tag:theconversation.com,2011:/ca/topics/kadal-45469/articlesKadal – The Conversation2019-07-19T08:31:45Ztag:theconversation.com,2011:article/1202902019-07-19T08:31:45Z2019-07-19T08:31:45ZAutotomi: Hewan yang terancam predator akan mengamputasi dirinya demi bertahan hidup<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/284066/original/file-20190715-173329-1yao62x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C2974%2C2124&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Beberapa kadal, seperti tokek, dapat mengamputasi ekornya ketika merasa terancam. Ekor ini dapat bergerak-gerak hingga 30 menit lamanya, mengalihkan perhatian dan meloloskan kadal dari genggaman pemangsa.</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Bayangkan diri Anda dalam genggaman pemangsa yang mematikan. Anda melihat hidup Anda berkedip di depan mata Anda: hidup Anda sepertinya akan berakhir. Tapi tunggu! Dengan sentakan cepat, potongan anggota tubuh Anda hinggap di mulut predator dan Anda bisa melarikan diri. Anda telah lolos dari kematian tertentu melalui sebuah pertukaran yang mengerikan.</p>
<p>Jika Anda menonton drama menegangkan <em><a href="http://www.foxsearchlight.com/127hours/">127 hours</a></em> - film yang didasari kisah nyata pendaki Aron Ralston, yang mengamputasi lengannya sendiri untuk membebaskan diri dari batu yang jatuh menimpanya—mungkin Anda bertanya-tanya: jika berada dalam situasi yang mematikan, seberapa besar kemungkinan selamat? </p>
<p>Ternyata, taktik amputasi diri yang ekstrem ini adalah taktik yang telah berevolusi berkali-kali pada kerajaan hewan. Tim peneliti ekologi evolusioner kami mempelajari bagaimana sifat-sifat yang beragam dan fungsional seperti ini berkembang di alam.</p>
<h2>Beban berat</h2>
<p>Melepaskan suatu bagian tubuh dapat membantu hewan yang ditangkap mengalihkan perhatian pemangsa dan melarikan diri. Banyak spesies kadal menggunakan taktik ini, <a href="https://doi.org/10.1098/rspb.2016.2538">mematahkan ekornya ketika terkejut atau diserang</a>. Anda mungkin pernah melihat ini terjadi pada tokek. Pada beberapa spesies tokek, ekornya bahkan dapat terus bergerak-gerak <a href="https://doi.org/10.1098/rsbl.2009.0577">hingga 30 menit setelah dipatahkan</a>, membuat perhatian predator teralihkan. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/279205/original/file-20190612-32317-aam6g1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=26%2C37%2C3511%2C2264&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/279205/original/file-20190612-32317-aam6g1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/279205/original/file-20190612-32317-aam6g1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/279205/original/file-20190612-32317-aam6g1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/279205/original/file-20190612-32317-aam6g1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/279205/original/file-20190612-32317-aam6g1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/279205/original/file-20190612-32317-aam6g1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Capung jarum (damselflies) telah berevolusi dengan berbagai strategi bertahan hidup untuk menghadapi predator yang berbeda. Strategi ini termasuk amputasi diri dan kamuflase.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Banyak kepiting, serangga, dan laba-laba dapat mematahkan satu anggota tubuh tepat pada titik lemah tubuh mereka. Serangga tanaman kaktus mengamputasi diri tidak hanya untuk melarikan diri dari pemangsa, tetapi juga untuk melepaskan bagian tubuh yang terluka <a href="https://doi.org/10.1093/beheco/arx063">yang bisa menghambat pergerakan mereka</a>.</p>
<p>Amputasi diri juga tidak terbatas pada tungkai. Tikus berduri Afrika dapat <a href="https://doi.org/10.1038/nature11499">meluruhkan hingga 80 persen dari kulit mereka ketika dicengkeram oleh predator</a>, seperti mengupas sosis.</p>
<p>Meskipun dapat membantu menghindari situasi yang fatal, melepaskan bagian tubuh harus dibayar dengan harga yang tinggi. Hewan itu sekarang menjadi pincang, ini membuatnya lebih lambat atau lebih lemah. Lebih buruk lagi, bekas amputasi dapat terinfeksi. Bahkan jika hewan itu bisa menumbuhkannya kembali, proses ini bisa menjadi beban besar bagi hewan dengan menggunakan sumber daya berharga. Karena harga untuk kehilangan anggota badan itu mahal, ada beberapa misteri di balik spesies yang memilih untuk diamputasi sendiri, dan alasannya.</p>
<p>Perilaku amputasi diri yang unik ini telah menginspirasi para insinyur. Banyak fitur keselamatan dalam kehidupan modern kita melindungi orang-orang dengan cara secara sengaja berhenti berfungsi pada saat kejadian ekstrem, seperti kecelakaan mobil. </p>
<p>Papan penanda jalan dan lampu jalanan di sepanjang jalan menimbulkan risiko besar bagi pengemudi yang kehilangan kendali. Sehingga, beberapa tiang direkayasa untuk <a href="https://99percentinvisible.org/article/breakaway-hit-street-side-posts-designed-sever-%20dampak%20strategis/">bisa patah pada sambungan khusus ketika ditabrak mobil, sehingga mengurangi kerusakan bagi yang menabraknya</a>. Demikian juga, banyak elemen mobil <a href="http://engineerblogs.org/2011/12/designed-to-fail/">dirancang untuk dapat rusak sendiri dengan cara tertentu untuk melindungi penumpang</a>.</p>
<h2>Berbagai strategi pertahanan</h2>
<p>Bagaimana jika amputasi diri adalah strategi yang efektif melawan beberapa predator namun tidak untuk yang lain? Seekor hewan seharusnya tidak melepaskan anggota tubuhnya ketika tidak ada bahaya nyata.</p>
<p>Beberapa capung jarum (<em>damselflies</em>) Amerika Utara - sepupu capung dengan tubuh yang lebih ramping dan rapuh - telah mengembangkan strategi yang berbeda untuk menghindari dirinya dimangsa. Larva <em>damselflies</em> kadang-kadang ada di kolam yang . berisi predator seperti ikan atau serangga yang lebih besar seperti capung. Strategi berburu para predator ini berbeda, sehingga diperlukan strategi pertahanan yang berbeda.</p>
<p>Tim peneliti kami ingin tahu apakah <em>damselflies</em> mungkin <a href="https://doi.org/10.1007/s10682-019-09979-y">menyesuaikan taktik pertahanan mereka dengan berbagai jenis predator</a>.</p>
<p>Bagi <em>damselflies</em> yang mencoba melarikan diri dari pemangsa yang bisa mencengkeram korbannya, melepaskan satu bagian tubuh adalah sebuah pertahanan yang penting. Capung sering menargetkan ekor berbulu dari <em>damselflies</em> yang melarikan diri, yang disebut <em>lamellae</em>. <em>Damselflies</em> dapat mengamputasi diri dengan melepasnya selama pelarian, <a href="https://www.jstor.org/stable/4222920">meninggalkan calon predator dalam kesulitan</a>. Ini adalah langkah yang berisiko, karena ekor ini juga penting untuk berenang dan bernapas di bawah air.</p>
<p>Dalam beberapa kasus, amputasi diri adalah suatu taktik pertahanan yang tidak berguna untuk <em>damselflies</em>. Tidak semua predator menangkap mangsanya; pemangsa yang lebih besar seperti ikan akan menelan <em>damselflies</em> utuh. Dengan predator ikan, seharusnya tidak ada alasan untuk mencoba amputasi diri, dan karena itu <em>damselflies</em> lebih mungkin bertahan hidup dengan bersembunyi dan berkamuflase.</p>
<h2>Mempersiapkan diri dari pemangsa</h2>
<p>Kami mengamati bahwa larva dari kolam yang berisi capung melepaskan <em>lamellae</em> mereka lebih mudah daripada <a href="http://doi.org/10.1242/jeb.091827">yang berasal dari kolam yang berisi ikan</a>. Namun, bagaimana tepatnya mereka tahu untuk menumbuhkan ekor yang lebih kokoh yang tidak akan lepas secara tidak sengaja, atau ekor yang lebih lemah yang dapat diamputasi pada saat itu juga?</p>
<p>Katherine Black, seorang mahasiswa sarjana pada waktu itu dan anggota tim penelitian kami, tertarik dengan pertanyaan ini.</p>
<p>Untuk mengetahuinya, dia mengumpulkan larva <em>damselfly</em> dari kolam dekat Guelph di Ontario selatan dan membesarkan mereka di laboratorium. Dia mengekspos beberapa larva <em>damselfly</em> ke predator capung yang ditempatkan di kandang mereka di belakang penghalang jala dan kemudian mengamati apa yang terjadi pada sendi yang menghubungkan <em>lamellae</em> ke perut ketika larva <em>damselfly</em> berkembang.</p>
<p>Untuk menilai kekuatan sendi, kami mengukur kekuatan yang dibutuhkan untuk mematahkan <em>lamellae</em> dengan tepat. Karena larva <em>damselflies</em> sangat kecil (biasanya hanya beberapa sentimeter), kami perlu alat khusus yang dapat mendeteksi perubahan gaya yang lebih kecil dari satu miligram tekanan per milimeter. Ini cukup sulit dilakukan, tapi kesabaran kami terbayar pada akhirnya: <a href="https://doi.org/10.1007/s10682-019-09979%20-y">kami menemukan bahwa <em>damselflies</em> yang tumbuh di hadapan capung mengembangkan sendi <em>lamellae</em> yang lebih lemah</a>.</p>
<p>Ketika kami memeriksa struktur <em>lamellae</em> lebih dekat, kami menemukan bahwa diameter perlekatan sendi lebih kecil di <em>damseflies</em> dengan sambungan yang lebih lemah. Titik lemah yang disebabkan oleh diri sendiri ini memungkinkan mereka untuk mengamputasi <em>lamellae</em> lebih mudah ketika diserang oleh capung yang lapar.</p>
<p>Ini berarti bahwa larva <em>damselfly</em> dapat mengubah <a href="https://doi.org/10.1007/s10682-012-9581-3">bagaimana bagian tubuh mereka berkembang tergantung pada isyarat yang ada di lingkungan mereka</a>. Kemampuan seperti itu sangat penting untuk bertahan hidup, sebab mereka tidak bisa tahu predator mana yang harus mereka hadapi di kolam tempat tinggal mereka.</p>
<p>Dan ketika hewan mengamputasi bagian tubuhnya sendiri untuk terhindar dari menjadi santap malam hewan lain, sangat penting untuk memastikan bahwa taktik itu bekerja.</p>
<p><em>Las Asimi Lumban Gaol menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/120290/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Beren W. Robinson menerima dana dari he Natural Sciences and Engineering Research Council of Canada (NSERC Canada).</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Will Jarvis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Mengapa beberapa hewan mengamputasi anggota badannya sendiri? Ternyata, ada sejumlah alasan strategi ini berevolusi.Beren W. Robinson, Professor of Biology, University of GuelphWill Jarvis, PhD Student, L’Université d’Ottawa/University of OttawaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1105072019-02-01T07:20:52Z2019-02-01T07:20:52ZTokek berjalan di air, kami memfilmkan mereka untuk mencari tahu caranya<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/256782/original/file-20190201-109820-1gxixst.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/success?u=http%3A%2F%2Fdownload.shutterstock.com%2Fgatekeeper%2FW3siZSI6MTU0OTAyMjg4NCwiYyI6Il9waG90b19zZXNzaW9uX2lkIiwiZGMiOiJpZGxfNTY0NzUzOTk3IiwiayI6InBob3RvLzU2NDc1Mzk5Ny9tZWRpdW0uanBnIiwibSI6MSwiZCI6InNodXR0ZXJzdG9jay1tZWRpYSJ9LCJ3cEl1OERRQ1llSzU0RkF2TTdBMllqQ1Z2Y1EiXQ%2Fshutterstock_564753997.jpg&pi=41133566&m=564753997&src=lCXUCR48828mRWAZXzvu_A-1-85">Natalia Van D/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Siapa pun yang pernah melihat tokek akan tahu bahwa reptil ini dapat memanjat dinding. Namun, tidak hanya itu, kadal ini juga dapat berlari di atas permukaan air dengan kecepatan hampir sama dengan saat mereka berlari di atas permukaan tanah keras. </p>
<p>Kita tahu tokek menggunakan rambut kecil yang tak terhitung jumlahnya–yang disebut <em>setae</em> – di kaki mereka untuk dapat berjalan di permukaan vertikal halus. Namun, bagaimana tokek bisa tidak tenggelam ke dalam air lama menjadi sebuah misteri. Namun, <a href="http://www.cell.com/current-biology/fulltext/S0960-9822(18)31469-6">saya dan kolega telah menyelesaikan riset </a> yang menjelaskan bagaimana tokek menggunakan suatu kombinasi teknik untuk melakukan perjalanan yang luar biasa ini.</p>
<p>Kemampuan berjalan di atas air dimiliki oleh beberapa hewan bertubuh kecil <a href="https://www.nature.com/articles/nature01793">seperti anggang-anggang</a>, yang bobotnya cukup ringan ditahan oleh tegangan permukaan air, gaya di antara molukel-molekul air di permukaan. Sedangkan, dalam kasus hewan lebih besar seperti <a href="http://jeb.biologists.org/content/218/8/1235">burung grebe</a>, dapat berjalan di atas air karena mereka cukup kuat membelah permukaan air dengan kaki mereka selama mereka berjalan. Gerakan cepat mendorong air di bawah kaki, menciptakan sebuah kantong udara di sekitarnya. Kekuatan ke atas yang dihasilkan ketika kantung ini didorong ke bawah air membuat hewan itu tertahan sebentar di permukaan.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/qm1xGfOZJc8?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
</figure>
<p>Tapi ukuran tokek tidak sekecil anggang-anggang dan tidak sebesar burung grebe. Tubuh tokek terlalu lembek sehingga permukaan air tidak dapat menahannya dan terlalu berat sehingga permukaan air pasti pecah. Namun kecepatan air relatif mereka mendekati kadal air yang terkenal lainnya, <a href="https://www.nature.com/articles/380340a0">basilisk</a> (atau “kadal Yesus”), yang memang mengandalkan teknik membelah.</p>
<p>Perhitungan awal mengisyaratkan dan analisis video mengkonfirmasi bahwa tidak seperti cara spesies lainnya yang bergerak di permukaan air, tokek menggunakan kombinasi beberapa teknik untuk bergerak lebih cepat di atas air daripada mereka berenang di dalam air. Berdasarkan analisis video tokek yang bergerak melintasi air, kami menemukan bahwa cara berjalan tokek mirip dengan cara berjalan basilisk. Setiap tahap melibatkan tarikan kaki ke udara, membelah permukaan dan mengayuh di bawah air.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/249258/original/file-20181206-128199-nsyi2n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/249258/original/file-20181206-128199-nsyi2n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=216&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/249258/original/file-20181206-128199-nsyi2n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=216&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/249258/original/file-20181206-128199-nsyi2n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=216&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/249258/original/file-20181206-128199-nsyi2n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=271&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/249258/original/file-20181206-128199-nsyi2n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=271&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/249258/original/file-20181206-128199-nsyi2n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=271&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Tak ada jembatan? Tidak masalah.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Pauline Jennings</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tapi tidak seperti <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9320547">basilisk</a> yang tidak terpengaruh oleh perubahan tekanan permukaan air, percobaan kami menunjukkan bahwa kecepatan dan tinggi kepala tokek berkurang setengah saat kami menambahkan deterjen ke air, yang mengurangi tekanan permukaan air. Ini menunjukkan bahwa tokek menggunakan, setidaknya gaya sebagian di antara molekul air untuk dapat bertahan di atas permukaan.</p>
<p>Kami juga menemukan bahwa bagi tokek sangat penting menggunakan kombinasi antara gaya hidrostatik (dorongan ke atas dari air yang dikenal sebagai daya apung) dan hidrodinamik (daya angkat dibuat oleh gerakan melintasi permukaan air seperti di perahu motor melintasi permukaan). Kedua gaya tersebut kemudian membantu tokek semakin ke atas, atau disebut dengan kondisi <a href="https://www.globalsecurity.org/military/systems/ship/semi-planing.htm"><em>semi-planing</em> atau terapung separuh</a>. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/249260/original/file-20181206-128211-1i3yhj4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/249260/original/file-20181206-128211-1i3yhj4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=604&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/249260/original/file-20181206-128211-1i3yhj4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=604&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/249260/original/file-20181206-128211-1i3yhj4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=604&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/249260/original/file-20181206-128211-1i3yhj4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=759&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/249260/original/file-20181206-128211-1i3yhj4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=759&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/249260/original/file-20181206-128211-1i3yhj4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=759&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Kombo tokek.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Current Biology</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Kibasan pada ekor</h2>
<p>Untuk semua kecerdikan dari pendekatan <em>multi-tasking</em> ini, tokek hanya dapat mengangkat kepala serta tubuh bagian atasnya di atas permukaan air, sedangkan ekornya berada di bawah air. Mampu bergerak hampir secepat di darat ketika hampir setengah dari tubuh Anda berada di bawah air dan menghadapi lebih banyak hambatan dan gaya tarik adalah suatu hal yang luar biasa–tanyakan saja kepada <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Michael_Phelps">perenang Amerika Serikat Michael Phelps</a>.</p>
<p>Tokek menggunakan ekornya yang telah terbukti membantu mereka untuk <a href="https://www.nature.com/articles/s41598-017-11484-7">bermanuver di sekitar banyak rintangan</a>, <a href="http://www.pnas.org/content/105/11/4215">melompat</a>, dan <a href="http://jeb.biologists.org/content/212/5/604">menghindari serangan predator</a>. Gambar di atas menunjukkan bahwa tokek memiliki kemiripan dengan buaya yang menggerakkan badan dan ekornya membentuk semacam ombak untuk menyeimbangkan tarikan ke dalam air.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/wbKVZIhloaM?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
</figure>
<p>Penelitian kami menunjukkan bahwa agar hewan bertubuh sedang dapat bergerak cepat di atas permukaan air dibutuhkan kombinasi dari mekanisme fisika yang lebih kompleks daripada yang dibutuhkan hewan bertubuh lebih kecil dan lebih besar. Teori ini dapat juga diaplikasikan untuk desain yang lebih baik untuk robot yang terinsipasi dari hewan.</p>
<p>Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai tokek telah menginspirasi beberapa penemuan terkait “biomimetic”, mulai dari <a href="https://geckskin.umass.edu/">bahan perekat yang lebih baik</a> sampai sebuah mobil robot berekor yang lincah (dan sangat menggemaskan), yang diberi nama <a href="https://blogs.scientificamerican.com/observations/robot-uses-lizard-tail-to-leap/">Tailbot</a>. </p>
<p>Pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana hewan-hewan melintasi medan yang kompleks diharapkan akan menghasilkan robot yang dapat memanfaatkan teknik-teknik ini untuk bergerak di darat dan air dengan kinerja tinggi yang terlihat pada tokek.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/110507/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Jasmine Nirody tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Kami juga menemukan bahwa bagi tokek sangat penting menggunakan kombinasi antara gaya hidrostatik dan hidrodinamik.Jasmine Nirody, Post-Doctoral Research Fellow in Biophysics, University of OxfordLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/862582017-10-27T09:43:52Z2017-10-27T09:43:52ZKadal raksasa berkembang pesat di perkebunan sawit Borneo<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/192076/original/file-20171026-13309-1m7v5l7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=2%2C4%2C995%2C606&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Biawak air di Kalimantan.</span> <span class="attribution"><span class="source">www.shutterstock.com</span></span></figcaption></figure><p>Pohon kelapa sawit sekarang mewabah di Kalimantan yang tadinya liar dan tidak tersentuh. Hutan hujan yang menjulang tinggi ditebas dan kini pulau tersebut menjadi perkebunan monokultur yang monoton, sumber utama minyak kelapa sawit. Di Sabah, bagian utara pulau di wilayah Malaysia, pohon-pohon ini meliputi 20% dari keseluruhan negara bagian tersebut. </p>
<p>Berbagai persoalan yang disebabkan minyak kelapa sawit telah didokumentasikan dengan baik. Deforestasi telah menyebabkan <a href="https://theconversation.com/why-indonesia-cant-stamp-out-fires-that-have-cast-a-haze-over-south-east-asia-50029">kebakaran besar</a>, emisi karbon yang luar biasa besar, dan menggiring <a href="https://orangutan.org/rainforest/the-effects-of-palm-oil/">orangutan</a> menuju ambang kepunahan. Namun apa yang terjadi di perkebunan itu sendiri? Apa dampak pembalakan dan konversi hutan besar-besaran ekosistem dan keanekaragaman hayati? </p>
<h2>Pemburu bangkai</h2>
<p>Pemakan bangkai itu penting. Namun dalam memahami bagaimana ekosistem berfungsi, kelompok ini sering dilupakan. Mereka memainkan peran penting dengan membersihkan bangkai, salah satu hal yang penting untuk daur ulang nutrisi dan pencegahan penyakit. Gangguan pada pemburu bangkai mempunyai implikasi luas. </p>
<p>Untuk meneliti bagaimana kelompok pemakan bangkai beradaptasi dengan kenyataan baru mengenai perkebunan minyak kelapa sawit, saya pergi ke Sabah. Saya dan rekan-rekan saya merancang dan membuat perangkap umpan, dan meletakkannya di berbagai tempat di sepanjang sungai dalam proyek <a href="https://www.safeproject.net/">Stability of Altered Forest Ecosystem</a> (SAFE). </p>
<p>Beberapa perangkap ditaruh di hutan perawan, beberapa di hutan yang telah dibalak dengan berbagai tingkat kerusakan, dan sebagian lainnya di antara perkebunan sawit.</p>
<p>Kami menangkap 118 hewan secara keseluruhan, yang paling banyak yakni musang Melayu dan biawak air Asia Tenggara yang merupakan kadal yang besar. Umpan kami juga diselidiki oleh anjing domestik, luwak berkerah, berang-berang bulu licin, luwak ekor pendek, babi janggut dan beruang madu. Hasil penelitian kami dipublikasi di <a href="http://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0177143">PLoS One</a>.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/189591/original/file-20171010-17703-1ed9w9i.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/189591/original/file-20171010-17703-1ed9w9i.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/189591/original/file-20171010-17703-1ed9w9i.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=402&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/189591/original/file-20171010-17703-1ed9w9i.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=402&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/189591/original/file-20171010-17703-1ed9w9i.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=402&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/189591/original/file-20171010-17703-1ed9w9i.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=505&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/189591/original/file-20171010-17703-1ed9w9i.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=505&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/189591/original/file-20171010-17703-1ed9w9i.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=505&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Sang Penulis, memburu bangkai.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Danny Benasip</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Terdapat kecenderungan yang konsisten: makin rusak tanahnya, makin banyak biawak air yang kami temukan, jumlah mereka berkurang seiring kami menjauh dari perkebunan menuju hutan yang tidak tersentuh. Musang Melayu adalah satu-satunya mamalia asli yang kami temukan di samping biawak air di perkebunan sawit, dan bahkan spesies ini pun memilih lokasi hutan dengan kualitas lebih tinggi. </p>
<p>Mengapa kiranya kadal nyaman berada di perkebunan?</p>
<p>Biawak air Asia Tenggara (<em>Varanus salvator macromaculatus</em>) awalnya berevolusi di hutan bakau kawasan tersebut, dan sebagian besar tidak berubah selama 17 juta tahun. Mereka utamanya beradaptasi untuk kehidupan di dalam dan sekitar air. Moncong mereka panjang dengan lubang hidung yang tinggi diujungnya untuk bernafas selagi menyelam. Ekor mereka panjang dan bekerja sebagai sistem propulsi air yang sempurna. Ketika biawak merasa terancam, ekornya berubah menjadi gada kuat bergerigi, yang membuatnya makin berbahaya.</p>
<hr>
<p><em><strong>Baca juga:</strong> <a href="https://theconversation.com/bertemu-dinosaurus-raksasa-yang-menghuni-afrika-selatan-200-juta-tahun-lalu-86854">Bertemu dinosaurus raksasa yang menghuni Afrika selatan 200 juta tahun yang lalu</a></em></p>
<hr>
<p>Bagi warga desa di Borneo, biawak air memiliki reputasi buruk sebagai pemakan bangkai dan hama. Namun kebanyakan dari mereka sebenarnya adalah pemburu ulung. Mata mereka beradaptasi untuk mendeteksi gerakan. Cakar mereka membuat mereka bisa memanjat dan mencengkeram mangsa. Dan punya 60 gigi bergerigi menghadap belakang, yang berevolusi untuk menyebabkan pendarahan dan robekan dalam pada mangsanya.</p>
<h2>Pemakan yang tidak rewel</h2>
<p>“Naga” ini punya kemampuan luar biasa dalam melahap hampir apa saja yang bisa masuk ke perut mereka. Makanan mereka mencakup binatang kecil yang tak ber-tulang punggung, krustasea dan amfibi hingga mamalia yang lebih besar, serta burung dan telurnya. Mereka bahkan memakan biawak lainnya. </p>
<p>Berhubung stres kadang membuat biawak air memuntahkan isi perutnya, kami mendapat kesempatan untuk bisa membuat pengamatan oportunis mengenai pola makan mereka. Kami menemukan beberapa hal yang benar-benar mengejutkan, dari sampah manusia seperti bungkus mie instan hingga duri landak yang sangat keras dan tajam yang begitu mudahnya merobek kulit manusia dan menghalangi hampir semua predator.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/190594/original/file-20171017-30386-1rw7wwb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/190594/original/file-20171017-30386-1rw7wwb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/190594/original/file-20171017-30386-1rw7wwb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=518&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/190594/original/file-20171017-30386-1rw7wwb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=518&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/190594/original/file-20171017-30386-1rw7wwb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=518&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/190594/original/file-20171017-30386-1rw7wwb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=651&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/190594/original/file-20171017-30386-1rw7wwb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=651&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/190594/original/file-20171017-30386-1rw7wwb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=651&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Musang Melayu lebih suka hutan ketimbang perkebunan kelapa sawit.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Joshua Twining</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pola makan yang tidak biasa inilah yang memungkinkan biawak air bertahan hidup di tanah perkebunan kelapa sawit. Di hutan alami yang mengelilingi perkebunan, mereka menghadapi persaingan dari mamalia predator dan pemakan bangkai seperti beruang madu, berang-berang, musang, dan luwak. Di sana, biawak air hanya ditemukan dalam jumlah kecil dan ukurannya jauh lebih kecil.</p>
<p>Namun mamalia-mamalia tersebut sulit bertahan hidup di perkebunan. Kurangnya tutupan membuat suhu udara meningkat dan keragaman tanaman yang rendah mempengaruhi rantai makanan. Kadal tentu saja tahan panas, dan adanya makanan tambahan dari sampah manusia membuat biawak air bisa bertahan, tumbuh mencapai ukuran yang mengerikan dan jumlah yang besar.</p>
<p>Lanskap yang dipenuhi kadal raksasa yang berkeliaran, segera saja menjadi ajang pertarungan. Tidak seperti kadal kecil yang menyelesaikan perselisihan mereka dengan lambaian tangan halus, kibasan ekor, atau kepakan <em>dewlap</em> (kulit leher), biawak air menggunakan cara yang lebih kuno: berkelahi. Mereka berdiri dengan kaki belakang mereka yang berotot, perut bertemu perut dan bergulat, mereka mencabik, mencakar, menggigit, dan menyerang, hingga salah satunya menyerah.</p>
<p>“Kelangsungan hidup yang paling kuat” inilah yang mendorong spesies jantan mencapai ukuran yang luar biasa. Namun ini juga salah satu alasan mengapa habitat yang rusak seperti kebun sawit bisa menjadi perangkap ekologis. </p>
<p>Ketersediaan makanan yang mudah dari lokasi sampah manusia atau hewan peliharaan menarik lebih banyak biawak jantan, menghasilkan rasio seks yang sangat tidak seimbang. Meningkatnya kompetisi untuk tempat utama di perkebunan berarti mereka menghabiskan banyak energi, dan menghadapi risiko cedera serius untuk mempertahankan wilayah dan berkelahi dengan pejantan lainnya. Meningkatnya beban parasit karena populasi yang padat mengurangi kebugaran keseluruhan individu, dan di samping beban energi bagi biawak dewasa, meningkatnya kepadatan spesies yang memangsa remaja, sangat mengurangi kesempatan spesies muda mencapai usia dewasa. </p>
<p>Saat ini, kadal raksasa ini tampak sehat. Dari semua hewan besar pemakan bangkai asli Kalimantan, mereka adalah spesies satu-satunya yang telah sukses beradaptasi dengan perkebunan. Namun dalam jangka panjang, kulminasi dari efek samping mungkin dapat membuat biawak air bernasib sama dengan beruang dan mamalia lainnya yang dulu menghuni ruang yang kini didominasi oleh kelapa sawit.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/86258/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Joshua P Twining menerima dana dari The Sabah Foundation, Benta Wawasan, Departemen Kehutanan Sabah dan The South East Asia Rainforest Research Partnership. Ia terafiliasi dengan Queen's University, Belfast (kandidat PhD di universitas).</span></em></p>Deforestasi telah melenyapkan sebagian besar predator, sehingga para kadal punya banyak makanan dan sedikit pesaing.Joshua P Twining, PhD Candidate in Ecology, Queen's University BelfastLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.