tag:theconversation.com,2011:/au/topics/vaksin-covid-19-94572/articlesVaksin COVID-19 – The Conversation2022-11-10T03:05:21Ztag:theconversation.com,2011:article/1941792022-11-10T03:05:21Z2022-11-10T03:05:21ZOmicron BQ.1 dan BQ.1.1 – ahli menjawab tiga pertanyaan kunci tentang varian COVID baru ini<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/494373/original/file-20221109-23-3npwpv.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Kateryna Kon/Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Dua subvarian omicron baru, BQ.1 dan BQ.1.1, dengan cepat mendapatkan daya tarik di Amerika Serikat dan secara kolektif menyumbang <a href="https://covid.cdc.gov/covid-data-tracker/#variant-proportions">27% infeksi</a> per 29 Oktober. Keduanya adalah keturunan BA.5, varian omicron yang telah mendominasi di seluruh dunia selama beberapa bulan.</p>
<p>Meski varian ini termasuk infeksi yang paling umum di AS saat ini, BQ.1 dan BQ.1.1 juga telah diidentifikasi di <a href="https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system%20/uploads/attachment_data/file/1109820/Technical-Briefing-46.pdf">Inggris Raya</a> dan beberapa <a href="https://twitter.com/MoritzGerstung/status/1577667129100337152">negara di Eropa</a>. Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) telah mengklasifikasikan BQ.1 sebagai <a href="https://www.ecdc.europa.eu/en/covid-19/variants-concern">varian yang harus diwaspadai</a>.</p>
<p>Berdasarkan perkiraan pemodelan, <a href="https://www.ecdc.europa.eu/en/publications-data/spread-sars-cov-2-omicron-variant-sub-lineage-bq1-eueea">ECDC memprediksi</a> bahwa pada pertengahan November hingga awal Desember 2022, lebih dari 50% infeksi COVID akan disebabkan oleh BQ.1 dan BQ.1.1. Pada awal 2023, mereka diperkirakan akan menyumbang lebih dari 80% kasus.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1584281761772511232"}"></div></p>
<p>Ketika kita mendengar tentang varian COVID baru, tiga pertanyaan utama muncul di benak kita: apakah lebih menular dibandingkan dengan varian sebelumnya? Bisakah itu menyebabkan penyakit yang lebih parah? Dan bisakah itu lolos dari respons kekebalan kita? Mari kita lihat apa yang kita ketahui sejauh ini.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/covid-vaccines-an-annual-booster-like-the-flu-shot-could-be-the-way-forward-191301">COVID vaccines: an annual booster like the flu shot could be the way forward</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>1. Apakah varian ini lebih menular?</h2>
<p>Penularan mengacu pada kapasitas patogen untuk dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain. Karakteristik ini ditentukan <a href="https://www.nature.com/articles/s41579-021-00535-6#:%7E:text=Transmissibility%20is%20determined%20by%20the%20infectivity%20of%20the,environmental%20stress%20exerted%20on%20the%20pathogen%20during%20transmission.">oleh banyak faktor</a> berkaitan dengan patogen, inangnya, dan lingkungan.</p>
<p>Pada tahap ini, kita memiliki data terbatas tentang seberapa menular kedua varian baru ini. Tapi BQ.1.1 tampaknya sangat menular, dengan <a href="https://twitter.com/CorneliusRoemer/status/1576716682512388096">laporan media sosial</a> menghitung hanya butuh 19 hari untuk tumbuh delapan kali lipat dari lima urutan kode genetik menjadi 200 urutan.</p>
<p>Meski BQ.1 dan BQ.1.1 saat ini terdiri dari sebagian kecil dari semua kasus COVID secara global, di beberapa negara proporsi kasus meningkat pada tingkat yang menunjukkan varian itu lebih menular daripada varian lain yang beredar.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/covid-vaccines-an-annual-booster-like-the-flu-shot-could-be-the-way-forward-191301">COVID vaccines: an annual booster like the flu shot could be the way forward</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>2. Bisakah mereka lolos dari sistem kekebalan kita?</h2>
<p>ECDC menunjukkan peningkatan yang diamati dalam tingkat pertumbuhan BQ.1 mungkin didorong terutama oleh <a href="https://www.ecdc.europa.eu/en/publications-data/spread-sars-cov-2-omicron-variant-sub-lineage-bq1-eueea">lolosnya virus dari respons imunitas tubuh (<em>immune escape</em>)</a>. Ini mengacu pada kapasitas virus untuk menghindari respons imun kita dari infeksi atau vaksinasi sebelumnya.</p>
<p>BQ.1 dan BQ.1.1 mengandung mutasi pada protein S, protein pada permukaan SARS-CoV-2 (virus penyebab COVID-19) yang memungkinkannya menempel dan menginfeksi sel kita. <a href="https://arstechnica.com/science/2022/10/ba-5-is-finally-fading-sublineages-bq-1-and-bq-1-1-rise-from-variant-stew/">Mutasi varian ini termasuk</a> K444T, N460K, L452R dan F486V. BQ.1.1 berisi mutasi tambahan, R346T, yang juga ditemukan di <a href="https://www.nature.com/articles/s41586-022-04980-y">varian BA.5</a>.</p>
<p>Mutasi-mutasi tersebut dapat dikaitkan dengan kemampuan virus untuk <a href="https://www.thelancet.com/journals/laninf/article/PIIS1473-3099(22)00642-9/fulltext">lolos dari respons imunitas tubuh</a> dan <a href="https://www.cell.com/action/showPdf?pii=S1931-3128%2821%2900082-2">menghindari antibodi</a></p>
<figure class="align-center ">
<img alt="A young woman wearing a mask." src="https://images.theconversation.com/files/491350/original/file-20221024-21-g1xh5d.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/491350/original/file-20221024-21-g1xh5d.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/491350/original/file-20221024-21-g1xh5d.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/491350/original/file-20221024-21-g1xh5d.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/491350/original/file-20221024-21-g1xh5d.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/491350/original/file-20221024-21-g1xh5d.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/491350/original/file-20221024-21-g1xh5d.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Varian baru ini dapat mengancam dominasi BA.5.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/woman-wearing-medical-protective-mask-outdoors-1666586704">goffkein.pro/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Satu <a href="https://www.biorxiv.org/content/10.1101/2022.09.15.507787v3">studi</a> menunjukkan bahwa kemungkinan kekebalan yang disebabkan oleh infeksi dari subgaris keturunan omicron sebelumnya dan vaksinasi belum cukup mampu melindungi tubuh dari infeksi BQ.1.1 ini. Namun, penelitian ini masih bersifat pra-cetak (<em>preprint</em>), artinya belum ditinjau oleh rekan sejawat.</p>
<p>Meski <a href="https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/science/science-briefs/vaccine-induced-immunity.html">vaksin COVID</a> serta infeksi varian sebelumnya memberikan perlindungan yang baik terhadap penyakit parah, mereka tetap tidak memberikan perlindungan penuh dari infeksi ulang. Mereka memang dapat mengurangi resiko penularan COVID, tapi bukan mencegah sepenuhnya.</p>
<p>Varian-varian baru ini juga tampaknya memiliki kapasitas tertinggi untuk menghindari kekebalan. Ada yang mengatakan, vaksin COVID akan terus menawarkan perlindungan yang kuat dari penyakit parah, bahkan kematian.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/another-new-covid-variant-is-spreading-heres-what-we-know-about-omicron-ba-4-6-189939">Another new COVID variant is spreading – here's what we know about omicron BA.4.6</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>3. Bisakah mereka menyebabkan penyakit yang lebih parah?</h2>
<p>Kita masih belum tahu banyak tentang tingkat keparahan penyakit yang disebabkan dengan BQ.1 atau BQ.1.1. Tapi berdasarkan data terbatas yang tersedia, beritanya bagus di depan ini. <a href="https://www.ecdc.europa.eu/en/publications-data/spread-sars-cov-2-omicron-variant-sub-lineage-bq1-eueea">Tidak ada bukti</a> bahwa BQ.1 terkait dengan penyakit yang lebih parah dari BA.4 dan BA.5.</p>
<p>Namun yang mengkhawatirkan, <a href="https://www.biorxiv.org/content/10.1101/2022.09.15.507787v3">studi <em>preprint</em> baru-baru ini</a> menunjukkan bahwa BQ.1.1 dapat resisten terhadap Evusheld, sebuah terapi antibodi yang dirancang untuk melindungi orang yang mengalami gangguan kekebalan dan tidak merespons vaksin COVID dengan baik.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/another-new-covid-variant-is-spreading-heres-what-we-know-about-omicron-ba-4-6-189939">Another new COVID variant is spreading – here's what we know about omicron BA.4.6</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Pandemi belum berakhir</h2>
<p>Di luar AS dan Eropa, BQ.1 dan BQ.1.1 juga telah diidentifikasi di negara lain di seluruh dunia, termasuk <a href="https://www.health.govt.nz/news-media/news-items/%20omicron-subvariant-bq11-detected-new-zealand">Selandia Baru</a>, <a href="https://www.thaipbsworld.com/first-case-of-drug-resistant-omicron-bq-1-sub-variant-found-in%20-thailand/">Thailand</a>, <a href="https://nasional.kompas.com/read/2022/11/05/11573661/menkes-kenaikan-kasus-covid-19-didorong-varian-baru-xbb-hingga-bq1">Indonesia</a>, <a href="https://www.channelnewsasia.com/singapore/singapore-bq1-bq11-omicron-covid-19-subvariants-detected-imported-moh-3025856">Singapura</a> dan <a href="https://toronto.citynews.ca/2022/10/04/omicron-subvariant-covid-fall/">Kanada</a>, tempat mereka terdeteksi <a href="https://regina.ctvnews.ca/new-omicron-variants-detected-in-regina-wastewater-u-of-r-1.6093817">dalam air limbah</a>. Sampel limbah sering memberi kita <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8421077/">indikasi yang baik</a> tentang kemungkinan lonjakan COVID.</p>
<p>Munculnya varian COVID baru yang terus berlanjut menunjukkan bahwa virus tersebut masih sangat eksis di sekitar kita, bahkan berkembang pesat. Saat negara-negara di belahan bumi utara memasuki musim dingin, kita perlu mengawasi potensi munculnya varian baru lainnya, dan dengan cermat mengamati bagaimana mereka berperilaku.</p>
<p>Kita juga membutuhkan penelitian yang bisa menguji seberapa baik <a href="https://theconversation.com/covid-vaccine-how-the-new-bivalent-booster-will-target-omicron-188840">vaksin bivalen</a> baru – yang menargetkan omicron bersama strain asli SARS-CoV-2 – dapat bekerja melawan BQ.1 dan BQ.1.1.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/194179/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Manal Mohammed tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Tidak ada bukti bahwa BQ.1 terkait dengan penyakit yang lebih parah dari BA.4 dan BA.5.Manal Mohammed, Senior Lecturer, Medical Microbiology, University of WestminsterLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1899702022-09-08T02:49:26Z2022-09-08T02:49:26ZVaksin COVID yang lebih baik sedang dalam proses. Apa yang mereka lakukan? Dan teknologi apa yang mungkin kita lihat nanti?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/482933/original/file-20220906-25-omytfy.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Unsplash/CDC</span></span></figcaption></figure><p>Regulator di <a href="https://www.tga.gov.au/news/media-releases/tga-provisionally-approves-moderna-bivalent-covid-19-vaccine-use-booster-dose-adults">Australia</a> dan <a href="https://www.fda.gov/news-events/press-announcements/coronavirus-covid-19-update-fda-authorizes-moderna-pfizer-biontech-bivalent-covid-19-vaccines-use">Amerika Serikat</a> minggu lalu menyetujui <em>booster</em> atau vaksin dosis penguat khusus Omicron, menyusul <a href="https://www.bbc.com/news/health-62548336">Inggris</a> yang menyepakatinya pada pertengahan Agustus.</p>
<p>Di Australia, <em>booster</em> Moderna Omicron untuk sementara telah disetujui untuk digunakan pada orang dewasa berusia 18 tahun ke atas. Persediaan vaksin ini diharapkan tiba dalam <a href="https://www.tga.gov.au/news/media-releases/tga-provisionally-approves-moderna-bivalent-covid-19-vaccine-use-booster-%20dosis-dewasa">minggu-minggu mendatang</a>, namun Kelompok Penasihat Teknis Australia untuk Imunisasi (ATAGI) belum memberi tahu pemerintah tentang bagaimana vaksin akan digunakan.</p>
<p>Jadi apa yang baru tentang <em>booster</em> Omicron? Dan kemajuan teknologi vaksin seperti apa yang akan kita lihat selanjutnya?</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/covid-vaccine-how-the-new-bivalent-booster-will-target-omicron-188840">COVID vaccine: how the new 'bivalent' booster will target omicron</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Mengapa kita membutuhkan vaksin baru?</h2>
<p>Vaksin COVID saat ini akan tercatat dalam sejarah sebagai salah satu pencapaian terbesar ilmu kedokteran. Dikembangkan dengan kecepatan tinggi – tanpa mengabaikan langkah-langkah biasa untuk memastikan keamanan dan kemanjuran – vaksin ini secara signifikan menurunkan risiko penyakit parah dan kematian.</p>
<p>Tapi mereka kurang efektif dalam mengurangi infeksi. <em>Booster</em> yang disuntikkan berkali-kali diperlukan untuk melindungi dari sub-varian baru. Ini karena protein <em>spike</em>, yang menjadi target vaksin, telah berubah. Dan seiring waktu, perlindungan kita berkurang karena kekebalan yang menurun.</p>
<h2>Apa saja vaksin spesifik Omicron?</h2>
<p>Sebagian besar produsen vaksin COVID yang disetujui mulai membuat <em>booster</em> yang menargetkan varian sebelumnya, sejauh tahap Alpha. Tapi sampai Omicron, vaksin penguat khusus varian ini tidak menawarkan keuntungan signifikan dibandingkan vaksin yang menargetkan strain asli, atau Wuhan.</p>
<p><em>Booster</em> Omicron yang baru menggabungkan dua target berbeda dalam satu vaksin, yang dikenal sebagai vaksin bivalen. Ini memberikan perlindungan silang yang lebih luas – terhadap varian yang beredar saat ini tapi mungkin juga terhadap varian pada masa mendatang.</p>
<p><em>Booster</em> pertama ini, diproduksi oleh Moderna, menargetkan sub-varian BA.1 Omicron, selain strain asli atau Wuhan. <em>Booster</em> ini juga memberikan perlindungan terhadap BA.4 dan BA.5. Vaksin ini telah disetujui di <a href="https://www.bbc.com/news/health-62548336">Inggris Raya</a>, <a href="https://www.tga.gov.au/news/media-releases/tga%20-provisionally-approves-moderna-bivalent-covid-19-vaccine-use-booster-dose-adults">Australia</a> dan <a href="https://www.fda.gov/news-events/press-announcements/coronavirus-covid-%2019-update-fda-authorizes-moderna-pfizer-biontech-bivalent-covid-19-vaccines-use">AS</a>.</p>
<p>AS juga telah menyetujui penguat bivalen Pfizer, yang <a href="https://www.fda.gov/news-events/press-announcements/coronavirus-covid-19-update-fda-authorizes-moderna-pfizer-biontech%20-bivalent-covid-19-vaccines-use">menargetkan</a> <em>spike</em> BA.4/BA.5 serta strain aslinya.</p>
<h2>Teknologi vaksin apa yang mungkin kita lihat selanjutnya?</h2>
<p>Para ilmuwan sedang bekerja untuk mengembangkan vaksin COVID yang:</p>
<ul>
<li><p>menawarkan perlindungan yang lebih tahan lama</p></li>
<li><p>melindungi dari varian dan sub-varian baru</p></li>
<li><p>memberikan tingkat perlindungan yang sama dari dosis tunggal</p></li>
<li><p>tidak memerlukan pembekuan atau pendinginan, dan yang memiliki umur simpan yang lama</p></li>
<li><p>memberikan respons yang kuat dari dosis bahan aktif yang lebih rendah.</p></li>
</ul>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/nose-sprays-needle-free-patches-durable-immunity-towards-the-next-generation-of-covid-vaccines-170861">Nose sprays, needle-free patches, durable immunity: towards the next generation of COVID vaccines</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Lebih dari <a href="https://www.who.int/publications/m/item/draft-landscape-of-covid-19-candidate-vaccines">120 vaksin COVID potensial</a> sedang dalam uji klinis. Berikut adalah beberapa perbaikan yang sedang mereka kerjakan.</p>
<p><strong>Perlindungan yang lebih kuat terhadap varian baru</strong></p>
<p>Sebagian besar vaksin yang disetujui sejauh ini menargetkan seluruh protein <em>spike</em>. Tapi banyak vaksin yang sedang dikembangkan secara khusus menargetkan bagian protein <em>spike</em> yang mengikat reseptor yang sesuai pada sel kita. Ini cenderung tidak berubah daripada bagian lain dari protein <em>spike</em>, memberikan perlindungan yang lebih kuat terhadap varian baru.</p>
<p>Kandidat vaksin yang menggunakan pendekatan ini termasuk <a href="https://www.nytimes.com/interactive/2020/science/coronavirus-vaccine-tracker.html?">Icosavax</a> dan satu dari <a href="https://www.nature.com/articles/s41541-021-00393-6/tables/2">Serum Institute of India</a>.</p>
<p><strong>Penyimpanan lebih mudah</strong></p>
<p>Vaksin berbasis DNA mirip dengan vaksin mRNA (Pfizer dan Moderna) tapi lebih stabil terhadap suhu, membuatnya lebih mudah untuk diangkut dan disimpan. Salah satu vaksin tersebut, dibuat oleh produsen <a href="https://www.nytimes.com/interactive/2020/science/coronavirus-vaccine-tracker.html?">Zydus</a>, telah menerima otorisasi penggunaan darurat di India dan disuntikkan ke kulit. Lainnya, oleh <a href="https://www.nytimes.com/interactive/2020/science/coronavirus-vaccine-tracker.html?">Inovio</a>, sedang menjalani uji coba fase tiga.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1433834299715883008"}"></div></p>
<p><strong>Respon imun yang lebih baik dari dosis yang lebih rendah</strong></p>
<p>Dengan vaksin COVID saat ini, tubuh diberikan instruksi untuk membuat protein lonjakan, atau mengirim protein lonjakan itu sendiri. Vaksin tidak dapat mereplikasi atau memperbanyak diri. Vaksin yang dapat bereplikasi memiliki potensi untuk menghasilkan respons imun yang lebih kuat atau respons yang cukup kuat dari dosis yang lebih rendah.</p>
<p><strong>Vaksin anti-varian</strong></p>
<p>Akhirnya, banyak vaksin yang sedang dikembangkan memiliki target ambisius untuk melindungi dari semua virus corona atau vaksin yang pada dasarnya tahan terhadap varian-variannya. Meski sejauh ini belum tercapai untuk keluarga virus yang serupa, ada banyak kandidat yang menjanjikan.</p>
<p>Banyak yang mengandalkan penggabungan antigen dari berbagai bagian virus atau bahkan beberapa virus corona. Lainnya menggabungkan beberapa domain pengikat reseptor (berpotensi memungkinkan vaksin untuk memberikan respon imun yang lebih luas terhadap berbagai varian) dengan teknologi inovatif lainnya.</p>
<p>Salah satu cara untuk memberikan vaksin adalah melalui <a href="https://www.theage.com.au/national/nasal-vaccines-could-snuff-out-covid-but-the-hurdles-are-not-to-%20be-sneezed-at-20220818-p5bars.html">hidung</a>, yang dikenal sebagai vaksinasi intranasal. Alih-alih menyuntikkan, Anda menghirupnya.</p>
<p>Memberikan vaksin melalui rute yang sama dengan masuknya virus memiliki <a href="https://www.science.org/doi/10.1126/sciimmunol.add9947">potensi</a> untuk menghasilkan respons yang lebih mampu untuk menghentikan virus masuk di tempat asal.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1561292777970958336"}"></div></p>
<p>Salah satu keterbatasan utama vaksin hidung adalah mendapatkan respons imun yang cukup kuat agar efektif. Namun ada banyak kandidat yang berprospek, termasuk yang sedang saya kerjakan.</p>
<p>Vaksin yang diberikan melalui kulit juga merupakan area yang menjanjikan. Selain vaksin DNA yang disuntikkan ke dalam kulit, vaksin lain sedang dikembangkan menggunakan vaksin yang dilapisi pada tambalan, yang pada dasarnya terbuat dari jarum mikroskopis. Ini lebih mudah untuk dikelola.</p>
<p>Ini mungkin juga memiliki beberapa keuntungan dalam hal respons imun dan kemampuannya untuk disimpan pada suhu kamar. Salah satu vaksin yang terlihat menjanjikan telah dikembangkan oleh kelompok yang berasal dari <a href="https://www.uq.edu.au/news/article/2022/07/covid-vaccine-patch-fights-variants-better-needles">University of Queensland</a>.</p>
<p>Terakhir, <a href="https://cosmosmagazine.com/health/covid/next-gen-covid-19-vaccines/">vaksin oral</a> yang Anda minum juga sedang dikembangkan. Meskipun berpotensi menjadi metode administrasi yang paling nyaman, metode ini juga merupakan salah satu tantangan besar dalam hal mendapatkan respons yang cukup kuat untuk efek yang diperlukan.</p>
<p>Sementara hingga lima vaksin dalam pengembangan sedang menjajaki cara pemberian ini, termasuk satu yang saya terlibat di dalamnya, mereka berada dalam fase uji klinis yang relatif awal.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/a-covid-19-vaccine-may-come-without-a-needle-the-latest-vaccine-to-protect-without-jabbing-146564">A COVID-19 vaccine may come without a needle, the latest vaccine to protect without jabbing</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<img src="https://counter.theconversation.com/content/189970/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Paul Griffin is affiliated with The University of Queensland, Nucleus network and Mater research where he has been the principal investigator on 8 COVID-19 vaccine studies and also serves on the advisory boards of AstraZeneca, MSD, Pfizer (covid therapy) and GSK and has received speaker honoraria from AstraZeneca, Seqirus, Novartis and Gilead.</span></em></p>Banyak vaksin yang sedang dikembangkan memiliki target ambisius untuk melindungi dari semua virus corona atau vaksin yang pada dasarnya tahan terhadap varian.Paul Griffin, Associate Professor, Infectious Diseases and Microbiology, The University of QueenslandLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1790242022-03-11T06:31:08Z2022-03-11T06:31:08ZDelapan perubahan yang perlu dilakukan dunia untuk hidup bersama COVID<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/451513/original/file-20220311-15-1y69ayk.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Andy Rain/EPA-EFE</span></span></figcaption></figure><p>Seiring berkurangnya penyebaran COVID varian omicron, banyak orang yang meminta <a href="https://www.ft.com/content/749e3731-b702-4f1f-8d18-1408fbd8e3d7">kembali ke keadaan normal</a></p>
<p>Pemerintah pun mulai bertindak. Inggris, misalnya, <a href="https://www.gov.uk/government/publications/covid-19-response-living-with-covid-19">menghapus</a> kebijakan pengukuran kesehatan masyarakat yang tersisa, termasuk isolasi mandiri wajib kasus COVID dan tes gratis. </p>
<p>Namun, kebenaran yang tak terhindarkan adalah – kecuali virus bermutasi ke bentuk yang lebih ringan – kehidupan “normal” yang kita jalani akan lebih pendek dan lebih menyakitkan daripada sebelumnya. </p>
<p>Manusia telah menambahkan satu penyakit baru yang signifikan di tengah-tengah populasi dunia. COVID sering dibandingkan dengan flu, seolah-olah menambahkan beban yang setara dengan flu ke populasi itu baik-baik saja (tentu tidak). Faktanya, COVID telah dan <a href="https://www.cdc.gov/flu/symptoms/flu-vs-covid19.htm">tetap lebih buruk</a>. Tingkat kematian akibat infeksi COVID – proporsi orang yang meninggal begitu mereka tertular – awalnya sekitar sepuluh kali lebih tinggi daripada flu. </p>
<p>Perawatan, vaksin, dan infeksi COVID sebelumnya telah menurunkan tingkat kematian, tapi masih <a href="https://twitter.com/jburnmurdoch/status/1492138139103768576?s=20&t=DTZdTo35oB9MqDYLY1RpLQ">hampir angkanya dua kali lebih tinggi</a> dibanding flu. Ya, ini pun masih berlaku untuk omicron.</p>
<p>Dampaknya kemudian diperparah karena COVID jauh lebih mudah menular. Ini juga memiliki dampak jangka panjang yang serupa atau lebih buruk pada <a href="https://www.nature.com/articles/s41591-022-01689-3.pdf">jantung</a>, <a href="https://%20www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0012369220348686">paru-paru</a> dan <a href="https://www.bmj.com/content/376/bmj-2021-068993">kesehatan mental</a> dibandingkan penyakit pernapasan lainnya. Tingkat <a href="https://journals.plos.org/plosmedicine/article?id=10.1371/journal.pmed.1003773">gejala jangka panjang atau dikenal dengan <em>long COVID</em></a> juga lebih tinggi. </p>
<p>Vaksin sangat efektif dalam mengurangi tingkat keparahan penyakit dan kematian, tapi tidak sempurna. Varian baru telah menguji pertahanan vaksin. Pertahanannya terhadap infeksi – khususnya terhadap gejala yang tak terlalu parah – <a href="https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data%20/file/1054071/vaccine-surveillance-report-week-6.pdf">juga berkurang setelah</a> beberapa bulan.</p>
<p>Meski baru sebagian dari kita terlindung dari keparahan gejala dan kematian, upaya untuk kembali normal di Inggris, Denmark, dan Norwegia tetap mengakibatkan banyak orang menghadapi infeksi berulang COVID selama beberapa tahun mendatang. </p>
<p>Sebagian besar mungkin akan bertahan, tapi beberapa orang lainnya akan mati. Akan lebih banyak lagi orang dengan kondisi kesehatan yang buruk dalam waktu yang lama. </p>
<p>Orang-orang yang terinfeksi dengan gejala ringan pun masih membutuhkan cuti kerja ataupun izin sakit. Seperti yang telah kita lihat dengan omicron, efek karena begitu banyak orang yang tidak masuk bekerja atau libur sekolah karena sakit bisa <a href="https://www.independent.co.uk/news/uk/home-news%20/teachers-absent-england-omicron-b1991010.html">sangat mengganggu</a>.</p>
<p>Singkatnya, tidak akan ada lagi dunia sebelum 2020. Kita mungkin menginginkannya, tapi kondisi itu tak akan kembali. </p>
<h2>Bagaimana hidup setelah COVID</h2>
<p>Selama 150 tahun terakhir, kesehatan masyarakat telah berkembang pesat. Angka kematian akibat kekurangan gizi, penyakit menular, penyakit lingkungan, merokok, hingga kecelakaan lalu lintas, sudah jauh berkurang. </p>
<p>Untuk masalah komunal, kita telah mengembangkan solusinya. Mulai dari vaksin hingga pengendalian polusi, perokok pasif, perilaku mengemudi yang berbahaya, dan penyakit lainnya. </p>
<p>Sungguh aneh ketika kita malah mau membalikkan seluruh kemajuan itu dengan menerima penyakit baru yang serius seperti COVID tanpa berusaha secara aktif untuk menguranginya. </p>
<p>Kabar baiknya, kita bisa menguranginya. Kita harus merelakan bahwa kondisi dunia telah berubah dengan langkah adaptasi berdasarkan apa yang telah kita pelajari dari dua tahun terakhir. Berikut adalah delapan perubahan utama yang dapat mengurangi dampak COVID di masa depan:</p>
<p><strong>1. <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0013935121004837">Di luar ruangan cukup aman.</a></strong> Mari kita buat udara dalam ruangan sama seperti di luar ruangan. Butuh modal besar agar <a href="https://www.independent.co.uk/life-style/health-and-families/covid-airborne-spread-how-to-prevent-b1993267.html">agar infrastruktur kita</a> memiliki ventilasi, penyaringan, pembersihan udara yang layak. Ini bukan hal yang sederhana, tapi juga tidak serumit pengaliran air bersih dan distribusi listrik ke rumah-rumah. Kita tahu bagaimana melakukannya dan itu akan efektif melawan varian masa depan dan penyakit apa pun yang menular melalui udara.</p>
<p><strong>2. Vaksin tetap penting.</strong> Kita perlu <a href="https://www.nature.com/articles/d41586-021-01242-1">memvaksinasi dunia</a> sesegera mungkin untuk menyelamatkan nyawa dan memperlambat munculnya varian baru. Kita juga harus terus bekerja <a href="https://www.independent.co.uk/news/world/americas/us-politics/fauci-super-vaccine-covid-omicron-b1990899.html">menuju vaksin</a> yang lebih tahan lama dan kebal terhadap lebih banyak varian.</p>
<p><strong>3. Kita telah belajar bahwa bertindak cepat daripada belakangan sangat penting untuk menahan wabah dan mencegah penyebaran ke negara lain.</strong> Jadi kita perlu berinvestasi dalam <a href="https://twitter.com/WHO/status/1488518662021685256?s=20&t=uUtg93YVDdUslgVd6SQQ6g">pemantauan berskala global</a> untuk varian COVID baru dan penyakit menular baru lainnya.</p>
<p><strong>4. Banyak negara telah memiliki mekanisme surveilans rutin untuk penyakit menular (seperti <a href="https://ukhsa.blog.gov.uk/2020/01/09/flu-detectors/">flu</a> dan <a>campak</a>) serta rencana untuk meredam dampaknya.</strong> Negara-negara perlu menambahkan COVID ke program pengawasan rutin yang ada. Tujuannya untuk melacak sebaran penularan COVID, dan di komunitas mana.</p>
<p><strong>5. Kita masih tahu terlalu sedikit tentang dampak jangka panjang dari COVID.</strong> Kita memang mengetahui penyakit ini berisiko menyebabkan <a href="https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/10408363.2020.1860895">kerusakan organ dalam jangka panjang</a> dan <em>long COVID</em>. Kita perlu bekerja lebih keras untuk memahami, mencegah, dan menangani dampak ini.</p>
<p><strong>6. Banyak sistem kesehatan <a href="https://www.proquest.com/docview/2347494198?pq-origsite=gscholar&fromopenview=true">sudah berjuang</a> sebelum COVID menyerang, dan sejak itu <a href="https://inews.co.uk/news/health/nhs-staff-quit-record-numbers-ptsd-covid-pandemic-trauma-1387115">ketahanannya semakin menipis </a> oleh pandemi.</strong> Investasi dalam sistem kesehatan sangat dibutuhkan, terutama di musim dingin di mana beban tambahan COVID akan sangat terasa.</p>
<p><strong>7. COVID telah menyerang begitu keras pada <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7298201/">orang-orang yang paling rentan</a>.</strong> Mereka yang tak mampu mengisolasi diri juga lebih cenderung <a href="https://jech.bmj.com/content/early/2021/10/12/jech-2021-217076">bekerja di luar rumah, menggunakan transportasi umum</a> dan tinggal di <a href="https://wellcomeopenresearch.org/articles/6-347">perumahan yang penuh sesak</a> – semua faktor risiko untuk tertular virus. Peningkatan paparan, ditambah dengan tingkat vaksinasi yang lebih rendah serta kesehatan yang lebih buruk di antara kelompok yang kurang beruntung, akan mengarah ke <a href="https://www.ons.gov.uk/peoplepopulationandcommunity/healthandsocialcare/conditionsanddiseases/articles/coronaviruscovid19latestinsights/deaths#deaths-by-%20status%20vaksinasi">hasil yang lebih buruk</a> jika terinfeksi. Negara-negara perlu berinvestasi lebih banyak dalam mengurangi ketimpangan: di bidang kesehatan, perumahan, tempat kerja, pembayaran sakit dan pendidikan. Ini akan membuat kita semua lebih siap menghadapi wabah di masa depan, perburukan kondisi kesehatan, dan kematian.</p>
<p><strong>8. Terakhir, masih akan ada <a href="https://www.reuters.com/business/healthcare-pharmaceuticals/who-chief-scientist-pandemic-has-not-ended-more-variants-expected-2022%20-02-11/">gelombang infeksi COVID pada masa depan</a>.</strong> Hal-hal di atas hanya akan mengurangi frekuensi dan skalanya. Kita perlu memiliki rencana untuk menghadapinya. Sistem pengawasan nasional yang sangat baik akan mempercepat identifikasi, dan memahami berapa banyak penyakit yang disebabkan dan kekebalan yang dihindari. Semuanya akan meningkatkan ketepatan respons, misalnya, dengan meningkatkan deteksi, mewajibkan pemakaian masker, dan bekerja dari rumah jika diperlukan. </p>
<p>Rencana semacam itu seharusnya memungkinkan kita untuk menghindari karantina wilayah (<em>lockdown</em>) yang lama dan meluas. Penolakan untuk belajar hidup bersama COVID dengan berpura-pura mengakui kondisi ‘normal lama’ adalah risiko terbesar yang memungkinkan <em>lockdown</em> diterapkan kembali.</p>
<p>Kita perlu beralih dari tahap penolakan, dan kemarahan, kesedihan. Kita harus menerima bahwa kondisi dunia sekarang sudah berbeda. Setelah itu, kita dapat memegang stir untuk merancang cara hidup yang lebih tahan untuk terhadap virus sambil memungkinkan kita semua – termasuk yang rentan secara klinis – untuk menjalani hidup yang lebih bebas dan lebih sehat.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/179024/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Christina Pagel is a member of Independent Sage.</span></em></p>Menolak untuk belajar hidup dengan COVID dengan berpura-pura ada normal lama sebenarnya adalah risiko terbesar untuk penguncian pada masa depan.Christina Pagel, Professor of Operational Research, Director of the UCL Clinical Operational Research Unit, UCLLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1738382021-12-22T07:34:10Z2021-12-22T07:34:10ZApakah anak Anda takut pada jarum suntik? Berikut cara mempersiapkan mereka untuk vaksin COVID<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/437691/original/file-20211215-15-i0pp86.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/vaccinating-child-174165788">Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Pengalaman anak Anda pada jarum suntik pada tahun-tahun awal mereka dapat <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/7636457/">mempengaruhi persepsi mereka</a> tentang jarum suntik dan bagaimana mereka bereaksi terhadap vaksinasi berikutnya. Jadi, penting untuk mengurangi kemungkinan pengalaman negatif.</p>
<p>Tapi apa yang dapat dilakukan orang tua untuk membantu mempersiapkan anak mereka untuk vaksin COVID-19 atau suntikan lainnya?</p>
<h2>Ketakutan atau fobia?</h2>
<p>Kebanyakan anak <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/jan.13818">takut pada jarum</a>. Tapi untuk beberapa anak tertentu, ketakutan ini lebih serius dan dapat didefinisikan sebagai fobia jarum.</p>
<p>Fobia jarum adalah respons atau reaksi yang sangat menakutkan terhadap kehadiran jarum, misalnya, untuk diambil darah atau disuntik. Kecemasan dan ketakutan ini tidak sebanding dengan ketakutan yang muncul saat ada ancaman, dan orang-orang akan menghindari jarum suntik sebisa mungkin.</p>
<p>Dalam beberapa kasus serius, tingkat kecemasan yang disebabkan hanya dengan melihat jarum dapat menyebabkan perasaan pusing, mual, peningkatan keringat, kehilangan kesadaran, dan pingsan.</p>
<p>Hampir <a href="https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/2377960818759442">satu dari lima</a> anak (19%) berusia 4-6 memiliki fobia jarum, dan ini menurun menjadi satu dari sembilan (11%) pada usia 10-11. Di antara orang dewasa, <a href="https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/2377960818759442">sekitar 3,5-10%</a> memiliki fobia jarum.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/mengapa-anak-anak-butuh-risiko-rasa-takut-dan-keriangan-ketika-bermain-82336">Mengapa anak-anak butuh risiko, rasa takut, dan keriangan ketika bermain</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Saat bekerja sebagai perawat, saya masih mengingat Emma, gadis berusia lima tahun, yang ketakutan akan jarum suntik. Saya ingat wajah kecilnya, kemarahan dan ketakutan, air mata, serta jeritannya hanya karena melihat jarum.</p>
<p><a href="https://www.routledge.com/Clinical-Applications-of-the-Therapeutic-Powers-of-Play-Case-Studies-in/Prendiville-Parson/p/book/9780367341091">Ketakutannya yang meningkat</a> ini disebabkan oleh tes darah, suntikan, dan prosedur medis yang sebelumnya ia alami. Dan itu tidak menjadi lebih mudah dijalani sampai dia mendapat bantuan terapi profesional.</p>
<h2>Mengurangi kemungkinan pengalaman negatif</h2>
<p>Saat membuat jadwal vaksinasi, pertimbangkan untuk meminta perawat menyisihkan waktu ekstra untuk bersiap.</p>
<p>Ketika anak-anak datang untuk divaksinasi, sebagian besar perawat mengantisipasi bahwa anak tersebut mungkin khawatir dan gugup, atau sangat takut akan suntikan.</p>
<p>Perawat dapat membantu dengan meminta anak untuk menegangkan dan mengendurkan otot-otot mereka agar tidak pingsan. Mereka bisa menyarankan anak-anak untuk mengambil napas dalam-dalam, menahannya, dan menghembuskannya perlahan. Mereka juga dapat meminta anak untuk menggoyangkan jari kaki mereka sebagai upaya untuk mengalihkan perhatian.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Worried girl sits on her mother's lap, looking at a tablet." src="https://images.theconversation.com/files/433881/original/file-20211125-17-tlqa1t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/433881/original/file-20211125-17-tlqa1t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/433881/original/file-20211125-17-tlqa1t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/433881/original/file-20211125-17-tlqa1t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/433881/original/file-20211125-17-tlqa1t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/433881/original/file-20211125-17-tlqa1t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/433881/original/file-20211125-17-tlqa1t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Mengalihkan perhatian anak pada suatu hal lain dapat membantu mereka untuk terlena dari ketakutan mereka atas jarum suntik.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/small-girl-her-mother-wearing-protective-1858030414">Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Jika anak benar-benar tertekan – misalnya, dengan berteriak, menendang, dan mengatakan bahwa mereka tidak menginginkan suntikan itu – orang tua dapat menunda jadwal sehingga anak memiliki kesempatan untuk mengembangkan beberapa strategi koping. Ini berpotensi mencegah berkembangnya fobia jarum.</p>
<p>Orang tua adalah advokat terbaik untuk anak mereka, yang mengetahui cara untuk mendukung mereka selama imunisasi.</p>
<h2>Bagaimana cara mempersiapkan anak Anda untuk ini?</h2>
<p>Langkah pertama adalah mempertimbangkan kapan harus memberitahu mereka jadwal vaksin yang akan diambil. Untuk anak di bawah lima tahun, kerangka waktu yang lebih pendek akan lebih baik; misalnya pada hari yang sama.</p>
<p>Untuk anak-anak berusia lima hingga enam tahun, Anda dapat memberi tahu mereka satu atau dua hari sebelumnya; dan untuk yang berumur tujuh tahun, bisa seminggu sebelumnya.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Little boy plays with stuffed toys wearing face masks." src="https://images.theconversation.com/files/433880/original/file-20211125-25-1rtdt0x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/433880/original/file-20211125-25-1rtdt0x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/433880/original/file-20211125-25-1rtdt0x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/433880/original/file-20211125-25-1rtdt0x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/433880/original/file-20211125-25-1rtdt0x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/433880/original/file-20211125-25-1rtdt0x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/433880/original/file-20211125-25-1rtdt0x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Pertimbangkan waktu yang tepat, sesuai dengan usia mereka.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/child-plays-roleplaying-games-baby-bay-2046114410">Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tapi jika anak Anda memang memiliki fobia jarum, mereka mungkin memerlukan bantuan yang signifikan di lingkungan yang aman untuk mencurahkan pikiran dan perasaan mereka, dan mempelajari beberapa strategi manajemen stres.</p>
<h2>Mendapatkan bantuan dari terapis</h2>
<p>Terapis yang berkualifikasi, terapis kehidupan anak, dan psikolog anak dapat membantu. Setelah membangun hubungan saling percaya dengan terapis, sesi terapi medis melibatkan skenario bermain peran untuk membuat anak tidak sadar akan hadirnya peralatan medis.</p>
<p>Ini sering dimulai dengan peralatan medis mainan lalu beralih ke peralatan medis asli.</p>
<p>Terapis memberikan informasi kepada anak dengan menunjukkan kepada mereka bagaimana segala sesuatunya bekerja. Anak kemudian dapat mengembangkan penguasaan dengan menyuntikkan boneka atau <em>teddy</em> mereka, sementara terapis memberikan isyarat untuk mengatasi strategi dan ketahanan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/dapatkah-yoga-membantu-menyembuhkan-gangguan-mental-98795">Dapatkah yoga membantu menyembuhkan gangguan mental?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Beberapa anak membutuhkan satu atau dua sesi, tapi mereka yang memiliki fobia jarum mungkin memerlukan hingga sepuluh sesi atau lebih.</p>
<p>Terapis juga dapat mengajarkan beberapa tips atau prosedur medis lainnya pada orang tua untuk mendukung anak mereka selama masa penyuntikan.</p>
<h2>Menggunakan teknik terapi bermain di rumah</h2>
<p>Perkenalkan beberapa mainan peralatan medis dalam waktu bermain anak Anda dan perhatikan apakah mereka penasaran atau menghindarinya.</p>
<p>Jika mereka penasaran dan mencari informasi lebih lanjut, tunjukkan dan beri tahu mereka tentang jadwal vaksin mereka yang akan datang dan mengapa mereka membutuhkannya. Anda bisa mengatakan, misalnya, bahwa vaksin itu akan membantu menghentikan mereka, dan banyak orang lain, dari penularan virus corona, dan itu juga akan menjaga kakek-nenek mereka.</p>
<p>Anak-anak sudah tahu dari media dan sekolah bahwa COVID telah membuat kita semua tinggal di rumah karena COVID telah membuat banyak orang sakit, dan mereka tidak bisa bernapas dengan baik. Anda dapat menjelaskan bahwa perlindungan dari vaksin akan membantu mereka untuk dapat kembali ke taman kanak-kanak atau sekolah dan bertemu dengan teman-teman mereka.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Child practices vaccinating a doll." src="https://images.theconversation.com/files/433879/original/file-20211125-17-hr39iw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/433879/original/file-20211125-17-hr39iw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/433879/original/file-20211125-17-hr39iw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/433879/original/file-20211125-17-hr39iw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/433879/original/file-20211125-17-hr39iw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/433879/original/file-20211125-17-hr39iw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/433879/original/file-20211125-17-hr39iw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Perhatikan bagaimana anak Anda merespons mainan alat-alat medis.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/girl-child-makes-injection-wooden-syringe-1994012915">Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Untuk anak yang menghindari mainan alat medis ini, teknik distraksi dapat membantu. Pertimbangkan untuk memperkenalkan mainan atau benda baru yang dapat menarik perhatian anak segera sebelum dan selama penyuntikan. Bisa dengan mainan sensorik, game, atau aplikasi digital.</p>
<h2>Alat apa yang digunakan para terapis bermain?</h2>
<p>Untuk Emma, setelah mengembangkan hubungan bermain terapeutik, saya memperkenalkan dan mempraktikkan <a href="https://www.youtube.com/watch?v=cyApK8Z_SQQ">Teknik Sarung Tangan Ajaib</a>. Untuk anak-anak dengan imajinasi yang baik, mereka dapat belajar untuk rileks dan berpura-pura memiliki <a href="https://doi.org/10.1111/j.1460-9592.2012.03860.x">sarung tangan tak terlihat ajaib</a> yang membuat lengan mereka – dan diri mereka sendiri – merasa tenang dan rileks.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/cyApK8Z_SQQ?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Leora Kuttner berlatih teknik sarung tangan ajaib.</span></figcaption>
</figure>
<p>Untuk anak-anak lain, saya telah menggunakan <a href="https://www.buzzy4shots.com.au/">Buzzy</a>, alat getar mekanis yang terlihat seperti lebah, yang dikembangkan oleh dokter dan seorang peneliti penyakit asal Amerika, Amy Baxter. Alat ini memiliki satu set pendingin dan getaran yang <a href="https://www.buzzy4shots.com.au/pages/buzzy-research-clinical-trials">menghambat sensasi rasa sakit</a>.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/analisis-psikologi-kenapa-badut-itu-menakutkan-bagi-kita-124698">Analisis psikologi kenapa badut itu menakutkan bagi kita</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Jika anak Anda memiliki pengalaman negatif selama vaksinasi, dan Anda ingin mengakses bantuan profesional, mintalah saran kepada dokter umum Anda untuk mendapatkan penanganan dari terapis bermain atau terapis kehidupan anak atau psikolog anak di daerah Anda.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/173838/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Judi Parson tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Australia telah menyetujui vaksin Pfizer COVID untuk anak berusia 5-11 tahun, dengan peluncuran pada 10 Januari. Berikut cara mempersiapkan anak Anda jika mereka takut jarum suntik.Judi Parson, Senior Lecturer, Child Play Therapy, Deakin UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1634902021-07-13T10:21:24Z2021-07-13T10:21:24ZIni penyebab varian delta begitu dominan dalam ledakan COVID-19. Mampukah vaksin melawannya?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/410082/original/file-20210707-19-dhdra7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Satu dari 42 desa di Kudus Jawa Tengah yang masuk kategori zona merah COVID-19 ditutup untuk cegah penularan virus corona varian baru, 1 Juni 2021.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://download.antarafoto.com/searchresult/dom-1622540701">ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/rwa.</a></span></figcaption></figure><p>Meningkatnya kasus positif COVID-19 di Indonesia <a href="https://covid19.go.id/peta-sebaran">dalam dua bulan terakhir</a> sangat mengkhawatirkan karena bisa meningkatkan jumlah kematian, meruntuhkan layanan kesehatan di rumah sakit, dan memperpanjang masa pandemi.</p>
<p>Jumlah kasus COVID-19 per hari dalam pekan ini telah menembus angka lebih dari <a href="https://covid19.who.int/table">40 ribu</a>, sekitar 10 kali lipat dibanding kasus <a href="https://covid19.go.id/peta-sebaran">pada awal Mei lalu</a>. Sementara itu, kekebalan kelompok masih jauh karena <a href="https://theconversation.com/6-bulan-vaksinasi-covid-19-mengapa-indonesia-terseok-seok-mencapai-target-164237">vaksinasi nasional belum tinggi cakupannya</a>. </p>
<p>Salah satu faktor yang menyebabkan lonjakan cepat jumlah kasus COVID-19 di Indonesia adalah <a href="https://nasional.kompas.com/read/2021/07/07/14503121/waspada-varian-delta-telah-mendominasi-di-indonesia-dan-bersiap-kemungkinan?page=all">dominasi varian delta SARS-CoV-2</a> yang menyebar di masyarakat.</p>
<p>Varian ini ini bukan hanya dapat meningkatkan kasus dan kematian di kalangan kelompok rentan, tapi juga vaksinasi yang baru berjalan dalam 6 bulan terakhir menghadapi tantangan serius terkait efektivitasnya melawan varian baru. </p>
<p>Kabar baiknya, sebuah riset <a href="https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2021.05.22.21257658v1.full.pdf">terbaru yang belum direview rekan sejawat tentang efektivitas vaksin</a> menyatakan <a href="https://khub.net/web/phe-national/public-library/-/document_library/v2WsRK3ZlEig/view/479607266">vaksin Pfizer dan AstraZeneca</a>, juga dipakai <a href="https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/berita-utama/20210615/1837903/vaksin-covid-19-merek-sinovac-astrazeneca-pfizer-dan-novavax-tidak-dapat-dipergunakan-untuk-vaksinasi-gotong-royong/">di Indonesia</a>, masih cukup ampuh melawan varian delta.</p>
<h2>Pengaruh varian delta terhadap penularan virus</h2>
<p>Varian delta mempunyai dua mutasi pada bagian <a href="https://www.nature.com/articles/s41401-020-0485-4#:%7E:text=The%20SARS%2DCoV%2D2%20S%20protein%20is%20highly%20conserved%20among,19%20vaccine%20and%20therapeutic%20research.">protein S SARS-CoV-2</a> yang berikatan langsung dengan reseptor manusia. Sedangkan virus varian awal dari Wuhan tidak ada mutasi pada potein S.</p>
<p>Kedua mutasi tersebut diduga <a href="https://www.ecdc.europa.eu/en/covid-19/variants-concern">menjadi penyebab varian delta</a> mempunyai daya tular sangat tinggi dan <a href="https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2021.03.07.21252647v1.full.pdf">menurunkan kadar antibodi netralisasi (kekebalan tubuh)</a> terhadap infeksi COVID-19.</p>
<p>Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) <a href="https://www.who.int/en/activities/tracking-SARS-CoV-2-variants/">pada 31 Mei 2021</a> telah menetapkan varian delta (B.1.617.2), bersama varian alpha (B.1.1.7), beta (B.1.351), dan gamma (P.1), sebagai varian yang harus diwaspadai (<em>Variant of Concern</em>, VOC). </p>
<p>Para <a href="https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/993879/Variants_of_Concern_VOC_Technical_Briefing_15.pdf">ahli memprediksi</a> daya tular varian delta 50% lebih tinggi dibandingkan varian alpha. </p>
<p>Sedangkan varian alpha mempunyai daya transmisi 70% lebih tinggi dibandingkan varian awal. Hal ini terbukti dengan peningkatan kasus di beberapa negara seperti <a href="https://www.gov.uk/government/news/confirmed-cases-of-covid-19-variants-identified-in-uk">Inggris</a>, <a href="https://www.bbc.com/news/world-asia-india-56844925">India</a>, dan <a href="https://nasional.kompas.com/read/2021/07/06/14250261/436-kasus-covid-19-varian-delta-tersebar-di-9-provinsi-di-jakarta-paling">Indonesia</a>. </p>
<p>Varian delta yang pertama kali terdeteksi di India, telah menguasai 99% virus yang bersirkulasi di <a href="https://www.gov.uk/government/news/confirmed-cases-of-covid-19-variants-identified-in-uk">Inggris pada Juli 2021</a>. Sedangkan di India, varian delta dianggap sebagai penyebab peningkatan kasus COVID-19 di negara tersebut yang mencapai 400.000 kasus per hari pada <a href="https://www.bbc.com/news/world-asia-india-56844925">Mei 2021</a>. </p>
<p>Di Indonesia, varian delta telah terdeteksi pada 615 virus dari total 2.917 virus yang dipublikasikan di <a href="https://www.gisaid.org/">bank data genome virus SARS-CoV-2 GISAID pada 12 Juli 2021.</a>. Angka ini lebih besar, dibandingkan varian yang harus diwaspadai lainnya yaitu 54 varian alpha dan 9 varian beta. </p>
<h2>Dampak varian Delta terhadap kadar antibodi</h2>
<p>Penelitian <a href="https://www.thelancet.com/pdfs/journals/lancet/PIIS0140-6736(21)01290-3.pdf"><em>in vitro</em> (di laboratorium) menunjukkan</a> varian delta menyebabkan penurunan kadar antibodi netralisasi (kekebalan tubuh) sebesar enam kali dibandingkan varian awal (<em>wild-type</em>).</p>
<p>Tubuh manusia akan membentuk antibodi netralisasi (kekebalan tubuh) baik karena terinfeksi COVID-19 secara alamiah maupun akibat vaksinasi. Menariknya penurunan kadar antibodi ini menjadi lebih signifikan pada pasien COVID-19 yang berusia lebih tua. Makin tua makin cepat waktu penurunan antibodinya.</p>
<p>Antibodi yang terbentuk setelah vaksinasi akan mengalami penurunan secara terus-menerus seiring berjalannya waktu. Namun demikian, <a href="https://www.thelancet.com/pdfs/journals/lancet/PIIS0140-6736(21)01290-3.pdf">penurunan kadar antobodi </a> ini tidak berhubungan dengan jenis kelamin dan massa indeks tubuh. </p>
<p>Artinya penurunan kadar antibodi sama levelnya antara pasien laki-laki dan perempuan, dan antara orang yang kelebihan berat badan dan tidak.</p>
<p>Pemerintah tidak menganjurkan pemeriksaan kadar antibodi setelah imunisasi atas kemauan sendiri, misalnya datang ke laboratorium secara acak, karena hanya laboratorium tertentu yang bisa memeriksa kadar antibodi secara akurat. </p>
<h2>Efektivitas vaksin terhadap varian delta</h2>
<p>Riset <a href="https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2021.05.22.21257658v1.full.pdf">terbaru <em>pre-print</em> tentang efektivitas vaksin</a> terhadap varian delta cukup menggembirakan hasilnya. </p>
<p>Dalam mencegah munculnya gejala COVID-19, efektivitas vaksin Pfizer terhadap varian delta pasca pemberian dosis pertama dan kedua sebesar 33,2% dan 87,9%. Sedangkan efektivitas vaksin Pfizer terhadap varian alpha pasca pemberian dosis 1 dan 2 mencapai 49,2% dan 93,4%. </p>
<p>Untuk efektivitas vaksin AstraZeneca terhadap varian delta pasca pemberian dosis 1 dan 2 sebesar 32,9% dan 59,8%. Sedangkan efektivitas vaksin Astra Zeneca terhadap varian alpha pasca pemberian dosis 1 dan 2 sebesar 51,4% dan 66,1%. </p>
<p>Bagaimana efektivitas vaksin dalam mencegah terjadinya gejala berat (hospitalisasi)? </p>
<p>Hasil riset ini menunjukkan baik vaksin Pfizer maupun AstraZeneca sangat efektif mencegah gejala berat terhadap varian alpha maupun delta. Efektivitas vaksin Pfizer terhadap varian delta pasca pemberian dosis 1 dan 2 mencapai 94% dan 96%. Sedangkan efektivitas vaksin Pfizer terhadap varian alpha pasca pemberian dosis 1 dan 2 sebesar 83% dan 95%.</p>
<p>Untuk <a href="https://khub.net/web/phe-national/public-library/-/document_library/v2WsRK3ZlEig/view/479607266">efektivitas vaksin AstraZeneca</a> terhadap terhadap varian delta pasca pemberian dosis 1 dan 2 mencapai 71% dan 92%. Sedangkan efektivitas vaksin Astra Zeneca terhadap varian alpha pasca pemberian dosis 1 dan 2 sebesar 76% dan 86%. </p>
<p>Vaksin <a href="https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/berita-utama/20210615/1837903/vaksin-covid-19-merek-sinovac-astrazeneca-pfizer-dan-novavax-tidak-dapat-dipergunakan-untuk-vaksinasi-gotong-royong/">AstraZeneca dan Pfizer</a> digunakan di Indonesia. </p>
<p>Sayangnya, belum ada data publikasi terkait efektivitas vaksin Sinovac, yang sejak awal dipakai di Indonesia, terhadap varian delta. Namun <a href="https://www.reuters.com/world/china/are-chinese-covid-19-shots-effective-against-delta-variant-2021-06-29">riset awal menunjukkan</a> ada penurunan kadar antibodi netralisasi Sinovac terhadap varian delta.</p>
<p>Kita masih perlukan data riset yang lebih solid dengan jumlah sampel lebih besar untuk menyimpulkan efektivitas Sinovac terhadap varian delta.</p>
<h2>Varian yang diwaspadai</h2>
<p>WHO menentukan suatu varian harus diwaspadai (<em>variant of concern</em>, VOC) karena varian virus berdampak pada penanganan COVID-19 di negara yang terdeteksi punya VOC.</p>
<p>Sebelum suatu varian ditetapkan sebagai varian diwaspadai, WHO lebih dulu melihat varian tersebut harus memenuhi kriteria varian yang diawasi (<em>variant of interest (VOI)</em>) dan mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan masyarakat global. Status varian diawasi ini penting karena jika memenuhi syarat, varian ini bisa naik kelas ke status diwaspadai.</p>
<p>Salah satu atau lebih parameter untuk VOC sebagai berikut: 1) daya penularan sangat tinggi, atau 2) menyebabkan penyakit COVID-19 menjadi lebih parah, atau 3) menyebabkan penurunan efektivitas protokol kesehatan, vaksin, terapi atau alat diagnosis. </p>
<p>Adapun suatu varian diawasi (<em>VOI</em>) jika varian tersebut mempunyai atau diduga berimplikasi pada gejala disertai <a href="https://www.who.int/en/activities/tracking-SARS-CoV-2-variants/">dengan salah satu kriteria berikut</a>: menyebabkan penularan lokal atau klaster jamak atau terdeteksi di beberapa negara; atau ditetapkan oleh WHO. </p>
<p>Terbaru, <a href="https://www.who.int/en/activities/tracking-SARS-CoV-2-variants/">pada 22 Juni lalu WHO</a> menetapkan beberapa varian yang diawasi yakni epsilon (B.1.427/B.1.429), zeta (P.2), eta (B.1.525), theta (P.3), iota (B.1.526), kappa (B.1.617.1), dan lambda (C.37).</p>
<p>Penentuan varian yang diawasi dan diwaspadai bersifat dinamis. </p>
<p>Awalnya varian B.1.617 (terdiri dari tiga garis keturunan: B.1.617.1, B.1.617.2 dan B.1.617.3), misalnya, ditetapkan WHO sebagai varian yang diwaspadai pada 11 Mei 2021. Namun, pada 31 Mei 2021 WHO hanya menetapkan B.1.617.2 (varian delta) sebagai varian yang diwaspadai karena memberikan dampak kesehatan masyarakat global paling signifikan. </p>
<p>Sedangkan B.1.617.1 (varian kappa) diturunkan statusnya menjadi varian yang diawasi karena meski penularannya meningkat, frekuensi secara global sudah mulai menurun. Varia <a href="https://www.who.int/en/activities/tracking-SARS-CoV-2-variants/">B.1.617.3 tidak ditetapkan sebagai varian yang diawasi dan diwaspadai</a> karena hanya dideteksi pada beberapa kasus COVID-19 saja.</p>
<p>Kini varian delta yang ganas sedang mengancam Indonesia. Cara mencegah penularan varian baru itu tetap sama: pemerintah dan masyarakat harus <a href="https://www.halodoc.com/artikel/mengenal-protokol-kesehatan-5m-untuk-cegah-covid-19">menerapkan protokol kesehatan</a> seperti menggunakan masker dengan ketat. </p>
<p>Pemerintah juga harus segera memperluas cakupan vaksinasi COVID-19. Sebab, orang-orang yang terinfeksi COVID dan belum divaksin bisa menjadi sumber mutasi baru.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/163490/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Gunadi menerima dana dari Kemenristek/BRIN. </span></em></p>Hasil riset ini menunjukkan baik vaksin Pfizer dan AstraZeneca sangat efektif mencegah gejala berat terhadap varian alpha maupun delta.Gunadi, Head, Genetics Working Group and Internationalisation, Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, Universitas Gadjah Mada Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1632522021-07-07T08:44:39Z2021-07-07T08:44:39ZAmerika akan lepaskan paten vaksin COVID-19, apa dampaknya bagi Indonesia dan negara berkembang?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/408364/original/file-20210625-13-16itsuh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Perawat menunggu orang yang datang untuk menerima vaksin COVID Moderna di pusat vaksinasi massal di Tokyo, Jepang, 24 Mei 2021.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://download.antarafoto.com/searchresult/int-1621831807">ANTARA FOTO/Carl Court/Pool via REUTERS/hp/cfo</a></span></figcaption></figure><p>Presiden Amerika Serikat Joe Biden Mei lalu <a href="https://www.bbc.com/news/world-us-canada-57004302">mengumumkan</a> akan melepaskan <a href="https://ustr.gov/about-us/policy-offices/press-office/press-releases/2021/may/statement-ambassador-katherine-tai-covid-19-trips-waiver">perlindungan kekayaan intelektual</a> untuk produk vaksin COVID-19.</p>
<p>Kebijakan Amerika untuk menanggalkan perlindungan paten (<em>waiver</em>) dapat menjadi pengubah arah dalam penanganan pandemi global. Saat ini Amerika Serikat merupakan tuan rumah dari beberapa manufaktur vaksin COVID-19 antara lain Pfizer-BioNTech, Moderna, dan Johnson & Johnson. </p>
<p>Dengan melepaskan perlindungan paten, Amerika Serikat akan mengizinkan pihak-pihak lain untuk menggunakan patennya untuk memproduksi vaksin COVID-19. </p>
<p>Kebijakan tersebut tidak hanya akan bermanfaat bagi negara berpendapatan rendah dan menengah seperti Indonesia, tapi negara berkembang harus memanfaatkan kebijakan ini secara strategis untuk perubahan yang lebih besar dan sistematis.</p>
<p>Negara berkembang semestinya dalam melihat isu pelepasan paten vaksin ini tidak hanya sebagai ‘welas asih’ dari negara maju dalam keadaan darurat global, tapi harus melihat kesempatan ini sebagai momentum untuk mendorong reformasi hukum paten global yang timpang selama puluhan tahun.</p>
<h2>Rezim paten</h2>
<p>Akses vaksin COVID-19 bersinggungan dengan rezim perlindungan paten secara internasional. Perdebatan tentang akses terhadap obat dan perlindungan paten yang menghalanginya adalah perdebatan <a href="https://chicagounbound.uchicago.edu/cjil/vol3/iss1/6/">akademik yang sudah berlangsung lama</a>, suatu perdebatan antara perbedaan kebijakan yang diambil oleh negara maju melawan negara berkembang.</p>
<p>Kebijakan negara maju mengedepankan perlindungan paten terhadap industri farmasi sebagai insentif. Perusahaan farmasi membutuhkan insentif paten tersebut karena mereka telah mengeluarkan biaya penelitian dan pengembangan untuk obat-obatan, termasuk obat-obatan esensial. Perusahaan farmasi menghitung biaya riset dan pengembangan sebagai investasi yang harus kembali melalui <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7054843/">margin keuntungan yang relatif tinggi</a>.</p>
<p>Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi. Sehingga, pemilik paten dapat membuat produk berdasarkan invesinya secara swadaya atau melalui pihak rekanan dengan skema bisnis lisensi. </p>
<p>Dengan hak yang dimiliki, pemilik paten juga dapat melarang pihak lain untuk menggunakan patennya tanpa izin.</p>
<p>Karena sifatnya yang antikompetitif, paten pada dasarnya akan memberikan hak monopoli bagi pemilik paten untuk menetapkan harga produk yang diinginkan. Hal tersebut menimbulkan biaya tinggi konsumen. Biaya tinggi tersebut menjadi masalah jika produk yang dipatenkan adalah obat-obatan dan peralatan medis yang sangat dibutuhkan dalam pemenuhan hak kesehatan bagi masyarakat.</p>
<p>Vaksin COVID-19 yang diproduksi oleh perusahaan farmasi dilindungi oleh ketentuan paten internasional, yang masuk perjanjian tentang aspek-aspek perdagangan dari kekayaan intelektual (<a href="https://www.wto.org/english/tratop_e/trips_e/trips_e.htm">Trade-related aspects of Intellectual Property Rights</a>, TRIPs). Ini merupakan bagian dari perjanjian Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).</p>
<p>India dan Afrika medio Oktober 2020 lalu pertama kali menyuarakan isu pelepasan hak paten (<em>waiver</em>) untuk vaksin dan obat-obatan COVID-19 di forum Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). </p>
<p>Sebelumnya, <a href="https://docs.wto.org/dol2fe/Pages/FE_Search/FE_S_S009-DP.aspx?language=E&CatalogueIdList=67527&CurrentCatalogueIdIndex=0&FullTextSearch=">Rwanda</a> pernah mengajukan skema <em>waiver</em> untuk memproduksi dan mengimpor obat-obatan HIV/AIDS, yang diproduksi oleh perusahaan farmasi Kanada.</p>
<p>Sebenarnya, <em>waiver</em> paten vaksin COVID-19 tersebut tidak akan menjawab tantangan negara berkembang untuk meningkatkan kapasitas produksi vaksin domestik untuk memenuhi kebutuhan penanganan pandemi. Sebab, secara teknologi dan sumber daya, kapasitas produksi vaksin terkonsentrasi pada perusahaan multinasional negara-negara maju. </p>
<p><a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33341308/">Sebuah riset terbaru</a> menunjukkan hanya beberapa negara berkembang yang memiliki kapasitas dan fasilitas produksi vaksin antara lain Argentina, Indonesia, India, Iran, Kazakhstan, Meksiko, Nikaragua, Saudi Arabia, Serbia, Thailand, dan Vetnam. </p>
<p>Riset tersebut membuktikan adanya ketimpangan yang nyata dari kapasitas produksi vaksin secara global, yang pada akhirnya akan mempengaruhi penyediaan vaksin bagi masyarakat di negara berkembang.</p>
<h2>Peluang tanpa paten</h2>
<p>Dalam TRIPs, sebenarnya terdapat skema yang mengizinkan negara-negara anggota WTO menggunakan paten tanpa izin pemilik paten sebagai pemenuhan hak kesehatan masyarakat. </p>
<p>Skema pertama adalah lisensi wajib. Lisensi wajib memungkinkan pemerintah negara anggota WTO untuk memberikan izin terhadap pihak selain pemilik paten seperti perusahaan-perusahaan di negara berkembang untuk menggunakan penggunaan paten dalam produk. Dalam konteks penanganan pandemi, produk bisa berupa obat-obatan, vaksin, ataupun alat medis. </p>
<p>Skema kedua adalah melalui importasi produk yang dilindungi paten tanpa persetujuan pemilik paten. </p>
<p>Namun, <a href="https://brooklynworks.brooklaw.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1050&context=bjil">kritikus dan negara berkembang menganggap kedua skema tidak efektif.</a> Kedua skema ini mensyaratkan negara yang akan menerapkan lisensi wajib untuk negosiasi terlebih dulu dengan pemilik paten dan hak pemilik paten untuk tetap mendapatkan imbalan yang layak dalam bentuk royalti maupun hak-hak lain dari negara yang akan menerapkan lisensi wajib. Prasyarat ini menyulitkan pengambil kebijakan dalam situasi darurat.</p>
<p>Dengan adanya <em>waiver</em>, prosedur dan formalitas di TRIPs dapat diabaikan. Produk farmasi, baik itu bahannya maupun produk akhir yang semula dilindungi oleh hak paten dan hanya dapat dieksploitasi secara komersial oleh pemilik paten, dapat diimpor dan diproduksi di luar negara produsen dengan biaya yang relatif murah. </p>
<p>Dengan memanfaatkan <em>waiver</em> ini, perusahaan farmasi Indonesia dapat mengakses teknologi mutakhir, baik berupa produk maupun metode yang diperlukan untuk memproduksi vaksin COVID-19 dengan biaya yang relatif rendah dengan memanfaatkan skala ekonomi. </p>
<p>Alternatifnya, Indonesia pun dapat mengimpor vaksin yang dibuat oleh produsen Amerika Serikat berdasarkan teknologi yang telah dibebaskan patennya. Vaksin yang diimpor sebagai vaksin generik memiliki harga yang relatif lebih murah. Importasi vaksin sebagai alternatif dari produksi lokal perlu dilakukan untuk memenuhi jumlah kebutuhan vaksin nasional.</p>
<p>Terlepas dari inisiatif yang baik ini, Amerika Serikat mensyaratkan adanya konsensus yang perlu dicapai secara global melalui forum WTO. <a href="https://apnews.com/article/intellectual-property-coronavirus-pandemic-business-global-trade-health-c2f1ba1e6e150dc6c081b8eb6fe4f1e5">Perwakilan Dagang Amerika Serikat menyampaikan</a> bahwa kebijakan yang diambil tidak dapat segera mempengaruhi suplai vaksin dunia. Kita dapat memperkirakan akan ada resistensi perusahaan farmasi secara global bila <em>waiver</em> ini perlu menjadi konsensus anggota WTO. </p>
<p>Sejarah mencatat, sangat sulit untuk mencapai konsensus seluruh anggota WTO.</p>
<p>Persoalan lain adalah bahwa <em>waiver</em> hanya diberikan untuk produk vaksin.
Sementara, untuk berperang melawan pandemi tetap dibutuhkan peralatan medis nonvaksin lain seperti obat-obatan, alat perlindungan diri maupun peralatan untuk tes virus COVID-19.</p>
<p>Untuk itu dalam proposal balasan, anggota WTO lain, terutama negara-negara berkembang, <a href="https://docs.wto.org/dol2fe/Pages/SS/directdoc.aspx?filename=q:/IP/C/W669R1.pdf&Open=True">telah mengusulkan cakupan produk yang lebih luas yang dilepaskan dari ketentuan TRIPs.</a></p>
<h2>Momentum reformasi</h2>
<p>Terlepas dari persoalan-persoalan tersebut, rencana kebijakan <em>waiver</em> yang diambil oleh Amerika Serikat adalah suatu langkah progresif. </p>
<p>Kebijakan luar negeri ini tidak lazim bagi Amerika Serikat yang selama ini gencar mendukung dan mempromosikan hak-hak korporasi atas perlindungan kekayaan intelektual secara internasional. Kebijakan ini juga berkebalikan dari kebijakan Donald Trump yang meninggalkan pendekatan multilateral melalui WTO. </p>
<p>Sikap yang diambil oleh Presiden Joe Biden merupakan angin segar bagi kerja sama multilateral. Namun demikian, negara-negara berkembang harus melihat <em>waiver</em> ini sebagai momentum untuk mendorong reformasi hukum paten di tingkat global, dan bukan semata sebagai ‘belas kasih’ oleh negara maju dalam konteks penanganan pandemi.</p>
<p>Indonesia juga ke depannya harus secara konsisten terus mendukung reformasi hukum international secara struktural di WTO untuk pemenuhan hak atas kesehatan bagi masyarakat.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/163252/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Rizky Banyualam Permana tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Kebijakan luar negeri ini tidak lazim bagi Amerika Serikat yang sangat selama ini gencar mendukung dan mempromosikan hak-hak korporasi atas perlindungan kekayaan intelektual secara internasional.Rizky Banyualam Permana, Junior lecturer, Department of International Law; Researcher, Center for International Law Studies, Universitas IndonesiaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1635012021-07-01T04:40:59Z2021-07-01T04:40:59ZVaksin COVID-19 mana yang terbaik? Inilah mengapa itu sangat sulit untuk dijawab<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/409062/original/file-20210630-23-xylwtu.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/photo-pretty-lady-social-distancing-not-1748934254">Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Dengan peluncuran vaksin COVID-19 yang semakin cepat, orang semakin bertanya <a href="https://trends.google.com/trends/explore?q=which%20vaccine%20is%20the%20best%20for%20covid">vaksin mana yang terbaik</a>?</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/406650/original/file-20210616-3721-ufb675.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/406650/original/file-20210616-3721-ufb675.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=438&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/406650/original/file-20210616-3721-ufb675.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=438&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/406650/original/file-20210616-3721-ufb675.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=438&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/406650/original/file-20210616-3721-ufb675.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=551&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/406650/original/file-20210616-3721-ufb675.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=551&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/406650/original/file-20210616-3721-ufb675.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=551&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Menurut Google Trends, semakin banyak orang yang ingin tahu.</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sekalipun kami mencoba menjawab pertanyaan ini, menemukan vaksin mana yang “terbaik” tidaklah sederhana. Apakah itu berarti vaksin lebih baik dalam melindungi Anda dari penyakit serius? Yang melindungi Anda dari varian apa pun yang beredar di dekat Anda? Yang membutuhkan lebih sedikit suntikan booster atau penguat? Yang untuk kelompok usia Anda? Atau itu ukuran lain sepenuhnya?</p>
<p>Bahkan jika kita dapat mendefinisikan apa yang “terbaik”, itu tidak seperti jika Anda mendapatkan pilihan vaksin. Sampai serangkaian vaksin tersedia, sebagian besar orang di seluruh dunia akan divaksinasi dengan vaksin apa pun yang tersedia. Itu berdasarkan data klinis yang tersedia dan rekomendasi otoritas kesehatan, atau berdasarkan apa yang disarankan dokter Anda jika Anda memiliki kondisi medis yang mendasarinya. Jadi, jawaban jujur tentang vaksin COVID yang “terbaik” hanyalah yang tersedia untuk Anda saat ini.</p>
<p>Masih belum yakin? Inilah mengapa sangat sulit untuk membandingkan vaksin COVID.</p>
<h2>Hasil uji klinis hanya sejauh ini</h2>
<p>Anda mungkin berpikir uji klinis mungkin memberikan beberapa jawaban tentang vaksin mana yang “terbaik”, terutama uji coba fase 3 besar yang digunakan sebagai dasar persetujuan oleh otoritas pengatur di seluruh dunia.</p>
<p>Uji coba ini, biasanya pada puluhan ribu orang, membandingkan jumlah kasus COVID-19 pada orang yang mendapatkan vaksin, dibandingkan dengan mereka yang mendapatkan plasebo atau vaksin palsu. Ini memberikan ukuran kemanjuran, atau seberapa baik vaksin bekerja di bawah kondisi uji klinis yang dikontrol ketat.</p>
<p>Dan kita tahu kemanjuran vaksin COVID berbeda-beda. Misalnya, kita belajar dari uji klinis bahwa vaksin Pfizer melaporkan <a href="https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMoa2034577">kemanjuran 95%</a> dalam mencegah gejala, sedangkan AstraZeneca memiliki kemanjuran <a href="https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(20)32661-1/fulltext"> 62-90%</a>, tergantung pada dosis.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/how-to-read-results-from-covid-vaccine-trials-like-a-pro-149916">How to read results from COVID vaccine trials like a pro</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Tetapi perbandingan langsung uji coba fase 3 lebih <a href="https://www.nature.com/articles/d41586-021-00409-0">kompleks</a> karena berlangsung di lokasi dan waktu yang berbeda. Ini berarti tingkat infeksi di masyarakat, tindakan kesehatan masyarakat, dan campuran varian virus yang berbeda dapat bervariasi. Peserta uji coba juga dapat berbeda dalam usia, etnis, dan potensi kondisi medis yang mendasarinya.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/BRKZh_RXJC0?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Sangat menggoda untuk membandingkan vaksin COVID. Namun dalam pandemi, saat vaksin langka, itu bisa berbahaya.</span></figcaption>
</figure>
<h2>Kita mungkin membandingkan vaksin secara langsung</h2>
<p>Salah satu cara kita dapat membandingkan kemanjuran vaksin secara langsung adalah dengan melakukan studi langsung. Studi ini membandingkan hasil orang yang menerima satu vaksin dengan mereka yang menerima yang lain, dalam percobaan yang sama.</p>
<p>Dalam uji coba ini, bagaimana kami mengukur kemanjuran, populasi penelitian, dan setiap faktor lainnya adalah sama. Jadi kita tahu perbedaan hasil pasti karena perbedaan antara vaksin.</p>
<p>Misalnya, uji coba <em>head-to-head</em> atau antar dua vaksin <a href="https://www.globenewswire.com/news-release/2021/04/21/2214528/0/en/Valneva-Initiates-Phase%20-3-Clinical-Trial-for-its-Inactivated-Adjuvanted-COVID-19-Vaccine-Candidate-VLA2001.html">sedang berlangsung di Inggris Raya</a> untuk membandingkan vaksin AstraZeneca dan <a href="https://theconversation.com/whats-the-valneva-%20covid-19-vaksin-tembakan-perancis-yang-seharusnya-menjadi-bukti-varian-160345">Valneva</a>. Uji coba fase 3 tersebut diharapkan akan selesai akhir tahun ini.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1397849984322637827"}"></div></p>
<h2>Bagaimana kalau di dunia nyata?</h2>
<p>Sampai kita menunggu hasil studi perbandingan, banyak yang bisa kita pelajari dari cara kerja vaksin di masyarakat umum, di luar uji klinis. Data dunia nyata memberi tahu kita tentang efektivitas vaksin (bukan kemanjuran).</p>
<p>Dan efektivitas vaksin COVID dapat dibandingkan di negara-negara yang telah meluncurkan vaksin berbeda untuk populasi yang sama.</p>
<p>Misalnya, data terbaru dari Inggris menunjukkan bahwa vaksin Pfizer dan AstraZeneca memiliki <a href="https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/988193/Vaccine_surveillance_report_%20-_week_20.pdf">keefektifan yang serupa</a>. Mereka <a href="https://www1.racgp.org.au/newsgp/clinical/evidence-indicates-astrazeneca-and-pfizer-covid-va">keduanya andal mencegah</a> gejala, rawat inap dan kematian karena COVID-19, bahkan setelah satu dosis.</p>
<p>Jadi apa yang sekilas terlihat “terbaik” menurut hasil efikasi dari uji klinis tidak selalu sama di dunia nyata.</p>
<h2>Bagaimana dengan masa depan?</h2>
<p>Vaksin COVID yang Anda dapatkan hari ini sepertinya bukan yang terakhir. Karena kekebalan secara alami berkurang setelah imunisasi, booster atau penguat secara berkala akan diperlukan untuk mempertahankan perlindungan yang efektif.</p>
<p>Sekarang ada <a href="https://www.nature.com/articles/d41586-021-01359-3">data yang menjanjikan dari Spanyol</a> bahwa vaksin campuran dan saling melengkapi adalah aman dan dapat memicu respons imun yang sangat kuat. Jadi ini mungkin strategi yang layak untuk mempertahankan efektivitas vaksin yang tinggi dari waktu ke waktu.</p>
<p>Dengan kata lain, vaksin “terbaik” mungkin sebenarnya adalah sejumlah vaksin yang berbeda.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1396971762085023746"}"></div></p>
<p>Varian virus sudah mulai beredar, dan sementara vaksin saat ini menunjukkan <a href="https://theconversation.com/whats-the-indian-variant-responsible-for-victorias-outbreak-and-%20seberapa%20efektif-vaksin-terhadap-itu-161574">mereka masih melindungi</a> walau memiliki perlindungan yang kurang.</p>
<p><a href="https://www.afr.com/policy/health-and-education/australia-negotiating-with-three-vaccine-makers-for-boosters-variants-20210427-p57ms6">Perusahaan</a>, <a href="https://www.bmj.com/content/372/bmj.n232">termasuk Moderna</a>, dengan cepat memperbarui vaksin mereka untuk diberikan sebagai penguat khusus untuk memerangi varian ini.</p>
<p>Jadi, sementara satu vaksin mungkin memiliki kemanjuran yang lebih besar dalam uji coba fase 3, vaksin itu mungkin belum tentu “terbaik” dalam melindungi terhadap varian baru dan risiko pada masa depan bagi Anda.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/can-i-get-astrazeneca-now-and-pfizer-later-why-mixing-and-matching-covid-vaccines-could-help-solve-many-rollout-problems-161404">Can I get AstraZeneca now and Pfizer later? Why mixing and matching COVID vaccines could help solve many rollout problems</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Vaksin terbaik adalah yang bisa Anda dapatkan sekarang</h2>
<p>Sangatlah rasional bagi seseorang untuk menginginkan vaksin “terbaik” yang tersedia. Tetapi vaksin terbaik adalah yang tersedia untuk Anda saat ini karena vaksin tersebut menghentikan Anda dari tertular COVID-19, <a href="https://theconversation.com/mounting-evidence-suggests-covid-vaccines-do-reduce-transmission%20-bagaimana-ini-bekerja-160437">mengurangi penularan</a> kepada anggota komunitas Anda yang rentan dan secara substansial mengurangi risiko penyakit parah Anda.</p>
<p>Semua vaksin yang tersedia melakukan tugas ini dan melakukannya dengan baik. Dari perspektif kolektif, manfaat vaksin akan berlipat ganda. Semakin banyak orang divaksinasi, semakin banyak komunitas menjadi kebal (juga dikenal sebagai <em>herd immunity</em>), yang semakin membatasi penyebaran COVID-19.</p>
<p>Pandemi global adalah situasi yang sangat dinamis, dengan munculnya varian virus yang mengkhawatirkan, pasokan vaksin global yang tidak pasti, tindakan pemerintah yang tidak merata, dan potensi wabah eksplosif di banyak wilayah.</p>
<p>Jadi menunggu vaksin yang sempurna adalah ambisi yang tidak mungkin tercapai. Setiap vaksin yang dikirimkan adalah langkah kecil namun signifikan menuju normalitas global.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/163501/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Bahkan jika kita menemukan definisi tentang vaksin “terbaik”, kita tidak memiliki pilihan yang mewah, ketika persediaan vaksin terbatas.Wen Shi Lee, Postdoctoral researcher, The Peter Doherty Institute for Infection and ImmunityHyon Xhi Tan, Postdoctoral researcher, The Peter Doherty Institute for Infection and ImmunityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1620042021-06-03T06:29:46Z2021-06-03T06:29:46ZMenjawab fatwa haram: peneliti ceritakan proses pengembangan vaksin AstraZeneca<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/403988/original/file-20210602-13-el4hvr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption"></span> </figcaption></figure><iframe src="https://open.spotify.com/embed/episode/3XXOnkLG726T9xqeTBtFSs?theme=0" width="100%" height="232" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<p>Vaksin COVID-19, apa pun pun merek dan produsennya, kini menjadi barang langka karena produksinya terbatas dan semua negara memperebutkan “alat” untuk mengendalikan pandemi itu. Idealnya, semua penduduk bumi memiliki hak yang sama dan setara untuk mengakses vaksin itu agar kekebalan tubuhnya meningkat.</p>
<p>Namun, struktur ekonomi yang timpang antara negara maju dan berkembang, membuat barang penting sulit diakses oleh penduduk negara-negara berkembang dan miskin. Pada saat bersamaan, kemampuan produksi vaksin juga terbatas baik pada level bahan baku, laboratorium, dan sumber daya manusia. </p>
<p>Kabar baiknya adalah produsen vaksin <a href="https://healthydebate.ca/2021/03/topic/comparing-vaccines/">AstraZeneca</a> dari Inggris berencana meningkatkan <a href="https://www.cnbc.com/2020/06/04/astrazeneca-is-set-to-make-two-billion-doses-of-a-coronavirus-vaccine.html">kapasitas produksi</a> sepuluh kali lipat hingga akhir tahun ini. Jika rencana ini tercapai, maka negara-negara berkembang dan miskin, baik beli sendiri maupun dari <a href="https://www.unicef.org/press-releases/covax-publishes-first-round-allocations">inisiatif global Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan The Vaccine Alliance</a>, akan memiliki lebih banyak dosis vaksin. </p>
<p>Lalu bagaimana proses produksi vaksin AstraZeneca yang menggunakan teknologi terbaru dan <a href="https://www.kompas.com/sains/read/2021/05/03/190200023/3-vaksin-covid-19-di-indonesia-perbedaan-vaksin-sinovac-astrazeneca-dan?page=all">kini juga dipakai di Indonesia</a>? </p>
<p>Kali ini kita dengarkan dari cerita Carina Citra Dewi Joe, peneliti Indonesia yang memimpin riset pengembangan vaksin AstraZeneca untuk skala besar di Jenner Institute Universitas Oxford. Selain menjelaskan proses produksi vaksin, dia juga membantah <a href="https://theconversation.com/fatwa-haram-tapi-boleh-seperti-ini-proses-produksi-vaksin-astrazeneca-sebenarnya-157714">tuduhan Majelis Ulama Indonesia bahwa vaksin AstraZeneca memakai tripsin dari babi</a> dalam proses produksinya. </p>
<p>Simak episode lengkapnya di <a href="https://open.spotify.com/show/2Iqni2kGMzbzeJxvKiTijD?si=3q_814iSRWu2aHIZsGRt_g">podcast SuarAkademia</a>, di mana kami akan hadir rutin memandu sahabat TCID untuk memahami berbagai isu yang sedang hangat, bersama akademisi dan para editor kami.</p>
<p>SuarAkademia - <em>ngobrol</em> seru isu terkini, bareng akademisi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/162004/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Kabar baiknya adalah produsen vaksin AstraZeneca dari Inggris berencana meningkatkan kapasitas produksi sepuluh kali lipat hingga akhir tahun ini.Ahmad Nurhasim, Health+Science Editor, The ConversationLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1578952021-03-25T09:52:55Z2021-03-25T09:52:55ZVaksin “gotong royong” untuk swasta: apa manfaat maupun tantangannya?<iframe src="https://open.spotify.com/embed-podcast/episode/3EnkpQy88dmh2yg1AguBup" width="100%" height="232" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<blockquote>
<p><em>Ekonomi itu bertemunya 2 sisi yaitu supply dan demand. Vaksinasi gotong royong kan berbasis perusahaan, untuk pemulihan supply. Kalau demand-nya tidak dibantu, apa gunanya?“</em></p>
</blockquote>
<p>Baru-baru ini, sektor swasta di Indonesia melalui Kamar Dagang Indonesia (KADIN) menginisiasi skema ”<a href="https://nasional.kompas.com/read/2021/03/16/16572651/kemenkes-vaksinasi-gotong-royong-berbeda-dengan-vaksinasi-mandiri">vaksin gotong royong</a>“, di mana perusahaan bisa membeli vaksin dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bekerja sama dengan pemerintah, untuk diberikan sendiri kepada karyawannya. </p>
<p>Sampai sejauh ini, sudah ada <a href="https://money.kompas.com/read/2021/03/24/130300026/kadin--sudah-15.000-perusahaan-daftar-vaksinasi-gotong-royong">15.000 perusahaan yang mendaftar program tersebut</a>. Ini mencakup sekitar 7,4 juta karyawan beserta keluarganya.</p>
<p>Dengan skema ini, pelaku industri berharap bisa mempercepat program vaksinasi sehingga bisa kembali membangkitkan sektor swasta di Indonesia dari <a href="https://theconversation.com/depresi-mengancam-indonesia-akibat-pandemi-ahli-jelaskan-apa-yang-akan-terjadi-156101">perlambatan ekonomi yang terjadi</a>.</p>
<p>Pada episode ini, kami berbicara dengan Andree Surianta, Associate Researcher di <a href="https://www.cips-indonesia.org/">Center for Indonesian Policy Studies (CIPS)</a> tentang program "vaksin gotong royong” ini, dari manfaat hingga tantangan pengadaannya.</p>
<p>Dengarkan obrolan lengkapnya di <a href="https://open.spotify.com/show/2Iqni2kGMzbzeJxvKiTijD?si=-RFS0fC1SJia2GLExHoj8A">podcast SuarAkademia</a>, di mana kami akan hadir rutin memandu sahabat TCID untuk memahami berbagai isu yang sedang hangat, bersama akademisi dan para editor kami.</p>
<p>SuarAkademia - <em>ngobrol</em> seru isu terkini, bareng akademisi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/157895/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Pada episode ini, kita akan ngobrol tentang program vaksin gotong royong untuk sektor swasta ini, dari manfaat hingga tantangan pengadaannya.Yessar Rosendar, Business + Economy (Indonesian edition)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1555712021-02-19T04:31:47Z2021-02-19T04:31:47ZMenjawab masalah struktural di balik penolakan vaksin COVID-19 di seluruh dunia dan Indonesia<p>Indonesia sebagai negara berpenduduk terbesar keempat di dunia telah memulai <a href="https://en.antaranews.com/news/165136/indonesia-set-to-commence-mass-vaccination-jokowi-to-get-first-jab">program vaksinasi COVID-19 sejak pertengahan Januari lalu</a>. </p>
<p>Meski demikian, <a href="https://tekno.tempo.co/read/1421711/survei-20-persen-tenaga-medis-di-4-kota-ini-tolak-vaksinasi-covid-19">banyak kelompok</a> yang menolak berpartisipasi dalam program ini sehingga menambah daftar panjang tantangan bagi program vaksin pemerintah yang diprediksi baru akan selesai <a href="https://www.straitstimes.com/world/pandemic-could-end-in-7-years-at-current-pace-of-vaccination">10 tahun ke depan.</a></p>
<p>Penolakan terhadap vaksinasi COVID-19 sebetulnya menunjukkan <a href="https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(20)31558-0/fulltext">masih kuatnya</a> fenomena anti-vaksin di Indonesia dan juga di dunia secara umum. Faktor yang melatarbelakangi biasanya berbeda-beda di setiap negara karena berkaitan dengan kondisi sosial budaya setempat seperti agama. </p>
<p>Agama menjadi salah satu alasan penolakan vaksin di Indonesia,
yang berpenduduk mayoritas Muslim. Salah satu alasan penolakan terhadap vaksin di Indonesia adalah kekhawatiran terhadap <a href="https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-40767099">kehalalan</a> dari kandungan vaksin tersebut.</p>
<p>Meski demikian, masalah struktural juga mendorong kemunculan gerakan antivaksin ini. Kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap tata kelola global dalam pengembangan dan distribusi vaksin turut mendorong penolakan terhadap vaksin termasuk vaksin COVID-19.</p>
<h2>Masalah Struktural</h2>
<p>Tata kelola pengembangan dan distribusi vaksin di level global merupakan hasil kolaborasi antara sektor publik dan swasta seperti terlihat dalam <a href="https://www.gavi.org/our-alliance/about">GAVI (The Vaccice Alliance)</a>.</p>
<p>GAVI merupakan kolaborasi antara Badan Kesehatan Dunia (WHO), UNICEF, Bank Dunia, dan Bill & Melinda Gates Foundation. Selain mereka, pemerintah negara anggota, perusahaan farmasi, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) juga terlibat dalam kemitraan ini.</p>
<p>GAVI telah berkontribusi dalam pengembangan dan pendistribusian vaksin terutama ke negara berpenghasilan rendah dan menengah sejak tahun 2000.</p>
<p>Meski demikian, model kemitraan GAVI ini banyak mendapat kritik karena menempatkan aktor di luar pemerintah, seperti yayasan keluarga dan perusahaan, di posisi yang setara dengan negara dan bahkan organisasi internasional. Posisi ini bisa memberikan celah bagi kepentingan bisnis untuk masuk dalam pembuatan kebijakan terkait kesehatan publik.</p>
<p>Dalam konteks pandemi COVID-19 saat ini, misalnya, tidak dapat dimungkiri GAVI berperan penting dalam pengembangan dan pendistribusian vaksin global.
GAVI berkolaborasi dengan WHO dan CEPI (Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi) membentuk <a href="https://www.gavi.org/our-alliance/about">COVAX</a> yang bertujuan untuk mendistribusikan vaksin secara lebih merata ke seluruh dunia.</p>
<p>Meski demikian, COVAX pun <a href="https://www.independent.co.uk/news/health/coronavirus-vaccine-who-gavi-covax-latest-poorer-nations-who-b748563.html">dilihat</a> lebih memihak pada kepentingan industri ketika mereka meminta negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah untuk berkontribusi dalam membiayai pengembangan vaksin ketimbang meminta perusahaan vaksin menurunkan harga.</p>
<h2>Penolakan Keras</h2>
<p>Di Indonesia, sebuah <a href="https://www.youtube.com/watch?v=-D7tdTDnByI">video</a> yang menunjukkan penolakan keras seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Ribka Tjiptaning terhadap vaksinasi COVID-19 menjadi viral hanya beberapa saat setelah Presiden Joko “Jokowi” Widodo menerima vaksin pertamanya. Dia melihat distribusi vaksin COVID-19 merupakan bentuk bisnis baru yang akan menguntungkan perusahaan saja.</p>
<p>Riset menunjukkan kurangnya kepercayaan terhadap industri farmasi merupakan faktor penting yang mendorong munculnya <a href="https://www.tandfonline.com/doi/pdf/10.1080/13698575.2020.1846687">keragu-raguan terhadap vaksin</a>(<em>vaccine hesitancy</em>) dan <a href="https://www.usatoday.com/story/news/health/2019/04/23/vaccine-measles-big-pharma-distrust-conspiracy/3473144002/">gerakan antivaksin</a> secara umum.</p>
<p>Keragu-raguan terhadap vaksin merujuk pada lamanya penerimaan atau penolakan seseorang, biasanya orang tua, terhadap vaksinasi. Sementara gerakan antivaksin merujuk pada kampanye aktif oleh berbagai macam kelompok yang menolak penggunaan atau ide vaksin itu sendiri.</p>
<p>Kurangnya kepercayaan terhadap industri farmasi sendiri berakar dari <a href="https://www.statnews.com/2019/02/26/anti-vaccine-movement-pharma-tarnished-reputation/">reputasi negatif industri farmasi yang telah terbangun lama</a>). Perusahaan farmasi dituduh sering terlibat dalam banyak kasus seperti penyuapan terhadap tenaga kesehatan dan kurangnya transparansi dalam uji coba klinis vaksin.</p>
<p>Kehadiran pemain industri di Dewan GAVI, oleh karena itu, berisiko semakin menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap tata kelola distribusi vaksin global.</p>
<p>Keterlibatan Gates Foundation merupakan contoh lain bagaimana kehadiran sektor swasta berkontribusi terhadap munculnya keragu-raguan terhadap vaksin dan gerakan antivaksin.</p>
<p>Gates Foundation bukanlah perusahaan farmasi melainkan yayasan pribadi. Meski demikian, Gates Foundation memiliki kursi permanen di Dewan GAVI. Kontribusi besar Gates Foundation baik secara material dan finansial membuat Bill Gates sebagai pemilik yayasan menjadi pemain utama dalam program vaksinasi global termasuk dalam pandemi COVID-19.</p>
<p>Tidak heran jika kemudian kehadiran Bill Gates ini memunculkan <a href="https://www.bbc.com/news/technology-52833706">teori konspirasi</a> yang digunakan oleh kelompok antivaksin <a href="https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4233872/cek-fakta-eks-menkes-siti-fadilah-supari-sarankan-ri-tidak-pakai-vaksin-covid-19-bill-gates">termasuk di Indonesia</a> untuk menolak vaksin. </p>
<p>Mereka menciptakan teori konspirasi bahwa program vaksinasi COVID-19 tidak lain adalah upaya Bill Gates untuk <a href="https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4233872/cek-fakta-eks-menkes-siti-fadilah-supari-sarankan-ri-tidak-pakai-vaksin-covid-19-bill-gates">menanam microchip ke seluruh orang di dunia</a>.</p>
<h2>Lalu, apa selanjutnya?</h2>
<p>Paling tidak ada dua hal yang dapat diambil dari munculnya kembali gerakan antivaksin dalam pandemi COVID-19 ini.</p>
<p>Pertama, semua pihak di sektor kesehatan harus bekerja sama untuk membangun pemahaman masyarakat tentang pentingnya melibatkan pihak swasta dalam pengembangan dan pendistribusian vaksin secara global. Pelibatan swasta penting karena WHO memiliki keterbatasan material dan finansial untuk menjalankan fungsi ini sendiri.</p>
<p>Kedua, pentingnya penguatan baik secara institusional maupun finansial organisasi internasional seperti WHO sehingga tetap dapat menjaga peran utamanya dalam mengatur dinamika tata kelola pengembangan dan pendistribusian vaksin.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/155571/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Sukmawani Bela Pertiwi tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Gerakan antivaksin muncul karena adanya masalah struktural dalam pengembangan dan distribusi vaksin.Sukmawani Bela Pertiwi, Faculty Member at the Department of International Relations, Binus UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1541632021-01-28T05:41:37Z2021-01-28T05:41:37ZDampak positif dan negatif pemberian izin pihak swasta untuk impor vaksin secara mandiri<p>Baru-baru ini para pengusaha mengusulkan pada pemerintah agar bisa melakukan impor vaksin COVID-19 mandiri untuk tidak hanya menjalankan program vaksinasi yang akan dilakukan terhadap <a href="https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5346653/minta-izin-jualan-vaksin-mandiri-pengusaha-harga-ditentukan-pemerintah"> karyawan mereka tapi juga alasan untuk menjualnya ke publik</a>.</p>
<p>Para pengusaha berdalih jika ini dilakukan demi <a href="https://finance.detik.com/industri/d-5345446/syarat-buat-para-pengusaha-yang-inginkan-vaksinasi-mandiri">mempercepat gerak roda perekonomian Indonesia</a>.</p>
<p>Untuk itu kami bertanya kepada dua peneliti untuk mengetahui apa yang bisa terjadi jika impor vaksin mandiri ini terlaksana.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/381004/original/file-20210128-13-khxb4x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/381004/original/file-20210128-13-khxb4x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/381004/original/file-20210128-13-khxb4x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/381004/original/file-20210128-13-khxb4x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/381004/original/file-20210128-13-khxb4x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/381004/original/file-20210128-13-khxb4x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/381004/original/file-20210128-13-khxb4x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/person-getting-vaccinated-3985170/">Gustafofring/pexel</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Berpotensi sedikit mempercepat jangkauan vaksinasi</h2>
<p>Andree Surianta, peneliti dari Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), mengungkapkan dampak positif yang terlihat dengan melibatkan swasta adalah bisa mengurangi beban anggaran negara sambil melipatgandakan jangkauan vaksinasi. </p>
<p>“Jika distribusi hanya melibatkan puskesmas (pusat kesehatan masyarakat), rumah sakit pemerintah, dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), maka penambahan kapasitas swasta tentu bisa memperluas dan mempercepat,” ujar Andree. </p>
<p>Semakin banyak yang divaksinasi dan secepat mungkin pelaksanaannya, maka jumlah pasien yang perlu perawatan rumah sakit akan menurun. </p>
<p>Paling tidak, ini akan mengurangi beban biaya pengobatan COVID-19 yang ditanggung oleh Kementerian Kesehatan, ujarnya.</p>
<p>Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk mengobati satu pasien COVID-19 di Indonesia adalah <a href="https://kesehatan.kontan.co.id/news/biaya-perawatan-covid-19-ri-termurah-rp-184-juta-termahal-rp-466-juta">Rp 184 juta, dengan rata-rata lama perawatan 16 hari rawat inap</a>.</p>
<p>Namun Andree juga menambahkan bahwa sebaiknya pemerintah jangan mencoba menghemat dengan mengurangi pemesanan vaksin ketika vaksin mandiri sudah diizinkan. </p>
<p>Pertimbangannya adalah belum pastinya permintaan vaksin mandiri dan pasokan vaksin global.</p>
<p>Jika vaksin mandiri ini hanya untuk karyawan perusahaan, potensi permintaan adalah sekitar <a href="http://www.depkop.go.id/uploads/laporan/1580223129_PERKEMBANGAN%20DATA%20USAHA%20MIKRO,%20KECIL,%20MENENGAH%20(UMKM)%20DAN%20USAHA%20BESAR%20(UB)%20TAHUN%202017%20-%202018.pdf">120 juta jiwa menurut data terbaru pada tahun 2018</a>. </p>
<p>Kelihatannya cukup signifikan tetapi perlu diingat bahwa ada 107 juta tenaga kerja yang bergabung di usaha mikro dan menjadi wiraswasta. Mereka tentu saja tidak memiliki akses terhadap vaksin yang disediakan perusahaan. </p>
<p>Jika bergantung pada perusahaan besar saja, maka kontribusi vaksin mandiri kurang dari 4 juta pekerja. </p>
<h2>Menimbulkan ketimpangan di masyarakat</h2>
<p>Sementara, Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan jika impor vaksin mandiri ini terjadi dan bahkan bisa dijual ke publik maka berpotensi akan menghasilkan ketimpangan di masyarakat.</p>
<p>“Efek negatifnya vaksin mandiri adalah hanya menguntungkan kelas menengah atas,” ujar Bhima.</p>
<p>Beberapa perusahaan mengusulkan untuk <a href="https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5346653/minta-izin-jualan-vaksin-mandiri-pengusaha-harga-ditentukan-pemerintah">menjual vaksin untuk umum dengan harga yang sudah ditentukan oleh pemerintah</a> selain memberikannya kepada karyawan mereka. </p>
<p>Tentunya jika ini terjadi, maka hanya kalangan menengah ke atas yang memiliki daya beli bisa membeli vaksin dengan tingkat efikasi atau efektivitas yang tinggi.</p>
<p>Sementara kalangan menengah ke bawah hanya bisa menunggu vaksin gratis dari pemerintah.</p>
<p>“Imbasnya pencegahan pandemi ke kelas bawah akan lebih lambat dibanding kelas atas,” ujar Bhima.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/381008/original/file-20210128-19-b0bpv4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/381008/original/file-20210128-19-b0bpv4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/381008/original/file-20210128-19-b0bpv4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/381008/original/file-20210128-19-b0bpv4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/381008/original/file-20210128-19-b0bpv4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/381008/original/file-20210128-19-b0bpv4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/381008/original/file-20210128-19-b0bpv4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Ilustrasi botol vaksin.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/person-holding-syringe-and-vaccine-bottle-3952241/">pexels cottonbro</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Pemerintah harus mempercepat vaksinasi massal</h2>
<p>Bhima menambahkan jika saat ini pemerintah seharusnya fokus dalam mempercepat program vaksinasi gratis agar menjangkau lebih banyak masyarakat. </p>
<p>“Saya sedikit kecewa melihat grafik distribusi vaksin ini flat atau stagnan,” kata Bhima.</p>
<p>Jumlah penerima vaksin COVID-19, khususnya tenaga medis, dinilai masih rendah. Pada pekan kedua vaksinasi, baru <a href="https://www.medcom.id/nasional/politik/5b2e2J6N-jokowi-harap-jumlah-penerima-vaksin-melonjak">250 ribu tenaga kesehatan disuntik</a> vaksin dari total target penerima 1,4 juta.</p>
<p>Sementara Andree melihat dari sisi pasokan, pemerintah perlu memperhatikan <a href="https://edition.cnn.com/2021/01/26/business/astrazeneca-pfizer-vaccine-delays-europe/index.html">pasokan vaksin</a> yang dalam tahap awal ini juga masih belum mulus. </p>
<p>Antrean pemesanan vaksin COVID-19 cukup panjang sedangkan kapasitas produksi di Cina masih dalam <a href="https://www.kompas.com/sains/read/2020/10/14/190200823/china-janjikan-vaksin-corona-tersedia-akhir-tahun-akankah-terpenuhi?page=all">proses peningkatan</a>. </p>
<p>Saat ini pemerintah sudah memesan vaksin untuk <a href="https://kumparan.com/kumparannews/mengapa-target-orang-ri-divaksin-corona-bertambah-dari-107-juta-jadi-181-juta-1usc9ZajMtN/full">164 juta jiwa dengan opsi menambah 167 juta lagi jika diperlukan</a>. Jadi pesanan pertama pun sebenarnya masih kurang dari target vaksinasi, yaitu minimal 181 juta orang. </p>
<p>Menurut Andree yang terpenting dalam program vaksinasi massal – baik gratis maupun berbayar – adalah bagaimana memastikan kekebalan populasi benar-benar tercapai karena tidak ada vaksin yang efektif 100%. </p>
<p>Selain memastikan pelaksanaan protokol kesehatan untuk terus menekan penularan, pemerintah juga perlu memantau tingkat kekebalan populasi secara berkala. </p>
<p>Vaksin bisa mempercepat pengendalian pandemi hanya jika kita tidak lengah dan terus melakukan pelaksanaan dan pemantauan berbagai kebijakan pengendalian pandemi secara konsisten.</p>
<p>“Vaksinasi hanyalah salah satu alat pengendalian pandemi. Jika berbagai kebijakan pengendalian pandemi yang sudah ada tidak dilaksanakan secara konsisten, maka keberadaan vaksin pun mungkin tidak terlalu berdampak terhadap pemulihan ekonomi,” ujar Andree.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/154163/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Vaksinasi mandiri bagi pengusaha hanya akan menjangkau kurang dari 4 juta pekerja dan jika dijual ke umum hanya akan menguntungkan kalangan menengah ke atas.Yessar Rosendar, Business + Economy (Indonesian edition)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1527522021-01-08T09:38:18Z2021-01-08T09:38:18ZVaksinasi penting bagi Indonesia, tapi bukan pengganti kebijakan pengendalian COVID-19<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/377536/original/file-20210107-23-eqbwqu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Relawan petugas Dinas Kesehatan dan Dinas Perdagangan berkampanye pentingnya pakai masker untuk cegah COVID-19 di Pasar Legi, Solo, 4 Januari 2021.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://download.antarafoto.com/searchresult/dom-1609743011">ANTARA FOTO/Maulana Surya/hp</a></span></figcaption></figure><p>Setelah <a href="https://theconversation.com/4-prinsip-kebijakan-pengendalian-pandemi-covid-19-cukup-jelas-mengapa-sulit-terwujud-di-indonesia-15157">gagal mengendalikan laju penularan COVID-19</a> dalam 10 bulan terakhir, pemerintah Indonesia tampaknya menjadikan kebijakan vaksinasi massal sebagai tumpuan harapan untuk menang melawan virus corona. </p>
<p>Ada kesan bahwa vaksin diharapkan menebus kegagalan berbagai <a href="https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/upaya-dan-kebijakan-pemerintah-indonesia-menangani-pandemi-covid-19">usaha pengendalian sebelumnya</a> yang tidak menunjukkan hasil. Padahal, kegagalan ini lebih disebabkan oleh kebijakan yang kurang tepat atau implementasi yang tidak konsisten. </p>
<p>Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat mengingatkan bahwa <a href="https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/vaccines/faq.html">vaksin hanya salah satu alat pengendalian COVID-19</a>. Kesuksesan menekan laju pandemi bukan hanya ditentukan oleh adanya vaksin, tapi juga pelacakan yang tepat dan langkah pencegahan yang konsisten. </p>
<p>Sebagai peneliti kebijakan publik dan orang yang pernah terinfeksi virus corona, saya melihat bahwa euforia dengan vaksinasi berpotensi mengendorkan upaya-upaya pengendalian yang telah dijalankan selama ini, yang sebenarnya juga belum optimal. </p>
<p>Apalagi Kementerian Kesehatan Indonesia memperkirakan <a href="https://kesehatan.kontan.co.id/news/kemenkes-bukan-35-tahun-proses-vaksinasi-corona-di-indonesia-butuh-waktu-15-bulan">butuh 15 bulan</a> untuk melaksanakan empat gelombang vaksinasi di seluruh wilayah. Belum ada indikasi apakah antibodi dari vaksin bisa bertahan selama itu. </p>
<p>Jadi, ada kemungkinan bahwa penerima vaksin gelombang pertama atau kedua sudah tidak lagi kebal saat program selesai. Saat kekebalan memudar, hanya protokol kesehatan yang bisa menekan penularan. </p>
<p>Karena itu, menjelang <a href="https://nasional.kompas.com/read/2021/01/06/11580621/presiden-jokowi-vaksinasi-covid-19-akan-dimulai-minggu-depan">pelaksanaan vaksinasi di negeri ini</a> pemerintah perlu memperbaiki prosedur skrining, meningkatkan kapasitas pelacakan, dan menggiatkan protokol kesehatan pribadi untuk mengoptimalkan pengendalian COVID-19. </p>
<h2>Skrining mencari virus atau antibodi?</h2>
<p>Dalam pelaksanaan <a href="https://www.beritasatu.com/nasional/610723/pemerintah-memberlakukan-skrining-massal-untuk-covid19">skrining</a> untuk mendeteksi orang yang membawa virus, <a href="https://theconversation.com/mengapa-tes-cepat-rdt-coronavirus-bisa-negatif-palsu-sedangkan-tes-pcr-butuh-3-hari-ini-cara-kerja-cerdas-2-alat-deteksi-covid-19-134402">tes cepat (<em>rapid detection test</em>/RDT) lebih populer digunakan daripada PCR</a> karena lebih cepat dan lebih murah. </p>
<p>Padahal, RDT antibodi tidak mendeteksi virus melainkan antibodi yang melawan virus. Dalam praktiknya, saat seseorang dites antibodi menunjukkan hasil reaktif, mereka dites lanjutan pakai tes PCR. Namun, ada kemungkinan seseorang yang melakukan tes antibodi kurang dari dua minggu sesudah terjangkit virus mendapati RDT antibodinya non-reaktif dan lolos skrining tanpa perlu menjalani tes PCR lagi. </p>
<p>Karena itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menegaskan bahwa <a href="https://www.fda.gov/medical-devices/coronavirus-covid-19-and-medical-devices/antibody-serology-testing-covid-19-information-patients-and-consumers">tes antibodi tidak boleh digunakan untuk mengevaluasi apakah seseorang sedang terinfeksi dan bisa menularkan</a>. WHO juga <a href="https://www.cnnindonesia.com/internasional/20200421160400-106-495752/who-tak-sarankan-ri-deteksi-kasus-corona-lewat-rapid-test">tidak merekomendasikan RDT antibodi sebagai alat skrining virus</a> dan standar terbaik alat pelacak COVID-19 adalah tes PCR. </p>
<p>Pemerintah perlu segera meluruskan salah kaprah metode skrining ini. RDT antibodi lebih tepat digunakan untuk menguji keberhasilan program vaksinasi, bukan untuk skrining. </p>
<h2>RDT antigen: alat baru pelacakan pandemi</h2>
<p>Vaksin diharapkan menghasilkan kekebalan pada penerimanya tapi proses ini memerlukan waktu. Untuk COVID-19, rata-rata setiap orang <a href="https://www.ft.com/content/ac5e5ef8-bccb-482b-9f8d-0dab5cac6f9a">memerlukan dua dosis yang terpisah beberapa minggu</a>. </p>
<p>Maka, pelacakan–dengan metode yang tepat–tetap harus dilaksanakan selama program vaksinasi untuk tetap menjaga kewaspadaan masyarakat.</p>
<p>Kehadiran RDT antigen bisa dipertimbangkan sebagai pengisi kekurangan kapasitas pelacakan di Indonesia. Tes ini baru mulai dikenal masyarakat <a href="https://www.cnbcindonesia.com/news/20201215002708-4-209069/mau-ke-bali-jalan-darat-wajib-antigen-pesawat-wajib-pcr">Indonesia Desember lalu sebagai pengganti RDT antibodi</a> untuk syarat perjalanan ke Jawa dan Bali. </p>
<p>Di Amerika Serikat, tes ini sudah <a href="https://www.fda.gov/medical-devices/coronavirus-covid-19-and-medical-devices/antibody-serology-testing-covid-19-information-patients-and-consumers">dinyatakan sebagai salah satu tes yang bisa digunakan untuk diagnosa COVID-19 sejak Juli lalu</a>. Di India, tes ini adalah kunci peningkatan kapasitas diagnosis dari <a href="https://www.brookings.edu/blog/future-development/2020/07/02/how-well-is-india-responding-to-covid-19/">sekitar 300.000 orang per hari pada Juli 2020</a> menjadi <a href="https://www.nature.com/articles/d41586-020-02661-2">lebih dari satu juta orang per hari sebulan kemudian</a>. </p>
<p>RDT antigen dapat mendeteksi keberadaan protein virus dalam saluran pernapasan melalui tes usap dalam <a href="https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/covid19/deteksi-antigen-dalam-diagnosis-infeksi-sars-cov-2-menggunakan-imunoasai-cepat.pdf?sfvrsn=222f2be3_2">waktu kurang dari 30 menit</a>. Jadi tes ini cara kerjanya mirip dengan PCR – <a href="https://www.nature.com/articles/d41586-020-02661-2">walau yang dicari berbeda</a> – tapi dengan kecepatan seperti RDT antibodi. </p>
<p>Untuk keperluan melacak virus, <a href="https://theconversation.com/memahami-cara-kerja-rapid-test-covid-19-yang-hasilnya-bisa-tidak-akurat-135211">tes antigen</a> ini lebih tepat sasaran dibanding tes antibodi.</p>
<p>Sambil mengupayakan lebih banyak tes PCR, <a href="https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-54355110">RDT antigen</a> bisa digunakan untuk menambal kekurangan kapasitas skrining via PCR. </p>
<p>Pemerintah perlu mempertimbangkan perluasan tes ini ke skala nasional, bukan hanya di Jawa dan Bali. WHO pun telah <a href="https://kabar24.bisnis.com/read/20200929/19/1297938/who-setujui-tes-rapid-antigen-bisa-gantikan-tes-pcr">menyetujui penggunaan RDT antigen untuk pelacakan COVID</a> di negara berpenghasilan rendah dan menengah. </p>
<h2>Terus tekankan protokol kesehatan</h2>
<p>Keberadaan vaksin bukan berarti protokol kesehatan bisa ditinggalkan. </p>
<p>Penerima vaksin tetap rentan tertular selama masa tunggu dan bahkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika menyarankan untuk <a href="https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/vaccines/faq.html">tetap menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak walau sudah selesai divaksin</a>. Pasalnya, keampuhan vaksin yang saat ini disuntikkan berbagai negara belum benar-benar diketahui berapa lama antibodi akan bisa bertahan dalam tubuh. </p>
<p>Pengembangan vaksin COVID-19 yang luar biasa cepat berarti belum cukup waktu untuk mengamati ketahanan antibodi yang dihasilkan.</p>
<p>Para ahli kesehatan memperingatkan bahwa <a href="https://theconversation.com/vaksin-covid-19-tiba-di-indonesia-apakah-setelah-vaksinasi-virus-corona-akan-hilang-dengan-cepat-151685">kehadiran vaksin tidak</a> akan serta merta menghapuskan COVID-19. Keberadaan vaksin tetap harus dibarengi dengan perbaikan kebijakan skrining, peningkatan kapasitas diagnosis, dan implementasi protokol kesehatan sebagai gaya hidup baru. </p>
<p>Cepat-lambatnya pandemi ini dikendalikan bukan tergantung pada vaksin saja, tapi juga pada komitmen terhadap pelaksanaan kebijakan pengendalian yang sudah ada.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/152752/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Andree Surianta menerima beasiswa doktoral Australia Awards di Australian National University dan anggota COVID Survivor Indonesia.</span></em></p>Cepat-lambatnya pandemi ini dikendalikan bukan tergantung pada vaksin saja, tapi juga pada komitmen terhadap pelaksanaan kebijakan pengendalian yang sudah ada.Andree Surianta, PhD Candidate in Public Policy, Australian National UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.