Menu Close

Alzheimer makin meningkat: makan tempe sejak dini bisa membantu cegah pikun tekan risiko penyakit ini

Artikel ini untuk memperingati Hari Alzheimer Dunia 21 September.

Alzheimer merupakan penyakit yang umumnya menyerang orang-orang berusia 65-85 tahun dengan ditandai menurunnya daya ingat otak (demensia atau pikun). Gaya hidup buruk dan berbagai penyakit bisa mempercepat munculnya penyakit sering lupa pada usia yang lebih muda.

Penyakit ini tidak dapat diobati, tapi bisa dicegah sejak dini.

Berawal dari pikun, ada beberapa tingkat keparahan dari tingkat rendah hingga tinggi, dan dapat berujung pada kematian.

Di seluruh dunia, menurut WHO ada 55 juta orang yang menderita demensia, 60% di antaranya tinggal di negara berpendapatan menengah ke bawah. Jumlah penderita demensia diprediksi akan meningkat hingga 78 juta penduduk pada 2030 dan 139 juta pada 2050.

Di Indonesia, ada sekitar 1,2 juta penderita demensia pada 2016 dan diperkirakan naik jadi dua juta pada 2030 dan dua juta pada 2050. Peningkatan ini menjadi masalah besar. Ongkos pengobatan penyakit sangat tinggi akibat kurangnya pemahaman masyarakat untuk menjaga kesehatan otak dan kurangnya sumber daya serta pelatihan bagi para pendamping orang dengan demensia (ODD.

Dari semua kasus demensia tersebut, 60-70 % disebabkan oleh Alzheimer.

Mengapa Alzheimer bisa muncul?

Faktor dan risiko

Meski faktor keturunan ikut berperan pada penyakit Alzheimer, banyak faktor lain yang juga turut memberi pengaruh.

Penyakit jantung, diabetes, dan obesitas, berisiko meningkatkan potensi munculnya Alzheimer pada masa tua. Pola pola makan yang tidak sehat seperti tinggi asupan gula, garam, dan lemak jenuh, serta kurangnya asupan serat dan vitamin juga memicu penyakit tersebut.

Walau penyakit ini tidak bisa disembuhkan, seseorang bisa mencegah risiko terkena penyakit ini. Salah satu cara untuk mencegah terjangkit penyakit Alzheimer pada masa tua adalah mengkonsumsi makanan fermentasi seperti tempe secara rutin sejak dini hingga masa tua.

Hasil riset terbaru saya dan tim Fakultas Teknobiologi Unika Atma Jaya, yang sedang ditulis laporannya, menunjukkan bahwa ekstrak minyak dari tempe dapat menghambat pengembangan penyakit Alzheimer sejak dini melalui beberapa cara. Ekstrak ini juga dikembangkan dalam bentuk kapsul gel menyerupai kapsul minyak ikan pada umumnya.

Salah satunya, ekstrak tempe mencegah terbentuknya amyloid plak serta akumulasi protein tau sebagai penyebab utama Alzheimer yang dibuktikan secara in vitro dalam laboratorium memakai sel Schwann sebagai salah satu jenis sel di otak.

Amyloid plak dan protein tau adalah protein yang terbentuk pada penderita Alzheimer. Senyawa ini menghambat kerja sel otak hingga menyebabkan kematian sel-sel otak secara bertahap.

Tempe dapat menghambat mekanisme pembentukan dua senyawa tersebut berdasarkan penghambatan ekspresi gen-gen yang terlibat dalam pembentukan penyakit Alzheimer menggunakan teknik real-time PCR.

Jika dibandingkan dengan galanthamine dan donepezil sebagai obat komersial penderita Alzheimer, sari tempe juga memiliki kemampuan untuk meningkatkan proses kolinergik (komunikasi sel otak) di otak lewat penghambatan enzim asetilkolinesterase dan butirilkolinesterase melalui analisis enzimatik spektrofotometri. Pada penderita Alzheimer, kedua enzim ini memecah neurotransmitter di otak secara berlebihan sehingga komunikasi antarsel otak menjadi terhambat.

Ekstrak minyak tempe ini juga dapat menangkal aktivitas radikal bebas di otak. Asam lemak omega 3 golongan asam linonenat, yang berhasil diekstraksi dari tempe dalam penelitian tim Fakultas Teknobiologi Unika Atma Jaya, diduga kuat berperan dalam aktivtas tersebut untuk mencegah pembentukan penyakit Alzheimer.

Banyak riset lain yang melaporkan peranan omega 3, yang umumnya didapatkan dari minyak ikan dalam menjaga kesehatan otak.

Peranan tempe untuk mencegah dan mengurangi perkembangan Alzheimer juga dibuktikan lewat adanya peningkatan kemampuan kognitif otak setelah mengonsumsi tempe. Temuan ini merupakan hasil riset dari tim Fakultas Kedokteran dan Teknobiologi Unika Atma Jaya yang melibatkan 90 penderita demensia tingkat rendah pada lansia laki-laki dan perempuan.

Dari jumlah itu, 30 peserta pertama dan 30 peserta kedua diberi makanan tempe selama enam bulan. Sedangkan 30 peserta dijadikan kelompok kontrol yang tidak diberi tempe. Hasilnya, menurut riset ini, setelah responden mengonsumsi tempe, fungsi kognitif mereka, antara lain kemampuan daya ingat, kelancaran penggunaan bahasa, dan kemampuan untuk memperhatikan, meningkat.

Selain itu, banyak riset lain yang menemukan berbagai senyawa pada tempe diduga kuat sebagai alasan utama tempe dapat membantu penghambatan perkembangan penyakit Alzheimer.

Senyawa antioksidan golongan flavonoid bernama daidzein dan genistein dapat menghambat enzim beta secretase dalam proses pembentukan penyakit Alzheimer. Probiotik golongan bakteri asam laktat, yang umum ditemukan pada tempe, juga dapat mencegah sel otak dari kerusakan.

Penyakit mematikan yang bisa dicegah

WHO menggolongkan Alzheimer sebagai salah satu dari 10 penyakit paling mematikan di dunia pada 2019 hingga sekarang.

Tingkat kematian akibat penyakit tidak menular ini ini semakin meningkat akibat banyak orang yang menyepelekan gaya hidup sehat untuk menunjang kesehatan otak saat masa tua nanti.

Tidak aktif berolahraga, merokok, dan tidak melakukan hobi yang melatih kerja otak seperti membaca buku atau melakukan permainan yang mengasah daya ingat dan berpikir otak, merupakan pemicu menurunnya kesehatan otak.

Kita perlu mengkampanyekan pentingnya menjaga kesehatan otak sejak dini dengan mengkonsumsi berbagai produk fermentasi, salah satunya tempe, pangan kaya asam lemak omega 3, buah, dan sayur.

Selain pola makan yang sehat, olahraga yang teratur serta istirahat yang cukup mulai dari usia muda hingga lansia, juga perlu dibiasakan untuk membantu memelihara kesehatan otak.

Untuk menjaga kesehatan secara umum, Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan anjuran pedoman gizi seimbang dan olahraga 30 menit setiap hari.

Secara khusus, Kementerian Kesehatan juga mengeluarkan imbauan untuk menjaga kesehatan jantung dan otak kita agar dapat tercegah dari penyakit Alzheimer.

Banyak mengkonsumsi sumber asam lemak omega 3 (ikan dan kacang-kacangan) dan rutin berolahraga, dapat membantu melepaskan stres dan meningkatkan kesehatan raga dan otak.

Dan jangan lupa makan tempe yang tersedia di mana-mana di Indonesia.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,400 academics and researchers from 4,942 institutions.

Register now