Menu Close
file ejhhxm.

‘Dark data’ semakin menyiksa bumi, kita membutuhkan dekarbonisasi digital

Lebih dari separuh data digital yang dihasilkan, dikelola, maupun disimpan oleh perusahaan-perusahaan hanya ditujukan untuk kepentingan sekali pakai. Sebagian besar di antaranya bahkan tak pernah digunakan kembali.

Data-data ini termasuk berbagai gambar-gambar yang nyaris identik di Google Photos atau iCloud, berkas lawas spreadsheet perusahaan yang tak digunakan lagi, ataupun data tak terpakai dari sensor peranti pintar kita.

Data-data yang bernama dark data ini membutuhkan energi agar dapat terhubung ke dunia fisik kita. Meski tak berguna lagi, data yang disimpan tetap memakan ruang dalam server – bank data yang tersimpan dalam komputer besar di suatu tempat. Sementara, komputer-komputer dan tempat penyimpanannya membutuhkan begitu banyak listrik.

Kebutuhan energi yang cukup signifikan ini menjadi beban operasional yang tak terlihat oleh lembaga-lembaga. Upaya pengelolaan arsip organisasi yang efektif memang menjadi tantangan, tapi semahal apa dampaknya terhadap lingkungan?

Dalam upaya menuju kondisi impas emisi (net zero), banyak organisasi berusaha mengurangi jejak karbon mereka. Pada umumnya, panduan lebih berpusat pada pengurangan sumber tradisional yang memproduksi karbon. Salah satunya melalui mekanisme carbon offsetting (penggantian karbon) oleh pihak ketiga, misalnya menanam pohon untuk mengganti emisi dari penggunaan bahan bakar.

Jejak karbon digital

Kebanyakan aktivis perubahan iklim berfokus pada pembatasan emisi dari sektor otomotif, penerbangan, dan industri energi. Padahal, emisi dari pemrosesan data juga setali tiga uang dengan industri-industri itu.

Angkanya pun terus bertambah. Pada 2020, proses digitalisasi diperkirakan menghasilkan 4% dari total emisi gas rumah kaca global. Produksi data digital juga meningkat sangat cepat. Pada 2022 ada sekitar 97 zetabita data yang dihasilkan (setara 97 triliun gigabita). Jumlah ini bisa melonjak dua kali lipat hingga 181 zetabita pada tiga tahun mendatang.

Namun, yang mengejutkan, hanya sedikit kebijakan yang memperhatikan upaya pengurangan jejak karbon digital dari organisasi.

pemandangan gudang dari udara
Pusat data Microsoft yang sangat besar di Belanda. Mauvries / shutterstock

Ketika kami berbincang dengan orang-orang seputar penelitian kami, mereka kerap berasumsi bahwa data digital, termasuk proses digitalisasinya, adalah karbon netral alias nol emisi. Kenyataannya tidaklah demikian. Kitalah yang mengendalikan jejak karbon digital tersebut, menuju kondisi lebih baik atau buruk.

Untuk membantu pengurangan jejak karbon digital, kami memperkenalkan ide digital decarbonisation atau dekarbonisasi digital“. Maksud ide ini bukanlah penggunaan ponsel, komputer, sensor, ataupun teknologi digital lainnya untuk memangkas jejak karbon data digital. Bukan pula ide ini ditujukan untuk menuding digitalisasi sebagai persoalan lingkungan.

Ide ini adalah kunci untuk menyadari bahwa cara kita menggunakan teknologi digital dalam pekerjaan sehari-hari bisa berimbas sangat besar kelangsungan Bumi.

Persoalan dark data tak bisa dianggap enteng. Sebagai gambaran, pusat data bertanggung jawab atas 2,5% dari seluruh karbon dioksida yang dihasilkan manusia secara langsung. Porsi tersebut bahkan lebih besar dari industri penerbangan (2,1%).

Kami membuat alat yang dapat membantu perhitungan ongkos karbon dari data dalam suatu organisasi. Dengan kalkulator ini, sektor usaha yang biasanya berbasiskan data seperti asuransi, ritel, ataupun perbankan, dengan 100 karyawan dapat menghasilkan dark data sekitar 2.983 gigabita setiap hari. Jika dikalikan setahun, data-data tersebut memiliki jejak karbon yang setara dengan enam kali penerbangan London - New York.

Setiap harinya, perusahaan-perusahaan memproduksi 1,3 miliar gigabita dark data – atau sekitar 3,02 juta kali penerbangan London - New York.

Pesawat lepas landas
Apa yang ditambahkan data gelap Anda? Steve Mann / shutterstock

Pertumbuhan dark data yang sangat cepat menimbulkan keraguan seputar efisiensi praktik digital saat ini. Dalam sebuah studi yang terbit di Journal of Business Strategy kami mengidentifikasi langkah-langkah yang bisa dilakukan suatu lembaga untuk mengurangi produksi dark data sekaligus berkontribusi dalam gerakan dekarbonisasi digital. Gerakan ini perlu diperluas apabila kita ingin benar-benar mencapai kondisi net zero.

Anda juga bisa memulainya dengan memilah foto dan video apa saja yang tidak lagi dibutuhkan. Sebab, setiap file yang tersimpan di Apple iCloud akan berkontribusi pada jejak karbon digital kita.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,300 academics and researchers from 4,942 institutions.

Register now