Menu Close

Benarkah coronavirus buatan lab di Wuhan? Dan 10 mitos lainnya tentang COVID-19

Benarkah coronavirus buatan lab di Wuhan? Dan 10 mitos lainnya tentang COVID-19

Salah satu alasan mengapa banyak orang di Indonesia tidak menjalankan protokol kesehatan secara ketat adalah sekitar 22% penduduk tidak percaya dengan adanya COVID-19.

Padahal, virus ini telah menginfeksi lebih dari 200 juta orang dan menyebabkan kematian lebih dari 4,5 juta nyawa.

Apa dampaknya jika mereka tidak percaya?

Pertama, mereka akan enggan ikut serta mencegah penyebaran virus COVID-19 seperti dengan memakai masker, menghindari kerumuman, menjaga jarak fisik, dan membatasi mobilitas.

Kemudian, mereka akan enggan memeriksakan diri ke dokter jika memiliki gejala yang diduga COVID-19. Jika terdeteksi positif dengan level gejala ringan dan sedang, mereka pun enggan mengisolasi diri dan berobat sehingga tetap bisa menyebarkan virus ke orang lain.

Dampak terakhir dari sikap anti-sains ini adalah menolak vaksin COVID-19, yang kini diberikan gratis oleh pemerintah.

Oleh karena itu, di episode terbaru SuarAkademia, kami berbicara dengan Gunadi, seorang dokter, peneliti dan Ketua Kelompok Kerja Genetika di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Bersama dengan Gunadi, kami membongkar pertanyaan, mitos dan teori konspirasi di masyarakat dan media sosial – dari dugaan COVID-19 adalah buatan lab di Cina hingga meninggalnya tenaga kesehatan akibat vaksin – yang sudah terlebih dulu kami himpun melalui Instagram dan Twitter.

Simak episodenya di podcast SuarAkademiangobrol seru isu terkini, bareng akademisi.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,300 academics and researchers from 4,942 institutions.

Register now