tag:theconversation.com,2011:/au/topics/pemanasan-global-48908/articles
Pemanasan global – The Conversation
2023-11-23T02:20:42Z
tag:theconversation.com,2011:article/218364
2023-11-23T02:20:42Z
2023-11-23T02:20:42Z
Pemanasan Bumi sudah menyentuh 2°C pada November. Apa yang sedang terjadi?
<p>Pada September, pemanasan suhu Bumi melampaui 1,5°C. Dua bulan kemudian, pemanasan Bumi naik lagi <a href="https://twitter.com/CopernicusECMWF/status/1726578518463816078">hingga sempat menyentuh 2°C</a>. Wajar jika kita bertanya-tanya apa yang sedang terjadi.</p>
<p>Apa yang kita lihat bukanlah perubahan iklim yang tidak terkendali. Ini adalah lonjakan suhu harian, bukan pola jangka panjang yang jadi acuan untuk mengatakan bahwa suhu dunia saat ini lebih panas 2°C dibandingkan era praindustri.</p>
<p>Namun, kenaikan suhu pertama yang melewati batas aman Bumi ini adalah alarm terkeras sepanjang sejarah. Kenaikan suhu terjadi seiring dengan peringatan Program Lingkungan Hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) bahwa dunia masih berada di jalur menuju <a href="https://www.theguardian.com/environment/2023/nov/20/world-facing%20-hellish-3c-of-climate-heating-un-warns-before-cop28">pemanasan 3°C yang “sangat buruk”</a> pada akhir abad ini.</p>
<p>Kendati demikian, kenaikan suhu ini tidak menandai kegagalan kita. Lonjakan pemanasan tiba-tiba tahun 2023 terjadi karena kombinasi beberapa faktor: perubahan iklim, El Nino kuat, kegagalan pembentukan kembali es laut setelah musim dingin, berkurangnya polusi aerosol, dan peningkatan aktivitas matahari. Ada juga faktor kecil seperti dampak letusan gunung berapi di dekat Tonga.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1726587990208868841"}"></div></p>
<p><iframe id="tc-infographic-990" class="tc-infographic" height="400px" src="https://cdn.theconversation.com/infographics/990/f56fb3adf64fd2aec673a627f2bfb83c3f55c532/site/index.html" width="100%" style="border: none" frameborder="0"></iframe></p>
<h2>Seberapa signifikan faktor-faktor ini?</h2>
<p><strong>1. Perubahan iklim</strong></p>
<p>Sejauh ini, perubahan iklim adalah faktor terbesar. Banyak dari kita yang tidak menyadari betapa barunya periode emisi intens yang kita alami. Jika kamu lahir pada 1983, 50% dari seluruh emisi umat manusia telah dibuang ke atmosfer <a href="https://news.sky.com/story/climate-change-how-much-carbon-dioxide-%20telah-diproduksi-sejak-Anda-lahir-masukkan-tahun-lahir-Anda-untuk-mencari%20tahu-12415233">sejak kelahiranmu</a>. Emisi manusia dan aktivitas lainnya <a href="https://www.globalwarmingindex.org/">sejauh ini berkontribusi memanaskan suhu Bumi sebesar 1,2°C</a>.</p>
<p>Gas rumah kaca memerangkap panas, itulah sebabnya bumi tidak terselimuti salju. Namun, <a href="https://theconversation.com/two-trillion-tonnes-of-greenhouse-gases-25-billion-nukes-of-heat-are-we-pushing-earth-out-of-%20the-goldilocks-zone-202619">2 triliun ton</a> energi fosil yang kita ambil dari bawah tanah dan dikembalikan ke atmosfer memerangkap lebih dan lebih banyak panas. Bumi bakal terus memanas hingga kita berhenti menggunakan bahan bakar fosil untuk menghasilkan panas atau listrik.</p>
<p><iframe id="tc-infographic-992" class="tc-infographic" height="400px" src="https://cdn.theconversation.com/infographics/992/c3cf4c90cc688825c60b538072d66a58749a8bf3/site/index.html" width="100%" style="border: none" frameborder="0"></iframe></p>
<p><strong>2. El Nino</strong></p>
<p>Siklus iklim El Nino di kawasan Pasifik memiliki pengaruh alami terbesar terhadap iklim. Hal ini karena kawasan Pasifik sangat luas, mencakup 30% permukaan bumi. </p>
<p>Saat mengalami fase El Nino, lautan di lepas pantai Amerika Selatan memanas. Hal ini, pada gilirannya, biasanya membuat suhu rata-rata global menjadi lebih panas.</p>
<p>Saat ini, ada gelombang panas yang berbahaya di Brasil. Saat terkombinasi dengan kelembapan, gelombang panas membuat suhu di sana <a href="https://www.theguardian.com/global-development/2023/nov/19/brazil-temperatures-extreme-heat-danger-climate-change-inequality">terasa seperti 60°C</a>. Kondisi tersebut berkontribusi pada <a href="https://www.bbc.com/news/world-latin-america-67465742">kematian seorang penggemar</a> di konser Taylor Swift di Rio de Janeiro minggu lalu.</p>
<p>El Nino kemungkinan akan memuncak dalam dua bulan ke depan. Namun, dampaknya mungkin terus berlanjut sepanjang 2024, sehingga menyebabkan suhu rata-rata global lebih tinggi sekitar 0,15°C.</p>
<p><strong>3. Es Laut Antartika gagal pulih</strong></p>
<p>Penurunan es Laut Arktik sudah diketahui secara luas. Namun, kini es Laut Antartika juga <a href="https://theconversation.com/as-antarctic-sea-ice-continues-its-dramatic-decline-we-need-more-measurements-and-much-better-models-to-predict-its-future-213747">gagal pulih</a>. Biasanya, lingkaran air laut beku di sekitar benua es mencapai batas maksimumnya pada September. Namun, luas lingkaran maksimum tahun ini jauh di bawah tahun sebelumnya.</p>
<p>Saat memasuki musim panas, akan lebih banyak air yang berwarna gelap. Permukaan yang gelap akan menyerap lebih banyak panas, sedangkan permukaan yang putih memantulkannya. Ini menandakan lebih banyak panas yang akan masuk ke lautan dibandingkan kembali ke angkasa.</p>
<p><strong>4. Peningkatan aktivitas Matahari</strong></p>
<p>Matahari beroperasi dalam siklus sekitar 11 tahun, dengan keluaran yang lebih rendah dan lebih tinggi. Suhu maksimum matahari diperkirakan terjadi pada 2025 dan peningkatan nyata terjadi tahun ini. Fenomena tersebut menciptakan aurora yang spektakuler—-bahkan di Belahan Bumi Selatan, tempat penduduknya telah melihat aurora <a href="https://www.abc.net.au/news/2023-04-24/aurora-australis-southern-lights-south-west-victoria/102259180">sampai ke daratan</a> Ballarat, di Victoria, Australia.</p>
<p>Aktivitas maksimum matahari menambahkan panas ekstra. Namun, efeknya tidak banyak—-hanya <a href="https://theconversation.com/global-temperatures-are-off-the-charts-for-a-reason-4-factors-driving-2023s-extreme%20-heat-and-climate-disasters-209975#:%7E:text=%20temperature%20increase%20during%20a,%20terjadi%20during%20a%20solar%20minimum.">sekitar 0,05°C</a>, atau setara sepertiga dari El Nino.</p>
<p><strong>5. Letusan gunung berapi</strong></p>
<p>Letusan gunung berapi biasanya mendinginkan planet ini karena gumpalan besar aerosol dari muntahan gunung menghalangi sinar matahari. </p>
<p>Namun letusan gunung berapi terbesar abad ini, di dekat Tonga, Polinesia, pada Januari 2022 justru berdampak sebaliknya. Ini karena gunung berapi Hunga Tonga-Hunga Ha’apai berada di bawah laut. Kekuatan ledakannya menguapkan sejumlah besar air laut. Sementara, uap air merupakan gas rumah kaca. </p>
<p>Beberapa orang skeptis bahwa letusan di Tonga menjadi penyebab utama lonjakan pemanasan global baru-baru ini, menganggapnya hanya kedipan semata. Namun, letusan ini akan menambah suhu <a href="https://www.nature.com/articles/%20s41558-022-01568-2">diperkirakan 0,035°C</a> selama sekitar lima tahun.</p>
<p><strong>6. Berkurangnya polusi aerosol</strong></p>
<p>Pada 2020, peraturan internasional baru mewajibkan bahan bakar pelayaran yang rendah sulfur. Pelaksanaan regulasi ini mengurangi emisi sulfur dioksida sekitar 10%. </p>
<p>Rendahnya emisi sulfur dioksida memang bagus untuk kesehatan. Namun, aerosol di atmosfer sebenarnya dapat menghalangi panas. </p>
<p>Pengurangan polusi mungkin telah menambah pemanasan Bumi. Namun sekali lagi, dampaknya tampaknya kecil, atau menambahkan <a href="https://www.carbonbrief.org/analisis-how-low-sulfur-shipping-rules-are-affecting-global-warming/">perkiraan pemanasan sebesar 0,05°C</a> pada 2050.</p>
<h2>Apa hikmah dari pemanasan ini?</h2>
<p>Iklim sangat kompleks. Kita patut melihat kenaikan suhu 2°C ini sebagai peringatan keras, bukan sebagai tanda untuk menyerah.</p>
<p>Singkatnya, ini bukanlah perubahan tiba-tiba. Kombinasi beberapa faktorlah yang mendorong lonjakan ini. Beberapa di antaranya, seperti El Nino, merupakan siklus alami sehingga keadaan dapat berubah kembali.</p>
<p><iframe id="tc-infographic-991" class="tc-infographic" height="400px" src="https://cdn.theconversation.com/infographics/991/69bb78190ac8614652630853dd01bce56f7c5a84/site/index.html" width="100%" style="border: none" frameborder="0"></iframe></p>
<p>Namun, ketika para delegasi bersiap untuk perundingan iklim COP28 pekan depan, ini merupakan tanda lain bahwa kita tidak bisa menyerah.</p>
<p>Kita-–akhirnya—-melihat tanda-tanda kemajuan nyata dalam penerapan energi terbarukan dan transportasi ramah lingkungan. Tahun ini, kita bahkan mungkin melihat emisi dari pembangkit listrik <a href="https://www.theguardian.com/environment/2023/oct/05/global-carbon-emissions-electricity-peak-thinktank-report">akhirnya mencapai puncaknya</a> dan kemudian mulai jatuh.</p>
<p>Kita belum gagal. Namun, kita berada di planet yang memanas dengan cepat. Kita kini dapat melihat dampaknya dengan jelas, bahkan dalam catatan suhu harian terbaru ini.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/218364/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Andrew King menerima dana dari the National Environmental Science Program.</span></em></p>
Termperatur harian global terus memecahkan rekor. Ini pertanda kita berada di pemanasan Bumi yang melaju kencang.
Andrew King, Senior Lecturer in Climate Science, The University of Melbourne
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/215595
2023-10-13T04:30:20Z
2023-10-13T04:30:20Z
Bagaimana cara melatih badan kita lebih tahan cuaca panas saat beraktivitas di luar
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/553620/original/file-20230726-17-1vooan.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=865%2C201%2C5613%2C4023&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">There are several ways to help prevent a perilous rise in core temperature while being physically active in the heat.
</span> <span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span></figcaption></figure><p>Pemanasan global membuat aktivitas luar ruangan cukup menantang, khususnya olahraga. Apalagi, tubuh kita hanya punya sedikit toleransi kenaikan panas tubuh. Kenaikan temperatur inti sebanyak 3°C bahkan bisa mengancam nyawa, sekalipun bagi anak muda yang sehat.</p>
<p>Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mencegah lonjakan temperatur tubuh saat kita aktif bergerak di tengah panas. Sejumlah <a href="https://doi.org/10.1186/1741-7015-10-166">strategi <em>precooling</em> atau pendinginan sebelum beraktivitas</a> bisa membantu. Kebanyakan caranya adalah dengan menenggak minuman sangat dingin (misalnya <a href="https://doi.org/10.1249/mss.0b013e3181bf257a"><em>ice slurry</em> atau bubur es</a> sebelum berolahraga. </p>
<p>Namun, “melatih” badanmu untuk lebih kuat di tengah panas adalah cara terbaik.</p>
<p>Strategi latihan panas begitu penting untuk menjaga daya tahan atlet. Atlet yang menerapkan protokol kesehatan sederhana sebelum berkompetisi di tengah panas <a href="https://doi.org/10.1136/bjsports-2021-104569">rata-rata memiliki performa lebih baik. Mereka juga berisiko lebih kecil membutuhkan perhatian medis karena cedera terkait panas</a>.</p>
<p>Di tengah lingkungan yang memanas, mungkin inilah saatnya bagi kita mempertimbangkan <em>heat training</em> atau latihan panas bagi non-atlet, khususnya orang-orang yang bekerja di luar ruangan.</p>
<p>Latihan aklimasi panas (<em>heat acclimation</em>) memang sering dilakukan oleh atlet. Sebenarnya latihan ini pertama kali dibuat untuk <a href="https://doi.org/10.1080/23328940.2016.1240749">pekerja tambang emas bawah tanah pada 1940-an</a>. Mereka kerap terpapar temperatur lingkungan melebihi 50°C dengan kelembapan hampir 100%. </p>
<h2>Bagaimana aklimasi panas bermanfaat</h2>
<figure class="align-center ">
<img alt="tim sepak bola perempuan berlatih di luar ruangan" src="https://images.theconversation.com/files/539663/original/file-20230726-17-ek3f5u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/539663/original/file-20230726-17-ek3f5u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/539663/original/file-20230726-17-ek3f5u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/539663/original/file-20230726-17-ek3f5u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/539663/original/file-20230726-17-ek3f5u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/539663/original/file-20230726-17-ek3f5u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/539663/original/file-20230726-17-ek3f5u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Atlet yang menerapkan protokol aklimatisasi panas sederhana sebelum berkompetisi di cuaca panas rata-rata memiliki performa lebih baik dan kecil kemungkinannya memerlukan perhatian medis untuk cedera yang terkait panas.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Studi terus mempelajari manfaat aklimasi atau penyesuaian diri kita dengan cuaca panas. Faktanya, teknik ini—yang dikenal sebagai <a href="https://doi.org/10.1152/japplphysiol.00141.2020">terapi panas atau <em>heat therapy</em></a> bukan cuma terkait toleransi panas, melainkan juga seputar perbaikan kesehatan kardiovaskular.</p>
<p>Guna meningkatkan toleransi kita terhadap panas, manfaatnya cukup sederhana:</p>
<ol>
<li><p>Terapi panas dapat menurunkan <em>resting body temperature</em> (suhu tubuh saat kita beristirahat), sehingga menyediakan cadangan lebih besar saat suhu inti kita naik sebelum masalah panas terjadi.</p></li>
<li><p>Meningkatkan laju keringat, yang mengoptimalkan potensi kehilangan panas melalui evaporasi, sehingga mengurangi kenaikan suhu tubuh kita.</p></li>
<li><p>Meningkatkan volume plasma kita (bagian cair dalam darah), yang menurunkan tekanan kardiovaskular akibat kenaikan suhu inti, sekaligus memperbesar cadangan plasma guna mengendalikan laju keringat <a href="https://www.encyclopedia.com/medicine/anatomy-and-physiology/anatomy-and-physiology/sweating">(keringat berasal dari plasma).</a></p></li>
</ol>
<p>Selain tiga faktor di atas, persepsi kenyamanan kita terhadap panas juga dapat membaik. Ada juga manfaat lainnya <a href="https://doi.org/10.1111/sms.12408">dari peningkatan toleransi panas, seperti menjaga kandungan garam, metabolisme, dan efek antiperadangan</a>, tapi tiga manfaat di ataslah yang paling penting. </p>
<h2>Metode aklimasi panas</h2>
<p>Ada perbedaan tipis antara aklimatisasi panas dengan aklimasi panas. </p>
<p>Aklimatisasi berlangsung secara alami untuk waktu yang lebih lama. Sementara itu, aklimasi adalah metode ‘buatan’ atau dilakukan untuk tujuan tertentu dengan waktu yang lebih singkat. Meski sama-sama dapat meningkatkan toleransi panas kita, tapi keduanya tidak sama.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Dua orang yang memakai topi keselamatan saat di luar ruangan" src="https://images.theconversation.com/files/539664/original/file-20230726-21-necxl4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/539664/original/file-20230726-21-necxl4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/539664/original/file-20230726-21-necxl4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/539664/original/file-20230726-21-necxl4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/539664/original/file-20230726-21-necxl4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/539664/original/file-20230726-21-necxl4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/539664/original/file-20230726-21-necxl4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Melatih tubuh untuk mengatasi panas mungkin merupakan cara terbaik bagi pekerja luar ruangan dan atlet untuk mengatasi gelombang panas.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Aklimatisasi panas, dan dalam kasus tertentu, dapat terjadi secara alami kepada orang-orang yang terus terpapar lingkungan panas dan lembap. Namun, bagi mereka yang <a href="https://www.britannica.com/science/humid-continental-climate">tinggal di lingkungan kontinental yang lembap</a> (termasuk kawasan terpadat di atas garis paralel 40–seperti New York, sebagian Eropa Tengah, dan Beijing), atau bagi mereka yang terbiasa menggunakan AC di musim panas, aklimatisasi panas alami <a href="https://doi.org/10.1007/s00421-010-1743-9">jarang terjadi</a>. Mereka membutuhkan usaha khusus. </p>
<p>Derajat adaptasi panas juga turut tergantung dengan durasi, intensitas, dan frekuensi paparan panas.</p>
<p>Standar terbaik untuk aklimasi panas biasanya terkait dengan pengendalian kenaikan suhu inti tubuh kita sekitar 1-2°C setidaknya satu jam. Proses ini dilakukan selama minimal lima hari berturut-turut, atau dalam periode dua pekan dengan masa istirahat beberapa hari. </p>
<p>Penyesuaian terbesar akan terjadi dalam hari-hari pertama aklimasi. Setelah itu, aklimasi akan memberikan efek maksimal sekitar dua pekan, lalu tambahan sedikit manfaat setelahnya.</p>
<p>Sayangnya, manfaat aklimasi untuk meningkatkan toleransi panas kita tidak bertahan selamanya. </p>
<p>Sebagian besar manfaat tersebut akan bertahan sekitar sepekan setelah paparan panas terakhir. Setelah itu, sekitar 75% faedahnya akan hilang jika selama tiga pekan kita tidak terpapar panas apapun. </p>
<p>Untungnya, kita bisa mengulang aklimasi panas dan prosesnya akan lebih ringan. Kita pun bisa mencapai “kondisi stabil” aklimasi panas jika terus terpapar cuaca panas setidaknya tiga kali sepekan.</p>
<h2>Aklimasi panas di rumah</h2>
<p>Kamu masih bisa melakukan aklimasi panas sekalipun tidak memiliki akses ke ruang pemanas atau termistor (<a href="https://doi.org/10.3791/53258">seperti pil termometer internal yang dapat masuk ke dalam tubuh</a>) untuk memantau suhu inti tubuh. Yang kamu butuhkan hanyalah bak mandi.</p>
<p><a href="https://doi.org/10.1016/j.jsams.2021.05.008">Studi terbaru</a> menyatakan cara efektif (dan praktis) untuk aklimasi parsial tapi berguna adalah berendam di air bersuhu 40°C selama 40 menit setelah berolahraga, dengan intensitas moderat selama 40 menit dalam suhu ruang.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Kurir pengiriman makanan ekspres mengendarai sepeda dengan tas berinsulasi di belakang punggungnya" src="https://images.theconversation.com/files/539665/original/file-20230726-15-es1kjd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/539665/original/file-20230726-15-es1kjd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/539665/original/file-20230726-15-es1kjd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/539665/original/file-20230726-15-es1kjd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/539665/original/file-20230726-15-es1kjd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/539665/original/file-20230726-15-es1kjd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/539665/original/file-20230726-15-es1kjd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Paparan panas tidak dapat dihindari bagi mereka yang bekerja atau beraktivitas di luar ruangan .</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kuncinya, kita harus berolahraga cukup berat agar suhu tubuh melewati ambang batas keringat. Setelah itu, kita harus segera masuk ke dalam bak mandi. </p>
<p>Menurut penulis studi tersebut: “Mandi air panas hingga ke leher, hingga 40 menit, setelah latihan rutin dalam kondisi beriklim sedang, bisa menjadi aklimasi panas yang praktis dan ekonomis - menghilangkan kebutuhan akan peningkatan beban latihan, akses ke ruang lingkungan atau berpindah ke iklim panas.”</p>
<p>Walau demikian, strategi untuk menghindari paparan panas berlebihan tetap menjadi hal terpenting, terutama bagi mereka yang lebih <a href="https://theconversation.com/heat-stroke-is-a-danger-but-cardiovaskular-stress%20-menyebabkan-lebih-banyak-kematian-gelombang%20panas-164688">rentan terhadap cedera terkait panas</a>, termasuk orang lanjut usia dan orang-orang dengan kondisi seperti penyakit jantung dan diabetes.</p>
<p>Namun kini, paparan panas semakin tidak dapat dihindari terutama bagi mereka yang bekerja atau beraktivitas di luar ruangan. Usaha menggabungkan metode aklimasi panas, bersamaan dengan strategi mitigasi yang umum dilakukan — berlindung dari sinar matahari langsung dan menjaga hidrasi — akan membuat tubuh kamu lebih terjaga terhadap cedera terkait panas.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/215595/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Anthony Bain tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Protokol aklimatisasi panas, jika dipadukan dengan strategi mitigasi panas, merupakan strategi mencegah cedera akibat panas.
Anthony Bain, Associate Professor, Kinesiology, University of Windsor
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/213765
2023-09-19T00:23:41Z
2023-09-19T00:23:41Z
Pemanasan global sudah menyentuh 1,5°C, apakah Bumi ‘game over’? Ternyata belum
<p>Juli 2023 menjadi bulan dengan suhu global terpanas <a href="https://public.wmo.int/en/media/news/july-2023-confirmed-hottest-month-record">dalam sejarah</a>. </p>
<p>Kenyataan ini membikin gusar. Sebab, pekan lalu Badan Antariksa Eropa mengumumkan suhu rata-rata global pada Juli sudah mencapai 1,5°C lebih tinggi dibandingkan era praindustri (sejak 1850-an).</p>
<p><a href="https://www.abc.net.au/news/2023-09-11/global-temperatures-pass-1-5c-above-pre-industrial-levels/102836304">Sebuah judul berita yang tidak menyenangkan</a> kemudian menyatakan bahwa kita telah melampaui target Perjanjian Paris tahun 2015. Perjanjian ini bertujuan menahan pemanasan Bumi hingga 1,5°C—sekitar satu dekade lebih awal dari perkiraan dalam Perjanjian Paris pada 2030.</p>
<p>Lantas, apakah kita sudah <em>game over</em> dalam usaha meredam kenaikan suhu bumi? Apa umat manusia sudah kalah?</p>
<p>Jawabannya sama dengan semua hal terkait perubahan iklim: tidak sesederhana itu. Batasan tersebut naik hanya sebulan, kemudian temperatur rata-rata Bumi menurun lagi. </p>
<p>Juli 2023 juga bukanlah yang pertama saat kita melampaui target 1,5°C. Pada <a href="https://climate.copernicus.eu/tracking-breaches-150c-global-warming-threshold">Februari 2016 lalu</a>, kejadian serupa berlangsung walaupun cuma beberapa hari.</p>
<h2>Ingatkan saya, kenapa 1,5°C begitu penting?</h2>
<p>Pada 2015, suasana dunia berlangsung seperti kita siap memulai aksi memerangi perubahan iklim. Setelah debat panas selama puluhan tahun, sekitar 195 negara mengadopsi Perjanjian Paris, <a href="https://www.ipcc.ch/sr15/faq/faq-chapter-1/">kesepakatan formal yang tak mengikat</a> dengan kesepakatan yang jelas: membatasi pemanasan global sampai 1,5°C di atas level praindustri untuk menghindari efek terburuk perubahan iklim. </p>
<p>Namun, angka tersebut bukanlah nomor sakti. Setiap kenaikan suhu akan memperburuk dampak perubahan iklim. </p>
<p>Lantas mengapa angka 1,5°C begitu krusial? Jawaban utamanya, angka tersebut dipatok sebagai batasan untuk mewakili kegawatan yang akan kita hadapi. <a href="https://unfccc.int/process-and-meetings/the-paris-agreement">Perjanjian paris menyatakan</a> usaha menghindari perubahan iklim yang berbahaya, kenaikan temperatur bumi “harus berada di bawah 2°C”. Inilah yang melahirkan batasan 1,5°C.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/sudahkah-kebijakan-perubahan-iklim-indonesia-responsif-gender-209791">Sudahkah kebijakan perubahan iklim Indonesia responsif gender?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Lalu, apakah itu <a href="https://www.nature.com/articles/nclimate3179">level berbahaya</a> dari perubahan iklim? Level ini terjadi saat kerusakan akibat perubahan iklim menjadi sangat luas ataupun parah. Kerusakan ini dapat mengancam perekonomian, ekosistem, pertanian, dan memiliki risiko superbesar yang tak bisa dipulihkan lagi seperti keruntuhan lapisan es ataupun sirkulasi laut. Yang lebih penting, tingkat pemanasan ini berisiko melampaui batas kemampuan manusia beradaptasi.</p>
<p>Gampangnya, ambang batas 1,5°C adalah ‘jalur terbaik seperti saat kita berada dalam perahu di atas sungai, tanpa dayung’.</p>
<h2>Apakah kita terlambat?</h2>
<p>Lalu, apakah kita menyerah saja? </p>
<p>Belum.</p>
<p>Otoritas global tentang perubahan iklim, Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC_, mengartikan 1,5°C sebagai titik landasan suhu rata-rata global yang naik dari rata-rata suhu selama 1850 - 1900 (praindustrial).</p>
<p>Memang benar bahwa batasan ini sudah terlampaui pada Juli 2023. Namun, iklim tak hanya dilihat dari fenomena sebulan.</p>
<p>Temperatur rata-rata global naik-turun setiap tahun di atas tren pemanasan global. Pasalnya, secara alamiah iklim dari tahun ke tahun bervariasi.</p>
<p>Suhu global beberapa tahun belakangan memang lebih panas dari rata-rata. Namun tren tersebut sebenarnya agak dingin karena fenomena La Niña yang berturut-turut. </p>
<p>Apalagi, tahun ini ada pemanasan signifikan yang terutama berlangsung akibat kejadian El Niño di kawasan Pasifik. Tahun-tahun El Niño membuat Bumi <a href="https://theconversation.com/why-are-so-many-climate-records-breaking-all-at-once-209214">menjadi lebih panas</a>.</p>
<p>Agar tren tahunan terlihat lebih jelas, kita biasanya menggunakan data rata-rata selama beberapa dekade. Oleh karena itu, laporan IPCC 2021 menetapkan ambang batas 1,5°C sebagai <a href="https://www.nature.com/articles/d41586-023-01702-w">periode 20 tahun pertama</a> yang dihitung ketika kenaikan suhu global menyentuh 1,5°C (berdasarkan suhu udara di permukaan Bumi).</p>
<p><a href="https://www.pnas.org/doi/10.1073/pnas.2207183120">Penelitian terbaru</a> menunjukkan perkiraan terbaik untuk melewati ambang batas ini adalah pada awal tahun 2030-an. Artinya, berdasarkan definisi IPCC, rata-rata suhu global antara awal dekade 2020-an dan dekade tahun 2040-an diperkirakan sebesar 1,5°C.</p>
<h2>Nyaris melampaui garis merah</h2>
<p>Sejauh ini kita memang belum melampaui target Perjanjian Paris. Namun, temperatur Juli lalu menunjukkan kita sedang berada di ujung tanduk.</p>
<p>Saat dunia terus memanas, kita akan terus melihat ‘Juli-juli’ selanjutnya. Kita akan terus bergerak semakin dekat dengan batas 1,5°C, dan pemanasan global akan menjadi lebih berbahaya. </p>
<p>Apakah mungkin pemanasan suhu Bumi ini di bawah 1,5°C? Mungkin saja. Kita membutuhkan pemangkasan emisi yang agresif nan ekstrem untuk mencapai kondisi tersebut. Jika gagal, kita bakal melampaui target Perjanjian Paris dalam satu dekade mendatang ataupun sesudahnya.</p>
<p>Katakanlah itu batasan itu sudah kita lewati. Apakah artinya kita sudahi saja aksi iklim di dunia ini? </p>
<p>Jangan sampai begitu. Kenaikan suhu 1,5°C saja sudah buruk, apalagi 1,6°C. Pemanasan global 2°C lebih buruk lagi. Kenaikan suhu 3°C akan <a href="https://theconversation.com/seriously-ugly-heres-how-australia-will-look-if-the-world-heats-by-3-c-this-century-157875">tak terbayangkan</a>. Setiap pergerakan suhu akan sangat krusial.</p>
<p>Sedekat mungkin kita dengan batas itu–-sekalipun sudah terlewat–-masih lebih baik.</p>
<p>Saat ini, ada <a href="https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1748-9326/accd83/meta">bukti menggembirakan</a> bahwa sekalipun kita sudah melampaui 1,5°C, kita masih bisa membalikannya dengan mengakhiri pelepasan emisi gas rumah kaca dan menyedot kelebihannya di atmosfer. Upaya ini seperti membalikkan kapal kontainer raksasa-–membutuhkan waktu untuk mengatasi kelambanan kita. Namun, secepat mungkin kita berusaha, maka akan lebih baik.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/studi-emisi-gas-rumah-kaca-mencapai-titik-tertinggi-dan-pemanasan-global-sedang-melaju-amat-cepat-207516">Studi: Emisi gas rumah kaca mencapai titik tertinggi dan pemanasan global sedang melaju amat cepat</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<img src="https://counter.theconversation.com/content/213765/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Ailie Gallant menerima dana dari Dewan Riset Australia dan Departemen Perubahan Iklim, Energi, Lingkungan dan Air.
</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Kimberley Reid menerima dana dari Dewan Riset Australia.</span></em></p>
Juli adalah bulan terpanas sepanjang sejarah-–dan suhunya melebihi 1,5 derajat. Namun satu bulan ini berarti kita gagal memenuhi tujuan Perjanjian Paris.
Ailie Gallant, Associate Professor, School of Earth, Atmosphere and Environment, Monash University
Kimberley Reid, Postdoctoral Research Fellow in Atmospheric Sciences, Monash University
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/208950
2023-08-10T03:05:13Z
2023-08-10T03:05:13Z
Sektor farmasi hasilkan banyak emisi, bagaimana strategi industri obat dan apotek bisa ramah lingkungan?
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/542062/original/file-20230810-15-uvt6s5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pekerja farmasi mengemas obat-obatan di pabrik. Ada jejak emisi karbon dari proses produksi obat hingga pasien.
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.freepik.com/free-photo/pharmaceutical-technicians-work-sterile-working-conditions-pharmaceutical-factory-scientists-wearing-protective-clothing_26150325.htm#query=pharmaceutical%20manufacturing&position=31&from_view=keyword&track=ais">Freepik/Usertrmk </a></span></figcaption></figure><p>Sektor industri farmasi berkontribusi besar terhadap terhadap emisi karbon yang menyebabkan pemanasan global.</p>
<p><a href="https://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0959652618336084">Sebuah riset</a> menunjukkan industri farmasi menghasilkan 48,55 ton emisi gas setara CO2 per 1 juta dolar pendapatan. Angka ini <a href="https://theconversation.com/big-pharma-emits-more-greenhouse-gases-than-the-automotive-industry-115285">55% lebih besar daripada industri otomotif</a> yang menghasilkan 31,4 ton emisi gas setara CO2 per 1 juta dolar pendapatan yang dihasilkan pada tahun yang sama. </p>
<p>Emisi ini tidak hanya disumbang oleh aktivitas industri secara langsung, tapi <a href="https://www.cleanenergyregulator.gov.au/NGER/About-the-National-Greenhouse-and-Energy-Reporting-scheme/Greenhouse-gases-and-energy#:%7E:text=Scope%203%20emissions%20are%20indirect,controlled%20by%20that%20facility's%20business">juga aktivitas tidak langsung</a> seperti proses transportasi dan distribusi produk. Salah satu penyumbang emisi adalah proses pengemasan obat.</p>
<p>Sebenarnya masalah ini bukan hanya tanggung jawab industri obat, tapi semua pemangku kepentingan termasuk pemerintah, distributor, apotek, dokter dan pasien.</p>
<h2>Seberapa penting peran kemasan bagi produk farmasi?</h2>
<p>Produk farmasi menempuh proses distribusi yang panjang.</p>
<p>Tidak hanya harus melewati batas antardaerah, <a href="https://journals.lww.com/jpbs/Fulltext/2013/05020/Recent_trends_and_future_of_pharmaceutical.2.aspx">obat-obatan juga harus melalui batas antarnegara</a>. Oleh karena itu, produk farmasi harus dikemas sedemikian rupa agar keutuhan dan kestabilannya terjaga hingga sampai di tenaga kesehatan dan pasien yang menerimanya.</p>
<p>Selain sebagai wadah yang menampung obat agar mudah ditangani, kemasan farmasi juga memiliki <a href="https://journals.lww.com/jpbs/Fulltext/2013/05020/Recent_trends_and_future_of_pharmaceutical.2.aspx">fungsi proteksi</a> dari pengaruh lingkungan luar yang dapat merusak kandungan obat. Cahaya, kelembaban, oksigen, kontaminasi bakteri dan mikroba lain, kerusakan mekanis dan pemalsuan merupakan hal-hal yang dapat menurunkan kualitas produk farmasi.</p>
<p>Kemasan farmasi pun memiliki fungsi <a href="https://journals.lww.com/jpbs/Fulltext/2013/05020/Recent_trends_and_future_of_pharmaceutical.2.aspx">presentasi dan informasi</a>. Pada kemasan farmasi umumnya tertera nama obat sebagai identitas, dan sejumlah informasi seperti komposisi, berat atau volume, cara pakai, cara penyimpanan, tanggal kedaluwarsa, dan tanda peringatan khusus.</p>
<p>Informasi ini tidak hanya penting diketahui pasien sebagai pengguna akhir, tapi juga oleh tenaga kesehatan. Sejumlah obat tidak bisa digunakan sendiri oleh pasien, bahkan memerlukan instruksi khusus untuk diberikan, seperti obat-obat kanker.</p>
<p>Ada <a href="https://journals.lww.com/jpbs/Fulltext/2013/05020/Recent_trends_and_future_of_pharmaceutical.2.aspx">tiga lapis kemasan farmasi</a> yakni kemasan primer, kemasan sekunder, dan kemasan tersier. </p>
<p>Kemasan primer merupakan kemasan yang bersentuhan langsung dengan produk obat. Kemasan ini berpengaruh langsung pada umur simpan obat. Contohnya antara lain botol sirup, botol obat tetes mata, dan tube krim.</p>
<p>Kemasan sekunder merupakan kemasan yang melindungi kemasan primer, seperti dus, boks karton. Sementara itu, kemasan tersier digunakan untuk distribusi dan transportasi produk dalam jumlah besar misalnya kontainer.</p>
<p>Dengan demikian, untuk setiap obat yang diproduksi dan didistribusikan hingga sampai ke tangan konsumen, akan selalu ada limbah yang dihasilkan. Tidak hanya limbah obat, tapi juga kemasannya.</p>
<p>Bahan seperti aluminium foil, yang lazim digunakan dalam kemasan obat, memiliki dampak yang kurang baik terhadap lingkungan, bahkan jika dibandingkan dengan kemasan polivinilklorida (PVC) <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2213020916301975">menurut sebuah studi</a>. </p>
<p>Proses manufaktur kemasan aluminium foil menjadi faktor penyumbang dampak negatif kemasan ini terhadap lingkungan. Proses manufaktur aluminium menghasilkan <a href="https://www.iea.org/energy-system/industry/aluminium">hampir 270 juta ton</a> emisi gas karbondioksida. Sedangkan manufaktur aluminium foil menghasilkan <a href="https://apps.carboncloud.com/climatehub/product-reports/id/140531869815">3,1 kg emisi setara gas karbondioksida/kg</a>.</p>
<h2>Peran industri farmasi dalam atasi masalah limbah kemasan obat</h2>
<p>Sebuah riset terhadap <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9967855/">dua puluh perusahaan farmasi global</a> menunjukkan komitmen korporasi terhadap penurunan emisi gas rumah kaca melalui sejumlah strategi.</p>
<p>Mereka, antara lain menggunakan kemasan produk yang dapat didaur ulang serta menggunakan <em>e-labelling</em> (pelabelan produk secara elektronik) untuk menurunkan limbah kemasan. Strategi ini dilakukan oleh sejumlah industri besar seperti Takeda, Astrazeneca, dan Astellas.</p>
<p>Sejumlah inovasi juga dilakukan untuk membantu menyelesaikan masalah ini. Melalui <a href="https://www.nature.com/articles/s41586-020-2149-4">rekayasa enzim pengurai plastik</a>, plastik jenis polietilena tereftalat (PET) yang bisa didaur ulang. </p>
<p>Selain itu, ada juga pengembangan <a href="https://pubs.acs.org/doi/10.1021/acssuschemeng.1c00355">bahan bioplastik baru</a> yang berpotensi digunakan sebagai bahan pengemas. Bahan-bahan <a href="https://www.cas.org/resources/cas-insights/sustainability/five-ways-achieve-sustainable-medical-packaging#:%7E:text=Designing%20product%20lines%20that%20include,amount%20of%20landfill%20waste%20produced.">seperti</a> pati, selulosa, kitin atau kitosan (senyawa yang dapat dihasilkan oleh cangkang udang dan kepiting), <em>xylan</em> (turunan selulosa yang dihasilkan oleh kelompok rumput-rumputan, termasuk <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s00289-022-04385-x">tebu</a>), dan protein merupakan bahan-bahan alami yang dapat dikembangkan menjadi plastik yang lebih mudah terurai.</p>
<p>Sementara itu, solusi lainnya adalah dengan mendaur ulang obat. Limbah kemasan obat yang <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s40290-020-00339-8">tidak digunakan dapat didaur ulang</a>, bahkan untuk kemasan khusus seperti inhaler.</p>
<h2>Bukan semata tanggung jawab industri farmasi</h2>
<p>Tanggung jawab masalah yang ditimbulkan bahan kemasan obat bukan diemban oleh industri farmasi saja, melainkan seluruh pemangku kepentingan.</p>
<p>Distributor farmasi dapat berfungsi sebagai sentra penyimpanan obat di suatu wilayah, dan sebagai lokasi penukaran obat yang <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2352554121000279#bib68">mendekati tanggal kedaluwarsa</a>.</p>
<p>Sedangkan apoteker memiliki peran penting sebagai penanggung jawab dalam pengelolaan obat dan pelayanan kefarmasian. Apoteker perlu mengelola stok obat dengan tepat untuk mengurangi limbah obat yang tidak terpakai. </p>
<p>Di Belanda, misalnya, sebuah platform daring bernama <a href="https://www.pharmaswap.com/home-en.html">PharmaSwap</a> memungkinkan penukaran obat antarapotek untuk mengurangi penumpukan stok obat yang jarang digunakan. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/541865/original/file-20230809-25-o57gog.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/541865/original/file-20230809-25-o57gog.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=703&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/541865/original/file-20230809-25-o57gog.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=703&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/541865/original/file-20230809-25-o57gog.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=703&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/541865/original/file-20230809-25-o57gog.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=884&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/541865/original/file-20230809-25-o57gog.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=884&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/541865/original/file-20230809-25-o57gog.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=884&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Obat kemasan jenis <em>pre-filled syringe</em> menghasilkan limbah kemasan lebih sedikit.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://assets-global.website-files.com/5ed89be68e1f40c1604b96d1/6137a62d619a9594337863c7_PHENYLEPHRINE_Label_71266-9010-01_5.png">Wikimedia</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Apoteker juga dapat memerantarai pemilihan kemasan obat yang lebih ramah lingkungan. Misalnya, obat yang dikemas dalam kemasan <em>pre-filled syringe</em> (alat suntik yang sudah mengandung obat) akan menghasilkan limbah kemasan yang <a href="https://doi.org/10.1016/j.jclinane.2015.12.005">lebih sedikit</a> dibandingkan kemasan vial dosis tunggal.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/541864/original/file-20230809-22-s2ch1q.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/541864/original/file-20230809-22-s2ch1q.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=569&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/541864/original/file-20230809-22-s2ch1q.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=569&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/541864/original/file-20230809-22-s2ch1q.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=569&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/541864/original/file-20230809-22-s2ch1q.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=716&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/541864/original/file-20230809-22-s2ch1q.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=716&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/541864/original/file-20230809-22-s2ch1q.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=716&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Obat dosis tunggal menghasilkan limbah kemasan lebih banyak.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/c4/Adenosine_preparation%2C_single_dose_vial_for_intravenous_administration.jpg/800px-Adenosine_preparation%2C_single_dose_vial_for_intravenous_administration.jpg?20200605063022">Wikimedia</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Apoteker juga dapat membantu mengurangi <a href="https://doi.org/10.1002/psb.1659">penyediaan obat berlebihan</a> kepada pasien dengan menyesuaikan pemberian obat sesuai dengan stok obat milik pasien. Pasien kerap menyimpan obat tak terpakai di rumahnya, sementara mereka terus menerima persediaan obat baru. Hal ini menyebabkan penumpukan obat berikut kemasannya di tingkat rumah tangga. </p>
<p>Limbah obat beserta kemasannya yang telanjur terjadi dapat ditangani melalui pengelolaan jalur pembuangan obat yang baik dan benar. Apotek dapat mengumpulkan <a href="https://scholar.google.com/scholar_lookup?title=Role%20of%20the%20pharmacist%20in%20proper%20medication%20disposal&publication_year=2011&author=A.%20Smolen">obat tidak terpakai</a> untuk mengurangi pembuangan obat di tempat sampah rumah tangga atau di saluran pembuangan air limbah. </p>
<p>Sementara, <a href="https://doi.org/10.1007/s11096-018-0642-8">20% obat juga dikembalikan dalam kemasan tertutup</a>, tidak rusak, dan umur simpan lebih dari 6 bulan, sehingga dapat diserahkan kembali kepada pasien lainnya yang membutuhkan.</p>
<p>Namun, praktik penyerahan obat ini juga menimbulkan <a href="https://doi.org/10.1111/ijpp.12391">keraguan publik</a> terkait jaminan mutu. Sehingga diperlukan inovasi dalam teknologi obat, seperti melalui <a href="https://doi.org/10.3390/s20113080">sensor</a> yang dapat menjamin kualitas dan keamanan obat yang diserahkan ulang (<em>redispensing</em>).</p>
<p>Peran pemerintah atau <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2352554121000279">lembaga regulasi seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga sangat penting</a> dalam menurunkan masalah lingkungan terkait limbah kemasan obat. Mereka harus mengedukasi, membuat pedoman untuk membatasi limbah farmasi, dan berkolaborasi dengan pemangku kepentingan lainnya, seperti industri farmasi, distributor, fasilitas pelayanan kesehatan, dan tenaga kesehatan. </p>
<p>Tanpa dukungan pembuat kebijakan, maka upaya meminimalkan limbah kemasan obat juga akan terhambat. Dengan demikian, target pengurangan emisi untuk mencegah suhu bumi makin panas juga sulit tercapai.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/208950/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Lailaturrahmi tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Apoteker perlu mengelola stok obat dengan tepat untuk mengurangi limbah obat yang tidak terpakai.
Lailaturrahmi, Lecturer, Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinis, Fakultas Farmasi, Universitas Andalas
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/210195
2023-07-21T05:44:58Z
2023-07-21T05:44:58Z
Gelombang panas Eropa: mengapa terjadi dan apakah perubahan iklim penyebabnya?
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/538685/original/file-20230721-26-lsmqqu.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Panas membara terjadi di sebelah timur dan selatan Eropa.
</span> <span class="attribution"><span class="source">Massimo Todaro/Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Gelombang panas menerjang Eropa. Di Italia, misalnya, panas terik akan mencapai <a href="https://www.meteoam.it/it/home">40°C hingga 45°C</a>. Panas juga berpeluang melampaui temperatur 48.8°C, temperatur tertinggi yang tercatat di Sisilia pada 2021.</p>
<p>Panas membara juga menyebar ke negara-negara lain di Eropa selatan dan timur, termasuk Prancis, Spanyol, Polandia, dan Yunani. Panas akan mempersulit rencana perjalanan orang-orang menuju tujuan liburan populer di seluruh wilayah.</p>
<p><a href="https://public.wmo.int/en/media/news/wmo-has-no-immediate-plans-name-heatwaves">Gelombang panas atau</a> cuaca panas di suatu lokasi selama periode tertentu bisa sangat berbahaya. Fenomena merusak ini sudah beberapa kali terjadi di Eropa.</p>
<p>Pada 2009, gelombang panas menyapu seluruh Eropa, menyebabkan kematian hingga <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1631069107003770">70 ribu orang</a>. Tahun lalu, gelombang panas terjadi lagi dan menyebabkan <a href="https://www.nature.com/articles/s41591-023-02419-z">hampir 62 ribu korban jiwa</a>. </p>
<p>Adapun gelombang panas kali ini disebabkan oleh <a href="https://ecn.ac.uk/what-we-do/education/tutorials-weather-climate/anticyclones-and-depressions/anticyclones">fenomena cuaca antisiklon Cerberus</a>–makhluk dari mitologi Yunani berupa monster anjing berkepala yang menjaga dunia bawah. Antisiklon, atau sistem bertekanan tinggi, adalah fenomena cuaca yang mengisap air dari bagian atas atmosfer sehingga menyebabkan masa kemarau dan cuaca yang tenang (formasi awan sedikit dan minim angin). </p>
<p>Gerakan sistem bertekanan tinggi cenderung lambat, berlangsung hingga berhari-hari hingga sepekan. Di area yang luas, sistem ini bisa menjadi semipermanen. Ketika terbentuk di sekitar daratan yang panas seperti di gurun Sahara, sistem bertekanan tinggi kian memanaskan udara hangat sehingga temperatur jauh lebih meningkat lagi.</p>
<p>Fenomena antisiklon dapat berakhir ataupun mereda sehingga gelombang panas dapat berlalu. Menurut <a href="https://www.theguardian.com/world/2023/jul/10/italy-heatwave-temperatures-european-record-forecast">Italian Meteorological Society</a>, gelombang panas Cerberus dapat berlangsung hingga dua pekan.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/537473/original/file-20230714-23-dcw8rk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Peta yang menunjukkan panas membara di sepanjang Eropa." src="https://images.theconversation.com/files/537473/original/file-20230714-23-dcw8rk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/537473/original/file-20230714-23-dcw8rk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/537473/original/file-20230714-23-dcw8rk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/537473/original/file-20230714-23-dcw8rk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/537473/original/file-20230714-23-dcw8rk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/537473/original/file-20230714-23-dcw8rk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/537473/original/file-20230714-23-dcw8rk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Juli 10 2023: temperatur permukaan sepanjang Eropa.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://creativecommons.org/licenses/by-sa/3.0/igo/">ESA/Copernicus Sentinel data (2023)</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/">CC BY-NC-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Apakah perubahan iklim berperan?</h2>
<p>Beberapa tahun belakangan, sistem bertekanan tinggi seperti yang melanda Eropa cenderung bergerak ke kawasan utara. Cukup sulit untuk menerka suatu fenomena seperti gelombang panas terkait langsung dengan perubahan iklim.
Walau begitu, saat suhu terus menghangat, kita terus melihat <a href="https://www.nature.com/articles/s41467-022-31432-y.epdf?sharing_token=htzOD3_IxFByNII1xKKbu9RgN0jAjWel9jnR3ZoTv0NZB4mVVJx48b3OYyN0FB4TtSpM6vNgwOVqCswO_4qi7R7ahx93uxCizPKL-UhdF0hyqN-mMfXkfXPXdJ19qFSbcxhuB9YPGUewA-TS4I_FHyHRsmGnf0z3nh3FS_m93pA%3D">perubahan pola sirkulasi atmosfer</a> yang dapat meningkatkan jumlah kejadian temperatur ekstrem dan kekeringan di Eropa.</p>
<p><a href="https://www.ipcc.ch/report/ar6/wg2/downloads/report/IPCC_AR6_WGII_SummaryForPolicymakers.pdf">Laporan</a> Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) mengonfirmasi tren ini. Data mereka menunjukkan peningkatan frekuensi dan tingginya intensitas cuaca ekstrem sejak dekade 1950-an. <a href="https://agupubs.onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1029/2022EA002567">Analisis terpisah</a> turut menemukan peningkatan keparahan gelombang panas Eropa sejak dua dekade belakangan.</p>
<p>Pada musim panas 2022, kawasan Eropa selatan dilanda suhu tinggi dari biasanya. <a href="https://www.copernicus.eu/en/news/news/observer-wrap-europes-summer-2022-heatwave">Spanyol, Perancis, dan Italia</a> mengalami temperatur maksimum harian melebihi 40°C. Lembaga Copernicus Climate Change Service Eropa <a href="https://climate.copernicus.eu/record-breaking-european-heatwaves-role-climate-change-and-weather-patterns">mengaitkan kondisi panas tak biasa ini </a> dengan perubahan iklim. Prediksinya, fenomena panas menyengat akan menjadi lebih sering, intens, dan berlangsung lama di masa depan. Taksiran ini mengindikasikan bahwa tren serupa bakal terjadi tahun ini.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Tampilan termometer digital yang menyentuh suhu 38° Celcius." src="https://images.theconversation.com/files/537474/original/file-20230714-21-ymm8xc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/537474/original/file-20230714-21-ymm8xc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/537474/original/file-20230714-21-ymm8xc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/537474/original/file-20230714-21-ymm8xc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/537474/original/file-20230714-21-ymm8xc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/537474/original/file-20230714-21-ymm8xc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/537474/original/file-20230714-21-ymm8xc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Gelombang panas akan menjadi lebih sering, intens, dan bertahan lama di masa depan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/close-digital-thermo-heater-outdoor-temperature-1722166657">ddproimages/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Bahaya panas ekstrem</h2>
<p>Gelombang panas dan suhu ekstrem <a href="https://www.thelancet.com/article/S0140-6736(20)32290-X/fulltext">menyebabkan berbagai masalah kesehatan</a> seperti serangan panas (<em>heatstroke</em>) dengan gejala sakit kepala dan pusing. Dehidrasi akibat cuaca panas juga berdampak pada pernapasan dan aktivitas jantung.</p>
<p>Sudah ada sejumlah kasus <a href="https://www.bbc.co.uk/news/world-europe-66183069">gangguan kesehatan terkait panas</a> di Eropa akibat gelombang panas kali ini. Misalnya, tewasnya seorang pekerja jalanan di Italia dan berbagai laporan tentang serangan panas di Spanyol maupun Italia.</p>
<p><a href="https://www.bloomberg.com/news/articles/2023-07-13/italy-issues-emergency-warnings-as-europe-s-heat-wave-takes-hold?leadSource=uverify%20wall">Menteri Kesehatan Italia</a> telah mengimbau warga dan pengunjung di daerah terdampak untuk berjaga-jaga, misalnya menghindari sengatan matahari langsung selama jam-jam kala hari panas. Ada juga saran untuk tetap terhidrasi dan menghindari konsumsi alkohol.</p>
<p>Walau begitu, gelombang panas tak hanya berdampak bagi kesehatan. Ada juga imbas <a href="https://www.weforum.org/agenda/2022/07/heatwaves-europe-climate-change/">sosial dan ekonominya</a>. Panas ekstrem dapat merusak <a href="https://committees.parliament.uk/writtenevidence/90321/html/">permukaan jalanan</a> dan menyebabkan <a href="https://www.networkrail.co.uk/wp-content/uploads/2021/11/Asset-management-WRCCA-plan.pdf">rel kereta melengkung</a>. </p>
<p>Gelombang panas juga mengurangi pasokan air sehingga mengganggu produksi listrik, pengairan tanaman, dan air minum. Pada 2022, panas menyengat di Perancis menyebabkan pembangkit listrik negara nuklir <a href="https://www.world-nuclear-news.org/Articles/Heatwave-forces-temporary-change-to-water-discharg">tak bisa beroperasi secara penuh</a> karena temperatur sungai dan rendahnya muka air mengganggu proses pendinginan.</p>
<p><a href="https://www.nature.com/articles/s41467-021-26050-z#:%7E:text=During%20the%20analysed%20years%2C%20heatwaves,2010%20due%20to%20extreme%20heat">Sebuah penelitian</a> menyatakan panas ekstrem memperlambat pertumbuhan ekonomi di Eropa sebesar 0.5% pada satu dekade silam. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Seorang pria minum air dari sumber air umum." src="https://images.theconversation.com/files/537475/original/file-20230714-25-864izn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/537475/original/file-20230714-25-864izn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/537475/original/file-20230714-25-864izn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/537475/original/file-20230714-25-864izn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/537475/original/file-20230714-25-864izn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/537475/original/file-20230714-25-864izn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/537475/original/file-20230714-25-864izn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Penduduk dan pengunjung di area yang terkena dampak disarankan untuk mengambil tindakan pencegahan tertentu.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/rome-italy-july-16-2022-man-2184272509">Henk Vrieselaar/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Saat suhu terus meningkat, gelombang panas akan semakin parah. Karena itu, penting bagi pemerintah di seluruh dunia untuk bertindak cepat dan tegas untuk segera mengurangi emisi gas rumah kaca.</p>
<p>Patut dicatat bahwa sekalipun kita berhasil meredam laju emisi gas rumah kaca hari ini, iklim bumi akan terus menghangat. Pasalnya, laut sudah terlanjur <a href="https://www.climate.gov/news-features/climate-qa/can-we-slow-or-even-reverse-global-warming">menyerap dan menyimpan panas</a>. </p>
<p>Walaupun laju pemanasan global melambat, dampak perubahan iklim di masa depan akan terus kita alami.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/210195/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Gelombang panas Cerberus menyerang Eropa–sebuah pertanda masa depan yang semakin mengkhawatirkan.
Emma Hill, Associate Professor in Energy & Environmental Management, Coventry University
Ben Vivian, Assistant Professor in Sustainability & Environmental Management, Coventry University
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/207516
2023-06-13T02:08:14Z
2023-06-13T02:08:14Z
Studi: Emisi gas rumah kaca mencapai titik tertinggi dan pemanasan global sedang melaju amat cepat
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/531285/original/file-20230612-84194-lfu4s3.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Lawrence Wee/Shutterstock</span> </figcaption></figure><p>Emisi gas rumah kaca di Bumi sedang mencapai titik tertinggi sepanjang sejarah. Jumlahnya secara tahunan mencapai 54 miliar ton setara CO2. </p>
<p>Peradaban manusia juga menyebabkan suhu permukaan bumi menghangat hingga 1,14°C sejak akhir abad ke-19. Perubahan ini ngebut sekali, dengan kecepatan pemanasan 0,2°C per dekade. </p>
<p>Temperatur daratan tertinggi yang pernah tercatat (oleh ilmuwan disebut sebagai <em>maximum land surface temperatures</em>) mengalami peningkatan dua kali lebih cepat. Peralihan temperatur inilah yang menjadi biang keladi cuaca panas dan berbagai kejadian kebakaran hutan dan lahan lainnya.</p>
<p>Sementara itu, bujet karbon 1,5°C di masa depan hanya tersisa 250 miliar ton. Bujet karbon adalah batas aman C02 yang bisa dilepaskan dari aktivitas manusia di seluruh dunia. Bujet karbon berfungsi meningkatkan 50% peluang kita untuk menahan pemanasan di angka 1,5°C.</p>
<p>Dengan tren emisi dan laju pemanasan yang terjadi belakangan ini, bujet karbon kita bakal habis tak sampai enam tahun lagi.</p>
<p>Fakta-fakta di atas adalah temuan dalam <a href="https://doi.org/10.5194/essd-15-2295-2023">hasil studi baru</a> yang saya terbitkan bersama 49 ilmuwan lainnya di seluruh dunia. Laporan kami melacak tren emisi terbaru, temperatur, dan daur energi di Bumi. </p>
<p>Data ini dapat menjadi basis tindakan untuk aksi iklim. Misalnya, untuk mengabarkan seberapa cepat emisi harus dipangkas agar sesuai dengan batasan temperatur global yang disepakati. </p>
<p>Ini adalah laporan pertama dari rangkaian laporan tahunan kami untuk mengetahui sejauh mana pemanasan global terjadi. Kami meluncurkan inisiatif bernama <a href="https://www.igcc.earth/">Indicators of Global Climate Change</a> yang meramu berbagai komponen untuk melacak pemanasan global secara tahunan. </p>
<p>Kami melacak emisi gas rumah kaca ataupun polusi partikulat, sekaligus pengaruh pemanasan ataupun pendinginan keduanya untuk menentukan seberapa besar peran mereka dalam perubahan suhu global.</p>
<p>Kami menggunakan metode yang ketat dan telah digunakan dalam penilaian Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC). <a href="https://www.ipcc.ch/report/sixth-assessment-report-working-group-i/">Penilaian IPCC</a> adalah sumber informasi versi pemerintah dan negosiator kebijakan iklim yang tepercaya dan dapat diandalkan. </p>
<p>Sayangnya, laporan ini hanya terbit setiap delapan tahun. Dalam dunia dengan kebijakan yang berubah cepat, jarak terbit laporan IPCC justru menciptakan celah: hilangnya indikator tepercaya dalam konferensi iklim tahunan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). </p>
<h2>Data iklim untuk semua orang</h2>
<p>Dalam laporan pertama, kami mengumpulkan bukti dari seluruh emisi gas rumah kaca berikut perubahannya selama pandemi. Dari data tersebut, kami mencoba menghitung perubahan termperatur yang disebabkan oleh aktivitas manusia. </p>
<p>Perhitungan ini membuat kita tahu: sebesar dan secepat apa risiko global untuk melampaui target pembatasan suhu global 1,5°C pada 2030 sesuai Perjanjian Paris.</p>
<p>Kami, dalam laporan perdana ini, juga menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi sejak penilaian IPCC terakhir (laporan penilaian keenam atau disebut AR6) yang mengevaluasi data global per 2019.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/530770/original/file-20230608-20-lh33l6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Pemanasan global." src="https://images.theconversation.com/files/530770/original/file-20230608-20-lh33l6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/530770/original/file-20230608-20-lh33l6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/530770/original/file-20230608-20-lh33l6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/530770/original/file-20230608-20-lh33l6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/530770/original/file-20230608-20-lh33l6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/530770/original/file-20230608-20-lh33l6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/530770/original/file-20230608-20-lh33l6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Emisi gas rumah kaca terus naik, begitu juga temperatur Bumi.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Indicators of Global Climate Change</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Untuk menelaah andil manusia dalam perubahan temperatur, kami harus melacak bagaimana aktivitas-aktivitas manusia di dunia mengganggu aliran energi di Bumi.</p>
<p>Emisi gas rumah kaca yang menumpuk di atmosfer menyebabkan panas terperangkap di Bumi. Sementara itu, partikel merusak seperti sulfat aerosol yang dihasilkan dari pembakaran batu bara mendinginkan Bumi dengan memantulkan cahaya matahari lebih banyak. </p>
<p>Selama beberapa tahun emisi naik signifikan tapi polusi di seluruh dunia justru menurun. Kedua tren ini justru menyebabkan iklim menghangat. Berdasarkan penilaian kami, keduanya menjadi penyebab tingginya laju pemanasan alias sebesar 0,2°C per dekade.</p>
<p>Beberapa tahun ke depan, kami berencana mengajak lebih banyak komunitas sains. Tujuannya agar kita bisa melacak kejadian ekstrem seperti gelombang panas, banjir dan kebakaran hutan maupun lahan seperti yang melanda <a href="https://www.bbc.com/news/world-us-canada-65828469">Kanada</a>. </p>
<p>Rencana ini sudah kami topang dengan hasil pelacakan temperatur harian maksimum yang meningkat di daratan Bumi. Sejauh ini kenaikannya dua kali lipat dari rata-rata. Peningkatannya mencapai 1,74°C dibandingkan temperatur rata-rata pada sekitar abad ke-19.</p>
<p>Kami berharap data ini digunakan oleh beragam pengakses laporan IPCC, seperti utusan iklim negara-negara, agar mereka tahu seberapa besar aksi iklim yang harus dilakukan. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/seberapa-besar-modal-indonesia-mengatasi-krisis-lingkungan-hidup-dunia-ini-perspektif-para-guru-besar-184464">Seberapa besar modal Indonesia mengatasi krisis lingkungan hidup dunia? Ini perspektif para guru besar</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Kami juga menginginkan lebih banyak orang-orang mengakses data iklim terbaru, tepercaya, dan transparan. Metode-metode saintifik di balik data tersebut harus dapat diakses publik. Karena itu, kami membangun <a href="https://climatechangetracker.org/igcc">dasbor data terbuka</a> yang bisa dilihat oleh semua orang.</p>
<p>Kami juga menginginkan usaha ini dipercaya oleh publik. Oleh sebab itu, kami hanya memaparkan data tanpa melakukan advokasi kebijakan tertentu. Kami mengadopsi jargon IPCC “relevan untuk kebijakan (<em>policy relevant</em>)” bukan “saran kebijakan (<em>policy prescriptive</em>)”. Kami mau data yang berbicara agar pembuat kebijakan dapat mengetahui kecepatan perubahan iklim serta merumuskan aksi-aksi penting.</p>
<p>Kami akan terus menerbitkan laporan setiap tahun. Karena itu, kami akan terus melacak tren kenaikan emisi ataupun pemanasan, mungkin juga penurunan emisi secara cepat dan tingkat pemanasan yang melandai. Semuanya tergantung pilihan aksi iklim kita semua.</p>
<p>Apapun yang terjadi, komunitas sains global akan terus memantau dan melaporkan perkembangannya.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/207516/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Piers Forster menerima dana dari program European Horizon 2020 Research. Dia adalah anggota Komite Perubahan Iklim pemerintah Inggris.</span></em></p>
Laporan kami akan terus memberi kabar terbaru seputar tren aspek-aspek yang vital bagi iklim Bumi
Our annual reports will update the world on the climate’s vital signs.
Piers Forster, Professor of Physical Climate Change; Director of the Priestley International Centre for Climate, University of Leeds
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/201091
2023-03-05T17:13:29Z
2023-03-05T17:13:29Z
Ingin punya anak di tengah dunia yang sedang kolaps? Tanyakan dulu 5 hal ini pada diri sendiri
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/513461/original/file-20230304-2760-9u5cbm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C31%2C7000%2C4631&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Ilustrasi bayi sedang duduk di samping boneka beruang.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.freepik.com/free-photo/baby-teddy-bear-rear-view-with-design-space_15606930.htm#query=baby%20newborn&position=12&from_view=search&track=ais">Freepik</a></span></figcaption></figure><p>Apakah kamu ingin punya anak?</p>
<p>Di planet yang tengah mengalami guncangan akibat krisis iklim, keruntuhan ekosistem, ancaman kelaparan dan kemiskinan, bukankah memiliki anak hanya akan menambah masalah dan, karena itu, tidak etis?</p>
<p>Sebagai seorang kandidat PhD di Monash Bioethics Centre, Australia, saya meneliti tentang etika prokreasi pada masa perubahan iklim. Saya menemukan bahwa tidak ada jawaban sederhana “ya” atau “tidak” mengenai apakah kita harus melahirkan lebih banyak anak di saat planet Bumi berada dalam kesulitan seperti ini.</p>
<p>Orang-orang yang ingin punya anak kerap menghadapi dilema. Melahirkan seorang anak, artinya anak tersebut akan berkontribusi menghasilkan emisi sepanjang hidup mereka, dan artinya akan ada orang lain yang tetap berada dalam garis kemiskinan (jika planet ini beroperasi dalam batas kapasitas fisiknya). Hal ini, yang dapat dengan mudah diperdebatkan, akan memperpuruk kondisi ketidakadilan dan ketidaksetaraan.</p>
<p>Tetapi tetap saja banyak dari kita yang ingin memiliki anak, karena menganggap hal itu akan menjadi sesuatu paling berarti yang kita lakukan dalam hidup.</p>
<p>Apa yang harus kita lakukan?</p>
<p>Berdasarkan ilmu etika, ada kewajiban moral bagi individu untuk mempertimbangkan efek dari memiliki anak, tanpa perlu memaksa orang lain untuk tidak memiliki anak.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="man and women lie on bed with baby" src="https://images.theconversation.com/files/513065/original/file-20230302-17-plcira.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/513065/original/file-20230302-17-plcira.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/513065/original/file-20230302-17-plcira.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/513065/original/file-20230302-17-plcira.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/513065/original/file-20230302-17-plcira.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/513065/original/file-20230302-17-plcira.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/513065/original/file-20230302-17-plcira.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Memiliki anak dapat menjadi salah satu hal paling berarti yang kita lakukan bersama hidup. Tapi apakah itu etis di masa-masa sulit seperti ini?</span>
<span class="attribution"><span class="source">Natacha Pisarenko/AP</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Apa itu overpopulasi?</h2>
<p>Banyak pendapat bahwa dunia saat ini menghadapi masalah kelebihan populasi (biasa disebut <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/12281798/">overpopulasi</a>), keadaan ketika ada lebih banyak orang di Bumi – daripada kapasitas semestinya yang memungkinkan manusia bisa hidup dengan nyaman, bahagia, dan sehat – namun Bumi ini masih dianggap sebagai tempat yang cocok untuk generasi mendatang.</p>
<p>Tetapi definisi ini masih terbuka untuk interpretasi lainnya. Overpopulasi bukan hanya tentang jumlah, tetapi juga nilai-nilai. Jika orang-orang di negara-negara makmur memenuhi gaya hidup mereka – dan memberikan kesempatan bagi orang lain untuk memiliki gaya hidup yang sama – maka dunia akan kelebihan penduduk.</p>
<p>Saya tinggal di dalam kota Melbourne. Ketika saya menghitung <a href="https://www.footprintcalculator.org/home/en">jejak ekologis</a> saya, ternyata akan butuh sekitar 4 Bumi untuk dapat memenuhi kebutuhan kita secara adil jika semua orang memiliki gaya hidup seperti saya. Jika gaya hidup setiap orang sama seperti orang Amerika pada umumnya, kita akan membutuhkan lebih dari 5 Bumi.</p>
<p>Para <a href="https://www.academia.edu/10991141/Will_Limited_Land_Water_and_Energy_Control_Human_Population_Numbers_in_the_Future">ahli ekologi</a> dan <a href="https://www.researchgate.net/publication/356572845_Climate_ethics_and_population_policy_A_review_of_recent_philosophical_work">filsuf</a> telah memperkirakan bahwa seseorang yang lahir di dunia yang sudah maju dapat memenuhi gaya hidup mereka hanya jika tidak ada lebih dari 2 atau 3 miliar manusia di planet ini. Sekarang jumlah manusia di Bumi ada lebih dari <a href="https://www.worldometers.info/world-population/">8 miliar</a>.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/why-we-should-be-wary-of-blaming-overpopulation-for-the-climate-crisis-130709">Why we should be wary of blaming 'overpopulation' for the climate crisis</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<figure class="align-center ">
<img alt="people walking on a crowded street" src="https://images.theconversation.com/files/364900/original/file-20201022-18-iwc4eu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/364900/original/file-20201022-18-iwc4eu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/364900/original/file-20201022-18-iwc4eu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/364900/original/file-20201022-18-iwc4eu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/364900/original/file-20201022-18-iwc4eu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/364900/original/file-20201022-18-iwc4eu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/364900/original/file-20201022-18-iwc4eu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Banyak yang berpendapat bahwa dunia tengah menghadapi masalah overpopulasi.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Jadi apa yang bisa kita lakukan?</h2>
<p>Salah satu yang dapat kita lakukan untuk mengatasi dilema ini adalah dengan mengurangi emisi gas rumah kaca per kapita. Namun, ini saja tidak cukup. Mengapa?</p>
<p><strong>Pertama</strong>, sulit untuk mengurangi emisi secepat yang diperlukan untuk mengurangi bencana perubahan iklim. Ada <a href="https://unfccc.int/process-and-meetings/the-paris-agreement/the-paris-agreement">Perjanjian Paris</a> yang bertujuan mencegah pemanasan dunia sebesar 2°C dari sebelum periode industri. Untuk mencapai tujuan ini, <a href="https://www.science.org/doi/10.1126/science.aah3443">kita harus</a> mengurangi separuh emisi saat ini pada tahun 2030, mengurangi separuhnya lagi pada 2040, dan separuh berikutnya pada 2050.</p>
<p>Sayangnya, kita <a href="https://climateactiontracker.org/publications/glasgows-2030-credibility-gap-net-zeros-lip-service-to-climate-action/">belum berada berada di jalur yang benar</a> dalam mencapai tujuan Perjanjian Paris tersebut. Kegagalan ini dapat menyebabkan penderitaan yang signifikan dan <a href="https://www.ipcc.ch/report/ar6/wg2/">jutaan kematian</a>. Dan masyarakat yang kurang beruntung secara ekonomi akan terkena dampak paling pertama dan paling parah. Ini tidak adil.</p>
<p><strong>Kedua</strong>, negara berkembang harus diizinkan untuk meningkatkan emisi mereka guna <a href="https://www.ecologicalcitizen.net/pdfs/epub-048.pdf">menghindari kemiskinan</a>. Orang-orang yang hidup dalam kemiskinan, terutama yang tinggal di negara miskin dan berkembang, mengonsumsi sangat sedikit sumber daya. Membiarkan mereka tetap berada pada tingkat konsumsi yang rendah ini adalah hal yang tidak manusiawi. Kita perlu mengadvokasi mereka untuk lebih konsumtif.</p>
<p><strong>Ketiga</strong>, memiliki anak lebih sedikit dapat membantu menyelesaikan masalah ketidakadilan yang disebabkan oleh kerusakan iklim. Jika tingkat kesuburan global turun sebesar 0,5 kelahiran per perempuan, <a href="https://philpapers.org/archive/HICPEA.pdf">kita bisa menghemat</a> sekitar 5,1 miliar ton karbon per tahun sampai akhir abad ini. Ini sama dengan menghemat <a href="https://www.pnas.org/doi/full/10.1073/pnas.1004581107">16% sampai 29%</a> dari total penghematan emisi yang kita perlukan untuk menghindari bencana perubahan iklim.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="people wade through floodwaters" src="https://images.theconversation.com/files/513070/original/file-20230302-19-plcira.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/513070/original/file-20230302-19-plcira.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/513070/original/file-20230302-19-plcira.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/513070/original/file-20230302-19-plcira.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/513070/original/file-20230302-19-plcira.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=499&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/513070/original/file-20230302-19-plcira.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=499&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/513070/original/file-20230302-19-plcira.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=499&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Memiliki lebih sedikit anak membantu menyelesaikan ketidakadilan yang disebabkan oleh kerusakan iklim, seperti banyaknya pengungsian akibat banjir.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Zahid Hussain/AP</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p><strong>Keempat</strong>, bahkan jika rata-rata emisi per kapita dunia menurun, pertumbuhan populasi tetap akan melipatgandakan emisi.</p>
<p>Emisi cenderung tumbuh dengan rasio satu banding satu dengan meningkatnya populasi. Antara tahun 1975 dan 2009, misalnya, populasi dan emisi <a href="https://overpopulation-project.com/wp-content/uploads/2018/12/2010_Ryerson_TheMultiplierofEverythingElse_PostCarbonReaderSeries5221.pdf">naik sebesar 43%</a> di Amerika Serikat (AS). Percuma kita berusaha dengan baik mengurangi emisi per kapita jika kita tidak menangani masalah pertumbuhan populasi juga.</p>
<p><strong>Terakhir</strong>, kita tidak dapat mengatasi masalah emisi per kapita tanpa membahas reproduksi. Keputusan untuk tidak melahirkan anak berkontribusi mengurangi emisi individu <a href="https://www.biologicaldiversity.org/programs/population_and_sustainability/pdfs/OSUCarbonStudy.pdf">20 kali lebih efektif</a> dibandingkan jumlah total perilaku “hijau” lainnya yang kita lakukan, seperti mendaur ulang dan mengurangi penggunaan kendaraan.</p>
<p>Di negara maju, misalnya, memiliki satu anak lebih sedikit bisa <a href="https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1748-9326/aa7541">menghemat sekitar 58 ton</a> emisi per tahun. Cara terbaik berikutnya yang dapat dilakukan untuk membatasi emisi mereka adalah dengan hidup tanpa mobil. Namun, ini hanya akan menghemat sekitar <a href="https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1748-9326/aa7541">2,4 ton emisi per tahun</a>.</p>
<p>Para ahli etika <a href="https://commons.pacificu.edu/work/sc/f69d70ba-8600-4198-b467-266a3435e91e">menegaskan</a> bahwa jika kita punya kewajiban untuk mengurangi emisi per kapita, maka kita juga punya kewajiban untuk membatasi jumlah anak yang kita miliki.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/bob-brown-is-right-its-time-environmentalists-talked-about-the-population-problem-148347">Bob Brown is right – it's time environmentalists talked about the population problem</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<figure class="align-center ">
<img alt="man opens lid to recycling bin" src="https://images.theconversation.com/files/513074/original/file-20230302-22-hr8cj6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/513074/original/file-20230302-22-hr8cj6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/513074/original/file-20230302-22-hr8cj6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/513074/original/file-20230302-22-hr8cj6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/513074/original/file-20230302-22-hr8cj6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/513074/original/file-20230302-22-hr8cj6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/513074/original/file-20230302-22-hr8cj6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Tidak memiliki anak jauh lebih bermanfaat bagi planet ini dibandingkan keseluruhan perilaku ‘hijau’ yang kita lakukan.</span>
<span class="attribution"><span class="source">James Ross/AAP</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Menyelesaikan dilema</h2>
<p>Saya memang tidak memiliki pengalaman hidup sebagai perempuan atau individu yang dapat mengandung. Saya juga belum punya anak.</p>
<p>Namun, saya yakin dunia harus mengatasi overpopulasi. Saya sangat paham bahwa ini <a href="https://teachersinstitute.yale.edu/curriculum/units/1998/7/98.07.03.x.html">bukan topik yang mudah dan nyaman</a> untuk dibicarakan. Diskusi ini akan melibatkan topik seksualitas dan kontrasepsi, serta hak-hak privasi dan agama. </p>
<p>Dan saya menyadari tidak ada cara yang dapat benar-benar menyelesaikan seluruh masalah ketidakadilan.</p>
<p>Jika orang-orang di negara-negara makmur terus melahirkan anak, tidak akan ada cukup sumber daya bagi orang yang hidup saat ini dan di masa mendatang untuk bisa berkembang.</p>
<p>Tapi, menuntut individu untuk berhenti bereproduksi juga <a href="https://www.academia.edu/27846638/Whose_Job_Is_It_to_Fight_Climate_Change_A_Response_to_Hickey_Rieder_and_Earl">tidak adil</a>. Bagi banyak orang, kebebasan untuk memutuskan akan melahirkan keturunan adalah soal <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s10790-021-09797-y">martabat dan makna penting dalam hidup</a>.</p>
<p>Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB juga <a href="https://humanrights.gov.au/our-work/commission-general/universal-declaration-human-rights-human-rights-your-fingertips-human#:%7E:text=Article%2016&text=Men%20and%20women%20of%20full,marriage%20and%20at%20its%20dissolution">menjamin</a> bahwa setiap laki-laki dan perempuan berhak untuk membangun keluarga.</p>
<p>Jadi, jawaban yang paling tepat bukanlah menghilangkan ketidakadilan secara keseluruhan, tapi meminimalisir ketidakadilan sebisa mungkin.</p>
<p>Menyuruh orang untuk tidak memiliki anak, atau memiliki lebih sedikit anak, sepertinya terlalu keras. Solusinya harus <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/japp.12099">lebih halus</a>.</p>
<p>Lalu bagaimana caranya?</p>
<p>Dengan mengajak orang-orang untuk menyadari adanya kewajiban moral untuk mempertimbangkan masalah lingkungan dan keadilan sebelum melahirkan generasi.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="man and women look lovingly at baby" src="https://images.theconversation.com/files/513062/original/file-20230302-23-jdw7rk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/513062/original/file-20230302-23-jdw7rk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/513062/original/file-20230302-23-jdw7rk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/513062/original/file-20230302-23-jdw7rk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/513062/original/file-20230302-23-jdw7rk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/513062/original/file-20230302-23-jdw7rk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/513062/original/file-20230302-23-jdw7rk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Kita harus mempertimbangkan masalah lingkungan dan keadilan sebelum memutuskan untuk memiliki anak.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Lima pertanyaan besar</h2>
<p>Bagi kalian yang ingin punya anak, <a href="https://www.theglobaljusticenetwork.org/index.php/gjn/article/view/96/71">tidak cukup</a> hanya mengajukan pertanyaan – untuk diri sendiri – seperti: Apakah saya akan mampu menjadi orang tua yang baik? Sudahkah saya memiliki seluruh sarana yang dibutuhkan untuk menghidupi seorang anak?</p>
<p>Siapa pun yang memiliki akses untuk mengontrol kesuburan mereka wajib menanyakan lima pertanyaan berikut kepada diri mereka sendiri:</p>
<ol>
<li><p>Apakah anak saya nantinya akan memiliki gaya hidup yang menyebabkan emisi tinggi dan kemudian membuat orang lain harus hidup dalam kemiskinan? Jika demikian, apakah ini dapat dibenarkan?</p></li>
<li><p>Apakah saya ingin menjadi orang tua secara biologis - punya anak yang memiliki gen saya? - Atau saya hanya ingin menjadi orang tua - ingin membesarkan anak dalam lingkungan yang penuh kasih menurut nilai-nilai saya, terlepas dari gen mereka?</p></li>
<li><p>Jika saya memiliki ikatan biologis yang kuat ketika saya sudah punya anak, apakah saya dapat membesarkan anak yang bukan anak kandung saya?</p></li>
<li><p>Jika saya hanya ingin menjadi orang tua, dapatkah saya <a href="https://philpapers.org/archive/RULPAG-3.pdf">memenuhi keinginan ini dengan cara lain</a> seperti dengan mengasuh, mengajar, menjadi pendamping atau, jika memungkinkan, mengadopsi anak?</p></li>
<li><p>Apakah saya bisa memenuhi keinginan saya menjadi orang tua dengan cara lain jika saya sudah sudah memiliki satu anak kandung?</p></li>
</ol>
<p>Seringkali orang-orang yang memilih untuk tidak memiliki anak merasa perlu menjelaskan alasan keputusannya kepada orang lain. Namun, lima pertanyaan di atas memiliki pendekatan yang sebaliknya: bahwa orang yang ingin melahirkan anak secara etis harus lebih dulu menjawab pertanyaan sulit itu untuk dirinya sendiri.</p>
<p>Masyarakat yang adil menghargai pilihan individu yang menginginkan dan berusaha memiliki anak. Namun, setiap orang juga perlu dituntut untuk mempertimbangkan konsekuensi dari apa yang akan mereka lakukan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/201091/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Craig Stanbury tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Tidak ada jawaban sederhana “ya” atau “tidak” mengenai apakah kita harus melahirkan lebih banyak anak di saat planet Bumi berada dalam kesulitan seperti ini.
Craig Stanbury, PhD Candidate, Monash University
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/197818
2023-01-17T03:25:26Z
2023-01-17T03:25:26Z
Untuk mencegah pemanasan global tidak hanya cukup gunakan mobil listrik, transportasi umum yang lebih baik juga perlu dikembangkan
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/504419/original/file-20230113-22-8ns1hk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Mengembangkan sistem transportasi umum yang terjangkau dan mudah diakses sangat penting untuk memitigasi perubahan iklim.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://pixabay.com/photos/metro-subway-rush-hours-1662163/">3005398/Pixabay</a></span></figcaption></figure><p>Transportasi <a href="https://www.iea.org/reports/tracking-transport-2020">bertanggung jawab atas 24%</a> emisi karbon terkait energi di seluruh dunia. Separuh dari emisi tersebut berasal dari transportasi barang dan jasa, dan separuh lainnya berasal dari transportasi yang mengangkut orang-orang dari satu tempat ke tempat lain – atau yang dikenal sebagai “transportasi penumpang.”</p>
<p>Transportasi penumpang berdampak besar pada lingkungan sekitar kita, dan ini adalah salah satu faktor terbesar dalam menentukan tempat kita tinggal dan bekerja. Misalnya, Los Angeles di Amerika Serikat yang terkenal dengan kemacetannya yang parah, kota-kota di Denmark yang dipenuhi sepeda, Jepang dengan kereta cepatnya, Vietnam dengan mopednya yang berdengung, India dengan barisan taksi yang dipenuhi becak roda tiganya yang terkenal, atau London, Inggris dengan kereta bawah tanahnya yang padat.</p>
<p>Penggunaan <a href="https://theconversation.com/electric-cars-could-make-the-roads-safer-heres-how-159001">kendaraan listrik</a> atau <em>electric vehicles</em> (EV) dalam skala besar sering dianggap sebagai solusi untuk mengurangi emisi transportasi penumpang – terlihat dari <a href="https://news.sky.com/story/electric-vehicles-new-homes-will-be-required-to-have-ev-charging-stations-from-2022-boris-johnson-to-announce-12475254">rencana Inggris</a> untuk memiliki titik pengisian daya kendaraan listrik lebih banyak mulai tahun 2022 di semua rumah baru dan bangunan .</p>
<p>Namun, <a href="https://www.nature.com/articles/s41558-020-00921-7">penelitian dari Amerika Serikat baru-baru ini</a> menunjukkan bahwa elektrifikasi mobil saja tidak akan cukup untuk membantu sektor transportasi mencapai <a href="https://theconversation.com/the-ultimate-guide-to-why-the-cop26-summit-ended-in-failure-and-disappointment-despite-a-few-bright-spots-171723">target aksi iklim global yang ambisius</a> yang bertujuan untuk mencegah pemanasan global lebih dari 2 °C.</p>
<p>Tidak hanya itu, populasi yang terus bergantung pada mobil menimbulkan masalah yang signifikan bagi kota-kota berkembang. Dengan peningkatan urbanisasi dan semakin terbatasnya ruang di kota, kita harus mengurangi kepemilikan mobil di kota jika ingin membuat kota tetap terjangkau dan mudah diakses. <a href="https://phys.org/news/2016-12-roads-shatter-earth-surface-fragments.html">Lahan luas</a> di kota yang sebenarnya dapat digunakan untuk tempat tinggal atau alam justru digunakan untuk jalan dan lahan parkir.</p>
<p>Meskipun kendaraan listrik pasti membantu mengatasi peningkatan emisi transportasi, negara-negara sebaiknya tidak hanya berfokus pada penggantian mobil konvensional dengan kendaraan elektrik dalam rangka mengembangkan <a href="https://theconversation.com/the-myth-of-electric-cars-why-we-also-need-to-focus-on-buses-and-trains-147827">alat transportasi</a> alternatif yang bukan mobil konvensional. Ini hanya akan menjadi <a href="https://theconversation.com/cramming-cities-full-of-electric-vehicles-means-were-still-depending-on-cars-and-thats-a-huge-problem-163247">kesempatan yang terlewatkan</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Seseorang mengendarai becak" src="https://images.theconversation.com/files/432849/original/file-20211119-24-146rqam.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/432849/original/file-20211119-24-146rqam.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/432849/original/file-20211119-24-146rqam.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/432849/original/file-20211119-24-146rqam.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/432849/original/file-20211119-24-146rqam.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/432849/original/file-20211119-24-146rqam.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/432849/original/file-20211119-24-146rqam.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Banyak kota di India terkenal menggunakan becak roda tiga sebagai moda transportasi yang populer.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/adamcohn/22946844849">Adam Cohn/Flickr</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/">CC BY-NC-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Dana aksi iklim – termasuk <a href="https://www.adaptation-fund.org/"><em>Adaptation Fund</em></a>, dana internasional yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk membantu negara-negara berkembang beradaptasi dengan perubahan iklim – <a href="https://www.oecd.org/newsroom/statement-by-the-oecd-secretary-general-on-future-levels-of-climate-finance.htm">diproyeksikan</a> mencapai pendanaan sebesar £74 miliar (Rp1.370 triliun) pada tahun 2023. Sebagian besar dana ini disalurkan untuk proyek infrastruktur berkelanjutan, yang dapat membantu negara berkembang membangun sistem transportasi massal yang efisien dan berkelanjutan.</p>
<p><a href="https://www.ipcc.ch/">Panel antar pemerintah</a> PBB tentang perubahan iklim <a href="https://www.ipcc.ch/site/assets/uploads/2018/02/ipcc_wg3_ar5_chapter8.pdf">mengadvokasi</a> pendekatan untuk perencanaan transportasi penumpang yang disebut <a href="https://ledsgp.org/app/uploads/2016/01/SUTP_GIZ_FS_Avoid-Shift-Improve_EN.pdf"><em>“Avoid, Shift, Improve”</em></a> (“Hindari, Beralih, Tingkatkan”), yang diadaptasi dari sebuah kerangka kerja yang pertama kali dikembangkan di Jerman pada awal tahun 1990-an:</p>
<h2><em>Avoid</em> (hindari)</h2>
<p><em>“Avoid”</em> (menghindari) mengacu pada pengurangan kebutuhan transportasi pada tahap dasar. Pendekatan ini termasuk perencanaan daerah perkotaan baru dan pembangunan kembali kota lama untuk ditata sebaik mungkin, sehingga masyarakat tidak perlu bepergian jauh untuk bekerja, berbelanja, mendapat pendidikan, dan berekreasi. Meskipun investasi bertahun-tahun untuk jalan telah menyebabkan beberapa kota sangat kesulitan untuk beralih dari penggunaan mobil, masih ada kesempatan bagi banyak kota yang sedang berkembang untuk masa depan yang lebih baik.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Jembatan Layang Xinzhuang di Nanjing, Cina" src="https://images.theconversation.com/files/432850/original/file-20211119-25-1cdz256.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/432850/original/file-20211119-25-1cdz256.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=378&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/432850/original/file-20211119-25-1cdz256.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=378&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/432850/original/file-20211119-25-1cdz256.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=378&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/432850/original/file-20211119-25-1cdz256.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=475&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/432850/original/file-20211119-25-1cdz256.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=475&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/432850/original/file-20211119-25-1cdz256.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=475&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Banyak kota telah dirancang dengan mempertimbangkan kepemilikan mobil secara luas, tetapi kota-kota baru tidak harus mengikuti pola ini.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Xinzhuang_Flyover_in_Nanjing.jpg">Damian188/Wikimedia</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pendekatan ini juga menghubungkan rumah dan kota pedesaan ke Internet sehingga orang dapat bekerja dari rumah dengan mudah dan murah, dan membebaskan ruang jalan bagi orang-orang – seperti dokter atau guru – yang tidak bisa bekerja dari rumah.</p>
<h2><em>Shift</em> (beralih)</h2>
<p><em>“Shift”</em> (beralih) berarti mengalihkan perjalanan yang diperlukan ke moda transportasi yang lebih berkelanjutan, aktif, dan memiliki tingkat penumpang yang lebih tinggi. Alih-alih mobil penumpang tunggal, misalnya, kita dapat menggunakan bus, kereta api, sepeda, skuter, skateboard, atau jalur pejalan kaki. Di seluruh dunia, kita dapat melihat contoh-contoh menarik tentang bagaimana negara-negara berhasil membuat peralihan ini dari ketergantungan mobil dengan tingkat karbon yang intensif.</p>
<p>Sistem bus <a href="https://www.centreforpublicimpact.org/case-study/transmilenio">TransMilenio</a>, yang beroperasi di kota Bogotá dan Soacha di Kolombia, adalah salah satu sistem bus terbesar di dunia. Sistem bus ini mampu mengangkut antara satu hingga dua juta orang setiap hari. Dengan banyaknya halte dan jalur bus khusus, serta loket tiket yang terjangkau, layanan sistem bus TransMilenio dapat diakses dengan mudah.</p>
<p>Meningkatkan penggunaan moda perjalanan aktif adalah cara lain untuk mendorong perubahan ini. Sepeda elektrik adalah salah satu jenis transportasi dengan <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/01441647.2015.1069907?journalCode=ttrv20">pertumbuhan paling cepat</a> di Cina. Perjalanan dengan sepeda bermotor mendorong perjalanan bersepeda yang lebih jauh di daerah perbukitan, daerah yang lebih hangat, dan bagi orang-orang yang kurang bugar. Studi dari <a href="https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2016.09.141">Swedia</a> dan <a href="https://doi.org/10.1016/j.trd.2020.102422">Norwegia</a> menunjukkan bahwa pengendara sepeda yang beralih dari sepeda konvensional ke sepeda elektrik meningkatkan jumlah perjalanan dan jarak rata-rata yang mereka tempuh untuk setiap perjalanan.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Sebuah bus berwarna merah dan kuning di jalan" src="https://images.theconversation.com/files/432847/original/file-20211119-18-xlc34t.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/432847/original/file-20211119-18-xlc34t.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/432847/original/file-20211119-18-xlc34t.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/432847/original/file-20211119-18-xlc34t.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/432847/original/file-20211119-18-xlc34t.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/432847/original/file-20211119-18-xlc34t.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/432847/original/file-20211119-18-xlc34t.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Layanan bus TransMilenio telah diakui secara luas sebagai contoh cemerlang dari transportasi massal yang berkelanjutan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Bogot%C3%A1_biarticulado_de_TransMilenio_por_la_av._Caracas.JPG">Felipe Restrepo Acosta/Wikimedia</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Baru-baru ini, penduduk Berlin memilih untuk memperluas pembatasan mobil di kota Jerman tersebut hingga mencakup 88 km persegi kota – sebuah proposal yang akan menciptakan zona perkotaan bebas mobil <a href="https://www.theguardian.com/world/2021/oct/06/berlins-car-ban-campaign-its-about-how-we-want-to-live-breathe-and-play">terbesar di dunia</a>. Dengan menyediakan rute perjalanan aktif yang terpisah, aksi seperti ini dapat mengatasi masalah keselamatan pejalan kaki dan pengendara sepeda yang takut bernavigasi di samping kendaraan berat yang bergerak cepat. Yang penting, <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0965856499000348">para peneliti telah menekankan</a> bahwa tanpa adanya langkah-langkah untuk membatasi penggunaan mobil, langkah-langkah lain untuk mendorong penggunaan transportasi umum, berjalan kaki, dan bersepeda memiliki dampak yang kecil.</p>
<p>Setelah perjalanan yang tidak perlu dipangkas dari hal-hal seperti perencanaan kota yang buruk dan kebijakan pemberi kerja yang mewajibkan kehadiran pekerja di kantor, dan setelah sistem transportasi umum yang aman atau opsi perjalanan aktif telah tersedia, kita baru bisa berfokus untuk membuat kendaraan yang kita miliki saat ini lebih berkelanjutan.</p>
<h2><em>Improve</em> (tingkatkan)</h2>
<p>Meskipun efisiensi bahan bakar sedikit mengurangi konsumsi bahan bakar per kilometer angkutan mobil, permintaan angkutan penumpang terus meningkat. Artinya, secara keseluruhan, peningkatan emisi dari transportasi penumpang melampaui penurunan efisiensi. Akibatnya, bagian <em>“improve”</em> (meningkatkan) dari kerangka kerja PBB melibatkan pengalihan transportasi bus, kereta, dan mobil dari penggunaan bahan bakar fosil ke energi listrik.</p>
<p>Kunci untuk mengurangi emisi transportasi penumpang adalah memungkinkan akses ke dan penggunaan mobil listrik hanya jika tidak ada pilihan perjalanan lain yang memungkinkan. Jika hal ini tercapai, akan ada kesempatan untuk mengakhiri ketergantungan kita terhadap mobil sambil tetap membantu sebanyak mungkin orang untuk bepergian.</p>
<hr>
<p><em>Zalfa Imani Trijatna dari Universitas Indonesia menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/197818/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Vera O'Riordan menerima dana dari Climate and Energy Modelling Services untuk Technical Research and Modelling (TRAM) Group.</span></em></p>
Dari bus di Bogotá, Kolombia hingga bersepeda melalui Cambridge, Inggris, kita dapat memetik pelajaran berharga dari bagaimana negara-negara di seluruh dunia menyediakan transportasi berkelanjutan.
Vera O'Riordan, PhD Student at MaREI, the SFI Research Centre for Energy, Climate and Marine, University College Cork
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/186708
2022-07-13T07:16:21Z
2022-07-13T07:16:21Z
6 buku tentang krisis iklim yang menawarkan harapan baru
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/473250/original/file-20220709-23-k4xyff.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">forest</span> <span class="attribution"><span class="source">Darren England/AAP</span></span></figcaption></figure><p><a href="https://theconversation.com/what-the-next-australian-government-must-do-to-save-the-great-barrier-reef-182861">Pemutihan karang</a>, <a href="https://theconversation.com/the-sad-reality-is-many-dont-survive-how-floods-affect-wildlife-and-how-you-can-help-them-178310">banjir</a>, <a href="https://theconversation.com/conservation-scientists-are-grieving-after-the-bushfires-but-we-must-not-give-up-130195">kebakaran hutan</a>
, <a href="https://theconversation.com/fail-our%20-report-card-on-the-governments-handling-of-australias-extinction-crisis-181786">penurunan dan kepunahan keanekaragaman hayati</a> – saat kita menyaksikan dampak perubahan iklim, di tengah banyak
<a href="https://www.theguardian.com/environment/2022/apr/04/ipcc-report-now-or-never-if-world-stave-off-climate-disaster">laporan</a> yang memberikan
peringatan terkait <a href="https://theconversation.com/worried-about-%20bumi-masa%20depan-baik-pandangan-adalah-lebih%20buruk-daripada-bahkan-ilmuwan-dapat-menggenggam-153091">biaya</a> yang timbul dari kelambanan pemerintah, wajar jika kita mudah untuk merasa kewalahan.</p>
<p>Bagaimana cara melawan ini? Kami meminta enam pakar lingkungan untuk masing-masing menominasikan sebuah buku tentang krisis iklim yang menawarkan harapan.</p>
<hr>
<h2>1. <em>All We Can Save: Truth, Courage, and Solutions for the Climate Crisis</em> – diedit oleh Ayana Elizabeth Johnson dan Katharine Keeble Wilkinson (2020)</h2>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/462406/original/file-20220511-13-pn6746.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/462406/original/file-20220511-13-pn6746.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/462406/original/file-20220511-13-pn6746.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=880&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/462406/original/file-20220511-13-pn6746.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=880&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/462406/original/file-20220511-13-pn6746.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=880&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/462406/original/file-20220511-13-pn6746.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1106&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/462406/original/file-20220511-13-pn6746.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1106&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/462406/original/file-20220511-13-pn6746.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1106&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Keputusasaan, ketidakberdayaan, dan perpecahan adalah musuh dari tindakan positif, dan melumpuhkan upaya dalam menjawab tantangan luar biasa seperti krisis perubahan iklim. <a href="https://www.penguin.com.au/books/all-we-can-save-9780593237069"><em>All We Can Save</em></a> membalikkan emosi dan kekhawatiran semacam itu. Harapan adalah motivator yang kuat, terutama ketika harapan itu disampaikan dengan cara yang kreatif, bijaksana, inklusif, dan beragam.</p>
<p>Secara kritis, <em>All We Can Save</em> menyatukan suara perempuan, mencakup budaya, geografi, dan usia. Wanita masih, sayangnya, tidak cukup didengar – dan lebih buruk lagi, secara aktif ditekan dalam beberapa kasus dan lingkungan. Banyak masyarakat menderita karenanya.</p>
<p>Namun, dalam buku ini, para ilmuwan, petani, guru, seniman, jurnalis, pengacara, aktivis, dan lainnya berbagi perspektif unik mereka, melalui esai, puisi, dan seni mereka. Mereka mengeksplorasi bagaimana menghadapi krisis iklim, kerusakan yang sudah ditimbulkan, tetapi yang paling penting, bagaimana membawa perubahan dan kemajuan yang positif.</p>
<p>Buku ini adalah makanan untuk pikiran dan jiwa yang sangat <a href="https://theconversation.com/australias-next-government-must-tackle-our-collapsing-ecosystems-and-extinction-crisis-182048">dibutuhkan</a>.</p>
<p><strong>Euan Ritchie</strong></p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/4-assumptions-about-gender-that-distort-how-we-think-about-climate-change-and-3-ways-to-do-better-156126">4 assumptions about gender that distort how we think about climate change (and 3 ways to do better)</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>2. <em>Great Adaptations: In the Shadow of a Climate Crisis</em> – Morgan Phillips (2021)</h2>
<figure class="align-left zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/462404/original/file-20220511-25-nm7mue.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/462404/original/file-20220511-25-nm7mue.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/462404/original/file-20220511-25-nm7mue.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=846&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/462404/original/file-20220511-25-nm7mue.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=846&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/462404/original/file-20220511-25-nm7mue.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=846&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/462404/original/file-20220511-25-nm7mue.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1063&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/462404/original/file-20220511-25-nm7mue.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1063&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/462404/original/file-20220511-25-nm7mue.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1063&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tidak usah berpura-pura. Tidak ada cerita yang baik terekait pemanasan global. Mereka semua dibingkai dalam krisis yang kita tidak bicarakan di Australia. Kita sangat membutuhkan percakapan di tingkat nasional tentang bagaimana kita hidup di dunia yang penuh bahaya ini. </p>
<p>Buku Morgan Phillips <a href="https://www.goodreads.com/book/show/58139550-great-adaptations"><em>Great Adaptations: In the Shadow of a Climate Crisis</em></a> bukan merupakan buku Australia. Perspektifnya bersifat internasional – Inggris, Eropa, Nepal, Amerika Utara.</p>
<p>Phillips tidak gentar memikirkan prospek suram: keruntuhan sistemik, kerawanan pangan dan air, penurunan keanekaragaman hayati. Tapi fokusnya bukan pada malapetaka belaka, atau optimisme tekno yang naif. Dia malah membawa keseimbangan yang cermat pada pertimbangannya tentang adaptasi yang baik dan adaptasi yang berbahaya.</p>
<p>Dia mendorong kita untuk berpikir di luar reaksi yang terfragmentasi terkait terhadap bencana iklim yang menimpa individu, seperti kekeringan, kebakaran, banjir, dan badai – reaksi yang menguntungkan orang kaya dan didasarkan pada khayalan bahwa semua akan kembali ke “normal”.</p>
<p>Tujuannya adalah “adaptasi transformatif” yang realistis. Dia menyarankan solusi yang bertahan lama, fleksibel, dan adil. Inti dari beberapa contoh yang dia pakai terkait keberhasilan “<a href="https://www.ctc-n.org/technologies/fog-harvesting">menggunakan kabut</a>” untuk mendapatkan air di Maroko yang gersang hingga proyek <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Agroforestry">pertanian dan kehutanan</a> yang tanggap terhadap iklim di Nepal – adalah perlunya dialog terus-menerus untuk memandu proses untuk mengatasi kondisi yang berubah.</p>
<p><em>Great Adaptations</em> membuat provokasi yang brilian untuk diskusi yang harus kita lakukan.</p>
<p><strong>Peter Christoff</strong> </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/message-in-a-bottle-the-wine-industry-gives-farmers-a-taste-of-what-to-expect-from-climate-change-45361">Message in a bottle: the wine industry gives farmers a taste of what to expect from climate change</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>3. <em>Who Really Feeds the World? The Failure of Agribusiness and the Promise of Agroecology</em> – Vandana Shiva (2016)</h2>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/462403/original/file-20220511-21-fcca4g.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/462403/original/file-20220511-21-fcca4g.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/462403/original/file-20220511-21-fcca4g.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=882&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/462403/original/file-20220511-21-fcca4g.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=882&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/462403/original/file-20220511-21-fcca4g.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=882&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/462403/original/file-20220511-21-fcca4g.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1108&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/462403/original/file-20220511-21-fcca4g.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1108&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/462403/original/file-20220511-21-fcca4g.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1108&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Krisis iklim telah menunjukkan sistem pangan global yang tidak adil dan tidak layak secara ekologis. Kebakaran hutan dan banjir baru-baru ini di Australia, misalnya, menghancurkan tanaman pangan, menghancurkan lanskap penghasil makanan dan komunitasnya, dan mengganggu jaringan transportasi. Masing-masing masalah mengungkapkan sistem pangan yang dikendalikan perusahaan yang ditandai dengan kenaikan harga pangan, tingkat kelaparan yang meningkat, dan kerawanan pangan.</p>
<p>Bagaimana sistem pangan yang adil dan adil dapat dikembangkan – dengan menciptakan sistem yang tangguh dalam menghadapi kekacauan iklim?</p>
<p>Dalam buku <a href="https://www.akpress.org/whoreallyfeedstheworld.html"><em>Who Really Feeds the World? The Failure of Agribusiness and the Promise of Agroecology</em></a>, Vandana Shiva menetapkan prinsip dan praktik yang dapat menawarkan beberapa solusi. Berkaca pada berbagai contoh dari seluruh dunia, termasuk
Gerakan <a href="https://www.navdanya.org/">Navdanya</a> yang berbasis di India (yang ia dirikan), Shiva menghadirkan agroekologi, tanah yang hidup, keanekaragaman hayati, dan pertanian skala kecil sebagai respons yang memperkuat kehidupan.</p>
<p>Petani berskala kecil di sebidang tanah kecil sudah menghasilkan 70% makanan dunia. Mereka benar-benar dapat memberi makan dunia.</p>
<p>Tantangannya kemudian – salah satu dari banyak yang ada – adalah bagaimana kita bisa menghidupkan prinsip-prinsip yang diadvokasi oleh <a href="https://humansandnature.org/vandana-shiva/">aktivis lingkungan yang telah memenangkan beberapa penghargaan</a>ini. Dalam konteks Australia, hal ini akan mencakup penanganan pendatang di masa kolonial yang kejam di mana sistem pertanian dan pangan Australia telah dibangun.</p>
<p><strong>Kristen Lyons</strong></p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/stories-from-the-sky-astronomy-in-indigenous-knowledge-33140">Stories from the sky: astronomy in Indigenous knowledge</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>4. <em>Fresh Banana Leaves: Healing Indigenous Landscapes through Indigenous Science</em> – Jessica Hernandez (2022)</h2>
<figure class="align-left ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/463167/original/file-20220516-14-jnmy35.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/463167/original/file-20220516-14-jnmy35.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=900&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/463167/original/file-20220516-14-jnmy35.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=900&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/463167/original/file-20220516-14-jnmy35.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=900&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/463167/original/file-20220516-14-jnmy35.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1131&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/463167/original/file-20220516-14-jnmy35.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1131&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/463167/original/file-20220516-14-jnmy35.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1131&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Api yang mengamuk, kekeringan yang parah, dan banjir yang belum pernah terjadi sebelumnya menunjukkan kekuatan dan teror dari bencana iklim. Saat kita diingatkan akan ketergantungan kita pada ekosistem yang sehat, banyak dari kita mencari cara berbeda untuk terhubung kembali dengan dunia di sekitar kita.</p>
<p>Dalam buku<a href="https://www.penguin.com.au/books/fresh-banana-leaves-9781623176051">Fresh Banana Leaves</a>, Jessica Hernandez menawarkan kepada kita sebuah konsep “ekologi kincentric”, di mana hubungan abadi antara masyarakat adat dan tempat adalah saling bergantungan.</p>
<p>Dia berpendapat bahwa “kita tidak terpisah dari alam” dan bahwa “Masyarakat Adat memandang sumber daya alam dan lingkungan mereka sebagai bagian dari kerabat dan komunitas mereka”.</p>
<p>Buku Hernandez menunjukkan kekuatan ilmu pengetahuan adat (dan kepemimpinan masyarakat adat) dalam membantu membawa kita semua kembali ke hubungan baik dengan alam. Dengan melakukan itu, dia memberi kita gambaran tentang masa depan yang terdekolonisasi, adil, dan berkelanjutan.</p>
<p><strong>Erin O'Donnell</strong></p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/engineers-have-built-machines-to-scrub-co-from-the-air-but-will-it-halt-climate-change-152975">Engineers have built machines to scrub CO₂ from the air. But will it halt climate change?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>5. <em>The Precipice</em> – Toby Ord (2020)</h2>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/463168/original/file-20220516-64792-yh8b8s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/463168/original/file-20220516-64792-yh8b8s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/463168/original/file-20220516-64792-yh8b8s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=906&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/463168/original/file-20220516-64792-yh8b8s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=906&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/463168/original/file-20220516-64792-yh8b8s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=906&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/463168/original/file-20220516-64792-yh8b8s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1139&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/463168/original/file-20220516-64792-yh8b8s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1139&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/463168/original/file-20220516-64792-yh8b8s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1139&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Di dalam bukunya <a href="https://theprecipice.com/"><em>The Precipice</em></a>, Toby Ord mempertimbangkan serangkaian “risiko eksistensial” yang dapat, dalam beberapa abad mendatang, membatasi potensi besar bagi perkembangan manusia dalam jangka panjang. Ini membuat saya sangat berharap tentang perubahan iklim karena tiga alasan.</p>
<p>Pertama, sementara mengakui bahwa perubahan iklim akan menyebabkan penderitaan besar, Ord hanya mengidentifikasi beberapa, skenario yang relatif tidak mungkin membuat umat manusia punah atau “terjebak” nyaris tidak bertahan hidup.</p>
<p>Kedua, ia mempertimbangkan berbagai risiko yang dihasilkan manusia dan alam yang menjadi perhatian yang lebih besar. Banyak dari risiko ini diperburuk oleh meningkatnya aksesibilitas teknologi canggih yang dulu hanya tersedia untuk kelompok elit, seperti teknologi <em>bio-engineering</em> dan kecerdasan buatan. Ini semua adalah risiko yang kita buat atau kita perlu bekerja sama untuk mengurangi dampaknya.</p>
<p>Ketiga, Ord membuat kasus yang meyakinkan bahwa kita memiliki banyak institusi, teknologi, dan alat kebijakan yang diperlukan untuk mengelola risiko eksistensial jangka panjang. Ada pekerjaan yang bisa kita semua lakukan sekarang untuk membantu. Perubahan iklim dapat memperburuk banyak risiko lainnya. Memecahkan masalah ini membutuhkan masalah yang lain pada saat yang sama.</p>
<p><em>The Precipice</em> meninggalkan seseorang dengan perasaan bahwa kita perlu menjadi manusia yang lebih baik untuk melewati abad-abad berikutnya, tetapi masa depan yang lebih cerah akan menanti kita. Jika kita mencapainya, kita akan pantas mendapatkannya, karena kita akan menggabungkan kekuatan dan kemakmuran kita dengan kedewasaan peradaban, kasih sayang, dan kebijaksanaan.</p>
<p><strong>Stefan Kaufman</strong></p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/friday-essay-trees-have-many-stories-to-tell-is-this-our-last-chance-to-read-them-161428">Friday essay: trees have many stories to tell. Is this our last chance to read them?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>6. <em>Trees and Global Warming: The Role of Forests in Cooling and Warming the Atmosphere</em> – William J. Manning (2020)</h2>
<figure class="align-left zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/462590/original/file-20220511-20-9iv5pe.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/462590/original/file-20220511-20-9iv5pe.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/462590/original/file-20220511-20-9iv5pe.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=852&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/462590/original/file-20220511-20-9iv5pe.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=852&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/462590/original/file-20220511-20-9iv5pe.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=852&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/462590/original/file-20220511-20-9iv5pe.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1070&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/462590/original/file-20220511-20-9iv5pe.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1070&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/462590/original/file-20220511-20-9iv5pe.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1070&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Saat iklim berubah dan Australia menghangat, pohon sering dilihat sebagai obat mujarab, tetapi, seperti yang selalu terjadi pada ekosistem, segalanya bisa menjadi rumit.</p>
<p>Seperti yang William J Manning katakan dalam buku <a href="https://www.cambridge.org/core/books/trees-and-global-warming/E09E2F9315E2621AD32987F0E778FEE4#fndtn-information"><em>Trees and Global Warming</em></a> pohon dapat menghangatkan sekaligus mendinginkan suasana. Warna daunnya (hijau terang atau gelap) mempengaruhi seberapa banyak radiasi yang diserap, ditransmisikan, dan dipantulkan, dan seberapa banyak mereka yang mendingin</p>
<p>Manning tidak melihat pohon dan hutan melalui kacamata optimis, tetapi melalui lensa ilmiah yang kuat. Pohon keluar sebagai pemenang dalam hal mengatasi perubahan iklim karena, dibudidayakan secara efektif, mereka dapat menaungi dan mendinginkan, mengurangi efek pulau panas perkotaan, menyerap karbon, dan banyak lagi.</p>
<p>Pohon adalah bagian penting, solusi hemat biaya dan berkelanjutan dari hidup dengan perubahan iklim. Kita harus melindungi pohon dan hutan yang kita miliki. Menanam lebih banyak pohon adalah bagian dari solusi cepat dan murah, menyediakan kota-kota yang lebih layak huni di seluruh benua kita.</p>
<p><strong>Greg Moore</strong></p>
<hr>
<p><em>Arina Apsarini dari Binus University menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/186708/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Euan G. Ritchie adalah Ketua Kelompok Kerja Media Masyarakat Ekologi Australia, Wakil Penyelenggara (Komunikasi dan Penjangkauan) untuk Jaringan Masyarakat dan Ilmu Pengetahuan Deakin, dan anggota Masyarakat Mamalia Australia.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Erin O'Donnell saat ini bekerja paruh waktu di pemerintah negara bagian Victoria. Dia menerima dana dari Federation of Victorian Traditional Owner Corporations dan Northern Land Council. Dia adalah anggota Dewan Birrarung, pengisi suara Sungai Birrarung/Yarra.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Kristen Lyons is affiliated with the Australian Greens.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Gregory Moore, Peter Christoff, dan Stefan Kaufman tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Kami meminta enam ahli untuk menominasikan buku-buku yang dapat membantu kami menghindari bencana lingkungan. Inilah yang mereka katakan.
Euan Ritchie, Professor in Wildlife Ecology and Conservation, Centre for Integrative Ecology, School of Life & Environmental Sciences, Deakin University
Erin O'Donnell, Early Career Academic Fellow, Centre for Resources, Energy and Environment Law, The University of Melbourne
Gregory Moore, Doctor of Botany, The University of Melbourne
Kristen Lyons, Professor, Environment and Development Sociology, The University of Queensland
Peter Christoff, Senior Research Fellow and Associate Professor, Melbourne Climate Futures initiative, The University of Melbourne
Stefan Kaufman, Senior Research Fellow, BehaviourWorks Australia, Monash Sustainable Development Institute, Monash University
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/180601
2022-04-06T05:11:55Z
2022-04-06T05:11:55Z
Laporan terbaru IPCC: kita sebenarnya sudah memiliki alat penangkal krisis iklim, saatnya tancap gas
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/456405/original/file-20220405-16-ituxiy.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Shutterstock</span> </figcaption></figure><p><em>Bagian kedua dari serial laporan asesmen iklim keenam IPCC. Baca juga tulisan pertama <a href="https://theconversation.com/laporan-terbaru-ipcc-dunia-berada-dalam-kondisi-terbaiknya-untuk-memangkas-emisi-bagaimana-caranya-180597">di sini</a>.</em></p>
<p>Umat manusia masih punya waktu untuk mencegah bencana pemanasan global. Menurut Panel Antar-pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), kita sudah memiliki berbagai perangkat untuk mengatasi krisis ini. Harganya murah pula.</p>
<p>Laporan asesmen iklim keenam (AR6) hasil kelompok kerja atau <em>working group</em> III telah merancang jalan yang pas untuk memangkas separuh emisi global pada 2030 mendatang. Dokumen yang digarap para ilmuwan dari berbagai belahan dunia ini berbasiskan laporan inventarisasi aksi-aksi iklim global.</p>
<p>Prediksi IPCC dalam laporan ini cukup menggembirakan ketimbang hasil asesmen sebelumnya. Sebab, langkah-langkah mitigasi yang termuat dalam laporan terbaru ini memungkinkan untuk dilakukan, berkat ongkos teknologi bersih yang sudah jauh menurun. </p>
<p>Namun, teknologi saja tak cukup. Kita membutuhkan kebijakan lanjutan agar penurunan emisi besar-besaran bisa menjadi kenyataan.</p>
<p>Dalam laporan IPCC terbaru, kami menyumbang kepakaran masing-masing. Dalam artikel ini, kami menggarisbawahi bagaimana langkah pengurangan emisi yang terbaik hingga 2030 mendatang. Tulisan juga menelaah dampak potensialnya. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="letters on blocks reading climate change/chance" src="https://images.theconversation.com/files/455814/original/file-20220401-19-uhtskc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/455814/original/file-20220401-19-uhtskc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=248&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/455814/original/file-20220401-19-uhtskc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=248&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/455814/original/file-20220401-19-uhtskc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=248&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/455814/original/file-20220401-19-uhtskc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=312&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/455814/original/file-20220401-19-uhtskc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=312&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/455814/original/file-20220401-19-uhtskc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=312&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Umat manusia masih punya waktu untuk menahan bencana pemanasan global.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Kerahkan segala daya dan upaya</h2>
<ul>
<li><em><strong>Frank Jotzo</strong>, penulis utama Bab 13 AR6 WG III: Kebijakan dan lembaga</em></li>
</ul>
<p>IPCC mengidentifikasi pengurangan emisi sangat bisa dilakukan sektor energi listrik bersih, agrikultur, kehutanan, serta alih fungsi lahan. Setelah itu semua diselesaikan, sektor industri dan transportasi bisa mulai berbenah.</p>
<p>Seiring dengan berubahnya kebutuhan konsumen, sektor bangunan, perkotaan, serta sektor produksi lainnya juga dapat berkontribusi untuk mengurangi emisi. </p>
<p>Biaya pemangkasan emisi untuk separuh dari sektor-sektor di atas juga cukup murah, hanya US$ 20 atau sekitar Rp 286 ribu. </p>
<p>IPCC memang tidak melakukan asesmen per negara. Tapi negara seperti Australia, misalnya, memiliki peluang yang besar. </p>
<p>Di Australia, transisi menuju listrik yang lebih bersih tengah berjalan. Tahap selanjutnya adalah dekarbonisasi sektor industri dan transportasi. Teknologi-teknologi yang bermunculan seperti ‘baja hijau’ dan hidrogen merupakan salah satu prospek industri bersih yang menjanjikan untuk pasar ekspor. </p>
<p>Penggunaan bahan bakar fosil akan memasuki masa senjanya, begitu pula dengan pemakaian batu bara yang terus menurun.</p>
<p>Negara yang memiliki lahan yang luas seperti Australia juga berpeluang besar untuk menyerap CO2 dari atmosfer melalui tumbuhan. Metode penyerapan CO2 secara kimiawi pun tampaknya bisa dilakukan pada masa depan.</p>
<p>Karena itulah, IPCC menyatakan negara-negara perlu menyiapkan paket kebijakan yang komprehensif agar pengurangan emisi yang tajam bukan mimpi semata.</p>
<p>IPCC juga menggarisbawahi pajak karbon dan skema perdagangan emisi merupakan kebijakan yang efektif. Regulasi lainnya, misalnya yang sokongan penelitian dan pengembangan teknologi mutakhir dan penghapusan subsidi bahan bakar fosil juga sangat bermanfaat untuk kelangsungan bumi.</p>
<p>Laporan ini juga menekankan kebutuhan kita untuk terus berinovasi dan menggalang pendanaan besar-besaran untuk aksi iklim.</p>
<p>Semua ini membutuhkan kebijakan pembangunan yang berkelanjutan, merata, dan melibatkan seluruh kelompok masyarakat. Harapannya, aksi-aksi iklim dapat menjadi gerakan arus utama, ditopang partisipasi aktif dari pelaku usaha.</p>
<p>Intinya, pesan dari IPCC adalah pemerintah negara-negara harus mengeluarkan seluruh daya dan upaya untuk menghadang perubahan iklim. Peluangnya sudah di mana-mana, perangkatnya juga sudah banyak tersedia.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="industrial scene at sunset" src="https://images.theconversation.com/files/455807/original/file-20220401-19520-uv463h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/455807/original/file-20220401-19520-uv463h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/455807/original/file-20220401-19520-uv463h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/455807/original/file-20220401-19520-uv463h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/455807/original/file-20220401-19520-uv463h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/455807/original/file-20220401-19520-uv463h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/455807/original/file-20220401-19520-uv463h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Kita membutuhkan kebijakan yang komprehensif untuk pemangkasan emisi besar-besaran.</span>
<span class="attribution"><span class="source">J. David Ake/AP</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Sumbangan dari sistem pangan</h2>
<ul>
<li><em><strong>Annette Cowie</strong>, penulis utama Bab 12: Pandangan lintas sektor</em></li>
</ul>
<p>Agar peluang mempertahankan suhu bumi sebesar 1,5°C semakin besar, maka dunia harus memasuki <em>net zero</em> alias keadaan impas emisi (kondisi emisi yang dikeluarkan dengan yang diserap di permukaan sama besar) pada 2050.</p>
<p>Sektor pertanian merupakan kontributor besar dalam emisi global. Meski begitu, laporan terbaru IPCC menyatakan peran vital sektor lahan untuk mencapai <em>net zero</em> melalui <a href="https://theconversation.com/the-morrison-government-wants-to-suck-co-out-of-the-atmosphere-here-are-7-ways-to-do-it-144941">penyerapan dan penyimpanan CO2</a> di pohon-pohon, dan manajemen pengelolaan karbon di tanah. <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/pdf/10.1111/gcbb.12885">Penggunaan biochar</a> atau bahan padat kaya karbon juga cukup menjanjikan.</p>
<p>Selain manfaat lingkungan, cara-cara di atas menjadi peluang tambahan bagi petani karena kesuburan tanah yang meningkat dan potensi pendapatan dari perdagangan karbon.</p>
<p>Aspek vital lainnya adalah sistem pangan. Metode produksi dan distribusi pangan kita menyumbang sekitar <a href="https://www.ipcc.ch/site/assets/uploads/sites/4/2021/02/08_Chapter-5_3.pdf">sepertiga</a> emisi gobal.</p>
<p>Terkait hal ini, laporan IPCC mengemukakan kontribusi individu terhadap iklim juga bisa signifikan melalui penerapan gaya hidup berkelanjutan, pola makan yang sehat, dan mencegah sampah makanan. Kita bisa memulai pola makan kaya pangan nabati, dengan asupan moderat dari daging dan produk berbasis susu.</p>
<p>Emisi langsung dari aktivitas produksi makanan juga bisa diatasi. Misalnya, kotoran hewan ternak dapat diolah menjadi <a href="https://www.nswfarmers.org.au/NSWFA/Posts/The_Farmer/Environment/The_power_of_pig_poo.aspx">biogas</a>. <a href="https://theconversation.com/feeding-cows-a-few-ounces-of-seaweed-daily-could-sharply-reduce-their-contribution-to-climate-change-157192">Bahan makanan alternatif untuk hewan ternak</a> bisa menjadi opsi yang menjanjikan untuk mengurangi <a href="https://www.dpi.nsw.gov.au/dpi/climate/Carbon-and-emissions/emissions-reduction-pathways/livestock-industries/methane_emissions">emisi metana</a>. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/455398/original/file-20220331-11-b8vw9u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="hand holding biochar" src="https://images.theconversation.com/files/455398/original/file-20220331-11-b8vw9u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/455398/original/file-20220331-11-b8vw9u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/455398/original/file-20220331-11-b8vw9u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/455398/original/file-20220331-11-b8vw9u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/455398/original/file-20220331-11-b8vw9u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=499&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/455398/original/file-20220331-11-b8vw9u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=499&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/455398/original/file-20220331-11-b8vw9u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=499&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Biochar dapat menyimpan karbon dan meningkatkan kesuburan tanah.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Mulailah perhatikan sektor transportasi</h2>
<ul>
<li><em><strong>Peter Newman</strong>, koordinator penulis utama dan _<strong>Jake Whitehead</strong></em> penulis utama Bab 10 AR6 WG III: Transportasi_</li>
</ul>
<p>Solusi teknologi untuk mengurangi emisi sektor energi, bangunan, perkotaan, transportasi, bahkan industri, telah tersedia. Salah satu solusinya adalah listrik berbasis panel surya maupun kincir angin – sebagai <a href="https://www.weforum.org/agenda/2021/07/renewables-cheapest-energy-source/">opsi listrik termurah</a>. </p>
<p>Ada juga teknologi <a href="https://news.mit.edu/2021/lithium-ion-battery-costs-0323">baterai</a> penyimpanan energi, transportasi berbasis listrik, dan teknologi ‘pintar’ yang dapat dipadukan untuk mencapai <em>net zero</em>.</p>
<p>Laporan IPCC menunjukkan, sepuluh tahun belakangan, ongkos panel surya per unitnya sudah turun 85%, kincir angin 55%, dan baterai 85%. Penurunan ini adalah peluang luar biasa dan tak pernah ada sebelumnya untuk dekarbonisasi.</p>
<p>Satu dekade sebelumnya, sektor transportasi selalu menjadi yang terlambat dalam sisi pengurangan emisi. Nah, temuan IPCC menyatakan teknologi saat ini sudah memungkinkan untuk mengubah tren itu. Listrik berbasis energi surya sudah bisa menyalakan mobil, motor, sepeda, bus, bahkan truk.</p>
<p>Kemajuan yang terus berlanjut pada industri baterai dan teknologi pengisian ulang dapat memungkinkan kendaraan truk-truk besar, bahkan <a href="https://www.youtube.com/watch?v=_3P_S7pL7Yg">pengelolaan jalan tol
</a> dapat berbasis listrik.</p>
<p>IPCC turut mengidentifikasi 60 aksi mobilitas pribadi yang dapat mengurangi emisi. Kontributor terbesarnya adalah berjalan kaki, bersepeda, penggunaan transportasi listrik, mengurangi perjalanan udara, hingga mengatur pola makan berbasis nabati.</p>
<p>Patut diingat bahwa teknologi tak bisa menjadi solusi tunggal pengurangan emisi sektor transportasi. Mobilitas di perkotaan harus lebih berorientasi pada transportasi umum, berjalan kaki, maupun bersepeda. Moda transportasi seperti layanan bus [berbasiskan permintaan atau <em>on demand</em>], <a href="https://www.youtube.com/watch?v=vMmpK3F_4k8">trem tanpa jalur</a>, dan kereta cepat dapat menyokong mobilitas masyarakat urban.</p>
<p>Pemerintah harus menyiapkan insentif untuk pasokan dan penggunaan sepeda listrik, skuter, mobil, truk, dan bus. Harapannya insentif tersebut dapat memacu individu maupun pelaku usaha untuk mengurangi emisi pribadinya.</p>
<p>Sementara, dekarbonisasi sektor penerbangan, pelayaran, sebagian industri dan sektor pertanian bakal mengandalkan <a href="https://energy-transitions.org/wp-content/uploads/2021/04/ETC-Global-Hydrogen-Report.pdf">hidrogen hijau</a> yang murah. Ini masih menjadi pekerjaan rumah, bahkan hingga dekade selanjutnya.</p>
<p>Pendanaan pemerintah bukan hanya penting untuk dekarbonisasi sektor transportasi, tapi juga dapat menciptakan peluang ekonomi lanjutan.</p>
<p>Pemerintah juga dapat menyokong penambangan sumber daya mineral yang penting, produksi kendaraan ramah lingkungan, maupun aspek ekonomi sirkular seperti pemakaian kembali (<em>reuse</em>) komponen kendaraan] maupun proses daur ulang kendaraan listrik.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="people cycling and walking" src="https://images.theconversation.com/files/455804/original/file-20220401-25-45qmu7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/455804/original/file-20220401-25-45qmu7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/455804/original/file-20220401-25-45qmu7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/455804/original/file-20220401-25-45qmu7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/455804/original/file-20220401-25-45qmu7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/455804/original/file-20220401-25-45qmu7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/455804/original/file-20220401-25-45qmu7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Kota-kota mesti memprioritaskan mobilitas berbasis transportasi publik, berjalan kaki, dan bersepeda.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Asanka Brendon Ratnayake/AAP</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Saatnya tancap gas</h2>
<p>Masih banyak potensi global yang belum dioptimalkan untuk mengurangi beban emisi bumi.</p>
<p>Kita mesti mengingat, bahwa peluang pengurangan emisi semakin hari semakin sempit. IPCC menekankan kembali bahwa dunia membutuhkan perubahan mendasar di sistem produksi maupun permintaan barang dan jasa.</p>
<p>Periode <em>business as usual</em> sudah semestinya ditinggalkan. Laporan IPCC membuktikan pandangan tersebut: aksi iklim yang mendesak benar-benar berada di tangan kita.</p>
<hr>
<p><em>Arunima Malik, Glen Peters, Jacqueline Peel, Thomas Wiedmann dan Xuemei Bai berkontribusi dalam artikel ini.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/180601/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Frank Jotzo adalah profesor di ANU Crawford School of Public Policy dan ANU Institute for Climate Energy & Disaster Solutions. Dia adalah penulis utama dan kontributor Ringkasan untuk Pembuat Kebijakan Laporan Penilaian ke-6 IPCC, dan penulis utama Laporan Penilaian ke-5. Dia telah memimpin proyek penelitian yang didanai oleh berbagai penyandang dana; tidak ada yang menyajikan konflik kepentingan tentang topik ini. Pemerintah Australia menyediakan dana untuk mendukung kegiatan terkait IPCC, sedangkan kegiatan penulis (dan semua penulis) untuk IPCC tidak dibayar.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Annette Cowie adalah Senior Principal Research Scientist di cabang iklim di Departemen Industri Primer NSW, selain perannya di UNE. Dia menerima dana penelitian dari pemerintah NSW dan Commonwealth program serta perusahaan penelitian dan pengembangan pedesaan. Dia adalah anggota Ilmu Tanah Australia dan penasihat Australia New Zealand Biochar Industry Group dan the Land Degradation Neutrality Fund.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Dr Jake Whitehead sedang cuti tidak dibayar dari perannya sebagai Peneliti di The University of Queensland. Dia adalah Penulis Utama Bab Transportasi AR6 untuk Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), anggota International Electric Vehicle Policy Council, dan Direktur Transmobility Consulting. Dia sebelumnya telah menerima dana pemerintah untuk beberapa proyek transportasi berkelanjutan, termasuk penelitian tentang kendaraan hidrogen dan listrik. Ia juga memegang posisi paruh waktu sebagai Head of Policy di Electric Vehicle Council.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Peter Newman AO adalah Profesor of Sustainability di Curtin University dan telah terlibat dalam laporan IPCC selama sepuluh tahun terakhir. Pemerintah Federal telah menyediakan dana perjalanan untuk pertemuan meskipun beberapa tahun terakhir semuanya online. Seperti semua penulis di IPCC, ini adalah kegiatan sukarela.</span></em></p>
Prospek pengurangan emisi global jauh lebih baik ketimbang laporan asesmen IPCC sebelumnya, berkat jatuhnya ongkos teknologi energi bersih.
Frank Jotzo, Professor, Crawford School of Public Policy and Head of Energy, Institute for Climate Energy and Disaster Solutions, Australian National University
Annette Cowie, Adjunct Professor, University of New England
Jake Whitehead, E-Mobility Research Fellow, The University of Queensland
Peter Newman, Professor of Sustainability, Curtin University
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/180597
2022-04-05T05:48:58Z
2022-04-05T05:48:58Z
Laporan terbaru IPCC: Dunia berada dalam kondisi terbaiknya untuk memangkas emisi, bagaimana caranya?
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/456286/original/file-20220405-15-e3qy6f.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Shutterstock</span> </figcaption></figure><p><em>Bagian pertama dari serial laporan asesmen iklim keenam IPCC. Baca juga tulisan lainnya <a href="https://theconversation.com/laporan-terbaru-ipcc-kita-sebenarnya-sudah-memiliki-alat-penangkal-krisis-iklim-bagaimana-cara-memakainya-180601">di sini.</a></em></p>
<p>Laporan asesmen keenam kelompok kerja III (AR6 WG III) Panel Antar-pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) menyatakan dunia memiliki kesempatan yang amat tipis untuk memangkas emisi gas rumah kaca. </p>
<p>Karena itu, upaya pemangkasan emisi harus benar-benar signifikan, dan dilakukan secara cepat oleh seluruh negara dan sektor manapun di dunia agar suhu bumi tak beranjak lebih panas lagi.</p>
<p>IPCC mengatakan, dibandingkan 2014 silam – ketika laporan asesmen sebelumnya dirilis – dunia sudah memiliki kesempatan yang lebih besar untuk memangkas emisi global. Namun karena waktu sudah berjalan jauh, aksi pemangkasan kali ini jauh lebih mendesak dibandingan delapan tahun lalu.</p>
<p>Adapun AR6 WG III adalah laporan asesmen IPCC terkait sejauh mana efektivitas solusi pemanasan global yang telah disusun oleh negara-negara. Masing-masing dari kami menyumbangkan pemikiran dan kepakaran dalam laporan ini. </p>
<p>Berikut ini adalah temuan-temuan kunci hasil analisis kami, serta bagaimana dampaknya kepada dunia.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="hamparan PLTS di pedesaan" src="https://images.theconversation.com/files/455514/original/file-20220331-21-42n8wn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/455514/original/file-20220331-21-42n8wn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/455514/original/file-20220331-21-42n8wn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/455514/original/file-20220331-21-42n8wn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/455514/original/file-20220331-21-42n8wn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=423&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/455514/original/file-20220331-21-42n8wn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=423&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/455514/original/file-20220331-21-42n8wn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=423&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Peluang untuk mengurangi emisi global secara terjangkau telah meningkat pesat.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Mick Tsikas/AAP</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Status bumi masih siaga satu</h2>
<ul>
<li><em><strong>Glen Peters</strong></em>, penulis utama Bab III AR6 WG III: Jalur-jalur mitigasi yang sesuai dengan target jangka panjang</li>
</ul>
<p>AR6 menyatakan bahwa sejak satu dekade silam, upaya pengurangan emisi global telah mengalami kemajuan. Pertumbuhan emisi hanya menyentuh angka 1,3% per tahun pada dekade 2010-an, atau lebih lambat dibandingkan pertumbuhan emisi tahunan pada dekade 2000-an sebesar 2,1%.</p>
<p>Walau begitu, akumulasi emisi global tetap menyentuh titik tertingginya. Jika ambisi iklim dalam kebijakan-kebijakan dunia tidak segera dinaikkan, maka pemanasan akan melampaui 1,5°C (dibanding era praindustri) dan terus naik hingga mencapai 2°C. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan target bersama yang tertuang dalam <a href="https://unfccc.int/process-and-meetings/the-paris-agreement/the-paris-agreement">Perjanjian Paris</a>.</p>
<p>Yang lebih meresahkan, kebijakan-kebijakan dunia saat ini justru masih berisiko memanaskan bumi sekitar 2,2 - 3.5°C dalam waktu 80 tahun. Angka ini memang jauh lebih baik ketimbang prediksi kenaikan 4°C atau lebih suhu bumi pada 10 tahun lalu, tapi tetap saja kebijakan tersebut melenceng dari tujuan Perjanjian Paris.</p>
<p>Kita masih memiliki peluang 50% untuk meredam pemanasan suhu bumi di angka 1,5°C pada akhir 2011. Syaratnya: 1) emisi CO2 global harus berkurang separuhnya pada 2030 mendatang, 2) mencapai <em>net zero</em> atau keadaan emisi yang impas (antara emisi yang dikeluarkan maupun yang diserap bumi) pada 2050, 3) dan menuju keadaan emisi negatif (emisi yang dikeluarkan lebih sedikit dibandingkan yang diserap).</p>
<p>Syarat lainnya adalah, emisi gas metana juga harus dikurangi separuhnya pada 2050.</p>
<p>Untungnya, IPCC menyatakan upaya memangkas separuh emisi global pada 2030 masih bisa dan layak dilakukan. Tapi langkah tersebut membutuhkan perubahan yang drastis dan ekstra di segala lini aktivitas manusia maupun negara-negara di dunia.</p>
<p>Negara-negara kaya harus menjadi pihak yang paling banyak memangkas emisi. Ini termasuk Australia karena <a href="https://www.industry.gov.au/data-and-publications/australias-long-term-emissions-reduction-plan">rencananya</a> untuk mencapai <em>net zero</em> pada 2050 masih belum sesuai harapan dan belum termuat dalam kebijakan.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="man between two TV screens displaying men's faces" src="https://images.theconversation.com/files/429284/original/file-20211029-24-xyu19o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/429284/original/file-20211029-24-xyu19o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/429284/original/file-20211029-24-xyu19o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/429284/original/file-20211029-24-xyu19o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/429284/original/file-20211029-24-xyu19o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/429284/original/file-20211029-24-xyu19o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/429284/original/file-20211029-24-xyu19o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Negara-negara kaya harus melaksanakan aksi iklim iklim terbesar.</span>
<span class="attribution"><span class="source">EPA</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Bukan cuma teknologi</h2>
<ul>
<li>_<strong>Tommy Wiedmann</strong>, penulis utama Bab 2 AR6 WG III: laju dan pemicu emisi global</li>
</ul>
<p>AR6 WG III menjadi semacam katalog komprehensif yang memuat daftar solusi agar perubahan iklim yang sangat merugikan kita semua bisa dihindari. Sayangnya, sebagian besar justru belum dilakukan.</p>
<p>Meski begitu, tren pertumbuhan emisi global tetap baik. Sekitar 36 negara berhasil memangkas emisi gas rumah kacanya selama 10 tahun belakangan. </p>
<p>Peluang untuk melakukan upaya pemangkasan emisi yang murah dan terjangkau juga sudah semakin banyak dibandingkan 2014 silam. Hal ini terjadi karena biaya produksi energi bersih yang jauh menurun, sehingga upaya pengurangan emisi di luar sektor energi – seperti pabrik dan transportasi berat – bisa dilakukan. Kami pernah menguraikan emisinya <a href="https://theconversation.com/ipcc-says-the-tools-for-climate-action-are-in-our-hands-so-lets-knuckle-down-179654">di sini</a>. </p>
<p>Namun, perubahan ini masih terlampau lambat. Laporan IPCC mengkonfirmasi aksi efisiensi energi yang terjadi selama satu dekade silam masih kalah cepat dibandingkan pertumbuhan ekonomi ataupun populasi dunia. </p>
<p>Patut diingat bahwa teknologi bukanlah kartu truf. Agar emisi global bisa dipangkas pada 2030, kita harus mengurangi penggunaan produk-produk dengan jejak karbon yang tinggi, serta memulai gaya hidup yang ramah lingkungan. Perubahan ini pun, seperti aksi-aksi iklim lainnya, tidak bisa dipisahkan satu sama lain.</p>
<p>Seperti di Australia, misalnya, yang memiliki banyak sumber daya energi bersih. Jika digunakan dengan baik, maka emisi domestiknya bisa jauh berkurang, bahkan bisa membantu persoalan emisi negara tetangga. Misalnya dengan mengekspor <a href="https://theconversation.com/to-really-address-climate-change-australia-could-make-27-times-as-much-electricity-and-make-it-renewable-179311">energi bebas emisi</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="ship at dock with cranes" src="https://images.theconversation.com/files/455508/original/file-20220331-19-2fuwhg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/455508/original/file-20220331-19-2fuwhg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=350&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/455508/original/file-20220331-19-2fuwhg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=350&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/455508/original/file-20220331-19-2fuwhg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=350&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/455508/original/file-20220331-19-2fuwhg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=439&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/455508/original/file-20220331-19-2fuwhg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=439&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/455508/original/file-20220331-19-2fuwhg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=439&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Australia dapat memanfaatkan ekspor energi tanpa emisi. Foto: sebuah kapal yang merupakan bagian dari proyek percontohan hidrogen antara Australia dan Jepang.</span>
<span class="attribution"><span class="source">AP</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Apakah Perjanjian Paris masih efektif?</h2>
<ul>
<li><em><strong>Jacqueline Peel</strong>, penulis utama Bab 14 AR6 WG III: Kerja sama internasional</em>**_</li>
</ul>
<p>Pada bagian awal, laporan IPCC kali ini mengevaluasi Perjanjian Paris yang sudah berlaku sejak 2020. Perjanjian ini menjadi wadah bagi negara-negara untuk melaporkan serta memperbarui komitmen pengurangan emisinya, serta langkah-langkah yang dilakukan untuk beradaptasi dengan perubahan iklim.</p>
<p>Supaya perjanjian ini bisa efektif dalam skala global, negara-negara berpendapatan tinggi mesti membantu negara lainnya untuk menyediakan pendanaan dan akses ke teknologi energi bersih. Bantuan-bantuan lainnya untuk pencapaian pengurangan emisi juga sangat diharapkan.</p>
<p>IPCC mengidentifikasi pendanaan iklim global sangat sedikit. Negara-negara maju tidak mampu mencapai targetnya untuk memobilisasi pendanaan senilai US$ 100 miliar atau Rp 1.435 triliun setahun, mulai 2020.</p>
<p>Perjanjian Paris merupakan kesepakatan yang mengikat, tapi komitmen iklimnya bersifat sukarela. Negara-negara peserta bisa seenaknya menetapkan target, dan tak bisa dipaksa untuk menaatinya. Jadi, sejauh mana efektivitasnya?</p>
<p>Menurut IPCC, perjanjian ini sebagian besar masih efektif, walau pelaksanaannya tak secepat yang diharapkan. Misalnya, perjanjian ini bisa memacu negara seperti Australia untuk mematok komitmen emisi yang lebih ambisius.</p>
<p>Perjanjian Paris juga memicu transparansi yang memungkinkan pihak-pihak di luar perjanjian, seperti organisasi masyarakat sipil, dapat menilai kemajuan aksi iklim suatu negara.</p>
<p>Mekanisme internasional lainnya, seperti kemitraan bisnis global, aksi iklim kaum muda, juga turut membawa perubahan.</p>
<p>Namun, kita butuh upaya yang lebih banyak untuk memangkas separuh emisi pada akhir 2030 ini.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/259050/original/file-20190214-1733-1tdsdqt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/259050/original/file-20190214-1733-1tdsdqt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/259050/original/file-20190214-1733-1tdsdqt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/259050/original/file-20190214-1733-1tdsdqt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/259050/original/file-20190214-1733-1tdsdqt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/259050/original/file-20190214-1733-1tdsdqt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/259050/original/file-20190214-1733-1tdsdqt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/259050/original/file-20190214-1733-1tdsdqt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Aksi mogok sekolah dapat mendorong aksi iklim suatu negara.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/160136040@N02/32239704098/in/album-72157702588105781/">Julian Meehan</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Kawasan perkotaan amat vital</h2>
<ul>
<li><em><strong>Xuemei Bai</strong>, penulis utama Chapter 8: Sistem perkotaan dan permukiman lainnya</em></li>
</ul>
<p>Laporan IPCC menyatakan sekitar 70% emisi CO2 dunia dihasilkan di kawasan perkotaan maupun penyangga. Temuan ini dapat menjadi tantangan sekaligus peluang bagi pengurangan emisi.</p>
<p>Sejauh ini, <a href="https://unfccc.int/climate-action/race-to-zero-campaign">lebih dari 800</a> kota di seluruh dunia telah menyepakati target net zero. Banyak pula kota yang berlokasi di Australia.</p>
<p>Untuk memenuhi mandat Perjanjian Paris, kota-kota harus menaikkan ambisinya serta bekerja keras untuk mencapai target: 100% energi terbarukan, transportasi nol karbon, dekarbonisasi sektor konstruksi, serta meningkatkan pengelolaan sampah.</p>
<p>Negara-negara berkembang mengalami arus urbanisasi yang sangat cepat, sehingga membutuhkan lebih banyak perumahan baru serta infrastruktur pendukungnya. IPCC mewanti-wanti pembangunan tersebut, jika dilakukan tanpa pertimbangan yang berkelanjutan, justru berisiko melonjakkan emisi.</p>
<p>Para pemimpin-pemimpin kota harus mengadopsi sistem perencanaan dan penataan yang sesuai dengan tantangan iklim saat ini. Pemerintahan kota harus mencapai hal tersebut tanpa mengurangi upaya pemenuhan kesejahteraan sosial, ekonomi, maupun lingkungan.</p>
<p>Seluruh pihak harus bekerja sama: kelompok masyarakat, pelaku usaha, para ilmuwan, maupun penduduk lainnya.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/455402/original/file-20220331-22-956hu7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Hotel with plants down face" src="https://images.theconversation.com/files/455402/original/file-20220331-22-956hu7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/455402/original/file-20220331-22-956hu7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/455402/original/file-20220331-22-956hu7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/455402/original/file-20220331-22-956hu7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/455402/original/file-20220331-22-956hu7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/455402/original/file-20220331-22-956hu7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/455402/original/file-20220331-22-956hu7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Kita membutuhkan kota yang lebih hijau dengan emisi yang lebih rendah.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Kejar peluang iklim ini</h2>
<p>Laporan IPCC AR6 WG III ini menunjukkan bahwa pilihan yang kita ambil akan menentukan nasib generasi mendatang – sekaligus kehidupan lainnya di muka bumi.</p>
<p>Manusia sudah banyak melewatkan begitu banyak kesempatan untuk menstabilkan iklim bumi. Kali ini, kita punya kesempatan untuk menebus ‘dosa’ masa lalu.</p>
<p>Upaya perbaikan ini hanya bisa berhasil jika dilandasi langkah yang harmonis dari seluruh sektor dan negara, secepat mungkin.</p>
<hr>
<p>_Annette Cowie, Frank Jotzo, Jake Whitehead and Peter Newman berkontribusi dalam penulisan artikel ini.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/180597/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Thomas Wiedmann menerima pendanaan dari pemerintah Australia, Departemen Industri, Sains, Energi, dan Sumber Daya Alam, serta dari the Australian Research Council.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Arunima Malik menerima pendanaan dari pemerintah Australia, Departemen Industri, Sains, Energi, dan Sumber Daya Alam, serta dari the Australian Research Council.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Glen Peters menerima dana dari program inovasi European Union’s Horizon 2020 dalam kesepakatan hibah Nos. 821003 (4C), 776810 (VERIFY), 820846 (PARIS REINFORCE), and 958927 (CoCO2).</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Jacqueline Peel menerima pendanaan dari Departemen Industri, Sains, Energi, dan Sumber Daya Pemerintah Australia, dan dan Australian Research Council untuk proyek hukum dan kebijakan iklim.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Xuemei Bai menerima pendanaan dari Departemen Industri, Sains, Energi, dan Sumber Daya Pemerintah Australia, the National Health and Medical Research Council (NHMRC), The Future Earth, dan Australian National University. Dia juga terafiliasi dengan Earth Commission.</span></em></p>
Kita hanya memiliki satu kesempatan terakhir untuk meredam pemanasan bumi tak lebih dari 1.5°C.
Thomas Wiedmann, Professor of Sustainability Research, UNSW Sydney
Arunima Malik, Senior Lecturer in Sustainability, University of Sydney
Glen Peters, Research Director, Center for International Climate and Environment Research - Oslo
Jacqueline Peel, Director, Melbourne Climate Futures, The University of Melbourne
Xuemei Bai, Distinguished Professor, Australian National University
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/170883
2021-10-29T11:30:34Z
2021-10-29T11:30:34Z
“Neraka pada 2050”: krisis iklim isu hidup mati bagi generasi muda
<iframe src="https://open.spotify.com/embed/episode/2jLamnDWDLZ8WbV5KYKCtz" width="100%" height="232" frameborder="0" allowfullscreen="" allow="autoplay; clipboard-write; encrypted-media; fullscreen; picture-in-picture"></iframe>
<p>Pada akhir Oktober ini, dunia akan bertemu dalam <a href="https://www.pbs.org/newshour/science/how-global-climate-negotiations-work-and-what-to-expect-from-the-cop26-summit-in-glasgow">Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (disebut COP) yang ke-26</a> di Glasgow, Skotlandia untuk membahas komitmen terbaru setiap negara untuk mengatasi krisis iklim.</p>
<p>Jika dunia terus menghasilkan emisi gas rumah kaca dan membiarkan perubahan iklim, suhu bumi <a href="https://www.theguardian.com/environment/ng-interactive/2021/oct/14/climate-change-happening-now-stats-graphs-maps-cop26">bisa melebihi 2°C</a> (dihitung sejak revolusi industri) antara tahun 2030-2050 – dengan <a href="https://theconversation.com/this-is-the-most-sobering-report-card-yet-on-climate-change-and-earths-future-heres-what-you-need-to-know-165395">konsekuensi yang luar biasa</a> bagi umat manusia.</p>
<p>Namun, pada tahun 2050, salah satu pihak yang akan paling merasakan dampak dari krisis iklim adalah generasi muda yang hidup saat ini.</p>
<p>Pada tahun tersebut, generasi muda berpotensi merasakan apa yang disebut Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sebagai “<a href="https://twitter.com/antonioguterres/status/1443704909300371457?s=20">masa depan layaknya neraka</a>” – kekurangan pangan, berbagai kota tenggelam, hingga kebakaran hutan yang terjadi terus menerus.</p>
<p>Untuk membedah hal ini dengan lebih dalam, pada episode podcast SuarAkademia kali ini, kami ngobrol dengan <a href="https://researchers.anu.edu.au/researchers/astuti-rx">Rini Astuti</a>, peneliti iklim di Australian National University (ANU).</p>
<p>Rini menceritakan <a href="https://theconversation.com/this-is-the-most-sobering-report-card-yet-on-climate-change-and-earths-future-heres-what-you-need-to-know-165395">kondisi terkini</a> parahnya krisis iklim di dunia, konsekuensinya pada generasi muda di beberapa dekade ke depan, <a href="https://theconversation.com/young-climate-activists-have-far-more-power-than-they-realise-170537">aktivisme anak muda</a> yang bermunculan di seluruh dunia, hingga langkah yang bisa diambil untuk menjamin terlibatnya suara anak muda dalam pembautan kebijakan terkait iklim.</p>
<p>Simak lengkapnya di SuarAkademia – ngobrol isu terkini, bareng akademisi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/170883/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Pada episode kali ini, kami ngobrol dengan Rini Astuti, peneliti iklim di Australian National University tentang bagaimana generasi muda akan merasakan dampak terparah krisis iklim pada tahun 2050.
Luthfi T. Dzulfikar, Youth + Education Editor
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/168077
2021-09-16T08:06:18Z
2021-09-16T08:06:18Z
Riset baru: pemulihan lapisan ozon turut meredam emisi CO₂ di atmosfer
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/421496/original/file-20210916-21-q0rfwj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption"></span> </figcaption></figure><p>Pada musim semi 2060, seorang bocah dengan topi lebar, kacamata hitam, dan kulit yang hanya sedikit terlindungi oleh sisa-sisa krim tabir surya (<em>sunscreen</em>) miliknya, tengah menatap hutan di seberang rumah.</p>
<p>Pepohonan itu terlihat kurus dan nyaris gersang. Pemandangannya jauh berbeda dengan yang pernah ia lihat sebelumnya di foto-foto lawas milik keluarganya. </p>
<p>Sang anak lalu menyadari, ia tidak bisa berlama-lama di luar rumah. Di ponselnya, indikator sinar ultraviolet (UV) sudah menembus 20 – empat kali lipat dari batas wajar sehingga <a href="https://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/causes-of-cancer/sun-uv-and-cancer/the-uv-index-">berisiko tinggi merusak kulit.</a>. Bocah itu kemudian buru-buru masuk ke rumah setelah lima menit berada di luar.</p>
<p>Syukurlah, ini bukan masa depan kita. Berkat upaya global yang dilakukan sejak tahun 80-an, <a href="https://ozone.unep.org/20-questions-and-answers">lapisan ozon</a> yang sempat menganga berhasil dipulihkan. Lapisan ini punya peran penting menyerap sinar UV matahari yang berbahaya. </p>
<p>Pada pertengahan 1970-an, para ilmuwan menyimpulkan bahwa kerusakan lapisan ozon terkait erat dengan lonjakan penggunaan <a href="https://gml.noaa.gov/hats/publictn/elkins/cfcs.html">senyawa organik klorofluorokarbon (CFC).</a> Senyawa ini kerap digunakan untuk mendinginkan kulkas, maupun pendorong (propelan) dalam kaleng aerosol.</p>
<p>Menyadari temuan itu, pemimpin negara-negara di dunia pun berkumpul dan menyepakati <a href="https://theconversation.com/uk/topics/montreal-protocol-3788">Protokol Montreal</a> pada 1987 untuk melarang produksi maupun penggunaan CFC. Perjanjian itu kemudian diperkuat dengan berbagai amandemen, dan saat ini telah diratifikasi oleh 197 negara dunia. </p>
<p>Saat ini, tingkat CFC di atmosfer <a href="https://agage.mit.edu/data/agage-data">telah mengalami penurunan</a>. Perlahan-lahan, lapisan ozon <a href="https://csl.noaa.gov/assessments%20/ozone/2018/twentyquestions/#topics-5">kembali pulih</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Tumpukan sampah kaleng aerosol." src="https://images.theconversation.com/files/416732/original/file-20210818-23-1f52akf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/416732/original/file-20210818-23-1f52akf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/416732/original/file-20210818-23-1f52akf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/416732/original/file-20210818-23-1f52akf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/416732/original/file-20210818-23-1f52akf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/416732/original/file-20210818-23-1f52akf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/416732/original/file-20210818-23-1f52akf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">CFC banyak digunakan karena tak beracun dan tak mudah terbakar sehingga aman digunakan untuk keperluan rumah tangga hingga perawatan rambut.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/circa-1990-bucket-full-empty-aerosol-106925534">Joseph Sohm/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tapi, apa yang terjadi jika Protokol Montreal tidak pernah disepakati? Bagaimana kondisi dunia selanjutnya? </p>
<p>Pertanyaan itu adalah subjek <a href="https://www.nature.com/articles/s41586-021-03737-3">studi baru</a> yang saya pimpin dengan tim peneliti internasional.</p>
<p>Para ilmuwan sebelumnya telah menunjukkan bahwa atmosfer dengan lapisan ozon yang tipis akan meningkatkan radiasi sinar UV sehingga beroptensi menimbulkan ribuan <a href="http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1751-1097.2012.01223.x/full">kasus kanker kulit</a>. Efek lainnya adalah <a href="https://www.pnas.org/content/104/12/4814">pemanasan iklim yang lebih parah</a> karena CFC, di antaranya karbon dioksida (CO₂), juga merupakan gas rumah kaca.</p>
<p>Nah, riset kami berfokus pada apa yang dapat terjadi pada tumbuhan.</p>
<p>Seperti manusia, tumbuhan akan rusak ketika <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/000527289090156X">terpapar tingkat UV yang tinggi</a>. Tumbuhan menyerap CO₂ saat tumbuh. Namun, saat radiasi UV meningkat 10%, <a href="https://pubs.rsc.org/en/content/articlelanding/2011/pp/c0pp90035d/">tanaman justru menghasilkan 3% lebih sedikit biomassa</a> sehingga kemampuan penyerapan karbonnya berkurang.</p>
<p>Tanpa Protokol Montreal, kami menaksir tingkat UV rata-rata global akan 4,5 kali lebih tinggi di akhir abad ini. Kami juga memperkirakan, pada 2050, radiasi sinar UV di Eropa, Asia, dan Amerika Utara akan lebih tinggi ketimbang radiasi di daerah tropis saat ini.</p>
<p>Artinya, akan lebih banyak CO₂ dari aktivitas manusia yang naik ke atmosfer ketimbang terperangkap di dalam tanaman dan tanah. Fernomena itu akan mempercepat pemanasan global.</p>
<h2>Dunia tanpa Protokol Montreal</h2>
<p>Kami melakukan simulasi komputer dan menyusun model iklim bumi, susunan kimia di atmosfer, vegetasi dan siklus karbon – untuk dua kondisi dunia yang berbeda.</p>
<p>Simulasi pertama berdasarkan asumsi bahwa <a href="https://www.nature.com/articles/249810a0">makalah tahun 1974</a> yang mengandung temuan ilmiah penting tentang bahaya CFC, tidak pernah dipublikasikan, sehingga penggunaannya meningkat <a href="http://www.pnas.org/cgi/doi/10.1073/pnas.0610328104">3% per tahun</a>. </p>
<p>Sedangkan dalam simulasi kedua, tingkat CFC di dunia berhasil dikendalikan dan lapisan ozon pulih. Kondisi itu adalah keadaan dunia kita saat ini.</p>
<p>Di luar tingkat CFC yang berbeda, simulasi dua dunia itu cukup identik. Keduanya sama-sama memiliki laju CO₂ dan emisi gas rumah kaca berdasarkan <a href="https://ar5-syr.ipcc.ch/topic_futurechanges.php#box_2_2">skenario tingkat menengah</a> terkait kondisi bumi pada abad ke-21. Skenario ini – yang salah satunya memprediksi kadar CO₂ melebihi 40 gigaton per tahun – juga digunakan dalam <a href="https://theconversation.com/ipcc-report-how-to-make-global-emissions-peak-and-fall-and-whats-stopping-us-165830">Laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC)</a>.</p>
<p>Pada kondisi dunia di mana kadar CFC terkendali, <a href="https://theconversation.com/this-is-the-most-sobering-report-card-yet-on-climate-change%20-dan-bumi-masa%20depan-inilah-apa-yang-perlu-Anda-tahu-165395">iklim bumi di masa depan akan lebih hangat</a>, suhu global meningkat, dan semua <a href="https://theconversation.com/3-dangers-of-rising-temperatures-that-could-affect-your-health-now-105028">konsekuensi negatifnya pun terjadi</a>. Namun, pada 2050, lapisan ozon dapat pulih ke kondisi yang jauh lebih baik. </p>
<p>Sementara, berdasarkan simulasi dunia di mana kadar CFC tidak terkendali, <a href="https://www.earthobservatory.nasa.gov/features/WorldWithoutOzone">lapisan ozon menipis secara drastis</a>. Pada akhir abad ini, lubang ozon akan menganga di mana-mana – tak hanya di <a href="https://earthobservatory.nasa.gov/world-of-change/Ozone">Antartika</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Citra satelit belahan bumi selatan yang menggambarkan tingkat ozon di atmosfer." src="https://images.theconversation.com/files/416580/original/file-20210817-15-pzobqj.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/416580/original/file-20210817-15-pzobqj.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/416580/original/file-20210817-15-pzobqj.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/416580/original/file-20210817-15-pzobqj.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/416580/original/file-20210817-15-pzobqj.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/416580/original/file-20210817-15-pzobqj.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/416580/original/file-20210817-15-pzobqj.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Lubang ozon Antartika tercatat paling besar pada September 2006.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://en.wikipedia.org/wiki/Montreal_Protocol#/media/File:NASA_and_NOAA_Announce_Ozone_Hole_is_a_Double_Record_Breaker.png">NASA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Selain itu, pada dekade 2050-an, akibat radiasi sinar UV yang parah, tanaman di dunia dengan tingkat emisi CFC yang terus meningkat, hanya mampu menyerap setengah emisi karbon dibandingkan di dunia yang memiliki kadar CFC terkendali.</p>
<p>Tingkat penyerapan tanaman di dunia dengan CFC tinggi akan terus menurun hingga melebihi 85 persen pada akhir abad ini. Penurunan tersebut memperbanyak kadar CO2 di atmosfer hingga 30% sehingga dapat menambah 0,8°C suhu global.</p>
<p>Nah, tambahan 0,8°C ini cukup untuk menaikkan suhu dunia saat ini (sekitar 1°C di atas rata-rata sebelum revolusi industri) menjadi melebihi target paling ambisius dalam Perjanjian Paris, yakni 1,5°C pada akhir 2100.</p>
<p>Bahkan, selain 0,8°C tersebut juga ada tambahan kenaikan 1,7°C akibat efek rumah kaca dari CFC itu sendiri. Ini berarti Protokol Montreal mampu mencegah total tambahan suhu global sebesar 2,5°C, beserta segala hal yang lebih mengerikan yang bisa terjadi di masa depan.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/416738/original/file-20210818-13-7c7vgh.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Empat peta dunia berbeda yang menggambarkan penurunan penyerapan karbon oleh tanaman di abad ke-21." src="https://images.theconversation.com/files/416738/original/file-20210818-13-7c7vgh.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/416738/original/file-20210818-13-7c7vgh.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=376&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/416738/original/file-20210818-13-7c7vgh.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=376&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/416738/original/file-20210818-13-7c7vgh.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=376&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/416738/original/file-20210818-13-7c7vgh.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=473&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/416738/original/file-20210818-13-7c7vgh.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=473&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/416738/original/file-20210818-13-7c7vgh.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=473&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Tanaman akan menyerap lebih sedikit karbon di seluruh dunia pada akhir abad ke-21 jika penggunaan CFC terus berlanjut.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.nature.com/articles/s41586-021-03737-3">Young et al. (2021)/Nature</a>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Meskipun dunia tersebut bisa dihindari, ancaman kerusakan lapisan ozon masih ada.</p>
<p>Pasalnya, ada ilmuwan yang mendukung upaya mitigasi pemanasan global melalui penyuntikan partikel aerosol sulfat ke stratosfer, atau sering disebut <a href="https://theconversation.com/should-we-engineer-the-climate-a-social-scientist-and-natural-scientist-discuss-104516">‘<em>stratospheric sulphate geoengineering</em>’</a>. Teknik rekayasa atmosfer ini terinspirasi dari
efek pendinginan global yang sempat terjadi akibat <a href="https://www.usgs.gov/natural-hazards/volcano-hazards/volcanoes-can-affect-climate">letusan gunung berapi besar.</a> </p>
<p>Masalahnya, teknik itu berbahaya karena dapat <a href="https://science.sciencemag.org/content/320/5880/1201.abstract">merusak lapisan ozon</a>. Studi kami pun menunjukkan bahwa metode rekayasa itu harus dievaluasi secara komprehensif, terutama menyangkut dampaknya kepada ekosistem di seluruh penjuru bumi (biosfer). </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/magnet-bumi-pernah-berhenti-42-000-tahun-lalu-dan-menyebabkan-perubahan-iklim-besar-besaran-156426">Magnet Bumi pernah berhenti 42.000 tahun lalu dan menyebabkan perubahan iklim besar-besaran</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Sejauh ini, Protokol Montreal telah efektif mengendalikan emisi gas rumah kaca yang sangat kuat seperti CFC. Upaya global bersama itu juga berhasil melindungi kelangsungan tumbuhan di muka bumi sehingga kenaikan CO2 bisa diredam.</p>
<p>Protokol ini akan terus menjadi panutan dan contoh baik bagaimana mmewujudkan perjanjian iklim yang sukses.</p>
<p>Sayangnya, metode yang sama belum tentu bisa diterapkan dalam <a href="https://ukcop26.org/">negosiasi iklim yang sedang diupayakan saat ini</a>. Sebab, upaya memulihkan ozon melalui pengurangan CFC – di mana produksi CFC hanya dilakukan segelintir perusahaan, dan zat kimia alternatif yang bisa menggantikannya juga banyak – jauh lebih mudah dibanding upaya kita saat ini untuk mengurangi emisi dari bahan bakar fossil.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/168077/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Paul Young menerima dana dari Engineering and Physical Sciences Research Council. </span></em></p>
Studi menunjukkan bagaimana Protokol Montreal melindungi vegetasi, membantu menjaga karbon keluar dari atmosfer.
Paul Young, Senior Lecturer in Atmospheric and Climate Science, Lancaster University
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/167437
2021-09-09T06:28:56Z
2021-09-09T06:28:56Z
Curious Kids: bagaimana keadaan Bumi 500 tahun ke depan?
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/419693/original/file-20210907-13-xdwavv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C15%2C5130%2C3402&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Bumi dan apa yang ada di permukaannya terus berubah.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/photo/china-guangxi-province-girl-looking-at-globe-in-royalty-free-image/200512222-001">Buena Vista Images via Getty Images</a></span></figcaption></figure><p><a href="https://theconversation.com/id/topics/curious-kids-83797"><img src="https://images.theconversation.com/files/386375/original/file-20210225-21-1xfs1le.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=90&fit=crop&dpr=2" width="100%"></a></p>
<blockquote>
<p>Bagaimana keadaan Bumi pada 500 tahun yang akan datang? — Lotte, Brookline, Massachusetts</p>
</blockquote>
<hr>
<p>Para ilmuwan dapat memperkirakan masa depan dengan cukup akurat. Namun, memprediksi kondisi Bumi 500 tahun dari sekarang adalah tugas yang sulit karena ada banyak faktor yang berperan. Bayangkan Christopher Columbus pada 1492 mencoba memprediksi Amerika hari ini!</p>
<p>Kita tahu bahwa ada dua jenis proses utama yang mengubah planet kita: satu melibatkan siklus alami, seperti cara planet berputar dan bergerak mengelilingi Matahari, dan yang lainnya disebabkan oleh bentuk kehidupan, terutama manusia.</p>
<h2>Bumi sedang bergerak</h2>
<p>Bumi terus berubah.</p>
<p>Bumi <a href="https://earthobservatory.nasa.gov/features/Milankovitch">bergerak</a>, <a href="https://climate.nasa.gov/news/2948/milankovitch-orbital-cycles-and-%20mereka-role-in-earths-climate/">sudut kemiringannya</a> bergeser, bahkan <a href="https://www.nature.com/articles/s41561-020-0621-2">orbitnya berubah</a> – dan membawa Bumi lebih dekat atau lebih jauh dari Matahari. Perubahan ini terjadi selama puluhan ribu tahun, dan perubahan ini <a href="https://doi.org/10.1063/PT.3.4474">menyebabkan adanya zaman es</a>.</p>
<p>Dalam geologi, lima ratus tahun bukanlah waktu yang lama.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/qKY7AN3tB_s?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Bagaimana orbit Bumi mempengaruhi kehidupan di permukaan planet.</span></figcaption>
</figure>
<h2>Manusia mengubah bumi</h2>
<p>Makhluk hidup merupakan pengaruh terbesar kedua atas perubahan di Bumi. Efek kehidupan di planet ini sulit diprediksi. Bila mengganggu satu bagian dari ekosistem, akan banyak hal lain berantakan.</p>
<p>Manusia mengubah Bumi dalam banyak cara.</p>
<p>Manusia <a href="https://research.wri.org/gfr/forest-extent-indicators/forest-loss">menebang hutan</a> dan menghancurkan habitat satwa liar penting untuk membangun kota dan menumbuhkan tanaman. Mereka memindahkan spesies invasif dan <a href="https://www.usgs.gov/faqs/what-are-zebra-mussels-and-why-should-we-care-about-them?qt-news_science_products%20=0#qt-news_science_products">mengganggu ekosistem</a>.</p>
<p>Manusia juga <a href="https://climate.nasa.gov/causes/">berkontribusi pada pemanasan global</a>. Orang-orang menyebabkan perubahan iklim, sebagian besar dengan membakar bahan bakar fosil yang melepaskan lebih banyak gas rumah kaca ke atmosfer.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/FSBydPkLEII?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Bagaimana manusia turut menciptakan pemanasan global.</span></figcaption>
</figure>
<p>Normalnya, gas rumah kaca memerangkap panas dari Matahari – persis seperti rumah kaca, membuat Bumi lebih hangat daripada yang seharusnya. Itu semua berguna – namun jadi berbahaya bila jumlah panasnya terlalu banyak.</p>
<p>Bila <a href="https://keelingcurve.ucsd.edu/">terlalu banyak karbondioksida</a>, suhu meningkat, dan dapat menyebabkan hari-hari musim panas menjadi sangat panas dan es di <a href="https://grace.jpl.nasa.gov/resources/30/greenland-ice-loss-2002-2020/">Greenland</a> dan <a href="https://climate.nasa.gov/climate_resources/265/video-antarctic-ice-mass-loss-2002%20-2020/">Antartika</a> mencair. Lapisan es yang mencair meningkatkan tinggi permukaan air laut, menyebabkan <a href="https://theconversation.com/high-tide-flood-risk-is-accelerating-putting-coastal-economies-at-risk-164481">daerah pesisir banjir</a>.</p>
<p>Itulah yang sedang dihadapi Bumi saat ini. Perubahan ini dapat mengubah planet Bumi di 500 tahun ke depan, dan semua itu tergantung pada seberapa besar keinginan manusia untuk mengubah kebiasaan mereka. </p>
<p>Bumi yang memanas juga dapat menyebabkan cuaca ekstrem seperti <a href="https://www.epa.gov/climate-indicators/climate-change-indicators-heat-waves">gelombang panas</a>, <a href="https://theconversation.com/the-2020-atlantic-hurricane-season-was-a-record-breaker-and-its-raising-more-concerns-about-climate-change-150495">badai</a> dan <a href="https://theconversation.com/another-dangerous-fire-season-is-looming-in-the-western-u-s-and-the-drought-stricken-region-is-headed-for-a-water-crisis-160848">kekeringan</a> yang dapat mengubah permukaan Bumi. Semua bentuk kehidupan di Bumi terancam.</p>
<h2>Belajar dari 500 tahun terakhir</h2>
<p>Menengok 500 tahun ke belakang, <a href="https://yalebooks.yale.edu/book/9780300206111/biodiversity-and-climate-change">wilayah kehidupan dari Bumi</a>, yang disebut biosfer, telah berubah secara dramatis.</p>
<p>Jumlah manusia telah meningkat, dari <a href="https://www.census.gov/data/tables/time-series/demo/international-programs/historical-est-worldpop.html">sekitar 500 juta orang</a> menjadi lebih dari 7,5 miliar hari ini. <a href="https://www.iucn.org/sites/dev/files/import/downloads/species_extinction_05_2007.pdf">Lebih dari 800</a> spesies tumbuhan dan hewan telah punah karena aktivitas manusia selama periode tersebut. </p>
<p>Seiring bertambahnya populasi manusia, <a href="https://www.jstor.org/stable/24105996">spesies lain memiliki ruang lebih sedikit</a> untuk hidup. Kenaikan permukaan laut berarti lebih sedikit daratan, dan kenaikan suhu akan membuat banyak spesies bermigrasi ke iklim yang lebih baik.</p>
<p>Tidak semua perubahan Bumi disebabkan oleh manusia, tapi manusia telah memperburuk beberapa di antaranya. Tantangan utama saat ini adalah membuat orang berhenti melakukan hal-hal yang menimbulkan masalah, seperti membakar bahan bakar fosil yang telah secara langsung mengubah iklim. Ini adalah salah satu masalah global yang mengharuskan negara-negara di seluruh dunia dan orang-orang di dalamnya untuk bersatu dan mengusahakan gerakan untuk tujuan yang sama.</p>
<p>Kembali ke Christopher Columbus, ia mungkin tidak bisa membayangkan jalan raya yang penuh dengan mobil atau ponsel. Maka teknologi pun pasti akan meningkat pada 500 tahun ke depan. Namun sejauh ini, teknologi belum berkembang cukup cepat untuk mengatasi perubahan iklim. Membiarkan semua terjadi seperti biasa dan sekadar mengharapkan orang lain untuk memperbaiki kekacauan ini, hanya akan menciptakan risiko – <a href="https://theconversation.com/why-we-cant-reverse-climate-change-with-negative-emissions%20-teknologi-103504">ini semua adalah pertaruhan besar</a>.</p>
<p>Jadi, Bumi dalam 500 tahun ke depan mungkin besar tidak bisa dikenali. Kecuali bila manusia memiliki keinginan untuk mengubah perilaku maka Bumi akan bertahan bersama dengan hutan, lautan, ladang, dan kota-kota yang semarak selama berabad-abad ke depan bersama dengan penghuninya yang paling maju, yaitu umat manusia.</p>
<hr>
<p><em>Apakah kamu punya pertanyaan yang ingin ditanyakan ke ahli? Minta bantuan ke orang tua atau orang yang lebih dewasa untuk mengirim pertanyaanmu pada kami</em>.</p>
<p><em>Ketika mengirimkan pertanyaan, pastikan kamu sudah memasukkan nama pendek, umur, dan kota tempat tinggal. Kamu bisa:</em></p>
<ul>
<li><em>mengirimkan email ke <a href="mailto:curiouskids@theconversation.com">redaksi@theconversation.com</a></em></li>
<li><em>tweet ke kami <a href="https://twitter.com/ConversationIDN">@conversationIDN</a> dengan tagar #curiouskids</em></li>
<li><em>DM melalui Instagram <a href="https://www.instagram.com/conversationIDN/">@conversationIDN</a></em></li>
</ul>
<hr>
<hr>
<p><em>Rachel Noorajavi menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/167437/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Secara alami, Bumi terus berubah meskipun terbilang lambat. Namun, manusia mempercepat perubahan ini dengan pemanasan global.
Michael A. Little, Professor Emeritus of Anthropology, Binghamton University, State University of New York
William D. MacDonald, Professor Emeritus, Department of Geological Sciences, Binghamton University, State University of New York
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/166497
2021-08-20T03:51:09Z
2021-08-20T03:51:09Z
Energi surya kunci wujudkan listrik murah: kenapa kita gagal beranjak dari batu bara?
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/417152/original/file-20210820-19-1nuzhrw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption"></span> </figcaption></figure><iframe src="https://open.spotify.com/embed/episode/0cS1M1kSgPxnDuuMX4m9q6" width="100%" height="152" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<p>Pemerintah berniat menekan laju emisi gas rumah kaca dengan menggenjot pembangunan energi terbarukan. Harapannya, energi bersih bisa menyumbang <a href="https://drive.google.com/file/d/1BrAgnLuvPqJqAnkDyliD4xFghNHfKAOM/view">31%</a> dari total penggunaan energi nasional pada 2050 – dari tahun 2020 yang baru sekitar <a href="https://www.den.go.id/index.php/dinamispage/index/998-energy-outlook-2021-%E2%80%9Cnasib-sektor-energi-di-tengah-ketidakpastian%E2%80%9D.html">10%-11%.</a></p>
<p>Namun, target ini <a href="https://wri-indonesia.org/id/blog/mengapa-indonesia-perlu-meningkatkan-target-iklimnya">dirasa belum cukup</a> untuk memenuhi komitmen Indonesia yang telah meratifikasi Persetujuan Paris untuk membatasi kenaikan suhu global sebesar 1,5 C.</p>
<p>Pemerintah diminta melakukan transisi energi dari bahan bakar fosil ke sumber energi terbarukan <a href="https://www.antaranews.com/berita/2080250/riset-indonesia-perlu-92-gigawatt-capai-100-persen-energi-terbarukan">hingga 100%</a>. Studi dari <em>Institute for Essential Service Reform</em> (IESR) menyatakan transisi energi <a href="https://iesr.or.id/en/pustaka/deep-decarbonization-of-indonesias-energy-system-a-pathway-to-zero-emissions-by-2050">menuju kondisi bebas karbon pada 2050</a> ini secara teknis dan ekonomis memungkinkan selama pemerintah berkomitmen secara penuh menghapus bahan bakar fosil.</p>
<p>Kenyataannya, sejumlah kebijakan <a href="https://www.niaga.asia/pengusaha-pemegang-pkp2b-makin-diistimewakan-pemerintah-pusat/">masih berpihak</a> pada penggunaan energi fosil berbasis minyak, gas bumi, ataupun batu bara. Sementara, upaya menggenjot energi bersih dianggap masih <a href="https://www.cnbcindonesia.com/news/20201130114855-4-205642/segambreng-insentif-energi-terbarukan-dinilai-masih-kurang">setengah hati</a>. </p>
<p>Dalam episode ini, kami berbincang dengan Grita Anindarini, Deputi Direktur <em>Indonesian Center for Environmental Law</em> (ICEL), dan Deon Arinaldo, Manajer Program untuk Transformasi Energi IESR. Kedua pembicara menceritakan berbagai hal termasuk kebijakan ekonomi politik yang melanggengkan listrik batu bara, pelajaran tentang energi surya dari Jerman, Inggris, dan Vienam, serta impian 100% energi bersih pada tahun 2050.</p>
<p>Simak episodenya di <a href="https://theconversation.com/id/podcasts/suarakademia">podcast SuarAkademia</a> – ngobrol seru isu terkini, bareng akademisi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/166497/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Studi IESR menunjukkan Indonesia dapat mencapai bebas karbon pada 2050. Namun upaya ini masih terkendala kebijakan.
Robby Irfany Maqoma, Environment Editor
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/150770
2021-06-29T10:19:18Z
2021-06-29T10:19:18Z
Pandemi pengaruhi standar kampus hijau dari UI GreenMetric
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/406686/original/file-20210616-3721-1v0lvyv.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&rect=1%2C0%2C1246%2C736&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">UI GreenMetric menyiapkan standar baru kampus hijau semasa pandemi.</span> <span class="attribution"><span class="source">Hastin Setiani</span>, <span class="license">Author provided</span></span></figcaption></figure><p>Selama pandemi, mahasiswa dan dosen harus melakukan kegiatan belajar secara daring (<em>online</em>) dan meminimalkan tatap muka. </p>
<p>Hal ini mempengaruhi manajemen operasi dan perawatan kampus berbagai universitas di seluruh dunia yang selama ini mendapatkan evaluasi dari Universitas Indonesia (UI) GreenMetric.</p>
<p><em><a href="https://greenmetric.ui.ac.id">UI Greenmetric World University Ranking</a></em>, atau singkatnya UI GreenMetric, merupakan suatu sistem pemeringkatan sukarela yang diinisiasi oleh Universitas Indonesia pada 2010. </p>
<p>Sistem ini menilai kampus-kampus di seluruh dunia yang telah melakukan upaya penurunan emisi karbon untuk mencegah dampak perubahan iklim dan akhirnya mendapatkan predikat “kampus hijau dan berkelanjutan”. </p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/7y4QSBH74Dc?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
</figure>
<p>Sepanjang 2020, tim UI GreenMetric telah melakukan asesmen awal bagi universitas terkait pengaruh pandemi bagi aktivitas dan kegiatan mereka. </p>
<p>Kami mengidentifikasi setidaknya ada 3 persoalan, mulai dari masalah kesehatan dan kesejahteraan mahasiswa dan dosen, penanganan sampah alat pelindung diri (APD) dan masker, tranformasi pembelajaran digital, yang menghambat kampus memenuhi standar. </p>
<p>Sebagai penyelenggara sistem ini, kami pun harus beradaptasi dengan keadaan dan saat ini sedang menyusun beberapa perubahan selama dunia masih berjibaku dengan virus corona. </p>
<h2>Mengukur kampus berkelanjutan</h2>
<p>Ide awal dari pemeringkatan ini adalah menarik perhatian para pemimpin universitas atau akademisi tentang lingkungan hidup, mulai dari soal perubahan iklim, hemat air dan energi, pengolahan sampah, dan transportasi ramah lingkungan. </p>
<p>Akhirnya, tim kami saat itu, para akademisi dari Universitas Indonesia, mulai mengembangkan beberapa indikator untuk kampus mendapatkan status “kampus hijau”. Indikatornya ada 6 yakni penataan lokasi dan infrastruktur, energi dan perubahan iklim, limbah, air, transportasi, hingga pendidikan dan riset. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/404207/original/file-20210603-25-trcg2i.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/404207/original/file-20210603-25-trcg2i.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=278&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/404207/original/file-20210603-25-trcg2i.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=278&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/404207/original/file-20210603-25-trcg2i.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=278&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/404207/original/file-20210603-25-trcg2i.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=349&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/404207/original/file-20210603-25-trcg2i.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=349&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/404207/original/file-20210603-25-trcg2i.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=349&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pada awal dimulainya pemeringkatan, tim kami yang mengumpulkan data dari ribuan universitas di seluruh penjuru dunia dan memproses data tersebut untuk mendapatkan skor yang akan menentukan ranking mereka. </p>
<p>Sejak 2010, universitas peserta mengisi survei daring sepanjang Mei-Oktober dan hasilnya akan diumumkan setiap Desember. </p>
<p>Hingga 2020, sudah ada <a href="https://greenmetric.ui.ac.id">912 universitas dari 84 negara</a> yang berpartisipasi dalam UI GreenMetric. </p>
<p>Peringkat pertama jatuh kepada Universitas Wageningen, Belanda, dan Universitas Oxford di Inggris yang menempati ranking kedua. </p>
<h2>Berubah akibat pandemi</h2>
<p>Setelah berjalan 10 tahun dan memasuki masa pandemi, UI Greenmetric merasa perlu mengevaluasi 6 indikator pengelolaan dan pemeliharaan yang tepat. </p>
<p>Kampus-kampus hijau di seluruh dunia saat ini sedang menyusun langkah untuk beradaptasi pada kenormalan baru (<em>new normal</em>). </p>
<p>Tahun lalu, tim UI GreenMetric mengundang civitas akademika dari kampus anggota untuk membahas “universitas berkelanjutan” pada masa pandemi.</p>
<p>Setidaknya 5.500 orang dari 40 negara menghadiri pertemuan yang terbagi ke dalam 8 seminar virtual tersebut (webinar) sepanjang 2020. </p>
<p>Kami berhasil mengidentifikasi beberapa kata kunci yang sering muncul dalam diskusi, yaitu sampah, COVID-19, makanan, mahasiswa, daring, aktivitas, dan manajemen.</p>
<p>Saat ini, tim UI GreenMetric sedang menyusun standar berdasarkan evaluasi kondisi kampus semasa pandemi. </p>
<p>Kami menanyakan <a href="https://greenmetric.ui.ac.id/publications/questionnaire">beberapa indikator terbaru</a> untuk penilaian tahun mendatang. Indikator baru itu seperti berapa aktivitas virtual, bagaimana infrastruktur atau fasilitas kesehatan bagi mahasiswa, dosen, dan staf kampus, proporsi aktivitas dan perawatan semasa pandemi, hingga berapa orang yang masih beraktivitas saat COVID-19. </p>
<p>Sebagai gambaran awal, kami akan menambahkan faktor kesehatan dan kebersihan selain dari 6 indikator yang sudah ada. </p>
<p>Misalnya, memasukkan penjarakan fisik, kebersihan lingkungan dan sanitasi, ketaatan mencuci tangan, hingga mengurangi tatap muka di ruangan tertutup.</p>
<p>Dari segi pengajaran, perlu mengubah pengelolaan kelas yang lebih kecil dan perhatian pada mahasiswa secara individual karena auditorium tidak diperlukan lagi. </p>
<p>Kampus harus bisa menerapkan kelas daring dan luring secara fleksibel. </p>
<p>Dengan demikian, kemampuan mahasiswa untuk mengasah keterampilan berdiskusi dan berdebat masih tetap berjalan. </p>
<h2>Butuh kolaborasi</h2>
<p>Dalam jangka panjang, kerja sama antarkampus hijau bisa berkontribusi terhadap pengurangan pemanasan global dan memberikan standar dalam pelaksanaan proses belajar mengajar secara daring dan luring di dunia.</p>
<p>Selama menghadapi pandemi, saya melihat semangat kolaborasi dari para pemimpin universitas di seluruh dunia dalam berbagi pengetahuan, keterampilan, dan berkomitmen untuk tetap menjaga tujuan dari kampus hijau. </p>
<p>Situasi pandemi membuat universitas menentukan keselamatan dan pengembangan profesional mahasiswa dan dosen dan staf pendukung sebagai prioritas utama. </p>
<p>Namun, dari segi lingkungan hidup, kita harus mengakui bahwa pandemi memberi kesempatan alam, baik secara umum dan di kampus, untuk memulihkan diri.</p>
<p>Berkurangnya mobilitas civitas akademika ternyata memberikan dampak baik bagi Bumi, terutama penurunan emisi polusi udara meski sementara.</p>
<p>Meski demikian, ini bisa menjadi kesempatan bagi pengambil keputusan untuk menghasilkan kebijakan yang ramah lingkungan dan berorientasi kepada pembangunan berkelanjutan. </p>
<p>Untuk kalangan akademisi, pengelolaan kampus yang memperhatikan pemeliharaan aset, fasilitas, sumber daya akan memberikan pengalaman untuk menciptakan inovasi keberlanjutan.</p>
<p>Banyak pimpinan universitas juga terus melakukan upaya dan inovasi agar kampus tetap memiliki nilai tambah dalam mewujudkan proses pendidikan berkualitas. </p>
<hr>
<p><em>Hastin Setiani, Koordinator bidang Adminisrasi, Riset dan Pengembangan di UI GreenMetric, berkontribusi dalam penulisan dan penyediaan data untuk artikel ini.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/150770/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Riri Fitri Sari adalah Ketua UI GreenMetric World University Rankings.</span></em></p>
Semasa pandemi, proses pemeringkatan kampus-kampus ramah lingkungan di bawah UI GreenMetric juga mengalami penyesuaian.
Riri Fitri Sari, Profesor Teknik Komputer Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Universitas Indonesia
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/162037
2021-06-04T07:54:55Z
2021-06-04T07:54:55Z
Perintah Pengadilan Belanda agar Shell menurunkan emisi bisa berlaku bagi perusahaan di seluruh dunia
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/404262/original/file-20210603-23-1ruoidr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=11%2C0%2C3973%2C2736&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Graham Toney /Alamy</span></span></figcaption></figure><p>Pengadilan Belanda telah memerintahkan perusahaan minyak dan gas, Royal Dutch Shell, untuk menerapkan penurunan emisi karbon dioksida yang ketat dalam beberapa tahun ke depan.</p>
<p>Keputusan ini akan memberikan pengaruh yang luas. </p>
<p>Enam tahun lalu, hakim di pengadilan Den Haag (ibu kota pemerintahan Belanda) memberikan <a href="https://theconversation.com/dutch-courts-climate-ruling-may-force-other-states-to-cut-emissions-or-else-43882%22%22">keputusan pertama terkait dengan isu perubahan iklim</a> terhadap pemerintah Belanda. </p>
<p>Kini, pengadilan Den Haag kembali mengejutkan dunia dengan <a href="https://www.rechtspraak.nl/Organisatie-en-contact/Organisatie/Rechtbanken/Rechtbank-Den%20-Haag/Nieuws/Paginas/Royal-Dutch-Shell-must-reduce-CO2-emissions.aspx%22%22">memerintahkan</a> perusahaan Royal Dutch Shell untuk mengurangi emisi langsung dan tidak langsung setidaknya 45% pada akhir tahun 2030, relatif terhadap tingkat 2019.</p>
<p>Hasil keputusan pengadilan itu menjadi penting. Apabila ditegakkan, seperti keputusan tahun 2015, muncul pertanyaan apakah keputusan hakim Belanda ini berlaku bagi perusahaan mana pun di dunia untuk mengurangi emisi mereka.</p>
<p>Beberapa pihak mungkin menganggap ini aneh, tetapi tidak ada hal baru yang terjadi di sini secara hukum. </p>
<p>Belanda tidak tiba-tiba memilih untuk memasukkan isu keselamatan Bumi ke dalam undang-undang mereka, seperti <a href="https://www.climate-laws.org/geographies/bolivia/laws/the-mother-earth-law-and-integral-%20development-to-live-well-law-no-300%22%22">Bolivia</a>.</p>
<p>Sebaliknya, pengadilan di Belanda telah mengakui aksi-aksi penurunan emisi untuk menjaga suhu global di bawah batas aman berdasarkan <a href="http://ipcc.ch/report/sr15%22%22">laporan dari IPCC</a>.</p>
<p>Pada prinsipnya, setiap emisi CO₂ di masa depan dari entitas berbadan hukum apa pun (perusahaan atau bahkan pemerintah) di mana pun di dunia yang melebihi tingkat aman tersebut dapat dianggap sebagai tindakan yang salah terhadap warga negara Belanda.</p>
<p>Dalam praktiknya, kita tidak bisa mengharapkan pemerintah dan perusahaan berubah arah hanya karena satu keputusan dari pengadilan di Belanda.</p>
<p>Selain akan butuh waktu lama untuk menyelesaikan proses pengadilan hingga tingkat akhir, masih belum pasti bagaimana keputusan ini akan ditegakkan secara global.</p>
<p>Tetapi, kemungkinan banyak kasus semacam ini akan muncul, baik di Belanda dan tempat lain, dan kekuatan logika hukum akan memberikan tekanan tambahan bagi politikus dan pebisnis untuk mencapai transisi rendah karbon lebih cepat.</p>
<h2>Perubahan iklim masuk hak asasi manusia</h2>
<p>Jadi, apa logika hukum yang digunakan dalam kasus ini?</p>
<p>Secara sederhana, penafsiran hak asasi manusia telah bergerak secara internasional untuk memasukkan perubahan iklim.</p>
<p>Baik pemerintah, bisnis, atau organisasi mana pun dapat dimintai pertanggungjawaban oleh warga yang berisiko menjadi korban untuk mencegah terjadinya dampak perubahan iklim yang terlalu besar.</p>
<p>Tentu saja, agar sebuah kasus berhasil dibawa ke pengadilan, maka emisi harus besar dan tanggung jawab harus jelas.</p>
<p>Yang jelas, tidak perlu ada peraturan yang berlaku sebelumnya untuk menetapkan tanggung jawab hukum.</p>
<p>Penurunan emisi yang diharapkan dari setiap organisasi membentuk semacam “<a href="https://theconversation.com/dutch-courts-climate-ruling-may-force-other-states-to-cut-emissions%20-atau-lain-43882">standar tidak tertulis</a>”.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/403379/original/file-20210528-24-adrv37.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Kota apung di Belanda dan langit" src="https://images.theconversation.com/files/403379/original/file-20210528-24-adrv37.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/403379/original/file-20210528-24-adrv37.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=402&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/403379/original/file-20210528-24-adrv37.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=402&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/403379/original/file-20210528-24-adrv37.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=402&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/403379/original/file-20210528-24-adrv37.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=505&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/403379/original/file-20210528-24-adrv37.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=505&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/403379/original/file-20210528-24-adrv37.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=505&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Den Haag merupakan pusat pemerintahan Belanda dan lokasi Mahkamah Pidana Internasional.</span>
<span class="attribution"><span class="source">NAPA/shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Berdasarkan perincian hasil keputusan tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa untuk memiliki kedudukan hukum di Belanda untuk kasus jenis ini, penggugat harus mewakili kepentingan kolektif Belanda, yaitu hak asasi warga negara Belanda saat ini dan di masa depan.</p>
<p>Pengadilan juga menegaskan bahwa, sesuai dengan hukum Eropa, penggugat dapat memilih negara tempat terjadinya kerusakan iklim (dalam hal ini, Belanda) sebagai yurisdiksi yang berlaku.</p>
<p>Ini terlepas dari di mana organisasi dan emisi berada di seluruh dunia. </p>
<p>Untuk kasus Shell, kebetulan saja, bukan suatu persyaratan, bahwa perusahaan induk yang bertanggung jawab untuk menetapkan kebijakan Grup Shell, juga berada di Belanda.</p>
<h2>Shell masih memiliki ruang gerak</h2>
<p>Apa yang akan terjadi dengan Shell? Ini masih belum dapat terlihat. Sementara proses banding akan berlangsung selama beberapa tahun ke depan, perusahaan harus mengubah kebijakannya secara drastis.</p>
<p>Kepatuhan akan keputusan hukum perlu ditegakkan segera karena perintah tersebut sudah bisa berlaku sementara.</p>
<p>Namun, ada banyak ruang gerak untuk Shell. Sejauh ini, sebagian besar (85%) emisi yang menjadi tanggung jawab Shell adalah emisi tidak langsung, termasuk dari produk yang dijual oleh Shell, seperti bensin yang kemudian dibakar oleh pengguna mobil.</p>
<p>Untuk emisi tidak langsung ini, perintah pengadilan hanya menetapkan “kewajiban upaya terbaik yang signifikan”, bukan kewajiban mutlak.</p>
<p>Seandainya Shell benar-benar melakukan yang terbaik untuk bekerja dengan organisasi lain, termasuk pemerintah, untuk mempercepat transisi rendah karbon dalam 9 tahun ke depan, perusahaan ini mungkin “diselamatkan” dari keharusan untuk memenuhi target yang ditetapkan secara ketat.</p>
<p>Dalam proses banding, total penurunan emisi yang diperintahkan (45%) dapat dibatalkan dan diturunkan menjadi 35% atau bahkan 25%.</p>
<p>Pengadilan memutuskan bahwa penurunan emisi global setidaknya hinggahingga 45% untuk menghindari pemanasan 1,5°C. </p>
<p>Jika tidak terjadi, maka merugikan hak asasi manusia (dalam hal ini, warga Belanda). </p>
<p>Dasar penilaian untuk angka-angka tersebut berasal dari untuk angka-angka tersebut berasal dari konsensus antara para ilmuwan, pembuat kebijakan dan berbagai organisasi swasta.</p>
<p>Namun, seperti yang telah saya tunjukkan <a href="https://theconversation.com/climate-change-1-5-c-is-worth-striving-for-but-is-it-feasible-104668%22%22">sebelumnya</a>, mencapai 1,5°C mungkin merupakan mimpi belaka dan hanya berujung kepada ketidakpastian. </p>
<p>Ketidakpastian tentang angka-angka seharusnya tidak mengurangi kekuatan logika hukum. Ini hanya berarti bahwa penurunan emisi yang diperlukan dari Shell, dan dari perusahaan lain dalam kasus lain, dapat berbeda-beda. </p>
<p>Namun, karena pengadilan dapat memerintahkan perusahaan mana pun untuk mengubah model bisnis secara mendasar karena bahaya iklim maka seharusnya ini menjadi kesempatan kepada perusahaan di seluruh dunia untuk memikirkan kembali komitmen mereka (atau kurangnya komitmen) terhadap transisi rendah karbon.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/162037/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Arthur Petersen tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Pengadilan di Belanda memutuskan perusahaan raksasa minyak harus memotong emisi hingga 45%.
Arthur Petersen, Professor of Science, Technology and Public Policy, UCL
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/160990
2021-05-21T03:28:49Z
2021-05-21T03:28:49Z
Bagaimana perubahan iklim menghapus seni cadas tertua di dunia
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/401578/original/file-20210519-17-1i00a35.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C815%2C545&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Lukisan babi kutil ini berusia lebih dari 45.500 tahun. </span> <span class="attribution"><span class="source">Basran Burhan/Griffith University</span>, <span class="license">Author provided</span></span></figcaption></figure><p>Manusia purba menandai dinding gua dengan stensil tangan berwarna merah dan murbei dan melukis mamalia asli raksasa atau <a href="https://theconversation.com/indonesian-cave-paintings-show-the-dawn-of-imaginative-art-and-human-spiritual-belief-128457">makhluk imajiner manusia-hewan</a> di Pulau Sulawesi, Indonesia. </p>
<p>Ini merupakan situs seni gua tertua yang pernah diketahui, atau setidaknya yang tertua yang dikaitkan dengan spesies kita.</p>
<p>Salah satu lukisan yang menggambarkan citra babi kutil Sulawesi baru-baru ini ditemukan setidaknya berusia <a href="https://theconversation.com/we-found-the-oldest-known-cave-painting-of-animals-in-a-secret-indonesian-valley-153089">45.500 tahun</a>.</p>
<p>Sejak 1950-an, para arkeolog telah mengamati bahwa lukisan-lukisan purba ini tampak melepuh dan terkelupas dari dinding gua. Namun, sedikit yang berusaha untuk mencari tahu penyebabnya. </p>
<p><a href="http://nature.com/articles/s41598-021-87923-3">Penelitian terbaru kami</a> mengeksplorasi mekanisme pembusukan yang memengaruhi panel seni cadas kuno di 11 situs di <a href="https://www.worldheritagesite.org/tentative/id/5467">Maros-Pangkep</a>, Sulawesi.</p>
<p>Kami menemukan kerusakan yang lebih parah dalam beberapa dekade terakhir, dan akan bertambah buruk akibat percepatan perubahan iklim. </p>
<p>Penemuan lukisan gua dari era Pleistosen (“Zaman Es”) di Indonesia ini baru mulai memberi tahu kita tentang kehidupan manusia purba yang tinggal di Australasia. </p>
<p>Namun, seni ini mulai menghilang sebelum kita sepenuhnya mulai memahami maknanya.</p>
<h2>Seni cadas Australasia</h2>
<p>Seni cadas memberikan sekilas gambaran tentang budaya kuno para seniman dan perburuan atau interaksi dengan <a href="https://youtu.be/3OLaNtKoJFk">hewan</a> saat itu.</p>
<p>Selain itu, petunjuk sangat langka tentang <a href="https://theconversation.com/indonesian-cave-paintings-show-the-dawn-of-imaginative-art-and-human-spiritual-belief-128457">kepercayaan akan hal-hal supernatural</a> dari manusia purba juga diawetkan dalam seni ini. </p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/mNiqamYP3Sc?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Perubahan iklim bisa menghapus seni gua kuno Indonesia.</span></figcaption>
</figure>
<p>Kami beranggapan bahwa manusia telah menciptakan seni di Australasia, yang meliputi Australia utara, Papua Nugini, dan Indonesia, untuk waktu yang sangat lama.</p>
<p>Temuan <a href="https://theconversation.com/buried-tools-and-pigments-tell-a-new-history-of-humans-in-australia-for-65-000-years-81021">pigmen</a> merupakan salah satu bukti paling awal yang menunjukkan manusia purba mendiami Australia lebih dari 60.000 tahun yang lalu.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/buried-tools-and-pigments-tell-a-new-history-of-humans-in-australia-for-65-000-years-81021">Buried tools and pigments tell a new history of humans in Australia for 65,000 years</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Puluhan ribu situs seni cadas yang khas tersebar di seluruh Australasia. Orang Aborigin paling banyak menciptakan <a href="https://www.nma.gov.au/defining-moments/resources/first-rock-art">gaya seni cadas</a> di seluruh Australia.</p>
<p>Hingga tahun 2014, para ilmuwan mengira seni gua pertama kali di Eropa, misalnya, di Gua Chauvet di Prancis atau <a href="https://cuevas.culturadecantabria.com/el-castillo-2/">El Castillo</a> di Spanyol , yang berusia 30.000 hingga 40.000 tahun. </p>
<p>Kita mengetahui sekarang bahwa manusia purba melukis di dalam gua dan tempat berbatu lainnya di Indonesia pada masa yang sama dan bahkan lebih awal. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/400487/original/file-20210513-21-ie5v2q.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/400487/original/file-20210513-21-ie5v2q.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/400487/original/file-20210513-21-ie5v2q.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/400487/original/file-20210513-21-ie5v2q.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/400487/original/file-20210513-21-ie5v2q.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/400487/original/file-20210513-21-ie5v2q.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/400487/original/file-20210513-21-ie5v2q.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/400487/original/file-20210513-21-ie5v2q.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Stensil tangan di salah satu lokasi penelitian di gua Leang Sakapao.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Linda Siagian</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Survei-survei yang sedang berlangsung di seluruh Australasia menemukan situs seni cadas baru setiap tahun. </p>
<p>Hingga saat ini, lebih dari 300 situs telah didokumentasikan di Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan.</p>
<p>Lukisan gua di Sulawesi dan <a href="https://theconversation.com/borneo-cave-discovery-is-the-worlds-oldest-rock-art-in-southeast-asia-106252">Kalimantan</a> adalah beberapa bukti awal manusia purba tinggal di pulau-pulau ini.</p>
<p>Sayangnya, kami menemukan seni cadas dalam tahap pembusukan di hampir setiap situs di kawasan tersebut. </p>
<h2>Dampak besar dari kristal kecil</h2>
<p>Kami mempelajari beberapa seni cadas tertua, secara ilmiah berusia antara setidaknya 20.000 dan 40.000 tahun, dari Maros-Pangkep untuk mengetahui penyebab penurunan karya seni tersebut. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/400234/original/file-20210512-17-1811e0t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/400234/original/file-20210512-17-1811e0t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/400234/original/file-20210512-17-1811e0t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/400234/original/file-20210512-17-1811e0t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/400234/original/file-20210512-17-1811e0t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/400234/original/file-20210512-17-1811e0t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/400234/original/file-20210512-17-1811e0t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/400234/original/file-20210512-17-1811e0t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Kristal garam yang mengembang dan menyusut membuat seni cadas mengelupas dari dinding gua.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Linda Siagian</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Mengingat karya seni ini telah bertahan sangat lama, kami ingin memahami mengapa permukaan lukisan gua batu tersebut bisa terkikis begitu cepat.</p>
<p>Kami menggunakan mikroskop berdaya tinggi, analisis kimiawi, dan identifikasi kristal untuk mengatasi masalah tersebut. </p>
<p>Ternyata, garam yang tumbuh di atas dan di belakang seni cadas kuno dapat menyebabkan pengelupasan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/indonesian-cave-paintings-show-the-dawn-of-imaginative-art-and-human-spiritual-belief-128457">Indonesian cave paintings show the dawn of imaginative art and human spiritual belief</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Garam tersimpan pada permukaan batuan melalui serapan air. </p>
<p>Ketika larutan air menguap, maka kristal garam terbentuk. Kristal ini lalu mengembang dan menyusut saat lingkungan memanas dan mendingin, menghasilkan stres pada batuan.</p>
<p>Dalam beberapa kasus, hasilnya adalah permukaan batu hancur menjadi bubuk. </p>
<p>Kasus lain, kristal garam membentuk kolom di bawah cangkang luar, mengangkat panel seni dan memisahkannya dari sisa batuan, menghapus lukisan tersebut.</p>
<p>Saat hari-hari panas, garam geologi bisa tumbuh lebih dari tiga kali ukuran awalnya. </p>
<p>Pada satu panel, misalnya, serpihan setengah ukuran tangan terkelupas dalam waktu kurang dari lima bulan.</p>
<h2>Iklim ekstrem karena pemanasan global</h2>
<p>Australasia memiliki <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S027737911200529X?via%3Dihub">atmosfer yang sangat aktif</a>, akibat pengaruh arus laut yang kuat, angin musiman, dan reservoir air laut yang hangat.</p>
<p>Meski demikian, beberapa seni cadas sejauh ini berhasil bertahan selama puluhan ribu tahun menghadapi variasi iklim, dari dinginnya zaman es terakhir hingga awal muson saat ini.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/400437/original/file-20210513-23-abkixy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Pemandangan karst batu kapur" src="https://images.theconversation.com/files/400437/original/file-20210513-23-abkixy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/400437/original/file-20210513-23-abkixy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/400437/original/file-20210513-23-abkixy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/400437/original/file-20210513-23-abkixy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/400437/original/file-20210513-23-abkixy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/400437/original/file-20210513-23-abkixy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/400437/original/file-20210513-23-abkixy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Batu kapur di Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan, Indonesia.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sebaliknya, situs seni gua Eropa yang terkenal, seperti Altamira di Spanyol dan Lascaux di Prancis, berada di gua-gua yang dalam dengan iklim lebih stabil (sedang) sehingga ancaman terhadap seni cadas berbeda dan pelapukan kurang agresif.</p>
<p>Kini, gas rumah kaca memperkuat iklim yang ekstrem. </p>
<p>Pemanasan global mencapai <a href="https://theconversation.com/climate-explained-will-the-tropics-eventually-become-uninhabitable-145174">tiga kali lebih tinggi di daerah tropis</a>. </p>
<p>Ditambah lagi, fase muson basah-kering menjadi lebih kuat dalam beberapa dekade terakhir, bersamaan dengan meningkatnya La Niña dan El Niño.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/climate-explained-will-the-tropics-eventually-become-uninhabitable-145174">Climate explained: will the tropics eventually become uninhabitable?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Hal ini menimbulkan efek seperti suhu meningkat, lebih banyak hari-hari panas berturut-turut, kekeringan lebih lama, dan cuaca ekstrem lainnya seperti badai (dan banjir yang diakibatkannya) lebih <a href="https://www.ipcc.ch/sr15/chapter/spm/">parah dan sering</a> terjadi.</p>
<p>Terlebih lagi, hujan muson sekarang banyak terjadi di sawah dan tambak. </p>
<p>Hal ini mendorong pertumbuhan kristal garam karena udara terlalu lembab, termasuk gua-gua di wilayah tersebut, memperpanjang siklus penyusutan dan pembengkakan garam.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/400446/original/file-20210513-17-ahrr86.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Tiga orang memegang obor ke dinding gua" src="https://images.theconversation.com/files/400446/original/file-20210513-17-ahrr86.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/400446/original/file-20210513-17-ahrr86.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/400446/original/file-20210513-17-ahrr86.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/400446/original/file-20210513-17-ahrr86.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/400446/original/file-20210513-17-ahrr86.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/400446/original/file-20210513-17-ahrr86.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/400446/original/file-20210513-17-ahrr86.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Balai Pelestarian Cagar Budaya di Makassar, melakukan pemantauan seni cadas di Maros-Pangkep.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Rustan Lebe/Universitas Griffith.</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Apa yang terjadi sekarang?</h2>
<p>Terlepas dari ancaman langsung dari perkembangan industri, seperti <a href="https://theconversation.com/rio-tinto-just-blasted-away-an-ancient-aboriginal-site-heres-why-that%20-was-diperbolehkan-139466">meledakkan situs arkeologi</a> untuk <a href="https://www.theguardian.com/science/2020/feb/21/worlds-oldest-art-under-threat-from-cement-mining-in%20-indonesia-sulawesi">penambangan dan penggalian batu kapur</a>, penelitian kami memperjelas bahwa pemanasan global adalah ancaman terbesar bagi pelestarian seni cadas kuno di daerah tropis.</p>
<p>Kita memerlukan penelitian lebih lanjut, pemantauan dan pekerjaan konservasi di Maros-Pangkep dan di seluruh Australasia, di mana situs warisan budaya terancam oleh dampak merusak dari perubahan iklim.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/rio-tinto-just-blasted-away-an-ancient-aboriginal-site-heres-why-that-was-allowed-139466">Rio Tinto just blasted away an ancient Aboriginal site. Here’s why that was allowed</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Secara khusus, kita perlu mendokumentasikan detail seni cadas yang (seperti menggunakan pemindaian 3D) dan mengungkapkan lebih banyak situs sebelum menghilang selamanya.</p>
<p>Apabila manusia penyebabnya, kita perlu memperbaikinya. </p>
<p>Yang terpenting, <a href="https://theconversation.com/the-1-5-global-warming-limit-is-not-impossible-but-without-political-action-it-soon-will%20-be-159297">kita perlu</a> menghentikan kenaikan suhu global dan mengurangi emisi secara drastis. </p>
<p>Meminimalkan dampak perubahan iklim akan membantu melestarikan karya seni luar biasa yang ditinggalkan manusia purba Australasia bagi kita.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/160990/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Jillian Huntley menerima dana dari Australian Research Council.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Adam Brumm menerima dana dari Australian Research Council.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Adhi Oktaviana adalah mahasiswa PhD di Universitas Griffith dan peneliti di Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Indonesia.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Basran Burhan adalah mahasiswa PhD di Universitas Griffith University. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Maxime Aubert menerima dana dari Australian Research Council dan National Geographic Society.</span></em></p>
Lukisan gua kuno baru mulai memberi tahu kita tentang kehidupan manusia purba di Australasia. Seni ini menghilang saat kita baru mencoba memahami maknanya.
Jillian Huntley, Research Fellow, Griffith University
Adam Brumm, Professor, Griffith University
Adhi Oktaviana, PhD Candidate, Griffith University
Basran Burhan, PhD candidate, Griffith University
Maxime Aubert, Professor, Griffith University
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/159739
2021-05-17T08:09:15Z
2021-05-17T08:09:15Z
Ilmuwan iklim : konsep “net zero” adalah perangkap berbahaya
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/399378/original/file-20210507-15-1twpdvc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C1284%2C3271%2C2805&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/A_AQxGz9z5I">Thijs Stoop/Unsplash</a>, <a class="license" href="http://artlibre.org/licence/lal/en">FAL</a></span></figcaption></figure><p>Terkadang kesadaran datang tiba-tiba. Hal yang kabur mendadak jadi masuk akal. </p>
<p>Di balik kesadaran ini, biasanya ada proses yang sangat lambat. </p>
<p>Keraguan pun tumbuh di pikiran. </p>
<p>Kebingungan akan segala hal yang tidak bisa pas satu sama lain meningkat, hingga ada yang berubah. </p>
<p>Ketiga penulis artikel ini, secara kolektif, telah menghabiskan lebih dari 80 tahun untuk meneliti perubahan iklim.</p>
<p>Mengapa butuh waktu lama bagi kami untuk berbicara tentang bahaya dari konsep <em>net zero</em> (nol bersih)? </p>
<p>Argumen pembelaan kami adalah bagi kami awalnya dasar pemikiran nol bersih terlihat seperti sederhana. Dan, kami pun tertipu. </p>
<p>Ancaman perubahan iklim merupakan akibat langsung dari terlalu banyak karbon dioksida di atmosfer.</p>
<p>Oleh karena itu, kita harus berhenti mengeluarkan lebih banyak dan bahkan menghilangkan sebagian.</p>
<p>Ide ini adalah inti dari rencana dunia saat ini untuk menghindari bencana.</p>
<p>Ada banyak saran untuk melakukan ini, mulai dari penanaman pohon massal hingga teknologi tinggi <a href="https://www.bbc.com/future/article/20210310-the-trillion-dollar-plan-to-capture-co2">penangkapan udara secara langsung</a>, suatu perangkat yang menyedot karbon dioksida dari udara.</p>
<iframe id="noa-web-audio-player" style="border: none" src="https://embed-player.newsoveraudio.com/v4?key=x84olp&id=https://theconversation.com/climate-scientists-concept-of-net-zero-is-a-dangerous-trap-157368&bgColor=F5F5F5&color=D8352A&playColor=D8352A" width="100%" height="110px"></iframe>
<p>Konsensus saat ini adalah bahwa jika kita menerapkan ini dan teknik “penghilangan karbon dioksida” pada saat yang sama mengurangi pembakaran bahan bakar fosil, kita dapat lebih cepat menghentikan pemanasan global.</p>
<p>Harapannya, kita akan mencapai “nol bersih” pada pertengahan abad ini. </p>
<p>Nol bersih adalah titik di mana sisa emisi gas rumah kaca diseimbangkan oleh teknologi yang menghilangkannya dari atmosfer.</p>
<p>Pada prinsipnya, ini adalah ide yang bagus. </p>
<p>Sayangnya, dalam praktiknya, ini menumbuhkan keyakinan atas <a href="https://www.carbonbrief.org/guest-post-a-brief-history-of-climate-t%20Target-and-technological-promises">keselamatan melalui teknologi</a> dan <a href="https://www.ft.com/content/2d96502f-c34d-4150-aa36-9dc16ffdcad2">menurunkan</a> kedaruratan untuk memangkas emisi saat ini. </p>
<p>Kami telah sampai pada kesadaran yang menyakitkan bahwa gagasan nol bersih telah menghasilkan pendekatan sembrono, “bakar sekarang, bayar nanti”, dengan melihat emisi karbon terus melonjak.</p>
<p>Ini juga mempercepat kerusakan alam dengan <a href="https://www.theguardian.com/world/2021/jan/14/carbon-neutrality-is-a-fairy-tale-how-the-%20race-for-renewables-is-burning-europes-forest">kenaikan deforestasi</a> dan sangat meningkatkan risiko kehancuran lebih lanjut di masa depan.</p>
<p>Untuk memahami bagaimana ini terjadi, bagaimana manusia mempertaruhkan peradaban hanya dengan janji-janji solusi di masa depan, kita harus kembali ke akhir 1980-an, ketika perubahan iklim masuk ke panggung internasional.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/399169/original/file-20210506-14-12323qo.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/399169/original/file-20210506-14-12323qo.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/399169/original/file-20210506-14-12323qo.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/399169/original/file-20210506-14-12323qo.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/399169/original/file-20210506-14-12323qo.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/399169/original/file-20210506-14-12323qo.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/399169/original/file-20210506-14-12323qo.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Langkah menuju nol bersih</h2>
<p>Tanggal 22 Juni 1988, James Hansen adalah administrator di Goddard Institute for Space Studies, NASA, - jabatan bergengsi tetapi tidak banyak dikenal di luar akademisi.</p>
<p>Pada tanggal 23 sore, James Hansen akan menjadi ilmuwan iklim terkenal di dunia.</p>
<p>Ini adalah dampak dari <a href="https://www.sealevel.info/1988_Hansen_Senate_Testimony.html">kesaksiannya kepada kongres AS</a>, ketika ia mempresentasikan, secara forensik, bukti iklim Bumi menghangat karena manusia : “Efek rumah kaca telah terdeteksi dan sedang mengubah iklim kita.”</p>
<p>Jika kita bertindak berdasarkan kesaksian James Hansen saat itu, kita akan dapat dekarbonisasi sekitar 2% per tahun untuk memberi kita sekitar dua-dari-tiga kesempatan untuk membatasi pemanasan tidak lebih dari 1,5°C.</p>
<p>Hal tersebut akan menjadi tantangan besar, tetapi tugas utama saat itu adalah hanya memperlambat penggunaan bahan bakar fosil sambil berbagi jatah emisi di masa depan secara adil.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/392826/original/file-20210331-15-4x9q0r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Alt text" src="https://images.theconversation.com/files/392826/original/file-20210331-15-4x9q0r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/392826/original/file-20210331-15-4x9q0r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/392826/original/file-20210331-15-4x9q0r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/392826/original/file-20210331-15-4x9q0r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/392826/original/file-20210331-15-4x9q0r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/392826/original/file-20210331-15-4x9q0r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/392826/original/file-20210331-15-4x9q0r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Grafik yang menunjukkan seberapa cepat mitigasi harus terjadi untuk mempertahankan 1,5°C.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://folk.universitetetioslo.no/roberan/img/GCB2018/PNG/s00_2018_Mitigation_Curves_1.5C.png">© Robbie Andrew</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Empat tahun kemudian, ada secercah harapan bahwa ini akan mungkin terjadi.</p>
<p>Selama <a href="https://www.un.org/en/conferences/environment/rio1992">KTT Bumi di Rio</a> tahun 1992 , semua negara setuju untuk menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca untuk memastikan bahwa mereka tidak menimbulkan gangguan berbahaya pada iklim.</p>
<p>KTT Kyoto tahun 1997 berusaha untuk mempraktikkan tujuan tersebut. Namun, seiring berlalunya waktu, tugas awal untuk menjaga manusia tetap aman menjadi semakin sulit mengingat penggunaan bahan bakar fosil yang terus meningkat.</p>
<p>Saat itu, modeling komputer pertama menghubungkan emisi gas rumah kaca dengan dampak pada berbagai sektor ekonomi mulai dikembangkan.</p>
<p>Model ekonomi-iklim hibrid ini dikenal sebagai <a href="https://www.oxfordbibliographies.com/view/document/obo-9780199363445/obo-9780199363445-0043.xml">Model Penilaian Terpadu</a>.</p>
<p>Model ini menghubungkan aktivitas ekonomi dengan iklim dengan, misalnya, mengeksplorasi bagaimana perubahan dalam investasi dan teknologi dapat menyebabkan perubahan emisi gas rumah kaca.</p>
<p>Ini seperti keajaiban: Anda memasukkan suatu kebijakan di layar komputer sebelum menerapkannya, menyelamatkan manusia dari eksperimen yang mahal.</p>
<p>Model ini secara cepat berkembang sebagai pedoman utama kebijakan iklim. Keutamaan yang masih dipertahankan hingga hari ini.</p>
<p>Sayangnya, mereka juga menghilangkan kebutuhan akan pemikiran kritis yang mendalam.</p>
<p>Model tersebut mewakili masyarakat sebagai jaringan yang diidealkan, <a href="https://www.carbonbrief.org/qa-how-integrated-assessment-models-are-used-to-study-climate-change">pembeli dan penjual tanpa emosi</a> dan akhirnya mengabaikan realitas sosial dan politik yang kompleks, atau bahkan dampak perubahan iklim itu sendiri.</p>
<p>Janji yang tersirat adalah pendekatan berbasis pasar akan selalu berhasil. Artinya, diskusi tentang kebijakan terbatas pada posisi yang paling nyaman bagi politisi: perubahan bertahap pada undang-undang dan pajak.</p>
<hr>
<figure class="align-right ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/288776/original/file-20190820-170910-8bv1s7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/288776/original/file-20190820-170910-8bv1s7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/288776/original/file-20190820-170910-8bv1s7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/288776/original/file-20190820-170910-8bv1s7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/288776/original/file-20190820-170910-8bv1s7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/288776/original/file-20190820-170910-8bv1s7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/288776/original/file-20190820-170910-8bv1s7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p><strong><em>Artikel ini merupakan kolaborasi antara para editor Conversation Insights dan Apple News</em></strong>
<br><em>Tim Insights menghasilkan <a href="https://theconversation.com/uk/topics/insights-series-71218">jurnalisme mendalam</a> dan bekerja dengan akademisi dari berbagai latar belakang yang telah terlibat dalam proyek untuk mengatasi tantangan sosial dan ilmiah.</em> </p>
<hr>
<p>Saat pertama kali model ini dikembangkan, banyak upaya sedang dilakukan untuk <a href="https://web.archive.org/web/20121031094826/http://www.tyndall.ac.uk/content/%20iklim-rezim-hague-marrakech-save-or-sinking-kyoto-protocol">mengamankan tindakan AS terhadap iklim</a> dengan menghitung penyerap karbon dari hutan negara.</p>
<p>AS berargumen bahwa jika mengelola hutan dengan baik, akan menyimpan karbon dalam jumlah besar di pohon dan tanah, sehingga harus dikurangi dari kewajiban untuk membatasi pembakaran batu bara, minyak dan gas.</p>
<p>Pada akhirnya, AS berhasil dengan alasan ini.</p>
<p>Ironisnya, semua konsesi tersebut sia-sia karena senat AS tidak pernah <a href="https://www.epw.senate.gov/public/index.cfm/2016/4/failures-of-kyoto-will-%20ulangi-dengan-the-paris-iklim-kesepakatan">meratifikasi perjanjian</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Pemandangan udara dari dedaunan musim gugur." src="https://images.theconversation.com/files/393132/original/file-20210401-15-x0hygb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/393132/original/file-20210401-15-x0hygb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=316&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/393132/original/file-20210401-15-x0hygb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=316&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/393132/original/file-20210401-15-x0hygb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=316&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/393132/original/file-20210401-15-x0hygb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=398&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/393132/original/file-20210401-15-x0hygb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=398&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/393132/original/file-20210401-15-x0hygb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=398&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Hutan seperti ini di Maine, AS, tiba-tiba dihitung dalam anggaran karbon sebagai insentif bagi AS untuk bergabung dengan Perjanjian Kyoto.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/autumn-foliage-maine-forest-brilliant-red-694925377">Inbound Horizons/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Mendalilkan masa depan dengan lebih banyak pohon dapat mengimbangi pembakaran batu bara, minyak dan gas sekarang.</p>
<p>Modeling dapat dengan mudah menghasilkan angka karbon dioksida di atmosfer turun serendah yang diinginkan, skenario yang lebih canggih yang mengurangi persepsi urgensi untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.</p>
<p>Dengan memasukkan penyerap karbon dalam model ekonomi-iklim, kotak Pandora telah dibuka.</p>
<p>Di sinilah kita menemukan asal mula kebijakan “nol bersih” saat ini.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/399186/original/file-20210506-24-191jnzz.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/399186/original/file-20210506-24-191jnzz.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/399186/original/file-20210506-24-191jnzz.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/399186/original/file-20210506-24-191jnzz.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/399186/original/file-20210506-24-191jnzz.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/399186/original/file-20210506-24-191jnzz.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/399186/original/file-20210506-24-191jnzz.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Namun demikian, sebagian besar perhatian pada pertengahan 1990-an difokuskan pada peningkatan efisiensi energi dan peralihan energi (seperti Inggris yang berpindah dari <a href="https://www.ft.com/content/a05d1dd4-dddd-11e9-%209743-db5a370481bc">batu bara ke gas</a>) dan potensi energi nuklir untuk menghasilkan listrik bebas-karbon dalam jumlah besar.</p>
<p>Harapannya, inovasi semacam itu dapat dengan cepat membalikkan peningkatan emisi bahan bakar fosil.</p>
<p>Namun, menjelang pergantian milenium baru, sangat jelas bahwa harapan seperti itu tidak berdasar.</p>
<p>Mengingat asumsi utama tentang perubahan bertahap, semakin sulit bagi model ekonomi-iklim untuk menemukan jalur untuk menghindari perubahan iklim.</p>
<p>Model tersebut pun mulai menyertakan lebih banyak contoh <a href="https://theconversation.com/explainer-what-is-carbon-capture-and-storage-16052">penangkapan dan penyimpanan karbon</a>, sebuah teknologi yang dapat menghapus karbon dioksida dari pembangkit listrik tenaga batu bara dan kemudian menyimpan karbon yang ditangkap jauh di bawah tanah.</p>
<p>Ini <a href="http://www.zeroco2.no/projects/val-verde-natural-gas-plants">telah dibuktikan</a> memungkinkan secara prinsip: karbon dioksida terkompresi telah dipisahkan dari gas fosil dan disuntikkan ke bawah tanah dalam sejumlah proyek sejak tahun 1970-an.</p>
<p><a href="https://www.iea.org/commentaries/can-co2-eor-really-provide-carbon-negative-oil">Skema <em>Enhanced Oil Recovery</em></a> ini dirancang untuk memaksa gas masuk ke dalam sumur minyak untuk mendorong minyak ke arah rig pengeboran dan memungkinkan lebih banyak untuk dipulihkan, minyak yang nantinya akan dibakar, melepaskan lebih banyak karbon dioksida ke atmosfer.</p>
<p>Penangkapan dan penyimpanan karbon menawarkan perubahan bahwa alih-alih menggunakan karbon dioksida untuk mengekstraksi lebih banyak minyak, gas dapat ditinggalkan di bawah tanah dan dihilangkan dari atmosfer.</p>
<p>Teknologi ini memungkinkan <a href="https://oneill.indiana.edu/doc/research/coal_barnes.pdf">batubara ramah iklim</a> dan karenanya penggunaan bahan bakar fosil ini terus berlanjut.</p>
<p>Tetapi, jauh sebelum dunia menyaksikan skema seperti itu, proses hipotetis telah dimasukkan dalam model ekonomi-iklim.</p>
<p>Pada akhirnya, prospek penangkapan dan penyimpanan karbon memberi para pembuat kebijakan jalan keluar untuk melakukan penurunan emisi gas rumah kaca yang sangat dibutuhkan.</p>
<h2>Kemunculan nol bersih</h2>
<p>Ketika komunitas internasional berkumpul di <a href="https://unfccc.int/process-and-meetings/conferences/past-conferences/copenhagen-climate-change-conference-december-2009/copenhagen-climate-%20change-conference-december-2009">Kopenhagen pada tahun 2009</a>, jelas bahwa penangkapan dan penyimpanan karbon tidak akan cukup karena dua alasan.</p>
<p>Pertama, teknologi belum ada.</p>
<p><a href="https://www.newscientist.com/article/dn20761-uks-carbon-capture-failure-is-part-of-a-global-trend/">Tidak ada fasilitas penangkapan dan penyimpanan karbon</a> yang beroperasi di pembangkit listrik tenaga batu bara dan tidak ada prospek bahwa teknologi itu akan berdampak pada peningkatan emisi dari penggunaan batu bara di masa mendatang.</p>
<p>Hambatan terbesar untuk implementasi pada dasarnya adalah biaya.</p>
<p>Motivasi untuk membakar batubara dalam jumlah besar adalah untuk menghasilkan listrik yang relatif murah.</p>
<p>Retrofit <em>carbon scrubber</em> (alat untuk menyerap karbon dioksida) pada pembangkit listrik yang ada, membangun infrastruktur untuk menyalurkan karbon yang ditangkap, dan mengembangkan lokasi penyimpanan geologis yang sesuai, membutuhkan uang dalam jumlah besar.</p>
<p>Akibatnya, satu-satunya aplikasi penangkapan karbon yang bekerja saat itu - dan sekarang - adalah menggunakan gas yang terperangkap dalam skema <em>Enhanced Oil Recovery</em>. </p>
<p>Di luar dari <a href="https://www.power-technology.com/projects/sask-power-boundary/">satu proyek percontohan</a>, tidak pernah ada penangkapan karbon dioksida dari cerobong pembangkit listrik tenaga batu bara dengan karbon yang disimpan di bawah tanah.</p>
<p>Pada tahun 2009, menjadi semakin jelas bahwa pengurangan bertahap tidak akan mungkin dilakukan seperti yang diinginkan oleh pembuat kebijakan.</p>
<p>Itu terjadi bahkan jika penangkapan dan penyimpanan karbon aktif dan berjalan. Jumlah karbon dioksida yang dipompa ke udara setiap tahun membuat manusia kehabisan waktu dengan cepat.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1206090200725606400"}"></div></p>
<p>Berharap solusi untuk krisis iklim memudar lagi, perlu solusi ajaib lainnya.</p>
<p>Sebuah teknologi dibutuhkan tidak hanya untuk memperlambat peningkatan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer, tetapi juga membalikkannya.</p>
<p>Komunitas pemodelan ekonomi-iklim - yang sudah dapat memasukkan penyerap karbon nabati dan penyimpanan karbon geologis dalam model mereka - semakin mengadopsi “solusi” untuk menggabungkan keduanya.</p>
<p>Jadi, Penangkapan dan Penyimpanan Karbon berbasis Bioenergi, atau <a href="https://www.carbonbrief.org/beccs-the-story-of-climate-changes-saviour-technology">BECCS</a>, dengan cepat muncul sebagai teknologi penyelamat baru.</p>
<p>Dengan membakar biomassa yang “dapat diganti” seperti kayu, tanaman, dan limbah pertanian, bukannya batu bara, di pembangkit listrik, dan menangkap karbon dioksida dari cerobong pembangkit listrik dan menyimpannya di bawah tanah, BECCS dapat menghasilkan listrik sekaligus menghilangkan karbon dioksida dari atmosfer.</p>
<p>Ini karena biomassa, seperti pohon bertumbuh, mereka menyedot karbon dioksida dari atmosfer.</p>
<p>Dengan menanam pohon dan tanaman bioenergi lainnya dan menyimpan karbon dioksida yang dilepaskan saat dibakar, lebih banyak karbon dapat dihilangkan dari atmosfer.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/24ESlXSa1sU?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
</figure>
<p>Dengan solusi baru ini, komunitas internasional berkumpul kembali dari kegagalan berulang kali untuk melakukan upaya lain untuk mengekang gangguan iklim.</p>
<p>Adegan penting tersebut itu ditetapkan saat konferensi iklim tahun 2015, di Paris.</p>
<h2>Fajar palsu di Paris</h2>
<p>Saat Sekretaris Jendral mengakhiri konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-21 tentang perubahan iklim, suara gemuruh terdengar dari kerumunan.</p>
<p>Orang-orang melompat, saling berpelukan, air mata berlinang dari mata kemerahan akibat kurang tidur.</p>
<p>Emosi pada 13 Desember 2015 bukan hanya untuk kamera.</p>
<p>Setelah berminggu-minggu, negosiasi tingkat tinggi yang melelahkan di Paris, <a href="https://unfccc.int/process-and-meetings/the-paris-agreement/the-paris-agreement">mencapai</a> sebuah terobosan.</p>
<p>Setelah kesalahan awal dan kegagalan selama puluhan tahun, komunitas internasional akhirnya setuju untuk melakukan apa yang diperlukan untuk membatasi pemanasan global jauh di bawah 2°C, lebih baik lagi hingga 1,5°C, dibandingkan dengan tingkat pra-industri.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/_jA8k4YDzlo?wmode=transparent&start=286" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
</figure>
<p>Perjanjian Paris adalah kemenangan yang menakjubkan bagi mereka yang paling berisiko terhadap dampak perubahan iklim.</p>
<p>Negara-negara industri kaya akan semakin terpengaruh dengan kenaikan suhu global.</p>
<p>Tetapi, negara-negara pulau dataran rendah, seperti Maladewa dan Kepulauan Marshall, berada pada risiko tinggi. </p>
<p>Seperti yang dijelaskan oleh <a href="https://www.ipcc.ch/sr15/">laporan khusus</a> PBB, jika Perjanjian Paris tidak dapat membatasi pemanasan global hingga 1,5°C, jumlah nyawa yang hilang akibat badai yang lebih hebat, kebakaran, gelombang panas, kelaparan dan banjir akan meningkat secara signifikan.</p>
<p>Tetapi, Anda bisa menemukan emosi lain yang bersembunyi pada delegasi pada 13 Desember. Keraguan.</p>
<p>Kami kesulitan menemukan ilmuwan iklim mana yang pada saat itu menganggap Perjanjian Paris bisa dilakukan.</p>
<p>Kami telah diberitahu oleh beberapa ilmuwan bahwa Perjanjian Paris “tentu saja penting untuk keadilan iklim, tetapi tidak dapat dijalankan” dan “sangat mengejutkan, tidak ada yang berpikir bahwa pembatasan hingga 1,5°C mungkin dilakukan”.</p>
<p>Alih-alih dapat membatasi pemanasan hingga 1,5°C, seorang akademisi senior yang terlibat dalam IPCC menyimpulkan bahwa kita telah melampaui <a href="https://theconversation.com/climate-change-weve-created-a-civilisation-hell-bent-on-destroying-itself-im-terrified-writes-earth-scientist-113055">3°C pada akhir abad ini</a>.</p>
<p>Alih-alih menghadapi keraguan kami, para ilmuwan memutuskan untuk membangun dunia fantasi yang lebih rumit di mana kami akan aman.</p>
<p>Harga yang harus dibayar untuk kepengecutan kita: harus tutup mulut tentang absurditas yang terus meningkat dari penghapusan karbon dioksida skala planet yang diperlukan.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/399191/original/file-20210506-23-icwrre.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/399191/original/file-20210506-23-icwrre.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/399191/original/file-20210506-23-icwrre.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/399191/original/file-20210506-23-icwrre.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/399191/original/file-20210506-23-icwrre.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/399191/original/file-20210506-23-icwrre.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/399191/original/file-20210506-23-icwrre.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Yang menjadi pusat perhatian adalah BECCS, karena ini adalah satu-satunya cara model ekonomi-iklim dapat menemukan skenario yang akan konsisten dengan Perjanjian Paris.</p>
<p>Bukannya menstabilkan, emisi karbon dioksida global telah meningkat sekitar 60% sejak 1992.</p>
<p>BECCS, seperti semua solusi sebelumnya, terlalu indah untuk menjadi kenyataan.</p>
<p>Dari seluruh skenario yang dihasilkan oleh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) dengan peluang 66% atau lebih baik untuk membatasi kenaikan suhu hingga 1,5°C, BECCS perlu menghilangkan 12 miliar ton karbon dioksida setiap tahun.</p>
<p>BECCS pada skala ini akan membutuhkan skema penanaman besar-besaran untuk pohon dan tanaman bioenergi.</p>
<p>Bumi pasti membutuhkan lebih banyak pohon. Manusia telah menebang sekitar <a href="https://theconversation.com/three-trillion-trees-live-on-earth-but-there-would-be-twice-as-many-without-humans-46914">tiga triliun</a>, sejak pertama kali mulai bertani sekitar 13.000 tahun yang lalu.</p>
<p>Tetapi, alih-alih membiarkan ekosistem pulih dari dampak manusia dan hutan untuk tumbuh kembali, BECCS umumnya mengacu pada perkebunan skala industri yang dipanen secara teratur untuk bioenergi daripada karbon yang disimpan di batang hutan, akar dan tanah.</p>
<p>Saat ini, dua biofuel yang paling <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7320919/">efisien</a> adalah tebu untuk bioetanol dan minyak sawit untuk biodiesel - keduanya ditanam di daerah tropis.</p>
<p>Barisan tak berujung pohon monokultur yang tumbuh cepat atau tanaman bioenergi lainnya yang dipanen secara berkala <a href="https://www.politico.com/news/magazine/2021/03/26/biomass-carbon-climate-politics-477620">merusak keanekaragaman hayati</a>.</p>
<p>Diperkirakan BECCS akan memerlukan antara <a href="https://www.imperial.ac.uk/media/imperial-college/grantham-institute/public/publications/briefing-papers/BECCS%20-deployment%20---%20a-reality-check.pdf">0,4 dan 1,2 miliar hektare lahan</a>.</p>
<p>Ini artinya sekitar 25% hingga 80% dari semua tanah yang saat ini digarap.</p>
<p>Bagaimana bisa mencapai itu dan saat yang sama memberi makan 8-10 miliar orang pertengahan abad ini atau tanpa menghancurkan vegetasi asli dan keanekaragaman hayati?</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/carbon-capture-on-power-stations-burning-woodchips-is-not-the-green-gamechanger-many-think-it-is-110475">Carbon capture on power stations burning woodchips is not the green gamechanger many think it is</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Menanam miliaran pohon akan menghabiskan <a href="https://www.nature.com/articles/s41467-021-21640-3">jumlah air yang sangat besar</a> - di beberapa tempat di mana <a href="https://theconversation.com/planting-trees-must-be-done-with-care-it-can-create-more-problems-than-it-addresses-128259">orang sudah kekurangan air</a>.</p>
<p>Meningkatnya tutupan hutan di lintang yang lebih tinggi dapat memiliki <a href="https://agupubs.onlinelibrary.wiley.com/doi/pdfdirect/10.1002/2016GL071459">efek pemanasan secara keseluruhan</a> karena mengganti padang rumput atau ladang dengan hutan berarti permukaan tanah menjadi lebih gelap.</p>
<p>Tanah yang lebih gelap ini menyerap lebih banyak energi dari matahari sehingga suhu meningkat.</p>
<p>Berfokus pada pengembangan perkebunan yang luas di negara tropis yang lebih miskin disertai risiko orang-orang diusir <a href="https://www.researchgate.net/publication/307509892_Stakeholder_and_tropical_reforestation_challenges_tradeoffs_and_strategies_in_dynamic_environments">dari tanah mereka</a>.</p>
<p>Dan, sering dilupakan bahwa pepohonan dan tanah pada umumnya telah menyerap dan menyimpan <a href="https://www.globalcarbonproject.org/carbonbudget/20/publications.htm">karbon dalam jumlah besar</a> melalui apa yang disebut penyerap karbon terestrial alami.</p>
<p>Gangguan terhadap penyerap karbon ini akan mengacaukan penyerapan dan menyebabkan <a href="https://theconversation.com/is-the-eu-cheating-on-its-net-zero-emissions-plan-heres-what-the-%20sains-mengatakan-147047">penghitungan ganda</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/399193/original/file-20210506-17-kob9d0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/399193/original/file-20210506-17-kob9d0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/399193/original/file-20210506-17-kob9d0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/399193/original/file-20210506-17-kob9d0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/399193/original/file-20210506-17-kob9d0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/399193/original/file-20210506-17-kob9d0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/399193/original/file-20210506-17-kob9d0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Karena dampak ini semakin dipahami, rasa optimisme di sekitar BECCS <a href="https://www.carbonbrief.org/in-depth-experts-assess-the-feasibility-of-negative-emissions">telah berkurang</a>.</p>
<h2>Mimpi belaka</h2>
<p>Karena kesadaran betapa sulitnya Paris mengingat emisi yang terus meningkat dan potensi BECCS yang terbatas, kata kunci baru muncul di lingkaran kebijakan: “<a href="https://www.nature.com/articles/%20s41598-017-14503-9">skenario melampaui batas</a>”.</p>
<p>Suhu akan dibiarkan melampaui 1,5°C dalam waktu dekat, tetapi kemudian diturunkan dengan berbagai penghilangan karbon dioksida pada akhir abad ini.</p>
<p>Artinya, nol bersih sebenarnya berarti <a href="https://www.iea.org/commentaries/going-carbon-negative-what-are-the-technology-options">karbon negatif</a>.</p>
<p>Dalam beberapa dekade, kita perlu mengubah peradaban manusia dari yang saat ini mengeluarkan 40 miliar ton karbon dioksida ke atmosfer setiap tahun menjadi peradaban yang menghasilkan pembuangan bersih puluhan miliar.</p>
<p><a href="https://www.nytimes.com/2020/02/12/opinion/trump-climate-change-trees.html">Penanaman pohon massal</a>, untuk bioenergi atau sebagai upaya penggantian (<em>offset</em>), telah menjadi upaya terbaru untuk menunda penghentian penggunaan bahan bakar fosil.</p>
<p>Tetapi, kebutuhan yang terus meningkat untuk menghilangkan karbon menuntut lebih banyak.</p>
<p>Inilah mengapa ide berkembang tentang penangkapan udara langsung, sekarang sedang <a href="https://www.wri.org/blog/2020/03/to-unlock-the-potential-of-direct-air-capture-%20we-must-invest-now">dipuji oleh beberapa orang</a>, sebagai teknologi paling menjanjikan di luar sana.</p>
<p>Ini umumnya lebih ramah bagi ekosistem karena membutuhkan <a href="https://hoffmanncentre.chathamhouse.org/article/betting-on-beccs-exploring-land-based-negative-emissions-technologies/">lahan yang jauh lebih sedikit</a> untuk beroperasi daripada BECCS, termasuk lahan yang dibutuhkan untuk memberi tenaga menggunakan angin atau panel surya.</p>
<p>Sayangnya, penangkapan udara langsung, karena <a href="https://www.wri.org/blog/2021/01/direct-air-capture-definition-cost-considerations">biaya dan kebutuhan energi yang tinggi</a>, jika layak untuk diterapkan dalam skala besar, tidak akan dapat <a href="https://www.nature.com/articles/s41558-020-0885-y">bersaing dengan BECCS</a> yang menyedot lahan pertanian. </p>
<p>Sekarang seharusnya sudah jelas ke mana arahnya. </p>
<p>Saat fatamorgana dari setiap solusi teknis yang ajaib menghilang, alternatif lain, yang juga tidak bisa dijalankan, muncul untuk menggantikannya.</p>
<p>Yang berikutnya, sudah di depan mata dan bahkan lebih mengerikan.</p>
<p>Setelah kami menyadari nol bersih tidak akan terjadi pada waktunya atau bahkan sama sekali, <a href="https://theconversation.com/why-you-need-to-get-involved-in-the-geoengineering-debate-now-85619"><em>geoengineering</em></a> - intervensi skala besar dalam sistem iklim Bumi - mungkin akan digunakan sebagai solusi untuk membatasi peningkatan suhu.</p>
<p>Salah satu ide <em>geoengineering</em> yang paling banyak diteliti adalah <a href="https://theconversation.com/blocking-out-the-sun-wont-fix-climate-change-but-it-could-buy-us-time-%2050818">manajemen radiasi matahari</a>, injeksi jutaan ton asam sulfat <a href="https://www.nature.com/articles/s41559-017-0431-0">ke stratosfer</a> yang akan memantulkan sebagian energi matahari dari Bumi .</p>
<p>Ini adalah ide yang liar, tetapi beberapa akademisi dan politikus sangat serius, meski ada <a href="https://www.nae.edu/19579/19582/21020/228883/228936/Benefits-and-Risks-of-Stratospheric%20-Solar-Radiasi-Manajemen-untuk-Iklim-Intervensi-Geoengineering">risiko</a> yang signifikan.</p>
<p>Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional AS, misalnya, telah merekomendasikan <a href="https://www.nationalacademies.org/news/2021/03/new-report-says-us-should-cautiously-pursue%20-solar-geoengineering-research-to-better-memahami-options-for-respond-to-climate-change-risk">mengalokasikan hingga US$200 juta</a> selama lima tahun ke depan untuk mengeksplorasi bagaimana <em>geoengineering</em> dapat diterapkan dan diatur.</p>
<p>Pendanaan dan penelitian di bidang ini pasti akan meningkat secara signifikan.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/399376/original/file-20210507-19-220ovf.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/399376/original/file-20210507-19-220ovf.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/399376/original/file-20210507-19-220ovf.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/399376/original/file-20210507-19-220ovf.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/399376/original/file-20210507-19-220ovf.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/399376/original/file-20210507-19-220ovf.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/399376/original/file-20210507-19-220ovf.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Kejujuran yang sulit</h2>
<p>Pada prinsipnya, tidak ada yang salah atau berbahaya tentang proposal penghapusan karbon dioksida.</p>
<p>Faktanya, mengembangkan cara-cara untuk mengurangi konsentrasi karbon dioksida bisa terasa sangat menggairahkan.</p>
<p>Anda menggunakan sains dan teknik untuk menyelamatkan umat manusia dari bencana. Apa yang Anda lakukan itu penting.</p>
<p>Ada juga realisasi bahwa penghilangan karbon akan dibutuhkan untuk mengurangi sebagian emisi dari sektor-sektor, seperti penerbangan dan produksi semen.</p>
<p>Jadi, akan ada peran kecil untuk sejumlah pendekatan penghilangan karbon dioksida yang berbeda.</p>
<p>Masalah muncul ketika diasumsikan bahwa ini dapat diterapkan dalam skala besar.</p>
<p>Ini secara efektif berfungsi sebagai cek kosong untuk melanjutkan pembakaran bahan bakar fosil dan percepatan perusakan habitat.</p>
<p>Teknologi pengurangan karbon dan <em>geoengineering</em> harus dilihat sebagai semacam kursi pelontar yang dapat mendorong umat manusia menjauh dari perubahan lingkungan yang cepat dan dahsyat.</p>
<p>Sama seperti kursi pelontar di pesawat jet, ini hanya boleh digunakan sebagai pilihan terakhir.</p>
<p>Namun, pembuat kebijakan dan bisnis tampaknya sepenuhnya serius untuk menerapkan teknologi yang sangat spekulatif sebagai cara untuk membawa peradaban kita ke tujuan yang berkelanjutan.</p>
<p>Padahal, ini tidak lebih dari dongeng.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Kerumunan anak muda memegang plakat." src="https://images.theconversation.com/files/393130/original/file-20210401-17-ntcpsp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/393130/original/file-20210401-17-ntcpsp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/393130/original/file-20210401-17-ntcpsp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/393130/original/file-20210401-17-ntcpsp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/393130/original/file-20210401-17-ntcpsp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/393130/original/file-20210401-17-ntcpsp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/393130/original/file-20210401-17-ntcpsp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">‘There is no Planet B’: anak-anak di Birmingham, Inggris, memprotes krisis iklim.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/wwb1TJMd1BQ">Callum Shaw/Unsplash</a>, <a class="license" href="http://artlibre.org/licence/lal/en">FAL</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Satu-satunya cara untuk menjaga keselamatan umat manusia adalah dengan pengurangan radikal dan berkelanjutan terhadap emisi gas rumah kaca dengan <a href="https://yaleclimateconnections.org/2020/07/what-is-climate-justice/">cara yang adil secara sosial</a>.</p>
<p>Para akademisi biasanya melihat diri mereka sebagai pelayan masyarakat. Memang banyak yang dipekerjakan sebagai pegawai publik.</p>
<p>Mereka yang bekerja di bidang ilmu iklim dan kebijakan mati-matian bergumul dengan masalah yang semakin sulit.</p>
<p>Demikian pula, mereka yang memperjuangkan nol bersih sebagai cara menerobos penghalang yang menahan tindakan efektif terhadap iklim juga bekerja dengan niat terbaik.</p>
<p>Tragisnya adalah upaya kolektif mereka tidak pernah mampu memberikan tantangan yang efektif terhadap proses kebijakan iklim yang hanya akan memungkinkan eksplorasi skenario yang sempit. </p>
<p>Kebanyakan akademisi merasa sangat tidak nyaman melewati garis yang memisahkan pekerjaan harian mereka dari masalah sosial dan politik yang lebih luas.</p>
<p>Ada ketakutan yang nyata bahwa dilihat sebagai pendukung atau penentang isu tertentu dapat mengancam independensi mereka. Ilmuwan adalah salah satu profesi terpercaya. Kepercayaan sulit dibangun dan mudah dihancurkan.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/399664/original/file-20210510-5566-7kuivj.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/399664/original/file-20210510-5566-7kuivj.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/399664/original/file-20210510-5566-7kuivj.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/399664/original/file-20210510-5566-7kuivj.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/399664/original/file-20210510-5566-7kuivj.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/399664/original/file-20210510-5566-7kuivj.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/399664/original/file-20210510-5566-7kuivj.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tetapi, ada garis lain yang tidak terlihat, yang menjaga integritas akademik dan sensor diri.</p>
<p>Sebagai ilmuwan, kami diajarkan untuk bersikap skeptis, untuk mengarahkan hipotesis ke tes dan interogasi yang ketat.</p>
<p>Tetapi, ketika sampai pada tantangan terbesar yang mungkin dihadapi umat manusia, kami sering menunjukkan kurangnya analisis kritis.</p>
<p>Secara pribadi, para ilmuwan menyatakan skeptisisme yang signifikan tentang Perjanjian Paris, BECCS, <a href="https://www.ft.com/content/2d96502f-c34d-4150-aa36-9dc16ffdcad2"><em>offsetting</em></a>, <em>geoengineering</em>, dan <em>net zero</em>.</p>
<p>Terlepas dari <a href="https://www.nature.com/news/polopoly_fs/1.19074!/menu/main/topColumns/topLeftColumn/pdf/528437a.pdf">beberapa pengecualian penting</a>, di depan umum, kami melakukan pekerjaan kami, mendaftar untuk pendanaan, menerbitkan makalah, dan mengajar.</p>
<p>Jalan menuju bencana perubahan iklim telah dilapisi dengan studi kelayakan dan penilaian dampak.</p>
<p>Alih-alih mengakui keseriusan situasi, kami malah terus berpartisipasi dalam fantasi <em>net zero</em>.</p>
<p>Apa yang akan kita lakukan saat kenyataan pahit menerpa? Apa yang akan kita katakan kepada teman dan orang yang kita cintai tentang kegagalan untuk berbicara sekarang?</p>
<p>Waktunya telah tiba untuk menyuarakan ketakutan kita dan jujur kepada masyarakat yang lebih luas. </p>
<p>Kebijakan nol bersih saat ini tidak akan mampu mempertahankan kenaikan suhu di bawh 1,5°C karena memang tidak dimaksudkan untuk itu.</p>
<p>Kebijakan ini dari dulu dan hingga kini masih didorong oleh kebutuhan untuk melindungi bisnis seperti biasa, bukan iklim.</p>
<p>Jika kita ingin menjaga keselamatan manusia, maka pengurangan emisi karbon dalam jumlah besar dan berkelanjutan perlu dilakukan sekarang.</p>
<p>Ini adalah ujian yang sangat sederhana yang harus diterapkan pada semua kebijakan iklim. Masa untuk berangan-angan telah berakhir.</p>
<hr>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/313478/original/file-20200204-41481-1n8vco4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/313478/original/file-20200204-41481-1n8vco4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=112&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/313478/original/file-20200204-41481-1n8vco4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=112&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/313478/original/file-20200204-41481-1n8vco4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=112&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/313478/original/file-20200204-41481-1n8vco4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=140&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/313478/original/file-20200204-41481-1n8vco4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=140&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/313478/original/file-20200204-41481-1n8vco4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=140&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure><img src="https://counter.theconversation.com/content/159739/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Para akademisi terkemuka, termasuk mantan ketua IPCC, mendukung pemerintah di seluruh dunia menggunakan konsep emisi nol bersih sebagai “greenwash” atas lemahnya komitmen mengatasi pemanasan global.
James Dyke, Senior Lecturer in Global Systems, University of Exeter
Robert Watson, Emeritus Professor in Environmental Sciences, University of East Anglia
Wolfgang Knorr, Senior Research Scientist, Physical Geography and Ecosystem Science, Lund University
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/159728
2021-05-07T10:26:40Z
2021-05-07T10:26:40Z
Pidato iklim Jokowi : percaya diri tetapi tidak ambisius untuk hadapi krisis iklim
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/399363/original/file-20210507-19-1ncalw7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=3%2C6%2C2041%2C1302&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Tanpa ada penurunan emisi yang ambisius, dampak krisis iklim berpotensi meningkat di masa depan. </span> <span class="attribution"><span class="source">ANTARA FOTO/Fouri Gesang Sholeh/hp/07</span></span></figcaption></figure><p>Bertepatan dengan Hari Bumi tanggal 22 April, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memulai <a href="https://www.whitehouse.gov/briefing-room/statements-releases/2021/03/26/president-biden-invites-40-world-leaders-to-leaders-summit-on-climate/">pertemuan virtual dengan 40 kepala negara</a> untuk menegaskan komitmen penurunan emisi demi mencegah dampak krisis iklim. </p>
<p>Presiden Joko “Jokowi” Widodo menjadi salah satu kepala negara yang hadir secara virtual dalam <em>Leaders Summit on Climate 2021</em> tersebut. </p>
<p>Sayangnya, Presiden Jokowi tidak menyentuh sama sekali target penurunan emisi yang lebih ambisius, yang menjadi dasar pertemuan tingkat tinggi tersebut. </p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/i2wVGkS3NB8?wmode=transparent&start=2" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
</figure>
<h2>Belum ambisius</h2>
<p>Secara nasional, Indonesia sudah memiliki <a href="http://ditjenppi.menlhk.go.id/berita-ppi/3150-kontribusi-penurunan-emisi-grk-nasional,-menuju-ndc-2030.html">target penurunan emisi 29% dan 41% dengan bantuan internasional</a> dibandingkan dengan level emisi bisnis-seperti-biasa, di tahun 2030. </p>
<p>Namun, baik aktivis lingkungan dan peneliti iklim, mengatakan bahwa target tersebut belum membantu kontribusi penurunan angka emisi global secara signifikan. </p>
<p>Padahal, Indonesia masuk ke dalam <a href="https://www.wri.org/insights/interactive-chart-shows-changes-worlds-top-10-emitters">Top 10 pengemiter di dunia</a> karena perubahan tata guna lahan dan hutan serta konsumsi energi. </p>
<p>Linda Yanti Sulistiawati, dosen Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada dan Senior Research Fellow di Asia Pacific Centre for Environmental Law, NUS Singapura, mengatakan apabila negara-negara, apalagi pengemisi besar, tidak ambisius dalam menaikkan target emisi, maka suhu Bumi akan melebihi <a href="https://www.ipcc.ch/sr15">2 derajat Celsius</a> pada tahun 2050.</p>
<p>“Di dalam negeri jelas sama juga. Kalau pemerintah [Indonesia] tidak ambisius, apalagi <em>stakeholders</em> yang lain. Mereka bisa kurang bersemangat dan tidak tertarik kepada kegiatan penurunan emisi karbon,” jelas Linda yang pernah menjadi salah satu anggota delegasi Indonesia untuk perundingan iklim, di Paris, tahun 2015. </p>
<p>Tanpa ada target penurunan yang ambisius, maka negara-negara akan bertubi-tubi menghadapi <a href="https://www.kompas.com/sains/read/2020/12/03/163000023/apa-itu-bencana-hidrometeorologi-yang-harus-diwaspadai-di-musim-hujan-?page=all">bencana hidrometeorologi</a>, seperti kekeringan, banjir, longsor, dan puting beliung, hingga penyakit akibat iklim, seperti DBD dan malaria. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/siklon-tropis-seroja-mungkin-akan-hantam-indonesia-tiap-tahun-tapi-belum-dimasukkan-kluster-bencana-158619">Siklon tropis Seroja mungkin akan hantam Indonesia tiap tahun, tapi belum dimasukkan kluster bencana</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>“Indonesia memulai tahun 2021 ini dengan deretan bencana […] seperti banjir di Kalimantan Selatan, Jakarta, Semarang, dan siklon tropis Seroja baru-baru ini di Nusa Tenggara Timur,” tandas Adila Isfandiari, peneliti iklim dan energi Greenpeace Indonesia.</p>
<p>Adila menegaskan bahwa Presiden Jokowi belum sadar terhadap urgensi adanya krisis iklim saat ini.</p>
<p>“Padahal, Indonesia sebagai salah satu negara yang masuk dalam daftar 10 besar penghasil emisi karbon terbesar di dunia, sekaligus yang rentan terhadap berbagai dampak krisis iklim,” tandasnya. </p>
<p>“Seharusnya [Indonesia] dapat menggunakan kesempatan dalam KTT [konferensi tingkat tinggi] ini untuk menjadi pemimpin dari <em>Global South</em> [negara berkembang] dalam memerangi krisis iklim.”</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Lima orang aktivis lingkungan membawa spanduk berwarna-warni berdiri di trotoar." src="https://images.theconversation.com/files/399368/original/file-20210507-16-6ct96l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/399368/original/file-20210507-16-6ct96l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/399368/original/file-20210507-16-6ct96l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/399368/original/file-20210507-16-6ct96l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/399368/original/file-20210507-16-6ct96l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/399368/original/file-20210507-16-6ct96l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/399368/original/file-20210507-16-6ct96l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Protes para aktivis lingkungan hidup saat Hari Bumi 2021 mendesak pemerintah Indonesia untuk serius menanggulangi dampak krisis iklim, sebelum terlambat.</span>
<span class="attribution"><span class="source">ANTARA FOTO/Galih Pradipta/wsj</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Berpotensi menaikkan target emisi</h2>
<p>Secara politis, kehadiran negara-negara pengemisi karbon terbesar di dunia, seperti AS, Cina, India, Jepang, Rusia, bahkan Indonesia dalam <em>Biden Summit</em> menunjukkan bahwa perubahan iklim merupakan isu yang penting dan genting. </p>
<p>Tidak ada pilihan lain bagi para pemimpin dunia, selain memastikan bahwa target pemanasan suhu Bumi berada di bawah 1,5 derajat bisa tercapai. </p>
<p>Linda mengatakan bahwa Indonesia sebenarnya bisa meningkatkan target penurunan emisi, lebih dari 29% dan 41% (dengan dana internasional). </p>
<p>“Indonesia bisa mencapai target NDC lebih tinggi, apabila dilakukan usaha-usaha di luar dari bisnis-seperti-biasa. Hanya saja, itu belum tercermin dalam pidato maupun NDC kita,” katanya.</p>
<p>Komitmen NDC, atau <em><a href="https://unfccc.int/process-and-meetings/the-paris-agreement/nationally-determined-contributions-ndcs/nationally-determined-contributions-ndcs#:%7E:text=Nationally%20determined%20contributions%20(NDCs)%20are,the%20impacts%20of%20climate%20change.">Nationally Determined Contributions</a></em>, adalah komitmen penurunan emisi secara suka rela dari negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Perubahan Iklim (<a href="https://unfccc.int/">UNFCCC</a>) pada tahun 2030. </p>
<p>Dengan umur ekonomis PLTU batubara di Indonesia yang maksimal hanya sampai dengan 2060 (<a href="https://www.mongabay.co.id/2020/03/15/kala-pltu-batubara-picu-perubahan-iklim-dan-ancam-kesehatan-masyarakat/">1 PLTU sekitar 20-30tahun</a>), ia memprediksikan bahwa setidaknya Indonesia bisa mencapai <em>net zero emission</em> pada tahun tersebut.</p>
<p><em><a href="https://www.wri.org/insights/what-does-net-zero-emissions-mean-6-common-questions-answered">Net Zero Emissions</a></em> merupakan suatu kondisi di mana manusia harus menghilangkan sisa emisi dan tidak bisa lagi mengeluarkan emisi karbon ke atmosfer, yang idealnya harus tercapai <a href="https://www.nature.com/articles/s41467-021-22294-x">pada tahun 2050</a>.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/47cUhKOslWI?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
</figure>
<p>Target ini untuk menjaga <a href="https://www.mongabay.co.id/2015/12/13/moment-bersejarah-paris-agreement-akhirnya-disepakati-dalam-konferensi-perubahan-iklim-cop-21-paris/">suhu Bumi berada di bawah 1,5 derajat Celsius</a>, yang menjadi kesepakatan global di bawah <a href="https://unfccc.int/process-and-meetings/the-paris-agreement/the-paris-agreement">Perjanjian Paris</a>. </p>
<p>“Bahkan [bisa] sebelumnya [mencapai <em>net zero emissions</em>], [yaitu] tahun 2050 atau 2040, apabila kita bisa membalik kegiatan konvensional menjadi kegiatan yang menghasilkan energi terbarukan, tidak polutif. Ini tergantung niat dan usaha juga,” jelas Linda.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/narasi-elektrifikasi-rezim-jokowi-menutupi-dugaan-pelanggaran-ham-di-sektor-batu-bara-116670">Narasi elektrifikasi rezim Jokowi 'menutupi' dugaan pelanggaran HAM di sektor batu bara</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Sementara itu, Mahawan Karuniasa, ketua Jaringan Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan Indonesia sekaligus dosen Studi Ilmu Lingkungan, Universitas Indonesia, mengatakan Indonesia berpeluang melampaui target NDC tahun 2030, yaitu 29% dan 41%, apabila terus meningkatkan kemampuan pengendalian kebakaran. </p>
<p>Lebih lanjut, ia memberikan ilustrasi bahwa berdasarkan rata-rata pertumbuhan emisi tahun 2000 sampai dengan 2018, maka reduksi emisi pada 2030 dapat mencapai setidaknya 36%-45% dengan perhitungan jika emisi sektor kehutanan dan gambut berada pada 250.000-500.000 ton.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/tiga-kerugian-indonesia-bila-tidak-meningkatkan-target-penurunan-emisi-153097">Tiga kerugian Indonesia bila tidak meningkatkan target penurunan emisi</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Sementara itu, Adila mengatakan bahwa Indonesia mempunyai potensi dan kemampuan untuk mencapai komitmen emisi yang lebih tinggi dan cepat, yaitu <a href="https://en.antaranews.com/news/172934/bappenas-prepares-scenarios-for-achieving-net-zero-emissions-target">target net zero emission tahun 2050, bahkan 2045</a> jika ada kemauan politik yang kuat dari Jokowi. </p>
<p>“Kunci dari hal ini juga adalah desakan publik secara luas, termasuk generasi muda, pemangku kepentingan seperti sektor swasta, ekonom, ilmuwan dan para elite politik, termasuk kepala daerah, kepada Presiden Jokowi,” tegasnya. </p>
<h2>Terlalu percaya diri</h2>
<p>Indonesia cukup percaya diri dalam memaparkan pencapaian nasional dan menuntut komitmen penurunan emisi dari negara-negara maju dalam pertemuan viral tersebut. </p>
<p>Dalam <a href="https://setkab.go.id/konferensi-tingkat-tinggi-ktt-perubahan-iklim-leaders-summit-on-climate-22-april-2021-dari-istana-kepresidenan-bogor-provinsi-jawa-barat/">pidato singkatnya</a>, Presiden Jokowi menyampaikan akan membangun proyek percontohan kawasan industri tanpa emisi karbon (<em>net zero emission</em>) di Kalimantan Utara, rehabilitasi 620 ribu hektare hutan mangrove hingga tahun 2024, dan terbuka bagi investasi untuk transisi energi, bahan bakar nabati (<em>biofuel</em>), industri baterai litium, dan kendaraan listrik. </p>
<p>“Namun, kelemahan posisi Indonesia dalam pernyataan tersebut adalah pada aspek substansi, khususnya terkait komitmen NDC [tahun] 2030 dan <em>Net Zero Emission Global</em>,” jelas Mahawan. </p>
<p>Lebih lanjut, Mahawan mengatakan bahwa Indonesia tidak meningkatkan target mitigasi dan hanya memperkuat isu adaptasi, serta persoalan <em>Net Zero Emission</em> yang belum tuntas di kalangan internal. </p>
<p>“Hal ini berimplikasi pada pernyataan Presiden yang menjadi kurang lugas dibandingkan negara lain,” tambahnya. </p>
<hr>
<p><em>Adila Isfandiari, peneliti iklim dan energi Greenpeace Indonesia, telah diwawancarai via email untuk kelengkapan artikel ini.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/159728/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Pidato iklim Jokowi pada Biden Summit belum menunjukkan target yang ambisius cegah dampak krisis iklim lebih parah di Indonesia.
Fidelis Eka Satriastanti, Editor Lingkungan Hidup
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/159481
2021-04-22T11:16:30Z
2021-04-22T11:16:30Z
Hari Bumi: bagaimana gaya hidup etis di tengah kemerosotan lingkungan hidup?
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/396494/original/file-20210422-19-12h50wr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">climate change</span> </figcaption></figure><iframe src="https://open.spotify.com/embed-podcast/episode/3dAvPqjf9aI98kJdm3KtlM" width="100%" height="232" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<p>Hari Bumi atau <em>Earth Day</em> sebagai gerakan untuk menyelamatkan satu-satunya tempat tinggal manusia sudah berusia 51 tahun. </p>
<p>Namun, permasalahan lingkungan di Bumi masih terus terjadi, bahkan bertambah pelik. Mulai dari sampah, emisi karbon, polusi udara, hingga persoalan hak-hak masyarakat adat yang tercerabut. </p>
<p>Untuk episode podcast “SuarAkademia” kali ini, saya berbincang dengan Saras Dewi, dosen Filsafat, Universitas Indonesia, yang juga aktivis dan pecinta lingkungan hidup. </p>
<p>Kami <em>ngobrol</em> mulai dari dokumenter terbaru <em>Seaspiracy</em>, pola konsumsi manusia yang sudah merusak, apa itu gaya hidup yang “hijau”, hingga kekhawatiran dan harapan akan masa depan Bumi, manusia dan makhluk lainnya. </p>
<p>Saras (atau akrab dipanggil Yayas) juga mementahkan beberapa stereotip terkait gaya hidup ramah lingkungan yang terkesan mahal dan eksklusif, selain memberikan refleksi pribadi tentang cara dia memilih dengan kesadaran yang berpihak kepada lingkungan hidup. </p>
<p>Bagi Yayas, manusia memang menjadi penyebab kerusakan dan kemerosotan lingkungan. Namun, manusia juga bisa menjadi solusi dan mencegah kerusakan Bumi yang lebih parah lagi. </p>
<p>Simak obrolan ringan, namun filosofis, di Spotify, Google Podcast, Apple Podcast, serta YouTube. </p>
<p>Selamat Hari Bumi!</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/159481/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Ngobrol seru mulai dari Seaspiracy, pola konsumsi manusia yang sudah merusak, apa itu gaya hidup yang "hijau", hingga kekhawatiran dan harapan akan masa depan Bumi, manusia dan makhluk lainnya.
Fidelis Eka Satriastanti, Editor Lingkungan Hidup
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/157970
2021-04-22T04:38:02Z
2021-04-22T04:38:02Z
Gerakan aksi iklim Indonesia meningkat tapi belum pengaruhi kebijakan
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/395736/original/file-20210419-15-4v29vv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=11%2C23%2C3976%2C2628&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Aksi "Jeda Untuk Iklim di Jakarta, sebelum pandemi. </span> <span class="attribution"><span class="source">ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/wsj.</span></span></figcaption></figure><p>Aksi protes perubahan iklim bukan hal yang baru di Indonesia. Namun, memang baru pada 2019 bisa disebut sebagai tahun <a href="https://www.tempo.co/dw/1768/2019-tahun-bangkitnya-kesadaran-dan-aksi-protes-perubahan-iklim">kebangkitan aksi protes perubahan iklim</a>. </p>
<p>Selama pandemi, protes iklim virtual di Indonesia pernah berhasil mengumpulkan kurang lebih 1.000 orang yang tergabung dalam <em>zoom</em> dan siaran langsung YouTube tahun lalu.</p>
<p>Selain itu, para pemuda mengajak masyarakat terdampak, rohaniawan, hingga musisi, dalam protes virtual ini. </p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/Bg8L00knYLo?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Digital Climate Strike 2020 - “Pukul Mundur Krisis Iklim” (Greenpeace Indonesia)</span></figcaption>
</figure>
<p>Di satu sisi, protes yang masih berjalan meski pandemi menunjukkan animo masyarakat dalam memperjuangkan soal krisis iklim. </p>
<p>Sayangnya, gerakan ini masih belum bisa <strong>memengaruhi</strong> kebijakan iklim di Indonesia karena setidaknya butuh 9 jutaan orang untuk turun ke jalan dan melakukan protes. </p>
<h2>Dari masyarakat terdampak hingga fans K-Pop</h2>
<p>Protes iklim setiap hari Jumat oleh <a href="https://www.bbc.com/indonesia/majalah-50697434">Greta Thunberg</a>, remaja asal Swedia, sejak 2018 atau dikenal sebagai <em>Fridays for Future</em> memang <strong>memengaruhi</strong> maraknya aksi protes iklim di Indonesia. </p>
<p>Berdasarkan perhitungan <em>Fridays for Future</em>, sudah ada <a href="https://fridaysforfuture.org/what-we-do/strike-statistics/list-of-countries/">116 aksi protes iklim</a> di Indonesia sejak 15 Maret 2019 hingga 26 Maret 2021.</p>
<p>Jumlah ini relatif banyak mengingat dalam jangka waktu 2 tahun sudah ada ratusan aksi protes muncul di Indonesia.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/riset-awal-tunjukkan-nilai-kesadaran-perubahan-iklim-gen-z-di-indonesia-sangat-tinggi-150958">Riset awal tunjukkan nilai kesadaran perubahan iklim Gen-Z di Indonesia sangat tinggi</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Pada 17 Maret 2021, puncak <a href="https://www.instagram.com/p/CMZfp3Ag7Jf/?utm_source=ig_web_copy_link">aksi protes iklim virtual</a> di Indonesia berhasil melibatkan banyak pihak, tidak hanya kelompok lingkungan.</p>
<p>Mulai dari ibu-ibu pejuang <a href="https://tirto.id/ibu-ibu-petani-kendeng-tagih-penuntasan-kasus-pabrik-semen-c2XC">Kendeng</a>, <a href="http://www.solidaritasperempuan.org/kontak/sp-kinasih-jogjakarta/">Solidaritas Perempuan Kinasih</a>, masyarakat terdampak banjir Kalimantan Selatan, hingga perempuan nelayan di <a href="https://www.walhi.or.id/dampak-perubahan-iklim-pulau-pari-alami-banjir-rob-dua-kali-setahun">Pulau Pari</a>, sebagai masyarakat terdampak dari krisis iklim, juga mengikuti protes daring ini. </p>
<p>Selain itu, ada juga gerakan pemuda, seperti <a href="https://www.instagram.com/youth_actkalimantan/?hl=en">Youth Act Kalimantan</a>, Federasi Pelajar Jakarta, NGO <a href="https://www.haka.or.id/">HAkA (Hutan, Alam, dan Lingkungan Aceh)</a>, serta tokoh agama dan musisi. </p>
<p>Keikutsertaan mereka menggambarkan dampak krisis iklim akan menghantam semua lapisan masyarakat.</p>
<p>Selama beberapa tahun belakangan, koalisi dan kelompok lingkungan peduli iklim mulai banyak bermunculan di Indonesia, seperti <a href="https://www.instagram.com/jedaiklim/">Jeda Untuk Iklim</a>, <a href="https://www.instagram.com/extinctionrebellion.id/">Extinction Rebellion Indonesia</a>, <a href="https://www.instagram.com/jaga_rimba/">Jaga Rimba</a>, <a href="https://www.golonganhutan.id/about-us">Golongan Hutan</a>, <a href="https://www.instagram.com/koproliklim/">Koprol Iklim</a>, dan <a href="https://www.instagram.com/climaterangers/">Climate Rangers</a>. </p>
<p>Ada juga <a href="https://www.instagram.com/kpop4planet/">kop4planet</a>, kelompok peduli lingkungan yang terbentuk karena terinspirasi oleh <a href="https://www.kompas.com/hype/read/2021/02/26/230540566/blackpink-ditunjuk-jadi-duta-konferensi-perubahan-iklim-pbb-2021">Blackpink</a>, grup penyanyi perempuan asal Korea Selatan, yang menjadi duta untuk Konferensi Perubahan Iklim PBB (<a href="https://unfccc.int/">UNFCCC</a>) tahun 2021.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/ibu-rumah-tangga-dan-petani-perempuan-berperan-vital-dalam-pergerakan-lingkungan-indonesia-133522">Ibu rumah tangga dan petani perempuan berperan vital dalam pergerakan lingkungan Indonesia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Selama pandemi, kelompok-kelompok ini mampu beradaptasi dan tetap melanjutkan aksi protes, bahkan sejak September 2020. </p>
<p>Tidak akan mengejutkan apabila pandemi berakhir, aksi protes turun ke jalan skala besar akan bertambah besar di Indonesia dan global. </p>
<h2>Belum cukup pengaruhi kebijakan</h2>
<p>Secara umum, gerakan ini di Indonesia belum cukup kuat untuk memengaruhi kebijakan iklim pemerintah.</p>
<p>Dalam presentasi di TEDxTalk pada 2013, profesor kebijakan publik dari Universitas Harvard AS Erica Chenoweth mengatakan bahwa perlawanan nirkekerasan kemungkinan besar dapat berhasil apabila melibatkan setidaknya 3,5% dari total populasi.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/YJSehRlU34w?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">The success of nonviolent civil resistance: Erica Chenoweth at TEDxBoulder.</span></figcaption>
</figure>
<p>Sebagai ilustrasi, gerakan iklim di Indonesia perlu melibatkan setidaknya 9.457.000 orang untuk berhasil, ini mengacu kepada <a href="https://www.bps.go.id/subject/12/kependudukan.html">total penduduk Indonesia saat ini</a>, yaitu 270,2 juta jiwa. </p>
<p>Jumlah ini masih terlampau jauh dari angka massa yang terlibat saat aksi protes, baik daring dan luring, pada Maret lalu. </p>
<p>Sehingga, aksi protes iklim ini masih membutuhkan dukungan dari seluruh masyarakat, khususnya anak muda. </p>
<p>Riset terbaru dari Dana R. Fisher dan Sohana Nasrin, peneliti dari Universitas Maryland AS tentang <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1002/wcc.683">aktivisme iklim dan dampaknya</a> menemukan bahwa aksi protes digital memiliki kelebihan bisa menghubungkan orang dari berbagai lokasi secara bersamaan. </p>
<p>Namun, aksi daring cenderung hanya melibatkan peserta dan perspektif yang terbatas.</p>
<p>Aksi protes digital belum efektif untuk menarik lebih banyak massa seperti aksi turun ke jalan, tempat aktivis dapat berinteraksi dengan masyarakat umum secara langsung untuk menarik perhatian. </p>
<p>Meski demikian, aksi ini efektif dan tetap penting untuk menjaga momentum pergerakan.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1380543699059408905"}"></div></p>
<h2>Menuntut penurunan emisi</h2>
<p>Meski karakter protes berubah, seruan global para aktivis iklim tidak bergeming. </p>
<p>Mereka menuntut agar negara-negara di dunia menurunkan emisi karbon secara ambisius untuk mencegah dampak perubahan iklim yang lebih parah.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/bila-pemanasan-global-melebihi-2-c-lelehan-es-antarktika-bisa-menaikkan-muka-laut-hingga-20-meter-126509">Bila pemanasan global melebihi 2°C, lelehan es Antarktika bisa menaikkan muka laut hingga 20 meter</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Kelompok ini menuntut <a href="https://www.instagram.com/p/CMPJlQNANRz/?utm_source=ig_web_copy_link">5 hal</a> kepada pemerintah Indonesia, yaitu:</p>
<p>1) mendeklarasikan darurat iklim.</p>
<p>2) meningkatkan komitmen iklim Indonesia sesuai dengan <a href="http://ppid.menlhk.go.id/siaran_pers/browse/298">Perjanjian Paris</a>, yaitu mencegah suhu Bumi lebih dari 1,5 derajat Celsius.</p>
<p>3) menghentikan investasi di sektor energi kotor (terutama batu bara) dan memilih energi bersih terbarukan untuk pertumbuhan ekonomi yang sehat. </p>
<p>4) menjamin keadilan bagi semua pejuang lingkungan.</p>
<p>5) mencabut seluruh kebijakan yang merusak lingkungan dan memastikan kebijakan baru yang fokus pada penanggulangan krisis iklim.</p>
<p>Menyambut hari Bumi 22 April 2021, koalisi lingkungan kembali menggelar aksi luring, <a href="https://www.instagram.com/p/CN2JFnfAbJi/?utm_source=ig_web_copy_link">Joget Jagat</a>, aksi joget bersama sebagai ekspresi keresahan atas krisis iklim yang terjadi.</p>
<p>Mereka juga menambah <a href="https://www.instagram.com/p/CN1fzvMAZYl/?utm_source=ig_web_copy_link">2 tuntutan</a> yang lebih spesifik, yaitu mengembalikan hutan melalui reboisasi (mencapai 600.000 hektare per tahun) dan memangkas penggunaan serta produksi batu bara sampai nol pada 2030. </p>
<p>Pemerintah Indonesia menargetkan <a href="https://www.thejakartapost.com/news/2021/03/22/indonesia-mulls-net-zero-emissions-target-by-2070.html">nol emisi</a> tercapai pada 2070. </p>
<p>Target ini mundur 20 tahun dari <a href="https://www.un.org/press/en/2020/sgsm20183.doc.htm">perjanjian yang telah disepakati global</a> di Paris. </p>
<p>Hingga kini, Indonesia tidak berencana menaikkan target emisi secara ambisius dan tetap dengan angka 29% dan 41% (dengan bantuan internasional) hingga 2030.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/tiga-kerugian-indonesia-bila-tidak-meningkatkan-target-penurunan-emisi-153097">Tiga kerugian Indonesia bila tidak meningkatkan target penurunan emisi</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Pada Februari, Badan PBB untuk Perubahan Iklim mengeluarkan <a href="https://unfccc.int/sites/default/files/resource/cma2021_02E.pdf">laporan</a> bahwa total target penurunan emisi sukarela negara-negara saat ini hanya akan mengurangi sekitar 2,8% pada 2030.</p>
<p>Ini tidak cukup untuk bisa menahan suhu Bumi melampaui 1,5 derajat Celsius dan mencegah dampak dari krisis iklim. </p>
<p>Mekanisme negosiasi internasional dalam Perjanjian Paris belum efektif untuk mengubah kebijakan iklim Pemerintah Indonesia. </p>
<p>Namun, tekanan domestik yang persisten terhadap pemerintah dari koalisi kelompok-kelompok lingkungan bisa mengubah kebijakan yang lebih menjanjikan.</p>
<hr>
<p><em>Penulis mewawancarai Melissa Kowara, Koordinator Nasional Extinction Rebellion Indonesia dan Steering Committee Jeda Untuk Iklim, dan Syaharani, salah satu mahasiswi dan penggiat aksi Jeda Untuk Iklim untuk kelengkapan artikel ini.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/157970/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Stanislaus Risadi Apresian adalah mahasiswa doktoral di Univeristy of Leeds penerima dana Beasiswa Unggulan Dosen Indonesia (BUDI) dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP)</span></em></p>
Gerakan protes iklim di Indonesia meningkat, tetapi belum bisa memengaruhi kebijakan.
Stanislaus Risadi Apresian, Assistant Professor of International Relations, Universitas Katolik Parahyangan
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/158831
2021-04-19T04:16:12Z
2021-04-19T04:16:12Z
Lautan telah menjadi lebih stabil, sayangnya ini bukan berita baik
<p>Kalau kita mudah mabuk laut, kata “stabil” mungkin bukan hal pertama yang akan kita ingat soal lautan. </p>
<p>Namun, saat suhu global naik, lautan di dunia, secara teknis, menjadi lebih stabil. </p>
<p>Ketika para ilmuwan berbicara soal stabilitas lautan, mereka mengacu kepada bagaimana lapisan lautan yang berbeda bercampur satu sama lain.<br>
Dalam studi terbaru, dari hasil analisis jutaan sampel, terungkap bahwa selama 5 dekade terakhir, stabilitas lautan meningkat <a href="https://www.nature.com/articles/s41586-021-03303-x">enam kali lebih cepat</a> dari yang diantisipasi oleh para ilmuwan. </p>
<p>Stabilitas lautan adalah pengatur penting untuk iklim global dan produktivitas ekosistem laut yang merupakan sumber pangan bagi manusia di dunia. </p>
<p>Ia mengontrol bagaimana panas, karbon, nutrien, dan gas terlarut berpindah-pindah antara lapisan atas dan bawah lautan. </p>
<p>Jadi, meski pun laut yang lebih stabil terdengar seperti hal yang menggembirakan, sebenarnya ini kurang menyenangkan dalam realitas. </p>
<p>Ini bisa berarti lapisan atas menyerap lebih banyak panas, tidak menyimpan nutrien, yang membawa dampak besar bagi kehidupan dan iklim lautan. </p>
<h2>Bagaimana lautan mengalirkan panas</h2>
<p>Suhu permukaan laut mendingin semakin jauh dari ekuator dan semakin dekat kutub. </p>
<p>Ini sebuah poin sederhana, tetapi memiliki implikasi yang besar. </p>
<p>Suhu, bersama dengan salinitas dan tekanan, mengontrol kepadatan air laut. Artinya, permukaan laut menjadi lebih padat saat menjauhi daerah tropis. </p>
<p>Kepadatan air laut juga meningkatkan kedalaman karena cahaya matahari yang menghangatkan lautan terserap di permukaan, sedangkan lautan dalam penuh dengan air dingin. </p>
<p>Perubahan kepadatan dengan kedalaman ini yang disebut oleh ahli kelautan sebagai stabilitas.</p>
<p>Semakin cepat meningkat, maka lautan semakin stabil. </p>
<hr>
<figure class="align-right ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p><strong><em>Tulisan ini bagian dari <a href="https://theconversation.com/uk/topics/oceans-21-96784">Oceans 21</a></em></strong>
<br><em>Serial kami terkait lautan global yang dibuka dengan <a href="https://oceans21.netlify.app">5 profil samudra</a>. Nantikan artikel-artikel baru terkait keadaan laut dunia menjelang konferensi iklim PBB berikutnya, C0P26. Serial ini merupakan persembahan dari jaringan internasional The Conversation.</em> </p>
<hr>
<p>Lautan terbagi menjadi dua lapisan, masing-masing memiliki tingkatan stabilitas yang berbeda. </p>
<p>Lapisan permukaan yang sudah tercampur menempati bagian atas (kira-kira) 100 meter, di mana panas, air tawar karbon, dan gas terlarut bertukar dengan atmosfer. </p>
<p>Turbulensi akibat angin dan ombak pada permukaan laut mencampurkan semua air menjadi satu. </p>
<p>Lapisan paling bawah dinamakan <em>abyss</em>, jurang yang sangat dalam yang mencapai ratusan meter hingga dasar laut. </p>
<p>Jurang ini sangat dingin dan gelap, arusnya yang lemah perlahan-lahan mengalirkan air ke seluruh Bumi dan tetap terisolasi dari permukaan selama berpuluh-puluh atau berabad-abad lamanya. </p>
<p>Jurang dan lapisan campuran permukaan dibatasi sesuatu yang disebut <em>pycnocline</em>. Ini mirip seperti lapisan plastik yang sangat tipis yang kita gunakan untuk membungkus makanan tidak begitu terlihat dan fleksible, tetapi bisa mencegah air masuk. </p>
<p>Ketika lapisan ini sobek, yang terjadi akibat turbulensi di lautan, maka air bisa bocor ke arah atas dan bawah. </p>
<p>Namun, ketika suhu global meningkat dan lapisan permukaan atas menyerap lebih banyak panas, maka <em>pycnocline</em> menjadi lebih stabil, membuat air di permukaan dan jurang lebih sulit untuk bercampur. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/393819/original/file-20210407-19-12vce43.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Dua ubur-ubur berenang dekat lapisan yang terlihat kabur di lautan." src="https://images.theconversation.com/files/393819/original/file-20210407-19-12vce43.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/393819/original/file-20210407-19-12vce43.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=449&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/393819/original/file-20210407-19-12vce43.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=449&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/393819/original/file-20210407-19-12vce43.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=449&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/393819/original/file-20210407-19-12vce43.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=565&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/393819/original/file-20210407-19-12vce43.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=565&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/393819/original/file-20210407-19-12vce43.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=565&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Ubur-ubur berada dekat <em>pycnocline</em> di fjord di daerah Swedia.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://en.wikipedia.org/wiki/Pycnocline#/media/File:Moon_jellyfishes_disturbing_the_top_water_layer_of_Gullmarn_fjord_1.jpg">W. Carter/Wikipedia</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Lalu, apa masalahnya?</p>
<p>Ada sabuk aliran air laut yang tidak terlihat yang memindahkan air hangat dari ekuator ke kutub, di mana ia mendingin dan menjadi lebih padat sehingga tenggelam, kembali ke ekuator di kedalaman.</p>
<p>Selama perjalanan ini, panas yang diserap di permukaan laut dipindahkan ke jurang, membantu mendistribusikan kembali beban panas laut, yang diakumulasi dari atmosfer yang memanas dengan cepat akibat emisi gas rumah kaca kita.</p>
<p>Jika <em>pycnocline</em> yang lebih stabil menyerap lebih banyak panas di permukaan laut, ini dapat mengganggu keefektifan laut menyerap panas berlebih dan memberikan tekanan kepada ekosistem perairan dangkal yang sensitif, seperti terumbu karang.</p>
<h2>Stabilitas meningkat, nutrien mengering</h2>
<p>Sama seperti permukaan laut mengandung panas yang harus dicampur ke bawah, jurang yang mengandung banyak sekali cadangan nutrisi perlu dicampur ke atas.</p>
<p>Bahan penyusun untuk sebagian besar ekosistem laut adalah fitoplankton: ganggang mikroskopis yang menggunakan fotosintesis untuk membuat makanan sendiri dan menyerap sejumlah besar CO₂ dari atmosfer, serta menghasilkan <a href="https://oceanservice.noaa.gov/facts/ocean-oxygen.html">sebagian besar oksigen dunia</a>.</p>
<p>Fitoplankton hanya dapat tumbuh apabila mendapatkan cukup cahaya dan nutrisi.</p>
<p>Selama musim semi, cahaya matahari, hari yang lebih panjang dan angin yang lebih ringan memungkinkan <em>pycnocline</em> musiman terbentuk di dekat permukaan.</p>
<p>Semua nutrisi yang terperangkap di atas <em>pycnocline</em> ini akan cepat digunakan oleh fitoplankton saat mereka tumbuh, atau diistilahkan sebagai musim semi.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/393815/original/file-20210407-23-13fjae3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Citra satelit yang menggambarkan biru cerah di lepas pantai barat daya Inggris." src="https://images.theconversation.com/files/393815/original/file-20210407-23-13fjae3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/393815/original/file-20210407-23-13fjae3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=480&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/393815/original/file-20210407-23-13fjae3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=480&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/393815/original/file-20210407-23-13fjae3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=480&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/393815/original/file-20210407-23-13fjae3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=603&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/393815/original/file-20210407-23-13fjae3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=603&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/393815/original/file-20210407-23-13fjae3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=603&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Alga di lepas pantai barat daya Inggris.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://en.wikipedia.org/wiki/Phytoplankton#/media/File:Cwall99_lg.jpg">Andrew Wilson and Steve Groom/NASA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Agar fitoplankton di permukaan tetap tumbuh, maka nutrisi dari jurang harus melewati <em>pycnocline</em>.</p>
<p>Akhirnya, muncul masalah lain. </p>
<p>Jika fitoplankton kekurangan nutrisi akibat <em>pycnocline</em> yang terlalu kuat, maka akan ada sedikit makanan untuk sebagian besar kehidupan laut, mulai dari hewan pemakan alga, ikan kecil, hingga hewan besar seperti hiu dan paus. </p>
<p>Lautan yang stabil kurang efektif dalam memindahkan panas ke laut dalam dan mengatur iklim, memberikan dampak buruk bagi jaring makanan di permukaan yang menjadi sumber manusia untuk gizi. </p>
<h2>Perlukah kita khawatir?</h2>
<p>Sirkulasi lautan terus berkembang dengan variasi alami dan perubahan yang disebabkan oleh manusia.</p>
<p>Meningkatnya stabilitas <em>pycnocline</em> hanyalah salah satu bagian dari teka-teki yang sangat kompleks yang berusaha dipecahkan oleh ahli kelautan.</p>
<p>Untuk memprediksi perubahan iklim di masa depan, kita menggunakan model numerik lautan dan atmosfer yang harus mencakup semua proses fisik yang bertanggung jawab terhadap perubahan tersebut. </p>
<p>Kita hanya tidak memiliki komputer yang cukup kuat untuk menyertakan efek proses turbulen skala kecil dalam model yang mensimulasikan kondisi dalam skala global.</p>
<p>Kita tahu bahwa aktivitas manusia memiliki dampak yang lebih besar dari yang diharapkan bagi planet Bumi dan kita mungkin tidak akan suka dengan konsekuensi yang harus dihadapi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/158831/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Phil Hosegood tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Perubahan iklim menguatkan pembagian antara permukaan laut dan jurang lautan.
Phil Hosegood, Associate Professor in Physical Oceanography, University of Plymouth
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/158832
2021-04-16T07:54:50Z
2021-04-16T07:54:50Z
Makhluk laut di ekuator berpindah ke tempat yang lebih dingin. Sejarah tunjukkan ini bisa berujung pada kepunahan massal
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/395203/original/file-20210415-23-1ozzlgp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=5%2C5%2C3355%2C2348&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Perairan tropis di kawasan ekuator terkenal dengan keragaman kehidupan laut di Bumi, memiliki terumbu karang berwarna-warni dan ikan tuna, penyu laut, pari manta dan hiu paus.</p>
<p>Jumlah spesies laut secara alami akan berkurang di wilayah yang semakin dekat ke kutub-kutub. </p>
<p>Para ahli ekologi sebelumnya berasumsi bahwa pola global ini akan tetap stabil selama beberapa abad. Sekarang, asumsi ini sudah berubah. </p>
<p><a href="https://www.pnas.org/content/118/15/e2015094118">Studi terbaru kami</a> menemukan bahwa lautan di sekitar ekuator telah menjadi terlalu panas bagi spesies untuk bertahan hidup. Ini akibat pemanasan global. </p>
<p>Singkatnya, pola global kini berubah sangat cepat.</p>
<p>Dan, ketika spesies berpindah ke perairan dingin, menuju kutub, maka akan ada dampak besar bagi ekosistem laut dan mata pencaharian manusia. </p>
<p>Ketika hal serupa terjadi sekitar 252 juta tahun lalu, setidaknya 90% dari semua spesies laut mati.</p>
<h2>Kekayaan spesies dalam bahaya</h2>
<p>Pola global ini, di mana jumlah spesies sedikit di area kutub dan lebih banyak di area ekuator, menghasilkan gradien kekayaan spesies yang berbentuk menyerupai lonceng. </p>
<p>Kami meneliti catatan distribusi dari hampir 50.000 spesies laut dari tahun 1955 dan menemukan ada penurunan yang cukup tajam. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/393752/original/file-20210407-19-cqd2db.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Grafik dengan 3 garis yang saling beririsan, masing-masing mewakili dekade yang berbeda. Ini menunjukkan antara tahun 1955 dan 1974, kurva hampir rata di bagian atas. Untuk garis 1975-1994 dan 1995-2015, penurunan terlihat lebih dalam, dengan puncak pada setiap sisi di bagian tengah." src="https://images.theconversation.com/files/393752/original/file-20210407-19-cqd2db.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/393752/original/file-20210407-19-cqd2db.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/393752/original/file-20210407-19-cqd2db.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/393752/original/file-20210407-19-cqd2db.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/393752/original/file-20210407-19-cqd2db.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/393752/original/file-20210407-19-cqd2db.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/393752/original/file-20210407-19-cqd2db.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Apabila kita lihat setiap garis pada grafik ini, bisa terlihat penurunan dalam untuk kekayaan spesies antara 1955 dan 1974. Ini semakin mendalam pada beberapa dekade selanjutnya.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Anthony Richardson</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Jadi, saat lautan menghangat, para penghuni laut mencari suhu yang mereka inginkan dengan cara berenang ke arah kutub. </p>
<p>Meskipun pemanasan di ekuator sebesar 0.6°C selama 50 tahun terakhir masih relatif rendah, <a href="https://science.sciencemag.org/content/334/6056/652">spesies tropis harus berpindah</a> untuk menjaga suhu tubuh mereka. </p>
<p>Saat pemanasan laut meningkat selama beberapa dekade karena perubahan iklim, penurunan di sekitar ekuator semakin tajam. </p>
<p><a href="https://www.nature.com/articles/nclimate2769">Kami memprediksi</a> perubahan semacam ini sekitar 5 tahun lalu menggunakan pendekatan modeling, dan kini kami sudah memiliki bukti hasil observasi. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/the-ocean-is-becoming-more-stable-heres-why-that-might-not-be-a-good-thing-157911">The ocean is becoming more stable – here's why that might not be a good thing</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Untuk setiap 10 grup spesies utama yang kami pelajari, termasuk ikan pelagis, ikan karang dan moluska, yang hidup di perairan atau dasar laut, jumlah mereka tetap atau sedikit menurun pada wilayah dengan suhu permukaan laut tahunan rata-rata di atas 20°C.</p>
<p>Saat ini, kekayaan spesies terbesar berada di belahan bumi utara pada garis lintang sekitar 30°LU (lepas pantai Cina bagian selatan dan Meksiko) dan di selatan sekitar 20°LS (lepas pantai Australia bagian selatan dan Brasil bagian selatan). </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="gerombolan ikan tuna." src="https://images.theconversation.com/files/393937/original/file-20210408-13-1cvlkq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/393937/original/file-20210408-13-1cvlkq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/393937/original/file-20210408-13-1cvlkq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/393937/original/file-20210408-13-1cvlkq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/393937/original/file-20210408-13-1cvlkq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/393937/original/file-20210408-13-1cvlkq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/393937/original/file-20210408-13-1cvlkq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Perairan tropis di ekuatorial terkenal memiliki keragaman kehidupan lautan, termasuk ikan tuna.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Sudah pernah terjadi</h2>
<p>Kita seharusnya tidak terkejut bahwa keanekaragaman hayati global akan bereaksi terhadap pemanasan global. </p>
<p>Ini sudah pernah terjadi sebelumnya dan memiliki akibat yang dramatis. </p>
<p><strong>252 juta tahun lalu…</strong></p>
<p>Pada akhir periode Permian, sekitar 252 juta tahun lalu, suhu global menghangat hingga 10°C selama 30.000-60.000 tahun sebagai hasil dari emisi gas rumah kaca akibat letusan gunung api di Siberia. </p>
<p><a href="https://www.pnas.org/content/117/30/17578">Sebuah studi pada tahun 2020</a> dari fosil yang ditemukan masa itu menunjukkan puncak keanekaragaman hayati di kawasan ekuator mendatar dan tersebar. Pada masa ini, pengaturan ulang besar-besaran pada biodiversitas global menyebabkan sehingga 90% dari spesies laut mati. </p>
<p><strong>125.000 tahun lalu…</strong></p>
<p><a href="https://www.pnas.org/content/109/52/21378">Studi tahun 2012 menunjukkan</a> selama pemanasan yang cepat sekitar 125.000 tahun lalu, ada perubahan yang mirip dari terumbu karang yang menjauhi daerah tropis, seperti terdokumentasikan pada catatan fosil. </p>
<p>Hasil ini merupakan pola yang sama dengan yang kami gambarkan, meski pun tidak ada hubungan dengan kepunahan massal. </p>
<p>Penulis dari studi tersebut menyebutkan bahwa hasil mereka mungkin meramalkan dampak dari pemanasan global saat ini, memperingatkan adanya kepunahan massal di masa depan ketika spesies berpindah ke daerah subtropis, di mana mereka harus berjuang untuk hidup dan beradaptasi. </p>
<p><strong>Masa kini…</strong></p>
<p><a href="https://www.pnas.org/content/117/23/12891">Sepanjang zaman es yang terakhir</a>, yang berakhir sekitar 15.000 tahun lalu, keragaman foram (sejenis cangkang keras dan plankton bersel satu) meningkat di kawasan ekuator dan menurun drastis kemudian.<br>
Ini penting karena plankton adalah spesies kunci dalam jaring makanan. </p>
<p>Studi kami menunjukkan bahwa penurunan tajam pada beberapa dekade belakangan akibat perubahan iklim dari kegiatan manusia. </p>
<h2>Dampak yang besar</h2>
<p>Kehilangan spesies di ekosistem tropis berarti resiliensi ekologis atas perubahan lingkungan telah menurun, sehingga mengancam keberlanjutan ekosistem. </p>
<p>Kekayaan spesies di ekosistem subtropis justru meningkat. </p>
<p>Ini berarti akan ada spesies invasif, interaksi antara predator dan mangsa yang baru, dan hubungan kompetisi yang baru. </p>
<p>Misalnya, <a href="https://www.abc.net.au/news/2019-09-13/sydney-growing-own-coral-reef-with-help-from-tropical-fish/11466192">ikan tropis</a> yang memasuki area iklim baru akan berkompetisi dengan spesies setempat untuk makanan dan habitat. </p>
<p>Ini bisa menghasilkan runtuhnya ekosistem, seperti yang kita lihat di pergantian antara periode Permian dan Triassic, di mana spesies punah dan pasokan ekosistem (persediaan makanan) berubah permanen. </p>
<p>Perubahan yang kami gambarkan juga akan memiliki dampak besar bagi mata pencaharian manusia. </p>
<p>Sebagai contoh, negara-negara kepulauan tropis bergantung kepada pemasukan dari armada pemancingan tuna dengan menjual izin di perairan mereka. </p>
<p>Spesies tuna dengan mobilitas tinggi sangat mungkin berpindah cepat ke wilayah subtropis, melampaui batas-batas negara. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/tropical-fisheries-does-limiting-international-trade-protect-local-people-and-marine-life-133403">Tropical fisheries: does limiting international trade protect local people and marine life?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Sama halnya dengan ikan karang yang penting bagi nelayan artisanal, dan megafauna dengan mobilitas tinggi seperti hiu paus, pari manta dan penyu laut yang menjadi pendukung wisata, akan berpindah ke daerah subtropis. </p>
<p>Pergerakan ikan komersial dan artisanal serta megafauna dapat memberikan hambatan bagi kemampuan negara-negara tropis untuk memenuhi target <a href="https://sdgs.un.org/goals">Tujuan Pembangunan Berkelanjutan</a> terkait kelaparan dan kehidupan laut. </p>
<h2>Apa yang bisa kita lakukan?</h2>
<p>Salah satu cara sudah tercantum dalam Perjanjian Iklim Paris dan ini melibatkan penurunan emisi secara agresif. </p>
<p>Ada pula cara-cara lain yang juga muncul yang bisa menjaga biodiversitas dan meminimalkan dampak terburuk dari perpindahan menjauhi ekuator. </p>
<p>Saat ini baru 2,7% laut yang mendapatkan <a href="https://mpatlas.org">perlindungan secara penuh</a>. </p>
<p>Ini masih jauh dari target 10% pada tahun 2020 di bawah Konvensi PBB untuk Keanekaragaman Hayati. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/393915/original/file-20210408-19-46u3s8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Pari manta dengan ikan lainnya" src="https://images.theconversation.com/files/393915/original/file-20210408-19-46u3s8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/393915/original/file-20210408-19-46u3s8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/393915/original/file-20210408-19-46u3s8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/393915/original/file-20210408-19-46u3s8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/393915/original/file-20210408-19-46u3s8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/393915/original/file-20210408-19-46u3s8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/393915/original/file-20210408-19-46u3s8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Pari manta dan megafauna lainnya meninggalkan ekuator akan memiliki dampak besar bagi pariwisata.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Namun, <a href="https://www.gov.uk/government/topical-events/global-ocean-alliance-30by30-initiative/about#global-ocean-alliance-members">41 negara</a> sedang mendorong target baru untuk melindungi 30% dari kawasan lautan pada tahun 2030. </p>
<p>Target “30 by 30” ini bisa melarang pertambangan dasar laut dan perikanan di kawasan lindung yang bisa menghancurkan habitat dan melepaskan karbon dioksida sama seperti <a href="https://www.nature.com/articles/s41586-021-03371-z">dunia penerbangan global</a>. </p>
<p>Langkah-langkah ini bisa menghilangkan tekanan terhadap keanekaragaman hayati dan mendorong resiliensi ekologis. </p>
<p>Merancang kawasan lindung yang sadar iklim juga bisa melindungi biodiversitas dari perubahan di masa depan. </p>
<p>Misalnya, kawasan lindung untuk kehidupan laut bisa berada di tempat pengungsian di mana iklim lebih stabil di masa depan. </p>
<p>Kita memiliki bukti bahwa perubahan iklim memengaruhi pola global terkuat di ekologi. Sehingga, kita tidak boleh menunda aksi-aksi mitigasi. </p>
<figure class="align-right ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p><strong><em>Tulisan ini bagian dari <a href="https://theconversation.com/uk/topics/oceans-21-96784">Oceans 21</a></em></strong>
<br><em>Serial kami terkait lautan global yang dibuka dengan <a href="https://oceans21.netlify.app">5 profil samudra</a>. Nantikan artikel-artikel baru terkait keadaan laut dunia menjelang konferensi iklim PBB berikutnya, C0P26. Serial ini merupakan persembahan dari jaringan internasional The Conversation.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/158832/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Anthony Richardson menerima dana dari Australian Research Council. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Chhaya Chaudhary bekerja untuk Goethe University, Frankfurt am Main, Jerman. Saat menjalani studi PhD (2014- 2019), ia menerima sebagian dana dari European Marine Observation Data Network (EMODnet) Biology didanai dari Direktorat Komisi Eropa - Direktorat Jendral untuk Maritim dan Perikanan (DG MARE) dan menerima U21 Doctoral Mobility Scholarship dari Universitas Auckland, tahun 2016.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>David Schoeman menerima dana dari Australian Research Council.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Mark John Costello tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Perubahan iklim telah membuat lautan tropis terlalu panas bagi beberapa spesies. Ketika berpindah ke arah kutub, akan berdampak besar bagi ekosistem dan mata pencaharian manusia.
Anthony Richardson, Professor, The University of Queensland
Chhaya Chaudhary, University of Auckland, Waipapa Taumata Rau
David Schoeman, Professor of Global-Change Ecology, University of the Sunshine Coast
Mark John Costello, Professor, University of Auckland, Waipapa Taumata Rau
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/157887
2021-03-25T09:20:39Z
2021-03-25T09:20:39Z
Muka laut meningkat cepat di kota-kota besar. Ini alasannya
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/391649/original/file-20210325-13-1ddhorb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=54%2C27%2C4455%2C3321&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Muka tanah Jakarta menurun, sementara air laut naik. </span> <span class="attribution"><span class="source">dani daniar / shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Kita sudah mengetahui bahwa kenaikan muka laut akibat perubahan iklim adalah ancaman besar. Tetapi, tidak banyak orang yang mengetahui ancaman penurunan muka tanah.</p>
<p>Di daerah pesisir yang padat penduduk, permukaan tanah turun lebih cepat ketimbang kenaikan muka laut. </p>
<p>Sebagai contoh, beberapa bagian kota Tokyo turun hingga 4 meter sepanjang Abad ke-20, sementara kota-kota lain, seperti <a href="https://www.deltares.nl/app/uploads/2015/09/Sinking-cities.pdf%22%22">Shanghai, Bangkok, and New Orleans</a> turun 2 meter atau lebih. </p>
<p>Kita mengenal proses ini sebagai subsiden. </p>
<p>Penurunan muka tanah secara perlahan terjadi alami di delta sungai dan bisa dipercepat dengan ekstraksi air tanah, minyak dan gas, yang menyebabkan tanah berkonsolidasi dan permukaan kehilangan ketinggian. </p>
<p>Subsiden akan berujung kepada kenaikan muka laut relatif (kenaikan muka laut ditambah penurunan tanah). </p>
<p>Hasilnya, lahan perkebunan menjadi asam, merusak bangunan, menimbulkan banjir dan bisa berakibat <a href="https://www.youtube.com/watch?v=jpPJMOp_P3M">hilangnya kawasan pesisir</a>.</p>
<p>Dibanding kenaikan muka laut, subsiden lebih berisiko menimbulkan banjir di kawasan pesisir di dataran rendah.</p>
<p>Namun, para peneliti baru memahami implikasi global dari ancaman ini sebatas pada kota-kota di pesisir. </p>
<p>Kawasan pesisir rata-rata mengalami kenaikan muka laut relatif kurang dari 3 milimeter (mm) per tahun, namun perumahan di kawasan pesisir rata-rata akan mengalami kenaikan sekitar 8mm hingga 10mm per tahun.</p>
<p>Hal ini terjadi karena banyak penduduk tinggal di delta sungai dan terutama perkotaan yang terletak di delta mengalami penurunan muka tanah. </p>
<p>Ini menjadi kunci penemuan dari <a href="https://www.nature.com/articles/s41558-021-00993-z">riset terbaru kami</a>, di mana kami menganalisis seberapa cepat perkotaan yang tenggelam di penjuru dunia dan membandingkan mereka dengan data subsiden global, termasuk kawasan pesisir dengan populasi sedikit. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/389831/original/file-20210316-19-na980a.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Peta kenaikan muka laut relatif di 23 kawasan pesisir di dunia." src="https://images.theconversation.com/files/389831/original/file-20210316-19-na980a.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/389831/original/file-20210316-19-na980a.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=329&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/389831/original/file-20210316-19-na980a.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=329&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/389831/original/file-20210316-19-na980a.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=329&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/389831/original/file-20210316-19-na980a.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=414&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/389831/original/file-20210316-19-na980a.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=414&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/389831/original/file-20210316-19-na980a.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=414&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Ketika dibebani dengan populasi penduduk, kenaikan muka laut relatif terburuk di Asia Tenggara, diikuti oleh Asia bagian selatan dan timur, serta Mediterania bagian selatan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.nature.com/articles/s41558-021-00993-z.pdf?origin=ppub">Nicholls et al</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Temuan kami merefleksikan bahwa manusia lebih memilih tinggal di delta sungai, dataran banjir, dan daerah rawan tenggelam lainnya. Ini akhirnya mempercepat subsiden. </p>
<p>Kota-kota yang tenggelam memiliki penduduk lebih dari 150 juta jiwa di kawasan pesisir, atau sekitar 20% dari total penduduk tinggal di pesisir. </p>
<p>Artinya, kenaikan muka laut relatif akan lebih mendadak dan memiliki dampak parah daripada yang diprediksikan oleh peneliti. </p>
<p>Berikut beberapa kota-kota yang paling terdampak : </p>
<h2>Jakarta</h2>
<p><a href="https://www.bbc.co.uk/news/world-asia-44636934%22%22">Jakarta</a> memiliki penduduk 10 juta jiwa dan dibangun di dataran rendah dekat dengan laut. </p>
<p>Penyedotan air tanah menjadi penyebab kota ini turun <a href="https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/106/1/012006/meta">lebih dari tiga meter</a> dari tahun 1947 hingga 2010 dan banyak bagian dari kota tersebut menurun hingga <a href="https://www.bbc.co.uk/news/world-asia-44636934">10 sentimeter (cm) atau lebih setiap tahun</a>. </p>
<p>Subsiden ini tidak terjadi merata, sehingga menimbulkan risiko yang tidak sama; akibatnya, <a href="https://link.springer.com/content/pdf/10.1007/s11069-011-9866-9.pdf">perencanaan perkotaan menjadi sulit</a>. </p>
<p>Bangunan-bangunan terhantam banjir, banyak kerusakan infrastruktur terlihat di bangunan yang diabaikan. </p>
<p>Jakarta telah membangun <a href="https://www.dw.com/en/jakarta-building-giant-sea-wall-to-stop-city-from-sinking/av-49921821">dinding laut</a> untuk mengatasi subsiden. </p>
<p>Namun, karena air tanah terus menerus disedot, kebijakan ini hanya akan bertahan sementara sebelum masalah yang sama berulang kembali. </p>
<p>Dan, kota ini perlu memompa karena air tanah masih digunakan sebagai air minum. </p>
<p>Menyedot air tanah, yang diperlukan agar manusia bisa bertahan hidup, pada akhirnya membuat kita menghadapi risiko banjir. </p>
<p>Perjuangan mengatasi subsiden <a href="https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/feart.2020.00005/full">semakin lemah</a>, dengan pemerintah di tahun 2019 mengusulkan untuk memindahkan ibu kota negara ke Kalimantan.</p>
<p>Subsiden menjadi <a href="https://www.theguardian.com/world/2019/aug/27/why-is-indonesia-moving-its-capital-city-everything-you-need-to-know">salah satu alasan perpindahan</a> ini. </p>
<h2>Shanghai</h2>
<p>Berkembang pesat selama beberapa dekade belakangan dan kini memiliki 26 juta penduduk, Shanghai menjadi salah satu terancam tenggelam. </p>
<p>Laju maksimal subsiden kota ini mencapai <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s10584-012-0468-7">sekitar 2,5cm per tahun</a>. </p>
<p>Ini terjadi akibat rendahnya muka air tanah, yang dipengaruhi oleh <a href="https://link.springer.com/content/pdf/10.1007/s11069-012-0220-7.pdf">saluran drainase untuk membangun pencakar langit, jalur kereta dan jalan</a> (contohnya, Metro Line 1, dibangun tahun 1990-an, menyebabkan penurunan muka tanah).</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/389853/original/file-20210316-24-18bgv8n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Badan air di depan gedung pencakar langit" src="https://images.theconversation.com/files/389853/original/file-20210316-24-18bgv8n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/389853/original/file-20210316-24-18bgv8n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/389853/original/file-20210316-24-18bgv8n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/389853/original/file-20210316-24-18bgv8n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/389853/original/file-20210316-24-18bgv8n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/389853/original/file-20210316-24-18bgv8n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/389853/original/file-20210316-24-18bgv8n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Shanghai berada di pertemuan antara sungai Yangtze dengan laut.</span>
<span class="attribution"><span class="source">John_T / shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Apabila tidak ada perlindungan, maka pada tahun 2100, laju subsiden dan kenaikan muka laut akan membuat sebuah badai dapat berisiko membanjiri sekitar 15% dari kota ini. </p>
<h2>New Orleans</h2>
<p>Di<a href="https://www.theatlantic.com/technology/archive/2018/02/how-humans-sank-new-orleans/552323/"> New Orleans</a>, tanggul dan saluran air yang berusia ratusan tahun telah efektif membanjiri dan menenggelamkan kota. Setengah area kota ini berada di bawah muka laut. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/389840/original/file-20210316-15-le51st.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Peta New Orleans dengan kawasan berwarna berada di bawah muka laut" src="https://images.theconversation.com/files/389840/original/file-20210316-15-le51st.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/389840/original/file-20210316-15-le51st.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=464&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/389840/original/file-20210316-15-le51st.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=464&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/389840/original/file-20210316-15-le51st.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=464&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/389840/original/file-20210316-15-le51st.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=583&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/389840/original/file-20210316-15-le51st.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=583&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/389840/original/file-20210316-15-le51st.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=583&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Banyak kawasan New Orleans berada di bawah muka laut (merah) dan bergantung pada dinding laut untuk tetap kering.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.datacenterresearch.org/maps/reference-maps/#gallery-5">The Data Center, New Orleans</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ketika Badai Katrina menghantam di tahun 2005, kota ini luluh lantak. </p>
<p>Kerugian yang diakibatkan oleh badai ini mencapai sedikitnya <a href="https://www.pnas.org/content/103/40/14653.short">40 miliar dolar AS</a> (Rp577 triliun) dan terutama dialami oleh <a href="https://journals.sagepub.com/doi/pdf/10.1177/0021934706296188">komunitas Afrika-Amerika</a> di kota tersebut. </p>
<p>Lebih dari <a href="https://www.pnas.org/content/103/40/14653.short">1.570 jiwa</a> meninggal di negara bagian Louisiana. </p>
<p>Jika kota ini tidak mengalami subsiden, kerusakan sangat mungkin bisa dikurangi dan banyak jiwa bisa diselamatkan. </p>
<p>Keputusan yang dibuat puluhan tahun lalu telah membuka jalan untuk bencana yang kita lihat saat ini, dan akan mungkin terjadi di masa depan. </p>
<h2>Tidak ada solusi mudah</h2>
<p>Lalu, apa yang bisa dilakukan? </p>
<p>Membangun <a href="https://www.mdpi.com/2071-1050/9/4/619">dinding laut atau tanggul</a> merupakan salah satu solusi yang cepat-cepat. </p>
<p>Ini tentu saja bisa mencegah air masuk ke kota. Tetapi, harus diingat bahwa dinding laut juga terus turun, sehingga harus dibuat sangat besar untuk bisa efektif dalam jangka panjang.</p>
<p>Di kawasan urban, para teknisi tidak bisa menaikkan tanah begitu saja, ini bisa butuh puluhan tahun sementara bangunan dan infrastruktur tetap berkembang. </p>
<p>Tidak ada solusi yang mudah dan subsiden urban skala besar tidak bisa dicegah. </p>
<p>Beberapa kota telah menemukan “solusi”.</p>
<p>Misalnya, Tokyo yang berhasil menghentikan subsiden dari tahun 1960 hingga kini melalui <a href="https://www.iges.or.jp/en/publication_documents/pub/peer/en/1208/IRES_Vol.6-2_403.pdf">aturan ketat terkait memompa air</a>. </p>
<p>Namun, ini tidak bisa menghilangkan semua risiko karena banyak bagian dari kota ini sudah berada di bawah muka laut, dan bergantung kepada tanggul dan pompa untuk tetap bisa ditinggali. </p>
<p>Keinginan Indonesia untuk <a href="https://www.theguardian.com/world/2019/aug/27/why-is-indonesia-moving-its-capital-city-everything-you-need-to-know">memindahkan ibu kota negara</a> mungkin menjadi solusi akhir. </p>
<p>Meningkatnya urbanisasi terutama di area delta dan permintaan air bersih berarti penurunan muka tanah menjadi isu penting di beberapa dekade ke depan. </p>
<p>Mengatasi subsiden merupakan bagian dari mengatasi kenaikan muka laut akibat perubahan iklim. Kedua masalah ini masih perlu diatasi.</p>
<p>Kombinasi kenaikan muka laut dan tenggelamnya lahan akan terus meningkat dan mengancam keberadaan kota-kota pesisir.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/157887/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Sally Brown menerima dana dari Seventh Framework Programme : Responses to coastal climate change: Innovative Strategies for high End Scenarios – Adaptation and Mitigation (RISES-AM) dari European Commission, nomor hibah 603396.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Robert James Nicholls menerima dana dari Deltas, Vulnerability and Climate Change: Migration and Adaptation (International Development Research Centre (IDRC), Kanada, 107642) di bawah Collaborative Adaptation Research Initiative in Africa and Asia programme dengan dukungan dana dari Department for International Development, Inggris, IDRC, Kanada, Seventh Framework Programme : Responses to coastal climate change: Innovative Strategies for high End Scenarios – Adaptation and Mitigation (RISES-AM) dari European Commission, nomor hibah 603396 dan riset dan inovasi program Uni Eropa, Horizon 2020, di bawah nomor hibah 869304, PROTECT Project.</span></em></p>
Turunnya muka tanah ditambah dengan kenaikan muka laut membuat ratusan juta orang dalam bahaya.
Sally Brown, Scientist, Bournemouth University
Robert James Nicholls, Professor of Climate Adaptation, University of East Anglia
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.