Menu Close
Pilihlah kosmetik anak yang memang diproduksi untuk anak. Pexels/Abhijith TS

Belanja kosmetik selama Ramadan naik: bagaimana memilah kosmetik bayi dari kosmetik dewasa

Selama Ramadan, produk kosmetik diprediksi merupakan salah satu produk belanja yang paling banyak dicari konsumen.

Agar tidak keliru dan berdampak buruk bagi kesehatan kulit, kita perlu mengetahui secara pasti apakah produk kosmetik itu hanya diperuntukkan untuk orang dewasa atau hanya untuk bayi dan anak-anak. Termasuk kita perlu mengenali jenis produsennya.

Di level produsen, Peraturan Menteri Kesehatan No 1175/Menkes/Per/VIII/2010 tentang izin kosmetika membagi izin produksi menjadi dua jenis: golongan A dan B.

Industri kosmetik golongan A dapat membuat semua bentuk dan jenis sediaan kosmetik. Sedangkan golongan B hanya dapat membuat beberapa bentuk dan jenis sediaan kosmetik tertentu dengan teknologi sederhana.

Industri kosmetik tipe B dilarang memproduksi bentuk dan jenis kosmetik untuk bayi. Mereka juga dilarang memproduksi kosmetik yang digunakan di sekitar mata, rongga mulut, anti jerawat, pencerah kulit, tabir surya, chemical peeling (produk untuk mengelupaskan kulit secara kimia), atau pewarna rambut dan kosmetik yang dalam pembuatannya memerlukan teknologi tinggi seperti aerosol dan serbuk kompak.

Sementara, industri tipe A harus memiliki seorang apoteker sebagai penanggung jawab. Mereka juga harus memiliki fasilitas produksi dan laboratorium serta menerapkan Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB).

Persyaratan ini lebih ketat dibandingkan dengan persyaratan industri tipe B. Salah satunya karena faktor keamanan yang perlu dijaga dari produk yang dihasilkan.

Kenapa kosmetik untuk bayi berbeda dengan kosmetik dewasa?

Salah satu alasan kosmetik untuk bayi berbeda dari komestik untuk dewasa adalah karena perbedaan jenis kulit.

Stratum korneum, bagian terluar dari lapisan kulit manusia, pada bayi lebih tipis dibandingkan pada manusia dewasa. Lapisan ini berfungsi sebagai lapisan pelindung bagian dalam tubuh dari komponen asing yang berada di luar tubuh, seperti mikroba, virus, termasuk kosmetik.

Selain itu, rasio luas permukaan tubuh terhadap bobot badan pada bayi lebih tinggi dibandingkan dengan dewasa, yaitu 1,5 kali lipat (anak usia 5 tahun dibandingkan dengan manusia dewasa normal) sampai 2,3 kali lipat (bayi baru lahir dibandingkan dengan manusia dewasa normal).

Kosmetik adalah suatu bahan yang hanya boleh digunakan di bagian luar tubuh dan tidak ada kontrol berapa jumlah yang boleh digunakan setiap harinya.

Maka ketika komponen kosmetik ini masuk kebagian kulit yang lebih dalam dari stratum korneum, hal ini bisa menjadi berbahaya.

Masuknya bagian kosmetik ke bagian kulit lebih dalam ini seringkali disebut sebagai penetrasi. Proses penetrasi akan meningkat ketika lapisan untuk penetrasi (dalam hal ini stratum korneum) lebih tipis dan luas permukaan untuk proses penetrasi lebih luas.

Selain faktor kulit, beberapa organ pada bayi masih dalam proses perkembangan sehingga cenderung lebih sensitif terhadap efek toksik (tingkat kerusakan) ketika dipaparkan suatu bahan tertentu.

Efek toksik yang perlu menjadi perhatian khusus ketika memproduksi kosmetik untuk bayi adalah efek terhadap organ saraf, sistem pertahanan tubuh (imun), sistem pernafasan, dan sistem endokrin (sistem yang berfungsi untuk menghasilkan hormon).

Laju metabolisme pada bayi relatif mendekati manusia dewasa pada usia 6 bulan dan masih terus mengalami penyempurnaan hingga usia 2 tahun. Proses metabolisme ini meliputi proses penyerapan ke dalam aliran darah (absorpsi), penyebaran keseluruh bagian tubuh (distribusi) hingga proses pengeluaran dari tubuh (eliminasi) baik melalui urin, tinja, keringat, dan bentuk lainnya.

Selain dari faktor fungsi tubuh yang belum sempurna, faktor perilaku bayi juga berbeda dibandingkan dengan manusia dewasa. Bayi sedang melalui perkembangan intelektual untuk mengeksplorasi lingkungan di sekitarnya dengan menempatkan berbagai benda ke dalam mulutnya.

Toksisitas atau tingkat kerusakan yang mungkin ditimbulkan suatu bahan yang terkandung dalam kosmetik tentu berbeda ketika bahan tersebut digunakan ke kulit dan dimasukan ke dalam mulut.

Selain proses menelan melalui mulut, masuknya bahan kosmetik juga mungkin dapat terjadi melalui saluran pernafasan atau mata karena proses eksplorasi tersebut.

Saat ini, terdapat beberapa industri rumahan yang menjual sabun dengan berbagai klaim dengan bahan baku berasal dari alam. Mereka memasarkannya via media sosial.

Industri ini juga membuat sabun baik untuk dewasa ataupun bayi. Aktualnya, bahan yang berasal dari alam belum tentu aman dan boleh digunakan untuk siapa saja. Selain itu, industri rumahan juga tidak memiliki izin sesuai dengan persyaratan industri kosmetik tipe A.

Cara memilih kosmetik aman untuk bayi

Hal pertama adalah pemilihan bahan yang berkualitas.

Pemilihan bahan ini akan menjadi perhatian bagi industri yang akan melakukan produksi kosmetik untuk bayi.

Pemilihan bahan meliputi data toksisitas, kemampuan mengiritasi, proses absorbsi secara perkutan (masuknya suatu zat ke dalam aliran darah melalui kulit), ketersediaan di pasar, komposisi secara kimia dan mikrobiologi serta bersifat allergen (dapat memicu rekasi alergi) atau tidak.

Hal kedua adalah pemilihan formula.

Suatu produk kosmetik seringkali tidak hanya mengandung bahan utama, namun juga mengandung bahan lain yang kita sebut dengan eksipien.

Contohnya sampo, selain menghasilkan bahan pembentuk busa untuk membersihkan kotoran sebagai bahan utama, sampo juga mengandung pengawet, pewarna dan pewangi sebagai bahan tambahan.

Jumlah bahan tambahan yang boleh ditambahkan ke dalam formula adalah ukuran minimum sehingga perhitungan keamanan produk akhir menjadi lebih terukur dan jauh dari batas toksik.

Hal ketiga adalah proses pemakaian yang berkaitan dengan lamanya paparan produk tersebut mengenai kulit bayi. Uji toksisitas akan diperhitungkan dengan mempertimbangkan lamanya paparan kosmetik terhadap kulit ataupun kemungkinan proses akumulasi (penumpukan) kosmetik di kulit.

Hal terakhir yang perlu diperhatikan adalah kemasan.

Kemasan kosmetik bagi bayi harus dapat mencegah kemungkinan bayi dengan tangannya sendiri dapat mengeluarkan isi kosmetik tersebut. Kemudian risiko terluka ketika bayi berkontak dengan kemasan kosmetik tersebut, misalnya sudut yang tajam.

Kemasan dengan bahan kaca juga dihindari karena risiko pecah, terutama ketika digunakan dalam kondisi basah, seperti saat mandi.

Bentuk kemasan tidak boleh terlalu kecil atau mengandung bagian yang mungkin bisa lepas lalu tertelan atau terhirup oleh bayi. Bentuk kosmetik yang seperti mainan juga harus mengikuti aturan yang berlaku.

Bagi konsumen, pertimbangan-pertimbangan tersebut akan sulit dilakukan kecuali bagian kemasan. Untuk itu, penting agar kita memilih produk bayi yang sudah terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Selain itu, konsumen harus tetap memperhatikan bayi saat menggunakan produk tersebut. Misalnya, timbul gejala alergi seperti ruam atau gatal-gatal hingga kemerahan atau gejala keracunan karena tertelan sepeti muntah.

Satu hal terpenting lainnya adalah tidak memberi bayi produk yang sebenarnya diperuntukan untuk dewasa sekalipun produk tersebut terdaftar BPOM.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,300 academics and researchers from 4,941 institutions.

Register now