hektar-kawasan-konservasi-perairan">24,11 juta hektare</a>, penangkapan ikan di kawasan zona inti konservasi laut masih marak terjadi. </p>
<p>Kedua, saya setuju bahwa pemerintah harus menghapuskan subsidi perikanan yang merusak, misalnya bahan bakar fosil (solar). </p>
<p><a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0308597X19303677">Sebuah penelitian tahun 2019</a> menyebutkan subsidi global perikanan laut yang dianggap merusak mencapai 22 miliar dolar (Rp321 triliun) setiap tahun. </p>
<p>Subsidi ini juga mendorong terjadinya <a href="https://oceanpanel.org/sites/default/files/2020-10/Ocean%20Finance%20Full%20Paper.pdf">kapasitas berlebih yang menyebabkan tangkapan berlebih</a>.</p>
<p>Terakhir, saya tidak sependapat dengan ajakan film ini untuk tidak memakan ikan laut karena makanan laut penting sebagai sumber protein dan pendapatan, terutama bagi banyak negara miskin dan berkembang.</p>
<p>Hasil investigasi <em>Seaspiracy</em> bisa menunjukkan bahwa kerusakan laut lebih banyak disebabkan oleh industri perikanan tangkap, termasuk sampah plastik dari jaring penangkap ikan. </p>
<p>Jadi, bukan semata-mata akibat sampah sedotan plastik (yang diklaim hanya berkontribusi 0,03% dari timbulan sampah lautan global). </p>
<p>Banyak klaim dari film dokumenter ini masih harus perlu diuji kembali dengan riset dan investigasi lebih jauh.</p>
<p>Bagaimana pun, dokumenter ini setidaknya membuka mata kita bahwa ada yang serius dengan pengelolaan laut kita. </p>
<hr>
<p><em>Catatan dari penulis : kawasan konservasi laut Indonesia mencapai <a href="https://kkp.go.id/djprl/kkhl/artikel/27156-tahun-2021-kkp-targetkan-penetapan-800-ribu-hektar-kawasan-konservasi-perairan">24,11 juta hektare</a> berdasarkan data KKP per tanggal 8 Februari 2021. Tahun ini, KKP menargetkan luas kawasan konservasi perairan menjadi 24,6 juta hektare.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/158223/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Zuzy Anna juga merupakan Director SDGs Center UNPAD,</span></em></p>Seaspiracy memang menunjukkan persoalan serius kelautan global, seperti eksploitasi perikanan tangkap dan perbudakan. Namun, perikanan berkelanjutan bukan mitos.Zuzy Anna, Professor, Faculty of Fisheries and Marine Science; Director SDGs Center UNPAD, Universitas PadjadjaranLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1561162021-02-27T05:20:14Z2021-02-27T05:20:14ZIni alasan kolaborasi di wilayah ASEAN sangat penting untuk mengatasi sampah plastik di laut<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/386629/original/file-20210226-19-1ozd3lb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C5176%2C3453&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Anggota-anggota ASEAN bisa memiliki peran pentin dalam mengurangi sampah plastik laut global.</span> <span class="attribution"><span class="source">ANTARA FOTO/Noveradika/hp/11</span></span></figcaption></figure><p>Sebuah <a href="https://science.sciencemag.org/content/347/6223/768.abstract?ijkey=BXtBaPzbQgagE&keytype=ref&siteid=sci">studi pada tahun 2015</a> oleh Jenna Jambeck, ahli kelautan asal Amerika Serikat (AS), mengungkapkan enam dari 11 negara Asia Tenggara berada dalam 20 negara teratas yang salah mengelola sampah plastik mereka. </p>
<p>Indonesia berada dalam posisi kedua, diikuti oleh Filipina (ketiga), Vietnam (keempat), dan Thailand (keenam), Malaysia (kedelapan), dan Myanmar (ke-17).</p>
<p>Total <a href="https://science.sciencemag.org/content/347/6223/768.abstract?ijkey=BXtBaPzbQgagE&keytype=ref&siteid=sci">polusi plastik laut</a> di negara-negara itu mencapai 1,4-3,54 juta metrik ton per tahun, dari 8-12 metrik ton secara global.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/385464/original/file-20210222-21-1657t8c.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/385464/original/file-20210222-21-1657t8c.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/385464/original/file-20210222-21-1657t8c.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=355&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/385464/original/file-20210222-21-1657t8c.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=355&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/385464/original/file-20210222-21-1657t8c.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=355&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/385464/original/file-20210222-21-1657t8c.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=446&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/385464/original/file-20210222-21-1657t8c.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=446&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/385464/original/file-20210222-21-1657t8c.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=446&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Grafik sampah plastik dari 9 negara ASEAN.</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Terletak di antara Samudra Pasifik dan Hindia, negara-negara ASEAN perlu mengelola tidak hanya sampah plastik mereka sendiri, tetapi juga sampah dari sumber lain, seperti negara atau lautan. </p>
<p>Oleh karena itu, kami menyarankan upaya kolaboratif dari negara-negara ASEAN untuk melawan masalah sampah plastik laut global.</p>
<h2>Apa yang telah dilakukan ASEAN sejauh ini?</h2>
<p>Tahun 2019, masalah sampah laut sebagai <a href="http://www.jeeng.net/Marine-Debris-Pathway-Across-Indonesian-Boundary-Seas,132428,0,2.html">masalah lintas batas</a> atau “<em>transboundary issue</em>” menjadi sorotan ketika <a href="https://www.asean2019.go.th/en/meeting/special-asean-ministerial-meeting-on-marine-debris-2/">pertemuan menteri ASEAN di Bangkok, Thailand</a>, yang dihadiri oleh delegasi dari sepuluh anggota ASEAN. </p>
<p>Pertemuan tingkat tinggi tersebut mendorong agar negara-negara menyusun rencana aksi, dalam tingkat nasional dan regional, untuk mengatasi masalah sampah lautan. </p>
<p>Akhirnya, negara-negara anggota ASEAN meluncurkan <a href="https://environment.asean.org/wp-content/uploads/2019/06/ASEAN-Framework-of-Action-on-Marine-Debris-FINAL.pdf"><em>ASEAN Framework of Action on Marine Debris</em></a> atau Kerangka Kerja Atasi Sampah Laut sebagai langkah yang optimis di masa depan. </p>
<p>Namun, ini perlu diterjemahkan ke dalam rencana aksi regional yang konkret melalui proses yang mengikat secara hukum dengan pencapaian dan peran pemangku kepentingan yang jelas. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/386079/original/file-20210224-23-1o26geo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/386079/original/file-20210224-23-1o26geo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/386079/original/file-20210224-23-1o26geo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/386079/original/file-20210224-23-1o26geo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/386079/original/file-20210224-23-1o26geo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/386079/original/file-20210224-23-1o26geo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/386079/original/file-20210224-23-1o26geo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Sampah plastik di wilayah ASEAN berasal dari anggota negara-negara ASEAN dan lautan global.</span>
<span class="attribution"><span class="source">ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/hp.</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pada tingkat nasional, beberapa negara telah menyusun rencana mereka sendiri untuk mengurangi sampah plastik di daratan.</p>
<p>Namun, belum ada rencana yang spesifik untuk mengatur sampah plastik lautan di tingkat regional. </p>
<p>Setiap negara memiliki kebijakan sendiri-sendiri untuk mengelola sampah di dalam wilayah mereka.</p>
<p>Di Malaysia, pemerintah telah memberlakukan <a href="https://www.straitstimes.com/asia/se-asia/ban-on-non-biodegradable-plastic-bags-takes-effect-in-malaysias-federal-territories">larangan penggunaan plastik sekali pakai</a>. </p>
<p>Pemerintah Thailand juga sedang aktif mendiskusikan kemungkinan <a href="https://www.bangkokpost.com/business/1493670/environmental-tax-could-cut-e-waste">pajak sampah</a>.</p>
<p>Sementara, negara-negara lain, seperti <a href="https://www.env.go.jp/en/water/marine_litter/pdf/112576.pdf">Singapura</a> dan <a href="https://southeastasiaglobe.com/plastic-pollution-vietnam/">Vietnam</a>, sudah mendeklarasikan komitmen nasional untuk melawan sampah plastik laut. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/five-ways-to-reduce-your-household-waste-and-stop-it-being-shipped-to-poorer-countries-154123">Five ways to reduce your household waste – and stop it being shipped to poorer countries</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Indonesia sendiri sedang memperbarui <a href="https://www.thejakartapost.com/adv/2018/05/04/waste-recycling-goes-hi-tech.html">teknologi daur ulang sampah</a> dan mengembangkan <a href="https://news.mongabay.com/2020/03/this-solar-powered-device-aims-to-clean-1000-rivers-will-it-work/">kapal pengumpul sampah</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Burung camar melihat plastik makanan." src="https://images.theconversation.com/files/386081/original/file-20210224-9618-1p8wnsu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/386081/original/file-20210224-9618-1p8wnsu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/386081/original/file-20210224-9618-1p8wnsu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/386081/original/file-20210224-9618-1p8wnsu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/386081/original/file-20210224-9618-1p8wnsu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/386081/original/file-20210224-9618-1p8wnsu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/386081/original/file-20210224-9618-1p8wnsu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Plastik laut bisa melukai satwa di laut dan area pantai.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://pixabay.com/photos/seagull-bird-fauna-waste-plastic-4401424/">pixabay</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sebagai tambahan bagi kebijakan sampah setiap negara, negara-negara di ASEAN harus menyusun rencana aksi regional yang memasukkan tindakan bersama untuk mengurangi plastik di lautan.</p>
<p>Untuk memastikan agar rencana tersebut efektif, kami merekomendasikan aksi-aksi ini harus dimonitor dan dilaporkan dalam pertemuan ASEAN tingkat tinggi karena negara-negara ASEAN tidak hanya menerima sampah dari wilayah mereka sendiri, tetapi juga negara lain di dunia.</p>
<p>Sementara kawasan ini, yang didominasi oleh negara-negara berkembang berpenduduk padat, masih kesulitan mengurangi sampah plastik di darat, mereka juga harus memecahkan masalah sampah laut dari negara-negara tetangga <a href="http://www.jeeng.net/Marine-Debris-Pathway-Across-Indonesian-Boundary-Seas,132428,0,2.html">akibat angin dan arus laut di daerah pantai mereka</a>.</p>
<p>Rencana aksi regional bisa memperkuat warisan ASEAN terkait sampah plastik dan menyediakan model untuk aksi global.</p>
<p>Kami merekomendasikan kolaborasi di antara negara-negara ASEAN untuk mengembangkan teknologi daur ulang sampah. </p>
<p>Ini sangat penting karena karakteristik sampah kita berbeda dengan sampah negara Eropa atau Amerika Serikat.</p>
<p>Dengan kemitraan dan pengelolaan yang kuat, teknologi ini bisa tersedia untuk mengelola sampah di lautan di kawasan tersebut.</p>
<p>Kolaborasi, antara pemerintah, sektor swasta, organisasi nirlaba dan universitas, harus meliputi:</p>
<ul>
<li><p>perangkat hukum yang efektif</p></li>
<li><p>pengelolaan berdasarkan pengawasan dan penilaian</p></li>
<li><p>transisi ke ekonomi sirkuler </p></li>
<li><p>infrastruktur pengelolaan sampah </p></li>
<li><p>dukungan untuk kemitraan publik dan swasta </p></li>
</ul>
<p>Kami juga merekomendasikan pemberian dana untuk penelitian sampah laut dan juga memastikan kebijakan dan regulasi dilaksanakan berdasarkan penelitian tersebut.</p>
<hr>
<figure class="align-right ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p><strong><em>Tulisan ini bagian dari <a href="https://theconversation.com/uk/topics/oceans-21-96784">Oceans 21</a></em></strong>
<br><em>Serial kami terkait lautan global yang dibuka dengan <a href="https://oceans21.netlify.app">5 profil samudra</a>. Nantikan artikel-artikel baru terkait keadaan laut dunia menjelang konferensi iklim PBB berikutnya, C0P26. Serial ini merupakan persembahan dari jaringan internasional The Conversation.</em> </p>
<hr>
<h2>Mencapai lautan yang sehat</h2>
<p>Sampah laut berhubungan erat dengan kesehatan laut, tetapi juga kesehatan manusia sendiri.</p>
<p>Butuh <a href="https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-3-319-16510-3_4">ratusan tahun</a> untuk <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0025326X19304254">plastik</a>, baik dari ukuran terbesar (makro), kecil (mikro), hingga terkecil (nano), untuk terurai.</p>
<p>Plastik bisa berpotensi <a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0228811">menyebarkan penyakit dan spesies invansif</a>, merusak biota laut, ekosistem, dan juga manusia melalui rantai makanan. </p>
<p>Jadi, mengatasi <a href="https://www.undp.org/content/undp/en/home/sustainable-development-goals/goal-14-life-below-water.html">masalah ini</a> sangat penting karena kita juga bertujuan untuk mencapai <em>Sustainable Development Goals (SDGs)</em> dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), termasuk <a href="https://www.undp.org/content/undp/en/home/sustainable-development-goals/goal-12-responsible-consumption-and-production.html">konsumsi dan produksi berkelanjutan</a>, <a href="https://www.undp.org/content/undp/en/home/sustainable-development-goals/goal-13-climate-action.html">perubahan iklim</a>, dan <a href="https://www.globalgoals.org/17-partnerships-for-the-goals">kemitraan untuk pengembangan ramah berkelanjutan</a>.</p>
<p>Untuk mencapai target-target ini, kita harus mengatasi tantangan utama sampah plastik laut di negara-negara ASEAN.</p>
<p>Terakhir, kita perlu meningkatkan perilaku publik melalui edukasi sampah, yang berada dalam tingkat yang mengkhawatirkan. </p>
<p>Ini bisa terlihat dengan mudah dengan mengamati jalan, gorong-gorong, sungai, dan pantai.</p>
<p>Sampah laut plastik adalah masalah yang kompleks dan dampaknya mencerminkan karakteristik masyarakat, peradaban, dan negara.</p>
<p>Dengan melakukan aksi bersama, kami berharap bisa menyelamatkan kehidupan tumbuhan dan binatang dalam ekosistem laut dan meningkatkan kesehatan laut.</p>
<hr>
<p><em>Ignatius Raditya menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/156116/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Negara-negara di wilayah ASEAN memiliki peran penting dalam melawan masalah sampah plastik laut global.Noir Primadona Purba, Lecturer and Marine Reseacher, Universitas PadjadjaranKirana Agustina, Engagement Specialist for National Plastic Action Partnership, World Resources InstituteLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1526232021-01-21T03:52:22Z2021-01-21T03:52:22ZRiset tunjukkan sampah plastik APD di Jabodetabek meningkat selama pandemi<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/378231/original/file-20210112-17-9xevqu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C698%2C440&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pengurangan sampah APD harus dilakukan dari hulu ke hilir. </span> <span class="attribution"><span class="source">FOTO ANTARA/Andika Wahyu/pd/07</span></span></figcaption></figure><p>Pandemi COVID-19 mengharuskan kita melindungi diri dan orang lain dari virus SARS-CoV-2, salah satunya dengan menggunakan masker yang menutupi hidung dan mulut. </p>
<p>Namun, alat pelindung diri (APD) yang terbuat dari plastik tidak jarang berakhir di pantai dan laut. </p>
<p>Tim kami, terdiri dari para peneliti dari Pusat Penelitian Oseanografi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Terbuka dan Institut Pertanian Bogor (IPB), melakukan monitoring sampah alat pelindung diri di muara Sungai Marunda dan Cilincing menuju Teluk Jakarta pada Maret-April 2020, masa-masa awal pandemi.</p>
<p>Kami menemukan bahwa terdapat peningkatan jumlah sampah di muara sungai yang menuju ke Teluk Jakarta sampai sebesar 5%, namun ada penurunan berat sebesar 23-28%, dibandingkan penelitian tahun 2016. </p>
<p>Hal ini mengisyaratkan adanya peningkatan sampah yang terbuat dari bahan yang ringan, seperti plastik.</p>
<p>Sampah APD yang sebelumnya hampir tidak ditemukan, menyumbang 15-16% dari sampah muara sungai, yaitu sebanyak 780 buah atau 0,13 ton per hari. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/378199/original/file-20210112-21-14ynk86.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/378199/original/file-20210112-21-14ynk86.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/378199/original/file-20210112-21-14ynk86.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=498&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/378199/original/file-20210112-21-14ynk86.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=498&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/378199/original/file-20210112-21-14ynk86.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=498&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/378199/original/file-20210112-21-14ynk86.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=626&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/378199/original/file-20210112-21-14ynk86.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=626&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/378199/original/file-20210112-21-14ynk86.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=626&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption"></span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S004565352033558X?dgcid=author#">Cordova, et al 2021. Unprecedented plastic-made personal protective equipment (PPE) debris in river outlets into Jakarta Bay during COVID-19 pandemic.</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kami menerbitkan riset di jurnal <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S004565352033558X"><em>Chemosphere</em></a>. Studi komparatif yang pertama dari Indonesia ini dimungkinkan dengan adanya data monitoring sebelum pandemi yang dirilis dalam jurnal <a href="https://www.nature.com/articles/s41598-019-55065-2"><em>Scientific Reports</em></a>. </p>
<p>Hingga kini, kajian komparatif terkait sampah APD yang mencemari lingkungan sebelum dan semasa pandemi minim di Indonesia.</p>
<p>Kami mengidentifikasi 7 tipe sampah, seperti plastik, metal, kayu dan sebagainya, di kedua muara sungai yang terletak di kawasan Jabodetabek sebagai episenter kasus COVID-19 di Indonesia.</p>
<p>Plastik mendominasi sampah yang ditemukan di muara sungai, yaitu sebanyak 46-57%. Angka tersebut tidak banyak berubah dari 37-59% sampah plastik pada masa sebelum pandemi. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/378200/original/file-20210112-23-hb1o0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/378200/original/file-20210112-23-hb1o0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/378200/original/file-20210112-23-hb1o0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=560&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/378200/original/file-20210112-23-hb1o0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=560&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/378200/original/file-20210112-23-hb1o0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=560&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/378200/original/file-20210112-23-hb1o0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=704&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/378200/original/file-20210112-23-hb1o0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=704&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/378200/original/file-20210112-23-hb1o0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=704&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption"></span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S004565352033558X?dgcid=author#">Cordova et al 2021. Sumber : Unprecedented plastic-made personal protective equipment (PPE) debris in river outlets into Jakarta Bay during COVID-19 pandemic.</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sampah APD yang bermunculan di muara sungai, antara lain masker medis, sarung tangan, pakaian hazmat, pelindung wajah, hingga jas hujan, yang jumlah dan ragamnya jelas meningkat tajam dibandingkan sebelum pandemi. </p>
<p>Sampah APD setelah 9 bulan sejak periode monitoring hingga tulisan ini dipublikasikan cukup sulit untuk diperkirakan. </p>
<p>Meski demikian, kondisi pandemi saat ini dapat menjadi dasar yang fundamental untuk pengelolaan sampah yang lebih baik. </p>
<p>Tidak pasti bagaimana tingkat limbah medis akan berubah saat kita memasuki fase “<a href="https://tirto.id/apa-itu-new-normal-dan-bagaimana-penerapannya-saat-pandemi-corona-fCSg">normal baru</a>”, terlebih dalam waktu dekat akan dilaksanakan <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210111141755-20-592187/daftar-prioritas-penerima-vaksinasi-covid-19-di-indonesia">vaksinasi secara besar-besaran</a> untuk menghadapi pandemi. </p>
<p>Penelitian lanjutan diperlukan untuk pemantauan dengan mempertimbangkan meningkatnya risiko kesehatan dan ekologi. </p>
<h2>Penanganan dari hulu ke hilir</h2>
<p>Badan PBB untuk Lingkungan Hidup (UNEP) mengingatkan bahwa penanggulangan <a href="https://reliefweb.int/sites/reliefweb.int/files/resources/WMC-19.pdf">limbah pandemi akan lebih menyulitkan</a> bagi negara-negara berkembang. </p>
<p>UNEP memperkirakan limbah medis dari rumah sakit dan fasilitas kesehatan mencapai <a href="https://reliefweb.int/sites/reliefweb.int/files/resources/WMC-19.pdf">290 ton per hari di Indonesia</a>. </p>
<p>Untuk DKI Jakarta, Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan lonjakan limbah medis sampai 5 kali lipat, hingga <a href="https://www.adb.org/sites/default/files/publication/578771/managing-medical-waste-covid19.pdf">212 ton per hari</a> pada 2020.</p>
<p>Lonjakan sampah APD berbahan plastik di muara sungai merupakan tantangan bagi pemerintah Indonesia dalam komitmen untuk <a href="https://globalplasticaction.org/wp-content/uploads/NPAP-Indonesia-Multistakeholder-Action-Plan_April-2020.pdf">mengurangi sampah plastik laut sebesar 70% selama periode 2018-2025</a>.</p>
<p>Meski demikian, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk setidaknya menurunkan jumlah sampah APD berbahan plastik dibuang ke lingkungan. </p>
<p><strong>1. Intervensi, pemilahan, dan transportasi</strong> </p>
<p>Kita dapat melakukan intervensi aliran sampah menuju laut dengan memasang jaring-jaring sampah di sungai, yang dapat juga berfungsi untuk memonitor komitmen kita dalam mengurangi sampah plastik laut. </p>
<p>Meski demikian, seharusnya kita bisa mengendalikan jumlah sampah plastik sebelum mengalir ke aliran sungai dengan pemilahan sampah, mulai dari lingkungan rumah tangga. </p>
<p>Sejak awal pandemi, pemerintah telah merilis regulasi seperti kebijakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terkait dengan <a href="https://m.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt5f6b0cb20c383/surat-edaran-menteri-lingkungan-hidup-dan-kehutanan-nomor-se2-menlhk-pslb3-plb3-3-2020-tahun-2020/document">pengelolaan limbah infeksius (limbah B3) dan sampah rumah tangga dari penanganan COVID-19</a>, serta <a href="https://www.mongabay.co.id/wp-content/uploads/2020/04/SE-Menteri-Lingkungan-Hidup-soal-Pengelolaan-Limbah-Infeksius-dan-Sampah-Rumah-Tangga-dari-Penangananan-Limbah-Virus-Corona.pdf">limbah B3 medis pada fasilitas pelayanan kesehatan darurat COVID-19</a>. </p>
<p>Kebijakan tersebut memberikan pedoman untuk melakukan pemilahan sampah medis saat pandemi, seperti membuang sampah APD (seperti masker sekali pakai, sarung tangan, baju hazmat) pada kemasan khusus. </p>
<p>Kemasan khusus bisa berupa boks pengumpulan sehingga sampah APD dan sampah pada umumnya tidak tercampur satu sama lain. </p>
<p>Selanjutnya, petugas dari dinas terkait melakukan pengambilan dari setiap sumber, tidak hanya dari fasilitas kesehatan tetapi juga dari sumber rumah tangga, untuk diserahkan pada <a href="http://pelayananterpadu.menlhk.go.id/index.php/izin-pengolahan-limbah-b3">pengelola limbah B3</a>. </p>
<p>Hasil temuan sampah APD di muara sungai mengingatkan kita pentingnya dukungan masyarakat bagi kebijakan pemerintah, dimulai dari pemilahan sampah. </p>
<p>Hasil studi “<a href="http://lipi.go.id/berita/single/Peningkatan-Sampah-Plastik-dari-Belanja-Online-dan-Delivery-Selama-PSBB/22037">Dampak PSBB dan WFH Terhadap Sampah Plastik di kawasan Jabodetabek</a>” menggambarkan hanya separuh dari warga yang memilah sampah. </p>
<p>Belum lagi, persoalan keterbatasan sumber daya manusia atau pekerja, dari dinas terkait maupun pihak ketiga, dalam mengumpulkan sampah APD dan mengantarkan ke pengelola limbah B3.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/378229/original/file-20210112-13-11gygv5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Petugas mengangkut plastik berisi masker bekas pakai." src="https://images.theconversation.com/files/378229/original/file-20210112-13-11gygv5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/378229/original/file-20210112-13-11gygv5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/378229/original/file-20210112-13-11gygv5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/378229/original/file-20210112-13-11gygv5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/378229/original/file-20210112-13-11gygv5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/378229/original/file-20210112-13-11gygv5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/378229/original/file-20210112-13-11gygv5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Pengelolaan limbah masker bekas pakai masyarakat.</span>
<span class="attribution"><span class="source">ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc.</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p><strong>2) Pengelolaan limbah medis ramah lingkungan</strong></p>
<p>Ada beberapa opsi dalam mengelola limbah medis B3 agar bebas virus, yaitu dengan insinerator (pembakaran), <em>autoclave</em> dan <em>hydrothermal</em> (sterilisasi uap), dan <em>microwave</em> (gelombang mikro frekuensi tinggi). </p>
<p>Keunggulan insinerator adalah besarnya volume sampah yang dapat dimusnahkan dengan proses yang cepat dan terintergrasi dengan pembangkit listrik. </p>
<p>Namun, insinerator harus memiliki sistem pengendalian pencemaran udara akibat timbulnya dioksin furan yang dapat menyebabkan kanker.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/insinerator-sampah-akan-perparah-pencemaran-udara-jakarta-114017">Insinerator sampah akan perparah pencemaran udara Jakarta</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Di Indonesia, <a href="https://ugm.ac.id/id/berita/18264-pengelolaan-limbah-medis-di-indonesia-belum-maksimal">banyak dari fasilitas pelayanan kesehatan tidak memiliki insinerator</a>. </p>
<p>Hingga pertengahan tahun 2019, dari 2.820 rumah sakit dan 9.884 puskesmas di Indonesia, baru terdapat 10 jasa pengelola limbah medis dengan kapasitas 170-an ton per hari. </p>
<p>Dan hanya ada 87 rumah sakit yang dapat mengelola limbah medis dengan kapasitas limbah 60-an ton per hari.</p>
<p>Namun demikian, dalam kondisi khusus pandemi saat ini, KLHK mengizinkan rumah sakit untuk mengolah limbah medis walau <a href="https://mediaindonesia.com/humaniora/306644/autoclave-solusi-pengolahan-limbah-medis-covid-19">proses perizinan inseneratornya belum selesai</a>. </p>
<p>Metode lainnya, yaitu <em>autoclave</em>, <em>hydrothermal</em>, dan <em>microwave</em>, dapat menjadi alternatif pengelolaan bagi rumah sakit dan fasilitas kesehatan karena tidak menghasilkan emisi, bebas patogen sehingga aman dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah (TPA). </p>
<p>Setelah melalui proses sterilisasi, APD berbahan plastik seperti <a href="https://www.rfi.fr/en/france/20200905-french-startup-gives-disposable-masks-a-brighter-less-polluting-face-plaxtil-covid-19">masker sekali pakai</a> dapat didaur ulang dan menghasilkan produk berbahan plastik lainnya.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/empat-cara-mengelola-limbah-masker-dan-apd-selama-pandemi-covid-19-mana-yang-lebih-efektif-135956">Empat cara mengelola limbah masker dan APD selama pandemi COVID-19. Mana yang lebih efektif?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Perlu peran masyarakat</h2>
<p>Persoalan sampah plastik, terutama saat pandemi masih berlanjut, harus menjadi perhatian semua pihak. </p>
<p>Upaya pemerintah perlu didukung oleh peran aktif masyarakat dalam mengurangi sampah plastik, serta pemetaan dan pemecahan masalah lingkungan yang timbul melalui data dan inovasi. </p>
<p>Salah satu solusi bisa membuatkan tempat sampah khusus (<em>dropbox</em>) untuk limbah APD, misalnya, masker sekali pakai, di ruang publik, <a href="http://infopublik.id/galeri/foto/detail/103226">seperti yang dibuat oleh pemerintah daerah Banjarmasin</a>. </p>
<p>Ini merupakan inisiatif yang positif, terutama untuk mengatasi keterbatasan sumber daya petugas dalam pengangkutan sampah medis, dan akhirnya bisa mengurangi jumlah sampah APD yang berakhir di lingkungan.</p>
<p>Lebih lanjut, masyarakat umum juga bisa berpartisipasi dengan menggunakan masker dan APD lainnya dengan bahan yang tahan lama dan dapat dibersihkan kembali, namun tidak mengurangi fungsi. </p>
<p>Plastik tidak dapat terurai bahkan ketika pandemi selesai. Peningkatan sampah plastik semasa pandemi menekankan pentingnya menjaga kesehatan lingkungan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/152623/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Muhammad Reza Cordova menerima dana penelitian monitoring sampah sungai Jakarta dari hibah perguruan tinggi (Universitas Terbuka), No hibah 15948/UN31.LPPM/PT.0103/2020. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Intan Suci Nurhati, Ph.D. tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Tim peneliti menemukan sampah APD di Jabodetabek meningkat semasa pandemi.Muhammad Reza Cordova, Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi, Indonesian Institute of Sciences (LIPI)Intan Suci Nurhati, Ph.D., Anggota Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI). Peneliti Iklim & Laut, Indonesian Institute of Sciences (LIPI)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1526822021-01-06T02:52:32Z2021-01-06T02:52:32ZBerikut barang-barang plastik yang paling mematikan bagi paus, lumba-lumba, penyu laut, dan burung laut<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/377140/original/file-20210105-19-1qxfi5p.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C3994%2C3000&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Bagaimana kita menyelamatkan paus dan mamalia laut lainnya dari sampah plastik di lautan? </p>
<p><a href="https://conbio.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/conl.12781">Review</a> terbaru kami menunjukkan bahwa mengurangi polusi plastik bisa mengurangi kematian spesies laut.</p>
<p><a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0025326X19310148">Lebih 700 spesies laut</a>, termasuk setengah cetacea (seperti paus dan lumba-lumba), semua penyu laut dan sepertiga burung laut di dunia, menelan plastik. </p>
<p>Plastik dapat menghalangi sistem pencernaan satwa, berujung kepada kematian perlahan akibat kelaparan. </p>
<p>Potongan tajam dari plastik juga bisa menembus dinding usus, menyebabkan infeksi dan kadang kematian. </p>
<p>Sekecil apapun <a href="https://theconversation.com/how-much-plastic-does-it-take-to-kill-a-turtle-typically-just-14-pieces-100768">potongan plastik yang tertelan bisa membunuh satwa</a>.</p>
<p>Sekitar 8 juta ton plastik mengalir ke laut <a href="https://theconversation.com/eight-million-tonnes-of-plastic-are-going-into-the-ocean-each-year-37521">setiap tahun</a>, sehingga memecahkan masalah ini bisa dianggap sangat sulit. </p>
<p>Bagaimana kita bisa mengurangi penderitaan paus dan satwa laut lainnya dari begitu banyak plastik? </p>
<p>Layaknya rumah sakit dengan terlalu banyak pasien, kita membuat prioritas. </p>
<p>Dengan mengenali jenis paling mematikan bagi spesies yang paling rentan, maka kita bisa memberikan solusi yang tepat.</p>
<h2>Beberapa plastik lebih mematikan dari plastik lainnya</h2>
<p>Tahun 2016, para ahli mengidentifikasi 4 benda paling mematikan bagi satwa liar: <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0308597X15002985">sampah alat memancing, kantong plastik, balon, dan peralatan berbahan plastik</a>. </p>
<p>Kami menguji prediksi ini dengan melihat data dari 76 publikasi penelitian dengan 1.328 satwa laut (132 cetacea, 20 anjing laut dan singa laut, 515 penyu laut, dan 658 burung laut) dari 80 spesies.</p>
<p>Kami meneliti benda mana menyebabkan kematian terbanyak pada setiap kelompok, dan juga “seberapa mematikan” setiap barang (berapa banyak kematian pada setiap interaksi). </p>
<p>Kami menemukan para peneliti tepat untuk 3 dari 4 benda yang disebutkan.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/374130/original/file-20201210-16-zn0r9x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Kantong plastik mengapung di tengah-tengah laut." src="https://images.theconversation.com/files/374130/original/file-20201210-16-zn0r9x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/374130/original/file-20201210-16-zn0r9x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/374130/original/file-20201210-16-zn0r9x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/374130/original/file-20201210-16-zn0r9x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/374130/original/file-20201210-16-zn0r9x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/374130/original/file-20201210-16-zn0r9x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/374130/original/file-20201210-16-zn0r9x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Lembaran plastik menyebabkan kematian terbanyak pada cetacea dan penyu laut.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Plastik yang fleksibel, seperti lembaran, kantong, dan bungkus plastik, bisa menghambat usus dan menyebabkan jumlah kematian terbanyak pada semua kelompok satwa. </p>
<p>Jenis plastik ini menyebabkan kebanyakan kematian pada cetacea dan penyu laut. </p>
<p>Sampah alat pancing, seperti jaring, tali pancing dan pancingan, menyebabkan lebih banyak kematian pada satwa berukuran lebih besar, terutama anjing laut dan singa laut.</p>
<p>Penyu dan paus yang menelan sampah plastik akan kesulitan berenang, meningkatkan risiko dihantam oleh perahu atau kapal. </p>
<p>Kebalikannya, anjing laut dan singa laut tidak begitu banyak makan plastik, tapi bisa meninggal karena memakan sampah alat memancing. </p>
<p>Balon, tali dan karet, lebih mematikan bagi fauna berukuran lebih kecil. </p>
<p>Dan, plastik yang keras paling banyak menyebabkan kematian burung laut.</p>
<p>Karet, sampah alat memancing, logam, dan lateks (termasuk balon) paling mematikan bagi burung, dengan risiko tertinggi penyebab kematian per konsumsi yang tercatat.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/pentingnya-pengaturan-perikanan-hiu-di-indonesia-ini-saran-akademisi-125555">Pentingnya pengaturan perikanan hiu di Indonesia. Ini saran akademisi</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Apa solusinya?</h2>
<p>Cara paling efisien adalah mengurangi kematian satwa laut akibat menelan plastik dengan fokus pada barang-barang yang paling mematikan dan memprioritaskan pengurangan barang tersebut dalam lingkungan.</p>
<p>Fokus pada barang plastik besar juga bagus karena bisa terurai menjadi potongan-potongan plastik kecil. </p>
<p>Pecahan-pecahan kecil seperti mikroplastik dan fiber berada pada prioritas penanganan lebih rendah karena lebih sedikit kematian satwa dan lebih sulit untuk ditangani.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/374134/original/file-20201210-20-h181tr.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Gambar burung mati dan sarung tangan mengandung plastik kecil." src="https://images.theconversation.com/files/374134/original/file-20201210-20-h181tr.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/374134/original/file-20201210-20-h181tr.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=448&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/374134/original/file-20201210-20-h181tr.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=448&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/374134/original/file-20201210-20-h181tr.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=448&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/374134/original/file-20201210-20-h181tr.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=563&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/374134/original/file-20201210-20-h181tr.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=563&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/374134/original/file-20201210-20-h181tr.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=563&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Plastik ditemukan di dalam perut burung laut, Fairy prion.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Foto dari Lauren Roman</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Lembaran plastik yang fleksibel, seperti kantong dan bungkus plastik, selalu berada dalam peringkat <a href="https://blog.csiro.au/marine-debris-on-land-vs-seafloor/">10 jenis sampah laut paling umum</a> dalam survei sampah laut global. </p>
<p>Pelarangan dan pajak kantong plastik telah menunjukkan penurunan jumlah plastik yang dibuang ke lingkungan. </p>
<p>Meningkatkan tata kelola pembuangan lokal dan mencari solusi untuk daur ulang dan meningkatkan masa pakai plastik juga bisa mengurangi pembuangan sampah. </p>
<p>Alat pancing yang lepas bisa sangat mematikan. </p>
<p>Perikanan memiliki <a href="https://theconversation.com/how-to-get-abandoned-lost-and-discarded-ghost-fishing-gear-out-of-the-ocean-142685">tingkat kehilangan peralatan yang tinggi</a>: 5,7% dari seluruh jaring dan 29% dari tali pancing <a href="https://www.csiro.au/en/News/News-releases/2019/How-much-fishing-gear-is-lost-at-sea">hilang setiap tahun</a> dalam perikanan komersial. </p>
<p>Memperkenalkan standar minimum alat yang tidak mudah hilang atau kualitas yang lebih besar bisa mengurangi jumlah kehilangan. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/riset-penggunaan-teknologi-lampu-hemat-energi-led-dalam-penangkapan-ikan-lebih-menguntungkan-128318">Riset: penggunaan teknologi lampu hemat energi LED dalam penangkapan ikan lebih menguntungkan</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Cara yang lain juga bisa membantu, termasuk</p>
<ul>
<li>Menyediakan insentif bagi perbaikan alat dan tempat pembuangan jaring rusak </li>
<li>Memberikan sanksi atau melarang aktivitas dengan risiko tinggi kehilangan alat pancing</li>
<li>Dan pemberian sanksi pada kegiatan pembuangan.</li>
</ul>
<p>Pendekatan dan pendidikan bagi para nelayan rekreasional dengan memperlihatkan dampak berbahaya dari alat pemancingan juga dapat bermanfaat.</p>
<p>Balon, lateks, dan karet cukup langka di lingkungan laut, tapi <a href="https://www.nature.com/articles/s41598-018-36585-9">masih bisa mematikan</a>, terutama bagi penyu laut dan burung laut. </p>
<p>Mencegah pelepasan balon yang disengaja dan tidak disengaja dalam acara dan perayaan memerlukan aturan dan perubahan opini publik. </p>
<p>Kombinasi <a href="https://www.nespmarine.edu.au/system/files/Willis%20et%20al%20How%20successful%20are%20waste%20abatement%20campaigns_OPEN.pdf">perubahan kebijakan dengan kampanye perubahan perilaku</a> merupakan cara paling efektif dalam mengurangi sampah pantai di Australia. </p>
<p>Mengurangi lembaran plastik, sampah alat pancing, dan lateks/balon yang dibuang ke lingkungan lebih mungkin memiliki hasil terbaik mengurangi kematian satwa laut secara langsung. </p>
<hr>
<p><em>Ignatius Raditya Nugraha menerjemahkan artikel ini dari Bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/152682/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Lauren Roman menerima dana dari CSIRO Oceans and Atmosphere dan beberapa organisasi filantropi.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Briita Denise Hardesty menerima dana dari CSIRO Oceans and Atmosphere, organisasi-organisasi filantropi dan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (untuk pekerjaan yang tidak berhubungan).</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Chris Wilcox menerima dana dari CSIRO, bersama United Nations Environment Program, United Nations Food and Agriculture Organization, the Australian Department of Foreign Affairs, and the Australian Department of Agriculture, Water, and Environment.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Qamar Schuyler menerima dana dari CSIRO Oceans and Atmosphere, juga beberapa organisasi filantropi.</span></em></p>Plastik di laut ditelan oleh 700 spesies, tapi hanya beberapa barang yang menyebabkan kematian terbanyak.Lauren Roman, Postdoctoral Researcher, Oceans and Atmosphere, CSIROBritta Denise Hardesty, Principal Research Scientist, Oceans and Atmosphere Flagship, CSIROChris Wilcox, Senior Principal Research Scientist, CSIROQamar Schuyler, Research Scientist, Oceans and Atmospheres, CSIROLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1487252020-10-26T09:41:25Z2020-10-26T09:41:25ZPerkiraan kami, ada hingga 14 juta ton mikroplastik di dasar laut - lebih buruk dari yang kami duga<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/365158/original/file-20201023-23-kwuhj0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Tampaknya, tidak ada satu pun tempat yang bebas dari polusi plastik: plastik telah dilaporkan berada di <a href="https://www.nationalgeographic.com/science/2019/10/remote-arctic-contains-more-plastic-than-most-places-on-earth/">samudra Arktik</a>, di <a href="https://www.theguardian.com/world/2020/apr/22/microplastics-found-for-first-time-in-antarctic-ice-where-krill-source-food">es laut sekitar Antartika</a>, dan bahkan di lautan terdalam di dunia, <a href="https://www.nationalgeographic.com/news/2018/05/plastic-bag-mariana-trench-pollution-science-spd/">Palung Mariana</a>. </p>
<p>Namun, masalah ini sebenarnya seberapa buruk? <a href="https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fmars.2020.576170/abstract">Penelitian terbaru kami</a> menghasilkan perkiraan global pertama terhadap jumlah mikroplastik di dasar laut - kami memperkirakan terdapat 8-14 ton mikroplastik.</p>
<p>Jumlah ini <a href="https://doi.org/10.1371/journal.pone.0111913">35 kali lipat</a> dari perkiraan berat polusi plastik di permukaan laut.</p>
<p>Lebih buruk lagi, produksi plastik dan polusi diperkirakan <a href="https://research.csiro.au/marinedebris/oceans-plastic-increasing-in-line-with-global-production/">meningkat pada tahun-tahun ke dapan</a>, walau ada peningkatan perhatian media, pemerintah, dan sainstik pada polusi plastik yang merusak ekosistem laut, binatang liar, dan kesehatan manusia.</p>
<p>Penemuan-penemuan ini adalah satu alarm dari sekian peringatan sebelumnya. </p>
<p>Saat plastik yang kita gunakan di kehidupan sehari-hari telah mencapai laut yang paling dalam, menjadi lebih penting lagi bagi kita untuk menemukan cara untuk membersihkan kerusakan yang kita buat <em>sebelum</em> plastik mencapai laut, atau berhenti menghasilkan begitu banyak plastik sejak awal.</p>
<h2>Pecahan dari plastik yang lebih besar</h2>
<p>Perkiraan kami terhadap mikroplastik di dasar laut menunjukkan angka yang besar, tapi angka tersebut sebenarnya hanyalah sebagian kecil dari jumlah total plastik yang dibuang ke laut. </p>
<p>Terdapat <a href="https://theconversation.com/eight-million-tonnes-of-plastic-are-going-into-the-ocean-each-year-37521">4-8 juta ton</a> plastik yang diperkirakan dibuang ke laut pada setiap tahun.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/eight-million-tonnes-of-plastic-are-going-into-the-ocean-each-year-37521">Eight million tonnes of plastic are going into the ocean each year</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Sebagian besar plastik yang dibuang ke laut kemungkinan besar berakhir di pantai, bukan mengapung di atas permukaan laut atau di dasar laut. Faktanya, <a href="https://blog.csiro.au/the-oceans-are-full-of-our-plastic-heres-what-we-can-do-about-it/">tiga dari empat sampah</a> yang ditemukan di garis pantai Australia adalah plastik.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/361544/original/file-20201005-16-tely53.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="A dead albatross with plastic in its stomach from Midway Atoll" src="https://images.theconversation.com/files/361544/original/file-20201005-16-tely53.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/361544/original/file-20201005-16-tely53.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=405&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/361544/original/file-20201005-16-tely53.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=405&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/361544/original/file-20201005-16-tely53.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=405&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/361544/original/file-20201005-16-tely53.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=509&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/361544/original/file-20201005-16-tely53.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=509&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/361544/original/file-20201005-16-tely53.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=509&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Plastik termasuk sikat gigi, pemantik rokok, tutup botol, dan pecahan plastik keras lainnya ditemukan pada perut hewan-hewan laut.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Britta Denise Hardesty</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pecahan plastik yang lebih besar yang berada lama di laut bisa pecah menjadi lebih kecil karena pelapukan dan energi mekanis, seperti gelombang laut. Seiring berjalannya waktu, plastik ini pecah menjadi mikroplastik, pecahan dengan diameter lebih kecil dari 5 milimeter.</p>
<p>Ukuran yang kecil ini berpotensi menyebabkan mikroplastik dimakan makhluk hidup di laut, mulai dari plankton, krustasea, hingga ikan. </p>
<p>Ketika mikroplastik masuk ke rantai makanan laut di tingkat rendah, mikroplastik bisa <a href="https://theconversation.com/how-microplastics-make-their-way-up-the-ocean-food-chain-into-fish-69148">berpengaruh pada seluruh rantai makanan</a> karena spesies yang besar memakan spesies yang lebih kecil. </p>
<p>Namun, situasi di dasar laut terkait masalah ini belum banyak diteliti. Walaupun plastik, termasuk mikroplastik, telah ditemukan di sedimen laut dalam di seluruh lautan di dunia, jumlah sampelnya kecil dan jarang ditemukan. </p>
<p>Di sinilah hasil penelitian kami berperan. </p>
<h2>Mengumpulkan sampel di <em>Great Australian Bight</em></h2>
<p>Kami mengumpulkan sampel menggunakan kapal selam robotik di kedalaman laut tertentu, dari 1.655 hingga 3.062 meter di bawah permukaan, di <em>Great Australian Bight</em>, sekitar 360 kilometer dari pantai Australia Selatan. </p>
<p>Kapal selam itu mengumpulkan 51 sampel pasir dan sedimen dari dasar laut dan kami menganalisisnya di laboratorium.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/358755/original/file-20200918-18-42vivc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/358755/original/file-20200918-18-42vivc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/358755/original/file-20200918-18-42vivc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/358755/original/file-20200918-18-42vivc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/358755/original/file-20200918-18-42vivc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/358755/original/file-20200918-18-42vivc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=425&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/358755/original/file-20200918-18-42vivc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=425&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/358755/original/file-20200918-18-42vivc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=425&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Pengambilan sampel di sedimen dasar laut menggunakan robot di bawah air.</span>
<span class="attribution"><span class="source">CSIRO</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kami mengeringkan sampel sedimen, dan menemukan antara 0 hingga 13,6 partikel plastik per gram. Jumlah ini adalah 25 kali mikroplastik dari <a href="https://doi.org/10.1098/rsos.140317">studi laut dalam</a> sebelumnya. </p>
<p>Dan jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan studi di wilayah lain, termasuk di Arktik dan <a href="https://mri.lipi.go.id/index.php/MRI/article/view/99">Laut India</a>.</p>
<p>Walaupun studi kami berfokus pada satu wilayah, kami bisa memperbesar skalanya untuk menghitung perkiraan mikroplastik yang berada di dasar laut secara global.</p>
<p>Menggunakan ukuran perkiraan dari keseluruhan laut - 361.132.000 kilometer persegi - dan jumlah rata-rata dan ukuran partikel pada sampel sedimen kami, kami menentukan total berat mikroplastik di seluruh dunia berjumlah 8,4 hingga 14,4 juta ton. Jumlah ini mempertimbangkan berat mikroplastik yang terdapat pada individu. </p>
<h2>Bagaimana plastik bisa sampai ke sana?</h2>
<p>Penting untuk dicatat bahwa karena lokasi penelitian kami terpencil, jauh dari pusat populasi urban, maka hasil perhitungan kami adalah perkiraan yang konservatif. </p>
<p>Walaupun demikian, kami terkejut melihat betapa besarnya muatan mikroplastik di sana. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/361532/original/file-20201005-20-7i0ow6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Plastic waste floating in the ocean" src="https://images.theconversation.com/files/361532/original/file-20201005-20-7i0ow6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/361532/original/file-20201005-20-7i0ow6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=386&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/361532/original/file-20201005-20-7i0ow6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=386&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/361532/original/file-20201005-20-7i0ow6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=386&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/361532/original/file-20201005-20-7i0ow6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=485&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/361532/original/file-20201005-20-7i0ow6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=485&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/361532/original/file-20201005-20-7i0ow6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=485&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Plastik ada di dasar area permukaan laut yang memiliki sampah terapung.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Belum banyak studi meyakinkan yang menjelaskan bagaimana mikroplastik bisa berada di suatu wilayah.</p>
<p>Pecahan plastik yang lebih besar yang pecah menjadi pecahan yang lebih kecil bisa tenggelam ke dasar laut, dan arus laut dan pergerakan alami sedimen di sepanjang landas kontinen bisa menggerakkan mikroplastik dalam jumlah besar. </p>
<p>Namun, tidak semua plastik tenggelam. <a href="https://esajournals.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1002/fee.1297">Studi pada 2016</a> menunjukkan bahwa interaksi dengan organisme laut adalah salah satu cara pergerakan lain yang memungkinkan.</p>
<p>Ilmuwan di Amerika Serikat telah menemukan bahwa <a href="https://eportfolios.macaulay.cuny.edu/branco2014/files/2014/08/Zettler-2013-Plastisphere.pdf">komunitas mikroba</a>, seperti bakteria, bisa menghuni “<a href="https://ocean.si.edu/ocean-life/plastisphere-new-marine-ecosystem">plastisphere</a>” laut - sebutan untuk ekosistem yang berada di lingkungan plastik. </p>
<p>Mikroba-mikroba ini membuat plastik menjadi berat sehingga plastik tidak lagi mengapung. Kami juga mengetahui bahwa kerang dan invertebrata lainnya mungkin tinggal di plastik yang mengapung, membuatnya jadi berat dan kemudian tenggelam.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/plastic-pollution-creates-new-oceanic-microbe-ecosystem-15609">Plastic pollution creates new oceanic microbe ecosystem</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Jenis sampah juga akan menentukan apakah sampah tersebut akan <a href="https://blog.csiro.au/marine-debris-on-land-vs-seafloor/">hanyut ke pantai atau tenggelam ke dasar laut</a>. </p>
<p>Sebagai contoh, pada studi sebelumnya, kami menemukan puntung rokok, pecahan plastik, tutup botol, dan bungkus makanan yang sering ditemukan di daratan, tapi jarang di dasar laut. Sementara itu, alat penjerat seperti tali kail, tali, dan bungkus plastik lebih sering ditemukan di dasar laut. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/361545/original/file-20201005-18-1bzt0ds.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Microplastics at the water's edge" src="https://images.theconversation.com/files/361545/original/file-20201005-18-1bzt0ds.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/361545/original/file-20201005-18-1bzt0ds.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/361545/original/file-20201005-18-1bzt0ds.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/361545/original/file-20201005-18-1bzt0ds.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/361545/original/file-20201005-18-1bzt0ds.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/361545/original/file-20201005-18-1bzt0ds.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/361545/original/file-20201005-18-1bzt0ds.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Kami terkejut dengan betapa besar kandungan mikroplastik di lokasi terpencil.</span>
<span class="attribution"><span class="source">CSIRO</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Menariknya, pada studi kami yang terbaru, kami juga menemukan jumlah pecahan plastik di dasar laut yang secara umum lebih tinggi jika di permukaannya terdapat sampah mengapung. </p>
<p>Hal ini menunjukkan bahwa jika ada area bersampah di suatu permukaan laut mungkin juga berarti ada area bersampah di dasarnya.</p>
<p>Masih belum jelas sebabnya, tapi hal ini mungkin terjadi karena kondisi geologis dan fisik dasar laut, atau karena arus lokal, angin dan gelombang menciptakan zona akumulasi di permukaan laut dan dasar laut di dekatnya. </p>
<h2>Berhenti menggunakan begitu banyak plastik</h2>
<p>Kita tahu ada begitu banyak plastik yang tenggelam ke dasar laut; ini fakta tambahan yang penting dalam pemahaman kita terkait krisis polusi plastik. </p>
<p>Namun, membendung arus polusi plastik dimulai dari individu, komunitas, dan pemerintah - kita memiliki peran kita masing-masing. </p>
<p>Menggunakan ulang, tidak menggunakan, dan daur ulang adalah cara awal yang baik untuk memulai. </p>
<p>Cari alternatif dan dukung program <a href="https://www.cleanupaustraliaday.org.au/">peduli lingkungan</a>, untuk menyetop sampah plastik memasuki lingkungan kita sejak awal, memastikan plastik tidak tertanam di lautan kita yang begitu berharga.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/the-oceans-are-full-of-our-plastic-heres-what-we-can-do-about-it-31460">The oceans are full of our plastic – here's what we can do about it</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<hr>
<p><em>Ignatius Raditya Nugraha menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/148725/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Britta Denise Hardesty menerima dana dari organisasi filantropi, United Nations Environment dan CSIRO untuk penelitian terkait plastik. Dia juga menerima dana dari Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia terkait pekerjaan pemantauan, kontrol, dan pengawasan laut.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Chris Wilcox menerima dana dari Pemerintah Australia dan organisasi filantropi untuk penelitian terkait sampah laut. Dia menerima dana dari FAOdan Pemerintah Australia untuk penelitian terkait penangkapan ikan ilegal dan pemantauan perikanan. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Justine Barrett tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Jumlah ini 35 kali lebih besar dibanding perkiraan berat polusi plastik di permukaan laut.Britta Denise Hardesty, Principal Research Scientist, Oceans and Atmosphere Flagship, CSIROChris Wilcox, Senior Principal Research Scientist, CSIROJustine Barrett, Research assistant, CSIROLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1456902020-09-09T03:32:59Z2020-09-09T03:32:59ZJejak karbon itu rumit — ini beberapa hal yang perlu Anda ketahui<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/356691/original/file-20200907-24-1g7xmto.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=16%2C16%2C3578%2C1848&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Niatan baik tiap individu untuk mengurangi jejak karbon terkadang berujung kepada pilihan yang buruk. </span> <span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span></figcaption></figure><p>Bayangkan terus menerus minum sari jus jeruk karena kita yakin ini cara terbaik menurunkan berat badan. </p>
<p>Mengonsumsi jus jeruk secukupnya tidak masalah, tapi itu bukan saran pertama yang akan diberikan seorang dokter kepada pasien yang ingin menurunkan berat badan.</p>
<p>Sama seperti kita tidak ingin publik meyakini bahwa solusi dari obesitas adalah dengan mengonsumsi jus jeruk, kita juga tidak ingin masyarakat percaya bahwa cara terbaik melawan perubahan iklim adalah dengan mendaur ulang terus-menerus.</p>
<p>Meski mendaur ulang dan mematikan lampu adalah langkah yang baik untuk masyarakat berkelanjutan, tapi tidak terlalu penting ketimbang aksi individual untuk mengurangi konsumsi daging, perjalanan udara, dan berkendara bagi perubahan iklim. </p>
<p>Orang-orang dengan niat baik cenderung membuat keputusan buruk ketika harus mengurangi jejak karbon. </p>
<h2>Perjalanan udara versus daur ulang</h2>
<p>Saya dan kolega melakukan survei terhadap mahasiswa Universitas British Columbia dan mengambil sampel dari penduduk Amerika Utara lewat platform daring <em>Mturk</em>. </p>
<p>Ini untuk melihat apakah para peserta dapat mengenali aksi-aksi individual mereka yang bisa mengurangi emisi gas rumah kaca. </p>
<p>Para peserta ini lebih terpelajar dan liberal dibanding populasi umum.</p>
<p>Ini merupakan kelompok yang tepat untuk melakukan survei karena kami ingin memahami persepsi orang yang setidaknya memiliki sedikit motivasi untuk terlibat dalam aksi-aksi pro-iklim. </p>
<p><a href="https://doi.org/10.1007/s10584-020-02811-5">Dalam studi tersebut</a>, kami meminta para partisipan untuk menjelaskan aksi paling efektif yang dapat mereka lakukan untuk mengurangi emisi penyebab perubahan iklim. </p>
<p>Banyak yang menjawab mengurangi berkendara, yang <a href="https://www.popsci.com/how-to-stop-climate-change/">memang merupakan tindakan berdampak tinggi</a>, dan daur ulang, yang bukan tindakan berdampak tinggi. </p>
<p><iframe id="rH2p0" class="tc-infographic-datawrapper" src="https://datawrapper.dwcdn.net/rH2p0/1/" height="400px" width="100%" style="border: none" frameborder="0"></iframe></p>
<p>Beberapa juga menyebutkan perjalanan udara, yang juga dapat berkontribusi besar bagi jejak karbon individu. </p>
<p>Sebagai contoh, <a href="https://shameplane.com/?fromCity=Los%20Angeles&fromCode=LAX&toCity=Hong%20Kong&toCode=HKG&roundtrip=true&typeofseat=3">penerbangan pergi-pulang</a> dari Los Angeles ke Hong Kong, menghasilkan lebih dari 4.000 kilogram karbon dioksida ekuivalen. </p>
<p>Aksi politik (seperti lewat pemilihan umum) yang dibutuhkan untuk membuat perubahan struktural besar juga mendapat sedikit perhatian.</p>
<h2>Salah paham yang umum terjadi</h2>
<p>Selanjutnya, kami memberikan 15 aksi kepada para peserta survei dan meminta mereka untuk mengelompokkan ke dalam kategori aksi dengan dampak rendah, sedang, atau tinggi (kategori rendah kurang dari 1% dan tinggi lebih dari 5% jejak karbon per orang).</p>
<p>Aksi seperti menggunakan kendaraan pribadi secara tepat dianggap sebagai hal yang penting untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. </p>
<p>Namun, hanya 32% dari responden dapat mengenali dengan benar bahwa beralih dari plastik ke tas kanvas (sama seperti analogi jus jeruk untuk diet) merupakan aksi dengan kategori dampak rendah. </p>
<p>Mengurangi perjalanan udara dan konsumsi daging mendapatkan peringkat yang salah dan berada di bagian bawah dari tindakan yang disarankan.</p>
<p><iframe id="BP8Eu" class="tc-infographic-datawrapper" src="https://datawrapper.dwcdn.net/BP8Eu/2/" height="400px" width="100%" style="border: none" frameborder="0"></iframe></p>
<p>Sejalan dengan riset sebelumnya tentang “<em>availibity heuristic</em>”, yaitu sebuah jalan pintas mental saat seseorang memberikan perhatian ekstra pada hal yang muncul dalam pikiran, maka seseorang akan fokus pada pilihan yang terlihat berbahaya secara kasat mata. </p>
<p>Atau, pada aksi-aksi yang menjadi simbol dari ramah lingkungan tapi tidak berhubungan dengan iklim. </p>
<p>Sebagai contoh, membuang sampah tidak menghasilkan emisi, namun kita melihat itu sebagai sama dengan penerbangan melintasi Samudera Pasifik yang tinggi polusi.</p>
<h2>Fokus hal penting</h2>
<p>Akhirnya, kami meminta peserta untuk membandingkan beberapa aksi tersebut, misalnya membandingkan waktu yang dibutuhkan untuk membeli makanan tanpa kemasan untuk menghemat jumlah emisi yang sama dengan 1 tahun tidak makan daging. </p>
<p>Sekitar setengah dari mereka menjawab 1 hingga 2 tahun. Jawaban yang benar adalah setidaknya 1 dekade.</p>
<p>Kami menemukan bahwa orang yang sangat peduli terhadap perubahan iklim tidak dapat membuat perbandingan yang akurat. </p>
<p>Ini relevan bagi mereka yang berjibaku dalam lisensi moral, “Saya mendaur ulang agar bisa terbang untuk liburan”, atau mereka yang sangat mencoba untuk mengoptimalkan batas karbon, “Saya berusaha keras agar membeli barang bekas karena memiliki punya jejak karbon yang lebih sedikit.”</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/5-ways-families-can-help-tackle-climate-change-126512">5 ways families can help tackle climate change</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Kesalahpahaman ini penting. </p>
<p>Mereka yang mengerti bahwa daging punya dampak iklim besar <a href="https://doi.org/10.1016/j.appet.2015.12.001">lebih bersedia</a> untuk makan daging lebih sedikit. </p>
<p><a href="https://fores.se/grounded-beyond-flygskam/">Dalam sebuah studi</a> tentang orang Swedia yang telah berhenti atau mengurangi perjalanan udara mereka, banyak yang menyatakan bahwa mereka sadar bahwa penerbangan berkontribusi pada sebagian besar “anggaran karbon” mereka.</p>
<p>Kami ingin agar masyarakat fokus pada aksi yang bermakna agar tidak menghabiskan tenaga dan uang untuk hal-hal yang tidak perlu. </p>
<p>Tapi, kami juga ingin agar mereka mengadopsi gaya hidup rendah karbon karena mereka cenderung <a href="https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2020.122015">mendukung kebijakan</a> yang mewajibkan semua orang untuk mengurangi polusi.</p>
<p><a href="https://www.vox.com/podcasts/2020/5/26/21269556/robert-frank-under-the-influence-ezra-klein-show-coronavirus">Ezra Klein menjelaskan</a> nilai dalam mengubah budaya yang lebih banyak daging dan mengendarai mobil SUV yang lebih besar di saat yang sama ketika kita mencoba mengubah kebijakan: “Kami, sebagai masyarakat, tidak akan memilih hal yang membuat kami merasa sebagai orang jahat.”</p>
<h2>Perubahan gaya hidup dan hal lain</h2>
<p>Istilah “jejak karbon” mendapatkan <a href="https://mashable.com/feature/carbon-footprint-pr-campaign-sham/">kritikan</a> akibat industri minyak menggunakan ini untuk mengalihkan tanggung jawab mereka kepada konsumen di masa lalu. </p>
<p>Namun, mengikuti jejak perjuangan dari gerakan <em>climate hawks</em> yang harus menentang segala taktik dari pencemar utama tidak berarti kita perlu meninggalkan segala upaya untuk mengubah gaya hidup.</p>
<p>Beberapa perusahaan besar khawatir bahwa perubahan gaya hidup ini akan mempengaruhi mereka. </p>
<p>Sebelum pandemi mempengaruhi seluruh industri, maskapai penerbangan telah mengambil <a href="https://www.latimes.com/business/story/2020-02-07/flight-shaming-airlines-climate-change-greta-thunberg">langkah-langkah</a> untuk mengantisipasi kehilangan bisnis akibat tumbuhnya rasa bersalah karena menambah emisi dari penerbangan, atau <em>flight shame</em>. </p>
<p><iframe id="Bk4HN" class="tc-infographic-datawrapper" src="https://datawrapper.dwcdn.net/Bk4HN/1/" height="400px" width="100%" style="border: none" frameborder="0"></iframe></p>
<p>Meskipun Anda yakin bahwa perubahan gaya hidup merupakan pengalihan dari aksi politik, dan terdapat beberapa <a href="https://doi.org/10.1038/nclimate3316">bukti kuat</a> terhadap hal ini, hasilnya menunjukkan bahwa masyarakat masih setengah-setengah dalam perubahan gaya hidup yang sepele, dan tidak banyak memberikan suara untuk kebijakan iklim.</p>
<p>Lalu, apa yang harus kita lakukan? </p>
<p>Kita dapat menguji cara dengan memberikan insentif atas perubahan gaya hidup sambil meningkatkan dukungan kebijakan, idealnya dengan sumber daya yang tidak lepas dari aksi politik. </p>
<p>Seperti proyek-proyek di kampus, kantor-kantor perusahaan, dan sekolah (anak 12 tahun tidak bisa memilih, tapi mereka dapat mempelajari apa itu makanan berkelanjutan dan bagaimana memasaknya).</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/flight-shaming-how-to-spread-the-campaign-that-made-swedes-give-up-flying-for-good-133842">Flight shaming: how to spread the campaign that made Swedes give up flying for good</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p><a href="https://doi.org/10.1038/s41558-018-0354-z">Dalam satu studi</a>, contohnya, peserta diberi masukan soal pembelian makanan, dalam konteks “<em>lightbulb minutes</em>”: berapa banyak gas rumah kaca yang dihasilkan oleh penggunaan lampu bohlam selama 1 menit. </p>
<p>Ini dapat menyebabkan perubahan positif pada pilihan konsumsi mereka. </p>
<p>Demikian pula orang yang memesan tiket penerbangan dapat diberi tahu tentang sebagian besar anggaran karbon tahunan mereka akan terpakai dalam satu perjalanan.</p>
<p>Pendekatan-pendekatan ini berguna karena membuat mereka memperhatikan soal perubahan iklim tanpa mewajibkan pemahaman individu terkait soal rumit jejak karbon.</p>
<p>Aktivis iklim, terutama kaum muda, cenderung <a href="https://www.eadi.org/publications/publication_65657/">peduli tentang aksi individual</a>. </p>
<p>Kita dapat menggunakan ini sebagai kesempatan untuk mendorong perubahan gaya hidup yang bermakna, serta meningkatkan dorongan untuk untuk kebijakan iklim yang sebenarnya sudah lewat batas waktu.</p>
<hr>
<p><em>Nadila Taufana Sahara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p>
<hr>
<p><em>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/145690/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Seth Wynes menerima dana dari Social Sciences and Humanities Research Council of Canada.</span></em></p>Mendaur ulang dan mematikan lampu adalah langkah baik, namun tidak sepenting mengurangi konsumsi daging, perjalanan udara, dan berkendara pada basis individual untuk perubahan iklim.Seth Wynes, PhD Candidate, Geography, University of British ColumbiaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1438632020-08-11T08:32:06Z2020-08-11T08:32:06ZKrustasea kecil dapat memecah mikroplastik menjadi serpihan plastik yang jauh lebih kecil<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/350864/original/file-20200803-22-cwn9hf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C917%2C466&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Gammarus duebeni, hewan mirip udang ini bisa memecah mikroplastik. </span> <span class="attribution"><span class="source">Alicia Mateos Cárdenas</span>, <span class="license">Author provided</span></span></figcaption></figure><p><a href="https://theconversation.com/uk/topics/microplastics-17592">Mikroplastik tersebar</a> di lautan dan samudera. Namun, sedikit yang diketahui tentang mikroplastik di sungai, danau, dan perairan tawar. </p>
<p>Kita belum tahu asal, di mana akan berakhir, dan yang terpenting, kerusakan yang timbul saat mikroplastik masuk rantai makanan. </p>
<p>Penyerpihan plastik selalu dikaitkan dengan proses sinar matahari atau pergerakan gelombang laut yang terjadi belasan atau puluhan tahun. </p>
<p>Namun, sebuah makhluk mungil mirip udang ternyata melakukan kerja serupa lebih cepat. </p>
<p>Saya khusus meneliti mikroplastik di lingkungan. </p>
<p>Dalam studi terbaru, saya dan beberapa kolega menemukan bahwa mikroplastik atau potongan plastik yang lebih kecil dari 5mm di perairan tawar bisa terpecah lagi menjadi serpihan lebih kecil (nanoplastik). </p>
<p>Mikroplastik dipecah menjadi nanoplastik - berukuran lebih kecil dari 1 mikrometer atau 5000 kali lebih kecil - oleh suatu jenis hewan invertebrata perairan tawar. </p>
<p>Dan, proses ini lebih cepat dari prediksi sebelumnya. </p>
<p>Hasil riset kami, baru saja terbit di <a href="http://www.nature.com/articles/s41598-020-69635-2"><em>Scientific Reports</em></a>, menyoroti peranan penyerpihan secara biologis pada mikroplastik yang belum banyak dipelajari. </p>
<p>Hewan invertebrata yang dimaksud adalah krustasea (binatang air yang berkulit keras, seperti udang dan kepiting) sepanjang 2cm, yaitu <em>Gammarus duebeni</em>, amphipoda (krustasea malacostraca tanpa karapaks) perairan tawar. </p>
<p>Spesies khusus ini tinggal di sungai-sungai di Irlandia. Namun, spesies ini adalah bagian kelompok invertebrata biasa ditemukan perairan tawar dan lautan di seluruh dunia. </p>
<p>Oleh sebab itu, penemuan kami memiliki konsekuensi besar dalam memahami mikroplastik.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Aliran sungai dan barisan pohon di pinggir sungai" src="https://images.theconversation.com/files/350625/original/file-20200731-24-xuuo06.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/350625/original/file-20200731-24-xuuo06.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/350625/original/file-20200731-24-xuuo06.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/350625/original/file-20200731-24-xuuo06.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/350625/original/file-20200731-24-xuuo06.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/350625/original/file-20200731-24-xuuo06.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/350625/original/file-20200731-24-xuuo06.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"><em>Gammarus duebeni</em> tinggal di air tawar di Irlandia, seperti aliran sungai di County Cork.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Alicia Mateos Cardenas</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Eksperimen semula kami bertujuan untuk melihat potensi dampak negatif (jika ada) mikroplastik bagi amphipoda. </p>
<p>Namun, beberapa hasil awal akhirnya membuat saya melakukan eksperimen baru dengan fokus mengumpulkan bukti bahwa <em>G. Duebeni</em> yang melakukan fragmentasi biologis atas mikroplastik. </p>
<p>Selanjutnya, saya memberi amphipoda paparan sejenis mikroplastik yang memiliki pewarna tertentu di dalam laboratorium. </p>
<p>Kemudian, saya membedah saluran pencernaan amphipoda tersebut dan mencoba melacak mikroplastik menggunakan mikroskop fluoresen. </p>
<p>Hasilnya, kami menyimpulkan bahwa <em>Gammarus duebeni</em> mampu memecah mikroplastik menjadi beberapa bentuk dan ukuran berbeda, termasuk nanoplastik, dalam waktu 4 hari.</p>
<p>Kami dapat melacak fragmentasi tersebut karena mikroplastik yang digunakan adalah “manik-manik mikro” (<em>microbeads</em>) dengan bentuk bulat sempurna. </p>
<p>Maka bila kami menemukan plastik-plastik dengan bentuk yang tidak beraturan dalam perut hewan ini, pastilah itu hasil fragmentasi oleh hewan ini. Dan, hampir 66% mikroplastik yang ditemukan dalam perut hewan-hewan ini terbukti telah terpecah secara biologis.</p>
<p>Menariknya, proporsi pecahan plastik yang lebih kecil meningkat ketika amphipoda berada di laboratorium dan berada di tempat yang bersih tanpa plastik dan hanya terpapar makanan.</p>
<p>Temuan ini mengindikasikan bahwa fragmentasi biologis berkaitan erat dengan proses makan.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/350626/original/file-20200731-19-uiyn59.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Gambar dari mikroskop" src="https://images.theconversation.com/files/350626/original/file-20200731-19-uiyn59.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/350626/original/file-20200731-19-uiyn59.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=222&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/350626/original/file-20200731-19-uiyn59.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=222&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/350626/original/file-20200731-19-uiyn59.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=222&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/350626/original/file-20200731-19-uiyn59.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=278&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/350626/original/file-20200731-19-uiyn59.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=278&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/350626/original/file-20200731-19-uiyn59.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=278&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Kiri: 2 mikroplastik yang terpecah dalam perut amphipoda. Kanan: fragmen nanoplastik.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Alicia Mateos Cardenas</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kami juga mengecek beberapa eksperimen sampingan untuk memastikan bahwa plastik ini memang dipecah oleh amphipoda dan bukan berasal dari sumber lain. Kami juga bisa memvisualisasikan partikel fluoresen dengan akurat.</p>
<h2>Mikropastik dalam rantai makanan</h2>
<p>Mengapa ini penting?</p>
<p>Kita tahu mikroplastik bisa terkumpul di perut burung laut dan ikan. </p>
<p>Pemahaman yang ada saat ini adalah bahwa nanoplastik - partikel yang lebih kecil - dapat menembus sel dan jaringan. Ini membuat kita sulit mendeteksi dampak yang ditimbulkan. </p>
<p>Temuan bahwa hewan biasa dapat memproduksi nanoplastik dalam jumlah besar dengan cepat sangat mengkhawatirkan. </p>
<p>Karena krustasea yang kami teliti dimakan oleh ikan dan burung, pecahan nanoplastik yang mereka hasilkan dapat masuk ke dalam rantai makanan.</p>
<p>Sebagai contoh, baru-baru ini, ilmuwan dari Universitas Cardiff untuk pertama kalinya mengemukakan bahwa <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/gcb.15139">mikroplastik telah masuk ke rantai makanan di sungai</a>.</p>
<p>Mikroplastik masuk dari invertebrata kecil melalui burung air (<em>dipper</em>), satu-satunya burung pengicau yang bisa berenang.</p>
<p>Mereka memeriksa muntahan dan pelet feses dari baik dari burung dewasa dan anakan, dan menemukan mikroplastik. </p>
<p>Kita masih belum sepenuhnya paham dampak mikroplastik ini pada burung, terutama di tahap awal hidup mereka.</p>
<p>Namun, temuan kami tentang fragmentasi biologis mikroplastik dapat membantu kita memahami peranan yang dimiliki hewan dalam menentukan apa yang terjadi pada plastik di perairan kita.</p>
<hr>
<p><em>Nadila Taufana Sahara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p>
<hr>
<p><em>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/143863/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Untuk studi ini, Alicia Mateos Cárdenas menerima dana dari Irish Environmental Protection Agency (EPA), di bawah EPA Research Programme 2014–2020. Program ini merupakan inisiatif dari Pemerintah Irlandia, didanai oleh Departemen Komunikasi, Aksi Iklim, dan Lingkungan. Ia dikelola oleh Environmental Protection Agency, yang memiliki fungsi sebagai coordinator dan promosi riset lingkungan hidup. Projek UCC ini dibawah pengawasan Profesor Marcel Jansen, Dr Frank van Pelt dan Profesor John O’Halloran.
</span></em></p>Temuan bahwa hewan biasa dapat memproduksi nanoplastik dalam jumlah besar dengan cepat, sangat mengkhawatirkan.Alicia Mateos Cárdenas, Postdoctoral Researcher, University College CorkLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1429102020-07-20T07:55:31Z2020-07-20T07:55:31ZCatatan untuk Jakarta: tiga masalah dalam larangan kantong plastik di ibu kota<p>Tren larangan dan pembatasan kantong plastik telah berkembang di seluruh dunia. Pada pertengahan 2018, <a href="https://www.wri.org/blog/2019/03/127-countries-now-regulate-plastic-bags-why-arent-we-seeing-less-pollution">lebih dari 127 negara</a> menetapkan regulasi tentang pembatasan penggunaan kantong plastik.</p>
<p>Angka tersebut <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0956053X19300960">meningkat lebih dari 3 kali lipat</a> selama dekade terakhir. </p>
<p>Jakarta adalah salah satu yang mengadopsi larangan tersebut.</p>
<p>Jakarta, ibu kota Indonesia, merupakan pencemar sampah plastik terbesar kedua di lautan. Kemudian Jepang, yang <a href="https://www.usnews.com/news/business/articles/2019-06-25/big-plastic-user-japan-fights-waste-ahead-of-g-20-summit">menempati urutan kedua</a> untuk volume kemasan plastik sekali pakai per orang.</p>
<p>Pada 1 Juli, kedua negara melarang penggunaan kantong plastik gratis di toko-toko.</p>
<p>Kebijakan terbaru di Jakarta, yang berupa larangan langsung, dan Jepang, yang berupa biaya tambahan, merupakan kebijakan penting yang berusaha meninggalkan logika ekonomi penggunaan barang sekali pakai.</p>
<p>Kebijakan ini memang seharusnya mengurangi jumlah angka kantong plastik yang, <a href="https://www.wired.com/2016/06/banning-plastic-bags-great-world-right-not-fast/">“menyumbat sistem saluran pembuangan, merusak lingkungan, terdegradasi menjadi polusi mikroplastik sekunder, dan membunuh satwa”</a>. </p>
<p>Selain itu, dapat meningkatkan kesadaran lingkungan di kalangan konsumen.</p>
<p>Terlepas dari niatan baik dari kebijakan tersebut, ada tiga masalah dalam larangan penggunaan kantong plastik: </p>
<h2>1. Plastik bukan sumber pencemaran plastik yang terbesar</h2>
<p>Sampah plastik memang masalah yang serius. Manusia menggunakan sebanyak <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0956053X19300960">1 triliun “kantong pembawa” sekali pakai</a>, sekitar 128 per orang per tahun.</p>
<p>Jumlah penggunaan plastik sekali pakai jauh lebih besar, yakni <a href="https://www.nrdc.org/stories/single-use-plastics-101">150 juta ton per tahun</a>.</p>
<p>Sama saja dengan 19,32 kg botol sekali pakai, alat makan, sedotan, kemasan, dan lainnya dari <a href="https://www.worldometers.info/world-population/">setiap orang di planet ini</a>.</p>
<p>Namun, riset terbaru menunjukkan kantong plastik hanya merupakan <a href="https://www.nature.com/articles/s41598-019-55065-2">sebagian kecil dari sampah laut</a> di perairan sekitar Jakarta. Kemasan dan kantong plastik, baik yang tipis maupun tebal, hanya berjumlah lebih dari <a href="https://www.nature.com/articles/s41598-019-55065-2">13,5% dari sampah yang ditemukan dan 8,5% dari berat mereka</a>.</p>
<p>Di Jepang, kantong belanja plastik hanya <a href="https://www.japantimes.co.jp/news/2020/06/30/national/all-japan-stores-to-charge-for-plastic-bags/">2% dari keseluruhan sampah plastik</a> di negara tersebut.</p>
<p>Selain itu, meski kantong plastik nampak bagi kita, kita perlu ingat bahwa apa yang ada di dalamnya seringkali lebih berbahaya bagi lingkungan daripada kantong itu sendiri.</p>
<p>Misalnya, produk dengan kemasan plastik berat dan wadah beratnya bisa berkali-kali lipat dari kantong plastik.</p>
<p>Atau, pertimbangkan barang-barang yang dibungkus itu sendiri, mulai dari pelarut pembersih beracun, stroberi yang diimpor dari lokasi yang jauh, hingga soda dalam kaleng aluminium.</p>
<h2>2. Konsumen dapat beralih ke alternatif yang lebih buruk</h2>
<p>Bukti dari pelarangan kantong plastik menunjukkan bahwa kebijakan ini memang mengurangi penggunaan kantong plastik, tapi <a href="https://www.wired.com/2016/06/banning-plastic-bags-great-world-right-not-fast/">terkadang menyebabkan bahaya lain bagi lingkungan</a> jika konsumen <a href="https://www.lifecycleinitiative.org/wp-content/uploads/2020/04/Single-use-plastic-bags-and-alternatives-Recommendations-from-LCA-final.pdf">beralih ke material lain dengan jejak karbon yang lebih besar</a>.</p>
<p>Tas yang terbuat dari kertas membutuhkan <a href="https://www.bbc.com/news/business-47027792">400% lebih banyak energi untuk membuatnya, belum lagi pohon dan penggunaan bahan kimia yang berbahaya dalam proses pembuatannya</a>.</p>
<p>Menanam kapas untuk membuat tas yang terbuat dari kain <a href="https://blogs.ei.columbia.edu/2020/04/30/plastic-paper-cotton-bags/">membutuhkan lahan, jumlah air yang besar, pupuk kimia, dan pestisida</a>.</p>
<p>Kantong plastik menggunakan bahan bakar fosil, sumberdaya yang tak terbarukan dan permanen, <a href="https://blogs.ei.columbia.edu/2020/04/30/plastic-paper-cotton-bags/">dan masuk ke aliran limbah </a>.</p>
<p>Mereka juga dapat <a href="https://www.lifecycleinitiative.org/wp-content/uploads/2020/04/Single-use-plastic-bags-and-alternatives-Recommendations-from-LCA-final.pdf">menyebabkan lebih banyak polusi di darat dan di saluran air, namun dengan efek yang lebih minim pada perubahan iklim dan penggunaan lahan</a> dibanding jenis kantong lainnya.</p>
<p>Kantong plastik yang mudah terurai, anehnya, mungkin <a href="https://www.lifecycleinitiative.org/wp-content/uploads/2020/04/Single-use-plastic-bags-and-alternatives-Recommendations-from-LCA-final.pdf">bisa jadi “pilihan yang paling buruk”</a> karena mereka juga berbahaya untuk iklim dan tanah, menyebabkan polusi air, dan mengeluarkan emisi beracun.</p>
<p>Pada akhirnya, keputusan tentang tipe kantong mana yang akan digunakan berhubungan dengan perihal isu lingkungan mana yang diprioritaskan.</p>
<h2>3. Konsumen yang merasa sudah menyelamatkan lingkungan dengan tidak menggunakan kantong plastik, akan merusak lingkungan dengan cara lain</h2>
<p>Peneliti psikologi <a href="https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fpsyg.2019.00348/full">menemukan</a> bahwa orang seringkali membahayakan lingkungan ketika mereka mencoba menyelamatkan bumi.</p>
<p>Misalnya, mereka cenderung akan lebih banyak membeli produk, seperti bahan makanan, hanya karena produk tersebut memiliki label ramah lingkungan.</p>
<p>Ini berhubungan dengan konsep perilaku kompensasi.</p>
<p>Misalnya, orang mungkin merasa bahwa, karena mereka mendaur ulang, mereka tidak perlu ragu makan daging ekstra minggu itu. Atau, karena mereka jalan kaki ke toko ketimbang menyetir, mereka merasa boleh membeli baju berlebih.</p>
<p>Terkadang tindakan kompensasi ini adalah upaya dalam mengantisipasi tindakan merusak lingkungan.</p>
<p>Misalnya, penumpang yang berusaha membeli sebagian jumlah emisi karbon yang dihasilkan ketika bepergian dengan pesawat terbang merasa hal tersebut tindakan tepat.</p>
<p>Namun, dari perspektif lingkungan, tindakan yang paling tepat adalah tidak bepergian menggunakan pesawat. </p>
<p>Intinya, mengurangi penggunaan kantong plastik dapat membuat orang lain merasa bahwa mereka memiliki kewenangan untuk melakukan tindakan lain yang lebih merugikan lingkungan.</p>
<p>Lantas, apa yang harus kita lakukan?</p>
<h2>Langkah selanjutnya</h2>
<p>Pada akhirnya, keuntungan terbesar dari larangan kantong plastik adalah upaya dalam dalam mengubah cara pandang kita terhadap lingkungan.</p>
<p>Riset menghubungkan biaya untuk kantong plastik dengan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6399129/">perubahan sikap di antara konsumen</a>, termasuk dukungan untuk kebijakan lingkungan tambahan.</p>
<p>Ada pergeseran norma yang lebih luas, seiring <a href="https://www.tandfonline.com/doi/pdf/10.1080/09644010902823717">“munculnya norma anti- kantong plastik yang cepat dan menjamur di seluruh dunia</a>”. </p>
<p>Harapannya, kesadaran yang meningkat tersebut juga bisa meningkatkan kesadaran tentang dampak lingkungan dan mengubah gaya hidup. </p>
<p>Hal tersebut memberikan beberapa pencerahan terkait penggunaan tas kemasan.</p>
<p>Sebagai contoh, berdasarkan data Badan PBB untuk Program Lingkungan (UNEP), <a href="https://www.lifecycleinitiative.org/wp-content/uploads/2020/04/Single-use-plastic-bags-and-alternatives-Recommendations-from-LCA-final.pdf">kantong kain yang digunakan sekitar 50-150 kali lebih baik</a> dibanding kantong plastik sekali pakai.</p>
<p>Jika Anda ingin mengurangi kerusakan lingkungan, pakailah 2 kali untuk mengurangi dampak lingkungan hingga setengahnya. Ingin mengurangi hingga 25%? Pakailah 4 kali. Ingin mengurangi hingga 90%? Pakailah 10 kali.</p>
<p>Jika kita punya kantong atau tas yang dapat digunakan kembali, kita perlu untuk benar-benar menggunakan berulang kali. Artikel di <em>Popular Science</em> <a href="https://www.popsci.com/plastic-bag-better-than-reusable-tote/">mengatakan</a>: “terlepas dari bahannya, kantong terbaik adalah kantong yang sudah Anda miliki.”</p>
<p>Pada akhirnya, apakah kantong plastik harus dilarang? Tidak juga, tapi dampaknya terhadap lingkungan harus dipertimbangkan dengan hati-hati.</p>
<hr>
<p><em>Nadila Taufana Sahara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p>
<hr>
<p><em>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</em>__</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/142910/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>David D. Sussman tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Apakah kita harus melarang penggunaan kantong plastik?David D. Sussman, Visiting Scholar, Tufts UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1326822020-04-13T09:43:46Z2020-04-13T09:43:46ZTiga kendala ini sebabkan rendahnya upaya pemilahan sampah di Indonesia<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/319021/original/file-20200306-106557-2c0vvo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=66%2C22%2C7282%2C4847&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Penyediaan sarana dan prasarana penampungan sampah di Indonesia masih belum meningkatkan upaya pemilahan sampah. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/UbxvMVYKoxY">Lucas van Oort/Unsplash</a></span></figcaption></figure><p>Sampah merupakan salah satu isu penting perkotaan. Setidaknya <a href="https://katadata.co.id/analisisdata/2019/11/26/kelola-sampah-mulai-dari-rumah">175 ribu ton sampah per hari</a> dihasilkan dari seluruh Indonesia. Pemerintah sendiri sudah mengumumkan target pengurangan sampah <a href="http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/ln/2017/ps97-2017.pdf">hingga 30% pada tahun 2025</a>.</p>
<p>Target yang sangat ambisius. Namun, bukan tidak mungkin tercapai apabila bisa melibatkan semua pihak. </p>
<p>Di bawah Program PILAH (singkatan dari Peningkatan Daur Ulang dan Kolaborasi Pengelolaan Sampah) yang merupakan bagian dari <a href="https://id.usembassy.gov/u-s-and-indonesia-combat-marine-plastic-waste/">Program Hibah dari USAID</a>, penelitian kami dari <a href="https://www.undip.ac.id/language/en/">Universitas Diponegoro</a> bersama <a href="https://bintari.org">Yayasan Bintari</a>, yayasan yang bergerak dalam bidang lingkungan hidup, menyimpulkan bahwa pembangunan tempat pengelolaan sampah 3R <em>(Reduce, Reuse, and Recycle)</em> atau TPS-3R dan bank sampah menjadi dua program andalan pemerintah daerah untuk mencapai target tersebut.</p>
<p>Sayangnya, kedua program ini masih menemui kendala di lapangan dan membuat masyarakat menjadi skeptis terhadap upaya pemilahan sampah yang merupakan upaya awal penting dalam mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir. </p>
<h2>Mengenal lebih jauh TPS-3R dan bank sampah</h2>
<p>Untuk mengatasi penumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang sudah <a href="https://megapolitan.kompas.com/read/2019/09/20/16103741/tpst-bantargebang-diprediksi-overload-2021-bekasi-belum-tahu-rencana-dki">kelebihan kapasitas</a>, maka sampah seharusnya <a href="http://birohukum.pu.go.id/uploads/DPU/2013/PermenPU03-2013.pdf">dipilah dulu mulai dari rumah tangga</a>.</p>
<p>Secara sederhana, sampah di Indonesia minimal terpilah menjadi dua jenis yaitu sampah anorganik (plastik dan kardus) dan organik (sisa-sisa makanan). </p>
<p>TPS-3R dan bank sampah merupakan dua program pemerintah yang diharapkan bisa mendorong masyarakat untuk melakukan kegiatan pemilahan sampah. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/325998/original/file-20200407-182957-1e1tie3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/325998/original/file-20200407-182957-1e1tie3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=424&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/325998/original/file-20200407-182957-1e1tie3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=424&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/325998/original/file-20200407-182957-1e1tie3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=424&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/325998/original/file-20200407-182957-1e1tie3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=533&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/325998/original/file-20200407-182957-1e1tie3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=533&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/325998/original/file-20200407-182957-1e1tie3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=533&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">TPS 3R Dadi Resik, Pedurungan Lor, Kota Semarang (Dalam)</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kegiatan di TPS-3R mencakup daur ulang sampah anorganik (plastik dan kardus) dan pengolahan sampah organik (sisa makanan menjadi kompos).</p>
<p>TPS-3R biasanya memiliki <a href="http://elearning.litbang.pu.go.id/teknologi/TPS3R">teknologi pencacah sampah dan pengayak kompos</a> yang lebih efektif dan efisien. <a href="http://elearning.litbang.pu.go.id/teknologi/TPS3R">Hasil kompos dari TPS-3R</a> akan dijual untuk pupuk tanaman hias atau digunakan di lahan sekitar areal TPS.</p>
<p>Sementara, bank sampah merupakan solusi yang terlihat ideal dan praktis untuk mengurangi <a href="http://sipsn.menlhk.go.id/?q=3a-sumber-sampah&field_f_wilayah_tid=_none&field_kat_kota_tid=All&field_periode_id_tid=2168">sampah rumah tangga</a> sekaligus <a href="https://www.unilever.co.id/id/Images/buku-panduan-sistem-bank-sampah-10-kisah-sukses-ina-id_tcm1310-514974_id.pdf">memberikan manfaat</a> ekonomi bagi masyarakat dan pengelola.</p>
<p>Layaknya sistem perbankan, warga menabung bukan dengan uang melainkan dengan sampah kering, seperti plastik, kertas, kardus. Mereka akan mendapatkan buku tabungan dan bisa meminjam uang. Pengembalian pinjaman berupa sampah senilai dengan uang yang dipinjam. </p>
<p>Namun, kedua program tersebut belum bisa mendorong upaya pemilahan sampah yang dilakukan mandiri oleh masyarakat karena tiga hal berikut : </p>
<p><strong>1) Masyarakat skeptis</strong></p>
<p>Di Indonesia, masyarakat skeptis dengan kegiatan pemilahan sampah karena mereka
melihat sampah yang sudah dipisahkan nantinya akan tercampur juga di dalam truk dan gerobak sampah. </p>
<p><strong>2) Sarana dan prasarana</strong></p>
<p>Keterbatasan fasilitas di TPS-3R dan bank sampah juga menjadi masalah. </p>
<p>Pemerintah kota seperti di Semarang contohnya terlihat kewalahan memberikan bantuan sarana dan prasarana pendukung untuk bank sampah, seperti gudang, mesin pencacah, armada angkut, maupun pendampingan tentang pengelolaan fasilitas TPS-3R.</p>
<p><strong>3) Pengelolaan secara profesional</strong> </p>
<p>Pengelolaan sampah di daerah berjalan tidak maksimal karena tidak ditangani oleh orang yang profesional dan ahli di bidang persampahan. </p>
<p>Dari 28 lokasi TPS-3R di Semarang, Jawa Tengah, hanya empat yang dikelola secara profesional dan beroperasi dengan baik. </p>
<p>Demikian juga dengan pengelolaan bank sampah. Bank sampah biasanya dipegang oleh individu secara sukarela, terutama oleh ibu rumah tangga. Seringkali, bank sampah tidak bisa menutup biaya pengeluaran, seperti aset, fasilitas, dan operasional karena tergantung kepada partisipasi aktif nasabah. </p>
<p>Ketika pengelola bank sampah merasa waktu dan tenaga yang tercurah tidak sepadan dengan manfaat ekonomi, maka mereka akan memilih untuk berhenti. </p>
<p>Berdasarkan analisis kami di kota Semarang, tingkatan terendah agar bank sampah bisa menutup biaya pengeluaran adalah memiliki sekitar 400 rumah tangga sebagai anggota aktif dengan estimasi produksi sampah per orang 0,6 kg, dengan tingkat daur ulang 20% dan rata-rata harga limbah daur ulang senilai Rp 1.000. </p>
<h2>Rekomendasi</h2>
<p>Kami <a href="https://bintari.org/ringkasan-kebijakan-policy-brief-untuk-peningkatan-kapasitas-daur-ulang-di-kota-semarang/">merekomendasikan beberapa upaya</a> untuk mendorong kegiatan pemilahan masyarakat di perkotaan :</p>
<p>1) Menghubungkan sistem TPS-3R hingga ke tingkat rumah tangga. </p>
<p>Hal ini bisa dilakukan dengan misalnya memberikan bantuan atau subsidi (baik secara penuh atau parsial) tempat pilah sampah di tingkat rumah tangga, bantuan gerobak dengan pengumpulan terpisah (organik dan anorganik) dari rumah tangga ke TPS-3R, dan pengadaan moda pengangkutan terpisah dari TPS-3R ke industri daur ulang. </p>
<p>2) Penguatan ketrampilan dan pengetahuan para operator TPS-3R dan bank sampah, tidak sekadar memberikan bantuan fasilitas atau peralatan. </p>
<p>Pemerintah kota perlu berkomitmen untuk pendampingan yang lebih lama sehingga TPS-3R dan bank sampah bisa mandiri dan beroperasi dengan benar. Misalnya, pemerintah kota bisa mempekerjakan tenaga pendamping lapangan untuk kegiatan daur ulang.</p>
<p>3) Rekrut tenaga pria</p>
<p>Pengelolaan sampah rumah tangga didominasi oleh perempuan. Ini terjadi karena konstruksi budaya yang menempatkan sampah rumah tangga sebagai urusan perempuan. </p>
<p>Hal ini mengakibatkan banyak pekerjaan seperti pengepakan, penyimpanan, dan pengangkutan terabaikan. </p>
<p>4) Menggabungkan TPS-3R dengan bank sampah apabila diperlukan. Ini dimaksudkan agar tidak muncul rasa kompetisi antara kedua program di satu daerah dan menumbuhkan bisnis sampah yang sehat.</p>
<p>5) Mengintegrasikan bank sampah dengan sektor informal, yaitu pengepul kecil hingga besar, sebagai para pemain dalam bisnis daur ulang.</p>
<p>Contohnya, membangun jejaring seperti <a href="https://banksampah.id">banksampah.id</a> yang bisa memotong mata rantai produksi dan memperkuat nilai tawar bank sampah. </p>
<p>Kerjasama ini sangat memungkinkan karena pengepul juga kesulitan untuk memenuhi bahan baku industri daur ulang dan biasa mengambil dari kota lain.</p>
<hr>
<p>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/132682/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Rukuh menjadi konsultan Yayasan Bintari terkait studi kebijakan daur ulang pada Program Peningkatan Daur Ulang dan Kolaborasi Pengelolaan Sampah (PILAH) dengan dukungan pendanaan hibah USAID selama 2019-2020. Tulisan ini dirumusakan bersama dengan Moh Nurhadi dan Feri Prihantoro sebagai koordinator dan manajer program Yayasan Bintari.</span></em></p>TPS 3R dan bank sampah adalah dua garda terdepan pemda untuk capai target pengurangan sampah di perkotaan. Meski jumlah TPS 3R dan bank sampah meningkat pesat, mengapa tingkat daur ulang masih rendah?Rukuh Setiadi, Senior Lecturer in Urban and Regional Planning, Universitas DiponegoroLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1322002020-02-28T07:15:11Z2020-02-28T07:15:11ZPeriset temukan banyak celah pada aturan baru yang akan benar-benar melarang penggunaan plastik tahun 2030<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/317746/original/file-20200228-24676-dpww66.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=5%2C5%2C1891%2C1431&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Produsen juga bertanggung jawab dalam membatasi penumpukan sampah plastik di Indonesia.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://pixabay.com/id/photos/botol-plastik-botol-daur-ulang-115074/"> Hans Braxmeier/Pixabay</a></span></figcaption></figure><p>Kita kemungkinan besar tidak akan lagi melihat kantong plastik, alat makan plastik, sedotan plastik, dan segala macam bentuk sampah plastik mulai 1 Januari 2030. </p>
<p>Kondisi tersebut merupakan konsekuensi dari aturan pemerintah yang akan melarang pemilik industri makanan dan minuman serta pemilik kafe, restoran, dan pusat perbelanjaan menggunakan berbagai jenis produk plastik sekali pakai seperti <em>styrofoam</em>, kantong plastik ukuran kecil (saset), dan sedotan plastik pada awal tahun 2030.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/317736/original/file-20200228-24668-1k8gcr9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/317736/original/file-20200228-24668-1k8gcr9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=407&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/317736/original/file-20200228-24668-1k8gcr9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=407&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/317736/original/file-20200228-24668-1k8gcr9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=407&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/317736/original/file-20200228-24668-1k8gcr9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=512&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/317736/original/file-20200228-24668-1k8gcr9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=512&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/317736/original/file-20200228-24668-1k8gcr9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=512&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Alat makan plastik seperti ini tidak akan boleh beredar mulai tahun 2030. Hal ini sebagai upaya pemerintah Indonesia mengurangi sampah plastik hingga 30%.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/160866001@N07/31234874478">Marco Verch/flickr</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Larangan tersebut dikeluarkan dalam rangka mewujudkan <a href="http://jdih.menlhk.co.id/uploads/files/P_75_2019_PETA_JALAN_SAMPAH_menlhk_12162019142914.pdf">peta jalan pengurangan sampah</a> yang dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang terbit Desember 2019 lalu.</p>
<p>Dalam targetnya, KLHK menargetkan akan mengurangi empat jenis sampah, yakni sampah plastik, kertas, kaca dan kaleng aluminium, sebesar 30% pada tahun 2030 dari total timbulan sampah nasional tahun lalu yang mana khusus untuk sampah plastik berjumlah 175.000 ton.</p>
<p>Namun, sebagai peneliti kebijakan untuk pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, saya menemukan beberapa celah dalam aturan tersebut, terutama untuk sampah plastik. </p>
<h2>Celah pertama : terlalu longgar</h2>
<p>Sebenarnya, sebelum larangan penggunaan beberapa produk plastik sekali pakai berlaku pada 1 Januari 2030, KLHK sudah mewajibkan agar produsen mendaur ulang produk-produk plastik sekali pakai yang dilarang tersebut.</p>
<p>Selain itu, produsen di bidang manufaktur didorong untuk menghentikan produksi botol plastik sekali pakai dengan volume di bawah 1 liter untuk minuman, di bawah 200 gram untuk makanan, di bawah 500 mililiter untuk barang konsumen, hingga di bawah 500 mililiter untuk sabun cair dan sampo.</p>
<p>Meski sudah secara spesifik mencantumkan produk-produk apa saja yang dilarang, peraturan tersebut tidak mewajibkan produsen untuk melakukan pembatasan timbulan sampah dalam cara pengurangan sampah plastiknya.</p>
<p>Mereka bisa memilih antara tiga cara, yaitu pembatasan timbulan sampah (<em>reduce</em>), pemanfaatan kembali sampah (<em>reuse</em>), atau pendauran ulang sampah (<em>recycle</em>).</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/317737/original/file-20200228-24685-z099ke.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/317737/original/file-20200228-24685-z099ke.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/317737/original/file-20200228-24685-z099ke.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/317737/original/file-20200228-24685-z099ke.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/317737/original/file-20200228-24685-z099ke.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/317737/original/file-20200228-24685-z099ke.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/317737/original/file-20200228-24685-z099ke.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Memisahkan sampah baru satu kegiatan dalam pengelolaan sampah yang baik dan benar. Langkah awal justru harus melalui pembatasan sampah yang bisa dilakukan oleh produsen.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/a/a7/NEA_recycling_bins%2C_Orchard_Road.JPG">Terence Ong /wikimedia</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Apabila tidak diwajibkan, maka produsen boleh memilih hanya satu cara saja, misalnya hanya <em>recycle</em> yang tidak bisa sepenuhnya mengurangi timbulan sampah plastik. Padahal, kemampuan Indonesia untuk mendaur ulang plastik <a href="https://www.mongabay.co.id/2019/09/10/daur-ulang-sampah-plastik-di-indonesia-rendah/">masih rendah</a>, kurang dari 10% dari total produksi sampah.</p>
<p>Dalam tata kelola sampah, langkah awal yang krusial adalah dengan membatasi timbulan sampah atau <em>reduce</em>. </p>
<p>Kegiatan ini bisa mencegah produk-produk plastik sekali pakai menjadi <a href="https://www.alexandriava.gov/uploadedFiles/tes/solidwaste/info/RecyclingPlasticComplications.pdf">sampah yang tidak bisa digunakan kembali atau didaur ulang</a>. Dan, akhirnya bisa mengurangi beban sampah plastik menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).</p>
<p>Sayangnya, <a href="http://jdih.menlhk.co.id/uploads/files/P_75_2019_PETA_JALAN_SAMPAH_menlhk_12162019142914.pdf">peraturan</a> tersebut tidak mewajibkan pemilik usaha untuk membatasi jumlah sampah mereka. </p>
<h2>Celah kedua : belum mengatur <em>microbeads</em> dan plastik <em>biodegradable</em></h2>
<p><em><a href="https://www.beatthemicrobead.org/faq/">Microbeads</a></em> adalah butir plastik yang sangat kecil dengan ukuran kurang dari 5 milimeter. <em>Microbeads</em> biasanya ditemukan dalam produk kosmetik dan perawatan tubuh. </p>
<p>Butiran plastik ini sama sekali tidak bisa didaur ulang maupun dimanfaatkan kembali. Sementara, plastik <em>biodegradable</em>, seperti <a href="https://eur-lex.europa.eu/legal-content/EN/TXT/PDF/?uri=CELEX:52018DC0035&from=EN"><em>oxo-degradable</em></a> atau <em><a href="https://zerowasteeurope.eu/wp-content/uploads/2018/07/Rethink-Plastic-infographic-Bioplastics.pdf">bio-based plastics</a></em>, akan menghasilkan plastik dalam ukuran sangat kecil, atau disebut mikroplastik yang mencemari lingkungan karena tidak mudah untuk didaur ulang.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/uAiIGd_JqZc?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">The Story of Microbeads.</span></figcaption>
</figure>
<p>Saat ini hanya <a href="https://zerowasteeurope.eu/wp-content/uploads/2018/07/Rethink-Plastic-infographic-Bioplastics.pdf">40% dari <em>bio-based plastics</em></a>(plastik yang terbuat dari bahan yang bisa diolah kembali) yang dirancang sebagai produk yang mudah terurai dan bisa diolah menjadi kompos. </p>
<p>Uni Eropa bahkan sudah memberlakukan <a href="https://www.lexology.com/library/detail.aspx?g=7f09dc49-da81-46e9-ad8a-a1a004873c3b">pelarangan pada jenis plastik <em>oxo-degradable</em></a>.</p>
<h2>Celah ketiga : tidak mengatur partisipasi publik</h2>
<p>Peraturan menteri tersebut tidak menyediakan ruang bagi masyarakat untuk menyampaikan saran, pendapat atau tanggapan terkait rencana pengurangan sampah plastik yang disampaikan oleh produsen. </p>
<p>Akses partisipasi publik melalui saran, pendapat dan tanggapan dari masyarakat bisa menjadi ruang komunikasi antar konsumen dan produsen dan memberikan perbaikan bagi pelaksanaan pengurangan sampah plastik oleh produsen.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/4-masalah-dalam-larangan-penggunaan-kantong-plastik-di-jakarta-yang-mulai-berlaku-juli-130953">4 masalah dalam larangan penggunaan kantong plastik di Jakarta yang mulai berlaku Juli</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Rekomendasi sebelum 2030</h2>
<p>Tapi, ada beberapa rekomendasi yang sebaiknya juga dikerjakan oleh pemerintah dan produsen : </p>
<p>Pertama, produsen wajib mencantumkan rencana untuk membatasi timbulan sampah (<em>reduce</em>) dan menggunakan produk plastik yang bisa digunakan kembali (<em>reuse</em>).</p>
<p><em>Reuse</em> bisa dilakukan dengan sistem pengisian ulang (<em>refillable</em>) untuk mengganti produk plastik sekali pakai seperti saset dan botol plastik. </p>
<p>Kedua, pemerintah harus memastikan kegiatan daur ulang plastik oleh produsen minim menghasilkan residu dan risiko pencemaran lingkungan.</p>
<p>Pemerintah harus menyadari bahwa mayoritas produk plastik yang didaur ulang tidak
tidak bisa menjadi produk yang sama dan cenderung memiliki nilai lebih rendah.
Jangan sampai mendaur ulang sampah yang tidak bisa didaur ulang kembali dan akhirnya dibuang di TPA.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/ahli-3-solusi-untuk-kurangi-sampah-makanan-130414">Ahli: 3 solusi untuk kurangi sampah makanan</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Ketiga, pemerintah perlu melakukan inventarisasi atas produk plastik sekali pakai yang belum masuk ke dalam peraturan tersebut, misalnya <em>microbeads</em>. </p>
<p>Terakhir, pemerintah wajib mempublikasikan rencana pengurangan sampah plastik oleh produsen kepada publik. Dan, publik memiliki hak menyampaikan pendapat terhadap rencana tersebut.</p>
<hr>
<p><em>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a></em>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/132200/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Fajri Fadhillah tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Kemasan plastik, alat makan dan minum plastik serta styrofoam akan hilang dari peredaran di Indonesia mulai Januari 2030. Namun, masih ada celah dalam peraturan yang perlu diatasi.Fajri Fadhillah, Peneliti Hukum pada Divisi Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup, Indonesian Center for Environmental Law (ICEL) Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1319272020-02-21T02:17:20Z2020-02-21T02:17:20ZRiset: Ciliwung termasuk sungai terkotor di dunia<p><em>Artikel ini diterbitkan untuk Hari Peduli Sampah Nasional yang jatuh pada tanggal 21 Februari.</em></p>
<hr>
<p>Disebut sebagai <a href="https://ipb.ac.id/news/index/2018/10/indonesia-is-the-second-largest-plastic-waste-contributor-in-the-world/65b58e2ccb3ffe42cd0470ea3624b018">negara terbesar kedua penyumbang sampah plastik lautan di dunia</a>, Indonesia memiliki target ambisius untuk mengurangi sampah plastik lautan <a href="https://jakartaglobe.id/news/indonesia-to-reduce-plastic-waste-70-by-2025/">hingga 70% pada tahun 2025</a>. </p>
<p>Pemerintah Indonesia mungkin harus mempertimbangkan beberapa hal untuk mencapai target tersebut. </p>
<p><a href="https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1748-9326/ab30e8">Penelitian kami</a> di tahun 2018 mengindikasikan bahwa sungai Ciliwung, yang membelah ibukota negara, Jakarta, berada dalam daftar sungai terkotor di dunia. </p>
<p>Penelitian yang melibatkan ilmuwan dari Indonesia dan Belanda, serta bekerja sama dengan <a href="https://waste4change.com/official/">Waste4Change</a> tersebut menemukan bahwa sampel yang diambil dari sungai Ciliwung tercemar lebih parah ketimbang dari setidaknya 20 sungai di Eropa dan Asia Tenggara yang juga menjadi subyek penelitian kami. </p>
<p>Kami melakukan pengawasan terhadap makroplastik, atau plastik dengan ukuran lebih dari lima milimeter, di lima lokasi di sepanjang sungai Ciliwung di bulan Mei 2018. Hasilnya, sebanyak 20.000 barang berbahan plastik mengalir ke Laut Jawa setiap jam. </p>
<p>Angka ini jauh lebih tinggi daripada <a href="https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1748-9326/ab5468/meta">sungai Chao Phraya</a> di Thailand sebanyak 5.000 barang per jam, <a href="https://research.wur.nl/en/publications/seine-plastic-debris-transport-tenfolded-during-increased-river-d">sungai Seine</a> di Prancis sebanyak 700 per jam and <a href="https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fmars.2020.00010/full">sungai Rhine</a> di Belanda dengan 80 per jam.</p>
<p>Selain itu, studi ini juga menghitung berat total sampah plastik dari seluruh kali di Jakarta mencapai <a href="https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1748-9326/ab30e8">2,1 juta kilogram</a>. Ini setara dengan 1.000 mobil Tesla Model S. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/315930/original/file-20200218-11040-z30v0b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/315930/original/file-20200218-11040-z30v0b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=329&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/315930/original/file-20200218-11040-z30v0b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=329&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/315930/original/file-20200218-11040-z30v0b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=329&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/315930/original/file-20200218-11040-z30v0b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=414&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/315930/original/file-20200218-11040-z30v0b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=414&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/315930/original/file-20200218-11040-z30v0b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=414&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Barang berbahan plastik seberat 2 juta kilogram, atau seribu mobil model ini, mengalir ke lautan. Ini baru dari kali-kali di Jakarta.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Tesla_Model_S_(Facelift_ab_04-2016)_trimmed.jpg">wikimedia commons</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Penemuan menarik lainnya</h2>
<p>Dari lima lokasi yang kami survei, kami lebih banyak menemukan kantong plastik dan bungkusan makanan plastik. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat banyak membuang sampah rumah tangga mereka langsung ke sistem air.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/315918/original/file-20200218-11005-1cy0qx5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/315918/original/file-20200218-11005-1cy0qx5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=612&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/315918/original/file-20200218-11005-1cy0qx5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=612&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/315918/original/file-20200218-11005-1cy0qx5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=612&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/315918/original/file-20200218-11005-1cy0qx5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=768&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/315918/original/file-20200218-11005-1cy0qx5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=768&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/315918/original/file-20200218-11005-1cy0qx5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=768&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Figure 1. (A) Jawa, Jakarta dan Laut Jawa. (B) Overview lokasi monitoring dan lokasi data hidrodinamik di Jakarta, Indonesia. (1) BKB-Angke (Ciliwung), (2) Cengkareng Kapuk (Pesanggrahan), (3) BKT (beragam), (4) Sunter mouth (Sunter), (5) Cakung <em>mouth</em> (Cakung), (6) BKB-Grogol (Ciliwung), dan (7) Haryono (Ciliwung).</span>
<span class="attribution"><span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Penemuan lainnya adalah jumlah sampah plastik lebih tinggi saat lebih banyak air. Hal ini menjadi penting karena menunjukkan bahwa sampah plastik akan lebih banyak dialirkan pada musim hujan, yang menjadi puncak aliran air.</p>
<p>Apabila Jakarta ingin berkontribusi dalam penurunan polusi plastik global, maka perlu menurunkan sampah plastik sebelum memasuki musim puncak, yaitu musim hujan. </p>
<h2>Langkah selanjutnya</h2>
<p>Dari perspektif sains, saya mengusulkan agar kota-kota dan negara-negara di dunia, termasuk Indonesia untuk melakukan monitoring sampah plastik di sungai dan kanal mereka. </p>
<p>Walau terbilang baru, penelitian yang dinamakan sebagai <em>riverine plastic pollution</em> atau sampah plastik dari sungai, memiliki kunci untuk mengurangi jumlah sampah yang masuk ke lautan. </p>
<p>Perlu ada titik ukur (<em>benchmark</em>) dalam melihat polusi plastik di sungai di seluruh dunia. </p>
<p>Hal ini akan membantu pemerintah menentukan prioritas sungai yang harus dibersihkan terlebih dahulu dan menjamin efisiensi teknologi yang dipilih. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/indonesia-needs-more-research-on-how-plastic-waste-in-the-ocean-impact-marine-life-heres-why-124172">Indonesia needs more research on how plastic waste in the ocean impact marine life. Here's why</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Wageningen University and Research di Belanda sedang berkolaborasi dengan universitas-universitas di Indonesia, seperti ITB, ITS, IPB, LIPI, dan Kementerian Maritim dan Perikanan, untuk melakukan studi terhadap 20 sungai terkotor di pulau Jawa, pulau terpadat penduduk di Indonesia. </p>
<p>Studi ini bertujuan untuk menyediakan rekomendasi berbasis data terkait dengan penurunan sampah plastik di Indonesia. </p>
<p>Mengetahui asal sampah plastik, cara mereka memasuki sistem air dan perbedaan setiap tahun penting bagi para pemangku kepentingan untuk mencegah agar tidak banyak sampah yang akhirnya terbuang ke laut. </p>
<hr>
<p><em>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a></em>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/131927/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Tim van Emmerik sebelumnya terafiliasi dengan The Ocean Cleanup.</span></em></p>Penelitian menunjukkan bahwa total sampah plastik di Jakarta mencapai 2,1 juta kilogran atau setara dengan 1.000 mobil Tesla Model S.Tim van Emmerik, Assistant Professor Hydrologic Sensing, Wageningen UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1309532020-02-06T10:24:22Z2020-02-06T10:24:22Z4 masalah dalam larangan penggunaan kantong plastik di Jakarta yang mulai berlaku Juli<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/313034/original/file-20200131-41476-13cj3em.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=6%2C0%2C4182%2C2758&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Berdasarkan data Bank Dunia tahun 2018, DKI Jakarta menghasilkan 8.765 ton per tahun.</span> <span class="attribution"><span class="source"> Joachim Affeldt</span></span></figcaption></figure><p>Jakarta akan mulai melarang penggunaan kantong plastik sekali pakai pada <a href="https://megapolitan.kompas.com/read/2020/01/07/10554371/pemprov-dki-larang-penggunaan-plastik-sekali-pakai-mulai-juli-2020">bulan Juli</a> lewat <a href="https://lingkunganhidup.jakarta.go.id/peraturan-gubernur-no-142-tahun-2019-tentang-kewajiban-penggunaan-kantong-belanja-ramah-lingkungan/">Peraturan Gubernur Nomor 142 Tahun 2019</a> yang mewajibkan penggunaan kantong belanja ramah lingkungan pada pusat perbelanjaan, pasar rakyat, dan toko swalayan.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/313029/original/file-20200131-41507-1773pwp.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/313029/original/file-20200131-41507-1773pwp.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/313029/original/file-20200131-41507-1773pwp.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/313029/original/file-20200131-41507-1773pwp.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/313029/original/file-20200131-41507-1773pwp.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/313029/original/file-20200131-41507-1773pwp.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/313029/original/file-20200131-41507-1773pwp.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/313030/original/file-20200131-41507-7oox9x.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/313030/original/file-20200131-41507-7oox9x.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=599&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/313030/original/file-20200131-41507-7oox9x.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=599&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/313030/original/file-20200131-41507-7oox9x.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=599&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/313030/original/file-20200131-41507-7oox9x.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=753&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/313030/original/file-20200131-41507-7oox9x.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=753&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/313030/original/file-20200131-41507-7oox9x.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=753&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ibukota negara dengan jumlah penduduk sekitar <a href="https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/09/10/jumlah-penduduk-dki-jakarta-2019-mencapai-105-juta-jiwa">10,5 juta jiwa</a> tersebut menghasilkan sampah 8.765 ton per hari berdasarkan <a href="http://documents.worldbank.org/curated/en/642751527664372193/pdf/126686-INDONESIA-29-5-2018-14-34-5-SynthesisFullReportAPRILIND.pdf">laporan Bank Dunia tahun 2018</a>. </p>
<p>Jumlahnya memang tidak separah dibanding Surabaya di Jawa Timur yang memiliki jumlah penduduk <a href="https://jatim.bps.go.id/dynamictable/2018/02/05/314/proyeksi-penduduk-menurut-kabupaten-kota-dan-jenis-kelamin-di-jawa-timur-2018.html">2,8 juta jiwa</a> namun menghasilkan sampah hingga <a href="http://documents.worldbank.org/curated/en/642751527664372193/pdf/126686-INDONESIA-29-5-2018-14-34-5-SynthesisFullReportAPRILIND.pdf">2.482 ton per hari</a>.</p>
<p>Oleh karena itu, apabila Jakarta berhasil membatasi kantong plastik, maka pemerintah daerah lainnya diharapkan bisa mengeluarkan kebijakan yang sama. Beberapa daerah lain yang sudah melakukan ini adalah <a href="https://www.mongabay.co.id/2018/12/29/bali-larang-plastik-sekali-pakai-mulai-2019/">Bali</a> dan <a href="https://bogor.kompas.com/read/2019/08/14/18120501/pemkab-bogor-mulai-larang-penggunaan-kantong-plastik-pada-17-agustus-2019">Bogor</a>. </p>
<p>Meski kebijakan tersebut sudah sejalan dengan target nasional dalam <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/73225/perpres-no-97-tahun-2017">pengurangan sampah hingga 30%</a> pada tahun 2025, saya sebagai peneliti hukum lingkungan melihat setidaknya ada empat kekurangan dalam aturan pemerintah Jakarta ini yang menghambat pelaksanaan aturan ini di lapangan. </p>
<p><strong>1. Belum ada jangka waktu peralihan</strong> </p>
<p>Aturan ini tidak mencantumkan jangka waktu peralihan yang diberikan kepada pelaku usaha di pusat perbelanjaan dan pasar, serta pengelola di toko swalayan untuk memastikan peralihan dari penggunaan kantong kemasan plastik sekali pakai (kantong plastik yang tidak bergagang) pada kantong kemasan yang lebih ramah lingkungan.</p>
<p>Kantong kemasan ini biasanya untuk membungkus bahan pangan yang belum terselubung kemasan. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/313921/original/file-20200206-43128-1486rzf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/313921/original/file-20200206-43128-1486rzf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/313921/original/file-20200206-43128-1486rzf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/313921/original/file-20200206-43128-1486rzf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/313921/original/file-20200206-43128-1486rzf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/313921/original/file-20200206-43128-1486rzf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/313921/original/file-20200206-43128-1486rzf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Kemasan plastik tidak bergagang seperti ini masih belum diatur peralihan ke yang ramah lingkungan dalam pergub yang baru.</span>
<span class="attribution"><span class="source">www.shutterstock.com</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Hal ini dapat menjadi celah hukum, baik oleh produsen plastik, pengelola dan pelaku usaha di pusat perbelanjaan, pasar, dan toko swalayan, untuk terus menyediakan kantong kemasan plastik sekali pakai.</p>
<p>Akibatnya, pengelola dan pelaku usaha bisa terus menyediakan kantong kemasan plastik sekali pakai selama alternatif kemasan yang lebih ramah lingkungan belum tersedia.</p>
<p><strong>2. Definisi tidak jelas</strong></p>
<p>Peraturan yang baru juga tidak mengatur definisi kantong kemasan yang lebih ramah lingkungan sebagai alternatif kantong kemasan plastik sekali pakai, apakah yang terbuat dari kertas, daun kering, atau kain.</p>
<p>Hal ini akan menimbulkan interpretasi yang beragam.</p>
<p>Kejelasan definisi akan membuat peralihan ke kantong kemasan yang ramah lingkungan lebih terukur, baik dari segi waktu maupun capaian target.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/313260/original/file-20200203-41485-1knakmo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/313260/original/file-20200203-41485-1knakmo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/313260/original/file-20200203-41485-1knakmo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/313260/original/file-20200203-41485-1knakmo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/313260/original/file-20200203-41485-1knakmo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=499&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/313260/original/file-20200203-41485-1knakmo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=499&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/313260/original/file-20200203-41485-1knakmo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=499&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Perlu ada kejelasan definisi kantong ramah lingkungan, apakah terbuat dari kertas, daun kering, atau kain.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Jeff Baumgart</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p><strong>3. Tidak ada sanksi sosial bagi pelanggar</strong> </p>
<p>Sanksi menjadi salah satu instrumen penting yang menentukan dalam efektivitas implementasi peraturan. </p>
<p>Peraturan yang ada sudah mengatur sanksi administratif bagi pengelola dan pelaku usaha yang tidak taat, seperti teguran tertulis, uang paksa, pembekuan izin, dan pencabutan izin.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/ahli-penghapusan-amdal-hanya-akan-tambah-beban-pemerintah-dan-pelaku-usaha-128916">Ahli: penghapusan AMDAL hanya akan tambah beban pemerintah dan pelaku usaha</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Kelemahan aturan pemerintah ini adalah tidak adanya tindak lanjut untuk mempublikasikan subjek yang dikenai sanksi, seperti misalnya mencantumkan nama pengelola atau pelaku usaha yang melanggar di laman DKI Jakarta atau media massa. </p>
<p>Hal ini dimaksudkan agar mekanisme kontrol publik bisa berjalan. Mekanisme ini tidak bisa berjalan kalau publik tidak tahu mana pengelola atau pelaku usaha yang melanggar. </p>
<p><strong>4. Harga kantong belanja ramah lingkungan yang terjangkau</strong> </p>
<p>Selama ini, pelarangan penggunaan kantong plastik yang berlaku di beberapa belahan dunia <a href="https://wedocs.unep.org/bitstream/handle/20.500.11822/25496/singleUsePlastic_sustainability.pdf">tidak efektif</a> karena harga kantong belanja yang ramah lingkungan tidak terjangkau.</p>
<p>Minimnya pengganti plastik dengan harga yang terjangkau justru menyebabkan maraknya penyeludupan kantong plastik, seperti halnya terjadi di <a href="http://america.aljazeera.com/articles/2016/2/25/rwanda-plastic-bag-ban.html">Rwanda</a>.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/empat-cara-turunkan-emisi-karbon-saat-belanja-bahan-makanan-130416">Empat cara turunkan emisi karbon saat belanja bahan makanan</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Peraturan Gubernur DKI Jakarta sebenarnya telah mengatur bahwa pengelola atau pelaku usaha memberikan harga yang wajar untuk kantong belanja ramah lingkungan.</p>
<p>Akan tetapi, definisi harga yang wajar untuk kantong belanja ramah lingkungan akan menimbulkan interpretasi yang berbeda antara pelaku usaha, pengelola, dan masyarakat. </p>
<p>Oleh karena itu, akan lebih baik apabila peraturan tersebut mengatur batas atas dan batas bawah harga kantong belanja ramah lingkungan agar implementasi peraturan ini dapat berlaku efektif di seluruh lapisan masyarakat.</p>
<h2>Arah kebijakan sampah plastik</h2>
<p>Baik target nasional maupun target Provinsi DKI Jakarta dalam mengurangi sampah hingga 30% pada 2025 tidak dengan jelas mencantumkan berapa target pengurangan jumlah sampah plastik. </p>
<p>Padahal jenis sampah sangat beragam, misal sampah organik, kertas, kaca, kain, logam, karet, dan plastik.</p>
<p>Hal ini mengakibatkan kebijakan pengurangan sampah plastik yang diberlakukan menjadi kurang terarah dan terukur.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/banjir-besar-di-jakarta-awal-2020-penyebab-dan-saatnya-mitigasi-bencana-secara-radikal-129324">Banjir besar di Jakarta awal 2020: penyebab dan saatnya mitigasi bencana secara radikal</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Masalah sampah plastik lain yang dihadapi Jakarta adalah styrofoam.</p>
<p>Riset LIPI bulan Desember 2019, menyebutkan bahwa <a href="https://www.nature.com/articles/s41598-019-55065-2">59% sampah plastik yang mengalir ke Teluk Jakarta adalah styrofoam yang digunakan sebagai wadah makanan dan pelindung barang-barang elektronik.</a>.</p>
<p>Sebenarnya, <a href="https://jdih.jakarta.go.id/uploads/default/produkhukum/PERGUB_NO._108_TAHUN_2019.pdf">peraturan terkait pembatasan penggunaan plastik dan styrofoam telah direncanakan untuk terbit pada tahun 2019.</a></p>
<p>Namun, hingga akhir tahun 2019 belum ada peraturan terkait penggunaan styrofoam yang dikeluarkan. Belum ada kejelasan dari pemerintah daerah Jakarta tentang mengapa belum ada peraturan pembatasan penggunaan styrofoam, yang ada baru soal kantong belanja ramah lingkungan.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/313264/original/file-20200203-41516-g03s9e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/313264/original/file-20200203-41516-g03s9e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/313264/original/file-20200203-41516-g03s9e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/313264/original/file-20200203-41516-g03s9e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/313264/original/file-20200203-41516-g03s9e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/313264/original/file-20200203-41516-g03s9e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/313264/original/file-20200203-41516-g03s9e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Ribuan sampah styrofoam dan kantong plastik mengalir ke Teluk Jakarta tiap harinya.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Yonoss/Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik, salah satu NGO yang fokus advokasi pengurangan konsumsi kantong plastik, berdasarkan reportase BBC pada tahun 2019 menemukan fakta bahwa kantong plastik hanya menyumbang <a href="https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-46806704">1% dari total sampah plastik yang diperkirakan mencapai 978 ton sehari</a>.</p>
<p>Pemerintah Jakarta bisa saja mengeluarkan aturan yang secara komprehensif mengatur pembatasan penggunaan kantong plastik, plastik, dan styrofoam. </p>
<p>Hadirnya satu aturan yang jelas tentu akan lebih memudahkan
masyarakat, pelaku usaha, dan pengelola retail dalam melaksanakan aturan tersebut dibanding harus mematuhi beberapa aturan dengan potensi tumpang tindih pengaturan yang cukup tinggi.</p>
<p>Pepatah dari Tiongkok menyatakan bahwa lebih baik untuk melangkah perlahan ke arah yang benar dibandingkan meloncat jauh ke depan untuk mundur kembali ke belakang.</p>
<p>Aturan pembatasan penggunaan kantong plastik sekali pakai yang diterapkan pemerintah Jakarta merupakan langkah kecil menuju arah yang tepat, tapi masih banyak sekali pekerjaan rumah yang menunggu untuk diselesaikan sesegera mungkin.</p>
<hr>
<p><em>ICEL merupakan organisasi yang menjadi anggota Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) tapi tidak memberikan dana untuk riset ini.</em></p>
<hr>
<p>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/130953/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Bella Nathania tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Pemerintah DKI Jakarta telah mengeluarkan peraturan soal kantong ramah lingkungan, sayangnya masih belum bisa mengatasi masalah sampah plastik.Bella Nathania, Research Assistant, Indonesian Center for Environmental Law (ICEL) Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1290052019-12-23T04:04:24Z2019-12-23T04:04:24ZMainan anak yang ramah lingkungan untuk Natal. Ini tips dari ahli<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/307870/original/file-20191219-11946-1smb0s6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=27%2C0%2C4601%2C3088&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/wjpGuGfxZhE">freestocks.org/Unsplash</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span></figcaption></figure><p>Ketika berbicara tentang sampah plastik, kita membayangkan kemasan plastik, gulungan plastik, serta mikro plastik. Lalu, Natal datang dan hadir bentuk produk plastik yang berumur pendek : mainan anak.</p>
<p>Pasar mainan anak global sendiri mencapai <a href="https://www.toyassociation.org/ta/research/data/global/toys/research-and-data/data/global-sales-data.aspx?hkey=64bda73b-80ee-4f26-bd61-1aca29ff2abf">nilai 90,4 milliar dolar AS pada tahun 2018</a>.</p>
<p>Tidak seperti plastik kemasan atau gulungan plastik, mainan anak seringkali tersusun atas lebih banyak material plastik baru – dan bisa berumur lebih panjang dibandingkan dengan ketertarikan anak atau usia mereka. </p>
<p>Kami ingin membantu orang tua memilih mainan anak yang lebih ramah lingkungan untuk anak-anak mereka saat Natal. Penelitian kami mengkaji berbagai macam mainan anak, dari yang mahal dan bermerek hingga yang lebih murah dan tak bermerek.</p>
<p>Dengan mempelajari masa pakai dari berbagai mainan anak, kami bisa menentukan dampak lingkungan serta memperhitungkan banyaknya energi mulai dari pembuatan hingga lama penggunaan. </p>
<p>Kami juga menghitung energi untuk ekstraksi dan proses bahan baku, pengiriman produk, pengantaran sumber energi, misalnya batere yang dipakai, hingga mainan digunakan atau dipakai kembali melalui daur ulang atau pembuangan di akhir masa pakai. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/304990/original/file-20191203-66994-r7xgig.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/304990/original/file-20191203-66994-r7xgig.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/304990/original/file-20191203-66994-r7xgig.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/304990/original/file-20191203-66994-r7xgig.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/304990/original/file-20191203-66994-r7xgig.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/304990/original/file-20191203-66994-r7xgig.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/304990/original/file-20191203-66994-r7xgig.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Beberapa mainan yang dibeli, dibuang, atau ditumpuk di TPA selama setahun atau dua tahun.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/soledade-april-1-2019-approximate-image-1356785255?src=fda13fed-ee4a-4e61-a9b4-4b29f2325cdb-1-14">Felipequeiroz/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Temuan kami menunjukkan bahwa mainan-mainan yang disimpan lebih lama, dijual kembali, atau didonasikan memiliki dampak lingkungan yang jauh lebih kecil karena mereka akan menurunkan jumlah pembuatan dan pembelian mainan baru.</p>
<p>Sementara itu, kelompok mainan yang berdaya tarik lama terhadap anak-anak, memiliki nilai penggunaan yang berlipat atau bisa menjadi barang koleksi sehingga memiliki potensi untuk memperpanjang masa guna.</p>
<p>Kami juga memperhitungkan mainan bekas yang dijual secara daring dan menanyakan pendapat penjual mainan bekas seperti toko amal, orang tua, serta pekerja sosial yang mengasuh anak. </p>
<p>Seperti dugaan, nilai mainan bekas akan lebih terjangkau bagi mereka yang tadinya tidak bisa memiliki mainan karena harga yang mahal.</p>
<p>Produk mainan bermerek memiliki kecenderungan untuk dijual kembali, sementara yang lebih murah akan dibuang atau didonasikan. </p>
<p>Jadi, mainan manakah yang ramah lingkungan?</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/304994/original/file-20191203-66998-dpavyv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/304994/original/file-20191203-66998-dpavyv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/304994/original/file-20191203-66998-dpavyv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/304994/original/file-20191203-66998-dpavyv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/304994/original/file-20191203-66998-dpavyv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/304994/original/file-20191203-66998-dpavyv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/304994/original/file-20191203-66998-dpavyv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Mainan lebih mahal lebih bisa dijual kembali dan menemukan pemilik kedua.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/woman-hand-holding-donation-box-clothes-1248084661?src=d8ca5711-0666-4041-b1ac-facc2bd0c39a-1-41">Veja/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Cerita mainan bekas</h2>
<p>Mainan seperti <em>Lego</em> dan <em>Meccano</em> terhitung ramah lingkungan karena anak-anak dapat menggunakannya untuk waktu yang lama dan bisa menarik bagi kelompok umur anak yang berbeda. Koleksi ini bisa ditambahkan dan disesuaikan, namun tetap menyenangkan seiring dengan pertumbuhan anak. </p>
<p>Mainan semacam ini populer dari generasi ke generasi dan memiliki nilai guna yang terjaga dan bisa dijual kembali. </p>
<p>Mainan yang terhitung paling tak ramah lingkungan adalah mainan elektronik, karena membutuhkan banyak energi dalam proses pembuatan dan memiliki komponen yang sulit didaur ulang.</p>
<p>Mainan elektronik juga sangat bergantung pada baterai dan memperpendek masa pakai. Selain itu, mainan elektronik juga hanya menarik bagi anak-anak berusia dini, berharga murah dalam kondisi baru, dan sulit untuk dijual kembali.</p>
<p>Kesulitan untuk membersihkan mainan elektronik juga menjadi tantangan lain, yang membuka peluang mereka untuk dibuang dibandingkan untuk didonasikan.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/304995/original/file-20191203-66982-1802178.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/304995/original/file-20191203-66982-1802178.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=380&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/304995/original/file-20191203-66982-1802178.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=380&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/304995/original/file-20191203-66982-1802178.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=380&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/304995/original/file-20191203-66982-1802178.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=478&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/304995/original/file-20191203-66982-1802178.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=478&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/304995/original/file-20191203-66982-1802178.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=478&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Plastik tidak sepenuhnya buruk, misalnya mainan blok kontruksi yang memiliki dampak lingkungan rendah dan panjang masa pakai.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/Z9AU36chmQI">Kelly Sikkema/Unsplash</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Dalam wawancara yang kami lakukan, baik orang tua maupun pengasuh anak sama-sama setuju bahwa mainan berbahan dasar kayu lebih baik untuk perkembangan usia dini. </p>
<p>Sementara itu, penjual mainan bekas juga mengatakan bahwa mainan berbahan dasar kayu seperti susun cincin dan balok, tetap memiliki nilai tinggi saat dijual kembali.</p>
<p>Dengan fakta tersebut, kami juga tidak melarang penggunaan mainan plastik seperti <em>Lego</em>, karena berkualitas baik, tahan lama, dan akan mudah dibersihkan jika kita ingin menjualnya kembali.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/dreaming-of-a-green-christmas-here-are-five-ways-to-make-it-more-sustainable-108768">Dreaming of a green Christmas? Here are five ways to make it more sustainable</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Tips untuk membeli mainan untuk anak saat Natal ini:
1. Membeli mainan bekas pakai jika memungkinkan.
2. Membeli mainan buatan toko lokal, atau meminjam mainan dengan sewa, jika ada.
3. Hindari membeli mainan elektronik, terutama jika anak kita masih sangat dini dan ketertarikan mereka sangat cepat berganti.
4. Pertimbangkan berapa lama anak kita bisa tetap menggunakan sebuah mainan.
5. Jika kita tetap harus membeli mainan dengan masa pakai pendek seperti produk kerajinan tangan, pastikan bahwa material mainan tersebut bisa digunakan kembali atau bersifat <em>biodegradable</em>.</p>
<p><em>Stefanus Agustino Sitor menerjemahkan tulisan ini dari bahasa Inggris</em></p>
<hr>
<p><em>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/129005/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Penelitian ini dilakukan di bawah dukungan dana dari EPSRC-funded Centre for Industrial Energy, Materials and Products.
</span></em></p>Kado yang paling baik adalah yang bisa bertahan lama, bahkan saat Natal telah berakhir.Matthew Watkins, Senior Lecturer in Product Design, Nottingham Trent UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1277162019-11-27T11:15:16Z2019-11-27T11:15:16ZMengapa kita tidak perlu terlalu berlebihan menyikapi hasil riset telur ayam tercemar dioksin di Sidoarjo?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/303387/original/file-20191125-74599-r1h0bs.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Mengonsumsi telur yang tercemar dioksin bisa menyebabkan kanker.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/success?u=http%3A%2F%2Fdownload.shutterstock.com%2Fgatekeeper%2FW3siZSI6MTU3NDY4NDY1MSwiYyI6Il9waG90b19zZXNzaW9uX2lkIiwiZGMiOiJpZGxfMTI2MjgyNDU1MiIsImsiOiJwaG90by8xMjYyODI0NTUyL21lZGl1bS5qcGciLCJtIjoxLCJkIjoic2h1dHRlcnN0b2NrLW1lZGlhIn0sImJPbFYrbzZEZ3VYck9NNXltVTc2bU9rQUdhQSJd%2Fshutterstock_1262824552.jpg&pi=33421636&m=1262824552">ShDrohnenFly/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Baru-baru ini <a href="https://www.jawapos.com/opini/20/11/2019/menyikapi-kasus-residu-dioksin-dan-antibiotik-pada-produk-ternak-ayam/">sebuah riset kolaborasi</a> dari <a href="https://ipen.org/news/plastic-waste-poisons-indonesia%E2%80%99s-food-chain">Jaringan Eliminasi Polutan Internasional (IPEN)</a> menyampaikan kesimpulan yang mengejutkan sekaligus mencemaskan: konsentrasi dioksin dalam telur ayam kampung dari sebuah desa di Sidoarjo, Jawa Timur, adalah salah satu yang tertinggi di Asia.</p>
<p>Penyebabnya, pakan ayam yang berceceran di tanah desa tersebut <a href="https://dunia.tempo.co/read/1274086/racun-dioksin-di-desa-tropodo-tertinggi-kedua-di-dunia/full&view=ok">tercemar oleh racun berbahaya</a> dari pembakaran sampah plastik yang dilakukan oleh puluhan pabrik tahu di desa tersebut selama bertahun-tahun. Sampah plastik itu merupakan impor dari berbagai negara maju.</p>
<p>Kandungan dioksin pada sampel telur yang diambil dari <a href="https://www.nytimes.com/2019/11/14/world/asia/indonesia-tofu-dioxin-plastic.html">Desa Tropodo, Waru, Sidoarjo itu mencapai 200 pg TEQ g-1 lemak atau 70 kali lebih tinggi</a> dari batas keselamatan yang ditetapkan <a href="https://www.businessinsider.sg/eggs-in-indonesia-have-been-found-to-contain-dangerous-concentrations-of-chemicals-and-the-poison-comes-from-the-worlds-plastic-waste/">Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA)</a>. </p>
<p>Kita seharusnya tidak perlu menyikapi hasil riset IPEN secara berlebihan karena riset tersebut mengambil sampel dalam jumlah yang terbatas dan tidak mewakili kondisi secara keseluruhan kondisi telur di Jawa Timur.</p>
<p>Yang penting dilakukan adalah menjadikan riset tersebut sebagai studi awal dan peringatan dini tentang sejauh mana dioksin atau senyawa berbahaya lainnya sebenarnya sudah sangat dekat dengan lingkungan kita. Masalah utamanya berasal dari lemahnya pengawasan dan ketidaktegasan pemerintah menegakkan regulasi terkait pengendalian bahan berbahaya dan beracun.</p>
<h2>Tak perlu “digebyah-uyah”</h2>
<p>Sebelum temuan di Sidoarjo, tingkat pencemaran dioksin tertinggi yang pernah tercatat di Asia adalah <a href="https://www.voaindonesia.com/a/as-vietnam-luncurkan-pembersihan-dioksin-dari-era-perang-vietnam-/1483606.html">paparan dioksin di tanah</a> di Bien Hoa, Vietnam, sebesar 248 pg TEQ g-1 lemak. Lebih dari 70 juta liter <a href="https://www.bbc.com/indonesia/media-50472942">Agen Oranye</a> disemprotkan oleh <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Agen_Oranye">pasukan Amerika Serikat</a> dalam <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Vietnam">Perang Vietnam</a> untuk menundukkan pasukan Vietnam Utara pada 1960-an. </p>
<p>Racun ini merusak jutaan hektare tanaman di sana dan <a href="https://www.bbc.com/indonesia/dunia/2010/06/100628_vietnamdioxin">dikaitkan penyakit mematikan seperti kanker dan cacat bawaan pada kehamilan</a> setelah perang berakhir.</p>
<p>Dioksin yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pada kulit, gangguan reproduksi hingga ancaman <a href="https://theconversation.com/virus-newcastle-disease-pada-unggas-potensial-menjadi-terapi-kanker-pada-manusia-83801">kanker</a>.</p>
<p>Dalam kasus di Sidoarjo, dioksin dapat masuk pada tubuh ayam kampung dan ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi pada telur akibat dari tidak diterapkannya sistem manajemen budidaya dan keamanan biologi yang baik oleh pemilik ayam di kawasan terdampak. </p>
<p>Di bawah sistem manajemen budidaya yang baik, pemilik peternakan akan dapat mengontrol ketat pakan hewan ternaknya. Mereka juga tidak melepasliarkan ayamnya. </p>
<p>Sebagian besar telur yang diproduksi di Jawa Timur berasal dari peternakan yang menerapkan manajemen budidaya ternak yang baik. Penghasil telur terbesar untuk daerah Jawa Timur adalah Blitar, yang <a href="https://nasional.republika.co.id/berita/q1lqez366/perekonomian-blitar-bergantung-pada-peternakan-ayam-petelur">menyumbang 70%</a> dari sekitar <a href="https://jatim.bps.go.id/statictable/2019/10/09/1611/produksi-telur-unggas-dan-susu-sapi-menurut-kabupaten-kota-di-provinsi-jawa-timur-2017-2018.html">500 juta kilogram telur yang diproduksi provinsi ini pada 2018</a>. Dari 500 juta kilogram tersebut, telur ayam ras (broiler) mendominasi dengan lebih dari 450 juta kg dan telur ayam kampung hampir 21 juta kg.</p>
<p>Blitar juga terkenal dengan manajemen budidaya ternak ayam yang baik. Selain itu, <a href="https://nasional.republika.co.id/berita/q1lqez366/perekonomian-blitar-bergantung-pada-peternakan-ayam-petelur">pemerintah daerah juga memberikan dukungan penuh</a> para peternak ayam petelur di Blitar melalui program-program pemerintah daerah. Oleh karena itu, kita tidak perlu berlebihan dalam menyikapi hasil riset dari IPEN.</p>
<p>Riset IPEN dilakukan dalam sampel yang terbatas sehingga studi tersebut tidak dapat “digebyah-uyah” bahwa semua telur di Jawa Timur mengandung dioksin. Pengambilan sampel telur hanya dilakukan di lokasi tempat industri pembuatan tahu di Desa Tropodo yang menggunakan sampah plastik impor sebagai bahan bakar. Bisa saja, budidaya ternak ayam di daerah tersebut memang buruk sehingga telur ayam dapat dengan mudah terkontaminasi dioksin.</p>
<h2>Siapa yang harus bertanggung jawab?</h2>
<p>Pemerintah Indonesia sebenarnya telah membuat regulasi yang tepat dengan melarang impor sampah, seperti amanat <a href="https://icel.or.id/tag/uu-nomor-18-tahun-2008/">Undang-Undang No. 18 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Sampah</a>. Tapi <a href="https://theconversation.com/ancaman-sampah-impor-dari-barat-dan-pentingnya-kerja-sama-asean-untuk-keamanan-lingkungan-121436">meningkatnya tren sampah impor di Indonesia</a> itu menunjukkan lemahnya penegakan aturan tersebut oleh pemerintah yang seharusnya dilarang. </p>
<p>Selain itu, <a href="https://m.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt5a152392c87a2/node/534/peraturan-presiden-nomor-97-tahun-2017">Peraturan Presiden No. 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga</a> mengamanatkan pengurangan sampah sebesar 30% pada 2025 atau lebih dari 20 juta ton sampah.</p>
<p>Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan berbagai negara di Eropa sudah lama menyadari tentang bahaya dioksin yang termasuk golongan <a href="http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JKLH/article/view/1490">Persistent Organic Pollutants (POPs)</a> atau senyawa organik yang mempunyai sifat beracun bagi makhluk hidup dan dapat bertahan lama di lingkungan (<em>persistent</em>) sehingga berdampak buruk pada kesehatan manusia dan lingkungan. </p>
<p>Kepedulian mereka ditandai dengan penyelenggaraan kesepakatan pada <a href="http://pcbfreeindonesia.menlhk.go.id/konvensi-stockholm/">Konvensi POPs di Stockholm pada Mei 2001</a>. Indonesia juga turut ambil bagian pada konvensi tersebut, yang bertujuan melindungi kesehatan manusia dan lingkungan dari POPs. </p>
<p>Selain itu, salah satu poin kesepakatan yang dihasilkan adalah ketentuan untuk menurunkan emisi dioksin. Terkait dengan POPs, sebenarnya Indonesia telah mempunyai <a href="https://itjen.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2019/04/PP-No-74-Tahun-2001-Tentang-Pengelolaan-Bahan-Berbahaya-dan-Beracun.pdf">Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang pengelolaan limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)</a>, yang memuat daftar limbah B3 yang boleh digunakan dan limbah B3 yang dilarang digunakan.</p>
<p>Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pertanian, Kementerian Kesehatan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, dan pemerintah daerah seharusnya dapat bersatu untuk mengatasi masalah ini. Penjaminan perlindungan keamanan pangan di setiap rantai pangan menjadi isu yang penting sekaligus meresahkan masyarakat jika tidak ditangani dengan serius. </p>
<p>Keamanan pangan dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan cemaran oleh agen biologis, kimia, dan cemaran lain yang dapat membahayakan kesehatan manusia.</p>
<p>Kita berharap produsen tahu Desa Tropodo tidak lagi <a href="https://bisnis.tempo.co/read/1276842/heboh-produsen-tahu-tropodo-janji-tak-lagi-pakai-sampah-plastik/full&view=ok">menggunakan sampah plastik sebagai bahan bakar</a> dan pemerintah menegakkan regulasi pengelolaan sampah plastik dan larangan impor sampah.</p>
<h2>Dari sampah plastik ke manusia</h2>
<p>Pada 2018, <a href="https://docs.wixstatic.com/ugd/13eb5b_1afcd484be9048c3b277e492b0e54d49.pdf">lima besar pengekspor sampah plastik ke Indonesia</a> adalah Australia, Jerman, Kepulauan Marshall, Belanda, dan Amerika Serikat. Pada tahun yang sama, <a href="https://comtrade.un.org/">UN Comtrade menyebutkan</a> volume sampah plastik yang diimpor oleh Indonesia meningkat dua kali lipat menjadi 320.000 ton dibandingkan pada 2017. </p>
<p>Menurut <a href="https://ipen.org/site/plastic-waste-poisons-indonesias-food-chain">laporan IPEN</a>, ada sekitar 50 industri pembuatan tahu di Desa Tropodo yang membakar sampah plastik sebagai bahan bakar. Di desa sekitarnya, sampah plastik ditimbun setiap hari dan pembakaran terbuka dilakukan untuk mengurangi volume sampah plastik. Sampah plastik ini merupakan sisa dari <a href="https://www.tempo.co/bbc/5035/sampah-plastik-dari-barat-sampel-telur-ayam-kampung-di-dua-desa-mojokerto-terkontaminasi-dioksin">pabrik kertas</a> yang mengimpor sampah dari berbagai negara maju untuk produksi kertasnya.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/303423/original/file-20191125-74542-1d6axc0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/303423/original/file-20191125-74542-1d6axc0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=462&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/303423/original/file-20191125-74542-1d6axc0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=462&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/303423/original/file-20191125-74542-1d6axc0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=462&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/303423/original/file-20191125-74542-1d6axc0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=581&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/303423/original/file-20191125-74542-1d6axc0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=581&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/303423/original/file-20191125-74542-1d6axc0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=581&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Gambaran skema bagaimana sampah plastik meracuni rantai makanan (Sumber: <a href="https://ipen.org/documents/indonesia-egg-report-infographic">IPEN</a>).</p>
<p>Sampah plastik merupakan sumber utama senyawa berbahaya yang disebut dioksin. Pembakaran yang tidak sempurna menyebabkan munculnya dioksin sebagai hasil samping reaksi. Dioksin adalah kelompok senyawa kimia berbahaya yang terdiri dari beberapa golongan, seperti senyawa <em>polychlorinated dibenzodioxins</em> (PCDDs), <em>polychlorinated dibenzofurans</em> (PCDFs), dan <em>polychlorinated biphenyls</em> (PCBs). Selain itu, <a href="http://www.kelair.bppt.go.id/sib3pop/POPs/DioksinFuran/dioksinfuran.htm">PCDDs dan PCDFs</a> mengkontaminasi lingkungan akibat dari produksi dan penggunaan bahan kimia tertentu pada industri bubur kertas (pulp) dan kertas.</p>
<p>Kemungkinan terjadinya <a href="http://www.kelair.bppt.go.id/sib3pop/POPs/DioksinFuran/dioksinfuran.htm">paparan dioksin terhadap manusia</a> dapat melalui beberapa cara, yaitu melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan secara tidak langsung dari tanah yang terkontaminasi, penyerapan oleh permukaan kulit, dan konsumsi pangan.</p>
<p>Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menerbitkan laporan ihwal <a href="https://www.who.int/ipcs/features/dioxins.pdf">dampak buruk bagi manusia (jangka pendek dan jangka panjang) akibat paparan oleh dioksin dengan konsentrasi yang tinggi</a>. Dalam jangka pendek paparan dioksin dapat menyebabkan <a href="https://hellosehat.com/kesehatan/operasi/pengangkatan-lesi-kulit-jinak/">lesi kulit</a> (<em>chloracne</em>) atau jaringan kulit tidak normal. </p>
<p>Sedangkan pada jangka panjangnya dapat mengakibatkan berbagai <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Toksisitas">keracunan</a> seperti keracunan pada imunitas, perkembangan, termasuk perkembangan saraf. Selain itu, pengaruh lainnya adalah gangguan fungsi hormon tiroid, steroid, dan reproduksi, hingga ancaman kanker.</p>
<p>Bila di Vietnam paparan racun dioksin akibat <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Vietnam">perang</a>, di Indonesia karena buruknya pengelolaan sampah plastik dan kebijakannya. Riset oleh <a href="https://ipen.org">IPEN</a>, jaringan global untuk kepentingan publik dan organisasi non-pemerintah (lebih dari 500 LSM dari 116 negara) yang bekerja untuk menciptakan masa depan yang bebas racun, harus dimaknai sebagai peringatan dini yang penting.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/127716/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Arif Nur Muhammad Ansori kini menerima Beasiswa Program Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU, Batch III) dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia untuk menempuh Pendidikan Jenjang Doktor bidang Sains Veteriner di Universitas Airlangga, Surabaya.</span></em></p>Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pertanian, Kementerian Kesehatan, dan pemerintah daerah, seharusnya dapat bersatu untuk mengatasi masalah dioksin pada makanan.Arif Nur Muhammad Ansori, Ph.D. Candidate in Veterinary Science, Universitas AirlanggaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1267722019-11-19T04:31:32Z2019-11-19T04:31:32ZDaur ulang plastik itu bagus, tapi gunakan kembali lebih baik untuk lingkungan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/301889/original/file-20191115-47138-p7csrm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Layanan pengiriman bahan makanan menawarkan cara baru yang ramah lingkungan untuk berbelanja.</span> <span class="attribution"><span class="source">RUNGROJ YONGRIT/EPA/AAP </span></span></figcaption></figure><p><a href="https://www.news.com.au/finance/business/retail/woolworths-to-be-first-in-australia-with-zerowaste-food-delivery-system/news-story/8fb2f4018a2b0d25a63c58ba8b12a19b#.mo33b">Woolworths</a>, sebuah retailer besar di Australia bergerak di industri makanan dan minuman, bekerja sama dengan perusahaan besar di bidang daur ulang di Amerika Serikat, TerraCycle, mengumumkan sebuah sistem pengiriman makanan terbaru yaitu menggunakan kemasan yang bisa digunakan kembali (<em>reusable</em>), minggu lalu. </p>
<p>Sistem ini disebut Loop, sebuah sistem yang memungkinkan pengguna membeli produk supermarket menggunakan kemasan yang dapat digunakan kembali.</p>
<p>Program semacam ini menawarkan kesempatan untuk merombak bagaimana kemasan plastik diproduksi, digunakan, dan didaur ulang, terutama saat Australia kini mencari cara untuk memenuhi target nasional sebesar 100% untuk kemasan <a href="http://www.joshfrydenberg.com.au/guest/mediaReleasesDetails.aspx?id=562">daur ulang, terurai, atau digunakan kembali hingga tahun 2025</a>.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/heres-what-happens-to-our-plastic-recycling-when-it-goes-offshore-110356">Here's what happens to our plastic recycling when it goes offshore</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Mendaur ulang saja tidak cukup</h2>
<p>Kemasan plastik untuk <a href="https://www.environment.gov.au/system/files/resources/3f275bb3-218f-4a3d-ae1d-424ff4cc52cd/files/australian-plastics-recycling-survey-report-2017-18.pdf">makanan dan minuman</a> merupakan kategori plastik paling cepat berkembang.</p>
<p>Namun, <a href="https://www.environment.gov.au/system/files/resources/3f275bb3-218f-4a3d-ae1d-424ff4cc52cd/files/australian-plastics-recycling-survey-report-2017-18.pdf">kurang dari 10%</a> dari kemasan plastik ini didaur ulang, sementara kemasan kertas dan kardus mencapai 70% di Australia. </p>
<p>Daur ulang yang paling efektif adalah botol air (PET) dan botol susu (HDPA), dari <a href="http://www.sita.com.au/media/publications/02342_Plastics_Identification_Code.pdf">tujuh kategori plastik</a>. Tapi, tingkat daur ulang botol-botol ini pun masih relatif rendah, sekitar 30%. </p>
<p>Tantangan terbesar untuk daur ulang plastik berasal dari plastik keras (PVC dan PS) serta plastik lunak atau fleksibel, seperti <em>clingfilm</em> (plastik tipis untuk menutup makanan agar tetap segar) dan kantong plastik. </p>
<p>Untuk plastik lunak, walaupun tersedia opsi daur ulang, penggunaan aditif yang dikenal sebagai <em>plasticisers</em>, digunakan untuk membuat plastik keras menjadi lunak dan mudah ditempa, sering membuat produk <a href="https://www.packagingcovenant.org.au/documents/item/2179">daur ulang dari plastik lunak</a> menjadi tidak tahan lama, dan tidak dapat didaur ulang lebih lanjut.</p>
<p><a href="https://theconversation.com/we-cant-recycle-our-way-to-zero-waste-78598">Beberapa peneliti</a> berpendapat daur ulang merupakan <a href="http://www.greenlifestylemag.com.au/features/2936/disposable-drink-bottles-plastic-vs-glass-vs-aluminium">proses penurunan kualitas</a> karena kemasan plastik tidak selalu menjadi kemasan yang baru. Ini karena adanya kontaminasi atau penurunan kualitas.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/we-cant-recycle-our-way-to-zero-waste-78598">We can't recycle our way to 'zero waste'</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Bahkan, ketika kemasan plastik sekali pakai dapat didaur ulang secara efektif, proses ini seringkali tidak dilakukan.</p>
<p>Semakin banyak plastik sekali pakai yang diproduksi, semakin tinggi kemungkinan akan berakhir di lautan dan lingkungan. Di tempat ini <a href="https://www.abc.net.au/news/science/2017-02-27/plastic-and-plastic-waste-explained/8301316">bahan kimia dalam plastik</a> dapat membahayakan makhluk hidup dan manusia. </p>
<p><em>Zero Waste Europe</em>, sebuah NGO berbasis di Belgia, baru-baru ini memperbarui <a href="https://www.epa.nsw.gov.au/your-environment/recycling-and-reuse/warr-strategy/the-waste-hierarchy">“hierarki sampah”</a> untuk menghindari penggunaan kemasan sejak awal dan mendorong penggunaan kembali ketimbang daur ulang.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/299986/original/file-20191103-88399-1hlgzdg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/299986/original/file-20191103-88399-1hlgzdg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/299986/original/file-20191103-88399-1hlgzdg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=425&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/299986/original/file-20191103-88399-1hlgzdg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=425&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/299986/original/file-20191103-88399-1hlgzdg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=425&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/299986/original/file-20191103-88399-1hlgzdg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=534&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/299986/original/file-20191103-88399-1hlgzdg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=534&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/299986/original/file-20191103-88399-1hlgzdg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=534&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Hierarki nol limbah untuk ekonomi sirkuler.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://zerowasteeurope.eu/2019/05/a-zero-waste-hierarchy-for-europe/">_Zero Waste Europe_</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Penggunaan kembali yang benar</h2>
<p>Produk <em>reusable</em> dikatakan lebih ramah lingkungan daripada produk sekali pakai, maka harus bisa memperlihatkan lebih sedikit konsumsi energi dan sumber daya dalam rutinitas kita.</p>
<p>Meskipun penggunaan produk-produk, seperti gelas dan tas belanja <em>reusable</em> meningkat, jenis barang ini tetap menuai kritik. Jika digunakan dengan benar, produk-produk ini dapat menunjukkan perubahan positif.</p>
<p>Namun, <a href="https://theconversation.com/heres-how-many-times-you-actually-need-to-reuse-your-shopping-bags-101097">beberapa penelitian menunjukkan</a> bahwa produk ini bisa menjadi tidak berkelanjutan jika kita menggunakan seperti barang sekali pakai dan tidak memakainya terus menerus. </p>
<p>Misalnya, jika Anda secara terus-menerus membeli tas belanja <em>reusable</em> di supermarket akan berpotensi ke lingkungan lebih besar daripada kantong plastik “sekali pakai”.</p>
<p>Untuk benar-benar mengurangi kemasan plastik, kita perlu menemukan cara untuk mengubah rutinitas pemakaian kemasan plastik, ketimbang langsung mengganti produk itu sendiri (seperti menggunakan tas <em>reusable</em> dengan cara sekali-pakai).</p>
<h2>Mengembangkan sistem kemasan <em>reusable</em> baru</h2>
<p>Mendesain ulang kemasan plastik berarti memahami mengapa kemasan ini sangat berguna. Untuk kemasan makanan, fungsinya mungkin meliputi:</p>
<ol>
<li><p>Mempertahankan kesegaran dan bentuk makanan saat proses pemindahan dari produsen ke konsumen.</p></li>
<li><p>Memungkinkan makanan tetap bisa dimakan meski disimpan untuk waktu yang lama. </p></li>
<li><p>Sebagai tempat untuk menampilkan berbagai informasi nutrisi, <em>branding</em>, dan klaim produk lainnya.</p></li>
</ol>
<p>Jadi, bagaimana fungsi-fungsi ini bisa dipenuhi tanpa kemasan plastik sekali pakai?</p>
<p><a href="https://loopstore.com/how-it-works">TerraCycle Loop</a>, model bisnis yang akan bermitra dengan Woolworths, saat ini juga sedang menguji coba layanan mereka di Amerika Serikat dan Prancis.</p>
<p>Mereka telah bermitra dengan berbagai layanan pos dan merek makanan serta perawatan pribadi, termasuk Unilever, Procter&Gamble, Clorox, Nestlé, Mars, Coca-Cola, dan PepsiCo.</p>
<p>Pelanggan memesan produk secara online, dari es krim hingga jus dan sampo, dengan deposit kontainer kecil. Barang-barang ini dikirim ke rumah mereka, dan dikumpulkan lagi dengan pengiriman berikutnya. Wadah dicuci dan dibawa kembali ke pabrik untuk diisi ulang. Merek-merek besar yang terlibat telah merancang ulang kemasan mereka untuk berpartisipasi dalam program ini.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/299987/original/file-20191103-88403-1n63f5v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/299987/original/file-20191103-88403-1n63f5v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/299987/original/file-20191103-88403-1n63f5v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=279&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/299987/original/file-20191103-88403-1n63f5v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=279&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/299987/original/file-20191103-88403-1n63f5v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=279&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/299987/original/file-20191103-88403-1n63f5v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=350&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/299987/original/file-20191103-88403-1n63f5v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=350&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/299987/original/file-20191103-88403-1n63f5v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=350&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Kemasan <em>reusable</em> dari TerraCycle Loop.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://loopstore.com/how-it-works">TerraCycle Loop</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Model ini bisa berjalan karena bukan menggantikan satu produk dengan satu produk lain, tapi menciptakan suatu <em>sistem</em> produk baru yang memungkinkan seseorang dengan mudah mengintegrasikan kegiatan penggunaan kembali ke dalam rutinitas harian mereka.</p>
<p>Kita bisa melihat fungsi kemasan plastik sekali pakai dalam makanan yang dibungkus atau dibawa pulang dengan cara yang sama.</p>
<p>Tujuan dari kemasan makanan yang dibungkus adalah agar bisa menikmati makanan tanpa harus memasak atau duduk di restoran. Jadi, bagaimana mungkin tanpa kemasan sekali pakai?</p>
<p>Perusahaan Australia, <a href="https://returnr.org/">RETURNR</a>, memberikan solusi dengan sebuah sistem kafe bermitra dengan layanan pengiriman makanan. Pelanggan membeli makanan dalam wadah RETURNR, membayar uang muka sejumlah biaya makanan mereka, dan kemudian mengembalikannya ke kafe mana pun yang termasuk di dalam jaringan.</p>
<p><a href="https://www.kickstarter.com/projects/zeroco/zero-co-win-the-war-on-waste-at-your-place">Zero Co</a>, sebuah kampanye dari Kickstarter, platform pengumpul dana publik untuk suatu proyek, menawarkan model serupa untuk layanan yang mencakup produk-produk dapur, <em>laundry</em>, dan kamar mandi.</p>
<p>Menjadikan kegiatan penggunaan kembali <a href="https://www.uts.edu.au/research-and-teaching/our-research/institute-sustainable-futures/news/developing-alternatives">mudah dan nyaman</a> sangat penting untuk keberhasilan sistem ini.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/chinas-recycling-ban-throws-australia-into-a-very-messy-waste-crisis-95522">China's recycling 'ban' throws Australia into a very messy waste crisis</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Jika Australia ingin memenuhi target nasional, maka perlu memprioritaskan penghapusan kemasan yang tidak perlu. </p>
<p>Meskipun daur ulang tetap penting sebagai langkah jangka pendek untuk menjaga jumlah limbah plastik di tempat pembuangan akhir, hal tersebut hanya perlu dilakukan ketika opsi dengan hierarki yang lebih tinggi - seperti penggunaan kembali - telah dikesampingkan.</p>
<p><em>Franklin Ronaldo menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/126772/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Rachael Wakefield-Rann menerima dana dari berbagai organisasi pemerintahan dan bukan pemerintahan. Ia tidak bekerja, melakukan konsultasi, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi yang menerima keuntungan dari artikel ini, dan mengungkapkan bahwa tidak terafiliasi selain sesuai dengan posisi akademis. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Nick Florin menerima dana dari berbagai organisasi pemerintahan dan bukan pemerintahan. Yang terbaru dari pemerintah NSW, QLD dan WA, dan Australian Packaging Covenant Organisation (APCO). Ia tidak bekerja, melakukan konsultasi, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi yang menerima keuntungan dari artikel ini, dan mengungkapkan bahwa tidak terafiliasi selain sesuai dengan posisi akademis. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Jennifer (Downes) Macklin tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Bisnis baru yang mempromosikan pengembalian ketimbang mendaur ulang bagi para konsumer.Rachael Wakefield-Rann, Research Consultant, Institute for Sustainable Futures, University of Technology SydneyJennifer (Downes) Macklin, Research Fellow, BehaviourWorks Australia (Monash Sustainable Development Institute), Monash UniversityNick Florin, Research Director, Institute for Sustainable Futures, University of Technology SydneyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1254322019-10-21T05:10:06Z2019-10-21T05:10:06ZIndonesia perlu lebih banyak penelitian dampak sampah plastik di laut<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/297450/original/file-20191017-98636-5cvthp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=4%2C8%2C1343%2C651&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Indonesia mengumumkan 'perang melawan sampah plastik di laut' pada tahun 2016 setelah penelitian baru-baru ini menjuluki negara tersebut sebagai produsen limbah terbesar kedua di dunia.</span> <span class="attribution"><span class="source">www.shutterstock.com </span></span></figcaption></figure><p>Perairan Indonesia, salah satu yang kaya akan keanekaragamaan hayati, kini mulai menjadi tempat sampah. </p>
<p>Berdasarkan penelitian yang dipimpin oleh <a href="https://science.sciencemag.org/content/347/6223/768">Jenna Jambeck</a> dari Universitas Georgia, Indonesia merupakan negara terbesar kedua dalam pencemaran laut dengan plastik. Namun, kita tidak tahu banyak bagaimana limbah plastik berdampak pada kehidupan laut di perairan Indonesia.</p>
<p>Saya menjadi salah satu peneliti di Marine Research Laboratory (MEAL), Universitas Padjajaran di Bandung melakukan kolaborasi penelitian dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia, Universitas Maritim Raja Ali Haji di Kepulauan Riau, dan Mantawatch International yang berbasis di London.</p>
<p>Kami melakukan <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0025326X19304254">tinjauan sistematis terkait penelitian tentang limbah plastik di laut</a> yang dipublikasikan dalam jurnal penelitian, yaitu <a href="https://www.journals.elsevier.com/marine-pollution-bulletin">Marine Pollution Journal</a>. Kami menemukan tidak banyak penelitian terkait dengan isu sampah plastik laut, terutama untuk Indonesia bagian timur.</p>
<h2>Mengapa kita perlu penelitian tentang dampak sampah plastik di laut?</h2>
<p>Penelitian tentang dampak sampah laut bagi ekosistem di perairan Indonesia sangat penting sebagai bahan untuk membuat kebijakan dan aturan perusahaan, stakeholder, dan pemerintah akan urgensi untuk membebaskan laut dari sampah plastik dan turunannya. </p>
<p>Saat ini, perusahaan-perusahaan di Indonesia masih menjual kebutuhan sehari-hari, dari shampo, sabun, kemasan lainnya, hingga makanan, dalam kemasan plastik. Sementara itu, pemerintah belum dapat sepenuhnya mengelola limbah secara efektif di darat dan memastikan tidak dibuang ke laut. </p>
<p>Selain itu, kebanyakan orang tidak menyadari risiko kesehatan bagi manusia akibat pembuangan sampah plastik ke laut. Sampah plastik yang dibuang ke laut bisa kembali hadir di atas piring kita apabila makanan laut yang dihidangkan terkontaminasi oleh serpihan plastik. </p>
<p>Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar hewan di laut <a href="https://ourblueplanet.bbcearth.com/blog/?article=why-do-marine-animals-eat-plastic">sebenarnya buta warna dan tidak dapat membedakan sampah dan makanan</a>. Mereka lebih menggunakan sensor perasaan dibandingkan sensor visual seperti manusia.</p>
<p>Berbagai penelitian di dunia mengungkapkan bahwa mengkonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi plastik menimbulkan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2873021/">potensi risiko kesehatan</a>.</p>
<h2>Status penelitian kelautan Indonesia</h2>
<p>Kami memetakan penelitian penelitian tentang sampah plastik di laut terutama di Indonesia dan menemukan adanya peningkatan yang signifikan dalam 40 tahun terakhir.</p>
<p>Awalnya, penelitian tentang limbah plastik di laut terdapat pada tahun 1950 hingga tahun 1978 dengan jumlah yang sedikit. Namun, pada tahun 2018, terdapat sekitar 579 penelitian yang dipublikasikan. </p>
<p>Peningkatan ini terjadi setelah <a href="https://sustainabledevelopment.un.org/rio20.html">Konferensi PBB tentang Pembangunan Berkelanjutan</a> di Brazil pada tahun 2012. Konferensi ini menyimpulkan bahwa limbah plastik di laut adalah masalah utama dalam kesehatan laut.</p>
<p>Kami juga menganalisis publikasi berdasarkan negara dan menemukan bahwa Cina, yang merupakan negara produsen sampah plastik terbesar di dunia, justru menyumbang penelitian secara signifikan ketimbang negara produsen sampah plastik besar lainnya, termasuk Indonesia.</p>
<p>Kami menemukan bahwa tidak lebih dari 50 artikel tentang sampah laut, khususnya plastik di laut, yang telah terbit di Indonesia sejak 1986.</p>
<p>Ditambah lagi, penelitian dengan topik limbah laut sangat spesifik. Contohnya, penelitian yang kami temukan hanya mempelajari reaksi kimia dari sampah plastik di laut, dampak terhadap ekosistem, distribusi, hingga pembersihan pantai. Penelitian ini masih belum memadai untuk digunakan sebagai dasar kebijakan pemerintah.</p>
<h2>Perlu penelitian kelautan di perairan Indonesia bagian timur</h2>
<p>Penelitian tentang sampah plastik laut di Indonesia hanya fokus kepada Indonesia bagian barat, terkonsentrasi pada pulau-pulau padat penduduk di Jawa dan Bali.</p>
<p>Sekitar 80% dari penelitian dilakukan di daerah pesisir pantai dan ekosistem laut, sementara 20% lainnya meneliti kolom air. Sebagian besar dari penelitian ini berfokus pada ilmu lingkungan dan manajemen sumber daya alam.</p>
<p>Hanya sedikit penelitian yang fokus pada kesehatan, sosio-ekonomi, teknik, atau kebijakan. Sangat sulit untuk menemukan penelitian yang mempelajari dampak sampah plastik pada manusia. Kami menemukan beberapa makalah penelitian tentang limbah plastik di dalam perut ikan. </p>
<p>Untuk penelitian di Indonesia bagian timur, kami hanya menemukan lima penelitian yang berfokus pada kondisi limbah laut, dan dua diantaranya telah terbit sekitar <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0141113697000020">20 tahun yang lalu</a>.</p>
<p>Lebih lanjut, belum ada publikasi yang secara komprehensif membahas akumulasi mikroplastik dalam organisme laut. Untuk melakukan penelitian semacam ini, dibutuhkan laboratorium khusus untuk mempelajari sampah laut terutama untuk yang berukuran nano.</p>
<p>Penelitian terkait sampah laut masih merupakan bidang yang berkembang di Indonesia. Di Universitas Padjajaran, kami secara teratur mengumpulkan sampah-sampah di banyak pantai untuk memonitor data sampah diseluruh Indonesia sehingga nantinya dapat digunakan sebagai landasan kebijakan.</p>
<p>Kami mengusulkan penelitian yang lebih komprehensif tentang dampak sampah laut terhadap ekosistem. Kita perlu mengetahui dampak sampah plastik pada organisme di kolom air, bagaimana mereka mengubah distribusi kehidupan laut, bagaimana mereka memengaruhi kesehatan manusia, dan bagaimana ini pada akhirnya memengaruhi ekonomi lokal dan nasional.</p>
<p>Jika kita memiliki data yang baik dan kontinu, semua penelitian ini dapat menjadi landasan bagi kebijakan nasional atau regional untuk mengurangi sampah plastik.</p>
<p><em>Franklin Ronaldo menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/125432/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Noir Primadona Purba menerima dana dari Hibah Internal Unpad (HIU) Universitas Padjajaran, Komitmen Research Grant, dan Demand Driven Research Grant (DDRG) LIPI tahun 2018 untuk penelitian di Nusa Tenggara Timur. </span></em></p>Pentingnya memperbanyak penelitian untuk menyediakan bukti kepada perusahaan dan pemerintah tentang urgensi menjaga laut bebas dari sampah plastik.Noir Primadona Purba, Lecturer and Marine Reseacher, Universitas PadjadjaranLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1243532019-09-30T01:52:28Z2019-09-30T01:52:28ZBagaimana sampah plastik membunuh terumbu karang<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/294721/original/file-20190930-185394-tiifpp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">shutterstock</span> </figcaption></figure><figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/Uj1uPGehgXY?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Sampah plastik tidak hanya berbahaya bagi hewan laut, seperti penyu dan paus, tapi juga terumbu karang. Sejatinya, perlindungan laut bukan sekadar luasan wilayah yang dilindungi, namun juga tindakan nyata.</span></figcaption>
</figure>
<p>Pencemaran laut di Indonesia, terutama akibat sampah plastik, sering kali menjadi konten viral di media sosial. Mungkin Anda masih ingat video penyu yang tersangkut jaring, atau paus mati dengan perut penuh plastik?</p>
<p>Tapi di sisi lain, belum begitu banyak konten yang mengangkat soal dampak sampah plastik terhadap terumbu karang—hewan laut yang memiliki peran penting tidak hanya bagi hewan laut lainnya, tapi juga manusia. </p>
<p>Terumbu karang adalah tempat berlindung dan berkembang biak bagi setidaknya 25% spesies laut di dunia. Ia juga berperan dalam mengurangi polusi lautan. Sayangnya, perhatian masih sedikit diberikan kepada hewan yang terdiri dari karang lunak dan keras ini. </p>
<p>Dalam penelitian yang dipublikasikan di majalah <a href="https://science.sciencemag.org/content/359/6374/460"><em>Science</em></a> tahun 2018, Jamaluddin Jompa, peneliti terumbu karang dari Universitas Hasanuddin, Makassar, dan peneliti lainnya mengungkapkan bahwa terumbu karang yang tertutup oleh plastik dapat mati karena tidak mendapatkan sinar matahari untuk tumbuh. </p>
<p>Tidak hanya itu, karang lainnya bisa terinfeksi oleh karang yang mati akibat plastik tersebut. </p>
<p>Selain pemutihan (<em>bleaching</em>), penyakit karang yang paling sering dijumpai, menurut Jompa, adalah sabuk hitam (<em>black band disease</em>) dan sabuk putih (<em>white band disease</em>). </p>
<p>Jompa mengatakan pemerintah Indonesia sudah memiliki upaya perlindungan ekosistem laut, yaitu dengan menetapkan area perlindungan laut atau dikenal sebagai <em>marine protected areas</em> (MPAs), yang kini seluas sekitar <a href="https://kumparan.com/@kumparanbisnis/tahun-ini-indonesia-punya-20-juta-hektare-kawasan-konservasi-laut-1540893644766560167">20 juta hektare</a>. </p>
<p>Sayangnya, jumlah area yang dilindungi belum sebanding dengan hasilnya. Hal ini disebabkan oleh adanya pemisahan kewenangan di pemerintahan berdasarkan <a href="https://pih.kemlu.go.id/files/UU0232014.pdf">UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah</a>. Konsekuensinya, pemerintah kabupaten belum bisa maksimal mengelola area laut karena keterbatasan sumber daya manusia. </p>
<p>Laporan terbaru dari <em>Intergovernmental Panel on Climate Change</em> (IPCC) tentang <a href="https://theconversation.com/laporan-terbaru-ipcc-es-di-bumi-meleleh-dengan-cepat-akibat-pemanasan-global-berpengaruh-juga-bagi-manusia-124313">lautan dan kriosfer</a>, sebuah badan berisikan para ilmuwan iklim dari seluruh dunia di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa, menyatakan memanasnya Bumi akibat kegiatan manusia membuat es di lautan meleleh lebih cepat dari yang diperkirakan.</p>
<p>Perlindungan laut, terutama terumbu karang, menjadi sangat penting dilakukan. Apalagi karena manusia yang membutuhkan laut, bukan sebaliknya.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/124353/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Pencemaran laut di Indonesia, terutama akibat sampah plastik, sering kali menjadi konten viral di media sosial. Mungkin Anda masih ingat video penyu yang tersangkut jaring, atau paus mati dengan perut…Fidelis Eka Satriastanti, Editor Lingkungan HidupLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1222752019-09-02T02:02:18Z2019-09-02T02:02:18ZPikir lagi, cangkir kopi yang dapat digunakan lagi belum tentu lebih baik dari yang sekali pakai<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/289394/original/file-20190826-8893-1j5h86v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=6%2C0%2C668%2C445&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">yenphoto24 / shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Adakah barang yang menyimbolkan budaya kita yang serba praktis dan sekali pakai selain dari segelas kopi?</p>
<p>Pada bulan Maret 2016, koki selebriti Hugh Fearnley-Whittingstall mencemooh budaya sekali pakai tersebut dalam kampanye “Perang Melawan Sampah” sambil berkeliling London dengan <a href="https://www.bbc.com/news/magazine-36882799">bis yang ditutupi 10.000 gelas kopi sekali pakai</a> : jumlah yang dikonsumsi oleh Inggris setiap dua menit. </p>
<p>Berkat lapisan plastik tipis yang membuatnya tahan air, <a href="https://paper.org.uk/PDF/Public/Publications/Position%20Papers/CoffeeCupsSept17.pdf">sebagian besar pabrik daur ulang kertas</a> tidak dapat memproses gelas-gelas tersebut dengan efisien. </p>
<p>Sebagian besar cangkir tersebut akhirnya dibakar atau dikirim ke tempat pembuangan sampah. </p>
<p>Lebih buruk lagi, gelas-gelas tersebut malah terbuat dari serat pohon alami bukannya dari kertas daur ulang demi memenuhi persyaratan kebersihan dan keamanan makanan. </p>
<p>Meskipun kampanye Fearnley-Whittingstall menggugah emosi orang, tapi kampanye tersebut tidak menghentikan kebiasaan minum kopi di Inggris dan terlihat dari prediksi peningkatan kedai kopi <a href="https://publications.parliament.uk/pa/cm201719/cmselect/cmenvaud/657/657.pdf">dari 20.000 menjadi 30.000 pada tahun 2025</a></p>
<p>Hal ini tidak selalu buruk karena industri kopi menyediakan lapangan pekerjaan, mempertahankan keberadaan jalan-jalan utama di kota-kota di Inggris, serta menopang petani kopi di negara-negara berkembang. Namun, apabila kedai kota terus menerus bertambah, bagaimana cara mengatasi tumpukan sampah yang mereka hasilkan? </p>
<p>Berdasarkan <a href="https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/69403/pb13530-waste-hierarchy-guidance.pdf">tahapan pengelolaan sampah</a>, maka langkah pencegahan menjadi prioritas. </p>
<p>Pemakaian gelas yang bisa digunakan kembali meningkat dan kedai kopi banyak yang menawarkan diskon apabila mereka membawa gelas sendiri (harganya jauh lebih mahal daripada gelas kopi sekali pakai). </p>
<p>Meski demikian, gelas yang dapat digunakan kembali masih <a href="https://www.bathecho.co.uk/news/business/boston-tea-party-250k-drop-sales-disposable-cup-ban-83583/">kurang dari 5% dari penjualan</a>. </p>
<p>Salah satu penyebabnya adalah banyak orang yang sibuk merasa membawa gelas sendiri kemana-mana dan mencucinya berulang kali kurang nyaman.</p>
<p>Terlebih lagi, <a href="http://www.anthropocenemagazine.org/2017/07/reusable-or-disposable-which-coffee-cup-has-a-smaller-footprint/">gelas tersebut harus dipakai ulang antara 20 dan 100 kali penggunaan</a> untuk menutup emisi gas rumah kaca ketimbang gelas yang sekali pakai. </p>
<p>Hal ini karena energi dan material yang dibutuhkan untuk membuat produk tersebut tahan lama. Ditambah lagi, kebutuhan air panas untuk mencuci gelas-gelas tersebut.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/287173/original/file-20190807-144868-1shmat4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/287173/original/file-20190807-144868-1shmat4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/287173/original/file-20190807-144868-1shmat4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/287173/original/file-20190807-144868-1shmat4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/287173/original/file-20190807-144868-1shmat4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/287173/original/file-20190807-144868-1shmat4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/287173/original/file-20190807-144868-1shmat4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/287173/original/file-20190807-144868-1shmat4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Inggris membuang lebih dari 2 miliar gelas kopi setiap tahun.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Alexander Weickart / shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p><a href="https://www.vegware.com/biodegradable-hot-cups/cat_4.html">Gelas kopi yang dapat terurai</a> bisa menjadi alternatif yang menarik karena secara teori mereka tidak meninggalkan residu atau sampah yang berbahaya. </p>
<p>Namun, mereka terurai saat berada di fasilitas pengomposan industri yang diproses bersama dengan limbah makanan. Selain itu, dalam prosesnya, mereka butuh terpisah dari material yang tidak bisa terurai. </p>
<p>Dengan sedikit perencanaan, gelas-gelas yang dapat terurai tersebut dapat digunakan, seperti yang diperlihatkan dalam <a href="https://vimeo.com/user13480003">Olimpiade London 2012</a>, <a href="https://www.bbc.co.uk/news/uk-wales-47238220">tapi saat ini Inggris belum mengatur tentang kemasan yang bisa terurai</a>. </p>
<p>Untuk saat ini, gelas-gelas terurai hanya tersedia di lingkungan tertentu, seperti kantin atau tempat wisata yang hanya menggunakan tipe gelas seperti itu. </p>
<p>Nampaknya, gelas kertas sekali pakai masih akan digunakan untuk waktu yang lama. </p>
<p>Hal tersebut tidak terlalu buruk, bahkan sebelum Fearnley-Whittingstall mengangkat isu tersebut, karena semua pihak yang berkepentingan dengan keberadaan gelas kopi – mulai dari manufaktur gelas kertas hingga ke pemrosesan sampah –, telah membentuk <a href="http://www.pcrrg.uk/">Grup Pemulihan dan Daur Ulang Kertas</a> (PCRRG). </p>
<p>Mereka menyadari bahwa serat kertas dari pohon yang digunakan dalam setiap cangkir dapat menjadi sumber daya yang berharga, seandainya lapisan plastik bisa dihilangkan.</p>
<p><a href="https://www.youtube.com/watch?v=qoAhhbfyiNY">Teknologi sudah ada</a>, awalnya dikembangkan untuk mendaur ulang karton cair dengan bungkus Tetra Pak. </p>
<p>Pada dasarnya, karton (atau gelas) dicampur dengan air dan diaduk dalam mesin cuci raksasa selama 20 menit, yang memungkinkan lapisan plastik dipisahkan. </p>
<p>Serat kertas tersebut lalu digunakan lagi, sedangkan lapisan plastik didaur ulang untuk kebutuhan furnitur taman atau bahan bangunan. </p>
<p>Saat ini, baru tiga pabrik menerima gelas kopi tersebut di Inggris : jika digabungkan, pabrik-pabrik tersebut memiliki kapasitas untuk mendaur ulang lebih dari 4,5 miliar gelas setiap tahun. Angka ini jauh di atas perkiraan 2,5 miliar yang dikonsumsi Inggris setiap tahun (dan itu tanpa mengganti karton jus dan penggunaan lainnya.</p>
<p>Tetapi bahkan jika kapasitas tersedia, infrastruktur dan ekonomi dari pengumpulan gelas-gelas tersebut juga harus bekerja. </p>
<p>Dalam konteks tanggung jawab sosial perusahaan, sebagian besar rantai utama menerima gelas bekas untuk didaur ulang, bahkan jika dibeli di tempat lain. </p>
<p>Ditambah lagi, Costa Coffee bahkan membayar subsidi £70 (Rp 1,2 juta) kepada para pengumpul sampah untuk setiap ton cangkir kopi yang didaur ulang. Hal ini <a href="https://www.whitbread.co.uk/media/press-releases/2018/news-content">meningkatkan nilai cangkir itu sebesar 150%</a> dan memberikan insentif ekonomi untuk mengalihkan gelas-gelas tersebut dibuang ke tempat pembuangan akhir.</p>
<p>Pasar terbaru juga meningkatkan permintaan untuk gelas kopi daur ulang, misalnya Selfridges yang kini juga <a href="http://www.jamescropper.com/selfridges-goes-full-circle-world-first-recycling/">“upcycling” gelas kopi sebagai bahan kantong kuningnya yang khas</a>. </p>
<p>Pendekatan ini telah membuat kemajuan besar, dengan jumlah cangkir kopi yang didaur ulang melonjak dari satu dalam 400 pada 2016 menjadi satu dalam 25 pada 2018.</p>
<p>Bahkan mendaur ulang pun tidak selamanya sempurna, karena proses ini menghabiskan banyak energi, menghasilkan emisi gas rumah kaca melalui pengangkutan gelas ke fasilitas yang tepat. Proses ini bisa tidak efisien karena adanya kontaminasi dari pembuangan yang salah. </p>
<p>Setelah Anda memperhitungkan semua beban lingkungan yang timbul di seluruh produksi, penggunaan dan pembuangan gelas kopi, pilihan yang lebih baik di beberapa daerah adalah membawa gelas sekali pakai ke pabrik energi-untuk-limbah daripada mengangkut untuk didaur ulang dalam jarak jauh. </p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1155962956506525699"}"></div></p>
<p>Pencarian untuk <a href="https://www.nextgenconsortium.com/">solusi yang lebih berkelanjutan</a> belum usai. Misalnya, perusahaan bernama Cupffee telah meluncurkan <a href="https://www.cupffee.me/">gelas kopi terbuat dari biskuit wafer yang dapat dimakan</a>.</p>
<p>Tetapi perlu diingat bahwa gelas kopi hanya <a href="https://publications.parliament.uk/pa/cm201719/cmselect/cmenvaud/657/657.pdf">0,7% dari keseluruhan limbah kemasan di Inggris</a>. </p>
<p>Diperkirakan bahwa wadah kopi sekali pakai untuk bisa dibawa pulang menghasilkan <a href="https://www.huhtamaki.com/globalassets/global/highlights/responsibility/taking-a-closer-look-at-paper-cups-for-coffee.pdf">kurang dari 5% dari total jejak karbon </a>(pertimbangkan juga: minyak yang digunakan dalam pupuk di perkebunan, bahan bakar jet yang digunakan untuk mengangkut biji kopi, energi yang digunakan untuk memanaskan kopi, dan sebagainya). </p>
<p>Ada risiko bahwa keunggulan mereka bisa mengambil fokus dari masalah yang lebih besar.</p>
<p>Sementara itu, mengapa tidak memutuskan untuk menikmati kopi dengan cangkir porselen? Dan, jika Anda menemukan cangkir kopi yang tertinggal, Anda dapat melakukan perbuatan baik hari itu dengan membawanya ke tempat pengumpulan terdekat.</p>
<p><em>Fahri Nur Muharom menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/122275/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Caroline Wood recently undertook a placement at the Parliamentary Office of Science and Technology, researching a briefing paper on policies to reduce plastic waste from food packaging. As part of this, she interviewed members of the Paper Cup Recovery and Recycling Group, PCRRG.</span></em></p>Gelas kopi sekali pakai menunjukkan bahwa daur ulang bisa berhasil - dengan sedikit penelitian lanjutan.Caroline Wood, PhD researcher in Plant Biology / Food Security, University of SheffieldLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1215202019-08-09T10:21:13Z2019-08-09T10:21:13ZKampanye “Rayakan Idul Adha Tanpa Kantong Plastik” terus dorong upaya Indonesia kurangi sampah plastik<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/287067/original/file-20190806-84235-1249jma.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C3500%2C2331&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Daging yang siap dibagikan pada Hari Raya Idul Adha menggunakan kantong plastik.</span> <span class="attribution"><span class="source">Lano Lan/shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Pada Hari Raya Idul Adha tahun ini, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kembali melanjutkan kampanye ‘Rayakan Idul Adha Tanpa Kantong Plastik’ yang sudah dimulai sejak tahun 2016 untuk mendukung upaya pemerintah mengurangi sampah plastik. </p>
<p>Novrizal Tahar, Direktur Pengelolaan Sampah KLHK, mengatakan pemerintah berharap bisa terus menurunkan komposisi sampah plastik melalui kampanye dan edukasi yang sudah dilakukan sejak tahun 2016. </p>
<p>Melalui kampanye kurangi penggunaan plastik sekali pakai secara nasional sejak tahun 2016, pemerintah berhasil mengurangi komposisi sampah plastik sebesar 652.000 ton pada tahun 2018. Artinya, komposisi sampah plastik berkurang sebesar 1% dari <a href="https://www.bps.go.id/publication/2018/12/07/d8cbb5465bd1d3138c21fc80/statistik-lingkungan-hidup-indonesia-2018.html">total 65,2 juta ton sampah yang dihasilkan Indonesia pada tahun 2016</a>. </p>
<p>Dengan pencapaian tersebut, Novrizal berharap kampanye ini bisa terus mengurangi komposisi sampah plastik di Indonesia. Apalagi tahun ini, kampanye ini juga didukung oleh beberapa inisiatif serupa dari beberapa pemerintah daerah. </p>
<p>Program mengurangi sampah plastik sudah dilakukan oleh <a href="https://kompas.id/baca/metro/2019/07/23/dki-imbau-pembagian-daging-kurban-bebas-kemasan-plastik/">pemerintah provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta</a>, <a href="https://style.tribunnews.com/2019/08/04/kurangi-pemakaian-plastik-di-hari-idul-adha-2019-risma-minta-wadah-daging-kurban-pakai-daun">pemerintah kota Surabaya, Jawa Timur</a>, <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190728095903-20-416162/warga-diminta-tak-pakai-kresek-hitam-untuk-daging-kurban">pemerintah kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah</a>, dan <a href="http://sumutinvest.com/2019/07/30/jelang-idul-adha-pemprov-sumut-pastikan-bebas-plastik-bagikan-daging-kurban/">pemerintah provinsi Sumatera Utara</a>. </p>
<p>“Ada angka penurunan 1%, ini adalah hal yang sangat positif karena ini semua dari indikasi partisipasi publik dan perubahan perilaku masyarakat,” jelasnya.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/287066/original/file-20190806-84244-1tx97eg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/287066/original/file-20190806-84244-1tx97eg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/287066/original/file-20190806-84244-1tx97eg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/287066/original/file-20190806-84244-1tx97eg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/287066/original/file-20190806-84244-1tx97eg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/287066/original/file-20190806-84244-1tx97eg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/287066/original/file-20190806-84244-1tx97eg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">KLHK kembali imbau masyarakat untuk tidak menggunakan plastik sekali pakai sebagai pembungkus makanan, selain berbahaya juga diharapkan menurunkan sampah plastik.</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Dalam sebarannya, KLHK memberikan alternatif pembungkus makanan yang lebih alami, seperti besek bambu, besek daun pandan, besek daun kelapa, daun jati, dan daun pisang. </p>
<p>Novrizal mengatakan bahwa pemilihan bahan-bahan tersebut berdasarkan pengalaman yang ada dan berkembang di masyarakat. </p>
<p>“Hal ini tentunya dapat berkembang sesuai dengan inovasi dan kreativitas masyarakat. Prinsip utama adalah bagaimana semaksimal mungkin mendorong pengurangan penggunaan plastik sekali pakai sebagai wadah yang dipergunakan,” lanjutnya. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/287480/original/file-20190809-144892-bnm5ti.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/287480/original/file-20190809-144892-bnm5ti.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=491&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/287480/original/file-20190809-144892-bnm5ti.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=491&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/287480/original/file-20190809-144892-bnm5ti.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=491&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/287480/original/file-20190809-144892-bnm5ti.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=617&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/287480/original/file-20190809-144892-bnm5ti.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=617&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/287480/original/file-20190809-144892-bnm5ti.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=617&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Salah satu contoh daging kurban yang siap dibagikan dibungkus oleh besek bambu. Foto : KLHK/twitter.</span>
</figcaption>
</figure>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/287478/original/file-20190809-144868-1ext294.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/287478/original/file-20190809-144868-1ext294.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=491&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/287478/original/file-20190809-144868-1ext294.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=491&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/287478/original/file-20190809-144868-1ext294.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=491&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/287478/original/file-20190809-144868-1ext294.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=617&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/287478/original/file-20190809-144868-1ext294.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=617&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/287478/original/file-20190809-144868-1ext294.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=617&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Membungkus makanan dengan daun jati atau daun pisang bisa membuat daging lebih harum dan tahan lama. Foto : KLHK/twitter.</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Rahyang Nusantara, koordinator nasional untuk Gerakan Diet Kantong Plastik, sebuah gerakan yang aktif mengkampanyekan pengurangan pemakaian kantong plastik sekali pakai, menyatakan dukungan dari pemerintah daerah memberikan perubahan dalam kampanye tahun ini. </p>
<p>“Setahu saya ini hanya surat edaran dan, <em>surprisingly</em>, tahun ini, pemerintah, tidak hanya KLHK, tapi beberapa Pemda (pemerintah daerah) juga kompak menyerukan ini,” </p>
<p>“Sebelum-sebelumnya yang selalu disebarluaskan adalah seruan dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) yang menyatakan larangan menggunakan kantong plastik warna hitam. Sementara untuk tahun ini, semua jenis plastik dilarang digunakan untuk kemasan daging kurban,” jelas Rahyang. </p>
<p>BPOM sudah <a href="https://www.pom.go.id/new/admin/dat/20150820/KH.00_.02_.1_.55_.2890_.pdf">melarang penggunaan kantong plastik <em>kresek</em> berwarna hitam</a> untuk wadah makanan sejak tahun 2009. Alasannya kantong plastik berwarna hitam berasal dari proses daur ulang yang tidak diketahui asal usulnya yang mungkin bisa beracun. Sumbernya bisa berasal dari wadah pestisida, limbah rumah sakit, kotoran hewan atau manusia, hingga limbah logam berat. </p>
<p>“Semua kantong plastik itu tidak (memiliki kualitas) <em>food grade</em> (atau dianggap aman untuk menyimpan makanan). Plastik yang aman untuk makanan dan minuman hanya plastik dengan <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Resin_identification_code">kode resin 5</a> (nomor yang tercantum dalam kemasan plastik),” jelas Rahyang.</p>
<p>Lebih lanjut, Rahyang mengatakan momen Idul Adha menjadi momen yang menarik dengan adanya imbauan tanpa plastik tersebut. </p>
<p>Namun, ia mengharapkan agar gerakan tersebut bisa lebih dari sekadar imbauan. </p>
<p>“Karena (bersifat) imbauan, artinya ini ajakan secara sukarela dan tentunya tidak ada kewajiban,” ujarnya.</p>
<p>Rahyang mengatakan pemerintah bisa menggunakan <a href="https://www.bphn.go.id/data/documents/08uu018.pdf">Undang-Undang (UU) No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dan Peraturan</a> dan <a href="https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt50938db8deb96/node/pp-no-81-tahun-2012-pengelolaan-sampah-rumah-tangga-dan-sampah-sejenis-sampah-rumah-tangga/">Peraturan Pemerintah (PP) No 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga </a>sebagai dasar hukum untuk memberlakukan larangan penggunaan plastik sekali paki. </p>
<p>Novrizal mengatakan bahwa kampanye memang awalnya bertujuan untuk mendorong kepedulian masyarakat terhadap sampah, namun tidak menutup kemungkinan bisa dijadikan sebagai sebuah regulasi atau ketetapan. </p>
<p>“Hal yang utama ingin dicapai adalah adanya perubahan perilaku masyarakat dan kepedulian masyarakat,” lanjutnya. </p>
<p>Ia mengatakan saat ini pemerintah pusat lebih mengedepankan pemberian insentif ketimbang sanksi bagi daerah-daerah yang memiliki kinerja pengurangan sampah yang baik.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/121520/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Kementerian LIngkungan Hidup dan Kehutanan serukan penggunaan pembungkus makanan alami untuk daging kurban. Hal ini ditujukan untuk mengurangi sampah plastik.Fidelis Eka Satriastanti, Editor Lingkungan HidupLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1206692019-08-02T05:20:16Z2019-08-02T05:20:16ZSebuah konferensi besar di Australia sukses diadakan tanpa gunakan plastik. Ini tips dari penyelenggaranya<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/285055/original/file-20190722-116552-1rvoqcd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=41%2C47%2C3920%2C2922&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Coffee-break delegasi konferensi sains kelautan di Fremantle, Australia, yang menerapkan konsep bebas plastik.</span> <span class="attribution"><span class="source">Alicia Sutton/AMSA</span></span></figcaption></figure><p>Apa yang kita gunakan sebelum produk plastik sekali pakai masuk ke dalam kehidupan kita sehari-hari? </p>
<p>Sebelum tahun 1980-an, kantong plastik masih jarang ditemukan di supermarket. Namun pada tahun 2019, penggunaannya tidak hanya dianggap biasa, tetapi juga diperlukan untuk mempertahankan gaya hidup kita.</p>
<p>Mulai dari wadah makanan, kemasan untuk produk di supermarket, hingga pembungkus barang dengan murah dan berkualitas rendah, plastik dibutuhkan dalam kehidupan kita sehari-hari.</p>
<p>Namun, seiring berjalannya waktu, ketergantungan terhadap plastik sekali pakai ini ternyata menghasilkan tumpukan sampah bagi manusia. Nilai “ekonomi pembuangan sampah” bagi masyarakat dan lingkungan menjadi <a href="https://theconversation.com/eight-million-tonnes-of-plastic-are-going-into-the-ocean-each-year-37521">semakin tajam</a>.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/perut-paus-sperma-penuh-plastik-di-wakatobi-lima-langkah-kurangi-ancaman-mikroplastik-di-laut-indonesia-104484">Perut paus sperma penuh plastik di Wakatobi: lima langkah kurangi ancaman mikroplastik di laut Indonesia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Menemukan solusi untuk menghilangkan limbah plastik dalam kehidupan sehari-hari masih menjadi tantangan, terutama saat menggelar acara besar, salah satunya konferensi profesional. </p>
<p>Dalam suatu waktu, sebagai akademisi, ilmuwan, peneliti, atau profesional, kita mungkin akan menjadi bagian dari panitia penyelenggara konferensi. </p>
<p>Tahun 1990-an, panitia konferensi akan bangga menghitung berapa gelas kopi yang mereka gunakan, namun, kini hal tersebut berubah. </p>
<p>Sebagai panitia dari konferensi nasional <a href="http://amsa19.amsa.asn.au">Asosiasi Ilmu Kelautan Australia</a>, kami pun menantang diri kami untuk bertindak ketimbang hanya berbicara teori. Kami menggelar konferensi bebas plastik untuk 570 partisipan dari profesional ilmu kelautan, akademisi, dan mahasiswa. </p>
<p>Lalu, bagaimana cara melayani ratusan orang tanpa menghasilkan sampah plastik sama sekali?</p>
<h2>Menjadi bagian dari solusi</h2>
<p>Kami mulai merencanakan semuanya sejak 12 bulan lalu, ketika kami mengetahui bahwa tema konferensi kali ini seputar<a href="https://theconversation.com/marine-science-challenges-for-a-growing-blue-economy-22845">ekonomi biru</a>, yang diadakan pada bulan Juli di Fremantle, kota pelabuhan terletak di barat Australia yang juga merupakan tempat kelahiran dari gerakan <a href="http://www.plasticfreejuly.org">Juli Bebas Plastik</a>.</p>
<p>Sejak hari pertama, kami sudah tahu apa yang kami inginkan, yaitu menghilangkan plastik dan mengurangi limbah secara keseluruhan, mulai dari sampah sehari-hari hingga plastik sekali pakai yang dapat dibawa pulang dan akhirnya menjadi sampah. </p>
<p>Bagi kami, daur ulang hanyalah sebagian kecil dari solusi. </p>
<p>Kita perlu “menolak, mengurangi, dan mendaur ulang” untuk benar-benar menangani sampah plastik.</p>
<h2>Apa yang kita lakukan</h2>
<p>Kami memulai dengan memilih bekerja sama dengan penyelenggara acara yang memiliki konsep yang sama dengan kami. Lalu, kami mencari pengganti plastik untuk konferensi, antara lain :</p>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/283424/original/file-20190710-44479-nkzyeh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/283424/original/file-20190710-44479-nkzyeh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/283424/original/file-20190710-44479-nkzyeh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=886&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/283424/original/file-20190710-44479-nkzyeh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=886&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/283424/original/file-20190710-44479-nkzyeh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=886&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/283424/original/file-20190710-44479-nkzyeh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1113&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/283424/original/file-20190710-44479-nkzyeh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1113&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/283424/original/file-20190710-44479-nkzyeh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1113&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Tidak ada plastik di AMSA 2019.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Angela Rossen</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<ul>
<li><p>Tanda pengenal terbuat dari kardus yang kaku tanpa disertai pelindung plastik.</p></li>
<li><p>Tali tanda pengenal terbuat dari bambu dengan klip logam.</p></li>
<li><p>Tas jinjing terbuat dari 100% bahan alami.</p></li>
<li><p>Tidak mencetak amplop untuk pendaftaran dan tidak mencetak abstrak konferensi.</p></li>
<li><p>Mencetak pada kertas daur ulang yang dikerjakan oleh perusahaan yang menggunakan <a href="http://www.thebigpicturefactory.com.au/">alat cetak bertenaga surya</a>.</p></li>
<li><p>Delegasi diminta untuk membawa botol air dan gelas kopi mereka sendiri atau membelinya saat sebelum registrasi. </p></li>
<li><p>Kios kopi dengan <a href="http://go2cup.com.au">gelas yang dapat dicuci dan digunakan kembali</a>.</p></li>
<li><p>Menyediakan galon air minum terbuat dari gelas untuk para peserta di setiap ruang konferensi. </p></li>
<li><p>Tidak ada permen kemasan. </p></li>
<li><p>Menggunakan produk pensil yang ramah lingkungan ketimbang pulpen, serta disediakan rautan pensil. </p></li>
<li><p>Hanya menyediakan piring, peralatan makan, dan gelas. </p></li>
<li><p>Katering vegetarian disediakan saat istirahat. </p></li>
<li><p>Semua peserta pameran, penyelenggara lokakarya, dan lainnya, seperti mahasiswa dan dosen, berkomitmen mengurangi limbah plastik demi mendapatkan produk dan katering gratis.</p></li>
</ul>
<p>Dan, yang terpenting, kami berhasil merancang perubahan ini tanpa adanya kenaikan budget atau mempengaruhi profit kami.</p>
<h2>Apa yang kami pelajari</h2>
<p><strong>Rencanakan lebih awal.</strong> Membutuhkan usaha ekstra untuk melakukan hal yang berbeda dari biasanya, namun selalu ada pilihan lain yang tersedia, selain menggunakan plastik. Luangkan waktu untuk mencari tahu lalu ajukan solusi yang didapatkan pada acara Anda berikutnya. </p>
<p><strong>Bekerja dengan semua orang.</strong> Buat tujuan bersama dengan tim Anda: penyelenggara acara, tempat, peserta, katering - lebih banyak ide akan menghasilkan solusi yang lebih baik. Hal ini akan menciptakan efek riak, tidak hanya untuk acara tersebut, tetapi dalam mengembangkan praktik yang lebih berkelanjutan untuk acara lainnya.</p>
<p><strong>Lakukan kunjungan ke lapangan.</strong> Identifikasi potensi masalah dan rancang solusi jauh sebelumnya. Rebecca Prince-Ruiz, pendiri dan direktur eksekutif dari gerakan <a href="https://www.plasticfreejuly.org/">Juli Bebas Sampah</a>, sempat mengunjungi tempat konferensi kami dan memberikan masukan yang sangat berharga.</p>
<p><strong>Jangan berasumsi.</strong> Pada konferensi kelautan lain yang kami hadiri, botol air minum dari plastik digantikan oleh gelas, yang merupakan hal yang baik, dan gelas styrofoam, yang tidak terlalu baik. Tidak semua pemasok memiliki pengetahuan tentang bahan yang berkelanjutan, jadi luangkan waktu untuk berbicara apa artinya bebas plastik dan tanpa sampah dengan mereka. </p>
<h2>Menghapus plastik ‘tersembunyi’</h2>
<p>Tidak peduli seberapa rapi perencanaan yang Anda lakukan, akan selalu ada “plastik tersembunyi”. Mengawasi semua aspek operasional dari tempat konferensi dan pemasok-pemasoknya (makanan, layanan linen hingga pembuangan limbah), dan hotel-hotel yang digunakan oleh para delegasi (yang kemungkinan menyediakan botol plastik untuk minuman dan kebutuhan pribadi di kamar mereka) sangatlah tidak mungkin. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/sampah-perkotaan-dan-cara-pemulung-memperkuat-komunitasnya-114997">Sampah perkotaan dan cara pemulung memperkuat komunitasnya</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Hal tersebut dapat dikurangi dengan melakukan pemesanan lebih awal, namun perlu diingat bahwa tujuannya adalah mengubah sikap mereka terhadap sampah dan bukan mengubah seluruh industri dalam satu konferensi. </p>
<p>Tetapi, jika kita bisa melakukannya untuk 570 orang, maka semua orang juga dapat mulai membuat <a href="https://theconversation.com/climate-change-seeing-the-planet-break-down-is-depressing-heres-how-to-turn-your-pain-into-action-114407">perubahan serupa</a> di rumah dan tempat kerja mereka sendiri.</p>
<hr>
<p><em><a href="https://www.amsa.asn.au">AMSA</a> telah menyelenggarakan <a href="http://amsa19.amsa.asn.au/amsa-public-lecture/">kuliah umum tahunan</a>, yang disponsori oleh <a href="http://www.oceans.uwa.edu.au">UWA Oceans Institute</a>, di Fremantle, pada hari Rabu 10 Juli pukul 18:30. Konferensi ini membahas masalah polusi plastik dan apa yang dapat dilakukan tentang hal itu, baik secara global maupun lokal.</em></p>
<p><em>Amira Swastika menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/120669/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Konferensi nasional Asosiasi Ilmu Kelautan Australia tahun ini merupakan zona bebas plastik, Para ilmuwan kelautan ingin mengurangi beban lingkungan dari plastik yang dibuang.Elizabeth Sinclair, Senior Research Fellow, School of Biological Sciences and The UWA Oceans Institute, The University of Western AustraliaDr Charlotte Birkmanis, PhD Candidate, The UWA Oceans Institute and School of Biological Sciences, The University of Western AustraliaRobert Pemberton, Business Support Manager, UWA Oceans Institute, The University of Western AustraliaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.