tag:theconversation.com,2011:/ca/topics/pandemi-81133/articlespandemi – The Conversation2024-02-09T03:05:31Ztag:theconversation.com,2011:article/2227282024-02-09T03:05:31Z2024-02-09T03:05:31ZMinimnya janji calon presiden untuk ketahanan sistem kesehatan hadapi pandemi ke depan<p>Dalam rangkaian terakhir debat calon presiden Indonesia <a href="https://www.youtube.com/watch?v=8J66JxvmEzo">pada Minggu malam, 4 Februari 2024</a>, tak satu pun dari tiga calon presiden berbicara secara eksplisit tentang penguatan ketahanan sistem kesehatan Indonesia untuk menghadapi pandemi berikutnya.</p>
<p>Dalam dokumen visi dan misi mereka yang dipublikasikan juga kurang menunjukkan sebuah rencana yang jelas dan terukur untuk mempersiapkan sistem kesehatan yang tahan terhadap “serangan” pandemi ke depan.</p>
<p>Padahal, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah jauh-jauh hari dalam laporan pada 2022 berjudul <a href="https://pandemic-foresight.who.int/vision-for-2026">Membayangkan Masa Depan Pandemi dan Epidemi</a>, memberikan empat skenario yang akan terjadi di dunia ini dalam 3-5 tahun ke depan terkait pandemi COVID-19. </p>
<p>Skenario 1: Hari-hari Bahagia. Dunia berhasil mengatasi pandemi dengan kolaborasi dan pemberdayaan masyarakat. Pembelajaran dari pengalaman pandemi digunakan untuk membangun ketahanan global dan nasional.</p>
<p>Skenario 2: Aku Mencintaimu, Aku Membencimu. Virus tetap ada melalui mutasi dan wabah yang tidak terduga, meningkatkan fokus pada perubahan kehidupan sehari-hari. Adaptasi dan inovasi diperlukan dalam sistem layanan kesehatan, ekonomi, dan kebijakan lingkungan.</p>
<p>Skenario 3: Hotel Patah Hati. Virus lebih menular, dengan respons yang tidak terpadu dan global. Muncul permasalahan yang meningkat sangat cepat di dunia, yakni meningkatnya ketidaksetaraan sosio-ekonomi, teknologi, lingkungan, dan politik.</p>
<p>Skenario 4: Inilah Masalahnya. Muncul pandemi ganda yang menambah beban pada negara-negara, terutama negara-negara berpendapatan rendah dan menengah seperti Indonesia. Kesehatan masyarakat, perekonomian, ekosistem, dan cuaca ekstrem semakin memburuk, menyebabkan kelelahan dan perjuangan umat manusia.</p>
<p>Prediksi ini akan terjadi tergantung dari cara kita merespons saat ini.</p>
<h2>Janji capres cawapres 2024 di atas kertas</h2>
<p>Empat skenario dari WHO tersebut dapat terjadi 3-5 tahun ke depan, tergantung dari bagaimana respons masing-masing para pemimpin dunia termasuk visi misi calon Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2024-2029. </p>
<p>Mari kita lihat dokumen tertulis yang dijanjikan oleh tiga calon presiden dan wakilnya.</p>
<p><a href="https://aminajadulu.com/?search=MISI05">Pasangan calon (paslon) Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar</a> memiliki visi “Indonesia Adil Makmur untuk Semua”. Pasangan ini memasukkan isu kesehatan pada misi nomor lima, yakni “Mewujudkan manusia Indonesia yang sehat, cerdas, produktif, berakhlak, serta berbudaya”. </p>
<p>Khusus untuk pandemi, pasangan ini telah miliki sebuah program yang disebut <a href="https://aminajadulu.com/kesiapan-dan-daya-tahan-terhadap-pandemi/5/14">Agenda No. 14</a> dengan judul “Kesiapan dan Daya Tahan Terhadap Pandemi”.</p>
<p>Secara lebih detail, agenda ini meliputi upaya mempercepat penghapusan penyakit menular terutama tuberkulosis dan malaria. Lalu meningkatkan (a) kesadaran masyarakat akan potensi ancaman pandemi berikutnya, (b) sistem pengawasan nasional dengan integrasi data, (c) kapasitas dan kualitas laboratorium. </p>
<p>Agenda terakhir adalah memperkuat rumah sakit tingkat provinsi dalam menangani penyakit menular (infeksi) dan kesiapan nasional akan potensi ancaman pandemi berikutnya.</p>
<p>Paslon <a href="https://prabowogibran2.id/17-program-prioritas/">Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka</a> memiliki visi “Bersama Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045”. </p>
<p>Berkaitan dengan misi kesehatan terdapat dalam misi keempat yakni “Memperkuat pembangunan sumber daya manusia (SDM), sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender, serta penguatan peran perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas,”. </p>
<p>Dalam dokumen <a href="https://prabowogibran2.id/storage/2024/01/VISI-MISI-INDONESIA-MAJU-2024_FINAL.pdf">visi misi pasangan ini</a>, pandemi disebutkan sebagai sebuah tantangan kedepan yang harus dihadapi, tapi agenda spesifik khusus penanganan potensi pandemi ke depan belum diuraikan.</p>
<p>Walau tidak diuraikan secara khusus, ada dua program hasil terbaik cepat yang dijanjikan oleh pasangan ini yang secara tidak langsung akan dapat memperkuat ketahanan kesehatan bangsa menghadapi pandemi ke depan yakni (1) menuntaskan kasus penyakit menular (tuberkulosis), dan (2) membangun rumah sakit lengkap berkualitas di kabupaten. </p>
<p>Selanjutnya terdapat program prioritas untuk menjamin tersedianya pelayanan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia dengan peningkatan BPJS Kesehatan dan penyediaan obat untuk rakyat.</p>
<p>Adapun paslon <a href="https://visimisiganjarmahfud.id/gerak-cepat-1">Ganjar Pranowo-Mahfud MD</a> memiliki visi “Menuju Indonesia Unggul, Gerak Cepat Mewujudkan Negara Maritim yang Adil dan Lestari”. </p>
<p>Salah satu misi yang berkaitan dengan kesehatan adalah “Mempercepat pembangunan manusia Indonesia unggul yang berkualitas, produktif dan berkepribadian”. </p>
<p>Dalam <a href="https://visimisiganjarmahfud.id/assets/docs/Buku-Visi-Misi-Ganjar-Mahfud.pdf?v=3">dokumen visi misi</a> pasangan ini, tidak ditemukan agenda spesifik terkait penanganan potensi pandemi ke depan. Bahkan kata “pandemi” tak ada dalam dokumen tersebut.</p>
<p>Namun, sama seperti Prabowo-Gibran, paslon Ganjar-Mahfud juga telah memiliki beberapa strategi yang secara tidak langsung walau tidak cukup kuat, akan dapat membantu mempersiapkan bangsa dalam menghadapi pandemi selanjutnya yakni Program 1 Desa 1 Puskesmas (Puskemas Pembantu), 1 Dokter (Tenaga Kesehatan).</p>
<p>Dari dokumen visi misi itu jelas, dari ketiga calon presiden dan wakil presiden, ada yang menyebutkan secara langsung, sebagian, hingga tidak disebutkan secara langsung janji untuk memperkuat sistem kesehatan. </p>
<p>WHO menyatakan status kegawatdaruratan global untuk COVID-19 resmi berakhir Mei 2023. Sebulan kemudian, <a href="https://setkab.go.id/inilah-keppres-penetapan-berakhirnya-status-pandemi-covid-19-di-indonesia/">pemerintah Indonesia juga resmi mencabut status pandemi COVID</a>.</p>
<p>Sayangnya belum cukup setahun berakhir, pasangan calon presiden seolah telah lupa bagaimana dahsyatnya pandemi tersebut telah mengguncang dunia, Indonesia dan masyarakatnya. </p>
<h2>Belajar dari pandemi COVID-19</h2>
<p>Pandemi COVID-19 selama tiga tahun (2020-2023) mengingatkan kita pada sebuah kutipan lama seorang filsuf Jerman <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22108908/">Arthur Schopenhauer (1788-186)</a>: <em>“Health is not everything, but without health, everything is nothing”</em>.</p>
<p>Sejak awal pandemi hingga awal 2024 lebih dari <a href="https://www.worldometers.info/coronavirus/">700 juta penduduk dunia</a> atau <a href="https://www.worldometers.info/world-population/">8,75% populasi Bumi</a> telah terinfeksi COVID-19, dengan kematian hampir 7 juta jiwa. Di Indonesia <a href="https://kawalcovid19.id/">tercatat 6-7 juta kasus, dengan lebih dari 161 ribu jiwa meninggal</a>.</p>
<p>Tidak hanya sisi kesehatan, pandemi juga berdampak negatif yang serius pada ekonomi dunia. Selama <a href="https://www.statista.com/topics/6139/covid-19-impact-on-the-global-economy/#topicOverview">tahun 2020</a>, Produk Domestik Bruto (PDB) kolektif dunia turun 3,4% atau lebih dari US$2 triliun (sekitar Rp31 ribu triliun) dunia kehilangan <em>output</em> ekonomi. </p>
<p>Dalam konteks ini, “<em>output</em> ekonomi” merujuk pada total nilai produksi barang dan jasa dunia secara keseluruhan akibat penurunan konsumsi, investasi, dan perdagangan internasional karena <em>lockdown</em>, pembatasan pergerakan, dan ketidakpastian ekonomi yang diakibatkan oleh pandemi. Hal tersebut bahkan menyebabkan pengangguran secara global naik 5,77% pada saat itu.</p>
<p>Belajar dari pandemi tersebut, terlepas siapapun yang terpilih, nantinya mereka harus fokus pada empat hal utama. </p>
<p><em>Pertama</em>, presiden perlu memastikan bahwa seluruh kebijakan pemerintah pada berbagai level harus berbasis bukti ilmiah, berwawasan lingkungan, dibangun dengan prinsip kolaborasi, kesetaraan dan transparan serta dikomunikasikan dengan baik. </p>
<p><em>Kedua</em>, pemerintah membangun kesadaran dan keterlibatan masyarakat terkait ancaman pandemi ke depan.</p>
<p><em>Ketiga</em>, pemerintah perlu membangun sistem kesehatan, perekonomian dan infrastruktur yang lebih kuat dalam mendeteksi, memonitor dan merespons potensi pandemi kedepan. </p>
<p><em>Keempat</em>, pemerintah perlu menggunakan teknologi dan inovasi dalam meningkatkan kesiapsiagaan khususnya pemanfaatan kemajuan ilmu genomik dan nanobioteknologi untuk pencegahan. </p>
<p>Pengalaman pandemi sangat penting untuk menjadi bahan untuk merumuskan kebijakan kesehatan ke depan karena <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9175207/">banyak ahli pandemi akan lebih sering bersuara</a>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/222728/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Irwandy tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Sayangnya belum cukup setahun berakhir, ketiga pasangan calon presiden seolah telah lupa bagaimana dahsyatnya pandemi tersebut telah mengguncang dunia, Indonesia dan masyarakatnya.Irwandy, Associate Professor, Hospital Management Department Public Health Faculty,, Universitas HasanuddinLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2146162023-09-29T09:33:09Z2023-09-29T09:33:09ZBagaimana COVID memengaruhi pengendalian penyakit tropis yang terlupakan<p><a href="https://www.who.int/publications/i/item/who-wer9638-461-468">Penyakit tropis terabaikan atau <em>neglected tropical diseases (NTDs)</em></a> adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan sekelompok 20 penyakit menular. Penyakit yang bisa melumpuhkan, melemahkan, dan bahkan membunuh ini telah berdampak pada lebih dari 1,7 miliar orang di dunia. Kelompok yang paling rentan dan termiskin adalah yang paling terkena dampaknya. </p>
<p>Pada masa lalu, penyakit-penyakit dalam kelompok ini diabaikan secara internasional dan buruknya pendanaan di dalam negeri: oleh karena itu disebut “terabaikan” dalam namanya. Beberapa penyakit tropis umum yang terabaikan adalah <a href="https://www.cdc.gov/buruli-ulcer/index.html">maag buruli</a>, <a href="https://www.cdc.gov/dengue/">demam berdarah</a> dan <a href="https://www.cdc.gov/leprosy/">penyakit Hansen (juga dikenal sebagai kusta)</a>.</p>
<p>Sudah ada <a href="https://www.who.int/data/gho/data/themes/neglected-tropical-diseases">alat untuk mencegah dan mengobati</a> penyakit-penyakit ini, antara lain obat-obatan, pengendalian vektor, intervensi kesehatan publik terkait hewan serta penyediaan air bersih dan toilet.</p>
<p>Dalam 10 tahun terakhir terdapat upaya global yang signifikan untuk mengendalikan penyakit tropis yang terabaikan. Pada 2012, perusahaan farmasi, donor, negara endemik, dan organisasi nonpemerintah berkumpul untuk menandatangani <a href="https://unitingtocombatntds%20.org/resource-hub/who-resources/london-declaration-neglected-tropical-diseases/">Deklarasi London tentang Penyakit Tropis yang Terabaikan</a>. Bersama-sama, mereka berkomitmen untuk mengendalikan, menghilangkan, atau memberantas sepuluh penyakit ini pada 2020 dan meningkatkan taraf hidup lebih dari satu miliar orang. </p>
<p>Dukungan dari para penandatangan berkisar dari <a href="https://accesstomedicinefoundation.org/access-to-medicine-index/best-practices/medicine-donations-for-neglected-tropical-diseases">donasi obat-obatan esensial</a> hingga membiayai <a href="https://schistosomiasiscontrolinitiative.org/about/how-money-is-spent">pengiriman dan distribusi</a> obat-obatan, penelitian, dan pendanaan untuk sanitasi dan air bersih. Upaya global bersama ini telah membuahkan keberhasilan dan ini menjadi landasan untuk tetap optimis.</p>
<p>Hingga saat ini, <a href="https://www.eisai.com/news/2022/news202209.html#:%7E:text=Forty%2Dthree%20countries%20have%20eliminated,people%20remain%20threatened%20by%20NTDs%20.">600 juta</a> masyarakat tidak lagi memerlukan pengobatan untuk penyakit tropis yang terabaikan. Kasus beberapa penyakit ini, seperti kusta, penyakit tidur, dan penyakit cacing Guinea, berada pada titik terendah sepanjang masa. </p>
<p>Empat puluh empat <a href="https:/%20/www.eisai.com/news/2022/news202209.html#:%7E:text=Forty%2Dthree%20countries%20have%20eliminated,people%20remain%20threatened%20by%20NTDs.">negara</a> telah menghilangkan setidaknya satu penyakit tropis yang terabaikan sebagai masalah kesehatan masyarakat. Yang terbaru adalah <a href="https://theconversation.com/how-the-gambia-beat-trachoma-an-infection-that-causes-blindness-160716">Gambia</a> dan <a href="https://www.who.int/news/item/21-02-2022-who-validates-saudi-arabia-for-eliminating-trachoma-as-a-public-health-problem#:%7E:text=On%20%2026%20Januari%202022%2C%20the,Region%20to%20achieve%20this%20milestone.%22%22">Arab Saudi</a> yang telah mengeliminasi trachoma, suatu infeksi bakteri yang menyebabkan kebutaan.</p>
<p>Namun, kemajuan ini kini menghadapi risiko pembalikan yang nyata akibat <a href="https://www.who.int/teams/control-of-neglected-tropical-diseases/overview/ntds-and%20-covid-19">pandemi COVID-19 selama tiga tahun terakhir</a>. Program pengobatan terhenti, anggaran kesehatan diprioritaskan kembali, dan bantuan dipotong.</p>
<p>Seperti yang telah saya <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27988094/">tegaskan sebelumnya</a>, menghentikan program pengendalian dapat menyebabkan infeksi dan penyakit kembali terjadi. Hal ini bisa lebih buruk daripada tingkat semula. Penyakit-penyakit tropis yang terabaikan kini menjadi kenyataan jika program pengendalian tidak dilanjutkan dengan cukup cepat.</p>
<h2>Pengendalian penyakit terganggu</h2>
<p>Salah satu alat yang paling penting untuk digunakan dalam melawan penyakit tropis yang terabaikan adalah <a href="https://www.sightsavers.org/protecting-sight/ntds/mass-drug-administration/">administrasi obat massal nasional atau kebijakan pengobatan massal</a>. Hal ini melibatkan pengobatan setiap orang dari suatu populasi, terlepas dari status infeksinya, karena pengobatan lebih murah daripada diagnosis dan obat-obatnnya aman. </p>
<p>Biasanya program pengobatan nasional adalah acara tahunan yang diadakan di sekolah atau pusat kesehatan. Dibutuhkan waktu, tenaga dan uang untuk merencanakan dan melaksanakan program ini. Dan sangat penting untuk menjaga momentum. Setiap dolar yang dibelanjakan untuk program-program ini menghasilkan laba atas investasi yang signifikan. Inilah sebabnya mengapa pengendalian penyakit tropis yang terabaikan disebut sebagai <a href="https://unitingtocombatntds.org/news/new-report-investments-neglected-tropical-diseases-are-one-best-buys-development/?lang=fr">“pembelian terbaik” dalam pembangunan</a>.</p>
<p>Pandemi ini telah berdampak pada pengendalian penyakit tropis yang terabaikan dalam tiga cara.</p>
<p>Pertama, pemberian obat massal <a href="https://schistosomiasiscontrolinitiative.org/about/how-money-is-spent">dihentikan atau diganggu</a> oleh <a href="https://rstmh.org/news-blog/news/covid-19-who-issues-interim-guidance-for-implementation-of-ntd-programmes">kebijakan <em>lockdown</em> dan pembatasan sosial</a>. Dan gangguan dalam perdagangan dan transportasi global berdampak pada rantai pasokan. <a href="https://www.who.int/news/item/24-09-2021-neglected-tropical-diseases-2020-preventive-chemotherapy-treatment-coverage-declines-due-to-covid-19-disruptions#:%20%7E:text=The%20survey%20indicated%20that%2C%20as,highest%20among%20all%20health%20services.%22%22">Survei Organisasi Kesehatan Dunia baru-baru ini</a> menunjukkan bahwa, pada awal 2021, gangguan pada program pengendalian penyakit tropis yang terabaikan terjadi di 44% negara di dunia.</p>
<p>Kedua, pemerintah nasional di negara-negara endemis penyakit tropis yang terabaikan memiliki anggaran kesehatan yang rendah. <a href="https://www.nature.com/articles/s41591-021-01268-y">Mengubah prioritas</a> selama dan setelah COVID-19 berarti bahwa sumber daya yang dialokasikan untuk penyakit tropis yang terabaikan dapat dialihkan ke <a href="https://www.who.int/teams/control-of-neglected-tropical-diseases/overview/ntds-and-covid-%2019">penyakit dan layanan kesehatan lainnya</a>.</p>
<p>Ketiga, sejumlah besar pendanaan untuk program pengendalian penyakit tropis yang terabaikan berasal dari mitra pembangunan internasional dan pemerintah asing. Kontraksi ekonomi pasca-COVID-19 dan pergeseran prioritas pendanaan mengancam kemajuan yang dicapai dalam pengendalian penyakit tropis yang terabaikan.</p>
<p><a href="https://unitingtocombatntds.org/news/our-response-to-the-uks-cuts-to-foreign-aid/">Inggris</a> pada 2022 menarik lebih dari £150 juta (sekitar Rp2,8 triliun) dana untuk program penyakit tropis yang terabaikan sebagai bagian dari pemotongan anggaran bantuan negara. Hal ini <a href="https://www.telegraph.co.uk/global-health/science-and-disease/uk-%20Government-cuts-almost-wipe-funding-tackle%20-neglected-diseases/">menghapus</a> sepertiga dana donor untuk menanggulangi penyakit tropis yang terabaikan, yang berdampak pada pengobatan terhadap <a href="https://unitingtocombatntds.org/news/our-response-to-the-%20uks-cuts-to-foreign-aid/">250 juta orang</a> dan sebanyak 180.000 operasi untuk mencegah disabilitas.</p>
<h2>Konsekuensi jangka panjang</h2>
<p>Pengabaian yang terus-menerus terhadap penyakit-penyakit ini mempunyai konsekuensi yang sangat buruk. Mereka yang terkena dampaknya terus menderita penyakit-penyakit yang menghancurkan, kesenjangan kesehatan dan siklus kemiskinan. Dampak dari penyakit-penyakit ini sangat mendalam dan luas.</p>
<p>Selama penyakit-penyakit tropis yang terabaikan masih menjadi beban besar bagi sistem kesehatan di negara-negara endemik, maka negara-negara tersebut akan terus menghabiskan sumber daya, keuangan, dan nyawa akibat penyakit-penyakit tersebut. </p>
<p>Hal ini akan memperlemah sistem kesehatan mereka, mengorbankan kemampuan mereka untuk surveilans, deteksi dan pembendungan tepat waktu dari epidemi berikutnya. Dari <a href="https://ghsagenda.org/">Agenda Keamanan Kesehatan Global</a>, kita mengetahui bahwa sistem kesehatan yang melemah di berbagai belahan dunia membahayakan keamanan kesehatan secara global. Keamanan kesehatan lokal adalah landasan bagi kesehatan global keamanan, contohnya seperti terjadinya penyebaran COVID-19.</p>
<p>Peluang untuk mengembalikan perhatian global terhadap penyakit tropis yang terabaikan muncul pada akhir 2022 ketika Deklarasi London digantikan oleh <a href="https://idpjournal.biomedcentral.com/articles/10.1186/s40249-021-00932-2">Deklarasi Kigali</a>. Deklarasi politik tingkat tinggi ini, yang dipimpin oleh Rwanda dan Nigeria, bertujuan untuk memobilisasi kemauan politik dan mengamankan komitmen untuk mencapai <a href="https://sdgs.un.org/goals">target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)</a> untuk tujuan memberantas penyakit ini.</p>
<p>Penting untuk diingat bahwa pengendalian penyakit tropis yang terabaikan adalah demi kepentingan terbaik semua negara, baik negara endemik tempat penyakit tersebut berasal maupun negara yang bukan endemik.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/214616/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Francisca Mutapi receives research funding from the Royal Society in the UK, She is board member for Uniting to Combat Neglected Tropical Diseases.</span></em></p>Kemajuan dalam memberantas penyakit tropis yang terabaikan kini menghadapi risiko pembalikan akibat pandemi COVID-19.Francisca Mutapi, Professor in Global Health Infection and Immunity. and co-Director of the Global Health Academy, The University of EdinburghLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2052942023-05-16T02:21:43Z2023-05-16T02:21:43ZPandemi memperburuk ketidaksetaraan gender dalam pembagian tugas rumah tangga<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/525034/original/file-20230509-23-kh5sk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Meskipun pasangan yang lebih muda cenderung membagi pekerjaan rumah tangga secara lebih adil, perempuan tetap memikul sebagian besar tanggung jawab rumah dan keluarga.</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Peralihan ke sistem <a href="https://doi.org/10.25318/36280001202200800001-eng">kerja dari rumah (<em>remote working</em> atau <em>work from home</em>) karena pandemi COVID-19</a> menuntut pasangan mengemban karier ganda untuk beradaptasi dengan cara hidup yang baru. Seiring dengan semakin kaburnya tanggung jawab pekerjaan dan rumah tangga, para pasangan berusaha menyeimbangkan antara pekerjaan kantor mereka dan kegiatan di rumah. </p>
<p>Bagi banyak pasangan heteroseksual, bekerja dari rumah sama sekali berbeda dengan rutinitas mereka sebelum pandemi – lebih mirip dengan kehidupan di tahun 1950-an.</p>
<p>Para peneliti yang mendalami dinamika pola hubungan baru ini menemukan bahwa, meskipun laki-laki dan perempuan sama-sama aktif bekerja (seperti melakukan pekerjaan kantor), <a href="https://doi.org/10.1080/15487733.2020.1776561">perempuan tetap lebih banyak mengerjakan urusan rumah tangga</a> selama pandemi. </p>
<p>Para ibu yang bekerja mengurangi jam kerja mereka atau bahkan meninggalkan karier mereka demi mengambil peran sebagai ibu rumah tangga, <a href="https://www.latimes.com/politics/story/2021-08-18/pandemic-pushes-moms-to-scale-back-or-quit-their-careers">sementara pasangan laki-laki mereka tetap bekerja</a>. </p>
<p>Fenomena ini, di mana perempuan mengambil bagian yang lebih besar dibanding laki-laki dalam urusan domestik karena stereotip gender, dikenal sebagai <a href="http://www.glopp.ch/A5/en/multimedia/A5_1_pdf2.pdf">pembagian kerja berdasarkan gender</a>. </p>
<p>Masih ada pertanyaan mengenai bagaimana dan mengapa sebagian besar pekerjaan rumah tangga terus dibebankan kepada perempuan, dan faktor-faktor apa saja yang berkontribusi terhadap ketidaksetaraan gender ini.</p>
<h2>Pembagian kerja berdasarkan gender</h2>
<p>Pembagian kerja berdasarkan gender dapat dijelaskan dengan peran sosial yang dilekatkan kepada laki-laki dan perempuan di rumah dan di tempat kerja. Peran sosial dibentuk oleh stereotip gender. Perempuan dianggap sebagai ibu rumah tangga dan pengasuh, sedangkan laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah sehingga <a href="https://psycnet.apa.org/record/1987-97607-000">merekalah yang lebih cocok bekerja</a>.</p>
<p>Namun, kesadaraan akan kesetaraan gender di tempat kerja dan di rumah telah meningkat pesat selama beberapa dekade terakhir. Secara khusus, pasangan yang lebih muda dilaporkan <a href="https://doi.org/10.17615/v2fd-fv26">memiliki lebih banyak menjalin hubungan yang setara</a>. Sebagai contoh, laki-laki ikut <a href="https://doi.org/10.1111/gwao.12497">mengambil peran dalam pekerjaan rumah tangga</a>.</p>
<p>Secara keseluruhan, pasangan dengan karier ganda memiliki ekspektasi yang berbeda terhadap peran gender, dan mereka cenderung membuat keputusan rumah tangga berdasarkan faktor-faktor di luar gender. </p>
<p>Pada awal pandemi, diperkirakan pergeseran ke <em>remote working</em> akan mendorong <a href="https://doi.org/10.1037/apl0000857">lebih banyak pembagian pekerjaan rumah tangga</a> yang lebih setara. Namun, penelitian kami baru-baru ini, yang masih dalam proses publikasi, menemukan bahwa kemajuan ini terhambat oleh pandemi. Secara khusus, kami menemukan bahwa pembagian kerja berdasarkan gender di antara pasangan yang berkarier ganda justru memburuk.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="ketidaksetaraan gender di dalam rumah tangga" src="https://images.theconversation.com/files/522398/original/file-20230421-22-jqtear.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/522398/original/file-20230421-22-jqtear.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/522398/original/file-20230421-22-jqtear.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/522398/original/file-20230421-22-jqtear.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/522398/original/file-20230421-22-jqtear.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/522398/original/file-20230421-22-jqtear.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/522398/original/file-20230421-22-jqtear.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Pembagian kerja berdasarkan gender memburuk selama pandemi.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tujuan dari penelitian kami adalah untuk lebih memahami mengapa banyak pasangan yang kembali membagi urusan rumah tangga dengan tidak setara, terlepas dari adanya kemajuan yang signifikan selama beberapa tahun terakhir.</p>
<p>Kami mewawancarai karyawan yang menjadi bagian dari kemitraan karier ganda untuk memahami keadaan dan keputusan di balik hasil yang tidak adil ini.</p>
<h2>Pandemi meningkatkan ketidaksetaraan gender</h2>
<p>Temuan kami menunjukkan bahwa pandemi telah memperburuk pembagian kerja berbasis gender di antara pasangan heteroseksual yang berkarier ganda dan bekerja dari jarak jauh. Pembagian kerja ini dipengaruhi oleh usia pasangan dan keberadaan anak. </p>
<p>Penelitian kami menemukan bahwa pasangan berusia 50 tahun ke atas memiliki pembagian kerja yang lebih tradisional selama pandemi. Dalam kategori ini, perempuan lebih banyak mengerjakan tugas-tugas rumah tangga dan pengasuhan anak meskipun mereka juga bekerja penuh waktu.</p>
<p>Seorang perempuan berusia di atas 50 tahun mengatakan pada kami:</p>
<blockquote>
<p>“Saya memasak dan bersih-bersih, juga berbelanja bahan makanan. Saya melakukan semua pekerjaan rumah tangga. Dia (pasangan) tidak pernah tertarik untuk memasak dan melakukan pekerjaan rumah tangga. Dia bahkan tidak tahu di mana letak barang-barang, seperti tempat menaruh <em>rolling pin</em> (alat penggiling adonan), karena dia tidak pernah menggunakannya di dapur, jadi ketimpangan pembagian tugas ini sangat besar.”</p>
</blockquote>
<p>Di sisi lain, pasangan yang berusia di bawah 50 tahun cenderung melakukan pembagian kerja yang lebih setara dalam hal pembagian tugas domestik antara perempuan dan laki-laki. Namun, ketika mereka sudah punya anak kecil, perempuan tetap lebih sering berperan lebih besar dalam pengasuhan. </p>
<p>Bagi pasangan yang tidak memiliki anak, meskipun pembagian kerja lebih setara, perempuan tetap dianggap lebih bertanggung jawab atas tugas-tugas yang lebih berorientasi feminin (seperti memasak dan bersih-bersih), sementara laki-lakinya berpartisipasi dalam tugas-tugas yang lebih berorientasi maskulin (seperti membuang sampah dan membersihkan kebun). </p>
<p>Seorang perempuan berusia di bawah 50 tahun mengatakan kepada kami:</p>
<blockquote>
<p>“Nama saya Martha Stewart, dan saya sedang memasak makan malam … dalam hal pembagian kerja … semuanya stereotip, dia (pasangan saya) melakukan pekerjaan di luar rumah, seperti memotong rumput, menyekop, dan saya mengerjakan semua yang ada di dalam rumah.”</p>
</blockquote>
<p>Secara umum, pekerjaan rumah tangga masih dibebankan pada perempuan. Mereka mengemban tanggung jawab lebih di rumah dan terhadap keluarganya, tugas-tugas yang berorientasi feminin, dan sekaligus merasakan beban emosional yang lebih besar terhadap pembagian tugas yang tidak setara ini.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="ketidaksetaraan gender dalam pembagian kerja rumah tangga" src="https://images.theconversation.com/files/522712/original/file-20230424-1075-8py20s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/522712/original/file-20230424-1075-8py20s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/522712/original/file-20230424-1075-8py20s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/522712/original/file-20230424-1075-8py20s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/522712/original/file-20230424-1075-8py20s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/522712/original/file-20230424-1075-8py20s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/522712/original/file-20230424-1075-8py20s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Bagi pasangan yang tidak memiliki anak, perempuan bertanggung jawab atas tugas-tugas yang lebih berorientasi pada feminin, sementara pasangannya berpartisipasi dalam tugas-tugas yang lebih berorientasi pada laki-laki seperti membuang sampah.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Perasaan perempuan tentang kerja rumah tangga</h2>
<p>Dari wawancara, kami jadi punya kesempatan untuk lebih memahami perasaan para partisipan terhadap pembagian tugas rumah tangga. Perempuan dalam kelompok usia 50 tahun ke atas merasa tidak puas dan frustrasi dengan pembagian tugas yang tidak setara. </p>
<p>Seorang perempuan berusia di atas 50 tahun mengatakan:</p>
<blockquote>
<p>“Saya tidak suka dan tidak senang dengan situasi ini, tetapi ini seperti sebuah pertarungan dan saya tidak memiliki kekuatan untuk bertarung. Jadi, bagaimana pun juga kita harus tetap melakukannya.”</p>
</blockquote>
<p>Di sisi lain, perempuan di bawah 50 tahun yang merasakan pembagian kerja yang lebih setara mengungkapkan perasaan campur aduk antara rasa bersalah, syukur dan cemas. Banyak perempuan merasa beruntung memiliki pasangan yang berbagi beban kerja dalam rumah tangga, tetapi ada juga yang merasa bersalah.</p>
<p>Temuan kami menunjukkan bahwa terlepas dari perbedaan usia dan tanggung jawab pengasuhan, perempuan merasa lebih memiliki kewajiban moral terhadap pekerjaan rumah tangga. Para peneliti menyebut hal ini sebagai “<a href="https://www.jstor.org/stable/189945">melakukan pekerjaan karena gender</a>” </p>
<p>Seorang perempuan berusia di bawah 50 tahun mengatakan:</p>
<blockquote>
<p>“Saya merasa sangat bersalah, stres, dan cemas karena saya tidak dapat berpartisipasi dalam menyiapkan makanan seperti yang dulu bisa saya lakukan.”</p>
</blockquote>
<h2>Dampaknya di masa depan</h2>
<p>Temuan kami memiliki implikasi penting terhadap tempat kerja dan aspek lainnya. Dengan meningkatnya jumlah pasangan yang memiliki karier ganda, ketidaksetaraan ini berdampak buruk secara signifikan <a href="https://doi.org/10.1037/apl0000857">bagi karier laki-laki maupun perempuan</a>.</p>
<p>Para pemberi kerja harus sadar adanya tantangan ini, sehingga mereka bisa mengembangkan kebijakan dan praktik yang dapat mendukung perempuan bekerja yang ingin mengembangkan karier mereka. Ini dapat mencakup advokasi cuti berbayar untuk ibu dan ayah, aturan kerja dari rumah yang fleksibel, atau peningkatan gaji dan tunjangan untuk membantu biaya hidup yang meningkat.</p>
<p>Selain itu, perusahaan juga harus memfasilitasi diskusi kritis tentang ketidaksetaraan gender dan membuka pintu untuk kemajuan seputar peran gender dan ekspektasi gender. </p>
<p>Tantangan-tantangan yang terkait dengan pekerjaan ini merupakan cerminan dari ketidaksetaraan gender yang ada di dalam masyarakat luas. Dengan temuan ini, kami bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang ketidaksetaraan gender dan mendorong individu untuk berkontribusi mengurangi kesenjangan gender. Kami berharap untuk dapat mendorong dan mempromosikan masa depan yang lebih setara dan adil bagi laki-laki dan perempuan.</p>
<hr>
<p><em>Demetrius Adyatma Pangestu dari Universitas Bina Nusantara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/205294/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Pada awal pandemi, remote working diprediksi akan mendorong pembagian tugas rumah tangga yang lebih setara. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa hal ini tidak terjadi.Tina Sharifi, PhD Candidate, Human Resource Management, York University, CanadaAyesha Tabassum, PhD Candidate, School of Human Resources Management, York University, CanadaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1976892023-05-11T06:23:15Z2023-05-11T06:23:15ZRiset: Takut “hukuman” administratif, salah satu pendorong terbesar kelompok rentan ikut vaksinasi COVID<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/504852/original/file-20230117-14-9beoeb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Petugas kesehatan menyiapkan vaksin COVID-19 di Balai Kota Yogyakarta, 15 Desember 2022.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://branda.antaranews.com/data/content_photo_wire.php?pubid=1671077115&getcod=dom">ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/foc</a></span></figcaption></figure><p>Saat diperkenalkan pada <a href="http://p2p.kemkes.go.id/program-vaksinasi-covid-19-mulai-dilakukan-presiden-orang-pertama-penerima-suntikan-vaksin-covid-19/">Januari 2021</a>, vaksinasi COVID-19 menuai banyak pro dan kontra di masyarakat Indonesia. </p>
<p>Faktanya, mayoritas penduduk bersedia divaksin. Pada 2023 ini, <a href="https://vaksin.kemkes.go.id/#/vaccines">lebih dari 74% atau 174 juta</a> masyarakat Indonesia – hingga 10 Mei 2023 – yang menjadi sasaran vaksinasi telah menerima dua dosis vaksin COVID-19.</p>
<p>Di balik keberhasilan tersebut, masih terdapat pertanyaan mengenai akses dan penerimaan vaksinasi COVID-19 bagi kelompok rentan. Setelah dua tahun pelaksanaan <a href="https://vaksin.kemkes.go.id/#/vaccines">program vaksinasi COVID-19 di Indonesia</a>, bagaimana pandangan masyarakat rentan terhadap vaksinasi COVID-19?</p>
<p>Kementerian Kesehatan telah mengidentifikasi <a href="https://covid19.go.id/p/regulasi/surat-edaran-nomor-hk0202iii152422021">kelompok rentan target penerima vaksin COVID-19</a>, yaitu penyandang disabilitas, masyarakat adat, penghuni lembaga pemasyarakatan, pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial (PPKS), pekerja migran Indonesia bermasalah (PMIB), dan masyarakat yang belum memiliki NIK (Nomor Induk Kependudukan). </p>
<p>Riset kami dari Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada, dan Australia Indonesia Health Security Partnership (AIHSP), yang laporannya sedang kami tulis, menunjukkan bahwa keputusan vaksinasi COVID-19 bagi kelompok rentan sangat bergantung pada dorongan keluarga dan pendamping, serta untuk menghindari sanksi administratif, seperti dihentikannya bantuan sosial (bansos) dan larangan bepergian. </p>
<h2>Ikut vaksinasi untuk hindari “hukuman” administratif</h2>
<p>Riset kualitatif kami fokus pada persepsi, penerimaan, kekhawatiran, dan aksesibilitas kelompok rentan (lansia dan penyandang disabilitas) terhadap vaksin COVID-19 di delapan kabupaten di empat provinsi di Indonesia: Sulawesi Selatan, Bali, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. </p>
<p>Riset dilaksanakan dengan melakukan enam Diskusi Kelompok Terpimpin (<em>focus group discussion</em>) di masing-masing kabupaten, dengan kelompok laki-laki dan perempuan secara terpisah untuk setiap kategori, yaitu kelompok lansia, kelompok penyandang disabilitas, serta kelompok masyarakat umum. </p>
<p>Di dalam kelompok masyarakat umum, terdapat pula anggota kelompok rentan lain, misalnya orang dengan HIV (ODHIV). Selain itu, wawancara mendalam dengan perwakilan pemerintah kabupaten dan puskesmas atau vaksinator juga dilakukan untuk mempelajari strategi komunikasi yang dilakukan di kabupaten tersebut.</p>
<p>Hampir semua informan penelitian kami, yang berjumlah total 304 orang, telah menerima vaksinasi dosis lengkap, yaitu dua kali suntik.</p>
<p>Namun demikian, capaian tersebut lebih didorong kekhawatiran atas konsekuensi yang akan mereka terima jika tidak melakukan vaksinasi. Jika tidak ikut vaksin, mereka khawatir tidak mendapatkan bantuan sosial, menghadapi penundaan pelayanan administrasi, dan dilarang bepergian dengan transportasi publik tertentu. </p>
<p>Kekhawatiran mengenai konsekuensi administratif sangat menonjol di kelompok responden laki-laki dibandingkan dengan kelompok responden perempuan, karena perannya sebagai kepala keluarga. Konsekuensi administratif tersebut, ditambah dengan pengaruh keluarga, teman sebaya, dokter, tokoh masyarakat dan tokoh agama menjadi faktor pemaksa (<em>enforcing</em>) yang berhasil meningkatkan cakupan vaksinasi.</p>
<p>Pemahaman akan vaksinasi dan manfaat vaksinasi masih rendah di semua kelompok responden, baik responden perempuan maupun laki-laki. Padahal, persepsi masyarakat mengenai kerentanan, tingkat keparahan, kematian akibat COVID-19, dan pengetahuan mengenai manfaat vaksin menjadi faktor pendorong (<em>predisposing</em>) penerimaan vaksinasi. </p>
<p>Informan dari kategori masyarakat umum menyatakan kekhawatiran atas risiko keparahan dan kematian akibat COVID-19, sehingga merasa perlu mendapatkan vaksin COVID-19. Namun, informan laki-laki dan perempuan menunjukkan adanya kecenderungan simpang siurnya informasi yang mereka percaya mengenai COVID-19 dan vaksinasi. </p>
<p>Pada kelompok informan lansia dan penyandang disabilitas, meski kekhawatiran terhadap <a href="https://www.balaibaturaja.litbang.kemkes.go.id/read-kejadian-ikutan-paska-imunisasi-kipi-pada-vaksinasi-covid19">Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)</a> masih cukup besar, konsekuensi administratif dan bantuan sosial yang mungkin mereka dapatkan jika tidak melakukan vaksinasi COVID-19 mendorong mereka ikut vaksinasi. </p>
<p>Cakupan vaksinasi COVID-19 tidak terlepas dari kesiapan daerah dengan menyediakan lokasi vaksinasi yang dekat dengan tempat tinggal dan program vaksinasi massal. Hal ini menjadi faktor pemungkin (<em>enabling</em>) yang mempermudah akses masyarakat terhadap vaksinasi COVID-19.</p>
<h2>Data yang tak tampak</h2>
<p>Walau cakupan vaksinasi COVID dosis dua nasional mencapai lebih dari 70%, hingga saat ini, laporan data penerima vaksin tidak memperlihatkan cakupan vaksinasi untuk kelompok rentan tersebut. Pemerintah pun <a href="https://puskapa.org/publikasi/1159/">belum mengidentifikasi langkah operasional</a> untuk menjangkau dan memastikan agar kelompok rentan tersebut menerima vaksinasi COVID-19. </p>
<p>Ketidaktransparanan data mengenai penerimaan vaksin COVID-19 bagi kelompok rentan ini memunculkan pertanyaan apakah kelompok rentan, terutama yang tinggal di daerah terpencil dan terjauh dapat mengakses informasi dan mendapatkan vaksin COVID-19? Bagaimana sebetulnya sikap mereka terhadap vaksin? </p>
<p>Apakah keraguan mengenai KIPI, terutama bagi kelompok lansia dan penyandang disabilitas yang banyak menjadi diskusi pada awal pelaksanaan program vaksinasi COVID-19 ini telah teratasi? Perlu lebih banyak studi untuk menjawab pertanyaan tersebut.</p>
<h2>Keberhasilan vaksinasi berpotensi jangka panjang?</h2>
<p>Pedoman Komunikasi Risiko untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan yang diterbitkan Kementerian Kesehatan pada Mei 2021 menyampaikan <a href="https://www.kemkes.go.id/article/view/21053100001/Pedoman-Komunikasi-Risiko-untuk-Penanggulangan-Krisis-Kesehatan.html">tiga cara dalam mengintervensi perubahan perilaku</a>, yaitu 3E – <em>Education</em> (edukasi dan promosi kesehatan), <em>Engineering</em> (rekayasa), dan <em>Enforcement</em> (penegakan hukum). </p>
<p>Dalam situasi kritis, rekayasa dan penegakan hukum memainkan peranan penting untuk dapat segera mengendalikan situasi. Namun, untuk perubahan perilaku jangka panjang, edukasi dan promosi kesehatan yang berkelanjutan dan dapat diakses oleh kelompok rentan sangat diperlukan.</p>
<p>Kesulitan akses informasi yang diperlukan membuat kelompok penyandang disabilitas sensori, seperti teman tuli dan netra, sangat bergantung pada penerjemahan informasi yang diberikan oleh keluarga atau pendampingnya. </p>
<p>Tatanan Bahasa Indonesia yang digunakan teman tuli berbeda dengan tatanan Bahasa Indonesia yang sehari-hari digunakan masyarakat umum, sehingga informasi tertulis yang tersedia seringkali membingungkan. </p>
<p>Contoh lain adalah bagaimana materi dalam format gambar yang sering dibagikan melalui media sosial tidak dapat dibaca oleh aplikasi pembaca layar yang digunakan teman netra. </p>
<p>Penelitian ini menemukan bahwa strategi komunikasi risiko dan perubahan perilaku yang didorong oleh <em>enforcement</em> memang berhasil membantu pemerintah dalam mencapai target programnya. </p>
<p>Namun, upaya tersebut tidak cukup untuk membantu mencapai tujuan komunikasi risiko dalam mendorong <a href="https://www.who.int/publications/i/item/9789241550208">pengambilan keputusan berdasarkan pengetahuan</a> (<em>informed decision</em>) untuk perubahan perilaku kesehatan jangka panjang. </p>
<p>Hal ini berpotensi menghentikan penerimaan vaksinasi COVID-19 atau mendorong keengganan masyarakat untuk melakukan vaksinasi <em>booster</em>. Saat ini, baru 37,9% target sasaran vaksinasi yang sudah melakukan <em>booster</em> pertama (dosis ketiga) dan <a href="https://vaksin.kemkes.go.id/#/vaccines">hanya 1,7% yang melakukan <em>booster</em> kedua (dosis keempat)</a>. Lebih jauh, strategi ini tidak cukup dalam meningkatkan kesadaran dan ketahanan kesehatan masyarakat untuk menghadapi krisis kesehatan di masa depan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/197689/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Citra Lestari pernah bekerja sebagai konsultan Australia-Indonesia Health Security Partnership (AIHSP) yang membiayai penelitian ini.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Dwidjo Susilo menerima dana dari AIHSP berupa honor sebagai peneliti dalam tulisan ini. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Shita menerima dana dari AIHSP untuk melakukan penelitian ini.</span></em></p>Cakupan vaksinasi COVID-19 tidak terlepas dari kesiapan daerah dengan menyediakan lokasi vaksinasi yang dekat dengan tempat tinggal dan program vaksinasi massal.Citra Indah Lestari, PhD Candidate - Asia Institute, The University of MelbourneDwidjo Susilo, Peneliti Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK KMK, Universitas Gadjah Mada Shita Dewi, Peneliti, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2052022023-05-09T05:22:04Z2023-05-09T05:22:04ZCOVID secara resmi tidak lagi darurat kesehatan global– begini artinya dan pelajaran penting dari pandemi<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/524885/original/file-20230508-19-1qhq02.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Begitu peraturan memakai masker dilonggarkan, kita cenderung melepasnya. </span> <span class="attribution"><span class="source">Prostock-studio/Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Para ahli di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) <a href="https://www.nytimes.com/2023/05/05/health/covid-who-emergency-end.html">telah secara resmi menyatakan</a> bahwa COVID-19 <a href="https://www.who.int/news/item/05-05-2023-statement-on-the-fifteenth-meeting-of-the-international-health-regulations-(2005)-emergency-committee-regarding-the-coronavirus-disease-(covid-19)-pandemic">tidak lagi merupakan</a> darurat kesehatan masyarakat global (Pheic). Ini bertepatan dengan <a href="https://www.who.int/publications/i/item/WHO-WHE-SPP-2023.1">strategi baru WHO</a> untuk beralih dari tanggap darurat ke manajemen penyakit COVID jangka panjang yang berkelanjutan.</p>
<p>Keputusan ini mungkin secara praktis tidak mengubah banyak hal. COVID akan tetap memiliki status pandemi, dan negara akan terus memiliki kewenangannya sendiri untuk menentukan apakah akan memperlakukan COVID sebagai keadaan darurat di wilayah mereka (beberapa negara, <a href="https://www.npr.org/2023/%2004/11/1169191865/biden-ends-covid-national-emergency">termasuk Amerika Serikat</a>, telah menyatakan berakhirnya darurat nasional).</p>
<p>Namun, bagi komunitas kesehatan masyarakat global, ini adalah peristiwa yang sangat penting, menggambarkan akhir periode tanggap darurat yang dimulai pada <a href="https://www.who.int/publications/m/item/covid-19-public-health-emergency-of-international-concern-(pheic)-global-research-and-innovation-forum">30 Januari 2020</a>.</p>
<p>Bagi sebagian besar masyarakat umum, perubahan status kedaruratan ini mungkin berlalu begitu saja tanpa disadari. Sejak beberapa waktu, banyak orang sudah tak lagi memandang COVID sebagai keadaan darurat. Di Inggris misalnya, COVID tidak lagi muncul sebagai isu-isu utama yang dikhawatirkan masyarakat dalam <a href="https://www.ons.gov.uk/peoplepopulationandcommunity/wellbeing/bulletins/publicopinionsandsocialtrendsgreatbritain/19aprilto1may2023">survei opini publik</a> yang rutin dilaksanakan Kantor Statistik Nasional. Bahkan setahun yang lalu, <a href="https://www.ons.gov.uk/peoplepopulationandcommunity/wellbeing/bulletins/publicopinionsandsocialtrendsgreatbritain/30marchto24april2022">hanya dua dari lima orang Inggris</a> sangat atau agak khawatir tentang COVID, menurut survei tersebut.</p>
<p>Bersama dengan ilmuwan perilaku lainnya, saya mengikuti <a href="https://www.swansea.ac.uk/research/research-highlights/health-innovation/public-during-pandemic/">pengalaman publik tentang pandemi</a> selama tiga tahun terakhir. Hasilnya belum ditinjau oleh rekan sejawat tapi pada musim panas 2022, banyak partisipan dalam <a href="https://psyarxiv.com/d6jcv">penelitian kami</a> menggambarkan pandemi sebagai “suatu kenangan jauh” atau seperti “tidak pernah terjadi”.</p>
<p>Saat kita melangkah ke fase berikutnya, saatnya untuk mempertimbangkan apa yang telah kita pelajari tentang perilaku manusia selama pandemi, dan apa yang terjadi selanjutnya.</p>
<h2>Kebiasaan lama sulit hilang</h2>
<p>Pada hari-hari awal pandemi, banyak ilmuwan perilaku, termasuk saya sendiri, bertanya-tanya apakah beberapa kebiasaan pandemi kita <a href="https://theconversation.com/two-years-into-the-pandemic-which-of-our-newly-formed-habits-are-here-to-stay-178204">tetap diteruskan</a>. Akankah <a href="https://www.itv.com/news/wales/2021-04-02/masks-to-stay-soldiering-on-through-the-common-cold-will-stop-and-the-nature-of-work-has-change-forever-expert-says">masker wajah</a> menjadi suatu barang utama di lemari pakaian sehari-hari? Akankah orang berhenti memaksakan diri untuk bekerja ketika tidak sehat?</p>
<p>Ternyata bagi kebanyakan orang, pandemi tidak secara permanen mengubah perilaku dan kebiasaan kita atau menciptakan “<a href="https://psyarxiv.com/d6jcv">normal baru</a>”. Melihat kembali ke Inggris, penggunaan masker secara konsisten menurun, dengan <a href="https://www.ons.gov.uk/peoplepopulationandcommunity/wellbeing/datasets/publicopinionsandsocialtrendsgreatbritaincoronaviruscovid19andotherillnesses">angka dari bulan lalu</a> menunjukkan bahwa kurang dari satu dari enam orang dewasa yang memakai masker wajah baru-baru ini. Penggunaan reguler atau sehari-hari kemungkinan jauh lebih jarang.</p>
<p>Jarak sosial (<em>social distancing</em>) telah lama hilang, kecuali sebagian kecil masyarakat, khususnya mereka yang paling rentan terhadap COVID.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/long-social-distancing-how-young-adults-habits-have-changed-since-covid-183837">Long social distancing: how young adults' habits have changed since COVID</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Pandemi COVID telah mengajari kita bagaimana perilaku adaptif, khususnya seberapa banyak orang bersedia mengubah perilaku mereka untuk menjaga diri mereka sendiri dan orang lain tetap aman. Kebanyakan orang <a href="https://academic.oup.com/abm/article/56/8/781/6618645?login=false">mengikuti aturan</a> selama <a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0258781">puncak pandemi</a>, betapapun sulitnya. COVID telah mengingatkan kita <a href="https://www.cambridge.org/core/services/aop-cambridge-core/content/view/759BE02FFE73E5C05EA429A3E1547D78/S2056467821000050a.pdf/resilience_in_the_age_of_covid19.pdf">betapa tangguhnya kita sebagai manusia</a>.</p>
<p>Adaptasi pandemi ini, dan fakta bahwa perilaku pra-pandemi kita bangkit kembali begitu cepat, menunjukkan betapa pentingnya isyarat sosial dan norma sosial terhadap perilaku manusia. Mengenakan masker atau menjaga jarak dari orang lain adalah kebiasaan – <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S002210311100254X">dipicu secara otomatis</a> sebagai respons terhadap isyarat kontekstual, seperti melihat tanda dengan gambar orang-orang yang menjaga jarak secara sosial.</p>
<p>Norma sosial – apa yang kita pikir orang lain lakukan – adalah kunci <a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0277360">penyerapan vaksin</a> dan penyerapan <a href="https://www.nature.com/articles/s41562-020-0884-z">tindakan pencegahan secara umum</a>. Ketika isyarat kontekstual ini menghilang dan norma sosial mulai berubah, dan ketika cakupan vaksin meningkat dan risiko mayoritas menurun, perilaku kita berubah.</p>
<p>Pandemi juga telah menunjukkan betapa pentingnya hubungan sosial dan kontak sosial, terutama kontak fisik. Bagaimana COVID tidak akan bisa selamanya mencegah interaksi sosial adalah sesuatu <a href="https://theconversation.com/handshakes-and-hugs-are-good-for-you-its-vital-they-make-a-comeback-after-the-pandemic-158174">telah kita perdebatkan sebelumnya</a>. </p>
<p>Menurut teori keamanan sosial, yang melihat stres dan kesejahteraan sebagai produk dari faktor biologis, psikologis, dan sosial, COVID <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2352250X2200001X">menimbulkan ancaman</a> ke “ tatanan sosial yang membuat manusia tangguh dan membuat kita tetap hidup dan sehat”.</p>
<p>Tidak mengherankan jika kepuasan hidup dan kebahagiaan adalah <a href="https://bmjopen.bmj.com/content/10/7/e039334">terendah selama <em>lockdown</em></a>, dan terpulihkan saat orang mulai <a href="https://www.covidsocialstudy.org/_files/ugd/064c8b_c525505ffa6b432f96dc41d6b6a985ea.pdf">bergaul lagi secara sosial</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="A group of young adults having drinks and socialising." src="https://images.theconversation.com/files/524614/original/file-20230505-17-mxd10j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/524614/original/file-20230505-17-mxd10j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=380&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/524614/original/file-20230505-17-mxd10j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=380&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/524614/original/file-20230505-17-mxd10j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=380&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/524614/original/file-20230505-17-mxd10j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=478&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/524614/original/file-20230505-17-mxd10j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=478&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/524614/original/file-20230505-17-mxd10j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=478&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Pandemi menyoroti pentingnya hubungan sosial.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/millennial-trendy-people-having-fun-moment-2136581301">View Apart/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Keadaan darurat belum berakhir untuk semua orang</h2>
<p>Saat kita menandai akhir dari fase darurat, penting untuk mengingat <a href="https://covid19.who.int/">hampir tujuh juta jiwa hilang atau meninggal</a> karena COVID sejak 2020.</p>
<p>Dan tentu saja, kita harus mempertimbangkan bahwa bagi sebagian orang, terutama mereka yang rentan secara klinis, keadaan darurat belum berakhir, dan mungkin tidak akan pernah berakhir.</p>
<p>Meski bukan lagi darurat kesehatan kesehatan masyarakat global, <a href="https://www.who.int/publications/i/item/WHO-WHE-SPP-2023.1">seperti yang diingatkan oleh WHO</a>, COVID masih bertanggung jawab atas jutaan infeksi dan ribuan kematian setiap minggu di seluruh dunia. Juga, berkat COVID yang panjang (<em>long COVID</em>), ratusan juta orang membutuhkan perawatan jangka panjang.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/covid-pandemic-three-years-on-and-nobody-wants-to-talk-about-it-heres-why-we-should-201899">COVID pandemic: three years on and nobody wants to talk about it – here's why we should</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Ke depan, kita perlu beralih dari mengandalkan resiliensi individu menjadi membangun resiliensi di institusi kita. Kita semua dapat mengambil tindakan untuk terus melindungi diri kita sendiri dan orang-orang di sekitar kita dari COVID dan virus pernapasan lainnya (seperti <a href="https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(23%20)00021-1/fulltext">mencuci tangan</a> dan tetap memperbarui dengan vaksinasi). Namun, tanggung jawab untuk mencegah keadaan darurat kesehatan masyarakat tidak boleh diletakkan <a href="https://blogs.bmj.com/bmj/2020/03/17/uks-coronavirus-policy-places-too-much-responsibility-in-the-hands-of-the-public/">hanya di tangan publik</a>.</p>
<p>Pemerintah, pemberi kerja, dan otoritas kesehatan dapat mengambil tindakan di masa kini untuk <a href="https://www.theguardian.com/books/2022/may/11/preventable-by-devi-sridhar-review-a-resolutely-global-view-of-covid">melindungi dari</a> <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34872923/">darurat kesehatan masyarakat</a> masa depan. </p>
<p>Secara sistematis <a href="https://joint-research-centre.ec.europa.eu/jrc-news/misinformation-covid-19-what-did-we-learn-2023-02-21_en">menangani misinformasi</a>, <a href="https://www.who.int/publications/i/item/9789240021280">meningkatkan ventilasi </a> di <a href="https://www.bmj.com/content/376/bmj.o327">sekolah</a>, tempat kerja, dan ruang dalam ruangan publik lainnya, dan melakukan perbaikan jangka panjang untuk cuti sakit berbayar adalah cara yang baik untuk mulai membangun lebih banyak <a href="https://unsdg.un.org/resources/executive-summary-un-common-guidance-helping-build-%20tangguh-masyarakat">masyarakat yang tangguh</a> dalam persiapan untuk pandemi berikutnya. </p>
<p>Semoga ini adalah sesuatu yang tidak akan pernah kita lihat seumur hidup kita.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/205202/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Simon Nicholas Williams has received funding from Senedd Cymru, Public Health Wales and the Wales Covid Evidence Centre for research on COVID-19. However, this article reflects the views of the author only and no funding bodies were involved in the writing or content of this article.</span></em></p>Pandemi COVID telah mengajari kita bagaimana perilaku adaptif, khususnya seberapa banyak orang bersedia mengubah perilaku mereka untuk menjaga diri mereka sendiri dan orang lain tetap aman.Simon Nicholas Williams, Lecturer in Psychology, Swansea UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2034802023-04-14T08:09:50Z2023-04-14T08:09:50ZLima hal yang perlu diketahui tentang Antikristus<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/519922/original/file-20230407-16-zcxtun.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Lukisan terkait anti kristus</span> </figcaption></figure><p>Dalam sejarah Barat selama 2000 tahun terakhir, tidak pernah ada masa ketika seseorang tidak pernah <a href="https://www.insider.com/apocalypse-end-of-world-predictions-theories-2019-1">meramalkan kiamat</a>.</p>
<p>Dan sekarang, dengan <a href="https://www.who.int/health-topics/climate-change#tab=tab_1">krisis iklim</a> yang tampaknya tidak dapat diatasi, <a href="https://www.abc.net.au/news/2020-09-26/coronavirus-climate-change-disasters-2020-hell-of-a-year/12696260">lonjakan pandemi</a>, <a href="https://www.ft.com/content/6a6bab93-21fc-4bd6-b309-86e394e3869b">kebakaran hutan dan angin topan yang ganas</a>, dan <a href="https://www.bloomberg.com/opinion/articles/2020-06-18/this-nuclear-arms-race-is-worse-than-the-last-one">perlombaan senjata nuklir</a>, tampaknya tidak ada waktu untuk berhenti.</p>
<p>Banyak dari kita merasa, seperti yang dikatakan oleh penyair John Donne dalam “<a href="https://www.poetryfoundation.org/poems/44092/an-anatomy-of-the-world">The Anatomy of the World</a>” pada tahun 1611, “Semuanya hancur berkeping-keping, semua koherensi telah hilang”. </p>
<p>Tradisi Kristen mengatakan kepada kita untuk waspada terhadap Anti kristus, yang akan muncul <a href="https://www.biblegateway.com/passage/?search=1John%202:18">sesaat sebelum kiamat</a>. Banyak sekali tulisan-tulisan Kristen yang telah digunakan untuk mencoba mencari tahu kapan mereka akan datang dan bagaimana kita dapat mengidentifikasinya ketika mereka datang.</p>
<p>Berikut ini adalah lima hal yang perlu diketahui:</p>
<h2>1. Mereka adalah Anak Iblis</h2>
<p>Antikristus adalah manusia yang sangat jahat karena mereka benar-benar berlawanan dengan manusia yang sangat baik, Yesus Kristus. </p>
<p>Sama seperti orang Kristen yang percaya bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah, demikian pula mereka berpikir bahwa <a href="https://www.britannica.com/topic/Antichrist">Antikristus adalah anak Iblis</a>. Yesus lahir dari seorang perawan. Jadi, Antikristus akan lahir dari seorang wanita yang tampaknya masih perawan, tetapi sebenarnya adalah seorang pelacur. Jika Kristus adalah Allah dalam daging, maka Antikristus adalah Iblis dalam daging.</p>
<p>Dalam Perjanjian Baru Kristen, hanya ada tiga ayat yang menyebutkan tentang Antikristus, semuanya dalam surat Yohanes (1 Yohanes 2.18-27, 1 Yohanes 4.1-6, 2 Yohanes 7). Ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa akhir dunia dapat terjadi kapan saja. </p>
<p>Selama beberapa abad pertama dalam tradisi Kristen, para cendekiawan Gereja mula-mula mulai meneliti berbagai karakter Alkitab lainnya, dan menemukan referensi tentang Antikristus di dalamnya: “pembinasa keji” dalam kitab Daniel dan Matius; “orang durhaka” dan “<a href="https://www.mdpi.com/2077-1444/4/1/77/htm">anak kebinasaan</a>” dalam surat Paulus.</p>
<p>Kitab Wahyu <a href="https://www.britannica.com/topic/Revelation-to-John">menggambarkan sosok tunggal</a> sebagai “binatang dari bumi” dan “binatang dari laut” yang ditandai dengan angka 666. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/363861/original/file-20201016-23-f0d5fu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Lukisan religius anti kristus dengan banyak kepala." src="https://images.theconversation.com/files/363861/original/file-20201016-23-f0d5fu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/363861/original/file-20201016-23-f0d5fu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=742&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/363861/original/file-20201016-23-f0d5fu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=742&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/363861/original/file-20201016-23-f0d5fu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=742&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/363861/original/file-20201016-23-f0d5fu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=932&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/363861/original/file-20201016-23-f0d5fu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=932&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/363861/original/file-20201016-23-f0d5fu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=932&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Lukisan William Blake yang menunjukkan angka setan adalah 666 (1805-1810).</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.wikiart.org/en/william-blake/the-number-of-the-beast-is-666">Wikiart</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>2. Antikristus adalah seorang tiran dan penipu duniawi</h2>
<p>Pada tahun 1000, garis besar pertama dari dua narasi tentang Antikristus sudah ada berkat seorang biarawan dan kepala biara Benediktin yang lahir sebagai bangsawan bernama <a href="https://www.oxfordreference.com/view/10.1093/oi/authority.20110810104321108">Adso dari Montier-en-Der</a> (sekitar tahun 920-92) yang menulis tentang hal tersebut. </p>
<p>Menurutnya, Antikristus adalah seorang Yahudi dari suku Dan dan lahir di Babel. Mereka akan dibesarkan dalam segala bentuk kejahatan oleh para penyihir dan penyihir. Mereka akan diterima sebagai Mesias dan penguasa oleh orang-orang Yahudi di Yerusalem. Orang-orang Kristen yang tidak dapat diajak untuk masuk ke dalam agamanya, akan disiksa dan bunuh. </p>
<p>Mereka kemudian akan memerintah selama tujuh tahun sebelum dikalahkan oleh malaikat Jibril atau Kristus dan tentara ilahi, sebelum kebangkitan orang mati dan Penghakiman Terakhir. </p>
<h2>3. Paus-paus terdahulu telah dituduh</h2>
<p>Pada tahun 1400, narasi lain tentang Antikristus telah muncul. Sekarang mereka bukan lagi seorang tiran di luar Gereja, melainkan seorang penipu di dalamnya. Singkatnya, mereka adalah Paus atau bahkan institusi kepausan dan Gereja itu sendiri. </p>
<p>Seperti yang dikatakan oleh seorang radikal religius Inggris <a href="https://www.encyclopedia.com/people/philosophy-and-religion/early-christianity-biographies/john-wycliffe">John Wycliffe</a>, </p>
<blockquote>
<p>… Paus jelas-jelas adalah Antikristus, namun bukan hanya satu orang saja … melainkan banyak paus yang memegang posisi tersebut … bersama dengan para kardinal dan uskup gereja.</p>
</blockquote>
<p>Ini adalah posisi tentang Antikristus yang diadopsi oleh kaum Protestan pada abad ke-16 <a href="https://www.history.com/topics/reformation/reformation">Reformasi</a> yakin bahwa ia hidup di akhir zaman. <a href="https://www.christianitytoday.com/history/people/theologians/martin-luther.html">Martin Luther</a> yakin bahwa ia hidup di akhir zaman. Paus, katanya, “adalah Antikristus akhir zaman yang sejati yang telah mengangkat dirinya sendiri dan menentang Kristus”. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/363866/original/file-20201016-21-q7kfdo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Paus sering dicurigai sebagai anti kristus" src="https://images.theconversation.com/files/363866/original/file-20201016-21-q7kfdo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/363866/original/file-20201016-21-q7kfdo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/363866/original/file-20201016-21-q7kfdo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/363866/original/file-20201016-21-q7kfdo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/363866/original/file-20201016-21-q7kfdo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/363866/original/file-20201016-21-q7kfdo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/363866/original/file-20201016-21-q7kfdo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Baik Paus yang baru maupun yang lama, telah dituduh sebagai Antikristus.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://images.unsplash.com/photo-1476461386254-61c4ff3a1cc3?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=2389&q=80">Unsplash/Nacho Arteaga</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>4. Dia ada banyak</h2>
<p>Di dalam Kekristenan konservatif selama abad terakhir, Antikristus telah berkembang biak. “Anti kristus” telah menjadi suatu hal yang umum dan dapat diterapkan pada berbagai individu, kelompok, dan objek sebagai “yang lain” yang jahat. </p>
<p>Secara umum, prediksi tentang seorang tiran di luar gereja sekarang mendominasi gagasan tentang seorang penipu di dalamnya. </p>
<p>Beberapa presiden Amerika <a href="https://slate.com/news-and-politics/2011/11/white-house-shooter-and-obama-the-antichrist-were-other-presidents-called-the-antichrist.html">menjadi contoh kasus dalam hal ini</a>. Ketika berbicara tentang tuduhan sebagai Antikristus yang biasanya berasal dari kalangan konservatif religius kanan, Ronald Reagan, John F. Kennedy, dan Barack Obama telah disebut-sebut sebagai Antikristus. Donald Trump semakin populer <a href="https://www.abc.net.au/religion/stephen-long-should-we-call-trump-antichrist/12335450">sebagai kandidat yang layak</a> dengan cendekiawan etika D. Stephen Long yang menyatakan bahwa ia mewakili: “bukan satu orang, melainkan sebuah pola politik yang berulang dengan mengambil alih kekuasaan untuk menindas orang miskin dan orang benar”. </p>
<p>Penginjil Amerika Jerry Falwell, yang dikenal karena <a href="https://www.seattletimes.com/nation-world/jerry-falwell-polarizing-preacher-merged-religion-politics-dies-at-73/">pandangan kontroversialnya tentang praktik apartheid, homoseksualitas, Yudaisme, perubahan iklim, dan Teletubbies</a>, <a href="https://slate.com/news-and-politics/2007/05/did-jerry-falwell-think-i-was-the-antichrist.html">pernah berkata</a>: “Antikristus akan menjadi pemimpin dunia, dia akan memiliki kekuatan supranatural”.</p>
<p>Hilary Clinton, sepengetahuan saya, adalah satu-satunya <a href="https://thehill.com/blogs/ballot-box/197138-montana-gop-house-front-runner-calls-hillary-clinton-the-anti-christ">kandidat wanita</a>. Politikus Partai Republik Amerika Serikat, Ryan Zinke, yang menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri dalam Pemerintahan Trump dari tahun 2017 hingga mengundurkan dirinya pada tahun 2019, melontarkan tuduhan tersebut pada tahun 2014. Hillary kemudian <a href="https://www.huffingtonpost.com.au/entry/hillary-clinton-ryan-zinke-antichrist_n_59b87e38e4b02da0e13d4666?ri18n=true">meyakinkannya</a> pada pelantikan Trump, bahwa dia bukan Antikristus.</p>
<p><a href="https://link.springer.com/chapter/10.1057%2F9780230610354_7">Osama bin Laden</a> adalah sosok yang menjadi favorit hingga kematiannya, seperti halnya Saddam Hussein. </p>
<p>Tanda-tanda binatang buas itu bahkan telah dilihat oleh beberapa orang di <em><a href="https://www.wired.com/2012/12/upc-mark-of-the-beast/">barcode</a></em> supermarket dan <em><a href="https://theconversation.com/what-your-pets-microchip-has-to-do-with-the-mark-of-the-beast-114493">microchip</a></em> hewan peliharaan.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/363865/original/file-20201016-23-13hfzlr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Anti kristus membawa hari akhir" src="https://images.theconversation.com/files/363865/original/file-20201016-23-13hfzlr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/363865/original/file-20201016-23-13hfzlr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/363865/original/file-20201016-23-13hfzlr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/363865/original/file-20201016-23-13hfzlr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/363865/original/file-20201016-23-13hfzlr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/363865/original/file-20201016-23-13hfzlr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/363865/original/file-20201016-23-13hfzlr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Seberapa dekat kita dengan akhir yang berapi-api?</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/9ByGZyc1nIo?utm_source=unsplash&utm_medium=referral&utm_content=creditShareLink">Unsplash/Alexandre Boucey</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>5. Antikristus mati pada akhirnya</h2>
<p>Menurut tradisi Kristen, Antikristus pada akhirnya akan dikalahkan oleh tentara Allah di bawah kepemimpinan Kristus dengan Kerajaan Allah (di bumi atau di surga) yang akan mengikutinya. </p>
<p>Jadi terlepas dari penampakannya saat ini, Kekristenan berpegang teguh pada harapan bahwa kejahatan pada akhirnya akan dikalahkan dan kebaikan pada akhirnya akan menang. </p>
<p>Gagasan inti dari Antikristus - tentang kejahatan yang ada di kedalaman segala sesuatu - memberikan kepada kita semua keharusan etis untuk menanggapi kejahatan dengan serius. Apakah akhir zaman sudah dekat atau belum, kita harus bekerja untuk meminimalkan kejahatan dan memaksimalkan kebaikan saat ini juga.</p>
<hr>
<p><em>Demetrius Adyatma Pangestu dari Universitas Bina Nusantara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/203480/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Philip C. Almond tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Tradisi Kristen mengatakan bahwa Anti kristus akan datang sebelum akhir dunia seperti yang kita ketahui. Siapakah Anti kristus itu? Seperti apakah dia?Philip C. Almond, Emeritus Professor in the History of Religious Thought, The University of QueenslandLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2019582023-03-16T07:36:49Z2023-03-16T07:36:49ZCOVID, flu burung, mpox – ahli virus jelaskan mengapa wabah akibat virus terus bermunculan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/515723/original/file-20230316-24-hu3ken.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Kateryna Kon/Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Dari <a href="https://theconversation.com/european-outbreak-of-monkeypox-what-you-need-to-know-183298">wabah mpox</a> yang meluas (sebelumnya disebut <em>monkeypox</em>, cacar monyet) pada 2022, lalu situasi flu burung yang berkembang saat ini, sampai <a href="https://www.afro.who.int/countries/equatorial-guinea/news/equatorial-guinea-confirms-first-ever-marburg-virus-disease-outbreak">kasus virus Marburg</a> baru-baru ini di Guinea Khatulistiwa, Afrika Tengah, kita mendapati bahwa COVID tidak mendominasi berita utama seperti sebelumnya. Sebaliknya, kita kerap mendengar wabah virus baru atau yang muncul kembali.</p>
<p>Apakah insiden wabah virus meningkat? Atau, apakah kemampuan kita mendeteksi wabah menjadi lebih baik berkat pesatnya inovasi teknologi selama pandemi COVID? Jawabannya mungkin sedikit dari keduanya.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/three-years-on-the-covid-pandemic-may-never-end-but-the-public-health-impact-is-becoming-more-manageable-198013">Three years on, the COVID pandemic may never end – but the public health impact is becoming more manageable</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Ada sekitar 1,67 juta virus yang belum diidentifikasi yang saat ini menginfeksi mamalia dan burung. Dari jumlah tersebut, kira-kira <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8204831/">827 ribu di antaranya</a> berpotensi menginfeksi manusia.</p>
<p>Untuk memahami bagaimana virus muncul, kita perlu kembali ke awal kehidupan di Bumi. Ada beberapa teori tentang bagaimana virus pertama muncul, tapi semuanya setuju bahwa virus telah ada selama miliaran tahun. Mereka berevolusi bersama makhluk hidup. Ketika ada gangguan pada evolusi bersama yang stabil ini, masalah mungkin akan muncul.</p>
<p>Pendorong utama munculnya virus pada populasi manusia adalah manusia dan tindakannya. Sejak pertanian menjadi praktik umum lebih dari 10.000 tahun yang lalu, manusia berhubungan lebih dekat dengan hewan. Perubahan ini meningkatkan kesempatan virus yang secara alami menginfeksi hewan-hewan ini untuk “melompat” ke manusia. </p>
<p>Peristiwa di atas disebut zoonosis. Ada sekitar <a href="https://journals.plos.org/plosntds/article?id=10.1371/journal.pntd.0003257">75% penyakit menular yang baru muncul</a> disebabkan oleh peristiwa zoonosis.</p>
<p>Seiring kemajuan peradaban dan teknologi manusia, <a href="https://www.sciencedaily.com/releases/2019/06/190624111612.htm">penghancuran habitat hewan</a> memaksa mereka hijrah ke daerah baru untuk mencari sumber makanan. Spesies-spesies berbeda yang biasanya tidak berhubungan kini terpaksa berbagi ruang. </p>
<p>Tambahkanlah manusia ke dalam fenomena ini dan kamu memiliki resep sempurna untuk munculnya virus baru.</p>
<p>Urbanisasi menyebabkan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7110580/">kepadatan populasi yang tinggi</a>, menciptakan lingkungan yang ideal untuk penyebaran virus. Pesatnya pembangunan kota-kota sering tak dibarengi infrastruktur yang memadai seperti sanitasi dan perawatan kesehatan, sehingga yang semakin meningkatkan kemungkinan wabah virus.</p>
<p>Perubahan iklim juga berkontribusi pada <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7305058/">penyebaran virus</a>. Misalnya, arbovirus (yang disebarkan oleh arthropoda seperti nyamuk) menyebar daerah baru karena semakin banyak negara yang menjadi tempat ideal nyamuk bertahan hidup–akibat iklim yang menghangat. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Ayam." src="https://images.theconversation.com/files/514924/original/file-20230313-22-icqgqm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/514924/original/file-20230313-22-icqgqm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/514924/original/file-20230313-22-icqgqm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/514924/original/file-20230313-22-icqgqm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/514924/original/file-20230313-22-icqgqm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/514924/original/file-20230313-22-icqgqm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/514924/original/file-20230313-22-icqgqm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Virus dapat melompat dari hewan ke manusia.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/close-hen-chicken-farm-organics-organic-2169452695">Wassana Panapute/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kita (para ilmuwan virus) sudah mengetahui faktor-faktor ini sejak lama. Munculnya SARS-CoV-2 (virus penyebab COVID) tidak mengejutkan ahli virologi atau epidemiolog mana pun. Ini hanya masalah kapan – bukan jika – pandemi akan terjadi. Hal yang tidak terduga adalah skala pandemi COVID, dan sulitnya membatasi penyebaran virus secara efektif.</p>
<p>Kita juga tidak dapat memprediksi dampak misinformasi terhadap bidang kesehatan masyarakat lainnya. Sentimen anti-vaksinasi khususnya telah menjadi lebih umum di media sosial selama beberapa tahun terakhir. Kita pun kita melihat peningkatan level <a href="https://theconversation.com/we-measured-vaccine-confidence-pre-pandemic-and-in-2022-its-declined-considerably-193580">keraguan terhadap vaksin</a>.</p>
<p>Ada juga gangguan pada program imunisasi anak rutin. Ini meningkatkan risiko wabah penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin <a href="https://www.who.int/news/item/27-04-2022-unicef-and-who-warn-of--perfect-storm--of-conditions-for-measles-outbreaks--affecting-children">seperti campak</a>.</p>
<h2>Pelajaran dalam surveilans</h2>
<p>Selama pandemi COVID, sains bergerak dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Berbagai metode untuk mendeteksi terus berkembang, sehingga pemantauan wabah dan evolusi virus kian membaik. </p>
<p>Sekarang, banyak ilmuwan yang terlibat dalam pelacakan SARS-CoV-2 juga mengalihkan perhatian mereka untuk memantau virus lain.</p>
<p>Misalnya, <a href="https://theconversation.com/wastewater-monitoring-took-off-during-the-covid-19-pandemic-and-heres-how-it-could-help-head-off-%20future-outbreaks-180775">pemantauan air limbah</a> telah digunakan secara ekstensif untuk mendeteksi SARS-CoV-2 selama pandemi. Metode pemantauan tersebut juga dapat membantu melacak virus lain yang mengancam kesehatan manusia.</p>
<p>Ketika seseorang terinfeksi satu virus, beberapa materi genetik dari virus tersebut biasanya terbuang ke toilet. Air limbah mampu untuk menunjukkan jika jumlah infeksi di suatu daerah meningkat, bahkan sebelum jumlah kasus mulai meningkat di rumah sakit.</p>
<p>Upaya mengadaptasi teknologi ini untuk mencari virus lain seperti influenza, campak, atau bahkan polio dapat memberi kita data berharga tentang waktu wabah virus. Ini sudah terjadi sampai taraf tertentu – <a href="https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(22)01804-9/fulltext">virus polio</a> terdeteksi di air limbah di London selama 2022, misalnya.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/we-measured-vaccine-confidence-pre-pandemic-and-in-2022-its-declined-considerably-193580">We measured vaccine confidence pre-pandemic and in 2022 – it's declined considerably</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Peningkatan pengawasan virus ini secara alami akan menghasilkan lebih banyak wabah virus yang dilaporkan. Sementara beberapa orang mungkin menganggap ini sebagai ketakutan, informasi seperti ini bisa menjadi kunci untuk mengatasi pandemi pada masa depan. Jika wabah terjadi di daerah yang tidak memiliki sistem pengawasan virus yang memadai, infeksi kemungkinan besar akan menyebar terlalu jauh sehingga tidak mudah dibendung.</p>
<p>Meskipun demikian, pengawasan hanyalah salah satu bagian dari kesiapsiagaan menghadapi pandemi. Pemerintah dan lembaga kesehatan dan sains di seluruh dunia perlu memiliki protokol pandemi dan kemunculan virus di suatu tempat (serta secara teratur memperbaruinya). Harapannya, kita tidak tergesa-gesa memahami situasi yang mungkin sudah terlambat.</p>
<p>COVID tidak mungkin menjadi pandemi terakhir yang akan disaksikan oleh banyak orang yang hidup hari ini. Semoga lain kali kita lebih siap.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/201958/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Lindsay Broadbent has previously received funding from The Wellcome Trust.</span></em></p>Jika wabah terjadi di daerah yang tidak memiliki sistem pengawasan virus yang memadai, infeksi kemungkinan besar akan menyebar terlalu jauh sehingga tidak mudah dibendung.Lindsay Broadbent, Lecturer in Virology, University of SurreyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1999002023-02-24T07:33:28Z2023-02-24T07:33:28ZRiset eksperimen di Jawa Barat: duta vaksin lokal bisa turunkan keraguan vaksin COVID<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/511899/original/file-20230223-18-eo02e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Vaksinator menyuntikkan vaksin COVID-19 penguat (booster) kedua atau dosis keempat kepada seorang warga di Puskesmas Sukagalih, Bandung, Jawa Barat, 25 Januari 2023.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://branda.antaranews.com/data/content_photo_wire.php?pubid=1674620711&getcod=dom">ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/tom</a></span></figcaption></figure><p>Keyakinan terhadap vaksin <a href="https://www.thelancet.com/article/S0140-6736(20)31558-0/fulltext">menurun dalam beberapa tahun terakhir</a>, bahkan ketika vaksin disebut sebagai teknologi terpenting untuk <a href="https://www.nature.com/articles/s41591-021-01454-y">pengendalian pandemi COVID-19</a>. </p>
<p>Pada Juni 2022 - <a href="https://covid-19.iza.org/publications/dp15899/">ketika studi kami lakukan</a>- hanya 61 negara yang memenuhi target WHO untuk tingkat <a href="https://www.nytimes.com/interactive/2021/world/covid-vaccinations-tracker.html">vaksinasi penuh 70%</a>.</p>
<p>Stagnasi ini sebagian disebabkan oleh <a href="https://www.nature.com/articles/s41562-021-01056-1">misinformasi</a> tentang manfaat <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8080503/">vaksinasi</a> – yang merajalela selama pandemi COVID-19. </p>
<p>Hal ini mengkhawatirkan, terutama bagi mereka yang masih ragu-ragu untuk melakukan vaksinasi. Kecenderungan virus untuk bermutasi mengindikasikan infeksi COVID-19 akan tetap membawa <a href="https://www.who.int/activities/tracking-SARS-CoV-2-variants">risiko kematian yang signifikan</a>.</p>
<p>Salah satu masalahnya adalah strategi untuk meningkatkan penerimaan vaksin tetap terfokus pada strategi persuasif melalui media massa yang sifat penyampaian pesannya satu arah. Strategi ini sebagian besar mengabaikan kebutuhan akan pendekatan berbeda terhadap mereka yang paling ragu-ragu: memulai interaksi dua arah.</p>
<p><a href="https://covid-19.iza.org/publications/dp15899/">Riset kami, dengan pendekatan eksperimen acak di Jawa Barat</a>, berfokus pada masyarakat yang betul-betul enggan mendapatkan vaksin. Saat kami mulai riset, 85% penduduk di Jawa Barat sudah mendapat setidaknya vaksin dosis pertama, sehingga partisipan pada penelitian kami betul-betul orang-orang yang ragu terhadap vaksin COVID. </p>
<p>Riset ini menunjukkan bahwa pengiriman duta vaksin lokal ke rumah-rumah penduduk yang anti-vaksin bisa mengurangi level keraguan vaksin.</p>
<h2>Duta vaksin ke rumah penduduk</h2>
<p>Jawa Barat kami pilih karena secara historis setidaknya menjadi tempat terjadinya beberapa kejadian luar biasa (KLB) seperti wabah difteri <a href="https://cegh.net/article/S2213-3984(18)30026-5/fulltext#articleInformation">pada 2017</a> dan campak <a href="https://nasional.tempo.co/read/1683932/kabupaten-bogor-dan-bandung-barat-dalam-status-klb-campak-di-jawa-barat">berulang</a>, sehingga menarik untuk ditelaah lebih lanjut pada konteks COVID.</p>
<p>Dalam <a href="https://covid-19.iza.org/publications/dp15899/">studi ini</a>, kami melakukan kampanye informasi dari rumah ke rumah kepada 3.254 individu dewasa yang belum divaksinasi. Mereka tersebar di 279 desa di tiga kabupaten (Bogor, Cirebon dan Kuningan). </p>
<p>Kampanye ini untuk mempromosikan vaksin COVID-19 di lingkungan pedesaan Jawa Barat—daerah yang vaksin tersedia secara luas, tapi tingkat vaksinasi belum mencakup semua penduduk. </p>
<p>Di <a href="https://katadata.co.id/ameidyonasution/berita/61c2d15113ba8/survei-kic-change-kawalcovid-38-responden-di-jabar-tak-mau-vaksinasi">Jawa Barat</a>, sekitar 4 dari 10 orang yang belum menerima vaksin sangat menentang vaksinasi. Ada 8 dari 10 orang tidak mempercayai vaksin atau percaya bahwa sistem kekebalan yang kuat sudah cukup untuk melindungi mereka dari COVID-19. </p>
<p>Pada awal penelitian kami (Februari 2022), lebih dari 360.000 orang di Jawa Barat mengalami “putus vaksin” – individu yang telah menerima dosis pertama tapi belum menggunakan dosis kedua dalam 6 bulan setelah dosis pertama. </p>
<p>Kami merekrut duta vaksin dari komunitas lokal untuk memberikan informasi tentang manfaat vaksin COVID-19 secara keseluruhan. </p>
<p>Kami merekrut tiga jenis duta lokal dari masing-masing desa untuk menyampaikan informasi tentang manfaat vaksinasi melalui kunjungan pribadi ke rumah. Mereka adalah duta dari kader kesehatan (petugas kesehatan masyarakat), pemuka desa (dipilih melalui nominasi oleh responden), dan orang awam. </p>
<p>Duta ini dilatih dan diberi tugas untuk melakukan dialog intensif “<em>one-on-one</em>” dengan partisipan. Duta berkunjung dua kali ke rumah partisipan. Kunjungan pertama sekitar 30 menit untuk berdialog dan kunjungan kedua, seminggu setelah kunjungan pertama, hanya memberikan pamflet informasi vaksinasi dan menanyakan komitmen responden ikut vaksinasi.</p>
<p>Kami menggunakan pendekatan komunikasi interpersonal melalui pertemuan tatap muka. Pendekatan ini lebih cocok daripada intervensi informasi media sosial karena beberapa alasan. <em>Pertama</em>, interaksi langsung lebih efektif daripada komunikasi satu arah karena memungkinkan duta vaksin untuk mengklarifikasi fakta penting tentang vaksin. <em>Kedua</em>, kunjungan rumah dapat menjangkau individu lansia, kelompok rentan yang relatif lebih sulit dijangkau oleh media sosial.</p>
<p>Kami memprediksi <a href="https://academic.oup.com/restud/article/86/6/2453/5345571">individu yang lebih terkemuka</a> atau berpengetahuan seperti pemuka desa setempat atau kader kesehatan akan lebih efektif meyakinkan responden untuk <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34413518/">divaksinasi dibandingkan dengan orang awam</a>. </p>
<h2>Tidak ada perbedaan signifikan antarkelompok duta</h2>
<p>Ada tiga temuan utama dalam studi kami. </p>
<p><em>Pertama</em>, kunjungan rumah oleh duta vaksin mengoreksi beberapa kesalahpahaman tentang vaksin COVID-19. </p>
<p>Kami mengamati proporsi individu yang melaporkan kekhawatiran akan efek samping (sebagai alasan untuk tidak melakukan vaksinasi) menurun tajam dari 28% menjadi 15%. </p>
<p><em>Kedua</em>, responden menganggap duta yang dinominasikan–setengahnya adalah aparat desa–lebih baik dalam menyampaikan informasi tentang vaksin dibandingkan dua jenis duta vaksin lainnya.</p>
<p><em>Ketiga</em>, kami mendapati tingkat registrasi dan vaksinasi di kalangan responden meningkat (registrasi 7,8% dan vaksinasi 3,6%%) dari survei <em>baseline</em>. </p>
<p>Namun, kami tidak menemukan perbedaan signifikan dalam tingkat registrasi dan vaksinasi antarkelompok duta vaksin. </p>
<p>Hal ini mungkin terjadi karena tidak ada dampak yang berbeda dari intervensi terhadap pengetahuan dan keyakinan tentang COVID-19 di seluruh kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa meski duta vaksin yang dinominasikan dianggap lebih efektif, informasi yang mereka sampaikan tidak ditindaklanjuti oleh responden. </p>
<h2>Implikasi bagi kebijakan</h2>
<p>Meski hasil utama studi ini tidak memperlihatkan dampak pada tingkat vaksinasi, kami menemukan bahwa perempuan dan responden dengan status sosial ekonomi rendah lebih responsif terhadap duta vaksin dari kader kesehatan dibandingkan dengan duta vaksin dari kelompok orang awam.</p>
<p>Ada beberapa kemungkinan penjelasan mengapa intervensi kami tidak meningkatkan penggunaan vaksin COVID-19 di antara sasaran populasi dan mengapa jenis duta vaksin tidak berdampak.</p>
<p><em>Pertama</em>, populasi target penelitian kami cenderung sangat ragu—responden belum divaksinasi bahkan satu tahun setelah vaksin COVID-19 pertama kali tersedia pada Januari 2021. </p>
<p>Hal ini didukung oleh temuan sebagian besar responden (60%) menolak gagasan penawaran insentif uang tunai untuk vaksinasi dari pemerintah. Selain itu, kami menemukan indikasi bahwa responden menjadi kurang peduli terhadap pandemi.</p>
<p>Alternatif kebijakan yang lebih “memaksa” seperti mewajibkan vaksin sebagai syarat sekolah, pekerjaan, perjalanan, ataupun administrasi mungkin perlu dipertimbangkan oleh pemerintah. </p>
<p><em>Kedua</em>, edukasi mengenai manfaat dan risiko vaksin tetap perlu dilakukan pada individu yang ragu terhadap vaksin, mengingat mereka yang anti-vaksin umumnya berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Edukasi mungkin perlu dilakukan dalam jangka waktu yang lebih panjang dengan intensitas yang lebih tinggi. </p>
<p><em>Ketiga</em>, respons pemerintah dengan melibatkan <a href="https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-5887206/jurus-polisi-tenangkan-anak-yang-takut-divaksinasi-covid-19-di-bandung">polisi</a>, <a href="https://kumparan.com/kumparannews/bin-jabar-gencarkan-vaksinasi-hingga-ke-pelosok-kejar-target-herd-immunity-1x4XjdAlm36">TNI, dan Badan Intelijen Negara (BIN)</a> untuk mengadakan vaksinasi massal mungkin dapat menjadi opsi terakhir. </p>
<p>Sebab, kebijakan ini dikhawatirkan dapat meningkatkan keraguan terhadap otoritas medis. </p>
<p>Temuan kami menunjukkan bahwa kampanye informasi dalam bentuk virtual atau tatap muka saja dalam jangka pendek mungkin tidak efektif dalam mempromosikan vaksinasi di kalangan individu yang sangat ragu, terutama ketika penyebaran infeksi menurun dan cakupan imunisasi telah tinggi. </p>
<p>Pengambil kebijakan dapat mempertimbangkan studi ini dan menerapkannya pada konteks program vaksinasi lain di luar COVID-19.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/199900/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Giovanni van Empel, Armand Sim, dan Jahen Rezki menerima dana penelitian dari Monash University serta JPAL Southeast Asia. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Armand Sim dan Jahen Rezki tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Perempuan dan responden dengan status sosial ekonomi rendah lebih responsif terhadap duta vaksin dari kader kesehatan dibandingkan dengan duta vaksin dari kelompok orang awam.Giovanni van Empel, Dosen di Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Universitas Gadjah Mada Armand Sim, Research Fellow, Center for Development Economics and Sustainability, Monash UniversityJahen Rezki, Dosen Departemen Ilmu Ekonomi, Universitas IndonesiaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1983062023-01-26T06:49:29Z2023-01-26T06:49:29ZPelajaran mahal dari COVID: mengapa eliminasi harus menjadi strategi global standar untuk pandemi masa depan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/506319/original/file-20230125-24-yooqay.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Getty Images</span></span></figcaption></figure><p>Bayangkan sekarang tahun 2030. Para dokter di sebuah rumah sakit daerah di negara X mencatat adanya peningkatan jumlah individu dengan penyakit pernapasan parah. Pengurutan cepat seluruh genom mengidentifikasi agen penyebab penyakit sebagai coronavirus baru.</p>
<p>Investigasi epidemiologis menunjukkan bahwa virus ini sangat menular, dengan sebagian besar kasus awal memerlukan rawat inap. Episode tersebut memiliki kemiripan yang mencolok dengan wabah COVID <a href="https://doi.org/10.1016/S0140-6736(20)30211-7">yang pertama kali terdeteksi pada Desember 2019</a>.</p>
<p>Otoritas kesehatan regional dan nasional diberitahu dengan cepat. Penanggungjawab kontak nasional untuk Peraturan Kesehatan Internasional (IHR) 2024 (revisi besar untuk <a href="https://www.who.int/publications/i/item/9789241580496">IHR 2005 saat ini</a>) mengirimkan sebuah laporan ke Organisasi Kesehatan Dunia (<a href="https://www.who.int/">WHO</a>). Setelah pertukaran informasi dan penilaian risiko yang intens, WHO mengumumkan darurat kesehatan masyarakat internasional.</p>
<p>Wabah ini dihadapi dengan suatu strategi respons “eliminasi”. Penunjukan ini memulai prosedur yang dilatih dengan baik, termasuk memobilisasi keahlian dan persediaan sumber daya.</p>
<p>Respons eliminasi menghasilkan tindakan karantina lokal di pusat wabah dan sekitarnya serta pembatasan ketat perjalanan melintasi radius luas di dalam negara X dan di perbatasannya. Respons ini juga mendorong pengawasan lokal dan internasional yang intensif. Jumlah kasus meningkat dengan cepat tapi stabil setelah tiga minggu, dan kemudian turun hingga tidak ada kasus baru yang terdeteksi di masyarakat.</p>
<p>Setelah delapan minggu upaya intensif, wabah berakhir – mirip dengan pengalaman Selandia Baru, yang menghentikan wabah COVID awalnya dalam delapan minggu menggunakan <a href="https://www.nejm.org/doi/10.1056/NEJMc2025203">strategi eliminasi</a>. Wabah telah menyebar secara regional di negara X, tapi tidak secara internasional.</p>
<p>Inilah usul kami mengenai bagaimana dunia seharusnya merespons ancaman pandemi masa depan seperti dimuat di <a href="https://doi.org/10.1016/S0140-6736(22)02489-8"><em>The Lancet</em></a>.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/chinas-covid-cases-may-have-hit-900-million-whats-headed-our-way-197896">China's COVID cases may have hit 900 million. What's headed our way?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Respons pandemi yang ditingkatkan untuk dihilangkan di sumbernya</h2>
<p>Proses WHO saat ini memutuskan untuk mendeklarasikan darurat kesehatan masyarakat sebagai perhatian internasional (di bawah Peraturan Kesehatan Internasional 2005) telah <a href="https://www.thelancet.com/journals/laninf/article/PIIS1473-%203099(20)30401-1/teks%20lengkap">mengundang kritik</a> karena terlalu lambat.</p>
<p>Peningkatan kerangka respons yang kami usulkan akan manaikkan penilaian risiko yang ada dengan secara rutin meminta WHO untuk menetapkan strategi respons tingkat tinggi untuk mengelola risiko ini. </p>
<p>Untuk potensi pandemi, kami menganggap strategi ini harus berupa eliminasi daripada strategi supresi (penekanan) atau mitigasi, yang telah menjadi opsi strategi rutin (<em>default option</em>) yang biasa dilakukan pada masa lalu. Secara sederhana, “jika ragu, hilangkan”.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/we-suppressed-our-scientific-imagination-four-experts-examine-the-big-successes-and-failures-of-the-covid-response-so-far-178705">'We suppressed our scientific imagination': four experts examine the big successes and failures of the COVID response so far</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Gagasan menghilangkan (eliminasi) penyakit menular baru yang muncul pada tahap sedini mungkin secara intuitif menarik dan bukan hal baru. Ini telah diusulkan untuk menghilangkan <a href="https://www.nature.com/articles/nature04017">wabah pandemi influenza baru</a>.</p>
<p>Pendekatan ini berhasil <a href="https://doi.org/10.1016/S1473-3099(20)30129-8">menghilangkan dan kemudian memberantas</a> pandemi SARS pada 2003 (disebabkan oleh SARS-CoV). Itu juga terbukti berhasil di Cina selama <a href="https://www.who.int/publications/i/item/report-of-the-who-china-joint-mission-on-coronavirus-disease-2019-(covid-19)">penahanan awal COVID</a> di Wuhan.</p>
<p>Kami telah menjelaskan konsep ini <a href="https://www.bmj.com/content/371/bmj.m4907">sebelumnya</a>. Apakah pendekatan ini dapat menghilangkan dan akhirnya memberantas COVID, jika dilakukan lebih awal dan terkoordinasi secara global, tetap menjadi topik spekulasi.</p>
<h2>Strategi eliminasi juga memperlambat penyebaran infeksi</h2>
<p>Ada alasan kedua bagi WHO untuk menetapkan tujuan strategis yang eksplisit untuk menghilangkan penyakit pandemik dengan tingkat keparahan yang cukup, yaitu memperlambat atau mengganggu penyebaran global penyakit menular baru. Tindakan ini mengulur waktu untuk mengembangkan intervensi, membangun pengetahuan ilmiah yang terakumulasi dengan cepat.</p>
<p>Beberapa negara di kawasan Asia-Pasifik mengadopsi strategi eliminasi dan penekanan yang kuat. Pendekatan ini sebagian besar mencegah penyebaran COVID yang meluas selama satu hingga dua tahun pertama pandemi, menjaga <a href="https://doi.org/10.1016/S0140-6736(22)01585-9">angka kematian tetap rendah</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="This world map shows that cumulative numbers of deaths in countries." src="https://images.theconversation.com/files/505011/original/file-20230117-11910-vgmyqo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/505011/original/file-20230117-11910-vgmyqo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=424&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/505011/original/file-20230117-11910-vgmyqo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=424&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/505011/original/file-20230117-11910-vgmyqo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=424&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/505011/original/file-20230117-11910-vgmyqo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=532&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/505011/original/file-20230117-11910-vgmyqo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=532&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/505011/original/file-20230117-11910-vgmyqo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=532&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Selandia Baru, Australia, dan Singapura memiliki jumlah kumulatif kematian yang lebih rendah daripada negara lain.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://ourworldindata.org/excess-mortality-covid">Our World in Data</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nd/4.0/">CC BY-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ini memberikan waktu untuk pengembangan dan peluncuran vaksin dan untuk yurisdiksi untuk mempersiapkan sistem kesehatan mereka untuk mengelola sejumlah besar orang yang terinfeksi. Contoh penting adalah Selandia Baru, Australia, dan Singapura. Mereka mampu menjaga <a href="https://ourworldindata.org/coronavirus">kematian kumulatif tetap rendah</a> menurut standar internasional.</p>
<p>Jika eliminasi pada akhirnya tidak berhasil atau tidak dapat dibenarkan, transisi terorganisasi ke strategi lain (penekanan atau mitigasi) harus dipertimbangkan. Proses untuk mengelola transisi ini dapat <a href="https://doi.org/10.1016/S2214-109X(21)00494-0">berdasarkan pengalaman</a> dari pandemi saat ini.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/how-should-new-zealand-manage-covid-from-now-limit-all-infections-or-focus-on-preventing-severe-disease-189461">How should New Zealand manage COVID from now – limit all infections or focus on preventing severe disease?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Eliminasi masuk akal untuk potensi pandemi lainnya</h2>
<p>Darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional yang baru-baru ini diumumkan adalah <a href="https://jamanetwork.com/journals/jama/fullarticle/2794922#:%7E:text=7:%7E:text=7">mpox</a> (sebelumnya dikenal sebagai cacar monyet). Di bawah perubahan yang kami usulkan pada Peraturan Kesehatan Internasional, WHO akan diminta untuk menetapkan strategi tanggapan terhadap penyakit ini.</p>
<p>Penghapusan (eliminasi) sekali lagi masuk akal sebagai pendekatan rutin (<em>default approach</em>). Itulah yang telah dilakukan secara efektif oleh negara-negara di seluruh dunia. Dan pendekatan ini tampaknya <a href="https://ourworldindata.org/monkeypox">berhasil</a>.</p>
<p>Kedaruratan kesehatan masyarakat lain yang menjadi perhatian internasional saat ini adalah <a href="https://doi.org/10.1016/S2666-5247(22)00253-1">poliomyelitis (polio)</a>. Tidak seperti COVID dan mpox, penyakit ini sudah menjadi sasaran <a href="https://www.who.int/publications/i/item/9789240031937">pemberantasan global</a>.</p>
<p>Manfaat lebih lanjut dari strategi eliminasi adalah mendukung penguatan infrastruktur sistem kesehatan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. </p>
<p>Peningkatan kapasitas ini telah berkontribusi pada penghapusan wabah Ebola berkala di Afrika, yang telah ditetapkan sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional pada <a href="https://www.who.int/emergencies/situations/ebola-outbreak%20-2014-2016-West-Africa">2014-2016</a> dan <a href="https://www.who.int/emergencies/situations/Ebola-2019-drc-">2019-2020</a>. Itu juga dapat mendukung penghapusan mpox, <a href="https://doi.org/10.1371/journal.pntd.0010141">sebuah ancaman yang meningkat di Afrika</a>.</p>
<p>Peningkatan Peraturan Kesehatan Internasional dapat merangsang investasi global yang sangat besar dalam <a href="https://doi.org/10.1016/S0140-6736(23)00015-6">infrastruktur untuk menghentikan epidemi pada sumbernya</a> dan meningkatkan <a href="https://doi.org/10.3201%2Feid1207.051497">kapasitas pengawasan</a>. Kapasitas ini sangat penting mengingat berbagai <a href="https://doi.org/10.1111/1753-6405.12991">skenario pandemi pada masa depan</a>, termasuk ancaman dari <a href="https://sciencepolicyreview.org/%20wp-content/uploads/securepdfs/2022/08/MITSPR-v3-191618003014.pdf">senjata biologi berkat kemajuan dalam biologi sintetik</a>.</p>
<p>Mari kita berharap ketika dunia selanjutnya dihadapkan pada percikan penyakit menular baru yang muncul dengan potensi pandemi, WHO dengan cepat mengumumkan darurat kesehatan masyarakat internasional dan menetapkan strategi eliminasi. Dan komunitas internasional bereaksi keras untuk memadamkan percikan sebelum menjadi neraka.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/198306/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Michael Baker's employer, the University of Otago, receives funding for his research on Covid-19 and other infectious diseases from the Health Research Council of New Zealand and the New Zealand Ministry of Health.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>David Durrheim, Li Yang HSU, dan Nick Wilson tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Kita berharap WHO dengan cepat mengumumkan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional dan menetapkan strategi eliminasi untuk penyakit baru yang potensial cepat menyebar.Michael Baker, Professor of Public Health, University of OtagoDavid Durrheim, Professor of Public Health Medicine, University of NewcastleLi Yang HSU, Vice Dean of Global Health, National University of SingaporeNick Wilson, Professor of Public Health, University of OtagoLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1983042023-01-24T01:34:29Z2023-01-24T01:34:29ZCampak: kenapa WHO menyatakannya sebagai ‘ancaman global yang segera datang’<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/505807/original/file-20230123-11-fu9xfe.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Samara Heisz / Alamy Stock Photo</span></span></figcaption></figure><p>Salah satu konsekuensi dari pandemi COVID-19 adalah <a href="https://www.who.int/publications/i/item/WHO-2019-nCoV-EHS_continuity-survey-2020.1">berkurangnya akses</a> ke layanan kesehatan rutin dan rendahnya penyerapan imunisasi. Akibatnya, pada November 2022, <a href="https://www.who.int/news/item/23-11-2022-nearly-40-million-children-are-dangerously-susceptible-to-growing-measles-threat">Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan</a> campak menjadi “ancaman yang akan segera terjadi di setiap wilayah di dunia”. Mereka menggambarkan bagaimana rekor jumlah hampir 40 juta anak telah melewatkan setidaknya satu dosis vaksin campak pada 2021.</p>
<p>Campak adalah suatu penyakit pernapasan akibat infeksi virus. <a href="https://www.cdc.gov/measles/hcp/index.html">Mirip dengan COVID,</a> campak menyebar antar-orang karena tetesan pernapasan (<em>droplet</em>) dan aerosol (penularan melalui udara). Infeksi ini menghasilkan ruam dan demam pada kasus ringan.</p>
<p>Namun, <a href="https://www.nhs.uk/conditions/measles/">kasus parah</a> dapat mencakup ensefalitis (pembengkakan otak), kebutaan, dan pneumonia. Ada sekitar <a>9 juta kasus per tahun dan 128.000 kematian akibat campak</a>. </p>
<p>Di <a href="https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20230120/1642247/waspada-campak-jadi-komplikasi-sebabkan-penyakit-berat/#:%7E:text=%E2%80%9CSelama%20tahun%202022%20yang%20lalu,dari%20Januari%20sampai%20Desember%202022.">Indonesia</a>, sepanjang 2022 dilaporkan lebih dari 3.300 kasus campak, naik lebih dari 32 kali dibanding setahun sebelumnya. </p>
<p>Vaksin campak, yang dapat diberikan sendiri atau dikombinasikan dengan vaksinasi lain seperti gondok dan rubella untuk melengkapi imunisasi MMR, sangat efektif. Mayoritas negara memiliki jadwal dua dosis, dengan suntikan pertama biasanya diberikan pada usia 12 bulan dan dosis kedua saat anak berusia empat tahun.</p>
<p>Vaksin ini memberikan perlindungan yang sangat tinggi dan tahan lama, dan benar-benar merupakan contoh model dari istilah “penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin”. Jadwal dua dosis <a href="https://vk.ovg.ox.ac.uk/vk/mmr-vaccine#:%7E:text=After%20two%20doses%20of%20MMR,will%20be%20protected%%2020melawan%20rubella.">memberikan</a> sekitar 99% perlindungan terhadap infeksi campak.</p>
<p>Di negara-negara berkembang yang serapan vaksinnya rendah, sebanyak <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1712354/">satu dari sepuluh</a> yang terkena campak, meninggal karena infeksi ini. Di negara maju, kematian sangat tinggi pada orang yang tidak divaksinasi dengan <a href="https://vk.ovg.ox.ac.uk/vk/measles#:%7E:text=In%20high%20income%20regions%20of,children%20%20in%20resource%2Dpoor%20countries.">tingkat</a> sekitar satu per 1.000 hingga 5.000 kasus campak.</p>
<p>Wabah baru penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan vaksin di area seperti <a href="https://gh.bmj.com/content/5/9/e003515">zona konflik</a> dan di antara <a href="https://%20www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9383728/">populasi pengungsi</a> cukup tinggi. Masalah seperti <a href="https://www.msf.org/measles-poses-deadly-risk-malnutrisi-children-afghanistan">malnutrisi</a> sangat meningkatkan risiko penyakit parah. Penyakit pernapasan yang menuliar adalah <a href="https://theconversation.com/ukraine-disease-control-is-a-casualty-of-war-so-a-surge-in-covid-cases-is-likely-179218">suatu kekhawatiran besar </a> bagi kelompok kemanusiaan yang membantu kelompok-kelompok rentan seperti pengungsi Ukraina.</p>
<p>Campak sangat menular. <a href="https://www.news-medical.net/health/What-is-R0.aspx">Angka reproduksi dasar</a> (R0) – yaitu, rata-rata berapa banyak orang yang terinfeksi akan menginfeksi populasi yang rentan – <a href="https://www.thelancet.com/journals/laninf/article/PIIS1473-3099(17)30307-9/fulltext">diperkirakan</a> antara 12-18. Sebagai perbandingan , R0 varian COVID omicron <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/35262737/">sekitar 8,2</a>.</p>
<p>Proporsi dari suatu populasi yang perlu divaksinasi untuk mengendalikan wabah dan untuk meminimalkan penularan selanjutnyadikenal sebagai ambang kekebalan kawanan (<em>herd immunity threshold</em>/HIT). Untuk campak, <a href="https://www.yalemedicine.org/news/herd-immunity#:%7E:text=Measles%2C%20for%20example%2C%20spreads%20so,the%20threshold%20is%20about%20%2080%25.%22%22">cakupan vaksin</a> dari 95% biasanya dianggap sebagai angka ajaib HIT.</p>
<p>Sayangnya, sebagian besar negara di dunia berada jauh di bawah ambang batas tersebut, dengan <a href="https://www.who.int/news/item/23-11-2022-nearly-40-million-children-are-dangerously-susceptible-to-growing-measles-threat">cakupan global</a> sekitar 71% untuk dua dosis, dan 81% untuk cakupan satu dosis. Di Inggris, <a href="https://www.bmj.com/content/378/bmj.o2353">data pada 2021-2022</a> menunjukkan bahwa 89% anak-anak telah menerima satu dosis vaksin campak.</p>
<p>Secara global, telah terjadi kemajuan yang signifikan dalam <a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/children-reducing-mortality">pengurangan</a> kematian dari semua penyebab pada anak di bawah usia lima tahun. Angka kematian tahunan menurun dari 12,5 juta pada 1990 menjadi 5,2 juta penduduk pada 2019. Namun, cakupan vaksin yang rendah dapat membalikkan kenaikan tersebut.</p>
<p>Bahkan jika anak-anak selamat dari campak, ada kemungkinan kerusakan jangka panjang pada sistem kekebalan mereka, <a href="https://www.cidrap.umn.edu/news-perspective/2019/11/measles-does-long-term-damage-immune-system-studies-show">digambarkan</a> sebagai “bentuk amnesia imun”. Pada populasi yang tidak divaksinasi, kasus campak yang parah mengakibatkan hilangnya rata-rata 40% antibodi yang biasanya mengenali kuman.</p>
<p>Setelah kasus campak ringan, anak-anak yang tidak divaksinasi kehilangan 33% dari antibodi tersebut. Sebagai perbandingan, pengukuran pada populasi kontrol yang sehat menunjukkan hilangnya antibodi sebesar 10% selama durasi yang sama atau lebih lama.</p>
<h2>Misinformasi tersebar luas</h2>
<p>Advokasi anti-vaksin telah menyebarkan desas-desus palsu dan cerita menakutkan, seperti <a href="http://www.bmj.com/content/342/bmj.c7452">klaim palsu</a> oleh mantan dokter dan aktivis anti-vaksin Andrew Wakefield bahwa vaksin MMR (vaksin campak, rubella, gondongan) menyebabkan autisme. </p>
<p>Keyakinan ini tetap ada. Misalnya, <a href="https://misinforeview.hks.harvard.edu/article/users-of-social-media-more-likely-to-be-misinformed-about-vaccines/">survei populasi Amerika Serikat</a> pada 2020 menemukan: “18% responden kami secara keliru menyatakan bahwa sangat atau agak akurat untuk mengatakan bahwa vaksin menyebabkan autisme.”</p>
<p>Misinformasi sejak dimulainya pandemi COVID telah <a href="https://www.who.int/health-topics/infodemic/the-covid-19-infodemic">menyebar luas</a>. Risiko informasi yang salah ini dapat beranjak ke tingkat keraguan yang lebih besar dan penolakan vaksin untuk <a href="https://journals.plos.org/globalpublichealth/article?id=10.1371/journal.pgph.0001012">imunisasi rutin</a> .</p>
<p>Campak menyebar dengan mudah dan merupakan infeksi parah dalam jangka pendek dan jangka panjang pada populasi yang tidak divaksinasi. Ada kebutuhan besar akan kampanye imunisasi untuk semakin melindungi dari penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin, di seluruh dunia. Kebutuhan tersebut sangat mendesak di negara-negara berkembang dan di antara populasi rentan lainnya seperti pengungsi dan daerah konflik.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/198304/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Michael Head has previously received funding from the Bill & Melinda Gates Foundation and the UK Department for International Development.</span></em></p>Campak menyebar dengan mudah dan merupakan infeksi parah dalam jangka pendek dan jangka panjang pada populasi yang tidak divaksinasi.Michael Head, Senior Research Fellow in Global Health, University of SouthamptonLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1979962023-01-19T04:12:50Z2023-01-19T04:12:50ZFAQ terkait COVID-19 subvarian XBB.1.5: Apa itu? Di mana banyak ditemukan? Apa bedanya dengan Omicron? Apakah sebabkan sakit serius? Bagaimana lindungi diri? Kenapa dinamai ‘Kraken’?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/505085/original/file-20230118-16-xv3dio.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">XBB.1.5 menyebar dengan cepat ke seluruh dunia dan kemungkinan akan menjadi subvarian COVID-19 dominan berikutnya.</span> <span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span></figcaption></figure><iframe style="width: 100%; height: 100px; border: none; position: relative; z-index: 1;" allowtransparency="" allow="clipboard-read; clipboard-write" src="https://narrations.ad-auris.com/widget/the-conversation-canada/faq-on-covid-19-subvariant-xbb-1-5--what-is-it-where-is-it-prevalent-how-does-it-differ-from-omicron-does-it-cause-serious-illness-how-can-i-protect-myself-why-is-it-nicknamed--kraken-" width="100%" height="400"></iframe>
<p>Meski ada banyak upaya kesehatan masyarakat intensif untuk menghentikan pandemi COVID-19, munculnya subvarian XBB.1.5 SARS-CoV-2 yang sangat mudah menular, sangat kebal obat, dan sangat kebal terhadap sistem kekebalan tubuh membuat komunitas global cemas. </p>
<p>Berikut ini hal-hal yang disering ditanyakan (<em>frequently asked question</em>, FAQ) terkait XBB.1.5.</p>
<h2>Apa itu XBB.1.5?</h2>
<p>Dalam konvensi penamaan untuk silsilah SARS-CoV-2, <a href="https://virological.org/t/pango-lineage-nomenclature-provisional-rules-for-%20naming-recombinant-lineages/657">awalan “X” menunjukkan silsilah yang muncul melalui rekombinasi (penggabungan) genetik</a> antara dua atau lebih subvarian.</p>
<p>Silsilah XBB muncul setelah <a href="https://www.who.int/news/item/27-10-2022-tag-ve-statement-on-omicron-sublineages-bq.1-and-xbb">koinfeksi (infeksi bersamaan) alamiah inang manusia dengan dua subvarian Omicron, yaitu BA.2.10.1 dan BA.2.75</a>. Itu <a href="https://doi.org/10.1007/s12291-022-01109-w">pertama kali diidentifikasi oleh otoritas kesehatan masyarakat di India</a> pada musim panas 2022. XBB.1.5 adalah keturunan langsung, atau lebih tepatnya, “cucu kelima” dari subvarian XBB asli.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/504369/original/file-20230113-24-li24wl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Diagram of the genetic lineage of a COVID-19 subvariant" src="https://images.theconversation.com/files/504369/original/file-20230113-24-li24wl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/504369/original/file-20230113-24-li24wl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=355&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/504369/original/file-20230113-24-li24wl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=355&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/504369/original/file-20230113-24-li24wl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=355&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/504369/original/file-20230113-24-li24wl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=446&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/504369/original/file-20230113-24-li24wl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=446&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/504369/original/file-20230113-24-li24wl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=446&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Silsilah genetik dari subvarian COVID-19 XBB.1.5.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Sameer Elsayed)</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Apa perbedaan XBB.1.5 dengan Omicron?</h2>
<p>XBB.1.5 adalah salah satu dari banyak subvarian Omicron yang diwaspadai, yang muncul di kancah pandemi global sejak awal <a href="https://www.who.int/news-room/feature-stories%20/detail/satu%20tahun-sejak-kemunculan-of-omicron">gelombang Omicron pertama pada November 2021</a>. Berbeda dengan turunan lain dari varian Omicron asli (dikenal sebagai B.1.1.529), XBB.1.5 adalah subvarian mosaik yang <a href="https://doi.org/10.1007/s12291%20-022-01109-w">akarnya bisa ditelusuri ke dua garis keturunan subvarian Omicron</a>.</p>
<p>Di antara subvarian Omicron SARS-CoV-2 hingga kini, XBB.1.5 bisa dibilang paling kaya secara genetik dan <a href="https://www.scientificamerican.com/article/why-covids-xbb-1-5-kraken-variant-is-so-contagious/">paling menular</a>.</p>
<h2>Di mana XBB.1.5 banyak menyebar?</h2>
<p><a href="https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/11jan2023_xbb15_rapid_risk_assessment.pdf">Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)</a>, XBB.1.5 beredar di setidaknya 38 negara, dengan prevalensi tertinggi di Amerika Serikat, yang <a href="https://covid.cdc.gov/covid-data-tracker/#variant-proportions">menyumbang sekitar 43% kasus COVID-19 secara nasional</a>. Di AS, terdapat variasi geografis yang luas dalam proporsi kasus yang disebabkan oleh XBB.1.5, mulai dari <a href="https://www.beckershospitalreview.com/public%20-health/xbb-1-5-prevalence-by-region.html">7% di Midwest hingga lebih dari 70% di New England</a>.</p>
<p>XBB.1.5 juga telah dilaporkan secara resmi oleh lembaga pemerintah di <a href="https://www.health.nsw.gov.au/Infectious/covid-19/Documents/weekly-covid-overview-20230107.pdf">Australia</a>, <a href="https://www.publichealthontario.ca/-/media/documents/ncov/epi/covid-19-sars-cov2-whole-genome-sequencing-epi-summary.pdf">Kanada</a>, <a href="https://www.ecdc.europa.eu/en/news-events/update-sars-cov-2-variants-ecdc-assessment-xbb15-sub-lineage">Uni Eropa</a>, <a href="https://www3.nhk.or.jp/nhkworld/en/news/20230112_36/">Jepang</a>, <a href="https://www.kuna.net.kw/ArticleDetails.aspx?id=3077268&Language=en">Kuwait</a>, <a href="https://tass.com/world/1561313">Rusia</a>, <a href="https://cov-spectrum.org/explore/Singapore/AllSamples/Past6M/variants?nextcladePangoLineage=xbb.1.5*&">Singapura</a>, <a href="https://www.nicd.ac.za/covid-19-update-xbb-1-5-variant/">Afrika Selatan</a>, dan <a href="https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system%20/uploads/attachment_data/file/1128554/variant-technical-briefing-49-11-january-2023.pdf">Inggris Raya</a>. <a href="https://outbreak.info/situation-reports?xmin=2022-07-13&xmax=2023-01-13&loc&pango=XBB.1&selected">Data pengawasan <em>real-time</em></a> mengungkapkan bahwa XBB.1.5 menyebar dengan cepat ke seluruh dunia dan kemungkinan akan menjadi subvarian dominan berikutnya.</p>
<p>XBB.1.5 juga telah dideteksi dalam sistem air limbah kota di <a href="https://health.hawaii.gov/coronavirusdisease2019/files/2023/01/Wastewater-Report-01-03-23.pdf">Amerika Serikat</a>, <a href="https://thl.fi/en/web/thlfi-en/-/monitoring-wastewater-for-coronavirus-xbb-sublineage-of-omicron-variant-found-in-wastewater-follow-up-results%20-coming-in-january?redirect=%2Ffi%2Fajankohtaista%2Ftiedotteet-ja-uutiset%2Fkaikki-uutiset">Eropa</a> dan tempat lainnya.</p>
<h2>Seberapa besar kemungkinan XBB.1.5 menyebabkan penyakit serius?</h2>
<figure class="align-center ">
<img alt="Illustration of five coronaviruses of different colours in a line" src="https://images.theconversation.com/files/504766/original/file-20230116-12-o1ah4n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/504766/original/file-20230116-12-o1ah4n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=217&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/504766/original/file-20230116-12-o1ah4n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=217&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/504766/original/file-20230116-12-o1ah4n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=217&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/504766/original/file-20230116-12-o1ah4n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=272&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/504766/original/file-20230116-12-o1ah4n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=272&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/504766/original/file-20230116-12-o1ah4n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=272&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Silsilah XBB muncul setelah infeksi bersamaan secara alamiah inang manusia dengan dua subvarian Omicron, yaitu BA.2.10.1 dan BA.2.75.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Data tentang kemampuan XBB.1.5 untuk menyebabkan penyakit serius masih terbatas. Namun, menurut <a href="https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/11jan2023_xbb15_rapid_risk_assessment.pdf">Organisasi Kesehatan Dunia</a> (WHO), XBB.1.5 tidak memiliki mutasi spesifik yang membuatnya lebih berbahaya daripada subvarian nenek moyangnya.</p>
<p>Meskipun demikian, XBB.1.5 dianggap sama-sama mampu menyebabkan penyakit serius pada lansia dan orang dengan gangguan kekebalan dibandingkan dengan subvarian Omicron yang menjadi perhatian sebelumnya.</p>
<h2>Apakah vaksin mRNA saat ini efektif melawan XBB.1.5?</h2>
<p>XBB.1.5 dan XBB.1 adalah subvarian Omicron dengan <a href="https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/11jan2023_xbb15_rapid_risk_assessment.pdf">kemampuan menghindari kekebalan tubuh terbesar</a>. Oleh karena itu, salah satu isu paling kontroversial seputar XBB.1.5 berkaitan dengan tingkat perlindungan yang diberikan oleh vaksin mRNA yang tersedia saat ini, termasuk formulasi penguat (<em>booster</em>) bivalen terbaru.</p>
<p><a href="https://doi.org/10.1038/s41591-022-02162-x">Para peneliti dari University of Texas</a> menunjukkan bahwa vaksin penguat mRNA generasi pertama dan bivalen yang mengandung BA.5 menghasilkan respons antibodi penawar yang lemah terhadap XBB. 1.5. Sebuah laporan (belum ditinjau oleh rekan sejawat) dari para peneliti di <a href="https://doi.org/10.1101/2022.12.17.22283625">Cleveland Clinic</a> menemukan bahwa vaksin bivalen hanya menunjukkan keefektifan rendah (30%) pada orang non-lansia yang sehat ketika varian-varian dalam vaksin itu cocok dengan yang beredar di masyarakat.</p>
<p>Selain itu, beberapa ahli percaya pemberian penguat (<em>booster</em>) bivalen untuk pencegahan penyakit COVID-19 pada individu muda yang sehat <a href="http://doi.org/10.1056/NEJMp2215780">tidak dibenarkan secara medis</a> atau <a href="https://doi.org/10.1136/jme-2022-108449">tak hemat biaya</a>.</p>
<p>Sebaliknya, <a href="http://doi.org/10.1056/NEJMc2214293">pakar kesehatan masyarakat dari Atlanta, Georgia dan Stanford, California</a> melaporkan bahwa meski aktivitas antibodi penawar dari vaksin penguat bivalen terhadap XBB.1.5 adalah 12 hingga 26 kali lebih kecil dari aktivitas antibodi terhadap virus SARS-CoV-2 tipe liar (asli), vaksin bivalen masih berkinerja lebih baik daripada vaksin monovalen terhadap XBB.1.5.</p>
<p>Namun, <a href="https://doi.org/10.1016/j.cell.2022.12.018">peneliti dari Universitas Columbia</a> di New York menemukan bahwa tingkat antibodi penawar setelah penguatan bivalen adalah 155 kali lipat lebih rendah terhadap XBB.1.5 dibandingkan ke level terhadap virus tipe liar setelah penguatan monovalen.</p>
<p>Hal ini menunjukkan bahwa baik vaksin penguat monovalen maupun bivalen tidak dapat diandalkan untuk memberikan perlindungan yang memadai terhadap XBB.1.5.</p>
<h2>Bagaimana cara melindungi diri Anda dari XBB.1.5?</h2>
<figure class="align-center ">
<img alt="A blue sign reading 'wearing a mask is recommended,' in French and English" src="https://images.theconversation.com/files/504744/original/file-20230116-18-xo2zgu.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/504744/original/file-20230116-18-xo2zgu.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=427&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/504744/original/file-20230116-18-xo2zgu.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=427&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/504744/original/file-20230116-18-xo2zgu.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=427&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/504744/original/file-20230116-18-xo2zgu.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=536&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/504744/original/file-20230116-18-xo2zgu.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=536&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/504744/original/file-20230116-18-xo2zgu.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=536&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Kewaspadaan pengendalian infeksi standar termasuk masker dalam ruangan, jarak sosial, dan sering mencuci tangan adalah tindakan efektif mencegah XBB.1.5 dan subvarian lain yang diwaspadai.</span>
<span class="attribution"><span class="source">THE CANADIAN PRESS/Graham Hughes</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Evolusi cepat SARS-CoV-2 terus menimbulkan tantangan bagi pengelolaan penyakit COVID-19 menggunakan agen pencegahan dan terapeutik yang tersedia. Sebagai catatan, semua antibodi monoklonal yang tersedia saat ini menargetkan protein S SARS-CoV-2 <a href="https://doi.org/10.1016/j.cell.2022.12.018">dianggap tidak efektif melawan XBB.1.5</a>.</p>
<p>Obat antivirus seperti remdesivir dan Paxlovid dapat dipertimbangkan untuk pengobatan pasien terinfeksi yang memenuhi syarat yang berisiko tinggi berkembang menjadi penyakit parah.</p>
<p>Kewaspadaan pengendalian infeksi standar termasuk masker dalam ruangan, jarak sosial, dan sering mencuci tangan adalah tindakan efektif yang dapat digunakan untuk perlindungan pribadi dan populasi terhadap XBB.1.5 dan subvarian lain yang diwaspadai.</p>
<p>Meski penguat (<em>booster</em>) bivalen dapat dipertimbangkan untuk lansia, gangguan sistem imun, dan individu yang menghindari risiko lainnya, keefektifannya dalam mencegah penyakit COVID-19 akibat XBB.1.5 masih belum pasti.</p>
<h2>Mengapa XBB.1.5 dijuluki ‘Kraken’?</h2>
<p><a href="https://www.mountainviewtoday.ca/amp/lifestyle-news/kraken-subvariant-name-beats-alphabet-soup-moniker-for-xbb15-biologist%20-6351664">Beberapa ilmuwan telah membuat nama panggilan yang diakui secara tidak resmi untuk XBB.1.5</a> dan subvarian SARS-CoV-2 lainnya yang diwaspadai, dengan alasan bahwa mereka lebih mudah diingat daripada penunjukan alfanumerik generik.</p>
<p><a href="https://news.uoguelph.ca/2023/01/biologist-makes-headlines-on-new-covid-subvariant/">Label ‘Kraken’ untuk XBB.1.5 saat ini sedang digemari</a> di situs media sosial dan outlet berita, dan julukan ‘Gryphon’ dan ‘Hippogryph’ telah digunakan untuk menunjukkan masing-masing subvarian leluhur XBB dan XBB.1. <a href="https://www.merriam-webster.com/dictionary/kraken">Kraken</a> mengacu pada monster laut atau cumi-cumi raksasa dari mitologi Skandinavia, Gryphon (atau <a href="https://www.merriam-webster.com/%20kamus/griffin">Griffin</a>) mengacu pada makhluk legendaris yang merupakan hibrida dari seekor elang dan singa, sedangkan Hippogryph (atau <a href="https://www.merriam-webster.com/dictionary/hippogriff">Hippogriff</a>) adalah hewan fiktif hibrida dari seekor Gryphon dan kuda.</p>
<p>Terlepas dari kegunaan potensial mereka sebagai alat bantu ingatan, penggunaan nama panggilan atau akronim dalam diskusi ilmiah formal harus dihindari.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/197996/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Sameer Elsayed tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>XBB.1.5 dianggap sama-sama mampu menyebabkan penyakit serius pada lansia dan orang dengan gangguan kekebalan dibandingkan dengan subvarian Omicron yang menjadi perhatian sebelumnya.Sameer Elsayed, Professor of Medicine, Pathology & Laboratory Medicine, and Epidemiology & Biostatistics, Western UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1971372023-01-05T03:25:45Z2023-01-05T03:25:45ZCina dapat mengalami lonjakan COVID besar-besaran karena cabut pembatasan – ini penyebab dan kemungkinan hasilnya<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/502885/original/file-20230103-14-ulb672.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">EPA-EFE/WU HAO</span></span></figcaption></figure><p>Cina adalah satu-satunya negara besar yang hingga <a href="https://www.wsj.com/articles/chinas-zero-covid-policy-is-ending-but-not-everyone-is-celebrating-11670937991">awal Desember 2022</a> terus menerapkan strategi nol-COVID. Negara-negara lain, termasuk Australia, Selandia Baru, dan Singapura, juga berupaya memberantas (mengeliminasi) COVID sepenuhnya pada awal pandemi.</p>
<p>Tapi semua akhirnya meninggalkan pendekatan ini karena biaya sosial dan ekonomi yang meningkat dan kesadaran bahwa pemberantasan COVID secara lokal sebagian besar sia-sia dan hanya bersifat sementara.</p>
<p><a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7272157/">Strategi Cina</a>, yang mengandalkan sejumlah langkah termasuk pengujian massal, penutupan seluruh kota dan provinsi, dan mengkarantina siapa pun yang mungkin telah terkena virus, semakin tidak bisa dipertahankan. Tindakan <a href="https://www.reuters.com/world/china/shanghai-separates-covid-positive-children-parents-virus-fight-2022-04-02/">keras</a> dan seringkali <a href="https://thediplomat.com/2022/09/resentment-is-rising-against-chinas-zero-covid-policies/">penegakan sewenang-wenang</a> dari kebijakan nol-COVID telah memicu peningkatan kebencian di antara penduduk, yang berpuncak pada protes publik besar-besaran.</p>
<p>Pembatasan ini juga telah menunjukkan batasnya di hadapan omicron. Varian ini memiliki <a href="https://jamanetwork.com/journals/jamanetworkopen/fullarticle/2795489">masa inkubasi</a> yang lebih pendek daripada garis keturunan COVID sebelumnya, dan sebagian besar <a href="https://www.nature.com/articles/%20s41564-022-01143-7">bisa menembus perlindungan</a> terhadap infeksi yang diberikan oleh vaksin asli.</p>
<p>Masuk akal jika otoritas Cina sekarang beralih ke <a href="https://www.theguardian.com/world/2022/dec/07/china-covid-home-quarantine-restrictions-eased-national">pelonggaran pembatasan</a>. Namun, transisi dari strategi nol COVID menyakitkan bagi negara mana pun yang melakukannya. Cina menghadapi beberapa tantangan unik dalam melakukan perubahan ini.</p>
<h2>Kekebalan populasi rendah</h2>
<p>Cina berhasil menekan penyebaran COVID yang meluas sejak awal 2020.</p>
<p>Meski angkanya berbeda di antara sumber, hampir 10 juta kasus telah dilaporkan ke <a href="https://covid19.who.int/region/wpro/country/cn">Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)</a> sejak Januari 2020. Ini hanya mewakili sebagian kecil dari populasi negara ini, berjumlah 1,4 miliar. Jadi penduduk Cina telah memperoleh kekebalan minimal terhadap COVID melalui paparan virus hingga saat ini.</p>
<p>Tingkat vaksinasi <a href="https://ourworldindata.org/grapher/people-fully-vaccinated-covid?tab=chart&stackMode=absolute&region=World&country=%7ECHN">di Cina</a> sebagian besar sejalan dengan yang ada di negara-negara Barat. Tapi gambaran yang tidak biasa dari tingkat vaksinasi Cina adalah bahwa mereka <a href="https://www.thelancet.com/journals/lanhl/article/PIIS2666-7568(22)00129-5/fulltext">menurun seiring bertambahnya usia</a>. Orang dewasa yang lebih tua sejauh ini merupakan demografi yang paling berisiko terkena COVID parah, namun hanya <a href="https://www.bbc.co.uk/news/63798484">40% orang berusia di atas 80 tahun</a> yang telah menerima tiga dosis.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/covid-china-is-developing-its-own-mrna-vaccine-and-its-showing-early-promise-176319">COVID: China is developing its own mRNA vaccine – and it's showing early promise</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Kemanjuran vaksin terhadap penularan telah diuji secara ketat, terutama sejak omicron mulai menyebar pada akhir 2021. Konon, perlindungan terhadap penyakit parah dan kematian yang diberikan oleh vaksin mRNA yang digunakan di negara-negara Barat <a href="https://www.nature.com/articles/s41467-022-30895-3">tetap tinggi</a>.</p>
<p>Sementara Cina menggunakan vaksin yang berbeda; terutama suntikan vaksin dari virus “tidak aktif” (<em>inactivated</em>) yang dibuat oleh Sinovac dan Sinopharm. Vaksin berbasis virus tidak aktif (<em>inactivated vaccines</em>) dibuat dari patogen (jadi dalam hal ini SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19) tapi ini dibunuh, atau dinonaktifkan, sebelum disuntikkan. Vaksin yang tidak aktif umumnya aman, tapi cenderung menimbulkan <a href="https://theconversation.com/from-adenoviruses-to-rna-the-pros-and-cons-of-different-covid-vaccine-technologies%20-145454">respons kekebalan yang lebih rendah</a> daripada teknologi vaksin yang lebih baru, seperti mRNA (Pfizer dan Moderna) atau vaksin berbasis vektor adenovirus (AstraZeneca dan Johnson & Johnson).</p>
<p>Kinerja vaksin Cina beragam. Sementara dua dosis suntikan Sinovac <a href="https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMoa2107715">mengurangi kematian sebesar 86%</a> di Chili, hasil dari Singapura menunjukkan bahwa vaksin dari virus tidak aktif memberikan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/35412612/">perlindungan yang lebih buruk</a> untuk melawan penyakit parah terkait infeksi dibanding vaksin mRNA.</p>
<p>Benar bahwa varian omicron yang dominan secara global dikaitkan dengan tingkat keparahan penyakit dan kematian yang <a href="https://www.bmj.com/content/378/bmj.o1806">jauh lebih rendah</a> dibandingkan varian delta. Namun, omicron tetap menjadi ancaman utama bagi populasi dengan sedikit kekebalan – terutama di kalangan orang tua.</p>
<p>Hong Kong menghadapi masalah serupa dengan Cina daratan pada awal 2022 dengan paparan virus yang relatif rendah di seluruh populasi. Hong Kong bahkan memiliki tingkat vaksinasi yang lebih buruk di antara orang dewasa yang lebih tua daripada Cina sekarang, meskipun sistem perawatan kesehatannya lebih kuat. </p>
<p>Gelombang omicron yang melanda Hong Kong pada Maret 2022 <a href="https://www.ft.com/content/6e610cac-400b-4843-a07b-7d870e8635a3">menyebabkan lebih banyak kematian</a> per penduduk dalam hitungan hari dibandingkan banyak negara terlihat melalui seluruh pandemi.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/499125/original/file-20221205-22-khisz3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="A graph showing cumulative deaths from COVID across several countries." src="https://images.theconversation.com/files/499125/original/file-20221205-22-khisz3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/499125/original/file-20221205-22-khisz3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=426&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/499125/original/file-20221205-22-khisz3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=426&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/499125/original/file-20221205-22-khisz3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=426&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/499125/original/file-20221205-22-khisz3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=536&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/499125/original/file-20221205-22-khisz3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=536&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/499125/original/file-20221205-22-khisz3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=536&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption"></span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://ourworldindata.org/covid-deaths">Our World in Data/Johns Hopkins University</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Infeksi COVID sekarang meningkat dengan cepat di Cina, berjumlah di atas <a href="https://ourworldindata.org/covid-cases">30.000 kasus baru setiap hari</a> pada awal Desember. Karena berbagai batasan dilonggarkan, tidak diragukan lagi jumlahnya akan terus melonjak.</p>
<p>Mengingat rendahnya tingkat kekebalan di Cina, lonjakan besar kemungkinan akan menyebabkan sejumlah besar kasus rawat inap dan dapat menyebabkan jumlah kematian yang dramatis. Jika kita berasumsi, katakanlah, 70% populasi Cina terinfeksi selama beberapa bulan mendatang, maka jika 0,1% dari mereka yang terinfeksi meninggal (perkiraan konservatif tingkat kematian omicron dalam populasi yang hampir tidak pernah terpapar SARS-CoV-2 sebelumnya), maka perhitungan kasarnya menunjukkan bahwa kita akan melihat sekitar satu juta kematian.</p>
<p>Pada tahap ini, amat sedikit yang dapat dilakukan Cina untuk mencegah kematian dan penyakit yang signifikan – meski <a href="https://www.aljazeera.com/news/2022/11/29/china-ramps-up-covid-vaccinations-for-its-elderly-after-protests">kampanye vaksinasi</a> berfokus pada orang dewasa yang lebih tua kemungkinan akan membantu.</p>
<p>Perawatan kesehatan Cina cukup rapuh dan kelangkaan tempat perawatan kritis merupakan <a href="https://ccforum.biomedcentral.com/articles/10.1186/s13054-020-02848-z">kerentanan tertentu</a>. Negara ini akan dilayani dengan baik untuk mencabut pembatasan secara bertahap, untuk mencoba “meratakan kurva” dan menghindari kewalahan sistem perawatan kesehatan.</p>
<p>Triase (penetapan derajat kedaruratan) pasien yang efektif, khususnya memastikan bahwa hanya mereka yang paling membutuhkan perawatan yang dirawat di rumah sakit, dapat membantu mengurangi kematian jika epidemi menjadi tidak terkendali.</p>
<h2>Kemungkinan malapetaka</h2>
<p>Gelombang besar COVID-19 di Cina belum tentu berdampak signifikan pada situasi COVID global. Varian SARS-CoV-2 yang saat ini menyebar di Cina, <a href="https://www.globaltimes.cn/page/202211/1280588.shtml">seperti BF.7</a>, dapat ditemukan di tempat lain di seluruh dunia. Sirkulasi dalam populasi yang sebagian besar tidak pernah divaksin secara imunologis seharusnya tidak memberikan banyak tekanan tambahan pada virus untuk mengembangkan varian baru yang dapat lolos dari kekebalan kita.</p>
<p>Namun, Cina sedang menghadapi kemungkinan bencana kemanusiaan. Saya berpendapat ini adalah tantangan yang jauh lebih besar.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/how-chinas-response-to-zero-covid-protests-could-affect-global-business-195752">How China's response to zero-COVID protests could affect global business</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Menjadi ironis ketika Cina yang menjadi negara pertama yang terkena COVID dan juga yang terakhir menyerah untuk memberantasnya. Pihak berwenang Cina mempelopori dan memperjuangkan langkah-langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menekan penyebaran virus, memberikan cetak biru untuk strategi penekanan pandemi yang keras secara global. Cina kemudian menerapkan langkah-langkah itu dengan lebih kejam dan lebih lama dari negara besar lainnya.</p>
<p>Namun pada akhirnya, strategi nol COVID terbukti sia-sia. Cina sebagai “kepingan domino terakhir” wabah ini, akan segera jatuh karena <a href="https://www.theguardian.com/world/2022/dec/01/zero-covid-five-charts-that-show-how-restrictions-are-throttling-the-chinese-economy">biaya ekonomi dan sosial</a> yang tidak berkelanjutan dari kebijakan nol-COVID. </p>
<p>Virus ini akan menyebar di Cina seperti yang terjadi di tempat lain, meninggalkan ciri khasnya berupa penyakit, kematian, dan pertikaian pahit dalam populasi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/197137/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Francois Balloux tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Cina, domino terakhir itu, akan segera jatuh karena biaya ekonomi dan sosia yang tidak berkelanjutan dari kebijakan nol-COVID.Francois Balloux, Chair Professor, Computational Biology, UCLLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1967482023-01-04T02:38:46Z2023-01-04T02:38:46ZMpox, AIDS, dan COVID-19 menunjukkan adanya tantangan promosi kesehatan ke kelompok tertentu tanpa memicu stigma<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/502589/original/file-20221223-14-m1q8xz.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pesan kesehatan masyarakat berbasis rasa takut dapat memotivasi atau mengasingkan kelompok berisiko. </span> <span class="attribution"><span class="source">Foto AP/Gillian Allen</span></span></figcaption></figure><p>Selama wabah penyakit menular, dokter dan pejabat kesehatan masyarakat bertugas memberikan panduan yang akurat tentang cara untuk tetap aman dan melindungi diri sendiri maupun orang-orang terdekat. </p>
<p>Namun, <a href="https://doi.org/10.3390%2Fijerph19148550">liputan media yang sensasional</a> dapat mendistorsi persepsi publik tentang infeksi baru yang muncul, termasuk dari mana asalnya dan bagaimana penyebarannya. Hal ini dapat menumbuhkan <a href="https://doi.org/10.1016/j.lanepe.2022.100536">ketakutan dan stigma</a>, terutama terhadap masyarakat yang sudah tidak mempercayai sistem perawatan kesehatan.</p>
<p><a href="https://doi.org/10.3389/fpsyg.2021.648086">Stigma rasial dan seksual seputar cacar monyet (<em>monkeypox</em>)</a> inilah yang mendorong Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk <a href="https://www.who.int/%20news/item/28-11-2022-who-recommends-new-name-for-monkeypox-disease">mengganti nama penyakit menjadi <em>mpox</em></a> pada November 2022. Meski ini adalah langkah ke arah yang benar, saya yakin masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengurangi stigma sekitar penyakit menular seperti mpox.</p>
<p>Saya adalah <a href="https://profiles.dom.pitt.edu/faculty_info.aspx/Ho5747">peneliti penyakit menular</a> yang mempelajari HIV, COVID-19, dan mpox. Selama pandemi COVID-19, saya adalah peneliti utama di University of Pittsburgh untuk <a href="https://www.coronaviruspreventionnetwork.org/compass-clinical-study">survei nasional</a> untuk melihat bagaimana COVID-19 telah mempengaruhi berbagai komunitas. </p>
<p>Komunikasi kesehatan masyarakat yang efektif tidaklah mudah ketika pesan yang bertentangan datang dari berbagai penjuru, termasuk keluarga dan teman, anggota komunitas lain, atau internet. Namun, ada beberapa cara agar pejabat kesehatan masyarakat dapat membuat pesan mereka lebih inklusif sambil mengurangi stigma.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/500110/original/file-20221209-41828-ft8xxk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Posters promoting condom use reading " src="https://images.theconversation.com/files/500110/original/file-20221209-41828-ft8xxk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/500110/original/file-20221209-41828-ft8xxk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/500110/original/file-20221209-41828-ft8xxk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/500110/original/file-20221209-41828-ft8xxk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/500110/original/file-20221209-41828-ft8xxk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/500110/original/file-20221209-41828-ft8xxk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/500110/original/file-20221209-41828-ft8xxk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Menyesuaikan pesan kesehatan masyarakat ke kelompok sasaran dapat meningkatkan capaian.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/posters-that-promote-healthy-sexual-behavior-hang-inside-news-photo/160899714">Chip Somodevilla/Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Membuat pesan inklusif</h2>
<p>Pesan kesehatan masyarakat yang inklusif dapat memotivasi masyarakat untuk membuat keputusan yang lebih baik mengenai kesehatan pribadi mereka dan kesehatan orang lain. Upaya ini sering kali melibatkan keterlibatan masyarakat yang paling terkena dampak wabah. </p>
<p>Sayangnya, karena komunitas ini sangat terpengaruh oleh infeksi dan cenderung <a href="https://www.ama-assn.org/delivering-care/health-equity/impact-covid-19-minoritized-and-marginalized-communities">mengalami beberapa bentuk ketidakadilan</a>, mereka sering disalahkan oleh masyarakat karena menyebarkan penyakit.</p>
<p>COVID-19 mendorong peningkatan kejahatan rasial terkait pandemi terhadap <a href="https://doi.org/10.1007/s12103-020-09545-1">komunitas Cina dan Asia lainnya</a> di Amerika Serikat. <a href="https://healthpolicy.ucla.edu/newsroom/press-releases/pages/details.aspx">Survei UCLA 2022</a> menemukan bahwa 8% orang dewasa Asia-Amerika dan Kepulauan Pasifik di California mengalami insiden kebencian terkait COVID-19 .</p>
<p>Pesan kesehatan masyarakat yang efektif dapat berfokus pada fakta bahwa sementara infeksi pertama kali dapat mempengaruhi kelompok orang tertentu, infeksi sering kali <a href="https://doi.org/10.1098/rstb.2014.0111">menyebar ke kelompok lain</a> dan akhirnya mencakup seluruh komunitas. </p>
<p>Infeksi disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur. Mereka tidak membeda-bedakan berdasarkan ras, jenis kelamin atau orientasi seksual. Pesan yang berfokus pada patogen, bukan komunitas, dapat mengurangi stigma.</p>
<p><a href="https://www.cdc.gov/poxvirus/monkeypox/resources/reducing-stigma.html">Pesan yang inklusif secara visual</a> juga cenderung melibatkan lebih banyak komunitas. Contohnya, orang-orang yang diwakili dalam poster dan selebaran, gambar di TV dan situs web, serta materi informasi lainnya berasal dari latar belakang yang berbeda. Ini mengirimkan pesan yang lebih terpadu bahwa apa yang mempengaruhi individu juga mempengaruhi komunitas yang lebih besar.</p>
<h2>Menghindari kesalahan dan ketakutan</h2>
<p>Banyak media, terutama di media sosial, menggunakan <a href="https://theconversation.com/does-scaring-people-work-when-it-comes-to-health-messaging-a-communication-researcher%20-explains-how-its-gone-wrong-selama-the-covid-19-pandemic-174287">pesan berbasis rasa takut</a> untuk melaporkan penyakit menular. Meski hal ini dapat memperkuat perilaku protektif tertentu, seperti menggunakan kondom saat berhubungan seks, pesan ini juga dapat meningkatkan stres dan kecemasan. </p>
<p>Pesan berbasis rasa takut juga <a href="http://dx.doi.org/10.1136/bmjgh-2019-001911">memperburuk stigma</a>, yang mengarah pada peningkatan diskriminasi terhadap komunitas yang sudah rentan dan tidak percaya pada layanan kesehatan. Pada akhirnya, hal ini menurunkan minat pencarian perawatan kesehatan dan dapat memperburuk hasil kesehatan.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/TRGZcNMR24o?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Menormalkan kesehatan seksual dapat membantu mengurangi stigma seputar infeksi menular seksual.</span></figcaption>
</figure>
<p>Pejabat kesehatan masyarakat sering menggunakan pesan berbasis rasa takut sebagai respons terhadap infeksi menular seksual, atau IMS, seperti <a href="https://doi.org/10.1016%2FS2352-3018(21)00078-3">HIV</a>, <a href="http://dx.doi.org/10.1080/01292986.2017.1384030">chlamydia</a> dan <a href="https://doi.org/10.1080/01292980600857831">kencing nanah</a>. Seks itu sendiri <a href="https://magazine.jhsph.edu/2022/stigmas-toll-sexual-and-reproductive-health">sangat distigmatisasi</a> oleh masyarakat. Saya telah menemukan bahwa beberapa pasien saya lebih memilih untuk menghindari tes dan pengobatan IMS ketimbang berurusan dengan <a href="https://www.verywellhealth.com/the-stigma-stds-have-%20dalam%20masyarakat-3133101">rasa malu memiliki IMS</a>.</p>
<p>Melakukan tes kesehatan seksual dan IMS <a href="https://doi.org/10.1016/j.eclinm.2021.100764">secara rutin dan integral</a> sebagian bagian dari kesehatan dan kebugaran manusia merupakan langkah penting untuk mengurangi stigma. Demikian pula, pesan yang menormalkan tantangan yang dihadapi oleh orang yang berisiko terkena infeksi tertentu dapat membantu menghindari rasa malu.</p>
<h2>Menyesuaikan pesan</h2>
<p>Infeksi mempengaruhi orang-orang secara berbeda. <a href="https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/need-extra-precautions/people-with-medical-conditions.html">COVID-19</a> mungkin membuat hidung tersumbat ringan untuk satu orang, tapi juga membuat orang lainnya dirawat di unit perawatan intensif yang terhubung ke ventilator selama berbulan-bulan. Pesan yang <a href="https://www.hsph.harvard.edu/ecpe/the-importance-of-getting-the-message-right-in-your-risk-communication-strategy/">berfokus pada keberhasilan</a> intervensi medis dan kesehatan masyarakat yang menggema dengan masyarakat kemungkinan besar akan berhasil.</p>
<p>Kelompok yang berbeda memiliki risiko paparan yang berbeda pula. Pada 2022, mpox sangat mempengaruhi laki-laki gay dan biseksual. Salah satu alasannya terkait dengan cara penularan virus. <a href="https://www.cdc.gov/poxvirus/monkeypox/if-sick/transmission.html#">Penelitian sebelumnya</a> menunjukkan bahwa mpox sebagian besar ditularkan melalui kontak kulit-ke-kulit yang dekat. </p>
<p>Namun, <a href="https://www.nbcnews.com/nbc-out/out-health-and-wellness/sex-men-not-skin-contact-fueling-monkeypox-new-research-suggests-rcna43484">studi yang baru</a> mencoba mempertanyakan apakah wabah tersebut lebih didorong oleh penularan seksual.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/500109/original/file-20221209-40125-yviwsg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Person passing poster with health information on mpox" src="https://images.theconversation.com/files/500109/original/file-20221209-40125-yviwsg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/500109/original/file-20221209-40125-yviwsg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=394&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/500109/original/file-20221209-40125-yviwsg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=394&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/500109/original/file-20221209-40125-yviwsg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=394&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/500109/original/file-20221209-40125-yviwsg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=495&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/500109/original/file-20221209-40125-yviwsg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=495&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/500109/original/file-20221209-40125-yviwsg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=495&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Wabah mpox 2022 sebagian besar menyerang laki-laki gay dan biseksual.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/poster-on-commercial-street-in-provincetown-ma-on-the-issue-news-photo/1242177865">Jonathan Wiggs/The Boston Globe via Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ada <a href="https://www.npr.org/2022/07/26/1113713684/monkeypox-stigma-gay-community">kontroversi</a> mengenai apakah pesan kesehatan masyarakat harus menyoroti hubungan seksual sebagai jalur penularan potensial. Pasalnya, sorotan tersebut berisiko memperburuk stigma terhadap laki-laki gay dan biseksual. </p>
<p>Namun, di sisi lain, jika tidak disebutkan, maka kelompok yang tergolong berisiko ini berpotensi terabaikan. <a href="https://www.scientificamerican.com/article/monkeypox-is-a-sexually-transmitted-infection-and-knowing-that-can-help-protect-people">Beberapa pihak berpendapat</a> bahwa upaya mempromosikan pesan bahwa mpox ditularkan melalui kontak dekat akan mencegah sumber daya dan intervensi menjangkau kelompok orang yang paling terkena dampak penyakit ini.</p>
<p>Satu ukuran tidak selalu cocok untuk semua pesan kesehatan masyarakat. Beberapa pesan mungkin diperlukan untuk kelompok orang yang berbeda berdasarkan risiko infeksi atau penyakit parah. Survei Pusat Pengendalian dan Infeksi Penyakit (CDC) AS pada Agustus 2022 menemukan bahwa <a href="http://dx.doi.org/10.15585/mmwr.mm7135e1">50% laki-laki gay dan biseksual</a> mengurangi hubungan seksual mereka sebagai tanggapan terhadap wabah mpox. Sejak akhir musim panas, <a href="https://www.npr.org/sections/health-shots/2022/08/26/1119659681/early-signs-suggest-monkeypox-may-be-slowing-in-the-u-s">tingkat mox telah menurun</a> dengan cepat, dan banyak ahli berpikir bahwa perubahan perilaku dan vaksinasi mungkin telah berkontribusi pada penurunan angka tersebut. Studi seperti ini semakin mendukung pentingnya terlibat langsung dengan masyarakat untuk mendorong perubahan perilaku yang sehat.</p>
<h2>Pembawa pesan tepercaya</h2>
<p>Ketidakpercayaan juga merupakan penghalang untuk pengiriman pesan yang efektif. Beberapa komunitas mungkin tidak mempercayai sistem medis dan perawatan kesehatan karena riwayat eksploitasi sebelumnya, seperti <a href="https://www.mcgill.ca/oss/article/history/40-years-human-experimentation-america-tuskegee-study">studi Tuskegee</a>, di mana para peneliti mencegah peserta kulit hitam menerima pengobatan sifilis selama beberapa dekade pada pertengahan abad ke-20, dan ketakutan yang terus berlanjut akan penganiayaan.</p>
<p>Mengidentifikasi pejuang komunitas dan penyedia layanan kesehatan yang tepercaya – terutama yang tergabung dalam komunitas tersebut – untuk menyampaikan pesan kesehatan masyarakat dapat meningkatkan penerimaannya. </p>
<p>Satu <a href="https://doi.org/10.1257/aer.20181446">studi tahun 2019</a>, misalnya, menemukan bahwa laki-laki kulit hitam lebih cenderung menerima vaksin, saran medis, dan terlibat dalam layanan perawatan kesehatan jika mereka memiliki akses terhadap tenaga kesehatan berkulit hitam.</p>
<p>Menyampaikan pesan kesehatan masyarakat secara efektif adalah proses yang rumit dan menantang. Namun, upaya untuk berbicara dan mendengarkan komunitas yang paling terkena dampak wabah bisa membuat sebuah perbedaan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/196748/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Ken Ho tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Mengidentifikasi pejuang komunitas dan penyedia layanan kesehatan yang tepercaya untuk menyampaikan pesan kesehatan masyarakat dapat meningkatkan penerimaannya.Ken Ho, Assistant Professor of Infectious Diseases, University of PittsburghLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1961412022-12-08T03:00:34Z2022-12-08T03:00:34ZTwitter mencabut larangan misinformasi COVID: ini risiko besar bagi kesehatan masyarakat<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/499487/original/file-20221207-22-8jjsi8.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pembatasan misinformasi COVID-19 di Twitter telah dinonaktifkan. </span> <span class="attribution"><span class="source">Foto AP/Jeff Chiu</span></span></figcaption></figure><p>Para peneliti dan pakar kesehatan masyarakat sangat prihatin tentang kemungkinan dampak dari keputusan Twitter untuk tidak lagi menegakkan <a href="https://www.washingtonpost.com/technology/2022/11/29/twitter-covid-misinformation-policy/">kebijakan misinformasi COVID-19</a>. Kebijakan itu diunggah secara diam-diam di halaman aturan situs, dan terdaftar efektif per 23 November 2022. </p>
<p>Misinformasi kesehatan bukanlah hal baru. Kasus klasiknya adalah misinformasi yang sempat dinyatakan benar tapi sekarang tidak terbukti. Misalnya <a href="https://www.nature.com/articles/d41586-020-02989-9">hubungan antara autisme dan vaksin MMR</a> berdasarkan studi yang tidak kredibel terbitan 1998. </p>
<p>Informasi yang salah tersebut berdampak parah bagi kesehatan masyarakat. Misalnya, negara-negara dengan gerakan anti-vaksin yang cukup kuat ke vaksin difteri-tetanus-pertusis (DTP) <a href="https://doi.org/10.1016/s0140-6736(97)04334-1">menghadapi insiden pertusis yang lebih tinggi</a> pada akhir abad ke-20.</p>
<p>Sebagai <a href="https://scholar.google.com/citations?user=JpFHYKcAAAAJ&hl=en">peneliti yang mempelajari media sosial</a>, saya percaya bahwa mengurangi moderasi konten adalah langkah signifikan ke arah yang salah. Apalagi, pertempuran yang dihadapi platform media sosial dalam memerangi misinformasi dan disinformasi semakin intens. Dalam misinformasi medis, pertaruhannya lebih tinggi.</p>
<h2>Misinformasi di media sosial</h2>
<p>Ada tiga perbedaan utama antara bentuk misinformasi sebelumnya dan misinformasi yang tersebar di media sosial.</p>
<p><strong>Pertama,</strong> media sosial memungkinkan misinformasi <a href="https://doi.org/10.1038/s41598-020-73510-5">menyebar dalam skala, kecepatan, dan cakupan yang jauh lebih besar</a>.</p>
<p><strong>Kedua,</strong> konten yang sensasional dan memicu emosi <a href="https://doi.org/10.1038/s41598-021-01813-2">lebih cenderung menjadi viral di media sosial</a>, sehingga kebohongan lebih mudah menyebar daripada kebenaran.</p>
<p><strong>Ketiga,</strong> platform digital seperti Twitter <a href="https://doi.org/10.1145/3449152">memainkan peran <em>gatekeeping</em> (menjaga gawang)</a> dalam cara mereka menggabungkan, menyusun, dan memperkuat konten. Ini berarti informasi yang salah tentang topik yang memicu emosi, seperti vaksin, dapat dengan mudah menarik perhatian.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/gE9dFM4Bs0k?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Cara menemukan informasi yang salah secara online.</span></figcaption>
</figure>
<p>Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut penyebaran misinformasi selama pandemi sebagai <a href="https://www.who.int/health-topics/infodemic#tab=tab_1">infodemik</a>. Ada banyak bukti bahwa misinformasi terkait COVID-19 di media sosial <a href="https://doi.org/10.2196/37367">mengurangi penggunaan vaksin</a>. Pakar kesehatan masyarakat telah memperingatkan bahwa misinformasi di media sosial <a href="https://doi.org/10.2196/30642">sangat menghambat kemajuan</a> menuju kekebalan kawanan (<em>herd immunity</em>), melemahkan kemampuan masyarakat untuk menangani varian baru COVID-19.</p>
<p>Misinformasi di media sosial <a href="http://dx.doi.org/10.1136/bmjgh-2020-004206">memicu keraguan publik</a> tentang keamanan vaksin. Studi menunjukkan bahwa keragu-raguan vaksin COVID-19 didorong oleh <a href="https://doi.org/10.3390/vaccines9060593">kesalahpahaman tentang kekebalan kawanan dan kepercayaan pada teori konspirasi</a>.</p>
<h2>Memerangi misinformasi</h2>
<p>Kebijakan dan sikap moderasi konten platform media sosial terhadap informasi yang salah sangat penting untuk memerangi misinformasi. Ketiadaan kebijakan moderasi konten yang kuat di Twitter cenderung membuat algoritme kurasi dan rekomendasi konten yang meningkatkan penyebaran misinformasi dengan <a href="https://doi.org/10.1145/3449152">meningkatkan efek ruang gema</a>. Misalnya, algoritme mempertajam perbedaan paparan konten. Bias algoritme dalam sistem rekomendasi <a href="https://doi.org/10.1177/1461444818801010">juga dapat semakin menonjolkan disparitas layanan kesehatan global</a> dan disparitas rasial dalam penyerapan vaksin.</p>
<p>Ada bukti bahwa beberapa platform yang kurang diatur seperti Gab, media sosial AS yang basis penggunannya adalah warga sayap kanan, <a href="https://www.nature.com/articles/s41598-020-73510-5/tables/2">memperkuat dampak paparan informasi dari sumber yang tidak dapat diandalkan</a> dan meningkatkan misinformasi COVID-19. </p>
<p>Ada juga bukti bahwa ekosistem misinformasi dapat memikat pengguna platform media sosial yang berinvestasi dalam moderasi konten <a href="https://doi.org/10.1038/d41586-020-01452-z">untuk menerima misinformasi</a> dari platform yang lebih sedikit melakukan moderasi.</p>
<p>Bahayanya bukan cuma wacana anti-vaksin yang lebih besar di Twitter. Pidato-pidato “beracun” dapat menyebar ke platform online lain yang mungkin berinvestasi dalam memerangi misinformasi medis.</p>
<p>Pemantau vaksin COVID-19 Kaiser Family Foundation mengungkapkan bahwa kepercayaan publik terhadap informasi COVID-19 dari sumber resmi seperti pemerintah <a href="https://www.kff.org/coronavirus-covid-19/dashboard/kff-%20covid-19-vaccine-monitor-dashboard/#(mis)information">telah turun secara signifikan</a>, dengan konsekuensi serius bagi kesehatan masyarakat. Misalnya, kepercayaan pemilih Partai Republik AS terhadap Badan Pengawasan Obat-Obatan dan Makanan AS (FDA) menurun dari 62% menjadi 43% selama Desember 2020 - Oktober 2022.</p>
<p>Pada 2021, <a href="https://www.hhs.gov/sites/default/files/surgeon-general-misinformation-advisory.pdf">seorang penasihat Surgeon General (Departemen Kesehatan dan Layanan Masyarakat) AS</a> mengidentifikasi bahwa kebijakan moderasi konten platform media sosial perlu:</p>
<ul>
<li>memperhatikan desain algoritma rekomendasi.</li>
<li>memprioritaskan deteksi dini misinformasi.</li>
<li>memperkuat informasi dari sumber informasi kesehatan online yang kredibel.</li>
</ul>
<p>Prioritas ini memerlukan <a href="https://nam.edu/identifying-credible-sources-of-health-information-in-social-media-principles-and-attributes/">kemitraan antara organisasi layanan kesehatan dan platform media sosial</a> untuk mengembangkan pedoman praktik terbaik untuk mengatasi misinformasi kesehatan. Pengembangan dan penegakan kebijakan moderasi konten yang efektif membutuhkan perencanaan dan sumber daya.</p>
<p>Berdasarkan apa yang diketahui para peneliti tentang misinformasi COVID-19 di Twitter, saya percaya bahwa pengumuman bahwa perusahaan ini tidak akan lagi melarang misinformasi terkait COVID-19 adalah menyusahkan, lebih buruk dari yang saya katakan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/196141/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Anjana Susarla tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Kebijakan dan sikap moderasi konten platform media sosial terhadap informasi yang salah (misinformasi) sangat penting untuk memerangi misinformasi.Anjana Susarla, Professor of Information Systems, Michigan State UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1942622022-11-15T05:21:07Z2022-11-15T05:21:07ZIlmuwan dunia serukan 4 rekomendasi sebagai tindak lanjut G20 2022 di Bali<p>Seiring bertambah <a href="https://theconversation.com/menjelang-cop27-tiga-peringatan-dari-ilmuwan-iklim-ke-para-pemimpin-dunia-193872">parahnya krisis iklim</a>, dan setelah <a href="https://theconversation.com/covid-19-recovery-some-economies-will-take-longer-to-rebound-this-is-bad-for-everyone-162023">diporak-porandakan COVID-19</a>, dunia makin menyadari pentingya kesiapan pandemi dan ketahanan iklim global. Namun, meski <a href="https://theconversation.com/tiga-model-solusi-atasi-kerentanan-kesehatan-dunia-yang-makin-kompleks-dan-lintas-disiplin-191349">berdampak luas dan saling terkait</a>, hingga kini masih sedikit solusi efektif dan kolaboratif berbasis sains dari negara-negara dunia untuk mengatasi dua tantangan tersebut.</p>
<p><a href="https://theconversation.com/g20-tersulit-dalam-sejarah-mampukah-indonesia-mengakhiri-konferensi-internasional-ini-dengan-sukses-194028">Peran Indonesia pada G20 tahun ini</a> menjadi momentum yang strategis bagi pemerintah bersama komunitas sains Indonesia dan dunia untuk memimpin upaya ini.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/g20-2022-bali-memahami-istilah-penting-dan-tujuan-berkumpulnya-kepala-negara-ekonomi-terbesar-di-dunia-194342">G20 2022 Bali: memahami istilah penting dan tujuan berkumpulnya kepala negara ekonomi terbesar di dunia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Pada tahun ini, misalnya, kesiapan pandemi dan ketahanan iklim global menjadi prioritas utama <a href="https://s20indonesia.org"><em>Science20</em> (S20)</a> – salah satu kelompok keterlibatan (<em>engagement group</em>) G20 – yang kepemimpinannya tahun ini dipegang <a href="https://aipi.or.id">Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI)</a>.</p>
<p>Lewat rangkaian forum resmi antara komunitas sains anggota G20, kami para ilmuwan S20 menerbitkan rekomendasi kebijakan kesehatan dan iklim global yang kami tuangkan dalam <a href="https://www.science.org.au/files/userfiles/about/documents/s20-communique-final-22-sept-2022.pdf">Deklarasi S20</a> (<em>S20 Communique</em>).</p>
<p>Ada beberapa hal yang kami rekomendasikan untuk menjadi prioritas para pemimpin negara G20. Ini termasuk membangun sistem kesehatan global, memperkuat sains dan teknologi multidisiplin, hingga memperkuat kesinambungan riset dan kebijakan untuk iklim, pandemi, dan ekonomi.</p>
<p>Sebagai pemegang presidensi G20 tahun ini, bagaimana Indonesia dapat mendorong komunitas internasional mewujudkan agenda penting tersebut?</p>
<p>Saya bersama para ilmuwan S20 merekomendasikan setidaknya 4 langkah yang bisa dilakukan oleh Indonesia dengan melibatkan negara dan komunitas sains global.</p>
<p><strong>1. Tegaskan komitmen terhadap kebijakan berbasis sains</strong></p>
<p>Dalam gelaran G20, Indonesia perlu mengajak para pemimpin negara untuk berkomitmen melaksanakan rekomendasi ilmuwan dalam Deklarasi S20. KTT G20 pada pertengahan November ini menjadi momentum yang tepat untuk menegaskan komitmen ini.</p>
<p>Tanpa komitmen bersama, buah pikir dan kesepakatan para ilmuwan dunia yang terkumpul selama proses panjang G20 hanya akan menjadi sekedar formalitas dan pernyataan hampa.</p>
<p>Presiden Joko “Jokowi” Widodo juga harus menghentikan tren antisains yang <a href="https://theconversation.com/data-bicara-setidaknya-64-dosen-mahasiswa-dan-individu-lain-jadi-korban-pelanggaran-kebebasan-akademik-selama-2019-2022-193722">banyak terjadi</a> di era pemerintahannya – dari <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200822183537-20-538156/akun-epidemiolog-pandu-riono-diretas-dunia-akademis-terancam">represi kritik terhadap penanganan pandemi</a> hingga <a href="https://theconversation.com/dari-pencekalan-hingga-deportasi-ilmuwan-mengapa-represi-antisains-menteri-siti-nurbaya-terus-menguat-191082">pencekalan peneliti lingkungan</a>. </p>
<p>Apalagi di tengah peringatan keras para peneliti akan parahnya krisis iklim di <a href="https://theconversation.com/menjelang-cop27-tiga-peringatan-dari-ilmuwan-iklim-ke-para-pemimpin-dunia-193872">Konferensi Iklim PBB (COP27)</a> belum lama ini, ditambah pengalaman COVID-19, menjadi syarat mutlak bagi Indonesia dan negara dunia untuk menempatkan sains dalam perumusan kebijakan kesehatan dan iklim.</p>
<p><strong>2. Dorong sistem kesehatan dunia yang tahan krisis</strong></p>
<p>Seperti yang kami tuangkan dalam Deklarasi S20, pandemi COVID-19 telah menjadi alarm bahwa infrastruktur kesehatan kita – dari level nasional hingga global – <a href="https://theconversation.com/we-were-on-a-global-panel-looking-at-the-staggering-costs-of-covid-17-7m-deaths-and-counting-here-are-11-ways-to-stop-history-repeating-itself-190658">masih cukup rapuh</a>. </p>
<p>Ketergantungan pada kebijakan yang reaktif, ketimbang pencegahan dan kesiapan global, telah membuat banyak negara gagal membendung krisis kesehatan global.</p>
<p>Oleh karena itu, Indonesia perlu mendorong negara G20 dan komunitas sains internasional untuk memastikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkoordinasikan sistem kesehatan global yang resilien terhadap ancaman kesehatan dunia.</p>
<p>Beberapa inisatif kesehatan global – termasuk <a href="https://www.who.int/news/item/17-10-2022-one-health-joint-plan-of-action-launched-to-address-health-threats-to-humans--animals--plants-and-environment"><em>‘One Health’ Joint Plan of Action</em></a> gagasan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) lain yang berupaya melawan ancaman kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan secara terintegrasi – kini mulai mempertimbangkan hal di atas. Prinsip-prinsip Deklarasi S20 bisa memperkuat inisiatif semacam itu dan menjadi landasan untuk inisiatif WHO lainnya.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/g20-sektor-kesehatan-4-strategi-memperkuat-respons-warga-untuk-melawan-pandemi-masa-depan-183375">G20 Sektor Kesehatan: 4 strategi memperkuat respons warga untuk melawan pandemi masa depan</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>WHO juga wajib memetakan pusat-pusat unggulan riset kesehatan setiap negara dan memastikan terjadinya keterhubungan di antara sistem kesehatan tersebut. Selama pandemi, misalnya, kita mulai melihat beragam kerja sama yang krusial dalam membendung COVID-19 – dari <a href="https://theconversation.com/sains-terbuka-mendorong-riset-global-untuk-hadapi-coronavirus-mengapa-peran-indonesia-minim-131615">pembagian data genom virus</a> via bank genetik hingga <a href="https://myhealth.ucsd.edu/Coronavirus/134,263">kolaborasi pembuatan vaksin</a>.</p>
<p>Dengan prinsip-prinsip Deklarasi S20 lainnya seperti sistem “alarm pandemi” global, kemudahan akses data terbuka antara beragam insitusi riset, dan rantai pasok vaksin dan obat yang lebih siap, harapannya setiap negara bisa merespons krisis dengan lebih cepat di tingkat lokal.</p>
<p><strong>3. Bangun ekonomi pascapandemi secara berkelanjutan</strong></p>
<p>Langkah ketiga yang harus dilakukan Indonesia bersama para pemimpin dunia, terutama dalam membangun ketahanan iklim global, adalah menekankan keberlanjutan dalam pembangunan ekonomi G20 selepas COVID-19.</p>
<p>Para pemimpin dunia perlu menggencarkan <a href="https://theconversation.com/negara-maju-harus-ambil-peran-lebih-banyak-dalam-perubahan-iklim-122214">komitmen mereka masing-masing</a> – misalnya seperti yang tertuang dalam dokumen komitmen iklim (<a href="https://theconversation.com/kesepakatan-cop26-glasgow-memuat-4-poin-penting-apakah-aksi-iklim-indonesia-sudah-sesuai-jalur-172206"><em>Nationally Determined Contribution</em></a>, atau NDC) tiap negara – untuk memastikan pemangkasan emisi karbon dan transisi hijau dalam aktivitas ekonomi yang spesifik pada situasi lokal. </p>
<p>Penekanan krisis iklim sebagai ancaman eksistensial, sebagaimana tertuang dalam Deklarasi S20, harus menjadi pengingat kembali bagi Indonesia dan pimpinan G20 atas target-target yang sebelumnya sudah tertuang dalam <a href="https://theconversation.com/apa-itu-cop27-ini-penjelasan-istilah-istilah-rumit-dalam-konferensi-iklim-tahunan-dunia-193744">Perjanjian Paris</a> dan <a href="https://sdgs.un.org/goals">Target Pembangunan Berkelanjutan (SDGs 2030)</a>. </p>
<p>Slogan yang diusung Indonesia dan negara G20 tahun ini, misalnya, yakni “Pulih Bersama, Lebih Kuat,” sulit tercapai jika dalam upaya mendongkrak produktivitas dan membangun infrastruktur, pembuat kebijakan tidak berupaya meraih emisi bebas karbon (<em>net-zero</em>).</p>
<p><strong>4. Membangun jaringan pendanaan riset kesehatan dan iklim yang multidisiplin</strong></p>
<p>Mencegah, mengantisipasi, dan merespons tantangan kompleks seperti pandemi dan perubahan iklim membutuhkan pendekatan multisektor dan <a href="https://theconversation.com/the-one-health-concept-must-prevail-to-allow-us-to-prevent-pandemics-148378">multidisiplin</a>. Namun, pendanaan riset di tingkat negara G20 maupun global cenderung belum banyak menarget inisiatif riset – terutama kesehatan, energi, dan iklim – yang lintas disiplin. </p>
<p>Oleh karena itu, Indonesia melalui AIPI sebagai pimpinan S20 tahun ini dapat mendorong terbentuknya konsorsium dan sistem pendanaan riset multidisiplin di antara ilmuwan negara G20 maupun lebih luas, terutama yang bertujuan untuk mendukung mitigasi krisis iklim dan kesiapan pandemi.</p>
<p>Ini penting karena pembuatan kebijakan iklim dan pandemi memerlukan <a href="https://theconversation.com/why-science-needs-the-humanities-to-solve-climate-change-113832">perspektif ilmu sosial dan humaniora</a> agar tetap inklusif dan menjamin tidak ada satupun <a href="https://minorityrights.org/wp-content/uploads/old-site-downloads/download-524-The-Impact-of-Climate-Change-on-Minorities-and-Indigenous-Peoples.pdf">orang yang tertinggal</a>.</p>
<p>Berbagi dukungan finansial, pengetahuan, dan teknologi – tentu disertai dengan prinsip keterbukaan dan akses data – juga menjadi langkah wajib untuk mendukung agenda riset multidisiplin dalam isu kesehatan dan iklim.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/194262/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Berry Juliandi tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Di gelaran G20 2022, kesiapan pandemi dan ketahanan iklim global menjadi prioritas utama para ilmuwan dunia. Berikut 4 rekomendasi kami untuk Indonesia dan negara-negara dunia.Berry Juliandi, Dean, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, IPB UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1833752022-11-15T04:55:16Z2022-11-15T04:55:16ZG20 Sektor Kesehatan: 4 strategi memperkuat respons warga untuk melawan pandemi masa depan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/495275/original/file-20221115-17-4lej43.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Presiden Joko Widodo (tengah) membuka secara resmi KTT G20 Indonesia 2022 di Nusa Dua, Bali, 15 November 2022. Keputusan pemimpin anggota G20 mempengaruhi sistem kesehatan global.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://branda.antaranews.com/data/content_photo_wire.php?pubid=1668480306&getcod=dom">ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/Aditya Pradana Putra/wsj</a></span></figcaption></figure><p>Salah satu agenda utama Sektor Kesehatan Presidensi G20 Indonesia dalam Konferensi Tingkat Tinggi pemimpin negara G20 di Bali, 15-16 November 2022, adalah <a href="https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20211217/3139002/memperkuat-arsitektur-kesehatan-global-agenda-utama-sektor-kesehatan-presidensi-g20/">memperkuat arsitektur kesehatan global</a>. </p>
<p>Agenda tersebut mencakup (1) membangun ketahanan sistem kesehatan global, (2) menyelaraskan protokol kesehatan global dan (3) membangun pusat manufaktur dan pengetahuan untuk pencegahan, kesiap-siagaan dan respons terhadap pandemi. </p>
<p>Hampir tiga tahun pandemi COVID-19 memberi pelajaran penting untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat saat ini dan ke depan melalui sistem kesehatan yang jauh lebih kuat. Sebab, saat sistem kesehatan roboh akibat badai pandemi, maka kesehatan penduduk makin buruk dan kematian makin tinggi. </p>
<p>Bentuk arsitektur kesehatan masyarakat yang kuat akan terbentuk jika ada kebijakan untuk memaksimalkan fungsi “koridor” yang menghubungkan sektor keuangan, pejabat kesehatan, dan aktor-aktor masyarakat, termasuk relawan. Fungsi “koridor” kemungkinan besar dapat mendorong ketepatan waktu dan efektivitas tanggapan warga terhadap krisis kesehatan nasional dan global.</p>
<p>Dalam kasus pemulihan pasien dengan penyakit kronis, riset <a href="https://openresearch-repository.anu.edu.au/handle/1885/212365">saya di Yogyakarta menunjukkan</a> optimalisasi fungsi “koridor” berkontribusi pada penyembuhan. Hubungan seperti ini dapat memperkuat bangunan sistem pelayanan kesehatan nasional yang terbukti hampir kolaps saat pandemi.</p>
<h2>Koridor dalam layanan kesehatan</h2>
<p>Konsep modern arsitektur meyakini bentuk mengikuti fungsi. </p>
<p>Dalam konteks Indonesia, bangunan sistem kesehatan masyarakat dengan arsitektur tangguh harus mengoptimalkan fungsi “koridor”, lorong atau tempat terbuka yang menghubungkan ruang satu dengan yang lain.</p>
<p>Jika menyusuri koridor rumah sakit umum, kita sering temui keluarga pasien, sanak saudara atau tetangga yang siap menawarkan tawa sumringah pengobat sakit dan sepi. Di ruang atau sudut koridor rumah sakit inilah sering kita temui kekuatan emosi yang sangat dekat, ramah, dan bersahabat. Kekuatan emosi dan kepedulian tinggi yang jarang dirasakan meski di bangsal mewah. </p>
<p>“Koridor” adalah metafora pertemuan semangat kepedulian warga (<em>caring</em>) dengan profesionalisme tenaga kesehatan yang memberikan layanan kesehatan kepada pasien. Kolaborasi antara kekuatan emosional dan penyembuhan fisik (<em>curing</em>) ini dibutuhkan agar mobilisasi sumber daya dan kondisi kesehatan warga terfasilitasi dengan baik dan efisien. </p>
<p><a href="https://www.emerald.com/insight/content/doi/10.1108/IJOPM-08-2021-0555/full/html">Riset di Yogyakarta menunjukkan</a> pandemi memberi pelajaran pentingnya bentuk organisasi yang solid di tingkat lokal untuk menjangkau warga yang tidak terlayani. Organisasi lokal ini berfungsi mengumpulkan kekuatan sosial-spiritual untuk bertahan serta bangkit dari krisis kesehatan. </p>
<p>Dari <a href="https://www.antaranews.com/berita/3235401/menkes-sebut-pandemic-fund-capaian-tersukses-g20-bidang-kesehatan">Pendanaan Pandemi</a> yang baru-baru ini terbentuk, perlu ada yang dialokasikan untuk memaksimalkan fungsi “koridor” tersebut.</p>
<h2>Empat strategi lokal</h2>
<p>Pandemi COVID 19 membuktikan adanya ketergantungan antarnegara dan antarmanusia. Karena penyebaran penyakit menular tidak mengenal perbatasan antarnegara, perlu adanya transformasi kesehatan global yang mengharuskan tiap-tiap negara mempersiapkan fondasi kuat untuk pembangunan berkelanjutan. </p>
<p>Sejumlah ahli telah mengajukan usulan untuk <a href="https://journals.plos.org/plosmedicine/article?id=10.1371/journal.pmed.1003564">memperkuat arsitektur kesehatan global pasca pandemi COVID-19.</a> yakni berinvestasi yang lebih baik untuk menghadapi pandemi mendatang, mengurangi kekerasan struktural dan ketimpangan sosial, membangun pelayanan kesehatan universal, serta menaikkan daya lenting sistem pelayanan kesehatan dan menumbuhkan tanggung jawab sosial. </p>
<p>Dalam konteks Indonesia, untuk memperkuat sistem kesehatan global lebih inklusif, berkeadilan, dan responsif terhadap krisis, setidaknya ada empat strategi nasional yang berorientasi lokal melalui optimalisasi fungsi “koridor”. </p>
<p><strong>Pertama</strong>, pemerintah perlu mempererat kerja sama dengan tokoh masyarakat seperti pemuka agama untuk menjalankan komunikasi risiko dan keterlibatan masyarakat sebagai <a href="https://www.who.int/publications/i/item/critical-preparedness-readiness-and-response-actions-for-covid-19">salah satu area prioritas penanganan pandemi</a>. </p>
<p>Kita perlu melibatkan mereka untuk mengedukasi masyarakat <a href="https://perpustakaan.bnpb.go.id/bulian/index.php?p=show_detail&id=1999">dalam pencegahan, surveilans, dan pengendalian penyakit</a>. Pendekatan terhadap tokoh masyarakat dapat disesuaikan dengan kearifan lokal.</p>
<p>Tokoh masyarakat, khususnya perempuan, adalah <a href="https://www.newmandala.org/wp-content/uploads/2021/07/SEARBO_Meckelburg_Policy-brief-paper.pdf">aktor vital dalam merespons krisis kesehatan</a>. Ketahanan dan kepemimpinan perempuan dalam mitigasi COVID-19 telah banyak teruji, tapi tak pernah benar-benar dihargai.</p>
<p>Di Yogyakarta, perempuan melakukan aksi ‘greteh’ (cerewet) yang disalurkan melalui WhatsApp Group warga. Para tokoh perempuan di sebuah dusun di Bantul membagi media edukasi pencegahan penyakit secara online <a href="https://sonjo.id/en/sonjo-migunani-en/the-power-of-greteh-the-role-of-pkk-in-enforcing-health-protocols/">di WhatsApp untuk mengingatkan warga menjaga protokol kesehatan 5M tanpa lelah</a></p>
<p>Ketika ketersediaan tempat tidur di rumah sakit habis, para perempuan bersama kader kesehatan, satuan tugas dan pemuda bahu-membahu <a href="https://bantulkab.go.id/berita/detail/4674/whatsapp-group-membantu-pengawasan-pasien-covid-di-shelter-sumbermulyo.html">membuat <em>shelter</em> dan menampung warga yang terkena COVID-19</a>. Mereka memasak makanan, mengecek saturasi, bahkan memasang dan melepas selang oksigen para pasien COVID. </p>
<p>Para perempuan ini menemani ‘pasien shelter’ dengan <a href="https://wahyudiahadi.com/book/melawan-covid-dari-desa/">semangat dan mengajak tetangga atau keluarga pasien untuk juga menjenguk</a>. Mereka mempelajari dan mempraktikan peran-peran pencegahan, pengobatan, dan rehabilitasi dengan cara otodidak, naluriah, dan menyerupai kegiatan klinis (<em>quasi-clinic</em>). </p>
<p><strong>Kedua</strong>, pemerintah harus terbuka dalam membuat koneksi berkelanjutan dengan kelompok non-formal untuk mengisi kekosongan ruang atau menjembatani gap antara kebutuhan warga dan sistem kesehatan yang sedang rapuh.</p>
<p><a href="https://sonjo.id/">Sambatan Jogja (SONJO)</a> merupakan salah satu gerakan sosial warga Yogyakarta selama pandemi yang menunjukkan bahwa inisiatif kepemimpinan di masyarakat mampu menjembatani jejaring kerja sosial kesehatan yang efisien. </p>
<p>Jaringan organisasi kerelawanan yang dipadukan dengan kepemimpinan di lapangan seperti peran lurah (termasuk istri lurah) dan pimpinan Puskesmas maupun rumah sakit rujukan merupakan koneksi yang klop. Kolaborasi ini memungkinkan ide-ide atau pemecahan masalah langsung dieksekusi di lapangan. </p>
<p>Tanpa adanya kepemimpinan kuat di lapangan, banyak ide atau permasalahan akan berhenti di tataran wacana karena tidak ada eksekutor. Upaya kerja ‘informal’ ini bersifat sangat dinamis sehingga akan sulit dilakukan dalam suasana birokrasi yang kaku dan berlapis-lapis untuk mengambil keputusan. </p>
<p>Kepemimpinan dalam gerakan SONJO telah melabrak sekat-sekat birokrasi. Mereka menggunakan jaringan pertemanan baru yang terafiliasi dalam institusi kesehatan, korporasi, universitas, organisasi profesi, pamong praja, pesantren, maupun individu (<em>penta helix</em>) yang memiliki simpati sosial untuk memenuhi kebutuhan warga akan pelayanan kesehatan. Mereka memasok kebutuhan akan tabung oksigen, transportasi ambulan, plasma konvalesen, dan bahkan peti mati.</p>
<p><strong>Ketiga</strong>, kita perlu mengaktifkan kembali peran aktor-aktor kesehatan seperti kader kesehatan, kader posyandu, atau satuan tugas di tingkat kelurahan dan desa. Kita perlu juga memperkuat peran relawan dari unsur organisasi kemasyarakatan, karang taruna, ibu-ibu PKK, dasawisma, pramuka, dan Palang Merah Remaja dalam konteks memonitor status kesehatan dasar masyarakat dan memantau kesehatan lingkungan. </p>
<p>Ketika puncak tertinggi pandemi COVID-19 varian Delta menyerang pada pertengahan 2021, fasilitas kesehatan yang kelebihan beban sangat terbantu dengan adanya <a href="https://www.liputan6.com/regional/read/4634842/kisah-karmini-ibu-rumah-tangga-asal-bantul-yang-jadi-sopir-ambulans-pasien-covid-19">para relawan ambulans untuk mengangkut pasien</a>. </p>
<p>Modal sosial ini dapat kita manfaatkan sekarang dan pasca-pandemi untuk menjaga akses masyarakat pada pelayanan kesehatan esensial tertentu. Misalnya kontrol kesehatan rutin, imunisasi dan kepedulian terhadap warga yang rentan seperti lansia, difabel, maupun <a href="https://theconversation.com/merawat-pasien-kanker-stadium-lanjut-di-rumah-lebih-baik-daripada-di-rumah-sakit-123771">perawatan paliatif (perawatan untuk mengurangi rasa sakit bagi pasien yang tidak bisa disembuhkan penyakitnya)</a>. Insentif dapat diberikan kepada kader dan relawan yang aktif baik berupa insentif finansial maupun non-finansial. </p>
<p><strong>Keempat</strong>, tenaga kesehatan seperti dokter, perawat, promotor kesehatan yang berafiliasi dengan institusi apapun harus terjun untuk meningkatkan literasi masyarakat. </p>
<p>Dalam setiap krisis kesehatan, informasi tidak akurat hingga hoaks selalu ada dan mudah menyebar. Literasi dapat mempengaruhi kemampuan masyarakat dalam menyaring informasi dan menentukan perilaku dan respons mereka selanjutnya. </p>
<p>Para kader kesehatan dan tokoh masyarakat dapat ditingkatkan kapasitasnya sehingga mampu menyadarkan masyarakat terkait pentingnya pengetahuan dan informasi kesehatan. Misalnya, ketika kasus pandemi sedang tinggi-tingginya, kelompok perempuan di Bantul mengubah lirik lagu lokal populer “Mendung Tanpo Udan”, dari musisi Ndarboy Genk dengan muatan promosi kesehatan yang sederhana dan mudah dipahami warga. </p>
<p>Pada akhirnya, konektivitas kekuatan masyarakat dengan petugas kesehatan sangat penting untuk mendorong mobilitas sumber daya sosial budaya selama pandemi.</p>
<p>Memperkuat fungsi “koridor” berarti membangun fondasi lokal yang kuat yang akan mampu menopang sistem kesehatan nasional dan memperkuat arsitektur kesehatan global.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/183375/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Modal sosial ini dapat dimanfaatkan sekarang dan pasca-pandemi untuk menjaga akses masyarakat pada pelayanan kesehatan esensial tertentu.Erlin Erlina, Lecturer Dept. Health Behaviour, Environment and Social Medicine, Universitas Gadjah Mada Ni Luh Putu Eka Putri Andayani, Dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan , Universitas Gadjah Mada Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1913452022-10-18T04:05:32Z2022-10-18T04:05:32ZPendekatan One Health untuk keamanan pangan dan kesehatan di Indonesia<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/490003/original/file-20221017-25-zx20v6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (kanan) membeli daging sapi untuk dibagikan kepada warga saat mengunjungi Pasar Badung di Denpasar, Bali, 21 September 2022. Indonesia meningkatkan volume impor daging sapi.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://branda.antaranews.com/data/content_photo_wire.php?pubid=1663738213&getcod=dom">ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/nz</a></span></figcaption></figure><p>Pandemi COVID-19 mengajarkan kepada kita bahwa meski komunitas ilmuwan telah berulang kali <a href="https://theconversation.com/konsep-one-health-harus-diutamakan-untuk-memungkinkan-kita-untuk-mencegah-pandemi-148448">memprediksi akan hadirnya penyebaran virus baru</a>, baik penyakit hewan yang dapat ditularkan ke manusia (zoonosis) maupun di luar itu, pemerintah belum mampu mengantisipasinya.</p>
<p>Padahal, Indonesia, menurut satu penelitian yang dimuat <a href="https://www.nature.com/articles/s41467-017-00923-8">Nature</a> pada 2017, merupakan salah satu potensi <em>hotspot</em> penyebaran penyakit menular yang berasal dari sebagian besar satwa liar dan melibatkan interaksi antara populasi satwa liar tersebut, hewan ternak, dan manusia.</p>
<p>Salah satu pendekatan untuk memahami masalah tersebut adalah <a href="https://doi.org/10.3389/fsufs.2020.00001"><em>One Health</em></a>. Ini sebuah konsep yang menjelaskan keterikatan kesehatan holistik antara manusia-hewan-lingkungan yang bertujuan untuk mengendalikan dan memerangi penyakit, menjamin ketahanan pangan, dan menjaga kualitas lingkungan.</p>
<h2>Tata kelola pangan</h2>
<p>Meski <a href="https://data.tempo.co/data/1440/akumulasi-kasus-covid-19-mei-2022-turun-76-persen-dibanding-bulan-sebelumnya">tren penyebaran COVID-19</a> telah menurun, pola konsumsi pangan yang <a href="https://infeksiemerging.kemkes.go.id/document/download/yM5dMmydje">bergizi, berimbang, dan beragam</a> masih tetap diperlukan untuk membantu menjaga sistem daya tahan tubuh. </p>
<p>Pemerintah pun telah mengambil tindakan dalam upaya menjaga kesehatan masyarakat melalui penyediaan pangan asal hewan yang <a href="http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/56002/Konsep-ASUH-Aman-Sehat-Utuh-dan-Halal-pada-Pangan-Asal-Hewan/">aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH)</a> serta pengendalian <a href="https://www.kemkes.go.id/article/view/1541/komisi-nasional-pengendalian-zoonosis.html">penyakit zoonosis</a>.</p>
<p>Sayangnya, dalam tata kelola pangan dalam negeri, Indonesia masih menghadapi permasalahan <a href="https://theconversation.com/indonesia-perlu-perkuat-diversifikasi-pangan-lokal-untuk-hadapi-krisis-pangan-global-181760">ketahanan pangan dan importasi komoditas pangan</a> pokok dalam skala besar.</p>
<iframe src="https://flo.uri.sh/visualisation/11494219/embed" title="Interactive or visual content" class="flourish-embed-iframe" frameborder="0" scrolling="no" style="width:100%;height:600px;" sandbox="allow-same-origin allow-forms allow-scripts allow-downloads allow-popups allow-popups-to-escape-sandbox allow-top-navigation-by-user-activation" width="100%" height="400"></iframe>
<div style="width:100%!;margin-top:4px!important;text-align:right!important;"><a class="flourish-credit" href="https://public.flourish.studio/visualisation/11494219/?utm_source=embed&utm_campaign=visualisation/11494219" target="_top"><img alt="Made with Flourish" src="https://public.flourish.studio/resources/made_with_flourish.svg"> </a></div>
<p>Pada 2021, misalnya, <a href="https://dataindonesia.id/sektor-riil/detail/impor-daging-sapi-indonesia-catat-rekor-pada-2021">Badan Pusat Statistik (BPS)</a> mencatat Indonesia mengimpor daging sapi sebesar 211,43 ribu ton dengan nilai transaksi mencapai US$785,15 juta (sekita Rp 12,16 triliun). Menilik trennya dalam satu dekade terakhir, tenyata volume impor daging sapi ke Indonesia cenderung meningkat.</p>
<p>Pelonggaran <a href="https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/08/14/impor-daging-sapi-meningkat-pada-2021-terbanyak-dari-australia">kuota importasi daging sapi</a> tersebut, alih-alih mengendalikan harga dan menjaga kebutuhan pasar domestik, justru memicu penyebaran <a href="https://tirto.id/belum-bebas-pmk-ekonom-pertanyakan-alasan-impor-kerbau-dari-india-gtzH">penyakit mulut dan kuku (PMK)</a>.</p>
<h2>Keamanan pangan adalah kunci ketahanan pandemi yang akan datang</h2>
<p>“Mencegah lebih baik dari pada mengobati”.</p>
<p>Kalimat tersebut terkesan klise, namun masih sangat relevan dalam konteks kesehatan saat ini. Sistem surveilans untuk penyakit zoonosis merupakan salah satu indikator kuat yang harus diperbaiki.</p>
<p>Badan Otoritas Keamanan Pangan di dunia, seperti <a href="https://www.fda.gov/food/food-safety-during-emergencies/">Badan Pangan dan Obat AS (FDA</a>), <a href="https://www.efsa.europa.eu/en/news/coronavirus-no-evidence-food-source-or-transmission-route">Badan Keamanan Pangan Eropa (EFSA)</a>, <a href="https://www.inspection.gc.ca/covid-19/information-for-consumers-about-food-safety-and-an/">Badan Pengawas Pangan Kanada (CFIA)</a>, dan <a href="https://www.who.int/publications-detail/covid-19-and-food-safety-guidance-for-food-businesses">Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO)</a>, menyimpulkan bahwa belum ada bukti yang kuat untuk menyatakan makanan adalah sumber atau rute penularan virus corona.</p>
<p>Namun demikian, <a href="https://doi.org/10.53854/liim-3001-7">matriks pangan</a> dapat bertindak sebagai potensi pembawa virus corona melalui kontaminasi lingkungan atau kontaminasi silang.</p>
<p>Selaras dengan hal tersebut, menurut <a href="https://www.efsa.europa.eu/en/topics/topic/foodborne-zoonotic-diseases#:%7E:text=Foodborne%20zoonotic%20diseases%20are%20caused,the%20first%20symptoms%20often%20occur.">Badan Keamanan Pangan Eropa</a>, makanan atau air yang terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen, seperti bakteri, virus, dan parasit, merupakan penyebab penyakit zoonosis bawaan makanan (<em>foodborne zoonotic diseases</em>). Contohnya, <em><a href="https://www.cdc.gov/campylobacter/faq.html#:%7E:text=Campylobacter%20infection%2C%20or%20campylobacteriosis%2C%20is,year%20for%20every%20100%2C000%20people.">Campylobacter</a></em>, <em><a href="https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/salmonella/symptoms-causes/syc-20355329#:%7E:text=Salmonella%20infection%20(salmonellosis)%20is%20a,through%20contaminated%20water%20or%20food.">Salmonella</a></em>, <em>Yersinia</em>, <em>E. coli</em>, dan <em>Listeria</em> adalah penyebab penyakit bawaan makanan yang paling umum.</p>
<p>Karena itu, seharusnya penguatan sistem keamanan pangan nasional dijadikan kunci dalam menjaga kesehatan masyarakat dari ancaman penyakit zoonosis bawaan makanan.</p>
<h2>Strategi penguatan keamanan pangan melalui <em>One Health</em></h2>
<p>Melalui pendekatan konsep <em>One Health</em>, Indonesia dapat memperkuat arsitektur keamanan pangan nasional <a href="https://apps.who.int/gb/ebwha/pdf_files/EB150/B150_25-en.pdf">melalui lima strategi</a>.</p>
<p><em>Pertama</em>, memperkuat sistem pengendalian pangan nasional.</p>
<p>Sistem pengendalian pangan nasional memainkan peran penting. Sistem ini harus efektif, efisien, dan berkelanjutan dalam melindungi kesehatan masyarakat. </p>
<p>Pengukuran kinerja dari sistem pengendalian pangan nasional diperlukan untuk mengetahui performa kinerja, mengidentifikasi perbaikan, dan menargetkan investasi yang dibutuhkan. Sehingga, transparansi dan akuntabilitas dari sistem nasional ini dapat dirasakan oleh masyarakat. </p>
<p>Misalnya, pemerintah menetapkan sistem penanganan insiden keamanan pangan dan sistem tanggap darurat di tingkat daerah, provinsi, dan nasional.</p>
<p><em>Kedua</em>, mengidentifikasi dan menanggapi tantangan keamanan pangan yang dihasilkan dari perubahan global.</p>
<p>Transformasi global pada sistem pangan dapat dipastikan berdampak pada keamanan pangan. Dengan demikian, sistem keamanan pangan harus mampu mengidentifikasi, mengevaluasi, dan merespons permasalahan baik yang sedang terjadi maupun yang akan muncul. </p>
<p>Sistem keamanan pangan harus diubah dari sistem reaktif menjadi proaktif dan harus mengadopsi pendekatan <em>One Health</em> dalam mengantisipasi kesehatan manusia-hewan-lingkungan. </p>
<p>Contohnya, otoritas terkait mengidentifikasi dan mengevaluasi dampak keamanan pangan yang timbul dari meningkatnya ancaman resistensi antimikroba bawaan makanan (<em>foodborne antimicrobial resistance</em>) pada produk pangan impor.</p>
<p><em>Ketiga</em>, memperbaiki cara pengambilan keputusan manajemen risiko berbasis bukti ilmiah dan penilaian risiko.</p>
<p>Manajemen risiko keamanan pangan perlu didasarkan pada ilmu pengetahuan. Pembuatan, pengumpulan, pemanfaatan, interpretasi, dan berbagi data merupakan dasar dalam membangun sistem keamanan pangan berbasis bukti. </p>
<p>Dalam implementasinya, pemanfaatan ilmu pengetahuan ini perlu kerja sama internasional. Meski Indonesia telah membentuk <a href="https://inarac.pom.go.id/cms/en/home"><em>Indonesian Risk Assessment Center</em> (INARAC)</a>, negara ini masih memerlukan database ilmiah informasi keamanan pangan nasional dan menginventarisasi pengalaman analisis risiko dari mitra internasional untuk memperkuat keputusan manajemen risiko.</p>
<p><em>Keempat</em>, memperkuat keterlibatan pemangku kepentingan dan komunikasi risiko.</p>
<p>Sistem keamanan pangan merupakan tanggung jawab seluruh <em>stakeholder</em>. Sistem keamanan pangan yang lebih inklusif dapat mencakup keterlibatan semua elemen, termasuk pemberdayaan konsumen. Seperti, pemerintah memfasilitasi komunikasi dan menumbuhkan budaya keamanan pangan dengan melibatkan produsen makanan.</p>
<p><em>Kelima</em>, mempromosikan keamanan pangan sebagai bagian penting dalam perdagangan.</p>
<p>Globalisasi perdagangan pangan dan penyakit bawaan makanan dapat menyebar melintasi teritori suatu wilayah. Sehingga, kondisi ini menyebabkan dampak kesehatan dan ekonomi yang signifikan. </p>
<p>Oleh karena itu, sistem keamanan pangan harus terjangkau oleh negara pengimpor dan pengekspor untuk menciptakan produk pangan yang aman di pasar domestik dan internasional. </p>
<p>Contohnya, otoritas lembaga nasional, seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), perlu memperkuat keterlibatan dengan otoritas jaringan internasional dalam menetapkan standar dan pedoman sistem keamanan pangan yang sesuai dengan karakteristik bahaya pada kesehatan masyarakat Indonesia.</p>
<p>Dengan menarik benang merah keterikatan antara sistem kesehatan nasional dan status pandemi yang terjadi saat ini, Indonesia perlu mengarusutamakan transformasi arsitektur keamanan pangan yang berlandaskan pada kesehatan manusia-hewan-lingkungan. </p>
<p>Dengan mengimplementasikan pendekatan <em>One Health</em> melalui sinergi <em>multisectoral</em> ini, strategi keamanan pangan dapat menjadi solusi kesehatan masyarakat Indonesia dalam mengantisipasi pandemi pada masa yang akan datang.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/191345/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Iskandar Azmy Harahap tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Seharusnya penguatan sistem keamanan pangan nasional dijadikan kunci dalam menjaga kesehatan masyarakat dari ancaman penyakit zoonosis bawaan makanan.Iskandar Azmy Harahap, Early Career Researcher, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1909742022-09-21T03:15:00Z2022-09-21T03:15:00ZBagaimana uji kompetensi sebelum lulus kuliah mengubah arah pendidikan apoteker di Indonesia?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/485514/original/file-20220920-15-55qycf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Kompetensi refleksi juga penting bagi apoteker untuk menyelesaikan masalah layanan kesehatan yang makin kompleks. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/person-holding-medicines-4046996/">Pexels/Karolina Grabowska</a></span></figcaption></figure><p>Pandemi COVID-19 telah menunjukkan pentingnya peran tenaga kesehatan profesional dan kompeten, termasuk <a href="https://farmalkes.kemkes.go.id/2014/10/peran-apoteker-dalam-pelayanan-kefarmasian-sebagai-salah-satu-tenaga-kesehatan-yang-profesional/#:%7E:text=Peran%20Apoteker%20dalam%20Pelayanan%20Kefarmasian%20sebagai%20Salah%20Satu%20Tenaga%20Kesehatan%20yang%20Profesional,-Oleh&text=%E2%80%9CPeran%20Apoteker%20sangat%20dibutuhkan%20di,satu%20tenaga%20kesehatan%20yang%20profesional.">apoteker</a> dalam melayani para pasien yang terinfeksi virus corona.</p>
<p>Sebelum apoteker bekerja di apotek, rumah sakit, atau industri, kompetensi lulusan program profesi apoteker diukur melalui <a href="https://drive.google.com/file/d/1lGsKwy7yJLMSY8Rj4Ns1KFJMo1DN2NiZ/view">uji kompetensi apoteker Indonesia (UKAI)</a> sejak 2018. Kelulusan para kandidat dalam ujian ini menjadi potret keberhasilan institusi dalam mendidik para calon apoteker. </p>
<p>Namun, meski menunjukkan akuntabilitas, kompetensi yang dilihat sebagai produk hasil uji terstandar dapat menjauhkan individu dari proses belajar yang sesungguhnya.</p>
<p>Ujian kompetensi juga telah mengubah fokus pengajaran dosen dan fokus pendidikan di program studi. <a href="https://www.mdpi.com/2226-4787/7/2/37">Dosen terkadang mengajar mahasiswa semata untuk persiapan ujian</a>. Program studi juga akan berusaha meningkatkan persentase kelulusan mahasiswa. Sebab, kelulusan mahasiswa dalam ujian kompetensi merupakan salah satu <a href="https://lamptkes.org/unduhan/IAPS-Pendidikan%20Profesi%20Apoteker.zip">indikator kualitas program pendidikan apoteker</a>. </p>
<p>Sistem uji kompetensi saat ini perlu dievaluasi karena telah mengarah pada reduksi proses pendidikan apoteker demi meningkatkan kelulusan dalam UKAI nasional. Sementara, apoteker dituntut mampu memecahkan masalah terkait isu terkini dalam pelayanan kesehatan. Karena itu, universitas perlu menyiapkan apoteker untuk menghadapi isu kesehatan yang semakin kompleks melalui kompetensi refleksi.</p>
<h2>Uji kompetensi apoteker di berbagai negara</h2>
<p>Kompetensi menggambarkan kesiapan dan kelaikan apoteker dalam berpraktik sesuai dengan bidang <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6631512/">pekerjaan kefarmasian</a>. Seiring dengan hal tersebut, kompetensi dan uji kompetensi menjadi bagian penting dalam proses pendidikan, regulasi, dan praktik kefarmasian.</p>
<p>Beberapa negara memiliki mekanisme uji kompetensi yang berbeda untuk mendapatkan lisensi berpraktik sebagai apoteker (<em>pharmacist</em>). </p>
<p>Amerika Serikat, misalnya, memiliki <a href="https://nabp.pharmacy/programs/examinations/naplex/">North American Pharmacist Licensure Examination (NAPLEX)</a> bagi lulusan baru pendidikan profesi farmasi. Ujian berbasis komputer ini menilai pengetahuan seputar praktik kefarmasian umum dalam 225 soal. </p>
<p>Arab Saudi memiliki <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1319016422002122#b0050">Saudi Pharmacist Licensure Examination (SPLE)</a> dalam bentuk 300 soal pilihan ganda dari berbagai bidang farmasi dalam waktu 6 jam. </p>
<p>Di Australia, terdapat <a href="https://www.pharmacycouncil.org.au/pharmacist/skills-assessment/intern-written-exam/">Intern Written Exam</a> bagi mereka yang menyelesaikan Intern Training Program, program pelatihan berorientasi praktik bagi lulusan pendidikan profesi farmasi. Ujian ini terdiri dari 75 soal pilihan ganda yang diselesaikan dalam waktu 2 jam. </p>
<p>Di Indonesia, calon lulusan program profesi apoteker harus melalui <a href="https://drive.google.com/file/d/1lGsKwy7yJLMSY8Rj4Ns1KFJMo1DN2NiZ/view">Uji Kompetensi Apoteker Indonesia (UKAI)</a>. Ada dua metode UKAI yakni <em>computer-based test</em> (CBT) dan <em>Objective Structured Clinical Examination</em> (OSCE). UKAI metode CBT (UKAI-CBT) memiliki format 200 soal pilihan ganda yang diselesaikan dalam 200 menit dan menjadi syarat kelulusan mahasiswa dari pendidikan profesi apoteker sejak 2018. </p>
<p>Sementara itu, UKAI OSCE dilaksanakan <a href="https://apoteker.farmasi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/467/2019/11/Blueprint-UKAI_OSCE-2017.pdf">dalam 9 ruangan</a> yang mewakili area pembuatan, distribusi, dan pelayanan kefarmasian. Di dalam setiap ruangan, peserta ujian mendemonstrasikan keterampilan tertentu sesuai soal, lalu dinilai oleh penguji berdasarkan rubrik penilaian terstandar. </p>
<p>Sampai saat ini, UKAI OSCE masih dilaksanakan sebagai asesmen formatif (penilaian untuk mengevaluasi capaian pembelajaran), belum menjadi penentu kelulusan mahasiswa.</p>
<h2>Asesmen dari kacamata evolusi paradigma kompetensi</h2>
<p>Fenomena asesmen kompetensi pada apoteker tak lepas dari perkembangan asesmen kompetensi pada profesional kesehatan lainnya. </p>
<p>Menurut <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.3109/0142159X.2014.993601">Brian David Hodges dari University Health Network Kanada</a>, kompetensi mengalami evolusi paradigma: dari pengetahuan, kinerja, produk pengukuran melalui tes (psikometri), dan refleksi. </p>
<p>Kompetensi semula dinilai sebagai penguasaan <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.3109/0142159X.2014.993601">pengetahuan</a>. Proses pendidikan berfokus pada kemampuan menghafal, pembelajaran didaktik, dan transfer pengetahuan serta informasi. Kurikulum farmasi tradisional dibangun atas paradigma ini, yang menekankan <a href="https://www.mdpi.com/2226-4787/7/2/37">mahasiswa menguasai</a> sebanyak mungkin teori mengenai ilmu, praktik, dan regulasi kefarmasian. </p>
<p>Asesmen kompetensi umumnya dilakukan melalui ujian tulis, dan belakangan menjadi lebih efisien dengan adanya soal pilihan ganda.</p>
<p>Selanjutnya, berkembang paradigma yang memandang <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.3109/0142159X.2014.993601">kompetensi sebagai kinerja</a>. Kompetensi sebagai kinerja lebih mengutamakan proses latihan dan praktik ketimbang teori. Sehingga, terjadi pergeseran <a href="https://www.mdpi.com/2226-4787/7/2/37">kurikulum pendidikan farmasi</a> menjadi berorientasi praktik. </p>
<p>Pendidikan profesi apoteker di Indonesia, misalnya, mencakup <a href="https://drive.google.com/file/d/1bMwXzstufKtpyv9ZTb1Qz4MbW8AhVl_p/view">minimal 60% komponen</a> praktik. Metode asesmen berbasis kinerja seperti <em>objective-structured clinical examinations</em> (OSCE) pun dimanfaatkan untuk menilai kompetensi peserta didik. </p>
<p>Kompetensi sebagai <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.3109/0142159X.2014.993601">psikometrik (produk pengukuran melalui tes)</a> belakangan menjadi paradigma utama dalam kompetensi. Pengukuran kompetensi melalui ujian terstandar mendorong sinkronisasi pembelajaran dengan capaian pembelajaran, meningkatkan akuntabilitas publik, serta memberikan umpan balik kepada peserta didik. </p>
<p>Ujian terstandar dapat membedakan individu yang kompeten dengan yang tidak secara valid dan reliabel.</p>
<p>Namun, ujian terstandar, terutama yang berisiko tinggi, dapat menjadi motivasi belajar utama bagi mahasiswa, mengesampingkan <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.3109/0142159X.2014.993601?journalCode=imte20">motivasi internal</a>. Mahasiswa akan berusaha keras agar <a href="https://www.mdpi.com/2226-4787/7/2/37">lulus ujian kompetensi</a> karena ketidaklulusan akan menghambat langkah mereka dalam mencari pekerjaan dan <a href="https://www.ajpe.org/content/ajpe/81/7/5909.full.pdf">berpraktik sebagai apoteker</a>. </p>
<p>Ujian kompetensi ini juga mengubah konsentrasi pengajaran dosen dan titik tekan pendidikan di program studi. Akhirnya, <a href="https://www.mdpi.com/2226-4787/7/2/37">dosen mengajar mahasiswa hanya untuk mempersiapkan tes</a>. Program studi juga akan berupaya menaikkan persentase kelulusan mahasiswa karena kelulusan dalam ujian kompetensi merupakan salah satu <a href="https://lamptkes.org/unduhan/IAPS-Pendidikan%20Profesi%20Apoteker.zip">indikator kualitas program pendidikan apoteker</a>. </p>
<p>Oleh karena itu, program pendidikan farmasi di negara lain seperti <a href="https://www.ajpe.org/content/ajpe/81/7/5909.full.pdf">Amerika Serikat</a> dan <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1319016422002122#bb0050">Arab Saudi</a> menerapkan program persiapan untuk meningkatkan kelulusan mahasiswanya. </p>
<h2>UKAI dan transisi pendidikan profesi apoteker di Indonesia</h2>
<p>Sejak UKAI-CBT menjadi syarat kelulusan, proses pendidikan apoteker berpusat pada pemenuhan tuntutan kompetensi berdasarkan UKAI. Pelaksanaan <a href="http://farmasi.fk.ub.ac.id/apoteker/try-out-ukai-metode-cbt/"><em>tryout</em> UKAI CBT dan UKAI OSCE</a> secara nasional memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengukur kesiapan mereka sebelum menghadapi UKAI yang sebenarnya. </p>
<p>Program studi pendidikan profesi apoteker melakukan berbagai upaya untuk mempersiapkan mahasiswanya menghadapi UKAI, antara lain <a href="https://sulsel.fajar.co.id/2022/02/12/prodi-pendidikan-profesi-apoteker-stifa-gelar-kuliah-umum-hadirkan-ketua-aptfi-hingga-iai/">kuliah umum</a>, <a href="https://farmasi.unmul.ac.id/pspa-farmasi-selenggarakan-workshop-ukai/">workshop</a>, <a href="http://farmasi.unhas.ac.id/tryout-ukai-cbt-di-fakultas-farmasi-unhas-ujicoba-aplikasi-baru-bernama-sibiti/"><em>tryout</em> internal</a>, hingga pelatihan penulisan soal bagi dosen agar mahasiswa semakin familiar dengan <a href="https://www.universitasmegarezky.ac.id/index.php/2022/04/22/tingkatkan-kualitas-soal-ukai-fakultas-farmasi-unimerz-latih-para-dosen-buat-soal/">model soal UKAI</a>. </p>
<p>Tidak hanya itu, sebagian mahasiswa juga berinisiatif meningkatkan persiapan ujian <a href="https://www.republika.co.id/berita/r82rzi349/aplikasi-obatukai-luluskan-96-persen-pengguna-sebagai-calon-apoteker">melalui bimbingan belajar UKAI</a>. </p>
<p>Hal ini menunjukkan UKAI telah menjadi faktor penggerak utama dalam proses pendidikan apoteker Indonesia, tidak hanya di tingkat nasional dan program studi, tapi juga dosen dan mahasiswa.</p>
<h2>Pentingnya kompetensi refleksi</h2>
<p>Kompetensi sebagai refleksi berkembang sebagai respons terhadap paradigma kompetensi sebagai psikometri. Kompetensi sebagai refleksi menekankan aspek pengembangan diri dan profesi. </p>
<p>Kompetensi refleksi tidak hanya dinilai sebagai skor ujian, tapi juga pemahaman terhadap kekuatan, kelemahan, dan <a href="https://www.mdpi.com/2226-4787/7/2/37">hubungan seseorang terhadap profesinya</a>. </p>
<p>Untuk itu, diperlukan kemampuan menilai diri sendiri dan refleksi untuk memenuhi celah kompetensi. </p>
<p>Kemampuan refleksi tidak dapat muncul begitu saja, tapi perlu diasah dengan integrasi aktivitas refleksi dalam proses pendidikan. Penelitian di <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27293232/">Australia</a> dan <a href="https://www.jyoungpharm.org/article/1216">Indonesia</a> menunjukkan aktivitas refleksi dapat membantu mahasiswa mampu berpikir kritis dan membuat keputusan yang lebih baik dalam praktik kefarmasian. </p>
<p>Namun, aktivitas refleksi memiliki keterbatasan, antara lain dari segi reliabilitasnya <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3930242/">sebagai bagian asesmen</a>. </p>
<p>Terlepas dari keterbatasannya, refleksi mestinya menjadi bagian penting dalam pendidikan profesi apoteker. Tujuannya agar apoteker pada masa depan tidak hanya belajar karena dorongan eksternal, tapi memiliki kesadaran belajar sepanjang hayat. Tidak hanya untuk memenuhi <a href="http://www.iai.id/uploads/alfredeem/SKAI2016.pdf">standar kompetensi apoteker Indonesia</a>, tapi juga untuk menjadi apoteker yang adaptif terhadap <a href="https://bmcmededuc.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12909-020-02394-w">berbagai tantangan</a>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/190974/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Lailaturrahmi tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Ujian kompetensi ini juga mengubah konsentrasi pengajaran dosen dan titik tekan pendidikan di program studi.Lailaturrahmi, Lecturer, Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinis, Fakultas Farmasi, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1899762022-09-15T03:25:18Z2022-09-15T03:25:18ZGangguan jantung, masalah baru setelah sembuh dari COVID-19, mengapa dan bagaimana terjadi?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/484517/original/file-20220914-549-6nr6ho.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Vaksinasi COVID-19 bisa menurunkan risiko kesakitan saat terinfeksi virus.
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://download.antarafoto.com/searchresult/dom-1660799710">ANTARA FOTO/Ardiansyah/nym</a></span></figcaption></figure><p>Jumlah orang Indonesia yang sembuh dari infeksi COVID-19 hingga <a href="https://covid19.go.id/peta-sebaran">13 September 2022 mencapai sekitar 6,2 juta orang atau 97% dari total yang terkonfirmasi terinfeksi</a>. </p>
<p>Jumlah ini akan terus bertambah karena, walau kasus harian COVID kini menurun, kasus yang aktif masih sekitar 32 ribu atau 0,5%.</p>
<p>Salah satu masalah serius pada sebagian orang yang sembuh adalah mereka masih terus merasakan gejala sakit setelah berbulan-bulan sembuh dari infeksi. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka. </p>
<p>Jumlah kasus seperti ini besar. Sebuah <a href="https://pesquisa.bvsalud.org/global-literature-on-novel-coronavirus-2019-ncov/resource/pt/covidwho-1929535">riset di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta pada 2022</a> menyatakan 66,5% dari 385 penyintas COVID di Indonesia masih merasakan gejala meski sudah dinyatakan negatif menurut tes laboratorium. </p>
<p>Satu riset yang terbit di <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34308300/">The Lancet</a> menguatkan bahwa lebih dari 91% dari 3.762 penyintas masih merasakan gejala COVID selama 7 bulan lamanya. </p>
<p>Gejala sisa yang menetap hingga <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34192289/">lebih dari 3-4 bulan</a> setelah terinfeksi ini dikenal sebagai gejala “<em>Long COVID,” “Chronic COVID Syndrome,” “Long-Haul COVID,” “Post-Acute Sequelae of SARS-CoV-2 infection”,</em> dan “<em>Post-Acute COVID-19 Syndrome</em> (PACS)”. </p>
<h2>Risiko masalah jantung naik</h2>
<p>Gejala COVID berlarut-larut itu ternyata juga meningkatkan risiko masalah jantung dan pembuluh darah. </p>
<p>Sebuah studi yang terbit di <a href="https://www.nature.com/articles/s41591-022-01689-3">Nature Medicine</a> dengan sampel lebih dari 150.000 orang yang pernah terinfeksi COVID menyebutkan setelah satu tahun pulih dari infeksi, para penyintas memiliki peningkatan risiko berbagai masalah jantung dan pembuluh darah. </p>
<p>Masalah itu, di antaranya, gangguan irama jantung, radang otot jantung (miokarditis), radang selaput jantung (perikarditis), gangguan pembekuan darah, stroke, <a href="https://www.alomedika.com/penyakit/kardiologi/infark-miokard-akut">infark miokard (serangan jantung)</a>, dan gagal jantung. </p>
<p>Informasi yang cukup mencengangkan adalah peningkatkan risiko ini terlihat jelas bahkan pada penyintas yang tidak dirawat di rumah sakit karena hanya bergejala ringan. </p>
<h2>Gangguan pada jantung</h2>
<p>Ada banyak dugaan bagaimana COVID dapat menyebabkan gangguan pada jantung. </p>
<p><a href="https://www.medicalnewstoday.com/articles/how-does-covid-19-affect-the-heart#A-variety-of-heart-issues">Richard C. Becker</a>, kepala dokter di Heart, Lung and Vascular Institute University of Cincinnati Amerika Serikat mengatakan komunitas medis di sana tahu betul bahwa infeksi SARS-CoV-2 selama fase awal dapat menyebabkan radang otot jantung; radang selaput jantung; dan serangan jantung. </p>
<p>Masalah ini terjadi akibat adanya respons imun berlebihan saat infeksi (badai sitokin), rendahnya kadar oksigen dalam darah, terbentuknya bekuan darah di pembuluh koroner, atau kegagalan jantung dalam menjalankan fungsinya. </p>
<p>Dengan demikian, menurut Becker, gangguan jantung ini muncul sebagai efek tidak langsung dari radang yang terjadi di seluruh tubuh akibat virus COVID.</p>
<p><a href="https://virologyj.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12985-022-01833-y">Analisis lain</a> mengungkapkan bahwa kerusakan jantung adalah efek langsung dari masuknya virus ke jantung.</p>
<p>Virus SARS-CoV-2 hanya bisa masuk ke tubuh atau menginfeksi organ jika dalam organ tersebut terdapat reseptor ACE-2. Ibaratnya, virus SARS-CoV-2 adalah tamu, maka untuk masuk ke dalam rumah, ia tidak bisa masuk jika tidak ada among tamunya, yaitu orang yang akan menyambut dan mempersilakan tamunya masuk ke rumah. Nah, “among tamu” ini adalah reseptor ACE-2. </p>
<p>Tempat virus melekat ini ditemukan pada berbagai organ di dalam tubuh, salah satunya di jantung. </p>
<p>Reseptor ACE-2 ditemukan di jantung, endotelium, kardiomiosit, dan <a href="https://www.ahajournals.org/action/showCitFormats?doi=10.1161%2FCIR.0000000000001064">jaringan <em>adiposa epicardial</em> (selaput jantung)</a>. Temuan virus dalam sel endotel jantung menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 dapat menyebabkan kerusakan langsung pada struktur jantung sehingga dapat menyebabkan kerusakan fungsi jantung. </p>
<p>Dugaan ini semakin diperkuat dengan analisis <em>post-mortem</em> pada 17 pasien yang meninggal karena infeksi COVID. <a href="https://ccforum.biomedcentral.com/articles/10.1186/s13054-020-03218-5">Materi genetik (RNA virus SARS-CoV-2)</a> ditemukan di jantung 82% pasien yang meninggal tersebut.</p>
<h2>Waspadai nyeri dada</h2>
<p>Keluhan nyeri dada yang menetap setelah sembuh dari COVID-19 bisa jadi merupakan tanda gangguan pada jantung.</p>
<p>Keluhan tidak nyaman di dada adalah salah satu gejala sisa yang banyak dialami oleh para penyintas COVID. Keluhan ini dapat berupa nyeri tajam di area dada, sensasi <em>burning</em> (terbakar) pada area dada, maupun sensasi dada tertekan seperti ditimpa batu besar.</p>
<p>Dalam studi survei online internasional yang dilakukan pada 2021 dengan responden 3.762 penyintas, gejala nyeri dada <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34308300/">ditemukan pada sekitar 53%</a> dari 86% penyintas selama 7 bulan dari infeksi. </p>
<p>Angka yang lebih kecil namun lebih umum dijumpai dalam penelitian menyebutkan bahwa nyeri dada dialami oleh sekitar 22% penyintas yang mengalami <em>long COVID</em>. Jika disederhanakan, ada 1 dari 5 orang yang mengalami rasa nyeri atau tidak nyaman <a href="https://jamanetwork.com/journals/jama/fullarticle/2768351">pada dada setelah sembuh dari COVID</a>. </p>
<p>Di luar layanan kesehatan, keluhan nyeri dada bisa diketahui dari tren pencarian kata kunci di Google Trends. </p>
<p>Sebuah ringkasan penelitian <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7525246/">di American Heart Journal</a> menyebutkan bahwa meningkatnya pencarian informasi dengan kata kunci “<em>chest pain</em>” atau nyeri dada di meta-data Google Trends sangat berkorelasi dengan jumlah kasus COVID-19 di Amerika Serikat. </p>
<p>Lonjakan ini secara tidak langsung menggambarkan bahwa selama pandemi, ada banyak masyarakat yang merasakan nyeri dada. Mereka berupaya mencari solusi nyeri dadanya di internet yang nasibnya sampai sekarang tidak diketahui pasti. </p>
<h2>Radang selaput jantung</h2>
<p>Infeksi COVID dapat mengaktifkan respons imun tubuh. Respons imun ini akan berusaha mengenali virus dan membersihkannya dari tubuh. </p>
<p>Namun, pada sebagian orang, sistem imun merespons secara berlebihan sehingga malah memicu kerusakan organ tubuh sendiri meski virus sudah hilang dari tubuh. Fenomena ini dikenal dengan badai sitokin. </p>
<p>Banyak pasien yang kritis dan berakhir meninggal bukan karena serangan virusnya, namun karena respons imun tubuh yang berlebihan selama terinfeksi. Respons imun berlebihan ini menyebabkan peradangan pada organ, termasuk pada jantung. </p>
<p>Salah satu jenis peradangan yang paling sering dijumpai pada jantung saat dan setelah seseorang terinfeksi COVID adalah radang selaput jantung. </p>
<p>Peradangan ini dapat diketahui dari berbagai macam pemeriksaan seperti pemeriksaan fisik, darah, aktivitas listrik jantung, <a href="https://jamanetwork.com/journals/jamacardiology/fullarticle/2768916">struktur dan fungsi jantung</a>.</p>
<h2>Lalu bagaimana?</h2>
<p>Dampak <em>long COVID</em> bagi jantung saat ini sudah menjadi perhatian serius di berbagai negara. Para tenaga kesehatan pun semakin dilatih untuk mengenali gangguan jantung setelah terinfeksi COVID, termasuk radang selaput jantung.</p>
<p>Kebijakan klaim BPJS Kesehatan perlu mengakomodasi masalah ini untuk para penyintas yang mengalami <em>long COVID</em>. Ini penting agar para dokter dan tenaga kesehatan dapat melakukan pemeriksaan lebih lengkap (melalui echocardiography atau MRI) untuk menegakkan diagnosis dan mengobati secepat mungkin. </p>
<p><em>Long COVID</em> dan berbagai efek peradangan terhadap jantung, termasuk radang selaput jantung, perlu menjadi salah satu perhatian bagi para dokter ketika menemui pasien penyintas COVID dengan gejala nyeri dada kronis. </p>
<p>Bagi orang yang telah sembuh dari infeksi COVID-19 menurut tes lab, tapi mengalami nyeri dada terus menerus, segeralah berkonsultasi dengan dokter. Berobatlah selagi bisa!</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/189976/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Rosita Handayani tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Bagi orang yang telah sembuh dari infeksi COVID-19 menurut tes lab, tapi mengalami nyeri dada terus menerus, segeralah berkonsultasi dengan dokter. Berobatlah selagi bisa!Rosita Handayani, Lecturer in Pharmaceutical Sciences, Universitas AirlanggaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1904532022-09-15T02:25:40Z2022-09-15T02:25:40ZPenelitian menemukan bahwa gaya hidup materialistis menurun akibat COVID-19<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/483957/original/file-20220912-24-yj443y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/excited-beautiful-girl-medical-protective-mask-1766784323">Shutterstock/Shopping King Louie</a></span></figcaption></figure><p>Masa-masa awal COVID menimbulkan urgensi bagi banyak orang untuk berbelanja barang-barang tertentu. Tisu toilet, pasta, dan roti <a href="https://theconversation.com/coronavirus-why-people-are-panic-buying-loo-roll-and-how-to-stop-it-133115">terjual sangat cepat</a> untuk mengisi stok persediaan utama para pembeli. Tidak hanya itu, barang lainnya juga <a href="https://www.bbc.co.uk/news/business-59207124">banyak dibeli</a> untuk membantu mengatasi kebosanan di masa <em>lockdown</em>, seperti bak mandi air panas, peralatan dapur, dan hewan peliharaan baru. Melihat perilaku ini, apakah pandemi membuat masyarakat menjadi lebih materialistis? </p>
<p>Tentunya, penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan perilaku materialistis – perilaku yang fokus untuk memperoleh uang dan memliki harta benda sebagai tanda status ekonomi dan sosial – disebabkan oleh <a href="https://academic.oup.com/jcr/article-abstract/29/3/348/1800916">tingkat stres yang tinggi</a>, kecemasan, dan <a href="https://academic.oup.com/jcr/article-abstract/40/4/615/2907485">kesepian</a>. Bagi banyak orang, pandemi menjadi masa-masa yang meningkatkan intensitas ketiga perasaan tersebut.</p>
<p>Materialisme juga dipicu oleh <a href="https://academic.oup.com/jcr/article-abstract/32/3/473/1867282">konsumsi media</a>. <a href="https://www-statista-com.abc.cardiff.ac.uk/statistics/1106766/media-consumption-growth-coronavirus-worldwide-by-country/">Beberapa laporan di awal pandemi</a> menemukan bahwa selama <em>lockdown</em> dan pembatasan sosial, orang menjadi lebih terpaku pada layar mereka.</p>
<p>Namun, terlepas dari kondisi ini yang tampaknya membuat masyarakat menjadi lebih materialistis, <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/mar.21627">penelitian kami menunjukkan</a> bahwa yang terjadi adalah sebaliknya. Kami memberi pertanyaan kepada orang-orang di Inggris mengenai keyakinan dan nilai-nilai mereka sebelum dan setelah COVID terjadi, dan kami menemukan bahwa, secara keseluruhan, kebanyakan orang telah beralih menjadi tidak terlalu peduli dengan uang dan keuntungan materi.</p>
<p>Penilaian mereka terhadap beberapa tujuan seperti “menjadi sukses secara finansial” dan “memiliki pekerjaan dengan gaji yang baik” menjadi lebih rendah dari sebelumnya. Di sisi lain, penilaian terhadap nilai-nilai sosial yang berkaitan dengan penerimaan diri dan menjalankan kehidupan “dengan orang yang dicintai” tidak berubah.</p>
<p>Kami percaya bahwa perubahan-perubahan ini dapat dijelaskan oleh faktor lain yang terkait dengan pandemi. Misalnya, COVID membuat perhatian masyarakat terpusat pada pentingnya kesehatan. Selain itu, iklan dan media sosial mempromosikan nilai-nilai sosial seperti <a href="https://www.youtube.com/watch?v=pcXTnyCmQbg">solidaritas</a> dan menghadapi tantangan sebagai <a href="https://www.thinkwithgoogle.com/future-of-marketing/digital-transformation/coronavirus-crisis-marketing-examples/">pengalaman bersama</a>. </p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/pcXTnyCmQbg?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
</figure>
<p>Kami harus mengatakan bahwa memang tidak semua responden kami memiliki respons yang sama. Kami menggunakan berbagai teknik pengumpulan data untuk meminta sampel representatif populasi Inggris, dan orang-orang dengan konsumsi media yang lebih banyak dan lebih cemas tentang COVID-19, menunjukkan tingkat materialisme yang lebih besar. Akan tetapi, kami menemukan penurunan dalam ketertarikan orang terhadap kepentingan materi secara keseluruhan. </p>
<h2>Fokus baru</h2>
<p>Mungkin perubahan sikap seperti ini memiliki sejumlah manfaat. Penelitian telah <a href="https://academic.oup.com/jcr/article-abstract/19/3/303/1786697">menemukan bahwa</a> materialisme menyebabkan <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1002/mar.21387">tingkat kebahagiaan</a> dan kepuasan hidup yang turun, serta menimbulkan suasana hati dan kecemasan yang negatif.</p>
<p>Namun, budaya populer dan media sosial membuat materialisme sulit dihindari. Sejak <a href="https://academic.oup.com/jcr/article/41/6/1333/2379564?login=true">usia dini</a>, anak-anak dengan cepat mengkaitkan perolehan materi dengan hadiah yang mereka dapatkan setelah berperilaku baik. </p>
<p>Seiring bertambahnya usia, mereka menemukan bahwa banyak hal dapat membantu kita tampil dengan <a href="https://myscp.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1016/j.jcps.2017.07.006">lebih menarik</a> dan mendapatkan perhatian orang lain. Barang-barang materi secara bertahap menjadi hadiah yang sangat diimpikan yang juga membantu kita mengatasi sejumlah kekurangan yang kita rasakan. </p>
<p>Untuk menambah daya tarik, <a href="https://academic.oup.com/jcr/article-abstract/32/3/473/1867282">media</a> dan sektor periklanan umumnya mempromosikan nilai-nilai materialistik melalui cerita dan gambar yang menghubungkan uang dan konsumsi untuk kebahagiaan, harga diri tinggi, dan pengakuan sosial. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/advertising-in-the-pandemic-how-companies-used-covid-as-a-marketing-tool-172202">Advertising in the pandemic: how companies used COVID as a marketing tool</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Tentu saja, pengiklan besar dan departemen pemasaran tidak sepenuhnya menghindari metode tradisional mereka selama COVID-19. Penelitian kami juga mengungkapkan bahwa terdapat peningkatan unggahan pada media sosial milik merek-merek yang mempromosikan konsumsi sebagai cara untuk mengatasi emosi negatif dan meningkatkan kesejahteraan.</p>
<p>Jika dikombinasikan dengan nilai keuntungan finansial dan material yang berkurang secara luas, hal ini pada akhirnya dapat mengarah pada pengembangan pola pikir yang terpolarisasi. Di satu sisi, ada kemungkinan bahwa banyak orang akan melanjutkan tren akibat COVID-19 ini dan perlahan-lahan menjauh dari konsumerisme. Ini berportensi membawa konsekuensi sosial yang mendalam: mungkin menjadi bagian dari alasan <a href="https://www.wired.co.uk/article/great-resignation-quit-job"><em>great resignation</em></a> di pasar tenaga kerja, yaitu fenomena pengunduran diri yang dilakukan oleh lebih banyak jumlah pekerja dibandingkan biasanya. </p>
<p>Namun, di sisi lain, peningkatan jumlah iklan dan pesan online yang menunjukkan belanja sebagai jalan menuju kebahagiaan dapat memiliki dampak sebaliknya. Orang-orang dengan frekuensi penggunaan media sosial yang tinggi, seperti remaja dan dewasa muda, memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk <a href="https://onlinelibrary-wiley-com.abc.cardiff.ac.uk/doi/pdfdirect/10.1002/mar.21387">menganut materialisme</a> dan menghadapi beberapa <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1002/mar.21387">efek negatifnya</a>.</p>
<p>Pemikiran yang terpolarisasi seperti ini dapat berkembang menjadi bagian dari dampak sosial jangka panjang dari krisis kesehatan global yang dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi generasi muda. Pandemi yang mendorong banyak orang untuk menjauh dari efek negatif materialisme mungkin juga telah menarik yang lain untuk mendekatinya.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/190453/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Olaya Moldes Andrés menerima dana dari BA/Leverhulme Small Research Grants.</span></em></p>Pandemi membuat banyak orang mengalihkan fokusnya dari keuntungan finansial.Olaya Moldes Andrés, Lecturer in Marketing, Cardiff UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1870712022-07-21T04:08:20Z2022-07-21T04:08:20Z7 langkah untuk kurangi hilangnya pembelajaran (learning loss) akibat pandemi COVID-19<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/475317/original/file-20220721-25-j99nee.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=38%2C38%2C5129%2C3818&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Photo by Chris Montgomery on Unsplash</span></span></figcaption></figure><p>Penutupan sekolah dan beralihnya proses pembelajaran ke sistem online akibat pandemi COVID-19 telah mengakibatkan <em>‘learning loss’</em> (kehilangan pembelajaran) di negara-negara maju dan berkembang. </p>
<p>Kehilangan pembelajaran secara umum dapat didefinisikan sebagai hilangnya pengetahuan dan keterampilan siswa secara spesifik atau umum, ataupun kemunduran kemajuan akademik ketika siswa tidak berada di sekolah.</p>
<p>Dengan adanya kehilangan pembelajaran akibat pandemi, <a href="https://www.worldbank.org/en/news/press-release/2021/12/06/learning-losses-from-covid-19-could-cost-this-generation-of-students-close-to-17-trillion-in-lifetime-earnings#:%7E:text=WASHINGTON%2C%20DC%2C%20Dec.,Bank%2C%20UNESCO%2C%20and%20UNICEF.">sebuah laporan</a> yang diterbitkan oleh Bank Dunia dan beberapa badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) seperti UNESCO dan UNICEF menyatakan siswa-siswi generasi ini berisiko kehilangan US$ 17 triliun atau sekitar Rp225.000 triliun pendapatan di dalam umur hidupnya, atau sekitar 14% dari pendapatan domestik bruto global.</p>
<p>Satu <a href="https://www.oecd.org/education/The-economic-impacts-of-coronavirus-covid-19-learning-losses.pdf">penilitian dari OECD</a> juga menyatakan betapa signifikan nilai kerugian ekonomi dari kehilangan pembelajaran. Di Australia, nilai kerugian diperkirakan sebesar US$ 1.716 miliar atau sekitar Rp 25 triliun, sedangkan di Indonesia angka kerugian tercatat sekitar US$ 4.347 miliar atau sekitar Rp 65 triliun.</p>
<p>Menyadari kekhawatiran tentang berkembangnya kehilangan pembelajaran secara global, peneliti dari Griffith University (Australia) dan Universitas Pendidikan Ganesha (Indonesia) berkolaborasi dalam <a href="https://sway.office.com/4xGyDMY2wanr7OCo">proyek bersama</a> untuk lebih memahami kehilangan pembelajaran di dua negara ini.</p>
<p>Proyek ini memberikan tujuh rekomendasi penting untuk mengurangi dampak kehilangan pembelajaran bagi anak didik di sektor pendidikan dasar, menengah, dan tinggi sebagai akibat dari pandemi COVID-19 di Indonesia, Australia dan wilayah sekitarnya. </p>
<p>Meski kehilangan pembelajaran adalah hal baru dalam bahasa pendidikan, masalah kesetaraan digital dalam pembelajaran dan dampaknya telah ada selama beberapa dekade. Bagi para pendidik, catatan yang direkomendasikan di sini juga bukanlah hal yang baru.</p>
<p>Namun demikian, ketika dilihat lebih dalam lagi, rekomendasi yang diberikan bisa memberikan solusi ampuh untuk memecahkan masalah ini.</p>
<p>Selebihnya, ketika situasi kembali normal dan sekolah kembali beroperasi dengan siswa yang kembali ke pembelajaran, rekomendasi ini juga akan tetap berguna untuk meningkatkan kesetaraan digital dalam belajar, memajukan keterampilan guru dalam mengajar, dan meningkatkan proses pembelajaran yang lebih personal, yang akhirnya akan menghasilkan hasil pembelajaran yang lebih bermutu.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/471777/original/file-20220630-24-mve2ah.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/471777/original/file-20220630-24-mve2ah.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=412&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/471777/original/file-20220630-24-mve2ah.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=412&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/471777/original/file-20220630-24-mve2ah.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=412&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/471777/original/file-20220630-24-mve2ah.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=518&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/471777/original/file-20220630-24-mve2ah.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=518&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/471777/original/file-20220630-24-mve2ah.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=518&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p><strong>1. Meningkatkan investasi publik dalam infrastruktur digital</strong></p>
<p>Pandemi COVID-19 mengungkapkan pentingnya peningkatan investasi publik dalam infrastruktur digital. Perbandingan terhadap angka rata-rata global menunjukkan bahwa 60% populasi di dunia memiliki akses internet, sedangkan pengguna internet di Indonesia saat ini memiliki <a href="https://data.worldbank.org/indicator/IT.NET.USER.ZS?end=2020&start=1960">persentase yang lebih rendah</a>, yaitu 54% dari total populasi Indonesia.</p>
<p>Mengenai hal ini, kami sebagai pendidik ingin bermitra dengan pemerintah Indonesia dan pemerintah Australia serta pihak-pihak terkait lainnya, untuk bersama-sama merancang dan mengimplementasikan ‘Pusat Teknologi Pembelajaran Digital’ yang tersentralisasi, dan berfokus pada masa depan.</p>
<p>‘Pusat Teknologi Pembelajaran Digital’ ini akan memberikan solusi yang lengkap untuk pembelajaran jarak jauh. Ini akan menjadi platform yang berguna bagi para guru dan siswa di daerah dan wilayah terpencil di Indonesia untuk mengatasi ketimpangan dalam akses pendidikan yang semakin memburuk akibat pandemi.</p>
<p><strong>2. Meningkatkan keterampilan mengajar online</strong></p>
<p>Baik di Indonesia maupun Australia, kurangnya keterampilan guru dalam mengajar online, ketidaksiapan guru dan siswa dalam pembelajaran online, serta kurangnya staf teknis pendukung pengajaran online telah menjadi tantangan bersama yang dialami di kedua negara. </p>
<p>Untuk menyikapi hal ini kami melihat pentingnya pengembangan kapasitas yang berkesinambungan untuk meningkatkan keterampilan dan kepercayaan diri dari pendidik dalam mengajar online.</p>
<p><strong>3. Mempromosikan pembelajaran campuran</strong></p>
<p>Pandemi COVID-19 telah mengubah cara belajar dan mengajar yang biasa dilakukan dalam pendidikan pada umumnya. Selama pandemi, ada peningkatan tekanan bagi dunia pendidikan dari sekolah dasar sampai sektor pendidikan tinggi untuk menggunakan strategi pembelajaran campuran – sebuah kombinasi antara sesi pembelajaran online dan tatap muka – untuk diterapkan secara lebih luas.</p>
<p>Meskipun awalnya pembelajaran campuran dianggap rumit, survei terbaru di Indonesia menunjukkan <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2590291121001145">95%</a> pengajar di Indonesia sekarang lebih suka menggunakan pembelajaran campuran ataupun pembelajaran jarak jauh.</p>
<p>Hal yang sama terjadi di Australia dengan adanya <a href="https://research.avondale.edu.au/cgi/viewcontent.cgi?article=1047&context=edu_conferences">pergeseran persepsi untuk memilih pembelajaran campuran</a> di antara siswa maupun pendidik di negeri Kangguru tersebut.</p>
<p>Dengan perencanaan yang cermat, strategi pembelajaran campuran dapat memberikan <a href="https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/10691898.2019.1608874">pengalaman belajar yang setara</a> untuk kelompok siswa tatap muka maupun kelompok siswa online.</p>
<p>Pembelajaran campuran akan bisa menjadi solusi efektif untuk memperbaiki dampak dari kehilangan pembelajaran di saat ini maupun masa depan yang disebabkan oleh peristiwa buruk seperti COVID-19 pandemi.</p>
<p><strong>4. Menanamkan ‘SDGs’ (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan)) dalam kurikulum</strong></p>
<p><a href="https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/00958964.2019.1710444">Literatur</a> menunjukkan pentingnya penanaman <a href="https://sdgs.un.org/goals">Sustainable Development Goals (SDGs)</a> yang dicetuskan oleh PBB di dalam kurikulum pembelajaran. SDGs akan membekali siswa dengan keterampilan dan pengetahuan untuk mengatasi tantangan dalam mencapai keberlanjutan di tingkat global yang semakin memburuk atas dampak kehilangan pembelajaran dari pandemi.</p>
<p>Penanaman SDGs dalam kurikulum dapat mengatasi tantangan <em>‘sustainability’</em> global lewat beberapa cara, seperti melalui studi banding antarkomunitas, pemberdayaan perpustakaan online, dan program-program yang menekankan pada kepekaan dan kesadaran sosial budaya.</p>
<p>Di <a href="https://www.griffith.edu.au/sustainability">Griffith University</a> misalnya, SDGs telah tertanam dalam kurikulum fakultas bisnis dan ekonomi. Hal ini dirancang untuk membekali pelajar dengan kemampuan untuk mengatasi dampak-dampak pandemi seperti kehilangan pembelajaran ataupun tantangan-tantangan global yang lain.</p>
<p><strong>5. Digitalisasi proses pembelajaran</strong></p>
<p>Selama pandemi para guru tidak punya pilihan selain membatalkan kelas atau mengalihkan praktik pembelajaran tatap muka ke ranah digital. Salah satu tantangan terbesar adalah merancang kelas online yang akan membuat siswa tetap terlibat, dan menyediakan sarana untuk menguji siswa dan memberikan umpan balik secara efektif.<br>
Tidak semua siswa memiliki akses yang sama ke perangkat digital. Hal ini menyebabkan kehilangan pembelajaran pada tingkat individu secara lebih menyeluruh, dari tingkat pendidikan taman kanak-kanak, sekolah dasar dan menengah, sampai ke perguruan tinggi.</p>
<p>Meskipun masih dalam tahap awal, <a href="https://floraproject.org/website/">beberapa penelitian</a> menunjukkan bahwa penggunaan <em>‘artifical intelligence’</em> (kecerdasan buatan) dapat bermanfaat dalam upaya untuk mengurangi dampak kehilangan pembelajaran di tingkat individu. Khususnya, penggunaan <em>‘machine learning’</em> dapat berguna dalam mengukur dan memahami tingkat pembelajaran mandiri dari para siswa.</p>
<p><strong>6. Menggunakan data untuk personalisasi pembelajaran</strong></p>
<p>Ada banyak manfaat dalam penggunaan data di dalam pengajaran dan kurikulum pembelajaran.</p>
<p>Pertama, dalam penggunaan data pengajar dapat melihat perbandingan kinerja siswa di antara rekan-rekan mereka. Hal ini membantu pengajar untuk bisa memahami kebutuhan siswa secara lebih personal.</p>
<p>Kedua, penggunaan data analitik memampukan pengajar untuk merancang program pembelajaran yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan setiap siswa secara individu.</p>
<p>Penggunaan data juga membantu dalam penilaian tingkat kemajuan setiap siswa secara lebih baik.</p>
<p>Pada intinya, data analitik akan berguna untuk menilai tingkat kehilangan pembelajaran dan memungkinkan para pendidik untuk merancang strategi pembelajaran yang lebih <a href="https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-3-030-51968-1_4">responsif terhadap kebutuhan siswa</a> secara personal.</p>
<p>Sebagai contoh, <a href="https://www.education.vic.gov.au/school/teachers/teachingresources/practice/Pages/insight-data.aspx">pemerintah negara bagian Victoria</a> di Australia telah menggunakan data analitik untuk personalisasi pembelajaran. </p>
<p><strong>7. Mengikutsertakan sektor perguruan tinggi dalam penelitian kehilangan pembelajaran</strong></p>
<p>Pada saat ini, <a href="https://openknowledge.worldbank.org/handle/10986/34378">penelitian tingkat nasional</a> tentang kehilangan pembelajaran di Indonesia oleh Bank Dunia hanya fokus pada dampak pandemi pada sektor taman kanak-kanak hingga sekolah menengah. </p>
<p>Di dalam hal ini, proyek kami akan memperluas cakupan studi yang ada dengan mengembangkan penelitian dampak kehilangan pembelajaran ke sektor perguruan tinggi, baik di Indonesia maupun Australia, serta wilayah yang lebih luas.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/187071/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Danielle Logan-Fleming is a Learning & Teaching Consultant in the Griffith Business School, Griffith University. She is a member of the Australasian Society for Computers in Learning in Tertiary Education (ASCILITE) where she co-leads the Business Education Special Interest Group and co-Leads the 'Contextualising Horizon' Project. She has recently received funding in the form of a grant from an external organisation to undertake research on Learning & Teaching projects.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Kanchana Kariyawasam is an Adjunct Research Fellow of the Australian Centre for Intellectual Property in Agriculture (ACIPA) in Australia and a Member of the Law Futures Centre and Griffith Asia Institute (GAI) at Griffith University. She has received funding from external funding bodies to undertake research and constancy projects. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Md Sayed Iftekhar is the Secretary of the Australasian Agricultural Resource Economics Society (AARES). He has received funding from Australian Research Council (ARC) and other industry funding to undertake research and consultancy projects.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Gede Rasben Dantes, Lanita Winata, dan Tommy Soesmanto tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Tujuh rekomendasi utama untuk mengurangi dampak kehilangan pembelajaran selama pandemiTommy Soesmanto, Deputy Director - Undergraduate Business Programs, Griffith Business School, Griffith UniversityDanielle Logan-Fleming, Learning & Teaching Consultant, Griffith Business School, Griffith UniversityGede Rasben Dantes, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kerjasama, Universitas Pendidikan GaneshaKanchana Kariyawasam, Associate Professor, Griffith UniversityLanita Winata, Senior Lecturer, Griffith UniversityMd Sayed Iftekhar, Associate Professor, Griffith UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1810652022-07-20T04:26:56Z2022-07-20T04:26:56ZKasus varian Omicron BA.4 dan BA.5 makin meningkat: mengapa selalu berulang naik-turun kasus COVID?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/474834/original/file-20220719-16-g0p5wi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pemerintah Indonesia memberlakukan kebijakan baru mulai 17 Juli 2022 bahwa penumpang pesawat domestik wajib vaksinasi tahap ke tiga atau booster COVID-19. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://download.antarafoto.com/searchresult/dom-1657884317">ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/foc.</a></span></figcaption></figure><p>Tren penurunan kasus COVID-19 varian Omicron yang menerjang Indonesia <a href="https://covid19.go.id/peta-sebaran">sejak pertengahan Desember 2021 ternyata tak berlangsung lama</a>. Kini, subvarian dari Omicron, <a href="https://theconversation.com/mengapa-ada-begitu-banyak-sub-varian-omicron-baru-seperti-ba-4-dan-ba-5-apakah-saya-akan-terinfeksi-ulang-apakah-virus-bermutasi-lebih-cepat-185029">BA.4 dan BA.5</a>, menjadi ancaman baru di negeri ini. </p>
<p>Kurang dari dua bulan, kasus COVID-19 melonjak <a href="https://www.kompas.id/baca/humaniora/2022/07/06/kasus-covid-19-meningkat-10-lipat-dalam-dua-bulan">jadi 10 kali lipat</a> dan <a href="https://covid19.go.id/peta-sebaran">cenderung terus meningkat</a>. Kebijakan “boleh tidak pakai masker di luar ruang” yang <a href="https://www.liputan6.com/news/read/4964641/jokowi-umumkan-masyarakat-boleh-lepas-masker-ini-pernyataan-lengkapnya">mulai pada Mei lalu</a> kini berubah: penduduk <a href="https://nasional.sindonews.com/read/814647/15/wapres-masker-wajib-kembali-dipakai-di-luar-ruangan-1656670069">diminta lagi memakai</a> masker untuk menghadang penularan penularan COVID-19. </p>
<p>Mengapa naik-turun kasus COVID-19 selalu berulang? </p>
<p>Salah satu narasi yang sering muncul – walau hanya ditunjang dengan data ilmiah seadanya – adalah kemunculan varian-varian baru yang selalu dikaitkan dengan laju penularan, tingkat keparahan, dan efektivitas sistem imun baik karena infeksi alamiah atau vaksinasi.</p>
<p>Padahal, teori klasik tentang penularan penyakit infeksi selalu menggunakan model <a href="https://www.cdc.gov/csels/dsepd/ss1978/lesson1/section8.html">segitiga epidemiologi</a>: interaksi antara kuman, inang, dan lingkungan. Hampir seluruh analisis data epidemiologi, studi laboratorium, serta pengalaman klinis menghadapi penyakit infeksi selalu mengkaji dari tiga sudut pandang ini.</p>
<h2>Pemodelan penyakit infeksi: tak ada faktor tunggal</h2>
<p>Tak ada faktor tunggal dan dominan sebagai penyebab kurva pandemi melonjak lagi. Artinya, interaksi tiga variabel itulah yang menyebabkan dinamika naik atau turunnya kasus COVID-19. </p>
<p>Di tingkat laboratorium, tiga variabel di atas dikontrol dengan ketat untuk menghasilkan data penelitian yang valid. Eksperimen untuk menumbuhkan SARS-CoV-2 pada cawan petri – wadah untuk membiakkan sel – memerlukan sel inang dan media pertumbuhan yang spesifik. </p>
<p>Sel inang utamanya adalah sel manusia dengan kriteria tertentu seperti sel saluran pernafasan atau sel lainnya yang dimodifikasi sehingga memiliki reseptor ACE-2, <a href="https://theconversation.com/what-is-the-ace2-receptor-how-is-it-connected-to-coronavirus-and-why-might-it-be-key-to-treating-covid-19-the-experts-explain-136928">protein yang menjadi jalan masuk virus COVID-19</a>. </p>
<p>Kriteria lingkungan terwakili oleh media pertumbuhan yang juga spesifik. Sebagai contoh, media pertumbuhan untuk sel saluran pernafasan memerlukan tambahan asam retinoat dan hormon-hormon pertumbuhan. Sedangkan untuk sel hepar (hati) memerlukan asupan glukosa yang lebih tinggi atau tambahan hormon insulin. </p>
<p>Tanpa adanya reseptor ACE-2 atau penggunaan media pertumbuhan suboptimal, apapun varian SARS-CoV-2 yang akan diujicobakan tidak akan mampu menginfeksi sel inang dengan sempurna.</p>
<p>Kemudian pada tingkat klinis atau pengamatan pada pasien secara langsung, SARS-CoV-2 dan variannya tetap sebagai kuman penyebab, kondisi biologis tubuh pasien bertindak sebagai inang, dan determinan sosioekonomis sebagai faktor lingkungan. </p>
<p>Dalam spektrum klinis, kecenderungan seseorang mengalami COVID-19 gejala ringan ataupun berat <a href="https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMp2119682">bisa jadi ditentukan oleh jenis varian yang menginfeksinya</a>. Masih perlu penelitian lanjutan untuk menyimpulkan hubungan antara varian dan tingkat keparahan pada pasien COVID-19. </p>
<p>Pasien dengan status imunitas menurun seperti <a href="https://www.cancer.gov/about-cancer/coronavirus/coronavirus-cancer-patient-information">pada pasien dengan kanker</a>, <a href="https://www.hiv.gov/hiv-basics/staying-in-hiv-care/other-related-health-issues/coronavirus-covid-19">HIV/AIDS</a>, juga orang tua; atau pasien dengan status imun reaktif semisal obesitas dan kencing manis rentan mengalami lebih sakit akibat penyakit infeksi. </p>
<p>Data-data epidemiologis juga <a href="https://www.who.int/westernpacific/emergencies/covid-19/information/high-risk-groups">mencatat pasien dengan berbagai penyakit penyerta </a> sebelumnya tersebut memiliki persentase yang tinggi untuk memerlukan ruang perawatan intensif, bahkan berujung pada kematian akibat pandemi kali ini. </p>
<p>Sedangkan determinan sosial jelas berimplikasi pada laju penularan dan tingkat kematian. Laju penularan akan meningkat seiring dengan mobilitas penduduk yang kembali normal. Apalagi jika penerapan protokol kesehatan seperti penggunaan masker serta aktivitas telusur kontak tidak diimplementasikan secara sungguh-sungguh. </p>
<p>Penularan masif di masyarakat cenderung terjadi saat perubahan perilaku masyarakat atau momen-momen tertentu semisal aktivitas sosial budaya dan ritual keagamaan. Sebagai contoh, varian Alfa merebak ketika musim dingin tahun 2020, saat penduduk di dunia belahan Utara menghabiskan banyak waktunya bersama-sama di ruangan tertutup. Sedangkan, penularan masif COVID-19 di India – salah satunya adalah akibat festival keagaamaan — menghasilkan varian Delta. </p>
<p>Mitigasi yang dilakukan pemerintah serta didukung dengan kohesi sosial yang tinggi, baik vertikal (masyarakat-pemerintah) maupun horizontal (antar masyarakat), adalah salah satu kunci sukses negara-negara lain seperti <a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0263376">Selandia Baru</a> dan <a href="https://www.japantimes.co.jp/news/2022/02/14/national/social-issues/japan-covid19-social-norms/">Jepang</a> dalam menangani pandemi COVID-19. </p>
<h2>Berpikir komprehensif</h2>
<p>Narasi tingginya laju penularan akibat varian Omicron dan turunannya bisa kita bandingkan dengan penyakit lain. Kumpulan mutasi yang terdapat pada Omicron diperkirakan mampu meningkatkan replikasi virus pada saluran napas atas (dari hidung hingga tenggorokan). </p>
<p>Mutasi-mutasi ini juga mengubah susunan protein <em>spike</em> sehingga antibodi yang terbentuk pasca infeksi alamiah dan vaksinasi tidak mampu mengenalinya lagi. </p>
<p><a href="https://www.kompas.id/baca/ilmiah-populer/2022/02/13/omicron-bukan-varian-pamungkas-dalam-pandemi">Data Kompas</a>, yang mengutip kajian epidemiologis dari berbagai sumber, menunjukan bahwa laju infeksi gelombang Omicron lebih cepat jika dibanding Delta. Namun, data tersebut tidak spesifik menyebutkan bahwa laju penularan yang tinggi semata-mata diakibatkan karena mutasi kuman. </p>
<p>Masih jelas teringat kasak-kusuk tentang <a href="https://tirto.id/cdc-sebut-penularan-virus-corona-varian-delta-sama-dengan-cacar-air-gido">klaim penularan Delta</a> yang dikatakan mirip dengan penyakit cacar (satu pasien cacar mampu menularkan enam hingga sepuluh orang lainnya). </p>
<p>Sedangkan Omicron, khususnya BA.4/BA.5 dikatakan memiliki laju infeksi yang mirip dengan penyakit yang paling menular, yakni <a href="https://theconversation.com/australia-is-heading-for-its-third-omicron-wave-heres-what-to-expect-from-ba-4-and-ba-5-185598">campak</a> (rata-rata 15 orang dapat tertular oleh satu pasien campak).</p>
<p>Padahal, <a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0239800">konsensus para ahli pada awal pandemi COVID-19 menyimpulkan</a> bahwa angka penularan virus orisinal adalah dua hingga enam kasus baru yang berasal dari satu pasien positif. </p>
<p>Berdasarkan dua buku babon virologi, <a href="https://www.amazon.com/Fields-Virology-Knipe-2-Set/dp/1451105630"><em>Fields Virology</em></a> dan <a href="https://www.wiley.com/en-us/Principles+of+Virology%2C+Multi+Volume%2C+5th+Edition-p-9781683673583"><em>Principles of Virology</em></a>, sangat jarang (bahkan mungkin tidak ada) karakteristik virus yang berasal dari satu “spesies” memiliki rentang angka penularan yang sedemikian lebar, antara 2 hingga 15. </p>
<p>Bisa jadi SARS-CoV-2 adalah virus pertama dengan karakteristik demikian. Namun, tanpa adanya bukti-bukti ilmiah yang cukup, skeptisisme harus terus dirawat.</p>
<p>Narasi lain tentang Omicron serta BA.4/BA.5 dikatakan memiliki tingkat keparahan minimal karena kurang optimal dalam menginfeksi sel paru-paru dan cenderung terkonsentrasi di saluran nafas atas. Tetapi, menurut saya, rendahnya angka kematian lebih karena masyarakat telah memiliki sistem imun yang dimotori oleh sel B dan Sel T setelah vaksinasi. </p>
<p>Sel B dan Sel T memiliki presisi yang tinggi terhadap bagian-bagian SARS-CoV-2 secara utuh, <a href="https://www.cell.com/cell/pdf/S0092-8674(22)00073-3.pdf">apapun variannya</a>. Sehingga, efektivitas vaksinasi untuk mengurangi angka kematian COVID-19 tidak berkurang secara drastis meski muncul varian-varian baru, termasuk Omicron dan BA.4/BA.5.</p>
<h2>Efektivitas mitigasi</h2>
<p>Mereduksi segala fenomena yang terjadi semata-mata karena kemampuan varian baru dan rincian mutasi-mutasi yang terjadi, membuat fokus terhadap aspek inang dan lingkungan dipandang sebelah mata. </p>
<p>Dampaknya, mitigasi yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat cenderung dilaksanakan setengah hati. Tidak terlihat konsistensi dalam pelaksanaan protokol kesehatan, seminimal-minimalnya penggunaan masker. </p>
<p>Fokus vaksinasi dan implementasi pencegahan infeksi pada pasien dengan komorbid atau populasi lansia jarang menjadi prioritas. Upaya untuk membangun solidaritas sosial – poin yang sangat krusial pada situasi krisis — sayangnya dilakukan secara sporadis berdasarkan inisiatif orang per orang. </p>
<p>Karena itu, mengembalikan pemodelan penyakit infeksi berdasarkan segitiga epidemologi yang berpusat pada tiga aspek yakni kuman, inang, dan lingkungan dapat memperkuat strategi mitigasi penularan COVID-19 dari varian baru.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/181065/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Gede Ngurah Rsi Suwardana tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Mereduksi segala fenomena yang terjadi semata-mata karena kemampuan varian baru dan rincian mutasi-mutasi yang terjadi, membuat fokus terhadap aspek inang dan lingkungan dipandang sebelah mata.Gede Ngurah Rsi Suwardana, Doctoral Student at Division of Infectious Disease Control, Graduate School of Medicine, Kobe UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1836302022-06-09T10:33:00Z2022-06-09T10:33:00ZPandemi ubah pola makan: konsumsi garam berlebihan sehingga naikkan kasus hipertensi<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/467994/original/file-20220609-24-1a3bu1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Dinas Kesehatan Kota Bandung menggelar pemeriksaan deteksi dini penyakit tidak menular, termasuk hipertensi, 27 Mei 2022.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://download.antarafoto.com/searchresult/dom-1653628221">ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/rwa</a></span></figcaption></figure><p>Jumlah pengidap tekanan darah tinggi (hipertensi), salah satu jenis ‘pembunuh senyap’, makin meningkat setelah pandemi COVID makin terkendali. </p>
<p>Hampir 100 juta orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi. Sekitar <a href="https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(05)17741-1/fulltext">9-17% di antaranya</a> disebabkan oleh asupan natrium yang berlebihan dari sumber makanan. Kini prevalensi hipertensi terus meningkat tajam dan diprediksi pada 2025 sebanyak 29% orang dewasa di seluruh dunia terkena <a href="http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-penyakit-jantung-dan-pembuluh-darah/hari-hipertensi-sedunia">hipertensi</a>. </p>
<p>Hipertensi mengakibatkan kematian sekitar <a href="https://www.isglobal.org/en/healthisglobal/-/custom-blog-portlet/on-this-world-hypertension-day-2022-emphasising-the-importance-of-accurate-measurement-and-increased-awareness/5620053/14101#:%7E:text=In%20the%20last%20thirty%20years,people%20in%20the%20region%20may">8 juta orang setiap tahun</a>. Dari jumlah itu, sebanyak 1,5 juta di antaranya terjadi di Asia Tenggara yang sepertiga populasinya menderita <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7889387/">hipertensi</a>. Penyakit tidak menular dan bisa dicegah ini dapat menyebabkan <a href="https://nasional.kontan.co.id/news/beban-penyakit-katastropik-tinggi-ini-yang-dilakukan-bpjs-kesehatan">peningkatan beban biaya kesehatan</a>.</p>
<p>COVID-19 sebenarnya tidak berkaitan dengan penyebab tekanan darah tinggi tersebut. Namun pascapandemi COVID-19, <a href="https://www.nhlbi.nih.gov/news/2022/blood-pressure-covid-19-pandemic-could-be-blame">banyak riset melaporkan kasus hipertensi</a> di beberapa belahan dunia meningkat.</p>
<p>Peningkatan tersebut diduga akibat pergeseran pola makan masyarakat selama bekerja dari rumah (WFH) yang mengarah ke makanan olahan yang mengandung <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s10311-021-01257-0">natrium (garam) tinggi</a>. Makanan tinggi garam natrium memiliki kandungan natrium yang pada umumnya melebihi 500 miligram per 100 gram. Banyak makanan yang diproses dan yang telah melalui tahap pengawetan juga termasuk dalam kategori ini. </p>
<p>Di Indonesia, kontribusi makanan dalam asupan natrium anak-anak berusia muda (6–18 tahun) dilaporakan mencapai nilai >2000 mg per hari. Rinciannya, <a href="https://www.researchgate.net/publication/323660873_Front_Matter_391/fulltext/5aa294690f7e9badd9a662bd/Front-Matter-391.pdf">55,3% bagi laki-laki dan 54,2% bagi perempuan</a>. Sedangkan dari semua populasi (0 hingga > 55 tahun), individu berusia 13–18 dan 19–55 tahun-lah yang paling banyak mengkonsumsi natrium, yaitu 2,8 g per hari. </p>
<h2>Pandemi ubah pola makanan</h2>
<p>Pola makan dan preferensi makanan masyarakat berubah selama wabah COVID-19. Makanan beku (<em>frozen food</em>) yang merupakan kategori makanan yang selain memiliki harga terjangkau, memiliki umur simpan yang relatif panjang. </p>
<p>Tidak mengherankan apabila jumlah konsumsi makanan beku oleh konsumen selama pandemi COVID-19 dua tahun terakhir <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s10311-020-01101-x">meningkat luar biasa</a>. Di Indonesia, ada 2020, nilai transaksi makanan beku mencapai <a href="https://ekonomi.bisnis.com/read/20210616/257/1406307/tren-frozen-food-bakal-pacu-pasar-rantai-dingin-hingga-rp200-triliun">Rp 670 triliun</a>, dan diproyeksikan akan tumbuh sebesar <a href="https://bahteraadijaya.com/the-need-for-health-and-convenience-shape-fb-trends-in-indonesia/">8,49% per tahun</a> antara 2021 dan 2026. </p>
<p>Beberapa kategori makanan yang <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s10311-021-01257-0">paling diminati selama pandemi lainnya</a> adalah makanan kaleng (<em>canned foods</em>), makanan instan, serta makanan ringan (<em>snacks</em>). </p>
<p>Produk-produk tersebut dikenal dengan kandungan garam natrium yang tinggi. Sehingga, singkatnya, kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) atau pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang diterapkan selama pandemi COVID-19 menghasilkan perubahan yang dapat diamati dalam preferensi diet masyarakat. </p>
<p>Cukup jelas bahwa selama pembatasan itu sebagian besar populasi cenderung <a href="https://www.jawapos.com/internasional/19/11/2021/pandemi-jumlah-pasien-diabetes-dan-hipertensi-di-singapura-bertambah/">meningkatkan konsumsi makanan tinggi natrium</a>.</p>
<p>Asupan natrium yang berlebihan telah terbukti terkait dengan sejumlah besar masalah dan gangguan penyakit tidak menular, termasuk penyakit kardiovaskular, hipertensi, dan <a href="https://www.jrnjournal.org/article/S1051-2276(08)00440-8/fulltext">penyakit ginjal</a>. </p>
<h2>Cek label nutrisi pada kemasan pangan</h2>
<p>Penyebab terbesar adanya peningkatan asupan natrium yang berlebihan di masyarakat adalah tingginya peredaran makanan olahan pabrikan yang mengandung natrium tinggi dan rendahnya kesadaran umum masyarakat akan kandungan natrium dalam makanan. </p>
<p>Secara lebih khusus, ada juga kekurangan pemahaman mengenai perbedaan antara garam dan natrium. Ini sering menimbulkan kesalahpahaman bahwa sumber utama natrium adalah garam yang ditambahkan saat memasak atau <a href="https://www.cambridge.org/core/journals/public-health-nutrition/article/knowledge-attitudes-and-behaviour-of-greek-adults-towards-salt-consumption-a-hellenic-food-authority-project/7455681FC8E4203A0063D36EECECB550">saat menyajikan makanan</a>. </p>
<p>Keyakinan populer ini bertentangan dengan fakta sebenarnya bahwa jumlah natrium yang jauh lebih besar umumnya ditambahkan selama pemrosesan makanan di ruang produksi industri makanan olahan dan kemasan baik skala besar maupun kecil. Dalam tahap ini, konsumen tidak dapat melihatnya secara langsung.</p>
<p>Berdasarkan laporan dalam Public Health Nutrition, lebih dari <a href="https://www.cambridge.org/core/journals/public-health-nutrition/article/knowledge-attitudes-and-behaviour-of-greek-adults-towards-salt-consumption-a-hellenic-food-authority-project/7455681FC8E4203A0063D36EECECB550">setengah asupan natrium</a> oleh tubuh manusia berasal dari makanan olahan. Saat membeli makanan, beberapa orang mungkin mengabaikan kandungan natrium yang tercantum pada label nutrisi yang tertera pada kemasan makanan, sehingga tidak dapat mengidentifikasi produk makanan dengan kandungan natrium yang tinggi.</p>
<p>Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut dan akibatnya asupan natrium terhadap kesehatan masyarakat selama masa pandemi COVID-19 yang lalu, maka penting bagi masyarakat Indonesia untuk mulai memperhatikan kandungan natrium yang dikonsumsi sehari-harinya.</p>
<h2>Teknologi terkini untuk reduksi garam natrium</h2>
<p>Garam adalah sumber utama natrium dalam makanan kita. Natrium berperan sebagai mikronutrien penting yang diperlukan untuk mempertahankan volume plasma, keseimbangan asam-basa, transmisi impuls saraf, dan fungsi sel normal, karena diperkirakan berkontribusi <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0963996915300958?via%3Dihub">sekitar 90%</a>. </p>
<p>Namun peningkatan konsumsi garam natrium dapat memicu penahanan air, sehingga menyebabkan kondisi aliran tinggi di <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6770596/">pembuluh arteri</a>.</p>
<p>Kini dikembangkan beberapa teknologi pengolahan pangan guna menurunkan asupan garam sodium, khususnya pada produk daging. Salah satu teknologi pengolahan tersebut adalah dengan <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S2214799320301193">mengganti</a> garam sodium klorida (NaCl) dengan garam dengan jenis metal yang lain misalnya kalium (KCl dan kalium laktat), kalsium (CaCl2 dan kalsium askorbat), atau magnesium (MgCl2). </p>
<p>Proses pereduksian kandungan garam sodium ini dilakukan dengan mengaplikasikan <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S221479932030120X">gelombang ultrasonik</a> pada produk daging. Dengan gelombang ultrasonik tersebut garam natrium juga dapat disubsitusi dengan <a href="https://ifst.onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/ijfs.13001">garam dengan jenis metal</a> yang lainnya.</p>
<h2>Asupan mikronutrien garam yang berimbang</h2>
<p>Dalam diet alami asupan kadar natrium, kalium, magnesium, dan kalsium diperoleh dari makanan yang tidak diproses yaitu sekitar dua pertiga dari energi berasal dari makanan nabati dan sepertiga dari makanan hewani. </p>
<p>Jika kebutuhan energi harian sebesar 2100 kkal dipenuhi oleh komposisi diet seperti itu, maka <a href="https://www.nature.com/articles/1001955">asupan natrium harian kira-kira 500 mg, kalium sekitar 7400 mg, kalsium sekitar 1100 mg, dan magnesium sekitar 800 mg</a>. </p>
<p>Namun, diet masyarakat modern memberikan jumlah dan rasio yang kandungan kalium, magnesium, dan kalsium jauh lebih rendah dibandingkan asupan natrium dalam tubuh. </p>
<p>Bagi industri makanan, ini adalah tantangan besar, tapi pada saat yang sama merupakan peluang besar untuk inovatif perusahaan untuk meningkatkan daya saing produk. </p>
<p>Banyak makanan olahan dapat diperkaya dengan kalium, kalsium, dan magnesium untuk menggantikan mikronutrien yang hilang selama pemrosesan. Sedapat mungkin, kadar natrium dalam produk pangan harus diturunkan, serta mengimbangi dengan garam atau senyawa tambahan lainnya.</p>
<p>Bagi konsumen, lihatlah label komposisi natrium dalam kemasan makanan olahan agar Anda bisa mempertimbangkan level konsumsi natrium yang aman. Ini penting untuk menghindari risiko hipertensi yang kerap kali membunuh secara cepat dan senyap.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/183630/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Tatas Hardo Panintingjati Brotosudarmo terafiliasi dengan Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI), Himpunan Kimia Indonesia (HKI), Royal Society of Chemistry (RSC), dan Fellow of the Alexander von Humboldt Stiftungs/Foundation. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Atha Khesya Boediamiseno tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>jumlah natrium yang jauh lebih besar umumnya ditambahkan selama pemrosesan makanan di ruang produksi industri makanan olahan dan kemasan baik skala besar maupun kecil.Tatas Hardo Panintingjati Brotosudarmo, Associate professor, Universitas CiputraLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1834422022-05-27T13:00:01Z2022-05-27T13:00:01ZLemahnya sistem pendanaan riset di Indonesia semakin terasa di tengah pandemi: berikut pengalaman para dosen<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/465753/original/file-20220527-19-l7qt0v.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">(Unsplash/Dan Dimmock)</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span></figcaption></figure><p>Skema pendanaan penelitian dari pemerintah Indonesia saat ini <a href="https://theconversation.com/ini-desain-dan-prinsip-pengelolaan-dana-abadi-penelitian-agar-efektif-dan-berdampak-optimal-129455">belum mampu menopang riset yang sifatnya multi-tahun</a> akibat siklus anggaran negara yang sifatnya tahunan. Ini menyulitkan dosen untuk merancang riset jangka panjang.</p>
<p>Berdasarkan <a href="http://uis.unesco.org/apps/visualisations/research-and-development-spending/">data terakhir UNESCO</a>, besaran anggaran riset yang dialokasikan pemerintah Indonesia pun masih sangat rendah (0,1% dari Pendapatan Domestik Bruto pada 2021) bila dibandingkan dengan beberapa negara tetangga (0,5% di Thailand, 1,3% di Malaysia, dan 2,1% di Singapura).</p>
<p>Pandemi COVID-19 yang ‘memaksa’ pemerintah untuk mengatasi krisis – sehingga menggeser anggaran dan prioritas riset – semakin memperparah kondisi ini bagi banyak peneliti dan dosen.</p>
<p>Seberapa banyak dukungan pendanaan yang diberikan untuk riset-riset yang dilakukan selama pandemi? Bagaimana nasib pendanaan riset dengan topik yang tidak berkaitan dengan pandemi secara langsung?</p>
<p>Kami di Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK) melakukan <a href="https://pspk.id/wp-content/uploads/2022/04/Kilas-Kebijakan-PSPK-Membangun-Keahlian-dengan-Profesionalisme-di-Kampus-Merdeka-Kajian-Mengenai-Beban-Kerja-Dosen-di-Indonesia.pdf">wawancara mendalam dengan tiga dosen</a> di perguruan tinggi di Indonesia untuk mendapat gambaran tentang lika-liku pendanaan riset selama pandemi.</p>
<p>Berikut cerita mereka.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/memajukan-industri-pengetahuan-di-indonesia-apa-yang-bisa-dilakukan-pemerintah-102486">Memajukan industri pengetahuan di Indonesia, apa yang bisa dilakukan pemerintah?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Dana penelitian yang berkurang</h2>
<p>Pandemi berdampak pada penurunan alokasi anggaran riset yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Asumsinya, riset tidak dilaksanakan secara tatap muka atau turun lapangan ketika pandemi.</p>
<p>Berdasarkan pengalaman Shahnaz Safitri, dosen psikologi di Universitas Indonesia (UI) yang fokus pada riset efektivitas pembelajaran, penurunan dana riset pada awal pandemi mencapai 50% dari yang biasanya sekitar Rp 300 juta untuk riset sosial yang berjangka panjang. Baru pada tahun kedua pemberian dana riset mulai pelan-pelan bertambah.</p>
<p>Jumlah anggaran yang berkurang ini, menurut Shahnaz, sebenarnya masih cukup untuk desain penelitian psikologi yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Tapi, beda halnya dengan rekan-rekannya yang menggunakan pendekatan kualitatif.</p>
<p>“Untuk desain penelitian kuantitatif, dosen psikologi [di UI] biasanya memakai instrumen survei daring. Yang lebih terdampak adalah peneliti kualitatif karena harus turun lapangan, atau peneliti eksakta karena membutuhkan biaya yang besar untuk peralatan”, ujar Shahnaz. </p>
<p>Masalah yang berbeda juga diceritakan oleh Daryanto, dosen teknik elektro di Universitas Negeri Jakarta (UNJ).</p>
<p>Alokasi hibah dari pemerintah selama pandemi tidak berdasarkan kebutuhan riil yang diajukan dosen peneliti. Jatah hibah kini diplot dengan kisaran angka tertentu (seperti 50 juta, 100 juta, 200 juta, dan seterusnya).</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/bukan-hanya-soal-anggaran-bagaimana-dana-riset-dibelanjakan-juga-penting-112873">Bukan (hanya) soal anggaran. Bagaimana dana riset dibelanjakan juga penting</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Bagi Daryanto, pembatasan anggaran ini menyulitkan dosen dan peneliti, terutama yang berada di rumpun teknik dan eksakta karena penelitian yang dilakukan membutuhkan pembelian peralatan atau infrastruktur lainnya.</p>
<p>“Seringkali, kampus juga belum menyediakan infrastruktur yang memadai untuk riset”, kata Daryanto. </p>
<p>Meski ada penurunan dana riset secara umum di ranah non-pandemi, Aryo Wicaksono dari Universitas Airlangga (UNAIR) mengamati adanya dampak positif pasca COVID-19.</p>
<p>Menurutnya, pandemi memberikan stimulus masyarakat untuk melakukan perubahan di berbagai sektor. Aryo memprediksi tren topik riset ke depan tidak lagi membahas dampak pandemi, namun seharusnya sudah membahas proses resiliensi (<em>bounce back</em>) masyarakat terhadap krisis.</p>
<h2>Ada akar masalah yang lebih besar</h2>
<p>Selain isu besaran anggaran anggaran riset pemerintah, terdapat permasalahan lain terkait pendanaan penelitian di Indonesia.</p>
<p>Pertama, masalah pemerataan pendanaan riset.</p>
<p>Pendanaan riset yang proporsinya didominasi APBN – itu pun hanya 0,1% dari PDB untuk 2021 – seringkali hanya bisa diakses oleh perguruan tinggi unggulan dan dosen yang mempunyai jam terbang riset tinggi.</p>
<p>Daryanto menyebutkan “pola <a href="https://theconversation.com/sepak-terjang-peneliti-muda-indonesia-berkembang-pesat-tapi-masih-terbentur-banyak-tantangan-174408">pembinaan dosen muda</a> yang tidak terstruktur dengan baik” membuat dosen-dosen muda kurang mempunyai kesempatan untuk memenangkan hibah riset. Temuan ini senada dengan hasil riset <a href="http://www.reality-check-approach.com/uploads/6/0/8/2/60824721/study_14_v6_web.pdf">Reality Check Approach (2017)</a> yang menunjukkan bahwa untuk memenangkan hibah riset, dosen muda memerlukan profil “dosen senior” di dalam pengajuan proposalnya.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/sepak-terjang-peneliti-muda-indonesia-berkembang-pesat-tapi-masih-terbentur-banyak-tantangan-174408">Sepak terjang peneliti muda Indonesia: berkembang pesat tapi masih terbentur banyak tantangan</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Kedua, pelaporan hasil riset yang masih <a href="https://theconversation.com/lebih-dari-sepertiga-dosen-indonesia-tidak-menerbitkan-riset-3-solusi-memperbaikinya-140248">berorientasi administratif</a> ketimbang aspek substansi riset.</p>
<p>Tingginya beban administrasi membuat dosen peneliti seperti Shahnaz, Aryo, dan Daryanto kekurangan motivasi untuk mendaftar hibah riset dari pemerintah.</p>
<p>“Pemerintah memang mulai berorientasi untuk kebijakan pendanaan riset berbasis luaran (<em>output</em>), namun pada kenyataannya dosen masih disibukkan dengan nota-nota bukti dan pelaporan yang kaku,” ujar Daryanto.</p>
<p>Ia menambahkan bahwa orientasi pelaporan berbasis laporan pertanggungjawaban (LPJ) keuangan menyulitkan dosen untuk melakukan hilirisasi hasil penelitian menjadi produk.</p>
<p>“LPJ keuangan kan sifatnya per termin satu tahun anggaran, sehingga sistem ini tidak memungkinkan penelitian untuk menjadi sebuah produk.”</p>
<p>Di tengah penurunan besaran hibah riset selama pandemi, kompetisi yang kurang sehat maupun beban administrasi yang berat semakin membatasi akses banyak dosen untuk mendanai riset berkualitas.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/465700/original/file-20220527-19-9m2rjb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/465700/original/file-20220527-19-9m2rjb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/465700/original/file-20220527-19-9m2rjb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/465700/original/file-20220527-19-9m2rjb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/465700/original/file-20220527-19-9m2rjb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/465700/original/file-20220527-19-9m2rjb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=498&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/465700/original/file-20220527-19-9m2rjb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=498&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/465700/original/file-20220527-19-9m2rjb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=498&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Kompetisi yang kurang sehat dan beban administrasi menghambat banyak dosen mengakses dana riset yang memadai.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Memperbaiki birokrasi riset</h2>
<p>Pengalaman dosen peneliti seperti Shahnaz, Aryo, dan Daryanto menunjukkan bahwa hambatan yang muncul akibat alokasi anggaran yang menurun selama pandemi hanyalah satu gejala tambahan dari masalah yang lebih besar – yakni ekosistem pendanaan riset yang buruk.</p>
<p>Lalu, apa yang perlu dilakukan pemerintah dalam jangka panjang?</p>
<p>Menurut Shahnaz, dalam jangka pendek, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) perlu menginisiasi suatu pusat pembelajaran (<em>learning center</em>) khususnya untuk dosen peneliti muda. Hal ini penting untuk meningkatkan peluang dosen muda mendapatkan hibah.</p>
<p>Tak hanya menjalankan fungsi peningkatan kapasitas, <em>learning centre</em> juga dapat berperan sebagai jembatan kolaborasi antarperguruan tinggi di Indonesia.</p>
<p>Kemudian, dalam jangka panjang, Aryo dan Dayanto mengusulkan pentingnya penyederhanaan birokrasi penelitian di Indonesia.</p>
<p>Daryanto menekankan pentingnya pemberian dana berdasarkan kebutuhan topik yang diteliti dosen, bukan berdasarkan pada tahun anggaran sehingga bisa meningkatkan jumlah inovasi.</p>
<p>Sementara, Aryo menyarankan untuk menguatkan prosedur etik, dan pembenahan peran penelaah proposal penelitian agar relevan dengan topik yang diajukan peneliti. </p>
<p>Ini selaras dengan <a href="https://theconversation.com/bagaimana-skema-pengelolaan-dana-abadi-penelitian-yang-ideal-komunitas-peneliti-berpendapat-129082">rekomendasi Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI)</a> pada 2019 agar pemerintah Indonesia menunjuk lembaga tepercaya untuk mengelola pemberian hibah dari Dana Abadi Penelitian supaya proses manajemen proposal penelitian menjadi lebih profesional dan terpisah dari siklus tahunan negara.</p>
<p>Krisis tentu akan datang dan pergi mengguncang dunia riset, tapi ekosistem pendanaan penelitian yang matang akan membantu dosen dan peneliti melewatinya dengan lebih baik.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/183442/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Daya Sudrajat bekerja sebagai konsultan riset dan kebijakan di Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Diyon Iskandar terafiliasi dengan Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan. Ia berhubungan konsultasi dengan Kemdikbudristek. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Faris Hafizh Makarim tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Pandemi COVID-19 yang ‘memaksa’ pemerintah untuk mengatasi krisis telah menggeser anggaran dan prioritas riset. Bagaimana nasib dosen dan peneliti di Indonesia?Daya Sudrajat, Konsultan Riset dan Kebijakan, Pusat Studi Pendidikan dan KebijakanDiyon Iskandar, Policy Analyst, Pusat Studi Pendidikan dan KebijakanFaris Hafizh Makarim, Policy Analyst, Pusat Studi Pendidikan dan KebijakanLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1795962022-04-22T11:05:30Z2022-04-22T11:05:30ZApakah pandemi meruntuhkan minat baca siswa? Berbagai inovasi dan kolaborasi justru terjadi<p>Pandemi tidak hanya berdampak pada aktivitas belajar, tetapi juga berpengaruh pada upaya mempertahankan minat membaca siswa.</p>
<p>Di Indonesia, <a href="https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/wp-content/uploads/2017/08/panduan-gln.pdf">Gerakan Literasi Sekolah (GLS)</a> yang digencarkan pemerintah sejak 2016 mengalami <a href="https://www.medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/yNLG9RaK-kegiatan-literasi-siswa-terkendala-selama-pandemi">mati suri</a> di tengah terbatasnya pembelajaran di sekolah. </p>
<p>Ini sangat disayangkan mengingat pembiasaan membaca meningkatkan <a href="https://ejournal.perpusnas.go.id/mp/article/view/184">daya kritis</a>, <a href="https://www.victoria.ac.nz/__data/assets/pdf_file/0011/1626176/Elley-Mangubhai-1981.pdf">kemampuan tata bahasa</a>, maupun <a href="https://academic.oup.com/eltj/article-abstract/43/1/4/376273">keterampilan menulis</a> siswa.</p>
<p><a href="https://puslitjakdikbud.kemdikbud.go.id/produk/risalah_kebijakan/detail/313839/learning-recovery-time-for-action">Studi</a> yang dilakukan pada 18.000 siswa kelas 1-3 sekolah dasar (SD) di delapan provinsi Indonesia selama 2020-2021 bahkan menunjukkan penurunan capaian literasi sebesar 40%.</p>
<p>Tren serupa juga terjadi di negara lain. <a href="https://edpolicyinca.org/publications/changing-patterns-growth-oral-reading-fluency-during-covid-19-pandemic">Riset pada 100 distrik di Amerika Serikat (AS)</a> pada akhir 2020 menunjukkan penurunan kemampuan membaca siswa kelas 1-3 sebesar 30%. Di kota Boston, AS, 60% siswa dari kalangan ekonomi rendah bahkan <a href="https://www.nytimes.com/2022/03/08/us/pandemic-schools-reading-crisis.html">dua kali lebih berisiko</a> mengalami penurunan kemampuan membaca.</p>
<p>Meski demikian, tutupnya sekolah dan berbagai program membaca tidak sepenuhnya memunculkan kabar buruk, bahkan menjadi katalis bagi sekolah dan masyarakat untuk beradaptasi.</p>
<p><a href="https://puslitjakdikbud.kemdikbud.go.id/video/detail/3132/pendidikan">Studi kualitatif yang kami lakukan</a> pada Oktober-November 2021 mengamati munculnya berbagai inovasi dan terobosan – dari penyesuaian layanan perpustakaan, pemanfaatan teknologi, hingga pelibatan komunitas literasi.</p>
<p>Ini menunjukkan, meski di tengah kondisi yang tidak ideal dan menurunnya capaian literasi, semangat masyarakat untuk mempertahankan minat baca tetap tinggi.</p>
<h2>Perpustakaan sekolah melakukan adaptasi</h2>
<p>Pembudayaan literasi di sekolah umumnya dilakukan melalui pembiasaan membaca 15-20 menit sebelum pelajaran.</p>
<p>Berbagai sekolah di Kota Batu, Yogyakarta, Makassar, dan Kabupaten Badung yang <a href="https://puslitjakdikbud.kemdikbud.go.id/produk/buku/detail/323636/mengukur-capaian-program-gerakan-literasi-sekolah-gls-merumuskan-instrumen-evaluasi-untuk-memajukan-literasi">kami teliti pada 2019</a>, misalnya, banyak menyediakan buku di kelas maupun perpustakaan sekolah untuk mendukung hal ini. </p>
<p>Namun, ketika pandemi, sekolah beserta perpustakaannya ditutup sehingga siswa tidak dapat mengakses buku bacaan secara langsung.</p>
<p><a href="https://www.theguardian.com/books/2022/feb/10/library-use-plummeted-in-2021-but-e-visits-showed-18-rise-during-lockdown">Laporan tahun 2021</a> dari Chartered Institute of Public Finance and Accountancy pada 2020-2021 menunjukkan adanya penurunan jumlah kunjungan langsung ke perpustakaan umum sebesar 72% di seluruh dunia akibat pandemi.</p>
<p>Banyak perpustakaan sekolah <a href="https://edition.cnn.com/2021/06/13/us/coronavirus-libraries-pandemic/index.html">mengembangkan strategi layanan</a> melalui perpustakaan digital dan program virtual untuk menanggapi ini.</p>
<p>Sebuah SD di Kota Tegal, misalnya, mulai menyediakan bacaan digital dengan memanfaatkan website perpustakaan yang berisi buku sekolah elektronik, buku fiksi, dan buku nonfiksi yang tidak hanya dapat diakses oleh siswa di sekolah tersebut, tetapi juga siswa dari luar sekolah.</p>
<p>SD lain di Kota Bandung menyediakan jam khusus bagi pengelola perpustakaan sekolah untuk <a href="https://puslitjakdikbud.kemdikbud.go.id/produk/buku/detail/323636/mengukur-capaian-program-gerakan-literasi-sekolah-gls-merumuskan-instrumen-evaluasi-untuk-memajukan-literasi">mendiskusikan buku secara daring</a> agar siswa tetap tertarik membaca.</p>
<p>Beberapa sekolah di Kota Bandung juga mengembangkan perpustakaan melalui aplikasi <a href="https://perpustakaan.kemdikbud.go.id/slims">Senayan Library Management System (SLIMS)</a> milik Kementerian Pendidikan. Ini memungkinkan perpustakaan sekolah mendapatkan sumber koleksi bacaan lebih beragam dengan sistem sumber terbuka <em>(open source)</em>.</p>
<p>Berbagai studi menunjukkan, mempertahankan layanan perpustakaan sangat penting bagi siswa karena meningkatkan <a href="https://www.researchgate.net/publication/238246651_IMPACT_OF_SCHOOL_LIBRARY_SERVICES_ON_ACHIEVEMENT_AND_LEARNING_IN_PRIMARY_SCHOOLS">kemampuan membaca</a> dan <a href="https://www.researchgate.net/publication/26618961_Public_Policies_and_Public_Library-Emergent_Literacy_Relationship_in_the_USA_Amerika_Birlesik_Devletleri%27nde_Kamu_Politikalari_ve_Halk_Kutuphanelerinin_Erken_Okuma-Yazma_Islevi_ile_Iliskisi">kualitas literasi informasi mereka</a>.</p>
<h2>Antar jemput buku tetap penting</h2>
<p>Meskipun begitu, berbagai kebutuhan membaca <a href="https://www.theguardian.com/books/2022/feb/10/library-use-plummeted-in-2021-but-e-visits-showed-18-rise-during-lockdown">tidak dapat dipenuhi oleh layanan digital saja</a> mengingat adanya ketimpangan akses, sarana, dan ekonomi.</p>
<p><a href="https://www.rif.org/sites/default/files/Covid-Survey-FullReport-17Feb2021.pdf">Survei</a> lembaga nirlaba Reading Is Fundamental (RIF) mengungkapkan, 94% guru, orang tua, dan pengasuh anak di AS menyatakan pentingnya membantu menyediakan buku bacaan di rumah selama pandemi. Sebagian besar responden (96%) mengkhawatirkan penurunan minat baca siswa jika sumber bacaan cetak terbatas.</p>
<p>Oleh karena itu, muncul berbagai strategi agar koleksi perpustakaan dapat diakses publik dari rumah meski dengan keterbatasan.</p>
<p><a href="https://www.ifla.org/news/iran-libraries-book-courier-service-a-front-door-book-delivery-service/">Di Iran</a>, layanan perpustakaan selama pandemi dilakukan melalui pengantaran buku. Pengunjung dapat memilih buku melalui katalog daring, dan buku pesanan tersebut dikirim ke rumah peminjam lewat motor atau jasa ekspedisi.</p>
<p>Di Bandung dan Yogyakarta, beberapa sekolah memberikan layanan peminjaman buku yang dapat diambil ke sekolah oleh orang tua ataupun diantar lewat layanan pengantaran instan. </p>
<h2>Mendorong siswa membaca sesuai minat</h2>
<p>Pada awal pandemi, sebagian sekolah sempat berupaya mempertahankan penugasan membaca melalui <a href="https://www.detik.com/edu/edutainment/d-5686737/begini-cara-tumbuhkan-kebiasaan-baca-pada-anak-saat-pandemi">konferensi video sebelum jam belajar daring</a>. Namun, saat ini lebih banyak sekolah membebaskan jam membaca siswa – termasuk membebaskan bahan bacaan mereka agar tidak merasa terbebani dengan tugas. </p>
<p><a href="https://www.getepic.com/learn/read-all-about-it-a-report-on-the-state-of-kids-reading-habits-and-interests-during-the-pandemic/">Studi</a> yang dilakukan platform membaca daring Epic pada 2020 menunjukkan 72% anak akan membaca lebih banyak saat mereka dapat memilih buku sesuai minat. Selepasnya, mereka juga makin antusias mendiskusikan hasil bacaan mereka tersebut.</p>
<p>Sebelum pandemi, <a href="https://puslitjakdikbud.kemdikbud.go.id/video/detail/3132/pendidikan">sebuah SD swasta di Kota Bandung</a> menentukan target membaca beberapa judul buku yang relevan dengan kebutuhan literasi untuk tiap jenjang. Bacaan tersebut kemudian dituangkan siswa dalam jurnal membaca. </p>
<p>Selama pandemi, target membaca menjadi lebih fleksibel serta berbasis minat mereka. Catatan pada jurnal membaca pun dikirim ke sekolah melalui <em>WhatsApp</em> atau <em>Google Form</em>.</p>
<p>Para siswa juga mulai diperkenalkan untuk memilih bacaan melalui berbagai media dan aplikasi membaca maupun menulis, seperti melalui platform <em><a href="https://www.wattpad.com/?locale=id_ID">Wattpad</a></em>, <em><a href="https://www.letsreadathome.org/?lang=id">Let’s Read</a></em>, serta <em><a href="https://literacycloud.org/">Room to Read.</a></em>.</p>
<p><a href="http://repositori.kemdikbud.go.id/16742/">Suatu kajian</a> dari Kementerian Pendidikan terhadap data <em>Programme for International Student Assesment</em> (PISA) 2018 menunjukkan, siswa yang membaca lebih banyak dalam seminggu sebagai suatu hobi, terbukti memiliki skor PISA lebih tinggi.</p>
<h2>Pendampingan dari komunitas literasi</h2>
<p>Pandemi juga mendorong keterlibatan berbagai pihak untuk berkontribusi dalam mendukung minat baca siswa.</p>
<p>Beberapa <a href="https://edition.cnn.com/2021/06/13/us/coronavirus-libraries-pandemic/index.html">perpustakaan umum di AS</a> membuka akses internet gratis bagi publik, menyediakan ruang perpustakaan untuk lokasi vaksinasi, termasuk memanfaatkan pustakawan untuk menyebarkan informasi seputar pandemi.</p>
<p><a href="https://media.neliti.com/media/publications/340641-pendampingan-minat-belajar-pada-peserta-77369adf.pdf">Di Indonesia</a>, banyak relawan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) melakukan pendampingan membaca bagi anak-anak, biasanya setelah selesainya kegiatan belajar dari rumah. </p>
<p>Bahkan di <a href="https://www.inovasi.or.id/id/story/relawan-literasi-relasi-provinsi-ntb/">Nusa Tenggara Barat</a>, pendampingan dilakukan secara sistematis melalui Konsorsium Nusa Tenggara Barat Membaca (KNTBM) yang menaungi 96 komunitas literasi yang tersebar di 10 kota/kabupaten. Bersama lembaga mitra pembangunan, KNTBM menginisiasi kehadiran Relawan Literasi (RELASI) yang fokus memberikan pendampingan literasi bagi siswa SD yang mengalami kesulitan belajar selama pandemi. </p>
<p>Durasi pendampingan ini dilakukan selama 12 minggu berisi pengenalan huruf, kata, kalimat, paragraf, dan cerita.</p>
<p>Hasilnya, terjadi <a href="https://puslitjakdikbud.kemdikbud.go.id/video/detail/3132/pendidikan">percepatan kemampuan membaca awal dan keterampilan literasi dasar lainnya</a> pada siswa SD, baik di kelas awal (kelas 1-3 SD) maupun di` kelas tinggi (kelas 4-6 SD).</p>
<h2>Merawat semangat membaca</h2>
<p>Hasil studi kami menunjukkan inovasi dan kolaborasi merupakan kata kunci agar aktivitas literasi tetap lestari di tengah pandemi.</p>
<p>Namun, inovasi ini perlu didukung oleh berbagai pihak termasuk sekolah, komunitas literasi, dan keluarga. Kerja sama ini membuka peluang solusi atas kelangkaan akses bacaan, pendampingan selama belajar dari rumah, serta menjaga komitmen pembiasaan membaca siswa.</p>
<p>Sekolah juga perlu mendorong lebih banyak apresiasi pada siswa. Ini bisa berbentuk program duta literasi, pustakawan cilik, melibatkan siswa dalam berbagai perlombaan, serta menerbitkan buku hasil karya guru dan siswa baik cetak maupun digital. </p>
<p>Keluarga pun perlu mendampingi siswa tidak hanya terkait belajar dari rumah, tapi juga kegiatan membaca di waktu luang.</p>
<p>Semangat dan komitmen multipihak ini penting karena budaya baca <a href="https://republika.id/posts/25974/mengajak-anak-membaca-buku?fbclid=IwAR3V0LpAf1qQu_DyhK8Aa9DJS6fmqtPeBxG8YfE4B9DaLAEaC86XllWDEp8">tidak hadir tiba-tiba</a>, melainkan diperjuangkan bersama-sama.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/179596/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Di tengah kekhawatiran turunnya minat baca siswa akibat pandemi, sekolah dan perpustakaan justru gencar berinovasi.Diyan Nur Rakhmah, Peneliti, Indonesian Education Standard, Curriculum, and Assessment Agency (BSKAP Kemdikbudristek)Lukman Solihin, Researcher, Indonesian Education Standard, Curriculum, and Assessment Agency (BSKAP Kemdikbudristek)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.