Menu Close

Dari mana datangnya lautan dan bagaimana terbentuknya?

Lautan
Lautan begitu penting bagi kehidupan. Dari manakah lautan berasal?

Halo, The Conversation. Bagaimana lautan terbentuk? Dari mana semua air itu berasal? – David, usia 5 tahun, Brisbane, Australia


Di Bumi terdapat lebih banyak lautan daripada daratan. Tentu saja, ada juga banyak air yang terkurung sebagai es di Kutub Utara dan Kutub Selatan. Dari mana semua air itu berasal adalah pertanyaan yang sangat bagus. Para ilmuwan telah lama bertanya-tanya tentang hal ini. Kita masih belum tahu pasti, tapi kemungkinan air itu berasal dari dua tempat.

Mari kita mulai dari bagaimana Bumi dan planet-planet lain terbentuk.

lautan
Air sangat berharga, jadi kita harus menjaganya. Shutterstock

Pada awalnya, di alam semesta terdapat awan debu dan bebatuan yang sangat besar. Gravitasi menyebabkan awan tersebut menyusut dan perlahan-lahan terbentuklah Matahari dan planet-planet.

Debu dan batuan yang terbentuk mengandung mineral yang mengandung air. Saat terbentuk, Bumi menjadi sangat panas. Bumi meleleh dan muncullah banyak gunung berapi. Air di bebatuan membentuk uap dan keluar dari gunung berapi sebagai awan raksasa yang mendingin dan menjadi hujan. Dari situlah sebagian air berasal.

Selain itu, awan debu dan bebatuan yang asli termasuk banyak bebatuan yang terbuat dari es, seperti bola salju raksasa. Masih ada banyak sekali yang mengitari Matahari. Kita menyebutnya komet. Ada milyaran komet saat planet-planet terbentuk dan banyak yang jatuh ke Bumi dan meleleh. Dari situlah sisa air berasal.

Pertanyaannya, bagaimana air bisa terbentuk di alam semesta? Itu adalah pertanyaan besar untuk lain waktu, tapi jawaban singkatnya adalah: air terbuat dari atom hidrogen dan oksigen. (Atom adalah blok-blok kecil penyusun alam semesta - bahkan kamu dan saya pun terbuat dari atom).

Atom hidrogen dalam air terbentuk dalam Big Bang yang mengawali alam semesta. Atom oksigen terbentuk setelah itu di bintang-bintang. Mereka berkumpul dan air pun terbentuk.

Jadi, air kita sangat tua dan berharga. Mari kita jaga kelestariannya.


Demetrius Adyatma Pangestu dari Universitas Bina Nusantara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,100 academics and researchers from 4,941 institutions.

Register now