Menu Close

Apakah Anda berencana memberi hadiah kepada guru sebagai rasa terima kasih? Pahami beberapa hal ini supaya tetap etis

(Shutterstock)

Banyak dari kita kini memberi apresiasi tinggi terhadap kerja keras para guru dan tenaga pengajar di tengah berbagai tantangan dan kesulitan yang mereka hadapi. Seringkali, kita ingin memberi mereka hadiah untuk menunjukkan apresiasi tersebut, atau sebagai rasa terima kasih sudah mengajar anak kita dengan baik.

Tapi, kado seperti apa yang bisa menunjukkan perasaan ini, namun tidak melanggar batasan etika antara orang tua murid dengan guru?

Gratifikasi: bagaimana sih aturan pemberian hadiah?

Beberapa konsep etika penting yang harus Anda pahami saat memberi kado kepada seorang guru adalah apakah hal ini bisa memengaruhi kinerja mereka atau menimbulkan konflik kepentingan – entah itu hanya perasaan saja, benar-benar berpotensi, ataupun memang telah terjadi.

Persepsi publik mengenai pemberian kado tersebut juga penting. Dalam berbagai kebijakan etika dan aturan, hal ini bisa dipengaruhi berbagai faktor. Misalnya, apakah kado ini diberikan secara diam-diam, seperti apa hubungan antara sang pemberi dan penerima kado, serta seberapa besar/mahal atau seberapa sering pemberian ini dilakukan.

Guru memang profesi yang tidak bisa lepas dari persepsi dan opini publik – hampir semua orang pernah merasakan bangku pendidikan, dan oleh karenanya mereka punya opini tentang guru. Namun, kerap kali terjadi paradoks: seseorang bisa sangat apresiatif dalam memandang guru yang mengajar anak-anak mereka, tapi di sisi lain mereka punya pandangan yang berbeda, dan terkadang lebih kritis, tentang profesi pengajar.

Ini berarti bahwa kita sebaiknya mencari hadiah, cendera mata, atau bentuk rasa terima kasih apapun yang tidak mudah disalahartikan sebagai bentuk ‘sogokan’ untuk mendapat perlakuan tertentu, misalnya agar guru tersebut memberikan nilai bagus untuk anak Anda.

Setiap hadiah dan pemberian dapat berisiko terhadap reputasi seorang guru. Itulah kenapa uang atau benda yang mudah ditukar dengan uang (seperti saham) umumnya dilarang. Orang tua sebaiknya berhati-hati untuk tidak menghadiahi uang pada guru, seperti untuk makan-makan, atau memberikan kado perhiasan yang mahal.


Read more: Guru makin sejahtera di era desentralisasi, tapi tidak berdampak pada kualitas pendidikan


Di Australia, negara tempat saya saat ini mengajarkan etika, setiap negara bagian dan wilayah punya kebijakannya masing-masing terkait etika pemberian hadiah dan hibah.

Di negara bagian Tasmania, sebuah kado harus bernilai kurang dari A$100 (sekitar Rp 1 juta). Para guru pun harus melapor pada kepala departemen mereka dan Kepolisian Tasmania jika ditawari hadiah uang. Di New South Wales (NSW), guru harus secara sopan menolak hadiah yang nilainya lebih dari A$50 (sekitar Rp 500 ribu). Jika ingin menerimanya, mereka harus mengajukan izin khusus.

Di Queensland, guru harus mengungkapkan sebagian besar hadiah yang mereka terima melalui sebuah formulir. Hadiah-hadiah tersebut harus disetujui sekolah dan tercatat dalam daftar hibah publik. Hadiah yang melebihi A$150 (sekitar 1,5 juta) juga harus melalui uji evaluasi kepatutan – dan biasanya yang nilainya melebihi A$350 (sekitar 3,5 juta) hampir pasti tidak lolos.

Many books.
Voucher buku yang tidak bisa diubah jadi uang adalah ide yang bagus untuk hadiah guru. Shutterstock

Kemudian, di Australia Barat, seorang guru bisa menerima hadiah kecil yang nilainya kurang dari A$100 (sekitar 1 juta) – seperti coklat, bunga, wine (minuman anggur beralkohol), atau perhiasan sederhana – tanpa perlu mengungkapkannya kepada aparat atau departemen. Hadiah lain seperti barang habis pakai (konser tiker) atau properti (smartphone, komputer) harus mereka ungkapkan, daftarkan, dan kemudian disetujui oleh kepala sekolah atau direktur institusi pendidikan. Hadiah di atas A$1.000 (lebih dari 10 juta) tidak boleh mereka ambil untuk kepentingan pribadi.

Sementara itu, di Victoria, “kado apresiasi” untuk guru yang nilainya kurang dari A$100 (sekitar 1 juta) dari orang tua atau wali murid bisa mereka terima dan tidak harus dilaporkan.

Jadi, apa yang bisa saya beri untuk guru?

Beberapa pertanyaan yang harus Anda tanya kepada diri sendiri sebelum memberikan hadiah adalah:

  • Apakah saya yakin bahwa hadiah ini murni bentuk rasa terima kasih dan apresiasi saya terhadap kinerja apik seorang guru yang sudah selesai mengajar (misalnya di akhir semester), dan saya benar-benar tidak punya ekspektasi apapun, seperti pengakuan publik atau balas jasa?

  • Apakah hadiah saya berlebihan atau bisa dianggap tidak pantas?

  • Apakah hadiah saya bisa ditukar dengan uang?

  • Apakah saya punya kebiasaan memberikan hadiah kepada guru tersebut? Jika iya, hitunglah total nilai dari hadiah-hadiah yang telah Anda berikan. Pastikan nilainya tidak berlebihan atau berpotensi memberi tekanan pada guru untuk memberikan perlakuan khusus kepada Anda atau anak Anda.

Beberapa ide hadiah yang cukup etis adalah:

  • Buku favorit Anda, atau suatu voucher buku yang tidak bisa ditukar dengan uang

  • Sebuah dasi, syal, atau aksesoris pakaian yang tidak mahal dan sederhana

  • Pena terukir (engraved pen), lilin beraroma atau pewangi ruangan, buku agenda, atau barang antik kecil, tentu selama harganya tidak berlebihan

  • Memberikan kado yang Anda dapat dari orang lain (regifting) yang kualitasnya masih baik, membuat kartu ucapan terima kasih bersama anak Anda, atau memberi satu pot kecil tanaman

  • Patungan dengan keluarga murid yang lain untuk hadiah yang lebih besar. Di Victoria, misalnya, suatu kado yang bernilai lebih dari A$500 (sekitar Rp 5 juta) bisa disetujui jika diberikan oleh beberapa murid atau wali mereka secara bersama-sama. Di Australia Barat, guru bisa menerima hadiah wisata atau liburan sebagai kado perpisahan dari sekumpulan murid yang akan lulus. Selama guru tersebut memenuhi persyaratan pengungkapan dan disetujui secara internal, mereka bahkan bisa memanfaatkan hadiah tersebut sebagai suatu liburan personal tanpa harus meminta kembali izin cuti perjalanan

  • Membuat donasi atas nama guru tersebut. Di NSW, donasi uang dengan jumlah yang besar, seperti A$1.000 (Rp 10 juta) untuk sumber daya perpustakaan atau perlengkapan taman bermain, adalah praktik yang diterima. Tapi, tentu konsultasikan dulu dengan sekolah Anda tentang proses donasi tersebut

  • Jika Anda tahu bahwa guru tersebut punya minat khusus terhadap, misalnya, konservasi lingkungan, kesetaraan akses pendidikan untuk perempuan, atau nasib anak-anak di wilayah konflik, Anda bisa memberi donasi pada lembaga amal atau filantropi yang terpercaya, atas nama mereka

Beberapa departemen pendidikan di Australia juga mengajak murid dan orang tua untuk mengungkapkan terima kasih secara publik pada guru mereka melalui suatu formulir daring.

Perimbangan etika terakhir adalah dari mana asal dari kado tersebut. Maksudnya, apakah hadiah tersebut diproduksi secara etis, dengan upah pekerja yang layak? Apakah bisa didaur ulang atau telagh dibuat secara berkelanjutan? Apakah produsen barang tersebut mendukung industri atau seniman lokal?

Jika Anda berkeinginan untuk menunjukkan apresiasi pada guru anak Anda, langkah terbaik bisa jadi menanyakan saja apa yang mereka perlukan, atau apa yang dibutuhkan sekolah mereka, untuk memastikan bahwa mereka bisa benar-benar menikmatinya.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,000 academics and researchers from 4,941 institutions.

Register now