tag:theconversation.com,2011:/ca-fr/topics/erupsi-47003/articlesErupsi – La Conversation2023-03-16T03:21:51Ztag:theconversation.com,2011:article/2019012023-03-16T03:21:51Z2023-03-16T03:21:51ZErupsi gunung Merapi : apa yang perlu masyarakat ketahui?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/515507/original/file-20230315-20-51bqa1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption"></span> </figcaption></figure><iframe style="border-radius:12px" src="https://open.spotify.com/embed/episode/5cp8lKFWkhBnyN1cUoGIW8?utm_source=generator&theme=0" width="100%" height="152" frameborder="0" allowfullscreen="" allow="autoplay; clipboard-write; encrypted-media; fullscreen; picture-in-picture" loading="lazy"></iframe>
<p>Gunung Merapi melepaskan awan panas pada tanggal 11 Maret 2023 kemarin. Erupsi kali ini diwarnai dengan longsoran kubah lava yang memicu <a href="https://jogjapolitan.harianjogja.com/read/2023/03/11/512/1128824/kronologi-lengkap-erupsi-merapi-11-maret-2023-diwarnai-longsoran-kubah-lava">kenaikan status siaga dari level II (waspada) ke level III (siaga)</a>.</p>
<p><a href="https://magma.esdm.go.id/press-release/5/siaran-pers-aktivitas-gunung-merapi-terkini-11-maret-2023">Menurut laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)</a>, erupsi dimulai pukul 09.16 WIB dan berlangsung kurang lebih setengah jam. Material vulkanik mencapai ketinggian sekitar 3.000 meter di atas puncak gunung. </p>
<p>Erupsi juga disertai gempa vulkanik dengan amplitudo maksimum 75 mm dan durasi sekitar 283 detik. Gempa ini dianggap cukup kuat dan dapat memicu keruntuhan kubah lava di sekitar puncak gunung.</p>
<p>Bagaimana penjelasan ahli gunung api mengenai erupsi Merapi kemarin?</p>
<p>Dalam episode <em>SuarAkademia</em> terbaru, kami berbincang dengan Mirzam Abdurrahman, vulkanolog dari Institut Teknologi Bandung.</p>
<p>Mirzam mengatakan erupsi Merapi pada 11 Maret 2023 adalah tipe <a href="https://magma.esdm.go.id/v1/edukasi/glossary/erupsi-magmatik#:%7E:text=Erupsi%20gunung%20api%20yang,eksplosif%2C%20efusif%20atau%20erupsi%20campuran.">letusan magmatik</a>. Erupsi disebabkan produksi magma baru yang menerobos ke permukaan bumi. Menurut dia, ini adalah siklus yang wajar dari gunung berapi yang aktif.</p>
<p>Merespon kekhawatiran tentang erupsi susulan yang lebih besar, Mirzam mengatakan masyarakat tetap harus waspada meskipun intensitas kegempaan dan luncuran awan panas cenderung menurun. Erupsi susulan masih mungkin terjadi sehingga dia meminta warga tetap berhati-hati sampai PVMBG menyatakan status Merapi aman .</p>
<p>Simak episode selengkapnya di <em>SuarAkademia</em> - ngobrol seru isu terkini, bareng akademisi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/201901/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Gunung Merapi melepaskan awan panas pada tanggal 11 Maret 2023 kemarin. Erupsi kali ini diwarnai dengan longsoran kubah lava yang memicu kenaikan status siaga dari level II (waspada) ke level III (siaga…Muammar Syarif, Podcast ProducerLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1742332022-01-05T04:17:15Z2022-01-05T04:17:15ZPemulihan lahan pertanian terdampak letusan gunung berapi: pelajaran dari erupsi Gunung Kelud 2014<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/439157/original/file-20220103-42040-1cciis9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Anak-anak bermain dan menikmati pemandangan senja di depan pengungsian letusan gunung Semeru di SDN Supiturang 4, Pronojiwo, Lumajang, 31 Desember 2021.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://download.antarafoto.com/searchresult/dom-1640954134">ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto./foc</a></span></figcaption></figure><p>Letusan <a href="https://edition.cnn.com/2021/12/08/asia/indonesia-mount-semeru-volcano-eruption-cimate-intl/">Gunung Semeru</a> di Lumajang, Jawa Timur, Desember 2021 lalu tak hanya <a href="https://surabaya.liputan6.com/read/4749663/korban-meninggal-semeru-jadi-48-orang-warga-diminta-waspada-awan-panas-guguran">menimbulkan korban jiwa</a>, kematian hewan ternak, rusaknya rumah dan infrastruktur lainnya, tapi juga mengakibatkan tertimbunnya lahan pertanian oleh material letusan. </p>
<p>Walau endapan material gunung berapi ini dapat <a href="https://theconversation.com/gunung-semeru-meletus-sejarah-erupsinya-dan-jaminan-kesuburan-tanah-untuk-masa-depan-173238">menjamin kesuburan tanah untuk masa depan</a>, <a href="https://doi.org/10.1016/B978-0-12-407685-3.00006-2">sebuah tinjauan riset</a> mengungkap waktu pemulihan lahan terdampak endapan material vulkanik bervariasi, mulai dari hitungan beberapa minggu hingga ribuan tahun, tergantung dari intensitas gangguan dan kondisi ekosistem yang mengalami kerusakan. </p>
<p>Sebuah <a href="https://doi.org/10.1016/S0921-8009(01)00173-2">penelitian di Bali</a> menunjukkan bahwa unsur hara yang berasal dari material letusan <a href="https://www.baturglobalgeopark.com/index.php/baca-berita/123/Gunung-Batur-dan-Gunung-Agung-Menurut-Pandangan-Masyarakat.html">Gunung Batur yang terakhir kali meletus pada 2000</a> dapat mencukupi kebutuhan padi sawah <a href="https://whc.unesco.org/en/list/1194/">sistem subak Bali</a>, tanpa perlu tambahan pupuk anorganik fosfat (P) dan kalium (K). </p>
<p>Namun demikian, efek menguntungkan tersebut baru terlihat setelah lahan dan ekosistem tersebut mengalami proses pemulihan. </p>
<h2>Kerusakan dan pemulihan lahan pertanian akibat erupsi</h2>
<p>Selain kerusakan tanaman yang terjadi secara langsung saat letusan, gangguan penting setelah erupsi lainnya adalah rendahnya produktivitas lahan akibat tanah yang rusak. Kerusakan tanah terjadi karena <a href="https://link.springer.com/article/10.1007%2Fs00445-012-0654-5">berubahnya sifat biofisik dan kimia tanah</a> akibat endapan abu vulkanik dengan ketebalan antara <a href="https://www.fujipress.jp/jdr/dr/dsstr001100010053/">10 hingga 20 cm</a> seperti yang terjadi di Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, setelah letusan Gunung Kelud 2014.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/439105/original/file-20211229-23072-1xbtuvw.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/439105/original/file-20211229-23072-1xbtuvw.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/439105/original/file-20211229-23072-1xbtuvw.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=538&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/439105/original/file-20211229-23072-1xbtuvw.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=538&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/439105/original/file-20211229-23072-1xbtuvw.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=538&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/439105/original/file-20211229-23072-1xbtuvw.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=676&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/439105/original/file-20211229-23072-1xbtuvw.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=676&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/439105/original/file-20211229-23072-1xbtuvw.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=676&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Deposisi abu vulkanik hasil letusan Gunung Kelud tahun 2014 di lahan agroforestri kopi, di Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang.</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tanah yang sebelumnya subur, tertimbun abu vulkanik yang mudah mengeras dan hidrofobik (menolak air), sehingga mengganggu neraca air dan pertukaran udara antara atmosfer dan tanah. Gangguan berikutnya terkait dengan berubahnya tingkat kemasaman tanah (pH) dan rendahnya kapasitas tukar kation, kandungan karbon organik, dan ketersediaan nitrogen dalam tanah. </p>
<p>Kecepatan pemulihan tanah tergantung dari derajat kerusakan saat terjadi erupsi.</p>
<p><a href="https://doi.org/10.1016/B978-0-12-407685-3.00006-2">Ada dua faktor</a> yang mempengaruhi tingkat kerusakan tanah akibat endapan abu vulkanik: <em>pertama</em>, intensitas gangguan yang ditentukan oleh karakteristik abu vulkanik, seperti ketebalan lapisan, komposisi kimia dan ukuran butiran material endapan. Faktor ini terkait dengan geoposisi (jarak dan lokasi) dari pusat letusan. </p>
<p><em>Kedua</em>, tingkat kerentanan ekosistem terhadap kerusakan yang mungkin ditimbulkan oleh endapan material vulkanik. Faktor ini dipengaruhi oleh kondisi ekosistem terdampak, seperti struktur vegetasi (bentuk, ketinggian dan kepadatan vegetasi), kondisi iklim mikro, dan karakteristik tanah sebelum adanya tambahan material vulkanik. </p>
<p>Dengan jarak dan lokasi yang sama, hingga batasan intensitas gangguan tertentu, lahan dengan <a href="https://doi.org/10.1038/srep37260">struktur vegetasi berbeda</a> memiliki potensi kerentanan yang berbeda pula.</p>
<p>Pemulihan tanah pasca erupsi dapat terjadi secara alami maupun dengan bantuan manusia. Proses pemulihan secara alami kebanyakan terjadi di wilayah non-pertanian, seperti wilayah lereng bagian atas gunung (dekat pusat erupsi) dan kawasan lindung. Kecepatan pemulihan tanah pada ekosistem ini tergantung pada organisme tanah dan vegetasi <a href="https://doi.org/10.1016/B978-0-444-63768-0.00534-5"><em>pioneer</em></a> yang mampu tumbuh dalam tanah yang miskin hara nitrogen tersebut.</p>
<p>Sebuah <a href="https://doi.org/10.3389/ffgc.2020.562303">kajian</a> mengungkap bahwa vegetasi pohon <em>Parasponia rigida</em> atau Anggrung hijau merupakan tumbuhan <em>pioneer</em> yang berperan besar dalam pemulihan tanah <a href="http://repository.ub.ac.id/7080/">di lereng atas Gunung Kelud</a>. Tidak seperti pohon lain, parasponia mampu hidup pada endapan abu vulkanik baru yang miskin bahan organik dan nitrogen. </p>
<p><a href="https://doi.org/10.1007/BF02232892">Parasponia</a> dapat bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium, meski bukan kelompok tumbuhan leguminosa (polong-polongan). Jenis pohon ini dapat tumbuh dengan cepat dan menghasilkan banyak biomasa, sehingga berpotensi besar menyumbang bahan organik dan nitrogen dalam tanah. Jenis pohon ini juga berperan penting dalam pembentukan <a href="https://doi.org/10.1111/j.1469-185X.1977.tb01347.x">relung regenerasi</a> (<em>regeneration niche</em>) di kawasan endapan abu vulkanik. </p>
<h2>Mempercepat pemulihan</h2>
<p>Proses pemulihan tanah endapan abu vulkanik melalui campur tangan manusia di lahan pertanian sangat bergantung pada pengelolaan petani. Upaya petani seperti pencampuran abu vulkanik dengan tanah (melalui pencangkulan), penambahan pupuk anorganik nitrogen, dan bahan organik dari kompos ataupun pupuk kandang banyak dilakukan oleh petani. </p>
<p>Namun demikian, upaya ini seringkali terhambat akibat terbatasnya pasokan bahan organik pada periode waktu ini. Petani terpaksa mendatangkan sumber bahan organik dari lokasi lain, yang tentunya menambah biaya pengelolaan lahan. </p>
<p>Beberapa penelitian terkait praktik pengelolaan tanah dengan penambahan <a href="https://doi.org/10.15243/jdmlm.2019.071.1987">bahan pembenah tanah (zeolite) dan berbagai sumber bahan organik lokal</a>, termasuk <a href="http://doi.org/10.17503/agrivita.v42i1.2494">parasponia</a> telah dilakukan. Praktik ini terbukti mampu memberikan hasil positif terhadap perbaikan kualitas tanah paska endapan abu vulkanik.</p>
<p>Untuk pertanian berbasis pepohonan seperti kebun campuran kopi dan pepohonan lainnya (sistem agroforestri), upaya pemulihan tanah yang dilakukan tidak se-intensif pada lahan berbasis non-pohon (tanaman semusim). <a href="https://www.youtube.com/watch?v=bGHtJ8hNCa4&t=7s">Seorang petani agroforestri kopi di Ngantang</a> menuturkan bahwa pemberian sedikit pupuk organik dari kompos dan menyingkirkan abu vulkanik di sekitar tegakan pohon sudah cukup untuk mengembalikan kualitas tanah dan produktivitas pohon. </p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/bGHtJ8hNCa4?wmode=transparent&start=7" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Petani agroforestri kopi di Ngantang menceritakan praktik-praktik untuk mempercepat proses pemulihan lahan paska letusan Gunung Kelud tahun 2014.</span></figcaption>
</figure>
<p>Upaya pengelolaan tanah yang mengkombinasikan hasil kajian ilmiah dengan pengetahuan atau kearifan lokal masyarakat, serta memanfaatkan sumberdaya alam lokal sangat penting untuk mempercepat proses pemulihan lahan terdampak erupsi.</p>
<p>Letusan gunung berapi seringkali membawa bencana, namun dibalik itu semua tingginya potensi kesuburan tanah di dalamnya menjadikan kawasan vulkanik ini tetap menjadi episentrum aktivitas pertanian. </p>
<p>Seperti karakter “Gunungan” (gunung) atau “Kayon” (pohon) dalam pagelaran Wayang Kulit tradisional Jawa, karakter ini selalu memiliki <a href="https://doi.org/10.1016/j.jvolgeores.2007.12.013">dua sisi yang berbeda</a>. Sisi pertama menggambarkan kobaran api yang menyala-nyala sebagai episode kelam keberadaan gunung api (<em>Tree of Death</em>). Pada sisi sebaliknya, terdapat penggambaran kehidupan yang kaya akan keragaman biologi sebagai penanda kebaikan yang dibawa setelah letusan terjadi (<em>Tree of Life</em>).</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/174233/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Kegiatan penelitian didanai oleh Universitas Brawijaya melalui skema HPP, PUPT dan BOPTN</span></em></p>Kombinasi kajian ilmiah dan pengetahuan lokal serta pemanfaatan sumberdaya alam lokal sangat penting dalam proses percepatan pemulihan lahan pertanian paska erupsi gunung berapiDanny Dwi Saputra, Dosen Ilmu Tanah dan Agroekologi, Universitas BrawijayaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1734232021-12-08T03:50:23Z2021-12-08T03:50:23ZMengapa sistem peringatan dini gagal selamatkan nyawa penduduk di sekitar gunung Semeru<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/436255/original/file-20211208-27-v0ghpq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Fadli Taha (45 tahun) berpose dengan foto keluarganya di depan rumahnya yang tertimbun material guguran awan panas Gunung Semeru di Desa Sumberwuluh, Lumajang, Jawa Timur, Selasa 7 Desember 2021. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://download.antarafoto.com/searchresult/dom-1638863406">ANTARA FOTO/Zabur Karuru/foc.</a></span></figcaption></figure><p>Media <a href="https://www.kompas.com/tren/read/2021/12/07/163000865/update-erupsi-semeru--34-orang-meninggal-dunia-17-hilang?page=all">nasional</a> dan <a href="https://www.reuters.com/world/asia-pacific/indonesian-president-bolsters-rescue-recovery-efforts-after-deadly-eruption-2021-12-07/">internasional</a> dengan merujuk pada <a href="https://bnpb.go.id/berita/-update-warga-mengungsi-akibat-letusan-gunung-semeru-sebanyak-3-697-jiwa">Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)</a> menyatakan letusan gunung Semeru mengakibatkan sedikitnya 34 warga meninggal, 17 warga hilang serta sedikitnya 2.970 unit rumah terdampak, per 7 Desember 2021. </p>
<p>Ribuan warga di <em>hotspot</em>, terutama Kabupaten Lumajang, mengungsi. Sedikitnya 38 fasilitas pendidikan terkena dampak dan infrastruktur jalan dan jembatan rusak akibat peristiwa ‘letusan’ Semeru pada 4-5 Desember 2021. </p>
<p>BNPB, <a href="https://www.kompas.com/sains/read/2021/12/05/120200923/gunung-semeru-meletus-ini-3-proses-terjadinya-erupsi-gunung-berapi">media mainstream nasional</a> dan <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211207100910-20-730820/gunung-semeru-kembali-erupsi-3-kali-warga-diminta-waspada">internasional</a>, kompak memberitakan terjadinya letusan atau erupsi Semeru sejak 4 Desember 2021. </p>
<p>Dari asumsi awal soal letusan yang seolah-olah tiba-tiba, <em>Kompas.com</em> misalnya kemudian mengoreksinya dengan menurunkan berita “<a href="https://regional.kompas.com/read/2021/12/06/174702878/ternyata-erupsi-gunung-semeru-tak-terjadi-tiba-tiba-alam-telah-memberi?page=all">Ternyata Erupsi Gunung Semeru Tak Terjadi Tiba-tiba, Alam Telah Memberi Tanda</a>.” </p>
<p>Pertanyaan besarnya: apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa sistem peringatan dini gagal menyelamatkan nyawa penduduk sekitar Semeru?</p>
<h2>Makna status “Siaga”</h2>
<p>Sebelum membahas terkait pertanyaan di mana dan mengapa sistem peringatan dini dalam kasus Semeru gagal menyelamatkan 51 warga yang hilang dan meninggal, sangat penting untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi terkait peristiwa fisik gunung Semeru. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/436250/original/file-20211208-19-1qmaf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/436250/original/file-20211208-19-1qmaf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/436250/original/file-20211208-19-1qmaf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/436250/original/file-20211208-19-1qmaf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/436250/original/file-20211208-19-1qmaf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/436250/original/file-20211208-19-1qmaf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/436250/original/file-20211208-19-1qmaf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Relawan memantau luncuran awan panas yang keluar dari kawah gunung Semeru di desa Supiturang, Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur, Selasa 7 Desember 2021.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://download.antarafoto.com/searchresult/dom-1638852607">ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/foc</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Fakta pertama, Semeru masih dalam status Waspada namun tidak mengalami erupsi (letusan) sesuai pengertian letusan gunung api yang baku, dalam skala letusan berstatus Awas. Status Semeru berada dalam pemantauan rutin pemerintah yakni Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.</p>
<p>Status <a href="https://nasional.kompas.com/read/2018/05/22/16464161/infografik-mengenal-status-gunung-berapi">Waspada</a> ditandai dengan adanya peningkatan aktivitas vulkanik yang ditandai dengan aktivitas seismik, vulkanik di atas level normal, termasuk aktivitas magma, lava, serta tremor tektonik. Walau demikian tergantung konteks gunung terkait. </p>
<p>Sedangkan Awas berarti “gunung berapi segera atau sedang meletus atau pada keadaan kritis yang dapat menimbulkan bencana. Tanda-tanda kritis ditandai dengan abu dan uap, berpeluang menjadi letusan dalam waktu kurang lebih 24 jam”.</p>
<p>Secara konsisten, PVMBG mengatakan bahwa yang sesungguhnya terjadi adalah Semeru masih berada dalam <a href="https://vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/aktivitas-gunungapi/3856-press-release-aktivitas-vulkanik-g-semeru--jawa-timur-4-5-desember-2021">status Waspada</a> dan status ini tidak berubah sejak 4 Desember. </p>
<p>PVMBG bahkan menyatakan Semeru tetap dalam <a href="https://vsi.esdm.go.id/index.php/kegiatan-pvmbg/berita-harian-kebencanaan-geologi/3858-laporan-kebencanaan-geologi-7-desember-2021">status Waspada pada 7 Desember 2021</a>. Kepala PVBMG Andiani kepada media mengatakan bahwa kondisi bahaya Semeru tetap <a href="https://tekno.tempo.co/read/1535882/erupsi-semeru-pvmbg-umumkan-status-gunung-tetap-level-ii/full&view=ok">berstatus Waspada</a> dan masih berada di bawah tingkat bahaya tiga gunung api berstatus Siaga, yakni Merapi di Yogyakarta, Lewotolok di Nusa Tenggara Timur serta Sinabung di Sumatera Utara. </p>
<h2>Letusan primer versus letusan sekunder</h2>
<p>Salah kaprah media dan berbagai lembaga pemerintah terjadi karena kesulitan membedakan ancaman primer dan ancaman sekunder. Ancaman primer termasuk di dalamnya letusan primer yang diantisipasi dalam status Awas, status tertinggi dalam peringatan dini gunung api. </p>
<p>Sedangkan yang terjadi di Semeru, adalah ancaman sekunder akibat letusan sekunder, yang bisa dipahami sebagai interaksi fisik antara curahan <a href="https://www.newscientist.com/article/dn2755-rainstorms-could-trigger-killer-eruptions/">hujan yang mengenai akumulasi lava dan berbagai material pijar</a> dan selanjutnya mengakibatkan awan (debu) panas guguran (APG).</p>
<p>Siaran pers PVBMG menyatakan bahwa karakteristik ancaman khas Gunung Semeru “yakni berupa awan panas yang berasal dari ujung aliran lava pada bagian lereng gunung. Endapan awan panas guguran terdiri dari material batuan bersuhu tinggi 800-9000 Celcius yang bergerak ke arah lereng tenggara gunung Semeru sejauh ± 4 km dari puncak, atau ± 2 km dari ujung aliran lava.” </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/436246/original/file-20211208-27-1xelljd.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/436246/original/file-20211208-27-1xelljd.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=609&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/436246/original/file-20211208-27-1xelljd.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=609&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/436246/original/file-20211208-27-1xelljd.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=609&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/436246/original/file-20211208-27-1xelljd.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=766&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/436246/original/file-20211208-27-1xelljd.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=766&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/436246/original/file-20211208-27-1xelljd.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=766&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Siaran pers Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral tentang status gunung Semeru.</span>
<span class="attribution"><span class="source">PVMBG</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Mantan Kepala PVBMG Surono pun kemudian bersuara di berbagai media dengan mengklarifikasi bahwa terminologi yang lebih tepat adalah bukan letusan (primer) tapi sekunder. Disebut sekunder karena “<a href="https://www.kompas.tv/article/239674/yang-terjadi-di-gunung-semeru-bukanlah-erupsi-ini-penjelasan-vulkanolog?utm_source=dlvr.it&utm_medium=twitter">gunung Semeru mengeluarkan lava terus menerus hingga membentuk kubah lava yang semakin lama semakin membesar dan tidak stabil</a>” yang kemudian sangat berbahaya bila berinteraksi dengan curahan hujan. </p>
<h2><em>Missing link</em> dan celah tata kelola</h2>
<p>Ada dua fenomena utama yang bakal terjadi dan tetap berbahaya dari letusan sekunder Semeru. </p>
<p>Pertama, pada aliran atas yakni pada gunung api itu sendiri (hulu), letusan akibat interaksi tersebut di atas akan menimbulkan ‘sensasi letusan’ menghasilkan guguran (awan debu panas) dari kubah lava. Guguran awan debu panas alias APG ini bila bersentuhan secara langsung pada pada penduduk sekitar, akan berpotensi mematikan.</p>
<p>Kedua, pada sisi aliran bawah atau hilir, di sungai-sungai di sekitar bawah gunung, hujan deras akan membawa sedimen alias lahar yang mewujud sempurna dalam wajah banjir lahar. </p>
<p>Dari pernyataan PVBMG di atas dapat kita ketahui bahwa manakala awan panas guguran memasuki lembah <a href="https://nasional.sindonews.com/read/618573/15/semeru-meletus-warga-diimbau-hindari-aliran-sungai-di-mujur-dan-curah-kobokan-1638612734">sungai Kobokan Lumajang</a> dan berinteraksi dengan air sungai beserta material lama yang terdapat di dalam badan sungai, ia akan membentuk aliran lahar sepanjang aliran sungai Kobokan. </p>
<h2>Lalu bagaimana peringatan dini letusan sekunder?</h2>
<p>Terdapat perdebatan dan kontroversi terkait <a href="https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-59552117">ada atau tidaknya sistem peringatan dini</a> dalam kasus gunung Semeru. Setidaknya enam hal penting yang perlu dijelaskan sekaligus dilakukan di Indonesia.</p>
<p>Pertama, dalam klasifikasi Status Gunung Api dari Normal, Waspada, Siaga dan Awas, energi dan fokus seringkali lebih tercurahkan pada ancaman primer gunung api yakni skenario terburuk - letusan primer. </p>
<p>Walau disadari bahwa secara probabilitas (dan terbukti secara empiris di Semeru), “ancaman sekunder” tidak kalah mematikan dan merugikan bila tidak dibangun perencanaan kesiap-siagaan bencana vulkanik secara memadai. </p>
<p>Kedua, karakter ancaman sekunder harus dipantau secara sama seriusnya dengan ancaman primer. Pemerintah daerah maupun masyarakat wajib membangun sistem peringatan dini yang terhubung antara PVBMG dengan struktur tanggap di tingkat paling bawah yakni desa, RT/RW. </p>
<p>Ketiga, sistem peringatan dini yang sehat harus mampu menyelamatkan nyawa manusia. <a href="https://republika.co.id/berita/r3n9xc313/khofifah-early-warning-system-semeru-sudah-jalan">Klaim terkait adanya sistem peringatan dini yang berfungsi baik</a> tapi tidak mampu menyelamatkan rakyat sekitar hanya sebuah pernyataan prosedural birokrasi yang elitis dan tidak ada kaitannya dengan perlindungan rakyat. </p>
<p>Keempat, pentingnya secara rutin merawat arsitektur sistem peringatan dini yang <em>end-to-end</em>, yakni dari kelembagaan lapisan atas seperti PVBMG yang terhubung dengan masyarakat akar rumput. </p>
<p>Kelima, proses merawat sistem peringan dini di atas harus dimulai dengan mengurangi sentralitas pemantauan oleh PVMBG saja. Pemerintah harus mendesentralisasi sistem komunikasi risiko gunung api secara holistik dan terpadu. </p>
<p>Sebagai misal, sistem peringatan dini ini harus bersifat dua arah sehingga pemantauan terhadap faktor sosial secara partisipatif bisa terhubung dengan pemantauan fisik PVMBG. Lembaga Penanganan Bencana Daerah (PBBD) dan PVMBG perlu secara proaktif bersama masyarakat dan melakukan mitigasi, kesiapsiagaan. Secara teknis PVMBG perlu memahami secara baik terkait karakter musiman interaksi gunung api dengan iklim dan cuaca ekstrim dan mengkomunikasikannya pada pemerintah daerah dan masyarakat. </p>
<p>Keenam, integrasi antara pemantauan bahaya gunung api dan sistem peringatan dini yang menyertainya, wajib diintegrasikan dengan peringatan dini iklim dan cuaca ekstrim yang dipantau secara terpisah oleh <a href="https://www.bmkg.go.id/">Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)</a>.</p>
<p>Integrasi sistem peringatan dini yang ragam ancaman ini dikenal dengan nama <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2212420920302582"><em>multi-hazard early warning system</em> </a> yang dalam konteks Indonesia masih terdapat celah kelembagaan yang masih perlu untuk diselesaikan. </p>
<p>Upaya integrasi sistem peringatan dini di Indonesia lintas ancaman ini tidak mudah diurai secara detail di tingkat regulasi, koordinasi dan perencanaan apalagi di tingkat implementasi. Tapi pemerintah Indonesia harus segera mengadopsinya untuk menyelamatkan nyawa rakyat di daerah rawan bencana.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/173423/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Jonatan A Lassa tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Salah kaprah media dan berbagai lembaga pemerintah terjadi karena kesulitan membedakan karakter ancaman primer dan ancaman sekunder, dan implikasinya pada sistim peringatan dini yang holistikJonatan A Lassa, Senior Lecturer, Humanitarian Emergency and Disaster Management, College of Indigenous Futures, Arts and Society, Charles Darwin UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1732382021-12-06T07:53:57Z2021-12-06T07:53:57ZGunung Semeru meletus: sejarah erupsinya dan jaminan kesuburan tanah untuk masa depan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/435806/original/file-20211206-15-1yeda3q.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Awan panas meluncur dari kawah Gunung Semeru, terlihat dari Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur, Senin 6 Desember 2021. Awan panas meluncur sejauh 2,5 kilometer ke Besuk Kobokan. .</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://download.antarafoto.com/v/dom-1638763207">ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/wsj</a></span></figcaption></figure><p>Setelah satu tahun tiga hari beristirahat, pada 4 Desember 2021 <a href="https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-59532221">Gunung Semeru</a> di Lumajang Jawa Timur meletus lagi. Letusan ini menghamburkan abu vulkanis, lava pijar yang cair dan awan panas guguran. Hujan lebat turun mengiringi erupsi Semeru, memicu datangnya lahar yang membawa material vulkanis dari lereng atas-tengah ke lereng bawah. </p>
<p>Aliran kencang lahar telah menghancurkan <a href="https://jatim.idntimes.com/news/jatim/alfi-ramadana/jembatan-gladak-perak-putus-ini-rekayasa-lalin-lumajang-malang/2">jembatan Glagah Perak</a>, memutuskan jalur vital transportasi kedua kecamatan yang terdampak erupsi. Ketika malam tiba, masyarakat harus mengungsi, menyelamatkan diri ke tempat aman agar terhindar dari bencana susulan yang belum dapat diprediksi. </p>
<p>Erupsi gunung api memang merupakan petaka untuk manusia, menghancurkan lingkungan dan merusak infrastruktur di sekitarnya. Namun, setelah letusan nanti, tanah-tanah di sekitar gunung akan subur. </p>
<h2>Petaka akibat letusan Semeru</h2>
<p>Erupsi gunung di Indonesia berasal dari <a href="https://magma.esdm.go.id/v1/edukasi/tipe-gunung-api-di-indonesia-a-b-dan-c">69 gunung api aktif</a> yang tersebar di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Timur, kepulauan Maluku, dan Maluku Utara serta Sulawesi Utara. </p>
<p>Sejak awal abad ke-19 tercatat lebih <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S074395479700007X">dari 70 kali Semeru meletus</a>, biasanya berlangsung beberapa hari sampai bulanan. Letusannya diawali dengan <a href="https://www.bbc.com/indonesia/majalah-42080857">tipe strombolian</a> yang relatif ringan dengan indeks erupsi vulkanis antara 1 dan 2. Letusan strombolian melontarkan batu pijar berukuran halus seperti abu dan <a href="https://magma.esdm.go.id/v1/edukasi/glossary/accretionary-lapilli">lapilli (partikel abu berbentuk bola bulat)</a>, berukuran sedang sampai besar berupa bom lava hingga ketinggian ratusan meter.</p>
<p>Awan panas yang menyertai letusan gunung Semeru bisa mencapai 11 kilometer yang membentuk lidah lava dan pernah menewaskan 3 orang penduduk desa pada 1994. Aliran awan panas dan lava ini biasanya mengarah ke selatan dan tenggara. Pada letusan kali ini tercatat <a href="https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-59532221">ada 15 orang yang meninggal</a> sampai Senin 6 Desember.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/435829/original/file-20211206-25-7f4t02.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/435829/original/file-20211206-25-7f4t02.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/435829/original/file-20211206-25-7f4t02.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/435829/original/file-20211206-25-7f4t02.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/435829/original/file-20211206-25-7f4t02.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/435829/original/file-20211206-25-7f4t02.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/435829/original/file-20211206-25-7f4t02.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Tim SAR mengevakuasi jenazah korban yang tertimbun material guguran awan panas Gunung Semeru di Desa Sumberwuluh, Lumajang, Jawa Timur, Senin 6 Desember 2021. Hingga Senin, 15 korban meninggal telah ditemukan dan 27 masih dicari.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://download.antarafoto.com/searchresult/dom-1638775541">ANTARA FOTO/Zabur Karuru/wsj</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Aliran <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0377027313000644">deras lahar Semeru</a> yang menghancurkan apa saja yang dilewatinya ternyata telah disimulasikan dan dilaporkan oleh para peneliti asing dari Selandia Baru dan Prancis pada 2013. </p>
<p>Para peneliti itu menganalisis rekaman video saat lahar menerjang dari lereng atas hingga masuk ke sungai. Seringnya bencana lahar terjadi dipicu oleh curah hujan yang tinggi di sekitar Semeru (2.200-3.700 milimeter per tahun) serta banyaknya tumpukan material vulkanis lepas yang ada di lereng atas dan tengah yang terjal. </p>
<p>Mereka menyimpulkan bahwa keberadaan dam Sabo yang dibangun di hilir sungai sangat signifikan mengurangi laju dari aliran lahar.</p>
<p>Emisi gas sulfur dioksida (SO2) saat Semeru erupsi harus diwaspadai karena akan berakibat fatal jika terhirup manusia atau ternak. Saat terjadi <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0377027315000219">erupsi pada 2013</a>, diestimasi ada 20 sampai 1.460 kilogram SO2 yang terlempar ke udara. Bahaya akibat gas sulfur dioksida sangat mudah dikenali dari baunya yang menyengat dan menyebabkan sesak nafas, sakit dada, iritasi pada mata, hidung dan tenggorokan.</p>
<h2>Sejarah riset gunung api</h2>
<p>Aktivitas gunung berapi di Indonesia telah lama dipelajari sejak zaman kolonial Belanda. <a href="https://nl.wikipedia.org/wiki/Maur_Neumann_van_Padang">Maur Neumann van Padang (1894-1986), ahli vulkanologi Belanda</a> yang lahir di Padang Panjang, telah banyak mencatat aktivitas gunung api di Indonesia.</p>
<p>Menurut catatan Neumann, letusan Semeru sudah sering terjadi sejak awal abad ke-19. Setelah dorman selama 11 tahun, Semeru aktif kembali tahun 1829 selama 20 tahun, kemudian tidur kembali selama 8 tahun. Siklus aktif selama 7-28 tahun dan dorman 6 sampai 28 tahun berulang sampai sekarang.</p>
<p>Pada malam 29 Agustus 1909, letusan Semeru memakan korban 208 jiwa, dan abu dan lahar memusnahkan 600-800 hektare lahan pertanian dan sebagian dari 38 desa di sekeliling gunung Semeru. Pemerintah Hindia Belanda mulai membentuk Komisi Loemadjang untuk mengumpulkan dana dalam membantu korban gunung api. </p>
<p>Sebelumnya pemerintah Hindia Belanda menganggap korban bencana alam ini tidak dapat dihindarkan. Namun pada 1919, setelah letusan dahsyat Gunung Kelud memakan korban 5.110 jiwa, pemerintah Hindia Belanda kemudian membentuk <em>Vulkaanbewakingsdienst</em>
atau Dinas Penjagaan Gunung Api pada 14 September 1920, untuk memonitor keadaan gunung api sehingga melindungi penduduk dari risiko bencana. </p>
<p>Badan tersebut mempelajari gunung berapi secara saintifik, menentukan jenis gunung berapi untuk memprediksi kemungkinan letusan, dan merancang sistem peringatan dan evakuasi. Dinas inilah cikal bakal <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Pusat_Vulkanologi_dan_Mitigasi_Bencana_Geologi">Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi</a> atau yang juga dikenal sebagai <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Volcanological_Survey_of_Indonesia">Vulcanological Survey of Indonesia</a>.</p>
<h2>Akibat erupsi gunung untuk tanah dan tanaman</h2>
<p>Sebuah riset mengkalkulasi ada <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2667006221000034">sekitar 47 juta ton per tahun material vulkanis</a> menutupi permukaan tanah yang berasal dari gunung meletus di Indonesia sejak 1970. Tapi jumlah ini meningkat menjadi 500-600 juta ton pada 2013-2019 saat Merapi, Kelud dan Sinabung silih berganti meletus. </p>
<p>Ada hikmah yang menunggu setelah bencana geologi ini usai: <a href="https://www.mdpi.com/2071-1050/11/11/3072">material padatan vulkanis</a> ini akan menjamin kesuburan tanah pada masa depan. </p>
<p>Kami telah menganalisis pasir vulkanis dari Semeru dengan menggunakan <a href="https://www.thermofisher.com/blog/ask-a-scientist/what-is-xrf-x-ray-fluorescence-and-how-does-it-work/">alat X-Ray Fluorescence (XRF)</a>. </p>
<p>Alat ini mendeteksi unsur-unsur kimia berupa total elemental oksida penyusun pasir vulkanis itu. Jumlah tertinggi adalah kalsium oksida (CaO) mencapai 18% (180.000 mg/kg), magnesium oksida (MgO) 3,6% (36.000 mg/kg), potasium oksida (K2O) 2,16% (21.600 mg/kg) dan 2,52% (25.200 mg/kg) fosfor pentaoksida (P2O5). Keempat elemental oksida ini merupakan unsur hara penting yang sangat dibutuhkan tanaman dan kehadirannya di tanah akan meningkatkan kesuburan tanah.</p>
<p>Kadar kalsium di tanah tropis seperti di Indonesia tidak terlalu tinggi kecuali pada tanah yang berbahan induk batu kapur. Kekurangan kalsium pada tanah dapat diatasi dengan penambahan kapur pertanian agar konsentrasinya di dalam tanah <a href="https://plantprobs.net/plant/nutrientImbalances/calcium.html">minimal 5 cmol/kg tanah (100 mg/kg)</a>. Dengan penambahan 1 kg pasir vulkanis ke dalam tanah maka akan terjadi peningkatan kadar kalsium sampai 1800 kali lipat.</p>
<p>Idealnya di dalam tanah harus tersedia unsur fosfor (P) sebanyak 20-100 mg/kg agar tanaman tumbuh dan berproduksi dengan baik. Pasir vulkanis dapat menyumbang fosfor per kilogramnya sebanyak 25 g, berarti terjadi peningkatan konsentrasi fosfor antara 200 sampai 1000 kali. </p>
<p>Tanah pertanian Indonesia umumnya kekurangan unsur fosfor dan petani harus memupuk tanahnya dengan pupuk fosfor (TSP, SP-36) dalam jumlah yang banyak. </p>
<p>Maka, material vulkanis mengandung nutrisi penting untuk meningkatkan kesuburan tanah.</p>
<p>Walau awalnya abu ini banyak menimbulkan masalah, tapi pemanfaatan yang tepat akan membuat abu ini sebagai sumber tanah yang terbarukan. Sehingga abu tersebut harus kita manfaatkan dan jangan terhanyutkan di sungai.</p>
<p>Jadi jika saat ini letusan gunung itu membawa bencana, beberapa tahun lagi material letusan itu akan membawa berkah di sektor pertanian di sekitar gunung.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/173238/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Dian Fiantis menerima dana dari Universitas Andalas dan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi untuk meneliti tanah vulkanis Sumatera Barat pada tahun 2019 dan dari Kemendikbud Dikti tahun 2020.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Budiman Minasny tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Letusan Semeru sudah sering terjadi sejak awal abad ke-19. Siklus aktif selama 7-28 tahun dan dorman 6 sampai 28 tahun berulang sampai sekarang.Dian Fiantis, Professor of Soil Science, Universitas AndalasBudiman Minasny, Professor in Soil-Landscape Modelling, University of SydneyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1496352020-11-13T03:16:03Z2020-11-13T03:16:03ZBagaimana kita bisa tahu gunung berapi akan meletus?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/367912/original/file-20201106-21-10wggnc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=42%2C0%2C4715%2C3140&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Erupsi Gunung Etna.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/etna-eruption-sicily-lava-nature-1560571136">Tomarchio Francesco/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Memprediksi gunung berapi meletus sangat sulit. </p>
<p>Beberapa gunung berapi memiliki erupsi secara konstan, seperti <a href="https://www.usgs.gov/observatories/hawaiian-volcano-observatory">Kīlauea di Hawaii</a>. </p>
<p>Namun, ada juga yang memiliki jarak <a href="https://www.usgs.gov/faqs/yellowstone-overdue-eruption-when-will-yellowstone-erupt?qt-news_science_products=0#qt-news_science_products">ratusan bahkan ribuan tahun</a> antar erupsi.</p>
<p>Saat ini, kita dapat memprediksi lebih akurat dibanding 20 tahun yang lalu, berkat pengembangan teknik yang baru atau lebih baik.</p>
<p>Pertama, sangat penting untuk mengetahui aktivitas gunung vulkanik di masa lalu karena mereka memiliki perilaku yang berbeda-beda. </p>
<p>Para ilmuwan, disebut sebagai ahli vulkanologi, akan mempelajari material hasil letusan gunung berapi tersebut. </p>
<p>Apabila meletus perlahan, maka akan membentuk aliran lava, terdiri dari batuan beku. Batuan ini akan mendingin dan menjadi padat untuk membentuk lapisan batuan yang keras. </p>
<p>Ada juga gunung berapi yang meletus disertai ledakan. Hasil ledakan ini adalah serpihan bebatuan, kristal, dan kaca vulkanik (batu yang telah membeku cepat di permukaan). </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Tumpukan batuan hitam yang mengkilap" src="https://images.theconversation.com/files/362487/original/file-20201008-16-jwu5v0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/362487/original/file-20201008-16-jwu5v0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/362487/original/file-20201008-16-jwu5v0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/362487/original/file-20201008-16-jwu5v0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/362487/original/file-20201008-16-jwu5v0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/362487/original/file-20201008-16-jwu5v0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/362487/original/file-20201008-16-jwu5v0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Kaca vulkanik.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/large-chunks-black-obsidian-glass-exposed-1233889144">steve estvanik/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Mempelajari material-material ini dapat membantu ahli vulkanologi untuk mengerti betapa kerasnya letusan dan seberapa sering gunung meletus disertai ledakan. </p>
<p>Ahli vulkanologi dapat memprediksi erupsi gunung berapi dengan menggunakan beberapa teknik. </p>
<p>Permukaan gunung akan menjadi panas, karena magma (batu cair bawah tanah yang mengalir keluar sebagai lava ketika gunung berapi meletus) berpindah lebih dekat ke permukaan sebelum erupsi. </p>
<p>Ini bisa dipantau dengan alat deteksi pada satelit pengukur panas. </p>
<h2>Deteksi dari angkasa</h2>
<p>Permukaan gunung berapi bisa naik atau turun selama pergerakan magma di bawah permukaan. </p>
<p>Ini bisa terdeteksi di dasar, tapi juga bisa diukur dari angkasa dengan <a href="https://science.nasa.gov/technology/technology-highlights/new-radar-to-monitor-volcanoes-and-earthquakes-from-space">satelit yang menggunakan radar</a>. </p>
<p>Cara kerja deteksi gerakan gunung berapi adalah mempelajari setiap perubahan selama waktu tertentu untuk memantulkan gelombang radio dari satelit ke gunung berapi dan kembali lagi. </p>
<p>Waktu ini akan lebih singkat jika gunung berapi menunjukkan kenaikan. </p>
<p>Memantau gunung berapi dari angkasa saat ini <a href="https://earthdata.nasa.gov/learn/sensing-our-planet/sensing-remote-volcanoes">sudah sering</a> dilakukan. </p>
<p>Cara ini lebih aman dan murah dibandingkan harus mendatangi lokasi gunung berapi, terutama jika sedang meletus atau di daerah yang sangat terpencil. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Batuan beku mengalir ke bawah dari aliran lava yang sudah padat" src="https://images.theconversation.com/files/362490/original/file-20201008-24-iqzgzu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/362490/original/file-20201008-24-iqzgzu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/362490/original/file-20201008-24-iqzgzu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/362490/original/file-20201008-24-iqzgzu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/362490/original/file-20201008-24-iqzgzu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/362490/original/file-20201008-24-iqzgzu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/362490/original/file-20201008-24-iqzgzu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Aliran lava.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/lava-flowing-down-hill-1192700248">Yvonne Baur/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Cara lain untuk melihat kapan gunung berapi akan erupsi adalah dengan mengukur gas yang keluar. </p>
<p>Ketika magma bergerak ke permukaan, gas keluar dengan cepat dan mendahului magma. </p>
<p>Gas ini bisa diukur dari angkasa atau dari daratan. </p>
<p>Apabila campuran gas yang berasal dari gunung berapi berubah, ini dapat menunjukkan bahwa magma di bawah sedang bergerak.</p>
<h2>Magma yang bergerak</h2>
<p>Ahli vulkanologi sering memakai dua metode lain untuk melihat apakah gunung akan meletus. </p>
<p>Ketika magma bergerak, ia akan menggetarkan daratan, menciptakan jenis gempa bumi yang disebut getaran harmonik. </p>
<p>Getaran ini bisa mengindikasi seberapa cepat dan kemana magma sedang bergerak. </p>
<p>Metode kedua adalah pengukuran gravitasi. </p>
<p>Gravitasi adalah, tentu saja, kekuatan yang menghentikan segala sesuatu lepas dari permukaan Bumi ke luar angkasa. </p>
<p>Namun, kekuatan tersebut sedikit menurun jika permukaan menjadi kurang padat. </p>
<p>Ini tidak berarti objek akan langsung terbang ke orbit karena perubahannya sangat kecil. </p>
<p>Tapi, bisa diukur alat bernama ‘<em>gravimeters</em>’. </p>
<p>Batuan cair memiliki kepadatan yang lebih rendah dibandingkan ketika padat, sehingga area gravitasi yang lebih rendah pada gunung berapi, terutama jika mereka berubah dari waktu ke waktu, mungkin menunjukkan magma - dan kemungkinan letusan.</p>
<p>Dengan mempelajari sejarah gunung berapi dan menggabungkan informasi dari berbagai teknik daratan maupun angkasa, kita bisa memahami dan memperingatkan di waktu yang tepat kepada masyarakat yang tinggal di sekitar gunung sebelum erupsi. </p>
<hr>
<p><em>Wiliam Reynold menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/149635/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Ian Skilling tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Gunung berapi memberikan banyak petunjuk yang membantu para ilmuwan memprediksi kapan akan terjadi letusan.Ian Skilling, Senior Lecturer in Volcanology, University of South WalesLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1186852019-06-18T11:30:06Z2019-06-18T11:30:06Z‘Denyut’ dari suatu gunung berapi dapat digunakan untuk memprediksi letusan berikutnya<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/279125/original/file-20190612-32342-u3zy1m.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C150%2C4031%2C2867&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Letusan gunung Kilauea pada 2018 diawali dengan adanya kerusakan sistem saluran magma di puncaknya.</span> <span class="attribution"><span class="source">Courtesy of Grace Tobin, 60 Minutes</span>, <span class="license">Author provided</span></span></figcaption></figure><p>Memprediksi kapan suatu gunung berapi akan meletus merupakan hal yang sulit, tapi salah satu letusan gunung api di Hawaii baru-baru ini <a href="https://agupubs.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1029/2018GL081609" title="Decrease in Seismic Velocity Observed Prior to the 2018 Eruption of Kīlauea Volcano With Ambient Seismic Noise Interferometry">memberi pelajaran yang dapat membantu</a>.</p>
<p><a href="https://theconversation.com/au/topics/kilauea-53358">Kīlauea</a>, sebuah gunung berapi di Pulau Besar Hawaii, mungkin merupakan gunung berapi yang paling dipahami di Bumi. Hal itu karena pemantauan dan pengumpulan informasi sejak dibentuknya <a href="https://volcanoes.usgs.gov/observatories/hvo/">Hawaiian Volcano Observatory</a> pada 1912.</p>
<p>Selain itu, gunung berapi ini juga berada di bawah jaringan pemantauan geofisika paling canggih di dunia.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/from-kilauea-to-fuego-three-things-you-should-know-about-volcano-risk-97775">From Kilauea to Fuego: three things you should know about volcano risk</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Dari langit, satelit mengumpulkan data yang menunjukkan perubahan topografi gunung berapi ketika magma bergerak dalam seluruh sistem saluran magma internal. Di samping itu, satelit juga melihat komposisi gas vulkanik.</p>
<p>Dari tanah, ahli vulkanologi menggunakan sejumlah alat kimia dan fisik yang sangat sensitif untuk dapat memahami struktur sistem saluran magma itu lebih lanjut. Dengan alat-alat ini, pergerakan magma di dalam gunung berapi dapat dipelajari.</p>
<h2>Gempa bumi dan getaran</h2>
<p>Hal utama dalam pemantauan gunung berapi adalah berkaitan dengan aktivitas kegempaan, meliputi frekuensi, tempat, dan waktu gempa bumi terjadi. Gempa bumi dapat dipicu oleh gerakan magma di dalam gunung berapi. Pengumpulan data di lokasi gempa bumi tersebut (teknik yang dikenal sebagai triangulasi) dapat melacak jalur magma yang berada di bawah tanah.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/274839/original/file-20190516-69178-wpysqy.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/274839/original/file-20190516-69178-wpysqy.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/274839/original/file-20190516-69178-wpysqy.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=215&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/274839/original/file-20190516-69178-wpysqy.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=215&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/274839/original/file-20190516-69178-wpysqy.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=215&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/274839/original/file-20190516-69178-wpysqy.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=271&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/274839/original/file-20190516-69178-wpysqy.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=271&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/274839/original/file-20190516-69178-wpysqy.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=271&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Skema sistem saluran magma dalam gunung berapi Kilauea, Big Island, Hawaii. Magma diangkut dari dalam Bumi hingga sampai ke serangkaian reservoir magma puncak.</span>
<span class="attribution"><span class="source">USGS</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sebuah teknik terbaru, interferometri seismik, menggunakan getaran energi dari gelombang laut yang mengenai garis pantai yang jauh yang kemudian menempuh perjalanan melalui gunung berapi tersebut.</p>
<p>Perubahan kecepatan getaran ini membantu kami memetakan jejak 3 dimensi dari sistem saluran magma gunung berapi. Kami kemudian dapat mendeteksi kapan, dan bagaimana (dalam beberapa kasus) sistem saluran magma berubah.</p>
<p>Pemantauan ini menghasilkan “denyut” gunung berapi ketika sedang tidak aktif–suatu patokan untuk mendeteksi perubahan selama guncangan vulkanik. Hal ini terbukti menjadi temuan yang sangat berharga untuk peringatan dini, serta untuk memprediksi di mana dan kapan letusan Gunung Kīlauea yang terjadi pada 3 Mei 2018.</p>
<p>“Denyut” Kīlauea meliputi siklus <a href="https://volcanoes.usgs.gov/observatories/hvo/hvo_volcano_watch.html?vwid=117">inflasi (mengembang) dan deflasi (mengempis) gunung berapi</a> saat magma bergerak masuk dan keluar dari wilayah penyimpanan di puncak gunung berapi.</p>
<p>Kecepatan getaran yang bergerak melalui gunung berapi dapat diprediksi selama pengamatan siklus inflasi/deflasi ini. Ketika gunung berapi mengembang, getaran bergerak lebih cepat melalui gunung berapi ketika batu dan magma terkompresi. Namun, ketika gunung berapi mengempis, kecepatan ini menurun.</p>
<p>Kami menggambarkan hubungan antara dua set data ini–mengembang/mengempis dan kecepatan getaran yang semakin cepat/lambat–sebagai data gabungan.</p>
<h2>Terdapat sesuatu yang berubah</h2>
<p>Dibandingkan dengan patokan kami, data gabungan ini bergeser 10 hari sebelum erupsi Kīlauea pada 3 Mei. Hal ini mengindikasikan bahwa sistem saluran magma telah berubah secara signifikan.</p>
<p>Gunung berapi saat itu mengembang akibat penumpukan tekanan di dalam ruang magma, namun disertai dengan gelombang seismik yang semakin lambat dengan cukup dramatis, bukannya semakin cepat.</p>
<p>Interpretasi kami terhadap data ini adalah bahwa ruang magma puncak tidak mampu mempertahankan tekanan akibat pasokan magma yang meningkat dan membuat tonjolan itu mengembang besar. Material batu kemudian mulai pecah di sekitar ruang magma puncak.</p>
<p>Pecahnya bebatuan mungkin kemudian menyebabkan perubahan sistem magmatik puncak sehingga membuat lebih banyak magma dengan lebih mudah tiba di lokasi letusan sekitar 40 km jauhnya.</p>
<p>Seperti halnya Gunung Kilauea, set data gabungan seperti itu secara teratur dikumpulkan, diselidiki, dan ditafsirkan dalam bentuk transportasi magma pada gunung berapi lain secara global. Misalnya pada gunung berapi Piton de la Fournaise di Pulau Reunion, dan gunung berapi Etna di Italia.</p>
<p>Namun, <a href="https://agupubs.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1029/2018GL081609">pemodelan</a> kami adalah yang pertama kali menunjukkan perubahan hubungan data gabungan dapat terjadi karena melemahnya material dalam gunung berapi sebelum terjadi letusan.</p>
<p>Model kerusakan yang kami terapkan sekarang dapat digunakan untuk gunung berapi lainnya yang berada dalam keadaan tidak tenang. Model ini menambah peralatan vulkanologis ketika akan memprediksi kapan dan di mana letusan yang akan datang.</p>
<h2>Begitu banyak data, kami butuh bantuan</h2>
<p>Ketika gunung berapi berada dalam kondisi sangat tidak tenang, volume informasi yang didapat dari data digital dan pengamatan di darat sangat ekstrem. Para ilmuwan cenderung mengandalkan pemantauan observasional terlebih dahulu, dan baru menggunakan data lainnya ketika memiliki waktu dan tenaga tambahan.</p>
<p>Namun, jumlah total data yang masuk (seperti dari satelit) sangat banyak, dan para ilmuwan sampai-sampai tidak bisa menganalisisnya. Pembelajaran mesin <em>(machine learning)</em> mungkin dapat membantu kami dalam hal ini.</p>
<p><a href="https://www.sciencemag.org/news/2018/12/artificial-intelligence-helps-predict-volcanic-eruptions">Kecerdasan buatan</a> <em>(artificial intelligence)</em> adalah pendatang baru dalam urusan memprediksi erupsi. Jaringan saraf <em>(neural networks)</em> dan algoritme lainnya dapat mengolah data bervolume tinggi yang juga kompleks untuk “belajar” membedakan antara sinyal-sinyal yang berbeda.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/how-the-dinosaurs-went-extinct-asteroid-collision-triggered-potentially-deadly-volcanic-eruptions-112134">How the dinosaurs went extinct: asteroid collision triggered potentially deadly volcanic eruptions</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p><a href="https://www.nature.com/articles/d41586-018-07420-y">Sistem peringatan dini otomatis</a> terhadap erupsi yang akan datang dengan menggunakan susunan sensor telah tersedia untuk beberapa gunung berapi saat ini, misalnya di Gunung Etna, Italia. Di masa depan, mungkin kecerdasan buatan akan membuat sistem ini lebih canggih lagi.</p>
<p>Deteksi dini terdengar amat mengagumkan bagi pihak berwenang yang bertanggung jawab atas keselamatan publik, tapi banyak ahli vulkanologi yang masih waspada akan penggunaannya.</p>
<p>Sebab, jika pendeteksi ini justru membunyikan beberapa peringatan palsu, maka kejadian ini dapat menurunkan kepercayaan publik terhadap ilmuwan dan manajer krisis vulkanik.</p>
<p><em>Las Asimi Lumban Gaol menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/118685/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Rebecca Carey receives funding from the Australian Research Council, US National Science Foundation and New Zealand Marsden Grant.</span></em></p>Ilmuwan menemukan metode baru untuk membantu memprediksi kapan gunung berapi meletus berdasarkan data yang diolah dari letusan tahun lalu di Hawaii.Rebecca Carey, Senior Lecturer in Earth Sciences, University of TasmaniaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1093712019-01-08T08:45:44Z2019-01-08T08:45:44ZMengapa Gunung Anak Krakatau masih berbahaya–ini penjelasan vulkanolog<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/252612/original/file-20190107-32130-rv6gby.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Letusan Anak Krakatau menyebabkan tanah longsor bawah laut dan tsunami yang melanda Jawa dan Sumatra.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="http://www.apimages.com/metadata/Index/Pictures-Of-The-Week-Photo-Gallery/9f79d72a31af4f47bcaf1731f9585436/2/0">Nurul Hidayat/Bisnis Indonesia via AP</a></span></figcaption></figure><p>Pada 22 Desember 2018 pukul 21.03 WIB, sebuah bongkah seluas 64 hektare dari gunung api Anak Krakatau di Selat Sunda longsor di lautan setelah erupsi. Longsoran ini menciptakan tsunami yang menghantam wilayah pesisir di Jawa dan Sumatra, <a href="https://ahacentre.org/flash-update/flash-update-no-05-sunda-strait-tsunami-29-december-2018/">menewaskan setidaknya 426 orang dan melukai 7.202 orang</a>. </p>
<p>Data satelit dan rekaman helikopter yang diambil pada 23 Desember mengonfirmasi bahwa bagian sektor barat daya dari gunung api tersebut telah ambruk ke laut. Dalam <a href="http://vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/aktivitas-gunungapi/2572-pers-rilis-aktivitas-gunung-anak-krakatau-28-desember-2018">sebuah laporan 29 Desember</a>, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM menyatakan bahwa tinggi Anak Krakatau turun dari 338 meter di atas permukaan laut ke 110 meter.</p>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/252192/original/file-20181231-47307-x3qm1k.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/252192/original/file-20181231-47307-x3qm1k.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/252192/original/file-20181231-47307-x3qm1k.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=723&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/252192/original/file-20181231-47307-x3qm1k.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=723&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/252192/original/file-20181231-47307-x3qm1k.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=723&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/252192/original/file-20181231-47307-x3qm1k.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=909&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/252192/original/file-20181231-47307-x3qm1k.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=909&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/252192/original/file-20181231-47307-x3qm1k.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=909&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Suatu simulasi peristiwa gunung berapi menunjukkan potensi gelombang 15 meter atau lebih secara lokal (merah) yang berasal dari situs Anak Krakatau.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://doi.org/10.1144/SP361.7">Giachetti et al. (2012)</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Saya dan kolega saya menerbitkan <a href="https://doi.org/10.1144/SP361.7">satu riset pada 2012</a> yang meneliti bahaya yang ditimbulkan situs ini dan menemukan bahwa, meski sangat sulit untuk memperkirakan jika dan kapan Anak Krakatau akan runtuh sebagian, karakteristik gelombang yang dihasilkan oleh peristiwa semacam ini tidak sepenuhnya tidak dapat diprediksi.</p>
<h2>Dipicu longsoran</h2>
<p>Meski sebagian besar tsunami memiliki asal-usul seismik (misalnya, <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/2004_Indian_Ocean_earthquake_and_tsunami">tsunami di Aceh pada 2004</a> dan tsunami di Tohuku Jepang <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/2011_T%C5%8Dhoku_earthquake_and_tsunami">pada 2011</a>), mereka juga dapat dipicu oleh fenomena yang terkait dengan letusan gunung berapi besar.</p>
<p>Tsunami yang disebabkan gunung berapi dapat dipicu oleh ledakan bawah laut atau oleh aliran piroklastik yang besar—campuran panas gas vulkanik, abu dan balok yang bergerak dengan kecepatan puluhan kilometer per jam–jika mereka masuk ke dalam badan air. Penyebab lainnya adalah ketika sebuah kawah besar terbentuk karena runtuhnya atap kamar magma–sebuah reservoir besar batuan panas di bawah permukaan bumi–setelah letusan.</p>
<p>Di Anak Krakatau, massa besar yang meluncur dengan cepat yang menghantam air menyebabkan tsunami. Jenis peristiwa ini biasanya sulit diprediksi karena sebagian besar massa yang meluncur berada di bawah permukaan air.</p>
<p>Tanah longsor vulkanik ini dapat menyebabkan tsunami besar. Tsunami yang dipicu oleh tanah longsor mirip dengan apa yang terjadi di Anak Krakatau yang terjadi pada Desember 2002 ketika 17 juta meter kubik (600 juta kaki kubik) material vulkanik dari gunung api <a href="https://agupubs.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1029/2007JB005172">Stromboli</a>, di Italia, memicu gelombang setinggi 8 meter. </p>
<p>Baru-baru ini pada Juni 2017, gelombang setinggi 100 meter dipicu oleh tanah longsor <a href="https://www.nature.com/news/huge-landslide-triggered-rare-greenland-mega-tsunami-1.22374">45 juta meter kubik</a> di <a href="https://www.nature.com/news/huge-landslide-triggered-rare-greenland-mega-tsunami-1.22374">Karrat Fjord</a> di Greenland menyebabkan naiknya gelombang air laut secara cepat yang mendatangkan malapetaka dan menewaskan empat orang di desa nelayan Nuugaatsiaq yang terletak sekitar 20 km dari lokasi keruntuhan.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/252190/original/file-20181231-47295-1jnu3jv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/252190/original/file-20181231-47295-1jnu3jv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/252190/original/file-20181231-47295-1jnu3jv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=255&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/252190/original/file-20181231-47295-1jnu3jv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=255&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/252190/original/file-20181231-47295-1jnu3jv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=255&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/252190/original/file-20181231-47295-1jnu3jv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=320&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/252190/original/file-20181231-47295-1jnu3jv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=320&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/252190/original/file-20181231-47295-1jnu3jv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=320&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Gambar satelit diambil pada 20 Agustus (kiri) dan 24 Desember (kanan) yang menunjukkan perubahan topografi Anak Krakatau (dalam lingkaran merah) sebelum dan sesudah letusan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="http://www.gsi.go.jp/cais/topic181225-index-e.html">Geospatial Information Authority of Japan</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/">CC BY-NC-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kedua tsunami ini memiliki sedikit kematian korban karena terjadi di lokasi yang relatif terisolasi (Karrat Fjord) atau selama periode tanpa aktivitas wisata (Stromboli). Ini jelas tidak terjadi di Anak Krakatau pada 22 Desember.</p>
<h2>Anak Krakatau</h2>
<p>Bagian dunia ini berpengalaman dengan gunung berapi yang merusak. Pada 26-28 Agustus 1883, <a href="https://pubs.giss.nasa.gov/abs/se02000x.html">gunung api Krakatau</a> mengalami salah satu letusan gunung berapi terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah manusia, menghasilkan 15 meter (50 kaki) gelombang tsunami dan menyebabkan lebih dari 35.000 korban tewas di sepanjang pantai Selat Sunda di Indonesia.</p>
<p>Hampir 45 tahun setelah letusan dahsyat pada 1883 ini, Anak Krakatau muncul dari laut di lokasi yang sama dengan bekas Krakatau, dan tumbuh mencapai sekitar 338 meter (1.108 kaki), ketinggian maksimumnya pada Desember 22, 2018.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/252191/original/file-20181231-47298-1tsklfd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/252191/original/file-20181231-47298-1tsklfd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/252191/original/file-20181231-47298-1tsklfd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=259&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/252191/original/file-20181231-47298-1tsklfd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=259&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/252191/original/file-20181231-47298-1tsklfd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=259&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/252191/original/file-20181231-47298-1tsklfd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=325&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/252191/original/file-20181231-47298-1tsklfd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=325&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/252191/original/file-20181231-47298-1tsklfd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=325&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">(a) Penampang Anak Krakatau dan kaldera letusan 1883. Bekas lokasi longsor yang digunakan untuk model digambar dalam warna hitam. Itu dihadapkan ke barat daya, membatasi volume yang runtuh sekitar 0,28 kilometer kubik. (B) Topografi sebelum tanah longsor disimulasikan. Kaldera yang dihasilkan dari letusan Krakatau 1883 jelas terlihat, demikian juga Anak Krakatau, yang dibangun di sisi timur laut kaldera ini. (c) Topografi setelah tanah longsor yang disimulasikan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://doi.org/10.1144/SP361.7">Giachetti et al. (2012).</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Banyak tsunami yang terjadi selama letusan 1883. Bagaimana mereka dihasilkan masih diperdebatkan oleh ahli vulkanologi, karena beberapa proses vulkanik mungkin telah berlangsung secara berturut-turut atau bersama-sama.</p>
<p>Saya meneliti masalah ini pada 2011 dengan rekan-rekan saya <a href="http://lmv.uca.fr/paris-raphael/">Raphaël Paris</a> dan <a href="http://lmv.uca.fr/kelfoun-karim-2/">Karim Kelfoun</a> dari Université Clermont Auvergne di Prancis, dan <a href="http://tau.ac.id/staff-member/dr-ir-budianto-ontowirjo-msc/">Budianto Ontowirjo</a> dari Universitas Tanri Abeng di Indonesia. Namun, waktu singkat yang tersisa dalam <em>fellowhsip postdoctoral</em> saya membuat saya beralih arah dari ledakan abad ke-19 untuk fokus pada Anak Krakatau. Pada 2012, kami menerbitkan sebuah makalah berjudul <a href="Http://sp.lyellcollection.org/content/361/1/79">“Bahaya Tsunami terkait Keruntuhan Sisi Gunung Api Anak Krakatau, Selat Sunda, Indonesia.”</a></p>
<p>Penelitian ini dimulai dengan pengamatan bahwa Anak Krakatau sebagian terbangun di atas dinding kawah yang curam akibat letusan Krakatau 1883. Karena itu kami bertanya pada diri sendiri, “bagaimana jika bagian dari gunung berapi ini runtuh ke laut?” </p>
<p>Untuk menjawab pertanyaan ini, kami secara numerik mensimulasikan destabilisasi sebagian besar gunung berapi Anak Krakatau ke arah barat daya secara tiba-tiba, dan selanjutnya pembentukan serta perambatan tsunami. Kami menunjukkan hasil yang memproyeksikan waktu kedatangan dan amplitudo gelombang yang dihasilkan, di Selat Sunda dan di pantai Jawa dan Sumatra.</p>
<p>Ketika memodelkan tsunami yang dipicu oleh tanah longsor, beberapa asumsi perlu dibuat mengenai volume dan bentuk tanah longsor, cara ia runtuh (dalam sekali ambrol versus dalam beberapa kegagalan), atau cara perambatannya. Dalam studi itu, kami membayangkan “suatu skenario kasus terburuk” dengan volume 0,28 kilometer kubik material vulkanik yang runtuh–setara dengan sekitar 270 bangunan Empire State New York.</p>
<p>Kami memperkirakan bahwa semua pantai di sekitar Selat Sunda berpotensi terkena gelombang lebih dari 1 meter kurang dari 1 jam setelah kejadian. Sayangnya, tampaknya temuan kami tidak jauh dari apa yang terjadi pada 22 Desember: Waktu kedatangan dan amplitudo gelombang yang teramati berada dalam kisaran simulasi kami, dan <a href="https://www.dropbox.com/s/ky5rb4kmi7bgmfd/Anak_Krakatau_v1.pdf?dl=0">ahli kelautan Stephan Grilli dan rekannya </a> memperkirakan bahwa 0,2 kilometer kubik tanah benar-benar runtuh.</p>
<p>Sejak tanah longsor terjadi itu, telah terjadi <a href="http://www.geologyin.com/2014/05/a-surtseyan-eruption.html">letusan Surtseyan</a> terus menerus. Ini melibatkan interaksi eksplosif antara magma gunung berapi dan air di sekitarnya, yang membentuk kembali Anak Krakatau karena terus perlahan meluncur ke barat daya.</p>
<p>Indonesia tetap waspada. Para <a href="https://www.nbcnews.com/news/world/indonesia-high-alert-new-tsunami-volcano-rumbles-n952221">pejabat terus memperingatkan</a> tentang potensi lebih banyak tsunami. Sementara menunggu, ada baiknya kembali merujuk ke riset yang telah melihat potensi bahaya yang disebabkan oleh gunung berapi.</p>
<hr>
<p><em>Artikel ini diterjemahkan dari edisi Bahasa Inggris oleh Ahmad Nurhasim.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/109371/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Thomas Giachetti receives funding from the US Nation Science Foundation.</span></em></p>Di Anak Krakatau, massa besar yang meluncur dengan cepat yang menghantam air menyebabkan tsunami. Jenis peristiwa ini biasanya sulit diprediksi.Thomas Giachetti, Assistant Professor of Earth Sciences, University of OregonLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/950432018-04-16T00:53:22Z2018-04-16T00:53:22ZBagaimana memprediksi letusan gunung api secara akurat?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/214870/original/file-20180415-577-1l9gghe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Erupsi Gunung Agung Bali.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/vulcano-agung-eruption-764055262?src=zOV-s6vB82dhvNv1Svnv6g-1-3">Evgeny Ivkov/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><iframe src="https://open.spotify.com/embed-podcast/episode/1emTkpdWClVirZhY7qo9Db" width="100%" height="232" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<p>Seratus tiga puluh lima tahun lalu <a href="https://theconversation.com/the-worlds-five-deadliest-volcanoes-and-why-theyre-so-dangerous-74901">Gunung Krakatau</a> meletus begitu dahsyat sehingga menyebabkan perubahan iklim global. Saat itu permukaan bumi sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menyelimuti atmosfer. Sinar mahatari redup hingga enam bulan setelah letusan tersebut. </p>
<p>Setidaknya 36 ribu orang di sekitar gunung tersebut tewas kala itu. Mengapa letusan bisa begitu dahsyat dan bisakah sains memprediksi waktu letusan untuk mengurangi dampak mematikan? Untuk memahami proses meletusnya gunung api, bayangkanlah ember yang senantiasa dipenuhi air. Saat berlebih, air pasti akan tumpah di mana-mana. Atau isilah kantong plastik dengan air terus menerus, niscaya ujung-ujung air akan berusaha mencari jalan untuk keluar, untuk meletus, untuk mencapai keseimbangan. </p>
<p><a href="https://theconversation.com/mengapa-gunung-api-meletus-84720">Gunung api meletus adalah proses alamiah</a> untuk mencari keseimbangan alam dari tubuh magma yang ada di perut bumi. Dalam keadaan seimbang, gunung tidak meletus. Tapi saat keadaannya tidak stabil, terlalu penuh volumenya, dia akan meletus. Karena itu, dengan mengetahui interval letusan dari riset yang intensif, vulkanolog dapat menggambarkan pola letusan dan memprediksi kekuatan letusan. </p>
<p>Gunung Papandayan, misalnya, siklus letusannya sekitar 20 tahun sekali. Rentang letusan <a href="https://theconversation.com/gunung-agung-terus-bergemuruh-dan-masih-mungkin-akan-meletus-85985">Gunung Agung</a> adalah 120 tahun. Karena itu <a href="https://theconversation.com/letusan-gunung-agung-otoritas-wisata-bali-mengambil-risiko-rusaknya-reputasi-demi-dolar-turis-88400">letusan pada akhir 2017 lalu</a>, tidak sebesar letusan pada 1963 karena siklus pada tahun lalu belum sampai setengah dari interval letusan rutin gunung di Bali itu. Gunung-gunung yang berada di laut, seperti Krakatau, bisa mengalami tekanan akibat volume air yang meningkat sehingga letusannya lebih dahsyat. </p>
<p>Mirzam Abdurrahman, vulkanolog Institut Teknologi Bandung, menjelaskan bagaimana letusan gunung api bisa diprediksi berdasarkan siklus letusan dan gemuruh magma di perut bumi. Memang tidak semuanya bisa diprediksi. Terkadang tiba-tiba dinding penahan dapur magma roboh dan masuk ke dalam dapur magma sehingga volumenya berubah secara signifikan. Ini ibarat ember diisi penuh air, lalu ada batu bata di dekatnya tiba-tiba ambrol yang menyebabkan air tumpah ruah.</p>
<p>Edisi keenam Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh tim dengan produser dan narator Hilman Handoni. Selamat mendengarkan!</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/95043/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Dengan mengetahui interval letusan dari riset yang intensif, volkanolog dapat menggambarkan pola letusan dan memprediksi kekuatan letusan. Termasuk mengantisipasi dampak letusan.Ahmad Nurhasim, Health+Science Editor, The ConversationLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/884002017-11-30T09:34:43Z2017-11-30T09:34:43ZLetusan Gunung Agung: otoritas wisata Bali mengambil risiko rusaknya reputasi demi dolar turis<p>Gunung Agung di Bali telah aktif sejak September 2017. Intensitas keaktifan gunung api tersebut telah meningkat secara signifikan sepanjang bulan November, hingga pada akhirnya gunung tersebut <a href="http://regional.kompas.com/read/2017/11/21/17385261/gunung-agung-meletus-asap-dan-abu-membubung-setinggi-600-meter">mulai mengeluarkan asap dan abu pada tanggal 21 November</a>. Namun, Bali Tourism Board baru pada tanggal 27 November 2017 mengumumkan <a href="http://balitourismboard.or.id/page/mountagung/official-statement-2.html">informasi terbaru</a> tentang aktivitas gunung api tersebut dan kemungkinan dampaknya bagi wisatawan.</p>
<p>Sementara itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi telah <a href="http://www.vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/liputan-khusus/g-agung">mengeluarkan peringatan tingkat tinggi mengenai Gunung Agung</a> selama lebih dari sebulan. Banyak di antara maskapai penerbangan internasional yang menyediakan layanan ke Bali terpaksa harus membatalkan penerbangan ke dan dari Bali akibat sangat banyaknya abu vulkanik di langit dan di sekitar Bali</p>
<h2>Penumpang terdampar</h2>
<p>Menurut laporan media, <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20171128154019-22-258645/foto-mereka-yang-terdampar-di-bandara-ngurah-rai/5">ribuan</a> wisatawan dari luar dan dalam negeri terdampar di Bali menantikan penerbangan keluar baik untuk tujuan internasional atau alternatif tujuan domestik Indonesia.</p>
<p>Maskapai penerbangan memang tunduk pada peraturan ketat berkait terbang di langit yang penuh abu vulkanik. Organisasi Sipil Penerbangan Internasional (ICAO), lembaga PBB yang mengatur tentang keselamatan penerbangan global, <a href="https://www.icao.int/publications/Documents/9974_en.pdf">melarang maskapai penerbangan untuk terbang di langit dengan abu vulkanik pada tingkat tertentu</a>. </p>
<p>Bahkan banyak maskapai penerbangan menjalankan aturan yang lebih ketat lagi berkait terbang di langit berabu vulkanik. Dalam beberapa hari ini, Qantas, Japan Airlines, KLM, Jetstar, Air Asia, dan Virgin Australia telah menghentikan penerbangan ke dan dari Bali.</p>
<hr>
<p><em><strong>Baca juga</strong>: <a href="https://theconversation.com/letusan-gunung-agung-bisa-menghasilkan-tanah-tersubur-di-dunia-85142">Letusan Gunung Agung bisa menghasilkan tanah tersubur di dunia</a></em></p>
<hr>
<h2>Otoritas wisata Bali menuai kritik</h2>
<p>Bali Tourism Board dan Kementerian Pariwisata Indonesia menerima banyak kritik dari media internasional dan banyak industri perjalanan atas petunjuk mereka yang mengutamakan kepentingan pasar, bukannya para wisatawan.</p>
<p>Sebelum pengumuman 27 November, kedua lembaga masih memberi tahu wisatawan untuk tidak khawatir dengan kondisi Gunung Agung. Memang Gunung Agung berjarak 70 kilometer dari kebanyakan tujuan wisata terkenal Bali, tetapi adalah salah untuk mengatakan bahwa aktivitas gunung api yang terus meningkat tidak akan menimbulkan dampak bagi para wisatawan.</p>
<p>Bali sangat bergantung pada <a href="http://money.cnn.com/2017/11/28/news/economy/bali-volcano-economy/index.html">uang wisatawan</a>. Lebih dari 60% perekonomian dan pekerjaan di Bali bergantung secara langsung atau tidak langsung pada industri pariwisata. <a href="http://www.disparda.baliprov.go.id/en/Statistics2">Di tahun 2016 hampir 5 juta</a> wisatawan internasional berkunjung ke Bali dan wisatawan domestik <a href="http://www.disparda.baliprov.go.id/en/Statistics2">dapat mencapai 7 juta setahun</a>.</p>
<p>Tetapi, dalam pengelolaan risiko ada dua hal yang tak terpisahkan: kemungkinan dan akibat. Seperti yang disadari oleh banyak ahli gunung api, saat ini terdapat sebuah kemungkinan besar letusan besar Gunung Agung. Akibat dari sebuah letusan adalah pengungsian besar-besaran dari daerah sekeliling gunung.</p>
<p>Akibat lainnya meliputi tercemarnya persediaan air, debu di atmosfer dalam jumlah besar, kerusakan tanaman, dan gangguan transportasi. Selain itu, tantangan menampung pengungsi lokal dan pengunjung yang terdampar akan menciptakan sebuah pengaturan darurat skala raksasa.</p>
<p>Banyak orang menganggap pendekatan otoritas Bali yang mengabaikan ini tidak bertanggung jawab. Bagi banyak pengamat, nampaknya industri pariwisata Bali lebih tertarik dengan aliran uang wisatawan dibanding melaksanakan menjaga keselamatan wisatawan.</p>
<p>Maka tidak heran, banyak wisatawan dibikin bingung oleh pesan tidak jelas dari Kementerian Pariwisata dan Bali Tourism Board bahwa segalanya baik-baik saja. Padahal maskapai penerbangan dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi telah memberikan peringatan bahaya.</p>
<hr>
<p><em><strong>Baca juga</strong>: <a href="https://theconversation.com/gunung-agung-di-bali-berpotensi-meletus-untuk-pertama-kalinya-dalam-50-tahun-84529">Gunung Agung di Bali berpotensi meletus untuk pertama kalinya dalam 50 tahun</a></em></p>
<hr>
<h2>Reputasi jangka panjang lebih penting</h2>
<p>Banyak wisatawan di Bali yang mengalami kesusahan atau terdampar di bandar udara, dengan pahit mengeluh di media sosial dan media tradisional. Mereka bersikap kritis terhadap petunjuk menyesatkan yang mereka terima dari agen perjalanan dan Bali Tourism Board yang bertentangan dengan petunjuk dari maskapai penerbangan, penasihat perjalanan pemerintah, dan perusahaan asuransi perjalanan.</p>
<p>Hal ini membuat publik mempertanyakan kualitas dan kejujuran petunjuk dari Kementerian Pariwisata dan Bali Tourism Board bagi wisatawan, agen perjalanan, dan operator wisata. Modal terpenting dewan pariwisata baik nasional atau lokal adalah kepastian bahwa informasinya jujur, tepat, dan dapat dipercaya. Hal ini termasuk memberikan peringatan tentang kemungkinan bahaya bagi wisatawan dan perkiraan yang dapat mereka pakai untuk memperkecil kemungkinan terkena bahaya tersebut. </p>
<p>Ironisnya, saya sedang berada di Bali pada bulan Mei 2017 memberikan sebuah <a href="https://www.apec.org/Publications/2017/09/Strengthening-Tourism-Business-Resilience-against-the-Impact-of-Terrorist-Attack">presentasi tentang masalah ini</a>. Waktu itu saya berbicara di Konferensi Anti-terorisme dan Pariwisata milik APEC, yang diselenggarakan oleh pemerintah Indonesia. Saya mengusulkan otoritas pariwisata agar memberi peringatan pada wisatawan yang berencana berkunjung tentang risiko menyangkut keselamatan (termasuk bencana alam). Pendekatan saya dijadikan salah satu anjuran pokok bagi pemerintah APEC sebagai inti dari konferensi tersebut.</p>
<p>Bali Tourism Board harus belajar dari respons menyesatkan mereka berkait Gunung Agung. Lebih baik mengorbankan bisnis pariwisata untuk jangka pendek dibandingkan selamanya merusak nama baik sebagai penyedia informasi tujuan pariwisata dan pemasaran yang tepercaya dan terhormat.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/88400/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>David Beirman tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Sampai akhir November, ketergantungan Bali terhadap pariwisata mendorong Bali Tourism Board mengabaikan risiko bahaya letusan Gunung Agung. Ini merusak reputasi Bali sebagai destinasi pariwisata.David Beirman, Senior Lecturer, Tourism, University of Technology SydneyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.