Menu Close

Bisakah pariwisata virtual menyelamatkan bisnis lokal di tujuan wisata?

Lensa virtual reality. taboer-roeder/flickr, CC BY-NC-SA

Bayangkan Anda bisa mengunjungi pulau tropis Lombok yang indah di timur Indonesia dari kenyamanan sofa Anda melalui laptop atau smartphone Anda.

Wisatawan dapat tinggal di rumah sambil mendengarkan suara agen perjalanan yang menjelaskan daerah setempat dan melihat tempat-tempat yang mereka kunjungi secara virtual melalui gadget.

Dengan pandemi COVID-19 yang sangat mempengaruhi industri pariwisata global, virtual tourism atau pariwisata virtual - penggunaan realitas virtual untuk aktivitas pariwisata - telah membantu agen perjalanan bertahan dari krisis, tapi sayangnya, tidak banyak membantu untuk usaha-usaha di destinasi pariwisata.

Sebuah pantai di utara Lombok. ravicini/flickr, CC BY

Pariwisata virtual membantu menjaga minat wisatawan

Pembatasan perjalanan di beberapa negara untuk mengendalikan penyebaran coronavirus telah memangkas pendapatan ekspor dari pariwisata internasional sebesar US$730 miliar. Jumlah penurunannya delapan kali lipat lebih besar jika dibandingkan ketika krisis ekonomi pada 2009.

Organisasi Pariwisata Dunia atau United Nations World Tourism Organization (UNWTO) melaporkan kedatangan turis internasional menurun 79% pada Agustus dibandingkan periode yang sama pada 2019 atau berkurang sekitar 700 juta kedatangan.

Negara-negara di seluruh dunia telah menggunakan pariwisata virtual untuk membantu mengimbangi tren penurunan ini.

Wisata virtual adalah cara untuk mempertahankan minat wisatawan pada suatu tujuan selama pandemi. Ini juga dapat menghasilkan pendapatan untuk industri, seperti untuk pemandu wisata dan toko suvenir.

Singapore Tourism Board telah bekerja sama dengan situs seperti TourHQ dan Airbnb’s Online Experiences.

Di Jepang, pemerintah Metropolitan Tokyo menawarkan tur online yang menampilkan tempat-tempat wisata di Ibu Kota Jepang tersebut.

Namun, pariwisata virtual dirancang untuk tidak menggantikan pariwisata konvensional, tapi untuk menjaga minat wisatawan selama pandemi sehingga ketika situasi membaik mereka akan tertarik untuk kembali berwisata.

Bagaimana usaha setempat bisa ikut serta

Sejalan dengan tren global, jumlah wisman yang berkunjung ke Indonesia menurun 88,9% pada September, menjadi 153.498 dari 1,38 juta orang pada periode yang sama tahun lalu.

Baik pemerintah maupun perusahaan swasta di Indonesia telah terlibat dalam pariwisata virtual untuk membantu mempertahankan minat dari wisatawan.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif belum lama ini menggelar berbagai kegiatan virtual tourism seperti Geotourism Festival 2020. Situs perjalanan terkemuka, Traveloka, juga telah mulai menawarkan pengalaman pariwisata virtual untuk tujuan lokal dan luar negeri.

Beberapa tur virtual gratis, tapi tur dengan pemandu umumnya akan berbayar. Misalnya, tur virtual Traveloka dimulai dari Rp 50.000 untuk destinasi domestik. Tur ini akan menghasilkan pendapatan bagi perusahaan tur dan pemandu.

Beberapa pemain wisata dilaporkan telah mencapai kesuksesan yang lumayan. Contohnya Jakarta Good Guide, yang bisa menarik sampai 100 peserta dalam satu tur.

Namun, konsep ini memiliki beberapa kekurangan. Misalnya, wisatawan tidak perlu memesan hotel untuk menginap di hotel dan memesan makanan dan minuman sambil menikmati destinasi mereka. Ini mengurangi pengeluaran pariwisata, sekaligus juga mengurangi pengalaman dan perasaan wisatawan terhadap tempat-tempat yang mereka kunjungi.

Idealnya, virtual tourism tidak hanya mempromosikan destinasi wisata tapi juga kerajinan dari daerah tersebut. Tetapi ini tergantung pada agen perjalanan yang mempromosikan suvenir dari tempat-tempat ini untuk mendukung penjual lokal.

Penyelenggara dari Geotourism Festival yang diadakan pada Juli telah menggunakan cara ini.

Acara tersebut memiliki stan virtual untuk bisnis lokal. Salah satunya berhasil menarik sampai 200 pengunjung dan pembeli dalam kegiatan tersebut.

Agen perjalanan dapat menunjuk beberapa tempat yang memiliki toko online atau pasar online untuk membeli oleh-oleh lokal populer dari suatu tujuan dan mempromosikannya secara virtual kepada pengunjung.

Agen perjalanan juga dapat berkomunikasi dengan penjual lokal individu, mengumpulkan kerajinan mereka dan mempromosikan suvenir ini kepada pengunjung melalui situs web agen perjalanan.

Sementara agen perjalanan mendapatkan keuntungan dari pariwisata virtual, keuntungan bagi penjual lokal harus terus ditingkatkan.

Pemerintah harus menjajaki lebih banyak inovasi di industri pariwisata karena pandemi COVID-19 tidak akan membaik dalam waktu dekat.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,400 academics and researchers from 4,942 institutions.

Register now