tag:theconversation.com,2011:/ca-fr/topics/kampanye-anti-merokok-71617/articleskampanye anti-merokok – La Conversation2022-03-14T05:24:57Ztag:theconversation.com,2011:article/1685752022-03-14T05:24:57Z2022-03-14T05:24:57ZIni sebab mengapa isu kesehatan selalu kalah saat berhadapan dengan industri rokok<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/430993/original/file-20211109-27-1nx3ty9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pelajar di Mataram Nusa Tenggara Barat berkampanye menolak menjadi sasaran pemasan industri rokok.</span> <span class="attribution"><span class="source">Lentera Anak</span></span></figcaption></figure><p>Presiden Joko Widodo kerap menyatakan <a href="https://mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/119953/presiden-ingin-kebijakan-pemerintah-berpihak-kepada-rakyat">keberpihakannya</a> pada kepentingan publik dalam menyusun kebijakan, termasuk kesehatan. </p>
<p>Ketika menjadi pembicara dalam Sidang Dewan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Juli tahun lalu, <a href="https://sdgs.bappenas.go.id/jokowi-sampaikan-4-sikap-di-sidang-dewan-ekonomi-sosial-pbb/">Jokowi</a> mengatakan percepatan pemulihan ekonomi harus dilakukan dengan tetap mengutamakan kesehatan serta pembangunan berkelanjutan.</p>
<p>Namun, apakah betul hal tersebut yang terjadi dalam menentukan kebijakan pengendalian tembakau? Selain belum meneken Kerangka Kerja Konvensi Pengendalian Tembakau (FCTC) WHO, pemerintah Indonesia juga tidak kunjung menyelesaikan revisi <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/5324/pp-no-109-tahun-2012#:%7E:text=PP%20No.%20109%20Tahun%202012,Bagi%20Kesehatan%20%5BJDIH%20BPK%20RI%5D">Peraturan Pemerintah No. 109 Tahun 2012</a> tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan. </p>
<p>Sementara itu, investasi <a href="https://market.bisnis.com/read/20200228/192/1207126/bertemu-jokowi-phillip-morris-lirik-pasar-rokok-elektrik-indonesia">industri rokok multinasional</a> untuk produk tembakau baru berjalan terus, bahkan cenderung <a href="https://ekonomi.bisnis.com/read/20211201/9/1472201/hm-sampoerna-investasi-us1661-juta-ini-komentar-menko-airlangga">dipermudah</a>.</p>
<p>Riset saya pada <a href="https://seatca.org/dmdocuments/Indonesia%20TII%20in%20Tax%20Bahasa.pdf">2019 menunjukkan</a> kuatnya pengaruh industri rokok dalam penyusunan kebijakan terkait dengan cukai tembakau di Indonesia. Lalu mengapa begitu sulit bagi pemerintah untuk lepas dari pengaruh industri rokok dalam pembuatan kebijakan?</p>
<p>Paling tidak ada tiga hal yang menyebabkan hal tersebut terjadi: <em>pertama</em>, adanya peran aktif industri rokok yang mempengaruhi kebijakan; <em>kedua</em>, persepsi masyarakat termasuk pemerintah yang masih menganggap partisipasi industri rokok sebagai hal yang normal; <em>ketiga</em>, minimnya pemahaman aparatur negara tentang prinsip dasar pencegahan benturan kepentingan dalam membuat kebijakan kesehatan.</p>
<h2>Keterlibatan langsung industri rokok dalam pembuatan kebijakan</h2>
<p>Sebagai produk kena cukai, Indonesia sebenarnya sudah mengakui bahwa industri rokok adalah industri yang memproduksi barang tidak normal dan berdampak negatif pada kesehatan. </p>
<p>Hal tersebut tertulis dalam <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/39962/uu-no-39-tahun-2007">Undang-Undang No. 39 Tahun 2007 tentang Cukai</a> yang menyatakan bahwa cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang konsumsinya perlu dikendalikan, peredarannya perlu diawasi, dan pemakaiannya dapat berdampak negatif bagi masyarakat atau lingkungan hidup. </p>
<p>Meski negara mengakui produk tembakau sebagai produk yang berdampak negatif, namun industrinya tidak serta merta menjadi ‘pesakitan’ dalam proses menentukan kebijakan cukai. Dalam undang-undang yang sama, untuk menentukan kebijakan cukai, pemerintah wajib mengundang industri yang memproduksi barang yang dikenai cukai. </p>
<p>Ketentuan yang sangat kontradiktif dengan tujuan pengenaan cukai yaitu pengendalian konsumsi. Pihak yang mendorong konsumsi dan menimbulkan dampak negatif justru diajak terlibat dalam pembahasan aturan pengendalian konsumsi. </p>
<p>Situasi ini berhasil dimanfaatkan oleh industri rokok untuk terlibat secara aktif dalam mempengaruhi kebijakan. Pada 2018, industri rokok berhasil memengaruhi kebijakan cukai dengan memanfaatkan tahun politik. Mereka menyuarakan penolakan kenaikan cukai dalam berbagai kesempatan, baik secara langsung maupun tidak langsung.</p>
<p>Tekanan industri rokok tersebut akhirnya berhasil membuat pemerintah membatalkan aturan penyederhanaan layer cukai yang sudah ditetapkan pada 2017 dan memutuskan tidak menaikkan cukai pada 2019, tahun berlangsungnya pemilihan umum. </p>
<h2>Membeli pengaruh lewat kegiatan CSR</h2>
<p>Selain terlibat langsung dalam kebijakan, industri rokok juga mencoba membeli pengaruh secara tidak langsung lewat program <em>Corporate Social Responsibility</em> (CSR). </p>
<p>Sebagai industri yang memproduksi barang tidak normal, sejak 2004 <a href="https://escholarship.org/content/qt6kf7q7v9/qt6kf7q7v9.pdf?t=krngy6">Badan kesehatan Dunia (WHO)</a> sudah menyatakan bahwa kegiatan CSR industri rokok adalah akal-akalan industri untuk mengaburkan fakta dampak negatif produk tembakau terhadap kesehatan dan lingkungan. </p>
<p>Namun hal tersebut tidak dipahami sepenuhnya oleh pemerintah Indonesia. Iklan, promosi, sponsor, termasuk publikasi kegiatan CSR industri rokok dibiarkan mempengaruhi masyarakat Indonesia selama puluhan tahun. </p>
<p>Akibatnya masyarakat terlanjur percaya bahwa CSR industri rokok adalah murni niat baik industri, dan seperti pohon yang akarnya kokoh, kepercayaan ini tidak mudah untuk diubah. Sehingga citra baik industri rokok di mata publik mungkin akan bertahan lebih lama dari yang kita harapkan. </p>
<p>Selama pandemi, industri bahkan mampu memanfaatkan situasi sulit di masyarakat pada titik maksimal. Bantuan dan kegiatan CSR dari industri rokok justru ditujukan pada institusi pelayanan kesehatan dan aparat pemerintah. Bantuan tersebut mulai dari makanan, alat pelindung diri, mesin PCR, sampai dengan mobil ambulans. </p>
<p>Berbagai apresiasi kepada industri rokok pun hadir bersamaan dengan munculnya bukti ilmiah tentang adanya hubungan perilaku merokok dengan peningkatan risiko terpapar COVID-19. Sebuah anomali di sektor layanan kesehatan yang seolah biasa dan tidak apa-apa.</p>
<p>Membiarkan industri rokok melakukan publikasi kegiatan CSR bukan hanya memunculkan citra baik industri di mata publik, tapi juga dapat digunakan untuk menekan kebijakan pengendalian tembakau. Salah satunya aturan larangan iklan rokok di luar ruang. </p>
<p>Pada 2020 Bupati Karangasem pernah menerima <a href="https://seatca.org/dmdocuments/SAMPOERNA_2JUNE%202020.pdf">surat</a> dari manajer hubungan regional dan CSR PT. HM Sampoerna yang meminta pencabutan aturan larangan reklame iklan rokok. Surat tersebut diawali dengan pembukaan manis tentang program CSR Sampoerna di wilayah Karangasem. Sebuah bukti nyata bahwa kegiatan CSR bukan semata-mata lahir dari niatan baik industri, namun bagian dari agenda besar industri rokok dalam memberikan pengaruh di masyarakat dan pemerintah.</p>
<h2>Perang proksi lewat pihak ketiga</h2>
<p>Selain melalui keterlibatan langsung yang memang diperbolehkan oleh undang-undang, industri juga kerap menerapkan strategi perang proksi untuk memengaruhi kebijakan. </p>
<p>Dalam setiap periode penentuan tarif cukai, industri rokok berhasil memobilisasi berbagai suara mulai dari asosiasi industri, lembaga non-pemerintah, sampai politikus dari berbagai partai untuk ramai-ramai menentang kenaikan tarif cukai. Upaya tersebut ditujukan untuk semua pihak, baik untuk mengubah opini publik maupun pembuat kebijakan. Situasi ini tidak jarang membuat kebijakan cukai kurang efektif.</p>
<p>Cara seperti ini sudah lama dilakukan oleh industri rokok dan terjadi di hampir semua negara, yang membedakan hanya bagaimana pemerintah di negara tersebut merespons gangguan industri tersebut. </p>
<p>Merujuk pada laporan Southeast Asia Tobacco Control Alliance (SEATCA) tentang <a href="https://seatca.org/dmdocuments/SEATCA%202020%20TII%20Index%20in%20ASEAN%20Countries.pdf">indeks campur tangan industri tembakau di ASEAN</a>, sejak 5 tahun terakhir (2015-2019) Indonesia selalu menempati urutan teratas dalam hal campur tangan industri rokok. Ini menjadikan Indonesia sebagai lahan subur bagi industri rokok untuk meraup untung dengan cara mempengaruhi kebijakan kesehatan.</p>
<h2>Lemahnya kebijakan pencegahan dan transparansi</h2>
<p>Hal lain yang masih lemah adalah pemahaman tentang bagaimana pemerintah seharusnya melindungi proses pembuatan kebijakan kesehatan. Selama ini proses tersebut belum merujuk pada prinsip <em>good governance</em> dalam penyusunan kebijakan. Misalnya seputar ketiadaan aturan pencegahan benturan kepentingan dan transparansi terhadapnya. </p>
<p>Lemahnya kebijakan pencegahan dan transparansi dimanfaatkan oleh industri untuk merekrut mantan pejabat pemerintah dan memberikan posisi, baik di dalam asosiasi industri maupun langsung dalam direksi perusahaan. Hal tersebut membuat industri lebih leluasa dalam mempengaruhi kebijakan. Praktik ini terjadi sudah cukup lama dan dibiarkan terus berlangsung sampai hari ini.</p>
<p>Bagi negara-negara anggota FCTC, pedoman Pasal 5.3 sudah dengan jelas mengatur bagaimana seharusnya interaksi dengan industri rokok dilakukan oleh setiap negara. Pedoman tersebut diterapkan demi mencegah gangguan industri terhadap kebijakan kesehatan. Bahkan definisi industri rokok dalam pedoman tersebut mencakup pihak ketiga yang turut bekerja untuk kepentingan industri. Namun sayangnya Indonesia bukanlah anggota FCTC.</p>
<h2>Pentingnya peraturan benturan kepentingan</h2>
<p>Saat ini Indonesia memang belum memiliki instrumen hukum yang melarang partisipasi industri rokok dalam pengembangan kebijakan. Campur tangan industri masih dianggap biasa dan tidak melanggar aturan formal, namun bukan berarti situasi tersebut harus terus dibiarkan. </p>
<p>Jika pemerintah memang benar-benar serius memprioritaskan kepentingan kesehatan, maka sudah saatnya kebijakan kesehatan di lindungi oleh sebuah aturan. Misalnya dengan membuat aturan pedoman penanganan benturan kepentingan (<em>conflict of interest</em>) dengan industri rokok di lingkungan pemerintahan. Sehingga tidak ada lagi keterlibatan industri rokok dalam pembuatan kebijakan kesehatan.</p>
<p>Jika tidak, urusan kesehatan masyarakat akan selalu dikorbankan, dan Indonesia akan terus tertinggal dalam hal keberpihakan terhadap kepentingan publik.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/168575/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Mouhamad Bigwanto tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Sudah saatnya kebijakan kesehatan dilindungi oleh aturan. Salah satunya adalah dengan membuat pedoman penanganan benturan dengan industri tembakau di lingkungan pemerintahan.Mouhamad Bigwanto, Asst. Prof at Faculty of Helath Sciences, Universitas Muhammadiyah Prof DR HAMKA and Ph.D Student at Faculty of Education and Psychology ELTE, Eötvös Loránd UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1785532022-03-08T13:19:32Z2022-03-08T13:19:32ZMengapa rokok menghambat tercapainya kesetaraan gender di Indonesia<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/450602/original/file-20220308-19-nmm0e3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pelajar laki-laki dan perempuan berkampanye menolak menjadi target pemasaran rokok di Jakarta, Februari 2017.</span> <span class="attribution"><span class="source">Lentera Anak</span></span></figcaption></figure><p><em>Artikel diterbitkan untuk memperingati Hari Perempuan Internasional 8 Maret.</em></p>
<p>Semangat untuk mencapai kesetaraan gender terus digaungkan di seluruh dunia. Masalahnya, kesetaraan gender akan sulit dicapai jika hak untuk hidup sehat, salah satu hak asasi manusia, bagi perempuan belum terpenuhi.</p>
<p>Salah satu yang mengancam kesehatan perempuan adalah konsumsi tembakau baik oleh perempuan atau laki-laki. Setiap tiap tahun, sebanyak <a href="https://www.thelancet.com/pb-assets/Lancet/gbd/summaries/risks/tobacco-smoke.pdf">2 juta perempuan di dunia</a> menjadi korban jiwa akibat konsumsi tembakau. Setidaknya 700 ribu perempuan di dunia meninggal akibat paparan pasif asap rokok. </p>
<p>Meski angka perokok perempuan di Indonesia masih lebih rendah dibanding laki-laki, angka ini terus naik dari <a href="https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf">2,5% pada 2016</a> menjadi 4,8% pada 2018.</p>
<p>Kematian dan kenaikan angka perokok tidak terjadi begitu saja. <a href="https://tobaccotactics.org/wiki/targeting-women-and-girls/">Sejak 1960, industri rokok</a> di Barat dan kemudian di seluruh dunia secara sengaja menggunakan narasi emansipasi, modern, kebebasan, dan daya tarik seksual dalam iklan-iklannya untuk menggaet perempuan menjadi perokok. </p>
<h2>Risiko penyakit pada perempuan merokok</h2>
<p>Berbeda dengan perokok laki-laki, perempuan yang merokok memiliki <a href="https://apps.who.int/iris/handle/10665/43657">risiko kesehatan tambahan</a>, seperti kanker leher rahim, kanker payudara, melahirkan bayi prematur dan berat badan rendah. </p>
<p>Masalah-masalah kesehatan yang dialami perempuan Indonesia telah menyebabkan mereka kehilangan <a href="https://theconversation.com/riset-pada-2019-perempuan-indonesia-kehilangan-waktu-36-juta-tahun-untuk-hidup-sehat-159216">waktu 36 juta tahun</a> untuk hidup sehat. Perkiraan itu didapatkan dari perhitungan kematian perempuan pada 2019 yang mencapai 780 ribu kasus.</p>
<p>Ini menandakan bahwa rokok memperburuk ketimpangan gender dalam kesehatan.</p>
<p>Banyak orang berpikir bahwa fenomena merokok pada perempuan mencerminkan bangkitnya kebebasan berekspresi perempuan yang selama ini dikekang oleh budaya patriarki di Indonesia. Ada juga yang berpikir bahwa perempuan merokok sebagai bentuk pembuktian identitas bahwa mereka setara dengan laki-laki.</p>
<p>Sejak <a href="https://apps.who.int/iris/handle/10665/43657">awal abad ke-20</a>, pelan-pelan kebiasaan merokok pada perempuan tidak lagi tabu di masyarakat. Hal ini tidak lepas dari gerakan feminisme yang berjuang untuk menghapuskan diskriminasi berbasis gender. Salah satunya dengan berusaha untuk mendobrak citra negatif yang melekat pada perokok perempuan.</p>
<p>Namun, “perlawanan dengan merokok” itu di kalangan perempuan kelas bawah harus dibayar dengan banyaknya perempuan yang terjebak dalam lingkaran kemiskinan karena konsumsi rokok. Pendapatan rumah tangga yang seharusnya dibelanjakan untuk <a href="https://mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/237665/rokok-jadi-konsumsi-terbesar-di-kalangan-rumah-tangga-miskin">kebutuhan nutrisi dan pendidikan dialihkan untuk membeli rokok</a>.</p>
<p>Kemiskinan ini tidak jarang menjadi pemicu <a href="https://www.researchgate.net/publication/306002724_Domestic_Violence_and_Poverty_Some_Womens_Experiences">kekerasan dalam rumah tangga</a> yang merugikan perempuan. Buruh perempuan di sektor produksi rokok hidup dalam kondisi <a href="https://laborrights.org/blog/201505/slavery-debt-bondage-big-tobacco%E2%80%99s-addiction-cheap-labor">kesejahteraan dan kesehatan yang buruk</a>. Padahal, lebih dari <a href="https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_dialogue/---sector/documents/meetingdocument/wcms_709808.pdf">setengah petani tembakau</a> dan <a href="https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_dialogue/---sector/documents/meetingdocument/wcms_709808.pdf">94% buruh pabrik rokok </a> adalah perempuan.</p>
<h2>Industri rokok menyasar perempuan</h2>
<p>Studi menunjukkan bahwa bungkus rokok adalah salah satu media bagi industri rokok untuk mempromosikan <a href="https://www.ssph-journal.org/articles/10.3389/ijph.2021.1604027/full">citra feminin</a>. Misalnya melalui pemilihan warna, gambar, deskripsi (“light”, “mild”, “smooth”), maupun bentuk kemasan rokok. </p>
<p>Bahkan sekarang, perusahaan rokok menggunakan <a href="https://exposetobacco.org/wp-content/uploads/Women-and-the-Tobacco-Industry-3.5.21.pdf">media sosial dan <em>influencer</em> perempuan</a> untuk mempromosikan produk-produknya. Berkedok dukungan untuk emansipasi perempuan, industri rokok membuat program <a href="https://tobaccotactics.org/wiki/targeting-women-and-girls/">tanggung jawab sosial perusahaan (CSR)</a> bagi perempuan di negara-negara berkembang.</p>
<p>Kita patut mempertanyakan, apakah perempuan merokok atas dasar keputusan sendiri secara sadar karena faktanya mereka dibombardir oleh iklan dan pemasaran masif yang menyesatkan dan ditujukan untuk menarik mereka.</p>
<p>Belum lagi, adiksi nikotin yang terkandung pada rokok justru membuat perempuan kehilangan kebebasannya untuk membuat keputusan rasional. Selain faktor biologis, faktor psikososial juga penyebab perempuan lebih rentan mengalami tekanan psikologis. Ini terjadi karena beban peranannya dalam keluarga, pekerjaan, masyarakat sehingga lebih cenderung menggunakan <a href="https://apps.who.int/iris/handle/10665/43657">rokok sebagai strategi mengatasi stresnya</a> dibandingkan laki-laki.</p>
<p>Hal ini membuat perempuan lebih sulit berhenti merokok dibandingkan laki-laki. Pada titik ini, perempuan pun kehilangan agensinya untuk menjadi manusia bebas.</p>
<p>Perilaku merokok pada perempuan bukan lagi tentang kebebasan berekpresi dan perlawanan terhadap penindasan jika mereka selama ini menjadi obyek eksploitasi korporasi besar seperti perusahaan rokok untuk meraup keuntungan.</p>
<h2>Hentikan stigma negatif pada perokok perempuan, tapi jangan normalisasi merokok</h2>
<p>Tidak ada alasan untuk melabeli perempuan yang merokok sebagai perempuan “nakal”. Memberikan stigma negatif pada perokok perempuan, terutama mereka yang berasal dari kelompok yang sudah tertindas (misalnya transpuan, etnis minoritas, kelompok miskin) justru membuat mereka <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/09581596.2016.1249825?journalCode=ccph20">semakin termarginalisasi dan meningkatkan konsumsi rokoknya</a>. </p>
<p>Hal tersebut berpotensi memperparah ketimpangan perilaku merokok dan sosial-ekonomi di masyarakat. Aktivitas merokok bukan simbol valid dari progresivitas perempuan.</p>
<p>Jika gerakan feminisme di Indonesia bercita-cita untuk mencapai kesetaraan gender, maka mereka perlu melawan segala bentuk penindasan pada perempuan. Perempuan harus dibantu untuk keluar dari kemiskinan, dan didorong untuk memiliki kontrol pada tubuh serta hidupnya sendiri. Tentu saja rokok bukanlah jalan mencapai cita-cita tersebut. </p>
<p>Oleh karena itu, gerakan feminisme juga perlu memasukkan agenda pengendalian tembakau dalam perjuangan kesetaraan gender dengan cara bersinergi dengan para pegiat advokasi perbaikan kebijakan pengendalian tembakau di Indonesia.</p>
<p>Bukan hanya kelompok feminis, kita pun bisa mendorong kesetaraan gender melalui pengendalian tembakau yang kuat.</p>
<h2>Pengendalian tembakau untuk kesetaraan</h2>
<p>Implementasi kebijakan pengendalian tembakau yang komprehensif, meliputi kawasan tanpa rokok, peringatan bergambar pada bungkus rokok, larangan iklan rokok, dan kenaikan cukai tembakau, <a href="https://www.nature.com/articles/s41591-020-01210-8">terbukti efektif</a> menurunkan konsumsi rokok di seluruh dunia, termasuk pada perempuan. Dengan demikian, langkah penendalian tembakau penting untuk mencapai keadilan bagi semua dan dapat mengurangi ketimpangan gender. </p>
<p>Selain itu, sebagai negara yang meratifikasi <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8191568/">Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW)</a>, Indonesia wajib mengeliminasi diskriminasi informasi tentang tembakau dan pengobatan adiksi rokok pada perempuan, dan memastikan kondisi kerja yang sehat yang bebas dari asap rokok.</p>
<p>Banyak hal yang dapat masyarakat lakukan untuk memperjuangkan kesetaraan gender melalui pengendalian tembakau. Misalnya dengan upaya mengekspos praktik-praktik kotor industri rokok yang menargetkan perempuan, menolak kerja sama atau sponsor dari industri rokok untuk acara yang berkaitan dengan emansipasi perempuan, dan kampanye masif tentang dampak negatif rokok bagi perempuan tanpa memperparah stigma pada perokok.</p>
<p>Di level regulasi, kita perlu mendorong revisi <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/5324/pp-no-109-tahun-2012#:%7E:text=PP%20No.%20109%20Tahun%202012,Bagi%20Kesehatan%20%5BJDIH%20BPK%20RI%5">Peraturan Pemerintah No. 109 Tahun 2012</a>. Dorongan ini penting agar kebijakan pengendalian tembakau lebih kuat karena memuat aturan yang melindungi perempuan, seperti memperbesar peringatan kesehatan bergambar di bungkus rokok dan melarang secara total iklan, promosi, dan sponsor. </p>
<p>Bagi peneliti, riset pengendalian tembakau yang sensitif gender perlu diperbanyak. Penelitian juga bisa berfokus pada faktor-faktor psikososial dan struktural yang mempengaruhi perilaku merokok pada perempuan, seperti rasisme dan seksisme.</p>
<p>Akhirnya, pengendalian tembakau yang kuat adalah salah satu kunci bagi Indonesia untuk mengurangi kematian prematur akibat penyakit tidak menular, salah satu target Sustainable Development Goals (SDGs) yang selaras dengan tema UN Women “<a href="https://www.unwomen.org/en/news-stories/announcement/2021/12/international-womens-day-2022-gender-equality-today-for-a-sustainable-tomorrow">Gender Equality today for a sustainable tomorrow</a>” untuk memperingati Hari Perempuan Internasional tahun ini.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/178553/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Beladenta Amalia tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Perilaku merokok pada perempuan bukan lagi tentang kebebasan berekpresi dan perlawanan terhadap penindasan jika mereka selama ini menjadi obyek eksploitasi perusahaan rokok untuk meraup keuntungan.Beladenta Amalia, Postdoctoral Fellow at the Institute for Global Tobacco Control, Johns Hopkins UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1181232019-05-31T08:28:48Z2019-05-31T08:28:48ZBagaimana membuat kampanye anti-merokok yang lebih persuasif dan kuat<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/277345/original/file-20190531-69059-1h1syu6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Rokok merusak kesehatan keluarga dan masyarakat. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/paper-cut-family-destroyed-by-cigarettes-1400707724?src=kdJ0CEX-7dXB25XxYGXdzQ-1-13">Lion Day/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Dampak merusak dari merokok pada kesehatan kita telah diketahui dan mayoritas negara di dunia melarang iklan rokok untuk menurunkan jumlah perokok. Tapi di Indonesia, <a href="http://theconversation.com/disneyland-for-big-tobacco-how-indonesias-lax-smoking-laws-are-helping-next-generation-to-get-hooked-97489">satu-satunya negara di Asia Pasifik yang belum meratifikasi konvensi internasional pengendalian tembakau</a>, jumlah perokok remaja dan dewasa terus tumbuh pada level yang lebih tinggi <a href="http://www.wpro.who.int/mediacentre/releases/2018/who_tobacco_trends.pdf">dibanding negara mana pun</a>. </p>
<p>Survei Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terhadap hampir 6.000 responden menemukan <a href="http://www.searo.who.int/tobacco/data/ino_gyts_fs_2014.pdf">hampir 60% remaja Indonesia (berusia 13-15)</a> secara teratur terpapar asap rokok di rumah, dan hanya <a href="https://www.who.int/tobacco/surveillance/survey/gats/indonesia_factsheet_8_february_2012.pdf?ua=1">24,5%</a> perokok dewasa yang percaya bahwa merokok dapat menyebabkan masalah penyakit serius.</p>
<p>Untuk meningkatkan kesadaran publik akan dampak berbahaya dan mematikan dari penggunaan tembakau dan paparan asap rokok, dan untuk mencegah penggunaan tembakau dalam bentuk apa pun, WHO dan mitra global <a href="https://www.who.int/news-room/events/detail/2019/05/31/default-calendar/world-no-tobacco-day">merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (WNTD) setiap tahun pada 31 Mei</a>.</p>
<p>Kementerian Kesehatan Indonesia telah melakukan kampanye anti-merokok untuk mengurangi merokok; yang terbaru diluncurkan pada 2018. Tapi pesan kampanye tersebut <a href="http://jurnalaspikom.org/index.php/aspikom/article/view/140">tidak cukup persuasif</a>.</p>
<p>Saya berpendapat bahwa merancang pesan kampanye anti-merokok berdasarkan teori komunikasi kesehatan yang telah teruji dan terbukti akan membuat pesan lebih kuat.</p>
<h2>Masalah kampanye anti-merokok</h2>
<p>Kampanye anti-merokok di Indonesia ditayangkan sebagai iklan layanan masyarakat di televisi nasional dan media digital. Kementerian Kesehatan telah meluncurkan kampanye media sosial anti-merokok dengan hastag <a href="http://suaratanparokok.co.id/">#SuaraTanpaRokok</a>.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/OSZDvsCcn9o?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Kisah Ranap Simatupang dan korban lainnya dalam iklan kampanye #SuaraTanpaRokok.</span></figcaption>
</figure>
<p>Dari pengamatan saya terhadap <a href="http://suaratanparokok.co.id">#SuaraTanpaRokok</a>, kampanye ini hanya berfokus pada sikap takut dan sedih untuk menunjukkan ketidaksetujuan pada merokok dan risiko yang dirasakan dari merokok.</p>
<p>Kampanye ini menceritakan kisah orang-orang yang menderita kanker karena merokok, seperti <a href="https://www.facebook.com/suaratanparokok/photos/rpp.912556722136592/2434548039937445/?type=3&theater">Zainal Arifin Nasution</a>, yang menjalani operasi untuk kanker laring, dan <a href="http://suaratanparokok.co.id/">Ranap Simatupang</a>, yang meninggal karena kanker paru-paru. Kampanye ini juga menunjukkan risiko merokok melalui <a href="https://twitter.com/SuaraTanpaRokok/status/1055776308108713984">gambar-gambar</a> dari penyakit paru-paru.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1055776308108713984"}"></div></p>
<h2>Kampanye persuasif: tindakan beralasan</h2>
<p>Kita membutuhkan berbagai pendekatan untuk merancang pesan kesehatan. Selain dari jenis kampanye kesehatan yang saat ini digunakan pemerintah, yang menyoroti ketakutan dan kesedihan karena risiko merokok, beberapa teori pengaruh sosial dapat digunakan untuk mengembangkan pesan yang menarik.</p>
<p><a href="https://doi.org/10.1097/00124784-200006030-00013">Penelitian komunikasi kesehatan</a> telah menunjukkan bahwa pesan kesehatan yang menantang persepsi masyarakat tentang norma-norma sosial cukup efektif dalam mengubah perilaku dan membangun kepercayaan masyarakat untuk berhenti merokok.</p>
<p>Kampanye kesehatan tentang <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9615241">kanker, anti-merokok,</a> dan kesadaran HIV/AIDS sering menggunakan teori tindakan beralasan yang dikembangkan oleh <a href="http://people.umass.edu/aizen/f&a1975.html">Fishbein dan Ajzen (1975)</a>.</p>
<p>Teori ini mengasumsikan bahwa seseorang yang ingin dan bermaksud untuk menghindar jatuh sakit akan melakukan tindakan-tindakan pencegahan. Niat seseorang dipengaruhi oleh sikap mereka terhadap perilaku yang berkaitan dengan upaya-upaya pencegahan tersebut dan dipengaruhi juga oleh bagaimana orang lain melihat perilaku itu.</p>
<p>Berdasarkan teori ini, membujuk seseorang dengan menargetkan sikap dan norma sosial mereka dapat mengubah perilaku mereka.</p>
<p>Ambil iklan anti-merokok di Amerika Serikat, misalnya, yang kampanyenya sering memberikan argumen atau pesan beralasan yang berfokus pada apa yang dipikirkan orang lain tentang merokok (norma sosial) atau pada sikap individu terhadap merokok (sikap pribadi).</p>
<p>Dalam “<a href="https://www.youtube.com/watch?v=kdz0aH3rElY">Addicted Ashtray</a>”, seorang gadis yang kecanduan merokok mendapati mesin penjual rokok rusak. Dia kemudian mengambil dari asbak, sebatang rokok yang sudah terbakar setengah. Jenis pesan kesehatan ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa merokok mengarah pada perilaku menjijikkan.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/kdz0aH3rElY?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">“Addicted Ashtray”, sebuah iklan TV dari Departemen Kesehatan South Dakota yang meminta para perokok memikirkan kembali peran rokok dalam kehidupan mereka.</span></figcaption>
</figure>
<p>Pendekatan ini menantang sikap seseorang terhadap rokok karena mereka tidak ingin mengasosiasikan diri dengan perilaku buruk yang disajikan dalam kampanye. Ini juga bisa membuat perokok berpikir tentang bagaimana keluarga dan teman-teman mereka memandang perilaku merokok.</p>
<p>Iklan anti-merokok juga dapat berupaya mempengaruhi sikap dengan memberikan informasi tentang kandungan racun yang ada dalam rokok.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/EXdxl0yH904?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Iklan anti-rokok ini memberi tahu penonton bagaimana bahan kimia dalam rokok yang menyala dapat menyebabkan efek kesehatan yang membahayakan.</span></figcaption>
</figure>
<h2>Mencoba berhenti</h2>
<p>Merokok membuat ketagihan. Bagi mereka yang kecanduan, berhenti merokok merupakan hal yang sulit. Merancang pesan kampanye berdasarkan <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/08870449808407422">teori kognitif sosial</a> mungkin membuat orang yang sedang berusaha berhenti merokok merasa terwakili.</p>
<p>Berdasarkan teori ini, ketika orang melihat bahwa pesan diarahkan pada perilaku mereka, pesan tersebut mendapatkan makna representasional yang lebih besar. Dalam hal ini, kampanye anti-merokok dapat memberikan kisah tentang <a href="https://www.youtube.com/watch?v=6OZehKDHsj0">seseorang yang telah berhenti merokok atau sedang mencoba berhenti</a>.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/6OZehKDHsj0?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Tiffany memiliki alasan kuat dan emosional untuk berhenti merokok: pada usia 16 tahun, ia kehilangan ibunya karena kanker paru-paru.</span></figcaption>
</figure>
<h2>Menampilkan banyak manfaat berhenti merokok</h2>
<p>Kita juga dapat menggunakan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/3378902">model kepercayaan kesehatan (HBM)</a> untuk merancang kampanye anti-merokok.</p>
<p>Model ini berpendapat bahwa seorang individu akan melakukan perubahan perilaku dengan menilai tidak hanya risiko perilaku mereka tapi juga hambatan dan manfaatnya.</p>
<p>Kampanye anti-merokok karena itu dapat juga fokus pada manfaat dari hidup tanpa rokok. Misalnya, <a href="https://www.cdc.gov/tobacco/campaign/tips/quit-smoking/guide/rewards-of-quitting.html">Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS</a> memberikan daftar manfaat kesehatan bebas rokok: Anda dapat menikmati jantung yang sehat, paru-paru yang sehat, dan risiko kanker dan disfungsi ereksi yang lebih rendah.</p>
<p>Kampanye anti-merokok di Indonesia masih berfokus pada tingkat bahaya yang disebabkan oleh merokok, sementara di sisi lain perusahaan rokok mendesain iklan mereka dengan pesan menyesatkan bahwa merokok itu <a href="https://www.academia.edu/15226603/PANAH_TAJAM_IKLAN_ROKOK_DI_TELEVISI_UNTUK_ANAK_MUDA">keren dan maskulin</a>, serta nada positif lainnya untuk <a href="https://theconversation.com/perusahaan-rokok-rayu-anak-muda-dengan-konser-musik-dan-media-sosial-94330">merekrut perokok remaja</a> dan <a href="https://theconversation.com/disneyland-untuk-industri-rokok-aturan-yang-lemah-buat-generasi-muda-indonesia-kecanduan-rokok-97857">memperluas pasar</a>.</p>
<p>Karena itu, menggunakan berbagai teori komunikasi yang ada untuk merancang kampanye anti-merokok dapat menghasilkan pesan-pesan yang lebih efektif yang menargetkan para perokok muda dan baru.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/118123/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Juhri Selamet tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Merancang pesan kampanye anti-merokok berdasarkan teori komunikasi kesehatan yang telah teruji dan terbukti akan membuat pesan lebih kuat.Juhri Selamet, Lecturer, Universitas Multimedia NusantaraLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.