tag:theconversation.com,2011:/ca/topics/penyakit-tidak-menular-56386/articlespenyakit tidak menular – The Conversation2023-11-17T03:23:49Ztag:theconversation.com,2011:article/2170142023-11-17T03:23:49Z2023-11-17T03:23:49ZBagaimana cara mencegah diabetes pada anak sejak dalam kandungan<p>Kasus diabetes anak di Indonesia terus meningkat dan telah menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat. <a href="https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20230202091237-33-410301/kasus-diabetes-anak-meningkat-70-kali-lipat-kenali-gejalanya">Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)</a> menyatakan pada Januari 2023 jumlah kasus diabetes anak naik tujuh puluh kali lipat dibandingkan tahun 2010. </p>
<p>Telah banyak <a href="https://www.cambridge.org/core/services/aop-cambridge-core/content/view/BF8E380F251FCF3843E66A25830B8C29/S1368980021001580a.pdf/div-class-title-trends-and-patterns-in-sugar-sweetened-beverage-consumption-among-children-and-adults-by-race-and-or-ethnicity-2003-2018-div.pdf">riset</a> yang <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S2212267217303015?fr=RR-2&ref=pdf_download&rr=823cb572bd95a367">menyerukan</a> pembatasan jumlah asupan gula per hari pada anak. </p>
<p><a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/physical-activity">Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)</a> telah lama menggaungkan pentingnya aktivitas fisik pada anak dan mewaspadai adanya kandungan <a href="https://theconversation.com/obesitas-di-indonesia-tinggi-minuman-manis-kemasan-mengintai-sejak-kanak-kanak-208462">gula tersembunyi pada makanan dan minuman berpemanis</a>.</p>
<p>Namun, eskalasi jumlah kasus itu belum mendorong pendekatan pencegahan diabetes anak yang lebih baru, yakni upaya preventif sejak masa kehamilan ibu. Kementerian Kesehatan dan profesional kesehatan masyarakat perlu segera mempertimbangkan pencegahan diatebes pada anak sejak dalam kandungan.</p>
<h2>Dampak gula darah tinggi saat hamil</h2>
<p>Sebuah penelitian <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31296866/">pada 2019</a> menyatakan ibu hamil dengan gula darah tinggi memiliki risiko kesehatan pada diri dan bayinya.</p>
<p>The International Association of Diabetes and Pregnancy Study Groups (<a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2827530/">IADPSG</a>) membuat batasan bahwa gula darah ibu hamil masuk kategori tinggi saat gula puasanya 92mg/dl, atau satu jam setelah diberi cairan glukosa <a href="https://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/VHcrbkVobjRzUDN3UCs4eUJ0dVBndz09/2017/11/Diabetes_Melitus_Gestasional_Dr_Farid_Kurniawan.pdf">dalam
tes toleransi glukosa oral (TTGO)</a> mencapai 180mg/dl, atau dua jam setelah TTGO angkanya 153mg/dl. </p>
<p>Dampak tinggi gula darah bisa terjadi dalam jangka pendek maupun panjang. Dampak jangka pendek pada ibu di antaranya adalah mempersulit proses persalinan akibat bayi besar serta meningkatnya risiko terjadinya persalinan caesar dan preeklampsia. </p>
<p>Sedangkan efek negatif jangka panjangnya adalah ibu berisiko tujuh kali lipat untuk terkena diabetes tipe 2 pada masa mendatang. </p>
<p>Pada bayi, dampak jangka pendek yang terjadi bisa berupa <em>stillbirth</em> (lahir mati), lahir prematur, ataupun hipoglikemi (gula darah rendah) saat lahir. </p>
<p>Selain itu, dampak jangka panjangnya adalah bayi yang lahir akan lebih mudah mengalami obesitas pada usia anak, dan lebih berisiko mengalami diabetes. </p>
<p>Oleh karena itu, mengelola gula darah ibu pada masa kehamilan adalah satu hal kecil tetapi berdampak besar bagi masa depan anak. Bila gula darah ibu hamil yang tinggi bisa dikelola dengan baik, maka dengan sendirinya risiko anak terkena diabetes pun dapat diminimalkan.</p>
<p>Pada masa hamil, tubuh ibu menggunakan insulin secara kurang efektif (resistensi insulin) yang menyebabkan naiknya gula darah. Keadaan ini disebut diabetes gestasional. </p>
<p>Biasanya masyarakat menganggap ini adalah perubahan biasa yang akan hilang saat bayi lahir, atau lazimnya disebut ‘bawaan bayi’. Padahal, kondisi ini sebagian ada yang hilang setelah persalinan, tetapi juga ada yang menetap. </p>
<p>Menurut <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25828275/">riset pada 2015</a>, kondisi ibu hamil dengan gula darah tinggi bisa ditangani dengan beberapa cara. </p>
<p><em>Pertama</em>, modifikasi gaya hidup yang bisa dilakukan meliputi perubahan pola makan, pengaturan berat badan selama hamil dan aktivitas fisik. </p>
<p>Seorang ibu hamil dengan gula darah tinggi perlu mendapatkan informasi dan pengetahuan seputar pengaturan makanan mereka.</p>
<p>Sebaiknya tenaga kesehatan tidak hanya memberi saran umum untuk sekadar mengurangi nasi dan gula, seperti yang selama ini sering kita dengar. Namun perlu informasi spesifik yang menjelaskan jenis dan jumlah makanan yang sebaiknya ibu hamil konsumsi. </p>
<p><em>Kedua</em>, pilihan makanan yang tepat akan menentukan keberhasilan diet sehat ibu. Makanan bergizi seperti sayuran, biji-bijian dan protein sangat penting bagi ibu. Makanan yang mengandung tinggi gula dan karbohidrat sederhana sebaiknya dihindari. </p>
<p>Konsumsi buah perlu menjadi perhatian karena beberapa buah mengandung gula alami yang tinggi. </p>
<p>Hal-hal tersebut di atas membantu ibu mengelola berat badannya selama hamil. Perubahan pola makan ini adalah hal yang gampang-gampang susah. Pola makan seseorang adalah kebiasaan yang telah terbentuk dalam kurun waktu lama yang biasanya sulit untuk dimodifikasi. </p>
<p>Oleh sebab itu, ibu hamil perlu mendapat dukungan dari keluarga dan tenaga kesehatan untuk mengubah pola makan. </p>
<h2>Manfaat olahraga rutin dan obat</h2>
<p>Selain perubahan pola makan, ibu hamil dengan gula darah tinggi perlu melakukan aktivitas fisik secara rutin. <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4515443/#:%7E:text=It%20is%20recommended%20that%20women,30%2D60%20min%20each%20time.&text=Core%20tip%3A%20Exercise%20has%20been,gestational%20diabetes%20mellitus%20(GDM).">Olahraga ringan</a> seperti jalan pagi dapat membantu mencegah terjadinya lonjakan gula darah. </p>
<p>Sayangnya, masih jarang kita lihat ibu hamil yang melakukan aktivitas fisik. Kehamilan seringkali dipandang sebagai masa rentan, karena ibu hamil dianggap dalam kondisi ‘lemah’. Sehingga, ibu hamil disarankan untuk istirahat dan tidak melakukan hal-hal yang berbau ‘fisik’ demi keselamatan ibu dan bayi. </p>
<p>Padahal, di atas kertas, lebih dari 50% ibu hamil dengan diabetes gestasional dapat dikelola dengan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7599681/">modifikasi gaya hidup</a>.</p>
<p>Bila cara-cara di atas ternyata tidak berhasil menurunkan kadar gula darah ibu ke level yang diinginkan, maka jalan lain yang bisa diambil adalah menggunakan obat-obatan. </p>
<p>Sebuah <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26433807/">penelitian melaporkan</a> bahwa obat oral penurun gula terbukti aman bagi ibu hamil. Meski demikian, hal ini masih menjadi perdebatan.</p>
<p>Pilihan lain yang dapat diambil adalah dengan terapi insulin. Cara ini dipercaya aman dan efektif untuk pengelolaan gula darah selama kehamilan. </p>
<p>Jika kondisi gula darah tinggi pada kehamilan ditangani dengan baik, ibu dan bayi dapat memperoleh manfaat kesehatan. Ibu dapat terhindar dari berbagai komplikasi kehamilan, dan menurunkan risiko mengalami diabetes di masa depan. </p>
<p>Sedangkan bagi bayi, pengelolaan gula darah ibunya dapat membantu mengurangi risiko terjadinya kegemukan dan diabetes pada masa kanak-kanak. Langkah ini adalah tawaran ‘investasi’ untuk kesehatan ibu dan anak Indonesia.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/217014/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Ririn Wulandari tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Pada masa hamil, tubuh ibu menggunakan insulin secara kurang efektif (resistensi insulin) yang menyebabkan naiknya gula darah.Ririn Wulandari, PhD Student at School of Healthcare, University of LeedsLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2091352023-07-10T04:44:12Z2023-07-10T04:44:12ZAspartam: pemanis populer dapat diklasifikasikan sebagai kemungkinan karsinogen oleh WHO – tapi tak ada alasan untuk panik<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/536328/original/file-20230707-27-ls0670.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">MMD Creative/Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Menurut <a href="https://www.reuters.com/business/healthcare-pharmaceuticals/whos-cancer-research-agency-say-aspartame-sweetener-possible-carcinogen-sources-2023-06-29/">laporan</a>, Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC), bagian dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), akan menyatakan pemanis buatan aspartam sebagai “mungkin karsinogenik bagi manusia”.</p>
<p><a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26377607/">Aspartam</a> kira-kira <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/0308814685901190">200 kali lebih manis</a> daripada gula dan merupakan salah satu pemanis buatan yang paling umum digunakan. Asparta terutama dipakai dalam makanan dan minuman “rendah kalori” atau “diet”, tetapi juga terkandung dalam berbagai macam produk termasuk minuman, es krim, permen karet, kembang gula, saus, dan makanan ringan.</p>
<p>Kita belum memiliki informasi lebih lanjut tentang bukti apa yang akan menjadi dasar klasifikasi baru ini oleh IARC, tetapi WHO akan menerbitkan data lengkapnya <a href="https://monographs.iarc.who.int/wp-content/%20uploads/2023/06/Meeting134-QA-June2023.pdf">pada 14 Juli</a>.</p>
<p>Meskipun dapat dipahami bahwa laporan seperti ini menimbulkan kekhawatiran, pada tahap ini tidak ada alasan untuk panik.</p>
<p>Aspartam pertama kali disetujui untuk digunakan oleh Badan Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) <a href="https://efsa.onlinelibrary.wiley.com/doi/epdf/10.2903/j.efsa.2013.3496">pada 1974</a>, dan sejak saat itu sudah ada klaim yang dibuat tentang efek potensial pada kesehatan.</p>
<p>Seiring waktu, aspartam tidak hanya dikaitkan dengan kanker, tetapi juga dengan <a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0116212">kondisi lain</a> seperti <em><a href="https://www.nhs.uk/conditions/multiple-sclerosis/#:%7E:text=Multiple%20sclerosis%20(MS)%20is%20a,it%20can%20occasionally%20be%20mild.">multiple sclerosis</a></em> (gangguan saraf pada mata, otak, dan tulang belakang), kebutaan, kejang, kehilangan ingatan, depresi, kecemasan, cacat lahir, dan kematian.</p>
<p>Namun, evaluasi yang kerap dilakukan oleh badan pengatur seperti <a href="https://apps.who.int/food-additives-contaminants-jecfa-database/Home/Chemical/62">WHO</a>, FDA, dan <a href="https://www.efsa.europa.eu/en/efsajournal/pub/3496">Otoritas Keamanan Pangan Eropa </a> (EFSA) tidak menemukan bukti yang mendukung pernyataan ini.</p>
<p>Sejauh ini, semua regulator telah sepakat bahwa aman bagi seseorang untuk mengonsumsi <a href="https://www.efsa.europa.eu/en/efsajournal/pub/3496">40 mg aspartam</a> per kilogram berat badannya per hari. Itu sekitar 2,8 g untuk orang dewasa dengan berat 70 kg – dan jauh lebih banyak daripada yang dikonsumsi kebanyakan orang.</p>
<h2>Apa sebenarnya arti ‘kemungkinan karsinogenik’?</h2>
<p>Keamanan bahan tambahan makanan <a href="https://www.efsa.europa.eu/en/topics/topic/food-additive-re-evaluations">dievaluasi ulang secara rutin</a>. Ini penting karena bukti baru dapat muncul, terutama dengan pengembangan berbagai metode untuk menilai dampak kesehatan dari zat aditif.</p>
<p>Tahun ini, aspartam telah dievaluasi ulang oleh dua badan WHO: Badan International untuk Penelitian Kanker (<a href="https://www.iarc.who.int/">IARC</a>) dan Komite Ahli Bersama FAO/WHO untuk Pangan Adiktif atau Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives (<a href="https://www.who.int/groups/joint-fao-who-expert-committee-on-food-additives-(jecfa)">JECFA</a>).</p>
<p>Kedua badan memiliki <a href="https://monographs.iarc.who.int/wp-content/uploads/2023/06/Meeting134-QA-June2023.pdf">variabel penilaian yang sangat berbeda</a>. IARC melihat bahaya dan JECFA berisiko. Perbedaan ini penting. Misalnya, sinar matahari berbahaya karena dapat menyebabkan kanker kulit, tetapi risikonya bergantung pada waktu yang dihabiskan di bawah sinar matahari dan penggunaan tabir surya.</p>
<p>Tugas IARC adalah menyelidiki kemungkinan penyebab kanker dan mengidentifikasi bahayanya. Dalam <a href="https://monographs.iarc.who.int/">laporannya</a> (disebut monograf), mereka meninjau semua bukti yang tersedia dan mengklasifikasikan bahaya ke dalam salah satu dari <a href="https://www.iarc.who.int/wp-content/uploads/2023/06/IARC_MONO_classification_2023_updated.png">empat kategori</a>:</p>
<ul>
<li>Kelompok 1: karsinogenik pada manusia (bukti yang cukup untuk kanker pada manusia)</li>
<li>Kelompok 2a: kemungkinan karsinogenik pada manusia (bukti terbatas pada manusia, cukup bukti pada hewan)</li>
<li>Kelompok 2b: kemungkinan karsinogenik pada manusia (bukti terbatas pada manusia, bukti tidak cukup pada hewan)</li>
<li>Kelompok 3: tidak dapat diklasifikasikan (tidak cukup bukti pada manusia atau hewan).</li>
</ul>
<p>Aspartam dilaporkan akan diklasifikasikan ke dalam kelompok 2b. Ini berbagi kategori ini dengan daun lidah buaya, radiasi elektromagnetik, obat jantung <a href="https://bnf.nice.org.uk/drugs/digoxin/">digoxin</a>, dan asap knalpot mesin, <a href="https://www.bbc.com/future/article/20230630-aspartame-what-else-is-possibly-cancerous">di antara banyak hal lainnya</a>. Untuk semua bahaya ini, ada beberapa data terbatas yang menunjukkan bahwa mereka dapat menyebabkan kanker – tetapi tidak ada yang meyakinkan.</p>
<p>Kategori ini bisa membingungkan, karena hanya merujuk pada kekuatan bukti bahwa sesuatu dapat menyebabkan kanker, bukan tingkat risikonya. Kelompok 1 misalnya termasuk merokok, alkohol, <a href="https://theconversation.com/not-all-processed-meats-carry-the-same-cancer-risk-64622">daging olahan</a>, plutonium, dan sinar matahari. Ada bukti yang meyakinkan bahwa masing-masing dapat menyebabkan kanker.</p>
<p>Tetapi risiko sebenarnya sangat berbeda dan bergantung pada jumlah dan eksposur. Misalnya, plutonium dan merokok sebaiknya dihindari, tetapi tidak ada alasan untuk menghindari daging olahan atau alkohol sepenuhnya.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="A hand holds a cigarette." src="https://images.theconversation.com/files/535511/original/file-20230704-29-7padyv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/535511/original/file-20230704-29-7padyv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/535511/original/file-20230704-29-7padyv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/535511/original/file-20230704-29-7padyv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/535511/original/file-20230704-29-7padyv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/535511/original/file-20230704-29-7padyv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/535511/original/file-20230704-29-7padyv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Merokok diketahui menyebabkan kanker.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/harmful-habit-hand-holding-cigarette-smoke-1885761310">Oakland Images/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Meskipun IARC menilai bahayanya, tugas JECFA adalah menilai risikonya dan membuat rekomendasi tentang <a href="https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/37578/9241542705-eng.%20pdf">asupan harian yang dapat diterima</a>.</p>
<p>Penilaian mereka juga akan dipublikasikan pada 14 Juli, tapi belum ada indikasi di laporan media apa yang akan dikatakannya. Asupan harian yang dapat diterima mungkin akan tetap pada 40 mg per kilogram berat badan, atau mungkin dikurangi. Tanpa memiliki akses ke data, tidak mungkin diprediksi.</p>
<h2>Bukti sejauh ini</h2>
<p>Tinjauan terakhir tentang keamanan aspartam <a href="https://www.efsa.europa.eu/en/press/news/131210">dilakukan oleh Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA)</a> pada 2013. Tinjauan ini tidak menemukan bukti baru bahwa aspartam menyebabkan kanker dan dikonfirmasi ulasan sebelumnya oleh regulator lain.</p>
<p>Salah satu senyawa yang menarik adalah <a href="https://www.efsa.europa.eu/en/efsjournal/pub/3496">metanol</a>, yang terbentuk di usus saat aspartam dipecah dan diubah menjadi formaldehida oleh tubuh manusia. Formaldehida dikenal sebagai karsinogen (kelompok 1). Namun, jumlah yang terbentuk setelah konsumsi aspartam jauh lebih rendah daripada yang dihasilkan tubuh secara alami.</p>
<p>Sementara itu, ada beberapa data dari studi Prancis, yang meminta partisipan untuk memberikan informasi tentang pola makan mereka dan mengikutinya selama beberapa tahun setelahnya. Penelitian ini menyarankan konsumsi aspartam yang tinggi <a href="https://journals.plos.org/plosmedicine/article?id=10.1371/journal.pmed.1003950">meningkatkan risiko kanker</a>.</p>
<p>Namun, hasilnya sulit ditafsirkan karena obesitas adalah <a href="https://www.wcrf.org/diet-activity-and-cancer/risk-factors/obesity-weight-gain-and-cancer">faktor risiko independen</a> untuk kanker dan orang yang obesitas sering menggunakan pemanis. Juga sulit untuk memperkirakan asupan aspartam secara akurat <a href="https://theconversation.com/a-whole-new-way-of-doing-nutrition-research-148352">hanya dari data diet</a>.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/artificial-sweeteners-linked-to-diabetes-and-obesity-95314">Artificial sweeteners linked to diabetes and obesity</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Kemungkinan penilaian yang akan datang akan mencakup data ini dan karenanya memberikan perkiraan risiko aspartam yang lebih baik. Sampai saat itu, tidak ada alasan untuk khawatir. </p>
<p>Aspartam telah diteliti sejak lama dan klasifikasi “kemungkinan karsinogenik” menunjukkan bahwa tidak mungkin akan ada perubahan besar dalam penilaian atau implikasinya bagi konsumen.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/209135/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Gunter Kuhnle has received research funding from Mars, Inc.</span></em></p>Meskipun IARC menilai bahayanya, tugas JECFA adalah menilai risikonya dan membuat rekomendasi tentang asupan harian yang dapat diterima.Gunter Kuhnle, Professor of Nutrition and Food Science, University of ReadingLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1987752023-02-03T08:01:55Z2023-02-03T08:01:55ZEvaluasi pencegahan kanker di Indonesia: banyak peraturan dan aksi tapi tidak terbuka soal capaian program<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/508025/original/file-20230203-26-7racqb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Petugas kesehatan menyiapkan alat Radioterapi Linear Accelerator, (LINAC) Elekta Versa HD di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta, 6 Januari 2023, untuk menangani penyakit kanker.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://branda.antaranews.com/data/content_photo_wire.php?pubid=1672998312&getcod=dom"> ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/aww.</a></span></figcaption></figure><p><em>Artikel ini untuk memperingati Hari Kanker Sedunia, 4 Februari</em>.</p>
<p>Angka kejadian dan kematian akibat kanker meningkat dengan cepat secara global meski terdapat kemajuan dan inovasi dalam upaya pencegahan dan pengobatan kanker. </p>
<p>Tiga jenis kanker dengan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33538338/">angka kejadian tertinggi di dunia pada 2020</a> adalah kanker payudara, paru-paru, dan kolorektal (usus besar dan rektum). Kanker paru-paru menjadi penyebab utama kematian dalam kluster kanker. </p>
<p>Pertumbuhan populasi, kenaikan angka harapan hidup sehingga terjadi pertumbuhan populasi berusia tua (<a href="https://theconversation.com/seperlima-penduduk-indonesia-berusia-60-tahun-pada-2045-bagaimana-kebijakan-mengantisipasi-penuaan-populasi-196951">di atas 60 tahun</a>), gaya hidup, serta perkembangan sosial dan ekonomi, semuanya berkontribusi terhadap meningkatnya beban kanker, terutama di <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27522007/">negara berpenghasilan rendah dan menengah</a> termasuk Indonesia. </p>
<p>Menurut data terbaru dari <a href="https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheets.pdf">Globocan untuk tahun 2020</a>, ada 141,1 kasus kanker baru per 100.000 orang di Indonesia, dan terdapat 85,1 kematian akibat kanker per 100.000 orang. </p>
<p>Kanker adalah penyebab kematian terbesar dari penyakit tidak menular, kedua setelah penyakit kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah). Data WHO menunjukkan <a href="https://www.who.int/publications/m/item/noncommunicable-diseases-idn-country-profile-2018">18,6% dari 686.532 kematian dini</a> di Indonesia pada 2016 adalah akibat penyakit tidak menular.</p>
<p>Riset <a href="https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(22)01438-6/fulltext">terbaru</a> menemukan bahwa 44,4% kematian akibat kanker secara global pada 2019 disebabkan oleh estimasi faktor risiko, yang meliputi faktor risiko lingkungan, perilaku, dan metabolisme. Faktor risiko itu bisa dicegah dengan kebijakan dan perubahan perilaku. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/kanker-yang-membunuh-faktor-risiko-lingkungan-dan-gaya-hidup-lebih-dominan-ketimbang-genetik-111517">Kanker yang membunuh: faktor risiko lingkungan dan gaya hidup lebih dominan ketimbang genetik</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Kita perlu melihat capaian Indonesia dalam proses penanggulangan kanker nasional, beserta langkah-langkah yang dapat diambil untuk mempercepat tercapainya sasaran strategis. Ada banyak peraturan teknis dan aksi dari pemerintah untuk mencegah kanker tapi capaian programnya tidak terbuka.</p>
<h2>Pencegahan adalah kunci</h2>
<p>Hari Kanker Sedunia kali ini mengusung kampanye tiga tahun (2022-2024) dengan slogan “<a href="https://www.worldcancerday.org/about/2022-2024-world-cancer-day-campaign"><em>Close the Care Gap</em></a>”. Kampanye ini meliputi upaya memahami masalah ketimpangan akses layanan kanker di seluruh dunia, menyatukan suara dan mengambil langkah aksi, serta menyuarakan suara publik kepada pihak pemangku kebijakan. </p>
<p>Upaya preventif atau pencegahan penyakit bertujuan untuk mengurangi risiko penyakit, memperlambat perkembangan, dan mencegah kematian dini. Tataran ilmu kesehatan masyarakat mengkategorikan upaya preventif sebagai <a href="https://www.taylorfrancis.com/books/mono/10.1201/9781315154657/donaldsons-essential-public-health-liam-donaldson-paul-rutter">pencegahan primer, sekunder, dan tersier</a>. </p>
<p>Pencegahan primer mengubah lingkungan atau perilaku individu untuk menghindari penyakit. Pencegahan sekunder menargetkan individu tanpa gejala untuk menghentikan perkembangan penyakit. Tindakan pencegahan tersier mengelola penyakit dan meningkatkan kualitas hidup melalui tata laksana berkualitas untuk mengurangi kecacatan dan komplikasi. </p>
<p>Telah diketahui bahwa pencegahan primer penyakit kronis, seperti kanker, adalah <a href="https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/259232/WHO-NMH-NVI-17.9-eng.pdf">strategi kesehatan masyarakat yang paling hemat biaya</a>. Strategi pencegahan primer meliputi berhenti merokok, mengubah pola makan (misalnya, mengurangi konsumsi daging merah dan membatasi makanan berlemak), dan mempromosikan aktivitas fisik. </p>
<p>Mengubah variabel gaya hidup yang meningkatkan kemungkinan terkena kanker (seperti olahraga, berhenti merokok, dan nutrisi) dan obat-obatan protektif (seperti vaksinasi) adalah <a href="https://apps.who.int/iris/handle/10665/94384">pendekatan utama lainnya dalam upaya pencegahan kanker</a>. </p>
<p>Meski telah diketahui sejumlah strategi pencegahan primer yang efektif, strategi tersebut belum diadopsi secara luas. Sangat penting untuk para pemangku kebijakan menyadari bahwa pencegahan primer memerlukan perubahan yang lebih luas dalam tata kelola sosial, ekonomi, politik, lingkungan, dan budaya daripada hanya mengubah perilaku individu. </p>
<p>Jelas bahwa tindakan kolaboratif multisektoral yang menangani faktor sosial ekonomi penentu penyakit yang mendasari, tumpang tindih, dan saling terkait diperlukan. Kemampuan dan sumber daya yang memadai juga diperlukan, selain dukungan publik terhadap kebijakan tersebut.</p>
<p>Sebuah <a href="https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(22)01438-6/fulltext">riset terbaru</a> menyoroti bahwa sebagian besar beban kanker secara global memiliki potensi untuk untuk dicegah melalui intervensi yang ditujukan untuk mengurangi paparan faktor risiko kanker yang telah diketahui (pencegahan primer). </p>
<p>Selain itu, upaya pengurangan risiko kanker tersebut harus dilakukan bersama dengan strategi pengendalian kanker yang komprehensif. Hal ini mencakup upaya untuk mendukung skrining dan diagnosis dini (pencegahan sekunder) serta tata laksana yang efektif dan berkualitas (pencegahan tersier).</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/sebuah-tes-darah-mutakhir-mampu-mendeteksi-delapan-jenis-kanker-sejak-stadium-dini-90550">Sebuah tes darah mutakhir mampu mendeteksi delapan jenis kanker sejak stadium dini</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Peraturan cegah kanker</h2>
<p>Indonesia memiliki sejumlah peraturan teknis untuk mencegah penyakit kanker. </p>
<p><a href="http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._34_ttg_Penanggulangan_Kanker_Payudara_dan_Leher_Rahim_.pdf">Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2015</a> dan <a href="http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._29_ttg_Penanggulangan_Kanker_Payudara_dan_Kanker_Leher_Rahim_.pdf">Nomor 29 Tahun 2017</a> mengatur program penanggulangan nasional untuk kanker payudara dan leher rahim, dua jenis kanker yang sering dijumpai di Indonesia. Peraturan ini untuk mengatasi beban kanker yang meningkat. </p>
<p>Tujuan utama program ini meliputi promosi kesehatan—khususnya, keterlibatan masyarakat dalam upaya pencegahan primer dan langkah-langkah pencegahan sekunder, seperti perluasan skrining dan diagnosis dini. Juga perbaikan sistem rujukan di antara fasilitas kesehatan primer. </p>
<p>Ada pula <a href="http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/KMK_No._HK_.01_.07-MENKES-14-2017_ttg_Komite_Penanggulangan_Kanker_Nasional_.pdf">Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/14/2017 tentang Komite Penanggulangan Kanker Indonesia</a>. Keputusan ini menjadi dasar pembentukan Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN) yang memiliki masa kerja hingga Desember 2019. KPKN mempunyai tugas membantu Kementerian Kesehatan dalam menyusun dan melaksanakan Rencana Aksi Penanggulangan Kanker Nasional. </p>
<p>Upaya ini diikuti dengan diberlakukannya registrasi kanker berbasis populasi di 14 provinsi, dengan <a href="https://rskgm.ui.ac.id/wp-content/uploads/2021/03/028.-kmk4102016.pdf">cakupan 14% dari seluruh populasi</a> dan memungkinkan mengumpulkan data kejadian kanker nasional. </p>
<p>Hal ini sejalan dengan Rencana Aksi Penanggulangan Kanker Nasional yang berisi <a href="http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/KMK_No._HK_.01_.07-MENKES-14-2017_ttg_Komite_Penanggulangan_Kanker_Nasional_.pdf">13 sasaran strategis</a>. Sasaran itu mencakup peningkatan jumlah fasilitas layanan kesehatan terstandarisasi, sumber daya manusia terlatih, kualitas pemberian layanan kesehatan, keselamatan pasien, serta teknologi dan sumber daya di seluruh penyediaan perawatan kanker. </p>
<p>Penyusunan <a href="https://p2ptm.kemkes.go.id/dokumen-ptm/pedoman-teknis-pengendalian-kanker-payudara-kanker-leher-rahim">Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim</a> merupakan langkah baik dalam upaya penanggulangan kanker di Indonesia. Ini dapat menjadi contoh dalam proses penyusunan pedoman penanggulangan kanker yang komprehensif untuk semua jenis kanker. </p>
<p><a href="https://www.harikankersedunia.com/download/7.%20Pedoman%20Strategi%20&%20Langkah%20Aksi%20Pengembangan%20Registrasi%20Kanker%20Berbasis%20Populasi.pdf">Pedoman Strategi dan Langkah Aksi Pengembangan Registrasi Kanker Berbasis Populasi</a> juga telah disusun untuk membantu melengkapi perbendaharaan pengetahuan serta asupan teknis bagi para pembuat kebijakan dan pengelola program. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/9-faktor-yang-pengaruhi-perempuan-cepat-lambat-deteksi-awal-kanker-payudara-150470">9 faktor yang pengaruhi perempuan cepat-lambat deteksi awal kanker payudara</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Capaian indikator tak transparan</h2>
<p>Pemerintah dan peneliti perlu menganalisis dan menginterpretasikan data kanker berbasis populasi. Hal ini dapat mendukung aksi di tingkat populasi yang bertujuan dalam mengurangi beban kanker.</p>
<p>Salah satu masalahnya adalah hingga artikel ini ditulis, penulis tidak dapat mengakses laporan capaian indikator keberhasilan program pencegahan kanker di Indonesia karena tidak dibuka bagi publik. Padahal, publik juga diharapkan ikut berperan dalam proses pengawasan implementasi dan evaluasi guna menjamin bahwa kegiatan yang dilakukan selaras dengan kepentingan masyarakat.</p>
<p>Selain itu, sebuah riset yang mengeksplorasi <a href="https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/10732748211053464#bibr9-10732748211053464">tren penelitian kanker di Indonesia</a> menemukan kurangnya keragaman dan cakupan studi terkait kanker di Indonesia. Riset dasar menjadi jenis riset yang paling banyak dieksplorasi di Indonesia dan berpusat utamanya di Jawa.</p>
<p>Kita butuh lebih banyak riset tentang layanan kesehatan, kebijakan, kesehatan masyarakat, dan riset implementasi, serta dengan cakupan wilayah yang lebih luas. Riset ini juga menyoroti adanya peluang penguatan kapasitas penelitian dalam negeri dengan cara kolaborasi internasional untuk mendukung organisasi penelitian di Indonesia. </p>
<p>Untuk mencapai hal ini, peneliti butuh akses terhadap data yang terbuka lebar bagi peneliti-peneliti kanker dari seluruh dunia. </p>
<p>Sudah saatnya Indonesia terbuka dan menghilangkan pembatasan akses penelitian bagi peneliti internasional serta tidak lagi melihatnya sebagai upaya mendominasi wajah riset Indonesia. </p>
<p>Pemerintah Indonesia dapat belajar dari keahlian yang dimiliki peneliti internasional, dengan misalnya mewajibkan keterlibatan seorang Indonesia dalam substansi penelitian dan dalam posisi yang setara. Riset ini penting untuk mengevaluasi dan merekomendasikan kebijakan untuk mencegah kanker yang lebih tepat sasaran terhadap populasi Indonesia.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/198775/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Melani Ratih Mahanani tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Pencegahan primer kanker adalah strategi kesehatan masyarakat yang hemat biaya. Namun, harus dilakukan bersama dengan strategi yang komprehensif (mencakup pencegahan sekunder dan tersier).Melani Ratih Mahanani, PhD Researcher in Epidemiology, Heidelberg Institute of Global Health, Germany, University of HeidelbergLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1945202022-12-19T04:36:01Z2022-12-19T04:36:01ZBelajar dari Austria untuk mengendalikan diabetes tipe 1 di Indonesia<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/500934/original/file-20221214-525-lmxifa.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pemeriksaan kadar gula darah pada pengidap diabetes bisa melalui pengambilan darah di ujung jari.
</span> <span class="attribution"><span class="source">Pexels/Photomix Company</span></span></figcaption></figure><p>Jumlah pengidap diabetes di Indonesia menduduki posisi kelima terbanyak di dunia, <a href="https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/11/22/jumlah-penderita-diabetes-indonesia-terbesar-kelima-di-dunia#:%7E:text=Indonesia%20berada%20di%20posisi%20kelima,Indonesia%20sebesar%2010%2C6%25.">dengan 19,47 juta penderita</a> pada 2021. Angka ini diprediksi jauh dari riil, karena <a href="https://lifestyle.bisnis.com/read/20191111/106/1169135/waspasda-70-penderita-diabetes-tidak-terdeteksi-gejalanya">diperkirakan 70% penyandang diabetes</a> di negeri ini belum atau tidak terdiagnosis. </p>
<p>Walau penyakit diabetes tidak bisa disembuhkan, penyakit ini dapat dikendalikan melalui pengendalian kadar gula darah agar tidak melebihi batas normal. Sebagai penyandang <a href="https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-diabetes-melitus/page/2/apa-itu-diabetes-melitus-tipe-1">diabetes tipe 1 (T1DM)</a> selama tujuh tahun terakhir, satu penulis (Jaya Addin Linando) memiliki pengalaman dirawat di Indonesia dan Austria, <a href="https://worldpopulationreview.com/country-rankings/best-healthcare-in-the-world">negara maju yang memiliki sistem kesehatan yang sangat baik</a>. </p>
<p>Penanganan yang tepat untuk penyakit diabetes tipe 1 (pankreas tidak bisa memproduksi insulin, terjadi pada anak-anak dan dewasa muda) menjadi krusial agar para penyandang T1DM tetap dapat beraktivitas secara produktif. Dua hal paling esensial dalam penanganan T1DM adalah skrining dan terapi serta pemantauan gula darah secara rutin.</p>
<h2>Skrining dan terapi</h2>
<p>Penulis pertama kali didiagnosis mengidap penyakit diabetes pada 2015. Pada waktu itu, dokter Indonesia yang menangani penulis belum dapat memastikan apakah diabetes penulis termasuk pada <a href="https://www.mitrakeluarga.com/artikel/artikel-kesehatan/perbedaan-diabetes-1-dan-diabetes-2">kategori tipe 1 atau tipe 2</a>. </p>
<p>Maka, sebagai percobaan, penanganan yang penulis terima pada waktu itu berupa konsumsi obat oral metformin. Seiring berjalannya waktu, pengobatan metformin tidak berdampak signifikan, sehingga dokter menambahkan resep obat baru, yaitu glibenclamide. </p>
<p>Hingga 2016, karena tidak kunjung ada perbaikan kondisi, dokter menyarankan penulis untuk menjalani terapi insulin, tepatnya menggunakan insulin <em>mix</em>. Insulin mix adalah sebuah insulin yang mengandung <a href="https://www.sharecare.com/health/insulin/what-is-premixed-insulin">campuran insulin dengan jangka waktu kerja cepat dan waktu kerja menengah atau panjang</a>. Juga di titik ini, pada akhirnya dokter yang menangani penulis menyatakan bahwa diabetes yang penulis idap adalah diabetes tipe 1.</p>
<p>Beralih menjalani pengobatan di Austria pada 2020, dokter yang menangani penulis menyayangkan pola penanganan dengan insulin <em>mix</em> yang penulis jalani dalam kurun waktu 4 tahun (2016–2020). </p>
<p>Menurut dokter spesialis endokrinologi dan nephrologi yang menangani penulis di Austria, satu-satunya standar penanganan diabetes tipe 1 adalah dengan <a href="https://www.diabetes.co.uk/insulin/basal-bolus.html">metode basal-bolus</a>. Ini adalah metode yang melibatkan dua jenis insulin: basal (jangka panjang) dan bolus (jangka pendek). Insulin basal umumnya diinjeksi satu atau dua kali dalam sehari (tergantung jenis insulin basalnya), dan insulin bolus diinjeksi setiap akan makan.</p>
<p>Metode basal-bolus pun sebenarnya juga diakui oleh <a href="http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/80157">para akademisi</a> dan peneliti <a href="https://www.jstage.jst.go.jp/article/cpe/30/1/30_2020-0052/_pdf/-char/ja">diabetes</a> di Indonesia sebagai pola pengobatan terbaik untuk T1DM. Metode ini juga sejalan dengan pernyataan <a href="https://pbperkeni.or.id/wp-content/uploads/2021/11/22-10-21-_-Website-Pedoman-Petunjuk-Praktis-Terapi-Insulin-Pada-Pasien-Diabetes-Melitus-Ebook.pdf">Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni)</a> bahwa konsep basal-bolus memiliki kemungkinan terbaik menyerupai sekresi insulin fisiologis bagi penyandang T1DM.</p>
<p>Maka dari itu, skrining, misalnya memakai <a href="https://medlineplus.gov/lab-tests/c-peptide-test/">tes C-peptide</a> atau <a href="https://www.diabetes.co.uk/gad-antibody-test.html#:%7E:text=A%20GAD%20test%20is%20a,autoantibodies%20suggests%20type%201%20diabetes.">tes GAD</a>, menjadi titik kunci dalam penanganan diabetes di Indonesia. Hal ini penting karena tipe diabetes yang berbeda juga <a href="https://journals.lww.com/americantherapeutics/Abstract/2006/07000/A_Review_of_Types_1_and_2_Diabetes_Mellitus_and.12.aspx">memerlukan pola penanganan yang berbeda</a>. </p>
<p>Dalam konteks Indonesia, Kementerian Kesehatan mestinya lebih menggalakkan prosedur skrining tipe diabetes dengan biaya ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Setelah itu, Kementerian Kesehatan melalui sistem standar pengobatan BPJS dapat memberi panduan kepada dokter penyakit dalam untuk menerapkan pola basal-bolus kepada pasien T1DM, yang biayanya juga ditanggung oleh BPJS.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/jumlah-pengidap-diabetes-terus-naik-mengapa-nasi-jadi-tertuduh-utama-di-asia-194521">Jumlah pengidap diabetes terus naik: mengapa nasi jadi tertuduh utama di Asia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Sistem pemantauan kadar gula darah</h2>
<p><a href="https://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/Panduan-Praktik-Klinis-Diagnosis-dan-Tata-Laksana-Diabetes-Melitus-tipe-1-Anak-Remaja.pdf">Pemantauan kadar gula</a> darah secara rutin dalam sehari adalah salah satu elemen penting dalam keberhasilan penanganan kasus diabetes tipe 1.</p>
<p>Secara umum, pemantauan kadar gula dalam darah secara rutin dapat dilakukan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6604122/">melalui dua cara</a>: (1) mengambil darah dengan cara menusuk jari dan (2) menggunakan alat pemantauan glukosa berkelanjutan, <em>Continuous Glucose Monitoring</em> (CGM). </p>
<p>Kedua metode tersebut sama-sama membutuhkan biaya. Pengambilan darah dari jari memerlukan biaya pembelian jarum dan strip sekali pakai serta alat ukur kadar glukosa. Sedangkan penggunaan CGM memerlukan biaya untuk pembelian alat ukur dan sensor yang perlu diganti secara berkala.</p>
<p>Di Austria, asuransi kesehatan publik negara sekelas BPJS Kesehatan di Indonesia, yang bernama <a href="https://www.gesundheitskasse.at/cdscontent/?contentid=10007.870393&portal=oegkportal">Österreichische Gesundheitskasse (ÖGK)</a>, menanggung keseluruhan biaya CGM bagi penyandang T1DM. </p>
<p>Di Indonesia, alat untuk memantau kadar gula dalam darah secara rutin, baik yang melalui pengambilan darah dari jari, terlebih yang berupa sensor kontinu, <a href="https://www.klikdokter.com/info-sehat/diabetes/bisakah-penderita-diabetes-berobat-dengan-bpjs">belum termasuk dalam komponen yang ditanggung oleh BPJS Kesehatan</a>. </p>
<p>BPJS Kesehatan telah memiliki Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) yang di dalamnya terdapat <a href="https://www.bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/6796d4c90a3784e30e52c3f4a8aff0a6.pdf">banyak fasilitas bermanfaat bagi para penyandang diabetes</a>, seperti edukasi, senam bersama, layanan pengobatan ke rumah bagi pasien yang membutuhkan, juga cek gula secara berkala. </p>
<p>Namun, khusus bagi penyandang diabetes tipe 1, fasilitas cek gula darah berkala dari BPJS belum cukup memadai untuk tujuan pengendalian gula darah. Para penyandang T1DM memerlukan pengecekan gula darah berkali-kali dalam sehari agar mereka dapat secara tepat menentukan dosis insulin yang harus mereka injeksikan.</p>
<p>Saat ini, advokasi penyediaan alat untuk <a href="https://www.change.org/p/strip-gula-darah-untuk-penyandang-diabetes?cs_tk=ArPjiofwcMJmE4HFU2MAAXicyyvNyQEABF8BvMoa8IAKcA-J74gHrFsbix4%3D&utm_campaign=421f9aed2baf485183f02c908e9ba760&utm_content=initial_v0_2_0&utm_medium=email&utm_source=guest_sign_login_link&utm_term=cs">mengecek gula darah secara rutin (khususnya strip pengecekan darah yang diambil dari jari) sedang digalakkan</a> oleh <a href="https://id.linkedin.com/in/anita-sabidi-3962a2213">Anita Sabidi</a>, aktivis-advokat diabetes yang juga merupakan anggota <a href="https://persadia.or.id/">Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia)</a> dan <a href="https://www.instagram.com/ikadarindonesia/?hl=id">Ikatan Diabetes Anak dan Remaja (Ikadar)</a>.</p>
<p>Ada beberapa opsi yang dapat pemerintah (BPJS) ambil untuk memfasilitasi tuntutan pengadaan alat pemantauan kadar gula darah rutin. Pertama, dengan memberikan strip dan alat untuk mengecek kadar gula darah kepada tiap-tiap individu penyandang T1DM. Meski metode ini jauh dari ideal (<a href="https://pubs.acs.org/doi/10.1021/acs.biomac.8b01429">karena sakit, berpotensi menimbulkan trauma, bahkan dapat berujung pada infeksi</a>), setidaknya ini adalah fasilitas minimum yang dapat pemerintah berikan.</p>
<p>Opsi kedua, pemerintah Indonesia juga dapat mempertimbangkan fasilitasi sensor CGM bagi pasien T1DM, seperti yang dilakukan pemerintah Austria. Meski <a href="https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMoa0805017">dipercaya sebagai salah satu</a> cara terbaik untuk mengontrol diabetes tipe 1 saat ini, opsi ini membutuhkan banyak biaya, mengingat mahalnya harga alat dan sensor CGM yang perlu diganti secara berkala. </p>
<p>Sensor CGM di <em><a href="https://www.tokopedia.com/search?st=product&q=freestyle%20libre%20sensor&srp_component_id=02.01.00.00&srp_page_id=&srp_page_title=&navsource=">online</a> <a href="https://shopee.co.id/search?keyword=freestyle%20libre%20sensor">marketplace</a></em> (produsen alat tersebut belum menjual produk ini secara resmi di Indonesia) dijual sekitar Rp 1.250.000 untuk sensor yang aktif selama 2 minggu, atau setara Rp 2.500.000 per bulan.</p>
<p>Opsi terakhir merujuk pada teknologi yang saat ini sedang berkembang, yaitu menggunakan teknologi <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0003267012004606?via%3Dihub"><em>non-invasive glucose monitoring</em> (NGM)</a>, mengecek kadar gula dalam darah tanpa perlu mengambil sampel darah pasien. </p>
<p>Meski saat ini <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0924424717310178?casa_token=sLOuHKoCkY4AAAAA:iWHsFb04Qg6_Npwp8dPjlKNGs7fOyuILTjKbQxSYacg2znXRoHQmwrZB1DdmFipB6ojtTJiXjlVB">metode NGM masih perlu divalidasi</a>, metode ini dapat menjadi opsi yang memungkinkan untuk diaplikasikan secara masif ke depan. </p>
<p>Supaya lebih terjangkau, <a href="https://www.kemkes.go.id/article/view/22110700003/dorong-kebangkitan-alat-kesehatan-dalam-negeri-menkes-tinjau-pameran-hkn-ke-58.html">Kementerian Kesehatan dapat mendorong penciptaan alat sensor tersebut dari produsen dalam negeri</a> secara serius, seperti terlihat dari kegiatan <a href="https://www.kemkes.go.id/article/view/22032500001/kemenkes-gelar-demo-inovasi-kesehatan.html">Health Innovation Sprint Accelerator 2022</a>. Di ajang tersebut, salah satu produk inovasi bernama <a href="https://semudah-health.com/">NIRGOMO</a> yang berfokus pada pengukuran kadar gula darah tanpa membutuhkan sampel darah turut mendapatkan penghargaan tiga besar <em>best innovators</em>. </p>
<p>Alat monitor kadar gula dalam darah bagi pasien diabetes tipe 1 sangatlah penting untuk menghindari <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6507006/">hipoglikemia (kadar gula darah di bawah normal) yang pada tingkatan tertentu dapat membahayakan nyawa</a>. Karena itu, semestinya BPJS menanggung pembiayaan alat pemantauan kadar gula dalam darah rutin bagi pasien T1DM.</p>
<p>Kementerian Kesehatan perlu memperkuat skrining dan terapi serta memfasilitasi alat pemantauan gula darah rutin untuk pasien diabetes tipe 1 yang biayanya ditanggung oleh sistem kesehatan lewat BPJS Kesehatan. Dengan cara itu, pasien T1DM di Indonesia tetap bisa produktif dan <a href="https://diabetesstrong.com/how-diabetes-affects-life-expectancy/">memiliki angka harapan hidup yang lebih tinggi</a>.</p>
<hr>
<p><em>Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Laksamana Olan Es Orlando (dokter Puskesmas Godean 2 Kabupaten Sleman), dr. Riadiani Nindya Drupadi (dokter RS Mata Dr. YAP), dr. Emir Cahyo Gumilang dan Anita Sabidi atas kontribusi mereka dalam pengembangan artikel ini</em>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/194520/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Dr. Anthony Sunjaya is a Co-Founder of BantingMed Pty Ltd, an Australian based diabetes care digital platform.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Jaya Addin Linando tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Fasilitas cek gula darah berkala dari BPJS belum cukup memadai untuk tujuan pengendalian gula darah pasien diabetes tipe 1.Jaya Addin Linando, Organizational behavior and human resources management lecturer-researcher, Universitas Islam Indonesia (UII) YogyakartaAnthony Paulo Sunjaya, Co-Lead (Digital Health), ASEAN Business Research Hub, UNSW Sydney | Scientia Doctoral Researcher, The George Institute for Global Health, UNSW SydneyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1665002021-09-20T00:58:23Z2021-09-20T00:58:23ZSarjana gunakan layanan dokter spesialis 10 kali lebih banyak dibanding yang tak lulus SD<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/421803/original/file-20210917-25-agw10r.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Petugas kesehatan mempersiapkan alat medis di ruangan ICU Khusus COVID-19 di RSUD dr Pirngadi Medan, Kota Medan, Sumatera Utara, 3 September 2021.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://download.antarafoto.com/searchresult/dom-1630682403">ANTARA FOTO/Fransisco Carolio/Lmo/aww.</a></span></figcaption></figure><p>Kesenjangan akses layanan kesehatan di Indonesia masih tinggi walau negara menyediakan layanan <a href="https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/home">Jaminan Kesehatan Nasional</a>, termasuk subsidi iuran bulanan bagi kelompok miskin sejak tujuh tahun terakhir .</p>
<p>Makin rendah sekolah dan pendapatan penduduk, maka kian meningkat kesulitan mereka dalam mengakses layanan kesehatan di negeri ini.</p>
<p><a href="https://bmjopen.bmj.com/content/9/7/e026164">Riset terbaru saya di Indonesia,</a> dengan memakai data lebih dari 42 ribu orang dari Survei Kehidupan Keluarga Indonesia 2014, menunjukkan tingginya tingkat kesenjangan akses layanan kesehatan antarkelompok masyarakat berdasarkan pendidikan dan pendapatan. </p>
<p>Gap terbesar terjadi pada penggunaan layanan kesehatan sekunder (rawat jalan dokter spesialis dan rawat inap di rumah sakit) dan layanan preventif (skrining dan <em>medical check-up</em> untuk penyakit kardiovaskuler).</p>
<p>Contohnya ada keluhan kesehatan yang membutuhkan pelayanan dokter spesialis, maka individu dari kelompok masyarakat berpendidikan tinggi (minimal S1) menggunakan pelayanan tersebut sepuluh kali lebih banyak dibanding individu dari kelompok masyarakat yang tidak lulus SD. </p>
<p>Sementara, individu dari kelompok terkaya (pendapatan per kapita Rp 4 juta per bulan) menggunakan pelayanan rawat inap di rumah sakit tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan individu dari kelompok termiskin (pendapatan Rp 230 ribu per bulan). </p>
<h2>Hak atas layanan kesehatan yang tersendat</h2>
<p>Akses layanan kesehatan yang berkualitas merupakan hak asasi manusia yang dijamin konstitusi <a href="https://infeksiemerging.kemkes.go.id/download/UU_36_2009_Kesehatan.pdf">Indonesia</a>. Karena itu, akses layanan kesehatan harus dapat dinikmati secara adil oleh seluruh penduduk.</p>
<p>Ini berarti, setiap individu yang membutuhkan harus bisa mengakses layanan kesehatan tanpa memandang status sosial ekonomi, wilayah geografis, etnis, maupun agama. </p>
<p>Jika individu miskin maupun kaya mempunyai penyakit yang sama, maka keduanya berhak mendapatkan terapi medis yang sama. Jika tidak, maka hal ini melanggar prinsip keadilan dalam layanan kesehatan. Ini disebut sebagai ketimpangan (<em>inequality</em>) dalam akses layanan kesehatan. </p>
<p>Selain dianggap tidak adil, kesenjangan akses layanan kesehatan akan mengakibatkan penanganan berbagai masalah kesehatan semakin sulit. Sebab, hanya sebagian kecil kelompok masyarakat (umumnya kelompok menengah keatas) yang memiliki derajat kesehatan yang baik. </p>
<p>Kesenjangan akses layanan kesehatan antarkelompok masyarakat merupakan permasalahan global. Fenomena ini bahkan dijumpai di <a href="https://ec.europa.eu/social/main.jsp?catId=738&langId=en&pubId=8152&furtherPubs=yes">Uni Eropa</a> yang sudah mencapai pelayanan kesehatan universal (<em>universal health coverage</em>/UHC), meski dengan tingkatan yang relatif kecil. </p>
<p>Bagi banyak negara berkembang yang belum mencapai UHC, tingkat ketimpangan itu akan lebih tinggi–termasuk di Indonesia. Namun demikian, belum banyak studi yang menggambarkan tingkat kesenjangan akses layanan kesehatan antar-kelompok masyarakat di negara berkembang. Riset saya mengisi kelangkaan studi topik ini.</p>
<p>Salah satu kesenjangan akses layanan kesehatan terbesar ditemukan pada layanan kesehatan preventif. Misalnya pada pemeriksaan gula darah sebagai <a href="https://bmjopen.bmj.com/content/9/7/e026164">skrining Diabetes Mellitus</a>. Individu dari kelompok pendidikan tinggi melakukan pemeriksaan glukosa darah 30 kali lebih sering dibandingkan kelompok yang tidak bersekolah. </p>
<p>Berbeda dengan layanan kesehatan sekunder, layanan kesehatan primer (dokter umum, puskesmas, klinik pratama) mempunyai tingkat kesenjangan akses yang jauh lebih kecil. Individu dari kelompok berpendidikan tinggi menggunakan layanan kesehatan primer 1,1 kali lebih sering (hanya 10% lebih besar) dibandingkan dengan individu dari kelompok tidak bersekolah.</p>
<h2>Empat faktor</h2>
<p>Tingginya tingkat kesenjangan akses layanan kesehatan di Indonesia untuk layanan sekunder diduga disebabkan oleh beberapa faktor. </p>
<p>Pertama, jumlah sumber daya (dokter spesialis dan rumah sakit) yang tidak memadai. Saat ini, baru ada 14 dokter spesialis per 100.000 penduduk. Jumlah itu jauh di bawah standar WHO yang menetapkan <a href="https://gateway.euro.who.int/en/indicators/hlthres_241-specialist-medical-practitioners-per-100-000/">100 dokter spesialis per 100.000 penduduk</a>. Selain itu, distribusi dokter spesialis tersebut tidak merata secara <a href="https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/05/23/dokter-spesialis-paling-banyak-di-jakarta-pada-2020">geografis</a>.</p>
<p>Fasilitas pelayanan kesehatan sekunder umumnya terpusat di daerah perkotaan. Keadaan ini menghambat akses masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi rendah yang umumnya tinggal di perdesaan. Sebab, mereka membutuhkan biaya non-medis seperti biaya transportasi dan juga mempertimbangkan biaya peluang atau <em>opportunity costs</em> (akibat pendapatan yang hilang karena waktu bekerja digunakan untuk berobat di fasilitas kesehatan sekunder). </p>
<p>Meski biaya medis masyarakat miskin sudah dijamin dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), tapi biaya non-medis yang besar akan mengurangi kemampuan mereka untuk mengakses pelayanan kesehatan. </p>
<p><em>Kedua</em>, sistem rujukan yang rumit secara administratif. Kelompok masyarakat miskin dan berpendidikan rendah pada umumnya belum memahami sistem rujukan yang menjadi syarat dalam mengakses pelayanan kesehatan sekunder program JKN. Hal ini membuat aksesibilitas mereka menjadi lebih rendah. </p>
<p><em>Ketiga</em>, literasi kesehatan yang rendah pada kelompok masyarakat miskin dan berpendidikan rendah. Hal ini mengakibatkan individu tak mampu memahami manfaat penggunaan layanan sekunder dan preventif yang diperlukan sehingga penggunaan dua layanan tersebut pada kelompok ini relatif rendah. </p>
<p>Faktor terakhir, program layanan kesehatan preventif yang sudah dijalankan masih belum efektif dan kurang mendapatkan prioritas. </p>
<p>Tanpa adanya sebuah program kesehatan preventif (seperti deteksi dini penyakit tidak menular dan kanker) yang bersifat nasional dan sistemik, penggunaan layanan kesehatan preventif lebih bergantung pada inisiatif perorangan. </p>
<p>Sementara, individu yang memiliki kesadaran dan kemampuan untuk mengakses layanan kesehatan ini dan umumnya didominasi oleh kelompok masyarakat menengah ke atas. </p>
<h2>Kurangi hambatan finansial dan geografis</h2>
<p>Tingkat kesenjangan akses layanan kesehatan antarkelompok masyarakat yang besar untuk layanan kesehatan sekunder dan preventif perlu segera diatasi dengan menghilangkan hambatan akses dari sisi finansial maupun geografis. </p>
<p>Pemerintah harus memperluas cakupan program JKN yang saat ini <a href="https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/01/06/jumlah-peserta-bpjs-kesehatan-capai-2225-juta-orang-hingga-2020">mencapai sekitar 81%</a> untuk mencapai layanan kesehatan universal. Harapannya, program ini dapat mengatasi hambatan finansial masyarakat dalam hal biaya medis ketika mengakses layanan kesehatan. </p>
<p>Pemerintah pun harus mengubah kebijakan untuk pemerataan distribusi dokter spesialis dan fasilitas kesehatan sekunder. Hal itu dapat mempermudah masyarakat menengah ke bawah ketika mengakses layanan kesehatan. </p>
<p>Sementara, untuk mengatasi hambatan administratif masyarakat miskin dalam mengakses layanan kesehatan, pemerintah dan BPJS Kesehatan perlu memperbaiki sistem rujukan.
Sistem rujukan dengan hanya menggunakan kartu BPJS tanpa syarat dokumen administratif tambahan akan sangat membantu masyarakat miskin dan berpendidikan rendah untuk menggunakan layanan kesehatan sekunder. </p>
<p>Penguatan layanan kesehatan primer juga harus dilakukan Kementerian Kesehatan keberadaannya yang cukup merata sampai daerah perdesaan. Layanan primer yang kuat dapat menjadi motor utama bagi terlaksananya program layanan kesehatan preventif secara nasional. </p>
<p>Layanan kesehatan primer yang berkualitas pun dapat menyelesaikan sebagian besar permasalahan kesehatan di masyarakat beban layanan sekunder. Hal ini akan berkontribusi pada pengurangan kesenjangan akses layanan kesehatan sekunder antar kelompok masyarakat.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/166500/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Joko Mulyanto menerima dana dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan untuk riset ini.
</span></em></p>Program layanan kesehatan preventif yang sudah dijalankan pada saat ini masih belum efektif dan kurang mendapatkan prioritas sehingga kenjangan terus terjadi.Joko Mulyanto, Dosen Departemen Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas, Universitas Jenderal SoedirmanLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1457122020-10-01T02:07:50Z2020-10-01T02:07:50ZProgram screening kanker serviks di Indonesia terhenti karena COVID-19, risiko kematian perempuan makin tinggi<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/360239/original/file-20200928-20-3vvw7d.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin kanker serviks kepada siswa kelas 4 dalam Bulan Imunisasi Anak Sekolah di SDN 8 Sumerta, Denpasar, Bali, 14 Agustus 2020.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://download.antarafoto.com/searchresult/dom-1597387802">ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/nym/pras</a></span></figcaption></figure><p>Sebelum wabah COVID-19, setiap hari <a href="https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheets.pdf">50 perempuan di Indonesia meninggal</a> akibat kanker serviks. Kanker reproduksi perempuan ini paling mematikan di negeri ini karena kerap kali terlambat dideteksi dan diobati. </p>
<p>Padahal, pertumbuhan sel-sel kanker di leher rahim ini dapat dicegah dengan <a href="https://www.alodokter.com/kenali-apa-itu-vaksin-hpv">vaksinasi Human Papillomavirus (HPV)</a> dan dapat diobati jika terdiagnosis pada stadium awal.</p>
<p>Kini risiko kematian akibat kanker ini kemungkinan meningkat karena sejumlah layanan kesehatan untuk mendeteksi kanker serviks dihentikan dan dikurangi kapasitasnya guna menekan risiko penularan virus corona. Akses perempuan ke layanan kesehatan makin sulit dan dampaknya pendeteksian kanker makin lambat dan pengobatannya juga terhambat. </p>
<p>Riset kami, tim dari Pusat Kesehatan Reproduksi Universitas Gadjah Mada dan Nossal Institute for Global Health the University of Melbourne, menunjukkan meski terdapat upaya mempertahankan pelayanan pengobatan kanker serviks di Jakarta selama tujuh bulan terakhir sejak wabah COVID, jumlah pasien yang mencari pengobatan menurun karena kesulitan mengakses pengobatan, pembatasan perjalanan dan kekhawatiran tertular COVID-19. </p>
<p>Yayasan Kanker Indonesia dan sejumlah rumah sakit, misalnya, yang menjadi responden riset ini, terpaksa mengurangi kapasitas layanan pendeteksian kanker dan layanan vaksinasi HPV.</p>
<h2>Layanan berkurang drastis</h2>
<p>Riset ini merupakan bagian dari penelitian kerja sama empat tahun (2018-2022) tentang pengalaman perempuan yang terkena kanker serviks dan respons Indonesia terhadap pengendalian kanker serviks.</p>
<p>Selama pandemi, tim peneliti telah mewawancarai 23 responden secara daring dari sektor kesehatan dan organisasi komunitas di Jakarta. </p>
<p>Jauh sebelum serangan COVID-19, masalah utama upaya pencegahan kanker serviks di Indonesia, sama seperti kebanyakan negara di Asia (kecuali Malaysia dan Bhutan), adalah vaksinasi HPV belum menjadi program imunisasi nasional. Biaya vaksinasi HPV relatif mahal – sekitar Rp 1 juta per suntik. Masalah harga ini menjadikan vaksinasi tersebut sulit dijangkau oleh kebanyakan perempuan Indonesia.</p>
<p>Indonesia memiliki program nasional penapisan (<em>screening</em>) kanker serviks dengan target perempuan usia 30-50 tahun. Namun, pada 2014-2018, total target populasi yang <a href="https://www.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/PROFIL_KESEHATAN_2018_1.pdf">melakukan penapisan masih kurang dari 8%</a>, jauh dari target penapisan dari total perempuan usia 30-50 tahun sebesar 50%.</p>
<p>Wabah COVID menyebabkan keadaan bertambah buruk. </p>
<p>Setelah pemerintah pusat menyatakan COVID-19 sebagai <a href="https://bnpb.go.id/berita/presiden-tetapkan-covid19-sebagai-bencana-nasional">bencana nasional pada pertengahan April</a>, Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Jakarta menghentikan aktivitas klinik selama tiga bulan sejak pertengahan Maret. Ini berarti layanan vaksinasi HPV dan penapisan kanker serviks menjadi tidak tersedia. </p>
<p>Selain itu, lebih dari dua per tiga anggaran tahunan pemerintah provinsi untuk kegiatan YKI Jakarta dihilangkan. Akibatnya, staf YKI Jakarta yang berjumlah sekitar 30 orang harus dipangkas setengahnya dan kuota <em>pap smear</em> gratis tahunan dikurangi dari 4.000 menjadi 1.000 pemeriksaan saja. </p>
<p>Layanan kunjungan rumah (<em>home care</em>) untuk perawatan paliatif, perawatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien yang kankernya tidak bisa disembuhkan (stadium 4), juga ditangguhkan sampai pemberitahuan lebih lanjut. </p>
<p>Setelah buka kembali pada Juni, jam operasional klinik YKI berkurang drastis, dari lima menjadi dua kali seminggu. Layanan penapisan massal juga dihentikan sampai waktu yang belum ditentukan. </p>
<p>Setelah tahun 2020, keberlanjutan yayasan kanker terbesar dan tertua di Indonesia ini masih belum jelas. </p>
<p>Temuan lainnya, pada Maret dan April terjadi penurunan kapasitas operasi histerektomi radikal (prosedur yang direkomendasikan untuk penderita kanker serviks stadium awal) di rumah sakit rujukan di Jakarta.</p>
<p>Saat kegiatan operasi dibuka kembali pada Juni, waktu tunggu operasi menjadi lebih lama karena penumpukan jadwal. Pada kanker serviks, penundaan pengobatan selama dua bulan dapat memperburuk kondisi penyakit dan menurunkan peluang bertahan hidup.</p>
<p>Memang tak melulu muram. Klinik vaksinasi HPV swasta yang memiliki beberapa cabang di Jakarta Pusat yang terlibat dalam penelitian kami dengan cepat berhasil membuat perubahan layanan dengan menerapkan pelayanan kesehatan dengan melakukan kunjungan ke rumah (<em>home visit</em>) dan mempertahankan jumlah pasien pada masa pandemi ini. </p>
<p>Namun, kebanyakan pelanggan klinik ini adalah kelas menengah-atas karena biaya layanan yang relatif tinggi.</p>
<p>Rumah singgah yang biasanya menawarkan akomodasi sederhana untuk pasien kanker dari luar Jakarta harus menolak pasien baru akibat aturan pembatasan sosial. Ini menghambat pengobatan pasien dari provinsi lain yang tidak mempunyai kerabat atau tidak mampu membiayai akomodasi selama di Jakarta.</p>
<p>Di level nasional, <a href="https://lifestyle.bisnis.com/read/20180301/106/744751/vaksin-hpv-diharapkan-jadi-program-nasional-tahun-depan">program percontohan untuk vaksinasi HPV berbasis sekolah</a> yang telah aktif dicanangkan di lima provinsi juga berhenti karena kurangnya anggaran.</p>
<p>Akibatnya, <a href="https://www.suara.com/health/2019/12/16/152311/program-percontohan-vaksinasi-hpv-anak-sekolah-kian-di-ujung-tanduk?page=all">ada sekitar 120.000 anak perempuan yang diperkirakan akan melewatkan dosis kedua vaksinasi HPV</a> dan tidak terlindungi terhadap infeksi HPV. Jika vaksinasi HPV tidak segera menjadi prioritas anggaran, dampak penghentian program vaksinasi akan terasa sampai generasi mendatang. </p>
<h2>Memanfaatkan teknologi, tapi tidak menjangkau perempuan miskin</h2>
<p>YKI Jakarta telah mengalihkan layanan perawatan paliatifnya ke metode <em>telemedicine</em>. Penggunaan teknologi dalam memberikan pelayanan kesehatan sangat penting di Indonesia karena Indonesia diyakini memiliki <a href="https://mediaindonesia.com/read/detail/333367-indeks-kematian-tenaga-medis-indonesia-terburuk-di-dunia">angka kematian tenaga kesehatan tertinggi</a> akibat COVID-19 di dunia. </p>
<p>Seperti yang terjadi secara global, kegiatan edukasi kesehatan telah beralih secara daring. Dalam beberapa bulan terakhir, banyak seminar daring berfokus pada pencegahan kanker serviks dan deteksi dini untuk umum. Mereka yang memiliki smartphone, tablet atau komputer dan koneksi internet dapat mengikuti kegiatan tersebut dengan mudah - sesuatu yang sebelumnya sulit dilakukan karena lokasi dan logistik. </p>
<p>Sayangnya, perempuan miskin yang paling rentan terhadap infeksi HPV dan kanker serviks kebanyakan tidak memiliki akses internet dan perangkat yang mendukung teknologi ini sehingga kecil kemungkinan bisa mengikuti kegiatan tersebut.</p>
<p>Pembatasan sosial membuat akses pengobatan kanker serviks menjadi lebih sulit pada awal pandemi. Pilihan moda transportasi terjangkau, seperti ojek online belum dapat diakses dengan mudah dan biaya taksi atau sewa mobil masih sulit dijangkau banyak perempuan. </p>
<p>Banyaknya rumah sakit di Indonesia yang tidak mempunyai fasilitas radioterapi mengharuskan pasien untuk dirujuk ke rumah sakit rujukan. Sistem ini sudah menjadi penghalang untuk mengakses pengobatan, dan semakin dipersulit oleh keharusan pasien melakukan tes COVID-19 sebelum bepergian.</p>
<p>Selain itu, karena kekebalan tubuh pasien kanker terganggu, pasien mungkin akan menghindari fasilitas kesehatan karena takut tertular COVID-19. Beberapa rumah sakit rujukan mengamati terjadinya penurunan jumlah pasien kanker yang datang untuk menjalani kemoterapi dan radioterapi.</p>
<p>Meski waktu berakhirnya pandemi tidak dapat diprediksi, tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan, juga kita, perlu mendorong dan mendukung pasien dengan kanker progresif untuk tetap mendapatkan terapi yang diperlukan. </p>
<h2>Masa depan pencegahan kanker serviks belum jelas</h2>
<p>Masa depan <a href="https://theconversation.com/pentingnya-libatkan-suami-dalam-mencegah-kanker-leher-rahim-pada-perempuan-indonesia-119654">pencegahan kanker serviks</a> melalui program penapisan di Indonesia masih belum jelas. Jika penapisan tidak menjadi prioritas, maka akan semakin sedikit perempuan yang terdiagnosis lebih awal, dan tingkat kelangsungan hidup akan menurun.</p>
<p>Langkah pemerintah mengalihkan <a href="https://tirto.id/pemerintah-alihkan-rp353-t-anggaran-kesehatan-pen-untuk-bansos-f44n">anggaran dari satu sektor ke sektor lain</a>, ketimbang meningkatkan dana yang dikhususkan untuk mengatasi jejak kesehatan COVID-19, kemungkinan bisa menjadi bencana bagi perempuan penderita kanker ginekologi. </p>
<p>Karena itu, kami mendorong pemangku kebijakan untuk fokus terhadap dampak kesehatan jangka panjang dan lebih luas dari COVID-19 sehingga dapat mengurangi jejak kesehatan akibat pandemi pada masyarakat Indonesia. </p>
<p>Dampak pandemi COVID-19 semestinya tidak hanya dilihat dari jumlah kematian akibat terjangkit virus, tapi dari total kematian yang terjadi menyusul respons pemerintah terhadap pandemi dan dampak sosial ekonomi pada kesehatan terhadap kanker. </p>
<p>Mengelola dampak pandemi terhadap penyakit kronis tidak menular seperti kanker sangat penting untuk mengurangi <a href="https://hcldr.wordpress.com/2020/04/07/the-pandemics-4th-wave/">jejak kesehatan pandemi secara menyeluruh</a> akibat COVID-19. </p>
<hr>
<p><em>Henny Andrie Putri, dokter di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta, dan Miranda Rachellina, dokter di Yayasan Kanker Indonesia Jakarta, berkontribusi dalam riset dan penulisan artikel ini.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/145712/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Linda Rae Bennett menerima dana dari Australian Research Council Discovery Project Program untuk penelitian ini.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Ardhina Ramania, Belinda Rina Marie Spagnoletti, dan Hanum Atikasari tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Meski waktu berakhirnya pandemi tidak dapat diprediksi, kita perlu mendorong dan mendukung pasien dengan kanker progresif untuk tetap mendapatkan terapi yang diperlukan.Belinda Rina Marie Spagnoletti, Research Fellow in Sexual & Reproductive Health, Nossal Institute for Global Health, The University of MelbourneArdhina Ramania, Research Assistant, Center for Reproductive Health, Universitas Gadjah Mada Hanum Atikasari, Research Assistant at Nossal Institute for Global Health, The University of MelbourneLinda Rae Bennett, Associate Professor of medical anthropologist, Nossal Institute for Global Health, Melbourne School for Population and Global Health, The University of MelbourneLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1440202020-08-14T07:21:33Z2020-08-14T07:21:33ZRiset: bonus demografi Indonesia bisa hangus karena gaya hidup buruk pada usia muda<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/352879/original/file-20200814-22-4hl4vh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Usia produktif bisa hilang karena risiko kecelakaan tinggi saat orang tidak pakai helm saat naik motor. Seorang warga mengendarai sepeda motor tanpa helm sambil menggendong kedua anaknya di Banyuwangi, 4 Juli 2020. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://download.antarafoto.com/searchresult/dom-1593862504"> ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/wsj.</a></span></figcaption></figure><p><em>Artikel ini bagian dari rangkaian tulisan untuk memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia.</em></p>
<p>Kualitas sumber daya manusia menjadi topik yang sering diperbincangkan saat sebuah negara merayakan ulang tahun kemerdekaannya, <a href="https://setneg.go.id/baca/index/pesan_presiden_jokowi_di_hut_ke_74_kemerdekaan_republik_indonesia">termasuk Indonesia</a>.</p>
<p>Setelah 75 tahun Indonesia merdeka, sebuah riset dari Kementerian Kesehatan menemukan bahwa penyakit tidak menular (PTM), seperti <em>stroke</em>, penyakit jantung iskemik (penyempitan pembuluh darah), diabetes dan sirosis hati, yang biasa dialami oleh penduduk lanjut usia (lansia) juga ditemukan di kelompok usia produktif dan <a href="https://www.kemkes.go.id/article/view/20070400003/penyakit-tidak-menular-kini-ancam-usia-muda.html">bahkan usia 10-14 tahun</a>. </p>
<p>Saat ini Indonesia telah memasuki periode “<a href="https://www.litbang.kemkes.go.id/beban-ganda-penyakit-mengancam-indonesia/">beban ganda penyakit</a>” karena terjadi peningkatan kejadian penyakit tidak menular yang disebabkan oleh gaya hidup berisiko seperti pola makan yang kaya lemak dan gula, serta kebiasaan merokok, di tengah masih tingginya penyakit menular. </p>
<p>Hasil analisis Kajian Sektor Kesehatan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, yang kami tulis dan terbit tahun lalu, menunjukkan bahwa beban ganda penyakit akan berpengaruh pada <a href="https://www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/44504/14084/">hilangnya produktivitas penduduk usia kerja</a>. </p>
<p>Ini dapat mengancam pencapaian bonus demografi, yaitu pertumbuhan ekonomi yang didorong jumlah penduduk usia produktif (15-64) yang lebih banyak dibanding anak-anak dan lansia. Jika penduduk usia produktif Indonesia menderita berbagai penyakit, mereka tidak bisa bekerja secara maksimal sesuai dengan potensi terbaiknya. Bisa jadi mereka harus menjalani perawatan atau mengalami keterbatasan tenaga, dan juga mengeluarkan banyak biaya untuk berobat. Jika kondisi ini berlanjut, produktivitas penduduk suatu negara akan terganggu.</p>
<p>Bonus Demografi di negeri ini diperkirakan akan berakhir pada 2036, saat <a href="https://regional.kompas.com/read/2018/10/08/05440801/bonus-demografi-indonesia-berakhir-di-2036-jumlah-lansia-bakal-naik?page=all">persentase penduduk usia lanjut usia mulai meningkat</a>. “Penuaan” penduduk Indonesia juga berpotensi memunculkan berbagai isu untuk diantisipasi, terutama isu kesehatan.</p>
<p>Gaya hidup yang buruk dan kecelakaan lalu lintas di kalangan orang muda yang cenderung meningkat merupakan dua dari sejumlah faktor yang “menghancurkan” potensi produktif yang pada usia muda. </p>
<p>Jika gaya hidup lebih sehat dan keselamatan lalu lintas ditingkatkan, kehilangan masa produktif itu bisa dicegah. </p>
<h2>Bonus demografi pertama dan kedua</h2>
<p><a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/0032472031000149536?journalCode=rpst20">Teori Transisi Demografi</a> mengatakan bahwa setiap negara mengalami perubahan pola kematian dan kelahiran yang kemudian memengaruhi pertumbuhan penduduk.</p>
<p>Penurunan angka kelahiran, karena semakin sedikitnya jumlah anak dalam satu keluarga, dan peningkatan usia harapan hidup (UHH), karena penurunan kematian akibat penyakit menular serta semakin baiknya kondisi kesehatan ibu dan anak, menyebabkan perubahan struktur umur penduduk di Indonesia. Ini pada gilirannya berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. </p>
<p>Dampak perubahan struktur umur penduduk terhadap ekonomi tersebut dikenal dengan bonus demografi. </p>
<p>‘Bonus’ atau keuntungan ekonomi tersebut diperoleh melalui peningkatan pendapatan per kapita, yaitu rata-rata pendapatan penduduk suatu negara, atau akumulasi aset. </p>
<p>Dalam demografi, potensi bonus demografi tersebut tercermin dari perubahan angka Rasio Ketergantungan (RK), yang menunjukkan banyaknya penduduk usia anak dan lansia dibandingkan jumlah penduduk usia kerja. RK memberikan gambaran berapa orang yang menjadi tanggungan ekonomi bagi masyarakat produktif. Sebuah negara akan mendapatkan keuntungan ekonomi ketika RK mengalami penurunan.</p>
<p>RK Indonesia menurun sejak akhir 1970-an dan diperkirakan terus menurun hingga mencapai titik terendah pada 2020-2035. Pada awal 1970-an, 5 orang penduduk usia produktif menanggung 4 orang penduduk usia anak. Kini, 5 orang penduduk usia produktif menanggung 2 orang anak tapi ditambah dengan 1 orang lansia.</p>
<iframe title="Rasio Ketergantungan Indonesia menurun sejak 1970 dan mencapai titik terendah pada 2020-2035 " aria-label="Interactive line chart" id="datawrapper-chart-vTca3" src="https://datawrapper.dwcdn.net/vTca3/2/" scrolling="no" frameborder="0" style="border: none;" width="100%" height="400"></iframe>
<p>Penurunan Rasio Ketergantungan memunculkan dua “jendela kesempatan” meraih bonus demografi. </p>
<p>Bonus demografi pertama diraih saat terjadi peningkatan pendapatan per kapita sebagai hasil dari peningkatan penduduk usia produktif relatif terhadap usia non-produktif. Namun demikian, bonus ini <a href="https://www.imf.org/external/pubs/ft/fandd/2006/09/basics.htm">bersifat sementara atau transisi</a>. </p>
<p>Sementara bonus demografi kedua dapat diraih setelah penduduk usia kerja mengakumulasi aset melalui investasi dan tabungan hari tua untuk <a href="https://www.demographic-research.org/volumes/vol30/34/">membiayai konsumsi masa tua</a>. </p>
<p>Kedua bonus dapat optimal jika sumber daya manusia berkualitas, sehat, dan produktif. </p>
<h2>Beban ganda penyakit mengurangi bonus demografi</h2>
<p><em>Disability Adjusted Life Years (DALYs) Loss</em> atau total tahun produktif yang hilang digunakan dalam bidang ekonomi kesehatan untuk mengukur potensi waktu produktif penduduk suatu negara yang tidak bisa dimanfaatkan karena buruknya kondisi kesehatan.</p>
<p>Berdasarkan data <a href="https://vizhub.healthdata.org/le/">Global Burden of Disease</a> pengendalian penyakit menular pada 1990-2016 berhasil menurunkan DALYs loss Indonesia sebesar 58,6% dari 43,8 juta menjadi 18,1 juta tahun produktif.</p>
<p>Pada 2017, penyakit tidak menular seperti <em>stroke</em>, penyakit jantung iskemik, dan diabetes menjadi penyebab utama DALYs loss, diikuti penyakit menular seperti tuberkulosis dan diare, serta trauma akibat kecelakaan lalu lintas. </p>
<iframe title="Kelompok usia muda kehilangan usia produktif karena kecelakaan lalu lintas dan juga penyakit tak menular." aria-label="Interactive line chart" id="datawrapper-chart-ndQzB" src="https://datawrapper.dwcdn.net/ndQzB/3/" scrolling="no" frameborder="0" style="border: none;" width="100%" height="500"></iframe>
<p>Penyakit tidak menular, penyakit menular dan trauma kecelakaan menyumbang pada banyaknya total tahun produktif yang hilang pada kelompok umur produktif tapi pada tahap siklus hidup yang berbeda-beda. </p>
<p>Tahun yang hilang karena stroke dan diabetes meningkat pada usia 40 dan mencapai puncaknya pada usia 55-59, sementara pola tahun hilang pada tuberkulosis terjadi pada usia 20 hingga 49 tahun. </p>
<p>Di Indonesia, <a href="https://theconversation.com/tuberkulosis-tetap-menyerang-saat-pandemi-coronavirus-5-fakta-tbc-yang-jarang-diketahui-di-indonesia-134560">setiap hari 300 orang mati karena tuberkulosis</a>.</p>
<p>Tahun yang hilang karena kecelakaan lalu lintas terjadi pada usia muda, kelompok usia 15-24 tahun. Tahun lalu, misalnya, lebih dari <a href="https://otomotif.kompas.com/read/2019/12/30/172100015/angka-kecelakaan-lalu-lintas-di-2019-meningkat">23.000 orang tewas</a> akibat kecelakaan, dari total sekitar 107.000 kasus kecelakaan. </p>
<p>Kesakitan tersebut tidak saja mengurangi kemampuan untuk produktif secara ekonomi, tapi juga menambah beban biaya kesehatan yang seharusnya hanya berasal dari penduduk usia anak dan lanjut usia. </p>
<h2>Gaya hidup adalah faktor risiko tertinggi</h2>
<p>Meningkatnya kontribusi penyakit tidak menular terhadap kematian dan tahun produktif yang hilang pada usia produktif dipengaruhi faktor risiko akibat pola hidup yang kurang sehat. </p>
<p>Pola makan yang buruk seperti kaya lemak, gula dan kurang serat menduduki ranking tertinggi dari keseluruhan faktor risiko penyebab kematian akibat berbagai penyakit. Ini diikuti dengan tekanan darah tinggi dan gula darah puasa yang tinggi yang juga dipengaruhi pola makan dan gaya hidup yang buruk. Konsumsi tembakau atau merokok juga meningkatkan faktor risiko.</p>
<p>Malnutrisi serta kelebihan berat badan menduduki ranking 5 dan 6. Hal ini menunjukkan Indonesia mengalami <em>double burden of nutrition</em>, yaitu situasi yang menggambarkan ada kelompok penduduk yang mengalami kurang gizi dan juga ada kelompok penduduk yang mengkonsumsi makanan tidak sehat secara berlebihan. </p>
<p>Air, sanitasi, dan higienitas masih termasuk dalam 10 faktor risiko tertinggi yang berkontribusi pada masih tingginya kontribusi penyakit infeksi pada kematian dan tahun produktif yang hilang. </p>
<p>Kebiasaan merokok yang tinggi berkontribusi meningkatkan tahun yang produktif yang hilang pada usia produktif. Hasil <a href="https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf">Riset Kesehatan Dasar 2018 mencatat</a> 63% laki-laki dan 4, 8% perempuan mengkonsumsi tembakau hisap dan kunyah pada 2018. Kelaziman merokok di kelompok usia muda 10-18 tahun malah meningkat dari 7% menjadi 9% antara tahun 2013-2018.</p>
<p>Perilaku berkendara yang tidak aman juga mempengaruhi hilangnya tahun produktif yang tinggi karena kecelakaan. <a href="https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf">Data Riskedas (2018)</a> menunjukkan rendahnya penggunaan helm, hanya 16% yang pakai helm saat mengendarai sepeda motor, terutama pada kelompok usia 15-24 tahun. Dengan berkembangnya kesempatan kerja di bidang transportasi berbasis aplikasi daring, semakin banyak penduduk usia muda yang bekerja di sektor tersebut dan semakin terpapar kemungkinan risiko kecelakaan. </p>
<p>Data dari Lembaga Demografi FEB UI tahun 2017 menunjukkan bahwa <a href="https://ldfebui.org/wp-content/uploads/2018/03/Lembar-Fakta-Ringkasan-Hasil-Survei-LD-FEB-UI.pdf">sekitar 38% mitra pengemudi transportasi berbasis aplikasi daring berusia 20-30an tahun</a>. Total pengojek online <a href="https://ekonomi.bisnis.com/read/20191112/98/1169620/berapa-sih-jumlah-pengemudi-ojek-online-simak-penelusuran-bisnis.com">berkisar 2-2,5 juta orang</a>.</p>
<h2>Implikasi kebijakan</h2>
<p>Dengan jumlah penduduk usia kerja yang besar, Indonesia menghadapi peluang maupun tantangan. Di satu sisi, penduduk usia kerja yang besar merupakan sumber percepatan untuk pertumbuhan ekonomi jika penduduk ini produktif secara ekonomi. </p>
<p>Selain itu, besarnya penduduk usia kerja relatif terhadap penduduk usia tidak produktif (anak dan lansia) merupakan keuntungan bagi jaminan kesehatan dalam hal potensi pembayaran premi serta <em>support ratio</em> yang relatif tinggi. </p>
<p>Namun di sisi lain, bila penduduk usia kerja memiliki keterampilan yang rendah serta status kesehatan rendah yang mengurangi produktivitasnya, maka mereka akan menjadi beban. </p>
<p>Sementara itu, tantangan utama untuk penduduk usia kerja adalah masih rendahnya pendidikan serta keterampilan tenaga kerja Indonesia serta beban penyakit yang cukup besar diderita oleh kelompok usia tersebut, terutama penyakit tidak menular (PTM). Hal tersebut menyebabkan mutu modal manusia Indonesia menjadi tidak optimal untuk mencapai bonus demografi. </p>
<p>Untuk menuju kualitas yang lebih baik pada satu abad usia kemerdekaan Indonesia, selain peningkatan kompetensi dan keterampilan, kegiatan mempromosikan hidup sehat dan mencegah penyakit, juga mencegah kecelakaan lalu lintas, perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan produktivitas kelompok usia usia kerja.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/144020/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Diahhadi Setyonaluri menerima dana dari UNICEF untuk riset Kajian Sektor Kesehatan.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Flora Aninditya menerima dana dari UNICEF untuk riset Kajian Sektor Kesehatan. </span></em></p>Penurunan angka kelahiran dan peningkatan usia harapan hidup (UHH) menyebabkan perubahan struktur umur penduduk di Indonesia yang pada gilirannya berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.Diahhadi Setyonaluri, Researcher at the Lembaga Demografi Faculty of Economics and Business, Universitas IndonesiaFlora Aninditya, Researcher at Lembaga Demografi, Universitas IndonesiaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1355632020-05-21T22:33:04Z2020-05-21T22:33:04Z5 strategi agar pasien non-COVID-19 tak tertular coronavirus di RS dan tetap terlayani<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/336690/original/file-20200521-102667-18kb663.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pekerja kesehatan yang menggunakan alat pelindung diri di depan ruang khusus pasien COVID di sebuah rumah sakit Sumatera Utara, 12 Mei 2020.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://photos.aap.com.au/search/COVID%20hospital%20Indonesia?q=%7B%22pageSize%22:50,%22pageNumber%22:1%7D"> DEDI SINUHAJI/EPA/AAP</a></span></figcaption></figure><p>Di tengah serangan COVID-19 di Indonesia <a href="https://covid19.go.id">yang makin meningkat kasusnya</a>, perjalanan penyakit-penyakit lain yang menular seperti <a href="https://theconversation.com/tuberkulosis-tetap-menyerang-saat-pandemi-coronavirus-5-fakta-tbc-yang-jarang-diketahui-di-indonesia-134560">tuberkulosis</a> dan <a href="https://theconversation.com/chronic-conditions-worsen-coronavirus-risk-heres-how-to-manage-them-amid-the-pandemic-136037">tidak menular seperti jantung, diabetes, ginjal dan stroke</a> yang sudah diidap oleh penduduk tidak berhenti.</p>
<p>Penanganan kegawatan lain seperti patah tulang, luka tusuk, keguguran dan kecelakaan lalu lintas yang bersifat mendadak dan mengancam jiwa juga sangat dibutuhkan. </p>
<p>Tidak melakukan kontrol bagi pasien-pasien seperti ini secara berkepanjangan dapat meningkatkan risiko lebih berat ke depan. Bahkan dapat menimbulkan kematian tanpa perlu terinfeksi COVID-19. Penghentian perawatan pasien penyakit kronis ini tidak beda bahayanya dengan terkena COVID-19 sendiri. </p>
<p>Mereka tetap butuh pemeriksaan setiap bulan ke dokter atau bahkan bisa lebih sering jika keadaan memburuk. Masalahnya, beberapa laporan menunjukkan terjadinya penurunan signifikan kunjungan gawat darurat untuk penyakit jantung di <a href="http://www.onlinejacc.org/content/early/2020/04/07/j.jacc.2020.04.011">Amerika Serikat</a> dan <a href="https://www.ft.com/content/d5ac0a79-6647-4f49-bb64-d1cc66362043">Inggris</a> karena masyarakat takut akan tertular COVID-19 di rumah sakit. </p>
<p>Berbagai perhimpunan dokter juga menyarankan agar pasien menunda konsultasi tatap muka yang tidak urgen sejalan dengan laporan seperti <a href="https://www.medscape.com/viewarticle/926834">di Korea Selatan</a> yang menceritakan seseorang dengan COVID-19 dapat menularkan ke seluruh orang di RS.</p>
<p>Karena itu diperlukan inovasi untuk menghadapi perubahan ini untuk melindungi pasien dan tenaga medis di Indonesia. Dukungan pemerintah, rumah sakit dan BPJS Kesehatan penting untuk menghadapi tantangan ini. Berikut 5 hal solusi yang diajukan.</p>
<h2>1. Pisahkan rumah sakit khusus COVID-19 dan non-COVID-19</h2>
<p>Salah satu yang dapat dilakukan untuk tetap mempertahankan layanan pada pasien non-COVID-19 ini adalah semaksimal mungkin membagi rumah sakit menjadi yang dapat dan tidak dapat menangani COVID-19. </p>
<p>Rumah sakit yang khusus menangani COVID mungkin harus dibuat eksklusif hanya mengurus pasien bergejala penyakit paru, orang dalam pengawasan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP) dan pasien positif COVID-19. </p>
<p>Saat ini di lapangan, walau sudah ada <a href="https://katadata.co.id/berita/2020/04/16/cegah-corona-kemenkes-imbau-rs-setop-praktik-rutin-kecuali-darurat">imbauan dari Kementerian Kesehatan perihal ini</a>, masih ada campuran antara RS rujukan COVID-19 yang <a href="https://www.beritasatu.com/megapolitan/622765-rsud-kota-tangerang-hanya-terima-pasien-covid19">hanya menerima pasien COVID-19 seperti RSUD Tangerang</a> dan<a href="https://sumbar.antaranews.com/berita/346432/jadi-rujukan-penanganan-covid-19-rs-unand-tetap-melayani-pasien-poliklinik"> RS rujukan yang juga masih menerima pasien non-COVID-19</a>. </p>
<p>Pemisahan layanan ini mungkin sulit dilaksanakan terutama bagi RS rujukan COVID-19 di daerah yang juga pemberi layanan kesehatan utama. Pada kondisi tersebut, setidaknya ada klaster khusus dalam RS tersebut untuk COVID-19 atau bila tidak memungkinkan bangsal tenda khusus COVID-19 atau untuk poliklinik dibuat di pelataran RS. Ini berarti tidak boleh ada perpindahan petugas dan pasien antar kedua klaster tersebut untuk mencegah penyebaran penyakit lintas klaster.</p>
<p>Langkah ini juga dapat membantu mengurangi kebutuhan APD harian karena hanya akan diperlukan bagi klaster COVID-19. Contoh rumah sakit yang menjalankan sistem ini adalah <a href="https://www.liputan6.com/health/read/4243839/rscm-kini-punya-zona-khusus-layani-pasien-covid-19">RSCM Jakarta yang menggunakan gedung Kiara khusus untuk pasien COVID-19</a>. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/325209/original/file-20200403-74216-gnym3r.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/325209/original/file-20200403-74216-gnym3r.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/325209/original/file-20200403-74216-gnym3r.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/325209/original/file-20200403-74216-gnym3r.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/325209/original/file-20200403-74216-gnym3r.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/325209/original/file-20200403-74216-gnym3r.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/325209/original/file-20200403-74216-gnym3r.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Ilustrasi RS khusus COVID di Pulau Galang.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Setkab RI</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Selain rumah sakit, penting juga pemerintah menguatkan fasilitas kesehatan primer seperti puskesmas dan klinik untuk <a href="https://www.papdi.or.id/pdfs/849/Dokumen%20Pedoman%20Penanganan%20Cepat%20Medis%20dan%20Kesehatan%20MASYARAKAT%20COVID-19%20di%20Indonesia.pdf">deteksi, penelusuran COVID-19</a> dan perawatan penyakit kronis lainnya. Mereka adalah garda terdepan dalam berhubungan dengan masyarakat.</p>
<p>Prinsip-prinsip di RS di atas, termasuk adanya alat pelindung diri yang cukup, dapat diadopsi untuk Puskesmas dan klinik sesuai kapasitasnya. </p>
<h2>2. Gunakan CT-scan untuk membantu diagnosis dini</h2>
<p>Dalam pembentukan RS khusus COVID-19, fokuslah di RS yang sudah memiliki alat CT-Scan. Mengapa? Saat ini, salah satu kendala diagnosis COVID-19 di Indonesia adalah lama waktunya memperoleh <a href="https://theconversation.com/mengapa-tes-cepat-rdt-coronavirus-bisa-negatif-palsu-sedangkan-tes-pcr-butuh-3-hari-ini-cara-kerja-cerdas-2-alat-deteksi-covid-19-134402">hasil tes swab (RT-PCR)</a>, bisa <a href="https://republika.co.id/berita/q98fb5328/lamanya-hasil-tes-emswabem-jadi-masalah-di-daerah">sampai 14 hari</a>, dan terkadang <a href="https://riaupos.jawapos.com/nasional/08/04/2020/228892/hasil-tes-7-pdp-yang-meninggal-belum-keluar.html">diagnosis COVID-19 baru</a> benar-benar jelas pasca kematian pasien.</p>
<p>Dalam beberapa riset di Cina, <a href="https://doi.org/10.1148/radiol.2020200642">penggunaan CT-Scan dapat membantu mempercepat mengarahkan diagnosis dengan tingkat akurasi 81%</a> hingga <a href="https://doi.org/10.1148/radiol.2020200823">97% dibandingkan hasil tes swab</a>. </p>
<p>Di Provinsi Hubei Cina, episenter awal COVID-19, gambaran CT-Scan dimasukkan dalam kriteria diagnosis COVID-19 mempercepat identifikasi pasien-pasien COVID-19 sembari menunggu hasil swab. </p>
<p>Di Indonesia, dalam <a href="https://www.papdi.or.id/pdfs/849/Dokumen%20Pedoman%20Penanganan%20Cepat%20Medis%20dan%20Kesehatan%20MASYARAKAT%20COVID-19%20di%20Indonesia.pdf">Pedoman Medis Satgas COVID-19</a>, penggunaan CT-Scan tidak tercantum sebagai pembantu diagnosis. Karena itu, perlu ada kebijakan resmi perihal penggunaan CT-Scan yang akan memperjelas kewenangan dokter dalam meminta pemeriksaan ini. </p>
<p>Dari segi fasilitas kesehatan perlu didukung pembentukan protokol penggunaan CT-Scan pada pasien suspek COVID-19 untuk mencegah kontaminasi silang pada pasien yang ternyata negatif coronavirus. Dengan regulasi yang jelas, pembiayaan dari pemeriksaan ini akan tersedia sehingga diharapkan dapat digunakan dengan lebih luas.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/325213/original/file-20200403-74235-1pol8j3.gif?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/325213/original/file-20200403-74235-1pol8j3.gif?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=409&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/325213/original/file-20200403-74235-1pol8j3.gif?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=409&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/325213/original/file-20200403-74235-1pol8j3.gif?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=409&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/325213/original/file-20200403-74235-1pol8j3.gif?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=514&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/325213/original/file-20200403-74235-1pol8j3.gif?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=514&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/325213/original/file-20200403-74235-1pol8j3.gif?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=514&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Ilustrasi Hasil CT Scan Penderita COVID.</span>
<span class="attribution"><span class="source">RSNA</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>3. Pakai lab TBC mendukung PCR</h2>
<p>Rumah sakit yang memiliki fasilitas lab GeneXpert, biasa digunakan untuk pemeriksaan tuberkulosis resisten obat, dapat dipilih sebagai RS khusus COVID-19.</p>
<p>Laporan <a href="http://www.euro.who.int/__data/assets/pdf_file/0005/436631/Rapid-communication-COVID-19.pdf">WHO menunjukkan</a> dengan bahan kimia (reagen) pendeteksi COVID-19 khusus, alat GeneXpert dapat digunakan untuk pemeriksaan COVID-19. </p>
<p>Pada 2019, dilaporkan terdapat 815 mesin <a href="https://www.who.int/docs/default-source/searo/tuberculosis/pmdt-country-support-mission-indonesia-april-2019-final.pdf?sfvrsn=6b2956a2_2">GeneXpert di sejumlah RS di Indonesia</a>. Dengan memberdayakan sebagian mesin ini diharapkan dapat mengurangi beban lab pendukung Kementerian Kesehatan.</p>
<p>Di sisi lain, RS non-COVID dapat difokuskan pada RS bertipe C dan D yang kemungkinan besar tidak memiliki CT-Scan. Seluruh rujukan pasien rutin harus diatur dan diumumkan terbuka dialihkan ke RS non-COVID-19 ini. </p>
<p>Sosialisasi RS khusus COVID-19 atau klaster khusus COVID-19 ini juga harus dilakukan agar menghindari infeksi COVID-19 karena berkunjung ke rumah sakit.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/325219/original/file-20200403-74261-17uhhr0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/325219/original/file-20200403-74261-17uhhr0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=364&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/325219/original/file-20200403-74261-17uhhr0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=364&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/325219/original/file-20200403-74261-17uhhr0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=364&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/325219/original/file-20200403-74261-17uhhr0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=457&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/325219/original/file-20200403-74261-17uhhr0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=457&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/325219/original/file-20200403-74261-17uhhr0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=457&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Ilustrasi Alat GeneXpert.</span>
<span class="attribution"><span class="source">USAID</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>4. Konsultasi dokter dengan telekonsultasi</h2>
<p>Konsultasi antara dokter dan pasien dapat menggunakan telekonsultasi (aplikasi) agar dapat membantu mengurangi beban konsultasi rutin dan sekaligus dapat menghindari risiko penularan virus corona. </p>
<p><a href="https://www.halodoc.com/aplikasi-halodoc">HaloDoc</a>, <a href="https://www.alodokter.com">AloDokter</a>, <a href="https://meetdoc.id/">MeetDoc</a> dan berbagai layanan telekonsultasi lainnya sudah mulai mengisi ceruk ini, tapi dengan sistem pembayaran mandiri. </p>
<p>BPJS Kesehatan dapat mempertimbangkan bolehnya melanjutkan resep obat kronis yang sudah diderita seperti jantung, stroke, dan parkinson melalui metode ini tanpa perlu tatap muka selama masa tanggap COVID-19. </p>
<p>Selain itu penggunaan <em>booking</em> online dan sistem kupon perlu dibuat agar antrean tidak terjadi di Puskesmas atau rumah sakit sehingga prinsip menjaga jarak sosial terlaksana. Untuk kelompok yang tidak menggunakan internet dapat digerakkan kembali kader dan Ibu PKK untuk membantu mengurus jadwal konsultasi. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/336677/original/file-20200521-102667-1il983e.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/336677/original/file-20200521-102667-1il983e.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/336677/original/file-20200521-102667-1il983e.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=275&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/336677/original/file-20200521-102667-1il983e.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=275&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/336677/original/file-20200521-102667-1il983e.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=275&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/336677/original/file-20200521-102667-1il983e.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=345&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/336677/original/file-20200521-102667-1il983e.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=345&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/336677/original/file-20200521-102667-1il983e.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=345&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Ilustrasi Telekonsultasi.</span>
</figcaption>
</figure>
<h2>5. Perlu panduan alokasi ICU dan ventilator bagi pasien COVID-19 dan non-COVID-19</h2>
<p>Asosiasi profesi, perhimpunan kedokteran, Satgas COVID-19 dan pemerintah mestinya mulai mengatur pertimbangan dalam alokasi alat-alat vital seperti ventilator pada masa krisis kesehatan. </p>
<p>Dengan keterbatasan Indonesia yang memiliki <a href="https://journals.lww.com/ccmjournal/%20Abstract/onlinefirst/Critical_Care_Bed_Capacity_in_Asian_Countries_and.95746.aspx">rasio tempat tidur ICU 2,7 per 100.000 penduduk</a>, alokasi alat-alat ini bagi pasien non-COVID-19 seperti dengan infeksi berat (sepsis), dan paska komplikasi kehamilan juga harus dipertimbangkan pada tingkat nasional dan wilayah. </p>
<p>Hingga saat ini di Indonesia belum ada protokol nasional untuk hal tersebut, kebijakan diserahkan kepada rumah sakit yang dapat memberikan tekanan tambahan pada tenaga medis.</p>
<p>Akhir kata, saat kita mendorong peningkatan kuantitas dan kualitas penanganan COVID-19 jangan sampai mengorbankan pasien lain dengan penyakit di luar COVID-19 yang tetap memerlukan pengobatan dan tidak berkurang jumlahnya. </p>
<p>Jangan sampai nanti usai wabah ini kita melihat ke belakang bahwa ada banyak kematian yang timbul pada saat ini bukan karena penyakit COVID-19 tapi karena penyakit yang sudah ada yang tidak dapat tertangani.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/135563/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Anthony Paulo Sunjaya menerima dana dari UNSW Sydney, aktif di One Med Research Institute, Indonesia dan salah seorang pendiri layanan telekesehatan MeetDoc.ID.</span></em></p>Mendorong peningkatan kuantitas dan kualitas penanganan COVID-19 jangan sampai mengorbankan pasien lain dengan penyakit diluar COVID-19 yang tetap memerlukan pengobatan dan tidak berkurang jumlahnya.Anthony Paulo Sunjaya, Scientia Doctoral Researcher, The George Institute for Global Health, UNSW Sydney, UNSW SydneyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1382162020-05-15T03:14:30Z2020-05-15T03:14:30ZBahaya ‘bom waktu’ di balik PSBB COVID-19: mengapa penyakit kronis mungkin naik setelah krisis kesehatan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/334963/original/file-20200514-77255-te52yy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Latihan fisik dengan fokus pada kombinasi penguatan otot, latihan keseimbangan, peregangan otot dan rentang gerak dapat mengurangi risiko terkena penyakit kronis.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://photos.aap.com.au/search/COVID%20exercise%20in%20house">EPA/FACUNDO ARRIZABALAGA/ AAP</a></span></figcaption></figure><p>Sejak pertengahan April lalu, 20 wilayah di Indonesia <a href="https://tirto.id/update-corona-indonesia-daftar-20-wilayah-yang-terapkan-psbb-ePVK">menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)</a> untuk mencegah lajur penyebaran virus corona di kota-kota tersebut. Di tengah <a href="https://covid19.go.id/peta-sebaran">kasus baru COVID yang cenderung terus menanjak</a>, kita belum tahu pasti kapan pembatasan ini akan dicabut.</p>
<p>Berbeda dengan kebijakan dan <a href="https://nasional.kompas.com/read/2020/03/24/12054741/jokowi-physical-distancing-paling-pas-untuk-cegah-covid-19-di-indonesia">seruan menjaga jarak sosial 1-2 meter antarorang</a>, PSBB menerapkan peraturan yang lebih ketat karena <a href="https://tirto.id/arti-psbb-yang-dibuat-untuk-cegah-penyebaran-corona-di-indonesia-eMXT">ada mekanisme penegakan hukum</a> bagi pelanggar.</p>
<p>Dampak kebijakan tersebut, jutaan orang di berbagai kota tersebut lebih banyak beraktivitas di rumah selama berminggu-minggu. Tanpa melakukan gerak fisik yang cukup, sejumlah <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21767729">riset</a> menunjukkan ada bahaya “bom waktu” yang mengancam di depan mata: <a href="https://www.who.int/mediacentre/news/releases/release23/en/">penyakit kronis meningkat</a> akibat <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7031771/">gaya hidup menetap (<em>sedentary life style</em>) selama pandemi Covid 19</a>. </p>
<p>Karena itu, kita harus memperhatikan beberapa pengaturan aktivitas fisik di rumah dan lingkungan untuk mencegah datangnya penyakit kronis saat pandemi dan setelah krisis kesehatan kali ini.</p>
<h2>Banyak di rumah, kurang gerak</h2>
<p>Selama PSBB, hampir semua murid dan pekerja kantoran <a href="https://news.detik.com/berita/d-4969167/yang-harus-diketahui-tentang-psbb-di-jakarta/2">melakukan aktivitasnya di rumah</a>. Alhasil, <a href="https://www.timesindonesia.co.id/read/news/261667/pembelajaran-online-di-tengah-pandemi-covid19-tantangan-yang-mendewasakan">Internet menjadi kebutuhan pokok</a> bagi murid dan pekerja kantor. </p>
<p><a href="https://www.mdpi.com/1660-4601/17/5/1729">Internet (93,5 %)</a> juga digunakan sebagai informasi kesehatan utama selama pandemik. Aktivitas masyarakat akan lebih banyak dalam duduk atau rebahan sambil bermain game <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7031771/">menonton televisi, gadget seluler dan bekerja di depan komputer</a>.</p>
<p>Hasil <a href="https://www.mckinsey.com/business-functions/marketing-and-sales/our-insights/survey-indonesian-consumer-sentiment-during-the-coronavirus-crisis">survei Mckinsey menunjukkan</a> selama pandemi sebagian besar masyarakat Indonesia lebih sering meluangkan waktunya <a href="https://drive.google.com/open?id=1dkMaBw6-JvEIbsdr5Z6JWxo1AJX__ONZ">untuk menonton televisi, mengkonsumsi berita online, dan menggunakan media sosial</a>. </p>
<p>Terdapat penambahan <a href="https://www.mckinsey.com/business-functions/marketing-and-sales/our-insights/survey-indonesian-consumer-sentiment-during-the-coronavirus-crisis">35% untuk penggunaan online streaming</a>. Sama halnya untuk <em>video conferencing</em> baik yang personal dan <em>profesional chat</em> yang <a href="https://www.mckinsey.com/business-functions/marketing-and-sales/our-insights/survey-indonesian-consumer-sentiment-during-the-coronavirus-crisis">bertambah 25% dan 38%</a>. </p>
<p>Pengguna pembelajaran jarak jauh seperti <em>moodle</em> dan <em>google classroom</em> juga <a href="https://www.mckinsey.com/business-functions/marketing-and-sales/our-insights/survey-indonesian-consumer-sentiment-during-the-coronavirus-crisis">meningkat sampai 39%</a>. Pemakaian fasilitas hiburan di rumah berupa permainan <em>online games</em>, tik-tok dan menonton <em>e-sport</em> <a href="https://www.mckinsey.com/business-functions/marketing-and-sales/our-insights/survey-indonesian-consumer-sentiment-during-the-coronavirus-crisis">meningkat sebesar 32%, 15% dan 28%</a>. </p>
<p>Di bidang jasa pengantaran makanan restoran dan kebutuhan sehari-hari, ada <a href="https://www.mckinsey.com/business-functions/marketing-and-sales/our-insights/survey-indonesian-consumer-sentiment-during-the-coronavirus-crisis">peningkatan tajam yaitu 36% dan 41%</a>.</p>
<p>Dari data tersebut kita bisa kita ketahui bahwa pandemi COVID-19 memicu meningkatnya gaya hidup “ogah gerak” di masyarakat Indonesia.</p>
<h2>Hubungan antara berdiam lama dan penyakit kronis</h2>
<p><a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2996155/">Gaya hidup <em>sedentary</em></a> ditunjukkan dengan menghabiskan waktu yang cukup lama dengan banyak diam, misalnya menonton televisi atau duduk terlalu lama. </p>
<p>Penelitian Universitas Missouri pada 2015 menyebutkan duduk selama 6 jam atau lebih dapat <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4956484/">merusak fungsi sirkulasi aliran darah</a> dan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22374636">meningkatkan nilai tes gula darah 2 jam setelah makan (glukosa post-prandial), asam lemak darah, peradangan, dan stres oksidatif</a>. </p>
<p>Perilaku tersebut sebelumnya juga diteliti oleh Neville Owen dari Universitas Queensland pada 2010. Riset ini menemukan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3404815/">ada hubungan antara gaya hidup <em>sedentary</em> dan penyakit metabolik</a> seperti obesitas, hipertensi, diabetes tipe dua dan kanker kolon dan kanker payudara. </p>
<p>Mekanisme <a href="https://care.diabetesjournals.org/content/30/6/1384.long">peningkatan glukosa post-prandial dan lemak darah</a> akibat gaya hidup minim gerak ini terjadi karena penurunan jumlah dan intensitas kontraksi otot. Penurunan kinerja otot dapat menyebabkan <a href="https://care.diabetesjournals.org/content/30/6/1384.long">penurunan dalam pengambilan gula dan lemak dari darah ke otot</a> yang biasanya digunakan untuk pembakaran energi. </p>
<p>Akumulasi peningkatan glukosa dan asam lemak dalam darah inilah yang menyebabkan <a href="https://www.nature.com/articles/srep32044">penurunan fungsi metabolisme tubuh</a> dan <a href="https://www.nature.com/articles/srep32044">pengaturan insulin</a> yang pada akhirnya menyebabkan penyakit diabetes. </p>
<p>Penyakit diabetes juga dilaporkan merupakan <a href="https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200415143127-255-493794/5-penyakit-penyerta-penyebab-kematian-pasien-covid-19">penyakit penyerta</a> yang menyebabkan kematian pada pasien COVID-19.</p>
<p>Pengurangan kontraksi otot secara otomatis <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3560806/">dapat mengurangi kecepatan aliran darah yang mengalir di kapiler darah di kaki</a>. Proses yang terjadi secara terus menerus seperti ini <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3560806/">menyebabkan kerusakan fungsi endotel</a>. Endotel merupakan sel-sel yang melapisi pembuluh darah dan berfungsi <a href="https://www.hindawi.com/journals/cholesterol/2013/792090/">mempertahankan tegangan otot pembuluh darah dan pengaturan cara pembentukan darah</a>. </p>
<p>Pengurangan fungsi endotel terkait dengan sejumlah <a href="https://www.hindawi.com/journals/cholesterol/2013/792090/">penyakit seperti arteriosklerosis, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan stroke</a>. Penyakit <a href="https://majalah.tempo.co/read/kesehatan/6187/di-indonesia-nomor-satu">kardiovaskuler masih menduduki penyebab kematian nomor satu di seluruh dunia</a>. </p>
<p>Selain itu juga, pasien positif terinfeks virus corona (COVID-19) dapat <a href="https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200415143127-255-493794/5-penyakit-penyerta-penyebab-kematian-pasien-covid-19">memiliki gejala yang parah dan memberatkan apabila mengalami juga penyakit kardiovasuler seperti hipertensi dan penyakit jantung</a>. </p>
<p>Gaya hidup <em>sedentary</em> juga berkaitan erat dengan masalah kesehatan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22578771">berupa obesitas</a>. Sedangkan terdapat laporan kasus bahwa <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1002/oby.22842">peningkatan prevalansi pasien infeksi SARS-CoV-2 dengan kondisi berat di ICU yang mengalami obesitas</a>. </p>
<p>Dengan demikian, <a href="https://lifestyle.kompas.com/read/2020/03/31/172236720/obesitas-tingkatkan-risiko-kondisi-kritis-saat-terinfeksi-covid-19">obesitas meningkatkan risiko kritis saat terinfeksi COVID-19</a>.</p>
<h2>Yuk tetap bergerak dan olahraga di rumah: kurangi risiko sakit</h2>
<p>Ada alasan kesehatan yang kuat mengapa kita perlu untuk <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7031771/">melanjutkan latihan fisik di rumah</a> dan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7031771/">mengurangi perilaku malas gerak</a> agar <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC703177/">tetap sehat, mengurangi risiko penyakit</a> dan mempertahankan kekebalan tubuh pada saat pandemi Covid 19 seperti ini. </p>
<p>Latihan fisik di rumah saat PSBB adalah <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7031771/">pilihan yang lebih aman, sederhana dan mudah untuk dilakukan</a>. </p>
<p>Latihan ini <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7031771/">berfokus pada kombinasi penguatan otot, latihan keseimbangan, peregangan otot dan rentang gerak</a>. </p>
<p>Contoh <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7031771/">latihan fisik di rumah adalah</a> membiasakan diri untuk berjalan kaki dari rumah ke toko untuk membeli kebutuhan pokok, membawa dan mengangkat sendiri barang dan bahan makanan yang dibeli, menaiki tangga, berdiri satu kaki secara bergantian, mengubah posisi berdiri dan duduk menggunakan kursi, <em>sit up</em> dan <em>push up</em>. </p>
<p>Penggunaan <em>e-health</em> dan video latihan dari Youtube atau televisjuga bermanfaat untuk <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7031771/">menambah semangat</a>. Lakukan latihan fisik tersebut <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7031771/">setidaknya 30 menit sehari</a>.</p>
<p>Jenis latihan di rumah juga bisa disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi di rumah. Misalnya pada orang usia lanjut lebih <a href="https://www.nejm.org/doi/10.1056/NEJMoa021067?url_ver=Z39.88-2003&rfr_id=ori%3Arid%3Acrossref.org&rfr_dat=cr_pub%3Dwww.ncbi.nlm.nih.gov">dianjurkan berjalan santai</a> saja. </p>
<p>Bagi lansia, <a href="https://www.nejm.org/doi/10.1056/NEJMoa021067?url_ver=Z39.88-2003&rfr_id=ori%3Arid%3Acrossref.org&rfr_dat=cr_pub%3Dwww.ncbi.nlm.nih.gov">berjalan santai sudah cukup efektif dalam menurunkan risiko kematian dan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah</a>.</p>
<p>Hal lain yang penting dilakukan adalah <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25929229">mengurangi waktu duduk</a>. Ketika duduk bekerja di depan komputer atau bermain <em>gadget seluler</em> penting sekali <a href="https://www.nature.com/articles/srep32044">menjedanya setiap 20 menit dan berjalan santai selama 2 menit</a>. Itu akan sangat membantu <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25929229">memperbaiki fungsi dari sirkulasi darah</a> dan <a href="https://www.nature.com/articles/srep32044">mencegah penyakit metabolik</a>.</p>
<p>Revolusi industri 4.0 ini memberikan kita kemudahan teknologi berupa <a href="https://tekno.tempo.co/read/1168402/5-smartwatch-pendukung-aktivitas-kesehatan-dan-kebugaran">jam tangan pintar</a> untuk menghindari kita dari gaya hidup <em>sedentary</em> selama PSBB seperti <a href="https://support.apple.com/id-id/guide/watch/apd3bf6d85a6/watchos"><em>apple watch</em></a> atau <a href="https://gizmologi.id/review/samsung-galaxy-watch-active-jam-pintar/"><em>samsung galaxy watch active</em></a> dan mungkin beberapa merek lain. </p>
<p>Jam tangan pintar ini akan melacak seberapa <a href="https://support.apple.com/id-id/guide/watch/apd3bf6d85a6/watchos">sering Anda berdiri, seberapa banyak Anda bergerak, dan berapa menit Anda berolahraga</a>. Tujuan aplikasi ini adalah agar kita lebih sedikit duduk dan lebih banyak bergerak.</p>
<p>Dari uraian di atas, ada banyak bukti yang menunjukkan gaya hidup ogah gerak seperti duduk dalam waktu yang <a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0139984">lama dapat meningkatkan risiko penyakit</a>.</p>
<p>PSBB bukan berarti membatasi kita untuk melakukan latihan fisik. Ahli kesehatan menganjurkan Anda untuk <a href="https://www.researchgate.net/publication/273636681_Associations_of_Objectively_Assessed_Physical_Activity_and_Sedentary_Time_with_All-Cause_Mortality_in_US_Adults_The_NHANES_Study">menjeda waktu dengan aktivitas ringan seperti berdiri dan berjalan santai sekitar rumah</a>. </p>
<hr>
<p>Ikuti perkembangan terbaru seputar isu kesehatan selama sepekan terakhir. Daftarkan email <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/kesehatan-67">Anda di sini</a>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/138216/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Boby Febri Krisdianto tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Penelitian Universitas Missouri pada 2015 menyebutkan duduk selama 6 jam atau lebih dapat merusak fungsi sirkulasi aliran darah.Boby Febri Krisdianto, Nursing Lecturer, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1329812020-03-09T08:07:55Z2020-03-09T08:07:55ZVaksin cacar, sabuk pengaman, dan pengendalian rokok: 3 kebijakan kesehatan yang menyelamatkan jutaan nyawa<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/319240/original/file-20200309-118960-1tp6q1k.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">file k tz</span> </figcaption></figure><p>Wabah coronavirus yang sedang terjadi mengingatkan kita tentang betapa pentingnya respons kesehatan masyarakat dalam mengelola penyebaran penyakit.</p>
<p>Tapi apakah sebenarnya kesehatan masyarakat itu? Dan mengapa kita sering kali mendengar hal ini dari para pakar kesehatan masyarakat mengenai virus corona dan ancaman kesehatan lainnya? </p>
<p>Secara umum, ilmu kedokteran memiliki fokus utama pada pengobatan penyakit tiap individu, sementara kesehatan masyarakat fokus pada pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan di masyarakat.</p>
<p>Kegiatan kesehatan masyarakat sangat luas dan bervariasi. Hal ini termasuk kampanye promosi kesehatan, pengawasan penyakit menular (seperti dalam respons menanggapi COVID-19), memastikan akses air dan udara yang bersih, makanan yang aman, penyaringan penyakit, intervensi kesehatan masyarakat, dan kegiatan-kegiatan perencanaan dan kebijakan.</p>
<p>Berikut tiga contoh yang menunjukkan peran penting kesehatan masyarakat.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/its-now-a-matter-of-when-not-if-for-australia-this-is-how-were-preparing-for-a-jump-in-coronavirus-cases-132448">It's now a matter of when, not if, for Australia. This is how we're preparing for a jump in coronavirus cases</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Pengurangan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin</h2>
<p>Pengembangan vaksin untuk melindungi masyarakat dari penyakit menular adalah salah satu pencapaian paling signifikan baik dalam bidang kedokteran maupun kesehatan masyarakat. Vaksin telah mencegah <a href="https://www.who.int/publications/10-year-review/vaccines/en/">jutaan kematian</a>, sebagaimana WHO memperkirakan setidaknya telah ada 10 juta pencegahan kematian secara global dalam rentang 2010 hingga 2015, dan menyelamatkan banyak orang dari penyakit. </p>
<p>Sekarang ini dengan perkembangan yang ada, kita jarang melihat penyakit seperti polio, campak, dan gondong berkat efektivitas vaksin. Kemampuan kita melindungi individu dan masyarakat dari beberapa penyakit mematikan dengan suntikan sederhana dan aman merupakan salah satu keajaiban dalam kedokteran modern.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/317704/original/file-20200228-24664-1lxyokq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/317704/original/file-20200228-24664-1lxyokq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=470&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/317704/original/file-20200228-24664-1lxyokq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=470&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/317704/original/file-20200228-24664-1lxyokq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=470&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/317704/original/file-20200228-24664-1lxyokq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=590&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/317704/original/file-20200228-24664-1lxyokq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=590&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/317704/original/file-20200228-24664-1lxyokq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=590&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Sebuah vaksin untuk cacar mulai tersedia pada abad ke-19.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Distribusi vaksin pada masyarakat di seluruh dunia dan pengurangan penyakit menjadi bukti pentingnya kesehatan masyarakat dan manfaatnya.</p>
<p>Mungkin contoh terbesar dari efek vaksin terhadap kesehatan masyarakat global adalah </p>
<p>pemberantasan penyakit cacar. Cacar, yang merupakan penyakit berasal dari virus yang ditandai oleh demam dan bintil merah pada kulit, merupakan salah satu penyakit menular yang paling parah yang pernah terjadi. Penyakit ini membunuh sekitar <a href="https://www.bbc.co.uk/history/british/empire_seapower/smallpox_01.shtml">300 juta orang</a> hanya dalam periode abad ke-20 saja.</p>
<p>Untuk memberantas cacar, dokter kesehatan masyarakat berusaha mengidentifikasi kasus baru dengan cepat. Kemudian, orang-orang yang berhubungan dengan kasus tersebut akan divaksinasi secepat mungkin untuk mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut. </p>
<p>Tindakan ini disebut dengan “<a href="https://www.cdc.gov/smallpox/bioterrorism-response-planning/public-health/ring-vaccination.html">vaksinasi cincin</a>”. Kampanye ini dimulai secara intens pada 1967 dan WHO menyatakan cacar dapat diberantas <a href="https://www.historyofvaccines.org/content/articles/disease-eradication">pada 1980</a>. Hal ini dianggap menjadi salah satu pencapaian kesehatan masyarakat terbesar pada zaman modern. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/health-check-which-vaccinations-should-i-get-as-an-adult-81400">Health Check: which vaccinations should I get as an adult?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Pengendalian tembakau</h2>
<p>Meskipun masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, namun tingkat merokok telah <a href="https://www.who.int/gho/tobacco/use/en/">menurun</a> selama beberapa dekade terakhir dan membuat manfaat besar bagi kesehatan kita.</p>
<figure class="align-right ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/317708/original/file-20200228-24694-2ljzs9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/317708/original/file-20200228-24694-2ljzs9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=902&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/317708/original/file-20200228-24694-2ljzs9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=902&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/317708/original/file-20200228-24694-2ljzs9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=902&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/317708/original/file-20200228-24694-2ljzs9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1133&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/317708/original/file-20200228-24694-2ljzs9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1133&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/317708/original/file-20200228-24694-2ljzs9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1133&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Sudah wajib untuk mengenakan sabuk pengaman di Australia sejak 1970-an.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ketika sains telah menunjukkan adanya kaitan jelas antara <a href="https://www.theguardian.com/news/2005/jun/02/thisweekssciencequestions.cancer">merokok dan keadaan kesehatan yang buruk</a>, peran kesehatan masyarakat adalah untuk menyampaikan pesan ini kepada publik dan menerapkan langkah-langkah untuk meminimalkan tingkat merokok. </p>
<p>Kita telah berhasil mengurangi kematian akibat tembakau melalui intervensi seperti <a href="https://www.cancer.nsw.gov.au/how-we-help/cancer-prevention/stopping-smoking/quit-smoking-campaigns">kampanye promosi kesehatan</a> yang menyediakan informasi kepada publik mengenai bahaya merokok, pembatasan iklan rokok, pengemasan rokok yang sederhana, larangan merokok di tempat publik, menaikkan pajak rokok, dan juga penyediaan akses untuk program berhenti merokok. </p>
<p>Pengendalian tembakau merupakan salah satu pencapaian utama kesehatan masyarakat. Ini semakin benar dirasakan terutama ketika kita sering harus berjuang melawan industri atau “perusahaan global tembakau” agar inisiatif dan usaha ini bisa terlaksana. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/can-we-trust-big-tobacco-to-promote-public-health-74370">Can we trust Big Tobacco to promote public health?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Pengendalian tembakau juga merupakan contoh yang bagus tentang bagaimana tindakan terkoordinasi dari sejumlah sektor pemerintah yang berbeda dapat ditargetkan untuk mengatasi tantangan utama kesehatan masyarakat.</p>
<p>Australia telah diakui sebagai <a href="https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/326043/9789241516204-eng.pdf?ua=1">yang terdepan</a> dalam bidang ini.</p>
<h2>Keamanan kendaraan bermotor</h2>
<p>Kendaraan motor telah menjadi kemajuan besar dalam masyarakat modern. Namun, teknologi ini juga menjadi penyebab utama cedera dan <a href="https://www.abc.net.au/news/2018-01-25/every-road-death-in-australia-since-1989/9353794">kematian</a>.</p>
<p>Kematian karena kecelakaan lalu lintas di negara-negara industri telah <a href="https://www.who.int/violence_injury_prevention/publications/road_traffic/world_report/chapter2.pdf">menurun secara signifikan</a> dalam beberapa dekade terakhir. Penurunan ini terjadi meskipun meningkatnya jumlah pengemudi dan jarak yang tempuh di jalan pada periode ini.</p>
<p>Kita telah mampu mencapai peningkatan keamanan dan mengurangi kematian berkat berbagai upaya.</p>
<p>Sebagai contoh, peningkatan aturan dalam standar desain kendaraan bermotor, peningkatan jalan, aturan sabuk pengaman, batas kecepatan, penangkal minuman keras, dan edukasi pengemudi. </p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1118771463945904129"}"></div></p>
<p>Meski dengan hasil yang didapatkan, kecelakaan lalu lintas di jalan tetap menjadi <a href="https://www.who.int/violence_injury_prevention/road_safety_status/2018/en/">penyebab utama kematian</a> di seluruh dunia, dan merupakan masalah tersendiri bagi negara-negara berkembang. Jadi masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan dalam bidang ini. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/a-new-approach-to-cut-death-toll-of-young-people-in-road-accidents-25372">A new approach to cut death toll of young people in road accidents </a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Kesehatan masyarakat di dunia modern ini telah memainkan perang penting dalam peningkatan kesehatan dan mencegah kematian yang sering kali kita terima begitu saja. Tapi mungkin ini adalah bidang yang tidak terlalu kita pikirkan sebelumnya.</p>
<p>Salah satu alasan mengapa peningkatan kesehatan masyarakat kurang diapresiasi adalah karena kemajuan ini ada tanpa terlebih dulu terjadi hal yang buruk.</p>
<p>Sebagai contoh, kita dapat mengetahui secara jelas ketika nyawa seseorang terselamatkan berkat intervensi medis, namun yang sering luput dari pandangan kita yakni ketika suatu penyakit dapat dicegah sebelum terjadi melalui vaksinasi.</p>
<p><em>Rizki Nur Fitriansyah menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/132981/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Hassan Vally tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Coronavirus telah mengharuskan respons kesehatan masyarakat global. Tapi apa sebenarnya arti ‘kesehatan masyarakat’? Kita bisa belajar dari tiga contoh utama ini.Hassan Vally, Associate Professor, La Trobe UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1272492019-12-13T09:15:47Z2019-12-13T09:15:47ZRiset: Hanya 44 persen perempuan periksa sendiri tanda kanker payudara, apa penyebabnya?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/306258/original/file-20191211-95135-3anaqk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pemeriksaan kanker payudara lebih dini meningkatkan peluang penyembuhannya dengan terapi yang tepat.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/hands-joined-circle-holding-breast-cancer-153061814?src=71ab64b8-3873-415c-96f4-66dacc5b0a4c-1-38&studio=1">ESB Professional/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Mayoritas penderita kanker payudara di Indonesia baru mendatangi pusat layanan kesehatan ketika sudah berada pada stadium lanjut, yang berakibat pada menurunnya peluang untuk sembuh. Padahal, kanker ini memiliki peluang untuk disembuhkan ketika pasien didiagnosis pada stadium awal dan segera mendapatkan perawatan yang tepat. </p>
<p>Jauh sebelum mencapai stadium empat, sebenarnya perempuan dapat memeriksa sendiri lebih dini kemungkinan adanya indikasi kanker payudara. </p>
<p>Riset terbaru saya dan kolega, dengan sampel 1.967 perempuan berusia 20-60 tahun di Surabaya, diterbitkan baru-baru ini di <a href="https://bmcpublichealth.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12889-019-7951-2">BMC Public Health</a>, menunjukkan kurang dari separuh (44%) responden pernah mempraktikan <a href="https://www.alodokter.com/periksa-payudara-sendiri-sadari-sebelum-terlambat">Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)</a> dalam setahun terakhir. Faktor psikologis sangat berpengaruh pada jenis pemeriksaan ini.</p>
<p>Angka tersebut tidak terlalu menggembirakan, tapi masih tergolong cukup baik bila dibandingkan dengan rerata di negara-negara Asia Tenggara, misalnya <a href="http://journal.waocp.org/article_29969_5bd2b8213ada173110d636ab8d8375fc.pdf">Thailand (23,5%) atau Filipina (36,9%)</a>.</p>
<p>Hasil riset ini menjelaskan bahwa perilaku sehat dipengaruhi oleh persepsi individu terhadap suatu penyakit dan strategi yang tersedia untuk mengurangi terjadinya penyakit tersebut. Hampir 33% variasi perilaku memeriksa payudara sendiri dipengaruhi oleh komponen model kepercayaan kesehatan.</p>
<h2>Faktor-faktor yang berpengaruh</h2>
<p>Responden dalam penelitian ini sebagian besar menikah (72,3%), berpendidikan SMA atau lebih (53,4%), tidak memiliki riwayat kanker payudara (98,4%) dan tidak memiliki riwayat keluarga dengan kanker (89.3%). </p>
<p>Riset menggunakan jumlah sampel yang cukup besar dan representatif sehingga memungkinkan generalisasi pada populasi yang lebih luas.</p>
<p>Hasil riset kami mengindikasikan kepercayaan dan persepsi individu akan mempengaruhi perilaku sehat mereka. Ketika individu mempersepsikan diri mereka berisiko terpapar suatu penyakit, mereka akan mempraktikkan perilaku sehat yang diperlukan untuk menghindari penyakit tersebut.</p>
<p>Konsep <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Health_belief_model">Health Belief Model (HBM) Rosenstock</a> menyebutkan ada 6 komponen yang mempengaruhi perilaku sehat individu: </p>
<ol>
<li><p>Persepsi akan kerentanan yang meliputi persepsi individu terhadap seberapa besar peluang ia akan terjangkit suatu penyakit.</p></li>
<li><p>Persepsi akan keparahan, yang menunjukkan sejauh mana keparahan dan dampak yang diakibatkan ketika individu mengalami suatu penyakit. </p></li>
<li><p>Persepsi akan manfaat, yakni sejauh mana individu memandang perilaku sehat yang dilakukan akan memberikan dampak positif terhadap status kesehatannya.</p></li>
<li><p>Persepsi akan hambatan, menggambarkan sejauh mana individu menilai besaran kendala yang dihadapi untuk melakukan perilaku sehat.</p></li>
<li><p>Isyarat untuk melakukan tindakan, menunjukkan pemicu baik dari dalam diri maupun luar individu yang memicu munculnya perilaku sehat.</p></li>
<li><p><a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Efikasi_diri">Efikasi diri</a>, yakni seberapa besar rasa percaya diri individu untuk melakukan perilaku sehat. </p></li>
</ol>
<p>Dalam riset kami tampak bahwa praktik Sadari berhubungan dengan tingginya persepsi individu akan manfaat Sadari (3) dan efikasi dirinya untuk melakukan perilaku tersebut (6).</p>
<p>Artinya, partisipan menilai bahwa manfaat untuk memeriksa payudara sendiri cukup besar untuk meningkatkan status kesehatannya, yaitu dapat mendeteksi lebih awal ketika ada ketidaknormalan pada payudara dan mendapatkan pengobatan yang tepat lebih awal. Mereka cenderung mempraktikkan Sadari dibandingkan dengan kelompok yang memiliki persepsi manfaat yang lebih rendah. </p>
<p>Selain itu, perempuan yang memiliki keyakinan diri untuk melakukan Sadari dengan benar dan yakin mampu mengenali bila terdapat abnormalitas pada payudaranya, juga menunjukkan kecenderungan untuk melakukan Sadari. </p>
<p>Hasil penelitian ini juga mengungkapkan bahwa praktik Sadari berkorelasi dengan persepsi akan hambatan (4) yang dirasakan oleh individu. Mereka yang menilai bahwa memeriksa diri sendiri hanya menghabiskan waktu, merasa malu atau ketakutan akan menemukan penyakit, maka mereka cenderung tidak mau memeriksa diri mereka sendiri. Setiap kenaikan 1 poin persepsi hambatan akan menurunkan peluang praktik pemeriksaan sendiri sebesar 0,93.</p>
<h2>Bias optimisme</h2>
<p>Secara teoritis, isyarat untuk melakukan tindakan (5) merupakan komponen HBM yang berkolerasi positif dengan munculnya perilaku sehat. Namun, dalam penelitian ini, kami menemukan sebaliknya. Individu yang memiliki isyarat kesehatan yang tinggi cenderung tidak mempraktikkan perilaku Sadari. </p>
<p>Riset ini mengukur isyarat kesehatan dengan menanyakan pada responden perilaku kesehatan positif secara umum (apakah mereka minum vitamin, melakukan pemeriksaan medis secara rutin, dan rajin berolah raga). </p>
<p>Dalam konteks ini, kami menduga bahwa bagi responden yang menunjukkan level perilaku sehat umum yang tinggi, optimisme kesehatan mereka berkembang menjadi optimisme yang tidak realistis, yang kami sebut sebagai bias optimisme.</p>
<p>Maksudnya, individu tidak merasa rentan terkena suatu penyakit karena secara umum mereka telah berperilaku sehat. Individu yang memiliki optimisme yang tidak realistis cenderung menganggap bahwa dirinya tidak rentan menderita suatu penyakit jika dibanding orang lain. </p>
<p>Hasil penelitian lainnya yang cukup kontradiktif dengan teori, kami mendapati bahwa persepsi terhadap kerentanan (1) dan keparahan (2) suatu penyakit ternyata tidak mempengaruhi keputusan individu untuk memeriksa payudara sendiri. Fakta ini dapat dijelaskan dengan beberapa kemungkinan berikut: </p>
<p><em>Pertama</em>, kemungkinan partisipan tidak punya pengetahuan yang cukup akan kerentanannya terhadap kanker payudara serta sejauh mana keparahan kanker ini yang berdampak pada aspek fisik, psikologi, dan sosial penderita dan keluarganya. </p>
<p><em>Kedua</em>, partisipan barangkali menginterpretasikan bahwa terdiagnosis kanker payudara merupakan “takdir Tuhan” sehingga perilaku preventif dianggap tidak relevan.</p>
<p>Ketiga, teori <em>fear arousal</em> mengindikasikan bahwa dengan memikirkan kerentanan dan keparahan kanker payudara merupakan ancaman bagi individu yang dapat memunculkan rasa takut. Ketika individu merasa tidak memiliki sumber daya untuk mengatasi rasa takut tersebut, maka hal tersebut hanya akan memunculkan rasa takut yang berkelanjutan tanpa menghasilkan perubahan perilaku. </p>
<h2>Manfaat periksa lebih awal</h2>
<p>Kanker payudara, menurut laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO), menjadi <a href="http://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheets.pdf">salah satu penyebab kematian tertinggi pada perempuan di Indonesia</a>. Di seluruh wilayah Indonesia, kanker payudara menempati peringkat pertama kasus kanker terbanyak (16,7% dari seluruh jenis kanker) dan peringkat kedua penyebab kematian akibat kanker (11%) pada 2018.</p>
<p><a href="https://promkes.net/2019/03/03/laporan-riset-kesehatan-dasar-riskesdas-2018/">Riset Kesehatan Dasar 2018</a> menunjukkan sebagian besar pasien kanker payudara berusia 35 tahun ke atas. Mereka berasal dari latar belakang sosial ekonomi yang bervariasi dan kebanyakan berasal dari daerah perkotaan.</p>
<p>Gerakan memeriksa payudara sendiri, <a href="http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/2016/10/Panduan-Program-Nasional-Gerakan-Pencegahan-dan-Deteksi-Dini-Kanker-Kanker-Leher-Rahim-dan-Kanker-Payudara-21-April-2015.pdf">yang diinisiasi oleh Kementerian Kesehatan sejak 2015</a>, secara rutin merupakan salah satu strategi untuk mencapai deteksi dini kanker payudara. Strategi ini penting di negara-negara berkembang yang memiliki keterbatasan sumber daya dan akses pada layanan kesehatan terutama untuk skrining kanker payudara seperti mamografi dan USG.</p>
<p>Walau pemeriksaan sendiri <a href="https://www.who.int/cancer/publications/cancer_early_diagnosis/en/">tidak lagi direkomendasikan sebagai strategi utama deteksi dini oleh WHO</a>, negara-negara berkembang masih banyak berharap pada strategi ini. Riset <a href="http://www.smj.org.sg/sites/default/files/4903/4903a8.pdf">di Singapura</a> menunjukkan praktik Sadari secara rutin diasosiasikan dengan identifikasi kanker payudara pada stadium awal sehingga mengurangi angka kematian. </p>
<p>Pemeriksaan payudara sendiri merupakan cara mudah, murah, dan tak perlu bantuan tenaga medis untuk deteksi dini kanker payudara. Namun perlu dicatat bahwa deteksi dini kanker payudara - seperti praktik Sadari- harus segera diikuti dengan pemeriksaan medis oleh tenaga kesehatan untuk menegakkan diagnosis dan terapi medis yang efektif.</p>
<p>Dalam konteks ini, mendeteksi kanker payudara secara dini pun menjadi cukup penting bagi kesembuhan pasien sehingga dapat mencegah kematian akibat kanker payudara.</p>
<h2>Rekomendasi</h2>
<p>Promosi kesehatan yang menjelaskan ihwal kanker payudara, gejala-gejalanya, cara pencegahannya, juga tingkat risiko dan kemungkinan bisa disembuhkan, perlu terus dikampanyekan lebih besar melalui beragam medium. </p>
<p>Langkah ini diharapkan dapat melawan pengaruh kultural seperti stigma negatif atau sikap pasrah “takdir Tuhan” terhadap kanker payudara yang dapat menghambat terbentuknya perilaku deteksi dini.</p>
<p>Menyadarkan pentingnya pemeriksaan payudara sendiri, dengan fokus pada manfaatnya, dengan menggunakan konteks dan budaya lokal kemungkinan besar lebih mudah diterima oleh masyarakat. Ekspresi keengganan (misalnya karena merasa malu) tetap perlu diperhatikan dengan melibatkan fasilitator perempuan dalam mengedukasi masyarakat.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/127249/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Triana Kesuma Dewi menerima dana dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi untuk melakukan penelitian ini.</span></em></p>Menyadarkan pentingnya pemeriksaan payudara sendiri, dengan fokus pada manfaatnya, dengan menggunakan konteks dan budaya lokal kemungkinan besar lebih mudah diterima oleh masyarakat.Triana Kesuma Dewi, Lecturer and Researcher, Faculty of Psychology, Universitas AirlanggaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1245852019-10-08T12:48:18Z2019-10-08T12:48:18ZLima hewan yang bisa membantu kita melawan penyakit<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/295356/original/file-20191003-49383-1uyrcuf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Jangan khawatir.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/confirm/1177757560?src=GySalNUaeuaTHBVgp9NZVg-1-74&studio=1&size=medium_jpg">Fdzoru/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Sebagai manusia, kita mungkin merasa beruntung tentang nasib evolusi kita. Kita hidup lebih lama dibandingkan banyak hewan lain, dan rentang hidup kita <a href="https://www.scientificamerican.com/article/why-humans-live-so-long1/">terus meningkat</a> berkat diet yang lebih baik, kemajuan di bidang kedokteran, dan peningkatan kesehatan masyarakat. Tapi upaya kita untuk mengalahkan penuaan dan penyakit-penyakit yang menyertainya terus berlanjut.</p>
<p>Kasus <a href="https://www.alodokter.com/osteoarthritis">osteoartritis (sakit persendian)</a>, misalnya, telah berlipat ganda <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5584421/">sejak pertengahan abad ke-20</a>. Di negara maju, penyakit jantung menyumbang <a href="https://www.cdc.gov/heartdisease/facts.htm">ratusan ribu kematian</a> setiap tahunnya - sekitar <a href="https://www.bhf.org.uk/for-professionals/press-centre/facts-and-figures">satu kematian setiap tiga menit</a>.</p>
<p>Kerajaan hewan mungkin tempat yang tepat untuk mencari cara baru dalam mencegah dan mengobati kondisi ini. DNA kita mungkin sangat mirip <a href="https://www.nature.com/articles/nature04072">dengan simpanse</a> dan hewan lain, tapi ada perbedaan yang mungkin membantu kita membuka cara baru untuk memahami dan mengobati penyakit pada masa depan.</p>
<p>Dan dengan menggunakan teknik <a href="https://ghr.nlm.nih.gov/primer/genomicresearch/genomeediting">penyuntingan gen seperti CRISPR</a>, mungkin saja suatu hari kita bisa menggunakan ilmu yang kita peroleh dari hewan untuk menangani penyakit kita - meski kemungkinan itu masih sangat jauh.</p>
<h2>Simpanse dan penyakit jantung</h2>
<p>Ketika manusia berevolusi, susunan genetik kita juga berubah, sehingga risiko kita terhadap arteri tersumbat meningkat. Ketika risiko ini digabungkan ini dengan mbanyak <a href="https://www.nih.gov/news-events/nih-research-matters/eating-red-meat-daily-triples-heart-disease-related-chemical">asupan daging merah</a> dan makanan lain yang meningkatkan peluang penyakit jantung, maka kita akan menghadapi masalah besar.</p>
<p><a href="https://www.pnas.org/content/early/2019/07/18/1902902116">Penelitian terbaru</a> menunjukkan bahwa meningkatnya risiko penyakit kardiovaskular disebabkan oleh hilangnya gen tertentu dalam tubuh kita, ini berbeda dengan hewan lain - termasuk sepupu terdekat kita, simpanse. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tikus yang sudah diubah secara genetik - bermutasi genetik yang sama dengan manusia - memiliki risiko terkena serangan jantung dua kali lebih besar dibandingkan tikus normal. Pada masa depan, kita mungkin menggunakan rekayasa genetik untuk mengurangi risiko penyakit jantung. </p>
<h2>Tikus mol telanjang dan kanker</h2>
<p><a href="https://theconversation.com/meet-the-naked-mole-rat-impervious-to-pain-and-cancer-and-lives-ten-times-longer-than-it-should-118809">Tikus mol telanjang</a> mungkin tidak enak dipandang, tapi tikus pengerat ini sangat menarik bagi para ilmuwan karena <a href="https://www.nature.com/articles/nature12234">mereka tidak terkena kanker</a>. Tikus ini juga bisa memberitahu kita tentang umur panjang. Mengingat ukurannya, mereka harusnya hidup dalam jangka waktu yang sama dengan kerabat mereka (sekitar empat tahun), tapi mereka kerap hidup <a href="http://sageke.sciencemag.org/cgi/content/full/2002/21/pe7">tujuh kali lebih lama</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/285168/original/file-20190722-11364-18m7ysl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/285168/original/file-20190722-11364-18m7ysl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=396&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/285168/original/file-20190722-11364-18m7ysl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=396&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/285168/original/file-20190722-11364-18m7ysl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=396&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/285168/original/file-20190722-11364-18m7ysl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=498&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/285168/original/file-20190722-11364-18m7ysl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=498&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/285168/original/file-20190722-11364-18m7ysl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=498&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Tampilan bukan segalanya dalam dunia biologi.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/confirm/779258935?src=uCnyw2zmH-sz3nLtBdDALQ-1-0&studio=1&size=huge_jpg">Neil Bromhall/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Hewan pengerat yang jelek ini suatu saat akan terungkap rahasianya oleh para ilmuwan, yang mungkin suatu hari bisa membantu kita dalam pengembangan terapi baru untuk mengalahkan kanker dan penyakit lain yang berkaitan dengan usia.</p>
<h2>Kanguru dan osteoartritis</h2>
<p>Osteoartritis memiliki banyak penyebab, tapi <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10983905">obesitas</a>, postur tubuh tidak ideal, dan <a href="https://europepmc.org/abstract/med/7752117">keselarasan sendi yang buruk</a> adalah risiko utamanya. Banyak <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/j.1420-9101.2006.01276.x">primata</a> dan hewan karnivora memiliki masalah persendian yang mirip dengan manusia. Kera besar menunjukkan paling banyak kemiripan penyakit persendian dengan manusia.</p>
<p>Kanguru, di sisi lain, dapat bergerak melompat dengan kecepatan 40 pil per jam dengan sedikit risiko radang sendi hingga usia tua. <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0730725X17301303">Struktur tulang rawan yang unik</a> pada lutut memungkinkan mereka untuk menahan perenggangan berulang dan beban akibat pendaratan. </p>
<p><a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/joa.12683">Struktur ligamen</a> juga meningkatkan stabilitas sendi, ini penting agar menjaga kesehatan sendi tetap baik. Penelitian seperti ini dapat membantu menambahkan bahan yang bisa digunakan untuk implan lutut buatan pada manusia.</p>
<h2>Ikan gua dan diabetes</h2>
<p>`
Diabetes adalah masalah kesehatan global dan penyebab utama kebutaan, gagal ginjal, serangan jantung, stroke, dan amputasi. Hampir <a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/diabetes">satu dari sepuluh orang dewasa </a> terkena penyakit ini dan angkanya sudah sangat tinggi. Solusi untuk penyakit ini - jika ada - mungkin berasal dari ikan buta di gua Meksiko.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/285141/original/file-20190722-11376-z1qeug.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/285141/original/file-20190722-11376-z1qeug.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=410&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/285141/original/file-20190722-11376-z1qeug.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=410&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/285141/original/file-20190722-11376-z1qeug.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=410&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/285141/original/file-20190722-11376-z1qeug.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=516&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/285141/original/file-20190722-11376-z1qeug.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=516&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/285141/original/file-20190722-11376-z1qeug.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=516&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Ikan gua Meksiko dapat makan sesuka hati mereka.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/confirm/224156962?src=fWJfdPazcG2GzmoNLMA2xg-1-1&studio=1&size=medium_jpg">Kuttelvaserova Stuchelova/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ikan kecil ini memakan alga dan mampu makan sebanyak mungkin tanpa terkena masalah. Hal ini karena cara unik mereka dalam beradaptasi untuk bertahan hidup, dengan tidak <a href="https://www.nature.com/articles/nature26136">mengatur gula darah mereka</a>. Ini berarti gejala yang biasanya terlihat pada orang dengan diabetes, seperti memiliki kadar glukosa darah sangat bervariasi, tampaknya bukan masalah bagi ikan ini. Para ilmuwan berharap bahwa dengan memahami lebih lanjut tentang ikan ini, suatu hari kita bisa menemukan pengobatan yang lebih baik untuk penyakit ini.</p>
<h2>Zebra dan bisul</h2>
<p>Dalam lingkungan yang penuh tantangan, kita menjadi lebih sadar akan kesehatan mental kita. Tapi kita sering mengabaikan bagaimana ini dapat mempengaruhi kesehatan fisik kita. Di manusia, pusat pengolahan informasi di otak sering menghubungkan hal-hal sulit yang terjadi dalam hidup kita. </p>
<p>Ini berarti, kita sedang mengalami stres kronis dalam jangka waktu yang lama. Dan hal ini dapat menyebabkan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5126869/">radang perut</a>.</p>
<p>Hewan, seperti zebra, biasanya mengalami stres <a href="https://pdfs.semanticscholar.org/19ee/6e731a091779985321183a9976e2742b99cd.pdf">untuk periode yang lebih pendek</a>, seperti ketika mereka mencari makanan atau mencoba menghindari predator. Mereka jarang mengalami periode stres yang lama. </p>
<p>Tapi penelitian telah menunjukkan bahwa stres berkepanjangan yang dialami hewan, seperti tikus, dapat <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5915631/">menyebabkan tumbuhnya bisul</a>. Ini serupa dengan bisul pada manusia. Ini berfungsi sebagai pengingat yang baik bahwa gaya hidup modern kita yang penuh tuntutan, buruk bagi semua aspek kesehatan kita.</p>
<p>Hubungan antara hewan dan penyakit bukan satu arah. Ada banyak contoh saat kita menggunakan pemahaman penyakit manusia untuk membantu hewan, seperti menggunakan pemahaman kita tentang <a href="https://www.nature.com/articles/s41598-019-42702-z">klamidia ke koala</a>, yang penyakit ini <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/30681773">dapat menyebabkan infertilitas</a>, kebutaan, dan kematian.</p>
<p><em>Franklin Ronaldo menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/124585/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Adam Taylor is affiliated with the Anatomical Society.</span></em></p>DNA kita mungkin mirip dengan simpanse dan hewan lain, tetapi perbedaan lah yang bisa membantu kita membuka cara baru untuk memahami dan mengobati penyakit di masa depan.Adam Taylor, Director of the Clinical Anatomy Learning Centre and Senior Lecturer, Lancaster UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1241122019-09-25T07:36:09Z2019-09-25T07:36:09ZKebakaran hutan makin mengancam kesehatan penduduk Indonesia: dari iritasi hingga potensi kanker<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/293933/original/file-20190925-51414-9k7zoo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Asap tebal dan langit gelap di tengah hari menyelimuti Pekanbaru, Ibu Kota Provinsi Riau, akibat kebakaran hutan dan lahan di sana, 10 September 2019. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/success?u=http%3A%2F%2Fdownload.shutterstock.com%2Fgatekeeper%2FW3siZSI6MTU2OTQwNTgyOSwiYyI6Il9waG90b19zZXNzaW9uX2lkIiwiZGMiOiJpZGxfMTUwMzExMzI0MyIsImsiOiJwaG90by8xNTAzMTEzMjQzL21lZGl1bS5qcGciLCJtIjoxLCJkIjoic2h1dHRlcnN0b2NrLW1lZGlhIn0sImZYMTc5bFRtdkFtTXpuVWx0Q0tOZTk3UFY4ZyJd%2Fshutterstock_1503113243.jpg&pi=33421636&m=1503113243&src=Gpu6hXRyR6RvAoaG-PBZwQ-1-15">Gatot Adri/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Ancaman terhadap kesehatan penduduk di beberapa provinsi di Pulau Kalimantan dan Sumatra makin meningkat dalam beberapa pekan terakhir akibat “serangan” <a href="https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-49708970">asap pekat dari kebakaran hutan dan lahan</a> yang terjadi di sebagian dua pulau tersebut. </p>
<p>Dalam 8 bulan terakhir, setidaknya lebih <a href="https://katadata.co.id/berita/2019/09/20/bnpb-catat-328724-hektare-hutan-dan-lahan-terbakar-hingga-agustus">dari 320 ribu hektare</a> – setara dengan hampir lima kali lipat luas daratan Provinsi DKI Jakarta – hutan dan lahan di dua pulau itu membara. </p>
<p>Dampaknya tidak hanya dirasakan di daerah tempat terjadinya kebakaran, tapi juga telah menjangkau hampir seluruh Sumatra hingga <a href="https://www.cnnindonesia.com/internasional/20190923083051-106-432853/sekolah-malaysia-dibuka-lagi-usai-libur-akibat-kabut-asap">Malaysia dan Singapura</a>. </p>
<p>Asap tebal ini mengakibatkan <a href="https://news.detik.com/berita/d-4701750/sekolah-libur-dampak-asap-karhutla-mendikbud-siswa-belajar-di-rumah">terganggunya aktifitas</a> masyarakat seperti <a href="https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-49787843">transportasi dan mobilisasi</a> karena jarak pandangan terhambat atau iritasi langsung pada mata. </p>
<p>Selain itu, <a href="https://www.liputan6.com/news/read/4069031/kabut-asap-lumpuhkan-sekolah-di-pekanbaru">banyak sekolah diliburkan</a> di <a href="https://www.liputan6.com/news/read/4065170/kabut-asap-siswa-di-pontianak-libur-sekolah-sampai-waktu-tak-ditentukan">wilayah tersebut</a> untuk menghindari dampak buruk yang terjadi pada anak. Meliburkan sekolah merupakan langkah tepat karena asap dari kebakaran ini bisa merusak kesehatan anak-anak. </p>
<p>Sejumlah riset telah membuktikan dengan jelas bahwa asap kebakaran hutan menyebabkan <a href="http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/jek/article/view/5372">infeksi saluran pernapasan akut</a>, <a href="http://klikpdpi.com/download/2019-pencegahan-dan-penanganan-dampak-kesehatan-akibat-asap-kebakaran-hutan.pdf">kekurangan oksigen</a>, <a href="http://arsip.jurnalrespirologi.org/wp-content/uploads/2012/04/85-91-APRIL-VOL_30-NO_2-2010.pdf">asma berat</a>, <a href="https://www.niehs.nih.gov/health/materials/cancer_and_the_environment_508.pdf">pemicu kanker</a>, dan sejumlah penyakit lainnya. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/293948/original/file-20190925-51463-om2ffx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/293948/original/file-20190925-51463-om2ffx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/293948/original/file-20190925-51463-om2ffx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/293948/original/file-20190925-51463-om2ffx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/293948/original/file-20190925-51463-om2ffx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/293948/original/file-20190925-51463-om2ffx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/293948/original/file-20190925-51463-om2ffx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Asap dari kebakaran hutan dan lahan di Indonesia menyelimuti area kota Singapura, Agustus 2019.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/success?u=http%3A%2F%2Fdownload.shutterstock.com%2Fgatekeeper%2FW3siZSI6MTU2OTQwODEyNiwiYyI6Il9waG90b19zZXNzaW9uX2lkIiwiZGMiOiJpZGxfMTUwNDU5Mjg5MSIsImsiOiJwaG90by8xNTA0NTkyODkxL21lZGl1bS5qcGciLCJtIjoxLCJkIjoic2h1dHRlcnN0b2NrLW1lZGlhIn0sIklOMzZYaStGbWtqYnJPRU8xZUdwRU0xQmUwZyJd%2Fshutterstock_1504592891.jpg&pi=33421636&m=1504592891&src=Gpu6hXRyR6RvAoaG-PBZwQ-1-1">Hit1912/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Ancaman langsung</h2>
<p>Zat-zat yang terkandung di dalam asap menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Asap kebakaran hutan <a href="http://klikpdpi.com/download/2019-pencegahan-dan-penanganan-dampak-kesehatan-akibat-asap-kebakaran-hutan.pdf">mengandung tiga komponen</a> utama yang berbahaya bagi kesehatan:</p>
<ol>
<li>Komponen gas seperti karbondioksida (CO2), karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NO), Sulfur dioksida (SO2), dan lainnya.</li>
<li>Partikel padat yang disebut sebagai <em>particulate matter</em> (PM) yang beterbangan dalam abu asap kebakaran.</li>
<li>Zat kimia sebagai hasil sisa pembakaran seperti <a href="http://www.kelair.bppt.go.id/sib3pop/B3/Akrolein.htm">akrolein</a>, <a href="https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/bahaya-formaldehid-penyebab-kanker/">formaldehid</a>, <a href="https://www.cancer.gov/about-cancer/causes-prevention/risk/substances/benzene">benzene</a>, <a href="http://www.kelair.bppt.go.id/sib3pop/POPs/DioksinFuran/dioksinfuran.htm">dioksin</a>, dan lainnya.</li>
</ol>
<p>Komponen tersebut dapat menimbulan dampak yang bersifat langsung (akut) dan yang berlangsung lama (kronis).</p>
<p>Pada kondisi akut, partikel padat dan zat-zat kimia yang terkandung dalam asap menyebabkan iritasi langsung pada mata dan saluran pernafasan. Paparan pada mata dapat menyebabkan mata perih dan berair. </p>
<p>Begitu juga, udara yang dihirup dalam proses pernafasan yang mengandung asap kebakaran hutan, akan menyebabkan <a href="http://klikpdpi.com/download/2019-pencegahan-dan-penanganan-dampak-kesehatan-akibat-asap-kebakaran-hutan.pdf">iritasi langsung</a> pada tenggorokan dan seluruh saluran pernafasan. Hal ini memudahkan terjadinya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dengan gejala batuk dan sesak nafas. </p>
<p><a href="http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/jek/article/view/5372">Penelitian membuktikan</a> bahwa ISPA merupakan gangguan kesehatan utama yang dialami dan dirasakan oleh masyarakat secara langsung akibat paparan asap kebakaran hutan. Gejala sesak nafas tentu diperberat tidak hanya karena iritasi akibat partikel padat yang terdapat pada asap, tapi juga akibat tingginya gas CO2 dan CO.</p>
<p>Dampak langsung terhadap saluran pernafasan telah terlihat nyata dialami oleh masyarakat pada kebakaran hutan saat ini. Berbagai <a href="https://nasional.kompas.com/read/2019/09/23/17522721/hampir-satu-juta-orang-menderita-ispa-akibat-kebakaran-hutan-dan-lahan">media telah melaporkan</a> bahwa asap yang tebal telah menyebabkan hampir satu juta orang di dua pulau lokasi kebakaran terkena infeksi saluran pernafasan.</p>
<p>Riset <a href="http://arsip.jurnalrespirologi.org/wp-content/uploads/2012/04/85-91-APRIL-VOL_30-NO_2-2010.pdf">Marice Sihombing dan koleganya (2010) dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan melaporkan bahwa </a> iritasi dan radang saluran pernafasan akibat paparan asap juga mempermudah munculnya serangan asma berat pada orang dengan riwayat asma. </p>
<p>Akibat akut juga dapat disebabkan oleh gas CO yang terhirup pada saat pernafasan akan berdampak langsung terhadap asupan oksigen bagi tubuh. </p>
<p><a href="https://emedicine.medscape.com/article/819987-overview">Karbon monoksida (CO)</a> tersebut diserap melalui kapiler paru, selanjutnya akan mudah berikatan dengan hemoglobin (Hb), membentuk CoHb, yang menghambat suplai oksiden. Hal ini karena karbon monoksida lebih mudah terikat dengan Hb dibandingkan dengan oksigen (O2). </p>
<p><a href="http://klikpdpi.com/download/2019-pencegahan-dan-penanganan-dampak-kesehatan-akibat-asap-kebakaran-hutan.pdf">Akibatnya</a> dapat menimbulkan keluhan sakit kepala, mual, bahkan pingsan dalam skala berat.</p>
<h2>Ancaman kronis</h2>
<p>Dalam <a href="http://klikpdpi.com/download/2019-pencegahan-dan-penanganan-dampak-kesehatan-akibat-asap-kebakaran-hutan.pdf">jangka panjang atau kronis</a>, paparan asap kebakaran hutan dapat menurunkan fungsi paru-paru. </p>
<p>Paparan CO dalam konsentrasi rendah pada waktu lama dapat berdampak pada sistem saraf. Bahkan, di antara zat-zat pada asap pada kebakaran hutan juga bersifat <a href="https://www.niehs.nih.gov/health/materials/cancer_and_the_environment_508.pdf">karsinogenik</a> atau zat yang <a href="https://www.medscape.com/viewarticle/838868">menjadi risiko terjadinya kanker</a>, seperti CO, dioksin, logam berat kadmium, dan lainnya. </p>
<p><a href="http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2011/bn684-2011.pdf">Peraturan Menteri Tenaga Kerja tahun 2011</a> tentang nilai ambang batas faktor fisika dan kimia di tempat kerja, yang diperkuat oleh <a href="http://web.ipb.ac.id/%7Etml_atsp/test/SNI%2019-0232-2005.pdf">Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk lingkungan kerja sehat</a> menetapkan nilai batas ambang CO2 9.000 mg/m3 (<a href="https://cfpub.epa.gov/ncer_abstracts/index.cfm/fuseaction/display.files/fileID/14285">setara</a> 9 ppm), CO 29 mg/m3 (0,029 ppm), sedangkan CH4 tidak dapat ditoleransi karena dapat menyebabkan sesak dan nafas berhenti.</p>
<p>Riset <a href="http://journal.ipb.ac.id/index.php/JIPI/article/view/6483/5011">Ati Dwi Nurhayati dan koleganya (2010) dari Institut Pertanian Bogor</a> menunjukkan kebakaran hutan rawa dan gambut di Pulau Sumatra dan Kalimantan menyebabkan tingginya emisi gas penyebab panas (gas rumah kaca), termasuk karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), dan metan (CH4). Karbon dioksida (CO2) merupakn gas dengan emisi tertinggi (di atas 10.393-10678 ppm), diikuti oleh CO (1223-2176 ppm) dan CH4 (273-306 ppm).</p>
<p>Kadar gas tersebut di dalam udara tidak sehat jika ditempati dalam waktu lama untuk bekerja dan beraktifitas. </p>
<p>Dampak langsung atau akut terhadap pernafasan dan suplai oksigen tubuh, dan berbagai sistem organ lainnya sangat mungkin terjadi karena kadar gas CO2, CO, atau lainnya jauh melebihi batas normal yang sesuai dengan syarat kesehatan. </p>
<h2>Apa yang bisa kita lakukan: makro dan mikro</h2>
<p>Penyelesaian dan pencegahan terhadap dampak kesehatan dari asap yang mengandung zat-zat berbahaya ini tidak dapat dipisahkan dari akar masalahnya: kebakaran hutan dan lahan.</p>
<p>Memadamkan bara api di hutan dan lahan saat ini dan mencegahnya berulang pada masa depan merupakan upaya ‘kuratif’ <a href="http://klikpdpi.com/download/2019-pencegahan-dan-penanganan-dampak-kesehatan-akibat-asap-kebakaran-hutan.pdf">primer dan yang paling ampuh</a> untuk mencegah ancaman bagi kesehatan penduduk. </p>
<p>Kita tahu bahwa pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan <a href="https://forestsnews.cifor.org/30905/politik-ekonomi-kebakaran-hutan-dan-asap-di-indonesia?fnl=id">bukan masalah sederhana</a>. Kebakaran hutan dan lahan adalah <a href="http://juliwi.com/published/E0104/Paper0104_47-59.pdf">masalah kompleks</a> yang saling berkaitan dengan <a href="https://forestsnews.cifor.org/58878/debat-panas-pembakaran-lahan-untuk-pertanian-di-indonesia?fnl=id">pertumbuhan ekonomi daerah</a>.</p>
<p>Hutan dan <a href="https://www.liputan6.com/news/read/4065121/kadishut-kabut-asap-akibat-kebakaran-lahan-gambut-akan-abadi">lahan yang terbakar</a> sebagian besar merupakan <a href="https://gapki.id/news/1822/perkebunan-kelapa-sawit-dalam-fenomena-kebakaran-hutan-dan-lahan">lahan gambut</a> yang sulit dipadamkan apinya.</p>
<p>Selain itu, <a href="https://pantaugambut.id/pelajari/dampak-kerusakan-lahan-gambut/kebakaran-hutan">faktor iklim dan cuaca</a> pada saat kekeringan juga mempengaruhi munculnya dan beratnya dampak kebakaran hutan dan lahan ini. </p>
<p>Oleh karena itu terjadi <a href="https://gapki.id/news/1813/memahami-dan-mencari-penyebab-kebakaran-hutan-dan-lahan">perdebatan panjang</a> tentang apa dan bagaimana langkah dalam menyelesaikan permasalahan ini.</p>
<p>Tapi cukup jelas bahwa <a href="https://tirto.id/sejarah-kebakaran-hutan-lahan-di-indonesia-terparah-tahun-1997-eijN">bencana asap dan kebakaran lahan</a> adalah sebuah bencana buatan manusia di tanah air ini yang tidak pernah selesai sejak dulu. </p>
<p>Karena itu, seperti <a href="http://jurnal.unpad.ac.id/ijad/article/view/2643">hasil penelitian Febri Yuliani (2011) dari Universitas Padjajaran yang mengambil sampel kebakaran hutan di Rokan Hilir Riau menunjukkan bahwa</a> pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan membutuhkan upaya yang sistematis. Butuh kebijakan yang kuat dengan implementasi yang tegas dalam sistem tata kelola perkebunan dan hutan. </p>
<p>Dalam skala mikro, khususnya bagi masyarakat yang terkena dampak asap kebakaran hutan dan lahan ini, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) telah mengeluarkan panduan <a href="http://klikpdpi.com/download/2019-pencegahan-dan-penanganan-dampak-kesehatan-akibat-asap-kebakaran-hutan.pdf">mengatasi atau mengurangi dampak</a> dari asap tersebut.</p>
<p>Upaya primer yang dapat dilakukan adalah meminimalkan paparan terhadap asap, dengan cara mengurangi aktifitas di luar ruangan. Hal ini sangat bisa ditekankan kepada anak-anak agar tidak bermain di luar rumah saat ada bencana ini. </p>
<p>Selain itu, sangat disarankan untuk tidak menambah polusi udara seperti membakar sampah, merokok, dan menyalakan lilin di dalam rumah. Termasuk dalam langkah ini adalah dengan menutup pintu dan jendela rapat-rapat untuk mengurangi polusi masuk ke dalam ruangan. </p>
<p><a href="http://klikpdpi.com/download/2019-pencegahan-dan-penanganan-dampak-kesehatan-akibat-asap-kebakaran-hutan.pdf">Upaya sekunder</a> adalah mendeteksi lebih awal dan pengobatan segera. Jika ada anggota keluarga yang mengalami gelaja-gajala akibat paparan asap, seperti sesak nafas, batuk, sakit kepala yang makin lama makin berat, maka perlu diperiksa dan diobati segera ke dokter.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/124112/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Hardisman Dasman tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Penyelesaian atas dampak kesehatan dari asap yang mengandung zat-zat berbahaya tidak dapat dipisahkan dari masalah kebakaran hutan dan lahan, yang merupakan akar permasalahannya.Hardisman Dasman, Associate Professor in Community Medicine and Healthcare Policy, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1237712019-09-24T12:41:46Z2019-09-24T12:41:46ZMerawat pasien kanker stadium lanjut di rumah lebih baik daripada di rumah sakit<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/293598/original/file-20190923-54763-1y7e8bf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Mengurangi rasa sakit pasien kanker dan merawatnya di rumah bisa memperpanjang umur. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/success?u=http%3A%2F%2Fdownload.shutterstock.com%2Fgatekeeper%2FW3siZSI6MTU2OTI3MTg0NCwiYyI6Il9waG90b19zZXNzaW9uX2lkIiwiZGMiOiJpZGxfMjgzOTE2MDc1IiwiayI6InBob3RvLzI4MzkxNjA3NS9tZWRpdW0uanBnIiwibSI6MSwiZCI6InNodXR0ZXJzdG9jay1tZWRpYSJ9LCJVQTFNeEtFQ05YOXk4UTdlYTd0bnpwZTV6bEUiXQ%2Fshutterstock_283916075.jpg&pi=33421636&m=283916075&src=s3zrdrEi_B3Wu4EBFs-pFA-1-47">Monkey Business Images/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Di negara maju seperti <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3216034/">Inggris</a> dan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3316929/">Amerika Serikat</a>, merawat pasien kanker stadium lanjut yang sudah sampai pada tahap tidak bisa diobati lebih umum dilakukan di rumah dibanding di rumah sakit. </p>
<p>Di Indonesia, perawatan serupa, yang dikenal sebagai perawatan paliatif–perawatan yang menekankan pada peningkatan kualitas hidup pasien sebelum kematian–kurang populer. </p>
<p>Kebutuhan pasien kanker stadium lanjut adalah pengendalian nyeri kanker.
<a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15829379">Perawatan paliatif berfokus</a> pada perawatan yang membantu pasien mengatasi gejala-gejala dari penyakit kanker seperti nyeri, sesak napas, kelelahan, sembelit, mual, kehilangan nafsu makan, kesulitan tidur, dan depresi. </p>
<p>Namun, sistem asuransi seperti Jaminan Kesehatan Nasional dan rumah sakit kurang mengakomodasi perawatan paliatif. Padahal, jenis perawatan ini bisa menghemat ongkos sekaligus mengurangi penderitaan pasien dan keluarganya sebelum kematian pasien tiba. </p>
<p>Penelitian kualitatif <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/31371248">yang saya lakukan baru-baru ini</a> menunjukkan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/31371248">ketidaksiapan keluarga dan akses yang terbatas dalam perawatan paliatif</a> merupakan alasan keluarga pasien kanker enggan merawat anggota keluarganya di rumah. </p>
<p>Saya meneliti keluarga <a href="http://www.who.int/cancer/palliative/de%EF%AC%81nition/en/">pasien kanker paliatif</a> di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta. Saya temukan bahwa akses keluarga pasien terhadap fasilitas pendukung dan perawat atau dokter yang terlatih dalam perawatan paliatif masih terbatas. </p>
<h2>Pentingnya perawatan paliatif</h2>
<p>Sejumlah riset menunjukkan perawatan paliatif terbukti dapat <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22312101">memperpanjang usia pasien kanker</a>.</p>
<p>Riset di Swedia menyatakan saat ini penanganan penyakit kanker pada stadium lanjut lebih <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15540666">ditekankan pada keperawatan paliatif</a>, terutama pada keperawatan paliatif di rumah. </p>
<p>Spesialis perawatan paliatif terdiri dari berbagai profesi: dokter, perawat yang berpengalaman, psikolog dan pekerja sosial. </p>
<p>Dalam <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21478176">pelayanan paliatif</a> diupayakan pasien sedini mungkin terlepas dari penderitaan dan rasa nyeri. Pelayanan paliatif juga mengurangi terapi tindakan medis agresif yang sebenarnya tidak diperlukan. Ini dapat mengurangi stres pasien. </p>
<p>Spesialis perawatan paliatif bekerja tidak hanya ketika pasien kanker berada di rumah sakit, tapi juga ketika <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21478176">pasien sudah pulang ke rumah</a>.</p>
<p>Tempat perawatan tidak lagi berpusat pada bangsal rumah sakit, melainkan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3316929/">perawatan berbasis masyarakat dan keluarga</a>. Dalam konsep ini, keluarga merupakan bagian tak terpisahkan dalam merawat pasien karena dukungan keluarga sangat berarti bagi peningkatan kualitas hidup pasien. </p>
<h2>Banyak manfaatnya</h2>
<p>Perawatan paliatif juga membantu pasien untuk berani dan bersemangat menjalani kehidupan mereka sehari-hari. Ada sejumlah alasan mengapa perawatan paliatif di rumah lebih diutamakan daripada membiarkan pasien kanker tetap dirawat di rumah sakit. </p>
<p><em>Pertama</em>, sejumlah riset menunjukkan perawatan paliatif di rumah dapat meningkatkan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1079539/">kualitas hidup dan memberikan kenyamanan yang lebih baik</a> daripada perawatan paliatif di rumah sakit. Saat di rumah sakit kenyamanan pasien bersama keluarga berkurang akibat ketatnya peraturan di sana. </p>
<p>Situasi tersebut dapat menyebabkan kondisi psikologi <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1079539/">pasien kanker paliatif menjadi tidak nyaman, kesepian, dan depresi</a>. </p>
<p>Bahkan sebuah riset menyatakan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1079539/">25% pasien kanker mengalami kecemasan berat sebelum kematian</a>. </p>
<p>Kondisi ketidaknyamanan dan depresi tidak hanya dirasakan pasien, tapi juga oleh keluarga pasien. Sebanyak <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11058971">47% dari keluarga</a> yang anggota keluarganya meninggal di rumah sakit menyatakan mengalami tingkat ketidaknyamanan yang tinggi dalam proses kematiannya.</p>
<p><em>Kedua</em>, efisiensi biaya. Di Indonesia, biaya perawatan setiap pasien kanker di rumah sakit dapat <a href="https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20180429164515-33-12936/mahalnya-biaya-berobat-dari-jatuh-sakit-bisa-jatuh-bangkrut">melebihi Rp100 juta per bulan</a>. Dana sebesar itu dapat lebih efektif dan efisien jika program perawatan paliatif di rumah dapat diberikan. </p>
<p>Sebuah riset di empat rumah sakit publik di New York Amerika Serikat pada 2004-2007 menunjukkan program perawatan paliatif pasien kanker di rumah dapat <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21383364">mengefisienkan biaya sebesar US$6.900 per pasien per tahun </a> dibandingkan dirawat di rumah sakit. </p>
<p>Penghematan ini terjadi karena pasien yang menerima perawatan paliatif di rumah menghabiskan lebih sedikit waktu dalam perawatan intensif. Dana asuransi dari lembaga asuransi nasional AS Medicaid dapat difokuskan pada pembiayaan perawatan paliatif pasien di rumah.</p>
<p><em>Ketiga</em>, menurunkan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20973810">risiko penularan infeksi dari pasien lain di rumah sakit (infeksi nosokomial)</a>. Pasien kanker merupakan kelompok yang rentan mengalami <a href="https://www.alodokter.com/memahami-penyebab-neutropenia-dan-cara-mengobatinya">neutropenia</a> atau menurunnya sel darah putih dalam darah. Hal ini terjadi akibat dari proses penyakit kanker, penggunaan kemoterapi dan <a href="https://www.alodokter.com/kortikosteroid">kortikosteroid</a>.</p>
<p>Kondisi tersebut membuat kekebalan tubuh pasien kanker menjadi menurun. Penurunanan kekebalan tubuh dapat menyebabkan penularan infeksi oleh bakteri. </p>
<p>Infeksi pada pasien kanker merupakan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15829379">faktor penyebab yang mempercepat kematian</a> pasien kanker di rumah sakit.</p>
<h2>Langkah maju</h2>
<p>Di <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20839481">Swedia dan Australia</a> perawatan paliatif di rumah sudah masuk dalam skema asuransi kesehatan nasional. </p>
<p>Sudah saatnya pemerintah mengadopsi koordinasi dan integrasi perawatan paliatif seperti di negara maju. Fokus sistem Jaminan Kesehatan Nasional sebaiknya mulai beralih fokus dari perawatan penyakit kronis seperti kanker di rumah sakit ke perawatan berbasis rumah (<em>home care</em>). </p>
<p>Riset Kesehatan Dasar Indonesia pada 2018 juga menunjukkan kanker <a href="http://www.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas-2018.pdf">berada di peringkat ketujuh penyakit yang dapat menyebabkan kematian</a>. Kanker <a href="http://www.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas-2018.pdf">serviks, kanker payudara, kanker paru, dan kanker hati</a> merupakan jenis utama kanker penyebab kematian yang tinggi. </p>
<p>Prevalensi penyakit kanker di Indonesia semakin meningkat: dari 1,4 per 1000 penduduk pada 2008-2013 menjadi <a href="http://www.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas-2018.pdf">1,79 per 1000 penduduk</a>.
dari 2013 hingga 2018.</p>
<p>Di tengah makin meningkatkannya jumlah pasien kanker dan defisitnya <a href="https://nasional.republika.co.id/berita/putb2f415/bpjs-kesehatan-diprediksi-tekor-rp-28-triliun">anggaran BPJS Kesehatan </a> dalam beberapa tahun terakhir, perawatan paliatif pasien kanker di rumah merupakan langkah yang layak dijadikan model selain perawatan di rumah sakit. </p>
<p>Langkah ke arah sana bisa dimulai dengan sosialisasi kepada masyarakat betapa pentingnya perawatan pasien kanker di rumah dan menyiapkan fasilitas dan tenaga medis untuk menunjang perawatan tersebut.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/123771/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Boby Febri Krisdianto tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Perawatan paliatif membantu pasien kanker untuk berani dan bersemangat menjalani kehidupan mereka sehari-hari.Boby Febri Krisdianto, Nursing Lecturer, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1236012019-09-17T03:56:11Z2019-09-17T03:56:11ZSetetes darah Anda bisa selamatkan nyawa: 6 tahap menarik terkait keamanan donor darah<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/292590/original/file-20190916-19045-lui6lr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Relawan donor darah di Wonosobo, Jawa Tengah diambil darahnya oleh petugas Palang Merah Indonesia, Februari 2019.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/success?u=http%3A%2F%2Fdownload.shutterstock.com%2Fgatekeeper%2FW3siZSI6MTU2ODY1NDM2NywiYyI6Il9waG90b19zZXNzaW9uX2lkIiwiZGMiOiJpZGxfMTMxNzMwODE2NSIsImsiOiJwaG90by8xMzE3MzA4MTY1L21lZGl1bS5qcGciLCJtIjoxLCJkIjoic2h1dHRlcnN0b2NrLW1lZGlhIn0sIkY1RklUSlZpMlBiaEdWMkZlb0VzeWRnL3lpTSJd%2Fshutterstock_1317308165.jpg&pi=33421636&m=1317308165&src=-7fBM8Kx-6cXRxv_Mcjr2Q-1-3">Dany Kurniawan/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p><em>Artikel ini diterbitkan untuk memperingati <a href="http://www.pmi.or.id/index.php/tentang-kami/sejarah-pmi.html">Hari Ulang Tahun ke-73 Palang Merah Indonesia pada 17 September</a>.</em></p>
<p>Setiap tahun seluruh unit layanan kesehatan di Indonesia membutuhkan <a href="https://mediaindonesia.com/read/detail/242935-kebutuhan-darah-di-indonesia-belum-terpenuhi">darah 5,2 juta kantong</a>. Palang Merah Indonesia (PMI) baru bisa memenuhi sekitar 92%. Kekurangannya masih membutuhkan sumbangan darah kita. </p>
<p>Dampak kekurangan sumbangan darah begitu fatal. Misalnya, sekitar <a href="https://nasional.tempo.co/read/1082665/indonesia-butuh-darah-51-juta-kantong-per-tahun/full&view=ok">9 persen kematian ibu</a> yang baru melahirkan terjadi karena kebutuhan darah pascamelahirkan tak terpenuhi. </p>
<p>Memfasilitasi <a href="http://www.pmi.or.id/index.php/aktivitas/pelayanan/donor-darah/donor-sekarang.html?showall=&start=3">donor</a> dan <a href="http://www.ichrc.org/106-transfusi-darah">transfusi darah</a> merupakan satu dari sejumlah tugas PMI yang paling dikenal oleh publik selama puluhan tahun.</p>
<p><a href="http://www.pmi.or.id/index.php/aktivitas/pelayanan/donor-darah/donor-sekarang.html">Donor darah</a> adalah proses menyumbangkan darah dari seorang donor kepada PMI untuk diteruskan kepada orang yang membutuhkannya. Proses ini harus melalui PMI karena proses mendonorkan darah harus melalui beberapa tahap untuk menjamin keamanan dan kualitas darah.</p>
<p>Artikel ini menjelaskan fakta-fakta dan enam tahap di balik proses donor darah yang kerap kita lakukan atau kita pernah menerima darah dari orang lain.</p>
<h2>Tahap 1: Pendonor harus sehat</h2>
<p>Hal paling awal yang dilakukan oleh petugas donor darah adalah memastikan bahwa pendonor <a href="http://www.pmi.or.id/index.php/aktivitas/pelayanan/donor-darah/donor-sekarang.html?showall=&start=1">orang sehat</a>. </p>
<p>Sebelum diperbolehkan mendonorkan darah, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh calon pendonor: </p>
<ol>
<li>usia 17-65 tahun </li>
<li>berat badan di atas 45 kilogram </li>
<li>tekanan darah normal</li>
<li>tidak sedang sakit atau minum obat. </li>
<li>Calon pendonor perempuan tidak sedang hamil atau menyusui </li>
<li>Tidak mendonor lebih dari 2,5 bulan. </li>
</ol>
<p>Semua syarat itu untuk kepentingan pendonor. </p>
<h2>Tahap 2: Minimalkan risiko dari penyakit menular</h2>
<p>Pada tahap ini petugas memastikan pendonor mempunyai risiko kecil untuk <a href="http://www.pmi.or.id/index.php/aktivitas/pelayanan/donor-darah/donor-sekarang.html?showall=&start=2">menderita hepatitis B, hepatitis C, atau HIV, juga sifilis</a>. </p>
<p>Calon pendonor akan diminta untuk mengisi formulir dengan deretan pertanyaan untuk menyaring hal tersebut. Di dalamnya ada pertanyaan tentang perilaku seksual dan kebiasaan berisiko lainnya. </p>
<p>Bersih dari virus hepatitis B dan C, HIV serta sifilis sangat penting karena keempat penyakit ini ditularkan lewat pertukaran cairan tubuh, termasuk darah. </p>
<p>Penyakit akibat <a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hepatitis-b">virus hepatitis</a> ini sulit disembuhkan dan dapat mengakibatkan kanker. </p>
<p>Penyakit akibat <a href="https://www.hiv.gov/hiv-basics/overview/about-hiv-and-aids/what-are-hiv-and-aids">HIV</a> sudah jelas belum dapat disembuhkan. Penyakit <a href="https://wwwnc.cdc.gov/eid/article/17/11/11-0985_article">sifilis</a> juga, gejalanya tampak ringan tapi dalam jangka panjang dapat menimbulkan penyakit yang berat.</p>
<p>Jadi, darah yang akan didonorkan harus datang dari orang dengan kemungkinan sangat kecil untuk mengalami infeksi-infeksi tersebut. </p>
<h2>Tahap 3: Pemeriksaan tekanan, Hb, dan golongan</h2>
<p>Sebelum darah diambil, petugas memeriksa <a href="https://www.heartfoundation.org.au/your-heart/know-your-risks/blood-pressure/is-my-blood-pressure-normal">tekanan darah</a>, kadar <a href="https://www.mayoclinic.org/symptoms/low-hemoglobin/basics/definition/sym-20050760">hemoglobin (Hb)</a> dan <a href="https://www.nhs.uk/conditions/blood-groups/">golongan darah</a> calon donor. </p>
<p>Tekanan darah harus normal, sekitar 90/60 mmHg sampai 120/80 mmHg. Tekanan darah yang tinggi akan membuat perdarahan (setelah diambil darah) berlangsung lebih lama. Tekanan darah yang rendah akan makin rendah setelah pengambilan darah. Pendonor bisa pingsan jika tekanan darahnya terlalu rendah. </p>
<p>Kadar hemoglobin juga harus normal,tergantung alat pemeriksaan yang digunakan, Hemoglobin normal pada laki-laki 13,8-17,2 g/dL dan perempuan 12,1-15,1 g/dL. Kadar hemoglobin mewakili jumlah sel darah merah yang berada dalam tubuh. Jika kadarnya normal, dapat dianggap bahwa jumlah dan bentuk sel darah merah dalam tubuh kita cukup dan dapat disumbangkan sebagian. </p>
<p>Golongan darah akan selalu diperiksa sebelum mendonorkan darah, karena golongan darah ini yang akan menjadi identitas utama darah di PMI.</p>
<h2>Tahap 4: Pengambilan dan pengumpulan</h2>
<p>Dalam proses <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK138661/">pengambilan darah</a>, petugas akan meminta kita duduk di kursi yang telah disiapkan. Lalu pembuluh darah di lengan diperiksa, dicari yang cukup besar dan leluasa untuk ditusuk. Setelah ditentukan lokasi penusukan, bagian atas lengan akan diikat dengan tali khusus untuk membendung pembuluh darah agar mudah ditusuk. Bagian lengan kita yang akan ditusuk jarum dibersihkan dengan alkohol sebelum dicoblos.</p>
<p>Setelah pembuluh darah dalam lengan kita ditusuk, darah akan mengalir melalui selang kecil ke dalam <a href="https://www.diagnostic.grifols.com/en/blood-collection-bags/overview">kantung darah</a> yang telah disiapkan. Di dalam kantung darah tersebut telah tersedia zat yang akan mencegah darah yang ditampung mengalami pembekuan. </p>
<p>Untuk memastikan darah tercampur dengan zat tersebut, kantong darah diletakkan di atas alat yang berjungkat-jungkit otomatis. Setelah terkumpul 350 cc, maka proses pengambilan darah dihentikan. </p>
<p>Petugas akan mengambil sedikit darah kita ke dalam tabung kecil untuk bahan pemeriksaan laboratorium terhadap hepatitis B dan C serta HIV, juga sifilis. Lalu jarum dari lengan kita akan dicabut. Sambil menunggu darah berhenti, petugas akan merapikan kantung darah kita dan kemudian menyimpannya dalam kotak pendingin.</p>
<p>Selesai mendonorkan darah, kita akan diberi tablet yang mengandung zat besi dan makanan. Pendonor pertama kali akan mendapat kartu pendonor.</p>
<h2>Tahap 5: Pemeriksaan keamanan</h2>
<p>Tahan <a href="https://www.cdc.gov/bloodsafety/basics.html">pemeriksaan keamanan darah</a> sangat penting. </p>
<p>Sebelum diproses lebih lanjut dan disimpan di bank darah PMI, kantong-kantong darah yang terkumpul akan <a href="https://www.cdc.gov/bloodsafety/basics.html">diperiksa, apakah mengandung virus atau tidak.</a>. Jika positif ada virusnya, maka darah dimusnahkan, tidak akan dipakai. Kita juga akan diberi tahu dan kita tidak akan diizinkan untuk kembali mendonorkan darah.</p>
<p>Meski pendonor tidak dibayar, pengolahan dan pengelolaan darah membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Biaya ini disubsidi oleh pemerintah dan PMI. Kekurangannya dibebankan ke pasien. Karena itu, saat seseorang membutuhkan darah, PMI akan <a href="http://www.pmi.or.id/index.php/aktivitas/pelayanan/donor-darah/pelayanan-donor-darah.html?showall=&start=4">meminta biaya pengganti pengelolaan darah pada pasien yang butuh darah</a>. Adapun darahnya diberikan gratis.</p>
<h2>Tahap 6: Transfusi ke pasien</h2>
<p>Saat seorang pasien butuh <a href="https://www.thelancet.com/journals/lanhae/article/PIIS2352-3026(16)30172-7/fulltext">transfusi</a> darah, maka darah orang tersebut akan diambil sedikit untuk dicocokkan dengan darah yang ada di bank darah PMI. Identifikasi awal darah adalah golongan darah: A, B, AB atau O. Setelah identifikasi ini cocok, darah orang yang butuh transfusi dan <a href="https://www.bbguy.org/education/glossary/glc23/">darah donor akan dicocokkan lebih lanjut</a>. </p>
<p>Apa yang dimaksud dengan cocok? Darah kita terdiri dari sel dan cairan. Pada dinding sel darah merah terdapat <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK2267/">ciri khas</a> yang cukup jelas yakni penanda A atau B. Bisa penanda AA, A0(A-nol), BB, B0, AB atau 00. </p>
<p>Kalau di dinding sel terdapat penanda AA, maka dalam cairan darah akan ada anti B. Anti B ini jika bertemu sel darah dengan penanda B, akan menggumpalkan sel-sel darah merah tersebut. </p>
<p>Begitu juga pada orang yang mempunyai sel darah merah berpenanda B, maka dalam cairan darahnya akan ada anti A. </p>
<p>Kalau golongan AB, dalam cairan darahnya tidak mengandung anti A maupun anti B. Kalau sel darah merahnya tidak berpenanda 0 (0=nol), maka dalam cairan darahnya terdapat anti A dan anti B. </p>
<p>Dengan demikian, orang dengan golongan darah A hanya boleh mendapat darah golongan A, B hanya dari B dan AB hanya dari AB.</p>
<p>Dulu golongan darah O dapat ditransfusikan kepada golongan darah apa saja. Meski ada anti A dan anti B, jumlah cairan darah yang masuk hanya sedikit dibandingkan jumlah darah dalam seluruh tubuh, sehingga hanya sedikit sel darah merah kita yang akan digumpalkan. </p>
<p>Prinsip bahwa golongan 0 boleh ditransfusikan secara bebas sudah tidak dipakai lagi, karena selain penanda A, B, 0, ada penanda-penanda lain lagi, salah satunya penanda <a href="https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/rh-factor/about/pac-20394960">Rhesus</a>. Penanda Rhesus juga mirip dengan penanda AB0, jika tidak cocok akan merusak sel darah merah. Protokol saat ini, darah donor dan penerima darah harus betul-betul cocok. </p>
<p>Jika saat pencocokkan antara darah pasien dan darah donor terjadi penggumpalan, artinya di dalam pembuluh darah pasien juga akan terjadi penggumpalan. Darah yang menggumpal atau sel darah merah pecah di dalam pembuluh darah akan menyebabkan <a href="https://medlineplus.gov/ency/article/001306.htm">banyak masalah, mulai dari demam, menggigil sampai kematian.</a></p>
<p>Kalau semua cocok, barulah darah donor tersebut akan diserahkan kepada petugas medis untuk ditransfusikan pada pasien.</p>
<p>Saat ini, jarang sekali seseorang mendapat <a href="https://www.nice.org.uk/guidance/ng24/chapter/Key-priorities-for-implementation">transfusi seluruh darah dari donor</a>, karena kebutuhan setiap orang berbeda-beda. Orang yang kekurangan sel darah merah hanya akan mendapatkan transfusi sel darah merah saja. Orang yg kekurangan trombosit akan mendapatkan transfusi sel trombosit saja. Orang yang kekurangan faktor pembekuan darah akan mendapat ‘cairan’ darah saja. </p>
<p>Kadang-kadang kondisi pasien memerlukan darah yang ‘dicuci’ lebih dulu agar reaksi tubuh terhadap sel-sel darah donor tidak terjadi. Proses pemisahan komponen-komponen darah juga memerlukan alat dan bahan (berarti, biaya lagi).</p>
<p>Baik komponen darah maupun ‘cairan’ darah belum ada pabriknya di luar tubuh kita. Jadi, mari kita mendonorkan darah. Setetes darah Anda menyelamatkan nyawa saudara kita.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/123601/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Yulia Sofiatin tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Baik komponen darah maupun ‘cairan’ darah belum ada pabriknya di luar tubuh kita. Jadi, mari mendonorkan darah. Setetes darah Anda menyelamatkan nyawa saudara kita.Yulia Sofiatin, Lecturer of Epidemiology dan Biostatistics, Departement of Societal Health, Universitas PadjadjaranLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1235372019-09-16T08:25:59Z2019-09-16T08:25:59ZCegah kematian 1 miliar orang, perang melawan tembakau harus dilakukan di kota-kota besar di dunia<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/292498/original/file-20190915-8682-1lutuvx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Kota Ho Chi Minh, Vietnam, merupakan kota metropolitan yang baru tumbuh dan sedang berjuang melindungi warganya dari tembakau.</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>New York dan London merupakan kota-kota pertama yang memulai <a href="https://doi.org/10.2105/AJPH.2004.058164">kebijakan pengendalian tembakau yang efektif</a> - seperti tempat kerja bebas dari asap rokok, layanan berhenti merokok, dan menaikkan cukai tembakau.</p>
<p>Kebijakan-kebijakan yang menyelamatkan nyawa ini dinilai sangat berhasil sehingga sebuah perjanjian internasional, disebut <a href="https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/42811/9241591013.pdf;jsessionid=A48790AB1A635512623F593F77159C57?sequence=1">Framework Convention on Tobacco Control</a>, pada 2003 dinegosiasikan untuk mempromosikan kebijakan berbasis kesuksesan ini kepada dunia. Sampai sekarang, <a href="https://www.who.int/dg/speeches/2008/20081117/en/">banyak yang mengatakan</a> bahwa <a href="https://www.who.int/fctc/signatories_parties/en/">181 negara yang meratifikasi perjanjian itu</a> memperoleh manfaat dari kebijakan ini. </p>
<p>Bulan ini kami menerbitkan <a href="https://doi.org/10.1136/bmj.l2287">penelitian baru dalam <em>British Medical Journal</em></a> yang menunjukkan bahwa penurunan konsumsi rokok global yang sudah ada sebelumnya tidak dipercepat oleh perjanjian pengendalian tembakau internasional ini.</p>
<p>Lebih buruk lagi, temuan kami menunjukkan bahwa walau konsumsi rokok kecil di negara-negara kaya seperti Amerika Serikat dan Inggris, konsumsi tembakau justru meningkat lebih dari 500 batang per orang dewasa di negara-negara yang lebih miskin seperti Cina, Indonesia, dan Vietnam.</p>
<p>Hasil tak terduga ini menimbulkan dua pertanyaan penting: apa yang menyebabkan disparitas global dalam pengendalian tembakau ini, dan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasinya?</p>
<h2>Cukai tembakau yang terlalu rendah</h2>
<p>Disparitas global mungkin sebagian besar dapat dijelaskan dengan menggeser tren ekonomi dan berbagai kemampuan pemerintah dalam menerapkan kebijakan pengendalian tembakau.</p>
<p>Kota-kota metropolitan dengan pertumbuhan pesat seperti Beijing, Jakarta, dan Ho Chi Minh tidak memiliki keberhasilan yang sama dalam melindungi penduduk mereka dari bahaya tembakau seperti kota-kota negara maju yang lebih awal mengadopsi kebijakan ini.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/291824/original/file-20190910-190044-ex46mr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/291824/original/file-20190910-190044-ex46mr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/291824/original/file-20190910-190044-ex46mr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/291824/original/file-20190910-190044-ex46mr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/291824/original/file-20190910-190044-ex46mr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=423&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/291824/original/file-20190910-190044-ex46mr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=423&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/291824/original/file-20190910-190044-ex46mr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=423&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Jakarta, Indonesia. Konsumsi tembakau meningkat sampai lebih dari 500 batang rokok per orang di negara yang lebih miskin seperti Indonesia dan Vietnam.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Satu alasan utama yang menyebabkan hal ini adalah <a href="https://doi.org/10.1007/s00038-017-0955-8">cukai tembakau di kota-kota ini lebih kecil</a> dari yang seharusnya (idealnya) dan <a href="https://www.tobaccofreekids.org/assets/global/pdfs/en/Indonesia_tobacco_taxes_report_en.pdf">cukai ini tidak meningkat sesuai naiknya pendapatan (masyarakat)</a>. </p>
<p>Hasilnya, kota-kota ini akan <a href="http://dx.doi.org/10.1136/tobaccocontrol-2014-051821">kehilangan miliaran dolar</a> akibat hilangnya produktivitas dan pengeluaran layanan kesehatan karena rokok, serta <a href="https://www.who.int/tobacco/publications/surveillance/rep_mortality_attibutable/en/">kematian dini yang dapat dicegah</a> akan bertambah buruk setiap tahun untuk ratusan juta orang.</p>
<h2>Penghindaran pajak dan penyelundupan</h2>
<p>Namun kota-kota di negara berkembang itu tidak bisa sepenuhnya disalahkan. Penelitian kami, ketika digabung dengan <a href="https://doi.org/10.1080/17441692.2016.1273370">penelitian-penelitian sebelumnya tentang industri tembakau</a>, menghasilkan beberapa bukti kuantitatif pertama yang para ekonom sebut sebagai “efek keseimbangan” dalam pasar tembakau. Maksudnya, penerapan kebijakan pengendalian tembakau di negara-negara kaya memberi insentif kepada perusahaan tembakau untuk merelokasi kegiatan lobi, pemasaran, dan promosi mereka ke negara-negara yang lebih miskin dengan kebijakan yang jauh lebih longgar.</p>
<p>Kenyataannya, ada ironi tragis dari kisah ini: oligopoli yang mendominasi pasar tembakau global semuanya bermarkas di kota-kota yang merintis kebijakan pengendalian tembakau, dan kebijakan-kebijakan ini sekarang mendorong operasi industri ke kota-kota berkembang yang memiliki sedikit perlindungan terhadap produk mematikan ini.</p>
<p>Phillip Morris di New York. British American Tobacco dan Imperial Tobacco di London. Japan Tobacco di Tokyo. Tidak hanya perusahaan publik yang memanfaatkan modal dari investor kaya di kota-kota ini untuk memperburuk epidemi tembakau di luar negeri, mereka juga mengirim miliaran dolar ke kota-kota kaya ini melalui <a href="https://www.theguardian.com/business/2019/apr/30/tobacco-firm-bat-costs-developing-countries-700m-in-tax">penghindaran pajak sistemik</a> dan <a href="https://tobaccocontrol.bmj.com/content/tobaccocontrol/13/suppl_2/ii104.full.pdf">penyelundupan internasional</a> yang terkoordinasi tingkat tinggi - semuanya dilakukan sambil <a href="https://doi.org/10.1016/S0140-6736(15)60312-9">secara agresif melawan kebijakan pengendalian tembakau yang efektif</a> di seluruh dunia.</p>
<h2>Perkiraan satu miliar kematian</h2>
<p><a href="https://doi.org/10.1136/bmj.l2287">Penelitian kami</a> menunjukkan bahwa Framework Convention on Tobacco Control belum mengarah pada perlindungan yang adil terhadap bahaya tembakau bagi kota-kota besar di dunia.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/291826/original/file-20190910-190026-72f4sm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/291826/original/file-20190910-190026-72f4sm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/291826/original/file-20190910-190026-72f4sm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/291826/original/file-20190910-190026-72f4sm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/291826/original/file-20190910-190026-72f4sm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/291826/original/file-20190910-190026-72f4sm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/291826/original/file-20190910-190026-72f4sm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Cukai tembakau di kota-kota seperti Beijing tidak naik secepat naiknya pendapatan.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pada 2044 akan ada <a href="https://ourworldindata.org/urbanization">dua kali lebih banyak orang yang tinggal di kota-kota besar</a> seperti di daerah pedesaan, yang berarti kita tidak dapat meninggalkan kota mana pun jika kita memiliki harapan untuk mengalahkan epidemi tembakau global.</p>
<p>Tahap selanjutnya dari perang panjang ini harus diperangi kota demi kota. Apakah itu berarti menaikkan cukai tembakau di Beijing, membatasi pemasaran industri di Jakarta, mewajibkan pengemasan rokok polos (tanpa merek rokok) di Kota Ho Chi Minh atau mengambil tindakan hukum di New York dan London - kita semua memiliki peran dalam pertempuran <a href="https://www.who.int/tobacco/mpower/2008/en/">untuk mencegah satu miliar kematian </a> akibat tembakau pada abad ke-21.</p>
<p><em>Franklin Ronaldo menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/123537/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Steven Hoffman declares support from the Canadian Institutes of Health Research (project 312902) and the Research Council of Norway. He was previously employed by WHO.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Mathieu JP Poirier tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Beijing, Jakarta dan Kota Ho Chi Minh berjuang melindungi penduduknya dari tembakau. Kebijakan pengendalian tembakau di negara-negara kaya sebagian dapat disalahkan.Steven J. Hoffman, Director, Global Strategy Lab and Professor of Global Health, Law, and Political Science, York University, CanadaMathieu JP Poirier, Assistant Professor of Soclal Epidemiology, York University, CanadaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1227702019-09-04T07:17:50Z2019-09-04T07:17:50ZTidak perlu diperdebatkan, konsumsi garam harus dikurangi karena bisa selamatkan banyak nyawa<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/290403/original/file-20190901-165997-1ihnj4e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/confirm/137498780?src=x-3-Wph74q15pFufC0HMQA-1-77&studio=1&size=medium_jpg">Jiri Hera/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Tubuh manusia hanya membutuhkan sedikit sodium agar dapat <a href="https://www.who.int/nutrition/publications/guidelines/sodium_intake/en/">bekerja dengan baik</a>. Kebutuhan ini umumnya dapat dipenuhi dengan mengonsumsi garam (sodium klorida). </p>
<p>Namun, pada zaman sekarang, banyak orang yang mengonsumsi garam berlebih. Hal ini menyebabkan meningkatnya orang yang terserang penyakit kardiovaskuler di seluruh dunia. </p>
<p>Para ahli kesehatan telah berusaha mengatasi masalah ini selama beberapa dekade, tapi mereka terkendala beberapa hambatan, termasuk <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0140673616304676?via%3Dihub">penelitian</a> yang membingungkan terkait tingkat asupan garam yang aman. Ini menimbulkan keraguan yang tidak perlu tentang pentingnya mengurangi asupan garam. </p>
<p>Tapi <a href="https://www.ahajournals.org/doi/10.1161/HYPERTENSIONAHA.119.13117">penelitian terbaru kami</a> telah menemukan kekurangan dalam penelitian sebelumnya, kami membuktikan bahwa asupan garam harus dikurangi jauh lebih banyak dari rekomendasi saat ini.</p>
<p>Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan setiap orang untuk mengonsumsi garam kurang dari 5 gram per hari. Nyatanya, <a href="https://bmjopen.bmj.com/content/3/12/e003733">secara global rata-rata orang mengonsumsi 10 gram per hari</a>. Konsumsi garam berlebih akan menaikkan tekanan darah, yang <a href="https://www.nature.com/articles/s41569-018-0004-1?platform=hootsuite">dapat menyebabkan serangan jantung, gagal jantung, dan stroke</a>. </p>
<p>Banyak studi yang menunjukkan sebuah <a href="https://www.ahajournals.org/doi/full/10.1161/CIRCULATIONAHA.113.006032?url_ver=Z39.88-2003&rfr_id=ori:rid:crossref.org&rfr_dat=cr_pub%3dpubmed">hubungan</a> <a href="https://www.ahajournals.org/doi/10.1161/HYPERTENSIONAHA.119.13117">linear</a> antara asupan garam dan penyakit kardiovaskuler: ketika asupan garam meningkat, meningkat pula risiko terserang penyakit kardiovaskuler, dan kematian dini. </p>
<p>Namun, ada pula penelitian yang menyatakan bahwa hubungan asupan garam dan penyakit kardiovaskuler tidak linear. Mereka berpendapat bahwa mengonsumsi garam kurang dari 7,5 gram dan lebih dari 12,5 gram per hari dapat menyebabkan <a href="https://academic.oup.com/ajh/article/27/9/1129/2730186">peningkatan risiko</a> penyakit kardiovaskuler dan kematian dini. </p>
<p>Namun kami menemukan kesalahan pada <a href="https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/1470320318810015">metode yang digunakan untuk penelitian seperti ini</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/286632/original/file-20190801-169702-1cdfobu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/286632/original/file-20190801-169702-1cdfobu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/286632/original/file-20190801-169702-1cdfobu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/286632/original/file-20190801-169702-1cdfobu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/286632/original/file-20190801-169702-1cdfobu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/286632/original/file-20190801-169702-1cdfobu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/286632/original/file-20190801-169702-1cdfobu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Tekanan darah tinggi meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung dan stroke.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/confirm/369919787?src=tHVnLsoWi53rahTSBzhczw-1-5&studio=1&size=medium_jpg">Andrey_Popov/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Lebih murah tapi kurang akurat</h2>
<p>Kita mengeluarkan sebagian besar garam yang kita konsumsi melalui urine (90%). Dan ada variasi besar dalam jumlah garam yang kita konsumsi setiap hari. Cara terbaik untuk mengukur asupan garam adalah mengumpulkan urine secara berkala selama tiga kali dalam 24 jam, metode ini kami sebut <em>gold standard method</em>. </p>
<p>Meskipun ini adalah cara paling akurat, ini juga merupakan cara yang paling mahal dan paling sulit dilakukan, baik bagi partisipan maupun peneliti.</p>
<p>Beberapa penelitian mengukur asupan garam dengan metode <em>spot urine measurement</em>, mengukur urine dalam sekali ambil sampel. Cara ini lebih murah dan lebih mudah dilakukan, baik bagi peneliti maupun partisipan. Partisipan hanya perlu memberikan satu sampel urin kecil, dan dari sana asupan garam harian kemudian dihitung.</p>
<p>Penelitian yang menunjukkan bahwa hubungan antara asupan garam dan penyakit kardiovaskuler <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0140673616304676?via%3Dihub">tidak linier</a>, menggunakan data dari metode <em>spot urine measurement</em>. </p>
<p>Cara pengukuran ini, bagaimana pun, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4245554/">tidak akurat</a>, karena ini hanya mewakili asupan garam dari periode waktu yang sangat singkat dan sangat dipengaruhi oleh jumlah cairan yang diminum dan waktu pengambilan sampel. Perkiraan dari metode ini mencerminan asupan garam harian yang tidak dapat diandalkan.</p>
<p>Kami <a href="https://www.ahajournals.org/doi/10.1161/HYPERTENSIONAHA.119.13117">menemukan</a> bahwa menghitung asupan garam dari sampel metode <em>spot urine measurements</em> dapat mengubah hubungan linear antara asupan garam dan mortalitas. </p>
<p>Kami menganalisis data dari <a href="https://biolincc.nhlbi.nih.gov/studies/tohp/">Uji Coba Pencegahan Hipertensi</a>, yang menggunakan <em>gold standard method</em>, untuk menilai asupan garam (beberapa pengukuran urine dalam 24 jam) pada hampir 3.000 orang dewasa dengan tekanan darah normal selama 18 bulan hingga empat tahun.</p>
<p>Ketika kami menganalisis data tersebut, kami menemukan sebuah hubungan linear langsung antara asupan garam dan risiko kematian, hingga tingkat asupan garam 3 gram per hari.</p>
<p>Untuk meniru metode <em>spot urine measurement</em>, kami kemudian menerapkan formula yang dikembangkan untuk sampel ini pada konsentrasi sodium dari sampel urine 24 jam. </p>
<p>Hasilnya menunjukkan hubungan non-linear yang sama seperti yang dilaporkan dalam studi kontroversial tersebut. Ini menyiratkan bahwa temuan mereka dapat dijelaskan dengan metode yang mereka gunakan untuk memperkirakan asupan garam, karena pengukuran dengan <em>spot urine measurements</em> merupakan cerminan asupan garam harian yang tidak dapat diandalkan dan juga tampak bahwa formula itu sendiri bermasalah.</p>
<p>Jadi pesannya tetap jelas: mengurangi garam dapat menyelamatkan nyawa, dan temuan dari penelitian yang tidak dapat diandalkan tidak boleh digunakan untuk menggagalkan kebijakan kesehatan masyarakat atau mengalihkan tindakan.</p>
<p>Pengurangan asupan garam secara bertahap, seperti yang direkomendasikan oleh <a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/salt-reduction">WHO</a>, tetap merupakan pencapaian yang bisa dilaksanakan, terjangkau, efektif, dan strategi penting untuk mencegah penyakit kardiovaskuler dan kematian dini di seluruh dunia. </p>
<p>Bahkan pengurangan kecil dalam asupan garam akan memiliki manfaat besar pada kesehatan manusia.</p>
<p><em>Franklin Ronaldo menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/122770/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Feng He is a member of Consensus Action on Salt, Sugar and Health (CASSH) and World Action on Salt & Health (WASH). Both CASSH and WASH are nonprofit charitable organisations, and Feng does not receive any financial support from CASSH or WASH. Feng has received funding from the National Institute of Health Research (NIHR) using Official Development Assistance funding (16/136/77).</span></em></p>Beberapa penelitian berbeda pendapat terhadap jumlah asupan garam yang bisa diterima tubuh manusia. Namun, ada baiknya kita sepakat untuk mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.Feng He, Professor of Global Health Research, Queen Mary University of LondonLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1220462019-08-30T02:03:11Z2019-08-30T02:03:11Z6 hal tentang kanker perlu Anda ketahui: dari sel bunuh diri, mirip kepiting hingga rambut rontok setelah kemo<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/290402/original/file-20190901-166009-13qqik6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Sel kanker digambar dalam tiga dimensi. Ilustrasi. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/success?u=http%3A%2F%2Fdownload.shutterstock.com%2Fgatekeeper%2FW3siZSI6MTU2NzMyNzE5NiwiYyI6Il9waG90b19zZXNzaW9uX2lkIiwiZGMiOiJpZGxfNTI3NTE2MTgyIiwiayI6InBob3RvLzUyNzUxNjE4Mi9tZWRpdW0uanBnIiwibSI6MSwiZCI6InNodXR0ZXJzdG9jay1tZWRpYSJ9LCJMeFNKUEdlVVo4Nk1udXlscVUvQWtqN05OcUkiXQ%2Fshutterstock_527516182.jpg&pi=33421636&m=527516182">Jovan Vitanovski/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Kabar mengenai temuan baru obat kanker dari tanaman, seperti berita mengenai penemuan khasiat <a href="https://poskaltim.com/akar-bajakah-antar-dua-putri-kalteng-raih-penghargaan-di-korsel/">batang bajakah</a> atau khasiat <a href="https://hellosehat.com/hidup-sehat/daun-sirsak-obat-kanker/">rebusan pucuk daun sirsak</a> <a href="https://www.liputan6.com/health/read/3599684/8-manfaat-daun-sirsak-yang-sudah-direbus-untuk-kesehatan">sebagai obat kanker</a> selalu menjadi perhatian masyarakat dan media karena penyakit ini menyebabkan kematian di Indonesia <a href="https://www.liputan6.com/health/read/4043285/kematian-akibat-kanker-tinggi-menkes-nila-ingatkan-cerdik?related=dable&utm_expid=.9Z4i5ypGQeGiS7w9arwTvQ.1&utm_referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.co.id%2F">lebih dari 200 ribu jiwa per tahun</a>. Biaya pengobatan penyakit tidak menular ini sungguh mahal, tapi peluang sembuhnya kecil.</p>
<p>Walau tanaman tertentu bisa dipakai sebagai bahan obat, bahan tersebut harus melalui <a href="https://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/find-a-clinical-trial/what-clinical-trials-are/phases-of-clinical-trials">rangkaian penelitian yang intensif dan panjang</a>. Setelah <a href="https://theconversation.com/mengapa-kita-perlu-kritis-dan-berhati-hati-dengan-heboh-obat-kanker-dari-bajakah-122045">dianggap aman dan manfaatnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah </a>, baru bahan tersebut bisa diproduksi dan dipasarkan sebagai obat secara komersial.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/UopUxkeC4Ls?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Apa itu kanker?</span></figcaption>
</figure>
<p>Untuk memahami lebih jauh, tulisan ini akan menjelaskan tentang kanker, sebuah penyakit yang <a href="http://theconversation.com/kanker-yang-membunuh-faktor-risiko-lingkungan-dan-gaya-hidup-lebih-dominan-ketimbang-genetik-111517">dipicu mayoritas oleh gaya hidup dan pengaruh lingkungan tak sehat</a>. </p>
<h2>1. Triliunan sel di tubuh membelah diri</h2>
<p>Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak terkendali. </p>
<p><a href="https://bscb.org/learning-resources/softcell-e-learning/cell-structure-and-function/">Sel merupakan bagian terkecil dari tubuh</a>. Seluruh bagian tubuh kita secara individual terdiri dari <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23829164">setidaknya 37 triliun sel</a>. </p>
<p>Setiap sel merupakan “tubuh” sendiri. Mereka bisa menghasilkan energi, mengatur ‘rumah'nya sendiri, membuang sampah, mempertahankan diri, membelah diri, dan kalau rusak atau sudah tua mereka bunuh diri. </p>
<p>Pada awalnya, pada saat baru terjadi pembuahan di kandungan ibu, <a href="https://embryo.asu.edu/pages/embryonic-differentiation-animals">sel dapat tumbuh menjadi sel apa saja</a>. Sel-sel bisa menjadi sel kulit, sel saraf, sel otot, sel tulang dan bagian tubuh lainnya.</p>
<p>Setelah mendapat tugas menjadi sel tertentu, sel akan mempunyai ingatan. Sel tersebut akan membelah diri. Hasil pembelahan ini akan menghasilkan sel dengan tugas yang sama. Instruksi yang kompleks dari otak mengatur pembelahan sel sehingga tidak berlebihan dan sesuai dengan tugasnya. Contohnya, sel yang bertugas menjadi <a href="https://www.hematology.org/Patients/Basics/">sel darah</a>, akan membelah diri menjadi sel-sel darah lagi. Pembelahan dirinya diatur sesuai kebutuhan. Tak lebih. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/289039/original/file-20190822-170910-p2ohnn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/289039/original/file-20190822-170910-p2ohnn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=389&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/289039/original/file-20190822-170910-p2ohnn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=389&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/289039/original/file-20190822-170910-p2ohnn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=389&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/289039/original/file-20190822-170910-p2ohnn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=489&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/289039/original/file-20190822-170910-p2ohnn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=489&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/289039/original/file-20190822-170910-p2ohnn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=489&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Sel-sel pertahanan tubuh menjaga agar sel kanker tidak menyebar.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/success?u=http%3A%2F%2Fdownload.shutterstock.com%2Fgatekeeper%2FW3siZSI6MTU2NjQ5MjYxNiwiYyI6Il9waG90b19zZXNzaW9uX2lkIiwiZGMiOiJpZGxfMTQxMjk5NDk0IiwiayI6InBob3RvLzE0MTI5OTQ5NC9tZWRpdW0uanBnIiwibSI6MSwiZCI6InNodXR0ZXJzdG9jay1tZWRpYSJ9LCJyOEhyMGU2QkRESnVabEcxK3IxVkxsd2p3NWMiXQ%2Fshutterstock_141299494.jpg&pi=33421636&m=141299494&src=SBO3l2VW38c15qiG8XN_sw-1-16">Jovan Vitanovski/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sel darah merah, misalnya, karena tugasnya hanya transportasi, mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh, tantangannya tidak besar, maka kerusakannya juga dapat diprediksi. Kira-kira sel tersebut dalam 3-4 bulan akan rusak, sehingga kecepatan pembelahan diri bakal sel darah merah diatur untuk menggantikan sel yang rusak secara kontinu.</p>
<p>Sel darah putih bertugas menjaga tubuh dari serangan benda asing. Pada saat tidak ada “musuh”, seperti misalnya bakteri atau virus, maka bakal sel darah putih membelah diri dengan lambat. Begitu datang musuh, produksinya meningkat cepat, karena harus membunuh musuh dengan segera. </p>
<h2>2. Sel secara reguler bunuh diri</h2>
<p>Sekali-sekali, hasil pembelahan diri sel mengalami masalah, tidak sesuai dengan kebutuhan. Pada keadaaan ini sel melakukan “quality control” sendiri, sel akan mengenali jika <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2117903/">hasil pembelahan sel tidak sesuai dengan pola dasarnya</a>. Kalau tidak sesuai, maka sel rusak itu harus dibuang, dimatikan sendiri. Sel-sel rusak ini bunuh diri sendiri. </p>
<p>Setiap saat ada saja kejadian salah produksi dalam tubuh kita, tapi kita tidak pernah menyadarinya, karena tubuh punya program yang berjalan secara otomatis.</p>
<p>Suatu saat <a href="https://www.cancerprogressreport.org/Pages/cpr18-understanding-cancer-development.aspx">program “bunuh diri sel” ini bisa gagal</a>. Dalam kasus ini, sel-sel yang “salah produksi” tidak terdeteksi sehingga tidak musnah. Sebaliknya, sel-sel ini berkembang biak dengan mempertahankan kesalahannya, inilah yang kemudian kita sebut kanker.</p>
<h2>3. Bentuknya seperti kepiting dan “bisa jalan-jalan”</h2>
<p>Pada tahap awal jumlah sel “cacat produksi” tersebut hanya sedikit. </p>
<p>Misalnya pada <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3069504/">kanker payudara</a>. Awalnya, saat diraba tidak terasa ada kelainan, beberapa waktu kemudian teraba benjolan sebesar biji kedelai, makin besar lagi jadi sebesar kelereng. Lalu makin membesar sehingga sebesar telur ayam. (Karena itu, bagi perempuan biasakan periksa payudara sendiri tiap bulan agar cepat diketahui jika ada kelainan dan kemudian diobati.) </p>
<p>Pada saat sel rusak ini sebesar biji kedelai, kumpulan sel cacat produksi ini masih bisa “duduk manis” berdampingan dengan sel-sel normal. </p>
<p>Karena sel ini cacat, mereka tidak akan membelah diri sesuai kebutuhan (karena sesungguhnya memang tidak dibutuhkan). Sel-sel rusak ini membelah diri tidak terkendali. Pembuluh darah merasakan di daerah 'sana’ ada kebutuhan nutrisi yang sangat besar, maka dibuatlah “jalan tol” berupa pembuluh darah ke lokasi tersebut. </p>
<p>Setelah mendapat kucuran oksigen dan nutrisi yang lancar, maka mereka membelah diri makin cepat dan makin cepat. Sel cacat yang tadinya bisa berdampingan dengan sel normal, sekarang butuh tempat lebih luas. Sel-sel yang normal mulai terdesak. Akibat <a href="https://www.nature.com/articles/onc2013304">adanya pembuluh darah yang memberikan pasokan makanan</a>, maka sel-sel kanker mulai tumbuh menjulurkan kaki-kakinya makin jauh. Bentuknya mirip kepiting yang berkaki banyak.</p>
<p>(Karena penampakan kaki-kaki yang menjulur itulah maka kelainan ini disebut kanker. <a href="https://www.omicsonline.org/history-of-cancer-ancient-and-modern-treatment-methods-1948-5956.100000e2.php?aid=273">Kanker (<em>cancer</em>)</a>, sebenarnya adalah nama binatang, kepiting dalam bahasa Indonesia). </p>
<p>Pada fase berikutnya sel-sel rusak ini makin besar dan sel yang menghalangi (misalnya kulit) dilibas. Sel-sel kanker tumbuh, sedangkan sel kulit menyerah sehingga muncul luka akibat serangan sel-sel kanker terhadap sel kulit. </p>
<p>Kadang-kadang <a href="https://www.cancer.gov/types/metastatic-cancer">ada sel rusak yang lepas dan ikut dalam peredaran darah</a> atau pembuluh limfe. Sel-sel tersebut berjalan-jalan terbawa aliran, menyebar, kemudian tersangkut di daerah paru-paru, tulang, otak, hati, atau di tempat lain. Lalu mereka membelah diri dan secara perlahan mengambil alih tempat sel-sel normal. </p>
<h2>4. Kelas kanker</h2>
<p>Kita kerap mendengar kelas kanker mulai dari stadium satu hingga empat. Disebut <a href="https://www.cancer.ca/en/cancer-information/cancer-101/what-is-cancer/stage-and-grade/staging/?region=on">stadium 1</a> jika sel-sel rusak itu masih kecil dan bisa duduk manis berdampingan dengan sel normal. </p>
<p>Kalau sel rusak mulai menggeser posisi sel normal, kira-kira masuk stadium 2. Jika sel rusak mulai mendesak jaringan lain yang normal, maka itu stadium 3. </p>
<p>Kanker disebut stadium 4 bila sel rusak itu sudah beredar ke tempat lain, seperti misalnya sel-sel kanker payudara yang berjalan-jalan dan kemudian berkembang biak di paru-paru atau di tulang.</p>
<h2>5. Pemicu</h2>
<p><a href="https://www.cancer.org/cancer/cancer-causes.html">Ada banyak pemicu kanker</a>, seperti bahan beracun dalam rokok, sinar matahari, bahan pengawet makanan, pewarna dan perasa buatan, luka yang terus menerus terjadi, infeksi virus, bahan kimia berbahaya, dan lain-lain. </p>
<p>Pada dasarnya semua bahan atau kejadian itu membuat sel rusak dan ada upaya dari tubuh untuk memperbaiki kerusakan tersebut. Namun karena kerusakan berjalan terus, maka perbaikan dilakukan lebih cepat, makin cepat, sampai kemudian sel kehilangan kemampuannya mendeteksi adanya sel rusak. </p>
<p><a href="https://www.alodokter.com/9-kandungan-rokok-yang-berefek-mengerikan-untuk-tubuh">Senyawa racun dalam asap rokok</a>, misalnya, akan menyebabkan kerusakan sel-sel paru. Awalnya sel-sel rusak ini akan memperbaiki diri, tapi karena racunnya terus menerus datang dari hisapan pencandu rokok, maka pada suatu saat tubuh gagal mendeteksi kerusakan sel. Pada titik ini, mulailah terjadi perkembangan sel kanker.</p>
<p>Proses rusak-perbaikan-rusak-perbaikan-rusak-rusak-perbaikan-perbaikan berjalan dalam waktu yang lama, bertahun-tahun. Karena itu, “diperlukan” konsumsi rokok atau bahan lain yang berbahaya bertahun-tahun untuk dapat menyebabkan kanker. </p>
<p>Mengkonsumsi makanan berpengawet selama beberapa hari tidak akan menimbulkan gejala kanker, tapi dengan konsumsinya dalam jangka panjang, risiko kanker harus kita hadapi.</p>
<p>Tidak bisa dimungkiri bahwa <a href="https://www.ykaki.or.id/index.php/mengenai-kanker-pada-anak/gejala-dan-tanda-tandanya">kanker juga bisa terjadi pada anak-anak</a>. Prosesnya agak berbeda dengan kanker pada dewasa. Kanker pada anak biasanya terjadi karena adanya kelainan bawaan yang membuat sel lebih sering gagal mendeteksi sel rusak. </p>
<h2>6. Pengobatan: dampaknya rambut kepala rontok</h2>
<p><a href="https://www.cancer.gov/about-cancer/treatment/types">Pengobatan kanker</a> biasanya ditujukan pada upaya menghilangkan sel-sel cacat produksi tadi. Kalau mereka masih kecil dan terisolasi, tinggal diambil (operasi), biasanya dilanjutkan dengan kemoterapi untuk memastikan sel-sel yang kecil tidak terlihat yang mungkin tersisa bisa dihilangkan. </p>
<p>Kalau kankernya berukuran besar sekali, biasanya diradiasi. Tujuannya untuk membunuh sel-sel yang berkembang di bagian luar. Bila ukuran kanker sudah mengecil baru dioperasi dan dilanjutkan kemoterapi. Jika sel rusak sudah menjalar ke mana-mana, sulit mengejarnya. Pada tahap ini biasanya dokter menyerah, tidak berupaya membunuh kanker secara menyeluruh. Sekadarnya saja untuk membuat pasien nyaman.</p>
<p>Karena sel kanker merupakan sel ‘bandel’ yang mampu melepaskan diri dari program mematikan sel, maka kalau ada obat yang bisa membunuh sel kanker mestinya obat itu juga akan membunuh sel-sel yang normal. Itu yang terjadi dengan kemoterapi, sel-sel normal ikut terbunuh, misalnya sel-sel akar rambut. Karena itu, <a href="https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/chemotherapy/in-depth/hair-loss/art-20046920">setelah dikemo biasanya rambut kepala pasien rontok</a>.</p>
<p>Untuk mengurangi kerusakan pada sel-sel normal, para ahli sudah membuat obat kemo yang spesifik untuk sel-sel tertentu saja. <a href="https://www.cancer.gov/news-events/cancer-currents-blog/2019/cancer-immunotherapy-investigating-side-effects">Obat kemo yang baru sudah tidak membuat mual</a> dan tidak membuat rambut terlalu rontok.</p>
<p>Jadi kalau ada obat kanker yang diklaim dapat membunuh semua jenis kanker, kita harus mengkhawatirkan bahwa efek sampingnya akan sangat luar biasa.</p>
<p>Kalau ada yang menyatakan ada obat anti kanker yang dapat <em>mencegah</em> semua jenis kanker, mungkin lebih dapat dipercaya. Karena mungkin mekanisme kerjanya adalah meningkatkan kemampuan tubuh untuk mencegah terjadinya produksi sel-sel cacat. Bisa juga obat ini meningkatkan kemampuan tubuh untuk mendeteksi sel-sel cacat produksi dan memperkuat kemampuan tubuh untuk membunuh sel cacat produksi, sebelum sel-sel cacat itu menjadi kanker.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/122046/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Yulia Sofiatin tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Kalau ada obat kanker yang diklaim dapat membunuh semua jenis kanker, kita harus mengkhawatirkan bahwa efek sampingnya akan sangat luar biasa.Yulia Sofiatin, Lecturer of Epidemiology dan Biostatistics, Departement of Societal Health, Universitas PadjadjaranLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1220452019-08-21T08:54:57Z2019-08-21T08:54:57ZMengapa kita perlu kritis dan berhati-hati dengan heboh ‘obat kanker’ dari bajakah<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/288687/original/file-20190820-170910-1vutyz.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://fr.wikipedia.org/wiki/Spatholobus">Wikipedia</a></span></figcaption></figure><p>Dalam dua minggu terakhir <a href="https://www.tribunnews.com/regional/2019/08/13/viral-siswi-sma-di-kalteng-temukan-bajakah-obat-kanker-hingga-juara-dunia-ini-cerita-lengkapnya">mayoritas media di Indonesia</a> memberitakan <a href="https://tekno.tempo.co/read/1236417/viral-penemuan-bajakah-ratusan-orang-serbu-sma-2-palangka-raya?TeknoUtama&campaign=TeknoUtama_Click_2">“temuan” pelajar SMA Negeri 2 di Palangkaraya</a> Kalimantan Tengah tentang <a href="https://sains.kompas.com/read/2019/08/16/203300823/5-tanggapan-para-pakar-atas-kontroversi-bajakah-sebagai-obat-kanker?page=all">batang bajakah tampala (<em>Spatholobus littoralis Hassk.</em>) yang disebut-sebut dapat dipakai mengobati kanker</a>.</p>
<p>Pemberitaan “heboh” muncul setelah tiga pelajar dari SMA tersebut menang lomba dan meraih medali emas untuk obat kanker dari alam di <a href="https://innopa.org/world-invention-creativity-olympic-wico-korea/_">World Invention Creativity Olympic (Olimpiade Kreativitas Penemuan Dunia)</a> di Seoul, Korea Selatan akhir Juli lalu. </p>
<p>Mereka berhasil mendapatkan penghargaan tersebut setelah <a href="https://www.tribunnews.com/kesehatan/2019/08/13/cerita-lengkap-3-siswa-sma-dari-palangkaraya-temukan-obat-kanker-dan-jadi-juara-dunia">mempresentasikan riset tentang efek akar kayu bajakah</a> terhadap kanker pada mencit (jenis tikus kecil putih). </p>
<p>Ada dampak sosial dari pemberitaan ini. Kini akar kayu bajakah diburu masyarakat. Serpihannya <a href="https://www.liputan6.com/news/read/4039085/diklaim-dapat-obati-kanker-tumbuhan-bajakah-di-palangkaraya-diburu-pembeli">dihargai Rp 300 ribu per kilogram</a> dan <a href="https://www.tribunnews.com/nasional/2019/08/15/dianggap-bisa-sembuhkan-kanker-kayu-bajakah-dijual-hingga-rp-2-juta-per-potong">kayunya dijual Rp2 juta per potong</a>. </p>
<p>Sebagian masyarakat langsung meyakini bahwa hasil riset siswa SMA tersebut dapat dijadikan dasar pengobatan dengan akar kayu bajakah. Apalagi setelah ada <a href="https://regional.kompas.com/read/2019/08/14/16164721/konsumsi-rebusan-kayu-bajakah-nenek-ini-sembuh-dari-kanker-payudara-stadium?page=all">testimoni dari “pasien kanker” yang mengklaim sembuh setelah minum rebusan akar kayu ini</a>. Pemerintah daerah mengklaim kepemilikan bajakah sebagai aset daerah dan akan <a href="https://regional.kompas.com/read/2019/08/15/11481721/pemprov-kalteng-berencana-patenkan-kayu-bajakah-penyembuh-kanker?page=all">mematenkan kayu berkhasiat ini</a>. </p>
<p>Fenomena ini menunjukkan bahwa masyarakat penuh harap bahwa kayu bajakah ini bisa menjadi solusi dalam pengobatan kanker, sebuah penyakit yang sampai saat ini <a href="https://gaya.tempo.co/read/1091026/penderita-kanker-minta-bpjs-kesehatan-tanggung-obat-mahal-ini/full&view=ok">pengobatannya mahal</a> dan tingkat keberhasilannya kecil.</p>
<p>Kita perlu berhati-hati dan kritis dalam menyikapi hasil riset dasar terkait medis dan yang punya pengaruh langsung terhadap kehidupan masyarakat. Apalagi terhadap suatu riset yang akan memiliki potensi dampak terhadap suatu penyakit kanker yang prevalensinya di negeri ini <a href="https://www.beritasatu.com/kesehatan/535688/prevalensi-kanker-di-indonesia-meningkat">mencapai 1,79 per 1.000 penduduk</a>.</p>
<h2>Menyikapi hasil riset dasar</h2>
<p>Penelitian siswa SMA 2 Palangkaraya ini disampaikan di sebuah ajang perlombaan hasil-hasil penelitian dan inovasi bagi siswa SMA dan mahasiswa. Pada tahap ini kita harus berbangga bahwa siswa-siswa kita pada level mereka mampu menunjukkan kemampuan dan kreativitasnya, yang bahkan mendapat pengakuan skala internasional.</p>
<p>Forum <a href="https://innopa.org/world-invention-creativity-olympic-wico-korea/"><em>World Invention Creativity Olympic</em> </a> yang ditujukan untuk pelajar adalah tempat mempresentasikan dan memberikan penghargaan pada temuan dan hasil-hasil penelitian tahap awal.</p>
<p>Penelitian pada kayu bajakah tersebut merupakan <a href="https://regional.kompas.com/read/2019/08/13/11201601/menyingkap-khasiat-kayu-bajakah-tanaman-langka-dari-belantara-hutan-hingga">penelitian yang sangat dasar</a>. Mereka menguji coba pada dua ekor mencit yang telah distimulasi untuk terjadi kanker. Setelah muncul benjolan-benjolan yang disebut sebagai kanker, mencit diberi air rebusan bawang Dayak dan air rebusan bajakah selama lima puluh hari dan dibandingkan efek dari kedua jenis air tersebut.</p>
<p>Hasilnya, menurut riset siswa ini mencit yang diberi air bawang Dayak mati, sedangkan mencit yang diberi air bajakah malah sehat, bahkan bisa berkembang biak. Lalu disimpulkan bahwa kayu bajakah mengandung zat anti-kanker.</p>
<p>Metode dan hasil penelitian ini sangat baik untuk tingkat SMA. Namun secara ilmiah, dalam tingkat dasar pun riset ini belum memenuhi syarat untuk dapat disimpulkan bahwa bajakah mempunyai efek pada sel kanker. Apalagi untuk dapat direkomendasikan sebagai obat yang terukur, perjalanannya masih jauh.</p>
<p>Setidaknya ada dua patokan riset medis yang ditetapkan memenuhi syarat:</p>
<p><strong>Pertama</strong>, <a href="https://www.statistikian.com/2012/08/menghitung-besar-sampel-penelitian.html">jumlah sampel</a>, hanya dua ekor mencit, untuk sebuah <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3826013/?report=printable">riset pada hewan uji-coba</a> jelas <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5772820/">tidak memenuhi syarat</a>. </p>
<p>Berdasarkan perhitungan sampel tersebut, jumlah sampel minimal atau pengulangan pada masing-masing kelompok yang dibutuhkan untuk penelitian pada hewan coba ditentukan berdasarkan jumlah kelompok uji. Jika hanya ada dua kelompok uji, seperti penelitian siswa SMA tersebut yang membandingkan antara efek Bajakah dan bawang Dayak sampel minimal adalah 32 ekor hewan coba, dengan masing-masing kelompok 16 ekor. </p>
<p>Jumlah sampel minimal hewan coba pada masing-masing kelompok akan berkurang, jika kelompok yang dibandingkan juga lebih banyak. Misalnya, sampel minimal dibutuhkan 24 ekor hewan coba dengan tiap kelompoknya 8 ekor jika dilakukan pada tiga kelompok percobaan, dan 25 ekor dengan tiap kelompoknya 5 ekor jika dilakukan pada lima kelompok percobaan.</p>
<p>Sebuah penelitian pada tikus putih untuk <a href="http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/906/760">melihat efek biji melinjo terhadap hiperkolesterol pada lima kelompok </a> percobaan, dilakukan pada 25 ekor hewan coba dengan masing-masingnya 5 ekor. <a href="http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/776/632">Penelitian lain untuk melihat efek kunyit dan madu terhadap penyakit tukak lambung</a> yang dibagi menjadi lima variasi dosis, dilakukan pada 30 ekor mencit dengan 6 ekor pada tiap kelompok. </p>
<p><strong>Kedua</strong>, benjolan-benjolan yang tumbuh di mencit itu harus dibuktikan <a href="https://www.cancer.gov/about-cancer/diagnosis-staging/diagnosis">dengan pemeriksaan lengkap</a> untuk menegakkan diagnosis sebuah kanker. Dalam penelitian pelajar tersebut, benjolan pada tikus tidak dibuktikan apa memang benar perubahan fisik itu merupakan sel kanker. </p>
<p><a href="https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cancer/in-depth/cancer-diagnosis/art-20046459">Pembuktian</a> apakah benjolan tersebut kanker, perlu melalui pemeriksaan <a href="https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cancer/diagnosis-treatment/drc-20370594">patologi anatomi</a> (histopatologi) minimal dengan biopsi, sehingga diketahui pula jenis sel kankernya. </p>
<h2>Butuh beberapa tahap</h2>
<p>Suatu bahan/zat dapat direkomendasikan sebagai bahan pengobatan perlu beberapa tahapan penelitian yang mendapatkan hasil yang bermakna. Tahapan tersebut mulai dari penelitian dasar, termasuk penelitian pada hewan coba bahan alam langsung, ekstraksi zat kandungan bahan alamnya, uji efektivitas zat yang terkandung pada hewan coba. </p>
<p>Tahap selanjutnya, zat itu harus <a href="https://www.centerwatch.com/clinical-trials/overview.aspx/">diuji klinis</a> atau uji obat pada manusia, yang terdiri dari empat tahap. <a href="http://jurnalmka.fk.unand.ac.id/index.php/art/article/view/66">Uji klinis mencakup</a> tiga tahapan utama, yaitu uji keamanan obat, uji coba efektivitas pada manusia dan mencari dosis yang sesuai, uji efektivitas dan membandingkan dengan pengobatan yang sudah ada. </p>
<p>Lalu, <a href="https://www.fda.gov/patients/drug-development-process/step-3-clinical-research">zat itu juga mesti dilakukan uji klinis tahap keempat</a>, untuk memastikan keamanan dan efektivitas obat pada populasi yang luas setelah produksi dan dipasarkan.</p>
<p>Menjadikan kayu bajakah sebagai obat utama, terutama untuk kanker yang sudah didiagnosis oleh dokter pada stadium lanjut sangat tidak disarankan. </p>
<h2>Model pengobatan kanker</h2>
<p>Dalam medis modern, <a href="https://www.mountelizabeth.com.sg/id/facilities-services/centre-excellence/cancer/cancer-treatment">metode pengobatan kanker</a> dilakukan melalui berbagai cara, antara lain, kemoterapi, operasi pemotongan jaringan kanker, radioterapi, transplantasi sumsum tulang belakang, imunoterapi, dan terapi hormon.</p>
<p><a href="https://www.cancer.gov/about-cancer/understanding/what-is-cancer">Kanker</a> merupakan pertumbuhan dan perkembangan sel dalam tubuh yang <a href="http://yayasankankerindonesia.org/apa-itu-kanker">tidak terkontrol dan abnormal</a>. Secara umum, sel kanker yang sangat aktif tumbuh lebih sensitif terhadap <a href="http://jurnal.batan.go.id/index.php/Alara/article/download/1577/1495">radiasi</a> dan zat pada <a href="https://www.cell.com/action/showPdf?pii=S0092-8674%2802%2900625-6">kemoterapi</a>, meski terdapat berbagai variasi sifat tergantung jenis sel kankernya.</p>
<p>Prinsip utama dalam pengobatannya adalah menghentikan atau membunuh sel-sel kanker tersebut, baik melalui <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3298009/">radioterapi</a>, <a href="https://www.medicinejournal.co.uk/article/S1357-3039(07)00349-0/fulltext">kemoterapi</a> maupun metode lain. Pada <a href="https://www.cancer.org/treatment/treatments-and-side-effects/treatment-types/chemotherapy/how-chemotherapy-drugs-work.html">kemoterapi zat tersebut bersifat</a> menghambat kerja DNA dan RNA sel seperti <em>5-fluorouracil</em> dan <em>metotrexate</em>, merusak DNA sel seperti <em>Chlorambucil</em> dan <em>Cisplatin</em>, atau mencegah pembelahan sel seperti <em>Vinblastine</em> dan <em>Vincristine</em>.</p>
<p><a href="https://www.beritasatu.com/nasional/570458/6-zat-dalam-akar-bajakah-yang-diyakini-sembuhkan-kanker-payudara">Zat yang sudah diketahui terdapat pada bajakah</a> adalah senyawa polifenol seperti <em>terpenoid, steroid, tannin, alkonoid, fenolik, saponin</em>. <a href="http://www.groupepolyphenols.com/the-society/why-bother-with-polyphenols/">Senyawa ini</a> juga ada banyak pada <a href="https://hellosehat.com/hidup-sehat/nutrisi/makanan-yang-mengandung-polifenol/">buah dan sayuran</a>. </p>
<p>Senyawa ini bersifat hanya antioksidan dan membantu menjaga keseimbangan metabolisme tubuh, sehingga <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5601283/">baik untuk kesehatan</a> tapi belum ditemukan mempunyai sifat antikanker sebagaimana pengobatan standar. </p>
<p>Oleh karena itu, untuk memutuskan bahwa bajakah mempunyai potensi untuk pengabatan kanker perlu penelitan lebih mendalam lagi tentang zat yang berpotensi dan dengan tahapan penelitian ilmiah lebih lanjut.</p>
<h2>Sisi positif</h2>
<p>Sisi positif dari pemberitaan bajakah adalah peneliti terutama bidang kimia bahan alam, farmasi, dan kedokteran mesti menjadikan ini sebagai stimulasi untuk ditindaklanjuti dengan penelitian yang lebih mendalam. </p>
<p>Selain itu, bagi pemerintah ada tiga sisi yang dapat disikapi. Pertama, banyak siswa dan generasi muda yang mempunyai prestasi dan inovasi ilmiah yang perlu mendapatkan dukungan sehingga mereka kelak benar-benar menjadi ilmuwan. </p>
<p>Kedua, <a href="http://lipi.go.id/lipimedia/18-jenis-tanaman-potensi-untuk-bahan-obat/10581">ada banyak bahan alam di negeri ini</a> yang <a href="http://bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/12/Isi_BRIK_Tanaman_Obat.pdf">harus diproteksi dan diteliti</a> dan dikembangkan untuk obat. Untuk dapat digunakan dengan aman dan terukur harus melalui proses beberapa tahap riset dan uji coba berkali-kali sebelum menjadi obat yang diproduksi massal.</p>
<p>Ketiga, penelitian dasar dan terapan mesti mendapat perhatian serius agar kekayaan alam bangsa menjadi lebih berdaya-guna bagi masyarakat ilmiah dan publik.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/122045/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Hardisman Dasman tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Untuk memutuskan bahwa bajakah mempunyai potensi untuk pengabatan kanker perlu dilakukan penelitan mendalam tentang zat yang berpotensi serta dengan tahapan penelitian ilmiah lebih lanjut.Hardisman Dasman, Associate Professor in Community Medicine and Healthcare Policy, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1084352019-01-02T10:04:04Z2019-01-02T10:04:04ZEfektifkah app kesehatan untuk kendalikan penyakit tak menular?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/251462/original/file-20181219-27767-5fedf1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Aplikasi kesehatan akan tumbuh pesat. Perlu regulasi yang ketat.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/success?u=http%3A%2F%2Fdownload.shutterstock.com%2Fgatekeeper%2FW3siZSI6MTU0NTIzMDIxMSwiYyI6Il9waG90b19zZXNzaW9uX2lkIiwiZGMiOiJpZGxfMTA3MDQ3ODkyNiIsImsiOiJwaG90by8xMDcwNDc4OTI2L2h1Z2UuanBnIiwibSI6MSwiZCI6InNodXR0ZXJzdG9jay1tZWRpYSJ9LCJHVmUwYjErVEpNOUV6azNuSWExWm93U3c5WmciXQ%2Fshutterstock_1070478926.jpg&pi=41133566&m=1070478926&src=wjmWY3KZJbgppX69ZuKKQA-1-0">Ico Maker/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Pengguna telepon pintar (<em>smartphone</em>) di Indonesia mencapai <a href="https://kominfo.go.id/content/detail/6095/indonesia-raksasa-teknologi-digital-asia/0/sorotan_media">lebih dari 100 juta</a>, menempati peringkat keempat setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Karakter populasi di Indonesia beragam, mulai dari tubuhnya masih sehat, berisiko sakit sampai yang sudah telanjur menderita penyakit tidak menular. </p>
<p>Pada era digital, penggunaan telepon pintar tidak hanya soal gaya hidup tapi sudah menjadi kebutuhan. Masyarakat juga semakin terbiasa <em>googling</em> mencari informasi kesehatan atau berkonsultasi melalui layanan <em>app</em> kesehatan. Ketika beban kesakitan penyakit tidak menular meningkat, sejauh mana telepon pintar dapat dimanfaatkan untuk mendukung pengendaliannya? </p>
<h2>Prevalensi penyakit tidak menular meningkat</h2>
<p>Terobosan inovatif, bahkan disruptif, untuk pengendalian penyakit tidak menular sangatlah diperlukan. Pendekatan tradisional dalam bentuk <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5682364/">relasi paternalistik dokter-pasien</a> dianggap tidak relevan lagi untuk mengatasi kompleksitas kesakitan penyakit tidak menular pada era sekarang.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/pengidap-penyakit-tak-menular-makin-banyak-6-cara-mudah-mencegahnya-104398">Pengidap penyakit tak menular makin banyak, 6 cara mudah mencegahnya</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Pada 1990, tiga terbesar penyakit yang menjadi beban di masyarakat adalah penyakit menular seperti diare, infeksi saluran pernapasan, dan tuberkulosis. <a href="https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(18)30595-6/fulltext">Dua puluh enam tahun kemudian</a>, urutannya berubah. <a href="https://theconversation.com/pengidap-penyakit-tak-menular-makin-banyak-6-cara-mudah-mencegahnya-104398">Penyakit jantung, stroke dan diabetes menempati urutan atas</a>. </p>
<p>Untuk mengatasi ini, Kementerian Kesehatan, telah menggerakkan upaya promotif dan preventif dengan mendorong berdirinya <a href="http://www.p2ptm.kemkes.go.id/profil-p2ptm/latar-belakang/program-p2ptm-dan-indikator">ribuan Pos Pembinaan Terpadu PTM (Posbindu PTM) di masyarakat</a>. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan menyediakan layanan khusus kepada penderita penyakit tidak menular melalui Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis). </p>
<p>Namun, menurut Menteri Kesehatan, kunci utama pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular terletak pada kesadaran individu untuk <a href="http://www.depkes.go.id/article/view/18111900003/hipertensi-di-indonesia-hampir-40-menkes-tolong-kita-semua-sehat.html">menerapkan pola hidup sehat</a>. Di sinilah titik temu antara potensi telepon pintar dengan kebutuhan pengendalian penyakit tidak menular berbasis penguatan kesadaran individu untuk hidup sehat.</p>
<h2>Potensi m-Kesehatan</h2>
<p>Pemanfaatan inovasi berbasis ponsel untuk kesehatan disebut <em><a href="https://www.who.int/goe/publications/goe_mhealth_web.pdf">(mobile-health, m-Health)</a></em> alias m-Kesehatan. Ini mencakup penggunaan sandangan (<em>wearables</em>), sensor maupun perangkat diagnostik yang dapat tersambung secara kabel atau nirkabel ke ponsel.</p>
<p>Berbagai riset m-Kesehatan telah dipublikasikan, baik baru tahap uji coba (<em>pilot study</em>) maupun uji klinis (<em>clinical trial</em>). Sebelum era 4G, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5792697/">beragam penelitian</a> m-Kesehatan telah membuktikan bahwa pasien penyakit kronis yang mendapatkan pengingat (<em>reminder</em>) melalui SMS akan lebih patuh minum obat daripada tanpa pengingat. Ketika teknologi berevolusi menjadi ponsel cerdas dan terkoneksi Internet, potensinya berlipat ganda. </p>
<p><a href="https://research2guidance.com/product/connectivity-in-digital-health/">Research2Guidance (R2G) pada 2017</a> melaporkan terdapat 325 ribu <em>app</em> (aplikasi) kesehatan di dunia. Sebagian besar tersedia di platform Android. Pada 2017 diperkirakan terdapat 3,7 miliar unduhan <em>app</em> kesehatan. </p>
<p>BPJS Kesehatan telah mengembangkan <em>app</em> <a href="https://play.google.com/store/apps/details?id=app.bpjs.mobile&hl=in">Mobile JKN</a> yang sudah diunduh lebih dari dari 3 juta kali per November 2018. Ini merupakan prestasi luar biasa. Dalam catatan R2G hanya 2% <em>app</em> kesehatan yang diunduh lebih dari 500 ribu kali. Pengguna <em>app Mobile JKN</em> dapat mengisi kuesioner tentang deteksi dini penyakit tidak menular. <em>App</em> akan menghitung secara otomatis risiko menderita penyakit tidak menular serta memberikan saran perilaku hidup sehat sehari-hari. </p>
<p>Selain fitur yang spesifik untuk penyakit tidak menular, pengguna <em>app</em> juga dapat mengakses riwayat kunjungan ke fasilitas kesehatan maupun layanan administratif sebagai peserta BPJS Kesehatan. </p>
<p>Kementerian Kesehatan juga mengembangkan <em>app</em> kesehatan. Salah satunya adalah <em>app</em> “<a href="https://play.google.com/store/apps/details?id=com.kemenkes.sehatjiwa">Sehat Jiwa</a>” yang dapat digunakan untuk deteksi dini kesehatan mental. Banyak rumah sakit juga giat mengembangkan <em>app</em> untuk mempermudah registrasi pasien ke rumah sakit. </p>
<p>Dalam lima tahun ke depan, pasar potensial <em>app</em> kesehatan adalah untuk mendukung terapi penyakit diabetes, obesitas, depresi, hipertensi dan penyakit jantung. <em>App</em> kesehatan berfungsi untuk menguatkan komunikasi pasien dengan dokter, meningkatkan kepatuhan pengobatan, pengelolaan berat badan, menjaga kebugaran, deteksi dini PTM sampai dengan efisiensi pelayanan rumah sakit. </p>
<p>Konektifitas dengan perangkat diagnostik, seperti pemeriksaan gula darah dan <a href="https://health.detik.com/hidup-sehat-detikhealth/1784102/angka-normal-untuk-tanda-tanda-vital-tubuh">tanda vital tubuh</a>, memungkinkan pasien menyuplai data ke rekam kesehatan personal di rumah sakit. Pada aspek promotif dan preventif, yang populer adalah <em>app</em> untuk melacak aktivitas fisik termasuk yang disertai dengan fitur <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4307823/">gamifikasi</a>. </p>
<p>Selain itu, berbagai <em>app</em> juga berfungsi memperkuat kemauan individu berhenti merokok dan minum alkohol. </p>
<h2><em>Apps</em>, bukan apes</h2>
<p>Dengan terus meningkatnya cakupan jaringan internet serta semakin terjangkaunya harga ponsel cerdas, peluang penggunaan m-Kesehatan semakin besar. Peluang ini bermakna ganda: sebagai kesempatan bisnis ekonomi digital dan upaya sosial untuk peningkatan status kesehatan masyarakat. </p>
<p>Kelompok dokter spesialis juga mengembangkan <em>app</em> spesifik untuk mendukung pengelolaan penyakit tertentu. Inisiatif dan semangat tinggi dalam mengembangkan <em>app</em> perlu diimbangi dengan interoperabilitas (kemampuan saling bekerja sama). Jangan sampai, pasien dengan berbagai kesakitan (multimorbiditas) akhirnya harus mengunduh dan memasang berbagai <em>app</em> yang tidak interoperabel satu sama lain. Kebanyakan <em>apps</em>, bisa apes jadinya. </p>
<p>Meski ada harapan, kendala juga tampak di depan mata. <a href="https://ppidkemkominfo.files.wordpress.com/2018/05/final-fa-lakip-kominfo-2017_21-mei-2018_new.pdf">Masih ada 8 ribuan desa di Indonesia tidak terjangkau jaringan telekomunikasi</a>. Selain itu, m-Kesehatan dicurigai menyebabkan melebarnya kesenjangan layanan kesehatan, karena hanya yang berpunya dan tinggal di wilayah berfasilitas Internet yang dapat memanfaatkannya. </p>
<p>Hal lain, pengguna ponsel cerdas didominasi oleh generasi muda, sedangkan penderita dan populasi yang berisiko lebih banyak di dewasa, pralansia dan lansia. Aspek klasik lainnya tentu saja adalah ancaman keamanan, kerahasiaan dan privasi data kesehatan. </p>
<p>Efektif tidaknya <em>app</em> kesehatan untuk membantu pengendalian PTM akan bergantung kepada banyak hal. Di antaranya adalah fungsi, kualitas, kemudahan dan biaya <em>app</em>, jenis penyakit tidak menular, perubahan perilaku yang diharapkan, karakteristik pengguna, interaksi dengan tenaga atau fasilitas kesehatan dan berbagai faktor kontekstual lainnya. </p>
<h2>Teknologi bertemu kebijakan</h2>
<p>Adanya potensi, di samping kendala yang harus diatasi, merupakan salah satu alasan perlunya regulasi. Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan <a href="http://www.depkes.go.id/resources/download/peraturan/Permenkes%20Nomor%2046%20Tahun%202017%20tentang%20Strategi%20eKesehatan%20Nasional.pdf">Peraturan Menteri Kesehatan No. 46 Tahun 2017 tentang Strategi e-Kesehatan Nasional</a>. Namun, aspek teknis mengenai m-Kesehatan, baik potensi dan risikonya belum diatur. </p>
<p>Sebagai contoh, <em>app</em> seperti apa yang dapat direkomendasikan ke dokter untuk pengelolaan pasien diabetes? Apakah <em>app</em> tersebut harus melewati uji klinis (<em>clinical trial</em>)? Bagaimanakah peran Komite Penilaian Teknologi Kesehatan/<em>Health Technology Assessment</em> di Kementerian Kesehatan dalam mengkaji produk m-Kesehatan? </p>
<p>Untuk menilai aspek keselamatan <em>(safety)</em>, siapakah yang terlibat, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) atau lembaga lainnya? Bagaimana pula peran Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam menilai interoperabilitas, keamanan, kerahasiaan dan perlindungan privasi data pribadi? Apakah dokter yang memberikan layanan melalui <em>app</em> konsultasi kesehatan harus berlisensi?</p>
<p>Dalam <a href="http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/ln/2004/uu29-2004.pdf">Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran</a>, dokter diizinkan berpraktik maksimal di tiga tempat. Jika harus berlisensi, apakah nanti akan mengurus surat izin praktek (SIP) ke dinas kesehatan, layaknya praktik konvensional? </p>
<p>Saat ini, banyak pertanyaan tanpa jawaban. Regulasi memang harus dibuat dengan penuh pertimbangan dan kajian. <a href="https://jdih.kominfo.go.id/produk_hukum/view/id/6/t/peraturan+pemerintah+republik+indonesia+nomor+82+tahun+2012">Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik</a> menyebutkan peran Instansi Pengawas dan Pengatur Sektor (IPPS) untuk mengawasi pelaksanaan tugas sektor dan mengeluarkan pengaturan terhadap sektor berkaitan dengan penerapan sistem dan transaksi elektronik. Namun, sampai saat ini IPPS kesehatan belum terbentuk. Di sisi yang lain, inovasi digital berkembang secara cepat. Ketika regulasi memang belum tersedia, apa solusinya?</p>
<h2>Lalu bagaimana?</h2>
<p>Pemerintah perlu menggandeng komunitas e-Kesehatan untuk berbagi pengalaman praktis sekaligus mengumpulkan repositori <em>app</em> kesehatan. Selanjutnya perlu dibentuk jejaring dengan melibatkan profesi kesehatan, pasien, penyedia layanan kesehatan serta para pengambil kebijakan. </p>
<p>Pengalaman perusahaan rintisan dalam mengembangkan dan menerapkan <em>app</em> kesehatan akan menjadi sumber informasi penting bagi pemangku kepentingan untuk membuat keputusan strategis: membiarkan begitu saja, mengadopsi atau bahkan mengintegrasikan m-Kesehatan ke dalam program pengendalian penyakit tidak menular. </p>
<p>Ketika semua tidak tersedia, ada ungkapan menarik dari bos Go-Jek Nadiem Makarim: “<a href="https://www.ziliun.com/articlesnadiem-makarim-teknologi-bukan-policy-yang-punya-dampak-terbesar-di-indonesia/">Teknologi, bukan <em>policy</em>, yang punya dampak terbesar di Indonesia</a>”.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/108435/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Anis Fuad tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Jutaan orang Indonesia adalah pengguna ponsel. Sejauhmana efektivitas aplikasi berbasis ponsel untuk mendukung pengendalian penyakit tidak menular? Meskipun potensial, apa pula tantangan penerapannya?Anis Fuad, Assistant lecturer, Universitas Gadjah Mada Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1043982018-12-12T08:02:54Z2018-12-12T08:02:54ZPengidap penyakit tak menular makin banyak, 6 cara mudah mencegahnya<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/248988/original/file-20181205-186076-1lt0xbz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Penyakit tidak menular makin mengancam.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/confirm/673105882?src=xY15jjFXAFYQ6AeqNxh7AQ-1-1&size=medium_jpg">Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Masyarakat Indonesia mengenal pepatah klasik “mencegah lebih baik daripada mengobati” dan mudah mengucapkannya. Melaksanakannya? Nanti dulu.</p>
<p>Saat Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan <a href="https://theconversation.com/tobacco-tax-might-be-indonesias-solution-to-budget-deficit-in-healthcare-program-103679">terancam defisit sekitar Rp10 triliun</a> tahun ini, <a href="http://www.depkes.go.id/article/view/18110200003/potret-sehat-indonesia-dari-riskesdas-2018.html">Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang diluncurkan baru-baru ini</a>, menunjukkan prevalensi penyakit tidak menular meningkat dibanding riset serupa yang dilakukan lima tahun lalu. Dengan demikian, biaya kesehatan yang dibutuhkan di masa depan akan lebih tinggi dibanding saat ini.</p>
<p>Dengan 300.000 sampel rumah tangga (sekitar 1,2 juta jiwa), riset tersebut bisa menggambarkan wajah kesehatan masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Penyakit tidak menular seperti kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipertensi menjadi lebih “umum” ditemui masyarakat baik di perkotaan maupun pedesaan. </p>
<p>Penyakit-penyakit ini merupakan dampak dari gaya hidup yang tidak sehat selama bertahun-tahun. Ini diperkuat dengan data riset tersebut bahwa <a href="http://www.depkes.go.id/article/view/18110200003/potret-sehat-indonesia-dari-riskesdas-2018.html">satu dari lima orang</a> di Indonesia terindikasi mengalami obesitas. </p>
<iframe src="https://datawrapper.dwcdn.net/IyyC4/4/" scrolling="no" frameborder="0" width="100%" height="600"></iframe>
<p>Kenaikan prevalensi penyakit tidak menular ini berhubungan pula dengan kebiasaan <a href="https://theconversation.com/disneyland-untuk-industri-rokok-aturan-yang-lemah-buat-generasi-muda-indonesia-kecanduan-rokok-97857">merokok</a>, minum alkohol, kurang aktivitas fisik, dan kurang mengonsumsi buah dan sayur. Pencetus risiko penyakit tidak menular ini prevalensinya juga meningkat. </p>
<iframe src="https://datawrapper.dwcdn.net/HyLXc/2/" scrolling="no" frameborder="0" width="100%" height="231"></iframe>
<h2>Penyakit menular juga masih banyak</h2>
<p>Bila penyakit tidak menular kerap dianggap sebagai penyakit yang lazim menyerang masyarakat negara maju, Indonesia selain terbebani penyakit tak menular, juga harus menanggung beban penyakit menular yang berkaitan dengan lingkungan dan perilaku. Tuberculosis (TB) paru, kaki gajah (filariasis), demam berdarah, HIV/AIDS, dan hepatitis yang masih tinggi.</p>
<p>Hasil Riskesdas menunjukkan peningkatan penyakit kaki gajah di masyarakat. Sedangkan untuk penyakit TB paru, saat ini masih diderita oleh 400 dari 100.000 penduduk. Angka ini sama dengan hasil riset yang dilakukan 5 tahun yang lalu. Padahal TB paru ditargetkan menurun menjadi 245 dari 100.000 penduduk pada 2019. </p>
<p>Penderita penyakit kaki gajah mengalami lonjakan drastis. Padahal target dari WHO yang disanggupi oleh pemerintah Indonesia adalah nol kasus pada 2020. Hal ini menjadi pekerjaan rumah besar kita bersama untuk berusaha mencapai target tersebut. </p>
<p>Tidak berhenti pada permasalahan kesehatan secara fisik, Riskesdas juga menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah masyarakat yang mengalami gangguan jiwa dan emosional dari 2013 ke 2018. Pada 2013 gangguan jiwa diderita oleh 1,7% dari populasi dan meningkat menjadi 7% pada 2018. Sedangkan untuk gangguan mental emosional, pada 2013 hanya diderita oleh 6% penduduk dan meningkat menjadi 9,8% pada 2018.</p>
<p>Riskesdas 2018 menambahkan indikator depresi dalam kesehatan jiwa. Hasil Riskesdas menunjukkan sebagian besar orang yang mengalami depresi memilih untuk tidak berobat. </p>
<h2>Produktivitas terancam</h2>
<p>Pembangunan suatu bangsa seringkali dikaitkan dengan produktivitas penduduknya. Produktivitas dipengaruhi oleh berbagai hal, salah satunya kesehatan. Kondisi kesehatan yang baik akan memampukan seseorang untuk berpikir dan melakukan pekerjaan secara optimal. </p>
<p>Sedangkan kondisi kesehatan yang kurang baik atau buruk akan menghambat aktivitas, bahkan merugikan secara ekonomi karena membutuhkan biaya pengobatan. Karena itu, kesehatan menjadi aspek yang selalu diperhitungkan dan diperhatikan untuk mempertahankan bahkan meningkatkan produktivitas penduduk.</p>
<p><a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK233009/">Teori Hendrik L. Blum</a>, profesional kesehatan dan profesor Universitas California, mengungkapkan bahwa status kesehatan seseorang biasanya berkaitan dengan perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan genetik atau keturunan. Berbagai faktor ini tampak mewarnai upaya pencegahan dan pengobatan penyakit di Indonesia. Salah satunya adalah melalui <a href="http://demo.sehatnegeriku.com/perilaku-cerdik-masa-muda-sehat-hari-tua-nikmat-tanpa-penyakit-tidak-menular/">perilaku CERDIK</a> yang telah dikampanyekan oleh Kementerian Kesehatan sejak 2012 . Perilaku ini meliputi enam langkah praktis dan mudah diterapkan:</p>
<p><strong>1. Cek kesehatan rutin</strong></p>
<p>Salah satu indikasi adanya gejala penyakit tidak menular dapat diketahui melalui pemeriksaan kandungan dalam darah, misalnya kadar gula darah untuk diabetes melitus dan kadar lemak untuk indikasi penyakit jantung. Selain itu, <a href="http://www.p2ptm.kemkes.go.id/cerdik/cek-kesehatan-secara-rutin">cek kesehatan rutin</a> yang dianjurkan adalah pemeriksaan berat badan dan tinggi badan untuk mengetahui status obesitas serta tekanan darah sebagai deteksi dini hipertensi, stroke dan penyakit jantung. </p>
<p>Pemeriksaan kesehatan yang tergolong sederhana ini dapat dilakukan di puskesmas terdekat dan tidak memakan biaya besar tapi manfaatnya besar. </p>
<p><strong>2. Enyahkan asap rokok</strong></p>
<p><a href="https://www.thelancet.com/journals/lanres/article/PIIS2213-2600(18)30499-5/fulltext?code=lancet-site">Asap rokok terbukti merugikan</a> perokok maupun orang sekitar yang ikut menghirup asap rokok (perokok pasif). Salah satu upaya yang dilakukan di daerah adalah dengan menerapkan <a href="http://demo.sehatnegeriku.com/perilaku-cerdik-masa-muda-sehat-hari-tua-nikmat-tanpa-penyakit-tidak-menular/">kawasan tanpa rokok</a> melalui <a href="https://theconversation.com/konsumsi-rokok-remaja-tinggi-menagih-janji-pengendalian-tembakau-jokowi-97205">peraturan daerah</a> yang kemudian diterjemahkan dalam pemasangan plang anjuran di beberapa fasilitas umum. </p>
<p>Namun, anjuran saja tidak cukup. Sudah saatnya pemerintah melarang total iklan rokok di semua media, menaikkan harga rokok dan melaksanakan upaya <a href="https://theconversation.com/riset-terbaru-kerugian-ekonomi-di-balik-konsumsi-rokok-di-indonesia-hampir-rp600-triliun-89089">pengendalian tembakau lain yang lebih ketat</a> untuk menurunkan risiko kesehatan masyarakat. Konsumsi rokok merupakan <a href="https://theconversation.com/perusahaan-rokok-rayu-anak-muda-dengan-konser-musik-dan-media-sosial-94330">faktor risiko terbesar</a> untuk penyakit tidak menular yang sebenarnya bisa dicegah. </p>
<p><strong>3. Rajin aktivitas fisik</strong></p>
<p>Perkembangan zaman dan teknologi telah membawa banyak orang pada gaya hidup <em>sedentary</em> atau minim gerak. Masyarakat Indonesia yang kurang aktivitas fisik terbukti mengalami peningkatan yaitu sebesar 26,1% (2013) menjadi 33,5% (2018). Aktivitas fisik olahraga dianjurkan minimal 2 jam selama seminggu.</p>
<p><strong>4. Diet seimbang</strong></p>
<p>Makanan yang masuk ke dalam tubuh seseorang akan menjadi sumber energi, sekaligus menjadi bagian dari tubuh, misalnya yang terlihat melalui status gizi. Salah satu bentuk diet (perilaku makan) yang seimbang adalah dengan mengonsumsi buah dan sayur. Riskesdas mengukur proporsi yang mengonsumsi buah dan sayur setidaknya 5 porsi sehari. Data riset tersebut menunjukkan bahwa kurang dari 5% penduduk yang mengonsumsi buah dan sayur sesuai ketentuan tersebut. Padahal, konsumsi sayur dan buah terbukti mampu mencegah berbagai penyakit tidak menular karena zat mineral dan vitamin yang terkandung didalamnya.</p>
<p><strong>5. Istirahat cukup</strong></p>
<p>Bagi masing-masing orang, istirahat dilakukan dengan durasi dan kualitas yang berbeda-beda. Kuncinya, istirahat harus cukup, tidak berlebihan dan juga tidak kurang. Ketika beristirahat, akan terjadi pembahauruan sel-sel tubuh sehingga membuat seseorang akan merasa bugar baik secara fisik maupun psikologis. </p>
<p><strong>6. Kelola stres</strong></p>
<p>Stres biasanya merupakan dampak yang dihadapi seseorang ketika menghadapi masalah tertentu. Kemampuan dan cara setiap orang dalam menghadapi masalah umumnya bervariasi dan menentukan seberapa besar suatu masalah akan berdampak pada kesehatan mental seseorang. Stres perlu dikelola dengan baik supaya tidak ‘naik kelas’ menjadi <a href="https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(18)31948-2/fulltext">depresi atau bahkan gangguan kesehatan mental</a>. </p>
<p>Perilaku terbukti memberikan kontribusi yang sangat besar bagi status kesehatan seseorang. Sebagai bagian dari ranah privasi, perilaku menjadi sulit untuk diintervensi oleh pemerintah. Namun demikian, pembentukan perilaku kesehatan yang baik dapat dilakukan secara perlahan dan dengan cara yang tepat dari tingkat masyarakat hingga perseorangan.</p>
<h2>Peran pemerintah dan keluarga</h2>
<p>Upaya pemerintah dalam menanggulangi berbagai masalah kesehatan semakin komprehensif dan beragam. Mulai dari peningkatan akses jaminan kesehatan via program Jaminan Kesehatan Nasional, mendorong lingkungan fisik dan sosial yang sehat, program gerakan masyarakat sehat (germas) dengan perilaku CERDIK yang mengarah pada perubahan gaya hidup, serta berbagai upaya <a href="http://demo.sehatnegeriku.com/perilaku-cerdik-masa-muda-sehat-hari-tua-nikmat-tanpa-penyakit-tidak-menular/">promosi kesehatan</a> yang muncul di media sosial, cetak maupun elektronik.</p>
<p>Sejak 2017, Kementerian Kesehatan telah menggaungkan program Indonesia Sehat melalui pendekatan keluarga (PIS-PK) dan gerakan masyarakat sehat (GERMAS). Kedua program ini menitikberatkan pada peran keluarga dan masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan mereka. Meski baru pada tahap pendataan, program ini diharapkan mampu meningkatkan peran keluarga melalui kunjungan aktif dari tenaga kesehatan. Menambah jumlah dan meningkatkan kualitas tenaga kesehatan perlu dilakukan karena pada program ini tenaga kesehatan menjadi ujung tombak yang diharapkan pemerintah.</p>
<p>Selanjutnya, budaya Indonesia yang memegang prinsip kekeluargaan menjadi kekuatan tersendiri dalam menanggulangi masalah kesehatan melalui peran keluarga. Keluarga memberi perlindungan informal bagi setiap individu ketika negara secara formal tidak dapat memberikan solusi dari masalah kesehatan yang dihadapi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/104398/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Marya Yenita Sitohang tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Keluarga menjadi perlindungan informal bagi setiap individu ketika negara secara formal tidak dapat memberikan solusi dari masalah kesehatan yang dihadapi.Marya Yenita Sitohang, Researcher in Research Center for Population, Indonesian Institute of Sciences (LIPI)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/969012018-07-12T10:00:05Z2018-07-12T10:00:05ZRiset terbesar: usia harapan hidup orang Indonesia naik, beban penyakit tidak menular meningkat<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/226415/original/file-20180706-122268-16454xw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Dokter mengetes gula darah di klinik untuk diabetes, salah satu penyakit tidak menular yang kini meningkat.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/confirm/571889917?src=fVa7fR88KjzPx8smXYAzyA-1-3&size=medium_jpg">Piotr Adamowicz/Shutterstock.com</a></span></figcaption></figure><p>Kabar baik dan kabar buruk datang bersamaan dari hasil riset kami tentang beban penyakit di Indonesia dalam kurun sekitar seperempat abad terakhir. Dalam riset yang baru-baru ini kami publikasikan di
<a href="http://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(18)30595-6/fulltext"><em>The Lancet</em></a> menunjukkan ada kemajuan besar bidang kesehatan karena membaiknya layanan dan akses kesehatan masyarakat, tapi ada juga temuan yang mengkhawatirkan di masa depan. </p>
<p>Temuan yang penting, umur harapan hidup pada waktu lahir di Indonesia meningkat 8 tahun, dari 63,6 tahun pada 1990 menjadi 71,7 tahun pada 2016. Usia harapan hidup perempuan pada waktu lahir lebih lama dibanding laki-laki. Kabar positif lainnya, beban penyakit menular seperti tuberkulosis dan diare juga menurun.</p>
<p>Tapi, kabar buruknya, kini Indonesia juga menghadapi beban penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, diabetes, stroke, kanker, dan penyakit lain yang sebenarnya bisa dicegah. Ini jenis penyakit yang disebabkan oleh, antara lain, pola konsumsi, gaya hidup, dan kebiasaan merokok. Penyakit-penyakit ini membutuhkan biaya besar untuk menyembuhkannya. Kini biaya <a href="https://bisnis.tempo.co/read/839929/gara-gara-rokok-klaim-bpjs-kesehatan-membengkak">penyakit terkait rokok menjebol anggaran BPJS Kesehatan</a>. </p>
<p>Dalam riset medis terbesar di Indonesia ini, karena melibatkan data besar (<em>big data</em>) yang meliputi periode 1990-2016, kami mengkaji penyebab kematian dan disabilitas dari 333 penyakit di Indonesia dan tujuh negara pembanding. Riset ini merupakan bagian dari studi <a href="http://www.healthdata.org/infographic/what-global-burden-disease-gbd">the Global Burden of Disease</a> atau Beban Penyakit Global, sebuah upaya ilmiah yang komprehensif untuk menghitung kondisi kesehatan di seluruh dunia. </p>
<p>Riset dilakukan secara kolaboratif oleh Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) Universitas Washington Amerika Serikat dan tim peneliti Indonesia dari Kementerian Kesehatan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Biro Pusat Statistik, Universitas Indonesia, Eijkman Oxford Institute, dan BPJS Kesehatan. </p>
<p>Kami mengestimasi Umur Harapan Hidup Produktif (Healthy Life Expectancy/HALE), penyebab kematian spesifik, tahun produktif yang hilang karena kematian prematur (YLLs, <em>years of life lost</em>) dan karena disabilitas (YLDs, <em>years of life lived with disability</em>), serta tahun produktif yang hilang (DALYs loss, <em>disability adjusted life years</em>), faktor risiko yang terkait dan perbandingan (<em>benchmarking</em>) antara 1990 dan 2016.</p>
<h2>Temuan baru dan beban baru</h2>
<p>Secara umum, umur harapan hidup (laki-laki dan perempuan) pada waktu lahir menjadi 71,7 tahun pada 2016. Data lebih rinci menunjukkan umur harapan hidup pada waktu lahir untuk laki-laki meningkat 7,4 tahun, dari 62,4 tahun (1990) menjadi 69,8 tahun (2016). Pertambahan usia lebih panjang terjadi pada perempuan, meningkat 8,7 tahun dari 64,9 tahun menjadi 73,6 tahun, dalam kurun waktu yang sama.</p>
<p>Peningkatan usia harapan hidup ini sebagian besar disebabkan oleh keberhasilan Indonesia menanggulangi penyakit menular, penyakit terkait kehamilan, neonatal, dan penyakit-penyakit terkait gizi. Kenaikan usia harapan hidup ini, menyebabkan perubahan struktur penduduk: 65% penduduk merupakan usia produktif dan penduduk berusia 60 tahun atau lebih meningkat menjadi 12 % pada 2025 dan 16 % pada 2035. Pada saat yang sama, Indonesia mengalami perubahan pola kesakitan, kematian dan disabilitas.</p>
<p>Temuan lainnya, antara 1990 dan 2016, Indonesia mengalami penurunan signifikan penyakit menular, maternal, neonatal dan gizi; dengan total Disability Adjusted Life Years (DALYs) Loss alias Total Tahun Produktif yang Hilang menurun 58,6 %, dari 43,8 juta menjadi 18,1 juta tahun produktif. Ini artinya perhitungan makro dari berhasil dicegahnya total tahun produktif yang hilang atau produktivitas Indonesia bertambah 25,7 juta tahun pada 2016 karena keberhasilan mengendalikan penyakit di atas. Total DALYs Loss dari trauma tetap stabil dalam periode tersebut, kecuali pada 2004 yang disebabkan gempa bumi dan tsunami di Samudera Indonesia. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/227332/original/file-20180712-27018-nlwpln.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/227332/original/file-20180712-27018-nlwpln.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/227332/original/file-20180712-27018-nlwpln.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=290&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/227332/original/file-20180712-27018-nlwpln.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=290&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/227332/original/file-20180712-27018-nlwpln.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=290&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/227332/original/file-20180712-27018-nlwpln.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=365&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/227332/original/file-20180712-27018-nlwpln.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=365&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/227332/original/file-20180712-27018-nlwpln.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=365&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Tren DALYs total jumlah (paling kiri), estimasi kasar (tengah), dan umur yang distandarisasi (paling kanan) dari 1990-2016.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME)</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pada 1990, enam dari sepuluh penyebab utama DALYs Loss adalah penyakit menular, maternal dan neonatal; pada 2016 menjadi tiga dari sepuluh. Penyakit diare menurun dari nomor satu pada 1990 menjadi nomor sepuluh pada 2016. Pneumonia juga menurun dari penyebab kedua pada 1990 menjadi penyebab ke sebelas pada 2016. </p>
<p><a href="https://theconversation.com/explainer-what-is-tb-and-am-i-at-risk-of-getting-it-in-australia-75290">Tuberkulosis</a> masih merupakan penyebab utama kematian, dari nomor tiga pada 1990 menjadi penyebab keempat pada 2016. Komplikasi neonatal menurun secara dramatis, dari penyebab keempat pada 1990 menjadi penyebab keenam pada 2016.</p>
<p>DALYs dari <a href="https://theconversation.com/global/topics/stroke-891">stroke</a> (penyakit cerebrovascular) meningkat signifikan, dari penyebab kedelapan pada 1990 menjadi kedua pada 2016. Penyakit diabetes meningkat tajam dan menjadi penyebab ketiga DALYs pada tahun 2016. Trauma lalu-lintas meningkat dari nomor 9 pada 1990 menjadi nomor 8 pada tahun 2016, walau total DALYs menurun. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/227326/original/file-20180712-27030-z6fixn.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/227326/original/file-20180712-27030-z6fixn.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/227326/original/file-20180712-27030-z6fixn.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=470&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/227326/original/file-20180712-27030-z6fixn.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=470&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/227326/original/file-20180712-27030-z6fixn.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=470&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/227326/original/file-20180712-27030-z6fixn.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=590&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/227326/original/file-20180712-27030-z6fixn.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=590&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/227326/original/file-20180712-27030-z6fixn.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=590&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">30 penyakit penyebab utama DALYs di Indonesia pada 1990, 2006, dan 2016.</span>
<span class="attribution"><span class="source">IHME</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Faktor risiko utama di Indonesia adalah tekanan darah sistolik yang tinggi, diet tidak sehat, dan gula darah puasa yang tinggi. <a href="https://theconversation.com/riset-terbaru-kerugian-ekonomi-di-balik-konsumsi-rokok-di-indonesia-hampir-rp600-triliun-89089">Penyakit akibat konsumsi tembakau</a> menempati nomor empat dan malnutrisi anak serta maternal merupakan faktor risiko kelima. Diet menyumbang pada beban penyakit jantung dan pembuluh darah, <a href="https://theconversation.com/us/topics/diabetes-612">diabetes</a>, urogenital, darah, endokrin dan neoplasma.</p>
<p>Tekanan darah sistolik yang tinggi menyumbang pada beban penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes, urogenital, darah dan endokrin. Gula darah yang tinggi menyumbang pada beban penyakit diabetes, jantung dan pembuluh darah, endokrin, HIV/AIDS dan tuberkulosis. Faktor risiko utama lainnya meliputi tembakau, malnutrisi anak dan ibu, kelebihan berat dan obesitas, dan polusi udara.</p>
<p>Dalam konteks ini, beban ganda terjadi karena di si satu sisi beban penyakit menular masih banyak terjadi di Indonesia seperti tuberkulosis dan pada saat bersamaan masyarakat dan pemerintah juga dibebani oleh penyakit tidak menular seperti diabetes. </p>
<h2>Pentingnya estimasi di provinsi</h2>
<p>Indonesia mengalami beban ganda penyakit yang akan meningkatkan biaya pelayanan kesehatan sehingga menyulitkan pencapaian pelayanan kesehatan semesta. Estimasi beban penyakit di tingkat provinsi dan kabupaten akan membantu menentukan prioritas pemerintah sesuai keadaan lokal dan spesifik, meningkatkan perencanaan program kesehatan masyarakat dan penilaian pencapaian program di masa depan. </p>
<p>Untuk menuju <a href="http://www.depkes.go.id/resources/download/LAKIP%20ROREN/1%20perencanaan%20kinerja/RAK%20PPJK.pdf">Pelayanan Kesehatan Semesta 2019</a>, pengetahuan mengenai pola sakit dan kematian penduduk menjadi penting untuk mengalokasikan sumber daya dan menghilangkan ketimpangan yang ada. Global Burden of Disease 2016 mengestimasikan penyebab kematian dini, kesakitan dan disabilitas, sebagai masukan kebijakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan.</p>
<p>Penduduk Indonesia yang saat ini berjumlah 260 juta, sekitar 130 juta jiwa tinggal di Pulau Jawa dan sisanya tersebar di empat pulau besar lainnya dan 4000 pulau kecil lainnya secara tidak merata. Keadaan geografis ini merupakan tantangan tersendiri bagi sistem pemerintahan, komunikasi, transportasi dan ketersediaan pelayanan kesehatan dasar yang merata.</p>
<p><a href="http://referensi.elsam.or.id/2015/01/uu-nomor-23-tahun-2014-tentang-pemerintah-daerah/">Undang-Undang Pemerintahan Daerah</a> mengatur proses desentralisasi termasuk bidang kesehatan ke kabupaten dan Kota. Pengaturan ini memberi otonomi yang lebih luas bagi pemerintah kabupaten dan kota untuk melayani masyarakat secara lebih baik.</p>
<p>Hasil dari <a href="https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(18)30595-6/fulltext">Global Burden of Disease 2016 </a> dapat dipergunakan untuk analisis transisi kesehatan Indonesia 1990-2016, mengidentifikasi kesenjangan dan mengembangkan tanggapan pada tingkat nasional untuk meningkatkan ketersediaan, akses, kelayakan, kualitas dan keadilan dalam pelayanan kesehatan.</p>
<p>Karena luasnya negara, adanya perbedaan lingkungan urban dan rural, perkembangan sosial-ekonomi, dan tumbuhnya kota metropolitan, terjadi beban ganda penyakit. Transisi epidemiologi meningkatkan penyakit tidak menular (diabetes, stroke dan penyakit jantung iskhemik), sedangkan penyakit menular seperti tuberkulosis, diare dan HIV/AIDS masih merupakan masalah penting.</p>
<p>Karena itu, sistem kesehatan harus mampu menjawab perubahan kebutuhan akan pelayanan kesehatan, karena terjadinya transisi epidemiologi dan hilangnya hambatan keuangan, melalui program Jaminan Kesehatan Nasional.</p>
<p>Melihat gambaran geografis dan perbedaan sosial-ekonomi, pola beban penyakit dan status kesehatan akan bervariasi. Karena itu, estimasi sub nasional (provinsi) dari beban penyakit akan bermanfaat untuk penentuan prioritas kesehatan dan perencanaan program sesuai kebutuhan spesifik daerah.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/96901/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Soewarta Kosen terlibat dalam penelitian ini yang dibiayai oleh Bill & Melinda Gates Foundation.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Nafsiah Mboi terlibat dalam penelitian ini yang dibiayai oleh Bill & Melinda Gates Foundation.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Christopher JL Murray terlibat dalam penelitian ini yang dibiayai oleh Bill & Melinda Gates Foundation.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Simon I Hay terlibat dalam penelitian ini yang dibiayai oleh Bill & Melinda Gates Foundation.</span></em></p>Indonesia masih diserang penyakit menular seperti Tuberkulosis, juga dibebani penyakit tidak menular seperti diabetes dan jantung.Soewarta Kosen, Policy Researcher, National Institute of Health Research and Development (NIHRD), Ministry of Health IndonesiaAndi Nafsiah Mboi, Independent Consultant and Board of The Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), University of WashingtonChristopher JL Murray, Professor of Global Health, Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), University of WashingtonSimon I Hay, Professor of Global Health, The Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), University of WashingtonLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.