Menu Close
organisasi saksi-saksi yehuwa
Beberapa anggota terbunuh pada tanggal 9 Maret 2023 di Jerman. Banyak orang memiliki stereotip terhadap Saksi-Saksi Yehuwa, tetapi banyak juga yang tidak mengenal kepercayaan mereka.

Apa itu Saksi-saksi Yehuwa: ahli agama menjawab

Enam orang dewasa terbunuh pada 9 Maret 2023, di Hamburg, Jerman, dalam apa yang digambarkan oleh polisi sebagai “amukan” setelah kebaktian malam. Beberapa orang lainnya terluka dalam serangan di sebuah pusat Saksi-saksi Yehuwa, yang disebut Balai Kerajaan, termasuk seorang wanita yang kehilangan kandungannya. Tersangka penembak dilaporkan merupakan mantan anggota kelompok agama tersebut.

Serangan ini mengalihkan perhatian pada kelompok agama Saksi Yehuwa yang memiliki sekitar 8 juta anggota di 240 negara. Di Jerman, lebih dari 170.000 Saksi-saksi Yehuwa tergabung dalam 2.020 gereja, menurut catatan organisasi tersebut.

Di banyak negara, Saksi-saksi Yehuwa dikenal dengan pekerjaan mereka yang pergi dari rumah ke rumah atau berdiri di tempat umum untuk mencoba mendistribusikan materi keagamaan. Namun banyak orang yang tidak mengenal kepercayaan mereka, dan ketika kelompok ini menjadi berita utama, sering kali karena alasan-alasan yang berkaitan dengan penganiayaan di luar negeri.

Jadi siapakah mereka?

memorial atas penembakan pada anggota Saksi-saksi Yehuwa
Seorang pria membuat tanda salib di luar gedung Saksi-saksi Yehuwa di Hamburg, tempat sejumlah orang terbunuh dalam penembakan pada 9 Maret 2023. Georg Wendt/aliansi foto via Getty Images

Sejarah Saksi-saksi Yehuwa

Kisah mengenai Saksi-saksi Yehuwa dimulai pada akhir abad ke-19 di dekat Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat dengan sekelompok mahasiswa yang sedang mempelajari Alkitab. Kelompok ini dipimpin oleh Charles Taze Russell, seorang pencari agama dari latar belakang Presbiterian. Para mahasiswa ini memahami “Jehovah,” sebagai sebuah versi dari bahasa Ibrani “Yahweh,” sebagai nama Allah Bapa sendiri.

Russell dan para pengikutnya menantikan Yesus Kristus untuk membangun sebuah “milenium” atau periode perdamaian selama seribu tahun di Bumi. “Zaman keemasan” ini akan membuat Bumi kembali ke kemurnian aslinya, dengan sistem sosial yang “benar” yang tidak akan memiliki kemiskinan atau ketidaksetaraan.

Russell meninggal pada tahun 1916, tetapi kelompoknya tetap bertahan dan berkembang. Nama “Saksi-Saksi Yehuwa” secara resmi digunakan pada tahun 1930-an.

Saksi-Saksi Yehuwa awal percaya bahwa 1914 akan menjadi awal dari akhir dari pemerintahan dunia, yang akan memuncak dengan Pertempuran Harmagedon. Harmagedon secara khusus mengacu pada Gunung Megido di Israel, di mana beberapa orang Kristen percaya bahwa konflik terakhir antara yang baik dan yang jahat akan terjadi. Namun, Saksi-saksi Yehuwa berharap bahwa Pertempuran Harmagedon akan terjadi di seluruh dunia dengan Yesus memimpin “tentara surgawi” untuk mengalahkan musuh-musuh Allah.

Mereka juga percaya bahwa setelah Perang Armagedon, Yesus akan memerintah dunia dari surga dengan 144.000 “orang Kristen yang setia,” seperti yang disebutkan dalam Kitab Wahyu. Orang-orang Kristen yang setia lainnya akan dipersatukan kembali dengan orang-orang yang mereka kasihi yang telah meninggal dan hidup di bumi yang telah diperbarui.

Selama bertahun-tahun, Saksi-saksi Yehuwa telah menafsirkan ulang elemen-elemen dari garis waktu ini dan tidak lagi menentukan tanggal tertentu untuk kedatangan Yesus Kristus. Tetapi mereka masih menantikan zaman keemasan yang dinanti Russell dan murid-murid Alkitabnya.

Karena keyakinan kelompok ini akan pemerintahan Kristus di bumi selama seribu tahun, para ahli agama mengklasifikasikan Saksi-saksi Yehuwa sebagai “gerakan seributahunan.”

Apa yang menjadi kepercayaan mereka?

Saksi-Saksi Yehuwa menyangkal gagasan Trinitas. Bagi sebagian besar orang Kristen, Allah adalah kesatuan dari tiga pribadi: Bapa, Putra, dan Roh Kudus.

Sebaliknya, Saksi-saksi Yehuwa percaya bahwa Yesus berbeda dengan Allah - tidak bersatu sebagai satu pribadi dengan Allah. “Roh Kudus”, mengacu pada kuasa Allah yang aktif. Doktrin-doktrin seperti ini membedakan Saksi-saksi Yehuwa dengan denominasi-denominasi Kristen arus utama yang menyatakan bahwa Allah itu “tritunggal”.

ajaran Saksi-saksi Yehuwa
Saksi-saksi Yehuwa menghabiskan banyak waktu untuk mempelajari Alkitab dan menginjili dari rumah ke rumah. Jonathan Haynes, CC BY-SA

Namun, seperti denominasi Kristen lainnya, Saksi-saksi Yehuwa memuji Tuhan melalui penyembahan dan nyanyian. Tempat berkumpul mereka disebut sebagai “Balai Kerajaan,” yang merupakan bangunan yang terlihat biasa - seperti pusat konferensi kecil - yang memiliki keuntungan karena mudah dibangun. Di dalamnya terdapat deretan kursi dan podium untuk pembicara, namun tidak banyak hiasan khusus. Saksi-saksi Yehuwa terkenal karena mencurahkan banyak waktu untuk belajar Alkitab dan penginjilan dari rumah ke rumah.

Penafsiran Alkitab dan pekerjaan misionaris mereka tentu saja memiliki kritik. Namun, netralitas politik kelompok inilah yang paling banyak mengundang kecurigaan.

Saksi-Saksi Yehuwa menerima otoritas pemerintah yang sah dalam banyak hal. Sebagai contoh, mereka membayar pajak, mengikuti nasihat Yesus dalam Markus 12:17 “untuk memberikan kepada Kaisar apa yang menjadi milik Kaisar.”

Tetapi mereka tidak memberikan suara dalam pemilihan umum, mengabdi di militer atau memberi hormat kepada bendera. Tindakan-tindakan seperti itu, menurut mereka, mengorbankan kesetiaan utama mereka kepada Tuhan.

Sejarah persekusi

Saksi-Saksi Yehuwa tidak memiliki afiliasi politik dan mereka menolak kekerasan. Namun, mereka menjadi sasaran empuk bagi pemerintah yang mencari musuh internal karena mereka menolak untuk tunduk pada simbol-simbol pemerintah. Banyak kaum nasionalis menyebut mereka sebagai “musuh negara”.

Akibatnya, mereka sering mengalami penganiayaan sepanjang sejarah di berbagai belahan dunia.

Saksi-saksi Yehuwa dipenjara sebagai penghindar wajib militer di Amerika Serikat selama kedua perang dunia. Dalam keputusan Mahkamah Agung pada tahun 1940, distrik-distrik sekolah diizinkan untuk mengeluarkan Saksi-saksi Yehuwa yang menolak untuk memberi hormat kepada bendera Amerika. Lewat berbagai sengketa hukum pada tahun 1940-an dan 1950-an, Saksi-saksi Yehuwa membantu memperluas perlindungan untuk kebebasan beragama dan kebebasan hati nurani baik di Amerika Serikat maupun di Eropa.

Di Jerman pada zaman Nazi, Saksi-saksi Yehuwa dibunuh di kamp-kamp konsentrasi; sebuah segitiga ungu digunakan oleh Nazi untuk menandai mereka. Pada tahun 1960-an dan 1970-an, puluhan Saksi-saksi Yehuwa Afrika dibantai oleh anggota-anggota Liga Pemuda Partai Kongres Malawi karena menolak mendukung diktator Hastings Banda. Banyak Saksi-Saksi yang melarikan diri ke negara tetangga, Mozambik, di mana mereka ditahan di kamp-kamp pengasingan.

Saksi-saksi Yehuwa dan label ‘aliran sesat’

Polisi di Jerman mengatakan bahwa penembakan tahun 2023 kemungkinan besar dilakukan oleh seorang individu yang tidak keluar dari organisasi tersebut “secara baik-baik,” meskipun mereka belum merilis informasi tentang kemungkinan motifnya.

Kadang-kadang, perselisihan antara anggota dan mantan anggota berkisar pada kritik atas praktik-praktik seperti menolak transfusi darah dan “pemecatan” terhadap anggota yang “tidak bertobat” karena melakukan apa yang dianggap sebagai dosa besar oleh kelompok tersebut.

Dalam budaya populer, Saksi-saksi Yehuwa terkadang digambarkan sebagai anggota “aliran sesat,” yang membuat mereka menjadi sasaran empuk penganiayaan dan berbagai bentuk kekerasan. Namun, seperti yang telah saya dan para ahli agama tuliskan, kata tersebut sangat sulit untuk didefinisikan - dan cenderung mengarah pada stereotip, bukannya pemahaman yang bernuansa.


Demetrius Adyatma Pangestu dari Universitas Bina Nusantara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,300 academics and researchers from 4,942 institutions.

Register now