tag:theconversation.com,2011:/au/topics/sejarah-43962/articles
Sejarah – The Conversation
2024-01-26T02:07:31Z
tag:theconversation.com,2011:article/214503
2024-01-26T02:07:31Z
2024-01-26T02:07:31Z
Mengapa repatriasi prasasti Sangguran dan Pucangan penting untuk membantu Indonesia menghadapi krisis iklim?
<p>Ilmuwan diaspora Indonesia sedang mendorong upaya pengembalian prasasti Pucangan dan Sangguran ke Indonesia (<a href="https://itjen.kemdikbud.go.id/web/repatriasi-benda-bersejarah-mengembalikan-warisan-budaya-ke-tanah-asalnya/">repatriasi</a>) yang sudah dilakukan sejak <a href="https://www.rri.go.id/surabaya/daerah/339745/gubernur-khofifah-upayakan-repatriasi-prasasti-sangguran-dari-inggris-ke-indonesia">tahun 2004 </a> tapi belum berhasil. </p>
<p>Kedua prasasti besar abad ke-10 dan ke-11 yang memuat tulisan Jawa kuno ini saat ini berada di <a href="https://www.iias.asia/the-newsletter/article/kolkata-calcutta-stone-bicentennial-british-interregnum-java-1811-1816">Kalkuta, India</a> dan Skotlandia. <a href="https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bkborobudur/sir-thomas-stamford-bingley-raffles/">Stamford Raffles</a>, Letnan Gubernur Inggris Raya yang berkuasa di Jawa tahun 1811-1816, memberikan kedua prasasti ini sebagai <a href="https://rejogja.republika.co.id/berita/s0dwwi399/mengenal-prasasti-sangguran-peninggalan-kerajaan-mataram-yang-kini-di-skotlandia">cinderamata untuk <em>Lord Minto of Roxburghshire</em></a>. Namun, belum ada informasi pasti mengapa prasasti Pucangan ditinggal di India dan tidak ikut dibawa ke Skotlandia.</p>
<p>Baik prasasti Pucangan maupun Sangguran bukan sekadar artefak budaya. Isi dari kedua prasasti tersebut adalah kunci untuk memahami arti hadirnya Indonesia di dalam era Antroposen (<em>Anthropocene</em>), era yang melihat adanya hubungan erat antara manusia dengan proses-proses geologis.</p>
<p>Kedua prasasti tersebut memuat tulisan Jawa kuno tentang peristiwa bencana pada sebuah periode kritis dalam sejarah Indonesia yang sampai saat ini belum sepenuhnya dimengerti karena teksnya tidak tersusun dengan baik. Sejauh ini, belum ada edisi atau terjemahan yang diterbitkan berdasarkan pemeriksaan langsung terhadap prasasti tersebut. Tanpa akses ke prasasti dan reproduksi yang dapat diandalkan, studi tentang isinya tidak dapat berkembang.</p>
<p>Padahal, bencana iklim dan Antroposen mendesak kita semua untuk memikirkan tentang dunia yang rapuh dan hubungan antara alam dengan masyarakat. Ilmuwan dunia percaya, mengunjungi kembali dua prasasti ini penting untuk memahami hubungan erat antara manusia dengan proses-proses geologis di masa lalu dan membantu masyarakat menghadapi ancaman iklim di masa kini dan masa depan. </p>
<h2>Hubungan manusia dengan alam</h2>
<p>Masyarakat lokal menilai Batu “Minto” atau Prasasti Sangguran dengan berat hampir 3 ton sebagai sebuah peninggalan sejarah berharga; sampai-sampai <a href="https://www.britishcouncil.id/en/blog/pulang-research-sangguran-inscription%E2%80%9D-area-olah-karya-id-x-edinburgh-sculpture-workshop-uk">replika dari prasasti tersebut</a> kini berdiri dan disembah di Jawa Timur, tempat asalnya. </p>
<p>Memang, prasasti Pucangan dan Sangguran adalah salah satu kunci untuk memahami hubungan sakral antarkehidupan sosial, struktur kepemerintahan dan manifestasi geologis di tanah Jawa. Sebagai contoh, ahli sejarah masih berdebat tentang hubungan antara pralaya (kehancuran besar) yang tertuang dalam prasasti Pucangan dan letusan gunung Merapi sekitar tahun 1006 yang kemudian mengakibatkan <a href="https://eprints.upnyk.ac.id/18101/1/2019_Kusumayudha%20et%20al_Chapter_VolcanicDisasterAndTheDeclineO%20%281%29.pdf">perpindahan kekuasaan kerajaan Mataram ke Jawa Timur</a>.</p>
<p>Setidaknya sejak awal abad ke-20, masyarakat Jawa sudah terlebih dahulu mencatat bukti adanya hubungan yang erat antara proses geologis dengan struktur kepemerintahan masa itu. </p>
<p>Bagi Keraton Yogyakarta, contohnya, kekuasaan sultan adalah <a href="https://www.dukeupress.edu/the-pulse-of-the-earth">pemberian dari penguasa Gunung Merapi dan Laut Kidul</a>. </p>
<p>Masyarakat lokal meyakini bahwa merekalah yang memberikan dan mempercayakan kekuasaan administratif kepada Sultan. Sedangkan Gempa bumi, letusan gunung berapi, hujan, dan tsunami adalah pengejawantahan dari suara, dan nafas—para penunggu tersebut. Kepercayaan tersebut yang mendorong para abdi yang bekerja untuk sultan mempersiapkan sesaji bagi arwah nenek moyang, penunggu gunung berapi, sungai, hutan, dan laut.</p>
<p>Ahli ilmu bumi Belanda, Pieter Veth, dalam catatannya di tahun 1882 yang bertajuk “<a href="https://lib.ui.ac.id/detail.jsp?id=20393939">Java: Geography, Ethnology, History</a>” mengakui signifikansi Nyai Ratu Kidul, dan Samudera Hindia sebagai teritorinya.</p>
<p>Masyarakat Jawa sudah memahami bahwa segala aspek sosial, politik, dan proses geologis tidak dapat dipisahkan; dan <a href="https://eprints.gla.ac.uk/269616/">mereka sudah bergumul dengan konsep Antroposen setidaknya sejak abad ke-18</a>. </p>
<p>Ketika para ilmuwan barat di awal abad ke-20 melakukan eksperimen, mereka mengambil data di situs-situs gunung berapi dan menemukan sesajen. </p>
<p><a href="https://repository.naturalis.nl/pub/317412/SG1983071001.pdf">Georges Kemmerling</a>, ilmuwan dari Belanda, mencatat bahwa dalam melakukan kegiatan ilmiahnya di sekitar gunung Merapi di Jawa dan gunung Agung di Bali, dia mengikuti <a href="https://www.anthropocene-curriculum.org/anthropogenic-markers/strata-signals-symptoms/contribution/a-javanese-anthropocene">rute ritual menuju situs-situs sakral</a>.</p>
<p>Dalam rute-rute itulah, ilmuwan kolonial pada tahun 1920-1930 pertama kali mempelajari gunung-gunung berapi di Jawa. </p>
<p>Apa yang hari ini dianggap sebagai mitos atau <em>local wisdom</em> sejatinya adalah fondasi dari berbagai cabang ilmu bumi modern. Konsep Antroposen yang dipahami oleh masyarakat Jawa <a href="https://www.journals.uchicago.edu/doi/10.1086/718757">memberi pengertian baru di bidang <em>Kronostratigrafi</em> (cabang ilmu yang mempelajari umur strata batuan dalam hubungannya dengan waktu) dan peran manusia dalam perubahan iklim</a>.</p>
<p>Itulah sebabnya, prasasti seperti Sangguran, dan Pucangan penting untuk memberikan pengertian mendalam terkait hal ini.</p>
<h2>Apa yang sudah dilakukan?</h2>
<p>Untuk lebih memahami sejarah Indonesia pada abad ke-10, penulis dan <a href="https://www.gla.ac.uk/schools/ges/staff/adambobbette/">Adam Bobbette</a>, peneliti dan dosen di Universitas Glasgow, Skotlandia, mengumpulkan peneliti-peneliti dari Indonesia, Amerika, Inggris dan Australia untuk menggali konsep kerajaan-kerajaan kuno nusantara dan bagaimana batas-batasnya berevolusi dari masa ke masa dalam sebuah forum bertajuk <a href="https://www.gla.ac.uk/news/headline_1000069_en.html"><em>Inscriptions on the Move</em>, September 2023 lalu</a>. </p>
<p>Saat ini status kepemilikan prasasti Sangguran masih dipegang oleh keluarga Minto, bukan oleh pemerintah Skotlandia.</p>
<p>Kolaborasi keilmuan yang dimotori oleh diaspora akademik Indonesia ini adalah cerminan diplomasi sains akar rumput untuk meningkatkan kesadaran publik tentang keberadaan prasasti Sangguran di Skotlandia, lewat diskursus ilmiah. </p>
<p>Ini sekaligus mengajak pemangku kebijakan Skotlandia untuk memfasilitasi upaya repatriasi yang sampai saat ini masih gagal terlaksana setelah Kedutaan Besar Republik Indonesia di London, Inggris <a href="https://nasional.tempo.co/read/671753/prasasti-kutukan-nilainya-selangit-sulit-ditebus-6">menghentikan negosiasi pada 2006</a>. </p>
<p>Dalam acara di atas, penulis bersama penyelenggara juga mengikutsertakan Bupati kota Batu, Jawa Timur, Aries Agung Paewai, serta Wakil ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Lestari Moerdijat untuk menyuarakan <a href="https://www.heraldscotland.com/business_hq/23785804.scotland-colonial-history-indonesia-needs-addressing/">pentingnya pengembalian prasasti Sangguran lewat media lokal</a>. </p>
<p>Prasasti Pucangan dan Sangguran bukan hanya penting sebagai peninggalan budaya untuk dipamerkan di museum, melainkan untuk dipahami dan diteliti secara keilmuan oleh etnografer, ahli geologi, maupun ahli sejarah. Harapannya, kita bisa menggunakan hasil analisisnya untuk mempelajari bagaimana Jawa di permulaan abad modern menyikapi bencana alam dan lingkungan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/214503/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Bagus Putra Muljadi tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Prasasti Pucangan maupun Sangguran adalah kunci untuk memahami arti hadirnya Indonesia di dalam era Antroposen. Mengapa demikian?
Bagus Putra Muljadi, Assistant Professor of Chemical and Environmental Engineering, University of Nottingham
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/219969
2023-12-18T05:54:51Z
2023-12-18T05:54:51Z
Seni gua Madagaskar mengungkap hubungan kuno antara Afrika dan Asia
<p>Seni cadas prasejarah yang unik telah ditemukan di Gua Andriamamelo di Madagaskar barat.</p>
<p>Saya adalah bagian dari tim yang <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/15564894.2020.1749735">menemukan dan mendeskripsikan</a> harta karun kuno ini: sebuah seni bergambar pertama, yang menggambarkan alam dengan figur mirip manusia dan hewan, yang dapat dilihat di pulau itu. Sampai saat ini, seni cadas di Madagaskar hanya menghasilkan sedikit situs dengan simbol-simbol dasar.</p>
<p>Penemuan dramatis ini mengandung beberapa kejutan, termasuk petunjuk adanya hubungan budaya yang luar biasa.</p>
<p><em>Pertama</em>, pemandangan yang digambarkan dalam beberapa kasus berhubungan langsung dengan motif keagamaan Mesir dari periode Ptolemeus (300-30 SM).</p>
<p><em>Kedua</em>, kesimpulan lain dari simbol dan tulisan di dinding menunjukkan hubungan dengan dunia Etiopia dan Afro-Arab.</p>
<p><em>Terakhir</em>, simbologi dan motif yang lazim mengingatkan kita pada gaya seni gua Kalimantan yang berusia dua milenium.</p>
<p>Kejutan tambahan lainnya: setidaknya tiga hewan Madagaskar yang telah punah (diperkirakan telah punah selama berabad-abad) dapat digambarkan–lemur raksasa, burung gajah, dan kura-kura raksasa.</p>
<p>Telah lama diyakini–dan <a href="https://www.researchgate.net/publication/30846019_The_Culture_History_of_Madagascar">bukti</a> telah mengonfirmasi–bahwa masyarakat, bahasa, dan budaya Madagaskar berakar pada hubungan kuno yang jauh dengan Kalimantan, dan pulau di Asia Tenggara, dikombinasikan dengan pengaruh kuat dari benua Afrika bagian timur.</p>
<p>Namun, siapakah orang Malagasi pertama, kapan mereka tiba, dan apa yang mereka lakukan setelah itu, semuanya masih menjadi topik <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0277379119303282?via%3Dihub">yang diperdebatkan</a>.</p>
<p>Meskipun temuan kami bersifat spekulatif, informasi apapun yang mungkin diperoleh dari bukti Gua Andriamamelo sangat menarik untuk merekonstruksi sejarah awal Malagasi.</p>
<h2>Koneksi di luar Madagaskar</h2>
<p>Kelompok penelitian kami–termasuk ilmuwan Malagasi dari institusi lokal, dan spesialis dari Amerika, Inggris, dan Australia-–mengunjungi lokasi di dekat desa Anahidrano di tepi barat laut kawasan lindung Beanka di Madagaskar seluas 17.100 hektar pada tahun 2013.</p>
<p>Tim kami menghabiskan beberapa hari untuk merekam gambar, mensurvei dan memetakan seluruh gua, mencari situs arkeologi terkait, dan mewawancarai penduduk desa setempat mengenai seni tersebut. Namun, perlu waktu beberapa tahun untuk menelusuri literatur dan arsip museum yang relevan untuk memastikan keunikan dan signifikansi dari apa yang kami temukan.</p>
<p>Kami membuat salinan digital dan gambar tangan dari 72 objek seni gua. Ini digambar dengan pigmen hitam dan mencakup 16 hewan, enam bentuk manusia, dua bentuk hibrida manusia-hewan, dua desain geometris, 16 contoh simbol berbentuk M, dan banyak pola serta bentuk tidak jelas lainnya.</p>
<p>Koneksi Mesir diisyaratkan dalam delapan gambar utama, termasuk elang (Horus); dewa berkepala burung Thoth; dewi burung unta Ma`at dan dua sosok manusia-hewan yang mirip dengan Anubis–dewa Mesir kuno yang biasanya digambarkan sebagai pria berkepala anjing.</p>
<p>Angka M yang ada di mana-mana dan misterius menuntut penjelasan. Analisis kami, setelah mencari banyak abjad yang relevan, hanya ada satu huruf yang cocok yaitu huruf “hawt” (ሐ) dalam alfabet Amharik Etiopia kuno, dilafalkan “ha”.</p>
<p>Namun yang mengejutkan, kami juga menemukan simbol ini pada seni gua di Kalimantan yang diperkirakan berusia sekitar 2.000 tahun. Ini tidak ditemukan pada seni gua atau cadas lain di kawasan Indo-Pasifik. Dalam beberapa bahasa Austronesia (rumpun bahasa beragam yang terbentang dari Malagasi di barat hingga Hawaii dan Rapa Nui di Pasifik), kata “ha” adalah istilah untuk “nafas kehidupan”.</p>
<p>Semua kemungkinan hubungan ini mengingatkan bahwa masyarakat, bahasa, dan budaya Madagaskar bersifat sinkretis, memadukan pengaruh Afrika dan Asia untuk menghasilkan masyarakat Malagasi yang unik.</p>
<p>Karya seni yang sangat detail dan beragam juga terkenal karena apa yang tidak ditampilkannya.</p>
<p>Tidak ada simbolisme Kristen, Muslim atau Hindu yang digambarkan, dan tidak ada motif yang relatif modern seperti alfabet Latin, mobil, pesawat terbang atau bendera. Bahkan zebu (sapi) yang ada di mana-mana dan merupakan simbol budaya terpenting selama lebih dari seribu tahun terakhir di Madagaskar, juga tidak ada.</p>
<h2>Kapan dan milik siapa</h2>
<p>Sulit untuk mengetahui secara pasti kapan gambar-gambar ini dibuat. Penanggalan langsung seni gua terkenal sulit. Dalam kasus ini, pigmen hitam terbuat dari mineral anorganik gelap dengan hanya sedikit komponen arang yang dapat digunakan untuk penanggalan radiokarbon.</p>
<p>Kehadiran hewan-hewan yang punah, dan kurangnya motif modern serta alfabet yang digunakan di Malagasi modern, sangat bertentangan dengan gagasan tentang asal usul seni ini.</p>
<p>Kami menduga karya seni tersebut berusia sekitar dua ribu tahun–berasal dari zaman Cleopatra atau sebelumnya, berdasarkan motif keagamaan. Jika dugaan kami benar, maka hal ini luar biasa dan berguna untuk diketahui karena dapat memberikan bukti siapa yang menjajah Madagaskar dan kapan.</p>
<p>Sebaliknya, jika serangkaian kepercayaan agama pra-Kristen bertahan selama berabad-abad atau bahkan ribuan tahun di antara kelompok etnis tertentu di wilayah yang sangat terpencil di pulau besar ini–dengan tetap mempertahankan pengaruh yang dapat dikenali dari Mesir, Etiopia, dan Kalimantan–maka hal tersebut akan menjadi lebih luar biasa lagi. Informan desa mengisyaratkan kemungkinan tersebut, dengan menyatakan bahwa “penyihir” dalam gambar tersebut adalah anggota kelompok misterius “Vazimba” atau “Bosy” yang tinggal di hutan terdekat.</p>
<p>Jadi, karya seni siapa ini?</p>
<p>Kami berharap kami tahu, tetapi sebagian besar petunjuknya masih kurang. Satu-satunya tulisan yang mungkin, selain angka M, adalah sebaris tulisan samar di pojok kanan bawah seni cadas ini.</p>
<p>Tebakan terbaik kami adalah bahwa enam dari delapan karakter tengah yang terbaca, yang disimpulkan sebagai <em>sorabe</em>, tulisan Malagasi kuno dalam aksara Arab, mungkin bertuliskan “D-A-NT-IA-R-K”.</p>
<p>Apakah itu merujuk pada Antiokhus IV Epiphanes? Raja Kekaisaran Seleukia (Asia Barat) pada periode Ptolemeus yang membangun angkatan laut yang besar, menaklukkan sebagian besar Mesir pada tahun 170 SM, dan mengirimkan ekspedisi penjelajahan dan perdagangan ke Laut Merah dan pantai timur Afrika? Pedagang gading pada periode itu <a href="https://www.journals.uchicago.edu/doi/abs/10.1086/200009">menyebar</a> barang-barang Romawi sampai ke pelabuhan di selatan Tanzania di selatan Zanzibar, untuk diperdagangkan dengan Azania, kerajaan kuno di sekitar Afrika bagian tenggara.</p>
<p>Sampai lebih banyak lagi karya seni atau bukti arkeologis yang relevan mengenai pengaruh Afrika dan Asia kuno di Madagaskar muncul, kita hanya bisa berspekulasi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/219969/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>David Burney menerima dana dari National Geographic Society untuk penelitian lapangan yang mengarah pada penemuan ini.</span></em></p>
Seni cadas dari gua di Madagaskar mengisyaratkan beberapa hubungan budaya yang luar biasa.
David Burney, Professor of Conservation Paleobiology, National Tropical Botanical Garden, and Adjunct Professor, University of Hawaii
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/215343
2023-10-10T07:22:42Z
2023-10-10T07:22:42Z
Nobel Ekonomi 2023: Bagaimana sejarah ekonomi dan kontrasepsi menerangkan perkembangan kesenjangan gender
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/552914/original/file-20231010-15-w6372o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C2995%2C2232&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Para pekerja perempuan Badan Aeronautika Amerika Serikat mengikuti kontes mengetik.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/young-women-workers-bureau-aeronautics-typewriting-755026384">Everett Collection/shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Senin, 9 Oktober 2023, Akademi Sains Swedia <a href="https://www.nobelprize.org/prizes/economic-sciences/2023/press-release/">menganugerahkan penghargaan prestisius Nobel Ekonomi kepada Claudia Goldin</a>, profesor bidang ekonomi dari Departemen Ilmu Ekonomi di Harvard University, Amerika Serikat (AS). Goldin menjadi perempuan ketiga yang mendapat Hadiah Nobel Ekonomi dan perempuan pertama yang memperoleh hadiah sebesar 11 juta Kroner Swedia (setara lebih dari Rp15 miliar) seorang diri tanpa berbagi dengan kolega laki-laki. </p>
<p>Goldin menyabet Nobel Ekonomi karena riset-risetnya dianggap telah meningkatkan pemahaman perihal hasil pasar (<em>market outcome</em>) tenaga kerja perempuan. </p>
<p>Melalui tulisan ini, saya akan membahas pemikiran-pemikiran kunci Goldin sebagai seorang sejarawan ekonomi serta ekonom tenaga kerja yang tekun meneliti evolusi dan dinamisnya pasar tenaga kerja, kesenjangan gender, dampak pil kontrasepsi bagi karier perempuan, dan keputusan berkeluarga. </p>
<h2>Kesenjangan penghasilan berbasis gender</h2>
<p>Secara faktual, perempuan cenderung kurang terwakili dalam pasar tenaga kerja global dan, ketika mereka bekerja, mereka memperoleh penghasilan yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. Untuk menunjukkan bagaimana dan mengapa pendapatan dan penyerapan tenaga kerja berbasis gender berubah seiring berjalannya waktu, Goldin menelusuri arsip-arsip dan data selama lebih dari 200 tahun di AS.</p>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/552918/original/file-20231010-20-f56yvi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/552918/original/file-20231010-20-f56yvi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/552918/original/file-20231010-20-f56yvi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=900&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/552918/original/file-20231010-20-f56yvi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=900&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/552918/original/file-20231010-20-f56yvi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=900&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/552918/original/file-20231010-20-f56yvi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1131&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/552918/original/file-20231010-20-f56yvi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1131&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/552918/original/file-20231010-20-f56yvi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1131&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Claudia Goldin.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.nobelprize.org/prizes/economic-sciences/2023/summary/">Niklas Elmehed/Nobel Prize Outreach</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Goldin disebut <a href="https://www.bbc.com/news/business-67045408">bekerja seperti detektif</a> dengan melihat lebih dekat, lebih teliti, juga lebih kreatif untuk mengidentifikasi pola inovatif yang tidak hanya menantang pengetahuan yang ada, namun juga telah mengubah pandangan mengenai peran historis dan kontemporer perempuan di pasar tenaga kerja. </p>
<p>Temuan kunci risetnya tentang kesenjangan penghasilan karena gender terdokumentasi dalam <a href="https://www.nber.org/books-and-chapters/understanding-gender-gap-economic-history-american-women"><em>Understanding the Gender Gap: An Economic History of American Women</em> (1990)</a>. Dalam buku itu, ia menelusuri evolusi angkatan kerja perempuan di AS, membahas isu perbedaan gender di tempat kerja, dan menyangkal anggapan umum bahwa peningkatan lapangan kerja bagi perempuan merupakan respons terhadap revolusi sosial dan bukan karena kemajuan ekonomi jangka panjang.</p>
<p>Goldin menunjukkan adanya hubungan positif yang jelas antara pertumbuhan ekonomi dan partisipasi perempuan di pasar tenaga kerja. Artinya, seiring dengan pertumbuhan ekonomi, semakin banyak perempuan yang bekerja. Sayangnya, karena data lama yang tidak diteliti dengan kehati-hatian, maka hubungan pertumbuhan ekonomi dan jumlah perempuan pada pekerjaan berbayar hubungan keduanya tetap samar.</p>
<p>Misalnya saja, partisipasi kerja perempuan di AS mengalami penurunan selama revolusi industri karena bergesernya produksi rumahan ke pabrikan, dan meningkat kembali di awal 1900-an karena berkembangnya sektor jasa dan meningkatnya lulusan sekolah menengah atas. Temuannya ini membuktikan bahwa sejarah partisipasi perempuan dalam angkatan kerja AS dapat digambarkan dengan menggunakan <a href="https://www.nobelprize.org/uploads/2023/10/fig2_ek_en_23.pdf">kurva berbentuk U</a> untuk periode dua ratus yang ia teliti, yakni sejak akhir abad ke-18. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/552915/original/file-20231010-29-hadhe7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/552915/original/file-20231010-29-hadhe7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/552915/original/file-20231010-29-hadhe7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=465&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/552915/original/file-20231010-29-hadhe7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=465&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/552915/original/file-20231010-29-hadhe7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=465&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/552915/original/file-20231010-29-hadhe7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=584&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/552915/original/file-20231010-29-hadhe7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=584&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/552915/original/file-20231010-29-hadhe7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=584&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Kurva ‘U’ pekerja perempuan di AS.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.nobelprize.org/uploads/2023/10/fig2_ek_en_23.pdf">The Royal Swedish Academy of Sciences</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tak hanya itu, ia juga melihat bagaimana pekerjaan perempuan sering dicantumkan secara keliru dalam data yang ada. Contohnya adalah bagaimana pada akhir abad ke-18, pekerjaan perempuan kerap didata hanya sebagai “istri” dalam sensus dan catatan publik. Padahal, status pernikahan tak berarti serta merta mereka tidak melakukan pekerjaan lain selain pekerjaan rumah tangga. Penelitiannya kemudian mengungkap bahwa persentasi pekerja perempuan AS pada 1890-an nyatanya <a href="https://www.economist.com/finance-and-economics/2023/10/09/claudia-goldin-wins-the-nobel-prize-in-economics">lima kali lebih tinggi</a> daripada yang terdata dalam sejarah.</p>
<h2>Peran kontrasepsi</h2>
<p>Pengalaman AS serta banyak negara industri lainnya menunjukkan bahwa permintaan pasar tenaga kerja perempuan berubah pada akhir tahun 1960-an ketika pil kontrasepsi diperkenalkan. Pil kontrasepsi mudah digunakan dan dapat dikontrol secara mandiri oleh perempuan.</p>
<p>Dengan adanya pil ini, perempuan muda dapat mengelola ekspektasinya. Ekspektasi perempuan ini berkaca pada masa lalu, pada nenek dan ibunya yang bekerja secara mandiri di ranah domestik atau di luar rumah, sehingga membentuk bagaimana perempuan melihat kesempatan masa depan. Misalnya di awal ke-20, sebagian besar perempuan hanya diharapkan bekerja selama beberapa tahun sebelum menikah dan kemudian keluar dari pasar tenaga kerja setelah menikah, sehingga hal ini memengaruhi pilihan pendidikan mereka. </p>
<p>Goldin dan rekan penulis sekaligus suaminya, Lawrence Katz, menunjukkan <a href="https://www.journals.uchicago.edu/doi/full/10.1086/340778">kekuatan pil</a> dalam penelitian mereka. Keduanya menemukan bahwa pil tersebut menyebabkan perempuan menunda pernikahan dan melahirkan. Mereka juga membuat pilihan karier lain, dan semakin banyak perempuan yang mulai belajar ekonomi, hukum, dan kedokteran.</p>
<p>Penelitian Goldin dan Katz menunjukkan bahwa antara tahun 1967 dan 1979, jumlah perempuan berusia 20 dan 21 tahun yang diperkirakan akan bekerja pada usia 35 tahun melonjak dari 35% menjadi 80%.</p>
<p>Artinya, kekuatan <a href="https://youtu.be/b34k9tmcRTk?si=ulUMVkWFffnSSeN5">pil</a> kontrasepsi memudahkan perempuan untuk merencanakan masa depan mereka dengan lebih baik dan dengan demikian juga menjadi lebih jelas mengenai apa yang mereka harapkan, memberikan insentif baru untuk berinvestasi dalam pendidikan dan muaranya kepada karier.</p>
<h2>Relevansi untuk Indonesia</h2>
<p>Berbeda dari pemenang Nobel Ekonomi 2019, <a href="https://theconversation.com/pemenang-nobel-ekonomi-2019-dan-solusi-mereka-bagi-masalah-kemiskinan-di-indonesia-125296">Esther Duflo</a>, yang pernah meneliti tentang dampak pendidikan bagi upah melalui program Sekolah Instruksi Presiden (Inpres) tahun 1973-1978, Goldin memang tidak meneliti khusus Indonesia. Namun demikian, gagasan serta hasil kerja akademiknya tetap relevan bagi negeri kita.</p>
<p>Salah satunya ialah pentingnya partisipasi aktif sebagai orang tua (<em>parenthood</em>). Sebagaimana ditunjukkan dalam pelbagai tulisan dan buku-bukunya, kesenjangan pendapatan antara perempuan dan laki-laki di negara-negara berpendapatan tinggi berkisar antara <a href="https://www.aeaweb.org/articles?id=10.1257/app.2.3.228">10-20%</a>. </p>
<p>Karena perempuan sering kali mengambil tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan laki-laki dalam hal pengasuhan anak, misalnya, kemajuan karier dan peningkatan pendapatan perempuan menjadi terhambat, bahkan meskipun banyak dari negara-negara tersebut memiliki undang-undang upah yang setara dan perempuan sering kali lebih berpendidikan dibandingkan laki-laki. </p>
<p>Oleh karenanya, pembuat kebijakan yang ingin memengaruhi perbedaan kesenjangan upah berbasis gender harus terlebih dahulu memahami mengapa perbedaan-perbedaan ini ada dan bertahan lama. </p>
<p>Investasi di bidang informasi dan pendidikan, atau undang-undang yang menghilangkan hambatan seperti kesempatan yang setara untuk profesi pelayanan publik, mungkin mempunyai dampak yang signifikan dalam jangka waktu tertentu. </p>
<p>Melalui risetnya, Claudia Goldin telah memberi kita pemahaman yang lebih baik tentang pasar tenaga kerja kemarin, hari ini, dan masa depan–utamanya bagi perempuan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/215343/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Muhamad Iksan tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Bak detektif, Claudia Goldin menelaah data dua abad perkembangan ketenagakerjaan AS untuk menjelaskan fenomena soal kesenjangan gender.
Muhamad Iksan, Peneliti, Paramadina University
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/214271
2023-10-04T02:40:33Z
2023-10-04T02:40:33Z
Ekonomi berkembang untuk mencukupi kesejahteraan finansial manusia. Bagaimana sejarah dan tantangannya?
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/551686/original/file-20231003-29-q80izj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C41%2C5501%2C3637&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Patung Adam Smith, pelopor liberalisme ekonomi, di Edinburgh, Skotlandia.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/edinburgh-scotland-july-28-2012-royal-440828065">Gimas/shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Sepanjang sejarah, ekonomi terus berkembang demi menfasilitasi umat manusia mencapai kesejahteraan yang diidam-idamkan. </p>
<p>Berasal dari kata <a href="https://www.kompas.com/skola/read/2021/09/09/140000769/pengertian-ilmu-ekonomi-dari-para-ahli"><em>oikos</em> dan <em>nomos</em></a> dalam bahasa Yunani, secara harfiah ekonomi berarti tata kelola rumah tangga. Konsep ini tak hanya merujuk pada pengaturan fisik rumah dan harta benda keluarga saja, tetapi juga tentang <a href="https://www.gramedia.com/literasi/konsep-ilmu-ekonomi/">tata cara hidup sehari-hari</a>, etika, dan nilai-nilai hidup lainnya. </p>
<p>Seiring berjalannya waktu, pemaknaan kata ekonomi mengalami transformasi secara signifikan. Mulai dari zaman pertanian hingga zaman industri, dari era awal globalisasi hingga era digital saat ini, manusia berupaya keras untuk tetap relevan dan beradaptasi dengan modal hidupnya masing-masing.</p>
<p>Dalam <a href="https://www.researchgate.net/publication/367547546_Economic_Policy_and_the_History_of_Economic_Thought">sejarah perkembangan ekonomi</a>, setiap periode membawa perubahan besar dalam cara kita memahami, mengelola, dan memanfaatkan sumber daya ekonomi. Perubahan ini membawa dampak signifikan terhadap <a href="https://www.researchgate.net/publication/329511304_An_Economist's_Guide_to_Economic_History">kesejahteraan finansial individu serta masyarakat global</a>.</p>
<p>Dalam artikel ini, saya mencoba membedah sejarah modern paradigma ekonomi dominan untuk membantu memahami bagaimana kesejahteraan keuangan kita berkembang, serta potensi-potensi tantangan yang kita hadapi dari perkembangan ini.</p>
<h2>Bangkitnya liberalisme</h2>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/551693/original/file-20231003-15-tc2h83.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Adam Smith" src="https://images.theconversation.com/files/551693/original/file-20231003-15-tc2h83.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/551693/original/file-20231003-15-tc2h83.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=655&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/551693/original/file-20231003-15-tc2h83.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=655&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/551693/original/file-20231003-15-tc2h83.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=655&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/551693/original/file-20231003-15-tc2h83.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=823&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/551693/original/file-20231003-15-tc2h83.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=823&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/551693/original/file-20231003-15-tc2h83.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=823&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Paradigma ekonomi liberal yang diperkenalkan Adam Smith mengakhiri dominasi merkantilisme.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-illustration/adam-smith-17231790-252133102">Everett Collection/shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pada abad ke-16, paham merkantilisme ekonomi mendominasi Eropa. Dalam <a href="https://www.researchgate.net/publication/349571257_Mercantilism">merkantilisme</a>, perdagangan dan proteksionisme memegang tema sentral. Pada masa ini, tujuan utama ekonomi adalah meningkatkan ekspor dan mengumpulkan sebanyak mungkin emas dan perak untuk memperkaya dan memperkuat negara. </p>
<p>Pemerintah berperan penuh dalam mengatur ekonomi, termasuk membatasi impor dan mendorong ekspor secara ketat. Negara-negara pun berlomba-lomba untuk mengumpulkan sumber daya melalui koloninya.</p>
<p>Namun, pandangan ini mulai tergeser dengan munculnya ide-ide ekonomi liberal pada abad ke-18. Salah satunya berasal dari <a href="https://www.britannica.com/biography/Adam-Smith">Adam Smith</a>, ekonom asal Skotlandia yang merupakan pelopor ekonomi politik modern.</p>
<p>Smith memiliki gagasan mengenai <a href="https://www.wallstreetmojo.com/economic-liberalism/">pasar yang bebas</a> dari campur tangan pemerintah agar dapat menghasilkan kekayaan bagi masyarakat. Argumennya, kekayaan secara hakiki tidak dapat diperoleh dengan hanya menimbun emas dan perak, tetapi pada bagaimana modal atau kekayaan yang dimiliki dapat <a href="https://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-makro/model-pertumbuhan-ekonomi-suatu-negara/teori-petumbuhan-ekonomi-adam-smith/">bertumbuh</a> dan memberikan nilai lebih.</p>
<p>Dalam karyanya yang terkenal, <a href="https://www.researchgate.net/publication/24100471_Adam_Smith_and_The_Wealth_of_Nations"><em>The Wealth of Nations</em></a>, Smith memperkenalkan konsep <a href="https://www.adamsmithworks.org/documents/adam-smith-peter-foster-invisible-hand"><em>invicible hand</em></a>. </p>
<p>Konsep ini merujuk pada bagaimana dalam pasar bebas, harga suatu barang atau jasa murni ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Dalam kondisi ini, ketika permintaan suatu produk meningkat dan penawaran tetap, harga produk tersebut akan naik. Sebaliknya, jika penawaran lebih besar daripada permintaan, harga akan turun. Dalam situasi ini, <em>invisible hand</em> bekerja dengan sendirinya pada mekanisme pasar yang mengarahkan harga ke tingkat yang <a href="https://www.investopedia.com/terms/c/ceterisparibus.asp">seimbang</a> .</p>
<p>Salah satu dampak paling mencolok dari <a href="https://www.researchgate.net/publication/355179471_Smith_and_Economic_Liberalism">liberalisme ekonomi</a> adalah pertumbuhan ekonomi yang pesat. Hal ini dapat menciptakan peluang bisnis baru, membantu perusahaan untuk berkembang, dan menghasilkan peningkatan produk domestik bruto (PDB) secara signifikan.</p>
<p>Dengan kontrol perekonomian tak lagi sepenunya berada di tangan negara, <a href="https://katadata.co.id/agung/ekonopedia/65003665e2ef0/sistem-ekonomi-liberal-pengertian-ciri-ciri-dan-contohnya">sistem ekonomi liberal</a> memberi individu kuasa yang lebih besar atas <a href="https://tirto.id/pengertian-dan-macam-macam-motif-serta-prinsip-ekonomi-gjJc">keputusan ekonomi</a> dan kepemilikan pribadi. Mereka dapat memilih jenis pekerjaan, berinvestasi, mengelola tabungan, dan mengambil risiko finansial sesuai dengan preferensi mereka masing masing. </p>
<p>Hal ini tentu memberikan ruang yang lebih luas bagi usaha individu untuk mencapai <a href="https://www.uopeople.edu/blog/financial-wellbeing-what-is-it-and-why-its-important/">kesejahteraan finansial</a>. </p>
<h2>Neoliberalisme</h2>
<p>Merebaknya liberalisme tentunya bukan tanpa oposisi. Salah satu kritik keras, misalnya, berasal dari ideologi <a href="https://www.britannica.com/topic/communism">komunisme</a> yang menekankan pentingnya pengendalian sumber daya dan produksi berada di tangan negara atau kolektivitas masyarakat dan menghilangkan kepemilikan pribadi demi mencapai kesetaraan ekonomi. </p>
<p>Namun, dengan berakhirnya <a href="https://www.cram.com/essay/Economic-Impacts-Of-The-Cold-War/PK3PKJQFNBXZW">Perang Dingin</a> dan bubarnya Uni Soviet sebagai pendukung terkuat komunisme pada awal dekade 1990-an, prinsip liberalisme ekonomi dan kapitalisme mendominasi perekonomian global. Pasar bebas dan peran minimal pemerintah dalam ekonomi pun dianggap sebagai pendekatan yang paling efisien untuk menyokong pertumbuhan. </p>
<p>Perkembangan sejarah ini meledakkan kembali ideologi <a href="https://www.britannica.com/money/topic/neoliberalism">neoliberalisme</a>–sebuah pengembangan dari paham liberalisme ekonomi klasik. Neoliberalisme mulai <a href="https://www.theguardian.com/news/2017/aug/18/neoliberalism-the-idea-that-changed-the-world">dikenal pada dekade 1930-an</a>, <a href="https://www.theguardian.com/news/2017/nov/14/the-fatal-flaw-of-neoliberalism-its-bad-economics">memiliki makna dan konotasi yang bervariasi</a>, dan dianut oleh berbagai tokoh ternama seperti <a href="https://www.newyorker.com/magazine/2023/07/24/the-rise-and-fall-of-neoliberalism">mantan Perdana Menteri Inggris Margareth Thatcher dan mantan Presiden AS Ronald Reagan</a>.</p>
<p>Semakin dalam dan luasnya globalisasi dan pasar bebas, serta semakin bergantungnya satu negara dengan negara lainnya, memperkuat cengkeraman neoliberalisme dalam perekonomian global. “Neoliberalisme gelombang kedua” ditandai dengan berbagai kebijakan mantan <a href="https://academic.oup.com/book/705/chapter-abstract/135378831?redirectedFrom=fulltext">Presiden AS Bill Clinton dan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair</a> dalam mendorong perdagangan internasional dan pelonggaran pergerakan modal di ranah global yang menjadi ciri khas neoliberalisme.</p>
<p>Pada dasarnya, neoliberalisme menekankan <a href="https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/gk/article/view/3773">deregulasi</a>, kompetisi, <a href="https://www.researchgate.net/publication/371780278_Privatisasi_Pendidikan_Sebagai_Manifestasi_Prespektif_Klasik_Neoliberalisme_di_Dunia_Kontemporer">privatisasi</a>, dan <a href="https://ilmusaku.com/neoliberalisme-adalah-5-contoh-praktik/">pengurangan pengeluaran pemerintah</a> sebagai upaya untuk meningkatkan efisiensi ekonomi. Konsekuensinya, sektor publik banyak diserahkan ke swasta dan <a href="https://www.britannica.com/money/topic/neoliberalism">pelonggaran aturan menjadi syarat investasi asing–termasuk terkait hak-hak pekerja</a>.</p>
<p>Neoliberalisme memang bisa <a href="https://plato.stanford.edu/entries/neoliberalism/">memperkaya negara</a>, dan–sebagai hasilnya–meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Investasi swasta juga bisa membantu meningkatkan inovasi kualitas sektor publik seperti infrastruktur, kesehatan, ataupun pendidikan. </p>
<p>Namun, banyak pula dampak negatif neoliberalisme yang membuatnya disebut sebagai <a href="https://www.newyorker.com/magazine/2023/07/24/the-rise-and-fall-of-neoliberalism">sumber dari segala masalah yang dihadapi umat manusia saat ini</a>. Penyebutan neoliberalisme sebagai pendekatan ekonomi yang mendominasi dunia saat ini pun <a href="https://www.theguardian.com/news/2017/nov/14/the-fatal-flaw-of-neoliberalism-its-bad-economics">muncul pasca-krisis keuangan global 2008</a> yang dianggap sebagai akibat dari ideologi ini. </p>
<p>Dalam konteks kesejahteraan finansial, neoliberalisme menciptakan dampak yang bervariasi di seluruh spektrum masyarakat, terutama soal ketidakpastian pekerjaan. Misalkan saja, perusahaan yang semakin menekankan <a href="https://www.sciencedirect.com/topics/economics-econometrics-and-finance/portfolio-theory">teori portfolio</a> dalam praktik bisnisnya dengan memutus hubungan kerja secara sepihak demi memaksimalkan profit.</p>
<p><a href="https://www.jstor.org/stable/23524375">Ketimpangan</a> pun semakin melebar dan dalam, yang tentunya <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30020368/">membatasi akses sekelompok orang ke sektor publik</a> yang dikuasai swasta. Dan dalam dunia yang berfokus pada kompetisi, mereka yang “kalah saing” ini dianggap gagal <a href="https://www.theguardian.com/books/2016/apr/15/neoliberalism-ideology-problem-george-monbiot">karena ketidakmampuan mereka sendiri</a>. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/bagaimana-neoliberalisme-dan-islamisme-berkaitan-dengan-kerentanan-dan-solidaritas-pekerja-gig-211058">Bagaimana neoliberalisme dan Islamisme berkaitan dengan kerentanan dan solidaritas pekerja 'gig'</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Masa depan ekonomi dan kesejahteraan finansial dalam Revolusi Industri 4.0</h2>
<p>Berbagai kritik terhadap neoliberalisme sebagai paradigma ekonomi dominan <a href="https://www.theguardian.com/commentisfree/2012/jun/27/alternative-neoliberalism-still-understands-markets">mendorong para ahli</a> berusaha <a href="https://www.jstor.org/stable/j.ctt1t89546">menggodok pendekatan alternatif</a>. <a href="https://theconversation.com/what-will-the-world-be-like-after-coronavirus-four-possible-futures-134085">Sebuah artikel di The Conversation</a>, misalnya, menawarkan empat alternatif berdasarkan sejauh apa sumber daya tersentralisasi di tangan pemerintah dan tujuan ekonomi apa yang dikejar. Mariana Mazucatto, ekonom kenamaan dari University College London, mengadvokasikan pentingnya <a href="https://www.nytimes.com/2019/11/26/business/mariana-mazzucato.html">memperkuat peran pemerintah</a> dalam menciptakan pasar dan nilai-nilai keberlanjutan dan kemanusiaan.</p>
<p>Di tengah berbagai diskusi ini, masyarakat menyambut hadirnya <a href="https://www.researchgate.net/publication/324220813_REVOLUSI_INDUSTRI_40">revolusi industri 4.0</a> yang menghadirkan berbagai sistem canggih untuk mendukung kesejahteraan ekonomi. Misalkan saja kehadiran <a href="https://www.bi.go.id/id/edukasi/Pages/mengenal-Financial-Teknologi.aspx"><em>fintech</em></a> yang menyediakan layanan keuangan secara <em>online</em> dan mudah diakses melalui ponsel. Hal ini memungkinkan individu untuk dengan cepat mengelola keuangan–termasuk membuka tabungan dan berinvestasi–dengan ponsel kapan saja dan di mana saja.</p>
<p>Namun, ada tantangan yang muncul dari makin canggihnya teknologi ini. Kecerdasan buatan (<em>artificial intelligent</em>/AI), <em>Internet of Things</em> (IoT), dan manufaktur berbasis digital yang telah mengubah fundamental cara kita bekerja dan berbisnis membuat pekerjaan yang dulunya dilakukan oleh manusia lambat laun digantikan oleh mesin. Ini menciptakan <a href="https://www.forbes.com/sites/forbescoachescouncil/2018/10/15/an-antidote-to-the-rise-of-the-global-useless-class/?sh=363681af21b4"><em>useless class</em></a>, atau masyarakat yang keterampilannya tergantikan oleh mesin. Salah satu cara agar kita tidak terjebak masuk dalam golongan itu adalah dengan <a href="https://www.youtube.com/watch?v=9DepqhI5Rno">terus belajar dan pandai beradaptasi dengan cepat</a>. </p>
<p>Perlu diingat bahwa setiap tindakan ekonomi yang dilakukan baik oleh individu maupun perusahaan memiliki satu tujuan yang sama, yakni meningkatkan kesejahteraan finansial. Dengan mempelajari sejarah perkembangan ekonomi yang ada, kita akan mendapatkan wawasan berharga mengenai berbagai sistem ekonomi yang ada, mengidentifikasi tantangan, dan mencari solusi untuk memaksimalkan kesejahteraan finansial kita.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/214271/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Novia Utami tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Mempelajari sejarah ekonomi modern dapat membantu memahami dan mengenali tantangan dalam meningkatkan kesejahteraan finansial kita.
Novia Utami, Lecturer in Finance, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/208498
2023-07-07T15:13:01Z
2023-07-07T15:13:01Z
‘Literally’ anak Jaksel: bagaimana sejarah budaya dan tata ruang kota bisa membentuk fenomena gaya bahasa campur-campur
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/536253/original/file-20230707-29-x62shn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Kebayoran Baru pada era 1950-an, sebagaimana digambarkan dalam film _Tiga Dara_ (1956), menjadi periode penting berkembangnya pengaruh bahasa Inggris di Jakarta Selatan.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.safilms.co.id/tiga-dara">(SA Films/Perfini)</a></span></figcaption></figure><p>Istilah “<a href="https://www.thejakartapost.com/culture/2022/10/24/english-jaksel-style-why-some-indonesians-jump-between-two-languages.html">bahasa anak Jaksel</a>” tidak asing lagi di telinga kita. Istilah ini sering diartikan sebagai gaya percampuran antara bahasa Inggris dan Indonesia yang banyak digunakan oleh anak-anak muda urban – salah satu stereotipnya adalah mereka yang tinggal di daerah Jakarta Selatan (Jaksel).</p>
<p>Misalnya, kita sering mendengar ungkapan-ungkapan bahasa Inggris seperti “<em>which is</em>” (yang merupakan), “<em>literally</em>” (benar-benar), hingga “<em>basically</em>” (pada intinya) yang dicampur ke dalam kalimat-kalimat bahasa Indonesia. Bahkan, tak jarang kata-kata tersebut begitu populer di ruang maya sehingga viral dan digunakan secara luas oleh masyarakat di penjuru negeri.</p>
<p>Fenomena ini pun menjadi pemicu munculnya sejumlah istilah “<a href="https://www.degruyter.com/document/doi/10.1515/9781501514685-003/html">bahasa gaul</a>” baru yang populer digunakan dalam komunikasi di media sosial, seperti “<em>fear of missing out</em> atau FOMO (takut ketinggalan berita atau tren) hingga ”<em>correct me if I’m wrong</em> atau CMIIW (koreksi aku jika salah).</p>
<p>Bagi sebagian orang, gaya bahasa ala anak Jaksel ini melambangkan tingkat pendidikan dan kelas sosial yang lebih tinggi. Hal ini mungkin benar adanya, tetapi fenomena ini sebenarnya bisa dikaji lebih dalam dari perspektif sejarah, tata ruang, dan kebahasaan.</p>
<p>Bagaimana sejarah kebudayaan dan tata ruang Jakarta Selatan melahirkan bahasa percampuran ala anak Jaksel?</p>
<h2>Sejarah</h2>
<p>Sejarah subkultur ala anak Jaksel bisa dibilang mulai muncul dengan pembangunan kawasan Kebayoran Baru di Jakarta. Pada 1948, karena masalah keterbatasan akses perumahan, sebuah kawasan permukiman dibuka di wilayah Kebayoran yang dulunya dihuni penduduk asli.</p>
<p>Sejarawan <a href="https://www.goodreads.com/book/show/1466941.Jakarta">Susan Blackburn</a> (dulunya Susan Abeyasekere) menulis bahwa Kebayoran Baru yang awalnya dibangun untuk semua kalangan, justru <a href="https://www.jstor.org/stable/10.7591/j.ctv3s8ndm">berujung terisi</a> oleh <a href="https://www.jstor.org/stable/667744">kelompok elit urban</a>. Berbagai kantor pemerintahan dan perusahaan membeli banyak rumah untuk pegawai mereka di Kebayoran Baru sehingga wilayah itu menjadi didominasi oleh karyawan dan orang-orang yang berpendidikan dan mampu secara ekonomi.</p>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/536258/original/file-20230707-17-lwu843.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/536258/original/file-20230707-17-lwu843.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/536258/original/file-20230707-17-lwu843.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=849&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/536258/original/file-20230707-17-lwu843.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=849&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/536258/original/file-20230707-17-lwu843.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=849&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/536258/original/file-20230707-17-lwu843.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1067&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/536258/original/file-20230707-17-lwu843.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1067&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/536258/original/file-20230707-17-lwu843.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1067&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Pramoedya Ananta Toer menggambarkan dinamika Kebayoran Baru dalam cerpennya, <em>Berita dari Kebayoran</em>.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Equinox Publishing)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Nasib penduduk asli wilayah tersebut yang terpinggirkan juga digambarkan oleh <a href="https://www.jstor.org/stable/10.7591/j.ctv1nhnxj">Pramoedya Ananta Toer</a> dalam cerpennya, <a href="https://www.goodreads.com/book/show/301347.Tales_from_Djakarta"><em>Berita dari Kebayoran</em> (1957)</a>. </p>
<p>Kelas sosial ini kemudian membentuk budaya urban yang baru. Ahli sejarah Indonesia asal Australia, <a href="http://repositories.uiii.ac.id/id/eprint/49/">Merle C. Ricklefs</a> mencatat bahwa pada periode 1950-an, kaum elit urban cenderung memandang rendah kebanyakan orang yang tak berbahasa asing – terutama bahasa Belanda. Hal ini juga diamini Blackburn yang melihat bahasa sebagai pembeda kelas sosial.</p>
<p>Karena kurangnya rujukan, kaum elit kota melihat dunia Barat sebagai model untuk membentuk masyarakat urban. Pada 1950-an, sumber referensi tentang budaya urban Barat selain dari Eropa adalah Amerika Serikat (AS).</p>
<p>Selain itu, pada dekade tersebut juga berlangsung proses <a href="https://brill.com/display/title/55310">“de-Eropanisasi”</a> sebagai efek dari dekolonisasi. Namun, di tengah menurunnya pengaruh Eropa, tren tersebut justru memberi peluang bagi masuknya pengaruh budaya Amerika dari berbagai lini, termasuk lewat film-film Hollywood yang amat populer.</p>
<p>Dalam konteks Perang Dingin, AS memang aktif mengekspor <a href="https://brill.com/edcollbook-oa/title/23387?language=en">budaya populernya</a> ke Indonesia untuk memperluas pengaruhnya. <a href="https://archive.org/details/sim_international-commerce_1955-08-29_54_9/page/20/mode/2up">Departemen Perdagangan AS</a> mencatat bahwa pada 1955, misalnya, negara tersebut turut serta dalam acara Djakarta Fair dan membangun sebuah paviliun. Paviliun ini populer di kalangan masyarakat karena menampilkan televisi yang masih asing untuk orang Indonesia saat itu.</p>
<p>Secara bahasa, masuknya pengaruh Amerika ini mempunyai efek lain: bahasa Inggris menjadi sebuah pembeda antara kelas-kelas sosial pada masyarakat kota. Pengaruh bahasa Inggris via AS ini pun turut mendorong perkembangan subkultur Jaksel pada masa awal, dengan munculnya sebuah istilah yang disebut “<a href="https://repository.unpar.ac.id/handle/123456789/14669">jengki</a>”.</p>
<h2>Tata ruang</h2>
<p>Istilah jengki yang populer pada periode 1950-an sampai 1960-an tak hanya merupakan produk budaya, tapi juga spasial.</p>
<p>Jengki, dari istilah “<em>yankee</em>” (sebutan informal untuk orang AS meski terkadang bisa bersifat ofensif tergantung konteks), merujuk pada apapun yang dianggap keren pada masa itu – banyak di antaranya merupakan <a href="http://www.ijil.ui.ac.id/index.php/wacana/article/viewFile/3648/2903">bawaan budaya AS</a>. Contohnya, celana <em>greaser</em> yang kerap dipakai oleh pemusik <em>rock ‘n roll</em> disebut sebagai “<a href="https://historia.id/kultur/articles/razia-celana-jengki-pakai-botol-bir-v27q1/page/1">celana jengki</a>”.</p>
<p>Pada awal 1950-an, biro arsitek <em>Job en Sprey</em> di Cikini juga merancang rumah pegawai <em>Bataafse Petroleum Maatschappij</em> (BPM), anak perusahaan minyak dan gas Shell di Indonesia. Rumah-rumah yang bertempat di Jalan Martimbang, Kebayoran Baru ini berwujud khas dan modern – meski sebenarnya desainnya merupakan respons terhadap iklim tropis di Indonesia dan agar talang air terlihat rapi.</p>
<p>Karena wujudnya yang diasosiasikan dengan modernitas, rumah-rumah berwujud serupa disebut sebagai <a href="http://www.ijil.ui.ac.id/index.php/wacana/article/viewFile/3648/2903">“rumah jengki”</a>.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/536247/original/file-20230707-2391-pdecje.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/536247/original/file-20230707-2391-pdecje.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/536247/original/file-20230707-2391-pdecje.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=428&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/536247/original/file-20230707-2391-pdecje.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=428&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/536247/original/file-20230707-2391-pdecje.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=428&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/536247/original/file-20230707-2391-pdecje.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=538&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/536247/original/file-20230707-2391-pdecje.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=538&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/536247/original/file-20230707-2391-pdecje.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=538&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Perumahan karyawan Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) di Kebayoran Baru yang kerap disebut gaya ‘rumah jengki’.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Woningen_van_de_staf_van_BPM.jpg">Bal FHJ/Wikimedia Commons</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pada masa 1950-an pula, Kebayoran Baru dianggap sebagai ruang berkembangnya modernitas urban dan <a href="https://repository.unpar.ac.id/handle/123456789/14669">rumah jengki pun makin bermunculan</a>). Fasilitas di sana dianggap lebih modern daripada di Menteng yang dikembangkan antara 1910 sampai 1918</p>
<p>Asosiasi daerah Kebayoran Baru dengan modernitas bisa jadi kemudian membuat kawasan permukiman ini dipilih menjadi latar film populer seperti <a href="https://www.imdb.com/title/tt1042390/"><em>Tiga Dara</em> (1957)</a>.</p>
<p>Saat Jakarta diperluas pada pertengahan 1950-an, Kebayoran Baru menjadi bagian dari ibukota. Kebayoran Baru menjadi bagian pertama di Jakarta Selatan yang direncanakan dan tertata. Kawasan ini kemudian menjadi katalis bagi perkembangan wilayah lain di <a href="https://colonialarchitecture.eu/islandora/object/uuid:2b952ef9-ac78-4078-a0bb-6298d0dcee49/datastream/PDF/view">Jakarta Selatan</a>.</p>
<p>Penggunaan istilah dan berkembangnya tren “jengki” secara spasial menunjukkan semakin meluasnya pengaruh bahasa Inggris, terutama Inggris Amerika, dalam keseharian warga di Jakarta Selatan pada masa itu. Penggunaan bahasa Inggris juga nampak dalam penamaan geng-geng remaja waktu itu, seperti <em>Cross Boys</em> dan sebagainya, seperti <a href="https://www.goodreads.com/book/show/1466941.Jakarta">yang dicatat oleh Blackburn</a>.</p>
<h2>Tak muncul dalam ruang hampa</h2>
<p>Pengaruh budaya AS pada 1950-an hingga 1960-an merupakan periode yang paling krusial yang membuka pintu masuk budaya AS di Indonesia pada masa-masa awal – tren yang terus berlanjut hingga periode-periode berikutnya. Hal ini tentu memberi pengaruh besar terhadap bagaimana anak Jakarta pada masa itu dan di kemudian hari berbahasa. </p>
<p>Meminjam kata-kata filsuf asal Prancis, <a href="https://www.wiley.com/en-au/The+Production+of+Space-p-9780631181774">Henri Lefebvre</a>, pada akhirnya, sebuah ruang tidak muncul begitu saja, tetapi ia tercipta karena dinamika sosial.</p>
<p>Subkultur Jaksel yang populer dewasa ini lahir dari proses dan dinamika sosial kompleks yang telah berlangsung sejak kemerdekaan. Ia dibumbui dengan pergolakan politik dan kebudayaan dunia serta perubahan tatanan global.</p>
<p>Ini kemudian memungkinkan bertemunya gaya hidup maupun bahasa baru dalam satu ruang yang sama. Pertemuan ini, menurut ahli sosiolinguistik <a href="https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/10350330.2017.1334390">Li Wei</a> dari University College London (UCL) di Inggris, secara tak terelakkan mendorong percampuran kata dan bahasa – sebagai wujud kreativitas dan kekritisan terhadap sejarah dan budaya – dan membentuk tatanan sosiokultural baru dalam ruang tersebut.</p>
<p>Dalam konteks ruang urban, peneliti linguistik <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/josl.12079">Alastair Pennycook</a> dari University of Technology Sydney (UTS) di Australia menyebut keunikan <a href="https://www.degruyter.com/document/doi/10.1515/9781501514685-003/html">percampuran bahasa</a> seperti ala anak Jaksel ini sebagai “<em>spatial repertoire</em>”, yakni khazanah bahasa dan budaya yang hanya bisa diamati di tempat tertentu – <em>which is</em> hal yang unik bagi Jakarta Selatan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/208498/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Bahasa “Jaksel” sering dianggap cerminan tingkat pendidikan dan kelas sosial yang tinggi. Bisa jadi itu benar, tapi fenomena ini bisa dikaji lebih dalam dari lensa sejarah, tata ruang, dan kebahasaan.
Muhammad Iqwan Sanjani, PhD Candidate, UNSW Sydney
Mohammad Nanda Widyarta, Lecturer in architecture history, Universitas Indonesia
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/205688
2023-05-16T02:42:00Z
2023-05-16T02:42:00Z
Mei 70 tahun silam, perubahan iklim pertama kali viral
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/526193/original/file-20230515-12435-ka4wer.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">PLTU batu bara di London, 1952. John F Oughton / Simon Webster / Alamy</span> <span class="attribution"><span class="source">Sejarah perubahan iklim</span></span></figcaption></figure><p>Dari waktu ke waktu, kita begitu terbiasa menyaksikan beraneka tayangan tentang lingkungan yang menjadi bagian dari sejarah perubahan iklim. Mulai dari foto kebakaran hutan ataupun hewan yang dikremasi. Ada juga bongkahan es raksasa yang runtuh ke laut, hingga janji-janji pemimpin dunia bahwa mereka akan memperhatikan “peringatan terakhir” dari para ilmuwan.</p>
<p>Orang-orang berusia di bawah 40 tahun mungkin tak mengingat masa ketika media-media belum memberitakan emisi CO2 yang terkait “efek rumah kaca”, “pemanasan global”, “perubahan iklim”, hingga istilah populer saat ini: krisis iklim.</p>
<p>Pada musim panas yang panjang tahun 1988–35 tahun silam menjadi momentum pemimpin dunia mulai membicarakan hal yang benar.</p>
<p>Calon Presiden Amerika Serikat saat itu (yang menjadi Presiden), George H.W. Bush, berjanji bakal menggunakan “Efek Gedung Putih” (kantor Presiden AS) untuk <a href="https://theconversation.com/george-bush-sr-could-have-got-in-on-the-ground-floor-of-climate-action-history-would-have-thanked-him-108050">mengatasi “Efek gas rumah kaca”.</a> Namun janjinya tidak ditepati. Perdana Menteri Inggris kala itu, Margaret Thatcher, juga pernah mengingatkan bahwa Bumi sedang melakukan sebuah <a href="https://www.independent.co.uk/news/uk/margaret-thatcher-coal-mines-boris-johnson-b1899098.html">eksperimen besar</a> terhadap sistemnya sendiri.</p>
<p>Ucapan Bush dan Tatcher merupakan sejarah 35 tahun silam. Namun sebenarnya, 35 tahun sebelumnya (70 tahun dari Mei ini)-–topik soal bahaya emisi CO2 di atmosfer pertama kali menjelajahi dunia. </p>
<p>Dampak CO2 yang memerangkap panas adalah hal biasa. Ilmuwan asal Irlandia, <a href="https://theconversation.com/john-tyndall-the-forgotten-co-founder-of-climate-science-143499">John Tyndall</a> (yang menggambar karya seorang warga Amerika, <a href="https://theconversation.com/scientists-understood-physics-of-climate-change-in-the-1800s-thanks-to-a-woman-named-eunice-foote-164687">Eunice Foote</a>) menunjukkan bahwa dampak emisi CO2 sudah disinggung sejak pertengahan 1800-an.</p>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/525892/original/file-20230512-23-ymzyoq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Viral perubahan iklim" src="https://images.theconversation.com/files/525892/original/file-20230512-23-ymzyoq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/525892/original/file-20230512-23-ymzyoq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=802&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/525892/original/file-20230512-23-ymzyoq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=802&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/525892/original/file-20230512-23-ymzyoq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=802&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/525892/original/file-20230512-23-ymzyoq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1008&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/525892/original/file-20230512-23-ymzyoq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1008&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/525892/original/file-20230512-23-ymzyoq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1008&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Tyndall melakukan eksperimen untuk menggambarkan efek rumah kaca.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/67474303@N06/12454907405/">Royal Institution</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/">CC BY-NC-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pada 1895, peraih Penghargaan Nobel asal Swedia, Svante Arrhenius, mengemukakan bahwa—selama seratus tahun—-CO2 yang mengepul akibat pembakaran minyak bumi, batu bara, dan gas akan memerangkap panas yang bisa melelehkan tundra dan membuat musim dingin tinggal sejarah.</p>
<p>Meski mendapatkan pertentangan, karya Svante beberapa kali muncul di jurnal populer. Pada 1938, misalnya, teknisi mesin uap asal Inggris bernama Guy Callendar berkata di depan Royal Society di London (organisasi sains terkemuka di Inggris) bahwa pemanasan bumi tengah berlangsung.</p>
<p>Hingga pada awal Mei 1953, dalam pertemuan para pakar geofisika di American Geophysical Union, fisikawan asal Kanada Gilbert Plass–yang sudah bertukar surat dengan Callendar–berkata di depan para ilmuwan bahwa petaka sedang berjalan.</p>
<p>Plass berkata:</p>
<blockquote>
<p>Lonjakan aktivitas industri abad ini melepaskan begitu banyak CO2 ke atmosfer sehingga temperatur rata-rata naik 1,5°C per 100 tahun.</p>
</blockquote>
<p>Sentilan Plass lantas dikutip media Associated Press dan kantor berita lainnya serta tayang di <a href="https://www.nytimes.com/1953/05/24/archives/how-industry-may-change-climate.html">berbagai koran</a> di seluruh dunia (bahkan media di tempat yang jauh seperti Sydney Morning Herald). Tujuh hari berselang, Peringatan Plass juga muncul di dua majalah beken yakni <a href="https://archive.org/details/sim_newsweek-us_1953-05-18_41_20/page/74/mode/2up?view=theater">Newsweek</a> pada 18 Mei dan <a href="https://allouryesterdays.info/2022/05/25/may-25-1953-i-read-about-them-in-time-magazine-gilbert-plasss-greenhouse-warning/">Time</a>.</p>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/525931/original/file-20230512-19-6rc5me.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="pencetus perubahan iklim" src="https://images.theconversation.com/files/525931/original/file-20230512-19-6rc5me.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/525931/original/file-20230512-19-6rc5me.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=864&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/525931/original/file-20230512-19-6rc5me.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=864&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/525931/original/file-20230512-19-6rc5me.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=864&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/525931/original/file-20230512-19-6rc5me.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1086&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/525931/original/file-20230512-19-6rc5me.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1086&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/525931/original/file-20230512-19-6rc5me.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1086&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Gilbert Plass pada 1955.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Hodges Photographers, AIP Emilio Segrè Visual Archives</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Fakta bahwa dunia tengah menghangat saat itu bukanlah hal yang mengejutkan di kalangan ilmuwan. Namun, keterkaitannya dengan emisi CO2 inilah–sebagaimana dikatakan Plass–menjadikannya bernilai berita. Ucapan Plass juga sekaligus menentang teori lainnya yang mencoba menjelaskan kenaikan suhu bumi akibat guncangan orbit ataupun aktivitas bintik matahari (<em>sunspot</em>).</p>
<p>Minat Plass mencari tahu soal CO2 muncul kala dia bekerja di Ford Motor Company. Dia melihat bahwa emisi CO2 di Bumi sebenarnya bukan cuma terkait muka air laut (tanpa penjelasan yang rumit). Banyak ilmuwan yang akhirnya mengabaikan karya Arrhenius karena berbasiskan kepercayaan palsu bahwa CO2 beraktivitas dengan pergerakan yang sama seperti di stratosfer.</p>
<p>Plass terus meneliti persoalan ini. Dia menerbitkan berbagai publikasi teknis maupun popular selama dekade 1950-an. Pada 1956, dia menulis artikel ilmiah berjudul “<a href="https://nsdl.library.cornell.edu/websites/wiki/index.php/PALE_ClassicArticles/archives/classic_articles/issue1_global_warming/n7._Plass__1956corrected.pdf">Teori Karbon Dioksida Perubahan Iklim</a>” yang diterbitkan jurnal ilmiah Tellus Swedia. Ada juga artikel populer yang terbit di media <a href="https://www.jstor.org/stable/27826805">American Scientist</a>. Dia juga menghadiri <a href="https://allouryesterdays.info/2023/03/11/march-12-1963-first-ever-carbon-dioxide-build-up-conference/">sejumlah pertemuan penting</a> untuk mendiskusikan pembentukan karbon dioksida.</p>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/525868/original/file-20230512-21-udbd4r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Artikel perubahan iklim" src="https://images.theconversation.com/files/525868/original/file-20230512-21-udbd4r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/525868/original/file-20230512-21-udbd4r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=715&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/525868/original/file-20230512-21-udbd4r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=715&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/525868/original/file-20230512-21-udbd4r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=715&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/525868/original/file-20230512-21-udbd4r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=898&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/525868/original/file-20230512-21-udbd4r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=898&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/525868/original/file-20230512-21-udbd4r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=898&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Media The Irish Times mendiskusikan perubahan iklim pada 1954.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://allouryesterdays.info/2023/04/22/april-23-1954-irish-times-runs-carbon-dioxide-climate-story-yes-1954/">Irish Times / allouryesterdays.info</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Teori karbon dioksida kemudian jadi bahan ulasan para ilmuwan maupun jurnalis. Salah satu di antaranya, George Wendt, menuliskan temuannya dalam media bereputasi, UNESCO Courier, dan disebarkan oleh <a href="https://allouryesterdays.info/2023/04/22/april-23-1954-irish-times-runs-carbon-dioxide-climate-story-yes-1954/">media Irish Times pada 1954</a>. Pada tahun yang sama, wartawan Inggris mulai menuliskan teori Plass.</p>
<p>Pada 1957, majalah New Scientist menyinggung teori tersebut. Hingga pada akhir dekade 1950-an, hampir setiap pembaca koran akhirnya mengetahui gagasan Plass.</p>
<p>Selama dekade 50-an dan 60-an, ilmuwan Swedia, Jerman, dan Uni Soviet, memeriksa persoalan CO2. Pada 1965, Presiden Lyndon Johnson bahkan <a href="https://www.presidency.ucsb.edu/documents/special-message-the-congress-conservation-and-restoration-natural-beauty">menyinggung CO2</a> dalam pidatonya di hadapan Kongres AS. </p>
<p>Pada akhir 1960-an, kolaborasi internasional akhirnya dimulai, meski membutuhkan banyak pemantauan. Misalnya, pada April 1969, ilmuwan AS Charles Keeling, yang mengukur konsentrasi CO2 di atmosfer di observatorium Hawaii, <a href="https://allouryesterdays.info/2023/04/24/april-25-1969-keeling-says-pressured-not-to-talk-bluntly-about-what-is-to-be-done/">mengungkapkan bahwa dia diminta mengubah judul paparan kuliahnya</a> dari “Jika CO2 dari bahan bakar fosil berdampak pada lingkungan, apa yang akan kita lakukan untuk mengubahnya?” menjadi “Apakah CO2 dari bahan bakar fossil berdampak pada lingkungan?”</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/525884/original/file-20230512-19-xbr958.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Artikel majalah perubahan iklim" src="https://images.theconversation.com/files/525884/original/file-20230512-19-xbr958.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/525884/original/file-20230512-19-xbr958.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=308&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/525884/original/file-20230512-19-xbr958.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=308&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/525884/original/file-20230512-19-xbr958.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=308&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/525884/original/file-20230512-19-xbr958.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=387&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/525884/original/file-20230512-19-xbr958.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=387&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/525884/original/file-20230512-19-xbr958.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=387&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Plass mempromosikan teorinya di majalah Scientific American pada 1959.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.jstor.org/stable/24940327?searchText=&searchUri=&ab_segments=&searchKey=&refreqid=fastly-default%3Aecec3999465e38b288b52107d7670435">Scientific American (1959)</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Bagi sejarawan iklim seperti saya, dekade 1970-an adalah periode yang menarik dalam pengukuran yang intens, pemodelan, observasi, dan pemikiran. Pada akhir dekade itu, semuanya berkontribusi menghasilkan kesimpulan bahwa masalah serius sedang terjadi. Kerja keras Plass pun berhasil.</p>
<p>Ketika Plass kembali bersuara, konsentrasi CO2 di atmosfer mencapai 310 <em>parts per million</em> (ppm). Saat ini konsentrasinya mencapai sekitar 423. Setiap tahun, saat kita terus membakar minyak bumi, batu bara, dan gas, konsentrasi CO2 naik sehingga panas semakin terperangkap di atmosfer.</p>
<p>Pada waktu ketika peringatan Plass berusia seabad, konsentrasinya akan jauh lebih tinggi. Kemungkinan besar kita akan melampaui batas “aman” pemanasan suhu bumi sebesar 2°C.</p>
<hr><img src="https://counter.theconversation.com/content/205688/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Marc Hudson menjalankan situs web bernama All Our Yesterdays, allouryesterdays.info, dengan postingan blog harian tentang peristiwa yang terjadi 'pada hari ini', seputar ilmu iklim, politik, teknologi, dan protes.</span></em></p>
Perubahan iklim akibat perubahan suhu global sudah dibahas sejak 70 tahun lalu. Namun, ide perubahan iklim akibat ulah manusia dan pembakaran bahan bakar fosil saat itu belum banyak digubris.
Marc Hudson, Visiting Fellow, SPRU, University of Sussex Business School, University of Sussex
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/197071
2022-12-30T08:14:00Z
2022-12-30T08:14:00Z
Kisah legenda ke kapitalisme: sejarah pohon Natal yang sebenarnya
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/502661/original/file-20221226-76738-sebi0i.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">© The Trustees of the British Museum</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span></figcaption></figure><p>Sebagai simbol sekuler yang tidak memiliki dasar dalam Alkitab, pohon Natal merupakan penemuan modern. Ada banyak pohon di dalam Alkitab, mulai dari Pohon Pengetahuan dan Pohon Kehidupan di <a href="https://www.biblegateway.com/passage/?search=Genesis%202-3&version=NIV">Kitab Kejadian</a> hingga referensi ke Salib Kristus sebagai “pohon” dalam <a href="https://www.biblegateway.com/passage/?search=Acts%2013:28-30&version=KJ21">Kisah Para Rasul</a>. Namun, pohon Natal tidak termasuk di antaranya.</p>
<p>Sama halnya <a href="https://books.google.com.au/books?id=B1ngAAAAMAAJ&q=Karas+%22paradise+tree%22&redir_esc=y">dengan</a> sumber pagan kuno. Meskipun mengaitkan pohon Natal dan dewa dan festival pagan, seperti dewa Mesir Ra dan festival Romawi Saturnalia, mungkin menarik perhatian, ini sama sekali tidak memiliki hubungan dengan pohon Natal.</p>
<p>Hal yang sama juga berlaku untuk <a href="https://www.roger-pearse.com/weblog/2021/12/06/a-modern-myth-st-boniface-and-the-christmas-tree/">legenda</a> Santo Boniface dan umat Jerman, yang hanya merupakan sebuah legenda. Hampir semua agama, kuno dan modern, telah menggunakan pohon dalam ritualnya, tetapi tidak ada hubungannya dengan pohon Natal.</p>
<p>Bahkan ketika kita memasuki abad ke-16, pohon Natal baru akan dikenal pada 350 tahun mendatang.</p>
<p><a href="https://books.google.com.au/books?id=0_oliXRn0IwC&newbks=1&newbks_redir=0&lpg=PP1&dq=Kelly%2C%20the%20origin%20of%20christmas&pg=PP1#v=onepage&q&f=false">Kisah Martin Luther</a>, yang secara populer dikaitkan dengan asal-usul pohon Natal, tidak didukung oleh ilmu pengetahuan. Meskipun terdengar penyayang, Luther tidak terkesima oleh keindahan pohon yang tertutup salju saat merenungkan bayi Kristus.</p>
<p>Faktanya, pohon Natal merupakan tradisi yang relatif baru. Pohon ini berasal dari tradisi lokal kecil pada abad ke-17 di suatu tempat: <a href="https://books.google.com.au/books?id=1Mya7BEPK3oC&lpg=PP1&pg=PP1#v=onepage&q&f=false">ibu kota Alsatian, Strasbourg, yang saat ini merupakan wilayah Prancis</a>.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/500306/original/file-20221212-94462-k8glwk.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/500306/original/file-20221212-94462-k8glwk.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/500306/original/file-20221212-94462-k8glwk.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=480&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/500306/original/file-20221212-94462-k8glwk.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=480&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/500306/original/file-20221212-94462-k8glwk.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=480&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/500306/original/file-20221212-94462-k8glwk.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=603&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/500306/original/file-20221212-94462-k8glwk.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=603&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/500306/original/file-20221212-94462-k8glwk.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=603&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Pohon Martin Luther merupakan mitos – tidak seperti yang ditunjukkan oleh gambar tahun 1860 ini.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Wikimedia Commons</span></span>
</figcaption>
</figure>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/christmas-trees-can-stay-fresh-for-weeks-a-well-timed-cut-and-consistent-watering-are-key-196109">Christmas trees can stay fresh for weeks – a well-timed cut and consistent watering are key</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Tradisi Jerman</h2>
<p>Penduduk Jerman di Strasbourg menjadikan pohon sebagai bagian dari tradisi penghakiman pada hari Natal. Anak-anak akan diadili oleh orang tua mereka. Jika bagus, mereka akan menemukan permen di bawah pohon. Jika buruk, mereka tidak akan mendapatkan permen– petunjuk tentang apa yang akan terjadi pada Hari Penghakiman.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/499949/original/file-20221209-25682-k8glwk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/499949/original/file-20221209-25682-k8glwk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/499949/original/file-20221209-25682-k8glwk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=321&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/499949/original/file-20221209-25682-k8glwk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=321&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/499949/original/file-20221209-25682-k8glwk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=321&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/499949/original/file-20221209-25682-k8glwk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=403&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/499949/original/file-20221209-25682-k8glwk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=403&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/499949/original/file-20221209-25682-k8glwk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=403&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Sebuah pohon Natal dalam parade karnaval di Bamberg pada tahun 1837.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Staatsbibliothek Bamberg</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/">CC BY-NC-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ritual tersebut menyebar ke bagian Jerman lain pada tahun 1770-an. Novelis romantis Jerman, <a href="https://www.britannica.com/biography/Johann-Wolfgang-von-Goethe">Goethe</a>, menawarkan kisah pohon Natal pertama untuk menjangkau khalayak luas pada novel <a href="https://gutenberg.org/cache/epub/2527/pg2527-images.html"><em>Sorrows of Young Werther</em></a> (1774). Akan tetapi, karya tersebut tersebar secara luas di Jerman sampai tahun 1830-an, setelah pohon Natal mulai populer di Amerika.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/499945/original/file-20221209-21714-j2pe7w.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/499945/original/file-20221209-21714-j2pe7w.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/499945/original/file-20221209-21714-j2pe7w.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=485&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/499945/original/file-20221209-21714-j2pe7w.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=485&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/499945/original/file-20221209-21714-j2pe7w.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=485&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/499945/original/file-20221209-21714-j2pe7w.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=610&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/499945/original/file-20221209-21714-j2pe7w.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=610&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/499945/original/file-20221209-21714-j2pe7w.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=610&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Lembar judul untuk portofolio etsa oleh berbagai seniman Jerman yang digambarkan sedang menghias pohon Natal, 1845.</span>
<span class="attribution"><span class="source">© The Trustees of the British Museum</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/">CC BY-NC-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tradisi tersebut tersebar ke Inggris <a href="https://books.google.com.au/books?id=cbuLQgAACAAJ&dq=the+making+of+modern+Christmas&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwimoOb3w-37AhUIyGEKHX-DAMMQ6AF6BAgGEAI">pada tahun 1830-an</a> setelah diperkenalkan oleh pedagang Jerman di Manchester. Ini terjadi pada waktu yang hampir bersamaan dengan pengadilan <a href="https://www.britannica.com/biography/George-III">George III</a> dan <a href="https://www.britannica.com/biography/William-IV-king-of-Great-Britain">William IV</a>, yang memiliki keturunan Jerman dan memperkenalkan tradisi ini kepada aristokrasi Inggris.</p>
<p>Ratu Victoria dan Pangeran Albert <a href="https://books.google.com.au/books?id=cbuLQgAACAAJ&dq=the+making+of+modern+Christmas&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwimoOb3w-37AhUIyGEKHX-DAMMQ6AF6BAgGEAI">mempopulerkan tradisi ini</a> di Inggris, tepatnya ketika Albert mendirikan pohon Natal di Windsor pada tahun 1840.</p>
<p>Adegan itu diabadikan di koran <em>The Illustrated London News</em> pada tahun 1848, ketika sebuah ukiran yang memperlihatkan Victoria, Albert, dan anak-anak mereka mengelilingi pohon lilin dengan ornamen kaca dicetak.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/499904/original/file-20221209-16432-d8nqd6.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/499904/original/file-20221209-16432-d8nqd6.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/499904/original/file-20221209-16432-d8nqd6.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=891&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/499904/original/file-20221209-16432-d8nqd6.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=891&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/499904/original/file-20221209-16432-d8nqd6.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=891&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/499904/original/file-20221209-16432-d8nqd6.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1120&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/499904/original/file-20221209-16432-d8nqd6.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1120&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/499904/original/file-20221209-16432-d8nqd6.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1120&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Pohon Natal Victoria dan Albert pada tahun 1848.</span>
<span class="attribution"><span class="source">British Library</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Menghindari kelebihan</h2>
<p>Pohon Natal dengan hadiah tersembunyi di bawah dahannya berasal dari Amerika. Ini pertama kali diperkenalkan di Pennsylvania, Amerika Serikat <a href="https://books.google.com.au/books?id=1Mya7BEPK3oC&lpg=PP1&pg=PP1#v=onepage&q&f=false">pada awal tahun 1812</a>.</p>
<p>Pohon Natal kemudian diadopsi ke dalam budaya Amerika sebagai upaya untuk menghilangkan pesta pora yang berlebihan pada musim ini.</p>
<p>Sebelum pertengahan abad ke-19, Natal dirayakan <a href="https://theconversation.com/the-sordid-underbelly-of-christmas-past-172873">sebagai karnaval</a>, di mana orang yang bersuka ria – biasanya kelas pekerja dan miskin - akan berparade keliling kota, mengetuk pintu orang kaya, dan menuntut untuk berpesta atau diberi minuman. Praktik ini, “<a href="https://www.nationaltrust.org.uk/discover/history/art-collections/wassailing-ritual-and-revelry"><em>wassailing</em></a>,” berkembang hingga melibatkan kemabukan, vandalisme, dan tindakan kotor.</p>
<p>Untuk mengurangi kegaduhan di musim Natal ini, pohon Natal dipasang dalam ruangan yang ramah anak di mana keluarga kelas menengah berkumpul.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/500302/original/file-20221212-94261-hv1x1s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/500302/original/file-20221212-94261-hv1x1s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/500302/original/file-20221212-94261-hv1x1s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=403&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/500302/original/file-20221212-94261-hv1x1s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=403&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/500302/original/file-20221212-94261-hv1x1s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=403&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/500302/original/file-20221212-94261-hv1x1s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=506&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/500302/original/file-20221212-94261-hv1x1s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=506&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/500302/original/file-20221212-94261-hv1x1s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=506&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Gambar pohon Natal yang ramah anak pada tahun 1858.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Smithsonian</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Anak-anak tidak lagi diizinkan keluar untuk bersenang-senang di musim ini. Hal-hal di luar akan dibawa ke dalam rumah: sebatang pohon ditebang dan dibawa ke dalam ruangan, sehingga Natal dapat berlangsung dengan aman dan nyaman di rumah.</p>
<h2>Pemasaran cerdas</h2>
<p>Diadopsi untuk mengurangi ekses pada musim Natal, pedagang dan produsen Amerika <a href="https://books.google.com.au/books?id=1Mya7BEPK3oC&source=gbs_navlinks_s">mempopulerkan</a> pohon Natal. Hadiah baru ditempatkan di bawah pohon saat produsen yang cerdas mengenali potensi perayaan baru dalam ruangan.</p>
<p>Kesenangan yang berlebihan pada musim Natal di masa lalu – minum alkohol, berpesta, dan seks – muncul kembali lewat cara baru dari kelas menengah dalam bentuk pemberian hadiah.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/500297/original/file-20221212-90146-qfcfjx.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/500297/original/file-20221212-90146-qfcfjx.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/500297/original/file-20221212-90146-qfcfjx.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=359&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/500297/original/file-20221212-90146-qfcfjx.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=359&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/500297/original/file-20221212-90146-qfcfjx.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=359&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/500297/original/file-20221212-90146-qfcfjx.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=451&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/500297/original/file-20221212-90146-qfcfjx.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=451&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/500297/original/file-20221212-90146-qfcfjx.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=451&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Pohon Natal Amerika dengan hadiah untuk anak-anak, 1873.</span>
<span class="attribution"><span class="source">The New York Public Library Digital Collections</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Hadiah Natal yang dibungkus kado merupakan penemuan Amerika tahun 1840-an yang menggemparkan dunia. Bungkus kado mulai diletakkan di bawah pohon oleh para orang tua sebagai tanggapan atas strategi pemasaran penerbit buku.</p>
<p>Keluarga di Amerika belajar tentang tradisi baru bukan dari imigran Jerman, tetapi dari buku-buku ini: buku-buku yang menggambarkan pohon Natal sebagai sarana untuk membuat anak-anak tetap bahagia di dalam ruangan dengan apa yang pada dasarnya merupakan suap. Apa cara yang lebih baik untuk meyakinkan anak-anak untuk tetap berada di dalam rumah, jauh dari pesta pora dan keluar dari masalah, daripada meninggalkan hadiah di bawah pohon?</p>
<p>Penjual buku menerbitkan kumpulan cerita pendek dan puisi, seperti <em>Kriss Kringle’s Christmas Tree</em> (1845), di mana anak-anak menerima hadiah buku, pedang mainan, drum, atau boneka.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/499939/original/file-20221209-24589-qh64s7.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Bookplate" src="https://images.theconversation.com/files/499939/original/file-20221209-24589-qh64s7.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/499939/original/file-20221209-24589-qh64s7.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=784&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/499939/original/file-20221209-24589-qh64s7.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=784&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/499939/original/file-20221209-24589-qh64s7.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=784&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/499939/original/file-20221209-24589-qh64s7.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=985&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/499939/original/file-20221209-24589-qh64s7.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=985&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/499939/original/file-20221209-24589-qh64s7.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=985&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Di <em>Kriss Kringle’s Christmas Tree</em>, anak-anak diberikan hadiah di bawah pohon.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Library of Congress</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kejeniusan penerbit buku adalah dengan menghadirkan skema baru, yaitu membeli hadiah untuk anak-anak sebagai “tradisi rakyat” lama. Orang tua dituntun untuk percaya bahwa menempatkan hadiah di bawah pohon Natal adalah ritual kuno orang Majus dalam Alkitab, dengan hadiah berbentuk emas, kemenyan, dan mur.</p>
<p>Terlepas dari namanya, pohon Natal modern memiliki sedikit hubungan dengan masa lalu agama Kristen seperti yang dibayangkan banyak orang.</p>
<p>Sejak tahun 1830-an ketika membawa pohon ke dalam ruangan dan menghiasinya dengan lampu, ornamen, malaikat, dan bintang menjadi ritual kelas menengah yang meluas, pohon Natal telah menjadi simbol musim Natal yang sangat sekuler dengan kesuksesan yang tetap terikat pada kekuatan ekonomi konsumerisme.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/500308/original/file-20221212-95822-wsoxgj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/500308/original/file-20221212-95822-wsoxgj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/500308/original/file-20221212-95822-wsoxgj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=979&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/500308/original/file-20221212-95822-wsoxgj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=979&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/500308/original/file-20221212-95822-wsoxgj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=979&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/500308/original/file-20221212-95822-wsoxgj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1230&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/500308/original/file-20221212-95822-wsoxgj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1230&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/500308/original/file-20221212-95822-wsoxgj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1230&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Menghias pohon Natal Australia pada tahun 1912.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Trove</span></span>
</figcaption>
</figure>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/the-sordid-underbelly-of-christmas-past-172873">The sordid underbelly of Christmas past</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<hr>
<p><em>Zalfa Imani Trijatna dari Universitas Indonesia menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/197071/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>James A. T. Lancaster tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Kisah Martin Luther memulai tradisi adalah sebuah mitos; kisah sebenarnya dimulai 350 tahun kemudian – dan hadiah Natal dipopulerkan oleh penjual buku yang cerdas.
James A. T. Lancaster, Lecturer in Studies in Western Religious Traditions, The University of Queensland
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/191747
2022-10-03T02:18:27Z
2022-10-03T02:18:27Z
Sejarah ‘blackface’ dan mengapa praktik ini sangat bermasalah
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/487616/original/file-20221002-27218-i067d5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.youtube.com/watch?v=0-wPm99PF9U">(Walt Disney Studios/YouTube - Fair Use)</a></span></figcaption></figure><p><em>Analisis ini kami terjemahkan berdasarkan artikel penulis sebelumnya yang berjudul “<a href="https://theconversation.com/the-problem-with-blackface-97987">The problem with blackface</a>”, dengan bagian pengantar yang diperbarui untuk menjelaskan kasus terbaru di Indonesia.</em></p>
<hr>
<p>Lagi-lagi, suatu insiden rasis berujung viral. Seorang kreator TikTok dari Indonesia mengenakan apa yang disebut ‘<em>blackface</em>’ – saat orang non-kulit hitam menggelapkan kulit mereka untuk sengaja menirukan orang kulit hitam.</p>
<p>Sebagai latar belakang, Disney belum lama ini memutuskan memilih seorang perempuan kulit hitam sebagai pemeran utama dalam <a href="https://www.youtube.com/watch?v=0-wPm99PF9U">pembuatan ulang (<em>remake</em>) film animasi <em>The Little Mermaid</em></a>. Beberapa orang, secara rasis, menganggap bahwa menggunakan aktor non-kulit putih dalam peran ini adalah kesalahan besar.</p>
<p>Mengikuti wacana rasis ini, sang TikToker Indonesia <a href="https://news.yahoo.com/man-blackface-mocking-little-mermaid-131801282.html">mengenakan <em>blackface</em></a> untuk mengejek anak-anak kulit hitam di seluruh dunia yang bisa jadi <a href="https://www.nytimes.com/2022/09/14/arts/little-mermaid-trailer-halle-bailey.html">antusias melihat aktor yang merepresentasikan mereka</a> di layar kaca.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/0-wPm99PF9U?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Trailer buatan ulang (<em>remake</em>) dari animasi <em>The Little Mermaid</em> produksi Disney.</span></figcaption>
</figure>
<p><em>Blackface</em> sebenarnya lebih umum terjadi di dunia Barat. Meski demikian, rasisme terhadap kulit hitam adalah fenomena global. Banyak orang berkulit hitam di seluruh dunia <a href="https://theconversation.com/ukraine-refugee-crisis-exposes-racism-and-contradictions-in-the-definition-of-human-179150">menghadapi beragam bentuk diskriminasi</a>.</p>
<p>Praktik <em>blackface</em>, misalnya, masih banyak kita temui di berbagai <a href="https://www.vice.com/en/article/xgxd7d/blackface-asia-tv-media-philippines-china-korea">konteks non-Barat</a> seperti di Cina, India, hingga Filipina.</p>
<p>Meski banyak orang akan mengklaim <em>blackface</em> hanya bentuk lelucon semata, video TikToker ini mengandung rasisme terhadap orang kulit hitam. Bahkan, kenyataan bahwa ia pernah kuliah di Amerika Serikat (AS) – negara yang kampus-kampusnya sering menjumpai rasisme dan banyak mengekspos mahasiswa terhadap perdebatan tentang <em>blackface</em> – bisa berarti videonya bukan bentuk kepolosan semata.</p>
<p>Tapi, apa yang salah dari praktik <em>blackface</em>?</p>
<h2>Tentang <em>blackface</em></h2>
<p>Sejarah <em>blackface</em> bisa jadi sama tuanya dengan praktik perbudakan transatlantik. Tapi, <em>blackface</em> semakin gencar menjadi bentuk <a href="https://nmaahc.si.edu/blog-post/blackface-birth-american-stereotype">hiburan rasis orang kulit putih di AS</a> pada tahun 1820-an, dengan kemunculan pertunjukkan teater ‘<em>minstrel</em>’.</p>
<p>Dalam pertunjukkan <em>minstrel</em> ini, para pemeran kulit putih berpura-pura jadi orang kulit hitam dan memparodikan musik dan tarian komunitas kulit hitam secara rasis demi menghibur audiens.</p>
<p>Kemudian pada 1850-an, kelompok-kelompok <em>minstrel</em> kulit hitam ikut bermunculan. Para pemainnya juga berpenampilan menggunakan <em>blackface</em> sebagai upaya untuk merebut kembali budaya mereka dan agar bisa turut memperoleh laba darinya sebagaimana yang dilakukan oleh para kelompok kulit putih.</p>
<p>Pertunjukan <em>minstrel</em> menggunakan <em>blackface</em> terus berlanjut hingga pertengahan abad ke-20, kemudian kehilangan popularitas di tengah Gerakan Hak Sipil di AS. Namun, praktik <em>blackface</em> tidak pernah pudar di AS, Kanada, maupun di berbagai belahan dunia lain.</p>
<p>Bahkan, pertunjukan privat maupun profesional menggunakan <em>blackface</em> terus terjadi. Wujudnya yang paling umum saat ini biasanya di lingkungan kampus, seringkali pada waktu perayaan Halloween atau acara hiburan mahasiswa lainnya.</p>
<h2>Stereotip berujung kekerasan</h2>
<p>Masalah yang sangat jelas dari <em>blackface</em> adalah bagaimana praktik ini merepresentasikan kekerasan – terutama bagaimana <em>blackface</em> melecehkan orang kulit hitam secara terbuka.</p>
<p>Dalam pertunjukan <em>minstrel</em> yang memakai <em>blackface</em>, misalnya, para pemeran membakar sebuah <em>cork</em> (biasanya dipakai sebagai penutup botol anggur) atau menggunakan poles sepatu untuk melukis wajah mereka hingga berwarna hitam. Tapi, mereka menyisakan beberapa bagian di sekitar mulut, atau melukisnya dengan warna merah atau putih hingga bibir mereka terlihat sangat besar.</p>
<p>Gaya rias wajah ini adalah upaya sengaja untuk menggambarkan orang kulit hitam sebagai sosok-sosok yang aneh. Setelah mengenakan <em>blackface</em>, para pemeran kemudian menggunakan logat yang <em>lebay</em>, memelintirkan kosakata tertentu, serta berjoget dan berbusana secara aneh untuk semakin mengolok-olok orang kulit hitam.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/jebakan-sara-dalam-praktik-rasisme-terhadap-warga-papua-141302">Jebakan SARA dalam praktik rasisme terhadap warga Papua</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Pertunjukan <em>minstrel</em> ini bergantung pada, dan juga memproduksi, penggambaran kehidupan orang kulit putih dengan penuh stereotip. Berapa insiden <em>blackface</em> di Kanada, tempat saya mengajar, memuat stereotip-stereotip yang menghina.</p>
<p>Misalnya, di Wilfrid Laurier University pada tahun 2007, beberapa orang mengenakan <em>blackface</em> beserta <a href="https://www.youtube.com/watch?v=Ao-jwL7CS6w">rambut gimbal palsu dan wadah KFC sebagai topi</a>, kemudian membawa tabung berukuran satu meter seakan untuk merepresentasikan rokok ganja raksasa.</p>
<p>Di sekolah bisnis HEC Montreal pada tahun 2009, <a href="https://montreal.ctvnews.ca/blackface-stunt-backfires-at-universite-de-montreal-1.697757">pengguna <em>blackface</em> membawa boneka monyet</a> dan bersorak “Ayo menghisap ganja!”</p>
<p>Cukup jelas, baik pada masa lampau <a href="https://www.huffingtonpost.ca/2018/05/14/alberta-school-board-apologizes-after-staff-member-wears-blackface_a_23434620/?utm_hp_ref=ca-blackface">maupun saat ini</a>, <em>blackface</em> memuat representasi kekerasan dengan menyodorkan beragam stereotip orang kulit hitam yang rasis.</p>
<h2>Merendahkan dan melanggengkan semangat zaman perbudakan</h2>
<p>Meski muatan kekerasan dalam <em>blackface</em> sangatlah buruk, ini bukanlah satu-satunya alasan – dan bukan pula alasan terbesar – mengapa <em>blackface</em> sangat rasis terhadap orang kulit hitam.</p>
<p>Profesor Saidiyah Hartman dari Columbia University di AS pernah menuliskan bahwa saat ini kita berada di “kehidupan akhir zaman perbudakan” (“<a href="https://global.oup.com/academic/product/scenes-of-subjection-9780195089844?cc=ca&lang=en&"><em>afterlife of slavery</em></a>”). Dengan kata lain, kehidupan orang kulit hitam saat ini masih terus berkelindan dalam relasi sosial yang merupakan perpanjangan dari dinamika rasisme pada zaman perbudakan.</p>
<p>Relasi-relasi ini berupaya untuk menempatkan kehidupan orang kulit hitam di luar ranah kemanusiaan (sebagaimana yang disampaikan filsuf Sylvia Winter), sebagai nyawa yang tak perlu diberikan harkat martabat, dan hanya sebagai properti. Dinamika ini mendorong kekerasan terhadap orang kulit hitam, baik di Amerika Utara maupun di seluruh dunia, sebagaimana argumen penulis Robin Maynard yang sangat baik dalam bukunya <a href="https://fernwoodpublishing.ca/book/policing-black-lives"><em>Policing Black Lives</em> (2017)</a>.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/0Xw10QK8Skc?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Filsuf dan kritikus sosial Sylvia Winter berargumen bahwa rasisme terhadap orang kulit hitam menempatkan komunitas tersebut di luar ranah kemanusiaan.</span></figcaption>
</figure>
<p>Pada akhirnya, isu yang lebih sentral terkait <em>blackface</em> adalah bagaimana praktik ini kembali melanggengkan dinamika ini.</p>
<p>Pertama, perlunya memakai rias wajah yang berlebihan sebagai bagian dari penggambaran orang kulit hitam menunjukkan upaya untuk membangun wacana perbedaan antara orang kulit hitam dan kulit putih.</p>
<p>Ini bersumber dari logika rasisme biologis. Cara pandang ini mengatakan bahwa corak fisik dari orang Afrika adalah bukti bahwa orang kulit hitam inferior secara “hirarki evolusi” jika dibandingkan dengan orang kulit putih, dan oleh karena itu layak diperbudak.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/isu-rasisme-perlu-lebih-banyak-dibahas-di-indonesia-123178">Isu rasisme perlu lebih banyak dibahas di Indonesia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Para pengguna <em>blackface</em> saat ini mengklaim bahwa mereka tidak percaya bahwa orang kulit hitam inferior. Tapi, mereka terus memakai rias wajah yang gelap dalam penggambaran-penggambaran ini – apalagi riasan tersebut sengaja dibuat tidak realistis. Ini adalah bukti bahwa mereka masih bersikeras menonjolkan betapa bedanya warna kulit mereka. Melalui cara ini, <em>blackface</em> menjadi praktik yang sangat merendahkan.</p>
<p>Kedua, <em>blackface</em> kembali melanggengkan dinamika perbudakan, terutama bagaimana ia bolak-balik mengenakan dan menghapus warna hitam ini. Ini menempatkan tubuh orang kulit hitam sebagai properti yang dengan mudahnya dirampas dan dibuang begitu saja.</p>
<p>Inilah yang dimaksud aktivis antiperbudakan Amerika Afrika, Frederick Douglass, ketika ia mengatakan bahwa pemeran <em>minstrel</em> yang memakai <em>blackface</em> adalah “<a href="http://utc.iath.virginia.edu/minstrel/miar03bt.html">sampah masyarakat kulit putih</a>, yang telah mencuri corak kulit kami yang secara alami tak mereka punyai, untuk kemudian menghasilkan uang, dan melayani selera korup para rekan kulit putih mereka.”</p>
<p>Ide-ide Douglass juga mengajak kita memperhatikan relasi ekstraktif kapitalis yang meliputi praktik <em>blackface</em>.</p>
<p>Dengan menirukan orang kulit hitam beserta busana, musik, dan tarian mereka (meski diselewengkan), pemeran kulit putih bisa menghasilkan uang dengan melakukan hal-hal yang orang kulit hitam sendiri tidak bisa manfaatkan untuk menyambung hidup. Bahkan ketika bermunculan kelompok <em>minstrel</em> kulit hitam, mereka pun tidak dibayar dengan upah yang sama dengan <em>minstrel</em> kulit putih.</p>
<p>Dewasa ini, kesenjangan ekonomi ini juga terlihat setiap kali para studio produksi memilih untuk menggunakan pemeran kulit putih berwajah <em>blackface</em> untuk memainkan orang kulit hitam, ketimbang menyewa aktor kulit hitam.</p>
<p>Ketiga, <em>blackface</em> bergantung pada relasi yang sangat mengkhawatirkan terkait hiburan, dominasi, dan pengolok-olokan orang kulit hitam yang khas pada zaman perbudakan.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/222384/original/file-20180608-191947-1admls1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/222384/original/file-20180608-191947-1admls1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/222384/original/file-20180608-191947-1admls1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/222384/original/file-20180608-191947-1admls1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/222384/original/file-20180608-191947-1admls1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/222384/original/file-20180608-191947-1admls1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/222384/original/file-20180608-191947-1admls1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Mahasiswa Students University of Texas-Austin melakukan demonstrasi berpura-pura mati (<em>die-in</em>) untuk memprotes penggunaan <em>blackface</em> pada suatu penampilan teater kampus berjudul ‘Big Minstrel Jubilee,’ pada Desember 2015.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Dalam bukunya <a href="https://global.oup.com/academic/product/scenes-of-subjection-9780195089844?cc=ca&lang=en&"><em>Scenes of Subjection</em></a>, Saidiyah Hartman mendemonstrasikan bagaimana kesenangan kulit putih pada zaman perbudakan adalah hasil pemaksaan terhadap orang kulit hitam untuk menghibur orang kulit putih, tanpa mempedulikan perasaan mereka sedikitpun.</p>
<p>Dinamika historis ini menyebabkan munculnya pertunjukan <em>minstrel</em>, dengan segudang rasismenya, sebagai salah satu bentuk budaya populer pertama yang dianggap “khas Amerika”. Relasi antara kesenangan kulit putih dengan tubuh kulit hitam ini kembali dipraktikkan dalam <em>blackface</em> saat ini, yang hampir selalu terjadi dalam konteks hiburan.</p>
<p>Riset saya sendiri telah menemukan bahwa praktik <em>blackface</em> kontemporer di Kanada, negara saya, semakin menjadi hiburan sosial bagi para pemakai <em>blackface</em> maupun audiens mereka, tepat karena <em>blackface</em> mendorong batasan-batasan dari diskursus rasial yang diterima masyarakat. Efek ini lah yang membuat <em>blackface</em> terus menjadi praktik di masyarakat, meski ditentang oleh komunitas kulit hitam.</p>
<p>Di Kanada, misalnya, catatan menunjukkan bahwa komunitas kulit hitam di Toronto berkali-kali memohon pada pemerintah daerah untuk menghentikan hiburan <em>minstrel</em> di kota tersebut. Namun, sebagaimana ungkapan dari peneliti teater University of Toronto Mississauga, <a href="https://www.playwrightscanada.com/index.php/genres/nect/canadian-performance-histories-and-historiographies.html">Stephen Johnson</a>, berbagai permohonan ini berujung tak mendapat respons meski pertunjukan <em>minstrel</em> ini melanggengkan ancaman kekerasan terhadap orang kulit hitam.</p>
<p>Kenyataan bahwa <em>blackface</em> terus dilakukan dengan penuh impunitas di tengah protes dari orang kulit hitam, baik di masa lampau maupun saat ini, semakin menunjukkan bahwa bentuk hiburan ini secara rasis mengabaikan pendapat komunitas kulit hitam terkait isu-isu rasial yang sangat mempengaruhi mereka.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/191747/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Philip S. S. Howard menerima dana dari Social Sciences and Humanities Research Council of Canada untuk melaksanakan riset dalam tulisan ini.</span></em></p>
Meski banyak orang akan mengklaim ‘blackface’ hanyalah lelucon semata, video TikToker baru-baru ini mengandung rasisme terhadap orang kulit hitam. Apa yang salah dari praktik ‘blackface’ ini?
Philip S. S. Howard, Assistant Professor of Education, McGill University
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/191598
2022-09-30T03:27:21Z
2022-09-30T03:27:21Z
Bagaimana mantan tapol 1965 beserta keluarga mereka bergelut dengan memori kekerasan masa lalu
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/487373/original/file-20220929-22-hou6d7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">(Unsplash/Kristina Flour)</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span></figcaption></figure><p>Apa jadinya jika seseorang mengemban pengetahuan dan memori tentang suatu kejadian dalam sejarah yang penuh kekerasan, tapi sebagian besar kejadian tersebut tak pernah masuk ke dalam buku sejarah?</p>
<p>Saya menanyakan pertanyaan penting ini selama <a href="https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-3-319-71455-4_10">riset saya di Jawa Tengah</a>. Kala itu, saya berupaya memahami pengalaman dan persepsi para anak dan anggota keluarga dari orang-orang yang menjadi korban kekerasan peristiwa 1965.</p>
<p>Hasil riset ini saya terbiitkan dalam suatu bab dalam buku berjudul “<a href="https://link.springer.com/book/10.1007/978-3-319-71455-4"><em>The Indonesian Genocide of 1965</em></a>”.</p>
<p>Pembunuhan massal 1965 di Indonesia tak hanya mengakibatkan kematian dan penahanan <a href="https://theconversation.com/indonesians-should-be-able-to-talk-about-1965-massacres-without-fear-of-censorship-49729">lebih dari setengah juta orang</a>, tapi juga membuat para penyintasnya harus bergelut dengan ingatan peristiwa bersejarah ini sepanjang hidup mereka yang penuh dengan pembungkaman, penerimaan – dan pada akhirnya, ketangguhan.</p>
<h2>‘Diam’ yang bertahan dari generasi ke generasi</h2>
<p>Sepanjang <a href="https://journals.openedition.org/archipel/1677?lang=fr">pemerintahan otoriter Orde Baru Presiden Suharto (1966-1998)</a>, negara mengajarkan kepada para siswa bahwa pada 1965, Partai Komunis Indonesia (PKI) berkhianat dan melakukan kudeta yang pada akirnya ditumpaskan dengan “heroik” oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI). Narasi ini pun masih terus bergaung di abad ke-21.</p>
<p>Seiring sekolah mengajarkan anak muda Indonesia tentang narasi ini, narasi historis lain yang berlawanan dengan versi tersebut terus diredam oleh negara.</p>
<p>Hal ini tak hanya meliputi <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/01436597.2020.1768064?journalCode=ctwq20">sejarah kompleks dari gerakan kiri</a> dalam perpolitikan Indonesia, tapi juga rangkaian kejadian berdarah yang mengerikan setelah <a href="https://brill.com/view/journals/bki/176/2-3/article-p373_6.xml">melejitnya kekuasaan militer Indonesia pada 1965</a>, ketika ratusan ribu orang Indonesia dibunuh atau ditahan tanpa proses hukum karena dituduh berafiliasi dengan PKI.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/55-tahun-impunitas-membawa-mundur-indonesia-sejak-tragedi-1965-147181">55 tahun impunitas membawa mundur Indonesia sejak tragedi 1965</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Sejarah mengenai kekerasan ini menjadi <a href="https://theconversation.com/indonesians-should-be-able-to-talk-about-1965-massacres-without-fear-of-censorship-49729">hal yang tak pernah dan tak bisa dibicarakan</a> di ruang publik selama periode Orde Baru.</p>
<p>Banyak orang Indonesia bahkan menerapkan swasensor karena takut – terutama para korban kekerasan, beserta anak dan keluarga mereka.</p>
<p>Para mantan tahanan politik (tapol), yang secara langsung mengalami kekerasan tersebut, misalnya, senantiasa diawasi dan mengalami diskriminasi seiring bebas dari penjara.</p>
<p>Status sebagai orang yang “bersalah” ini pun seakan turun dari para penyintas kepada keturunan mereka. Negara turut mengucilkan para tertuduh “<a href="https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-3-319-71455-4_10">anak komunis</a>” ini bersamaan dengan orang tua mereka.</p>
<p>Banyak keluarga korban terjerumus dalam diam. Seringkali, para mantan tapol, termasuk yang saya ajak bicara dalam riset saya, berupaya melindungi anak mereka dengan cara menyembunyikan dan tidak menceritakan pengalaman dan penderitaan mereka di masa lalu.</p>
<p>Selama periode Orde Baru, jawaban paling aman terhadap apa pun yang berkaitan dengan 1965 adalah “<em>Saya tidak tahu apa-apa</em>”.</p>
<p>Lalu, runtuhnya rezim otoriter Suharto dan munculnya Era Reformasi pada 1998 membuat beberapa mantan korban kekerasan lebih berani untuk menantang versi resmi negara terkait sejarah 1965.</p>
<p>Di tengah bangkitnya demokrasi, kemunculan <a href="https://theconversation.com/agar-terekam-dan-tak-pernah-mati-membawa-ingatan-65-ke-ruang-virtual-168080">berbagai medium dan platform</a> ekspresi baru, serta <a href="https://theconversation.com/generasi-muda-tumpuan-baru-untuk-urai-benang-kusut-peristiwa-65-169039">minat generasi muda</a> yang meningkat, para mantan tapol berupaya mengekspos fakta-fakta yang selama ini disembunyikan terkait peristiwa pembunuhan massal dan penahanan terhadap tertuduh komunis.</p>
<p>Beberapa mantan tapol dan korban lain dari peristiwa 1965 mulai memberanikan diri untuk bercerita – termasuk melalui memoar seperti oleh wartawan dan <a href="https://www.goodreads.com/book/show/33853410-cahaya-mata-sang-pewaris">mantan tahanan politik Putu Oka Sukanta</a>, membentuk organisasi advokasi bersama mantan tapol lain seperti <a href="https://ypkp1965.org/blog/category/sejarah/">Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan (YPKP) 1965</a>, dan bahkan wadah kreatif seperti <a href="https://medium.com/ingat-65/salam-harapan-dan-perdamaian-dari-paduan-suara-dialita-a7e39f868a46">Paduan Suara Dialita</a>.</p>
<p>Dalam beberapa kasus, mereka juga mulai menceritakan pada anak dan cucu mereka tentang pengalaman yang mereka lalui.</p>
<p>Tiba-tiba, mereka menjadi bisa, meski tetap tidak semua dan tentu dengan risiko, untuk menyatakan, “<em>Saya tahu</em>”.</p>
<h2>Bergelut dengan ingatan masa lalu</h2>
<p>Meski semakin banyak mantan tapol memilih untuk berbicara, nampaknya masih ada atmosfer ambiguitas terkait pengetahuan dan ingatan seperti apa yang dimiliki oleh para tapol dan anggota keluarga mereka.</p>
<p>Apakah mereka sebenarnya diam-diam tahu, sebagaimana tuduhan para kelompok antikomunis, detail tentang “aksi-aksi pengkhianatan” PKI? Ataukah lebih ke wawasan umum mengenai sejarah gerakan kiri Indonesia sebelum 1965?</p>
<p>Apakah pengetahuan ini meliputi kekerasan mengerikan yang dilakukan dan didukung oleh negara, yang berdampak pada jutaan orang Indonesia selama 1965-1966? Atau mungkin cerita personal dan trauma masa lalu yang diturunkan dari para mantan tapol kepada anak dan cucu mereka?</p>
<p>Apapun itu, kelompok antikomunis menaganggap pengetahuan ini “berbahaya”, serta <a href="https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-3-319-71455-4_15">membuat resah</a> mereka yang memihak versi sejarah dari negara dan mengkhawatirkan adanya “kebangkitan kembali komunisme”.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/monster-monster-di-balik-bayang-marxisme-kultural-di-barat-dan-hantu-komunisme-di-indonesia-146106">Monster-monster di balik bayang: Marxisme Kultural di Barat dan Hantu Komunisme di Indonesia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Tapi, isi pengetahuan dan ingatan masa lalu ini bisa jadi tidak sepenting itu di mata para mantan tapol beserta anak dan cucu mereka. Justru, para tapol yang saya ajak bicara dalam riset saya memilih untuk fokus pada bagaimana menggunakan ingatan masa lalu ini untuk <a href="https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-3-319-71455-4_10">hidup lebih baik, meruntuhkan stigma, dan mendorong keadilan dan akuntabilitas</a>.</p>
<p>Sumanto, seorang laki-laki lanjut usia yang menjadi tahanan selama 6 tahun karena keterlibatannya dalam organisasi kiri Pemuda Rakyat pada pertengahan 1960-an, mengatakan pada saya bahwa ia nyaman menceritakan penderitaannya kepada aktivis muda yang bukan kerabatnya serta organisasi HAM sebagai upaya mengangkat sejarah kekerasan masa lalu.</p>
<p>Tapi, dengan anaknya sendiri di rumah, ia enggan menceritakan kisah-kisah tertentu.</p>
<blockquote>
<p>“Saya lebih menekankan kepada semangat kerja bagi anak-anak saya…supaya anak saya bisa bertanggung jawab kepada dirinya sendiri, dan dia tidak menjadi sampah masyarakat. Supaya dia bisa bertanggungjawab kepada dirinya sendiri dan kalau bisa, itu bisa menolong kepada orang lain.” – Sumanto.</p>
</blockquote>
<p>Dua anak mantan tapol yang berusia sekitar 20-an tahun mengatakan pada saya bahwa setelah mendengarkan cerita dari ayah mereka tentang pengalamannya di penjara, mereka tergerak untuk mempelajari sumber-sumber sejarah yang lebih “objektif” tentang peristiwa 1965.</p>
<p>Dan, dengan nada bercanda, Siti, seorang anak perempuan dari wartawan yang diculik pada 1965, menjelaskan bagaimana anaknya menggunakan pengetahuan terkait sejarah keluarga mereka untuk iseng mempertanyakan guru sejarahnya di SMA-nya.</p>
<blockquote>
<p>“Anak bungsu saya sudah lama bersemangat untuk belajar sejarah. Dia sering menunggu dengan tidak sabar untuk masuk kelas biar bisa bertanya ke guru: ‘Bu Guru, Bu Guru, apakah Bu Guru kenal dengan kakek saya?” [tertawa]“ – Siti.</p>
</blockquote>
<p>Pengamatan-pengamatan ini menunjukkan bahwa, ketika saat ini <a href="https://theconversation.com/monster-monster-di-balik-bayang-marxisme-kultural-di-barat-dan-hantu-komunisme-di-indonesia-146106">kelompok konservatif di Indonesia gencar menentang pembahasan sejarah 1965</a>, kita tidak selayaknya memandang berbagai "wawasan” dari para penyintas ini, beserta keluarga mereka, sebagai noda.</p>
<p>Ini justru merupakan tanda ketangguhan mereka, dan suatu dorongan aksi masa depan sebagai perjuangan mencapai <a href="https://theconversation.com/how-should-indonesia-resolve-atrocities-of-the-1965-66-anti-communist-purge-57885">keadilan dan akuntabilitas</a>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/191598/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Andrew Conroe pernah menerima dana dari IIE Fulbright Award, U.S. Department of State (2004-2005)</span></em></p>
Tragedi 1965 tak hanya mengakibatkan kematian dan penahanan lebih dari setengah juta orang, tapi juga membuat penyintas dan keluarga mereka bergelut dengan memori kekerasan masa lalu.
Andrew Conroe, Visiting Assistant Professor of Anthropology, Trinity College
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/186125
2022-07-01T02:28:04Z
2022-07-01T02:28:04Z
Di mana kebun binatang pertama di dunia?
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/471780/original/file-20220630-11-lokj76.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Tampilan interior Polito's Royal Menagerie, Exeter Change, Strand, Westminster, London, 1812.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/interior-view-of-politos-royal-menagerie-exeter-change-news-photo/464478237">Heritage Images/Hulton Archives via Getty Images</a></span></figcaption></figure><blockquote>
<p><strong>Siapa yang membuat kebun binatang pertama?? – Veronica, umur 11, Accokeek, Maryland, USA</strong></p>
</blockquote>
<p><a href="https://theconversation.com/id/topics/curious-kids-83797"><img src="https://images.theconversation.com/files/386375/original/file-20210225-21-1xfs1le.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=90&fit=crop&dpr=2" width="100%"></a></p>
<hr>
<p>Jawabannya adalah sejarawan tidak tahu siapa yang membangun kebun binatang pertama, atau kapan dibangun. Tapi kita bisa yakin itu terjadi dulu sekali.</p>
<p>Ketertarikan manusia dengan hewan sudah ada sejak manusia ada. Dalam lukisan gua tertua yang ditemukan, beberapa di antaranya <a href="https://www.smithsonianmag.com/science-nature/worlds-oldest-known-figurative-paintings-discovered-borneo-cave-180970747/">berusia hingga 40.000 tahun</a>, ada lebih banyak gambar binatang daripada manusia.</p>
<p>Pada titik tertentu, manusia mulai menangkap dan memegang hewan sehingga mereka dapat melihat mereka dari dekat kapan pun mereka mau.</p>
<h2>Kebun binatang untuk dinikmati oleh segelintir orang yang beruntung</h2>
<p>Koleksi hewan eksotis pertama yang diketahui dimiliki oleh keluarga kerajaan – dan tidak dibuka untuk umum.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/462886/original/file-20220512-22-o693si.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Photo of an archaeological dig site showing a curled-up skeleten of a baboon." src="https://images.theconversation.com/files/462886/original/file-20220512-22-o693si.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/462886/original/file-20220512-22-o693si.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=375&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/462886/original/file-20220512-22-o693si.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=375&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/462886/original/file-20220512-22-o693si.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=375&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/462886/original/file-20220512-22-o693si.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=471&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/462886/original/file-20220512-22-o693si.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=471&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/462886/original/file-20220512-22-o693si.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=471&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">sisa-sisa babon yang ditemukan di pemakaman Mesir kuno di Hierakonpolis.</span>
<span class="attribution"><span class="source">©Renee Friedman, Courtesy of Hierakonpolis Expedition</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Penggalian arkeologi di kota Mesir kuno Nekhen telah menemukan bangunan dari sekitar 3500 SM. Penemuan ini berisi <a href="https://daily.jstor.org/leopards-hippos-cats-oh-worlds-first-zoo/">sisa-sisa kuda nil, babon, dan gajah penangkaran</a> – hewan yang bukan asli Mesir. Tapi hidup tidak mudah bagi hewan-hewan ini. Mereka mungkin berumur pendek, dan <a href="https://www.nationalgeographic.com/history/article/150525-ancient-egypt-zoo-pets-hierakonpolis-baboons-archaeology">jasad mereka menunjukkan bukti adanya luka parah</a>.</p>
<p>Makam firaun Mesir Sahure, yang meninggal sekitar 2500 SM, termasuk gambar realistis <a href="https://smb.museum-digital.de/object/643?navlang=en">beruang Suriah mengenakan kerah dan kalung</a>. Diperkirakan mereka <a href="https://www.jstor.org/stable/26058327">dibawa kembali dari ekspedisi perdagangan</a>. Berapa usia hidup beruang hidup, tidak ada yang tahu.</p>
<h2>Kebun binatang publik dibuka untuk umum</h2>
<p><a href="https://www.press.jhu.edu/books/title/2040/new-worlds-new-animals">Pameran hewan yang terbuka untuk umum pertama kali</a> mungkin dibuat oleh <a href="https://www.nationalgeographic.com/culture/article/hatshepsut">Ratu Mesir Hashepsut</a> sekitar tahun 1480 SM yang lalu. Para peneliti berpikir kebun binatang dimulai dengan hewan yang dibawa pulang dari <a href="https://www.hope-of-israel.org/expeditionpunt.html">ekspedisi ratu yang dikirim ke negeri jauh yang dikenal sebagai Punt</a>, yang mungkin adalah Eritrea modern. Tidak jelas mengapa dia membangun kebun binatang, tetapi mungkin untuk <a href="https://doi.org/10.1007/s10437-014-9160-9">memamerkan kekayaan dan haknya untuk memerintah</a>. Menjaga hewan berbahaya dan eksotis di penangkaran terkadang menjadi cara bagi penguasa untuk menunjukkan betapa berkuasanya mereka.</p>
<p>Kebun binatang awal ditemukan di seluruh dunia. Di Cina, <a href="https://www.britannica.com/biography/Wenwang">Kaisar Wen-Wang</a> dikatakan telah membangun
<a href="https://www.britannica.com/science/zoo#ref165294">“Taman Intelijen” sekitar tahun 1060 SM</a>
Di dalamnya bisa ditemukan <a href="https://www.press.jhu.edu/books/title/2040/new-worlds-new-animals"> rusa, burung, dan banyak jenis ikan</a>.</p>
<p>Di Inggris, <a href="https://global.oup.com/academic/product/menagerie-9780198714712">Raja Henry I mendirikan kebun binatang pada sekitar tahun 1110</a> sebagai bagian dari tanah kerajaan di Woodstock, di Oxfordshire. Koleksinya termasuk harimau, unta, singa, dan landak. Koleksi ini akhirnya dipindahkan ke Tower of London pada tahun 1235, sekitar waktu <a href="https://www.hrp.org.uk/tower-of-london/history-and-stories/the-tower-of-london-menagerie/">Raja Henry III diberi tiga singa</a> oleh Kaisar Romawi Suci Frederick II. Koleksinya tinggal di lokasi itu selama 600 tahun.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/462887/original/file-20220512-12-soiyee.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="An illustration of two tigers attacking a lion inside a caged room." src="https://images.theconversation.com/files/462887/original/file-20220512-12-soiyee.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/462887/original/file-20220512-12-soiyee.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=494&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/462887/original/file-20220512-12-soiyee.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=494&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/462887/original/file-20220512-12-soiyee.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=494&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/462887/original/file-20220512-12-soiyee.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=620&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/462887/original/file-20220512-12-soiyee.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=620&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/462887/original/file-20220512-12-soiyee.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=620&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Dua harimau menyerang seekor singa di Tower of London Menagerie pada 3 Desember 1830. Singa itu terluka parah hingga mati beberapa hari kemudian.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/extraordinary-and-fatal-combat-which-accidentally-took-news-photo/464478505">Heritage Images/Hulton Archives via Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Jika kamu mengunjungi Towe of London hari ini, kamu dapat melihat beberapa kandang: Mereka adalah batu telanjang dengan jeruji logam. Sulit membayangkan bahwa hewan memiliki kehidupan yang baik di sana. Raja Prancis mengirim seekor gajah pada tahun 1255. Meskipun memiliki kandang khusus sendiri, <a href="https://www.hrp.org.uk/tower-of-london/history-and-stories/the-tower-of-london-menagerie/">ia mati setelah hanya beberapa tahun</a>. Beberapa koleksinya pernah termasuk <a href="https://www.hrp.org.uk/tower-of-london/history-and-stories/the-tower-of-london-menagerie/">beruang kutub yang diizinkan berenang di Sungai Thames dengan rantai panjang</a>. Pada suatu waktu, biaya masuk untuk pengunjung umum adalah dengan membayar karcis murah atau <a href="https://www.thevintagenews.com/2016/09/03/priority-18th-century-pay-admission-zoo-london-bringing-cat-dog-feed-lions/">memberi anjing atau kucing liar untuk makanan singa</a>.</p>
<p>Di Amerika, <a href="https://www.britannica.com/biography/Montezuma-II">Montezuma II</a> memiliki kebun binatang di Tenochtitlan, sekarang dikenal sebagai Mexico City, pada akhir tahun 1500-an. <a href="https://press.uchicago.edu/ucp/books/book/chicago/Z/bo14397600.html">Termasuk banyak burung, mamalia karnivora, dan ular</a>. Kebun binatang ini sangat besar sehingga <a href="https://mexicounexplained.com/montezumas-zoo/">300 orang dipekerjakan untuk merawat hewan</a>. Kaisar secara pribadi memberikan tur kebun binatang kepada pengunjung pertama dari Eropa. Tentara Spanyol, yang dipimpin oleh Hernán Cortés, <a href="https://mexicounexplained.com/montezumas-zoo/">menulis tentang betapa mereka mengagumi kebun binatang</a> meskipun mereka terus menghancurkannya <a href="https://www.britannica.com/event/Battle-of-Tenochtitlan">selama penaklukan Tenochititlan pada tahun 1591</a> </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/462892/original/file-20220512-17-od7t20.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="A crowd of people wearing turn of the 20th century clothing in front of a two story tall monkey enclosure with many tree branches inside." src="https://images.theconversation.com/files/462892/original/file-20220512-17-od7t20.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/462892/original/file-20220512-17-od7t20.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=506&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/462892/original/file-20220512-17-od7t20.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=506&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/462892/original/file-20220512-17-od7t20.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=506&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/462892/original/file-20220512-17-od7t20.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=636&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/462892/original/file-20220512-17-od7t20.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=636&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/462892/original/file-20220512-17-od7t20.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=636&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Rumah monyet di Kebun Binatang Schönbrunn di Wina. Seluncuran lentera berwarna tangan, sekitar tahun 1900.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/the-monkey-house-at-the-schoenbrunn-zoo-vienna-13th-news-photo/89777872">Imagno/Hulton Archive</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kebun binatang tertua yang terus beroperasi di dunia – dan masih buka di tempat yang sama – adalah Kebun Binatang Schönbrunn, yang dibangun di Wina, Austria, pada tahun 1752. Kebun binatang ini terkenal sebagai yang pertama menggunakan banyak inovasi desain, seperti memelihara hewan di <a href="https://www.zoovienna.at/en/">latar natural dan menempatkan beberapa spesies bersama-sama</a> dalam satu kandang.</p>
<p><a href="https://theconversation.com/zoos-and-aquariums-shift-to-a-new-standard-of-animal-welfare-that-depends-on-deeper-understanding-of-animals-lives-164839">Kebun binatang telah berkembang pesat</a>, terutama dalam cara mereka merawat hewan. Bahkan, banyak kebun binatang saat ini juga merupakan organisasi konservasi, yang fokus pada perlindungan hewan yang terancam punah.</p>
<hr>
<p><em>Apakah kamu punya pertanyaan yang ingin ditanyakan ke ahli? Minta bantuan ke orang tua atau orang yang lebih dewasa untuk mengirim pertanyaanmu pada kami.</em>
<em>Ketika mengirimkan pertanyaan, pastikan kamu sudah memasukkan nama pendek, umur, dan kota tempat tinggal. Kamu bisa:</em></p>
<ul>
<li><p><em>mengirimkan email <a href="mailto:curiouskids@theconversation.com">redaksi@theconversation.com</a></em></p></li>
<li><p><em>tweet ke kami <a href="https://twitter.com/ConversationIDN">@conversationIDN</a> dengan tagar #curiouskids</em></p></li>
<li><p><em>DM melalui Instagram <a href="https://www.instagram.com/conversationIDN/">@conversationIDN</a></em></p></li>
</ul>
<hr>
<p><em>Arina Apsarini dari Binus University menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/186125/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Michael J. Renner tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Sejarawan tidak yakin persis kapan kebun binatang pertama dibangun, tetapi jelas manusia telah memelihara hewan eksotis selama ribuan tahun.
Michael J. Renner, Professor of Biology, Psychology, and Environmental Science & Sustainability, Director Zoo & Conservation Science, Drake University
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/178540
2022-03-06T03:43:15Z
2022-03-06T03:43:15Z
Dekolonisasi sains: pentingnya memerdekakan ilmu pengetahuan dari ketergantungan pada dunia Barat
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/450015/original/file-20220304-21-zx9407.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Produksi pengetahuan yang terjadi di berbagai negara berkembang selama ini banyak berkiblat pada perspektif kolonial.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/AdmO8NNe9gU">(Unsplash/Jean Beller)</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span></figcaption></figure><p>Di komunitas akademik global, ada pandangan bahwa ilmuwan Indonesia menyerap perkembangan sains layaknya mengikuti sebuah tren belaka.</p>
<p>Ini terlihat dalam ilmu sosial dan humaniora. Perkembangan teori di lingkup global kerap jadi acuan akademisi Indonesia dalam pengajaran, penelitian, dan bahkan sebagai bahan obrolan antara sesama akademisi.</p>
<p>Pada <a href="https://perpustakaan.setneg.go.id/index.php?p=show_detail&id=10391">periode 1990-an</a>, misalnya, semua ilmuwan tergelitik untuk bicara <em>postmodernism</em> (sikap kritis dan skeptis terhadap wawasan ilmu modern). Sementara pada <a href="https://perpustakaan.setneg.go.id/index.php?p=show_detail&id=10391">dekade 2000-an</a>, perspektif <em>cultural studies</em> (membedah politik dan sejarah dari beragam budaya yang ada saat ini) menjadi juara setelah menurunnya popularitas teori sosial lainnya.</p>
<p>Ajakan untuk lepas dari tradisi “ikut-ikutan” ini sebenarnya sudah muncul sejak puluhan tahun yang lalu.</p>
<p>Pada 1986, ilmuwan politik Muhammad Rusli Karim via Harian Kompas menjelaskan pentingnya ilmuwan Indonesia mencari teorinya sendiri. Sastrawan dan sosiolog Ignas Kleden pun berupaya memperkenalkan wacana <a href="https://bersiasat.id/ini-pikiran-kami/">“indigenisasi”</a> (pembumian wawasan adat di Indonesia) terhadap ilmu sosial.</p>
<p>Ide-ide tersebut sayangnya hanya terdengar sayup di tengah dominasi ilmu sosial global yang pro-pembangunan. </p>
<p>Dewasa ini, ada momentum baru bagi komunitas akademik Indonesia untuk melepaskan diri dari ketergantungan teori asing, yakni melalui gerakan “<a href="https://theconversation.com/decolonise-science-time-to-end-another-imperial-era-89189">dekolonisasi sains</a>” (dekolonisasi pengetahuan).</p>
<p>Meski belum banyak diadopsi oleh ilmuwan Indonesia, dekolonisasi sains menawarkan pijakan penting supaya dunia pendidikan tinggi dan dan sains di Indonesia bisa menemukan suaranya sendiri.</p>
<h2>Memerdekakan sains dari watak kolonialis</h2>
<p>Dekolonisasi sains adalah ajakan keluar dari dominasi produksi pengetahuan yang berkiblat pada negara kolonial – lebih khususnya <a href="https://theconversation.com/how-controversial-racist-research-opens-door-for-a-decolonisation-drive-117870">dunia Barat (eurosentrisme)</a> – agar muncul lebih banyak ruang ilmiah bagi akademisi di penjuru dunia lain.</p>
<p>Dalam pandangan dekolonisasi, ilmu pengetahuan kini terpusat di peradaban Barat, sementara pelaku sains dari wilayah yang mereka jajah selalu hanya jadi objek pengetahuan.</p>
<p>Dengan demikian, “kita”, para ilmuwan negara non-Barat, tidak memiliki otoritas untuk menyelediki diri sendiri, apalagi mengangkat derajat pengetahuan yang barangkali sudah tersedia dari berbagai abad terdahulu di komunitas yang kita kenal.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/bagaimana-perkembangan-ilmu-pengetahuan-pada-masa-penjajahan-melupakan-peran-orang-pribumi-141774">Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan pada masa penjajahan melupakan peran orang pribumi</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Bahkan, pandangan sains yang berwatak kolonialis ini <a href="https://theconversation.com/how-controversial-racist-research-opens-door-for-a-decolonisation-drive-117870">seringkali bersifat rasis</a> – seperti menggambarkan orang “kulit berwarna” atau masyarakat negara Selatan sebagai pihak yang tidak cerdas atau abnormal.</p>
<p>Upaya untuk lepas dari dominasi ini, khususnya di pendidikan tinggi, sudah dimulai sejak munculnya <a href="https://www.wiley.com/en-us/Colonialism+and+Modern+Social+Theory-p-9781509541294">gerakan dekolonisasi pada dekade 1960</a> di Afrika Timur.</p>
<p>Dekolonisasi sains pada era saat ini merupakan bagian dari gerakan emansipatif (pembebasan) yang lebih luas. Misalnya, ini juga didorong oleh gerakan sosial lain di luar universitas yang menyuarakan hak asasi manusia (HAM) dan keadilan sosial – dari Black Lives Matter hingga #Metoo. </p>
<p>Tapi, hal yang paling penting dari dekolonisasi sains adalah upaya untuk keluar dari kemutlakan sains yang lahir dari proses penjajahan.</p>
<p>Setidaknya, ini adalah tujuan besar para ilmuwan yang mendorong wacana dekolonisasi. Sebagian besar dari penulis tersebut berasal dari Amerika Latin, Asia Selatan, dan juga Afrika.</p>
<h2>Dekolonisasi sains di Indonesia</h2>
<p>Sayangnya, hampir tidak ada ilmuwan sosial dari Indonesia yang turut meramaikan diskursus tersebut.</p>
<p>Hal ini cukup ironis. Ilmuwan sosial <a href="https://www.e-ir.info/2017/01/21/interview-walter-mignolopart-2-key-concepts/">Walter Mignolo</a>, misalnya, menekankan bagaimana Indonesia pernah punya peran besar dalam dekolonisasi politik global, yakni melalui Konferensi Asia Afrika.</p>
<p>Indonesia senantiasa mendukung upaya memerdekakan negara terjajah, tapi tidak banyak ilmuwan sosial kita melakukannya dalam ranah teori sosial.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/450180/original/file-20220306-40369-2thve0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/450180/original/file-20220306-40369-2thve0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/450180/original/file-20220306-40369-2thve0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=388&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/450180/original/file-20220306-40369-2thve0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=388&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/450180/original/file-20220306-40369-2thve0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=388&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/450180/original/file-20220306-40369-2thve0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=487&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/450180/original/file-20220306-40369-2thve0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=487&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/450180/original/file-20220306-40369-2thve0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=487&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Indonesia pernah punya peran besar dalam dekolonisasi politik global, yakni melalui Konferensi Asia Afrika. Tapi, tidak banyak ilmuwan sosial kita melakukannya dalam ranah teori sosial.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Delegations_held_a_Plenary_Meeting_of_the_Economic_Section_during_the_A-A_Conference_in_Merdeka_Building,_Bandung,_on_April_20th_1955.jpg">(Wikimedia Commons)</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Alasan atas kelangkaan ini terkait erat dengan <a href="https://theconversation.com/hiruk-pikuk-bahaya-komunis-sampai-kapan-84658">pemberangusan literatur kiri atau Marxisme</a> yang terjadi sejak 1965. Kekuasaan Orde Baru ini menjadi alasan besar mengapa pemikiran pascakolonial, dekolonial, atau bahkan Marxisme tidak memiliki pijakan yang kuat dalam ilmu sosial-humaniora Indonesia.</p>
<p>Padahal, kita bisa melihat jejak-jejak lensa kolonial dalam sains di Indonesia – tidak hanya pada ilmu sosial tapi juga ilmu alam.</p>
<p>Ilmu eksakta seperti biologi dan kedokteran perlu membuka diri dengan pertama-tama mempertanyakan asal-usul seluruh fondasi ilmiahnya, terutama yang relevan dengan konteks Indonesia.</p>
<p>Peneliti biologi Sabhrina Gita Aninta, misalnya, menjelaskan bias perspektif Barat yang seakan <a href="https://medium.com/open-science-indonesia/tentang-membebaskan-sains-dari-kolonialisme-ec2d8b756196">“kaget” saat meneliti biodiversitas di wilayah ekuator</a> yang begitu kaya. Bahkan, beberapa akademisi juga mempertanyakan <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/09502386.2020.1780281">penamaan fauna seperti orang utan</a> yang prosesnya sarat dengan politik imperialis dan menyingkirkan wawasan Suku Dayak Iban di Kalimantan.</p>
<p>Indonesia masih menjadi rumah bagi untaian wawasan lokal yang belum kita kenali dan beri nama. Beda halnya dengan para rekan sejawat di Amerika Latin, yang berhasil melunturkan ketergantungan pada pengetahuan Barat sembari merayakan pengetahuan lokal yang mereka miliki.</p>
<p>Gagasan soal “<a href="https://pluriverse.eutenika.org"><em>pluriverse</em></a>”, yakni kumpulan wawasan yang berupaya menantang narasi pembangunan global yang sarat kepentingan bisnis dan <em>greenwashing</em> (klaim ramah lingkungan yang menyesatkan), misalnya, adalah contoh pengetahuan tandingan yang mulai populer dan diterima komunitas ilmiah global.</p>
<p>Upaya seperti ini bisa jadi inspirasi bagi ilmuwan Indonesia untuk mencoba berpikir dengan semangat dekolonisasi.</p>
<h2>Meraih derajat yang sama</h2>
<p>Selama ini, ada kejemuan di antara ilmuwan Indonesia terhadap dominasi teori yang ada. Ini kemudian mendorong mereka untuk mengikuti tren revolusi keilmuan – seringkali yang berkiblat pada dunia Barat.</p>
<p>Tapi, bisa jadi kecenderungan tersebut bersumber dari rasa inferioritas ilmuwan Indonesia yang sulit memaparkan gagasannya tanpa ditopang teori yang mereka rasa cukup “keren”.</p>
<p>Faktor ini justru semakin memperkuat dominasi pengetahuan Barat.</p>
<p>Dalam artikelnya, sosiolog <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/03906701.2020.1776919">Leon Moosavi</a> mengingatkan para akademisi agar tidak sekadar “anut grubyuk” (ikut-ikutan), dan harus segera menunggangi gerbong dekolonisasi karena sedang ramai dinaiki oleh semua orang.</p>
<p>Persoalannya di Indonesia justru terbalik karena gerbong tersebut sepi senyap, meski kereta sudah menunggu lama untuk meluncur. </p>
<p>Catatan penting lainnya adalah bahwa dekolonisasi sains bukan hanya soal kebijakan. Sudah terlalu banyak persoalan dalam ranah sains di Indonesia yang semuanya ingin dijawab dengan <a href="https://theconversation.com/malapetaka-penelitian-berideologi-mengapa-ilmu-pengetahuan-alam-harus-bebas-dari-kekangan-politis-170106">“kebijakan”</a>. Tidak demikian halnya dengan dekolonisasi sains – ini adalah persoalan tradisi akademik.</p>
<p>Dekolonisasi sains berangkat dari kemauan untuk melihat ke dalam disiplin ilmu masing-masing dan bertanya soal ada tidaknya kemungkinan untuk melakukan pencarian kebenaran tanpa harus bergantung pada pemikiran ilmuwan Barat.</p>
<p>Salah satu pemikir dekolonisasi, Gurminder Bhambra, mengingatkan bahwa dekolonisasi <a href="https://www.wiley.com/en-us/Colonialism+and+Modern+Social+Theory-p-9781509541294">bukan berarti menolak teori Barat</a> – tujuannya tidak pernah demikian.</p>
<p>Yang lebih tepat adalah perlunya menempatkan teori atau wawasan ilmiah dari dunia Selatan dalam derajat yang sama dan setara dalam produksi pengetahuan global. Hal ini yang pada akhirnya secara perlahan harus menjadi tujuan ilmuwan Indonesia.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/178540/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Fajri Siregar penerima beasiswa LPDP untuk studi doktoralnya. </span></em></p>
Dekolonisasi sains menawarkan pijakan penting supaya dunia pendidikan tinggi dan dan sains di Indonesia bisa berhenti berkiblat pada dunia Barat dan menemukan suaranya sendiri.
Fajri Siregar, PhD Candidate, University of Amsterdam
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/177637
2022-02-23T06:08:18Z
2022-02-23T06:08:18Z
Riset: permintaan maaf Belanda kepada Indonesia dan pengakuan tindakan kekerasan pada 1945-1949 bukan hal baru
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/447746/original/file-20220222-27-1ey9jbl.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">kolonialsim</span> </figcaption></figure><p>Pemerintah Belanda <a href="https://www.thejakartapost.com/indonesia/2022/02/18/dutch-sorry-for-extreme-violence-in-indonesias-independence-war-.html">secara resmi meminta maaf kepada Indonesia minggu lalu</a> atas keterlibatannya dalam “kekerasan sistematis dan ekstrem” selama perjuangan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda antara 1945 dan 1949.</p>
<p>Permintaan maaf tersebut mengubah posisi resmi pemerintah Belanda sejak penyelidikan terakhir yang menggunakan anggaran negara mereka pada 1969. Penyelidikan itu menyatakan bahwa “sikap berlebihan” militer Belanda selama Revolusi Nasional Indonesia bersifat tidak teratur dan luar biasa. </p>
<p>Permintaan maaf Belanda tersebut berdasar temuan sejarawan Belanda dan Indonesia. Proyek mereka <a href="https://www.ind45-50.org/en">didanai oleh pemerintah Belanda melalui tiga lembaga penelitian Belanda</a>.</p>
<p>Tim penelitian Indonesia dan Belanda tersebut menyimpulkan bahwa para pemimpin Belanda pada akhir 1940-an telah melakukan kekerasan ekstrem dan mendorong impunitas untuk para pelaku militer. Sebagian besar dari pelakunya tidak pernah dihukum. Para peneliti juga berhati-hati untuk tidak menyalahkan tentara individu dalam temuannya.</p>
<p>Namun catatan tentara Belanda sendiri – terutama foto-foto amatir, ribuan di antaranya berisi bukti kekejaman selama bertahun-tahun. Para tentara tersebut juga merekam jenis kekerasan lain yang belum mendapat perhatian yang layak.</p>
<p><a href="https://brill.com/view/journals/bki/176/2-3/article-p240_2.xml">Penelitian saya telah menunjukkan</a> bahwa foto-foto pribadi tersebut <em>tidak</em> seperti buku harian yang dirahasiakan. Tentara menduplikasi dan membagikannya, kadang-kadang otoritas militer juga menggunakannya.</p>
<h2>Foto adalah bagian penting dari cerita</h2>
<p>Foto terkadang merupakan satu-satunya catatan yang ditinggalkan oleh prajurit Belanda. Mereka juga menyimpan kenangan pengalaman masa perang yang dihilangkan di laporan-laporan resmi.</p>
<p>Foto-foto tersebut memberikan bukti kekejaman yang “tidak direkam”, seperti <a href="https://www.volkskrant.nl/nieuws-achtergrond/eerste-foto-s-ooit-van-executies-nederlands-%20leger-in-indie%7Ebbd223d6/">ringkasan pembantaian</a> tentara dan warga sipil Indonesia.</p>
<p>Foto-foto tersebut juga menunjukkan bagaimana sikap Belanda dalam mengizinkan segala bentuk kekerasan yang dilakukan tentaranya, termasuk hukuman pembakaran desa dan tembakan senjata berat ke orang sipil.</p>
<p>Foto-foto tersebut juga secara rutin menunjukkan patroli saat orang Indonesia ditahan, diintimidasi, dan disiksa secara sewenang-wenang.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/447444/original/file-20220221-18-1wd81h2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/447444/original/file-20220221-18-1wd81h2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=372&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/447444/original/file-20220221-18-1wd81h2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=372&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/447444/original/file-20220221-18-1wd81h2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=372&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/447444/original/file-20220221-18-1wd81h2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=467&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/447444/original/file-20220221-18-1wd81h2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=467&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/447444/original/file-20220221-18-1wd81h2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=467&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">‘Aksi bersih-bersih’ dekat Piyungan, Yogyakarta pada 26 April 1949.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Image Bank WWII, NIOD, Amsterdam</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Foto-foto ini adalah bagian dari kenangan perang yang mungkin disembunyikan dari wartawan surat kabar, birokrat Belanda atau bahkan anak-anak tentara veteran, tapi mereka beredar di antara kelompok-kelompok tertentu.</p>
<p>Tindakan untuk “menyembunyikan dan melupakan” aksi kekerasan ini telah menjadi bagian dari fenomena sosial dan politik yang lebih luas, yang kemungkinan terjadi karena kurangnya kemauan politik untuk meluruskan fakta di balik penjajahan kolonialisme Belanda di Indonesia.</p>
<h2>Versi lain sejarah</h2>
<p>Sampai pada akhir 1990-an, buku-buku veteran Belanda masih menggunakan foto-foto tentara dari tahun 1940-an untuk mendukung [mitos tentang tindakan militer Belanda sebagai upaya menjaga perdamaian dan bukannya pasukan siap perang][https://uwap.uwa.edu.au/products/visualising-human-rights]</p>
<p>Para pemimpin militer seperti Jenderal Simon Spoor, kepala staf tentara nasional dan kolonial Belanda yang berperang di Indonesia, adalah otak di balik pencitraan itu. Kesan tersebut juga merupakan persepsi diri dari puluhan ribu sukarelawan dan wajib militer Belanda yang dikerahkan bersamaan pasukan nasional dari tahun 1946.</p>
<p>Foto-foto mereka menggambarkan kemarahan dan kekecewaan terhadap warga sipil Indonesia yang menderita kekurangan gizi dan penyakit. Mereka menghubungkan ini sebagai akibat dari aksi “teroris” militan yang dilakukan pejuang Indonesia dan bukan sebagai efek dari pendudukan Jepang baru-baru ini (1942-1945) atau akibat dari blokade Belanda yang menghentikan pasokan dari mencapai daerah-daerah yang dikuasai pihak Republik.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/447447/original/file-20220221-24-e6g8ag.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/447447/original/file-20220221-24-e6g8ag.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/447447/original/file-20220221-24-e6g8ag.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/447447/original/file-20220221-24-e6g8ag.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/447447/original/file-20220221-24-e6g8ag.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/447447/original/file-20220221-24-e6g8ag.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/447447/original/file-20220221-24-e6g8ag.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Gambar menunjukkan ‘contoh kesejahteraan yang ditinggalkan oleh TRI di Masing, Jawa Barat’.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Image Bank WWII, NIOD, Amsterdam</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Kamera juga menangkap realitas kekerasan yang dilakukan Indonesia</h2>
<p>Kamera tentara juga merekam kekejaman yang dilakukan oleh orang Indonesia.</p>
<p>Ini tetap menjadi topik yang kompleks dan sensitif, seperti yang ditunjukkan oleh <a href="https://theconversation.com/bersiap-a-shared-history-of-mass-violence-that-haunts%20-indonesia-and-the-netherlands-176477">kontroversi penggunaan istilah “bersiap” baru-baru ini</a> untuk mengenang korban kekerasan Indo-Eropa dalam <a href="https://www.rijksmuseum.nl/en/whats-on/exhibitions/revolusi">pameran Rijksmuseum</a>, Revolusi!, di Belanda.</p>
<p>Di Indonesia, <a href="https://www.insideindonesia.org/art-as-pilgrimage">karya seni dan komunitas</a> baru-baru yang diciptakan untuk mengakui tindakan kekerasan terhadap etnis Cina selama Perang Revolusi mengingatkan kita kembali akan sejarah panjang kekerasan etnis dalam revolusi itu. Kadang-kadang ini berkaitan dengan visi yang saling bertentangan tentang siapa yang dimaksud bangsa Indonesia dan siapa yang dimasukkan dalam perjuangan melawan kolonialisme.</p>
<p><a href="https://www.routledge.com/Gender-Violence-and-Power-in-Indonesia-Across-Time-and-Space/McGregor-Dragojlovic-Loney/p/book/9780367901974">Penelitian saya menyarankan</a> bahwa foto-foto dari tentara belanda itu menimbulkan pertanyaan bagaimana warga sipil Indonesia bisa bertahan selama konflik yang terjadi setelah era penjajahan Jepang.</p>
<p>Perempuan Indonesia, misalnya, terkadang bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan juga memberikan layanan seks bagi tentara Belanda. Foto-foto tentara biasanya meromantisasi transaksi tersebut, yang bagi para wanita, adalah cara mereka untuk mencari nafkah.</p>
<p>Catatan tentara menunjukkan situasi yang bahaya bagi para wanita ini. Mereka bisa menjadi sasaran hinaan dan juga dicurigai dalam lingkungan militer yang pelaku pemerkosaan dan kekerasan seksual sering tidak dihukum.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/447450/original/file-20220221-22-fo8eid.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/447450/original/file-20220221-22-fo8eid.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=432&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/447450/original/file-20220221-22-fo8eid.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=432&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/447450/original/file-20220221-22-fo8eid.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=432&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/447450/original/file-20220221-22-fo8eid.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=543&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/447450/original/file-20220221-22-fo8eid.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=543&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/447450/original/file-20220221-22-fo8eid.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=543&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Tentara Belanda dengan cucian ‘babus’.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Image Bank WWII, NIOD, Amsterdam</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Oleh karena itu, foto-foto tentara Belanda memberikan gambaran tentang orang-orang Indonesia yang terabaikan dalam perdebatan tentang siapa yang harus dikenang sebagai pahlawan, korban, atau pelaku dalam memperingati era perang, baik di Belanda maupun di Indonesia.</p>
<p><em>Arina Apsarini Putri Asrofi dari Binus University menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/177637/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Susie Protschky menerima dana dari Australian Research Council. </span></em></p>
Catatan tentara Belanda sendiri – terutama foto-foto amatir, ribuan di antaranya bertahan – telah lama berisi bukti yang mereka ketahui tentang kekejaman.
Susie Protschky, Associate Professor of History, Australian Research Council Future Fellow, Deakin University
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/171614
2021-11-10T12:26:39Z
2021-11-10T12:26:39Z
Politik penetapan pahlawan kerap melupakan peran masyarakat biasa dalam sejarah
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/431291/original/file-20211110-27-hzm737.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption"></span> </figcaption></figure><iframe src="https://open.spotify.com/embed/episode/39bXC3A9KMgkf4udZZDP2U" width="100%" height="232" frameborder="0" allowfullscreen="" allow="autoplay; clipboard-write; encrypted-media; fullscreen; picture-in-picture"></iframe>
<p>Setiap tanggal 10 November, Indonesia memperingati Hari Pahlawan untuk mengenang berbagai tokoh sejarah sekaligus menetapkan tokoh baru dalam jajaran pahlawan negara.</p>
<p>Pada tahun ini, pemerintah menetapkan <a href="https://setkab.go.id/profil-empat-penerima-gelar-pahlawan-nasional-tahun-2021/">empat pahlawan baru</a>, dari tokoh perfilman Usmar Ismail hingga tokoh Kesultanan Banten, Raden Aria Wangsakara.</p>
<p>Namun, beberapa sejarawan juga mengamati bagaimana <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/13639811.2019.1560710?journalCode=cimw20">politik kepahlawanan sejak era kemerdekaan hingga saat ini</a>, serta pencatatan sejarah Indonesia secara umum, kerap mengabaikan peran warga biasa.</p>
<p>Sejarawan <a href="https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=314986">Bambang Purwanto dalam bukunya</a>, misalnya, menyebutkan bagaimana perpustakaan institut riset KITLV Leiden di Belanda, yang memuat salah satu koleksi sejarah Indonesia yang paling lengkap pun, masih banyak fokus pada sejarah ekonomi-politik atau tokoh negara dan minim gambaran pengalaman masyarakat sehari-hari.</p>
<p><a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/13639811.2019.1560710?journalCode=cimw20">Studi lain</a> menjelaskan bagaimana politik penetapan pahlawan pada Orde Baru digunakan sebagai alat ideologi untuk menanamkan kuasa negara dan jasa pihak militer – di saat banyak warga terdampak secara negatif oleh rezim tersebut.</p>
<p>Untuk membedahnya, pada episode <a href="https://open.spotify.com/show/2Iqni2kGMzbzeJxvKiTijD?si=71390d8b57c84f4f">podcast SuarAkademia</a> kali ini, kami ngobrol dengan <a href="https://theconversation.com/profiles/eunike-g-setiadarma-1201890">Eunike Setiadarma</a>, mahasiswi PhD di Northwestern University, Amerika Serikat.</p>
<p>Nike menjelaskan berbagai pengalaman warga dan perempuan sepanjang era kolonial dan kemerdekaan yang kerap terlupakan, agenda penentuan pahlawan di era Soekarno dan Soeharto, serta langkah kedepannya untuk mengingat sejarah dengan lebih kaya.</p>
<p>Dengarkan lengkapnya di <a href="https://open.spotify.com/show/2Iqni2kGMzbzeJxvKiTijD?si=71390d8b57c84f4f">SuarAkademia</a> – ngobrol seru isu terkini, bareng akademisi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/171614/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Pada episode SuarAkademia kali ini, kami ngobrol dengan Eunike Setiadarma dari Northwestern University tentang bagaimana politik kepahlawanan kerap mengabaikan peran masyarakat biasa dalam sejarah.
Luthfi T. Dzulfikar, Youth + Education Editor
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/167535
2021-10-14T06:09:17Z
2021-10-14T06:09:17Z
Belajar dampak krisis iklim dari Kekaisaran Ottoman: bagaimana kekeringan bisa merugikan penduduk dan memicu peperangan
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/419921/original/file-20210908-2249-1mm1yo7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=2%2C8%2C921%2C763&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Kekeringan menghambat ekspansi Kekaisaran Ottoman pada abad ke-16.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Ottoman_army_at_Tiflis_in_1578_(Nusretname_miniature).jpg">(Lessing Archives)</a></span></figcaption></figure><p>Di akhir abad ke-16, <a href="https://doi.org/10.1017/CBO9780511844058">ratusan bandit berkuda</a> menyerbu Anatolia (saat ini wilayah Turki) yang berada di bawah Kekaisaran Ottoman. Mereka menjarah berbagai desa, menebar kekerasan, dan menggoyahkan kekuasaan sultan.</p>
<p>Empat ratus tahun kemudian dan sekitar beberapa ratus kilometer dari situ, yakni di Suriah – yang juga bekas wilayah Kekaisaran Ottoman – beberapa gerakan protes meluas dan berujung <a href="https://theconversation.com/every-day-is-war-a-decade-of%20-lambat-penderitaan-dan-kehancuran-di-suriah-154595">perang saudara</a> pada tahun 2011 yang memakan banyak korban. Konflik tersebut masih berlangsung hingga hari ini.</p>
<p>Sejarah gelap di daerah Mediterania ini memuat beberapa pelajaran berharga bagi masa depan: keduanya melibatkan gelombang manusia yang terpaksa pergi dari rumah mereka, terkait erat dengan dinamika kekuasaan, serta memiliki konsekuensi politis yang besar.</p>
<p>Namun, keduanya juga sama-sama dipicu oleh cuaca ekstrem yang berhubungan dengan perubahan iklim.</p>
<p>Sebagai <a href="https://www.libarts.colostate.edu/people/aw49/">sejarawan lingkungan</a>, saya telah banyak meneliti dan menulis tentang konflik maupun fenomena lingkungan di wilayah Mediterania Timur.</p>
<p>Meskipun kekeringan dahsyat, angin topan, kenaikan permukaan laut, dan migrasi iklim nampak sebagai hal yang baru di zaman kita, krisis serupa di masa lalu – seperti pada masa Kekaisaran Ottoman atau pun <a href="https://theconversation.com/climate-change-fueled-the-rise-and-demise-%20of-the-neo-assyrian-empire-superpower-of-the-ancient-world-126661">krisis</a> <a href="https://theconversation.com/climate-change-fueled-the-rise-and-demise-of-%20the-neo-assyria-empire-superpower-of-the-ancient-world-126661">lainnya</a> – membawa pelajaran penting tentang bagaimana perubahan iklim dapat membuat kehidupan manusia porak poranda. Mari kita lihat lebih dekat.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Tiga laki-laki dewasa dan dua anak-anak memandangi lingkungan yang kering" src="https://images.theconversation.com/files/402719/original/file-20210525-13-probum.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/402719/original/file-20210525-13-probum.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=477&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/402719/original/file-20210525-13-probum.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=477&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/402719/original/file-20210525-13-probum.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=477&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/402719/original/file-20210525-13-probum.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=599&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/402719/original/file-20210525-13-probum.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=599&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/402719/original/file-20210525-13-probum.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=599&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Orang-orang yang paling miskin dan rentan sering terdampak kekeringan parah. Pada tahun 1962 di dekat Erzurum, Turki, sebuah keluarga miskin menatap dataran tandus yang dibiarkan kering, yang lambat laun menyebabkan kelaparan karena lahan tidak dapat diolah.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://newsroom.ap.org/detail/TURKEYDROUGHTFAMINE/3723123764e5da11af9f0014c2589dfb/photo">Associated Press</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Kekeringan di jantung kekaisaran</h2>
<p>Kita hidup di era pemanasan global yang disebabkan oleh perilaku manusia yang merusak dan tidak berkelanjutan. Era yang umumnya dikenal sebagai <a href="https://doi.org/10.1038/415023a">Antroposen</a> ini muncul pada abad ke-19, menyusul periode perubahan iklim lain yang disebut <a href="https://doi.org/10.1002/wcc.518">Zaman Es Kecil (<em>Little Ice Age</em>)</a>.</p>
<p>Zaman Es Kecil ini menyebabkan suhu yang lebih dingin dari biasanya serta cuaca ekstrem di berbagai belahan dunia. Tidak seperti pemanasan global yang kita rasakan sekarang, perubahan suhu di Zaman Es Kecil kemungkinan dipicu oleh faktor alam seperti <a href="https://doi.org/10.1029/2011GL050168">aktivitas gunung berapi</a>, dan memengaruhi berbagai <a href="https://yalebooks.yale.edu/%20book/9780300208634/global-crisis">wilayah berbeda</a> pada waktu yang berbeda, dengan tingkatan dampak maupun cara yang berbeda pula.</p>
<p>Gejala yang muncul di awal Zaman Es Kecil pada akhir abad ke-16 sangat terasa <a href="https://doi.org/10.3098/ah.2020.094.2.176">di wilayah Anatolia</a>.</p>
<p>Wilayah pedesaan ini dulunya merupakan jantung Kekaisaran Ottoman, dan kurang lebih memiliki perbatasan yang sama dengan Turki pada era modern. Sebagian besar lahan tersebut digunakan untuk <a href="https://www.nebraskapress.unl.edu/university-of-nebraska-press/9780803290976/">budidaya gandum dan biji-bijian, atau menggembalakan domba dan kambing</a>. Lahan ini menjadi sumber produksi makanan yang penting bagi penduduk pedesaan serta penduduk ibukota Kekaisaran Ottoman yang ramai, yakni Istanbul (Konstantinopel).</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/402214/original/file-20210523-23-c46rhz.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/402214/original/file-20210523-23-c46rhz.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=500&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/402214/original/file-20210523-23-c46rhz.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=500&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/402214/original/file-20210523-23-c46rhz.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=500&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/402214/original/file-20210523-23-c46rhz.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=628&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/402214/original/file-20210523-23-c46rhz.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=628&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/402214/original/file-20210523-23-c46rhz.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=628&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Wilayah kekuasaan Kekaisaran Ottoman.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/19/Ottoman_empire.svg/2458px-Ottoman_empire.svg.png">André Koehne/The Historical Atlas by William R. Shepherd, 1923</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Periode antara 1590-1610, terutama, merupakan masa-masa yang sulit. Menurut data terkait <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s00382-005-0016-5">lingkaran pohon dan data paleoklimatologi lainnya</a>, Anatolia mengalami beberapa tahun yang terdingin dan terkering dalam sejarah willayah tersebut. Masa-masa ini juga ditandai dengan banyaknya peristiwa <a href="https://www.cambridge.org/core/books/climate-of-rebellion-in-the-early-modern-ottoman-empire/C022031EDC39F862EA87DBC88D66B888">kekeringan, salju, dan banjir</a>.</p>
<p>Pada saat yang sama, para penduduk sangat menderita; pertama oleh wabah hewan, kedua oleh berbagai kebijakan negara yang menindas, termasuk tuntutan agar rakyat menyetor gandum dan daging untuk mendukung perang yang sedang terjadi di Hongaria.</p>
<p>Panen buruk yang terjadi terus menerus, perang yang melelahkan, serta masalah lain yang berkepanjangan secara tidak langsung memperlihatkan berbagai kekurangan dari <a href="https://www.cambridge.org/core/books/nature-and-empire-in-ottoman-egypt/B05D2208CB9B404D6CA768A62DBAC969#fndtn-information">sistem pengelolaan sumber daya</a> Kekaisaran Ottoman. Di saat cuaca buruk menghambat upaya negara untuk mendistribusikan persediaan makanan, <a href="https://www.cambridge.org/core/books/climate-of-rebellion-in-the-early-modern-ottoman-%20kekaisaran/C022031EDC39F862EA87DBC88D66B888">kelaparan melanda,</a> dari seluruh desa hingga ke Istanbul. Semua itu pun kemudian disertai epidemi yang mematikan.</p>
<p>Hingga tahun 1596, serangkaian pemberontakan yang dikenal sebagai <a href="https://www.amazon.com/Anatolian-rebellion-1000-1020-Islamkundliche-Untersuchungen/dp/3922968341">Pemberontakan Celali</a> meletus, dan menjadi konflik kekuasaan internal terpanjang yang dialami Kekasairan Ottoman selama enam abad berdiri.</p>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/402218/original/file-20210523-15-xnwij8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Sebuah ilustrasi tua tentang laki-laki yang bertempur di atas kuda" src="https://images.theconversation.com/files/402218/original/file-20210523-15-xnwij8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/402218/original/file-20210523-15-xnwij8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=1115&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/402218/original/file-20210523-15-xnwij8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=1115&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/402218/original/file-20210523-15-xnwij8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=1115&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/402218/original/file-20210523-15-xnwij8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1401&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/402218/original/file-20210523-15-xnwij8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1401&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/402218/original/file-20210523-15-xnwij8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1401&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Sebuah gambar dari Tacü’t Tevarih, diterbitkan pada abad ke-16, tentang Pemberontakan Celali.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Osmanl%C4%B1-%C4%B0ran_Sava%C5%9Flar%C4%B13.jpg">Republic of Turkey, Topkapı Palace Museum-Istanbul</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Rakyat jelata, kelompok-kelompok semi-nomaden, hingga pemimpin provinsi turut serta dalam pemberontakan ini melalui serangkaian <a href="https://www.cornellpress.cornell.edu/book/9780801484193/bandits-and-bureaucrats/#bookTabs%20=1">aksi yang memicu kekerasan, perampasan, dan ketidakstabilan</a> yang berlangsung hingga abad ke-17.</p>
<p>Seiring kekeringan, penyakit, dan pertumpahan darah terus berlanjut, orang-orang <a href="https://www.cambridge.org/core/books/climate-of-rebellion-in-the-early-modern-ottoman-empire/C022031EDC39F862EA87DBC88D66B888">meninggalkan lahan pertanian dan desa mereka</a>, serta melarikan diri dari Anatolia untuk mencari daerah yang lebih stabil. Sedangkan, mereka yang tidak mampu pergi berakhir mati kelaparan.</p>
<h2>Melemahnya Kekaisaran Ottoman</h2>
<p>Sebelum titik ini, Kekaisaran Otoman adalah <a href="https://www.macmillanihe.com/page/detail%20/the-ottoman-empire-13001650/?k=9781352004137&loc=%20kami&kode%20harga=kami">salah satu rezim terbesar di masa awal era modern</a>.</p>
<p>Kekaisaran ini menguasai sebagian besar daratan Eropa, Afrika Utara, dan Timur Tengah, serta memiliki kendali penuh atas situs-situs suci Islam, Kristen, dan Yahudi. Selama berabad-abad sebelumnya, pasukan Ottoman bahkan telah berekspansi ke Asia Tengah, mencaplok sebagian besar daerah di Hongaria, dan menerobos Kekaisaran Hapsburg untuk menggertak Wina pada tahun 1529.</p>
<p>Pemberontakan Celali kemudian menimbulkan <a href="https://archive.aramcoworld.com/issue/197805/whither.the.weather.htm">konsekuensi politik</a> yang sangat besar.</p>
<p>Pemerintah Ottoman pada akhirnya berhasil mengembalikan kestabilan di daerah pedesaan Anatolia pada tahun 1611, tetapi dengan pengorbanan yang besar. Kendali sultan atas berbagai provinsi melemah secara permanen. Tantangan internal ini menghambat upaya Kekaisaran Ottoman dalam melakukan ekspansi wilayah.</p>
<p>Pemberontakan Celali mengakhiri “Zaman Keemasan” Ottoman dan membuat kekaisaran ini terjun <a href="https://www.basicbooks.com/titles/caroline-finkel/osmans-%20mimpi/9780465023974/">ke dalam jurang kehancuran</a> – terpaksa melakukan desentralisasi, serta mengalami kemunduran militer dan juga pelemahan sistem pemerintahan – yang kelak menyusahkan negara ini selama tiga abad terakhirnya.</p>
<h2>Perubahan iklim memperparah ancaman yang sudah ada</h2>
<p>Empat ratus tahun kemudian, <a href="https://theconversation.com/climate-not-conflict-drove-many-syrian-refugees-to-lebanon-127681">kerusakan lingkungan</a> yang bertepatan dengan kerusuhan sosial membawa Suriah ke dalam perang sipil yang berkepanjangan dan mematikan.</p>
<p>Konflik ini muncul dengan dilatarbelakangi tekanan politik dan gerakan kebangkitan dunia Arab (<em>Arab Spring</em>), yang juga disertai <a href="https://doi.org/10.1073/pnas.1421533112">salah satu kekeringan terburuk dalam sejarah</a> Suriah.</p>
<p>Seberapa besar pengaruh lingkungan dalam perang saudara Suriah ini <a href="https://doi.org/10.1016/j.polgeo.2017.05.007">sulit diukur</a> karena, seperti dalam Pemberontakan Celali, dampaknya tidak dapat dipisahkan dari tekanan sosial dan politik. Bagaimana pun juga, dampak dari kombinasi berbagai faktor ini tidak boleh diabaikan.</p>
<p>Itulah sebabnya <a href="https://www.atlanticcouncil.org/blogs/new-atlanticist/climate-change-as-a-threat-multiplier/">pakar militer</a> kini juga meganggap perubahan iklim sebagai faktor yang memperparah ancaman keamanan (<em>threat multiplier</em>).</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Lanskap kering dan kosong dengan sebongkah traktor" src="https://images.theconversation.com/files/402720/original/file-20210525-13-1y4ruop.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/402720/original/file-20210525-13-1y4ruop.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=370&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/402720/original/file-20210525-13-1y4ruop.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=370&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/402720/original/file-20210525-13-1y4ruop.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=370&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/402720/original/file-20210525-13-1y4ruop.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=464&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/402720/original/file-20210525-13-1y4ruop.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=464&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/402720/original/file-20210525-13-1y4ruop.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=464&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Seorang petani mengendarai traktor di wilayah yang dilanda kekeringan di Hasaka, Suriah, pada tahun 2010.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/farmers-ride-in-their-tractor-in-the-drought-hit-region-of-news-photo/102301134">Louai Beshara/AFP via Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Memasuki dekade yang kedua, perang Suriah telah memaksa <a href="https://www.unhcr.org/en-us/syria-emergency.html">13 juta warga</a> untuk meninggalkan rumah mereka. Setengahnya menjadi pengungsi di Suriah, sementara sisanya mencari perlindungan di negara-negara tetangga, Eropa, dan sekitarnya, sehingga membuat krisis pengungsi global semakin parah.</p>
<h2>Pelajaran untuk hari ini dan masa depan</h2>
<p><a href="https://books.openedition.org/irdeditions/23727?lang=en">Wilayah Mediterania</a> mungkin sangat rentan terhadap efek negatif dari pemanasan global, tetapi dua cerita di atas adalah peristiwa yang saling berhubungan.</p>
<p>Seiring suhu bumi meningkat, perubahan iklim akan menghambat berbagai urusan manusia, memperparah konflik, dan mendorong gelombang migrasi.</p>
<p>Dalam beberapa tahun terakhir, negara-negara dataran rendah seperti <a href="https://earthobservatory.nasa.gov/images/147057/intense-flooding-in-bangladesh">Bangladesh</a> dibuat porak-poranda oleh banjir, sementara kekeringan telah menjungkirbalikkan kehidupan masyarakat di <a href="https://reliefweb.int/disaster/dr-2015-000134-som">Semenanjung Timur Afrika</a> dan <a href="https://theconversation.com/how-climate-change-is-driving-emigration-from%20-central-america-121525">Amerika Tengah</a>, membuat banyak migran terpaksa mengungsi ke negara lain.</p>
<p>Sejarah Mediterania menawarkan tiga pelajaran penting untuk mengatasi masalah lingkungan global saat ini:</p>
<ul>
<li><p>Pertama, dampak negatif perubahan iklim menimpa individu-individu miskin dan terpinggirkan secara jauh lebih besar dibanding kelompok ekonomi lain. Padahal, mereka adalah kelompok yang paling tidak mampu merespons dan beradaptasi.</p></li>
<li><p>Kedua, tantangan lingkungan cenderung memiliki dampak yang paling besar ketika terjadi bersamaan dengan keresahan sosial. Bahkan, keduanya sering kali terkait erat dan tidak dapat dipisahkan.</p></li>
<li><p>Ketiga, perubahan iklim memiliki potensi untuk mendorong terjadinya migrasi massal, memacu berbagai tindak kekerasan, menjatuhkan rezim, serta mengubah tatanan masyarakat di seluruh dunia.</p></li>
</ul>
<p>Perubahan iklim pada akhirnya akan memengaruhi semua orang – dengan cara yang seringkali massif, meresahkan, dan tidak terduga. Sembari kita merenungkan masa depan, ada banyak hal yang dapat kita pelajari dari masa lalu.</p>
<p><em>Rachel Noorajavi menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/167535/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Andrea Duffy tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Kekeringan telah menjadi ancaman besar selama berabad-abad – memicu konflik dan migrasi sejak masa Kekaisaran Ottoman hingga Suriah di masa kini.
Andrea Duffy, Director of International Studies, Colorado State University
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/162760
2021-06-29T02:36:07Z
2021-06-29T02:36:07Z
Misteri Gunung Samalas: erupsi gunung api yang mengubah dunia pada Abad Pertengahan ternyata ada di Indonesia
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/408322/original/file-20210625-19-10astfz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C9%2C2044%2C1244&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Puncak Gunung Rinjani di Pulau Lombok dengan ketinggian 3.726 m terlihat jelas saat pagi hari dari Desa Tano, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat.</span> <span class="attribution"><span class="source">ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/Koz/mes/10.</span></span></figcaption></figure><p>Pada abad ke-13, Eropa Barat mengalami apa yang disebut sebagai tahun “tahun yang gelap” atau “<a href="https://www.nature.com/articles/ngeo2875">tahun yang berkabut</a>”. </p>
<p>Para ilmuwan menduga bahwa periode gelap tersebut ada kaitannya dengan letusan gunung api yang menghasilkan aerosol sulfat, yang dapat menyebabkan perubahan iklim, kerusakan ozon, dan mengganggu keseimbangan radiasi atmosfer. </p>
<p>Tidak ada yang tahu sumber letusan dari mana hingga pada 2013, ahli gunung berapi dari Prancis <a href="https://www.pnas.org/content/110/42/16742.short">Franck Lavigne</a> dan tim akhirnya mengungkap bahwa letusan berasal dari Gunung Samalas yang ada di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Mereka tahu itu setelah mencocokkan sisa kandungan geokimia material vulkanis yang ditemukan dengan kandungan yang ada di Lombok. </p>
<p>Ini artinya Gunung Samalas menambah <a href="https://agupubs.onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1029/2006JD007461">daftar gunung berapi</a> di Indonesia yang letusannya berdampak signifikan ke benua lain, setelah Gunung Tambora, Gunung Krakatau, dan Gunung Agung. </p>
<iframe src="https://flo.uri.sh/visualisation/6527342/embed" title="Interactive or visual content" class="flourish-embed-iframe" frameborder="0" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" width="100%" height="400"></iframe>
<div style="width:100%!;margin-top:4px!important;text-align:right!important;"><a class="flourish-credit" href="https://public.flourish.studio/visualisation/6527342/?utm_source=embed&utm_campaign=visualisation/6527342" target="_top"><img alt="Made with Flourish" src="https://public.flourish.studio/resources/made_with_flourish.svg"> </a></div>
<h2>Samalas dan efek global</h2>
<p>Sejak Lavigne menemukan bahwa Samalas meletus pada 1257, maka Samalas dianggap menjadi penyebab timbulnya krisis global yang terjadi ketika itu, khususnya di Eropa Barat.</p>
<p>Dampak global letusan Samalas 1257 mulai terasa pada <a href="https://www.nature.com/articles/ngeo2875">1258 hingga 1259 </a> di Eropa Barat </p>
<p>Krisis yang terjadi antara lain berupa gagal panen, kelaparan, hujan hampir sepanjang tahun, dan gangguan cuaca lainnya.</p>
<p>Dalam temuannya, peneliti pohon dari Swiss <a href="https://www.nature.com/articles/ngeo2875">Sébastien Guillet</a> menambahkan bahwa sebelumnya Inggris telah mengalami banyak gagal panen, namun adanya gangguan iklim akibat letusan Samalas memperburuk kondisi gagal panen dan kelaparan sehingga menelan korban jiwa. </p>
<p>Ahli sejarah abad pertengahan dari Inggris <a href="https://www.cambridge.org/core/journals/transactions-of-the-royal-historical-society/article/abs/global-climates-the-1257-megaeruption-of-samalas-volcano-indonesia-and-the-english-food-crisis-of-1258/43CA14C235B2734513A7F89D661C784D"> Bruce M.S. Campbell</a> menambahkan bahwa kemungkinan krisis gagal panen di Inggris tersebut menjadi salah satu pemicu terjadinya ketegangan politik. </p>
<p><a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0305748820300967">Temuan terbaru</a> mengemukakan bahwa penuruan suhu permukaan bumi akibat selubung sulfat di stratosfer dari letusan Samalas memiliki hubungan dengan munculnya pandemi global pada era tersebut yang dikenal dengan <em>Black Death</em> (Maut Hitam) yang merenggut puluhan juta nyawa pada Abad Pertengahan. </p>
<p>Perubahan iklim yang ditandai dengan adanya penurunan suhu global selama 3-4 tahun setelah letusan Samalas diduga menjadi salah satu pemicu merebaknya bakteri penyebab terjadinya Maut Hitam tersebut. </p>
<h2>Samalas dan efek lokal</h2>
<p>Letusan Samalas pada 1257, menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah lokal Pulau Lombok karena mengungkap fakta sejarah yang hilang sebelum abad ke-13.</p>
<p>Sebelumnya, masyarakat Lombok tidak pernah tahu Samalas. Orang hanya tahu Gunung Rinjani, yang merupakan gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia.</p>
<p>Namun rekonstruksi topografi yang dilakukan oleh Lavigne dan timnya membuktikan bahwa Samalas memang benar ada dan berdampingan dengan Rinjani seperti layaknya Gunung Merapi di Yogyakarta yang berdampingan dengan Gunung Merbabu, di Jawa Tengah atau Gunung Sumbing yang dekat dengan Gunung Sindoro di Jawa Tengah. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/408356/original/file-20210625-23-1odnhat.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/408356/original/file-20210625-23-1odnhat.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/408356/original/file-20210625-23-1odnhat.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/408356/original/file-20210625-23-1odnhat.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/408356/original/file-20210625-23-1odnhat.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/408356/original/file-20210625-23-1odnhat.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/408356/original/file-20210625-23-1odnhat.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Rekonstruksi topografi Gunung Samalas dan Rinjani pada abad ke 13.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Lavigne, 2013</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Letusan Samalas dipercaya mengubur kota Pamatan, yang dianggap sebagai pusat peradaban saat itu. Hingga saat ini peneliti belum menemukan dokumen atau artefak otentik peninggalan Pamatan atau yang lebih tua karena kemungkinan terkubur oleh letusan Samalas. </p>
<p>Hal ini menjelaskan mengapa ahli sejarah hingga sekarang belum menemukan jejak sejarah Lombok sebelum abad ke-13 secara utuh.</p>
<p><a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s10708-019-10083-5">Periode kekosongan</a> ini disebabkan juga karena banyak orang mengungsi atau eksodus dari Pulau Lombok setelah letusan itu terjadi. </p>
<p>Adanya letusan Gunung Samalas setidaknya telah mengubah banyak hal di Lombok. Salah satunya adalah bentang alam yang berevolusi karena pernah terkubur oleh material vulkanik setebal 5 hingga 30 meter. </p>
<p>Perkembangan kota-kota yang ada di Lombok juga sangat dipengaruhi oleh endapan volkanik tersebut. Sampai sekarang, wilayah utara yang diduga sebagai lokasi terdampak parah oleh Gunung Samalas tergolong wilayah yang sepi penduduk karena memiliki karakteristik <a href="https://ntb.litbang.pertanian.go.id/pu/pi/FZ_Analisis%20Potensi.pdf">lahan kering </a> yang kurang bagus untuk pertanian akibat tebalnya material abu dan batu apung. </p>
<h2>Samalas dan “efek kupu-kupu”</h2>
<p>Setelah berbagai temuan dan dugaan terkait Samalas terbongkar, banyak teka-teki sejarah yang akhirnya terungkap, baik skala lokal maupun global. </p>
<p>Dari berbagai fakta sejarah yang terungkap tersebut, dapat disimpulkan bahwa letusan Samalas mampu menimbulkan efek kupu-kupu (<a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Efek_kupu-kupu"><em>butterfly effect</em></a>), pada Abad Pertengahan maupun dunia. Teori <em>butterfly effect</em> mempercayai bahwa sebuah fenomena yang kecil di suatu tempat mampu membawa dampak yang signifikan di belahan dunia yang lain. </p>
<p>Efek kupu-kupu tersebut menyangkut kondisi sosial, politik, kesehatan, iklim, dan bentang alam. </p>
<p>Dalam kasus Samalas, kita bisa melihat bagaimana letusan yang terjadi mengakibatkan bencana hingga ke benua Eropa. Tidak hanya Eropa, belahan bumi lain juga mungkin mengalami hal serupa. Namun belum ada penelitian yang membuktikannya.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/162760/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Mukhamad Ngainul Malawani tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Gunung Samalas menambah daftar gunung berapi di Indonesia yang letusannya berdampak signifikan ke benua lain, setelah Gunung Tambora, Gunung Krakatau, dan Gunung Agung.
Mukhamad Ngainul Malawani, Lecturer in Environmental Geography, Universitas Gadjah Mada
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/157314
2021-05-18T03:16:55Z
2021-05-18T03:16:55Z
Pendekatan humanis gereja Katolik pada tahanan politik terduga komunis pasca 1965
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/399674/original/file-20210510-5566-lfuagc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C2995%2C1998&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Demonstran melakukan unjuk rasa menolak PKI di depan Istana Merdeka, Jakarta. Protes serupa dari kalangan agama juga pernah terjadi pada tahun 1965.</span> <span class="attribution"><span class="source">ANTARA FOTO/Rosa Panggabean/aww/16.</span></span></figcaption></figure><p>Pada dini hari 1 Oktober 1965, enam jenderal Angkatan Darat dibunuh.
Partai Komunis Indonesia (PKI) ditengarai berada <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/00472337085390151">di balik plot perencanaan pembunuhan</a> tersebut.</p>
<p>Tak heran, seminggu setelah pembunuhan tersebut, Ibu Kota Jakarta dipenuhi unjuk rasa antikomunisme.</p>
<p>Relatif banyak kelompok agama terlibat dalam gerakan antikomunis ini.
Beberapa di antara mereka adalah <a href="https://ecommons.cornell.edu/handle/1813/54510">kelompok pemuda Islam dari Nahdlatul Ulama yang tergabung dalam Forum Aksi Mahasiswa Indonesia</a>, yang nantinya dikenal dengan sebagai Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dan <a href="https://library.oapen.org/bitstream/handle/20.500.12657/25735/1004352.pdf?sequence=1&isAllowed=y">beberapa pendeta di Flores, Nusa Tenggara Timur</a>. </p>
<p><a href="https://nsarchive.gwu.edu/kedutaan-besar-mengikuti-berjalannya-pembunuhan-massal-di-indonesia-pada-tahun-1965">Telegram Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta kepada Washington</a> melaporkan bahwa kelompok Muslim memotori unjuk rasa antikomunis dengan menyerang semua yang dicurigai berafiliasi dengan PKI. Tak hanya itu, mereka juga merangsek rumah-rumah pribadi.</p>
<p>Meski ada beberapa kelompok Katolik yang juga terlibat dalam gerakan antikomunis ini, seperti <a href="http://ejurnal.stfkledalero.ac.id/index.php/JLe/article/view/2">Pemuda Katolik dari PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia)</a>, penelitian doktoral saya menunjukkan bagaimana gereja Katolik memiliki cara yang berbeda dalam menanggapi isu 1965 ini dengan menggunakan pendekatan yang humanis.</p>
<p>Pendekatan humanis sangat terlihat dalam pelaksanaan Program Sosial Kardinal yang digagas beberapa pastor untuk membantu tahanan politik terduga komunis dengan memberikan pakaian, makanan, bahkan pendampingan kerohanian tidak hanya buat mereka tapi juga keluarga mereka.</p>
<h2>Pendekatan humanis</h2>
<p>Hingga kini, gereja Katolik masih menolak komunisme, khususnya terkait dimensi ateisnya. Ketika itu, <a href="https://www.medcom.id/telusur/medcom-files/JKRE3Gpk-gereja-dan-revolusi-indonesia">gereja Katolik juga menolak paham komunisme di Indonesia</a>. </p>
<p>Namun, gereja masih tetap berusaha membantu mereka yang dituduh komunis. </p>
<p>Pada 22 Oktober 1965, Vicar Jenderal P. Carri dari Serikat Yesuit (SJ), yang merupakan sekretaris dari Keuskupan Agung Semarang mengeluarkan <a href="http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1630733&val=13271&title=PERSAINGAN%20ISLAM%20DAN%20KRISTEN%20DI%20KOTA%20SOLO%20SEBUAH%20TINJAUAN%20SEJARAH">Surat Gembala</a>, semacam surat pemberitahuan, yang menyerukan kepada umat Katolik untuk tidak terlibat aksi kekerasan pergerakan antikomunisme yang sedang marak. </p>
<p>Pihak gereja mengeluarkan imbauan ini karena mengingat bahwa sebagian besar umatnya, khususnya pemuda dan pelajar, terlibat dalam pergerakan antikomunisme.</p>
<p>Selain mengeluarkan imbauan tersebut, pada 1969, Kardinal Darmoyuwono - Paus Paulus VI menunjuknya sebagai kardinal yang pertama dari Indonesia - mengusulkan pembentukan Program Sosial Kardinal untuk menolong para tahanan politik yang mengalami kekerasaan dan pemenjaraan yang tidak manusiawi.</p>
<p>Ide program tersebut tanggapan terhadap laporan yang disusun oleh beberapa pastur bersama tim dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Laporan tersebut menunjukkan bahwa proses pemenjaraan dengan penyiksaan, pembiaran kelaparan, dan bahkan pemiskinan justru akan mempermudah orang-orang komunis untuk mengumpulkan pengikut mereka. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/399965/original/file-20210511-16-kog364.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/399965/original/file-20210511-16-kog364.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=260&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/399965/original/file-20210511-16-kog364.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=260&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/399965/original/file-20210511-16-kog364.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=260&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/399965/original/file-20210511-16-kog364.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=327&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/399965/original/file-20210511-16-kog364.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=327&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/399965/original/file-20210511-16-kog364.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=327&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Laporan Romo Paul Chauvigny de Blot terkait kondisi para tahanan politik terduga komunis.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Rémy Madinier</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Program Sosial Kardinal ini memberikan bantuan tidak hanya bagi tahanan politik tapi keluarganya. Hal ini karena penangkapan masif dan pembunuhan massal terhadap simpatisan komunis mengakibatkan banyak orang kehilangan anggota keluarga: perempuan-perempuan menjadi janda, anak-anak terlantar karena yatim-piatu. </p>
<p>Beberapa tahun sebelum Program Sosial Kardinal terbentuk, Romo Stanislaus Sutopanitro atau yang kerap dipanggil Romo Suto, seorang pastor tentara, bercerita bahwa saat mengunjungi penjara-penjara sebagai bagian dari pelayanan gereja kala itu ia pernah menyaksikan seorang bayi dibiarkan sendiri di bawah terik matahari. Sementara itu pada saat yang sama, petugas menginterogasi ibunya.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/399528/original/file-20210507-13-150gk7d.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/399528/original/file-20210507-13-150gk7d.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=922&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/399528/original/file-20210507-13-150gk7d.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=922&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/399528/original/file-20210507-13-150gk7d.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=922&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/399528/original/file-20210507-13-150gk7d.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1158&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/399528/original/file-20210507-13-150gk7d.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1158&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/399528/original/file-20210507-13-150gk7d.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1158&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Romo Suto.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Gloria Truly Estrelita</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Akhirnya, gereja Katolik memutuskan supaya program juga melibatkan keluarga dari para tapol.</p>
<p>Bantuan yang diberikan berupa pangan, sandang, layanan kesehatan termasuk kesehatan mental, pelatihan ketrampilan atau kerja, korespondensi dengan keluarga, dan juga pendidikan bagi anak-anak tahanan politik.</p>
<p>Program ini melayani tahanan politik dari agama apa pun di seluruh Nusantara: <a href="https://brill.com/view/book/9789047441830/Bej.9789004170261.i-1004_015.xml">Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku</a>.</p>
<p>Relawan yang terlibat termasuk pekerja sosial, pengacara, dokter, dan mahasiswa. Mereka mencatat informasi tentang orang-orang yang meminta bantuan. Catatan ini mendokumentasikan informasi dari individu dan keluarga serta keadaan mereka. </p>
<h2>Apresiasi dari para tapol</h2>
<p>Pendekatan humanis yang dilakukan gereja Katolik mendapat apresiasi dari para tahanan politik. </p>
<p>Saya pernah mewawancarai salah seorang tapol yang pernah ditahan di Pulau Buru, Maluku. Di rumahnya di Klaten, Jawa Tengah, Pak Teguh - yang saat ini sudah meninggal - bercerita bagaimana para perwakilan agama lain kerap memaki, bahkan mengutuk para tahanan dengan mengatakan mereka sebagai pendosa yang pasti masuk neraka. Sedangkan, menurut dia, para pastor justru menunjukkan sikap sebaliknya, ramah dan terbuka. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/399840/original/file-20210510-20-6unmnu.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/399840/original/file-20210510-20-6unmnu.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=452&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/399840/original/file-20210510-20-6unmnu.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=452&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/399840/original/file-20210510-20-6unmnu.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=452&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/399840/original/file-20210510-20-6unmnu.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=568&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/399840/original/file-20210510-20-6unmnu.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=568&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/399840/original/file-20210510-20-6unmnu.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=568&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Alkitab yang selalu menemani Pak Teguh selama hidup di Pulau Buru. Karena para tapol dilarang memiliki alat tulis, ia menjadi tempat catatan Pak Teguh mengulaskan perasaan dan pikirannya.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Gloria Truly Estrelita</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Akibatnya, tidaklah mengherankan bila relatif banyak tapol, termasuk yang non-Kristiani, mendekatkan diri kepada para pastor dan suster Katolik untuk berkonsultasi. </p>
<p>Aktivis dan seniman Tedjabayu Soedjojono, putra pertama dari pelukis S. Soedjojono, yang juga dikirim ke Pulau Buru, pernah berkata dalam sebuah wawancara langsung: “Susteran Namlea adalah surga bagi para tapol di tengah-tengah gulag yang bernama Pulau Buru!”</p>
<p>Susteran Namlea yang dimaksud adalah Paroki Santa Maria Bintang Laut, Kabupaten Buru, Maluku.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/399865/original/file-20210510-5469-15zzgtd.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/399865/original/file-20210510-5469-15zzgtd.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/399865/original/file-20210510-5469-15zzgtd.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/399865/original/file-20210510-5469-15zzgtd.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/399865/original/file-20210510-5469-15zzgtd.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/399865/original/file-20210510-5469-15zzgtd.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/399865/original/file-20210510-5469-15zzgtd.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Tedjabayu Sudjojono dalam sebuah acara diskusi di Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Jakarta, 2015.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Stéphane Roland</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tedjabayu menambahkan bahwa kesusteran bukan hanya rumah bagi para tapol Kristiani, tapi juga tapol-tapol Muslim dan Budha. </p>
<p>“Suster-suster itu kerap memberikan bacaan, obat-obatan, hingga kacamata baca,” ujarnya.</p>
<h2>Katolik yang lebih terbuka</h2>
<p>Pelaksanaan Program Sosial Kardinal menunjukkan sikap gereja Katolik yang lebih membuka diri terhadap umat agama lain setelah reformasi gereja.</p>
<p>Reformasi gereja dimulai dengan berakhirnya <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Konsili_Vatikan_II">Konsili Vatikan II</a> pada Desember 1965.</p>
<p>Sebelum Konsili Vatikan II, gereja tampil sebagai <a href="https://www.npr.org/2012/10/10/162573716/why-is-vatican-ii-so-important?t=1618327552351">institusi yang ekslusif</a> dan pelayanan gereja hanya diperuntukkan bagi umat Katolik. </p>
<p>Ahli tentang Indonesia <a href="https://hal.archives-ouvertes.fr/hal-01835876/document">Rémy Madinier</a> dari ENS Lyon menulis bahwa di Indonesia, Konsili Vatikan II membawa cara pandang baru terhadap peran gereja dalam mendukung keadilan. </p>
<p>Selain itu, pelayanan gereja yang mulanya hanya diperuntukkan bagi umat Katolik, kini terbuka bagi semua orang dari latar belakang apa pun. </p>
<p>Hal ini yang mungkin mendorong terbentuknya hubungan yang akrab antara para pastor, khususnya para Yesuit dengan para tahanan politik terduga komunis meski dengan latar belakang agama yang beragam.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/157314/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Gloria Truly Estrelita a reçu des financements de l'IRASEC (Research Institute on Contemporary Southeast Asia).
Co-fondatrice de l'observatoire ALTERSEA (Observatory of Political Alternatives in Southeast Asia).</span></em></p>
Penelitian doktoral saya menunjukkan bagaimana gereja Katolik memiliki cara yang berbeda dalam menanggapi isu 1965 ini dengan menggunakan pendekatan yang humanis.
Gloria Truly Estrelita, PhD Student, École des Hautes Études en Sciences Sociales (EHESS)
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/155327
2021-02-19T06:58:26Z
2021-02-19T06:58:26Z
Curious Kids: Bagaimana sejarah ditulis dan siapa yang menulisnya?
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/384665/original/file-20210217-20-lvl049.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/portrait-cute-little-girl-writing-book-258259226">wavebreakmedia/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p><strong>Bagaimana sejarah dituliskan dan siapa yang menulisnya? – Zoe, 10 tahun, dari Glasgow, Skotlandia</strong></p>
<p>Memikirkan tentang siapa yang menulis sejarah sangat penting jika kita ingin tahu bagaimana itu bisa ada. </p>
<p>Ada banyak hal yang berdampak pada bagaimana kita melihat dunia, termasuk pendidikan, di mana kita lahir, apakah kita adalah laki-laki atau perempuan, serta keadaan ekonomi keluarga. Semua hal ini mempengaruhi bagaimana para sejarawan menuliskan sejarah tentang manusia, keluarga, komunitas, dan masyarakat di masa lalu. </p>
<p>Untuk sekian lama, orang yang menulis sejarah kebanyakan adalah laki-laki terpelajar: mulai dari “bapak sejarah” Yunani Kuno, <a href="https://academickids.com/encyclopedia/index.php/Herodotus">Herodotus</a> yang hidup 2000 tahun lalu, para biarawan abad pertengahan seperti <a href="http://www.bbc.co.uk/history/historic_figures/bede_st.shtml">Bede</a> dari Inggris, hingga profesor di universitas abad ke-20 seperti <a href="https://www.historians.org/publications-and-directories/perspectives-on-history/november-2012/in-memoriam-eric-hobsbawm">Eric Hobsbawm</a>.</p>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/379491/original/file-20210119-22-fuwnm1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="An illustration from an illuminated manuscript showing Bede as a saint writing." src="https://images.theconversation.com/files/379491/original/file-20210119-22-fuwnm1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/379491/original/file-20210119-22-fuwnm1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=800&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/379491/original/file-20210119-22-fuwnm1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=800&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/379491/original/file-20210119-22-fuwnm1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=800&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/379491/original/file-20210119-22-fuwnm1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1005&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/379491/original/file-20210119-22-fuwnm1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1005&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/379491/original/file-20210119-22-fuwnm1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1005&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Biarawan abad pertengahan dari Inggris, Bede menulis ‘Sejarah Gerejawi Masyarakat Inggris’.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:E-codices_bke-0047_001v_medium.jpg">Universität Freiburg e-codices via Wikimedia Commons</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Seringkali, mereka menulis sejarah tentang laki-laki hebat, perang besar, dan berbagai kerajaan yang berupaya menaklukkan dunia. </p>
<p>Hal ini mulai berubah pada abad ke-20. Masyarakat dari <a href="https://recoveryprojectappblog.wordpress.com/2017/11/20/incubator-decolonizing-the-digital-humanities/">berbagai latar belakang berbeda</a> mulai menulis sejarah dan membuat suara mereka didengar.</p>
<p>Misalnya, untuk sekian lama buku sejarah tentang negara seperti India, yang dulunya tergabung dalam Kerajaan Inggris, ditulis oleh orang Inggris dengan sudut pandang kerajaan.</p>
<p>Sekarang, masyarakat di sana menulis <a href="https://knowindia.gov.in/culture-and-heritage/ancient-history.php#:%7E:text=India's%20history%20and%20culture%20is,the%20southern%20lands%20of%20India.&text=By%20the%20end%20of%20the,region%20of%20highly%20developed%20civilization">sejarah milik mereka sendiri</a>. Selain itu, semakin banyak perempuan dan masyarakat dari keluarga miskin mengenyam pendidikan tinggi.</p>
<p>Pengalaman dan sudut pandang mereka menjadi sangat berbeda dari apa yang dituliskan sejarawan dari generasi sebelumnya, dan ini yang kemudian mengubah bagaimana sejarah dituliskan. </p>
<hr>
<figure class="align-left ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/282267/original/file-20190702-126345-1np1y7m.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/282267/original/file-20190702-126345-1np1y7m.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=293&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/282267/original/file-20190702-126345-1np1y7m.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=293&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/282267/original/file-20190702-126345-1np1y7m.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=293&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/282267/original/file-20190702-126345-1np1y7m.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=368&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/282267/original/file-20190702-126345-1np1y7m.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=368&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/282267/original/file-20190702-126345-1np1y7m.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=368&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p><em><a href="https://theconversation.com/au/topics/curious-kids-36782">Curious Kids</a> adalah serial dari <a href="https://theconversation.com/id">The Conversation</a> yang memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk mengirimkan pertanyaan mereka tentang dunia ini, yang kemudian akan dijawab oleh para ahli. Jika kamu punya pertanyaan yang mau dijawab oleh ahli, kirimkan pertanyaanmu ke <a href="mailto:curiouskids@theconversation.com">redaksi@theconversation.com</a>. Kami tidak bisa menjawab semua pertanyaan, tapi kami akan melakukan yang terbaik.</em></p>
<hr>
<p>Sebagai contoh, buku tentang Inggris di era Victoria (1837-1901) dulu sering digunakan untuk menjelaskan bahwa peran pria adalah bekerja dan <a href="https://www.bl.uk/romantics-and-victorians/articles/gender-roles-in-the-19th-century#">wanita tinggal di rumah</a>.</p>
<p>Penggambaran seperti ini terjadi karena sejarawan yang menulis buku-buku ini fokus pada orang-orang seperti mereka: mereka membaca surat dan catatan harian dari orang berpendidikan, kelas menengah, dan melihat lukisan atau foto tentang mereka. Berbagai surat dan foto tersebut menjelaskan pada para sejarawan saat itu bahwa pria tugasnya adalah bekerja dan wanita mengatur rumah. </p>
<h2>Mengambil sudut pandang lain</h2>
<p>Untuk sejarawan perempuan dan mereka yang dari kelas pekerja, penggambaran itu salah. Bagaimana dengan <a href="http://www.bbc.co.uk/history/british/victorians/womens_work_01.shtml">asisten rumah tangga dan juru masak</a> yang bekerja di rumah kelas menengah? Bagaimana dengan penjahit yang membuat gaun mahal dalam foto-foto tersebut? Bagaimana dengan para perempuan yang bekerja di pabrik tekstil Inggris bagian utara dan tambang batu bara di Wales bagian selatan?</p>
<p>Sejarah Inggris di era Victoria akhirnya akhirnya ditulis kembali karena sejarawan dari generasi berikutnya fokus pada berbagai kelompok masyarakat yang berbeda untuk menggali sumber materi sejarah yang beragam. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/379490/original/file-20210119-20-9n6q5b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Victorian illustration showing a maid arranging a lady's hair" src="https://images.theconversation.com/files/379490/original/file-20210119-20-9n6q5b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/379490/original/file-20210119-20-9n6q5b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=541&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/379490/original/file-20210119-20-9n6q5b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=541&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/379490/original/file-20210119-20-9n6q5b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=541&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/379490/original/file-20210119-20-9n6q5b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=680&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/379490/original/file-20210119-20-9n6q5b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=680&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/379490/original/file-20210119-20-9n6q5b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=680&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Sebuah ilustrasi seorang asisten rumah tangga di era Victoria yang mengatur rambut seorang perempuan bangsawan dari buku ‘The Holiday Prize’ karya E D Adams.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Illustrations_by_K._M._Skeaping_for_the_Holiday_Prize_by_E._D._Adams-pg-010-While_her_maid_arranged_her_tresses.jpg">Illustration by Kenneth Mathiason Skeaping (1857-1947) via Wikimedia Commons</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Jadi, bagaimana proses penulisan sejarah? Sejarawan selalu berusaha untuk menemukan bukti pendukung supaya bisa membentuk narasi mereka tentang masa lalu, tapi secara umum ada dua cara untuk melakukannya.</p>
<p>Salah satu caranya adalah memulai dengan teori. Mereka bisa berteori bahwa munculnya <a href="https://www.facinghistory.org/civic-dilemas/what-nation">negara</a>, seperti Italia dan Jerman saat itu, adalah hasil dari <a href="https://www.journalbelgianhistory.be/fr/system/files/article_pdf/BTNG-RBHC,%2034,%202004,%204,%20pp%20567-579.pdf">perkembangan era modern</a>, dan mereka baru benar-benar muncul dalam beberapa abad terakhir. </p>
<p>Mereka akan meneliti bagaimana negara, seperti Inggris dan Jerman, terbentuk di abad 19. Mungkin juga mereka akan memiliki teori bahwa konsep bangsa sudah mulai ada sejak awal abad pertengahan.</p>
<p>Beberapa bukti yang bisa mereka pakai untuk mendukung teori tersebut adalah <a href="https://www.independent.co.uk/life-style/history/how-people-wales-became-welsh-a7999266.html">perbedaan kultur, pakaian, dan bahasa</a> dari orang Inggris, Skotlandia, dan Wales.</p>
<p>Sejarawan lain bisa menggunakan metode penelusuran orang, kelompok, benda atau tempat menarik dan mempelajarinya dengan lebih jauh. Saat ini, saya sedang menulis tentang <a href="https://ramblesandstudies.wordpress.com/">Thomas Stephens</a>, seorang ahli kimia sekaligus aktivis sosial dari Wales bagian selatan yang ingin membuat kehidupan di komunitasnya lebih baik, dan seperti saya, ia juga menulis buku sejarah. </p>
<p>Ketika saya untuk pertama kalinya membuka kotak arsip yang berisi naskah milik Stephens, saya bisa mencium obat batuk era Victoria yang ia siapkan untuk pekerja besi di sekitarnya. Ini sangat membantu saya membayangkan dunianya, sehingga saya tinggal mempelajari sosoknya dengan lebih dalam. </p>
<p>Sejarah juga ditulis ulang oleh setiap generasi. Namun, eksplorasi yang baik tentang masa lalu akan selalu dipengaruhi oleh latar belakang dan identitas sejarawan yang melakukannya. Generasi berikutnya - mungkin Anda - bisa jadi akan menanyakan pertanyaan berbeda, mencari sumber lain, dan menulisnya dengan berbeda pula. </p>
<hr>
<p><em>Ketika mengirimkan pertanyaan ke Curious Kids, pastikan kamu sudah memasukkan nama pertama, umur, dan kota tempat tinggal sang penanya. Kamu bisa:</em></p>
<ul>
<li><em>mengirimkan email ke <a href="mailto:curiouskids@theconversation.com">redaksi@theconversation.com</a></em></li>
<li><em>tweet ke kami <a href="https://twitter.com/ConversationIDN">@conversationIDN</a> dengan tagar #curiouskids</em></li>
<li><em>DM melalui Instagram <a href="https://www.instagram.com/conversationIDN/">@conversationIDN</a></em></li>
</ul>
<hr>
<p><em>Wiliam Reynold menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/155327/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Marion Löffler menerima dana dari Leverhulme Trust and Coleg Cymraeg Cenedlaethol. </span></em></p>
Siapa yang menulis sejarah sangat mempengaruhi bagaimana hal itu ditulis.
Marion Löffler, Reader in Welsh History, Cardiff University
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/150655
2021-01-15T06:02:30Z
2021-01-15T06:02:30Z
Menelusuri jejak Pamatan, kota yang hilang setelah letusan Gunung Samalas di Pulau Lombok
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/377320/original/file-20210106-19-1gxuh9r.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C3557%2C2242&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Puncak Gunung Rinjani terlihat dari Kecamatan Suela di Pulau Lombok. Dulu kala, Pamatan terletak di sebuah kaki gunung api di pulau ini.</span> <span class="attribution"><span class="source">Ahmad Subaidi/Antara Foto</span></span></figcaption></figure><p>Pamatan adalah sebuah kota di Pulau Lombok yang kemungkinan hilang akibat letusan gunung api pada abad ke-13. Lokasi persis kota ini sampai saat ini belum ditemukan. </p>
<p>Temuan ini bermula dari hasil <a href="https://www.pnas.org/content/110/42/16742">penelitian</a> yang dipublikasikan tahun 2013, yang berhasil mengungkap misteri letusan besar tujuh abad silam. </p>
<p>Hasil eksplorasi dengan berbagai pendekatan <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s00445-015-0960-9">studi</a> telah menyimpulkan bahwa letusan tersebut berasal dari gunung api yang ada di Pulau Lombok, yaitu <a href="https://www.pnas.org/content/110/42/16742">Samalas</a>. </p>
<p>Nama gunung ini tercatat dalam Naskah Babad Lombok. Naskah ini juga juga telah digunakan untuk <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s10708-019-10083-5">merekonstruksi</a> terbentuknya kaldera Gunung Rinjani. </p>
<p>Hilangnya kota Pamatan memiliki kemiripan dengan apa yang terjadi di Pompeii, Italia, sehingga dijuluki sebagai “<a href="https://www.pnas.org/content/110/42/16742">Pompeii in the far east</a>”. </p>
<p>Sampai saat ini belum ada kesimpulan akhir di mana tepatnya lokasi kota Pamatan pada abad ke-13. </p>
<p>Saya dan rekan-rekan peneliti dari <a href="https://www.lgp.cnrs.fr/a-propos-de/franck-lavigne/">University of Paris 1</a> dan Universitas Gadjah Mada mencoba kembali menelusuri lokasi kota Pamatan melalui interpretasi Babad Lombok, dengan analisis spasial menggunakan pendekatan geografis.</p>
<h2>Kota Pamatan dalam Babad Lombok</h2>
<p>Dalam Babad Lombok - yang dialihaksarakan dan diterjemahkan oleh Lalu Gde Suparman pada 1994, Pamatan adalah negeri baru yang dibangun dari penduduk yang bermigrasi dari Desa Lae. Desa ini diduga berada di ujung timur-laut Lombok. </p>
<p>Pamatan digambarkan memiliki bangunan benteng kota, jalanan yang besar dan ramai, taman kota, balai pertemuan, serta banyak rumah-rumah penduduk.</p>
<p>Kota ini berada pada lahan yang subur, dengan banyak hasil pertanian dan perkebunan yang bermacam-macam seperti padi, jagung, timun, semangka, dan berbagai jenis sayuran. </p>
<p>Hasil perikanan seperti ikan, kepiting, tiram, dan rumput laut juga digambarkan melimpah. </p>
<p>Hasil bumi dan laut yang berlimpah menjadikan Pamatan sebuah kota perdagangan, bahkan orang dari Bajo dari Sulawesi pun berdatangan untuk ikut berdagang. </p>
<p>Babad Lombok menceritakan bahwa penduduk Pamatan mencapai sepuluh ribu orang dan hidup sejahtera di wilayah yang berada di kaki gunung. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/378760/original/file-20210114-23-hlv3ld.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/378760/original/file-20210114-23-hlv3ld.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=334&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/378760/original/file-20210114-23-hlv3ld.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=334&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/378760/original/file-20210114-23-hlv3ld.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=334&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/378760/original/file-20210114-23-hlv3ld.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=420&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/378760/original/file-20210114-23-hlv3ld.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=420&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/378760/original/file-20210114-23-hlv3ld.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=420&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Beberapa bait terjemahan Babad Lombok yang menggambarkan lanskap kota Pamatan.</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Berdasarkan bait-bait yang menceritakan kondisi kota Pamatan saat itu, kita dapat menginterpretasi kondisi fisik lokasi Pamatan. </p>
<p>Yang pertama adalah tanah yang subur. Melihat kondisi geologi Lombok yang banyak terbentuk dari batuan gunung api, tanah subur yang dimaksud mungkin adalah tanah dari material produk gunung api. </p>
<p>Jenis tanah ini lebih subur dibandingkan degan tanah dari pelapukan batuan gampingan seperti yang ada di wilayah pegunungan Lombok selatan. </p>
<p>Tanah yang subur umumnya berada pada bagian lereng bawah sampai lereng kaki gunung api karena tanah sudah berkembang cukup tebal. </p>
<p>Jenis tanaman yang disebutkan juga merupakan jenis tanaman pada lahan berlereng rendah. Hal ini sesuai dengan catatan Babad bahwa kota Pamatan berada di kaki gunung. </p>
<p>Selain subur, wilayah tersebut adalah wilayah yang memiliki banyak sumber daya air, baik sungai, mata air, maupun air tanah. </p>
<p>Yang menjadi pertanyaan adalah gunung apa yang dimaksud dan di lereng sebelah mana? </p>
<p>Indikasi lain yang dapat merujuk pada lokasi Pamatan adalah adanya hasil perikanan laut dan hubungan perdagangan antarpulau. </p>
<p>Ini tentu menggambarkan bahwa Pamatan adalah kota pesisir yang mungkin memiliki pelabuhan yang cukup besar untuk kapal-kapal bersandar. </p>
<p>Pertanyaan selanjutnya adalah kota ini berada di pesisir Lombok sebelah mana?</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/apakah-gempa-di-lombok-bisa-pengaruhi-aktivitas-gunung-api-di-sekitarnya-100851">Apakah gempa di Lombok bisa pengaruhi aktivitas gunung api di sekitarnya?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Di mana persisnya?</h2>
<p>Dalam merekonstruksi letak kota Pamatan, kami menggunakan beberapa asumsi. </p>
<p>Asumsi yang pertama adalah kota ini terletak di kaki lereng gunung. Gunung yang dimaksud mungkin adalah salah satu gunung api yang ada pada waktu yaitu Gunung Samalas atau Rinjani. </p>
<p>Asumsi yang kedua adalah lokasi di wilayah pesisir. Pulau Lombok adalah pulau yang tidak terlalu besar sehingga wilayah pesisir yang dimaksud bisa di pesisir bagian utara, barat, dan timur. </p>
<p>Pesisir bagian selatan tidak mencirikan deskripsi yang ada dalam Babad, karena pesisir bagian selatan jauh dari gunung api dan merupakan wilayah pesisir berbukit. </p>
<p>Merujuk pada Babad Lombok, saat terjadi letusan Samalas banyak rumah kota Pamatan yang hanyut sampai ke laut. </p>
<p>Ini menunjukkan bahwa kota Pamatan menjadi jalur aliran material letusan (<em>pyroclastic density current</em> atau PDC). Sehingga, kemungkinan letak Pamatan ada di wilayah pesisir yang terkena aliran letusan Samalas.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/377465/original/file-20210106-19-22c72e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/377465/original/file-20210106-19-22c72e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/377465/original/file-20210106-19-22c72e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/377465/original/file-20210106-19-22c72e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/377465/original/file-20210106-19-22c72e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/377465/original/file-20210106-19-22c72e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/377465/original/file-20210106-19-22c72e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Bekas galian tambang batu apung pada wilayah endapan PDC.</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Asumsi selanjutnya adalah dengan melihat respons penduduk Pamatan saat terjadi bencana Samalas. </p>
<p>Babad menceritakan ada penduduk yang naik ke atas bukit (menghindari aliran PDC, lahar dan sejenisnya). Ada juga yang menyelamatkan diri menggunakan perahu; ini menguatkan asumsi bahwa Pamatan adalah kota pesisir. </p>
<p>Dalam Babad juga disebutkan desa-desa lokasi tempat warga Pamatan menyelamatkan diri. Nama-nama desa tersebut antara lain Leneng (Lenek), Jeringo, Samulia, Borok, Bandar, Pepumba, Pasalun, Serowok, Pilin, Ranggi, Sembalun, Pajang, Pundung, Buak Bakang, Tana Bea’, Lembuak, Bebidas, Kembang Kekrang, Langko dan Pejanggik. </p>
<p>Nama-nama tersebut mungkin sudah mengalami perubahan. Namun informasi nama tempat (toponimi) dari Peta Rupa Bumi Indonesia dapat menjadi petunjuk informasi keberadaan desa-desa tersebut. Perlu dicatat, posisi desa saat itu mungkin berbeda dengan sekarang walau memiliki kemiripan nama. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/377466/original/file-20210106-13-1g4yv36.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/377466/original/file-20210106-13-1g4yv36.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=312&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/377466/original/file-20210106-13-1g4yv36.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=312&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/377466/original/file-20210106-13-1g4yv36.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=312&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/377466/original/file-20210106-13-1g4yv36.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=392&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/377466/original/file-20210106-13-1g4yv36.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=392&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/377466/original/file-20210106-13-1g4yv36.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=392&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Terjemahan Babad Lombok yang menceritakan proses terkuburnya kota Pamatan dan evakuasi penduduk pada saat terjadi letusan.</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Saat ini beberapa artefak telah ditemukan yang diduga terkubur saat letusan Samalas, seperti di <a href="https://regional.kompas.com/read/2019/08/09/16263831/ntb-berencana-kembangkan-diorama-tanak-beak-yang-tertimbun-letusan-gunung">Tanak Beak</a> dan <a href="https://globalfmlombok.com/read/2019/08/18/riwayat-kehancuran-pamatan-dalam-babad-lombok.html">Aik Berik</a>. Lokasi tersebut juga cukup representatif sesuai dengan karakteristik yang diceritakan Babad. </p>
<p>Namun dari hasil analisis geografis, ada juga potensi bahwa Pamatan berada di sebelah timur. </p>
<p>Seperti ditunjukkan oleh lingkaran merah dalam gambar, posisi Pamatan bisa berada di sebelah timur ataupun barat. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/376051/original/file-20201220-23-2rrnl7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/376051/original/file-20201220-23-2rrnl7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/376051/original/file-20201220-23-2rrnl7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=496&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/376051/original/file-20201220-23-2rrnl7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=496&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/376051/original/file-20201220-23-2rrnl7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=496&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/376051/original/file-20201220-23-2rrnl7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=623&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/376051/original/file-20201220-23-2rrnl7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=623&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/376051/original/file-20201220-23-2rrnl7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=623&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Rekonstruksi geografi kemungkinan posisi kota Pamatan pada abad ke-13.</span>
<span class="attribution"><span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Posisi ini cukup sesuai dengan catatan dalam Babad dan memenuhi beberapa kriteria:</p>
<ol>
<li>Berada di lereng kaki gunung. Sebenarnya posisi hasil rekonstruksi tidak tepat pada lereng kaki. Lokasi kota ada pada dataran kaki Gunung Samalas, namun berada di lereng kaki gunung api tua (tersier) Gunung Punikan dan Gunung Nangi.</li>
<li>Berada dekat dengan perbukitan yang bisa digunakan untuk mengungsi.</li>
<li>Berada di wilayah pesisir. Namun, material PDC mungkin telah mengubah bentuk garis pantai zaman dulu. </li>
<li>Berada dekat laut yang memungkinkan penduduknya mengungsi menggunakan perahu dan kapal, atau mengungsi ke desa-desa lain yang ada di wilayah selatan dan timur Pamatan. </li>
</ol>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/bagaimana-kita-bisa-tahu-gunung-berapi-akan-meletus-149635">Bagaimana kita bisa tahu gunung berapi akan meletus?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Perlu ditelusuri lebih lanjut</h2>
<p>Hasil rekonstruksi ini belum memberikan kesimpulan pasti letak Pamatan. Ini adalah temuan awal berdasarkan perspektif geografis dari interpretasi naskah Babad Lombok. </p>
<p>Selain itu pemetaan nama-nama desa dalam Babad juga hanya berdasarkan informasi toponimi dari peta saat ini. </p>
<p>Analisis historis pada nama-nama desa tersebut mungkin menyimpulkan posisi yang berbeda. Beberapa artefak yang telah ditemukan juga akan sangat berguna dalam lanjutan penelusuran kota ini. </p>
<p>Penelitian ini masih terus berlanjut dan perlu adanya tambahan analisis dari pendekatan arkeologis dan historis yang lebih komprehensif. Penyelidikan bawah permukaan dengan pendekatan geofisika juga akan sangat membantu mengungkap keberadaan Pamatan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/150655/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Mukhamad Ngainul Malawani juga mahasiwa doktoral di Univ. Paris 1 dan merupakan awardee beasiswa BPPLN. Dia mendapat pelatihan penulisan artikel populer dari The Conversation Indonesia bekerja sama dengan PPI Prancis, dengan dukungan Institut Francais Indonesia, Kedutaan Besar Prancis di Indonesia.</span></em></p>
Melalui interpretasi Babad Lombok dan analisis spasial menggunakan pendekatan geografis, kami mencoba menelusuri lokasi tepat kota Pamatan.
Mukhamad Ngainul Malawani, Lecturer in Environmental Geography, Universitas Gadjah Mada
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/141774
2020-07-22T09:56:58Z
2020-07-22T09:56:58Z
Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan pada masa penjajahan melupakan peran orang pribumi
<p>Dalam penulisan sejarah ilmu pengetahuan di Hindia Belanda, peran orang-orang pribumi kerap diabaikan. Hal ini terjadi karena masih kuatnya narasi kolonial dalam penulisan sejarah. </p>
<p>Narasi jenis ini melihat kisah sejarah dari sudut pandang penjajah yang seringkali meminggirkan keberadaan orang-orang yang dijajah. Padahal dari beberapa sumber tertulis, orang-orang pribumi disebut memiliki pengetahuan yang mumpuni. </p>
<p>Seorang ahli botani dan hewan asal Amerika, David Fairchild, di dalam otobiografinya <a href="https://science.sciencemag.org/content/89/2306/221.2"><em>The World was My Garden: Travels of a Plant Explorer</em> </a> menyebut beberapa nama orang pribumi yang membantunya selama kunjungan ke Hindia Belanda pada 1895. Ia diundang oleh Melcior Treub, Direktur Kebun Raya Bogor, untuk menjadi peneliti tamu di sana. </p>
<p>Di buku itu, Fairchild memuji Oedam, Kepala Tukang Kebun di Kebun Raya Bogor, sebagai “ahli botani yang luar biasa dalam segala aspek.” Ia kagum karena Oedam mengingat setiap tanaman koleksi Kebun Raya Bogor. Tidak hanya nama lokal, tapi juga nama tanaman-tanaman tersebut dalam sistem Eropa yang dikelompokkan berdasarkan genus dan spesiesnya. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/348729/original/file-20200721-25-12aiaxn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/348729/original/file-20200721-25-12aiaxn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=654&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/348729/original/file-20200721-25-12aiaxn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=654&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/348729/original/file-20200721-25-12aiaxn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=654&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/348729/original/file-20200721-25-12aiaxn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=821&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/348729/original/file-20200721-25-12aiaxn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=821&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/348729/original/file-20200721-25-12aiaxn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=821&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Oedam, Kepala Tukang Kebun di Kebun Raya Bogor pada tahun 1895/1896.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Fairchild, D. (1938). The World was My Garden: Travels of Plant Explorer. New York, London</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Selain Oedam, ada Mario, pembantu lokal khusus untuk Fairchild, yang dianggap kompeten karena keterampilannya menggunakan peralatan modern penunjang penelitian.</p>
<p>Fairchild juga bertemu Papa Iidan yang bekerja sebagai pengumpul materi bagi para ilmuwan dan tahu lebih banyak soal serangga dibanding dirinya. </p>
<p>Ilmuwan asal Skotlandia, Henry Ogg Forbes, yang meneliti tanaman dan hewan tropis di Hindia Belanda selama kurun waktu 1878-1883, memiliki pendapat yang serupa. </p>
<p>Forbes dibuat terkesima oleh orang-orang Banten. Ia menemukan fakta bahwa mereka sangat cerdas dan pengamat yang mengagumkan. Di esainya “Through Bantam” yang dimuat dalam <em><a href="https://jamanetwork.com/journals/jamainternalmedicine/article-abstract/553122">Science and Scientists in the Netherlands Indies</a></em>, Forbes memuji pengetahuan orang-orang lokal yang memberi nama tanaman dan hewan lokal menyerupai sistem Eropa. </p>
<p>Simon Schaffer, profesor sejarah dan filsafat Ilmu Inggris, dalam <a href="https://www.jstor.org/stable/10.1086/662310?seq=1"><em>The Brokered World: Go-Betweens and Global Intelligence 1770 — 1820</em></a> menyebut orang-orang seperti Oedam, Mario, dan Papa Iidan sebagai sebagai perantara <em>(go-between)</em> antara ilmuwan Barat dan pengetahuan lokal.</p>
<p>Meski peran mereka penting, kelompok ini sering hilang dari narasi sejarah kolonial. Artikel ini akan menjelaskan mengapa hal tersebut bisa terjadi. </p>
<h2>Barat sebagai pusat</h2>
<p>Salah satu penyebabnya adalah karena sejarah ilmu masih dibahas dalam perspektif Barat yang berat sebelah. Perspektif yang dominan ketika itu mengatakan bahwa orang-orang Eropa adalah pihak yang aktif memproduksi dan menyebarkan sains, sedangkan masyarakat non-Eropa hanya penerima pasif. </p>
<p>Salah satu pencetusnya, George Basalla, sejarawan sains Amerika mengatakan dalam <a href="https://science.sciencemag.org/content/156/3775/611">esainya</a> bahwa tahap penyebaran sains ke wilayah non-Eropa berlangsung satu arah. </p>
<p>Basalla membagi proses penyebaran sains tersebut ke dalam tiga tahap: eksplorasi, produksi sains kolonial, dan pembentukan tradisi sains mandiri.</p>
<p>Pada tahap pertama, orang-orang Eropa membangun kontak dengan koloni dalam rangka perdagangan, penaklukan, atau pembangunan permukiman baru. </p>
<p>Masyarakat “non-ilmiah” yang mereka temui itu berfungsi sebagai sumber informasi untuk sains modern. Informasi itu dikumpulkan dalam bentuk peta serta spesimen flora dan fauna endemik. Informasi yang diperoleh dari koloni kemudian diolah sehingga menjadi ilmu Barat yang dapat dipahami secara universal. Ilmu itu selanjutnya dibawa “kembali” ke wilayah koloni untuk dikembangkan.</p>
<p>Tahap kedua ditandai dengan peningkatan aktivitas ilmiah di wilayah koloni. Para ilmuwan Eropa mendirikan institusi lokal dan mereplikasi seutuhnya penyelidikan ilmiah yang biasa dilakukan di Eropa agar risetnya dapat dilakukan lebih efektif dan dekat dengan wilayah penelitiannya. </p>
<p>Pada tahap ketiga, seiring dengan munculnya gerakan nasionalisme, ilmu kolonial berangsur-angsur berkembang menjadi tradisi ilmiah mandiri di daerah asal. Ilmuwan kolonial digantikan oleh orang “asli” yang terlatih dalam sains dan bekerja dalam batas-batas negara. Ilmu pengetahuan dari negara induk dianggap telah selesai diserahterimakan.</p>
<h2>Kritik atas narasi kolonial</h2>
<p>Model Basalla tersebut banyak mendapat kritik karena mengasumsikan bahwa pusat pengetahuan berada di negara-negara Eropa Barat saja. Baginya, tidak ada pusat pengetahuan selain di sana. Oleh karena itu, Basalla menggunakan istilah difusi, alih-alih kolaborasi.</p>
<p>Untuk kasus Hindia Belanda, model Basalla tidak tepat. Tahap pertama justru merupakan bukti kuat proses kolaborasi, bukan permulaan difusi. Tahap ini menjadi ajang saling bertukar informasi di antara para ilmuwan yang setara. Proses ini dijalankan melalui komunikasi dua arah yang intens. </p>
<p>Dinamika hubungan tersebut terwujud dalam komunikasi antara Fairchild dan asisten-asisten lokal dan Forbes dengan orang-orang Banten.</p>
<p>Bahkan, ilmuwan Jerman, Georg Everhard Rumpf (Rumphius) memberikan kredit terhadap penduduk lokal yang membantu dalam <a href="http://linnean-online.org/120114/">penelitiannya</a> tentang tumbuhan di Nusantara. Praktik ini tidak lazim dilakukan kala itu. </p>
<h2>Mengubah narasi</h2>
<p>Hubungan tidak sejajar antara penjajah dan yang dijajah ini menjadi “ruh” dokumen-dokumen tertulis yang dibuat pada masa kolonial. </p>
<p>Ann Stoler, profesor antropologi dan studi sejarah asal Amerika mengungkapkan bahwa <a href="https://brill.com/view/journals/bki/165/4/article-p551_5.xml?language=en">arsip-arsip kolonial itu tidak netral</a>. Namun, penulisan karya sejarah sering bergantung kepada jenis dokumen ini. Akibatnya, narasinya dibangun dalam perspektif penjajah yang seringkali meminggirkan orang-orang yang dijajah dari narasi utama. </p>
<p>Interaksi antara penjajah dan yang dijajah memiliki hubungan yang lebih kompleks dari sekadar komunikasi satu arah. Ada aspek lain terkait kerja sama pengembangan sains yang tidak dilihat di dalam narasi kolonial, yakni peran perantara.</p>
<p>Usaha untuk menempatkan para perantara tersebut ke dalam narasi sejarah kolonial yang timpang mutlak dilakukan. Catatan pribadi Forbes, Fairchild, dan sejenisnya dapat membantu proses itu.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/141774/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Irawan Santoso Suryo Basuki menerima dana dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Kementerian Keuangan Republik Indonesia dalam bentuk Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) . </span></em></p>
Di dalam sejarah ilmu pengetahuan, peran kelompok yang memungkinkan kolaborasi dilakukan antara ilmuwan Barat dan orang pribumi yang memiliki pengetahuan lokal dihilangkan dari narasi sejarah.
Irawan Santoso Suryo Basuki, Junior researcher, Indonesian Education Standard, Curriculum, and Assessment Agency (BSKAP Kemdikbudristek)
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/140338
2020-06-16T09:20:57Z
2020-06-16T09:20:57Z
HUT Jakarta: Sejarah panjang dari kota pelabuhan ke kota internasional dalam tiga babak
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/341426/original/file-20200612-93563-27pyki.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://pixabay.com/photos/jakarta-sculpture-indonesian-3532575/">Panji Arista/Pixabay</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span></figcaption></figure><p><em>Artikel ini merupakan bagian dari rangkaian tulisan untuk memperingati Hari Ulang Tahun Jakarta pada 22 Juni.</em></p>
<hr>
<p>Jakarta dan daerah sekitarnya, terutama Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi, (atau biasa disingkat dengan Jabodetabek) ada di mata dunia.</p>
<p>Sebuah penelitian terbaru oleh <a href="https://www.lboro.ac.uk/gawc/world2018t.html">Globalization and Word Cities (GaWC)</a> - sebuah <em>think tank</em> (wadah pemikir) di Loughborough University, Inggris, yang fokus pada isu globalisasi dan perkotaan dunia - menempatkan Jakarta sebagai salah satu kota penting yang terhubung dengan negara-negara dan kawasan ekonomi utama dunia. </p>
<p>Peran sentral Jakarta dalam tatanan ekonomi global tidak terbentuk dalam waktu singkat. </p>
<p>Menggunakan beragam literatur sejarah dan data statistik, <a href="https://doi.org/10.1016/j.habitatint.2019.102000">penelitian saya</a> mengindikasikan bahwa peran Jakarta dalam tatanan global dan nasional dapat ditelusuri dari tiga era yang berbeda yaitu sebelum penjajahan, era penjajahan, dan pasca kemerdekaan. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/sumber-masalah-polusi-jakarta-kebijakan-pemerintah-yang-buruk-120435">Sumber masalah polusi Jakarta: Kebijakan pemerintah yang buruk</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Era Sunda Kelapa</h2>
<p>Peran Jakarta di kancah internasional dapat ditelusuri dari para pedagang Eropa yang mulai berekspansi ke benua Amerika, Afrika, dan Asia antara abad ke-14 dan ke-16.</p>
<p>Bentuk awal Jakarta sebelum penjajahan ditemukan pada <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S026427510100004X">Sunda Kelapa</a>: suatu kota pelabuhan utama yang muncul pada abad ke-12 di bawah Kerajaan Padjajaran dan kemudian di bawah Kesultanan Banten. </p>
<p>Sunda Kelapa didatangi oleh beragam pedagang, khususnya dari benua Asia, seperti Arab, India, dan Cina serta para pedagang dari pulau-pulau di sekitar Pulau Jawa yang saat ini menjadi bagian dari Indonesia. </p>
<p>Walau penuh hiruk pikuk, Sunda Kelapa sebenarnya adalah kota kecil, bahkan lebih kecil dari kota-kota pelabuhan lainnya di Nusantara seperti Surabaya (sekarang ibu kota Jawa Timur) dan Makassar (ibu kota Sulawesi Selatan) ketika itu.</p>
<p>Dalam periode kerajaan Nusantara sebelum penjajahan, setidaknya <a href="https://pdfs.semanticscholar.org/bb92/5882e838d17246fdaa4af3be52ad45e0d4a6.pdf">ada dua jenis kota</a>: kota pesisir (pelabuhan) seperti Sunda Kelapa dan kota ‘suci’. </p>
<p>Kota suci umumnya merupakan pusat pemerintahan dan agama sebuah kerajaan dan letaknya cenderung berada di pedalaman (<em>inland</em>). Kota pesisir cenderung berukuran lebih kecil dan hanya berfungsi sebagai pusat perdagangan. </p>
<p>Sistem perkotaan Nusantara dan peran sentral Sunda Kelapa (yang kemudian berganti nama menjadi Jayakarta) mulai berubah saat para pedagang Eropa tiba pada awal abad ke-17. </p>
<p>Para pedagang Eropa - dari Inggris, Portugal, Spanyol, dan Belanda - saat itu berekspansi untuk menguasai <a href="https://www.cambridge.org/core/journals/journal-of-southeast-asian-studies/article/structure-of-cities-in-southeast-asia-fifteenth-to-seventeenth-centuries/4A3AC7E4DF1F3CA11C592226024AE97B">komoditas dan pasar rempah-rempah di Asia</a>.</p>
<p>Pada masa ekspansi Belanda, Kongsi Dagang Hindia Timur (<em>Vereenigde Oost-Indische Compagnie</em> (VOC)) didirikan untuk menyatukan para pedagang Belanda sehingga dapat bersaing dengan kongsi dagang Eropa lainnya. </p>
<p>VOC, melihat nilai <a href="https://www.journals.uchicago.edu/doi/10.1086/449734">posisi strategis</a> Jayakarta dalam komunikasi dan jalur maritim, menjadikan kota ini sebagai kantor pusat untuk kawasan Asia. </p>
<p>Jayakarta, yang kemudian dinamai Batavia oleh VOC, tidak hanya berfungsi sebagai kota pelabuhan, tetapi mempunyai peran penting dalam administrasi, politik, dan militer.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/341408/original/file-20200612-38736-1wofs36.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/341408/original/file-20200612-38736-1wofs36.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/341408/original/file-20200612-38736-1wofs36.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=427&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/341408/original/file-20200612-38736-1wofs36.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=427&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/341408/original/file-20200612-38736-1wofs36.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=427&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/341408/original/file-20200612-38736-1wofs36.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=536&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/341408/original/file-20200612-38736-1wofs36.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=536&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/341408/original/file-20200612-38736-1wofs36.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=536&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Lukisan suasana Batavia pada sekitar 1656 oleh Andries Beeckman berjudul ‘The Castle of Batavia’.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://en.wikipedia.org/wiki/File:Andries_Beeckman_-_The_Castle_of_Batavia.jpg">Wikimedia</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/ketika-rt-rw-dapat-peringatan-dini-banjir-sudah-dekat-yang-perlu-diperbaiki-dalam-sistem-peringatan-dini-banjir-jakarta-129897">Ketika RT/RW dapat peringatan dini, banjir sudah dekat. Yang perlu diperbaiki dalam sistem peringatan dini banjir Jakarta</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Era Batavia</h2>
<p>Dalam periode awal ini, Batavia masih <a href="https://www.cambridge.org/core/journals/journal-of-southeast-asian-studies/article/structure-of-cities-in-southeast-asia-fifteenth-to-seventeenth-centuries/4A3AC7E4DF1F3CA11C592226024AE97B">relatif lebih kecil</a> dibanding kota-kota pelabuhan utama lainnya. </p>
<p>Batavia diperkirakan memiliki 27 ribu penduduk pada 1673; sementara pada 1625, Surabaya mempunyai sekitar 50-60 ribu penduduk dan pada 1600 Makassar mempunyai sekitar 160 ribu penduduk. </p>
<p>Namun, sejak era kolonial inilah peran sentral Jakarta di tingkat global mulai menanjak signifikan. </p>
<p>Di bawah kendali VOC, Jakarta mempunyai koneksi yang kuat dengan <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.2747/0272-3638.28.1.54">Amsterdam</a> di Belanda. Pada awal abad ke-18, Amsterdam merupakan pusat ekonomi global, setara dengan posisi New York di Amerika Serikat dan London di Inggris saat ini. </p>
<p>Setelah VOC bangkrut pada 31 Desember 1799, pemerintah Belanda mengambil alih Batavia dan wilayah VOC lainnya di Nusantara. </p>
<p>Batavia kemudian berubah dari kantor pusat regional VOC menjadi ibukota pemerintahan kolonial (Hindia) Belanda. </p>
<p>Pengaruh Batavia di Nusantara juga semakin luas seiring dengan ekspansi wilayah kekuasaan pemerintah kolonial di kepulauan ini.</p>
<p>VOC cenderung untuk menguasai kota dan wilayah terkait dengan produksi dan perdagangan rempah-rempah, namun pemerintah kolonial Belanda mempunyai ambisi yang lebih besar untuk menguasai sebagian besar wilayah kepulauan Nusantara. </p>
<p>Untuk mengakomodasi peran Batavia yang semakin sentral, pemerintah kolonial melakukan <a href="https://books.google.co.id/books/about/Planning_the_Megacity.html?id=9jJsPd_9JJEC&redir_esc=y">perluasan wilayah</a> dari yang awalnya hanya di sekitar pelabuhan Sunda Kelapa dan Kota ke Weltevreden (wilayah Jakarta Pusat saat ini), termasuk pengembangan permukiman baru.</p>
<p>Pelabuhan di Batavia juga mendapatkan <a href="https://books.google.co.id/books/about/The_Emergence_of_a_National_Economy.html?id=4JwE91L4L7IC&redir_esc=y">hak eksklusif untuk melakukan perdagangan internasional</a>. Hak ini sebelumnya dimiliki juga oleh kota-kota pelabuhan utama lainnya seperti Surabaya, Semarang (sekarang ibu kota Jawa Tengah), dan Makassar. </p>
<p>Era globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas awal di akhir abad ke-19 mendorong pemerintah kolonial untuk semakin memperkuat peran sentral Batavia agar dapat mengambil keuntungan dalam <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0014498310000343">perdagangan dunia</a> (khususnya antara Barat dan Timur).</p>
<p>Jumlah penduduk Batavia <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0014498310000343">meningkat cepat</a> di bawah pemerintahan Hindia Belanda. Pada tahun 1891, penduduk Batavia berjumlah sekitar 126 ribu, relatif sama dengan Surabaya dan 50% lebih banyak dibanding Semarang. Pada tahun 1931, penduduk Batavia tercatat sekitar 533 ribu atau 50% lebih banyak dibanding Surabaya.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/342116/original/file-20200616-23217-1tpael8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/342116/original/file-20200616-23217-1tpael8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/342116/original/file-20200616-23217-1tpael8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=1500&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/342116/original/file-20200616-23217-1tpael8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=1500&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/342116/original/file-20200616-23217-1tpael8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=1500&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/342116/original/file-20200616-23217-1tpael8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1885&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/342116/original/file-20200616-23217-1tpael8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1885&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/342116/original/file-20200616-23217-1tpael8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1885&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption"></span>
<span class="attribution"><span class="source">The Conversation Indonesia</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Setelah kemerdekaan</h2>
<p>Di era pasca kolonial, peran sentral Jakarta terus diperkuat. Setelah kemerdekaan, semangat Indonesia sebagai negara baru menjadikan Jakarta sebagai <a href="https://books.google.co.id/books/about/Planning_the_Megacity.html?id=9jJsPd_9JJEC&redir_esc=y">simbol nasionalisme dan etalase pembangunan nasional</a>. </p>
<p>Ini diwujudkan dalam beragam bangunan elite dan monumen simbolik, seperti Monumen Nasional, kompleks olahraga Senayan, dan Hotel Indonesia - semua di wilayah Jakarta Pusat - serta acara besar seperti Asian Games 1962.</p>
<p>Di era Orde Baru, peran sentral Jakarta dipertahankan dengan kebijakan yang lebih terbuka dibandingkan dengan masa Soekarno sebelumnya yang cenderung anti-kapitalisme dan tertutup terhadap ekonomi global. </p>
<p>Seiring relokasi industri negara-negara utama di Asia Timur sejak tahun 1960-an yang dimotori oleh Jepang, Indonesia mengalami industrialisasi yang cepat sejak pertengahan tahun 1980an. Jakarta tetap menjadi <a href="https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/02513625.2018.1525212">tempat utama industrialisasi</a> ini, khususnya daerah Jakarta Utara dan Timur.</p>
<p>Pesatnya arus investasi asing, khususnya sektor industri manufaktur, dan semakin terbatasnya lahan di Jakarta mendorong terjadinya ekspansi ruang industri ke arah Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Botabek). </p>
<p>Perluasan ini terutama difasilitasi oleh pembangunan jaringan jalan tol yang menghubungkan Jakarta dengan Bodetabek - pada tahun 1999 Kabupaten Bogor mengalami pemekaran wilayah dan melahirkan Kota Depok. </p>
<p>Ekspansi wilayah ini dapat dilihat dari pesatnya pertumbuhan penduduk di Bodebatek dibandingkan Jakarta. Sejak pertengahan 1980-an, jumlah penduduk total di Bodetabek sudah menyalip Jakarta. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/341391/original/file-20200612-38702-1qbupyl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/341391/original/file-20200612-38702-1qbupyl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/341391/original/file-20200612-38702-1qbupyl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/341391/original/file-20200612-38702-1qbupyl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/341391/original/file-20200612-38702-1qbupyl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/341391/original/file-20200612-38702-1qbupyl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/341391/original/file-20200612-38702-1qbupyl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Penduduk Jakarta dan Bodetabek 1961, 1971, 1980, 1990, 2000, dan 2010.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Diolah dari Sensus Penduduk BPS</span></span>
</figcaption>
</figure>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/341209/original/file-20200611-80762-1fr4wlo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/341209/original/file-20200611-80762-1fr4wlo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/341209/original/file-20200611-80762-1fr4wlo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/341209/original/file-20200611-80762-1fr4wlo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/341209/original/file-20200611-80762-1fr4wlo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/341209/original/file-20200611-80762-1fr4wlo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/341209/original/file-20200611-80762-1fr4wlo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Dominasi Jabodetabek di Indonesia.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Diolah dari Sensus Penduduk BPS</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pasca krisis ekonomi 1997-1998, era desentralisasi memberikan angin baru dalam penataan ekonomi dan politik nasional. Menariknya, Jakarta dan Bodetabek tetap tidak kehilangan pesonanya sebagai lokomotif ekonomi nasional.</p>
<p>Populasi Jabodetabek semakin membesar, meninggalkan metropolitan besar lainnya di Indonesia, seperti Gerbangkertosusilo (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan) di Jawa Timur dan Bandung Raya (Bandung, Bandung Barat, Cimahi, Sumedang) di Jawa Barat.</p>
<p>Selain tetap menjadi pusat industri di Indonesia (terutama di Kabupaten Bekasi), Jakarta tetap menjadi kota kosmopolitan yang menarik beragam perusahaan asing untuk menempatkan <a href="https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/10225706.2017.1387161">kantor pusatnya</a>. </p>
<h2>Tantangan kedepan</h2>
<p>Tidak dapat dipungkiri, Jakarta adalah simpul strategis yang menghubungkan Indonesia dengan ekonomi global - peran yang terbentuk lewat proses akumulatif selama beberapa abad. </p>
<p>Dalam konteks pembangunan nasional Indonesia, terutama di era desentralisasi, peran Jakarta dan Bodetabek menjadi tantangan pada pembangunan yang lebih berimbang. </p>
<p>Sejarah menunjukkan bagaimana Jakarta dan Bodetabek terus menjadi magnet bagi manusia dan segala rupa aktivitasnya. </p>
<p>Pertama, ini setidaknya menggambarkan bahwa menciptakan Indonesia yang lebih berimbang membutuhkan usaha keras yang konsisten dan berkelanjutan. </p>
<p>Jakarta akan tetap menjadi kosmopolitan dan kian mendunia. Tapi, beragam kota dan wilayah lainnya di Indonesia perlu didorong untuk menjadi magnet-magnet baru pertumbuhan nasional; ini juga akan membantu Jabodetabek untuk dapat lebih ‘bernafas’. </p>
<p>Kedua, dapat kita lihat bahwa kapitalisme global cenderung berakumulasi pada lokasi sentral yang sudah ada dan menawarkan beragam manfaat seperti Jabodebatek.</p>
<p>Namun akumulasi kapital cenderung tidak peduli dengan kelestarian lingkungan hidup dan menimbulkan ketimpangan sosial antar-kelas lebih besar. Maka penting untuk tetap berpegang pada kebijakan yang berorientasi publik, bukan hanya pada kepentingan pemodal. </p>
<hr>
<p><em>Agradhira Nandi Wardhana dan Salsha Putri Rachmayani berkontribusi dalam penerbitan artikel ini.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/140338/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Galuh Syahbana Indraprahasta menerima dana dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan Republik Indonesia dalam konteks dana beasiswa program doktoral yang ditempuh pada periode 2014-2019. Dalam rangka penulisan artikel ini, saya hanya menggunakan sebagian kecil dari analisa dan data disertasi doktoral saya. </span></em></p>
Peran Jakarta dalam tatanan global dan nasional dapat ditelusuri sejak sebelum penjajahan, selama penjajahan, dan setelah kemerdekaan.
Galuh Syahbana Indraprahasta, Peneliti di LIPI dan Pengajar di Pascasarjana IPB, Indonesian Institute of Sciences (LIPI)
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/136843
2020-04-24T03:19:08Z
2020-04-24T03:19:08Z
Pelajaran dari pandemi flu Spanyol 1918-19 di Indonesia untuk menghadapi COVID-19
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/329550/original/file-20200421-82666-1vqnur4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Bukan kali ini saja warga Nusantara mengalami wabah besar.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Demonstratieauto_van_de_Dienst_der_Volksgezondheid_ca._1925_TMnr_60012956.jpg ">Wikimedia</a></span></figcaption></figure><p>Ada banyak <a href="https://theconversation.com/pertengahan-mei-indonesia-terancam-krisis-tempat-tidur-icu-ventilator-dan-apd-karena-kasus-covid-19-bisa-melewati-50-000-135442">ketidakpastian</a> dan <a href="https://nasional.tempo.co/read/1332251/puncak-pandemi-covid-19-diprediksi-awal-maret-berakhir-awal-juni/full&view=ok">ketakutan</a> tentang dampak COVID-19 di Indonesia. Ancaman <a href="https://theconversation.com/bagaimana-covid-19-memicu-krisis-keuangan-di-indonesia-133931">krisis ekonomi</a> pun membayangi.</p>
<p>COVID-19 telah dibandingkan dengan pandemi-pandemi masa lalu, termasuk <a href="https://bebas.kompas.id/baca/opini/2020/03/21/belajar-dari-pandemi-flu-spanyol-1918/"> pandemi flu Spanyol</a> yang terjadi pada tahun 1918-1919. Virus flu Spanyol ketika itu juga sampai ke Nusantara lewat virus yang dibawa oleh para pelancong dari Singapura.</p>
<p>Belum banyak yang memberikan deskripsi apa yang terjadi saat itu di Indonesia dan apa yang bisa kita pelajari dari cara otoritas menghadapi pandemi yang ada ketika itu. </p>
<p>Saya meneliti sejarah ekonomi, dan sebagai bagian dari penelitian saya, saya mempelajari data mingguan yang sangat rinci tentang bagaimana pandemi 1918-19 menyebabkan kematian di seluruh wilayah di Pulau Jawa. </p>
<p>Data ini mengungkapkan seberapa parah pandemi dan juga berapa lama virus itu mengamuk. Justru, data semacam ini <a href="https://nasional.tempo.co/read/1330360/human-right-watch-pemerintah-tak-transparan-soal-data-covid-19">belum tersedia secara transparan</a> untuk COVID-19.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/329356/original/file-20200421-104225-kt9u3h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/329356/original/file-20200421-104225-kt9u3h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=402&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/329356/original/file-20200421-104225-kt9u3h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=402&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/329356/original/file-20200421-104225-kt9u3h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=402&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/329356/original/file-20200421-104225-kt9u3h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=505&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/329356/original/file-20200421-104225-kt9u3h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=505&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/329356/original/file-20200421-104225-kt9u3h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=505&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Penyuluhan tentang kebersihan oleh Layanan Kesehatan Masyarakat di Jawa, 1920-an.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Sumber: Wikimedia.</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Menengok masa lalu</h2>
<p>Layanan Kesehatan Masyarakat (<em>Burgerlijke Geneeskundige Dienst</em>, BGD) pemerintah kolonial mengumpulkan data pandemi 1918-1919 di Hindia Belanda <a href="https://resolver.kb.nl/resolve?urn=MMKITLV3:002275004:pdf">dalam laporannya</a>.</p>
<p>Badan ini mulai melakukan pencatatan pada tahun 1912 sebagai upaya untuk menganalisis tingkat kematian dan ancaman penyakit menular di Jawa. Data-data ini dicatat dalam daftar desa dan kelurahan.</p>
<p>Pada bulan November 1918, dampak pandemi itu sangat parah sehingga BGD melakukan penelitian pandemi flu. </p>
<p>Pada 1919, BGD menugaskan sebuah komite untuk mempelajari pandemi. Salah satu anggotanya adalah Mas Sardjito, yang kemudian kita kenal sebagai Profesor Dr <a href="https://www.ugm.ac.id/id/berita/18693-sardjito-dikukuhkan-sebagai-pahlawan-nasional">Sardjito</a>, pendiri Palang Merah Indonesia. </p>
<p>Komite itu melakukan survei atas 83 praktisi medis di seluruh wilayah Indonesia saat itu. Mereka juga mengumpulkan dan menganalisis data kematian terdaftar yang dilaporkan tiap kecamatan (<em>onderdistrict</em>). </p>
<p>BGD menerbitkan temuan komite pada tahun 1920.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/329346/original/file-20200421-104247-1k4q3cr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/329346/original/file-20200421-104247-1k4q3cr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/329346/original/file-20200421-104247-1k4q3cr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=355&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/329346/original/file-20200421-104247-1k4q3cr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=355&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/329346/original/file-20200421-104247-1k4q3cr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=355&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/329346/original/file-20200421-104247-1k4q3cr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=446&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/329346/original/file-20200421-104247-1k4q3cr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=446&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/329346/original/file-20200421-104247-1k4q3cr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=446&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Angka kematian mingguan rata-rata tahunan selama pandemi flu Spanyol 1918-1919 di Jawa, minggu ke-37 tahun 1918 hingga minggu ke-46 tahun 1919 (per 1.000 orang)</span>
<span class="attribution"><span class="source">Sumber: Dihitung dari ‘Mededeelingen van den Burgerlijken Geneeskundigen Dienst in Nederlandsch-Indië’ (1920-1922).</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Bersama dengan data 1919, grafik mengungkapkan besar dan durasi pandemi 1918-19.</p>
<p>Jika kita membatasi data ketika jumlah kematian mingguan melebihi 20,5 ‰ (rata-rata sebelum dan setelah pandemi), maka ada empat hal yang menonjol.</p>
<p><strong>Pertama</strong>, laporan tersebut menunjukkan bahwa kasus infeksi pertama dilaporkan pada Juli 1918. Namun, pandemi baru dimulai pada September 1918. </p>
<p>Puncak dampaknya adalah pada akhir November 1918 atau 8 minggu setelah infeksi pertama. </p>
<p>Laporan itu tidak membahas kebijakan pembatasan sosial skala besar yang diambil untuk mengendalikan penyebaran virus, kecuali soal isolasi mandiri, perawatan rumah sakit dan penggunaan obat-obatan eksperimental.</p>
<p><strong>Kedua</strong>, pandemi memiliki ‘ekor’ yang sangat panjang. Tingkat kematian menurun dengan cepat setelah November 1918, tetapi butuh sampai September 1919 untuk kembali ke rata-rata pada tahun 1912-1917. Artinya, ada kemunculan kembali virus di tingkat daerah.</p>
<p><strong>Ketiga</strong>, dampak pandemi itu tersebar sangat tidak merata di berbagai kecamatan di Jawa. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/329348/original/file-20200421-104260-igc8lu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/329348/original/file-20200421-104260-igc8lu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/329348/original/file-20200421-104260-igc8lu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=209&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/329348/original/file-20200421-104260-igc8lu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=209&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/329348/original/file-20200421-104260-igc8lu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=209&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/329348/original/file-20200421-104260-igc8lu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=262&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/329348/original/file-20200421-104260-igc8lu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=262&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/329348/original/file-20200421-104260-igc8lu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=262&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Angka kematian per kecamatan di Jawa, 1918.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Sumber: 'Mededeelingen van den Burgerlijken Geneeskundigen Dienst in Nederlandsch-Indië', (1919)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Daerah-daerah yang kini kita kenal sebagai Jawa Tengah dan Timur, dan kota-kota di Jawa Barat adalah yang paling parah terkena dampak. </p>
<p>Tidak ada indikasi yang jelas apakah faktor geografi atau topografi suatu kecamatan berperan penting. Dengan kata lain, kepadatan populasi tidak selalu menentukan. </p>
<p>Untuk menjelaskan variasi geografis, laporan itu menunjuk pada variasi dalam virulensi virus flu dan kekebalan penduduk setempat.</p>
<p><strong>Keempat</strong>, angka kematian dalam laporan tahun 1920 didasarkan pada kematian yang dicatat secara tidak sempurna dan total populasi dalam daftar-daftar desa. Namun, kita masih bisa menggunakan angka kematian terdaftar untuk melacak penyebaran dan dampak pandemi.</p>
<p>Tingkat kematian untuk tahun 1918 adalah 35‰, jauh lebih tinggi dari rata-rata 1912-1917 pada 21 ‰. </p>
<p>Dengan menggunakan angka kematian di atas rata-rata (<em>excess death</em>) mingguan dan data jumlah populasi, kita dapat memperkirakan angka kematian akibat pandemi dari September 1918 hingga September 1919 berjumlah 906.000 di Jawa - jumlah populasi Jawa waktu itu 37 juta.</p>
<p>Data kualitatif menunjukkan bahwa persentase kematian yang sama mungkin terjadi di pulau-pulau lain. Dengan demikian, total kematian mungkin sekitar 1,3 juta, atau 2,5% dari jumlah populasi Indonesia waktu itu - total 53 juta orang.</p>
<p>Sebagai perbandingan, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11875246">pandemi Spanyol diduga)</a> menewaskan sedikitnya 50 juta orang di seluruh dunia, atau 2.5% dari populasi global. </p>
<h2>Menatap masa depan</h2>
<p>Memang pengalaman masa lalu tidak bisa digunakan sebagai acuan untuk meramal secara sempurna apa yang akan terjadi. Meski memang ada perbedaan signifikan antara 1918 dan 2020, setidaknya kita bisa belajar untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.</p>
<p>Korban manusia dalam pandemi 1918-1919 jelas sangat dahsyat. Jumlah korban tinggi karena sangat sedikit pengetahuan tentang virus, dampaknya, dan langkah-langkah pengendalian yang efektif saat itu.</p>
<p>Butuh satu tahun bagi penduduk Hindia Belanda untuk mencapai ‘<a href="https://tirto.id/apa-itu-herd-immunity-dan-kaitannya-dengan-virus-corona-covid-19-eKCU">kekebalan kelompok</a>’ (<em>herd immunity</em>) dan itu harus dibayar dengan jumlah nyawa manusia yang mengerikan. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/329351/original/file-20200421-104242-v0jcpj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/329351/original/file-20200421-104242-v0jcpj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/329351/original/file-20200421-104242-v0jcpj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=674&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/329351/original/file-20200421-104242-v0jcpj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=674&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/329351/original/file-20200421-104242-v0jcpj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=674&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/329351/original/file-20200421-104242-v0jcpj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=847&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/329351/original/file-20200421-104242-v0jcpj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=847&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/329351/original/file-20200421-104242-v0jcpj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=847&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">‘Suara-suara dari kuburan’ di Jakarta, 1919.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Sumber: 'Bataviaasch Nieuwsblad' (8 Agustus 1919).</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Publik marah dan terkejut ketika surat kabar regional mulai melaporkan data kematian yang besar ini. Di Batavia (sekarang Jakarta), koran <em>Bataviaasch Nieuwsblad</em> pada bulan Agustus 1919 melaporkan angka-angka tersebut dengan berita berjudul ‘Suara-suara dari Kubur’.</p>
<p>Ketika itu, pengendalian wabah yang tidak efektif membuat jumlah kasus mencapai puncaknya hanya dalam waktu dua bulan. </p>
<p>COVID-19 - yang secara resmi diumumkan pertama ada di Indonesia pada Maret - diperkirakan akan menciptakan krisis layanan kesehatan saat jumlah kasus mencapai lebih dari <a href="https://theconversation.com/pertengahan-mei-indonesia-terancam-krisis-tempat-tidur-icu-ventilator-dan-apd-karena-kasus-covid-19-bisa-melewati-50-000-135442">50 ribu</a> pada Mei di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan.</p>
<p>Langkah-langkah untuk membatasi penyebaran virus COVID-19 sedang dilakukan di Indonesia, dan sepertinya tidak mungkin tingkat kematian akan setinggi pada tahun 1918-1919.</p>
<p>Flu Spanyol di wilayah Indonesia baru mereda setelah satu tahun. Wabah COVID-19 masih dipelajari, tapi beberapa ahli menyebut kita mungkin harus <a href="https://theconversation.com/four-graphs-that-show-how-the-coronavirus-pandemic-could-now-unfold-133979">belajar hidup dengan virus ini</a> bertahun-tahun ke depan.</p>
<p>Dampak ekonomi pandemi pada 1918 dan 1919 tidak disebutkan dalam laporan 1920. Saya <a href="https://www.cbe.anu.edu.au/researchpapers/econ/wp499.pdf">memperkirakan</a> bahwa Pendapatan Domestik Bruto (PDB) di Hindia Belanda tumbuh sebesar 3,0% pada tahun 1918 dan 6,6% pada tahun 1919. Dengan kata lain, pandemi flu tidak sampai menghasilkan pertumbuhan ekonomi negatif saat itu.</p>
<p>Pertumbuhan PDB yang tinggi pada tahun 1919 adalah karena hasil panen padi yang sangat bagus di Jawa, dan produksi yang tinggi pada tanaman perkebunan dan tanaman uang (terutama karet dan kopra) dan produksi minyak bumi.</p>
<p>Dampak ekonomi COVID-19 mungkin berbeda karena harga komoditas internasional telah jatuh dalam beberapa bulan terakhir. Harga rendah tidak akan mendorong industri pertanian meningkatkan produksi.</p>
<p>Di sisi lain, pemerintah di Indonesia sekarang memiliki paket-paket stimulus ekonomi, tidak seperti pada tahun 1918-1919.</p>
<hr>
<p>Ikuti perkembangan terbaru seputar isu politik dan masyarakat selama sepekan terakhir. Daftarkan email Anda di <a href="http://theconversation.com/id/newsletters/catatan-mingguan-65">sini</a>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/136843/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Pierre van der Eng tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Laporan resmi tentang epidemi flu Spanyol di Indonesia memberikan indikasi penyebaran virus di Jawa selama 1918-1919.
Pierre van der Eng, Associate Professor of International Business, Australian National University
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/129456
2020-01-08T08:56:25Z
2020-01-08T08:56:25Z
Kepunahan mamalia Zaman Es ternyata memaksa nenek moyang kita untuk menemukan peradaban baru
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/308949/original/file-20200108-107204-ycy5tn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://en.wikipedia.org/wiki/File:Hunting_Woolly_Mammoth.jpg">Wikimedia Commons/Cloudordinary,</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span></figcaption></figure><p>Mengapa kita membutuhkan waktu lama untuk menciptakan sebuah peradaban? <em>Homo sapiens</em> modern pertama kali berevolusi sekitar <a href="https://theconversation.com/modern-humans-evolved-100-000-years-earlier-than-we-thought-and-not-just-in-east-africa-78875">250.000 hingga 350.000</a> tahun yang lalu. Tapi langkah awal menuju peradaban - bercocok tanam, kemudian <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Domestikasi">domestikasi</a> tanaman - baru dimulai <a href="https://science.sciencemag.org/content/288/5471/1602?ijkey=3c1b653d8a610f044ce71bd2e41594fe7be12060&keytype2=tf_ipsecsha">sekitar 10.000 tahun yang lalu</a>, kemudian peradaban pertama muncul <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s10814-010-9041-y">6.400 tahun yang lalu</a>.</p>
<p>Sepanjangepanjang 95% dari sejarah spesies kita, kita tidak bertani, menciptakan pemukiman besar, atau hierarki politik yang kompleks. Kita hidup dalam kelompok kecil, pengembara, berburu, dan mengumpulkan makanan. Kemudian, sesuatu berubah.</p>
<p>Kita beralih dari kehidupan pemburu-peramu ke bercocok tanam dan budidaya makanan hingga akhirnya mendirikan kota-kota. Yang mengejutkan, peralihan ini terjadi hanya setelah hewan raksasa Zaman Es menghilang, seperti mammoth, kungkang tanah raksasa, dan kuda. Alasan mengapa manusia mulai bercocok tanam <a href="https://phys.org/news/2019-04-food-thought-farming.html">masih belum jelas</a>, tapi hilangnya beberapa hewan yang menjadi kebutuhan manusia sebagai makanan mungkin memaksa budaya kita untuk berevolusi.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/306925/original/file-20191214-85428-1rtscoo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/306925/original/file-20191214-85428-1rtscoo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=393&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/306925/original/file-20191214-85428-1rtscoo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=393&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/306925/original/file-20191214-85428-1rtscoo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=393&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/306925/original/file-20191214-85428-1rtscoo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=494&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/306925/original/file-20191214-85428-1rtscoo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=494&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/306925/original/file-20191214-85428-1rtscoo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=494&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Manusia memburu ternak, kuda, dan rusa liar di Prancis 17.000 tahun yang lalu.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Wikipedia</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Manusia purba cukup pintar untuk bertani. Semua kelompok manusia modern memiliki tingkat kecerdasan yang sama. Hal ini menunjukkan kemampuan kognitif kita telah berkembang sebelum populasi manusia terpisah <a href="https://science.sciencemag.org/content/358/6363/652/tab-pdf">sekitar 300.000 tahun yang lalu</a>, yang kemudian berubah sedikit setelahnya. Jika nenek moyang kita tidak menanam tumbuhan, itu bukan berarti mereka tidak cukup pintar. Sesuatu di lingkungan saat itu yang mencegah mereka, atau sederhananya mereka tidak perlu melakukan itu.</p>
<p>Pemanasan global pada penghujung periode glasial terakhir, 11.700 tahun yang lalu, mungkin <a href="https://www.cambridge.org/core/journals/american-antiquity/article/was-agriculture-impossible-during-the-pleistocene-but-mandatory-during-the-holocene-a-climate-change-hypothesis/246B240BFFFBE904B1AC31296AD72949">membuat pertanian lebih mudah dilakukan</a>. Temperatur yang lebih hangat, musim tanam yang lebih panjang, curah hujan yang lebih tinggi, dan <a href="https://www.journals.uchicago.edu/doi/pdfplus/10.1086/605359">stabilitas iklim yang lebih lama</a> membuat lebih banyak wilayah cocok untuk pertanian. Situasi Bumi juga sepertinya memungkinkan pertanian dilakukan di mana-mana. Bumi mengalami <a href="https://science.sciencemag.org/content/292/5517/686">banyak peristiwa pemanasan</a> seperti yang terjadi pada 11.700, 125.000, 200.00, dan 325.000 tahun yang lalu. </p>
<p>Namun, peristiwa pemanasan global sebelumnya ini tidak memacu eksperimen dalam pertanian. Perubahan iklim tidak bisa jadi alasan satu-satunya yang mendorong peralihan ini.</p>
<p>Migrasi manusia mungkin juga berkontribusi dalam hal ini. Ketika spesies kita berkembang dari selatan Afrika ke <a href="https://science.sciencemag.org/content/358/6363/652/tab-pdf">seluruh benua Afrika</a>, <a href="https://www.nature.com/articles/nature22968">ke Asia</a>, ke Eropa, dan kemudian <a href="https://science.sciencemag.org/content/365/6456/891">ke Amerika</a>, kita menemukan lingkungan baru dan <a href="https://nph.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/j.1469-8137.2012.04253.x">tanaman baru</a> yang cocok jadi makanan. Tapi manusia purba menempati wilayah-wilayah ini jauh sebelum pertanian dimulai. Domestikasi tanaman datang jauh sesudah migrasi manusia purba hingga puluhan ribu tahun.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/306927/original/file-20191214-85376-sg48bc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/306927/original/file-20191214-85376-sg48bc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/306927/original/file-20191214-85376-sg48bc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/306927/original/file-20191214-85376-sg48bc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/306927/original/file-20191214-85376-sg48bc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/306927/original/file-20191214-85376-sg48bc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/306927/original/file-20191214-85376-sg48bc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Gandum hitam, salah satu tanaman pertama.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Wikipedia</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Jika peluang untuk menciptakan pertanian sudah ada, maka penemuan pertanian yang tertunda ini menunjukkan nenek moyang kita tidak butuh atau tidak ingin bertani.</p>
<p>Pertanian memiliki kerugian signifikan dibandingkan dengan mencari makanan. Bertani <a href="https://www.discovermagazine.com/planet-earth/the-worst-mistake-in-the-history-of-the-human-race">memerlukan lebih banyak usaha dan menyisakan waktu luang yang lebih sedikit dan diet yang lebih rendah</a>. Jika manusia purba pemburu lapar pada pagi hari, mereka dapat memiliki makanan yang dibakar pada malam hari. Sedangkan bertani membutuhkan kerja keras hari ini untuk menghasilkan makanan berbulan-bulan kemudian, atau bahkan tidak panen sama sekali. Bertani membutuhkan penyimpanan dan pengelolaan kelebihan makanan sementara waktu agar dapat mencukupi kebutuhan sepanjang tahun. </p>
<p>Seorang manusia purba pemburu yang mengalami hari jelek dapat berburu kembali pada esok hari atau mencari tempat perburuan yang lebih baik di tempat lain. Tapi manusia purba petani yang terikat dengan lahan taninya, bergantung pada nasib alam yang tidak pasti. Bisa saja terjadi hujan yang datang lebih dulu atau terlambat, kekeringan, salju, penyakit tanaman atau serangan belalang yang dapat menyebabkan gagal panen dan kelaparan.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/307696/original/file-20191218-11900-14xokd4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/307696/original/file-20191218-11900-14xokd4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=392&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/307696/original/file-20191218-11900-14xokd4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=392&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/307696/original/file-20191218-11900-14xokd4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=392&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/307696/original/file-20191218-11900-14xokd4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=492&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/307696/original/file-20191218-11900-14xokd4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=492&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/307696/original/file-20191218-11900-14xokd4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=492&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Pertanian memiliki banyak kekurangan dibanding berburu.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://en.wikipedia.org/wiki/Ancient_Egyptian_agriculture#/media/File:Maler_der_Grabkammer_des_Sennudem_001.jpg">Wikipedia</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pertanian juga memiliki kelemahan dari segi militer dan keamanan. Para pemburu dan pengumpul mudah bergerak dan dapat melakukan perjalanan jarak jauh, baik untuk menyerang maupun untuk mundur. Latihan terus menerus dengan tombak dan panah menjadikan mereka <a href="https://theconversation.com/were-other-humans-the-first-victims-of-the-sixth-mass-extinction-126638">pejuang yang mematikan</a>. Sedangkan petani terikat dengan lahan taninya dan jadwal mereka ditentukan oleh musim. Hal ini yang membuat petani bisa diprediksi dan berpotensi menjadi target yang mungkin saja diburu oleh manusia purba lain yang tergoda makan persediaan makanan.</p>
<p>Dan setelah berkembang ke gaya hidup, manusia mungkin hanya senang menjadi pemburu nomaden. Orang-orang Indian Comanche <a href="https://www.amazon.com/dp/B003KN3MDG/ref=dp-kindle-redirect?_encoding=UTF8&btkr=1">berjuang sampai mati</a> untuk mempertahankan gaya hidup perburuan mereka. <em>Kalahari Bushmen</em> di selatan Afrika <a href="https://www.bbc.co.uk/news/world-africa-24821867">terus menolak</a> gaya hidupnya diubah menjadi petani dan penggembala. Yang mengejutkannya, ketika para petani Polinesia menemukan burung-burung Selandia Baru yang tak dapat terbang, mereka meninggalkan gaya hidup bertani dan menciptakan <a href="https://teara.govt.nz/en/1966/maori-material-culture">budaya pemburu Maori</a>. </p>
<h2>Perburuan ditinggalkan</h2>
<p>Namun sesuatu berubah. Sejak 10.000 tahun yang lalu dan seterusnya, manusia berulang kali meninggalkan gaya hidup pemburu-pengumpul makanan dan beralih menjadi bertani. Mungkin setelah kepunahan mammoth dan binatang besar lainnya dari zaman Pleistosen, dan gaya hidup pemburu-pengumpul makanan menjadi kurang memungkinkan untuk dilakukan dan mendorong manusia purba untuk bercocok tanam dan memanennya. Mungkin peradaban tidak lahir karena hasil dari dorongan proses untuk berkembang, melainkan karena <a href="https://www.penguinrandomhouse.com/books/112492/plagues-and-peoples-by-william-h-mcneill/">bencana</a> yang secara ekologis memaksa orang untuk meninggalkan gaya hidup tradisional mereka. </p>
<p>Ketika manusia meninggalkan Afrika untuk menguasai wilayah-wilayah baru, hewan-hewan besar mulai menghilang di tempat mana pun yang didatangi oleh manusia. Di Eropa dan Asia, hewan-hewan besar seperti badak berbulu, mammoth, dan Rusa Irlandia lenyap <a href="https://www.researchgate.net/profile/Adrian_Lister/publication/264785182_Patterns_of_Late_Quaternary_megafaunal_extinctions_in_Europe_and_northern_Asia/links/53f0e69f0cf2711e0c431517.pdf">sekitar 40.000 hingga 10.000 tahun yang lalu</a>. </p>
<p>Di Australia, kanguru raksasa dan <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Wombat">wombat</a> menghilang <a href="https://science.sciencemag.org/content/292/5523/1888">46.000 tahun yang lalu</a>. Di Amerika Utara, kuda, unta, armadilo raksasa, mammoth, dan kukang tanah jumlahnya menurun dan menghilang sekitar <a href="https://science.sciencemag.org/content/326/5956/1100.full">15.000 hingga 11.500 tahun yang lalu</a>, menyusul kepunahan yang sama di Amerika Selatan sekitar <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1040618209004236">14.000 hingga 8.000 tahun yang lalu</a>. </p>
<p>Setelah manusia tersebar hingga Kepulauan Karibia, <a href="https://www.pnas.org/content/100/19/10800.short">Madagaskar</a>, <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0277379114003734">Selandia baru</a>, dan <a href="https://science.sciencemag.org/content/217/4560/633">Oseania</a>, hewan-hewan besar yang hidup di sana turut punah. Kepunahan hewan-hewan besar tak terhindarkan terjadi di mana pun manusia tiba.</p>
<p>Memanen atau beternak hewan besar seperti <a href="https://www.pnas.org/content/112/14/4263.short">kuda, unta</a>, dan <a href="https://science.sciencemag.org/content/334/6054/351">gajah</a> menghasilkan <a href="https://www.researchgate.net/publication/24107608_The_Primitive_Hunter_Culture_Pleistocene_Extinction_and_the_Rise_of_Agriculture/link/57dd854f08ae4e6f1849a954/download">hasil yang lebih baik</a> daripada berburu hewan kecil seperti kelinci. Tapi hewan besar seperti gajah bereproduksi secara perlahan dan memiliki sedikit keturunan dibandingkan dengan hewan kecil, seperti kelinci, sehingga <a href="https://www.researchgate.net/publication/24107608_The_Primitive_Hunter_Culture_Pleistocene_Extinction_and_the_Rise_of_Agriculture/link/57dd854f08ae4e6f1849a954/download">membuat mereka rentan terhadap panen yang berlebihan</a>. </p>
<p>Ke mana pun manusia pergi, kecerdikan manusia, seperti dalam berburu dengan pelempar tombak, mengumpulkan hewan dengan api, dan menyerbu mereka dari atas tebing, membuat manusia dapat memanen hewan besar lebih cepat daripada hewan tersebut untuk bereproduksi. Hal ini yang akan menjadi krisis keberlanjutan pertama. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/308109/original/file-20191220-11929-1gc4m3g.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/308109/original/file-20191220-11929-1gc4m3g.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/308109/original/file-20191220-11929-1gc4m3g.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/308109/original/file-20191220-11929-1gc4m3g.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/308109/original/file-20191220-11929-1gc4m3g.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/308109/original/file-20191220-11929-1gc4m3g.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/308109/original/file-20191220-11929-1gc4m3g.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Karena mangsa buruan kita pergi, kita terpaksa menciptakan peradaban.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/egypt-sakkara-step-pyramid-king-djoser-109821740">WitR/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Dengan cara hidup lama yang tidak dapat bertahan, manusia akan dipaksa untuk berinovasi, meningkatkan fokus pada <a href="https://www.researchgate.net/publication/24107608_The_Primitive_Hunter_Culture_Pleistocene_Extinction_and_the_Rise_of_Agriculture/link/57dd854f08ae4e6f1849a954/download">pengumpulan makanan, kemudian menanam tanaman untuk bertahan hidup</a>. Gaya hidup ini membuat populasi manusia dapat berkembang. Memakan tanaman lebih <a href="https://www.google.com/search?q=jared+diamong+third+chimpanzee&rlz=1C5CHFA_enGB841GB841&oq=jared+diamong+third+chimpanzee&aqs=chrome..69i57j35i39l2j0l4j69i60.4797j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8">efisien dalam penggunaan lahan</a> dibandingkan dengan memakan daging, sehingga pertanian mendukung lebih banyak manusia yang hidup di daerah yang sama jika dibandingkan dengan berburu. Gaya hidup juga memungkinankan manusia untuk menetap secara permanen, membangun pemukiman dan kota, lalu peradaban. </p>
<p>Catatan arkeologis dan fosil memberitahu kita bahwa nenek moyang kita melakukan pertanian karena hanya memiliki sedikit alternatif. Manusia kala itu bisa saja terus berburu kuda dan mammoth selamanya, tapi karena keterampilan mereka yang terlalu baik justru memungkinkan musnahnya persediaan makanan mereka sendiri.</p>
<p>Pertanian dan peradaban mungkin diciptakan bukan karena sebagai bentuk peningkatan dari gaya hidup leluhur kita, melainkan karena kita tidak memiliki pilihan lain. </p>
<p>Pertanian adalah upaya putus asa untuk memperbaiki keadaan kita ketika kita mengambil lebih banyak daripada apa yang bisa dipertahankan ekosistem. Jika demikian, kita meninggalkan kehidupan pemburu pada zaman es untuk menciptakan dunia modern yang terjadi secara tidak sengaja - bukan karena hasil pandangan ke depan dan niat - yang disebabkan bencana ekologis yang kita ciptakan sendiri ribuan tahun yang lalu.</p>
<p><em>Rizki Nur Fitriansyah menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/129456/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Nicholas R. Longrich tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Pertanian dan peradaban mungkin diciptakan bukan sebagai bentuk peningkatan gaya hidup leluhur kita, melainkan karena kita tidak memiliki pilihan lain.
Nicholas R. Longrich, Senior Lecturer, Paleontology and Evolutionary Biology, University of Bath
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/127996
2019-12-02T04:38:54Z
2019-12-02T04:38:54Z
Penemu paling mematikan di dunia: Mikhail Kalashnikov dan AK-47 ciptaannya
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/304207/original/file-20191128-178114-1d2nkfq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=54%2C9%2C1907%2C1268&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Sang penemu dan senjata ciptaannya.</span> <span class="attribution"><span class="source">Vladimir Vyatkin/AP</span></span></figcaption></figure><p>Apa senjata paling mematikan pada abad ke-20?</p>
<p>Mungkin yang pertama terpikir adalah <a href="http://www.atomicarchive.com/Docs/MED/med_chp10.shtml">bom atom</a> yang diperkirakan telah membunuh 200.000 orang saat Amerika Serikat (AS) menjatuhkan dua bom di Hiroshima dan Nagasaki Jepang pada 1945.</p>
<p>Namun ada satu senjata lain yang telah membunuh lebih banyak orang - jumlahnya hingga <a href="https://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/northamerica/usa/11714558/AK-47-Kalashnikov-The-firearm-which-has-killed-more-people-than-any-other.html">jutaan</a>, yaitu senapan serbu Kalshnikov, atau lebih dikenal sebagai AK-47.</p>
<p>Senjata ini awalnya dikembangkan secara rahasia untuk militer Uni Soviet; hingga kini diperkirakan <a href="http://www-wds.worldbank.org/servlet/WDSContentServer/WDSP/IB/2007/04/13/000016406_20070413145045/Rendered/PDF/wps4202.pdf">100 juta</a> AK-47 dan variannya telah diproduksi. Senjata ini kini dapat ditemukan di seluruh dunia, termasuk di tangan warga sipil AS - pada 2012, mereka membeli AK-47 sama banyaknya dengan polisi dan militer Rusia. Sebagai seorang dokter, saya telah menyaksikan kehancuran yang bisa dihasilkan senjata ini pada tubuh manusia.</p>
<h2>Temuan Kalashnikov</h2>
<p>Desainer senjata Rusia <a href="https://www.britannica.com/biography/Mikhail-Timofeyevich-Kalashnikov">Mikhail Kalashnikov</a> menemukan senjata ini di pertengahan abad ke-20. Lahir 10 November 1919, Kalashnikov adalah seorang mekanik tank di militer Soviet selama Perang Dunia II. Ia terluka dalam invasi Jerman di Uni Soviet pada 1941.</p>
<p>Setelah menyaksikan sendiri keunggulan tempur senjata api tentara Jerman, Kalashnikov memutuskan untuk mengembangkan senjata yang lebih baik. Selama masih di militer, ia menghasilkan beberapa rancangan yang kalah dari rancangan pesaing sebelum akhirnya menghasilkan AK-47 yang pertama.</p>
<p>AK-47, temuan terbaik Kalashnikov, adalah kepanjangan dari Automat Kalshnikova 1947, tahun senjata itu diproduksi pertama kali.</p>
<p>Pada 1949, AK-47 menjadi senapan serbu Angkatan Darat Soviet. Senjata ini kemudian diadopsi negara lain dalam Pakta Warsawa, dengan cepat menyebar ke seluruh dunia dan menjadi simbol revolusi di pelosok dunia seperti Vietnam, Afghanistan, Kolombia dan Mozambik - AK-47 bahkan ada di bendera Mozambik.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/300728/original/file-20191107-10905-1cd3k2b.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/300728/original/file-20191107-10905-1cd3k2b.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/300728/original/file-20191107-10905-1cd3k2b.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/300728/original/file-20191107-10905-1cd3k2b.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/300728/original/file-20191107-10905-1cd3k2b.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/300728/original/file-20191107-10905-1cd3k2b.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/300728/original/file-20191107-10905-1cd3k2b.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/300728/original/file-20191107-10905-1cd3k2b.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Bendera Mozambik berisi sebuah AK-47 dengan bayonet, melambangkan pertahanan dan kewaspadaan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Flag_of_Mozambique.svg">Wikimedia</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sepanjang hidupnya, Kalashnikov terus memperbaiki desain klasik senjata ini. Pada 1959, <a href="https://modernfirearms.net/en/assault-rifles/russia-assault-rifles/ak-47-akm-eng">AKM</a> mulai diproduksi. AKM menggunakan <em>receiver</em> (bagian badan senapan yang berisi mekanisme penembakan) berbahan logam yang dicetak mesin (<em>stamping</em>) sehingga lebih ringan dan murah. Ia juga mengembangkan <a href="https://weaponsystems.net/weaponsystem/AA06%20-%20PK.html">senapan mesin PK</a>. Modifikasi AK-47 masih diproduksi di negara-negara di seluruh dunia.</p>
<h2>Kelebihan dan jumlah melimpah AK-47</h2>
<p>Mengapa AK-47 adalah senapan yang demikian <a href="https://www.militarytimes.com/off-duty/gearscout/2017/12/12/how-the-ak-47-became-the-weapon-of-the-century/">revolusioner</a>?</p>
<p>Senapan ini relatif mudah untuk diproduksi, pendek dan ringan, dan mudah digunakan, dan punya sedikit <em>recoil</em> (hentakan yang disebabkan oleh senjata api ketika ditembakan). Senapan ini juga legendaris karena <a href="https://www.hodder.co.uk/titles/michael-hodges/ak47-the-story-of-the-peoples-gun/9781848947696/">keandalannya</a> dalam kondisi berat dari hutan belantara yang basah hingga badai pasir Timur Tengah, dalam dingin dan panas ekstrim.</p>
<p>Proses perawatannya juga mudah. Piston gas yang besar dan ada keleluasaan jarak pada bagian-bagian mekaniknya membuat senapan ini tidak mudah macet.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/300781/original/file-20191107-10961-opbm8v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/300781/original/file-20191107-10961-opbm8v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/300781/original/file-20191107-10961-opbm8v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=403&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/300781/original/file-20191107-10961-opbm8v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=403&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/300781/original/file-20191107-10961-opbm8v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=403&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/300781/original/file-20191107-10961-opbm8v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=506&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/300781/original/file-20191107-10961-opbm8v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=506&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/300781/original/file-20191107-10961-opbm8v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=506&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">AP.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="http://www.apimages.com/metadata/Index/Watchf-AP-I-KHM-APHS328122-Cambodian-Guns/d2e237a3595a4612bd3b5476ed0e78f1/4/0">Serdadu Kamboja membawa senapan Ak-47 pada 1970.</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kalashnikov senang <a href="https://www.cbsnews.com/news/ak-47-inventor-says-conscience-is-clear/">menyombongkan</a> keunggulan senapannya atas senapan M-16 AS. “Selama Perang Vietnam,” kata dia dalam wawancara pada 2007, “Serdadu Amerika membuang M-16 mereka dan mengambil AK-47 dan peluru dari tentara Vietnam yang tewas. Saya dengar tentara Amerika juga cukup sering menggunakan AK-47 di Irak.”</p>
<p>Senjata yang jumlahnya paling besar di dunia ini juga cocok digunakan untuk <a href="https://www.tampabay.com/news/perspective/the-tools-of-modern-terror-how-the-ak-47-and-the-ar-15-evolved-into-rifles/2289290/">kejahatan dan terorisme</a>. Penyandera yang menyerbu area Olimpiade di Munich, Jerman, pada 1972 menggunakan senapan Kalashnikov, pelaku penembakan massal di AS juga menggunakan versi semi-otomatis senapan ini dalam kejadian di Stockton, California, dan Dallas.</p>
<p>Militer AS juga telah mendistribusikan senjata ini dalam konflik di Afghanistan dan Irak. Dengan masa pakai 20 hingga 40 tahun, senapan AK mudah dipindahkan dan digunakan kembali.</p>
<p>Kini, harga secara global bisa mencapai ratusan dolar AS, tapi beberapa AK-47 bisa dibeli dengan harga hingga US$50 (sekitar Rp 700 ribu). Produksi besar di seluruh dunia, terutama di negara dengan biaya buruh rendah, telah <a href="http://mentalfloss.com/article/27455/what-made-ak-47-so-popular">menekan harga</a> senapan AK.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/300782/original/file-20191107-10910-16bus06.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/300782/original/file-20191107-10910-16bus06.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/300782/original/file-20191107-10910-16bus06.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/300782/original/file-20191107-10910-16bus06.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/300782/original/file-20191107-10910-16bus06.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/300782/original/file-20191107-10910-16bus06.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/300782/original/file-20191107-10910-16bus06.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/300782/original/file-20191107-10910-16bus06.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Patung Kalashnikov memegang senapan kenamaannya berdiri di Moskow.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="http://www.apimages.com/metadata/Index/APTOPIX-Russia-Kalashnikov-Monument/9c353bc07374464b8a5e3a4d3f602d38/7/0">AP Photo/Pavel Golovkin</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Warisan Kalashnikov</h2>
<p>Atas jerih payahnya, <a href="https://www.rferl.org/a/kalashnikov/25210057.html">Uni Soviet</a> menganugerahi Kalashnikov Hadiah Stalin, Bintang Merah, dan Ordo Lenin.</p>
<p>Kalashnikov <a href="https://www.theguardian.com/world/2013/dec/23/mikhail-kalashnikov">meninggal</a> sebagai <a href="https://www.nytimes.com/2017/09/19/world/europe/moscow-kalashnikov-statue.html">pahlawan nasional</a> pada 2013 dalam usia 94 tahun.</p>
<p>Dalam sebagian besar hidupnya, Kalashnikov menepis upaya untuk membuat dia merasa bersalah atas jumlah pembunuhan dan luka-luka yang besar akibat temuan dia. Dia bersikukuh senapan itu dikembangkan untuk pertahanan diri, bukan untuk menyerang.</p>
<p>Saat seorang <a href="https://www.spokesman.com/stories/2007/jul/07/inventor-of-the-ak-47-still-not-losing-any-sleep/">reporter bertanya pada 2007</a> apakah ia tidak gundah dan bisa tidur nyenyak di malam hari, dia menjawab “Saya tidur nyenyak. Para politikuslah yang bersalah karena gagal mencapai kesepakatan dan menggunakan kekerasan.”</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/300785/original/file-20191107-10940-oigl5h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/300785/original/file-20191107-10940-oigl5h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/300785/original/file-20191107-10940-oigl5h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=346&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/300785/original/file-20191107-10940-oigl5h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=346&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/300785/original/file-20191107-10940-oigl5h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=346&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/300785/original/file-20191107-10940-oigl5h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=434&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/300785/original/file-20191107-10940-oigl5h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=434&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/300785/original/file-20191107-10940-oigl5h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=434&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">AK-47 telah menjadi simbol dan senjata, sebagaimana terlihat dalam perhiasan bertatah berlian milik seorang buronan narkoba di Meksiko ini.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="http://www.apimages.com/metadata/Index/AP-I-MEX-MO102-MEXICO-NARCO-JEWELRY/dc8b0bc381e0da11af9f0014c2589dfb/1/0">AP Photo/Dario Lopez Mills</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Namun, menjelang akhir hayatnya, Kalashnikov sepertinya mengalami perubahan dalam sanubarinya. Ia menulis surat kepada Kepala Gereja Ortodoks Rusia, yang berbunyi “Rasa sakit dalam jiwa saya tidak tertahankan. Saya terus bertanya pada diri sendiri sebuah pertanyaan yang tak kunjung terjawab: Jika senapan serbu saya mengambil nyawa orang, itu berarti saya bertanggung jawab atas kematian mereka.”</p>
<p>Itu adalah pertanyaan abadi: Apa yang membunuh? Pistol, atau mereka yang menggunakannya? Dia menutup surat itu dengan menulis “seorang hamba Tuhan, sang perancang Mikhail Kalashnikov.”</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/127996/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Richard Gunderman tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Seratus tahun yang lalu, penemu senjata paling mematikan abad ke-20 lahir di Rusia. Kini lebih dari 100 juta senapan rancangannya telah dibuat dan digunakan di seluruh dunia.
Richard Gunderman, Chancellor's Professor of Medicine, Liberal Arts, and Philanthropy, Indiana University
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/123569
2019-09-16T05:35:21Z
2019-09-16T05:35:21Z
Menyisir jejak politik Habibie dan kontribusinya pada demokrasi dan gerakan antikorupsi di Indonesia
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/292481/original/file-20190914-8678-p1yrk4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Sumpah jabatan Bacharuddin Jusuf Habibie sebagai Presiden Indonesia, menggantikan Suharto setelah pengunduran dirinya.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Habibie_presidential_oath.jpg">B.J. Habibie: 72 Days as Vice President</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span></figcaption></figure><p>Minggu lalu, Indonesia berduka. </p>
<p>Mantan presiden Indonesia Bacharuddin Jusuf Habibie atau B.J. Habibie <a href="https://nasional.kompas.com/read/2019/09/11/18162731/bj-habibie-meninggal-dunia-di-rspad">meninggal dunia</a> pada usia 83 tahun setelah dirawat intensif di Rumah Sakit Pusat Angkatan Barat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta Pusat. </p>
<p>Habibie lebih dulu dikenal sebagai ilmuwan hebat melalui perannya <a href="https://theconversation.com/b-j-habibie-mantan-presiden-dan-insinyur-hebat-yang-membangun-industri-pesawat-nasional-dengan-renjana-123446">mendirikan industri pesawat terbang Indonesia</a> dan <a href="https://theconversation.com/mantan-presiden-b-j-habibie-adalah-menteri-riset-dan-teknologi-terbaik-yang-pernah-dimiliki-indonesia-123453">mendorong perkembangan sains di Indonesia</a>. </p>
<p>Selain itu, Habibie juga tokoh politik yang hebat. Ia berperan penting dalam tranformasi politik di Indonesia. <a href="https://www.kompas.com/tren/read/2019/09/12/105808465/ini-alasan-habibie-disebut-sebagai-bapak-demokrasi?page=all">Dia dijuluki bapak demokrasi </a>karena berhasil mengantar Indonesia ke era demokrasi setelah 32 tahun berada di bawah pimpinan Suharto dan rezim otoriter Orde Baru.</p>
<p>Habibie menggantikan Suharto yang lengser dan dalam kepemimpinannya yang kurang dari dua tahun Habibie melakukan gebrakan-gebrakan penting, seperti memberikan <a href="https://tirto.id/bj-habibie-presiden-peralihan-peletak-dasar-demokrasi-indonesia-ehVD">kebebasan pada pers, membuat landasan hukum untuk gerakan antikorupsi, dan menyelenggarakan pemilihan umum yang terbuka.</a> </p>
<h2>Capaian sebagai presiden Indonesia</h2>
<p>Ketika Suharto mundur sebagai presiden Indonesia pada Mei 1998, <a href="https://map-bms.wikipedia.org/wiki/Daftar_Wakil_Presiden_Indonesia">Habibie menjabat sebagai wakil presiden</a>. Sesuai dengan <a href="https://www.limc4u.com/uud-1945/penjelasan-pasal/penjelasan-pasal-8-uud-1945/">Pasal 8 Undang-Undang Dasar 1945</a> maka Habibie yang menggantikan Suharto sebagai presiden. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/292479/original/file-20190914-8678-1vbx919.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/292479/original/file-20190914-8678-1vbx919.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=361&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/292479/original/file-20190914-8678-1vbx919.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=361&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/292479/original/file-20190914-8678-1vbx919.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=361&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/292479/original/file-20190914-8678-1vbx919.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=454&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/292479/original/file-20190914-8678-1vbx919.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=454&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/292479/original/file-20190914-8678-1vbx919.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=454&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Presiden Suharto mengundurkan diri dari kursi kepresidenan Republik Indonesia di Istana Merdeka, 21 Mei 1998.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://catalog.loc.gov/vwebv/search?searchCode=LCCN&searchArg=00369609&searchType=1&permalink=y">lccn.loc.gov/00369609</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/">CC BY-NC</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pada masa kepemimpinan Habibie sebagai presiden, dia banyak mengeluarkan surat keputusan dan undang-undang yang dianggap penting dalam kemajuan dan kebebasan berdemokrasi di Indonesia. </p>
<p>Produk-produk hukum yang tersebut termasuk <a href="https://pwi.or.id/index.php/uu-kej">Undang-Undang Kebebasan Pers No 40 Tahun 1999</a>. Undang-undang tersebut menghilangkan pembatasan pers yang berlangsung secara signifikan pada masa Orde baru. </p>
<p><a href="http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_1999_22.pdf">Undang-Undang Otonomi Daerah No 20 Tahun 1999</a> juga keluar pada era pemerintahan Habibie. Melalui undang-undang tersebut, pola pembangunan tidak menggunakan pendekatan dari pusat ke daerah tapi sebaliknya. Daerah-daerah diberi wewenang yang lebih luas dibanding masa sebelumnya, dalam segi pemerintahan dan manajemen keuangan. </p>
<p>Politik yang lebih demokratis juga merupakan hasil pemerintahan Habibie. Habibie mengeluarkan <a href="https://id.wikisource.org/wiki/Undang-Undang_Republik_Indonesia_Nomor_2_Tahun_1999">Undang-Undang Partai Politik No 2 Tahun 1999</a>. Undang-undang tersebut membuka peluang berdirinya partai-partai politik yang baru. Tidak hanya itu, undang-undang tersebut juga mengatur penyelenggaraan pemilihan umum yang terbuka dan demokratis. </p>
<p>Habibie juga memberikan pengampunan bagi para politikus yang ditahan pada masa pemerintahan Suharto melalui <a href="https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/19230/node/635/keputusan-presiden-nomor-85-tahun-1998/">Keputusan Presiden (Keppres) No. 85 Tahun 1998.</a>. </p>
<p>Lewat Keppres tersebut, <a href="https://www.kompas.com/tren/read/2019/09/12/161504365/kiprah-habibie-untuk-ham-pembebasan-tapol-dan-pencabutan-dom-di-aceh?page=all">Habibie memberikan amnesti kepada beberapa tahanan politik</a>, seperti yaitu Cancio AH Guterres, Thomas Agusto, Antonio Freitas, Jose Gomez, Hermenigildo da Costa, Luis Pereira, dan Bendito Amaral yang diduga terlibat kasus makar pada era Soeharto. Habibie juga memberikan grasi pada tahanan politik seperti Manan Effendi, Alexander Warrouw, dan Pudjo Prasetyo yang <a href="https://www.academia.edu/9861945/Dalih_Pembunuhan_Massal_Gerakan_30_September_dan_Kudeta_Suharto_">diduga terlibat dalam kasus pemberontakan Gerakan 30 September.</a> </p>
<p>Habibie juga mengeluarkan undang-undang yang mendasari pemberantasan korupsi pascareformasi. <a href="http://jdih.bumn.go.id/lihat/UU%20Nomor%2028%20Tahun%201999">Undang-undang No 28 Tahun 1999</a> tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme dan <a href="https://kpk.go.id/gratifikasi/BP/uu_31_1999.pdf">Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999</a> tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang dikeluarkan pada pemerintahan Habibie mendasari berdirinya <a href="https://www.kpk.go.id/id/splash">Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)</a>.</p>
<h2>Awal mula di politik</h2>
<p>Kancah Habibie di politik dimulai ketika ia membangun perusahaan pesawat terbang pertama Indonesia PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) yang sekarang bernama PT Dirgantara Indonesia. </p>
<p>Dapat dikatakan awal karirnya di IPTN merupakan awal karirnya di politik. Dengan keterlibatannya di perusahaan tersebut, Habibie setuju dan ikut turut terlibat dengan kebijakan pemerintah pada saat itu mengenai pembangunan industri pesawat di Indonesia. </p>
<p>Keterlibatannya dalam proyek tersebut adalah berkat rayuan dari <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Sutowo">Ibnu Sutowo</a>, salah seorang pejabat yang dekat dengan Suharto pada saat itu. </p>
<p>Setelah IPTN, karir politik Habibie mulai meroket setelah ia mendirikan <a href="https://www.icmi.or.id/">Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI)</a> pada 1990-an. </p>
<p>Saat itu Suharto berupaya merangkul umat Islam untuk menjadi pendukung maka ide pendirian ICMI pun dicetuskan. Melalui ICMI, <a href="https://tirto.id/bj-habibie-dan-icmi-jembatan-soeharto-meraih-dukungan-umat-islam-eh24">Habibie ingin mendekatkan umat Muslim dengan pemerintah Orde Baru.</a></p>
<p>Setelah ICMI didirikan hubungan <a href="https://tirto.id/sejarah-kemesraan-keluarga-bj-habibie-dengan-soeharto-ehSs">Habibie dan Soeharto menjadi lebih erat</a> secara politik.</p>
<h2>Karirnya di Golkar</h2>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/292480/original/file-20190914-8661-1vns3er.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/292480/original/file-20190914-8661-1vns3er.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=475&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/292480/original/file-20190914-8661-1vns3er.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=475&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/292480/original/file-20190914-8661-1vns3er.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=475&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/292480/original/file-20190914-8661-1vns3er.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=597&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/292480/original/file-20190914-8661-1vns3er.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=597&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/292480/original/file-20190914-8661-1vns3er.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=597&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Habibie sebagai Dewan pelindung Partai Golongan Karya (Golkar) sedang melakukan kampanye di Tanah Abang, Jakarta 1997.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Golongan_Karya_rally_1997.jpg">B.J. Habibie: 72 Days as Vice President</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/">CC BY-NC</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Habibie juga terlibat di Partai Golongan Karya (Golkar) yang didirikan Suharto. </p>
<p>Keterlibatannya tidak terhindarkan karena posisinya sebagai salah seorang menteri di kabinet Suharto. Sejak 1978, Habibie merupakan <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_Menteri_Riset,_Teknologi,_dan_Pendidikan_Tinggi_Indonesia">menteri riset dan teknologi di bawah Suharto.</a> </p>
<p>Semua menteri dalam kabinet Orde Baru adalah bagian dari Golkar dan beberapa di antaranya menjadi pengurus Golkar.</p>
<p>Habibie dipercaya sebagai <a href="https://www.alinea.id/nasional/warisan-habibie-sistem-multipartai-dan-membuka-kran-kritik-b1Xm89nnj">Koordinator Harian Keluarga Besar Golkar pada tahun 1983 hingga 1998</a>. Dengan posisinya tersebut, Habibie bertugas mengkoordinasikan tiga unsur pimpinan Golkar yaitu panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), Ketua Golkar, dan wakil Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk menentukan susunan kabinet bersama Suharto. </p>
<h2>Kontroversi konflik Timtim</h2>
<p>Keputusan Habibie selama menjadi presiden yang masih menjadi perdebatan adalah ketika dirinya memutuskan untuk<a href="https://en.wikipedia.org/wiki/1999_East_Timorese_independence_referendum"> melepaskan Timor-Timur (Timtim) lewat referendum.</a></p>
<p>Banyak yang memuji keputusannya sebagai upaya <a href="https://tirto.id/habibie-pencetus-referendum-timtim-kami-warga-pro-nkri-memaafkan-ehWL">mengakhiri kekerasan militer yang terjadi di sana dengan memberikan hak kepada rakyat Timtim untuk menentukan nasibnya sendiri.
</a></p>
<p>Namun tak sedikit yang kecewa terhadap keputusan Habibie yang dianggap gagal menjaga keutuhan bangsa Indonesia. </p>
<p>Namun, dari sudut pandang sejarah Indonesia, <a href="https://tirto.id/kerikil-dalam-sepatu-ali-alatas-cBun">Timtim sering dianggap sebagai “kerikil dalam sepatu”.</a> </p>
<p>Banyak tekanan luar terkait pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Timtim dan hal itu sangat menguras tenaga dan dana bagi politik luar negeri Indonesia. Melalui referendum yang diputuskannya, Habibie bisa menghilangkan kerikil tersebut dan Indonesia bebas dari tekanan-tekanan luar. </p>
<h2>Akhir karir Habibie</h2>
<p>Karier politik Habibie selesai setelah beliau mengundurkan diri dari pencalonannya sebagai presiden pada tahun 1999 karena laporan pertanggungjawabannya ditolak pada <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Sidang_Istimewa_MPR">Sidang Umum MPR 1999</a>. Padahal, sebelumnya dia <a href="https://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/16/06/25/o9agrl361-detikdetik-habibie-menjadi-presiden">digadang-gadang oleh partai Golkar sebagai calon presiden.</a></p>
<p>Meskipun tidak lagi berkarier di kancah politik seperti sebagai pejabat partai atau jabatan lainnya dalam pemerintahan, Habibie tetap berkiprah dalam pembangunan bangsa. </p>
<p>Salah satunya adalah dengan mendirikan <a href="https://www.habibiecenter.or.id/">The Habibie Center</a>, yaitu sebuah lembaga penelitian yang berupaya membangun demokratisasi di Indonesia berdasarkan integritas moral dan agama. </p>
<p>Melalui lembaga tersebut, Habibie ingin membangun sumber daya manusia dengan memberikan penghargaan kepada orang-orang yang berjasa dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan di Indonesia. </p>
<p><em>Fahri Nur Muharom berkontribusi pada penulisan artikel ini.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/123569/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Raden Muhammad Mulyadi tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Habibie lebih banyak dikenal melalui perannya dalam bidang kedirgantaraan dan perkembangan sains di Indonesia. Tapi Habibie juga memiliki peran penting dalam tranformasi politik di Indonesia.
Raden Muhammad Mulyadi, historian, Universitas Padjadjaran
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/115508
2019-04-24T08:43:07Z
2019-04-24T08:43:07Z
Sejarah timah ubah peradaban manusia: Dari era perunggu hingga kaleng makanan
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/270243/original/file-20190422-28119-5s7m7r.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=2%2C22%2C986%2C640&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Timah berasal dari bijih timah (kasiterit). </span> <span class="attribution"><span class="source">www.shutterstock.com</span></span></figcaption></figure><p><em>Untuk merayakan <a href="https://www.iypt2019.org/">Tahun Internasional Tabel Periodik Unsur-Unsur Kimia</a> kita akan mengulik bagaimana para peneliti mempelajari beberapa elemen dalam pekerjaan mereka.</em></p>
<p><em>Topik kali ini tentang timah, unsur kimia yang tidak bisa digunakan sendirian, melainkan dengan cara dicampur dengan elemen lain dan menghasilkan sesuatu yang baru.</em> </p>
<hr>
<p>Sebut timah dan pasti kebanyakan orang akan membayangkan kaleng yang digunakan untuk menyimpan makanan yang diawetkan. Timah di sini digunakan untuk membantu melindungi kaleng terhadap korosi (walaupun <a href="https://www.ucan-packaging.com/blog/what-are-tin-cans-made-of/">tidak semua kaleng</a> saat ini mengandung timah) .</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/266239/original/file-20190328-139374-v9hxsy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/266239/original/file-20190328-139374-v9hxsy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/266239/original/file-20190328-139374-v9hxsy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=393&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/266239/original/file-20190328-139374-v9hxsy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=393&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/266239/original/file-20190328-139374-v9hxsy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=393&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/266239/original/file-20190328-139374-v9hxsy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=493&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/266239/original/file-20190328-139374-v9hxsy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=493&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/266239/original/file-20190328-139374-v9hxsy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=493&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Timah dalam kaleng mampu melindungi kaleng dari korosi.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/tsausawest/8508069576/">Flickr/Salvation Army USA West</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Timah-<a href="http://www.rsc.org/%20periodic-table/element/50/tin">simbol kimia Sn</a> dengan nomor atom 50 pada tabel periodik–lunak dan berwarna keperakan. Titik
lelehnya di 232 °C. Pada pandangan pertama, tampaknya timah tidak menjanjikan untuk menghasilkan apa pun.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/where-did-you-grow-up-how-strontium-in-your-teeth-can-help-answer-that-question-112705">Where did you grow up? How strontium in your teeth can help answer that question</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Entah bagaimana, manusia menemukan bahwa menambahkan sejumlah timah ke tembaga menghasilkan paduan emas-kuning yang indah yang kita sebut sebagai perunggu.</p>
<p>Saya pertama kali tertarik pada perunggu selama proyek penelitian tahun terakhir sarjana saya pada 1978. Minat itu berlanjut hingga hari ini–saya bekerja dengan rekan-rekan di Thailand untuk <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Rekayasa_balik">rekayasa balik</a> teknologi yang digunakan untuk membuat gelang perunggu kuno Thailand.</p>
<h2>Perunggu awal</h2>
<p>Perunggu timah pertama yang diketahui tampaknya muncul di wilayah Kaukasus di Eurasia sekitar 5800 hingga 4600 SM. Contoh awal perunggu timah yang sangat langka ini mungkin secara tidak sengaja dibuat dari bijih yang agak langka yang secara alami mengandung tembaga dan timah secara bersamaan.</p>
<p>Ada banyak bukti bahwa sekitar 3000 SM, di Aegean dan Timur Tengah (Turki, Suriah, Irak, Iran) perunggu dibuat secara sengaja dengan mencampurkan timah dan tembaga, dengan bijih yang diperoleh dari sumber yang terpisah. </p>
<p>Jelas, serangkaian peristiwa yang agak tidak mungkin harus terjadi sebelum ini bisa menjadi norma.</p>
<p>Pasti telah terjadi lelehan yang tak disengaja dari mineral-mineral yang mengandung oksida timah dan tembaga. Logam yang dihasilkan kemudian dikenali memiliki sifat yang diinginkan, seperti kekerasan, warna dan ketangguhan, sehingga senjata atau ornamen superior dapat diproduksi.</p>
<p>Perajin pada masa itu pasti harus sudah cukup terorganisasi sampai dapat mengulangi proses peleburan ini untuk membuat artefak seperti pedang, kepala kapak, mangkuk dan gelang.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/266262/original/file-20190328-139374-1o61wq4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/266262/original/file-20190328-139374-1o61wq4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/266262/original/file-20190328-139374-1o61wq4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=392&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/266262/original/file-20190328-139374-1o61wq4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=392&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/266262/original/file-20190328-139374-1o61wq4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=392&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/266262/original/file-20190328-139374-1o61wq4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=492&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/266262/original/file-20190328-139374-1o61wq4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=492&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/266262/original/file-20190328-139374-1o61wq4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=492&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Kapak perunggu berumur 4000 tahun dengan kandungan timah yang rendah ditemukan di Swedia.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/historiska/4655950292/">Flickr/The Swedish History Museum</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Untuk membawa timah yang langka dari tempat-tempat yang jauh seperti Afghanistan atau Cornwall di barat daya Inggris, menuju tempat pengecoran, tentunya jaringan perdagangan sudah harus terbentuk. Pengetahuan tentang kerajinan metalurgi kemungkinan diteruskan ke perajin-perajin baru secara lisan. </p>
<h2>Persebaran perunggu</h2>
<p>Teknik menambahkan timah ke tembaga kemudian menyebar ke seluruh Dunia Lama, mencapai Eropa Barat sekitar 2800 SM, Mesir pada 2200 SM, Dataran Cina Utara yang padat pada 2200 SM, provinsi Yunnan di Cina sekitar 1400 SM, Thailand sekitar 1100 SM , dan India selatan pada 1000 SM (jika tidak satu atau dua abad sebelumnya).</p>
<p>Penyebaran teknik ini menimbulkan diskusi yang sengit antara para ahli metalurgi kuno mengenai penyebaran pengetahuan khusus tentang kegunaan timah. Apakah pengetahuan tersebut menyebar dari satu lokasi perintis di Timur Tengah, atau apakah perajin-perajin asli mengembangkan teknik ini secara mandiri. </p>
<p>Dalam kasus Thailand dan Kamboja, ada argumen untuk beberapa skenario: skenario pertama, bahwa teknologi ini dikembangkan secara independen; skenario kedua, teknologi ini dibawa ke selatan dari Cina (atau mungkin sebaliknya, diekspor dari timur laut Thailand ke China), skenarion ketiga, teknologi ini diimpor dari Benggala.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/266247/original/file-20190328-139352-1e12w6u.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/266247/original/file-20190328-139352-1e12w6u.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/266247/original/file-20190328-139352-1e12w6u.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=369&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/266247/original/file-20190328-139352-1e12w6u.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=369&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/266247/original/file-20190328-139352-1e12w6u.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=369&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/266247/original/file-20190328-139352-1e12w6u.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=464&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/266247/original/file-20190328-139352-1e12w6u.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=464&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/266247/original/file-20190328-139352-1e12w6u.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=464&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Gelang perunggu purba Thailand dari sebuah situs arkelogi di Sa Kweo, Thailand timur.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Courtesy of Dr Supitcha Supansomboon and Assoc Prof Seriwat Saminpanya</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sedangkan untuk Cina, beberapa akademisi lokal lebih menyukai pandangan bahwa penemuan perunggu timah lokal dikembangkan secara mandiri, meskipun ada bukti lain menunjukkan bahwa pengetahuan itu diturunkan oleh pengunjung yang berkuda dari Asia Barat.</p>
<h2>Perunggu Afrika</h2>
<p>Timah juga ditambang pada masa prakolonial di Afrika Selatan, dan beberapa artefak perunggu–seperti potongan lembaran logam atau ingot–ditemukan di situs-situs pengerjaan logam lama di sana.</p>
<p>Bukti yang ada di wilayah ini menunjukkan teknologi untuk memproduksi dan mengolah besi, tembaga dan perunggu muncul secara bersamaan di wilayah-wilayah Afrika sub-Sahara, dimulai sekitar 500 SM di utara dan mencapai Afrika Selatan sekitar 300 M.</p>
<p>Bagaimana pengetahuan metalurgi bisa sampai ke Afrika Selatan? Apakah ini penemuan asli suku Bantu di Afrika Timur yang kemudian dibawa ketika mereka bermigrasi, atau apakah keterampilan tersebut ditransmisikan ke selatan dari Timur Tengah, dan jika demikian oleh siapa dan bagaimana?</p>
<p>Seperti halnya di Asia, penafsiran masalah ini dapat diwarnai oleh kepekaan politik modern. Pertanyaan tentang sumber keterampilan pengerjaan logam yang menghasilkan ornamen tembaga dan emas yang indah di kota kuno Mapungubwe di Afrika Selatan, misalnya, masih belum terselesaikan.</p>
<h2>Perunggu di benua Amerika</h2>
<p>Budaya kuno Amerika juga mengembangkan keterampilan canggih untuk memproses logam mulia, tembaga, dan timah.</p>
<p>Mereka mampu membuat artefak perunggu seperti cincin, liontin, hiasan tubuh, pinset hias, lempengan logam, cakram besar, perisai hias dan terutama lonceng, dengan pengecoran, walaupun baru terjadi sekitar 1000 M di Amerika Selatan dan kemudian segera menyebar ke Meksiko barat.</p>
<p>Dalam kasus Mesoamerika, pengetahuan tentang perunggu diyakini dibawa ke utara dari Peru dan Ekuador ke Meksiko oleh para pedagang maritim.</p>
<p>Jelas, dunia kuno, baik Tua maupun Baru, terhubung dengan baik oleh rute perdagangan yang panjang, saat gagasan (dan dalam banyak kasus timah) mengalir.</p>
<h2>Campuran timah</h2>
<p>Transmisi teknologi juga dapat diikuti dengan memperhatikan aspek spesifik dari metalurgi fisik yang terlibat.</p>
<p>Ketika lebih dari 15% massa timah ditambahkan ke tembaga, paduan yang dihasilkan menjadi agak rapuh dalam bentuk tuangnya, bahkan jika masih memiliki warna kuning keemasan yang sangat hangat.</p>
<p>Seseorang, di suatu tempat, membuat penemuan yang luar biasa bahwa jika pengecoran seperti itu dengan cepat dipadamkan dari panas merah ke dalam air (atau lebih baik, air asin), itu menjadi lebih lembut dan relatif lebih ulet dan bisa diolah lebih mudah. </p>
<p>Perlakuan panas menghasilkan mikrostruktur yang bentuknya seperti jarum (dikenal sebagai martensit) di dalam artefak. Mikrostruktur ini dapat dideteksi oleh mikroskop. Proses ini semacam memberi tanda kepada seorang arkeolog bahwa bagian itu dibuat dengan proses yang relatif rumit, dan bukan hanya dicor.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/266257/original/file-20190328-139364-1tom8p2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/266257/original/file-20190328-139364-1tom8p2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/266257/original/file-20190328-139364-1tom8p2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/266257/original/file-20190328-139364-1tom8p2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/266257/original/file-20190328-139364-1tom8p2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/266257/original/file-20190328-139364-1tom8p2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/266257/original/file-20190328-139364-1tom8p2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/266257/original/file-20190328-139364-1tom8p2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Kehadiran jarum martensit dalam mikroskopi yang diambil melalui artefak perunggu timah tinggi adalah tanda pasti bahwa mereka telah dipadamkan ke dalam air dari panas merah.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Michael Cortie</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ketika kandungan timah kurang dari sekitar 15%, martensit tidak terbentuk dan ketika pendinginan tidak ada efek apa-apa. </p>
<p>Hasil yang diperoleh perlakuan panas terhadap perunggu dengan kandungan timah tinggi berlawanan dengan intuisi karena ketika besi diberi perlakuan seperti ini, ia menjadi keras dan rapuh. Teknik untuk membuat perunggu menjadi tangguh sangatlah spesifik sehingga kemungkinan besar pengetahuan ini diturunkan dari satu orang ke yang lainnya. </p>
<p>Transfer pengetahuan ini di Dunia Lama membutuhkan orang-orang berpengetahuan menempuh jarak yang signifikan ke wilayah-wilayah asing. Munculnya artefak ini di lokasi yang jauh di Eurasia dan Afrika adalah tanda lain dari globalisasi kuno.</p>
<h2>Unsur tambahan</h2>
<p>Ada satu teknik lagi yang muncul di zaman perunggu kuno, meskipun yang satu ini mungkin ditemukan secara independen di lebih dari satu lokasi.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/hydrogen-fuels-rockets-but-what-about-power-for-daily-life-were-getting-closer-112958">Hydrogen fuels rockets, but what about power for daily life? We're getting closer</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Di Zaman Perunggu Akhir atau Zaman Besi Awal (sekitar 500 SM), perajin mulai menambahkan timbal pada coran perunggu timah mereka. Cara ini memberikan fluiditas ekstra pada logam cair yang memungkinkannya mengalir ke detail halus dalam cetakan sehingga cetakan dengan detail halus dan gambar timbul dapat dibuat.</p>
<p>Sebagai sebuah unsur, timbal (Pb) tidak seterang atau semenarik timah; timbal jauh lebih padat dan ditemukan dalam bijih yang sangat berbeda seperti galena (timbal sulfida). Cor perunggu paling awal dikenal dengan penambahan timbal terkontrol yang signifikan yang tampaknya berasal dari Cina (500 SM hingga 200 M). Sekali lagi, itu jelas merupakan inovasi yang disengaja, dan sekali lagi, itu menyebar dengan cepat ke seluruh Eurasia.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/266271/original/file-20190328-139364-1gho715.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/266271/original/file-20190328-139364-1gho715.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/266271/original/file-20190328-139364-1gho715.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=525&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/266271/original/file-20190328-139364-1gho715.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=525&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/266271/original/file-20190328-139364-1gho715.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=525&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/266271/original/file-20190328-139364-1gho715.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=659&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/266271/original/file-20190328-139364-1gho715.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=659&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/266271/original/file-20190328-139364-1gho715.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=659&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Perunggu kuno lainnya dari Thailand (diukur dalam centimeter).</span>
<span class="attribution"><span class="source">Courtesy of Dr Supitcha Supansomboon and Assoc Prof Seriwat Saminpanya</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Karena semakin banyak situs yang digali seperti yang ada di Thailand timur, dan seiring dengan bertambahnya basis data komposisi dan tanggal paduan, maka akan lebih memungkinkan untuk menyoroti lebih banyak rute-rute perdagangan, migrasi dan transfer teknologi kuno.</p>
<p>Kehadiran dan penggunaan timah di situs-situs ini akan berperan sebagai semacam DNA metalurgi, indikator untuk pertukaran budaya dan manusia purba.</p>
<p><em>Artikel ini dari bahasa Inggris diterjemahkan oleh Jamiah Solehati.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/115508/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Michael Cortie receives funding from the Australian Research Council.
</span></em></p>
Jika berdiri sendiri, unsur ini hanyalah timah. Tetapi jika dicampur dengan unsur lain timah dapat membantu pembentukan peradaban kuno.
Michael Cortie, Physics Discipline Leader, University of Technology Sydney
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.