Menu Close
Pasangan dengan anak yang menunjuk saat matahari terbenam
luemen rutkowski /unsplash, CC BY-SA

Cara melindungi kesehatan mental anak ketika akan berpisah dari pasangan

Ada fenomena tahunan yang terjadi di Australia: pasangan yang telah memutuskan untuk berpisah, tetapi mengekspresikan kebahagiaan untuk merayakan hari Natal terakhir sebagai keluarga yang utuh. Bulan Januari dikenal oleh para pengacara keluarga sebagai “bulan perceraian” karena alasan ini.

Dibandingkan dengan tahun 2020, perceraian resmi di Australia pada tahun lalu meningkat hampir 14%. Hampir separuh dari jumlah pasangan yang bercerai tersebut memiliki anak berusia di bawah 18 tahun.

Sementara di Indonesia, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah perceraian sepanjang 2021 mencapai 447.743 kasus, atau meningkat 53,50% dibandingkan tahun 2020 yang sebanyak 291.677 kasus.

Pemicu perceraiannya serupa, sebagian besar disebabkan situasi pandemi, ketika para pasangan tersebut terpaksa harus menjalani waktu bersama yang lebih lama selama periode lockdown sehingga hubungan mereka menjadi buruk (kerap disebut sebagai perceraian COVID).

Di Australia, meningkatnya persentase perceraian juga terdorong oleh berlakunya hak untuk menikah bagi pasangan sesama jenis sejak tahun 2017, dan banyak dari pasangan tersebut yang saat ini mulai mengalami fase perceraian.

Perpisahan memiliki dampak signifikan pada anak. Jumlah masalah kesehatan mental yang lebih tinggi ditemukan pada anak-anak dengan orang tua tunggal serta keluarga tiri atau campuran, dibandingkan dengan mereka yang tinggal bersama keluarga aslinya.

Tingkat konflik orang tua pascaperpisahan yang tinggi memiliki hubungan kuat dengan ketidakmampuan anak dalam menyesuaikan diri di masa kanak-kanak mereka.

Beberapa studi menunjukkan hubungan antara orang tua pascaperpisahan sangat mempengaruhi perkembangan masalah masa kecil. Perilaku anak yang buruk, tidak stabil dan tidak konstruktif diyakini berkorelasi dengan perilaku maladaptif mereka selama masa kanak-kanak.

Jika demikian, apa yang dapat orang tua lakukan untuk mempersiapkan anak-anak mereka dengan sebaik-baiknya dan mencegah mereka terjebak konflik interpersonal serupa yang memicu perpisahan?

Sepasang lelaki menggendong bayi
Pasangan yang berencana berpisah cenderung memilih untuk tetap bersama untuk Hari Natal, demi keluarga mereka. Shutterstock

1. Beri tahu mereka bersama dengan pasangan

Pertama-tama, beri tahu anak-anak Anda mengenai apa yang terjadi bersama dengan pasangan Anda. Duduklah bersama mereka dalam keadaan tenang, tanpa gangguan seperti TV dan perangkat elektronik lainnya, sehingga mereka akan memiliki banyak waktu untuk memproses informasi dan mengajukan pertanyaan (tidak terburu-buru).


Read more: How will my divorce affect my kids?


2. Hindari argumen orang dewasa di depan mereka

Jauhkan pertengkaran pribadi/dewasa Anda saat berbicara dengan anak Anda. Sekalipun ada perselingkuhan, masalah kecanduan, perasaan dikhianati atau disalahkan, itu semua bukanlah beban yang harus ditanggung anak-anak Anda.

Namun, jika Anda memiliki anak remaja yang sudah cukup dewasa untuk mengetahui sendiri apa yang sedang terjadi, ini menjadi pengecualian. Dalam hal ini, kejujuran adalah pilihan paling bijak – jika usia mereka sudah lebih besar, lebih pintar, dan cukup mengerti, persiapkan diri Anda menghadapi pertanyaan yang mungkin akan menimbulkan rasa tidak nyaman.

3. Bersiaplah untuk reaksi yang berbeda-beda

Sama seperti beberapa anak yang terkejut dengan berita bahwa orang tua mereka akan segera berpisah, beberapa orang tua juga merasa terkejut dengan reaksi anak-anak mereka ketika mereka menyampaikan berita itu.

Anak-anak Anda bisa jadi menunjukkan sikap yang bercabang, bisa langsung tertekan, atau bahkan marah. Mereka mungkin menunjukkan keberpihakan pada salah satu orang tua atau mungkin memohon Anda berdua untuk bertahan. Pada situasi ini, respons anak-anak sangat sulit untuk diprediksi.

Tetaplah teguh. Yakinkan mereka bahwa semua ini bukan salah mereka dan bahwa mereka tetap dicintai dan diperhatikan. Jangan tergoda untuk “membela” diri sendiri atau menyudutkan pihak satunya dalam momen yang emosional dan menegangkan ini.

Orang tua berbicara dengan anak perempuannya
Anak-anak Anda mungkin menjadi sangat kesal atau terlihat tidak peduli sama sekali – bersiaplah untuk berbagai emosi. Shutterstock

4. Fokus pada hal praktis

Sebagian besar anak-anak – dari yang usia dini hingga remaja – ingin tahu bagaimana perpisahan orang tuanya akan memengaruhi mereka. Di mana mereka akan tinggal, bersekolah, dan apakah mereka masih bisa bermain bola? Pastikan Anda dan pasangan memiliki setidaknya beberapa ide tentang rencana pengasuhan anak yang bisa dinegosiasikan.


Read more: What type of relationship should I have with my co-parent now we're divorced?


5. Beri tahu orang lain

Sebelum berbicara dengan anak mengenai perpisahan Anda, memberi tahu anggota keluarga dekat lainnya yang Anda percaya dapat menjadi pilihan yang baik. Mereka dapat membantu dengan memberikan dukungan untuk anak-anak Anda yang sedang merasa kecewa dan mendengarkan kesulitan Anda sendiri. Orang tua atau saudara, bahkan bibi atau paman Anda, mungkin mengenal Anda dan anak-anak Anda dengan cukup baik untuk menyesuaikan dukungan yang berguna.

Jika Anda memiliki hubungan yang baik dengan sekolah anak Anda, beri tahu guru mereka apa yang terjadi – mereka dapat membantu mengidentifikasi kesulitan penyesuaian yang jelas pada anak dan merujuk anak-anak ke dukungan berbasis sekolah jika diperlukan.

6. Bicaralah tentang perpisahan ini

Ingatlah bahwa diskusi ini tidak akan selesai hanya dalam satu sesi. Anak-anak cenderung akan kembali kepada Anda dengan lebih banyak pertanyaan dan permintaan saat kehidupan baru Anda mulai terbentuk.

Perlu juga diingat bahwa seiring bertambahnya usia, anak-anak dapat “memproses ulang” peristiwa secara berbeda, dengan pola pikir mereka yang baru, yang mungkin lebih baik, dan lebih dewasa. Pertanyaan yang tidak terpikir oleh mereka dulu saat berusia empat tahun mungkin tiba-tiba muncul ketika mereka menginjak usia 14 tahun (seperti “Mengapa kalian berpisah?” “Apakah kalian sudah mencoba konseling?”).

7. Tetap menjadi orang tua bersama-sama

Hal terbaik yang bisa Anda dan pasangan (yang akan berpisah dengan Anda) upayakan adalah membentuk hubungan yang bersahabat dan tetap menjadi orang tua bersama (co-parents). Membicarakan hal-hal negatif tentang pasangan Anda kepada anak sama saja dengan secara tidak langsung mengkritik 50% DNA anak Anda – nantinya, mereka tidak akan menghargai hal ini.

Ketidaksepakatan tentang rencana pengasuhan anak dan hal-hal lain, seperti di mana anak akan merayakan Natal, kemungkinan besar akan muncul. Anda sebaiknya tetap menjaga agar diskusi yang sulit tidak terdengar oleh anak-anak dan jangan takut untuk menggunakan mediator jika Anda menghadapi hambatan.


Read more: How to co-parent after divorce


Tidak ada pasangan yang memulai hubungan dengan harapan akan berpisah. Namun kenyataannya, kurang lebih sepertiga pernikahan di Australia berakhir dengan perceraian dan hampir setengah dari perpisahan tersebut melibatkan anak-anak di bawah umur.

Meskipun Anda dan pasangan telah melanjutkan kehidupan masing-masing, jika kalian tetap mampu menjadi orang tua bersama dengan baik, ini akan pengaruh besar pada bagaimana anak Anda menyesuaikan diri dengan kondisi keluarga baru mereka. Menyingkirkan kemungkinan bahaya yang tidak perlu bagi mereka adalah hal yang perlu diprioritaskan sejak awal.


Zalfa Imani Trijatna dari Universitas Indonesia menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,300 academics and researchers from 4,942 institutions.

Register now