Menu Close
audience-tuning effect
Akan ada kesalahan kecil tiap kali kita mengingat-ingat masa lalu.

Apakah ingatan manusia dapat dipercaya? Memahami apa itu audience-tuning effect

Ingatan kamu mungkin tidak sebaik yang kamu pikirkan. Kita mengandalkan ingatan kita tidak hanya untuk berbagi cerita dengan teman atau belajar dari pengalaman masa lalu, tetapi kita juga menggunakannya untuk hal-hal penting seperti menciptakan identitas pribadi. Namun, bukti menunjukkan bahwa ingatan kita tidak sekonsisten seperti yang kita yakini. Yang lebih buruk lagi, kita sering kali bersalah karena mengubah fakta dan menambahkan detail yang salah ke dalam ingatan kita tanpa kita sadari.

Untuk memahami sedikit tentang bagaimana cara kerja ingatan, pertimbangkan permainan telepon (juga dikenal sebagai “bisikan Cina”). Dalam permainan ini, satu orang secara diam-diam membisikkan pesan kepada orang di sebelahnya yang kemudian meneruskannya kepada orang berikutnya dalam antrean dan seterusnya. Setiap kali pesan tersebut disampaikan, beberapa bagian mungkin salah dengar atau disalahpahami, yang lain mungkin diubah, diperbaiki, atau dilupakan. Seiring waktu, pesan tersebut dapat menjadi sangat berbeda dari aslinya.

Hal yang sama dapat terjadi pada ingatan kita. Ada banyak alasan mengapa kesalahan kecil dapat terjadi setiap kali kita mengingat peristiwa masa lalu, mulai dari apa yang kita yakini benar atau kita harapkan benar, hingga apa yang orang lain katakan kepada kita tentang peristiwa masa lalu, atau apa yang kita inginkan untuk dipikirkan oleh orang tersebut. Dan setiap kali hal ini terjadi, hal ini dapat memiliki efek jangka panjang pada cara kita mengingat memori tersebut di masa depan.

Contohnya adalah mendongeng. Ketika kita menggambarkan ingatan kita kepada orang lain, kita menggunakan lisensi artistik untuk menceritakan kisah itu secara berbeda tergantung pada siapa yang mendengarkan. Kita mungkin bertanya pada diri sendiri apakah penting untuk meluruskan fakta-fakta yang ada atau apakah kita hanya ingin membuat pendengar tertawa. Dan kita mungkin akan mengubah detail cerita tergantung pada sikap atau kecenderungan politik pendengar. Penelitian menunjukkan bahwa ketika kita mendeskripsikan ingatan kita secara berbeda kepada pendengar yang berbeda, bukan hanya pesannya saja yang berubah, tetapi terkadang juga ingatan itu sendiri. Hal ini dikenal sebagai audience-tuning effect.

audience-tuning effect
Kita sering mendeskripsikan ingatan kita secara berbeda, tergantung siapa yang mendengarkan. ESB Professional/Shutterstock

Dalam sebuah penelitian tentang audience-tuning effect, para peserta menonton video perkelahian di bar. Dalam video tersebut, dua orang pria yang sedang mabuk terlibat dalam konfrontasi fisik setelah salah satu pria bertengkar dengan temannya dan pria lainnya melihat tim sepak bola favoritnya kalah dalam sebuah pertandingan. Setelah itu, para peserta diminta untuk menceritakan apa yang mereka lihat kepada orang asing.

Peserta penelitian dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok diberitahu bahwa orang asing tersebut tidak menyukai salah satu dari dua pihak yang berkelahi dalam video. Kelompok lainnya diberitahu bahwa orang asing itu menyukai orang yang sama. Tidak mengherankan, informasi tambahan ini membentuk bagaimana orang mendeskripsikan video tersebut kepada orang asing. Para peserta memberikan lebih banyak penjelasan negatif tentang perilaku salah satu orang yang berkelahi jika mereka percaya bahwa orang asing itu tidak menyukainya.

Yang lebih penting lagi, cara orang menceritakan kisah mereka kemudian mempengaruhi cara mereka mengingat perilaku pihak yang berkelahi. Ketika para partisipan kemudian mencoba mengingat pertarungan tersebut dengan cara yang netral dan tidak bias, kedua kelompok masih memberikan cerita yang agak berbeda tentang apa yang terjadi, mencerminkan sikap penonton aslinya. Sampai batas tertentu, cerita para partisipan ini telah menjadi ingatan mereka.

Hasil seperti ini menunjukkan kepada kita bagaimana ingatan kita dapat berubah secara spontan dari waktu ke waktu, sebagai hasil dari bagaimana, kapan, dan mengapa kita mengaksesnya. Bahkan, terkadang hanya dengan melatih ingatan saja sudah bisa membuat ingatan kita rentan terhadap perubahan. Hal ini dikenal sebagai retreived-enhanced suggestibility.

Dalam sebuah studi, para partisipan menonton sebuah film pendek, kemudian mengambil tes memori beberapa hari setelahnya. Namun, selama beberapa hari antara menonton film dan mengikuti tes akhir, ada dua hal lain yang terjadi. Pertama, setengah dari peserta mengambil tes memori latihan. Kedua, semua peserta diberi deskripsi film yang beberapa di antara mereka memberikan detail yang salah.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat berapa banyak detail palsu yang akhirnya akan direproduksi oleh orang-orang dalam tes memori akhir. Ratusan penelitian telah menunjukkan bahwa orang tanpa disadari akan menambahkan detail-detail palsu seperti ini ke dalam ingatan mereka. Namun penelitian ini menemukan sesuatu yang lebih menarik. Peserta yang mengikuti tes memori latihan sesaat sebelum membaca informasi palsu lebih mungkin untuk mereproduksi informasi palsu ini dalam tes memori akhir. Dalam hal ini, latihan membuat tidak sempurna.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Salah satu teorinya adalah bahwa melatih ingatan kita akan kejadian di masa lalu untuk sementara waktu dapat membuat ingatan tersebut menjadi lunak. Dengan kata lain, mengingat kembali sebuah ingatan mungkin sedikit mirip dengan mengeluarkan es krim dari lemari es dan membiarkannya berada di bawah sinar matahari langsung untuk sementara waktu. Pada saat ingatan kita kembali ke dalam freezer, ingatan tersebut mungkin secara alami menjadi sedikit berubah bentuk, terutama jika ada yang mencampuri ingatan tersebut.

Temuan ini mengajarkan kita banyak hal tentang bagaimana ingatan kita terbentuk dan disimpan. Dan mereka mungkin membuat kita bertanya-tanya seberapa banyak kenangan kita yang paling berharga telah berubah sejak pertama kali kita mengingatnya.

Atau mungkin tidak. Bagaimanapun juga, penelitian saya dengan rekan-rekan lain menunjukkan bahwa orang pada umumnya tidak mau menginvestasikan waktu dan usaha untuk memeriksa keakuratan ingatan mereka. Tetapi, apakah kamu pernah benar-benar menemukan perubahan kecil atau besar yang telah terjadi, kecil kemungkinan bahwa ingatanmu yang berharga itu 100% akurat. Bagaimanapun juga mengingat adalah suatu tindakan bercerita. Dan ingatan kita hanya dapat diandalkan sebagai cerita terbaru yang kita ceritakan kepada diri kita sendiri.


Demetrius Adyatma Pangestu dari Universitas Bina Nusantara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,300 academics and researchers from 4,942 institutions.

Register now