Menu Close
Riset menunjukkan hanya sekitar 20% kepala sekolah memiliki target untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di sekolah mereka. Shutterstock

Manajemen sekolah adalah kunci sukses siswa, tapi kualitas kepala sekolah di Indonesia meragukan

Meskipun terdapat banyak faktor, berbagai studi yang dilakukan satu dekade belakangan menunjukkan bahwa kepemimpinan di level sekolah adalah salah satu faktor yang paling signifikan dalam mempengaruhi kinerja siswa.

Tim peneliti dari Stanford University, Amerika Serikat, yang mengobservasi 1.800 sekolah di tujuh negara termasuk Brasil dan India, menemukan bahwa perbedaan antara sekolah dengan performa tinggi dan rendah hampir 50%-nya sendiri ditentukan oleh kualitas dan kebijakan dari kepala sekolah.

Sayangnya, di Indonesia sendiri hingga kini peran kepala sekolah masih dianggap sekadar pekerjaan administratif dan kebanyakan tidak terlibat dalam upaya perbaikan kualitas pengajaran.

Daniel Suryadarma, anggota tim penelitian SMERU yang mengobservasi 20 sekolah dasar dan 5 madrasah di Karawang mendapati hanya terdapat persentase kecil pimpinan sekolah yang memiliki semangat membenahi pembelajaran siswa.

“60% lebih dari 25 kepala sekolah menyatakan target mereka adalah memastikan bahwa siswa kelas 6 memiliki nilai ujian yang baik,” katanya.

“Hanya 20% yang bertujuan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di sekolah mereka. Ini salah satu gap [celah] yang sangat kontras di mata kami.” tambahnya.

Target yang ditentukan kepala sekolah untuk sekolah yang ia pimpin. SMERU (Andrina et al, 2019)

Sangat sedikit dari kepala sekolah tersebut - hanya 26% - yang berinisiatif mengamati proses belajar di dalam kelas, setidaknya sekali dalam satu bulan.

Ironisnya, tim SMERU juga menemukan bahwa mayoritas kepala sekolah sudah merasa puas dengan kinerja guru-guru yang tergolong buruk – 2,5 dari 8,0 berdasarkan instrumen SMERU.

Sebuah acara diskusi bulan lalu berjudul “Tantangan mengembangkan leadership kepala sekolah untuk atasi krisis belajar” di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berupaya untuk menjawab permasalahan ini.

Sejumlah peneliti dan pemerhati pendidikan yang hadir menyampaikan hasil studinya mengenai kondisi kepala sekolah di Indonesia dan langkah apa saja yang bisa diambil untuk mengejar ketertinggalannya.

Tidak “baik-baik saja”

Yayasan Inisiatif Kepemimpinan Pendidikan Untuk Raih Prestasi (INSPIRASI) adalah salah satu organisasi yang hadir berupaya untuk memperbaiki kondisi kepemimpinan sekolah di Indonesia.

Berbicara pada acara diskusi tersebut, Cici Wanita, manajer dari program kepala sekolah yang diusung INSPIRASI, menyerukan pentingnya proses pendampingan terhadap pimpinan sekolah.

“Setelah kita lihat riset SMERU, yang terjadi ternyata skor guru yang dipimpin kepala sekolah, efektivitas mengajarnya hanya 2,5 dari 8. Ini tidak sinkron dengan kepuasan mereka. Kenapa hanya segini skornya?” katanya.

“Pimpinan sekolah perlu memahami, sekolah mereka tidak baik-baik saja.”

Menindaklanjuti riset dari Daniel dan timnya, INSPIRASI menerjunkan langsung tim ahli dan peneliti mereka ke 25 sekolah dan madrasah yang diteliti oleh SMERU.

Tim tersebut mendampingi dan membekali kepala sekolah untuk dapat mengidentifikasi masalah di sekolah mereka dan menyusun solusi mereka sendiri.

“Ada satu kepala sekolah yang meminta tiap gurunya untuk mencari satu metode pembelajaran, lalu menguji coba yang paling baik,” ungkap Cici.

“Ada refleksi dengan video, misal beberapa gurunya direkam lalu ditonton bersama dan dibedah teknik mengajarnya.”

“Mungkin tidak fancy [mewah], tapi kita percaya mereka harus mulai dari apa yang mereka bisa, dan esensinya mereka adalah menjawab permasalahan di sekolah,” tambah Cici.

Tahap satu dari program ini - yang fokus pada membangun kesadaran kepala sekolah - telah dilaksanakan dari Juli hingga Desember 2019.

Mulai tahun ini, INSPIRASI akan fokus pada tahap dua dan tiga yang fokus pada supervisi akademik dan juga perencanaan program sekolah yang efektif. Kepala sekolah yang dibina juga akan bertambah menjadi 75 sekolah.


Read more: Riset tunjukkan Indonesia kekurangan kebijakan pendidikan di daerah yang efektif


Pelajaran dari luar negeri: harus cakap memimpin guru

Sameer Sampat, seorang peneliti pendiri organisasi pendidikan Global School Leaders (GSL) yang juga hadir pada acara diskusi menceritakan beberapa inisiatif yang dilakukan organisasinya di negara lain dalam memperbaiki kualitas kepala sekolah.

Di India misalnya, organisasinya menjalankan Institut Kepemimpinan Sekolah India (ISLI) yang telah melatih 600 kepala sekolah di lima kota sejak 2012.

Organisasinya juga menginisiasi program serupa di Kenya yang mendampingi lebih dari 70 kepala sekolah mulai tahun 2019.

“Kita menemukan beberapa karakter kunci yang harus dimiliki kepala sekolah yang baik, yang benar-benar bisa meningkatkan performa siswa,” kata Sameer.

“Pertama, mereka fokus pada inisiatif yang meningkatkan proses pembelajaran. Kedua, mereka harus benar-benar cakap dalam memimpin dan mengarahkan guru lain.”

Inisiatifnya di India, melihat kenaikan persentase siswa - dari 19% menjadi 29% - yang memiliki capaian matematika dan sains di atas rata-rata, setelah intervensi ini dilakukan.

Edi Subkhan, dosen teknologi pendidikan di Universitas Negeri Semarang yang dihubungi secara terpisah oleh The Conversation mendukung upaya peningkatan kapasitas pemberian umpan balik antara kepala sekolah dan guru.

“Untuk bisa menghasilkan komunitas belajar yang bagus di level sekolah, sekolah itu sendiri justru yang harus jadi komunitas belajar. Pimpinannya belajar, gurunya belajar, siswanya belajar, semua belajar bersama,” katanya.

“Berarti apa? Perlu visi kepala sekolah yang memang terbuka dan jauh ke depan untuk mewujudkannya.”


Read more: Visi #MerdekaBelajar Menteri Nadiem harus diikuti dengan perbaikan kualitas guru


Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,300 academics and researchers from 4,942 institutions.

Register now